Post on 27-Feb-2020
7
BAB 2
1 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Nyeri Punggung Bawah(LBP)
2.1.1 Definisi Nyeri Punggung Bawah (LBP)
Nyeri punggung bawah adalah sebuah sensasi nyeri di daerah
lumbosakral dan sakroiliakal, umumnya pada daerah L4-L5 dan L5-S1,
nyeri ini sering disertai penjalaran ke tungkai sampai kaki (Harsono,
2009).
Nyeri punggung bawah juga didefinisikan sebagai nyeri lokal atau
redikuler, ataupun keduanya. Nyeri ini terasa di antara sudut iga terbawah
sampai lipat bokong bawah yaitu pada daerah lumbal atau lumbo-sakral
dan sering diikuti dengan penjalaran nyeri ke arah tungkai dan kaki.
(Tunjung, 2009).
Gambar 1.1 Anatomi dari Lumbal (Trailsight Medical Media, 2008)
8
2.1.2 Etiologi Nyeri Punggung Bawah (LBP)
Nyeri Punggung Bawah (LBP) dapat disebabkan oleh berbagai
kelainan yang terjadi pada tulang belakang, otot, diskus intervertebralis,
sendi, maupun struktur lain yang menyokong tulang belakang. Kelainan
tersebut antara lain seperti kelainan congenital atau kelainan
perkembangan yang terdiri dari spondilosis dan spondilolistesis,
kiposkoliosis, spina bifida, gangguan korda spinalis, trauma minor yaitu
regangan dan cedera whiplash, fraktur atau traumatik seperti jatuh,
kecelakaan kendaraan bermotor, traumatik yaitu osteoporosis, infiltrasi
neoplastik, steroid eksogen, herniasi diskus intervertebral, degeneratif
yaitu kompleks diskus-osteofit, gangguan diskus internal, stenosis
spinalis dengan klaudikasio neurogenik, gangguan sendi vertebral,
gangguan sendi atlantoaksial (misalnya arthritis rheumatoid), arthritis
seperti : spondilosis, artropati facet atau sakroiliaka, autoimun (misalnya
ankylosing spondilitis, sindrom reiter), neoplasma : metastasis,
hematologic, tumor tulang primer, infeksi/inflamasi: osteomyelitis
vertebral, abses epidural, sepsis diskus, meningitis, arachnoiditis
lumbalis, metabolik: osteoporosis, hiperparatiroid, imobilitas,
osteosklerosis, vascular: aunerisma aorta abdominal, diseksi arteri
vertebral, dan lainnya seperti nyeri alih dari gangguan visceral, sikap
tubuh, psikiatrik, pura-pura sakit serta sindrom nyeri kronik (Engstrom &
Deyo, 2012).
9
2.1.3 Klasifikasi Nyeri Punggung Bawah (LBP)
Klasifikasi LBP menurut Bull dan Archard (2007) sesuai dengan waktu
terjadinya nyeri berlangsung, yaitu:
1. Nyeri akut yang tajam, dalam dan langsung atau tiba-tiba.
Seseorang tidak dapat beristirahat dengan tenang dan setiap kali
bergerak bagian punggung yang sakit bertambah nyeri yang terjadi
selama kurang dari 8 minggu.
2. Nyeri kronis yang terus menerus dan cenderung tidak berkurang.
Nyeri biasanya terjadi dalam beberapa hari tetapi kadang kala
membutuhkan waktu selama satu atau bahkan beberapa minggu.
Kadang-kadang nyeri berulang akan tetapi untuk kekambuhan bisa
ditimbulkan dari aktivitas fisik yang sederhana.
Klasifikasi LBP menurut penyebabnya, yaitu:
1. Low back pain traumatic
Lesi traumatik dapat disamakan dengan lesi mekanik. Pada daerah
punggung bawah, semua unsur susunan neuromuskoletal dapat
terkena trauma. LBP ini dibagi 2 menjadi :
a. Trauma pada unsur miofasial
Setiap hari banyak orang mendapat trauma miofasial, seperti
pekerja kasar yang gizinya kurang baik dengan kondisi
kesehatan badan yang kurang optimal. Juga di kalangan sosial
yang serba cukup atau berlebihan keadaan tubuh tidak optimal
karena kegemukan, terlalu banyak duduk dan terlalu kaku
10
karena kurang melakukan gerakan-gerakan untuk
mengendurkan ototnya.
b. Trauma pada komponen keras
Akibat trauma karena jatuh fraktur kompresi dapat terjadi di
vertebrata torakal bawah atau vertebra lumbal atas. Fraktur
kompresi dapat terjadi juga pada kondisi tulang belakang yang
patalogik dikarenakan trauma yang ringan (misal jatuh
terduduk dari kursi pendek), kolumna vertebralis yang sudah
osteoporotik mudah mendapat fraktur kompresi.
2. Low back pain akibat proses degenerative
a. Spondilosis
Perubahan degeneratif pada vertebra lumbosakralis dapat
terjadi pada corpus vertebra berikut arcus dan processus
artikularis serta ligament yang menghubungkan bagian-bagian
ruas tulang belakang satu dengan yang lain. Pada proses
spondilosis terjadi rarefikasi korteks tulang belakang,
penyempitan discus dan osteofitosteofit yang dapat
menimbulkan penyempitan dari foramina intervetebralis.
b. Hernia Nukleus Pulposus (HNP)
Perubahan degeneratif dapat juga mengenai annulus fibrosus
discus intervertebralis yang bila pada suatu waktu terobek
dapat disusul dengan protusio discus intervertebralis, yang
akhirnya menimbulkan hernia nukleus pulposus (HNP). HNP
11
paling seringmengenai discus intervertebralis L5-S1 dan L4-
L5.
c. Osteoatritis
Unsur tulang belakang lain yang sering mengalami proses
degenerative adalah kartilago artikularis-nya, yang dikenal
sebagai osteoatritis. Pada osteoatritis terjadi degenerasi akibat
trauma kecil yang terjadi berulang-ulang selama bertahun-
tahun. Terbatasnya pergerakan sepanjang columna vertebralis
pada osteoarthritis akan menyebabkan tarikan dan tekanan
pada otot atau ligamen pada setiap gerakan, sehingga
menimbulkan nyeri punggung bawah.
3. Low back pain akibat penyakit inflamasi
a. Artritis rematoid
Artritis rematoid adalah penyakit autoimun yang menyerang
persendian tulang. Sendi yang terkena akan mengalami
peradangan, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan
kemudian sendi mengalami kerusakan. Akibat sinovitis(radang
pada sinovium) yang menahun, maka akan terjadi kerusakan
pada tulang rawan, sendi, tulang, tendon, dan ligamen di sendi.
b. Spondilitis angkilopoetika
Kelainan pada artikus sakroiliaka yang merupakan bagian dari
poliartritis rematoid yang juga didapatkan di tempat lain. Rasa
nyeri timbul akibat dari terbatasnya gerakan pada kolumna
12
vertebralis, artikulus sakroiliaka, artikulus kostovertebralis dan
penyempitan foramen intervertebralis.
4. Low back pain akibat gangguan metabolism
Osteoporosis adalah satu penyakit metabolik tulang yang
ditandai oleh menurunnya massa tulang, dikarenakan berkurangnya
matriks dan mineral tulang disertai dengan kerusakan mikro
arsitektur dari jaringan tulang. Nyeri punggung bawah pada orang
tua dan jompo, terutama kaum wanita, seringkali disebabkan oleh
osteoporosis. Sakitnya bersifat pegal, sedangkan nyeri yang tajam
atau radikular merupakan keluhan. Dalam hal itu terdapat fraktur
kompresi yang menjadi komplikasi osteoporosis tulang belakang.
5. Low back pain akibat neoplasma
a. Tumor benigna
Osteoma osteoid yang bersarang di pedikel atau lamina
vertebra dapat mengakibatkan rasa nyeri yang hebat terutama
pada malam hari. Hemangioma merupakan tumor yang berada
di dalam kanalis vertebralis dan dapat memicu timbulnya nyeri
punggung bawah. Meningioma adalah suatu tumor intadural
namun ekstramedular. Tumor ini dapat menjadi besar sehingga
menekan pada radiks-radiks. Maka dari itu tumor ini seringkali
membangkitkan nyeri hebat pada daerah lumbosakral.
13
b. Tumor maligna
Tumor ganas di daerah vertebra lumbosakralis dapat bersifat
primer dan sekunder. Tumor primer yang sering dijumpai yaitu
myeloma multiple. Tumor sekunder adalah tumor metastatik
mudah bersarang di tulang belakang, dikarenakan tulang
belakang kaya akan pembuluh darah. Tumor primernya bisa
berada di mamae, prostate, ginjal, paru dan glandula tiroidea.
6. Low back pain sebagai Referred Pain
Meskipun benar bahwa nyeri punggung bawah dapat dirasakan
seorang penderita ulkus peptikum, pankreatitis, tumor lambung,
penyakit ginjal dan lainnya, namun penyakit penyakit visceral juga
menghasilkan nyeri abdominal dengan manifestasi pada masing-
masing organ yang terganggu. LBP yang bersifat referred pain
memiliki ciri khas yaitu :
a. Nyeri hanya dirasakan pada daerah punggung bawah.
b. Daerah lumbal setempat tidak menunjukan tanda-tanda
abnormal, yakni tidak ada nyeri tekan, tidak ada nyeri gerak,
tidak ada nyeri isometrik dan modalitas punggung tetap baik.
Meski begitu sikap tubuh mempengaruhi bertambah atau
meredanya referred pain.
c. Dalam tahap klinis dan selanjutnya, pada penyakit visceral
didapatkan adanya keadaan patologik melalui manifestasi
gangguan fungsi dan referred pain di daerah lumbal.
14
7. Low back pain psikogenik
Beban psikis yang dirasakan berat oleh penderita, dapat pula
bermanifestasi sebagai nyeri punggung karena menegangnya otot-
otot. Nyeri punggung bawah karena masalah psikogenik adalah
nyeri punggung bawah yang tidak mempunyai dasar organik dan
tidak sesuai dengan kerusakan jaringan atau batas-batas anatomis,
misalnya nyeri punggung bawah yang disebabkan oleh histeria,
depresi, atau kecemasan. Namun apabila nyeri punggung bawah ada
kaitannya dengan patologi organik maka nyeri yang dirasakan tidak
sesuai dengan penemuan gangguan fisiknya.
8. Infeksi
Infeksi dapat dibagi menjadi akut dan kronik. Nyeri punggung
bawah yang disebabkan infeksi akut misalnya kuman pyogenik
(stafilokokus, streptokokus), sedangkan nyeri punggung bawah yang
disebabkan infeksi kronik misalnya spondilitis TB.
Sedangkan menurut Bimariotejo (2009) berdasarkan
perjalanan klinisnya LBP dibagi menjadi 2 jenis:
a. Acute Low Back pain
Nyeriditandai dengan rasa nyeri yang menyerang secara tiba-
tiba, rentang waktunya singkat, antara beberapa hari sampai
beberapa minggu. Rasa nyeri ini dapat hilang ataupun sembuh.
Acute Low Back pain dapat disebabkan karena luka traumatic
seperti kecelakaan mobil atau terjatuh, rasa nyeri dapat hilang
15
sesaat kemudian. Kejadian tersebut selain dapat merusak
jaringan, juga dapat melukai otot, ligament dan tendon. Pada
kecelakaan yang lebih serius, fraktur tulang pada daerah
lumbal masih dapat sembuh sendiri. Hingga saat ini
penatalaksanaan awal nyeri punggung akut terfokus pada
istirahat dan pemakaian analgesik.
b. Chronic Low Back pain
Rasa nyeri pada chronic Low Back pain bisa menyerang lebih
dari 3 bulan. Rasa nyeri ini dapat berulang-ulang atau kambuh
kembali. Fase ini biasanya memiliki onset yang berbahaya dan
sembuh pada waktu yang lama. Chronic Low Back pain dapat
terjadi karena osteoarthritis, reumathoidarthritis, proses
degenerasi discus intervertrebalis dan tumor.
2.1.4 Gejala Nyeri Punggung Bawah (LBP)
Nyeri merupakan perasaan yang sangat subjektif dan tingkat
keparahannya sangat dipengaruhi oleh pendapat pribadi dan keadaan saat
nyeri punggung dapat sangat bervariasi pada masing-masing orang.
Gejala tersebut meliputi:
a. Sakit
b. Kekakuan
c. Rasa tebal / mati rasa
d. Kelemahan
16
e. Rasa kesemutan (seperti ditusuk peniti dan jarum)
Nyeri tersebut berawal dari punggung kemudian dapat menjalar turun ke
bokong, tungkai dan kaki (Bull dan Archard, 2007).
2.1.5 Faktor Risiko Nyeri Punggung Bawah (LBP)
Terdapat beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan timbulnya
atau memperberat Low back pain yaitu :
2.1.5.1 Faktor personal
a. Usia
Biasanya nyeri ini mulai dirasakan pada orang yang umurnya
memasuki dekade kedua dan insiden tertinggi dijumpai pada
dekade kelima. Bahkan keluhan nyeri punggung ini semakin
lama semakin meningkat hingga sekitar umur 55 tahun
(Tarwaka, 2004).
b. Jenis Kelamin
Laki-laki dan perempuan memiliki risiko yang sama terhadap
keluhan nyeri punggung sampai umur 60 tahun, akan tetapi
pada kenyataannya jenis kelamin seorang dapat
mempengaruhi timbulnya keluhan nyeri punggung(Sinaki
dan Mokri, 2000). Hal ini disebabkan secara fisiologis,
kemampuan otot wanita memang lebih rendah dari pada pria
(Tarwaka, 2004).
17
c. Indeks Masa Tubuh (IMT)
Pada orang yang berat badannya berlebih memiliki risiko
timbulnya nyeri punggung bawah lebih besar karena beban
pada sendi penumpu berat badan akan meningkat, sehingga
dapat memungkinkan terjadinya nyeri punggung bawah.
Berat badan yang berlebih dapat diukur dengan melakukan
plotting pada grafik CDC 2000 Stature-for-age and Weight-
for-age precentiles yang kemudian akan dihitung dengan
rumus dan diklasifikasikan (Kuczmarski et al., 2002).
d. Aktivitas fisik
Kebanyakan nyeri punggung bawah terjadi akibat adanya
gangguan muskuloskeletal dan diperberat oleh aktivitas,
sedangkan nyeri akibat keadaan lain tidak dipengaruhi oleh
aktivitas (Helmi, 2012).
2.1.5.2 Faktor Pekerjaan
a. Beban Kerja
Beban kerja adalah sejumlah kegiatan yang harus
diselesaikan oleh seseorang ataupun sekelompok orang,
dalam periode waktu tertentu pada keadaan normal.
Pekerjaan atau gerakan yang menggunakan tenaga besar akan
memberikan beban mekanik yang besar terhadap otot,
tendon, ligamen dan sendi. Beban yang berat akan
18
menyebabkan iritasi, inflamasi, kelelahan otot, kerusakan
otot, tendon dan jaringan lainnya (Harrianto, 2009).
b. Posisi Kerja
Posisi janggal adalah posisi tubuh yang menyimpang secara
signifikan dari posisi tubuh normal saat melakukan
pekerjaan. Posisi janggal dapat menyebabkan kondisi di
mana transfer tenaga dari otot ke jaringan rangka tidak
efisien sehinga mudah menimbulkan kelelahan. Termasuk ke
dalam posisi janggal adalah pengulangan atau waktu lama
dalam posisi menggapai, berputar, memiringkan badan,
berlutut, jongkok, memegang dalam posisi statis dan
menjepit dengan tangan. Posisi ini melibatkan beberapa area
tubuh seperti bahu, punggung, dan lutut karena daerah inilah
yang paling sering cedera (Harris & Straker, 2000).
c. Repetisi
Repitisi merupakan pengulangan gerakan kerja dengan pola
yang sama. Dampak gerakan berulang akan meningkat jika
gerakan tersebut dilakukan dengan postur janggal disertai
beban yang berat dalam waktu yag lama. Keluhan otot terjadi
karena otot menerima tekanan akibat beban terus menerus
tanpa memperoleh kesempatan untuk relaksasi (Bridger,
2003).
19
d. Durasi
Durasi adalah jumlah waktu terpajan faktor risiko. Durasi
didefinisikan sebagai durasi singkat jika <1 jam per hari,
durasi sedang jika 1-2 jam per hari, dan durasi lama jika >2
jam per hari. Durasi terjadinya postur janggal yang berisiko
bila postur tersebut dipertahankan lebih dari 10 detik. Risiko
fisiologis utama, yang dapat dihubungkan dengan gerakan
yang sering dan berulang-ulang, adalah kelelahan otot.
Selama berkontraksi otot memerlukan oksigen, jika gerakan
berulang-ulang dari otot menjadi terlalu cepat sehingga
oksigen belum mencapai jaringan maka akan terjadi
kelelahan otot (Humantech, 2003).
2.1.5.3 Faktor Lingkungan Fisik
a. Getaran
Getaran berpotensi menimbulkan keluhan nyeri
punggung bawah ketika seseorang mengahabiskan waktu
lebih banyak di kendaraan atau lingkungan yang
memiliki hazard getaran. Selain itu getaran dapat
mengakibatkan kontraksi otot meningkat yang
menyebabkan peredaran darah terganggu, penimbunan
asam laktat meningkat dan akhirnya muncul rasa nyeri
(Tarwaka, 2004).
20
b. Kebisingan
Kebisingan pada lingkungan, secara tidak langsung,
dapat mempengaruhi produktivitas seseorang dalam
beraktivitas. Kebisingan akan membuat orang mengalami
stress dan berdampak pada ketidaknyamanan sehingga
mengakibatkan nyeri punggung bawah (Andini, 2015).
2.1.6 Patogenesis dan Patofisiologi Nyeri Punggung Bawah (LBP)
Tiap ruas tulang belakang dengan diskus intervertebralis sepanjang
kolumna vertebralis adalah satuan anatomik dan fisiologik. Bagian depan
yang terdiri dari korpus vertebralis dan diskus intervertebralis berfungsi
sebagai pengemban yang kuat, tetapi cukup fleksibel serta bertahan
terhadap tekanan-tekanan menurut porosnya. Keseluruhannya bagian
belakang memiliki terowongan yang dikenal sebagai kanalis vertebralis.
Diantara pedikel-pedikel sepanjang kolumna vertebralis, terdapat lubang
yang dinamakan foramen intervertebrale. Dinding belakangnya dibentuk
oleh artikulus posterior dan dinding depannya sebagian besar dibentuk
oleh diskus intervertebrale. Melalui setiap foramen intervertebralis, setiap
segmen medula spinalis menjulurkan radiks dorsalis dan ventralisnya ke
perifer. Akan tetapi di daerah lumbal dan sakral, radiks dorsalis dan
ventralis berjalan curam kebawah dahulu sebelum tiba di tingkat foramen
intervertebralis yang bersangkutan. Hal ini dikarenakan medulla spinalis
membujur hanya sampai di tingkat L2 saja, otot-otot yang terdapat
21
sekeliling tulang belakang mempunyai origo dan insersio pada prosesus
transverses atau prosesus spinosus. Stabilitas kolumna vertebrale dijamin
oleh ligamentum secara pasif dan oleh otot-otot periosteum, lapisan luar
annulus fibrosus dan sinovia artikulus posterior (Mardjono dan Sidharta,
2008).
Beban mekanis yang dialami oleh tulang belakang, karena aktivitas
berat ataupun menopang suatu benda yang berat pada tulang belakang,
memiliki peranan penting pada patogenesis nyeri punggung bawah. Salah
satunya adalah menggunakan tas punggung berat yang dapat
dikatergorikan sebagai salah satu stress mekanis, dan sudah dibuktikan
bahwa terdapat hubugan yang bermakna bahwa beban mekanis tersebut
dapat menimbulkan keluhan nyeri punggung bawah (Kapellen & Beall,
2010; Aukštikalnis et al., 2016).
Patofisiologi dari nyeri punggung bawah memiliki hubungan erat
terhadap faktor resiko yang mendasarinya, seperti yang telah di jelaskan
di atas. Faktor resiko tersebut salah satunya berupa beban mekanis pada
tulang pungung berupa tarikan dan regangan yang dapat terjadi akibat
aktivitas berat. Beban mekanis diberikan kepada tulang belakang tersebut
menimbulkan beban tekanan (Compressive Stress Loading) pada struktur
tulang belakang yang menyebabkan kondisi fatigue dan mikrotrauma
berulang. Sementara itu pada struktur yang terlibat pada beban mekanis di
atas terdapat saraf somatosensori yang akan terstimulasi akibat beban
mekanis tersebut. Setelah terstimulasi maka akan terbentuk impuls nyeri
22
yang akan dihantarkan ke pusat nyeri yang akhirnya akan menimbulkan
sensasi nyeri pada lokasi tulang belakang (Kapellen & Beall, 2010;
Aukštikalnis et al., 2016).
Konstruksi punggung yang kompleks memungkinkan terjadinya
fleksibilias dan memberikan perlindungan terhadap sumsum tulang
belakang. Otot-otot abdominal berperan pada aktivitas mengangkat beban
dan sarana pendukung tulang belakang. Adanya obesitas, abnormalitas
struktur, dan peregangan berlebihan pada sarana pendukung ini akan
berakibat terjadinya nyeri punggung. Adanya perubahan degenerasi
diskus intervertebralis akibat usia, menjadi fibrokartilago yang padat dan
tidak teratur merupakan penyebab nyeri punggung umum di mana L4-L5
dan L5-S1 menderita stress mekanis dan menekan sepanjang akar saraf
tersebut (Helmi, 2012).
2.2 Tas Punggung
2.2.1 Definisi Tas Punggung
Tas sekolah digunakan sebagai tempat buku dan alat sekolah lainnya
untuk dibawa ke sekolah. Kecenderungan saat ini yaitu sekolah sering
memberi pekerjaan rumah, tugas-tugas, dan kegiatan ekstra-kurikuler
yang berakibat pada banyaknya barang yang harus dibawa murid ke
sekolah. Sementara, dari berbagai jenis tas yang ada, tas punggung adalah
tas yang paling banyak digunakan (Bauer & Freivalds, 2009; Legiran,
2012)
23
Tabel 1.1Jenis Tas dan Cara Membawa Tas(Legiran, 2012)
Jenis Tas N % Cara membawa
tas
N %
Tas
Punggung
247 77,9 Dipunggung 234 73,8
Tas Bahu 66 20,9 Dibahu 44 13,9
Tas Jinjing 1 0,3 Menyilang bahu 38 12
Jenis Lain 3 0,9 Dijinjing 1 0,3
Jumlah 317 100 Jumlah 317 100
(Legiran, 2012)
2.2.2 Rekomendasi Berat Tas
Berat tas punggung yang direkomendasikan adalah tidak lebih dari 10%
berat badan anak (Rai & Agarawal, 2013). Anak yang membawa tas
punggung melebihi berat yang direkomendasikan, mempunyai risiko
lebih tinggi untuk menderita nyeri punggung bawah dan kelainan
tulang belakang. Semakin berat beban tas punggung menyebabkan
terjadinya penekanan pada diskus yang mempunyai fungsi sebagai
bantalan antar tulang pada tulang belakang (Brackley & Stevenson, 2004;
Dockrell et al., 2015).
24
2.2.3 Lama Pemakaian Tas
Berdasarkan hasil penelitian Haselgrove et al., (2008) lebih dari 50%
memakai tas punggung sekolah lebih dari 30 menit per hari. Lama
penggunaan ini dapat menimbulkan keluhan nyeri leher dan punggung.
2.2.4 Cara Penggunaan Tas
Berat tas dan cara membawa tas sekolah adalah faktor risiko yang
berhubungan dengan keluhan nyeri punggung pada murid sekolah. Efek
kombinasi dari beban yang berat, posisi beban pada tubuh, waktu
yang digunakan untuk membawanya, distribusi beban, karakteristik dan
kondisi fisik pada seorang individu dihipotesiskan menjadi faktor-faktor
yang berkaitan (Ibrahim, 2012).
2.3 Penilaian Berat Badan dan Status Gizi
2.3.1 Berat Badan
Perubahan pola makan pada zaman sekarang baik di negara maju
maupun negara berkembang termasuk Indonesia, khususnya di kota
besardan pada golongan sosial ekonomi tertentu, terdapat kecenderungan
untuk mengkonsumsi makanan dengan kalori berlebihan disertai dengan
kurangnya aktivitas fisik sehingga angka kejadian overweight dan obesitas
juga ikut makin meningkat (Siswono, 2004). Hal tersebut dapat
mengakibatkan masalah kesehatan yang serius karena obesitas dapat
25
memacu kelainan kardiovaskuler, ginjal, metabolik dan neuromuskuler
(Nuttall, 2015).
Besarnya resiko overweightdan obesitas terhadap nyeri
punggungbawah telah dibuktikan di beberapa penelitian. Fitriyani, Ebs, &
Andari, (2013) mendapatkan hasil bahwa overweight dapat
mempengaruhi terjadinya nyeri punggung bawah. Seseorang yang
overweight mempunyai kemungkinan 4 kali untuk mengalami nyeri
punggung bawah dibandingkan dengan seseorang yang memiliki berat
badan normal. Penelitian lain oleh Shiri, Karppinen, Leino-Arjas,
Solovieva, & Viikari-Juntura (2010) menyatakan peningkatan IMT dapat
menyebabkan beberapa mekanisme terjadinya LBP. Mekanisme yang
pertama adalah terjadinya cidera secara tidak sengaja. Kedua, overweight
dan obesitas menyebabkan peradangan yang bersifat kronik,
meningkatkan produksi sitokin proinflamasi dan reaktan fase akut yang
dapat mengakibatan nyeri. Ketiga,terdapat hubungan yang kuat antara
nyeri punggung bawah denganhipertensi dan disiplidemia. Keempat,
overweight dan obesitas berhubungan dengan degenerasi tulang, sehingga
pergeraan tulang belakang akan menurun dengan adanya peningkatan
berat badan.
2.3.2 Status Gizi
Pada masa sekolah, anak usia 6-12 tahun banyak berhubungan dengan
orang-orang di luar keluarganya dan berkenalan dengan suasana serta
26
lingkungan baru dalam kehidupannya. Pada usia ini, anak mempunyai
banyak aktivitas diluar rumah sehingga terkadang melupakan waktu
makan. Selain itu, anak juga sudah aktif memilih makanan yang disukai
sehingga dapat mempengaruhi kebiasaan makan mereka dan akhirnya
dapat mempengaruhi status gizinya (Moehji, 1992).
Status gizi adalah keadaan kesehatan sebagai akibat keseimbangan
antara konsumsi, penyerapan zat gizi dan penggunaannya didalam tubuh
(Supariasa, 2013).
2.3.2.1 Cara Penentuan Status Gizi
Ada beberapa cara melakukan penilaian status gizi pada
kelompok masyarakat, salah satunya adalah dengan pengukuran
tubuh manusia yang dikenal dengan Antropometri. Dalam
pemakaian untuk penilaian status gizi, antropometri disajikan
dalam bentuk indeks yang dikaitkan dengan variable lain. Variabel
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Umur
Umur sangat memegang peranan dalam penentuan status gizi.
Kesalahan penentuan akan menyebabkan interpretasi status gizi
yang salah. Hasil penimbangan BB maupun TB yang akurat,
menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan penentua 7
kecenderungan untuk memilih angka yang mudah seperti 1
tahun; 1,5 tahun; 2 tahun. Oleh sebab itu, penentuan umur anak
27
perlu dihitung dengan cermat. Ketentuan yang dipakai yaitu 1
tahun adalah 12 bulan, 1 bulan adalah 30 hari. Bila jumlah hari
kurang dari 15, dibulatkan kebawah dan bila jumlah hari lebih
dari 15 dibulatkan ke atas (Atmarita & Fallah, 2004).
2. Berat Badan
Berat Badan merupakan salah satu ukuran yang memberikan
gambaran massa jaringan, termasuk cairan tubuh. Berat badan
sangat peka terhadap perubahan yang mendadak baik karena
penyakit infeksi maupun konsumsi makanan yang menurun.
Berat badan dinyatakan Indeks BB/U (Berat Badan menurut
Umur) atau melakukan penilaian dengan melihat perubahan
berat badan pada saat pengukuran dilakukan, yang dalam
penggunaannya memberikan keadaan kini. Berat badan paling
banyak digunakan karena hanya memerlukan satu pengukuran,
hanya saja tergantung pada ketepatan umur, sehingga kurang
dapat menggambarkan kecendrungan perubahan status gizi dari
waktu ke waktu (Utami, 2016).
3. Tinggi Badan
Tinggi badan memberikan gambaran fungsi pertumbuhan yang
dilihat dari keadaan kurus kering dan kecil pendek. Tinggi
badan sangat baik untuk melihat keadaan gizi masa lalu
terutama yang berkaitan dengan keadaan Berat Badan Lahir
28
Rendah dan kurang gizi pada masa balita. Tinggi badan
dinyatakan dalam bentuk Indeks TB/U (tinggi badan menurut
umur), atau juga indeks BB/TB (Berat Badan Menurut Tinggi
Badan). Keadaan indeks ini pada umumnya memberikan
gambaran keadaan lingkungan yang tidak baik, kemiskinan dan
akibat tidak sehat yang menahun. Selain itu, indeks ini dapat
menggambarkan kecenderungan perubahan status gizi dari
waktu ke waktu (Atmarita & Fallah, 2004).
Berat badan dan tinggi badan adalah parameter penting untuk
menentukan status kesehatan manusia, khususnya yang
berhubungan dengan status gizi. Penggunaan indeks BB/U, TB/U
dan BB/TB merupakan indikator status gizi untuk melihat adanya
gangguan fungsi pertumbuhan dan komposisi tubuh. Berdasarkan
baku rujukan antropometri menurut Centers for Disease Control
(CDC) tahun 2000 untuk menentukan klasifikasi status gizi
digunakan z-score sebagai batas ambang. Penilaian gizi anak-anak
di Negara-negara yang populasinya relatif baik (well nourished),
sebaiknya menggunakan persentil, sedangkan untuk gizi anak-anak
di Negara yang populasinya relatif kurang (under nourished) lebih
baik menggunakan skor simpang baku (SSB) sebagai persen
terhadap median baku rujukan (Utami, 2016).
29
2.3.2.2 Metode Penilaian Status Gizi
Secara umum penilaian status gizi dapat dilihat dengan metode
langsung dan tidak langsung (Proverawati, 2011). Penilaian status
gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian yaitu:
1. Antropometri
Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia.
Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi
berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi
tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan
tingkat gizi. Antropometri digunakan untuk melihat
ketidakseimbangan asupan protein dan energi.
Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan
jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh.
Parameter antropometri merupakan dasar dari penilaian status
gizi. Kombinasi antara beberapa parameter disebut indeks
antropometri. Beberapa indeks antropometri yang sering
digunakan yaitu:
a. Berat Badan enurut Umur (BB/U)
Berat badan adalah parameter antropometri yang sangat
mudah berubah. Indeks BB/U lebih menggambarkan status
gizi seseorang saat ini (Current Nutritional Status).
30
b. Tinggi Badan menurut Umur (TB/U)
Tinggi badan merupakan antropometri yang
menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Pada
keadaan normal tinggi badan tumbuh seiring dengan
pertambahan umur.
c. Berat badan menurut Tinggi Badan (BB/TB)
Berat badan memiliki hubungan yang linear dengan tinggi
badan. Dalam keadaan normal, perkembangan berat badan
akan searah dengan pertumbuhan tinggi badan dengan
kecepatan tertentu.
d. Lingkar Lengan Atas menurut Umur (LLA/U)
Lingkar lengan atas memberikan gambaran tentang
keadaan jaringan otot dan lapisan lemak bawah kulit.
Lingkar lengan atas berkolerasi dengan indeks BB/U
maupun BB/TB.
e. Indeks Massa Tubuh (IMT)
IMT merupakan alat yang sederhana untuk memantau
status gizi orang dewasa yang berumur diatas 18 tahun
khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan
kelebihan berat badan. IMT tidak dapat diterapkan pada
bayi, anak, remaja, ibu hamil dan olahragawan. Disamping
itu pula IMT tidak bisa diterapkan pada keadaan khusus
31
(penyakit) lainnya, seperti adanya edema, asites dan
hepatomegali.
f. Tebal Lemak Bawah Kulit menurut Umur
Pengukuran lemak tubuh melalui pengukuran ketebalan
lemak bawah kulit dilakukan pada beberapa bagian tubuh,
misalnya pada bagian lengan atas, lengan bawah, di tengah
garis ketiak, sisi dada, perut, paha, tempurung lutut, dan
pertengahan tungkai bawah.
g. Rasio Lingkar Pinggang dengan Pinggul
Rasio Lingkar Pinggang dengan Pinggul digunakan untuk
melihat perubahan metabolisme yang memberikan
gambaran tentang pemeriksaan penyakit yang berhubungan
dengan perbedaan distribusi lemak tubuh.
Dari berbagai jenis indeks tersebut di atas, untuk
menginterpretasikannya dibutuhkan ambang batas. Ambang
batas dapat disajikan kedalam 3 cara yaitu:
a. Persen terhadap median
Median adalah nilai tengah dari suatu populasi. Dalam
antropometri gizi, median sama dengan persentil 50. Nilai
median dinyatakan sama dengan 100% (untuk standar).
Setelah itu dihitung persentase terhadap nilai median untuk
mendapatkan ambang batas. Contoh pemakaian cara ini
32
adalah pada penentuan status gizi dengan ketentuan Eid
Index dengan menggunakan kurva CDC-NCHS 2000.
b. Persentil
Cara lain untuk menentukan ambang batas selain persen
terhadap median adalah persentil. Persentil 50 sama dengan
Median atau nilai tengah dari jumlah populasi berada
diatasnya dan setengahnya berada dibawahnya. NCHS
merekomendasikan persentil ke 5 sebagai batas gizi buruk
dan kurang, serta persentil 95 sebagai batas gizi lebih dan
gizi baik.
Tabel 1.2Klasifikasi menurut CDC-NCHS 2000
(Kuczmarski et al., 2002)
% Median Status Gizi
120 Obesitas
110 Overweight
90 Normal
70-90 Gizi kurang
<70 Gizi buruk
33
Gambar 1.2 Stature-for-age and Weight-for-age percentiles (2-20
years) CDC-NCHS 2000(Kuczmarski et al., 2002)
34
c. Standar Deviasi Unit (DSU)
Standar Deviasi Unit disebut juga Z-score. WHO
menyarankan menggunakan cara ini untuk meneliti dan
memantau pertumbuhan. Pengukuran Skor Simpang Baku
(Z-score) dapat diperoleh dengan mengurangi Nilai
Individual Subjek (NIS) dengan Nilai Median Baku
Rujukan (NMBR) pada umur yang bersangkutan, hasilnya
dibagi dengan Nilai Simpang Baku Rujukan (NSBR). Jika
hasil pengukuran lebih besar dari nilai median, maka
NSBR adalah hasil pengurangan +1 SD dengan median.
Namun jika hasil pengukuran lebih rendah dibanding
median, maka NSBR adalah hasil pengurangan median
dengan -1 SD.
Setelah didapatkan hasil dari perhitungan, kemudian nilai
z-score tersebut dimasukkan ke rentang ambang batas dan
didapatkan kategori status gizinya.
35
Gambar 1.3 Tabel Ambang Batas dan Kategori Status Gizi Z-Score
2. Klinis
Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk
menilai status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas
perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan
ketidakcukupan gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel
seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau pada organ-
organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar
tiroid. Metode ini umumnya digunakan untuk survei klinis
secara tepat (rapid clinical surveys). Survei ini dirancang untuk
mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum dari
kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Disamping itu,
digunakan untuk mengetahui tingkat gizi seseorang dengan
melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda (sign) dan gejala
(symptom) atau riwayat penyakit.
36
3. Biokimia
Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan
spesimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada
berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan
antara lain darah, urin, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh
seperti hati dan otot. Metode ini digunakan untuk suatu
peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi
yang lebih parah lagi. Banyak gejala klinis yang kurang
spesifik, maka penentuan kimia faali dapat menolong untuk
menentukan kekurangan gizi yang spesifik.
4. Biofisik
Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan
status gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya
jaringan) dan melihat perubahan struktur. Umumnya dapat
digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja
epidemik (epidemic of night blindness). Cara yang digunakan
adalah tes adaptasi gelap.
Sedangkan penilaian status gizi secara tidak langsung dapat
dibagi menjadi tiga (Proverawati, 2011), yaitu:
37
1. Survei Konsumsi Makanan
Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi
secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi
yang dikonsumsi. Pengumpulan data konsumsi berbagai zat gizi
pada masyarakat, keluarga dan individu. Survei ini dapat
mengidentifikasikan kelebihan dan kekurangan gizi.
2. Statistik Vital
Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan
menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti angka
kematian berdasarkan umur, angka kesakitan, dan kematian
akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan
dengan gizi. Penggunaannya dipertimbangkan sebagai bagian
dari indikator tidak langsung pengukuran status gizi masyarakat.
3. Faktor Ekologi
Malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi
beberapa faktor fisik, biologis, dan lingkungan budaya. Jumlah
makanan yang tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi
seperti iklim, tanah, irigasi, dan lain-lain. Pengukuran faktor
ekologi dipandang sangat penting untuk mengetahui penyebab
malnutrisi.