KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Alla SWT atas rahmat dan hidayat –Nya sehingga
Proposal ini dapat diselesaikan, sehingga diharapkan dapat bermanfaat bagi
penguna, baik Mahasiswa itu sendiri maupun para dosen ataupun pengusaha yang
akan menyediakan wadah untuk PKL dibidang prosesing industri pemebkuan
udang.
Proposal ini dibuats sebagai acuan Praktek Lapangan Pembekuan Udang
dan Pembekuan udang Roti pada PT. Con Food yang akan dilaksanakan pada
minggu ke III bulan Juni sampai dengan minggui II Bulan Juli 2003.
Kami menyadari bahwa Proposal ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu,
dengan segala kerendahan hati, kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun.
Bogor , 31 Mei 2003
Rolian JunaidiNIRM.04.3.01.0115
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tujuan pokok pembangunan perikanann anatara lain adalah peningkatan
prosuksi perikanann yang sekaligus dapat memberikan dampak secara nyata
kepada pengikatan taraf hidup atau kesejahteraan nelayan dan petani ikan serta
pemeliharaan kelestarian lingkungan hidup.
Udang laut merupakan salah satu produk Perikanan yang istimewa,
memiliki aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi yangn istimewa, dari sekian
banyak jenis yang tersdapat diperairan Indonesia, jenis udang laut yang
dikatagorikan memilki nilai ekonmois penting antara lain Penaeus monodon
(Udang Windu), Penaeus merguiensis (Udang Putih),. dan lain lain.
Disamping itu daging udang banyak mengandung asam animo essensial
yang penting bagi manusia, seperti lisi, histidin, arginin, tirosin, tritopfan, dan
sistein.
Maka dari itu komoditas ini banyak pengemarnya, bahkan bukan saja
didalam negeri saja, melainkan juga diluar negeri. Oleh karena itu, dalam tahun
tahun terakhir ini, terutama untuk ekspor. Harganya pun cukup mengiurkan.
Akibatnya hingga saat ini udang masih menduduki termpat terutama dalam deretan
ekspor hasil hasil perikanan.
Pada saat ini komoditas unggulan dari Departemen Kelautan dan Perikanan
adalah Ikan Kerapu, Rumput Laut, Nila dan Udang. Udang adalah salah satu
komoditas unggulan yang diharapkan akan menyumbangkan devisa negara dan
sekaligus mampu meningkatkan pendapatan keluarga petani nelayan dan
pembudidayanya. Pendapatan petani nelayan dan keluarganya akan dipengaruhi
oleh kuantitas dan kualitas hasil produk. Kualitas hasil yang baik merupakan
keadaan produk yang layak hingga ditangan konsumen.
Kualitas hasil produk perikanan pada kondisi yang tidak menentu, hal ini
karena sifat komoditas perikanan risk perisable atau cepat busuk. Dengan
memepertahankan kesegaran ikan maka nilai ekonomisnya akan meningkat.
Sebaliknya bila kesegarannya menurun maka nilai ekonomisnya menurun atau
bahkan tidak berharga lagi.
Pada saat produksi udang/ ikan melimpah sifat risk perisable yang cepat
membusuk sehingga akan menimbulkan kerugian yang besar, dengan penanganan
pasca panen yang benar, diharapkan pendapatan para petani, nelayan dan
keluarganya akan meningkat .
Mutu kesegaran udang/ikan dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik sifat
udang/ikan sendiri maupun faktor lingkungan.. Upaya memepertahankan mutu
kesegaran udang/ikan seawal dan selama mungkin sangat membutuhkan upaya
penanganan yang benar, cepat, efektif dan efisien.
Proses penanganan dan pengolahan ikan/udang merupakan kegiatan
penting dari rangkaian industri perikanan. Tanpa kedua proses tersebut,
peningkatan produksi ikan akan sia-sia, karena tidak semua produk perikanan
dapat dimanfaatkan oleh konsumen dalam keadaan baik. Sehingga proses
penanganan dan pengolahan akan mempertahankan mutu ikan sampai tingkat
konsumen.
Dengan informasi proses penanganan dan pengolahan benar yang dapat
dilaksanakan oleh petani, nelayan dan keluarganya diharapkan pendapatannya
meningkat.
1.2. Tujuan
Tujuan dari Praktek Lapangan ini adalah sebagai berikut :
1. Menambah Wawasan, pengetahuan, pengalaman serta ketrampilam proses
pembuatan udang Roti dan kompenennya.
2. mengetahui masalah yang berkaitan proses tersebut.
3. Mengetahui tentang standar mutu, pengujian mutu, anitasi dan hygiene yang
diterapkan diperusahaan tersebut.
4. memehami dan mengetahui serta memperhatikan keadaan umum PT Khom
Foods dengan lingkungan internal dan mengetahui peoses proses pengolahan
udang roti diperusahan tersebut.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pasca Panen
2.1.1. Mutu Udang
Mutu udang ditentukan oleh beberapa kretretaria, yaitu :
Ukuranya, maikn besar makintinggi harganya.
Kulitnya kras, bersih, licin, bersinar, dan badan tak tercacat. Udang yang
begini harganya tinggi.
Udang yang masih dalam keadaan hidup, jadi masih segar, harganya akan
tinggi.
Nilai udang akan turun bahkan dapat ditolak oleh cold strorage / pengusaha
udang bila waktu ditangkap kuolitnya lunak, karena belum lama ganti kulit. Udang
yang badanya putus putus juga ditolak oleh pihak pemebli , kulit yang tampak
kotor karena ditumbuhi lumut lama tak ganti kulit juga turun harganya menurut
(Ahmad Mujiman dan Rachmatun Suyanto, 1981)
2.1.2. Kemunduran Mutu Udang
Udang segar adalah udang yang barun ditangkap dengan cirri cirri sebagai
berikut : menurut Purwaningsih (1955)
1. Rupa dan Warna : Bening, spesifi jenis, cemerlang antara ruas
kokoh, kuliot melekat kuat pada daging
2. Bau : Segar sfesifik menurut jenis
3. Daging : Bentuk daging kompak elastis, dan rasanya
manis
Udang yang bau atau rusak ditandai dengan cirri cirri sebagai berikut :
1. Rupa dan warna : Kemerahan atau kusam, sambungan antar
ruas lomggar, sudah ditandai dengan adanya
bercak bercak hitam.
2. Bau : Tidak segar, Bau busuk (H2S).
3. Daging : Lunak kadang kadang berlendir, rasa daging
alkalis.
Susunan tubuh udang mempunyaimhubungan dengan masa simpanya
bagian kepala merupakan bagian yang sangat berpengaruh terhadap daya
simpannya. Bagian kepala merupakan bagian yang sangat berpengaruh terhadap
daya simpan karena bagian ini mengandung enzim pencernaan dan bakterki
pembusuk menurut (Pureaningsih, 1995)
Menurut Siswoyo (1989) udang diklasifikasikan sebagai berikut :
Pylum : Arthopoda
Sub Pylum : Mandibulata
Kelas : Crustace
Subv Kelas : Malacostrraca
Ordo : Decapoda
Sub Ordo : Natantia, Raptantia
Menurut tempat hidupnya udang dibedakan, yaitu udang laut dan udang
darat (air tawar) ( Sri,1994).
Beberapa jenis udang yang terdapat diperairan Indonesia yang memiliki
nilai ekonomis penting antara lain Penaeus monodon (udang windu), Penaeus
marguensis, Metapenaeus monoceros (udang dogol) Panalirus spp (udang kipas),.
Keempat jenis udang tersebut merupakan udang laut. Udang darat/air tawar yang
bernilai ekonomis penting antara lain Macrobranchium rosenbergi. (Suyanto R
dan Mujiman A, 1995).
Proses pasca panen udang dimulai setelah ditangkap, dengan
memperlakukan udang secara cermat dan hati-hati serta memperlakukan udang
secara bersih, higienik dan sehat; selalu memperhatikan faktor waktu dan
kecepatan bekerja dalam rantai penanganan dingin (Sri,1994).
Proses penurunan kualitas udang disebabkan beberapa faktor. Faktor-
faktor yang berasal dari tubuh udang sendiri dan faktor lingkungan. Penurunan
mutu ini terjadi secara autolisis, bakteriologis, dan oksidasi (Sri, 1994).
2.1.1. Autolisis
Proses ini terjadi karena enzim dalam tubuh udang tetap bekerja walaupun
disimpan pada suhu -400C, tubuh udang tetap mengalami perubahan secara
enzimatis. Cara mengatasinya adalah membekukan udang tanpa kepala karena
pada bagian ini banyak terdapat enzim, terutama yang berhubungan dengan
pencernaan (Sri,1994).
2.1.2. Denaturasisasi Protein
Terjadi karena protein pada tubuh udang mengalami perubahan menjauhi
sifat asli protein. Pada suhu –20 o C denaturasi sangat kecil dan pada suhu –40 o C
denaturasi menjadi minimal (Sri,1994).
2.1.3. Bakteriologis
Aktivitas bakteri baru berhenti pada suhu –7,5 o C dan bakteri tidak
berkembang pada suhu –20 o C ke bawah. Cara mengatasinya adalah dengan
membekukan udang tanpa kepala karena banyak bakteri yang terdapat pada bagian
ini (Sri,1994).
2.1.4. Oksidasi
Penurunan mutu secara oksidasi terjadi pada udang yang berlemak tinggi
da produk yang dibekukan secara individual atau produkn kupas (peeled). Cara
mengatasinya dengan glazing (memberi lapisan es tipis pada produk) dan
pengemasan yang baik (Sri,1994).
2.1.5. Dehidrasi
Produk udang beku akan mengalami proses dehidrasi (kekeringan) karena
adanya perpindahan panas yang membawa uap air dari produk kearah evaporator
sehingga produk menjadi kering dan berwarna coklat. Cara mengatasinya adalah
dengan glazing dan pengemasan yang benar. (Sri,1994).
Dengan diketahuinya penurunan mutu pada udang beku, diharapkan
penanganan terhadap produk beku dapat dilakukan dengan lebih baik sehingga
tujuan dari pembekuan itu sendiri akan tercapai. Adapun tujuan dari proses
pembekuan adalah mempertahankan sifat-sifat alami dari udang sehingga tetap
segar (Sri,1994).
2.2. Penyuluhan
Penyuluhan pertanian adalah suatu sistim pendidikan di luar sekolah untuk
keluarga-keluarga tani di pedesaan dimana mereka belajar sambil berbuat untuk
menjadi mau, tahu dan bisa menyelesaikan sendiri masalah-masalah yang
dihadapinya secara baik dan menguntungkan (Wiriaatmadja, 1978).
Penyuluhan pertanian berfungsi untuk menyalurkan proses penyampaian
ilmu serta teknologi pertanian dari sumber kepada masyarakat tani yang
membutuhkannya (Samsudin, 1987).
Penggunaan metode tergantung pada tujuan khusus penyuluhan pertanian,
situasi daerah, fasilitas yang diperlukan untuk melaksanakan salah satu metode,
kemampuan penyuluhan, informasi yang akan disampaikan serta waktu yang tepat
bagi sasaran (Samsudin, 1987).
Menurut Soedarmanto (1989), syarat-syarat metode yang baik adalah
sesuai dengan keadaan sasaran, cukup kualitas dan kuantitas, waktu penyampaian,
materi lebih mudah dimengerti serta murah dalam pembiayaannya, berbagai
metode tersebut antara lain metode SL, diskusi, ceramah, anjangsana dan
sebagainya.
Sasaran penyuluhan dalam kegiatan PKL ditujukan dilingkungan
PT. Khon Food.
Menurut Purwanigsih (1955) Udang segar adalah udang yang baru
ditangkap dengan ciri-ciri seagai berikut:
1. Rupa dan warna : Bening, spesifik jenis, cemerlang antar ruas kokoh,
kulit melekat kuat pada daging
2. Bau : Segar spesifik menurut jenis
3. Daging : Bentuk daging kompak elastis, dan rasanya manis
Udang yang bau atau rusak ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut :
1. Rupa dan warna : Kemerahan atau kusam, sambungan antar ruas
longgar, sudah mulai ditandai adanya bercak-bercak
hitam.
2. Bau : Tidak segar, bau busuk (H2S).
3. Daging : Lunak, kadang-kadang berlendir, rasa daging alkalis.
Susunan tubuh udang mempunyai hubungan erat dengan masa simpannya.
Bagian kepala merupakan bagian yang sangat berpengaruh terhadap daya simpan
karena bagian ini mengandung enzim pencernaan dan bakteri pembusuk
(Purwaningsih, 1995)
Perlakuan Suhu Rendah
Dalam banyak hal kerusakan bahan-bahan biologis seperti hasil-hasil
perikanan terutama disebabkan oleh terjadinya autolisis dan atau karena
pertumbuhan mikroba. Baik aktivitas enzim maupun pertumbuhan mikroba
sangat dipengaruhi oleh suhu. Pada kondisi tertentu aktivitasnya dapat menurun,
terhambat bahkan terhenti. Suhu optimum untuk aktivitas enzim dan mikroba
biasanya terletak pada sekitar suhu kamar, pada suhu rendah atau tinggi
menyebabkan aktivitasnya terhambat atau terhenti, tetapi penggunaan suhu rendah
ternyata merupakan alternatif untuk mempertahankan sifat segar hasil perikanan,
meskipun tetap masih terjadi perubahan, tetapi perubahan tersebut tidak begitu
berarti jika dibandingkan dengan penyimpanan pada suhu kamar atau pada suhu
tinggi (Hadiwiyoto, 1993).
Perlakuan suhu rendah umumnya terdiri atas tahapan pendinginan
(Chiling), penurunan suhu mencapai 00C dan tahap pembekuan (freezing), yaitu
penurunan suhu sampai dengan dibawah 00C (Ilyas, 1983), cara pengawetan
pangan dengan suhu rendah dibedakan menjadi dua, yaitu pendinginan dan
pembekuan. Pendinginan adalah penyimpanan bahan pangan diatas suhu
pembekuan bahan yaitu – 20C sampai – 100C, sedangkan pembekuan adalah
penyimpanan bahan pangan dalam keadaan beku (Winarno et al 1980).
2.1.3. Pendinginan
Prinsip pendinginan adalah suatu metode perlakuan suhu rendah tetapi
masih diatas titik beku, baik dilakukan sendirian atau dikombinasikan dengan
teknik pengawetan yang lain.
Adapun tujuan daripada pendinginan adalah memperpanjang masa simpan
produk, menekan laju pertumbuhan kimiawi (enzimatis) dan respirasi, mengurangi
kerusakan lainnya (Ilyas, 1983).
Pendinginan ikan yang berupa produk ikan basah, umumnya dilaksanakan
mengikuti salah satu dari tiga metode berikut: pertama dengan es, kedua dengan
udara dingin dalam kamar dingin), dan ketiga dengan air yang didihkan (Ilyas,
1983).
Supaya efektif es pendingin harus dibuat dari air bersih (standar air
minum) dan disimpan di tempat yang bersih. Untuk mencegah terjadinya luka-
luka dalam badan ikan, sebaiknya menggunakan es hancur (cruhed ice) atau flake
ice. Dengan pemakaian hancuran es atau flake ice, kontak langsung antara es dan
permukaan ikan lebih baik (Moeljanto, 1992).
II.1.4. Pembekuan.
Pembekuan adalah proses pengeluaran panas dari dalam produk dan
selanjutnya produk akan mengalami penurunan suhu. Proses ini merupakan salah
satu cara untuk memperpanjang daya simpan suatu produk yaitu dengan
menyimpan produk dalam keadaan beku, selain itu pembekuan dapat menghambat
proses kimiawi dan fisika ( Syarief et al, 1989).
Tujuan dari pembekuan yaitu merupakan metode unggulan guna
mempertahankan sifat mutu tinggi pada ikan dengan teknik penarikan panas secara
efektif pada udang agar suhu udang itu hanya mengalami proses perubahan mutu
yang minimum selama proses pembekuan, penyimpanaan beku dan distribusi,
sehingga dapat dinikmati oleh konsumen dengan nilai dan faktor mutunya segar
atau keadaan olahan seperti yang dimiliki produk itu sebelum dibekukan (Ilyas,
1993).
2.1.5. Sanitasi dan Hygiene.
Sanitasi dan hygiene merupakan standar utama yang mesti dilaksanakan
dalam penyediaan makanan bermutu dan aman bagi masyarakat. Sanitasi adalah
usaha yang dilakukan untuk mengubah secara langsung atau tidak langsung
pengaruh lingkungan yang buruk bagi kesehatan manusia menjadi lingkungan
yang menguntungkan. Hygiene merupakan usaha untuk memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan perorangan dan masyarakat (Widjaya, 1992).
II.1.5. Pengemasan.
Pengemasan disebut juga pembungkusan, pewadahan atau pengepakan,
memegang peranan penting dalam pengawetan bahan hasil pertanian, adanya
wadah atau pembungkus dapat membantu mencegah atau mengurangi kerusakan,
melindungi bahan pangan yang ada didalamnya, melindungi dari bahaya
pencemaran serta gangguan fisik (gesekan, benturan, getaran). Disamping itu
pengemasan berfungsi untuk menempatkan suatu hasil pengolahan atau produk
industri agar mempunyai bentuk-bentuk yang memudahkan dalam penyimpanan,
pengangkutan dan distribusi (Syarief et al, 1989).
Pengemasan dengan bahan pengemas yang cocok sangat bermanfaaat
untuk mencegah kemunduran mutu, misalnya karena proses pengeringan
(Moeljanto, 1992). Bahan pengemas yang digunakan untuk udang umumnya
karton yang telah dilapisi dengan wax, yaitu sejenis lilin, sehingga tidak rusak atau
tembus oleh air. Meskipun demikian sebelum udang dikemas dalam karton,
biasanya dikemas dulu dengan plastik (Hadiwiyoto, 1993).
RENCANA KERJA
I.1. Materi Kegiatan
3.1.1. Penerimaan bahan baku
Bahan baku adalah udang segar yang dikirim oleh perusahaan penyediaan
bahan baku. Bahan baku yang digunakan merupakan udang tambak dan udang
tangkapan yang berasal dari lampung, serang, pemalang, dan purwakarta. Jenis
udang yang diolah adalah udang windu dan udang putih, selain itu diperlukan
bahan untuk mengolah udang roti seperti roti tawar.
3.1.2. Proccecing
Kegiatan pada tahap procecesing adalah sebagai berikut, udang yang telah
diterima telah bersih, headless dan dibedakan menurut size (ukuran) udang. Udang
yang telah disortir tersebut dikupas kulitnya sampai satu ruas terakhir sebelum
ekor. Kemudian dilanjutkan dengan proses define (congkel) untui membuang
kotiran yang menempel ditubuh udang. Setelah udang bersih, udang diiris (bely)
dan dicuci dengan larutan khlor ditambah es sebanyak 200 ppm untuk membunuh
kuman atau bakteri yang melekat didalamnya lalu dibilas dengan air bersih.
Udang tersebut digencet (stretch) untuk meluruskan udang dengan maksud untuk
mempermudah proses pemberian roti (breaded).
3.2.3. Pengolahan Udang Roti
Sebelum udang menjadi udang roti terlebih dahulu dioles dengan tepung
(KTN 09) hingga merata sampai menutupi daging udang tersebut. Bagian ini
disebut Uchiko, stelah udang dioles dengan tepung (KTN 09) selanutnya diberi
adonan. Adonan yang dipakai dalam pembuatan udang roti terbuat dari KTN 20 +
air chailler, adapun suhu cailler yang baik untuk adonan adalah kurang dari 8 0C
dengan kadar khlor 3 ppm. Setelah udang diberi adonan, langsung diberi/ditutup
dengan roti (roti awar yang sudah digiling) penggunaan roti harus disesuaikan
dengan nama/jenis produk udang roti tersebut.
Kegiatan pemberian roti ini hanya menggunakan gerak tangan dan untuk
menghasilkan bentuk roti yang baik, harus diperhatikan adalah tekanan tangan
bagian tas maupun samping udang harus sama. Setelah dibuat udang roti
dimasukan kedalam tray dalam 1 (satu) tray udang yang dibuat harus sama rata
baik berat maupun bentuk udang roti, udang roti yang sudah dibuat pertray
terlebih dahulu ditimbang menurut standart berat yang telah ditentukan.
Kemudian dilakukan final chek untuk mengukur berat dan untuk menghilangkan
benda asing seperti rambut ataupun plastik agar kualitas udang roti tetap terjaga.
Udang roti tersebut kemudian dimasukan kedalam spiral freezer yang bersuhu – 4 0C kira-kira selama 1(satu) jam suhu akhir produk kira-kira 8 0C. Setelah 1 (satu)
jam udang roti tersebut dikemas (packing) dan siap dipasarkan
I.2. Jadual Kegiatan
III.1. Materi Kegiatan
Kegiatan yang direncanakan diikuti selama magang di PT Pertiwi Alam
Samudera, Karawang, Jawa Barat terdiri dari beberapa kegiatan sebagai berikut:
Penerimaan bahan baku
Bahan baku berasal dari pantai utara Jawa Barat dengan menggunakan
tranportasi mobil yang dikemas dalam fiber/blong diberi lapisan es secara merata
untuk mempertahankan suhu dalam perjalanan sampai tiba di unit pengolahan.
Pencucian
Udang dicuci dengan air es maksimal 5 o C yang telah diberi kaporit, dan
pencucian dilakukan 3 (tiga) kali.
Penimbangan
Udang yang telah dicuci ditiriskan kedalam keranjang selama 5 menit,
kemudian ditimbang.
Sortir
Udang dipilih berdasarkan ukuran, mutu, jenis (udang windu dan udang
putih) dan warnanya. Udang yang telah disortir dicuci kembali dengan air dingin
dengan suhu maksimal 5 o C yang telah diberi kaporit. Kemudian dilakukan
penyortiran kedua dengan maksud untuk untyuk mencegah terjadi kesalahan yang
dilakukan pada saat sortir pertama.
Penyusunan Dan Pembekuan
Udang yang telah ditimbang disusun kedalam pan sesuai dengan ukuran,
jenis, mutu dan warnanya. Kemudian dilakukan pembekuan dengan system
Contact Plate Freezer (CPF) selama 4 – 5 jam dengan suhu antara (-35) – (-45) oC. Alat pembeku udang yang baik ada 2 macam yaitu :
a. Contatc plate feezer (CPF)
Dengan menggunakan alat CPF suhu pembekuan dapat diatur. Untuk
bahan pembekuan (ferigerant) yang digunakan tergantung dari tipe mesin
tersebut.
b. Air blast freezer (ABF)
Air blast freezer adalah suatu ruangan atau kamar pembeku dengan
menggunakan system hembusan udara dingin.
III.2. Jadual Kegiatan
Pelaksanaan PKL dimulai dari minggu ke III Juni 2003 sampai Juli 2003
dengan tujuan mengikuti proses kegiatan pengolahan hasil di PT Pertiwi Alam
Samudra.
Hari ke Kegiatan Tempat
1 Orientasi Lingkungan PT.Pertiwi Alam Samudra.
2 s/d 20 Mengikuti kegiatan Prosesing PT.Pertiwi Alam Samudra.
21 - Identifikasi masalah penyuluhan Lingkungan PT Pertiwi
- Pamitan
Alam Samudra.
PT Pertiwi Alam Samudra.
PROPOSAL PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PEMBEKUAN UDANG DI PT. PERTIWI ALAM SAMUDRA
K A R A W A N G
OLEH
R U M I N A H
NIRM 043 01 0116
SEKOLAH TINGGI PENYULUHAN PERTANIAN BOGOR
JURUSAN PENYULUHAN PERIKANAN
2003
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
LEMBAR
I PENDAHULUAN…………………………………………………………………….
1.1. Latar Belakang………………………………………………………………...
1.2. Tujuan……………………………………………………………………………
II TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………………………..
……
2.1 Pasca Panen……………………………………………………….………….…
2.1.1. Keuduran Mutu Udang ……………………………………………..…
2.1.2. Perlakuan Suhu Rendah…………………………………….………...
2.1.3 Pendinginan……………………………………………………..….….
2.1.4. Pembekuan………………………………………………………….…..
2.1.5. Sanitasi dan Hygiene……………………………………………..…
2.1.6 Pengemasan……………………………………………………..….
2.2. Penyuluhan…………………………………………………………………...
III RENCANA KERJA……………………………………………………………….….
3.1. Materi Kegiatan……………………………………………………………..…
3.1.1 Penerimaan Bahan Baku…………………………………………...
3.1.2 Procecing…………………………………………………………..…
3.1.3 Pengolahan Udang Roti…………………………………………….
3.2 Jadual Kegiatan……………………………………………………………..…
Top Related