UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK KAPANG
ENDOFIT AKAR TANAMAN KAYU JAWA (Lannea
coromandelica (Houtt.) Merr.) DENGAN METODE
DPPH (2,2-Difenil-1-1-Pikrihidrazil)
SKRIPSI
THARLIS DIAN SYAH LUBIS
NIM. 1112102000005
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI FARMASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
OKTOBER 2017
ii
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK KAPANG
ENDOFIT AKAR TANAMAN KAYU JAWA (Lannea
coromandelica (Houtt.) Merr.) DENGAN METODE
DPPH (2,2-Difenil-1-1-Pikrihidrazil)
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat ntuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi
THARLIS DIAN SYAH LUBIS
NIM. 1112102000005
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI FARMASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
OKTOBER 2017
iii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Skripsi ini adalah hasil karya sendiri,
dan semua sumber yang dikutip aupun dirujuk
telah saya nyatakan benar.
Nama : Tharlis Dian Syah
NIM : 1112102000005
Tanda Tangan :
Tanggal : 04 Oktober 2017
iv UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
Nama : Tharlis Dian Syah Lubis
NIM : 1112102000005
Program Studi : Farmasi
Judul Skripsi : Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Kapang Endofit Akar
Tanaman Kayu Jawa (Lannea coromandelica (Houtt.)
Merr.) dengan Metode DPPH (2,2-Difenil-1-1-
Pikrihidrazil)
Disetujui oleh
Pembimbing I
Eka Putri, M.Si.,Apt.
NIP. 197905172009012008
Pembimbing II
Puteri Amelia, M.Farm.,Apt.
NIP. 198012042011012004
Mengetahui,
Kepala Program Studi Farmasi
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Dr. Nurmeilis, M.Si., Apt
NIP. 197404302005012003
v UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini diajukan oleh :
Nama : Tharlis Dian Syah Lubis
NIM : 1112102000005
Program Studi : Farmasi
Judul Skripsi : Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Endofit Akar Tanaman
Kayu Jawa (Lannea coromandelica (Houtt.) Merr.) dengan
Metode DPPH (2,2-Difenil-1-1-Pikrihidrazil)
Telah berhasil dipertahankan dihadapan Dewan Penguji dan diterima
sebagai persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana
Farmasi pada Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
DEWAN PENGUJI
Pembimbing I : Eka Putri, M.Si., Apt. ( )
Pembimbing II : Puteri Amelia, M.Farm.,Apt. ( )
Penguji I : Prof. Dr. Atiek Soemantri, M.Si., Apt. ( )
Penguji II : Dr. H. M. Yanis Musdja, M.Sc., Apt. ( )
Ditetapkan di : Ciputat
Tanggal : 04 Oktober 2017
vi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Kapang Endofit Akar
Tanaman Kayu Jawa (Lannea coromandelica (Houtt.)
Merr.) dengan metode DPPH (2,2-Difenil-1-1-
Pikrihidrazil)
ABSTRAK
Nama : Tharlis Dian Syah Lubis
Program Studi : Farmasi
Judul :
Penelitian yang dilakukan Zulfa (2016) telah berhasil mengisolasi kapang endofit
akar tanaman kayu jawa (Lannea coromandelica) dan melakukan ekstraksi
sehingga diperoleh ekstrak dengan kode A11KA, A11KB, A12KC, A12KD,
A21KK, A22KJ, AP12A, AP13L, AP21C, dan AP32I. Dari ekstrak ini perlu diuji
aktivitas lainnya selain aktivitas antibakteri. Maka penelitian ini dilakukan untuk
menguji aktivitas antioksidan dari ektrak tersebut dengan metode DPPH dan
vitamin C sebagai kontrol positif. Sampel pada penelitian ini berjumlah lima belas
yakni MeOH A11KA; MeOH A11KB; MeOH A12KC; MeOH A12KD; MeOH
A21KK; MeOH AP12A; MeOH AP13L; MeOH AP12C; MeOH AP321; EA
A11KA; EA A12KC; EA AP321; EA AP12A; EA AP13L; EA A22KJ dari dua
fraksi metanol (MeOH) dan etil asetat (EA). Hasil uji aktivitas antioksidan yang
dilakukan menunjukkan bahwa hanya enam sampel yang berpotensi sebagai
antioksidan. Nilai AAI (Antioxidant Activity Index) EA A12KC; EA A11KA;
MeOH A11KA; EA AP321; MeOH AP21C; EA A22KJ dan vitamin C berturut-
turut 2.27 (sangat kuat), 2.07 (sangat kuat), 1.78 (kuat), 1.19 (kuat), 0.81 (sedang),
0.53 (sedang) dan 11.67 (sangat kuat). Hasil dari analisis antioksidan
menggunakan GC-MS, hanya satu sampel yang menujukkan adanya senyawa
fenol yaitu sampel EA A11KA.
Kata kunci : AAI (Antioxidant Activity Index), antioksidan, DPPH, ekastrak
kapang endofit, kayu jawa (Lannea coromandelica (Houtt.) Merr.)
vii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Antioxidant Activity Test of Endphytic Fungi Extract
from Roots of Kayu Jawa (Lannea coromandelica)
Using the DPPH (2,2-Diphenyl-1-Picrylhidrazil)
Method
ABSTRACT
Name : Tharlis Dian Syah Lubis
Program Study : Pharmacy
Title :
Zulfa (2016) has successfully isolated the endophytic fungi from kayu jawa
(Lannea coromandelica) roots and extracted the extracts with given code A11KA,
A11KB, A12KC, A12KD, A21KK, A22KJ, AP12A, AP13L, AP21C, and AP32I.
Other activities in these extracts besides antibacterial activity need to be tested. So
this study was conducted to test the antioxidant activity of the extract with DPPH
method and used vitamin C positive control. Fifteen sample was obtained in this
study, they are MeOH A11KA; MeOH A11KB; MeOH A12KC; MeOH A12KD;
MeOH A21KK; MeOH AP12A; MeOH AP13L; MeOH AP12C; MeOH AP321;
EA A11KA; EA A12KC; EA AP321; EA AP12A; EA AP13L; EA A22KJ from
methanol fractions (MeOH) and ethyl acetate fraction (EA). The antioxidant
activity test results showed that only six samples were potentially as antioxidants.
Value of AAI (Antioxidant Activity Index) EA A12KC; EA A11KA; MeOH
A11KA; EA AP321; MeOH AP21C; EA A22KJ and vitamin C are 2.27 (very
strong), 2.07 (very strong), 1.78 (strong), 1.19 (strong), 0.81 (medium), 0.53
(medium) and 11.67 (very strong) respectively. The result of antioxidant analysis
using GC-MS showed only EA A11KA showing the presence of phenol
compound, the largest phenol compound in this sample was phenol, 2,4-bis (1,1-
dimethylethyl).
Keywords : AAI (Antioxidant Activity Index), DPPH, endophytic fungi exstract,
kayu jawa (Lannea coromandelica (Houtt.) Merr.).
viii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
KATA PENGANTAR
Syukur kepada Allah SWT menjadi hal pertama setelah terselesaikannya
skripsi ini karena atas ridha-Nya, skripsi ini berada di hadapan pembaca. Teriring
shalawat dan salam pula kepada Nabi Muhammad SAW yang menjadi pembawa
kebenaran dan rahmat untuk seluruh alam.
Skripsi berjudul ―Uji Aktivitas Ekstrak Kapang Endofit Akar Tanaman
Kayu Jawa (Lannea coromandelica (Houtt.) Merr.)‖ ini disusun sebagai syarat
untuk mendapatkan gelar Sarjana Farmasi di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis sadar, skripsi ini tidak akan terwujud tanpa bantuan dari berbagai
pihak. Maka perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Kedua orang tuaku, Papa Alm. Husni Thamrin Lubis dan Mama Hj. Siti Rodia
Nasution, S.Pd. yang tiada lelah mengirimkan doa dan segala yang mereka
punya untuk keperluan penulis.
2. Kakak beserta adikku tersayang, Efrida Afny Lubis, ST., Erika Kumala dewi
Lubis dan Annisa Ulul Azmi Lubis yang selalu menularkan semangat kepada
penulis agar merampungkan skripsi ini sebaik mungkin.
3. Bapak Prof. Dr. H. Arief Sumantri, M.Kes sebagai Dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah.
4. Ibu Dr. Nurmeilis, M.Si., Apt selaku Ketua Program Studi Farmasi UIN Syarif
Hidayatullah dan ibu Nelly Suryani, Ph.D., Apt selaku Sekretaris Program
Studi Farmasi UIN Syarif Hidayatullah.
5. Ibu Eka Putri, M.Si., Apt., ibu Puteri Amelia, M.Farm., Apt. selaku
pembimbing yang telah memberikan ilmu, waktu, saran, petunjuk, hingga
motivasi untuk menyelesaikan skripsi dengan baik.
6. Bapak Drs. Umar Mansur, MSc., Apt. sebagai dosen pembimbing akademik
penulis, yang siap memberikan bimbingan selama masa perkuliahan.
7. Bapak dan Ibu dosen Farmasi UIN Syarif Hidayatullah yang telah
menurunkan ilmu dan pengetahuan kepada penulis.
ix UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
8. Para laboran dari laboratorium Farmasi; mbak Rani, kak Lisna, kak Tiwi, kak
Eris, kak Yaenab, kak Rahmadi, dan kak Walid yang telah membantu selama
masa penelitian.
9. Kekasih, teman curhat, teman bermain serta adik penulis, adinda Della Dwi
Ayu yang selalu memberikan motivasi dan semangat agar penulis bisa
menyelesaikan skripsi ini sebaik mungkin.
10. Teman-teman seperjuangan di laboratorium Dwi Putri Rahmawati, Intan
Cahyani, Irham Pratama Putra dan Hary Abdul Rahman yang telah
memberikan motivasi dan masukan selama penelitian.
11. Sahabat-sahabat penulis di Farmasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Dwi Putri
Rahmawati, Ayu Nopita, Aprilina Nur Ritonga, Safizah Ummu Harisah Lubis,
Vesty Anis Triany, Rani, Angga Perdana, Hary Abdul Rahman, Rinaldi Nur,
Fadhil dan lain-lain yang selalu siap membagi ilmu dan memberikan bantuan,
masukan, serta semangat kepada penulis.
12. Teman-teman Farmasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2012,
khususnya kelas AC yang telah menerima dan membantu penulis dalam
perkuliahan.
13. Pengurus Komisariat HMI KOMFAKDIK (Komisariat Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan) Cabang Ciputat Periode 2014-2015 M, yang banyak
membantu penulis dalam mengarungi perkuliahan baik di dalam kampus
maupun di luar kampus.
14. Keluarga besar HMI KOMFAKDIK Cabang Ciputat yang telah menyambut,
menerima, dan menjadi teman serta keluarga penulis selama di perantauan.
15. Teman-teman pengurus HMI Cabang Ciputat Periode 2016-2017 M, Ketua
Umum Kanda Zainuddin Asri, Sekretaris Umum Kanda Hilman Afriansyah,
sang pelopor Kanda Maulana Ainul Asry, S.Sos., sang pejuang Kanda Ridho
Anhar Sembiring, sang penakluk Kanda Sabaruddin Fauzi, sang pendaki
Kanda Suhengki Pohan dan banyak lagi teman-teman pengurus yang tidak
bisa penulis sebutkan satu persatu.
16. Teman sekaligus keluarga kontrakan Pondok Hijau, abangda dr. Fahrizal Haris
Harahap, Taufik Anwar Harahap, abangda Syafriwan Nasution, adinda Dian
Matondang, adinda Syirojuddin Ma‘arif Pasaribu, adinda Anugerah Mazid
x UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Harahap dan adinda Mahmul Fadhillah Harahap yang selalu hangat dalam
persaudaraan selama penulis menjalani perkuliahan.
17. Semua pihak yang telah membantu selama penelitian dan penyelesaian naskah
skripsi baik secara langsung maupun tidak langsung yang namanya tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu.
Semoga semua amal mereka dibalas oleh Allah SWT dengan sebaik-baik balasan.
Amin.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh
karena itu penulis berharap agar pembaca berkenan memberikan kritik dan saran
yang membangun. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan memberikan
sumbangan pengetahuan bagi masyarakat dan pengembangan ilmu.
Ciputat, 04 Oktober 2017
Penulis
xi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK
Sebagai sivitas akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta, Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Tharlis Dian Syah Lubis
NIM : 1112102000005
Program Studi : Farmasi
Fakultas : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK)
Jenis Karya : Skripsi
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui skripsi/karya
ilmiah saya dengan judul
UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK KAPANG ENDOFIT AKAR
TANAMAN KAYU JAWA (Lannea coromandelica (Houtt.) Merr.)
DENGAN METODE DPPH (2,2-Difenil-1-1-Pikrihidrazil)
Untuk dipublikasikan atau ditampilkan di internet atau media lain yaitu
Digital Library Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta untuk kepentingan akademik sebatas sesuai dengan Undang-Undang Hak
Cipta.
Dengan demikian persetujuan publikasi karya ilmiah ini saya buat dengan
sebenarnya .
Dibuat di : Ciputat
Pada Tanggal : 04 Oktober 2017
Yang menyatakan,
(Tharlis Dian Syah Lubis)
xii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................. v
ABSTRAK ............................................................................................................... vi
ABSTRACT ............................................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ............................................................................................. viii
HALAMAN PERNYATAAN PUBLIKASI .......................................................... xi
DAFTAR ISI ........................................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. xv
DAFTAR TABEL .................................................................................................. xvi
DAFTAR DIAGRAM .......................................................................................... xviii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xix
BAB 1 PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1.Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2.Rumusan Masalah .................................................................................. 4
1.3.Tujuan Penelitian ................................................................................... 4
1.4. Hipotesis ............................................................................................... 4
1.5.Manfaat Penelitian .................................................................................. 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 5
2.1. Lannea coromandelica (Houtt.). Merr. ................................................. 5
2.1.1. Nama Lokal .................................................................................... 5
2.1.2. Morfologi Tumbuhan ..................................................................... 6
2.1.3. Kandungan Kimia .......................................................................... 6
2.1.4. Khasiat Tanaman ............................................................................ 6
2.2. Metabolit Sekunder ................................................................................. 7
2.2.1. Metabolit Sekunder Tanaman ....................................................... 7
2.2.2. Metabolit Sekunder Mikroorganisme ............................................ 9
2.3. Endofit .................................................................................................. 10
xiii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.3.1. Interaksi Mikroba Dengan Tanaman ........................................... 10
2.3.2. Peranan Bakteri Endofit .............................................................. 11
2.3.3. Mikroba Endofit Penghasil Metabolit Sekunder ......................... 11
2.4. Isolasi ................................................................................................... 12
2.5. Fermentasi ............................................................................................. 13
2.6. Antioksidan ........................................................................................... 15
2.6.1. Uji Aktivitas Antioksidan Metode DPPH ................................... 17
2.7. Spektrofotometri .................................................................................. 19
2.7.1. Teori Spektrofotometri ................................................................ 19
2.7.2. Komponen Spektrofotometri UV-Vis ......................................... 19
2.8. Gas Chromatography Spectrometry (GCMS) ....................................... 20
2.8.1. Kromatografi Gas ........................................................................ 20
2.8.2. Spektrometri Massa ..................................................................... 20
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN .............................................................. 21
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. 21
3.2. Alat dan Bahan Penelitian ..................................................................... 21
3.2.1 Alat ............................................................................................... 21
3.2.2 Bahan ............................................................................................ 21
3.3. Prosedur Penelitian ............................................................................... 22
3.3.1. Penapisan Fitokimia ..................................................................... 22
3.3.2. Uji Aktivitas Antioksidan ............................................................ 23
3.3.3. Pengujian Antioksidan dengan Metode DPPH ............................ 24
3.3.4. Analisis Antioksidan Menggunakan GC-MS .............................. 26
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 27
4.1. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. 27
4.2. Penapisan Fitokimia ............................................................................ 27
4.3. Uji Aktivitas Antioksidan ................................................................... 29
4.4. Analisa Antioksidan Menggunakan GC-MS ...................................... 40
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 42
5.1. Kesimpulan ......................................................................................... 42
5.2. Saran ................................................................................................... 42
xiv UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 43
LAMPIRAN ............................................................................................................ 50
xv UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Tanaman Lannea coromandelica ........................................................ 5
Gambar 4.1. Reaksi Antioksidan dengan DPPH .................................................... 36
xvi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1. Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Endofit Akar Tanaman Kayu Jawa
dari Fraksi Etil Asetat .......................................................................... 27
Tabel 4.2. Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Endofit Akar Tanaman Kayu Jawa
dari Fraksi Metanol .................................................................................. 28
Tabel 4.3. Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Endofit Akar Tanaman Kayu
Jawa dari EA A12KC .............................................................................. 30
Tabel 4.4. Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Endofit Akar Tanaman Kayu
Jawa dari EA A11KA ............................................................................... 31
Tabel 4.5. Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Endofit Akar Tanaman Kayu
Jawa dari EA A11KA Konsentrasi 10-50 ppm ....................................... 31
Tabel 4.6. Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Endofit Akar Tanaman Kayu
Jawa dari MeOH A11KA ........................................................................ 32
Tabel 4.7. Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Endofit Akar Tanaman Kayu
Jawa dari EA AP321 ............................................................................... 32
Tabel 4.8. Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Endofit Akar Tanaman Kayu
Jawa dari MeOH AP21C ......................................................................... 32
Tabel 4.9. Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Endofit Akar Tanaman Kayu
Jawa dari EA A22KJ ............................................................................... 32
Tabel 4.10. Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Endofit Akar Tanaman
Kayu Jawa dari EA AP13L ..................................................................... 33
Tabel 4.11. Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Endofit Akar Tanaman Kayu
Jawa dari MeOH A12KC ......................................................................... 33
Tabel 4.12. Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Endofit Akar Tanaman Kayu
Jawa dari MeOH A21KK ........................................................................ 33
Tabel 4.13. Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Endofit Akar Tanaman Kayu
Jawa dari EA AP12A ............................................................................... 34
Tabel 4.14. Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Endofit Akar Tanaman Kayu
Jawa dari MeOH A12KD ........................................................................ 34
xvii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tabel 4.15. Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Endofit Akar Tanaman Kayu
Jawa dari MeOH A12KB ........................................................................ 34
Tabel 4.16. Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Endofit Akar Tanaman Kayu
Jawa dari MeOH AP321 .......................................................................... 34
Tabel 4.17. Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Endofit Akar Tanaman Kayu
Jawa dari MeOH AP13L ......................................................................... 35
Tabel 4.18. Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Endofit Akar Tanaman Kayu
Jawa dari MeOH AP12A ......................................................................... 35
Tabel 4.19. Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Vitamin C ......................................... 35
Tabel 4.20. Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Seluruh Sampel ................................. 38
xviii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DAFTAR DIAGRAM
Halaman
Diagram 4.1. Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Seluruh Sampel Berdasarkan Nilai
AAI ................................................................................................... 39
xix UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Bagan Penelitian ................................................................................ 50
Lampiran 2. Ekstrak ............................................................................................... 51
Lampiran 3. Gambar dan Tabel Bagian Akar Tanaman Kayu Jawa ...................... 53
Lampiran 4. Penapisan Fitokimia ........................................................................... 54
Lampiran 5. Sertifikat DPPH ................................................................................. 58
Lampiran 6. Uji Kualitatif Antioksidan Ekstrak degan Metode KLT .................... 59
Lampiran 7. Panjang Gelombang DPPH ................................................................ 61
Lampiran 8. Data Absorbansi Ekstrak EA A12KC ................................................ 62
Lampiran 9. Data Absorbansi Ekstrak EA A11KA (6,25-100) ppm ..................... 63
Lampiran 10. Data Absorbansi Ekstrak EA A11KA (10-50) ppm ........................ 64
Lampiran 11. Data Absorbansi Ekstrak MeOH A11KA ........................................ 65
Lampiran 12. Data Absorbansi Ekstrak EA AP321 ............................................... 66
Lampiran 13. Data Absorbansi Ekstrak MeOH AP21C ........................................ 67
Lampiran 14. Data Absorbansi Ekstrak EA A22KJ ............................................... 68
Lampiran 15. Data Absorbansi Ekstrak EA AP13L ............................................... 69
Lampiran 16. Data Absorbansi Ekstrak MeOH A12KC ........................................ 70
Lampiran 17. Data Absorbansi Ekstrak MeOH A21KK ........................................ 71
Lampiran 18. Data Absorbansi Ekstrak EA AP12A .............................................. 72
Lampiran 19. Data Absorbansi Ekstrak MeOH A12KD ........................................ 73
Lampiran 20. Data Absorbansi Ekstrak MeOH A11KB ........................................ 74
Lampiran 21. Data Absorbansi Ekstrak MeOH AP321 ......................................... 75
Lampiran 22. Data Absorbansi Ekstrak MeOH AP13L ......................................... 76
Lampiran 23. Data Absorbansi Ekstrak MeOH AP12A ........................................ 77
Lampiran 24. Data Absorbansi Vitamin C ............................................................. 78
Lampiran 25. Kurva Hubungan Konsentrasi dan % Inhibisi Sampel dan
Vitamin C ......................................................................................... 79
Lampiran 26. Perhitungan dalam Uji Antioksidan ................................................. 86
Lampiran 27. Perhitungan Persen Inhibisi ............................................................. 89
Lampiran 28. Perhitungan IC50 ............................................................................... 90
xx UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 29. Perhitungan Nilai AAI (Antioxidant Activity Index) ........................ 91
Lampiran 30. Skema Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Menggunakan Metode
DPPH ................................................................................................ 92
Lampiran 31. Skema Uji Aktivitas Antioksidan Vitamin C Menggunakan
Metode DPPH ................................................................................... 93
Lampiran 32. Hasil GC-MS ................................................................................... 94
Lampiran 33. Hasil MS dan Struktur ..................................................................... 95
Lampiran 34. Data Library GC-MS ....................................................................... 96
1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman hayati.
Kekayaan alam yang melimpah ini merupakan suatu berkah dari Allah
SWT, yang sangat besar potensinya untuk dikembangkan dalam bidang
kesehatan maupun dalam pengembangan ilmu pengetahuan lainnya.
Sesungguhnya Allah telah mengisyaratkan dalam Al-Qur‘an Surah Asy
Syuara ayat 7 sebagai berikut :
Artinya: ―Dan apakah mereka tidak memperhatikan bumi, berapakah
banyaknya Kami tumbuhkan di bumi itu berbagai macam tumbuh-tumbuhan
yang baik?
Akhir-akhir ini, penelitian dan pengembangan tumbuhan obat baik di
dalam maupun di luar negeri berkembang dengan pesat, terutama dalam
bidang khasiat farmakologinya, salah satunya sebagai antioksidan (Kusuma
et al., 2005).
Antioksidan merupakan senyawa yang dapat menahan terjadinya
ketengikan dan menghambat reaksi oksidasi pada bahan yang mengandung
lemak atau minyak (Matz, 2000). Selain itu antioksidan merupakan senyawa
yang dapat menghambat spesies oksigen reaktif/spesies nitrogen reaktif dan
juga radikal bebas sehingga antioksidan dapat mencegah penyakit-penyakit
yang dihubungkan dengan radikal bebas seperti karsinogenesis,
kardiovaskuler dan penuaan (Halliwell dan Gutteridge, 2000). Tubuh
manusia tidak mempunyai cadangan antioksidan dalam jumlah berlebih,
sehingga jika terjadi paparan radikal bebas berlebih, maka tubuh
membutuhkan antioksidan eksogen (Clarkson dan Thompson, 2000).
Kapang endofit adalah kapang yang hidup di dalam jaringan tanaman dan
mampu membentuk koloni dalam jaringan tanaman tanpa membahayakan
tanaman inangnya. Kapang endofit memiliki kemampuan untuk
2
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
menghasilkan senyawa metabolit yang sama dengan tanaman inangnya
(Strobel dan Daisy, 2003).
Kayu Jawa (Lannea coromandelica) adalah salah satu tanaman obat
tradisional yang digunakan oleh masyarakat di Sulawesi Selatan, karena
khasiatnya yang dipercaya sangat ampuh untuk mengobati luka dalam dan
luka luar seperti muntah darah dan mempercepat penyembuhan luka. Selain
itu, masyarakat sering menggunakan tanaman ini untuk mengobati bintitan.
Cara penggunaan tanaman ini berbeda-beda tergantung tujuan
penggunaannya, misalnya untuk mengobati muntah darah masyarakat
merebus kulit batang tumbuhan ini kemudian air rebusannya diminum atau
kulit batang diperas kemudian air perasannya diminum.
Berdasarkan studi fitokimia, kulit batang tanaman Kayu Jawa telah
dilaporkan mengandung senyawa golongan karbohidrat, steroid, alkaloid,
glikosida jantung, terpenoid, tanin, dan flavonoid (Manik,et al., 2013).
Venkata (2010) melaporkan kulit batang kayu jawa memiliki potensi
antikanker. Beberapa studi farmakologi juga telah dilaporkan oleh peneliti-
peneliti dari India dan Bangladesh bahwa ekstrak metanol kulit batang Kayu
Jawa memiliki aktivitas biologis seperti antibakteri, antioksidan, analgesik,
aktivitas hipotensi, aktivitas penyembuhan luka, (Alam, et al., 2012). Selain
itu, fraksi n-hexan, diklorometana, dan etil asetat kulit batang dan daun
tumbuhan Kayu Jawa memiliki aktivitas antioksidan, antimikroba, dan
trombolitik. Fraksi etil asetat kulit batang Kayu Jawa menunjukkan aktivitas
antioksidan paling besar dengan IC50 sebesar 3,8±0,14 μg/ml (Manik, et al.,
2013).
Penelitian terdahulu yang dilakukan Prawirodiharjo (2014) menunjukkan
bahwa eksrak etanol 70% kulit batang Kayu Jawa memiliki aktivitas
antioksidan yang sangat kuat (AAI > 2) dengan nilai AAI 5,5679 dan
ekstrak air kulit batang Kayu Jawa memiliki aktivitas antioksidan yang
lemah (AAI < 0,5) dengan nilai AAI 0,0667. Sedangkan hasil penapisan
fitokimia Prawirodiharjo (2014) melaporkan bahwa ekstrak etanol 70% dan
air kulit batang Kayu Jawa mengandung flavonoid, saponin, glikosida,
fenol, dan tanin.
3
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Data yang diperoleh dari penapisan kimia Prawirodiharjo (2014) dan
Manik et al (2013) bahwa kulit batang Kayu Jawa mengandung senyawa
flavonoid, saponin, dan tanin. Dimana telah dilaporkan bahwa saponin dan
flavonoid tertentu dapat menstabilkan membran lisosom baik in vivo dan in
vitro, sedangkan tanin dan saponin memiliki kemampuan untuk mengikat
kation, sehingga menstabilkan membran eritrosit dan makromolekul
biologis lainnya (Oyedapo et al, 2004). Hasil penapisan fitokimia ekstrak
etanol dari akar kayu juga mengandung alkaloid, karbohidrat, flavonoid,
triterpenoid, steroid, tanin, glikosida, saponin, dan protein (Arun Joshi dan
Nikita Naik, 2014).
Setiap tanaman tingkat tinggi dapat mengandung beberapa mikroba
endofit. Mikroba endofit merupakan mikroorganisme yang hidup dalam sel
tumbuhan sehat dan ikut membantu tanaman inang untuk menghasilkan
metabolit sekunder (Bhardwaj dkk, 2015). Oleh karena itu metabolit yang
dihasilkan endofit seringkali memiliki aktivitas yang sama dengan tanaman
inangnya. Sejumlah kecil endofit juga dapat membantu tanaman inang
dalam melakukan adaptasi di lingkungannya.
Penelitian terbaru yang dilakukan Zulfa (2016) telah berhasil mengisolasi
kapang endofit akar tanaman kayu jawa dan melakukan ekstraksi sehingga
diperoleh ekstrak dengan kode A11KA, A11KB, A12KC, A12KD, A21KK,
A22KJ, AP12A, AP13L, AP21C, dan AP32I. Dari 10 ekstrak ini perlu diuji
aktivitas lainnya selain aktivitas antibakteri. Maka penelitian ini dilakukan
untuk menguji aktivitas antioksidan dari ektrak tersebut.
Pengujian aktivitas antioksidan ini menggunakan metode DPPH (1,1-
Difenil-2-pikrilhidrazil). Metode DPPH memberikan informasi reaktivitas
senyawa yang diuji dengan suatu radikal stabil. DPPH memberikan serapan
kuat pada panjang gelombang 517 nm dengan warna ungu gelap (Molyneux,
2004). Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan baru
mengenai ekstrak endofit akar tanaman kayu jawa sebagai sumber
antioksidan alami yang baru sehingga dapat menghemat bahan uji dan bisa
menjadi usaha eksplorasi kekayaan alam Indonesia tanpa mengeksploitasi
keanekaragaman hayatinya.
4
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
1.2 Rumusan Masalah
Dari uraian di atas, maka dapat dirumuskan masalahnya berupa belum
adanya penelitian tentang aktivitas antioksidan ekstrak kapang endofit dari
akar tanaman kayu jawa terhadap aktivitas antioksidan yang berasal dari
daerah Sulawesi, Indonesia.
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengukur aktivitas antioksidan dari ekstrak kapang endofit
dari akar tanaman kayu jawa menggunakan metode DPPH (1,1-
Difenil-2-pikrilhidrazil).
2. Menetukan nilai IC50 dan nilai AAI dari ekstrak kapang endofit akar
tanaman kayu jawa.
1.4 Hipotesis
Ekstrak kapang endofit dari akar tanaman kayu jawa memiliki aktivitas
antioksidan dengan metode DPPH (1,1-Difenil-2-pikrilhidrazil).
1.5 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini sebagai berikut:
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
mengenai aktivitas antioksidan ekstrak kapang endofit dari akar
tanaman kayu jawa menggunakan metode DPPH (1,1-Difenil-2-
pikrilhidrazil).
2. Menambah khazanah ilmu pengetahuan dan memberikan informasi
ilmiah mengenai potensi kearifan lokal tanaman obat di Indonesia.
5 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Lannea coromandelica (Houtt.). Merr.
2.1.1 Nama Lokal
Sulawesi : Tamatte , kayu Cina, kayu Jawa, kedongdong laki (tangerang),
Pohon Reo (flores) ( Anonim, 2014).
: Lannea coromandelica (Houtt.). Merr
Gambar 2.1 Tanaman Lannea coromandelica Erwin Prawirodiharjo, 2014) (
Secara taksonomi, tanaman Kayu Jawa digolongkan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Phylum : Mannoliophyta
Class : Magnoliatae
Order : Sapindales
Family : Anacardiaceae
Genus : Lannea
Species
6
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.1.2 Morfologi Tumbuhan
Tanaman kayu jawa merupakan tanaman dengan daun yang mudah berganti,
berkayu lunak, akar relatif tertancap dalam tanah, dapat tumbuh tinggi mencapai
14 m. Kulit batang berwarna coklat keabu – abuan. Daun majemuk cukup padat
pada ujung cabang pohon. Daun tanaman kayu jawa berbentuk membujur atau
elips, akuminatus, dengan panjang 2,5-5 cm. Bunga berukuran kecil, uniseksual,
hijau kekuningan, dan terdapat pada cabang tanpa daun. Tanaman kayu jawa
dapat ditemukan di wilayah Asia beriklim tropis dan sedang. Tanaman kayu jawa
dapat tumbuh di beragam tanah, selama memungkinkan teraliri oleh air. Tanaman
tumbuh dengan baik ketika terdapat sinar matahari penih (Wahid, 2009).
2.1.3 Kandungan Kimia
Tanaman kayu jawa mengandung alkaloid, karbohidrat, flavonoid,
triterpenoid, steroid, tanin, glikosida, saponin, serta protein (Joshi dan Naik,
2014). Md. Tofazzal Islam dan Satoshi Tahara telah mengisolasi senyawa dari
kulit batang tanaman kayu jawa berupa dihidroflavonols, (2R,3R)-(+)-3‘,5-
dihydroxy-4‘, 7-dimethoxy dihydro flavonol, dan (2R,3R)-(+)-4‘,5,7-trimethoxy
dihydro flavonol yang beraktivitas sebagai zoosporisidal (Wahid, 2009).
2.1.4 Khasiat Tanaman
Kulit batang Tanaman kayu jawa dapat digunakan sebagai astringen dan
obat sakit perut, sebagai losion pada lepra, dan ulser berat, perawatan keseleo,
memar, penyakit jantung, disentri, dan luka pada mulut. Hasil didihan daun
tanaman kayu jawa digunakan untuk mengurangi bengkak lokal dan nyeri akibat
inflamasi (Wahid, 2009). Sedangkan tanaman kayu jawa yang berasal dari
Sulawesi Selatan digunakan secara tradisional untuk pengobatan muntah dan luka
(Prawirodiharjo, 2014). Secara ilmiah, kulit batang tanaman kayu jawa memiliki
aktivitas antimikrobial antioksidan, antiinflamasi, dan antidiare (Gauniyal dkk,
2015; Kaur dkk, 2015; Majumder dkk, 2013; Mozer, 2015; Prawirodiharjo, 2014;
Rahmadani, 2015; Saputra, 2015; Wahid, 2009).
7
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.2 Metabolit Sekunder
2.2.1 Metabolit Sekunder Tanaman
Metabolit sekunder diproduksi tanaman sebagai bagian dari sistem
pertahanan diri, baik terhadap perubahan lingkungan atau serangan penyakit
(Tisnadjaja, 2006). Fungsi dari metabolit sekunder mulai menarik perhatian
karena bisa digunakan sebagai sistem pertahanan diri dari infeksi mikroba,
sebagai atraktan untuk penyerbukan, agen alelopati, penghalang sinar UV dan
molekul sinyal dalam pembentukan nitrogen pada nodul akar di tanaman kacang-
kacangan. Metabolit sekunder juga menarik penggunaannya sebagai pewarna,
serat, perekat, minyak, lilin, agen penyedap, obat-obatan dan parfum. Metabolit
sekunder dipandang sebagai sumber potensial alami untuk obat batu ginjal,
antibiotik, insektisida dan herbisida (Croteau dkk., 2000 dan Dewick, 2002).
a. Flavonoid
Flavonoid merupakan senyawa yang paling kuat dan sebagai antioksidan
paling efektif untuk digunakan oleh manusia, dan karena manusia tidak dapat
memproduksi flavonoid, maka bisa didapatkan dari suplemen makanan. Penelitian
dilakukan bahwa konsumsi makanan secara normal dari buah dan sayuran, cukup
untuk kebutuhan radikal bebas yang dibutuhkan oleh manusia. Kegunaan
flavonoid dirangkum oleh Patel (2008) adalah sebagai antioksidan,
antiatherosklerosis, antiplatelet, antitrombogenik, antivirus, antiinflamasi,
antiartritis, antidiare, dll.
Flavonoid banyak terdapat pada jaringan epidermis daun dan kulit buah
dengan kegunaan yang bervariasi dan bersifat penting. Pada tumbuhan, flavonoid
berguna sebagai pelindung sinar UV, pigmentasi, stimulasi pembentukan nitrogen
di nodul dan ketahanan terhadap penyakit (Koes dkk, 1994; Pierpoint, 2000).
Flavonoid dibagi menjadi flavon, flavonol, 3-flavanol, isoflavon, flavanon dan
antosianidin (Crozier, 2006).
b. Tanin
Tanin merupakan kelompok besar senyawa kompleks yang didistribusikan
merata pada berbagai tanaman (Harbone, 1987). Menurut Makkar (2003), tanin
biasa terdapat pada bagian tanaman yang spesifik seperti daun, buah, kulit dahan
8
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dan batang. Tanin merupakan senyawapolifenolik, yang secara garis besar dibagi
menjadi dua kelompok, yaitu :
1) Tanin terhidrolisa yang mempunyai inti pusat karbohidrat dengan asam
karboksiklat fenolik berikatan dengan ester, potensial beracun ke hewan
karena dapat menyebabkan toksisitas pada ginjal dan hati bila
terakumulasi banyak dan menyebabkan kematian pada hewan.
2) Tanin terkondensasi atau protoantosianin yang mempunyai oligomer 2-
atau 3-flavanol, seperti katekin, epikatekin, atau gallokatekin.
Tanin memiliki afinitas yang sangat tinggi untuk protein dan komplek tanin-
protein (McSweeney, 2003). Tanin adalah polifenol tanaman yang berfungsi
mengikat dan mengendapkan protein. Tanin juga digunakan untuk menyamak
kulit (Harbone, 1987).
c. Saponin
Saponin merupakan senyawa yang secara struktural mempunyai steroid dan
triterpenoid aglikon (sapogenin) yang berikatan dengan satu atau lebih
oligosakarida dengan ikatan glikosida. Aktivitas biologi saponin adalah untuk
interaksi dengan komponen seluler dan membran. Contohnya adalah saponin
dapat menghemolisis sel darah merah dengan interaksi nonspesifik dengan protein
membran, fosfolipid, dan kolesterol di eritrosit (Croizer, 2006).
Saponin dikarakteristik berdasarkan aktivitas homolitik dan foaming,dan
memberikan rasa pahit dan menggigit (astrigensia) pada tanaman dengan
kandungan saponin tinggi. Saponin mempunyai permeabilitas terhadap sel
mukosa usus halus dan sebagai transpor nutrisi. Saponin juga dapat menghambat
enzim pencernaan, seperti tripsin dan kimotripsin, dan juga menghambat
degradasi protein dengan membentuk komplek saponin-protein (Makkar dkk.,
2006).
d. Alkaloid
Alkaloid adalah senyawa pertama dan paling banyak digunakan dalam
farmasi, sebagai senyawa tumbuhan yang mengandung nitrogen (Meissner, 1819).
Menurut Ladenburg, alkaloid adalah senyawa yang berasal dari tumbuhan yang
mempunyai sifat dasar dan mengandung sedikitnya satu nitrogen pada cincin
heterosiklik. Fungsi alkaloid padatumbuhan yaitu :
9
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
1) Agen beracun pada tanaman yang digunakan sebagai agen pelindung dari
hewan herbivora atau serangga.
2) Sebagai faktor pertumbuhan tanaman.
3) Cadangan makanan pada tumbuhan untuk pasokan nitrogen dan unsur-
unsur lain. Pada manusia, alkaloid berguna untuk analgesik narkotik
(morfin), ekspektoran, analgesik (kodein), stimulan SSP (brusin, striknin),
midriatik (atropine, homotropin), miotik (pilokarpin, fisostigmin),
hipertensi (efedrin), hipotensi (reserpin) (Kar, 2003).
e. Fenolik
Fenolik memiliki cincin aromatik dengan satu atau lebih gugus hidroksi
(OH) dan gugus-gugus lain penyertanya. Senyawa ini diberi nama berdasarkan
nama senyawa induknya, yakni fenol. Sebagian besar senyawa fenol memiliki
gugus hidroksi lebih dari satu sehingga disebutpolifenol. Fenolik dapat
diklasifikasikan ke dalam komponen yang tidak larut seperti lignin dan komponen
yang larut seperti asam fenolik, phenylopropanoids, flavonoid dan kuinon
(Indrawati, 2013).
2.2.2 Metabolit Sekunder Mikroorganisme
Metabolit sekunder adalah suatu molekul atau produk metabolik yang
dihasilkan oleh proses metabolisme sekunder mikroorganisme di mana produk
metabolit tersebut bukan merupakan kebutuhan pokok mikroorganisme untuk
hidup dan tumbuh.Fungsi metabolit sekunder bagi mikroorganisme penghasil itu
sendiri sebagian besar belum jelas. Metabolit sekunder dibuat dan disimpan secara
ekstraseluler. Metabolit sekunder banyak dimanfaatkan oleh manusia dan
makhluk hidup lain karena banyak diantaranya bersifat sebagai obat, pigmen,
vitamin, ataupun hormon.
Metabolit sekunder tidak diproduksi pada saat pertumbuhan sel secaracepat
(fase logaritmik), tetapi disintesis pada akhir siklus pertumbuhan sel, yaitu pada
fase stasioner saat populasi sel tetap karena jumlah sel yang tumbuh sama dengan
jumlah sel yang mati. Pada fase ini sel mikroorganisme lebih tahan terhadap
keadaan ekstrem, misalnya suhu yang lebih panas atau dingin, radiasi, bahan-
bahan kimia, dan metabolit yang dihasilkannya sendiri (misalnya antibiotik). Ciri-
ciri metabolit sekunder adalah :
10
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
1. Dibuat melalui proses metabolisme sekunder;
2. Diproduksi selama fase stasioner;
3. Fungsi bagi organisme penghasil belum jelas, diduga tidak
berhubungan dengan sintesis komponen sel atau pertumbuhan;
4. Dibuat dan disimpan secara ekstrseluler;
5. Hanya dibuat oleh spesies tertentu dan dalam jumlah terbatas;
6. Umumnya diproduksi oleh fungi filamentus dan bakteri pembentuk
spora;
7. Merupakan kekhasan bagi spesies tertentu;
8. Biasanya berhubungan dengan aktivitas antimikroba, enzim spesifik,
penghambatan, pendorongan pertumbuhan dan sifat-sifat
farmakologis.
2.3 Endofit
Istilah endofit berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari kata ‗endo‘ yang
berarti dalam, dan ‗phyte‘ dengan arti tumbuhan. Bacon dan White dalam Strobel
dan Daisy (2003) mendefenisikan endofit sebagai mikroorgaisme yang hidup
berkoloni dalam jaringan tanaman hidup dengan kondisi sehat tanpa menyebabkan
efek negatif apapun bagi tumbuhan dalam waktu dekat maupun jangka panjang.
Interaksi antara endofit dengan tanaman inangnya berbeda dengan
interaksi antara tanaman dengan patogen. Endofit justru memiliki hubungan
simbiosis mutualisme dengan tanaman inangnya. Sebagian kecil endofit yang
telah diteliti maupun melindungi inangnya dari penyakit tanaman, menghindari
hama, meningkatkan daya tahan tanaman terhadap tekanan lingkungan biotik
maupun abiotik, membentuk kekebalan tumbuhan terhadap infeksi, serta dapat
menekan biaya dan eksploitasi tumbuhan inang.
2.3.1 Interaksi Mikroba Endofit Dengan Tanaman
Interaksi mikroba endofit dengan inangnya yang ditemukan pada bagian
organ tumbuhan tertentu, berhubungan erat dengan siklus hidup yang dilaluinya.
Masuknya mikroba endofit pada jaringan tanaman inang tergantung pada
keberhasilan mikroba tersebut menembus lapisan eksternal inangnya. Proses
masuknya mikroba endofit ini dicapai melalui mekanisme pemecahan atau
11
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
degradasi jaringan pelindung pada lapisan kutikula dan epidermis (Bacon dan
Siegel, 1990). Proses masuknya mikroba endofit ke dalam jaringan tanaman inang
terjadi secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung ditandai dengan
masuknya endofit ke dalam bagian internal jaringan pembuluh tanaman dan
diturunkan melalui biji, sedangkan secara tidak langsung mikroba endofit hanya
menginfeksi bagian eksternal yaitu pada bagian pembungaan (Bacon, 1985).
2.3.2 Peranan Bakteri Endofit
Senyawa antioksidan tidak hanya dapat dihasilkan oleh tumbuhan maupun
hewan, akan tetapi dapat juga berasal dari mikroba. Salah satu yang berpotensi
tersebut adalah bakteri endofit (Nursanty, 2012). Bakteri endofit berperan untuk
stimulasi pertumbuhan tumbuhan melalui sekresi regulator hormon pertumbuhan
seperti asam indol-asetat, mensuplai vitamin esensial yang dibutuhkan tumbuhan,
fiksasi nitrogen dan induksi ketahanan terhadap patogen tanaman (Rodoles, 1993
dan Hung, 2004).
2.3.3 Mikroba Endofit Penghasil Metabolit Sekunder
Setiap tanaman tingkat tinggi dapat mengandung beberapa mikroba endofit
yang mampu menghasilkan senyawa biologi atau metabolit sekunder yang diduga
sebagai akibat koevolusi atau transfer genetik (geneticrecombination) dari
tanaman inangnya ke dalam mikroba endofit (Tan dkk., 2001). Sekitar 300.000
jenis tanaman yang tersebar di muka bumi ini, masing-masing tanaman
mengandung satu atau lebih mikroba endofit yang terdiri dari bakteri dan jamur
(Strobel dkk., 2003). Apabila endofit yang diisolasi dari suatu bagian tanaman
dapat menghasilkan metabolit sekunder sama dengan tanaman aslinya atau bahkan
dalam jumlah yang lebih tinggi.
Contoh mikroba endofit yang menghasilkan aktivitas :
a. Antibiotika : Cryptocandin adalah antifungi yang dihasilkan oleh
mikroba endofit Cryptosporiopsis quercina yang diisolasi dari tanaman
obat Tripterigeum wilfordii dan berkhasiat sebagai antijamur yang
patogen terhadap manusia yaitu Candida albicans dan Trichopyton sp.(
Radji, 2005).
12
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
b. Antivirus : Jamur endofit Cytonaema sp. dapat menghasilkan metabolit
cytonic acid A dan B dengan struktur molekul isomer p-tridepside, yang
berkhasiat sebagai anti virus. Cytonic acid A dan B merupakan protease
inhibitor dan dapat menghambat pertumbuhan cytomegalovirus manusia
(Radji, 2005).
c. Antidiabetes : Endofit Pseudomassaria sp. yang diisolasi dari hutan
lindung, menghasilkan metabolit sekunder yang bekerja seperti insulin
(Radji, 2005).
d. Antimalaria : Colletotrichum sp. merupakan endofit yang diisolasi dari
tanaman Artemisia annua, menghasilkan metabolit artemisinin yang
sangat potensial sebagai anti malaria (Radji, 2005).
e. Antikanker : Paclitaxel dan derivatnya merupakan zat yang berkhasiat
sebagai antikanker yang pertama kali ditemukan yang diproduksi oleh
mikroba endofit, diproduksi oleh endofit Pestalotiopsis microspora, yang
diisolasi dari tanaman Taxus andreanae, T. brevifolia, dan T. Wallichiana
(Radji, 2005).
f. Antioksidan : Pestacin dan isopestacin merupakan metabolit sekunder
yang dihasilkan oleh endofit P. microspora. Endofit ini berhasil diisolasi
dari tanaman Terminalia morobensis, yang tumbuh di Papua Nugini.
Baik pestacin atau isopestacin berkhasiat sebagai antioksidan, dimana
aktivitas ini diduga karena struktur molekulnya mirip dengan flavonoid
(Radji, 2005).
2.4 Isolasi
Endofit dapat ditemukan di berbagai bagian tanaman seperti biji dan
ovul, buah, batang, daun, akar, umbi, kuncup, xilem, dan kulit batang (Zhang
dkk, 2006). Umumnya kapang endofit diisolasi dari bagian tumbuhan yang
masih segar dan permukaan tanaman telah disterilkan (Agusta, 2009).
Sterilisasi permukaan sangat penting dalam isolasi untuk mencegah
mikroorganisme non endofit ikut terisolasi. Sterilisasi permukaan dapat
dilakukan dengan merendam organ tumbuhan dalam alkohol (70-95%).
Alkohol memiliki keterbatasan dalam mensterilkan permukaan organ tanaman,
13
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
sehingga perlakuan biasanya dikombinasikan dengan bahan kimia lain, seperti
2-10% larutan natrium hipoklorit (NaOCl), H2O2 3%, atau KMnO4 2%
(Agusta, 2009; Zhang dkk, 2006). Penentuan jenis media tumbuh juga mempengaruhi isolasi kapang.
Normalnya, kapang akan tumbuh setelah diinkubasi pada suhu ruang selama
dua minggu dari penanaman. Namun, bila ditunjang dengan media yang kaya
nutrisi seperti potato dextrose agar (PDA), kapang akan tumbuh lebih cepat,
sekitar tiga atau empat hari setelah penanaman (Agusta, 2009; Zhang dkk,
2006).
Pencegahan terjadinya kontaminasi dapat dilakukan dengan penggunaan
triplo untuk tiap variasi sampel (Zhang dkk, 2006). Sedangkan menurut Agusta
(2009), untuk memastikan bahwa jamur yang tumbuh adalah endofit dapat
dilakukan dengan melakukan isolasi jamur endofit berulang kali atau minimal
tiga kali. Penggunaan antibiotik pada proses isolasi terkadang dilakukan oleh
peneliti pada beberapa penelitian, sementara sebagian lain tidak
memerlukannya. Antibiotik biasanya ditambahkan untuk menekan
pertumbuhan bakteri hingga miselium atau koloni kapang terbentuk (Zhang
dkk, 2006).
2.5 Fermentasi
Fermentasi diambil dari kata Latin ‗fevere‘ yang berarti mendidih, yang
menggambarkan pembentukan gelembung gas karbon dioksida dari proses
katabolisme (Stanbury dkk, 2003). Seperti yang diuraikan Okafor (2007), ada
tiga hal yang dikaitkan dengan istilah fermentasi. Pertama, fermentasi
berhubungkan dengan katabolisme sumber karbon untuk membentuk energi
pada mikroorganisme dengan senyawa organik sebagai akseptor elektron akhir.
Kedua, fermentasi dihubungkan dengan proses dalam industri mikrobiologi
yang berguna untuk menghasilkan produk dalam skala besar dengan akseptor
elektron akhir bukan senyawa organik pada kondisi aerob. Arti ketiga, lebih
berkaitan pada produksi makanan dengan bantuan mikroorganisme.
Pumphrey dan Julien (1996) menjelaskan bahwa fermentasi merupakan
proses pemanfaatkan mikroorganisme untuk menghasilkan produk, baik sel
14
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
organisme itu sendiri sebagai produk biomassa, metabolit mikroorganisme
(asam amino, antimikroba, karbohidrat, enzim, lemak, steroid, toksin, vitamin),
atau produk asing mikroorganisme dari strain DNA rekombinan (enzim, asam
amino, produk terapetik).
Kemampuan dalam memfermentasi dapat dilakukan oleh khamir, karena
khamir memiliki sistem transpor gula dan sistem enzim yang mampu
menghidrolisis gula tanpa oksigen namun dengan akseptor elektron alternatif
pada kondisi anaerob fakultatif. Beberapa proses fermentasi khamir, substrat
akan dikonversi menjadi karbon dioksida dan alkohol dan terjadi asimilasi
asam amino, lipid, asam nukleat, dan produksi senyawa untuk rasa serta aroma
(Gandjar dan Sjamsuridzal, 2006).
Media yang digunakan dalam fermentasi dapat berupa media cair—dikenal
dengan ‗submerged‘, dalam permukaan air—atau media padat—disebut ‗surface‘
di atas permukaan (Okafor, 2007). Fermentasi media padat umumnya digunakan
untuk produksi enzim dan asam organik yang menggunakan kapang (Kumala,
2014). Akan tetapi media yang sering digunakan berupa media cair, sebab area
media cair cukup aman dan mudah dikontrol. Sementara volume media
disesuaikan dengan tujuan fermentasi. Nutrisi yang diberikan dalam media
fermentasi terdiri dari beragam seperti, umumnya selalu terdapat karbohidrat
kompleks (Okafor, 2007). Nutrisi tersebut harus memenuhi kebutuhan
mikroorganisme terhadap air, energi, sumber karbon, nitrogen, dan mineral
(Kumala, 2014). Sebelum fermentasi, kemurnian dari inokulum harus dipastikan,
sebagaimana sterilitas dalam pengerjaan (Okafor, 2007). Selama masa
fermentasi, tidak boleh ditambahkan zat apapun ke dalam fermentor, kecuali
oksigen (untuk mikroorganisme aerob), agen antibusa, atau pengontrol pH
(Pumphrey dan Julien, 1996). Kandungan media kultur, konsentrasi biomassa
dan metabolit akan berubah secara konstan sebanding dengan metabolisme sel
selama fermentasi (Pumphrey dan Julien, 1996).
Fermentasi dapat dilakukan dengan metode goyang menggunakan alat
pengocok atau metode diam dengan menginkubasi mikroorganisme tanpa
goncangan (Kumala, 2014). Metabolit yang dihasilkan berupa metabolit
sekunder ekstraseluler yang terdapat pada supernatan atau filtrat dan metabolit
15
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
sekunder intraseluler yang terkandung dalam biomassa kapang (Gandjar dan
Sjamsuridzal, 2006).
2.6 Antioksidan
Radikal bebas merupakan atom, molekul atau senyawa – senyawa yang
mengandung satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan yang bersifat sangat
reaktif dan tidak stabil (Surai, 2003). Agar menjadi stabil, radikal bebas
memerlukan elektron yang berasal dari pasangan elektron di sekitarnya, sehingga
terjadi perpindahan elektron dari molekul donor ke molekul radikal untuk menjadi
radikal tersebut stabil. Dalam pengertian kimia, antioksidan merupakan senyawa-
senyawa pemberi elektron, sedangkan dalam pengertian biologis antioksidan
merupakan molekul atau senyawa yang dapat meredam aktivitas radikal bebas
dengan mencegah oksidasi sel (Syahrizal, 2008). Antioksidan adalah zat yang
dapat melawan pengaruh bahaya dari radikal bebas atau Reactive Oxygen Species
(ROS) yang terbentuk sebagai hasil dari metabolisme oksidatif yaitu hasil reaksi –
reaksi kimia dan proses metabolik yang terjadi dalam tubuh. Senyawa antioksidan
dapat berfungsi sebagai penangkap radikal bebas, membentuk kompleks dengan
logam – logam peroksida dan sebagai senyawa pereduksi (Prawirodiharjo. 2014).
Banyak proses fisiologis dan biokimia dalam tubuh manusia (endogen)
dapat menghasilkan radikal bebas dan senyawa oksigen reaktif (ROS) lainnya
seperti proses autooksidatif, aktivitas oksidasi, dan sistem transpor electron.
Selama produksi radikal bebas tersebut dapat menyebabkan kerusakan oksidatif
pada biomolekul (misalnya lipid, protein, DNA) dan akhirnya menimbulkan
berbagai penyakit kromis, seperti aterosklerosis, kanker, diabetes, dan penyakit
degeneratif lainnya pada manusia. Selain dari dalam tubuh, sumber radikal bebas
dapat berasal dari luar tubuh manusia (eksogen) meliputi asap rokok, polusi
lingkungan, radiasi, sinar ultraviolet obat – obatan, pestisida, anestetik, pelarut
industri, dan ozon.
Antioksidan dapat menangkap radikal bebas sehingga dapat menghambat
mekanisme oksidatif yang merupakan penyebab penyakit – penyakit kronis dan
degeneratif seperti penyakit jantung, kanker, katarak, disfungsi otak dan artritis.
Mekanisme kerja antioksidan memiliki beberapa fungsi. Fungsi pertama
merupakan fungsi utama dari antioksidan yaitu memberikan atom hidrogen yang
16
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
berasal dari gugus hidroksi senyawa fenol sehingga terbentuk senyawa yang
stabil. Senyawa antioksidan yang termasuk kelompok ini misalnya BHA, BHT,
PG, TBHQ, dan tokoferol. Antioksidan yang mempunyai fungsi utama tersebut
sering disebut sebagai antioksidan primer. Antioksidan tersebut dapat memberikan
atom hidrogen secara cepat ke radikal lipida (R*,ROO*) atau mengubahnya ke
bentuk lebih stabil, sementara turunan radikal antioksidan (A*) tersebut memiliki
keadaan lebih stabil dibandingkan radikal lipida.
Fungsi kedua merupakan mekanisme fungsi sekunder antioksidan, yaitu
memperlambat laju autooksidasi dengan berbagai mekanisme diluar mekanisme
pemutusan rantai autooksidasi dengan pengubahan radikal lipida ke bentuk lebih
stabil. Senyawa – senyawa ini mempunyai kemampuan untuk mendekomposisi
hidroperoksida menjadi produk akhir yang stabil. Tipe antioksidan ini pada
umumnya digunakan untuk menstabilakan poliolefin resin. Contohnya, asam
tiodipropionat dan dilauriltiopropionat.
Fungsi ketiga adalah sebagai Oxygen scavengers, yaitu senyawa –
senyawa yang berperan sebagai pengikat oksigen sehingga tidak mendukung
reaksi oksidasi. Dalam hal ini, senyawa tersebut akan mengadakan reaksi dengan
oksigen yang berada dalam sistem sehingga jumlah oksigen akan berkurang.
Contoh dari senyawa – senyawa kelompok ini adalah vitamin C (asam askorbat),
askorbilpalminat, asam eritobat, dan sulfit.
Antioxidative Enzime merupakan enzim yang berperan mencegah
terbentuknya radikal bebas. Contohnya glukose oksidase, superoksidase
dismutase (SOD), glutation peroksidase, dan kalalase. Selain itu, ada juga
senyawa – senyawa yang mampu mengikat logam seperti besi dan tembaga yang
mampu mengkatalis reaksi oksidasi lemak. Senyawa – senyawa ini di sebut juga
dengan Chelators Sequestrants, yang termasuk didalamnya adalah asam sitrat,
asam amino, ethylenediaminetetra acetid acid (EDTA), dan fosfolipid.
Berdasarkan sumber perolehannya, ada 2 macam antioksidan yaitu
antioksidan alami dan antioksidan buatan (sintetik). Antioksidan sintetis seperti
butylated hydroxyanisole (BHA) dan butylated hydroxytoluene (BHT) banyak
digunakan karena efektif dan lebih murah daripada yang alami. Namun, keamanan
dan toksisitas antioksidan sintetik telah mendapatkan perhatian yang serius.
17
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.6.1 Uji Aktivitas Antioksidan Metode DPPH
Metode DPPH merupakan salah satu metode untuk menetukan aktivitas
antioksidan yang sederhana dengan menggunakan 2,2-diphenyl-l-picrylhydrazyl
(DPPH) sebagai senyawa pendeteksi. DPPH adalah senyawa radikal bebas yang
dapat bereaksi dengan atom hidrogen yang berasal dari suatu antioksidan
membentuk DPPH tereduksi.
Metode DPPH (2,2-diphenyl-1,1-picrylhydrazyl) digunakan secara luas
untuk menguji kemampuan senyawa yang berperan sebagai pendonor elektron
atau atom hidrogen. Metode DPPH merupakan metode yang dapat mengukur
aktivitas total antioksidan baik dalam pelarut polar maupun nonpolar. Beberapa
metode lain terbatas mengukur komponen yang larut dalam pelarut yang
digunakan dalam analisa. Metode DPPH mengukur semua komponen antioksidan,
baik yang larut dalam lemak maupun dalam air.
Metode DPPH merupakan metode yang sederhana, mudah, cepat dan peka,
serta hanya memerlukan sedikit sampel. DPPH adalah senyawa radikal bebas
stabil kelompok nitrit oksida. Senyawa ini mempunyai ciri – ciri padatan
berwarna ungu kehitaman, larut dalam pelarut DMF atau etanol/metanol 394,3
g/mol, rumus molekul C18H12N5O6.
Radikal bebas DPPH yang memiliki elektron tidak berpasangan
memberikan warna ungu dan menghasilkan absorbansi maksimum pada panjang
gelombang 517 nm. Warna akan berubah menjadi kuning saat elektronnya
berpasangan. Pengurangan intensitas warna yang terjadi berhubungan dengan
jumlah elektron DPPH yang menangkap atom hidrogen. Sehingga pengurangan
intensitas warna mengindikasikan peningkatan kemampuan antioksidan untuk
menangkap radikal bebas.
Aktivitas antioksidan dapat dinyatakan dengan satuan % aktivitas. Nilai ini
diperoleh dengan rumus sebagai berikut.
Absorbansi blangko yang digunakan dalam prosedur ini adalah absorbansi
DPPH dengan metanol pro analisa. Berdasarkan rumus tersebut, semakin tinggi
tingkat diskolorisasi (absorbansi semakin kecil) maka semakin tinggi nilai
aktivitas penangkapan radikal bebas.
18
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Aktivitas antioksidan pada metode DPPH dinyatakan dengan IC50
(Inhibition Concentration). IC50 adalah bilangan yang menunjukkan konsentrasi
ekstrak yang mampu menghambat aktivitas DPPH sebanyak 50%. Semakin kecil
nilai IC50 berarti semakin tinggi aktivitas antioksidan.
AAI (Antioxidant activity index) adalah nilai yang menunjukkan besarnya
aktivitas antioksidan yang dimiliki suatu ekstrak atau bahan uji. Nilai AAI dapat
ditentukan dengan cara konsentrasi DPPH yang digunakan dalam uji (ppm) dibagi
dengan nilai IC50 yang diperoleh (ppm). Penggolongan nilai AAI ini dilakukan
oleh Scherer dan Godoy (2009). Nilai AAI yang >1-2 menandakan antioksidan
kuat, dan AAI >2 menandakan antioksidan yang sangat kuat.
Kromatografi gas dan spektrometri massa dapat digunakan untuk
memisahkan komponen dengan memberikan waktu retensi dan puncak elusi yang
dapat dimasukkan ke dalam spektrofotometer massa untuk memperoleh berat
molekul, karakteristik dan informasi fragmentasi.
Kromatografi gas saat ini merupakan metode analisis yang penting dalam
kimia organik untuk menentukan senyawa tunggal dalam campuran. Spektrometer
massa sebagai metode deteksi yang memberikan data bermakna, yang diperoleh
dari penentuan langsung molekul zat atau fragmen.
2.7 Spektrofotometri
2.7.1 Teori Spektrofotometri
Spektrofotometri UV-Vis adalah pengukuran panjang gelombang dan
intensitas sinar ultraviolet dan cahaya tampak yang diabsorbsi oleh sampel. Sinar
ultraviolet dan cahaya tampak memiliki energi yang cukup untuk mempromosikan
elektron pada kulit terluar ke tingkat energi yang lebih tinggi. Spektrum UV-Vis
mempunyai bentuk yang lebar dan hanya sedikit informasi tentang struktur yang
bisa didapatkan dari spektrum ini. Tetapi spektrum ini sangat berguna untuk
pengukuran secara kuantitatif. Konsentrasi dari analit di dalam larutan bisa
ditentukan dengan mengukur absorban pada panjang gelombang tertentu dengan
menggunakan hukum Lambert-Beer (Dachriyanus, 2004). Sinar Ultraviolet
mempunyai panjang gelombang antara 200-400 nm, sementara sinar tampak
mempunyai panjang gelombang 400-800 nm (Dachriyanus, 2004).
19
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.7.2 Komponen Spektrofotometri UV-Vis
Untuk mendapatkan hasil pengukuran yang optimum, setiap komponen dari
instrumen yang dipakai harus berfungsi dengan baik. Komponen-komponen
spektrofotometri UV-Vis meliputi sumber sinar, monokromator, dan sistem optik.
1) Sebagai sumber sinar; lampu deuterium atau lampu hidrogen untuk
pengukuran UV dan lampu tungsten digunakan untuk daerah visibel.
2) Monokromator; digunakan untuk mendispersikan sinar ke dalam
komponen-komponen panjang gelombangnya yang selanjutnya akan
dipilih oleh celah (slit). Monokromator berputar sedemikian rupa sehingga
kisaran panjang gelombang dilewatkan pada sampel sebagai scan
instrumen melewati spektrum.
3) Optik-optik; dapat didesain untuk memecah sumber sinar sehingga sumber
sinar melewati 2 kompartemen, dan sebagai mana dalam spektrofotometer
berkas ganda (double beam), suatu larutan blanko dapat digunakan dalam
satu kompartemen untuk mengkoreksi pembacaan atau spektrum sampel.
Yang paling sering digunakan sebagai blanko dalam spektrofotometri
adalah semua pelarut yang digunakan untuk melarutkan sampel atau
pereaksi (Rohman, 2007).
2.8 Gas Chromatography Mass Spectrometry (GCMS)
2.8.1 Kromatografi Gas
Kromatografi gas merupakan metode yang dinamis untuk pemisahan
senyawa – senyawa organik yang mudah menguap dan senyawa – senyawa gas
anorganik dalam suatu campuran. Sampel yang mudah menguap dan stabil
terhadap panas akan bermigrasi melalui kolom yang mengandung fase diam
dengan suatu kecepatan yang tergantung pada rasio distribusinya. Pada umumnya
solut dari ujung kolom menghantarkan ke detektor. (Pavia et al, 2006).
Kromatografi gas penggunaan utamanya ialah pada pemisahan senyawa
atsiri, yaitu : asam lemak, mono dan seskuiterpen, hidrokarbon dan senyawa
belerang hitam. (Pavia et al, 2006).
20
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.8.2 Spektrometri Massa
Teknik ini memungkinkan untuk mengukur berat molekul dari senyawa dan
ion molekular yang diidentifikasi, teknik ini memungkinkan untuk mengukur ion
secara akurat untuk memastikan jumlah dari atom hidrogen, karbon, oksigen dan
atom lain yang terdapat dalam suatu molekul. Teknik ini akan memberikan hasil
data berupa rumus molekul (Hermanto, 2008).
Sejumlah teknik ionisasi terdapat dalam spektrometri massa, yang mana
electron impact digunakan secara luas. Teknik ini memberikan fragmentasi yang
baik dari molekul dan berguna untuk menentukan struktur dengan menetapkan
fragmentasi untuk kelompok fungsional yang terdapat dalam senyawa (Annisiana,
2015).
21 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penelitian I; Laboratorium
Penelitian II; Laboratorium Analisis Obat dan Pangan Halal; Program Studi
Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah, Jakarta. Waktu penelitian dimulai pada tanggal 21 Februari
2017 sampai Juli 2017.
3.2 Alat dan Bahan Penelitian
3.2.1 Alat
Timbangan analitik (AND GH-202), gunting, kertas label, penggaris, pensil,
aluminium foil, plastik, kertas saring, kapas, labu erlenmeyer, becker glass, gelas
ukur, corong, tabung reaksi, spatula, batang pengaduk, pipet tetes, kaca arloji,
botol kaca, krus porselen, botol timbang, gelas ukur, pipa kapiler, vial,
elektromantel, panci dekok, plat KLT, chamber, instrumen Sperofotometri UV-
Vis, instrumen GC-MS.
3.2.2 Bahan
Bahan serta reagen kimia yang digunakan dalam penelitian ini adalah 15
ekstrak endofit akar kayu jawa (MeOH A11KA; MeOH A11KB; MeOH A12KC;
MeOH A12KD; MeOH A21KK; MeOH AP12A; MeOH AP13L; MeOH AP12C;
MeOH AP321; EA A11KA; EA A12KC; EA AP321; EA AP12A; EA AP13L;
EA A22KJ), n-heksan, etil asetat, aquades, metanol teknis yang telah didestilasi,
metanol p.a, asam sulfat, asam klorida, pereaksi Dragendorf, pereaksi Mayer,
NaOH, kloroform, asam sulfat pekat, dan ferri klorida, metanol HPLC.
3.3 Prosedur Penelitian
3.3.1 Penapisan Fitokimia
Penapisan fitokimia dilakukan untuk mengetahui metabolit sekunder yang
terkandung di dalam ekstrak endofit akar kayu jawa dari kedua fraksi metanol dan
22
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
fraksi etil asetat. Metabolit sekunder yang diuji secara kualitatif ini adalah
alkaloid, flavonoid, saponin, glikosida, triterpenoid, fenol, dan tanin.
1. Uji Alkaloid
Sebanyak 0,5 gram ekstrak dilarutkan dalam larutan HCl encer kemudian
disaring. Tes Mayer dilakukan dengan menambahkan filtrat dengan reagen mayer
(Potassium Mercuric Iodide). Terjadinya endapan berwarna kuning
mengindikasikan adanya senyawa alkaloid (Tiwari, et al.,2011). Tes Dragendorf
juga dapat dilakukan untuk mengetahui keberadaan alkaloid. Filtrat yang
diperoleh ditambahkan reagen dragendorf (solution of Potassium Bismuth Iodide).
Terjadinya endapan berwarna merah mengindikasikan adanya senyawa alkaloid
(Tiwari, et al., 2011).
2. Uji Flavonoid
Sebanyak 0,5 gram ekstrak dilarutkan dengan 2 mL etanol 70% dan
ditambahkan 3 tetes larutan NaOH. Terjadinya perubahan intensitas warna kuning
menjadi tidak berwarna pada penambahan asam sulfat mengindikasikan adanya
senyawa flavonoid (Tiwari, et al., 2011).
3. Uji Saponin
Sebanyak 0,5 gram ekstrak dilarutkan dalam 20 mL aquades, kemudian
larutan dikocok dalam labu ukur selama 15 menit. Terbentuknya busa setinggi 1
cm mengindikasikan adanya senyawa saponin (Tiwari, et al., 2011).
4. Uji Glikosida
Sebanyak 0,5 gram ekstrak ditambahkan 1 mL aquades dan ditambahkan
larutan NaOH. Terbentuknya warna kuning mengindikasikan adanya senyawa
glikosida (Tiwari, et al., 2011).
5. Uji Triterpenoid
Tes Salkowski dapat digunakan untuk mengidentifikasi keberadaan senyawa
triterpen. Sebanyak 0,5 gram ekstrak dilarutkan dalam kloroform dan disaring.
Kemudian filtrat ditambahkan beberapa tetes asam sulfat dan dikocok.
Terbentuknya warna kuning emas mengindikasikan adanya senyawa triterpen.
23
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
6. Uji Fenol
Sebanyak 0,5 gram ekstrak dilarutkan dengan 2 mL etanol 70% dan
ditambahkan 3 tetes larutan FeCl3. Terbentuknya warna hitam kebiruan
mengindikasikan adanya senyawa fenol (Tiwari, et al., 2011).
7. Uji Tanin
Sebanyak 0,5 gram ekstrak dilarutkan dengan 2 mL etanol 70%, dididihkan
dalam 10 mL aquades dalam tabung reaksi kemudian disaring. Ditambahkan 3
tetes larutan ferri klorida 0,1% dan diamati terbentuknya warna hijau kecoklatan
atau biru kehitaman menunjukkan adanya tanin (Ayoola, et al., 2008).
3.3.2 Uji Aktivitas Antioksidan
3.3.2.1 Pengujian Antioksidan secara Kualitatif dengan Metode
Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Ekstrak endofit akar kayu jawa ditimbang 50 mg dilarutkan dengan etanol
50 mL (1000 ppm). Silika gel pada lempeng aluminium digunakan sebagai fase
diam. Setelah itu chamber yang berisi eluen dijenuhkan (Ghasal & Mandal, 2012).
Fase gerak digunakan metanol dan etil asetat dengan perbandingan 1:1.
Ekstrak endofit akar kayu jawa, ditotolkan pada plat KLT menggunakan
pipa kapiler. Proses elusi dilakukan dengan cara plat KLT dimasukkan ke dalam
chamber yang berisi eluen dan telah dijenuhkan. Eluen dibiarkan merambat
hingga mencapai batas plat yang telah ditandai sebelumnya. Setelah selesai, plat
KLT dikeluarkan dari chamber. Plat KLT kemudian dikeringkan dan disemprot
dengan larutan DPPH 0,1 mM (Ghasal & Mandal, 2012). Bercak pada plat KLT
yang memiliki aktivitas antioksidan akan berubah menjadi warna putih kuning
dengan latar belakang ungu (Kuntorini & Astuti, 2010).
3.3.3 Pengujian Antioksidan dengan Metode DPPH
3.3.3.1 Pembuatan Larutan DPPH 0,1 mM
Serbuk DPPH (BM 394,32) sebanyak 1,98 mg dilarutkan dengan metanol
p.a (pro analisa) dan dimasukkan ke dalam labu ukur 50 mL. Volume dicukupkan
dengan metanol p.a hingga tanda batas , kemudian ditempatkan dalam botol gelap.
24
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3.3.3.2 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum DPPH
Larutan DPPH 0,1 mM sebanyak 2 mL dimasukkan ke dalam tabung reaksi
lalu ditambahkan metanol p.a sebanyak 2 mL, tutup dengan aluminium foil,
dihomogenkan dengan vortex lalu dituang ke dalam kuvet dan diukur pada
panjang gelombang 400-800 nm menggunakan spektrofotometer UV-Vis
(Musfiroh & Syarief, 2009). Panjang gelombang maksimum DPPH yang
digunakan berada pada 515 nm.
3.3.3.3 Pembuatan Larutan Blangko
Larutan DPPH 0,1 mM sebanyak 2 mL dimasukkan ke dalam tabung reaksi
dan ditambahkan metanol p.a sebanyak 2 mL. Tutup dengan aluminium foil.
Campuran dihomogenkan dengan vortex dan diinkubasi dalam ruangan gelap
selama 30 menit (Molyneux, 2004). Selanjutnya, serapan larutan blangko diukur
pada panjang gelombang maksimum yaitu 515 nm.
3.3.3.4 Pembuatan Larutan Uji Ekstrak Endofit Akar Kayu Jawa
1. Pembuatan Larutan uji ekstrak endofit akar Kayu Jawa
Larutan induk ekstrak endofit akar kayu jawa dibuat terlebih dahulu
dengan menimbang 50 mg ekstrak dan dibasahi dengan 5 tetes etanol 70%.
Etanol 70% dibiarkan menguap kemudian dilarutkan dengan metanol p.a.
Larutan dimasukkan ke dalam labu ukur 50 mL. Volume dicukupkan
dengan metanol p.a sampai tanda batas (1000 ppm). Kemudian dari larutan
induk dibuat seri konsentrasi 6,25 ppm, 12,5 ppm, 25 ppm, 50 ppm, dan
100 ppm.
2. Pengukuran serapan dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis
Masing-masing konsentrasi larutan uji sebanyak 2 mL dimasukkan ke
dalam tabung reaksi. Ditambahkan larutan DPPH 0,1 mM sebanyak 2 mL,
dihomogenkan dengan vortex. Selanjutnya, diinkubasi dalam ruangan
gelap selama 30 menit (Molyneux, 2004). Serapan diukur pada panjang
gelombang maksimum yaitu 515 nm.
25
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3.3.3.5 Pembuatan Larutan Pembanding Vitamin C
1. Pembuatan larutan pembanding Vitamin C
Membuat larutan induk Vitamin C 1000 ppm dengan cara menimbang 50
mg serbuk vitamin C, dilarutkan dengan metanol p.a dan dimasukkan ke dalam
labu ukur 50 mL. Volume dicukupkan dengan metanol p.a sampai tanda batas.
Kemudian dari larutan induk dibuat seri konsentrasi 2 ppm, 4 ppm, 6 ppm, 8 ppm,
dan 10 ppm.
2. Pengukuran serapan dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis
Pengujian dilakukan dengan cara masing-masing konsentrasi larutan
pembanding vitamin C sebanyak 2 mL dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
Ditambahkan larutan DPPH 0,1 mM sebanyak 2 mL, dihomogenkan dengan
vortex. Selanjutnya, diinkubasi dalam ruangan gelap selama 30 menit (Molyneux,
2004). Serapan diukur pada panjang gelombang maksimum yaitu 515 nm.
3.3.3.6 Analisis Data
1. Penentuan Nilai IC50 (Inhibitory Concentration)
Parameter yang biasa digunakan untuk menginterpretasikan hasil dari uji
aktivitas antioksidan dengan metode DPPH adalah dengan nilai efficient
concentration (EC50) atau sering disebut nilai IC50, yaitu konsentrasi yang
menyebabkan hilangnya 50% aktivitas DPPH (Molyneux, 2004). Untuk
menghitung nilai IC50 diperlukan data persen inhibisi dari pengujian yang
dilakukan. Persen inhibisi dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:
(Ghosal & Mandal, 2012)
Konsentrasi sampel dan persen inhibisi yang diperoleh diplot masing-
masing pada sumbu x dan y pada persamaan regresi linear. Persamaan tersebut
digunakan untuk menentukan nilai IC50 dari masing-masing sampel dinyatakan
dengan nilai y sebesar 50 dan nilai x yang akan diperoleh sebagai IC50 (Nurjanah,
Izzati & Abdullah, 2011).
26
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Penentuan Nilai AAI (Antioxidant Activity Index)
Nilai AAI dapat ditentukan dengan cara konsentrasi DPPH yang digunakan
dalam uji (ppm) dibagi dengan nilai IC50 yang diperoleh (ppm). Nilai AAI yang
<0,5 menandakan antioksidan lemah, AAI > 0,5-1 menandakan antioksidan
sedang, AAI >1-2 menandakan antioksidan kuat, dan AAI >2 menandakan
antioksidan yang sangat kuat (Vasic, Stefanovic, Licina, Radojevic & Comic,
2012).
3.4 Analisis Antioksidan Menggunakan GC-MS
Ekstrak endofit akar kayu jawa dilarutkan dengan metanol HPLC kemudian
dimasukkan ke dalam vial, lalu sebanyak 1μL sampel diinjeksikan ke dalam
kolom HP-5MS (30 m x 0,25 mm ID x 0,25 ); suhu awal 70 0
C selama 2
menit, dinaikkan ke suhu 285 0C dengan kecepatan 20
0C/min selama 20 menit.
Suhu MSD 285 0C. Kecepatan aliran yang digunakan 1,2 mL/min dengan split
1:100. Parameter scanning dilakukan dari massa paling rendah yaitu 35 sampai
paling tinggi 550, fragmentasi ion yang terbentuk dideteksi oleh analyzer
berdasarkan rasio massa.
27 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penelitian I; Laboratorium
Penelitian II; Laboratorium Analisis Obat dan Pangan Halal; Program Studi
Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah, Jakarta. Waktu penelitian dimulai pada tanggal 21 Februari
sampai Agustus 2017.
4.2 Penapisan Fitokimia
4.2.1 Penapisan Fitokimia Ekstrak Endofit Akar Tanaman Kayu Jawa
Fraksi Etil Asetat (EA)
Penapisan fitokimia dilakukan untuk mengidentifikasi kandungan metabolit
sekunder yang tersari di dalam fraksi etil asetat akar tanaman kayu jawa, sehingga
dapat diketahui metabolit sekunder yang berpotensi memiliki aktivitas
antioksidan. Senyawa-senyawa yang dianalisis meliputi senyawa alkaloid,
flavonoid, saponin, tanin, fenol, steroid, dan glikosida. Hasil penapisan fitokimia
yang dilakukan dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.1 Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Endofit Akar Tanaman Kayu
Jawa dari Fraksi Etil Asetat
Keterangan: Hasil penapisan fitokimia yang dilakukan pada ekstrak endofit akar Tanaman Kayu
Jawa dari Fraksi Etil Asetat Lampiran 4.1
Hasil penapisan fitokimia yang dilakukan pada ekstrak endofit akar
tanaman kayu jawa dari fraksi etil asetat (EA) menunjukkan seluruh ekstrak
Pengujian
Senyawa
HASIL
EA
A12KC
EA
A11KA
EA
AP321
EA
AP13L
EA
AP12A
EA
A22KJ
Alkaloid - - - - - -
Flavanoid + + + + + +
Sapponin + + + + + +
Glikosida - - - - - -
Triterpenoid - - - - - -
Fenol + + + + + +
Tanin + + + + + +
28
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
menunjukkan adanya kandungan senyawa metabolit sekunder diantaranya
flavonoid, saponin, fenol dan tanin.
4.2.2 Penapisan Fitokimia Ekstrak Endofit Akar Tanaman Kayu Jawa
Fraksi Metanol (MeOH)
Penapisan fitokimia dilakukan untuk mengidentifikasi kandungan metabolit
sekunder yang tersari di dalam fraksi metanol akar tanaman kayu jawa, sehingga
dapat diketahui metabolit sekunder yang berpotensi memiliki aktivitas
antioksidan. Senyawa-senyawa yang dianalisis meliputi senyawa alkaloid,
flavonoid, saponin, tanin, fenol, steroid, dan glikosida. Hasil penapisan fitokimia
yang dilakukan dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.2 Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Endofit Akar Tanaman Kayu
Jawa dari Fraksi Metanol
Pengujian
Senyawa
HASIL
MeOH A11KA MeOH A12KC MeOH AP21C MeOH AP321
Alkaloid - - - -
Flavanoid + + + +
Sapponin + + + +
Glikosida + + + +
Triterpenoid - - - -
Fenol + + + +
Tanin + + + +
29
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Keterangan: Hasil penapisan fitokimia yang dilakukan pada ekstrak endofit akar Tanaman Kayu
Jawa dari Fraksi Metanol Lampiran 4.2
Pada ekstrak endofit akar tanaman kayu jawa dari fraksi metanol (MeOH)
menunjukkan adanya kandungan senyawa metabolit sekunder yaitu flavanoid,
saponin, glikosida, fenol dan tanin. Umumnya metabolit sekunder yang
diperoleh bersifat polar sehingga tersari di dalam pelarut yang digunakan ialah
metanol.
Golongan metabolit sekunder yang terdapat dalam tumbuhan biasanya dari
golongan alkaloid, flavanoid, saponin, kuinon, tanin, dan steroid/triterpenoid
(Gordon I, 1994). Antioksidan alami ini biasanya ditemukan pada buah-buahan,
sayuran dan tumbuhan berkayu. Pada hasil penapisan fitokimia dari kedua fraksi
etil asetat (EA) dan metanol (MeOH), menujukkan bahwa senyawa metabolit
sekunder yang teridentifikasi dalam kedua fraksi tersebut ialah flavonoid, saponin,
fenol dan tanin. Senyawa metabolit sekunder ini merupakan senyawa antioksidan
alami.
4.3 Uji Aktivitas Antioksidan
4.3.1 Pengujian Antioksidan secara Kualitatif dengan Metode
Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Pengujian kualitatif antioksidan ekstrak endofit akar batang kayu jawa
dilakukan dengan metode kromatografi lapis tipis (KLT). Prinsip KLT yaitu
adsorbsi dan partisi dimana adsorbsi merupakan penyerapan pada permukaan,
sedangkan partisi adalah penyebaran atau kemampuan suatu zat yang ada dalam
Pengujian
Senyawa
HASIL
MeOH
A21KK
MeOH
A12KD
MeOH
A11KB
MeOH
AP13L
MeOH
AP12A
Alkaloid - - - - -
Flavanoid + + + + +
Saponin + + + + +
Glikosida + + + + +
Triterpenoid - - - - -
Fenol + + + + +
Tanin + + + + +
30
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
larutan untuk berpisah ke dalam pelarut yang digunakan. Eluen yang digunakan
sangat mempengaruhi pergerakan senyawa-senyawa pada lempeng (Soebagio,
2002). Uji antioksidan secara kualitatif dilakukan untuk mengetahui ada atau
tidaknya aktivitas antioksidan dari ekstrak endofit akar kayu jawa. Pengujian
kualitatif dilakukan dengan metode menaikkan spot sampel yang telah ditotolkan
pada plat KLT.
Ekstrak endofit akar kayu jawa, ditotolkan pada plat KLT menggunakan
pipa kapiler. Proses elusi dilakukan dengan cara plat KLT dimasukkan ke dalam
chamber yang berisi eluen dan telah dijenuhkan. Eluen dibiarkan merambat
hingga mencapai batas plat yang telah ditandai sebelumnya. Setelah selesai, plat
KLT dikeluarkan dari chamber. Plat KLT kemudian dikeringkan dan disemprot
dengan larutan DPPH 0,1 mM (Ghasal & Mandal, 2012). Bercak pada plat KLT
yang memiliki aktivitas antioksidan akan berubah menjadi warna putih kuning
dengan latar belakang ungu (Kuntorini & Astuti, 2010) (Lampiran 6).
4.3.2 Uji Aktivitas Antioksidan secara Kuantitatif
Pengujian Pengujian aktivitas antioksidan secara kuantitatif
dilakukan dengan menggunakan metode DPPH (2,2-difenil-1-pikrilhidrazil).
Pemilihhan pengggunaan metode ini karena merupakan metode yang sederhana,
mudah, cepat dan peka serta hanya memerlukan sedikit sampel untuk evaluasi
aktivitas antioksidan dari senyawa bahan alam (Molyneux, 2004). Berikut ini
adalah hasil dari uji aktivitas antioksidan seacara kuantitatif.
Tabel 4.3 Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Endofit Akar Tanaman
Kayu Jawa dari EA A12KC
Konsentrasi Absorbansi % Inhibisi IC50 AAI
(ppm) Rata-rata (%) (ppm)
6.25 0.257 41.19
12.5 0.235 46.22 2.27
25 0.193 55.84 17.48
(AAI> 2.0
50 0.119 72.77 atau Sangat
100 0.011 97.48 Kuat)
Blanko DPPH 0.437 0.0 - -
31
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tabel 4.4 Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Endofit Akar Tanaman
Kayu Jawa dari EA A11KA
Konsentrasi Absorbansi % Inhibisi IC50
AAI (ppm) Rata-rata (%) (ppm)
6.25 0.283 31.81
12.5 0.244 41.20 1.60
25 0.187 54.94 24.62
(AAI>1-2 Kuat)
50 0.072 82.65
100 0.098 76.39
Blanko DPPH 0.415 0.0 - -
Pada penelitian ini terdapat kemungkinan sampel EA A11KA ini bertindak
sebagai prooksidan. Dibuktikan dengan adanya penurunan absorbansi pada
konsentrasi 100 ppm, hal ini dikarenakan pada konsentrasi 100 ppm sampel ini
sudah diatas ambang kemampuan untuk menyerap DPPH (Nurhidayah, 2009).
Hal ini menunjukkan bahwa konsentrasi maksimal yang dapat digunakan sebagai
antioksidan dibawa 100 ppm, sehingga seri konsentrasi diubah menjadi 10-50
ppm, bisa dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.5 Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Endofit Akar Tanaman
Kayu Jawa dari EA A11KA Konsentrasi 10-50 ppm
Konsentrasi
(ppm)
Rerata
Absorbansi
Persen
Inhibisi (%) IC50 (ppm) AAI
10 0.352 38.89
19.10
2.07
AAI>2.0 atau
Sangat Kuat
20 0.279 51.56
30 0.213 63.02
40 0.153 73.44
50 0.103 82.12
Blanko DPPH 0.576 - - Sangat Kuat
32
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tabel 4.6 Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Endofit Akar Tanaman
Kayu Jawa dari MeOH A11KA
Konsentrasi
(ppm)
Rerata
Absorbansi
Persen
Inhibisi (%) IC50 (ppm) AAI
6.25 0.267 36.58
22.03
1.80
AAI 1-2
Kuat
12.5 0.236 43.94
25 0.187 55.58
50 0.132 68.65
100 0.008 98.10
Blanko DPPH 0.421 - - Kuat
Tabel 4.7 Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Endofit Akar Tanaman
Kayu Jawa dari EA AP321
Konsentrasi
(ppm)
Rerata
Absorbansi
Persen
Inhibisi (%) IC50 (ppm) AAI
6.25 0.379 33.16
33.16
1.19
AAI 1-2
Kuat
12.5 0.357 37.04
25 0.325 42.68
50 0.235 58.55
100 0.012 97.88
Blanko DPPH 0.567 - - Kuat
Tabel 4.8 Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Endofit Akar Tanaman
Kayu Jawa dari MeOH AP21C
Konsentrasi
(ppm)
Rerata
Absorbansi
Persen
Inhibisi (%) IC50 (ppm) AAI
6.25 0.372 15.84
49.09
0.81
AAI 0.5-1
Sedang
12.5 0.339 23.30
25 0.304 31.22
50 0.198 55.20
100 0.062 85.97
Blanko DPPH 0.442 - - Sedang
Tabel 4.9 Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Endofit Akar Tanaman
Kayu Jawa dari EA A22KJ
Konsentrasi
(ppm)
Rerata
Absorbansi
Persen
Inhibisi (%) IC50 (ppm) AAI
6.25 0.412 6.79
74.77
0.53
AAI 0.5-1
Sedang
12.5 0.377 14.71
25 0.338 23.53
50 0.286 35.29
100 0.158 64.25
Blanko DPPH 0.442 - - Sedang
33
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tabel 4.10 Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Endofit Akar Tanaman
Kayu Jawa dari EA AP13L
Konsentrasi
(ppm)
Rerata
Absorbansi
Persen
Inhibisi (%) IC50 (ppm) AAI
6.25 0.443 22.42
80.89
0.49
AAI < 0.5
Lemah
12.5 0.421 26.27
25 0.390 31.70
50 0.347 39.23
100 0.249 56.39
Blanko DPPH 0.571 - - Lemah
Tabel 4.11 Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Endofit Akar Tanaman
Kayu Jawa dari MeOH A12KC
Konsentrasi
(ppm)
Rerata
Absorbansi
Persen
Inhibisi (%) IC50 (ppm) AAI
6.25 0.401 2.20
87.98
0.45
AAI < 0.5
Lemah
12.5 0.391 4.63
25 0.354 13.66
50 0.301 26.59
100 0.189 53.90
Blanko DPPH 0.410 - - Lemah
Tabel 4.12 Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Endofit Akar Tanaman
Kayu Jawa dari MeOH A21KK
Konsentrasi
(ppm)
Rerata
Absorbansi
Persen
Inhibisi (%) IC50 (ppm) AAI
6.25 0.437 0.68
106.49
0.37
AAI < 0.5
Lemah
12.5 0.428 2.73
25 0.413 6.14
50 0.368 16.36
100 0.258 41.36
Blanko DPPH 0.440 - - Lemah
34
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tabel 4.13 Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Endofit Akar Tanaman
Kayu Jawa dari EA AP12A
Konsentrasi
(ppm)
Rerata
Absorbansi
Persen
Inhibisi (%) IC50 (ppm) AAI
6.25 0.422 3.43
107.13
0.37
AAI < 0.5
Lemah
12.5 0.408 6.64
25 0.382 12.59
50 0.329 24.71
100 0.238 45.54
Blanko DPPH 0.437 - - Lemah
Tabel 4.14 Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Endofit Akar Tanaman
Kayu Jawa dari MeOH A12KD
Konsentrasi
(ppm)
Rerata
Absorbansi
Persen
Inhibisi (%) IC50 (ppm) AAI
6.25 0.399 4.55
116.05
0.34
AAI < 0.5
Lemah
12.5 0.393 5.98
25 0.363 13.16
50 0.322 22.97
100 0.238 43.06
Blanko DPPH 0.418 - - Lemah
Tabel 4.15 Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Endofit Akar Tanaman
Kayu Jawa dari MeOH A12KB
Konsentrasi
(ppm)
Rerata
Absorbansi
Persen
Inhibisi (%) IC50 (ppm) AAI
6.25 0.404 1.70
143.59
0.28
AAI < 0.5
Lemah
12.5 0.399 2.92
25 0.393 4.38
50 0.354 13.87
100 0.278 32.36
Blanko DPPH 0.411 - - Lemah
Tabel 4.16 Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Endofit Akar Tanaman
Kayu Jawa dari MeOH AP321
Konsentrasi
(ppm)
Rerata
Absorbansi
Persen
Inhibisi (%) IC50 (ppm) AAI
6.25 0.394 5.52
147.84
0.27
AAI < 0.5
Lemah
12.5 0.387 7.19
25 0.370 11.27
50 0.325 22.06
100 0.275 34.05
Blanko DPPH 0.417 - - Lemah
35
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tabel 4.17 Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Endofit Akar Tanaman
Kayu Jawa dari MeOH AP13L
Konsentrasi
(ppm)
Rerata
Absorbansi
Persen
Inhibisi (%) IC50 (ppm) AAI
6.25 0.407 4.24
199.01
0.20
AAI < 0.5
Lemah
12.5 0.400 5.88
25 0.387 8.94
50 0.367 13.65
100 0.311 26.82
Blanko DPPH 0.425 - - Lemah
Tabel 4.18 Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Endofit Akar Tanaman
Kayu Jawa dari MeOH AP12A
Konsentrasi
(ppm)
Rerata
Absorbansi
Persen
Inhibisi (%) IC50 (ppm) AAI
6.25 0.393 6.21
412.96
0.10
AAI < 0.5
Lemah
12.5 0.388 7.40
25 0.382 8.83
50 0.371 11.46
100 0.350 16.47
Blanko DPPH 0.419 - - Lemah
Tabel 4.19 Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Vitamin C
Konsentrasi
(ppm)
Rerata
Absorbansi
Persen
Inhibisi (%) IC50 (ppm) AAI
2 0.310 43.63
3.39 11.67
AAI> 2.0 atau Sangat
Kuat
4 0.266 51.63
6 0.201 63.45
8 0.145 73.63
10 0.098 82.18
12 0.041 92.54
Blanko DPPH 0.550 - -
Prinsip dari metode DPPH adalah interaksi antioksidan dengan DPPH
baik secara transfer elektron atau radikal hidrogen pada DPPH akan
menetralkan karakter radikal bebas dari DPPH. Jika semua elektron pada
radikal bebas DPPH menjadi berpasangan maka warna larutan berubah dari
ungu tua menjadi kuning terang dan absorbansi yang diukur pada panjang
gelombang 517 nm (Green, 2004; Gurav et al, 2007). Perubahan warna ini
36
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
mengakibatkan perubahan absorbansi pada panjang gelombang maksimum DPPH
menggunakan spektrofotometri UV-Vis sehingga akan diketahui nilai aktivitas
peredaman radikal bebas yang dinyatakan dengan nilai IC50 (Inhibitory
concentration) (Molyneux, 2004). Pengukuran serapan dilakukan setelah
dilakukan inkubasi selama 30 menit agar terjadi reaksi antara DPPH sebagai
radikal bebas dengan sampel yang diuji.
1,1-Difenil-2-pikrilhidazil
Gambar 4.1 Reaksi antioksidan dengan DPPH
(Sumber :Molineux, 2004)
Nilai IC50 didefinisikan sebagai besarnya konsentrasi senyawa uji yang
dapat meredam radikal bebas sebanyak 50%. Semakin kecil nilai IC50 maka
aktivitas peredaman radikal bebas semakin tinggi (Molyneux, 2004). Nilai IC50
diperoleh dari persamaan regresi linier sedangkan nilai AAI (Antioxidant activity
index) ditentukan dengan membandingkan antara konsentrasi DPPH yang
digunakan dalam uji (ppm) dengan nilai IC50 yang diperoleh dari masing-masing
ekstrak. Nilai AAI perlu diketahui untuk menggolongkan sifat antioksidan
ekstrak. Jika nilai AAI<0.5 antioksidan bersifat lemah, 0.5<AAI<1 antioksidan
bersifat sedang, 1<AAI<2 antioksidan bersifat kuat, dan AAI>2 antioksidan
bersifat kuat (Vasic et al, 2012). Pengujian aktivitas antioksidan secara kuantitatif
berjumlah 15 ekstrak yaitu 6 dari fraksi etil asetat (EA A12KC; EA A11KA; EA
AP321; EA AP12A; EA AP13L dan EA A22KJ) sedangkan dari fraksi metanol
(MeOH) berjumlah 9 ekstrak (MeOH A11KB; MeOH A12KC; MeOH A12KD;
MeOH AP321; MeOH A21KK; MeOH AP21C; MeOH AP13L; MeOH AP12A;
MeOH A111KA) beserta kontrol Vitamin C (sintetis) dilakukan dengan berbagai
seri konsentrasi menggunakan metode DPPH yang selanjutnya absorbansinya
diukur dengan spektrofotometri UV-Vis.
1,1-Difenil-2-pikrilhidrazin
37
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Pengukuran absorbansi ekstrak dengan DPPH menggunakan
spektrofotometer UV-Vis sebelumnya dilakukan penentuan panjang gelombang
maksimum DPPH. Panjang gelombang maksimum DPPH yang digunakan berada
pada panjang gelombang 515 nm (Lampiran 7). Panjang gelombang maksimum
DPPH ini memberikan serapan paling maksimal dari larutan uji dan memberikan
kepekaan paling besar. Selanjutnya, besarnya aktivitas antioksidan dari ekstrak
dan kontrol positif yang digunakan diukur pada panjang gelombang maksimum.
Vitamin C merupakan antikosidan yang bekerja sebagai oxygen scavengers,
yaitu mengikat oksigen sehingga tidak mendukung reaksi oksidasi. Dalam hal ini,
vitamin C akan mengadakan reaksi dengan oksigen yang berada dalam sistem
sehingga jumlah oksigen akan berkurang. Selain vitamin C, senyawa yang bekerja
sebagai oxygen scavengers diantaranya askorbilpalminat, asam eritorbat, dan
sulfit (Gordon, 1990). Hal itu dikarenakan vitamin C mempunyai gugus hidroksi
bebas yang bertindak sebagai penangkap radikal bebas dan mempunyai gugus
polihidroksi sehingg meningkatkan aktivitas antioksidan (Isnindar, Wahyuono, &
etyowati, 2011).
Uji antioksidan secara kuantitatif dilakukan dengan menggunakan
spektrofotometer UV-Vis. Pengujian secara kuantitatif ini dilakukan untuk
mengetahui absorbansi DPPH yang tersisa setelah ditambahkan ekstrak endofit
akar tanaman kayu jawa. Penurunan nilai absorbansi DPPH pada panjang
gelombang 515 nm menunjukkan bahwa senyawa tersebut memiliki aktivitas
antioksidan. Penurunan absorbansi DPPH diukur terhadap kontrol yaitu
absorbansi DPPH dalam metanol pro analisa tanpa penambahan sampel.
Perubahan warna dari ungu menjadi kuning menandakan terjadinya penurunan
absorbansi DPPH. Besarnya absorbansi DPPH berbanding terbalik dengan
konsentrasi ekstrak yang ditambahkan.
Nilai absorbansi yang didapat maka dapat dihitung nilai persentase
penghambatan radikal DPPH (% inhibisi). Selanjutnya diperoleh kurva regresi
linier dan persamaannya, dengan konsentrasi sebagai sumbu x dan absorbansi
sebagai sumbu y. Nilai IC50 dapat dihitung dari persamaan regresi linier yang
38
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
sebelumnya telah diperoleh dengan mengganti y dengan 50 pada persamaan
tersebut. Nilai IC50 didefinisikan sebagai besarnya konsentrasi senyawa uji yang
dapat meredam radikal bebas sebanyak 50%. Semakin kecil nilai IC50 maka
aktivitas peredaman radikal bebas semakin tinggi.
Nilai AAI (Antioxidant activity index) diperoleh dengan membandingkan
konsentrasi DPPH yang digunakan dalam uji dengan nilai IC50 yang diperoleh.
Pengujian aktivitas antioksidan secara kuantitatif ekstrak endofit akar kayu jawa
ini sebanyak 15 sampel, beserta kontrol positif vitamin C dilakukan dengan
berbagai seri konsentrasi menggunakan metode DPPH yang selanjutnya
absorbansinya diukur menggunakan spektrofotometri UV-Vis. Berikut tabel dan
diagram hasil uji aktivitas antioksidan dari seluruh sampel.
Tabel 4.20 Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Seluruh Sampel dan Vitamin C
NO SAMPEL NILAI IC50 (ppm) NILAI AAI KETERANGAN
1 EA A12KC 17.09 2.27 Sangat Kuat
2 EA A11KA 19.10 2.07 Sangat Kuat
3 MeOH A11KA 22.26 1.78 Kuat
4 EA AP321 33.16 1.19 Kuat
5 MeOH AP21C 49.08 0.81 Sedang
6 EA A22KJ 74.77 0.53 Sedang
7 EA AP13L 80.89 0.49 Lemah
8 MeOH A12KC 87.98 0.45 Lemah
9 MeOH A21KK 106.49 0.37 Lemah
10 EA AP12A 107.13 0.37 Lemah
11 MeOH A12KD 116.05 0.34 Lemah
12 MeOH A11KB 143.59 0.28 Lemah
13 MeOH AP321 147.84 0.27 Lemah
14 MeOH AP13L 199.01 0.20 Lemah
15 MeOH AP12A 412.96 0.10 Lemah
16 Vitamin C 3.39 11.67 Sangat Kuat
39
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Diagram 4.1 Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Seluruh Sampel Berdasarkan
Nilai AAI
Hasil yang diperoleh dari pengujian antioksidan menggunakan
spektrofotometer UV-Vis ini ialah diperoleh dua sampel yang memiliki AAI yang
sangat kuat, dua sampel yang memiliki AAI kuat, dua sampel yang memiliki AAI
sedang dan sembilan sampel yang memiliki AAI lemah.
Sedangkan IC50 dan AAI vitamin C sebagai pembanding ialah 3,39 ppm dan
11,67 menunjukkan bahwa vitamin C memiliki aktivitas antioksidan yang sangat
kuat karena memiliki AAI diatas 2. Nilai IC50 dan AAI sampel yang tertinggi
ialah pada sampel EA A12KC masing-masing memiliki IC50 dan AAI sebesar
17,09 ppm dan 2,27 sehingga sampel ini berada pada kategori antioksidan sangat
kuat. Hal ini menujukkan bahwa vitamin C memiliki aktivitas antioksidan yang
lebih kuat dibanding dengan seluruh sampel. Senyawa-senyawa yang terkandung
dalam ekstrak endofit akar kayu jawa merupakan akumulasi dari senyawa polar,
semi polar dan non polar. Ketika ekstrak dipartisi secara bertingkat, maka fungsi
sinergis antara senyawa-senyawanya akan berkurang karena komponen-
komponen yang terdapat pada ekstrak telah dipisahkan, yaitu komponen kimia
yang bersifat non-polar akan tersari dalam pelarut n-heksan, komponen kimia
0
0.5
1
1.5
2
2.5
Diagram Nilai AAI
NILAI AAI KETERANGAN
40
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang bersifat semi polar akan tersari dalam pelarut etil asetat, dan komponen
kimia yang bersifat polar dapat tersari dalam pelarut metanol.
Peningkatan konsentrasi senyawa mempengaruhi aktivitas antioksidannya.
Kurva hubungan konsentrasi ekstrak terhadap persen inhibisi sebagai persen
penghambatan radikal bebas DPPH dari sampel dan kontrol positif vitamin C
dapat dilihat pada (Lampiran 25).
Kurva diperoleh dengan menggunakan regresi linier pada aplikasi pengolah
data microsoft excel 2013. Koefisien y pada persamaan linier bernilai 50
merupakan koefisien IC50, sedangkan koefisien x pada persamaan linier ini
merupakan konsentrasi ekstrak yang akan dicari nilainya, dimana x yang
diperoleh merupakan besarnya konsentrasi yang diperlukan untuk dapat meredam
50% aktivitas radikal DPPH. Nilai R2 menggambarkan linieritas konsentrasi
terhadap % inhibisi. Nilai R2 yang mendekati +1 (bernilai positif) menandakan
bahwa dengan semakin meningkatnya konsentrasi ekstrak, semakin meningkat
pula aktivitas antioksidannya. Hal ini berkaitan dengan jumlah senyawa metabolit
sekunder yang terlarut di dalam ekstrak dan memiliki aktivitas antioksidan.
4.4 Analisis Antioksidan Menggunakan GC-MS
Kromatografi gas merupakan metode yang dinamis untuk pemisahan
senyawa – senyawa organik yang mudah menguap dan senyawa – senyawa gas
anorganik dalam suatu campuran. Sampel yang mudah menguap dan stabil
terhadap panas akan bermigrasi melalui kolom yang mengandung fase diam
dengan suatu kecepatan yang tergantung pada rasio distribusinya. Pada umumnya
solut dari ujung kolom menghantarkan ke detektor. (Pavia et al, 2006).
Pada penelitian ini, sampel yang dianalisis dengan kromatografi gas
berjumlah enam sampel yaitu EA A12KC; EA A11KA; MeOH A11KA; EA
AP321; MeOH AP21C dan EA A22KJ. Alasan pemilihan keenam sampel ini,
dikarenakan aktivitas antioksidannya tergolong dalam kategori sangat kuat, kuat
dan sedang. Senyawa antioksidan yang dapat dianalisis dengan GC-MS adalah
senyawa golongan fenolik karena termasuk senyaa yang mudah menguap. Dari
enam sampel tersebut, yang menujukkan adanya senyawa fenol ialah sampel EA
A11KA (Lampiran 31-33). Sampel yang lain tidak menujukkan adanya senyawa
41
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
fenolik yang dapat dianalisis dengan GC-MS. Hal ini ditunjukkan dengan tidak
terdapat golongan senyawa fenolik pada data library kelima sampel yang lain. Hal
ini diduga karena keberadaan senyawa fenolik dalam kelima sampel yang lain ada
dalam konsentrasi kecil. Oleh karena itu, perlu dilakukan pemurnian senyawa
(isolasi) lanjutan untuk mendapatkan senyawa murni dari kelima sempel.
Senyawa fenolik terbesar yang terdeteksi pada sampel EA A11KA adalah
phenol,2,4-bis (1,1-dimethylethyl), dengan rumus kimia C14H22O, berat molekul
(BM) 206, kemudian memiliki kemiripan 83% dan waktu retensi 18 menit.
42 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada penelitian ini, dapat disimpulkan
bahwa lima belas ekstrak endofit akar tanaman kayu jawa yang diuji
menggunakan DPPH memiliki aktivitas antioksidan yang beragam. Sampel yang
memiliki aktivitas antioksidan terkuat ialah sampel EA A12KC, dengan nilai AAI
sebesar 2,27 sehingga dikategorikan antioksidan sangat kuat. Hasil dari analisis
menggunakan GC-MS diketahui senyawa yang berperan dalam aktivitas
antioksidan dari sampel EA A11KA ialah senyawa golongan fenolik dengan nama
phenol,2,4-bis (1,1-dimethylethyl).
5.2 Saran
Disarankan supaya penelitian ini dilanjutkan untuk mengisolasi senyawa
bioktif dari sampel yange memiliki aktivitas antioksidan yang sangat kuat.
43 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DAFTAR PUSTAKA
A.G, Silvio L.C. 2011. YqiC of Salmonella enterica serovar Typhimurium is
(eds.). Mexico. Hlm : 239–270.
Alam Badrul, Hossain Sarowar, Habib Razibul, Rea Julia, dan Islam Anwarul.
2012. Antioxidant and Analgesic Activities of Lannea coromandelica Linn.
Bark Extract. International Journal of Pharmacology 8 (4): 224-233. ISSN
1811-7775. Bangladesh.
Bacon, C.W and M.R. Siegel. 1990. Isolation of Biotechnological Organisms
from Nature. Mc Graw-Hill Environtment Biotechnology Series. US. Hlm
:259-279.
Bacon, C.W. 1985. A Chemical Defined Medium for The Growth and Synthetis
of Ergot Alkaloids by the Spesies of Balansia. Mycologia 77 : 418-423.
Bhardwaj, Akanksha, dkk. 2015. ―Antimikrobial and Phytochemical Screening of
Endophytic Fungi Isolated from Spikes of Pinus roxburghii‖. iMedPub
Journals Archives of Clinical Microbiology, Vol.6, No.3:1: 1-9.
Blois, MS. (1958). Antioxidant Determinations by The Use of A Stable Free
Radical. Nature 181, 1199-1200.
BPOM RI. 2009. Kebun Tanaman Obat Badan POM RI.
Buchannan, W. Gruissem and R.L. Jones (eds), Biochemistry and Molecular
Biology of Plant. American Society of Plant.
Carrica, Mariela C, Patricio O.C, Victor A.G, Andes A, Eleonora G,
FernandoA.G, Silvio L.C. 2011. YqiC of Salmonella enterica serovar
Typhimurium isa Membrane Fusogenic Protein Required for Mice
Colonization. BMC Microbiology 11(95).
Clarkson, P.M., and Thompson, H.S. 2000. Antioxidant : What Role Do They Play
in Physical Activity and Health. Am J ClinNutr.72 : 637-646.
44
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Croteau, R., Kutchan, T.M. and Lewis, N.G. 2000. Natural products (secondary
metabolites. In B.B. Buchannan, W. Gruissem and R.L. Jones (eds),
Biochemistry and Molecular Biology of Plant. American Society of Plant
Physiologists, Rockville, MD. Hlm : 1250–1318.
Dachriyanus. (2004). Analisis Struktur Senyawa Organik Secara Spektroskopi.
Cetakan I. Padang: Andalas University Press. Hal. 39.
Dewick, P.M. 2002. Medicinal Natural Products: A Biosynthetic Approach, 2nd
ed. Chichester : JohnWiley and Sons. Elsevier. Epidemics Staphylococcus
aureus Infection. Amerika : Chelsea House.
Erwin, prawirodiharjo. 2014. Uji Aktivitas Antioksidan dan Toksisitas Ekstrak
Etanol 70% dan Ekstrak Air Kulit Batang Kayu Jawa. (Lannea
coromandelica). Jurusan Farmasi. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
UIN Syarif Hidayatullah.
Freeman-Cook, Lisa., Freeman-Cook, Kevin. 2005. Deadly Diseases and from
Nature. Mc Graw-Hill Environtment Biotechnology Series. US. Hlm :259-
279.
G. Zengin, A. Aktumsek, G.O. Guler, Y. S. Cakmak, E. Yildiztugay. 2011.
Antioxidant Properties of Methanolic Extract and Fatty acid Composition of
Centaurea urvillei DC. Subsp. Hayekiana Wagenitz. Natural Product 5, 123-
132.
Gauniyal, Preeti dan Teotia, Udaivir Singh. 2015. Antimicrobial Activity ofSixteen
Medical Plants Against Oral Flora and Its Efficacy Comparison with2%
Chlorhexidine. International Journal of Multidisciplinary and Scientific
Emerging Research, Vol.4, No.2.
Gordon, M.H 1990. The Mechanism Of Antioxidants Action In Vitro: B.J.F.
Hudson, editor. Food Antioxidants. Elsivier Applied Science, London.
Gordon I. 1994. Functional Food, Food Design, Pharmafood. New York:
Champman dan Hall.
45
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Green, R.J. (2004). Antioxidant Activity of Peanut Plant Tissues. Thesis. North
Caroline State University: Department of Food Science, Raleigh.
H. Sjahrir. 2006. Diabetic Neuropathy : The Pathoneubiology & Treatment
Update. USU Press, Medan.
Halliwell, B dan Gutteridge, J.M.C. 2000. Free Radical in Biologi and Medicane.
Oxford University Press. New York. Ilmiah Pendidikan Biologi, Biologi
Edukasi Universitas Syiah Kuala 4(1).
Hermanto, S. 2008. Mengenal Lebih Jauh Teknik Analisa Kromatografi dan
Spektofotometri. Pusat Laboratorium Terpadu UIN Syarif Hidayatullah.
Jakarta.
Indrawati, Ni Luh., Razimin. 2013. Bawang Dayak Si Umbi Ajaib Penakluk
Aneka Penyakit. Jakarta : Agromedia Pustaka
Isnindar, Wahyuono, S., & Setyowati, E. P. 2011. Isolasi dan identifikasi senyawa
antioksidan daun kesemek (Diospyros kaki Thunb.) dengan metode DPPH
(2,2-difenil-1-pikrilhidrazil). Majalah Obat Tradisional. 16(3), 157-164. (23
Febuari 2016, 11:23)
J. Lee, N. Koo, D.B. Min. 2004. Reactive Oxigen Spesies, Aging, and
Antioxidative Nutreceuticals. Comprehensive Reviews in Food Science and
Food Safety 3, 21-33.
Joshi, Arun dan Naik, Nikita. 2014. ―Physicochemical and Phytochemical
Investigation of The Roots of Lannea coromandelica (Houtt.) Merr.‖.
American Journal of Pharmacy and Health Research, Vol 2, Issue 2: 80-86.
Kasapu. 2010. Preliminary phytochemical analysis of some important Indian plant
species. International Journal of Pharma and Bio Sciences.
Katzung, B.G. 2004. Farmakologi Dasar dan Klinik Buku 3 Edisi 8.
Penerjemahdan editor: Bagian Farmakologi FK UNAIR. Penerbit Salemba
Medika,Surabaya. Hlm 37-41.
46
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Kaur, Rupinder, dkk. 2013. ―Protective Effect of Lannea coromandelica Houtt.
Merrill. Against Three Common Pathogens‖. Journal of Ayuverda &
Integrative Medicine, Vol.4, Issue 4: 224-228.
Korsten, L., Cook, N. 1996. Optimizing Culturing Condition for Bacillus subtilis.
South African Avocado Growers’ Assosiaciation Yearbook 19 : 54-58.
Kuntorini, E. M. & Astuti, M. D. 2010. Penentuan Aktivitas Antioksidan
EkstrakEtanol Bulbus Bawang Dayak (Eleutherine Americana Merr.).
Jurnal Sains dan Terapan Kimia.
Kusuma FR, Zaky 2005. Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat. Jakarta: Agromedia
Pustaka.
Majumder, Rajib, dkk. 2013. ―Antidiarrheal Activity of Lannea coromandelica
Linn. Bark Extract‖. American-Eurasian Journal of Scientific Research,
8(3): 128-134.
Manik, M.A. Wahid, S.M.A. Islam, A. Pal, K.T. Ahmed. 2013. A Comparative
Study of the Antioxidant, Antimicrobial and Thrombolytic Activity of the
Bark and Leaves of lannea coromandelica (Anacardiaceae). International
Journal of Pharmaceutical Sciences and Research. Vol. 4(7): 2609-2614. E-
ISSN: 0975-8232; P-ISSN: 2320-5148.
Mannetje, L.‘t, Ramirez-Aviles, L., Sandoval-Castro, C., and Ku-Vera, J.C.,
fermentation to reduce adverse effects of phytochemicals. In: Proceedings of
the Sixth International Symposium on the Nutrition of HerbivoresExpanded
Second Edition. New Delhi : New Age International (P) Limited Publisher.
Matz, S.A. 1992. Bakery Technology and Engineering. Texas: Pan-Tech
International,Inc. Hal. 31-32.
McSweeney, C.S., Makkar, H.P.S., dan Reed, J.D. 2003. Modification of rumen
media. Plant and Soil 153: 97-101.
47
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Molineux, P. 2004. The Use of The Stable Free Radical Diphenyl Picrylhydrazil
(DPPH) for Estimating Antioxidant Activity. Songklankarin J. Sci. Technol.,
26 (2), 211-219.
Mozer, Hardi. 2015. Uji Aktivitas Antifungi Ekstrak Etanol 96% Kulit Batang
Kayu Jawa (Lannea coromandelica) terhadap Aspergillus niger, Candida
albicans, dan Trichophyton rubrum. Skripsi UIN Syarif Hidayatullah.
Musfiroh & Syarief. 2012. Uji Aktivitas Peredaman Radikal Bebas Nanopartikel
Emas dengan Berbagai Konsentrasi sebagai Material Antiaging dalam
Kosmetik. UNESA Journal of Chemistry Vol. 1 (2).
Nurhidayah, Siti. 2009. Perbandingan Aktivitas Antioksidan Ekstrak Pisang Raja
(Musa AAB ‘Pisang Raja’) dengan Vitamin A, Vitamin C dan Katekin
Melalui Penghitungan Bilangan Peroksida. Universitas Indonesia. Skripsi :
Depok.
Nurjanah, Izzati, Abdullah. 2011. Aktivitas Antioksidan dan Komponen Bioaktif
Kerang Pisau (Solen sp.). Jurnal Ilmu Kelautan Vol 16 (3): 119-124. ISSN
0853-7291.
Nursanty, Risa., Suhartono. 2012. Isolasi, Karakterisasi dan Uji Antimikroba of
Ergot Alkaloids by the Spesies of Balansia. Mycologia 77 : 418-423.
Oyedapo OO, BA Akinpelu, KF Akinwunmi, MO Adeyinka and FO Sipeolu.
2010. Red blood cell membrane stabilizing potensials of extracts of Lantana
camara and its fractions. International Journal of Plant Physiology and
Biochemistry. 2 (4); 46-51.
Patel, Jay M. 2008. A Review of Potential Health Benefits of Flavonoids.
Physiologists, Rockville, MD. Hlm : 1250–1318.
Pavia D.L., G.M. Lampman, G.S. Kriz, dan R.G. Engel. 2006. Introduction to
Organic Laboratory Techniques: A Microscale Approach. Edisi 4.
BrooksCole Pub Co. United Kingdom.
48
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Prawirodiharjo, Erwin. 2014. Uji Aktivitas Antioksidan dan Uji Toksisitas
Ekstrak Etanol 70% dan Ekstrak Air Kulit Batang Kayu Jawa . Skripsi UIN
Syarif Hidayatullah.
R. Stocker, J.F. Keany. 2004. Role of Oxidative Modifications in Atherosclerosis.
Physiologycal Review 84, 1381-1478.
Radji, M. 2005. Peranan Bioteknologi dan Mikroba Endofit dalam Pengembangan
Obat. Majalah Ilmu Kefarmasian 2(3) : 113 – 126.
Rahmadani, Fitri. 2015. Uji Aktivitas Antibakteri dari Ekstrak Etanol 96% Kulit
Batang Kayu Jawa (Lannea coromandelica) terhadap Bakteri
Staphylococcus aureus, Escherichia coli, Helicobacter pylori, dan
Pseudomonas aeruginosa. Skripsi UIN Syarif Hidayatullah.
Rodoles, B., V. Salmeron, M.V. Martinez-Toledo dan J. Gonzalez-Lopez. 1993.
Production of vitamins by Azospirillum brazilense in chemically-
definedmedia. Plant and Soil 153: 97-101.
Rohman, Abdul. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
S.S.K. Wijeratne, S.L.Cuppett, V. Schlegel. 2005 Hydrogen Peroxide Induced
Oxidative Stress Damage and Antioxidant Enzyme Response in Caco-
Human colon cells. Journal Agricultural and Food Chemistry 53, 8768-
8774.
Saputra, Andis. 2015. Uji Aktivitas Antiinflamasi Ekstrak Etanol 96% Kulit
Batang Kayu Jawa (Lannea coromandelica) dengan Metode Stabilisasi
Membran Sel Darah Merah secara In Vitro. Skripsi UIN Syarif
Hidayatullah.
Soebagio, 2002, Kimia analitik, Universitas Negeri Makassar Fakultas MIPA,
Makassar
Strobel, G. dan B. Daisy. 2003. Bioprospecting for Microbial Endophytes and
Their Natural Product. Microbiology and Molecular Biology. 67(4): 491-
502.
49
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Syahrizal, D. 2008. Pengaruh proteksi vitamin C terhadap enzim transaminase dan
gambaran histopatologis hati mencit yang dipapar plumbun. Tesis
Universitas Sumatera Utara.
Tan, RX dan WX Zou. 2001. Endophytes : a rich source of functional metabolites
Nat Prod Rep 18 : 448-459.
Tiwari, Kumar, Kaur Mandeep, Kaur Gurpreet & Kaur Harleem. 2011.
Phytochemical Screening and Extraction: A Review. Internationale
Pharmaceutica Sciencia vol. 1: issue 1.
Vasic, S. M., Stefanovic, O. D., Licina, B. Z., Radojevic, I. D., & Comic, L. R.
2012. Biological Activities of Extracts from Cultivated
Granadillapassifloraalata. EXCLI Journal. ISSN: 1611-2156.
Wahid, Md. Arif. 2009. In Vitro Phytochemical and Biological Investigation of
Plant Lannea coromandelica (Family: Anacardiaceae). Skripsi East West
University.
Zulfa, Ismatutuz. 2016. Isolasi dan Uji Aktivitas Antibakteri Kapang Endofit Akar
Tanaman Kayu Jawa (Lannea coromandelica (Houtt.) Merr.). Skripsi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
50
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
LAMPIRAN
Lampiran 1. Bagan Penelitian
Analisis Menggunakan GCMS
Uji Aktivitas Antioksidan dengan Metode DPPH
Menggunakan Spektrofotometri UV-Vis
Pengujian dengan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
disemprot dengan larutan DPPH dengan variasi eluen
Penapisan Fitokimia Ekstrak Isolat Akar Kayu
Jawa (Lannae coromandelica)
Ekstrak Endofit Akar Kayu Jawa (Lannea
coromandelica) menjadi 3 fraksi yaitu : n-
heksane, eti asetat dan metanol
Analis Data
51
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 2. Ekstrak
No Isolat Fraksi Bobot (gr) Ekstrak
Awal Akhir Gambar Organoleptis
1
A11KA
Metanol
0,845
0,694
Coklat kemerahan,
kering
Etil Asetat
0,097
0,068
Hitam kehijauan,
kental
2
A11KB
Metanol
1,136
0,950
Coklat, kental
3
A12KC
Metanol
0,683
0,338
Coklat tua, kental
Etil Asetat
0,205
0,172
Coklat tua, kental
4
A12KD
Metanol
2,922
1,719
Coklat muda,
kental
5
A21KK
Metanol
0,455
0,381
Coklat, kental
6
A22KJ
Etil Asetat
0,139
0,059
Coklat tua, kental
7
AP12A
Metanol
1,133
0,678
Hitam keabu-
abuan, kental
52
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Etil Asetat
0,102
0,045
Coklat, kental
8
AP13L
Metanol
0,712
0,557
Coklat, kental
Etil Asetat
0,075
0,005
Coklat, kental
9
AP21C
Metanol
0,578
0,358
Coklat, serbuk
basah
10
AP321
Metanol
1,003
0,849
Coklat kehitaman,
serbuk basah
Etil Asetat
0,075
0,016
Coklat, kental
53
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 3. Gambar dan Tabel Bagian Akar Tanaman Kayu Jawa
Sampel akar tanaman kayu jawa
Keterangan Gambar :
A. Bagian Pangkal Akar
B. Bagian Tengah Akar
C. Bagian Cabang Akar
SAMPEL BAGIAN KODE EKSTRAK
Akar Lannea
coromandelica
Houtt. (Merr.)
Pangkal
(A1 atau AP1)
A11KA
A11KB
A12KC
A12KD
AP12A
AP13L
Tengah
(A2 atau AP2)
A21KK
A22KJ
AP21C
Cabang (AP3) AP321
C A
B
54
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 4. Penapisan Fitokimia
4.1 Penapisan Fitokimia Ekstrak Endofit Fraksi Etil Asetat (EA) Akar Kayu Jawa
No Golongan
Senyawa
Gambar Keterangan (Hasil
Uji)
1 Alkaloid
Hasil (-) tidak
terbentuk endapan
merah
Hasil (-) tidak
terbentuk endapan
kuning
2 Flavanoid
Hasil (+)
Flavanoid
Terjadi perubahan
intensitas warna
menjadi tidak
berwarna
3 Saponin
Hasil (+) Saponin
Terbentuk busa 0,5
cm yang stabil
4 Glikosida
Hasil (-) Glikosida
Tidak terbentuk
larutan berwarna
kuning
55
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
5 Triterpenoid
Terbentuk
warna kuning
emas
Hasil (-)
triterpenoid
6 Fenol
Terbentuk
warna hitam
kebiruan
Hasil (+) fenol
7 Tanin
(Sebelum) (Setelah)
Penambahan larutan FeCl3
0,1 %
Terbentuk biru
kehitaman
(+) Tanin
56
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4.1 Penapisan Fitokimia Ekstrak Endofit Fraksi Metanol (MeOH)
No. Golongan
Senyawa
Gambar Keterangan (Hasil Uji)
1. Alkaloid
Hasil (-) tidak
terbentuk
endapan merah
Hasil (-) tidak
terbentuk
endapan kuning
2. Flavonoid
Hasil (+)
flavonoid
Terjadi
perubahan
intensitas warna
menjadi tidak
berwarna
3. Saponin
Hasil (+) saponin
Terbentuk busa
0,5 cm yang
stabil
4. Glikosida
Hasil (+)
glikosida
Terbentuk larutan
berwarna kuning
5. Triterpenoid
Terbentuk warna
kuning emas
Hasil (-)
triterpenoid
57
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
6. Fenol
Terbentuk warna
hitam kebiruan
Hasil (+) fenol
7. Tanin
Terbentuk biru
kehitaman
(+) tannin
58
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 5. Sertifikat DPPH
59
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 6. Uji Kualitatif Antioksidan Ekstrak degan Metode KLT
A. EA AP12A B. EA A11KA C. EA A12KC
A. MeOH AP12C B. MeOH A21KK C. MeOH A11KA
A. EA AP13L B. EA AP321 C. EA A22KJ
60
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
A. MeOH A12KD B. MeOH A12KC C. MeOH A11KB
A. MeOH AP13L B. MeOH AP12A C. MeOH AP321
61
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 7. Panjang Gelombang DPPH
62
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 8. Data Absorbansi Ekstrak EA A12KC
63
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 9. Data Absorbansi Ekstrak EA A11KA (6,25-100) ppm
64
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 10. Data Absorbansi Ekstrak EA A11KA (10-50) ppm
65
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 11. Data Absorbansi Ekstrak MeOH A11KA
66
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 12. Data Absorbansi Ekstrak EA AP321
67
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 13. Data Absorbansi Ekstrak MeOH AP21C
68
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 14. Data Absorbansi Ekstrak EA A22KJ
69
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 15. Data Absorbansi Ekstrak EA AP13L
70
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 16. Data Absorbansi Ekstrak MeOH A12KC
71
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 17. Data Absorbansi Ekstrak MeOH A21KK
72
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 18. Data Absorbansi Ekstrak EA AP12A
73
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 19. Data Absorbansi Ekstrak MeOH A12KD
74
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 20. Data Absorbansi Ekstrak MeOH A11KB
75
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 21. Data Absorbansi Ekstrak MeOH AP321
76
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 22. Data Absorbansi Ekstrak MeOH AP13L
77
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 23. Data Absorbansi Ekstrak MeOH AP12A
78
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
La
mpi
ran
24.
Dat
a
Abs
orb
ansi
Vit
ami
n C
79
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 25. Kurva Hubungan Konsentrasi dan % Inhibisi Sampel dan
Vitamin C
Gambar 25.1 Kurva Hubungan Konsentrasi dan % Inhibisi Ekstrak EA
A12KC
Gambar 25.2 Kurva Hubungan Konsentrasi dan % Inhibisi Ekstrak EA
A11KA Konsentrasi 6,25-100 ppm
y = 0.5969x + 39.569 R² = 0.9898
0
20
40
60
80
100
120
0 20 40 60 80 100 120
EA A12KC 6.25-100 ppm
y = 0.471x + 39.147 R² = 0.6711
0.00
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
0 20 40 60 80 100 120
EA A11KA 6.25-100 ppm
80
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 25.3 Kurva Hubungan Konsentrasi dan % Inhibisi Ekstrak EA
A11KA Konsentrasi 10-50 ppm
Gambar 25.4 Kurva Hubungan Konsentrasi dan % Inhibisi Ekstrak MeOH
A11KA
Gambar 25.4 Kurva Hubungan Konsentrasi dan % Inhibisi Ekstrak MeOH
A11KA
y = 0.9271x + 30.938 R² = 0.9935
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
80.00
90.00
0 10 20 30 40 50 60
EA A11KA 10-50 ppm
y = 0.6321x + 36.075 R² = 0.9881
0.00
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00
0 20 40 60 80 100 120
MeOH A11KA 6.25-100 ppm
81
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 25.5 Kurva Hubungan Konsentrasi dan % Inhibisi Ekstrak EA
AP321
Gambar 25.6 Kurva Hubungan Konsentrasi dan % Inhibisi Ekstrak MeOH
AP21C
y = 0.6912x + 27.08 R² = 0.9928
0.00
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00
0 20 40 60 80 100 120
EA AP321 6,26-100 ppm
y = 0.7451x + 13.433 R² = 0.9907
0.00
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
0 20 40 60 80 100 120
MeOH AP21C 6.25-100 ppm
82
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 25.7 Kurva Hubungan Konsentrasi dan % Inhibisi Ekstrak EA
A22KJ
Gambar 25.8 Kurva Hubungan Konsentrasi dan % Inhibisi Ekstrak EA
AP13L
y = 0.5854x + 6.2311 R² = 0.9909
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
0 20 40 60 80 100 120
EA A22KJ 6.25-100 ppm
y = 0.3512x + 21.592 R² = 0.9947
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
0 20 40 60 80 100 120
EA AP13L 6,25-100 ppm
83
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 25.9 Kurva Hubungan Konsentrasi dan % Inhibisi Ekstrak MeOH
A12KC
Gambar 25.10 Kurva Hubungan Konsentrasi dan % Inhibisi Ekstrak
MeOH A21KK
y = 0.5539x - 1.2703 R² = 0.9987
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
0 20 40 60 80 100 120
MeOH A12KC 6.25-100 ppm
y = 0.4369x - 3.4754 R² = 0.9914
-10.00
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
0 20 40 60 80 100 120
MeOH A21KK 6.25-100 ppm
84
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 25.11 Kurva Hubungan Konsentrasi dan % Inhibisi Ekstrak EA
AP12A
Gambar 25.12 Kurva Hubungan Konsentrasi dan % Inhibisi Ekstrak
MeOH A12KD
y = 0.4488x + 1.1918 R² = 0.9984
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
0 20 40 60 80 100 120
EA AP12A 6.25-100 ppm
y = 0.4147x + 1.874 R² = 0.9978
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
0 20 40 60 80 100 120
MeOH A12KD 6.25-100 ppm
85
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 25.13 Kurva Hubungan Konsentrasi dan % Inhibisi Ekstrak
MeOH A11KB
Gambar 25.14 Kurva Hubungan Konsentrasi dan % Inhibisi Ekstrak
MeOH AP321
Gambar 25.15 Kurva Hubungan Konsentrasi dan % Inhibisi Ekstrak
MeOH AP13L
y = 0.3348x - 1.9262 R² = 0.987
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
0 20 40 60 80 100 120
MeOH A11KB 6.25-100 ppm In
hib
isi
Konsentrasi Sampel
y = 0.3115x + 3.9468 R² = 0.9855
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
0 20 40 60 80 100 120
MeOH AP321 6.25-100 ppm
y = 0.2377x + 2.6961 R² = 0.9965
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
0 20 40 60 80 100 120
MeOH AP13L 6,25-100 ppm
86
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 25.16 Kurva Hubungan Konsentrasi dan % Inhibisi Ekstrak
MeOH AP12A
Gambar 25.17 Kurva Hubungan Konsentrasi dan % Inhibisi Vitamin C
y = 0.1067x + 5.9368 R² = 0.9958
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
0 20 40 60 80 100 120
MeOH AP12A 6.25-100 ppm
y = 4.9483x + 33.205 R² = 0.998
0.00
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
0 2 4 6 8 10 12 14
VITAMIN C
87
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 26. Perhitungan dalam Uji Antioksidan
1. Pembuatan larutan DPPH (0,1 mM)
Banyaknya DPPH yang ditimbang :
0,1 mM =
x
0,1 mM =
x
X = 1,98 mg
Jadi ditimbang 1,98 mg DPPH dan dilarutkan dengan metanol pro analisa
serta dicukupkan volume hingga tanda batas.
2. Pembuatan larutan induk sampel 100 ppm dalam 25 ml labu ukur
Banyaknya sampel yang ditimbang
100 ppm =
=
100 ppm =
100 ppm =
100 ppm =
Jadi, ditimbang 0,0025 gr sampel dan dilarutkan dengan metanol pro
analisa dalam labu ukur 25 ml.
3. Pembuatan larutan induk vitamin C
Konsentrasi 1 ppm setara dengan 1µg/ml sehingga untuk membuat
konsentrasi 100 ppm dapat dilakukan dengan menimbang 5 mg vitamin c
dan dicukupkan dengan metanol pro analisa hingga volume 50 ml.
=
= 100
= 100 ppm
Sehingga vitamin c ditimbang 5 mg
4. Perhitungan larutan uji dengan konsentrasi (6,25; 12,5; 25; 50; 100
ppm)
Pembuatan larutan uji ekstrak endofit akar kayu jawa dari larutan induk
100 ppm menggunakan labu ukur 10 ml
88
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Konsentrasi 6,25 ppm
N1 x V1 = N2 x V2
100 ppm x V1 = 6,25 ppm x 10 ml
V1 = 0,625 ml atau 625 (jumlah yang dipipet dari larutan induk 100
ppm)
Konsentrasi 12,5 ppm
N1 x V1 = N2 x V2
100 ppm x V1 = 12,5 ppm x 10 ml
V1 = 1,25 ml atau 1250 (jumlah yang dipipet dari larutan induk 100
ppm)
Konsentrasi 25 ppm
N1 x V1 = N2 x V2
100 ppm x V1 = 25 ppm x 10 ml
V1 = 2,5 ml atau 2500 (jumlah yang dipipet dari larutan induk 100 ppm)
Konsentrasi 50 ppm
N1 x V1 = N2 x V2
100 ppm x V1 = 50 ppm x 10 ml
V1 = 5 ml atau 5000 (jumlah yang dipipet dari larutan induk 100 ppm)
5. Perhitungan larutan kontrol positif vitamin C (2,4,6,8,10 dan 12 ppm)
Pembuatan larutan uji pembanding vitamin c dari larutan induk 100 ppm
menggunakan labu ukur 25 ml
Konsentrasi 2 ppm
N1 x V1 = N2 x V2
100 ppm x V1 = 2 ppm x 25 ml
V1 = 0.5 ml atau 500 µL (jumlah yang dipipet dari larutan induk 100 ppm)
Konsentrasi 4 ppm
N1 x V1 = N2 x V2
100 ppm x V1 = 4 ppm x 25 ml
89
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
V1 = 1 ml atau 1000 µL (jumlah yang dipipet dari larutan induk 100 ppm)
Konsentrasi 6 ppm
N1 x V1 = N2 x V2
100 ppm x V1 = 6 ppm x 25 ml
V1 = 1,5 ml atau 1500 µL (jumlah yang dipipet dari larutan induk 100
ppm)
Konsentrasi 8 ppm
N1 x V1 = N2 x V2
100 ppm x V1 = 8 ppm x 25 ml
V1 = 2 ml atau 2000 µL (jumlah yang dipipet dari larutan induk 100 ppm)
Konsentrasi 10 ppm
N1 x V1 = N2 x V2
100 ppm x V1 = 10 ppm x 25 ml
V1 = 2,5 ml atau 2500 µL (jumlah yang dipipet dari larutan induk 100
ppm)
Konsentrasi 10 ppm
N1 x V1 = N2 x V2
100 ppm x V1 = 10 ppm x 25 ml
V1 = 3 ml atau 3000 µL (jumlah yang dipipet dari larutan induk 100 ppm)
90
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 27. Perhitungan Persen Inhibisi
Contoh perhitungan % inhibisi pada ekstrak EA A12KC
a. Konsetrasi 6,25 ppm
% inhibisi =
% inhibisi =
% inhibisi = 41.118%
b. Konsentrasi 12,5 ppm
% inhibisi =
% inhibisi =
% inhibisi = 46.224%
c. Konsentrasi 25 ppm
% inhibisi =
% inhibisi =
% inhibisi = 55.835%
d. Konsentrasi 50 ppm
% inhibisi =
% inhibisi =
% inhibisi = 72.768%
e. Konsentrasi 100 ppm
% inhibisi =
% inhibisi =
% inhibisi = 97.482%
91
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 28. Perhitungan IC50
Contoh perhitungan IC50 ekstrak MeOH A11KA
Sebelumnya konsentrasi (x) dan % inhibisi (y) dari ekstrak MeOH A11KA
dibuat persamaan regresi linier menggunakan aplikasi pengolah data
Microsoft excel 2013 hingga diperoleh persamaan y = 0,6321x + 36,075.
Dari persamaan inilah dihitung nilai IC50
Y = 0,6321x + 36,075
50 = 0,6321x + 36,075
X =
X = 22.03 ppm
Jadi, nilai IC50 dari ekstrak MeOH A11KA sebesar 22.03 ppm
92
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 29. Perhitungan Nilai AAI (Antioxidant Activity Index)
Contoh perhitungan nilai AAI dari ekstrak EA AP321
Konsentrasi DPPH yang digunakan adalah 1.98 mg/50 ml = 39.6 ppm
serta nilai IC50 ekstrak EA AP321 yang diperoleh sebesar 33.16 ppm
AAI =
AAI =
AAI = 1.19
Nilai AAI dari ekstrak EA AP321 sebesar 1.19, ekstrak ini tergolong kuat
untuk aktivitas antiokidannya.
93
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 30. Skema Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Menggunakan
Metode DPPH
94
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 31. Skema Uji Aktivitas Antioksidan Vitamin C Menggunakan
Metode DPPH
95
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 32. Hasil GC-MS
96
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 33. Hasil MS dan Struktur
97
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 34. Data Library GC-MS
No Nama Senyawa Rumus
Kimia
Berat
Molekul
Kemiripan
(%)
Waktu
Retensi
(Menit)
1 Phenol, 2,4-bis (1,1-
dimethylethyl
C14H22O 206 83 18
2 Phenol, 2,4-bis (1,1-
dimethylethyl
C14H22O 206 74 13
3 Phenol, 2,4-bis (1,1-
dimethylethyl
C14H22O 206 74 2
4 Phenol, 3,5-bis (1,1-
dimethylethyl
C14H22O 206 68 47
5 Phenol, 3,5-bis (1,1-
dimethylethyl
C14H22O 206 75 41
6 Phenol, 2,5-bis (1,1-
dimethylethyl
C14H22O 206 78 47
7 Phenol, 2,5-bis (1,1-
dimethylethyl
C14H22O 206 68 10
8 Phenol, 2,6-bis (1,1-
dimethylethyl
C14H22O 206 53 0
9 Pentanoic, 5-
hydroxy,2,4-di-t-but
C19H30O3 306 85 21
10 2-Fluoro-6-
(trifluoromethyl)-
acetophen
C9H6F4O 206 99 10
11 3,4-Dimethyl-2-(3-
methyl-butryl)-benzol
C15H20O3 248 99 8
12 4H-Benzo (carbazole) C14H9N 191 91 0
13 Propanomida,2,2-
dimethyl-N-(3-
methylphenyl)
C12H17N
O
191 74 15
14 p-Cyanophenyl p-(2-
methylbutoxy)
benzoate
C19H19N
O3
309 90 19
15 Phenol, 2,6-bis (1,1-
dimethylethyl
C14H22O 206 56 0
16 Phenol, 2,5-bis (1,1-
dimethylethyl
C14H22O 206 50 0
17 Phenol, 3,5-bis (1,1-
dimethylethyl
C14H22O 206 53 6
18 2,4,5,5,8a-Pentamethyl-
6-7-8,8a-tetrahydil
C14H22O 206 86 1
19 Phenol, 3,5-bis (1,1-
dimethylethyl
C14H22O 206 47 12
20 Benzeneacetic acid, 4-
(1,1-dimethylethyl)
C13H18O2 206 65 0
98
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
xcix
xcix UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Top Related