Post on 21-Dec-2015
description
LAPORAN PRAKTIKUMKIMIA ORGANIK
SINTESIS METIL SALISILAT
NAMA : 1. CAROLINA R. A H311 11 2652. HIKMAWATI H311 11 2903. RINA NUR AZIZAH H311 11 2924. MUHAMMAD AMRI H311 11 293
KELOMPOK : VI (ENAM)HARI, TANGGAL : JUM’AT, 16 MEI 2014ASISTEN : ICHSAN KARISMAWAN
LABORATORIUM KIMIA ORGANIKJURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR 2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kimia organik memainkan peran penting dalam industri kimia. Banyak
produk sehari-hari terdiri dari molekul organik. Molekul organik diklasifikasikan
berdasarkan perbedaan rumus struktur pada molekul tersebut. Alkohol
mengandung atom karbon yang mengikat gugus –OH, misalnya metil alkohol atau
metanol (CH3OH). Golongan senyawa organik lainnya adalah ester. Ester
merupakan suatu kelompok senyawa yang umumnya berbau harum. Ester adalah
nama dari gugus fungsi -COO- yang terdapat pada golongan senyawa alkil
alkanoat. Rumus umum ester adalah RCOOR atau CnH2nO2. Salah satu contoh dari
senyawa ester adalah metil salisilat.
Metil salisilat atau minyak gandapura merupakan salah satu turunan dari
asam salisilat. Metil salisilat bahan yang mempunyai berbagai kegunaan. Sebagai
bahan obat, metil salisilat merupakan salah satu obat anti inflamasi non steroid
(NSAID) golongan salisilat. Bahan ini dapat dibuat dalam bentuk sediaan berupa
linementum atau salep yang berfungsi untuk menghilangkan nyeri. Manfaat lain
dari metil salisilat adalah dapat digunakan sebagai bahan untuk formula
keratolitik, anti plak (pada obat kumur), bahan perasa dengan kadar tidak lebih
dari 0,04%, dan bahan pewangi pada pestisida golongan organofosfat. Selain itu
juga dapat digunakan untuk memperjelas warna pada jaringan tanaman atau
hewan untuk kepentingan imunohistokimia.
Metil salisilat dapat dibuat melalui reaksi esterifikasi asam salisilat.
Penggunaan zat ini dalam pengobatan didasarkan pada kenyataan bahwa asam
salisilat itu bermanfaat terhadap respon fisiologi. Secara normal metil salisilat
diperoleh dari tanaman yang termasuk family pyrocaceae termasuk genus pyrola,
beberapa spesies dari betula family betulaceae, terutama genus betulenta.
Kegunaan metil salisilat seperti yang telah disebutkan di atas
melatarbelakangi dilakukannya percobaan sintesis metil salisilat dari asam asetat
yang lebih dikenal dengan istilah esterifikasi.
1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
1.2.1 Maksud Percobaan
Maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui dan mempelajari cara
mensintesis metal salisilat dari asam salisilat dan metanol.
1.2.2 Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah:
1. Untuk mensintesis metil salisilat dari reaksi antara asam salisilat dan
metanol dengan metode refluks.
2. Untuk menentukan indeks bias dari metil salisilat yang diperoleh.
1.3 Prinsip Percobaan
Pada percobaan ini, sintesis metil salisilat dilakukan berdasarkan reaksi
esterifikasi antara asam salisilat dan metanol dengan menggunakan pemanasan
dan katalisator asam sulfat pekat, dimana larutan dibiarkan mengalami refluks
selama beberapa menit kemudian metil salisilat yang terbentuk dicuci dengan
akuades dan dipisahkan dengan fasa air menggunakan corong pisah. Lapisan metil
salisilat yang terpisah ditambahkan dengan NaHCO3, kemudian ditambahkan
dengan CaCl2 dan diukur indeks biasnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Metil salisilat adalah cairan kuning kemerahan dengan bau wintergreen.
Metil salisilat merupakan turunan dari asam salisilat. Metil salisilat tidak larut
dalam air tetapi larut dalam alkohol dan eter. Asam salisilat merupakan salah satu
bahan kimia yang cukup penting dalam kehidupan sehari-hari serta mempunyai
nilai ekonomis yang cukup tinggi karena dapat digunakan sebagai bahan
intermediat dari pembuatan obat-obatan seperti antiseptik dan analgesik
(Supardani, dkk., 2006).
Asam salisilat, metil salisilat, dan asam-asam asetilsilat semua merupakan
senyawa-senyawa yang penting dalam pengobatan. Metil salisilat (minyak
wintergreen) digunakan sebagai obat luar dalam bentuk salep atau linimen dan
dimaksudkan sebagai counter iritan bagi kulit. Metil salisilat dapat dipakai
sebagai obat dalam melalui penyerapan via kulit, dan dengan demikian
memberikan pemakaiannya yang lebih luas dalam obat-obat gosok dan untuk
pemakaian pada tempat-tempat tertentu yang sakit (Roth, 1998).
Asam salisilat merupakan suatu unsur aktif dari salisilat dan asam salisilat
itu sendiri adalah obat penawar dan pembunuh rasa sakit pemakaiannya dapat
melalui mulut, tetapi merupakan asam yang cukup kuat mengiritasi perut.
(Ganiswarna, 1995).
Senyawa salisilat diekskresi terutama melalui ginjal yang hampir
semuanya muncul diurin dalam bentuk salisilat bebas dan metabolit yang telah
disebutkan tadi. Pada manusia, asam salisilat bebas berjumlah kira-kira 10% dari
obat yang dimakan (tapi dapat meningkat sampai 85% bila urin dibasakan), asam
salisilurat sebanyak 75%, glukuronida fenolat dan asil sebanyak 15% dan asam
2,5 dihidroksibenzoat kurang dari 1% (Foye, 1995).
Metil salisilat termasuk senyawa ester yang dapat dibuat secara sintesis
dengan jalan mereaksikan suatu senyawa asam karboksilat dengan alkohol dalam
suasana asam (Underwood, 1997).
Proses reaksi esterifikasi di atas dikenal dengan nama esterifikasi fisenar.
Dari proses tersebut diperoleh hasil sampingan yaitu H2O. Untuk mengetahui dari
mana H2O tersebut digunakan metode yang dikenal labeling isotop. Ternyata air
yang terbentuk bukan berasal dari asam tetapi dari gugus OH milik asam
(Underwood, 1997).
Senyawa-senyawa alkohol bereaksi dengan asam-asam karboksilat
membentuk ester-ester organik sebagai analog deri ester-ester yang terbentuk dari
senyawa-senyawa alkohol dengan asam oksigen dan organik. Dalam pembuatan
suatu ester di mana asam salisilat dipanaskan dalam metil alkohol bersama
sejumlah kecil asam kuat sebagai katalisator untuk membentuk metil salisilat
gugus hidroksil dalam air yang terjadi berasal dari asam karboksilat. Reaksi ini
bersifat bolak-balik atau reversible. Jika dipakai alkohol dalam jumlah berlebihan,
maka kesetimbangan beranjak ke arah pembentukan ester, sebaliknya, jika ester
dipanaskan dengan air yang berlebihan beserta suatu katalisator asam, maka ester
akan dihidrolisis menjadi asam dan alkohol (Ganiswarna, 1995).
Laju esterifikasi asam karboksilat tergantung pada halangan sterik dalam
alkohol dan asam karboksilat. Kekuatan asam dari asam karboksilat hanya
mempunyai pengaruh yang kecil dalam laju pembentukan ester (Anonim a, 2009).
Reaksi esterifikasi bersifat reversibel untuk memperoleh rendamen tinggi
dari ester itu, kesetimbangan harus harus digeser ke arah sisi ester. Satu teknik
untuk mencapai ini adalah menggunakan salah satu zat pereaksi yang murah
secara berlebihan. Teknik lain ialah membuang salah satu produk dari dalam
campuran reaksi (misalnya dengan destilasi air secara azeotropik). Dengan
bertambahnya halangan sterik dalam zat antara laju pembentukan ester akan
menurun. Rendamen esternya pun berkurang. Ester adalah turunan asam salisilat
atau karboksilat yang gugus –OH dari karboksilnya diganti dengan gugus –OR
dari alkohol. Ester mengandung gugus karbonil dan satu ikatan ester dengan
karbon karbonil. Ester dibuat dari asam dan alkohol dari anhidrat asam dan
alkohol (Dirjen POM, 1979).
Destilasi uap digunakan pada campuran senyawa-senyawa yang memiliki
titik didih mencapai 200°C atau lebih. Destilasi uap dapat menguapkansenyawa-
senyawa ini dengan suhu mendekati 100°C dalam tekanan atmosfer dengan
menggunakan uap atau air mendidih. Sifat yang funda mental dari destilasi uap
adalah dapat mendestilasi campuran senyawa dibawah titik didih dari masing-
masing senyawa campurannya. Selain itu destilasi uap dapat digunakan untuk
campuran yang tidak larut dalam air di semua temperatur tapi dapat didestilasi
dengan air untuk destilasi uap. Labu yang berisi senyawa yang akan dimurnikan
dihubungkan dengan labu pembangkit uap. Campuran dipanaskan melalui uap air
yang dialirkan kedalam campuran dan mungkin ditambahkanjuga dengan
pemanasan uap dan campuran akan naik keatas menuju kondensor, dimaksudkan
untuk menurunkan titik didih senyawa tersebut, karena titik didih suatu campuran
lebih rendah dari pada titik didih komponen-komponen (Hart, 1999).
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan Percobaan
3.1.1 Bahan Percobaan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu: asam salisilat,
metanol, asam sulfat pekat, NaHCO3, kalsium klorida, akuades, tissue roll,
aluminium foil, dan es batu.
3.1.2 Alat Percobaan
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah: neraca analitik,
batang pengaduk, sendok tanduk, gelas kimia, gelas ukur, seperangkat alat refluks,
seperangkat alat destilasi, termometer, pipet tetes, batu didih, baskom, corong,
corong pisah 250 mL, erlenmeyer 250 mL, dan refraktometer.
3.2 Prosedur Percobaan
Sebanyak 2,3 gram asam salisilat dimasukkan dalam labu leher 3 yang
sebelumnya telah dimasukkan batu didih kemudian dirangkai dengan termometer.
Selanjutnya ditambahkan 10 mL metanol dan asam sulfat pekat 2,67 mL
kemudian dirangkai dengan alat refluks dan ditutup dengan aluminium foil.
Selanjutnya dilakukan pemanasan dengan mengontrol suhu pelarut yang
digunakan (dalam hal ini titik didih metanol adalah 68° C). Refluks dilakukan
sampai terbentuk reaksi esterifikasi atau terbentuk warna kuning dan bau yang
khas pada campuran. Hasil esterifikasi yang ada di labu leher 3 didinginkan
dengan air es, setelah dingin ditambah 16,67 mL akuades. Kemudian dipindahkan
ke dalam corong pisah dan dipisahkan antara fasa organik dan fasa air. Fasa
organik ditambah NaHCO3 sedikit demi sedikit kemudian dikocok. Penambahan
NaHCO3 dilakukan sampai tidak terbentuk gelembung. dan didiamkan hingga
terbentuk 2 fasa. Fasa organik kemudian dimasukkan kedalam corong pisah dan
ditambahkan 10 mL akuades dan dikocok, kemudian didiamkan hingga terbentuk
dua fasa.. Fasa organik yang diperoleh ditambahkan kalsium klorida. Hasil yang
diperoleh didekantasi kemudian dipisahkan antara filtrat dan endapannya. Filtrat
yan diperoleh didestilasi dan destilatnya ditentukan indeks biasnya menggunakan
refraktometer.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Pada sintesis metil salisilat dari asam salisilat dan metanol terbentuk hasil
samping berupa air. Sintesis metil salisilat ini menggunakan H2SO4 pekat sebagai
katalis. Berikut adalah beberapa perlakuan dan hasil pengamatan yang dilakukan:
Tabel Hasil Pengamatan
Perlakuan Pengamatan
Asam salisilat + Metanol Asam salisilat larut dengan cepat
Ditambahkan H2SO4 pekat Dinding labu agak panas
Direfluks + 30 menit Terbentuk 2 fasa, fasa organik
berwarna kuning dengan aroma khas
dan fasa air
Didinginkan dengan air es Tidak ada perubahan fasa
Ditambah air Terbentuk dua fasa
Dipisahkan dengan corong pemisah Diperoleh larutan berwarna kuning
Ditambah NaHCO3 + dikocok +
didiamkan + dipisahkan
Terbentuk dua fasa dan terdapat
gelembung-gelembung yang cepat
menghilang
Ditambah air Terbentuk dua fasa
Dikeringkan dengan CaCl2 Terbentuk endapan
Filtrat didestilasi Diperoleh metil salisilat
Diukur indeks biasnya dan diukur
bobot yang diperoleh
Indeks bias = 1,533
Bobot yang diperoleh = 2,002 gram
4.2 Perhitungan dan Reaksi
Asam salisilat + metanol metil salisilat + H2O
M 0,0165 mol 0,2411 mol - -
B 0,0165 mol 0,0165 mol 0,0165 mol 0,0165 mol
S - 0,2246 mol 0,0165 mol 0,0165 mol
Perhitungan mol pereaksi :
mol asam salisilat = gramMr
= 2,3 gram
138,82 gram /mol
= 0,0165 mol
mol metanol = gramMr
ρ = gram
V
gram metanol = ρ x V
= 0,791 gram/mL x 10 mL
= 7,91 gram
mol metanol = 7,91 gram
32,4 gram /mol
= 0,2441 mol
Perhitungan bobot teoritis metil salisilat :
gram metil salisilat = mol x Mr
= 0,0165 mol x 152 gram/mol
= 2,508 gram
Pada percobaan dihasilkan 2,002 gram metil salisilat, sehingga persen
rendamen dapat dihitung dengan cara :
% rendamen = berat praktekberat teoritis
x 100%
= 2,002 gram2,508 gram
× 100 %
= 79,82%
Adapun mekanisme reaksinya adalah sebagai berikut :
4.3 Pembahasan
Praktikum sintesis metil salisilat bertujuan untuk mengenal reaksi
esterifikasi. Reaksi esterifikasi adalah reaksi yang mereaksikan sebuah derivat
asam karboksilat (asam salisilat) dan alkohol primer (metanol) pada suasana asam
dengan katalis H2SO4 pekat dengan suhu yang tinggi untuk menghasilkan
senyawa utama berupa ester dan produk samping berupa air. Dari kedua bahan
awal tersebut yang dibutuhkan dari asam salisilatnya adalah salisilatya, sedangkan
dari metanol yang dibutuhkan adalah gugus metilnya sehingga bila digabungkan
akan menjadi metil salisilat. Reaksi esterifikasi ini bersifat reversible dan sangat
lambat.
Sintesis metil salisilat diawali dengan mencampurkan asam salisilat,
metanol, dan asam sulfat pekat di dalam labu alas bulat. Asam sulfat pekat
digunakan sebagai katalis untuk menurunkan energi aktivasi sehingga
kesetimbangan reaksi bisa lebih cepat tercapai. Reaksi ini termasuk reaksi
endoterm karena dalam pencampuran ketiga bahan tersebut dapat menyerap panas
dari lingkungan. Karena itu, agar reaksi esterifikasi dapat terus berlanjut hingga
tercapai kesetimbangan, maka suasana lingkungan harus dibuat panas.
Berdasarkan hal tersebut, kita merefluks ketiga bahan tersebut selama 30 menit.
Alasan perlakuan refluks terhadap campuran adalah untuk memberikan suhu yang
tinggi selama pencampuran, sehingga reaksi esterifikasi dapat terus berlangsung
hingga tercapai kesetimbangan.
Refluks memiliki prinsip yaitu merendam sampel dalam pereaksi di
dalam labu bulat. Dengan pemanasan, proses ekstraksi lebih cepat, uap-uap cairan
penyari terkondensasi pada kondensor bola menjadi molekul-molekul cairan
penyari yang akan turun kembali menuju labu alas bulat. Kondensor bola lebih
efektif jika dibandingkan kondensor lain. Pergerakan molekul-molekul penyari
akan bergerak secara zig-zag saat pemanasan, hal ini memungkinkan adanya
tumbukan antar molekul sehingga molekul-molekul penyari akan mudah turun
kembali ke labu, demikian seterusnya berlangsung secara berkesinambungan
sampai penyarian sempurna.
Selama proses reluks, dalam labu bulat diberi batu didih. Tujuan dari
pemberian batu didih tersebut adalah untuk mencegah terjadinya letupan atau
bumping. Bumping terjadi karena perbedaan panas yang melewati tegangan
permukaan yang besar, tegangan permukaan terjadi karena panas yang tidak
merata atau perbedaan titik didih dari kedua bahan awal tersebut.
Hasil refluks didinginkan dalam air es sampai suhu dalam labu berubah
seperti suhu kamar. Pendinginan dilakukan untuk mencegah terbentuknya asam
salisilat, karena dalam keadaan panas metil salisilat terhidrolisis kebentuk semula
(asam salisilat). Selain itu pendinginan juga dapat mencegah terbentuknya CO2
panas pada saat penambahan NaHCO3. CO2 panas dapat mengakibatkan corong
pisah pecah karena tekanan tinggi yang dihasilkan.
Selanjutnya, ditambahkan akuades pada labu untuk melarutkan produk
samping dari reaksi esterifikasi yang berupa air. Kemudian dipartisi dalam corong
pisah. Digunakan corong pisah karena pemisahannya berdasarkan kepolaran dan
berat jenis. Prinsipnya yaitu memisahkan dua komponen yang tidak dapat
bercampur yaitu metil salisilat yang merupakan fasa minyak (non polar) dan fasa
air yang bersifat polar. Fasa minyak (ester) yang memiliki berat jenis lebih besar
akan berada di bawah dari pada fasa air yang memiliki berat jenis lebih kecil.
Pemisahan menggunakan corong pisah akan lebih memudahkan dalam proses
pemisahannya selain itu juga hasil yang didapat tidak berkurang atau tetap.
Dibanding dengan menggunakan kertas saring yang akan mempengaruhi jumlah
produk yang didapat.
Fasa organik (ester) yang diperoleh kemudian ditambah NaHCO3,
penambahan ini dilakukan untuk menetralkan kelebihan asam. NaHCO3
merupakan garam non polar, yang dapat terurai di dalam air menjadi ion Na+ yang
mengikat salisilat. Dan menghasilkan produk samping CO2 dan H2O. Dengan
adanya produk samping berupa CO2 inilah setiap pengocokan corong pisah, tutup
corong sesekali di buka agar CO2 dapat keluar karena dengan adanya CO2 ini akan
menyebabkan tekanan uap di dalam corong pisah meningkat. Tujuan pengocokan
ini agar fasa minyak dan fasa air terpisah.
Fasa minyak yang diperoleh kemudian ditambahkan akuades yang
bertujuan untuk memisahkan droplet air yang masih tersisa pada fasa minyak.
Volume air yang ditambahkan berbeda dengan penambahan air yang pertama kali
hal ini disebabkan karena fungsi penambahan air yang kedua bertujuan untuk
memisahkan sisa-sisa air yang masih ada di dalam fasa minyak bukan untuk
melarutkan.
Setelah metil salisilat didapat, dilakukan penambahan CaCl2 anhidrat.
CaCl2 anhidrat ini merupakan garam yang tidak mengandung air, kalsium klorida
bersifat higroskopis (bahan yang mudah menyerap air dari sekitarnya), dapat
digunakan untuk mengeringkan udara dan gas lainnya juga. Proses ini melibatkan
konversi kalsium klorida menjadi air garam baik karena menyerap uap air atau air
dari gas yang perlu dikeringkan. Dengan kemampuan tersebut CaCl2 dapat dengan
mudah berikatan dengan air yang masih tersisa. Hal itu diaplikasikan saat sudah
didapat produk akhir tapi masih mengandung sedikit air yang membuat produk
tersebut masih kurang bening. Pemberian CaCl2 secukupnya sampai minyak
benar-benar bening. Dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa CaCl2
bersifat polar yang mana akan menarik air yang bersifat polar. Setelah didapat
produk yang bening, lalu dilakukan dekantasi kedalam vial dan dihitung
rendemennya. Dekantasi merupakan suatu proses pemisahan komponen-
komponen dalam campuran dengan cara dituang secara langsung. Dekantasi dapat
dilakukan untuk memisahkan campuran zat cair dan zat padat atau zat cair dengan
zat cair yang tidak saling campur (suspensi). Dekantasi dapat dilakukan apabila
pengotor yang akan dipisah dapat terlihat oleh mata.
Adapun beberapa cara yang digunakan untuk mengetahui kemurnian dari
metil salisilat yaitu dari cara yang paling sederhana dan lazim digunakan dari dulu
ialah uji indeks bias menggunakan alat Refraktometer dengan membandingkan
data dari literatur. Prinsip kerja dari refraktometer sesuai dengan namanya adalah
dengan memanfaatkan refraksi cahaya.
Adapun hasil pada percobaan ini, didapatkan indeks bias adalah sebesar
1,533 pada suhu 30,6 0C. Indeks bias metil salisilat secara teori adalah sebesar
1,53-1,58. Jadi, hal ini menandakan bahwa pada percobaan ini terdapat metil
salisilat karena hasil yang didapatkan sesuai dengan indeks bias secara teori dan
juga pada percobaan ini didapatkan bobot senyawa ester sebesar 2,002 gram.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada percobaan ini yaitu :
1. Sintesis metil salisilat dari pereaksi asam salisilat dan methanol dengan
metode refluks berhasil dilakukan, hal ini ditandai dengan bau khas
wintergreen yang terbentuk.
2. Indeks bias metil salisilat yang diperoleh adalah sebesar 1,53 pada suhu
30,6 oC. Indeks bias metil salisilat secara teori adalah sebesar 1,5.
5.2 Saran
Saran kami pada percobaan ini, sebaiknya pereaksi untuk percobaan
diperbanyak sehingga hasil yang diperoleh juga banyak dan maksimal. Sedangkan
untuk asisten, sebaiknya diadakan asistensi umum untuk membahas isi dari
laporan yang akan disusun dan perlu ditingkatkan lagi pengawasan terhadap
praktikan agar kegiatan praktikum dapat berlangsung dengan lebih efektif
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2011, Metil Salisilat (online), (http//www.wikipedia.com), diakses tanggal 08 Mei 2014, pukul 16.30 WITA.
Ditjen POM,1979, Farmakope Indonesia, Departemen Kesehatan Republik Indonesia: Jakarta.
Foye, W.,1995, Prinsip-prinsip Kimia Medicinal, UGM Press :Jogjakarta.
Ganiswarna, G. S., 1995, Farmakologi dan Terapi Edisi IV, Universitas Indonesia: Jakarta.
Hart, H., Craine, L. E., dan Hart, D. J., 2003, Kimia Organik, Erlangga, Jakarta.
Roth, J., 1998, Analisis Farmasi, Gadjah Mada University Pres: Yogyakarta.
Supardani, dkk., 2006, Perancangan Pabrik Asam Salisilat dari Phenol, Jurusan Teknik Kimia FTI Institut Teknologi Nasional: Bandung.
Underwood, 1997, Analisis Kimia Kuantitatif edisi 1, Erlangga: Jakarta.
LEMBAR PENGESAHAN
Makassar, 16 Mei 2014
Asisten, Praktikan,
ICHSAN KARISMAWAN CAROLINA R. ALEMBAR PENGESAHAN
Makassar, 16 Mei 2014
Asisten, Praktikan,
ICHSAN KARISMAWAN HIKMAWATILEMBAR PENGESAHAN
Makassar, 16 Mei 2014
Asisten, Praktikan,
ICHSAN KARISMAWAN RINA NUR AZIZAHLEMBAR PENGESAHAN
Ditambah dengan NaHCO3 5%,
Dikocok dan sekali-kali penutup corong pisah dibuka.
Didiamkan beberapa menit.
Ditambahkan 10 mL akuades,
Dikocok
Didiamkan
Dimasukkan ke dalam labu alas bulat.
Ditambahkan 10 ml methanol (0,2411 mol)
Ditambahkan 2,67 mL H2SO4 pekat.
Dimasukkan batu didih ke dalam labu alas bulat
Direfluks selama 30 menit.
Labu alas bulat didinginkan dalam air es,
Ditambah air 16,67 mL air ke dalam labu alas bulat
Dituang isinya dalam corong pisah.
Makassar, 16 Mei 2014
Asisten, Praktikan,
ICHSAN KARISMAWAN MUHAMMAD AMRILAMPIRAN 1 BAGAN KERJA
2,3 g asam salisilat (0,0165 mol)
Fasa organik
Fasa organik
Fasa Air
Fasa Air
Ditambah dengan NaHCO3 5%,
Dikocok dan sekali-kali penutup corong pisah dibuka.
Didiamkan beberapa menit.
Ditambahkan 10 mL akuades,
Dikocok
Didiamkan
LAMPIRAN 2. FOTO HASIL PERCOBAAN
Gambar 1. Proses Refluks Gambar 2. Setelah direfluks terbentuk 2 fasa
Gambar 3. Setelah penamahan NaHCO3 pH mejadi 3
Gambar 3. Metil Salisilat yang dihasilkan