Post on 15-Jan-2016
description
DAFTAR ISI
ISLAM SEBAGAI PENGTAHUAN ILMIAH.................................3
1. Arti dan Perbedaan Antara Pengetahuan, Ilmu dan Filsafat.........................3
a. Pengetahuan......................................................................................................3
b. Ilmu....................................................................................................................4
c. Filsafat................................................................................................................4
d. Perbedaan Filsafat, Ilmu dan Pengetahuan........................................................5
2. Metode Ilmiah dan Stuktur Ilmu...................................................................7
A. Metode Ilmiah....................................................................................................7
Kriteria Metode Ilmiah:.......................................................................................7
a.Berdasarkan Fakta...................................................................................................7
b.Bebas dari Prasangka..............................................................................................7
A.Menggunakan prinsip analisa..........................................................................8
a.Menggunakan hipotesa...........................................................................................8
b.Menggunakan ukuran obyektif...............................................................................8
c.Menggunakan kuantifikasi.......................................................................................8
Langkah-langkah Metode Ilmiah:...............................................................................9
a.Membangun kerangka analisa................................................................................9
b.Mengumpulkan data primer...................................................................................9
c.Mengolah, menganalisa serta membuat interpretasi..............................................9
d.Membuat generalisasi dan kesimpulan...................................................................9
e.Membuat laporan...................................................................................................9
B. .....................................................................................................Struktur Ilmu............................................................................................................................9
3. Klasifikasi Ilmu..............................................................................9
1.Natural Science (Ilmu Alam).............................................................................9
Cabang-cabang ilmu alam :......................................................................................10
1.Social Science (Ilmu Sosial)............................................................................10
Cabang-cabang ilmu sosial :.....................................................................................11
1.Humanities (Ilmu Humaniora)........................................................................11
Cabang-cabang Ilmu Humaniora :............................................................................12
Allah meninggikan kedudukan orang-orang yang berilmu, baik disisi Allah
maupun disisi manusia.
4. Pendekatan Keilmuan..................................................................12
A...................................................................................Pendekatan Antropologis..........................................................................................................................12
B. ......................................................................................Pendekatan sosiologis..........................................................................................................................13
C. .........................................................................................Pendekatan filosofis..........................................................................................................................13
D. ........................................................................Pendekatan Historis (Sejarah)...........................................................................................................................14
E. .....................................................................................Pedekatan Psikologis...........................................................................................................................15
F. ......................................................................Pendekatan Teologis Normatif..........................................................................................................................15
G. ...............................................................................Pendekatan Kebudayaan..........................................................................................................................16
Allah meninggikan kedudukan orang-orang yang berilmu, baik disisi Allah
maupun disisi manusia.
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Dalam abad ke 20 ini, di satu pihak orang mengamati kemajuan teknologi
dan ilmu pengetahuan yang sangat pesat dan mendalam, namun bersamaan
dengan itu dipihak lain orang mengamati dekadensi kehidupan beragama
dikalangan umat manusia. Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
tampak jelas memberikan buah yang sangat menyenangkan bagi kehidupan
lahiriyah umat manusia secara luas. Dan manusia merasa telah mampu
mengeksploitasi kekayaan-kekayaan dunia secara besar-besaran.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan kecanggihan teknologi kurun ini, secara
bertahap tapi pasti membuktikan bahwa ayat-ayat al-Qur'an itu benar dan
mengagumkan. Sejak bentuk tulisan yang paling primitif dengan bahan kertas
yang amat sederhana manusia memulai abad-abad yang gemerlapan oleh sinar
ilmu pengetahuan itu, manusia telah menulis berjuta-juta buku, dan dapat
menyelesaikan penulisan beribu-ribu kata dalam waktu yang amat singkat. Dna
yang paling aktual serta masih mengagumkan di kalangan manusia adalah
penemuan alat “komputer” yang begitu besar manfaatnya.
Sepanjang yang kita ketahui, rasanya belum ada sesuatu agamapun yang
melampaui dalamnya pandangan terhadap ilmu pengetahuan sebagaimana
pandangan yang diberikan Islam. Islam sangat gigih dalam mendorong umat
manusia untuk mencari ilmu dan mendudukkannya, sebagai sesuatu yang utama
dan mulia.
Sejak awal turunnya wahyu kepada Muhammad Saw (al-Qur'an), masalah
ilmu pengetahuan merupakan pangkal perintah Allah kepada manusia. Perintah
membaca merupakan kunci mencari dan mengulas ilmu pengetahuan itu,
“membaca” apakah yang hendak dibaca tanpa ada sesuatu yang tersurat? Dan ini
merangsang manusia untuk giat menulis, meneliti, mengobservasi, menganalisis,
dan kemudian merumuskannya sebagai teori ilmu, membacapun tak dapat jalan
tanpa memiliki pengetahuan membaca dan ketrampilan bahasa dan pandai
Allah meninggikan kedudukan orang-orang yang berilmu, baik disisi Allah
maupun disisi manusia.
menulis adalah rangkaian dari sarana dalam rangka menimba ilmu pengetahuan
itu.
Dari sini kita dapat mengambil pengertian bahwa Allah benar-benar
menyatakan betapa tingginya nilai ilmu itu. Karena itu Allah meninggikan
kedudukan orang-orang yang berilmu, baik disisi Allah maupun disisi manusia.
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang
yang diberi ilmu pengetahuan”. (QS. 58 : 11).
Sebagai makhluk yang diberi kelebihan-kelebihan, manusia dijadikan
penguasa di bumi dengan tugas, kewajiban serta tanggung jawabnya, dia harus
melalukan pengelolaan yang baik untuk itu ia harus mengetahui dan memahami
benar-benar sifat dan kelakuan alam sekitarnya yang harus dikelolanya itu, baik
yang tak bernyawa maupun yang hidup beserta masyarakatnya, pengetahuan dan
pemahaman ini dapat diperolehnya karena manusia hidup di dalam, dan dapat
menginderakan alam fisis di sekelilingnya. Dan diharapkan orang dapat
memperoleh pengetahuan yang berguna baginya dalam menjalankan peranannya
sebagai khalifah di bumi.
Pemeriksaan dengan perhatian yang besar untuk mengetahui sesuatu
memerlukan observasi yang berulang-ulang secara teliti serta pengumpulan data
secara sistematis yang kemudian dianalisis untuk memperoleh suatu kesimpulan
tentang apa yang diperiksa itu untuk dihimpun sebagai pengetahuan, tetapi
analisis terhadap suatu himpunan data untuk mencapai kesimpulan itu
memerlukan kemampuan berfikir secara kritis. Namun untuk sampai pada
kesimpulan-kesimpulan yang dapat dihimpun menjadi suatu sistem yang logis
atau kesatuan yang rasional yang kita sebut ilmu pengetahuan perlu digunakan
pertimbangan yang melibatkan akal. Dan hal inipun diungkapkan dalam ayat
lanjutannya yaitu ayat 12 surat an-Nahl yang artinya:
“Dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu. Dan
bintang-bintang itu ditundukkan (untukmu) dengan perintah-Nya. Sesungguhnya
Allah meninggikan kedudukan orang-orang yang berilmu, baik disisi Allah
maupun disisi manusia.
pada yang demikian itu benar-benar ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum
yang memahami (nya)”
2. Rumusan Masalah
a. Apa arti dan Perbadaan antara pengetahuan, ilmu dan filsafat?
b. Apa saja metode ilmiah dan struktur ilmu?
c. Apa saja klasifikasi ilmu?
d. Sebutkan pendekatan-pendekatan keilmuan
Allah meninggikan kedudukan orang-orang yang berilmu, baik disisi Allah
maupun disisi manusia.
ISLAM SEBAGAI PENGTAHUAN ILMIAH
1. Arti dan Perbedaan Antara Pengetahuan, Ilmu dan Filsafata. Pengetahuan
Pengetahuan menurut Dr. MJ. Langgeve mengatakan bahwa pengetahuan
adalah "kesatuan antara subjek yang mengetahui dan objek yang diketahui".
Sebgai contoh, A melihat es batu, lalu tergambar dalam benaknya air yang
didinginkan rupanya bisa menjadi beku dan keras seperti batu. Kenapa bisa beku?
Apa yang membuat es tersebut menjadi keras, sangat dingin dan sebagainya tidak
lagi menjadi objek penyelidikan.
Pengetahuan itu sendiri pada garis besarnya dibagi menjadi dua, yang
pertama disebut dengan pengetahuan (حضرى) hudury atau Knowledge by
Present dan yang kedua adalah pengetahuan (اصولى) ushuly atau Knowledge by
Correspondence.
Knolwedge by Present artinya adalah pengetahuan yang diperoleh secara
langsung dan tidak memerlukan landasan teori apapun. Contohnya adalah
pengetahuan tentang rasa lapar. Rasa lapar diketahui selalu bersamaan dengan
rasa lapar itu sendiri, pengetahuan ini tidak membutuhkan pengetahuan luar.
Untuk mengetahui rasa lapar kita tidak memerlukan penjelasan dan pengetahuan
tentang rasa lapar dari orang lain dan ataupun dari buku-buku teori.
Sedangkan yang Knowledge by Correspondence adalah sebaliknya, pada
knowledge by correspondence pengetahuan itu diperoleh harus melalui perantaran
semisal melalui perantaran indra dan lain-lain. Tentang pengetahuan knowledge
by correspondence ini sendiri sebenarnya masih bisa dibagi menjadi dua bagian
lagi, yang pertama disebut dengan pengetahuan rasional dan yang kedua disebut
dengan pengetahuan empiris.
Pengetahuan rasional, contohnya adalah pengetahuan tentang matematika,
politik, filsafat dan lain lain. Sedangkan yang disebut dengan pengetahuan
Allah meninggikan kedudukan orang-orang yang berilmu, baik disisi Allah
maupun disisi manusia.
emphiris contohnya adalah pengetahuan tentang biologi, kimia, fisika dan lain-
lain.
Perlu untuk dicatat bahwa, pada tahapan tertentu bisa saja sebuah
pengtahuan yang tadinya rasional berubah menjadi emphiris dan sebaliknya yang
emphiris bisa dilihat dengan pendekatan rasional
b. IlmuIlmu adalah suatu kata yang berasal dari bahasa Arab yaitu 'Ilmun (علم)
yang berarti tahu atau mengetahui. Menurut bahruddin salam dam bukunya
filsafat manusia (antropologi metafisika) sebagai berikut:
Ilmu pengetahuan adalah kumpulan mengenai sesuatu hal tertentu (objek),
yang memberikan kesatuan yang sistematis dan dapat dipertanggungjawabkan
dengan menunjukkan sebab-sebab dari pada hal atau kejadian itu.
Dari kutipan diatas kami dapat memahami bahwa yang disebut ilmu
adalah kumpulan-kumpulan pengetahuan yang diserap/serapan dengan cara
sistematis, disusun dengan rapi dan ditata menurut metode dan sistematika
tertentu agar dapat dipertanggungjawabkan.
Dengan demikian dapat disimpulkan ilmu adalah suatu pengetahuan yang
menggunakan metode atau cara-cara diamping sistematika sehingga dapat sangat
memungkinkan untuk mendapatkan kebenaran.
c. FilsafatFilasafat berasal dari bahasa Arab (فلسفه) orang arab sendiri
mengambilnya dari bahasa yunani : "Philosophie". Dalam bahsa yunani
philosophie itu merupakan kata majemuk yang terdiri dari "Philo" dan "sopia",
kata Prof. I.R. Pujawiyatna "Philo artinya cinta dalam arti seluas-luasnya. Sofia
artinya kebijaksanaan".
Allah meninggikan kedudukan orang-orang yang berilmu, baik disisi Allah
maupun disisi manusia.
Kata filsafat itu lebih jauh dijelaskan oleh Drs. Amsal Bukhari, MA. Belia
mengambil ulasan Al Farabi menyatakan bahwa, "filsafat adalah pengetahuan
tentang alam yang maujud dan bertujuan menyelidiki hakikat sebenarnya".
Apa yang dipaparkan oleh Al Farabi dicontohkan tentang kedudukan
manusia dalam realita jagat raya ini. Ini harus dikaji dengan pemikiran yang
mendalam, luas, universal, radikal, sistematis, kritis, deskritif, analisis, evaluatif
dan spekulatif.
Dan dari keterangan tersebut dapat disimpulkan bahwa filsafat adalah ilmu
yang menerangkan dan menggunakan metode dan sistem guna mendapatkan apa
yang ingin diketahui secara mendalam dan mengakar melebihi apa yang
didapatkan oleh ilmu pengetahuan.
d. Perbedaan Filsafat, Ilmu dan PengetahuanSebagai kesimpulan ialah perbedaan antara pengetahuan, ilmu dan filsafat
adalah bahwa pengetahuan itu berada pada tahap pertama yaitu sekedar
mengetahui secara umum dan tidak sampai mengakar, sedangkan ilmu sudah
sampai pada tahapan yang ke dua yaitu pengenalan secara rasio, artinya
keberadaan manusia (manusia sebagai objek) dengan segala sifat-sifatnya sudah
dianalisa secara akal, sehingga tidak bertanya-tanya dan ragu-ragu. Dan perbedaan
ilmu dan filsafat adalah filsafat objeknya universal atau berifat umum sementara
ilmu bersifat khusus.
Kemudian penjelajah ilmu akan puas dengan teori-teorinya, sedangkan
filasafat terus berenag dan menyelam pada uji cobadan eksperimen, seperti halnya
yang dilakukan Ibrahim ketika ingin mengetahui cara menghidupkan yang mati.
(QS. Al-Baqarah: 260) yang artinya:
"Dan (Ingatlah) ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku
bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang mati." Allah berfirman: "Belum
yakinkah kamu ?" Ibrahim menjawab: "Aku Telah meyakinkannya, akan tetapi
agar hatiku tetap mantap (dengan imanku) Allah berfirman: "(Kalau demikian)
Allah meninggikan kedudukan orang-orang yang berilmu, baik disisi Allah
maupun disisi manusia.
ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah semuanya olehmu. (Allah
berfirman): "Lalu letakkan diatas tiap-tiap satu bukit satu bagian dari bagian-
bagian itu, Kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu
dengan segera." dan Ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana."
Filsafat titik tekan kajiannya adalah ontologi sementara Ilmu Pengetahuan
(Science) titik tekan kajiannya adalah Epitimologi.
Ontologi berbicara tentang benda atau objeknya, Objek ontologis itu
sendiri ada dua, yang pertama disebut sebagai objek materi phisik dan yang kedua
disebut sebagai objek materi non phisik. Sedangkan Epistimologi berbicara
tentang subjeknya, yaitu berbicara tentang si orang yang menilai atau yang
mempelajari atau yang mengamati si objek ontologi melalui indra, akal dan hati.
Jadi bisa dikatakan dengan ringkas bahwa pengetahuan itu melekat didiri
si pengamat atau subjek sehingga jika si subjek berbeda tafsir terhadap objek yang
sama maka yang perlu diperiksa adalah seberapa jauh pengetahuan si subjek
terhadap objek tersebut.
Kenapa demikian? Karena pada hakekatnya yang mempunyai pengetahuan
adalah si subjek sementara objek material yang diamati atau yang dijadikan
penelitian itu sama sekali tidak memiliki pengetahuan dan keberadaannya juga
tidak akan berubah hanya karena kesalahan tafsir dari subjek yang mengamatinya.
2. Metode Ilmiah dan Stuktur IlmuA. Metode Ilmiah
Nazir (1998) menjelaskan, metode ilmiah atau proses ilmiah merupakan
proses keilmuan untuk memperoleh pengetahuan secra sistematis berdasarkan
bukti fisis (Ahmad Tanzeh:2009). Ilmuan melakukan observasi serta membentuk
hipotesis dalam usahanya untuk menjelaskan fenomena alam. Metode ilmiah
boleh dikatakan suatu pengejaran terhadap kebenaran yang diatur oleh
pertimbangan-pertimbangan logis. Karena ideal dari ilmu adalah untuk
Allah meninggikan kedudukan orang-orang yang berilmu, baik disisi Allah
maupun disisi manusia.
memperoleh interelasi yang sistematis dari fakta-fakta, maka metode ilmiah
berkehendak untuk mencari jawaban tentang fakta-fakta dengan menggunakan
pendekatan yang sistematis.
Menurut Almack (1930) dalam Ahmad Tanzeh (2009), metode ilmiah
adalah cara menerapkan prinsip-prinsip logis terhadap penemuan, pengesahan dan
penjelasan kebenaran. Sedangkan Ostle berpendapat bahwa metode ilmiah adalah
pengejaran terhadap sesuatu untuk memperoleh sesuatu interelasi.
Metode ilmiah dalam meneliti mempunyai kriteria serta langkah-langkah
tertentudalam bekerja, seperti berikut:
Kriteria Metode Ilmiah:Supaya suatu metode yang digunakan dalam penelitian disebut ilmiah,
maka metode tersebut harus mempunyai beberapa kriteria, yaitu:
a.Berdasarkan FaktaKeterangan-keterangan yang ingin diperoleh dalam penelitian, baik yang
akan dikumpulkan dan yang akan dianalisa, haruslah berdasarkan fakta-fakta yang
nyata. Bukan berdasarkan pada daya khayalan, kira-kira, legenda atau sejenisnya.
b.Bebas dari PrasangkaMetode ilmiah harus bebas dari prasangka, bersih dan jauh dari
pertimbangan subyektif. Menggunakan suatu fakta haruslah dengan alasan dan
bukti yang lengkap dan dengan pembuktian.yang obyektif.
A.Menggunakan prinsip analisaDalam memahami serta memberi arti terhadap fenomena yang kompleks,
harus menggunakan prinsip analisa. Semua masalah harus dicari sebab musabab
serta pemecahannya dengan mengguanakan analisa yang logis. Fakta yang
mendukung tidaklah dibiarkan sebagaimana adanya atau hanya dibuat
deskripsinya saja. Tetapi semua kejadian harus dicari sebab akibat dengan
menggunakan analisa yang tajam.
Allah meninggikan kedudukan orang-orang yang berilmu, baik disisi Allah
maupun disisi manusia.
a.Menggunakan hipotesaDalam metode ilmiah, peneliti harus dituntun dalam proses berpikir
dengan menggunakan analisa. Hipotesa harus ada untuk mengonggok-kan
persoalan serta memandu jalan pikiran ke arah tujuan yang ingin dicapai sehingga
hasil yang ingin diperoleh akan mengenai sasaran dengan tepat. Hipotesa
merupakan pegangan yang khas dalam menuntun jalan pikiran peneliti.
b.Menggunakan ukuran obyektifKerja penelitian dan analisa harus dinyatakan dengan ukuran yang
obyektif. Ukuran tidak boleh dengan merasa-rasa atau menuruti hati nurani.
Pertimbangan-pertimbangan harus dibuat secara obyektif dengan menggunakan
pikiran yang waras.
c.Menggunakan kuantifikasiDalam memperlakukan data ukuran kuantitatif yang lazim digunakan,
kecuali untuk atribut-atribut yang tidak dapat dikuatifikasikan. Ukuran-ukuran
yang digunakan misalnya ton, mili meter, detik, tak hingga dan sebagaimana.
Bukan menggunakan ukuran sejauh mata memandang, sehitam pekat aspal dan
sebagainya yang dianggap tidak dapat diukur dengan akal manusia. Kuantifikasi
yang mudah adalah dengan menggunakan ukuran nominal, ranking dan rating.
Langkah-langkah Metode Ilmiah:a.Memilih dan mendefinisikan masalah
b.Survey terhadap data yang tersedia
c.Mempormulasikan hipotesa
a.Membangun kerangka analisa
b.Mengumpulkan data primer
c.Mengolah, menganalisa serta membuat interpretasi
d.Membuat generalisasi dan kesimpulan.
e.Membuat laporan
Allah meninggikan kedudukan orang-orang yang berilmu, baik disisi Allah
maupun disisi manusia.
B. Struktur IlmuStruktur artinya adalah susunan, dengan menggabungkan struktur bersama
pengetahuan. Artinya menjadi susunan pengetahuan dan ditambah lagi dengan
kata ilmiah yang berarti harfiahnya adalah susunan pengetahuan yang tertata
dengan baik dan sistematis.
3. Klasifikasi IlmuIlmu dapat digolongkan menjadi :
1.Natural Science (Ilmu Alam)Ilmu alam adalah ilmu yang berhubungan dengan gejala-gejala alam yang
bersifat fisik, konstan dan bisa diamati secara kasat mata (Mudjia). Secara harfiah
ilmu alam adalah istilah yang digunakan yang merujuk pada rumpun ilmu dimana
obyeknya adalah benda-benda alam dengan hukum-hukum yang pasti dan umum,
berlaku kapan pun dimana pun.
Ilmu alam mempelajari aspek-aspek fisik & nonmanusia tentang Bumi dan
alam sekitarnya. Ilmu-ilmu alam membentuk landasan bagi ilmu terapan, yang
keduanya dibedakan dari ilmu sosial, humaniora, teologi, dan seni.
Cabang-cabang ilmu alam :(a). Astronomi
(b). Biologi
(c). Ekologi
(d). Fisika
(e). Geologi
(f). Geografi
(g). Ilmu bumi
(h). Kimia
Allah meninggikan kedudukan orang-orang yang berilmu, baik disisi Allah
maupun disisi manusia.
1.Social Science (Ilmu Sosial)Sebagaimana diketahui ilmu-ilmu sosial dan ilmu-ilmu humaniora
mengkaji tentang perilaku manusia. Perilakunya dengan manusia lain baik secara
pribadi maupun kolektif dikaji oleh sosiologi, perilaku kejiwaannya oleh
psikologi, perilaku kebahasaannya oleh ilmu bahasa atau linguistik, perilakunya di
masa lampau oleh sejarah, perilakunya mendidik oleh ilmu pendidikan, perilaku
yang terkait dengan budaya atau nilai dan tradisi oleh antropologi, perilaku
transaksinya oleh ilmu ekonomi, perilakunya dalam mendominasi dan
memengaruhi orang lain oleh ilmu politik, perilakunya dengan tata aturan hidup
oleh ilmu hukum dan seterusnya (Mudjia).
Secara harfiah Ilmu sosial adalah sekelompok disiplin akademis yang
mempelajari aspek-aspek yang berhubungan dengan manusia dan lingkungan
sosialnya. Ilmu ini berbeda dengan seni dan humaniora karena menekankan
penggunaan metode ilmiah dalam mempelajari manusia, termasuk metoda
kuantitatif dan kualitatif. Istilah ini juga termasuk menggambarkan penelitian
dengan cakupan yang luas dalam berbagai lapangan meliputi perilaku dan
interaksi manusia pada masa kini dan masa lalu.
Ilmu sosial, dalam mempelajari aspek-aspek masyarakat secara subjektif,
inter-subjektif, dan objektif atau struktural, sebelumnya dianggap kurang ilmiah
bila dibanding dengan ilmu alam. Namun sekarang, beberapa bagian dari ilmu
sosial telah banyak menggunakan metoda kuantitatif. Demikian pula, pendekatan
interdisiplin dan lintas-disiplin dalam penelitian sosial terhadap perilaku manusia
serta faktor sosial dan lingkungan yang mempengaruhinya telah membuat banyak
peneliti ilmu alam tertarik pada beberapa aspek dalam metodologi ilmu sosial.
Penggunaan metoda kuantitatif dan kualitatif telah makin banyak diintegrasikan
dalam studi tentang tindakan manusia serta implikasi dan konsekuensinya.
Cabang-cabang ilmu sosial :a. Antropologi, yang mempelajari manusia pada umumnya, dan khususnya
antropologi budaya, yang mempelajari segi kebudayaan masyarakat
Allah meninggikan kedudukan orang-orang yang berilmu, baik disisi Allah
maupun disisi manusia.
b. Ekonomi, yang mempelajari produksi dan pembagian kekayaan dalam
masyarakat
c. Geografi, yang mempelajari lokasi dan variasi keruangan atas fenomena
fisik dan manusia di atas permukaan bumi
d. Hukum, yang mempelajari sistem aturan yang telah dilembagakan
e. Linguistik, yang mempelajari aspek kognitif dan sosial dari bahasa
f. Pendidikan, yang mempelajari masalah yang berkaitan dengan belajar,
pembelajaran, serta pembentukan karakter dan moral
g. Politik, yang mempelajari pemerintahan sekelompok manusia (termasuk
negara)
h. Psikologi, yang mempelajari tingkah laku dan proses mental
i. Sejarah, yang mempelajari masa lalu yang berhubungan dengan umat
manusia
j. Sosiologi, yang mempelajari masyarakat dan hubungan antar manusia di
dalamnya
1.Humanities (Ilmu Humaniora)Ilmu Humaniora adalah salah satu ilmu pengetahuan yang mempelajari
apa yang diciptakan atau diperhatikan manusia (dipertentangkan dengan ilmu
pengetahuan alam).
Ilmu humaniora bertujuan memunculkan sosok yang humanis yakni orang
yang mendambakan dan memperjuangkan terwujudnya pergaulan yang lebih baik,
berdasarkan asas-asas perikemanusiaan, pengabdi kepentingan sesama umat
manusia. Secara lebih khusus, Prof. Dr. IGAK Wardani (2007) menjelaskan
bahwa tujuan ilmu humaniora adalah:
a. membebaskan pikiran untuk mandiri dalam menemukan, memilih, dan
memanfaatkan informasi
b. membuat manusia lebih manusiawi, dalam arti lebih berbudaya.
Allah meninggikan kedudukan orang-orang yang berilmu, baik disisi Allah
maupun disisi manusia.
Cabang-cabang Ilmu Humaniora :a.Bahasa
b.Sastra
c.Teologi
d.Filsafat
e.Ilmu Sejarah
f.Kesenian
4. Pendekatan KeilmuanA. Pendekatan Antropologis
Antropologis sebagai sebuah ilmu yang mempelajari manusia penting
untuk memahami agama. Antropologis mempelajari tentang manusia dan segala
perilaku mereka untuk dapat memahami perbedaan – perbedaan manusia, maka
sesungguhnya antropologi merupakan ilmu yang penting untuk mempelajari
agama dan berbagai budaya.
Para antropolog menjelaskan keberadaan agama dalam kehidupan manusia
dengan membedakan apa yang mereka sebut dengan sence dan religious atau
mystical event.
- Common sence
Dalam satu sisi common sence mencerminkan kegiatan sehari – hari yang
biasa diselesaikan dengan pertimbangan rasional ataupun dengan bantuan
teknologi.
- Religious sence
Religious sence adalah kegiatan atau kejadian yang terjadi diluar
jangkauan kemampuan manusia.
B. Pendekatan sosiologisStudi islam dengan pendekatan sosiologis adalah materi studi islam yang
mempelajari hubungan timbal balik antara agama dan masyarakat. Bagaimana
agama mempengaruhi pemikiran dan pemahaman keagamaan.
Allah meninggikan kedudukan orang-orang yang berilmu, baik disisi Allah
maupun disisi manusia.
Studi islam dengan pendekatan sosiologis dapat mengambil beberapa
tema:
a) Studi tentang pengaruh agama terhadap masyarakat atau lebih tepatnya
masyarakat atau lebih tepatnya pengaruh agama terhadap perubahan
masyarakat.
b) Perubahan masyarakat (sosial change) biasanya didefinisikan sebagai
perubahan sosial yang meliputi perubahan pada budaya. Struktur sosial
dan perilaku sosial dalam jangka tertentu.
c) Studi pola interaksi sosial masyarakat muslim. Studi yang mempelajari
pola – pola perilaku masyarakat muslim dengan sesama muslim dan
toleransi beragama umat muslim.
d) Studi tentang tingkat pengalaman beragama masyarakat digunakan untuk
mengevaluasi pola penyebaran agama dan seberapa jauh ajaran agama
diamalkan oleh masyarakat.
C. Pendekatan filosofisBerdasarkan pendekatan filosofis, pendidikan islam dapat diartikan
sebagai studi proses tentang kependidikan yang didasari dengan nilai-nilai ajaran
islam menurut konsepsi filosifis, bersumberkan kitab suci Al – Qur’an dan sunnah
Nabi Muhammad saw. Pendekatan filosofis ini memandang bahwa manusia
adalah makhluk rasional atau “human national” sehingga segala sesuatu yang
menyangkut pengembangannya didasarkan kepada sejauh mana pengembangan
berpikir dapat dikembangkan.
Tujuan pendekatan ini dimaksudkan agar siswa dapat menggunakan
pemikiran (rasio) seluas – luasnya sampai titik maksimal dari daya tangkapnya
sehingga siswa terlatih untuk terus berpikir dengan menggunakan kemampuan
berpikirnya.
D. Pendekatan Historis (Sejarah).Yang dimaksud adalah meninjau suatu permasalahan, serta
menganalisisnya dengan menggunakan metode analisis sejarah. Sedangkan
Allah meninggikan kedudukan orang-orang yang berilmu, baik disisi Allah
maupun disisi manusia.
sejarah atau historis adalah studi yang berhubungan dengan peristiwa – peristiwa
atau kejadian – kejadian masa lalu yang menyangkut kejadian atau keadaan yang
sebenarnya.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dengan mempelajari masa lalu,
orang dapat memahami masa kininya, dengan memahami serta menyadari
keadaan masa kini, maka orang dapat menggambarkan masa depannya. Di dalam
Studi Islam, permasalahan atau seluk beluk agama Islam dan Pelaksanaan cara
perkembangannya dapat ditinjau dan dianalisis dalam kerangka perspektif
kesejarahan yang demikian itu.
Studi Islam dengan menggunakan pendekatan sejarah yang meliputi :
Ø Sejarah Al – Qur’an.
Ø Sejarah Nabi.
Ø Sejarah Perkembangan Islam.
- Periode Klasik, yaitu dimulai sajak Rasulullah sampai sampai
runtuhnya Dinasti Abbasiyah tahun 656 H.
- Periode Pertengahan, yaitu dimulai sejak runtuhnya Dinasti Abbasiyah
sampai Abad 11 H.
- Periode Modern, yaitu dimulai sejak abad 12 sampai sekarang.
E. Pedekatan Psikologis.Pengertian psikologis agama pada mulanya sering terjadi permasalahan
dalam memberi batasan yang jelas dan tegas terhadap Islam.
Psikologi Agama adalah ilmu yang meneliti pengaruh agama terhadap :
· Sikap dan tingkah laku seseorang atas mekanisme yang bekerja dalam diri
seseorang yang menyangkut cara berpikir, bersikap, bereaksi, dan bertingkah laku
yang tidak terpisahkan dari keyakinannya. Karena keyakinan ini masih dalam
konstruk kepribadiannya.
· Psikologi agama merupakan ilmu jiwa yang memusatkan penelitiannya
pada perilaku keagamaan dengan mengaplikasikan prinsip – prinsip psikologi
yang diambil dari Studi tingkah laku non religious.
Allah meninggikan kedudukan orang-orang yang berilmu, baik disisi Allah
maupun disisi manusia.
· Psikologi khusus yang mengkaji sikap dan tingkah laku seseorang yang
timbul dari keyakinan yang dianutnya berdasarkan pendekatan psikologis.
Sedangkan Psikologi Agama menitikberatkan pada :
- “aspek pengaruh” yakni ilmu yang mempelajari sikap dan prilaku
seseorang sebagai hasil pengaruh keyakinan atau kepercayaan.
- Sebagai “proses” terjadinya pengaruh tersebut.
- “kondisi” keagamaan seseorang yaitu mengkaji bagaimana terjadinya
kemantapan dan kegoncangan jiwa dalam keberagamannya.
F. Pendekatan Teologis Normatif.
Pendekatan teologis normatif dalam memahami agama secara harfiah
dapat diartikan sebagai upaya memahami agama dengan menggunakan kerangka
ilmu ketuhanan yang bertolak dari suatu keyakinan bahwa wujud empirik dari
suatu agama dianggap sebagai yang paling benar dibandingkan dengan
lainnya. Amin Abdullah mengatakan bahwa teologi, sebagai mana kita ketahiu
tidak bisa tidak pasti mengacu kepada agama tertentu. Loyalitas terhadap
kelompok sendiri, komitmen dan dedikasi yang tinggi serta penggunaan bahasa
yang bersifat subyektif, yakni bahasa sebagai pelaku, bukan sebagai pengamat
adalah merupakan ciri yang melekat pada bentuk pemikiran teologis.
Menurut pengamat Sayyed Hosein Nasr, dalam era kontemporer ini ada 4
prototipe pemikiran keagamaan Islam, yaitu pemikiran keagamaan fundamentalis,
modernis, mesianis, dan tradisionalis. Ke empat prototipe pemikiran keagamaan
tersebut sudah barang tentu tidak mudah disatukan dengan begitu saja.
Masing – masing mempunyai ”keyakinan” teologi yang sering kali sulit untuk
didamaikan.
Dari pemikiran tersebut, dapat diketahui bahwa pendekatan teologi dalam
pemahaman keagamaan adalah pendekatan yang menekankan pada bentuk forma
atau symbol – symbol keagamaan yang masing – masing bentuk forma atau
symbol – symbol keagamaan tersebut mengklaim dirinya sebagai yang paling
benar sedangkan lainnya sebagai salah.
Amin Abdullah mengatakan bahwa pendekatan teologis semata – mata
tidak dapat memecahkan masalah esensial pluralitas agama saat sekarang ini.
Allah meninggikan kedudukan orang-orang yang berilmu, baik disisi Allah
maupun disisi manusia.
Berkenaan dengan hal diatas, saat ini muncullah apa yang disebut dengan
istilah teologi masa kritis, yaitu suatu usaha manusia untuk memahami
penghayatan imannya atau penghayatan agamanya, suatu penafsiran atas
sumber – sumber aslinya dan tradisinya dalam konteks permasalahan masa kini,
yaitu teologi yang bergerak antara dua kutub : teks dan situasi : masa lampau dan
masa kini.
G. Pendekatan Kebudayaan.
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, kebudayaan diartikan sebagai
hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia seperti kepercayaan,
kesenian, adat istiadat, dan berarti juga kegiatan (usaha) batin (akal dan
sebagainya) untuk menciptakan sesuatu yang termasuk hasil kebudayaan.
Sementara itu, Sutan Takdir Alisjahbana mengatakan bahwa kebudayaan adalah
keseluruhan yang kompleks, yang terjadi dari unsur – unsur yang berbeda seperti
pengetahuan kepercayaan, seni, hukum, moral, adat istiadat, dan segala kecakapan
lain yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat.
Dengan demikian, dapat kita simpulkan bahwa kebudayaan adalah hasil
daya cipta manusia dengan menggunakan dan mengerahkan segenap potensi batin
yang dimilikinya. Didalam kebudayaan tersebut yang terdapat pengetahuan,
keyakinan, seni, moral, adat istiadat, dan sebagainya. Semuanya tersebut
selanjutnya digunakan sebagai kerangka acuan oleh seseorang dalam menjawab
berbagai masalah yang dihadapinya. Dengan demikian, kebudayaan tampil
sebagai pranata yang secara terus menerus diprlihara oleh para pembentuknya dan
generasi selanjutnya yang diwarisi kebudayaan tersebut.
Allah meninggikan kedudukan orang-orang yang berilmu, baik disisi Allah
maupun disisi manusia.
KESIMPULAN
Dari tiga kalasifikasi ilmu pengetahuan tersebut, satu dengan yang lainnya
tidak bisa terpisahkan. Dengan kata lain ilmu alam tidak bisa terlepas dari ilmu
social dan humaniora, humaniora tidak bisa terlepas dari ilmu social dan ilmu
alam, begitu juga ilmu social tidak bisa terlepas dari ilmu alam dan humaniora.
Ketiganya saling berkaitan. Walaupun tampak pemisahan atau pembagian
pengetahuan, bukanlah berarti ilmu itu tidak terkait satu sama yang lainnya.
Pemisahan itu terjadi, karena ilmu pengetahuan itu berkembang dalam proses
yang cukup lama. Tetapi dalam perkembangannya lebih lanjut, tampak
kecenderungan generalisasi dari beberapa cabang ilmu pengetahuan, sehingga
beberapa cabang ilmu pengetahuan itu bertemu kembali, karena pada hakikatnya
satu unit. Studi Islam, berkaitan dengan tiga macam klasifikasi ilmu tersebut dapat
dikaji secara epistimologi, sebab Islam menempati posisi sentral kajian keilmuan.
Dan ternyata dapat dikaji dari berbagai perspektif, baik sosiologis, antropologis
dan histories fenome
Allah meninggikan kedudukan orang-orang yang berilmu, baik disisi Allah
maupun disisi manusia.