Post on 02-Jan-2016
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
(UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA)
Jl. Arjuna Utara No.6 Kebon Jeruk – Jakarta Barat
KEPANITERAAN KLINIK STATUS OBSTETRI
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
RUMAH SAKIT : Rumah Sakit Mardi Rahayu, Kudus
Nama Mahasiswa : Wenny Fonda Tanda Tangan
Nim : 11-2011-181 ……………...
Dr. Pembimbing : dr. Wahyu Jatmika Sp.OG
Masuk Rumah Sakit : Tanggal 1 April Jam : 10.30 WIB
IDENTITAS PASIEN
Nama Lengkap : Ny. S Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 40 tahun Suku Bangsa : Jawa
Status Perkawinan : Menikah Agama : Islam
Pekerjaan : - Pendidikan : SMP
Alamat : Undaan Lor RT 01 RW 01, Kudus P I A 0
Nama Suami: Tn. D (48thn) Pekerjaan: Swasta
Alamat: : Undaan Lor RT 01 RW 01, Kudus
A. ANAMNESIS
Diambil dari : Autoanamnesis Tanggal : 2 April 2012 Jam : 10. 00 WIB
Keluhan Utama : menstruasi sejak 3 bulan yang lalu
Riwayat Penyakit Sekarang :
3 hari yang lalu Pasien datang ke Poliklinik RS Mardi Rahayu karena menstruasi yang
sudah belangsung kurang lebih 3 bulan berupa flek-flek darah bewarna merah hitam. Awalnya
mentrurasi normal sekitar 1 minggu, namun flek terus keluar sampai hari ini. Perut terasa nyeri
tetapi tidak sampai mengganggu aktivitas. Pasien tidak merasa ada benjolan kecil di perutnya.
Tidak ada mual, muntah maupun demam. Buang air besar dan kecil tidak ada gangguan. Tidak
ada keluhan badan lemas, pusing dll. Setelah pasien di USG maka hasilnya ada mioma di
kandungan. Dokter menyarankan untuk operasi.
Tanggal 31 Maret pasien datang untuk di opname dan siap menjalankan operasi seperti
yang disarankan dokter.
Riwayat menstruasi pasien teratur dan nyeri ringan pada hari pertama dan kedua saat
menstruasi. Pasien memiliki 1 anak, Pasien tidak pernah memijat perut sebelumnya. Tidak ada
riwayat tekanan darah tinggi, kencing manis, penyakit jantung, asma maupun alergi terhadap
obat.
Penyakit Dahulu
DM (-), ginjal (-), jantung (-), hipertensi (-), asma (-), alergi obat (-)
Riwayat Keluarga
DM (-), ginjal (-), jantung (-), hipertensi (-), asma (-), alergi obat (-)
Riwayat Haid
Haid terakhir : 30 Desember 2012
Jumlah dan lamanya : 3 bulan
Menarche : 13 tahun
Haid banyak dan encer
Riwayat Perkawinan
Sudah menikah 1 kali pada umur 21 tahun
Riwayat Obstretrik
Ana
k ke
Tahun
Persalina
n
Jenis
Kelamin
Umur
Kehamila
n
Jenis
Persalina
n
Penolon
g
Hidup
/
mati
Riwaya
t nifas
ASI
sampa
i umur
1 1995 perempua
n
9 bulan Spontan Dukun hidup baik 2
tahun
Riwayat Kontrasepsi
Tidak menggunakan KB
B. PEMERIKSAAN JASMANI
Pemeriksaan umum
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tinggi badan : 160 cm
Berat badan : 50 Kg
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 80x/menit
Suhu : 36,50C
Pernapasan : 22x/menit
Keadaan Gizi : Baik
Kepala : normocephali, rambut hitam, distribusi merata
Wajah : simetris, pucat (-), sianosis (-)
Mata : konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
Telinga : normotia, serumen (+)
Hidung : normosepta, sekret (-)
Tenggorokan : faring hiperemis (-), tonsil T1-T1 tenang, uvula di tengah
Mulut : bibir sianosis (-), lidah kotor (-), tepi lidah hiperemis (-)
Leher : trakea lurus di tengah, kelenjar tiroid tidak teraba membesar
Kelenjar Limfe : tidak teraba pembesaran
Dada : simetris, puting payudara menonjol
Paru
Depan Belakang
Inspeksi Kiri Bentuk toraks normal
Pernapasan
abdominotorakal
Gerakan statis simetri
Bernapas tidak ada
bagian yang tertinggal
Tidak terdengar
mengi
Bentuk toraks normal
Pernapasan
abdominotorakal
Gerakan statis simetri
Bernapas tidak ada bagian
yang tertinggal
Tidak terdengar mengi
Kanan Bentuk toraks normal
Pernapasan
abdominotorakal
Gerakan statis simetri
Bernapas tidak ada
bagian yang tertinggal
Tidak terdengar
mengi
Bentuk toraks normal
Pernapasan
abdominotorakal
Gerakan statis simetri
Bernapas tidak ada bagian
yang tertinggal
Tidak terdengar mengi
Palpasi Kiri
Dan
Kanan
Sela iga normal
Tidak ada bagian yang
tertinggal
Sela iga normal
Tidak ada bagian yang
tertinggal
Fremitus kiri dan
kanan sama
Fremitus kiri dan kanan
sama
Perkusi Terdengan sonor diseluruh
lapangan paru
Terdengan sonor diseluruh
lapangan paru
Auskultasi Terdengan suara
napas vesikuler
Ronki (-)
Mengi (-)
Terdengan suara napas
vesikuler
Ronki (-)
Mengi (-)
Jantung
Inspeksi : Tidak terlihat pulsasi ictus cordis
Palpasi : Ictus cordis teraba di sela iga V 1 jari medial linea midclavicula kiri,tidak kuat
angkat, diameter tidak melebar.
Perkusi : Batas kanan : sela iga V linea sternalis kanan.
Batas kiri : sela iga V, 1cm sebelah medial linea midklavikula kiri.
Batas atas : sela iga II linea parasternal kiri.
Auskultasi : Katup Trikuspid: BJ I > BJ II , reguler, gallop - ,murmur –
Katup Mitral: BJ I > BJ II , reguler, gallop - ,murmur –
Katup Pulmonal: BJ I > BJ II , reguler, gallop - ,murmur –
Katup Aorta: BJ I > BJ II , reguler, gallop - ,murmur –
Abdomen
Inspeksi : tampak membesar
Palpasi : supel, nyeri tekan minimal diregio suprapubik teraba massa dengan ukuran 2
cm, konsistensi keras, permukaan rata, mobile.
Perkusi : nyeri ketuk (+)
Auskultasi : bising usus (+) normal
Ekstremitas : pucat -/-, edema -/-, deformitas -/-
C. PEMERIKSAAN GINEKOLOGI
Inspeksi
Perut bawah tampak sedikit membesar
Vulva, perineum, anus:
tidak tampak peradangan, darah keluar dari vagina (+), flour albus (-)
Palpasi
Teraba massa sebesar telur angsa, dapat digerakkan, konsistensi keras, permukaan licin, nyeri
tekan.
VT
Fluksus (+), Fluor (-)
Vulva uretra vagina dalam batas normal
Porsio 1 jempol tangan, kenyal, licin
Ostium uteri eksternum tertutup
Corpus uteri sebesarkepalan tangan orangdewasa , mobile, tidak berbenjol, tidak nyeri
Adneksa parametrium Teraba massa kistik di adneksa kanan dan kiri,nyeri tekan (+). Sebesar
telur ayam
Cavum douglasi tidak menonjol
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan lab Tanggal 1 April 2012
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Hemoglobin 11.78g/dl 11.7-15.5 g/dl
Leukosit 6.78 ribu 3.6-11.0 ribu
Eosinofil 6.0 % 1-3 %
Basofil 0.10 % 0-1%
Neutrofil 55.90 % 50-70 %
Limfosit 29.7 % 25-40 %
Monosit 6.0 % 2-8 %
MCV 80.70 fl 80-100 fl
MCH 29.4 pg 26-34 pg
MCHC 36.40 % 32-36 %
Hematokrit 35.8 % 35-47 %
Trombosit 213 ribu 150-440 ribu
Eritrosit 3.98 juta 3.8-5.2 juta
Waktu Perdarahan/BT 1.30 menit 1-3 menit
Waktu Pembekuan/ CT 5.00 menit 2-6 menit
Golongan darah/Rh A/+
Imunoserologi
HbsAG Stik : (-)
Hasil USG
Tanggal 1 April 2013
Kesan
Mioma Uteri di Corpus (2 buah batas tegas, ukuran 2.1 x 1.9 cm dan 2. X 1.97cm )
Suspek kistoma ovarii kiri 3 x 2.6)
E. RINGKASAN (RESUME)
Wanita 40th, menstruasi yang sudah belangsung kurang lebih 3 bulan berupa flek-flek
darah bewarna merah hitam. Awalnya mentrurasi normal sekitar 1 minggu, namun flek terus
keluar sampai hari ini. Perut terasa nyeri tetapi tidak sampai mengganggu aktivitas. Tidak ada
keluhan badan lemas, pusing dll. Setelah pasien di USG maka hasilnya ada mioma di
kandungan. Dokter menyarankan untuk operasi.
Tanggal 31 Maret pasien datang untuk di opname dan siap menjalankan operasi seperti
yang disarankan dokter.
Riwayat menstruasi pasien teratur dan nyeri ringan pada hari pertama dan kedua saat
menstruasi.
Tanda-tanda Vital dalam batas normal
Inspeksi abdomen perut bawah tampak sedikit membesar.
Palpasi Abdomen supel, nyeri tekan minimal diregio suprapubik teraba massa dengan ukuran 2
cm, konsistensi keras, permukaan rata, mobile..
VT: Corpus uteri sebesar kepalan tangan orang dewasa , mobile, tidak berbenjol, tidak nyeri
Adneksa parametrium Teraba massa kistik di adneksa kanan dan kiri,nyeri tekan (+). Sebesar
telur bebek.
Hasil USG
Mioma Uteri di Corpus (2 buah batas tegas, ukuran 2.1 x 1.9 cm dan 2. X 1.97cm )
Suspek kistoma ovarii kiri 3 x 2.6cm)
F. DIAGNOSIS
Diagnosis Kerja
Menoragia ec Mioma Uteri
Kistoma ovarii
Dasar Diagnosis
- Menoragia
- perut bawah tampak sedikit membesar
- diregio suprapubik teraba massa dengan ukuran 2 cm, konsistensi keras, permukaan
rata, mobile.
- Corpus uteri sebesar kepalan tangan orang dewasa, mobile, tidak berbenjol, tidak nyeri
- Adneksa parametrium Teraba massa kistik di adneksa kanan dan kiri,nyeri tekan (+).
Sebesar telur bebek
Hasil USG
o Mioma Uteri di Corpus (2 buah batas tegas, ukuran 2.1 x 1.9 cm dan 2. X 1.97cm)
o Suspek kistoma ovarii kiri (3 x 2.6cm)
G. PENATALAKSANAAN
Non Medika Mentosa
Observasi keadaan umum dan tanda- tanda vital
Bed rest
Cek Hb
Puasa pre operasi
Medika Mentosa
Infus Ringer laktat 20 tetes per menit
Hemafort 1x1 tablet peroral
Renapar 3x1 peroral
Amoxan 2 gr IV (setelah skin test -)
Tindakan
Operasi laparotomi
Edukasi:
- Menjelaskan kepada pasien dan keluarganya mengenai keadaan pasien yaitu memiliki
mioma uteri yang sebaiknya dioperasi yaitu diangkat kandungannya.
- Menjelaskan kepada pasien dan keluarganya mengenai tindakan operasi laparotomi
yang akan dilakukan serta komplikasi yang ada seperi resiko pendarahan.
- Istirahat yang cukup serta puasa minumal 6 jam sebelum operasi
H. PROGNOSIS
Ad vitam : bonam
Ad fungsionam : bonam
Ad sanasionam : dubia ad bonam
Pada tanggal 2 April 2013 pukul 08.00 dilakukan operasi histerektomi dan
salphingoooforektomi bilateral
Diagnosa post operasi: mioma uteri
Laporan operasi:
- Insisi linea mediana 10 cm diatas simpisis
- Insisi diperdalam lapis demi lapis hingga peritoneum terbuka
- Tampak eksplorasi, tampak uterus sebesar kepalan tangan orang dewasa
- Tampak kista sebesar telur bebek pada kedua adneksa.
- Dilakukan dengan salphingoooforektomi bilateral
- Saat dipecahkan kista berisi cairan coklat kehitaman
- Klem ligamentum rotundum kiri, potong, jahit dengan chromic cat gut no 1
- Klem ligamentum infundibulum pelvicum kiri, potong, jahit dengan chromic cat gut no 1
- Klem ligamentum latum kiri sedekat mungkin dengan uterus, klem, potong , jahit
dengan chromic cat gut no 1
- Klem ligamentum rotundum kanan, potong, jahit dengan chromic cat gut no 1
- Klem ligamentum ovarii propium kanan , potong, jahit dengan chromic cat gut no 1
- Klem ligamentum latum kanan sedekat mungkin dengan uterus, klem, potong, jahit
dengan chromic cat gut no 1
- Dibuka plika vesiko uterina
- Dilakukan histerektomi supravaginal
- Pangkal vagina dikaitkan dengan dinding depan dan belakang
- Ligamentum latum kanan dan kiri dijahit dengan pangkal vagina
- Dilakukan reperitonialisasi
- Bersihkan cavum abdomen dari jendolan darah
- Kontrol pendarahan, pendarahan (-)
- Jahit lapis demi lapis
- Operasi selesai
Terapi post operasi diberikan:
- RL-D5-NACL 0,9% 30tpm
- Injeksi Bioceft 1x1 g IV
- Injeksi Alinamin 2x1 ampul IV
- Injeksi Tramadol 2x1 ampul IV
- Injeksi Vit C 1x1 gr IV
- Cek Hb
Follow up
Tanggal 3 April 2012 pukul 08.00
S: nyeri pada tempat operasi, kentut +
O: Keadaan umum: Tampak sakit sedang
Kesadaran: Compos mentis
Tekanan Darah: 120/80 mmHg
Nadi: 80x/menit
Suhu 37,10C
Napas: 20x/menit
Mata : konjungtiva anemis –
Paru : suara napas vesikuler, rhonki -/- wheezing -/-
Jantung : BJ I & II reguler, murmur -, gallop –
Abdomen : bising usus +, perban bersih, tidak ada rembesan darah
PPV : -
Laboratorium
2 April 2013 pukul 12.00
Hb : 11,0 g/dl
A: Post histerektomi + salpingo ooforektomi Bilateral hari ke 1
P: Terapi lanjutkan
Tanggal 4 Februari 2012 pukul 07.00
S: Nyeri pada tempat operasi sudah berkurang, sudah bisa duduk
O: Keadaan umum: Tampak sakit sedang
Kesadaran: Compos mentis
Tekanan Darah: 120/80
Nadi: 84x/menit
Suhu 370C
Napas: 20x/menit
Mata : konjungtiva anemis –
Paru : suara napas vesikuler, rhonki -/- wheezing -/-
Jantung : BJ I & II reguler, murmur -, gallop –
Abdomen : bising usus +, perban bersih, tidak ada rembesan darah, nyeri tekan +
PPV : -
A: Post histerektomi + salpingo ooforektomi bilateral hari ke 2
P: Terapi lanjutkan
Tanggal 5 Februari 2012 pukul 07.00
S: nyeri pada tempat operasi sudah berkurang, sudah bisa berjalan
O: Keadaan umum: Tampak sakit sedang
Kesadaran: Compos mentis
Tekanan Darah: 100/70 mmHg
Nadi: 80x/menit
Suhu 370C
Napas: 20x/menit
Mata : konjungtiva anemis –
Paru : suara napas vesikuler, rhonki -/- wheezing -/-
Jantung : BJ I & II reguler, murmur -, gallop –
Abdomen : perban bersih, tidak ada rembesan darah, nyeri tekan +
PPV : -
A: Post histerektomi + salpingo ooforektomi sinistra hari ke 3
P: Ganti perban
DC aff
Terapi lanjutkan
Tanggal 6 Februari 2012 pukul 07.00
S: keluhan -
O: Keadaan umum: Tampak sakit ringan
Kesadaran: Compos mentis
Tekanan Darah: 100/60 mmHg
Nadi: 84x/menit
Suhu 370C
Napas: 20x/menit
Mata : konjungtiva anemis –
Paru : suara napas vesikuler, rhonki -/- wheezing -/-
Jantung : BJ I & II reguler, murmur -, gallop –
Abdomen : perban bersih, tidak ada rembesan darah, nyeri tekan +
PPV : -
A: Post histerektomi + salpingo ooforektomi sinistra hari ke 4
P: Boleh pulang
Infus aff
Kontrol 1 minggu
Ganti dengan obat oral
Zegavit 1x1 kaplet
Amoxicilin 3x500 mg
Ketoprofen 2x1
MIOMA UTERI
PENDAHULUAN
Mioma uteri, dikenal juga dengan sebutan fibromioma, fibroid ataupun leiomioma
dan merupakan neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat yang
menumpangnya.1 Sering ditemukan pada wanita usia reproduksi ( 20 – 25 %), kejadiannya
lebih tinggi pada usia diatas 35 tahun, yaitu mendekati angka 40 %. Tingginya kejadian
mioma uteri antara usia 35 - 50 tahun, menunjukkan adanya hubungan mioma uteri dengan
estrogen. Mioma uteri belum pernah dilaporkan terjadi sebelum menarche dan menopause
angka kejadian sekitar 10 %.
Di Indonesia angka kejadian mioma uteri ditemukan 2,39 % - 11,87 % dari semua
penderita ginekologi yang dirawat. Di USA wanita kulit hitam 3-9 kali lebih tinggi menderita
mioma uteri dibandingkan wanita berkulit putih.Sedangkan di Afrika,wanita kulit hitam
sedikit sekali menderita mioma uteri.
Sejak tahun 1946 Goodman, melaporkan terapi medikamentosa dengan pemberian
hormon progesteron pada 7 wanita dengan mioma uteri, menyebabkan pengecilan ukuran
mioma uteri. Peneliti Segaloff tahun 1949 melaporkan gagal mengkonfirmasi fenomena ini.
Pada tahun 1966 Goldzieher mendemonstrasikan bahwa pertumbuhan mioma uteri dapat
dihambat dengan pemberian dosis besar progesteron. Coutinho mengobservasi pengecilan
ukuran mioma dengan menggunakan anti progestin gestrinon. Pada tahun 1983 De Cherney
dan rekan-rekan mempresentasikan data awal yang melaporkan bahwa terapi danazol
dapat mengecilkan ukuran mioma uteri. Filicori dan rekan-rekan tahun 1983 melaporkan
bahwa pemakaian analog GnRH, untuk mengecilkan mioma uteri.
Penatalaksanaan operatif terhadap gejala-gejala yang timbul atau adanya
pembesaran massa mioma adalah histerektomi. Di Amerika Serikat diperkirakan 600.000
histerektomi dilakukan tiap tahunnya. Dengan semakin berkembangnya tehnologi
kedokteran tindakan operatif pada mioma uteri dapat dilakukan dengan bantuan alat
laparoskopi maupun histeroskopi.
ISI
Definisi
Mioma uteri adalah salah satu tumor jinak otot rahim, disertai jaringan ikatnya.
Mioma uteri berbatas tegas, tidak berkapsul, dan berasal dari otot polos jaringan fibrous,
sehingga mioma uteri dapat berkonsistensi padat jika jaringan ikatnya dominan, dan
berkonsistensi lunak jika otot rahimnya yang dominan. Mioma uteri biasa juga disebut
leiomioma uteri, fibroma uteri, fibroleiomioma, mioma fibroid atau mioma simpel.
Epidemiologi
Sering ditemukan pada wanita usia reproduksi ( 20 – 25 %), kejadiannya lebih tinggi
pada usia diatas 35 tahun, yaitu mendekati angka 40 %. Tingginya kejadian mioma uteri
antara usia 35 - 50 tahun, menunjukkan adanya hubungan mioma uteri dengan estrogen.
Mioma uteri belum pernah dilaporkan terjadi sebelum menarche dan menopause angka
kejadian sekitar 10 %. Di Indonesia angka kejadian mioma uteri ditemukan 2,39 % - 11,87 %
dari semua penderita ginekologi yang dirawat. Di USA wanita kulit hitam 3-9 kali lebih tinggi
menderita mioma uteri dibandingkan wanita berkulit putih.Sedangkan di Afrika,wanita kulit
hitam sedikit sekali menderita mioma uteri.
Etiologi
Etiologi yang pasti terjadinya mioma uteri saat ini belum diketahui. Diduga penyebab
timbulnya mioma uteri paling banyak oleh stimulasi hormon estrogen.
Pukka menemukan bahwa reseptor estrogen pada mioma uteri lebih banyak
didapatkan dibandingkan dengan miometrium normal. Meyer dan De Snoo mengemukakan
patogenesis mioma uteri dengan teori cell nest dan genitoblast. Percobaan Lipschutz
memberikan esterogen kepada kelinci ternyata menimbulkan tumor fibromatosa. Menurut
Meyer asal mioma adalah sel imatur bukan dari selaput otot yang matur.
Apakah estrogen secara langsung memicu pertumbuhan mioma uteri, atau memakai
mediator masih menimbulkan silang pendapat. Dimana telah ditemukan banyak sekali
mediator didalam mioma uteri, seperti estrogen growth factor, insulin growth factor – 1
( IGF – 1 ), connexsin – 43 – Gap junction protein dan marker proliferasi.
Awal mulanya pembentukan tumor adalah terjadinya mutasi somatik dari sel-sel
miometrium. Mutasi ini mencakupi rentetan perubahan pada kromosom, baik secara parsial
maupun secara keseluruhan. Aberasi kromosom ditemukan pada 23-50% dari mioma uteri
yang diperiksa, dan yang terbanyak (36,6%) ditemukan pada kromosom 7 ( del ( 7 ) ( q 21 )/
q 21 q 32 ). Keberhasilan pengobatan medikamentosa mioma uteri sangat tergantung
apakah telah terjadi perubahan pada kromosom atau tidak.
Pengaruh-pengaruh hormon :
• Estrogen
Mioma uteri dijumpai setelah menarche. Seringkali terdapat pertumbuhan tumor
yang cepat selama kehamilan dan terapi estrogen eksogen. Mioma uteri akan
mengecil pada saat menopause dan pengangkatan ovarium. Adanya hubungan
dengan kelainan lainnya yang tergantung estrogen seperti endometriosis (50%),
perubahan fibrositik dari payudara (14,8%), adenomyosis (16,5%) dan hiperplasia
endometrium (9,3%). Myoma uteri banyak ditemukan bersamaan dengan
anovulasi ovarium dan wanita dengan sterilitas.
Selama fase sekretorik ,siklus menstruasi dan kehamilan, jumlah reseptor
estrogen di miometrium normal berkurang.Pada mioma reseptor estrogen dapat
ditemukan sepanjang siklus menstruasi, tetapi ekskresi reseptor tersebut
tertekan selama kehamilan.
17Beta hidroxydesidrogenase: enzim ini mengubah estradiol (sebuah estrogen
kuat) menjadi estron (estrogen lemah). Aktivitas enzim ini berkurang pada
jaringan miomatous, yang juga mempunyai jumlah reseptor estrogen yang lebih
banyak daripada miometrium normal.
• Progesteron
Reseptor progesteron terdapat di miometrium dan mioma sepanjang siklus
menstruasi dan kehamilan.Progesteron merupakan antagonis natural dari
estrogen. Progesteron menghambat pertumbuhan tumor dengan dua cara yaitu:
mengaktifkan 17Beta hidroxydesidrogenase dan menurunkan jumlah reseptor
estrogen pada tumor.
• Hormon pertumbuhan
Level hormon pertumbuhan menurun selama kehamilan, tetapi hormon yang
mempunyai struktur dan aktivitas biologik serupa yaitu HPL, terlihat pada
periode ini, memberi kesan bahwa pertumbuhan yang cepat dari leiomioma
selama kehamilan mungkin merupakan hasil dari aksi sinergistik antara HPL dan
Estrogen.
Pengamatan-pengamatan ini mendukung konsep bahwa hormon atau faktor
pertumbuhan yang sama atau serupa yang biasanya merangsang pertumbuhan uterus
selama kehamilan, juga merangsang pertumbuhan leiomioma pada awal kehamilan. Hal ini
dapat menjelaskan pengamatan paradoks bahwa mioma besar tidak berubah atau mengecil
pada akhir kehamilan.Mungkin selama kehamilan reseptor estrogen mioma mangalami
penurunan (down regulated) akibat adanya estrogen dalam jumlah besar. Tanpa reseptor
estrogen yang efektif (dan karenanya tanpa efek estrogen pada mioma), pengikatan faktor
pertumbuhan epidermis juga berkurang.
Dalam Jeffcoates Principles of Gynecology, ada beberapa faktor yang diduga kuat
sebagai faktor predisposisi terjadinya mioma uteri, yaitu :
1. Umur: mioma uteri jarang terjadi pada usia kurang dari 20 tahun, ditemukan
sekitar 10% pada wanita berusia lebih dari 40 tahun. Tumor ini paling sering
memberikan gejala klinis antara 35-45 tahun.
2. Paritas: lebih sering terjadi pada nullipara atau pada wanita yang relatif infertil,
tetapi sampai saat ini belum diketahui apakah infertilitas menyebabkan mioma
uteri atau sebaliknya mioma uteri yang menyebabkan infertilitas, atau apakah
kedua keadaan ini saling mempengaruhi.
3. Faktor ras dan genetik : pada wanita ras tertentu, khususnya wanita berkulit
hitam, angka kejadian mioma uteri tinggi. Terlepas dari faktor ras, kejadian
tumor ini tinggi pada wanita dengan riwayat keluarga ada yang menderita
mioma.
4. Fungsi ovarium: diperkirakan ada korelasi antara hormon estrogen dengan
pertumbuhan mioma, dimana mioma uteri muncul setelah menarche,
berkembang setelah kehamilan dan mengalami regresi setelah menopause.
Patologi Anatomi
Sarang mioma di uterus dapat berasal dari serviks uteri ( 1-3% ) dan selebihnya adalah dari
korpus uteri. Jarang sekali ditemukan satu macam mioma saja dalam satu uterus. Mioma
pada serviks dapat menonjol ke dalam satu saluran serviks sehingga ostium uteri eksternum
berbentuk bulan sabit.
Apabila mioma dibelah maka tampak bahwa mioma terdiri dari berkas otot polos dan
jaringan ikat yang tersusun seperti kumparan (whorle like pattern) dengan psoudo kapsul
yang terdiri dari jaringan ikat longgar yang terdesak karena pertumbuhan sarang mioma ini.
Pernah ditemukan 200 sarang mioma dalam satu uterus, namun biasanya hanya 5 – 20
sarang saja. Pertumbuhan mioma diperkirakan memerlukan waktu 3 tahun agar dapat
mencapai ukuran sebesar tinju, akan tetapi pada beberapa kasus ternyata tumbuh dengan
cepat.
Menurut tempatnya di uterus dan menurut arah pertumbuhannya, maka mioma
uteri dibagi 4 jenis antara lain :
Jenis mioma uteri yang paling sering adalah jenis intramural (54%), subserosa (48,2%),
submukosa (6,1%) dan jenis intraligamenter (4,4%).
1. Mioma submukosa
Berada dibawah endometrium dan menonjol ke dalam rongga uterus. Jenis
ini di jumpai 6,1% dari seluruh kasus mioma. Jenis ini sering memberikan
keluhan gangguan perdarahan. Mioma uteri jenis lain meskipun besar
mungkin belum memberikan keluhan perdarahan, tetapi mioma submukosa,
walaupun kecil sering memberikan keluhan gangguan perdarahan. Mioma
submukosa umumnya dapat diketahui dari tindakan kuretase, dengan adanya
benjolan waktu kuret, di kenal sebagai “Currete bump” dan dengan
pemeriksaan histeroskopi dapat diketahui posisi tangkai tumor. Tumor jenis
ini sering mengalami infeksi, terutama pada mioma submukosa pedinkulata.
Mioma submukosa pedinkulata adalah jenis mioma submukosa yang
mempunyai tangkai. Tumor ini dapat keluar dari rongga rahim ke
vagina,dikenal dengan nama “mioma geburt” atau mioma yang di lahirkan,
yang mudah mengalami infeksi, ulserasi dan infark. Pada beberapa kasus,
penderita akan mengalami anemia dan sepsis karena proses di atas.
2. Mioma intramural
Terdapat didinding uterus diantara serabut miometrium. Karena
pertumbuhan tumor, jaringan otot sekitarnya akan terdesak dan
terbentuklah semacam simpai yang mengelilingi tumor. Bila didalam dinding
rahim dijumpai banyak mioma, maka uterus akan mempunyai bentuk yang
berbenjol-benjol dengan konsistensi yang padat. Mioma yang terletak pada
dinding depan uterus, dalam pertumbuhannya akan menekan dan
mendorong kandung kemih keatas, sehingga dapat menimbulkan keluhan
miksi.
3. Mioma subserosa
Apabila tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol pada permukaan
uterus diliputi oleh serosa. Mioma subserosa dapat tumbuh diantara kedua
lapisan ligamentum latum menjadi mioma intraligamenter.
4. Mioma intraligamenter
Mioma subserosa yang tumbuh menempel pada jaringan lain, misalnya ke
ligamentum atau omentum dan kemudian membebaskan diri dari uterus
sehingga disebut “wondering / parasisic fibroid”.
Mikroskopik
Pada pembelahan jaringan mioma tampak lebih putih dari jaringan sekitarnya. Pada
pemeriksaan secara mikroskopik dijumpai se-sel otot polos panjang, yang membentuk
bangunan yang khas sebagai kumparan (whorle like pattern). Inti sel juga panjang dan
bercampur dengan jaringan ikat. Pada pemotongan tranversal, sel berbentuk polihedral
dengan sitoplasma yang banyak mengelilinginya. Pada pemotongan longitudinal inti sel
memanjang, dan ditemukan adanya “mast cells” diantara serabut miometrium sering
diinterprestasi sebagai sel tumor atau sel raksasa (giant cells).
Perubahan Sekunder
• Atrofi
Sesudah menopause ataupun sesudah kehamilan berakhir mioma uteri menjadi
kecil.
• Degenerasi hialin
Perubahan ini sering terjadi terutama pada penderita usia lanjut. Tumor
kehilangan struktur aslinya menjadi homogen.Dapat meliputi sebagian besar
atau hanya sebagian kecil dari padanya seolah-olah memisahkan satu kelompok
serabut otot dari kelompok lainnya.
• Degenerasi kistik
Dapat meliputi daerah kecil maupun luas, sebagian dari mioma menjadi cair,
sehingga terbentuk ruangan-ruangan yang tidak teratur berisi seperti agar-agar,
dapat juga terjadi pembengkakan yang luas dan bendungan limfe sehingga
menyerupai limfangioma. Dengan konsistansi yang lunak tumor ini sukar
dibedakan dari kista ovarium atau suatu kehamilan.
• Degenerasi membatu (calcireous degeneration)
Terutama terjadi pada wanita berusia lanjut oleh karena adanya gangguan dalam
sirkulasi. Dengan adanya pengendapan garam kapur pada sarang mioma maka
mioma menjadi keras dan memberikan bayangan pada foto rontgen.
• Degenerasi merah (carneous degeneration)
Perubahan ini biasanya terjadi pada kehamilan dan nifas. Patogenesis
diperkirakan karena suatu nekrosis subakut akibat gangguan vaskularisasi. Pada
pembelahan dapat terlihat sarang mioma seperti daging mentah berwarna
merah disebabkan oleh pigmen hemosiderin dan hemofusin. Degenerasi merah
tampak khas apabila terjadi pada kehamilan muda yang disertai emesis dan haus,
sedikit demam dan kesakitan, tumor dan uterus membesar dan nyeri pada
perabaan.Penampilan klinik seperti ini menyerupai tumor ovarium terpuntir atau
mioma bertangkai.
• Degenerasi lemak
Keadaan ini jarang dijumpai, tetapi dapat terjadi pada degenerasi hialin yang
lanjut, dikenal dengan sebutan fibrolipoma.
Gejala Klinis
Hampir separuh dari kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada
pemeriksaan pelvik rutin. Pada penderita memang tidak mempunyai keluhan apa-apa dan
tidak sadar bahwa mereka sedang mengandung satu tumor dalam uterus. Keluhan-keluhan
yang biasa dikeluhkan sangat bermacam-macam. Keluhan-keluhan tersebut tergantung dari
faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya gejala klinik meliputi :
1. Besarnya mioma uteri.
2. Lokalisasi mioma uteri / tempat mioma berada (serviks, intramural, submukus,
subserus).
3. Perubahan-perubahan dan komplikasi yang terjadi.
Gejala klinik terjadi hanya pada sekitar 35 % – 50% dari pasien yang terkena. Adapun
gejala klinik yang dapat timbul pada mioma uteri
Perdarahan abnormal, merupakan gejala klinik yang sering ditemukan (30%). Bentuk
perdarahan yang ditemukan berupa: menoragi, metroragi, dan hipermenorrhea.
Perdarahan dapat menyebabkan anemia defisiensi Fe. Perdarahan abnormal ini
dapat terjadi karena beberapa faktor yaitu :
o Pengaruh ovarium sehingga terjadilah hiperplasia endometrium sampai
adenokarsinoma endometrium.
o Permukaan endometrium yang lebih luas dari pada biasa.
o Atrofi endometrium di atas mioma submukosum.
o Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang mioma
di antara serabut miometrium, sehingga tidak dapat menjepit pembuluh
darah yang melaluinya dengan baik
Penekanan rahim yang membesar :
o Gangguan ini tergantung dari tempat dan besar mioma uteri.
o Terasa berat di abdomen bagian bawah.
o Gejala traktus urinarius: penekanan pada kandung kemih dapat
menyebabkan urine frequency meningkat dan menimbulkan poliuri.
o Gejala dan tanda penekanan pada rektum dapat meyebabkan obstipasi dan
obstruksi intestinal.
o Penekanan pada uretra dapat menimbulkan hidroureter dan hidronefrosis.
o Gejala penekanan pada pembuluh darah dan pembuluh limfe di panggul
dapat menyebabkan edema tungkai dan nyeri panggul.
o Terasa nyeri karena tertekannya saraf.
Nyeri :
Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas, tetapi dapat timbul karena :
o Gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma, yang disertai nekrosis
setempat pada peradangan.
o Pengeluaran mioma submukosum yang akan dilahirkan.
o Karena pertumbuhannya yang menyempitkan kanalis servikalis dapat
menyebabkan juga dismenore.
o Penekanan saraf.
o Torsi bertangkai (putaran tangkai) : sarang mioma yang bertangkai dapat
mengalami torsi, timbul gangguan sirkulasi akut sehingga mengalami
nekrosis. Dengan demikian terjadilah sindrom abdomen akut.
Infertilitas dan abortus.
Akibat penekanan atau penutupan saluran tuba oleh mioma yang berlokasi di cornu.
Perdarahan kontinyu pada pasien dengan mioma submukosa dapat menghalangi
implantasi. Terdapat peningkatan insiden aborsi dan kelahiran prematur pada pasien
dengan mioma intramural dan submukosa oleh karena distorsi rongga uterus. Rubin
(1958) menyatakan penyebab infertilitas tersebut, maka merupakan suatu indikasi
untuk dilakukan miomektomi.
Kongesti vena, disebabkan oleh kompresi tumor yang menyebabkan edema
ekstremitas bawah, hemorrhoid, nyeri dan dyspareunia.
Gangguan pertumbuhan dan perkembangan kehamilan.
Biasanya mioma akan mengalami involusi yang nyata setelah kelahiran.
Pengaruh kehamilan dan persalian pada mioma uteri
Sebaliknya , kehamilan dan persalinan dapat mempengaruhi mioma uteri.
Tumor bertumbuh lebih cepat dalam kehamilan akibat hipertrofi dan edema,
terutama dalam bulan-bulan pertama, mungkin karena pengaruh hormona
(estrogen) yang meningkat dalam kehamilan. Setelah kehamilan 4 bulan tumor tidak
bertambah besar lagi.
Tumor menjadi lebih lunak dalam kehamilan, dapat berubah bentuk, dan mudah
terjadi gangguan sirkulasi di dalamnya, sehingga terjadi perdarahan dan nekrosis,
terutama di tengah-tengah tumor. Tumor tampak merah (degenerasi merah) atau
tampak seperti daging (degenerasio karnosa) akibat infark hemoragik. Perubahan ini
menyebabkan rasa nyeri di perut yang disertai gejala-gejala rangsangan peritoneum
dan gejala-gejala peradangan, walaupun dalam hal ini peradangan bersifat suci
hama (steril). Sering kali terjadi lekositosis sedang. Kadang-kadang peritoneum
parietalis yang menutupi mioma (yang mengalami infark) meradang dan terjadi
friction rub (bising gesek) peritoneum. Tumor menjadi lebih lunak, berubah bentuk
dan berwarna merah. Lebih sering lagi komplikasi ini terjadi dalam masa nifas karena
sirkulasi dalam tumor mengurang akibat perubahan-perubahan sirkulasi yang
dialami oleh wanita setelah bayi lahir.
Mioma uteri subserosum yang bertangkai dapat mengalami putaran tangkai akibat
desakan uterus yang makin lama makin membesar atau setelah bayi lahir. Torsi
menyebabkan gangguan sirkulasi yang nekrosis pada tumor dan menimbulkan
gambaran klinik perut mendadak merasakan nyeri hebat (acute abdomen).
Mioma yang lokasi di belakang, dapat terdesak ke dalam kavum dauglasi dan terjadi
inkaserasi.
Mioma dapat terinfeksi apabila terjadi abortus septik atau metritis masa nifas.Hal ini
paling sering terjadi apabila miomanya terletak dekat dengan tempat implantasi
plasenta atau terjadi perforasi mioma oleh instrumen, misalnya sonde atau kuret.
Apabila mioma mengalami infark, resiko infeksi meningkatdan kemungkinan
penyembuhan infeksi berkurang, kecuali apabila dilakukan histerektomi.
Diagnosis
Berikut diagnosis yang dapat dilakukan terhadap pasien :
Anamnesis
1. Timbul benjolan di perut bagian bawah dalam waktu yang relatif lama dan
pasien merasa berat pada perut bagian bawah.
2. Kadang-kadang disertai gangguan haid, buang air kecil atau buang air besar.
3. Nyeri perut bila terinfeksi, terpuntir, pecah.
Pemeriksaan fisik (Pemeriksaan luar)
• Palpasi abdomen didapatkan tumor di abdomen bagian bawah.
• Pemeriksaan ginekologik dengan pemeriksaan bimanual didapatkan tumor
tersebut menyatu dengan rahim atau mengisi kavum Douglasi.
• Konsistensi padat, kenyal, permukaan tumor umumnya rata. Mioma yang
teraba lunak dan tidak menyebabkan kelainan bentuk uterus sangat sulit
untuk dibedakan dari uterus gravidus. Bahkan pada laparatomi, waktu perut
terbuka kadang-kadang tidak mungkin dibuat diagnosa yang tepat.
• Pemeriksaan bimanual akan mengungkapkan tumor padat uterus, yang
umumnya terletak di garis tengah ataupun agak ke samping, sering kali
teraba berbenjol-benjol. Juga teraba massa tumor pada abdomen bagian
bawah serta pergerakan tumor dapat terbatas atau bebas. Jangan lupa untuk
memperhatikan tanda-tanda peradangan yang muncul serta perdarahan dan
fluor albus.
Pemeriksaan dalam
Teraba tumor yang berasal dari rahim dan pergerakan tumor dapat terbatas
atau bebas, hal ini biasanya ditemukan secara kebetulan. Mioma intramural akan
menyebabkan kavum uteri menjadi luas, yang ditegakkan dengan pemeriksaan yang
menggunakan uterus sonde. Mioma submukosum kadang kala dapat teraba dengan
jari yang masuk ke dalam kanalis servikalis, dan terasanya benjolan pada permukaan
kavum uteri.
Pemeriksaan laboratorium
Anemia merupakan akibat paling sering dari mioma. Hal ini disebabkan perdarahan
uterus yang banyak dan habisnya cadangan zat besi. Kadang-kadang mioma
menghasilkan eritropoetin yang pada beberapa kasus menyebabkan polisitemia.
Adanya hubungan antara polisitemia dengan penyakit ginjal diduga akibat
penekanan mioma terhadap ureter yang menyebabkan peninggian tekanan balik
ureter dan kemudian menginduksi pembentukan eritropoetin ginjal.
Pemeriksaan penunjang
a. Ultrasonografi
Ultrasonografi transabdominal dan transvaginal bermanfaat dalam
menetapkan adanya mioma uteri. Ultrasonografi transvaginal terutama
bermanfaat pada uterus yang kecil. Uterus atau massa yang paling besar
paling baik diobservasi melalui ultrasonografi transabdominal. Mioma uteri
secara khas menghasilkan gambaran ultrasonografi yang mendemonstrasikan
irregularitas kontur maupun pembesaran uterus. Adanya kalsifikasi ditandai
oleh fokus-fokus hiperekoik dengan bayangan akustik. Degenerasi kistik
ditandai adanya daerah yang hipoekoik.
b. Histeroskopi
Dengan pemeriksaan ini dapat dilihat adanya mioma uteri submukosa, jika
tumornya kecil serta bertangkai. Tumor tersebut sekaligus dapat diangkat.
c. MRI ( Magnetic Resonance Imaging )
MRI sangat akurat dalam menggambarkan jumlah,ukuran dan lokasi mioma,
tetapi jarang diperlukan. Pada MRI, mioma tampak sebagai massa gelap
terbatas tegas dan dapat dibedakan dari miometrium yang normal. MRI dapat
mendeteksi lesi sekecil 3 mm yang dapat dilokalisasi dengan jelas, termasuk
mioma submukosa. MRI dapat menjadi alternatif ultrasonografi pada kasus-
kasus yang tidak dapat disimpulkan.
d. Foto BNO/IVP
Pemeriksaan ini penting untuk menilai massa di rongga pelvis serta menilai
fungsi ginjal dan perjalanan ureter.
e. Laparaskopi untuk mengevaluasi massa pada pelvis.
f. Tes kehamilan
Diagnosis Banding
Diagnosis banding yang perlu kita pikirkan adalah :
Tumor abdomen di bagian bawah atau panggul ialah mioma subserosum dan
kehamilan.
Mioma submukosum yang dilahirkan harus dibedakan dengan inversio uteri.
Mioma intramural harus dibedakan dengan khoriokarsinoma, karsinoma korporis
uteri atau suatu sarkoma uteri.
Tumor solid ovarium.
Pertumbuhan tumor diikuti oleh infiltrasi ke jaringan sekitar yang menyebabkan
pelbagai keluhan samar-samar seperti perasaan sebah, makan sedikit terasa cepat
kenyang, sering kembung, nafsu makan menurun. Beberapa gejala yang timbul dapat
membuat keraguan dalam mendiagnosa mioma karena memberikan beberapa
keluhan yang hampir sama. Kecenderungan untuk melakukan implantasi di daerah
perut merupakan ciri khas suatu tumor ganas ovarium yang menghasilkan ascites.
Uterus gravid.
Kelainan bawaan rahim.
Adenomiosis uteri
Adenomiosis secara klinis lebih banyak persamaannya dengan mioma uteri.
Adenomiosis lebih sering ditemukan pada multipara dalam masa premenopause,
sedangkan endometriosis terdapat pada wanita yang lebih muda dan yang umumnya
infertil. Menurut kepustakaan frekuensi adenomiosis berkisar antara 10 – 47 %.
Diagnosis untuk adenomiosis yang akurat sekarang dapat dilakukan dengan tehnik
MRI.
Endometriosis.
Adalah suatu keadaan di mana jaringan endometrium yang masih berfungsi
terdapat di luar kavum uteri. Jaringan ini yang terdiri atas kelenjar-kelenjar atau
stroma, terdapat di dalam miometrium atau pun di luar uterus. Bila jaringan
endometrium terdapat di dalam miometrium disebut adenomiosis, dan bila di luar
uterus disebut endometriosis.
Perdarahan uterus disfungsional
Yaitu perdarahan bukan haid.Yang dimaksudkan di sini ialah perdarahan yang terjadi
dalam masa antara 2 haid.Perdarahan itu tampak terpisah dan dapat dibedakan dari
haid, atau 2 jenis perdarahan ini menjadi satu ; yang pertama dinamakan
metroragia , yang kedua menometroragia .Metroragia atau menometroragia dapat
disebabkan oleh kelainan organik pada alat genital atau oleh kelainan
fungsional.Perdarahan-perdarahan dari uterus selain mioma uteri dapat disebabkan
oleh kelainan pada :
1. Serviks uteri, sepeti polipus servisitis uteri, erosio porsionis uteri, ulkus pada
porsio uteri, karsinoma servisitis uteri.
2. Korpus uteri, seperti polip endometrium , abortus imminens, abortus sedang
berlangsung, abortus inkompletus, mola hidatidosa, koriokarsinoma ,
subinvolusio uteri, karsinoma korporis uteri, sarkoma uteri.
Perdarahan dari uterus yang tidak ada hubungannya dengan sebab organik
dinamakan perdarahan disfungsional.Perdarahan disfungsional dapat terjadi pada
setiap umur antara menarche dan menopause.Tetapi, kelainan ini lebih sering
dijumpai sewaktu masa permulaan dan masa akhir fungsi ovarium.Dua pertiga dari
wanita-wanita yang dirawat di rumah sakit untuk perdarahan disfungsional berumur
di atas 40 tahun, dan 3 % di bawah 20 tahun.Sebetulnya dalam praktek banyak
dijumpai pula perdarahan disfungsional dalam masa pubertas , akan tetapi karena
keadaan ini biasanya dapat sembuh sendiri, jarang diperlukan perawatan di rumah
sakit kecuali perdarahan tersebut disebabkan karena sebab-sebab tertentu seperi
mioma.
Tumor solid rongga pelvis non ginekologis.
Miosarkoma.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan mioma uteri tergantung dari segi umur, paritas, lokasi, dan ukuran
tumor. Tidak semua mioma uteri memerlukan pengobatan bedah, 55% dari semua mioma
uteri tidak membutuhkan suatu pengobatan dalam bentuk apa pun, terutama apabila
mioma itu masih kecil dan tidak menimbulkan gangguan atau keluhan. Walaupun demikian
mioma uteri memerlukan pengamatan setiap 3-6 bulan. Dalam menopause dapat terhenti
pertumbuhannya atau menjadi lisut. Apabila terlihat adanya suatu perubahan yang
berbahaya dapat terdeteksi dengan cepat agar dapat diadakan tindakan segera.
1. Konservatif
Penderita dengan mioma yang kecil dan tanpa gejala tidak memerlukan pengobatan,
tetapi harus diawasi perkembangan tumornya. Jika mioma lebih besar dari
kehamilan 10 – 12 minggu, tumor yang berkembang cepat, terjadi torsi pada tangkai,
perlu diambil tindakan operasi.
2. Terapi medikamentosa
Terapi medikammentosa yang dapat memperkecil volume atau menghentikan
pertumbuhan mioma uteri secara menetap belum tersedia pada saat ini. Terapi
medikamentosa masih merupakan terapi tambahan atau terapi pengganti sementara
dari terapi operatif.
Adapun preparat yang selalu digunakan untuk terapi medikamentosa adalah analog
GnRH, progesteron,danazol, gestrinon, tamoksifen, goserelin, anti
prostaglandin,agen-agen lain (gossipol,amantadine)
Analog GnRH
Penelitian multisenter yang dilakukan pada 114 pasien dengan mioma uteri yang
diberikan analog GnRH leuprorelin asetat selama 6 bulan, ditemukan pengurangan
volume uterus rata-rata 67 %, pada 90 wanita didapatkan pengecilan volume uterus
sebesar 20 %, dan pada 35 wanita ditemukan pengurangan volume mioma sebanyak
80 %.
Efek maksimal dari analog GnRH baru terlihat setelah 3 bulan dimana cara kerjanya
menekan produksi estrogen dengan sangat kuat, sehingga kadarnya dalam darah
menyerupai kadar estrogen wanita usia menopause. Setiap mioma uteri memberikan
hasil yang berbeda-beda terhadap pemberian analog GnRH.
Mioma submukosa dan mioma intramural merupakan mioma uteri yang paling
responsif terhadap pemberian analog GnRH. Sedangkan mioma subserosa tidak
responsif dengan pemberian analog GnRH ini.
Keuntungan pemberian pengobatan medikamentosa dengan analog GnRH adalah
1. Mengurangi volume uterus dan volume mioma uteri
2. Mengurangi anemia akibat pendarahan
3. Mengurangi pendarahan pada saat operasi
4. Tidak diperlukan insisi yang luas pada uterus saat pengangkatan mioma
5. Mempermudah tindakan histerektomi vaginal
6. Mempermudah pengangkatan mioma submukosa dengan histeroskopi
Progesteron
Peneliti Lipschutz tahun 1939, melaporkan perkembangan mioma uteri dapat
dihambat atau dihilangkan dengan pemberian progesteron. Dimana progesteron
yang diproduksi oleh tubuh dapat berinteraksi secara sinergis dengan estrogen,
tetapi mempunyai aksi antagonis.
Tahun 1946 Goodman melaporkan terapi injeksi progesteron 10 mg dalam 3 kali
seminggu atau 10 mg sehari selama 2 – 6 minggu, terjadi regresi dari mioma uteri,
setelah pemberian terapi. Segaloff tahun 1949, mengevaluasi 6 pasien dengan
perawatan 30 sampai 189 hari, dimana 3 pasian diberi 20 mg progesteron
intramuskuler tiap hari, dan 3 pasian lagi diberi 200 mg tablet. Pengobatan ini tidak
mempengaruhi ukuran mioma uteri.
Goldhiezer, melaporkan adanya perubahan degeneratif mioma uteri pada pemberian
progesteron dosis besar. Dengan pemberian medrogestone 25 mg pr hari selama 21
hari. Pada pemberian 2 mg norethindrone tiap hari selama 30 hari tidak
mempengaruhi perubahan ukuran volume mioma uteri. Perkiraan ukuran mioma
uteri sebelum dan sesudah terapi tidak dilakukan dan efektifitasnya dimulai
berdasarkan temuan histologis. Terapi progesteron mungkin ada berhasil dalam
pengobatan mioma uteri, hal ini belum terbukti saat ini.
Danazol
Danazol merupakan progestogen sintetik yang berasal dari testoteron, dan pertama
kali digunakan untuk pengobatan endometrosis. Prof. Maheux tahun 1983 pada
pertemuan tahunan perkumpulan fertilitas Amerika, mempresentasikan hasil
studinya di Universitas Yale, 8 pasien mioma uteri diterapi 800 mg danazol setiap
hari, selama 6 bulan. Dosis substansial didapatkan hanya menyebabkan pengurangan
volume uterus sebesar 20 – 25 %, dimana diperoleh fakta bahwa damazol memiliki
substansi androgenik.
Tamaya, dan rekan-rekan tahun 1979, melaporkan reseptor androgen pada mioma
terjadi peningkatan aktivitas 5 ∝ - reduktase dibandingkan dengan miometrium dan
endometrium normal. Yamamoto tahun 1984, dimana mioma uteri, memiliki suatu
aktifitas aromatase yang tinggi dan dapat membentuk estrogen dari androgen.
Gestrinon
Gestrinon adalah suatu trienic 19- nonsteroid sintetik, juga dikenal sebagai R 2323
yang terbukti efektif dalam pengobatan endometrosis. Coutinho tahun 1986
melaporkan, 97 wanita, kelompok A (n = 34) menerima 5 mg gestrinon peroral 2 kali
seminggu, kelompok B (n = 36) 2,5 mg gestrinon peroral 2 kali seminggu, dan
kelompok C (n = 27) menerima 2,5 mg gestrinon pervaginan 3 kali seminggu.3,14
Data masing-masing pasien di evakuasi setelah 4 bulan pengobatan dengan
gesterinon, didapatkan volume uterus berkurang 18 % pada kelompok A, 27% pada
kelompok B, tetapi pada kelompok C meningkat 5 %.
Setelah masa pengobatan selama 4 bulan berakhir, 95 % pasien mengalami
amenorce. Coutinho, menyarankan penggunaan gesterinon sebagai terapi
preoperatif untuk mengontrol perdarahan menstruasi yang banyak berhubungan
dengan mioma uteri.
Tamoksifen
Tamoksifen merupakan turunan trifeniletilen mempunyai khasiat estrogenik maupun
antiestrogenik. Dan dikenal sebagai “selective estrogen receptor modulator” (SERM)
dan banyak digunakan untuk pengobatan kanker payudara stadium lanjut. Karena
khasiat sebagai estrogenik maupun antiestrogenik. Beberapa peneliti melaporkan,
pemberian tamoksifen 20 mg tablet perhari untuk 6 wanita premenopause dengan
mioma uteri selama 3 bulan dimana, volumae mioma tidak berubah.
Kerja tamoksifen pada mioma uteri, dimana konsentrasi reseptor estradiol total
secara signifikan lebih rendah. Hal ini terjadi karena peningkatan kadar progesteron
bila diberikan secara berkelanjutan.
Goserelin
Goserelin merupakan GnRH agonis, dimana ikatan reseptornya terhadap jaringan
sangat kuat, sehingga kadarnya dalam darah berada cukup lama. Dan pada
pemberian goserelin dapat mengurangi setengah ukuran mioma uteri dan dapat
menghilangkan gejala menorargia dan nyeri pelvis. Pada wanita premenopause
dengan mioma uteri, pengobatan jangka panjang dapat menjadi alternatif tindakan
histerektomi terutama pada saat menjelang menopause. Pemberian goserelin 400
mikrogram 3 kali sehari semprot hidung sama efektifnya dengan pemberian 500
mikrogram sehari sekali dengan cara injeksi subkutan.
Untuk pengobatan mioma uteri, dimana kadar estradiol kurang signifikan disupresi
selama pemberian goserelin dan pasien sedikit mengeluh efek samping berupa
keringat dingin. Pembereian dosis yang sesuai, agar dapat menstimulasi estrogen
tanpa tumbuh mioma kembali atau berulangnya peredaran abnormal sulit diterima.
Peneliti mengevaluasi efek pengobatan dengan formulasi depot bulanan goserelin
dikombinasi dengan HRT (estrogen konjugasi 0.3 mg) dan medroksiprogesteron
asetat 5 mg pada pasien mioma uteri, parameter yang diteliti adalah volume mioma
uteri, keluhan pasien, corak perdarahan, kandungan mineral tulang dan fraksi
kolesterol.
Dapat disimpulkan dari hasil penelitian, dimana pemberian goserelin dikombinasi
dengan HRT dilaporkan mioma uteri berkurang, dengan keluhan berupa keringat
dingin dan pola perdarahan spotting, bila pengobatan dihentikan. Dimana
kandungan mineral tulang berkurang bila pemberian pengobatan selama 6 bulan
pertama. Tiga bulan setelah pengobatan perlu dilakukan observasi, dan konsentrasi
HDL kolesterol meningkat selama pengobatan, sedangkan plasma trigliserida
konsentrasi menetap selama pemberian terapi.
Antiprostaglandin
Penghambat pembentukan prostaglandin dapat mengurangi perdarahan yang
berlebihan pada wanita dengan menoragia, dan hal ini beralasan untuk diterima atau
mungkin efektif untuk menoragia yang diinduksi oleh mioma uteri.
Ylikorhala dan rekan-rekan, melaporkan pemberian naproxen 500 – 1000 mg setiap
hari untuk terapi selama 5 hari tidak memiliki efek pada menoragia yang diinduksi
mioma, meskipun hal ini mengurangi perdarahan menstruasi 35,7 % wanita dengan
menoragia idiopatik. Studi ini didasarkan hanya penilaian secara simptomatik,
sedangkan ukuran mioma tidak diukur.
Agen-agen lain ( Gossypol dan Amantadin )
Gossypol
Meiling pada tahun 1980, melaporkan penggunaan gossypol pada 30 wanita dengan
perdarahan menopause fungsional, mioma uteri dan endometrosis. Kadar ekstrogen
menurun pada 70 kasus endometrium, menunjukkan tingginya kejadian atrofi
endometrium.
Pada 65.5 % didapatkan pengurangan volume mioma yang terbatas. Perhatian
utama dengan agen ini ada kemungkinan efek-efek samping. Pada uji klinik,
dilaporkan kelelahan dan hipokalemu irreversibel dan efek permanen secara
langsung pada gonad atau kontrasepsi pria.
Amantadin
Amantadin telah dibuktikan oleh FDA untuk pengobatan parkinson, dan reaksi ekstra
piramidal yang diinduksi obat. Dan menyebabkan pelepasan dopamin endogen dan
mengaktivasi neuron dopaminergik dan noradrenergik.
Luisi dan luisi, melaporkan selama 10 tahun pengalamannya mengobati mioma
simptomatik dengan amantadin. Keseluruhan dengan 160 pasien menerima
amantadin (200 mg perhari) untuk 20 hari dalam sebulan selama 6 bulan. Setelah 6
bulan pengobatan, pertumbuhan mioma dihambat, dimana konsistensinya
berkurang secara bertahap dan gejalanya berkurang. Mekanisme kerjanya tidak
jelas, diduga bahwa pengurangan ukuran tumor berhubungan dengan penurunan
aliran darah. Amantadin mungkin berguna untuk pengobatan mioma uteri,
kemanjuran tidak ditunjukkan secara tepat dengan efek samping gagal jantung
kongestif, gagal ginjal dan hipotensi ortostatik.
3. Penangganan operatif : dengan melakukan tindakan operasi terhadap pasien.
Berikut beberapa cara penangganan operatif :
Miomektomi
Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa pengangkatan
uterus. Tindakan ini dikerjakan misalnya pada mioma submukosum pada miom
geburt dengan cara ekstirpasi lewat vagina. Pengambilan sarang mioma
subserosum dapat mudah dilaksanakan apabila tumor bertangkai karena jelas
dan mudah dijepit serta diikat. Apabila miomektomi ini dikerjakan karena
keinginan memperoleh anak atau mempertahankan uterus demi kelangsungan
fertilitas, kemungkinan akan terjadi kehamilan adalah 30 – 50 %. Sejauh ini
tindakan ini tampaknya aman, efektif dan masih menjadi pilihan terbaik.
Miomektomi sebaiknya tidak dilakukan bila ada kemungkinan terjadi carcinoma
endometrium atau sarkoma uterus, juga dihindari pada masa kehamilan.
Miomektomi dilakukan bila :
o Ukuran tumor lebih besar dari ukuran uterus 12 – 14 minggu.
o Pertumbuhan tumor cepat.
o Mioma subserosa bertangkai dan torsi.
o Bila dapat menjadi penyulit pada kehamilan berikutnya.
o Hipermenorea pada mioma submukosa.
o Penekanan pada organ sekitarnya.
Laparoskopik
Satu atau beberapa myoma diangkat menggunakan tehnik laparaskopi atau
endoskopi. Laparaskopi dilakukan dengan membuat insisi kecil pada dinding
abdomen dan memasukkan laparaskop ke dalamnya. Keuntungannya adalah
pasien tidak perlu rawat inap dan penyembuhannya lebih cepat daripada
laparatomi. Kerugiaannya adalah dibutuhkan waktu yang lama untuk
mengangkat myoma yang besar dari abdomen.
Penghancuran mioma
Yaitu dengan menghambat suplai darah mioma: miolisis yaitu dengan
laparaskop, laser fiber/alat elektrik diletakkan pada fibroma, kemudian
pembuluh darah yang memberi makan mioma dibekukan atau digumpalkan,
sehingga jaringan myoma yang akan mati dan berangsur-angsur digantikan
dengan jaringan parut. Ini lebih mudah dilakukan daripada myomektomi dan
penyembuhannya lebih cepat.
Uterine Artery Embolization (UAE)
Arteri uterina diinjeksi dengan butiran polyvinyl alkohol melalui kateter yang
nantinya akan menghambat aliran darah ke mioma dan menyebabkan nekrosis.
Penting untuk diketahui, setelah dilakukan UAE, kehamilan tidak diperkenankan
karena terjadi distorsi signifikan dari lapisan uterus yang dapat menyebabkan
implantasi abnormal dan keguguran serta infertilitas dalam waktu yang lama.
Nyeri setelah UAE lebih ringan daripada setelah pembedahan myoma.
Keuntungannya adalah tidak ada insisi dan waktu penyembuhannya yang cepat.
Enukleasi Mioma
Dilakukan pada penderita infertil atau yang masih menginginkan anak atau
mempertahankan uterus demi kelangsungan fertilitas.Sejauh ini tampaknya
aman, efektif, dan masih menjadi pilihan terbaik.Enukleasi sebaiknya tidak
dilakukan bila ada kemungkinan terjadi karsinoma endometrium atau sarkoma
uterus, juga dihindari pada masa kehamilan.Tindakan ini seharusnya dibatasi
pada tumor dengan tangkai dan jelas yang dengan mudah dapat dijepit dan
diikat.Bila miomektomi menyebabkan cacat yang menembus atau sangat
berdekatan dengan endometrium , kehamilan berikutnya harus dilahirkan
dengan sectio caesarea.
Kriteria preopersi menurut American College of Obstericians Gynecologist
(ACOG) adalah sebagai berikut :
Kegagalan untuk hamil atau keguguran berulang.
Terdapat leiomioma dalam ukuran yang kecil dan berbatas tegas.
Apabila tidak ditemukan alasan yang jelas penyebab kegagalan kehamilan
dan keguguran yang berulang.
Histerektomi
Perlu disadari bahwa 25 – 35% dari penderita mioma masih memerlukan
histerektomi.Histerektomi adalah pengangkatan uterus , yang umunya
merupakan tindakan terpilih. Histerektomi dapat dilaksanakan per abdominam
atau per vaginam. Yang akhir ini jarang dilakukan karena uterus harus lebih kecil
dari telur angsa dan tidak ada perlekatan dengan sekitarnya.Adanya prolapsus
uteri akan mempermudah prosedur pembedahan. Histerektomi total umunya
dilakukan dengan alasan mencegah akan timbulnya karsinoma sevisis
uteri.Histerektomi supravaginal hanya dilakukan apabila terdapat kesukaran
teknis dalam mengangkat uterus keseluruhannya.
Histerektomi dilakukan bila pasien tidak menginginkan anak lagi, dan pada
penderita yang memiliki leiomioma yang simptomatik atau yang sudah
bergejala. Kriteria ACOG untuk histerektomi adalah sebagai berikut :
a) Terdapatnya 1 sampai 3 leiomioma asimptomatik atau yang
dapat teraba dari luar dan dikeluhkan oleh pasien.
b) Perdarahan uterus berlebihan :
Perdarahan yang banyak bergumpal – gumpal atau terjadi
berulang – ulang selama lebih dari 8 hari.
Anemia akibat kehilangan darah akut atau kronis.
c) Rasa tidak nyaman di pelvis akibat mioma meliputi :
Nyeri hebat dan akut.
Rasa tertekan pada punggung bawah atau perut bagian bawah
yang kronis.
Penekanan buli – buli dan frekuensi urine yang berulang – ulang
dan tidak disebabkan infeksi saluran kemih.
Penangganan Radioterapi
Hanya dilakukan pada pasien yang tidak dapat dioperasi (bad risk
patient).
Tindakan ini bertujuan agar ovarium tidak berfungsi lagi sehingga
penderita mengalami menopause.Karena itu tindakan ini tidak
dilakukan pada wanita muda.
Radioterapi ini umumnya hanya dikerjakan kalau terdapat kontra
indikasi untuk tindakan operatif.
Uterus harus lebih kecil dari usia kehamilan 12 minggu.
Bukan jenis submukosa.
Radioterapi hendaknya hanya dikerjakan apabila tidak ada
keganasan pada uterus.
Tidak disertai radang pelvis atau penekanan pada rektum.
Komplikasi
1. Degenerasi ganas
Mioma uteri yang menjadi leiomiosarkoma ditemuken hanya 0.32 – 0.6 % dari
seluruh mioma serta merupakan 50 – 75 % dari semua sarkoma uterus. Keganasan
umumnya baru ditemukan pada pemeriksaan histologi uterus yang telah diangkat.
Kecurigaan akan keganasan uterus apabila mioma uteri cepat membesar dan apabila
terjadi pembesaran sarang mioma dalam menopause. Novak dan Woodruff
melaporkan insiden leiomiosarkoma adalah dibawah 0.5 %.
2. Torsi ( putaran tangkai )
Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan sirkulasi
akut sehingga mengalami nekrosis. Keadaan ini dapat terjadi pada semua bentuk
mioma tetapi yang paling sering adalah jenis mioma submukosa pendinkulata.
3. Komplikasi yang ditimbulkan mioma terhadap kehamilan:
a. Sering terjadi abortus.
b. Persalinan prematuritas.
c. Tertutupnya saluran indung telur sehingga menimbulkan infertilitas.
d. Subferil sampai fertil dan kadang-kadang hanya mempunyai 1 anak saja.
e. Terjadi kelainan letak janin dalam rahim.
f. Distosia tumor yang menghalangi jalan lahir.
g. Inersia uteri pada kala I dan kala II.
h. Atonia uteri setelah pasca persalinan, perdarahan banyak.
i. Kelainan letak plasenta.
j. Plasenta sukar lepas (retensio plasenta) sehingga dapat terjadi perdarahan
KISTA OVARIUM
I. PENDAHULUAN
Ovarium merupakan sepasang organ pada sistem reproduktif wanita. Berlokasi di
pelvis, di samping uterus, yang mana adalah cekungan, berbentuk seperti buah peer pada
bayi yang sedang tumbuh. Masing-masing ovarium ukuran dan bentuknya seperti buah
kenari. Ovarium menghasilkan sel telur dan hormon wanita. Hormon merupakan bahan
kimia yang mengontrol jalannya fungsi dari sel dan organ tertentu.1
Setiap bulan, selama siklus menstruasi, sebuah sel telur dikeluarkan dari satu ovarium
dalam proses yang disebut ovulasi. Perjalanan sel telur dari ovarium melalui tuba falopii
menuju ke uterus. Ovarium juga merupakan sumber utama dari hormon wanita yaitu
estrogen dan progesteron. Hormon-hormon ini mempengaruhi perkembangan dari
payudara wanita, bentuk tubuh, dan rambut tubuh. Hormon-hormon ini juga mengatur
siklus menstruasi dan kehamilan.
Di antara tumor-tumor ovarium ada yang bersifat neoplastik dan ada yang bersifat
non neoplastik. Tentang tumor-tumor neoplastik belum ada klasifikasi yang dapat
diterima oleh semua pihak. Hal ini terjadi oleh karena klasifikasi berdasarkan
histopatologi atau embriologi belum dapat diberikan secara tuntas berhubung masih
kurangnya pengetahuan kita mengenai asal-usul beberapa tumor, dan pula berhubung
dengan adanya kemungkinan bahwa tumor-tumor yang sama rupanya mempunyai asal
yang berbeda. Maka atas pertimbangan praktis, tumor-tumor neoplastik dibagi atas
tumor jinak dan tumor ganas, dan selanjutnya tumor jinak dibagi dalam tumor kistik dan
solid.
ANATOMI
Sebuah ovarium terletak disetiap sisi uterus, di bawah dan di belakang tuba falopii.
Dua ligamen mengikat ovarium pada tempatnya, yakni bagian messovarium ligamen lebar
uterus, yang memisahkan ovarium dari sisi dinding pelvis lateral kira-kira setinggi spina
illiaka anterior superior, dan ligamentum ovarii propium, yang mengikat ovarium ke uterus.
Pada palpasi, ovarium dapat digerakkan.
Ovarium memiliki asal yang sama (homolog) dengan testis pada pria. Ukuran dan
bentuk ovarium menyerupai sebuah almond berukuran besar. Saat ovulasi, ukuran ovarium
dapat berubah menjadi dua kali lipat untuk sementara. Ovarium yang berbentuk oval ini
memiliki konsistensi yang padat dan sedikit kenyal. Sebelum menarche, permukaan ovarium
licin. Setelah maturasi seksual, luka parut akibat ovulasi dan ruptur folikel yang berulang
membuat permukaan nodular menjadi kasar.
Ovarium terdiri dari dua bagian:
1. Korteks Ovarii
Mengandung folikel primordial
Berbagai fase pertumbuhan folikel menuju folikel degraff
Terdapat korpus luteum dan albicantes
2. Medula Ovarii
Terdapat pembuluh darah dan limfe
Terdapat serat saraf
Dua fungsi ovarium ialah menyelenggarakan ovulasi dan memproduksi hormon. Saat
lahir, ovarium wanita normal mengandung sangat banyak ovum primordial (primitive). Di
antara interval selama masa suburnya (umumnya setiap bulan), satu atau lebih ovum matur
dan mengalami ovulasi. Ovarium juga merupakan tempat utama produksi hormone seks
steroid (estrogen, progesterone, dan androgen) dalam jumlah banyak yang dibutuhkan
untuk pertumbuhan, perkembangan dan fungsi wanita normal.
KLASIFIKASI TUMOR OVARIUM
A. Tumor Non Neoplastik
1. Tumor akibat radang
a. Abses ovarial
b. Abses tubo – ovarial
c. Kista tubo – ovarial
2. Tumor lain
a. Kista folikel
b. Kista korpus luteum
c. Kista lutein
d. Kista inklusi germinal
e. Kista endometrium
f. Kista steven –leventhal
B. Tumor Neoplastik Jinak
1. Kistik
a. Kistoma ovarii simpleks
b. Kistadenoma ovarii musinosum
c. Kistadenoma ovarii serosum
d. Kista endometroid
e. Kista dermoid
2. Solid
a. Fibroma, leiomioma, fibroadenoma, papiloma, angioma, limfangioma
b. Tumor Brenner
c. Tumor sisi aderenal (makulinovo-blastoma)
Definisi
Definisi kista adalah pertumbuhan abnormal berupa kantung (pocket, pouch) yang tumbuh
abnormal dibagian tubuh tertentu. Kista ada yang berisi udara, cairan, nanah, atau bahan-
bahan lain. Sedangkan Kista Ovarium adalah suatu kantung yang berisi cairan atau materi
semisolid yang tumbuh pada atau sekitar ovarium. Kista ovarium biasanya berukuran kecil
(<5 cm), berkapsul dengan isi cairan. Beberapa kista ovarium ini tidak menimbulkan gejala,
dan dapat mengalami resolusi spontan, tetapi ada yang menyebabkan nyeri dan perasaan
tidak menyenangkan. Ada beberapa yang menjadi ganas, dengan risiko terjadinya karsinoma
terutama pada wanita yang mulai menopause.
TUMOR OVARIAN NON NEOPLASTIK
1. Tumor Akibat Radang
Abses Ovarium
Abses ovarii dan ooforitis primer jarang terjadi. Abses ditemukan primer pada
penderita yang telah menjalani histerektomi.Gejala klasik dari abses ovarii terdiri dari
suhu badan yang meningkat dan menetap setelah operasi dengan nyeri pelvis yang tidak
spesifik dan drainase purulen yang lama dari vagina.
Diagnosis bandingnya terdiri dari tumor radang tubo-ovarium, benda asing dan
Kista Folikel
komplikasi intestinal. Pada penatalaksanaan, yang tepat, ovarii yang terinfeksi diangkat
oleh karena tidak dapat diobati dengan antibiotik yang memerlukan konsentrasi adekuat
supaya terjadi resolusi.
2. Tumor lain
a. Kista Folikel
Kista fungsional yang paling sering terjadi adalah kista folikuler. Kista ini sering
diketemukan secara kebetulan pada pemeriksaan pelvis, walaupun bisa pecah dan
menimbulkan rasa nyeri dan tanda-tanda peritonitis. Kista folikel ovarium ini biasanya
asimptomatik. Kista ini berasal dari folikel de graff yang tidak sampai berovulasi, namun
tumbuh terus menjadi kista folikel, atau dari beberapa folikel primer yang setelah
tumbuh di bawah pengaruh estrogen tidak mengalami proses atresianya, melainkan
membesar menjadi kista.
Bisa didapati satu kista atau beberapa dan biasanya bilateral serta tumbuh di
permukaan ovarii sebagai gelembung yang berisi cairan. Folikel berisi dengan cairan
yang jernih dan sering kali mengandung estrogen. Diameter jarang lebih dari 6-8 cm.
Tidak jarang terjadi perdarahan yang masuk ke dalam rongga kista, sehingga terjadi
suatu hematoma folikuler. Sebagian besar kista folikel lambat laun mengecil dan regresi
pada siklus haid berikutnya dan dapat menghilang spontan.
b. Kista Korpus Luteum
Dalam keadaan normal, korpus luteum (granuilosa lutein) lambat laun mengecil
dan menjadi korpus albikans. Kadang-kadang korpus luteum mempertahankan diri
(korpus luteum persistens); pendarahan yang sering terjadi didalamnya menyebabkan
terjadinya kista, berisi cairan yang berwarna merah coklat karena darah tua. Dinding
kista terdiri atas lapisan berwarna kuning, terdiri atas sel-sel luteum yang berasal dari sel
teka. Kista lutein lebih besar daripada kista folikel, cenderung lebih keras dan padat
dalam konsistensi, dan lebih mudah menyebabkan nyeri atau tanda-tanda iritasi
peritoneum.
Kista korpus luteum dapat menimbulkan gangguan haid, berupa amenorhea
diikuti oleh pendarahan tak teratur. Adanya kista dapat menyebabkan rasa berat perut
bagian bawah. Pendarahan yang berulang dalam kista dapat menyebabkan ruptur. Kista
korpus luteum dapat mengakibatkan ovarium terpuntir dan menimbulkan nyeri yang
hebat. Rasa nyeri di dalam perut yang mendadak dengan adanya amenorhea sering
menimbulkan kesulitan dalam diferential diagnosis dengan kehamilan ektopik yang
terganggu.
Penanganan kista korpus luteum adalah menunggu sampai kista hilang sendiri,
biasanya dalam waktu 2 bulan pada wanita tidak hamil dan mengecil perlahan-lahan
pada trimester terakhir pada wanita hamil.
c. Kista Teka L vutein
Ukuran dari kista ini sangat bervariasi. Umumnya kista ini terjadi bilateral, dan
berisi cairan jernih dan didapati berhubungan dengan mola hidatidosa, atau
koriokarsinoma. Pada pemeriksaan mikroskopik terlihat luteinisasi, akan tetapi seringkali
sel-sel menghilang karena atresia. Tumbuhnya kista ini adalah akibat pengaruh hormon
HCG yang berlebihan, dan dengan hilangnya mola atau koriokarsinoma kista ovarium
mengecil dengan spontan. Tetapi apabila kista ini besar sekali, sudah tentu harus
dilakukan ekstirpasi.
d. Kista Inklusi Germinal
Kista ini terjadi karena invaginasi dan isolasi bagian-bagian kecil dari epitel
germinativum pada permukaan ovarium. Tumor ini lebih banyak terdapat pada wanita
lanjut umurnya dan besarnya jarang melebihi diameter 1 cm. Kista ini biasanya secara
kebetulan ditemukan pada pemeriksaan histologik ovarium yang diangkat waktu
operasi. Kista terletak di bawah permukaan ovarium dan berisi cairan jernih dan serous.
Kista ini tidak pernah memberikan gejala-gejala yang berarti.
e. Kista Endometriosis
Kista ini terdapat pada endometriosis yang berlokasi di ovarium yang disebut
sebagai kista endometrial atau kista coklat. Dalam ovarium berukuran kecil sampai
sebesar tinju yang berisi darah sampai coklat. Darah tersebut dapat keluar sedikit-sedikit
karena luka pada dinding kista yang dapat menyebabkan perlengketan antara
permukaan ovarium dengan uterus. Kadang dapat mengalir dalam jumlah yang banyak
ke dalam rongga peritoneum dan menimbulkan akut abdomen.
f. Kista Stein Leventhal
Kista ini ditandai oleh pembesaran bilateral dari polikistik ovarium, amenorea
atau oligomenorea sekunder. 50% dari penderita gemuk dan mengalami hirsutisme
tanpa maskulinisasi. Sindroma ini terjadi pada wanita antara usia 15-30 tahun. Ovarium
pucat, membesar, polikistik, permukaan licin, dan kapsulnya menebal.
Kelainan ini disebabkan oleh gangguan keseimbangan hormonal. Umumnya pada
wanita tersebut terdapat gangguan ovulasi oleh karena endometrium hanya dipengaruhi
oleh estrogen, hiperplasia endometrii juga sering ditemukan.
Kista ovarium yang neoplastik atau proliferatif
a. Kistoma ovarii simpleks
Kista ini mempunyai permukaan rata dan halus, biasanya bertangkai, seringkali bilateral,
dan dapat menjadi besar. Dinding kista tipis dan cairan di dalam kista jernih, serus, dan
berwarna kuning. Pada dinding kista tampak lapisan epitel kubik. Berhubung dengan adanya
tangkai, dapat terjadi torsi (putaran tangkai) dengan gejala-gejala mendadak. Diduga bahwa
kista ini suatu jenis kistadenoma serosum yang kehilangan epitel kelenjarnya berhubung
dengan tekanan cairan dalam kista. Terapi terdiri atas pengangkatan kista dengan reseksi
ovarium, akan tetapi jaringan yang dikeluarkan harus segera diperiksa secara histologik
untuk mengetahui apakah ada keganasan.
b. Kistadenoma Ovarii Musinosum Asal tumor ini belum diketahui dengan pasti. Menurut Meyer, ia mungkin berasal dari suatu
teratoma di mana dalam pertumbuhannya satu elemen mengalahkan elemen-elemen lain.
Ada penulis yang berpendapat bahwa tumor berasal dari lapisan germinativum, sedang
penulis lain menduga tumor ini mempunyai asal yang sama dengan tumor Brenner.
Angka Kejadian
Tumor ovarium ini terbanyak ditemukan bersama-sama dengan kistadenoma ovarii
serosum. Kedua tumor merupakan kira-kira 60% dari seluruh ovarium, sedang kistadenoma
ovarii musinosum merupakan 40% dari seluruh kelompok neoplasma ovarium.
Di Indonesia Hariadi (1970) menemukan frekuensi sebesar 27%; sedangkan Gunawan
(1977) menemukan angka 29,9%; Sapardan (1970) 37,2%; dan Djaswadi 15,1%. Tumor
paling sering terdapat pada wanita berusia antara 20-50 tahun, dan jarang sekali pada masa
prapubertas.
Gambaran Klinik
Tumor lazimnya berbentuk multilokuler; oleh karena itu, permukaan berbagala (lobulated).
Kira-kira 10% dapat mencapai ukuran yang amat besar, lebih-lebih pada penderita yang
datang dari pedesaan. Pada tumor yang besar tidak lagi dapat ditemukan jaringan ovarium
yang normal. Tumor biasanya unilateral, akan tetapi dapat juga ditemui yang bilateral.
Kista menerima darahnya melalui suatu tangkai; kadang-kadang dapat terjadi torsi
yang mengakibatkan gangguan sirkulasi. Gangguan ini dapat menyebabkan perdarahan
dalam kista dan perubahan degeneratif, yang memudahkan timbulnya perlekatan kista
dengan omentum, usus-usus dan peritoneum parietale.
Dinding kista agak tebal dan berwarna putih keabu-abuan; yang terakhir ini
khususnya bila terjadi perdarahan atau perubahan degeneratif di dalam kista. Pada
pembukaan terdapat cairan lendir yang khas, kental seperti gelatin, melekat dan berwarna
kuning sampai coklat tergantung dari percampurannya dengan darah.
Pada pemeriksaan mikroskopik tampak dinding kista dilapisi oleh epitel torak tinggi
dengan inti pada dasar sel; terdapat di antaranya sel-sel yang membundar karena terisi
lendir (goblet cells). Sel-sel epitel yang terdapat dalam satu lapisan mempunyai potensi
untuk tumbuh seperti struktur kelenjar: kelenjar-kelenjar menjadi kista-kista baru, yang
menyebabkan kista menjadi multilokuler. Jika terjadi sobekan pada dinding kista, maka sel-
sel epitel dapat tersebar pada permukaan peritoneum rongga perut, dan dengan sekresinya
menyebabkan pseudomiksoma peritonei. Akibat pseudomiksoma peritonei ialah timbulnya
penyakit menahun dengan musin terus bertambah dan menyebabkan banyak perlekatan.
Akhirnya, penderita meninggal karena ileus dan atau inanisi. Pada kista kadang-kadang
dapat ditemukan daerah padat, dan pertumbuhan papiler. Tempat-tempat tersebut perlu
diteliti dengan seksama oleh karena di situ dapat ditemukan tanda-tanda ganas. Keganasan
ini terdapat dalam kira-kira 5-10% dari kistadenoma musinosum.
Penanganan
Penanganan terdiri atas pengangkatan tumor. Jika pada operasi tumor sudah cukup
besar sehingga tidak tampak banyak sisa ovarium yang normal, biasanya dilakukan
pengangkatan ovarium beserta tuba (salpingo-ooforektomi). Pada waktu mengangkat kista
sedapat-dapatnya diusahakan mengangkatnya tanpa mengadakan pungsi dahulu, untuk
mencegah timbulnya pseudomiksoma peritonei karena tercecernya isi kista. Jika berhubung
dengan besarnya kista perlu dilakukan pungsi untuk mengecilkan tumor, lubang pungsi
harus ditutup dengan rapi sebelum mengeluarkan tumor dari rongga perut. Setelah kista
diangkat, harus dilakukan pemeriksaan histologik di tempat-tempat yang mencurigakan
terhadap kemungkinan keganasan. Waktu operasi, ovarium yang lain perlu diperiksa pula.
c. Kistadenoma Ovarii Serosum
Pada umumnya para penulis berpendapat bahwa kita ini berasal dari epitel permukaan
ovarium (germinal epithelium).
Angka Kejadian
Kista ini ditemukan dalam frekuensi yang hampir sama dengan kistadenoma
musinosum dan dijumpai pada goloongan umur yang sama. Agak lebih sering ditemukan
kista bilateral (10-20 %); Hariadi (1970) dalam hal ini menemukan frekuensi 19,7%, Sapardan
(1970) 15%, Djaswadi (1970) 10,9%; dan Gunawan (1977) 20,3%. Selanjutnya, disurabaya
hariadi dan Gunawan menemukan angka kejadian tumor ini masing-masing 39,8% dan
28,5%; di Jakarta Sapardan mencatat angka 20,05 dan di Yogyakarta Djaswadi mencatat
angka 36,1%.
Gambaran Klinik
Pada umumnya kista jenis ini tak mencapai ukuran yang amat besar dibandingkan
dengan kistadenoma musinosum. Permukaan tumor biasanya licin, akan tetapi dapat pula
berrbagala karena kista serosum pun dapat berbentuk multilokuler, meskipun lazimnya
berongga satu. Warna kista putih keabu-abuan. Ciri khas kista ini adalah potensi
pertumbuhan papiler ke dalam rongga kista sebesar 50%, dan keluar pada permukaan kista
sebesar 5%. Isi kista cair, kuning, dan kadang-kadang coklat karena campuran darah. Tidak
jarang kistanya sendiri kecil, tetapi permukaannya penuh dengan pertumbuhan papiler
(solid papilloma).
Pada umumnya dapat dikatakan bahwa tidak mungkin membedakan gambaran
makroskopik kistadenoma serosum papiliferum yang ganas dari yang jinak, bahkan
pemeriksaan mikroskopik pun tidak selalu memberi kepastian. Pada pemeriksaan
mikroskopik terdapat dinding kista yang dilapisi oleh epitel kubik atau epitel torak yang
rendah, dengan sitoplasma eosinofil dan inti sel yang besar dan gelap warnanya. Karena
tumor ini berasal dari epitel permukaan ovarium (germinal ephithelium), maka bentuk epitel
pada papil dapat beraneka ragam tetapi sebagian besar epitelnya terdiri atas epitel bulu
getar, seperti epitel tuba.
Pada jaringan papiler dapat ditemukan pengendapan kalsium dalam stromanya yang
dinamakan psamoma. Adanya psamoma biasanya menunjukkan bahwa kista adalah
kistadenoma ovarii serosum papilliferum, tetapi tidak bahwa tumor itu ganas.
Perubahan Ganas
Apabila ditemukan pertumbuhan papilifer, proliferasi dan stratifikasi epitel, serta
anaplasia dan mitosis pada sel-sel, kistadenoma serosum secara mikroskopik digolongkan
kedalam kelompok tumor ganas. Akan tetapi, garis pemisah antara kistadenoma ovarii
papiliferum yang jelas ganas kadang-kadang sukar ditentukan. Oleh karena itu, tidaklah
mengherankan bahwa potensi keganasan yang dilaporkan sangat berbeda-beda. Walaupun
demikian, dapat dikatakan bahwa 30% - 35% dari kistadenoma serosum mengalami
perubahan keganasan. Bila pada suatu kasus terdapat implantasi pada peritoneum disertai
dengan asites, maka prognosis penyakit itu kurang baik, meskipun diagnosis histopatologis
pertumbuhan itu mungkin jinak (histopatologically benign). Klinis kasus tersebut menurut
pengalaman harus dianggap sebagai neoplasma ovarium yang ganas (clinically malignant).
Terapi
Terapi pada umumnya sama seperti pada kistadenoma musinosum. Hanya,
berhubung dengan lebih besarnya kemungkinan keganasan, perlu dilakukan pemeriksaan
yang teliti terhadap tumor yang dikeluarkan. Bahkan kadang-kadang perlu diperiksa sediaan
yang dibekukan (frozen section) pada saat operasi, untuk menentukan tindakan selanjutnya
pada waktu operasi.
d. Kista Endometrioid
Kista ini biasanya unilateral dengan permukaan licin; pada dinding dalam terdapat satu
lapisan sel-sel, yang menyerupai lapisan epitel endometrium. Kista ini, yang ditemukan oleh
Sartesson dalam tahun 1969, tidak ada hubungannya dengan endometriosis ovarii.
e. Kista Dermoid
Sebenarnya kista dermoid ialah satu teratoma kistik yang jinak dimana struktur-struktur
ektodermal dengan diferensiasi sempurna, seperti epitel kulit, rambut, gigi dan produk
glandula sebasea berwarna putih kuning menyerupai lemak nampak lebih menonjol
daripada elemen-elemen entoderm dan mesoderm. Tentang histogenesis kista dermoid,
teori yang paling banyak dianut ialah bahwa tumor berasal dari sel telur melalui proses
partenogenesis.
Angka Kejadian
Tumor ini merupakan 10% dari seluruh neoplasma ovarium yang kistik, dan paling sering
ditemukan pada wanita yang masih muda. Ditaksir 25% dari semua kista dermoid bilateral,
lazimnya dijumpai pada masa reproduksi walaupun kista dermoid dapat ditemukan pula
pada anak kecil. Tumor ini dapat mencapai ukuran yang sangat besar, sehingga beratnya
mencapai beberapa kilogram.
Frekuensi kista dermoid di beberapa rumah sakit di Indonesia ialah sebagai berikut :
Sapardan mencatat angka 16,9%; Djaswadi 15,1%; Hariadi dan Gunawan masing-masing
11,1% dan 13,5% di antara penderita dengan tumor ovarium. Sebelum perang dunia II,
Eerland dan Vos (1935) melaporkan frekuensi kista dermoid sebesar 3,8% dari 451 tumor
ovarium yang diperiksa di Nederlands-Indisch Kanker Instituut di Bandung, diantaranya satu
kasus pada anak umur 13 tahun.
Gambaran Klinik2
Tidak ada ciri-ciri yang khas pada kista dermoid. Dinding kista kelihatan putih, keabu-
abuan, dan agak tipis. Konsistensi tumor sebagian kistik kenyal, di bagian lain padat.
Sepintas lalu kelihatan seperti kista berongga satu, akan tetapi bila dibelah, biasanya
nampak satu kista besar dengan ruangan kecil-kecil dalam dindingnya. Pada umumnya
terdapat satu daerah pada dinding bagian dalam yang menonjol dan padat.
Tumor mengandung elemen-elemen ektodermal, mesodermal dan entodermal.
Maka dapat ditemukan kulit, rambut, kelenjar sebasea, gigi (ektodermal), tulang rawan,
serat otot jaringan ikat (mesodermal), dan mukosa traktus gastrointestinalis, epitel saluran
pernapasan, dan jaringan tiroid (entodermal). Bahan yang terdapat dalam rongga kista ialah
produk dari kelenjar sebasea berupa massa lembek seperti lemak, bercampur dengan
rambut. Rambut ini terdapat beberapa serat saja, tetapi dapat pula merupakan
gelondongan seperti konde.
Pada kista dermoid dapat terjadi torsi tangkai dengan gejala nyeri mendadak di perut
bagian bawah. Ada kemungkinan pula terjadinya sobekan dinding kista dengan akibat
pengeluaran isi kista dalam rongga peritoneum. Perubahan keganasan agak jarang, kira-kira
dalam 1,5% dari semua kista dermoid, dan biasanya pada wanita lewat menopause. Yang
tersering adalah karsinoma epidermoid yang tumbuh dari salah satu elemen ektodermal.
Ada kemungkina pula bahwa satu elemen tumbuh lebih cepat dan menyebabkan terjadinya
tumor yang khas.
Kista coklat (Kista Endometriosis)
kista endometriosis adalah kista yang tumbuh di permukaan ovarium atau menyerang
bagian dalam ovarium dan membentuk kista berisi darah. Kista ini disebut sebagai kista
coklat karena terdapat penumpukan darah berwarna merah coklat hingga gelap. Kista ini
bisa berukuran kecil seukuran kacang dan bisa tumbuh lebih besar dari buah anggur.
Penyebab kista coklat
Penyebab kista coklat hingga kini tidak diketahui secara pasti, di duga akibat dari proses
peradangan atau inflamasi. Selain itu di duga disebabkan karena ketidak seimbangan
hormon. Kista coklat dapat mengiritasi jaringan di sekitarnya dan dapat menyebabkan
perlekatan (adhesi) akibat jaringan parut yang ditimbulkannya.
Gejala kista coklat :
1. Perut terasa penuh, berat, kembung
2. Tekanan pada dubur dan kandung kemih (sulit buang air kecil)
3. Haid tidak teratur
4. Nyeri panggul yang menetap atau kambuhan yang dapat menyebar ke punggung
bawah dan paha.
5. Mual, ingin muntah, atau pengerasan payudara mirip seperti pada saat hamil.
6. keluhan nyeri haid,
7. Pembesaran ovarium dan
8. Infertilitas.
Komplikasi kista coklat
Jika kista coklat pecah maka akan menimbulkan rasa nyeri yang sangat tinggi pada daerah
panggul, sehingga butuh pertolongan dokter dengan segera.
Pengobatan kista coklat
Pengobatan kista coklat adalah dengan terapi hormon jika kista masih kecil atau dilakukakan
operasi jika kista sudah sangat besar dan beresiko untuk pecah.
Klinik
Banyak tumor ovarium tidak menunjukan gejala dan tanda, terutama tumor ovarium
yang kecil. Sebagian besar gejala dan tanda adalah akibat pertumbuhan, aktivitas endokrin,
atau komplikasi tumor-tumor tersebut.
1. Akibat pertumbuhan
Adanya tumor di dalam perut bagian bawah bisa menyebabkan pembenjolan
perut. Tekanan terhadap alat-alat disekitarnya disebabkan oleh besarnya tumor
atau posisinya di dalam perut. Misalnya, sebuah kista dermoid yang tidak
seberapa besar, tetapi terletak di depan uterus dapat menekan kandung kencing
dan dapat menimbulkan gangguan miksi, sedang suatu kista yang lebih besar
tetapi terletak bebas di rongga perut kadang-kadang hanya menimbulkan rasa
berat dalam perut. Selain gangguan miksi, tekanan tumor dapat mengakibatkan
obstipasi, edema pada tungkai.Pada tumor yang besar dapat terjadi tidak nafsu
makan, rasa sesak, dan lain-lain.
2. Akibat aktivitas hormonal
Pada umumnya tumor ovarium tidak mengubah pola haid, kecuali jika tumor itu
sendiri mengeluarkan hormon.
3. Akibat komplikasi
Perdarahan ke dalam kista biasanya terjadi sedikit-sedikit, sehingga berangsur-
angsur menyebabkan pembesaran kista, dan hanya menimbulkan gejala-gejala
klinik yang minimal. Akan tetapi, kalau perdarahan terjadi sekonyong-konyong
dalam jumlah yang banyak, akan terjadi distensi cepat dari kista yang
menimbulkan nyeri perut mendadak.
Putaran tangkai dapat terjadi pada tumor bertangkai dengan diameter 5 cm atau
lebih akan tetapi yang belum amat besar sehingga terbatas gerakannya. Kondisi
yang mempermudah terjadinya torsi ialah kehamilan karena pada kondisi yang
mempermudah terjadinya torsi ialah kehamilan karena pada kehamilan uterus
yang membesar dapat mengubah letak tumor, dan karena sesudah persalinan
dapat terjadi perubahan mendadak dalam rongga perut
Putaran tangkai menyebabkan gangguan sirkulasi meskipun gangguan ini jarang
bersifat total.Adanya putaran tangkai menimbulkan tarikan melalui ligamentum
infundibulopelvikum terhadap peritoneum parietale dan ini menimbulkan rasa
sakit.Perlu hal ini diperhatikan pada pemeriksaan.Karena vena lebih mudah
tertekan, terjadilah pembendungan darah dalam tumor dengan akibat
pembesaran tumor dan terjadilah pembesaran di dalamnya. Jika putaran tangkai
berjalan terus, akan terjadi nekrosis hemoragik dalam tumor, dan jika tidak
diambil tindakan, dapat terjadi robekan dinding kista dengan perdarahan
intraabdominal atau peradangan sekunder. Bila putaran tangkai terjadi perlahan-
lahan, tumor dapat melekat pada omentum, yang membuat sirkulasi baru pada
tumor tersebut.Tumor mungkin melepaskan diri dari uterus dan menjadi tumor
parasite atau tumor pengembara.
Infeksi pada tumor terjadi jika dekat pada tumor ada sumber kuman pathogen,
seperti appendisitis, divertikulitis, atau salpingitis akuta.Kista dermoid cenderung
mengalami peradangan disusul dengan pernanahan.
Robek dinding kista terjadi pada torsi tangkai, akan tetapi dapat pula sebagai
akibat trauma, seperti jatuh, atau pukulan pada perut, dan lebih sering pada
waktu persetubuhan. Kalau kista hanya mengandung cairan serus, rasa nyeri
akibat robekan dan iritasi peritoneum segera mengurang.Tetapi, kalau terjadi
robekan pada kista disertai hemoragi yang timbul secara akut, maka perdarahan
bebas dapat berlangsung terus ke dalam rongga peritoneum, dan menimbulkan
rasa nyeri terus menerus disertai tanda-tanda abdomen akut.
Robekan dinding pada kistadenoma musinosum dapat mengakibatkan implantasi
sel-sel kista pada peritoneum.Sel-sel tersebut mengeluarkan cairan musin yang
mengisi rongga perut. Keadaan ini dikenal dengan nama pseudomiksoma
peritonei.
Perubahan keganasan dapat terjadi pada beberapa kista jinak, seperti
kistadenoma ovarii serosum, kistadenoma ovarii musinosum, dan kista
dermoid.Oleh sebab itu, setelah tumor-tumor tersebut diangkat pada operasi,
perlu dilakukan pemeriksaan mikroskopik yang seksama terhadap kemungkinan
perubahan keganasan.Adanya asites dalam hal ini mencurigakan; adanya anak
sebar (metastasis) memperkuat diagnosis keganasan.
4. Sindrom Meigs
Dalam 40% dari kasus-kasus fibroma ovarii ditemukan asites dan hidrotoraks.
Keadaan ini dikenal dengan nama Sindrom Meigs dan dapat ditemukan pula pada
beberapa tumor neoplastik jinak lain. Dengan pengangkatan tumor, sindrom juga
menghilang.Cairan dari rongga toraks berasal dari cairan dalam rongga perut.Hal
ini dapat dibuktikan dengan penyuntikan tinta India dalam rongga perut, yang
kemudian dapat ditemukan dalam rongga toraks.
Sindrom Meigs perlu dibedakan dari asites dengan atau tanpa hidrotoraks, yang
ditemukan pada tumor ganas.Dalam hal terakhir ditemukan sel-sel tumor ganas
dalam sedimen cairan.
FAKTOR RISIKO
Usia
Ras
Nulipara
Riwayat keluarga
Obesitas
PATOGENESIS
Fungsi ovarium yang normal tergantung kepada sejumlah hormon dan kegagalan
pembentukan salah satu hormon tersebut bisa mempengaruhi fungsi ovarium. Ovarium
tidak akan berfungsi secara normal jika tubuh wanita tidak menghasilkan hormon hipofise
dalam jumlah yang tepat. Fungsi ovarium yang abnormal kadang menyebabkan penimbunan
folikel yang terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium. Folikel tersebut gagal
mengalami pematangan dan gagal melepaskan sel telur, terbentuk secara tidak sempurna di
dalam ovarium karena itu terbentuk kista di dalam ovarium. Setiap hari, ovarium normal
akan membentuk beberapa kista kecil yang disebut Folikel de Graff. Pada pertengahan
siklus, folikel dominan dengan diameter lebih dari 2.8 cm akan melepaskan oosit mature.
Folikel yang rupture akan menjadi korpus luteum, yang pada saat matang memiliki struktur
1,5 – 2 cm dengan kista ditengah-tengah. Bila tidak terjadi fertilisasi pada oosit, korpus
luteum akan mengalami fibrosis dan pengerutan secara progresif. Namun bila terjadi
fertilisasi, korpus luteum mula-mula akan membesar kemudian secara gradual akan
mengecil selama kehamilan.
Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi normal disebut kista fungsional dan selalu
jinak. Kista dapat berupa folikular dan luteal yang kadang-kadang disebut kista theca-lutein.
Kista tersebut dapat distimulasi oleh gonadotropin, termasuk FSH dan HCG. Kista fungsional
multiple dapat terbentuk karena stimulasi gonadotropin atau sensitivitas terhadap
gonadotropin yang berlebih. Kista folikel dan luteal, kelainan yang tidak berbahaya ini
berasal dari folikel graff yang tidak pecah atau folikel yang sudah pecah dan segera menutup
kembali.
Kista demikian seringnya adalah multipel dan timbul langsung di bawah lapisan
serosa yang menutupi ovarium, biasanya kecil, dengan diameter 1-1,5 cm dan berisi cairan
serosa yang bening, tetapi ada kalanya penimbunan cairan cukup banyak, sampai mencapai
diameter 4-5 cm, sehingga teraba massa dan menimbulkan sakit pada daerah pelvis. Pada
neoplasia tropoblastik gestasional (hydatidiform mole dan choriocarcinoma) dan kadang-
kadang pada kehamilan multiple dengan diabetes, HCG menyebabkan kondisi yang disebut
hiperreaktif lutein. Pasien dalam terapi infertilitas, induksi ovulasi dengan menggunakan
gonadotropin (FSH dan LH) atau terkadang clomiphene citrate, dapat menyebabkan sindrom
hiperstimulasi ovari, terutama bila disertai dengan pemberian HCG. Kista neoplasia dapat
tumbuh dari proliferasi sel yang berlebih dan tidak terkontrol dalam ovarium serta dapat
bersifat ganas atau jinak. Neoplasia yang ganas dapat berasal dari semua jenis sel dan
jaringan ovarium. Sejauh ini, keganasan paling sering berasal dari epitel permukaan
(mesotelium) dan sebagian besar lesi kistik parsial. Jenis kista jinak yang serupa dengan
keganasan ini adalah kistadenoma serosa dan mucinous. Tumor ovari ganas yang lain dapat
terdiri dari area kistik, termasuk jenis ini adalah tumor sel granulosa dari sex cord sel dan
germ cel tumor dari germ sel primordial. Teratoma berasal dari tumor germ sel yang berisi
elemen dari 3 lapisan germinal embrional; ektodermal, endodermal, dan mesodermal.
Endometrioma adalah kista berisi darah dari endometrium ektopik. Pada sindroma ovari
pilokistik, ovarium biasanya terdiri folikel-folikel dengan multipel kistik berdiameter 2-5 mm,
seperti terlihat dalam sonogram.
Etiologi1. Faktor genetik
2. Gangguan hormonal
3. Diet tinggi lemak
4. Merokok
5. Minum alkohol
6. Sosial ekonomi yang rendah
Gejala
Kebanyakan wanita yang memiliki kista ovarii tidak memiliki gejala. Namun kadang-kadang
dapat menyebabkan beberapa masalah seperti :
Tekanan, terasa penuh, atau nyeri di abdomen
Agak sakit pada bagian belakang bawah dan paha
Bermasalah dalam pengeluaran urine secara komplit
Nyeri selama hubungan seksual
Peningkatan berat badan
Nyeri pada saat menstruasi dan perdarahan abnormal
Nausea dan vomiting
Breast tenderness
Diagnosa
Apabila pada pemeriksaan ditemukan tumor di rongga perut bagian bawah dan atau di
rongga panggul, maka setelah diteliti sifat-sifatnya (besarnya, lokalisasi, permukaan,
konsistensi, apakah dapat digerakkan atau tidak), perlulah ditentukan jenis tumor tersebut.
Pada tumor ovarium biasanya uterus dapat diraba tersendiri, terpisah dari tumor. Jika
tumor ovarium terletak di garis tengah dalam rongga perut bagian bawah dan tumor itu
konsistensinya kistik, perlu dipikirkan adanya adanya kehamilan atau kandung kemih penuh,
sehingga pada anamnesis perlulah lebih cermat dan disertai pemeriksaan tambahan. Di
negara-negara berkembang, karena tidak segera dioperasi tumor ovarium bisa menjadi
besar, sehingga mengisi seluruh rongga perut. Dalam hal ini kadang-kadang sukar untuk
menentukan apakah pembesaran perut disebabkan oleh tumor atau ascites, akan tetapi
dengan pemeriksaan yang dilakukan dengan teliti, kesukaran ini biasanya dapat diatasi.
Apabila sudah ditentukan bahwa tumor yang ditemukan ialah tumor ovarium, maka perlu
diketahui apakah tumor itu bersifat neoplastik atau nonneoplastik. Tumor nonneoplastik
akibat peradangan umumnya dalam anamnesis menunjukkan gejala-gejala ke arah
peradangan genital, dan pada pemeriksaan tumor-tumor akibat peradangan tidak dapat
digerakkan karena perlengketan. Kista nonneoplastik umumnya tidak menjadi besar, dan
diantaranya pada suatu waktu biasanya menghilang sendiri
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Penunjang tidak jarang tentang penegakkan diagnosis tidak dapat diperoleh
kepastian sebelum dilakukan operasi, akan tetapi pemeriksaan yang cermat dan analisis
yang tajam dari gejala-gejala yang ditemukan dapat membantu dalam pembuatan
differensial diagnosis. Beberapa cara yang dapat digunakan untuk membantu menegakkan
diagnosis adalah
1.Laparaskopi
Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah
sebuah tumor berasal dari ovarium atau tidak, serta untuk menentukan sifat-sifat tumor itu
2.Ultrasonografi
Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor, apakah tumor berasal dari
uterus, ovarium, atau kandung kencing, apakah tumor kistik atau solid, dan dapat pula
dibedakan antara cairan dalam rongga perut yang bebas dan yang tidak.
3. MRI dan CT-scan
4.Histologi
Penanganan
Prinsip bahwa tumor ovarium neoplastik memerlukan operasi dan tumor nonneoplastik
tidak, jika menghadapi tumor ovarium yang tidak memberikan gejala/keluhan pada
penderita dan yang besarnya tidak melebihi 5 cm diameternya, kemungkinan besar tumor
tersebut adalah kista folikel atau kista korpus luteum. Tidak jarang tumor tersebut
mengalami pengecilan secara spontan dan menghilang, sehingga perlu diambil sikap untuk
menunggu selama 2-3 bulan, jika selama waktu observasi dilihat peningkatan dalam
pertumbuhan tumor tersebut, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa kemungkinan
tumor besar itu bersifat neoplastik dan dapat dipertimbangkan untuk pengobatan operatif.
Tindakan operasi pada tumor ovarium neoplastik yang tidak ganas ialah pengangkatan
tumor dengan mengadakan reseksi pada bagian ovarium yang mengandung tumor, akan
tetapi jika tumornya besar atau ada komplikasi perlu dilakukan pengangkatan ovarium,
biasanya disertai dengan pengangkatan tuba (salphyngoooforektomi). Jika terdapat
keganasan operasi yang lebih tepat ialah histerektomi dan salphyngoooforektomi bilateral.
Akan tetapi pada wanita muda yang masih ingin mendapat keturunan dan dengan tingkat
keganasan tumor yang rendah, dapat dipertanggungjawabkan untuk mengambil resiko
dengan melakukan operasi yang tidak seberapa radikal.
Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada kista ovarium diantaranya : Torsi, ruptur, perdarahan,
menjadi keganansan : potensi kistadenoma ovarium jinak menjadi ganas sudah
dipostulasikan, kista dermoid dan endometriosis dapat berubah menjadi ganas, akan tetapi
dalam persentase yang relative sedikit.
Prognosis
Dubia ad Bonam
Daftar Pustaka
1. Thomas EJ. The aetiology and phatogenesis of fibroids. In : Shaw RW. eds. Advences
in reproduktive endocrinology uterine fibroids. England – New Jersey : The
Phartenon Publishing Group, 1992 ; 1 – 8
2. Baziad A. Pengobatan medikamentosa mioma uteri dengan analog GnRH. Dalam :
Endokrinologi ginekologi edisi kedua. Jakarta : Media Aesculapius FKUI, 2003:; 151 -
156
3. Sivecney G.Mc, Shaw RW. Attempts at medical treatment of uterine fibroids. In :
R.W. Shaw, eds. Advences in reproductive endocrinology uterine fibroids. England –
New Jersey : The Phartenon Publishing Group, 1992 ; 95 – 101
2. Wattiez A, Cohen SB, Selvaggi L. Laparoscopy hysterectomy. Curr Opin Obstet
Gynecol 2002;14:417-22
3. Joedosepoetra MS, Tumor jinak pada alat genital. Dalam : Wiknjosastro H.,
Syaifuddin A.B., Rachimhadhi, editors. Ilmu Kandungan. Edisi ke – 2 Jakarta ; Yayasan
Bina Pustaka; 2005: 338 – 45.
4. Cunningham F.Gary, F Gant Norman, J Leveno Kenneth, C Gilstrap III Larry,C Hauth
John,D Wenstrom Katharine: Obstetri Williams. Edisi ke-21 Vol 2: Tentang Kelainan
Saluran Reproduksi. Jakarta; Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2006: 1031-1035
5. Karim A, Murah Manoe IMS. Miooma Uteri. Dalam: Djuanna AA, et al, editors.
Pedoman diagnosis dan terapi. Edisi Pertama. Ujung Pandang; Bagian SMF Obstetri
dan Ginekologi FKUH RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo; 1999: 282 – 297.
6. Manuaba IBG. Tumor jinak rahim. Dalam: Setiawan, Manuaba IBG, editors. Ilmu
Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan Keluarga Berencana. Jakarta; Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 1998: 409 – 412.
7. Manuaba IBG. Mioma Uteri. Dalam : Manuaba IBG, editor. Kapita selekta
penatalaksanaan rutin obstetri ginekologi dan KB. Jakarta; Penerbit Buku Kedokteran
EGC, 1998: 600 – 603.
8. Pengurus Besar Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia. Mioma uterus.
Dalam: Standar pelayanan medik obstetri dan ginekologi. Jakarta; POGIU; 1991: 21 –
22.