Vol. 6 No. 1, Januari – Juni 2016 ISSN 2088-0324
JURNAL PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA KESEHATAN
SUSUNAN REDAKSI
Pelindung dan Penasehat
Muslim, S.Sos Ketua Yayasan STKIP Taman Siswa Bima
Dr. Ibnu Khaldun, M.Si. Ketua STKIP Taman Siswa Bima
Penganggung Jawab
Mariamah, M.Pd Ketua LPPM STKIP Taman Siswa Bima
Tim Penyunting Asriyadin, M.Pd.Si Nanang Diana, M.Pd.
Penyunting Pelaksana
Irfan, M.Or
Furkan.M.Or
Shutan Arie Shandi.M.Pd
Penyunting Ahli (Mitra Bestari)
Dr. Kholiq Mutohir
Alamat Redaksi
Redaksi Jurnal Pendidikan MIPA
LPPM STKIP Taman Siswa Bima
Jln. Lintas Bima – Tente Palibelo. Tlp (0374) 42891
Email: [email protected]
Jurnal Pendidikan Olahraga STKIP Taman Siswa Bima, terbit 2 kali setahun dengan edisi Januari – Juni dan Juli - Desember. Sebagai media informasi,
pemikiran dan hasil penelitian yang berkaitan dengan pendidikan Olahraga.
Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan
ii
JURNAL PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA KESEHATAN
Volume 6 Nomor 1, Januari-Juni 2016
ISSN: 2088-0324
DAFTAR ISI
Hubungan Kekuatan Otot Lengan Terhadap Jauhnya
Lemparan Ke Dalam Pada Permaianan Sepak Bola Siswa
Putra Kelas X SMA Negeri 2 Dompu Semester I Tahun
Pelajaran 2014/2015 ................................................................................ 1232 – 1242
RABWAN SATRIAWAN
Pengaruh Tinggi Badan Terhadap Ketepatan Servis Atas
Dalam Permainan Bola Voli ................................................................... 1243 – 1253
SAMSUDIN
Meningkatkan Keterampilan Teknik-Teknik Dalam Permainan
Bola Voli Pada Siswa Kelas V Di SDN Panda Kabupaten Bima
Menggunakan Metode Demonstrasi ............................................................ 1254 – 1261
SRI LASTUTI & SITI MAANI
Survei Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasisiswa
Kelas VIII SMP Negeri 5 Woha dalam Mengikuti Mata
pelajaran Pendidikan Jasmani ................................................................. 1262 – 1280
SHUTAN ARIE SHANDI
Korelasi Antara Fleksibilitas Tubuh Terhadap Kemampuan
Teknik Servis Yang Tepat Dalam Permainan Sepak Takraw ................. 1281 – 1291
AGUSTINUS DAN SAMSUDIN
Meningkatkan Kecepatan Dan Kelincahan Dalam Permainan
Sepak Bola Dengan Menggunakan Metode Demonstrasi Pada
Siswa Kelas V di SDN 1 Rupe Kecamatan Langgudu Kabupaten
Bima ......................................................................................................... 1292 – 1306
SRI LASTUTI & RAFIDIN
Hubungan Antara Keseimbangan Statis Dengan Kecepatan
Tendangan Depan Pada Pencak Silat Perguruan Cempaka
Putih Kota Ternate .................................................................................. 1307 – 1312
ROSLIAH MUHAMMAD
Upaya Meningkatkan Kelincahan dan Kecepatan Dalam
Bermain Sepak Bola Pada Siswa Kelas V SDN Inpres Sie 1
Tahun Pelajaran 2015/2016..................................................................... 1313 – 1324
FURKAN, SHUTAN ARIE SHANDI DAN KHAIRUL AMAR
Peningkatan Kemampuan Lompat Jauh Dengan
Menggunakan Ban Dalam Pembelajaran Pjok Pada Siswa
Kelas IV & V SDN Inpres Diha Tahun Pelajaran 2015/2016................. 1325 – 1332
FURKAN, MIRWAN DAN RABWAN SATRIAWAN
iii
Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324
Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1231
HUBUNGAN KESEIMBANGAN DENGAN KEMAMPUAN
ROLL DEPAN PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3
TIDORE KEPULAUAN
................................................................................................................... 1333-1338
TAHER HAMISI & MAHATMA RAISON PRIBADI
iv
Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324
Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1232
HUBUNGAN KEKUATAN OTOT LENGAN TERHADAP JAUHNYA
LEMPARAN KE DALAM PADA PERMAIANAN SEPAK BOLA SISWA
PUTRA KELAS X SMA NEGERI 2 DOMPU SEMESTER I
TAHUN PELAJARAN 2014/2015
RABWAN SATRIAWAN
STKIP TAMAN SISWA BIMA [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidak ada hubungan yang
signifikan antara kekuatan otot lengan terhadap jauhnya lemparan ke dalam pada
permaianan sepak bola siswa putra kelas X SMA Negeri 2 Dompu tahun pelajaran
2014/2015. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif komparatif.. Populasi
dalam penelitian ini adalah siswa putra kelas X SMA Negeri 2 Dompu Tahun
2014/2015 yang berjumlah 118 orang. Teknik pengambilan sampel dengan cara
propotional random sampling dengan pengambilan sebesar 20% agar dapat
mewakili dari jumlah populasi dengan jumlah sampel sebanyak 25 orang. Teknik
analisis data menggunakan analisis analisis statistik korelasi product moment. Hasil
uji korelasi rxy menujukan nilai hitung rxy sebesar 0.983 maka besarnya taraf
signifikan 5% dan N sebesar 25, ternyata besarnya angka batas penolakan hipotesis
nol yang dinyatakan dalam tabel adalah 0.396. Kenyataan ini menujukan bahwa
nilai rxyyang diperoleh dari hasil analisis data sebesar 0,983. Berada di atas angka
batas penolakan hipotesis nol yang besarnya 0,396. (Nilai rxy = 0,983 > r tabel
0,396) maka dapat disimpulkan bahwa “Ada pengaruh yang signifikan kekuatan
otot bahu terhadap hasil lemparan kedalam pada permainan sepak bola siswa putra
kelas X SMA Negeri 2 Dompu semester I tahun pelajaran 2014/2015.
Kata kunci: Kekuatan otot lengan, lemparan ke dalam, sepakbola.
PENDAHULUAN
Permainan sepak bola adalah
salah satu cabang olahraga yang paling
terkenal di dunia, hal ini tidak dapat
dipungkiri, bahkan di Indonesia
olahraga ini sangat banyak peminatnya.
Pertandingan sepak bola tidak hanya
dilaksanakan antar klub saja, namun
sering juga diadakan antar instansi,
antar sekolah dan antar perguruan
tinggi. Pada suatu pertandingan sepak
bola yang dimainkan oleh klub-klub yang terkenal dengan pemain-pemain
yang mempunyai teknik tinggi, seorang
berani membeli karcis walaupun
harganya relatif mahal.
Untuk menjadi pemain sepak bola
yang berprestasi, di samping harus
memenuhi persyaratan fisik yang baik
seperti kekuatan, daya tahan,
kelincahan, kecepatan, kelenturan dan
lain-lain, juga dituntut untuk menguasai
Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324
Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1233
teknik-teknik dasar yang baik seperti teknik dasar mengiring, menendang,
melempar, mengoper dan
menghentikan serta menyundul bola.
Melempar bola merupakan salah satu
teknik yang kurang mendapat perhatian
oleh para pelatih, padahal teknik
tersebut sering menjadi penyebab
terjadinya gol, karena melempar akan
lebih terarah ke tujuan yang kita
inginkan.
Walaupun lemparan ke dalam
tidak dapat dilakukan untuk mencetak
gol secara langsung dalam permaianan
sepak bola. Jika kita perhatikan, tidak
sedikit para pemain yang mampu
melempar bola dari pinggir garis
samping sampai di depan gawang
lawan sehingga dapat tercipta gol baik
dengan cara ditendang' ataupun
disundul. Kemampuan pemain untuk
dapat melempar bola sedemikian
jauh, kemungkinan besar disebabkan
oleh beberapa faktor seperti
kelenturan otot punggung, kekuatan
ataupun daya ledak otot bahu, sikap
dan posisi badan saat melakukan
lemparan ke dalam dan sebagainya.
Berdasarkan uraian tersebut di
atas penulis terdorong untuk
melaksanakan penelitian tentang
“Hubungan kekuatan otot lengan
terhadap jauhnya lemparan ke dalam
pada permaianan sepak bola siswa putra
kelas X SMA Negeri 2 Dompu tahun
pelajaran 2014/2015”.
Kajian Pustaka
Menurut Sucipto, dkk. (2000: 7),
sepakbola merupakan permainan
beregu, masing-masing regu terdiri atas
sebelas pemain, dan salah satunya
penjaga gawang. Permainan ini hampir
seluruhnya dimainkan dengan menggunakan tungkai kecuali penjaga
gawang yang diperbolehkan
menggunakan tangannya didaerah
hukumannya.
Menurut Agus Salim, yang di
kutip oleh Subagyo Irianto, dkk (2010:
6), bahwa pada dasarnya sepakbola
adalah olahraga yang memainkan bola
dengan kaki yang dilakukan dengan
tangkas, cepat, dan baik. Tujuan
sepakbola mencetak gol sebanyak-
banyaknya sesuai aturan yaitu selama
dua kali 45 menit.
Dapat disimpulkan bahwa
sepakbola adalah permainan beregu,
masing-masing regu terdiri atas sebelas
pemain dan salah satunya penjaga
gawang. Permainan ini hampir
seluruhnya dimainkan dengan kaki,
kecuali penjaga gawang. Sepakbola
bertujuan mencetak angka sebanyak
mungkin selama dua kali 45 menit.
Kemenangan diperoleh apabila tim
yang paling banyak mencetak gol ke
gawang lawan.
Dari beberapa pendapat para ahli
di atas dapat disimpulkan bahwa sepak
bola merupakan olahraga yang
berbentuk permainan dan dimainkan
oleh 11 orang dalam satu tim atau regu.
Permainan ini dapat dimainkan oleh
anak-anak, dewasa dan orang tua baik
laki-laki maupun perempuan.
Seorang pemain sepak bola, agar
mencapai prestasi yang baik dituntut
memenuhi persyaratan fisik, Teknik,
taktik dan mental yang baik.
Persyaratan fisik yang dimaksud antara
lain kekuatan, daya tahan, kelincahan,
kecepatan, sedangkan yang
berhubungan dengan faktor mental dan
Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324
Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1234
taktik, diperlukan kerjasama yang baik dalam suatu pelaksanaan pertandingan.
Di samping faktor-faktor tersebut di
atas, faktor teknik juga sangat penting
untuk mendapatkan perhatian dalam
upaya pembinaan prestasi sepak bola.
Adapun beberapa macam teknik dasar
yang perlu mendapat perhatian,
menurut Subagyo Irianto, dkk (2010:
24) adalah sebagai brikut:
1. Teknik gerak tanpa bola
Teknik gerak tanpa bola terdiri:
a) Teknik lari
b) Teknik melompat
c) Teknik gerak tipu badan
2. Teknik gerak dengan bola
Tenik gerak dengan bola terdiri
dari:
a) Teknik menendang
b) Teknik menerima bola
c) Teknik menggiring bola
d) Teknik menembak kearah
sasaran
Sedangkan Sucipto (2000: 32)
menyebutkan ada beberapa Teknik
dasar dalam permainan sepak bola
yakni :
1. Teknik Badan, yang terdiri dari :
a) Teknik lari
b) Teknik lompat
c) Gerak tipu dengan badan
d) Sikap pertahanan
2. Teknik Dengan Bola, yang terdiri
dari:
a) Shooting (menendang bola)
Menurut Danny Mielke (2009:
67), bahwa seorang pemain harus
menguasai keterampilan gerak dasar
menendang bola dan selanjutnya
mengembangkannya. Seorang pemain
yang memiliki keterampilan shooting
yang baik tidak akan kesulitan untuk
melakukan tendangan shooting ke arah gawang dari berbagai posisi di
lapangan.
Selanjutnya Danny Mielke
(2009: 68), ketika melakukan shooting
dekati bola dari arah yang sedikit
menyamping. Usahakan langkah kaki
pendek-pendek dan cepat.
Tempatkanlah kaki yang menjadi
tumpuan kira-kira satu langkah di
samping bola dengan ujung kaki
menghadap ke gawang. Tariklah kaki
yang digunakan untuk menendang ke
belakang tubuh dengan di tekuk 90
derajat. Usahakan posisi lutut, tubuh,
dan kepala sejajar dengan bola.
Pergelangan kaki terkunci dan ujung
kaki menghadap ke bawah. Ayunkan
kaki mengikuti garis lurus tendangan.
Pertahankan ujung kaki tetap lurus
sampai mendarat di tanah. Momentum
tendangan harus membawa tubuh maju
ke depan melebihi titik persentuhan.
Gunakan kaki untuk menendang
sebagai tumpuan untuk mendarat.
b) Heading (menyundul bola)
Menurut Danny Mielke (2009:
49), bahwa salah satu ciri unik dalam
sepakbola adalah kepala boleh
digunakan untuk memainkan bola di
udara. Para pemain bisa melakukan
heading ketika sedang meloncat,
melompat ke depan, menjatuhkan diri
(diving), atau tetap diam. Heading
berfungsi mengarahkan bola dengan
tajam ke gawang atau mengoper ke
pemain satu tim.
Dalam menyundul bola kepala
dapat digunakan secara efektif untuk
mengarahkan bola yang melambung di
udara. Jika dilakukan dengan baik dan
benar teknik ini tidak membuat pemain
Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324
Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1235
kesakitan. Teknik menyundul ini dapat dilakukan untuk mengoper bola ke arah
pemain lain atau mengarahkan bola ke
gawang (Robert Koger, 2007: 33).
Dari pendapat di atas dapat
diambil kesimpulan bahwa heading
merupakan keterampilan dasar
memainkan bola di udara dengan
kepala. Heading dapat berfungsi untuk
mencetak angka atau sekedar memberi
operan kepada pemain satu tim.
c) Trapping (menahan)
Menurut Danny Mielke (2009:
29), trapping terjadi ketika seorang
pemain menerima passing atau
menyambut bola dan kemudian
mengontrolnya. Sehingga pemain
tersebut dapat bergerak dengan cepat
untuk melakukan dribbling, passing,
atau shooting. Saat melakukan trapping
pemain menggunakan bagian tubuh
yang sah (kepala, tubuh, dan kaki).
Menurut Robert Koger (2007:29),
bahwa trapping adalah menghadang
bola yang melaju ke arah pemain baik
menggunakan kepala, dada, paha, dan
kaki pemain. Maka dapat disimpulkan
bahwa trapping adalah keterampilan
gerak dasar bermain sepakbola yang
dilakukan seorang pemain sepakbola
ketika menerima bola dari pemain lain.
1) Trapping Menggunakan Kaki
Bagian Dalam
Dalam melakukan kontrol bola
pemain dapat melakukan dengan
berbagai cara salah satunya dengan kaki
bagian dalam. Kebanyakan situasi di
lapangan yang penuh tekanan dari
pemain lawan memungkinkan seorang
pemain melakukan trapping dengan
kaki bagian dalam. Trapping
menggunakan kaki bagian dalam,
memberikan peluang yang baik terhadap pemain untuk memainkan bola
dengan cepat, membawa bola ataupun
mengoper bola ke pemain satu tim.
Menurut Danny Mielke (2009: 30),
dalam melakukan trapping
menggunakan kaki bagian dalam
koordinasi mata dan kaki sangat
penting. Perhatikan bola saat mendekat
dan tempatkan kaki segaris dengan arah
bola yang datang. Posisi tubuh harus
tetap seimbang di atas kaki yang tidak
menerima bola. Pada saat bola datang
gunakan kaki bagian dalam dengan
melemaskan kaki dan tariklah kaki ke
belakang untuk menyerap kekuatan
bola tersebut. Kemudian ambilah posisi
untuk melakukan permainan.
2) Trapping Menggunakan Dada
Menurut Danny Mielke (2009: 33),
bahwa ketika melakukan trapping
terhadap bola di udara gunakan prinsip
yang sama seperti teknik trapping di
tanah. Melakukan trapping pada saat
bola di udara dapat dilakukan dengan
dada hal itu jauh lebih baik dari pada
harus mengangkat kaki, jika meleset
dapat diambil lawan.
Selanjutnya Danny Mielke (2009:
33), dalam melakukan trapping
menggunakan dada, perhatikan bola
ketika mendekat dan tentukan arah
gerakan untuk menerimanya. Posisikan
tubuh benar-benar seimbang dan sejajar
dengan bola. Ketika bola datang
sentuhlah bola dengan melemaskan
tubuh dan jangan melawan kekuatan
bola akan tetapi seraplah kekuatan bola.
Jatuhkan bola tepat dihadapan pemain
untuk melanjutkan permainan dengan
cepat.
d) Dribling (menggiring bola)
Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324
Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1236
Menggiring bola (dribbling) ialah mengulingkan bola di tanah sambil
berlari. Meskipun menggiring bola
hanya dilakukan dalam keadaan
terpaksa, tetapi setiap pemain sepakbola
harus dapat melakukan dengan baik.
Menurut Robert Koger (2007: 51),
bahwa Dribbling adalah metode
menggerakkan bola dari satu titik ke
titik lain di lapangan menggunakan
kaki. Dalam melakukan dribbling bola
harus selalu dekat dengan kaki pemain
agar mudah dikontrol. Pemain tidak
harus selalu melihat bola akan tetapi
melihat sekeliling lapangan, mengawasi
situasi lapangan, dan melihat
pergerakkan pemain lawan.
Menurut Danny Mielke (2009: 1),
bahwa “dribbling adalah keterampilan
gerak dasar dalam permainan
sepakbola”. Dalam melakukan
dribbling pemain harus mampu
menguasai bola saat bergerak, berdiri,
atau bersiap melakukan operan. Maka
dapat disimpulkan bahwa dribbling
dalam permainan sepakbola merupakan
penguasan bola dengan kaki saat
pemain bergerak di dalam lapangan
permainan. Adapun cara melakukan
teknik dribbling sebagai berikut:
1) Dribbling Menggunakan Sisi
Bagian Dalam
Menurut Danny Mielke (2009: 2),
bahwa dribbling menggunakan kaki
bagian dalam memungkinkan seorang
pemain dapat menggunakan sebagian
besar permukaan kaki, sehingga
penguasaan bola menjadi besar.
Melakukan dribbling dengan kaki
bagian dalam akan menjaga bola
diantara kedua kaki dan memberikan
perlindungan yang lebih baik dari lawan.
Selanjutnya Danny Mielke (2009:
2), bahwa dalam melakukan dribbling
menggunakan kaki bagian dalam.
Sentuhlah bola dengan kaki bagian
dalam dan posisikan kakimu tegak
lurus dengan bola. Tendanglah bola
dengan pelan untuk menguasai arah
bola. Ketika melakukan dribbling
dengan kaki usahakan bola tetap berada
didekat kaki. Pertahankan bola tetap
dalam jarak satu langkah. Pertahankan
kepala tetap tegak dan fokuskan
pandangan mata ke depan.
2) Dribbling Menggunakan Sisi
Kaki Bagian Luar
Menurut Danny Mielke (2009: 4),
bahwa driblling menggunakan kaki
bagian luar ini berfungsi untuk
mengontrol bola pada saat pemain
sedang berlari, dan pada saat
mendorong bola untuk mengusai bola
tetap berada di sisi bagian luar kaki.
Pemain yang baik mampu melakukan
dribbling kaki bagian luar secara
bergantian dengan kaki bagian dalam,
tanpa harus mengurangai kecapatan lari
dan kontrol bola.
Selanjutnya Danny Mielke (2009:
4), bahwa posisi tubuh sangat penting
dalam melakukan dribbling
menggunakan sisi kaki bagian luar.
Dalam melakukan dribbling
menggunakan sisi kaki bagian luar
usahakan tetap menjaga keseimbangan
tubuh. Usahakan jarak antara kedua
kaki tidak terlalu jauh pada saat
mendorong bola ke depan. Pandangan
mata.
3) Dribbling Menggunakan Kura-
kura Kaki
Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324
Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1237
Menurut Robert Koger (2007: 51), bahwa Dribbling adalah metode
menggerakkan bola dari satu titik ke
titik lain di lapangan menggunakan
kaki. Dalam melakukan dribbling bola
harus selalu dekat dengan kaki pemain
agar mudah dikontrol.
Menurut Danny Mielke (2009: 5),
bahwa dribbling menggunakan kura-
kura kaki digunakan pada saat pemain
ingin bergerak cepat di lapangan. Pada
saat kaki bergerak ke depan,
turunkanlah sedikit ujung jari kaki dan
sentuhlah bola menggunakan kura-kura
kaki.
e) Throw in (lemparan kedalam)
Selanjutnya dijelaskan bahwa
lemparan kedalam (throw in) dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu :
1) Posisi tangan
a. Kedua tangan diletakkan pada
samping bola dan saling
berhadapan
b. Kedua tangan diletakkan
berdampingan pada bagian bola
yang berlawanan dengan arah
lemparan
2) Posisi kaki
a. Kedua kaki diletakkan dengan
posisi kedua ujung kaki sejajar
dengan garis samping (melempar
dengan berdiri ditempat)
b. Salah satu kaki diletakkan
didepan kaki yang lain. Kedua
kaki diletakkan dengan posisi
kedua kaki sejajar dengan garis
samping dan Inside Foot dari kaki
depan menghadap lapangan
c. Kedua kaki diletakkan dengan
posisi kedua kaki sejajar dengan
garis samping Outside Foot dari
kaki dengan menghadap kedalam
lapangan. 1. Kekuatan Otot Lengan
Kekuatan merupakan salah satu
unsur dari aspek fisik yang
memberikan hubungan terhadap
peningkatan kemampuan penampilan
seseorang. Hampir semua cabang
olahraga membutuhkan unsur
tersebut, seperti sepakbola, bolavoli,
panjat tebing, dayung, karate, pencak
silat,. tae kwon do dan sebagainya
digunakan pada saat menendang
(kekuatan otot tungkai). Sedangkan
kekuatan otot lengan dibutuhkan pada
saat mengangkat beban, menolak,
melempar dan Iain-lain pada setiap
cabang olahraga yang memerlukan
gerakan-gerakan tersebut.
Mengenai pengertian tentang
kekuatan, ada beberapa pakar
memberikan definisi sebagai berikut :
Menurut Sajoto (2001: 37), yang
dimaksudkan dengan kekuatan otot
lengan adalah kemampuan seorang atlet
pada saat menggunakan otot- ototnya
menerima beban dalam waktu kerja
tertentu.
Suharno (2003: 24)
menyatakan bahwa kekuatan otot
lengan adalah kemampuan otot untuk
dapat mengatasi tahanan/beban,
menahan atau memindahkan beban
dalam menjalankan aktifitas olahraga.
Dari beberapa pengertian
tesebut di atas dapat dijabarkan pula
bahwa kekuatan otot lengan adalah
kemampuan otot untuk dapat
mengatasi beban dengan berat dan
waktu tertentu.
a. Macam-macam kekuatan
Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324
Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1238
Ditinjau dari aktifitas geraknya menurut Suharno (2003: 29) kekuatan
terdiri dari beberapa macam, yakni:
1) Kekuatan maksimal, yaitu
kemampuan otot dalam kontraksi
maksimal serta dapat
melawan/menahan dan
memindahkan beban maksimal
pula (dalam perlombaan angkat
besi)
2) Explosive power (kekuatan daya
ledak) ialah kemampuan sebuah
atau sekolompok otot untuk
mengatasi tahanan beban dengna
kecepatan tinggi dalam satu gerakan
yang utuh.
3) Daya tahan kekuatan (power
endurance) adalah kemampuan
tahan lamanya kekuatan otot
untuk melawan tahanan beban
yang tinggi intensitasnya
(mendayung, balap sepeda,
berenang)
b. Faktor-faktor penentu baik
tidaknya kekuatan
Suharno (2003: 30)
mengatakan bahwa ada beberapa
faktor yang dapat menentukan baik
atau tidaknya kekuatan, yaitu antara
lain:
1) Besar kecilnya potongan melintang
otot.
2) Jumlah fibril otot yang turut bekerja
dalam melawan beban
3) Besar kecilnya rangka tubuh
4) Keadaan zat kimia dalam otot
(glycogen, ATP)
5) Umur dan jenis kelamin
6) Latihan yang intensif
c. Ciri-ciri umum latihan kekuatan otot
lengan
Dalam memberikan latihan kekuatan, Suharno (2003: 30)
menyatakan harus memenuhi ciri-ciri
umum sebagai berikut :
1) Harus melawan/menahan beban
berat badan sendiri atau tambahan
beban diluar berat badan (barbell,
dumbell, push up dll).
2) Isotonik dengan gerak dinamis
3) Isometrik dengan gerak statis
4) Isokinetik
5) Mengangkat, mendorong, menarik,
menahan dan menggendong beban
2. Lemparan ke dalam (Throw in)
a. Pergertian Lemparan ke Dalam
(Throw in)
Lemparan ke dalam merupakan
salah satu cara untuk memulai kembali
permainan dalam sepak bola dengan
cara melempar bola menggunakan
tangan. Lemparan ke dalam yang
dilatih terus-menerus sehingga
memiliki akurasi yang baik dan tenaga
yang cukup, dapat menjadi senjata
untuk membuka peluang dalam
mencetak gol.
Ada beberapa pakar yang
memberikan definisi sebagai berikut :
Menurut Sajoto (2001: 41), yang
dimaksudkan dengan lemparan ke
dalam adalah kemampuan seorang
atlet pada saat menggunakan otot-
ototnya pada saat bermain dan
melakukan lemparan sejauh mungkin
dalam waktu kerja tertentu. Sedangkan
Suharno (2003: 35) memberikan
pengertian bahwa lemparan ke dalam
adalah kemampuan pemain untuk
membangkitkan tegangan terhadap
suatu tahanan untuk membuka
peluang dalam mencetak gol.
Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324
Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1239
b. Teknik lemparan ke dalam (throw in)
Teknik melakukan throw in atau
lemparan kedalam pada permainan
sepak bola bukanlah suatu hal yang
bisa dilakukan dengan mudah. Dengan
teknik yang tepat, sebuah gol bisa
berawal dari sebuah lemparan kedalam.
Lemparan kedalam memang terlihat
sederhana. Namun, setiap pemain yang
akan melakukannya harus terlebih
dahulu memahami beberapa hal penting
tentang lemparan kedalam, seperti cara
melempar yang baik dan benar, kepada
siapa harus memberikan bola dan yang
paling penting adalah harus mengetahui
aturan dalam melakukan lemparan
kedalam.
Berikut ini adalah peraturan
dalam melakukan lemparan kedalam
pada permainan sepak bola:
1) Pemain harus melemparkan bola
dengan kedua tangan.
2) Posisi bola sebelum dilempar berada
dibelakang kepala dan dilepas
melewati atas kepala.
3) Arah lemparan harus menghadap ke
dalam lapangan.
4) Kedua maupun salah satu kaki tidak
boleh diangkat atau melakukan
lompatan pada saat melakukan
lemparan.
Oleh karena itu perlu beberapa
teknik untuk melakukan lemparan
kedalam dengan baik dan benar serta
dapat dimanfaatkan oleh teman satu tim
untuk dikonfersikan menjadi sebuah
peluang bahkan menjadi sebuah gol.
1) Sebelum melakukan lemparan
pikirkan terlebih dahulu dengan
cepat kepada siapa atau kemana
akan memberikan bola, jangan
tergesa – gesa untuk segera melakukan lemparan, tidak tergesa –
gesa bukan berarti lambat, tetapi
pemain tidak boleh gegabah dalam
melakukan lemparan. Pemain juga
dapat mengelap bola bila keadaan
bola licin karena keadaan bola yang
licin dapat mempengaruhi akuransi
dan kekuatan lemparan.
2) Lemparan kedalam harus dilakukan
dengan kedua tangan sementara
kedua kaki harus tetap menginjak
tanah. Jika ingin melempar dengan
keras pelempar bisa berlari terlebpih
dahulu untuk mengambil ancang-
ancang, hal ini bertujuan untuk
menambah kekuatan lemparan.
Selain itu, lemparan harus sulit
dijangkau oleh lawan terutama
dengan heading, untuk itu pelempar
dapat melemparkan bola tersebut
agar menimbulkan efek menukik,
sehingga bisa memberikan umpan
yang tepat kepada teman, pelempar
juga dapat memanfaatkan lemparan
jauh ini untuk memberikan umpan
seperti umpan crossing, dengan
catatan posisi lemparan kedalam
dekat dengan gawang.
Jika ingin memberikan bola
pada teman yang posisinya dekat
dengan pelempar, cukup melempar
dengan pelan, usahakan tepat di dada,
paha, atau kakinya sehingga mudah di
kuasai. Pelempar juga bisa melakukan
umpan terobosan dengan melempar
bola ke ruang kosong yang mudah bagi
teman untuk menjangkaunya dengan
berlari, karena pada saat melakukan
lemparan kedalam, peraturan off side
tidak berlaku, maka pelempar bebas
melemparkan kemana saja bola tersebut
Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324
Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1240
dan tidak perlu khawatir teman pelempar akan terjebak off side. Tips
untuk melakukan lemparan kedalam
adalah, segera melakukan lemparan
pada saat lawan belum berkonsentrasi,
tetapi tidak boleh tergesa-gesa, dan
teman yang diberi bola harus siap untuk
memanfaatkan umpan dari pelempar.
Hal ini sangat penting terutama pada
saat tim pelempar sedang tertinggal dan
harus segera mencetak gol, selain itu
juga dapat menghemat waktu beberapa
detik, karena setiap detik dalam
pertandingan sepak bola sangatlah
berarti.
Tujuan yang ingin dicapai
dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui ada atau tidak ada hubungan
yang signifikan antara kekuatan otot
lengan terhadap jauhnya lemparan ke
dalam pada permaianan sepak bola
siswa putra kelas X SMA Negeri 2
Dompu tahun pelajaran 2014/2015.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan
penelitian deskriptif yang bersifat
kuasal komparatif. Penelitian kuasal
komparatif merupakan penelitian yang
diarahkan untuk menyelidiki hubungan,
sebab akibat berdasarkan pengamatan
terhadap akibat yang terjadi dan
mencari factor yang menjadi penyebab
malalui data yang dikumpulkan. Dalam
penelitian ini pendekatan dasarnya
adalah memulai dengan adanya
perbedaan dua kelompok dan kemudian
mencari faktor yang mungkin menjadi
penyebab atau akibat dari perbedaan
tersebut.
Instrumen yang digunakan untuk memperoleh data-data tentang hasil
lemparan kedalam pada permainan
sepak bola sebagai variabel terikat
dalam penelitian ini adalah
instrumen tes, yaitu tes lemparan
kedalam pada permainan sepak bola
yang dilakukan sebanyak tiga kali
dan hasil yang terbaik yang diambil
sebagai data penelitian. Pelaksanaan
tes lemparan kedalam ini di lakukan
dari garis pinggir lapangan, dilakukan
sedemikian rupa seperti pada
pertandingan sepak bola. Sedangkan
untuk memperoleh data-data tentang
kekuatan otot lengan sebagai variabel
bebas dilakukan dengan tes push-up.
Adapun alat-alat penunjang
instrumen penelitian untuk metode
tes kekuatan otot lengan dan
lemparan kedalam pada permainan
sepak bola adalah sebagai berikut:
1. Alat pengukur (meteran)
2. Lapangan
3. Bola
4. Alat tulis.
5. Pluit
6. Bendera, dan
7. Rool meter.
Sumber data dalam penelitian
ini adalah hubungan yang signifikan
antara kekuatan otot lengan dan
jauhnya lemparan ke dalam.
Teknik pengumpulan data
yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan tes lemparan kedalam
pada permainan sepak bola yang
dilakukan sebanyak tiga kali dan
hasil yang terbaik yang diambil
sebagai data penelitian. Sedangkan
mengukur kekuatan otot lengan
dengan cara melakukan push-up
Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324
Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1241
selama satu menit. Tenik analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis statistik Korelasi Product
Moment dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
rxy =
N x y xy
N x 2 ( x
2 ) y
2 (y
2 )
Keterangan:
rxy = Koefisien korelasi antara
variabel X dan variabel Y N = Jumlah sampel yang diteliti
nol yang besarnya 0,396. (Nilai rxy =
0,983 > r tabel 0,396) maka dapat
disimpulkan bahwa “ada hubungan
yang signifikan kekuatan otot bahu
terhadap hasil lemparan ke dalam pada
permainan sepak bola siswa putra kelas
X SMA Negeri 2 Dompu tahun
pelajaran 2014/2015”. PEMBAHASAN
Penelitian tentang faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi hasil
lemparan kedalam pada permaianan
sepak bola penting dilakukan karena
kemampuan jauhnya lemparan kedalam x
y
x2
y 2
xy
= Jumlah skor variabel X
= Jumlah skor variabel Y
= Jumlah kuadrat variabel X
= Jumlah kuadrat variabel Y
= Jumlah perkalian variabel X
dan variabel Y (Suharsimi Arikunto, 2002: 177).
dapat membantu terciptanya gol. Dalam
permainan sepak bola, apabila terjadi
lemparan ke dalam di dekat garis
gawang maka bola dapat dilempar
kedepan mulut gawang sehingga
berpeluang untuk menciptakan gol baik
di lakukan dengan mungunakan
tendangan ataupun dengan sundulan
(heading).
Penelitian yang bertujuan
HASIL PENELITIAN
Hasil analisis data dengan uji
korelasi dua variabel penelitian
mengunakan teknik Korelasi Produt
Moment, diperoleh nilai hitung xy
sebesar 0.983, dengan besarnya angka
pada tabel nilai r dengan taraf
signifikan 5% dan N = 25 adalah 0,396.
Dari hasil uji korelasi rxy menujukan
nilai hitung rxy sebesar 0.983 maka
besarnya taraf signifikan 5% dan N
sebesar 25, ternyata besarnya angka
batas penolakan hipotesis nol yang
dinyatakan dalam tabel adalah 0.396.
Kenyataan ini menujukan
bahwa nilai rxyyang diperolemh dari
hasil analisis data sebesar 0,983. Berada
di atas angka batas penolakan hipotesis
“Mengetahui hubungan kekuatan otot
bahu terhadap hasil lemparan kedalam
pada permainan sepak bola pada siswa
putra kelas X SMA Negeri 2 Dompu
tahun pelajaran 2014/2015”. Ini
menujukan bahwa ada hubungan yang
signifikan kekuatan otot bahu terhadap
jauhnya lemparan ke dalam pada
permainan sepak bola, hal ini menjadi
informasi penting bagi para guru
pendidikan jasmani olahraga dan
kesehatan serta pelatih dalam
melakukan pemanduan bakat terhadap
para siswa. Dalam pelaksanaan latihan,
perhatikan terhadap kekuatan otot bahu
perlu diberikan latihan karena telah
terbukti dapat meningkatkan jauhnya
lemparan kedalam pada permainan
Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324
Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1242
sepak bola. Pelaksanaan latihan harus menerapkan prinsip-prinsip latihan
yang benar agar tujuan latihan dapat
dicapai secara optimal. Latihan-latihan
untuk meningkatkan kekuatan otot bahu
dapat dilakukan baik dengan beban
badan sendiri maupun dengan bantuan
alat.
SIMPULAN
Berdasarkan pada analisis data
untuk menjawab hipotesis penelitian
yang diajukan, diperoleh. Berdasarkan
taraf signifikan ternyata angka batas
penolakan hipotesis Nol yang
dinyatakan dalam tabel nilai-nilai r
Product Moment besarnya adalah
0,396. Dengan demikian maka
hipotesis nol ditolak dan hipotesis
alternatif yang mengatakan “Ada
hubungan yang signifikan kekuatan otot
lengan terhadap jauhnya lemparan ke
dalam pada permainan sepak bola siswa
putra kelas X SMA Negeri 2 Dompu
tahun pelajaran 2014/2015 diterima.
Hal ini berarti kekuatan otot
lengan merupakan salah satu faktor
yang mempunyai pengaruh terhadap
jauhnya lemparan kedalam pada
permainan sepak bola.
DAFTAR PUSTAKA
Danny Mielke. (2009). Dasar-dasar
sepakbola. Bandung: Pakar Raya
Pakarnya Pustaka
Robert Koger. (2007). Latihan dasar
andal sepakbola remaja latihan dan
keterampilan andal untuk
pertandingan dasar yang lebih baik.
(Terjemahan Arif Subiyanto).
Klaten: Sakha Mitra.
Sajoto Muhamad. 2001. Pembinaan
Kondisi Fisik Dalam Olahrasa.
Jakarta. Depdikbud. Dirjen Dikti.
Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan tenaga Kependidikan.
Subagyo Irianto, dkk. (2010).
Standarisasi Kecakapan Bermain
Sepakbola untuk SSB KU 14-15
tahun. Yogyakarta: FIK UNY.
Sucipto, dkk. (2000). Sepakbola
Jakarta: Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi.
Suharno HP. 2003. Metodologi
Pelatihan. Jakarta. Pusat
Pendidikan dan Penatara. Jakarta.
Koni Pusat.
Suharsimi Arikunto. 2002. Prosedur
Penelitian, Suatu Pendekatan
Praktek. Jakarta. Rineka Cipta
Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324
Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1243
PENGARUH TINGGI BADAN TERHADAP KETEPATAN SERVIS ATAS
DALAM PERMAINAN BOLA VOLI
SAMSUDIN Program Studi Penjaskesrek STKIP Taman Siswa Bima
ABSTRAK
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: “ingin mengetahui
apakah ada pengaruh tinggi badan terhadap ketepatan servis atas dalam permainan
bola voli”. Adapun variabel dari penelitian ini adalah variabel bebas yaitu tinggi
badan dan variabel terikat yaitu ketepatan servis atas. Penelitian ini merupakan
penelitian eksperimen dengan pendekatan kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini
siswa kelas VII Putra SMP Negeri 5 Mataram tahun pelajaran 2009/2010 dengan
jumlah 120 orang siswa. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunkan proporsional random sampling. Teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah mengkur tinggi badan dan tes servis atas dalam permainan bola
voli. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan
analisis statistik dengan rumus korelasi product moment. Dari hasil perhitungan
ternyata menunjukkan bahwa nilai r hitung yang diperoleh dalam penelitian ini
adalah lebih besar dari nilai r tabel. Maka kesimpulan analisis dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut: “Ada pengaruh tinggi badan terhadap ketepatan servis atas
dalam permainan bola voli pada siswa kelas VII Putra SMP Negeri 5 Mataram
tahun pelajaran 2009/2010”.
Kata Kunci: Tinggi Badan, Ketepatan servis Atas, dan Permainan Bola Voli.
PENDAHULUAN
Permainan bola voli merupakan
olahraga yang dimainkan oleh dua regu
dalam tiap lapangan permainan
dipisahkan oleh net dan bertujuan agar
setiap regu melewatkan bola secara
teratur, melalui atas net sampai bola
menyentuh lantai didaerah lawan dan
mencegah agar bola dilewatkan tidak
menyentuh lantai dalam lapangan
sendiri. Meskipun sifatnya beregu,
tetapi kemahiran individu akan
mempermudah melakukan kerjasama
untuk mencapai hasil akhir yang baik.
Untuk dapat memulai suatu permainan bola voli, hendaknya
terlebih adahulu mengetahui dan
mengajarkan teknik dasar dalam
permaian itu sendiri. Teknik dasar
permainan bola adalah bagian dasar
dalam permaian mutlak diperlukan,
sebab jika salah teknik maka dianggap
melakukan pelanggaran. Jadi
penguasaan teknik yang benar sanagat
menentukan prestasi atau menentu
kemenangan. Adapun teknik dasar
dalam permaian bola voli meliputi:
servis, passing, block dan smash/spike.
Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324
Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1244
Berbicara masalah servis tidak lepas dari postur tubuh karena
bagaimanapun juga keberhasilan dalam
permainan bola voli merupakan
rangkaian sistem yang menunjang,
tidak bisa lepas antara satu dengan
yang lainnya. Dengan kata lain, atlit
yang mampua meraih prestasi yang
baik adalah gabungan dari beberapa
aspek seperti teknik, mental maupun
fisik itu sendiri.
Banyak hal yang berkaitan
dengan kondisi fisik tersebut, salah satu
diantaranya adalah tinggi bbadan.
Namun demikian, penulis belum
mengetahui dengan jelas dan pasti
sejauh mana tinggi badan dapat
berpengaruh secara signifikan terhadap
ketepatan servis atas. Hal inilah yang
menarik bagi penulis untuk
mengadakan penelitian lebih lanjut
tentang pengaruh metode tinggi badan
terhadap ketepatan servis atas dalam
permainan bola voli pada siswa kelas
VII Putra SMP Negeri 5 Mataram tahun
ajaran 2009/2010.
KAJIAN PUSTAKA
a. Tinggi Badan 1. Pengertian Tinggi Badan
Menurut Kamus Umum Bahasa
Indonesia, tinggi badan terdiri dari dua
kata yaitu: Tinggi dan Badan. Tinggi
artinya jauh antara sebelah bawah atau
lawan dari rendah. Sedangkan badan
segenap jasad manusia (Alwi, 2001:
57). Jadi yang dimaksud dengan tinggi
badan adalah segenap jasad manusia
atau pokok tubuh manusia yang dilihat
dari batas bagian kaki sampai batas
bagian kepala. Sedangkan menurut
Krisdalaksana (1999:411)
mengemukakan pula bahwa, tinggi
badan adalah segenap/ jasad atau pokok
tubuh manusia yang diukur mulai dari bagian kaki sampai dengan bagian
kepala.
2. Alat dan Teknik mengukur Tinggi
Badan
a) Alat mengukur tinggi badan.
b) Teknik mengukur tinggi badan.
Sebelum melakukan pengukuran
terlebih dahulu ditentukan tanda
frendkfurt. Garis tersebut ditarik dari
pangkal telinga sebelah atas kepinggir
lekuk mata bagian bawah. Tanda ini
dibuat dari muka sebelah kanan
(ketentuan dari ICSPFT tentang
mengukur Antropommetri). Biasanya,
untuk efisiensi pengukuran tanda yang
sebenarnya tidak perlu dibuat. Jadi
cukup membayangkan ada garis yang
menghubungkan pangkal telinga bagia
atas dengan pinggir lekuk mata bagian
bawah. Garis tersebut dalam posisi
mendatar (horizontal).
Adapun langkah-langkah dalam
mengukur tinggi badan adalah sebagai
berikut:
1) Kedua tumit diukur berdiri tegak di
atas stadiometer membelakangi dan
merapat ke alat pengukur telinga.
2) Kedua tumit bersentuhan satu sama
lain, ujung kakki depannya sedikit
membuka (± 300) dan mata
menghadap lurus kedepan sehingga
posisi garis frankfurt mendatar
(horizontal). 3) Rapatkanlah penanda atau pengukur
tinggi badan dan kepala.
4) Kemudian bacalah hasil pengukuran
itu pada skala yang tertera pada
pengukur tadi.
Sikap dan cara tersebut diatas,
juga dikerjakan demikian seandainya
pengukur tinggi badan menggunakan
dinding atau pengukur lainnya. Tinggi
Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324
Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1245
badan dicatat sampai bilangan persepuluh sentimeter, seperti 145,5;
161,5; 123,7 dst.
b. Servis Atas
1. Pengertian Servis Atas.
Servis atas adalah cara
memperaktekan pukulan permulaan
dari daerah servis dengan memeukul
bola, dari atas kepala sebagai usaha
menghidupkan bola ke dalam
permainan (Syarifuddin, 1997: 59).
Dengan demikian maka yang
dimaksud dengan servis atas adalah
melakukan tindakan menghidupkan
bola dalam permainan dengan memukul
bola dari atas kepala yang dilakukan
dengansatu atau dua tangan melalui
bagaian atas net.
Pukulan servis atas banyak sekali
variasinya, bola dapat dilambungkan
dengansatu tangan atau dua tangan
tinggi lambungan tergantung dari
maksud pukulan dan kesenangan
pribadi pemain. Namun pada prinsipnya
harus diusahakan agara bola
dilambungkan sedemikian rupa
tingginya, sehingga seluruh rangkaian
gerakan memukul menjadi satu gerakan
yang tidak terputus-putus.
2. Teknik Pelaksanaan Servis Atas
Adapun cara melakukan servis
atas dalam permainan bola voli adalah
sebagai bberikut:
a) Berdiri tegak, sikap tubuh
menghadap jaring, jarak kedua kaki
selebar bahu.
b) Bola dipegang denga tangan kiri,
tangan kanan diayunkan keatas
belakang kepala.
c) Lemparkan bola keatas setinggi jangkauan tangan pukul.
d) Pukul bola dengan cambukan
telapak tangan.
e) Bola dipukul pada bagian tengah
belakang otot perut membantu
kekuatan pukulan terhadap bola.
f) Setelah memukul bola berat badan
dipindahkan kekaki depan.
Kesalahan-kesalahan umum pada
mendekati servis atas:
a) Servis dilakukan secara tergesa-gesa
tampa perhitungan, dan kurang
konsentrasi.
b) Lemparan bola terlalu jauh kedepan.
c) Pandangan tidak mengawasi bola
(Kosasih, 1997: 71).
c. Permmainan Bola Voli
1. Pengertian Bola Voli
Bola voli adalah permainan yang
dilakukan oleh dua regu, yang masing-
masing terdiri dari enam orang. Bola
dimainkan di udara denga melewati net,
setiap regu hanya bisa memainkan bola
tiga kali pukulan (Dian Aksara, 2008:
24). Ahli lain mengemukakan
permainan bola voli adalah permainan
dengan memukul bola secara serentak
atau langsung. Artinya, bola dipukul
setelah jatuh ketanah (Syarifuddin,
1997: 57).
Bola voli dalam penelitian ini
adalah permainan yang dilakukan oleh
dua regu terdiri dari enam orang
dimana bola dimainkan diudara dengan
melewati net dan setiap regu hanya bisa
memainkan bola tiga kali pukulan.
2. Sejarah Permainan Bola Voli
Permainan bola voli adalah suatu
bentuk permainan, yang diciptakan tahu
1895 di Holiyoke (Amerika Bagian
Timur) oleh Willian G. Morgan
pembina pendidikan jasmani pada
Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324
Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1246
Young Men Cristian Assiciation (YMCA).
Permainan bola voli sangat cepat
berkembangnnya sehingga pada tahun
1992 YMCA meengadakan kejuaraan
bola voli nasional. Kemudian
permainan bola voli ini menyebar
keseluruh penjuru dunia. Pada tahun
1947 pertama kali permainan bola voli
di pertandingkan di Polandia dengan
peserta yang cukup banyak, maka pada
tahun 1948 didirikan Federasi Bola
Voli Internasional (IVBF) yang waktu
itu beranggota 15 negara dan
berkedudukan di Paris. Permainan bola
voli masuk ke Indonesia pada waktu
penjajahan belanda (sesudah tahun
1928). Perkembangan permainan bola
voli dimasyarakat Indonesia sangat
cepat. Hal ini terbukti pada Pekan
Olahraga Nasional (PON) ke-2 tahun
1951 di Jakarta juga bola voli ikut di
pertandingkan. Sampai sekarang
permainan bola voli termasuk salah
satu cabang olahraga yang selalu
dipertandingkan.
Pada tahun 1955 tepatnya pada
tanggal 22 Januari didirikan
Organiosasi Bola Voli Indonesia
dengan nama Persatuan Bola Voli
seluruh Indonesia (PBSI) dengan
ketuanya W.J. Latumete. Setelah
adanya induk oraganisasi bola voli ini,
maka pada tanggal 28-30 Mei 1955 di
adakan kongres dan Kujuaraan
Nasionan yang pertama di Jakarta.
3. Teknik-Teknik Dasar dalam
Permainan Bola Voli
a. Pass Bawah
Pass bawah adalah mengambil dan
mengoper bola (passing) atau
memantulkan bola dengan salah satu
atau kedua tangan, lengan bagian
bawah dari bawah (Syaarifuddin, 1997:681).
b. Pass Atas
Pass atas adalah cara
pengambilan bola atau mengoper bola
dari atas kepala jari-jari tangan. Bola
datang dari atas diambil tangan atas,
didepan kepala (Syarifuddin, 1997: 69).
c. Servis Bawah
Servis bawah adalah cara
melakukan pukulan permulaan dari
petak servis dengan dengan memukul
bola dengan tangan dari bawah sebagai
usaha menghidupkan bola dalam
permainan (Syarifuddin, 1997: 70).
d. Servis Atas
Servis atas adalah cara
melakukan pukulan permulaan dari
daerah servis dengan memukul bola
dari atas kepala sebagai usaha
menghidupkan bola dalam permainan
(Syarifuddin, 1997: 58).
e. Membendung (Blocking)
Blocking adalah bentuk gerakan
seseorang atau beberapa orang pemain
yang berada didekat net atau jaring
(Syarifuddin, 1997: 58).
f. Smash (spike)
Smash (Spike) dalah gerakan
memukul bola yang dilakukan denga
kuat dan keras serta jalannya bola
cepat, tajam, dan menukik serta di
terima lawan, apabila dilakukan dengan
cepat dan tepat (Syarifuddin, 1997: 58).
4. Peraturan Permainan Bola Voli
a. Lapangan dan Ukurannya
Lapangan permainan bola voli
berbentuk persegi panjang 18 meter dan
lebar 9 meter, semua garis lapangan
garis tengah, garis daerah serang ada 3
meter (daerah depan). Lapaangan
permainan bola voli terbagi menjadi
Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324
Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1247
dua bagian sama besar yang masing- masing luasnya 9 x 9 meter.
Selengkapnya dapat dilihat gambar
dibawah ini.
Gambar 1. Lapangan Permainan Bola
Voli (Kosasih, 1990: 80)
b. Jaring (Net)
Jaring untuk permainan bola voli
berukuran lebih dari 9,50 meter dan
lebar tidak lebih dari 1,00 meter dengan
petak-petak atau mata jaring berukuran
10 x 10 cm, tinggi jaring untuk putra 2,
43 meter, dan putri 2, 24 meter, tepian
atas terdapat pitah putih selebar 5 cm.
c. Tongkat atau Rod
Didalam pertandingan permainan
bola voli yang sifatnya nasional
maupun internasional, diatas batas
samping jaring digandeng tongkat atau
rod yang menonjol keatas setinggi 80
cm dari tepi jaring. Tongkat itu terbuat darai bahan fiberglas dengan ukuran
180 cm dengan di beri warna kontras.
d. Bola
Bola harus tterbuat dari bahan
yang lunak (lentur), bentuk bulat
dengan didalamnya bahan dari bahan
karet atau semacamnya dan berwarna
terang serta bola yang dipergunakan di
dalamnya berukuran berat 250 – 280
gram dan keliling bola 65 – 67 cm.
e. Pemain
Jumlah dalam lapangan sebanyak 6 orang setiap regu dan ditambah 5
orang sebagai pemain cadangan.
f. Kemeenangan satu Reli
Suatu reli dalam permainan bola
voli setiap reli memperoleh satu angka.
Apabila regu penerima memenangkan
satu reli akan mendapat satu angka dan
mendapat giliran servis, akan
melakukan pergeseran atau rot searah
jarum jam.
g. Memenangkan Suatu Set
Suatu set kecuali set ke V
dimenangkan oleh regu yang lebih
dahulu mendapatkan angkka 25 dengan
minimal selisih dua angka. Dalam
kedudukan 24 – 24 permainan
dilanjutkan sampai tercapai selisih dua
angka atau jus. Dalam kedudukan set 2
– 2, maka set penentuan (set V)
dimainkan hingga 15 dengan selisih
minimal dua angka (18 – 16 – 20 – 18
dan seterusnya).
h. Pemain Libero
1) Penunjukan pemain libero, yakni:
a) Setiap pemain berhak menjadi
seorang pemain bertahan (Libero)
diantara daftar 12 pemain.
b) Sebelum pertandingan, libero harus
terdaftar dalan score sheet pada
daftar posisi yang telah disediakan.
Nomornya harus terdaftar pada
lembar posisi di set pertama.
c) Libero tidak menjadi kapten regu
atau kapten pemain.
2) Perlengkapan Libero
Libero harus memakai seragam
jaket/topi berdesain khusus, baju kaos
harus berwarna kontras dibandingkan
anggota tim yang lain, seragam libero
harus mempunyai desain yang berbeda
tetapi bernomor seperti anggota tim
lainnya.
Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324
Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1248
3) Gerakan-gerakan Libero Dalam Permainan
a) Libero di ijinkan untuk mengganti
setiap pemain diposisi baris
belakang.
b) Libero dibatasi untuk berperan
sebagai pemain baris belakang dan
tidak di ijinkan untuk melakukan
serangan dari manapun (termasuk
dilapangan permainan dan didaerah
bebas). Libero tidak di perkenankan
servis, block atau mencoba untuk
memblok.
i. Menyentuh (Kontak) Net
Sentuhan terhadap net
bukan merupakan suatu kesalahan,
kecuali pemain tersebut menyentuh
pada saat berusaha memainkan bola
atau dengan senagaja memegang net.
j. Time Out atau Technical Time Out
Seluruh time out yang diminta
lamanya 30 detik. Untuk kejuaraan
dunia dan pertandingan resmi FIVB
pada set 1 – 4, terdapat taambahan
technical time out, masing- masing
60 detik, berlaku secara otomatis
pada tim yang unggul mencapai
angka 8 dan 16. Pada saat penentuan
(set ke - 5), tidak ada technical time
out, hanaya ada dua time out masing-
masing 30 detik yang dapat diminta
setiap tim.
k. Kesalahan dalam Permainan Bola
Voli
Kesalahan adalah pelanggaran
terhadap peraturan permainan yang
telah ditetapkan dan kepada
pelanggarannya diberi hukuman
sesuai kesalahan yang dilakukan.
Didalam permainan bola voli ada
dua macam kesalahan, yaitu kesalahan
ringan dan kesalahan besaar
(Syarifuddin, 1997: 120)
1. Kesalahan Ringan Yang dimaksud dengan
kesalahan ringan, antara lain
berbicara dengan laawan, penonton,
atau pemimpin/pengurus yang resmi.
Selain itu berteriak-teriak dalam
lapangan secara sengaja dan
memperlambat berjalaannya
permainan. Kepada pemain itu
diberikan hukuman dengan suatu
peringatan. Adapun perbuatan ini
diulangi, pemain itu ditegur kembali
dan dicatat dalam daftar
pertandingan dan regunya
kehilangan satu angka servis.
2. Kesalah Besar
Yang dimaksud dengan
kesalahan besar, antara lain pemain
itu mengeluarkan kata-kata tidak
sopan kepada ofisial, pihak lawan,
atau penonton. Pemain yang
melakukan kesalahan besar itu,
diberi hukuman peringatan di sertai
catatan dalam daftar pertandingan.
Regunyapun mendapat hukuman
dengan kehilangan satu angka atau
pindah servis. Apabila kesalahan itu
diulangi, wasit dapat memecatnya
untuk sisa waktu dari satu set atau
seluruh pertandingan.
3. Pengaruh Tinggi Badan Terhadap
Ketepatan Servis Atas Dalam
Permainan Bola Voli.
Penampilan olahraga yang sangat
tinggi sering kali tergantung pada
prinsip anatomi manusia, seperti
memiliki perawakan yang tinggi
maupun perawakan yang pendek. Pada
olahraga bola voli ini seorang pemain
memiliki tubuh yang lebih tinggi
biasanya memiliki kemampuan dari
keterampilan melakukan servis yang
lebih baik dari pada yang dimiliki yang
Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324
Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1249
tubuh yang pendek, karena tubuh yang tinggi seorang pemain lebih memiliki
jangkauan yang lebih baik dalam
melakukan gerakan-gerakan.
Berkaitan dengan hal ini, bahwa
bentuk tubuh ataupun proporsi tubuh
merupakan salah satu penentu dalam
prestasi yang maksimal. Hal ini bahwa
seseorang yang badan tinggi
jangkauannya akan lebih baik
tingkatkan, dengan mempunyai
seseorang yang mempunyai badan yang
pendek (Kosasih, 1990: 17).dari uraian
tersebut diatas, jelaslah bahwa tinggi
rendahnya badan dapat berpengaruh
terhadap pencapaian prestasi dalam
olahraga, termasuk pula dalam olahraga
bola voli. Dengan demikian secara teori
dapaat dikatakan bahwa “Ada pengaruh
tinggi badan terhadap ketepatan servis
atas dalam permainan bola voli”.
Tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah: “ingin mengetahui
apakah ada pengaruh tinggi badan
terhadap ketepatan servis atas dalam
permainan bola voli pada siswa kelas
VII Putra SMP Negeri 5 mataram tahun
ajaran 2009/2010”.
METODE PENELITIAN
Sehubungan dengan penelitian
ini, maka pendekatan yang digunakan
adalah pendekatan empiris, karena
gejala yang akan diteliti sudah ada
secara wajar yaitu subyek (siswa)
melakukan servis ke atas.
Dalam penelitian ini, penulis
menggunakan rancangan penelitian
“Paradigma Sederhana”. Penggunaan
Paradigma Sederhana dengan tujuan
berusaha untuk menentukan pasangan
yang diambil dari subjek-subjek yang
mempunyai kemampuan dalam batas
yang telah ditentukan. Adapun secara
konseptual rancangan penelitian tersebut dapat digambarkan sebagai
berikut (Sugiyono, 1999: 5).
Gambar 2. Paradigma Sederhana
Berdasarkan gambar tersebut
diatas maka:
X = Tinggi badan siswa
Y = Ketepatan servis atas
Dalam penelitian ini yang
menjadi instrumen tesnya adalah tes
pengukuran tinggi badan dan tes
kemampuan melakukan ketepatan
servis atas dalam permainan bola voli.
Sementara perlatan/perlengkapan yang
diperlukan dalam penelitian ini adalah:
1. Lapangan
2. Bola Voli
3. Net (Jaring)
4. Peluit
5. Blangko pencatatan hasil dan alat
tulis
Adapun jenis lapangannya
adalah dapat dilihat di gamabar 3
sebagai berikut:
Gambar 3. Lapangan untuk tes servis atas (Drs. Nurhasan, M.Pd)
Sumber data dapat
diklasifikasikan menjadi dua bagian
yaitu, sumber data primer dan sumber
data sekunder.
1. Data Primer
X Y
Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324
Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1250
Data Primer adalah sumber data yang langsung memberikan data
kepada pengumpul data atau data
yang kumpulkan sendiri langsung
melalui obyek penelitian yaitu,
observasi tentang keadaan lokasi
penelitian, dan tes perbuatan siswa
(tes ketepatan servis atas dalam
permainan bola voli dan ukur tinggi
badan siswa).
2. Data Sekunder
Data Sekunder adalah sumber data
yang tidak langsung memberikan
data kepada pengumpul data.
Sumber data dapat melalui buku,
majalah, surat-surat dokumen
sekolah dan informasi lain yang
berkaitan dengan penelitian. Data
sekunder yang digunakan yaitu
dokentasi SMP Negeri 5 Mataram.
Tekni pengumpulan data dalam
penelitian ini menggunakan metode
dokumentasi dan metode tes perbuatan.
Metode dokumetasi digunakan sebagai
metode bantu untuk mengetahui data
tentang jumlah nama-nama siswa kelas
VII SMP Negeri 5 Mataram tahun
Pelajaran 2009/2010. Sedangkan
metode tes perbuatan untuk mengukur
ketepatan servis atas dalam permainan
bola voli pada siswa kelas VII SMP
Negeri 5 Mataram Tahun Pelajaran
2009/2010.
a. Langkah-langkah pelaksanaan tes
1) Tes pengukuran tinggi badan
a) Untuk mengukur tinggi badan
menggunakan alat stadiometer.
b) Caranya, siswa yang diukur bediri
tegak diatas stadiometer,
membelakangi dan merapat keatas
pengukur tinggi badan, kedua tumit
bersentuhan satu sama lain, ujung
kaki kedepannya sedikit terbuka,
menghadap lurus kedepan sehingga posisi garis transfrurd mendatar
atau horizontal. Kemudian rapatkan
tanda pengukur tinggi badan pada
kepala. Kemudian membaca hasil
yang tertera pada skala pengukur
tersebut.
2) Tes servis atas dalam permainan
bola voli.
Setelah dilakukan pengukuran
tinggi badan siswa, maka langkah
selanjutnya adalah melakukan servis
atas dalam permainan bola voli pada
siswa kelas VII Putra SMP Negeri 5
Mataram tahun pelajaran 2009/2010.
Adapun langkah-langkah peelaksanaan
sebagai berikut:
a) Masing-masing teste (sampel)
melakukan pemanasan terlebih
dahulu.
b) Masing-masing teste (sampel)
melakukan servis atas sebanyak 5
kali
c) Teste berdiri berada dalam daerah
servis.
d) Teste melakukan ketepatan servis
atas kearah sasaran.
e) Nilai yang dicatat adalah nilai yang
sesuai nilai kotak dimana bola
tersebut jatuh.
f) Bola yang tidak dinamika dengan
tidak sah atau menyentuh net dan
keluar lapangan di anggap gagal
b. Petugas yang turut membantu dalam
pelaksanaan tes ini adalah:
1) Samsudin, selaku peneliti sebagai
koordinator dan pengawas
pelaksanaan penelitian sekalis
pencatat dan menyatakan
masuk/tidaknya bola.
2) Bapak Kodrat, S.pd sebagai guru
olahraga SMP Negeri 5 Mataram
Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324
Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1251
yang bertugas sebagai memanggil subjek.
Data yang terkumpul selanjutnya
diolah dari analisis, pada umumnya
metode analisa dibedakan menjadi dua
cara yaitu analisa statistik dan non
analisa. Dalam buku pengantar
metodologi penelitian, dijelaskan
bahwa, mengolah data berarti
menimbang, menyaring, mengatur dan
mengklasifikasikannya. Menimbang
dan menyaring berarti memilih dengan
hati-hati data yang relevan, tepat dan
berkaitan dengan masalah yang diteliti.
Menggambar dan mengklasifikasikan
data berarti menggolongkan data
tersebut menurut aturan tertentu (Nazir,
1990: 86). Sehubungan dengan
penelitian ini, dimana penulis ingin
mengetahui ada atau tidaknya pengaruh
tinggi badan terhadap ketepatan servis
atas dalam permainan bola voli pada
siswa kelas VII SMP Negeri 5 Mataram
tahun ajaran 2009/2010, maka analisis
yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan analisis statistik dengan
rumus korelasi product moment berikut
ini:
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Dari hasil pengujian nilai r
hitung, dimana r hitung adalah 0,5219
lebih besar dari r tabel sebesar 0,355
dengan taraf signifikansi 5% maka
dapat dikemukakan bahwa hipotesis nol
(Ho) di tolak dan hipotesis alternatif
(Ha) diterima, maka kesimpulan
analisis dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut: “Ada pengaruh tinggi
badan terhadap ketepatan servis atas
dalam permainan bola voli pada siswa
Putra kelas VII SMP Negeri 5 Mataram
tahun pelajaran 2009/2010”.
Penampilan olahraga yang sangat
tinggi seringkali bergantung pada
prinsip anatomi manusia, seperti
mmemiliki perawakan yang tinggi
maupun perawakan yang pendek. Pada
olahraga bola voli ini seorang pemain
yang meiliki tubuh yang lebih tinggi
biasanya meemiliki kemampuan dari
keterampilan melakukan servis yang
lebih baik dari pada yang dimiliki tubuh
yang pendek, karena dengan tubuh
yang tinggi seorang pemain lebih
memilki jangkauan yang lebih baik
dalam melakukan gerakan-gerakan.
rxy = N∑XY – (∑XY)(∑Y)
{ ∑ − (∑ ) }{ (∑ ) }
Meskipun dalam mencapai
ketepatan servis atas dalam permainan
bola voli banayaak faktor yang Keterangan:
Rxy = Hubungan antara tinggi
badan dan ketepatan servis
atas
X = Ketepatan servis atas
N = Jumlah sampel penelitian
∑XY = Jumlah hasil kali antara
tinggi badan dengan
ketepatan servis atas
(Sugiyono, 1999).
mempengaruhinya, namun faktor tinggi
badan dapat mempengaruhi ketepatan
dalam melakukan servis atas. Dengan
demikian, orang yang badannya tinggi
ternyata lebih tepat melakukan servis
atas dalam permainan bola voli lebih
baik bila dibandingkan dengan orang
yang berbadan pendek dimana orang
badanya tinggi lebih memiliki aktivitas
dan keterampilan dalam melakukan
gerakan-gerakan. Hal ini didukung
pula oleh penddapat seorang ahli yang
Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324
Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1252
mengemukakan bahwa bentuk tabuh atau proporsi tubuh merupakan salah
satu penentu dalam pencapaian prestasi
yang maksimal (Soeharno HP, 1985:
8). Sementara itu, Engkos Kosasih
(1990: 7) mengemukakan pula bahwa
seorang yang mempunyai badan yang
tinggi jangkauannya akan lebih baik
dibandingkan dengan seseorang yang
mempunyai badannya pendek. Hal ini
terbukti pula dari hasil penelitian ini
bahwa nilai r hitung yang diperoleh
adalah o,5219 lebih besar dari r-tabel
sebesar 0,355 dengan taraf signifikan
5%.
Namun demikian tinggi badan
bukanlah jaminan dan bukanlah satu-
satunya faktor yang dapat
mempengaruhi ketepatan dalam
melakukan servis atas, karena masih
ada faktor-faktor lainnya seperti: faktor
latihan, faktor stamina, faktor gizi,
faktor sarana dan prasarana dan bahkan
faktor keturunan (hereditas). Kita bisa
membayangkan apabila hanya
mengandalkan postur tubuh (tinggi
badan) saja tampa adanya faktor-faktor
tersebut di atas. Sebagai contoh faktor
latihan, dimana seseorang yang kurang
atau tidak melakukan latihan secara
terprogram atau kontinyu mustahil akan
mencapai ketepatan dalam melakukan
servis atas dalam permainan bola voli.
Tetapi dalam hal ini penulis
hanya meneliti sejauh mana tinggi
badan dapat mempengaruhi ketepatan
servis atas dalam permainan bola voli,
dari hasil penelitian seperti telah
diuraikan di ataas terbukti bahwa tinggi
badan dapat mempengaruhi ketepatan
servis atas dalam permainan bola voli.
SIMPULAN
Kesimpulan dalam penelitian ini
“Ada pengaruh tinggi badan terhadap
ketepatan servis atas dalam permainan
bola voli pada siswa kelas VII Putra
SMP Negeri 5 Mataram Tahun
Pelajaran 2009/2010”.
DAFTAR PUSTAKA
Alwi Hasan, 2001, Kamus Besar
Bahasa Indonesia Edisi III, Balai
Pustaka, Jakarta.
Arikunto Suharsimi, 2002, Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan
Praktis, Rineka Cipta, Jakarta.
Dian Aksara, 2008, Sejarah Cabang-
Cabang Olahraga, PT Kiara
Alifiani, Jakarta.
Hadi Sutrisno, 2002, Statistik Jilid II
Cetakan ke-17, Andi Offiset,
Yogyakarta.
Hasan, 1991, Buku Penelitian Event
Gabungan Atletik, Stadio Madiya,
Jakarta.
Kosasih Engkos, 1990, Pendidikan
Jasmani dan Kesehata, Penerbit
Erlangga, . Jakarta.
Krisdalaksana, 1999, Kamus Umum
Bahasa Indonesia, Balai Pustaka,
Jakarta.
Margono Surachman, 2004, Metodologi
Penelitian, Aneka Cipta, Jakarta.
Nasution, 2000, Metode Research,
Penerbit Bumi Aksara, Jakarta.
Nazir Muhammad, 2001, Metode
Penelitian, Ghalia, Indonesia.
Nurhasan, 2001, Konsep Dasar Tes dan
Pengukuran dalam Pendidikan
Jasmani: Prinsip-Prinsip dan
Penerapannya, Indonesia
Universitas, Jakarta.
Purwanto Ngali, 2004, Prinsip-Prinsip
Evaluasi Pengajaran,
Rosdakarya, Bandung.
Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324
Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1253
Sudjana Nana, 2004, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, Sinar
Baru, Bandung.
Sugiyono, 1999, Metode Penelitian
dalam Pendidikan, Alfabeta,
Bandung.
Suhadi Ibnu, 2003, Dasar-Dasar
Metodologi Penelitian,
Universitas, Malang.
Syarifuddin, 1997, Pendidikan Jasmani
dan Kesehatan, PT Gramedia,
Jakarta.
Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324
Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1254
MENINGKATKAN KETERAMPILAN TEKNIK-TEKNIK DALAM
PERMAINAN BOLA VOLI PADA SISWA KELAS V DI SDN PANDA
KABUPATEN BIMA MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI
Sri Lastuti, S.Pd. Si., M.Pd. 1)
Siti Maani, S.Pd.2)
,
STKIP Taman Siswa Bima1)
, Penjaskes Rek STKIP Taman Siswa Bima2)
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan penguasaan teknik-teknik bermain
voli pada siswa kelas V di SDN Panda menggunakan metode demonstrasi. Jenis penelitian
ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan secara kolaboratif partisipatif
dengan guru wali kelas V di SDN Panda Kabupaten Bima. Subyek penelitian ini adalah
siswa kelas V di SDN Panda sejumlah 41 orang siswa. Teknik pengumpulan data pada
penelitian ini menggunakan teknik observasi, dokumentasi, catatan lapangan dan tes. Data
yang diperoleh dalam penelitian ini berupa data kualitatif dan data kuantitatif. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa metode demonstrasi dapat meningkatkan penguasaan
teknik-teknik bermain voli siswa sebesar 5,33%% yaitu pada siklus I sebesar 75,60% dan
pada siklus II meningkat menjadi 80,93%. Sebagai data pendukung, perolehan nilai rata-
rata siswa juga mengalami peningkatan sebesar 4.36, yaitu siklus I rata-rata kelasnya
adalah 77,78 dan siklus ke 2 rata-rata kelasnya adalah 82,14. Selain itu pemberian materi
tentang penguasaan teknik-teknik bermain voli dengan metode demonstrasi menunjukkan
peningkatan dalam hal ketuntasan belajar dari setiap siklusnya yaitu siklus I 90%
meningkat menjadi 90,25%. Dengan demikian penggunaan demonstrasi dapat membantu
meningkatkan penguasaan teknik-teknik bermain voli SDN Panda Kabupaten Bima.
Kata kunci: Teknik-teknik bermain voly , metode demonstrasi
IMPROVING SKILLS TECHNIQUES IN THE GAME BALL IN VOLLEYBALL
CLASS V IN SDN PANDA BIMA REGENCY USING DEMONSTRATION
Abstract
This study aims to improve the mastery of the techniques of playing volleyball in
the fifth grade students at SDN Panda using a method of demonstration. This type of
research is a classroom action research conducted collaboratively participatory V
homeroom teacher at SDN Panda Bima. The subjects of this study is the fifth grade
students at SDN Panda number of 41 students. Data collection techniques in this study
using observation, documentation, field notes and tests. The data obtained in this study a
quantitative and qualitative data. The results showed that the method of demonstration can
improve the mastery of the techniques of playing volleyball at 5.33 %% students are in the
first cycle of 75.60% and the second cycle increased to 80.93%. As supporting data, the
acquisition value of the average students also increased by 4:36, the first cycle the average
class is 77.78 and cycle to 2 average class is 82.14. Besides the provision of material about
the mastery of the techniques of playing volleyball with the method of demonstration
showed an increase in terms of mastery learning of each cycle is the first cycle of 90%
increased to 90.25%. Thus the use of demonstration can help improve the mastery of the
techniques of playing volleyball SDN Panda Bima.
Keywords: The techniques of playing volleyball, method of demonstration
Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324
Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1255
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan cara yang
srategis untuk mencetak sumber daya
manusia (SDM) yang berkualitas.
Sumber daya manusia yang berkualitas
akan membawa pada kemajuan bangsa
terutama dalam menjadikan masyarakat
madani. Sehingga dengan adanya
pendidikan yang bermutu maka semua
hal yang berhubungan dengan masalah
pendidikan akan cepat terselesaikan.
Salah satu Pendidikan yang
mengarahkan pada perkembangan
perkembangan keseluruhan aspek
manusia adalah pendidikan jasmani.
Pendidikan jasmani hakikatnya
adalah proses pendidikan yang
memanfaatkan aktivitas fisik untuk
menghasilkan perubahan holistik dalam
kualitas individu baik secara jasmani dan
rohani. Sehingga pendidikan jasmani
merupakan salah satu pendidikan yang
sangat penting dan utama untuk
kemajuan suatu bangsa.
Pendidikan jasmani memiliki
peran yang sangat penting dalam
mengintensifikasi penyelenggaraan
pendidikan sebagai suatu proses
pembinaan manusia yang berlangsung
seumur hidup. Pendidikan jasmani
memberikan kesempatan pada siswa
untuk terlibat langsung dalam aneka
pengalaman belajar melalui aktivitas
jasmani, bermain, dan berolahraga yang
dilakukan secara sistematis ,terarah dan
terencana. Pembekalan pengalaman
belajar itu diarahkan untuk membina,
sekaligus membentuk gaya hidup sehat
dan aktif sepanjang hayat. Badan
Standart Nasional Pendidikan (2006:729)
menyatakan bahwa: “Pendidikan
jasmani Olahraga dan Kesehatan
merupakan bagian integral dari
pendidikan secara keseluruhan, bertujuan
untuk mengembangkan aspek kebugaran
jasmani,keterampilan gerak,
keterampilan berfikir kritis, keterampilan
sosial, penalaran, stabilitas
emosional,tindakan moral, aspek pola
hidup sehat dan pengenalan lingkungan
bersih melalui aktivitas jasmani, olahraga
dan kesehatan terpilih yang direncanakan
secara sistematis dalam rangka mencapai
tujuan pendidikan nasional”.
Hakekatnya pendidikan jasmani
tidak hanya untuk mengembangkan
badan tetapi juga untuk mengajarkan
perilaku sosial, kebudayaan, dan
menghargai etika serta mengembangkan
kesehatan mental– emosional
(adisasmita, 1989:2) selain itu
adisasmita juga berpendapat bahwa
kegiatan jasmani tertentu yang dipilih
dapat membentuk sikap/ membentuk
karakter yang Permainan bola voli.
Permainan Bola voli merupakan
permainan beregu yang dimainkan oleh
dua regu dengan jumlah pemain masing-
masing adalah sejumlah enam orang dan
ditambah cadangan sejumlah enam
orang. Permainan bola voli sangat mudah
dilakukan, menyenangkan dan bisa
dilakukan dimana saja.
Pendidikan jasmani yang
diberikan di sekolah, khususnya untuk
materi bola voli mengharuskan pihak
sekolah mempunyai peran dan tanggung
jawab yang tinggi. Dalam hal ini guru
pendidikan jasmani harus mempunyai
inovasi– inovasi untuk melaksanakan
pembelajaran pendidikan jasmani guna
mencapai tujuan pembelajaran yang
diharapkan. Kenyataan yang ada di
lapangan ternyata tidak sesuai dengan
harapan, karena para siswa yang berada
di bangku SD ternyata sebagian besar
belum bisa bermain bola voli terutama
tehnik dasarnya Hal ini bisa dilihat dari
kenyataan yang ada di lapangan bahwa
dalam satu kelas, sejumlah 40 siswa yang
bisa bermain bola voli dengan baik
terutama teknik dasarnya cuma 2 – 4
siswa ( 5 – 10 % ). Padahal dalam
permainan bola voli, yang paling pokok
adalah siswa bisa menguasai teknik
dasarnya, yaitu : passing, servis, smash
Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324
dan block. Paling tidak siswa bisa
passing bawah dan passing atas plus
servis bawah. Hal tersebut selain
dipengaruhi oleh lingkungan keluarga
dimana peserta didik tersebut tinggal,
permasalahan tersebut juga dipengaruhi
oleh pendidikan jasmani yang diberikan
di sekolah.
Keberhasilan dalam belajar
terlihat dari siswa yang berprestasi.
Keberhasilan siswa dalam belajar tidak
terlepas dari pendekatan yang digunakan
oleh guru yang mampu memberi
motivasi dan dapat menciptakan iklim
belajar yang harmonis, kondusif,
menyenangkan dan mampu memberi
semangat kepada siswa.
Rendahnya prestasi belajar
dipengaruhi beberapa faktor, baik faktor
internal maupun eksternal siswa itu
sendiri. Faktor internal antara lain minat
siswa, bakat, motivasi dan intelegensi
sedangkan faktor eksternal antara lain
metode belajar, fasilitas, media, proses
belajar baik di sekolah maupun luar
sekolah. Seseorang akan berhasil dalam
belajar kalau pada dirinya sendiri ada
keinginan untuk belajar.
Penggunaaan strategi belajar
dimaksudkan untuk dapat meningkatkan
teknik dalam bermain bola voli dengan
menggunakan metode yang berfariatif.
Berdasarkan pemaparan permasalahan
tersebut, maka diperlukan suatu metode
pembelajaran yang bervariatif yang dapat
meningkatkan keterampilan teknik-
teknik dalam permainan bola voli di
SDN Panda yaitu dalam hal ini dengan
menggunakan metode demonstrasi.
Metode demonstrasi adalah metode
penyampaian informasi dengan
memperagakan/ mempraktekan
informasi yang hendak disampaikan.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang dilakukan
adalah penelitian tindakan kelas yang
dilaksanakan di SDN Panda. Peran guru
disini adalah sebagai observer,
sedangkan peneliti sebagai pengajar dan
perancang pembelajaran. Guru wali kelas
dilibatkan sejak proses perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan, hingga
refleksi. Penelitian ini bermaksud untuk
meningkatkan kecepatan dan kelincahan
belajar bola vali siswa kelas V di SDN
Panda dengan cara menggunakan metode
demonstrasi.
Adapun rancangan penelitian
dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar : Desain Penelitian
Dari Gambar di atas dijelaskan
bahwa penelitian ini dilaksanakan dalam
dua siklus. Sebelum melaksanaan siklus
I, peneliti melakukakan perencanaan,
kemudian tahap pelaksanaan kemudian
dilanjutkan dengan pengamatan.
Selanjutnya melakukan refleksi dengan
tujuan untuk mengevaluasi penelitian
yang telah dilakukan. Karena pada siklus
pertama belum mendapatkan hasil sesuai
dengan tujuan penelitian yang sudah di
tetapkan maka dilanjutkan pada siklus ke
2, demikian seterusnya hingga tujuan
penelitian tercapai.
Subyek penelitian ini adalah
siswa kelas V di SDN Panda sejumlah
41 orang siswa. Adapun objek penelitian
ini adalah keseluruhan proses dan hasil
selama dilaksanakan penelitian.
Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah lembar observasi,
catatan lapangan, pedoman wawancara,
dokumentasi dan tes. Lembar observasi
digunakan sebagai panduan dalam
melakukan observasi atau pengamatan di
lapangan. Observasi yang dilakukan
dalam penelitian ini adalah melakukan
Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1256
Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324
pengamatan secara langsung dan
pencatatan mengenai proses
pembelajaran bola voli menggunakan
metode demonstrasi untuk meningkatkan
teknik-teknik bermain voly
Catatan lapangan merupakan
instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini untuk mendokumentasikan
proses pembelajaran sehingga
mempermudah dalam evaluasi
pelaksanaan pembelajaran dan sebagai
acuan dalam penyusun laporan.
Instrumen berupa pedoman wawancara
disusun untuk menanyakan dan
mengetahui hal-hal yang tidak dapat atau
kurang jelas diamati pada saat observasi.
Selain itu wawancara juga bertujuan
untuk mempermudah peneliti dalam
melakukan tanya jawab tentang
bagaimana tanggapan siswa terhadap
pembelajaran yang dilaksanakan.
Instrumen lain dalam penelitian
ini adalah Instrumen dokumentasi yang
digunakan untuk memperkuat data yang
diperoleh, memberikan gambaran secara
kongkrit mengenai kegiatan siswa pada
saat pembelajaran. Adapun instrumen
angket digunakan untuk memperkuat
data peningkatan kecepatan dan
kelincahan belajar bola voli siswa yang
telah diperoleh berdasarkan lembar
observasi serta catatan lapangan terutama
mengenai respon siswa terhadap
pembelajaran bola voli dengan
menggunakan metode demonstrasi.
Instrumen tes digunakan untuk
mengetahui peningkatan pemahaman
siswa terhadap materi yang diajarkan dan
juga untuk melihat ketuntasan belajar
siswa digunakn soal tes.
Data yang diperoleh dalam
penelitian ini berupa data kuantitatif dan
data kualitatif. Data kualitatif diperoleh
berdasarkan hasil observasi dan catatan
lapangan. Adapun data teknik-teknik
bermain voly diperoleh dari observasi
yang dilakukan oleh observer
berdasarkan pedoman observasi yang
telah disusun. Lembar observasi berupa
lembar check list yang mencentang
aktivitas apa saja yang dilakukan siswa
selama proses pembelajaran.
Adapun catatan lapangan dan
dokumentasi digunakan untuk menulis
kegiatan apa saja yang dilakukan siswa
selama proses pembelajaran. Instrumen
lain dalam penelitian ini adalah
dokumentasi yang digunakan untuk
memperkuat data yang diperoleh,
memberikan gambaran secara kongkrit
mengenai kegiatan siswa pada saat
pembelajaran. Dan untuk mengetahui
peningkatan pemahaman siswa terhadap
materi yang diajarkan dan juga untuk
melihat ketuntasan belajar siswa
digunakn soal tes.pembelajaran.
Sedangkan analisis data kuantitatif
meliputi analisis data hasil observasi
pembelajaran. Data tentang teknik-teknik
bermain voly diperoleh dari hasil
pengamatan, catatan lapangan dan
dokumentasi.
HASIL PENELITIAN
Pelaksanaan tindakan pada
siklus 1 dilaksanakan pada tanggal 15
Mei s/d 22 Mei 2014 di kelas V dengan
jumlah siswa sebanyak 41 siswa. Pada
proses tindakan ini peneliti bertindak
sebagai pengajar. Adapun proses
tindakan mengacu pada rencana
pelajaran yang telah dipersiapkan
sebelumnya. Ketika tindakan
berlangsung pengamatan (observasi)
dilaksanakan bersamaan dengan
pelaksanaan belajar mengajar.
Setiap siklus dilakukan dua kali
tatap muka dengan alokasi waktu 2 x 45
menit pada setiap tatap muka. Setiap
siklus pembelajaran penjas diberikan
teori dan praktek bola voli dengan
menggunakan metode demonstrasi.
Setiap siklus terdapat kegiatan yang
meliputi perencanaan tindakan,
pelaksanaan tindakan, observasi serta
refleksi.
Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1257
Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324
Adapun kegiatan yang di
lakukan guru yaitu: Adapun kegiatan
yang di lakukan guru antara lain: 1)
Menyusun rencana pembelajaran untuk
siklus I, 2) membuat lembar observasi,
3) membuat lembar angket untuk siklus
I, 4) Membuat soal tes evaluasi untuk
siklus I. 5) Menyiapkan sarana prasarana
penunjang pembelajaran yang berkaitan
dengan teori dan praktek dalam bermain
bola voli seperti bola voly, net dan
pengkondisian lapangan.
Pada tahap tindakan,
pelaksanaan tindakan penelitian dapat
digambarkan sebagai berikut: 1)
memberikan motivasi kepada siswa
untuk siap melakukan permainan voly, 2)
guru memberikan informasi kepada
siswa mengenai tujuan pembelajaran dan
materi yang akan di ajarkan pada
pertemuan tersebut, kemudian
dilanjutkan dengan 3) membagi siswa
dalam dua kelompok besar, 4)
menjelaskan langkah-langkah untuk
dalam bermain bola voli bersama siswa,
5) mendemonstrasikan langkah-langkah
untuk dalam bermain bola voli bersama
siswa, embimbing siswa mendiskusikan
hasil kegiatan dalam kelompok, 6) siswa
melakukan praktek bola voli dengan
memperagakan teknik-teknik yang
didemontrasikan oleh guru.
Diakhir pembelajaran kegiatan
yang dilakukan guru melakukan
penilaian tes formatif dan psikomotor
dari permainan bola voli yang dilakukan
siswa, menuntun siswa untuk menarik
kesimpulan dari pelajaran yang telah
diikuti, dan terakir membaca doa
penutup pembelajaran bersama-sama.
Adapun aspek yang dinilai pada
tindakan siklus I yaitu teknik-teknik
melakukan passing atas dan set up bola,
mempraktekkan cara teknik-teknik
passing Bawah Atrau Onderhand bola.
Berdasarkan pelaksanaan siklus I
tersebut, diperoleh persentase teknik-
teknik bermain voly siklus I yang
disajikan pada Tabel 1 berikut:
Tabel 1. Penguasaan Teknik-
teknik Permain Voly Siklus I
Pertemuan Ke- Persentase
I 75,05 %
II 75,55 % Rata-rata 75,60%
Dari Tabel 1 diperoleh bahwa
persentase penguasaan teknik-teknik
bermain voly kelas V SDN Panda pada
pertemuan pertama siklus I dengan
metode demonstrasi sebesar 75,05%.
sedangkan untuk pertemuan kedua
75,55%. Itu artinya secara rata-rata
penguasaan teknik-teknik bermain voly
pada siklus I mencapai 75,60 %.
Selain itu, pada siklus I juga
diperoleh data ketuntasan belajar siswa
yang diperoleh dari tes yang diberikan
oleh guru di akhir siklus. Ketuntasan
belajar dilihat dari nilai yang diperoleh
siswa minimal 71. Dari tes tersebut nilai
rata-rata kelas yang diperoleh siswa
sebesar 77,78. Adapun persentase
ketuntasan belajar siswa pada siklus I
menggunakan metode demonstrasi
disajikan pada Tabel 2 berikut:
Tabel 2. Hasil Ketuntasan Belajar Siswa
Siklus I
A = 85 – 100 10 24,39%
B = 71 – 84 21 51,21 %
C = 60 – 70 5 4,75%
D = 40 – 59 4 12,19%
E = 00 – 39 1 2.43%
Jumlah 41 100 %
Dari Tabel 2 diperoleh hasil
ketuntatasan belajar pada siklus I yaitu,
siswa dengan rata-rata 85-100 sebanyak
21,39 % sedangkan untuk rata-rata 71-84
sekitar 51,21%. Sedangkan lainya berada
pada rata-rata di bawah 71 yaitu
sebanyak 19,07 %. Artinya siswa yang
tuntas belajar mencapai 80,93 % atau
sebanyak 31 siswa. Sedangkan siswa
Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1258
Nilai Persentse
Rata-Rata Jumlah
(%)
Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324
yang belum tuntas atau yang mendapat
nilai di bawah KKM yaitu 19,07% atau
sebanyak 10 siswa.
Selama pelaksanaan tindakan
berlangsung, dilakukan pengamatan dan
pencatatan oleh observer dengan
menggunakan lembar observasi dan
catatan pendukung. Untuk memudahkan
pelaksanaanya, maka observer
mengambil tempat duduk pada bagian
yang paling belakang sambil mengisi
lembar observasi yang telah disediakan.
Hal- hal yang dicatat selama
berlangsungnya kegiatan observasi
adalah lembar observasi tentang aktivitas
belajar IPS siswa pada materi pokok
keragaman budaya nasional.
Berdasarkan keseluruhan
tindakan siklus I yang meliputi
perencanaan dan pelaksanaan tindakan
serta hasil observasi yang dilakukan
selama tindakan siklus I dilakukan
tindakan hasil refleksi. Guru dan
observer melakukan hasil pelaksanaan
tindakan. Adapun permasalahan-
permasalahan yang dihadapi dan perlu
dicari penyelesaianya antara lain: 1)
sebelum memasuki pokok bahasan
teknik-teknik dalam bermain voly
hendaknya guru memotivasi siswa agar
siswa memiliki keinginana yang lebih
dalam mengikuti pembelajaran yang
diajarkan, 2) penyampaian tujuan
pembelajaran perlu dimaksimalkan.
Pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar pada siklus I ini masih terdapat
kekurangan, sehingga perlu adanya refisi
sebagai perbaikan pada siklus
berikutnya. 1) guru perlu lebih terampil
dalam memotivasi siswa, 2) guru lebih
memperjelas penyampaian tujuan
pembelajaran . Dimana siswa diajar
untuk terlibat langsung dalam setiap
kegiatan yang akan dilakukan. 3) guru
perlu mendistribusikan waktu secara baik
dengan menambahkan informasi-
informasi yang dirasa perlu dan memberi
catatan, 4) guru harus lebih terampil dan
bersemangat dalam mendemonstrasikan
teknik-teknik dalam permainan bola voli
sehingga siswa lebih antusias dalam
mengikuti pembelajaran yang
berlangsung.
Pada tahap tindakan,
pembelajaran tindakan siklus II
merupakan kelanjutan dari tindakan
siklus I. Materi yang diajarkan pada
pertemuan siklus ke II yaitu tentang
bentuk-bentuk keberagaman budaya
setempat. Kegiatan pembelajaran pada
siklus II ini dilaksanakan sebanyak dua
kali pertemuan. Pelaksanaan
pembelajaran pada siklus II berdasarkan
hasil refleksi pada siklus I dimana
menunjukan hasil belum mencapai target
yang diinginkan atau standar minimal
yang telah ditetapkan. Kegitan
pembelajaran pada siklus II dilaksanakan
seperti pada siklus I dengan memperbaiki
hal-hal yang diperoleh dari hasil refleksi
atau evaluasi.
Berdasarkan pelaksanaan siklus
II diperoleh persentase penguasan teknik
permainan bola voly siswa seperti pada
Tabel 3 berikut:
Tabel 3. Penguasaan Teknik-
teknik Permain Voly Siklus II
Pertemuan Ke- Persentase
I 85 %
II 95 % Rata-rata 90%
Dari Tabel 3 diperoleh bahwa
persentase penguasaan teknik-teknik
bermain voly kelas V SDN Panda pada
pertemuan pertama siklus II
menggunakan metode demonstrasi
mencapai 85 %, sedangkan untuk
pertemuan kedua 90%. Sehingga secara
rata-rata teknik-teknik bermain voly pada
siklus II mencapai 90%.
Selain itu, pada siklus II juga
diperoleh data ketuntasan belajar siswa
yang diperoleh dari tes yang diberikan
oleh guru di akhir siklus dimana dari tes
tersebut nilai rata-rata kelas yang
diperoleh siswa sebesar 82,14. Adapun
Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1259
Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324
Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1260
persentase ketuntasan belajar siswa pada
siklus I menggunakan metode
demonstrasi disajikan pada Tabel 5
berikut:
Tabel 4. Hasil Ketuntasan Belajar Siswa
Siklus II
Nilai Rata-Rata Jumlah Persentse (%)
A = 85 – 100 15 36,58%
B = 71 – 84 22 53,65 %
C = 60 – 70 4 9,75%
D = 40 – 59 0 0%
E = 00 – 39 0 0%
meningkatnya nilai tes yang diperoleh
siswa dari siklus I hingga siklus II.
Adapun peningkatan pencapaian nilai
perolehan siswa tersebut yaitu pada
siklus I dan II diperoleh persentase
pencapaian siswa yaitu pada siklus I
secara klasikal sebesar 75,60 dan pada
siklus II meningkat menjadi 80,93. Hal
ini menunjukan bahwa penggunaan
metode demonstrasi bagus digunakan
sebagai solusi untuk meningkatkan
keterampilan terkait teknik-teknik dalam
Jumlah 41 100% bermain voly bagi siswa kelas V di SDN
Dari Tabel 4 diperoleh hasil
ketuntatasan belajar pada siklus I yaitu,
siswa dengan rata-rata 85-100 sebanyak
336,58 % sedangkan untuk rata-rata 71-
84 sekitar 53,65%. Sedangkan lainya
berada pada rata-rata di bawah 71 yaitu
sebanyak 9,75 %. Dengan demikian
ketuntasan belajar siswa mencapai
90.23% atau sebanyak 37 siswa,
sedangkan siswa yang belum tuntas
sebanyak 4 orang siswa atau sebesar
9.75%.
Berdasarkan keseluruhan
tindakan siklus II yang meliputi
perencanaan dan pelaksanaan tindakan
serta hasil observasi yang dilakukan
selam tindakan siklus II dapat dilakukan
hasil refleksi. Dari hasil refleksi pada
siklus II bahwa proses pembelajaran
menunjukan hasil yang sangat baik dan
optimal. Hal ini dapat dilihat dari siswa
semakin aktif selama proses belajar
mengajar berlangsung. Kekurangan pada
siklus sebelumnyan sudah mengalami
perbaikan dan peningkatan sehinga
menjadi lebih baik dan hasil belajar
siswa pada siklus II mencapai
ketuntasan.
PEMBAHASAN
Hasil penilitian ini menunjukkan
bahwa pembelajaran dengan
menggunakan metode demonstrasi dapat
meningkatkan keterampilan siswa dalam
teknik-teknik bermain bola voli. Hal ini
ditunjukan dengan semakin
Panda.
SIMPULAN
Metode demonstrasi dapat
meningkatkan penguasaan teknik-teknik
bermain voli siswa sebesar 5,33%%
yaitu pada siklus I sebesar 75,60% dan
pada siklus II meningkat menjadi
80,93%. Sebagai data pendukung,
perolehan nilai rata-rata siswa juga
mengalami peningkatan sebesar 4.36,
yaitu siklus I rata-rata kelasnya adalah
77,78 dan siklus ke 2 rata-rata kelasnya
adalah 82,14. Selain itu pemberian
materi tentang penguasaan teknik-teknik
bermain voli dengan metode demonstrasi
menunjukkan peningkatan dalam hal
ketuntasan belajar dari setiap siklusnya
yaitu siklus I 90% meningkat menjadi
90,25%. Dengan demikian penggunaan
demonstrasi dapat membantu
meningkatkan penguasaan teknik-teknik
bermain voli SDN Panda Kabupaten
Bima.
SARAN
Saran dari penelitian ini antara
lain: 1) Perlu adanya penelitian yang
lebih lanjut, karena hasil penelitian ini
hanya dilakukan di SDN Panda
Kecamatan Palibelo Kabupaten Bima
Tahun pelajaran 2013 /2014. 2) Untuk
penelitian yang serupa hendaknya
dilakukan perbaikan agar diperoleh hasil
yang lebih baik.
Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324
Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1261
DAFTAR PUSTAKA
Asri Budiningsih, C. (2005). Belajar
dan pembelajaran. Jakarta: PT
Rineka Cipta
Depdiknas. (2005). Peraturan
Pemerintah RI Nomor 19, Tahun
2005, tentang Standar Nasional
Pendidikan.
Depdiknas. (2009). Peraturan
Pemerintah RI Nomor 41, Tahun
200, tentang Standar Proses
Pendidikan.
Djemari Mardapi. (2008). Teknik
GBS.2007.kamus lengkap Biologi.
Jakarta: GBS Jakarta.
Wina Sanjaya. (2009). Kurikulum dan
pembelajaran: Teori dan praktik
pengembangan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP).
Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.
Zuriah, Nurul. 2001. Penelitian tindakan
kelas (Action Research) dalam
bidang pendidikan (Ed. Revisi).
Malang: Universitas Negeri
Malang
penyusunan instrumen tes dan non .http://id.wikipedia.org/wiki/Bola
tes. Yogyakarta: Mitra Cendekia
Press.
Volly_. diakses pada tanggal 9
April 2014 pukul 19.00.
Ida Bgus Putu Aryana. (2004). .http://id.wikipedia.org/wiki/ Pengembangan perangkat
pembelajaran yang berdasarkan
masalah yang dipadu dengan
strategi kooperatif. Malang: UNM
Nana Sudjana.2005. Penilai hasil proses
belajar mengajar. Bandung: PT
Remaja rosdakarya.
Suharsimi arikunto .2008. Penelitian
tindakan kelas: Jakarta. Bumi
aksara.
Sri Lastuti. 2010. Peningkatan motivasi
dan aktivitas belajar biologi siswa
melalui problem based laerning
(PBL) dengan metode eksplorasi
pada materi pokok
keanekaragaman hayati untuk
siswa kelas x di sma n 1 godean
sleman yogyakarta tahun ajaran
2009/2010. Skripsi, Tidak
dipublikasikan, Universitas Negeri
Yogyakarta, Yogyakarta.
Suharsimi Arikunto & Cepi Safruddin
Abdul Jabar. (2009). Evaluasi
program pendidikan: Pedoman
teoretis bagi mahasiswa dan
praktisi pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.
Surahman. (1998). Pengembangan
bahan ajar. Yogyakarta: Ikip
Yogyakarta. Tim
Teknik-teknikBola Volly_. diakses
pada tanggal 29 April 2014 pukul
19.00.
Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324
Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1262
SURVEI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI
SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 5 WOHA DALAM MENGIKUTI
MATA PELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI
Shutan Arie Shandi
Dosen prodi penjaskesrek STKIP Taman Siswa Bima
email. [email protected]
ABSTRAK
Permasalahan penelitian adalah seberapa tinggi faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi siswa kelas VIII dalam mengikuti pelajaran pendidikan
jasmani di SMPN 5 Woha Tahun Pelajaran 2015/2016. Maka penelitian ini
ditujukan untuk mengetahui seberapating faktor-faktor yang mempengaruhi
motivasi siswa kelasVIIIdalam mengikuti pelajaran pendidikan jasmanidi SMPN
5 Woha.
Populasi yang diambil adalah siswa kelas VIII SMPN 5 Woha sejumlah
115 siswa. Pengambilan sampel menggunakan teknik random sampling, yaitu
mengambil secara acak 50 siswa sampel. Selanjutnya data yang terkumpul
dianalisis menggunakan skala motivasi dan deskriptif persentase dan hipotesis
diuji dengan analisis regresi linear.
Dari hasil penelitian disimpulkan motivasi siswa kelas VIIISMPN 5 Woha
Tahun Pelajaran 2015/2016 dalam kategori tinggi. Jika dirinci, faktor intrinsik
92% mempengaruhi motivasi, sedangkan faktor ekstrinsik 96%. tingginya
pengaruh faktor intrinsik disebabkan derajat kesehatan siswa yang tinggi sebesar
94%), perhatian sebesar 82,7%,minat sebesar 78,7%,sertabakatsebesar 75%.
Faktor ekstrinsik tinggi karena metode mengajar guru memiliki variasi yang
tinggiyaitu 82%, dukungan alat pelajaran sebesar 77,3%, waktu pelajaran memiliki
kesesuaian dengan kondisi siswa 92% serta kondisi lingkungan memiliki
dukungan 96%.
Berdasarkan kesimpulan, penulis menyarankan : 1) Bagi siswa hendaknya
dapat mempertahankan motivasinya. 2) Bagiguru hendaknya dapat
mempertahankan metode mengajarnya dan selalu berinovasi dalam mengajar. 3)
Bagi sekolah diharapkan untuk senantiasa berusaha meningkatkan sarana dan
prasarana dalam mata pelajaran penjas seiring dengan perkembangan teknologi
pendidikan jasmani saat ini.
Kata Kunci: Motivasi; Pendidikan Jasmani; Minat; Bakat
PENDAHULUAN
Di Indonesia, mata pelajaran
jasmani beberapa kali berganti nama.
Nama terakhir adalah Pendidikan
Jasmani tanpa ditambah kesehatan.
Perubahan nama ini tidak berarti menghilangkan perhatian terhadap
kesehatan siswa. Kesehatan siswa
tetap menjadi perhatian utama, tetapi
kesehatan siswa merupakan dampak
Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324
Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1263
dari pendidikan jasmani. Nama pendidikan jasmani lebih
menegaskan bahwa mata pelajaran
ini menggunakan aktivitas jasmani
sebagai media untuk tujuan
pembelajarannya. (Depdikbud,
2003:2).
Melalui pendidikan jasmani
diharapkan kesehatan siswa tetap
terjaga. Seorang siswa yang
mempunyai tingkat kesehatan
jasmani yang baik akan dengan
mudah melakukan aktivitas belajar
dengan lancar. Dengan demikian
motivasi mengikuti pelajaran akan
meningkat karena jasmani yang baik.
Sedangkan motivasi itu sendiri
menurut Oemar Hamalik (2005:106),
adalah suatu perubahan energi dalam
diri (pribadi) seseorang yang ditandai
dengan timbulnya perasaan dan
reaksi untuk mencapai tujuan.
Motivasi mendorong seseorang
melakukan sesuatu untuk mencapai
tujuan yang ingin dicapainya.Disini
motivasi adalah sangat penting,
motivasi merupakan konsep yang
menjelaskan alasan seseorang
berperilaku. Apabila terdapat dua
anak yang memiliki kemampuan
sama dan memberikan peluang dan
kondisi yang sama untuk mencapai
tujuan, kinerja dan hasil yang dicapai
oleh anak yang termotivasi akan
lebih baik dibandingkan dengan anak
yang tidak termotivasi. Motivasi
menentukan tingkat berhasil atau
gagalnya kegiatan belajar siswa.
Belajar tanpa motivasi sulit untuk
mencapai keberhasilan secara
optimal (Oemar Hamalik, 2005:108).
Hal ini dapat diketahui dari
pengalaman dan pengamatan sehari-
hari. Secara sederhana dapat
dikatakan bahwa apabila anak tidak memiliki motivasi belajar, maka
tidak akan terjadi kegiatan belajar
pada diri anak tersebut. Walaupun
begitu, hal itu kadang-kadang
menjadi masalah karena motivasi
bukanlah suatu kondisi. Apabila
motivasi anak itu rendah, umumnya
diasumsikan bahwa prestasi yang
bersangkutan akan rendah dan besar
kemungkinan ia tidak akan mencapai
tujuan belajar. Bila hal ini tidak
diperhatikan, tidak dibantu, siswa
gagal dalam belajar. (Catharina,
2004:112).
Pada kenyataannya motif setiap
orang dalam belajar dapat berbeda
satu sama lain. Ada siswa yang rajin
belajar karena ingin menambah ilmu
pengetahuan, adapula siswa yang
belajar karena takut dimarahi oleh
orang tua.Adanya perbedaan
motivasi tersebut dipengaruhi oleh
motivasi instrinsik yang muncul
dalam diri sendiri tanpa dipengaruhi
oleh sesuatu diluar dirinya. Dan
motivasi ekstrinsik yang muncul
dalam diri seseorang karena adanya
pengaruh dari luar seperti: guru,
orang tua dan lingkungan sekitar.
Seseorang yang motivasinya
besar akan menampakkan minat,
perhatian, konsentrasi penuh,
ketekunan tinggi, serta berorientasi
pada prestasi tanpa mengenal
perasaan bosan, jenuh apalagi
menyerah. Sebaliknya siswa yang
rendah motivasinya akan terlihat
acuh tak acuh, cepat bosan, mudah
putus asa dan berusaha menghindar
dari kegiatan. Dalam kaitannya
dengan kegiatan, motivasi erat
hubungannya dengan aktualisasi diri
sehingga motivasi yang paling
Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324
Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1264
mewarnai kebutuhan siswa dalam belajar adalah motivasi belajar untuk
mencapai prestasi yang tinggi.
Berdasarkan pengamatan saat
pengalaman di lapangan (PPL),
pendidikan jasmani merupakan mata
pelajaran yang paling ditunggu-
tunggu oleh siswa. Hal ini
dikarenakan siswa merasa jenuh dan
pikirannya sudah terlalu tegang
akibat melakukan proses belajar
mengajar di kelas. Biasanya
pelajaran yang dilakukan di dalam
kelas memerlukan konsentrasi yang
tinggi, suatu perhatian serius akan
melelahkan siswa dalam berpikir,
terutama mata pelajaran yang eksak
seperti: matematika, fisika, kimia,
dan biologi.
Tentunya mata pelajaran
tersebut di atas banyak memeras
pikiran didalam memahaminya
sehingga ketika akan ganti pelajaran
pendidikan jasmani siswa ingin
rasanya bel pergantian pelajaran
cepat-cepat berbunyi. Sewaktu bel
pergantian pelajaran berbunyi maka
siswa merasa senang, secara tidak
langsung siswanya langsung
mengganti pakaiannya dengan
pakaian olahraga dan langsung
menuju ke lapangan. Siswa akhirnya
melampiaskan kejenuhannya
kedalam pelajaran penjas akibatnya
mereka antusias dalam mengikuti
pelajaran penjas.
Dalam hal ini siswa termotivasi
mengikuti pelajaran penjas tentunya
disebabkan oleh beberapa faktor,
diantaranya: yang pastinya
pendidikan jasmani merupakan
masuk dalam kurikulum kelas VIII
SMP sebagai syarat untuk naik kelas
yang tercantum dalam nilai rapot.
Ada yang ingin mendapat nilai plus, ada yang ingin menjaga kesehatan
badan, ada juga yang menyalurkan
hobinya sehingga ingin menjadi
seorang atlet. Seseorang melakukan
aktivitas karena didorong oleh
adanya faktor-fakor, kebutuhan
biologis, insting dan mungkin unsur-
unsur kejiwaan yang lain serta
adanya pengaruh perkembangan
budaya manusia. (Sardiman A. M,
2006:77).
KAJIAN PUSTAKA
1. Pengertian Motivasi
Menurut Slameto (2003:170)
menyatakan bahwa motivasi adalah
suatu proses yang menentukan
tingkatan kegiatan, intensitas,
konsistensi, serta arah umum dari
tingkah laku manusia.Menurut
Dimiyati dan Mudjiono (2002:80)
motivasi adalah dorongan mental
yang menggerakkan dan
mengarahkan perilaku manusia,
termasuk perilaku belajar.Dalam
motivasi terkandung adanya
keinginan, harapan, kebutuhan,
tujuan, sasaran, dan insentif.Keadaan
inilah yang mengaktifkan,
menggerakkan, menyalurkan, dan
mengarahkan sikap dan perilaku
individu belajar.
Menurut Oemar Hamalik
(2005:106), motivasi adalah suatu
perubahan energi dalam diri (pribadi)
seseorang yang ditandai dengan
timbulnya perasaan dan reaksi untuk
mencapai tujuan.Menurut Sardiman
A. M. (2006:73), motivasi adalah
suatu perubahan energi dalam diri
seseorang yang ditandai dengan
munculnya ’’feeling’ dan didahului
dengan tanggapan terhadap adanya
tujuan.
Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324
Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1265
Istilah motivasi mengacu kepada faktor dan proses yang
mendorong seseorang untuk bereaksi
dalam berbagai situasi. Sedangkan
menurut RochmanNatawidjaya
(1979:78) menyatakan motivasi
adalah suatu proses untuk
menggiatkan motif-motif menjadi
perbuatan atau tingkah laku, yang
mengatur tingkah laku atau perbuatan
untuk memuaskan kebutuhan atau
menjadi tujuan.
Gambar 2.1. Proses Terjadinya
Motivasi (Rochman Natawidjaya,
1979:79)
Motivasi
Motif yang mendasari tingkah
laku manusia banyak jenisnya dan
dapat digolongkan berdasarkan latar
belakang perkembangannya, motif
dapat dibagi menjadi dua yaitu motif
primer dan sekunder. 1.) Motif primer
adalah motif bawaan, tidak dipelajari.
Motif ini timbul akibat proses
kimiawi fisiologik yang terdapat pada
setiap orang. 2.) Motif sekunder
adalah motif yang diperoleh dari
belajar melalui pengalaman. Motif
sekunder ini, oleh beberapa ahli
disebut juga motif sosial.Lidgren
menyatakan bahwa motif sosial
adalah motif yang dipelajari dan
bahwa lingkungan individu memegang peranan yang penting
(Darsono, 2000:62).
Menurut Bimo Walgito
(2003:224) menyatakan bahwa motif
dibagi menjadi dua yaitu motif
fisiologis dan motif sosial. 1.) Motif
fisiologis adalah dorongan yang
berkaitan dengan kebutuhan-
kebutuhan untuk melangsungkan
eksistensinya sebagai mahluh hidup.
Seperti ketika lapar ada dorongan
untuk makan, haus ada dorongan
untuk minum. Karena itu motif ini
sering disebut sebagai motif dasar
(basic motives) atau motif primer
(primery motives). 2.) Motif sosial
adalah motif yang mempelajari dalam
kelompok sosial (social group).
McClelland (lin. Morgan, dkk., 1984)
berpendapat bahwa motif sosial itu
dapat dibedakan dalam (1) motif
berprestasi (achievement motivation),
(2) motif kebutuhan afiliasi (need for
affiliation), (3) motif kebutuhan
berkuasa (need for power).
a. Motivasi Instrinsik
Motivasi instrinsik adalah
motivasi yang tercakup dalam situasi
belajar yang bersumber dari
kebutuhan dan tujuan-tujuan siswa
sendiri. Motivasi ini sering disebut
motivasi murni atau motivasi yang
sebenarnya, yang timbul dari dalam
diri peserta didik misalnya keinginan
untuk mendapat ketrampilan tertentu,
memperoleh informasi dan
pemahaman, mengembangkan sikap
untuk berhasil, menikmati kehidupan
secara sadar memberikan sumbangan
kepada kelompok, keinginan untuk
diterima oleh orang lain.
b. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah
Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324
Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1266
motivasi yang disebabkan oleh faktor-faktor dari luar situasi belajar,
seperti: angka, ijazah, tingkatan,
hadiah, medali, pertentangan dan
persaingan; yang bersifat negatif ialah
ejekan (ridicule) dan hukuman.
Motivasi ekstrinsik tetap diperlukan
di sekolah, sebab pembelajaran di
sekolah tidak semuanya menarik
minat, atau sesuai dengan kebutuhan
peserta didik.Ada kemungkinan
peserta didik belum menyadari
pentingnya bahan pelajaran yang
disampaikan oleh guru.Dalam
keadaan ini peserta didik
bersangkutan perlu dimotivasi agar
belajar. Guru berupaya
membangkitkan motivasi belajar
peserta didik sesuai dengan keadaan
peserta didik itu sendiri (Oemar
Hamalik, 2005:112).
Teori-teori Motivasi
Menurut Catharina (2004:120- 137) menyatakan bahwa teori-teori
motivasi dibagi menjadi 6 antara lain
sebagai berikut:
a. Teori Belajar Behavioral
Para pakar Behaviorisme
menyatakan bahwa tidak perlu
memisahkan teori belajar dengan
motivasi, karena motivasi merupakan
produk dari sejarah penguatan. Siswa
yang diperkuat untuk belajar akan
termotivasi untuk belajar, namun bagi
siswa yang tidak mendapatkan
penguatan dalam belajar maka anak
itu tidak termotivasi untuk belajar.
b. Teori Kebutuhan Manusia
Abraham Maslow merupakan
pakar teori kebutuhan manusia yang
menjelaskan konsep motivasi untuk
memenuhi berbagai kebutuhan.
Banyak kebutuhan dasar yang
semuanya harus dipenuhi, seperti
makan, rasa aman, cinta dan perawatan harga diri yang positif.
c. Teori Disonansi
Teori disonansi menyatakan
bahwa kebutuhan untuk
mempertahankan citra diri yang
positif merupakan motivator yang
sangat kuat. Kebanyakan perilaku
anak diarahkan pada upaya
pemenuhan standar personalnya.
Misalnya jika anak memiliki
keyakinan bahwa dirinya adalah anak
yang baik dan jujur, maka anak itu
akan berperilaku baik dan jujur
walaupun tidak ada anak lain yang
melihatnya.
d. Teori Kepribadian
Istilah motivasi umumnya
digunakan untuk menggambarkan
suatu dorongan kebutuhan atau
keinginan untuk melakukan sesuatu.
Anak pergi ke perpustakaan karena
ingin mencari buku yang dibutuhkan;
atau ingin memperoleh nilai yang
baik pada semua mata pelajaran agar
memperoleh rangking satu. Itulah
sebabnya istilah motivasi dapat
diterapkan pada perilaku di berbagai
situasi.
e. Teori Atribusi
Teori ini berupaya memahami
penjelasan dan alasan-alasan perilaku,
terutama apabila diterapkan pada
keberhasilan atau kegagalan anak.
Weiner menyatakan ada tiga
karakteristik dalam menjelaskan
kegagalan atau keberhasilan anak,
yaitu: penyebab keberhasilan atau
kegagalan itu dipandang dari dalam
(dalam diri anak) atau dari luar;
dipandang sebagai sesuatu yang
bersifat stabil atau tidak stabil,
dipandang dari sesuatu yang dapat
dikendalikan atau tidak dapat
Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324
Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1267
dikendalikan.
f. Teori Motivasi Berprestasi
Salah satu teori motivasi paling
penting dalam psikologi adalah
motivasi berprestasi, yakni
kecenderungan untuk mencapai
keberhasilan atau tujuan, dan
melakukan kegiatan yang mengarah
pada kesuksesan/ kegagalan. Siswa
yang meempunyai motivasi
berprestasi, mereka cenderung
memiliki patner belajar yang cakap
dalam mengerjakan tugas (Catharina,
2004:120-137).
g. Motivasi Belajar
Menurut pendapat aliran
Skolastik belajar adalah mengulang-
ulang bahan yang harus dipelajari
(Sumadi Suryabrata, 1984:244).
Sedangkan menurut OemarHamalik
(2005:36) menyatakan bahwa belajar
adalah modifikasi atau memperteguh
kelakuan melalui pengalaman.
Belajar adalah suatu tingkah laku atau
kegiatan dalam rangka
mengembangkan diri, baik dalam
aspek kognitif, psikomotor, maupun
sikap.Agar kegiataan ini terwujud,
harus ada motivasi, yang disebut
motivasi belajar (Max Darsono,
2000:64). Menurut Slameto
menyatakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar adalah sebagai
berikut:
1. Faktor Intern
a. Kesehatan Sehat berarti dalam keadaan
baik segenap badan beserta bagian-
bagiannya/bebas dari penyakit.
Kesehatan adalah keadaan atau hal
sehat. Kesehatan seseorang
berpengaruh terhadap belajarnya.
Proses belajar seseorang akan
terganggu, selain itu juga ia akan
cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk jika badannya
lemah, kurang darah ataupun ada
gangguan- gangguan/kelainan-
kelainan fungsi alat inderannya serta
tubuhnya.
b. Perhatian
Perhatian menurut Gazali
adalah keaktifan jiwa yang
dipertinggi, jiwa itu pun semata-mata
tertuju kepada suatu obyek
(benda/hal) atau sekumpulan objek.
Untuk dapat menjamin hasil yang
baik, maka siswa harus mempunyai
perhatian terhadap bahan yang
dipelajarinya, jika bahan pelajaran
tidak menjadi perhatian siswa, maka
timbulah kebosanan, sehingga ia
tidak lagi suka belajar. Agar siswa
dapat belajar dengan baik,
usahakanlah bahan pelajaran itu
sesuai dengan hobi atau bakatnya.
c. Minat
Minat adalah kecenderungan
yang tetap untuk memperhatikan dan
mengenang beberapa
kegiatan.Kegiatan yang diminati
seseorang, diperhatikan terus-
menerus yang disertai dengan rasa
senang.Jadi berbeda dengan
perhatian, karena perhatian sifatnya
sementara (tidak dalam waktu yang
lama) dan belum tentu diikuti dengan
perasaan senang, sedangkan minat
selalu dikuti dengan perasaan senang
dan dari situ diperoleh kepuasan.
d. Bakat
Bakat atau aptitude menurut
Hilgard adalah: ”the city to learn”.
Dengan perkata lain bakat adalah
kemampuan untuk belajar.
Kemampuan itu baru terealisasi
menjadi kecakapan yang nyata
sesudah belajar atau berlatih. Orang
Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324
Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1268
yang berbakat mengetik, misalnya akan lebih cepat dapat mengetik
dengan lancar dibandingkan dengan
orang lain yang kurang/tidak berbakat
dibidangnya.
2. Faktor Ekstern
a. Metode mengajar Metode mengajar adalah suatu
cara/jalan yang harus dilalui dalam
mengajar. Metode mengajar guru
yang kurang baik akan
mempengaruhi belajar siswa yang
tidak baik pula. Metode mengajar
yang kurang baik itu dapat terjadi
misalnya karena guru kurang
persiapan dan kurang menguasai
bahan pelajaran sehingga guru
tersebut menyajikannya tidak jelas
atau sikap guru terhadap siswa atau
mata pelajaran itu sendiri tidak baik,
sehingga siswa kurang senang
terhadap pelajaran atau
gurunya.Akibatnya siswa malas untuk
belajar.
b. Alat pelajaran
Alat pelajaran erat
hubungannya dengan cara belajar
siswa, karena alat pelajaran yang
dipakai oleh guru pada waktu
mengajar dipakai pula oleh siswa
untuk menerima bahan yang
diajarkan itu. Alat pelajaran yang
lengkap dan tepat akan memperlancar
penerimaan bahan pelajaran yang
diberikan kepada siswa. Jika siswa
mudah menerima pelajaran dan
menguasainya, maka belajarnya akan
menjadi lebih giat dan maju.
c. Waktu sekolah
Waktu sekolah ialah waktu
terjadinya proses belajar mengajar di
sekolah, waktu itu dapat pagi hari,
sore, /malam hari. Waktu sekolah
juga mempengaruhi belajar siswa.Jika
terjadi siswa terpaksa masuk sekolah sore hari, sebenarnya kurang dapat
dipertanggungjawabkan kecuali ada
hal yang mendesak seperti
keterbatasan ruangan kelas.Dimana
siswa harus beristirahat, tetapi
terpaksa masuk sekolah hingga
mendengarkan pelajaran sambil
mengantuk. Sebaliknya siswa belajar
di pagi hari, pikiran masih segar,
jasmani dalam kondisi yang baik. Jika
siswa bersekolah pada waktu kondisi
badannya sudah lelah/lemas,
misalnya pada siang hari, akan
mengalami kesulitan didalam
menerima pelajaran. Kesulitan itu
disebabkan karena siswa sukar
berkonsentrasi dan berfikir pada
kondisi badan yang lemah tadi.
2. Pentingnya Motivasi Dalam
Belajar
Bagi siswa pentingnya
motivasi belajar sebagai berikut :
a. Menyadarkan kedudukan pada
awal belajar, proses, dan hasil
akhir.
b. Menginformasikan tentang
kekuatan usaha belajar, bila
dibandingkan dengan teman
sebaya.
c. Mengarahkan kegiatan belajar.
d. Membesarkan semangat belajar.
e. Menyadarkan tentang adanya
perjalanan belajar.
Motivasi belajar juga penting
diketahui oleh guru. Pengetahuan dan
pemahaman tentang motivasi belajar
pada siswa bermanfaat bagi guru
sebagai berikut :
1. Membangkitkan, meningkatkan,
dan memelihara, semangat siswa
untuk belajar sampai berhasil.
2. Motivasi siswa yang bermacam- macam, sehingga guru dapat
Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324
Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1269
menggunakan bermacam-macam strategi belajar mengajar.
3. Meningkatkan dan menyadarkan
guru untuk memilih satu diantara
peran seperti: sebagai penasihat,
fasilitator, instruktur, teman
diskusi, penyemangat, pemberi
hadiah, atau guru pendidik.
4. Memberi peluang guru untuk
kerja keras rekayasa pedagogis.
3. Cara Memotivasi Siswa Belajar
Memotivasi belajar penting
artinya dalam proses belajar siswa,
karena fungsinya yang mendorong,
menggerakkan, dan mengarahkan
kegiatan belajar. Karena itu, prinsip-
prinsip penggerakan motivasi belajar
erat kaitannya dengan prinsip-prinsip
belajar sebagai berikut :
a. Kebermaknaan
Siswa akan suka dan
bermotivasi belajar apabila hal-hal
yang dipelajari mengandung makna
tertentu baginya. Kebermaknaan
sebenarnya bersifat personal karena
dirasakan sebagai sesuatu yang
penting bagi diri seseorang.Ada
kemungkinan pelajaran yang
disajikan oleh guru tidak dirasakan
sebagai bermakna berusaha
menjadikan pelajarannya dengan
makna bagi semua siswa.Caranya
ialah dengan mengaitkan
pelajarannya dengan pengalaman
masa lampau siswa, tujuan-tujuan
masa mendatang, minat serta nilai-
nilai yang berarti bagimereka.
b. Modelling
Siswa akan suka
memperoleh tingkah laku baru bila
disaksikan dan ditirunya. Pelajaran
akan lebih mudah dihayati dan
diterapkan oleh siswa jika guru
mengajarkannya dala bentuk tingkah
laku model, bukan dengan hanya menceramahkan/menceritakannya
secara lisan. Dengan model tingkah
laku itu, siswa dapat mengamati dan
menirukan apa yang diinginkan oleh
guru. Beberapa petunjuk yang perlu
diperhatikan adalah sebagai berikut
:Guru supaya menetapkan aspek-
aspek penting dari tingkah laku yang
akan dipertunjukkan sebagai model.
Jelaskan setiap tahap dan keputusan
yang akan ditempuh agar mudah
diterima oleh siswa.
c. Komunikasi terbuka
Siswa lebih suka belajar bila
penyajian terstruktur supaya pesan-
pesan guru terbuka terhadap
pengawasan siswa. Ada bebepar cara
yang dapat ditempuh untuk
melaksanakan komunikasi terbuka,
yaitu sebagai berikut :
1. Kemukakan tujuan yang hendak
dicapai kepada para siswa agar
mendapat perhatian siswa mereka.
2. Tunjukkanhubungan-
hubungan,kunciagarsiswabenar-
benar mamahami apa-apa yang
sedang diperbincangkan.
3. Jelaskan pelajaran secara nyata,
diusahaka menggunakan media
instruksional sehingga lebih
menjelaskan masalah yang sedang
dibahas.
d. Hubungan pengajaran dengan
masa depan siswa.
Pelajaran dirasakan akan
bermakana bagi diri siswa apabila
pelajaran itu dapat dilaksanakan atau
digunakan pada kehidupan sehari-hari
diluar kelas pada masa mendatang.
Untuk itu, guru hendaknya
menyajikan macam-macam situasi
yang mungkin ditemui oleh siswa
pada waktu mendatang.Untuk itu
Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324
Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1270
mereka membutuhkan pengetahuan dan keterampilan tertentu. Bila siswa
telah menyadaritentang kemungkinan
aplikasi pelajaran tersebut maka
sudah tentu motivasi belajar akan
tergugah dan merangsang kegiatan
belajar lebih efektif.
e. Latihan/Praktek yang Aktif dan
Bermanfaat
Siswa lebih senang belajar
jika mengambil bagian yang aktif
dalam latihan/praktek untuk mencapai
tujuan pengajaran.Praktek secara aktif
berarti siswa mengerjakan sendiri,
bukan mendengarkan ceramah dan
mencatat pada buku tulis.
f. Latihan Terbagi
Siswa lebih senang belajar
jika latihan dibagi menjadi sejumlah
kurun waktu yang pendek. Latihan-
latihan secara demikian akan lebih
meningkatkan motivasi siswa belajar
dibandingkan dengan latihan yang
menggunakan sekaligus dalam jangka
waktu yang panjang. Cara yang
terakhir itu akan melelahkan siswa,
bahkan mungkin menyebabkan
mereka tidak menyenangi pelajaran,
serta mengalami kekeliruan dalam
mempraktekkannya.
g. Kurangi Secara Sistematik
Paksaan Belajar
Pada waktu mulai belajar,
siswa perlu diberi paksaan atau
pemompaan.Akan tetapi bagi siswa
yang sudah mulai mengusai
pelajaran, maka secara sistematik
pemompaan itu dikurangi dan
akhirnya lambat laun siswa dapat
belajar sendiri.Harus dihindarkan
jangan sampai mau belajar tergantung
pada pemompaan saja.Lagi pula
pemompaan itu jangan terlalu segera
dihilangkan karena mungkin siswa mendapat kekeliruan.Cara itu
memeng perlu dilaksanakan dalam
rangkaian meningkatkan motivasi
belajar siswa.
h. Kondisi yang Menyenangkan.
Siswa akan lebih senang melanjutkan
belajarnya jika kondisi pengajaran
menyenangkan. Meka guru dapat
melakukan cara berikut :
1. Usahakan jangan mengulangi hal-
hal yang telah mereka ketahui,
karena akan menyebabkan
kejenuhan.
2. Suasana fisik kelas jangan sampai
memebosankan.
3. Hindarkan terjadinya frustasi
dikarenakan situasi kelas yang tak
menentu atau mengajukan
permintaan yang tak masuk akal,
dan diluar jangkauan pikiran
manusia.
4. Hirdarkan suasana kelas yang
bersifat emosional sebagai akibat
adanya kontak personal.
Adapun upaya-upaya yang bisa
dilakukan untuk meningkatkan
motivasi belajar siswa adalah sebagai
berikut:
1. Memahami keadaan seorang
siswa.
2. Memberi harapan yang nyata.
3. Memberi insentif (hadiah).
4. Mengarahkan periaku siswa.
5. Menggairahkan anak didik.
6. Mendorong rasa ingin tahu.
7. Menyajikan pelajaran menjadi
menarik
i. Motivasi Berolahraga
Kita menyadari bahwa
prestasi olahraga yang tinggi tidak
hanya tergantung pada penguasaan
teknik dan taktik saja, tetapi peranan
kemantapan jiwa dalam latihan dan
Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324
Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1271
pertandingan ternyata juga ikut menentukan. Menurut Harsono dalam
Herman Subardjah (2000:22)
mengemukakan bahwa, ”...olahraga
bukan hanya merupakan masalah
fisik saja, yaitu yang berhubungan
dengan gerakan-gerakan anggota
tubuh, otot tulang dan sebagainya.”
Motivasi berprestasi
merupakan suatu dorongan yang
terjadi dalam diri individu
untuksenantiasa meningkatkan
kualitas tertentu dengan sebaik-
baiknyaatau lebih dari biasa
dilakukan.Motivasi berprestasi dapat
didefinisikan sebagai dorongan untuk
berbuat baik berdasarkan standar
yang paling baik.
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Data hasil penelitian
berupajawabanyangdiperolehdarisisw
a terhadap pertanyaan-
pertanyaanyang tertuang dalam
angket yang berisi skala motivasi
tentang faktor-
faktoryangmempengaruhimotivasibel
ajarsiswakelasVIII dalam mengikuti
pelajaran pendidikan jasmani di SMP
Negeri 5 WohaTahun Pelajaran
2015/2016 berupa data kuantitatif.
Data kuantitatif adalah data yang
berupa angka-angka atau bilangan-
bilangan.Selanjutnya data yang
bersifat kuantitatif, yang berwujud
angka-angka hasil perhitungan dari
jawaban siswa terhadap
pertanyaandianalisis dengan
menggunakan aplikasi pengolah
statistik yaitu software SPSS versi 20
untuk Windows. Dari hasil olah
statistik tersebut, berikut adalah
deskripsi data variabel motivasi
siswa berdasarkan output SPSS (Lampiran 13)
Tabel 4.1 Deskripsi Data Variabel
Motivasi Siswa Variabel N Min Max Sum Mean Std.
Dev
Varia
nce
Motivasi 50 24 38 1.584 31,68 3,755 14,1 Faktor Ins 50 10 20 822 16,44 2,628 6,9
Faktor 50 10 20 854 17,08 2,530 6,4
Eks. Sumber : Data diolah
Dari tabel di atas terungkap
bahwa jumlah sampel (N) adalah 50,
masing-masing skor terendah (Min)
untuk skor skala motivasi : 24 faktor
instrinsik : 10 dan faktor ekstrinsik :
10. Sedangkan skor tertinggi untuk
skala motivasi : 38 faktor instrinsik :
20 dan faktor ekstrinsik : 20, dengan
total skor (Sum) untuk skala motivasi
: 1,584 faktor instrinsik : 822 dan
faktor ekstrinsik : 854. Adapun rata-
rata (Mean) skala motivasi : 31,68
faktor instrinsik : 16,44 dan faktor
ekstrinsik : 17,08. Yang lainnya
adalah standar deviasi dan nilai
varians data.
Untuk melihat distribusi
frekuensi persentase skala motivasi
dapat dilihat dalam output SPSS
berikut ini :
Tabel 4.2 Deskripsi Persentase Skala
Motivasi Siswa
Persent ase
Frequency Percent Valid Percent
Cumulativ e Percent
60 2 4.0 4.0 4.0
65 4 8.0 8.0 12.0
70 6 12.0 12.0 24.0
75 12 24.0 24.0 48.0
80 4 8.0 8.0 56.0
85 11 22.0 22.0 78.0
90 8 16.0 16.0 94.0
95 3 6.0 6.0 100.0
Total 50 100.0 100.0 Sumber : Data diolah menggunakan
SPSS versi 20.
Berdasarkan tabel di atas
dapat dilihat bahwa skala motivasi
Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324
Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1272
siswa kesemuanya berada di atas 50% atau dalam kategori tinggi. Yang
persentasenya tertinggi adalah yang
memiliki persentase 75% yaitu
terdistribusi sebanyak 12 orang atau
24%. Distribusi frekuensi untuk
faktor instrinsik dan ekstrinsik dapat
pula dilihat dalam output SPSS
berikut ini :
Tabel 4.3 Deskripsi Frekuensi
Persentase Faktor Instrinsk
Freque ncy
Percent Valid Percent
Cumula tive
Percent
50 4 8.0 8.0 8.0
70 6 12.0 12.0 20.0
80 19 38.0 38.0 58.0
90 13 26.0 26.0 84.0
100 8 16.0 16.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Sumber : Data diolah
Berdasarkan tabel di atas
dapat dilihat bahwa skor faktor
instrinsik siswa sebanyak 4 orang
berada pada 50% atau dalam kategori
rendah. Sedangkan sisanya 46 orang
lebih dari 50% atau dalam kategori
tinggi. Yang distribusi persentasenya
tertinggi adalah yang memiliki
persentase 80% yaitu terdistribusi
sebanyak 19 orang atau 38%.
Tabel 4.4Deskripsi Frekuensi
Persentase Faktor Ekstrinsik
Frequency Percent Valid Percent
Cumulati ve
Percent
50 2 4.0 4.0 4.0
60 2 4.0 4.0 8.0
70 4 8.0 8.0 16.0
80 12 24.0 24.0 40.0
90 19 38.0 38.0 78.0
100 11 22.0 22.0 100.0
Total 50 100.0 100.0 Sumber : Data diolah
Berdasarkan tabel di atas
dapat dilihat bahwa skor faktor
ekstrinsik siswa sebanyak 2 orang
berada pada 50% atau dalam kategori rendah. Sedangkan sisanya 48 orang
lebih dari 50% atau dalam kategori
tinggi. Yang distribusi persentasenya
tertinggi adalah yang memiliki
persentase 90% yaitu terdistribusi
sebanyak 19 orang atau 38%.
Hasilanalisis
datadisajikandengancaradijumlahkan
dan dibandingkan dengan jumlah
yang diharapkan dan diperoleh
persentase. Hasil persentase tersebut
kemudian ditafsirkan dengan kalimat
yang bersifat deskriptif.
Halinidimaksudkanuntukmempermud
ahdalam memahamihasilakhirdalam
mengkualifikasikan hasil penelitian
tersebut. Berikut ini disajikan data
secara keseluruhan dari hasil
penelitian yang telah dilakukan.
a. Faktor Instrinsik
Guna mengungkap faktor
instrinsik yang mempengaruhi
motivasi siswa kelasVIII dalam
mengikuti pelajaran pendidikan
jasmani di SMP Negeri 5 Woha
Tahun Pelajaran 2015/2016
digunakan 10 butir pertanyaan,
Masing-masingpertanyaan diberikan
2 opsi jawaban yaitu setuju dan tidak
setuju, yang skornya adalah 0 untuk
tidak setuju dan 2 untuk
setuju. Sehingga skor minimal = 0 x
10 = 0 dan skor maksimal = 2 x 10 =
20. Jadi rentang skor=0–20 =20.
Intervalkelas=20:2=10. Dari
perhitungan tersebut dapat dibuat
tabel kategori sebagai berikut:
Tabel 4.5 Kategori Faktor Intrinsik Interval Skor Interval Persentase Kategori
10,1 - 20 0,0 – 10,0
51 % - 100 % 0 % - 50 %
Tinggi Rendah
Sumber : data yang diolah
Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324
Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1273
Dari kriteria tersebut, apabila siswa mempunyai persentase skor
antara 0% - 50%, maka faktor
instrinsiknya termasuk dalam kategori
rendah, apabila antara 5 1% - 1 0 0 %,
maka termasuk dalam kategori tinggi.
Berdasarkan hasil analisis deskriptif
persentase pada lampiran
menunjukkan bahwa rata-rata skor
faktor instrinsik 16,44 dengan
persentase 82,2 % dan termasuk
kategori tinggi. Dari jawaban skala
motivasi masing-masing siswa
diperoleh hasil seperti disajikan pada
tabel berikut :
Tabel 4.6 Distribusi Faktor Instrinsik Interval
Persentase
Kriteria Frekuensi Persentase
51 % - 100 % 0 % - 50 %
Tinggi
Rendah 46 4
92 % 8 %
Jumlah 50 100%
Sumber : data yang diolah
Lebih jelasnya gambaran faktor
instrinsik yang mempengaruhi
motivasi siswa disajikan secara grafis
pada diagram batang berikut ini.
Tabel 4.7 Deskripsi Tiap Indikator
Faktor Instrinsik yang Mempengaruhi
Motivasi Belajar
3 Minat 15,7 78,7% Tinggi
4 Bakat 15 75% Tinggi
Sumber : data yang diolah
Berdasarkan tabel 4.7 di
atas tampak bahwa indikator
kesehatan bagi siswa kelasVIII
SMPN 5 Woha Tahun Pelajaran
2015/2016 sangat mempengaruhi
motivasinya dalam mengikuti
pelajaran pendidikan jasmani dalam
kategori tinggi (94%). Hal tersebut
disebabkan hampir seluruh siswa
menjaga kebugaran tubuh dan
mengoptimalkan fungsi organ tubuh
melalui aktivitas olahraga secara baik
sehingga menghindarkan mereka dari
berbagai penyakit sehingga kondisi
ini akan menunjang siswa untuk
dapat belajar secara baik.
Indikator perhatian siswa
kelas VIII di SMPN 5 Woha Tahun
Pelajaran 2015/2016 dalam
mempengaruhi motivasi mengikuti
mata pelajaran pendidikan jasmani
termasuk kategori tinggi (82,7%). Hal
Gambar 4.1 Grafik Distribusi Faktor Instrinsik yang
Mempengaruhi Motivasi
Belajar
100%
0%
KATEGORI
TINGGI RENDAH
Gambar 4.2 Grafik Distribusi Indikator Faktor Instrinsik yang
Mempengaruhi Motivasi Belajar
100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
94%
82.70% 78.70%
75%
Kesehatan
Indikator Perhatian Minat Bakat
No Indikator Rata-rata
Skor Persentase Kriteria
1 Kesehatan 18,8 94% Tinggi
2 Perhatian 16,5 82,7% Tinggi
Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324
Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1274
tersebut dikarenakan sebagian besar siswa memperhatikan pelajaran
yang diajarkan oleh guru serta
berkonsentrasi penuh selama
mengikuti pelajaran pendidikan
jasmani.
Untuk indikator minat siswa
kelas VIII di SMPN 5 Woha Tahun
Pelajaran 2015/2016dalam
mempengaruhi motivasi mengikuti
mata pelajaran pendidikan jasmani
termasuk kategori tinggi (78,7%). Hal
tersebut dikarenakan pelajaran
pendidikan jasmani yang
dilaksanakan guru dipandang siswa
menarik dan sesuai dengan cita-cita
dari sebagian besar siswa.
Terakhir untuk indikator bakat
siswa siswa kelas VIII di SMPN 5
Woha Tahun Pelajaran 2015/2016
dalam mempengaruhi motivasi
mengikuti mata pelajaran pendidikan
jasmani termasuk kategori
tinggi(75%). Hal tersebut
dikarenakan para siswa telah
memiliki hobi kemampuan pada
berbagai bidang olahraga yang
diajarkan serta memiliki keinginan
untuk mengembangkannya.
b. Faktor Ekstrinsik
Guna mengungkap faktor
ekstrinsik yang mempengaruhi
motivasi siswa kelas VIII dalam
mengikuti pelajaran pendidikan
jasmani di SMPN 5 Woha Tahun
Pelajaran 2015/2016 digunakan 10
butir pertanyaan, Masing-masing
pertanyaan diberikan 2 opsi jawaban
yaitu setuju dan tidak setuju, yang
skornya adalah 0 untuk tidak setuju
dan 2 untuk setuju. Sehingga skor
minimal : 0 x 10 = 0 dan skor
maksimal : 2 x 10 = 20. Jadi rentang
skor :0 – 20 = 20. Interval kelas: 20 :
2 = 10. Dari perhitungan tersebut
dapat dibuat tabel kategori sebagai
berikut:
Tabel 4.8 Kategori Faktor Ekstrinsik Interval Skor Interval Persentase Kategori
10,1 - 20
0,0 – 10,0
51 % - 100 %
0 % - 50 %
Tinggi
Rendah
Sumber : data yang diolah Berdasarkan kriteria tersebut,
apabila siswa mempunyai persentase
skor antara 0%- 50%, maka faktor
ekstrinsiknya termasuk dalam kategori
rendah, apabila antara 51%- 100%
maka faktor eksterinsiknya termasuk
dalam kategori tinggi. Berdasarkan
hasil analisis deskriptif persentase
pada lampiran menunjukkan bahwa
rata-rata skor faktor ekstrinsik sebesar
1,708 dengan persentase 85,4% dan
termasuk kategori tinggi. Ditinjau
dari jawaban angket masing-masing
siswa diperoleh hasil seperti
disajikan pada tabel berikut:
Tabel 4.9 Distribusi Faktor Ekstrinsik Interval
Persentase
Kriteria Frekuensi Persentase
51 % - 100 %
0 % - 50 %
Tinggi
Rendah
48
2
96 %
4 %
Jumlah 50 100%
Sumber : data yang diolah
Lebih jelasnya data tentang
faktor ekstrinsik yang
mempengaruhi motivasi siswa kelas
VIII dalam mengikuti pelajaran
pendidikan jasmani di SMPN 5 Woha
Tahun Pelajaran 2015/2016 dapat
disajikan secara grafis pada
diagrambatang berikut ini.
Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324
Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1275
Faktor ekstrinsik yang
mempengaruhi motivasi mengikuti
pelajaran pendidikan jasmani dalam
kategori tinggi yaitu 96%, sedangkan
selebihnya yaitu 4% dalam kategori
rendah. Ditinjau dari tiap-tiap
indikator faktor ekstrinsik yang
mempengaruhi motivasi belajar siswa
diperoleh hasil seperti disajikan pada
tabel berikut dan grafik:
Tabel 4.10 DeskripsiTiap Indikator
Faktor Instrinsik yang Mempengaruhi
Motivasi Belajar
Sumber : data yang diolah
Berdasarkan tabel dan grafik di atas tampak bahwa metode
mengajar dari guru pendidikan
jasmani kelas VIII di SMPN 5 Woha
mampu mempengaruhi motivasi
siswa mengikuti pelajaran pendidikan
jasmani dalam kategori tinggi (82%).
Hal ini disebabkan cara mengajar
yang dilakukan guru telah bervariasi
sehingga mudah diterima oleh siswa.
Alat pelajaranyang adadi
SMPN 5 Woha mampu
mempengaruhi motivasi dalam
mengikuti pelajaran pendidikan
jasmani dalam kategori tinggi
(77,3%). Hal ini disebabkan alat-alat
yang digunakan dalam pelajaran
pendidikan jasmani sudah dianggap
cukup modern, lengkap dan penuh
inovatif sehingga mampu mendorong
siswa untuk lebih sunguh-sungguh
dalam mengikuti pelajaran
pendidikan jasmani.
Waktu mengajar yang
diterapkan pihak sekolah telah
mampu mempengaruhi motivasi
siswa kelas VIII di SMPN 5 Woha
Tahun Pelajaran 2015/2016 dalam
mengikuti mata pelajaran pendidikan
jasmani dalam kategori tinggi
(92%).Hal ini disebabkan karena jam
pelajaran yang diterapkan cenderung
terlalu sore sehingga membuat siswa
kurang bersemangat dalam mengikuti
pelajaran pendidikan jasmani karena
sebelumnya siswa mengikuti
pelajaran lain di dalamkelas yang
melelahkan.
Kondisi lingkungan siswa
kelas VIII di SMPN 5 Woha Tahun
Pelajaran 2015/2016 mempengaruhi
motivasinya dalam mengikuti mata
pelajaran pendidikan jasmani dalam
kategori tinggi(96%). Hal ini
Gambar 4.4 Grafik Distribusi Indikator Faktor Eksstrinsik yang
Mempengaruhi Motivasi Belajar
100%
50%
0%
8727%.30%75% 92.00%
Indikator
Metode Mengajar Alat Pelajaran
Waktu Kondisi Lingkungan
Gambar 4.3 Grafik Distribusi Faktor Eksstrinsik yang
Mempengaruhi Motivasi Belajar
150%
100%
50%
0%
KATEGORI
TINGGI RENDAH
No Indikator Rata-rata Persentase Kriteria
1 Metode mengajar 16,4 82% Tinggi
2 Alat pelajaran 15,5 77,3% Tinggi
3 Waktu 18,4 92% Tinggi
4 Kondisi 19,2 96% Tinggi
Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324
Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1276
disebabkan karena lingkungan keluarga maupun lingkungan
pergaulan siswa yaitu teman-teman
mereka mendukung kepada mereka
dalam melakukan kegiatan olahraga.
PEMBAHASAN
Motivasi mempunyai peranan
penting dalam dunia pendidikan,
karena motivasi merupakan salah satu
faktor yang memungkinkan siswa
lebih konsentrasi, lebih semangat dan
menimbulkan perasaan gembira
sehingga siswa tidak mudah bosan,
tidak mudah lupa dalam
usahanyauntukbelajar. Bagisiswa,
motivasi ini sangat penting karena
dapat menggerakkan perilakunya
kearah yang positif sehingga mampu
menghadapi segala tuntutan, kesulitan
serta menanggung resiko dalam
studinya. Menurut Catharina
(2004:112) mengatakan bahwa
motivasi mendorong seseorang
melakukan sesuatu untuk mencapai
tujuan yang ingin dicapainya. Disini
motivasi adalah sangat penting,
motivasi merupakan konsep yang
menjelaskan alasan seseorang
berperilaku.
Pada dasarnya motivasi
belajar seseorang ditentukan oleh dua
faktor, yaitu faktor instrinsik yang
ada pada diri siswa dan faktor
ekstrinsik yang tumbuh atas dorongan
dari luar diri siswa. Hasil deskripsi
data menunjukkan bahwa faktor
instrinsik pada diri siswa kelas VIII
di SMPN 5 Woha mampu
mempengaruhi motivasinya dalam
mengikuti pelajaran pendidikan
jasmani dalam kategoritinggi
(82,2%). Hal ini disebabkan siswa
kelas VIII di SMPN 5 WohaTahun
Pelajaran 2015/2016 telah memiliki
derajat kesehatan yang sangat tinggi (80,46%). Hal tersebut dikarenakan
dengan mengikuti pelajaran penjas
tubuh aktif bergerak semua sehingga
organ-organ tubuh berfungsi dengan
baik dan kebugaran tubuh akan
terjaga. Hal ini sesuai dengan
pendapat Slameto (2003:54) yang
menyatakan bahwa kesehatan
seseorang berpengaruh terhadap
belajarnya. Agar seseorang dapat
belajar dengan baik haruslah
mengusahakan kesehatan badannya
tetap terjamin.
Secara keseluruhan mereka
juga telah memiliki perhatian yang
tinggi pada mata pelajaran
pendidikan jasmani (79,2%). Hal
tersebut dikarenakan siswa selalu
memperhatikan dan berkonsentrasi
sewaktu menerima pelajaran
pendidikan jasmani. Hal ini sesuai
dengan pendapat Slameto (2003:56)
yang menyatakan bahwa untuk
menjamin hasil yang baik, maka
siswa harus mempunyai perhatian
terhadap bahan yang dipelajarinya.
Mereka juga memiliki minat
yang tinggi dalam mengikuti
pelajaran pendidikan jasmani
(78,7%), Hal tersebut dikarenakan
pelajaran penjas berada di lapangan
sehingga bisa melampiaskan
kejenuhan setelah mengikuti
pelajaran eksak di dalam kelas serta
pelajarannya menarik. Akibatnya
siswa merasa puas dan senang
mengikuti pelajaran penjas. Hal ini
sesuai dengan pendapat Slameto
(2003:57) yang menyatakan bahwa
kegiatan yang diminati seseorang,
diperhatikan terus-menerus yang
disertai dengan rasa senang dan disitu
diperoleh kepuasan.
Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324
Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1277
Mereka memiliki bakat dalam bidang olahraga yang tinggi (75%).
Hal tersebut dikarenakan siswa
mengikuti pelajaran penjas sesuai
dengan kemampuan bakat yang
dimilikinya. Hal ini sesuai dengan
pendapat Slameto (2003:57) yang
menyatakan bahwa jika bahan
pelajaran yang dipelajari siswa sesuai
dengan bakatnya, maka hasil
belajarnya lebih baik karena ia
senang belajar dan pastilah
selanjutnya ia lebih giat lagi dalam
belajarnya itu.
Selain dipengaruhi faktor
instrinsik yang tinggi, motivasi siswa
kelas VIII dalam mengikuti pelajaran
pendidikan jasmani di SMPN 5 Woha
Tahun Pelajaran 2015/2016 juga
dipengaruhi oleh faktor ekstrinsik
yang masuk dalam kategori tinggi
pula (85,4%). Bahkan jika dilihat dari
bobot persentase yang diperoleh
menunjukkan bahwa faktor ekstrinsik
memiliki persentase yang sedikit
lebih tinggi dalam mempengaruhi
motivasi siswa kelas VIII SMPN 5
Woha Tahun Pelajaran 2015/2016
dalam mengikuti pelajaran
pendidikan jasmani.
Ditinjau dari tiap-tiap
indikator faktor ekstrinsik diketahui
bahwa metode mengajar guru di
SMPN 5 Woha mempengaruhi
motivasi siswa dalam kategori tinggi
(82%). Hal tersebut dikarenakan
metode mengajar guru penjas yang
mudah dipahami dan diterima oleh
siswa serta bervariasi sehingga tidak
membosankan siswa dalam menerima
pelajaran. Hal ini sesuai dengan
pendapat Slameto (2003:65) yang
menyatakan bahwa guru yang
progresif berani mencoba metode-
metode yang baru, yang dapat membantu meningkatkan kegiatan
belajar mengajar, dapat
meningkatkan motivasi siswa untuk
belajar.
Alat pelajaran pendidikan
jasmani yang ada di SMPN 5 Woha
mempengaruhi motivasi siswa dalam
kategori tinggi (77,3%). Hal tersebut
dikarenakan peralatan yang lengkap
sangat diperlukan untuk kelancaran
proses belajar mengajar. Hal ini
sesuai dengan pendapat Slameto
(2003:68) yang menyatakan bahwa
alat pelajaran yang lengkap dan tepat
akan memperlancar penerimaan
bahan pelajaran yang diberikan
kepada siswa.
Waktu pelajaran
mempengaruhi motivasi siswa dalam
kategori tinggi (92%). Mereka
termotivasi belajar di pagi hari. Hal
tersebut dikarenakan siswa yang
seharusnya beristirahat di sore
harinya akan tetapi digunakan untuk
menerima pelajaran penjas sehingga
tidak bisa berkonsentrasi penuhdalam
menerima pelajaran. Halini sesuai
dengan pendapat Slameto (2003:68)
yang menyatakan bahwa waktu
sekolah juga mempengaruhi belajar
siswa, jika terjadi siswa terpaksa
masuk sekolah disore hari sebenarnya
kurang dapat dipertanggung
jawabkan. Di mana siswa harus
beristirahat, tetapi terpaksa masuk
sekolah, hingga mereka
mendengarkan pelajaran sambil
mengantuk.
Kondisi lingkungan
mempengaruhi motivasi siswa dalam
kategori tinggi (96%). Hal tersebut
dikarenakan siswa terpengaruh
dengan lingkungan teman- temannya
Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324
Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1278
yang suka terhadap aktivitas olahraga penjas serta suasana
pembelajaran yang menyenangakan.
Hal ini sesuai dengan pendapat
Max Darsono (2000:67) yang
menyatakan bahwa lingkungan siswa
ada tiga yaitu lingkungan keluarga,
sekolah, dan masyarakat. Guru harus
berusaha mengelola kelas,
menciptakan suasana belajar yang
menyenangkan, menampilkan diri
secara menarik, dalam rangka
membantu siswa termotivasi dalam
belajar.
Secara umum dapat dijelaskan
bahwa motivasi merupakan faktor
batin yang memiliki fungsi
menimbulkan, mendasari, dan
mengarahkan perbuatan seseorang
dalam belajar. Seorang yang besar
motivasinya akan giat berusaha,
tampak gigih, tidak mau menyerah
untuk meningkatkan prestasi serta
memecahkan masalah yang
dihadapinya. Sebaliknya siswa yang
motivasinya rendah, tampak acuh tak
acuh, mudah putus asa, perhatiannya
tidak tertuju pada pelajaran yang
akibatnya siswa akan mengalami
kesulitan belajar. Motivasi juga dapat
menggerakkan siswa mengarahkan
tindakan serta memilih tujuan belajar
yang dirasa paling berguna bagi
kehidupannya.
Motivasi dapat menentukan
baik tidaknya dalam mencapai tujuan
sehingga semakin besar motivasi
belajar seorang siswa akan semakin
besar kesuksesannya dalam belajar.
Hal ini sesuai dengan pendapat
Menurut Slameto (2003:170)
menyatakan bahwa motivasi adalah
suatu proses yang menentukan
tingkatan kegiatan, intensitas,
konsistensi, serta arah umum dari tingkah laku manusia. Perilaku yang
termotivasi dan diperhatikan terus-
menerus yang disertai dengan rasa
senang, dan pada akhirnya akan
memperoleh hasil yang memuaskan
dari kegiatan tersebut.
Dengan adanya berbagai
faktor baik instrinsik maupun
ekstrinsik yang mampu
mempengaruhi motivasi siswa kelas
VIII di SMPN 5 Woha Tahun
Pelajaran 2015/2016 dalam mengikuti
pelajaran pendidikan jasmani, hal
tersebut tentunya akan berdampak
positif terhadap kegiatan
pembelajaran penjas yang telah
diikuti oleh siswa, selain kegiatan
pembelajaran dapat berjalan secara
baik, hasil yang akan dicapai siswa
pun juga akan menjadi lebih baik
pula. Dengan demikian megenai
penguasaan materi yang diterima oleh
siswa akan mengarah pada
pencapaian tujuan pembelajaran
penjas itu sendiri yang meliputi:
pengembangan aspek fisik,
pengembangan psikomotor,
pengembangan kognitif dan
pengembangan psikis / afektif pada
diri siswa.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian
dan pembahasannya, maka dapat
diambil beberapa kesimpulan
sebagai berikut:
1. Faktor instrinsik pada diri siswa
kelas VIII di SMPN 5 Woha
Tahun Pelajaran 2015/2016
mampu mempengaruhi
motivasinya dalam mengikuti
pelajaran pendidikan jasmani
dalam kategori tinggi (92%)
sedangkan faktor ekstrinsik juga
Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324
Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1279
mampu mempengaruhi motivasinya dalam mengikuti
pelajaran pendidikan jasmani
dalamkategori tinggi pula (96%).
2. Tingginya pengaruh faktor
intrinsik terhadap motivasi siswa
disebabkan siswa telah memiliki
derajat kesehatan yang tinggi
(94%), memiliki perhatian yang
tinggi pada mata pelajaran
pendidikan jasmani (82,7%),
memiliki minat yang tinggi dalam
mengikuti pelajaran pendidikan
jasmani (78,7%), serta memiliki
Depdikbud. 2003. Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan
Penilaian MataPelajaran
Pendidikan Jasmani. Jakarta
Dimiyati & Mujiono. 2002. Belajar
dan Pembelajaran. Jakarta:
Dirjen Perguruan Tinggi dan
Depdikbud
Djamarah, Syaiful Bahri. 2002.
Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta: Rineka Cipta
Hadi, Sutrisno. 1990. Metodologi
Research Jilid 1. Yogyakarta:
Andi Offset .
bakat dalam bidang olahraga yang . 2001. Metodologi tinggi (75%). Sedangkan tingginya
pengaruh faktor ekstrinsik
disebabkan karena metode
mengajar guru memiliki variasi
yang tinggi (82%), alat pelajaran
pendidikan jasmani yang ada
Research Jilid 2. Yogyakarta:
Andi Offset
Hamalik, Oemar. 2001. Perencanaan
Pengajaran Berdasarkan
PendekatanSistem. Jakarta:
Bumi Aksara
memiliki inovasi dan kelengkapan . 2005. Kurikulum
yang tinggi (77,3%), waktu
pelajaran memiliki kesesuaian
dengan kondisi siswa yang tinggi
pula (92%) serta kondisi
lingkungan yang mendukung
tinggi (96%).
Daftar Pustaka
Arikunto, Suharsimi. 1993. Prosedur
Penelitian. Jakarta: Rineka
Cipta
. 2002. Prosedur
Penelitian. Jakarta: Rineka
Cipta
Azari, Akyas. 2000. Psikologi Umum
dan Perkembangan. Jakarta:
Teraju
Azwar, Saifuddin. 2004. Penyusunan
Skala Psikologi. Yogyakarta:
Pustaka Belajar
Darsono. Max dkk. 2000. Belajar
Dan Pembelajaran.
Semarang: IKIP
dan Pembelajaran. Jakarta:
Bumi Antariksa
Natawidjaya, Rochman. 1979.
Psikologi Pendidikan. Jakarta:
CV Mutiara
Sardiman A. M. 2006. Interaksi dan
Motivasi Belajar Mengajar.
Jakarta: Rajawali Pers
Singarimbun, Masri. dan Effendi,
Sofian. 1989. Metode
Penelitian Survai. Jakarta: PT
Pustaka
Slameto, 2003. Belajar dan Faktor-
Faktor yang
Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta
Subardjah, Herman. 2000. Psikologi
Olahraga. Jakarta: Depdiknas
Sudradjat SW, 1985. Statistika
Nonparametrik. Bandung: CV
Armico 58
Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324
Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1280
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif.
CV.Alfabeta:
Bandung
Suryabrata, Sumadi. 1984. Psikologi
Pendidikan. Yogyakarta: PT
Raja Grafindo Persada
Surya, Mohammad. 2004. Psikologi
Pembelajaran dan
Pengajaran. Bandung:
Pustaka Bani Quraisi
Tri Anni, Catharina dkk. 2004.
Psikologi Belajar. Semarang:
UPT MKK UNNES Semarang
Press
Walgito, Bimo. 2003. Pengantar
Psikologi Umum. Yogyakarta:
Andi Yogyakarta
Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324
Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1281
MENINGKATKAN KECEPATAN DAN KELINCAHAN DALAM
PERMAINAN SEPAK BOLA DENGAN MENGGUNAKAN
METODE DEMONSTRASI PADA SISWA KELAS V
DI SDN 1 RUPE KECAMATAN LANGGUDU
KABUPATEN BIMA
Sri Lastuti, S.Pd.Si., M.Pd. 1)
Rafidin, S.Pd.2)
,
STKIP Taman Siswa Bima1)
, Penjaskes Rek. STKIP Taman Siswa Bima2)
,
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan penguasaan dasar-dasar sepak bola
bagi siswa dengan metode demonstrasi di SDN 1 Rupe Kecamatan Langgudu Kabupaten
Bima terutama dalam hal meningkatkan kecepatan dan kelincahan dalam permainan sepak
bola siswa dengan menggunakan metode demonstarasi di SDN 1 Rupe Kecamatan
Langgudu Kabupaten Bima. Jenis penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang
dilaksanakan secara kolaboratif partisipatif dengan guru wali kelas V di SDN 1 Rupe
Kecamatan Langgudu Kabupaten Bima. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas V di
SDN 1 Rupe sejumlah 33 orang siswa. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini
menggunakan teknik observasi, dokumentasi, catatan lapangan dan tes. Teknik analisis
data dalam penelitian ini adalah teknik analisis data kualitatif (data non tes) dan analisis
data kuantitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peningkatan penguasaan dasar-
dasar sepak bola siswa dengan metode demonstrasi di SDN 1 Rupe Kecamatan Langgudu
Kabupaten Bima yaitu siklus I 63,63% siklus II 90,90%. Dan perolehan nilai Kecepatan
dan kelincahan sepak bola siswa dengan menggunakan metode demonstarasi di SDN 1
Rupe Kecamatan Langgudu Kabupaten Bima yaitu pada siklus I sebanyak 23 siswa atau
78,79% mencapai nilai kelincahan dan kecepatan yang distandarkan oleh guru dan pada
siklus II sebanyak 33 siswa atau 100% mencapai kecepatan dan kelincahan seperti yang
ditargetkan.
Kata kunci: speed, agility, football, demonstrations method.
IMPROVING SPEED AND AGILITY SKILLS IN SOCCER GAME USING
DEMONSTRATION IN CLASS V IN SDN 1 RUPE SUB DISTRICT
LANGGUDU BIMA
Abstract
This study aims to improve the mastery of the basics of football for students with
methods of demonstration at SDN 1 Langgudu Rupe District of Bima, especially in terms
of improving the speed and agility in the game of football students using demonstarasi at
SDN 1 Langgudu Rupe District of Bima. This type of research is a classroom action
research conducted collaboratively participatory V homeroom teacher at SDN 1 Langgudu
Rupe District of Bima. The subjects of this study is the fifth grade students at SDN 1 Rupe
number of 33 students. Data collection techniques in this study using observation,
documentation, field notes and tests. Data analysis techniques in this study is qualitative
data analysis techniques (data non-test) and quantitative data analysis. Results of this study
showed that increasing mastery of the basics of football students with the method of
Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324
Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1282
demonstration at SDN 1 Langgudu Rupe District of Bima ie cycle I Cycle II 63.63%
90.90%. And the acquisition value of speed and agility football student using demonstarasi
at SDN 1 Langgudu Rupe District of Bima is the first cycle as many as 23 students or
78.79% to the value of agility and speed that is standardized by the teacher and the second
cycle as many as 33 students or 100% achieve speed and agility as targeted.
Keywords: Kecepatan, Kelincahan, sepak bola, metode demonstrasi.
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan cara yang
srategis untuk mencetak sumber daya
manusia (SDM) yang berkualitas.
Dengan kebijakan yang berkelanjutan
khususnya dalam dunia pendidikan di
indonesia, bukan mustahil pendidikan di
indonesia akan menciptakan SDM yang
berwawasan luas dan berkualitas.
Sumber daya manusia yang berkualitas
akan membawa pada kemajuan bangsa
terutama dalam menjadikan masyarakat
madani. Sehingga dengan adanya
pendidikan yang bermutu maka semua
hal yang berhubungan dengan masalah
pendidikan akan cepat terselesaikan.
Salah satu Pendidikan yang
mengarahkan pada perkembangan
perkembangan keseluruhan aspek
manusia adalah pendidikan jasmani.
Pendidikan jasmani hakikatnya
adalah proses pendidikan yang
memanfaatkan aktivitas fisik untuk
menghasilkan perubahan holistik dalam
kualitas individu baik secara jasmani dan
rohani. Sehingga pendidikan jasmani
merupakan salah satu pendidikan yang
sangat penting dan utama untuk
kemajuan suatu bangsa.
Pendidikan jasmani memiliki
peran yang sangat penting dalam
mengintensifikasi penyelenggaraan
pendidikan sebagai suatu proses
pembinaan manusia yang berlangsung
seumur hidup. Pendidikan jasmani
memberikan kesempatan pada siswa
untuk terlibat langsung dalam aneka
pengalaman belajar melalui aktivitas
jasmani, bermain, dan berolahraga yang
dilakukan secara sistematis ,terarah dan
terencana. Pembekalan pengalaman
belajar itu diarahkan untuk membina,
sekaligus membentuk gaya hidup sehat
dan aktif sepanjang hayat. Badan
Standart Nasional Pendidikan (2006:729)
menyatakan bahwa: pendidikan jasmani
Olahraga dan Kesehatan merupakan
bagian integral dari pendidikan secara
keseluruhan, bertujuan untuk
mengembangkan aspek kebugaran
jasmani,keterampilan gerak,
keterampilan berfikir kritis, keterampilan
sosial, penalaran, stabilitas
emosional,tindakan moral, aspek pola
hidup sehat dan pengenalan lingkungan
bersih melalui aktivitas jasmani, olahraga
dan kesehatan terpilih yang direncanakan
secara sistematis dalam rangka mencapai
tujuan pendidikan nasional.
Hakekatnya pendidikan jasmani
tidak hanya untuk mengembangkan
badan tetapi juga untuk mengajarkan
perilaku sosial, kebudayaan, dan
menghargai etika serta mengembangkan
kesehatan mental emosional (adisasmita,
1989:2) selain itu adisasmita juga
berpendapat bahwa kegiatan jasmani
tertentu yang dipilih dapat membentuk
sikap / membentuk karakter yang
berguna bagi pelakunya.
Sepak bola merupakan olah raga
yang sederhana dan murah. Bahkan
hampir tidak memerlukan biaya. Namun
bila pertandingan yang professional, olah
raga ini biayanya bisa terbesar dari aneka
cabang olah raga lainnya. Bila dikaji
bersama pola permainan sepak bola. Itu
sederhana, pola permainan hanya
menyerang (Attacktion),
mempertahankan (defention) dan
Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324
Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1283
menyusun posisi strategi ini, keahlian
dan keterampilan masing-masing pemain
tampak jelas, kemauan membawa bola,
menggiring bola, merebut bola,
mempertahankan bola dan mengecoh
lawan. Hal tersebutlah yang sangat
diperlukan oleh setiap pemain untuk
diterapkan dalam kerja sama antara
pemain.
Selain kemampuan membawa
bola, menggiring bola, merebut bola,
mempertahankan bola dan mengecoh
lawan,dalam sepak bola memiliki daya
tahan tubuh yang kuat,lentur,cepat dan
lincah menjadi faktor utama dalam
keberhasilan bermain sepak bola. Faktor
tersebut harus dimiliki para pemain
untuk mengembangkan ke posisi puncak.
Dari faktor-faktor tersebut yang menarik
untuk dikaji bersama adalah faktor
kecepatan dan kelincahan. Kecepatan
dan kelincahan ini dapat dibentuk dari
dalam diri (pembawaan) atau dari luar
diri (karena mampu mengkombinasikan
dari segala teknik yang dimiliki).
Memiliki kecepatan dan
kelincahan yang lebih, bagi setiap
pemain merupakan mudal meraih sukses
untuk mencetak gol, dan
mempertahankan kemasukan bola.
Dengan kemampuan kecepatan dan
kelincahan akan memudahkan pemain
tersebut dalam rangka membawa bola
(menggiring bola) ke hadapan gawang
lawan. Seorang pemain yang mempunyai
kelincahan dan kecepatan yang bagus,
bola yang digiring bagaikan lekat di kaki
dan tentu mudah melewati halangan
lawan dan tidak mudah dikelabuhi
lawan. Untuk mencapai tujuan tersebut,
maka harus ada lingkungan yang lebih
banyak dari pihak lain seperti keluarga,
sekolah, serta lingkungan pergaulannya.
Berdasarkan observasi, sekolah
yang masih lemah dalam kelincahan dan
kecepatan dalam bermain sepak bola
adalah siswa di SDN 1 Rupe. Hal itu
sangat disayangkan mengingat siswa di
SDN 1 Rupe memiliki potensi yang
besar dalam mengembangkan
kemampuan untuk bermain sepak bola.
Oleh karenanya menmgingat faktor
kecepatan dan kelincaan menjadi aspek
yang sangat penting dalam bersepakbola
maka harus dilakukan upaya
meningkatkan kemampuan sepakbola
siswa di SDN 1 Rupe dalam hal
kecepatan dan kelincahan. Oleh karena
itu peneliti melakukan penelitian dan
memberikan inovasi yang dapat
meningkatkan kecepatan dan kelincahan
siswa dalam bermain sepak bola di SDN
1 Rupe dengan menggunakan metode
demonstrasi.
Metode Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan
adalah penelitian tindakan kelas yang
dilaksanakan di SDN 1 Rupe. Peran guru
disini adalah sebagai observer,
sedangkan peneliti sebagai pengajar dan
perancang pembelajaran. Guru dilibatkan
sejak proses perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan, hingga refleksi. Penelitian
ini bermaksud untuk meningkatkan
kecepatan dan kelincahan belajar sepak
bola siswa kelas V di SDN 1 Rupe
dengan cara menggunakan metode
demonstrasi.
Adapun rancangan penelitian
dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar : Desain Penelitian
Dari Gambar di atas dijelaskan
bahwa penelitian ini dilaksanakan dalam
dua siklus. Sebelum melaksanaan siklus
I, peneliti melakukakan perencanaan,
kemudian tahap pelaksanaan kemudian
dilanjutkan dengan
Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324
Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1284
pengamatan.Selanjutnya melakukan
refleksi dengan tujuan untuk
mengevaluasi penelitian yang telah
dilakukan. Karena pada siklus pertama
belum mendapatkan hasil sesuai dengan
tujuan penelitian yang sudah di tetapkan
maka dilanjutkan pada siklus ke 2,
demikian seterusnya hingga tujuan
penelitian tercapai.
Subyek penelitian ini adalah siswa
kelas V di SDN 1 Rupe sejumlah 33
orang siswa. Adapun objek penelitian ini
adalah keseluruhan proses dan hasil
selama dilaksanakan penelitian.
Instrumen yang digunakan
dalam penelitian ini adalah lembar
observasi, catatan lapangan, pedoman
wawancara, dokumentasi dan tes.
Lembar observasi digunakan sebagai
panduan dalam melakukan observasi
atau pengamatan di lapangan.
Observasi yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah melakukan
pengamatan secara langsung dan
pencatatan mengenai proses
pembelajaran sepak bola
menggunakan metode demonstrasi
untuk meningkatkan kecepatan dan
kelincahan belajar sepak bola siswa.
Catatan lapangan merupakan
instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini untuk
mendokumentasikan proses
pembelajaran sehingga
mempermudah dalam evaluasi
pelaksanaan pembelajaran dan
sebagai acuan dalam penyusun
laporan. Instrumen berupa pedoman
wawancara disusun untuk
menanyakan dan mengetahui hal-hal
yang tidak dapat atau kurang jelas
diamati pada saat observasi. Selain
itu wawancara juga bertujuan untuk
mempermudah peneliti dalam
melakukan tanya jawab tentang
bagaimana tanggapan siswa terhadap pembelajaran yang dilaksanakan.
Instrumen lain dalam
penelitian ini adalah Instrumen
dokumentasi yang digunakan untuk
memperkuat data yang diperoleh,
memberikan gambaran secara
kongkrit mengenai kegiatan siswa
pada saat pembelajaran. Adapun
instrumen angket digunakan untuk
memperkuat data peningkatan
kecepatan dan kelincahan belajar
sepak bola siswa yang telah diperoleh
berdasarkan lembar observasi serta
catatan lapangan terutama mengenai
respon siswa terhadap pembelajaran
sepak bola dengan menggunakan
metode demonstrasi.
Instrumen tes diberikan
dengan tujuan untuk mengetahui
kecepatan dan kelincahan belajar
siswa dalam menyelesaikan suatu
permasalahan. Tes berupa soal
uraian, disusun dengan berpedoman
pada indikator untuk mengungkap
kemampuan pemahaman siswa
terhadap materi sepak bola yang
sudah diajarkan. Teknik analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis data kualitatif (data non-tes) dan
kuantitatif. Dada kualitatif dalam
penelitian ini diperoleh berdasarkan hasil
observasi dan catatan lapangan. Adapun
analisis data kuantitatif meliputi analisis
data hasil observasi pembelajaran. Data
observasi merupakan data yang didapat
dari hasil observasi tentang
keterlaksanaan pembelajaran sepak bola
dengan menggunakan metode
demonstrasi berdasar lembar observasi.
Untuk jawaban ”ya” pada lembar
observasi diberi skor 1 dan untuk
jawaban ”tidak” diberi skor 0.
Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324
Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1285
HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian ini
dijabarkan berdasarkan hasil yang
diperoleh tiap siklusnya. Penelitian
tindakan ini dilakukan di SDN 1
Rupe Kecamatan Langgudu
Kabupaten Bima. Pelaksanaan
penelitian tindakan ini dilakukan
selama dua siklus yaitu dilaksanakan
pada tanggal 12 Mei 2014 s/d 26 Mei
2014. Setiap siklus dilakukan dua kali
tatap muka dengan alokasi waktu 2 x
45 menit pada setiap tatap muka.
Setiap siklus pembelajaran penjas
diberikan teori dan praktek sepak
bola dengan menggunakan metode
demonstrasi. Setiap siklus terdapat
kegiatan yang meliputi perencanaan
tindakan, pelaksanaan tindakan,
observasi serta refleksi.
Pada siklus pertama, kegiatan
penelitian dimulai dengan
perencanaan. Pada tahap perencanaan
guru melakukan kegiatan-kegiatan
persiapan dalam melaksanakan siklus
I. Adapun kegiatan yang di lakukan
guru yaitu: 1)menyusun rencana
pembelajaran untuk siklus I, 2)
membuat lembar observasi, 3)
membuat lembar angket untuk siklus
I. 4) membuat soal tes formatif untuk
siklus I. 5) menyiapkan alat-alat
pengajaran yang berkaitan dengan
teori dan praktek dalam bermain
sepak bola.
Pada tahap tindakan,
pelaksanaan tindakan penelitian dapat
digambarkan sebagai berikut: 1)
memberikan motivasi kepada siswa
untuk siap melakukan belajar, 2) guru
memberikan informasi kepada siswa
mengenai tujuan pembelajaran dan
materi yang akan di ajarkan pada
pertemuan tersebut.
Selanjutnya 3) guru membagi siswa menjadi tiga kelompok, 4)
mendiskusikan langkah-langkah
untuk meningkatkan kecepatan dan
kelincahan dalam bermain sepak bola
bersama siswa, mendemonstrasikan
langkah-langkah untuk meningkatkan
kecepatan dan kelincahan dalam
bermain sepak bola bersama siswa,
membimbing siswa mendiskusikan
hasil kegiatan dalam kelompok, dan
siswa melakukan praktek sepak bola
dengan memperagakan teknik-teknik
yang didemontrasikan oleh guru.
Di akhir pembelajaran guru
melakukan penilaian tes formatif dan
psikomotor dari permainan sepak
bola yang dilakukan siswa, kemudian
menuntun siswa untuk menarik
kesimpulan dari pelajaran yang telah
diikuti dan membaca doa penutup
pembelajaran bersama-sama.
Adapun aspek yang dinilai
pada tindakan siklus I yaitu: ranah
psikomotor yang terdiri dari cara
menendang bola, cara mengontrol
bola dan cara mengiring bola,
sedangkan untuk ranah afektif yaitu
terdiri dari kedisplinan, ketekunan
dan ketepatan.
Berdasarkan pelaksanaan
siklus I tersebut, diperoleh hasil
observasi untuk melihat kemampuan
sepakbola siswa dalam hal
penguasaan tehnik-tenik dasar
sepakbola, kecepatan dan kelincahan.
Hasilnya disajikan pada Tabel 1
berikut:
Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324
Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1286
Nilai Persentse
Rata-Rata Jumlah
(%)
Tabel 1. Penguasaan Kemampuan Sepakbola Siswa
dilihat pada lampiran) tampak bahwa aktivitas guru yang paling dominant.
Kemapuan Jumlah
Siswa
Persentase Adapun aktifitas guru yang dominant
pada siklus I tersebut adalah
Teknik
Dasar
21 63,63% menjelaskan materi yang sulit,
membimbing dan mengamati siswa
Kecepatan 23 69,69%
Kelincahan 23 69,69%
Berdasarkan Tabel 1 diperole
bahwa pada siklus satu setelah
dilakukan demonstrasi disetiap
pertemuan maka diperoleh hasil yang
sudah dianalisis secara keseluruhan
untuk setiap pertemuan siklus I.
Untuk teknik dasar sebanyak 21
siswa yang sudah menguasai,
sedangkan untuk kelincaan dan
kecepatan masing-masing 69,69%.
Arinya sebagian besar siswa sudah
mulai memperlitkan kemampuan
sepakbolanya setelah diberikan
demonstrasi.
Selain itu, diperoleh juga
data kemampuan siswa dari tes
formatif dan ketuntasan belajar siswa
pada Siklus I yang disajikan pada
Tabel 2 dan Tabel 3 berikut :
Tabel 2. Hasil Tes Formatif Siklus I
Banyak Siswa (Tuntas) 25
Persentase (%) 75,45
Tabel 3. Ketuntasan Belajar Siklus I
A = 85 – 100 0 0%
B = 71 – 84 10 77,8 %
C = 60 – 70 23 22,2%
D = 40 – 59 0 0%
E = 00 – 39 0 0%
Jumlah 33 100 %
Berdasarkan hasil observasi (rekapitulasi hasil observasi dapat
dalam menemukan konsep yaitu 21,7%. Aktivitas lain yang
presentasenya cukup besar adalah
memberi umpan balik/evaluasi/tanya
jawab, menjelaskan materi yang sulit
dan membimbing siswa merangkum
pelajaran yaitu masing-masing
sebesar 18,3% dan 13,3%. Sedangkan
aktivitas siswa yang paling dominant
adalah mengerjakan/ memperhatikan
penjelasan guru yaitu 22,5%.
Aktivitas lain yang presentasenya
cukup besar adalah bekerja dengan
sesama anggota kelompok, diskusi
antar siswa dengan guru, dan
membaca buku/ literature yang
berhubuangan dengan kelincahan dan
kecepatan dalam bermain sepak bola
yaitu masing-masing 18,8% dan
11,5%.
Berdasarkan keseluruhan
tindakan siklus I yang meliputi
perencanaan dan pelaksanaan
tindakan serta hasil observasi yang
dilakukan selam tindakan siklus I
dapat dilakukan tindakan hasil
refleksi. Guru dan observer
melakukan hasil pelaksanaan
tindakan. Adapun permasalahan-
permasalahan yang dihadapi dan
perlu dicari penyelesaianya antara
lain : 1) Guru kurang baik dalam
memotivasi siswa, 2) penyampaian
tujuan pembelajaran perlu
dimaksimalkan, guru kurang baik
pengelolaan waktu dan siswa kurang
antusias selama pembelajaran
berlangsung, 3) pelaksanaan kegiatan
Nilai Rata-rata Tes Formatif
Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324
belajar mengajar pada siklus I ini masih terdapat kekurangan, sehingga
perlu adanya refisi sebagai perbaikan
pada siklus berikutnya.
Adapun perbaikan yang
harus dibenahi olehguru agar
penelitian pada siklus selanjutnya
lebih baik dari siklus sebelumnya
adalah sebagai berikut: 1) guru perlu
lebih terampil dalam memotivasi
siswa, 2) guru lebih memperjelas
penyampaian tujuan pembelajaran .
Dimana siswa diajar untuk terlibat
langsung dalam setiap kegiatan yang
akan dilakukan, dan 3) guru perlu
mendistribusikan waktu secara baik
dengan menambahkan informasi-
informasi yang dirasa perlu dan
memberi catatan. 4) Guru harus lebih
terampil dan bersemangat dalam
mendemonstrasikan teknik-teknik
dalam permainan sepak bola sehingga
siswa lebih antusias dalam mengikuti
pembelajaran yang berlangsung.
Berdasarkan hasil refleksi tersebut
maka penelitian dilanjutkan pada
siklus ke II.
Adapun hasil penelitian untuk
siklus II dimulai dengan tahap
perencanaan. Tahap perencanaan
siklus 2 guru telah melakukan
persiapan-persiapan yang lebih
serius. Adapun kegiatan yang di
lakukan antara lain: 1) menyusun
rencana pembelajaran pada siklus
Dua dengan mengacu pada
perbaikan-perbaikan yang telah
dilakukan pada siklus I, membuat
lembar observasi, 3) membuat soal-
soal latihan untuk siklus II , 4)
Menyiapkan media gambar dengan
metode diskusi untuk siklus II , dan
5) membuat lembar angket untuk
siklus II.
Pada tahap tindakan siklus II, kegiatan diaharapkan kompetensi
dasar siswa dapat melakukan
keterampilan salah satu nomor
olahraga beregu dengan
menggunakan bola besar (sepak
bola). Kegiatan pembelajaran pada
siklus II ini dilaksanakan sebanyak
dua kali pertemuan. Pelaksanaan
pembelajaran pada siklus dua
berdasarkan hasil refleksi pada siklus
I yang menunjukan hasil belum
mencapai target yang diinginkan atau
standar minimal yang telah
ditetapkan.
Pada tindakan siklus II guru
memulai kegiatan dengan melakukan
apersepsi. Apersepsi dilakukan untuk
menarik minat dan perhatian siswa
dalam mengikuti proses pembelajaran
dengan memberikan pertanyaan-
pertanyaan singkat kepada siswa
tentang materi yang pernah diajarkan
sebelumnya, karena materi pada
siklus II masih terkait dengan materi
pada siklus I. Guru menjelaskan poin-
poin yang akan dilaksanakan
bersama. Tidak lupa guru selalu
menanyakan kembali terkait
pemahaman siswa agar pelajaran bisa
melanjutkan ke langkah berikutya.
Pelaksanaan pembelajaran pada
siklus II berdasarkan hasil refleksi
pada siklus I yang menunjukan hasil
belum mencapai target yang
diinginkan atau standar minimal yang
telah ditetapkan. Untuk kegitan
pembelajaran dilaksanakan seperti
pada siklus I dengan memperbaiki
hal-hal yang diperoleh dari hasil
refleksi atau evaluasi.
Adapun aspek yang dinilai
pada tindakan siklus dua sama
dengan penilaian pada siklus I yaitu:
Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1287
Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324
Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1288
Nilai Rata-rata Tes Formatif
Ranah psikomotor yang terdiri dari cara menendang bola, cara
mengontrol bola dan cara mengiring
bola, sedangkan untuk ranah afektif
yaitu terdiri dari kedisplinan,
ketentuan dan ketetapan.
Berdasarkan pelaksanaan
siklus II tersebut, diperoleh hasil
observasi untuk melihat kemampuan
sepakbola siswa dalam hal
yang dilakukan. Adapun pencapaian tes formatif dan ketuntasan belajar
siswa pada siklus II disajikan pada
Tabel 5 dan Tabel 6 berikut :
Tabel 5. Hasil Tes Formatif Siklus II
Banyak Siswa (Tuntas) 28
Persentase (%) 84,84 %
Tabel 6. Ketuntasan Belajar Siklus II
Teknik
Dasar
30 90,90%
Jumlah 33 100 %
Berdasarkan Tabel 4 dan Tabel 5
Kecepatan 33 100%
Kelincahan 33 100%
Berdasarkan Tabel 4 diperoleh bahwa pada siklus satu
setelah dilakukan demonstrasi
disetiap pertemuan maka diperoleh
hasil yang sudah dianalisis secara
keseluruhan untuk setiap pertemuan
siklus II. Untuk teknik dasar
sebanyak 30 siswa yang sudah
menguasai, sedangkan untuk
kelincaan dan kecepatan masing-
masing 100%. Arinya semua siswa
sudah mulai menguasai kemampuan
sepak bola di aspek kemampuan
dasar, kecepatan dan kelincahan
setelah diberikan demonstrasi.
Pada akhir proses belajar
mengajar siswa diberi tes formatif
siklus II dengan tujuan untuk
mengetahui tingkat keberhasilan
siswa dalam proses belajar mengajar
diperoleh hasil ketuntatasan belajar pada siklus II sudah mencapai target.
Berdasarkan hasil observasi
(rekapitulasi hasil observasi dapat
dilihat pada lampiran) tampak bahwa
aktifitas guru yang paling dominan
pada siklus II adalah membimbing
dan mengamati siswa melakukan
latihan yaitu 25%. Jika dibandingkan
dengan siklus I aktifitas ini
mengalami peningkatan. Aktivitas
guru yang mengalami penurunan
adalah memberi umpan balik
(16,6%), menjelaskan/ melatih
menggunakan alat (11,7). Meminta
siswa mendiskusikan dan menyajikan
hasil kegiatan (8,2%) dan
membimbing siswa memperbaiki
kesalahan (6,7%).
Sedangkan untuk aktivitas
siswa yang paling dominan pada
siklus II adalah praktik menggunakan
alat yaitu 21%. Jika jika
dibandingkan dengan siklus I,
penguasaan tehnik-tenik dasar sepakbola, kecepatan dan kelincahan.
Nilai
Jumlah Rata-Rata
Persentse
(%)
Hasilnya disajikan pada Tabel 4 A = 85 – 20 60,60% berikut: 100
Tabel 4. Penguasaan Kemampuan B = 71 – 84 10 30,30 %
Sepakbola Siswa C = 60 – 70 3 9,09%
Kemapuan Jumlah
Persentas
e Siswa
D = 40 – 59 E = 00 – 39
0 0
0% 0%
Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324
Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1289
aktivitas ini mengalami peningkatan. Aktivitas siswa mengalami
penurunan adalah mendengarkan/
memperhatikan penjelasan guru
17,9%. Diskusi antara siswa dengan
guru (13,8%), mempraktekkan yang
relevan dengan KBM (7,7%) dan
merangkum pembelajaran (6,7%).
Adapun ktivitas siswa yang
mengelami peningkatan adalah
memperhatikan pragaan (12,1%)
menyajikan hasil pembelajaran
(4,6%), menanggapi /mengajukan
pertanyaan (5,4%) dan berlatihan
dengan siswa lain (10,8%).
Proses pembelajaran pada
siklus II secara keseluruhan siswa
terlihat semakin perhatian dengan
materi pembelajaran yang
disampaikan guru. Hal tersebut
ditunjukan dengan siswa semakin
bersemangat dengan mengikuti
proses belajar mengajar. Siswa
semakin terbiasa belajar dengan
menggunakan metode
demonstrasi.Pada tahap refleksi dari
keseluruhan tindakan siklus II yang
meliputi perencanaan dan
pelaksanaan tindakan serta hasil
observasi yang dilakukan selam
tindakan siklus II dapat dilakukan
hasil refleksi.
Dari hasil refleksi pada siklus
II diperoleh bahwa proses
pembelajaran menunjukan hasil yang
sangat baik dan optimal. Hal ini dapat
dilihat dari siswa semakin aktif
selama proses belajar mengajar
berlangsung. Kekurangan pada siklus
sebelumnyan sudah mengalami
perbaikan dan peningkatan sehinga
menjadi lebih baik dan hasil belajar
siswa pada siklus II mencapai
ketuntasan.
PEMBAHASAN
Hasil penilitian ini
menunjukkan bahwa pembelajaran
dengan menggunakan metode
demonstrasi dapat meningkatkan
kecepatan dan kelincahan siswa
dalam bermain sepak bola. Hal ini
ditunjukan dengan semakin
meningkatnya nilai tes perbuatan
maupun nilai afektif yang diperoleh
siswa dari siklus I hingga siklus II.
Adapun peningkatan pencapaian nilai
perolehan siswa tersebut yaitu pada
siklus I dan II diperoleh persentase
pencapaian siswa yaitu pada siklus I
secara klasikal sebesar 63,63% dan
pada siklus II meningkat menjadi
90,90%. Begitupun halnya
pencapaian siswa dengan
menggunakan ujian tertulis yaitu
pencapaian siswa pada siklus I
sebesar tujuh orang siswa belum
mencapai ketuntasan belajar dan pada
siklus II sebanyak 33 siswa mencapai
ketuntasan belajar. SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian
dan pembahasan maka diperoleh hasil
sebagai berikut: 1) peningkatan
penguasaan dasar-dasar sepak bola
siswa dengan metode demonstrasi di
SDN 1 Rupe Kecamatan Langgudu
Kabupaten Bima yaitu siklus I
63,63% siklus II 90,90%. Dan 2)
perolehan nilai kecepatan dan
kelincahan sepak bola siswa dengan
menggunakan metode demonstarasi
di SDN 1 Rupe Kecamatan Langgudu
Kabupaten Bima yaitu pada siklus I
sebanyak 23 siswa atau 78,79%
mencapai nilai kelincahan dan
kecepatan yang distandarkan oleh
guru dan pada siklus II 33 siswa
Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324
Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1290
atau 100% mencapai kecepatan dan kelincahan seperti yang ditargetkan. SARAN
Berdasarkan hasil yang
diperoleh peneliti selama melakukan
proses penelitian, maka diberikan
beberapa saran sebagai berikut: 1)
untuk menerapkan metode
demontrasi memerlukan persiapan
yang cukup matang, sehingga guru
harus mempu menentukan atau
memilih topik yang benar-benar bisa
diterapkan dengan metode
demonstrasi dalam proses belajar
mengajar sehingga diperoleh hasil
yang optimal. 2) dalam rangka
meningkatkan prestasi belajar siswa,
guru hendaknya lebih sering melatih
siswa dengan berbagai metode
pembelajaran, walaupun dalam taraf
yang sederhana, dimana siswa
nantinya menemukan pengetahuan
baru, memperoleh konsep dan
keterampilan, sehingga siswa berhasil
atau mampu memecahkan masalah-
masalah yang di hadapinya. 3) Perlu
adanya penelitian yang lebih lanjut,
karna hasil penelitian ini hanya
dilakukan di SDN I Rupe Langgudu
Tahun pelajaran 2013 /2014. 4)
Untuk penelitian yang serupa
hendaknya dilakukan perbaikan agar
diperoleh hasil yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Asri Budiningsih, C. (2005). Belajar
dan pembelajaran. Jakarta: PT
Rineka Cipta
Depdiknas. (2005). Peraturan
Pemerintah RI Nomor 19,
Tahun 2005, tentang Standar
Nasional Pendidikan.
Depdiknas. (2009). Peraturan
Pemerintah RI Nomor 41,
Tahun 200, tentang Standar Proses Pendidikan.
Djemari Mardapi. (2008). Teknik
penyusunan instrumen tes dan
non tes. Yogyakarta: Mitra
Cendekia Press.
Ida Bgus Putu Aryana. (2004).
Pengembangan perangkat
pembelajaran yang
berdasarkan masalah yang
dipadu dengan strategi
kooperatif. Malang: UNM
Nana Sudjana.2005. Penilai hasil
proses belajar mengajar.
Bandung: PT Remaja
rosdakarya.
Suharsimi arikunto .2008. Penelitian
tindakan kelas: Jakarta. Bumi
aksara.
Sri Lastuti. 2010. Peningkatan
motivasi dan aktivitas belajar
biologi siswa melalui problem
based laerning (PBL) dengan
metode eksplorasi pada materi
pokok keanekaragaman hayati
untuk siswa kelas x di sma n 1
godean sleman yogyakarta
tahun ajaran 2009/2010. Skripsi, Tidak dipublikasikan,
Universitas Negeri Yogyakarta,
Yogyakarta.
Suharsimi Arikunto & Cepi
Safruddin Abdul Jabar. (2009).
Evaluasi program pendidikan:
Pedoman teoretis bagi
mahasiswa dan praktisi
pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.
Surahman. (1998). Pengembangan
bahan ajar. Yogyakarta: Ikip
Yogyakarta. Tim
GBS.2007.kamus lengkap
Biologi. Jakarta: GBS Jakarta.
Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324
Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1291
Wina Sanjaya. (2009). Kurikulum dan pembelajaran: Teori dan praktik
pengembangan
Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Zuriah, Nurul. 2001. Penelitian
tindakan kelas (Action
Research) dalam bidang
pendidikan (Ed. Revisi).
Malang: Universitas Negeri
Malang
.http://id.wikipedia.org/wiki/
metode demonstrasi_. diakses
pada tanggal 29 April 2014
pukul 19.00.
.http://id.wikipedia.org/wiki/
sepak bolar_. diakses pada
tanggal 29 April 2014 pukul
19.00.
Biodata Penulis:
Sri Lastuti, M.Pd.
Lahir di Bima pada tanggal 7 Juni 1988.
Jenjang pendidikan yang ditempuh mulai
jenjang sarjana (S1) pada jurusan
pendidikan Biologi Universitas Negeri
Yogyakarta (UNY) dan lulus pada tahun
2010. Pada tahun 2013 berhasil
menyelesaikan jenjang magister (S2)
pada jurusan Penelitian dan Evaluasi
Pendidikan (PEP) di program pascasarja
UNY. Saat ini tercatat sebagai salah satu
dosen tetap di Sekolah Tinggi
Keguruan dan Ilmu Pendidikan
(STKIP) Taman Siswa Bima.
Rafidin, S.Pd.
Lahir di Bima-NTB pada tanggal ..
Menyelesaikan pendidikan S1 pada
program studi Penjaskes Rek. di Sekolah
Tinggi Keguruan dan Ilmu
Pendidikan (STKIP) Taman Siswa
Bima dan sekarang tercatat sebagai
guru Pengawai Negeri Sipil di SDN 1 Rupe.
Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324
Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1292
KORELASI ANTARA FLEKSIBILITAS TUBUH TERHADAP KEMAMPUAN
TEKNIK SERVIS YANG TEPAT DALAM PERMAINAN SEPAK TAKRAW
Agustinus dan Samsudin
Program Studi Penjaskesrek STKIP Taman Siswa Bima
Abstrak
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini untuk mengetahui apakah ada
korelasi antara fleksibilitas tubuh terhadap kemampuan teknik service yang tepat
dalam permainan sepak takraw pada siswa putra kelas VIII SMPN 7 Donggo Satap
Kabupaten Bima tahun pelajaran 2012/2013. Variabel dalam penelitian ini adalah
fleksibilitas sebagai variabel X dan kemampuan teknik servis sebagai variabel Y.
Penelitian ini merupakan penelitian korelasional dengan pendekatan kuantitatif.
Populasi dalam penelitian ini yyaitu pada siswa putra kelas VIII SMPN 7 Donggo
Satap Kabupaten Bima tahun pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 59 orang siswa.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yyaitu tes
fleksibilitas tubuh dan tes kemampuan teknik servis yang tepat dalam permainan
sepak takraw. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
menggunakan analisis statistik dengan rumus korelasi product moment.
Berdasarkan perhitungan tersebut, ternyata r hitung lebih besar dari t tabel (3,134 >
1,701), dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima. Maka kesimpulan dalam
penelitian ini “Ada Korelasi yang signifikan antara fleksibilitas tubuh terhadap
kemampuan teknik servis yang tepat dalam permainan sepak takraw pada siswa
putra kelas VIII SMPN 7 Donggo Satap Kabupaten Bima tahun pelajaran
2012/2013”.
Kata Kunci : Fleksibilitas tubuh, Kemampuan teknik servis yang tepat, Permainan
sepak takraw.
PENDAHULUAN
Sejalan dengan perkembangan
jaman di era globalisasi seperti
sekarang ini, sumber daya manusia
dituntut untuk berpacu dalam
perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, khususnya dalam cabang
olahraga sepak takraw. Dewasa ini
hampir semua cabang olahraga
mengalami peningkatan prestasi baik
yang sifatnya terukur maupun
kompetisi, mengingat hal ini
didukung oleh adanya fasilitas dan
sarana yang serba modern dan tenaga-
tenaga pelatih yang profesional.
Namun demikian dalam menentukan
prestasi atlit kondisi tubuh baik secara
anatomis, fisiologis dan psikologis
juga merupakan penentu dalam
pencapaian prestasi.
Cabang olahraga sepak takraw
di Indonesia mengalami pasang surut.
bankan hampir kurang mendapatkan
perhatian dari berbagai kalangan
masyarakat. Namun demikian cabang
ini masih tetap diakui untuk
Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324
dipertandingkan pada setiap kejuaraan tingkat nasional, seperti
halnya pada kejuaraan PON ke XV
2009 beberapa tahun lalu. Secara
historis dalam menentukan prestasi
atlit sepak takraw tidak hanya
ditentukan dari hasil latihan-latihan
disebuah club saja, akan tetapi justru
pembibitan dasar di mulai dari
pendidikan formal. Kita tahu bahwa
usia anak berkaitan erat dengan
tingkat penentuan prestasi, oleh
karena itu pemerintah mengupayakan
pendidikan formal mulai dari sekolah
dasar sampai perguruan tinggi. Hal
ini tertuang dalam Garis-Garis Besar
Haluan Negara (GBHN) 1993 : 129)
disebutkan tentang tujuan Pendidikan
Nasional sebagai berikut:
“Pendidikan nasional bertujuan untuk
meningkatkan kualitas manusia
Indonesia yaitu manusia yang
beriman dan bertaqwa terhadap
Tuhan Yang Maha Esa, berbudi
pekerti luhur, berkepribadian,
mandiri, maju, tangguh, cerdas,
kreatif, terampil, berdisiplin, beretos
kerja, profèsional, bertanggung jawab
dan produktif serta sehat jasmani atau
rohani.
Sepak Takraw merupakan
olahraga tradisional bangsa-bangsa di
Asia Tenggara termasuk juga bangsa
Indonesia. Daerah-daerah di
Indonesia yang terlebih dahulu
memainkan sepak takraw adalah
Sulawesi Selatan (Makasar),
Sumatera Barat (Minang Kabau),
Riau, Kalimantan (Kandangan ) dan
Jawa Barat (Banten), semua
merupakan daerah yang berada di
pesisir pantai. Daerah-daerah inilah
yang terlebih dahulu dan aktif
memasalkan, mengembangkan dan
meningkatkan olahraga sepak takraw, sehingga sangatlah wajar kalau
daerah Sulawesi Selatan dan Riau
selalu unggul da prestasi dan menjadi
juara pada kejuaraan-kejuaraan
Nasional (Ratinus Darwis, 1992).
Kemampuan teknik dasar
antara satu dengan lainnya
merupakan kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan. Selain teknik dasar dalam
permainan sepak takraw dimaksud,
seorang pemain harus pula menguasai
teknik khusus bermain sepak
takraw.Teknik khusus bermain sepak
takraw adalah cara-cara bermain
sepak takraw yang meliputi sepak
mula, menerima sepak mula,
mengumpan, smesh, dan block atau
menahan. Tanpa dikuasainya teknik
tersebut, permainan sepak takraw
tidak mungkin dilaksananakan
dengan baik dan sempurna.
Selanjutnya dalam upaya peningkatan
prestasi olahraga perlu terus
dilaksanakan pembinaan olahragawan
sediri mungkin melalui pencarian dan
pemantauan bakat, pembibitan,
pendidikan dan pelatihan olahraga
prestasi yang didasarkan pada ilmu
pengetahuan dan teknologi secara
lebih efektif dan efisien serta
peningkatan kualitas organisasi
keolahragaan baik ditingkat nasional
maupun di tingkat daerah. Begitu
halnya dengan cabang olahraga sepak
takraw yang merupakan salah satu
jenis olahraga khas Indonesia,
diperlukan adanya suatu upaya
pembinaan dan pelatihan yang intens
untuk menghasilkan fleksibilitas
tubuh yang baik, dengan fleksibilitas
tubuh yang baik akan memudahkan
dalam melakukan servis bola.
Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1293
Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324
Servis bola merupakan salah satu komponen yang cukup
menentukan keberhasilan dalam suatu
pertandingan sepak takraw. Namun
demikian untuk dapat melakukan
servis yang baik perlu dukungan
unsur–unsur kesegaran jasmani salah
satunya adalah kelentukan tubuh yang
maksimal. Kelentukan tubuh akan
memberikan kemudahan bagi seorang
pemain dalam melakukan servis.
Berangkat dari pemikiran
tersebut maka peneliti berkeinginan
untuk meneliti tentang “ Korelasi
antara fleksibilitas tubuh terhadap
kemampuan teknik service yang tepat
pada permainan sepak takraw siswa
putra kelas VIII SMPN 7 Donggo
Satap Kabupaten Bima tahun
pelajaran 2012/2013”.
KAJIAN PUSTAKA
a. Permainan Sepak Takraw
Permainan sepak takraw
berlangsung tanpa menggunakan
tangan untuk memukul bola bahkan
bola tidak boleh menyentuh
lengan.Bola hanya menyentuh atau
dimainkan kaki, pada dada, bahu, dan
kepala.Permainan sepak takraw
diawali dengan sepak mula sebagai
servis yang dilakukan oleh
tekong.Sepak mulai dilakukan tekong
atas lambungan bola oleh pelambung
yang diarahkan ke tekong.
Pelambung adalah salah satu pemain
depan, pada waktu dia
melambungkan bola kea rah tekong.
Tekong harus berada didalam
lingkaran yang telah disediakan.
Begitu juga tekong, pada waktu
melakukan sepak mula salah satu
kakinya harus tetap berada didalam
lingkaran tempat tekong melakukan
sepak mula salah satu kakinya harus
tetap berada didalam lingkaran tempat tekong melakukan sepak
mula. Tekong mengarahkan bola
kedaerah lawan melaui atas net
(jaring), dilain pihak lawan harus
menerima bola itu dan
mengembalikan ke dalam lawan.
Dalam hal ini mereka diberi
kesempatan menyentuh bola
sebanyak tiga kali (Sudrajad
Prawirasaputra, 2000). Dengan
demikian perlulah bahwa seorang
pemain sepak takraw itu banyak
berlatih diri dengan menggunakan
kaki atau sepakan. Namun tidak
berarti bahwa unsur lain atau
kemampuan lain tidak perlu atau
tidak penting yang dapat diabaikan,
factor-faktor lain pun banyak lagi
yang menunjang peningkatan prestasi
Sepak Takraw.
Salah satu daya tarik yang
ditemui dalam permainan Sepak
Rakraw adalah teletak pada gerakan
Smash. Smesh merupakan gerakan
terakhir dalam gerakan kerja
serangan, untuk itu perlu dipelajari
dan dilatih secara teratur. Latihan
adalah suatu proses mempersiapkan
oranisme atlet secara sistematis untuk
mencapai mutu prestasi maksimal
yang diberi beban fisik dan mental
yang teratur, terarah, meningkat, dan
berulang-ulang waktunya (Suharno,
1978).
Permainan sepak rakraw
dilakukan oleh dua regu yang
berhadapan didepan lapangan yng
disahkan oleh net (jaring) yang
terbentang membelah lapangan
menjadi dua bagian. Setiap regu yang
berhadapan tediri atas 3 orang pemain
yang bertugas sebagai tekong yang
berdiri paling belakang, dua orang
Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1294
Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324
lainya menjadi pemain depan yang berada disebelah kiri dan kanan
disebut apit kiri dan apit kanan.
Ada beberapa komponen
pendukung yang harus diperhatikan
dalam pencapaian prestasi seorang
atlit dalam permainan sepak Takraw
(Suharno, 1978; 54).diantaranya
adalah sebagai berikut:
1. Kekuatan (strength) adalah
komponen kondisi fisik
seseorang tentang kemampuan
dalam mempergunakan otot
untuk menerima beban sewaktu
bekerja. Contohnya Apabila
seorang pemain menerima smash
dari lawan atau pada saat latihan
beban untuk event yang besar
(SEA GAMES, PON, dan lain-
lain)
2. Daya tahan (Endurance) dalam
hal ini dikenal 2 macam daya
tahan. Daya tahan Umum
(General Endurance) adalah
kemampuan seseorang dalam
mempergunakan sistem jantung,
paru – paru dan peredaran
darahnya secara efektif dan
efisien untuk menjalankan kerja
secara terus rnenerus yang
melibatkan kontraksi sejumlah
otot – otot. dengan intensitas
tinggi dalam waktu yang cukup
lama.b aya tahan Otot (Local
Endurance) adalah kemampuan
seseorang dalam
mempergunakan ototnya untuk
berkontraksi secara terus
menerus dalam waktu yang
relatif lama dengan beban
tertentu. Contohnya: Seorang
pemain yang akan menghadapi
suatu turnamen pertandingan
yang besar, secara otomatis
pemain tersebt harus berlatih lebih tekun, rutin dan keras serta
bagaimana pemain tersebut
menghadapi lawan tanding dalam
tim agar tim / regunya menang.
3. Daya Ledak (Muscular Power)
adalah kemampuan seseorang
untuk mempergunakan kekuatan
maksimum yang dikerahkan
dalam waktu yang sependek –
pendeknya. Dalam hal ini dapat
dinyatakan bahwa daya ledak.
Contohya: seperti pelompat
tinggi. Tolak peluru atau seorang
pemain sepak takraw melakukan
smash atau memblok bola.
4. Kecepatan (Speed) adalah
kemampuan seseorang untuk
mengerjakan gerakan
berkesinambungan dalam bentuk
yang sama dalam waktu
sesingkat-singkatnya.Contoh:
Seorang pelari cepat, pukulan
dalam tinju, pembalap sepeda,
pemanah atau seorang pemain
melakukan servis keras, dalam
hal ini ada kecepatan gerak dan
kecepatan eksplosive.
5. Daya Lentur (Flexibility) adalah
efektifitas seseorang dalam
penyesuaian din untuk segala
aktivitas dengan pengukuran
tubuh yang luas. Hal mi akan
sangat mudah ditandai dengan
tingkat flexibilitas persendian
pada seluruh tubuh. Contoh:
Seorang pemain sepak takraw
melakukan servis, seorang
pelompat gaya flute atau seorang
perenang melakukan pembalikan
gaya bebas.
6. Kelincahan (agility), adalah
kemampuan seseorang untuk
merubah posisi di arena tertentu.
Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1295
Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324
Contoh: Seseorang yang mampu merubah satu posisi yang
berbeda dalam kecepatan tinggi
dengan koordinasi yang baik,
berarti kelincahannya baik.Setiap
pemain dalarn regu sepak takraw
mampu memainkan bola dengan
berbagai macam gaya atau aksi
dalam permainan sepak takraw
bulatan (circle games) dengan
waktu 10 menit.
7. Koordinasi (Coordination)
adalah kemampuan seseorang
mengintegrasikan bermacam –
macam gerakan yang berbeda ke
dalam pola gerakan tunggal
secara efektif. Contoh: Seorang
pemain tenis kelihatan
mempunyai koordinasi yang baik
bila dapat bergerak ke arah bola
sambil mengayun raket,
kemudian memukulnya dengan
benar atau seorang pemain sepak
takraw memainkan bola
kemudian melakukan smash.
8. Keseimbangan (Balance) adalah
kemampuan seseorang
mengendalikan organ-organ
syaraf otot. Contoh: Bagaimana
seorang pesenam melakukan
gerakar hand stand, meniti di
balok titian atau seorang pemain
sepak takraw setelah melakukan
smash dapat jatuh dengan posisi
yang benar.
9. Ketepatan (Accuracy), adalah
kemampuan seorang untuk
mengendalikan gerakan bebas
terhadap suatu sasaran. Sasaran
ini dapat merupakan suatu jarak
atau mungkin suatu obyek
langsung yang harus dikenai
dengan salah satu bagian
tubuh.Contoh: Seorang pemain
sepak takraw, bola voly ataupun sepak bola mengarahkan bola
agar tidak dapat diterima oleh
lawan (baik smash maupun
tendangan)
10. Reaksi (Reaction), adalah
kemampuan seseorang untuk
segera bertindak secepatnya
dalam menanggapi rangsangan
yang ditimbulkan lewat indera
syaraf atau feeling lainnya.
Contoh: Bagaimana seorang
pemain sepak takraw menerima
bola dari lawan, apakah akan di
smash atau diumpankan ke teman
(melihat situasi) atau seorang
penjaga gawang dalam
mengantisipasi datangnya bola
(ditangkap atau di tip atau di
tendang).
b. Kelentukan tubuh (flexibilitas)
Kelentukan tubuh (flexibilitas)
adalah kemampuan dari seseorang
untuk berubah arah dan posisi
secepat mungkin sesuai dengan
situasi yang dihadapi dan dikehendaki
(Suharno HP (1995: 33). Sedangkan
menurut Nossek Jossef (1992: 93)
menyatakan bahwa, kelentukan tubuh
diidentitaskan dengan kemampuan
mengkoordinasikan dari gerakan-
gerakan, kemampuan keluwesan
gerak, kemampuan memanuver
sistem motorik atau deksteritas.
Harsono (1998 : 172) berpendapat
Kelentukan tubuh merupakan
kemampuan untuk mengubah arah
dan posisi tubuh dengan tepat pada
waktu sedang bergerak, tanpa
kehilangan keseimbangan dan
kesadaran akan posisi tubuhnya.
Kelentukan sebagai suatu komponen
kebugaran fisik, adalah kemampuan
dari suatu individu untuk
Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1296
Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324
menggerakkan tubuh dan bagian- bagiannya di mana lebar bidang
gerakan tanpa merasakan ketegangan
pada artikulasi-artikulasi dan
pemasangan-pemasangan otot. Ketika
kita berbicara tentang kelentukan,
tidak terelakkan kita mendengar
istilah seperti: pembelokan (flexion),
yakni yaitu gerakan ruas tubuh yang
menyebabakan pengurangan
(memperkecil) sudut sendi pada
sumbu tranversal/horizontal atau
bidang sagital; perluasan (extension),
yakni gerakan ruas tubuh kearah
kebalikan dari flexion yang
menyebabkan penambahan
(pembesaran) sudut sendi;
hyperextension, yakni di mana sudut
dari suatu sambungan persendian
diperluas di luar cakupannya yang
normal; persendian ganda , yakni
suatu kondisi yang hampir tidak ada,
tetapi meskipun demikian istilah
tersebut digunakan ketika mengacu
pada seseorang dengan kelentukan
yang tidak biasa di dalam posisi-
posisi tertentu; dan akhirnya,
musclesboundness (otot tak berbatas),
yakni satu istilah yang digunakan
untuk menguraikan kasus-kasus dari
kekakuan (tak memiliki kelentukan)
yakni ketika seseorang mengalami
perkembangan otot yang bagus
sekali. Dengan mengabaikan
bagaimana Anda menggambarkan
atau menguraikannya, kelentukan
menyediakan dimensi-dimensi lain
kinerja yang membiarkan suatu
tingkat kebebasan gerakan dan
kesenangan gerakan yang lebih tinggi
digabungkan dengan beberapa
implikasi penting akan keselamatan
yang lebih besar dari cidera. Lebih
dari itu, pengukuran kelentukan
menyoroti konsep-konsep lain yang harus dikenali dengan baik guna
memilih dan memberi penilaian
(sore) test-test yang tersedia.
Kelentukan tubuh merupakan
salah satu komponen fisik yang
banyak dipergunakan dalam
olahraga. Kelentukan tubuh pada
umumnya didefinisikan sebagai
kemampuan mengubah arah secara
efektif dan cepat, sambil berlari
hampir dalam keadaan penuh.
Kelentukan tubuh terjadi karena
gerakan tenaga yang ekplosif.
Besarnya tenaga ditentukan oleh
kekuatan dari kontraksi serabut otot.
Kecepatan otot tergantung dari
kekuatan dan kontraksi serabut
otot. Kecepatan kontraksi otot
tergantung dari daya rekat serabut-
serabut otot dan kecepatan transmisi
impuls saraf. Kedua hal ini
merupakan pembawaan atau bersifat
genetis, atlet tidak dapat
merubahnya (Baley, James A.,1996
:198). M. Sajoto (1995 : 90)
mendefinisikan Kelentukan tubuh
sebagai kemampuan untuk mengubah
arah dalam posisi di arena tertentu.
Seseorang yang mampu mengubah
arah dari posisi ke posisi yang
berbeda dalam kecepatan tinggi
dengan koordinasi gerak yang baik
berarti Kelentukan tubuhnya cukup
tinggi. Sedangkan menurut Dangsina
Moeloek dan Arjadino Tjokro (1994
: 8), Kelentukan tubuh adalah
kemampuan mengubah secara cepat
arah tubuh atau bagian tubuh tanpa
gangguan pada keseimbangan.
Mengubah arah gerakan tubuh secara
berulang-ulang seperti halnya lari
bolak- balik memerlukan kontraksi
secara bergantian pada kelompok
Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1297
Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324
otot tertentu. Sebagai contoh saat lari bolak-balik seorang atlet harus
mengurangi kecepatan pada waktu
akan mengubah arah. Untuk itu otot
perentang otot lutut pinggul (knee
ekstensor and hip ekstensor)
mengalami kontraksi eksentris
(penguluran), saat otot ini
memperlambat momentum tubuh
yang bergerak ke depan. Kemudian
dengan cepat otot ini memacu
tubuh ke arah posisi yang baru.
Gerakan Kelentukan tubuh
menuntut terjadinya pengurangan
kecepatan dan pemacuan momentum
secara bergantian.
Rumus momentum adalah
massa dikalikan kecepatan. Massa
tubuh seorang atlet relatif konstan
tetapi kecepatan dapat ditingkatkan
melalui pada rogram latihan dan
pengembangan otot. Diantara atlet
yang beratnya sama (massa sama),
atlet yang memiliki otot yang lebih
kuat dalam Kelentukan tubuh akan
lebih unggul (Baley, James A.,1996 :
199).
Dari beberapa pendapat
tersebut tentang Kelentukan tubuh
dapat ditarik pengertian bahwa,
kelentukan tubuh adalah kemampuan
seseorang untuk mengubah arah atau
posisi tubuh secara cepat dan efektif
di arena tertentu tanpa kehilangan
keseimbangan. Seseorang dapat
meningkatkan kelentukan tubuh
dengan meningkatkan kekuatan otot-
ototnya. Kelentukan tubuh biasanya
dapat dilihat dari kemampuan bergerak
dengan cepat, mengubah arah dan
posisi, menghindari benturan antara
pemain dan kemampuan berkelit dari
pemain di lapangan. Kemampuan
bergerak mengubah arah dan posisi
tergantung pada situasi dan kondisi yang dihadapi dalam waktu yang
relatif singkat dan cepat.
Kelentukan tubuh yang
dilakukan oleh atlet atau pemain
sepakbola saat berlatih maupun
bertanding tergantung pula oleh
kemampuan mengkoordinasikan
sistem gerak tubuh dengan respon
terhadap situasi dan kondisi yang
dihadapi. Kelentukan tubuh ditentukan
oleh faktor kecepatan bereaksi,
kemampuan untuk menguasai situasi
dan mampu mengendalikan gerakan
secara tiba-tiba.
Dari batasan di atas
menunjukkan kesamaan konseptual
sehingga dapat diambil suatu
pengertian untuk menjelaskan
pengertian ini. Adapun yang
dimaksudkan dengan kelentukan
tubuh adalah kemampuan untuk
bergerak mengubah arah dan posisi
dengan cepat dan tepat sehingga
memberikan kemungkinan
seseorang untuk melakukan gerakan
ke arah yang berlawanan dan
mengatasi situasi yang dihadapi
lebih cepat dan lebih efisien.
Kegunaan Kelentukan tubuh
sangat penting terutama olahraga
beregu dan memerlukan
ketangkasan, khususnya sepakbola.
Suharno HP (1995 :33) mengatakan
kegunaan Kelentukan tubuh adalah
untuk menkoordinasikan gerakan-
gerakan berganda atau stimulan,
mempermudah penguasaan teknik-
teknik tinggi, gerakan-gerakan
efisien, efektif dan ekonomis serta
mempermudah orientasi terhadap
lawan dan lingkungan adalah sebagaj
berikut:
1) Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1298
Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324
Kelentukan Tubuh. Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi Kelentukan tubuh
menurut Dangsina Moeloek dan
Arjadino Tjokro (1994 : 8-9) adalah :
a) Tipe tubuh. Seperti telah
dijelaskan dalam pengertian
Kelentukan tubuh bahwa gerakan-
gerakan Kelentukan tubuh
menuntut terjadinya pengurangan
dan pemacuan tubuh secara
bergantian. Dimana momentum
sama dengan massa dikalikan
kecepatan. Dihubungkan dengan
tipe tubuh, maka orang yang
tergolong mesomorfi dan
mesoektomorfi lebih tangkas dari
sektomorf dan endomorf .
b) Usia. Kelentukan tubuh anak
meningkat sampai kira-kira
usia 12 tahun (memasuki
pertumbuhan cepat). Selama
periode tersebut (3 tahun)
Kelentukan tubuh tidak
meningkat,bahkan menurun.
Setelah masa pertumbuhan
berlalu, Kelentukan tubuh
meningkat lagi secara mantap
sampai anak mencapai maturitas
dan setelah itu menurun kembali.
c) Jenis kelamin. Anak laki-laki
menunjukkan Kelentukan tubuh
sedikit lebih baik dari pada anak
wanita sebelum mencapai usia
pubertas. Setelah pubertas
perbedaan tampak lebih
mencolok.
d) Berat badan. Berat badan yang
berlebihan secara langsung
mengurangi Kelentukan tubuh.
e) Kelelahan. Kelelahan mengurangi
ketangkasan terutama karena
menurunnya koordinasi.
Sehubungan dengan hal itu
penting untuk memelihara daya tahan kardiovaskuler dan otot agar
kelelahan tidak mudah timbul.
2) Sifat Alami Kelentukan tubuh
Kelentukan tidak ada sebagai
suatu karakteristik umum yang
tunggal, tetapi sebagai suatu
kemampuan sangat spesifik kepada
setiap persendian dari tubuh. Jadi,
seseorang yang sangat fleksibel dalam
satu gabungan-gabungan, bisa rata-
rata di dalam gabungan yang lain, dan
sangat tidak fleksibel di dalam bagian
yang ketiga. Seperti komponen-
komponen lain dari kebugaran fisik,
kelentukan dapat diperbaiki melalui
latihan. Banyak studi-studi mandiri
yang mengungkapkan perbaikan
penting sebagai hasil dari latihan yang
reguler/teratur. Anak-anak, usia 6
sampai 2, secara umum jadinya
semakin lebih fleksibel tiap tahun
sampai mereka menjangkau masa
remaja. Lebih dari itu, studi dari anak-
anak lelaki dan anak-anak perempuan
yang diperbandingkan berdasarkan
usia setuju bahwa anak- anak
perempuan secara umum lebih
fleksibel.
Prosedur latihan kelentukan
spesifik yang disertai metode
peregangan statis dan metode
peregangan balistik telah dipelajari
dengan hasil signifikan yang
dilaporkan untuk masing-masing.
Meski tidak ada perbedaan signifikan
yang ditemukan antara kedua metode,
penelitian Riddle menandai masing-
masing metode untuk bersifat
superior terhadap suatu kombinasi
keduanya. Di tahun terakhir,
bagaimanapun, pendidik-pendidik
jasmani dan pelatih-pelatih atletik
lebih menyukai metode peregangan
Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1299
Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324
yang statis, mereka mengaku lebih sedikit kesempatan otot untuk
mencair dan tegang.
c. Kemampuan Teknik Servis
Peranan lompat tegak atau
vertikal jump merupakan salah satu
unsur yang sangat dominan dalam
mendukung permainan sepak takraw,
karena hal ini merupakan koordinasi
gerak permainan yang sangat efektif
dan sangat menunjang keahlian dalam
bermain sepak takraw dalam
melakukan smash ataupun blocking
untuk menambah point atau angka.
Sehingga perlu sekali para pemain
diberikan bentuk–bentuk latihan yang
sifatnya dapat meningkatkan daya
ledak pemain. Adapun bentuk
latihannya dapat berupa vertikal
jump, plyometrik ataupun squat jump,
agar nantinya dapat terbentuk power
yang sangat bagus.
Menurut Nurhasan (1980 : 23)
menyebutkan bahwa secara
operasional vertikal jump atau lompat
tegak lurus adalah cara untuk
mengukur lompatan tegak tanpa
awalan atau mengukur power
tungkai, oleh karena itu lompat tegak
penting untuk dilatihkan disanping
faktor lain yang mendukung dalam
pembentukan power.
Menurut Hadi Basuki (1968 : 4)
menyebutkan bahwa di dalam
permainan sepak takraw lompatan
tegak sangat penting artinya. Karena
di dalam membuat nilai dengan jalan
bertahan atau menyerang maupun
berusaha untuk pindah bola semua
pemain di depan net harus melompat
pada waktu melakukan smash atau
blocking.
Berdasarkan dari uraian
tersebut maka dapat disimpulkan
bahwa kemampuan power atau daya ledak sangat penting bagi para
pemain sepak takraw, mengingat
unsur ini sangat mendukung di dalam
melakukan aktivitas gerakan yang
sifatnya mendadak dan perlu
dilakukan gerakan yang secepat
mungkin. Disamping banyak faktor
lain yang masih perlu untuk
diperhatikan, misalnya unsur
fleksibilitas, unsur kecepatan
bergerak dan ketepatan mereaksi.
Bila diatas telah dijelaskan
tentang unsur dan peranannya maka
selanjutnya didalam proses
melakukan smash atau blocking,
nampaknya perlu dipertimbangkan
masalah tumpuan atau ketepatan di
dalam menumpu, tumpuan yang baik
disaat melakukan smash atau blockin
adalah bila antara datangnya bola
diatas net dengan lompatan baik
tanpa awalan maupun menggunakan
awalan tepat dengan reaksi disaat
akan melakukan smash atau blocking.
Di dalam kemampuan ketepatan
servis terdapat taktik yang harus
dijalankan oleh pemain, menurut
Untung Suharjo (1987 : 147)
mengemukakan bahwa ketepatan atau
taktik servis dibedakan menjadi 4
macam, yaitu sebagai berikut:
1) Servis ditujukan pada tempat yang
kosong
2) Kalau ada lawan yang membuat
block, servis dibelokkan
3) Ketepatan servis perlu diantisipasi
datangnya dengan ketinggian bola
4) Semua bola dapat diservis sesuai
dengan arah yang dituju.
Servis pada prinsipnya selalu
ditujukan pada tempat yang kosong.
Bagi orang–orang yang tinggi
badannya dan mampu melompat
Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1300
Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324
tinggi, maka servis akan lebih berhasil bila dilakukan agak tinggi
bolanya dan lebih mudah untuk
mengatur dan arah yang dituju. Jadi
untuk mendapatkan nilai yang banyak
perlu adanya strategi permainan,
termasuk dalam melakukan pola –
pola penyerangan dan pola
pertahanan sehingga hal ini akan
dapat memotivasi din pada pemain.
Disamping itu ada juga ahli
berpendapat bahwa Servis adalah
suatu teknik penyajian bola pertama
dalam permainan sepak takraw”
(Hengky Talakua, Pengda Persetasi
Jatim ; 1992:8)
Adapun jenis-jenis servis dalam
permainan sepak takraw adalah
sebagai berikut:
1) Servis dari bawah (untuk pemula)
2) Servis keras terarah
3) Servis tinggi ke belakang (Servis
Loop)
4) Servis dekat bibir net (servis Drop)
5) Servis Plintir (Servis Screw)
Didalam melakukan servis pada
cabang permainan sepak takraw
terdapat beberapa komponen gerakan.
Dengan demikian yang perlu
diperhatikan adalah sikap pada saat
melakukan gerak kerja, Gerak kerja
servis permainan sepak takraw, terdiri
dari:
1) Tekong berada pada posisinya
yaitu salah satu kaki berada dalam
lingkaran dan satu kaki lagi berada
di luar lingkaran.
2) Berat badan berada pada kaki
tumpuan (kaki kanan atau kiri)
3) Salah satu tangan diangkat ke
depan sebagai arahan permintaan
bola.
4) Togok badan lurus menghadap ke
depan kearah pelambung bola.
5) Bola dilambungkan oleh apit sesuai dengan permiritaan tekong
6) Pada saat bola sudah
dilambungkan (inplay) tekong
mengayunkan kaki yang di luar
lingkaran ke arah bola untuk
menyepak kearah sasaran yang
diinginkan di daerah lapangan
lawan.
Untuk memperoleh gerak kerja
servis sepak takraw yang optimal,
kita harus memperhatikan tahap –
tahap awal atau cara berlatih servis
yang baik seperti tersebut diatas dan
hal tersebut dilakukan berulang kali
sehingga pemain itu mahir.
d. Hubungan Kelentukan Tubuh
dengan Teknik Ketepatan Servis
Diatas telah peneliti jelaskan bahwa
faktor kelentukan atau
fleksibilitas tubuh sangat diperlukan
sekali bagi seorang pemain sepak
takraw yang handal atau mahir,
dikarenakan terlalu kompleknya
gerakan koordinatif mulai dari
gerakan kaki sampai kepala.
Sehingga seorang pemain yang
mempunyai fleksibilitas tubuh yang
optimal disertai dengan latihan –
latihan yang rutin, kontinyu
berkesinambungan serta tidak mudah
putus asa dapat dipastikan pemain
tersebut dalam melakukan servis bola
akan selalu tepat sesuai dengan yang
diinginkan.
Selanjutnya dikatakan bahwa
unsur– unsur dasar bagi suatu
olahraga permainan agar berprestasi
baik di tingkat lokal, nasional
maupun dunia harus meliputi:
1) Faktor kondisi fisik, terutama
kecepatan, fleksibilitas, daya
tahan, tenaga lompatan dan tujuan
Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1301
Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324
Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1302
akhir yang diarahkan kepada ketrampilan.
2) Faktor teknik, sikap awalan
menerima umpan teknik,
tendangan (tekong) dan
penempatan bola pada daerah yang
dituju.
Selanjutnya dalam upaya
mendapatkan hasil ketepatan bola
pada sasaran tentunya perlu dukungan
sikap koorinatif tubuh yang baik.
Menurut Hossek, (1982)
menyebutkan ada 3 macam prinsip
kecepatan dalam rnendukung
olahraga permainan yaitu:
1) Kecepatan sprint, yaitu merupakan
kemampuan organisme untuk
bergerak ke depan dengan cepat.
2) Kecepatan reaksi, yaitu merupakan
kecepatan menjawab suatu
rangsangan dengan cepat
rangsangan itu bisa berupa suara
atau pendengaran.
3) Kecepatan sprint merupakan
kemampuan organisme untuk
bergerak ke depan dengan cepat,
kecepatan ini ditentukan oleh
kekuatan otot dan persendian.
Kecepatan reaksi merupakan
kecepatan menjawab suatu
rangsangan dengan cepat, rangsangan
itu berupa suara atau pendengaran,
kecepatan ini ditentukan oleh
iritabilitas susunan syaraf, daya
orientasi situasi dan ketajaman panca
indera.
Kecepatan bergerak merupakan
kecepatan mengubah arah dalam
gerakan yang utuh, kecepatan ini
ditentukan oleh kekuatan otot, daya
ledak, daya koordinasi gerakan,
kelincahan dan keseimbangan.
Tujuan yang ingin dicapai
dalam penelitian ini ” untuk
mengetahui apakah ada korelasi antara fleksibilitas tubuh terhadap
kemampuan teknik service yang tepat
dalam permainan sepak takraw pada
siswa putra kelas VIII SMPN 7
Donggo Satap Kabupaten Bima
tahun pelajaran 2012/2013.
METODE PENELITIAN
Rancangan penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu
rancangan penelitian “paradigma
sedeerhana”. Adapun secara
konseptual rancangan penelitian
tersebut dapat digambarkan sebagai
berikut (Sugiyono, 1999: 5).
Gambar 1. Paradigma Sederhana Berdasarkan gambar tersebut
diatas maka:
X = Fleksibilitas Tubuh
Y = Kemampuan Servis
Adapun alat pengukur
fleksibilitas tubuh adalah sebagai
berikut:
a. Fleksimeter
b. Bangku/mistar dengan ukuran
tinggi 50 cm.
c. Buku catatan nilai data/
rekapitulasi data.
Gambar 2. Alat Pengukur
Fleksibilitas Tubuh
Adapun Alat Pengukur
Kemampuan Servis Bola adalah
sebagai berikut:
a. Lapangan sepak takraw
b. Bola takraw
X Y
Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324
Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1303
13,40 Meter
6,10M 1,55
c. Kapur d. Peluit
e. Alat tulis / score sheet
f. Buku catatan nilai data/rekapitulasi
Gambar 3. Lapangan pengetesan
servis bola sepak takraw
a. Data Primer. Adalah data yang
diperoleh secara langsung pada
tempat penelitian, yaitu data
lapangan yang dalam hal ini
sumbernya adalah data yang
diperoleh langsung dari sampel
penelitian.
b. Data Sekunder. Adalah data
pendukung, yaitu data yang
diperoleh dari berbagai dokumen
atau sumber tertulis lainnya yang
berkaitan dengan subyek
penelitian ini seperti data jumlah
siswa putera kelas VIII SMP
Negeri. Sumber data sekunder
yaitu buku induk siswa kelas VIII
SMP Negeri 7 Donggo Satu Atap
Kabupaten Bima tahun pelajaran
2012/2013.
Dalam penelitian ini
menggunakan jenis metode test
perbuatan, untuk mengukur
fleksibilitas tubuh terhadap
kemampuan teknik servis yang tepat
pada permainan Sepak Takraw pada
siswa putra kelas VIII SMP Negeri 7
Donggo Satu Atap Kabupaten Bima
Tahun pelajaran 2012/2013. 1) Pengukur Fleksibilitas Tubuh
Pelaksanaan:
Pada masing-masing orang coba
melaksanakan tes kelenturan 2 kali
berturut – turut secara bergantian.
(1) Peserta tidak memakai alas
kaki.
(2) Feserta berdiri
dengan kaki lurus.
(3) Lutut bagian
belakang lurus (tidak boleh ditekuk)
(4) Pelan-pelan bungkukkan badan
dengan posisi tangan lurus ke
bawah menyentuh mistar skala
sejauh mungkin, sikap mi
dipertahankan selama 3 detik.
b) Hasil
1) Yang diukur adalah tanda bekas
jari yang tampak pada mistar
skala.
2) Hasil yang dicatat adalah angka
skala yang dapat dicapai oleh
kedva ujung jan yang terjauh.
2) Kemampuan Servis Bola
Pelaksanaan
Siswa melakukan servis bola
sebanyak 5 kali dengan dibantu
pengumpan (apit) guna mendapatkan
hasil servis yang baik dan
penempatan bola yang sesuai dengan
keinginan server/tekong. Selanjutnya
dari ke 5 servis tersebut akan diambil
nilai yang terbaik sesuai dengan
jatuhnya bola dan pelaksanaannya
dilakukan secara perorangan
bergantian sampai pada urutan orang
coba terakhir.
Nilai / score Hasil yang
digunakan dalam penelitian diambil
nilai yang terbaik sesuai dengan
penempatan bola yang dinyatakan
syah oleh peneliti.
Adapun peraturan dalam
permainan sepak takraw adalah
sebagai berikut :
Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324
Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1304
13,40 Meter
6,10M 1,55 {(N.x
2 (x)
2 (N .y
2 (y)
2 }
a. Lapangan dan Ukurannya moment sebagai berikut (Arikunto, 2010):
Nxy (x) yr x y
Keterangan:
r x y = Koefisien korelasi antara
Gambar 4. Lapangan
pengetesan servis bola sepak takraw.
Keterangan :
A = Orang coba yang melakukan
servis
B = Pengumpan atau Pelambung
C = Kotak 1 sampai 12 merupakan
score / nilai perolehan hasil
servis
Permainan sepak takraw
dimainkan dilapangan yang
berukuran 13, 40 meter 6,10 m yang
dibagi oleh garis dan net (jarring)
setinggi 1,55 meter dan lebar 72 cm,
dan lubang jarring sekitar 4-5 cm.
bola yang dimainkan terbuat Dario
fiber yang anyam dengan lingkaran
antara 41-43 cm. Jumlah pemain
dalam lapangan permainan sebanyak
tiga orang setiap regu dan ditambah 2
orang sebaga i pemain cadangan.
Analisa data merupakan suatu
cara yang diperoleh dari tes dan
pengumpulan data, setelah terkumpul
kemudian diadakan analisa data untuk
memperoleh kesimpulan hasil
penelitian yang dilaksanakan dalam
penelitian ini, diperlukan metode
analisa statistic dengan perhitungan
angka–angka yang diperoleh
berdasarkan hasil tes kelenturan
tubuh dan tes kemampuan servis bola
sepak takraw, yaitu dengan
menggunakan rumus korelasi product
variabel x dan variabel y
xy = Perkalian antara
variabel x dengan variabel y
x = jumlah nilai dari variabel x
y = Jumlah nilai dari variabel y
N = Jumlah sampel
Adapun yang ditempuh dalam menganalisa data dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1) Merumuskan hipotesis (Ho)
2) Menyusun tabel kerja
3) Memasukan data kedalam rumus
4) Menguji nilai product moment
5) Menarik kesimpulan analisis.
HASIL PENELITIAN
Dari analisis statistik diperoleh
t hitung = 3,134 dan dibandingkan
dengan harga r tabel dengan (N = 30
– 2 = 28) dengan taraf kepercayaan
0.05% adalah 1,701. Berdasarkan
perhitungan tersebut, ternyata r
hitung lebih besar dari t tabel (3,134
> 1,701), dengan demikian Ho ditolak
dan Ha diterima. Jadi kesimpulannya
adalah hipotesis Ha menyatakan
bahwa ada Korelasi yang signifikan
antara fleksibilitas tubuh terhadap
kemampuan teknik service yang tepat
pada permainan sepak takraw siswa
putra kelas VIII SMPN 7 Donggo
Satap Kabupaten Bima tahun
pelajaran 2012/2013 diterima.
Dengan hasil analisis data yang
signifikan, maka dengan dasar ini
Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324
Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1305
Hipotesis ini (H0) di tolak dan
Hipotesis Alternatif (Ha) di terima.
Berdasarkan uraian di atas peneliti
berkesimpulan bahwa “ada Korelasi
yang signifikan antara fleksibilitas
tubuh terhadap kemampuan teknik
service yang tepat pada permainan
sepak takraw siswa putra kelas VIII
SMPN 7 Donggo Satap Kabupaten
Bima tahun pelajaran 2012/2013”. Berdasarkan hasil penelitian
dan hasil analisis data yang dilakukan
maka dapat dijelaskan bahwa ada
Korelasi yang signifikan antara
fleksibilitas tubuh terhadap
kemampuan teknik service yang tepat
pada permainan sepak takraw siswa
putra kelas VIII SMPN 7 Donggo
Satap Kabupaten Bima tahun
pelajaran 2012/2013.
Dalam analisa data, dapat
diketahui ada Korelasi yang
signifikan antara fleksibilitas tubuh
terhadap kemampuan teknik service
yang tepat pada permainan sepak
takraw siswa putra kelas VIII SMPN
7 Donggo Satap Kabupaten Bima
tahun pelajaran 2012/2013. Hubungan
ini dibuktikan dari hasil perhitungan t-
hitung product moment lebih besar
dari nilai t-tabel yaitu (3,134 >
1,701), pada taraf signifikan 5%.
Sehingga ditarik suatu kesimpulan
bahwa ada Korelasi yang signifikan
antara fleksibilitas tubuh terhadap
kemampuan teknik service yang tepat
pada permainan sepak takraw siswa
putra kelas VIII SMPN 7 Donggo
Satap Kabupaten Bima tahun
pelajaran 2012/2013. Sehingga
Hipotesis yang berbunyi “Diduga ada
Korelasi yang signifikan antara
fleksibilitas tubuh terhadap
kemampuan teknik service yang tepat
pada permainan sepak takraw siswa putra kelas VIII SMPN 7 Donggo
Satap Kabupaten Bima tahun
pelajaran 2012/2013, terbukti
diterima”.
KESIMPULAN
Kesimpulan dalam penelitian
ini “ada korelasi yang signifikan
antara fleksibilitas tubuh terhadap
kemampuan teknik servis yang tepat
dalam permainan sepak takraw pada
siswa putra kelas VIII SMPN 7
Donggo Satap Kabupaten Bima
tahun pelajaran 2012/2013”.
DAFTAR PUSTAKA
Amiruddin, U, 1993, Teori dan
Praktek Sepaktakraw, Kantor
Menpora, Jakarta.
Bahar Asril, 1997, Teknik Dasar dan
Teknik Khusus, Padang, FPOK
IKIP Padang.
Depdikbud, Direktorat Jenderal
Pendidikan Dasar dan
Menengah, 1998, Buku
Pedoman Pemandu Bakat
Olahraga, Jakarta.
GBHN, 1993, TAP - TAP MPR
NO.II/MPR/1993 Pidato
Pertanggung jawaban
Presiden/Mandataris, Dirjen
Dikti, Jakarta.
Handoko, 1982, Belajar dan Berlatih
Atletik, Penerbit Pioner,
Bandung.
Hadi, Sutrisno, 1984, Statistik 2,
Fakultas Psikologi Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta.
Jonath, U./Haag., E/ Krempel., R.,
Atletik I, Teknik, Taktik dan
Latihan, Penerbit PT. Rosda
Jaya Putra, Jakarta.
Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324
Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1306
Moktar, 1995, Sejarah dan Perkernbangan Sepaktakraw,
Kanwil Depdikbud Prop.,
Jatim.
Majalah Sepaktakraw, 1997,
PERSETASI (Persatuan
Sepaktakraw Seluruh
Indonesia), Jakarta.
Noer A. Hamidsyah, Dkk, 1993,
Kepelatihan Dasar, Depdikbud,
. Jakarta.
Pusat Kesegaran Jasmani dan
Rekreasi, 1996, Ketahuilan
Tingkat Kesegaran Jasniani
Anda, Depdikbud, Jakarta.
Sajoto, M, 1998, Peningkatan dan
Pernbinaan Kekuatan Kondisi
Fisik dalam Olahraga, Dahara
Prize, Semarang.
Sugiyono, 1999, Metode Penelitian
dalam Pendidikan, Alfabeta,
Bandung.
Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324
Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1307
HUBUNGAN ANTARA KESEIMBANGAN STATIS DENGAN
KECEPATAN TENDANGAN DEPAN PADA PENCAK
SILAT PERGURUAN CEMPAKA PUTIH
KOTA TERNATE
Rosliah Muhammad
Dosen prodi pendidikan olahraga STKIP kieraha ternate
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara
keseimbangan dengan kecepatan tendangan depan, serta seberapa besar kedua
variabel tersebut saling memberikan hubungan. Penelitian ini dilaksanakan di
Perguruan Cempaka Putih Kota Ternate dengan sampel 30 orang. Populasi dalam
penelitian ini adalah atlet pencak silat Perguruan Cempaka Putih Kota
Ternate.Metode yang digunakan adalah dengan teknik prosesiv sampling. Untuk
memproleh data keseimbangan. Sedangkan untuk memperoleh data tendangan
depan dengan menggunakan tes tendangan depan secepat mungkin. Analisa data
menggunakan rumus korelasi Product Moment dari Pearson pada taraf signifikan
= 0,05% hasil temuan dalam penelitian ini menunjukan bahwa: terdapat hubungan
yang sangat signifikan antara keseimbangan dan kecepatan tendangan depan. Hasil
perhitungan analisis data dari kedua variabel menunjukan bahwa r_hitung = 0,789
> r_tabel = 0,789 pada taraf signifikan = 0,05%, sehingga dapat disimpulkan
bahwa keseimbangan dapat memberikan kontribusiyang sangat signifikan, dengan
kecepatan tendangan depan pencak silat.
Kata kunci: kecepatan tendangan depan, pencak silat
PENDAHULUAN
Olahraga adalah salah satu
bentuk dari upaya peningkatan
kualitas manusia indonesia yang
diarakan pada pembentukan watak
dan kepribadain , disiplin sportivitas
yang tinggi, serta peningkatan
prestasi yang dapat membangkitkan
rasa kebanggaan Nasional. Untuk
itu pemerintah berusaha agar
rakyat selalu dalam keadaan sehat
dan segar, sebab sehat dan segar
adalah gejala awal untuk menuju
peningkatan prestasi dan kualitas
manusia. Sebagai mana tercantum
dalam undang-undang tentang
sistem keolahragaan Nasional yang
berbunyi: keselurahan aspek keolahragaan yang saling terikat
secara terencana, sistematis, terpadu,
dan berkelanjutan sebagai suatu
pelatihan, pegolaan, pembinaan,
pengembangan dan pengawasan
untuk mencapai tujuan
keolahragaan Nasional karena itu
upaya membina warga masarakat
peserta didik melalui perguruan
pencak silat cempaka putih. Awal
perkembangan perguruan pencak silat
cempaka putih mulai pesat dan
memeliki tempat latihan di SMP
Negeri 3 Kota Ternate,
berkembangnya perguruan pencak
silat cempaka putih ternate, tak lepas
Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324
Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1308
dari usaha dan kerja keras oleh saudari “Nurjani A. Konoras,S.Pd”,
yang telah berupaya mengembangkan
perguruan hingga bergabung ke
pusat.Pencak Silat Cempaka Putih
Kota Ternate mulai giatnya berlatih
demi meraih hasil sempurna pada
kejuaraan tingkat pelajar yang di
laksanakan di dalam daerah maupun
luar daerah, tak diragukan lagi satu
pesilat putri PSCP ranting ternate
selatan yang di percayakan oleh
kabupaten Halmahera Barat untuk
membela daerahnya dan hasil yang
dicapai adalah meraih medali
perunggu pada POPDA ke II di
sanana,prestasi-prestasi terbaik PSCP
ternate yang diraih adalah juara
umum kejuaraan wali kota CUP 2011
yang diadakan oleh DISPORA kota
ternate dan juga meraih 1 medali
emas pada kejuaraan terbuka
Gubernur CUP Gorontalo 2012.
Olahraga pencak silat pada
hakekatnya adalah suatu bentuk
cabang olahraga yang lebih banyak
menggunakan kaki dan tangan.
Faktor yang diduga menjadi salah
satu penyebab tidak konsistennya
prestasi atlet pencak silat adalah
kemampuan meningkatkan kecepatan
tendangan, pukulan dan kondisi
fisik. Kemampuan tendangan salah
satunya adalah tendangan
samping.Tendangan samping adalah
tehnik olahraga pencak silat yang
tergolong dalam tehnik serangan
dengan kaki sebagai tehnik yang
digunakan dalam usaha
penyerangan lawan pada suatu
pertandingan.
Salah satu komponen
kondisi fisik yang dibutuhkan
dalam tendangan samping adalah
keseimbangan dalam pencak silat pada saat melakukan serangan
berupa tendangan sangat
membutuhkan keseimbangan. Sebab
apabila keseimbangan kurang baik
dalam melakukan tendangan
dengan baik serta tidak
menghasilkan poin atau nilai.
Kelebihan-kelebihan tendangan
samping saat melakukan serangan
dengan memanfaatkan sikap pasang
terbuka dari lawan, pesilat yang
menggunakan serangan dengan
tendangan samping yaitu pesilat
selalu siaga dengan sikap pasang
tertutup kepada lawan, selesai
melakukan serangan dengan cepat
ke sikap pasang awal. Banyak atlet
yang kurang memperhatikan
keseimbangan dalam kecepatan
tendangan samping sehingga
mereka sering jatuh dan terlambat
kembali ke posisi awal sikap
pasang, kondisi ini sangat
merugikan atlet tersebut selain
dapat mengakibatkan atlet tersebut
terjatuh dan memudahkan pihak
lawan dengan mudah serangan
balik.
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah
korelasional.penelitian ini dilakukan
untuk memperoleh data tentang
hubungan keseimbangan statis
dengan kecepatan tendangan samping
pada perguruan cempaka putih Kota
Ternate.Penelitian ini dilaksanakan di
Perguruan Cempaka Putih Kota
Ternate. Pelaksanaan penelitian ini
selama 2 (Dua) minggu yang di mulia
pada bulan juli 2015. Dengan kegitan
meliputi penyiapan sampel dan
tenaga lapangan,dan pelaksanaan tes
Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324
Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1309
pengambilan dataPopulasi dalam penelitian ini adalah seluruh Pesilat
putri Perguruan Cempaka Putih Kota
Ternate dengan jumlah populasi
sebanyak 30 orang dari populasi
terjangkau tersebut,kemudian diambil
secara keseluruhan tetap sampling.
dianalisis dengan menggunakan
korelasi product moment dari pearson
pada taraf signifikan α = 0,05% dan α
= 0,01%, dengan rumus sebagai
berikut :
1. Model regresi sederhana: Ŷ = a +
bX
2. Koefisien korelasi
3. Uji signifikansi
= √
1. Keseimbangan (x)
Dari perhitungan data yang
terkumpul, hasil pengukuran tes
keseimbangan dapat diperoleh
rentang skor 8.09 dengan skor
terendah sebesar 6.77 dan skor
tertinggi sebesar 14.82. Distribusi
frekuensinya dapat dilihat tabel
berikut: Range (r) =14.82-
6.77=8.09 Banyaknya kelas (k) = 1+
3.3 log 30 = 6.35 di bulatkan menjadi
6 Interval= 8.09 / 6 = 1
Tabel distribusi frekuensi hasil tes
keseimbangan
PEMBAHASAN
Penelitian ini terdiri dari dua
variabel, yakni variabel terikat yang
dilambangkan dengan X dan variabel
bebas yang dilambangkan dengan Y.
Variabel adalah kecepatan,variabel
bebas adalah tendangan depan pencak
silatData yang terkumpul dari hasil
tes kedua variabel tersebut,
selanjutnya akan digunakan sebagai
bahan analisis. Kumpulan data dari
masing-masing variabel tersebut,
dapat dilihat pada tabel berikut:
Berdasarkan data tabel di atas
maka diperoleh 26.66% atau
sebanyak 8 orang memperoleh skor
keseimbangan di atas rata-rata.
16.67% atau sebanyak 5 orang berada
pada rata-rata. 56.67%. atau sebanyak
17 orang memperoleh skor
keseimbangan di bawah rata-rata.
Sedangkan frekuensi hasil
pengukuran keseimbangan dapat
digambarkan dalam bentuk histogram
sebagai berikut:
= ∑
(∑ )(∑ )
No. Kelas Interval Frek.
Absolut
Frek.
Relatif %
1 6.77 - 6.78 5 16.67
2 6.79 - 9.41 7 23.33
3 9.42 - 10.82 5 16.67
4 10.83 - 12.17 5 16.67
5 12.18 -13.52 4 13.33
6 13.53 - 14.87 4 13.33 Jumlah 30 100%
Keseimbangan (x) Tendangan Depan(y)
Nilai Tertinggi : 14.82 Nilai Tertinggi : 31
Nilai Terendah : 6.77 Nilai Terendah : 20
∑ X = 314.11 ΣY = 793
ΣX2 = 3449.991 ∑Y2 = 21139
Σ = 10.47 Σ = 30
n =30 N = 30
Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324
Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1310
35
30
25
20
15
10
5
0
20,21 22,32 24,25 26,27 28,29 30,31
kelas interval
memperoleh skor tendangan samping di bawah rata-rata. Sedangkan
frekuensi hasil tendangan depandapat
digambarkan dalam bentuk
histrogeram sebagai berikut:
Grafik histogram frekuensi
hasil tes tendangan depan
2. Kemampuan tendangan depan
Data yang terkumpul dari
hasil tes tendangan samping, di
peroleh rentang skor 11 dengan skor
terendah sebesar 20 dan skor tertinggi
31. Distribusi frekuensi dapat dilihat
pada tabel berikut:
Range (r) = 31- 20 = 11
Banyaknya kelas = 1+ 3,3 log 30 =
6,35 dibulatkan 6
Interval = 11 / 6 = 2
Tabel Distribusi frekuensi kecepatan
tendangan depan
Analisis untuk mengetahui beberapa
besar hubungan antara keseimbangan
dan hasil kecepatan tendangan depan
dengan menggunakan korelasi
product moment dan person.
Rangkuman hasil analisis dapat
dilihat pada tabel berikut:
Rangkuman hasil analisis data antara
keseimbangan dengan tendangan
depan
Berdasarkan tabel
diatas,maka diperoleh 36,67% atau
sebanyak 11 oarang memperoleh
skor tendangan depan diatas rata-
rata,33,33% atau 4 orang berada pada
rata-rata, dan 30% sebanak 9 orang
Keterangan : X = Keseimbangan Y = Kecepatan
tendangan depan
Hasil perhitungan data tes dari
kedua variabel keseimbangan dan
hasil kecepatan tendangan depan
dapat di peroleh r_hitung sebesar
0,789 hasil ini kemudian
dikonsultasikan dengan r_tabel pada
16
14
12
10
8
6
4
2
0
6,77 6,79 9,42 10,83 12,18 13,53
kelas interval
frek
uen
si
frek
ue
nsi
Nomor Kelas
Interval Frek.
Absolut Frek.
Relatif %
1 20-21 1 3,33
2 22-23 3 10 V ariabe
l Dk
r-
hitung
r-tabel Kesimpula
n 3 24-25 5 16,67 0,05 0,01
4 26-27 10 33,33 X dengan
Y
29
0,789
0,789
0,470 Sangat
signifikan 5 28-29 9 30
6 30-31 2 6,67
Jumlah 30 100%
Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324
Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1311
taraf signifikan = 0.05% dengan dk = n – 1 = 29 yakni sebesar 0,789.Dengan demikian r_hitung =
0,035 > r_tabel = 0,789 pada taraf
signifikasi 0,05% sehingga dapat disimpulkan bahwa penelitian atau hipotesis alternatif (h1) di terima dan
hipotesis nol (h0) ditolak. Hal ini
berarti hipotesis yang di ajukan dalam penelitian ini terbukti, yakni: terdapat hubungan yang sangat signifikan antara keseimbangan dengan kecepatan tendangandepan pada pencak silat.
KSIMPULAN
Hasil penelitian membuktikan
bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara keseimbangan statis
dengan kecepatan tendangan
depanpada pencak silat perguruan
cempaka putih kota ternate. Hasil
perhitungan analisis data dari kedua
variabel keseimbangan dan hasil
kecepatan tendangan depan pencak
silat menunjukan bahwa ,r_hitung =
0,789 > r_tabel = 0,367 pada taraf
signifikasi 0,05% sehingga dapat
disimpulkan bahwa kedua variabel ini
memberikan korelasi yang sangat
signifikan .
SARAN
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa terdapat
hubungan yang sangat signifikan
antara keseimbangan dengan
kecepatan tendangan depan.Dengan
demikian untuk meningkatkan
prestasi atlet khususnya perguruan
pencak silat cempaka putih kota
ternate maka perlu ada peningkatan
kondisi fisik yang baik seperti
keseimbangan pada saat melakukan
gerakan tendangan depan pada
pencak silat. Bagi para pelati, altet
maupun peneliti agar senantiasa memperhatikan unsur kebugaran
seperti keseimbangan dalam upaya
meningkatakan prestasi atlet dalam
cabang olahraga bela diri pencak
silat.
DAFTAR PUSTAKA
Anon, 2003. peraturan pertandingan
pencak silat, jakarta : PB IPSI
Bompa, 1983. The And Methodologi
Of Traning, The Key To Atletik
Performance Kendala Hunf,
Dobogan Iqbal, Toronto. Kanada
Debdikbud, 1983. Fisiologi olahraga
modul Akta VB, Dirjen dikti.
Jakarta
Kotot slamet hariyadi, 2002. Teknik
dasar olah raga pencak silat
Kosasih, engkos. 1985. Olahraga
teknik dan program latihan.
Jakarta :Akademika presindo
Kotot Slamet Hariyadi,2002.Teknik
Dasar Olahraga Pencak Silat
Muttalib pemi, 1984. mengukur
kemampuan fisik, penolaragaan
secara sederhana, arcam. Jakarta
Nurhasan, 201l. tes dan pengukuran
dalam pendidikan jasmani.
Jakarta drektorat Jenderal
olahraga
PB IPSI, 2003,Teknik Dasar Dalam
Pencak Silat.Indonesia
Priharstono Arif, 1994, Pembinaan
Fisik Karateka, CV Anaka Solo.
Romiszowki, A.J. 1981. Desingning
linstructional System:Decision
Making in Course Planning and
Ciriculum Design, New
york:Page
Richard A Smidt, Motor Control and
Learning . lllinois: Human
Kinetics Publishers, 1988
Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324
Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1312
Robert N. Singer, Motor Learning and Human Perfonmance,an
Aplictaion to Mcmillan
Company Publishers,1980.
Sugiyono,2009 Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif dan R
danD, Bandung: CV Alfabeta.
Sugiyono,2000 Statistika Untuk
Penelitian, Bandung:CV Afabeta
Subroto, J, 1994. Pencak Silat
Pertahanan Diri. jakarta : CV
Aneka Madiri
Sajoto, Muhammad. Pembinaan
Kondisi Fisik Dalam
Olahraga,Jakarta: Departemen
Pendidikan Dan Kebudayaan,
Dirjen Pendidikan Tinggi
P2LTK,1980.
Vol. 6. No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324
Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1313
UPAYA MENINGKATKAN KELINCAHAN DAN KECEPATAN DALAM
BERMAIN SEPAK BOLA PADA SISWA KELAS V SDN INPRES SIE 1 TAHUN
PELAJARAN 2015/2016
Furkan, Shutan Arie Shandi dan Khairul Amar
Dosen Prodi Penjaskesrek STKIP Taman Siswa Bima [email protected], [email protected]
ABSTRAK
Kecepatan dan kelincahan adalah model dasar dalam permainan sepakbola dan bagi
pemain merupakan modal sukses untuk mencetak gol, dan mempertahankan kemasukan
gol. Dengan kemampuan kecepatan akan memudahkan pemain dalam rangka membawa
bola.
Tujuan dari penelitian ini adalah (a) Mengetahui peningkatan prestasi belajar dasar-
dasar sepakbola pada siswa setelah diterapkannya metode demonstrasi, (b) mengetahui
motivasi belajar dasar-dasar sepakbola setelah diterapkannya metode demonstrasi.
Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan (action research) sebanyak dua
putaran. Setiap putaran terdiri dari dua tahap yaitu : rancangan, kegiatan dan pengamatan.
Refleksi dan refisi Sasaran penelitian ini adalah Siswa Kelas VSDN Inpres Sie 1 dari data
diperoleh berupa hasil tes praktik, lembar observasi kegiatan belajar mengajar
Dari hasil analisa didapat bahwa prestasi belajar siswa mengalami peningkatakan dari
siklus I sampai II yaitu, siklus I (61.54%), siklus II (89,74%) untuk ranah psikomotor,
siklus I (84,62%). Siklus II (100%) untuk ranah afktif
Simpulan dari penelitian ini adalah metode demonstrasi dapat berpengaruh positif
terhadap motivasi belajar siswa kelasV SDN Inpres Sie 1 serta model pembejalaran dapat
digunakan sebagai salah satu alternatif penjas.
Kata kunci: kelincahan dan kecepatan bermain sepak bola
PENDAHULUAN
Sepakbola adalah salah satu
jenis olahraga yang sangat digemari
orang seluruh dunia. Olahraga ini sangat
universal. Selain digemari orang laki-
laki olah raga ini juga digemari para
perempuan tidak hanya tua muda bahkan
anak-anak Sejak tahun 1990 an olahraga
ini mulai digunakan untuk para wanita
meskipun sebelumnya olahraga ini hanya
diperuntukkan bagi kaum pria.
Olah raga ini melibatkan 11
orang dalam satu teamnya. Untuk
menjadi pemenang dalam suatu
pertandingan harus melawan satu team
lainnya. Para pemain sepak bola
memperebutkan sebua bola untuk
dimasukkan ke dalam gawang yang dijaga
seorang penjaga gawang (goal keeper)
Olahraga ini menjadi sangat
menarik karena selain hanya
memperebutkan sebuah bola dilapangan
dengan menggunakan kaki tetapi juga
terlihat gaya-gaya permainannya dalam
memperebutkan bola untuk memasukkan
bola ke dalam gawang lawan. Oleh
Vol. 6. No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324
Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1314
karena olah raga ini melibatkan banyak
orang tentunya kerjasama team yang
baik sangat dibutuhkan selain teknik
bermain yang baik.
Hanya para atlet sepak bola
yang sukses membina karier di bidang
olahraga ini. Tentunya diperlukan usaha
dan latihan yang keras untuk menjadi
atlet sepak bola yang handal dan
professional.
“goallll……!” teriakan ini
sungguh identik dengan sepakbola
siapapun yang berteriak “ goal” dapat
dipastikan akan mengangkat tangan,
berdiri, wajah mendongak, mulut terbuka
lebar, mata berbinar-binar, hati
berbunga-bunga dan diakhiri dengan
tengok kanan, tengok kiri sambil
mengulurkan tangan dan suara gemuruh .
hal ini sungguh kontradiksi dengan
sebagian orang yang ada di tempat yang
sama yang tidak bisa berteriak” goal..”
Mereka duduk diam, kaget, gelisah,
kecewa, dengan tangan di depat mulut,
sambil menggit jari dengan muka yang
pucat. Sebagian lain berteriak langkat,
mengutuki, menyumpahi, protes keras,
pemandangan seperti ini selalu ada di
dalam permaianan sepak bola, baik di
kampung, halaman rumah, sekolah ,
lapangan kecil atau di stadion yang
megah.
Olahraga ini juga dilakukan anak
kecil, anak-anak, remaja, pemuda, orang
dewasa, pria bahkan wanita. Sepakbola
sungguh popular di mata masyarakat,
dari pelosok desa hingga kota besar di
seluruh dunia.
Sepak bola merupakan olahraga
yang simpel, sederhana dan murah.
Bahkan hampir tidak memerlukan biaya.
Namun bila pertandingan yang
professional, olahraga ini biayanya bisa
terbesar dari aneka cabang olahraga
lainnya. Untuk mengelola dan
menghidupi sebuah klub sepak bola bisa
memakan biaya milyaran rupiah. Di satu
pihak sepak bola dikatakan hampir tidak
memerlukan biaya, karena alat dan
sarana yang dibutuhkan hanya satu
benda bulat dan tanah lapang. Benda
bulat yang disebut bola itu bisa bola
yang mahal, (bola karet), bola plastik,
jeruk bali (keprok) atau jerami, kertas,
serabut kelapa, yang pengelola harus
mengadakan studi banding, harus
tanggap akan anak asuhnya, mau belajar
dari pengalaman pahit, sekaligus
berusaha membuktikan pengelolaan yang
lebih professional.
Bila dikaji bersama pola
permainan sepak bola. Itu sederhana,
pola permainan hanya menyerang
(Attacktion), mempertahankan
(defention) dan menyusun posisi strategi
ini, keahlian dan keterampilan masing-
masing pemain tampak jelas, kemauan
membawa bola, menggiring bola,
merebut bola, mempertahankan bola,
mengecoh lawan, sangat diperlukan oleh
individu pemain untuk diterapkan dalam
kerja sama antara pemain.
Tiap pemain harus punya
kemampuan DK4, maksudnya daya
tahan tubuh, kekuatan, kelenturan,
kecepatan dan kelincahan. Ke 5 faktor
ini harus dimiliki para pemain untuk
mengembangkan ke posisi puncak. Dari
kelima faktor tersebut yang menarik
untuk dikaji bersama adalah faktor
kecepatan dan kelincahan. Kecepatan dan
kelincahan ini dapat dibentuk dari dalam
diri (pembawaan) atau dari luar diri
(karena mampu mengkombinasikan dari
segala teknik yang dimiliki)
Mempunyai kecepatan dan
kelincahan yang lebih, bagi setiap
pemain merupakan mudah dan sukses
untuik mencetak gol, dan
mempertahankan kemasukan bola.
Dengan kemampuan kecepatan dan
kelincahan akan memudahkan pemain
tersebut dalam rangka membawa bola
(menggiring bola) ke hadapan gawang
lawan.
Vol. 6. No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324
Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1315
Seorang pemain yang
mempunyai kelincahan dan kecepatan
yang bagus, bola yang digiring bagaikan
lekat di kaki dan tentu mudah melewati
halangan lawan dan tidak mudah
dikelabuhi lawan.
Berdasarkan uraian-uraian diatas , cabang olahraga sepak bola menarik
untuk dikaji bersama sehingga
perkembangan sepak bola Indonesia
semakin diminati masyarakat sekaligus
mampu duduk sejajar dengen club-club
di negeri luar. Sedangkan masalah yang
khusus menarik untuk dibahas bersama
dengan judul “Upaya Meningkatkan
Kelincahan dan Kecepatan Dalam
Bermain Sepak Bola Pada
SiswaKelasVSDN Inpres Sie 1 tahun
pelajaran 2015/2016.
Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan
diatas, penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui peningkatan prestasi
belajar dasar-dasar bermain
sepakbola pada siswa setelah
diterapkan metode demonstrasi.
2. Mengetahui pengaruh motivasi
belajar dasar-dasar bermain
sepakbola pada siswa setelah
diterapkan metode demonstrasi.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini merupakan
penelitian tindakan (action research)
Karena penelitian dilakukan untuk
memecahkan masalah pembelajaran di
kelas. Penelitian ini juga termasuk
penelitian deskriptif, sebab
menggambarkan bagaimana suatu teknik
pembelajaran diterapkan dan bagaimana
hasil yang diinginkan dapat dicapai.
Menurut Oja dan Sumarjan
(dalam titik sugiarti, 1997:8) ada 4
macam bentuk penelitian tindakan, yaitu
(1) penelitian tindakan guru sebagai
peneliti, (2) penelitian tindakan
kolaboratif, (3) penelitian tindakan
simulatif terinteratif dan (4) penelitian
tindakana sosial eksperimental.
Dalam penelitian tindakan ini
menggunakan bentuk penelitian
kolaboratif dengan guru mata diklat dan
di dalam proses belajar mengajar dikelas
yang bertinak sebagai pengajar adalah
guru mata diklat sedangkan peneliti
bertindak sebagai pengamat, penanggung
jawab penuh penelitian tindakan adalah
pengamat (peneliti). Tujuan utama dari
penelitian tindakan ini adalah
meningkatkan hasil pembelajaran di
kelas dimana peneliti secara penuh
terlibat dalam penelitian mulai dari
perencanaan, tindakan, pengamatan dan
refleksi.
Dalam penelitian ini peneliti
bekerja sama dengan guru mata diklat,
kehadiran peneliti sebagai guru di
tengah-tengah proses belajar mengajar
sebagai pengamat diberitahukan kepada
siswa. Dengan cara ini diharapkan
adanya kerja sama dari seluruh siswa dan
bisa mendapatkan data yang seobjektif
mungkin demi kevalidan data yang
diperlukan.
Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Menurut tim Pelatih Proyek PGSM, PK
adalah suatu bentuk kajian yang bersifat
reflektif oleh pelaku tindakan yang
dilakukan untuk meningkatkan
kemantapan rasional dari tindakan
mereka dalam melaksanakan tugas,
memperdalam pemahaman terhadap
tindakan-tindakan yang dilakukan itu,
serta memperbaiki kondisi dimana
praktek pembelajaran tersebut dilakukan
(dalam Mukhlis, 2003:3)
Sedangkan menurut Mukhlis
(2003:5) PTK adalah suatu bentuk kajian
yang bersifat sistematis reflektif oleh
pelaku tindakan untuk memperbaiki
kondisi pembelajaran yan dilakukan.
Adapun tujuan utama dari PTK adalah untuk memperbaiki/
Vol. 6. No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324
Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1316
meningkatkan praktek pembelajaran
secara berkesinambungan, sedangkan
tujuan penyertaannya adalah
menumbuhkan budaya meneliti
dikalangan guru (Mukhlis, 2003:5).
PTK terdiri atas empat tahap,
yaitu planning (Rencana), action
(tindakan), observasi (pengamatan) dan
reflection (refleksi). Siklus spiral dari
tahap-tahap PTK dapat dilihat pada
gambar berikut:
1. Rangangan/rencana awal, sebelum
mengadakan penelitian peneliti
menyusun rumusan masalah, tujuan
dan membuat rencana tindakan,
termasuk di dalamnya instrumen
penelitian dan perangkat
pembelajaran
2. Kegiatan dan pengamatan, meliputi
tindakan yang dilakukan oleh
peneliti sebagai upaya membangun
pemahaman konsep siswa serta
mengamati hasil atau dampak dari
ditetapkannya metode demonstrasai.
3. Refleksi, peneliti mengkaji melihat
dan mempertimbangkan hasil atau
dampak dari tindakan yang
dilakukan berdasarkan lembar
pengamatan yang diisi oleh
pengamat
4. Rancangan/rencana yang direvisi,
berdasarkan hasil refleksi dari
pengamat membuat rangangan yang
direvisi untuk dilaksanakan pada
siklus berikutnya
5. Observasi terbagi dalam dua putaran,
dimana pada masing-masing putaran
dikenal perilaku yang sama alur
kegiatan yang sama dan membahas
satu sub pokok bahasan yang diahiri
dengan tes praktek di akhir masing-
masing putaran. Dibuat dalam dua
putaran dimaksudkan untuk
memperbaiki system pengajaran
yang dilaksanakan.
Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini terdiri dari: 1. Silabus
2. Rencana Pembelajaran (RP) 3. Lembar Observasi Kegiatan
Belajar Mengajar
4. Angket Motivasi Terhadap Metode
demonstrasi
5. Tes praktek 6. Lembar observasi penilaian
kinerja siswa ranah psikomotor
7. Lembar observasi penilaian kinerja
siswa ranah afektif.
Teknik Analisa Data
Untuk mengetahui efektivan
suatu metode dalam kegiatan
pembelajaran perlu diadakananalisa data.
Pada penelitian ini menggunakan teknik
analisa deskriptif kualitatif, yaitu suatu
metode penelitian yang bersifat
menggambarkan kenyataan atau fakta
sesuai dengan data yang diperoleh
dengan tujuan untuk mengetahui prestasi
belajar yang dicapai siswa juga untuk
memperoleh respon siswa terhadap
kegiatan pembelajaran serta aktivitas
siswa selama proses pembelajaran.
Untuk menganalisis tingkat
keberhasilan atau persentase
keberhasilan siswa setelah proses belajar
mengajar setiap putarannya dilakukan
dengan cara memberikan evaluasi berupa
tes praktek pada setiap akhir putaran,
Analisa ini dihitung dengan
menggunakan statistik sederhana yaitu:
1. Untuk menilai tes praktek Peneliti melakukan penjumlahan
nilai yang diperoleh siswa yang
selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa
yang ada di kelas tersebut sehingga
diperlukan rata-rata tes
2. Untuk ketuntasan belajar
Vol. 6. No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324
Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1317
Ada dua kategori ketuntasan
belajar yaitu secara perorangan dan
secara klasikal. Berdasarkan petunjuk
pelaksanaan belajar mengajar kurikulum
1994 Depdikbud, 1994) yaitu siswa telah
tuntas belajar bila di kelas tersebut
mendapat 85% yang telah mencapai daya
serap dari sama dengan.
3. Untuk lembar observasi a. Lembar observasi pengolahan metode
penampilan dan eksperimen
untuk menghitung lembar
observasi pengolahan metode
penampilan dan eksperimen digunakan
rumus sebagai berikut:
X P1 _ P2
2 Dimana : P1 = pengamatan 1 dan P2 = pengamat 2
b. Lembar observasi aktivitas guru dan
siswa
Untuk menghitung lembar
observasi aktivitas guru dan siswa
digunakan rumus sebagai berikut:
% = X
x100% dengan
X
Z = Alternatif jawaban (A,B,C,D)
N = Jumlah responden
5. Aspek yang diamati Mengadakan analisis terhadap data
hasil pengamatan yanbg menggunakan
rating scale, hal ini dimaksudkan apakah
penelitian bisa dihentikan atau
dilanjutkan pada siklus berikutnya.
a. Ranah Psikomotor skala penilaian yang digunakan
sesuai dengan instrumen yang telah
direncanakan, yaitu antara 1-3 (1=
kurang tepat, 2 = cukup dan 3 = tepat)
untuk aspek penilaian. Hal ini berarti
bahwa:
- Skor minima yang diperoleh siswa
adalah : 1 x 4 =4
- Skor maksimal yan diperoleh siswa
adalah : 3 x 4 = 12
- Medium skor adalah
: (4 12)
8
2 - Dibuat rentang skor dan dikonversi
menjadi nilai rapor sebagai pedoman
penilaian.
Tabel 3.1 Pedoman Penilaian Ranah
psikomotor
X jumlahhasilpengama tan
P1 P2
jumlahpengamat 2
Dimana:
% = persentase angket
X = Rata-rata
X = Jumlah Rata-rata
P1 = Pengamat 1
P2 = Pengamat 2
4. Untuk menghitung persentase angket
digunakan rumus sebagai berikut:
P Z
n
dimana P = Persentase
Mutu Pembelajaran dikatakan
baik apabila siswa yang mendapat nilai
diatas 70 mencapai 85% atau lebih dari
keseluruhan siswa
b. Ranah Afektif
Skala penilaian yang digunakan
sesuai dengan instrumen yang telah
direncakanakan yaitu antara 1-4 (1=
No Rentang
skor
Nilai
Rapor
Predikat
1 11-12 A Baik sekali
2 9-10 B Baik
3 7-8 C Cukup
4 5-6 K Kurang
5 3-4 KS Kurang sekali
Vol. 6. No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324
Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1318
kurang baik, 2 cukup baik, 3 = baik, 4 =
sangat baik) untuk 3 aspek penilaian.
Hal ini berarti bahwa:
- Skor minima yang diperoleh siswa
adalah : 1 x 3=3
- Skor maksimal yan diperoleh siswa
adalah : 4 x 3 =12
- Medium skor adalah : (3 12)
7,5 2
- Dibuat rentang skor dan dikonversi
menjadi nilai rapor sebagai pedoman
penilaian.
Tabel 3.1 Pedoman Penilaian Ranah
psikomotor
dilaksanakan bersamaan dengan
pelaksanaan belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar
siswa diberi tes formatif I dengan tujuan
untuk mengetahui keberhasln siswa
dalam proses belajar mengajar yang telah
dilakukan. Adapun data hasil penelitian
pada siklus I adalah sebagai berikut:
Hasil observasi berikutnya adalah
aktivitas guru dan siswa seperti pada
tabel berikut:
Tabel 4.2Aktivitas Guru Dan Siswa Pada
Siklus I
No Rentang
skor
Nilai
Rapor
Predikat
1 11-12 A Baik sekali
2 9-10 B Baik
3 7-8 C Cukup
4 5-6 K Kurang
5 3-4 KS Kurang sekali
Mutu Pembelajaran dikatakan
baik apabila siswa yang mendapat nilai
diatas C mencapai 85% atau lebih dari
keseluruhan siswa
HASIL PENELITIAN
1. Siklus I
a. Tahap Perencanaan Pada tahap ini peneliti
mempersiapkan pembelajaran yang
terdiri dari rencana pelajaran 1, soal tes
formatif 1 dan alat-alat pengajaran yang
mendukung. Selain itu juga dipersiapkan
lembar observasi pengelolahan
pembelajaran metode demostrasi dan
lembar observasi aktivitas siswa.
b. Tahap kegiatan dan Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar untuk siklus I dilaksanakan
pada tanggal 4 Juli 2015 di kelas V
dengan jumlah siswa 30 siswa. Adapun
proses belajar mengajar mengacu pada
rencana pelajaran yang telah
dipersiapkan. Pengamatan (observasi)
No Aktivitas guru yang
diamati
%
1. Menyampaikan tujuan 5,0
2. Memotivasi 8,3
siswa/merumuskan masalah
3. Mengkaitkan dengna 8,3
pelajaran berikutnya
4. Menyampaikan materi/ 6,7
langkah-langkah/ strategi
5. Menjelaskan materi yang 13,3
sulit
6. Membimbing dan 21,7
mengamati siswa dalam menemukan konsep
7. Meminta siswa menyajikan 10,0
dan mendiskusikan hasil kegiatan
8. Memberikan umpan balik 18,.3
9. Membimbing siswa 8,3
merangkum pelajaran
Aktivitas siswa yang diamati
10. Mendengarkan/memperhati 22,5
kan penjelasan guru
11. Membaca buku siswa 11,5
12. Bekerja dengan sesame 18,8
anggota kelompok
13. Diskusi antar siswa/antara 14,4
siswa dengan guru
14. Menyajikan hasil 2,9
pembelajaran
Vol. 6. No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324
Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1319
Tabel 4.3 Rekapitulasi Hasil Tes
Formatif Siswa Pada Siklus I
Berdasarkan tabel di atas tampak
bahwa aktivitas guru yang paling
dominant pada siklus I adalah
menjelaskan materi yang sulit,
membimbing dan mengamati siswa
dalam menemukan konsep yaitu 21,7 %.
Aktivitas lain yang persentasenya cukup
besar adalah memberi umpan balik/
evaluasi/ Tanya jawab, menjelaskan
materi yang sulit dan membimbing siswa
merangkum pelajaran yaitu masing-
masing sebesar 18,3 % dan 13,3 %.
Sedangkan aktivitas siswa yang paling
dominan adalah mengerjakan/
memperhatikan penjelasan guru yaitu
22,5%. Aktivitas lain yang persentasenya
cukup besar adalah bekerja dengan
sesama anggota kelompok, diskusi antar
siswa dengan guru, dan membaca bukup
yaitu masing-masing 18,8 % dan 11,5 %
Pada siklus I, secara garis besar
kegiatan belajar mengajar dengan metode
pembelajaran kooperatif model
Demonstrasi sudah dilaksanakan dengan
baik, walaupun peran guru masih cukup
dominant untuk memberikan penjelasan
dan arahan karena model tersebut masih
dirasakan baru oleh siswa.
Berikutnya adalah rekapitulasi
hasil tes formatif siswa seperti terlihat
pada tabel berikut ini:
Dari tabel di atas dapat dijelaskan
bahwa degnan menerapkan metode
Demonstasi diperoleh nilai rata-rata
presentasi belajar siswa adalah 76,15 dan
ketuntasan belajar mencapai 61,54 %
atau ada 21 siswa dari 30 siswa sudah
tuntas belajar. Hasl tersebut
menunjukkan bahwa pada siklus pertama
secara klasikal siswa belum tuntas
belajar, karena siswa yang memperoleh
nilai 70 hanya sebesar 61,54% lebih
kecil dari persentase ketuntasan yang
dikehendaki yaitu sebesar 85%. Hal ini
disebabkan karena siswa masih merasa
baru dan belum mengerti apa yang
dimaksud dan digunakan guru dengan
menerapkan model pembelajaran metode
demonstrasi.
c. Analisis data penelitian Siklus I
1. Ranah Psikomotor - Siswa yang mendapat nilai 60 tidak
ada
- Siswa yang mendapat nilai 70
sebanyak 13 (38,46%)
- Siswa yang mendapat nilai 80
sebanyak 17 (61,54%)
Berarti siswa yang mendapat
nilai diatas 70 sebanyak 61, 54%,
secara klasikal termasuk kategori
belum tuntas.
2. Ranah Afektif - Siswa yang mendapat nilai C
sebanyak 6 (15,38%)
No Uraian Hasil
Siklus I
1 Nilai rata-rata tes 76,15
formatif
2 Jumlah siswa yang
tuntas belajar 24
3 Persentase ketuntasan
belajar 61,54
15. Mengajukan/ menanggapi 5,2
pertanyaan/ ide
16. Menulis yang relevan 8,9
dengan KBM
17. Merangkum pembelajaran 6,9
18. Mengerjakan tes evaluasi 8,9
Vol. 6. No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324
Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1320
- Siswa yang mendapat nilaiB sebanyak
17 (66,6%)
- Siswa yang mendapat nilai A
sebanyak 7 (17,95%)
Berarti siswa yang mendapat
nilai diatas C sebanyak 84,62%,
secara klasikal termasuk kategori
tuntas.
d. Refleksi Dalam pelaksanaan kegiatan
belajar mengajar diperoleh informasi dari
hasil pengamatan sebagai berikut
1. Guru kurang baik dalam memotivasi
siswa dan dalam menyampaikan
tujuan pembelajaran.
2. Guru kurang baik dalam pengelolaan
waktu
3. Siswa kurang bisa antusias selama
pembelajaran berlangsung
e. Refisi
Pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar pada siklus I ini masih terdapat
kekurangan, sehingga perlu adanya revisi
untuk dilakukan pada siklus berikutnya.
1. Guru perlu lebih terampil dalam
memotivasi siswa an lebih jelas dalam
menyampaikan tujuan pembelajaran.
Dimana siswa diajak untuk terlibat
langsung dalam setiap kegiatan yang
akan dilakukan.
2. Guru perlu mendistribusikan waktu
secara baik dengan menambahkan
informasi-informasi yang dirasa perlu
dan memberi catatan.
3. Guru harus lebih terampil dan
bersemangat dalam memotivasi siswa
sehingga siswa bias lebih antusias.
2. Siklus II
a. Tahap perencanaan Pada tahap in peneliti
mempersiapkan perangkat pembelajaran
yang terdiri dari rencana pelajaran 2, soal
tes formatif 2 dan alat-alat pengajaran
yang mendukung. Selain itu juga
dipersiapkan lembar observasi
pengelolaan pembelajaran metode
demonstasi dan lembar observasi siswa.
b. Tahap kegiatan dan pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar untuk siklus II dilaksanakan
pada tanggal 23 Juli 2015 di kelas V
dengan jumlah siswa 30 siswa. Dalam
hal ini peneliti bertindak sebagai
pengajar. Adapun proses belajar
mengajar mengacu pada rencana
pelajaran dengan memperhatikan revisi
pada siklus I, sehingga kesalahan atau
kekuarangan pada siklus I tidak terulang
lagi pada siklus II.
Pengamatan (observasi)
dilaksanakan bersamaan dengan
pelaksanaan belajar mengajar. Sebagai
pengamat adalah peneliti dibantu oleh
seorang guru Penjaskesrek.
Pada akhir proses belajar mengajar
siswa diberi tes formatif II dengan tujuan
untuk mengetahui tingkat keberhasilan
siswa dalam proses belajar mengajar
yang dilakukan. Instrument yang
digunakan adalah tes praktek II.
Keterangan : Nilai : Kriteria
Berikut disajikan hasil observasi
aktivitas guru dan siswa
Tabel 4.2 Aktivitas Guru Dan
Siswa Pada Siklus II
No Aktivitas guru yang
diamati
%
1. Menyampaikan tujuan 6,7
2. Memotivasi 6,7
siswa/merumuskan masalah
3. Mengkaitkan dengna 6,7
pelajaran berikutnya
4. Menyampaikan 10,7
materi/langkah- langkah/strategi
5. Menjelaskan materi yang 11,7
sulit
6. Membimbing dan 25,0
mengamati siswa dalam
Vol. 6. No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324
Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1321
Aktivitas siswa yang mengalami
penurunan adalah mendengarkan/
memperhatikan penjelasan guru (17,9%).
Diskusi antar siswa / antara siswa
dengan guru (13,8%), mempraktekkan
yang relavan dengan KBM (7,7%) dan
merangkum pembelajaran (6,7%).
Adapun aktivitas siswa yang mengalami
peningkatan aalah memperhatikan
peragaan (12,1%) menyajikan hasil
pembelajaran (4,6%), menanggapi/
mengajukan pertanyaan/ ide (5,4%) dan
berlatih bersama siswa lain (10,8%) Hasil tes praktik siswa terlihat
pada tabel berikut:
Tabel 4.3 Rekapitulasi Hasil Tes
Formatif Siswa Pada Siklus II
No Uraian Hasil
Siklus I
1 Nilai rata-rata tes 81,79
formatif
2 Jumlah siswa yang
tuntas belajar 35
3 Persentase ketuntasan
belajar 89,74
Berdasarkan tabel diatas tampak
bahwa aktivitas guru yuang paling
dominant pada siklus II adalah
membimbing dan mengamati siswa
melakukan latihan yaitu 25%. Jika
dibandingkan dengan siklus I aktivitas
ini mengalami peningkatan. Aktivitas
guru yang mengalami penurunan adalah
memberi umpan balik (16,6%),
menjelaskan/melatih menggunakan alat
(11,7). Meminta siswa mendiskusikan
dan menyajikan hasil kegiatan (8,2%)
dan membimbing siswa memperbaiki
kesalahan (6,7%)
Sedangkan untuk aktivitas siswa
yang paling diminan pada siklus II
adalah praktik menggunakan alat yaitu
(21%). Jika dibandingkan dengan siklus
I, aktivitas ini mengalami peningkatan.
Berdasarkan tabel di atas diperoleh
nilai rata-rata tes praktek sebesar 81,79
dan dari 30 siswa yang telah tuntas
sebanyak 25 siswa an 5 siswa belum
mencapai ketuntasan belajar. Maka
secara klasikal ketuntasan belajar yang
telah tercapai sebesar 89,74% (termasuk
kategori tuntas). Hasil pada siklus II ini
mengalami peningkatan lebih baik dari
siklus I.
Adanya peningkatan hasil belajar
pada siklus II ini dipengaruhi oleh
adanya peningkatan kemampuan guru
dalam menerapkan pembelajaran metode
demonstrasi sehingga siswa menjadi
lebih terbiasa dengan pembelajaran
seperti ini sehingga siswa lebih mudah
dala memahami materi yang telah
7.
8.
9.
menemukan konsep
Meminta siswa
menyajikan dan
mendiskusikan hasil
kegiatan
Memberikan umpan balik
Membimbing siswa
merangkum pelajaran
8,2
16,6
6,7
Aktivitas siswa yang diamati
10. Mendengarkan/memperhat 17,9
ikan penjelasan guru
11. Membaca buku siswa 12,1
12. Bekerja dengan sesame 21,8
anggota kelompok
13. Diskusi antar siswa/antara 13,8
siswa dengan guru
14. Menyajikan hasil 4,6
pembelajaran
15. Mengajukan/menanggapi 5,4
pertanyaan/ide
16. Menulis yang relevan 7,7
dengan KBM
17. Merangkum pembelajaran 6,7
18. Mengerjakan tes evaluasi 10,8
Vol. 6. No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324
Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1322
diberikan. c. Analisis data penelitian Siklus II
1. Ranah Psikomotor - Siswa yang mendapat nilai 60 tidak
ada
- Siswa yang mendapat nilai 70
sebanyak 4 (10,36%)
- Siswa yang mendapat nilai 80
sebanyak 20 (61,53%)
- Siswa yang mendapat nilai 90
sebanyak 6 (28,21%)
Berarti siswa yang mendapat
nilai diatas 70 sebanyak 89,74%,
secara klasikal termasuk kategori
tuntas.
2. Ranah Afektif - Siswa yang mendapat nilai C tidak
ada
- Siswa yang mendapat nilaiB sebanyak
17 (33,33%)
- Siswa yang mendapat nilai A
sebanyak 13 (66,67%)
Berarti siswa yang mendapat
nilai diatas C mencapai 100% secara
klasikal termasuk kategori tuntas.
Mengingat hasil observasi selama
siklus II nilai yang diperoleh siswa
dalam penilaian kinerja ranah
psikomotorik 89,74% memperoleh
nilai diatas 70 dan ranah afektif 100%
memperoleh nilai diatas C secara
keseluruhan ranah psikomotorik dan
ranah afektif telah tercapai ketuntasan
belajar, maka penelitian ini diakhiri
pada siklus II
d. Refleksi Pada tahap ini akan dikaji apa
yang telah terlaksana dengan baik
maupun yang masih kurang baik dalam
proses belajar mengajar dngan penerapan
pembelajaran metode demonstrasi. Dari
data-data yang telah diperoleh dapat
diuraikan sebagai berikut:
1. Selama proses belajar mengajar guru
telah melaksanakan semua
pembelajaran dengan baik. Meskipun
ada beberapa aspek yang belum
sempurna, tetapi persentasae
pelaksanaannya untuk masing-masing
aspek cukup besar.
2. berdasarkasn data hasiul pengamatan
diketahui bahwa siswa aktif selama
proses belajar berlangsung
3. Kekurangan pada siklus-siklus
sebelumnya sudah mengalami
perbaikan dan peningkatan sehingga
menjadi lebih baik
4. Hasil belajar siswa pada siklus II
mencapai ketuntasan.
e. Refisi Pelaksanaan Pada siklus II guru telah
menerapkan pembelajaran metode
demonstrasi dengan baik dan dilihat dari
aktivitas siswa serta hasil belajar siswa
pelaksanaan proses belajar mengajar
sudah berjalan dengan baik. Maka tidak
diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi
yuang perlu diperhatikan untuk tindakan
selanjutnya adalah memaksimalkan dan
mempertahankan apa yang telah ada
dengan tujuan agar pada pelaksanaan
proses belajar mengajar selanjutnya
penerapan pembelajaran metode
demonstrasi dapat meningkatkan proses
belajar mengajar sehingga tujuan
pembelajaran dapat tercapai
4. Analisa Data Angket Angket yang diberikan pada siswa
setelah siswa melaksanakan proses
pembelajaran dengan metode
demonstrasi (siklus II) dengan jumlah
pertanyaan sebanyak 36 butir dan
jumlah responden sebanyak 30 siswa
untuk mengetahui tanggapan siswa
terhadap model pembelajaran metode
demonstrasi. Berdasarkan hasil angket
siswa pada lampiran diperoleh hasiol
analisi angket motivasi siswa pada tabel
berikut:
Vol. 6. No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324
Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1323
Tabel 4.7. Angket Siswa Terhadap model Pembelajaran Metode Demonstrasi
No
Indicator No pertanyaan
Jumlah dalam persen Jumlah rata-rata dalam
persen
SS S TS STS SS S TS STS
I Kegiatan pembelajaran dalam pembelajaran metode demonstrasi
2,5,7,8,9, 26,28,30, 31,32,34,35,36
215 1043 38 4 17 80 3 0
II Materi yang diajarkan degnan
pembelajaran metode demonstrasi 3,24,25, 27,29,33
109 379 10 0
12 18 63 17 2
III Kegiatan praktik dalam pembelajaran metode demonstrasi
1,4,6,10 11,12,13,
14,22,23
149 533 28,9 29 15 53 29 3
IV Penggunaan ujian praktik dalam
kegiatan pembelajaran metode
demontrasi
15,16,17,
18,19,20,21
53 516 112 19 8 73 16 7
Keterangan : SS: Sangat Setuju
S : Setuju
TS : Tidak Setuju STS : Sangat Tidak Setuju
Dari tabel diatas menunjukkan
bahwa tanggapan siswa terhadap model
pembelajaran metode demonstrasi adalah
positif. Berdasarkan jumlah rata-rata
dalam persen menunjukkan bahwa 80%
siswa setuju dengan kegiatan
pembelajaran metode demonstrasi 63%
setuju dengan materi yang diajarkan
dengan metode, 53% setuju dengan
kegiatan praktik yang dilaksanakan
dalam pembelajaran metode demonstrasi
dan 73% siswa setuju dengan
penggunaan ujian praktik dalam kegiatan
pembelajaran metode demonstrasi.
Pembahasan
1. Ketuntasan Hasil belajar siswa
Melalui hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran
pertemuan terbimbing memiliki dampak
positif dalam meningkatkan prestasi
belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari
semakin mantapnya pemahaman siswa
terhadap materi yang disampaikan guru
(ketuntasan belajar meningkat dari siklus
I, dan II) untuk ranah psikomotor yaitu
61,54%,84,62 % dan 100 % . pada siklus
II ketuntasan belajar siswa secara
klasikal telah tercapai.
2. Kemampuan Guru dalam Mengelola
Pembelajaran
Berdasarkan analisis data,
diperoleh aktivitas siswa dalam proses
belajar mengajar dengan menerapkan
metode demonstrasi dalam setiap siklus
mengalami peningkatan. Hal ini
berdampak positif terhadap prestasi
belajar siswa yaitu dapat ditunjukkan
dengan meningkatnya nilai rata – rata
siswa pada setiap siklus yang terus
mengalami peningkatan.
3. Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran
Berdasarkan analisis data,
diperoleh aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran dengan model
pembelajaran metode demonstrasi paling
dominan adalah belajar dengan sesama
anggota kelompok,
mendengarkan/memperhatikan
penjelasan guru dan diskusi antara
siswa/antara siswa dengan guru. Jadi
dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa
dapat dikategorikan aktif.
Sedangkan untuk aktivitas guru
selama pembelajaran telah melaksanakan
langkah-langkah metode demonstrasi
dengan baik. Hal ini terlihat dari aktivitas
Vol. 6. No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324
Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1324
guru yang muncul di antaranya aktivitas
membimbing dan mengamati siswa
dalam mempraktikkan hasil
pembelajaran, menjelaskan/ melatih
menggunakan alat, memberi umpan balik
dalam prosentase untuk aktivitas di atas
cukup besar.
4. Tanggapan siswa terhadap Model
pembelajaran metode demonstrasi
Berdasarkan analisis angket
siswa dapat diketahui bahwa tanggapan
siswa termasuk positif. Ini ditunjukkan
dengan rata-rata jawaban siswa yang
menyatakan bahwa siswa tertarik dan
berminat dengan model pembelajaran
model dmonstrasi. Hal ini menunjukkan
bahwa siswa memberikan respopn positif
terhadap model pembelajaran metode
demonstrasi, sehingga siswa menjadi
termotivasi untuk belajar lebih giat. Jadi
dapat disimpulkan bahwa dengan
diterapkannya metode demonstrasi dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa.
SIMPULAN
Dari hasil kegiatan pembelajaran
yang telah dilakukan selama tiga siklus
dan berdasarkan seluruh pembahaan serta
analisis yang telah dilakukan dapa
disimpulkan sebagai berikut:
1. Pembelajaran dengan metode
pembelajaran metode demonstrasi
memiliki dampak positif dalam
meningkatkan prestasi belajar siswa
yang ditandai dengan peningkatan
ketuntasan belajar siswa dalam setiap
siklus, yaitu siklus I (61,54%), siklus
II (89,74%), sedangkan untuk ranah
afektif yaitu siklus I (84,62%), siklus
II (100%)
2. Penerapan metode pembelajaran
metode demonstrasi mempunyai
pengaruh positif, yaitu dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa
yang ditunjukkan dengna rata-rata
jawaban siswa yang menyatakan
bahwa siswa tertarik dan berminat
dengan metode pembelajaran metode
Demonstrasi sehingga mereka menjati
termotivasi untuk belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi , 2002. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik.Jakarta PT. Rineksa Cipta
Bachrie, Eddy, dkk. 1982. Buku Kerja
Pelatih Sepakbola Remajai.
Bandung; Binacipta
Betty, C. Eric. 1987. Latihan Sepakbola
Metode Baru Pertahanan.Bandung;
Pioner Jaya
Coever, Weil. 1982; Sepakbola
Pembinaan Pemain Ideal. Jakarta;
PT Gramedia.
Engkos S.R. 1994. Penjaskes.Jakarta;
Erlangga
Remmy, Muchtar. 1992 . Olah Raga
Pilihan Sepak Bola,Jakarta;
Depdikbud Dirjen Dikti
Roji. 1996. Penjaskes 3,Jakarta; Intan
Parawara
Sajono, 1986. Pembinaan dan Kondisi
fisik,Jakarta: Depdikbud Dirjen
Dikti
Slamet, S.R. 1994.Penjaskes 3.Jakarta;
Tiga Serangkai
Sneyer, J. 1988. Sepakbola Latihan dan
Strategi, Jakarta; PT. Rosda Karya
Suharno. 1986, Ilmu Kepelatihan Olah
Raga Yogyakarta; IKIP Yogyakarta.
Syafi’I, Imam, 1999, Sepakbola
Dasar.Surabaya; UM Press IKIP
Surabaya
Syarifuddin, Aib. 1997, Penjaskes
1,2,3,Jakarta; PT. Gramedia
Widiasmara Indonesia
Vol. 6. No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324
Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1325
PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH DENGAN MENGGUNAKAN
BAN DALAM PEMBELAJARAN PJOK PADA SISWA KELAS IV & V SDN
INPRES DIHA TAHUN PELAJARAN 2015/2016
Furkan, Mirwan dan Rabwan Satriawan
Dosen Prodi penjaskesrek STKIP Taman Siswa Bima
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui pembelajaran lompat jauh
menggunakan ban dapat meningkatan prestasi lompat jauh. Penelitian ini dilaksanakan di
SDN Inpres Diha yang melibatkan kelas IV & V semester genap tahun pelajaran
2015/2016 dengan jumlah 31 siswa. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian, dengan menggunakan metode classroom action research (Penelitian Tindakan
Kelas), yang bertujuan untuk memperoleh perbaikan dan peningkatan proses pembelajaran
berdasarkan hasil observasi proses pembelajaran di SDN Inpres Diha. Penelitian tindakan
kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri atas empat tahap, yaitu;
perencanaan, pelaksanaan, observasi dan evaluasi, dan refleksi.
Rancangan penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Data
dalam penelitian dikumpulkan dengan menggunakan: (1) teknik observasi untuk
mengumpulkan data aktivitas siswa dalam belajar yang disusun oleh peneliti sebelum
pembelajaran berlangsung; (2) Teknik tes digunakan untuk mengetahui prestasi belajar
siswa dalam setiap siklusnya; (3) Wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi
tentang kondisi sekolah objek penelitian serta proses belajar mengajar di sekolah. Adapun
subjek yang diwawancarai adalah kepala SDN Inpres Diha dan guru penjaskes di SDN
Inpres Diha; dan (4) Dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data berupa gambar
selama proses pembelajaran berlangsung. Data dianalisis dengan deskriptif inferensial dan
deskriptif statistik.
Kata Kunci: Kemampuan Lompat Jauh, Ban
PENDAHULUAN
Pendidikan jasmani di Sekolah
Dasar (SD) menekankan pada
pembentukan gerak dasar yang baik dan
benar serta pembentukan perilaku
sehingga akan berpengaruh pada
kesegaran jasmani siswa dan
memperkaya keterampilan gerak dasar
siswa berupa gerak lokomotor
(berpindah) jalan, lari, lompat dan gerak
non lokomotor (ditempat) melempar,
menendang, memukul, dan manipulatif
berlari melempar bola.
Proses pembelajaran pendidikan
jasmani, olahraga dan kesehatan
(penjasorkes) dirancang dengan seksama
dan teliti untuk meningkatkan kebugaran
jasmani, mengembangkan keterampilan
motorik, pengetahuan, dan perilaku
hidup aktif dan sikap sportif. Pendidikan
jasmani yang ada di sekolah terutama
dalam pembelajarannya harus diatur
untuk meningkatkan pertumbuhan dan
perkembangan, psikomotor, kognitif, dan
afektif bagi setiap siswa.
Konsekuensi logisnya adalah
tersedianya seperangkat peralatan yang
memungkinkan proses pembelajaran
Vol. 6. No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324
Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1326
penjasorkes sehingga dapat berjalan dengan baik. Salah satu yang mendukung
adalah kemampuan guru penjasorkes
dalam mengelola kelasnya dengan
menyajikan pembelajaran yang
dimodifikasi, dilaksanakan dalam bentuk
permainan yang dimodifikasi yang
disesuaikan dengan kebutuhan siswa.
Kegiatan pembelajaran adalah
suatu proses komunikasi yang harus
diciptakan melalui tukar menukar pesan
atau informasi seorang guru kepada anak
didiknya sehingga dapat diserap dan
dihayati pesan dari pembelajaran
tersebut.
Proses pembelajaran penjasorkes
di sekolah dasar akan dimungkinkan
berjalan kurang baik apabila guru
penjasorkes hanya menggunakan
berbagai sarana dan prasarana yang ada,
penggunaan media yang baik dan tepat
akan memudahkan pencapaian tujuan
pembelajaran, keterbatasan kemampuan
guru dalam melakukan demonstrasi
merupakan masalah sendiri yang sering
terjadi, hal ini dapat mengaburkan
persepsi siswa terhadap suatu rangkaian
gerakan, karena itu perlu dicari media
pembelajaran atau pengembangan suatu
media pembelajaran. Penggunaan media
yang baik dan tepat akan memudahkan
pencapaian tujuan pembelajaran selain
itu dengan media pembelajaran dapat
mendukung demontrasi dan mendukung
pelaksanaan pembelajaran pendidikan
jasmani, olahraga dan kesehatan.
Pembelajaran Penjasorkes di
SDN Inpres Diha relatif berjalan dengan
baik, tetapi guru hanya mempergunakan
sarana yang ada tanpa mempergunakan
alat bantu, contohnya dalam
pembelajaran atletik guru hanya
mempergunakan sarana bak lompat jauh
tanpa mempergunakan media lainnya
untuk pembelajaran lompat, sehingga
ketertarikan dan perhatian siswa pada
pembelajaran atletik terutama
pembelajaran lompat jauh terlihat
menurun dan tidak maksimal, hal itu
diketahui dengan rendahnya perolehan
nilai pembelajaran lompat jauh yang
sistem penilaiannya mempergunakan
model penilaian lompat jauh gaya
jongkok. sedangkan perolehan nilai
siswa-siswi kelas IV & V di SDN Inpres
Diha belum sepenuhnya mencapai nilai
KKM yang diharapkan yaitu 67.
Pada proses pembelajaran Atletik
khususnya lompat jauh, guru hanya
mempergunakan metode ceramah dan
demonstrasi, hal ini kurang mendukung
terjadinya proses komunikasi, sehingga
pesan yang disampaikan kurang begitu
mengena, karena gerakan yang cepat
pada saat demonstrasi menyebabkan
siswa kurang begitu menerima pesan
yang disampaikan oleh guru.
Peranan dan fungsi guru
penjasorkes akan terwujud apabila guru
tersebut memiliki inisiatif, kreativitas
serta inovasi dalam menyajikan
pembelajaran yang menarik minat siswa,
sehingga penggunaan alat atau sarana
pembelajaran untuk menunjang proses
belajar mengajar lompat jauh sangatlah
diperlukan, karena siswa akan senang
dan semakin termotivasi dalam
mengikuti pembelajaran, juga hal
tersebut hal itu akan memudahkan guru
dan terutama siswa menangkap pesan
yang disampaikan oleh guru.
Penggunaan ban motor
berdiameter 55 cm ketinggian 8 cm
dipandang merupakan salah satu alat
yang dapat dimanfaatkan oleh guru
dalam pembelajaran penjas, sehingga
siswa merasa senang dalam proses
pembelajarannya hal itu terjadi jika guru
menggunakan sarana atau alat yang
menarik, ban selain mudah didapat juga
murah karena merupakan benda yang
sudah tidak terpakai lagi, Prof. Dr. Azhar
Arsyad, M.A (2005: 2) menyatakan:
Guru sekurang-kurangnya dapat
Vol. 6. No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324
Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1327
menggunakan alat yang murah dan
efisien yang meskipun sederhana dan
bersahaja tetapi merupakan keharusan
dalam upaya mencapai tujuan pengajaran
yang diharapkan.
Penggunaan alat yang tepat tentu
saja akan membantu tercapainya suatu
tujuan pembelajaran, penggunaan ban
akan membantu siswa dan guru dalam
proses pembelajaran atletik kususnya
lompat jauh, dengan adanya ban, siswa
dapat melakukan gerakan awalan,
tolakan saat melayang di udara dan saat
mendarat dengan tepat.
METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam
penelitian ini adalah penelitian, dengan
menggunakan metode classroom action
research (Penelitian Tindakan Kelas),
yang bertujuan untuk memperoleh
perbaikan dan peningkatan proses
pembelajaran berdasarkan hasil observasi
proses pembelajaran di SDN Inpres Diha.
Zainal Aqib (2006: 12)
mengatakan ada tiga kata yang
membentuk pengertian tersebut, maka
ada tiga pengertian pula yang dapat
diterangkan sebagai berikut: 1. Penelitian, merupakan kegiatan
mencermati suatu obyek,
menggunakan aturan metodologi
tertentu untuk memperoleh data atau
informasi yang bermanfaat untuk
meningkatkan mutu dari suatu hal
yang menarik minat dan penting bagi
peneliti.
2. Tindakan, merupakan suatu gerak
kegiatan yang sengaja dilakukan
dengan tujuan tertentu, yang dalam
penelitian ini berbentuk rangkaian
siklus kegiatan.
3. Kelas, merupakan sekelompok siswa
yang dalam waktu yang sama
menerima pelajaran yang sama dari
seorang guru.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
merupakan suatu pencermatan kegiatan
yang sengaja dilaksanakan dalam sebuah
kelas yang sama dan penelitian ini adalah
bentuk penelitian yang dilakukan oleh
guru secara kolaborasi dalam proses
pembelajaran guna memperbaiki keadaan
ke arah yang lebih baik.
Penelitian ini diharapkan dapat
memecahkan permasalahan yang
dihadapi guru sehingga proses
pembelajaran dapat berjalan lancar,
sehingga tujuan pembelajaran dapat
dicapai secara efisien. Melalui
pendekatan penelitian tindakan kelas ini
permasalahan yang dirasakan dan
ditemukan oleh guru dan siswa dapat
dicarikan solusinya.
Langkah dalam Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) yang
dipergunakan dalam penelitian ini adalah
desain yang dikemukakan oleh Taggart
(1988) dalam Zainal Aqib (2008: 30)
yang menyatakan bahwa prosedur
pelaksanaan PTK mencakup:
a. Penetapan fokus masalah penelitian
b. Perencanaan tindakan
1) Membuat skenario pembelajaran. 2) Mempersiapkan fasilitas dan sarana
pendukung yang diperlukan di
kelas.
3) Mempersiapkan instrumen untuk
merekam dan menganalisa data
mengenai proses dan hasil
tindakan.
4) Melaksanakan simulasi
pelaksanaan tindakan perbaikan
untuk menguji keterlaksanaan
rancangan.
c. Pelaksanaan Tindakan
Meliputi siapa melakukan apa,
kapan, dimana dan bagaimana
melakukannya.
d. Pengamatan Interprestasi
Vol. 6. No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324
Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1328
Pada bagian pengamatan, dilakukan perekaman data yang
meliputi proses dan hasil dari
pelaksanaan kegiatan.
e. Refleksi.
Pada bagian refleksi dilakukan
analisis data mengenai proses,
masalah, dan hambatan yang dijumpai
dan dilanjutkan dengan refleksi
terhadap dampak pelaksanaan
tindakan yang dilaksanakan. Peneliti
bersama kolaborator mendiskusikan
hasil pengamatan yang telah
dilakukan, kelemahan dan kekurangan
yang telah ditemukan pada pertemuan
sebelumnya digunakan sebagai dasar
untuk menyusun rencana tindakan
berikutnya.
Instrumen penelitian merupakan
alat bantu bagi peneliti dalam
mengumpulkan data (Arikunto, 1990:
177). Instrumen penelitianantara lain: tes
hasil belajar untuk mengumpulkan data
prestasi belajar siswa. Adapun tes hasil
belajar berpedoman pada tiga aspek yang
dinilai yaitu: kecepatan lari awalan,
kekuatan kaki tolakan, dan koordinasi
gerakan sewaktu pendaratan.
TeknikPengumpulan Data
Proses pengumpulan data dalam
penelitian tindakan kelas ini dilakukan
dengan menggunakan beberapa teknik
sebagai berikut:
1. Teknik observasi Teknik observasi adalah suatu
cara memperoleh atau mengumpulkan
data yang dilakukan dengan jalan
mengadakan pengamatan dan
pencatatan secara sistematis tentang
suatu objek tertentu” (Agung,
1996:68). Berdasarkan pendapat
tersebut, dapat dipertegas bahwa
teknik observasi pada prinsipnya
merupakan cara memperoleh data
yang lebih dominan menggunakan
indera penglihatan (mata).
Dalam penelitian ini, teknik
observasi digunakan untuk
mengumpulkan data aktivitas siswa
dalam belajar yang disusun oleh
peneliti sebelum pembelajaran
berlangsung. Lembar observasi
tersebut memuat aktivitas belajar
siswa yang perlu diamati dari siswa
dalam pembelajaran penjasorkes
dengan menggunakan ban pada materi
lompat jauh.
2. Teknik Tes Teknik tes digunakan untuk
mengukur hasil belajar siswa dalam
pelajaran penjasorkes. Teknik tes
merupakan cara memperoleh data
yang berbentuk tugas yang harus
dikerjakan oleh seseorang atau
kelompok orang yang dites (Agung,
1996: 75). Sementara itu, Arikunto
(1992: 29) mengemukakan bahwa
teknik tes adalah suatu percobaan
yang diadakan untuk mengetahui ada
atau tidaknya hasil belajar tertentu
pada seseorang atau kelompok siswa.
Teknik ini digunakan untuk
mengetahui prestasi belajar siswa
dalam setiap siklusnya.
3. Wawancara Wawancara adalah percakapan
dengan maksud tertentu. Percakapan
itu dilakukan oleh dua pihak yaitu
pewawancara (interviewer) yang
mengajukan pertanyaan dan yang
diwawancarai (interviewee) yang
memberikan jawaban atas pertanyaan
itu (Moleong. 2002:135). Dalam
penelitian ini, wawancara dilakukan
untuk memperoleh informasi tentang
kondisi sekolah objek penelitian serta
proses belajar mengajar di sekolah.
Adapun subjek yang diwawancarai
adalah kepala SDN Inpres Diha dan
guru penjaskes di SDN Inpres Diha.
4. Dokumentasi Dokumentasi adalah metode
yang digunakan untuk mengumpulkan
data-data dalam bentuk tulisan dan
Vol. 6. No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324
Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1329
gambar. Dalam penelitian ini,
dokumentasi digunakan untuk
mengumpulkan data berupa gambar
selama proses pembelajaran
berlangsung.
Teknik Analisis Data
Prestasi belajar siswa dianalisis
dengan cara deskriptif kuantitatif.
Analisis ini digunakan untuk mengetahui
prestasi belajar siswa ketika melakukan
permainan. Adapun aspek-aspek yang
dinilai adalah: awalan (20), tolakan (20),
sikap badan di udara (30), dan
pendaratan (30).
HASIL PENELITIAN
Penelitian tindakan kelas pada
siswa kelas IV & V SDN Inpres Diha,
peneliti beserta kolaborator mengadakan
observasi pada proses belajar mengajar
penjasorkes atau pembelajaran
penjasorkes dengan tujuan untuk
mengetahui adanya peningkatan
pembelajaran lompat jauh melalui media
ban yang dilakukan selama penelitian
berlangsung.
1. Siklus Pertama
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti dan
kolaborator sudah menentukan apa yang
akan diteliti, menyiapkan rencana
pelaksanaan pembelajaran beserta sarana
prasarana yang dipergunakan, pada tahap
ini peneliti dan kolaborator sudah
mendata dan mengidentifikasi tindakan
apa yang akan dilakukan, serta skenario
pembelajaran yang dapat dilihat pada
lampiran 01.
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pertemuan pertama dilaksanakan
pada tanggal 19 Maret 2013, dua jam
pelajaran (70 menit). Materi pokok
pembelajaran atletik dengan sub pokok
bahasan lompat jauh dengan media ban.
Adapun bentuk pembelajarannya
menggunakan pendekatan permainan,
siswa dibagi menjadi beberapa
kelompok, masing-masing kelompok
siswa melompati ban yang telah disusun
3 baris dengan jarak 3 meter dengan
sistem kompetisi. Pada kegiatan
pembelajaran ini, siswa melewati ban
dengan langkah biasa, latihan ini
dilakukan sebanyak 3 kali, setelah itu
dalam posisi ban yang sama, hanya
perbedaannya siswa melawati ban
dengan satu kaki pertama dengan kaki
kanan terlebih dahulu setelah itu dengan
kaki kiri. Masih sama dengan kegiatan
yang pertama dengan sistem kompetisi
melakukan dengan langkah biasa.
Pembelajaran berikutnya, siswa
melompati ban yang telah disusun 3 baris
dengan jarak 3 meter dengan sistem
kompetisi. Pada kegiatan pembelajaran
ini, siswa melewati ban dengan lari biasa,
latihan ini dilakukan sebanyak 3 kali,
setelah itu dalam posisi ban yang sama,
hanya perbedaannya siswa melawati ban
dengan satu kaki pertama dengan kaki
kanan terlebih dahulu setelah itu dengan
kaki kiri. Masih sama dengan kegiatan
yang pertama dengan sistem kompetisi.
c. Tahap Observasi/Evaluasi Pada pertemuan yang pertama
ini, kolaborator mencermati, mencatat
dan mendokumentasikan hal yang terjadi
selama proses pembelajaran atau
tindakan berlangsung, pengamatan
dengan berpedoman pada lembar
observasi dapat dilihat pada lampiran 02.
d. Tahap Refleksi Setelah selesai tindakan pada
petemuan pertama, peneliti dan
kolaborator mendiskusikan hasil
pengamatan yang telah dilakukan, pada
pembelajaran yang pertama sudah ada
peningkatan siswa dalam melakukan
belajar lompat jauh, hasil yang diperoleh
meningkat dari sebelumnya yaitu rata-
rata nilai 69,35, masih ada 11 siswa yang
Vol. 6. No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324
Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1330
belum mencapai nilai 70 sesuai KKM.
Peningkatan hasil siswa belum
memenuhi KKM, dengan pertimbangan
dan masukan dari kolaborator maka perlu
dilaksanakan tindakan pada pertemuan
kedua dengan menambah variasi dalam
pembelajaran menggunakan alat ban.
2. Siklus Kedua
a. Tahap Perencanaan
Setelah peneliti dan kolaborator
melakukan refleksi pada siklus pertama,
maka perlu dilakukan tindakan pada
siklus kedua. Sebagai dasar pelaksanaan
tindakan pertemuan pada siklus dua
adalah hasil proses belajar siswa pada
pertemuan kedua sudah memenuhi 100%
mencapai nilai KKM yaitu 70. Skenario
pembelajaran dapat dilihat pada lampiran
04.
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pertemuan ketiga dilaksanakan
pada tanggal 30 Mei 2015 dua jam
pelajaran (70 menit). Materi sama
dengan pertemuan yang pertama pada
siklus satu, pada pertemuan ini
dilaksanakan evaluasi proses belajar
lompat jauh menggunakan alat ban
penekanannya pada cara siswa
melakukan awalan, tolakan, saat diudara,
dan pendaratan.
Pada pertemuan ini dibuat
sebuah latihan seperti sirkuit berbentuk
segi empat, dengan beberapa macam
latihan yang harus dilalui masing-masing
kelompok dalam bentuk kompetisi,
macam rintangan yang harus dilalui
ialah: rintangan yang 1 siswa melewati 3
buah ban dengan jarak masing-masing
ban 3 m, rintangan yang ke 2 siswa
melompati 2 buah ban yang diatur
berjajar sebanyak 2 buah, rintangan 3
siswa melompati 2 buah ban yang diatur
berlapis, dan rintangan yang ke 4 siswa
melompati 3 buah ban yang diatur
dengan jarak masing-masing 50cm
dengan tumpuan 2 kaki, pada akhir
sirkuit berlari melakukan awalan dan
melompat serta mendarat kedalam bak
lompat jauh kemudian berlari menuju
kelompok dan memberikan bola sebagai
pesan yang harus diberikan kepada
teman yang paling belakang
c. Tahap Observasi/Evaluasi Pada siklus ini, guru kolaborator
mengamati, mencermati dan mencatat
serta mendokumentasikan segala sesuatu
yang terjadi pada kegiatan pembelajaran
dengan berpedoman pada lembar
pengamatan dan observasi. Selama
pembelajaran lompat jauh siswa sudah
mengalami peningkatan, baik motivasi,
semangat dan minat serta disiplin siswa.
Lembaran observasi dapat dilihat pada
lampiran 06.
d. Tahap Refleksi Pada akhir tindakan pada siklus
ini, peneliti dan kolaborator
mendiskusikan hasil pengamatan
pembelajaran. Dalam melakukan
pembelajaran lompat jauh dengan
menggunakan ban sudah dapat dikatakan
berhasil dengan baik, pertemuan ketiga
rata-rata kemampuan siswa sudah 100%
memenuhi KKM yaitu 70.
Ada peningkatan dari yang
sebelumnya, mereka lebih bersemangat,
melakukan dengan gembira tanpa merasa
dipaksa dan tidak mengurangi keseriusan
dan antusias mereka dalam mengikuti
pembelajaran, hal ini dibuktikan juga
dari jumlah 31 siswa yang diteliti
memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal
data dapat dilihat pada lampiran 08.
Dengan demikian tindakan pada
pertemuan ketiga sudah dianggap cukup
dan tidak perlu lagi diadakan tindakan
pada siklus berikutnya.
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil refleksi dan
analisis hasil penelitian menunjukkan
bahwa sudah ada peningkatan pada
proses pembelajaran, pada siklus kedua
telah tercapai tujuan pembelajaran
Vol. 6. No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324
Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1331
lompat jauh hal itu terlihat dari rata-rata
siswa telah mencapai diatas 70 atau
KKM, yaitu 77,03 daripada siklus
pertama yang hanya mendapatkan nilai
rata-rata sebesar 63,74. Berikut
perkembangan hasil proses belajar
lompat jauh dari dua siklus.
Tabel 4.1: Data Hasil Belajar Lompat
Jauh setelah tindakan pada siswa
Kelas IV & V SDN Inpres Diha
Dari tabel di atas, terlihat jelas
kemajuan dan peningkatan yang dicapai
oleh siswa, dengan demikian tindakan
proses belajar lompat jauh dengan media
ban yang diberikan pada siswa kelas IV
& V SDN Inpres Diha dapat dikatakan
berhasil.
SIMPULAN
Berdasarkan pembahasan hasil
penelitian, pembelajaran lompat jauh
dengan media ban dapat meningkatkan
minat, daya tarik dan kemampuan serta
hasil belajar siswa SDN Inpres Diha,
adapun tahapan-tahapannya sebagai
berikut:
1. Proses peningkatan pembelajaran
lompat jauh diawali dengan
melompati 3 buah ban dengan jarak
masing-masing ban 3 m, rintangan
yang ke 2 siswa melompati 2 buah
ban yang diatur berjajar sebanyak 2
buah, siswa terbagi dalam 5 kelompok
berlari melewati ban yang telah
tersusun dengan sistem kompetisi.
Pada siklus satu nilai rata-rata yang
diperoleh siswa sebesar 63,74.
2. Proses peningkatan pembelajaran
lompat jauh pada siklus kedua
dilakukan dengan latihan sirkuit
berbentuk segi empat, dimulai dengan
rintangan yang 1 siswa melewati 3
buah ban dengan jarak masing-masing
ban 3 m, rintangan yang ke 2 siswa
melompati 2 buah ban yang diatur
berjajar sebanyak 2 buah, rintangn 3
siswa melakukan gerakan melompati
4 buah ban, dan rintangan yang ke 4
siswa melompati 3 buah ban yang
diatur dengan jarak masing-masing
50cm dengan tumpuan 2 kaki, pada
akhir sirkuit berlari melakukan
awalan dan melompat serta mendarat
kedalam bak lompat jauh kemudian
berlari menuju kelompok dan
memberikan bola sebagai pesan yang
No
Kode Subjek
Skor yang
Diperoleh
Siklus I Siklus II
1. S1. 70 80
2. S2. 75 85
3. S3. 75 85
4. S4. 60 75
5. S5. 75 85
6. S6. 70 80
7. S7. 75 80
8. S8. 65 75
9 S9 70 85
10. S10. 70 85
11. S11. 70 85
12. S12. 60 75
13. S13. 75 85
14. S14. 70 75
15. S15. 65 75
16. S16. 60 75
17. S17. 70 80
18. S18. 65 80
19. S19. 70 85
20. S20. 75 80
21. S21. 70 80
22. S22. 70 80
23. S23. 70 80
24. S24. 70 75
25. S25. 65 70
26. S26. 75 85
27. S27. 75 80
28. S28. 70 75
29. S29. 65 75
30. S30. 75 80
31. S31. 60 70
Jumlah Nilai 2155 2465
Rata-rata 63,74 77,03
Vol. 6. No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324
Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1332
harus diberikan kepada teman yang
paling belakang. Nilai rata-rata yang
diperoleh siswa sebesar 77,03.
DAFTAR PUSTAKA
Agung, A.A.Gede. 1996. Pengantar
Evaluasi Pendidikan. Singaraja.
STKIP Singaraja
Agus S. Suryobroto. 2004. Diktat Mata
Kuliah Sarana dan Prasarana
Pendidikan Jasmani. Yogyakarta:
Universitas Negeri Yogyakarta
Arikunto, Suharsimi. 1990. Manajemen
Penelitian. Jakarta. Rineka Cipta.
-------. 1992. Prosedur Penelitian; Suatu
Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Azhar Arsyad, M.A. 2005. Media
Pembelajaran, Jakarta : Depdiknas
Yrama Widya
Depdiknas. 2003. Model Pembelajaran
Pendidikan Jasmani Sekolah
Dasar. Jakarta : Bagian Proyek
Peningkatan Mutu Pelajaran IPA
(SEQIP)
Eddy Purnomo. 2007. Pedoman
Mengajar Dasar Gerak Atletik,
Yogyakarta: FIK UNY
Hujair AH Sanaky. 2009. Media
Pembelajaran, Yogyakarta: Safiria
Insania Press
Johanata, Ari Mamang. 2009.
Peningkatan Hasil Belajar Lompat
Jauh Gaya Jongkok dengan
pemberian Media Pembelajaran di
SLTPN 1 Pracimantoro Wonogiri.
Yogyakarta: Universitas Negeri
Yogyakarta.
Kurniawan, Wawan. 2012. Teknik
Pemodelan sebagai Upaya untuk
Meningkatkan Prestasi Lompat
Jauh Siswa Kelas VIIIE SMP
Negeri 1 Palibelo Tahun
Pelajaran 2012/2013. Bima:
STKIP Taman Siswa.
LAAF : 2000. Mengajar Pendidikan
Jasmani, Jakarta : Direktorat
Jenderal Olahraga, Depdiknas
Moleong, Lexi, J. 2002. Metodologi
Penelitian Kualitatif. Remaja
Rosdakarya: Bandung.
Tim Penyusun. 2003. Pedoman Tugas
Akhir. Yogyakarta: Universitas
Negeri Yogyakarta
Winkel, W.S. 1983. Bimbingan dan
Konseling di` Institusi Pendidikan.
Jakarta: Gramedia.
Zainal Aqib. 2006. Penelitian Tindakan
Kelas, Bandung : CV Yrama
Widya
UUD 1945, GBHN 1999, Tap-tap MPR
RI 1999. Semarang: CV. Aneka
Ilmu.
Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 2 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional.
Jakarta : Diperbanyak Oleh Media
Wiyata.
Vol. 6. No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324
Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1333
HUBUNGAN KESEIMBANGAN DENGAN KEMAMPUAN ROLL DEPAN
PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 TIDORE KEPULAUAN
Taher Hamisi¹, Mahatma Raison Pribadi²
Program Studi Pendidikan Olahraga
STKIP Kie Raha
ABSTRAK
Hubungan Keseimbangan Dengan Kemampuan Roll Depan pada Siswa
Kelas VIII SMP Negeri 3 Tidore Kepulauan. Dibimbing oleh Zainul
Azis,S.Or.,M.Kes selaku pembimbing I dan Suratni Muhamad, M.Pd
selaku pembimbing II. Program Studi Pendidikan Olahraga Sekolah
Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Kie Raha Ternate. Keseimbangan
ini penting dalam olahraga untuk itu penting dimana keseimbangan orang
tidak dapat melakukan aktivitas dengan baik. Seorang pesenam apabila
memiliki keeimbangan yang baik maka pesenam itu akan dapat
mempertahankan tubuhnya pada waktu ia melakukan roll depan dengn
baik. Penelitian ini menelitih beratkan pada hubungan keseimbangan
dengan kemampuan roll depan pada siswa kelas VIII SMP Negeri 3
Tidore Kepulauan. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui
keseimbangan dengan kemampuan roll depan. Penelitian ini termasuk
dalam penelitian korelasional dengan meggunakan metode survei tes dan
pengukuran dan pendekatan kuantitatif. Instrumen penelitian berupa tes
keseimbangan dan tes roll depan. Populasi dalam penelitian ini adalah
SMP Negeri 3 Tidore Kepulauan dan sampel penelitian ini adalah siswa
kelas VIII yang berjumlah 30 siswa. Teknik analisis data menggunakan uji
regresi sederhana. Hasil penelitian diperoleh bahwa ada hubungan antara
keseimbangann dan roll depan dapat dilihat dari hasi analisis bahwa thitung
sebesar 6,74 ˃ttabel sebesar 1,70, maka dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa kedua variabel terdapat hubngan yang singnifikan.
Kata kunci: keseimbangan, roll depan
PENDAHULUAN
Olahraga merupakan salah satu bidang
yang sangat penting peranannya dalam
rangka membangun manusia indonesia
seutuhnya. Dengan melakukan
olahraga dapat mengembangkan sikap
mental, kejujuran, keberanian, daya
juang dan semangat bersaing, jiwa
sporttivitas yang di dalamnya
terkandung nilai-nilai pendorong
generasi yang baik dan berjiwa sehat
dalam rangka mengisi kemerdekaan.
Vol. 6. No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324
Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1334
Pembinaan olahraga disekolah
dilakukan melalui dua bentuk program
kegiatan yaitu: (1) kegiatan kurikuler
yang merupakan kegiatan olahraga
yang dilakukan pada jam-jam pelajaran
dan (2) kegiatan ekstrakulikuler yang
merupakan kegiatan olahraga yang di
lakukan oleh pelajar pelajar yang
berminat atau berbakat dalam cabang
olahraga tertentu diluar dari jam
pelajaran.
Pendidikan jasmani dan
kesehatan dasar tujuan membantu
siswa dalam meningkatkan dan
memperbaiki kesehatan kesegaran
jasmani melalui pengertian
pengembangan, sikap positif dan
kertampilan gerak dasar serta sebagai
aktifitas jasmani. Salah satu bagian
dalam pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar pendidikan jasmani di
sekolah di berikan pelajaran terutama
senam lantai.
Dari hakekat krakteristik dan
stuktur gerak senam dianggap kegiatan
fisik yang cocok untuk menjadi ”alat”
pendidikan jasmani, karena dianggap
mampu memberikan sumbangan
terhadap pengembangan kualiatas
motorik dan kualitas fisik anak. Dilihat
stuktur lokomotor,senam bisa
meningkatkan aspek kekuatan,
kecepatan, serta sekaligus daya tahan
umum dan khusus, disamping itu tentu
saja membangun kelincahan serta
keseimbangan dinamis, senam mampu
meningkatkan aspek kelentukan aspek
kekuatan dan keseimbangan statis.
Senam artistik yang di berikan
sekolah merupakan dasar senam lantai
dengn bentuk latihan dasar roll depan.
Dalam senam lantai, seorang pesenam
tidak akan mampu melakukan
keterampilan senam dengan baik, jika ia
tidak memiliki keseimbangan yang baik
dalam melakukan roll depan dalam
senam lantai.
Namun untuk mencapai gerakan
senam lantai degan baik dan sempurna
tidaklah muda, hal ini diduga kurangnya
beberapa hal yang yang dapat
mempengaruhi prestasi sala satu yaitu
keseimbangan dalam melakukan
rolldepan.
Keseimbangan adalah
kemampuan seseorang dalam
mengendalikan organ-organ syaraf otot
(M. Sajoto, 1995:9). Keseimbangan
adalah kemampuan mempertahankan
sikap tubuh yang pada saat melakukan
gerakan tergantung pada kemampuan
integrasi antara kerja indera
penglihatan, kanalis semisis kuralis
pada telinga dan reseptor pada otot.
Diperlukan tidak hanya pada olah raga
tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari.
Keseimbangan penting dalam
kehidupan maupun olah raga untuk itu
penting di mana tampa keseimbangan
orang tidak akan dapat melakukan
aktivitas dengan baik. Atlit senam
apabila memiliki keseimbangan yang
baik maka atlit itu akan dapat
mempertahankan tubuhnya pada waktu
Vol. 6. No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324
Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1335
melakukan senam terutama roll
kedepan. Apabila keseimbangan baik
maka atlit tersebut tidak akan muda
jatu dalam melakukan roll depan.
Kemampuan Roll Depan
Kegiatan pada dasarnya
merupakan kegiatan yang melibatkan
unsur fisik dan mental dari unsur
manusia sebagai unsur pelaksana,
Menurut Mochamad sajoto (1988:57),
dimana dapat memberikan manfaat
bagi manusia itu sendiri maupun untuk
tujuan tertentu misalnya untuk
mencapai pestasi. Prestasi yang dicapai
seorang atlit ini merupakan tujuan
utama berbagai kegiatan olahraga.
Untukmencapai suatu prestasi olahraga
maka seseorang harus meningkatkan
kemampuan secara maksimal dari
semua unsur sesuai dengan kebutuhan
cabang yang digelutinya.
Untuk meningkatkan fisik sangat
mutlak dilakaksanakan, karena bila
kondisi fisik baik maka Menurut
Harsono (1988:153). 1) akan ada
peningkatan dalam sistem sikkulasi
darah dan kinerja jantung. 2) akan
adanya peningkatan dalam kekuatan,
kelentukan, stamina, kecepatan dan
kondisi fisik lainnya. 3) akan ada
ekonomi gerak yang lebih baik pada
waktu latihan. 4) akan ada pemulihan
yang lebih cepat dalam organ–organ
tubuh setelah latihan. 5)akan ada
respon yang cepat dari organisme
tubuh kita apabila sewaktu-waktu
respon di perlukan.
Dalam cabang olahraga senam lantai
tampa alat, kondisi fisik merupakan
faktor yang paling penting utama dalam
peningkatan prestasi bagi seorang atlit.
Menurut moch. Sejoto (1988: 78)
mengemukakan bahwa: Kondisi fisik
adalah suatu kesatuan dari kemponen-
komponen yang tidak dapat dipisahkan,
baik peningkatan maupun pemeliharaan.
Artinya bahwa setiap usaha peningkatan
kondisi fisik, maka harus
mengembangkan semua komponen
tersebut, walaupun perlu dilakukan
perlu dilakukan dengan prioritas.
Prestasi cabang olahraga senam lantai
sangat ditunjang oleh kemampuan fisik
seseorang yang melakukan. Tampa
kemampuan fisik maka peningkatan
teknik sulit untuk capai, sehingga
berpengaru terhadap prestasi senam
lantai secara keseluruhan. Menurut
moch. Sajoto (1988: 92), mengatakan
bahwa ada berbagai macam komponen
fisik yaitu kekuatan, kecepatan, daya
ledak, kelincahan, ketepatan,
kelentukan, daya tahan, keseimbangan,
dan kondisi. Dari berbagai kompunen
fisik tersebut yang paling dibutuhkan
dalam cabang senam lantai pada
gerakan roll adalah keseimbangan.
Kalau kompunen fisik tersebut kurang
tercapai setelah suatu masa latihan,
maka hal ini berarti perencanaan dan
sistematika latihan kurang sempurna,
menurut Harsono (1988: 53),
mengatakan bahwa, kalau kondisi fisik
baik maka akan ada peningkatan dalam
Vol. 6. No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324
Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1336
kekuatan, kecepatan, stamina, dan
kondisi fisik lainnya.
METODE
Metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah penelitian korelasional dengan
mengunakan metode survey. Penelitian
korelasional adalah suatu metode yang
dirancang untuk mengetahui seberapa
besar hubungan antara variable bebas
dengan variabel terikat. Adapun variabel
yang dilibatkan dalam penelitian ini antara
lain keseimbangan sebagai variabel bebas,
yang dilambangkan dengan X, dan
kemampuan roll depan sebagai variable
terikat yang dilambangkan dangan Y
Pengumpulan data penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan tes dan
pengukuran. Untuk memperoleh data
dalam penelitian ini memerlukan data-
data sebagai berikut : (1) Melakukan
survey awal. (2) Menyiapkan tenaga
lapangan. (3) Menyiapkan sampel. (4)
Melakukan tes dan pengukuran dari
kedua variabel yang ada. Teknik analisa
data di pergunakan dalam penilitian ini
adalah regresi dan korelasi untuk
mengetahui antara kedua variabel X dan
variabel Y.
HASIL
Tabel 1 Daftar Distribusi Frekuensi Skor Keseimbangan
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Skor Kemampuan Roll Depan (Y)
No Kelas Interval Frekuensi Absolut Frekuensi Relatif (%)
1 6 - 7 4 13.33
2 8 - 9 6 20.00
3 10 - 11 3 10.00
4 12 - 13 9 30.00
5 14 - 15 5 16.67
6 16 - 17 3 10.00
Σ 30 100
Tabel 3. Anava Regresi Linier Sederhana Y atas X dengan persamaan
Regresi: Ŷ = -14,12 + 0,683X
No Kelas Interval Frekuensi Absolut Frekuensi Relatif (%)
1 32 – 33 5 16.67
2 34 – 35 5 16.67
3 36 – 37 7 23.33
4 38 – 39 4 13.33
5 40 – 41 4 13.33
6 42 – 43 5 16.67
Σ 30 100
Vol. 6. No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324
Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1337
Sbr.Var DK JK RJK Fh Ft
0.05 0.01
Total (T) 30 4107
1.87 2.44 Reg (a) 1 3830.70 3830.70
50.54 Reg (b) 1 177.79 177.79
Sisa 28 98.51 3.52
Tuna Cocok 26 86.01 3.31 0.53 2.51 3.78
Galat (G) 2 12.50 6.25
Keterangan:
** = Signifikan Fhitung = 50,54 > Ftabel = 1,87. Maka regresi signifikan
ns. = Non signifikan Fhitung = 0,53 < Ftabel = 2,51. Maka regresi linear
dk = Derajat kebebasan
JK = Jumlah kuadrat
RJK = Rata-rata jumlah kuadrat
Tabel 4. Hasil Perhitungan Korelasi X dengan Y
Korelasi N R r2
thit
ttab
0,05
X dengan Y 30 0,80 0,6435 6,74 1,70
Keterangan:
ry = Koefesien korelasi keseimbangan dengan kemampuan roll depan
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pengujian
hipotesis, ternyata hipotesis yang
diajukan menunjukkan hasil yang
berkorelasi positif secara signifikan.
Uraian hipotesis tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut:
Hasil perhitungan tentang hipotesis
yang menyebutkan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara
keseimbangan dengan kemampuan roll
depan menunjukkan model persamaan
regresi sederhana Ŷ = -14,12 +
0,683X.Melalui analisis varians untuk
signifikansi diperoleh Fhit = 50,54 lebih
besar dari Ftab = 1,87 sedangkan untuk
persamaan regresi sederhana yaitu Ŷ = -
14,12 + 0,683X dinyatakan sangat
signifikan dan linier. Artinya apabila
keseimbangan ditingkatkan satu skor
maka kemampuan roll depan meningkat
0,683 pada konstanta -14,12.
Selanjutnya koefisien korelasi antara
keseimbangan dengan kemampuan roll
depan sebesar 0,6435 melalui uji-t
diperoleh thitung sebesar 6,74 lebih besar
daripada ttabel sebesar 1,70 sehingga
koefisien korelasi (ry) dinyatakan signifikan
pada taraf 0,05 yang berarti bahwa makin
baik keseimbangan maka makin baik pula
kemampuan roll depan. Sebaliknya, apabila
keseimbangan kurang akan membawa
konsekuensi lampatnya kemampuan roll
Vol. 6. No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324
Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1338
depan.
Berdasarkan koefisien korelasi (ry) 0,80
tersebut kemampuan roll depan juga
diperoleh nilai determinasi 0,6435. Hal ini
berarti bahwa variansi keseimbangan
dapat dijelaskan oleh variansi kemampuan
roll depan sebesar 64,35%.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dan pengolaan
data terdapat koefisien korelasi (ry) 0,80
tersebut maka, kemampuan roll depan
juga diperoleh nilai determinasi 0,6435.
Hal ini berarti bahwa variansi koordinasi
mata tangan dapat dijelaskan oleh variansi
kemampuan roll depan 64,35%.
Kemudian dari hasil analisis data bahwa
thitung = 6,74 > ttabel = 1,70, dari hasil ini
maka disimpulkan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara
koordinasi mata tangan dengan
kemampuan roll depan.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.
FIG (2005). Dasar-Dasar Metode
Statistika Untuk Penelitian.
Bandung: CV
Pustaka Setia.
Harsono. (1988:53). Dasar-Dasar Roll
Depan . Kaliwangi:Yogyakarta.
Hariyanti N (2008). Tes dan Pengukuran
dalam Pendidikan Jasmani.
Depdiknas. Ditjen Pendidikan
Dasar danMenengah. Ditjen
Olahraga. Jakarta.
Haryanti Sri. (2008). Proses Belajar
Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta
seanbase's. woedpress. com.
Loken etal (1986) : Pendidikan Olahraga
Program Pasca Sarjana
Universitas Negeri Jakarta.
Maria. (2011). Dasar-Dasar Gerak Senam
Lantai. Yogyakarta: Alfamedia.
Margono, Agus. 2009: 41. Senam.
Surakarta: UNS Press.
Moleong, Rexy J. 2011: 94 . Metode
Penelitian Kuntitatif. Bandung:
Remaja. Rosdakarya.
M. Sajoto. 1995 9. Pembinaan Kondisi
Fisik Dalam Olahraga. Semarang:
Effhar & Dahara Prize Offset.
------------. 1988: 78. Pembinaan Kondisi
Fisik Dalam Olahraga. Semarang:
Effhar & Dahara Prize Offset.
M. Sajoto. 1988: 92. Pembinaan Kondisi
Fisik Dalam Olahraga. Semarang:
Effhar & Dahara Prize Offset.
Muhajir. 2004:135. Metodologi Penelitian
dalam Olahraga. Surabaya:
Fakultas Ilmu Keolahragaan –
Universitas Negeri Surabaya.
Subyanto Efendi.(1991:29). Modul
Kurikulum Pendidikan Jasmani
Olahraga dan Kesehatan.
Top Related