Post on 10-Jul-2016
Peranan Kelenjar Tiroid dalam Metabolisme
Adhe William FanggidaE
102014270
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta 11510
adhewilliam@gmail.com
Pendahuluan
Perantara kimiawi tubuh yaitu hormon dibuat oleh kelenjar endokrin. Kelenjar ini tidak
memiliki saluran tapi mensekresi hormon langsung ke dalam darah, sehingga dapat
mencapai setiap sel di dalam tubuh. Hormon bekerja pada sasaran jaringan atau organ
tertentu dan mengatur aktivitas mereka. Sistem endokrin terdiri atas badan-badan
jaringan kelenjar, seperti tiroid, tapi juga terdiri atas kelenjar yang ada di dalam suatu
organ tertentu, seperti testis, ovarium, dan jantung. Sistem endokrin menggunakan
hormone untuk mengendalikan dan mengatur fungsi tubuh sama seperti system saraf
menggunakan sinyal listrik kecil. Kedua sistem berintegrasi di otak dan saling melengkapi,
tapi mereka cenderung bekerja dengan kecepatan yang berbeda. Saraf bereaksi dalam
hitungan detik, tapi bekerja tidak tak lama kemudian hilang, beberapa hormon memiliki
efek yang lebih lama. Hormon mengatur proses seperti pemecahan substansi kimia dalam
metabolisme, keseimbangan cairan dan produksi urin, pertumbuhan dan perkembangan
tubuh, serta reproduksi seksual.
Fisiologis manusia adalah suatu hal yang sangat kompleks dan rumit. Setiap jaringan,
organ, bahkan setiap sel mempunyai kerja yang spesifik untuk mendukung fisiologis tubuh
manusia. Sebagai contoh perbuatan fisiologis adalah, keinginan mencari makanan ketika
lapar dan keinginan mencari minuman ketika haus. Hal tersebut adalah sebuah respons
fisiologis yang dapat dikatakan tubuh secara otomatis akan meresponnya dan akhirnya
tubuh akan melakukan tindakan makan dan minum. Begitu pula dengan organ yang
bekerja dalam tubuh manusia yang tugasnya adalah untuk mensekresikan hormon.
1
Hormon adalah suatu zat yang dapat bekerja dan mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan. Kelenjar tiroid adalah salah satu contoh dari kelenjar yang mensekresikan
hormon yang sangat penting untuk masa pertumbuhan dan perkembangan anak-anak,
bahkan tidak hanya anak-anak ada pula kelainan yang diakibatkan akibat ketidaknormalan
sekresi hormon ini yang diderita oleh orang dewasa. Pada anak dapat menyebabkan
kekerdilan dan retardasi mental sedangkan pada orang dewasa akan mengakibatkan
eksoftalmus dan sebagainya.
Pembahasan
Struktur Makroskopis Glandula Thyroidea
Kelenjar tiroid terletak di sekitar laryng, lebih tepatnya dibawah arcus cartilaginis
cricoidea. Di bagian ventral berbatasan dengan jaringan otot m. sternohyoideus dan m.
sternothyroideus. Kelenjar tiroid ini berbentuk seperti dasi kupu-kupu pada sisi-sisinya
terdapat kelenjar paratiroid, kedua kelenjar ini berdampingan sehingga terlihat seperti
satu organ.1 Kelenjar tiroid dialiri oleh beberapa arteri yaitu a. thyroidea superior (arteri
utama), a. thyroidea inferior (arteri utama). Kelenjar tiroid mempunyai 3 pasang vena
utama yaitu v. thyroidea superior (bermuara di V. jugularis interna), v. thyroidea medialis
(bermuara di V. jugularis interna) dan v. thyroidea inferior (bermuara di V. anonyma kiri).
Persarafan kelenjar tiroid oleh Ganglion simpatis (dari truncus sympaticus) cervicalis
media dan inferior dan Parasimpatis, yaitu n.laryngea superior dan n.laryngea recurrens
(cabang N.vagus).1,2
Gambar 1. Letak, pendarahan dan persarafan kelenjar tiroidSumber: http://www.pustakasekolah.com/artikel-kelenjar-tiroid.html
2
Struktur Mikroskopis Glandula Thyroidea
Kelenjar tiroid memiliki kapsula tipis,terdiri dari jaringan ikat padat irregular, terutama
serabut reticular, masuk ke dalam parenkim kelenjar membentuk repta, sehingga membagi
kelenjar ke dalam lobulus-lobulus. Pada septa jaringan ikat kaya pembuluh darah,
pembuluh limfe, dan serabut syaraf. Tidak seperti kelenjar endokrin lain yang terdiri dari
kelompokan sel, kelenjar tiroid terdiri dari folikel-folikel yang mengandung koloid. Koloid
adalah suatu glikoprotein atau bulatan berepitel selapis dengan lumen berisikan suatu
substansi gelatinosa. Dalam setiap lobulus terdapat ribuan folikel. Setiap folikel memiliki
sel folikel dan sel parafolikular. Jaringan ikat dipisahkan oleh lapisan lamina basalis.3
Gambar 2. Struktur mikroskopis kelenjar endokrinSumber: http://ramania-colorfullworld.blogspot.com/2012/09/histologi-leher.html
Sel folikel (sel prinsipal).4
Sel utama pembentuk folikel tiroid
Bentuk sel kuboid rendah sampai silindris
Inti bulat sampai oval dengan 2 anak inti
Sitoplasma basofilik, banyak vesikel-vesikel kecil, terdapat granula sekretoris kecil
Sel folikel yang mengelilingi thyroid folikel ini dapat berubah sesuai dengan
aktivitas kelenjar thyroid tersebut.
Pada kelenjar thyroid yang hipoaktif, sel foikel menjadi kubis rendah, gepeng
bahkan dapat menjadi pipih dengan luman penuh berisi koloid. Tetapi bila aktivitas
3
kelenjar ini tinggi, sel folikel dapat berubah menjadi silindris dan kuboid, dengan
lumen kosong.
Fungsi: menghasilkan hormone tiroid, yaitu tiroksin (T4) dan hormone triidotironin (T3).
Sel parafolikular (clear cell/cell c).4
Terletak diantara sel folikel, atau antara sel folikel dengan membrane basalis folikel, tunggal
ataupun berkelompok dengan sel folikel
Sel parafolikuler tidak mencapai lumen
Lebih besar dari sel folikel
Inti bulat dan besar
Sitoplasma dengan granula terwarna pucat, terdapat granula sekretoris kecil
Fungsi: menghasilkan hormone kalsitonin (tirokalsitonin)
Faal dan Biokimia Kelenjar Tiroid
a. Sintesis
Kelenjar tiroid merupakan salah satu kelenjar yang terbesar di dalam tubuh manusia.1
Fungsi utamanya adalah mensekresikan hormon tiroid, yang mengendalikan tingkat
metabolisme di dalam jaringan; serta mensekresikan hormon kalsitonin yang
mengendalikan homeostasis kalsium tubuh. Peristiwa pembentukan terjadi di dalam
kelenjar tiroid, sebagai unit fungsionalnya adalah folikel tiroid.5
Beberapa tahap yang terjadi pada sintesis hormon tiroid adalah sebagai berikut.
Sintesis dan Sekresi Tiroglobulin (TGB)
TGB merupakan bahan dasar hormon tiroid dan sebagian besar terdapat di
dalam lumen folikuli. Mekanisme sintesis dan sekresi TGB diawali dengan keluarnya
tRNA dan mRNA dari nukleus dengan membawa “pesan-pesan” yang diperlukan
untuk sintesis TGB. Selanjutnya mRNA diterjemahkan oleh ribosoma pada
retikulum endoplasma granulare. Rantai polipeptida mengalami glikolisasi sampai
pada retikulum endoplasma granulare dengan bantuan glikosil transferase. Setelah
sampai pada aparatus golgi, TGB dikemas pada vesikula eksositosis. Vesikula
berfungsi dengan membran epitelium apical dan mensekresikan TGB ke lumen
4
pusat dalam bentuk koloid. Di dalam koloid, lumen folikuli disimpan bersama
dengan enzim proteolitik dan enzim mukoprotein.5
Transportasi dan Organifikasi Iodium
Idium yang berasal dari sekresi kelenjar saliva dan mukosa lambung
disekresikan ke cairan ekstraseluler, dan kemudian secara aktif memasuki sel
epitelium folikuli tiroid, kemudian iodium segera teroksidasi menjadi iodium
organik dan reaksi ini tergantung pada peroksidase. Selanjutnya iodium organik
akan berikatan dengan residu tirosin pada TGB untuk membentuk molekul
monoiodo-tirosin (MIT) dan Diiodotirosin (DIT). Peristiwa ini diduga terjadi secara
enzimatis pada bagian awal apical epitelium folikuli yang menghadap ke lumen.5
Penggabungan Iodotirosin
Di dalam koloid, folikuli MIT dan DIT akan membentuk hormon tiroid dengan
cara penggabungan atau reaksi “coupling”. Penggabungan yang reaksinya
berlangsung secara kondensasi antara dua molekul DIT akan membentuk hormon
tiroksin, dan penggabungan satu molekul DIT dengan satu molekul MIT akan
menghasilkan hormon T3. Pada kedua peristiwa di atas diperlukan kondisi aerob,
enzim tiroglobulin dan tiroid peroksidase. Selain itu, MIT dan DIT akan mengalami
mobilisasi secara endositosis dan proteolisis yang diperantarai oleh enzim
iodotirosin deiodinase.5
Setelah terbentuk hormon tiroid, terjadi penyimpangan hormon di dalam koloid
sebagai iodotironin yang tergabung pada ikatan peptida yaitu TGB. Iodotironin akan
disekresikan oleh sel epitelium dan dengan cara yang sama disekresikan pula ke
dalam pembuluh darah balik yang ada di sekitarnya dalam bentuk T3 dan T4.5
Masuknya titik-titik (droplet) koloid
Pseudopodia yang terbentuk pada permukaan luminal sel menjulur ke dalam
koloid di dalam lumen folikuli, dan sebagian droplet koloid masuk ke sitoplasma
secara endositosis. Tiap droplet diselubungi membran yang dibentuk oleh
perbatasan sel apikal. Peristiwa endositosis ini sangat tergantung pada daur ulang
yang terjadi selama eksositosis TGB.5
Pembentukan Phagolisosoma
5
Lisosoma di bagian basal akan berpindah menuju ke bagian basal apical bertemu
dengan droplet koloid, kemudian berfusi menghasilkan phagolisosoma. Selanjutnya
phagolisosoma bergerak menuju ke bagian basal sel dan selama itu makin padat,
dan bentuknya makin kecil karena TGB telah dihidrolisis oleh protease lisosoma.5
Pembebasan TGB
T3 dan T4 (yang jumlahnya lebih sedikit) dibebaskan dari TGB secara
proteolitik, terlepas dari phagolisosome masuk ke dalam pembuluh darah dan
diduga secar difusi. Sebagian besar MIT dan DIT yang dibebaskan diiodinasi TGB,
akan tetapi sebagian secara difusi memasuki sirkulasi (terjadi kebocoran iodium).5
Gambar 3. Proses sekresi hormon tiroidSumber: http://www.medicinesia.com/kedokteran-dasar/metabolik-endokrin/aspek-
fisiologi-kelenjar-tiroid/b. Sekresi dan Regulasi
Tiroksin dan T3 merupakan bentuk hormon tiroid yang disekresikan ke dalam
pembuluh darah, selanjutnya akan berikatan dengan protein plasma darah. Jumlah T3
adalah 20% dan T4 adalah 80%. Bentuk pengikat tersebut adalah Thyroxine-Binding-
Globulin (TGB), Thyroxine-Binding-Prealbumin (TBPA) dan albumin. Bentuk ikatan
hormon yang diuraikan di atas hormon adalah hormon yang tidak aktif secara
fisiologik. Hormon tiroid yang aktif secara fisiologik adalah hormon yang bebas (tidak
berikatan dengan protein) yang dapat memberikan efek fisiologik terhadap sel.6
Selanjutnya T3 dan T4 bila sampai pada hati, ginjal, otot atau pada jaringan lain
akan menimbulkan berbagai reaksi. Gugus hidroksil pada cincin phenolic dapat
6
berikatan dengan asam glukuronat dan sulfat, kemudian derivat keduanya
diekskresikan ke dalam empedu. Kedua asam tersebut dapat dihidrolisis oleh enzim
glukuronidase atau sulfatase pada saluran pencernaan makanan. Sebagian besar T3 dan
T4 akan mengalami deiodinasi, dan telah diketahui deiodinasi paling besar terjadi di
hati dan meliputi pula mikrosoma.
Peranan TSH dalam Regulasi Sekresi Hormon Tiroid.6,7
Sekresi hormon tiroid diregulasi terutama melalui kadar TSH (thyroid stimulating
hormone) yang bersirkulasi sepanjang pembuluh darah. TSH sendiri merupakan
hormon yang dihasilkan oleh hipofisis anterior (adenohipofisis) yang dikendalikan
oleh TRH (thyroid releasing hormone) yang dihasilkan oleh neuron di hipotalamus.
TSH, yang dikenal pula sebagai suatu tirotropin, merupakan suatu glikoprotein
dengan 211 asam amino yang terbentuk atas dua subunit ( dan ). TSH dapat
meningkatkan sintesis T3 dan T4 oleh kelenjar tiroid melalui proses yang hampir
meningkatkan seluruh tahapan dalam sintesis hormon tiroid, yakni:
1. meningkatkan proteolisis tiroglobulin yang telah tersimpan di dalam folikel,
sehingga terjadi pelepasan hormon tiroid ke kapiler
2. peningkatan aktivitas pompa iodin (suatu simporter Na+/I-) yang meningkatkan
proses “perangkap iodin”
3. peningkatan oksidasi iodida, iodinasi tirosin, serta coupling oksidatif
4. peningkatan ukuran dan aktivitas sel folikel kelenjar tiroid, serta terjadi
peningkatan jumlah sel-sel ini
Ke semua efek di atas timbul akibat peningkatan kadar cAMP. TSH bekerja pada
sel tiroid dengan berikatan dengan reseptor TSH spesifik (suatu reseptor tekait
protein G, dengan tujuh segmen transmembran / reseptor serpentin) di membran
basal sel tiroid yang kemudian meningkatkan aktivitas adenilat siklase. Apapun
penyebabnya, sekresi hormon TSH secara berlebihan akan direspons oleh kelenjar
tiroid dengan melakukan pembesaran kelenjar tiroid, yang sering dikenal dengan
istilah goiter atau struma. Goiter dapat menggambarkan kedua keadaan baik
hipertiroidisme maupun hipotiroidisme.
Peranan TRH dalam Regulasi Sekresi Hormon Tiroid
7
TRH, suatu hormon yang dihasilkan oleh hipotalamus (tepatnya di eminentia
mediana), disekresikan melalui sistem pembuluh darah portal hipotalamus-
hipofisis. TRH merupakan suatu amida tripeptida yang sangatlah sederhana
struktur kimianya. TRH dapat berikatan dengan reseptor di sel-sel tirotrop hipofisis
anterior, mengaktivasi sistem caraka kedua fosfolipase yang menghasilkan
peningkatan jumlah fosfolipase C. Pada akhirnya akan terjadi peningkatan ion
kalsium dan diasil gliserol yang mengakibatkan pelepasan TSH akan meningkat.
TSH selanjutnya dapat menstimulasi kelenjar tiroid untuk lebih giat mensintesis
hormon tiroid.6,7
Integrasi Hormon Tiroid, TSH, dan TRH serta Mekanisme Umpan Balik
Faktor emosional diduga dapat menghambat sekresi hormon tiroid akibat
kondisi ini pada umumnya telah meningkatkan rangsang simpatis yang secara
langsung telah meningkatkan laju metabolik dan suhu tubuh. Oleh karena itu
penurunan sekresi tiroid diduga sebagai suatu upaya tubuh untuk mengurangi laju
metabolik serta suhu tubuh..6,7
Sementara itu sekresi TSH, selain dipengaruhi secara langsung oleh sekresi
TRH, juga dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor lain. Faktor lain tersebut antara
lain kandungan dopamin, somatostatin, serta glukokortikoid (menghambat).
Pada akhirnya, produk dari kelenjar tiroid itu sendiri, yakni
tiroksin/tetraiodotironin (T4) dan triiodotironin (T3) memiliki umpan balik negatif
terhadap kelenjar pembentuknya, baik di tingkatan hipofisis (menurunkan TSH)
maupun hipotalamus (menurunkan TRH). Hanya T3 dan T4 dalam bentuk bebas
(tidak terikat dengan protein pembawa hormon ini, seperti albumin, globulin, dan
prealbumin) yang mampu melakukan tugas sebagai pengumpan balik negatif. Oleh
karena itu, perubahan kadar protein pembawa hormon ini dapat pula menyebabkan
umpan balik negatif yang tidak tepat meskipun kadar hormon tiroid secara
keseluruhan (bebas maupun terikat) dalam sirkulasi adalah normal. Efek T3
terutama lebih poten dalam menyampaikan informasi umpan balik ini.6
8
Gambar 4. Regulasi sekresi hormon tiroid.Sumber: http://www.medicinesia.com/kedokteran-dasar/metabolik-endokrin/aspek-
fisiologi-kelenjar-tiroid/
Fungsi Kelenjar Tiroid
Sel-sel sasaran untuk hormon tiroid adalah hampir semua sel di dalam tubuh. Fungsi
hormon tiroid adalah:8
Merangsang laju metabolik sel-sel sasaran dengan meningkatkan metabolisme protein,
lemak, dan karbohidrat.
Merangsang kecepatan pompa natrium-kalium di sel sasaran. Kedua fungsi bertujuan
untuk meningkatkan penggunaan energi oleh sel, terjadi peningkatan laju
metabolisme basal, pembakaran kalori, dan peningkatan produksi panas oleh setiap sel.
Meningkatkan responsivitas sel-sel sasaran terhadap katekolamin sehingga
meningkatkan frekuensi jantung.
Meningkatkan responsivitas emosi.
Meningkatkan kecepatan depolarisasi otot rangka, yang meningkatkan kecepatan
kontraksi otot rangka.
Hormon tiroid penting untuk pertumbuhan dan perkembangan normal semua sel tubuh
dan dibutuhkan untuk fungsi hormon pertumbuhan.
Hubungan Kelenjar Tiroid Dengan Metabolisme Tubuh
9
Sebenarnya hampir semua sel tubuh dipengaruhi secara langsung atau tidak langsung
oleh hormone tiroid. Efek T3 dan T4 dapat dikelompokkan menjadi beberapa kategori
sebagai berikut:
Efek pada laju metabolism dan kalorigenik.
Hormon tiroid meningkatkan laju aktivitas metabolism hampir di seluruh jaringan
tubuh. Efek peningkatan laju metabolism menyebabkan efek kalorigenik yaitu
peningkatan produksi panas tubuh.7
Efek pada metabolism karbohidrat.
Hormon tiroid merangsang hampir semua aspek metabolism karbohidrat, termasuk
penggunaan glukosa yang cepat oleh sel (efek insulin), meningkatkan glikolisis,
meningkatkan glukogenesis, meningkatkan kecepatan absorbsi dari saluran cerna.7
Efek pada metabolism lemak.
Hormon tiroid menurunkan kadar lemak di jaringan adiposa yang menyebabkan
cadangan lemak dalam tubuh menurun. Hormon tiroid juga meningkatkan konsentrasi
asam lemak bebas di dalam plasma dan mempercepat oksidasi asam lemak bebas oleh
sel.7
Efek pada metabolism protein.
Hormon tiroid diperlukan untuk sintesis protein untuk pertumbuhan tubuh, namun jika
di sekresi berlebih, maka sebaliknya, terjadi penguraian protein.7
Efek pada plasma dan lemak hati.
Meningkatnya hormon tiroid menurunkan konsentrasi kolesterol, fosfolipid dan
trigliserida dalam darah. Sebaliknya jika menurun, kosentrasi lemak – lemak tersebut
dalam plasma akan meningkat, dan hampir selalu menyebabkan pengendapan lemak
secara berlebihan di hati.7
Efek pada kebutuhan vitamin.
Hormon tiroid meningkatkan metabolism dalam tubuh dengan cara meningkatkan
jumlah enzim tubuh. Jadi sejumlah vitamin yang berperan sebagai koenzim diperlukan
untuk kerja enzim. Oleh karena itu peningkatan hormone tiroid yang berlebih, akan
menyebabkan defisiensi vitamin.7
10
Efek pada berat badan.
Bila produksi hormone tiroid sangat meningkat maka hampir selalu menurunkan berat
badan dan sebaliknya jika produksinya menurun, maka akan menaikan berat badan.
Efek ini selalu terjadi, oleh karena hormon tiroid juga meningkatkan nafsu makan, dan
keadaan ini dapat menyeimbangkan perubahan kecepatan metabolisme.7
Efek terhadap sistem kardiovaskular.
Meningkatnya metabolism jaringan mempercepat pemakaian oksigen dan
memperbanyak pelepasan jumlah produk akhir metabolism dari jaringan. Efek ini
menyebabkan vasodilatasi di sebagian besar jaringan tubuh untuk sehingga
meningkatkan aliran darah. Kecepatan aliran darah di kulit juga meningkat untuk
membuang panas dari tubuh. Sebagai meningkatnya aliran darah, maka curah jantung
juga meningkat sampai 60% atau lebih di atas normal dan turun sampai hanya 50%
dari nomal jika hipotiroidisme yang sangat berat. Frekuensi denyut jantung juga
meningkat karena kebutuhan jaringan untuk proses metabolism meningkat.7
Efek pada pertumbuhan dan perkembangan sistem saraf pusat (SSP).
Hormon tiroid penting untuk pertumbuhan anak. Hormon tiroid akan merangsang
peningkatan sekresi growth hormone (GH) dan meningkatkan metabolisme pada tulang
yang berperan penting untuk pertumbuhan anak. Pada anak hipotiroidisme, kecepatan
pertumbuhan sangat tertinggal. Pada anak hipertiroidisme, terjadi pertumbuhan tulang
yang sangat berlebihan. Akan tetapi, epifisis lebih cepat menutup, sehingga anak
tersebut mempunyai masa pertumbuhan yang lebih singkat. Selain itu, hormon tiroid
penting untuk perkembangan SSP pada janin. Sehingga bayi yang kekurangan hormon
tiroid pasca melahirkan yang tidak di beri pengobatan, maka perkembangan SSP
khususnya otak akan terhambat dan terjadi keterbelakangan mental yang menetap
selama hidupnya.7
Efek pada SSP.
11
Pada umumnya, hormone tiroid meningkatkan kecepatan berpikir, tetapi juga sering
menimbulkan disosiasi pikiran, dan sebaliknya, berkurangnya hormone tiroid
menyebabkan kecemasan yang berlebihan, atau paranoia.7
Efek pada saluran cerna.
Selain meningkatkan nafsu makan dan asupan makanan, hormone tiroid mempercepat
sekresi getah pencernaan dan motilitas saluran cerna. Hipertiroidisme seringkali
menyebabkan diare, dan sebaliknya, hipotiroidisme menyebabkan konstipasi.7
Efek pada fungsi seksual.
Sekresi hormone tiroid yang normal dapat membuat fungsi seksual yang normal. Pada
pria, jika terjadi hipertiroidisme akan menyebabkan impotensi, dan sebaliknya jika
hipotiroidisme akan menyebabkan hilangnya libido. Pada wanita hipertiroidisme,
biasanya menderita oligomenore, bahkan kadangkala timbul amenore. Sedangkan pada
wanita hipotiroidisme menyebabkan timbulnya menoragia (darah menstruasi berlebih)
dan polimenore (frekuensi menstruasi lebih sering). Namun pada beberapa wanita
kekurangan hormone ini menimbulkan periode menstruasi yang tidak teratur dan
bahkan timbul amenore. Pada wanita hipotiroidsme juga mengalami penurunan libido
yang sangat besar.7
Efek pada kelenjar endokrin lain.
Meningkatnya hormone tiroid menyebabkan meningkatnya kecepatan sekresi sebagian
besar kelenjar endokrin lain. Sebagai contoh menigkatnya metabolisme glukosa
menyebabkan peningkatan sekresi insulin oleh pancreas.7
Pengaruh yodium terhadap kelenjar tiroid
Zat jodium juga merupakan zat gizi esensial bagi tubuh, karena merupakan komponen dari
hormon Thyroxin. Terdapat dua ikatan organik yang menunjukan bioaktifitas hormone ini,
ialah Trijodotyronin T3 dan Tetrajodotyronin T4 yang terakhir ini disebut juga Thyroxin.
Zat Jodium dikonsentraikan di dalam Kelenjar Gondok ( Glandula Thyroidea ) untuk
digunakan dalam sintesa hormone Thyroxin. Hormon ini ditemukan dalam folikel kelenjar
gondok, terkonjugasi dengan protein (globulin), dan disebut Thyrogglobulin. Bila
diperlukan, Thyroglobulin dipecah dan terlepas hormon Thyroxin yang dikeluarkan dari
12
folikel kelenjar kedalam aliran darah. Kekurangan Jodium memberi kondisi Hypothyroidism
dan tubuh akan mencoba untuk mengkonpensasi dengan menambah jaringan kelenjar
gondok, sehingga terjadi hypertrophi yang memberikan pembesdaran kelenjar thyroid dan
disebut penyakit gondok (struma simplex dan struma endemik). Sebaliknya jika
kebanyakan zat jodium akan memberikan gejala-gejala pada kulit yang disebut Jodium
dermatitis. TSH adalah hormon perangsang tiroid yang dikenal dengan thyrotropin. TSH
meningkatkan pertumbuhan sel tiroid yang menyebabkan pembentukan gondok. TRH yang
dilepaskan oleh hipotalamus, membawa thyrotrop di dalam anterior pituitary (otak) untuk
mensintesis dan melepaskan TSH. TSH disintesis dan dilepaskan dengan cara pulsatile,
yang berpuncak setiap 100 menit. TSH terikat dengan receptor TSH membran pada sel-sel
kelenjar tiroid.6
Fungsi Yodium
Hormon-hormon yang diperlukan untuk pertumbuhan normal dan pengembangan
jaringan seperti sistem saraf pusat dan untuk pematangan seluruh bagian dari tubuh
kita. Hormon juga mengatur laju metabolisme basal dan metabolisme makronutrien.
Yodium adalah salah satu mineral pertama yang diakui sebagai mineral penting bagi
kesehatan yang baik. Yodium merupakan suatu mineral yang penting untuk menjaga
kesehatan kelenjar tiroid, yang membunuh kuman berbahaya, membentuk hormon
(tiroksin) dan memberikan energi.8
1. Membantu Proses Metabolisme
Mineral ini diperlukan untuk sintesis hormon tiroksin dan triodotironin yang
disekresikan oleh kelenjar tiroid.Tiroksin mengontrol metabolisme tubuh dan
konsumsi oksigen bagi jaringan tubuh, mengontrol penggunaan gula, mengatur tingkat
produksi energi dan membantu pertumbuhan tubuh yang optimal.8
2. Mencegah Rambut Rontok
Yodium dapat memicu kerontokan rambut karena langsung memengaruhi kelenjar
tiroid yang pada gilirannya memengaruhi kesehatan folikel rambut. Folikel rambut
merupakan jaringan yang halus dan mudah rusak.8
3. Membantu Menurunkan Berat Badan
Mengingat yodium penting dalam pembentukan hormon tiroid di kelenjar tiroid yang
13
berfungsi mengatur metabolisme tubuh. Maka mineral penting ini sangat berperan
dalam proses penurunan berat badan. Semakin baik metabolisme tubuh Anda, semakin
besar peluang Anda untuk menurunkan berat badan.8
4. Mencegah Penyakit Jantung
Yodium membantu sintesiskolesterol, sehingga dapat mengurangi adanya penumpukan
kolesterol di arteri yang dapt mengakibatkan serangan jantung.Yodium juga membantu
proses pembakaran lemak dan membantu peningkatan denyut jantung.8
5. Meningkatkan Gairah seksual
Meski pun dibutuhkan dalam jumlah kecil, yodium merupakan mineral penting yang
tidak bisa diabaikan. Para peneliti percaya bahwa selain bermanfaat untuk menurunkan
berat badan, mineral ini juga berperan besar dalam meningkatkan gairah seksual.
Yodium memiliki peran yang cukup penting baik bagi kesehatan tubuh dan mental.
Beberapa makanan yang mengandung yodium, non-vegetarian: Salmon, Tuna, Kerang, Cod,
Herring, Vegetarian: Rumput Laut, Produk susu, Apel, Jeruk, Anggur, Stroberi.8
Hipertiroid
Hormon tiroid memengaruhi tingkat metabolisme dan penggunaan energi. Tiga
perempat dari kasus rangsangan berlebihan tiroid merupakan akibat penyakit Grave yaitu
sebuah kelainan autoimun berupa adanya antibody yang menyerang tiroid sehingga
produksi hormone berlebihan. Peningkatan kadar hormon menaikan tingkat metabolisme
bersamaan dengan penurunan berat badan akibat peningkatan penggunaan energi, denyut
jantung cepat dan tidak teratur, tremor, berkeringat, gelisah, insomnia, kelemahan, dan
gerakan usus berlebih; tiroid yang membesar terlihat seperti bengkak di leher (goiter).9
Hipotiroid
Keadaan ini melibatkan turunnya produksi hormon tiroid, sehingga tubuh perlahan
melambat. Pada hipotiroid, hormon tiroid seperti tri-iodotironin dan tiroksin, terlalu
sedikit diproduksi. Karena hormon ini mengatur tingkat metabolisme lain, kekurangan
hormon menimbulkan perlambatan fungsi tubuh. Gejala meliputi kelemahan, penambahan
14
berat badan aktivitas usus lambat dan susah buang air besar, wajah bengkak, mata sembab,
kulit menebal, rambut menipis, suara serak, dan tidak mampu mengatasi pilek. Penyebab
yang paling sering adalah radang kelenjar tiroid akibat keadaan autoimun, yang disebut
Tiroiditis Hashimoto, di mana antibodi secara keliru merusak kelenjar. Tiroiditis
Hashimoto diturunkan dalam keluarga dan lebih sering ditemukan pada wanita. Kelenjar
tiroid dapat membengkak membentuk benjolan, atau goiter, pada leher. Penyebab yang
lebih jarang dari hipotiroid, umumnya di Negara belum berkembang, adalah kurangnya
mineral iodin dibutuhkan untuk membentuk hormone tiroid dalam pola makan. Penyebab
yang paling jarang adalah kerusakan kelenjar hipofisis oleh tumor. Perawatan seluruh
kasus hipotiroid adalah dengan hormone tiroid buatan.9
Kesimpulan
Kelenjar tiroid letaknya melengkung di permukaan anterior trakea tepat di bawah
tulang rawan tiroid. Terdiri dari 2 lobus yang disatukan oleh hubungan yang berbentuk
silinder yaitu isthmus. Didalam kasus ini leher membesar diakibatkan kekurangan yodium,
karena gangguan kelenjar tiroid bisa terjadi jika kita kekurangan yodium maka akan
terjadi pembesaran leher dikarenakan kelenjar tiroid membesar, oleh karena itu kita harus
mengonsumsi yodium secara seimbang agar tidak mengakibatkan adanya gangguan pada
kelenjar tiroid.
Daftar Pustaka
1. Netter F. Atlas of Human Anatomy. Philadelphia: Saunders Elsevier; 2011. p. 74-80.
2. Darmanto D. Respirologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran; 2009.h.25-7.
3. Sumbayak EM. Penuntun praktikum histology. 1th ed. Jakarta: FK UKRIDA; 2010.p.96.
4. Sudiono J, kundiadhi B, Hendrawan A, Bing D. Patologi anatomi. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran;2007.h.33-6.
5. Murray RK, Granner DK, Rodwell VW. Biokimia Harper. 27th ed. Jakarta: EGC; 2009.
p.466-9.
6. Sherwod L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. 6th ed. Jakarta: EGC; 2011.p.644-9.
15
7. Pearce EC. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Jakarta: Penerbit Gramedia Pustaka
Utama; 2009.h. 283-4.
8. Tandara H. Mencegah dan mengatasi penyakit tiroid. Jakarta: Penerbit Gramedia
Pustaka Utama; 2011.h.9-18.
9. Ruhahorbo H. Klien dengan gangguan system endokrin. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran; 2005.12-3
16