Post on 02-Jan-2016
description
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat dan
rahmat-Nyalah sehingga kelompok kami dapat menyelasaikan tugas yang
berjudul “Caksinoma Colorektal”.
Dalam penyusunan tugas ini kelompok kami, menemui banyak
kendala diantaranya, keterbatasan literature dan kendala lain yang
kesemuanya itu dapat teratasi berkat usaha yang kami lakukan.
Namun kelompok kami menyadari bahwa tugas ini masih jauh
dari kesempurnaan, baik penulisan maupun bahasanya. Oleh karena itu,
segala kekurangan yang ada dalam tugas ini mohon dianggap sebagai
keterbatasan kami sebagai penulis yang hanya manusia biasa dan demi
kesempurnaan tugas ini, maka kami mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun sebagai acuan dalam penyusunan tugas berikutnya
agar lebih baik. Akhir kata semoga laporan ini dapat bermanfaat.
Makassar, 28 Oktober 2007
Penulis
i
CARCINOMA COLORECTAL
PENDAHULUAN
KANKER adalah pertumbuhan jaringan yang baru sebagai akibat dari
proliferasi (pertumbuhan berlebihan) sel abnormal secara terus menerus
yang memiliki kemampuan untuk menyerang dan merusak jaringan
lainnya.
Kanker dapat tumbuh dari jenis sel apapun dan di dalam jaringan tubuh
manapun, dan bukanlah suatu penyakit tunggal tetapi merupakan
sejumlah besar penyakit yang digolongkan berdasarkan jaringan dan jenis
sel asal. Golongan ini terdiri dari ratusan jenis, tetapi ada tiga golongan
utama.
Pertama, sarkoma, yang tumbuh dari jaringan penyambung dan
penyokong, seperti tulang, tulang rawan, saraf, pembuluh darah,
otot dan lemak.
Kedua, karsinoma, bentuk kanker yang paling umum menyerang
manusia, tumbuh dari jaringan epitelial (jaringan bersel yang
menutupi permukaan), seperti kulit dan lapisan rongga dan organ
tubuh, dan jaringan kelenjar, seperti jaringan payudara dan prostat.
Karsinoma dengan struktur berlapis-lapis yang menyerupai kulit
disebut sebagai karsinoma sel skuamosa (sel tanduk). Sedangkan
yang menyerupai jaringan kelenjar disebut sebagai
adenokarsinoma.
Jenis yang ketiga, leukemia dan limfoma, merupakan bentuk
kanker yang menyerang jaringan pembentuk darah dan dicirikan
oleh pembesaran kelenjar getah bening, penyerangan terhadap
limpa dan sumsum tulang, dan produksi sel darah putih yang belum
matang secara berlebihan.
ii
Benjolan
Hampir semua kanker membentuk benjolan (tumor), tetapi tidak semua
benjolan bersifat kanker, atau ganas; sebagian besar bersifat jinak (tidak
berbahaya). Ciri tumor jinak adalah pertumbuhan yang sangat terpusat
dan biasanya dipisahkan dari jaringan tetangganya oleh sebuah kapsul
yang mengelilinginya. Pertumbuhan tumor jinak biasanya lambat, dan dari
segi struktur biasanya sangat menyerupai jaringan asal. Dalam beberapa
kasus, tumor jinak dapat membahayakan pasien jika menghalangi,
menekan, atau memindahkan struktur tetangganya, seperti pada otak.
Sejumlah tumor jinak, seperti polip di usus besar, dapat bersifat pra-
kanker.
Penyebaran Sel Kanker
Ciri tumor ganas yang paling utama adalah kemampuan mereka untuk
menyebar melampaui lokasi asal. Kanker dapat menyerang jaringan
tetangga melalui perluasan langsung atau infiltrasi, atau ia menyebar ke
lokasi yang letaknya jauh dan mengembangkan pembentukan abnormal
kedua yang dikenal sebagai metastasis. Rute dan lokasi metastasis
bervariasi antara kanker primer yang berbeda-beda.
(1) Apabila kanker menyebar melalui permukaan organ asal ke dalam
suatu rongga, maka sel mungkin dapat melepaskan diri dari permukaan
dan tumbuh pada permukaan organ yang bersebelahan dengannya.
(2) Sel tumor mungkin bermigrasi ke dalam saluran limfatik dan terangkut
ke aliran kelenjar getah bening, atau mereka dapat menembus pembuluh
darah. Sewaktu berada di aliran darah, sel tumor dialirkan ke titik yang
terlalu kecil baginya. Sel tumor dari saluran lambung dan usus akan
dihentikan di hati, lalu dapat mengalir ke paru-paru. Sel yang berasal dari
semua tumor lainnya akan melewati paru-paru sebelum diangkut ke organ
lainnya. Oleh karena itu paru-paru dan hati biasanya menjadi lokasi
metastasis.
iii
(3) Banyak kanker cenderung meninggalkan sel di dalam aliran darah
pada masa-masa awal perjalanannya. Kebanyakan sel ini mati di saluran
darah, tetapi beberapa di antara mereka tersangkut pada permukaan dan
menembus dinding untuk kemudian memasuki jaringan. Beberapa
mungkin menemukan jaringan yang menguntungkan, tempat mereka
dapat bertahan hidup, dan tumbuh menjadi tumor. Beberapa lagi mungkin
hanya dapat membelah beberapa kali saja, sehingga membentuk sarang
sel berukuran kecil yang kemudian menjadi dorman (suatu
mikrometastasis). Kelompok sel ini dapat tetap dorman selama bertahun-
tahun, dan kemudian tumbuh kembali sebagai kanker. Penyebab hal ini
belum diketahui.
Sel kanker, walaupun telah tersebar secara luas, mungkin
mempertahankan ciri-ciri fisik dan biologis dari jaringan asal mereka. Jadi,
seorang ahli patologi seringkali dapat menentukan lokasi asal tumor yang
menyebar melaui pemeriksaan mikroskopis terhadap jaringan yang
bersifat kanker. Identifikasi tumor kelenjar endokrin, misalnya, menjadi
lebih sederhana karena mereka mungkin menghasilkan hormon yang
dihasilkan jaringan induk itu dalam jumlah yang berlebih. Tumor seperti itu
dapat juga memberikan respon terhadap pemberian hormon yang
biasanya mengendalikan jaringan itu.
Pada umumnya, semakin suatu sel kanker tidak menyerupai jaringan
aslinya, semakin ganas sifatnya dan semakin cepat ia menyebar; tetapi
laju pertumbuhan kanker tidak hanya tergantung kepada jenis sel dan
perbedaannya dengan jaringan asal, tetapi juga kepada beragam faktor
inang. Ciri-ciri dari kanker ganas adalah keragaman sel tumor. Karena
abnormalitas perkembangbiakan sel tumor, mereka menjadi lebih rentan
terhadap perubahan. Seiring waktu, tumor menjadi semakin sulit
dibedakan dan tumbuh semakin cepat. Tumor tersebut mungkin pula
mengembangkan daya tahan yang semakin kuat terhadap kemoterapi
atau radioterapi.
iv
Prognosis dan Visi Jangka Panjang
Banyak penderita kanker kini berhasil dirawat. Misalnya saja diperkirakan
bahwa, dari lebih dari 5 juta penderita kanker di Amerika, 3 juta berhasil
bertahan hingga lebih daripada lima tahun, dan hampir semua yang
bertahan itu dapat dikatakan telah sembuh. Pendekatan modern terhadap
pengobatan kanker turut memberikan penekanan terhadap kualitas hidup
pasien - baik secara jasmani maupun secara mental.
Terdapat banyak jenis kanker dimana peluang penderita untuk hidup telah
meningkat berkali-kali lipat dibandingkan dengan beberapa tahun lalu.
Mungkin pengobatan kanker anak yang mengalami perkembangan
terpesat. Misalnya saja, 90 persen anak-anak dapat disembuhkan dari
penyakit Hodgkin, dimana 30 tahun yang lalu jumlah ini hanya
setengahnya saja. Bentuk kanker lainnya, seperti penyakit non-Hodgkin,
sejumlah penyakit leukemia, dan kanker testis berhasil diobati. Demikian
pula beberapa bentuk kanker kandung kemih tak menyebar tertentu, yang
jika terdeteksi secara dini dapat dihambat dalam waktu beberapa tahun.
Tingkat kematian akibat kanker telah jauh berkurang pada orang-orang
yang berumur dibawah 50 tahun, dan kemungkinan besar hal ini
disebabkan karena gaya hidup dan lingkungan yang lebih sehat yang
telah mengurangi penghirupan jangka panjang akan zat penyebab kanker.
Diagnosa yang lebih dini, yang sudag tentu penting dalam semua kasus
kanker, dan perbaikan pengobatan di dunia medis turut menjadi faktor
penentu. Penurunan ini diharapkan dapat berlangsung juga di kelompok
umur yang lebih tua seperti yang terjadi pada umur yang lebih muda ini.
Penurunan jumlah perokok di beberapa negara mulai memperlihatkan
dampak dalam angka penderita kanker di negara yang bersangkutan.
Misalnya saja, jumlah kematian laki-laki di Inggris akibat kanker paru-paru
akhirnya mulai mengalami penurunan. Hanya saja, jumlah wanita yang
meninggal akibat penyakit itu masih mengalami peningkatan; wanita
Skotlandia memiliki angka kematian tertinggi di dunia akibat kanker paru-
paru.
v
Secara menyeluruh, resiko kematian akibat kanker telah mengalami
peningkatan selaam 30 tahun terakhir ini. Penyebab utamanya adalah
karena kanker terutama merupakan penyakit manula dan, seiring
keberhasilan pencegahan kematian pada usia muda oleh penyakit lainnya
seperti penyakit jantung, lebih banyak orang yang dapat hidup cukup lama
hingga mencapai umur yang rentan terhadap penyakit kanker.
Jumlah Penderita
Kanker merupakan penyebab utama kedua kematian orang dewasa di
belahan Barat, dan merupakan salah satu penyebab utama kematian
anak-anak akibat penyakit yang berumur antara 1 hingga 14 tahun.
Meskipun demikian, penyakit ini jarang menyerang orang muda. Di Inggris
Raya, kanker menyerang kira-kira 1 dari antara 650 anak-anak.
Laju kematian sesuai umur per 100.000 jumlah penduduk dari semua
penderita kanker laki-laki adalah 246,5 di Hungaria (salah satu yang
tertinggi), sedangkan di Meksiko laju ini hanya mencapai 83,5 (salah satu
yang terendah). Bagi wanita, lajunya adalah 139,8 di Denmark dan 62,3 di
Mauritius. Laju bagi Inggris dan Wales adalah 179,2 bagi laki-laki dan
125,7 bagi wanita; di Amerika Serikat, laju ini adalah 164,4 bagi laki-laki
dan 110,6 bagi wanita. Untuk bentuk kanker tertentu, perbedaan laju antar
negara dapat mencapai 40 kali lipat. Penelitian terhadap populasi yang
bermigrasi dari satu wilayah geografis ke yang lainnya memperlihatkan
bahwa perbedaan ini adalah sebagai akibat dari perbedaan gaya hidup,
dan bukan karena faktor etnis. Hal ini konsisten dengan temuan lainnya
yang memperlihatkan bahwa kebanyakan kanker terutama berhubungan
dengan penyebab yang berasal dari lingkungan dan bukan diakibatkan
faktor keturunan, meskipun keduanya dapat saling berinteraksi.
Kanker yang paling banyak menimbulkan korban di Eropa dan Amerika
Serikat adalah kanker paru-paru, usus besar (kolorektal), payudara,
prostat, dan perut. Jika digabungkan, setengah dari seluruh jumlah
vi
kematian akibat kanker disebabkan kanker jenis ini. Mereka sekaligus,
bersama-sama dengan kanker kulit, merupakan jenis kanker yang paling
umum menyerang manusia. Kanker kulit adalah kanker pertama atau
kedua yang paling umum di banyak negara Barat seperti Amerika Serikat,
Australia, dan Inggris Raya. Untung saja kanker kulit, kecuali melanoma
maligna (jenis yang paling jarang tetapi yang paling hebat), jarang
berakibat fatal.
Menurut WHO (1990) Perawatan paliatif meliputi segala prosedur
perawatan aktif untuk meringankan penderitaan pasien terutama yang
tidak respon dengan terapi kuratif (Nuhonni, 2000). Perawatan paliatif
adalah terapi yang memang tidak bertujuan untuk menyembuhkan tetapi
hanya bertujuan untuk memperbaiki kualitas hidup dan atau
memperpanjang kemampuan hidup ( Soebandiri, 1994 ). KARSINOMA
kolorektal stadium lanjut adalah keganasan pada kolorektal yang telah
mengadakan metastase jauh , yakni stadium IV menurut TNM
classification / Dukes D menurut Dukes staging dan Modified Astler Coller
staging ( Kim& Bressalier,1998 ). Keluhan yang sering terjadi pada
penderita dengan keganasan kolorektal adalah hematokhezia, perubahan
pola defekasi, nyeri abdomen, tenesmus, anemia defisiensi besi, gejala
abdomen akut, gejala lain misalnya fistula, penurunan berat badan,
anoreksia serta gejala akibat metastase tumor ( Kim& Bressalier, 1998 ).
Perawatan paliatif pada penderita karsinoma kolorektal perlu
mendapat perhatian karena tidak jarang penderita datang berobat sudah
pada stadium lanjut dengan berbagai penyulit antara lain kolon obstruksi
dan uropati obstruksi , sehingga hanya dapat dilakukan tindakan
perawatan paliatif. Selain itu terdapat kecenderungan peningkatan angka
kejadian karsinoma kolorektal di Indonesia. Karsinoma kolorektal
merupakan urutan ke 7 dari 10 besar kasus keganasan yang datang ke
poliklinik paliatif dan umumnya sudah dalam stadium lanjut.
Perawatan paliatif pada penderita karsinoma kolorektal stadium
lanjut antara lain meliputi kemoterapi paliatif, pembedahan paliatif,
vii
radioterapi paliatif, serta pengelolaan nyeri kanker atau keluhan lain untuk
mencapai kualitas hidup yang maksimal bagi penderita.
Berikut akan dibahas kasus yang jarang yakni seorang penderita
karsinoma kolorektal stadium lanjut dengan penyulit obstruksi kolon
parsial dan uropati obstruksi.
KASUS
Penderita Ny. J , 42 tahun, ibu rumah tangga, islam, tempat tinggal
Pasuruan, berobat ke IRD RSUD Dr. Soetomo dengan keluhan utama
nyeri perut.
Anamnesis.
Penderita mengeluh nyeri perut sejak satu bulan sebelum
masuk rumah sakit (MRS) . Nyeri perut terutama dirasakan di
perut kiri bawah, sifat hilang timbul serta satu minggu sebelum
MRS nyeri semakin berat.Penderita juga mengeluh sulit buang air
besar . Buang air besar disertai darah dan lendir yang telah
berlangsung selama setahun. Saat buang air besar disertai nyeri
perut. Penderuta mengeluh semakin kurus , pusing, badan lemah
, pucat dan cepat lelah.Penderita juga mengeluh nyeri pinggang
sejak satu bulan sebelum MRS, hilang timbul sifat nyeri kemeng
serta semakin berat dalam dalam satu minggu sebelum MRS.
Buang air kecil 5-6 kali sehari dengan jumlah yang cukup, tidak
disertai batu atau darah, warna air kencing kuning . Penderita
juga mengeluh sering haus, sering kencing , serta sering terasa
lapar.Riwayat penyakit dahulu pernah diirawat di rumah sakit
karena penyakit diabetes melitus pada tahun 2000, kurang darah
pada bulan desember 2000. Penderita tidak pernah menderita
sakit hipertensi, liver, batu ginjal serta tindakan operasi dan
kecelakaan.
Pemeriksaan fisik
Kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah,
tekanan darah 120/ 80 mmHg, nadi 100 kali/ menit, temperatur
viii
aksila 38,70 C , pernafasan 20 kali / menit. Pemeriksaan kepala
leher didapatkan anemia, tidak didapatkan ikterus, sianosis,
dispneu, pembesaran kelenjar getah bening, peningkatan
tekanan vena jugularis. Pada pemeriksaan thorak didapatkan
suara jantung 1 dan 2 tunggal , tidak ada bising jantung dan
suara galop. Pada paru didapatkan perkusi sonor , suara nafas
vesikuler , tidak didapatkan ronchi maupun wheezing.
Pemeriksaan palpasi abdomen didapatkan supel, nyeri tekan
pada perut bawah kiri, hepar dan lien tidak teraba, pada
auskultasi ddidapatkan bising usus normal, suara metal tidak
didapatkan. Pada pinggang didapatkan nyeri ketok kanan dan kiri
. Pada daerah inguinal tidak didapatkan pembesaran kelenjer
limfe. Pada ekstrimitas tidak didapatkan odem, akral hangat.
Pada pemeriksaan colok dubur didapatkan tonus spincter ani
normal, teraba mass berdungkul , mobil, intra luminer , jarak 5
cm dari anal ridge, jari masuk longgar dan terdapat sisa darah
dan lendir.
Pemeriksaan penunjang
Darah lengkap, Hb= 5,2 gr/dl, L= 12,5 x 109/L ,
Trombosit= 317x 109/L , LED= 145 mm/jam, PCV=10%, gula
darah acak= 277gr/dl, kolesterol total= 173 gr/dl, trigliserida=
140 gr/dl, SGOT= 14 U/L, SGPT= 8 U/L, Bil. Total= 0,76 gr/dl,
Bil.D= 0,44 gr/dl, BUN= 9.4 mg/dl, SK= 1,2 mg/dl, CEA= 16.0
ng/ml.
Photo torak : jantung dan paru dalam batas normal, tidak
terdapat tanda metastase.
Patologi anatomi: rectum biopsi didapatkan Invasive adeno
carcinoma well differianted.
Photo polos abdomen: bayangan gas usus normal, hepar dan lien
tak membesar, kontur ginjal kanan dan kiri membesar, psoas
ix
shadow simetris, tampak ground glass appearance pada
abdomen kiri.
Ultra sonografi: liver tampak nodul pada lobus kiri ukuran 2,3x2 cm,
kedua ginjal membesar ringan, ektasis sedang tidak terdapat nodul/ kista/
abses, gall blader dan pankreas normal.
Diagnosis: karsinoma rektum stadium lanjut metastase ke hepar ,
hidronefrosis sedang bilateral, sepsis, diabetes mellitus, anemia.
Terapi: infus RL 1000 cc/24 jam, diet B1 2100 kalori lunak, insulin 3x 4 U
sc 15 menit ac, inj. Ceftriaxon 2x 1 gr IV, transfusi PRC sd Hb > 10 gr/dl.
Nyeri dapat terjadi pada 45-100% dari penderita kanker , baik yang ringan
sampai berat, penyebab nyeri kanker dapat disebabkan : 1. akibat
tumor(70% kasus) melalui mekanisme infiltrasi tumor ke tulang/ jaringan
sysraf, penekanan jaringan syaraf , pengaruh langsung pada organ/
jaringan yang terkena , ulserasi jaringan, peningkatan tekanan intra
kranial; 2.berhubungan dengan tumor, misalnya kejang otot , dekubitus,
infeksi jamur; 3. akibat pengobatan tumor , misalnya akibat pembedahan,
kemoterapi, radiasi; 4. penyebab lain bukan akibat tumor, berhubungan
dengan tumor, pengobatan tumor, misalnya artritis, migren. Penyebab
nyeri yang lain adalah faktor kejiwaan .Jenis nyeri kanker dapat berupa
nyeri nosiseptif( akibat rangsangan pada aferen serta syaraf perifer) , nyeri
neurogenik akibat (kerusakan syaraf perifer) , nyeri psikogenik( akibat
faktor non fisik/ kejiwaan). Derajat nyeri kanker dapat digolongkan
menjadi; 1. ringan, bila tidak mengganggu kegiatan sehari-hari dan
penderita dapat tidur ; 2. sedang, bila mengganggu kegitan sehari-hari
tetapi penderita dapat tidur ; 3. berat, bila mengganggu kegitan sehari-hari
dan penderita tidak dapat tidur ( Boediwarsono,2003).
Pada penderita didapatkan jenis nyeri nosiseptif dan nyeri neurogenik
dengan derajat ringan . Nyeri pada penderita ini disebabkan oleh kanker
kolorektal yang telah menekan dan menginfiltrasi jaringan sekitarnya serta
nyeri akibat pasca pembedahan.
x
Pemberian obat analgesik memiliki peranan yang utama dalam
penanggulangan nyeri kanker . Pemberian analgesik harus teratur dan
sesuai jadwal /by the clock, bukan bila perlu, by ladder, by mouth.
Analgesik yang digunakan untuk nyeri kanker terdiri dari golongan non
opiat, opiat lemah , opiat kuat.
Jenis analgesik, kekuatan dan dosis dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1. Analgesik non opioid
Drug Strength Dose
Aspirin 500 mg 4-6 hourly
Paracetamol 500 mg 4-6 hourly
Tabel 2. Analgesik non opiod lain
Chemical class Generic name
Propionic acid Ibuprofen
Naproxen
Fenoprofen
Ketoprofen
Flurbiprofen
Suprofen
Acetic acid Indometacin
Tolmentin
Sulindac
Diclofenac
Ketorolac
Oxicams Piroxicam
Fenemates Mefenamic acid
Meclofenamic acid
Tabel. 3. Analgesik opioid lemah
Drug Strenght Dose
Codein phosphate 10-20-30 mg 10-60 mg 4 hourly
xi
Tablets Bp
Dihydro codein
Tablets Bp
30 mg 30-60 mg 4 hourly
Tabel 4. Analgesik opoid kuat
Drug Typical starting
dose
Dose
interval
Morphine Hydrochloride
or
Sulphate solution
10 mg 4 hourly
Controlled release
Morphine sulphate(MST
continous) tab
30 mg 12 hourly
Obat analgesik ajuvan yang digunakan untuk nyeri kanker antara lain anti
depresan trisiklik, anti histamin, kafein, steroid, phenotiazin, anti konvulsi.
Terkadang diperlukan obat untuk mengatasi efek samping akibat opiat
antara lain anti emetik, laksan, stimulansia ( Boediwarsono,2003).
Pada penderita diberikan obat analgesik mefenemic acid 500 mg tiap 6
jam , dan nyeri dapat teratasi dengan baik.
Radioterapi paliatif adalah tindakan mencegah atau membebaskan
pasien kanker dari gejala lokal yang disebabkan oleh kanker tersebut
dengan radiasi dan diharapkan reaksi radiasi seminimal mungkin ,
sehingga dapat diharapkan adanya peningkatan kualitas hidup pasien.
Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam penentuan ketetapan
pada radiasi paliatif antara lain survival time , tingkat keparahan penyakit,
efek samping yang timbul, serta cost and benefit nya (Wijanarko,2003).
Pasien dengan harapan hidup yang pendek perlu dipertimbangkan secara
matang mengenai keuntungan yang dapat diraih. Paien dengan keadaan
yang sudah sangat buruk jarang membaik dengan radio terapi paliatif.
Efek samping radio terapi pada gastro intestinal antara lain nausea,
anoreksia, vomiting, diare ( efek akut), serta striktur usus , perdarahan ,
xii
perforasi, fistula (efek kronis). Radio terapi paliatif pada umumnya
diberikan pada pasien dengan metastase lanjut yang ditaksir survivalnya
hanya beberapa bulan yang bermanfaat untuk menunda pertumbuhan
tumor, mengurangi nyeri, dan mencegah perdarahan dengan waktu
pemberian yan gpendek, baik terapi tunggal maupun maupun 1-2 minggu(
Wijanarko,2003).
Pemberian radiasi pada metastase di liver hanya diberikan untuk
pembesaran liver yang menimbulkan rasa nyeri dan kurang nyaman di
perut dan baru diberikan bila terapi medik standar tidak berhasil. Uropati
obstruksi akibat karsinoma setelah tindakan koreksi dikerjakan dilanjutkan
dengan radiasi lokal dengan dosis 30-40 Gy dalam waktu 2-4 minggu.
Perdarahan gastro intestinal akibat kanker kolorektal dapat diberikan
dengan dosis 30-35 Gy dalam 10 fraksi dengan respon rate 85%
( Wijanarko,2003).
Pada kanker kolorektal yang semula unoperabel dapat diberikan
radiasi pra bedah dengan atau tanpa kemoterapi agar tumor menjadi
operabel untuk dilakukan reseksi. Mendenhall melaporkan penderita
kanker rektal yang semula unoperabel diberikan radiasi prabedah dengan
dosis 35-60 Gy , berikutnya dapat dilakukan reseksi komplit pada pada 52
% penderita ( Lavery et al,2000). Minsky melaporkan pemberian
kemoterapi 5 FU dengan LV dosis tinggi selama 2 siklus/ 2 minggu
dengan radiasi pelvic dosis 50,4 Gy sebelum pembedahan , 89%
penderita menjadi operabel untuk dilakukan reseksi bersih, bahkan 20%
menunjukkan respon patologis yang lengkap ( Lavery et al,2000). Pada
penderita tidak dilakukan terapi radiasi prabedah maupun paska bedah
dengan pertimbangan kondisi penderita pada stadium lanjut dengan
survival rate yang rendah.
Prognosis penderita kanker kolorektal tergantung variabel klinik
dan patologis seperti tercantum pada lampiran.Pada penderita prognosis
buruk karena terdapat penetrasi dinding usus yang dalam, tumor
berbentuk ulseratif / infiltratif, terdapat obstruksi usus , kadar CEA pre
operatif yang tinggi serta adanya metastase jauh ke hepar.
xiii
SUMMARY
It had been reported an advanced stadium of colorectal
carcinoma patient with liver metastatic, colon obstructive and uropati
obstructive.
Palliative treatment to the patient was transversum colostomi,
percutaneous nefrostomi, 5 FU 500 mg / week intra venous and
management of cancer pain.
Prognosis of the patient was bad because the presence of
deep penetration to the bowel wall, ulcerative / infiltrative tumor
morphologi, colon and uropati obstruktive, high level of CEA pre
operative and far metastatic to the liver
xiv
FAKULTAS KEDOKTERAN Makassar, 28 Oktober 2007UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIAPAPPER INTERNA
DISUSUN OLEH:
HASTA HANDAYANI IDRUS 110206121MILA HABIBASARI 110206122RESKY YULIANITA 110206123HASRIANI 110206124M. ILYAS INGRATUBUN 110206125HERAWATI TJONGI 110206126ASNITA 110206127BERRY ERIDA HASBI 110206128NURLIAH 110206129HANDAYANI 110206130ROSMAINAR AGUS 110206131JUMRIAH 110206132AYU MERDEKAWATY PUTRI 110206133NUR AZIZAH 110206134CHINDY PERMATASARI 110206135
FAKULTAS KEDOKTERAN
xv
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIAMAKASSAR
2007
xvi