KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta
alam.shalawat serta salam semoga selalu terlimpahkan kepada
Rasulullah-Nya,Nabi Muhammad SAW,Nabi akhiruzaman.
Walaupun banyak kesulitan-kesulitan yang saya hadapi
dalam mengerjakan makalah ini,namun berkat petunjuk Allah
SWT,serta kesungguhan dalam berusaha maka terselesailah
makalah “Drama” ini untuk memperoleh nilai mata kulaiah
DRAMATURGI
Selain itu saya menyadari bahwa hasil makalah ini masih
jauh dari sempurna hal ini dikarenakan kurangnya ilmu yang saya
miliki,kemudian dari pada itu saya siap menerima kritik dan saran
demi perbaikan makalah saya.Akhirnya rasa syukur penulis
berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi saya khususnya
dan para pembaca umumnya.Amin ya rabbal alamin……………..
Pekanbaru,26 Oktober 2010
BAB I
PENDAHULUAN
I.I latar Belakang
Pekembangan drama di Indonesia akhir-akhir ini sangat
pesat,hal ini terlihat dari banyaknya pertunjukan drama di
televise,drama radio,drama kaset,dan juga drama pentas,demam
drama sudah begitu meluas,sehingga televise menyajikan
drama ,masyarakat pasti antusias menyaksikanya.
Begitu populernya dan begitu akrabnya drama dalam
kehidupan kita,sehingga semua orang merasa sudah mengerti
dan memahami drama.keadaan seperti itu tidak menguntungkan
perkembangan drama,mereka dapat merasa tahu tentang drama
sering terjadi mereka tidak tahu bagaimana menikmati sebuah
pertunjukan drama,akibatnya jika menonton drama tidak tahu
letak keindahanya.
Drama merupakan tiruan kehidupan manusia yang
diproyeksikan di atas pentas,dan drama adalah potretkehidupan
manusia baik itu potret suka duka,pahit manis dan juga hitam
putih kehidupan manusia.drama dideskripsikan sejarah
perkembanganya lebih dahulu berkembang di dunia Barat.
I.2 Rumusan Masalah
Dari uraian diatas maka dapt diambil suatu permasalahan
yaitu sebagai berikut ;
1) Drama yang menyakut permasalahnya dan terbagi dalam
kelompok-kelompok bagian apa saja.
2) Penyutradaraan dan teknik berperan.
3) Perlengkapan pementasan untuk actor/aktris
4) Pengajaran drama
1.3 tujuan
Dari uraian di atas dan bedasarkan rumusan masalah,maka
tujuanya adalah ;
1) Untuk mengetahui apa itu drama dan permasalahanya,dan
juga terbagi atas apa-apa saja.
2) Untuk mengetahui penyutradaraan dan teknik berperan.
3) Untuk mengetahui perlengkapan pementasan untuk
actor/aktris
4) Untuk mengetahui pengajaran drama
I.4 Manfaat
Berdasarkan tujuan yang mau dicapai maka manfaatnya
adalah ;
1) Dapat mengetahui apa itu yang dimaksu dengan drama dan
pengembanganya
2) Dapat mengetahui teknik-teknik penyutradaraan
3) Untuk tahu apa –apa saja perlengkapan pementasan untuk
actor/aktris
4) Bisa mengetahui pengajaran drama
1.5 Pembatasan masalah
Dari permasalahan yang telah penulis ambil di sini penulisan
hanya permasalahkan
1) Apa itu drama dan menyangkut permasalahan,terbagi apa-
apa saja
2) Teknik-tekniknya penyutradaran
3) Apa-apa saja perlengkapan pementasan
4) Penjelasan pengajaraan drama
i.6 Metode
dalam penyusunan makalah ini,saya menggunakan sumber
yang terdapat secara tidak lansung yang di peroleh dari informasi
buku.
BAB II
DRAMA dan PERMASALAHANYA
Drama berasal dari kata dari Yunani”draomai”yang berarti
berbuat,berlaku,bertindak atau beraksi.Drama berati
perbuatan,tidakan(aciton).
Drama merupakan tiruan kehidupan manusia yang
diproyeksikan di atas pentas.kadang-kadang konflik yang
disajikan dzlzm drama sama dengan konflik batin mereka sendiri.
Drama adalah potrek kehidupan manusia,potrek suka duka,pahit
manis,hitam putih kehidupan manusia.begitu populernya drama
didalam kehidupan kita,karena semua orang merasa sudah
mengerti dan memahami tentang drama,akan tetapi sering
terjadi mereka tidak tahu bagaimana menikmati sebuah
pertunjukan drama bahkan bagi mereka yang belum tekun
membaca naskah drama dan akhir akibatnya, jika menonton
drama,tidak tahu letak keindahanya.
Apabila menyebut istilah drama,maka kita berhadapan
dengan dua kemungkinan,yaitu drama naskah dan drama
pentas.keduanya itu bersumber pada drama naskah.Naskah
drama dapat dijadikan bahan studi sastra,dapat di pentaskan dan
dapat di pagelarkan dalam media audio,yang berupa sandiwara
radio dan kaset,penulisan naskah drama sudah lebih cangih ,mirip
dengan sekanario film.
Drama naskah merupakan salah satu genre sastra yang
disejajarkan dengan puisi dan prosa.Drama pentas adalah jenis
kesenian mandiri,yang merupakan integrasi antara berbagai jenis
kesenian seperti music,tata lampu,seni
lukis(dektor,panggung),seni kostum,seni rias dan sebagainya.
Terminologi istilah drama biasanya didasarkan pada wilayah
pembicaraan,sebagai karya sastra,bahasa drama adalah bahasa
sastra karena itu sifat konotatif juga dimiliki.pemakaian
lambang,kiasan,irama,pemilihan kata yang khas,dan sebagainya
berprinsip sama dengan karya sastra yang lain.akan tetapi
karena yang ditampilkan dalam drama adalahdialog.jadi bahasa
drama tidak sebeku bahasa puisi dan lebih cair daripada bahasa
prosa.dialog drama banyak berorientasi pada dialog yang hidup
dalam masyarakat.
Perkatataan drama sering dihubungkan dengan
teater ,istilah teater yaitu terater (gedung bioskop),teater
arena(gedung pertunjukan),bengkel teater(grup drama),teater
tradisional(jenis tontonan drama).
Dalam istilah bahasa Indonesia terdapat ”sandiwara” istilah
ini di ambil dari bahasa jawa ”sandi(rahasia)”dan
“warah(pelajaran)”,berate dapat diartikan pelajaran secara diam-
diam.sandiwara ini dapat mengantikan kata drama.dan didalam
bahasa belanda istilah yang mempunyai makna sama dengan
sandiwara yaitu “tonil(toneel)”.
Jika di bandingkan antara naskah dan pentas,disini pentas
lebih dominan dari pada naskah. unsur action,
pagelaran,acting,pemeranan ini semua merupakan faktoryang
dominan.konflik merupakan dasar lakon,baik di tuliskan maupun
yang langsung di pagelarkan.konflik itu diwujudkan dalam dialog
dan pagelaran drama, dan konflik itu diwujudkan dalam bahasa
tutur.dan bahasa tuur ini sebagai aspek sangat berperan penting
disamping naskah dan pentas drama.dalam pagelarannya ,tutur
dihidupi dengan keterlibatan fisik dan mental pemain.
Perkataan drama dan sandiwara ini semula bermakna
kurang baik karena dikaitkan dengan sifat pura-pura, penipu dan
juga munafik.sikap pura-pura ini dalam suasana sadar,dalam
kosentrasi,karena seorang actor terlibat fisik dan mentalnya
“menjadi orang lain”.Dalam perkembangan di negri kita,kita
jumpai dengan istilah “dramawan”dan “seniman drama”,ada juga
istilah “teaterwan”,” orang teater” dan juga orang
pangung.dalam istilah-istilah tersebut terlibat “penulis naskah
drama”,”pemain drama”, ”sutradara”, dan crew drama. Didalam
pertunjukan wayang kita mengenal “dalang”, “niyogo”,
“sindhen”dan tambah untuk para pemain wayang tersebut.
1. LAKON dan KONFLIK MANUSIA
Dasar lakon drama adalah manusia.sedangkan konflik
itu bersifat batin daripada fisik.dalam wayang,wayang
orang,ketoprak,dan juga ludruk akan kita saksikan bahwa
klimaks dari konflik batin itu adalahbentrokan fisik yang
diwujudkan dalam perang.konflik yang di paparkan dalam
lakon harus mempunyai motif,motif dari konflik yang
dibangun akan mewujudkan kejadian-kejadian.motif dan
kejadian haruslah wajar dan relalistis yang artinya bener-
bener diambil dari kehidupan manusia.konflik itu terjadi
oleh pelaku yang mendukung carita(pelaku utama) yang
bertentangan dengan pelaku perlawananarus cerita(pelaku
penetangan).dua tokoh tersebut disebut dengan protagonis
dan tokoh antagonis.konflik itu harus berupa antara dua
tokoh,akan tetapi harus berupa konflik batin manusia itu
sendiri,konflik batin itu sering dihubungkan dengan
kegelisahan manusia dalam meraba-raba
rahasia.Contohnya dalam percakapan”sollikui”,dan dalam
dramanya “dibawah bayaganmu tuhan”,Arifin C.konflik ini
sangat penting kedudukanya dalan sebuah drama.
Motif dalam penulisan pelakon merupakan dasar laku
dan keseluruhan rangsang dinamis yang menjadi lantaran
seseorang mengadakan respon.motif ditimbulkan oleh
berbagai sumber,antaranya yaitu;
Kecendrungan dasar manusia untuk dikenal,untuk
memperoleh pengalaman,ketenangan,kedudukan,
Situasi yang melingkupi manusia yang berupa
keadaan fisik dan sosialnya,
Intereaksi sosial yang ditimbulkan akibat
hubungan dengan sesame manusia,
Watak manusua itu sendiriyang ditentukan oleh
keadaan intelektual,emosional,ekspresif dan
sosiokkultural.
Motif yang dipilih bergantung pada penulis.lakon,baik
sebagai peniru kehidupan sugesti atau ilusi
kehidupan,atau tentang penggambaran tentang
konflik dan masalah kehidupan,selalu diatur dan
dikendalikan oleh proses tingkah laku
manusia.penyajian secara dramatic konflik dan
permasalahan hidup menjadi beban lakon dan
pencipta.
2. STRUKTUR DRAMA NASKAH
Drama naskah disebut juga dengan sastra lakon,yang
di bangun oleh struktur fisik(kebebasan) dan struktur
batin (sematik,makna).bahasa dan maknanya tunduk
pada kovensi sastra,yang menurut Teeuw yaitu;
Teks sastra memiliki struktur luar atau batin intern
structure relation,yang bagian-bagianya saling
menentukan dan saling berkaitan.
Naskah satra juga memiliki struktur luar(extern
structure relation) yang terikat oleh
pengarangaya.
System sastra juga merupakan model dunia
skunder,yang sangat kompleks dan tersusun.dan
di sini di simpulkan cirri khas karya sastra menurut
teeuw
Teks sastra merupakan keseluruhan yang
tertutup,yang batasanya,ditentukan dengan
kebulatan makna.
Dalam teks sastra ungkapan itu sendiri
penting,di beri makna disemantiskan segala
aspeknya.
Dalam member makna itu di satu pihak
dengan karya sastra terikat oleh konvensi
dan menunjukan ketegangan antara konvensi
dengan pembaharuan,antara mitos dan
kontra mitos.
Dasar teks drama adalah konflik manusia yang digali
dari kehidupan.penuangannya tiruan dari kehidupan itu
di beri warna oleh penulisannya.penulisan naskah ada
yang menggambarkan sisi jelak dan ada pula
menggambarkan sisi baiknya.konflik manusia biasanya
terbangun oleh pertentangan antara tokoh-
tokohnya.dengan pertikaian itu muncul dramatic
action,daya pikat suatu naskah drama di tentukan oleh
kekuatan dramatic action yang perkembagannya dari
awal sampai akhir yang merupakan tulang pungung
pembangun cerita.yang unsure kreatifiatasnya terlihat
dari kemahiran pengarang menjalin konflik dan
menjawab konflik dengan surprise.Unsur yang saling
menjalin membentuk kesatuan atau saling terikat satu
dengan yang lain,ada menyebut plot sebagai unsur
utama.
I. Plot atau kerangka cerita
Plot merupakan jalinan cerita atau kerangka dari awal
hingga akhir yang merupakan jalinan konflik antara dua
tokoh yang berlawanan.kekuatan plot terletak dalam
kekuatan penggambaranya watak dan begitu pula dengan
watak pelaku hanya hidup dalam plot yang menyakinkan.
Jalinan konflik dalam plot itu biasanya meliputi
diantaranya yaitu;
a. Protasis atau jalinan awal,
b. Epitasio,
c. Catharsis
d. Catastrophe (arisoteles)
Unsur-unsur plot yang menurut Gustaf Freytag
yaitu;
a. Exposition atau pelukisan awal cerita
Diperkenalkan dengan tokoh-tokoh drama dengan
watak masing-masing.
b. Komplikasi atau pertikaian awal
Pengenalan terhadap para pelaku sudah menjurus
pada pertikaian,konflik mulai meranjak.
c. Resolusi atau penyelesaian(falling action)
Dalam tahap ini konflik mereda (menurun),tokoh
yang memanaskan stuasi atau meruncingkan
konflik yang telah matiatau menemukan jalan
pemecahan.
d. Catarastrophe atau Denoument atau keputusan
Drama modern akan berhenti pada klimaks atau
resolusi dan drama tradisional membutuhkan
penjelasan akhir.dan tahap in tidak memiliki
konflik lagi.
Plot drama memiliki tiga jenis,yaitu;
Sirkuler,artinya cerita berkisar pada satu peristiwa
saja,
Linear,yaitu cerita yang bergerak secara
berurutan dari A-Z,
Episodic,yaitu jalinan cerita itu berkisah kemudian
ketemu pada akhir cerita
Dalam penyusunan naskah,pembabakan plot itu
biasanya juga diwujudkan dalam babak dan
adegan.perbedaan babak berati perbedaan
setting,baik berarti tempat,ruang dan waktu.
Menurut Alfred N Frieman(1975)merinci alur
bedasarkan tiga kategori,yaitu:
Alur peruntungan (alur gerak,alur pedih,alur
tragis,alur penghukuman,alur sinis,alur
sentimental,dan alur kekaguman)
Alur penokohan (alur kedewasaan,alur
perbaikan,dan alur pengujiaan)
Alur pemikiran (alur pendidikan,alur pembuka
rahasia,alur perasaan sayang,dan alur
kekecewaan)
Alur cerita ditekankan bahwa jalannya cerita tidak
boleh tersendat-sendat,tetapi harus mengalir
dengan secara lancar,dan rangkaian ceritanya
hendaknya merupakan jalinanperistiwa sebab
akibat yang runtut.agar para pembaca atau
penonton dapat menghayati lakon itu dengan
baik dan memahami cerita tersebut.
II. Penokohan dan perwatakan
Penokohan erat hubunganya dengan
perwatakan.susunan tokoh (drama personae) adalah
daftar tokoh-tokoh yang berperan dalam drama
itu.penulisan lakon sudah menggambarkan perwatakan
tokoh-tokohnya.watak tokoh terbaca dalam dialog dan
cataan samping,jenis dan warna dialog akan
menggambarkan tokoh itu.
Tokoh antagonis dan protagonist
Tokoh antagonis adalah tokoh penentang arus
cerita.
Klasifikasi tokoh
Bedasarkan perannya terhadap jalan
cerita,terdapat tokoh-tokoh se[erti berikut;
a)tokoh protagonist,tokoh yang mendukung cerita
b)tokoh antagonis,yaitu tokoh penentang cerita
c)tokoh tritagonis,yaitu tokoh pembantu,baik
untuk tokoh protagonist atau antagonis
Berdasarkan peranya dalam lakon serta fungsinya,
maka terdapat tokoh-tokoh yaitu;
a)tokoh sentral yaitu tokoh yang menentukan
gerak lakon yang merupakan proses perputran
lakon,biang keladi pertikaian dan juga di dalam ini
tokoh sentral ini adalah tokoh protagonist dan
tokoh antagonis.
b)tokoh utama,yaitu tokohpendukung atau
penentang tokoh sentral dalam hal ini adalah
tokoh tritaggonis.
c)tokoh pembantu,yaitu tokoh-tokoh yang
memegang peran pelengkap atau tambahan
dalam mata rangkai cerita.
Perwatakan
Watak para tokoh di gambarkan dalam tiga
dimensi (watak dimensianal) yang berdasarkan
keadaan fisik (fisiologi),psikis (psikologi),dan
social (sosilogis).pelukisan watak pemain dapat
lansung pada dialog yang mewujudkan watak dan
perkembangan lakon akan tetapi banyak juga kita
jumpai dalam catatan samping (catatan
teknis).watak para tokoh itu harus konsisten dari
awal dan akhir,watak tokoh protogonis dan tokoh
antagonis harus menjalin pertikaian dan untuk
berkembang mencapai klimaks.
1) Keadaan fisik
Keadaan fisik ini adalah umur,jenis kelamin,ciri-
ciri tubuh,cacat jsmaniah,cirri khas yang
menonjol,suku,bangsa,raut
muka,kesukaan,tinggi/pendek,kurus/pendek,su
ka senyum/cemberut.bila ciri fisik telah lanjut
maka dapat dihubungkan dengan perwatakan
berdasarkan teori Krechmer.tentang suara
tokoh juga berhubungan dengan lakon,sentral
protogonis biasanya memiliki karakterisasi
suara tertentu yaitu manis dan merdu,bernada
rendah atau tinggi bijaksana,dan tidak
bertekanan keras.
2) Keadaan piskis
Keadaan piskis tokoh meliputi
watak,kegemaran,mentalitas,standar
moral,temperamen,ambisi,kompleks pisikologis
yang dialami,keadaan
emosinya.dalam latihan drama watak secara
piskis ini harus mendapat perhatian
seksama,karena actor tidak hanya memasuki
dunia peran secara fisik akan tetapi berlebih
secara piskis.
3) Keadaan sosialogis
Keadaan sosialogis melipun
jabatan,perkerjaan,kelas
sosial,ras,agama,ideology dan seseorang akan
terpengaruh terhadap prilaku sesorangan.latar
belakang sosialogis peran dapat di perhidup
didalam pentas.rumusan watak secara
sosiologis penting untuk di kemukakan karena
jika drama dipentaskan membutuhkan
kejelasan rumusan.
Dalam karya prosa,cara pelukisannya watak
pelaku dengan cara yaitu;
1) Physical description ; pengarang
menggambarkan watak pelaku cerita melalui
pemerian (deskripsi) bentuk lahir atau
temperamen pelaku,
2) Portayal of thought stream or of conscious
thought ; pengarang melukisan jalan
pemikiran pelaku atau apa yang terlintas
didalam pemikiranya ,
3) Reaction to events ;pengarang melukiskan
bagaimana reaksi pelaku terhadap peristiwa
tertentu,
4) Direct author analysis ; pengarang secara
langsung menganalisis atau melukiskan
watak pelaku,
5) Discussion of environment ;pengarang
melukiskan keadaaan sekitar
pelaku,sehingga pembaca dapat
menyimpulkan watak pelaku tersebut,
6) Reaction of others to character ;pengarang
melukiskan pandangan-pandangan tokoh
atau pelaku lain (tokoh bawahan) dalam
suatu cerita tentang pelaku utama
7) Conversation of other character ; pengarang
melukis watak pelaku utama melalui
perbincangan atau dialog dengan para
pelaku lainnya.
III. Dialog (percakapan)
Ciri khas drama adalah naskah itu berbentuk
cakapan atau dialog.pembicaraan yang ditulis oleh
pengarang naskah drama adalah pembicaraan yang
akan diucapkan dan harus pantas diucapkan di atas
panggung.pentas diatas pangung merupakan mimetic
(tiruan) dari kehidupan sehari-hari,maka dialog yang
ditulis mencerminkan pembicaraan sehari-hari.Drama
dalam kenyataanya yang diangkat di atas pangung
nuansa-nuansa dialog mukin tidak lengkap tanpa
gerakan,music,ekspresi wajah,dan lainnya.dengan
adanya itu maka kesempurnaan naskah drama akan
terlihat setelah pementasan.banyak naskah drama
yang sulit di pentaskan karena dialognya bukan ragam
bahasa tutr tetapi ragam bahasa tulis.disamping itu
dalam hal ragam,maka diksi hendaknya dipilih sesuai
dengan dramatic-action dar plot itu.diksi berhubungan
dengan irama lakon yang artinya disini panjang
pendeknya kata-kata dalam dialog dalam
mepengaruhiterhadap konflik yang dibawakan
lakon.Dialog juga harus bersifat estestis,artinya
memiliki ke indahan bahasa dan bersifat filosofis yang
mampu mempengaruhi keindahan.dan dialog juga
harus hidup, yang artinya mewakili tokoh yang di
bawakan,untuk keperluan ini Observasi di lapangan
akan sangat membantu penulis naskah
drama.observasi ini akan menyebabkan dialog akan
menjadi tepat takaranya dan salah lalu tidak
berlebihan.
IV. Setting (landasan,tempat kejadian)
Setting di sebut juga dengan latar cerita
penentuan yang harus secara cermat. Didalam setting
meliputi tiga dimensi yaitu tempa,ruang dan waktu.
Disini tiga dimensi ini saling berhubungan misalnya
tempat di jawa,tahun berapa,di dalam ruanagn atau di
luar ruangan,kita dapat membayangkan tempat
kejadian itu dengan hidup.sedangkan setting waktu
juga apakah lakon terjadi di siang hari atau malam
hari.dan jika ruang berati lebih mendetail,ruang yang
bagaimana dikehendaki olehpenulis lakon.hiasan,
warna, dan peralatan dalam ruang akan member corak
tersendiridalam drama yang dipentaskan .semakin teliti
seorang penulis lakon dalam menggabarkansetting
dalam ruang ini akan mempermudah pementasannya
dan jika ditampilkan akan mempermudah penghayatan
terhadap penikmat drama dan jika dalam naskah
drama setting blim dilukiskan secara jelas,maka
sutradara harus menafsirkan setting itu dengan jelas
dan lengkap.
V. Tema, nada dasar cerita
Tema merupakan gagasan pokok yang terkandung
dalam drama dan berhubungan dengan premis dari
drama tersebut yang berhubungan pula dengan nada
dasar dari sebuah drama dan sudut pandang yang
dikemukakan oleh pengarangnya. Dalam tema akan
dikembangkan melalui alur dramatic dalam plot melalui
tokoh-tokoh protagonist dan antagonis,dengan
perwatakan yang memungkinkan konflik dan di
formulasikan dalam bentuk dialog,semakin kuat dan
mendalamnya pengalaman jiwa pengarangnya maka
akan semakin kuat tema yang di kemukakan.dengan
tema yang kuat semacam itu bagi para pembaca akan
lebi mudah menangkap dan menfsirkan tema dimaksud
oleh pengarang. Kalau drama merupakan inti yang
terkandung dalam cerita maka nada dasar merupakan
nada (jiw, suasana) yang mendasari sebuah lakon.
Disini kita harus memahami aliran,pandangan dan
filsafat yang di anut jika ingin menginterpretasikan
naskah-naskah.demikian pula dengan mendasari nada
lakon,nada dasar untuk tiap pemain apakah tokoh
orang tua, tokoh badut atau filosofis atau tokoh wanita
pelcur ataupu tokoh wanita binal yang eksentrik.semua
hanya dapat dipahami jika kita memahami
pengarangnya. Drama besar mengemukan tema yang
abadi yang biasanya bersifat interpersional,artinya
yaitu mengatasi kepentinag individu,golongan, suku,
bangsa, agama,dan kurun waktu. Tema merupakan
“struktur dalam”dari sebuah karya sastra, tema juga
merupakan sudut pandang atau point of view. Sudut
pandang juga dihubungkan sebagai pengarang
berperan dalam cerita itu.dan pengarang dapat
berperan sebagai orang yang terlibat gagasan-gagasan
dalam dialog drama dan sebagai penyaji aternatif-
arternatif.
Beberapa aliran filsafat yang mendasari naskah drama
yaitu diantaranya;
1) Aliran klasik. Aliran ini banyak menciptakan
naskah-naskah yang mempunyai tema duka
cerita seperti pada drama pada zaman yunani-
romawi.
2) Aliran romantic, aliran ini berkembang pada
abad XVIII.isi dramanya fantastis,sering tidak
logis
3) Aliran realism, aliran ini melukiskan semua
kejadian apa adanya,bukan berlebihan dan
bukan pula dengan lambing.dua macam aliran
realism yaitu Realisme Sosial (menggambarkan
problem social yang berpengaruh terhadap
kehidupan piskologis pelaku) dan realism
Piskologis (menekankan pada unsure kejiwaan
secara apa adanya).
4) Aliran Ekspresionisme, yaitu seni
menyatakan.yang di pentaskan adalah chaos
atau kekosongan dalam psikologis yang di
dasarkan pada perubahaan social.
Tiga jenis drama aliran Ekspresionisme yaitu
diantaranya;
A. Yang dipengaruhi dengan revolusi social,
B. Yang dipengaruhi oleh Psikoanalisis,
C. Dan dipengaruhi oleh flim.
5) Aliran Eksistensialisme, aliran ini mengikuti
fisafat Eksistensialisme di Negara barat. Yang
contohnya ; Albret camus,tokohnya bayak
mempengaruhi terhadap Arifin C.
VI. Amanat / pesan pengrang
Jika karya sastra berhubungan dengan arti
(meaning) dari karya sastra itu ,maka amanat
berhubungan dengan makna (significance) dari
karya itu,yang maksudnya amanat yang hendak di
sampaikan pengarang melalui dramanya harus di
cari pembaca dan penontonya, pembaca sangat
teliti akan dapat menagkap apa yang tersirat di
balik yang tersurat.
VII. Petunjuk teknis
Dalam naskah drama di perlukan dengan
petumjuk teknis,yang sering disebut dengan teks
samping,dan kedudukan teks samping sangat
penting karena memberikan petunjuk
1) tokoh,
2) waktu,
3) suasana,
4) pentas,
5) suara,
6) music,
7) keluar masuknya aktora atau aktris,
8) keras lemahnya dialog,
9) warna suara,
10) perasaan yang mendasari dialog .
teks samping ini dialognya tertulis miring,teks samping
juga petunjuk ;
1) bagi actor untuk harus diam,
2) Pebicaraan pribadi,
3) Lama waktu sepiantara kedua pemain,
4) Jeda-jeda kecil atau panjang.
VIII. Drama Sebagai Interpretasi Kehidupan
Drama sebagai tiruan (mimetik) terhadap
kehidupan,berusaha memotret kehidupan secara rill.
Setiap pengarang tidak samadalam melihat dan
menginterprettasikan kehidupan. Tontonan atau
naskah yang dihasilkan akan ditentukan oleh
bagaimana sikap penulis dalam menginterpretasikan
kehidupan ini. Jadi sebagai interpretasi terhadap
kehidupan,drama mempunyai kekayaan batin yang
tiad tara, dari situ plot di bagun dan di kembangkan.
3. NASKAH-PENGARANG-PEMENTASAN-PENONTON
Naskah yang kuat jika dipentaskan akan mempunyai
kemungkinan berhasil. Jika sutradaranya mampu
mendukung cerita,peralatan teknis yang memadai .Naskah
drama adalah pada konflik yang dibangun.konflik
menentukan penanjakan – penanjakan ke a rah klimaks.
Dalam menilai suatu naskah maka harus di perhatikan
diantaranya yaitu ;
1) Tema relavan dengan keperluan pementasan,
2) Konflik yang cukup tajam,
3) Watak pelakunya mengandung pertentangan yang
memungkinkan ketajaman konflik,
4) Bahasa mudah dihayati dan komunikatif,
5) Mempunyai kemungkinan pementasan
4. PEMENTASAN DRAMA
Pementasan drama merupakan karya kolektif yang di
koordinasikan oleh sutradara.bila sutradara tidak mampu
merangkap sebagai manager pementasan, jadi sutradara
tidak mampu mengkoordinasikan seluruh teknisi,maka dari
itu diadakan asisten/pembantu sutradara untuk menangani
tugas koordinasi.
1)Actor dan casting
Pemilihan actor sering disebut casting ada 5 macam
yaitu ;
a) Casting by Ability ; pemilihan peran berdasarkan
kecakapan atau mendekati peran yang dibawakan
b) Casting to Type ; kecocokan fisik si pemain
c) Anty Type Casting ;pemeran watak dan ciri fisik yang
dibawakan
d) Casting to Emational temperament ;pemeran merupakan
observasi kehidupan pribadi calon pameran
e) Therapeutic Casting ; pemeran untuk menyembuhan
terhadap ketidakseimbagan psikologis dalam diri
sesorang.
2)Sutradara
Ada beberapa tipe sutradara yaitu ;
I. Bedasarkan bagaimana mempenarui jiwa pemain,
a) Sutradra teknikus
b) Sutradara psikolog dramatic
II. Bedasarkan cara melatih pemain
a) Sutradara interpretator yang hanya berpegang pada
interpretasinya terhadap naskah secara kaku
b) Sutradara creator yang secara kreatif menciptakan
variasi baru
c) Gabungan Interpretator dan sekaligus creator
III. Bedasarkan cara peyutradaraan
a) Cara dictator atau cara Gordon craig,yang seluruh
langkah pemainya di tentukan oleh sutradara
b) Cara laissez faire,yang actor merupakan pencipta
pemain bair prosesnya kreatif
3)Penata pentas
penata pentas yaitu untuk menghidupkan peran yang
dipentas.
4)Penata artistic
Penata artistik untuk secara artistic hal-hal yang
berhubungan dengan pementasan secara
langsung,yang berhubungan dengan ;
a) Tata rias (make up)
b) Tata busana (costum)
c) Tata music dan efek suara (music dan saund
effect)
5. KLASIFIKASI DRAMA
Klafikasi drama di dasarkan atas jenis stereotip
manusia dan tanggapan manusai terhadap hidup dan
kehidupan. Empat macam jenis drama yang telah di
klafikasikan yaitu ;
a) Tragedy (duka cerita),drama ini melukiskan kisah
sedih yang besar dan aggung
b) Komedi (drama ria), drama ringan yang sifatnya
menghibur,menyindir dan berakhirnya bahagia
c) Melodrama , lakon yang sangat sendimental dengan
tokoh yang mendebarkan hati dan mengharukan
d) Dagelan (farce),ini seri disebut dengan bayolan dan
sering disebut juga kpmedi murahan,komedi picisan
ataupun komedi ketengan.
Disamping 4 tersebut ,di sini menurut Marjorie boulton
ada 13 jenis drama lagi diantaranya yaitu;
Drama kepahlawanan
Drama problematic
Komedi kegagalan atau kebodohan
Komedi gaya
Komedi sentimental
Komedi watak
Drama idealis
Drama Didaktik dan propaganda
Drama sejarah
Tragedy komedi
Drama simbolik
Drama tari (sendratari)
Mime dan pantomimic
6. LEBIH LANJUT TENTANG JENIS DAN KONSEPSI
TENTANG DRAMA/TEATER
JENIS-JENIS DRAMA
Drama pendidikan (drama ajaran atau drama
didaktis)
Drama duka (tragedy)
Drama Ria (Comedy)
Closed drama (drama untuk di baca)
Drama teatrikal (drama untuk di pentaskan)
Drama romantic (drama yang menggambarkan
kisah percintaan atau petualangan yang
menonjolkan unsure perasaan)
Drama adat (drama penipuan/pemalsuan yang
menggambarkan potret kenyatan sosial )
Drama liturgy (drama yang berkaitan dengan
pelaksanan upacara agama)
Drama simbolis (drama lambang yang
menggunakan pelukisan lakon tidak lansung
kesasaran)
Monolog
Drama lingkungan (jenis drama modern yang
melibatkan penonton)
Komedi Intrik (Intrique Comedi) ;jenis komedi
yang mengundang ketawasecara lansung melalui
penciptan stuasi yang lucu dan bukan dari watak
atau dialognya.
Drama Mini kata (Teater Mini kata)
Drama Radio (drama radio mementingkan dialog
yang diucapkan lewat media radio)
Drama Televisi (pertunjukan drama senetron)
Drama Eksperimental (merupakan hasil
eksperimental pengarangnya dan belum
masyarakat)
Sosio drama (bentuk pendramatisan peristiwa-
peristiwa kehidupan sehari-hari dalam kehidupan
masyarakat)
Melodrama (drama melodis)
Drama Absurd (berhubungan dengan sifat lakon
dan sifat tokoh-tokohnya)
Drama Improvisasi (spontanitas)
Drama sejarah (drama yang disusun bedasarkan
bahan-bahan sejarah akan tetapi peristiwa dan
karakter tokoh-tokohnya bersifat lebih bebas)
Klasfikasi Drama Bedasarkan Aliran
Aliran klasik (bersifat statis)
Aliran romantic (bersifat fantasi dan tidak logis)
Aliran realism (menggambarkan seperti aliran
romantik)
Aliran ekspresionisme (curahaan pikiran atau
perasaan pengarang)
Naturalism (menggambarkan kenyataan alam)
Eksistensisialisme
Beberapa Konsepsi Tentang Drama atau
Teater
Renda mengemukakan konsep “kegagahan dalam
ke miskinan”
Putu Widjaya mengemukakan konsep “jalan
pikiran teater mandiri”
Wahyu Sihombing mengemukakan konsep
“melalui film drama serial (losmen), Masalah
sutradara adalah masalah penafsiran naskah dan
casting”
N. Riantiarno mengemukakan konsep “kemarin
atau nanti ; teater tanpa selesai”
Danarto mengemukakan konsepnya dengan
ekssentrik “menuju teater tanpa kata”
Ikranegara mengemukakan konsep “ konsep kerja
teater,teater saja”
Arifin C.Noer mengemukakan konsepnya yaitu
“teater kata”
7. SELINTAS SEJARAH DRAMA
1) Drama kasik
Terbagi atas ;
Zaman Yunani
Ciri-ciri Bentuk tragedy klasik pada zaman yunani ;
*lakon tidak selalu diakhiri dengan kematian tokoh
utama atau tokoh protogonis
*lamanya lakon lebih satu jam
*koor sebagai selingan pengiring sangat berperan
(berupa nyanyian rakyat atau pujian)
*tujuan pementasan sebagai kataris atau penyuci
jiwa melalui kasih dan rasa takut
*lakon biasanya terdiri atas 3-5 bagian
*menggunakan prolog yang cukup panjang
Ciri-ciri Bentuk komedi ;
*komedy tidak mengikuti satire individual maupun
satire politis
*peranan actor dalam komedi tidak begitu
menonjol
*kisah lakon dititik beratkan pada kisah cinta
*selalu member kejutan
*lakon menunjukan cirri kebijaksanaan
Zaman Romawi
Teater romawi mengambil alih gaya teater yunani
yang mul-mulnya bersifat religious lalu lama
kelaman mencari uang
2) Teater abad pertengahan
Ciri khasnya teater abad pertengahan ini yaitu ;
Pentas kreta
Dektor baesifat sederhana dan simbolis
Pementasan simultan bersifat berbeda dengan
pementasan simultan drama modern
3) Zaman Italia
Ciri –ciri drama pada zaman ini adalah ;
Improvisatoris atau tanpa naskah
Gayanya dapat dibandingkan dengan gaya
jazz,melodi di tentukan dulu
Cerita bedasarkan dongeng dan fantasi dan tedak
berusaha mendekati kenyataan
Gejala acting ;pantomime,gila-gilaan,adegan dan
urutan tidak diperhatikan
4) Zaman Elizabeth
Ciri-ciri naskah zaman Elizabeth ;
Naskah puitis
Dialognya panjang-panjang
Penyusunan naskah lebih bebas
Laku bersifat simultan,berganda dan bercakap
Campuran antara drama dengan humor
5) Perancis ; molere dan neoklsikisme
6) Jerman ; zaman romantic
7) Drama modern
Perkembangan drama modern di baberapa Negara yang
melanjutkan kejayaan tradisi pementasan dan penulisan
drama yang telah dimulai pada zaman yunani dan kuno
8) Perkembangan Teater di Indonesia
a) Teater Tradisional
Teater rakyat (Menyatu dengan kehidupan rakyat)
Teater klasik (teater yang sudah mapan)
Teater transisi (teater yang di pengaruhi oleh teater
barat)
b) Abdul Muluk
Tidak lagi bersifat improvisasi,naskah sudah mulai
dengan membagi peran
Tidak lagi mengandalkan segi tari dan lagu
Struktur lakonnya tidak stati lagi
c) Komedi Stambul
d) Dardanella (cerita yang di pentaskan seperti cerita
“kisah 1001 malam”)
e) Maya
f) Cine Drama Institute
g) Zaman Kemajuan Dunia Teater
Seperti diantarnya yaitu; Bengkel Teater
Rendra,Teater Populer,Teater kecil,Teater koma,Teater
mandiri,Bengkel muda surbaya,teater lain (sudah
disebut di depan),Kecendrungan mutakhir (drama non-
konvensional,drama
absurd,eksistensialisme,kehidupan gelandangan,teater
lingkungan,kritik sosial)
JURUSAN SENDRATASIK
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PEKANBARU
2009/2010