Post on 29-Apr-2019
DAMPAK ABRASI TERHADAP PENINGKATAN
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENANAMAN
MANGROVE DI DESA KETAPANG, KECAMATAN
MAUK, KABUPATEN TANGERANG-BANTEN
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana
Pendidikan (S.Pd)
Oleh
Hiazatul Fauziah
NIM 1113015000060
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
DAMIPAK ABRASI TERIIADAP PENINGKATAN PARTISIPASI
MASYARAKAT DALAPIPENAN 6ROE DI DESA
KETAPANG,KECAMATAN mUK KABUPATEN TANGERANG
BANTEN
Skripsi
Dttukan kepada Fakultas 1lmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk melnenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sttana
Pendidikan (S. Pd)
Disusun Oleh:
Hiazatul Fauziah
NIM.1113015000060
Dibawah Bimbingan
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Sodikin,Mo SiNIDN 2022028704
Zaharah.I.EdNIP 197201152014112002
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETA UAN SOSIALFAKULTASILMU TARBIYA DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLA I NEGERISYARIF IDAYATUIII:.4=II
JAKARTA2018
LEMBAR PBNGESAHAN
Skripsi berjudul '6Dampak Abrasi rerhadap peningkatan partisipasiMasyarakat Dalam Penanaman Mangrove Di Desa Ketapang, KecamatanMauk, Kabupaten Tangerang-Banten,,, disusun oleh Hiazatul Fauziah NomorInduk Mahasiswa (NIM) 1113015000060, diajukan kepada Fakultas IlmuTarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah dinyatakan lulusdalam Ujian Munaqasah pada tanggal 19 Januari 20lg di hadapan dewan penguji.Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar sarjana sl (s,pd) dalam bidangpendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IpS).
Jakarta,22 Januari 2018
Panitia Ujian Munaqasah
Tanggal TandaTanganKetua Sidang (Ketua Jurusan pendidikan IpS)
Dr.Iwan Purwanto. M.PdNrP. 19730424 200801 1 0t2
Sekretaris Sidang (Sekretaris Jurusan p.IpS)
Drs. Syaripulloh, M.SiNrP. 19670909 20070t I 033
Penguji IDrs. Syaripulloh. M.SiNIP. i9670909200701 1 033
Penguji IIDr. Jakiatin Nisa, M.PdNIP. 19831205 2011C12 012
LEPIBAR PERNYATAAN REFERENSI
Seluruh referensi yang digunakan dalam peneltian yang berjudul "Dampak
Abrasi Terhadap Peningftatan Partisipasi Masyarakat Dalam Penanaman
Mangrove Di Desa Ketapang, Kecamatan Mauk, Kabupaten Tangerang-Banten"
yang disusun oleh:
Narna
NIM:
Jllmsan
Fakultas
Sodikin,MoSi
NIDN 2022028704
:Hiazatul Fauziah
:1113015000060,
:Pcndidikan 1lmu Pengetahuan Sosial(IPS)
:Fakultas 1lmu Tarbiyah dan Keguruan
Telah diuji kebenaramya oleh Dosen Pembimbing pada tanggal 27 Desember
20t7
akarta, 27]Descmber 2017
Yang Menguji
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Zaharah. IoEdNIP 197201152014112002
KEDIEENTERIAN AGAPIAUIN JAKARTAFITK N
"c,21
FORM(FDNO Dokumcn i FlTK FRAKD089
Tg1. Terbit : I Maret 20lllJo Rc risi: : 01
Hal 1/
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama : Hiazatul Fauziah
Tempat/Tgl.Lahir . Tangerang, i3 November 1995
NIM : 1 113015000060Jurusan I Prodi : FlTKPendidikan IPSJudul Skripsi : Dampak Abrasi Terhadap Peningkatan Partisipasi Masyarakat
Dalam Penanaman l,Tcrngrovc Di Desa Ketapang. Kecanratan
Mauk, Kabupaten Tangerang-Banten.
Dosen Pembimhing : I. Sodikin, M Sl2 Zaharah. M. Ed
dengan ini menvatakan bahrva skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri
dan saya bertanggung.lawab secara akadernis atas apa yang saya tulis
Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Munaqasah.
Jakarta,27 Dcscmbcr 2017
1113015000060] ] ] ] /1
i
ABSTRAK
Hiazatul Fauziah (NIM: 1113015000060). Dampak Abrasi Terhadap
Peningkatan Partisipasi Masyarakat Dalam Penanaman Mangrove Di Desa
Ketapang, Kecamatan Mauk, Kabupaten Tangerang-Banten
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan menganalisis peningkatan partisipasi
masyarakat dalam penanaman mangrove oleh dampak abrasi dan faktor-faktor
yang mempengaruhinya, dengan lokasi di Desa Ketapang, Kecamatan Mauk,
Kabupaten Tangerang-Banten
Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat Desa Ketapang yang berada dan
tinggal disekitar pesisir. Metode penelitian ini merupakan jenis penelitian
gabungan/campuran (mixed methods) dengan menggunakan Model Concurrent
Embedded Design adalah metode yang menerapkan metode kuantitatif dan
kualitatif secara bersamaan dalam satu tahap dan bobot kedua metode berbeda.
Metode primer dan metode sekunder. Metode penelitian kuatitatif untuk
mengetahui partisipasi masyarakat dalam melakukan penanaman mangrove
dengan skala pengukuran likert dan kualitatif untuk meneliti tingkat dampak
abrasi di Desa Ketapang menggunakan aplikasi geografi yaitu ER Mapper 7.0
dilaksanakan secara bersamaan namun terpisah dalam pengolahannya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian dari bibir pantai Desa Ketapang
mengalami abrasi. Tingkat abrasi dilihat dari citra tahun 2010 dan 2015 dengan
selisih perubahannya yaitu -0.51 (km). Pada kurun waktu 5 tahun terakhir telah
terjadi abrasi berada pada titik nomor 1 yaitu 10.58 Ha, kemudian diikuti oleh titik
nomor 2 terjadi akresi yaitu sebesar 3.98 Ha, kemudian yang ketiga diikuti dengan
abrasi yaitu sebesar 9.54 Ha. Total luas yang terjadinya abrasi adalah 20.12 Ha
yang lebih besar dari perubahan akresi yaitu 3.98 Ha. Hasil dalam perhitungan
data menurut responden yang didapatkan bahwa tingkat partisipasi masyarakat
dalam penanaman mangrove menunjukan hasil tingkatan partisipasi terbanyak
yaitu tingkat partisipasi sedang dengan 48 responden. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa tingkat partisipasi masyarakat dalam penanaman mangrove di Desa
Ketapang sedang atau dengan range 33-66. Partisipasi sudah mulai ada
peningkatan dengan ikut berpartisipasi untuk mengurangi dampak yang terjadi
direkomendasikan kawasan-kawasan yang telah mengalami tingkat abrasi perlu
adanya tindak lanjut.
Kata Kunci: Dampak Abrasi, Mangrove, Partisipasi Masyarakat
ii
ABSTRACT
Hiazatul Fauziah (NIM: 1113015000060). The Impact of Abrasion on
Increasing Community Participation in Mangrove Planting in Ketapang
Village, Mauk Subdistrict, Tangerang Regency, Banten.
The purpose of the research is to investigate and to analyze the increase of
community participation in mangrove planting caused by the abrasion and its
influencing factors, in Ketapang Village, Mauk Subdistrict, Tangerang Regency,
Banten.
The population in this research is Ketapangs people who live around the coastal
area. The research method is mixed methods using Concurrent Embedded Design
type. This is one type of mixed method which is in implementation is quantitative
method to know the level of peoples participation in mangrove planting with
likert and qualitative scale measurement to investigate the impact of abrasion in
Ketapang Village using geographic application, is ER Mapper 7.0 was carried out
simultaneously but separate from each other.
The results showed that most of Ketapang Village had an abrasion. The abrasion
rate is seen from 2010 and 2015 with the difference is -0.51 (km). In last 5 years
there has been abrasion at the point number 1 is 10.58 Ha, the second followed by
point number 2 that have been accretion is 3.98 Ha, then the third followed by
abrasion is 9.54 Ha. The total area of the abrasion is 20.12 which is greater than
the accretion is 3.98 Ha. The results in the calculation of data according to the
respondents that the level of community participation in mangrove planting shows
is the highest level of participating, in medium level with 48 respondents. So, it
can be conclude that the level of community participation in Ketapang Village is
in medium level with the range is 33-36. It has been an increase in the
participation to reduce the impact recommended areas that have abrasion need
follow-up.
Keyword: The impact of abrasion, Mangrove, Community Participation
iii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Alhamdulillahirabbilalamin, Puji syukur penulis panjatkan kehadirat
Allah SWT yang telah mengatur dan menetapkan ketentuan hidup yang harus
dilalu oleh kita sebagai makhluk ciptaan-Nya. Hanya Dia-lah dengan segala
kekuasaan-Nya senantiasa memberikan Nikmat kepada semua Insan, sehinga
penulis dapat menyelesaikan dengan baik skripsi yang berjudul Dampak Abrasi
Terhadap Peningkatan Partisipasi Masyarakat Dalam Penanaman Mangrove
Di Desa Ketapang, Kecamatan Mauk, Kabupaten Tangerang-Banten.
Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad
SAW, kepada para keluarga dan Sahabat Rasul yang selalu berada dijalan
dakwah, juga kepada kita umatnya yang tetap komitmen dalam menegakkan
hembusan nafas Islam sampai akhir hayat.
Penulis sepenuh hati menyadari bahwa skripsi ini selesai bukan
merupakan hasil dari diri pribadi sepenuhnya, namun berkat ridho Allah SWT dan
bantuan dari semua pihak yang turut berkontribusi dalam memberikan bantuan
berupa Doa, semangat, pengorbanan, moral ataupun materil, serta keikhlasan
dalam membimbing penulis. Oleh karena itu, dalam kesempatan baik ini penulis
menyampaikan apresiasi dan rasa terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
banyak membantu penulis. Dengan segala ketulusan hati, penulis ingin
mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Iwan Purwanto, M.Pd sebagai ketua Jurusan Pendidikan IPS yang
mengajarkan makna kesabaran serta seluruh dosen yang telah menjadi
fasilitator dalam memperoleh ilmu selama belajar di Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Sodikin, M.Si dan Zaharah, M.Ed, selaku Dosen Pembimbing yang dengan
tulus ikhlas telah meluangkan waktunya guna memberikan bimbingan,
iv
petunjuk dan dorongan yang sangat berharga kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
4. Kedua orang tua tercinta Ayahanda Husni dan Ibunda Suasmi yang telah
mencurahkan cintanya serta selalu memberikan semangat, nasihat dan doa
tiada henti sehingga sampai detik ini serta selalu memberikan motivasi hidup
dalam menggapai cita-cita penulis serta kakak-kakakku tersayang Lailatul
Munawaroh, Bustomi, Masruroh dan Bahaudin untuk perhatian serta doa
kalian.
5. Makhsus yang telah memberikan motivasi, samangat, doa dan dukungannya
serta selalu bersedia meluangkan waktu dan pikirannya untuk membantu
penulis.
6. Kepala Desa Ketapang Ahmad Nasuhi, MHS beserta segenap staf desa yang
telah sudi sekiranya menerima dengan baik melakukan penelitian, sehingga
penulis dengan baik melakukan penelitian dan memperoleh data-data yang
dapat mendukung dalam penulisan skripsi ini.
7. Sahabat-sahabatku saat kuliah (Uus, Aya dan Anis), sahabat Aliyah (Ros,
Endang, Mpat, Dela dan Resti) serta sahabat 5 Se-surga (Najat, Tedi, Afri dan
Masriyah) yang telah mengajarkan penulis arti persahabatan yang tidak
ternilai. Teman-teman kelas C konsentrasi Geografi dan jurusan pendidikan
IPS angkatan 2013, serta keluarga angkat (Bapak Yunus, Ka rijal, Devi dan
Nunu). Berbagai pihak yang yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang
telah membantu penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penulis berharap semoga amal baik dari semua pihak yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini mendapat balasan pahala dari
Allah SWT. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya
bagi penulis dan para pembaca pada umumnya, semoga Allah SWT selalu
meridhoi, Amin.
Jakarta,
Penulis
Hiazatul Fauziah
v
DAFTAR ISI
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH
LEMBAR PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI SIDANG
ABSTRAK ...................................................................................................... i
ABSTRACT ..................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................... v
DAFTAR TABEL .......................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xi
DAFTAR GRAFIK ........................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................. 6
C. Pembatasan Masalah ............................................................................ 6
D. Perumusan Masalah ............................................................................. 6
E. Tujuan Penelitian ................................................................................. 7
F. Kegunaan Hasil Penelitian ................................................................... 7
BAB II KAJIAN TEORITIK
A. Kajian Teori ......................................................................................... 9
1. Abrasi ............................................................................................. 9
a. Pengertian Abrasi ..................................................................... 9
b. Faktor-faktor Abrasi ................................................................. 12
vi
c. Dampak Abrasi......................................................................... 14
d. Tindakan dan Pencegahan ........................................................ 14
2. Partisipasi Masyarakat ................................................................... 15
a. Pengertian Partisipasi ............................................................... 15
b. Pengertian Masyarakat ............................................................. 16
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat ..... 21
d. Tipe Partisipasi Masyarakat ..................................................... 22
e. Tahapan Partisipasi .................................................................. 24
3. Mangrove ....................................................................................... 25
a. Pengertian Mangrove ............................................................... 25
b. Ciri-ciri Ekosistem Mangrove .................................................. 27
c. Jenis-jenis Mangrove ............................................................... 28
d. Fungsi Ekosistem Mangrove .................................................... 29
e. Zonasi Mangrove ..................................................................... 30
f. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kerusakan Mangrove ....... 31
g. Dampak Dari Kerusakan Mangrove......................................... 32
h. Penyebaran Mangrove di Indonesia ......................................... 33
4. Batas Wilayah Pesisir ..................................................................... 38
5. Pencemaran Air .............................................................................. 38
6. Kerusakan Daya Dukung Alam ..................................................... 39
B. Hasil Penelitian Yang Relevan ............................................................ 41
C. Kerangka Berfikir ................................................................................. 43
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................... 45
B. Metode Penelitian................................................................................. 46
C. Alat dan Bahan Penelitian .................................................................... 47
D. Populasi dan Sampel Penelitian ........................................................... 47
E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 49
F. Validitas dan Reabilitas Instrumen ...................................................... 54
G. Teknik Analisis Data ............................................................................ 56
vii
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambar Umum Desa Ketapang ........................................................... 61
1. Letak Geografis .............................................................................. 61
2. Kependudukan................................................................................ 61
3. Pendidikan ...................................................................................... 62
4. Keadaan Sosial ............................................................................... 64
5. Keadaan Ekonomi .......................................................................... 65
6. Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Ketapang ........................ 72
B. Hasi Analisis Data ................................................................................ 73
1. Hasil Analisis Untuk Mengetahui Tingkat Abrasi di Desa
Ketapang ........................................................................................ 73
2. Hasil Analisis Partisipasi Masyarakat dalam Penanaman
Mangrove di Desa Ketapang .......................................................... 76
3. Dampak Tingkat Abrasi Terhadap Peningkatan Partisipasi
Masyarakat Dalam Penanaman Mangrove di Desa
Ketapang Kecamatan Mauk, Kabupaten Tangerang-Banten ......... 101
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .......................................................................................... 104
B. Saran ..................................................................................................... 105
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 107
LAMPIRAN-LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Jenis-jenis Tumbuhan yang Ditemukan Dihutan Mangrove
Indonesia .......................................................................................... 33
Tabel 2.2 Hasil Penelitian Relevan .................................................................. 41
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian .............................................................. 45
Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuesioner Tentang Dampak Abrasi Terhadap
Peningkatan Partisipasi Masyarakat alam Penanaman
Mangrove di Desa Ketapang, Kecamatan Mauk ............................. 51
Tabel 3.3 Kisi-kisi Wawancara Tentang Dampak Abrasi Terhadap
Peningkatan Partisipasi Masyarakat Dalam Penanaman
Mangrove Di Desa Ketapang, Kecamatan Mauk ............................ 53
Tabel 3.4 Bobot Nilai Kuesioner Dampak Tentang Abrasi
Terhadap Peningkatan Partisipasi Masyarakat Dalam
Penanaman Mangrove di Desa Ketapang, Kecamatan Mauk .......... 58
Tabel 3.5 Jumlah Skor Seluruh Responden ..................................................... 58
Tabel 3.6 Presentase Skala Partisipasi Masyarakat ......................................... 59
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kecematan Mauk ..... 61
Tabel 4.2 Jumlah Sekolah (SD, SMP, SMA dan SMK) Negeri dan Swasta
2015 ................................................................................................. 63
Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Menurut Agama dan Desa/Kelurahan
Di Kecamatan Mauk ........................................................................ 64
Tabel 4.4 Presentase Luas Wilayah Menurut Desa Penggunaan
Di Kecamatan Mauk ........................................................................ 66
Tabel 4.5 Penggunaan Lahan Tadah Hujan Menurut Desa Di Kecamatan
Mauk ................................................................................................ 67
Tabel 4.6 Luas Panen, Produksi dan Produktifitas Padi Sawah Menurut
Desa Di Kecamatan Mauk ............................................................... 68
Tabel 4.7 Banyaknya Kelompok Tani Berdasarkan Kelas Di Kecamatan
Mauk ................................................................................................ 68
Tabel 4.8 Jumlah Industri Kecil/Kerajinan Rumahtangga Menurut Desa
ix
Di Kecamatan Mauk ........................................................................ 70
Tabel 4.9 Jumlah Sarana Kegiatan Ekonomi Lainnya Menurut Desa
Di Kecamatan Mauk ........................................................................ 71
Tabel 4.10 Kepala Desa yang Pernah Menjabat Di Desa Ketapang .................. 72
Tabel 4.11 Tingkat Abrasi Di Desa Ketapang Tahun 2010-2015 ..................... 75
Tabel 4.12 Luas Abrasi dan Akresi Di Desa Ketapang ..................................... 75
Tabel 4.13 Mengharuskan Masyarakat Mengetahui Pengetahuan Tentang
Dampak Abrasi ................................................................................ 77
Tabel 4.14 Abrasi Baik Bagi Masyarakat Desa Ketapang ................................. 78
Tabel 4.15 Penanaman Mangrove Menandakan Pemerintah Desa Sudah
Peduli ............................................................................................... 79
Tabel 4.16 Pemerintah (Kabupaten) Peduli Tetapi Hanya Memberikan
Sosialisasi Saja ................................................................................. 80
Tabel 4.17 Tidak Perlu Adanya dan Pencegahan Terhadap Dampak Abrasi .... 81
Tabel 4.18 Dampak Abrasi Telah Menjadikn Berkurangnya Pendapatan
Hasil Laut Masyarakat ..................................................................... 82
Tabel 4.19 Dampak Abrasi Telah Merubah Mata Pencaharian Nelayan
Menjadi Petani ................................................................................. 83
Tabel 4.20 Masyarakat Desa Ketapang Memanfaatkan Mangrove Sebagai
Kayu Bakar ...................................................................................... 84
Tabel 4.21 Tidak Adanya Tindakan Serius Lagi Karena Mangrove Masih
Banyak ............................................................................................. 85
Tabel 4.22 Pemanfaatan Mangrove Secara Besar Dijadikan Sebagai Mata
Pencaharian ...................................................................................... 87
Tabel 4.23 Program Rehabilitasi dan Konservasi Tidak Perlu
Karena Hutan Mangrove Masih Banyak ......................................... 88
Tabel 4.24 Partisipasi Masyarakat Perlu Dilakukan Setiap Tahunnya Untuk
Dijadikan Kebiasaan Masyarakat .................................................... 89
Tabel 4.25 Sosialisasi Untuk Masyarakat Dalam Penanaman Mangrove
Sangat Diperlukan Untuk Mengurangi Dampak Abrasi .................. 90
x
Tabel 4.26 Sosialisasi Tentang Penanaman Mangrove Dari Pemerintah
Hanya Bersifat Sementara Saja ........................................................ 91
Tabel 4.27 Partisipasi Untuk Mencegah Dampak Abrasi Hanya Dengan
Penanaman Mangrove Saja Tidak Perlu Yang Lainnya .................. 92
Tabel 4.28 Untuk Melakukan Partisipasi Harus Terlebih Dahulu
Melapor Ke Kepala Desa ................................................................. 93
Tabel 4.29 Partisipasi Penanaman Mangrove Sudah dilakukan Tetapi
Tidak Perlu Adanya Pengawasan Lebih Lanjut ............................... 94
Tabel 4.30 Kegiatan Penanaman Mangrove Telah Mengganggu
Aktivitas Masyarakat Setiap Harinya .............................................. 95
Tabel 4.31 Partisipasi Masyarakat Sudah Cukup Baik Dan Patut
dijadikan Sebagai Contoh Untuk Desa/Kawasan Pesisir
Lainnya ............................................................................................ 96
Tabel 4.32 Partisipasi Desa Sudah Cukup Baik Dalam Melakukan
Pencegahan Dan Mengurangi Dampak Abrasi ................................ 97
Tabel 4.33 Ikut Berpartisipasi Dalam Penanaman Mangrove Karena
Ajakan Dari Kepala Desa (Tidak Isiatif) ......................................... 98
Tabel 4.34 Pemerintah Desa Tidak Ikut Berpartisipasi, Cukup
Masyarakatnya Saja ......................................................................... 99
Tabel 4.35 Partisipasi Dalam Penanaman Mangrove Hanya Dari Non
Lembaga Pemerintah/Swasta .........................................................100
Tabel 4.36 Skala Kategori Partisipasi Masyarakat dalam Penanaman
Mangrove Menurut Responden .....................................................102
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Proses Pembentukan Pantai ............................................................ 11
Gambar 2.2 Kerangka Berfikir ........................................................................... 43
Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian .................................................................... 45
Gambar 3.1 Metode Penelitian Kombinasi Cuncurent Embedded, Model
Metode Kuantitatif sebagai Metode Penelitian ............................. 46
Gambar 4.1 Gambar Digitasi Garis Pantai Citra Landsat. (a) Citra Landsat 7
Tahun 2010 Dan (b) Citra Landsat 8 Tahun 2015 ......................... 73
Gambar 4.2 Overlay Citra Landsat Tahun 2010 dan 2015 ................................ 74
xii
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1 Luas Daerah Desa Ketapang yang Terkena Abrasi dan Akresi ..... 76
Grafik 4.2 Skor Rata-rata Pertanyataan Partisipasi Masyarakat
Dalam Penanaman Mangrove.....................................................101
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Pengolahan Data Deskriptif
Lampiran 2 Skoring Hasil Angket
Lampiran 3 Hasil Uji Validitas Dan Reabilitas
Lampiran 4 Lembar Observasi
Lampiran 5 Kuesioner Penelitian
Lampiran 6 Pedoman Wawancara
Lampiran 7 Transkrip Wawancara Kepala Desa Ketapang
Lampiran 8 Foto
Lampiran 9 Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Ketapang Periode 2016-
2021
Lampiran 10 Surat Bimbingan Skripsi
Lampiran 11 Surat Izin Permohonan Penelitian
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Wilayah pesisir merupakan pertemuan antara wilayah laut dan
wilayah darat, dimana daerah ini merupakan daerah interaksi antara
ekosistem darat dan ekosistem laut yang sangat dinamis dan saling
mempengaruhi, wilayah ini sangat intensif dimanfaatkan untuk kegiatan
manusia misalnya sebagai pusat pemerintahan, permukiman, industri,
pelabuhan, pertambakan, pertanian dan pariwisata.1
Perairan wilayah Indonesi merupakan salah satu ekosistem yang
sangat produktif diperairan laut. Ekosistem ini dikenal sebagai ekosistem
yang dinamik dan unik, karena pada wilayah ini terjadi pertemuan tiga
kekuatan yaitu yang berasal daratan, perairan laut dan udara.2
Secara geografis Indonesia membentang dari 60 LU-11
0 LS dan 92
0-
1420 BT, terdiri dari beberapa pulau-pulau besar dan kecil yang jumlahnya
17.504 pulau. Dari luas Indonesia, tiga perempat wilayah adalah laut (5,9 juta
km2), dengan panjang garis pantai 95,161 km, terpanjang kedua setelah
Kanada.3 Dilihat dari garis geografis Indonesia sangat strategis karena
merupakan pusat lalu lintas maritim antarbenua.
Indonesia memiliki potensi sumberdaya pesisir dan laut yang besar,
namun nyatanya belum memberikan kontribusi yang signifikan bagi
pembangunan ekonomi nasional. Pemanfaatannya sumberdaya yang belum
1 Amin Fatah, Mitigasi Dampak Abrasi Air Laut Pada Masyarakat Petani Tambak (Studi
Kasus Budidaya Tanaman Mangrove Di Kelurahan Mangunharjo Kecamatan Tugu Kota
Semarang Tahun 2014, (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Institute Agama Islam
Negeri Walisongo Semarang, 2014), h. 1. tidak dipublikasikan.
2 Belvi Vatria, Berbagai Kegiatan Manusia Yang Dapat Menyebabkan Terjadinya Degradasi
Ekosistem Pantai Serta Dampak Yang Ditimbulkan, h. 47.
3 Ridwan Lasabuda, Pembangunan Wilayah Pesisir Dan Lautan Dalam Perspektif Negara
Kepulauan Republik Indonesia, Jurnal Ilmiah Platax, Vol.1-2 (Jan 2013), h. 93.
2
optimal akan terjadi abrasi, erosi pantai ataupun degradasi akibat dari
pemanfaatan yang tidak mempertimbangkan daya dukung lingkungan.4
Kerusakan lingkungan yang terjadi di wilayah pantai/pesisir Indonesia
hingga saat ini masih belum bisa ditanggulangi dengan baik dan optimal.
Justru yang terjadi kerusakan lingkungan yang makin memperparah dan
semakin meluas. Penyebab ternyadinya kerusakan lingkungan di wilayah
pesisir lebih didominasi oleh pencemaran-minyak, sampah dll, hal ini
menyebabkan beberapa pesisir pantai di Indonesia kerusakan mangrove dan
terumbu karang.5
Kecamatan yang dekat daerah pesisir adalah Kecamatan Mauk berada
di Kabupaten Tangerang yang letaknya tepat di Pantai Utara Tangerang.
Kecamatan Mauk memiliki luas wilayah sebesar 40,095 km2 dan memiliki
terdiri dari 11 (sebelas) desa. Salah satu desa yang berada di dekat daerah
pesisir pantai adalah Desa Ketapang. Desa Ketapang memiliki luas wilayah
yaitu 4,186 km2
dengan presentase 10,44%.6 Di Desa Ketapang terdiri dari 9
Rukun Warga (Rw) dan 21 Rukun Tetangga (Rt) dengan jumlah penduduk
mencapai 7.032 Jiwa.7 Desa Ketapang memiliki pantai/laut yang sangat
berpotensi bagi warga sekitar, akan tetapi hal ini tidak bisa dimanfaatkan
dengan baik oleh masyarakatnya.
Salah satunya yang terjadi di daerah pesisir pantai/laut di Desa
Ketapang menjadi sangat memperihatinkan adanya abrasi yang sangat drastis
sekali. Hal ini menyebabkan garis pantai di laut menjadi lebih maju
dibandingkan garis pantai sebelumnya. Penyebabnya yang lain selain global
warming, efek rumah kaca dan adanya pengerukan pasir yang ilegal
dilakukan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. Salah satu hal untuk
mengatasi dampak tersebut adalah penanaman kembali mangrove.
4 Ibid., h. 96.
5 Vatria, op. cit., h. 48.
6 Statistik Daerah Kecamatan Mauk 2015, Katalog BPS : 1101002.3603160,
(http://.tangerangkab.bps.go.id), h. 1.
7 Profil Desa Ketapang, h. 3, tidak dipublikasikan.
3
Herry mengatakan, beberapa kecamatan yang berada di Kabupaten
Tangerang seperti Pakuhaji, Kosambi, Kronjo, Teluknaga dan Kecamatan
Mauk yang juga mengalami abrasi parah. beberapa desa di Kecamatan Kronjo
yang mengalami abrasi seperti di Desa Muncang sepanjang 17,43 meter,
Pagedangan Ilir (36,4 meter), Kronjo (12 meter), Lontar (25,1 meter), Karang
Anyar (16,1 meter). Sedangkan desa yang berada di Kecamatan Mauk yang
terkena abrasi terparah adalah di Desa Patra Manggala (34,4 meter), Marga
Mulya (79, 8 meter), Ketapang (107,2 meter), Mauk Barat (40,4 meter).
Abrasi juga menerjang Kecamatan Pakuhaji di Desa Surya Bahari (16,8
meter), Sukawali (36,1 meter), Kramat (46,1 meter) dan Kohod (130,7
meter). Selain itu juga abrasi juga melanda Kecamatan Teluknaga di Desa
Muara (36,3 meter), Lemo (59,4 meter) dan di Kecamatan Kosambi yakni
Desa Salembaran Baru (30,8 meter), serta Kosambi Timur (3,6 meter).8
Desa Ketapang yang merupakan salah satu desa di wilayah pesisir
pantai Utara Kabupaten Tangerang yang pantainya mengalami abrasi yang
cukup parah. Terjadinya abrasi di pantai atau laut Desa Ketapang lebih
banyak disebabkan oleh kegiatan ekonomi yaitu pengerukan pasir di wilayah
tersebut yang berakibat pada terjadinya abrasi di wilayah ini. Oleh aktifitas
manusia yang tidak bertanggungjawab baik memanfaatkan atau merusak akan
berdampak pada pengikisan daratan di wilayah pantai sekitarnya. Hal inipun
dipaparkan oleh sekretaris Desa Ketapang. Menurutnya, wilayah pesisir
Desa Ketapang dari tahun ke tahun mengalami pengikisan akibat abrasi, hal
ini diperparah dengan adanya tambang pasir di sekitar lokasi tersebut.9
Anggota DPRD Kabupaten Tangerang, Fakhrudin mengatakan, abrasi
terus meluas tiap tahun dan terparah berada di Desa Marga Mulya dan Desa
Ketapang. Salah satu solusi terbaik mengatasi abrasi yakni dengan
penanaman pohon bakau.10
8 Lili Nopita, Empat Kecamatan di Kabupaten Tangerang Terkena Abrasi, 2016,
(http://bantenterkini.com).
9 Afrizal Aziz, Ramadhan Menanam Memperbaiki Hutan Mangrove di Wilayah Pesisir
Tangerang, 2016, (http://rri.co.id).
10
Adityawarman, Dua Desa Korban Abrasi Parah di Pantura Tangerang, 2016,
(www.antaranews.com).
http://bantenterkini.com/http://rri.co.id/http://www.antaranews.com/
4
Hilangnya sekitar 60 ha lahan di kawasan Pantai Ketapang, Mauk,
Tangerang, menjadi bukti dari kerusakan kawasan pesisir di daerah tersebut
akibat pengerukan pasir pantai. Keindahan pantai yang dahulu menurut cerita
masyarakat lebih indah daripada Anyer, kini telah jauh berbeda. Berganti
pantai ala kadarnya yang sewaktu-waktu air pasang dapat menyerang
keselamatan masyarakat.11
Dampak yang dirasakan akibat abrasi ini adalah salah satunya
kerusakan ekologis yang terjadi di Pantai Ketapang yang daratannya hancur
akibat abrasi. Saat ini jika datang ke Pantai Ketapang sangat berbeda. Dahulu
masih bisa bermain atau sekedar jalan-jalan di bibir pantai, namun saat ini
hanya bisa melihat laut di pinggir jalan raya. Banyak pertambakan yang
tergenang oleh air laut yang dapat melemahkan perekonomian masyarakat
sekitar.
Kerusakan daerah pesisir pantai/laut akan memberikan dampak lain
yaitu bagi ekosistem, terutama hutan mangrove. Hutan mangrove merupakan
salah satu bentuk ekosistem hutan yang unik dan khas, terdapat di daerah
pasang surut di wilayah pesisir, pantai dan atau pulau-pulau kecil dan
merupakan potensi sumber daya alam yang sangat potensial. Hutan mangrove
memiliki nilai ekonomis dan ekologis yang tinggi, tetapi sangat rentan
terhadap kerusakan apabila kurang bijaksana dalam mempertahankan,
melestarikan dan pengolahannya.12
Dasar agama Islam menjelaskan dalam Al-quran sebagai sumber
pedoman umat manusia dengan jelas bagaimana ayat ini menggambarkan
tentang kerusakan lingkungan. Allah SWT berfirman dalam Surah Ar-Rum
ayat 41
11 Taufan YN, Tanam 1000 Mangrove, Bersama-sama Merawat dan Mencintai Alam, 2016,
(www.dompetdhuafa.org).
12
Riny Novianty, Sukaya Sastrawibawa dan Donny Juliandri. P, Identifikasi Kerusakan dan
Upaya Rehabilitasi Ekosistem Mangrove di Pantai Utara Kabupaten Subang, Jurnal Perikanan
dan Kelautan, Vol. 3. No. 1, Maret 2012, h. 42.
http://www.dompetdhuafa.org/
5
Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan
karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada
mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali
(ke jalan yang benar). (Q.S. Ar-Rum [13]: 41)
Maksud ayat ini adalah, telah terlihat jelas perbuatan yang tidak
bertanggungjawab yang dilakukan oleh manusia dengan melakukan
kerusakan lingkungan didaratan maupun di laut, karena melakukan perbuatan
tersebut adalah perbuatan yang dilarang Allah SWT, perbuatan ini akan
merugikan diri sendiri, manusia dan lingkungan.
Kerusakan yang ada dibumi ini, baik yang ada didarat maupun dilaut
sangat memberikan hasil ketidakseimbangan bagi lingkungan sekitar. Padahal
Allah telah menciptakan manusia akal dan pikiran supaya saling
berkesimbungan, memelihara, menciptakan ketentram dan keserasian antara
manusia, tumbuhan dan makhluk hidup lainya.
Permasalahan ini terdapat kesenjangan yaitu dampak abrasi yang
terjadi terus menerus yang semakin meluas di laut Ketapang yang semestinya
banyak hal yang harus dilakukan untuk mengurangi dampak abrasi laut oleh
pihak pemerintah, aparat desa maupun masyarakat. Upaya memang sudah
dilakukan baik oleh masyarakat maupun instasi swasta, namun kenyataannya
adalah belum ada upaya yang lebih serius lagi.
Inti dari semua permasalahan yang ditimbulkan berasal dari
manusianya sendiri berserta perilakunya, dalam hal ini adalah masyarakat
yang ada disekitarnya. Hal inilah yang sangat diperlukan partisipasi dan
kesadaran masyarakat dalam penanaman mangrove untuk mengurangi
dampak abrasi yang terjadi di Desa Ketapang.
Dengan permasalahan yang ada perlu adanya tindakan dan partisipasi
masyarakat dapat membentuk suatu kelompok yang akan memberikan
6
aspirasi bagi masyarakat sekitarnya. Dengan adanya partisipasi tersebut
memberikan suatu penyaluran bagi masyarakat agar ikut mensosialisasikan
penanaman kembali mangrove yang diakibatkan oleh abrasi, pertambangan
pasir yang ilegal, pengalihan fungsi lahan, dll.
Melihat dari latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik melakukan
penelitian yang berjudul Dampak Abrasi Terhadap Peningkatan Partisipasi
Masyarakat Dalam Penanaman Mangrove di Desa Ketapang, Kecamatan
Mauk Kabupaten Tangerang-Banten.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis dapat mengidentifikasi
sebagai berikut:
1. Tingkat kerusakan akibat dampak abrasi yang terjadi di laut Ketapang
Kecamatan Mauk, Kabupaten Tangerang-Banten
2. Masih kurangnya kesadaran dari masyarakat terhadap hutan mangrove
bagi ekosistem laut.
3. Kurangnya partisipasi yang dilakukan oleh masyarakat untuk menanam
mangrove.
C. Pembatasan Masalah
Mengingat terdapat beberapa permasalahan pembabatasan yang akan
dibahas dan telah teridentifikasi seperti yang dipaparkan diatas, maka skripsi
ini dibatasi pada pembatasan masalah sebagai berikut:
1. Dampak abrasi yang dimaksud dalam pembatasan masalah disini adalah
masalah yang muncul sebagai akibat dari pengikisan daratan oleh
gelombang air laut dibibir pantai Desa Ketapang, Kecamatan Mauk,
Kabupaten Tangerang-Banten.
2. Partisipasi masyarakat pada pembatasan masalah adalah persepsi dan
keikutsertaan masyarakat dalam penanaman mangrove Desa Ketapang,
kecamatan Mauk, Kabupaten Tangerang-Banten.
7
D. Perumusan Masalah
Adapun pertanyaan pada penelitian ini adalah bagaimana dampak
abrasi terhadap peningkatan partisipasi masyarakat dalam penanaman
mangrove di Desa Ketapang, Kecamatan Mauk, Kabupaten Tangerang-
Banten?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang ada, maka tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui dan menganalisis peningkatan partisipasi
masyarakat dalam penanaman mangrove yang diakibatkan oleh dampak
abrasi di Desa Ketapang, Kecamatan Mauk, Kabupaten Tangerang-Banten.
F. Kegunaan Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini bermanfat sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
a. Bagi peneliti, menambah pengalaman, wawasan dan pemahaman
dalam penerapan konsep dan teori geografi di lapangan.
b. Bagi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sebagai produk penelitian di
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Konsentrasi geografi
yang diharapkan daat memberikan kontribusi yang baik.
c. Bagi dunia pendidikan, sebagai bahan pengayaan pada bahan ajar
untuk mata pelajaran geografi dan memberikan manfaat pengetahuan
khususnya materi lingkungan hidup pada kelas XI SMA/MA.
d. Bagi pembaca, penelitian ini melengkapi kajian tentang dampak abrasi
terhadap partisipasi masyarakat dalam penanaman mangrove.
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah ilmu pengetahuan
pembaca dan meningkatkan pemahaman dan kesadaran akan
pentingnya menjaga keseimbangan lingkungan.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi instansi, memberikan informasi sebagai pertimbangan kepada
pengambilan kebijakan berupa rujukan mengenai partisipasi
masyarakat dalam penanaman mangrove. Penelitian ini juga bisa
8
dijadikan sebagai referensi yang dipelajari dan dijadikan pedoman agar
pihak-pihak yang berwenang bisa mengambil keputusan dengan baik
dan benar.
b. Bagi masyarakat, yang terkait juga bagi masyarakat pada umumnya
dapat memberikan informasi mengenai tingkat partisipasi masyarakat
terhadap penanaman mangrove di Desa Ketapang.
c. Bagi peneliti lain, diharapkan berguna sebagai bahan pembanding bagi
penelitian sejenis yang sudah atau penelitian lainnya yang akan
dilakukan, serta menjadi referensi dalam kaitannya dengan penelitian
yang relevan.
9
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Abrasi
a. Pengertian Abrasi
Menurut Hang Tuah dalam jurnal karya Ferli Fajri, Abrasi
pantai adalah kerusakan garis pantai dari terlepasnya material pantai,
seperti pasir atau lempung yang terus menerus dihantam oleh
gelombang laut atau dikerenakan oleh terjadinya perubahan
keseimbangan angkutan sedimen diperairan.1
Sedangkan menurut Kamus Kata Serapan, abrasi dalam bahasa
Inggrisnya abrasion dan bahasa latinnya Abrasio yang artinya
mengikis. Dalam bidang Geologi, abrasi mempunyai arti pengikisan
tebing oleh air (laut, sungai).2 Sedangkan Menurut Nur dalam jurnal
karya Kurnia Damayanti, memberikan penjelasan mengenai abrasi
yaitu, pengikisan atau pengurangan daratan (pantai) akibat aktivitas
gelombang, arus dan pasang surut. Dalam kaitan ini pemadatan daratan
mengakibatkan permukaan tanah turun dan tergenang air laut sehinga
garis pantai berubah.3
Sedangkan menurut Triatmodjo yang telah dikutip oleh Dwi Ri
Wahyuningsih, dkk, abrasi merupakan suatu peristiwa mundurnya
garis pantai yang rentan terhadap aktivitas yang terjadi di daratan
maupun dilaut. Aktivitas penebangan hautan mangrove,
penambangan pasir, serta fenomena tingginya gelombang dan
pasang surut air laut menimbulkan dampak terjadinya abrasi atau
erosi pantai.4
1 Ferli Fajri, Rifardi, Afrizal Tanjung, Studi Abrasi Pantai Padang Kota Padang Provinsi
Sumatera Barat, Jurnal Perikanan dan Kelautan, Vol. 17, No 2, (2012), h. 36
2 Surawan Martinus, Kamus Kata Serapan, (Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 4.
3 Kurnia Damaywanti, Dampak Abrasi Pantai Terhadap Lingkungan Sosial (Studi Kasus di
Desa Bedono, Sayung Demak), Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Sumberdaya Alam dan
Lingkungan 2013, h. 363.
4 Dwi Sri Wahyuningsih, dkk, Efektifitas Upaya Mitigasi Abrasi Berbasis Ekosistem
Dikabupaten Kulonprogo, Daerah Istimewa Yohyakarta, Prosiding Seminar Nasional Kelautan,
2016, h. 255.
10
Lain halnya yang dikemukakan oleh Mulyanto yang dikutip
oleh Cakrawala Singka Ismail, Abrasi adalah peristiwa terkikisnya
alur-alur pantai akibat gerusan air laut. Gerusan ini terjadi karena
permukaan air laut mengalami peningkatan. Naiknya permukaan air
laut ini disebabkan mencairnya es di daerah kutub utara akibat
pemanasan global.5
Proses terjadinya gelombang dan abrasi adalah ketika
terjadinya gelombang dan tiupang angin yang cukup kencang yang
melanda daerah pantai dan semakin parah jika pantai mengalami
kerusakan. Abrasi tidak terjadi secara seketika, melainkan terjadi
dalam waktu yang lama, akibatnya gelombang yang terus menerus
terjadi lambat laun pantai akan menyempit dan semakin mendekati
permukiman yang ada disekitar. Bukan hanya kekuatan gelombang,
akan tetapi terjangan gelombang secara terus menerus yang
mengakibatkan abrasi.6
Proses kerusakan pantai berupa abrasi pantai dapat terjadi karena
sebab alamiah atau buatan. Pemahaman akan sebab abrasi
merupakan dasar penting dalam perlindungan pantai. Perlindungan
yang baik bersifat komprehensif, dalam arti perlindungan yang
dibuat di satu tempat tidak mengalihkan permasalahan di tempat
lain. Selain itu diharapkan perlindungan tersebut efektif guna
menanggulangi permasalahan kerusakan yang ada.7
Pada saat badai, dimana terjadi gelombang besar dan elevasi
muka air diam lebih tinggi karena Set-up gelombang dan angin, pantai
dapat mengalami erosi. Pada gambar , menunjukkan proses terjadinya
erosi pantai oleh gelombang badai. Gambar 2.1 (a) adalah profil pantai
dengan gelombang normal yang terjadi sehari-hari. Pada saat terjadi
badai yang bersamaan dengan muka air tinggi, gelombang mulai
5 Cakrawala Singka Ismail, dkk., Pengaruh Abrasi Terhadap Tingkat Pendapatan Petani
Tambak Di Kecamatan Sayung Kabupaten Demak, Juornal Geo Image, Vol.1, No. 1 (Oktober
2012), h. 58.
6 M. Isa Ramadhan, Buku Panduan Pencegahan Abrasi Pantai,(tt.p, t.p, Jurusan Pendidikan
Geografi, Sekolah Pasca Sarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, 2013), h.1.
7 Salamun, Penanganan Abrasi Pantai Pasir Mayang, Berkala Ilmiah Teknik Keairan. No. 1
(Juni 2006), h. 38.
11
menggerus bukit pasir (Sand Dunes) dan membawa material ke arah
laut dan kemudian mengendap gambar 2.1 (b). Gelombang badai yang
berlangsung cukup lama semakin banyak menggerus bukit tersebut,
seperti terlihat pada gambar 2.1 (c). Setelah badai reda gelombang
normal kembali terlihat pada gambar 2.1 (d).8
Dengan membandingkan profil pantai sebelum dan sesudah
badai, dapat diketahui volume sedimen erosi (abrasi) dan mundurnya
garis pantai. Setelah badai berlalu, kondisi gelombang normal kembali
dan akan mengangkut sedimen yang telah diendapkan di perairan
dalam selama badai kembali ke pantai. Dalam waktu panjang akan
membantuk pantai ke profil semula.9
8 Ricky Shuhendry, Abrasi Pantai Wilayah Pesisir Kota Bengkulu: Analisis Faktor Penyebab
dan Konsep Penanggulangannya, Tesis Universitas Diponegoro, Semarang, 2004, h. 11, tidak
dipublikasikan.
9 Ibid., h. 11.
12
Gambar 2.1 Proses Pembentukan Pantai (Triatmodjo, 1999)10
(a)
Gelombang Biasa, (b) Awal Serangan Gelombang, (c)
Gelombang Menyerang, (d) Setelah Gelombang
Normal
Sehingga dapat disimpulkan bahwa abrasi adalah suatu
perubahan garis pantai yang berbeda dari semula garis pantai yang
diakibatkan oleh aktivitas alam ataupun aktivitas manusia yang
berdampak terhadap perubahan garis pantai.
b. Faktor-faktor Abrasi
Terjadinya abrasi pantai dilihat dari tiga jenis komponen
faktor-faktor abrasi yang memberikan pengaruh langsung terhadap
kejadian-kejadian dari abrasi pantai. Faktor-faktornya yaitu:
1) Gelombang yang disebabkan oleh tiupan angin
2) Pasang surut yang diakibatkan oleh adanya tarik benda-benda
angkasa
10 Ibid, h. 12.
13
3) Pola arus laut akibat pengaruh pola sirkulasi arah dan kecepatan
angin. 11
Faktor-faktor tersebut merupakan sebab-sebab kerusakan pantai
pada umumnya. Tetapi abrasi pantai terjadi karena ketidakseimbangan
sedimen dipantai. Ketidakseimbangan tersebut dapat terjadi karena
berbagai hal baik alami maupun buatan. Abrasi pantai kerena proses
alami seperti halnya:
1) Sifat daratan pantai yang masih muda dan belum imbang, dimana
sumber sedimen (source) lebih kecil dari kehilangan sedimen
(sink)
2) Subsidence
3) Adanya sink didaerah lepas pantai
4) Perubahan iklim gelombang
5) Hilangnya perlindungan pantai (bakau, terumbu karang, sand
dune)
6) Naiknya arus air
Sedangkan abrasi yang disebabkan oleh buatan (manusia) adalah:
1) Perusakan perlindungan pantai alami (penebangan bakau,
pemanenan terumbu karang, pengambilan pasir)
2) Perubahan imbangan transportasi sedimen sejajar pantai akibat
pembuatan bagunan pantai (jetty, pemecahan gelombang,
pelabuhan, tembok kearah laut)
3) Perubahan suplai sedimen dari daratan (perubahan aliran sungai,
pembutan bendungan di hulu sungai)
4) Perubahan gaya gelombang yang mengenai pantai
5) Pengembangan pantai yang tidak sesuai dengan proses pantai.12
Faktor abrasi bisa akibat dari perilaku manusia yang tidak
bertanggung jawab, tetapi faktor alam juga ikut menjadikan pengaruh
terjadinya dampak abrasi, yang dimana faktor alam tidak dapat dicegah
11 Ibid., h. 13.
12
Salamun, op. cit., h. 38-39.
14
untuk tidak terjadi, tetapi setidaknya faktor manusia bisa untuk dicegah
setidaknya untuk mengurangi akibat faktor-faktor abrasi.
c. Dampak Abrasi
Faktor-faktor abrasi akan memberikan dampak abrasi bagi
pesisir pantai. Hal inilah yang diakibatkan oleh abrasi antara lain:
1) Penyusutan lebar pantai sehingga menyempitnya lahan bagi penduduk yang tinggal di pinggir pantai secara terus menerus
2) Kerusakan hutan bakau disepanjang pantai, karena terpaan ombak yang didorong angin kencang.
3) Rusaknya infrastruktur di sepanjang pantai, misalnya tiang listrik, jalan, dermaga, dll.
4) Kehilangan tempat berkumpulnya ikan-ikan perairan pantai karena terkikisnya hutan bakau.
13
Dampak abrasi yang sudah terjadi sangat sulit untuk
dikembalikan kembali seperti semula. Dikeranakan tanah yang sudah
terkikis terbawa oleh air atau ombak laut. Dampak ini juga akan
mengakibatkan mata pencarian masyarakat seperti nelayan akan
terganggu. Jika dampak ini tidak segera di tanggulangi akan berakibat
sangat parah untuk habitat perairan maupun masyarakat yang tinggal
disekitar pinggir pantai.
d. Tindakan dan Pencegahan
Jika sudah terjadinya abrasi laut, maka tidakan dan pencegahan yang
dilakukan terjadinya abrasi adalah :
1) Membuat hutan mangrove disekita pantai.14
2) Jika terjadi dipantai tanpa permukiman dapat diantisipasi dengan
membuat tanggul sederhana dengan karung berisi pasir dan
ditempatkan disepanjang pantai yang diterjang ombak
3) Jika terjadi dipantai yang berpenduduk atau berdekatan dengan
aktifitas warga, pastikan mengevakuasi terlebih dahulu warga
sekitar, kemudian memberi penanda tempat yang mudah longsong
13 M. Isa Ramadhan, op, cit., h. 2.
14
Luqman Hadiyan Faza dan Yessi Nirwana Kurniadi, Desain Bangunan Pelindung Pantai
Sebagai Penanggulangan Abrasi Dikawasan Pantai Unjung Jabung Provinsi Jambi, Vol. xx, No.
X (Desember 2015), h. 2
15
akibat abrasi, memperkuat tepian pantai dengan tanggul alami dari
karung yang berisi pasir atau material padat lainnya, jika pantai
telah mengalami kerusakan, akan dibuat talud/tanggul atau
pemecah ombak.15
Dampak abrasi berasal dari faktor alam dan tindakan manusia
yang tidak bertanggungjawab. Tetapi jika sudah terjadi setidaknya
manusia memberikan tanggungjawab dengan cara memberikan
pencegahan ataupun tindakan untuk mengurasi dampak yang telah
terjadi.
2. Partisipasi Masyarakat
a. Pengertian Partisipasi
Pengertian partisipasi menurut Daniel dalam jurnal
Mohammad Musleh, partisipasi adalah pengambilan bagian
pengikutsertaan atau masyarakat terlibat langsung dalam setiap
tahapan proses pembangunan mulai dari perencanaan (planning),
pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating) sampai pada
monitoring dan evaluasi (controlling).16
sehingga partisipasi adalah
pengambilan bagian atau pengikutsertaan dalam suatu hal yang akan
dilakukan.
Konsep partisipasi menurut Hoofsteede dalam jurnal Muhammad
Musleh, kosep partisipasi mencakup kerjasama antara semua unsur
terkait dan merupakan suatu kesepakatan, harapan, persepsi dan
sistem komunikasi dimana kemampuan dan pendidikan
mempengaruhi sikap dan cara berprilaku seseorang. Partisipasi
berarti mengambil bagian.17
Sedangkan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),
Partisipasi memiliki perihal turut berperan serta disuatu kegiatan,
keikutsertaan ataupun peran serta. Lain hal dengan partisipan
15 M. Isa Ramadhan, op, cit., h. 3.
16
Mohammad Musleh, Parida Angraini, Deasy Arisanty, Partisipasi Masyarakat Terhadap
Pengelolaan Kawasan Mangrove di Kecamatan Kusan Hilir Kabupaten Tanah Bumbu, Jurnal
Pendidikan Geografi, Vol 2, No 6 (November 2015), h. 4.
17
Ibid., h.4
16
memiliki arti orang yang ikut berperan serta disuatu kegiatan
(pertemuan, konferensi, seminar dsb).18
Sehingga dapat ditarik kesimpulannya dalam arti partisipasi
adalah keikutsetaan dalam melakukan sebuah tindakan yang dapat
memberikan hal positif untuk memberikan dampak yang baik dalam
bermasyarakat.
b. Pengertian Masyarakat
Istilah masyarakat berasal dari bahasa Arab yaitu Syaraka
yang artinya ikut serta, partisipasi. Sedangkan menurut Peter L.
Berger seorang ahli Sosiologi dalam buku Yesmil Anwar dan
memberikan pengertian tentang masyarakat adalah suatu keseluruhan
kompleks hubungan manusia yang luas sifatnya.19
Sedangkan dalam
bahasa Inggris, masyarakat dapat disebut sebagai society, dengan asal
kata dari socius yang artinya kawan.20
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), masyarakat
memiliki arti yaitu sejumlah manusia dalam arti yang seluas-luasnya
dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama.21
Sedangkan menurut Kontjaraningrat dalam karangan Yesmil
Anwar dan Adang, masyarakat adalah sekumpulan manusia atau
kesatuan hidup manusia yang beriteraksi menurut suatu sistem adat
istiadat tertentu yang bersifat kontinu, dan terikat oleh suatu rasa
identitas bersama.22
Macam-macam Masyarakat
a) Masyarakat Pesisir
Febry Rahmayanti. H mengutip pandangan Nikijuluw,
yang dimaksud masyarakat pesisir adalah kelompok orang yang
18 Tim penyusun Kamus, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), h.
831.
19
Yesmil Anwar dan Adang, Sosiologi Untuk Universitas, (Bandung: Refika Aditama, 2013),
h. 173.
20
M. Munandar Soelaeman, Ilmu Sosial Dasar: Teori dan Konsep Ilmu Sosial, (Bandung: PT
Eresco, 1993), h. 63.
21
Tim Kamus Besar, op. cit., h. 721.
22
Anwar dan Adang, op. cit., h. 173.
17
tinggal didaerah pesisir dan sumber kehidupan perkonomiannya
bergantung secara langsung pada pemanfaatan sumber daya laut
dan pesisir; mereka terdiri dari nelayan pemilik, buruh nelayan,
pembudidayaan ikan dan organism laut lainnya, pedang ikan,
pengelola ikan, pemasok faktor sarana produksi perikanan.23
Menurut Ambo Tuwo yang juga dikutip oleh Febry
Rahmayanti H, dalam bidang nonperikanan, masyarakat pesisir
bisa terdiri dari penjual jasa pariwisata, penjual jasa
transportasi, serta kelompok lainnya yang memanfaatkan
sumberdaya nonhayati laut dan pesisir untuk menyongkong
kehidupannya.24
Fanesa Fargomeli mengutip menurut Imron, nelayan adalah
suatu kelompok masyarakat yang kehidupannya tergantung
langsung hasil laut, baik dengan cara melakukan penangkapan atau
budi daya. Pada umumnya tinggal di pinggir pantai, lingkungan
pemukiman yang dekat dengan lokasi kegiatan.25
Sedangkan menurut Kusnadi yang telah dikutip oleh Fanesa
Fargomeli, secara geografis masyarakat nelayan adalah masyarakat
yang hidup, tumbuh dan berkembang di kawasan pesisir, yakni
suatu kawasan antara wilayah darat dan laut.26
Menurut Charles dalam Widodo yang telah dikutip oleh
Fanesa Fargomeli, telah membagi kelompok nelayan/pesisir
kedalam empat bentuk kelompok, yaitu:
(1) Nelayan subsiten (subsistence fishers), yaitu nelayan yang menangkap ikan hanya untuk memenuhi kebutuhan sendiri
(2) Nelayan Asli (native/indigenous/aboriginal fishers), nelayan yang sedikit banyak memiliki karakter yang sama dengan
kelompok pertama, namun memiliki juga hak untuk
23 Febry Rahmayanti H, Perubahan Interaksi Sosial pada Masyarakat Pesisir Pulau Galang
Kota Batam Pasca Pembangunan Jembatan Barelang, Ringkasan Skripsi Universitas Negeri
Yogyakarta, Yogyakarta, 2012, h. 9. tidak dipublikasikan.
24
Ibid,. h. 9
25
Fanesa Fargomeli, Interaksi Kelompok Nelayan Dalam Meningkatkan Tarap Hidup Di
Desa Tewil Kecamatan Sangaji Kabupaten Maba Halmahera Timur, Jurnal Acta Diurna Vol
III, No 3 (Tahun 2014), h. 4.
26
Ibid,. h. 4
18
melakukan aktivitas secara komersil walaupun dalam sekala
kecil
(3) Nelayan Rekreasi (Rekreasi/sporta fishers), yaitu orang-orang yang secara prinsip melakukan kegiatan penangkapan
hanya sekedar untuk kesenangan atau berolahraga
(4) Nelayan komersil (Commercial fishers), yaitu mereka yang menangkap ikan untuk tujuan komersial atau dipasarkan
baik untuk pasar domestik maupun pasar ekspor.27
Selain pengertian masayarakat pesisir, Ambon Tuwo Juga
yang dikutif oleh Febry Rahmayanti H, Masyarakat pesisir dalam
kehidupan bermasyarakatnya memiliki lima pendekatan yang bisa
dilakukan atau dapat dilakukan untuk memberdayakan masyarakat
pesisir. Untuk menjadikan lima pendekatan ini berhasil perlu
adanya perhatian yang sungguh-sungguh, sehingga dari lima
pendekatan ini adalah sebagai berikut:
(1) Pencipataan lapangan kerja alternatif sebagai sumber
pendapatan lain bagi keluarga
(2) Membedakan masyarakat dengan sumber modal dengan
penekanan pada penciptaan mekanisme mendanai diri sendiri
(3) Mendekatkan masyarakat dengan sumber teknologi baru yang
lebih berhasil dan berdaya guna
(4) Mendekatkan masyarakat dengan pasar
(5) Membangun solidaritas serat aksi kolektif di tengah
masyarakat.28
Fanesa Fargomeli mengutip pernyataan Kusnadi untuk tipe-
tipe masyarakat apapun itu tidak akan terhindar dari masalah-
masalah yang dihadapinya baik dalam segi politik, sosial dan
ekonomi yang kompleks. Tetapi masalah yang lain juga masih
dapat memberikan pengaruh, antara lain:
(1) Kemiskinan (2) Kesenjangan sosial (3) Tekanan-tekanan ekonomi yang datang setiap saat
27 Ibid,. h. 4
28
Rahmayanti H,. loc. cit
19
(4) Keterbatasan akses modal (5) Teknologi dan pasar sehingga mempengaruhi dinamika usaha (6) Kelemahan fungsi kelembagaan sosial ekonomi yang ada (7) Kualitas sumberdaya manusia yang rendah sebagai akibat
keterbatasan akses pendidikan
(8) Kesehatan (9) Pelayanan publik (10) Degradasi sumberdaya lingkungan
29
Sehingga dapat disimpulkan bahwa masyarakat pesisir
selalu berkaitan dengan hal kelautan dan perikanan. Masyarakat
pesisir untuk perekonomiannya selalu mengadalkan sektor
perikanan.
b) Masyarakat Setempat
Istilah kata (Comminity) dapat diartikan sabagai masyarakat
setempat yang menunjuk pada warga sebuah desa, kota, suku,
atau bangsa. Apabila anggota-anggota sesuatu kelompok, baik
kelompok itu besar maupun kecil, hidup bersama sedemikian
rupa sehingga merasakan bahwa kelompok tersebut dapat
memenuhi kepentingan-kepentingan hidup utama, kelompok
sehingga dapat disebut sebagai masyarakat setempat.30
Tipe-tipe masyarakat setempat :
Untuk dapat mengetahui dan melakukan tindakan masyarakat
setempat, maka yang dapat digunakan empat tipe masyarakat
setempat yang saling berkaitan, seperti:
(1) Jumlah penduduk
(2) Luas, kekayaan dan kepadatan penduduk daerah setempat
(3) Fungsi-fungsi khusus masyarakat setempat terhadap seluruh
masyarakat
(4) Organisasi masyarakat setempat yang bersangkutan.31
Untuk tipe-tipe masyarakat setempat tersebut untuk
memberikan perbedaan tipe-tipe masyarakat yang lain. Sehingga
akan memberikan kemudahan dalam bermasyarakat. Dan tipe-tipe
29 Fargomeli, op. cit., h. 4-5
30
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2006), 135.
31
Ibid., h. 135.
20
masyarakat setempat dapat dilakukan saling berkaitan satu sama
lain.
c) Masyarakat Pedesaan
Masyarakat pedesaan adalah suatu masyarakat yang mempunyai
hubungan yang lebih erat dan lebih mendalam ketimbang
hubungan mereka dengan warga masyarakat pedesaan lainnya.
Sistem kehidupan masyarakat pedesaan biasanya masih primitif
dan kadang hidupnya masih tergantung dalam sektor pertanian.32
d) Masyarakat Perkotaan
Masyarakat perkotaan atau urban comunity adalah masyarakat kota
yang tidak tertentu jumlah penduduknya. Tekanan dari pengertian
kota adalah terletak pada sifat serta ciri kehidupan yang berbeda
dengan masyarakat pedesaan.33
Masyarakat kota dalam segala
halnya sudah masuk dalam dunia yang serba modern dan segala
interaksinya sosial dan kebersamaannya berkurang solidaritasnya.
Untuk membedakan antara masyarakat pedesaan dan perkotaan. Ini
adalah ciri-ciri dari masyarakat perkotaan, seperti:
(1) Kehidupan keagamaan berkurang bila dibandingkan dengan kehidupan agama di desa.
(2) Orang kota pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus bergantung pada orang lain
(3) Pembagian kerja di antara warga kota juga lebih tegas dan punya batas-batas nyata
(4) Kemungkinan-kemungkinan adanya untuk mendapatkan pekerjaan, juga lebih banyak diperoleh warga kota daripada
warga desa kerena sistem pembagian kerja yang tegas
tersebut diatas
(5) Jalan pikiran rasional yang pada umumnya dianut masyarakat perkotaan, menyebabkan interaksi-interkasi yang terjadi lebih
didasarkan pada faktor kepentingan daripada faktor pribadi
(6) Jalan kehidupan yang cepat dikota mengakibatkan pentingnya faktor waktu, sehingga pembagian waktu yang
teliti sangat penting untuk dapat mengejar kebutuhan-
kebutuhan seorang individu
32 Ibid., h. 136.
33
Ibid., h. 138.
21
(7) Perubahan-perubahan sosial tampak dengan nyata dikota-kota kerena kota biasanya terbuka dalam menerima pengaruh
luar.34
Masyarakat perkotaan memang pada umumnya masyarakat
yang sudah menerima dan terbuka dalam setiap hal. Bukan rahasia
umum lagi jika perkembangan perkotaan lebih pesat
dibandingakan dengan masyarakat pedesaan.
Dari dua kata diatara antara partisipasi dan masyarakat
memiliki kaitannya dalam hal untuk melakukan sebuah kegiatan
kemasyarakatan. Pastisipasi sendiri mempunyai arti keikutsertaan dan
masyarakat memiliki arti seseorang atau kawan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa partisipasi masyarakat
adalah suatu tindakan tertentu yang dilakukan oleh seorang atau
sekelompok masyarakat yang hidup dan tinggal bersama dalam suatu
wilayah tertentu yang memberikan bantuannya secara langsung atau
pengikutsertaan dalam melakukan sesuatu pengambilan keputusan
yang bersifatnya positif dan bersifat kontinu.
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat
Partisipasi adalah suatu yang muncul dari masyarakat serta
akan terwujud sebagai suatu kegiatan nyata apabila terpenuhi oleh tiga
faktor pendukung atau yang mempengaruhinya sebagai berikut:
1. Adanya kemauan
2. Adanya kemampuan
3. Adanya kesempatan untuk berpartisipasi35
Sedangkan menurut Tjokroamidjojo dalam Tesis karangan
Bahagia memberikan penjelasan bahwa yang perlu dapat perhatian
dalam partisipasi masyarakat, yaitu:
a. Faktor kepemimpinan, dalam menggerakkan partisipasi sangat diperlukan adanya pimpinan dan kualitas
34 Ibid., h. 139-140
35
Eka Fitria, Analisis Persepsi dan Partisipasi Masyarakat Pesisir Dalam Pemanfaatan
Tumbuhan Mangrove Sebagai Pangan Alternatif Untuk Menghadapi Ketahanan Pangan, jurnal
Sientiae Educatia, Vol 5, No. 2, 2015, h. 7.
22
b. Faktor komunikasi, gagasan-gagasan, ide, kebijaksanaan dan rencana-rencana baru akan mendapat dukungan bila diketahui
dan dimengerti oleh masyarakat.
c. Faktor pendidikan, dengan tingkat pendidikan yang memadai, individu/masyarakat akan dapat memberikan partisipasi yang
diharapkan.36
Partisipasi masyarakat biasanya memiliki faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi dalam menjalankan sebuah pastisipasi.
Pastisipasi merupakan sebuah kerjasama atau keikutsertaan dalam
melakukan sebuah tindakan yang akan menciptakan sebuah
kebersamaan diantara masyarakat.
d. Tipe Partisipasi Masyarakat
Tipe partisipasi masyarakat yang dikemukakan oleh Pretty dkk dalam
IIRR (1998) yang telah dikutip oleh Muhammad Khazali Harahap,
dapat dikelompokan menjadi 7 jenis, yaitu:
1) Partisipasi Pasif
Partisipasi masyarakat dengan diberitahu tentang hal-hal yang
sudah jadi. Hal ini merupakan tindakan sepihak dari administratur
atau manajer proyek tanpa menghiraukan tanggapan masyarakat.
Sumber informasi yang dihargai hanya pendapat para profesional.
2) Partisipasi dalam memberikan informasi
Partisipasi masyarakat dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan
yang diajukan oleh peneliti dengan menggunakan koesioner survai
atau pendekatan serupa.
3) Pastisipasi konsultatif
Partisipasi masyarakat dengan dimintai tanggapan atas suatu hal.
pihak luar yang merumuskan permasalahan, mengumpulkan
informasi, dan melakukan analisia.
4) Partisipasi dengan imbalan material
Partisipasi masyarakat dengan cara memberikan kontribusi
sumberdaya yang dimilikinya, misalnya sebagai tenaga kerja,
36 Bahagia, Peran Pemerintah Daerah dan Partisipasi Masyarakat Dalam Rehabilitas Hutan
Mangrove Pasca Tsunami Di Kecamatan Baitussalam tahun 2008, Tesis Pada Sekolah sarjana
Universitas Sumatera Utara, Jakarta, 2009, h. 17., tidak dipublikasikan.
23
untuk memperoleh imbalan makanan, uang tunai maupun imbalan
material lainnya. Masyarakat boleh jadi menyediakan lahan dan
tenaga kerjanya, namun tidak terlihat dalam proses eksperimentasi
dan proses pembelajaran. Proses inilah yang selama ini lazim
disebut sebagai partisipasi.
5) Partisipasi fungsional
Partisipasi masyarakat dengan membentuk kelompok untuk
mencapai tujuan proyek yang telah ditetapkan sebelumnya.
Keterlibatan masyarakat biasanya tidak hanya pada awal proyek
atau perencanaan, tetapi juga setelah keputusan pokok telah dibuat
luar. Kelompok masyarakat cenderung menjadi tergantung
terhadap pemprakarsa dan fasilitator luar, tetapi juga mungkin
untuk menjadi mandiri
6) Partisipasi interaktif
Partisipasi masyarakat dalam tahapan analisisi, pengembangan
rencana kegiatan dan dalam pembentukan dan pemberdayaan
institusi lokal. Partisipasi dipandang sebagai hak dan bukan
sekedar sebagai cara untuk mencapai tujuan proyek
7) Mobilisasi swakarsa
Partisipasi masyarakat dengan mengambil inisiatif mandiri untuk
melakukan perubahan sistem. Mereka membangun hubungan
konsultatif dengan lembaga eksternal mengenai masalah
sumberdaya dan masalah teknikal yang mereka butuhkan, tetapi
tetap harus memegang kendali menyangkut pendayagunaan
sumberdaya.37
Tipe-tipe partisipasi sangat beragam, jika ingin menerapkan
sebuah partisipasi tergantung dalam kondisi seseorang
menerapkannya. Bisa saja seseorang akan menerapkan partisipasi
37 Muhammad Khazali Harahap, Kajian Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Hutan
Mangrove (Studi Kasus di Desa Karangsong, Kecamatan Indramayu, Kabupaten Indramayu,
Provinsi Jawa Barat), (Tesis Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor, 2001), h. 24-26. tidak
dipublikasikan.
24
pasif yang artinya partisipasi masyarakat dengan diberitahu tentang
hal-hal yang sudah jadi. Hal ini merupakan tindakan sepihak dari
administratur atau manajer proyek tanpa menghiraukan tanggapan
masyarakat. Dalam hal ini melakukan suatu kegiatan hanya untuk
mendapatkan keuntungan sepihak tanpa memikirkan tanggapan dari
masyarakat. Sehingga menggunakan tipe partisipasi masyarakat
tergantung seseorang dalam menentukannya.
e. Tahapan Partisipasi
Menurut Cohen dan Uphoff yang telah dikutip dalam Muhammad
Khazali Harahap, membagi partisipasi masyarakat menjadi empat
tahapan, yaitu:
1) Partisipasi dalam membuat keputusan
Partisipasi dengan memberikan kesempatan kepada masyarakat
mengemukakan pendapat dan aspirasinya dalam menilai suatu
rencana kegiatan
2) Partisipasi dalam pelaksanaan
Partisipasi dengan mengikutsertakan masyarakat dalam kegiatan
operasional berdasarkan rencana yang telah disepakati bersama
3) Partisipasi dalam manfaat
Partisipasi masyarakat dalam menggunakan hasil-hasil
pembangunan yang telah dilaksakan, baik pemerataan
kesejahteraan dan fasilitas yang ada dimasyarakat dan ikut
menikmati atau menggunakan sarana hasil pembangunan
4) Partisipasi dalam evaluasi
Partisipasi masyarakat dalam bentuk keikutsertaannya menilai serta
mengawasi kegiatan pembangunan dan memelihara hasil-hasil
pembangunan yang dicapai.38
Sebuah tahapan berarti sama dengan prosedur dalam
melakukan sesuatu. Dalam partisipasi masyarakat haruslah memiliki
tahapan agar semua berjalan sesuai dengan manajemen yang baik.
38 Ibid., h. 27.
25
Tahapan dalam sebuah partisipasi memilik empat tahapan, hal ini jika
salah satu tahapan tidak dijalankan dengan baik maka akan berakibat
pada tahapan yang lain juga.
3. Mangrove
a. Pengertian Mangrove
Ekosistem mangrove atau hutan bakau termasuk ekosistem
pantai atau komunitas bahari dangkal yang sangat menarik, yang
terdapat pada perairan tropik dan subtropik. Hutan mangrove
merupakan ekosistem yang lebih spesifik jika dibandingkan dengan
ekosistem lainnya karena mempunyai vegetasi yang seragam, serta
mempunyai tajuk yang rata, tidak mempunyai lapisan tajuk dengan
bentukan yang khas, dan selalu hijau.39
Menurut Nyabakken dalam kutipan yang dikutip oleh Savira
Margfiratul Fadhilah, kata mangrove berasal dari perpaduan antara
bahasa Portugis (Mangue), dan bahasa Inggriss (Grove).40
Sedangkan
Kata mangrove yang berasal dari bahasa Malayu manggi-manggi
yang mempunyai artinya nama yang diberikan kepada mangrove
merah (Rhizophora spp.). Nama mangrove diberikan kepada jenis
tumbuhan-tumbuhan yang tumbuh di pantai atau goba-goba yang
menyesuaikan diri pada keadaan asin. Selain itu kata mangrove juga
berarti suatu komunitas (mangrove). Komunitas mangrove dan jenis
tumbuh-tumbuhan mangrove sering digunakan dan dikaitkan dengan
kata mangal.41
Menurut Tomlison dan Wightman dalam karangan Amran Saru,
mendefinisikan mangrove sebagai vegetasi yang terdapat di daerah
pasang surut sebagai salah suatu komunitas. Sedangkan definisi
yang lain menurut Nybakken dalam Amru Saru, hutan mangrove
39 Zoeraini Djamal Irwan, Prinsip-prinsip Ekologi: Ekosistem, Lingkungan dan
Pelestariannya, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), h. 135.
40
Savira Maghfiratul Fadhilah, Restorasi Ekosistem Mangrove Di Kabupaten Kendal
Skripsi Pada Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro, Semarang, 2015., h, 20,
tidak dipublikasikan.
41
Kasijan Romimohtarto dan Sri Junawa, Biologi Laut: Ilmu Pengetahuan Tentang Biota
Laut, (Jakarta: Djambatan, 2997), h. 333.
26
merupakan komunitas vegetasi pantai tropis yang didominasi oleh
beberapa jenis pohon yang mampu tumbuh dan berkembang pada
daerah pasang surut pantai berlumpur.42
Ekosisetem mangrove Menurut Begen yang telah dikutip oleh
Savira Margfiratul Fadhilah, adalah sekumpulan komunitas vegetasi
dipantai tropis dan subtropis, yang didominasi beberapa jenis pohon
mangrove yang mampu hidup dan beradaptasi pada pantai serta
mendapat pengaruh pasang surut.43
Hutan mangrove adalah sebutan untuk sekelompok tumbuhan
yang hidup di daerah pasang surut pantai. Hutan mangrove dikenal
juga dengan istilah tidal forest, coastal woodland, vloedbosschen, atau
juga hutan payau. Kita sering menyebut hutan di pinggir pantai
tersebut sebagai hutan bakau. Sebenarnya, hutan tersebut lebih tepat
dinamakan hutan mangrove. Istilah mangrove digunakan sebagai
pengganti istilah bakau untuk menghindarkan kemungkinan salah
pengertian dengan hutan yang terdiri atas pohon bakau Rhizophora
spp. Karena bukan hanya pohon bakau yang tumbuh di sana. Selain
bakau, terdapat banyak jenis tumbuhan lain yang hidup di dalamnya.44
Menurut Peraturan Presiden Nomor 73 Tahun 2012 Tentang
Strategi Nasional Pengelolaan Mangrove pasal 1 ayat 2 yang
berbunyi, ekosistem mangrove adalah kesatuan antara komunikasi
vegetasi mangrove berasosiasi dengan fauna dan mikro organisme
sehingga dapat tumbuh dan berkembang pada daerah sepanjang
pantai terutama didaerah pasang surut, laguna, muara sungai yang
terlindung dengan substrat lumpur atau lumpur berpasir dalam
membentuk keseimbangan lingkungan hidup yang berkelanjutan.45
Sedangkan pada pasal 1 ayat 3 Peraturan Presiden Nomor 73
Tahun 2012, Pengelolaan ekosistem mangrove berkelanjutan adalah
semua upaya perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan lestari
42 Amran Saru, Potensi Ekologis dan Pengelolaan Ekosistem Mangrove di Wilayah Pesisir,
(Bogor: PT. Penerbit IPB Press, 2014), h. 11.
43
Fadhilah. loc. cit.
44
http://imred, (Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Mangrove Indonesia (Instutute of
Mangrove Research and Development (IMReD))
45
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 73 Tahun 2012, Tentang Pengelolaan
Ekosistem Mangrove, Jakarta, 2012, h. 5.
http://imred/
27
melalui proses terintegrasi untuk mencapai berkelanjutan fungsi-
fungsi ekosistem mangrove bagi kesejahteraan masyarakat.46
Sehingga dapat disimpulkan bahwa hutan mangrove
merupakan tumbuhan yang berada di daerah pesisir pantai yang kadar
airnya tawar yang daerahnya pasang surut dan menjadikan tempat
berkembangbiaknya ekosistem yang berada di hutan mangrove.
Mangrove merupakan tumbuhan yang sangat dibutuhkan untuk
sebuah perairan pantai sebagai penompang habitat pantai. Dampak
abrasi yang terjadi jika mangrove.
b. Ciri-ciri Ekosistem Mangrove
Terlepas dari habitatnya yang unik, ekosistem mangrove mempunyai
ciri-ciri, yaitu:
1) Memiliki jenis pohon yang relatif sedikit
2) Memiliki akar tidak beraturan (pneumatofora) misalnya seperti
jangkar melengkung dan menjulang pada bakau Rhizophora spp.,
serta akar yang mencuat vertikal seperti pensil pada pidada
Sonneratia spp dan api-api Avicennia spp
3) Memiliki biji (propagul) yang bersifat vivipar atau dapat
berkecambah di pohonnya, khususnya pada Rhizophora
4) Memiliki banyak lentisel pada bagian kulit pohon.47
Ciri-ciri yang dimiliki oleh mangrove untuk memberikan
kemudahan dalam membedakan mana jenis yang mangrove mana
yang bukan jenis mangrove. Tidak semua orang bisa mengetahuinya
karena banyak sekali jenis-jenis mangrove yang tumbuh diperairan
Indonesia.
46 Ibid., Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 73 Tahun 2012, h. 5.
47
http://imred, (Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Mangrove), op, cit
http://imred/
28
c. Jenis-jenis Mangrove
Mangrove memiliki beberapa jenisnya yang berbeda-beda seperti:
1) Rhizhopora Mucronata
Rhizhopora mucronata mudah dikenali melalui akarnya yang tegak
dan pengumpulan benih yang sangat panjang, bentuk daun yang
menonjol, bunga yang membentuk kelompok 4-8, ketinggian dapat
mencapai 25 m.
2) Rhizhopora Apiculata
Rhizhopora apiculata tumbuhan mangrove yang memiliki akar
tegak seperti R. mucronata, daunnya memiliki ujung tajam,
ketinggian dapat mencapai 15 m, bunganya membentuk kelompok
dua buah.
3) Bruguiera Gymnorhiza
Bruguiera gymnorhiza memiliki akar setinggi lutut dan akar
penyangga yang kecil, daunnya terjulur, ketinggian mencapai 30
m, memiliki bungan tunggal, benih tebat dan sedikit memiliki
rusuk dengan panjang 20-30 cm.
4) Bruguiera Parviflora
Bruguiera parviflora memiliki akar setinggi lutut dan akar
penyangga yang kecil, daunnya terjulur, ketinggian mencapai 10
m, bunga yang ada membentuk kelompok 3-4, benih tipis berwarna
hijau kekuningan panjang 15-20 m.
5) Cerioops Tagal
Ceriops tagal memiliki akar penyangga setinggi lutut, ujung daun
berbentuk bulat, ketinggian pohon dapat mencapai 6 m, bunga
membentuk kelompok 510, benih tipis berwarna hijau kecoklatan
panjang 25 cm.
6) Avicennia Marina
Avicennia marina memiliki bentuk pneumatophores seperti pensil,
bentuk ujung daun bervariasi, ketinggian mencapai 20 m, bentuk
buah seperti almond.
29
7) Sonneratia Alba
Sonneratia alba memiliki bentuk pneumatophores tebal, bentuk
daun yang bulat, ketinggian pohon 20 m, bentuk bunga besar dan
berwarna putih serta membentuk 1-2.
8) Sonneratia Caseolaris
Sonneratia caseolaris memiliki bentuk pneumatophores seperti
kerucut dengan tinggi 1 m, ujung daun bulat, ketinggian pohon 20
m, bentuk bunga yang besar dan berwarna merah/putih membentuk
kelompok 1-2.
9) Xylocarpus Granatum
Xylocarpus granatum memiliki akar penyangga dan akar papan
berbentuk seperti pita, daun-daunnya membentuk kumpulan daun
(4 daun muda), ketinggian pohon hingga 12 m, bunga kecil dan
membentuk kelompok 8-20.
10) Heritiera Littoralis
Heritiera littoralis memiliki akar yang kuat, memiliki daun
sederhana, ketinggian mencapai 25 m, bunga sangat kecil dengan
kumpulan dahan yang saling terlepas, buah berwarna hijau hingga
coklatan, tekstur lembut, sisi tinggi dan memiliki panjang 5-7 m.48
Jenis-jenis mangrove banyak sekali, terdapat 10 jenis
mangrove. Jenis-jenis mangrove memiliki ciri-ciri yang berbeda-beda
dalam bentuk morfologi akar, daun, bunga, tinggi pohon. Semua jenis
ini mempunyai ciri khasnya yang tertentu.
d. Fungsi Ekosistem Mangrove
Menurut Kusmana dalam karangan Amran Saru, fungsi hutan
mangrove dibagi atas tiga, yaitu:
1) Fungsi fisik yang dapat melindungi lingkungan dari pengaruh oseanografi (pasang surut, arus, angin, topan, dan gelombang),
mengendalikan abrasi, dan mencegah intrusi air laut ke darat.
48 Amin Fatah, Mitigasi Dampak Abrasi Air Laut Pada Masyarakat Petani Tamba (Studi
Kasus Budidaya Tanaman Mangrove Di Kelurahan Mangunharjo Kecamatan Tugu Kota
Semarang Tahun 2014), (Skripsi S1 Institute Agama Islam Negeri Walisongo Semarang, 2014),
h. 14-16.
30
2) Fungsi biologi sangat berkaitan dengan perikanan sebagai daerah asuhan (nursery ground), daerah mencari makan (feeding
ground), dan daerah pemijahan (spawning ground) dari beberapa
jenis ikan, udang, dan merupakan menyuplai unsur-unsur hara
utama di pantai, khususnya daerah lamun dan terumbu karang.
3) Fungsi ekonomi, sebagai sumber kayu kelas satu, bubur kayu, bahan kertas, chips dan arang.
49
Sedangkan menurut Anwar, dkk dalam karangan Amran Saru,
fungsi hutan mangrove dibagi menjadi tiga golongan besar, yaitu:
1. Secara fisik dapat menjaga kestabilan garis pantai, mempercepat perluasan lahan, melindungi pantai dari tebing sungai, dan
mengolah bahan limbah.
2. Secara biologis merupakan tempat pemijahan dan pembesaran benih-benih ikan, udang, dan kerang-kerangan, tempat bersarang
dan mencari makan burung-burung, serta habitat alami bagi
banyak biota.
3. Secara ekonomi merupakan salah satu daerah pesisir yang cocok untuk tambak, tempat pembuatan garam, rekreasi dan produksi
dan produksi kayu.50
Fungsi hutan mangrove banyak sekali bagi lingkungan maupun
kehidupan manusia. Semua kembali lagi pada yang memanfaatkan
fungsi mangrove. Jika memanfaatkan dengan baik dan menjaga
lingkungan, akan memberikan kelangsungan hidup yang baik bagi
habitat disekitar hutan mangrove, tetapi jika tidak bisa memanfaatkan
dengan baik akan merusak dan mencemarkan lingkungan hidup.
e. Zonasi Mangrove
Menurut Anwar dalam karangan Amran Saru, memberikan
pengertian zonasi adalah kumpulan vegetasi yang saling berdekatan,
mempunyai sifat atau tidak ada sama sekali jenis yang sama, walaupun
tumbuh dalam lingkungan yang dapat mengakibatkan perubahan nyata
diantara kumpulan vegetasi. Perubahan vegetasi tersebut dapat terjadi
pada batas yang jelas, tidak jelas, atau bisa terjadi bersama-sama.51
49 Saru, op. cit., h. 19.
50
Saru, loc. cit.
51
Saru, op. cit., h. 17-18.
31
Menurut Bengen yang dikutip oleh Amran Saru bahwa hutan
mangrove tumbuh dengan membentuk zonasi ke arah darat. Salah
satu tipe zonasi di Indonesia diketahui atas Avicennia spp biasanya
berasosiasi dengan Sonneratia spp. Zona berikutnya adalah
Rhizophora spp, Bruguiera spp, dan pada zona transisi hutan darat
dan laut banyak ditumbuhi oleh Nypa Fruticans.52
Faktor utama menurut Anwar dalam buku Saru, yang
menyebabkan adanya zonasi hutan mangrove adalah sifat tanah,
salinitas, frekuensi genangan oleh pasang surut, dan ketahanan suatu
jenis vegetasi terhadap terpaan gelombang dan arus.53
f. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kerusakan Mangrove
Menurut Bengen dalam Savira Margfiratul Fadhilah, usaha
peningkatan ekosistem dan kegiatan manusia yang kurang
memperhatikan aspek kelestarian ekosistem dapat menimbulkan
permasalahan yang sangat membahayakan bagi ekosistem tersebut.54
Menurut Nybakken yang dikutip oleh Amran Saru,
memberikan penjelasan mengenai kerusakan ekosistem mangrove
umumnya disebabkan oleh faktor utama yaitu:
1) Secara alami, seperti badai topan dapat merusakan dan memporak-
porandakan ekosistem mangrove
2) Buatan manusia, erat kaitannya dengan konversi lahan mangrove
menjadi tambak dan penebangan untuk pemanfaatan dari hutan
mangrove.55
Sedangkan Savira Margfiratul Fadhilah mengutip menurut
Bengen, bahwa kerusakan ekosistem mangrove umumnya disebabkan
adanya kondisi dimana terjadi intervensi ekosistem mangrove oleh
manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Hal ini dapat dilihat dari
52 Saru, loc. cit.
53
Saru, op. cit., h. 19
54
Savira Margfiratul, op. cit., h. 25
55
Saru, op. cit., h. 21
32
adanya konversi lahan mangrove menjadi tambak, permukiman,
industri, dsb.56
Kerusakan yang terjadi di muka bumi, tidak akan terlepas dari
perilaku manusianya sendiri. Manusia diberikan kesempatan untuk
memanfaatkan semua yang ada di bumi dengan memanfaatkan yang
sebaik-baiknya bukan mengeksploitasi secara terus menerus. Perlu
adanya pilah memilah dalam hal menggunakan atau memanfaatkan.
g. Dampak dari Kerusakan Mangrove
Kawasan pesisir pantai merupakan wilayah yang secara
ekologis sangat sensitif akan terhadap gangguan akibat adanya
perubahan lingkungan, terutama yang disebabkan oleh aktivitas
manusia yang meningkat. Kondisi tersebut tidak bisa secara parsial
dilihat sebagai masalah salah satu sektor saja, walaupun sektor hulu
yang menerima dampak terbesar adalah sektor perikanan. Masalah
degradasi kualitas dan nilai ekonomi sumber daya alam merupakan
masalah lintas sektoral yang membutuhkan penanganan yang terpadu,
tidak hanya ada tataran komitmen tetapi sampai pada tataran aksi
manajeman pengelolaan ekosistem.57
Aktivitas manusia dapat mempengaruhi kehidupan mangrove
secara luasnya adalah adanya konversi habitat ke pertambakan,
penebangan pohon, sedimentasi dan pencemaran lingkungan. Namun
akibat yang ditimbukan dari kerusakan mangrove adalah:
1. Intrusi air laut
2. Penurunan kualitas perairan
3. Peningkatan abrasi pantai
4. Penurunan produktivitas perikanan (tambak)
5. Berkurangnya fauna makrozoobentos.58
Kawasan pesisir pantai sangat renta terhadap gangguan yang
disebabkan oleh dua faktor yaitu eksternal dan internal. Dalam hal ini
56 Savira Margfiratul, op. cit., h. 26.
57
Saru, op. cit., h. 69.
58
Saru, loc. cit.
33
membutuhkan penanganan yang baik dalam mengatasi segala dampak
dari kerusakan di hutan mangrove. Butuh kerjasama dari semua pihak,
baik dari instasi pemerintah, swasta maupun masyarakat untuk
mencegah kerusakan, setidaknya mengurangi dampak kerusakan
lingkungan yang sudah terjadi.
h. Penyebaran Mangrove di Indonesia
Hutan mangrove tumbuhan yang memiliki banyak jenis-
jenisnya, sementara menurut Soemodihardjo et al. 1993 dalam Strategi
Nasional Pengelol