PRESENTASI KASUS
SKIZOFRENIA PARANOID REMISI TAK SEMPURNA
Penguji:dr. Bagus S. Budhi, SpKJ, MKes
Disusun oleh :Yandra Wijaya 1010221057
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN JIWARUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT GATOT
SOEBROTOJAKARTA
2012
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn.J M
Umur : 49 tahun
Jenis kelamin : Laki-Laki
Alamat : Kp. Duri RT 09/04 Cengkareng, Jakarta Barat
Pekerjaan : Berdagang
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Protestan
Suku : Batak
Pendidikan terakhir : SD
Tanggal Masuk RS : 12 Oktober 2012
II. ANAMNESIS
Data diambil secara autoanamnesis pada tanggal 12 Oktober 2012 di Poli Kesehatan
Jiwa RSPAD Gatot Soebroto, alloanamnesis dengan adik ipar pasien pada tanggal 12
Oktober 2012 dan catatan Rekam Medis pasien.
RIWAYAT PSIKIATRI
A. Keluhan Utama
Pasien masih mendengar suara-suara tetapi sudah jarang.
B. Riwayat Gangguan Sekarang
Pada tanggal 12 Oktober 2012 pukul 10.00 WIB, pasien diantar oleh adik ipar pasien
ke Poli Kesehatan Jiwa RSPAD Gatot Subroto. Saat ini pasien masih mengeluhkan
mendengar suara-suara saudaranya meski sudah jarang. Terakhir mendengar suara-suara 2
hari SMRS, pada malam hari. Menurut pasien, suara-suara tersebut terdengar seperti orang
berbicara di telepon, tetapi tidak ada yang berbicara kepada pasien. Pasien mengeluh
mendengar suara-suara tersebut membuatnya tidak bisa tidur.
Selain itu pasien sering cekcok dengan tetangga sebelah rumah karena menurut pasien
tetangganya memarahi istri pasien. Sampai sekarang pasien sering marah-marah jika lewat di
depan rumah tetangganya tersebut.
2
C. Riwayat Gangguan Sebelumnya
Riwayat Gangguan Psikiatri
Menurut pasien, dirinya mulai mendengar suara-suara sejak tahun 1996. Pada saat
itu pasien masih bekerja sebagai kondektur bus metromini. Awalnya pasien megaku bisa
mengabaikan suara-suara tersebut, tetapi semakin lama pasien semakin sering mendengar
suara-suara tersebut dan membuanya merasa tergangggu sehingga pasien sulit untuk tidur.
Pasien mengaku jika sulit tidur, dia mencari kesibukan di rumah, seperti mencuci popok
anaknya.
Selain mendengar suara-suara, pasien juga sering cekcok dengan tetangganya.
Menurut pasien, tetangganya sering memarahi istrinya dan pasien berkelahi dengan
tetangganya demi membela istrinya.
Pada tahun 1996 pasien berobat ke psikiater di cikini. Setelah beberapa bulan
berobat di cikini, pasien pindah berobat ke RSPAD Gatot Soebroto. Dari pengakuan pasien,
dirinya sering keluar masuk bangsal perawatan amino, dari tahun 1996-2012 lebih kurang
pasien sudah 16 kali masuk bangsal perawatan amino. Pasien mengaku tidak nyaman dirawat
dibangsal perawatan amino karena banyak nyamuk dan airnya kotor. Pasien mengaku pernah
diikat saat dirawat di bangsal perawatan amino, tetapi pasien tidak tahu kenapa diikat.
Pasien terakhir dirawat tahun 2011, dari Rekam Medis pasien diperoleh informasi
pasien dirawat karena pasien sulit tidur, meracau, dan mudah marah. Menurut pasien dirinya
tidak sakit pada waktu itu, pasien tidak tahu kenapa dia dirawat, dan merasa kesal karena
tidak suka tidur di bangsal perawatan amino. Saat itu pasien dirawat selama satu minggu.
Setelah pulang, pasien rutin kontrol ke poli kesehatan jiwa RSPAD Gatot Soebroto dan tidak
pernah dirawat inap sampai sekarang. Saat ini pasien mengaku masih mendengar suara-suara
tersebut, tetapi sudah jarang.
Riwayat Penyakit Medis
Pasien tidak pernah menderita penyakit yang secara fisioligis berhubungan dengan
keadaan saat ini.
Riwayat Penggunaan Alkohol dan Zat Psikoaktif
Pasien mengatakan mulai merokok sejak SMP. Hal tersebut pasien lakukan karena
terpengaruh oleh teman-temannya. Pasien merokok makin lama makin sering frekuensinya,
dari satu batang per hari hingga sekarang dua bungkus per hari. Sampai sekarang pasien
masih suka merokok. Pasien sering diingatkan oleh dokter yang memeriksa pasien untuk
3
berhenti merokok, namun pasien mengatakan susah untuk berhenti merokok, apalagi
didukung oleh lingkungan terdekat pasien yang memang banyak orang merokok.
Pasien mengatakan pernah mengonsumsi minuman beralkohol, namun sejak sakit dan
minum obat pasien sudah tidak pernah mengonsumsi minuman beralkohol karena takut
berpengaruh terhadap pengobatannya.
III. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI
A. Prenatal dan Perinatal
Menurut pasien, dirinya dilahirkan cukup bulan dan tidak ada masalah. Namun pasien
tidak tahu secara rinci riwayat kehamilan dan pada saat kelahirannya dikarenakan orang
tuanya tidak pernah membahasnya. Pasien merupakan anak pertama dari enam bersaudara
B. Masa Kanak Awal (0-3 tahun)
Tidak didapatkan informasi dari pihak keluarga. Menurut pasien, dirinya tumbuh dan
berkembang sesuai usia dan seperti anak lainnya. Pasien tidak mengalami keterlambatan
dalam perkembangan dan diasuh oleh kedua orangtuanya.
C. Masa Kanak Pertengahan (4-11 tahun)
Tidak didapatkan informasi dari pihak keluarga. Menurut pasien, dirinya dapat
bermain dan bersekolah seperti anak-anak lain. Pasien mempunyai banyak teman.
D. Masa Kanak Akhir dan Remaja
Tidak didapatkan informasi dari pihak keluarga. Menurut pasien, dirinya senang
menghabiskan waktu bermainnya bersama teman-temannya dan tidak ada masalah dengan
pergaulannya.
E. Masa Dewasa
1. Riwayat Pendidikan
Menurut pasien, dirinya menamatkan bangku Sekolah di Sekolah Dasar (SD) 01
Slipi, kemudian melanjutkan ke SMP 61 Jakarta tetapi hanya sampai kelas 2 SMP.
Pasien tidak melanjutkan sekolah karena kendala biaya dan sejak saat itu pasien
bekerja sebagai kondektur bus metro mini, tetapi sejak sakit pasien hanya berdagang
di warung miliknya di dekat rumahnya.
4
2. Riwayat Pekerjaan
Menurut pasien, dirinya setelah putus sekolah bekerja sebagai kondektur metro mini,
pasien sering berganti-ganti jurusan metro mini. Namun, sejak sakit pasien hanya
berjualan di warung dekat rumah pasien
3. Riwayat Pernikahan
Pasien sudah menikah dan mempunyai 3 orang anak. Anak pertama pasien berusia
16 tahun, kini bersekolah di SMK dan tinggal dengan orang tua istri pasien, anak
kedua pasien berusia 13 tahun, kini bersekolah di SMP dan tinggal dengan adik
pasien, dan anak terakhir pasien berusia 8 tahun, kini bersekolah di SD, dan tinggal
dengan pasien dan istri
4. Agama
Pasien beragama Protestan dan menurut pasien, dirinya cukup taat menjalankan
ibadah agama di gereja tiap minggu.
5. Aktivitas Sosial
Menurut pasien, hubungan dengan tetangganya tidak baik. Pasien mengatakan
tetangganya sering marah-marah pada istri pasien sehingga pasien berkelahi dengan
tetangganya demi membela istrinya.
6. Riwayat Hukum
Menurut pasien, dirinya tidak pernah menjalani hukuman atau terlibat pelanggaran
hukum.
7. Riwayat Psikoseksual
Pasien adalah seorang yang heteroseksual, sudah menikah dan mempunyai 3 orang
anak.
8. Riwayat Keluarga
Pasien merupakan anak pertama dari enam bersaudara. Hubungan pasien dengan
keluarganya menurut pasien baik-baik saja dan pasien cukup dekat dengan seluruh
keluarga. Kedua orang tua pasien sudah meninggal dan menurut pasien, tidak ada
anggota keluarga pasien yang memiliki gangguan kejiwaan.
5
9. Situasi Kehidupan Sekarang
Keseharian pasien hanya berdagang di warung yang didirikannya dekat rumahnya.
Pasien tinggal di rumahnya bersama istri dan anak terakhirnya.
10. Persepsi Pasien Tentang Diri dan Kehidupannya
Pasien menyadari bahwa saat ini ia berada di Poli Kesehatan Jiwa dan tahu bahwa
tempat ini adalah untuk pasien dengan gangguan jiwa. Pasien merasa tidak suka bila
dibawa kemari, pasien mengatakan ingin segera pulang. Pasien mempunyai
keinginan untuk menutup warungnya karena menurut pasien warungnya selalu rugi
dan merasa punya kemampuan untuk bekerja di tempat lain, meski tidak tahu harus
bekerja apa.
11. Persepsi Keluarga Tentang Diri dan Kehidupannya
Menurut adik ipar pasien, keluarga pasien mengerti akan penyakitnya dan
mendukung pasien untuk segera sembuh.
6
: tinggal bersamapasien
IV. STATUS MENTAL
Diperiksa pada tanggal 12 Oktober 2012
A. Deskripsi Umum
i. Penampilan
Pasien berjenis kelamin laki–laki dengan penampilan sesuai dengan usianya.
Perawakan tinggi kurus, berkulit sawo matang, rambut pendek, hitam.
Perawatan diri cukup.
ii. Prilaku dan Aktifitas Motorik
Pada saat wawancara pasien duduk tenang.
iii. Sikap terhadap Pemeriksa
Pada saat wawancara pasien kooperatif dalam menjawab pertanyaan yang
diajukan oleh pemeriksa.
B. Mood dan Afek
Mood : eutim
Afek : sesuai
Keserasian : serasi antara afek dengan isi pikir
C. Bicara
Pembicaraan spontan, artikulasi jelas, volume suara cukup, menjawab sesuai
pertanyaan.
D. Gangguan Persepsi
Halusinasi auditorik diakui pasien.
E. Gangguan Pikiran
Arus Pikiran
Asosiasi longgar. Kadang-kadang pasien mengatakan hal-hal yang tidak ada
hubungannya satu sama lain.
Proses Pikiran
Tidak logis. Pasien terkadang mengatakan hal-hal yang tidak masuk akal dan tidak
sesuai dengan kenyataannya.
7
Isi Pikiran
Pasien mempunyai waham curiga dengan mengatakan bahwa tetangganya sering
memarahi istrinya.
F. SENSORIUM DAN KOGNISI
1. Taraf Kesadaran dan Kesiagaaan
Compos mentis, kesiagaan baik.
2. Orientasi
Waktu : Baik, pasien dapat membedakan waktu pagi, siang, dan malam.
Tempat: Baik, pasien mengetahui bahwa dirinya berada di Poli Kesehatan jiwa
RSPAD Gatot Subroto.
Orang : Baik, pasien dapat mengenali dan membedakan dokter pemeriksa
koas, dan perawat.
3. Daya Ingat
Daya ingat jangka panjang : Baik, pasien dapat mengingat nama sekolah dan
daerah tempat pasien tinggal selama masa kanak-kanak.
Daya ingat jangka sedang : Baik, pasien dapat mengingat siapa yang
membawa pasien ke RSPAD.
Daya ingat jangka pendek : Baik, pasien dapat mengingat menu sarapan
beberapa jam sebelumnya.
Daya ingat segera : Baik, pasien dapat menyebutkan kembali 3
kata yang disebutkan pemeriksa.
4. Konsentrasi dan Perhatian
Pasien memiliki daya konsentrasi dan perhatian yang baik. Pasien dapat
melakukan pengurangan 100-7 dan seterusnya.
5. Kemampuan membaca dan menulis
Baik. Pasien dapat membaca dan menulis dengan baik.
6. Kemampuan visospasial
Kemampuan visospasial pasien baik, pasien dapat menggambarkan jam dan
menunjukkan arah jarum panjang dan pendek dengan baik.
8
7. Berpikir Abstrak
Baik. Pasien dapat menjelaskan arti dari kalimat “Bhineka Tunggal Ika”
8. Intelegensia dan Kemampuan Informasi
Baik. Pasien dapat menyebutkan nama Presiden RI dan Wakil Presiden RI saat
ini.
G. PENGENDALIAN IMPULS
Selama wawancara, pasien dapat mengendalikan diri dan berperilaku baik dan
sopan dalam menjawab pertanyaan yang diberikan.
H. DAYA NILAI DAN TILIKAN
- Daya nilai sosial
Selama wawancara, daya nilai sosial pasien baik. Pasien bersikap sopan terhadap
dokter, perawat dan seluruh penghuni Poli Kesehatan Jiwa RSPAD Gatot
Soebroto.
- Penilaian realita
Selama wawancara, RTA pasien terganggu.
- Tilikan
Selama wawancara dengan pasien tilikan pasien derajat 2. Pasien mengakui kalau
saat ini sedang sakit, tetapi pada saat bersamaan menyangkal bahwa ia sekarang
sedang sakit.
I. RELIABILITAS
Secara umum, pasien memberi kesan dapat dipercaya.
V. PEMERIKSAAN DIAGNOSIS LEBIH LANJUT
Pemeriksaan dilakukan pada tanggal 12 Oktober 2012
1. Status Interna
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Status gizi : Cukup
Tanda – tanda vital :
Tekanan darah :120/80 mmHg
Frekuensi Nadi : 80 kali/menit
9
Frekuensi Nafas : 20 kali/menit
Suhu : Afebris
Mata : Dalam batas normal
Mulut dan gigi : Dalam batas normal
Thoraks : Cor dan Pulmo dalam batas normal
Abdomen : Dalam batas normal
Ekstremitas : Dalam batas normal
2. Status Neurologis
GCS : 15
Tanda rangsang meningeal : Negatif
Tanda efek ekstrapiramidal : Tidak ada
Motorik : 5/5/5/5
Sensorik : Dalam batas normal
VI. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Telah diperiksa seorang laki-laki berusia 49 tahun, beragama Protestan, suku
Batak, status menikah dan punya 3 orag anak, pendidikan terakhir tamat SD, pekerjaan
Pedagang, dibawa ke RSPAD Gatot Soebroto karena mendengar suara-suara sehingga
membuat pasien susah tidur.
Dari keeluarga pasien, tidak ada data yang tepat mengenai riwayat gangguan
psikiatri yang dialami pasien. Adik ipar pasien yang mengantarkan pasien tidak
mengetahui riwayat psikiatri pasien. Data didapat dari keterangan pasien sendiri dan
dokumen Rekam Medis pasien. Menurut pasien , dirinya mempunyai gejala sejak tahun
1996, dan sesuai data Rekam Medik selama kurun waktu 1996-2012 pasien pernah
dirawat inap di bangsal perawatan amino sebanyak 16 kali.
Pada pemeriksaan didapatkan seorang laki-laki tampak sesuai usia dengan
perawatan diri cukup, penampilan rapi, bersikap kooperatif terhadap pemeriksa.
Pembicaraan spontan, artikulasi jelas, volume suara cukup, menjawab sesuai pertanyaan.
Mood eutim dengan afek sesuai dan serasi antara afek dengan isi pikir. Proses pikir
pasien berpikir secara tidak logis. Bentuk pikir asosiasi longgar. Terdapat gangguan isi
pikir pada pasien, dan saat ini ditemukan adanya waham curiga. Saat ini terdapat
gangguan persepsi halusinasi auditorik. Reality Test Ability pasien terganggu dengan
10
tilikan derajat 2. Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum, status gizi, serta
tanda vital yang baik, status interna dan neurologis dalam batas normal.
VII. FORMULASI DIAGNOSIS
Pada pasien ini ditemukan adanya perubahan pola alam pikir, perasaan, dan perilaku
yang secara klinis bermakna dan menimbulkan suatu penderitaan (distress) dan hendaya
(disability) dalam berbagai fungsi psikososial, pekerjaan, dan aktivitas sehari-hari
pasien.
Berdasarkan riwayat penyakit, pasien tidak pernah menderita penyakit yang secara
fisiologis dapat menimbulkan disfungsi otak. Berdasarkan pemeriksaan fisik, juga tidak
ditemukan kelainan yang secara fisiologis dapat menimbulkan disfungsi otak. Oleh
karena itu, gangguan mental organik dapat disingkirkan. Pada pasien tidak didapatkan
riwayat penyalahgunaan zat psikoaktif, sehingga kemungkinan adanya gangguan mental
dan perilaku akibat penggunaan zat psikoaktif dapat disingkirkan.
Pada pasien didapatkan adanya gangguan dalam bentuk gangguan persepsi dan isi
pikiran. Selain itu, hubungan pasien dengan realitas di sekitarnya juga terganggu
sehingga pada pasien ini menderita gangguan psikotik.
Aksis I
Berdasarkan anamnesa riwayat perjalanan penyakit pasien dan pemeriksaan, tidak
ditemukan adanya faktor organobiologik dimana pasien tidak pernah mengalami trauma
kepala atau penyakit lainnya yang secara fisiologis dapat menimbulkan disfungsi otak
sebelum menunjukkan gejala gangguan jiwa. Oleh karenanya, gangguan mental organik
(F00-F09) dapat disingkirkan. Pada pasien tidak didapatkan riwayat penyalahgunaan zat
psikoaktif, sehingga kemungkinan adanya gangguan mental dan perilaku akibat
penggunaan zat psikoaktif (F10-F19) dapat disingkirkan.
Pada pasien didapatkan riwayat gangguan psikiatri sebelumnya dengan psikopatologi
berupa gejala positif yang menonjol seperti waham curiga dan halusinasi auditorik.
Selain itu sejak tahun 1996 pasien sudah 16 kali di rawat dengan gejala-gejala yang tidak
pernah hilang seperti pasien masih terganggu dengan suara-suara yang didengarrnya.
Terdapat gangguan isi pikir pada pasien, dan saat ini ditemukan adanya waham curiga.
Saat ini terdapat gangguan persepsi seperti halusinasi auditorik. Pada pasien dapat
disimpulkan mengalami gejala gangguan skizofrenia paranoid karena terdapat gejala
11
skizofrenia. Oleh karena itu, berdasarkan PPDGJ III ditegakkan diagnosis untuk aksis I
adalah F20.X4 yaitu Skizofrenia Paranoid Remisi tak sempurna
Aksis II
Belum cukup informasi untuk menegakkan diagnosis, sehingga diperlukan eksplorasi
lebih mendalam mengenai ciri kepribadian pasien.
Aksis III
Tidak ditemukan adanya kelainan atau gangguan fisik yang bermakna.
Aksis IV
Masalah dengan tetangga pasien.
Aksis V
Menurut PPDGJ-III, dinilai GAF sekarang 60-51, terdapat gejala sedang (moderate),
disabilitas sedang. Ini adalah GAF tertinggi dalam 1 tahun terakhir.
V. EVALUASI MULTI AKSIAL
Aksis I : F20.X4 Skizofrenia Paranoid dengan Remisi tak Sempurna
Aksis II : Perlu eksplorasi lebih mendalam mengenai ciri kepribadian pasien
Aksis III : Tidak ada diagnosis
Aksis IV :Masalah dengan tetangga pasien.
Aksis V : GAF tertinggi dalam satu tahun terakir 60-51
GAF sekarang 60-51
VI. DAFTAR MASALAH
1. Organobiologik : Tidak ada
2. Psikologik
- Gangguan persepsi : Halusinasi auditorik (+)
- Proses pikir : Asosiasi longgar
- Isi pikir : Waham curiga
- Tilikan : Derajat 2
- Mood : Eutim
12
3. Lingkungan dan sosioekonomi
Masalah dengan tetangga pasien, pasien juga ingin menutup warungnya karena sering
merugi.
VII. RENCANA TERAPI
a. Rawat Jalan
b. Farmakoterapi:
Risperidone 2 x 3 mg
c. Psikoedukasi:
1. Kepada pasien
Memberikan informasi dan edukasi mengenai gejala dan gangguan pada
pasien
Memberikan informasi tentang manfaat obat, pentingnya keteraturan
minum obat, dan pentingnya untuk kontrol berobat secara teratur
Memberikan informasi tentang efek samping obat dan pentingnya untuk
segera memberitahu dokter apabila muncul efek samping tersebut
2. Kepada keluarga atau orang-orang bertanggungjawab kepada pasien
Memberikan informasi dan edukasi kepada keluarga mengenai kondisi
pasien, penyakit yang dideritanya, perjalanan penyakit, serta prognosis
Memberikan informasi tentang manfaat obat, pentingnya keteraturan
minum obat, dan pentingnya untuk kontrol berobat secara teratur
Memberikan informasi tentang efek samping obat
Memberikan edukasi tentang pentingnya dukungan keluarga untuk
mencegah kekambuhan pada pasien
XI. PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanactionam : dubia ad malam
Hal yang memperingan prognosis:
Faktor pencetus yang jelas
Pasien masih bekerja
Memiliki jaminan kesehatan untuk pengobatan
13
Hal yang memperburuk prognosis:
Riwayat rawat inap yang sering
Kurang patuh minum obat
IX. DISKUSI
Pada pasien ditegakkan diagnosis Skizofrenia Paranoid Remisi tak Sempurna
berdasarkan riwayat psikiatri, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan status mental pada pasien
dan disesuaikan dengan pedoman diagnostik PPDGJ III, kriteria skizofrenia, yaitu pada
pasien didapatkan riwayat gangguan psikiatri sebelumnya dengan psikopatologi berupa gejala
positif yang menonjol seperti waham curiga dan halusinasi auditorik. Selain itu sejak tahun
1996 pasien sudah 16 kali di rawat dengan gejala-gejala yang tidak pernah hilang seperti
pasien masih terganggu dengan rutinitasnya dan susah tidur. Terdapat gangguan isi pikir pada
pasien, dan saat ini ditemukan adanya waham curiga. Saat ini terdapat gangguan persepsi
seperti halusinasi auditorik. Pada pasien dapat disimpulkan mengalami gejala gangguan
skizofrenia paranoid karena terdapat gejala skizofrenia.
Dimana kriteria umum skizofrenia adalah :
- Gejala
1. Satu gejala yang amat jelas:
a. Thought echo, thought insertion/withdrawal, thought broadcasting
b. Delution of control, delution of influence, delusion of passivity, delusion
perception
c. Halusinasi auditorik
d. Waham-waham menetap jenis lainnya
2. Paling sedikit dua gejala:
a. Halusinasi yang menetap dari panca indra apa saja.
b. Arus pikiran yang terputus atau mengalami sisipan yang berakibat inkoherensi
atau pembicaraan yang tidak relevan atau neologisme.
c. Perilaku katatonik.
d. Gejala negatif (apatis, bicara jarang, respon emosional yang tumpul/tidak wajar,
penarikan diri dari pergaulan sosial).
- Telah berlangsung selama kurun waktu 1 bulan atau lebih
- Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna
dalam mutu keseluruhan dari berbagai aspek perilaku perorangan, bermanifestasi sebagai
14
hilangnya minat, tak bertujuan, sikap malas, sikap berdiam diri dan penarikan diri secara
sosial.
Pasien ini memenuhi kriteria diagnosis skizofrenia paranoid karena memenuhi kriteria
umum diagnosis skizofrenia, terdapat halusinasi dan atau waham yang menonjol dan terdapat
gangguan afek.
Pedoman diagnosis skizofrenia paranoid:
- Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia
- Sebagai tambahan:
1. Halusinasi dan atau waham harus menonjol
a. Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah, atau
halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit (whistling), mendengung
(humming), atau bunyi tawa (laughing).
b. Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau lain-lain
perasaan tubuh, halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol.
c. Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan (delusion of
control), dipengaruhi (delusion of influence), atau ”passivity” yang beraneka ragam
adalah yang paling khas.
2. Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala katatonik secara
relatif tidak nyata/ tidak menonjol.
Pada pasien ini memenuhi kriteria diagnosis skizofrenia karena adanya riwayat
halusinasi auditorik dan visual serta waham paranoid, kebesaran, bizarre yang berlangsung
sejak tahun 2006, dimana timbulnya keluhan tersebut bukan disebabkan akibat gangguan
fisiologik langsung atau gangguan akibat penggunaan zat psikoaktif, sehingga gangguan
organik dan gangguan akibat penggunaan zat psikotik dapat disingkirkan.
Pengobatan
Penatalaksanaan pada pasien ini mencakup terapi farmakologis dan nonfarmakologis. Terapi
farmakologis yang diberikan adalah antipsikotik. Pada pasien ini diberikan antipsikotik
atipikal yaitu risperidone. Antipsikotik atipikal diberikan karena dapat mengatasi gejala
negatif yang lebih menonjol dari gejala positif pada skizofrenia paranoid, serta memiliki efek
samping ekstrapiramidal yang minimal dibandingkan antipsikotik tipikal. Pada pasien,
diberikan risperidone dengan dosis awal 2 x 3 mg per oral. Risperidone memiliki kelebihan
karena dapat diabsorbsi dengan cepat setelah pemberian oral. Terapi nonfarmakologis pada
pasien ini berupa psikoedukasi kepada pasien dan keluarga atau orang-orang yang
15
bertanggungjawab kepada pasien. Kepada pasien diberikan informasi dan edukasi mengenai
gejala dan gangguan yang dialami pasien, tentang manfaat obat dan pentingnya keteraturan
minum obat, serta efek samping yang mungkin timbul akibat pemberian obat. Diharapkan
pula pasien dapat menyampaikan keluhan kepada dokter apabila muncul efek samping yang
menimbulkan rasa tidak nyaman pada pasien. Pada keluarga atau orang-orang yang
bertanggungjawab kepada pasien juga diberikan informasi mengenai penyakit pada pasien,
faktor penyebab, perjalanan penyakit, serta prognosisnya. Informasi mengenai manfaat obat,
pentingnya keteraturan minum obat, pentingnya kontrol secara rutin, dan efek samping obat
juga disampaikan. Yang tak kalah penting adalah edukasi mengenai pentingnya peran mereka
dalam mendukung pengobatan dan mencegah kekambuhan pada pasien. Hal yang
memperingan prognosis pada pasien ini adalah adanya faktor pencetus yang jelas, pasien
masih bekerja, memiliki jaminan kesehatan untuk pengobatan. Faktor yang memperburuk
prognosis adalah kekurang patuhan minum obat, dan riwayat rawat inap yang sering.
16
KURVA PERJALANAN PENYAKIT
1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
17
Dari tahun 1996-2012 pasien di rawat inap di bangsal perawatan Amino sebanyak 16 kali. Selama 1996-2012 pasien kurang patuh minum obat.
Tahun 1996, pasien mulai mendengar suara-suara, pada awalnya pasien mengabaikannya tetapi lama-lama pasien merasa terganggu sampai susah tidur.Pasien juga berkelahi dengan tetangganya karena menurut pasien tetangganya sering memarahi istrinya.Pada awalnya pasien berobat ke psikiater di cikini, lalu setelah beberapa bulan pindah berobat ke RSPAD Gatot Soebroto
Pasien terakhir dirawat tahun 2011 karena pasien meracau, sulit tidur, dan mudah marah. Dirawat selama lebih kurang satu minggu.
Pasien datang ke Poli Kesehatan Jiwa tanggal 12 Oktober 2012 untuk kontrol rutin. Saat datang keluhan pasien masih mendengar suara-suara tetapi sudah jarang.
DAFTAR PUSTAKA
1. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia (PPDGJ III), cetakan pertama. Jakarta; 1993.
2. Kaplan HI, Sadock BJ. Synopsis of Psychiatry, 8th edition. Lippincot Williams and Wilkins. Philadelphia; 1996.
3. Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia. Konsensus Penatalaksanaan Gangguan Skizofrenia. Jakarta; 2011.
4. Stahl SM. Stahl’s Essential Psychopharmacology. 3rd edition. Cambridge University Press. Cambridge; 2008.
18
19