Post on 28-Nov-2015
BAB 2
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Konsep Dasar Medis
2.1.1 Pengertian
Diabetes Mellitus adalah penyakit yang banyak diderita oleh
masyarakat di negara berkembang ditandai dengan glukosa darah yang tinggi
karena tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin atau
keduanya.
Diabetes Mellitus adalah sekelompok kelainan heterogen yang
ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia
(Brunner and Suddarth, 2002).
Diabetes Melitus adalah suatu kelainan metabolisme kronis yang
terjadikarena berbagai penyebab, ditandai oleh konsentrasi glukosa darah
melebihinormal, disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak,
danprotein yang diakibatkan oleh kelainan sekresi hormon insulin, kelainan
kerjainsulin atau kedua-duanya (Depkes RI, 2005).
Diabetes Melitus merupakan suatu kumpulan problema anatomik
dankimiawi yang merupakan akibat dari sejumlah faktor dimana
didapatdefisiensi insulin yang absolut atau relatif gangguan fungsi insulin
(WHO,2005).
Diabetes Mellitus adalah gangguan metabolisme yang secara genetis
termasuk heterogen dengan manifestasi klinis berupa hilangnya toleransi
karbohidrat.
(Lorraine, 2005).
Diabetes Tipe I (IDDM) adalah bila tubuh perlu pasokan insulin dari
luar, karena sel-sel dari pulau-pula langerhans telah mengalami kerusakan,
sehingga pankreas berhenti memproduksi insulin. Diabetes Tipe II (NIDDM)
adalah tipe diabetes yang umum dijumpai, juga sering disebut diabetes yang
dimulai pada masa dewasa, dikenal sebagai NIDDM jenis diabetes ini
mewakili sekitar 90% dari seluruh kasus diabetes.
2.1.2 Anatomi dan Fisiologi
Keterangan:
1. Head of pancreas
2. Uncinate process
3. Pancreatic notch
4. Body of pancreas
5. Anterior surface
6. Inferior surface
7. Superior margin
8. Anterir margin
9. Inferior margin
10. Omental tuber
11. tail of pancreas
2.1.3 Etiologi
a. Diabetes Tipe I
Ditandai oleh penghancuran sel-sel beta pankreas kombinasi faktor
genetik, imunologi dan juga lingkungan (misalnya : infeksi virus).
b. Diabetes Tipe II
Mekanisme yang tepat untuk menyebabkan resistensi insulin dan
gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui.
Faktor genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya
diabetes tipe II. Faktor-faktor ini adalah :
- Usia
Umumnya manusia mengalami perubahan fisiologis yang secara
drastis menurun dengan cepat setelah usia 40 tahun. Diabetes sering
muncul setelah seseorang memasuki usia rawan tersebut.
Terutama setelah usia 45 tahun pada mereka yang berat badannya
berlebih, sehingga tubuhnya tidak peka lagi terhadap insulin.
- Obesitas
Kurang gizi atau kelebihan berat badan sama-sama meningkatkan
maka kena diabetes, kurang gizi (malnutrisi) dapat merusak pankreas),
sedangkan obesitas (gemuk berlebihan/mengakibatkawn gangguan
kerja insulin/potensi insulin).
- Riwayat keluarga
Diabetes dapat menurun, menurut Ishlak sesudah keluarga yang
mengidap diabetes, karena kelainan gen yang mengakibatkan
tubuhnya tidak dapat menghasilkan insulin dengan baik tetapi
resikonya terkena diabetes yang tergantung pada faktor kelebihan
berat badan, stres dan kurang bergerak.
- Gaya hidup stres
Stres kronis cenderung membuat seseorang mencari makanan yang
manis-manis dan berlemak tinggi untuk mengakibatkan kadar
serotonin otak. Serotonin ini memiliki efek penenang sementara untuk
meredakan stresnya.
2.1.4 Patofisiologi
a. Diabetes Tipe I
Ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel beta pankreas
telah dihancurkan oleh proses autoimun. Akibat glukosa yang berasal dari
makanan tidak dapat disimpan di dalam hati dalam bentuk glikogen melainkan
dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia.
Konsentrasi glukosa yang tinggi menyebabkan ginjal tidak menyerap
kembali semua glukosa yang terasing sehingga muncul dalam urine
(glukouria) glukosa yang diekskresikan di dalam urin disertai pengeluaran
cairan dan elektrolit yang berlebihan disebut diuresis osmotic akibat
terjadinya peningkatan dalam berkemih (poliuria) rasa haus yang berlebihan
(polidipsi).
Defisiensi insulin dapat mengganggu metabolisme protein dan lemak
yang menyebabkan penurunan berat badan dan pasien mengalami peningkatan
selera makan (polipagia) akibat menurunnya simpanan kalori dan
mengakibatkan kelemahan dan kelelahan, sehingga dengan pemberian insulin
bersamaan dengan cairan dan elektrolit sesuai dengan kebutuhan tubuh akan
memperbaiki dan cepat untuk mengatasi hiperglikemia serta ketoasidosis, diet
dan latihan disertai dengan pemantauan kadar glukosa dalam darah.
b. Diabetes Tipe II
Terjadi resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin reaksi entrasel
akibatnya makin tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh
jaringan gangguan toleransi glukosa terjadi akibat sekresi insulin yang
berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat normal atau
meningkat dimana sel-sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan
kebutuhan akan insulin maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi
diabetes tipe II. Ini sering terjadi pada usia diatas 40 tahun, obesitas,
kelelahan, iritabilitas luka pada kulit yang lama sembuh, infeksi saluran
kemih, gangguan pandangan (kabur). Komplikasi jangka panjang yang sering
terjadi : kelainan mata, neuropati perifer, kelainan vascular perifer, (Brunner
and Suddarth, 2002).
c. Diabetes Gestasional
Terjadi pada wanita yang tidak menderita diabetes sebelum
kehamilannya hiperglikemia terjadi selama kehamilan akibat sekresi hormon-
hormon plasenta. Sesudah melahirkan bayi, kadar glukosa darah pada wanita
menderita diabetes tipe II.
2.1.5 Gambaran Klinis
a. Tanda/gejala klinik
1. Polidipsi (banyak minum)
2. Poliuri (banyak kencing)
3. Poliphagia (banyak makan)
4. Adanya perasaan haus yang terus menerus.
5. Sering buang air kecil (kencing) dalam jumlah yang banyak.
6. Timbulnya rasa letih yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.
7. Timbulnya rasa gatal dan peradangan kulit yang menahun pada pasien
penderita berat.
8. Terjadinya penurunan berat badan.
9. Timbulnya rasa kesemutan (mati rasa) atau sakit pada tangan atau kaki.
b. Pemeriksaan diagnostik medis
1. Gula darah
a. Gula darah puasa lebih dari ≥126 mg%
b. Gula darah 2 jam post prandial lebih dari 200 mg%.
c. Gula darah acak (adrandom) ≥200 mg%.
d. Gangguan intoleransi glukosa
Puasa lebih dari ≤120 mg%.
2 jam post prandial 140-200 mg/dl.
2. Test toleransi glukosa oral (TT60)
Hanya diambil 2 sampel darah yaitu 1 dan 2 jam sesudah 75 gr glukosa.
3. Pemamylase dan lipase untuk mengetahui penyebab diabetes mellitus
yang bersumber dari pankreas menghasilkan insulin kurang dari 60%.
4. Pemeriksaan urin untuk melihat adanya gula dalam urin.
5. Kolesterol plasma puasa 240 mg%.
6. Trigliserida plasma darah 250 mg%.
Adapun kriteria diagnostik WHO diabetes mellitus pada orang dewasa
yang tidak hamil dilakukan 3x pemeriksaan :
1. Glukosa plasma sewaktu (random) lebih dari 200 mg%.
2. Glukosa plasma puasa/nuditer lebih dari 14 mg%, 11 mmol/L1.
3. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah
mengkonsumsi 75 mgr karbohidrat (2 jam PP ≥200 mg/dl) (Brunnner
and Suddarth, 2002).
2.1.6 Penatalaksanaan
Tujuan :
a. Mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam
upaya untuk mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler neuropatik.
b. Mencapai kadar glukosa darah normal tanpa terjadinya hiperglikemia dan
gangguan serius pada pola aktivitas protein.
Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes :
1. Diet
Tujuan :
a. Memperbaiki kesehatan umum penderita.
b. Mengarahkan ke berat badan normal.
c. Memberikan sejumlah diet gizi yang cukupo untuk memelihara tingkat
kesehatan yang optimal.
d. Menormalkan pertumbuhan anak yang menderita diabetes mellitus.
e. Mempertahankan KGD sekitar normal.
f. Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati.
g. Memberikan modifikasi diet sesuai dengan keadaan penderita.
h. Menarik dan mudah diterima penderita.
2. Olahraga atau latihan fisik
Tujuan :
a. Untuk menurunkan berat badan normal/ideal.
b. Mengontrol kadar gula darah.
c. Memperlancar jantung.
d. Mengurangi stres.
e. Memacu pengaktifan produksi insulin.
3. OAD (Oral Anti Diabetis)
Untuk menurunkan atau menormalkan KGD baik berupa insulin ataupun
obat-obat yang membantu insulin agar bekerja lebih keras, pemeliharaan
kaki, kegiatan jasmani, pengaturan saat sakit.
4. Penkes
a. Meningkatkan pengetahuan
Memahami untuk dapat menjalani perilaku yang diinginkan yaitu
waktu, lama prosesnya tidak sama untuk setiap orang.
b. Mengubah sikap
Merupakan bagian dari kepribadian, sikap, kencenderungan tertentu
berpikir cara pemberian obat, jenis pengobatan, olah raga.
c. Mengubah perilaku serta meningkatkan kepatuhan.
Untuk mewujudkan sikap yang nyata terhadap keteraturan berolahraga
karena keterbatasan waktu.
2.1.7 Komplikasi Diabetes Melitus
a. Komplikasi akut
Sebelum menunjukkan tanda-tanda OKA, penderita sering mengeluh
poliuri, polidipsi, selama beberapa hari yang disertai dengan mual muntah,
tidak ada nafsu makan, dan kadang-kadang sakit perut. Pemeriksaan darah
pada penderita OKA menunjukkan hiperglikemia, gula darahnya berkisar
200-1000 mg/dl, selain terdapat peningkatan kadar keton plasma <7,2 dan
HCO3 15 mEq, tanda-tanda dehidrasi takipnea (nafas cepat), dan aseton
halitosis (nafas berbau seperti aseton).
Gejala akut timbul akibat kurangnya konsumsi cairan yang dapat
dipercepat dengan adanya infeksi stroke, infark, jantung atau gangguan
pencernaan dengan adanya kekurangan cairan dan mengakibatkan
gangguan kesadaran penderita.
Gejala hipoglikemia ringan sering terjadi pada penderita yang lambat
makan dan penderita yang meningkatkan latihan (olahraga) menunjukkan
gejala pada orang yang menderita kelaparan.
Contoh : keringat dingin, gemetar, berdebar-debar pusing atau sakit
kepala ringan, bila tidak cepat diatasi, penderita akan merasa
berputar-putar dan dapat pingsan.
b. Komplikasi kronis
Komplikasi kronis bersifat menahun pada umumnya terjadi pada penderita
yang telah mengidap penyakit diabetes melitus selama 5-10 tahun dan
mempunyai dan golongan komplikasi mikrovaskuler dan makrovaskuler.
Komplikasi mikrovaskuler yang merupakan komplikasi khas dari diabetes
lebih disebabkan hipoglikemia yang tidak terkontrol komplikasi
makrovaskuler lebih disebabkan karena kelainan kadar lipid darah, bisa
mengakibatkan hipertrigliseridemia.
2.2 Konsep Keperawatan
2.2.1 Pengkajian menurut Lewis (2000):
a. Data subyektif
imformation kesehatan yang penting
Riwayat kesehatan masa lalu: gondok, rubella, coxsackievirus atau infeksi
virus lainnya, baru-baru ini trauma, infeksi, atau stres, kehamilan,
melahirkan bayi > £ 9, pankreatitis kronis, sindrom Cushing, akromegali
Sejarah famaly: sejarah tipe 1 atau tipe 2 diabetes mellitus
Obat: penggunaan dan kepatuhan terhadap insulin atau OAS, penggunaan
glukokortikoid, diuretik, phenytoin (dilantin) operasi dan perawatan
lainnya, setiap operasi baru-baru ini
Pola kesehatan fungsional
Manajemen kesehatan persepsi kesehatan : sejarah famaly positif, malaise
nutrisi-metabolik : obesitas, penurunan berat badan (tipe 1), berat badan
(tipe 2) : haus, lapar, mual dan muntah, penyembuhan miskin terutama
yang melibatkan kaki, compliace dengan diet pada pasien dengan diabetes
didiagnosis sebelumnya
Eliminasi : konstipasi atau diare, sering buang air kecil, nokturia ,
inkontinensia, infeksi kulit
Kegiatan latihan : kelemahan otot, kelelahan
Kognitif - perseptual : sakit perut , sakit kepala , penglihatan kabur , mati
rasa atau kesemutan dari ekstremitas ; pruritus
Seksualitas-reproduksi : impotensi, infeksi vagina sering, penurunan libido
toleransi mengatasi - stres : depresi , iritability, apatis
Nilai - keyakinan , komitmen untuk perubahan gaya hidup yang melibatkan
pola diet, obat-obatan, dan aktivitas
Mata
lembut, bola mata cekung, perdarahan vitreal, katarak yg menutupi kering,
hangat, kulit elastis, lesi berpigmen, borok, kehilangan rambut di jari kaki
pernafasan
cepat, pernapasan dalam (kusmaul respirasi)
Kardiovaskular
hypotention, lemah, nadi cepat
Gastroentestinal
mulut kering, muntah, napas fruity
Neurologis
refleks diubah, kegelisahan, kebingungan, pingsan, koma
Musculuskeletal
pengecilan otot
Temuan mungkin
serum kelainan Elektrolit ; puasa kadar glukosa darah > 126 mg / dl ( 7,0
mmol/dl ) ; tes toleransi glukosa ≥ 200 mmmol/dl (11,1 mmol/dl),
leukositosis, peningkatan nitrogen urea darah, kreatinin, trigliserida,
kolesterol, LDL, VLDL, hemoglobin glikosilasi. 6%, glikosuria, ketonuria,
albuminuria, asidosis
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
1. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan
masukan oral dan mual muntah
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan voolume
cairan secara aktif
3. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi/metabolik
perubahan kimia darah : insufisiensi insulin, peningkatan kebutuhan
energi, status hipermetabolik/infeksi.
2.2.3 Intervensi Keperawatan
Diagnosa 1 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakcukupan insulin (penurunan ambilan penggunaan
glukosa oleh jaringan mengakibatkan peningkatan metabolisme
lemak/protein), penurunan masukan oral anoreksia, mual,
lambung penuh, nyeri abdomen, perubahan kesadaran,
Hasil yang diharapkan :
- Mencerna jumlah kalori/nutrien yang tepat.
- Menunjukkan tingkat energi biasanya.
- Mendemonstrasikan berat badan stabil atau penambahan kearah rentang
biasanya/yang diinginkan dengan nilai laboratorium normal.
Intervensi :
- Timbang berat badan setiap hari atau sesuai dengan indikasi.
Rasionalisasi : Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat (termasuk
absorbsi atau utilisasinya).
- Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan
makanan yang dapat dihabiskan pasien.
Rasionalisasi : Mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari
kebutuhan teraupetik
- Berikan makanan cair yang mengandung zat makanan (nutrien dan
elektrolit) dengan segera jika pasien sudah dapat mentoleransinya melalui
pemberian cairan melalui oral. Dan selanjutnya terus mengupayakan
pemberian makanan yang lebih padat sesuai dengan yang dapat ditoleransi
Rasionalisasi : Pemberian makanan melalui oral lebih baik jika pasien
sadar dan fungsi gastrointestinal baik.
- Identifikasi makanan yang disukai/dikehendaki termasuk kebutuhan
etnik/kultural.
Rasionalisasi : Jika makanan yang disukai pasien dapat dimasukkan dalam
perencanaan makan, kerjasama ini dapat diupayakan
setelah pulang.
- Libatkan keluarga pasien pada perencanaan makan ini sesuai dengan
indikasi
Rasionalisasi : Meningkatkan rasa keterlibatannya memberikan informasi
kepada keluarga untuk memahami kebutuhan nutrisi
pasien, catatan : berbagai metode bermanfaat untuk
perencanaan diet meliputi pergantian daftar menu, sistem
perhitungan kalori, indeks glikemia atau seleksi awal menu
- Observasi tanda-tanda hipoglikemia seperti perubahan tingkat kesadaran,
kulit lembab/dingin, denyut nadi cepat, lapar, peka rangsang, cemas, sakit
kepala, pusing, sempoyongan.
Rasionalisasi : Karena metabolisme karbohidrat mulai terjadi (gula darah
akan berkurang, dan sementara diberikan insulin maka
hipoglikemia mungkin terjadi tanpa memperlihatkan
perubahan tingkat kesadaran ini secara potensial dapat
mengancam kehidupan yang harus dikaji dan ditangani
secara cepat melalui tindakan protokol yang direncanakan.
Catatan : DM tipe I yang telah berlangsung lama mungkin
tidak akan menunjukkan tanda-tanda hipoglikemia seperti
biasanya karena respon normal terhadap gula darah yang
rendah mungkin dikurangi.
- Lakukan pemeriksaan gula darah dengan menggunakan “finger stick”.
Rasionalisasi : Analisa ditempat tidur terhadap gula darah lebih akurat
(menunjukkan keadaan saat dilakukan pemeriksaan
daripada memantau gula dalam urine reduksi urine) yang
tidak cukup akurat untuk mendeteksi fluktuasi kadar gula
darah dan dapat dipengaruhi oleh ambang ginjal pasien
secara individual atau adanya retensi urine/ginjal. Catatan :
beberapa penelitian telah menemukan bahwa glukosa urine
20% berhubungan dengan gula darah antara 140-360 mg/dl
- Pantau pemeriksaan laboratorium, seperti glukosa darah, aseton, PH dan
HCO3.
Rasionalisasi : Gula darah akan menurun perlahan dengan penggantian
cairan dan terapi insulin terkontrol. Dengan pemberian
insulin dosis optimal glukosa kemudian dapat masuk
kedalam sel dan digunakan untuk sumber kalori. Ketika hal
ini terjadi, kadar aseton akan menurun dan asidosis dapat
dikoreksi.
- Berikan pengobatan insulin secara teratur dengan metode IV, secara
intermitten atau secara kontinu, seperti bolus IV diikuti dengan tetesan
yang kontinu melalui alat pompa kira-kira 5-10 unit perjam sampai
glukosa darah mencapai 250 mg/dl.
Rasionalisasi : Insulin reguler memiliki awaitan cepat dan karenanya
dengan cepat pula dapat membantu memindahkan glukosa
ke sel darah pemberian melalui IV merupakan rute pilihan
utama karena absorbsi dari jaringan subkutan mungkin
tidak menentu/sangat lambat. Banyak orang percaya/
berpendapat bahwa metode kontinu ini merupakan cara
yang optimal untuk mempermudah transisi pada
metabolisme karbohidrat dan menurunkan insiden
hipoglikemia.
- Berikan larutan glukosa, misalnya dekstrosa dan setengah salin normal.
Rasionalisasi : Larutan glukosa ditambah setelah insulin dan cairan
membawa gula darah kira-kira 250 mg/dl. Dengan
metabolisme karbohidrat mendekati normal perawatan
harus diberikan untuk menghindari terjadinya
hipoglikemia.
- Lakukan konsultasi dengan ahli diet.
Rasionalisasi : Saat bermanfaat dalam perhitungan dan penyesuaian diet
untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien, menjawab
pertanyaan dan dapat pula membantu pasien atau orang
terdekat dalam mengembangkan perencanaan makan.
- Berikan diet 60% karbohidarat, 20% protein, dan 20% lemak dalam
penataan makan/pemberian makanan tambahan.
- Rasionalisasi : Kompleks karbohidrat (seperti jagung, wortel, brokoli,
buncis, gandum dan lain-lain). Menurunkan kadar glukosa/kebutuhan
insulin, menurunkan kadar kolesterol darah dan meningkatkan rasa
kenyang. Pemasukan makanan akan dijadwalkan sesuai karakteristik
insulinnya spesifik (misal : efek puncaknya) dan respon pasien secara
individual. Catatan : makanan tambahan dari kompleks karbohidrat
terutama sangat penting dan jika insulin diberikan dalam dosis terbagi
untuk menghindari hipolikemia selama tidur dan potensial respon
romogyl.
- Berikan obat metaklopramit (reglan) tetrasiklin.
Rasionalisasi : Dapat bermanfaat dalam mengatasi gejala yang
berhubungan dengan neuropati otonom yang
mempengaruhi saluran cerna yang selanjutnya
meningkatkan pemasukan melalui oral dan observasi zat
makanan ( nutrient)
Diagnosa 2 : Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis
osmotic (dari hiperglikemia), kehilangan gastric berlebihan
: diare muntah, masukan dibatasi, mual, kacau mental
Hasil yang diharapkan :
- Mendemonstrasikan hidrasi adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil.
- Nadi perifer diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik, haluaran urine
tepat secara individu dan kadar elektrolit dalam batas normal.
Intervensi :
- Dapatkan riwayat pasien/orang terdekat sehubungan dengan
lamanya/intensitas dari gejala seperti muntah, pengeluaran urine yang
sangat berlebihan.
Rasionalisasi : Membantu dalam memperkirakan kekurangan volume
total. Tanda dan gejala mungkin sudah ada pada beberapa
waktu sebelumnya (beberapa jam sampai beberapa hari).
Adanya proses infeksi mengakibatkan demam dan keadaan
hipermetabolik yang meningkatkan kehilangan air tidak
karat mata.
- Pola nafas seperti adanya pernafasan kussmaul atau pernafasan yang
berbau keton.
Rasionalisasi : Paru-paru mengeluarkan asam karbonat melalui pernafasan
yang menghasilkan kompensasi alkalosis respiratoris
terhadap keadaan ketoasidosis. Pernafasan yang berbau
aseton berhubungan pemecahan asam aseton-asetat dan
harus berkurang bila ketosis harus terkoreksi
- Frekuensi dan kualitas pernafasan penggunaan otot bantu nafas dan
adanya periode apnea dan munculnya sianosis.
Rasionalisasi : Koreksi hiperglikemia dan asidosis akan menyebabkan
pola dan frekuensi pernafasan mendekati normal. Tetapi
peningkatan kerja pernafasan dangkal, pernafasan cepat
dan munculnya sianosis mungkin merupakan indikasi dari
kelelahan pernafasan dan/atau mungkin pasien itu
kehilangan kemampuannya untuk melakukan kompensasi
pada asidosis.
- Suhu, warna kulit atau kelembabannya.
Rasionalisasi : Meskipun demam, menggigil dan diaforesis merupakan hal
umum terjadi pada proses infeksi, demam dengan kulit
yang kemerahan, kering mungkin sebagai cerminan dari
dehidrasi.
- Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa.
Rasionalisasi : Merupakan indikator dari tingkat dehidrasi atau volume
sirkulasi yang adekuat.
- Pantau masukan dan pengeluaran catat berat jenis urine.
Rasionalisasi : Memberikan perkiraan kebutuhan akan cairan pengganti,
fungsi ginjal dan keefektifan dari terapi yang diberikan.
- Ukur berat badan setiap hari.
Rasionalisasi : Memberikan hasil pengkajian yang terbaik dari status
cairan yang sedang berlangsung dan selanjutnya dalam
memberi cairan pengganti.
- Pertahankan untuk memberikan cairan paling sedikit 2500 ml/hari dalam
batas yang ditoleransi jantung jika pemasukan cairan melalui oral sudah
dapat diberikan.
Rasionalisasi : Mempertahankan dehidrasi/volume sirkulasi.
- Tingkatkan lingkungan yang dapat menimbulkan rasa nyaman, selimuti
pasien dengan selimut tipis.
Rasionalisasi : Menghindari pemanasan yang berlebihan terhadap pasien
lebih lanjut akan dapat meningkatkan kehilangan cairan
- Kaji adanya perubahan mental/sensori.
Rasionalisasi : Perubahan mental dapat berhubungan dengan glukosa yang
tinggi atau yang rendah (hiperglikemia atau hipoglikemia)
elektrolit yang abnormal, asidosis, penurunan perfusi
serebral dan berkembangnya hipoksia, penyebab yang tidak
tertangani, gangguan kesadaran dapat terjadi. Predisposisi
(pencetus) aspirasi pada pasien.
- Catat hal-hal yang dilaporkan seperti mual, nyeri abdomen, muntah dan
distensi lambung
Rasionalisasi : Kekurangan cairan dan elektrolit mengubah motilitas
lambung yang sering akan menimbulkan muntah dan
secara potensial akan menimbulkan kekurangan cairan dan
elektrolit.
Diagnosa 3 : Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi
energi/metabolik perubahan kimia darah : insufisiensi
insulin, peningkatan kebutuhan energi, status
hipermetabolik/infeksi
Hasil yang diharapkan :
- Mengungkapkan peningkatan tingkat energi.
- Menunjukkan perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi didalam
aktivitas yang diinginkan.
Intervensi :
- Diskusikan dengan pasien kebutuhan dan aktivitas buat jadwal
perencanaan dengan pasien dan identifikasi aktivitas yang menimbulkan
kelelahan.
Rasionalisasi : Pendidikan dapat memberikan motivasi untuk
meningkatkan tingkat aktivitas meskipun pasien mungkin
sangat lemah.
- Berikan aktivitas alternatif dengan periode istirahat yang cukup, tanpa
diganggu.
Rasionalisasi : Mencegah kelelahan yang berlebihan
.Pantau nadi, frekuensi pernafasan dan tekanan darah sebelum/sesudah
melakukan aktivitas.
Rasionalisasi : Mengindikasikan tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi
secara fisiologis
- Diskusikan cara menghemat kalori selama mandi, berpindah tempat dan
sebagainya.
Rasionalisasi : Pasien akan dapat melakukan lebih banyak kegiatan dengan
penurunan kebutuhan akan energi pada setiap kegiatan.
- Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai
dengan yang dapat ditoleransi.
Rasionalisasi : Meningkatkan kepercayaan diri/harga diri yang positif
sesuai tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi pasien.
Diagnosa 5 : Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar), mengenai
penyakit prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurang pemajanan/mengingat
kesalahan interpretasi informasi, tidak mengenal sumber
informasi
Hasil yang diharapkan :
- Mengungkapkan pemahaman tentang penyakitnya.
- Mengidentifikasi hubungan anda gejala dengan proses penyakit dan
menghubungkan gejala dengan faktor penyebabnya.
- Dengan benar melakukan prosedur yang perlu dan menjelaskan rasional
tindakan.
- Melakukan perubahan gaya hidup dan berpartisipasi dalam program
pengobatan.
Intervensi :
- Ciptakan lingkungan saling percaya dengan mendengarkan penuh
perhatian dan selalu ada untuk pasien.
Rasionalisasi : Menanggapi dan memperhatikan perlu diciptakan sebelum
pasien bersedia mengambil bagian dalam proses belajar.
- Diskusikan tentang rencana diet, penggunaan makanan tinggi serat dan
cara untuk melakukan makan di luar rumah.
Rasionalisasi : Kesadaran tentang penyakitnya kontrol diet akan
membantu pasien dalam merencanakan makanan mentaati
program serat dalam memperlambat absorbsi glukosa yang
akan menurun fluktuasi kadar gula dalam darah, tetapi
dapat menyebabkan ketidaknyamanan pada saluran cerna,
flatus meningkat dan mempengaruhi absorbsi vitamin/
mineral.
- Tinjau ulang program pengobatan meliputi awitan, puncak dan lamanya
dosis insulin yang diresepkan bila disesuaikan dengan pasien atau
keluarga.
Rasionalisasi : Pemahaman tentang semua aspek yang digunakan obat
meningkatkan penggunaan yang tepat. Algoritme dosis
dibuat yang masuk dalam perhitungan dosis obat yang
dibuat selama evaluasi rawat inap. Jumlah dan jadwal
aktivitas fisik biasanya perencanaan makanan dengan
melibatkan orang terdekat/sumber untuk pasien.
- Tekankan pentingnya mempertahankan pemeriksaan gula darah setiap
hari, waktu dan dosis obat, diet, aktivitas, perasaan/sensasi peristiwa
dalam hidup
Rasionalisasi : Membantu dalam menciptakan gambaran nyata dari
keadaan pasien untuk melakukan kontrol penyakitnya
dengan lebih baik dan meningkatkan perawatan diri/
kemandiriannya.
- Buat jadwal latihan/aktivitas yang teratur dan identifikasi hubungan
dengan penggunaan insulin yang perlu menjadi perhatian.
Rasionalisasi : Waktu latihan tidak boleh bersamaan waktunya dengan
kerja puncak insulin. Makanan kudapan harus diberikan
sebelum atau selama latihan sesuai kebutuhan dan rotasi
injeksi harus menghindari kelompok otot yang akan
digunakan untuk aktivitas (misal : daerah abdomen lebih
dipilih daripada paha atau lengan sebelum melakukan
jogging atau berenang) untuk mencegah percepatan
ambilan insulin.
- Identifikasi gejala hipoglikemia (misal : lemah, pusing, letargi, lapar, peka
rangsang, diaforesis, pucat, takikardia, tremor, sakit kepala dan perubahan
mental) dan jelaskan penyebabnya.
Rasionalisasi : Dapat meningkatkan deteksi dan pengobatan lebih awal
dan mencegah/mengurangi kejadiannya. Catatan:
hiperglikemia saat bangun tidur dapat mencerminkan
fenomena fajar (indikasi perlunya insulin tambahan) atau
respon balik pada hipoglikemia selama tidur (efek
remogyl) yang memerlukan penurunan dosis insulin atau
perubahan diet (misal : pemberian makanan kudapan pada
malam hari). Pemeriksaan kadar gula darah pada jam 3
pagi membantu dalam mengidentifikasi masalah yang
spesifik.
- Demonstrasikan teknik penanganan stres, seperti latihan nafas dalam
bimbingan imajinasi, mengalihkan perhatian.
Rasionalisasi : Meningkatkan relaksasi dan pengendalian terhadap respon
stres yang dapat membantu untuk membatasi peristiwa
ketidakseimbangan glukosa/insulin.
- Identifikasi sumber-sumber yang ada dimasyarakat.
Rasionalisasi : Dukungan kontinu biasanya penting untuk menopang
perubahan gaya hidup meningkatkan penerimaan atas diri
sendiri.