Post on 30-Nov-2015
ANALISIS KEMACETAN LALU LINTAS SIMPANG CISALAK, DEPOK
(Studi Kasus Jalan Ir.H.Juanda - Tol Cijago, Bogor - Cisalak)
Moriani Nathasya [18311926],
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,Universitas Gunadarma
Jln. Margonda Raya No.100, Depok
email :moriani105@gmail.com
Abstrak
Simpang Cisalak merupakan simpang yang memiliki permasalahan kemacetan lalu lintas yang cukup tinggi. Simpang ini menghubungkan ruas Jalan Juanda menuju Tol Cijago maupun dari arah Bogor menuju Cisalak. Permasalahan kemacetan ini terjadi karena kurangnya pengaturan lalu lintas dan ketidakaturan para pengguna jalan baik kendaraan bermotor maupun kendaraan tak bermotor ditambah lagi dengan dibangun tol Cijago( Cinere – Jagorawi). Pada awalnya tol Cijago ini di bangun dengan tujuan untuk mengurangi kemacetan kepadatan di jalan Margonda Raya, namun pada akhirnya justru memberi dampak kemacetan terhadap simpang cisalak yang memang jauh sebelum di bangunnya tol Cijago memang sudah macet. Melihat permasalahan yang ada, maka dilakukan studi analisa kemacetan lalu lintas simpang Cisalak, Depok dengan tujuan untuk mengetahui penyebab terjadinya kemacetan, tingkat pelayanan dari ruas simpang Cisalak, Depok serta menemukan alternatif solusi untuk mengurangi kemacetan yang terjadi. Pengamatan ini dilakukan dengan menggunakan metode Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI). Data – data yang digunakan analisa merupakan data primer yang diambil langsung dari lapangan, berupa data kepadatan arus lalu lintas, kapasitas, derajat kejenuhan,besarnya tundaan dan perilaku lalu lintas.
Kata Kunci : kemacetan lalu lintas, kepadatan lalu lintas, tundaan.
1. Pendahuluan
Permasalahan yang biasa terjadi
dalam lalu lintas adalah kemacetan.
Kemacetan merupakan situasi atau keadaan
tersendatnya atau bahkan terhentinya lalu
lintas yang disebabkan oleh banyaknya jumlah
kendaraan melebihi kapasitas jalan.
Kemacetan biasanya terjadi karena tidak
mempunyai transportasi publik yang baik
atau memadai ataupun juga tidak
seimbangnya kebutuhan jalan dengan
kepadatan penduduk, kurangnya
pengaturan lalu lintas, adanya pasar
tumpah yang secara tidak langsung
memakan badan jalan sehingga membuat
antrian sejumlah kendaraan.
Permasalahan kemacetan ini juga
terjadi pada simpang Cisalak, Depok.
Simpang Cisalak merupakan simpang yang
menghubungkan ruas jalan Juanda menuju
Tol Cijago maupun dari arah Bogor
menuju Cisalak. Kemacetan yang terjadi
karena kurangnya pengaturan lalu lintas
dan adanya angkutan umum yang berhenti
sembarangan disekitar simpang tersebut.
Kondisi tersebut mengakibatkan
menurunnya tingkat pelayanan dari
simpang. Hal ini terlihat dari antrian
panjang kendaraan pada kaki – kaki
simpang. Kondisi diatas mengakibatkan
menurunnya tingkat pelayanan dari
simpang.
Untuk mengatasi kondisi tersebut,
maka perlu dilakukan upaya untuk
meningkatkan tingkat pelayanan simpang
dengan studi pengamatan terhadap
simpang tersebut.
Permasalahan pengamatan meliputi:
a) penyebab kemacetan pada simpang
cisalak,Depok , b) tingkat pelayanan jalan
pada simpang cisalak, Depok , c)
menemukan solusi terhadap kemacetan
yang terjadi.
Tujuan pengamatan meliputi: a)
mengetahui penyebab kemacetan pada
simpang cisalak, Depok , b) menganalisa
tingkat pelayanan jalan pada simpang
cisalak, Depok , c) memberikan solusi
terhadap kemacetan yang terjadi.
2. Dasar Teori
Kemacetan adalah keadaan
tersendatnya atau bahkan terhentinya lalu
lintas yang disebabkan oleh banyaknya
jumlah kendaraan melebihi kapasitas jalan.
Kemacetan banyak terjadi di kota-kota
besar, terutama kota yang tidak
mempunyai transfortasi publik yang baik
atau memadai. Kemacetan juga disebabkan
tidak seimbangnya kebutuhan jalan dengan
kepadatan penduduk. Kemacetan lalu
lintas menjadi permasalahan sehari-hari di
Jakarta, Surabaya, Bandung, Medan dan
kota-kota besar lainnya.
Kemacetan dapat disebabkan oleh
berbagai faktor. Berikut adalah faktor-
faktor yang dapat menyebabkan kemacetan
di jalan raya: Arus yang melewati jalan
telah melampaui kapasitas jalan, terjadi
kecelakaan lalu-lintas sehingga terjadi
gangguan kelancaran karena masyarakat
yang menonton kejadian kecelakaan atau
karena kendaraan yang terlibat kecelakaan
belum disingkirkan dari jalur lalu lintas,
terjadi banjir atau longsor sehingga
kendaraan memperlambat kendaraan,
serta adanya perbaikan jalan sehingga luas
jalan menjadi berkurang dan membuat
jarak antara kendaraan satu dengan
kendaraan yang lainnya semakin dekat.
Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia
(MKJI, 1997), ruas jalan dibagi menjadi 3
(tiga) jenis, yang meliputi : Jalan Antar
Kota (Interurban Road), Jalan Perkotaan
(Urban road) dan Jalan Tol (Motorways).
Pengelompokan jalan menurut peran
Pengelompokan jalan menurut perannya
adalah sebagai berikut: Jalan Arteri , Jalan
Kolektor , Jalan Lokal .
Jalan perkotaan (urban road)
Variabel-variabel yang akan akan dicari
dalam menentukan kinerja Jalan Perkotaan
antara lain:
• Kecepatan Arus Bebas, FV
• Kapasitas, C
• Derajat Kejenuhan, DS dan
• Kecepatan, V
a. Kecepatan Arus bebas (FV)
Kecepatan arus bebas didefinisikan
sebagai kecepatan pada saat tidak ada
arus (Q=0). Kecepatan arus bebas ini
didapat dengan menggunakan formula
sebagai berikut :
FV=(FV0+FVW)+FFVSF+FFVcs
………..(1)
Dimana:
FV : Kecepatan arus bebas kendaraan
ringan untuk kondisi sesungguhnya
(km/jam)
FV0 : Kecepatan arus bebas dasar untuk
kendaraan ringan pada jalan yang
diamati untuk kondisi ideal
FVW : Penyesuaian kecepatan untuk
lebar jalan (km/jam)
FFVSF : Faktor penyesuaian untuk
hambatan samping dan lebar bahu
FFVcs : Faktor penyesuaian kecepatan
untuk ukuran kota
b. Kapasitas (Capacity, C)
Kapasitas didefinisikan sebagai arus
maksimum yang melalui suatu titik di
jalan yang dapat dipertahankan per
satuan jam dalam kondisi tertentu.
Kecepatan ini dianalisa dengan
menggunakan formula:
C = C0 x FCW x FCSP x FCSF x FCCS
....(2)
dimana:
C : Kapasitas sesungguhnya (smp/jam)
C0 : Kapasitas Dasar untuk kondisi
tertentu (ideal) (smp/jam)
FCW : Faktor penyesuaian lebar jalan
FCSP : Faktor penyesuaian pemisahan
arah
FCSF : Faktor penyesuaian hambatan
samping
Kapasitas Simpang (C)
Kapasitas adalah kemampuan simpang
untuk menampung arus lalu lintas
maksimum per satuan waktu dinyatakan
dalam smp/jam hijau. Kapasitas pada
simpang dihitung pada setiap pendekat
ataupun kelompok lajur didalam suatu
pendekat. Kapasitas simpang
dinyatakan dengan rumus:
C = S . g/c ……………………….. (3)
Dimana:
C = Kapasitas (smp/jam hijau); S =
Arus jenuh (smp/jam hijau);
g = Waktu hijau (detik).
c = Panjang siklus (detik).
c. Derajat Kejenuhan (Degree of
Saturation, DS)
Derajat kejenuhan merupakan rasio arus
terhadap kapasitas, digunakan sebagai
faktor utama dalam penentuan tingkat
kinerja ruas jalan. Nilai DS ini
menunjukkan apakah ruas jalan tersebut
mempunyai masalah dengan kapasitas
atau tidak jika dihubungkan dengan
volume lalu lintas yang lewat. Harga
DS dapat dihitung dengan formula:
DS=Q/C .........................................(4)
dimana:
DS : Derajat Kejenuhan
Q : Arus lalu lintas (SMP/jam)
C : Kapasitas (SMP/jam)
d. Kecepatan (Velocity,V)
Kecepatan didefinisikan sebagai
kecepatan rata-rata ruang dari
kendaraan ringan sepanjang segmen
jalan, dihitung dengan menggunakan
formula:
V=L/TT .......................................(5)
dimana:
V : Kecepatan rata-rata (km/jam)
L : Panjang segmen (km)
TT : Waktu tempuh rata-rata (jam)
Menurut MKJI 1997,
Tundaan (Delay) adalah waktu
tempuh tambahan yang diperlukan untuk
melalui simpang apabila dibandingkan
lintasan tanpa melalui suatu simpang.
Tundaan terdiri dari tundaan lalu lintas
yaitu waktu menunggu yang disebabkan
oleh interaksi lalu-lintas dan tundaan
geometri yang disebabkan oleh
perlambatan dan percepatan kendaraan
yang membelok disimpangan dan atau
yang terhenti karena lampu lalu lintas.
Tundaan yang digunakan sebagai
indikator tingkat pelayanan dari masing-
masing pendekat maupun suatu simpangan
secara menyeluruh adalah Tundaan rata-
rata. Menurut Manual Kapasitas Jalan
Indonesia (MKJI), tundaan (D) pada suatu
simpang dapat terjadi karena 2 (dua) hal,
yaitu :
a. Tundaan lalu lintas (DT) yang
disebabkan oleh interaksi lalu lintas
dengan gerakan lainnya pada suatu
simpang;
b. Tundaan geometri (DG) yang
disebabkan oleh perlambatan dan
percepatan saat membelok pada suatu
simpang dan atau terhenti karena lampu
merah.
Tundaan rata-rata untuk suatu
pendekat j merupakan jumlah tundaan lalu
lintas ratarata (DTj) dengan tundaan
geometrik rata-rata (DGj) yang
persamaannya dapat dituliskan seperti
berikut ini :
Dj = DTj + DGj
............................................. (6)
di mana :
DJ = Tundaan rata-rata untuk pendekat j
(det/smp)
DTj = Lalu-lintas rata-rata untuk pendekat
j (det/smp)
DGj = Tundaan geometri rata-rata
pendekat j (det/smp)
Berdasarkan pada Akcelik, 1998,
tundaan lalu lintas rata-rata (DT) pada
suatu pendekat dapat ditentukan dengan
persamaan sebagai berikut :
DT =c×0,5×(1−GR )2
1−(GR−DS)+
NQ1×3600
C
………(7)
di mana :
DTj = Tundaan lalu-lintas rata-rata
pendekat j (det/smp)
GR = Rasio hijau (g/c)
DS = Derajat kejenuhan
C = Kapasitas (smp/jam)
NQ1 = Jumlah smp tertinggal dari fase
hijau sebelumnya
Tundaan geometri rata-rata (DG)
pada suatu pendekat dapat diperkirakan
dengan persamaan sebagai berikut :
DGj = (1 – PSV) x PT x 6 + (PSV x
4)......................(8)
dengan :
DGj = Tundaan Geometri rata-rata pada
pendekat j (smp/jam)
Psv = Rasio kendaraan terhenti pada suatu
pendekat
PT = Rasio kendaraan membelok pada
suatu pendekat
Sedangkan untuk metode lapangan
dilakukan dengan menghitung semua
kendaraan yang masuk simpang, dan
volume kendaraan yang mendekati
simpang dalam satuan mobil penumpang.
Vtotal antri = Vberhenti + Vtidak
berhenti..................(9)
ΣD = Vtotal antri x
Tpengamatan ..............................(10)
DTs=
ΣDV berhenti
................................................................
(11)
%VD=
V berhenti
V total antri
x100%................................................(12)
DTsTotal=
ΣDV total antri
......................................................(13)
dengan :
Vtotal antri = Volume keseluruhan
kendaraan yang mendekati simpang (smp)
Vberhenti = Volume kendaraan yang
masuk dan berhenti di simpang (smp)
V tidak berhenti = Volume Kendaraan
yang masuk dan tidak berhenti di simpang
(smp)
TPengamatan = Durasi pengamatan (detik)
ΣD = Jumlah tundaan (detik)
DTs = Rata-rata tundaan semua kendaraan
berhenti(detik)
%VD = Prosentase kendaraan yang
tertunda (%)
DT s Total = Rata-rata tundaan semua
kendaraan (detik)
Tingkat Pelayanan/Kinerja Jalan
Tingkat pelayanan (Level of Service)
atau kinerja jalan merupakan pengukuran
kualitatif yang menerangkan tentang
kondisi–kondisi operasional dalam suatu
aliran lalu lintas. Tingkat pelayanan suatu
persimpangan (biasanya pada
persimpangan berlampu lalu lintas)
menurut HCM’ 85 Amerika didapat-kan
dengan melihat waktu tempuh tambahan
yang diperlukan untuk melewati suatu
simpang dibandingkan terhadap situasi
tanpa simpang atau disebut dengan
Tundaan (Delay).
Kriteria tingkat pelayanan untuk simpang
bersignal dapat dilihat pada tabel berikut
ini.
Tabel 1. Tingkat Pelayanan
Tingkat Pelayanan Tundaan (Delay)
(det/kend)
A
B
C
D
E
F
< 5,0
5,1 – 15
15,1 – 25
25,1 – 40
40,1 – 60
> 60
Sumber : HCM 85
Tingkat Pelayanan A :
pergerakan yang lancar/sangat baik dan
sebagian besar kendaraan tiba pada saat
lampu hijau.
Tingkat Pelayanan B :
pergerakan baik, kendaraan yang berhenti
pada tingkat ini lebih banyak dari
kendaraan pada LOS A.
Tingkat Pelayanan C :
pergerakan yang kurang baik dan atau
waktu siklus yang lebih panjang. Jumlah
kendaraan yang berhenti sangat
berpengaruh pada tingkat ini, walaupun
masih banyak ken-daraan yang melewati
persimpangan ini.
Tingkat Pelayanan D :
pergerakan yang buruk dan pengaruh
kemacetan lebih terlihat pada tingkat ini.
Akibat dari waktu siklus yang panjang atau
rasio kendaraan yang tinggi dan rasio
kendaraan henti menurun.
Tingkat Pelayanan E :
pergerakan yang buruk akibat dari nilai
tundaan yang tinggi, biasanya menujukan
nilai waktu siklus yang panjang dan rasio
kendaraan yang tinggi.
Tingkat Pelayanan F :
kondisi macet total atau ketika arus
kedatangan melebihi kapasitas dari
persimpangan tersebut.
Kinerja lalu lintas
Kinerja lalu lintas ruas jalan dapat
dilihat dari kondisi kapasitas jalan (C)
dengan volume lalu lintas (V), dengan
memperbadingannya (V/C). Istilah ini
sering disebut dengan VC Ratio.
V/C sangat tinggi (0,9-1) kondisi lalu lintas padat, potensi timbul kemacetan
V/C tinggi (>0,7) dianggap kondisi lalu lintas baik
V/C sedang (0,6-0,4) kondisi lalu lintas tidak terlalu ramai
V/C rendah (<0,3) kondisi lalu lintas lengang (sepi)
3. Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan
mengumpulkan literatur dan data sekunder
yang berkaitan dengan penelitian yang
akan dilakukan. Lalu dilakukan survey
langsung di lapangan untuk mendapatkan
data primer. Data primer tersebut berupa
volume kendaraan, waktu siklus serta lebar
pendekat.
Survey dilakukan pada hari kerja
yang diharapkan akan didapatkan waktu
puncak. Waktu survey yang dilakukan
yaitu pada 29 April 2013 hari senin
(mewakili hari kerja) jam 6.00 – 7.00
WIB, dan jam 16.00 – 17.00 WIB.
4. Pembahasan
Hasil survey yang dilakukan pada
hari senin 29 April 2013 pukul 06.00
- 07.00 WIB dan 16.00 – 17.00 WIB,
maka diperoleh volume lalu lintas
pada Jl.Ir.H.Juanda (ke arah tol
cijago dan ke arah margonda), ke
arah Bogor, serta ke arah Cisalak
yang terlihat pada tabel 2, tabel 3,
tabel 4 dan tabel 5.
Tabel 2. Data Survey Volume Lalu Lintas Jl.Ir.H. Juanda (arah tol cijago) – Waktu Pagi dan
Sore.
Jenis Kendaraan
(06.00 – 07.00)Kend/jam Emp/jam Smp/jam
Kendaraan Ringan (LV) 2845 1,0 2845
Kendaraan Berat (HV) 173 2,5 432,5
Sepeda Motor (MC) 2901 0,5 1450,5
Jumlah 4728
Tabel 3. Data Survey Volume Lalu Lintas Jl.Ir.H. Juanda (arah margonda) – Waktu Pagi dan
Sore.
Jenis Kendaraan
(06.00 – 07.00)Kend/jam Emp/jam Smp/jam
Kendaraan Ringan (LV) 2637 1,0 2637
Kendaraan Berat (HV) 126 2,5 315
Sepeda Motor (MC) 2728 0,5 1364
Jumlah 4316
Jenis Kendaraan
(16.00 – 17.00)Kend/jam Emp/jam Smp/jam
Kendaraan Ringan (LV) 2724 1,0 2724
Kendaraan Berat (HV) 116 2,5 290
Sepeda Motor (MC) 2812 0,5 1406
Jumlah 4420
Tabel 3. Data Survey Volume Lalu Lintas Ke Arah Bogor – Waktu Pagi dan Sore.
Jenis Kendaraan
(06.00 – 07.00)Kend/jam Emp/jam Smp/jam
Kendaraan Ringan (LV) 2773 1,0 2773
Kendaraan Berat (HV) 150 2,5 375
Sepeda Motor (MC) 2928 0,5 1464
Jumlah 4612
Jenis Kendaraan Kend/jam Emp/jam Smp/jam
Jenis Kendaraan
(16.00 – 17.00)Kend/jam Emp/jam Smp/jam
Kendaraan Ringan (LV) 3105 1,0 3105
Kendaraan Berat (HV) 181 2,5 452,5
Sepeda Motor (MC) 3021 0,5 1510,5
Jumlah 5068
(16.00 – 17.00)
Kendaraan Ringan (LV) 2781 1,0 2781
Kendaraan Berat (HV) 147 2,5 367,5
Sepeda Motor (MC) 2931 0,5 1465,5
Jumlah 4614
Tabel 3. Data Survey Volume Lalu Lintas Ke Arah Cisalak – Waktu Pagi dan Sore.
Jenis Kendaraan
(06.00 – 07.00)Kend/jam Emp/jam Smp/jam
Kendaraan Ringan (LV) 2852 1,0 2852
Kendaraan Berat (HV) 136 2,5 340
Sepeda Motor (MC) 3474 0,5 1737
Jumlah 4929
Jenis Kendaraan
(16.00 – 17.00)Kend/jam Emp/jam Smp/jam
Kendaraan Ringan (LV) 2871 1,0 2871
Kendaraan Berat (HV) 129 2,5 322,5
Sepeda Motor (MC) 3573 0,5 1786,5
Jumlah 4980
Sementara itu hasil pengamatan waktu sinyal lampu lalu lintas terlihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Waktu Siklus Sinyal Lampu Lalu Lintas
Lengan Simpang Merah(det) Kuning(det) Hijau(det) Jumlah
Cisalak
Bogor
Ir.H.Juanda(arah tol
cijago)
Ir.H.Juanda(arah
margonda)
199
201
201
201
5
5
5
5
67
67
68
68
271
273
274
274
Kondisi geometrik simpang cisalak
(Ir.H.Juanda - Tol Cijago, Bogor - Cisalak)
adalah satu jalur dua lajur satu arah dengan
lebar jalan 7 m dan median jalan 1 m.
Sementara itu untuk hasil
perhitungan nilai derajat kejenuhan (DS)
dan Tingkat Pelayanan terlihat pada Tabel
7.
Tabel 7.Nilai Derajat Kejenuhan (DS) dan Tingkat Pelayanan (TP)
Lengan SimpangVolume kend
(smp/jam)
Kapasitas
Jalan
(smp/jam)
TP DS
Jl.Ir.H.Juanda (arah
Tol Cijago)
(06.00 – 07.00)
(16.00 – 17.00)
4728
5068
33096
35476
0,143
0,143
0,576
0,576
Jl.Ir.H.Juanda (arah
Margonda )
(06.00 – 07.00)
(16.00 – 17.00)
4316
4420
30212
30940
0,143
0,143
0,576
0,576
Arah Bogor
(06.00 – 07.00)
(16.00 – 17.00)4612
4614
32284
32298
0,143
0,143
0,583
0,583
Arah Cisalak
(06.00 – 07.00)
(16.00 – 17.00)4929
4980
34503
34860
0,143
0,143
0,578
0,578
5. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan diatas, maka dapat
disimpulkan hal – hal sebagai berikut :
a. Waku siklus lampu lalu lintas pada
simpang cisalak rata -rata yaitu pada
waktu lampu merah 200 detik dan
lampu hijau 68 detik dan volume
kendaraan rata - rata yang tinggi
yaitu 4708,375 smp/jam,
menunjukkan waktu siklus lampu
lalu lintas yang panjang dengan
volume kendaraan yang tinggi,
disertai juga kurangnya pengaturan
lalu lintas, adanya angkutan umum
yang berhenti sembarangan disekitar
simpang akibatnya terjadi
kemacetan.
b. Nilai derajat kejenuhan dari
Jl.Ir.H.Juanda (arah Tol Cijago) dan
Jl.Ir.H.Juanda (arah margonda )
sebesar 0,576 ; arah Bogor sebesar
0,583 dan arah Cisalak sebesar
0,578. Hal tersebut menujukkan
simpang tidak terjadi kemacetan
karena DS< 0,85. Sedangkan nilai
tingkat pelayanan pada simpang
cisalak sebesar 0,143 sehingga dapat
disimpulkan kondisi lalu lintas
dalam keadaan bagus. Namun
berdasarkan fakta dan kenyataan
yang ada pada simpang cisalak
terjadi kemacetan karena adanya
waktu siklus lampu lalu lintas yang
panjang sehingga menyebabkan
antrian kendaraan yang panjang lalu
adanya angkutan umum yang
berhenti sembarangan disekitar
simpang.
c. Solusi yang dapat diberikan untuk
mengurangi kemacetan yang terjadi
antara lain :
Dari segi pengaturan lampu
lalu lintas perlu dilakukan
peninjauan kembali seperti
dengan merubah waktu siklus
dikarenakan tundaan yang
besar diakibatkan panjangnya
waktu siklus.
Perlu dilakukan pengaturan
lalu lintas terhadap angkutan
umum yang berhenti
sembarangan dengan adanya
petugas pengatur lalu lintas.
Mengurangi konflik
dipersimpangan melalui
pembatasan arus tertentu,
biasanya yang paling
dominan membatasi arus
belok kanan.
Memperlebar jalan,
menambah lalu lintas
jalansepanjang hal itu
memungkinkan.
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Jenderal Bina Marga
1997.Manual Kapasitas Jalan
Indonesia.Jakarta: Direktorat Bina Jalan
Kota.
Warpani, W., 1993. Rekayasa Lalu-
Lintas.Jakarta: Penerbit Bhratara.
Ir. Aji Suraji, MSc.Perancangan
Geometrik Jalan.Malang: Jurusan Teknik
Sipil Universitas Widyagama Malang.
Risdiyanto, 2007. Rekayasa Lalu
lintas,Teori dan Aplikasi.
Yogyakarta:Jurusan Teknik Sipil
Universitas Janabadra.
.