UPAYA BIMBINGAN DAN KONSELING
PADA PROSES TAHAP PENYEMBUHAN PASIEN PASKA
STROKE DI GRAHA HUSADA BHAKTI, CILEDUG,
TANGERANG
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh
Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)
OLEH :
BARI RAQIBIONO
105052001739
JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011 M/ 1430 H
ABSTRAK
Bari Raqibiono
Upaya Bimbingan Dan Konseling Pada Tahap Proses Penyembuhan Pasien Paska Stroke
Di Graha Husada Bhakti Ciledug Tangerang
Stroke merupakan salah satu penyakit yang mematikan, stroke dapat menyerang siapa
saja dan kapan saja secara tiba-tiba. Bahkan pada beberapa kasus, stroke menyerang tanpa
adanya tanda-tanda yang mendahului. Tak hanya itu, stroke juga merupakan penyebab kecacatan
nomor satu di dunia. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan bila stroke menjadi penyakit yang
sangat ditakuti di masyarakat.
Dahulu penyakit stroke hanya menyerang kaum lanjut usia (lansia). Seiring dengan
berjalannya waktu, kini ada kecenderungan bahwa stroke dapat mengancam usia produktif
bahkan di bawah usia 45 tahun. Penyakit stroke pun ternyata bisa menyerang siapa saja tanpa
memandang usia, jabatan, tingkatan sosial ekonomi, dan jenis kelamin. Kasus stroke meningkat
di negara maju seperti Amerika tanpa terkecuali Indonesia.
Graha Husada Bhakti mengabdikan dirinya kepada negara serta masyarakat Indonesia
khususnya di wilayah Ciledug Tangerang dan sekitarmya. Graha Husada Bhakti memfokuskan
untuk membantu kesehatan masyarakat dalam bidang Pasca Stroke dan Autis.
Dari uraian diatas dapat dirumuskan tentang: a. bagaimana upaya dan bimbingan
konseling terhadap pasien pasca stroke? b. metode apa yang digunakan dalam melakukan
bimbingan dan konseling terhadap pasien pasca stroke? c. factor apa saja yang mendukung dan
menghambat pada proses penyembuhan pasien pasca stroke?
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif yaitu sebagai prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang
dan perilaku yang dapat diamati. Dengan menggunakan metodologi deskriptif analisis yaitu
bahwa data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka yang diperoleh
dari hasil observasi, wawancara mendalam dengan narasumber dan dokumentasi yang akan
menghasilkan penafsiran penulis.
Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa upaya bimbingan dan konseling pada tahap
proses penyembuhan pasien pasca stroke di Graha Husada Bhakti, pasien mengalami beberapa
gangguan kejiwaan seperti stress, depresi, putus asa, sehingga metode B-SEFT (Believe Spiritual
Emotional Freedom Technic) sangat efektif dalam melakukan konseling, sedangkan
bimbingannya menggunakan terapi sensormotik, terapi okupasi, terapi listrik (dilakukan oleh
orang yang ahli) juga menghasilkan yang perubahan yang sangat baik dalam kesembuhan pasien
pasca stroke.
i
KATA PENGANTAR
Assalammu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT, yang mengiringi selesainya penulisan
skripsi ini, karena atas Rahmat-Nya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“UPAYA BIMBINGAN DAN KONSELING PADA TAHAP PROSES PENYEMBUHAN
PASIEN PASCA STROKE DI GRAHA HUSADA BHAKTI, CILEDUG, TANGERANG,
dalam rangka memenuhi persyaratan mencapai gelar Sarjana Komunikasi Islam pada Fakultas
Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Salawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada sauri teladan seluruh umat
manusia yakni Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, tabi’in dan umatnya sampai
akhir zaman.
Selama proses penyusunan skripsi ini, penuis sepenuhnya menyadari bahwa daam proses
tersebut tidaklah terlepas dari segala bantuan, Bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak, oleh
karena itu pada kesempatan ini penulis ingin memberikan sebuah penghargaan dan ucapan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ayahanda Tribowatno dan ibunda yang setiap saat mendoakan dan mencurahkan
segala kasih sayangnya dengan tulus serta senantiasa mendukung penulis untuk selalu
semangat menyelesaikan skripsi ini.
2. Dr. Arief Subhan, M.A. selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si. selaku Ketua Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan
Islam
4. Drs. Sugiharto, M.A. selaku Sekretaris Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam.
ii
5. Drs. Azwar Chotib M. Si selaku Pembimbing Akademik tahun ajaran 2005 serta
merangkap dosen pembimbing Skripsi Penulis, sehingga dapat menyelesaikan Tugas
Skripsi ini.
6. Kepala Perpustakaan Dakwah Dan Komunikasi dan Perpustakaan Utama UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, serta seluruh staff yang telah menyediakan tempat dan buku-
buku sebagai bahan refrensi.
7. Segenap bapak dan ibu dosen Fakultas Dakwah Dan Komunikasi yang telah
mewariskan sebagian ilmu dan pengalamannya untuk penulis. Semoga ilmu yang
telah diberikan bermanfaat bagi penulis
8. Eva Sarifah Arifin. selaku Ketua Graha Husada Bhakti serta merangkap pembimbing
skripsi penulis diluar Akademik Kampus yang tidak pernah berhenti memberikan
sedikit ilmunya kepada penulis, beserta seluruh jajaran staff di Graha Husada Bhakti
yang tidak bias penulis sebutkan satu persatu, yang telah memberikan banyak
pengalaman dan membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.
9. Kakanda Bayu Nugroho dan Mba Titi Nurmayanti yang tidak pernah berhenti tuk
memotivasi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
10. Teman-teman SD 03 pagi Jatipulo, Mega, Topik, Ari, Diah, Ian, yang selalu
mendoakan dan memotivasi penulis. Semoga persahabatan kita tetap berlanjut hingga
kita tua.
11. Keluarga Besar BPI dari angkatan 2003 sampai 2005, maaf penulis tidak bisa
menyebutkan satu persatu. Terima kasih kuucapkan yang sebesar-besarnya karena
telah mendoakan serta mendukung penulis melalui jejaring sosialnya untuk segera
menyelesaikan skripsi.
iii
12. Lia Amalia, Andrian, Sukma Jayanti, dan Rania. Penulis ucapkan terima kasih atas
bantuannya selama ini. Jasa dan dukungan kalian tidak akan pernah penulis lupakan.
13. Dan semua teman-teman penulis yang berada di dunia maya (facebook, tweeter, dan
lain-lain), terima kasih atas semua informasi, doa, dan dukungannya. Semoga kita
tetap bersahabat meski di dunia maya.
Besar harapan karya tulis ini dapat memberikan kontribusi yang positif bagi khazanah di
Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam, serta seluruh pihak yang terlibat daam proses belajar
mengajar khususnya pada bidang konseling.
Penulis sadar bahwa masih diperukan banyak penyempurnaandalam penulisan skripsi ini,
maka kritik dan saran sifatnya sangat membangun penulis harapkan. Atas semua perhatiannya
penulis ucapkan banyak terimakasih.
Jakarta, 20 Oktober 2011
Bari Raqibiono
iv
DAFTAR ISI
LEMBAARAN PERNYATAAN
ABSTRAK
KATAPENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN1
A. Latar belakang .................................................................................................. 1
B. Pembatasan dan perumusan masalah ................................................................ 7
C. Tujan dan manfaat penelitian ........................................................................... 8
D. Metode penelitian ............................................................................................. 9
E. Tinjuan pustaka................................................................................................. 11
F. Sistematika penulisan ....................................................................................... 12
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................................ 15
A. Pengertian Bimbingan Dan Konseling ............................................................. 15
1. Pengertian Bimbingan .................................................................................. 15
2. Pengertian Konseling ................................................................................... 16
B. Tujuan Bimbingan Dan Konseling18
C. Pasien ............................................................................................................. 22
D. Pasca stroke .................................................................................................... 26
1. Pengertian Paska Stroke ............................................................................ 26
2. Faktor-faktor terjadinya stroke .................................................................. 27
3. Ciri-ciri paska stroke ................................................................................. 30
4. Penanggulangan pada pasien paska stroke ................................................ 31
BAB III GAMBARAN UMUM GRAHA HUSADA BHAKTI ......................................... 35
A. Sejarah ............................................................................................................ 35
B. Visi dan misi .................................................................................................. 36
C. Struktur kepengurusan ................................................................................... 46
D. Sarana dan prasarana ...................................................................................... 46
BAB IV TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISA DATA .............................................. 48
A. Temuan lapangan .............................................................................................. 48
1. Identifikasi subjek penelitian ..................................................................... 48
2. Upaya Bimbingan dan Konseling .............................................................. 53
3. Metode Bimbingan dan Konseling ............................................................ 57
B. Analisa data ...................................................................................................... 61
BAB V PENUTUP ............................................................................................................. 67
A. Kesimpulan ....................................................................................................... 67
v
B. Saran-saran ....................................................................................................... 68
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 69
LAMPIRAN
vi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Memasuki era globalisasi yang demikian pesat ini tanpa kita sadari
mempunyai pengaruh yang sangat kuat pada sikap perilaku, kejiwaan dalam
kehidupan manusia. Dalam menghadapi kehidupan yang penuh dengan
tekanan, terkadang manusia atau diri kita pribadi sebagai manusia wajar
selalu berpendapat bahwa ketika menghadapi suatu cobaan atau masalah itu
adalah merupakan kendala atau sebuah ujian.
Sesungguhnya "cobaan hidup" adalah salah satu cara agar kita dapat
melihat, memahami dan intropeksi diri bahwa setiap manusia akan selalu
menghadapi permasalahan yang mana masalah tersebut merupakan suatu
langkah untuk lebih maju atau merupakan suatu kesempatan untuk bisa
mengenal diri kita sendiri lebih dalam, atau ini suatu ujian diri,
pendewasaan diri, pembelajaran diri untuk kita agar semakin kuat, serta
pendewasaan di dalam kehidupan yang penuh dengan persaingan dan serba
terburu-buru.
Dapat kita petik dari suatu firman Allah SWT, yang menyatakan
dunia adalah lahan pembelajaran, pendewasaan jati diri, serta tempat ujian
dan cobaan agar kita menjadi manusia-manusia pilihan berkualitas yang
dapat mempertanggungjawabkan nya kelak di hadapan Allah SWT Sang
Pencipta Penguasa Alam Semesta.
2
Sebagaimana firman Allah SWT:
Al-Baqarah :155. Dan sungguh akan Kami berihan cobaan kepadamu,
dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-
buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orangyang sabar1
Namun pada kenyatannya jarang sekali manusia bisa menilai bahwa
sebuah masalah adalah merupakan suatu cobaan atau ujian, agar manusia
lebih bisa menempatkan rasa empati kita pada kesulitan orang lain, atau kita
tidak semakin egois dan dapat menghadapi permasalahan itu dengan kepala
dingin dan keluasan hati.
Di saat kita bertemu dengan suatu permasalahan, entah dalam
hubungan keluarga, suami istri, anak, mertua bahkan mungkin orang tua kita
sendiri. Tentunya kita tidak akan bisa menilai siapa yang benar, siapa yang
salah, kenapa demikian? Ini dikarenakan setiap manusia mempunyai sifat
kewajaran sebagai manusia yang dipengaruhi oleh suatu kepentingannya/
manusiawi manusia
Secara hakiki setiap manusia menginginkan kehidupan yang damai,
tenang, dan tentram, akan tetapi tidak semua keinginan tersebut bisa
didapatkan pada setiap manusia, bukan berarti Allah tidak sayang terhadap
1 Syaamil Al-Qur‟an The Miracle 15 in 1, (bandung: PT. Sygma Examedia
Arkanleema,2009), hal. 46
3
mereka melainkan suatu ujian untuk menjalani kehidupan dengan
kesabaran.
Sabar dalam arti bukan pasrah, tapi sabar adalah ketika kita sedang
mengalami suatu ujian atau konflik didalam kehidupan maka sikap kita
harus berusaha untuk dapat menyelesaikan ujian tersebut dengan lebih
positif, lebih objektif, karena sesungguhnya Allah memberi suatu ujian
kepada umat-Nya tidak melebihi batas kemampuannya (manusia)2.
Sebagaimana firman Allah SWT
Al-Baqarah: 286. Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai
dengan kesanggupannya. la mendapat pahala (dari kebqjikan) yang
diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya.
(Mereka berdo‟a): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika
kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan
kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada
orang-orang yang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau
pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri
2 Arifin, Eva. Teknik Konseling Di Media Massa, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010) hal.
152
4
maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong
kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir".3
Ayat diatas telah meyakinkan kepada manusia bahwa setiap konflik,
ujian, cobaan yang terjadi didalam kehidupan kita pasti dapat diselesaikan.
Mental yang sehat dapat mempengaruhi kehidupan seseorang dalam
melakukan aktivitas di berbagai sektor sehari-hari. Gangguan kejiwaan
(Neurose) dan penyakit kejiwaan (Psychose) adalah akibat dari
ketidakmampuan orang untuk menghadapi kesukaran-kesukaran/masalah
dengan cara wajar atau tidak mempunyai kesanggupan di dalam
menyesuaikan diri dengan situasi yang dihadapi4.
Kecemasan dan ketakutan yang wajar akan mampu diatasi oleh
kemampuan mekanisme pertahanan diri dalam menghadapi konflik yang
dialaminya. Namun pada kenyataan yang ada banyak sekali orang-orang
tidak mampu mengatasi konflik tersebut, sehingga mengakibatkan perilaku
yang tidak wajar dan menderita gangguan mental (kejiwaan)5.
Permasalahan-permasalahan gangguan mental sangatlah beragam
yang dapat diderita oleh setiap orang sesuai dengan tingkatan kesulitan,
kondisi dan lingkungannya, hal ini akan mengakibatkan semakin banyak
permasalahan psikologis yang menjadi beban pikiran manusia untuk
mencari jalan keluarnya.
3 Syaamil Al-Qur‟an The Miracle 15 in 1, (bandung: PT. Sygma Examedia
Arkanleema,2009), hal. 96 4 Daradjat, Zakiah. Kesehatan Mental, (Jakarta: Toko Gunung Agung, 2001), Cet. Ke-
23 hal. 26 5 Ibid
5
Sama halnya disaat kita, sahabat kita, keluarga kita atau saudara
terdekat kita yang sedang mengalami stroke, pasti mengalami gangguan
mental, seperti depresi, sensitive (mudah marah), dan lain sebagainya.
Dahulu penyakit stroke hanya menyerang kaum lanjut usia (lansia). Seiring
dengan berjalannya waktu, kini ada kecenderungan bahwa stroke dapat
mengancam usia produktif bahkan di bawah usia 45 tahun6. Penyakit stroke
pun ternyata bisa menyerang siapa saja tanpa memandang usia, jabatan,
tingkatan sosial ekonomi, dan jenis kelamin. Kasus stroke meningkat di
negara maju seperti Amerika yang setiap tahunnya terdapat 750.000 kasus
stroke baru7. Sedangkan di Indonesia, menurut data dari Yayasan Stroke
Indonesia (Yastroki) Diperkirakan terdapat ada 500.000 penduduk yang
terkena stroke8. hal ini sangatlah memprihatinkan, karena Apabila seseorang
telah terkena serangan (mengalami stroke atau pasca stroke) maka
sebaiknya orang tersebut haruslah diberi perhatian secara khusus,
diantaranya berobat ke Rumah Sakit maupun berobat secara tradisional.
sering kali melihat orang yang terkena pasca stroke memiliki kondisi yang
sangat memprihatinkan, untuk orang yang memiliki tingkat ekonomi
sosialnya baik maka tak jadi masalah, mereka pasti langsung pergi berobat
ke Rumah Sakit yang sudah ada untuk menangani masalah strokenya9.
Namun apabila orang yang memiliki tingkat ekonomi sosialnya rendah
(miskin), seringkali mereka mengabaikan perhatiannya yang bertujuan
6 Jusuf Misbah dan Harmani Kalim, Stroke mengancam usia produktif, artikel diakses
pada tanggal 27 april 2010. http://medicastore.com/stroke/ 7 Ibid 8 Ibid
9 Hasil wawancara Eva Arifin dengan penulis pada tanggal 1-5-2010
6
untuk meningkatkan kesembuhan orang-orang yang terkena stroke maupun
pasca stroke. Misalnya membiarkan orang pasca stroke terus menerus untuk
tidur, tidak mengajaknya untuk berbicara, tidak adanya latihan-latihan atau
gerakan-gerakan anggota tubuhnya. Sehingga untuk kembali normal seperti
orang pada umumnya itu hanyalah mimpi yang tak bisa menjadi kenyataan.
Graha Husada Bhakti (GHB) merupakan suatu lembaga yang
mempunyai misi yang sangat mulia, dikala pemerintah sedang
meningkatkan fasilitas kesehatan demi kesejahteraan rakyatnya. Disaat
biaya kesehatan sulit untuk dicapai oleh keluarga tidak mampu (keluarga
miskin). Stroke menyerang tidak hanya kepada keluarga yang berada
(keluarga kaya) tapi juga menyerang kepada keluarga yang tidak mampu,
dari data Graha Husada Bhakti terdapat 20 pasien yang menderita stroke,
dimana 7 orang adalah golongan orang mempunyai tingkat ekonomi yang
mampu (kaya), sedangkan sisanya 13 orang adalah golongan orang yang
kurang mampu (miskin)10
. Adapun upaya-upaya yang seharusnya dilakukan
oleh orang penderita pasca stroke, yaitu pergi berobat ke Rumah Sakit yang
telah menyediakan terapi-terapi pasca stroke, bimbingan dan konseling
terhadap orang yang menderita pasca stroke. Graha Husada Bhakti
mengabdikan dirinya kepada negara serta masyarakat Indonesia khususnya
di wilayah Ciledug Tangerang dan sekitarmya. Graha Husada Bhakti
memfokuskan untuk membantu kesehatan masyarakat dalam bidang Pasca
Stroke dan Autis.
10 Ibid
7
Berdasarkan uraian latar belakang atau pokok pikiran di atas, penulis
tertarik untuk melakukan penelitian secara mendalam dan sekaligus
dijadikan pembahasan proposal yang akan dilanjutkan ke pembahasan
skripsi dengan judul "UPAYA BIMBINGAN DAN KONSELING PADA
TAHAP PENYEMBUHAN PASIEN PASCA STROKE DI GRAHA
HUSADA BHAKTI, CILEDUG, TANGERANG".
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Untuk membantu menyelesaikan masalah seseorang yang sedang
menghadapi pasca stroke, dapat diatasi dengan berbagai proses penyembuhan
pasien pasca stroke ada banyak sekali upaya-upaya yang harus dilakukan agar
penderita pasca stroke bisa kembali melakukan aktifitasnya sehari-hari,
meskipun tidak bisa seperti orang-orang yang sehat pada umumnya atau dapat
menghasilkan suatu perubahan yang baik dalam kehidupan pasien pasca stroke.
ibu Eva S. Arifin sebagai pendiri Yayasan dan konselor di Graha Husada
Bhakti sedangkan Bapak Didin Syamsudin sebagai pembimbing terapi pasca
stroke yang berupa phisik. Agar pembahasan lebih terarah, maka penulis perlu
memberikan batasan masalah. Penelitian ini hanya terfokus pada upaya
bimbingan dan konseling di Graha Husada Bhakti. Bertitik tolak dari latar
belakang masalah tersebut, maka penulis memunculkan beberapa perumusan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana upaya Bimbingan dan Konseling terhadap Pasien Pasca
Stroke?
8
2. Metode apa yang digunakan dalam melakukan Bimbingan dan Konseling
terhadap Pasien Pasca Stroke?
3. Apa saja faktor penghambat dan pendukung dari pelaksanaan Bimbingan
dan Konseling terhadap Pasien Pasca Stroke?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan pembatasan dan perumusan masalah di atas maka tujuan
yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :
a. Untuk mengetahui upaya bimbingan dan konseling terhadap pasien
pasca stroke?
b. Untuk mengetahui faktor penghambat dan pendukung dari
pelaksanaan bimbingan dan konseling terhadap pasien pasca stroke
2. Manfaat Penelitian
a. Untuk memberikan informasi kepada seluruh calon konselor
dan masyarakat mengenai cara-cara atau teknik-teknik bimbingan
dan konseling terhadap orang pasca stroke.
b. Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai
contoh bagi Pebimbing dan Konselor yang sedang atau akan
melaksanakan penyembuhan pasien pasca stroke.
a. Agar menjadi sumbangan pikiran yang diharapkan akan menambah
khasanah ilmu pengetahuan bagi mahasiswa jurusan bimbingan dan
9
penyuluhan Islam dalam menemukan metode baru yang lebih
efektif dalam menangangi setiap permasalahan, khususnya dalam
menghadapi permasalahan pasca stroke.
D. Metode Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian skripsi ini
adalah dengan bentuk kualitatif deskriptif analisis. Maka dengan ini
sekiranya dapat memberikan gambaran dari temuan-temuan lapangan yang
berhubungan dengan objek penelitian (Upaya dan Bimbingan Pasien pasca
stroke) dan juga gambaran mengenai subjek penelitian ini (pasien pasca
stroke)
Setelah memperoleh temuan-temuan lapangan yang diinginkan,
kmudian peneliti menggambarkan dan menjelaskannya dengan
menginterpretasikan data-data terebut. Interpretasi data dilakukan pada
temuan penelitian ini merupakan upaya untuk memperoleh arti dan makna
yang lebih mendalam dan luas terhadap hasil penelitian. Pembahasan hasil
penelitian dilakukan secara kritis dan teori yang relevan dan akurat yang
diperoleh dari lapangan11
.
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di jln. Telaga I blok A18c Ciledug Indah I,
Tangerang-Banten. Adapun alasan penulis menetapkan tempat ini sebagai
11
J. Moleong., Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya) h.
151
10
sasaran penelitian adalah wilayah korelasi konseling sangat kolerasi
dengan Graha Husada Bhakti, Ciledug-Tangerang.
3. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian yaitu orang atau sekelompok orang yang dapat
memberikan informasi serta terapi pasca stroke, didalam penelitian ini
penulis mengambil subjek penelitian, mereka terdiri dari 1(satu) orang
ketua Yayasan Graha Husada Bhakti Ciledug, Tangerang yaitu Eva S.
Arifin yang merangkap juga sebagai konselor. 1(satu) orang pembimbing
yaitu Didin Syamsudin.serta 3orang Pasien Pasca Stroke di Graha Husada
Bhakti yang berumur 50(lima puluh lima) tahun atau lebih. Sedangkan
objek penelitian yaitu upaya bimbingan dan konseling pada tahap
penyembuhan pasien pasca stroke di Graha Husada Bhakti.
4. Teknik Pengumpulan Data
Unuk memperoleh data primer pada penelitian ini, peneliti
menggunakan teknik wawancara terbuka dan diskusi. Dimana pertama-
tama peneliti merumuskan panduan wawancara yang berisikan
pertanyaan-pertanyaan seputar pengetahuan penyakit stroke, upaya
bimbingan stroke dan perubahan yang dialami pasien pasca stroke.
Observasi, yaitu aktifitas pengamatan meliputi kegiatan pemusatan
perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan alat indera12
Dalam
hal ini penulis mengamati dan mencatat langsung dari lokasi penelitian.
objek penelitian yaitu Upaya dan Bimbingan Pasien pasca stroke
12
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. (Jakarta: PT.
Ricncka Cipta, 1996). H. 14
11
sedangkan subjek penelitian ini adalah pasien pasca stroke. Untuk data
sekunder peneliti menggunakan jasa peminjaman buku Perpustakaan
Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan Fakultas Dakwah
dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan website.
Sedangkan, mengenai penulisan skripsi, penulis menggunakan buku
pedoman penulisan skripsi, tesis, dan desertasi yang ditebitkan oleh UIN
Jakarta Pree berkerja sama CeQDA.13
5. Teknik analisis dalam kualitatif
Didalam penilisan karya ilmiah ini penulis menggunakan teknik
analisis data dalam kualitatif, sebagai berikut14
:
a. Mencatat hasil kegiatan selama penelitian berlangsung di Graha
Husada Bhakti Ciledug, Tangerang.
b. Mengumpulkan, memilih-memilah serta mengklasifikasikan data
c. Membaca dan mempelajari data
d. Berpikir dengan jalan membuat agar menemukan data sehingga
menemukan data sehingga data mempunyai makna , mencari dan
menemukan pola.
E. Tinjauan Pustaka
Sebelum penulis mengajukan masalah penelitian ini sebagai pembahasan
skripsi, maka penulis terlebih dahulu melakukan penelusuran dan peninjauan
terhadap skripsi dan buku-buku yang ada diperpustakaan. Hal ini ditujukan
untuk mengidentifikasikan dan mengetahui mengenai permasalahan yang akan
13
Hamid Nasuhi, Ismatu Ropi, dkk., Pedoman penulisan karya ilmiah (skripsi,tesis,
dan desetasi), (Jakarta: UIN dan CeQDA, 2007) 14
J. Moleong., Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya) h. 248
12
penulis teliti sehingga tidak terjadi pengulangan penelitian dalam
permasalahannya. Dari hasil tinjauan pustaka yang dilakukan tersebut penulis
ingin menyatakan hal-hal sebagai berikut:
1. Dari data-data yang didapatkan menalalui perpustakaan Fakultas
Dakwah dan Ilmu Komunikasi, penulis tidak menemukan judul skripsi
yang sama.
2. Untuk mendukung kerangka teori dalam penelitian ini, penulis
menggunakan atau mengacu kepada berbagai buku dan refrensi yang
berkaitan dengan permasalahan yang sedang diteliti antara lain: Yellia
Magan, Solusi Sehat Mencegah & mengatasi Kanker Terapi Herbal
Terapi Diet, Terapi jus (yogyakarta: PT. Argo Media Pustaka 2009)
E. Sistematika Penulisan
Dalam penyusunan skripsi ini penulis membahasa dengan membagi
beberapa bab dan kemudian penulis bagi lagi kepada beberapa sub bab.
Adapun perinciannya ialah sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Yang didalamnya menerangkan latar belakang masalah, pembatasan dan
perumusan masalah, kemudian tujuan dan manfaat penelitian diteruskan
dengan tinjauan pustaka, kemudian dilanjutkan dnegan metode penelitian dan
diakhiri dengan sistematika penulisan.
13
BAB II : LANDASAN TEORITIS
Dalam hal ini membahas tentang Bimbingan dan Konseling, termasuk
pengertian Bimbingan, pengertian konseling, serta tujuan Bimbingan dan
Konseling, kemudian dilanjutkan membahas tentang pasien yang terdiri dari
pengertian pasien, serta membahas tentang pasca stroke yang terdiri pengertian
stroke, ciri-ciri stroke dan penangguangan pasca stroke.
BAB III : GAMBARAN UMUM GRAHA HUSADA BHAKTI
Dalam hal ini membahas tentang Graha Husada Bhakti. Terdiri atas: sejarah,
visi dan misi, letak geografis, struktural kepengurusan dan sarana prasarana di
Graha Husada Bhakti
BAB IV : TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISA DATA
Dalam bab ini penulis akan membahas tentang gambaran pasien pasca stroke,
Upaya bimbingan dan Konseling yang terdiri dari upaya konseling, dan upaya
obat-obatan Herbal.
BAB V : ANALISIS DATA
Dalam bab ini penulis akan membahas deskripsi data, dan dilanjutkan
membahas Analisis tingkat keberhasilan bimbingan dan konseling pada tahap
penyembuhan pasien pasca stroke
14
BAB V : PENUTUP
Yang berisikan kesimpulan, kemudian dilanjutkan dengan saran-saran
15
BAB II
LANDASAN TEORI
1. Pengertian Bimbingan dan Konseling
A. Pengertian Bimbingan
Bimbingan berasal dari bahasa inggris yaitu Guidance yang berarti
pedoman atau petunjuk15
. Proses bimbingan lebih menekankan kepada
peranan pihak pembimbing. Hal ini tentu saja tidak sesuai lagi dengan arah
perkembangan dewasa ini, dimana pada saat ini klien-lah yang justru
dianggap lebih memiliki peranan penting dan aktif dalam proses pengambilan
keputusan serta bertanggungjawab sepenuhnya terhadap keputusan yang
diambilnya. Untuk memahami lebih jauh tentang pengertian bimbingan, di
bawah ini dikemukakan pendapat dari beberapa ahli :
Frank Parson dalam Jones 1951 menyatakan bahwa Bimbingan adalah
sebagai bantuan yang diberikan kepada individu untuk dapat memilih,
mempersiapkan diri dan memangku suatu jabatan dan mendapat kemajuan
dalam jabatan yang dipilihnya16
.
Tiedeman, dalam Bernard dan Fullmer 1969 berpendapat bahwa
bimbingan adalah membantu orang-orang agar menjadi insan yang berguna,
tidak hanya sekedar mengikuti kegiatan-kegiatan yang berguna saja17
.
15
WS. Winkel, dan Sri Hastuti, Bimbingan dan Konseling di Institutusi Pendidikan
(Jogjakarta, Media Abadi : 2004) cet.Revisi. hal. 27 16
Priyatno, dan Ernan Amti, Dasar-Dasar Bimbingan Dan Konseling (Jakarta: Rineka
Cipta: 2004) cet. Edisi Revisi. Hal. 93. 17
Ibid., Hal. 94
15
16
Chiskolm,1959 dalam McDonald berpendapat bahwa Bimbingan
membantu individu untuk lebih mengenali berbagai informasi tentang dirinya
sendiri18
.
Miller mengartikan bimbingan sebagai proses bantuan terhadap
individu untuk mencapai pemahaman diri yang dibutuhkan uhtuk melakukan
penyesuaian diri secara maksimum di sekolah, keluarga dan masyarakat. 19
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa bimbingan
adalah bantuan yang diberikan kepada individu untuk dapat mempersiapkan
diri menjadi insan yang berguna serta mendapatkan informasi tentang diri
yang dibutuhkan dalam menyesuaikan diri terhadap lingkunganya secara
optimal untuk kesejahteraan dirinya berdasarkan norma-norma yang berlaku
dimasyarakat.
B. Pengertian Konseling
Konseling adalah merupakan penemuan ilmu pada abad ke-20 yang
merupakan bentuk nyata dari bimbingan (konseling) yang formal berasal dari
Amerika Serikat, semenjak dimulai pengembangannya oleh Frank Parson
setelah membuat lembaga Bimbingan yang populer dengan nama "Vocotional
Bureau" di Boston pada 1908. Lembaga ini selanjutnya diubah dengan nama
"Vocotional Guidance Bureau" (Jones 1951). Usaha Frank Parson ini
18
Ibid. 19
Djumhur dan Moh Surya, Bimbingan Dan Penyuluhan Disekolah (Bandung : CV
Ilmu, 2000), Cet 24, h. 25
17
menjadi suatu cikal bakal Bimbingan dan Konseling di seluruh dunia
termasuk Indonesia20
.
Untuk memahami lebih jauh tentang pengertian konseling. di bawah
ini dikemukakan pendapat dari beberapa ahli:
William Ratingan 1967 mencoba memberikan banyak bentuk
deskripsi pengertian tentang konseling, berdasarkan pengamatan dan
penelitian yang telah dilakukannya dan ia mendeskripsikan sebagai berikut21
:
Konseling adalah memberi informasi potensi tentang pengembangan
emosional potensi, kognitif (pola berpikir), behavior (perilaku), dan
kebebasan individu serta membuka pemahaman diri, pengarahan pada
kemampuan untuk berkomunikasi secara terbuka dan penilaian yang
obyektif. Dan konseling bukanlah percakapan yang biasa akan tetapi suatu
komunikasi yang intim, respirasi percakapan sebagi suatu kontak yang
lebih mengarah kepada komunikasi yang proaktif.
Menurut Barmmer Shostrom mendeskripsikan bahwa22
:
a. Konseling adalah merupakan langkah usaha perencananan yang lebih
rasional, di dalam pemecahan permasalahan, pembuat keputusan
intensionlitas, pencegahan munculnya masalah penyesuaian diri, dan
memberi dukungan serta mencoba untuk membuka pola pikir yang lebih
20
WS. Winkel, dan Sri Hastuti, Bimbingan dan Konseling di Institutusi Pendidikan
(Jogjakarta: Media Abadi, 2004) cet. Revisi. hal 92 21
Mohamad Surya, Psikologi Konseling (Bandung: Penerbit Pustaka Bani Quraisy) hal
1 22
Ibid.
18
netral dan luas di dalam menghadapi tekanan-tekanan situasional dalam
kehidupan sehari-hari bagi orang -orang normal
b. Konseling adanya seimbangan antara obyektifitas dan subyektifltas
c. Konseling adalah adanya keseimbangan unsur kognitif dan afektif
Dari beberapa pengertian diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa
Konseling adalah usaha untuk dapat menolong diri sendiri dan masyarakat
untuk dapat membuat suatu keputusan dari permasalahan yang lebih rasional,
serta memberikan informasi potensi pengembangan emosional, kognitif (pola
berpikir), behavior (perilaku), dan kebebasan individu serta membuka
pemahaman diri, pengarahan pada kemampuan untuk berkomunikasi secara
terbuka dengan penilaian yang obyektif.
2. Tujuan Bimbingan dan Konseling
Seperti kita ketahui bahwa Manusia merupakan mahluk yang paling
sempurna yang dicipta oleh Tuhan Yang Maha Kuasa dimuka bumi ini.
Potensi, kemauan, kemampuan pengembangan diri merupakan
kesempurnaannya, apabila seseorang mengalami beberapa permasalahan
(konflik) dalam dirinya dan ingin menuju kesempurnaan yang hakiki. Oleh
sebab itu, disarankan agar melakukan konseling yang mempunyai kopetensi
di dalam permasalahannya.
Adapun tujuan dari proses bimbingan dan konseling sebagai berikut:23
23
Jhon McLeod, Pengantar Konseling : Teori dan Studi Kasus(Jakarta : Kencana
Media Group 2006 Cet 1, hal 13
19
1. Pemahaman, adanya pemahaman akar dan perkembangan
emosional mengarah kepada peningkatan kapasitas untuk
lebih memilah control Rasional ketimbang perasaan dan
tindakan (Frued Where Id was, Shall ego be) dimana ada Id
maka disitu ada ego.
2. Berhubungan dengan orang lain, menjadi dan lebih mampu
membentuk hubungan yang lebih bermakna dan
memuaskan orang lain. Misal dalam keluarga atau tern pat
kerja.
3. Kesadaran diri, menjadi lebih peka terhadap pemikiran dan
perasaan yang selama ini ditahan atau ditolak atau
pengembangan yang lebih akurat bagaimana dapat
menerima orang lain terhadap diri
4. Penerimaan diri, pengembangan sikap positip terhadap diri,
yang ditandai oleh kemampuan menjelaskan pengalaman
yang selalu menjadi subyek kritik diri dan penolakan.
5. Aktualisasi diri, pergerakan kearahan pemenuhan potensi
atau penerimaam integrasi bagian diri yang sebelumnya
saling bertentangan.
6. Pencerahan, menbantu klien mencapai kondisi kesadaran
spriritual yang lebih tinggi.
7. Pemecahan permasalahan, menemukan pemecahan problem
tertentu yang tidak bisa dipecahkan oleh klien sendiri
20
menurut kompetensi umum dalam pemecahan
permasalahan.
8. Pendidikan Psikologi, membantu klien untuk menangkap
ide dan tehnik untuk memahami dan mengontrol tingkah
laku (behavioral).
9. Memiliki Ketrampilan Sosial, mempelajari dan menguasai
ketrampilan social dan interpersonal seperti
mempertahankan kontak mata, tidak menyela pembicaraan,
asertip, atau mengendalian kemarahan
10. Perubahan Kognitif, modifikasi atau mengganti
kepercayaan yang tak rasional atau pola pemikiran yang
tidak dapat diadaptasi, disosasikan dengan tingkah laku
penghancuran diri.
11. Perubahan Tingkah laku, memodifikasi atau mengganti pola
tingkah laku yang maladatip atau rusak.
12. Perubahan Sistem, memperkenalakan perubahan dengan
cara beroperasinya sistem sosial, contoh keluarga.
13. Penguatan, berkenaan dengan ketrampilan, kesadaran, dan
pengetahuan yang akan membuat klien mampu mengontrol
kehidupan.
14. Reproduksi, (Generativity) dan aksi sosial, mengispirasikan
dalam diri seseorang hasrat dan kapsitas untuk peduli
terhadap orang lain, membangi pengetahuan dan
21
mengkontribusikan kebaikan bersama Collective good)
melalui kesepakatan politik dan kerja komunitas.
15. Restitusi, membantu klien membuat perubahan kecil
terhadap perilaku yang merusak.
Dapat disimpulkan bahwa Tujuan yang dimaksud bimbingan
konseling yaitu dimana seseorang klien yang datang kepada konselor, untuk
meminta bantuannya, dari beberapa kemampuan di dalam menghadapi
permasalahannya. Mengembangkan potensi sikap perilakunya,
mengembangkan kognitif, mengembangkan potensi komunikasinya secara
tepat, tepat dan akurat di dalam menghadapi permasalahannya, tersebut
secara lebih obyektif, dan penalaran secara logika pada umumnya.
Kesimpulan Untuk lebih jelasnya tujuan bimbingan dan
konseling sebagai berikut:
1. Memfasilitasi perubahan tingkah laku klien
2. Meningkatkan potensi dan kemampuan klien untuk dapat
menciptakan dan memelihara hubungan dengan lingkungannya
3. Mengembangkan keefektifan dan kemampuan klien untuk
memecahkan permasalahan
4. Peningkat dan memotivasi proses di dalam membuat suatu keputusan
5. Menfasilitaasi perkembangan dari potensi klien secara benar.
22
3. Pasien
Pasien menurut kamus bahasa Indonesia adalah pasien yang hanya
memperoleh layanan kesehatan tertentu, baik menginap maupun tidak
menginap pada unit pelayanan kesehatan24
. Sangat disayangkan ada
sementara orang yang bergelut, berkarier dan berprofesi sebagai penolong
orang lain, namun sungguh sangat disayangkan dimana seorang pembimbing
dan konselor tersebut tidak cukup banyak mengenal orang yang sedang
mereka hadapi. Di dalam proses bimbingan dan konseling yang baik, seorang
pembimbing dan konselor dituntut untuk banyak memahami, mengenal, data-
data tentang calon pasiennya, agar dapat masuk ke dalam permasalahan yang
sedang dihadapinya dengan seksama.
Sesungguhnya untuk dapat mengetahui siapakah pasien (klien) yang
kita hadapi pada saat ini. Mungkin dapat dikatakan tidak akan terlalu sulit,
seandainya setiap pembimbing dan konselor mau mencoba membuka,
mempelajari dan memahami diri sendiri, ini dimaksudkan agar penilaian kita
terhadap motivasi dan perilaku pasien (klien) akan lebih obyektif. Ini
dikarenakan bahwa pada saat pembimbing dan konselor memandang klien,
senantiasa akan mengacu pada semua data-data informasi tentang klien yang
datang di hadapan pembimbing dan konselor saat itu, dan biasanya adalah
merupakan hasil penelitian, latar belakang (apa yang dialami, pengalaman-
pengalaman, pendidikan, ruang lingkup pergaulan klien baik secara internal
danb eksternal). Bahkan tidak akan menutup kemungkinan, konselorpun akan
24
Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2002), Cet. Ke-3 hal. 834
23
mencoba memposisikan dirinya dengan diri klien tersebut. Seperti pada
bentuk pengalaman-pengalaman, latar belakang, prasangka, (asumsi-asumsi
pribadi)
Dengan mempelajari dan memahami permasalahan, deviasi kejiwaan
(Neurotik akut) dan corak-corak kepribadian di harapkan seorang konselor
dapat membantu klien untuk menemukan solusi-solusi dari permasalahan
yang sedang dihadapinya, dan setiap orang yang akan memasuki profesi
konseling harus mengawali dirinya dengan memiliki, sebuah pandangan yang
memadahi tentang perkembangan diri klien dan tujuan proses konseling.
Sementara itu banyak orang berasumsi bahwa siapapun orang yang
masuk kedalam proses konseling, pada dasarnya dikarenakan individu
mengalami kekurangan-kekurangan daya kekuatan di dalam bersikap perilaku
secara psikologis. Daya kekuatan psikologis yang dimaksud adalah 25
1. Kekuatan yang berdimensi pada ‘’Need Fulfillment’’ (pemenuhan
suatu Kebutuhan) dimana dimensi pemenuhan kebutuhan merujuk
pada kekuatan psikis yang diperlukan untuk memenuhi seluruh
kebutuhan hidup agar dapat mencapai kualitas kehidupan secara
bermakna yang dapat memberikan kebahagiaan dirinya. Semakin
banyak memiliki dimensi kekuatan psikis dalam dimensi ini maka
akan semakin besar kemungkinan individu lebih bermakna dan
bahagia. Sebaliknya semakin sedikit kekuatan psikis yang dimiliki
25
Mohamad Surya, Psikologi Konseling (Bandung: Penerbit Pustaka Bani Quraisy) hal
42
24
dimensi ini, maka akan semakin besar individu mempunyai peluang
untuk mengalami frustasi, serta ketidak effektifan.
2. Kekuatan psikologis yang berkenan dengan ‘’Kompetensi-
kompetensi intrapribadi’’ yaitu satu kekuatan psikologis yang
diperlukan oleh individu di dalam menghadapi tuntutan atau
dorongan yang berasal dari dalam diri sendiri, semakin besar
kekuatan di dalam menghadapi dirinya sendiri akan semakin efektif
perilaku individu dalam interaksi dengan lingkungannya sehingga
dapat mencapai kebermaknaan dan kebahagiaan hidupnya.
Sebaliknya semakin kecil kekuatan psikologis yang dimiliki di
dalam menghadapi dirinya sendiri maka akan semakin besar
kemungkinan timbulnya konflik dan frustrasi sehingga dapat
mengganggu proses kehidupan individu, menglami frustasi, serta
ketidak effektifan
3. Dimensi kekuatan psikologis yang terakhir ini yang disebut degan
„’Kompetensi-kompetensi antarpribadi’’ yaitu kekuatan psikis
yang berkenaan dengan orang lain dalam keseluruhan kehidupan
dan interaksi dengan lingkungan. Semakin besar individu memiliki
kekuatan ini, kemungkinan individu dapat memperoleh keefektifan
dalam hubungan dengan orang lain yang pada giliran dapat
mencapai kebermaknaan dan kebahagian hidup. Dan sebaliknya
semakin kecil kekuatan ini, akan memungkinkan menghadapi
berbagai masalah dan kendala dalam berhubungan orang lain
25
sehingga hal ini dapat menimbulkan gangguan-gangguan dalam
kehidupannya.
Ketiga dimensi di atas akan saling berinteraksi satu sama lainnya,
andai salah satu dimensi mengalami suatu perubahan lebih baik atau lebih
buruk, maka akan mengalami suatu perubahan pada dimensi lainnya. Contoh
apabila individu mengalami kekurangan dalam pengarahan diri (self
direction) sebagai salah satu kompenen intrapribadi maka individu tersebut
akan cendrung mengalami kekurangan “assertiveness” (ketegasan) ini adalah
merupakan suatu bentuk kompentensi antar pribadi, dan akan berakibatkan
pada pengurangi peluang pada pengalaman dengan derajat kebebasan yang
dapat memuaskan pribadi ini adalah merupakan suatu kebutuhan psikologis.
Menurut Cavangh (1982)26
. bahwa tugas konselor adalah memperkuat ketiga
dimensi daya (kekuatan) psikis untuk saling berkaitan untuk kemudian dapat
memperkuat derajat fungsi psikis secara keseluruhan (paripurna)
Pada saat kondisi individu mengalami tahapan verry poor, low, poor,
normal-distresses abnormal, individu tentunya akan mencari bantuan
konseling. Kondisi Individu pada batas rentan normal dan mengalami
gejala-gejala distress, misalnya sakit hati, mudah marah, sensirif, frustasi,
dendam, merasa tidak puas, rasa berdosa, cemburu, konflik pribadi kesulitan
dalam pekerjaan, adanya penangguhan, dan gangguan konsentrasi.
26
Ibid
26
Oleh sebab itu apakah sesungguhnya makna dari perkembangan diri
individu di dalam proses konseling, seperti yang dikatakan diatas bahwa
tugas seorang konselor adalah memperkuat ketiga dimensi daya (kekuatan)
psikis untuk saling berkaitan untuk kemudian dapat memperkuat derajat
fungsi psikis secara keseluruhan (paripurna)
Menurut Conny setiawan 199327
menyatakan bahwa manusia hidup
antara dua kutub eksistesi, eksistensi individual dan eksisitensi sosial dimana
kedua terjalin tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. (individualisasi
dan sosialisasi). Pada suatu pihak berhak untuk dihargai, diakui, akan tetapi
pada pihak lain ia harus memiliki kemampuan untuk dapat menyesuaikan diri
dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku di masyarakat di dalam ligkungan
sosialnya (kutub eksistensi sosial) Bila kedua kutub ini barada dalam posisi
seimbang maka individu dapat mencapai suatu kondisi mental sehat. Akan
tetapi keseimbangan bukan yang paling terpenting di dalam kebermaknaan
hidup manusia. Akan tetapi akan lebih baik bagi individu adalah jarak antara
mengenal diri, pretasi diri sebagaimana adanya.
4. Pasca Stroke
A. Pengertian Pasca Stroke
Pasca Stroke dalam kamus besar Bahasa Indonesia terdiri dari dua
suku kata yakni "Pasca" dan "stroke”. Pasca dalam kamus bahasa Indonesia
berarti seseorang atau sekelompok yang telah mengalami suatu kejadian yang
27
Rismawaty, Kepribadian & Etika Profesi (Jogjakarta: Penerbit Graha Ilmu 2008) hal
30.
27
telah dialaminya28
. Sedangkan Stroke adalah gangguan fungsional otak
berupa kelumpuhan syaraf akibat tergangguanya aliran darah pada salah satu
bagian otak29
. Sehingga pasca stroke dapat diartikan seseorang yang telah
mengalami kelumpuhan syaraf yang diakibatkan gangguan terhadap aliran
darah pada salah satu bagian otak.
B. Factor Terjadi Stroke
Faktor-faktor resiko suatu penyakit adalah suatu kondisi atau keadaan
yang menyebabkan seseorang lebih rentan terhadap serangan suatu penyakit
dibandingkan dengan orang lain yang tidak memiliki faktor-faktor resiko
tersebut. Untuk penyakit stroke, faktor-faktor resiko tersebut dapat dibagi dua
menurut tingkat pengendaliannya, yaitu:
1. Faktor-faktor yang tidak bisa dihindari atau dikendalikan
Faktor-faktor ini merupakan faktor alamiah yang melekat pada
seseorang tertentu. Tidak banyak yang bisa dilakukan untuk
mengnendalikan faktor-faktor ini. Diantaranya30
:
a. Usia
Dari berbagai studi yang dilakukan tentang penyakit stroke, umur
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya stroke.
Pada umumnya, orang yang telah berumur tua lebih rentan terkena
28
Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2002), Cet. Ke-3 hal. 834 29
Iskandar J. Menuju Hidup Sehat Dan Awet Muda. (Jakarta: Bhuana Ilmu Populer.
2004) Hal. 7 30
Rapeiza. “factor-faktor penyebab stroke”. Artikel diakses pada tanggal 22 july 2011
dari http://raipeza24.blogspot.com/2011/04/faktor-faktor-penyebab-stroke.
28
penyakit stroke dibandingkan dengan yang lebih muda. Ini adalah
kondisi alamiah yang harus diterima. Pada saat umur bertambah,
kondisi jaringan tubuh sudah mulai kurang fleksibel dan lebih kaku,
termasuk dengan pembuluh darah
b. Jenis Kelamin
Pria lebih rentan terkena penyakit stroke dibandingkan dengan
perempuan. Hal ini mungkin lebih berhubungan dengan faktor-faktor
pemicu lainnya yang lebih banyak dilakukan oleh pria dibandingkan
dengan perempuan, misalnya merokok, minum alkohol, dan
sebagainya
c. Keturunan
Orang yang berasal dari keluarga yang memiliki riwayat terkena stroke
akan lebih rentan dibandingkan dengan orang lain yang tidak memiliki
riwayat penyakit tersebut dalam keluarganya.
2. Faktor-faktor yang Bisa Dikendalikan
Bisa dikendalikan di sini artinya faktor-faktor tersebut bisa kita
kendalikan kejadiannya pada diri kita. Diantaranya31
:
a. Hipertensi atau tekanan darah tinggi
Orang-orang yang terkena hipertensi memiliki resiko yang lebih besar
untuk terkena serangan stroke. Bahkan tekanan darah tinggi ini
merupakan penyebab penyakit stroke yang utama. Pada orang yang
terkena darah tinggi, aliran darahnya menjadi tidak normal dan lambat
31 Ibid
29
akibat penyempitan yang terjadi pada pembuluh darah. Suplai oksigen
dan glukosa ke otak pun (yang di bawa oleh aliran darah) juga akan
mengalami penurunan
b. Penyakit jantung
Penyakit jantung juga merupakan faktor penting yang menyebabkan
serangan stroke. Gangguan atau kelainan jantung menyebabkan
pemompaan darah ke seluruh bagian tubuh lainnya, termasuk ke otak,
menjadi tidak normal. Dari hal ini bisa dipahami hubungan yang erat
antara penyakit jantung dan stroke.
c. Kencing manis
Penyakit kencing manis (diabetes mellitus) juga menjadi pemicu
terjadinya serangan stroke pada seseorang. Orang yang terkena
kencing manis akan mempunyai gangguan pada pembuluh darah yang
juga mempengaruhi aliran darah.
d. Kadar kolesterol darah yang tinggi
Kandungan kolesterol dalam darah yang terlalu tinggi di atas ambang
normal (hiperkolesterolemia) juga akan menjadi faktor pemicu
terjadinya stroke.
e. Merokok
Kebiasaan merokok akan meningkatkan kadar fibrinogen di dalam
darah. Fibrinogen yang tinggi dapat mempermudah terjadinya
penebalan pembuluh darah yang akan menyebabkan pembuluh darah
menjadi kaku dan tidak lentur, serta bisa menimbulkan plak.
30
f. Obesitas atau kelebihan berat badan
Obesitas atau berlebihan berat badan ini sangat mempengaruhi
kesehatan tubuh manusia, karena dengan obesitas manusia akan malas
untuk melakukan aktifitas kesehariannya. Seperti malas berolahraga,
sehingga pergerakan metabolisme di dalam tubuh menjadi kaku dan
tidak seimbang yang mengakibatkan berbagai macam penyakit yang
hinggap di tubuh kita. Seperti mudah lemas, sering pusing, migren,
gula, bahkan stroke.
C. Ciri-ciri Pasca Stroke
Adapun ciri-ciri pasien pasca stroke, maka penulis mengklasifikasikan
beberapa ciri umum pasien pasca stroke baik dari segi fisik maupun segi
mental (kejiwaan, perilaku). Berikut beberapa ciri-ciri tersebut:
1. Ciri fisik pasien pasca stroke
Ciri pasien pasca stroke pada umumnya hampir sama seperti ciri-
ciri pada pasien stroke. Ciri pasien stroke secara fisik diantaranya32
:
a. Adanya devisit kelumpuhan vokal, seperti lumpuh sebelah kanan
atau kiri saja
b. Mulut, lidah mencong(miring) bila diluruskan
c. Sulit untuk menelan makan minum
d. Sulit untuk berbicara
e. Tidak mampu membaca dan menulis
32
Redaksi Argomedia “Ciri-ciri pasca Stroke” Artikel diakses pada tanggal 22 july
2011 dari http://databaseartikel.com/kesehatan/otak-kesehatan/20110890-penanganan-stroke
31
f. Sulit bejalan
g. Gerakan tubuh tidak terkoordinasi dengan baik
2. Ciri mental pasien pasca stroke
Ketika seseorang mengalami suatu kejadian yang tidak diingikan,
seperti halnya stroke maka orang tersebut akan tergangu
kejiwaannya (mentalnya). Ciri-ciri mental pasien pasca stroke antara
lain33
:
a. Selalu mencari perhatian
b. Banyak tidur
c. Menjadi sensitive
d. Mudah putus asa
e. Mudah stress
f. Pelupa
C. Penanggulangan pada pasien pasca stroke
Ketika stroke menyerang waktu sangatlah berharga. Penderita harus
segera di tolong, karena dapat menyebabkan kematian jaringan otak semakin
luas dengan tiadanya suplai aliran darah dan oksigen. Pada waktu penderita
mengalami serangan stroke waktu yang terbaik adalah 3 (tiga) jam setelah
33
Ibid.
32
mengalami stroke, hal ini dilakukan dalam rangka meminimalkan kematian
sel-sel otak.34
Saat ini, metode pengobatan dan penanganan stroke bukan lagi
mengandalkan pengobatan medis (konvensional) tetapi juga mengedepankan
pengobatan tradisional (non-konvensional) yang telah terbukti dan
diperkenalkan di tiongkok ribuan tahun35
. Apabila keluarga atau masyarakat
yang pertama kali menderita suatu penyakit, dan dengan mengetahui
gejalanya, masyarakat bisa langsung membawa penderita ke rumah sakit
begitu mendapati gejala seperti stroke. Gejala awal stroke antara lain: kebas
di wajah atau di tangan, kepala pusing luar biasa, mata buram.
Tidak sedikit penderita stroke terpaksa mengakhiri hidupnya secara
fatal, karena sewaktu dibawa kerumah sakit penderita tidak mendapatkan
pelayanan segera, profesional dan komprehensif. Lebih dari itu, anjuran
terhadap usaha-usaha yang semestinya dapat dikerjakan untuk mencegah
stroke, seperti menganut pola hidup sehat tanpa resiko stroke, misalnya
dengan tidak merokok, makan makanan yang rendah kolesterol, dan apabila
mengidap penyakit darah tinggi, atau diabetes, dapat melakukan kontrol
terhadap penyakit itu dengan baik dan rajin, belum menyebar secara luas atau
dianggap bahwa serangan stroke bukan suatu serangan yang bisa mengena
masyarakat secara turun-menurun, atau kalau pesan-pesan itu sudah terdengar
dan dimengerti, anjuran yang diberikan belum dilakukan dengan baik.
34
Redaksi Argomedia “Penanganan Stroke” Artikel diakses pada tanggal 22 july 2011
dari http://databaseartikel.com/kesehatan/otak-kesehatan/20117760-penanganan-stroke.html 35
Ibid
33
Berbeda dengan para penderita penyakit lainnya, sekali terkena stroke
tidak membuat penderita terbebas dari stroke, disamping dampak yang
menimbulkan kecacatan masih ada kemungkinan dapat terserang kembali
dikemudian hari36
. Pada umumnya para penderita stroke mempunyai tingkat
akibat pasca stroke yang berbeda-beda. Mereka yang mendapat serangan
stroke relative ringan dan segera mendapat penanganan yang komprehensip
dan memadai dapat segera pulih kembali hampir seperti sedia kala. Mereka
yang menderita stroke agak berat, dengan penanganan yang komprehensip
dan memadai, dengan terapi pasca stroke yang memuaskan dan berkelanjutan,
bisa pulih sampai kepada keadaan yang relatif memuaskan. Mereka umumnya
bisa dengan mudah menyesuaikan diri dengan keadaan sekelilingnya. Mereka
yang menderita stroke tetapi tidak segera mendapat pelayanan yang
memuaskan bisa mengalami penderitaan yang sangat panjang dan bias
mengakhiri hidupnya dalam kesengsaraan yang tidak nyaman.
Pasca stroke biasa penderita memerlukan rehabilitasi seperti terapi
psikis, terapi okupasi (terapi wicara), serta penyediaan alat bantu untuk
psikomotoriknya (gerakan tubuhnya. Proses terapi pada pasca stroke
sangatlah panjang, membutuhkan waktu berbulan-bulan bahkan bertahun-
tahun. Selama proses penyembuhan atau pengobatan biasanya pasien bisa
sangat sensitif dan mudah tersinggung. Karena itu para pasien pasca stroke
memerlukan pengertian, dukungan, kerjasama, petunjuk profesional, dan
pendampingan yang akrab agar bisa mengembalikan rasa percaya diri,
36
ibid
34
kemampuan mandiri dalam lingkungan keluarganya dan dalam lingkungan
masyarakat luas.
Dukungan diperlukan dari teman-teman lain yang mempunyai
penderitaan yang sama atau keluarga dan teman yang mempunyai sensitifitas
yang tinggi. Ulangan gerak yang membosankan lebih mudah dilakukan kalau
dilakukan dalam suasana yang tenang dan adanya semangat tambahan yang
berasal dari tingkah laku teman lain yang bisa melakukan gerakan yang sama
dengan baik. kemampuan teman itu memberi semangat untuk maju dan
menolong pasien pasca stroke tidak putus asa.
35
Bab III
Gambaran Umum Graha Husada Bhakti
III. A. Sejarah
Lembaga kemasyarakatan kesehatan terapi non-konvensional
(tradisional) berawal dari idealisme Eva Sarifah Arifm yang telah banyak
melihat, mengamati masyarakat luas yang belum mendapatkan pelayanan
kesehatan yang semestinya atau selayaknya serta kurangnya kesadaran
tentang arti kesehatan dalam kehidupan sehari-hari. Dari sinilah Eva Sarifah
Arifin bertekad untuk membuat suatu model lembaga kesehatan dengan
pendekatan non-konvensional (tradisional), dengan sasarannya adalah
masyarakat menengah kebawah (miskin), dan masyarakat yang
membutuhkannya.
Kegiatan dimulai pada tengah tahun 2008 oleh Eva Sarifah Arifin(
seorang psikolog yang telah mengabdikan ilmunya kepada masyarakat sejak
tahun 2002-2005 di Radio Mersi sebagai narasumber pada acara "keluarga
Mersi", pada tahun 2003 sebagai konsultan psikologi diklinik CMS "Ciledug
Medical Center", "klinik Keluarga Dr Edy Mufti" sebagai konsultan psikologi
pada tahun 2001-2006, dll), dan dua orang sahabatnya yaitu Drs. Sri
Setioningsih (pemerhati alat-alat kedokteran) dan Ustad Didin Syamsudin
(seorang ulama di daerah sukabumi)37
. Kegiatan tersebut meliputi bimbingan
dan konseling bagi pasien pasca stroke diatas tanah 200 Meter persegi di
37
Eva Arifin, Dokumen Graha Husada Bhakti (Ciledug), cet. Ke-1. Hal. 1-3
35
36
perumahan Ciledug indah I blok A14 nomer 158c Tangerang-Banten.
Selajutnya diberi nama "Lembaga Masyarakat Sehat", dikarenakan nama
lembaga kurang familiar dimasyarakat maka pada awal tahun 2009 tepatnya
tanggal 12 januari 2009 diubahlah namanya menjadi "Rumah Sehat".
Selanjutnya dikarenakan kurangnya informasi nama-nama lembaga yang
melayani kesehatan nama "Rumah Sehat" telah terlebih dahulu ada salah satu
wilayah Jakarta utara. Dengan cepat dan sigap para pendiri lembaga "rumah
Sehat" ciledug langsung merubah namanya dengan nama "Graha Husada
Bhakti".
Lembaga Graha Husada Bhakti memulai pelayanannya berdasarkan
izin penyelenggaraan jasa pengobatan alternatif dan herbal dari kantor
Kelurahan Pedurenan Kecamatan Karang Tengah Kota Tangerang dengan
nomor : 503/10/EKBANG/2010 tanggal 5 Februari 201038
, dengan pelayanan
yang diberikan mencakup jasa konseling dan pengobatan alternatif. Jasa
konseling terdiri dari konseling kesehatan, keluarga, dan lain-lain. Sedangkan
jasa alternatif terdiri dari penyembuhan penyakit dengan cara terapi
tradisional seperti totok darah, listrik, bekam, dan obat-obatannya pun terbuat
dari tumbuh-tumbuhan yang ada dilingkungan masyarakat kita (herbalis)
III. B. Visi dan Misi
"Sehat Itu Mahal" ungkapan ini benar adanya, kalau kita mau melihat
banyak rumah sakit yang bertebaran seluruh penjuru tanah air. Semuanya
38
Eva Arifin, Dokumen Graha Husada Bhakti. (Ciledug) Cet. Ke-1 Hal 4
37
berlomba untuk mendapat mengambil perhatian para penguna jasa medis,
atau ada suatu pertanyaan besar, siapakah yang bisa melangkah menuju
kesana, dan siapakah yang menjadi target mereka? Orang kebanyakankah?
Atau untuk rakyat yang apa adanya?
Banyak perawatan dan penyakit yang membutuhkan penangananan
yang baik itu dalam bentuk perawatan maupun pengobatan khusus. Seperti
pada perawatan pasca stroke, kanker, yang membutuhkan perhatian dan
penanganan ekstra lebih baik phisik dan psykis (lahir dan batin). Pada
penderita-penderita pasca stroke, kanker, bukanlah penyakit yang ringan dan
murah, penyakit seperti ini bukanlah datang dengan seketika akan tetapi
membutuhkan suatu proses lama untuk dapat mengrogoti tu'ouh manusia.
Serangan pada penyakit-penyakit stroke, kanker, ini tentunya akan berujung
pada kematian, umumnya hal ini dapat terjadi dikarenakan adanya
keterlambatan, ketidak mampuan serta ketidak tepatan sfpenderita dalam
mendapatkan pengobatan yang biayanya semakin melambung tinggi.
Keterlambatan ini dapat dilatarbelakangi oleh beberapa faktor, seperti
takut, trauma, mahal, dengan adanya pengobatan konvesional, terutama pada
tindakan medis yang instant yaitu operasi, kondisi sosial ekonomi yang tidak
mendukung dan tidak tahan terhadap efek buruk kemoterapi (terapi kimia),
biaya pemulihan setelah operasi, yang pada akhirnya penderita merasakan
suatu kepasrahan yang terpaksa.
Negara kita dikenal kaya dengan tumbuhan-tumbuhan dan budaya
pengobatan tradisional, hampir disetiap suku-suku di Indonesia mempunyai
38
tata cara pengobatan baik itu berupa ramuan serta pemijatan-pemijatan
tradisional. Perlu ditekankan pada pelaksanaan pengobatan tradisional
mereka telah memiliki standar yang baku (obat tanaman, pemijatan dan
berdo'a) dalam dunia pengobatan konvesional dapat juga disebut terapi
holistic (psikofarmaka, psikobiologis, psikoreligius dan psikososial) ini yang
dirumuskan oleh WHO X 1984)39
telah menambah batasan sehat satu elemen
psikoreligius (agama). Perhatian keilmuan dibidang kedokteran umumnya
dan kedokteran jiwa (psikiatri) khususnya terhadap agama semakin besar.
Tindakan dokter sama sekali tidak dapat berhasil tanpa ada campur tangan
Allah. Dokter mengobati, akan tetapi Tuhanlah yang menyembuhkan hal ini
dapat kita lihat pada hadis Nabi Muhamad Saw
“Setiap penyakit ada obatnya, jika obat itu tepat mengenai
sasarannya, maka Dengan izin Allah penyakit itu bisa sembuh''40
Firman Allah dalam surat Al-Fushshilat ayat 44, menerangkan bahwa
sesungguhnya Al'quran adalah sebuah penunjuk jalan bagi yang percaya
39
Dadang Hawari, Al Quran llmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa (Yogyakarta:
PT.Dana Bhakti Prima Yasa 1996). Hal 627 40
Ibid
39
44. Dan Jikalau kami jadikan Al Quran itu suatu bacaan dalam
bahasa selain Arab, tentulah mereka mengatakan: "Mengapa tidak dijelaskan
ayat-ayatnya?" apakah (patut Al Quran) dalam bahasa asing sedang (rasul
adalah orang) Arab? Katakanlah: "Al Quran itu adalah petunjuk dan
penawar bagi orang-orang mukmin. dan orang-orang yang tidak beriman
pada telinga mereka ada sumbatan, sedang Al Quran itu suatu kegelapan
bagi mereka(1334). mereka itu adalah (seperti) yang dipanggil dari tempat
yang jauh".41
(1334)yang dimaksud Suatu kegelapan bagi mereka ialah tidak
member petunjuk bagi mereka.42
Namun sungguh sangat disayangkan sedikit sekali masyarakat yang
mau memperhatikan dan mempelajari serta mengenal keaneka ragaman dari
setiap jenis tumbuh-tumbuhan dan budaya pengobatan tersebut.
Pengobatan tradisional, berupa tanaman obat dan pemijatan
mempunyai prospek yang sangat menjanjikan sebagai terapi pada beberapa
penyakit yang membutuhkan penanganan ekstra lebih. Dalam
penggunaannya, tanaman obat bisa dipakai tanpa atau bersama dengan
pengobatan konvesional atau setelah pengobatan konvesional contoh, jika
akan mengkonsumsi obat tradisional sebaiknya dua jam sesudah atau sebelum
mengkonsumsi pengobatan/konvensional selesai. Keduanya harus saling
mendukung antara pengobatan konvesional dan tradisional timur
(Multidisipliner therapy) demi kesembuhan pasien
Meskipun demikian berkembangnya pengobatan tradisional saat ini
sudah dapat dikatakan lebih maju, dengan banyak para pakar pengobatan
tradisional yang dengan penuh percaya diri lebih mengedapankan dan
41
Syaamil Al-Qur‟an The Miracle 15 in 1, (bandung: PT. Sygma Examedia
Arkanleema,2009), hal. 758 42
Ibid
40
mendorong kepada masyarakat tentang keunggulan pada pengobatan herbal,
walaupun masih sangat disayangkan karena ada beberapa kekurangan dan
kelebihannya diantara lain43
.
1. Belum ada strandar mutu bahan baku pengobatan tradisional
2. Pemerintah belum mencurahkan perhatian dengan melakukan suatu
penilitian yang lebih serius, lebih ilmiah kepada khasihatan pengobatan
herbal tradisional
3. Belum adanya yang berani melakukan mencoba suatu penelitian pada
khasihat obatan tanaman secara disiplin keilmuan pada bidang
farmakologis, atau melakukan suatu uji klinis “Double line clinical trail”
44
4. Masih keterbatasan penyuluhan akan ilmu pengetahuan tentang manfaat,
kandungan dan khasiat tumbuhan tanaman obat di kalangan masyarakat
umum.
5. Masih terbatas dan mahalnya harga buku-buku referensi tentang tanaman
obat tradisional.
6. Pada umumnya orang mau melakuan dan percaya pada keunggulan
pengobatan herbal ini dikarenakan, ilmu yang di dapat dari turun
menurun dan tidak berkembang, kondisi ekonomi yang tidak
memungkinkan untuk melakukan pengobatan konvesional. Dapat kita
lihat suatu contoh, peperangan antara obat generik dan obat paten di
43
Eva Arifin, Dokumen Graha Husada Bhakti (Ciledug), cet. Ke-1. Hal. 5-8 44
Yellia Magan, Solusi Sehat Mencegah & mengatasi Kanker Terapi Herbal Terapi
Diet, Terapi jus oleh Penerbit (Yogyakarta: PT. ArgoMedia 2009). Hal. 1
41
kalang para medis, mereka lebih suka dengan menggunakan pada obat
paten ketimbang pada obat generic sebaliknya, pasien juga lebih banyak
menaruh kepercayaan pada keampuhan obat paten dari pada obat
generik. Ini adalah merupakan suatu pola pikir yang termenset sekian
lama tentang bagaimana percayanya pada keampuhan obat paten, apakah
ini faktor politik atau ekonomie, semuanya seperti sebuah lingkungan
pusaran air yang tidak berujung.
7. Kita dapat melihat pada Negara tetangga yang telah berani mengambil
suatu langkah besar, bahwa pengobatan alternative tradisional herbal dan
terapi totok darah ( terapi refleksiologi) seperti China dan India, telah
menjamur berkembang di berbagai tempat baik dikota kecil maupun
dikota besar.
8. Pada tahun 192645
seorang suster yang bernama Cassie dari Negara
Adidaya Amerika Serikat telah membuat suatu trobosan baru dengan
membuat suatu ramuan tradisional Gobo Root (Umbi Liar) yang disebut
dalam bahasa asing Hargock, turkey burseed. Tanaman ini berkerabat
dekat dengan Echiacea dan Dandelion, kita dapat memperoleh tanaman
ini pada supermarket yang menjual sayuran organic Jepang. Ramuan
ampuh ini yang telah mengobati ribuan banyak penderita kanker, dan di
Amerika lebih dikenal dengan ramuan Essiac formula telah dipatenkan
pada perusahan farmasi ternama. Bahwa pada masa kepemimpinan
presiden Amerika John F Kenndey salah seorang dokter kepresidenan Dr.
45
Ibit hal. 2.
42
Charles Brush M.D. telah membuktikan keampuhan dalam mengatasi
kanker yang menyerangnya."
9. Pendiri Graha Husada Bhakti yang berkedudukkan di daerah Ciledug
Tanggerang, telah berani mengambil sikap, setelah menderita kanker
payudara yang menyerang sehingga mengalami suatu tindakan ''Operasi
Masektomi Radikal Total", setelah mejalani operasi tersebut mencoba
beralih pada ramuan tradisional dan terapi pola hidup sehat, yaitu dengan
menjauhi "Makanan yang mengandung, pengawet, penyedap, perwarna
serta berpikir positif", alhamdullilah sampai bisa mau membagi ilmu
kepada masyarakat sekitarnya46
. Tentunya semua itu tidak dapat
dilakukan sendiri, dengan bantuan masyakarat dan beberapa mahasiswa
UIN Syarief Hidayatullah Ciputat. Sepakat untuk "Graha Husada Bhakti
yang arti secara umumnya yaitu “Rumah tempat beramal, berbhakti"
Sesuai dengan misi visinya Graha Husada Bhaktipun dalam prakteknya
mengunakan cara sistem “Subsidi Silang" yang mana lebih
mengedepankan, bila ada penderita yang tidak memiliki kemampuan,
karena kondisi ekonomi sosialnya, maka pihak Graha Husada Bhakti
akan mencoba meringankan beban itu tidak terlalu berat, bahkan
kemungkinan tidak dipungut bayaran47
. Kenapa hal tersebut bisa
terlaksana, sebab di dalam pengumpulan, pencarian bahan baku ramuan,
tidak sedikit penduduk setempat memberikan kemudahan dengan
memberikan “Toga" secara sukarela alias gratis, dan ada kala bahan
46
Eva Arifin. Hasil Wawancara pribadi. pada tanggal 1 Mei 2010. Graha Husada
Bhakti Ciledug Tangerang 47
Ibid
43
tersebut mudah didapat karena ada disekitar pekarangan-pekarangan
rumah penduduk seperti pada "Rumput Mutiara, Petikan Kebo, Daun
Meniaran, Daun Urang-aring, Keji beling, Benalu, daun salam, akar
alang-alang, akar anting-anting, daun baru cina, ginseng, daun dewa,
mahkota dewa, ciplukan, bunga dan batang tanaman kemboja, lidah
buaya, kumis kucing, ekor kucing, daun samiloto, sirih," dan banyak lagi.
Yang tak kalah pentingnya adalah support dan kritik saran yang dapat
membangun bagi keberadaan Graha Husada Bhakti di perumahan
Ciledug Indah khususnya yang dihuni oleh lebih kurang 1000 keluarga48
.
Graha Husada Bhakti, tujuan misi utama adalah bagaimana
masyarakat dapat memanfaatkan lahan di dalam lingkungan yang
terbatas dengan mengenal pada beberapa tanaman yang tanpa meraka
sadari sifatnya sangat familiar, seperti pada kunyit sayur, serai, tomat dan
buah mangkudu, dan banyak lagi yang tak mungkin disebutkan satu
persatu. Sebagian tanaman ini tumbuh dengan subur di pekarangan dan di
sisi-sisi got yang ada di depan pelataran pekarang rumah-rumah
masyarakat49
.
Namun bagi masyarakat Indonesia umumnya, khususnya
masyarakat Ciledug Tanggerang, penggunaan, kandungan dan khasiat
tanaman sebagai pengobatan tradisional memang belum dapat diakui
secara medis, dan mereka hanya memakai menurut ilmu yang mereka
48
Ibid 49
Ibid
44
terima dari nenek-kakek mereka secara turun menurun50
. Graha Husada
Bhakti mencoba mengenalkan apa arti akan kegunaan dan khasiat tanaman
obat yang mereka ketahui dengan lebih baik dan terarah, yaitu dengan cara
mengadakan pendekatan, penyuluhan dan bimbingan kepada lingkungan
ibu-ibu PKK Ciledug indah dimana Graha Husada Bhakti berdomisili.
Berbeda dengan di Negara yang telah maju di dalam menggunakan
pengobatan herbalis seperti di Cina dan India yang sudah mengakui secara
pengobatan tradisional secara resmi.51
Dengan berbekal referensi pengalaman, pendekatan pada beberapa
ahli baik secara langsung yaitu dengan mengikuti seminar, kuliah umum,
pendalam secara intensif atau dengan banyak membaca buku tentang
pengobatan penyembuhan dengan tanaman obat-obatan tradisional serta
tak luput mengadakan suatu uji coba pada hasil ramuan obat hebal tersebut
kepada diri sendiri, tetangga, mahasiswa dan masyarakat yang bersedia
untuk mencobanya52
. Secara umum sesungguhnya Negara Indonesia
adalah merupakan sebuah Negara agraris, yang memiliki suatu potensi
besar bahwa pengobatan alternative herbal merupakan suatu gambaran
masa depan yang menjanjikan, karena khasiatnya tidak akan kalah dengan
pengobatan konvesional. Dapat ditarik suatu kesimpulan tentunya akan
lebih baik bila keduanya dapat saling mendukung antara pengobatan
50
ibid 51
Yellia Magan, Solusi Sehat Mencegah & mengatasi Kanker Terapi Herbal Terapi
Diet, Terapi jus oleh Penerbit (Yogyakarta: PT. ArgoMedia 2009). Hal. 2 52
Eva Arifin. Hasil Wawancara pribadi. pada tanggal 1 Mei 2010. Graha Husada
Bhakti Ciledug Tangerang
45
konvesional dan tradisional timur ( Multidisipliner therapy) demi
kesembuhan pasien.
Di Graha Husada Bhakti kini telah tersedia lebih dari 60 jenis
tanaman obat asli Indonesia untuk berbagai pengobatan, diantara tanaman
obat anti kanker dan stroke53
. Untuk mendapat bahan baku tersebut selain
didapat di lingkungan kita sendiri, bisa juga mendapatkan bahan baku
yangtelah siap jadi dii pasar rempah-rempah tradisional Pasar Jaya Senen
Jakarta. Namun Pemerintahpun kini telah banyak mengambil langkah serta
menaruh perhatian pada pengobatan alami terbentuklah suatu Asosiasi
Pengobatan tradisional Ramuan Indonesia (ASPERTI) Asosiasi ini
memberikan bimbingan dan penyuluhan pada pengobatan dan terapis
herbal dibeberapa wilayah dan akan dikembangkan yang lebih luas lagi
untuk diseluruh wilayah propinsi Indonesia54
.
Visi
Graha Husada Bhakti mengupayakan masyarakat luas untuk sehat
jasmani dan rohani.
Misi
masyarakat dapat memanfaatkan lahan di dalam lingkungan yang
terbatas, member pengetahuan tentang tanaman yang tanpa kita sadari
mempunyai khasiat dalam kesehatan tubuh manusia
53
ibid 54
Ibid
46
III. C. Struktur Kepengurusan
Adapun struktur lembaga kesehatan kemasyarakatan Graha Husada
Bhakti sebagai berikut55
:
1. Ketua Graha Husada Bhakti : Eva S. Arifin S.Psi
2. Bendahara Graha Husada Bhakti : Dr. Sri Setioningsih, S.Pd
3. Sekretariat Graha Husada Bhakti : Ade Febi Februadi
4. Unit Keuangan : Tuti Sakinah S.E
5. Kepala bagian Rumah Tangga : Budianto
Graha Husada Bhakti
6. Penanggung jawab bimbingan dan Terapi : Didin Syamsudin S.Ag
Graha Husada Bhakti
7. Penanggung Jawab Konseling : Eva S. Arifin S.psi
Graha Husada Bhakti
III. E. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana dalam hal melayani kesehatan masyarakat
sangatlah penting, ini dikarenakan untuk mengetahui seberapa efectif
proses kegiatan penyembuhan pasien pasca stroke. Sarana dan prasarana
antara lain56
:
1. Sarana Listrik, guna menjaga aktifasi penerangan dan aktifitas lain baik
di waktu siang maupun malam hari, Graha Husada Bhakti didikung
55
Ibid 56
Eva Arifin, Dokumen Graha Husada Bhakti (Ciledug), cet. Ke-1. Hal. 5
47
oleh daya listrik sebesar 4000 KVA yang disalurkan ke masing-masing
ruangan.
2. Sarana air, air merupakan kebutuhan mutlak untuk mahluk hidup, air
disini berfungsi untuk membersihkan bagian-bagian yang telah dipakai
pada proses terapi, sedangkan untuk kebutuhan minum Graha Husada
Bhakti membeli air kemasan yang dijual Galon.
3. Sarana tranportasi,saat ini Graha Husada Bhakti baru memiliki 1 buah
unit motor yang dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan rumah
tangga Graha husada Bhakti seperti membeli ramuan obat-obatan,
handuk, sabun, strip cek darah, dan lain-lain.
4. Sarana komunikasi, terdiri 1 (satu) line telephone yang menjangkau
lokal, interlokal, dan internasional
5. Kaca, untuk melakukan terapi wicara (okupasi)
6. Bola busa, untuk melatih kekuatan pada kepalan tangan
7. Kaca besar dan tiang, untuk melatih kepercayaan diri pada kemampuan
berjalan
48
BAB IV
TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISIS DATA
A. Temuan Lapangan
1. Identifikasi subjek penelitian
a. Eva S. Arifin
Eva Sarifah Arifin atau biasa di panggil ibu Eva. Beliau adalah
lulusan dari Fakultas Psikologi di Universitas Islam Jakarta pada
Tahun 1984. Saat ini Ibu Eva menjabat sebagai Ketua Lembaga
Kesehatan yakni Graha Husada Bhakti yang di resmikan tanggal 5
Februari 201057
. Ibu Eva adalah seorang Psikolog yang mengabdikan
ilmunya kepada masyarakat sebagai narasumber melalui program-
program interaktif radio. Diantaranya radio Mersi FM dalam program
Keluarga Mersi. Radio TPI dalam program Bengkel Keluarga. Ibu Eva
juga mengabdikan dirinya sebagai konsultan Psikologi di klinik Dr.
Edy Mufty dan CMS (Ciledug Medical Center). dan sebagai
Narasumber di beberapa majalah seperti Radar Banten. Ibu eva juga
menjadi Narasumber dan dosen tamu di Fakultas Komunikasi di
Universitas Mercu Buana Jakarta58
.
Ibu Eva yang kini telah menginjak umurnya ke-55 tahun. Telah
menghasilkan beberapa karyanya baik dalam bidang keilmuan maupun
social. Karyanya diantaranya: The Power Of Love, Opera Cinta,
57
Eva Arifin. Hasil Wawancara pribadi. pada tanggal 1 Mei 2010. Graha Husada Bhakti
Ciledug Tangerang. 58
Ibid
48
49
Broadcasting To Be Broadcaster, Teknik Konseling di Media Massa.
Dan mengabdikan dirinya di masyarakat Ciledug dalam bidang
Kesehatan yang berfokus pada Kesehatan Stroke dan Autis. Tugas
beliau adalah memantau perkembangan pasien serta melakukan
konseling terhadap keluarga pasien dan pasien Graha Husada Bhakti
b. Ustad Didin Syamsudin S.Ag
Ustad Didin Syamsudin S.Ag panggilan akrabnya Ustad Didin.
Beliau adalah seorang asisten pembimbing merangkap sebagai
Pembimbing Agama dan Terapis Di Graha Husada Bhakti Ciledug
Indah Tangerang. Beliau kelahiran di Tangerang, 13 september 195959
.
Saat ini beliau tinggal di Gg. Ambon Poris Pelawad RT. 03 Rw. 011
Cipondoh Tangerang, dan sudah menikah dan dikaruniai 2orang anak.
Beliau bergabung 2 bulan setelah peresmian Graha Husada Bhakti.
Tugas beliau adalah mencatat biodata, perkembangan pasien, serta
membimbing pasien pasca stroke. Sebelum beliau bergabung dengan
Graha Husada Bhakti, beliau sudah terbiasa melakukan bimbingan
keagamaan dan mengobati para tetangganya dengan menggunakan
bacaan-bacaan yang bersumber dari Al-Qur‟an dan As-Sunnah60
.
59
Didin Syamsudin . Hasil Wawancara pribadi. pada tanggal 1 Mei 2010. Graha Husada
Bhakti Ciledug 60
Anton hasil . Hasil Wawancara pribadi. pada tanggal 1 Mei 2010. Graha Husada Bhakti
Ciledug
50
c. Bapak Anton 60 tahun
Bapak Anton selaku pasien yang berumur 60 tahun memiliki 3
orang anak , 2 perempuan dan 1 laki-laki dan semuanya sudah
menikah, istri beliau sudah meninggal sejak beliau berumur 55tahun.
Beliau mengalami stroke sudah 1tahun, beliau adalah seorang
pensiunan pegawai negeri di Jakarta. Awal mula stroke beliau karena
berat badah yang berlebihan, kolesterol dan jarang melakukan olah
raga61
. Beliau ingin sembuh karena ingin melihat cucunya yang masih
pada kecil dan masih pada lucu. Beliau memiliki keluarga yang sangat
beruntung. Karena anak-anak dan cucunya mendukung penuh beliau
untuk kembali sehat. Kondisi awal diantaranya bibir agak miring,
tangan kaku, sulit berjalan. Kondisi terakhir yang diamati oleh penulis
diantaranya sudah bisa berbicara, tangannya sudah lemas/bisa
mengepal, dan bisa berjalan.
d. Bapak M. Yusron 45 tahun
Bapak Yusron selaku pasien yang berumur 45 tahun memiliki istri
dan 2 orang putra. Beliau adalah seorang pegawai swasta di Bandung.
Awal mula stroke beliau karena perokok dan peminum alkhohol ini di
karenakan pergaulan tempat kerjanya62
. Beliau ingin sembuh karena
mau berkumpul dengan orang-orang yang cinta dan menyayangi
beliau. Namun keinginan beliau ingin sembuh terhambat dengan
61
Ibid 62
M. Yusron. Hasil Wawancara pribadi. pada tanggal 12-5-2010 Graha Husada Bhakti
Ciledug Tangerang
51
keluarganya yang kurang memberikan perhatian yang di butuhkannya.
Seperti mengantar jemput beliau ke Graha Husada Bhakti. Dan sedikit
untuk berkumpul atau berkomunikasi dengan beliau. Kondisi awal
diantaranya bibir agak miring, tangan kaku, sensitive, dan mencari
perhatian. Kondisi terakhir yang diamati oleh penulis diantaranya
sudah bisa berbicara, berjalan, tangan mengepal dan masih suka
mencari perhatian.
e. Ibu Tuti Awaliyah 52tahun
Ibu Tuti selaku pasien yang berumur 52 tahun memiliki suami, 2
orang putra dan 2 orang putri. Beliau adalah seorang ibu rumahtangga
di Tangerang. Awal mula stroke beliau karena sejarah keturunan dari
kakek dan bapaknya63
. keluarga Beliau adalah keluarga yang sangat
mendukung terhadap kesembuhan ibu Tuti. Baik anak, cucu maupun
saudaranya. Kondisi awal diantaranya bibir agak miring, tangan kaku,
dan mudah marah. Kondisi terakhir yang diamati oleh penulis
diantaranya sudah bisa berbicara, bisa mengepal, bisa membaca,
berjalan, dan tidak mudah tersinggung.
f. Ibu Sri Astuti 53 tahun
Ibu Sri selaku pasien yang berumur 53 tahun, suami meninggal
seorang putra yang sangat dia sayangi pun baru meninggal dunia dan
63
Tuti Awaliyah. Wawancara pribadi.. pada tanggal 13 Mei 2010 Graha Husada Bhakti
Ciledug Tangerang
52
seorang anak perempuan yang sudah menikah. Beliau adalah seorang
pensiunan pegawai Negeri di Purwokerto. Awal mula stroke dari rasa
putus asa, depresi dan stress64
. Beliau sudah tidak ada semangat untuk
sembuh. Karena beliau beranggapan bahwa tidak ada lagi yang harus
dia urus dan dia jaga. Kondisi awal diantaranya bibir agak miring,
tangan kaku mudah marah, dan banyak tidur. Kondisi terakhir yang
diamati oleh penulis diantaranya sudah bisa berbicara, masih mudah
tersinggung atau marah, dan tangan sedikit kaku.
g. Bapak Vicky Sanjaya 67 tahun
Bapak Vicky adalah pasien yang berumur 67 tahun, istri bapak
Vicky sudah meninggal dunia (wafat). Beliau saat ini tinggal bersama
anak pertamanya.. Beliau adalah seorang pemimpin salah satu
perusahan dijakarta. Awal mula stroke dari pola makan yang tidak
sehat65
. Beliau memiliki semangat untuk sembuh. Karena beliau
beranggapan “jika saya sakit, perusahaan siapa yang mau
mengurusnya, anak gag mau jadi pemimpin perusahaannya, kalo gag
ada yang mimpin nanti perusahaan saya bangkrut dan akhirnya
banyak korban pemecatan. Jadi saya harus sembuh, saya harus
64
Sri Astuti. Wawancara pribadi. pada tanggal 13 Mei 2010 Graha Husada Bhakti Ciledug
Tangerang
65
Sri Astuti. Wawancara pribadi. pada tanggal 13 Mei 2010 Graha Husada Bhakti Ciledug
Tangerang
53
sehat”66
. Kondisi awal diantaranya bibir agak miring, tangan kaku
mudah marah, dan banyak tidur. Kondisi terakhir yang diamati oleh
penulis diantaranya sudah bisa berbicara, masih mudah tersinggung
atau marah, dan tangan sedikit kaku.
2. Upaya Bimbingan dan Konseling
Upaya dalam proses penyembuhan pasien pasca stroke di Graha
Husada Bhakti antara lain:
a. Upaya bimbingan pada tahap penyembuhan pasien pasca stroke
a. 1. Terapi Okupasi
Adalah profesi kesehatan yang merupakan bagian dari
rehabilitasi mental, bertujuan membantu individu dengan kelainan
dan atau gangguan fisik, mental maupun sosial, dengan penekanan
pada aspek sensormotorik dan proses neurologis. Hal itu dicapai
dengan cara memanipulasi, memfasilitasi, dan menginhibisi
lingkungan, sehingga individu mampu mencapai peningkatan,
perbaikan, dan pemeliharaan kualitas hidupnya. Dalam
memberikan pelayanan kepada individu, terapi okupasi
memperhatikan aset (kemampuan) dan limitasi (keterbatasan) yang
dimiliki pasien, dengan memberikan manajemen aktifitas yang
purposeful (bertujuan) dan meaningful (bermakna). Dengan
demikian diharapkan pasien dapat mencapai kemandirian dalam
aktifitas kesehariannya, kemampuan perawatan diri (self care), dan
66 Vicky Sanjaya.. Wawancara pribadi. pada tanggal 20 Mei 2010 Graha Husada Bhakti
Ciledug Tangerang
54
kemampuan penggunaan waktu luang (leisure) serta bermain
sehingga dapat mempercepat proses kesembuhannya secara
optimal67
. Terapi okupasi terdiri dari terapi wicara (membaca huruf
vocal), olah raga ringan (menggerakan tangan, memindahkan
gelas-gelas plastik, menggenggam bola busa) dan latihan berjalan.
a. 2. Terapi Listrik (setrum)
Kelistrikan memegang peranan penting dalam bidang
kedokteran. Ada dua aspek kelistrikan dan magnetis dalam bidang
kedokteran yaitu: listrik dan magnet yang timbul di dalam tubuh
manusia serta penggunaan listrik dan magnet pada permukaan
tubuh manusia. Tahun 1780 Luigi Galvani mulai mempelajari
kelistrikan pada tubuh hewan, dan tahun 1786 melaporkan hasil
eksperimennya bahwa kedua kaki katak terangkat ketika diberikan
aliran listrik lewat sebuah konduktor68
. Sejak itu bidang biolistrik
terus berkembang. Kelistrikan dan kemagnetan di dalam tubuh
manusia adalah ditimbulkan oleh sel saraf.
Cara kerja terapi ini dengan menambahkan ion negatif ke dalam sel
melalui rangsangan listrik sehingga tercapai keseimbangan
tersebut. Dengan demikian, terapi ini akan mengurangi risiko
terserang penyakit dan akan membantu proses menyehatkan badan
67 Eva Arifin. Wawancara pribadi penulis pada tanggal 1 Mei 2010. Graha Husada Bhakti
Ciledug Tangerang 68
Didin Syamsudin. Hasil Wawancara pribadi pada tanggal 1 Mei 2010. .Graha Husada
Bhakti Ciledug Tangerang
55
sehingga akan memperpanjang usia orang yang melaksanakan
terapi ininya. Ada dua fungsi utama dari terapi listrik ini:
1. Terapi Potensial Negatif Untuk menjaga keseimbangan pH,
membersihkan darah, mengaktifkan sel, mengatur saraf
otonom, menyuplai energi statik yang dibutuhkan oleh
tubuh.
2. Terapi Panas Stimulasi dan pijat dengan sinar infra merah
jauh (far infra-red), membuka blok arteri, dan
memperlancar sirkulasi darah untuk menghalau statis darah.
Dengan kedua fungsi tersebut, maka berbagai manfaat akan
diperoleh, seperti meningkatkan metabolisme, suplai darah
meningkat, meningkatkan relaksasi, menurunkan tekanan darah,
dan meningkatkan aktivitas kelenjar keringat. Selain itu alat ini
juga mempunyai efek terapeutik/pengobatan, di antaranya anti
peradangan, meningkatkan lekosit dan antibodi pada daerah tubuh
yang terkena infeksi, menghilangkan rasa sakit, dan meningkatkan
absorpsi tulang serta aliran darah.
b. Upaya Konseling pada proses penyembuhan pasien pasca stroke
Upaya konseling pada proses penyembuhan pasien pasca stroke
diantaranya:
b.1. Berdoa
Dalam kehidupan kita sehari-hari, Doa merupakan dasar kita
untuk melakukan segala bentuk kegiatan keseharian kita, baik
56
mau melakukan sesuatu maupun sesudah melakukan sesuatu.
Didalam doa, kita sudah mempunyai niat untuk meminta restu
kepada Sang Khalik agar apa yang kita lakukan lancar69
.
Sama seperti halnya dalam proses penyembuhan pasien pasca
stroke. sebelum para pasien melakukan terapinya, mereka
dianjurkan untuk berkumpul dan berdoa kepada Sang Khalik
agar mereka mendapatkan restu-Nya dalam usahanya untuk
menyembuhkan rasa sakit yang diderita oleh pasien pasca
stroke.
b.2. Motivasi
Motif motivasi adalah timbul dikarenakan adanya kebutuhan
yang mendorong atau motor penggerak individu, untuk dapat
melakukan suatu kegiatan dan tindakan yang terarah di dalam
mencapai suatu tujuan70
. Contoh nya disaat pasien mengalami
putus asa dengan penyakit stroke yang belum mengalami
perubahan, pasien tersebut diberikan motivasi dengan kata-
kata yang mudah dia pahami, seperti “di dunia ini, apapun
penyakit yang kita derita pasti akan sembuh, dengan Rahmat
dari-Nya”71
. “saat ini kita telah merasakan kasih sayang
Tuhan kepada kita, yang selama ini kita telah sedikit
melupakan nikmat-Nya”72
. Sehingga para pasien pasca stroke
69
Ibid 70
ibid 71
ibid 72
ibid
57
kembali bersemangat untuk mendapatkan kesehatannya
kembali.
b.3. konseling keluarga
Konseling Keluarga merupakan salah satu bagian yang
terpenting dalam penyembuhan pasien pasca stroke, karena
keluarga merupakan Inti Sosial, atau lingkungan yang bisa
mempengaruhi cepat lambatnya perkembangan kesehatan
pasien. Keluarga pula yang dapat memotivasi, membantu untuk
memantau pasien di lingkungan rumahnya. Sebelumnya
keluarga pasien juga harus dapat memahami kondisi pasien,
baik secara fisik maupun psikis (kejiwaan) dengan bantuan
seorang yang ahli atau konselor73
.
c. Metode Bimbingan Dan Konseling
Metode Bimbingan dan Konseling yang di lakukukan di Graha
Husada Bhakti adalah Metode B-SEFT (Belief Emosional
Spriritual Freedom Technic) yang telah ditemukan oleh Roger
Callangan Ph.D yang telah menggegerkan dunia psikoterapi
beliau adalah seorang psikolog klinis lulusan University of
Micigan dan mendapatkan gelar Ph.D dibidang Clincal Psychology
dari Syracure Uni 1980 dengan memperkenalkan methode B-
SEFT 74
melalui beberapa percobaan penemuannya yang pada
akhirnya mengalami kesuksesan disaat menangani kasus Phobia
73
ibid 74
Aribowo Prijosaksono dan Marlan Mardianto. Self Management: 12 Langkah Manajemen
Diri (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2001) hal 230
58
Air (Water Phobia) pada seorang kliennya yang bernama Marry,
saat itu beliau di wawancari oleh Oprah dalam program talk show
Oprah di televisi broadcasting dan radio penyiaran di Amerika,
dan mengatakan bahwa penemuan ternyata dapat membantu
mengatasi pada phobia „‟Phobia adalah merupakan suatu
mekanisme kecemasan yang tinggi yang tidak rasional.‟‟ Dan
bagaimanakan methode B-SEFT dapat diterapkan oleh Roger
Callangan Ph.D pada kliennya. Antara lain:
1. Melakukan Menset Mind75
(The set Up belief atau set up
keyakinan), disaat akan melakukan Methode B-SEFT, langkah
pertama adalah dimana klien diharapkan dapat melakukan
konsentrasi, memantapkan diri dengan penuh keyakinan,
kepada apa yang kita yakini. Caranya dengan mengungkapkan
diri keparcayaan pada Tuhan dengan kata-kata ajaib, (set up
world) dalam bentuk do‟a dan kepasrahan untuk dapat
mentrasfer energy spiritual kedalam tubuh dengan
mengarahkan energi yang tepat tepat sasarannya.
2. The Tune In76
ini dilakukan agar dengan cara memancing
emosional kita pada suatu peristiwa memikirkan yang sangat
menyakitkan, disaat emosi terpancing kita akan merasakan
suatu kesakitan yang sangat dalam, dan dengan mengeluarkan
energi positif, kita ingin bangkit dari keterpurukan dari
75
Ibid 76
Ibid.
59
tekanan-tekanan masalah. Enegi positif untuk bisa
mencurahkan segala kepada yang Maha Kuasa, seperti
mengadukan, mengeluhkan dan meratapkan betapa hati ini
sakit dan meminta agar bisa di sembuh dengan cara yang
terbaik.
3. The Tapping77
. Tapping adalah methode adalah mengetuk
ringan dengan dua ujung jari pada titik-titik terentu di tubuh
manusia sebanyak kurang labih 10 kali sambil terus melakuan
Tune in. titik-titik ini adalah ujung dari „‟the Mayor Energy
Meridians‟‟ jika kita ketuk beberapa kali akan berdampak pada
ternetralisirnya gangguan emosi atau rasa sakit yang kita
rasakan. Hal ini dikarenakan aliran energi tubuh berjalan secara
lembut dan dapat normal an kembali seimbang.
4. Diagram of EFT Treament Spot78
, titik tapping adalah,
Sore Spot
Titik tepat di atas kepala
Pada titik permulaan alais mata
Titik di ata tulang samping mata
Titik 2 cm di bawah kelopak mata
Titik di bawah hidung
Titik di bawah bibir dan di atas dagu
77
Ibid. 78
Ibid.
60
Di ujung tempat tulang dada, colar bone & tulang rusuk
pertama.
Dibawah ketiak dan sejajar dengan putting susu
Di bawah payudara & perbatasan tulang dada (wanita) atau
2,5cm di bawah puting (laki-laki)
Di ibu jari samping dalam (menghadap kedalam pada
posisi hormat) bagian bawah kuku
Jari telunjuk samping bagian dalam dalam bagian bawah
kuku
Jari tengah samping bagian dalam bagian bawah kuku
Jari kelingking samping dalam bagian bawah kuku
Karate Chop
Pergelangan tangan dalam
Pergelangan tangan luar
Tengah tulang kelingking dan jari manis 3cm di atas batas
jari.
Biasanya bila seseorang menderita suatu penyakit orang itu
akan senantiasa berkeluh kesah, tidak sabar, dan tidak jarang
berburuk sangka terhadap Tuhan Sang Pencipta dimana individu
akan mengatakan Allah tidak adil atau kata lain yang sejenis
dengan keluhan yang dirasakannya. Oleh karena itu agar diperoleh
kesembuhan hendaknya tetap berbaik sangka kepada Allah.
61
B. Analisis Data
Stroke adalah salah satu penyakit berbahaya yang berada di urutan ke-3
(tiga) di dunia setelah kanker dan AIDS79
, pada saat ini penyakit stroke tidak
hanya diderita oleh usia lanjut tapi juga usia produktif80
. Hal ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor yakni pola hidup yang tidak sehat, genetik (keturunan), dan
tekanan-tekanan atifitas kehidupan kesehariannya baik di rumah maupun di
kerjaan.
Ketika seseorang mengalami stroke, haruslah segera diatasi secepatnya
apalagi pada masa emas (3jam setelah mengalami stroke)81
. Hal ini dilakukan
untuk meminimalisir dampak dari stroke. Karena dampak stroke terberat adalah
cacat permanen bahkan kematian.
Pasien pasca stroke Dalam Proses Penyembuhan pada Pasien Pasca Stroke
di Graha Husada Bhakti, sebelum pasien datang untuk di terapi, pasien ditanya
terlebih dahulu mengisi biodata pasien dan memberikan alasannya datang ke
Graha Husada Bhakti, jawabannyapun beragam, ada yang menjawab karena ada
niat ingin sembuh, dorongan dari pihak keluarga atau tidak ada niat maupun
dorongan keluarga, tapi melainkan hanya ingin ikut berkumpul dengan teman-
teman yang senasib. Setelah itu Pasien diwajibkan untuk berkomitmen untuk
menjalani terapi secara teratur.
79 Eva Arifin. Wawancara pribadi penulis pada tanggal 1 Mei 2010. Graha Husada Bhakti
Ciledug Tangerang 80
Jusuf Misbah dan Harmani Kalim, Stroke mengancam usia produktif, artikel diakses pada
tanggal 27 april 2010. http://medicastore.com/stroke/ 81
Redaksi Argomedia “Penanganan Stroke” Artikel diakses pada tanggal 22 july 2011 dari
http://databaseartikel.com/kesehatan/otak-kesehatan/20117760-penanganan-stroke.html
62
Sebelum memulai terapi para pasien di wajibkan untuk berdoa sesuai
dengan ajaran dan kepercayaannya masing-masing. Dimana doa akan
mempengaruhi kehidupan manusia, terutama disaat kita menghadapi sebuah ujian.
Pengaruh doa antara lain82
:
1. Do‟a adalah sebuah energi dan autosugesti bagi orang yang percaya
kepada Allah SWT.
2. Do‟a adalah sebuah makna, harapan dan kekuatan pada keselamatan
kehidupan dunia dan ahkirat.
3. Do‟a adalah senjata yang paling ampuh orang yang percaya pada kekuatan
Allah SWT.
4. Do‟a adalah penghayatan dan penyerah diri secara total kepada Yang
Maha Kuasa, sumber dari segala kehidupan dan sumber segala ilmu
pengetahuan dunia ahkirat, do‟a memiliki suatu kedahsyatan energi bagi
yang memiliki suatu kepercayaan, do‟a adalah penyemangat dan do‟a
adalah sebuah anugerah dari Tuhan Sang Pencipta Alam.
5. Do‟a adalah akhir kehidupan di kemudian hari bagi yang
mempercayainya, do‟a harus di landasi oleh keimanan dan ketaqwaan.
Lalu kemudian dilanjutkan dengan berbagai macam dan tahapan terapi.
Terapi yang dilakukan di Graha Husada Bhakti diantaranya
1. Terapi okupasi, terapi ini berpusat pada penyembuhan fisik, seperti
membaca huruf vocal di depan kaca kecil yang berukuran 30cm x 50cm.
82 Dadang Hawari. Do’a dan Dzikir sebagai Pelengkap Terapi Medis. (Jogyakarta: Dana
Bhakti Primayasa. 1997) hal. 105
63
hal ini dilakukan untuk melatih otot-otot yang berada disekitar mulut agar
bisa berbicara ataupun mengeluarkan suara.
2. Terapi sensor motorik dimana pasien berlatih untuk dapat menggerakan
anggota badannya dengan cara memindahkan gelas-gelas plastic,
menggenggam bola busa, serta belajar berjalan disamping kaca besar yang
berukuran 150cm x 275cm, fungsi dari kaca adalah agar pasien dapat
melihat dirinya yang sedang terjadi sehingga termotivasi untuk sembuh.
3. Terapi selanjutnya adalah terapi listrik, terapi ini bertujuan untuk
mengembalikan saraf-saraf yang tegang menjadi lemas, sehingga aliran
darah kembali lancer. Terapi ini hanya dilakukan oleh terapis
(pembimbing) yang ahli dan profesional.
Selama pasien di terapi, pihak keluarga pasien melakukan konseling di
ruangan yang telah disediakan, hal ini diperuntukan agar konselor dapat
mengetahui perkembangan pasien selama berada dirumah, apa saja yang
dilakukan dirumah, dan bagaimana pasien bisa bersosialisi dengan lingkungan
tempat tinggalnya. Disini pihak keluarga haruslah terbuka dan jujur. Kejujuran di
dalam melakukan proses konseling ini adalah yang paling utama, dimana kunci
untuk mencari data-data tentang klien dilakukan oleh seorang konselor adalah
melalui mekanisme wawancara, baik wawancara dengan individu(internal)
maupun dengan keluarga (eksternal) ini yang berkaitan dengan pasien83
. Pada saat
konselinglah, Keluarga pasien akan diberikan wawasan atau informasi tentang
penyakit yang diderita pihak keluarganya, dan hal-hal yang harus dilakukan
83 Eva Arifin. Hasil Wawancara pribadi. pada tanggal 1 Mei 2010. Graha Husada Bhakti
Ciledug Tangerang.
64
seperti mengajaknya berbicara, memotivasi, serta mengajaknya olahraga ringan,
terutama berpeliku di depan paisen pasca stroke.
Pada waktu pagi hari, setelah bangun tidur. Pasien di wajibkan untuk
melakukan olahraga ringan di rumahnya, setelah melakukan olah raga ringan
diajaklah pasien untuk refresing atau berjalan-jalan keliling tempat tinggalnya.
Hal ini berfungsi agar oksigen dapat mengalir kedalam tubuhnya dengan lancer.
Kegiatan ini harus rutin dilakukan di setiap pagi dan terus menerus.
Cepat lambatnya kesembuhan pasien itu disebabkan oleh:
1. Niat
Niat merupakan factor sukses yang utama dalam melakukan suatu
pekerjaan. Missal yang terjadi pada bapak Vicky Sanjaya, beliau
mempunyai niat untuk sembuh karena beliau merupakan seorang
pemimpin yang harus mimpin di perusahaannya, beliau tidak ingin ada
karyawannya menjadi korban pemecatan karena perusahaannya
bangkrut (gulung tikar). Niatnya semakin kuat, ini dapat dilihat dari
perjuangan beliau ingin mendapatkan kesehatannya dengan cara
berjalan dari rumahnya ke tempat Graha Husada Bhakti dengan jarak
500 Meter (lima ratus meter) di setiap paginya84
.
2. Keluarga
Keluarga merupakan factor yang kedua. Dimana keluarga adalah factor
pendukung yang sangat menentukan. Keluarga dapat memantau
kesehatan anggota keluarga yang mempunyai penyakit pasca
84
Eva Arifin. Hasil Wawancara pribadi. pada tanggal 1 Mei 2010. Graha Husada Bhakti
Ciledug Tangerang.
65
strokenya. Salah satu keluarga pasien pasca stroke yang mendukung
untuk sembuh adalah Ibu Tuti Awaliyah, sedangkan keluarga yang
tidak mendukung kesembuhannya adalah keluarga dari Sri Astuti.
3. Lingkungan tempat tinggal
Lingkungan tempat tinggal adalah factor yang terakhir yang dapat
mempengaruhi cepat lambatnya kesembuhan untuk pasca stroke.
Bimbingan dan konseling yang dengan menggunakan metode B-SEFT,
motivasi, yang bersumber dari kitab suci Al-Qur‟an dan Hadist Nabi serta terapi-
terapi yang diberikan di Graha Husada Bhakti Ciledug Tangerang dapat dijadikan
solusi yang tepat untuk menanggulangi pasien pasca stroke yang disebabkan oleh
beberapa faktor seperti pola hidup yang tidak sehat baik yang bisa dikendalikan
maupun tidak.
Berdasarkan hasil penelitian pengamatan penulis serta data-data yang
ditemukan dilapangan, upaya bimbingan dan konseling pada tahap penyembuhan
pasien pasca stroke di Graha Husada Bhakti khususnya yang berumur 50tahun
cukup efektif.
Efektifitas dari beberapa upaya yang telah dilakukan oleh Graha Husada
Bhakti dapat dilihat secara visual, yakni memalui adanya perubahan-perubahan
yang terjadi pada pasien pasca stroke baik itu perubahan secara fisik maupun
psikis. Perubahan fisik seperti sudah bisa menggerakkan anggota tubuhnya yang
sebelumnya dirasakan kaku(tidak bisa digerakkan). Sedangkan psikis dapat dilihat
ketika pasien sudah bisa diajak komunikasi tidak lagi mudah marah
(sensitifitasnya berkurang).
66
Selama penulis melakukan penelitian, secara umum dapat penulis katakan
bahwa metode yang digunakan adalah metode konseling yang berupa face to face
(konseling tatap muka) dan terapi pengobatan secara tradisional tersebut cukup
efektif. Karena adanya kerja sama antara Individu (pasien), Pembimbing dan
konselor, serta Keluarga.
Pemantauan keluarga adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
kesembuhan pasien pasca stroke, karena pemantauan keluarga dapat diketahui
berapa banyak pasien yang mengikuti program kegiatan dalam upaya kesembuhan
pasien pasca stroke baik di Graha Husada Bhakti maupun di rumah pasien itu
sendiri.
Manfaat adanya pemantauan adalah untuk mengetahui sejauh mana
perkembangan fisik dan psikis pasien Graha Husada Bhakti terhadap
kesembuhannya.
67
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Stroke merupakan salah satu penyakit yang sangat ditakuti
masyarakat kini, ini dikarenakan hampir setiap penderitanya akan menjadi
cacat permanen.
Ciri-ciri stroke diantaranya : Adanya devisit kelumpuhan vokal,
seperti lumpuh sebelah kanan atau kiri saja, Mulut, lidah mencong(miring)
bila diluruskan, Sulit untuk menelan makan minum, Sulit untuk berbicara,
Tidak mampu membaca dan menulis, Sulit bejalan, Gerakan tubuh tidak
terkoordinasi dengan baik, Selalu mencari perhatian, Banyak tidur,
Menjadi sensitive, Mudah putus asa, Mudah stress, Pelupa.
Upaya bimbingan dan konseling pada tahap proses penyembuhan
pasien graham stroke di Graha Husada Bhakti adalah upaya dalam bentuk
terapi, seperti: terapi wicara (terapi Okupasi), terapi sensormotorik (terapi
menggerakan anggota tubuh) dan terapi listrik. Sedangkan metode yang
dilakukan oleh Graha Husada Bhakti yakni menggunakan metode B-SEFT
(Believe Spiritual Emotional Freedom Technic).
Factor yang mempengaruhi baik yang mendukung maupun tidak
mendukung pasien pasca stroke untuk kembali sehat ada 3 (tiga) hal,
diantaranya: 1. Factor dari Niat Pasien. 2. Factor Keluarga. 3. Faktor
Lingkungan tempat tinggal
67
68
B. Saran-saran
1. Para pasien pasca stroke disarankan untuk memotivasi diri
kesembuhannya, ketaatan dalam terapi-terapi yang diberikan, serta
mendapatkan dukungan dari pihak keluarga terdekat
2. Graha Husada Bhakti disarankan untuk menambah dan meningkatkan
kualitas pembimbingnya sehingga penerapan bimbingan dan
konselingnya lebih efektif, serta mengatur jadwal pembimbing dan
jadwal pasien pasca stroke sehingga pada saat tertentu para pasien
pasca stroke nya datang terlalu banyak.
69
DAFTAR PUSTAKA
A.K. H Baihaqi. Mendidik Anak Dalam Kandungan: Menurut Ajaran Pedagogis
Islami, (Jakarta: Darul Ulum Press, 2001), Cet. Ke- 2
An-Najar, Amir. Psikoterapi Sufistik Dalam Kehidupan Modern, (Jakarta:
Hikmah, 2004)
Arifin, Eva. Teknik Konseling Di Media Massa, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010)
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian: Suatu PenJekatan Praktek. (Jakarta:
PT. Ricncka Cipta, 1996).
Daradjat, Zakiah. Kesehatan Mental, (Jakarta: Toko Gunung Agung, 2001), Cet.
Ke- 23
Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2002), Cet. Ke-3
Djumhur dan Moh Surya, Bimbingan dan Penyuluhan disekolah (Bandung : CV
Ilmu, 2000), Cet 24
Hawari Dadang. Al Quran llmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatn Jiwa (Yogyakarta:
PT.Dana Bhakti Prima Yasa. 1996)
Iskandar J. Menuju Hidup Sehat Dan Awet Muda. (Jakarta: Bhuana Ilmu Populer.
2004)
Magan, Yellia. Solusi Sehat Mencegah & mengatasi Kanker Terapi Herbal Terapi
Diet, Terapi jus (yogyakarta: PT. Argo Media Pustaka 2009)
Mappiare, Andi. Konseling dan Psikoterapi, (Jakarta: PT. Raja Grapindo Persada,
2004)
Mc.Leod Jhon. Pengantar Konseling : Teori dan Studi Kasus(Jakarta : Kencana
Media Group 2006 Cet. Ke-1
Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kuantitatif, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2006)
Mubarok, Achmad. Psikologi Keluarga, (Jakarta: Bina Rena Pariwara, 2005), Cet.
Ke-1
Paul, Henry A. Konseling Dan Psikoterapi (Yogyakarta: Idea Publishing, 2008),
Cet. Ke-1
70
Prayitno, Erman Amti. Dasar-Dasar Bimbingan Dan Konseling, (Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2004), Edisi Revisi
Prijosaksono, Aribowo dan Marlan Mardianto. Self Management: 12 Langkah
Manajemen Diri (jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2001)
Ramayulis. Psikologi Agama (Jakarta: Karam Mulia, 2002)
Rismawaty. Kepribadian & Etika Profesi (Yogyakarta: Penerbit Graha Ilmu,
2008)
Redaksi Trubus, Herbal Indonesia Berkhasiat: Bukti Ilmiah dan Cara Racik,
(Jakarta: Redaksi Trubus,2009), Vol. 8
Surya, Mohammad. Psikologi Konseling, (Bandung: CV Pustaka Bani Quraisy,
2003)
Suherman dan Sukajaya, Evaluasi Pendidikan Matetatikam (Bandung: penerbit
Wijayakusuma, 1990)
Yeo, Anthony. Konseling: Suatu Pendekatan Pemecahan-Masalah, (Jakarta:
Gunung Mulia, 2003), Cet. Ke-5
Winkel,WS, dan Sri Hastuti. Bimbingan dan Konseling di Institutusi Pendidikan
(Jogjakarta, Media Abadi : 2004) cet.Revisi.
Internet
Lembaga swadaya masyarakat HIMPUNAN PEDULI STROKE “penanganan
stroke dengan metode east met west” Artikel diakses pada tanggal 27
April 2010 dari http://hpstroke.wordpress.com/penanganan-stroke-dengan-
metode-east-met-west
Redaksi Argomedia “Penanganan Stroke” Artikel diakses pada tanggal 22 july
2011 dari http://databaseartikel.com/kesehatan/otak-kesehatan/20117760-
penanganan-stroke.html
Redaksi Argomedia “Diagnosis Stroke” Artikel diakses pada tanggal 22 july 2011
dari http://databaseartikel.com/kesehatan/otak-kesehatan/20117760-
penanganan-stroke.html
suryo,haryono. “membangun percaya diri dan kemandirian pasca stroke” Artikel
diakses pada tanggal 27 april 2010 dari
http://www.haryono.com/index.php?option=com_content&task=view&id=
248&Itemid=1
71
72
73
Lampiran :
Wawancara I
Nara Sumber : Eva S. Arifin
Umur : 54 Tahun
Pekerjaan : Nara Sumber Graha Husada Bhakti
Penulis : selamat pagi bu’ Eva? Bagaimana kabarnya dihari yang
cerah agak sedikit mendung ini?
Nara Sumber : Alhamdulillah bar, sehat banget... iya nih pagi alahamdulillah
sejuk banget.
Penulis : bu’, hari ini sesuai janji yang kita buat... hari ini bari mau
tanya jawab tentang GHB (Graha Husada Bhakti), mulai
dari latar belakang, sampai Upaya bimbingan dan konseling
dalam tahap penyembuhan pasien pasca stroke. Apa kita
bisa mulai sekarang?
Nara Sumber : oh... jadi mau langsung dimulai nih, kamu gag mau istirahat
dulu?? (sambil memberikan jamuan) ok... mo mulai dari mana?
Penulis : bisa beri tau bu’, alasan ibu kenapa mau membuka GHB
(Graha Husada Bhakti) ini?
Nara Sumber : awal mula ibu mendirikan GHB ini berasal dari pengalaman-
pengalaman ibu, yang pertama, salah satu anggota keluarga besar
pernah tengkena Stroke, lalu ada yang terkena kanker payudara,
lalu ada banyak orang disekitar kita yang sedang mengalami
stroke, tapi tidak mampu untuk membiayai pengobatannya ke
dokter... yah kamu taulah bar, saat ini pengobatan itu mahal,
mulai dari dokternya sampai harga obatnya, sebenernya sih
bukan obat, dokter, maupun terapisnya yang mahal... tapi yang
menjadi mahal itu pola hidup kita... kita kurang memperhatikan
pola hidup yang sehat, misalnya, olahraga, tidur secukupnya,
makan makanan yang sehat... makanan yang sehat itu tidak
mengandung 3P, Pengawet, Pewarna, dan Penyedap. Karena jika
makanan menggunakan 3P tadi, tidak menutup kemungkinan
tubuh kita lambat laun akan terkena dampaknya. Seperti kanker,
diabetes, obesitas, darah tinggi, kolesterol dan masih banyak
lagi... nah itulah motivasi ibu untuk membuka Graha Husada
Bhakti ini.
Penulis : lalu bu’, apa ibu melakukan semuanya sendiri?
Nara Sumber : jelas tidak atuh bar, ibu bersama teman-teman yang punya satu
misi, yakni masyarakat dapat memanfaatkan lahan di dalam
lingkungan yang terbatas, member pengetahuan tentang tanaman
yang tanpa kita sadari mempunyai khasiat dalam kesehatan tubuh
manusia. Agar mereka bisa hidup sehat.
74
Penulis : ada berapa teman ibu yang mempunyai satu misi dengan
ibu? Dan ada berapa yang mau bergabung dengan
kepengurusan GHB ini?
Nara Sumber : klo secara kepengurusan sih ada 7(tujuh) orang, kalo
pegawainya sih ada 10(sepuluh) orang, dari 10(sepuluh) orang
itu dibagi lagi... 4 (empat) orang sebagai Pembimbingn, 4(empat)
orang peracik obat-obatan herbal, 2(dua) orang lainnya itu
membantu kegiatan yang ada disini. Kalau kamu mau lebih jelas
tentang kepengurusan kamu bisa baca katalog yang ada di
ruangan terapis
Penulis : lalu bagaimana upaya bimbingan dan konseling pada tahap
penyembuhan pasien pasca stroke di Graha Husada Bhakti?
Nara Sumber : upayanya yah kita bagi 2(dua) bagian. Yang pertama
Konseling... yang kedua Bimbingan... kalau yang konseling ibu
bisa beri penjelasan ke kamu karena ibu adalah seorang konselor
di sini, tapi kalau Bimbingan kamu bisa bertanya ke bapak Didin,
beliau adalah seorang pembimbing pasca stroke disini.
Penulis : lalu upaya seperti apa yang dilakukan oleh konselor untuk
pasien pasca stroke?
Nara Sumber : upaya konselor yaitu pertama, mencari data pasien untuk dapat
mengetahui secara rinci baik melalui diri pribadi pasien, keluarga
maupun orang yang terdekat lainnya. Jika kita sudah mengetahui
sejarah ataupun yang dapat menyebabkan pasien itu bisa kena
stroke.
Penulis : lalu bu’, apa yang menyebabkan orang terkena stroke
khususnya di Graha Husada Bhakti?
Nara Sumber : banyak penyebabnya orang terkena stroke, diantara karna pola
makan yang tidak sehat tadi itu... terusnya punya permasalahan
yang berlarut-larut, yang tak kunjung selesai, sehingga orang itu
prustasi, depresi, dan stress. Nah konselor mencari data-data itu
semua. Karna orang yang terkena penyakit stroke itu tidak
mudah untuk disembuhkan, banyak faktor penghambat ataupun
pendukung untuk kesembuhan si pasien itu sendiri.
Penulis : lalu apa saja yang menjadi penghambat atau pendukung
untuk penyembuhan pasien pasca stroke?
Nara Sumber : penghambatnya yah,... keluarga, lingkungan tempat tinggal,
teman, dan yang paling utama adalah Niat si pasien itu. Dia mau
sembuh atau tidaknya yah dari niat yang dia tanamkan di dalam
dirinya, tugas kami disini salah satunya itu menumbuhkan,
memupuk, merawat, memotivasi niat mereka agar niatnya selalu
kuat dan besar keinginan untuk sembuh. Lalu Keluarga, keluarga
adalah salah satu diantaranya menjadi faktor baik pendukung
75
maupun penghambat kesembuhan si pasien, misalnya dalam
kasus pak Yusron, beliau punya niat yang cukup tinggi untuk
mendapatkan kesembuhannya, tapi keluarganya kurang
mendukung, seperti memperhatikan pola makan, mengantar
beliau kemari, jika kamu mau melihatnya nanti sore dia akan
datang hari ini, karena hari ini merupakan jadwal beliau untuk
mengikuti kegiatan terapi. Kamu akan tau seberapa besar niat
beliau ingin sembuh.
Penulis : terusnya bu’, tadi ibu bilang tempat tinggal, teman juga
merupakan faktor sebagai pendukung maupun penghambat,
bisa dijelaskan lebih detail lagi bu’?
Nara Sumber : iya, betul... tempat tinggal juga sebagai faktor pendukung
maupun penghambatnya kesembuhannya, misalnya, tempat
tinggalnya tidak layak, seperti terlalu ramai dengan aktifitas
orang banyak ataupun dekat pembuangan tempat sampah...
alasannya, sifat orang yang terkena stroke itu diantaranya, selalu
mencari perhatian dari orang lain, banyak tidur, sensitivitasnya
tinggi, mudah putus asa, mudah stress, dan sering kali lupa,
bukan amnesia yah.... nah jika orang yang terkena stroke tinggal
di tempat ramai, maupun deket dengan pembuangan sampah, itu
tidak akan membantu pasien untuk sembuh, malah semakin lebih
parah... karena sifat-sifat yang tadi itu... lalu kenapa dekat
pembuangan tempat sampah bisa mempengaruhi juga?? Itu
dikarenakan aroma yang tidak sedap, sehingga si penderita ini
terus emosi karna tidak bisa menghirup udara bersih, lalu
akhirnya stress karena ketidakmampuan untuk menghindari
udaranya.
Nara Sumber : selanjutnya Teman... teman pun juga bisa mempengaruhi
kesembuhan si penderita... apalagi teman dekat yah... teman
dekat pasti mengetahui apa yang dibutuhkan si penderita...
misalnya, ketika sipenderita ingin berjalan-jalan atau refresing,
nah teman dekatnya pasti akan mengajaknya refresing. Nah satu
lagi yang ibu hampir lupa, yakni pola makan... pola makan ini
tidak bisa lepas dari faktor-faktor yang telah tadi ibu sebutkan...
jika mereka (keluarga, teman) mendukung untuk kesembuhan si
penderita, maka yang harus diperhatikan salah satunya mengikuti
pola hidup yang sehat, tidak mengkonsumsi 3P (Penyedap,
Pengawet, Pewarna) lagi. Karena itu sangat mempengaruhi
kesehatannya.
Penulis : terima kasih ya bu’... atas informasi yang telah ibu berikan,
semoga informasi ini bisa menjadi bermanfaat untuk orang
banyak.
76
Nara Sumber : iya bari... sama-sama... kita sebagai umat manusia harus bisa
saling tolong menolong, inilah salah satu cara ibu, dan kawan-
kawan untuk menolong sesama...
Ciledug, 1 Mei 2010
Eva S. Arifin
77
Lampiran :
Wawancara II
Nara Sumber II : Didin Syamsudin S.Ag
Umur : 51 Tahun
Pekerjaan : Nara Sumber II Graha Husada Bhakti
Penulis : selamat malam pak ustad...
Nara Sumber II : selamat malam juga bari... kamu dateng lagi hari ini? Bukannya
tadi kamu udah dateng terus dah dapet wawancara sama ibu eva
dan pak anton tadi siang? Masih kurang bar?
Penulis : hahahahaa... iya pak, alhamdulillah udah dapet pak,
sekarang tinggal bapak nih yang belom bari dapetin
informasinya...
Nara Sumber II : oh... oke.. mo mulai dari mana nih?
Penulis : alasan bapak untuk bergabung dengan Graha Husada
Bhakti ap?
Nara Sumber II : hmmm yang pastinya sih sama dengan apa yang ibu eva
sampaikan ke kamu bar, biaya pengobatan mahal, yang sakit
banyak... yang kena penyakit stroke itu bukan cuma dari
kalangan orang yang berada, tingkat ekonominya tinggi ataupun
dari kalangan orang tua. Penyakit stroke bisa menhinggap di
anak-anak usia muda, yah seperti kamu ini dimana usia sedang
produktifitasnya tinggi, sedang giat-giatnya kerja mencari uang
untuk modal kawin... atau yang terkena itu orang yang tidak
mampu... yah bisalah dibilang tinggkat ekonominya menengah
kebawah, yang mana untuk makan saja susah, apalagi buat beli
obat?.. itulah motivasi bapak ikut bergabung di Graha Husada
Bhakti ini. Panggilan jiwa sosial bar,
Penulis : pak, tadi siang kan ibu eva bilang... kalau bapak disini
sebagai pembimbing... boleh tau pembimbingnya seperti
apa? Atau upaya bimbingan terhadap penyakit stroke yang
bapak lakukan itu seperti apa?
Nara Sumber II : nah kalau ibu eva itu psikisnya, kejiwaan dari si
penderitanya...yang bapak lakukan sebagai pembimbing disini
difokuskan untuk fisiknya... diantaranya terapi sensor motorik
atau gerak, terapi bicara, terapi listrik...
Penulis : bisakah bapak memberikan penjelasan dari terapi motorik,
bicara, dan terapi listrik?
Nara Sumber II : terapi motorik disini yakni melatih untuk menggerakkan bagian
anggota tubuh, misal mengepal, memegang benda (bola busa),
78
mengangkat, serta memindahkan bola busa. Sedangkan terapi
bicara itu difokuskan untuk melatih huruf vokal... A... I... U... E...
O... Huruf vokal adalah latihan dasar dari terapi bicara, karena
tidak ada kata yang tidak menggunakan huruf vokal, kecuali
bahasa yang ada di SMS HP... nah kalo terapi listrik... itu sebagai
terapi pendukung... yah memang banyak orang merasakan takut...
tapi setelah dijelaskan bahwa terapi ini aman, dan nyaman, si
penderita mau mencobanya... bahkan ada yang kemajuannya
sangat pesat setelah mengikuti terapi ini...
Penulis : kenapa terapi listrik dimasukkan?
Nara Sumber II : terapi listrik di masukkan sebagai terapi yah karena... orang
yang terkena stroke itu kan dikarenakan pembekuan darah di urat
syaraf tertentu, nah karena listrik itu salah satu penghasil panas
yang baik jadi kita gunakan saja.
Penulis : apa tidak takut untuk masalah keamanan?
Nara Sumber II : untuk keamanan kita sih bisa menjamin yah... karena kita punya
cara agar tidak terjadi yang tidak kita inginkan...misalnya... kita
melakukan terapi listrik dalam keadaan fress, tenang, santai,
tidak terburu-buru, dan kita lihat cuaca... jika panas yah kita
gunakan, tapi jika mendung, jangan sekali-kali
menggunakannya... karena kita takut akan adanya penghantar
listrik yang tiba-tiba menjadi besar, itu terjadi ketika awan
mendung dan banyak petir atau kilat.
Penulis : terima kasih pak atas waktu dan informasinya.
Nara Sumber II : iya bari... sama-sama, bapak juga terima kasih karena mau
mendengarkan informasi bapak.
Ciledug, 1 Mei 2010
Didin Syamsudin S.Ag
79
Lampiran :
Wawancara III
Nara Sumber : Anton (60 Tahun)
Pekerjaan : Pensiunan Pegawai Negeri
Penulis : selamat siang pak anton, bagaimana kabar bapak?
Nara Sumber : selamat pagi juga nak bari. Kabar bapak yah begini-begini aja
nak
Penulis : silahkan masuk pak... silahkan duduk... (mempersilahkan
pak anton duduk di tempat yang telah disediakan), begini aja
gimana pak? (melanjutkan pembicaraan)
Nara Sumber : yah… seperti ini pak, jalan susah, ngomongnya susah…
(dengan nada sedikit mengeluh)
Penulis : ah yang bener pak? Loh bari liat bapak sekarang ini makin
sehat, seger, kayanya makin terlihat lebih muda aja…
hahahaha
Nara Sumber : ah bapak bisa aja nih,
Penulis : loh ini beneran, serius loh pak… oh iya pak, boleh gag saya
minta sedikit pengalaman bapak tentang ujian yang saat ini
bapak terima dari Allah?
Nara Sumber : boleh, mo cerita dari mana nih?
Penulis : yah kalau tidak keberatan, dari bapak baru-baru
mendapatkan ujian ini, yah mulai dari kehidupan bapak...
misalnya bapak hidup dirumah dengan siapa? Terus pola
makannya, terus pergaulan bapak gitu…
Nara Sumber : ooohh… ok, begini bar, bapak ini seorang seorang pensiunan
pegawai negri di jakarta, bapak memiliki 2 orang anak
perempuan dan 1 orang anak laki-laki, alhamdulillah semuanya
sudah menikah... bapak juga dah punya cucu yang imut-imut n
lucu-lucu...
Penulis : oooohh terusnya pak, kenapa bapak bisa stroke?
Nara Sumber : yaaaahh sebentar donk bar, tadi kamu minta biografinya dulu...
gimana nih??? (dengan nada bercandanya beliau)
Penulis : oh iya ya.... maaf pak...
Nara Sumber : mo dilanjut gag nih???
Penulis : yah tentu dong pak dilanjut ceritanya....
Nara Sumber : oke kita lanjut yah.... kamu taukan bar??? Kehidupan orang
pegawai negri, apalagi di Jakarta, punya banyak duit, mo makan
80
dimana aja oke... apalagi kalo masalah jajan, wuuuiiihhh jangan
ditanya lagi itu mah... bapak jagonya... (dengan nada bercanda
dan tertawa)... nah saking punya duit namyak watu itu yah...
bapak sampe-sampe gag bisa memilih makanan yang sehat itu
badan bapak... apalagi makanan “Padang”... wuuuiihhh
sedapnyaaa.... mulai dari makanan lemak ada, kolesterol ada,
darah tinggipun ada.... awalnya sih enak aja bar, tapi lama
kelamaan yah jadi deh penyakit kaya begini... Obesitas atau
kegemukan... apalagi males olahraga... makin jadi deh... jadi
stroke...
Penulis : oooh begitu yah pak?? Dah berapa lama bapak terkena
stroke?? Nah selama terkena stroke, bapak sudah berapa
kali ke dokter?? Dan kenapa bapak datang kemari (Graha
Husada Bhakti)???
Nara Sumber : busyet dah.... banyak banget nanyanye??? Mo dari mana nih
bapak jawabnya?
Penulis : oh kebanyakan yah pak??? Maaf yah pak...
Nara Sumber : iya gag apa-apa ko‟ bar, santai aja.... bapak jawab dari yang
awal yah... bapak terkena stroke baru satu tahun ini... selama
stroke bapak dah kedokter yah hampir satu tahun ini... jadwal
bapak kedokter seminggu 2x barr... alasan bapak mau kemari yah
karna mo sembuh... bapak denger dari tetangga kalo disini ada
pengobatan stroke... jadi aja bapak kemari deh...
Penulis : lalu apa yang membuat bapak termotivasi untuk sembuh?
Nara Sumber : motivasi untuk sembuh sih karena masih mau liat cucu-cucu
bapak yang masih kecil, imut, dan lucu itu...
Penulis : trus bagaimana tanggapan keluarga bapak?
Nara Sumber : mendukung banget bar, apalagi yah “sikecil”... maunya maen
mulu sama bapak... yah meski bapak kaya begini tapi “si kecil”
nya gag bikin marah bapak... malahan apapun yang dialakukan
itu selalu buat bapak tertawa..
Penulis : trus pak, ketika bapak berobat disini apa bapak masih
datang ke dokter yang berada di Rumah Sakit?
Nara Sumber : iya bar, bapak masih mendatangi kerumah sakit sebagai kontrol
perkembangan kesehatan bapak, itu juga disarankan ko‟ sama Ibu
Eva... tapi dengan syarat, tidak meminum obat dari dokter,
karena dari campuran kimianya yang pasti bakal punya dampak
jelek ke diri kita bar... terusnya ikuti peraturan yang udah kita
sepakati bersama... misalnya, ikut terapi teratur, makan yang
diperbolehkan, dan lain sebagainya
81
Penulis : nah bicara tentang terapi... bapak ikut terapi apa saja?
Nara Sumber : yang bapak ikuti yakni, terapi belajar bicara, trus cara berjalan,
mengepal, trus terapi listrik,
Penulis : trus selama bapak berada disini apakah bapak merasakan
perubahan?
Nara Sumber : perubahannya sih ada, kalo orang laen yang bilang sih Cuma
baru sedikit .... tapi sedikitpun itu sudah sangat membantu
bapak... karena saat ini bapak sudah bisa bicara, berjalan,
mengepal... itu pun bapak sangat puas, yah meski terkadang
jalannya salah tindak, mengepalnya masih lemah... dan bicaranya
pun masih terbata-bata gag jelas... tapi apa yang dihasilkan saat
ini bapak gag mau cepat puas, bapak harus bisa lebih baik dari
ini, mau liat senyuman cucu yang lucu...
Penulis : apakah bapak puas dengan pelayanan bimbingan dan
konseling disini?
Nara Sumber : iya bapak sangat puas, selain para pembimbing dan
konselingnya ramah, bapak seneng karna punya temen yang
senasib sama bapak...
Penulis : oooh begitu yah pak, nah terakhir nih pak, apa pesen bapak
untuk temen bapak baik yang masih sehat maupun yang
senasib dengan bapak??
Nara Sumber : pesen bapak untuk yang sehat, yah jaga kesehatan deh... jaga
pola makan yang baik... jangan makan makanan yang enak, bisa
aja itu menjadi dampak buruk untuk kita... kalo untuk yang
senasib, mari kita semangat untuk kesembuhan kita... jangan
takut sama ujian yang seperti ini... ingat Allah akan selalu
bersama kita, dan akan terusmemberikan ujiannya kepada kita,
tapi ujian itu tidak akan melampaui batas kemampuan diri kita
sendiri... Ayo semangat sembuh!!!
Ciledug, 1 Mei 2010
\ Anton
Top Related