Post on 08-Dec-2015
description
B. Pembahasan
1). Distribusi Sosial Budaya
a. Distribusi Sosial Budaya(ibu bekerja)
Berdasarkan Tabel 4.4 Diperoleh sebagian besar Sresponden pemberian asinya termasuk Baik sebanyak 56,7%(17 orang).Hal tersebut sangat dipengaruhi oleh tingkat pekerjaan dan sebagian besar ibu bekerja sebagai ibu rumah tangga yaitu sebanyak 60%(18 orang).
Semakin banyaknya ibu yang bekerja mencari nafkah cenderung untuk tidak menyusui bayinya ,mereka dapat melakukan hal tersebut ketika berada dirumah yaitu sebelum berangkat dan setelah pulang dari bekerja.(syahmin mohyi,2004).
Berdasarkan data diatas bahwa pekerjaan sebagai ibu rumah tangga sangat mempengaruhi kelancaran pemberian asi karena ibu lebih banyak meluangkan waktu untuk memberikan asi kepada bayinya dibandingkan dengan ibu yang bekerja atau wanita karier.Disamping itu perlu adanya dukungan suami maupun keluarga lain dalam rumah akan sangat membantu berhasilnya seorang ibu untuk menyusui.
b. Distribusi Sosial Budaya (merasa ketinggalan zaman)
Berdasarkan Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa seluruh responden pemberian asinya termasuk Baik yaitu sebanyak 100%(30 orang).Hal tersebut dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan tingkat pendidikan responden sebagian besar adalah SMA(46,7%)
Sesuai tinjauan pustaka , peneliti mengutip bahwa pendidikan berhubungan dengan pembangunan dan perubahan kelakuan (Rini,2008)
Semakin tinggi pendidikan maka semakin tinggi pula pengetahuan ,dimana dalam pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan ,perkembangan atau perubahan kearah yang lebih dewasa ,lebih baik dan lebih matang sehingga memudahkan dalam dirinya untuk mengambil suatu keputusan terutama keputusan yang baik untuk bayinya yaitu tetap menyusui bayinya .
c. Distribusi Sosial Budaya(meniru teman)
Berdasarkan Tabel 4.6 dapat diperoleh bahwa hampir seluruh responden pemberian asinya termasuk Baik yaitu sebanyak 80%(24 orang).Usia responden sangat mempengaruhi hal tersebut karen usia responden sebagian besar usia antara 21-25(63,3%).
Sesuai tinjauan pustaka ,peneliti mengutip bahwa umur adalah variabel yang selalu diperhatikan didalam penyelidikan epidemiologi ,angka-angka kesakitan maupun kematian didalam hampir semua keadaan menunjukkan hubungan dengan umur.(Notoatdmodjo,2005)
Dengan demikian, umur sangat mempengaruhi minat responden untuk mengikuti kegiatan-kegiatan penyuluhan dari pada responden yang usianya belum matang ,jadi responden lebih cepat menerima informasi.
2). Distribusi Promosi Susu
Berdasarkan Tabel 4.7 dapat dilihat sebagian besar responden pemberian asinya Baik yaitu sebanyak 66,7%(20 orang),Hal tersebut karena tingkat pendidikan dan tingkat pendidikan responden sebagian besar adalah SMA(46,7%)
Menurut Rini (2008) , pendidikan berhubungan dengan pembangunan dan perubahan kelakuan.Pendidikan berkaitan dengan transmisi,pengetahuan sikap,kepercayaan,keterampilan dan aspek kelakuan yang lain.
Dengan pendidikan yang tinggi mempengaruhi pola fikir seseorang untuk bertindak dan mengambil keputusan yang sebaik-baiknya sehingga muncul sifat kedewasaan ,disamping itu hal yang mempengaruhi baik cukupnya pemberian asi adalah pengalaman dan pengalaman yang membuat responden tidak memberikan susu formula,pengalaman tersebut bisa diperoleh dari keluarga, teman dan petugas kesehatan.
3). Distribusi Penerangan Tenaga Kesehatan
Berdasarkan Tabel 4.8 dapat diketahui sebagian besar responden pemberian asinya Cukup yaitu sebanyak 56,7%(17 orang) .Usia responden sangat mempengaruhi hal tersebut karena usia responden sebagian besar usia antara 21-25(63,3%).
Sesuai tinjauan pustaka ,peneliti mengutip bahwa umur adalah variabel yang selalu diperhatikan didalam penyelidikan epidemiologi ,angka-angka kesakitan maupun kematian didalam hampir semua keadaan menunjukkan hubungan dengan umur.(Notoatdmodjo,2005)
Umur membuat seseorang lebih dewasa dan menentukan sikap mana yang baik dan tidak baik.Akan tetapi, melaksanakan pemberian asi secara eksklusif sangat tidak mudah untuk melakukannya, perlu adanya kesadaran dan keinginan dari ibu sendiri serta adanya dukungan dari keluarga untuk kelancaran proses menyusui.
BAB 5
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasaran hasil penelitian dan pembahasan maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Faktor-faktor sosial budaya(ibu bekerja) sebagian besar responden pemberian asi eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan tergolong Baik (66,7%)
2. Faktor-faktor sosial budaya(ketinggalan zaman ) seluruh responden pemberian asi eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan tergolong Baik (100%)
3. Faktor-faktor sosial budaya(meniru teman) hampir seluruh responden pemberian asi eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan tergolong Baik (80%)
4. Faktor-faktor promosi susu sebagian besar responden pemberian asi eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan tergolong Baik (66,7%)
5. Faktor-faktor penerangan tenaga kesehatan sebagian besar responden pemberian asi eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan tergolong Cukup (56,7%)
B. Saran
1. Bagi Institusi
42
Diharapkan lebih meningkatkan pemberian informasi tentang pemberian asi eksklusif pada ibu yang mempunyai bayi usia 0-6 bulan melalui penyuluhan-penyuluhan dan media cetak yang ditempelkan di tempat –tampat umum sehingga tangkat penerimaan dan pengetahuan ibu akan menjadi lebih baik
2. Bagi Peneliti
Untuk peneliti selanjutnya perlu dikembangkan instrument penelitian sehingga penelitian dapat lebih memuaskan
3. Bagi Masyarakat
Lebih meningkatkan pengetahuannya,baik diperoleh melalui penyuluhan kesehatan, media massa, elektronik, buku petunjuk, poster, kerabat dekat, dan sebagainya serta dapat menerapkan pengetahuan yang telah didapat dengan baik.
BAB III
PEMBAHASAN
ASI merupakan malanan alamiah yang pertama dan utama bagi bayi baru
lahir. ASI dapat memenuhikebutuhan bayi akan energi dan giziselama 4-6 bulan
pertama kehidupannya, sehingga dapat mencapai tumbuh kembang yang
optimal.Selainsebagai sumber energi dan zat gizi, pemberian ASI juga
merupakanmedia untuk menjalinhubungan psikologisantara ibu dan bayinya.
Hubungan iniakan menghantarkan kasih sayang dan perlindunganibu kepada
bayinya serta memikat kemesraan bayi terhadap ibunya,sehingga terjalin
hubungan yang harmonisdan erat.Namun sering ibu-ibu tidak berhasilmenyusui
bayinya atau menghentikan menyusuilebih dini. Untuk itudalam Bab
pembahasan ini akan dibahas “MengapaASIEkslusif tidak diberikan, dan
kemungkinan faktor-faktor yang mempengaruhitidak diberikannya ASI Ekslusif.”
Penelitiandan pengamatanyangdilakukan diberbagai daerah
menunjukkan dengan jelas adanya kecenderunganmeningkatkannya jumlah ibu
yang tidak menyusuibayiini dimulaidikota terutama pada kelomopk ibu dan
keluarga yangberpenghasilan cukup, yang kemudian menjalar ke daerah
pinggiran kota dan menyebar sampai ke desa-desa. Banyak halyang
menyebabkan ASI Ekslusiftidak diberikan khususnya bagiibu-ibu diIndonesia,
halinikemungkinan dipengaruhioleh.
a. Adanya perubahan struktur masyarakat dan keluarga.
Hubungan kerabat yang luas di daera pedesaan menjadi renggang setelah
keluarga pindah ke kota. Pengaruhorang tua seperti nenek, kakek, mertua
dan orangterpandang dilingkungan keluarga secara berangsurmenjadi
berkurang,karena mereka itu umumnya tetap tinggal didesa sehingga
pengalamanmereka dalam merawat makanan bayi tidak dapat diwariskan.
b. Kemudahan-kemudahan yangdidapat sebagai hasil kemajuan
teknologipembuatan makanan bayi sepertipembuatan tepung makanan bayi,
susubuatanbayi, mendorong ibu untuk menggantiASI dengan makanan
olahan lain.
c. Iklan yang menyesatkan dariproduksimakanan bayimenyebabkan ibu
beranggapan bahwa makanan-makananitu lebih baikdariASI
d. Para ibu sering keluar rumah baik karena bekerja maupun karena tugas-tugas
sosial, makasusu sapiadalah satu-satunya jalankeluar dalampemberian
makanan bagibayiyang ditinggalkan dirumah.
e. Adanya anggapan bahwa memberikan susu botol kepada anak sebagai salah
satu simbolbagi kehidupantingkat sosialyan lebih tinggi, terdidik dan
mengikutiperkembangan zaman.
f. Ibu takut bentuk payudara rusak apabilamenyusuidankecantikannya akan
hilang.
g. Pengaruhmelahirkan dirumah sakitatauklinikbersalin.Belumsemua petugas
paramedis diberi pesan dan diberi cukupinformasi agar menganjurkan setiap
ibu untukmenyusuibayimereka, serta praktek yang keliru dengan
memberikan susu botol kepadabayiyang baru lahir.
Sering juga ibu tidak menyusuibayinya karena terpaksa, baikkarena
faktor interndari ibuseperti terjadinya bendunganASI yang mengakibatkan ibu
©2004 Digitized byUSU digital library 11
merasa sakit sewaktu bayinya menyusu, luka-luka pada putting susu yang sering
menyebabkan rasa nyeri,kelainan pada putting susudan adanya penyakit
tertentusepertituberkolose, malaria yangmerupakan alasan untuktidak
menganjurkan ibu menyusuibayinya, demikian juga ibu yang gizinya tidak baik
akanmenghasilkanASI dalam jumlahyang relatiflebihsedikitdibandingkan ibu
yang sehatdan gizinya baik. Disamping itu juga karena faktor dari pihak bayi
seperti bayi lahir sebelum waktunya (prematur) atau bayi lahir dengan berat
badan yangsangat rendah yang mungkin masih telalulemah abaila mengisap
ASI dari payudara ibunya, serta bayiyang dalam keaaddaan sakit.
Memburuknya gizi anak dapat juga terjadi akibat ketidaktahuan ibu mengenai
cara – cara pemberian ASI kepada anaknya. Berbagai aspek kehidupan kota telah
membawa pengaruhterhadap banyakpara ibu untuktidak menyusuibayinya,
padahalmakanan pengantiyangbergizitinggijauh darijangkauan mereka.
Kurangnyapengertian dan pengertahuuan ibu tentang manfaat ASI dan
menyusuimenyebabkan ibu – ibu mudah terpengaruh dan beralihkepada susu
botol(susu formula).Kesehatan/status gizibayi/anakserta kelangsungan
hidupnya akan lebih baik pada ibu- ibu yangberpendidikan rendah.Hal inikarena
seorang ibu yang berpendidikan tinggiakan memiliki pengetahuan yang luas
serta kemampuan untuk menerima informasi lebih tinggi. Padapenelitiandi
Pakisttan dimana tingkat kematian anak pada ibu –ibu yang lama pendidikannya
5 tahun adalah 50 % lebih rendah daripada ibu – ibu yangbuta huruf. Demikian
juga di Indonesiabahwa pemberian makanan padat yang terlalu dini.Sebahagian
besar dilakukanoleh ibu- ibu yang berpendidikan rendah ,agaknya faktor
ketidaktauanlah yang menyebabkannya.
Faktor lain yang berpengaruh terhadap pemberian ASI adalah sikap ibu
terhadap lingkungan sosialnya dan kebudayaan dimana dia dididik. Apabila
pemikiran tentang menyusuidianggap tidak sopan dan memerlukan , maka “let
downreflex”(reflexkeluar)akan terhambat. Sama halnya suatu kebudayaan
tidak mencela penyusunan, makapengisapan akantidak terbatas dan“du
demand” (permintaan) akan menolong pengeluaran ASI.
Selainitu kemampuan ibu yangseusianya lebih tua juga amat rendah
produksiASInya, sehingga bayicendrung mengalamimalnutrisi. Alasan lain ibu –
ibu tidak menyusuibayinya adalah karena ibu tersebut secaratidak sadar
berpendapat bahwa menyusuihanya ibu merupakan beban bagi kebebasan
pribadinya atau hanya memperburuk potongandan ukurantubuhnya.
Kendala lain yang dihadapidalam upaya peningkatanpenggunaan ASI
adalah sikap sementara petugas kesehatan dari berbagai tingkat yang tidak
bergairah mengikutiperkembangan ilmu kedokteran dan kesehatan. Konsep baru
tentang pemberian ASI dan mengenaihal– halyang berhubungandenganibu
hamil,ibu bersaliin, ibu menyusuidan bayibaaru lahir. Disamping itu juga sikap
sementara penaggungjawab ruang bersaliiin dan perawatan dirumah sakit,
rumah bersalinn yang berlangsung memberikan susu botol pada bayi baru lahir
ataupun tidak mau mengusahakanagar iibu mampu memberikan ASI kepada
bayinya, serta belum diterapkannya pelayanan rawaatdisebahagian besar rumah
sakit/klinikbersalin.
Semua faktor– faktor terebut diatas yang dianggap sebagai penyebab
semakin melorotnya kegiatanmeminumkan air susu ibu ke kalangan para ibu –
ibusaatini.
Oleh sebab itu upaya yang dapat dilakukan antara lain :
- Motivasiuntuk menyusui.
Di daerah pedesaan menyusui anak terlihat sebagai suatu proses yang normal,
dan tidak dilakukan sembunyi-sembunyi. Ibu-ibu tidak malumenyusuibayinya.
Kebiasaan itu adpat diciptakan suatu kondisi dan gairah bagi para gadis yang
melihatnya,sehingga ada kemauan naluriah melakukan halyangsama. Bila
tumbuhmenjadibesar dan punya anak meeka ingin melakukan halyang serupa.
Sebaliknya,kebiasaan ibu-ibu dikota yang malu-nalu serta sembunyi-sembunyi
menyusuibayinya, tentu akanbanyak mempengaruhitabiat gadis-gadis
©2004 Digitized byUSU digital library 12
disekitarnya untuk berbuat sama,dan menyusuianak merupakansesuatu hal
yang harusdihindarkan.
Ibu-ibu harus dibangkitkan kemauan dan kesediannya untuk menyusui
anaknya, terutama sebelum melahirkan. Dan bilamenyusui, hendaknya
ditingkatkanpada masyarakat, pengertiantersebut harusditanamkan pada anak-anak gadis sejak masih usia muda, bahwa menyusui anak merupakan bagian dari
tugas biologis seorang ibu.
Didaerah perkotaan, sasaran yangharus diberi pendidikan adalah para
gadis remaja. Didaerah pedesaan, pendidikan harus diarahkan untuk tujuan
mencegah marasmus.Perkembangan teknologi yang telah dapat menciptakan
“humanizedmilk” menyebabkan nilaiASIdan kebiasaan menyusuiyang pada
hakekatnyamemberikanfasilitaskemudahanpengadaansusu, murahserta
praktis semakin kurang diminatidan dihindari.Kemajuan dibidang kesehatan
lingkungan dan industrimakanan sapihan membuat segalanya menjadisangat
praktis sehingga para ibu lebih cenderungmenggunakan susubotol.Untuk
mengatasimasalah tersebut, ibu-ibu yang mampu harus dihimbau dan diberi
motivasi agar kembali pada praktek menyusuianak sendiri.Karena halitu
mendatangkan keuntungan bagihubungan ibu dan anak dan terutama karena hal
itu memenuhiciridan kodrat manusia.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. KESIMPULAN
- Air SusuIbu merupakan makanan yang terbaik bagi bayi yang harusdiberikan
pada bayi sampai bayiberusia 4 bulan tanpa makanan pendamping.
- Adanya kecenderungansemakintinggitingkat pendidikan semakin besar
persentase ASI secara Eksklusif.
- Masihrendahnya tingkat pengetahuan ibu-ibu tentangpemberian ASI.
4.2. SARAN
- Perlu peningkatan penyuluhan kesehatan secara umumkhususnyatentang ASI
dan menyusuikepada masyarakat, khususnya kepada ibu hamil tentang gizi dan
perawatan payudara selama masa kehamilan, sehingga produksiASIcukup.
- Perlu ditingkatkan peranan tenaga kesehatan baikdi rumah sakit, klinik
bersalin, Posyandudi dalam memberikan penyuluhan atau petunjuk kepada
ibuhami, ibu barumelahirkan dan ibu menyusuitentang ASI dan menyusui.
B. Pembahasan
Sebelum membahas hasil penelitian lebih lanjut, terlebih dahulu peneliti penguraikan
tentang pelaksanaan penelitian di rumah Bidan Praktek Swasta pada bulan Pebruari – Maret
2008 dimana jumlah responden sebanyak 22 orang.
1. Faktor Ibu
Dari hasil penelitian faktor ibu mempunyai angka 50 (45,45%). Faktor ibu terdiri dari
pengetahuan dan kondisi fisik ibu. Pengetahuan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya usia dan pendidikan.
Berdasarkan hasil penelitian responden yang berusia diatas 23 tahun sebanyak 9 orang
(40,90%), sehingga di usia dewasa lebih sulit menyerap suatu pengetahuan dibandingkan
dengan usia remaja, jadi ibu yang mempunyai usia lebih muda biasanya lebih mudah untuk
mengubah sikap dan tingkah lakunya. Hasil penelitian jumlah responden yang paling banyak
adalah berpendidikan SMP yaitu 12 orang (54,54%).
Bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin mudah menerima
informasi sehingga semakin banyak pengalaman yang dimiliki, untuk dapat menerima atau
menyerap informasi yang didapat lebih mudah bagi yang berpendidikan lebih tinggi
(Nursalam, 2001).
Hasil pengamatan atau observasi pada saat penelitian didapatkan dari kondisi fisik ibu
yang juga dapat mempengaruhi pemberian ASI secara dini. Dari kondisi fisik ibu diantaranya
puting datar atau tenggelam, ibu kelelahan sehabis melahirkan dan ASI belum keluar. Puting
datar atau tenggelam dapat diatasi dengan menggunakan pompa puting agar puting menonjol
dan dapat di cekap oleh mulut bayi, upaya ini dapat dimulai sejak kehamilan 37 minggu dan
biasanya hanya perlu dibantu 5-7 hari (Hulliana Mullyana, 2003).
Di Bidan Praktek Swasta, ibu yang melahirkan mempunyai puting datar maupun
menonjol (normal) juga tidak memberikan ASI secara dini, seharusnya para ibu tahu
pentingnya ASI dini, sejak kehamilan informasi tentang ASI dan cara merawat puting puting
yang datar guna mempersiapkan proses menyusui kelak, untuk itu para ibu harus aktif ke
posyandu, puskesmas. Dan untuk petugas kesehatan (Bidan) diharapkan lebih aktif dalam
memberikan penyuluhan dan bimbingan tentang ASI dan cara merawat payudara menuju
kesuksesan pemberian ASI secara ekslusif.
Pada hari-hari pertama kelahiran, bayi belum memerlukan cairan atau makanan,
sehingga belum diperlukan pemberian susu formula ataupun cairan lain. Sebelum ASI keluar
”cukup” (cairan prelactal feeding). Bayi pada 30 menit pertamakelahiran harus di susukan
pada ibunya bukan untuk pemberian nutrisi melainkan untuk belajar menyusu atau
menghisap puting susu dan juga untuk mempersiapkan ibu untuk mulai memproduksi ASI.
Gerakan reflek menghisap pada bayi baru lahir akan mencapai puncaknya pada waktu
20-30 menit pertama, sehingga apabila terlambat refleks menghisap ini akan berkurang dan
tidak akan kuat lagi sampai beberapa jam kemudian. Dalam hal ini pengetahuan ibu perlu
ditingkatkan dalam upaya pemberian ASI secara dini.
2. Faktor Pendukung
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhirendahnya
pemberian ASI secara dini di Bidan Praktek Swasta adalah faktor pendukung, yaitu sebesar
53 orang (48,18%). Faktor pendukung terdiri dari dukungan keluarga, suami dan peran
petugas kesehatan. Ayah (suami) mempunyai peran untuk menentukan kelancaran reflek
pengeluaran ASI yang sangat dipengaruhi oleh keadaan emosi atau perasaan ibu. Suami dapat
berperan aktif dalam keberhasilan pemberian ASI dengan jalan memberikan dukungan secara
emosional.
Peran petugas kesehatan (Bidan) juga sangat mempengaruhi pemberian ASI secara dini,
dimana ibu ditolong dalam melahirkan juga sangat menentukan cara pemberian ASI yang
baik. Penyuluhan oleh bidan tentang pemberian ASI yang pertama keluar sangat diperlukan
karena pengalaman yang ditemukan selama ini, kolostrom biasanya dibuang.
Di Bidan Praktek Swasta, terkadang suami tidak diperbolehkan mendampingi ibu (istri)
pada saat persalinan, tetapi sekarang ini suami diharuskan mendampingi ibu (istri) pada saat
persalinan, ini diharapkan agar suami memberikan dukungan yang sangat penting bagi ibu
mulai persalinan sampai proses menyusui.
Selain itu pengetahuan ibu dan keluarga (suami) tentang ASI perlu ditingkatkan untuk
memberikan dukungan agar ibu mempunyai motivasi dan kemauan untuk memberikan ASI
secara dini. Apabila pihak keluarga tidak mengetahui tentang ASI, maka tidak akan
bisa memberikan dukungan dan penjelasan untuk segera menyusui bayi setelah dilahirkan .
Selain dukungan dari keluarga, dukungan dari petugas kesehatan (Bidan) juga sangat
mempengaruhi pemberian ASI secara dini, terkadang bidan kurang memberikan penjelasan
tentang ASI pada ibu post partum, setelah menolong persalinan bayi diberikan kepada ibu
begitu saja padahal bidan juga sangat menentukan keberhasilan menyusui dini. Seharusnya
bidan membantu, mendampingi dan membimbing ibu post partum dalam proses menyusui,
penjelasan yang benar kepada keluarga dan ibu post partum juga sangat menentukan dalam
pemberian ASI secara dini.
B. Pembahasan
1). Distribusi Sosial Budaya
a. Distribusi Sosial Budaya(ibu bekerja)
Semakin banyaknya ibu yang bekerja mencari nafkah cenderung untuk tidak menyusui
bayinya ,mereka dapat melakukan hal tersebut ketika berada dirumah yaitu sebelum
berangkat dan setelah pulang dari bekerja.(syahmin mohyi,2004).
Pekerjaan sebagai ibu rumah tangga sangat mempengaruhi kelancaran pemberian asi
karena ibu lebih banyak meluangkan waktu untuk memberikan asi kepada bayinya
dibandingkan dengan ibu yang bekerja atau wanita karier.Disamping itu perlu adanya
dukungan suami maupun keluarga lain dalam rumah akan sangat membantu berhasilnya
seorang ibu untuk menyusui.
b. Distribusi Sosial Budaya (merasa ketinggalan zaman)
Sesuai tinjauan pustaka , peneliti mengutip bahwa pendidikan berhubungan dengan
pembangunan dan perubahan kelakuan (Rini,2008)
Semakin tinggi pendidikan maka semakin tinggi pula pengetahuan ,dimana dalam
pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan ,perkembangan atau perubahan kearah yang lebih
dewasa ,lebih baik dan lebih matang sehingga memudahkan dalam dirinya untuk mengambil
suatu keputusan terutama keputusan yang baik untuk bayinya yaitu tetap menyusui bayinya .
c. Distribusi Sosial Budaya(meniru teman)
Sesuai tinjauan pustaka ,peneliti mengutip bahwa umur adalah variabel yang selalu
diperhatikan didalam penyelidikan epidemiologi ,angka-angka kesakitan maupun kematian
didalam hampir semua keadaan menunjukkan hubungan dengan umur.(Notoatdmodjo,2005)
Dengan demikian, umur sangat mempengaruhi minat responden untuk mengikuti
kegiatan-kegiatan penyuluhan dari pada responden yang usianya belum matang ,jadi
responden lebih cepat menerima informasi.
2). Distribusi Promosi Susu
Menurut Rini (2008) , pendidikan berhubungan dengan pembangunan dan perubahan
kelakuan.Pendidikan berkaitan dengan transmisi,pengetahuan
sikap,kepercayaan,keterampilan dan aspek kelakuan yang lain.
Dengan pendidikan yang tinggi mempengaruhi pola fikir seseorang untuk bertindak
dan mengambil keputusan yang sebaik-baiknya sehingga muncul sifat
kedewasaan ,disamping itu hal yang mempengaruhi baik cukupnya pemberian asi adalah
pengalaman dan pengalaman yang membuat responden tidak memberikan susu
formula,pengalaman tersebut bisa diperoleh dari keluarga, teman dan petugas kesehatan.
3). Distribusi Penerangan Tenaga Kesehatan
Sesuai tinjauan pustaka ,peneliti mengutip bahwa umur adalah variabel yang selalu
diperhatikan didalam penyelidikan epidemiologi ,angka-angka kesakitan maupun kematian
didalam hampir semua keadaan menunjukkan hubungan dengan umur.(Notoatdmodjo,2005)
Umur membuat seseorang lebih dewasa dan menentukan sikap mana yang baik dan
tidak baik.Akan tetapi, melaksanakan pemberian asi secara eksklusif sangat tidak mudah
untuk melakukannya, perlu adanya kesadaran dan keinginan dari ibu sendiri serta adanya
dukungan dari keluarga untuk kelancaran proses menyusui
Perwatan Pyudara
4.2.2 Kelancaran Produksi ASI
Berdasarkan hasil penelitian (lihat tabel 4.5) menunjukan bahwa sebagian besar
responden sebanyak 14 responden (70%) yaitu mengalami ketidakancaran produksi ASI.
Ketidaklancaran produksi ASI ini terjadi banyak terjadi akibat dari perawatan payudara yang
dilakukan kurang baik.
Ketidaklancaran produksi yang terjadi tersebut dapat diketahui dari tanda-tanda ASI
yang tidak lancar, seperti: ASI tidak dapat keluar secara spontan dan memerlukan alat bantu,
sebelum disusukan payudara terasa lembek, bayi kencing kurang dari 8x/hari, dan berat bayi
tidak mengalami kenaikan yang sesuai dengan umur.
Adapun hal-hal yang dapat mempengaruhi kelancaran produksi ASI tersebut, antara
lain: perawatan payudara, makanan, faktor isapan anak atau frekuensi penyusuan, berat lahir
bayi, umur kehamilan saat melahirkan, stress dan penyakit. Perawatan payudara yang
dilakukan tersebut bermanfaat mempengaruhi hipofise untuk mengeluarkan hormon prolaktin
dan oksitosin, hormon prolaktin mempengaruhi jumlah produksi ASI dan hormon oksitosin
mempengaruhi pengeluaran ASI. Makanan yang dikonsumsi ibu menyusui sangat
berpengaruh terhadap produksi ASI, apabila makanan yang ibu makan cukup akan gizi dan
pola makan teratur maka produksi ASI akan berjalan dengan lancar. Pada faktor isapan anak
atau frekuensi penyusuan ini maka paling sedikit bayi disusui 8x/hari, karena semakin sering
bayi menyusu pada payudara ibu maka produksi dan pengeluaran ASI akan semakin lancer.
Berat lahir bayi pada BBLR mempunyai kemampuan menghisap ASI yang lebih rendah di
banding dengan bayi yang berat lahirnya normal, karena perbedaan berat tersebut
mempengaruhi stimulasi hormon prolaktin dan oksitosin dalam memproduksi ASI. Umur
kehamilan saat melahirkan mempengaruhi kemampuan menghisap bayi sehingga produksi
ASI yang dihasilkan tidak optimal. Stres dan penyakit dapat mengganggu produksi ASI
sehingga dalam hal ini ibu sebaiknya dalam kondisi yang rileks dan nyaman (Weny
Kristiyansari, 2009: 63).
Untuk mengatasi masalah ketidaklancaran produksi ASI, maka anjurkan pada ibu nifas
untuk makan makanan yang bergizi sehingga kebutuhan nutrisinya dapat terpenuhi dengan
baik, anjurkan ibu nifas minum air putih yang banyak agar ibu nifas tidak mengalami
dehidrasi sehingga suplai ASI dapat berjalan lancar dan ibu nifas harus banyak istirahat agar
kondisinya tetap terjaga dengan baik.
4.2.3 Hubungan Perawatan Payudara Dengan Kelancaran Produksi ASI Pada Ibu Nifas
Hubungan perawatan payudara dengan kelancaran produksi ASI pada ibu nifas diukur
dengan menggunakan perhitungan nilai uji Eksak Fisher, menunjukan bahwa p=0,033 dan α=
0,05. Karena p< α, maka H1 di terima yang artinya ada hubungan antara perawatan payudara
dengan kelancaran produksi ASI pada ibu nifas di Polindes Flamboyan “Ny. Miftakhul
Jannah, Amd.Keb” Desa Cepokolimo Kecamatan Pacet Kabupaten Mojokerto.
Pada ibu nifas sebaiknya melakukan perawatan payudara secara teratur karena selain
untuk memelihara kebersihan puting, perawatan payudara juga dapat memperlancar produksi
ASI. Langkah-langkah dalam melakukan perawatan payudara hendaknya dilakukan secara
berurutan. Pada ketidaklancaran produksi yang terjadi tersebut dapat diketahui dari tanda-
tanda ASI yang tidak lancar, seperti: ASI tidak dapat keluar secara spontan dan memerlukan
alat Bantu, sebelum disusukan payudara tersa lembek, bayi kencing kurang dari 8x/hari, dan
berat bayi tidak mengalami kenaikan yang sesuai dengan umur.
Perawatan payudara merupakan suatu usaha yang dilakukan agar kondisi payudara baik,
demi mencapai keberhasilan menyusui. Perawatan payudara sebaiknya dilakukan dua kali
sehari pada waktu mandi pagi dan sore hari. Untuk mengurangi rasa sakit pada payudara
maka lakukan pengurutan payudara secara perlahan, kompres air hangat sebelum menyusui
bayi karena panas dapat merangsang aliran ASI kemudian kompres air dingin setelah
menyusui untuk mengurangi rasa sakit dan pembengkakan. Perawatan payudara tersebut
bermanfaat untuk merangsang payudara dan mempengaruhi hipofise untuk mengeluarkan
hormon prolaktin dan oksitosin. Hormon prolaktin mempengaruhi jumlah produksi ASI,
sedangkan hormon oksitosin mempengaruhi proses pengeluaran ASI (www.indomedia.com:
2010). Adapun kriteria untuk mengetahui lancarnya produksi ASI pada ibu nifas, antara lain:
ASI yang banyak merembes keluar melalui puting, ASI keluar secara spontan tanpa
penggunaan alat bantu, Sebelum disusukan payudara terasa tegang, Bayi kencing sering
sekitar 8x sehari, Berat bayi naik sesuai dengan umur, dan jika ASI cukup bayi akan tertidur
selama 3-4 jam (www.Blogspot.com: 2010). Selain itu beberapa makanan yang di sinyalir
dapat mengganggu produksi ASI yaitu: produk olahan yang berbahan susu, biji-bijian dan
kacang-kacangan, makanan pedas dan makanan yang mengandung gas. Kandungan protein
alergenik pada produk-produk olahan berbahan susu dapat masuk ke ASI dan menghasilkan
gejala-gejala sakit perut pada bayi. Pada biji-bijian yang paling alergenik adalah gandum,
jagung dan kacang tanah. ASI akan terasa berbeda setelah ibu mengkonsumsi makanan
pedas, sehingga dapat menimbulkan protes dari lambung bayi atau sakit perut. Makanan yang
mengandung gas dapat membuat bayi banyak mengeluarkan gas pula (www.ask.com: 2010).
Untuk mengatasi masalah perawatan payudara yang kurang tersebut, maka pada ibu
nifas yang malas melakukan perawatan payudara sebaiknya diberikan motivasi mengenai
pentingnya perawatan payudara dan pada tiap kali kunjungan ibu nifas dianjurkan untuk
menerapkan langkah perawatan payudara. Bagi ibu nifas yang menganggap bahwa langkah-
langkah dalam perawatan payudara teralu rumit maka sebaiknya mengajarkan tiap-tiap
langkah dalam melakukan perawatan payudara sampai ibu nifas benar-benar mengerti,
memahami dan mampu melakukan perawatan payudara secara mandiri. Sedangkan untuk
mengatasi masalah ketidaklancaran produksi ASI, maka anjurkan pada ibu nifas untuk makan
makanan yang bergizi sehingga kebutuhan nutrisinya dapat terpenuhi dengan baik, anjurkan
ibu nifas minum air putih yang banyak agar ibu nifas tidak mengalami dehidrasi sehingga
suplai ASI dapat berjalan lancar dan ibu nifas harus banyak istirahat agar kondisinya tetap
terjaga dengan baik.
Kelancaran ASI
Sebagian faktor yang mempengaruhi kelancaran ASI adalah frekuensi ibu menyusui. Semakin sering ibu menyusui, semakin lancar pengeluaran ASI. Kriteria kelancaran ASI sendiri dilihat dari ciri-ciri bayi yang cukup ASI yaitu bayi akan terlihat puas setelah menyusui, bayi akan tertidur pulas dan tidak menangis, bayi tampak sehat dan terdapat kenaikan berat badan rata-rata 500 gram setiap bulannya. Frekuensi menyusui juga tergantung pada jumlah ASI serta nafsu makan si bayi. Tujuan dari penelitian adalah untuk mengidentifikasi hubungan antara frekuensi ibu menyusui pada bayi usia 0-6 bulan dengan kelancaran ASI. Metode penelitian ini adalah survey dengan pendekatan cross sectional dengan jumlah sampel 50 responden. Teknik sampling yang digunakan menggunakan teknik consecutive sampling. Berdasarkan penelitian dari 50 responden didapatkan frekuensi ibu menyusui berkategori cukup dengan kelancaran ASI lancar sebanyak 36 orang (72%), sedangkan sebagian kecil frekuensi menyusui berkategori cukup dengan kelancaran ASI tidak lancar sebanyak 3 orang ( 6%). Dari hasil uji korelasi spearman rank diperoleh rho hitung = 0,623 (p-value = 0,000) dimana p-value lebih kecil dari α = 0,01, sehingga terdapat korelasi antara frekuensi ibu menyusui pada bayi usia 0-6 bulan dengan kelancaran ASI. Kesimpulan dari penelitian adalah semakin sering frekuensi ibu menyusui, maka produksi atau pengeluaran ASI juga semakin lancar.
Hubungan antara frekuensi menyusui
dengan berat badan bayi di Poliklinik
bersalin Mariani Medan
Berdasarkan analisa data dengan
menggunakan Uji statistik Spearman,
diperoleh nilai signifikan p = 0,815>
(0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa
tidak terdapat hubungan antara frekuensi
menyusui dengan berat badan bayi selama
proses menyusui pada ibu yang
berkunjung di Poliklinik bersalin Mariani
Medan. Perubahan berat badan merupakan
indikator yang sangat sensitif untuk
memantau pertumbuhan anak. Bila
kenaikan berat badan anak lebih rendah
dari yang seharusnya, pertumbuhan anak
terganggu dan anak berisiko akan
mengalami kekurangan gizi. Sebaliknya
bila kenaikan berat badan lebih besar dari
yang seharusnya merupakan indikasi
risiko kelebihan gizi (Depkes.go.id).
Hasil penelitian ini bertentangan
dengan penelitian Paramitha (2010) yang
menunjukkan bahwa terdapat hubungan
yang bermakna antara frekuensi menyusui
dengan kenaikan berat badan bayi usia 1-6
bulan seperti yang dijelaskan soetjiningsih
(1997) bahwa bayi yang mendapat cukup
ASI mempunyai kenaikan berat badan
rata-rata 500 gram perbulan bila menyusui
sering, tiap 2-3 jam atau 8-12 kali dalam
sehari. Hal ini dapat terjadi karena hampir
semua responden frekuensi menyusui nya
berada dalam kategori baik dan
pertumbuhan berat badan nya juga
baik/normal.
KB HORMONAL
Air susu ibu sedikit atau berkurang bahakan kadang – kadang sampai berhenti sama sekali. Disebabkan oleh faktor esterogen yang menekan produksi prolaktin yanga sangat berguna merangsang air susu ibu . dengan demikian kadar prolaktin rendah dan menyebab kna produksi air susu ibu berkurang.
Efek samping Pil, Suntik dan Implant Kontrasepsi untuk Ibu Menyusui
Alat Kontrasepsi untuk Ibu Menyusui yang sebaiknya dihindari adalah Pil, Implant dan Suntik KB yang mengandung hormon progesterone dan estrogen. Hal ini dikarenakan dapat menimbulkan efek samping berkurangnya produksi ASI pada Ibu Menyusui. Apabila anda tetap ingin menggunakan metode Pil gunakan saja pil KB yang hanya mengandung turunan hormon progesteron (mini pil).Mini pil ini biasanya tidak mempengaruhi Produksi ASI. Efektifitas Mini Pil KB bisa dikombinasikan dengan pemberian ASI eksklusif. Dan setelah anda berhenti menyusui silahkan mengganti mini pil dengan pil yang mengandung hormon progesterone dan estrogen.
Metode Kontrasepsi Yang Tidak Mempengaruhi Produksi ASI
Alat Kontrasepsi untuk Ibu Menyusui yang sering dipilih adalah kombinasi pemberian ASI eksklusif dengan metode KB sederhana seperti penggunaan kondom, diafragma, atau Mencegah Kehamilan dengan Sistem Kalender. Namun apabila anda tidak lagi menyusui segera ganti metode KB dengan metode efektifitas yang lebih tinggi, seperti Kontrasepsi Mantap, AKDRatau spiral.
Ringkasan:
Alat Kontrasepsi yang mengandung hormon progesterone dan estrogen mempengaruhi produksi ASI
Alat Kontrasepsi untuk Ibu Menyusui bertujuan untuk mencegah kehamilan dan menjaga produksi ASI,
Pemberian ASI Eksklusif juga menjadi salah satu metode kontrasepsi alami saat Menyusui.