Post on 13-May-2019
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas
Lampung. Waktu penelitian selama 2 bulan, yang dimulai Februari sampai de-
ngan Maret 2014.
B. Bahan dan Alat Penelitian
Bahan yang digunakan yaitu semai akasia (Acacia auricuriformis), mangium
(Acacia mangium), dan jati (Tectona grandis), daun akasia, daun mangium, daun
jati sebagai sumber zat alelopati, aquades, serta CH3CH2OH (etanol) 96%. Se-
dangkan alat yang digunakan yaitu jangka sorong (vernier calliper) ketelitian
hingga 0,1 mm, neraca analitik ketelitian 0,0001 gram, penggaris ukuran 30 cm
dengan ketelitian 0,00333 mm, kertas label, kamera digital Canon 16,0 megapixel
5x optical zoom, gunting kecil ukuran 10 cm, mortal inersia, gelas piala, batang
pengaduk lingkar, kertas saring, corong buchener, labu ukur 100 ml dan mesin
Rotary Evaporator.
C. Metode Penelitian
Penelitian ini disusun secara faktorial (3x4) dalam rancangan acak lengkap
(RAL). Faktor I yaitu spesies pohon fase semai (S) yang terdiri dari; S1 yaitu
22
semai akasia, S2 yaitu semai mangium, S3 yaitu semai jati. Faktor II yaitu alelopati
(P), P0 yaitu tanpa pemberian zat alelopati (kontrol), P1 yaitu pemberian zat alelo-
pati dari ekstrak akasia, P2 yaitu pemberian zat alelopati dari ekstrak mangium, P3
yaitu pemberian zat alelopati dari ekstrak jati.
Dengan demikian diperoleh 12 kombinasi perlakuan dan setiap kombinasi perla-
kuan diulang sebanyak 5 kali, sehingga satuan percobaan yang digunakan seba-
nyak 3 x 4 x 5 = 60 unit.
Model linear rancangan acak lengkap pola faktorial :
Yijk = µ + αi + βi + (αβ)ij + ijk
Keterangan :
Yijk = hasil pengamatan terhadap jenis tanaman semai tertentu taraf
ke-i, jenis pemberian zat alelopati dari ekstrak daun tanaman
kehutanan tertentu taraf ke-j, dan ulangan ke-k,
µ = nilai tengah umum,
βi = pengaruh jenis tanaman semai tertentu pada taraf ke-i,
Kj = pengaruh jenis pemberian zat alelopati dari ekstrak daun
tanaman kehutanan tertentu pada taraf ke-j,
(αβ)ij = pengaruh interaksi antara jenis tanaman semai tertentu pada taraf
ke-i dan jenis pemberian zat alelopati dari ekstrak daun tanaman
kehutanan tertentu taraf ke-j,
ij = efek galat percobaan.
Tata letak setiap satuan percobaan dapat dilihat pada Gambar 1. Penentuan tata
letak dilakukan menggunakan tabel acak sehingga setiap satuan percobaan mem-
punyai peluang letak yang sama.
23
Gambar 1. Tata letak setiap satuan percobaan secara faktorial (3x4) dalam
rancangan acak lengkap.
Keterangan :
SiPj.k = faktor I perlakuan ke-i, faktor II perlakuan ke-j dan ulangan ke-k
S1P0 = semai akasia yang tanpa pemberian zat alelopati
S1P1 = semai akasia yang diberi zat alelopati dari ekstrak akasia
S1P2 = semai akasia yang diberi zat alelopati dari ekstrak mangium
S1P3 = semai akasia yang diberi zat alelopati dari ekstrak jati
S2P0 = semai mangium yang tanpa pemberian zat alelopati
S2P1 = semai mangium yang diberi zat alelopati dari ekstrak akasia
S2P2 = semai akasia yang diberi zat alelopati dari ekstrak mangium
S2P3 = semai akasia yang diberi zat alelopati dari ekstrak jati
S3P0 = semai jati yang tanpa pemberian zat alelopati
S3P1 = semai jati yang diberi zat alelopati dari ekstrak akasia
S3P2 = semai jati yang diberi zat alelopati dari ekstrak mangium
S3P3 = semai jati yang diberi zat alelopati dari ekstrak jati
S1P0.1 S2P2.1 S2P0.3 S3P0.1 S3P3.1
S3P2.1 S3P3.3 S3P1.5 S2P2.2 S1P0.5
S2P0.4 S3P0.3 S1P0.2 S3P3.2 S3P2.4
S3P1.4 S1P3.5 S3P0.2 S1P3.4 S2P0.5
S2P1.2 S1P1.2 S3P1.3 S2P0.2 S3P1.2
S2P3.2 S3P2..2 S2P1.1 S1P0.3 S2P1.3
S3P3.4 S1P0.4 S2P3.3 S3P2.3 S1P1.5
S1P3.2 S3P1.1 S1P2.4 S2P3.4 S1P2.5
S3P0.5 S3P0.4 S1P1.1 S2P1.5 S1P2.1
S2P2.3 S1P1.4 S3P3.5 S2P2.4 S1P1.3
S2P3.1 S2P0.1 S1P2.2 S3P2.5
S2P3.5 S1P2.3 S2P1.4 S1P3.1 S2P2.5
S1P3.3
24
D. Kegiatan Penelitian
Dalam pelaksanaan penelitian ini dilakukan ekstraksi zat alelopati dari daun
akasia, mangium, dan jati sebagai sumber zat alelopati, penyemaian akasia dan
mangium, penyapihan semai akasia dan mangium, dan penyiapan semai jati.
1. Ekstraksi
Ekstraksi dari akasia, mangium dan jati ini dilakukan dengan tahapan sebagai
berikut.
a. Daun muda akasia, mangium, dan jati diambil untuk diekstraksi. Daun ter-
sebut diambil dengan cara dipangkas atau digunting, kemudian ditimbang
berat awalnya dan disimpan di kantong plastik. Berikut foto daun akasia
yang telah ditimbang dan disimpan di kantong plastik pada Gambar 2.
Gambar 2. Daun akasia yang telah ditimbang dan disimpan di kantong
plastik.
25
b. Daun akasia, daun mangium, dan daun jati dijemur sinar matahari selama 9
jam. Kemudian dipotong kecil-kecil dan dihaluskan lalu disimpan pada wa-
dah yang aman. Berikut foto daun mangium yang sedang dijemur sinar
matahari dan dipotong kecil-kecil pada Gambar 3 dan Gambar 4.
Gambar 3. Daun mangium yang sedang dijemur sinar matahari.
Gambar 4. Daun mangium yang dipotong-potong kecil.
26
c. Ekstraksi dengan metode maserasi. Hasil yang telah dihaluskan diletakkan di
wadah kemudian diberi pelarut etanol CH3CH2OH 96% sebanyak 0,5 l, di-
aduk dan ditutup rapat selama 24 jam. Hal ini dilakukan pada masing-masing
daun akasia, mangium dan jati. Berikut foto proses ekstraksi dengan metode
maserasi pada sampel daun akasia, mangium, dan jati pada Gambar 5.
Gambar 5. Proses ekstraksi dengan metode maserasi dengan pemberian
pelarut etanol 96% pada sampel daun akasia, mangium, dan jati.
27
d. Setelah 24 jam kemudian ekstrak daun potongan daun tersebut disaring dan
diekstraksi melalui mesin Rotary Evaporator. Berikut foto proses
penyaringan ekstraksi maserasi pada daun jati serta pemisahan ekstrak dengan
pelarut etanol pada Gambar 6 dan Gambar 7.
Gambar 6. Proses penyaringan ekstraksi maserasi pada daun jati.
Gambar 7. Pemisahan ekstrak dengan pelarut etanol menggunakan Rotary
Evaporator.
28
e. Suhu pada Rotary Evaporator diatur hingga 500 C kemudian lakukan
ekstraksi sampai mendapat hasil ekstrak yang maksimal. Setelah selesai
pengekstraksian dilakukan pengenceran dengan menggunakan aquades
hingga konsentrasi yang diinginkan. Berikut foto hasil ekstrak daun akasia
setelah diekstraksi serta pengenceran ekstrak akasia dengan menggunakan
aquades pada Gambar 8 dan Gambar 9.
Gambar 8. Hasil ekstrak daun akasia pada labu ukur 100 ml.
29
Gambar 9. Pengenceran ekstrak akasia dengan menggunakan aquades.
2. Penyemaian benih akasia dan mangium
Benih akasia dan mangium disemai pada bak kecambah yang berbahan plastik
dan berukuran 40 cm x 30 cm dengan media semai berupa pasir. Semai akasia
dan mangium ini dipilih yang memiliki sifat fisik yang sama baik dari keseraga-
man pertumbuhannya, ukuran, besar batang dan umurnya. Hal ini dikarenakan
untuk lebih memfokuskan dalam penelitian pertumbuhan semai akasia dan
mangium yang akan diberi perlakuan. Berikut foto penyemaian mangium (Acacia
mangium) di bak kecambah pada Gambar 10.
30
Gambar 10. Penyemaian mangium (Acacia mangium) di bak kecambah.
3. Penyapihan semai akasia dan mangium
Penyapihan dilakukan dengan menyeleksi semai untuk memilih semai yang baik
dan seragam tinggi dan jumlah daunnya yang cukup banyak. Kemudian semai
dipindah ke polybag yang telah berisi media tumbuh bibit dan disiram dengan air.
Berikut foto semai akasia (Acacia auriculiformis) yang telah disapih pada Gambar
11.
31
Gambar 11. Semai akasia (Acacia auriculiformis) yang telah disapih.
4. Penyiapan semai jati
Semai jati dipersiapkan untuk penelitian ini dengan memiliki keseragaman yang
baik. Semai jati ini haruslah seragam baik dalam tinggi semai, dan diameter
batangnya serta keseragaman tumbuh yang sama. Berikut foto semai jati (Tectona
grandis) yang telah disapih pada Gambar 12.
32
Gambar 12. Semai jati (Tectona grandis) yang telah disapih.
5. Pemberian perlakuan zat alelopati
Pemberian perlakuan zat alelopati ini dilakukan pada semai akasia, mangium dan
jati. Zat alelopati yang digunakan berasal dari daun pohon akasia, mangium, dan
jati. Pemberian zat alelopati ini diberikan pada saat setelah dilakukan penyemaian,
serta sudah diletakkan pada polybag yang digunakan untuk semai akasia,
mangium dan jati. Pemberian zat alelopati ini diberikan selama seminggu pada
tiap semai dengan dosis ekstrak zat alelopati yang sama. Berikut foto persiapan
ekstrak salah satu alelopati serta perlakuan pemberian alelopati terhadap semai
pada Gambar 13.
33
Gambar 13. Persiapan ekstrak alelopati jati pada tabung ukur (kiri) dan
perlakuan pemberian ekstrak alelopati jati terhadap semai
jati (kanan).
E. Pengamatan
Adapun variabel yang diamati dalam percobaan ini adalah sebagai berikut.
a. Pertambahan tinggi semai
Tinggi semai diukur mulai dari kolet sampai dengan buku–buku batang (nodus)
teratas. Pengukuran tinggi semai dilakukan pada awal dan akhir penelitian,
kemudian dihitung pertambahan tingginya.
b. Pertambahan diameter batang semai
Diameter batang semai diukur pada jarak 1 cm dari kolet menggunakan kaliper.
Pengukuran diameter batang semai dilakukan pada awal dan akhir penelitian,
kemudian dihitung pertambahan diameter batangnya.
34
c. Pertambahan jumlah daun
Penghitungan jumlah daun dilakukan pada awal dan akhir penelitian, lalu dihitung
pertambahan jumlah daunnya.
d. Persentase hidup semai
Persentase hidup semai dihitung dengan rumus sebagai berikut.
Persentase hidup ∑
∑
Tabulasi hasil pengamatan setiap variabel pertumbuhan semai mengikuti bentuk
tabulasi Tabel 4 pada lampiran.
F. Analisis Data
1. Homogenitas Ragam
Homogenitas ragam diuji menggunakan uji Bartlett, dan hasil perhitungannya
disajikan ke dalam bentuk tabel (Gaspersz, 1994).
a.) Varians gabungan dari seluruh sampel (S2)
Si2P1 = JKP1
n – 1
S2 =
∑*( ) +
∑( )
b.) Harga Satuan (B)
B = ( )∑( )
χ2
= ( ){ (∑( ) )}
Faktor Koreksi (K)
K = 1 +
( ) {∑
[
∑( )]}
χ2
hitung terkoreksi =
χ2
tabel = χ2 ( )( )
35
Keterangan:
S2
= ragam gabungan
Si2
= ragam masing – masing perlakuan
χ2
= khi kuadrat
ln 10 = 2,3026
t = banyaknya perlakuan
n = banyaknya ulangan
Jika X2 hitung > X
2 tabel, maka data yang diperoleh tidak homogen, sehingga perlu
dilakukan transformasi data, salah satu transformasi data yang lazim digunakan
yaitu transformasi akar. Nilai ragam data pada hasil penelitian variabel persentase
hidup semai ini lebih kecil, maka digunakan transformasi √ . Pada peneliti-
an ini X2 hitung < X
2 tabel, maka ragam homogen dan dapat dilanjutkan dengan ana-
lisis ragam.
2. Analisis ragam
Analisis ragam dilakukan untuk menguji hipotesis tentang faktor perlakuan terha-
dap keragaman data hasil percobaan atau untuk menyelidiki ada tidaknya penga-
ruh perlakuan (Sastrosupadi, 2000).
FK = C = Y...2/r. a.b
Jumlah Kuadrat Total = ∑ – FK
Jumlah Kuadrat Total A = ∑
– FK
Jumlah Kuadrat Total B = ∑
– FK
Jumlah Kuadrat Perlakuan = ∑
– FK
JKAB = JKP – JKA – JKB
Jumlah Kuadrat Galat = JK (total) – JK (perlakuan)
Keterangan:
FK = faktor koreksi
JKP = jumlah kuadrat perlakuan
JKG = jumlah kuadrat galat
JKT = jumlah kuadrat total
Y... = total nilai pengamatan variabel pertumbuhan
Yi = total nilai pengamatan variabel pertumbuhan pada perlakuan ke-i
36
Yij = nilai pengamatan variabel pertumbuhan pada perlakuan ke-i dan
ulangan ke-j
t = jumlah perlakuan
r = jumlah ulangan
Jika Fhitung > Ftabel, maka terdapat pengaruh nyata dari perlakuan yang diberikan,
sehingga harus dianalisis lebih lanjut dengan uji beda nyata terkecil (BNT).
Analisis ragam dilakukan pada taraf nyata 5%. Hasil analisis ragam ditabulasi
seperti Tabel 5 pada lampiran.
3. Uji Beda Nyata Terkecil (BNT)
Untuk mengetahui jenis semai yang terpengaruhi pertumbuhannya diakibatkan
pemberian zat alelopati terhadap variabel penelitian semai akasia, mangium, dan
jati dilakukan uji perbandingan dengan uji beda nyata terkecil (BNT). Semua
perhitungan dilakukan pada taraf nyata 5%. Rumus yang digunakan adalah
sebagai berikut.
BNT = α
( )
Sd (SxP) = √
Sd (S) = √
Sd (P) = √
Keterangan :
α
( )= nilai baku student pada taraf uji α dan derajat bebas galat v.