Post on 23-Jan-2018
1
MAKALAH
ASUMSI DASAR DAN DEFINISI DESAIN INSTRUK DAN PEMAHAMAN APLIKATIF
MODEL BANATHY
Disusun guna memenuhi tugas
mata kuliah Desain Intruksional
Dosen Pengampu :
Dr. Kustiono M.Pd.
Disusun Oleh :
JURUSAN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
SEMARANG
2017
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah mata
kuliah Desain Intruksional tentang Asumsi Dasar dan Definisi Desain Instruk dan
Pemahaman Aplikatif Model Banathy. Penulis mengucapkan terima kasih kepada
berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam menyusun makalah ini. Ucapan
terima kasih penulis sampaikan kepada:
1. Bapak Kustiono selaku dosen pengampu Mata Kuliah Desain Intruksional.
2. Kedua orang tua yang selalu mendukung dan memberi motivasi kepada
penulis.
3. Serta pihak-pihak yang telah membantu.
Penulis menyadari bahwa hasil makalah ini masih jauh dari sempurna dan masih
terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Penulis
\
1
DAFTAR ISI
Halaman Judul .......................................................................................... i
Kata Pengantar .......................................................................................... ii
Daftar Isi .................................................................................................. iii
Bab I Pendahuluan ..................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................ 1
C. Tujuan ............................................................................................ 1
Bab II Pembahasan .................................................................................... 2
A. Perencanaan Pembelajaran…………….……………....……….……………… 2
B. Pengertian Model Desain Pembelajaran Banathy …………………………… 2
C. Tahapan Model Desain Pembelajaran Banathy ……………………..…….. 3
D. Kelebihan dan Kekurangan Model Banathy ………………….……..………….. 13
Bab III Penutup ......................................................................................... 14
A. Kesimpulan ...................................................................................... 14
B. Saran .............................................................................................. 10
Daftar Pustaka ........................................................................................... 11
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Istilah model diartikan dalam prosedur kerja yang teratur atau sistematis,
tampilan grafis, dan terdapat pemikiran yang bersifat penjelasan serta saran.
Penjelasan tersebut menjelaskan bahwa sebuah model desain pembelajaran
menyajikan bagaimana pembelajaran disajikan berdasarkan teori-teori seperti
pembelajaran, psikologi, komunikasi, sistem dan sebagainya.
Ada berbagai model perancangan pembelajaran, serta setiap model
pengembangan desain pembelajaran mempunyai kekurangan dan kelebihan.
Dengan adanya beraneka ragam jenis model pengembangan desain
pembelajaran memberikan kesempatan yang luas bagi para pengajar untuk
dapat memilih model pengembangan desain pembelajaran yang sesuai dengan
ilmu atau pengetahuan yang mereka bina. Pada hal ini pendidik mendapat
kesempatan untuk dapat mengembangkan model-model desain pembelajaran
yang sudah ada dengan menciptakan model-model turunan dari model
pengembangan desain yang sudah ada. Dengan berkembangannya model-model
desain dapat memberikan jawaban atas perkembangan zaman.
Banyak masalah yang terjadi pada dunia pendidikan, salah satunya yakni
masalah perencanaan pembelajaran. Perencanaan pembelajaran salah satu
tahapan yang harus dilakukan guru sebelum mereka melaksanakan kegiatan
belajar-mengajar dan untuk mencapai tujuan akhir pembelajaran. Pembelajaran
bukan sekedar aktivitas rutin pendidikan tetapi merupakan komunikasi edukatif
yang penuh pesan, sistemik, prosedural, dan sarat tujuan. Karena itu, ia harus
dipersiapkan secara cermat. Seorang guru selain dituntut untuk memiliki ilmu
yang cukup untuk mengajar dan komunikatif, guru juga harus memiliki
rancangan-rancangan perencanaan pembelajaran agar materi yang disampaikan
menjadi terarah dan mudah dimengerti oleh murid-muridnya.
B. Perumusan Masalah
1. Bagaimana model benethy pada desain pembelajaran ?
5
2. Bagaimana kekurangan dan kelebihan model benethy ?
C. Tujuan
1. Untuk menjelaskan tentang model benethy pada desain pembelajaran.
2. Untuk menjelaskan tentang kekurangan dan kelebihan model benethy.
6
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perencanaan Pembelajaran
Desain merupakan kerangka, bentuk atau rancangan.langkah pertama
dalam fase pengembangan bagi setiap produk atau sistem yang direkayasa.
Desain juga dapat didefinisikan berbagai proses aplikasi berbagai teknik dan
prinsip bagi tujuan pendefinisian suatu perangkat, suatu proses atau sistem
dalam detail yang memadai untuk memungkinkan realisasi fisiknya. Tujuan
desainer adalah untuk menghasilkan suatu model atau representasi dari
entitas yang kemudian akan dibangun. Desain pembelajaran adalah praktik
penyusunan media teknologi komunikasi dan isi untuk membantu agar dapat
terjadi transfer pengetahuan secara efektif antara pendidik dan peserta didik.
Proses ini berisi penentuan status awal dari pemahaman peserta didik,
perumusan tujuan pembelajaran, dan merancang “perlakuan” berbasis-media
untuk membantu terjadinya transisi. Sebagai suatu disiplin, desain
pembelajaran secara historis dan tradisional berakar pada kognitif dan
perilaku.
Dengan kata lain, desain intruksional adalah keseluruhan proses
analisis kebutuhan dan tujuan belajar serta pengembangan teknik mengajar
dan materi pembelajarannya untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Termasuk
di dalamnya adalah pengembangan paket pembelajaran, kegiatan mengajar,
uji coba, revisi dan kegiatan mengevaluasi hasil belajar. Pendekatan sistem
dalam pendidikan dapat mencakup beberapa daerah bidang garapan.
Misalnya pendekatan sistem kurikulum, sistem pembelajaran, sistem
implementasi, sistem implementasi dan sebagainya.
Asumsi dasar yang melandasi perlunya desain pembelajaran ialah sebagai
berikut :
a. Diarahkan untuk membantu proses belajar secara individual.
7
b. Desain pembelajaran mempunyai fase-fase jangka pendek dan jangka
panjang.
c. Dapat mempengaruhi perkembangan individu secara maksimal.
d. Didasarkan pada pengetahuan tentang cara belajar manusia.
e. Dilakukan dengan menerapkan pendekatan sistem.
Pengembangan tersebut dipengaruhi oleh prosedur-prosedur desain
pembelajaran, namun prinsip-prinsip umumnya berasal dari aspek-aspek
komunikasi disamping proses belajar.
B. Pengertian Model Desain Pembelajaran Banathy
Model Banathy ada pada tahun 1968 oleh Bela H. Banathy. Model ini
berorientasi pada hasil pembelajaran, pendekatan yang digunakan yaitu
pendekatan sistem. Menurut Harjanto (2006:94) pendekatan sistem yang
didasarkan pada kenyataan bahwa kegiatan belajar mengajar merupakan
suatu hal yang sangat kompleks, terdiri atas banyak komponen yang satu
sama lain harus bekerja sama secara baik untuk mencapai hasil yang sebaik-
baiknya. Model pembelajaran ini berorientasi kepada tujuan pembelajaran.
Langkah-langkah pengembangan sistem pembelajaran terdiri dari 6
jenis kegiatan. Model desain ini bertitik tolak dari pendekatan sistem (system
approach), yang mencakup keenam komponen (langkah) yang saling
berinterelasi dan berinteraksi untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan. Pada langkah terakhir para pengembang diharapkan dapat
melakukan perubahan dan perbaikan sehingga tercipta suatu desain yang
diinginkan. Model ini tampaknya hanya diperuntukan bagi guru-guru di
sekolah, mereka cukup dengan merumuskan tujuan pembelajaran khusus
dengan mengacu pada tujuan pembelajaran umum yang telah disiapkan
dalam sistem.
C. Tahapan Model Desain Pembelajaran Bela H Banathy
1. Tahap 1
8
Analisis dan Perumusan Tujuan
a. Maksud system
Identifikasi masalah merupakan proses membandingkan
keadaan sekarang dengan keadaan yang seharusnya. Hasilnya akan
menunjukkan kesenjangan antara kedua keadaan tersebut.
Kesenjangan ini disebut kebutuhan (needs). Bila kesenjangan ke dua
keadaan tersebut besar, kebutuhan itu perlu diperhatikan atau di
selesaikan. Kebutuhan yang besar dan di tetapkan untuk diatasi itu di
sebut masalah, sedangkan kebutuhan yang lebih kecil mungkin untuk
sementara atau seterusnya diabaikan. Ia merupakan kebutuhan yang
tidak dianggap sebagai masalah. Hasil akhir dari identifikasi masalah
adalah perumusan tujuan umum, dalam model desain pembelajaran
menurut Banathy menggunakan istilah maksud sistem.
b. Spesifikasi tujuan
Tujuan merupakan sesuatu yang akan dapat dikerjakan oleh
peserta didik setelah menyelesaikan proses belajar dan merupakan
tujuan yang bermanfaat bagi peserta didik. Tujuan ini kemudian
diuraikan menjadi tujuan-tujuan khusus, yaitu tujuan yang lebih rinci
dan spesifik. Selanjutnya tujuan khusus ini disusun dalam urutan yang
logis. Atas dasar tujuan inilah isi pelajaran dipilih dan disajikan kepada
peserta didik kelak. Dalam Model Banathy menggunakan istilah
spesifikasi tujuan.
c. Tes acuan patokan
Tes acuan patokan dalam istilah umum adalah pembuatan
prototipe. Pembuatan prototipe merupakan permulaan produksi untuk
menghasilkan barang yang sesungguhnya. Di samping itu, pada
kesempatan ini pula dimulai pengembangan desain evaluasi dan
permulaan reviu teknis terhadap sistem tersebut oleh para ahli serta
penyusunan tes yang akan digunakan untuk mengukur perilaku
peserta didik, baik sebelum maupun setelah uji coba nanti.
9
2. Tahap II
Mengembangkan Tes (develop test)
Tahap kedua Mengembangkan tes yang didasarkan pada tujuan yang
diinginkan dan digunakan untuk mengetahui kemampuan yang diharapkan
dapat di capai sebagai hasil dari pengalaman belajarnya. Dengan
mengembangkan tes pada tahap awal bertujuan untuk mengetahui
kemampuan awal siswa. Siswa yang sekolah masing-masing sudah memiliki
kemampuan awal yang berbeda-beda yang di dapatkan sebelum masuk
sekolah . Sehingga, salah apabila menganggap siswa kosong dan tidak
memiliki kemampuan awal sebelum peserta didik masuk sekolah.
3. Tahap III
Analisis dan Perumusan tugas-tugas belajar
a. Menentukan tugas-tugas belajar
Analisis tugas adalah suatu kegiatan penjabaran tugas ke dalam
bagian-bagiannya, hal ini menerangkan sebagian dari proses yang
dapat dihubungkan dan diorganisasikan satu sama lain. Analisis tugas
ini berhubungan dengan kegiatan analisis dan sintesis. Tujuan akhirnya
adalah untuk :
1. Menerangkan tugas yang harus dipelajari murid.
2. Mengisolasikan tingkah laku yang diperlukan.
3. Mengidentifikasi kondisi dimana tingkah laku terjadi.
4. Menetapkan suatu kriteria untuk tingkah laku atau
penampilan yang dapat diterima.
Tanpa suatu analisis tugas yang benar, maka guru akan sulit
mengemukakan apa yang akan diajarkan, dan guru akan sulit untuk
menentukan strategi mengajar yang optimal
b. Menilai kompetensi masukan
10
Penilaian berbasis kompetensi harus ditujukan untuk mengetahui
tercapainya kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Bentuk penilaian
berbasis kompetensi, yaitu:
1. Penilaian berbasis kelas, yaitu penilaian yang dilakukan guru
dalam rangka proses pembelajaran. Penilaian ini bertujuan
untuk menetapkan tingkat pencapaian dan penguasaan
peserta didik terhadap tujuan pendidikan yang telah
ditetapkan. Penilaian berbasisi kelas dapat dilakukan dalam
bentuk pertanyaan lisan di kelas, kuis, ulangan harian, tugas
kelompok, ulangan semester dan ulangan kenaikan kelas,
laporan kerja praktikum
2. Tes kemampuan dasar, yaitu tes untuk mengetahui
kompetensi dasar peserta didik, terutama dalam membaca,
menulis dan berhitung. Tes ini dilakukan untuk perbaikan
program pembelajaran (program remedial)
3. Ujian berbasisi sekolah, dilakukan pada akhir jenjang sekolah
untuk mendapatkan ijazah atau sertifikat.
4. Benchemarking, merupakan penilaian terhadap suatu
pekerjaan, proses, performence, untuk menentukan tingkat
keunggulan dan keberhasilan. Penilaian ini dilakukan untuk
menentukan pringkat kelas, menentukan klasifikasi kelas di
suatu sekolah
5. Penilaian portofolio, berisi kumpulan karya peserta didik
yang tersusun secara sistematis yang diambil selama proses
pembelajaran dalam kurun waktu tertentu
Tujuan dari penilaian berbasis kompetensi adalah :
1. Menilai kemampuan individual melalui tugas tertentu.
2. Menentukan kebutuhan pembelajar
11
3. Membantu dan mendorong siswa
4. Membantu dan mendorong guru untuk mengajar yang
lebih
Baik
5. Menentukan strategi pembelajaran
6. Akuntabilitas lembaga
7. Meningkatkan kualitas pendidikan
Indikator penilaian pada penilaian kompetensi
menggunakan kata kerja lebih terukur dibandingkan dengan
indikator (indikator pencapaian kompetensi). Rumusan indikator
penilaian memiliki batasan-batasan tertentu sehingga dapat
dikembangkan menjadi instrumen penilaian dalam bentuk soal,
lembar pengamatan, dan atau penilaian hasil karya atau produk,
termasuk penilaian diri.
Sistem ujian berbasis kompetensi yang direncanakan
adalah sistem ujian yang berkelanjutan. Berkelanjutan dalam
arti semua komponen indikator dibuat soal, hasilnya dianalisis
untuk menetukan kompetensi yang telah dimiliki dan yang
belum serta kesulitan peserta didik. Untuk itu digunakan
berbagai bentuk tes, yaitu tes lisan, tertulis (bentuk uraian,
pilihan ganda, jawaban singkat, isian, menjodohkan, benar-
salah), dan tes perbuatan yang meliputi: kinerja (performance),
penugasan (projek) dan hasil karya (produk), maupun penilaian
non-tes contohnya seperti penilaian sikap, minat, motivasi,
penilaian diri, portfolio, life skill. Tes perbuatan dan penilaian
non tes dilakukan melalui pengamatan (observasi).
12
Bahan ujian yang akan digunakan hendaknya memenuhi dua kriteria dasar
berikut ini.
1. adanya kesesuaian materi yang diujikan dan target kompetensi yang harus
dicapai melalui materi yang diajarkan.
2. bahan ulangan/ujian hendaknya menghasilkan informasi atau data yang
dapat dijadikan landasan bagi pengembangan standar sekolah, standar
wilayah, atau standar nasional melalui penilaian hasil proses belajar-
mengajar.
3. Bahan ujian atau soal yang bermutu dapat membantu pendidik meningkatkan
pembelajaran dan memberikan informasi dengan tepat tentang peserta didik
mana yang belum atau sudah mencapai kompetensi.
Penilaian berbasis kompetensi memiliki ciri – ciri sebagai berikut:
1. Harus memenuhi prinsip – prinsip dasar penilaian
2. Harus menggunakan acuan dan patokan belajar tuntas
3. Berorientasi pada kompetensi
4. Terintegrasi dengan proses pembelajaran
5. Dilakukan oleh guru dan siswa.
Dalam proses pelaksanaan evaluasi dengan sistem penilaian berbasis kompetensi
terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan, diantaranya yaitu :
1. Valid
Penilaian berbasis kompetensi harus mengukur apa yang seharusnya diukur
dengan menggunakan alat yang dapat dipercaya dan sahih.
2. Keterbukaan
Penilaian berbasis kompetensi adalah penilaian yang dilaksanakan secara
terbuka, artinya guru sebagai evaluator bukan hanya berperan sebagai orang
yang memberi nilai atau kritik, akan tetapi siswa yang dievaluasi perlu
13
memahami mengapa kritik itu muncul, oleh sebab itu guru harus terbuka
melalui argumentasi yang tepat dalam setiap memberikan penilaian.
3. Adil dan Obyektif
Penilaian harus adil terhadap semua siswa dan tidak membeda-bedakan latar
belakang siswa.
4. Mendidik
Penilaian harus memberi sumbangan yang positif terhadap pencapaian hasil
belajar siswa. Penilaian ini dapat dirasakan sebagai penghargaan yang
memotivasi bagi siswa yang berhasil dan sebagai pemicu semangat bagi
siswa yang kurang berhasil.
5. Berkesinambungan
Penilaian dilakukan secara berencana, bertahap, teratur, terus-menerus dan
berkesinambungan untuk memperoleh gambaran tentang perkembangan
kemajuan belajar siswa.
6. Bermakna
Penilaian hendaknya mudah dipahami dan mudah ditindak lanjuti oleh pihak-
pihak yang berkepentingan.
7. Berorientasi pada Proses dan Hasil
Penilaian berbasis kompetensi bertumpu pada dua sisi yang sama pentingnya,
yakni sisi proses dan hasil belajar secara seimbang. Penilaian berbasis
kompetensi mengikuti setiap aspek perkembangan siswa, bagaimana cara
belajar siswa, bagaimana motivasi belajar, sikap, minat, kebiasaan, dan lain
sebagainya dan pada akhirnya menilai bagaimana hasil belajar yang diperoleh
siswa.
c. Melakukan tes masukan
Pada umumnya penilaian hasil pengajaran, baik dalam bentuk formatif
maupun sumatif, telah dilaksanakan oleh guru. Melalui pertanyaan secara
lisan atau akhir pengajaran guru menilai keberhasilan pengajaran (tes
14
formatif). Demikian juga tes sumatif yang dilakukan pada akhir program,
seperti akhir kuartal atau akhir semester, penilaian diberikan terhadap peserta
didik untuk menentukan kemajuan belajarnya.
Penilaian hasil belajar bertujuan melihat kemajuan belajar peserta
ddidik dalam hal penguasaan materi pengajaran yang telah dipelajarinya
sesuai dengan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.
1. Sasaran penilaian. Sasaran atau objek evaluasi hasil belajar adalah
perubahan tingkah laku yang mencakup bidang kognitif, afektif, dan
psikomotor secara seimbang. Masing-masing bidang terdiri dari sejumlah
aspek. Aspek-aspek tersebut sebaiknya dapat diungkapkan melalui penilaian
tersebut.
1) Ranah Kognitif (Pengetahuan/ Pemahaman)
Penilaian terhadap pengetahuan pada tingkat satuan pelajaran menuntut
perumusan secara lebih khusus setiap aspek pengetahuan, yang
dikategorikan sebagai: konsep, prosedur, fakta, dan prinsip. Untuk menilai
pengetahuan dapat kita pergunakan pengujian sebagai berikut:
a) Sasaran penilaian aspek pengenalan (recognition)
b) Sasaran penilaian aspek mengingat kembali (recal)
c) Sasaran penilaian aspek pemahaman (komprehension)
2) Ranah Afektif
Sasaran evaluasi ranah afektif (sikap dan nilai) meliputiaspek-aspek, sebagai
berikut:
a) Aspek penerimaan, yakni kesadaran pekaterhadap segala gejala dan
stimulus serta menerima atau menyelesaikan stimulus atau gejala tersebut.
b) Sambutan, yakni aktif mengikuti dan melaksanakan sendiri suatu gejala
di samping menyadari/menerimanya.
c) Aspek penilaian, yakni perilaku yang konsisten, stabil mengandung
kesungguahan kata hati dan control secara aktif terhadap perilakunya.
15
d) Aspek organisasi, yakni perilaku menginternalisasi, mengorganisasi dan
memantapkan interaksi antara nilai-nilai dan menjadikannya sebgai suatu
pendirian yang teguh
e) Aspek karakteristik diri dengan suatu nilai atau kompleks nilai, ialah
menginternalisasikan suatu nilai ke dalam system nilai dalam diri individu,
yang berprilaku konsisten dengan system nilai tersebut.
3) Ranah Keterampilan
Sasaran keterampilan reproduktif:
a) Aspek keterampilan kognitif, mislanya masalah-masalah yang familier
untuk dipecahkan dalam rangka menentukan ukuran-ukuran ketepatan dan
kecepatan melalui latihan-latihan (drill) jangka panjjang, evaluasi dilakukan
dengan metode-metode objektif tertutup.
b) Aspek keterampilan psikomotorik dengan te tundakan terhadap
pelaksanaan tugas yang nyata atau yang disimulasikan, dan berdasarkan
criteria ketepatan, kecepatan, kualitas penerapan secara objektif.
c) Aspek keterampilam reaktif, dilaksanakansecara langsung pengamatan
ibjektif terhadap tingkah laku pendekatan atau penghindaran; secara tak
langsung dengan kuesioner sikap.
d) Aspek ketermapilan interaktif, secara langsung dengan menghitung
frekuensi kebiasaa dan cara-cara yang baik yang dipertunjukkan pada
kondisi-kondisi tertentu.
Evaluasi keterampilan produktif:
a) Aspek keterampilan kognitif, misalnya masalah-masalah yng tidak
familier untuk dipecahkan dan pemecahannya tidak begitu rumit, dengan
menggunakan metode terbuka tertutup (open ended methods).
b) Aspek keterampilan psikomotorik, ykani tugas-tugas produktif yang
menuntut perencanaan strategi. Evaluasi terhadap hasil dan proses
perencanaan ialah dengan observasi dan diskusi
c) Aspek keterampilan reaktif, secara langsung mengamati system nilai
masyarakat dalam tindakannya di luar sekolah.
16
d) Aspek keterampilan interaktif dengan observasi ketermapilan dalam
situasi senyata.1[6]
2. Alat penilaian, penggunaan alat penilaian hendaknya komprehensif
meliputi tes dan bukan tes sehingga diperoleh gambaran hasil belajar yang
objektif.
Alat evaluasi dibagi menjadi dua jenis, yakni: penilaian dengan tes dan
penilaian bukan dengan tes. Penilaian dengan tes, ada dua macam tes: (1)
educational test, untuk mengukur kemampuan siswa disekolah atau prestasi
belajar, (2) mental test, atau tes intelegensi, untuk mengukur intelegensi
seseorang, (3). Aptitude test, untuk mengetahui bakat seseorang. Tes lisan
dan tes tertulis. Bentuk tersebut banyak digunakan oleh guru, karena penting
untuk diukur ketercapainya tujuan-tujuan pembelajaran.
Keuntungan penggunaan tes lisan (oral tes), ialah sebgai berikut:
a. Tes ini memberikan pengalaman melakukan ekspresi secara lisan pada
para siswa.
b. Siswa mendapat manfaat tertentu dengan mendengarkan
respon/jawaban dari siswa lainnya.
c. Pertanyaan-pertanyaan lisan yang dijawab oleh siswa lebih banyak
terhadap pertanyaan tertulis dalam jangka waktu yang sama.
d. Kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh siswa segera dapat diketahui dan
diperbaiki pada waktu itu juga.
e. Tes tertulis banyak menggunakan penglihatan yang sewaktu membaca
dan menulis sesuatu jawaban.
f. Pengaruh-pengaruh factor luar pada waktu ujian, misalnya sulit
menyatakan pendapat secara lisan, dapat dihindari.
3. Prosedur pelaksanaan tes. Penilaian hasil belajar dilaksanakan dalam
bentuk formatif dan sumatif. Hasil evaluasi formatif dijadikan dasar bagi
penyempurna proses belajar mengajar. Oleh karena itu standar yang
17
digunakan harus “standar mutlak” . dengan menggunakan standar mutlak,
tes ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana tujuan-tujuan
instruksional telah dicapai oleh murid dan bukan untuk mengetahui status
setiap murid dibandingkan dengan murid-murid lainnya dalam kelas yang
sama. Pengelolaan evaluasi sumatif dapat ditmepuh dengan menggunakan
stndar norma relative (PAN), karena hasil yang dicapai murid lebih
menggambarkan statusnya dibandingkan dengan teman lainnya dalam kelas
yang sama. Untuk pengisian raport dan ijazah, standar nomra relative
dipandang lebih sesuai untuk digunakan
d. Mengidentifikasi dan karakterisasi tugas-tugas belajar yang
akurat
1. Dari yang belum diketahui ke yang diketahui
2. Dari yang sederhana ke yang kompleks
3. Dari yang konkret ke yang abstrak
4. Dari observasi ke pemikiran
5. Dari keseluruhan yang lebih detil, ke keseluruhan yang menyeluruh.
Misalnya jika dikaitkan dengan pembelajaran PAI, materi tentang shalat,
yang akan dibahas di dalamnya ialah tata cara shalat, rukun shalat, syarat
sah shalat, syarat wajib shalat, hal-hal yang membatalkan shalat, dan
sebagainya
4. Tahap IV
Mendesain sistem intruksional (design system)
Merupakan salah satu tahapan yang harus ditempuh dalam
mengembangkan model pembelajaran benathy, dimana dalam tahap ini perlu
mempertimbangkan alternatif-alternatif dan identifikasi yang harus dikerjakan
untuk menjamin pesrta didik akan menguasai kegiatan-kegiatan yang telah
dianalsis pada tahapan sebelumnya, dalam hal ini Benathy menyebutnya
18
dengan istilah “function analysis”. Lalu perlu diadakannya analisis siapa saja
yang memiliki potensi terbaik guna mencapai fungsi tersebut (component
analysis) serta perlu ditentukan pula waktu dan tempat fungsi tersebut harus
dilaksanakan (design of system). Atau dengan arti lain, mendesain sistem
intruksional yaitu pada langkah ini harus mempertimbangkan alternative serta
identifikasi langkah apa saja untuk menjamin peserta didik untuk dapat
menguasai kegiatan-kegiatan yang sudah dianalisis pada langkah
sebelumnya. Dengan hal tersebut, maka ditentukan jadwal dan tempat
pelaksanaan berdasarkan masing-masing komponen intruksional. Tahap
mendesain sistem intruksional merupakan suatu tahapan yang penting karena
tahapan ini digunakan untuk menentukan metode dan media intruksional
sehinggga memungkinkan peserta didik untuk dapat mencapai tujuan
intrusional, yang meliputi:
1. Analisis fungsi, isi, dan urutan (fuction analysis)
Tahapan ini digunakan untuk menganalisis fungsi, isi dan urutan dalam
mendesain sistem intruksional, sehingga pengembangan model
pembelajaran ini dapat sesuai dengan tahapan desain sistem intruksional
(design system) serta sesuai dengan tahapan-tahapan pengembangan
model pembelajaran Banethy sebelumnya.
2. Analisis Komponen (component analysis)
Selanjutnya, pada tahapan ini digunakan untuk menganalisis komponen-
komponen yang diperlukan dalam tahpan mendesain sistem intruksional.
Tujuan dari analisis komponen adalah untuk mengecek dan mengetahui
kesiapan serta ketersediaan komponen yang ada.
3. Distribusi fungsi antar-komponen
Pada tahapan ini melanjutkan tahapan sebelumnya yaitu memastikan
pendistribusian fungsi antar-komponen. Sehingga tujuan tahapan ini
adalah untuk memastikan penyebaran fungsi antar komponen bisa
berjalan dengan baik.
4. Penjadwalan
19
Tahapan yang terahir adalah tahapan dimana dari semua tahapan diatas
kemudian diimplemtasikan dengan cara penjadwalan.
5. Tahap 5
Melaksanakan Kegiatan dan Mengetes Hasil.
Dalam tahap melaksanakan dan mengetes hasil ini, sistem yang sudah
di desain sekarang dapat di ujicobakan atau di tes dan di laksanakan. Apa
yang dapat dilaksanakan atau dikerjakan siswa sebagai hasil implementasi
sistem, harus di nilai agar dapat di ketahui seberapa jauh siswa telah
menunjukan tingkah laku seperti yang dimaksudkan dalam rumusan tersebut.
6. Tahap 6
Mengadakan perbaikan (change to improve).
Berdasakan hasil yang diperoleh dari interpretasi data hasil uji coba
revisi dilakukan dari revisi kecil sampai revisi total. Untuk mengakhiri uji coba
ulang yang kemudian akan dii mplementasikan harus di ambil suatu
keputusan.
Hasil-hasil yang diperoleh dari evaluasi merupakan umpan balik
(feedback) untuk keseluruhan sistem sehingga perubahan-perubahan, jika di
perlukan dapat dilakukan untuk memperbaiki sistem instruksional.
Kendatipun 6 komponen tersebut tampaknya sangat sederhana,
namun untuk mengembangkan rancangan sistem pembelajaran model ini
memerlukan kemampuan akademik yang cukup tinggi serta pengalaman yang
memadai serta wawasan yang luas. Selain dari itu, proses pengembangan
suatu sistem menuntut partisipasi pihak-pihak terkait, seperti kepala sekolah,
administrator, supervisor dan kelompok guru, sehingga rancangan kurikulum
yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan pendidikan di sekolah dan dapat
diterapkan dalam sistem sekolah.
D. Kelebihan dan Kekurangan Model Banathy
20
1. Kelebihan
Model Bela H. Banathy ini mempunyai beberapa kelebihan antara lain
sebagai berikut :
a. Menganalisis serta merumuskan tujuan dengan baik, karena
terdapat tujuan umum maupun tujuan khusus yang lebih
spesifik, yang merupakan sasaran dan arah yang harus dicapai
oleh peserta didik.
b. Menganalisis serta merumuskan kegiatan belajar, yaitu
merumuskan apa yang harus dipelajari (kegiatan belajar yang
harus dilakukan siswa dalam rangka mencapai tujuan belajar).
Kemampuan awal siswa harus dianalaisis atau dinilai agar
mereka tidak perlu mempelajari yang sudah mereka kuasai.
c. Mengembangkan kriteria tes yang tepat dengan tujuan yang
akan dicapai Hal ini dilakukan agar setiap tujuan yang
dirumuskan terdapat alat untuk menilai keberhasilannya.
d. Langkah – langkah yang sedikit sehingga kita bisa lebih efektif
untuk membuatnya.
e. Mengadakan perbaikan dan perubahan berdasarkan hasil
evaluasi. Jadi model ini bertumpu pada test peserta didik.
2. Kelemahan
Ada beberapa kelemahan yang dimiliki oleh model perencanaan Bela H.
Banathy ini antara lain:
a. Hanya terdapat Sedikit langkah sehingga dirasa kurang effesien.
b. Model ini terfokus pada materi yang baru untuk dipelajari,
sehingga dikhawatirkan materi yang lama terabaikan dan akan
lupa jika tidak dikaji ulang.
21
BAB III
PENUTUP
SIMPULAN
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa bahwa Model Banathy
berorientasi pada hasil pembelajaran, lalu pendekatan yang digunakan adalah
pendekatan sistem, yakni pendekatan yang didasarkan pada kegiatan belajar
mengajar yang merupakan sesuatu yang sangat kompleks, terdiri dari banyak
komponen yang satu dengan yang lain harus bekerja sama dengan baik untuk
dapat mencapai hasil yang sebaik-baiknya. Model ini memiliki kekurangan serta
kelebihan yaitu hanya terdapat sedikit langkah sehingga dirasa efektif tetapi
kurang efisien kurang efisien.
22
DAFTAR PUSTAKA
Davies, Ivor K. 1991. Pengelolaan Belajar, Jakarta: Rajawali.
Harjanto. 2006. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Dewi, L. Rishe Purnama . Handout Perencanaan Pembelajaran.