Post on 25-Jul-2015
RANGKUMAN CEO AND ENTREPRENEURIAL FORUM
(CEO FORUM)
Mata Kuliah : Kapita Selekta Manajemen Bisnis
Dosen : Prof. Dr. Ir. E.Gumbira Sa’id, M.ADev
Oleh :
Aprilia Sukmawati
P056111061.47
SEKOLAH PASCASARJANA
PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN DAN BISNIS
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012
1
SOCIAL BUSINESS ENTERPRISE
(Mengembangkan Agrobisnis Perikanan dan Pemberdayaan Masyarakat Lokal)
Narasumber : Drs. Didi Widayadi, MBA
CEO Forum10 April 2012
Pendahuluan
CEO kali ini mengundang Bapak Didi Widayadi yang merupakan seorang
mantan polisi berpangkat Jenderal. Beliau memutuskan untuk pensiun dini dan
beralih profesi menjadi pengusaha agribisnis. Hal ini dikarenakan kecintaan
Beliau terhadap dunia pertanian. Saat ini Beliau gencar untuk menjalankan bisnis
arwananya dengan membangun Telaga Arwana Cibinong. Beliau juga sedang
menjalankan bisnis bambu organik di daerah Ciapus, Bogor yang dinamakannya
Bambu Bos. Dalam menjalankan kegiatan usaha, Beliau senantiasa
menggabungkan kegiatan yang bersifat ekonomi dengan kegiatan yang bersifat
sosial. Hal ini dikarenakan Beliau bercita-cita bahwa bisnisnya kelak dapat
membawa masyarakat lokal kepada tingkat kehidupan yang lebih baik serta
mengembangkan daerah masyarakat tersebut sehingga menjadi daerah maju dan
mandiri.
Bisnis Telaga Arwana Cibubur
Arwana merupakan satwa asli Indonesia yang dilindungi di habitat
aslinya. Ikan ini menjadi simbol kesuksesan pemiliknya. Harganya yang mencapai
ratusan juta rupiah menjadi tanda bahwa ikan ini tidak bisa dimiliki sembarang
orang. Ikan arwana dipandang identik dengan harga diri pemiliknya. Demikian,
tidak semua arwana berharga mahal, jenis yang paling mahal adalah Arwana
Super Red. Arwana Super Red yang anakannya seukuran 10 cm dapat dijual
dengan kisaran harga 2 hingga 10 juta rupiah.
Ikan Arwana yang memiliki nama latin Scleropages formosus adalah jenis
ikan hias air tawar. Habitatnya banyak ditemukan di pulau Sumatera, Kalimantan
dan Papua. Ikan Arwana juga banyak ditemukan di negara-negara Asia Tenggara
yang mempunyai sungai air tawar seperti Vietnam, Thailand dan Malaysia.
Dahulu ikan arwana dijadikan sebagai komoditi pangan oleh masyarakat
Kalimantan karena mudah didapat di sungai-sungai. Hingga tahun 1970-an masih
2
banyak masyarakat Kalimantan yang mengkonsumsi Arwana dengan cara
diasinkan. Kini Arwana Super Red memang sangat diminati oleh para penghoby
ikan hias air tawar. Bahkan pecinta Arwana dari Jepang, Thailand dan Singapura
kerap datang ke Indonesia untuk membeli Super Red dengan harga yang sangat
tinggi.
Bapak Didi Widayadi mengembangkan agribisnis ikan arwana melalui
perusahaannya PT. Telaga Arwana Cibubur yang berdiri di atas lahan seluas
kurang lebih 8 hektar yang sekaligus difungsikan sebagai wahana rekreasi
dan outbond serta kolam pemancingan. Latar belakang pendidikannya di Institut
Pertanian Bogor membuat Beliau sangat memperhatikan kelestarian lingkungan
dan menjadikan usahanya sebagai daerah konservasi alami. Beliau menginginkan
tempat usahanya tidak hanya berfungsi sebagai lokasi pembiakan Arwana Super
Red, namun juga turut menyumbang bagi kelestarian lingkungan hayati, daerah
resapan air, dan menjadi penggerak ekonomi bagi masyarakat sekitar.
Kini di tangannya, usaha pembiakan Arwana Super Red varian Ultra Light
berkembang pesat, dimana sebagai gambaran, ikan Arwana hasil tangkaran
dengan ukuran panjang 20-25 cm dihargai 1.500 US dolar. Sementara dalam
kolamnya Beliau memiliki ratusan ikan siap jual yang kalau dinominalkan
harganya tentu akan membuat kita terhenyak.
Bisnis Bambu Bos
Bisnis bambu organik yang didirikan oleh Bapak Didi Widayadi dan rekan
Beliau Bapak Jajang Agus Sonjaya ini dinamakan Bambu Bos. Ide pendirian
Bambu Bos ini muncul ketika Beliau duduk di atas batu besar di pinggir Sungai
Ciapus yang rusak karena ditambang batu dan pasirnya selama puluhan tahun.
Beliau kemudian berharap bahwa bambu dapat menjadi solusi untuk perbaikan
ligkungan yang rusak sekaligus sebagai perbaikan penghidupan bagi masyarakat
di sekitarnya. Pemanfaatan bambu oleh Bambubos diikuti dengan upaya-upaya
reboisasi, pengelolaan rumpun, dan pemanenan yang ramah lingkungan dengan
manajemen hulu-hilir yang mengikuti cara air yang mengalir dari hulu ke hilir,
saling terkait secara sitemik, dilakukan partisipatoris bersama masyarakat mitra
secara transparan dan akuntabel.
3
Opini
Mengembangkan sebuah bisnis sekaligus mengembangkan kemadirian
masyarakat lokal bukanlah hal yang mudah. Kendala internal maupun eksternal
seringkali ditemui. Kendala dalam merealisasikan suatu usaha seringkali muncul
dari masyarakat yang memiliki mentalitas yang instan, dimana menginginkan
segalanya serba cepat yang diperparah dengan kurangnya modal. Kurangnya
akses informasi, jalur distribusi terkait dengan buruknya infrastruktur dan adanya
inkonsistensi hukum juga merupakan kendala yang perlu diperbaiki.
Perlu adanya upaya-upaya yang dilakukan dalam mengatasi permasalahan-
permasalan ini, diantaranya adalah dengan melakukan analisis potensi
sumberdaya, mulai dari sumber daya alam, sumber daya manusia, serta potensi
sumber daya sosial ekonomi. Pemberian kesempatan bagi warga setempat untuk
berpartisipasi perlu dilakukan sehingga masyarakat mempunyai rasa kepemilikan
yang dalam terhadap bisnis yang nantinya dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat di daerahnya. Dalam mencapai Impian, diperlukan adanya suatu rasa
keinginan dan tindakan untuk melakukan perubahan, rasa ikhlas untuk beramal
dan nilai kebaikan yang berkelanjutan.
Sumber Pustaka :
1. http://bambubos.com/ [diakses pada tanggal 15 Juni 2012]
2. http://telagaarwanacibubur.com/ [diakses pada tanggal 15 Juni 2012]
4
MENGEMBANGKAN BISNIS WARALABA :
Pengalaman Bisnis My Salon
Narasumber : Ir. Thomas Lie, MM
CEO Forum 24 April 2012
CEO Forum minggu ini mengundang Bapak Thomas Lie. Beliau adalah
alumni Fakultas Pertanian IPB yang kini memasuki dunia bisnis kecantikan
dengan membuka salon dengan brand “My Salon”. Nama salon ini sudah tidak
asing lagi bagi masyarakat, khususnya wanita ataupun pria yang sangat
memperhatikan penampilannya. Salon ini telah berkembang dengan memiliki
lebih dari 80 cabang yang tersebar di seluruh Indonesia.
Dalam kesempatan kali ini, Beliau tidak banyak membahas mengenai
bisnis salon kecantikan yang telah dirilis Beliau sampai berkembang sebagaimana
sekarang ini, namun Beliau lebih menuturkan mengenai karakteristik yang
seharusnya dimiliki seorang wirausahawan. Beliau juga menuturkan mengenai
bagaimana cara mengembangkan potensi yang ada dalam diri ketika kita memiliki
cita-cita untuk menjadi seorang wirausahawan.
Pemaparan Beliau disertai dengan diskusi aktif bersama para peserta
forum. Karakteristik yang seharusnya dimiliki oleh calon maupun seorang
wirausahawan ditentukan dari hasil diskusi dengan para peserta CEO Forum. Dari
hasil diskusi tersebut, diputuskan bahwa untuk menjadi seorang wirausahawan
sukses, setidaknya seseorang harus memiliki lima karakteristik sebagai berikut :
1. Jujur
Kejujuran membawa seseorang ke arah sebuah hubungan yang erat dan
berkepanjangan. Beliau berujar, ketika kita bersikap jujur, mitra bisnis kita
nantinya bukan hanya akan menghargai kita, namun juga mempercayai kita.
Kepercayaan dalam bisnis sangat penting agar bisnis dapat berjalan dengan baik
secara jangka panjang. Sebaliknya, ketidakjujuran akan membuat mitra bisnis kita
menjadi tidak percaya dan kemungkinan sangat kecil untuk kembali menggunakan
produk atau jasa yang ditawarkan. Jadi sesungguhnya, sifat jujur tersebut
merupakan aset berharga yang harus dimilki seseorang yang ingin usahanya
berjalan terus dan bertahan hingga kapanpun. Beliau mencontohkan, ketika
5
dihadapkan pada suatu kejadian dimana ketika kita dapat mengambil keuntungan
lebih dari ‘ketidak-tahuan’ pelanggan tentang sesuatu yang sebenarnya merupakan
hak dari pelanggan, terdapat dua pilihan dari seorang pengusaha. Pertama,
mengambil keuntungan tersebut atau kedua, berterus terang. Jika pilihan adalah
yang pertama, maka yang didapatkan adalah keuntungan yang bersifat sejenak dan
berkahnya tidak akan bertahan lama, namun jika memutuskan untuk menjalankan
pilihan kedua, mungkin memang keuntungan yang didapatkan tidak saat itu juga,
namun mitra bisnis akan menjadi lebih percaya dan terus menggunakan jasa atau
produk yang ditawarkan dalam jangka panjang.
2. Respect
Seorang wirausahawan yang memiliki rasa respect akan senantiasa menghargai
apapun yang berkaitan dan mendukung usahanya baik secara langsung maupun
tidak langsung. Sikap respect ini dimulai dari menjaga kepercayaan pelanggan,
supplier, hingga kualitas dari jasa ataupun produk yang dihasilkan. Jika rasa
respect terhadap hal-hal tersebut telah dimiliki, maka seorang wirausahawan
tentunya akan menjaga dan menghormati selayaknya hal tersebut adalah bagian
dari dirinya.
3. Kreatif
Salah satu hal terpenting yang membedakan antara pegawai dengan wirausahawan
adalah kreatifitas dan inovasi. Sebagian besar dari jenis pekerjaan yang ada tidak
menuntut seseorang untuk memiliki kreatifitas. Hal ini dikarenakan masing-
masing karyawan telah ditugaskan sesuai dengan jobdesknya. Masing-masing
pekerjaan telah disusun sedemikian rupa sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
Hal terpenting lainnya yang membedakan pegawai dengan wirausahawan adalah
membuat keputusan. Seorang wirausaha, baik itu usaha sendiri maupun usaha
bersama seringkali dihadapkan dengan suatu permasalahan yang menuntut
pengambilan keputusan yang terkait keberlangsungan usahanya. Pengambilan
keputusan ini membutuhkan pemikiran yang matang serta kreatifitas, sehingga
karakter ini sangat dibutuhkan bagi seorang wirausahawan.
4. Idealis
Idealisme terkait erat dengan impian dan cita-cita yang tinggi. Idealis yang
dimaksud disini bukan berarti menginginkan segalanya berjalan dengan
6
sempurna, karena hal tersebut tidak mungkin, namun dengan memiliki idealisme
yang tinggi, seorang wirausahawan akan memiliki target yang dijadikan sebagai
pedoman dalam menjalankan usahanya sehingga mengerti bagaimana dan kemana
arak tujuan melangkah.
5. Networking yang luas
Dalam menjalankan suatu bisnis, seorang wirausahawan tidak dapat
menjalankannya secara sendiri, melainkan membutuhkan orang lain yang disebut
sebagai mitra bisnis dalam menjalankan dan mengembangkan usahanya. Seorang
wirausaha membutuhkan orang lain untuk melengkapi dan bekerjasama agar
tujuan bersama dapat tercapai. Bapak Thomas Lie mencontohkan, dalam
melaksanakan usaha salon kecantikannya, Beliau tentunya membutuhkan
kerjasama dengan tenaga ahli maupun supplier peralatan dan perlengakapan
kecantikan. Kerjasama yang terbina dengan baik sampai saat ini dapat terwujud
dengan adanya networking yang luas. Networking yang terwujud tidak hanya
dengan pihak yang secara langsung berkaitan dengan proses produksi, melainkan
juga dengan pihak lain yang mendukung usaha yang dirintis, misalnya, media
masa sebagai fungsi pemasaran. Networking yang terbentuk juga harus didukung
oleh komunikasi yang baik. Beliau menegaskan bahwa semakin banyak dan
luasnya networking yang kita bangun, maka akan semakin banyak pihak yang
menyadari keberadaan usaha kita. Hal ini berarti akan semakin lancar dan mulus
jalan menuju keberhasilan usaha yang dirintis.
7
BUILDING A STRONG I-BRAND
Narasumber : Amalia E. Maulana, Ph.D.
CEO Forum 1 Mei 2012
CEO Forum kali ini menghadirkan Amalia E. Maulana, Ph.D. Beliau
merupakan pendiri dan Managing Director Etnomark Consulting, yang berbasis di
Jakarta. Beliau merupakan seorang konsultan pemasaran yang menawarkan
konsultasi merek, in-house training dan penelitian tentang wawasan konsumen
dengan menggunakan etnografi sebagai pendekatan utama. Dalam CEO Forum kali
ini, Beliau sekaligus memperkenalkan buku barunya yang berjudul
“BRANDMATE : Mengubah Just Friends Menjadi Soulmates”.
“BRANDMATE : Mengubah Just Friends Menjadi Soulmates”
Buku yang berjudul “BRANDMATE : Mengubah Just Friends Menjadi
Soulmates” ini unik karena menggunakan analogi pertemanan untuk mengupas
secara tuntas konsep branding. Proses terciptanya seorang sahabat bisa
disejajarkan dengan proses terciptanya seorang konsumen yang loyal.
Mengkonversi seorang teman biasa menjadi teman sejati membutuhkan waktu dan
usaha yang tidak sedikit. Demikian pula dengan menciptakan konsumen yang
dekat dengan brand, tidaklah mudah. Semua itu harus direncanakan dan
diusahakan oleh pemilik brand. Buku ini menjelaskan proses branding yaitu
bagaimana tahapan proses konversi dari teman biasa (konsumen pemula) menjadi
sahabat (konsumen loyal).
Gambar 1. Cover Buku “Brandmate : Mengubah Just Friend Menjadi Soulmates”
8
Ide Ibu Amalia dalam menulis buku Branding Solution berjudul
“BRANDMATE: Mengubah Just Friends Menjadi Soul Mates” ini lahir dari
perhatian Beliau yang berprofesi sebagai Brand Consultant. Dalam
kesehariannya, Beliau menemui banyak pengambil keputusan di perusahaan yang
belum memahami prinsip branding. Seringkali Branding diidentikkan dengan
Marketing Communication (Markom). Banyak pengambil keputusan yang
mempersepsikan kegiatan Branding sebagai kegiatan Markom, yaitu seputar
pembuatan logo, slogan, iklan, event, spanduk dan pameran saja. Padahal,
pengertian branding lebih luas, dimana Markom hanya merupakan salah satu dari
kegiatan yang dilakukan dalam Branding. Kegiatan branding mencakup
bagaimana proses pencapaian cita-cita perusahaan melalui berbagai kegiatan.
Dalam branding, kegiatan sentral dimulai dengan melakukan riset secara
mendalam, meningkatkan pemahaman dan pengumpulan wawasan yang tajam
tentang konsumennya.
Banyak perusahaan yang hanya mengandalkan asumsi atau meraba saja
bagaimana hubungannya dengan konsumen tanpa terlebih dahulu melakukan riset
secara holistik. Salah satu bentuk riset yang perlu dilaksanakan oleh perusahaan
adalah melalui studi Etnografi. Etnografi berasal dari kata ethnos yang berarti
bangsa dan graphein yang berarti tulisan atau uraian. Berdasarkan asal katanya,
etnografi berarti tulisan mengenai suatu bangsa. Burhan Bungin (2008)
menyatakan bahwa etnografi merupakan embrio dari antropologi, dimana
etnografi lahir dari antropologi yang berarti jika kita berbicara etnografi maka kita
tidak lepas dari antropologi. Sedangkan Richards, et.al (1985) menyatakan bahwa
etnografi adalah kajian tentang kehidupan dan kebudayaan suatu masyarakat atau
etnik, misalnya tentang adat-istiadat, kebiasaan, hukum, seni, religi, bahasa.
Tahapan Branding
Ibu Amalia menganalogikan branding dengan pertemanan. Menurut Beliau,
mengurus brand sama peliknya seperti mengurus pertemanan. Brand yang sukses
adalah brand yang diterima oleh konsumen, diminati dan menjadi teman sejati.
Tentu hal ini tidak dapat ditangani secara sembarangan. Untuk mengelola
sebuah brand agar menjadi teman sejati bagi konsumennya, dibutuhkan seorang
9
manajer brand yang andal. Jika tidak, jangan harap brand Anda diakui sebagai
teman sejati bagi orang lain.
Prestasi brand tidak cukup hanya diukur dari seberapa banyak yang kenal
dan membeli brand tersebut. Kesuksesan meraih konsumen dalam tahap
menghitung jumlah pemakai, baru menggambarkan kesuksesan transaksional,
bukan relasional. Pada saat transaksi, yang terjadi adalah proses merekrut
konsumen menjadi teman biasa saja, atau just friend. Masalahnya, berapa banyak
yang akan bertahan untuk membelinya terus-menerus dan tidak berpindah
ke brand lain.
Beliau juga memaparkan mengenai empat tahapan branding, yaitu :
1. Tahap pertama merupakan proses perkenalan; dimana setiap kata, sikap dan
tindakan kita akan dinilai oleh orang lain. Hal ini untuk membentuk sebuah
citra diri yang sangat awal dan bersifat permukaan.
2. Memasuki tahap kedua, yang tercipta bukan lagi awareness, melainkan sudah
terbentuk pemahaman mengenai siapa kita yang sebenarnya. Proses
pemahaman ini bila tidak diantisipasi dengan baik, maka teman-teman baru
tersebut bisa memiliki penilaian yang tidak sama dengan siapa diri kita yang
sebenarnya.
3. Di tahap ketiga, dibutuhkan usaha dari kedua pihak untuk saling menyukai.
Dari pihak kita, harus melakukan penyesuaian yang baik terhadap kebutuhan
teman-teman baru. Tanpa proses penyesuaian ini, kita akan tetap menjadi sosok
yang asing satu sama lain. Ibu Amalia mengakui, tidak semua orang dalam
lingkungan baru itu bisa menjadi teman baik, karena mungkin minat dan
pemikirannya berbeda, atau sebagian orang menyebutnya “chemistry-nya tidak
cocok”.
4. Tahap terakhir adalah keterikatan secara emosi. Tahapan ini dinilai sebagai
tahapan terberat, dimana tahapan ini tidak dapat dilakukan setengah hati.
Seorang teman sejati mengerti apa yang disenangi dan tidak disenangi oleh
temannya. Dia juga seorang pendengar yang baik, dan selalu ada pada saat
dibutuhkan. Tidak menyebarkan berita buruk tentang temannya, bahkan setiap
ada kesempatan selalu menceritakan kebaikan-kebaikan temannya. Ibu Amalia
menyimpulkan, pertemanan sejati didasari beberapa sikap berikut ini: tidak
10
dibuat-buat (otentik), jujur, berempati, senang menolong, selalu
berkomunikasi, dan menciptakan hal-hal baru yang menyenangkan.
Pentingnya Personal Branding (I-Brand)
Keempat tahapan proses di atas juga dapat dipraktikkan dalam kehidupan
sehari-hari. Dalam kehidupan pribadi, kita pun perlu membangun brand atau
dikenal dengan sebutan I-brand. Pembentukan I-brand tidak ditentukan oleh usia
kita saat ini, posisi/jabatan yang kita sandang, maupun kekayaan dan bisnis yang
kita miliki. Semua orang, sejatinya perlu menyadari pentingnya membangun I-
brand. Komunikasi mengenai siapa diri kita akan melekat bukan hanya dalam
kehidupan nyata, tetapi juga menempel saat kita berada di dunia maya. Setiap kata
yang kita tulis di media sosial, misalnya, jejaknya akan terekam di sana. Ibu
Amalia menjelaskan, di media sosial I-brand dapat dianalisa dan dicitrakan.
Istilah yang digunakan adalah Cyber Presence.
Media sosial bagi beliau bak pisau bermata dua, jika kita dapat
menggunakannya dengan baik dan bijaksana, maka dapat menjadi alat promosi
yang efektif, namun di sisi lain, jika kita kurang berhati-hati, media sosial
merupakan ancaman yang berbahaya. Karena itu, tiap kali akan menulis status di
Facebook atau melontarkan ocehan di Twitter, kita perlu memikirkannya secara
bijak. Sering kali, karena emosi atau sedang tidak mood, seseorang menuliskan
sesuatu yang menyinggung atau memicu kemarahan pihak lain. Sebagaimana
kegiatan branding pada sebuah produk, keberhasilan I-brand, salah satunya dapat
diukur dari berapa banyak jumlah teman sejati yang dimiliki seseorang.
Sumber Pustaka :
1. Bungin, Burhan.2008. Penelitian Kualitatif. Kencana, Jakarta.
2. Marzali, Amri.2005. Antropologi dan Pembangunan Indonesia. Kencana,
Jakarta.
3. Maulana E, Amalia. 2012. BRANDMATE Mengubah Just Friends Menjadi
Soulmates. Jakarta : ETNOMARK Consulting.
11
APPLICATION SUPPLY CHAIN MANAGEMENT IN
PT NIPPON INDOSARI CORPINDO
Narasumber : Yusuf Hady
CEO Forum 8 Mei 2012
Industri roti merupakan salah satu jenis industri memerlukan inovasi,
efektifitas serta efisiensi dalam menjalankan proses dan aktivitas perusahaan agar
mampu menghasilkan produk roti yang bermutu dengan harga yang kompetitif.
Dilihat dari persaingan usaha, industri roti merupakan industri yang bersaing
secara sempurna, dimana tidak ada barrier bagi perusahaan baru untuk masuk ke
dalam industri ini. Perkembangan industri roti ini memiliki potensi yang besar
seiring dengan kebutuhan akan jenis makanan yang praktis dan beragam.
PT Nippon Indosari Corpindo (PT NIC) didirikan pada tahun 1995 sebagai
modal asing dan merupakan perusahaan pertama dan terbesar di Indonesia yang
memproduksi roti secara massal dengan merek Sari Roti. Sejak tahun 2007, PT
NIC telah menerapkan Supply Chain Management (SCM) atau manajemen rantai
pasokan dalam menjalankan aktivitas usahanya dalam rangka mengawasi
informasi aliran bahan baku dan aspek keuangan dalam proses produksinya mulai
dari pemasok, produsen, distributor, pengecer, hingga kepada konsumen.
Dalam pelaksanaannya, PT NIC mengalami tantangan dalam penanganan di
bidang operasional, yaitu dalam kegiatan manajemen proses rantai pasok roti yang
dimulai dari hulu hingga hilir, mengingat roti merupakan produk yang bersifat
perishable (mudah rusak) sehingga memerlukan penanganan yang tepat dalam
proses produksi dan distribusinya. Hal ini menuntut PT NIC untuk memiliki
keunggulan kompetitif dengan melakukan penataan dan penyempurnaan rantai
pasok yang dimulai dari suplier hingga ke konsumen. Manajemen rantai pasok
merupakan keputusan yang sangat penting bagi suatu perusahaan karena terkait
dengan keberlangsungan usaha secara jangka panjang dan menunjang
keberhasilan usahanya.
Pertemuan kali ini, Bapak Yusuf Hady yang menjabat sebagai Direktur
Operasional PT Nippon Indosari Corpindo (NIC) memberikan pemaparan kepada
Mahasiswa MB IPB mengenai penerapan Supply Chain Management (SCM) di
12
PT NIC, khususnya yang terkait dengan SCM di perusahaan yang bergerak dalam
bidang agrobisnis.
Penerapan Supply Chain Management di PT NIC
Strategi yang diterapkan oleh PT NIC agar tetap memiliki daya saing yang
kuat dalam bisnis roti massal adalah dengan menerapkan konsep Supply chain
management (SCM). SCM sering disebut pula dengan Manajemen Rantai Pasok
(MRP). Menurut Pujawan (2005), SCM tersusun dari dua istilah yakni supply
chain dan management. Supply Chain diartikan sebagai rantai pasok atau
jaringan/jalur pasokan sebuah sumber daya. Sedangkan management diartikan
sebagai sebuah tool. Melalui SCM dapat dipelajari mengenai alur tiga hal dalam
sebuah perusahaan, yaitu keuangan, infomasi dan sumber daya. SCM juga
didefinisikan sebagai kesatuan sistem yang mengintegrasikan pemasok bahan
baku, pabrik pengolahan produk, kemudian distributor hingga produk sampai ke
tangan konsumen di lokasi yang tepat, jumlah yang tepat, dan pada waktu yang
tepat.
Kunci utama dari SCM yang baik adalah efisiensi yang menggabungkan
empat faktor penting. Pertama adalah kolaborasi antara para pihak sehingga
terjadi pertukaran informasi yang tepat. Kedua adalah bagaimana teknologi yang
ada menciptakan kesempatan baru dalam mendukung proses produksi yang telah
ada sebelumnya. Ketiga adalah proses yang mendukung standarisasi selama
proses produksi. Keempat adalah bagaimana berbagai macam fungsi yang ada
dioperasikan secara profesional.SCM ini bertujuan untuk membuat seluruh
didistribusi sampai inventori bahan baku, bahan dalam proses, serta barang yaitu
pemasok (supplier), pengolah (manufaktur), pendistribusi (distributor), pengecer
(retail) dan pelanggan (consumer) terintegrasi dengan baik sehingga dapat
menjamin keberlanjutan usaha.
Dalam bisnis prosesnya, PT NIC menerapkan konsep SCM. Konsep yang
ditawarkan oleh PT NIC sebagai produsen dari produk Sari Roti adalah
memproduksi roti yang fresh, dimana produk yang sudah jadi langsung
didistribusikan dan dikirim ke agen dan distributor sesegera mungkin agar
konsumen mendapatkan produk yang fresh sehingga konsumen merasa puas dan
menjadi loyal terhadap produknya.
13
Gambar 2. Konsep Supply Chain Management di PT. NIC
Brand Sari Roti yang dihasilkan oleh PT NIC saat ini memiliki market
share 90% dari pasar produk roti yang diolah secara masal. Namun jika
dibandingkan dengan industri roti secara keseluruhan di Indonesia industri roti
yang diolah secara masal hanya memiliki 10% dari keseluruhan pasar, kemudian
10% dimiliki oleh industri butik roti, sementara 80% pangsa pasar didominasi
oleh industri pengolahan roti skala rumah tangga, dimana terdapat lebih dari 5000
industri skala rumah tangga. Barrier to entry untuk masuk ke dalam industri roti
sangat rendah dan peluang bisnis terbuka lebar, sehingga tingkat kompetitif sangat
tinggi.
PT NIC memiliki keunggulan diantara perusahaan lain yang bergerak di
bidang yang sama, diantaranya adalah dengan diaplikasikannya teknologi modern
yang diadopsi dari Jepang. Perusahaan ini menerapkan GMP (Good
Manufacturing Practice), SSOP (Sanitation Standard Operating Procedure), dan
HACCP (Hazard Analysis and Critical Control Point) sehingga produk yang
dihasilkan terjamin kualitasnya.
SCM yang ada pada PT. NIC mengintegrasikan delapan aspek yang
semuanya terjalin secara otomatis. Pertama adalah pembuatan rencana bisnis
mulai dari penjualan hingga rencana anggaran, yang diikuti dengan rencana
penjualan dan distribusi mulai dari peramalan jumlah produksi dan permintaan.
Ketiga adalah rencana produksi meliputi manajemen permintaan dan Management
Resource Plan (MRP) kemudian melakukan pelaksanaan Procurement yang
meliputi sistem pembelian serta invoice. Kelima adalah proses manufaktur mulai
dari permintaan produksi serta manajemen kualitas produksi kemudian sistem
penyimpanan (Inventory Management). Ketujuh adalah proses penjualan dan
distribusi meliputi kapasitas dan ketepatan pengiriman barang kemudian yang
14
terakhir adalah proses pemantauan dari segi keuangan yang meliputi analisis
keuangan dan keuntungan. Kedelapan proses ini terintegrasi secara otomatis
sehingga SCM yang ada pada PT. NIC ini berjalan dengan baik dan menjadikan
PT. NIC menjadi perusahaan pengolahan roti yang terdepan di Indonesia.
Penerapan SCM dalam kegiatan usaha, terutama pada perusahaan
agribisnis sangat diperlukan untuk memastikan keberlanjutan usaha dalam jangka
panjang untuk memastikan produk yang dihasilkan tepat secara kualitas, tepat
jumlah, tepat waktu dan sesuai dengan apa yang diinginkan oleh konsumen.
Sumber Pustaka :
1. Annual Report PT Nippon Indosari Corpindo, Tbk Tahun 2011.
2. Pujawan, Wayan. 2005. Supply Chain Management. Guna Widya. Jakarta.
15
KREATIVITAS DALAM BISNIS TANAMAN HIAS
“Merintis dan mengelola Agribisnis Florikultura : Suatu pengalaman”
Narasumber : Karen Tambayong
CEO Forum 22 Mei 2010
Berawal dari hobi dan ketertarikan akan keindahan tanaman hias, ibu
Karen Tambayong mengawali bisnis florikultura diatas lahan milik orang tuanya
sebesar dua Hektar di daerah Cibodas Jawa Barat. Tahun 1994 merupakan tahun
saat beliau mulai mengawali usahanya, dimana saat itu beliau baru saja pulang
dari menemani suami yang bersekolah di Amerika. Ketika itu beliau hanya ibu
rumah tangga biasa yang kegiatan sehari-harinya didominasi di rumah. Sehingga
saat itu terbesit suatu keinginan untuk melakukan usaha yang berbasis di rumah.
Ibu Karen Tambayong lahir di Surabaya, 24 April 1956. Beliau sangat aktif
dalam kepengurusan berbagai organisasi, khususnya yang berhubungan dengan
bunga (florikultur). Saat ini Beliau aktif dalam organisasi Asosiasi Bunga
Indonesia, Yayasan Bunga Nusantara, Dewan Hortikultura Nasional, Green City
International Association Horticulture Producer, Komite Tetap Bidang
Pengembangan Pasar Pertanian Kadin, dan pendiri Forum Pangan dan Pertanian
Indonesia (FPPI). Beliau mengungkakan bahwa pengetahuannya tentang bunga
dan tanaman hias diperoleh setelah aktif berkecimpung di Asosiasi Bunga
Indonesia yang didirikan Ny. Bustanil Arifin pada tahun 1980-an.
Dalam memulai usahanya, Ibu Karen Tambayong menjual beberapa aset
pribadi. Modal awal dari usaha florikultur yang Beliau rintis adalah sebesar Rp.
100 Juta. Dengan dana tersebut, beliau memperkerjakan 20 orang karyawan
dengan sistem komitmen. Pada awal dijalankannya usaha, Beliau menghadapi
kendala yang sangat berat, sehingga 20 orang karyawan Beliau saat itu rela tidak
mendapatkan gaji selama sebulan pertama. Namun, karena keyakinan, kerjasama
dan komitmen yang telah dibangun bersama pada awal didirikannya usaha, sedikit
demi sedikit keuntungan dari usaha ini terus bertambah.
Ibu Karen memang seseorang yang cinta akan produk dalam negeri. Beliau
senantiasa memiliki komitmen untuk mengembangkan dan membudidayakan
tanaman hias yang berasal dari lokal. Jika pada saat itu sebagian besar dari
16
pengusaha tanaman hias mengimpor bibittanaman hias untuk selanjutnya
dibudidayakan di Indonesia, Ibu Karen lebih menyukai untuk membudidayakan
dan mengembangkan tanaman hias asli Indonesia. Beliau juga memutuskan untuk
meminimalkan impor benih tanamanhias dengan melakukan sendiri penangkaran
dan pembesaran bibit. Dalam memilih jenis tanaman hias sebagai komoditas
unggulan, Beliau menghindari pemilihan tanaman yang sedang menjadi tren di
pasar florikultura dan justru mengembangankan jenis tanaman yang berbeda dari
pada yang lain. Tujuan dari strategi ini adalah untuk menciptakan tren sendiri
serta tidak tergantung dari produk yang ditawarkan kompetitor lain.
Kunci keberhasilan yang dikembangkan oleh ibu Karen Tambayong salah
satunya adalah dengan dijalankannya sistem pengembangan usaha florikultur
berbasis pemberdayaan masyarakat sekitar. Sistem yang Beliau kembangkan
bukanlah suatu sistem kemitraan, melainkan lebih dari itu. Beliau membentuk
suatu sistem yang mampu memberikan kesempatan kepada masyarakat setempat
untuk berpartisipasi dalam kegiatan usaha yang dikembangkannya. Dengan ini,
masyarakat setempat tidak hanya berkesempatan untuk bekerja, namun juga
mampu mewujudkan rasa memiliki dan menumbuhkan kemauan yang kuat dalam
menjaga lahan usaha yang menjadi sumber penghasilan masyarakat setempat. Ibu
Karen juga secara aktif membangun fasilitas umum di sekitar pemukiman, seperti
koperasi, rumah bagi anak asuh, dan pembuatan retaining wall sungai. Program
sosial kemasyarakatan ini menjadikan usaha florikultur yang digagas oleh Ibu
Karen bukan hanya menjadi sumber penghasilan bagi masyarakat setempat,
namun juga mampu meningkatkan kualitas sosial dan lingkungan masyarakat
setempat.
Dalam menjalankan usaha tanaman hias, Ibu Karen senantiasa
mengedepankan keberlanjutan produksi, dimana dalam sistem budidaya, Beliau
menyediakan produk daun potong jadi dan tidak tergantung pada komponen
import. Beliau juga senantiasa mengembangkan komoditas yang selama ini tidak
dilirik oleh pemain bisnis lain. Salah satu contoh jenis tanaman hias yang tidak
dilirik namun dikembangkan dengan baik oleh Beliau adalah komoditas rumput.
Dimana sebagian pebisnis hanya melihat peluang usaha dari tanaman berbunga,
Ibu Karen memandang komoditas rumput sebagai komoditas yang memiliki nilai
17
ekonomi yang cukup tinggi. Komoditas rumput saat ini sangat dibutuhkan oleh
pasar untuk dimanfaatkan sebagai komponen pendukung arsitektur landskap dan
dapat dimanfaatkan sebagai roof garden dan vertical garden di gedung bertingkat.
Keberhasilan usaha yang dirintis oleh Ibu Karen tentunya tidak terlepas dari
kegigihan, kerja keras, kemauan yang kuat, passion, dan fokus Beliau pada usaha
yang sedang dijalankan. Beliau juga memberikan nasehat bahwasannya untuk
menjadi seorang pengusaha sukses, maka kita harus memiliki kemampuan dalam
membaca setiap peluang, kreatif, inovatif, dan tidak takut untuk berubah.
Sumber Pustaka :
1. http://www.asbindo.org/press/interview-with-karen-tambayong [diakses pada
tanggal 15 Juni 2012]
18
IMPLEMENTASI MANAJEMEN PRODUKSI OPERASI DALAM
PENGOLAHAN PRODUK TURUNAN CPO DALAM RANGKA
OPTIMALISASI NILAI TAMBAH PRODUK
Narasumber : Budiono Muljono
CEO Forum 29 Mei 2012
Kelapa sawit beserta produk turunannya yaitu CPO (Crude Palm Oil)
merupakan salah satu komoditas unggulan Indonesia karena kontribusinya
terhadap perolehan devisa, peluang pengembangan pasar, serta penyerapan tenaga
kerja. Sejak tahun 2007, Indonesia telah menjadi eksportir CPO nomor satu di
dunia yang sebelumnya diduduki oleh Malaysia. Produksi minyak kelapa sawit
Indonesia sebesar 57,77 juta ton di tahun 2012 dan diramalkan akan terus
mengalami peningkatan produksi di tahun-tahun berikutnya. Ekspor minyak
kelapa sawit Indonesia juga menempati peringkat pertama, dengan jumlah ekspor
sebesar 40,43 juta ton di tahun 2012. Untuk konsumsi minyak kelapa sawit,
Indonesia menempati urutan kedua setelah India.
Kelapa sawit adalah salah satu komoditi yang diharapkan mampu
memberikan kontribusinya dalam perekonomian yang berasal dari sub-sektor
perkebunan. Kelapa sawit merupakan komoditi penting dalam mendorong
perekonomian Indonesia. Sebagai penghasil devisa negara kelapa sawit
merupakan salah satu komoditi yang memberikan sumbangan yang sangat berarti
dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi. Kelapa sawit sebagai tanaman
penghasil minyak sawit dan inti sawit merupakan salah satu primadona tanaman
perkebunan yang menjadi sumber penghasil devisa non migas bagi Indonesia.
Cerahnya prospek komoditi minyak sawit dalam perdagangan minyak nabati
dunia telah mendorong Pemerintah Indonesia untuk memacu pengembangan
ekspor minyak kelapa sawit.
Industri pengolahan minyak kelapa sawit hingga saat ini merupakan industri
yang sangat menjanjikan mengingat Indonesia merupakan produsen minyak
kelapa sawit terbesar di dunia karena didukung oleh sumber daya alam yang
melimpah. Indonesia juga merupakan negara ideal bagi pertumbuhan kelapa sawit
19
karena berada di daerah tropis yang dilewati garis khatulistiwa, dengan tanah yang
subur dan curah hujan yang sesuai dengan pertumbuhan kelapa sawit.
Ditinjau dari kegunaan kelapa sawit banyak memberikan manfaat bagi
manusia yakni kepentingan rumah tangga, kosmetik, makanan industri farmasi
maupun industri kimia. Jadi keuntungan untuk berkembang terus dalam
pengoperasian industri kelapa sawit tidaklah tertutup bahkan kelapa sawit
merupakan suatu prospek yang cerah dimasa mendatang karena pemasaran
minyak dan inti kelapa sawit tidak saja dipasarkan di dalam negeri tetapi juga di
eksport keluar negeri. Minyak kelapa sawit merupakan minyak yang sehat karena
kandungan kolesterolnya yang rendah serta kandungan berbagai jenis vitamin dan
adanya zat antioksidan yang bermanfaat sebagai pencegah kanker.
PT SMART merupakan salah satu perusahaan berbasis kelapa sawit terbesar
di Indonesia yang memiliki komitmen untuk memproduksi kelapa sawit secara
berkelanjutan. PT SMART didirikan pada tahun 1962 dan merupakan perkebunan
kelapa sawit dengan luas areal terbesar di Indonesia, dengan cakupan total sebesar
139.000 hektar, termasuk perkebunan plasma. PT SMART saat ini
mengoperasikan 15 pabrik yang terdiri dari tujuh pabrik pengolahan inti, empat
pabrik penghancur dan empat pabrik kilang. PT.SMART melakukan proses bisnis
di bidang kelapa sawit secara terintegrasi, mulai dari budidaya melalui
perkebunan kelapa sawit yang dikelolanya, pengolahan minyak kelapa sawit
menjadi CPO dan produk jadi seperti minyak goreng, margarin, mentega,dan
lemak untuk keperluan khusus, sampai dengan memasarkan produknya baik
secara lokal maupun ekspor.
Kondisi persaingan usaha yang ketat dengan kondisi pasar yang cepat
berubah dan semakin tingginya tuntutan konsumen terhadap produk yang lebih
berkualitas dan sehat mengharuskan PT SMART melakukan inovasi dan
pengembangan proses produksi. Salah satu cara yang dilakukan oleh PT SMART
adalah dengan melaksanakan Supply Chain Management (SCM) yang baik.
Komponen Supply Chain Management yang menjadi kekuatan PT SMART
terletak pada pengelolaan upstream supply system (sistem suplai pada hulu) dan
downstream supply system(sistem suplai pada hilir).
20
Upstream supply system yang dilakukan pada PT SMART meliputi aktivitas
pembangunan pabrik pengolahan hingga aktivitas penyaluran produk. Sedangkan
downstream supply system yang dilakukan PT SMART meliputi dua strategi
utama, yakni grand strategy dan operation strategy. Grand strategy yang
dijalankan meliputi aktivitas kegiatan operasional yang baik yang dapat terlihat
dari biaya yang rendah, on time delivery, serta kualitas dan kuantitas yang
terpercaya. Sementara operation strategy meliputi sinkronisasi tempat produksi
dengan tempat penjualan dan pemasaran.
Tujuan utama dari pelaksanaan downstream strategy adalah untuk
menciptakan sistem operasi yang efektif dan efisien. Tujuan ini akan tercapai
melalui dukungan dari beberapa komponen penting, yaitu riset dan
pengembangan, material yang berkualitas, fasilitas mesin yang memadai, metode
yang tepat, sumber daya manusia yang berkualitas, serta dukungan lain seperti
Corporate Social Responsibility (CSR) dan sistem teknologi informasi.
Dalam melaksanakan sistem Supply Chain Management, PT SMART
menerapkan sistem teknologi informasi MySAP Business Suite sejak tahun 1998.
Penggunaan teknologi ERP ini mampu meningkatkan efisiensi dan efektifitas
aliran proses bisnis mulai dari on farm sampai dengan pemasaran. Bapak Budiono
Muljono menyatakan bahwa manfaat signifikan dirasakan oleh PT SMART
adalah selalu berhasil memastikan bahwa biaya produksi dan operasional selalu
lebih rendah dari harga pasar. PT SMART juga memanfaatkan aplikasi SAP untuk
mengatur tingkat persediaan pupuk di masing-masing perkebunan yang terpisah-
pisah, sehingga produktifitas perkebunan senantiasa terjaga.
Sumber Pustaka :
1. Annual Report PT Sinar Mas Agro Resources, Tbk (PT SMART, Tbk) Tahun
2011.
21
KUNJUNGAN INDUSTRI PT. INDESSO AROMA
CEO Forum 31 Mei 2012
Kunjungan industri kali ini dilangsungkan di PT Indesso Aroma yang
berlokasi di Cileungsi, Bogor. Perusahaan pengolahan minyak atsiri PT. Indesso
(Indonesia Essential Oil) dimulai dari usaha keluarga tahun 1968 dengan
menyuling daun cengkeh. Pabrik PT Indesso yang pertama berkedudukan di
Purwokerto. Perusahaan mengalami perkembangan dengan mengolah minyak
cengkeh yang akan ditransformasi menjadi produk turunannya tersebut.
Komitmen pimpinan perusahaan terhadap mutu ditingkatkan dengan merekrut
tenaga profesional untuk mengembangkan produk. Selain itu, penggunaan
peralatan modern dan peningkatan efisiensi proses dilakukan guna menghasilkan
produk bermutu tinggi secara konsisten.
Gambar 2. Pintu Gerbang Pabrik PT Indesso Aroma, Cileungsi, Bogor
PT Indesso senantiasa melakukan pembinaan terhadap masyarakat hingga
sekarang bertransformasi menjadi industri-industri kecil yang menyuling minyak
daun cengkeh yang menjadi bahan baku yang digunakan oleh PT Indesso Aroma.
Hubungan antara perusahaan dengan industri kecil tersebut berkembang dalam
suasana kekeluargaan dan saling membutuhkan, sehingga berkembang pola bapak
asuh.
Pabrik PT Indesso Aroma yang dikunjungi adalah pabrik kedua yang
berlokasi di Cileungsi, Jawa Barat. Pabrik yang mulai beroperasi pada tahun 2001
ini, dikhususkan untuk memproduksi aromatic chemicals, produk-produk pangan
berupa ekstrak alami, dan produk savory dengan teknologi yang lebih modern.
22
PT Indesso dibagi menjadi tiga perusahaan, yaitu PT. Indesso Primatama
sebagai holding company, PT Indesso Aroma sebagai Manufacturing Company,
dan PT Indesso Niagatama sebagai Trading Company. Sejak Januari 1996,
perusahaan dengan komitmennya menerapkan sistem penjaminan mutu melalui
sertifikasi ISO 9001. Komitmen menghasilkan produk dengan status Halal
direalisasikan dengan diterapkannyaSistim Jaminan Halal yang dimulai sejak
2007. Kepedulian perusahaan akan mutu menjadikan bisnis terus berkembang dan
dapat dibuktikan dengan perolehan sertifikat ISO 22000:2005 tentang sistem
manajemen keamanan pangan pada 1 Agustus 2008. Pencapaian tersebut
mengindikasikan bahwa PT Indesso dapat merambah pasar internasional dengan
produknya yang berkualitas, ditunjang dengan sistem rencana mutu, manual mutu
dan prosedur mutu yang handal. Dalam menjalankan usahanya, PT Indesso
memegang empat falsafah utama, yaitu : prinsip kekeluargaan, profesionalisme,
integritas pribadi, dan sumberdaya manusia sebagai aset perusahaan.
Lokasi Pabrik II PT. Indesso Aroma yang dibangun pada tahun 2001
terletak di kawasan Cileungsi. Adapun alasan pembangunan tersebut adalah:
1. Lokasi pabrik dekat dengan pelabuhan sehingga lebih mudah dalam
pendistribusian produk.
2. Lokasi lebih dekat dengan sumber bahan baku, seperti teh hijau yang sebagian
besar berasal dari Puncak, Bogor.
3. Tersedianya lahan yang lebih luas dibandingkan dengan Pabrik I sehingga
mendukung peningkatan kapasitas produksi.
4. Lokasi pabrik terletak relatif lebih dekat dari kantor pusat di Jakarta sehingga
lebih mudah dalam melakukan komunikasi dan koordinasi perusahaan.
PT Indesso Aroma memiliki tiga buah lini produksi, yang terdiri dari lini
produksi Aromatic Chemical, lini produksi Ekstrak Alami, dan lini produksi
Savatory. Lini produksi Aromatic Chemical digunakan untuk memproduksi
berbagai minyak atsiri, seperti minyak nilam, minyak cendana, minyak cengkeh,
dan berbagai jenis miyak atsiri lain. Lini produksi Ekstrak Alami digunakan untuk
memproduksi berbagai ekstrak teh hijau, ekstrak jahe, ekstrak kopi, dan
sebagainya. Sedangkan lini produksi savatory digunakan untuk memproduksi
seasoning, yang merupakan bahan campuran yang terdiri dari satu atau lebih
23
rempah-rempah yang ditambahkan ke dalam makanan selama pengolahan atau
dalam persiapan, sebelum disajikan untuk memperbaiki perisa alami makanan,
sehingga lebih disukai oleh konsumen.
PT Indesso Aroma berkomitmen untuk menggunakan bahan baku yang
berasal dari lokal. Hal ini bagi PT Indesso Aroma merupakan suatu keunggulan
tersendiri. Saat ini PT Indesso Aroma lebih memusatkan pada pasar ekspor untuk
produk minyak atsiri. Namun untuk produk ekstrak dan seasoning, PT Indesso
Aroma lebih memfokuskan untuk pasar dalam negeri, yaitu ke pabrik-pabrik
pengolahan makanan dan minuman seperti PT Indofood.
PT Indesso Aroma juga senantiasa menjaga keberlangsungan usaha dengan
aktif berpartisipasi dalam berbagai organisasi, seperti The Research Institute of
Fragrance Material (RIFM), The European Federation of Essential Oils (EFEO)
dan Federasi Eropa Minyak Atsiri (EFEO). Hal ini bagi PT Indesso Aroma sangat
penting karena untuk menjalankan pemasaran produk ke luar negeri, suatu
perusahaan harus ikut serta dalam berbagai asosiasi atau organisasi sebagai wadah
bagi anggotanya untuk saling berbagi pengetahuan dan informasi khususnya
mengenai proses pengolahan dan perdagangan.
24
SUSTAINABILITY PRACTICES IN OIL PALM PLANTATION
Narasumber : Ir. Widya Wiryawan, MBA
CEO Forum 5 Juni 2012
Subsektor perkebunan yang memegang peranan penting dalam
meningkatkan pertumbunan Produk Domestik Bruto (PDB) salah satunya adalah
kelapa sawit. Sebagai tanaman penghasil minyak, kelapa sawit merupakan salah
satu primadona tanaman perkebunan yang menjadisumber penghasil devisa selain
minyak bumi dan gas. Kelapa sawit sebagai tanaman penghasil minyak sawit dan
inti sawit merupakan salah satu primadona tanaman perkebunan yang menjadi
sumber penghasil devisa non migas bagi Indonesia. Cerahnya prospek ke depan
komoditas kelapa sawit, telah mendorong pemerintah Indonesia untuk memacu
pengembangan areal perkebunan kelapa sawit.
Indonesia merupakan penyumbang produksi kelapa sawit terbesar di dunia.
Bersama dengan Malaysia, Indonesia menyumbang 85% dari total produksi
kelapa sawit di seluruh dunia. Kelapa sawit memiliki produktivitas yang relatif
lebih tinggi dibandingkan dengan komoditas penghasil minyak nabati lainnya,
yaitu dengan rendemen 25% sehingga dapat terlihat bahwa industri ini merupakan
industri yang sangat menjajikan.
Kelapa sawit juga merupakan komoditas penghasil minyak nabati yang
efisien dibandingkan komoditas lainnya seperti komoditas kedelai, rareseed, dan
biji bunga matahari. Ekspansi pertumbuhan lahan minyak kelapa sawit relatif
lebih rendah dibandingkan dengan komoditas lain, sehingga relatif hemat lahan,
dimana dengan tingkat produktivitas yang sama, arealyang digunakan jauh lebih
sempit.
Perkebunan kelapa sawit seringkali diterpa dengan isu yang tidak baik,
terutama yang terkait dengan masalah lingkungan dan sosial. Isu lingkungan
utama yang dihadapi perusahaan kelapa sawit salah satunya adalah mengenai isu
konversi lahan hutan dan lahan gambut menjadi perkebunan kelapa sawit yang
menyebabkan peningkatan emisi gas rumah kaca, selain itu terdapat pula isu-isu
mengenai polusi air maupun rusaknya habitat orang hutan. Hal inilah yang
menjadi tantangan bagi pelaku usaha perkebunan kelapa sawit.
25
Salah satu perusahaan kelapa sawit terbesar di Indonesia adalah PT Astra
Agro Lestari Tbk (AAL). PT AAL merupakan suatu perusahaan yang berbasis
bisnis minyak kelapa sawit, karet, teh, kakao, dan minyak sayur. PT AAL dirintis
oleh PT Astra Internasional melalui Divisi Agribisnis pada PT Astra International
di tahun 1983, dengan memanfaatkan sekitar 2.000 hektar perkebunan singkong
yang kemudian dikonversi menjadi perkebunan karet. Pada tahun 1984, dimulai
budidaya kelapa sawit melalui akuisisi PT Perkasa Plantations Tunggal, di mana
pada saat itu telah berjalan proses pengolahan 15.000 hektar perkebunan kelapa
sawit yang berlokasi di Riau.
Misi perusahaan adalah “untuk menjadi teladan dan berkontribusi kepada
pembangunan dan kemakmuran negara”. Dalam melaksanakan kegiatan usahanya,
PT Astra Agro Lestari Tbk menerapkan sistem pengelolaan yang bersifat ramah
lingkungan melalui implementasi ‘Astra Green Company” secara konsisten dan
berkomitmen dalam program konservasi seperti HCV (High Conservation Value).
Komitmen PT AAL diwujudkan melalui diraihnya penghargaan “proper-green”
dari kementrian lingkungan untuk enam anak perusahaannya. Disamping itu, PT
Astra Agro Lestari Tbk juga menerapkan zero waste management dan best
practice dalam sistem pengelolaan perusahaannya.
Isu lingkungan yang seringkali menerpa industri kelapa sawit. Hal ini
menuntut perusahaan untuk mengelola perkebunan secara lestari, salah satunya
dengan melakukan mekanisme sertifikasi RSPO (Roundtable on Sustainable Palm
Oil). Dikarenakan bagi PT AAL sistem yang ada pada RSPO memberatkan pihak
perkebunan sawit Indonesia karena banyaknya campur tangan LSM lingkungan,
PT AAL memutuskan untuk keluar dari keanggotaan RSPO. Saat ini PT AAL
bergabung bahkan ikut aktif dalam perumusan sertifikasi Indonesian
Sustainability Palm Oil (ISPO). Prinsip dan kriteria dari ISPO ini antara lain
adalah dengan mengatur sistem perizinan dan manajemen perkebunan, tanggung
jawab sosial dan komunitas hingga peningkatan usaha secara berkelanjutan.
PT AAL juga senantiasa melakukan kegiatan pemberdayaan masyarakat
khususnya di sekitar kawasan perkebunan melalui program Corporate Social
Responsibility (CSR). Program CSR dilaksanakan berdasarkan kebutuhan,
spesifikasi, kepercayaan kedua belah pihak, dan partisipasi.
26
Salah satu upaya CSR yang dilakukan adalah melalui pembangunan dan
perbaikan posyandu di lingkungan penduduk lokal. PT Astra Agro Lestari Tbk
memfokuskan program CSR dengan cara mendesain program CSR yang akan
dijalankan bersama dengan masyarakat lokal, hal ini sangat penting untuk
menampung kebutuhan masyarakat. Dengan dilaksanakannya community
development program, masyarakat lokal akan ikut serta berpatisipasi dalam
berbagai jenis kegitan, sehingga ada timbal balik yang saling menguntungkan
antara perusahaan dan masyarakat lokal. PT AAL juga ikut berpartisipasi dalam
pembangunan fasilitas pendidikan dan agama seperti sekolah, perpustakaan, bus
sekolah serta rumah ibadah.
Sumber Pustaka :
1. Annual Report PT Astra Agro Lestari, Tbk Tahun 2011.
2. Oil World. 2009. Oil World Annual 2009. ISTA Mielke GmbH. Langenberg,
Hamburg, Germany.
27