Post on 11-Feb-2016
description
HEMODIALISAA. KONSEP DASAR HEMODIALISA
1. PengertianHemodialisa bersal dari bersal bahasaa yunani yaitu hemo yang berarti darah dan
dialysis yang berarti pemisahan zat terlarut melalui membrane semi permeable.
Hemodialisis merupakan suatu proses yang digunakan pada pasien dalam keadaan
sakit akut dan memerlukan terapi dialaisi jangka panjang atau pasien denagn penyakit
ginjal pada stadium terminal yang membutuhkan terapi jangka panjang atau terapi
permanen.
Unit hemodialisa adalah merupakan ruangan khusus yang tidak terpisah dari satu
rumah sakit untuk melaksanakan tindakan hemodialisis baik akut maupun kronik /
terminal.
2. Prinsip kerja hemodialisisAda tiga prisip yang mendasari kerja hemodialisia yaitu: difusi,osmosis dan
ultrafiltrasi. Toksin dan zat limbah didalam darah dikeluarkan secara difusi dan dari
darah yang berkonsentrasi tnggi ke cairan dialisa yang berkonsentrasi rendah.air yang
berlebihan dikeluarkan dari dalm tubuh melalui proses osmosis dimana air bergerak dari
daerah tekanan tinggi (tubuh pasien) ketekanan yang lebih rendah (cairan dializat)
3. Peralatan Unit Hemodialisisa Peralatan khusus hemodialisis set hemodialisis.
Mesin hemodialisis, Dializer / ginjal buatan, Arteri blood line, Venous blood line, AV
fistula / abocath No. G 14, G 15, G 16, Dialisat.
b Alat-alat kesehatan.
1). Tempat tidur fungsional.
2). Timbangan berat badan.
3). Pengukur tinggi badan.
4). Stetoskop.
5). Thermometer.
6). Peralatan E.K.G.
7). Set pemberi 02 lengkap.
8). Slym zuiger
9). Meja tindakan: Korentang, Neerbeken, Bak spuit, Klem besar 2 buah, Arteri klem
Kassa steril dalam botol, Sarung tangan steril, Kain alas ( perlak ), Verband,
Plester –micropore, Gunting verband, Infuse set, Kapas dalam tempatnya
Betadin dalam tempatnya, Spuit dengan berbagai ukuran ( 1cc, 3cc, 20cc
dll), Bantal pasir, Maatkan/ gelas ukur
c Obat-obat dan cairan.
1). Obat-obat hemodialisis
a). Heparin. Heparin digunakan untuk menjaga terjaadinya pembekuan pada
alat-alat HD dan untuk mengurangi terjadinya anemi
b). Protamin
c). Lidocain untuk anestesi
2). Cairan infus : NaCl 0.9 %, Dektrose 5 %, 10 %
3). Dialisat : Cairan yang digunakan untuk proses HD yaitu cairan kosentrat
asam bikarbonat atau aceatt yang mengandung Na,Ca, Mg,astetat,
bignat,dekstrose denagn perbaandingan 34 RO :1 cairan konsentrat
4). Desinfektan : Alkohol 70 %, Beytadine, Sodium hypochlorite 5 %
5). Obat-obatan emergency yang perlu disediakan : Oradexon, Dopamine, Anti-
histamine, Valium, Primperan, Sodium bicarbonate 7% (meglon), Calcium
gluconat, Sulfat atropine, Catapres injeksi, Adalat tablet
6). Alat-alat tulis kantor ( ATK )
a). ATK umum
b). ATK khusus: Formulir hemodialisi, Formulir traveling dialysis, Formulir
izin tindakan hemodialisis, Formulir laboratorium, Formulir radiology,
Resep, Jadwal hemodialisis / kartu hemodialisis.
4. Penatalaksanaan hemodialisis
a Perawatan sebelum hemodialisis
1). Menyiapkan mesin hemodialisis
2). Menyiapkan sirkulasi darah
3). Persiapan pasien
a). Menimbang berat badan
b). Memberitahukan dan menjelaskan pada pasien bahwa akan dilakukan
hemodialisis ( pasien baru )
c). Mengatur posisi
d). Mengobservasi keadaan umum
e). Observasi tanda-tanda vital
f). Melakukan kanulasi/punksi untuk menghubungkan sirkulasi biasanya
mempergunakan salah satu jalan darah / Blood axces seperti dibawah ini:
(1) Dengan internal A/V shunt/fistula cimino
(2) Dengan eksternal A/V shunt/ schribnea
(3) Tanpa 1 dan 2 ( vena femoralis)
b Memulai desinfektan
1). Jepitlah kassa betadine dengan arteri klem, oleskan daerah cimino dan vena lain
dengan cara memutar dari dalam ke luar
2). masukkan kassa ke dalam kantong plastik
3). Jepitlah kassa alcohol dengan arteri klem, bersihkan daerah cimino dan vena
lain caranya sama seperti di atas
4). Lakukan sampai bersih
5). letakkan kasa kotor pada plastic, sedangkan klem arteri letakkan pada gelas
ukur
6). Letakkan kain alas steril di bawah tangan
7). letakkan kain belah steril di atas tangan
c Memulai fungsi cimino / Graft
1). memberikan anestesi lokal pada cimino ( tempat keluarnya darah dari tubuh ke
mesin ), dengan spuit insulin 1cc
2). tusukan tempat cimino dengan jarak 8-10 cm dari anastomose
3). tusukklah secara intrakutan dengan diameter 0,5 cm
4). memberikan anestesi lokal pada tusukan vena lain ( tempat masuknya darah dari
mesin ke tubuh)
5). bekas tusukan di pijat sebentar dengan kassa steril
d Memasukkan jarum AV Fistula
1). masukkan jarum AV Fistula pada tusukan yang telah dibuat pada saat
pemberian anestesi local
2). setelah darah keluar isaplah dengan spuit 5 ml dan bilas kembali dengan NaCl
0,9 %
3). Av fistula di klem, spuit 5 ml dilepaskan , ujung AV fistula di tutup, tempat
tusukan fiksasi dengan micropore/plester
4). masukkan jarum AV fistula pada vena lain
5). tinggalkan kain alas steril dibawah tangan pasien, sebagai alas dan penutup
selama proses dialysis berlangsung
6). alat kotor masukkan ke dalam plastik ,sedangkan alat-alat yang dapat dipakai
kembali di bawa ke ruang disposal
7). bedakan dengan alat-alat yang terkontaminasi
8). bersihkan dari darah,masukkan ke kantong plastik
e Perawatan Cimino
1). Sebelum tindakan dialysis
a). anjurkan pasien mencuci tangan dengan cairan disenfektan
b). basuh tangan sampai bersih,pada tempat cimino
c). keringkan tangan
2). Memulai tindakan dialysis : lakukan penusukan cimino dengan teknik aseptik
3). Selama dialysis
a). tutup tusukan cimino dengan duk steril
b). jika ada rembesan pada tusukan cimino,bersihkan dengan kassa betadine
c). berikan bubuk antibiotic
d). fiksasi dengan micropore
4). Mengakhiri dialysis
a). bekas tusukan cimino, tekan dengan kassa betadine sampai darah tidak
keluar lagi
b). berikan band aid dan balut dengan verban
5). Hal-hal yang harus dihindari
a). Hindari permukaan pada kulit,tidak boleh digaruk/diurut
b). Hindari terjadinya perdarahan ( terbentur)
c). Hindari untuk pengambilan darah
d). Tidak boleh untuk tensi
e). Lengan di tinggikan jika ada edema
6). Memulai pelaksanaan hemodialisis
a). lakukan tindakan antiseptic di tempat penusukan dengan betadine 10 %,
kemudian di bersihkan dengan alcohol 70 %
b). Cari daerah yang mudah dilakukan penusukan
c). lakukan penusukan pertama kali pada daerah vena (outlet) disertai
pemberian loding heparin 1000 IU / sesuai dosis
d). lakukan penusukan di daerah inlet dengan arteri blood line dan jalankan
blood pum dengan kecepatan mulai dari status ml / menit sampai seluruh
blood line berisi penuh, baru disambungkan dengan bagian jarum fistula
outlet
e). jalankan blood pum perlahan-lahan sampai 200 ml/ menit
f). set mesin hemodialisis sesuai program HD sesuai program HD masing-
masing
g). bila aliran darah kurang dari 100 ml/menit karena ada penyulit,
pertimbangkan untuk dilakukan penusukan pada daerah femoral.
7). Pengawasan
a). mesin
(1) pengawasan sirkulasi darah di luar ekstrakorporeal blood monitoring :
pengawasan kecepatan aliran darah, pengawasan terhadap tekanan:
arteri dan venous pressure
(2) pengawan heparin pum
(3) pengawasan terhadap sirkulasi dializat pada dializat monitoring :
kebocoran dializer ( blood Leak ), temperature, conductivity, trans
membrane pressure, positife pressure
b). pasien
(1) keadaan umum, tekanan darah, nadi, pernapasan
(2) pengawasan terhadap kemungkinan komplikasi lain selama dialysis:
mual, kram otot, masalah pada akses
8). Pengamatan Selama Dialisis
a). observasi tanda-tanda vital setiap jam
b). jaga ketepatan pencatatan dalam lembar dialysis
c). perhatikan kelancaran aliran darah pada cimino atau graft
d). perhatikan sambungan pada: AV fistula dengan selang arteri, dan selang
arteri dengan dialiser
e). berikan pasien posisi tidur yang nyaman
f). perhatikan edema pada: muka,punggung tangan, asites,mata kaki dan
dorsum pedis
g). perhatikan pemakaian oksigen
h). perhatikan rembesan luka, fungsi cimino/ graft, bersihkan rembesan darah
dengan kapas alcohol
i). kaji keluhan pasien
j). evaluasi hasil dialysis pasien
5. Indikasi HD a). GGA : Intoksikasi makanan,obat-obatan dan darah, GE berat, Trauma ginjal
b). CKD
c). Dialisis preparative
d). Dilikukan segera pada: Uremikum, Perikarditis, Hiperkalemi, Overhidrasi, Odema
paru, oligoria
e). Profilaksis : Gejala uremia, Asidosis, Kreatinin >8mg%, Ureum 2,14xbun, Bun
>100mg%, Cct <5m/menit
6. Kontraindikasia). Kelainan psikologis berat
b). Gangguan kardiovaskular
c). Tumor ganas
d). Keadaan umum buruk; hiperpiretik,hipertensi,hb <5mg%.
7. Komplikasi HD1) Akuta) Hipotensi
(1) Penyebab: terlalu banyak darah dalam sirkulasi mesin, ultrafiltrasi
berlebihan, obat-obatan anti hipertensi
(2) Gejala : lemas, berkeringat, pandangan kabur berkunang-kunang, mual,
muntah, sesak, sakit dada
(3) Penanganan : posisi tidur,posisi kepala lebih rendah dari kaki, kecepatan
aliran darah dan UFR diturunkan, berikan NaCl 0,9 % 100ml, berikan 02
1-2 liter, kalau perlu istirahatkan dialysis untuk sementara
(4) Pencegahan : anjurkan pasien membatasi kenaikkan badan intradialisis
kurang dari 1 kg per hari, anjurkan pasien minum obat antihipertensi
sesuai aturan dokter, bila perlu gunakan dializat bikarbonat, observasi
tanda-tanda vital selama dialysis berlangsung
b) M ual dan M untah
(1) Penyebab: gangguan GIT , ketakutan, reaksi obat, hipotensi
(2) Penanganan : kecilkan aliran darah sampai 100 RPM, kecilkan UFR
sampai 0,0, observasi tanda-tanda vital, jika tensi turun , guyur NaCl 0,9
% sesuai dengan keadaan pasien, jika keadaan umum sudah baik,
program dialysis di atur secara bertahap sesuai kebutuhan pasiekaji
penyebab muntah: hipotensi,penarikan cairan terlalu cepat atau
kenaikkan BB lebih dari 1 kg/hari
(3) Pencegahan :
(a) hindari hipotensi dengan menurunkan kecepatan aliran darah selama
jam pertama dialysis, selanjutnya di naikkan secara bertahap sesuai
kebutuhan pasien
(b) ganti cairan dialiset dengan cairan bicarbonat sesuai persetujuan
dokter
(c) anjurkan pasien untuk membatasi cairan
(d) observasi tanda-tanda vital
c) S akit Kepala
(1) Penyebab : tekanan darah naik, ketakutan
(2) Penanganan : kecilkan kecepatan aliran darah sampai 100 RPM,
observasi tanda-tanda vital, jika keluhan sudah berkurang jalankan
program dialysis secara semula secara bertahap, kaji penyebab sakit
kepala: cairan dializat, minum kopi
(3) Pencegahan : mengganti cairan dializat sesuai persetujuan
dokter ,anjurkan pasien mengurangi minum kopi.
d) D emam d isertai m enggi gil
(1) Penyebab : Reaksi pirogen, Reaksi transfuse, Kontaminasi bakteri pada
sirkulasi darah
(2) Penanganan : observasi tanda-tanda vital, berikan selimut, beritahu
dokter untuk pemberian terapi ( panadol bila suhu m,eningkat), Mencari
penyebab demam
e) N yeri dada
(1) Penyebab : minum obat jantung tidak teratur, program HD yang terlalu
cepat
(2) Penanganan : kecilkan kecepatan aliran darah, pasang EKG monitor,
Beritahu dokter untuk pemberian terapi
(3) Pencegahan : sirkulasi pada waktu priming agak lama antara 10 – 15
menit, minum obat jantung secara teratur, anjurkan pasien untuk control
ke dokter secara teratu
f) G atal-gatal
(1) Penyebab : jadwal dialysis yang tidak teratur ( toksin uremia kurang
terdialisis), sedang tranfusi / sesudah tranfusi, kulit kering
(2) Penanganan : gosoklah dengan talk / krem khusus untuk gatal, jika
karena tranfusi beritahu dokter untuk pemberian avil 1 ml/IV
(3) Pencegahan : anjurkan pasien makan esuai diet , anjurkan pasien selalu
menjaga kebersihan badan.
g) P erdarahan cimino setelah dialysis
(1) Penyebab : tempat tusukan membesar, masa pembekuan darah lama,
dosis heparin berlebihan, tekanan darah tinggi, penekanan tusukan tidak
tepat
(2) Penanganan : tekan daerah tusuka dengan tepat, kaji penyebab
pendarahan dengan tepat, observasi tanda-tanda vital, lapor dokter jaga
jika perdarahan berhenti.
(3) Pencegahan: sebelum dialysis kalo perlu periksa laboraatorium terhadap
BTCT, bekas tusukan semino tidak boleh digaruk atau dipijat, hindari
penusukan pada bekas tusukan dialisis sebelumnya.
h) K ram Otot
(1) Penyebab : penarikan cairan dibawah berat badan setandar, penarkan
cairan terlalu cepat (UFR tinggi), cairan dialisa dengan kadar Na rendah,
berat badan naik > 1 kg /hari, posisi tidur berubah terlalu cepat
(2) Penanganan : kecilkan UFR, massage pada darah yang keram, guyur
dengan Nacl 0,9% sebanyak 100-200 ml dan sesuikan dengan keadaan
umum pasien, kompres air hangat, observasi tanda-tanda vital
(3) Pencegahan : jangan menarik cairan terlalu cepat / UFR tinggi pada awal
dialysis, anjurkan pasien untuk membatasi intake cairan, anjurkan pasien
untuk mentaati diet agar kenaikan berat badan tidak lebih dari 1 kg/hari,
gunakan cairan dielisa dengan kadar Na tinggi
2) Kronika) Hipertensi
b) Osteodistrofi ginjal
c) Neuropati perifer
d) Ensefalopati
e) Overhidrasi
f) Hepatitis
8. Penatalaksanaan Diet Pada Gagal Ginjal Kronik Dengan Terapi Pengganti Hemodialisis
Anjurkan kebutuhan energi minimal 35 Kcal/kg berat badan ideal, sedangkan
protein 1.2 g/ kg berat badan ideal, 50 % dianjurkan bernilai biologi tinggi. Asupan
protein sulit dipenuhi apabila pasien tidak ada nafsu makan karena kehilangan cita rasa.
Tambahan protein yang biasa diberikan apabila asupan protein kurang adalah produk
yang tinggi protein tinggi kalori, sebagai contoh adalah susu yang sudah dimodifikasi
susunan elektrolitnya.
Garam dan air perlu perhatian khusus, karena berat badan interdialitik kadang
tidak terkendali. Anjuran kenaikan berat badan adalah tidak lebih dari 5 % berat badan
kering diantara dua waktu dialysis. Membatasi asupan cairan berdasarkan jumlah urin
yang keluar selama 24 jam ditambah air yang keluar melalui keringat dan pernapasan
berkisar 500ml. Semua makanan yang mencair diperhitungkan sebagai air.
Pasien hemodialisis perlu mengurangi garam tergantung jumlah urin.Apabila
jumlah urin 500ml, maka natrium yang dibutuhkan adalah 1000mg Na + 1000mg Na
( penambahan Na untuk urin 500ml) = 2000mg Na setara dengan ± 5 g NaCl ( garam
dapur). Makin sedikit jumlah urin makin dibatasi asupan garam.Apabila pasien tidak ada
urinnya sama sekali, maka asupan Na hanya dianjurkan 1000 mg Na setara dengan 2.5
gram garam dapur. Selain asupan garam diperhitungkan, makanan yang tinggi natrium
juga harus dihindari.
Kalium biasa juga disebut dengan potassium, pada pasien hemodialisis
kebutuhan kalium tergantung dengan jumlah urin 24 jam, frekuensi hemodialisis, dan
kaliun yang terkandung pada cairan dialysis. Kebutuhan dasar kalium apabila pasien
tidak ada urinnya sama sekali adalah 2000 mg setara dengan ± 51 meq.Jika pasien
masih ada urinnya 500 ml per hari maka kebutuhan kalium dapat ditambahkan menjadi
2000 mg + 500 mg ( tambahan kalium untuk urin 500 ml ) = 2500 mg setara dengan ±
64 meq. Apabila tidak terkontrol dengan diet maka dianjurkan untuk diberikan obat
pengikat kalium ( kayexalate) yang masih jarang digunakan di Indonesia. Cara lain untuk
menurunkan kadar kalium adalah mengurangi konsumsi buah dan sayurb serta
mengolah buah dan sayur dengan cara direndam terlebih dahulu sebelum dimasak,
sehingga kalium sebagian hilang / larut dalam air. Perlu diketahui pula bahwa komposisi
buah dan sayur selain mengandung kalium, ± 90 % adalah air.
Mineral lain yang perlu perhatian khusus adalah kalsium dan fosfor. Pada pasien
hemodialisis biasa di jumpai hiperfosfatemiia dan hipokalsemia.Menurunkan kadar fosfor
dan meningkatkan kadar kalsium dalam makanan sangat sulit,karena makanan yang
tinggi fosfor juga tinggi kalsium. Anjuran asupan fosfor adalah < 17 mg/kg berat badan.
Sebagai contoh apabila pasien dengan berat badan 60 kg konsumsi fosfornya
diharapkan kurang dari 1020 mg, ditambah dengan obat pengikat fosfat yang biasa di
pakai adalah CaCo3. Sedangkan konsumsi kalsium yang dianjurkan adalah berkisar
1200 mg/hari. Tambahan kalsium melalui obat diperlukan bila serum fosfat terkontol
akan tetapi serum kalsium masih rendah.
Anemia menjadi masalah bagi pasien hemodialisis. Menaikan kadar Hb pasien
sangat sulit,apabila asupan proten tidak mencukupi, oleh karena itu tambahan Fe oral
maupun parenteral dianjurkan apabila cadangan besi tidak adekuat. Tambahan vitamin
yang larut dalam air diperlukan, karena asupan dari buah dan sayur segar dibatasi,
selain itu kehilangan selama dialysis. Tambahan vitamin yang dianjurkan adalah Vit C
100 mg, asam folat 1 mg dan pyridoxine 10 mg
B. ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian
a. Aktifitas/ istirahat
Kelelahan ekstrem, malaise, gangguan tidur (insomnia, gelisah atau somnolen)
kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak.
b. Sirkulasi
Riwayat hipertensi, palpitasi, nyeri dada (angina), disritmia jantung,, nadi kuat,
edema jaringan dan pitting edema, nadi lemah, halus, hipotensi ortostatik
menunjukkan hipovolemia, friction rub pericardial, pucat, kulit kehijauan,
kecenderungan perdarahan.
c. Intergritas ego
Stress finansial, perasaan tidak berdaya, tidak ada harapan, ansietas, penolakan,
takut, marah.
d. Eliminasi
Oliguria, anuria, distensi abdomen, diare, konstipasi, perubahan warna urine
menjadoi pekat, merah, kecoklatan.
e. Nutrisi dan cairan
Berat badan meningkat (edema), malnutrisis, anoreksis, nyeri ulu hati, mual, muntah,
pernafasan amonia, asites, hepatomegali, perubahan turgor dan kelembaban kulit,
ulserasi gusi/ lidah
f. Neurosensori
Sakit kepala, penglihatan kabur, kram otot, kejang, kebas dan rasa terbakar pada
kaki, neuropati perifer, gangguan status mental, penurunan konsentrasi, tingkat
kesadaran dan kehilangan memori, kejang, rambut tipis, kuku rapuh.
g. Nyeri / ketidaknyamanan
Nyeri panggul, kram otot, gelisah
h. Pernafasan
Nafas pendek, dipsnea nokturnal paroksimal, takipnea, pernafasan kussmaul,
edema paru.
i. Integumen
Infeksi berulang, kulit gatal, pruritus, demam, petekie, ekimosis, kalsifikasi metastatik
pada kulit, keterbatasan gerak sendi.
j. Seksualitas
Penurunan libido, amenor, inertilitas.
2. Diagnosa Keperawatana. Kelebihan volume cairan b.d penurunan haluaran urine, intake berlebihan, retensi
cairan dan natrium
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh bd anoreksia, mual muntah,
pembatasan diet dan perubahan membran mukosa mulut
c. Kurang pengetahuan tentang kondisi dan program pengobatan
d. Intoleransi aktifitas b.d keletihan, anemia, retensi produk sampahdan prosedur
dialisis.
e. Gangguan konsep diri: harga diri rendah b.d ketergangtungan, perubahan peran,
perubahan citra diri dan disfungsi seksual.
f. kerusakan intergritas kulit b.d gangguan status metabolik, sirkulasi (anemia) dan
sensasi (neuropati perifer)
g. defisit volume cairan b.d kehilangan darah, heparinisasi yang tidak tepat selama
dialisis.
h. Resiko tinggi cedera b.d akses vaskuler dan komplikasi emboli udara.
3. Intervensi
a. DX 11) Kaji status cairan
- timbang berat badan harian
- keseimbangan intake dan output harian
- turgor kulit dan adanya edema
- distensi vena jugularis
- tekanan darah, denyut dan irama jantung
R/: peningkatan berat badan harus tidak lebih dari 0,5 kg/ hari , hipertensi dan
takikardi dapat diakibatkan overhidrasi dan atau gagal jantung
2) Batasi intake cairan kurang lebih 1 lt/ hari
R/: pembatasan cairan akan menentukan berat tubuh ideal, haluaran urin dan
respon terhadap terapi
3) Identifikasi sumber potensial cairan
R/: sumber cairan yang tidak diketahui dapat memperberat gagal ginjal
4) Jelaskan pada klien / keluarga rasional pembatasan cairan
R/: pemahaman pasien / keluarga meningkatkan kerjasama dan kepatuhan terapi
5) Perhatikan adanya status perubahan mental
R/: hipervolemia berpotensi untuk edema serebral
6) Kolaborasi untuk pengawasan kadar natrium serum
R/: kadar natrium yang tinggi dihubungkan dengan kelebihan cairan, edema, dan
komplikasi jantung
b. DX 21) Kaji status nutrisi: perubahan berat badan, pengiukuran antropometik
R/: menyediakan data dasar untuk memantau perubahan dan mengevaluasi
intervensi
2) Kaji pola diet nutrisi klien: riwayat diet , makanan kesukaan dan intake cairan
R/: pola diet dapat dipertimbangkan dalam menyususn menu dengan
mengkonsumsi makanan tinggi kalori dalam batasan diet.
3) Kaji adanya anoreksia, mual, muntah, depresi, stomatitis dan kurang memahami
batasan diet
R/: data untuk mengetahui faktor yang dapat dirubah atau dihilangkan untuk
meningkatkan masukan diet
4) Tingkatkan intake protein bernilai biologis tinggi (telur, daging, susu)
R/: protein yang lengkap untuk mencapai keseimbangan nitrogen untuk
pertumbuhan dan penyembuhan
5) Kaji bukti adanya intake protein yang tidak adekuat
R/: insufisiensi protein dapat ditandai dengan pembentukan edema,
penyembuhan luka yang lambat dan rendahnya kadar albumin serum.
c. DX 31) Kaji pengetahuan klien tentang penyebab gagal ginjal, pengertian gagal ginjal,
pemahaman tentang fungsi ginjal, dan rasional penanganan gagal ginjal
R/: tingkat pengetahuan klien tentang gagal ginjal merupakan intruksi dasar
untuk pemberian penkes yang dibutuhkan
2) Sediakan infor,masi yang tepat tentang fungsi dan kegagalan ginjal, pembatasan
cairan dan diet, medikasi, tanda dan gejala, jadwal tindak lanjut
R/: informasi yang tepat dapat digunakan sebagai klarifikasi terhadap proses
penyakit
3) Kaji ulang pembatasan diet termasuk fosfat dan magnesium
R/: pembatasan fosfat merangsang kelenjar paratiroid untuk pergeseran kalsium
dari tulang (osteodistrasi ginjal) dan akumulasi magnesium mengganggu
fungsi neurologis dan mental
d. DX 41) Kaji kemandirian klien dalam aktifitas perawatan diri yang dapat ditoleransi
R/: menentukan pilihan intervensi dan tingkat kebutuhan intervensi
2) Bantu dalam latihan rentang gerak aktif / pasif
R/: mempertahankan kelenturan sendi, mencegah kontraktur dan membantu
menurunkan tegangan otot
3) Buat rencana program aktifitas dengan melibatkan klien
R/: meningkatkan motivasi , perasaan sejahtera
4) Lakukan program pelatihan rutin sesuai batasan tolerabsi dan jadwal istirahat
latihan
R/: mempertahankan tonus otot dan kelenturan sendi, mencegah kelemahan
5) Kaji ulang tindakan untuk mencegah perdarahan seperti latihan keras
R/: menentukan resiko sehubungan dengan anemia dan penurunan trobosit
6) Kaji adanya pembengkakan sendi / nyeri tekan
R/: hiperfosfatemia dengan pergeseran kalsium dapat mengakibatkan depresi,
kelebihan fosfat kalsium sebagai kalsifikasi di dalam sendi dan jaringan
lunak
7) Kaji adanya sakit kepala, pandangan kabur , edema peritoneal dan mata merah
R/: dugaan terjadinya kontrol hipertensi buruk dan perubahan akibat
hiperkalsemia
e. DX 51) Kaji respon dan reaksi klien dan keluarga terhadap penyakit dan terapi
R/: respon dan reaksi klien merupakan data masalah klien dan keluarga dalam
menghadapi perubahan hidup akibat penyakit yang diderita
2) Kaji hubungan klien dengan orang terdekat
R/: orang terdekat merupakan sumber koping bagi klien dalam menghadapi
penyakitnya
3) Kaji pola koping klien dad keluarga serta keefektifan pola koping yang sudah ada
seiring memburknya proses penyakit
R/: pola koping efektif yang sudah ada potensial menjadi destruksiseiring
memburuknya proses penyakit
4) Diskusikan perubahan peran, gaya hidup, pekerjaan, seksualitas dan
ketergantungan terhadap tenaga kesehatan yang terjadi akibat penyakit
R/: identifikasi terhadap permasalahan yang terjadi dan mencari pemecahnnya
f. DX 61) Inspeksi kulit terhadap perubahan warna, turgor, vaskular, ekimosis, pruritus,
dan observasi adanya purpura
R/: perubahan warna dan turgor kulit menandakan area sirkulasi yang buruk
yang dapat menimbulkan terjadinya kerusakan integritas kulit dan jaringan
2) Observasi intake cairan, hidrasi kulit dan membran mukosa
R/: dehidrasi atau hiperhidrasi mempengaruhi sirkulasi tingkat seluler dan
integritas jaringan
3) Observasi adanya edeme
R/: edema jaringan menyebabkan mudah terjadi ruptur.
4) Evaluasi adanya keluhan gatal-gatal pada kulit
R/: karena terjadinya status uremia , gatal dapat terjadi karena kulit adalah rute
ekskresi produk sisa metabolisme
5) Anjurkan klien menggunakan kompres dingin untuk mengurangi garukan pada
area pruritus, pertahankan kuku tetap pendek
R/: mengurangi ketidaknyamanan dengan menghindari cedera dermal
6) Anjurkan klien menggunakan pakaian longgar dari nbahan yang mudah
menyerap keringat
R/: mencegah iritasi dermal langsung dan meningkatkan evaporasi lembab pada
kulit
g. DX 71) Monitor intake dan output cairan harian
R/: evaluasi status cairan dibandingkan dengan BB karena haluaran urin
merupakan evaluasi tidak akurat pada klien hemodialisa karena klien dapat
mengalami oliguria dan anuria
2) Timbang bera badan sebelum dan sesudah hemodialisa
R/: penurunan BB waktu pengukuran dengan tepat adalah pengukuran
ultrafiltrasi dan pembuangan cairan
3) Observasi TTV dan tekanan hemodinamik selama HD berlangsung
R/: hipotensi, takikardi dan penurunan tekanan hemodinamik menunjukkan status
hipovolemik
4) Kaji adanya perdarahan terus menerus atau besar pada sisi akses , membran
mukosa luka ematemesis
R/: heparinisasi sistemik meningkatkan CT dan menempatkan klien pada resiko
pendarahan
5) Kolaborasi untuk pemeriksaan Lab Hb, Ht, elektrolit dan kehilangan darah aktual
R/: Hb, Ht dapat turun karena anemia hemodelusi atau kehilangan darah aktual
4. EVALUASIa. DX 1
1) turgor kulit baik dan tidak terjadi edema
2) TTV dalam batas normal (TD 100-130/ 60-85, N: 60-80 x/ mnt
3) Rasa haus berkurang
4) Tidak terjadi distensi vena jugularis)
b. DX 21) konsumsi protein dengan nilai biologis tinggi
2) konsumsi makanan tinggi kalori dalam batas diet
3) kadar albumin plasma dalam batas normal
4) tidak terjadi penambahan dan penurunan BB yang ekstrem
c. DX 31) menyatakan pemahamanproses penyakit dan pengobatan
2) melakukan pola hidup sehat
3) berpartisipasi aktif dalam program pengobatan
d. DX 41) mempertahankan mobilitas / fungsi optimal sesuai batasan toleransi
2) melakukan pola istirahat – aktivitas seimbang
3) berpartisipasi dalam aktivitas perawatan mandiri
e. DX 51) mengidentifikasi dan mengungkapkan perasaan terhadap penyakit dan
perubahan pola hidup
2) mengidentifikasi pola koping efektif dan memodifikasi pola koping destruktif
f. DX 61) mempertahankan kulit utuh
2) mencegah kerusakan cedera ulit
g. DX 71) mempertahankan keseimbangan cairan (BB dan TTV stabil)
2) turgor kulit baik
3) membran mukosa lembab
4) tidak ada perdarahan
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta: EGC
Corwin, Elizabeth J, 2004. Buku Saku Patofisiologi, Jakarta: EGC
Doenges, Marilynn. E. 1999, Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan &
Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi: 3, Jakarta: EGC
Mansjoer, Arief. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3.Jilid 2. Jakarta: Mediaesculapius
Price, Sylvia A..2004. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC
Sloane, Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. Jakarta: EGC.Smeltzer, Suzanne C,
2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol. 2 Edisi 8. Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzanne C, 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol. 2 Edisi 8. Jakarta:
EGC.
Suyono, Salmet. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 2. Edisi III. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI
http://arwinlim.blogspot.com/2007/10/anfis-sistemperkemihan.html.Diakses tanggal 22 Agustus
2009 pukul:13.00 WIB
http://spiritia.or.id/cst/dok , www.ikcc.or.id diakses 22 Agustus 2009.