Prosiding Seminar Nasional dalam Rangka Dies Natalis ke-52 Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya,Palembang 5 November 2015ISBN .........................
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN KONSUMEN DALAM PEMBELIAN BERAS ORGANIK
(Studi Kasus pada Nagari Taluak IV Suku di Kecamatan Banuhampu Kabupaten Agam)
ANALYSIS OF FACTORSAFFECTING THEDECISION OFCONSUMERPURCHASEORGANIC RICE
(Case StudiesinNagariTaluakIVSukuin DistrictBanuhampuAgam)
Helmi Ali1*), Putri Rahmayani2, Juli Yusran3
1,3Mahasiswa Program Doktoral Ekonomi Pertanian Universitas Andalas Padang2STIE Haji Agus Salim Bukittinggi
*)Tel./Faks. +6281363 489 059*)email: helmi_akbary @yahoo.com
ABSTRACT
Organic agricultural products still have a place for consumers, so that the organic rice has not become a major food community. Heightened consumer awareness of the importance of health and environmental protection so that the estimated demand for organic rice will increase, but the available production has not been able to meet the needs of the market. This study aimed to analyze the factors that influence the consumer's decision to buy organic and non-organic rice. The study design filed 13 variables suspected to be the cause of consumers buy organic and non-organic rice, using factor analysis. The questionnaire dressed to 100 respondents, consisting of 50 respondents buyers of organicrice and 50 non-organic rice buyer. Sampling was done by convenience sampling.The results showed that formed three factors that influence the consumer's decision to buy organic rice, namely 1) the factors of income and expenditure, 2) education and delivery factors, and 3) the availability factor, vehicle ownership and external motivation. Based on the factor scores, the highest is the education factor, the availability and delivery. The increasing awareness of consumers to organic rice, and health is not determined the price, but rather the availability and sustainability, followed by quality of service (service quality) in the form of delivery..
Keywords: Organic rice, Consumerdecisions, Factor analysis, Availibity and Sustainabality.
ABSTRAK
Produk pertanian organik masih belum mendapat tempat bagi konsumen, sehingga beras organik belum menjadi pangan utama masyarakat. Semakin tingginya kesadaran konsumen akan pentingnya kesehatan dan pelestarian lingkungan sehingga diperkirakan permintaan beras organik akan meningkat namun produksi yang tersedia belum mampu memenuhi kebutuhan pasar. Penelitian ini bertujuan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam pembelian beras organik dan non-organik.Rancangan penelitian mengajukan 13 variabel yang diduga menjadi penyebab konsumen membeli beras organik dan non-organik, dengan
1
Prosiding Seminar Nasional dalam Rangka Dies Natalis ke-52 Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya,Palembang 5 November 2015ISBN .........................
menggunakan analisis faktor (factor analysis). Kuesioner diajukan kepada 100 orang Responden, yang terdiri dari 50 responden pembeli beras organik dan 50 orang pembeli beras non-organik. Pengambilan sampel dilakukan secara convinience sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terbentuk tiga faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam membeli beras organik, yakni 1)faktor pendapatan dan pengeluaran, 2)faktor pendidikan dan delivery, dan 3)faktor ketersedian (availibility), kepemilikan kendaraan dan motivasi eksternal. Berdasarkan skor faktor, yang tertinggi adalah faktor pendidikan, ketersediaan (availibility) dan delivery.Semakin meningkatnya kesadaran konsumen dalam mengkonsumsi beras organik, bukan ditentukan harga dan kesehatan, tapi lebih kepada ketersediaan dan keberlanjutan (availibity and sustainable) yang diikuti oleh kualitas pelayanan (service quality) berupa delivery.
Kata Kunci: Beras organik, keputusan konsumen, analisis faktor, ketersediaan dan keberlanjutan
PENDAHULUAN
Pangan merupakan hal yang sangat penting bagi manusia yang akan menjamin
keberlanjutan kehidupan manusia. Namun demikian, saat ini banyak produk pangan yang
tidak sehat karena mengandung zat-zat yang dapat mengganggu kesehatan manusia baik
dalam jangka pendek maupun panjang. Salah satu produk pertanian yang saat ini menjadi
tidak sehat adalah beras, padahal beras merupakan salah satu makanan pokok. Salah satu
penyebab beras menjadi tidak sehat karena diduga terdapat kandungan sisa bahan kimia.
Sisa bahan kimia tersebut dapat berasal dari cara produksi yang menggunakan pestisida
dan pupuk kimia dalam dosis tinggi maupun karena pencemaran lingkungan (Utami,
2011). Pangan merupakan komoditas yang penting dan strategis, karena
merupakankebutuhan pokok manusia yang hakiki yang setiap saat harus dapat dipenuhi.
Kebutuhan pangan perlu diupayakan ketersediaannya dalam jumlah yang cukup, mutu
yang layak, aman dikonsumsi dan mudah diperoleh dengan harga yang terjangkau oleh
seluruh lapisan masyarakat. Oleh karena itu sasaran utama pembangunan pertanian adalah
memantapkan ketahanan pangan dan pengembangan aribisnis agar akses pangan
masyarakat terjamin untuk eksistensi hidup sehat, produktif dan kreatif (Darmadjati dan
Widowati, 2001).
Pertanian organik adalah sistem pertanian yang secara ekologi ramah terhadap
lingkungan sehingga produksinya aman untuk dikonsumsi manusia dan sekaligus mampu
menyediakan pangan yang cukup bagi penduduk, baik dari segi kualitas, kuantitas dan
kontinuitas. Sistem pertanian organik ini menggunakan bahan-bahan alami tanpa
menggunakan bahan kimia sintetis (seperti pupuk dan pestisida) dalam proses produksinya.
2
Prosiding Seminar Nasional dalam Rangka Dies Natalis ke-52 Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya,Palembang 5 November 2015ISBN .........................
Pangan organik yang sudah dikenal masyarakat adalah beras organik. Beras organik sangat
baik bagi kesehatan karena bebas dari bahan kimia berbahaya dibandingkan dengan beras
lain dan aman dikonsumsi oleh balita, orang dewasa, dan para manula.
Pertanian organik bertujuan untuk menghasilkan bahan yang memenuhi standar kualitas
yang baik dan mendorong terjadinya daur biologis secara alami, yaitu dengan cara memanfaatkan
sumber daya pertanian yang terbarukan (renewable) dan menerapkan praktik pertanian yang tidak
menimbulkan pencemaran. Diperlukan adanya perhatian yang cukup besar pada masalah
konservasi tanah dan air, perlindungan tanaman habitat ternak dan hewan liar, mempertahankan
atau meningkatkan pengetahuan tradisional, mengembangkan benih dan bibit lokal, varietas
tanaman dan persilangan ternak secara alami. Penggunaan sumber daya terbarukan dan mudah
terdekomposisi secara biologis perlu didorong untuk menghasilkan produk bahan pangan dan
bahan olahan yang aman bagi kesehatan (Sutanto, 2002).
Permintaan atas produk-produk pertanian organik (tanpa menggunakan bahan-bahan kimia)
melonjak selama beberapa b
ulan terakhir. Produk-produk pertanian organik yang permintaannya sedang tinggi adalah
sayuran, beras, buah-buahan, rempah-rempah, kopi, dan teh. Masyarakat konsumen semakin sadar
dan selektif atas segi kualitas kesehatan produk pertanian. Mereka kini lebih suka mengonsumsi
produk alami (organik) ketimbang yang menggunakan bahan kimia (an-organik). Semakin
tingginya minat konsumen atas produk pertanian organik, dapat dihitung dari bertambahnya areal
penanaman padi organik (Pikiran Rakyat, 2005). Saat ini pangsa pasar pangan organik meningkat
dengan pesat didunia. Hal tersebut disebabkan pertama, masyarakat yang mulai sadar akan
kebutuhan mutlak dalam menekan resiko kesehatan melalui pangan “sehat” tersebut (meningkatkan
immunitas tubuh). Kedua, para wanita memandang bahwa kebugaran tubuh, kecantikan, dan
penampilan adalah hal penting untuk tetap “awet muda” ataupun “awet tua”. Ketiga, masyarakat
mulai membuat relaksasi hidup seimbang (good for mood). Oleh karena itu, pangan organik dan
pertanian organik akan menjadi “in a great demand” pada masa mendatang (Wibowo, 2003). Di
sisi lain dengan meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan masyarakat tentunya akan
mengakibatkan meningkatnya preferensi masyarakat terhadap komoditas yang dikonsumsinya,
terutama yang bisa memenuhi tuntutan kualitas yang lebih baik (Winarno, 2002).
Beras organik sudah mulai dikenal masyarakat di Nagari Taluak IV Suku kecamatan
Banuhampu kabupaten Agam, dengan adanya toko yang menjual beras organik dan sayuran
organik, yakni Toko “Banua Organik”. Sedangkan tidak jauh dari lokasi tersebut terdapat toko
“Sempurna” yang khusus menjual beras non-organik.Melihat kondisi itu diajukan beberapa
rumusan masalah: 1) bagaimana kondisi sosial dan deskripsi konsumen pembeli beras organik dan
beras non-organik; 2) faktor-faktor apa yang mempengaruhi konsumen dalam pembelian beras
3
Prosiding Seminar Nasional dalam Rangka Dies Natalis ke-52 Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya,Palembang 5 November 2015ISBN .........................
organik dan non-organik; dan 3)apakah terdapat perbedaan konsumen dalam pembeli beras organik
dan non-organik.
Berdasarkan rumusan masalah di atas dapat dirumuskan tujuan penelitian adalah 1)untuk
mengetahui kondisi sosial dan deskripsi konsumen pembeli beras organik dan non-organik; 2)
untuk mengetahui faktor-faktor apa yang mempengaruhi konsumen dalam pembelian beras organik
dan non-organik; dan 3) apakah terdapat perbedaan konsumen antara pembeli beras organik dan
non-organik.
METODE PENELITIAN
Kerangka Pendekatan Penelitian
Penelitian dilakukan dengan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi
perilaku konsumen dalam pembelian beras organik dan non-organik di nagari Taluak IV
Suku kecamatan Banuhampu Kabupaten Agam, kemudian mengetahui apakah perbedaan
perilaku konsumen dalam pembelian beras organik dan non-organik.
Metode Pengambilan Sampel
Metode pengambilan dilakukan dengan menggunakan metode convinience sampling
yaitu metode pengambilan sampel yang dilakukan dengan memilih sampel dari elemen
populasi yang datanya mudah diperoleh oleh peneliti (Malhotra, dkk., 2007). Sampel
masing-masing 50 responden yang membeli beras organik dan 50 orang beras non-organik.
Penelitian dilakukan pada Kios “Banua Organik”, yang menjual beras organik dan sayuran
organik, serta Kios “Sempurna” yang menjual beras non organik yang keduanya berada di
Nagari Taluk IV Suku kecamatan Banuhampu Kabupaten Agam.
Metode Analisa Data
Metode analisis yang digunakan untuk menentukan faktor-faktor apa yang
mempengaruhi perilaku konsumen dalam pembelian beras organik dan organik di
kecamatan Banuhampu Kabupaten Agam digunakan Analisis Faktor (Factor Analysis),
untuk mengkaji apakah terdapat perbedaan perilaku konsumen dalam pembelian beras
organik dan beras non-organik di kecamatan Banuhampu kabupaten Agam digunakan
analisis binnary logistic
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Profil Responden
Karakterikstik responden masing-masing untuk konsumen beras oraganik dan non-
organik digunakan untuk melihat profil umum, yakni pendidikan, jenis kelamin dan
pekerjaan. Pendidikan konsumen beras organik 56% diploma dan sarjana, sedangkan
4
Prosiding Seminar Nasional dalam Rangka Dies Natalis ke-52 Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya,Palembang 5 November 2015ISBN .........................
pembeli beras non-organik 46% diploma dan sarjana. Jenis kelamin umumnya perempuan,
yakni 68% dan 70% masing pembeli beras organik dan non-organik. Pekerjaan responden
umumnya wirausaha adalah 48% pembeli beras organik dan 72% pembeli beras non-
organik. Sebagaimana terlihat pada gambar 1 dan 2 berikut.
0
40
80
100.0
0.0 10.034.0
56.0
100.0
32.0
68.0100.0
26.0 26.048.0
Series1 Gambar 1: Karakteristik responden Beras Organik
0
40
80
100.0
0.020.0
34.0 46.0
100.0
30.0
70.0100.0
18.0 10.0
72.0
Series1 Gambar 2: Karakteristik responden Beras Non-organik
Deskripsi Variabel yang mempengaruhi pembelian beras organik dan non-organik
Variabel yang diduga mempengaruhi pembelian beras organik dan non-organik
adalah tingkat pendidikan (X1), besar keluarga (X2), harga (X3), pendapatan (X4),
pengeluaran (X5), jarak tempat tinggal (X6), kesehatan (X7), ketersediaan (X8), delivery
(X9), keadaan rumah (X10), kepemilikan kendaraan (X11), dan motivasi eksternal (X12). Bila
dibandingkan deskripsi pembeli beras organik tertinggi adalah variabel harga dan
pendapatan sebesar 76%. Sedangkan variabel pembeli beras non-organik tertinggi adalah
pengeluaran (48%) dan harga (46%).
Dengan membandingkan skor deskripsi kedua kelompok konsumen, jelaslah bahwa
harga merupakan faktor dominan yang menjadi penyebab pembelian beras organik dan
non-organik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 3 dan 4 berikut.
5
Prosiding Seminar Nasional dalam Rangka Dies Natalis ke-52 Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya,Palembang 5 November 2015ISBN .........................
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X120
10
20
30
40
50
60
70
80
BaikSedangKurang
Gambar 3. Deskripsi variabel yang mempengaruhi pembelian beras organik
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X120
10
20
30
40
50
60
70
BaikSedangKurang
Gambar 4. Deskripsi variabel yang mempengaruhi pembelian beras non-organik
Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen dalam pembelian beras organik dan organik
Matriks Korelasi ‘Image’
Analisis faktor tidak dapat dilakukan apabila antar variabel tidak saling
berkorelasi.Korelasi antarvariabel ini dikenal dengan sebutan multikolinearitas.Sebelum
membentuk matriks korelasi, terlebih dahulu harus diuji apakah analisis ini layak atau
tidak untuk dilanjutkan.
Untuk melihat apakah variabel-variabel tersebut layak atau tidak untuk dianalisis
lebih lanjut, maka dapat dilihat dari nilai KMO.Jika nilai KMO MSA (Kaiser Meyer Olkin
Measure of Sampling Adequacy) lebih besar dari 0.5 maka analisis dapat dilanjutkan.
Dari data baku seperti pada Lampiran 3, maka diperoleh nilai KMO 0,507.
6
Prosiding Seminar Nasional dalam Rangka Dies Natalis ke-52 Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya,Palembang 5 November 2015ISBN .........................
Tabel 1.Nilai KMO MSA 1
KMO and Bartlett's TestKaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. .507
Bartlett's Test of Sphericity
Approx. Chi-Square 196.138Df 78Sig. .000
Sumber: Diolah daridata Primer (2015)
Pada Tabel 1, dapat dilihat nilai KMO MSA yaitu 0.507 dengan signifikansi 0.000.
Karena nilai KMO MSA tersebut lebih besar dari 0.5 dan nilai signifikansi jauh dibawah
0.05 maka variabel dapat dianalisa lebih lanjut.
Selanjutnya, untuk melihat variabel-variabel mana saja yang layak untuk dibuat analisis
faktor, dilihat dari Anti-image Correlation (matriks korelasi) pada Lampiran 3.Angka-
angka yang diberi tanda ‘a’ yang membentuk garis diagonal yang merupakan besaran MSA
variabel.Suatu variabel layak untuk dianalisis jika MSAnya besar dari 0.5.Jika terdapat
nilai MSA yang kurang dari 0.5 maka variabel tersebut harus dikeluarkan.
Hasil pengolahan terdapat 6 variabel yang memiliki nilai MSA kurang dari 0.5 yaitu
variabel Besar Keluarga (X2), Pendapatan (X4), Pengeluaran Rumah Tangga (X5), Jarak
Tempat Tinggal (X6), Kesehatan (X7), Dummy (D). Nilai MSA dari masing-masing faktor
yaitu 0.428, 0.478, 0.469, 0.394, 0.430, dan 0.454.
Mengingat terdapat lebih dari satu variabel yang memiliki nilai MSA yang kurang
dari 0.5 maka yang pertama kali dikeluarkan yaitu variabel yang memiliki nilai MSA
paling kecil. Dari 6 nilai MSA yang kurang dari 0.5 tersebut, maka nilai MSA terkecil
yaitu 0.394.Nilai ini terdapat pada variabel Jarak Tempat Tinggal (X6).
Tabel 2.Nilai KMO MSA 2KMO and Bartlett's Test
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. .515
Bartlett's Test of Sphericity
Approx. Chi-Square 181.550Df 66Sig. .000
Sumber: Diolah daridata Primer (2015)
Karena variabel Jarak Tempat Tingal (X6) telah dikeluarkan, maka untuk analisis
selanjutnya variabel Jarak Tempat Tinggal tidak diikutsertakan dalam proses analisis
7
Prosiding Seminar Nasional dalam Rangka Dies Natalis ke-52 Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya,Palembang 5 November 2015ISBN .........................
danhanya akan dianalisis 12 variabel lainnya. Setelah itu, prosedur pemilihan variabel
harus diulang lagi, dan diperoleh nilai KMO 0,515.
Dilihat pada tabel2, dapat dilihat nilai KMO MSA yaitu 0.515 dengan signifikansi
0.000. Karena nilai KMO MSA tersebut lebih besar dari 0.5 dan nilai signifikansi jauh
dibawah 0.05 maka variabel dapat dianalisa lebih lanjut.Selanjutnya, untuk melihat
variabel-variabel mana saja yang layak untuk dibuat analisis faktor, dilihat tabel Anti-
image Correlation pada Lampiran 4. Dari Lampiran 4 tersebut, dapat kita lihat bahwa
terdapat 5 variabel yang mempunyai nilai MSA kurang dari 0.5 yaitu Besar Keluarga (X2),
Pendapatan (X4), Pengeluaran Rumah Tangga (X5), Kesehatan (X7), Dummy (D), dengan
nilai berturut-turut 0.418, 0.469, 0.465, 0.437, dan 0.452.
Setelah 5 variabel yang mempunyai nilai MSA kurang dari 0.5 diambil variabel
dengan nilai MSA terkecil untuk dikeluarkan, dalam hal ini variabel Besar Keluarga (X2).
Setelah variabel Besar Keluarga dikeluarkan, maka prosedur pemilihan variabel harus
diulang lagi dengan menggunakan 11 variabel yang tersisa, dan diperoleh nilai KMO
0,512.
Tabel 3. Nilai KMO MSA 3KMO and Bartlett's Test
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. .521
Bartlett's Test of Sphericity
Approx. Chi-Square 174.617Df 55Sig. .000
Sumber: Diolah daridata Primer (2015)
Dilihat padatabel3, dapat dilihat nilai KMO MSA yaitu 0.521 maka analisis dapat
dilanjutkan. Selanjutnya, untuk melihat variabel mana saja yang layak untuk dibuat analisis
faktor, dilihat tabel Anti-image Correlation pada Lampiran 5. Dari Lampiran 5 tersebut,
dapat kita lihat bahwa terdapat 5 variabel yang mempunyai nilai MSA kurang dari 0.5
yaitu Pendapatan (X4), Pengeluaran Rumah Tangga (X5), Kesehatan (X7), Dummy
(D)dengan nilai berturut-turut 0.476, 0.480, 0.437, dan 0.458.
Setelah terdapat 4 variabel yang mempunyai nilai MSA kurang dari 0.5 diambil
variabel dengan nilai MSA terkecil untuk dikeluarkan, dalam hal ini variabel Kesehatan
(X7).Setelah variabel Kesehatandikeluarkan, maka prosedur pemilihan variabel harus
diulang lagi dengan menggunakan 10 variabel yang tersisa, dan diperoleh KMO 0,537.
8
Prosiding Seminar Nasional dalam Rangka Dies Natalis ke-52 Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya,Palembang 5 November 2015ISBN .........................
Tabel 4.Nilai KMO MSA 4KMO and Bartlett's Test
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. .537
Bartlett's Test of Sphericity
Approx. Chi-Square 161.158Df 45Sig. .000
Sumber: Diolah daridata Primer (2015)
Dilihat padatabel 4, dapat dilihat nilai KMO MSA yaitu 0.537 maka analisis dapat
dilanjutkan.Selanjutnya, untuk melihat variabel -variabel mana saja yang layak untuk
dibuat analisis faktor, dilihat tabel Anti-image Correlation.Hasil uji dapat terlihat bahwa
terdapat 2 variabel yang mempunyai nilai MSA kurang dari 0.5 yaitu Pendapatan (X4),
Dummy (D) dengan nilai 0.496 dan 0.493.
Setelah dari 2 variabel yang mempunyai nilai MSA kurang dari 0.5 diambil variabel
dengan nilai MSA terkecil untuk dikeluarkan, dalam hal ini variabelDummy (D).Setelah
variabelDummy dikeluarkan, maka prosedur pemilihan variabel harus diulang lagi dengan
menggunakan 9 variabel yang tersisa, dan diperoleh nilai KMO 0,548.
Tabel 5. Nilai KMO MSA 5KMO and Bartlett's Test
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. .548
Bartlett's Test of Sphericity
Approx. Chi-Square 114.569Df 36Sig. .000
Sumber: Diolah daridata Primer (2015)
Dilihat padatabel 5, dapat dilihat nilai KMO MSA yaitu 0.548 maka analisis dapat
dilanjutkan.Selanjutnya, untuk melihat variabel-variabel mana saja yang layak untuk
dibuat analisis faktor, dilihat tabel Anti-image Correlation.Setelahdapat kita lihat bahwa
terdapatvariabel yang mempunyai nilai MSA kurang dari 0.5 yaitu Harga (X3), dengan
nilai berturut-turut 0.497.
Pada tahap ini hanya satu variabel yang memiliki nilai MSA kurang dari 0.5, maka
variabelHarga (X3) dikeluarkan.Setelah variabel Harga dikeluarkan, maka prosedur
pemilihan variabel harus diulang lagi dengan menggunakan 8 variabel yang tersisa, dan
diperoleh nilai KMO 0,556.
9
Prosiding Seminar Nasional dalam Rangka Dies Natalis ke-52 Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya,Palembang 5 November 2015ISBN .........................
Tabel 6. Nilai KMO MSA 6
KMO and Bartlett's TestKaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. .556
Bartlett's Test of Sphericity
Approx. Chi-Square 95.775Df 28Sig. .000
Sumber: Diolah daridata Primer (2015)
Dari tabel 6, dapat dilihat nilai KMO MSA yaitu 0.556 maka analisis dapat
dilanjutkan.Selanjutnya, untuk melihat variabel -variabel mana saja yang layak untuk
dibuat analisis faktor, dilihat tabel Anti-image Correlation pada Lampiran 8. Dari
Lampiran 8 tersebut, dapat kita lihat bahwa terdapat variabel yang mempunyai nilai MSA
kurang dari 0.5 yaitu Keadaan Rumah (X10) dengan nilai 0.494.
Pada tahap ini hanya satu variabel yang memiliki nilai MSA kurang dari 0.5, maka
variabelKeadaan Rumah (X10) dikeluarkan.Setelah variabelKeadaan Rumah dikeluarkan,
maka prosedur pemilihan variabel harus diulang lagi dengan menggunakan 8 variabel yang
tersisa, dan diperoleh nilai KMO 0,576.
Tabel 7.Nilai KMO MSA 7
KMO and Bartlett's TestKaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. .576
Bartlett's Test of Sphericity
Approx. Chi-Square 70.307Df 21
Sumber: Diolah daridata Primer (2015)
Karena nilai KMO MSA seperti terlihat pada tabel 7 lebih dari 0.5 yaitu 0.576, maka
analisis dapat dilanjutkan.Dari 7 variabel yang tersisa, maka kita lihat kembali variabel-
variabel mana saja yang layak untuk dibuat analisis faktor yang dapat dilihat pada
Lampiran 9. Pada Lampiran 9, dapat kita lihat bahwa nilai MSA 7 faktor yang telah
dianalisis tidak ada yang kurang dari 0.5 sehingga analisis dapat dilanjutkan.
Dari lampiran tersebut ketujuh variabel memiliki nilai MSA besar dari 0.5 maka
variabel dinyatakan layak untuk dianalisa lebih lanjut untuk melihat faktor yang
mempengaruhi pembelian beras organik.
10
Prosiding Seminar Nasional dalam Rangka Dies Natalis ke-52 Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya,Palembang 5 November 2015ISBN .........................
Tabel 8. Nilai MSA
Variabel Nilai MSA1. Tingkat pendidikan 0.5402. Pendapaan 0.5823. Pengeluaran 0.5724. Ketersediaan 0.5695. Delivery 0.5606. Kepemilikan Kendaraan 0.6427. Motivasi Eksternal 0.540Sumber: Diolah daridata Primer (2015)
Analisis Faktor
Nilai komunalitas pada dasarnya adalah besar varian (biasanya dalam persentase) dari suatu variabel mula-mula asal bisa dijelaskan oleh faktor yang ada.
Tabel 9. Nilai Komunalitas
Variabel Initial Exraction
1. Tingkat pendidikan 1 0.7532. Pendapaan 1 0.6443. Pengeluaran 1 0.7084. Ketersediaan 1 0.5935. Delivery 1 0.6286. Kepemilikan Kendaraan 1 0.6197. Motivasi Eksternal 1 0.568
Sumber: Diolah daridata Primer (2015)
Dari Tabel9, dapat dilihat bahwa angka yang terdapat pada kolom ekstraksi
menunjukkan bahwa untuk variabel Tingkat Pendidikan (X1) sebesar 0.753.Hal ini berarti
sekitar 75.3% varians dari variabel Tingkat Pendidikan (X1) bisa dijelaskan oleh faktor
yang terbentuk. Demikian seterusnya untuk variabel lainnya, dengan ketentuan bahwa
semakin besar nilai ekstraksi dari suatu variabel, berarti semakin erat hubungannya
dengan faktor yang terbentuk.
Dari Tabel 10, dapat dilihat bahwa terdapat 7 variabel yang dimasukkan dalam
analisis faktor. Dari 7 faktor yang dianalisis, pada kolom nilai eigen terlihat bahwa hanya 3
variabel yang mempunyai nilai diatas 1. Hal ini berarti ada 3 faktor yang terbentuk.Nilai
tersebut selalu terurut dari yang terbesar hingga yang terkecil, dengan kriteria bahwa
variabel yang mempunyai nilai dibawah 1 tidak digunakan dalam menghitung jumlah
11
Prosiding Seminar Nasional dalam Rangka Dies Natalis ke-52 Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya,Palembang 5 November 2015ISBN .........................
faktor yang terbentuk. Jika angka-angka pada kolom nilai eigen ini dijumlahkan akan
diperoleh total ragam dari 7 variabel yaitu 7.
Tabel 10. Nilai Karakteristik dari 7 Variabel
Faktor Eigen Value % Varian % Kumulatif
Tingkat pendidikan 1.876 26.797 26.797Pendapatan 1.431 20.447 47.245Pengeluaran 1.105 15.788 63.033Ketersediaan 0.809 11.552 74.585Delivery 0.733 10.478 85.063Kepemilikan Kendaraan 0.545 7.783 92.846Motivasi Eksternal 0.501 7.154 100.000
Sumber: Diolah daridata Primer (2015)
Setelah diketahui bahwa 3 faktor adalah jumlah yang paling optimal maka dapat
diperoleh matriks bobot faktor.Bobot faktor menunjukkan korelasi antara suatu variabel
dengan dua faktor tersebut.Bobot faktor sebelum rotasi dapat dilihat dari Tabel 11.
Tabel 11. Bobot Faktor Sebelum Rotasi
VariabelFaktor
1 2 3Tingkat pendidikan (x1) 0.545 0.221 -0.638Pendapaan (x4) 0.583 -0.534 0.091Pengeluaran (x5) 0.651 -0.480 0.232Ketersediaan (x8) 0.346 0.346 0.594Delivery (x9) 0.505 0.495 -0.357Kepemilikan Kendaraan (x11) 0.663 0.217 0.182Motivasi Eksternal (x12) -0.007 0.667 0.350
Sumber: Diolah daridata Primer (2015)
Dari nilai bobot faktor pada Tabel 11, diketahui bahwa faktor 1 mempunyai hubungan
yang nyata dengan peubah X1, X4, X5, X9, X11. Faktor 2 mempunyai hubungan yang nyata
dengan X12, mempunyai hubungan nyata secara negatif dengan X4.Faktor 3 mempunyai
hubungan yang nyata dengan X8, mempunyai hubungan nyata secara negatif dengan
X1.Dari keterangan di atas dapat dikatakan terdapat beberapa variabel yang nyata pada tiga
faktor, seperti X1, dan X8.Hal ini menyebabkan interpretasi terhadap faktor yang terbentuk
masih sulit untuk dilakukan.Oleh karena itu untuk mempermudah interpretasi terhadap
faktor yang terbentuk harus dilakukan rotasi terhadap matriks bobot faktor asal.
Rotasi Faktor
Pada penelitian ini rotasi yang digunakan untuk mempermudah interpretasi faktor
adalah rotasi varimax.Pada tabel berikut disajikan bobot faktor hasil rotasi.
12
Prosiding Seminar Nasional dalam Rangka Dies Natalis ke-52 Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya,Palembang 5 November 2015ISBN .........................
Tabel 12. Bobot Faktor Hasil Rotasi Varimax
Variabel Faktor1 2 3
Tingkat pendidikan (x1) 0.107 0.849 -0.141Pendapaan (x4) 0.798 0.053 -0.068Pengeluaran (x5) 0.836 0.030 0.094Ketersediaan (x8) 0.152 -0.028 0.754Delivery (x9) -0.041 0.762 0.214Kepemilikan Kendaraan (x11) 0.374 0.378 0.486Motivasi Eksternal (x12) -0.367 0.061 0.655
Sumber: Diolah daridata Primer (2015)
Setelah diketahui bahwa tiga faktor adalah jumlah yang paling optimal, maka Tabel
12 menunjukkan distribusi 7 variabel pada 3 faktor yang terbentuk, sedangkan angka-
angka pada tabel tersebut adalah bobot faktor yang menunjukkan besar korelasi antara
suatu variabel dengan faktor 1, faktor 2 dan faktor 3. Proses penentuan variabel mana akan
masuk ke faktor yang mana, dilakukan dengan melakukan perbandingan besar korelasi
pada setiap garis.
Dari Tabel 12 dapat dilihat bahwa nilai bobot faktornya telah dapat diinterpretasikan dengan baik. Faktor-faktor yang terbentuk setelah dilakukan proses rotasi, yaitu
Tabel 13. Tabel Pengelompokkan variabel
Faktor Variabel
1 Pendapatan (X4)Pengeluaran (X5)
2 Tingkat Pendidikan (X1)Delivery (X9)
3Ketersedian (X8)Kepemilikan Kendaraan (X11)Motivasi Eksternal (X12)
Dari hasil rotasi, dapat disimpulkan bahwa 7 variabel 1 tersebut dapat direduksi
menjadi 3 faktor.Pengelompokan variabel dapat dilihat pada Tabel 4.23. Langkah
selanjutnya, kita harus member nama dari ketiga faktor tersebut. Dari 3 faktor tersebut
akan diberikan nama sebagai berikut.
Faktor 1: faktor Pendapatan dan pengeluaran; Faktor 2: faktor Pendidikan
danDelivery; dan Faktor 3: Faktor ketersediaan, kepemilikan kendaraan dan faktor
motivasi eksternal.
13
Prosiding Seminar Nasional dalam Rangka Dies Natalis ke-52 Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya,Palembang 5 November 2015ISBN .........................
Skor Faktor
Tabel 14 memperlihatkan skor faktor bagi konsumen dalam mengkonsumsi beras
organik dan non organik untuk setiap faktor dengan nilai skor yang tertinggi disetiap baris.
Tabel 14. Skor Faktor
Variabel Component1 2 3
Tingkat pendidikan (X1) -0.019 0.625 -0.223pendapatan (X4) 0.492 -0.034 -0.067Pengeluaran (X5) 0.517 -0.076 0.064ketersediaan (X8) 0.092 -0.135 0.596Delivery (X9) -0.105 0.530 0.069Kepemilikan Kendaraan (X11) 0.191 0.173 0.329Motivasi Eksternal (X12) -0.240 -0.004 0.510
Sumber: Diolah daridata Primer (2015)
Dapat dilihat pada tabel 14 diatas, variabel tingkat pendidikan sangat berpengaruh
terhadap konsumen dalam mengkonsumsi beras organik.Konsumen dalam mengkonsumsi
beras organic yang paling mempengaruhi yaitu tingkat pendidikan, dan dapat dilihat
tingkat pendidikan mempunayai nilai skor sebesar 0.625.Variabel yang kedua yaitu
variabel ketersediaan dengan nilai skor sebesar 0.596.
Dapat dilihat pada tabel diatas, faktor yang mempengaruhi konsumen dalam
mengkonsumsi beras organik yaitu variabel delivery dengan nilai skor sebesar
0.530.selanjutnya yaitu variabel pengeluaran dengan nilai skor sebesar 0.517. variabel
selanjutnya yang menyebabkan konsumen dalam megkonsumsi beras organic yaitu
variabel motivasi eksternal dengan nilai skor sebesar 0.510. kemudian variabel yang
menyebab kankonsumen dalam mengkonsumsi beras organic yaitu variabel pendapatan
dengan nilai skor sebesar 0.492. Variabel terakhir yang menyebabkan konsumen
mengkonsumsi beras organik yaitu variabel kepemilikan kendaraan dengan nilai skor
sebesar 0.329.
Analisis variabel yang mempengaruhi konsumen dalam pembelian beras organik
Analisis yang mempengaruhi konsumen dalam pembelian beras organik dilakukan
dengan menggunakan analisis binnary logistic.Hasil penelitian menunjukkan bahwa
variabel yang mempengaruhi konsumen dalam pembelian beras organik secara significant
(α = 0.05) adalah pendapatan, ketersediaan, dan pengeluaran rumah tangga. Sedangkan
14
Prosiding Seminar Nasional dalam Rangka Dies Natalis ke-52 Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya,Palembang 5 November 2015ISBN .........................
variabel harga dan kepemilikan kendaraan dapat dianggap berpengaruh terhadap
pembelian beras organik, sebagaimana terlihat pada tabel berikut.
Tabel 15. Hasil Uji binnary logistic variabel yang mempengaruhi pembelian beras organik
Variables in the EquationVariabel B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 1a X1 (tk.pendidikan) .457 .406 1.265 1 .261 1.579X2 (besar keluarga) .319 .382 .700 1 .403 1.376X3(harga) .757 .394 3.685 1 .055 2.132X4(pendapatan) 2.009 .545 13.569 1 .000 7.454X5(pengeluaran rumah tangga) -1.181 .544 4.712 1 .030 .307X6 (jarak tempat tinggal) -.174 .393 .197 1 .658 .840X7 (kesahatan) -.629 .384 2.685 1 .101 .533X8(ketersediaan) -1.257 .463 7.385 1 .007 .285X9 (delivery) .240 .361 .441 1 .507 1.271X10 (keadaan rumah) .107 .394 .074 1 .785 1.113X11 (kepemilikan kendaraan) 1.024 .533 3.696 1 .055 2.784X12 (motivasi eksternal) -.098 .402 .059 1 .808 .907Constant -3.315 2.621 1.600 1 .206 .036
a. Variable(s) entered on step 1: X1, X2, X3, X4, X5, X6, X7, X8, X9, X10, X11, X12.Sumber : hasil uji data primer
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pendugaan beberapa variabel yang
mempengaruhi pembelian beras organik, dapat dikemukakan kesimpulah sebagai berikut:
1. Hasil analisis faktor dengan melihat nilai eigen valueyang memiliki nilai di atas 1,
didapatkan bahwa variabel yang mempengaruhi konsumen dalam pembelian beras
organik dan organik adalah faktor pendidikan, pendapatan dan pengeluaran.
2. Terdapat tiga faktor mengelompokkan faktor penentu konsumen dalam pembelian
beras organik dan non-organik, yakni a)faktor pendapatan dan pengeluaran; b)faktor
pendidikan dan delivery; c)faktor ketersediaan, kepemilikan kendaraan dan motivasi
eksternal.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen dalam pembelian beras organik adalah
pendapatan, ketersediaan (avalibility), dan pengeluaran rumah tangga. Disamping itu
bisa diduga faktor lain yang turut mempengaruhi konsumen dalam pembelian beras
organik adalah harga dan kepemikikan kendaraan.
Rekomendasi
Setelah melakukan penelitian ini, maka peneliti dapat memberikan rekomendasi
sebagai berikut :
15
Prosiding Seminar Nasional dalam Rangka Dies Natalis ke-52 Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya,Palembang 5 November 2015ISBN .........................
1. Penilitian membuktikan bahwa faktor pendapatan dan pendidikan merupakan faktor
penting dalam pembelian beras organik, juga didapatkan produsen dan penjual mulai
memikirkan faktor delivery dan kemasan yang baik dapat meningkatkan animo
masyarakat dalam konsumsi beras organik.
2. Faktor yang tidak kalah penting untuk peningkatan kesadaran masyarakat dalam
mengkonsumsi beras organik adalah ketersediaan (availibility) dan keberlanjutan
(sustainability), yang dapat membuat kepuasan konsumen dan loyalitas konsumen
dalam mengkonsumsi beras organik, walaupun faktor harga juga menjadi faktor utama
dalam konsumsi beras organik.
DAFTAR PUSTAKA
Damadjati, D.S dan S. Widowati. 2001. Menali Sumber Daya Pangan Lokal Dalam Peran Teknoloi Pangan Dalam Rangka Ketahanan Pangan Nasional. Majalah Pangan No. 36/X/Jan/2001. Puslitbang Bulog, Jakarta.
Malhotra, Naresh, 2007. Marketing Research : an applied orientation, pearson education, inc., fifth edition. New Jearsey : USA.
Oktaviani, R. dan Sahara. 2004. Beras, Ketahanan Pangan dan ”World Trade Organization”. Mimbar Sosek Vol. 17 No. 2: Agustus (1-24).
Sutanto, R. 2002. Pertanian Organik. Kanisius, Yogyakarta.
Utami, D.P. 2011. Analisis pilihan konsumen dalam mengkonsumsi Beras Organik di Kabupaten Sragen. Mediagro, Vol.7 No. 1 p 41-58. Yogyakarta.
Pikiran Rakyat. 2005. Naik Tajam, Permintaan Hasil Pertanian Organik. (Online) http://www.pikiran-rakyat.com. Diakses tanggal 19 Maret 2014.
Wibowo, R. 2003. Butir-Butir Pemikiran Pangan dan Pertanian Masa Depan. Naskah Seminar Agribussiness Training 3-5 Mei 2003 HIMASETA. Fakultas Pertanian Universitas Jember, Jember.
Winarno, F.G. 2002. Pertanian Organik: Standard Internasional dan Pangsa Pasar. Embrio Bioteknologi, Bogor.
16
Top Related