Post on 31-Mar-2019
EFEKTIFITAS METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM
MEMBINA AKHLAK REMAJA DI PONDOK PESANTREN
NURUL HIDAYAH PUSAT LEUWISADENG BOGOR
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi
Islam (S.Kom.I)
Oleh:
Fajriah Septiani
NIM: 1111052000022
JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H./2015 M.
i
ABSTRAK
Fajriah Septiani 1111052000022
Efektifitas Metode Bimbingan Agama dalam Membina Akhlak Remaja di
Pondok Pesantren Nurul Hidayah Pusat Leuwisadeng Bogor. Di bawah
Bimbingan Prof. Dr. H. Daud Effendi, AM.
Metode bimbingan agama adalah cara atau jalan yang tepat untuk digunakan
dalam rangka pencapaian tujuan bimbingan agama yaitu membentuk individu
yang mampu memahami diri dan lingkungannya. Salah satu dari metode
bimbingan agama yaitu metode ceramah yang dapat digunakan dalam bimbingan
agama, metode ceramah dilakukan secara berkelompok dan cara penyampaian
informasinya secara langsung. Dengan metode ceramah indivu mampu memahami
diri dan lingkungannya karna dilakukan secara berkelompok dan kemampuan
untuk hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah sesuai dengan potensi
dalam mencapai penyesuaian diri dengan lingkungannya, baik lingkungan
keluarga maupun masyarakat, sehingga tercapainya kebahagiaan di dunia dan di
akhirat. Pada saat remaja mengikuti bimbingan Agama, kemudian memahami dan
mengimplementasikannya maka, Akhlak yang dimiliki seseorang akan berbeda
dengan sebelum mengikuti bimbingan Agama.
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis efektifitas metode
bimbingan agama dalam membina akhlak remaja di pondok pesantren Nurul
Hidayah Pusat, dengan rumusan masalah bagaimana metode bimbingan agama
yang digunakan dalam membina akhlak remaja di pondok pesantren Nurul
Hidayah pusat? Dan apakah efektif atau tidak metode bimbingan agama yang
digunakan dalam membina akhlak remaja?
Pendekatan penelitian ini dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dengan
jenis penelitian survey. Pengambilan sampel sebanyak 83 orang dilakukan secara
acak sederhana (simple random sampling) dari populasi remaja atau santri pondok
pesantren Nurul Hidayah Pusat. Data diperoleh menggunakan kuesioner, metode
analisis yang digunakan yaitu uji validitas, uji reliabilitas, uji normalitas, uji
homogenitas dan uji t dengan menggunakan Software SPSS 18.0 for Windows.
Dari Dari hasil pengujian yang dilakukan dengan menggunakan Uji Statistik t-
Test didapatkan hasil bahwa metode bimbingan agama dalam membina akhlak
remaja efektif, hal ini dapat dilihat dari nilai > =-3.971 > 1.663.
Artinya metode bimbingan agama efektif dalam membina akhlak remaja di
pondok pesantren Nurul Hidayah pusat.
Jadi kesimpulan dalam penelitian ini adalah: metode bimbingan agama yang
digunakan dalam bimbingan agama di pondok pesantren Nurul Hidayah pusat
efektif.
Kata Kunci : Efektifitas Metode Bimbingan Agama, Membina Akhlak
Remaja, Pondok Pesantren Nurul Hidayah Pusat
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas
segala kuasa dan limpahan rahmatNya, penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini
yang berjudul “Efektifitas Metode Bimbingan Agama Dalam Membina
Akhlak Remaja di Pondok Pesantren Nurul Hidayah Pusat Leuwisadeng
Bogor”. Selanjutnya Shalawat serta salam juga tiada hentinya kita panjatkan
kepada pemimpin kita, Nabi Muhammad SAW, sebagai suri tauladan kita dalam
menjalankan kehidupan ini. Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan
Skripsi ini tidak luput dari kekurangan dan kesalahan, namun penulis tetap
berharap Skripsi ini dapat bermanfaat untuk memberikan informasi maupun untuk
berbagi ilmu pengetahuan bagi berbagai kalangan secara luas.
Ungkapan terimakasih yang tak terhingga kepada orang tua penulis,
ayah Asmar dan ibu Siti Sulaimiah yang senantiasa mencurahkan cinta, kasih
sayang serta doanya yang selalu mengiringi setiap langkah penulis dalam
menjalankan aktifitas, sehingga skripsi inipun dapat penulis selesaikan untuk
memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar sarjana dibidang Bimbingan
dan Penyuluhan Islam pada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
Selanjutnya, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada semua
pihak yang telah membantu baik secara materil maupun immateril yang berupa
doa, dukungan, motivasi, semangat, pendampingan atau dengan caranya masing-
masing. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada :
1. Dr. Arief Subhan, M.A selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Suparto, M.Ed, Ph.D selaku Wakil Dekan Bidang
iii
Akademik, Dra. Raudhonah, MA selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi
Umum, dan Dr. Suhaimi selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan
Kerjasama.
2. Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si dan Ir. Noor Bekti Negoro. SE, M.Si
selaku Ketua dan sekretaris Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam.
3. Prof. Dr. H. Daud Effendi, MA. selaku dosen pembimbing akademik dan
sekaligus sebagai dosen pembimbing yang senantiasa meluangkan waktu,
tenaga dan pikiran untuk memberikan masukan dan arahan dalam penyusunan
skripsi ini.
4. Ir. Noor Bekti Negoro. SE, M.Si yang telah meluangkan waktunya untuk
membimbing saya dalam bab Metodologi Penelitian dan Analisis Data.
5. Seluruh Dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah mendidik dan memberikan
ilmu yang bermanfaat kepada penulis selama menempuh pendidikan di UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Seluruh Pengurus Pondok pesantren Nurul Hidayah pusat Leuwisadeng
Bogor, dari mulai KH. Khodamul Quddus, KH. Ridwanullah, KH. Fahmi
Albanani, Hj. Lilis Malihah, ustadzah Nurlaela, Syafiqul Kholqi, Siti
Masitoh, remaja (santri) putra dan putri, yang senantiasa membantu dan
mempermudah penulis dalam penelitian di lapangan untuk menyelesaikan
skripsi ini. Terimakasih atas bantuan dan kerjasamanya.
7. Teruntuk Keluarga tercinta, ayah Asmar, ibu Siti Sulaimiah (Elam), Adik-
dikku (Ahmad Roisul Amin dan Muhammad Habibi Qolbi), Nenekku yang
sangat sayang kepadaku (Emak Hj Nurjannah), Mamang, bibi dan Uwa
iv
penulis, Terimakasih banyak atas semua kasih sayang yang sangat luar biasa
kepada penulis, terutama atas semua do’a, materi dan non materi, serta
motivasi yang telah diberikan kepada penulis. Skripsi ini dipersembahkan
untuk semuanya.
8. Untuk calon suamiku Muhammad Ridwan, yang selalu memberikan motivasi,
dukungan, doa, serta sangat membantu dalam proses penyusunan skripsi ini.
9. Temen-teman Bimbingan dan Penyuluhan Islam angkatan 2011, abang-
abang, kakak-kakak, dan adik-adikku di BPI yang tidak bisa disebutkan satu
persatu yang senantiasa selalu berbagi rasa, baik sedih, suka dan duka.
10. Keluarga Besar Majlis Al-masih, yang telah memberikan semangat dan do’a
sehingga penulis menemukan nilai kehidupan yang lain disini.
11. Dan untuk semua pihak yang telah membantu dalam penelitian skripsi ini
yang tidak dapat disebutkan satu persatu tanpa mengurangi rasa hormat,
penulis ucapkan terimakasih.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan Rahmat dan KaruniaNya
kepada semua pihak yang telah memberikan segala bantuan dan dukungannya
kepada penulis. Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari
sempurna, namun harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang
membaca pada umumnya, dan bagi segenap keluarga besar jurusan Bimbingan
dan Penyuluhan Islam.
Jakarta, Juli 2015
Penulis
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK .............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... v
DAFTAR TABEL .............................................................................................. viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ............................................... 8
1. Pembatasan Masalah .................................................................. 8
2. Perumusan Masalah .................................................................... 8
C. Hipotesis Penelitian ........................................................................ 8
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ....................................................... 8
1. Tujuan Penelitian ....................................................................... 8
2. Manfaat Penelitian ...................................................................... 9
E. Tinjauan Kepustakaan ...................................................................... 9
F. Sistematika Penulisan ..................................................................... 11
BAB II LANDASAN TEORI
A. Efektifitas Metode Bimbingan Agama......................................... 13
1. Pengertian Efektifitas ............................................................. 13
2. Pengertian Metode Bimbingan Agama .................................. 15
3. Pengertian Bimbingan Agama ............................................... 17
4. Prinsip-Prinsip dan Asas-Asas Bimbingan Agama ................ 24
a. Prinsip-prinsip Bimbingan Agama ................................... 24
b. Asas-asas Bimbingan Agama ........................................... 26
5. Tujuan dan Fugsi Bimbingan Agama .................................... 27
a. Tujuan Bimbingan Agama ................................................ 27
b. Fungsi Bimbingan Agama ................................................ 28
vi
6. Metode Bimbingan Agama .................................................... 31
B. Membina Akhlak .......................................................................... 33
1. Pengertian Membina .............................................................. 34
2. Pengertian Akhlak .................................................................. 34
3. Ruang Lingkup Akhlak .......................................................... 37
4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlak
Anak ....................................................................................... 41
5. Macam-macam Akhlak .......................................................... 43
C. Remaja ........................................................................................ 44
1. Pengertian Remaja ................................................................. 44
2. Karakteristik Pada Remaja ..................................................... 47
3. Klasifikasi Remaja ................................................................. 47
4. Faktor yang Mempengaruhi Proses Perkembangan Remaja .. 50
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan dan Desain Penelitian ................................................ 52
B. Waktu dan Tempat Penelitian ....................................................... 52
C. Populasi dan Sampel ..................................................................... 53
1. Populasi ................................................................................... 53
2. Sampel .................................................................................... 53
D. Variabel Penelitian ........................................................................ 55
E. Definisi Oprasional dan Indikator Variabel ................................. 55
F. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 59
G. Uji Instrumen ................................................................................ 60
1. Uji Validitas ............................................................................ 60
2. Uji Reabilitas ........................................................................... 60
H. Metode Analisis Data .................................................................... 61
1. Uji Normalitas ......................................................................... 61
2. Uji Homogenitas ..................................................................... 61
3. Uji t ......................................................................................... 62
BAB IV GAMBARAN UMUM DAN HASIL ANALISIS DATA
A. Gambaran Pondok Pesantren Nurul Hidayah (PPNH) Pusat ....... 63
1. Sejarah PPNH ......................................................................... 63
vii
2. Visi dan Misi PPNH ................................................................ 65
3. Sistem Pendidikan PPNH ........................................................ 65
4. Struktur Organisasi PPNH ...................................................... 66
5. Metode Bimbingan Agama di PPNH ...................................... 68
B. Hasil dan Analisis Data ................................................................. 69
1. Gambaran Umum Responden ................................................ 69
2. Metode Bimbingan Agama Dalam Membina Akhlak Remaja
di PPNH .................................................................................. 70
3. Analisis Data .......................................................................... 71
a. Uji Validitas ....................................................................... 71
b. Uji Reliabilitas ................................................................... 74
c. Uji Normalitas ................................................................... 77
d. Uji Homogenitas ................................................................ 79
C. Efektifitas Metode Bimbingan Agama Dalam Membina Akhlak
Remaja di PPNH............................................................................ 79
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................. 82
B. Saran .............................................................................................. 82
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 84
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Agama adalah ketetapan ilahi yang diwahyukan kepada Nabi-Nya
untuk menjadi pedoman hidup. Oleh karena itu dengan beragama, manusia
dapat hidup dengan damai, tentram, aman dan bahagia. Di dalam buku
membumikan al-Qur‟an “M. Quraish Shihab menjelaskan agama dengan
merujuk kepada al-Qur‟an bahwa ia memulai berbahasa itu dengan
pendekatan kebahasaan. Jadi agama adalah hubungan antara makhluk dengan
Khaliqnya, hubungan tersebut diwujudkan dalam ibadah yang dilakukannya
dan tercermin dalam sikap kesehariannya.”1
Dalam kamus sosiologi pengertian agama (religion) mencakup tiga hal
yakni: Kepercayaan kepada hal-hal spiritual, perangkat kepercayaan dan
praktek-praktek yang dianggap sebagai tujuan sendiri dan idiologi mengenai
hal-hal supranatural.2
Islam merupakan agama universal dan mempunyai konsep tersendiri
tentang manusia. Dalam pandangan Islam, setiap manusia yang lahir
membawa fitrah Allah SWT. Manusia diciptakan Allah SWT disertai dengan
naluri beragama yaitu agama tauhid. Jika ada segelintir orang yang tidak
beragama, maka hal ini tidak pantas karena mereka hanyalah korban dari
pengaruh lingkungan yang rusak dan tidak ada nuansa agama di lingkungan
tersebut. Islam memerintahkan bahwa setiap orang mampu menjalankan
1 M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an, (Jakarta: Miza 1999), hal. 209.
2 Soerjono Soekanto, Kamus Sosiologi, (Jakarta: CV. Rajawali, 1990), hal. 430.
2
perintah-perintah agama dan menjauhi larangan-Nya dengan penuh tanggung
jawab. “Orang yang memiliki kesadaran beragama secara matang dan
bertanggung jawab dengan keberagamaannya, akan mendapat kebahagiaan
dan ketenangan yang bisa mematangkan kepribadian serta kemampuan untuk
menganalisa keadaan.”3
Prinsip-prinsip keagamaan yang sudah diajarkan sejak kecil hingga
remaja, dewasa dan pada akhirnya menutup mata, harusnya kita terapkan
dalam kehidupan kita sehari-hari. Dalam kehidupan yang selalu berorientasi
dan berhadapan dengan kemajuan dalam bidang material telah banyak
menelantarkan nilai-nilai keislaman serta moral bangsa.
Melihat dunia di zaman sekarang yang serba modern ini, ditunjang
dengan kemajuan teknologi yang merambah keseluruh penjuru dunia, bahkan
hingga peloksok-peloksok desa, maka yang harus dihadapi adalah, sistem
masyarakat yang lebih berpendidikan dan lebih canggih. Akan tetapi kalau
dilihat dari keislaman yang dianut sebagian besar di mayarakat Indonesia,
secara perlahan nilai-nilai keagamaan itu telah digeser oleh kemajuan zaman
yang amat pesat, bahkan ada sebagian masyarakat yang melupakan nilai-nilai
ajaran Islam yang agung. Sudah berlangsung lama nilai-nilai keagamaan
dijunjung tinggi umat Islam dan diterapkan dalam kehidupan, akan tetapi
lambat laun kemerosotan moral terjadi dikalangan masyarakat Islam sendiri
khususnya remaja.
Generasi muda (remaja) merupakan generasi penerus yang akan
melanjutkan perjuangan bangsa. Oleh karena itu, masa depan dan maju
3 Yusuf Burhanuddin, Kesehatan Mental, (Bandung: Pustaka Setia, 1999), hal. 23.
3
mundurnya suatu bangsa tegantung pada remajanya. Dengan kata lain apabila
generasi mudanya baik, maka suatu negara akan maju dan berkembang,
begitu pula sebaliknya, jika generasi mudanya buruk, maka negarapun akan
mundur bahkan bisa saja hancur.
Mengingat semakin pesatnya usaha pembangunan, modernisasi dan
industrialisasi yang mengakibatkan semakin kompleksnya masyarakat, maka
banyak pula kasus-kasus yang muncul dikalangan para remaja, banyaknya
penyimpangan moral dikalangan remaja saat ini dengan berbagai faktor yang
melatar belakanginya, diantaranya yaitu lingkungan masyarakat sekitar dan
keluarga yang secara tidak langsung memberi peluang para remaja untuk
berbuat hal-hal yang keluar dari batas-batas nilai moral dan juga mempunyai
akhlak yang buruk, seperti tidak mempunyai rasa empati terhadap orang lain,
kurangnya rasa hormat terhadap yang lebih tua, tidak mempunyai toleransi,
kurang mengontrol diri, tidak baik hati dan tidak adil dalam suatu hal.
Oleh karenanya, penting sekali upaya-upaya pembinaan akhlak remaja
harus dilakukan seperti, menyebarluaskan dikalangan remaja beberapa sarana
untuk memperteguh moral dan mental agar dapat terhindar dari dorongan
nafsu ingin berbuat jahat. Sarana tersebut adalah ajaran-ajaran agama, etika
budi pekerti, norma-norma sosial. Upaya lain yang berusaha mencegah
kemungkinan timbulnya kenakalan remaja yaitu dengan meniadakan faktor-
faktor yang terkenal sebagai penyebab timbulnya kenakalan remaja misalnya:
memperbaiki ekonomi rakyat seperti pengangguran, kemiskinan, kelaparan
dan lainnya, mempertinggi kebudayaan dan memperbaiki peradaban.
4
Masa remaja adalah masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa,
dimana dalam dunia mereka sedang mengalami rasa ego yang amat tinggi
yang amat membutuhkan arahan dan bimbingan. Remaja yang memiliki rasa
ingin tahu tidak cukup hanya diberikan siraman rohani yang isinya sejumlah
doktrin agama yang harus diterima begitu saja, melainkan doktrin-doktrin
agama ini harus ditelaah lebih dalam sehingga generasi muda benar-benar
telah mengetahui mengapa mereka harus memilih Islam sebagai pedoman
hidupnya.
Menurut Zakiah Daradjat “remaja adalah masa pertumbuhan fisik
cepat dan prosesnya terus berjalan ke depan sampai titik tertentu. Perubahan
yang berlangsung cepat dan tiba-tiba, mengakibatkan terjadinya perubahan
lain pada segi sosial dan kejiwaannya, remaja semakin peka dan sikapnya
berubah-ubah, tidak stabil kelakuannya dan demikian pula kadang ia patut,
ragu, cemas dan sering melontarkan kritikan kadang-kadang pada keluarga,
masyarakat atau terhadap adat kebiasaan.”4
Pada saat sekarang ini banyak sekali remaja-remaja yang sikap
keberagamaannya sangat memprihatinkan terutama dalam masalah akhlak
atau tingkah laku, misalnya banyak remaja yang terlibat dalam tindakan
kriminal, seperti tawuran, narkoba, pakaian seksi, dan kenakalan-kenakalan
remaja lainnya. Berkaitan dengan hal tersebut maka seseorang harus memiliki
ilmu tentang pendidikan agama Islam, khususnya tentang akhlak dan moral,
sehingga dengan pengetahuan tersebut seseorang dapat berakhlak dengan
baik dan mempunyai moralitas yang tinggi yang sesuai dengan norma-norma
yang berlaku.
4 Zakiah daradjat, Remaja Harapan dan Tantangan, (Jakarta: Ruhama, 1995), cet. Ke-2,
hal.14.
5
Oleh sebab itu, pentingnya remaja memperdalam ilmu agama agar
dapat bertindak dan berprilaku sesuai dengan syari‟at islam serta berakhlak
baik. Untuk memahami dan memperdalam agama islam dan menjadikan
remaja bersikap, berprilaku dan bermoral, diperlukan adanya upaya-upaya
bimbingan agama yang sungguh-sungguh agar perilaku mereka lebih terarah
dan bermoral serta berakhlak baik, kegiatan seperti itu dapat dilakukan di
lingkungan keluarga, lembaga, maupun masyarakat. Sesuai firman Allah
dalam al-Qur‟an surat An-Nahl ayat 125:
Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah
dan pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang
tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang
mendapat petunjuk.” (Q.S. An-Nahl:125).
Pembinaan akhlak dititik beratkan kepada pembentukan mental anak
atau remaja agar tidak mengalami penyimpangan. Dengan demikian akan
mencegah terjadinya kenakalan remaja, sebab pembinaan akhlak berarti
bahwa, anak remaja dituntun agar belajar memiliki rasa tanggung jawab. Pada
hikakatnya penjahat yang sudah dewasa merupakan perkembangan lebih
lanjut dari kebiasaan melakukan kejahatan di waktu kecil, pada masa-masa
perkembangan mental, yakni masa remaja. Kurangnya pendidikan agama
6
dalam diri seseorang dapat menyebabkan rusaknya akhlak dan menurunnya
moral.
Maka dari itu, pendidikan agama dianggap sangat penting, karena
dapat membentuk kepribadian yang lebih baik yang terwujud dalam sikap dan
tingkahlaku dalam kehidupan kita sehari-hari. Menurut Zakiah Darajat
“pendidikan agama itu hendaknya dapat mewarnai kehidupan anak sehingga
agama ini benar-benar menjadi bagian dari pribadinya yang akan menjadi
pengendali dalam kehidupan di kemudian hari.”5
Pondok pesantren adalah suatu lembaga pendidikan sekaligus
pengkaderan tradisional yang khas dan unik, pesantren juga mempunyai
subkultur yang berbeda dengan masyarakat pada umumnya, pengembangan
pesantren biasanya ditandai oleh sejumlah perangkat yang terjalin dalam
kehidupannya. Pondok pesantren juga terdapat yang modern yang dimana
penekanan berbahasa Arab dan Inggris lebih besar, memiliki sekolah dibawah
kurikulum dan tidak lagi memakai sistem pengajian yang tradisional. “ Tetapi
setidaknya ada dua perangkat yang menjadi ciri umum lembaga ini yaitu kiyai
yang berperan sebagai sumber penyerapan ilmu dan pembimbing dan kedua
adalah santri sebagai penimba bimbingan.”6
Dalam mensyiarkan Islam pondok pesantren mengutamakan keimanan
(keyakinan) kepada Allah SWT, dan pondok pesantren juga menanamkan
akhlak yang mulia, karena akhlak tidak begitu saja mudah terbentuk dalam
diri seseorang, tetapi harus diupayakan melalui proses pembentukan yang
cukup lama dan usaha yang sungguh-sungguh. Dalam pembentukan akhlak
5 Zakiah Darajat, Ilmu Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1970), cet. Ke-14, hal. 107
6Dudung Abdurrahman, jurnal penelitian agama, (No.19 Th.IV januari-april, 1999) hal.8.
7
generasi muda harus disertai dengan contoh dan suri tauladan yang baik,
dengan pembiasaan yang dilakukan secara terus menerus dan melalui
pendidikan baik secara formal, informal maupun non formal.
“Kehidupan pesantren dimana santri bersedia melakukan segenap
bimbingan dari kyai guna memperoleh barokah ilmunya akan memberi bekas
yang mendalam pada jiwa santri yang sedang menuntut ilmu di pondok
pesantren. Bekas ini pulalah yang pada gilirannya nanti akan membentuk
sikapnya yang akan dibawa kedalam kehidupan dirinya dan masyarakat luas,
sudah pasti merupakan pilihan ideal pada kondisi sarba tradisional ini.”7
Disinilah letak daya tarik yang besar dari pesantren, sehingga para orang tua
masih cukup banyak yang bersedia mengirim putra-putrinya untuk belajar di
pondok pesantren.
Efektifnya bimbingan agama apabila dilakukan dengan segala
kegiatan yang akurat sehingga dapat berjalan dengan efisien dan bahkan
menjadi pendorong bagi perubahan umat ke arah yang lebih baik bila dikemas
dengan cara dan metode yang tepat dan sistematis. Oleh karena itu untuk
melakukan kegiatan bimbingan agama maka diperlukan metode-metode yang
representatif dengan menggunakan bahasa yang lugas, menarik, bijaksana
sehingga komunikasi menjadi menarik.
Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian di Pondok Pesantern Nurul Hidayah Pusat dengan judul
“Efektifitas Metode Bimbingan Agama Dalam Membina Akhlak Remaja
Di Pondok Pesantren Nurul Hidayah Pusat Leuwisadeng Bogor”.
7Abdurrahman Wahid, menggerakan tradisi Esai-esai pesantren, (Yogyakarta: LKIS,
2001), hal.16.
8
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Persoalan yang diteliti untuk skripsi ini dibatasi pada efektifitas
metode bimbingan agama dalam membina akhlak remaja di pondok
pesantren Nurul Hidayah pusat Leuwisadeng Bogor.
2. Perumusan masalah
Berdasarkan uraian dan paparan diatas, maka peneliti merumuskan
masalahnya, yaitu:
1. Bagaimana metode bimbingan agama dalam membina akhlak remaja
di Pondok Pesantren Nurul Hidayah Pusat?
2. Apakah efektif atau tidak metode bimbingan agama yang digunakan
dalam membina akhlak remaja di Pondok Pesantren Nurul Hidayah
Pusat?
C. Hipotesis Penelitian
Ho : Metode bimbingan agama tidak efektif dalam membina akhlak remaja
di popes nurul hidayah pusat
: Metode bimbingan agama efektif dalam membina akhlak remaja di
popes nurul hidayah pusat.
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui dan memahami metode bimbingan agama dalam
membina akhlak remaja.
b. Untuk mengetahui metode apa yang digunakan dalam membina
akhlak remaja di Pondok Pesantren Nurul Hidayah pusat.
9
c. Untuk mengetahui efektif atau tidaknya metode bimbingan agama di
Pondok Pesantren Nurul Hidayah Pusat dalam membina akhlak
remaja.
2. Manfaat Penelitian
a. bisa memberikan sumbangan keilmuan dan pengetahuan yang
meliputi Ilmu Bimbingan Penyuluhan Islam dan keagaamaan
khususnya berkaitan dengan efektifitas metode bimbingan agama di
pondok pesantren nurul hidayah pusat dalam membina akhlak remaja
di pondok pesantren nurul hidayah pusat.
b. bisa memberikan kontribusi positif bagi pengembangan keilmuan dan
kurikulum Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
c. Untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi salah satu syarat untuk
mendapatkan gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) pada Prodi
Bimbingan dan Penyuluhan Islam (BPI).
d. dapat dijadikan evaluasi bagi pengurus Pondok Pesantren Nurul
Hidayah Pusat tentang efektifitas metode bimbingan agama dalam
membina akhlak remaja di Pondok Pesantren Nurul Hidayah Pusat.
E. Tinjauan Kepustakaan
Setelah melakukan penelusuran skripsi pada Perpustakaan Utama dan
Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, penulis mengadakan tinjauan kepustakaan
terhadap beberapa skripsi yang memiliki kemiripan judul untuk menghindari
bentuk plagiat, antara lain:
10
1. Abdullah, Program Studi Bimbingan Dan Penyuluhan Islam Fakultas
Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Jakarta angkatan 2006 dengan
judul “Hubungan Bimbingan Agama Habib Hasan Bin Ja‟far Assegaf
Dalam Pembinaan Akhlak Remaja Di Majlis Ta‟lim Nurul Musthofa
Cigunjur Jakarta Selatan”. Skripsi ini berisi tentang kegiatan bimbingan
agama Habib Hasan Bin Ja‟far Assegaf dalam Pembinaan Akhlak remaja
di Majlis Ta‟lim Nurul Musthofa Cigunjur Jakarta Selatan. Akhlak remaja
yang dimaksud adalah gambaran jiwa yang muncul saat manusia akan
mengerjakan suatu perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan
pertimbangan.
2. Wishnu Anugrahingwidi, program Studi Bimbingan Dan Penyuluhan
Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Jakarta angkatan
2008 dengan judul “Metode Bimbingan Agama Dalam Meningkatkan
Kecerdasan Spiritual Anak Warga Binaan Sosial (WBS) Di Panti Sosial
Bina Insan Bangun Daya 1 (PSBIBD) Kedoya Jakarta Barat”.Skripsi ini
berisi tentang metode yang digunakan oleh pembimbing agama di Panti
Sosial Bina Insan Bangun Daya1 Kedoya Jakarta Barat dalam
meningkatkan kecerdasan spiritual anak WBS di PSBIBD 1 Kedoya
Jakarta Barat.
3. Dedeh Mahmudah, program Studi Komunikasi Dan Penyiaran Islam
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Jakarta angkatan 2004
dengan judul “Efektifitas Metode Dakwah Mauidzoh Hasanah Dalam
Pembinaan Akhlak Santri At-Taqwa Putra Bekasi”. Skripsi ini berisi
11
tentang efektifnya penggunaan metode dakwah mauidzoh hasanah dalam
membina akhlak santri di At-taqwa Putra Bekasi.
Dari ketiga hasil penelitian di atas, penulis menyatakan bahwa hasil
penelitian penulis sangat berbeda dengan hasil penelitian sebelumnya.
Peneliti ini berfokus pada efektifitas metode bimbingan agama dalam
memembina akhlak remaja dipondok pesantren nurul hidayah pusat.
F. Sistematika Penulisan
Dalam penelitian skripsi ini peneliti mengacu pada Pedoman
Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi) karya Hamid Nasuhi
dkk yang diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality Development and
Assurance) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
Cetakan I, Januari 2007. Untuk memudahkan penlisan, maka penulis
membagi pembahasan skripsi ini menjadi enam bab dengan sitematika
pembahasan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini berisi latar belakang masalah, pembatasan dan
perumusan masalah, hipotesis penelitian, tujuan dan
manfaat penelitian, tinjauan kepustakaan dan sistematika
penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Dalam bab ini menjelaskan mengenai pengertian efektifitas,
pengertian metode, pengertian, tujuan, prinsip, asas, fungsi
dan metode bimbingan Agama, pengertian membina, ruang
lingkup, faktor-faktor yang mempengaruhi akhlak dan
12
macam-macam akhlak, serta pengertian remaja karakteristik
remaja dan faktor yang mempengaruhi proses
perkembangan remaja.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini memuat tentang pendekatan dan jenis
penelitian, lokasi dan waktu penelitian, populasi dan
sample, variabel dan indikator penelitian, definisi
oprasional, teknik pengumpulan data, uji instrumen dan
metode analisis data.
BAB IV GAMBARAN UMUM DAN ANALISIS DATA
Bab ini menguraikan tentang gambaran umum dan lokasi
penelitian melalui sejarah, visi dan misi, struktur organisasi,
Tujuan, sistem pendidikan dan metode bimbingan agama di
Pondok Pesantren Nurul Hidayah Pusat. Bab ini juga
menguraikan tentang data-data hasil penelitian, hasil
angket, klasifikasi responden, deskripsi hasil penelitian dan
hasil anilisis data.
BAB V PENUTUP
Pada bab ini berisi kesimpulan hasil penelitian dan saran-
saran serta rekomendasi yang menjadi penutup dari
pembahasan skripsi ini.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
13
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Efektifitas Metode Bimbingan Agama
1. Pengertian Efektifitas
Dalam kamus besar bahasa Indonesia “kata efektifitas mempunyai
beberapa arti, yang pertama adalah adanya efek, akibat, pengaruh dan
kesannya, Arti kedua yaitu manjur atau mujarab, sedangkan yang ketiga
berarti, dapat membawa hasil atau hasil guna. Kata efektif diambil dari
kata “efek” yang artinya akibat atau pengaruh. Sedangkan “efektif” berarti
adanya pengaruh atau akibat dari sesuatu.”8
efektifitas ialah berhasil atau berpengaruhnya setelah melakukan
sesuatu. Sedangkan menurut ensiklopedi umum, “efektifitas menunjukan
taraf tercapainya serta usaha dikatakan efektif apabila usaha itu mencapai
tujuannya secara ideal keefektifannya yakni pencapaian prestasi dari
tujuan taraf efektifitas dinyatakan dengan ukuran yang pasti.”9
jadi efektifitas adalah terdapat pengaruh atau akibat terhadap
sesuatu yang telah dilakukan, yang dimana kegiatan tersebut sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai. Terdapat beberapa tokoh yang menjelaskan
tentang pengertian efektifitas, yaitu sebagai berikut :
8 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa (P3B), Departemen
Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka
Depdikbud, 1995), Cet. Ke-7, Edisi 3, h. 250. 9 A. B. Pridodgdo, Hasan Shadily, Ensiklopedi Umum, (Yogyakarta: Kanisius, 1990), Cet.
Ke-8, h.296.
14
1. Menurut John. M. Echols dalam kamus bahasa Inggris-Indonesia secara
etimologi efektifitas berasal dari kata efektif yang artinya berhasil
guna.10
2. Eric Buckley mengartikan “efektifitas sebagai The Quality of being
effective. In various sebse. Efectivity the quality or state being effective
and power to be effective.”11
Secara sederhana dapat diartikan sebagai
suatu kualitas yang menjadi efektif dalam berbagai hal atau bidang.
Efektifitas ialah suatu status mutu menjadi efektif dan menggerakan
untuk bisa efektif.
3. Dennis Mc Quail, efektifitas secara teori komunikasi berasal dari kata
efektif yang artinya terjadinya suatu perubahan atau tindakan sebagai
akibat diterimanya suatu pesan, dan perubahannya terjadi dalam segi
hubungan antara keduanya, yakni pesan yang diterima dan tindakan
tersebut.12
4. Peter. F. Drucker, menurutnya efektifitas itu dapat dan harus dipelajari
secara sistematis, sebab ia bukanlah bentuk sebuah keahlian yang lahir
secara ilmiah. Efektifitas kerja dapat diwujudkan melalui sebuah
rangkaian kerja, latihan yang intens, terarah dan sistematis, bekerja
dengan cepat sehingga menghasilkan kreatifitas.13
5. Gibson, James L, Wancevich, John M, dan Donelly bahwa pengertian
efektifitas adalah penilaian yang dibuat sehubungan dengan prestasi
10
John. M. Echols, Kamus Inggris-Indonesi, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
1990), Cet. Ke-8, h. 207. 11
Eric Buckley, The Oxford English Dictionar, (Oxford: The Clarendom Press, 1978),
Vol. III, h.49. 12
Dennis Mc. Quail, Teori Komunikasi Suatu Pengantar, (Jakarta: Erlangga Pratama,
1992), h. 281. 13
Peter F. Drucker, Bagaimana Menjadi Eksekutif Yang Efektif, (Jakarta: Pedoman Ilmu
Jaya, 1986), h. 5.
15
individu, kelompok dan organisasi. Makin dekat prestasi mereka yang
diharapkan atau prestasi yang standar, maka akan makin efektif dalam
menilai mereka.14
Dalam kamus umum bahasa Indonesia “efektifitas merupakan
keterangan yang artinya ukuran hasil tugas atau keberhasilan dalam
pencapaian tujuan.”15
“Usaha dikatakan efektif kalau usaha itu mencapai
tujuannya. Secara ideal efektifitas dapat dinyatakan dengan ukuran-ukuran
yang agak pasti, misalnya: usaha X, 60% dalam mencapai tujuan Y.”16
Dari pengertian-pengertian efektifitas di atas, dapat disimpulkan
bahwa efektifitas yaitu keberhasilan atau terdapat pengaruh (efek) yang
sesuai dengan tujuan, yang tujuan tersebut diusahakan dengan baik
sehingga mendapat suatu manfaat yang diinginkan. Efektifitas tidak hanya
sekedar memberi pengaruh atau kesan akan tetapi berkaitan dengan
penetapan standar, profesionalitas, penetapan sasaran, keberadaan
program, materi, berkaitan juga dengan metode atau cara sarana atau
fasilitas dan juga dapat memberikan pengaruh.
2. Pengertian Metode Bimbingan Agama
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, metode yaitu suatu cara
yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud dengan ilmu
pengetahuan dan sebagainya.17
Dalam pengertian harfiah, metode adalah
14
F.X. Suwarto, Ensiklopedia Nasional Indonesia (Ces-Ham), (Jakarta: Ictiar Baru Van
Hoeve, 1980), Jilid III, h. 134. 15
Suharto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Surabaya: Pt. Indah, 1995), Cet. Ke-1,h.
742. 16
F.X. Suwarto, Ensiklopedia Nasional Indonesia, (Jakarta: PT Cipta Adi Pustaka, 1989),
Jilid V, h. 12. 17
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 1994), Cet. Ke-2, h.580.
16
jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan.18
Secara etimologi
metode berasal dari bahasa yunani yang terdiri dari penggalan kata “meta”
yang berarti melalui dan “hodos” berarti jalan. Bila digabungkan maka
metode bisa diartikan jalan yang harus dilalui.19
Dalam pengertian yang lebih luas, metode bisa diartikan sebagai
segala sesuatu atau cara yang digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan
yang diinginkan. Apabila kita artikan secara bebas metode adalah cara
yang telah diatur melalui proses pemikiran untuk mencapai suatu maksud.
Metode merupakan cara yang digunakan untuk mencapai tujuan,
demikian halnya dalam bimbingan agama diperlukan metode yang tepat
untuk digunakan dalam rangka pencapaian tujuan yaitu membentuk
individu yang mampu memahami diri dan lingkungannya pentingnya
metode ini terdapat dalam firman Allah surat al-Maidah ayat 35:
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan
carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada
jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan” (Q.S Al-Maidah: 35).
18
H. M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan Dan Penyuluhan Agama, (Jakarta : PT
Golden Terayon Press, 1998), Cet. Ke-6, h. 43. 19
Drs. M. Lutfi, Ma, Dasar-Dasar Bimbingan Dan Penyuluhan (Konseling) Islam,
(Jakarta:Lembaga Penelitian Uin Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h.120.
17
Ayat tersebut menerangkan bahwa untuk mencapai tujuan serta
keberuntungan harus mencari jalan, cara, metode, yang tepat sehingga apa
yang diharapkan terkabul dan mendapat ridha Allah SWT.
3. Pengertian Bimbingan Agama
Secara etimologi, kata bimbingan merupakan terjemahan dari
bahasa inggris yaitu “guidance” yang berarti menunjukan, memberi jalan,
menuntun, membimbing, membantu, mengarahkan, pedoman dan
petunjuk. Kata dasar atau kata kerja dari “guidance” adalah “to guide”,
yang artinya menunjukan, menuntun, memberi pedoman, menjadi petunjuk
jalan, dan mengemudikan.20
Dan arti dari bimbingan, yang paling umum
digunakan adalah memberikan bimbingan, bantuan dan arahan.
Secara terminologi, bimbingan adalah suatu usaha membantu orang
lain dengan mengungkapkan dan membangkitkan potensi yang dimilikinya
sehingga dengan potensi itu seseorang akan memiliki kemampuan untuk
mengembangkan dirinya secara wajar dan optimal, yakni dengan cara
memahami dirinya maupun mengambil keputusan untuk hidupnya. Maka
dengan itu ia akan dapat mewujudkan kehidupan yang baik, berguna dan
bermanfaat untuk masa kini dan masa yang akan datang.21
Donald G. Mortensen dan Alan M. Schumuller mengemukakan
tentang bimbingan yaitu: “guidance may be defined as that part of the total
educational program that helps provide the personal opportunities and
specialized staff services by which each individual can developed to the
20
Prof. H. M. Arifin, M. Ed, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan Dan Penyuluhan Agama,
(Jakarta: Golden Terayon Press, 1982), Cet. Ke-1, h.1. 21
Drs. M. Lutfi, Ma, Dasar-Dasar Bimbingan Dan Penyuluhan (Konselin) Islam,
(Jakarta: Lembaga Penelitian Uin Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 6.
18
fullest of his abilities and capacities in term of the democratic idea”.22
Dapat diartikan secara sederhana bahwa bimbingan dapat didefinisikan
sebagai bagian dari program pendidikan keseluruhan yang membantu
menyediakan kesempatan pribadi dan layanan staf khusus dimana setiap
individu dapat dikembangkan secara maksimal kemampuan dan kapasitas
dalam jangka gagasan demokrasi.
Adapun definisi bimbingan menurut para ahli yang berbeda-beda
sesuai dengan pandangannya masing-masing yaitu:
a. Menurut Stoops, seperti yang dikutip oleh Djumhur dan M. Surya
menyatakan bahwa bimbingan adalah suatu proses yang terus menerus
dalam membantu perkembangan seorang individu untuk mencapai
kemampuannya secara maksimal, yang mengarah kepada manfaat yang
sebesar-besarnya baik bagi dirinya maupun masyarakatnya.23
b. Sedangkan dalam konsep Islam bimbingan adalah “Proses Pemberian
bantuan terhadap individu agar mampu hidup selaras dengan ketentuan
dan petunjuk Allah SWT, sehingga mencapai kebahagiaan hidup di
dunia dan di akhirat”.24
c. Crow and Crow mengungkapkan bahwa bimbingan adalah bantuan
yang diberikan oleh seseorang yang memiliki kepribadian baik dan
pendidikan yang memadai, kepada individu dari setiap usia, untuk
22
Dr. Syamsu Yusuf Dan Dr. A. Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan Dan Konseling,
(Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia, PT Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. Ke-2, h.6. 23
Jumhur M. Surya, Bimbingan Penyuluhan Di Sekolah (Cevidenci Dan Conseling),
(Bandung : Cv. Ilmu, 1975), h. 25. 24
Thohari Musnawar, Dasar Konseptual Bimbingan Dan Konseling Islam, (Yogyakarta :
UII Press, 1992), h. 76.
19
menolongnya mengemudikan kegiatan-kegiatan hidupnya sendiri dan
memikul bebannya sendiri.25
d. Selanjutnya Prayitno mengemukakan bahwa “bimbingan adalah suatu
bantuan yang diberikan kepada orang lain baik secara perorangan
(individu) maupun kelompok, agar mereka dapat berkembang menjadi
pribadi-pribadi yang mandiri.”26
Pribadi-pribadi yang mandiri tersebut
seperti mengenal diri sendiri dan lingkungannya, menerima diri sendiri
dan lingkungannya secara positif dan dinamis, mengambil keputusan
diri sendiri, mengarahkan diri sendiri dan mewujudkan diri sendiri.
e. Dan Rochman Natawidjaja, mengatakan bimbingan sebagai suatu
proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara
berkesinambungan supaya individu tersebut dapat memahami dirinya
sendiri, sehingga dia sanggup untuk mengarahkan dirinya dan dapat
bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan
keluarga dan masyrakat serta kehidupan pada umumnya.27
Dengan
demikian dia akan dapat menikmati kebahagiaan hidupnya dan dapat
memberikan sumbangan yang berarti kepada kehidupan masyarakat
pada umumnya. Bimbingan juga membantu individu dalam mencapai
perkembangan diri secara optimal sebagai makhluk sosial.
Dari pendapat di atas kita dapat memahami bahwa yang dimaksud
bimbingan adalah bukan pemberian bantuan secara fisik ataupun finansial,
melainkan lebih menitik beratkan kepada pemberian bantuan psikis atau
25
Drs. M. Lutfi, Ma, Dasar-Dasar Bimbingan Dan Penyuluhan (Konselin) Islam,
(Jakarta:Lembaga Penelitian Uin Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 6. 26
Ibid, h.7. 27
Ibid, h. 8.
20
kejiwaan terhadap seseorang atau kelompok untuk menggali segala potensi
yang dimiliki seseorang atau kelompok tersebut untuk dapat memecahkan
masalahnya sendiri dan orang lain.
Perkataan agama berasal dari bahasa Sansakerta yang erat
hubungannya dengan agama Hindu dan Budha. Dapat dijumpai uraian
tentang perkataan ini bahwa akar kata “agama adalah gam yang mendapat
awalan “a”, kadang mendapat awalan “I” dan kadang juga mendapat
awalan “u” yang semuanya berakhiran “a” sehingga menjadi a-gam-a, i-
gam-a, dan u-gam-a. Dalam bahasa bali ketiganya mempunyai makna
berikut yaitu, agama artinya peraturan, tata cara, upacara hubungan
manusia dengan raja, igama artinya peraturan, tata cara, upacara dalam
hubungan dengan dewa-dewa, sedangkan ugama artinya peraturan dan tata
cara dalam berhubungan antara manusia. Dari ketiga kata itu kini dipakai
oleh tiga bahasa yaitu, agama dalam bahasa Indonesia, igama dalam
bahasa Jawa, dan ugama dalam Bahasa Melayu (Malaysia).”28
Bahasa Sansakerta yang menjadi asal perkataan agama, termasuk
dalam rumpun bahasa Indo-Jerman, serumpun dengan bahasa Belanda dan
Inggris. Dalam bahasa belanda kita temukan kata-kata “ga, gaan” dan
dalam bahasa inggris kata “go” yang artinya sama dengan “gam” yaitu
pergi. Namun setelah mendapat awalan dan akhiran “a” pengertiannya
berubah menjadi jalan.29
Jadi agama berasal dari beberapa bahasa yang dapat kita simpulkan
dari beberapa bahasa diatas, bahwa agama adalah suatu jalan, tata cara,
pedoman hidup bagi semua manusia yang telah mereka percayai dan
28
Prof. H. Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 1998), h.35. 29
H. Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 1998), h.35.
21
mereka pelajari sejak kecil. Sedangkan pengertian agama sebagai suatu
istilah yang kita pakai sehari-hari sebenarnya bisa dilihat dari dua aspek
yaitu:
1. Aspek subjektif (pribadi manusia). Agama mengandung pengertian
tentang tingkah laku manusia yang dijiwai oleh nilai-nilai keagamaan
yang berupa getaran batin yang dapat mengatur dan mengarahkan
tingkah laku tersebut kepada pola hubungan antara manusia dengan
tuhannya dan pola hubungan dengan masyarakat serta alam sekitarnya.
Dari aspek inilah manusia dengan tingkah lakunya itu merupakan
perwujudan (manifestasi) dari pola hidup yang telah membudaya dalam
batinnya dimana nilai-nilai keagamaan telah membentuknya menjadi
rujukan (referensi) dari sikap dan orientasi hidup sehari-hari.
2. Aspek objektif (doktrinair). Agama dalam pengertian ini mengandung
nilai-nilai ajaran tuhan yang bersifat menuntun manusia kearah tujuan
sesuai dengan kehendak ajaran tersebut. Agama dalam pengertian ini
belum masuk kedalam batin manusia atau belum membudaya dalam
tingkah laku manusia, karena masih berupa doktrin (ajaran) yang
objektif berada diluar diri manusia. Oleh karena itu secara formal
agama dilihat dari aspek objektif ini dapat diartikan sebagai peraturan
yang bersifat ilahi (dari tuhan) yang menuntun orang-orang berakal
budi menuju kearah ikhtiar untuk mencapai kesejahteraan hidup didunia
dan memperoleh kebahagiaan di akhirat.30
30
H. M. Arifin, M. Ed, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan Dan Penyuluhan Agama,
(Jakarta: Golden Terayon Press, 1982), Cet. Ke-1, h.1.
22
Melihat pengertian diatas bahwa agama dilihat dalam dua kategori,
pertama, agama sebagai keimanan, dimana seseorang percaya terhadap
kehidupan kekal dikemudian hari, kemudian mengabdikan dirinya untuk
kepercayaan tersebut. Kedua, agama sebagai yang mempengaruhi perilaku
manusia, dengan demikian agama identik dengan kebudayaan.
Agama adalah wahyu yang diturunkan Tuhan untuk manusia.
Fungsi dasar agama adalah memberikan orientasi, motivasi dan membantu
manusia untuk mengenal dan menghayati sesuatu yang sakral.31
Agama dari segi bahasa dikenal dengan kata ad-Dien yang artinya
menguasai, mendudukan, balasan, dan kebiasaan. Sedangkan didalam
bahasa semit berarti undang-undang atau hukum.32
Menurut Zakiah Darajat, agama adalah kebutuhan jiwa atau psikis
manusia yang akan mengatur dan mengendalikan sikap, pandangan hidup,
kelakuan atau sikap dan cara menghadapi tiap-tiap masalah.33
Sedangkan
Arif Budiman melihat agama dalam dua kategori yakni:
1. Agama sebagai keimanan (doktrin), dimana orang percaya terhadap
kehidupan kekal dikemudian hari, lalu orang mengabdikan dirinya
untuk kepercayaan tersebut.
2. Agama yang mempengaruhi perilaku manusia. Oleh karena itu agama
identik dengan kebudayaan.34
31
Mastuhu, Metodologi Penelitian Agama, (Jakarta: PT Raja Grafindo Prasada, 2006), h.
1. 32
Abudin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), h. 9. 33
Zakiah Darajat, Pendidikan Agama Dan Pembinaan Mental,(Jakarta: Bulan Bintang,
1982), Cet. Ke-3, h. 52. 34
Arif Budiman, Agama Demokrasi Dan Keadilan, (Jakarta: PT Gramedia, 1993), h. 20.
23
Para ulama sebagai pewaris para Nabi (Waratsat Al-anbiya)
bertugas menjadi mu’allim (guru) dan muhazzdib (pendidik) atau sebagai
mubassyir dan nadhir (penghibur dan petunjuk jalan) sebagaimana halnya
fungsi dan tujuan Nabi Muhammad SAW yang diutus menjadi Mu’allim
(guru) dan pendidik akhlak al-karimah.35
sebagaimana sabda beliau :
إمنا بعثت المتم مكارم االخالق Artinya : “Saya diutus untuk memyempurnakan akhlak yang mulia”.(H.R
Bukhari).36
Jadi dapat kita ketahui bahwa bimbingan agama adalah usaha
pemberian bantuan kepada seseorang yang mengalami kesulitan baik
lahiriah maupun batiniah, yang menyangkut kehidupannya dimasa kini dan
masa mendatang, bantuan tersebut berupa pertolongan bidang mental dan
spiritual, agar orang yang bersangkutan mampu mengatasinya dengan
kemampuan yang ada pada diri sendiri melalui dorongan dari kekuatan
iman dan taqwanya kepada Tuhannya.
Bimbingan agama juga merupakan usaha memberikan bantuan
kepada seseorang dengan menggunakan pendekatan ajaran agama yaitu
ajaran agama islam, baik tujuan materi ataupun metode yang diterapkan.
Bimbingan tersebut berupa pertolongan dibidang mental spiritual, yang
bertujuan agar dapat mengembangkan potensi fitrah yang dibawa sejak
lahir secara optimal dengan menginternalisasikan nilai-nilai yang
35
H. M Umar, Tartono, Bimbingan Dan Penyuluhan (Bandung: PT Pustaka Setia, 1998)
Cet. Ke-1, h. 77. 36
Muhammad Fu‟ad Abdul Baqi, Kumpulan Hadist Shahih Bukhari Muslim, (Jakarta:
Insan Kamil, 2002), h. 273.
24
terkandung dalam al-Qur‟an dan hadits Rasulullah dalam dirinya, sehingga
ia hidup dan bersikap atau bertindak (berakhlak) sesuai dengan apa yang
dianjurkan Allah dan Rasulullah.
Oleh karenanya, Nabi Muhammad SAW menduduki fungsi sebagai
counselor agung di tengah umatnya, yang di teladani oleh para sahabatnya
dan para ulama sepanjang zaman. Dengan fenomena yang seperti inilah
peran para ulama, kyai dan seseorang yang memahami agama Islam secara
mendalam sangat dibutuhkan dan yang akan membimbing manusia ke
jalan yang diridhoi Allah SWT.
4. Prinsip-Prinsip dan Asas-Asas Bimbingan Agama
a. Prinsip-prinsip Bimbingan Agama
prinsi-prinsip bimbingan agama menurut Bimo Walgito yaitu
meliputi:
1. Bimbingan dimaksudkan untuk anak-anak dewasa.
2. Usaha-usaha bimbingan dalam prinsipnya harus menyeluruh ke semua
orang karena semua orang tentu mempunyai masalah yang butuh
pertolongan.
3. Agar bimbingan dapat berhasil baik, dibutuhkanlah pengertian yang
mendalam mengenai orang yang dibimbing maka perlu diadakan
evaluasi (penilaian) dan penyelidikan-penyelidikan individual.
4. Fungsi dari bimbingan adalah menolong orang supaya berani dan
bertanggung jawab sendiri dalam menghadapi kesukarannya, sehingga
25
hasilnya dapat berupa kemajuan dari keseluruhan pribadi orang yang
bersangkutan.37
Sedangkan menurut Arifin prinsip-prinsip bimbingan agama
meliputi:
1. Setiap individu adalah makhluk yang dinamis dengan kelalaian-
kelalaian kepribadian yang bersikap individual serta masing-masing
mempunyai kemungkinan untuk berkembang dan menyesuaikan diri
dengan situasi sekitar.
2. Suatu kepribadian yang bersifat individual tersebut terbentuk dari
dua faktor pengaruh, yaitu pengaruh dari dalam yang berupa bakat
dan ciri-ciri keturunan baik jasmani maupun rohani, dan faktor
pengaruh yang diperoleh dari lingkungan, baik lingkungan
masyarakat sekarang maupun lampau.
3. Setiap individu adalah organisasi yang berkembang dan tumbuh dari
dalam keadaan yang senantiasa berubah, perkembangannya dapat
dibimbing ke arah hidupnya, menguntungkan bagi dirinya sediri dan
masyarakat sekitar.
4. Setiap individu dapat memperoleh keuntungan, pemberian bantuan
dengan melakukan pilihan-pilihan dalam hal yang memajukan
kemampuan seperti menyesuaikan diri dan mengarahkan kedalam
kehidupan yang sukses.
5. Setiap individu diberikan hak yang sama serta kesempatan yang
sama dalam mengembangkan pribadinya masing-masing, tanpa
37
Bimo Walgito, Bimbingan Dan Penyuluhan Di Sekolah, (Yogyakarta: Andi Ofset,
1995), h. 21-22.
26
memandang perbedaan suku, bangsa, agama, idiologi dan
sebagainya.38
Di samping itu Muhammad Hatta memberikan prinsip layanan
bimbingan agama yang meliputi:
1. Bimbingan dilakukan secara sistematis dan berhubungan dengan
perkembangan individu.
2. Bimbingan berorientasi kepada bentuk kerja sama, bukan bentuk
paksaan.
3. Bimbingan didasarkan pada penghargaan atas harkat dan martabat
dan nilai individu.
4. Setiap individu harus diberi hak dan kesempatan yang sama dalam
mengembangkan pribadinya masing-masing tanpa membedakan
suku, bangsa dan lainnya.
5. Dalam memberikan bantuan pembimbing mengusahakan agar dapat
berdiri sendiri dan semakin mampu mengatasi masalah hidupnya.
6. Harus didasari bahwa setiap individu memiliki fitrah beragama yang
dapat berkembang dengan baik bila diberi kesempatan dengan
bimbingan yang baik.39
b. Asas-asas Bimbingan Agama
Menurut Badan Wakaf UII, ada 3 asas dalm bimbingan agama
yaitu sebagai berikut:
38
Prof. H. M. Arifin, M. Ed, Pokok-Pokok Pikiran Tentang Bimbingan Dan Penyuluhan
Agama Di Sekolah Dan Luar Sekolah, (Jakarta: Bulan Bintang, 1997), Cet. Ke-5, h. 31-32 39
Muhammad Hatta, Citra Dakwah Di Abad Informasi, (Medan: Pustaka Wijaya Sarana,
1995), h.115.
27
1. Asas fitrah, pada dasarnya manusia sejak lahir telah dilengkapi dengan
segenap potensi, sehingga diupayakan pengembalian potensi tersebut.
Selain itu fitrah juga manusia membawa naluri agama islam yang
meng-Esakan Allah, sehingga bimbingan agama harus senantiasa
mengajak kembali manusia memahami dan menghayatinya.
2. Asas kebahagiaan dunia dan akhirat, bimbingan agama membentuk
individu dan memahami tujuan hidup manusia yaitu mengabdi kepada
Allah SWT dalam rangka mencapai tujuan akhir sebagai manusia yaitu
mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat.
3. Asas Mauidzah Hasanah, bimbingan agama dilakukan dengan sebaik-
baiknya dengan menggunakan segala sumber pendukung secara efektif
dan efisien, karena dengan hanya penyampaian hikmah yang baik
sajalah hikmah itu akan tertanam pada individu yang dibimbing.40
5. Tujuan dan Fungsi Bimbingan Agama
a. Tujuan Bimbingan Agama
Setiap manusia pasti mengalami hambatan serta rintangan
dikehidupannya dalam menggapai keinginannya menjadi kenyataan,
sehingga sangat diperlukan bimbingan agama untuk selalu memperkokoh
rasa keimanan dalam menghadapi berbagai rintangan tersebut. Dalam
bukunya Ainu Rahim Faqih membagi tujuan bimbingan agama menjadi
dua bagian yaitu sebagai berikut:
- Tujuan Umum
40
Badan Wakaf Uii, Al-Qur’an Dan Tafsir, (Yogyakarta: PT Dana Bakti Wakaf, 1990),
Jilid 4, Juz 10-12, h. 406.
28
Membantu seseorang guna mewujudkan dirinya menjadi manusia
seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup didunia dan di akhirat
kelak.
- Tujuan Khusus
1. Membantu individu agar tidak menghadapi masalah,
maksudnya pembimbing berusaha membantu mencegah jangan
sampai individu menghadapi atau menemui masalah. Dengan
kata lain membantu individu mencegahnya timbul masalah
bagi dirinya sendiri.
2. Membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi
dan kondisi.
3. Membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi
dan kondisi yang baik atau telah lebih bagik agar tetap baik
atau menjadi lebih baik.41
b. Fungsi Bimbingan Agama
Memperhatikan tujuan umum dan khusus di atas, Ainur Rahim
Faqih merumuskan fungsi dari bimbingan agama yaitu :
a. Fungsi Preventif, yaitu membantu individu menjaga atau mencegah
timbulnya masalah bagi dirinya.
b. Fungsi Kuratif atau Korektif, yaitu membantu individu memecahkan
masalah yang sedang dihadapi atau dialaminya.
41
Ainur Rahim Faqih, Bimbingan Dan Konseling Dalam Islam, (Yogyakarta: UII Press,
2001), h. 36.
29
c. Fungsi Preservatif, yaitu membantu individu agar situasi yang
semula tidak baik menjadi lebih baik, dan kebaikan itu bertahan
lama.
d. Fungsi Development atau pengembangan, yaitu membantu individu
memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang baik,
sehingga tidak memungkinkannya menjadi sebab masalah baginya.42
Fungsi pemeliharaan dan pengembangan yaitu fungsi ini berarti
bahwa layanan bimbingan ini dapat membantu para individu dalam
memelihara dan mengembangkan pribadinya secara menyeluruh, mantap,
terarah dan berkelanjutan.
Untuk mencapai tujuan di atas dan sejalan dengan fungsi-
fungsi bimbingan agama tersebut, maka “Ainur Rahim Faqih
mengemukakan di dalam bukunya, melakukan bimbingan agama secara
garis besar disebutkan sebagai berikut:
1. Membantu individu mengetahui, mengenal, dan memahami keadaan
dirinya sesuai dengan hakekatnya atau memahami kembali keadaan
dirinya, sebab dalam keadaan tertentu dapat terjadi individu tidak
mengenal atau tidak menyadari keadaan dirinya yang sebenarnya.
Secara singkat dikatakan bimbingan agama mengingatkan kembali
individu akan fitrahnya.
2. Membantu individu menerima keadaan dirinya sebagaimana adanya,
dari segi baik dan buruknya, kekuatan serta kelemahannya, sebagai
sesuatu yang memang telah ditetapkan Allah (nasib atau takdir),
42
Ainur Rahim Faqih, Bimbingan Dan Konseling Dalam Islam…..h. 36.
30
tetapi juga harus disadari bahwa manusia harus berikhtiar,
kelemahan yang ada pada dirinya bukan terus menerus disesali.
dapat dikatakan untuk membantu individu tawakal atau berserah diri
kepada Allah.
3. Membantu individu memahami keadaan situasi dan kondisi yang
dihadapi saat ini.
4. Membantu individu menemukan alternatif pemecahan masalah.
Secara islami terapi umum untuk memecahkan masalah rohaniah
individun dilakukan dengan cara yang dianjurkan oleh al-Qur‟an dan
al-Hadist sebagai berikut:
a. Berlaku sabar
b. Membaca dan memahami al-Qur‟an
c. Berzikir atau mengingat Allah.43
5. dapat memberikan petunjuk arah yang benar, dalam hal ini Allah
berfirman dalam al-Qur‟an surat Asy Syuura ayat 52
Artinya: “Dan Sesungguhnya kamu benar- benar memberi petunjuk
kepada jalan yang lurus”.44
6. Untuk pembinaan moral, mental, dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang
Maha Esa.45
43
Ainur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling Dalam Islam, (Yogyakarta: VII Press,
2002), h. 37. 44
Depag Ri, Terjemahan Al Quran, (Semarang: Toha Putra, 1989), h. 791 45
Ibid., h. 447.
31
Dari beberapa pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
dengan bimbingan agama, dapat memberikan bantuan kepada masyarakat
yaitu dengan memberikan pengertian, pengetahuan dan nasehat kepada
orang dengan benar, agar masyarakat dapat melakukan perbuatan yang
didasari dengan ajaran agama dan memecahkan masalah sesuai pedoman
agama yakni al-Qur‟an dan al-Hadist.
6. Metode Bimbingan Agama46
Ada beberapa metode yang digunakan dalam bimbingan agama,
maka dalam upaya mengadakan bimbingan agama menurut pendapat
Arifin. M. Ed, dapat menggunakan metode-metode sebagai berikut:
1. Metode Ceramah
Metode ceramah merupakan suatu teknik atau metode didalam
bimbingan dengan cara penyajian atau penyampaian informasinya
melalui penerangan dan penuturan secara lisan oleh pembimbing
terhadap anak bimbing, pembimbing juga sering menggunakan alat-alat
bantu seperti gambar, kitab, peta dan alat lainnya. Metode ini sering
dipakai dalam bimbingan agama yang banyak diwarnai dengan ciri
karakteristik bicara seorang pembimbing pada kegiatan bimbingan
agama. Metode ini pembinaannya dilakukan secara kelompok dan
pembimbing melakukan komunikasi secara langsung.
2. Metode Cerita (kisah)
Metode cerita adalah suatu cara penyampaian dalam bentuk cerita.
Cerita merupakan media yang efektif untuk menanamkan nilai-nilai
46
H. M. Arifin, M. Ed, Pedoman pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama
(Jakarta: PT Golden Trayon Press, 1998), Cet. Ke-5, h. 44-47
32
akhlak yang baik, sekaligus karakter sesuai dengan nilai religi yang
disampaikan dan pada akhirnya dapat membentuk sebuah kepribadian.
Islam menyadari sifat alamiah manusia untuk menyenangi cerita yang
pengaruhnya besar terhadap perasaan. Oleh karena itu metode cerita
dijadikan sebagai salah satu pendidikan.
3. Metode Keteladanan
Metode keteladanan merupakan bagian dari sejumlah metode yang
paling ampuh dan efektif dalam mempersiapkan dan membentuk
individu secara moral, spiritual dan sosial. Sebab seorang pembimbing
merupakan contoh ideal dalam pandangan seseorang yang tingkah laku
dan sopan santunnya akan ditiru, yang disadari atau tidak, bahkan
semua keteladanan itu akan melekat pada diri dan perasaannya dalam
bentuk ucapan, perbuatan, hal yang bersifat material, indrawi maupun
spiritual. Karenanya keteladanan merupakan faktor penentu baik
buruknya seseorang yang dibimbing.
Metode ini juga digunakan sebagai pemberian contoh yang baik
dalam tingkah laku sehari-hari. Seorang pembimbing akan merasa
sangat mudah menyampaikan secara lisan, namun belum tentu dapat
menjalankannya dan dapat diterima oleh yang dibimbingnya, untuk
mengatasinya, maka pembimbing harus memberikan contoh atau
keteladanan, misalnya menganjurkan agar selalu berdzikir, maka
pembimbing harus melakukannya atau memulainya terlebih dahulu.
4. Metode Wawancara
33
Metode wawancara merupakan salah satu cara memperoleh fakta-
fakta kejiwaan yang dapat dijadikan bahan pemetaan tentang bagaimana
sebenarnya hidup dan kejiwaan seseorang yang dibimbing pada saat
tertentu yang memerlukan bimbingan. Wawancara dapat berjalan
dengan baik apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Pembimbing harus bersifat komunikatif kepada anak bimbing
b. Pembimbing harus dapat dipercaya sebagai pelindung oleh orang
yang dibimbing.
c. Pembimbing harus bisa menciptakan situasi dan kondisi yang
memberikan perasaan damai dan aman serta santai kepada seseorang
yang dibimbing.
5. Metode pencerahan (metode edukatif)
Yaitu cara mengungkapkan tekanan perasaan yang menghambat
perkembangan belajar dengan mengorek sampai tuntas perasaan atau
sumber perasaan yang menebabkan hambatan atau ketegangan, dengan
cara “client centered”, yang diperdalam dengan permintaan atau
pertanyaan yang meyakinkan untuk mengingat-ingat serta mendorong
agar berani mengungkapkan perasaan tertekan, sehingga pada akhirnya
pembimbing memberikan petunjuk-petunjuk tentang usaha apa sajakah
yang baik bagi yang dibimbing dengan cara yang tidak bernada imperatif
(wajib), akan tetapi berupa anjuran-anjuran yang tidak mengikat.
B. Membina Akhlak
1. Pengertian Membina
34
Menurut kamus bahasa Indonesia Membina adalah membangun,
mendirikan atau mengusahakan supaya lebih baik atau lebih maju
(sempurna).47
2. Pengertian Akhlak
Pengertian akhlak dari segi bahasa berasal dari bahasa Arab yang
berarti perangai, tabiat, watak dasar kebiasaan, sopan dan santun agama.
Secaralinguistik atau kebahasaan kata akhlak merupakan isim jamid atau
isim ghairu mustaq, yaitu isim yang tidak mempunyai akar kata,
melainkan kata tersebut memang begitu adanya. Kata akhlak adalah jama‟
dari kata khuluqun atau khuluq yang artinya sama dengan arti akhlaq
sebagaimana telah disebutkan di atas.48
Dari segi bahasa akhlak adalah bentuk jama‟dari “khuluq” yang
artinya tingkah laku, tabiat, watak, perangai, atau budi pekerti.49
Menurut
Ib n u Maskawaih, kata “akhlaqun” adalah suatu kondisi jiwa yang
memberikan dorongan untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak
memerlukan pemikiran.50
Abdullah Salim mengemukakan bahwa akhlak adalah merupakan
sifat yang tumbuh dan menyatu didalam diri seseorang. Dari sifat yang ada
itulah terpancar sikap dan tingkahlaku atau perbuatan seseorang. Seperti
47
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 2002), Edisi III, h. 152. 48
Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf Nilai-Nilai Akhlak Atau Budipekerti Dalam Ibadah dan
Tasawuf, (Jakarta: CV Karya Mulia, 2005), h. 25 -26. 49
Subarsono.EtikaIslamTentangKenakalanRemaja,(Jakarta:BinaAksara,1989),Cet. Ke-
1,h.129. 50
Ibid, h.83.
35
sifat sabar, kasih sayang, atau sebaliknya pemarah, benci, dendam, iri, dan
dengki sehingga memutuskan hubungan silaturahmi.51
Zakiah Daradjat mengatakan bahwa akhlak adalah kelakuan yang
timbul dari hasil perpaduan antara hati nurani, pikiran, perasaan, bawaan,
dan kebiasaan yang menyatu membentuk satu kesatuan tindakan akhlak
yang ditaati dalam kenyataan hidup sehingga dapat membedakan mana
yang baik dan yang buruk.52
Al-Mu‟jam al-wasit menyebutkan definisi
akhlak sebagai berikut: “Akhlak ialah sifat yang tertanam dalam jiwa,
yang dengannya lahir macam-macam perbuatan baik dan buruk, tanpa
membutuhkan pemikiran dan pertimbangan”.53
Akhlak dalam konsepsi Al-Ghazali, sebagaimana yang telah
dikutip oleh Muhammad Ardani, bahwa akhlak tidak hanya terbatas
pada apa yang dikenal dengan teori menengah dalam keutamaan, seperti
yang disebut oleh Aristoteles, dan pada sejumlah sifat keutamaan yang
bersifat pribadi, tapi juga menjangkau sejumlah sifat keutamaan akali
dan amali, perorangan dan masyarakat. Semua sifat ini bekerja dalam
suatu kerangka umum yang mengarah kepada suatu sasaran dan tujuan
yang telah ditentukan.
Imam Al-Ghazaly juga mengatakan, bahwa akhlak adalah hasil dari
pendidikan, latihan, pembinaan, serta perjuangan keras dan sungguh-
sungguh, seandainya akhlak itu tidak bisa menerima perubahan, maka
batalah fungsi wasiat, nasihat, dan pendidikan, dan tidak ada pula
51
Wahyudin,AkhlakTasawuf,(Jakarta:KalamMulia,1999),Cet.Ke-3,h.4. 52
ZakiahDaradjat,PendidikanIslam,KeluargadanSekolah,(Jakarta:CVRuhama,1995),Cet.
Ke-2,h.5. 53
Asmaran, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1994), Cet.
Ke-11, h. 2.
36
fungsinya hadits nabi yang mengatakan “perbaikilah akhlakkamu
sekalian”.54
Sebagaimana yang telah dikutip Muhammad Ardani, Akhlak
menurut Al-Ghazali, mempunyai tiga dimensi:
a. Dimensi diri, yakni orang dengan dirinya dan Tuhannnya, seperti
ibadah dan shalat.
b. Dimensi sosial, yakni masyarakat, pemerintah dan pergaulannya
dengan sesamanya.
c. Dimensi metafisis, yakni akidah dan pegangan dasarnya.55
Dalam konsep akhlak adalah suatu sikap mental (halun lin nafs)
yang mendorong untuk berbuat tanpa berfikir dan pertimbangan.
Keadaan atau sikap jiwa ini terbagi dua: ada yang berasal dari watak
(tempramen) dan ada yang berasal dari kebiasaan dan latihan. Dengan
kata lain tingkah laku manusia mengandung dua unsur-unsur watak naluri
dan unsur usaha lewat kebiasaan dan latihan. Sedangkan menurut al-
Farabi, sebagaimana yang telah dikutip oleh Muhamad Ardani, ia
menjelaskan bahwa “akhlak adalah suatu tujuan untuk memperoleh
kebahagian yang merupakan tujuan tertinggi yang dirindui dan diusahakan
oleh setiap manusia.”56
Jadi, pada hakikatnya khuluk (budi pekerti) atau akhlak ialah suatu
kondisi atau sifat yang telah meresap dalam jiwa dan menjadi kepribadian
54
Imam Al-Ghazaly, Ihya’ Ulum Al-Din, (Beirut: Dar Al-Fikr,T.T), Jilid III, h.54. 55
Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf Nilai-Nilai Akhlak Atau Budi Pekerti Dalam Ibadah Dan
Tasawuf, (Jakarta: CV Karya Mulia, 2005), h. 25. 56
Ibid, h.29.
37
hingga dari situ timbulah berbagai macam perbuatan dengan cara spontan
dan mudah tanpa dibuat-buat dan tanpa memerlukan pemikiran.57
Dari pengertian diatas dapat diketahui bahwa akhlak ialah sifat-
sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya yang
selalu ada padanya, sifat itu dapat terlahir berupa perbuatan baik disebut
akhlak yang mulia atau perbuatan buruk yang disebut akhlak yang tercela
sesuai dengan pembinaannya.
3. Ruang Lingkup Akhlak
Ruang lingkup akhlak mencakup hal-hal sebagai berikut:
a. Pola hubungan manusia dengan Allah, seperti mentauhidkan Allah,
menghindari syirik, bertaqwa, berdo‟a, memohon pertolongan dan lain-
lain hanya kepada Allah.
b. Pola hubungan manusia dengan Rasullah, yaitu menegakkan sunah
rasul, menziarahi makamnya di madinah dan membacakan shalawat.
c. pola hubungan manusia dengan dirinya, seperti menjaga kesucian diri
dari sifat rakus dan mengumbar nafsu, mengembangkan keberanian
dalam menyampaikan yang hak dan memberantas kedzaliman.
d. Pola hubungan dengan masyarakat, dalam konteks kepemimpinan,
seperti menegakkan keadalian, berbuat ihsan, menjungjung tinggi.58
Selanjutnya lebih jelas bahwa ada 3 hal yang mencangkup tentang
akhlak yaitu:
1. Akhlak Terhadap Allah.
57
Asmaran, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1994), Cet. Ke-
2, h. 1. 58
Drs. H. Moh. Ardani, Nilai-Nilai Akhlak/Budi Pekerti Dalam Ibadat, (Jakarta: Cv
Karya Mulia, 2001), h.43.
38
Orang muslim berpendapat bahwa Allah Maha Kuasa atas dirinya
dan memegang ubun-ubunnya. Ia tidak memepunyai tempat melarikan
diri atau tempat menyelamatkan diri kecuali kepada-Nya, kemudian ia
lari menghadap, menjatuhkan diri, menyerahkan seluruh persoalannya
dan bertawakal kepada-Nya. Akhlak terhadap Allah (khaliq) antara lain
adalah:
a. Mencintai Allah melebihi cinta kepada apa dan siapapun juga
dengan mempergunakan firman-Nya dalam al-Qur‟an sebagai
pedoman hidup dan kehidupan, Melaksanakan perintah dan
menjauhi larangan.59
b. Tunduk dan patuh kepada Allah, yaitu seperti firman Allah yang
Artinya: “Taatlah kepada (perintah) Allah dan (perintah) Rasul-
Nya supaya kalian mendapat rahmat”.(QS. Ali „Imran: 132(.
c. Tawakkal, terdapat dalam firman Allah yang Artinya: “Yang
apabila terjadi terhadap mereka satu kesusahan, mereka berkata;
sesungguhnya kami ini milik Allah, dan sesungguhnya kepada-
Nyalah kami akan kembali”. (QS. Al-Baqarah: 15).
d. Bersyukur kepada Allah terdapat dalam firman Allah yang Artinya:
“Dan (ingatlah), tatkala Tuhan kamu memberitahu; jika kamu
berterima kasih, niscaya Aku tambah nikmat bagi kamu, apabila
kamu tidak bersyukur, maka adzab-Ku itu sangat pedih”.(QS.
Ibrahim: 6-7).
59
H. Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 1998), h. 356
39
e. Penuh harap kepada Allah, terdapat dalam firman Allah yang
Artinya: “Sesungguhnya umat yang beriman dan berhijrah serta
bekerja keras (berhijrah) di jalan Allah, mereka itu (umat yang)
berharap rahmat Allah; dan Allah itu maha pengampun
danpenyayang”. (Al-Baqarah : 218).
f. Ikhlas menerima keputusan Allah, terdapat dalam firman Allah
yang Artinya: “Dan alangkah baik jika mereka ridha dengan apa
yang Allah dan Rasul-Nya berikan kepada mereka,sambil mereka
berkata: cukuplah Allah bagi kami, sesungguhnya Allah dan Rasul-
Nya akan memberi kepada kamu karunia-Nya, sesungguhnya kami
mencintai Allah”.(QS. At-Taubah: 59).60
g. Tadlarru‟ dan khusyu, terdapat dalam firman Allah yang Artinya:
“Beruntunglah orang-orang yang beriman. Mereka yang khhusyu’
dalam shalatnya”. (QS. Al-Mukminun: 1-2). “Bermohonlah
kepada Tuhan kalian dengan rendah hati dan dengan rahasia
(suara hati). Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang melanggar batas”.(QS. Az-Zumar: 53).
h. Husnudzhon, terdapat dalam firman Allah yang Artinya:
“Janganlah mati salah seorang dari kalian, melainkan dalam
keadaan baik sangka kepada Allah”.(H.R. Muslim).
i. Taubat dan istighfar, Artinya: “Hai orang-orang beriman!
Hendaklah kalian benar-benar taubat kepada Allah, agar segala
60
Abdullah Salim, Akhlaq Islam Membina Rumah Tangga Dan Masyarakat, (Jakarta: Seri
Remaja, 1986), h. 23-27
40
dosa kalian diampuni dan kalian dimasukkan ke dalam surga yang
di bawahnya mengalir sungai-sungai”.(QS. At-Tahrim: 8).61
2. Akhlak Terhadap Makhluk62
a. Akhlak terhadap Rasulullah, yaitu meliputi mencintai Rasulullah
secara tulus dengan mengikuti semua sunnahnya, menjadikan
Rasulullah sebagai idola dalam hidup dan kehidupan, menjalankan
apa yang diperintah dan menjauhi larangannya.
b. Akhlak terhadap orang tua, yang meliputi mencintai mereka
melebihi cinta kepada kerabat lainnya, merendahkan diri kepada
keduanya diiringi rasa kasih sayang, berkomunikasi dengan orang
tua dengan khidmat, pergunakan kata-kata lemah lembut, berbuat
baik kepada keduanya dengan sebaik-baiknya dan mendoakan
keselamatan dan keampunan bagi mereka ketika seorang atau
kedua-duanya telah meninggal dunia.
c. Akhlak terhadap diri sendiri meliputi: memelihara kesucian diri,
baik jasmaniah maupun rohaniah, memelihara kerapihan diri,
Berlaku tenang, menambah ilmu pengetahuan, membina disiplin
pribadi yang pemaaf dan memohon maaf, sikap sederhana dan jujur
dan menghindari perbuatan tercela.
d. Akhlak terhadap keluarga dan karib kerabat, antara lain : saling
membina rasa cinta dan kasih sayang dalam kehidupan keluarga,
saling menunaikan kewajiban untuk memperoleh hak, berbakti
61
Hamzah Ya‟kub, Etika Islam Pembinaan Ahklaqul Karimah,(Bandung: CV
Diponegoro, 1988),h. 142-145 62
Muhammad Daud Ali 357-358
41
kepada ibu bapak, mendidik anak-anak dengan kasih sayang dan
memelihara hubungan silaturrahim.
e. Akhlak terhadap tetangga, antara lain : saling mengunjungi, saling
bantu diwaktu senang lebih-lebih tatkala susah, saling beri
memberi, saling hormat menghormati, saling menghindari
pertengkaran dan permusuhan.
f. Akhlak terhadap masyarakat, meliputi memuliakan tamu,
menghormati nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat yang
bersangkutan, saling menolong dalam melakukan kebajikan dan
taqwa, menganjurkan anggota masyarakat termasuk diri sendiri
berbuat baik dan mencegah diri sendiri dan mencegah orang lain
melakukan perbuatan jahat dan munkar dan bermusyawarah dalam
segala urusan mengenai kepentingan bersama.
3. Akhlak kepada bukan manusia (lingkungan hidup)
Akhlak kepada bukan manusia antara lain yaitu sadar dan
memelihara kelestarian lingkungan hidup, menjaga dan memanfaatkan
alam terutama hewani dan nabati, fauna dan flora yang sengaja
diciptakan tuhan untuk kepentingan manusia dan makhluk lainnya,
sayang pada sesama makhluk.63
4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlak Anak
Menurut H.M Arifin dalam bukunya filsafat pendidikan islam
berpendapat bahwa, faktor yang mempengaruhi akhlak anak ada dua fisik
yang meliputi faktor dalam yaitu intelektual dalam hati (rohaniyah) yang
63
H. Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 1998), h. 359
42
dibawa sejak lahir dan faktor luar yaitu orang tua, guru dan tokoh-tokoh,
serta kerja sama yang baik dari ketiganya tersebut. Maka aspek kognitif
(pengetahuan) dan psikomotorik (pengamalan) ajaran yang diajarkan akan
terbentuk pada diri anak, dan inilah yang selanjutnya dikenal dengan
istilah manusia seutuhnya.64
Menurut Abudin Nata, pada khususnya faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi pembentukan akhlak terdapat tiga aliran yaitu:
1. Aliran Nativisme, menurut aliran Nativisme ini faktor-fator yang paling
mempengaruhi terhadap diri seseorang itu adalah faktor pembawaan
dari dalam yang berupa kecendrungan, bakat, akal dan lain-lain. Jika
seseorang sejak lahir memiliki kecendrungan terhadap yang baik, maka
dengan sendirinya orang tersebut akan baik.
2. Aliran Empirisme, aliran ini mengatakan bahwa faktor yang sangat
berpengaruh terhadap pembentukan diri seseorang itu adalah faktor
luar, yakni lingkungan sosial, meliputi pembinaan dan pendidikan. jika
pendidikan dan pembinaan yang diberikan pada anak itu baik maka
akan baiklah anak tersebut, dan demikian juga sebaliknya.
3. Aliran Konvergensi, aliran ini berpendapat bahwa faktor yang
mempengaruhi pembentukan akhlak yakni faktor internal yaitu
pembawaan si anak dan faktor dari luar yaitu pendidikan yang diadakan
secara khusus.65
Sedangkan menurut Rahmat Djatmika ada dua faktor yang
mempengaruhi seseorang dalam perilakunya berakhlak yakni:
64
H. M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), Cet. Ke-4, Hal.
60. 65
H. Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam… h. 165
43
1. Faktor yang berasal dari dirinya sendiri seperti instink dan akalnya,
adat, keinginan-keinginan, hawa nafsu, kepercayaan dan hati nurani.
2. Faktor dari luar dirinya yang meliputi keturunan, lingkungan, keluarga,
sekolah, pergaulan dan penguasa/ pemimpin.66
Semua faktor-faktor di atas, dapat membentuk dan mempengaruhi
nilai-nilai akhlak yang dimiliki seseorang yang kuat akan lebih banyak
memberi corak pada mentalnya, misalnya antara faktor yang akan
mewarnai perasaan akhlak dengan pendidikan dan pergaulan, dan jika
berbeda caranya maka yang lebih kuat membentuk akhlak yang baik itu
tidak mudah, maka diperlukan upaya yang maksimal.
5. Macam-macam Akhlak
Ulama akhlak menyatakan bahwa akhlak yang baik merupakan
sifat para nabi dan orang-orang shiddiq, sedangkan akhlak yang buruk
merupakan sifat syaitan dan orang-orang tercela. Maka pada dasarnya
akhlak dibagi menjadi dua macam, antaralain:
1. Akhlak Baik Atau Terpuji, yaitu akhlak yang senantiasa berada dalam
kontrol ilahiyah yang dapat membawa nilai-nilai positif dan kondusif
bagi kemaslahatan umat, akhlak terpuji dibedakan menjadi dua, antara
lain:67
- Akhlak baik terhadap Tuhan, Akhlak terhadap Tuhan yang meliputi
bertaubat, bersabar, bersyukur, bertawakal, ikhlas, jujur, optimis,
berprasangka baik, suka bekerja keras dan takut kepada Allah.
- Akhlak baik terhadap sesama manusia, yang meliputi belas kasihan
66
Rahmat Djatmika, Sistem Etika Islam, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1992), Cet. Ke-1, h.
73. 67
Mahyuddin,KuliahAkhlakTasawuf,(Jakarta:KalamMulia,1999)h. 9-32
44
atau sayang, rasa persaudaraan, memberi nasehat, suka menolong,
menahan amarah, sopan santun, dan suka memaafkan.
2. Akhlak Tercela (al-Akhlak al-Madzmumah) yaitu akhlak yang tidak
dalam kontrol ilahiyah atau berasal dari hawa nafsu yang berada dalam
lingkaran syaitaniyah dan dapat membawa suasana negatif serta
destruktif bagi kepentingan umat manusia. Akhlak tercela atau buruk
dibedakan menjadi duayaitu:68
1) Akhlak buruk terhadap Tuhan yang meliputi takabbur ,musyrik,
murtad, munafiq, kufur, riya, boros atau berfoya-foya, dan rakus
atau tamak.
2) Akhlak buruk terhadap sesama manusia, yang meliputi mudah
marah, iri hati atau dengki, mengadu-adu, mengumpat, bersikap
congkak, bersikap kikir, dusta dan berbuat aniaya.
C. Remaja
1. Pengertian Remaja
Dalam mendefinisikan pengertian remaja yang ditinjau dari
berbagai istilah asing yang sering dipakai untuk menunjukan masa remaja
antara lain yaitu puberty, adolescentia dan youth. Sedangkan dalam bahasa
indonesia sering digunakan kata pubertas dan remaja. Berikut ini akan
dijelaskan dari pengertian istilah-istilah tersebut:
1. Puberty (Inggris) atau puberteit (Belanda) dan pubertas berasal dari
bahasa latin. Pubertas berarti kedewasaan yang dilandasi oleh sifat
dan tanda-tandanya.
68
Aminudin, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002), h.153
45
2. Adolescentia berasal dari bahasa latin, yaitu masa remaja antara usia
17 dan 30 tahun.69
Remaja (adolescence) dalam bahasa latin yang diperoleh dari kata
kerja adolescere yang berarti untuk tumbuh dan berkembang menjadi
dewasa dan dalam pandangan masyarakat, periode remaja adalah waktu
untuk tumbuh dan berkembang serta bergerak dari ketidakmatangan masa
kanak-kana menuju ke arah kematangan pada usia dewasa.70
Lain halnya dengan masyarakat maju. Remaja belum dianggap
sebagai anggota masyarakat yang perlu didengar dan dipertimbangkan
pendapatnya serta dianggap belum sanggup bertanggung jawab atas
dirinya. Terlebih dahulu mereka menguasai ilmu pengetahuan dan
teknologi dalam kapasitas tertentu, serta mempunyai kemantapan emosi,
sosial dan kepribadian.
Sementara itu dilihat dari sudut pandang hukum dan perundang-
undangan, remaja adalah diatas 12 tahun dan di bawah 18 tahun serta
belum menikah. Maksudnya adalah apabila terjadi suatu pelanggaran
hukum dari seseorang dalam usia tersebut, maka hukum baginya tidak
sama dengan orang dewasa.71
Pada dasarnya pengertian remaja itu sama, bahwa remaja adalah
masa peralihan antara kanak-kanak menuju dewasa dimana pada saat itu ia
mengalami kegoncangan jiwa atau sedang berada diatas jembatan goyang.
69
Singgih D. Gunarsa, Psychologi Remaja, (Jakarta: PT Bpk. Gunung Mulia, 1990), h. 4. 70
Drs. Zahrotun Dkk, Psikologi Perkembangan Tinjauan Psikologi Barat Dan Islam,
(Jakarta: Uin Jakarta Press, 2006), h. 105. 71
Zakiah Daradjat, Pembinaan Remaja,(Jakarta: Bulan Bintang, 1982), Cet. Ke-4, h. 9.
46
Dengan demikian secara ringkas dapat dikatakan bahwa masa remaja itu
panjang.
Para ahli pendidik dan psikolog condong untuk membaginya
kepada dua tahap yaitu remaja awal dan remaja akhir. Namun usia remaja
yang hampir disepakati oleh banyak ahli jiwa ialah umur 13-21 tahun,
sedangkan yang khusus mengenai perkembangan jiwa agama dapat
diperpanjang menjadi 13-24 tahun.72
Masa remaja termasuk masa yang sangat menentukan oleh karena
itu, pada masa ini anak-anak mengalami banyak perubahan pada psikis dan
fisiknya. Terjadinya perubahan kejiwaan menimbulkan kebingungan
dikalangan remaja. Sebabnya mereka mengalami penuh gejolak emosi dan
tekanan sosial yang berlaku dikalangan masyarakat.73
Dari beberapa definisi di atas dapat digaris besarkan bahwa remaja
adalah suatu masa transisi, yaitu masa peralihan dari kanak-kanak ke masa
dewasa yang di dalamnya mengalami semua perkembangan sebagai
persiapan memasuki masa dewasa. Remaja adalah masa yang penuh
dengan perubahan-perubahan yang amat cepat menyangkut segi
pertumbuhan dan kejiwaan maupun yang bersifat sosial. Sehingga nampak
adanya perubahan-perubahan itu menyebabkan gejala-gejala kejiwaan dan
perilaku sehari-hari yang kadang-kadang terlihat normal dan kadang-
kadang bernilai menyimpang.
2. Karakteristik Pada Remaja
72
Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama (Jakarta: Bulan Bintang, 1996) Cet. Ke-15, h. 72. 73
Zulkifli L, Psikologi Perkembangan, (Bandung: Pt Remaja Rosdakarya, 2003), Cet.
Ke- 10, h. 63
47
pada masa remaja awal memiliki ciri-ciri khusus yang dapat
dikelompokkan sebagai berikut:
a. Perasaan dan emosi remaja tidak stabil.
b. Mengenai status remaja masih sangat sulit ditentukan.
c. Kemampuan mental dan daya pikir mulai agak sempurna.
d. Sikap dan moral menonjol menjelang pada akhir remaja awal.
e. Remaja awal adalah masa kritis
f. Pada remaja awal pula banyak masalah yang dihadapinya.74
Adapun ciri-ciri remaja akhir adalah: a) Stabilitas mulai tumbuh
dan meningkat, b) Citra diri dan sikap pandangan lebih realistis, c)
Perasaannya lebih tenang, d) Lebih matang dalam menghadapi masalah.
Zakiah darajat mengemukakan bahwa ciri dan karakteristik
kejiwaan remaja itu dapat dikatakan tidak stabil, mudah condong kepada
ekstrim, sering terdorong, bersemangat, peka, mudah tersinggung,
pemikiran dan perhatiannya terpusat pada dirinya. penampilannya
berlebihan, ia berusaha menarik perhatian orang lain, seperti berpakaian
secara mencolok, memilih warna yang tajam dan penampilan yang “wah”
tampaknya jelas.75
3. Klasifikasi Remaja
Selanjutnya sering juga sebagai patokan pengertian remaja
dikaitkan dengan kata “Puber” sebutan puber berasal dari “pubertas” dari
bahasa latin. Pubertas berarti laki-laki yang menunjukkan kedewasaan
yang dilandasi oleh kematangan fisik yakni dari umur 12 tahun sampai 15
74
Sahilun A. Nasir, Peranan Pendidikan Agama Terhadap Pemecahan Problem Remaja,
(Jakarta: Kalam Mulia, 1999), Cet. Ke-1, h. 65-66 75
Zakiah Daradjat, Remaja Harapan Dan Tantangan,(Jakarta: Ruhama, 1994), Cet. Ke-1,
h. 35-36.
48
tahun, pada masa ini terutama terlihat perubahan-perubahan jasmaniyah
berkaitan dengan proses kematangan jenis kelamin.
Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak dan masa
dewasa yakni 12 tahun. Mengingat pengertian remaja menunjukkan ke
masa peralihan sampai tercapainya masa dewasa, maka sulit untuk
menentukan batas umurnya. Masa remaja mulai pada saat timbulnya
perubahan-peruabahan berkaitan dengan tanda-tanda kedewasaan fisik
yakni pada umur 11 tahun atau 12 tahun pada wanita dan laki-laki lebih
tua sedikit.76
Dari uraian semua definisi yang telah dikemukakan diatas, dapat
disimpulkan bahwa pengertian remaja tidak dapat dipisahkan yaitu masa
remaja merupakan masa transisi (peralihan) dari anak-anak ke masa
dewasa yang mengalami semua perkembangan persiapan memasuki masa
dewasa. Masa yang penuh dengan perubahan-perubahan yang amat cepat
mengangkut segi kebutuhan, kejiwaan maupun bersifat pergaulan,
sehingga nampak adanya perubahan-perubahan itu menyebabkan gejolak-
gejolak kejiwaan yang tersalurkan dalam tingkah laku sehari-hari yang
seringkali terlihat aneh dan sulit dipahami oleh orang dewasa pada
umumnya.
Pada ahli berbeda pendapat mengenai batasan umur kapan seorang
anak dapat dikatakan sudah memasuki usia remaja. Disini akan penulis
kemukakan beberapa para ahli mengenai batasan usia remaja dari sudut
pandang yang berbeda-beda.
76
M. Alisut Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan Anak dan Remaja, h.
12.
49
a. Dari sudut pandang psikologi, maka “Batasan usia remaja lebih banyak
tergantung kepada keadaan masyarakat di mana remaja itu hidup.
Yang dapat ditentukan dengan pasti adalah permulaannya, yaitu puber
pertama atau mulainya perubahan jasmani dari anak menjadi dewasa
kira-kira umur akhir 12 tahun atau permulaan 13 tahun”77
b. Dari sudut pandang hukum dan perundang-undangan, usia remaja
adalah “Di atas 12 tahun dan di bawah 18 tahun serta belum menikah”.
Artinya apabila terjadi suatu pelanggaran hukum dari seseorang dalam
usia tersebut, maka hukuman baginya tidak sama dengan orang
dewasa.78
c. Dilihat dari analisa terhadap semua aspek perkembangan dalam usia
remaja, maka “Secara global masa remaja berlangsung antara umur 12
tahun dan 21 tahun, dengan pembagian usia 12-15 tahun, masa remaja
awal, usia 15-18 tahun; masa remaja pertengahan, dan usia 18-21
tahun; masa remaja akhir”79
Dari beberapa pendapat mengenai kapan seorang mulai memasuki
usia remaja terdapat kesamaan bahwa seseorang dikatakan sudah
memasuki usia remaja apabila telah mencapai usia 12 tahun, walaupun ada
yang berpendapat bahwa mulainya masa remaja pada umur 11 dan 13
tahun, hal ini dikarenakan mulainya masa remaja ditandai dengan
perubahan-perubahan fisik dan ada beberapa orang yang mengalami
77
Zakiah Darajat, Pembinaan Remaja, (Jakarta: Bulan Bintang, 1976) Cet. Ke-2, h. 10 78
Zakiah Darajat, Pembinaan Remaja,…….. h. 36. 79
F.J Monks Et. Al, Psikologi Perkembangan: Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya,
(Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1994) Cet. Ke-9, h.203
50
perubahan lambat terhadap fisiknya ada pula yang mengalami perubahan
cepat.
Dalam hal ini dapat penulis simpulkan bahwa batasan usia remaja
adalah usia 12/13 tahun dan 21 tahun dengan pembagian masa remaja
awal: 12/13 sampai 17 tahun dan masa remaja akhir: 17/18 sampai 21
tahun.
4. Faktor Yang Mempengaruhi Proses Perkembangan Remaja80
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses perkembangan seorang
individu atau remaja dibagi dalam 2 kelompok utama:
a. Faktor-faktor di dalam diri individu sendiri meliputi: faktor-faktor
endogen yang terdiri dari: komponen hereditas (keturunan) dan faktor
konstitusi. faktor endogen bila ditinjau lebih dalam akan
memperlihatkan hubungan baik indvidu maupun ontologis.
1) Faktor endogen individu: semua sifat, bakat, kemampuan dalam
bentuk potensi, proses perkemangan dan kecepatannya ditentukan
oleh susunan gane (pembawa keturunan).
2) Faktor endogen umum, yang bersifat ontologis individu adalah
faktor kematangan.
b. Faktor-faktor berasal dari luar indivdu yang tercangkup dalam faktor
lingkungan: faktor eksogen: terdiri dari berbagai komponen
lingkungan, yakni lingkungan keluarga, lingkungan social, lingkungan
geografis dan fasilitas-fasilitas yang ada dalam lingkungan seperti
80
Singgih D. Gunarsa, Psikologi Remaja.(Jakarta: PT. BPK Gunung Mulya, 1983), cet.
Ke-5, h. 35- 41.p
51
makanan dan kesempatan. Faktor eksogen dapat dibagi dalam beberapa
golongan:
1) Lingkungan (environment): lingkungan di sekitar individu yang
turut mempengaruhi proses perkembangan, yaitu:
a) Lingkungan Keluarga
b) Lingkungan Soial
c) Lingkungan Geografis
d) Lingkungan Sekolah.
52
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan dan Desain Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan
kuantitatif. “Pendekatan kuantitatif bertujuan untuk menjelaskan, meramalkan
atau mengontrol fenomena sosial melalui pengukuran objektif dan analisis
numerik atau analisis terhadap variasi angka-angka.”81
Penelitian kuantitatif
sifatnya objektif, sehingga kita dapat melihat langsung keadaannya.
Sedangkan jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian survei, yaitu “penulis mengambil sampel dari satu populasi dan
menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok.”82
Adapun desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif analisis yaitu metode yang berusaha mencari gambaran menyeluruh
tentang data, fakta, peristiwa yang sebenarnya mengenai objek penelitian.83
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitaian ini dilaksanakan dari bulan Februari sampai Mei 2015.
Adapun tempat penelitian yaitu Pondok Pesantren Nurul Hidayah Pusat yang
beralamat di jln. Sadeng kaum Rt. 05/02 Leuwisadeng Kab. Bogor-Jawa
Barat.
81
Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kuantitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2002), cet. Ke-23, h. 31. 82
Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survei, (Jakarta: LP3ES,
1995), cet. Ke-2, h. 3. 83
J. Vrendenbregt, Metode dan Teknik Penelitian Masyarakat, (Jakarta: PT. Gramedia,
1980), h. 34.
53
Adapun alasan pemilihan lokasi penelitian ini didasarkan atas
pertimbangan sebagai berikut:
1. Pondok pesantren nurul hidayah adalah institusi pendidikan agama yang
konsisten dalam melaksanakan kegiatan bimbingan agama terhadap
santri atau remaja.
2. Peneliti mudah mengakses data yang dibutuhkan.
3. Bagi peneliti lokasi penelitian cukup strategis, mudah dijangkau dan
hemat biaya.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah sekumpulan unsur atau elemen yang menjadi objek
penelitian. Misalnya lembaga, individu, kelompok atau konsep.84
Menurut
Suharsini Arikunto “Apabila subjek kurang dari seratus orang, lebih baik
diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi.
Selanjutnya jika jumlah subjeknya besar, dapat diambil 10-15% atau lebih
tergantung setidak-tidaknya dari segi waktu, tenaga dan dana”.85
Adapun
populasi penelitian ini adalah segenap para remaja yang ada dan terlibat
langsung dalam pelaksanaan bimbingan Agama di Ponpes Nurul Hidayah
Pusat yang berjumlah 500 remaja atau santri.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil melalui cara-cara
tertentu yang juga memiliki karakteristik tertentu, jelas dan lengkap, yang
84
Manase Malo, dkk., Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta: Universitas Terbuka, 1997),
h. 149. 85
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 1996),
h. 107.
54
bisa dianggap mewakili populasi.86
Dalam penelitian ini populasi 500
orang, penulis mengambil sampel dalam penenlitian ini yaitu dengan
menggunakan teknik pengambilan sampel acak sederhana (sampel random
sampling), yaitu teknik pengambilan sampel yang dilakukan secara acak
tanpa memperhatikan setara yang ada dalam populasi tersebut.87
Dari berbagi rumus yang ada, terdapat sebuah rumus yang bisa
digunakan untuk menentukan besaran sampel yaitu rumus Slovin, rumus
dari Yamane Taro.88
n =
Keterangan: n =Jumlah sampel yang dicari
N =Jumlah Populasi
d =Nilai presisi (10%)
Berdasarkan rumus di atas, kemudian diperoleh jumlah sampel
sebagai berikut:
500
n =
500 (10%)2 + 1
500 500 500
n = = = = 83,3 dibulatkan 83 orang
500 (0,01) + 1 5 + 1 6
Jika jumlah populasi di atas dihitung dengan rumus tersebut, maka
jumlah sampel yang terambil dari perhitungan ini sebanyak 83 responden.
86
M. Iqbal Hasan, MM, Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, (Bogor: Ghalia
Indonesia, 2002), h. 58 87
Nanang Martono, Metode penelitian Kuantitatif Analisis Isi dan Analisis Data Skunder,
(Jakarta: PT RajaGrafindo Prasada), cet. Ke-2, h. 75 88
Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul Jannah, Metode Penelitian Kuantitatif: Teori dan
Aplikasinya, (Jakarta: PT Raja Grafindo Perseda, 2006), h. 137.
55
D. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui efektif atau tidaknya
metode bimbingan agama dalam membina Akhlak Remaja di Pondok
Pesantren Nurul Hidayah Pusat sebagai berikut:
1. Variabel independen (variabel X): Efektifitas Metode Bimbingan Agama.
2. Variabel dependen (variabel Y): Membina Akhlak Remaja diPondok
Pesantren Nurul Hidayah Pusat.
E. Definisi Oprasional dan Indikator Penelitian
Definisi oprasional adalah sebuah konsep yang mempunyai variasi
nilai yang diterapkan dalam suatu penelitian dan sangat erat kaitannya dengan
indikator. Berikut ini adalah variabel-variabel yang akan diteliti, yaitu:
Tabel 1
Definisi Operasional dan Indikator Variabel Penelitian
Variable Teori Definisi Oprasional Indikator
Metode
bimbingan
agama
Teori H. M.
Arifin
metode adalah
jalan yang harus
dilalui untuk
mencapai suatu
tujuan. Metode
bimbingan
agama adalah
segala jalan atau
sarana yang
dapat digunakan
dalam proses
bimbingan
agama. Ada
beberapa
metode yang
dapat digunakan
dalam
Metode Bimbingan
Agama adalah cara atau
jalan yang tepat untuk
digunakan dalam rangka
pencapaian tujuan
bimbingan agama yaitu
membentuk individu yang
mampu memahami diri
dan lingkungannya.
Salah satu dari metode
bimbingan agama yaitu
metode ceramah yang
dapat digunakan dalam
bimbingan agama, metode
ceramah dilakukan secara
berkelompok dan cara
penyampaian informasinya
secara langsung. Dengan
metode ceramah indivu
1. Saya mengetahui
tujuan dari proses
bimbingan Agama
di ponpes nurul
hidayah pusat.
2. Saya dibimbing
secara langsung
bertatap muka
dengan pembimbing
3. Bimbingan agama
dilakukan secara
kelompok
4. Dengan
berkelompok saya
dapat berinteraksi
dengan yang lain
5. Saya merasakan
kegunaan dari
proses bimbingan
56
bimbingan
agama yaitu
metode
ceramah,
metode cerita,
metode
keteladanan,
metode
wawancara dan
metode
pencerahan.
mampu memahami diri
dan lingkungannya karna
dilakukan secara
berkelompok.
Agama di ponpes
nurul hidayah pusat
6. Saya menyukai
proses bimbingan
Agama di ponpes
nurul hidayah pusat
7. Pembimbing
menyampaikan
materi secara lisan
8. Pembimbing
menyampaikan
materi dengan jelas
9. dengan metode
ceramah bimbingan
agama di ponpes
nurul hidayah pusat
menjadi tidak jenuh
10. Menurut saya
metode bimbingan
agama di ponpes
nurul hidayah pusat
efektif
Membina
Akhlak
Remaja di
Ponpes
Nurul
Hidyah
Pusat
Teori Zakiah
Daradjat Akhlak dalah
kelakuan yang
timbul dari hasil
perpaduan
antara
hatinurani,
pikiran,
perasaan,
bawaan,dan
kebiasaan yang
menyatu
membentuk satu
kesatuan
tindakan akhlak
yang ditaati
dalam kenyataan
hidup sehingga
dapat
membedakan
mana yang baik
dan yang buruk.
Teori Imam Al-
Ghazaly
Membina akhlak adalah
membangun, mendirikan
atau mengusahakan
mendidik, melatih,
membina, serta
memperjuangkan dengan
keras dan sungguh-
sungguh, dalam
memberikan ilmu supaya
lebih baik akhlak yang
ditaati dalam kenyataan
hidup sehingga dapat
membedakan mana yang
baik dan yang buruk.
dan seandainya akhlak itu
tidak bisa menerima
perubahan, maka batalah
fungsi wasiat, nasihat, dan
pendidikan, dan tidakada
pula fungsinya hadits nabi
yang mengatakan
“perbaikilah akhlak kamu
sekalian”.
Akhlak dibagi menjadi 2
yaitu:
Akhlak Baik terhadap
Tuhan
1. Ketika melakukan
kesalahan remaja
Bertaubat kepada
Allah
2. Remaja bersabar
dalam menghadapi
segala hal
3. Remaja mensyukuri
nikmat yang Allah
berikan
4. Selalu bertawakal
kepada Allah
5. Ikhlas menjalani
hidup ini baik dalam
keadaan senang
57
Akhlak adalah
hasil dari
pendidikan,
latihan,
pembinaan, serta
perjuangan
keras dan
sungguh-
sungguh,
seandainya
akhlak itu tidak
bisa menerima
perubahan,
maka batalah
fungsi wasiat,
nasihat, dan
pendidikan, dan
tidak ada pula
fungsinya hadits
nabi yang
mengatakan
“perbaikilah
akhlakkamu
sekalian”.
1. Akhlak terpuji (baik)
- Akhlak baik terhadap
Tuhan
- Akhlak baik terhadap
sesama manusia.
2. Akhlak tercela (buruk)
- Akhlak buruk
terhadap Tuhan
- Akhlak buruk
terhadap sesama
manusia.
maupun sedih
6. Bersikap jujur
7. Mempunyai rasa
optimis dalam
segala hal yang
positif
8. Berprasangka baik
terhadap Allah
9. Takut kepada Allah.
Akhlak baik terhadap
sesama manusia
10. Mempunyai rasa
simpati kepada
sesama.
11. Mempunyai rasa
empati ketika
sesama mendapat
musibah
12. Saling
mengingatkan
13. Ketika mendapat
kesulitan kita harus
saling tolong
menolong
14. Bersikap sopan
santun terhadap
sesama manusia
15. Sesama manusia
harus saling
memaafkan
Akhlak buruk
terhadap Tuhan
58
16. Takabur terhadap
Allah
17. Menduakan Allah
18. Sering keluar masuk
islam
19. Tidak mensyukuri
atas nikmat yang
Allah berikan
20. Memamerkan segala
hal dan
menyombongkan
diri
21. Sering
menghambur-
hamburkan uang
untuk sesuatu yang
tidak penting dan
tidak dibutuhkan
akhlak buruk
terhadap sesama
manusia
22. Mudah marah
terhadap orang lain
23. Selalu iri hati
melihat orang lain
24. Suka mengadu-adu
antara satu orang
dengan yang lainnya
25. Bersikap kikir
terhadap apapun
59
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Angket
Angket adalah daftar pernyataan yang diberikan kepada orang lain yang
bersedia memberikan respons (responden) sesuai dengan permintaan.89
Dalam penelitian ini, penulis menyebarkan 83 angket kepada para remaja
yang ada di Pondok Pesantren Nurul Hidayah Pusat sebagai sampel
penelitian.
b. Observasi
Observasi ialah pengamatan dengan menggunakan indera penglihatan
tetapi tidak mengajukan pertanyaan.90
Metode yang digunakan penulis
dalam observasi yaitu partisipatoris, yakni dengan cara terlibat dan
mengamati dalam metode bimbingan agama dalam membina akhlak
remaja Ponpes Nurul Hidayah Pusat.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
mengumpulkan catatan-catatan tertulis yang dapat menunjang pembahasan
yang diperoleh dari sumber utama mulai dari literatur-literatur yang berupa
buku bacaan serta dokumen lain yang menjelaskan kerangka teoritis dan
sumber lain yang berkaitan dengan judul skripsi.
G. Uji Instrumen
89
Dr. Riduwan, Dasar-Dasar Statistika, (Bandung : Alfabeta, 2010), h.52-53. 90
Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial Suatu Teknik penelitian Bidang
Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), cet. Ke-
8, h. 69.
60
1. Uji Validitas
Uji validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur itu mengukur
apa yang ingin diukur. Suatu instrumen yang valid akan memiliki validitas
yang tinggi, sebaliknya instrument yang kurang valid berarti validitasnya
rendah.91
Pengujian validitas tiap butir digunakan analisis item, yaitu
mengkorelasikan skor tiap butir dengan skor total yang merupakan jumlah
tiap skor butir. Teknik korelasi untuk menentukan validitas item ini sampai
sekarang merupakan teknik yang paling banyak digunakan. Selanjutnya
dalam memberikan interpretasi terhadap koefisien korelasi, item yang
mempunyai korelasi positif dengan kriterium (skor total) serta korelasi
yang tinggi, menunjukkan bahwa item tersebut mempunyai validitas yang
tinggi pula.
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah kesesuaian alat ukur dengan yang diukur, sehingga
alat ukur dipercaya atau dapat diandalkan.92
Jika suatu alat ukur dapat
dipakai untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran yang
diperoleh relatif konstan, maka alat pengukur tersebut dikatakan reliabel
atau dapat diandalkan.93
Pada uji instrumen ini peneliti menggunakan
Reablity Analysis dengan metode Cronbach Alpha dan Software
SPSS18.0 for Windows.
91
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta : Rineka
Cipta, 2002), h.141. 92
Masri Singarimbun dan Sofian Efendi, Metode Penelitian Survei (Jakarta : LP3ES,
1995), cet. Ke-2, h.96. 93
RambatLupiyoada dan A. Hamdani, Manajemen Pemasaran Jasa, (Jakarta: Salemba
Empat, 2006), h. 241
61
H. Metode Analisis Data
1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah
model regresi, variabel dependen dan variabel independen atau keduanya
mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah
distribusi data normal atau mendekati normal.Uji normalitas yang
digunakan pada penelitian ini yaitu uji grafik Probability Plot dan One
Sampel Kolmogorov-smirnov Test. Dalam uji grafik Probability Plot,
hasil pengolahan data dapat dilihat dari penyebaran data disekitar garis
diagonal. Kriteria pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut :
1) Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah
diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
2) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal atau tidak mengikuti arah
diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
Sedangkan untuk uji One Sampel Kolomogoro-Smirnov Test,
variabel-variabel yang mempunyai Asymp. Sig. (2-tailed) diatas tingkat
signifikansi sebesar 0,05 diartikan bahwa variabel-variabel tersebut
berdistribusi normal begitu juga sebaliknya.
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah objek yang
diteliti mempunyai varian yang sama. Kriteria pengambilan keputusan uji
homogenitas adalah sebagai berikut:
a. Apabila < maka diterima
b. Apabila > maka ditolak dan diterima
62
3. Uji t
uji t digunakan untuk mengetahui informasi mengenai nilai variance
(ragam) populasi tidak diketahui, kriteria pengujian dapat dilihat sebagai
berikut:
1) Jika < diterima.
2) Jika > ditolak dan diterima
63
BAB 1V
GAMBARAN UMUM DAN HASIL ANALISIS DATA
A. GAMBARAN UMUM PONPES NURUL HIDAYAH PUSAT94
1. Sejarah Pondok Pesantren Nurul Hidayah Pusat
Pondok Pesantren Nurul Hidayah Pusat berdiri pada hari Rabu 1
Januari 1964 M, bertepatan pada 16 Sya‟ban 1383. Yang didirikan oleh K.
H. Uqon Bulqoini bin H. Saji, beliau adalah menantu dari K.H.
Muhammad Bakri bin H. Abdul Muid. H. Uqon Bulqoini menikah dengan
HJ. Iklillah yakni putri dari K.H. Muhammad Bakri pada tahun 1959.
Berdirinya Pondok Pesantren Nurul Hidayah Pusat ini diawali ketika K.H.
Uqon Bulqoini didesak oleh orang tuanya agar dapat membuka sebuah
pesantren, karena pada waktu itu di daerah beliau belum ada satupun
sebuah pesantren. Akhirnya atas desakan dari orangtua beliau mendirikan
pesantren, sebetulnya H. Uqon Bulqoini bisa dikatakan sebagai pelanjut
dari pada K.H. Muhammad Bakri karena jarak antara pendirian pondok
pesantren dengan wafatnya K.H. Muhammad Bakri hanya 4 tahun, akan
tetapi dikarenakan lokasinya berbeda serta pendidikannya berbeda
sehingga masyarakat memprediksi bahwa itu bukan kelanjutan melainkan
pendirian yang baru.
Pondok pesantren Nurul Hidayah awalnya tidak mempunyai nama
sama sekali karena memang belum dikasih nama dan pada saat itu masih
sangat salafiyah sekali. Santri pertama H. Uqon Bulqoini merupakan adik
94
Hasil wawancara dengan KH. Khodamul Quddus, sesepuh, dewan kyai serta anak ke 2
dari Alm. KH. Uqon Bulqoini, 08 April 2015.
64
dari beliau sendiri yang bernama Diding Bahrudin kemudian disusul
dengan santri lainnya yang bernama Safei, Ujang, Diding Sudirman dan
yang lainnya. Seiring berjalannya waktu pondok pesantren ini semakin
berkembang dan di tahun 1970 beliau melaksanakan ibadah haji,
sepulangnya beliau dari ibadah haji beliau menamakan pesantren tersebut
dengan nama Hidayatul Atfal yang artinya pembimbing anak-anak kecil
karena pada saat itu santrinya masih kecil-kecil, seiring berjalannya waktu
semakin banyaklah para santri yang menimba ilmu disana dan pada kali itu
bukan hanya anak-anak kecil saja melainkan orang dewasa yang menjadi
santri disana, maka atas pertimbangan itulah nama Hidayatul Atfal di ganti
dengan nama Nurul Hidayah.
Seiring berjalannya waktu didirikanlah madrasah aliyah yang
murid pertamanya yaitu anak kedua dari beliau yaitu K.H. Khodamul
Quddus, tiga tahun kemudian didirikanlah madrasah tsanawiyah,
kemudian semakin berkembangnya, murid-murid atau santri semakin
membeludak akhirnya bekerja sama dengan Taman Pendidikan Islam yang
pada saat itu dipimpin oleh Alm. K.H.Mukhlis Mukhtar, Pada tahun 2000
resmi dinamakan YPNH (Yayasan Pondok Pesantren Nurul Hidayah).
Kemudian di pindahkan total baik madrasah maupun pondok
pesantrennya ke Sadeng Legok Asem, disanalah berfokus untuk pondok
pesantren dan dari YPNH (Yayasan Pondok Pesantren Nurul Hidayah) di
ganti menjadi YANUHI (Yayasan Nurul Hidayah). Diawal tahun 1996
tepatnya pada bulan Maret beliau meninggal dunia, kemudian
kepemimpinan dilanjutkan oleh putra kedua beliau yang bernama K.H.
65
Khodamul Quddus dan di bantu oleh saudara kandungnya yang lain hingga
akhirnya pondok pesantren Nurul Hidayah berdiri diatas tanah seluas ± 5
hektar.
2. Visi dan Misi Pondok Pesantren Nurul Hidayah
Visi, misi dan tujuan pondok pesantren ini senantiasa dicitrakan
kepada sang pendirinya yakni KH. Uqon Bulqoeni. Cermin pribadi dari
sang kyai inilah yang menjadi sebuah model penyelenggaraan pendidikan
islam di pondok pesantren ini sejak berdiri, sekarang dan di masa yang
akan datang. Visi dan misi pendidikan pondok pesantrn Nurul Hidayah ini
sebagaimana di ungkapkan oleh KH. Khodamul Quddus yakni Visi :
“Terbentuknya generasi islam yang unggul dalam iman, ilmu dan akhlaqul
karimah”. Misi :
1. Pendidikan yang mempunyai orientasi memanusiakan manusia
2. Mempertahankan kesalafiyahan walaupun hidup di zaman modern
3. Mengajarkan untuk mengetahui akan hak dan kewajiban
4. Mampu memahami al-Qur‟an dan al-Hadist
5. Mampu membaca kitab kuning,
6. Menjadi contoh bagi masyarakat dalam hal kebaikan
7. Mampu mendirikan pendidikan formal ataupun non formal.
3. `Sistem Pendidikan Pondok Pesantren Nurul Hidayah Pusat
1. Kyai/ustadz/ustadzah/pembimbing berjumlah 30 orang yang tersebar di
tujuh kelas yakni dari kelas eksperimen sampai kelas bebas.
2. Santri pondok pesantren Nurul Hidayah pusat berjumlah 500 orang
yang terdiri dari santri putri 235 orang dan santri putra 265 orang.
66
3. Materi atau kitab akhlak dipondok pesantren nurul hidayah yaitu
Ta‟lim Mutaalim, Hadits, Riyadus Shalihin, Akhlaklil Banat Dan
Akhlaklil Banin, Bidayatul Hidayah, Nashaihul Ibad, Nashaihul Diniah
dan yang lainnya yang bersifat kitab akhlak.
4. Struktur Organisasi
Struktur Kelembagaan Pondok Pesantren Nurul Hidayah Pusat
SESEPUH
KH. Khodamul Quddus
PIMPINAN
KH. Ridwanullah
KABID KEPES HISTRA KABID KEPES HISTRI
KH. Taqiudin S.PD.I HJ. Iyah Tsulasiyah
KETUA HISTRA KETUA HISTRI
KH. Fahmi Al Banani USTZ. Mariatul Qibtiah
KAUFAH BASROH ISTAMBUL ANDALUS BUKHORO bagdad
Imran Ahmad Babang St. Azkia Dewi Alfi
Rosyadi Suadi Syarif Kamalia Muyyasaroh Aulia
SANTIAWAN SANTRIAWATI
67
Struktur Organisasi Himpunan Santri Putri (HISTRI)
Ketua : Mariatul Qibtiah
Wakil Ketua : Teti Sartika
Sekertaris : Neng Fitri Nurwina Sari
Bendahara : Rahmatul Ummah
Seksi keamanan : -Siti Masitoh -Nita Maulida
-Sri Rahayu -Urwatul Wusqiah
-Siti Aisyah -Eva Khoirul
-Siti Azkia
Seksi pendidikan :-Siti Fairuziah -Sti sarah
-Arum Kusuma -Neng Masfufah
-Siti Shofuroh -Dewi Muyassaroh
Seksi kebersihan :-Syifa Fauziah -Nabila
-Alfi Aulia -Dana Zaitun
-Novi Damayanti
Seksi Kesehatan :-Dini Firyal. H -Devi Fitria
-Ayu Aprilia -Malinda Utari
-Rahayuliah
Struktur Organisasi Himpunan Santri Putra (HISTRA)
Ketua : KH. Fahmi Al-Banani
Wakil Ketua : KH. Muhammad Sutisna
Sekertaris : Jalaluddin At-Thorik
Muhammad Kurniawan
Bendahara : 1. Miftahuddin 2. Muhiddin, S.Pd.I
68
Seksi keamanan : -Herman Hidayat -Darwan Yusuf
-Syihabuddin -Ponco Aditya
-Ahmad Suadi
Seksi Pekum : -Hibatullah -Muhsin Muzaki
-Dede Jamaluddin -Istokhori
-Babang Syarif -Akbar Fadillah
Seksi DU : -Rahmat Hidayat -Khoirul adyan
-Taupik -A. Kholid Arumie
- Syafikul Kholqi -Endang Kusuma
Seksi Kesorga :-Hafizudduin A -Gito rolis
-Qomarudin -Jalaludin
Seksi Pendidikan : -Lutfi Azizi -Rizal Symsuri
-Khoirul Adyan -Halman Abdillah
Seksi Logistik : -M. Iqbal
-Irhamza ahmad
-Rahmatullah
Seksi Kebersihan : -Imran Rosyadi -Hafidz A
-Mahmudin -A. Badawi
5. Metode Bimbingan Agama di Pondok Pesantren Nurul Hidayah Pusat
Metode yang digunakan di pondok pesantren Nurul Hidayah Pusat
yaitu metode ceramah yakni cara penyampaian informasi nya melalui lisan
dan dilakukan secara berkelompok. Para remaja atau santri dikelompokkan
sesuai tingkatannya. Metode kelompok ini pembinaannya melalui kegiatan
kelompok.
69
B. HASIL DAN ANALISIS DATA
1. Gambaran Umum Responden
Dalam penelitian ini peneliti menyebarkan angket kepada 83
responden yang merupakan santri atau remaja di Pondok pesantren Nurul
Hidayah pusat Bogor. Angket tersebut berisikan butir-butirpernyataan
mengenai efektifitas metode bimbingan agama dalam membina akhlak
remaja. Dari angket yang sudah terkumpul, peneliti mendapatkan beberapa
hal terkait dengan karakteristik responden yaitu, usia, jenis kelamindan
pendidikan. selanjutnya akan di jelaskan dalam bentuk grafik beserta
uraiannya.
a. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Tabel 2
Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
No Usia Frekuensi
1 13 5 orang
2 14 16 orang
3 15 10 orang
4 16 17 orang
5 17 15 orang
6 18 20 orang
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa 5 orang adalah remaja
berusia 13 tahun, 16 orang adalah remaja berusia 14 tahun, 10 orang
adalah remaja berusia 15 tahun, 17 orang adalah remaja berusia 16
tahun, 15 orang adalah remaja berusia 17 tahun, dan 20 orang adalah
remaja berusia 18 tahun.
b. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
70
Tabel 3
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Jumlah
1 Perempuan 41 orang
2 Laki-laki 42 orang
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa responden dalam
penelitian ini hampir sama, perempuan 41 orang dan laki-laki 42 orang.
Jenis kelamin yang laki-laki lebih banyak dari pada perempuan.
Berdasarkan jenis kelamin responden yang merupakan remaja pondok
pesantren Nurul Hidayah pusat dari 500 orang dan yang mengisi
angket yaitu 41 orang perempuan dan 42 orang laki-laki.
c. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan
Tabel 4
Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan
No Pendidikan Jumlah
1 MA 52 orang
2 MTS 31 orang
Dari karakteristik responden dapat dilihat pula tingkat pendidikan
mereka yaitu 31 orang dari madrasah tsanawiyah dan 52 orang dari
madrasah aliyah. Dari tabel di atas bahwa yang mengisi angket
penelitian lebih banyak remaja dari pendidikan madrasah aliyah.
2. Metode Bimbingan Agama Dalam Membina Akhlak Remaja Di
Pondok Pesantren Nurul Hidayah Pusat
Metode bimbingan agama yang digunakan dan diterapkan di
pondok pesantren Nurul Hidayah pusat yaitu metode ceramah. Metode
71
ceramah yakni penyampaian informasinya melalui lisan para santri di bagi
perkelas sesuai dengan tingkatannya. Metode ceramah ini pembinaannya
melalui kegiatan kelompok seperti pengajian kitab kuning. Dalam hal ini
para pembimbing menyampaikan informasi yang berisikan mengajak
mereka bersama-sama dalam kegiatan yang berhubungan dengan orang
lain, berkelompok dengan masyarakat lain. Dengan menggunakan
kelompok pembimbing atau penyuluh akan mengembangkan sikap sosial,
sikap memahami peranan anak bimbing dalam kelompok itu akan
mendapatkan pandangan baru tentang dirinya dari orang lain. Kelompok
disini tentunya untuk mempermudah dalam penyampaian materi, untuk
mengkoordinasi dan untuk efisiensi waktu. Dalam pelaksanaannya, santri
akan dikelompok sesuai berat ringannya permasalahan.
Metode tersebut diatas menghendaki agar setiap individu
terbimbing, melakukan komunikasi timbal balik dengan teman-temannya,
melakukan hubungan satu sama lain dan bergaul melalui kegiatan-kegiatan
yang bermanfaat bagi pembinaan pribadi masing-masing, sekaligus juga
individu yang terbimbing tersebut melakukan pernyataan hidup,
muhasabah, muraqobah (melakukan pendekatan diri) kepada Allah SWT
melalui ritual spiritual yang ada disana.
3. Analisis Data
1) Uji Validitas
Uji validitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pertanyaan
yang diajukan dapat mewakili objek yang diamati, sehingga
pertanyaan dalam kuesioner memenuhi syarat, sah atau tidak untuk
72
dijadikan data primer dalam penelitian. Uji validitas dapat
mengkorelasikan masing-masing pertanyaan dengan jumlah skor
masing-masing sub variabel.
Uji validitas dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi
Pearson Product Moment dan hasilnya dibandingkan dengan nilai
angka kritik tabel korelasi nilai r. berdasarkan kuesioner yang
disebarkan kepada 83 responden dengan signifikansi 5% dari sini
didapat nilai df=n-2, df=83-2=81. Didapatkan angka r tabel= 0.216.
jika r ditabel lebih kecil dari r hasil hitung, maka pernyataan itu valid
sehingga pertanyaan dalam kuesioner memenuhi syarat, sah atau tidak
untuk dijadikan data primer dalam penelitian, dan sebaliknya jika r
ditabel lebih besar dari pada r hasil hitung maka pernyataan itu tidak
valid sehingga pertanyaan dalam kuesioner tidak memenuhi syarat sah
atau tidak untuk dijadikan data primer dalam penelitian
a. Uji Validitas Variabel Sebelum Dibimbing (X)
Tabel 5
Ringkasan Hasil Analisis Validitas Untuk Variabel Sebelum Dibimbing (X)
Item
pertanyaan
Nilai Koefisien
r Hitung
Nilai Koefisien
r Tabel
Kesimpulan
Pertanyaan 1 0,311 0,216 Valid
Pertanyaan 2 0,066 0,216 Tidak Valid
Pertanyaan 3 0,427 0,216 Valid
Pertanyaan 4 0,179 0,216 Tidak Valid
Pertanyaan 5 0,066 0,216 Tidak Valid
Pertanyaan 6 0,093 0,216 Tidak Valid
Pertanyaan 7 0,427 0,216 Valid
Pertanyaan 8 0,427 0,216 Valid
Pertanyaan 9 0,066 0,216 Tidak Valid
Pertanyaan 10 0,427 0,216 Valid
73
Pertanyaan 11 0,079 0.216 Tidak Valid
Pertanyaan 12 0,259 0.216 Valid
Pertanyaan 13 0,274 0.216 Valid
Pertanyaan 14 0,489 0.216 Valid
Pertanyaan 15 0,103 0.216 Tidak Valid
Pertanyaan 16 0,145 0.216 Tidak Valid
Pertanyaan 17 0,222 0.216 Valid
Pertanyaan 18 0,659 0.216 Valid
Pertanyaan 19 0,516 0.216 Valid
Pertanyaan 20 0,623 0.216 Valid
Pertanyaan 21 0,464 0.216 Valid
Pertanyaan 22 0,187 0.216 Tidak valid
Pertanyaan 23 0,404 0.216 Valid
Pertanyaan 24 0,747 0.216 Valid
Pertanyaan 25 0,795 0.216 Valid
Pertanyaan 26 0,614 0.216 Valid
Pertanyaan 27 0,663 0.216 Valid
Pertanyaan 28 0,763 0.216 Valid
Pertanyaan 29 0,528 0.216 Valid
Pertanyaan 30 0,715 0.216 Valid
Pertanyaan 31 0,713 0.216 Valid
Pertanyaan 32 0,343 0.216 Valid
b. Uji Validitas Variabel Sesudah Dibimbing (Y)
Tabel 6
Ringkasan hasil validitas untuk variabel sesudah dibimbing (Y)
Item
pertanyaan
Nilai Koefisien
r Hitung
Nilai Koefisien
r Tabel
kesimpulan
Pertanyaan 1 0,138 0,216 Tidak Valid
Pertanyaan 2 0,246 0,216 Valid
Pertanyaan 3 0,106 0,216 Tidak Valid
Pertanyaan 4 0,164 0,216 Tidak Valid
Pertanyaan 5 0,214 0,216 Tidak Valid
Pertanyaan 6 0,175 0,216 Tidak Valid
Pertanyaan 7 0,141 0,216 Tidak Valid
Pertanyaan 8 0,170 0,216 Tidak Valid
Pertanyaan 9 0,134 0,216 Tidak Valid
74
Pertanyaan 10 0,216 0,216 Valid
Pertanyaan 11 0,107 0.216 Tidak Valid
Pertanyaan 12 0,394 0.216 Valid
Pertanyaan 13 0,490 0.216 Valid
Pertanyaan 14 0,421 0.216 Valid
Pertanyaan 15 0,590 0.216 Valid
Pertanyaan 16 0,413 0.216 Valid
Pertanyaan 17 0,460 0.216 Valid
Pertanyaan 18 0,346 0.216 Valid
Pertanyaan 19 0,474 0.216 Valid
Pertanyaan 20 0,324 0.216 Valid
Pertanyaan 21 0,371 0.216 Valid
Pertanyaan 22 0,576 0.216 Valid
Pertanyaan 23 0,095 0.216 Tidak Valid
Pertanyaan 24 0,337 0.216 Valid
Pertanyaan 25 0,142 0.216 Tidak Valid
Pertanyaan 26 0,154 0.216 Tidak Valid
Pertanyaan 27 0,159 0.216 Tidak Valid
Pertanyaan 28 0,381 0.216 Valid
Pertanyaan 29 0,069 0.216 Tidak Valid
Pertanyaan 30 0,019 0.216 Tidak Valid
Pertanyaan 31 0,101 0.216 Tidak Valid
Pertanyaan 32 0,269 0.216 Valid
2) Uji Reliabilitas Dengan Teknik Alpha Cronbach
Uji reliabilitas adalah tingkat kepercayaan hasil suatu
pengukuran. Pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi yaitu
pengukuranyang mampu memberikan hasil ukur yang terpercaya
(reliabel). Teknik yang digunakan untuk mengukur reliabilitas yaitu
menggunakan teknik Alpha Cronbach. Rumus menghitung nilai
reliabilitas instrument yang menggunakan teknik Alpha Cronbach
ditulis sebagai berikut:95
95
Syofian Siregar, Statistika Deskripsi untuk Penelitian Dilengkapi Perhitungan Manual
dan Aplikasi SPSS Versi 17( Jakarta: Rajawali Pres, 2010), h.176.
75
= (
) (
)
Keterangan:
= (reliabilitas instrumen),
k= (banyak butir pertanyaan),
= (jumlah ragam butir) dan
= (ragam total).
Kuesioner yang disebar untuk uji reliabilitas berjumlah 83
orang. Uji reliabilitas ini dihitung dengan menggunakan program
SPSS 18.0 for Windows. Kriteria suatu instrumen penelitian dikatakan
reliabel apabila koefisien reliabilitas ( ) > 0,6. Atau apabila hasil
dari cronbach alpha >0.60 maka data tersebut mempunyai kehandalan
yang tinggi.96
1) Uji reliabilitas variabel sebelum dibimbing (X)
Tabel 7
Output Uji reliabilitas variabel sebelum dibimbing (X)
Case Processing Summary
N %
Cases
Valid 83 100.0
Excludeda 0 .0
Total 83 100.0
a. Listwise deletion based on all variables
in the procedure.
96
Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariant Dengan Program SPPS, (Semarang: BP,
UNDIP, 2003),h. 41-42.
76
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.792 32
Dari hasil penghitungan Uji Reliabilitas untuk variabel X di
dapatkan hasil Cronbach Alpha sebesar 0,792 yang artinya bahwa
seluruh pertanyaan variabel X dinyatakan reliabel dikarenakan nilai
Cronbach’s Alpha lebih dari 0,6 (0,644 > 0,600).
2) Reliabilitas Variabel Sesudah Dibimbing (Y)
Tabel 8
Output Uji Reliabilitas Variabel Sesudah Dibimbing (Y)
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 80 96.4
Excludeda 1 3.6
Total 83 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in
the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.624 32
Sedangkan Uji Reliabilitas untuk variabel Y didapatkan hasil
Cronbach Alpha sebesar 0,624 yang artinya bahwa seluruh pertanyaan
variabel Y dinyatakan reliabel dikarenakan nilai Cronbach’s Alpha
lebih dari 0,6 (0,624 > 0,600).
77
3) Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah
model regresi, variabel dependendan variabel independen atau
keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Uji normalitas
dapat dilakukan dengan uji Normal Probability Plot yaitudengan
melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik
dengan dasar pengambilan keputusan sebagai berikut :
1) Jika data menyebar disekitar garis normal dan mengikuti arah garis
diagonal menunjukan bahwa pola distribusi data normal, maka
model regresi memenuhi asumsi normalitas.
2) Sebaliknya jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan tidak
mengikuti arah garis diagonalnya, maka dapat distribusi data tidak
normal dan model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
Hasil uji normalitas dengan menggunakan grafik p-plot disajikan
pada gambar 1 berikut :
Gambar 1
Grafik P-Plot
78
Dari hasil uji normalitas dengan menggunakan grafik
Probability plot dapat dilihat bahwa penyebaran data berada
disekitar garis diagonal dan mengikuti garis diagonalnya. Hal ini
menunjukan bahwa model regresi telah memenuhi asumsi
normalitas.
Untuk lebih meyakinkan, hasil uji grafik pada uji normalitas
ini juga dilakukan dengan uji statistik yaitu, uji Kolmogorov-
Smirnov (K-S). dalam uji ini Kolmogorov-smirnov ini residual
dikatakan terdistribusi secara normal jika signifikansi Kolmogorov-
smirnov berada lebih dari 0,5. Berikut adalah hasil uji
Kolmogorov-smirnov pada tabel 9. :
Tabel 9
Output Uji Kolmogorov-smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Sebelum Sesudah
N 83 83
Normal
Parametersa,b
Mean 108.6627 169.3373
Std. Deviation 11.02688 5.19915
Most Extreme
Differences
Absolute .116 .089
Positive .116 .089
Negative -.065 -.061
Kolmogorov-Smirnov Z 1.060 .810
Asymp. Sig. (2-tailed) .211 .528
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Terlihat pada tabel 9 nilai signifikansi 0,211 > 0,05 dan 0,528 >
0,05. Hal ini membuktikan bahwa seluruh variabel memiliki distribusi
normal dan memenuhi uji normalitas.
79
4) Uji Homogenitas
uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah objek yang
diteliti mempunyai varian yang sama. Hasil perhitungan ini dapat
dilihat pada tabel 10.
Tabel 10
Output Uji Homogenitas
Test of Homogeneity of Variances
Sesudah
Levene Statistic df1 df2 Sig.
1.638 18 48 .088
Dari tabel test of homogeneity of variances didapatkan nilai
signifikansi sebesar 0.088. nilai ini menunjukan bahwa nilai sig > 0.05
= 0.088 > 0.05, maka dapat disimpulkan kedua kelompok data
mempunyai varian yang sama.
C. Efektifitas Metode Bimbingan Agama Dalam Membina Akhlak Remaja
Di Pondok Pesantren Nurul Hidayah Pusat
Efektifitas metode bimbingan agama diukur berdasarkan perubahan
akhlak remaja saat ini dengan indikator metode bimbingan agama dan
membina akhlak remaja sebelum dan sesudah dibimbing. Pengukuran
perubahan dilakukan menggunakan uji statistik t-Test saling berpasangan.
Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah :
: 0.
: 0.
80
Tabel 11
Output Uji T Paired Samples Test
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 sebelum dibimbing 92.1084 83 10.83582 1.18939
sesudah dibimbing 147.1687 83 4.54468 .49884
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 sebelum dibimbing &
sesudah dibimbing
83 -.197 .074
dari perhitungan tabel diatas, didapatkan nilai sebesar -
3.971. nilai ini menunjukan bahwa nilai > = 3.971 > 1.663, maka
diterima. dapat disimpulkan bahwa metode bimbingan agama efektif
dalam membina akhlak remaja di pondok pesantren Nurul Hidayah pusat.
Karena dari hasil kuesioner menunjukan bahwa, 100% remaja
setelah dibimbing mengetahui tujuan dari proses bimbingan Agama di ponpes
nurul hidayah pusat dan 83 remaja yang diberikan angket juga 90%
Paired Samples Test
Paired Differences
T df
Sig. (2-
tailed) Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair 1 sebelum
dibimbing
- sesudah
dibimbing
-55.06024 12.54975 1.37751 -57.80056 -52.31993 3.971 82 .000
81
menjawab bahwa bimbingan agama benar dilakukan secara bertatap muka
dan secara berkelompok, pembimbingnya menyampaikan materi secara lisan
dan jelas, dan 90% remaja menjawab sangat setuju bahwa dengan metode
bimbingan agama yang digunakan disana, bimbingan agama menjadi tidak
jenuh dan efektif, sehingga remaja di Pondok Pesantren Nurul Hidayah Pusat
merasakan kegunaan dan menyukai bimbingan agama di pondok pesantren
nurul hidayah pusat serta dapat memahami dirinya sendiri dan
lingkungannya. oleh karena itulah bimbinga agama di Pondok Pesantren
Nurul Hidayah Pusat menjadi efektif.
82
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Untuk mengakhiri penulisan skripsi ini maka penulis mengambil
beberapa kesimpulansebagai berikut :
1. Metode bimbingan agama yang digunakan di pondok pesantren Nurul
Hidayah pusat yaitu metode ceramah yakni penyampaian informasinya
melalui lisan dengan cara berkelompok.
2. Dari hasil pengujian yang dilakukan dengan menggunakan Uji Statistik t-
Test didapatkan hasil bahwa metode bimbingan agama dalam membina
akhlak remaja efektif, hal ini dapat dilihat dari nilai > =-
3.971 > 1.663. Artinya metode bimbingan agama efektif dalam membina
akhlak remaja di pondok pesantren Nurul Hidayah Pusat. efektif diambil
dari kata “efek” yang artinya akibat atau pengaruh. Sedangkan “efektif”
berarti adanya pengaruh atau akibat dari sesuatu.”97
B. Saran
Berkenaan dengan segala hal yang berhubungan dengan penelitian ini,
penulis ingin menyampaikan beberapa catatan dan saran-saran yang dianggap
pelu, sebagai berikut:
1. Bagi pondok pesantren Nurul Hidayah pusat hasil penelitian dapat
digunakan sebagai bahan masukan dan penambahan wawasan dalam
97
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa (P3B),
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka Depdikbud, 1995), Cet. Ke-7, Edisi 3, h. 250.
83
mengambil kebijakan tentang betapa pentingnya peran pembimbing
dan dalam membina akhlak remaja. Beserta dapat menjadi bahan
pertimbangan untuk menambah materi atau program bimbingan agama
bagi para remaja karena terbukti dapat mempengaruhi akhlaknya.
2. Mengadakan evaluasi setiap pelaksaan metode bimbingan agama
sehingga dapat mengukur keberhasilan metode bimbingan agama
tersebut. Serta melakukan inovasi-inovasi dalam pelaksanaan program
bimbingan agama agar terkesan tidak monoton.
3. Bagi para pembaca skripsi ini, hendaknya melakukan pembacaan
secara kritis sehingga penulis berharap pembaca dapat memberikan
masukan, saran dan kritik yang sangat berharga bagi penulis.
84
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Ali, Prof. H. Mohammad Daud. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 1998.
Al-Ghazaly, Imam. Ihya’ Ulum Al-Din. Beirut: Dar Al-Fikr,T.T.
Al, F.J Monks Et. Psikologi Perkembangan: Pengantar Dalam Berbagai
Bagiannya. Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1994.
Aminudin. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002.
Ardani, Moh. Akhlak Tasawuf Nilai-Nilai Akhlak Atau Budipekerti Dalam Ibadah
dan Tasawuf. Jakarta: CV Karya Mulia, 2005.
------------.Nilai-Nilai Akhlak/Budi Pekerti Dalam Ibadat. Jakarta: CV Karya
Mulia, 2001.
Arifin, H. M, M. Ed. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 1994.
------------. Pedoman Pelaksanaan Bimbingan Dan Penyuluhan Agama. Jakarta:
Golden Terayon Press, 1982.
------------. Pedoman Pelaksanaan Bimbingan Dan Penyuluhan Agama. Jakarta:
PT Golden Terayon Press, 1998.
------------. Pokok-Pokok Pikiran Tentang Bimbingan Dan Penyuluhan Agama Di
Sekolah Dan Luar Sekolah. Jakarta: Bulan Bintang, 1997.
Arikunto, Suharsimi. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara,
1996.
------------. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta,
2002.
Asmaran. Pengantar Studi Akhlak. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1994.
Badan Wakaf Uii.Al-Qur’an Dan Tafsir. Yogyakarta: PT Dana Bakti Wakaf,
1990.
Baqi, Muhammad Fu‟ad Abdul. Kumpulan Hadist Shahih Bukhari Muslim.
Jakarta: Insan Kamil, 2002.
85
Buckley, Eric. The Oxford English Dictionar. Oxford: The Clarendom Press,
1978.
Budiman, Arif. Agama Demokrasi Dan Keadilan. Jakarta: PT Gramedia, 1993.
Bambang Prasetyo dan Jannah, Lina Miftahul. Metode Penelitian Kuantitatif:
Teori dan Aplikasinya. Jakarta: PT Raja Grafindo Perseda, 2006.
Bungin, Burhan. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana, 2005.
Burhanuddin, Yusuf. Kesehatan Mental. Bandung: Pustaka Setia, 1999.
Daradjat, Zakiah. Ilmu Agama. Jakarta: Bulan Bintang, 1970.
-------------. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan Bintang, 1996.
------------. Pendidikan Agama Dan Pembinaan Mental. Jakarta: Bulan Bintang.
1982.
------------. Pendidikan Islam, Keluarga dan Sekolah. Jakarta:CVRuhama, 1995.
------------. Pembinaan Remaja. Jakarta: Bulan Bintang, 1982.
------------. Remaja Harapan Dan Tantangan. Jakarta: Ruhama, 1994.
------------. Remaja Harapan dan Tantangan. Jakarta: Ruhama, 1995.
Depag Ri. Terjemahan Al Quran. Semarang: Toha Putra, 1989.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka, 1994.
Drucker, Peter F. Bagaimana Menjadi Eksekutif Yang Efektif. Jakarta: Pedoman
Ilmu Jaya, 1986.
Djatmika, Rahmat. Sistem Etika Islam. Jakarta: Pustaka Panjimas, 1992.
Echols, John. M. Kamus Inggris-Indonesi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
1990.
Faqih, Ainur Rahim. Bimbingan Dan Konseling Dalam Islam. Yogyakarta: UII
Press, 2001.
Ghozali, Imam. Aplikasi Analisis Multivariant Dengan Program SPPS.
Semarang: BP, UNDIP, 2003.
Gunarsa, Singgih D. Psikologi Remaja. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulya, 1983.
86
------------. Psychologi Remaja. Jakarta: PT BPK. Gunung Mulia, 1990.
Hasan, M. Iqbal. Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Bogor: Ghalia
Indonesia, 2002.
Hasanudin, Drs. H. Hukum Dakwah. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996.
Hatta, Muhammad. Citra Dakwah Di Abad Informasi. Medan: Pustaka Wijaya
Sarana, 1995.
Lutfi, Drs. M, MA.Dasar-Dasar Bimbingan Dan Penyuluhan (Konseling) Islam.
Jakarta:Lembaga Penelitian Uin Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008.
Malo, Manase. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Universitas Terbuka, 1997.
Martono, Nanang. Metode Penelitian Kuantitatif Analisis Isi dan Data Skunder.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011.
Masri Singarimbun dan Efendi, Sofian. Metode Penelitian Survei.Jakarta :
LP3ES, 1995.
Mastuhu. Metodologi Penelitian Agama. Jakarta: PT Raja Grafindo Prasada,
2006.
Mahyuddin. Kuliah Akhlak Tasawuf. Jakarta: KalamMulia, 1999.
Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2002.
Musnawar, Thohari. Dasar Konseptual Bimbingan Dan Konseling Islam.
Yogyakarta: UII Press, 1992.
Nasir, Sahilun A. Peranan Pendidikan Agama Terhadap Pemecahan Problem
Remaja. Jakarta: Kalam Mulia, 1999.
Nata, Abudin. Metodologi Studi Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011.
Pridodgdo, A. B., Hasan Shadily. Ensiklopedi Umum. Yogyakarta: Kanisius,
1990.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka, 2002.
Quail, Dennis Mc. Teori Komunikasi Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga
Pratama, 1992.
Salim, Abdullah. Akhlaq Islam Membina Rumah Tangga Dan Masyarakat.
Jakarta: Seri Remaja, 1986.
87
Sabri, M. Alisut. Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan Anak dan
Remaja. Jakart: Pedoman Ilmu Jaya, 1997.
Shihab, M. Quraish. Membumikan al-Qur’an. Jakarta: Miza, 1999.
Siregar, Syofian. Statistika Deskripsi untuk Penelitian Dilengkapi Perhitungan
Manual dan Aplikasi SPSS Versi 17. Jakarta: Rajawali Pres, 2010.
Soekanto, Soerjono. Kamus Sosiologi. Jakarta: CV. Rajawali, 1990.
Soehartono, Irawan. Metodologi Penelitian Komunikasi. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2004.
Suharto. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Surabaya: PT. Indah, 1995.
Suwarto, F.X. Ensiklopedia Nasional Indonesia (Ces-Ham). Jakarta: Ictiar Baru
Van Hoeve, 1980.
------------. Ensiklopedia Nasional Indonesia. Jakarta: PT Cipta Adi Pustaka,
1989.
Subarsono. Etika Islam Tentang Kenakalan Remaja. Jakarta: Bina Aksara, 1989.
Surya, Jumhur M. Bimbingan Penyuluhan Di Sekolah. (Cevidenci Dan
Conseling). Bandung : CV. Ilmu, 1975.
Tartono, H. M Umar. Bimbingan Dan Penyuluhan. Bandung: PT Pustaka Setia,
1998.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa (P3B),
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka Depdikbud, 1995.
Vrendenbregt. Metode dan Teknik Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT. Gramedia,
1980.
Wahyudin. AkhlakTasawuf. Jakarta: KalamMulia,1999.
Walgito, Bimo. Bimbingan Dan Penyuluhan Di Sekolah. Yogyakarta: Andi Ofset,
1995.
Ya‟kub, Hamzah. Etika Islam Pembinaan Ahklaqul Karimah. Bandung: CV
Diponegoro, 1988.
Yusuf, Dr. Syamsu dan Dr. A. Juntika Nurihsan.Landasan Bimbingan Dan
Konseling. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia, PT Remaja
Rosdakarya, 2006.
88
Zahrotun, Drs. Psikologi Perkembangan Tinjauan Psikologi Barat Dan Islam.
Jakarta: Uin Jakarta Press, 2006.
Zulkifli L. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003.
B. Jurnal Ilmiah
Abdurrahman, Dudung. jurnal penelitian agama, (No.19 Th.IV januari-april,
1999), h.8.
C. Hasil Wawancara
Hasil wawancara dengan KH. Khodamul Quddus, sesepuh, dewan kyai serta anak
ke 2 dari Alm. KH. Uqon Bulqoini, 08 April 2015.
89
DAFTAR KUESIONER
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Dengan ini saya “Fajriah Septiani” mahasiswi Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komuniasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
bermaksud untuk melaksanakan penelitian dalam rangka tugas akhir karya ilmiah (skripsi) yang berjudul “Efektifitas Metode
Bimbingan Agama Dalam Membina Akhlak Remaja di Pondok Pesantren Nurul Hidayah Pusat”, maka saya mengharapkan
kesediaan Bapak/Ibu/Sdr/i kiranya berkenan untuk mengisi kuesioner ini dengan sebenar-benarnya sebagai data yang akan digunakan
dalam penelitian. Atas perhatian dan perkenaan Bapak/Ibu/Sdr/I saya ucapkan terima kasih.
Wassalamualaikum Wr. Wb
A. Identitas Responden
1. Nama : …………………………..
2. Usia : ………. tahun
3. Jenis Kelamin : 1. Laki-laki 2. Perempuan
4. Pendidikan : 1. Sekolah Dasar 2. SMP/MTS
3. SMA/MA
B. Petunjuk Pengisian
1. Bacalah setiap pernyataan dengan baik dan teliti.
2. Isilah dengan jujur dan benar.
3. Pilihlah salah satu jawaban yang tersedia dengan memeberi ceklis ( √ ) dari setiap pernyataan yang dianggap paling tepat.
Instrument ini menggunakan skala likert terdiri dari 5 pertanyaan dimana untuk jawaban sangat setuju (SS) diberi nilai 5,
setuju (S) diberi nilai 4, cukup setuju (CS) diberi nilai 3, tidak setuju (TS) diberi nilai 2, sangat tidak setuju (STS) diberi nilai
1.
C. Daftar Pernyataan Bimbingan Agama
Sebelum Dibimbing Setelah Dibimbing
No PERNYATAAN SS S CS TS STS SS S CS TS STS
1 Saya mengetahui tujuan dari proses bimbingan
Agama di ponpes nurul hidayah pusat
2 Bimbingan dilakukan secara langsung bertatap
muka dengan pembimbing
3 Bimbingan agama dilakukan secara kelompok
4 Dengan berkelompok saya dapat berinteraksi
dengan yang lain
5 Saya merasakan kegunaan dari proses bimbingan
Agama di ponpes nurul hidayah pusat
6 Saya menyukai proses bimbingan Agama di
ponpes nurul hidayah pusat
7 Pembimbing menyampaikan materi secara lisan
8 Pembimbing menyampaikan materi dengan jelas
9 dengan metode ceramah bimbingan agama di
ponpes nurul hidayah pusat menjadi tidak jenuh
10 Menurut saya metode bimbingan agama di
ponpes nurul hidayah pusat efektif
D. Daftar Pernyataan membina akhlak
Sebelum Dibimbing Setelah Dibimbing
No Pernyataan SS S CS TS STS S SS CS TS STS
Akhlak Baik Terhadap Allah
1 Ketika melakukan kesalahan saya bertaubat
kepada Allah
2 saya bersabar dalam menghadapi segala hal
3 Saya mensyukuri nikmat yang Allah berikan
4 Saya bertawakal kepada Allah
5 Ketika dalam keadaan senang maupun sedih saya
selalu ikhlas menjalaninya
6 Saya selalu bersikap jujur
7 Saya mempunyai rasa optimis dalam hal yang
positif
8 Saya takut kepada Allah
Akhlak Baik Terhadap Manusia
9 saya mempunyai rasa simpati kepada sesama
10 Saya empati ketika sesama mendapat musibah
11 Saya menolong teman yang sedang kesusahan
12 Saya selalu memaafkan orang lain
13 Saya bersikap sopan santun terhadap sesama
manusia
Akhlak Buruk Terhadap Allah dan Sesama
Manusia
14 Saya takabur terhadap allah
15 Saya menduakan Allah dan keluar masuk agama
Islam
No Pernyataan Sebelum dibimbing Sesudah dibimbing
SS S CS TS STS SS S CS TS STS
16 Saya tidak mensyukuri atas nikmat yang Allah
berikan
17 Saya memamerkan segala hal
18 Saya menghambur-hamburkan uang untuk
sesuatu ysng tidak penting dan tidak saya
butuhkan
19 Saya mudah marah terhadap orang lain
20 Saya selalu iri hati terhadap orang lain
21 Saya suka mengadu-ngadu terhadap sesama
22 Saya bersikap kikir terhadap sesama
Daftar Tabel Skor Hasil Kuesioner Sesudah Dibimbing
No. B1 B2 B3 B4 B5 B6 B7 B8 B9 B10 B11 B12 B13 B14 B15 B16 B17 B18 B19 B20 B21 B22 B23 B24 B25 B26 B27 B28 B29 B30 B31 B3
2
jml
R1 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 143
R2 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 5 4 4 4 4 150
R3 5 5 5 5 5 5 4 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 156
R4 4 5 4 5 4 5 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 153
R5 4 5 5 5 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 157
R6 4 5 5 5 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 153
R7 4 5 5 5 4 4 4 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 148
R8 5 5 5 5 4 4 5 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 155
R9 5 5 5 5 3 4 5 4 5 5 5 5 5 5 3 5 4 5 4 5 4 5 4 5 4 5 4 4 4 5 5 5 146
R10 5 5 4 5 4 5 5 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 156
R11 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 3 5 5 4 4 4 4 5 4 5 4 5 4 4 5 4 5 147
R12 5 5 4 5 4 5 4 4 4 5 5 4 4 4 4 3 4 5 3 5 5 4 4 5 5 5 5 4 3 3 5 5 139
R13 5 5 4 5 5 4 5 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 3 4 5 5 148
R14 5 5 4 4 5 5 5 4 5 3 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 155
R15 5 5 4 4 4 5 5 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 151
R16 5 5 5 5 4 5 4 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 3 3 4 4 5 148
R17 4 5 5 5 4 5 4 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 3 3 4 4 5 148
R18 5 4 4 5 4 5 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 138
R19 5 5 4 5 4 5 5 5 4 4 5 5 4 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 5 5 5 5 5 4 5 5 4 149
R20 5 5 4 5 5 4 5 5 5 5 4 5 4 4 4 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 151
R21 5 5 4 4 5 4 4 5 4 5 4 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 4 5 4 5 144
R22 5 5 4 4 5 4 4 5 5 5 4 4 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 4 5 151
R23 5 5 5 4 5 4 4 5 4 4 4 4 5 4 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 4 5 149
R24 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 147
R25 5 5 4 4 4 5 5 5 5 5 5 3 5 4 5 5 5 5 3 4 3 4 4 5 5 5 5 5 4 5 5 5 146
R26 5 5 4 4 5 4 4 4 4 5 5 5 5 5 4 4 4 5 4 5 5 4 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 148
R27 5 5 3 4 5 4 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 4 5 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 150
R28 4 5 4 5 5 4 5 4 4 5 4 5 5 5 5 5 4 5 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 149
R29 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 4 4 5 4 5 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 149
R30 4 5 4 5 4 4 4 5 4 5 4 5 4 5 4 4 5 5 4 4 4 4 5 5 5 5 4 5 5 4 5 5 144
R31 4 5 5 4 5 4 4 4 4 5 5 5 4 5 4 5 5 5 5 3 4 3 4 5 5 5 4 4 5 4 4 5 142
R32 4 4 5 5 5 4 5 3 3 4 5 4 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 5 5 5 5 4 4 5 5 4 4 145
R33 4 4 4 5 5 4 5 4 4 4 5 5 4 5 4 5 5 4 4 5 5 3 5 5 5 5 4 4 5 5 4 5 144
R34 5 5 4 5 4 4 5 4 5 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 3 5 3 5 4 5 5 4 4 5 5 5 5 146
R35 5 5 4 5 4 5 5 4 5 4 4 5 5 5 4 5 4 5 5 3 4 3 5 4 5 5 5 4 5 5 5 5 146
R36 4 5 4 5 4 5 5 4 5 4 5 5 4 5 4 5 5 4 5 3 5 3 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 147
R37 4 5 4 5 5 5 4 4 5 4 5 4 4 5 4 5 4 5 4 3 4 4 5 5 4 5 5 4 5 5 5 5 144
R38 4 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 5 5 4 5 4 5 5 153
R39 4 4 5 4 4 5 4 5 4 4 5 4 5 4 4 4 4 4 5 5 5 4 5 5 4 5 5 4 5 4 5 4 142
R40 4 4 5 4 4 5 5 5 5 4 5 4 5 4 4 4 5 4 5 5 5 4 5 5 4 5 5 4 3 4 5 5 144
R41 5 4 5 4 4 5 4 4 4 4 5 4 5 4 4 5 4 5 4 4 4 4 5 4 4 5 5 4 4 4 5 5 140
R42 5 5 4 4 5 4 5 4 5 5 5 4 5 4 5 4 4 5 4 4 4 4 5 4 4 5 5 4 4 4 4 5 142
R43 5 5 2 3 5 4 5 5 5 5 5 3 4 5 4 5 5 5 4 4 4 4 5 4 5 5 5 5 4 4 4 5 142
R44 5 5 2 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 5 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 147
R45 4 4 4 3 2 5 5 4 5 4 5 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 140
R46 5 4 4 4 4 4 4 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 148
R47 5 4 5 4 4 4 4 5 5 5 5 5 4 4 5 5 4 5 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 149
R48 5 4 4 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 3 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 152
R49 5 5 4 4 5 5 4 5 5 5 5 4 5 5 5 4 5 4 4 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 150
R50 5 5 5 4 4 5 5 4 3 5 5 5 4 5 4 5 4 4 4 3 5 4 5 5 5 5 5 5 5 4 5 4 145
R51 4 5 4 4 5 3 4 4 5 3 4 4 5 4 4 4 4 5 3 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 141
R52 5 4 4 4 4 5 4 4 5 4 4 5 5 5 4 4 5 4 5 5 5 4 5 5 5 4 5 5 5 5 4 4 145
R53 4 5 5 5 5 5 5 3 5 3 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 4 5 5 5 4 5 4 5 5 4 2 142
R54 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 4 4 5 156
R55 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 4 4 5 156
R56 4 5 5 5 4 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 4 4 4 5 152
R57 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 4 5 5 5 5 5 4 4 5 5 154
R58 4 4 5 5 4 5 5 4 5 5 4 5 5 5 4 5 5 5 3 5 5 3 4 5 5 5 5 5 5 4 5 4 147
R59 5 5 5 5 5 5 5 4 3 4 4 5 4 5 5 5 5 5 3 5 5 4 4 5 5 5 5 4 5 5 5 3 147
R60 5 4 4 5 4 5 5 4 5 5 5 4 5 5 5 4 4 4 3 5 4 4 4 5 5 5 5 4 5 5 5 5 146
R61 5 5 5 5 5 4 4 5 5 4 5 4 4 3 4 5 4 4 3 5 3 4 4 4 5 4 5 4 5 5 5 4 140
R62 5 4 5 5 4 5 5 4 4 4 4 4 4 5 5 5 3 5 3 4 3 4 5 4 5 4 5 5 5 5 5 4 141
R63 5 5 4 5 4 5 5 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 3 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 150
R64 3 5 4 5 4 5 4 5 5 3 5 4 5 5 5 4 5 4 4 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 146
R65 4 4 4 5 4 5 4 4 4 3 5 5 4 5 4 5 4 4 4 3 5 4 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 142
R66 4 5 4 5 5 4 4 5 4 4 4 4 5 4 4 4 4 5 3 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 144
R67 4 5 4 5 4 4 5 4 4 4 4 5 5 5 4 4 4 5 5 5 4 5 5 5 4 5 5 5 5 4 5 141
R68 4 5 4 4 5 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 4 5 5 5 4 5 4 5 5 4 5 144
R69 4 5 4 4 5 5 4 4 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 4 4 5 150
R70 5 5 5 4 5 5 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 4 4 5 153
R71 5 4 4 4 5 5 5 5 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 4 4 4 5 151
R72 5 4 4 4 5 5 4 5 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 4 5 5 5 5 5 4 4 5 5 150
R73 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 5 5 5 4 5 5 5 3 5 5 3 4 5 5 5 5 5 5 4 5 5 144
R74 5 4 5 4 5 4 4 5 4 5 4 5 4 5 5 5 5 5 3 5 5 4 4 5 5 5 5 4 5 5 5 5 148
R75 5 4 5 5 4 5 5 4 4 5 5 4 5 5 5 4 4 4 3 5 4 4 4 5 5 5 5 4 5 5 5 4 145
R76 5 5 5 4 4 5 4 5 4 5 5 4 4 3 4 5 4 4 3 5 3 4 4 4 5 4 5 4 5 5 5 5 140
R77 5 5 5 4 5 4 5 4 4 4 4 4 4 5 5 5 3 5 3 4 3 4 5 4 5 4 5 5 5 5 5 5 142
R78 4 5 5 5 4 4 4 4 5 4 5 4 4 5 4 4 4 5 5 4 3 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 144
R79 4 5 5 5 5 4 5 4 5 4 4 4 5 4 4 4 4 3 5 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 145
R80 4 5 5 5 5 4 5 4 5 4 4 3 5 4 4 5 5 4 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 149
R81 4 5 4 4 5 4 5 4 5 4 5 4 5 5 5 4 5 4 4 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 148
R82 4 5 5 4 4 4 5 4 5 5 5 3 5 4 5 5 5 4 4 5 5 4 4 5 5 5 4 5 5 5 5 5 147
R83 5 5 4 4 5 4 5 4 5 5 5 3 5 5 5 4 5 4 4 5 5 5 4 5 5 5 4 5 5 5 5 5 149