Post on 07-Jan-2016
description
K0NSERVASI SUMBER DAYA MINERAL
DAN PERMASALAHANNYA
PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI BADAN GEOLOGI
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
Gorontalo, Agustus 2015
POKOK BAHASAN
1. KONSERVASI (Prinsip & Tujuan, Ruang Lingkup, Permasalahan) 2. CONTOH KASUS DI LAPANGAN (Tambang Aktif, Bekas Tambang, dll.)
KONSERVASI SUMBER DAYA MINERAL DAN ENERGI
GOSOWONG
BATUHIJAU
Pemanfaatan optimal
Pelestarian
Hayati Non-hayati
KONSERVASI SUMBER DAYA
ALAM
Upaya pengembangan potensi sumber daya alam untuk mendapatkan manfaat
yang optimal Pelestarian
AZAS MANFAAT
Optimalisasi
MENGAPA KONSERVASI?
Kita adalah makhluk Tuhan yang diserahi tugas sebagai Khalifah di Bumi dengan tugas antara lain : memakmurkan, mengembangkan, memelihara, menjaga, melestarikan seluruh sumber daya yang ada di bumi.
Amanat UUD 1945 pasal 33 : Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di
dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat
UU No. 4 Tahun 2009, Pasal 96, butir d : Dalam penerapan kaidah teknik pertambangan yang baik,
pemegang IUP dan IUPK wajib melaksanakan : upaya konservasi sumber daya mineral dan batubara
Sifat sumber daya mineral dan energi : Tidak terbarukan,
Jumlahnya terbatas,
Tersebar tidak merata, sebagian besar terletak di bawah permukaan bumi,
Keberadaannya tidak bisa dipindahkan,
Kualitas dan kuantitas sangat variatif,
Sebagian besar tidak terdiri atas komoditas tunggal,
Nilainya sangat dipengaruhi : teknologi, ekonomi, sosial, lingkungan pada saat itu.
Harga sangat dipengaruhi pasar global.
Trend peningkatan permintaan dunia industri terhadap komoditas tertentu yang membuat harga komoditas tersebut terus meningkat (misalnya logam tanah jarang).
Pelaksanaan konservasi pada komoditas tambang berpotensi meningkatkan penerimaan negara.
Konservasi sumber daya alam menjadi salah isu negara-negara di dunia saat ini.
Tumbuhnya kesadaran global akan pentingnya sustainable development.
PENGELOLAAN SUMBER DAYA MINERAL 1. Pengelolaan sumber daya mineral harus secara optimal
dengan pengertian menambang sebanyak mungkin bahan galian, pemakaian sehemat mungkin dan diusahakan agar ketersediaannya dapat dipertahankan selama mungkin. (Conservation)
2. Sasaran utama pengelolaannya harus ditujukan untuk kepentingan sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat pada saat sekarang dan yang akan datang secara adil. (Social benefit)
3. Pengelolaan sumber daya mineral harus selalu menjaga agar kegiatan pembangunan di sektor mineral memperhatikan fungsi lingkungan hidup, bahwa sumber daya mineral harus diolah dan dimanfaatkan dalam rangka pelestarian dan keseimbangan ekosistem yang berorientasi untuk kepentingan generasi sekarang dan yang akan datang. (Sustainable development)
4. Pemanfaatan sumber daya mineral harus mampu meningkatkan nilai tambah bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia dan pertumbuhan industri dalam negeri.
PRINSIP KONSERVASI
1. Optimalisasi
2. Nilai tambah
3. Berwawasan lingkungan
KONSERVASI SUMBER DAYA MINERAL
1. Upaya perlindungan, pengendalian dan penggunaan bahan galian secara bijaksana, memberikan manfaat ekonomi dan sosial yang tinggi.
2. Menjaga kelestarian fungsi lingkungan.
3. Menjamin kesinambungan pembangunan bagi masyarakat.
4. Diharapkan mampu menjadi titik tengah yang bersifat menjaga keseimbangan dan menjadi jembatan antara kepentingan ekploitasi dan proteksi.
Wacana konservasi sesungguhnya sudah digulirkan sekitar tahun 1990-an. Menurut Soenarto (DTMB dahulu DTPU-DJPU, 1995) dalam makalah Tugas Konservasi Bahan Galian
Penataan di bidang konservasi bahan galian menjadi kewenangan Direktorat Teknik Pertambangan Umum sesuai S.K. Mentamben no. 1748 tahun 1992 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen bahwa DTPU mempunyai fungsi diantaranya konservasi dan penataan wilayah
KONSERVASI DI NEGARA LAIN Di India sudah menerapkan konservasi bahan
galian sejak tahun 1988, tertuang dalam Mineral Conservation & Development Rules.
Di Filipina dengan The Phillipine Mining Act of 1995.
Di Kanada bahkan sudah mengatur hingga lebih rinci seperti dalam Metal Policy.
Di Amerika Serikat seperti dalam US Forest Service mengatur bahwa peruntukan atau tata guna lahan kehutanan harus tetap mempertimbangkan keterdapatan sumber daya mineral di dalamnya.
DASAR HUKUM
Pasal 2 huruf a dan d:
Pertambangan mineral dan/atau batubara dikelola berasaskan: manfaat, keadilan, dan keseimbangan; berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.
Pasal 6 ayat (1) huruf k:
Kewenangan Pemerintah dalam pengelolaan pertambangan mineral dan batubara, antara lain: penetapan kebijakan produksi, pemasaran, pemanfaatan, dan konservasi
Pasal 39 ayat (2) huruf s, Pasal 79 huruf s:
IUP Operasi Produksi meliputi kegiatan konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian serta pengangkutan dan penjualan memuat sekurang-kurangnya konservasi mineral atau batubara
Pasal 96 huruf d:
Dalam penerapan kaidah teknik pertambangan yang baik, pemegang IUP dan IUPK wajib melaksanakan upaya konservasi sumber daya mineral dan batubara
Pasal 141 ayat (1) huruf e:
Pengawasan penyelenggaraan pengelolaan usaha pertambangan, antara lain, berupa konservasi sumber daya mineral dan batubara
Pasal 22 ayat (1) huruf b: Untuk menetapkan WIUP dalam suatu WUP sebagaimana harus memenuhi kriteria kaidah konservasi
Pasal 29 ayat (2) huruf d: Menteri menyusun rencana penetapan suatu wilayah di dalam WP menjadi WPN harus memenuhi kriteria untuk keperluan konservasi komoditas tambang
Pasal 32 ayat (1) huruf b: Untuk menetapkan WIUPK dalam suatu WUPK harus memenuhi kriteria kaidah konservasi
Pasal 89 ayat (2) huruf b: Pengendalian produksi mineral dan batubara pada IUP/IUPK
Operasi Produksi dilakukan untuk melakukan konservasi sumber daya mineral dan batubara;
Pasal 16 huruf e: Pengawasan atas pelaksanaan usaha pertambangan dilakukan terhadap konservasi sumber daya mineral dan batubara; Pasal 25 ayat (1): Pengawasan konservasi sumber daya mineral dan batubara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 huruf e paling sedikit meliputi:
a) recovery penambangan dan pengolahan; b) pengelolaan dan/atau pemanfaatan cadangan marginal; c) pengelolaan dan/atau pemanfaatan batubara kualitas rendah
dan mineral kadar rendah; d) pengelolaan dan/atau pemanfaatan mineral ikutan; e) pendataan sumber daya serta cadangan mineral dan batubara
yang tidak tertambang; dan f) pendataan dan pengelolaan sisa hasil pengolahan dan
pemurnian.
Pasal 3 ayat (2): Pelaksanaan reklamasi dan pascatambang oleh pemegang
IUP Operasi Produksi dan IUPK Operasi Produksi wajib memenuhi prinsip:
a. perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup pertambangan;
b. keselamatan dan kesehatan kerja; dan c. konservasi mineral dan batubara.
Permen ESDM No. 1 Tahun 2014, tentang Peningkatan Nilai Tambah Sumberdaya Mineral dan Batubara.
BAGAIMANA SEBAIKNYA
MENGUSAHAKAN ATAU
MENAMBANGNYA???
MATERIAL BALANCE
BAHAN GALIAN
= PRODUKSI BAHAN GALIAN
+ BAHAN GALIAN TERTINGGAL
+ BAHAN GALIAN TERBUANG
PE
RO
LE
HA
N
LINGKUP KONSERVASI
Sumber daya dan cadangan;
Recovery penambangan, stripping ratio, dan cut off grade;
Penanganan bahan galian kadar marjinal dan kadar rendah;
Recovery pengangkutan/pengolahan/pemurnian;
Penanganan mineral ikutan dan bahan galian lain;
Penanganan sisa sumber daya dan cadangan pasca tambang;
Penanganan tailing;
Peningkatan nilai tambah bahan galian;
Penutupan tambang;
Sumberdaya
Gelogi
Mineral/Bahan
Galian
Lain
Mineral/Unsur
Utama
Mineral/Unsur
Utama
Mineral/bahan
galian lain
Sisa Sumberdaya
Cadangan
Tailing / Waste
Produk Utama +
Sampingan
Tailing / Waste
Yes
No
EKSPLOITASI PASCA
TAMBANG
EVALUASI OPTIMALISASI K O N S E R V A S I
KEPROSPEKAN
Yes
No
? ?
? ?
?
A B C D
LINGKUP KONSERVASI
Bagaimana penerapan konservasi ?
1. bahan galian untuk daerah relinguish dalam kaitannya dengan tata guna lahan?
2. dalam pengelolaan dan penanganan bahan galian lain, mineral ikutan, bahan galian kualitas menengah dan rendah?
3. dalam pengelolaan data dan penanganan sisa sumber daya dan cadangan tertinggal ?
4. dalam penanganan bahan galian yang terbuang bersama tailing ?
PERMASALAHAN KONSERVASI
UNTUK DAERAH RELINGUISH DALAM KAITANNYA
DENGAN TATA GUNA LAHAN
Karena dianggap tidak prospek maka wilayah religuish sering tidak mendapatkan perhatian yang memadai baik dari pihak pemerintah maupun oleh pelaku usaha pertambangan
Wilayah yang telah ditinggalkan tersebut masih mungkin memiliki potensi untuk komoditas mineral yang sama tetapi dalam sekala penambangan yang lebih kecil atau dalam bentuk metoda penambangan yang berbeda.
Daerah relinguish juga mungkin dapat memiliki potensi untuk usaha tambang komoditas mineral lainnya yang sebelumnya tidak menjadi target eksplorasi.
BAHAN GALIAN LAIN, BAHAN GALIAN
KUALITAS MENENGAH DAN RENDAH
Pada penambangan tidak semua bahan galian (kadar rendah, marginal dan mineral ikutan) dimanfaatkan, dianggap waste hanya untuk material reklamasi bahkan sering terbuang begitu saja.
Untuk mengantisipasi kecenderungan harga dan permintaan komoditas bahan galian, perlu dibuat kebijakan yang mengatur penanganannya, a. l. dengan menimbun di lokasi tertentu dengan melakukan treatment khusus.
Penyimpanan bahan galian tersebut harus memenuhi kriteria tertentu (tidak mencemari lingkungan, tidak terkontaminasi, dapat ditambang kembali dengan mudah, dsb).
BAHAN GALIAN SISA SUMBER DAYA DAN
CADANGAN TERTINGGAL
Proses penambangan dan pengolahan selalu akan meninggalkan sisa cadangan karena desain tambang, sistem dan recovery penambangan yang tidak optimal juga alasan nilai ekonomi.
Sebelum penutupan tambang, harus dilakukan inventarisasi dan evaluasi data sisa cadangan yang tertinggal dan perencanakan kebijakan dalam pengelolaan sisa cadangan.
Penerapan konservasi adalah dengan melindungi sisa cadangan yang mungkin masih dapat dieksploitasi pada masa mendatang atau memanfaatkan sisa cadangan yang ada dengan menggunakan metode penambangan lain jika dimungkinkan.
Usaha perlindungan terhadap sisa bahan galian pasca tambang a. l. untuk kepentingan penelitian, pendidikan, geowisata, dll.
Perlunya penelitian atau inventarisasi tailing
Adanya kebijakan untuk memanfaatkan tailing yang masih mengandung unsur atau mineral ikutan yang bernilai ekonomis.
PENANGANAN BAHAN GALIAN YANG TERBUANG
BERSAMA TAILING
Contoh Kasus di Lapangan
Peta wilayah bekas tambang tailing mengandung sumber
daya 4,24 ton emas, kadar 51 mg/m3,
Eks PT. Monterado Mas Mining
Monterado, Kalbar
Sebaran tailing seluas 3.777 Ha, volume 94.425.000 m3, zirkon @ 894 gr/m3 (84.415 ton), emas @ 1,986 mg/m3 (187,53 kg)
Tambang emas Paleleh, Boul (bekas tambang Belanda)
Urat pada bagian atas sebagian telah ditambang oleh rakyat hanya mampu menggali terowongan sampai -30m.
Potensi emas antara kedalaman -100 sampai -200m, kondisi urat masih relatif utuh, kadar rata-rata 10 ppm. Sumber daya = 3,975 ton Au.
40 - 50 cm, bagian atas dan bawah lapisan batubara
terbuang
Dalam 1 Ha terbuang 9.100 ton batubara.
Batubara Terbuang
pasir kuarsa hasil pemisahan dalam
sluice box
Tailing Tailing
Bukaan Tambang , Kepuh, Toboali, Kab. Bangka Selatan
Tailing mengandung REE dan radioaktif
Tambang Timah
Pengolahan zirkon dari tailing
tambang emas
Pengolahan kembali dari tailing tambang timah
Mengandung sisa timah dan monasit
(sumber REE)
TAMBANG TIMAH
Sumber daya emas yang tersisa di
bekas tambang Belanda di Salido,
Desa Tambang sekitar 1.100.000 ton
bijih
Bekas tambang Gunung Arum sekitar
254.000 ton bijih
Lebong Tandai
Salido
TAMBANG EMAS
Sumber daya bauksit tdk tertambang Wacopek Al2O3 : 2.331.000 ton P. Koyang Al2O3 : 9.460.970 ton
Bauksit sbg tanah penutup tambang granit
bauksit
Sumber daya zirkon dalam tailing sebesar 3.827 ton, kadar rata-rata 367 gr/m3
Zirkon salah satu sumber REE.
Bekas Tambang Emas di Indotani, Ketapang
PROSES AMALGAMASI EMAS RAKYAT
Tailing masih mengandung emas dan logam lain
Recovery pengolahan 35 - 40 %
Sisa pengolahan/tailing langsung dibuang ke sungai (pencemaran lingkungan)
TUMPUKAN TAILING, AMPAS PROSES AMALGAMASI
Tailing masih mengandung emas 4 5 ppm
PROSES SIANIDASI EMAS RAKYAT
Kolam penampung sisa proses sianidasi mengandung HCN, Hg dan logam berat terlarut
Tailing dari proses
amalgamasi
Tangki sianidasi
TERIMA KASIH