He Modi Namik
description
Transcript of He Modi Namik
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemantauan hemodinamik adalah suatu pengukuran terhadap system
kardiovaskular yang dapat dilakukan baik secara invasive atau non invasive.
Pemantauan ini dapat memberikan informasi mengenai keadaan pembuluh darah,
jumlah darah dalam tubuh, dan kemampuan jantung untuk memompa darah.
Pengkajian secara non invasive terhadap system kardiovaskular sangat
tergantung pada tanda-tanda klinis pasien, yang mana keadaan tertentu tidak dapat
mendeteksi dengan jelas dan tidak akurat. Terutama pada pasien yang dalam
keadaan kritis dimana perubahan hemodinamik dapat terjadi dengan cepat.
Pembahasan mengenai pengkajian secara non invasive dapat dipelajari lebih
terperinci pada pembahasan mengenai pemeriksaan fisik.
Perkembangan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi mendapatkan suatu
metode yaitu melakukan pengukuran secara invasive. Pengukuran ini dilakukan
dengan memasukkan kateter kedalam pembuluh darah atau rongga tubuh.
Pemantauan hemodinamik secara invasive ini selain dapat mengukur tekanan dan
mengetahui gelombang tekanan didalam ruang-ruang jantung, juga menjadi sarana
untuk pengambilan contoh darah, pemeriksaan laboratorium, pemberian obat-
obatan atau cairan dan pemasangan pacu jantung intrakardiak.
Dalam pembahasan selanjutnya akan diuraikan mengenai indikasi,
parameter hemodinamik, cara pemantauan dan peranan ners pada klien yang
terpasang alat pantau hemodinamik serta komplikasi dan penangnannya.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaiaman cara monitoring hemodinamik pada pasien jantung?
1.3 Tujuan
1.3.1 Mendiskusikan pengertian pemantauan haemodinamik pada pasien
1.3.2 Mendiskusikan indikasi pemantauan haemodinamik pada pasien
1.3.3 Mendiskusikan parameter pemantauan haemodinamik pada pasien
1
1.4 Manfaat
1.4.1 Mengetahui pengertian pemantauan haemodinamik pada pasien
1.4.2 Mengetahui indikasi pemantauan haemodinamik pada pasien
1.4.3 Mengetahui parameter pemantauan haemodinamik pada pasien
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Pemantauan hemodinamik adalah suatu pengukuran terhadap system
kardiovaskular yang dapat dilakukan baik secara invasive atau non invasive.
Pemantauan ini dapat memberikan informasi mengenai keadaan pembuluh darah,
jumlah darah dalam tubuh, dan kemampuan jantung untuk memompa darah.
2.2 Indikasi
Pada umumya pemantauan hemodinamik dilakukan pada klien tersebut
dibawah ini :
1. Syok
2. Infark myokard akut yang disertai dengan :
a. Gagal jantung kanan/ kiri
b. Sakit dada yang berulang-ulang
c. Hipotensi/ hipertensi
3. Edema Paru
4. Gagal jantung kanan
5. Pasca operasi jantung
6. Penyakit katub jantung/ Rupture septum ventrikel
7. Temponade jantung
8. Gagal nafas akut
9. Hipertensi pulmonal
10. Sarana untuk :
a. Memberikan cairan atau resusitasi cairan
b. Mengetahui reaksi pemberian obat
2.3 Parameter Hemodinamik
2.3.1 Tekanan vena central
Tekanan vena sentral (CVP) secara langsung mereflesikan tekanan
pada atrium kanan dan secara tidak langsung menggambarkan beban awal
jantung kanan atau tekanan ventrikel kanan pada akhir diastolic.
3
1. Cara Pengukuran CVP
Pengukuran CVP secara non invasive dapat dilakukan dengan cara
mengukur tekanan vena jugularis, sedangkan secara invasive dapat
dilakukan dua cara yaitu :
a. Memasang kateter tekanan vena sentral yang ditempatkan pada vena
kava superior atau atrium kanan. Teknik pengukurannya dapat
menggunakan manometer air atau dengan system transduser. Menurut
Gardner dan Woods nilai normal tekanan vena sentral adalah 3 – 8
cmH2O atau 2-6 mmHg. Prosedur pengukuran CVP dengan
manometer air dan dengan system transduser akan dibahas pada
penjelasan selanjutnya.
b. Melalui bagian proksimal kateter arteri pulmonalis. Pengukuran dengan
cara ini hanya dapat dilakukan dengan menggunakan system transduser.
2. Tempat Penusukan Kateter
Pemasangan kateter CVP dilakukan secara perkutan atau dengan cutdown
melalui vena sentral atau vena perifer seperti vena basilica, vena sephalika,
vena jugularis interna/eksternal dan vena subclavia.
Gambar1.1 lokasi penusukan vena subclavia (prosedur invasive)
4
Gambar1.2 lokasi penusukan vena jugularis interna
3. Gelombang Tekanan Vena Sentral
Tekanan vena sentral terdiri dari :
Gelombang :
- a = kontraksi atrium kanan
- c = dari kontraksi ventrikel kanan
- x = menggambarkan relaksasi atrium
- v = penutupan katub tricuspid
- y = pembukaan katub tricuspid
Gambarr 1.3 Gelombang CVP
2.3.2 Tekanan arteri pulmonalis
Tekanan arteri pulmonalis memberikan informasi mengenai keadaan
pembuluh darah pulmonal dan ventrikel kiri. Tekanan arteri pulmonalis
tergantung pada aliran darah ke paru-paru dan kondisi jaringan parut.
Tekanan arteri pulmonalis terdiri dari tekanan sistolik, diastolic dan tekanan
rata-rata. Lopez dan Elliot menjelaskan bahwa tekanan sistolik arteri
pulmonalis sama dengan tekanan sistolik ventrikel kanan. Gardner dan Woods
menuliskan bahwa tekanan diastolic arteri pulmonalis hamper sama dengan
tekanan kapiler arteri pulmonalis.
5
Tekanan arteri pulmonalis dapat diukur melalui bagian distal kateter
arteri pulmonal atau kateter swans gannz yang ditempatkan pada salah satu
cabang arteri pulmonalis.
1. Kateter Arteri Pulmonalis
Kateter arteri pulmonal mempunyai garis tengah No 7 French dan
panjangnya 110 cm. kateter mempunyai 4 lumen yang terdiri dari :
a. Lumen Distal yaitu lumen yang berada pada ujung kateter dan
berfungsi untuk mengukur tekanan arteri pulmonalis, tekanan kapiler
arteri pulmonalis serta dapat diguanakn sebagai sarana pengambilan
contoh darah untuk pemeriksaan laboratorium seperti analisa gas
darah vena campuran.
b. Lumen Proksimal yaitu lumen yang dapat memantau tekanan vena
central atau tekanan atrium kanan dan fungsi lainnya adalah untuk
mengukur curah jantung. Lumen proksimal ini letaknya 30 cm dari
ujung kateter.
c. Lumen Termistor berada 4 cm dari lumen distal. Lumen ini berguna
untuk mecegah agar termistor tidak bersentuhan dengan dinding
pembuluh darah dan mendeteksi suhu cairan yang melewatinya
sehingga curah jantung dapat diunkur.
d. Lumen untuk mengembangkan dan mengempiskan balon. Balon di
kembang pada saat pemasangan, berguna untuk membantu kateter
memasuki ruang-ruang jantung selain itu ketika dikembangkan balon
menutup ujung kateter tujuannya adalah mencegah kateter bersentuhan
dengan dinding ventrikel sehingga gangguan irama jantung seperti
ekstra sistol ventrikel tidak terjadi.
Gambar 1.4 Kateter Swan Ganz(sumber )
6
Gambar1.5 Jalur pemasangan Kateter Swan Ganz
Pemasangan kateter dilakukan dengan kanulasi secara perkutan
melalui vena femoralis, dapat pula dilakukan secara cutdown melalui vena
basilica atau vena brachialis.
2. Cara pemasangan kateter
Sebelum kateter dipasang, integritas balon harus diperiksa dengan
cara memasukkan ujung kateter ke dalam air yang steril kemudian balon
dikembangkan. Kateter dibasahi dengna cairan heparin dan bagian luar
lumen distal kateter harus dihubungkan dengan system pemantauan
transduser.
Pada saat pemasangan kateter dimasukkan melalui sebuah kateter
penuntun yang ukurannya lebih besar. Pada saat balon berada di atrium
kanan maka balon dikembangkan kemudian kateter dibawa oleh balon
masuk ke ventrikel kanan kemudian ke arteri pulomnalis. Kateter
7
ditempatkan pada cabang arteri pulmonalis kanan atau kiri. Untuk
mencegah terjadinya nekrosis pada jaringan paru balon hanya
dikembangkan pada saat pengukuran tekanan kapiler arteri pulmonalis.
Setelah pemasangan posisi kateter harus dipertahankan dengan
menjahit kulit pada daerah insisi dan panjang kateter yang masuk ke dalam
jantung harus diberi tanda kemudian pemeriksaan rontgen, foto thorax,
harus segera dilakukan untuk mengetahui posisi kateter di dalam jantung.
3. Gelombang Tekanan Saat Pemasangan
Gambar 1.8 Gelombang PAP
2.3.6 Curah Jantung
Curah jantung adalah jumlah darah yang dipompakan oleh ventrikel
setiap menit. Normal curah jantung adalah 4-8 liter/ menit.
Terdapat dua metode untukmengukur curah jantung :
a. Metode ficks
Metode ini mengukur curah jantung dengan cara membagi jumlah
oksigen yang diabsorbsi dalam paru dengna jumlah oksigen yang
digunakan oleh tubuh. Rumusnya adalah :
8
CO= o 2absorbed per minuteby t h e lung(mL per minutes)
arteri venouso 2 difference (mL per Litre of blood)
(guyton, 1991)
b. Metode termodilusi
Pengkuran curah jantung dengan metode termodilusi menggunakan
kateter arteri pulmonal dan mesin curah jantung. Prinsp kerjanya adalah
dengan memasukkan cairan kedalam atrium kanan melalui lumen
proksimal kateter arteri pulmonal. Cairan yang disuntikkan mempunyai
temperature lebih rendah dari temperature tubuh. Cairan selanjutnya
memasuki ventrikel kanan, kemudian arteri pulmonal. Temperature dasar
darah telah dideteksi dan direkam oleh computer sebelum cairan dingin
disuntikkan. Suhu darah yang memasuki arteri puomonalis ( darah yang
bercampur dengan cairan dingin ) dideteksi oleh lumen termistor.
Perbedaan antara suhu dasar dengan darah yang tercampur cairan
dingin dihitung oleh mesin atau computer, kemudian hasil perhitungan
terlihat pada monitor mesin curah jantung berupa kurva dan nilai curah
jantung.
2.3.7 Tekanan Arteri Sistemik
Tekanan darah adalah tekanan yang dihasikan oleh darah saat
melawan dingin pembuluh darah.
1. Nilai normal tekanan
Tekanan arteri sistemik terdiri dari :
a. Tekan sitolik adalah tekanan darah maksimal ketika darah
dipompakan dari ventrikel kiri. Normal tekanan sistolik adlah 100-
140 mmHg.
b. Tekanna diastolic adalah tekanan darah pada saat jantung relaksasi.
Nilai normal tekanan diastolic adalah 60-80 mmHg. Tekanan
ddiastolik menggambarkan tahanan pembuluh darah yang harus
dihadapi oleh jantung .
c. Tekanan arteri rata-rata dapat dihitung dengan rumus
sistolik+2 diastolik3
9
Normal tekanan rata-rata (MAP) adalah 70-100 mmHg
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan arteri
a. Curah jantung
Jika curah jantung rendah maka tekanan arteri menjadi rendah dan
sebaliknya tekanan darah meningkat jika jumlah CO meningkat.
b. Tahanan pembuluh darah perifer
Penyempitan pada pembuluh darah arteri akan menyebabkan
tekanan darah meningkat, dan dilatasi pada pembuluh darah arteri
mengakibatkan penurunan tekanan darah.
c. Elastisitas arteri
Elastisitas pembuluh darah berhubungan dengan aliran darah. Jika
pembuluh darah mengalami sklerosa maka tekanan darah menjadi
tinggi.
d. Volume darah
Jumlah darah dalam system kardiovaskular mennetukan keadaan
tekanan darah. Sebagai contohnya pada keadaan perdarahan
tekanan darah menjadi rendah.
e. Kekentalan darah
Semakin kental darah maka semakin tinggi tekanan darah dan jika
kekentalan darah rendah meyebabkan tekanan darah menjadi
rendah.
f. Umur
Pada neonates tekanan darah adalah rendah sedangkan pada orang
dewasa tekanan darah adalah rendah.
g. Berat badan
Pada orang gemuk tekanan darah adalah tinggi.
h. Emosi
Pada keadaaan stress katekolamin akan meningkat dan hal ini
menyebabkan peningkatan pada tekanan darah.
i. Aktivitas
Tekanan darah meningkta pada saat manusia melakukan aktivitas.
3. Cara pengukuran
10
Pengukuran tekanan arteri sistemik dapat dilakukna dengan cara
invasif dan non invasif
a. Secara non invasive
Pengukuran tekanan darah secara tidak langsung dapat dilakuakn
dengan manual dan otomatis.
Secara manual
Pengukuran secara manual dapat dilakukan dengan auskultasi,
palpasi, dan oscillometri. Pada semua teknik pengukuran
tersebut, daerah ekstremitas yang digunakan sebgai tempat
pengukuran harus sejajar dengan letak jantung. Alat yang
digunakan unutun pengukuran adalah spighnomomanometer,
stetoskop dan Doppler. Prinsip pengukuran ini adalah
mendeteksi kekuatan pulsasi aliran darah pada saat melawan
didnding arteri, yang terdengar sebagai bunyi korokoff.
Kualitas dari bunyi korokoff tergantung dai jumlah darah yang
terdapat di dalam tubuh. Pada keadaan yang mengakibatkan
pulsasi aliran menurun maka bunyi korokoff tidak terdengar.
Pengukuran secara manual memberikan perbedaan tekanan
sistolik 20 mmHg lebih rendah dari pengukuran secra
langsung.
Teknik auskultasi
Teknik pengukuran dengan auskultasi menggunakna alat
spyghmomanometer dan stetoskop. Prinsip dasar dari
pengukuran secara auskultasi adalah stethoscope menangakap
vibrasi pembuluh darah yang dihasilkan dari adanya turbulensi
aliran darah yang melewati arteri yang tertekan oleh menset .
Prosedur pengukuran :
1. pemeriksaan mencuci tangan kemudian menjelaskan
prosedur yang akan dikerjakan .
2. mengatur posisi klien :
lengan atas pasien ditempatkan pada posisi yang sejajar
dengan jantung
11
posisi lengan dalam keadaan terlentang dan terbuka
3. memasang menset melingkari lengan atas dan posisi
kantong sensor tekanan harus tepat berada di atas arteri
brakialis. Posisi manset bagian bawah berada 2-3 cm di atas
daerah antekubital.
4. Manometer air raksa diletakkan pada posisi ventrikel dan
sejajar dengan mata pemeriksa.
5. Melakukan palpasi arteri brakialis dan radialis.
6. Mengembangkan manset sampai pulsasi arteri tidak teraba,
kemudian kembangkan kurang lebih 30mmHg.
7. Menempelkan bagian bell dari stetoscope di atas arteri
brakialis.
8. Mengempiskan manset secara bertahap dengan kecepatan
3mmHg per detik.
9. Memperhatikan manometer untuk menentukan nilai tekanan
darah. Bunyi yang terdengar pertama kali adalah bunyi
korokoff I disebut sebagai tekanan sistolik.
10. Melanjutkan pengempisan manset sampai terdengar suara
samar (bunyi korokoff IV), kemudian suara menghilang
(korokoff V). Suara korokoff IV ditentukan sebagai tekanan
diastolik pada anak, korokoff V adalah tekanan diastolik
pada dewasa.
11. Mengempiskan manset sampai benar-benar kempis
kemudian membuka manset dari lengan pasien.
12. Melakukan pencatatan hasil pengukuran, meliputi :
Nilai tekanan darah
Lengan yang digunakan untuk pengukuran
13. Membantu pasien kembali kepada posisi yang nyaman dan
menjelaskan bahwa prosedur telah selesai
Teknik palpasi
Teknik palpasi merupakan cara pengukuran yang sangat
sederhana dan mudah. Alat yang dibutuhkan hanya manset tekanan
12
darah dan manometer air raksa (spymomanometer). Metode ini
memberikan hasil yang subyektif dan sangat terbatas.
Teknik pengukuran
Melakukan arteri brakialis, kemudian manset dikembangkan
hingga 20-30 mmHg setelah pulsasi tidak teraba, manset
dikempeskan secara bertahap. Tekana sistolik didapat pada saat
pulsasi nadi teraba untuk pertama kalinya. Tekanan diastolik tidak
dapat dilakukan pengukuran.
Secara otomatis
Alat yang digunakan untuk pengukuran secara otomatis ini
dapat mengukur tekanan sistolik, diastolik dan tekanan rata-rata alat
ini tidak membutuhkan stetoscope dan manset tidak perlu
dikembangkan atau dikempiskan secara manual. Selain itu frekuensi
pengukuran tekanan darah dapat diatur. Prinsip kerja dari alat ini
adalah mendeteksi kekuatan pulsasi aliran darah pada ekstremitas.
Salah satu contoh alat yang digunakan adalah oscillometry dan
Doppler.
a. Doppler
Sebuah doppler dan manset tekanan dapat digunakan untuk
mengukur tekanan darah arteri secara invasif. Doppler
mempunyai transduser yang dapat mendeteksi suara dengan
frekuensi10MHz. Pengukuran dilakukan dengan cara
meletakkan doppler diatas arteri radialis dan memasang manset
tekanan pada lengan bagian atas. Selanjutnya manset
dikembangkan hingga tanda pada doppler tidak terlihat,
kemudian manset dikempiskan secara perlahan. Bunyi aliran
darah yang terdeteksi pertama kali diindikasikan sebagai
tekanan sistolik.
b. Automatic Oscillometry
Alat ini dilengkapi dengan alat pantau saturasi oksigen dan
EKG. Automatic Oscillometry terdiri 2 kantong yang terdapat
didalam menset yang tertutup. Teknik pengukuran adalah
13
dengan cara melingkarkan menset pada lengan atas dan tepat
berada di atas arteri brakialis .menset dikembangkan secara
otomatis yang melalui bagian proksimal kantong, sementara
bagian distal kantong mempertahankan isi udara di dalam
menset .bagian proksimal kantong akan mengempis secara
perlahan. Pengempisan tersebut menghasilkan adanya
gelombang pada arteri yang tertekan oleh menset gelombang
pembuluh darah arteri ini terdeteksi pada bagian distal kantong.
b. Secara Invasif
Pengukuran darah sistemik dapat dilakukan dengan cara
memasang suatu kateter pada pmbuluh darah arteri dan dapat pula
melalui kateter IABP. Pemilihan tempat untuk pemasangan kateter
harus memenuhi kriteria berikut ini :
Pembuluh arteri yang digunakan sebagai tempat pemasangan
sebaiknya dipilih pembuluh arah yang besar .dan mempunyai
kolateral yang adekuat sahingga dapat menghasilkan gelombang
tekanan yang jelas dan akurat serta mengurangi terjadinya
iskemik
Daerah pemasangan sebaiknya pada daerah yang mudah dikaji
dan daerah yang tidak mudah terjadi infeksi .
Pembuluh darah arteri untuk pemasangan kateter :
a. Arteri aksilaris : arteri yang besar dan mempunyai kolateral
yang adekuat .
b. Arteri femoralis : pada arteri ini dapat menghasilkan
gelombang tekanan yang lebih baik dari pada pemasangan
pembuluh darah arteri yang lain .
c. Arteri radialis : pada arteri ini biasanya mudah dan aman .
jika pemasangan pada arteri ini maka dilakukan allen test
untuk mengetahui integritas arteri ulnaris .
4. Gelombang Tekanan Arteri Sistemik
14
Gelombang tekanan arteri dihasilkan dari mulainya usaha untuk
membuka katub aorta kemudian diikuti dangan peningkatan arteri sampai
tekanan puncak tercapai .
Tekanan diventrikel turun sacara tepat sehingga tekanan aorta
menjadi lebih tinggi dari ventrikel kiri .perbedaan tekanan tersebut
mengakibatkan darah pada aorta berbalik pada ventrikel kiri dan
menyebabkan katub aorta tertutup. Penutupan katub aorta menghasilkan
” dicrotic notch ” pada gelombang tekanan arteri.
15
Gambar1.7 dicrotic notch
2.4 Prosedur Pemantauan Dengan Sistem Manometer
Pemantauan dengan sistem manometer hanya dilakukan untuk
pemantauantekanan vena sentral.
A. Persiapan untuk pemasangan
1. Persiapan pasien
a. Memberikan penjelasan pada klien dan keluarga mengenai:
- Tujuan pemasangan
- Daerah pemasangan
- Prosedur yang akan dikerjakan.
b. Mengatur posisi pasien sesuai dengan daerah pemasangan kateter.
2. Persiapan alat
Alat-alat yang harus dipersiapkan adalah :
- Kateter CVP
- Set CVP
- Spuit 2,5 cc
- Spuit 10 cc
- Anti septik
- Obat anastesi lokal
- Sarung tangan steril
- Bengkok
- Cairan NaCl 0,9% (25 ml)
- Plester
B. Persiapan untuk pengukuran
16
1. Persiapan alat
- Skala pengukur
- Selang penghubung (Manometer Line)
- Standar infus
- Three way stopcock
- Pipa U
- Set infus
2. Cara merangkai
- Menghubungkan set infus dengan cairan NaCl 0,9%
- Mengeluarkan udara dari selang infus
- Menghubungkan skala pengukur dengan threeway stopcock
- Menghubungkan threeway stopcock dengan selang infus
- Menghubungkan Manometer Line dengan threeway stopcock
- Mengeluarkan udara dari manometer line
- Mengisi cairan ke skala pengukur sampai 25cm H2O
- Menghubungkan Manometer Line dengan kateter yang sudah
terpasang
3. Cara pengukuran
- Memberikan penjelasan kepada pasien
- Mengatur posisi pasien
- Laveling
Laveling adalah mensejajarkan letak jantung (atrium kanan) dengan
skala pengukur atau transduser
- Letak jantung dapat ditentukan dengan cara membuat garis
pertemuan antara sela iga keempat dengan garis pertengahan aksila
- Menentukan nilai CVP , dengan memperhatikan undulasi pada
Manometer dan nilai dibaca pada akhir ekspirasi
- Membereskan alat- alat
- Memberitahu pasien bahwa tindakan telah selesai
2.5 Prosedur Pemantauan Dengan Transduser
Pemantauan dengan sistem transduser dilakukan pada: tekanan vena sentral,
arteri pulmonal, kapiler arteri pulmonal, dan tekanan darah arteri sistemik.
A. Persiapan Untuk Pemasangan
17
1. Persiapan pasien
a. Memberikan penjelasan pada klien dan kluarga mengenai:
- Tujuan pemasangan
- Daerah pemasangan
- Prosedur yang akan dikerjakan
b. Mengatur posisi pasien sesuai dengan daerah pemasangan kateter.
2. Persiapan alat
a. Persiapan untuk penusukan
- Kateter sesuai dengan kebutuhan
- Set instrumen steril untuk tindakan invasif
- Sarung tangan steril
- Anti septik
- Obat anastesi lokal
- Spuit 2,5 cc
- Spuit 5 cc/10 cc
- Bengkok
- Plester
b. Persiapan untuk pemantauan
- Monitor
- Transduser
- Alat flush
- Kantong tekanan
- Cairan NaCl 0,9% (1 kolf)
- Heparin
- Manometer Line
- Spuit 1cc
- Threeway stopcock
- Penyanggah transduser/standar infus
- Pipa U
- Infus Set
3. Cara Merangkai
- Mengambil heparin sebanyak 500 unit kemudian memasukkannya
kedalam cairan NaCl 0,9%
18
- Menghubungkan cairan tersebut dengan selang infus
- Mengeluarkan udara dari selang infus
- Memasang cairan infus pada kantong tekanan
- Menghubungkan transduser dengan alat flus
- Memasang threeway stopcock dengan alat flush
- Menghubungkan bagian distal selang infus dengan alat flush
- Menghubungkan manometer dengan threeway stopcock
- Mengeluarkan udara dari seluruh sistem alat pemantauan (untuk
memudahkan beri sedikit tekanan pada kantong tekanan)
-Memompa kantong tekanan sampai 300 mmHg
-Menghubungkan kabel transduser dengan monitor
-Menghubungkan manometer dengan kateter yang sudah terpasang
-Melakukan kalibrasi alat sebelum pengukuran
4. Cara Kalibrasi
- Laveling ( lihat laveling pada sistem manometer)
-Menutup threeway kearah pasien dan membuka threeway kearah
udara
-Mengeluarkan cairan keudara
-Menekan tombol kalibrasi sampai pada monitor terlihat angka nol
-Membuka threeway kearah pasien dan menutup kearah udara
-Memastikan gelombang dan nilai tekanan terbaca dengan baik
2.6 Indikasi Pelepasan
1. Kondisi haemodinamik maupun tanda-tanda klinis sudah cukup stabil dalam
tiga hari
2. Bila belum maka kateter harus diganti maksimal seminggu sekali bila tidak ada
kontra indikasi
3. Tekanan kapiler arteri pulmo sama dengan tekanan ventrikel kiri diakhir
diastolic yaitu 70-90 mmHg
19
2.7 Nilai Normal
1. Gelombang arteri pulmo saat pemasangan kateter 4-12 mmHg (0.5-1.6 kPa)
2. Tekanan atrium kiri sama dengan tekanan arteri pulmonal sama dengan tekanan
arteri diastole (70-80 mmHg)
3. Pada ventrikel kanan nilai normal gelombang tekanan saat pemasangan 15-25/
0-6 mmHg (2-3,3/ 0-0,8 kPa)
2.8 Peranan Ners
Ners mempunyai peranan yang sangat penting dalam melakukan
perawatan pada klien yang terpasang alat pantau tekanan hemodinamik.Peranan
ners dimulai dari sebelum alat pantau tekanan dipasang,saat pemasangan dan
setelah alat pantau tekanan terpasang pada klien.
A. Sebelum Pemasangan
Peranan ners sebelum pemasangan adalah:
1.Mempersiapkan alat-alat untuk penusukan dan alat –alat untuk pemantauan
2.Mempersiapkan pasien yaitu memberikan penjelasan mengenai prosedur dan
tujuan pemantauan serta mengatur posisi pasien sesuai dengan daerah pemasnagan
kateter.
B. Saat Pemasangan
Pada saat prosedur pemasangan ners bertanggung jawab untuk:
1. Memelihara alat yang digunakan selalu dalam keadaan steril
2. Memantau tanda dan gejala komplikasi yang dapat terjadi pada saat
pemasangan seperti gangguan irama jantung dan pendarahan
3. Membuat klien merasa aman dan nyaman selama prosedur dilakukan
C. Setelah pemasangan
Perawatan yang harus dilaksanakan setelah alat pantau tekanan terpasang
pada klien adalah sebagai berikut:
1. Mendapatkan nilai yang akurat dengan cara:
a. Melakukan zero balance/leveling
20
Menentukan letak atrium atau titik nol pasien dengan cara
membuat garis pertemuan antara garis yang dibuat dari sela iga ke
empat dengan pertengahan aksila. Titik nol tersebut kemudian
disejajarkan dengan transduser.
b. Zero balance dikerjakan setiap pergantian dinas atau jika nilai atau
gelombang yang terlihat pada monitor tidak sesuai dengan keadaan
klinis klien dan setiap ada perubahan posisi pasien.
c. Melakukan kalibrasi
Tujuan kalibarasi adalah unutk mengetahui fungsi alat seperti
monitor atau transduser.kalibrasi dilakukan sebelum alat pantau
dipasang ,setiap pergantian dinas dan jika ada keraguan pada nilai
atau gelombang yang terlihat pada monitor.
2. Mengkorelasikan nilai yang terlihat pada monitor dengan keadaan
klinis klien .
3. Mencatat nilai tekanan dan kecenderungan perubahan hemodinamik.
4. Memantau perubahan hemodinamik setelah pemberian obat-obatan
5. Mencegah terjadinya komplikasi dan mengetahui gejala dan tanda
komplikasi (lihat tabel)
6. Memberikan rasa nyaman dan aman pada pasien.
7. Memastikan letak alat-alat yang terpasang pada posisi yang tepat
dengan cara memantau gelombang tekanan pada monitor dan
melakukan pemeriksaan fotothorak (CVP,Swans gans)
8. Komplikasi pemantauan hemodinamik
KOMPLIKASI PENCEGAHAN TINDAKANEmboli udara Membuat posisi trendelenberg pada saat pemasangan
kateter (untuk pemasangan melalui vena)Lubang kateter harus dalam keadaan tertutup pada saat pemasangan.Sebelum kateter di pasang,semua lumen kateter harus di bilas dengan cairan NaCl 0,9 %.Sebaiknya menggunakan sambuan luerlok.Sistem alat pantau tekanan harus bebas dai udara.Anjurkan klien untuk menarik nafas dalam pada saat kateter di cabut atau pada saat kateter dilepaskan sambunganya dengan sistem alat-alat pantau tekanan.Jika emoli suah terjadi miringkan posisi pasien ke sebelah kiri dengan posisi kepala lebih rendah.
21
Balon pecah Membatasi volume udara untuk mengembangkan balon.Membiarkan balon mengempis secara pasif.Memberi tanda pada balon yang sudah pecah.
Aritmia Jika kateter tertarik pada V.kanan maka kolaborasi dengan dokter untuk memperbaiki.Menyiapkan alat-alat untuk resusitasi selama pemasangan.Memantau gelombang tekanan arteri pulmonalis.
Kelebihan cairan Mebatasi jumlah cairan yang masuk ke dalam tubuh pasien.Mebatasi pengukuran curah jantung.
Hematoma Menekan daerah penusukan selama 5-10 menit setelah kateter arteri di cabut.
Infeksi Mengganti cairan pembilas setiap 24 jam.Mengganti sistem pemantauan tekanan setiap 48-72 jam.Menggunakan teknik steril ketika mengganti balutan setiap 24-48 jam atau jika diperlukan.Mengganti kateter yang terpasang setiap 72-96 jam.Membersihkan darah pada stopcock dan manometer penghubung setiap pengambilan darah untuk pemeriksaan laboratorium.Mengurangi pemakaian stopcock pada sistem pemantauan tekanan.Menjaga kesterilan pada saat mengambil darah dan pengukuran curah jantung.Memantau tanda dan gejala infeksi.
Pneumothoraks Rontgen fotothorak setelah pemasangan vena dalam.Pemasangan WSD jika pneumothorak sudah terjadi.
Ruptur arteriPulmonalis
Mengembangkan balon dengan udara secukupnya.
Infark pulmonal Membatasi waktu dan frekuensi pengembangan balon.
22
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pemantauan haemodinamik dapat memberikan informasi mengenai
keadaan pembuluh darah, jumlah darah dalam tubuh, dan kemampuan jantung
untuk memompa darah. Pemantauan haemodinamik dipantau dari beberapa
parameter, yaitu tekanan CVP dan JVP, tekanan kapiler arteri pulmonalis,
tekanan atrium kiri, tekanan ventrikel kanan, curah jantung, dan tekanan arteri
sistemik. Perubahan haemodinamik bisa terjadi dengan cepat, sehingga
monitoring haemodinamik pasien dibutuhkan untuk memantau kestabilan
keadaan haemodinamik pasien.
23
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009. Kondisi Haemodinamik. Diakses dari : http://www.rnceus.com/hemo/cvp.htm pada tanggal 21 maret 2010 pukul 11.54
Anonim. 2009. Jugular venous pressure (JVP). Diakses dari :
http://en.wikipedia.org/wiki/Jugular_venous_pressure pada tanggal 21 maret
2010 pukul 13.31
Bruner & Sudart. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Vol. 2. Edisi 8.
EGC. Jakarta
Doengoes,Marilyn.E.dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI
Kutovaja, Inese. 2008. Monitoring Cardiac Output. ICU RPH
Rokhaeni, Heni, SMIP,CCRN, dkk. 2001. Buku Ajar Keperawatan
Kardiovaskuler. Jakarta : Pusat Kesehatan Jantung dan Pembuluh Darah
Nasional “ Harapan kita”
24