Bab I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Laboratorium klinik adalah laboratorium kesehatan yang melaksanakan
pelayanan pemeriksaan di bidang hematologi, kimia klinik, mikrobiologi klinik,
parasitologi klinik, imunologi klinik, patologi anatomi dan atau bidang lain yang
berkaitan dengan kepentingan kesehatan perorangan terutama untuk menunjang
upaya diagnosis penyakit, penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.1,2
Laboratorium klinik dibagi menjadi dua yaitu laboratorium klinik umum
dan laboratorium klinik khusus. Laboratorium klinik umum adalah laboratorium
yang melaksanakan pelayanan pemeriksaan di bidang hematologi, kimia klinik,
mikrobiologi klinik, parasitologi klinik dan imunologi klinik serta bidang
lainnya. Laboratorium klinik khusus adalah laboratorium yang melaksanakan
pelayanan satu bidang pemeriksaan khusus dengan kemampuan pemeriksaan
tertentu.1,2
Tugas laboratorium klinik adalah memberikan informasi hasil pemeriksaan
laboratorium kepada klinisi yang digunakan untuk menegakkan diagnosis dan
tindak lanjut pengobatan terhadap penderita.3
Berdasarkan hasil Konsensus Prosedur Laboratorium Mikrobiologi Klinik
pada tahun 2005, dijelaskan bahwa Laboratorium Mikrobiologi Klinik (LMK)
adalah laboratorium yang mengkhususkan diri untuk secara profesional
1
melaksanakan pemeriksaan mikrobiologi terhadap spesimen klinik dan spesimen
lain yang berkaitan dengan pengendalian infeksi dan memberikan ekspertis
dalam bidang mikrobiologi klinik. Agar LMK dapat melakukan pemeriksaan
laboratorium yang reliable, akurat, cepat dan bermanfaat, maka alur pemeriksaan
atau prosedur LMK harus diperhatikan secara seksama.4
Alur prosedur LMK dibagi dalam tiga tahap yaitu pra analitik, analitik, dan
post analitik. Akurasi hasil pemeriksaan laboratorium ditentukan oleh proses
mulai dari tahapan pra analitik, analitik, dan post analitik pemeriksaan.4
Salah satu proses yang penting pada tahapan pra analitik adalah proses
pengambilan spesimen yang meliputi persiapan pasien sebelum pemeriksaan,
identifikasi pasien, rekuisisi (permintaan pemeriksaan laboratorium) dan
verifikasi pemeriksaan, pengembilan, pengumpulan, dan transportasi spesimen,
serta universal precaution.5
Titik kritis pada tahap pra analitik adalah pengambilan spesimen yang
benar, meliputi pemilihan wadah spesimen, jenis spesimen, cara pengambilan
spesimen, volume spesimen, dan pengiriman spesimen yang benar.6
Spesimen merupakan bagian terpenting dalam mengawali suatu
pemeriksaan, karena baik buruknya kualitas hasil pemeriksaan mikrobiologi
tergantung pada spesimen yang diambil dengan tepat. Pemilihan spesimen,
waktu, dan metode pengambilan spesimen menentukan hasil pemeriksaan
mikrobiologi. Spesimen harus diperoleh dari lokasi yang tepat dan diolah
dengan metode yang dapat mendukung patogen untuk tetap hidup dan tumbuh.
2
Adanya kontaminasi mikroorganisme dapat mengganggu hasil pemeriksaan.
Oleh karena itu, cara pengambilan, penyimpanan, dan transportasi spesimen
yang benar juga menjadi faktor penentu kualitas pemeriksaan.4
Laboratorium Mikrobiologi dan Patologi Anatomi mempunyai tujuan
pokok dalam pelayanan laboratorium, yaitu memperoleh kualitas hasil
pemeriksaan yang optimal. Para petugas harus menyadari tentang apa yang
dibutuhkan dari hasil pemeriksaan untuk dapat menolong penderita. Jawaban
yang tidak adekuat merupakan hasil yang buruk, tetapi jawaban yang berlebihan
dapat merupakan pemborosan. Dalam hal ini harus ada komunikasi dua arah
yang baik antara klinik dan laboratorium untuk dapat memberikan pelayanan
sebaik-baiknya bagi pasien.7,8,9
Dalam aplikasi pelayanan mikrobiologi klinik, pihak laboratorium sedapat
mungkin mengusahakan untuk mengetahui sebanyak mungkin tentang bahan
spesimen/ material klinik yang akan diperiksa. Jenis spesimen paling sering
diproses oleh laboratorium mikrobiologi adalah spesimen darah, spesimen urin,
spesimen feses, spesimen cairan tubuh (cairan serebrospinal, cairan sinovium,
cairan pleura), spesimen saluran napas, spesimen saluran genital, spesimen
saluran cerna, spesimen kulit, spesimen mata/ telinga, spesimen luka, jaringan
dan biopsi. Sedangkan jenis spesimen yang paling sering diproses oleh
laboratorium patologi anatomi untuk pemeriksaan sitologi adalah sputum, urin,
bilasan bronkus, sekret puting susu, aspirasi jarum halus dan pap smear.7,8,10,11
Selain mengetahui jenis spesimen apa yang diminta, perlu juga diketahui
3
apa diagnosis penyakitnya atau diagnosis sementaranya, bagaimana cara
transportasi spesimen, kapan spesimen diambil dari penderita, bagaimana
riwayat pengobatan sebelumnya dan riwayat sekarang.7,8
Untuk itu dipelukan sosialisasi mengenai cara-cara pengambilan spesimen
yang benar sesuai dengan standard yang tepat, sehingga dapat dicapai hasil yang
akurat.5
Laboratorium mikrobiologi dan patologi anatomi harus mampu
mempertahankan kualitas sejak bahan diambil dari penderita, apakah tepat
waktunya, apakah cukup jumlahnya, apakah memenuhi syarat untuk diperiksa,
dsb. Keberhasilan laboratorium klinik mikrobiologi dan patologi anatomi untuk
identifikasi penyebab penyakit maupun monitoring penyakit sangat bergantung
pada pengambilan dan pengiriman spesimen pasien ke laboratorium yang
dilakukan secara benar. Yang pertama dan yang terpenting adalah tempat
pengambilan spesimen harus dipilih secara hati-hati agar memberi hasil terbaik
mengenai organisme penginfeksi, toksin, atau antibodi yang dibentuk oleh
pejamu. Pengambilan spesimen terutama untuk pemeriksaan mikrobiologi harus
dilakukan dengan cara yang meminimalkan pencemaran oleh flora endogen
pejamu.
Pengiriman spesimen ke laboratorium harus dilakukan di bawah kondisi
yang mempertahankan viabilitas agen infeksiosa atau integritas produk-
produknya. Waktu pengiriman ke laboratorium harus cukup singkat untuk
membatasi pertumbuhan berlebihan flora pencemar karena pada umumnya hasil
4
pemeriksaan yang sering diperoleh dari laboratorium tidak mencerminkan
bakteri patogen sebagai penyebab infeksi melainkan merupakan kontaminasi
dari flora normal yang sifatnya endogen dan mikroba dari lingkungan.7,8,14
Kendala yang timbul dalam tata laksana operasional adalah bahwa kualitas
pemeriksaan dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain : spesimen salah,
kesalahan dalam pengambilan spesimen, penyimpanan dan transportasi,
pengolahan dan identifikasi, kesalahan pada metoda atau alat yang
dipergunakan, kesalahan oleh tenaga laboratorium, kesalahan dalam membaca
hasil dan menulis laporan atau dalam interpretasi hasil.7 Kesalahan pada salah
satu di antaranya akan berakibat fatal (kuman gagal tumbuh, tumbuhnya flora
normal atau kuman kontaminan). Informasi hasil pemeriksaan biakan kuman
tidak hanya berguna dalam pengelolaan pasien saja, namun berguna untuk
pengaturan kebijakan formulasi antibiotik dan pengendalian infeksi di rumah
sakit.6
Pembahasan tentang laboratorium mikrobiologi dan patologi anatomi
terutama mengenai aspek pra analitik yang terdiri dari persiapan pasien,
pengambilan spesimen, pengiriman dan penyimpanan spesimen untuk masing-
masing jenis spesimen akan dibahas secara khusus dalam makalah ini.
1.2 Lembar Permintaan, Label Spesimen, dan Alasan Penolakan Spesimen
Pemeriksaan Laboratorium
Informasi yang perlu dicantumkan pada lembar permintaan pemeriksaan
5
laboratorium:
1) Nama dokter yang meminta pemeriksaan.
2) Nama lengkap pasien
3) Nomor rekam medis pasien
4) Umur atau tanggal lahir pasien
5) Nama ruangan, nomor kamar, nomor tempat tidur (jika perlu)
6) Jenis pemeriksaan yang diminta
7) Tanggal permintaan pemeriksaan.
8) Informasi billing dan kode ICD-9 (jika perlu)
9) Status pemeriksaan (misal, puasa, tampung 24 jam, dan lain-lain)
10) Perhatian khusus (misal, alergi lateks)12,13
Labelling pada tabung/botol kutur/wadah spesimen lainnya, dilakukan
segera setelah pengambilan spesimen, jangan pernah dilakukan sebelum
pengambilan spesimen. Jika tidak menggunakan label yang dicetak secara
komputerisasi, maka informasi pada label tersebut harus ditulis dengan tinta
permanen. Informasi yang perlu dicantumkan pada label spesimen pemeriksaan
laboratorium :
1) Nama lengkap pasien
2) Nomor rekam medis pasien
3) Tanggal dan waktu pengambilan spesimen
4) Inisial pengambil spesimen (untuk spesimen yang pengambilannya dibantu oleh
tenaga ahli)
6
5) Informasi tambahan, seperti "puasa"
6) Cara pengambilan spesimen
7) Jenis spesimen dan permintaan pemeriksaan
8) Jika sampel untuk > 1 pemeriksaan, berilah tanda, misal untuk 3 pemeriksaan,
beri tanda: ‘1 dari 3’, ‘2 dari 3’, ‘3 dari 3’.12,13
Alasan-alasan penolakan spesimen, adalah sebagai berikut:
1) Hemolisis/lipemia
2) Adanya gumpalan dalam spesimen yang sudah diberi antikoagulan
3) Spesimen tanpa puasa sedangkan yang diminta spesimen puasa
4) Tabung darah yang tidak cocok
5) Pengambilan yang terlalu cepat, volume yang salah
6) Penyimpanan spesimen yang salah
7) Kondisi transportasi spesimen yang salah (es untuk gas darah)
8) Ketidaksesuaian antara daftar permintaan dan label spesimen
9) Spesimen yang tidak terlabeli atau salah label (identitas pasien salah atau tidak
lengkap)
10) Spesimen yang terkontaminasi/wadah bocor
11) Tidak diketahui waktu pengambilan spesimen6,12
1.3. Syarat Pengambilan Spesimen
Syarat pengambilan spesimen secara umum, adalah sebagai berikut:
1) Benar tempat pengambilan : spesimen harus mewakili material lokasi infeksi
7
dan sedapat mungkin terhindar dari kontaminasi kuman dan jaringan
sekitarnya. Misalnya swab tenggorok pada radang tonsil diambil dari fossa
peritonsilar dan jangan sampai menyentuh permukaan daerah orofaring
lainnya.
2) Benar waktu pengambilan : waktu pengambilan spesimen harus optimal agar
didapat kuman dalam jumlah banyak. Untuk ini dibutuhkan pengetahuan
tentang patofisiologi dan perjalanan alami penyakit. Misalnya untuk demam
tifoid, spesimen terbaik yang diambil pada minggu pertama demam adalah
darah, sedangkan pada minggu ke-2 dan ke-3 adalah feses atau urin.
3) Benar volume spesimen : volume spesimen harus cukup karena untuk
meningkatkan kemungkinan terjaringnya kuman penyebab. Misalnya
volume biakan darah dibutuhkan 3-5 ml darah untuk anak-anak dan 5-10 ml
darah untuk dewasa.
4) Benar cara dan alat pengambilan spesimen : alat pengambilan spesimen
harus disesuaikan dengan jenis spesimen karena dapat mempengaruhi
pemulihan atau recovery kuman. Penggunaan swab kapas tidak dianjurkan
karena swab kapas mengandung asam lemak dan calcium alginate yang
bersifat toksik terhadap kuman sehingga dapat menghambat kuman
fastidious tertentu. Oleh karena itu dianjurkan menggunakan swab dari
bahan Dakron atau polyester. Penggunaan swab untuk biakan anaerob tidak
dianjurkan dan sebaiknya spesimen diaspirasi menggunakan jarum.
5) Benar wadah : wadah spesimen harus disesuaikan dengan jenis spesimen.
8
Wadah yang digunakan harus steril, sesuai dengan jenis spesimennya, dan
mudah digunakan terutama bila pasien harus mengumpulkan spesimen
sendiri. Wadah harus bertutup ulir, agar tertutup kuat untuk mencegah tunpah
atau bocor selama transportasi spesimen. Jangan beri label pada tutupnya
melainkan pada wadahnya. Label berisi informasi, yaitu nama lengkap
pasien, nomor identitas (nomor rekam medik atau lainnya), sumber
spesimen, tanggal dan jam pengambilan spesimen.
6) Bila memungkinkan, spesimen diambil sebelum pemberian antibiotik. Hal
ini bertujuan untuk meningkatkan pemulihan atau recovery kuman.
7) Cuci tangan sebelum dan sesudah pengambilan spesimen : tindakan aseptik
pada saat pengambilan spesimen sangat penting untuk menghindari
tercemarnya spesimen oleh flora normal.6
Syarat pengambilan spesimen secara khusus untuk pemeriksaan
mikrobiologi (kultur), adalah sebagai berikut:
1) Spesimen diambil pada tahap awal penyakit karena jumlah kuman dalam
spesimen akan lebih tinggi
2) Spesimen sebaiknya diambil pada saat demam/suhu tinggi karena jumlah
kuman akan lebih banyak
3) Spesimen sebaiknya diambil sebelum pemberian antibiotik. Bila sudah
mendapat antibiotik, pengambilan dilakukan sebelum pemberian dosis
antibiotik berikutnya.6
4) Volume Spesimen
9
Volume spesimen yang diambil harus adekuat untuk permintaan
pemeriksaan mikrobiologi. Jika volume yang diterima sedikit maka klinisi dan
perawat harus diberitahukan, salah satunya adalah penambahan sampel dapat
diminta atau klinisi harus membuat suatu prioritas pemeriksaan. Jika
pengambilan spesimen dengan swab, tangkai swab poliester bahan plastik
dapat digunakan karena cocok untuk banyak mikroorganisme. Kalsium alginat
tidak digunakan jika pengambilan sampel untuk kultur virus karena dapat
menginaktifkan virus herpes simplek (HSV); kapas dapat sebagai racun dari
Neisseria gonorrhoe, tangkai bahan kayu harus dihindari karena dapat
menjadi bahan toksik bagi Chlamydia trachomatis. Cara swab tidak optimal
untuk deteksi bakteri anaerob, mikobakteria atau jamur dan jangan dipakai
jika curiga adanya organisme tersebut. Sampel jaringan dan aspirasi cairan
yang tepat lebih dipakai dengan menggunakan spesimen swab untuk
penyembuhan dari organisme patogen.15
5) Tipe Spesimen
Tipe spesimen bergantung pada patogen yang akan diisolasi, spesimen
yang diambil harus merupakan representatif dari infeksi atau penyakitnya,
misalnya untuk mengisolasi N. gonorrhoeae maka spesimen yang diambil
adalah endocervical swab (bukan vaginal swab), untuk mengisolasi patogen
dari saluran pernapasan maka spesimen yang diambil adalah dahak (sputum)
bukan air ludah (saliva).15
6) Waktu untuk Pengambilan Spesimen
10
Untuk respon optimal deteksi bakteri patogen pada penyakit infeksi maka
spesimen harus di ambil pada waktunya jika kemungkinan penyembuhan
dengan agen yang dicurigai, sebagai contoh yaitu kemungkinan penyembuhan
dari banyak virus pada fase akut penyakit. Spesimen untuk penyembuhan
bakteri idealnya harus diambil sebelum terapi antimikroba dimulai.15
7) Pengambilan Spesimen
Spesimen harus diperoleh dari bagian yang terinfeksi dengan
kontaminasi minimal dari jaringan sekitarnya dan sekresi organ dan harus di
ambil pada wadah steril kecuali spesimen feses. Seluruh spesimen harus diberi
label dan nomor identifikasi pasien dari siapa pengambilan spesimen tersebut,
sumber spesimen, tanggal dan jam pengambilan.15
8) Pengiriman Spesimen
Setelah diambil, spesimen harus ditempatkan pada kantong biohazard
dan dibawa ke laboratorium secepatnya. Jika keterlambatan tidak dapat
dihindari maka urin, sputum dan spesimen saluran napas lainnya, feses, dan
spesimen untuk deteksi C.trachomatis atau virus dapat di simpan di lemari es
untuk mencegah pertumbuhan berlebihan flora normal. Cairan serebrospinal
dan cairan tubuh yang lain, darah dan spesimen untuk penyembuhan
N.gonorrhoe harus disimpan pada suhu kamar karena jika disimpan kedalam
lemari es dapat mematikan kuman patogen yang akan diperiksa.15
9) Spesimen yang tidak dapat diterima
Setiap kepala laboratorium harus membuat kriteria untuk menolak
11
spesimen yang tidak dapat diterima untuk kultur. Banyak klinisi mikrobiologi
setuju bahwa spesimen yang ditolak adalah :
Mislabeled atau unlabeled dan atau tidak adanya formulir permintaan
pemeriksaan.
Sumber spesimen tidak ditulis di form.
Ketidaksesuaian spesimen dengan permintaan pemeriksaan (kultur
anaerob untuk sputum).
Tidak layaknya container atau transport media.
Spesimen melebihi waktu toleransi.
Spesimen diterima dalam keadaan Expired Date dari container.
Urine terkontaminasi dengan tinja.
Tinja terkontaminasi dengan urin.
Kultur viral yang dikoleksi dengan swab calcium alginate atau tangkai
kayu.
Spesimen jaringan dalam formalin.15,16
Spesimen berikut juga harus ditolak untuk kultur anaerob :
Bilasan lambung
Urin dari aspirasi supra pubik
Feses (kecuali untuk penyembuhan Clostridium difficile pada penelitian
atau untuk diagnosa hubungan bakteri dengan keracunan makanan)
Spesimen orofaring, kecuali sampel dari jaringan dalam melalui prosedur
bedah
12
Sputum
Swab bagian ileostomi atau kolostomi
Spesimen daerah kulit superfisial15
Jenis spesimen mikrobiologi secara garis besar terdiri atas :
Cairan tubuh, termasuk eksudat dan ekskreta : darah, LCS, urin, sputum,
nanah.
Jaringan tubuh : biopsi, hasil operasi
Konsep dasar pengambilan spesimen (Postulat Koch).
Jenis spesimen : harus merupakan bahan yang benar-benar berasal dari
tempat infeksi sebenarnya (hindari kontaminasi, baik dari flora normal
tubuh maupun dari luar).
Waktu : pengambilan pada waktu optimal dengan kemungkinan paling
baik mendapatkan mikroorganisme penyebab.
Jumlah : jumlah harus cukup tergantung dengan jenis pemeriksaan yang
akan dilakukan
Alat : alat yang sesuai untuk koleksi : wadah (aerob-anaerob), maupun
media. Wadah diberi label yang berisi identitas, sumber, nama dokter dan
jam/tanggal pengambilan
Hindari kontaminasi baik saat pengambilan maupun saat pengiriman.
Gunakan wadah yang tepat untuk menghindari kontaminasi, tumpah,
kerusakan material pemeriksaan, dan keselamatan pekerja dan
lingkungan.
13
Beri label yang berisi tentang : nama, nomor identifikasi, sumber
material, tanggal dan jam, inisial kolektor.
Formulir permintaan pemeriksaan : diisi lengkap data label, jenis
pemeriksaan yang diminta, diagnosis klinis, nama dan tanda tangan
dokter yang meminta.
1.4 Penyerahan ke Laboratorium Rujukan
Jika spesimen atau kultur harus dikirim ke laboratorium yang di
rekomendasikan, harus disegel untuk mencegah bahaya. Kultur bakteri dan jamur
harus ditanam di tabung media padat. Tutup tabung atau vial pertama harus di segel
menggunakan plester tahan air dan dimasukkan ke wadah penyimpanan kedua,
dikelilingi oleh bahan segel yang kuat dan menyerap bahan spesimen atau kultur
jika terjadi kebocoran atau rusak pada wadah pertama. Jika botol yang disimpan
pada wadah penyimpanan kedua banyak atau lebih dari satu maka sampel harus
diletakkan terpisah-pisah dan tidak bersinggungan dengan botol yang lain. Wadah
penyimpanan kedua harus ditutup dan dikirim menggunakan wadah yang terbuat
dari bahan fiber atau plastik yang keras. Semua botol sampel yang ada tersimpan
didalam harus tertutup antara wadah penyimpan kedua dan segel luar. Wadah
penyimpan kedua dan penyimpan terluar harus cukup kuat memelihara integritas
suhu dan tekanan udara. Jika spesimen harus dikirim menggunakan dry ice maka
harus ditandai “spesimen beku, dry ice”. Dry ice harus disimpan diluar wadah
penyimpanan kedua untuk mencegah penguapan dry ice tersebut. Semua spesimen
infeksi yang dikirim harus di beri label yang berisi alamat, nama dan nomor
telepon pengirim.15
14
BAB II
PENGAMBILAN SPESIMEN
UNTUK PEMERIKSAAN MIKROBIOLOGI
2.1. Urin
Diagnosis ISK dibuat berdasarkan anamnesis adanya gejala/tanda ISK,
pemeriksaan fisik dan penunjang. Tes yang terpenting adalah kultur urin sebagai
baku emas diagnosis.
Ada banyak mikroorganisme yang dapat menginfeksi saluran kemih, tetapi
pada umumnya adalah bakteri gram negatif. Escherichia coli (E. Coli)
menyebabkan hampir 80% sedangkan Staphylococcus saphrophyticus sekitar 10-
15
15% dan Proteus mirabilis serta Klebsiella 2-5% kasus. Kuman gram negatif lain
seperti Serratia dan Pseudomonas merupakan penyebab infeksi saluran kemih
pada pasien yang dirawat di rumah sakit. Escherichia coli tumbuh baik pada
hampir semua media yang biasa dipakai di laboratorium mikrobiologi.
Saluran kemih bagian atas dari uretra biasanya steril pada manusia yang
sehat tetapi uretra menjadi tempat koloni dari bakteri yang berbeda, sehingga
spesimen urin yang dikumpulkan dengan metode non-invasif (seperti clean catch
pada spesimen mid-stream) menjadi terkontaminasi selama proses, untuk itu
perlunya prosedur pra analitik yang baik dan tepat.9
Spesimen urin ditampung dalam wadah urin steril, kering, tidak bocor,
bertutup ulir, bermulut lebar (terutama untuk perempuan), alas datar (agar tidak
tumpah), terbuat dari bahan yang jernih (plastik atau kaca) agar dapat menilai
warna dan kejernihan spesimen urin. Pengumpulan spesimen urin pediatrik
menggunakan kantong dengan pelekat.5,6,18
Persiapan pasien
- Anamnesis apakah pasien sementara mendapat terapi antibiotik .
- Memberikan informasi tentang cara pengambilan urin yang benar.
- Disarankan untuk tidak buang air kecil pada malam hari.9
Pengambilan spesimen
- Waktu pengambilan sebaiknya sebelum diterapi antibiotik atau 48-72
jam setelah diterapi antibiotik terakhir. Disarankan urin pagi pertama,
16
atau urin diambil 2 jam setelah buang air kecil terakhir karena pada saat
ini mikroorganisme penginfeksi berada dalam jumlah terbanyak.10,14
- Spesimen dapat diperoleh dengan cara clean catch midstream,
kateterisasi atau dari aspirasi suprapubik. Spesimen dari kateterisasi atau
clean catch dari perempuan dan laki-laki yang tidak disunat memerlukan
disinfeksi daerah periuretra sebelum pengambila spesimen. Spesimen
clean catch harus diambil dari porsi tengah (mid stream) untuk
menghindari pencemaran dari flora periuretra transien. Walaupun sudah
dilakukan tindakan dengan sangat hati-hati, spesimen clean catch dan
kateterisasi akan tercemar oleh sejumlah kecil mikroorganisme, dan
pengiriman ke laboratorium harus dilakukan dengan benar untuk
mencegah multiplikasi berlebihan mikroba pencemar. Penyimpanan
spesimen pada suhu 40C setelah pengambilan dan selama pengiriman
merupakan tindakan efektif.
Gambar Wadah Spesimen Urin : pot urin, pediatric urine collection bag,
17
Cara pengambilan spesimen urine adalah sebagai berikut:
1. Spesimen Urin Midstream Clean Catch
Prosedur pengumpulan spesimen urin midstream clean catch, adalah
sebagai berikut:
Perempuan Laki-Laki
Sebelum pengumpulan urine, pasien harus mencuci tangan dengan sabun sampai bersih dan mengeringkannya dengan handuk bersih/tissue.
Siapkan 1 kasa steril+air sabun , 2 kasa steril+air/salin hangat , 1 kasa steril kering. Jangan memakai larutan antiseptik.
Siapkan juga pot urin steril dan jangan dibuka sebelum pembersihan muara uretra dilakukan
Dengan 2 jari, kedua labia dipisahkan dan daerah vagina dibersihkan dengan potongan kasa steril+air sabun. Arah pembersihan dari depan ke belakang. Kemudian buang kasa yang telah digunakan ke tempat sampah .
Preputium ditarik ke belakang dengan satu tangan (jika tidak dikhitan) hingga muncul ujung penis dan daerah ujung penis dibersihkan dengan potongan kasa steril+air sabun . Kemudian buang kasa yang telah digunakan ke tempat sampah
Daerah tersebut dibilas dgn potongan kasa steril+air/salin hangat, dari arah depan ke belakang. Selama pembilasan, kedua labia tetap dipisahkan dengan 2 jari dan jangan biarkan labia menyentuh muara uretra.
Ujung penis dibilas dengan potongan kasa steril+air/salin hangat.
Ulangi pembilasan sekali lagi, lalu daerah tersebut dikeringkan dengan potongan kasa steril kering. Kemudian buang kasa yang telah digunakan ke tempat sampah.
Dengan tetap memisahkan kedua labia, mulailah berkemih.
Dengan tetap menahan preputium ke belakang, mulailah berkemih.
18
Pancaran urin yang mula-mula keluar dibuang, kmdn aliran urin selanjutnya ditampung di pot urin steril sampai ± ⅓ - ½ pot terisi.
Hentikan penampungan sebelum berkemih selesai.
Setelah selesai, pot urin ditutup dengan rapat dan dinding luar pot dibersihkan dari urin yang tertumpah. Spesimen segera dikirim ke laboratorium
Sesudah pengumpulan urin, pasien harus mencuci tangan dengan sabun sampai bersih dan mengeringkannya dengan handuk bersih/tissue.
Digunakan untuk pemeriksaan rutin dan kultur bakteri.
2. Spesimen Urin dari Kateter
Digunakan untuk pasien-pasien yang tidak kooperatif, tidak dapat mengeluarkan
urine, atau tidak dapat mengontrol miksi.17
Prosedur pengambilan spesimen urin dari kateter secara konvensional, adalah
sebagai berikut:
Kateter diklem selama ± 30 menit pada tube yang tidak terisi urin, beberapa
centimeter sebelah distal dari tempat penusukan, supaya terjadi akumulasi
urin.
Tempat penusukan kateter (karet) sebaiknya sedekat mungkin dengan ujung
distal kateter yang berada dalam kandung kemih.
Lakukan tindakan antisepsis pada daerah kateter yang akan ditusuk dengan
19
alkohol 70%.
Lakukan aspirasi urin dengan menggunakan syringe sebanyak 10-12 ml.
Urin dari syringe langsung dimasukkan ke dalam pot, tutup rapat, labelling.
Spesimen urin dikirim segera ke laboratorium.
3. Spesimen Urin dari Aspirasi Suprapubik
Digunakan untuk pasien yang tidak kooperatif.
Prosedur ini biasanya digunakan untuk pemeriksaan sitologi, kultur bakteri
(terutama untuk mikroba anaerob), pada bayi di mana kontaminasi spesimen
urine tidak dapat dihindarkan.17
Prosedur pengumpulan spesimen urin dari aspirasi suprapubik, adalah sebagai
berikut:7
Pasien diposisikan
Anak → supine dengan frog-legged position
Dewasa → supine
Desinfeksi kulit dilakukan di daerah suprapubik dengan povidone iodine 10%, kemudian sisa Povidone iodine dibersihkan dengan alkohol 70%.
Anestesi lokal dengan lidocaine pada daerah yang akan ditusuk/diaspirasi (linea mediana, 2 cm di atas simphisis pubis)
20
Aspirasi urin, dengan memasukkan jarum/needle yang dihubungkan dengan syringe 10-20 mL ke titik suprapubik
Anak → dengan needle 22 G, membentuk sudut 10o-20o terhadap garis tegak lurus, sedikit ke arah cephal (karena VU masih termasuk organ abdomen)
Dewasa → dengan needle 20 G, membentuk sudut 10o-20o terhadap garis tegak lurus, sedikit ke arah caudal (karena VU termasuk organ pelvis)
Masukkan jarum hingga urin terlihat di syringe, aspirasi urin sebanyak 10-20 mL.
Bila penusukan tidak berhasil, cabut jarum hingga ujung jarum di jaringan sub kutan, lalu masukkan lagi dengan sudut 10o ke arah yang sedikit berbeda. Maksimal diulang 3 kali percobaan.
Setelah urin diperoleh, cabut jarum, beri sedikit tekanan pada tempat penusukan dengan kassa steril, lalu diberi plester.
Urin dimasukkan ke dalam pot, tutup rapat, labelling. Spesimen urin dikirim segera ke laboratorium.
Pada keadaan normal, kandung kemih itu steril, sehingga aspirasi suprapubik
akan memberikan spesimen untuk kultur yang benar-benar bebas dari
kontaminasi luar. Selain itu juga digunakan untuk pemeriksaan sitologi.
4. Spesimen Urin pada Pediatrik menggunakan Pediatric Urine Collection Bag
Laki-Laki Perempuan
21
Terlebih dahulu area skrotum dibersihkan dari minyak dan dikeringkan. Buka kantong pembungkus Pediatric Urine Collection Bag
Terlebih dahulu area perineal dibersihkan dari minyak dan dikeringkan. Buka kantong pembungkus Pediatric Urine Collection Bag
Buka bagian perekat (perekat di daerah depan rektum terlebih dahulu), untuk kemudian dilekatkan dengan arah ke depan.
Kedua labia dipisahkan dan ditekankan bagian perekat secara perlahan-lahan ke area antara kedua labia.
Masukkan penis secara perlahan-lahan ke dalam bag (kantong).
Sempurnakan perlekatan dgn menekankan bagian perekat ke area genital bagian atas/depan.
Bag urin sudah diposisikan untuk pengumpulan spesimen jangka pendek.
Popok bisa kembali digunakan, sembari menunggu volume urin yang dibutuhkan
Urin yang terkumpul di bag urin, dapat dipindahkan ke pot urin untuk kemudian dikirim ke laboratorium.
Pengiriman dan penyimpanan spesimen urin
- Semua spesimen urine harus segera dikirim ke laboratorium dan harus
diproses dalam waktu 2 jam setelah ditampung.
- Jika keterlambatan dalam transportasi atau pemrosesan tidak dapat
dihindari, spesimen didinginkan/ disimpan dalam lemari es (2-8°C) segera
setelah pengambilan, selanjutnya harus telah dites di laboratorium dalam
waktu maksimal 18 jam.
- Pengiriman spesimen dilakukan dengan menggunakan “cool box” (2-8°C),
22
kecuali jika waktu perjalanan kurang dari 1 jam.
- Tabung pengawet urin yang mengandung asam borat dan dijual di pasaran
dapat menstabilkan hitung koloni patogen dan pencemar (bersifat
bakteriostatik) serta bermanfaat apabila spesimen diperkirakan berada
dalam suhu kamar yang cukup lama.
- Alat biakan dipslide agar yang diinokulasikan segera setelah spesimen
diambil juga bermanfaat untuk mengurangi masalah yang berkaitan dengan
keterlambatan pengiriman spesimen.
- Koleksi kit yang berisi pengawet untuk mempertahankan populasi stabil
bakteri selama 24 jam pada suhu ruangan yang tersedia di pasaran tetapi
tidak memberikan keuntungan dibandingkan dengan penyimpanan di dalam
lemari es.8,10
2.2. Apus Uretra dan Cervical
Persiapan pasien
- Pasien diberi penjelasan mengenai tindakan yang akan dilakukan.
- Spesimen usap uretra dikumpulkan minimal 2 jam setelah pasien
berkemih.
- Waktu pengambilan spesimen apus uretral dapat diambil kapan saja
sesuai indikasi.9,10
23
- Spesimen cervical dikumpulkan untuk menentukan etiologi dari cervisitis
dan untuk mengidentifikasi orang tanpa gejala terinfeksi dengan
organisme penyebab penyakit menular seksual
Alat dan bahan yang diperlukan untuk pengumpulan spesimen apus uretra
dan apus servical adalah sebagai berikut:5,6
Swab steril jenis dakron.
Tabung steril berisi media transport.
Normal saline steril
Alat pelindung diri, kacamata pelindung, masker, hand scoen.
Prosedur pengambilan spesimen apus uretral pada laki-laki dan apus cervical
pada perempuan, adalah sebagai berikut:5,19
Laki-Laki Perempuan
Pasien diminta untuk tidak kencing selama 1 jam sebelum pemeriksaan. Apabila pasien mengeluarkan sekret uretra, spesimen dapat diambil langsung.
Bersihkan area ectocervix dengan swab untuk menghilangkan mucous dan pus. Lalu buang swab tersebut.
Swab yang telah dibasahi normal saline Swab yang telah dibasahi normal
24
steril, dimasukkan ke dalam uretra ± 3-4 cm pada laki-laki.
saline steril, dimasukkan ke dalam uretra ± 1-2 cm pada wanita.
Swab diputar selama 2 detik , lalu dikeluarkan secara perlahan-lahan.
Swab diputar selama 5-10 detik , lalu dikeluarkan secara perlahan-lahan.
Swab dimasukkan ke dalam tabung, lalu tabung ditutup rapat, dan spesimen harus dibawa ke laboratorium secepat mungkin.
Setelah pengumpulan spesimen apus uretral dan apus cervical dilakukan,
maka:5,6,20
Labelling pada wadah spesimen (bukan pada tutup wadah).
Spesimen harus segera dibawa ke laboratorium.
Jika terdapat penundaan pemeriksaan, maka spesimen ditempatkan di media
transport, pada suhu 2oC hingga 30oC dapat disimpan selama 60 hari, dan
pada suhu -20oC hingga -70oC dapat disimpan selama 90 hari.
Pengiriman dan penyimpanan spesimen
25
- Spesimen usap dapat ditempatkan dalam sistem pengiriman tabung dan
dikirim ke laboratorium secepatnya dalam waktu 2 jam.
- Jika keterlambatan dalam pengiriman tidak dapat dihindari, swab harus
ditinggal pada suhu kamar, tidak didinginkan.10
2.3. Sekret vagina
Sekret vagina berguna dalam menentukan etiologi dari vulvovaginitis dan
vaginosis bakteri (dinamakan demikian karena kondisi ini noninvasif). Pada
wanita post pubertas, patogen yang paling umum adalah Gardnerella vaginalis
(bekerja sama dengan anaerob seperti Mobiluncus spp.), Candida sp, dan
Trichomonas vaginalis.10
Persiapan pasien
- Pasien diberi penjelasan mengenai tindakan yang akan dilakukan.21
Pengambilan spesimen
- Ambil lidi kapas steril yang pertama.
- Bersihkan sekitar mulut serviks/rahim dengan lidi kapas steril kemudian
ke fornix posterior dan dinding vagina.
- Slide diletakkan di meja jika tidak ada asisten, jika ada asisten pembuatan
preparat dapat dilakukan oleh asisten.
- Dari lidi kapas pertama ini buatlah apusan berupa dua lingkaran kecil
pada sisi kanan dan kiri slide untuk pemeriksaan sediaan basah, olesan
jangan terlalu tebal atau tipis.
26
- Lakukan pemeriksaan keasaman vagina dengan menempelkan lidi kapas
yang telah digunakan untuk mengambil sediaan dari forniks dan dinding
vagina pada kertas pH.
- Buang lidi kapas yang sudah digunakan ke dalam tempat sampah
infeksius.
- Ambil lidi kapas steril kedua.
- Masukkan lidi kapas steril ke dalam saluran endoserviks sedalam 1 – 1.5
cm, putar lidi kapas searah jarum jam 2-3 kali (10-30 detik) untuk
dapatkan sampel yang cukup.
- Tarik lidi kapas pelan-pelan tanpa menyentuh dinding vagina.
- Buatlah hapusan pada kaca objek kedua dengan cara menggulirkan lidi
kapas dengan berhati-hati.22
Pengiriman dan penyimpanan spesimen
Spesimen yang sudah diambil dengan menggunakan lidi kapas steril
dimasukkan ke dalam media transpor (Amies agar) dan dikirim ke
laboratorium.23
2.4. Darah
Pengambilan spesimen darah untuk pemeriksaan kultur darah adalah
prosedur untuk mendeteksi infeksi sistemik yang disebabkan oleh bakteri dan
jamur. Infeksi bakteri patogen pada darah merupakan infeksi penting pada
laboratorium mikrobiologi. Kultur darah sangat penting dalam mengidentifikasi
27
bakteri untuk bakterimia, sepsis, infeksi katup jantung prostetik, tromboplebitis
supuratif, aneurisma jamur dan infeksi cangkok vaskular. Kultur darah juga
sangat berguna untuk diagnosa beberapa infeksi virus dan infeksi karena jamur
terutama Candida, Cryptococcus neoformans, Fusarium dan Histoplasma
capsulatum. Parasit dideteksi pada darah menggunakan mikroskop dengan
melakukan apusan darah tepi. Secara umum, darah harus diambil untuk kultur
sebelum terapi antimikroba dengan gejala klinis demam ( suhu 38˚C atau lebih),
hipotermia (suhu 36˚C atau kurang), leukositosis, granulositopenia atau
hipotensi.9,10
Persiapan pasien
- Waktu yang optimal untuk melakukan kultur darah jika di curigai
bakterimia atau fungimia adalah sesaat sebelum temperatur mencapai
puncak, dianjurkan pengambilan darah sebanyak 3 kali dalam selang
waktu 1 jam.
- Perlu mengetahui terapi yang diperoleh terutama dosis dan waktu
pemberian obat. Sebaiknya sebelum diterapi antibiotik atau sampai 72
jam setelah diterapi antibiotik terakhir, tapi bila telah diterapi
menggunakan media yang mengandung Resin, yang berfungsi mengikat
antibiotik dalam darah pasien maka pasien tidak perlu berhenti minum
antibiotik pada saat pengambilan darah.5,9,10
Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam prosedur pengambilan darah vena
untuk pemeriksaan mikrobiologi (kultur), adalah sebagai berikut:5,6,24,25,26
28
Povidone iodine 10%
Luer adapter
Isopropyl alcohol 70%
Tube holder
Wing needle set
Hand schoen
Botol kultur Tabung Sodium Polyanethol Sulfonate (SPS)
Macam-macam botol kultur beserta kuman yang dapat dikultur di dalamnya, sebagai berikut:27,28
No. Botol Kultur Gambar Kuman
1. Aerob Neisseria meningitidis
Haemophilus influenza
Streptococcus pneumoniae*
Streptococcus pyogenes
Pseudomonas aeruginosa
Candida glabrata
Staphylococcus aureus
Escherichia coli
Alcaligenes faecalis
a. Standard
b. Plus enrichment peptone / soybean-casein
2. Anaerob Clostridium perfringens
29
Bacteroides fragilis*
Bacteroides vulgatus
Streptococcus pneumoniae
Escherichia coli
Staphylococcus aureus
a. Standard
b. Plus enrichment peptone / soybean-casein
3. Pediatrik enrichment
4. Isolator (tabung kultur darah)
Pediatrik. Cocok untuk kultur sumsum tulang dan spesimen pediatrik lainnya. Dewasa. Cocok untuk untuk kultur darah untuk Bartonella, Neisseria, Malessezia.
Prosedur pengambilan darah vena untuk pemeriksaan mikrobiologi (kultur), adalah sebagai berikut:5,6,24,25,26
1. Susun alat dan bahan yang diperlukan. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan.
2. Posisikan pasien dengan tepat (lengan lurus di atas meja dengan telapak tangan menghadap ke atas). Pasang torniket 3-4 inchi di atas tempat pungsi dan minta pasien untuk mengepal tanpa memompa kepalan tangan.
3. Pilih vena yang sesuai untuk pungsi.
30
4. Bersihkan daerah yang akan dipungsi dengan povidone iodine 10% (gerakan dari tengah memutar ke tepi), biarkan selama 1-2 menit. Lalu ulangi hal yang sama dengan isopropyl alcohol 70%, biarkan kering secara alami. Jangan menyentuh lagi area yang sudah dibersihkan.
5. Sebelum disambungkan, penutup botol kultur dibuka, lalu desinfeksi septumnya dgn alkohol 70% dan biarkan kering.
6. Berilah tanda pada botol kultur sesuai dengan kebutuhan. Perhatikan petunjuk volume minimal dan volume yang direkomendasikan untuk tiap botol kultur / tabung lainnya.
7. Metode A Sambungkan syringe 10 mL ke wing needle set.
Metode B
Sambungkan luer adapter pada wing needle set dengan tube holder.
Tancapkan luer adapter pada septum tutup botol kultur aerob terlebih dahulu
8. Masukkan jarum ke dalam kulit dengan sudut tertentu (10-15o untuk wing needle, ≤ 30o untuk needle biasa) terhadap lengan, dengan ujung jarum menghadap ke atas: Ikuti geografi vena dengan jarum. Masukkan jarum dengan tenang dan cukup cepat
untuk meminimalkan ketidaknyamanan pasien.
9. Ketika darah mulai mengalir, lepaskan tourniquet dan kepalan tangan dibuka.. Jangan pernah menarik jarum tanpa melepas tourniquet.
10. Metode A Tarik barel syringe secara perlahan, hingga
darah mengalir ke dalam syringe. Jangan menarik terlalu cepat untuk mencegah hemolisis atau membuat vena kolaps.
31
Hisap darah hingga volume tertentu (10 mL pada dewasa, 1-4 mL pada anak)
Setelah darah yang terambil cukup volumenya, lepaskan syringe dari wing needle set, sambungkan needle 18 G ke syringe, untuk kemudian dipindahkan ke dalam botol kultur (biarkan mengalir sendiri)
Ulangi prosedur yang sama untuk botol kultur anaerob, dengan syringe yang berbeda.
Metode B
Darah akan mengalir ke botol kultur anaerob. Setelah mencapai tanda yang dibuat di botol, lepaskan botol dari luer adapter, untuk kemudian luer adapter ditancapkan ke botol kultur anaerob.
Lakukan hal yang sama, apabila dibutuhkan pemeriksaan darah lainnya (disesuaikan dengan urutan "order of draw")
11. Botol kultur aerob dan tabung yang telah terisi darah, dicampur dengan cara dibolak-balikkan 180O secara gentle.
12. Setelah darah yang diambil telah cukup volumenya, tarik jarum, dan kemudian berikan tekanan pada tempat pengambilan. Tempelkan plester di atas bola kapas atau kasa untuk menghentikan perdarahan dan menghindari hematom.
13. Labelling dan segera dikirim ke laboratorium.
Tabung isolator, botol kultur pediatrik enrichment, dan botol kultur aerob
harus diisi terlebih dahulu daripada botol kultur anaerob.29 Hindari masuknya
udara ke dalam botol kultur anaerob, dengan cara membuang udara yang ada
pada syringe sebelum memasukkan darah ke dalam botol kultur anaerob.26
Pengambilan darah sebanyak 20 mL langsung menggunakan satu syringe
tidaklah dianjurkan. Akan ada risiko terbentuknya aerosol ketika jarum dipindah
32
dari botol pertama, sehingga terjadi "spray back".26
Pengiriman dan penyimpanan spesimen darah
- Spesimen darah dibawa ke laboratorium pada suhu kamar secepat
mungkin (<2 jam) setelah pengambilan dengan menyertakan formulir
permintaan tes yang berisi tanggal permintaan, tanggal dan jam
pengambilan spesimen, identitas pasien, identitas pengirim, identitas
spesimen, tes laboratorium yang diminta, nama pengambil spesimen,
transpor media/ pengawet yang digunakan serta keterangan klinis yang
terdiri dari diagnosis atau riwayat singkat dan terapi.
- Jika tidak segera dikirim ke laboratorium maka penyimpanan terbaik
adalah pada suhu 37°C tapi sebaiknya tidak lebih dari 24 jam. Bila tidak
ada inkubator, dapat disimpan dekat lampu. Kultur darah tidak boleh
dimasukkan ke lemari es.8,10
2.5. Feses
Pengambilan spesimen feses segar atau dengan apusan rektal berguna
untuk menentukan etiologi infeksi diare atau keracunan makanan serta berperan
untuk memastikan diagnosa botulisme, diagnosa dan infeksi yang disebabkan
oleh adenoviruses, enterovirus, beberapa patogen menular seksual, protozoa dan
cacing usus, dan dalam beberapa kasus, cacing dari saluran pernapasan dan
empedu.10
Spesimen feses sebaiknya dikumpulkan pada stadium awal diare, ketika
33
kuman patogen dalam jumlah terbanyak, dan sebaiknya sebelum pemberian
antimikrobial.30
Persiapan pasien
- Untuk pemeriksaan feces segar, pasien diharuskan buang air kecil
terlebih dahulu agar tinja tidak tercemar urin. Spesimen dapat diambil
kapan saja sesuai indikasi.
Alat dan bahan yang diperlukan untuk pengumpulan spesimen feses
adalah:5,30
Pot steril yang bermulut lebar, memiliki
sendok plastik pada tutupnya, bertutup ulir
rapat.
Medium transport
Cary-Blair (semi solid medium), cocok
untuk semua kuman patogen enterik.
Alkali peptone water (liquid medium), cocok
untuk Vibrio spp.
Prosedur pengambilan spesimen feses, adalah sebagai berikut:5
Pengumpulan spesimen tidak boleh tercampur oleh air, urin, atau kertas
tissue.
Feses dapat langsung dimasukkan pada pot steril yang bermulut lebar.
Jika menggunakan pot steril yang bermulut kecil dengan sendok plastik
34
di tutupnya, maka feses dapat ditampung terlebih dahulu dalam
pengumpulan (yg kering, bersih, bebas urin), kemudian dapat
dimasukkan pada pot steril dengan menggunakan sendok plastik
tersebut.
Jika feses berkonsistensi cair, maka harus langsung dikumpulkan ke
dalam pot steril tersebut.
Volume feses padat 2-5 gram, volume feses cair 10-15 ml.
Spesimen harus dibawa ke laboratorium secepatnya, dan dilakukan
pemeriksaan dalam waktu maksimal 2 jam.
Setelah pengumpulan spesimen feses dilakukan, maka:5,30
Labelling pada wadah spesimen (bukan pada tutup wadah).
Spesimen harus segera dibawa ke laboratorium, pemeriksaan segera
dilakukan dalam waktu kurang dari 2 jam.
Jika terdapat penundaan pemeriksaan, maka spesimen ditempatkan di
media transport (Cary-Blair), pada suhu kamar atau disimpan di
refrigerator selama 1 minggu.
2.6. Apus Rektal
Secara ideal, spesimen feses segar lebih dipilih daripada apus rektal.
Akan tetapi spesimen apus rektal dapat diterima, pada keadaan dimana
pengumpulan feses tidak dapat segera dilakukan, atau ketika transportasi
spesimen feses ke laboratorium ditunda.31 Spesimen feses sebaiknya
dikumpulkan pada stadium awal diare, ketika kuman patogen dalam jumlah
terbanyak, dan sebaiknya sebelum pemberian antimikrobial.31
35
Alat dan bahan yang diperlukan untuk pengumpulan spesimen apus
rektal, adalah sebagai berikut:5
Swab steril jenis dakron. Swab dari kapas tidak direkomendasikan, karena
mengandung asam lemak dan Ca alginate yang bersifat toksik terhadap
kuman.
Tabung steril berisi media transport
Alat pelindung diri, kacamata pelindung, masker, hand scoen.
Prosedur pengambilan spesimen apus rektal, adalah sebagai berikut:5
Swab dimasukkan ke dalam anus 2-3 cm.
Swab diputar dan dibiarkan selama ± 10 detik di dalam anus, agar menyerap.
Swab secara perlahan ditarik keluar.
Swab dimasukkan ke dalam tabung, lalu tabung ditutup rapat, dan spesimen
harus dibawa ke laboratorium secepat mungkin.
Setelah pengumpulan spesimen apus rektal dilakukan, maka:
Labelling pada wadah spesimen (bukan pada tutup wadah).
Spesimen harus segera dibawa ke laboratorium, pemeriksaan segera
dilakukan dalam waktu kurang dari 2 jam.
36
Jika terdapat penundaan pemeriksaan, maka spesimen ditempatkan di media
transport (Amies atau Stuart), pada suhu kamar atau disimpan di refrigerator
selama 1 minggu.
2.7. Sputum
Sputum adalah sekret mukus yang dihasilkan oleh paru-paru, bronkus
dan trakea. Sputum diproses di laboratorium untuk mengetahui kuman penyebab
infeksi pada saluran napas bawah.6
Persiapan pasien sebelum pengumpulan sputum, adalah sebagai berikut:5,6
Malam hari sebelum pengambilan sputum, pasien dianjurkan untuk
menyikat gigi dan berkumur untuk menurunkan kontaminasi spesimen.
Bila pasien mengalami kesulitan mengeluarkan sputum, pada malam
hari sebelumnya diminta minum teh manis atau diberi obat Gliceryl
guaiacolat 200 mg.
Waktu pengumpulan spesimen yang direkomendasikan, adalah sebagai
berikut:6,32
Waktu terbaik untuk pengambilan adalah di pagi hari ketika bangun
tidur, karena selama semalam sputum terkumpul sehingga konsentrasi
kuman menjadi lebih banyak.
Namun bila tidak memungkinkan diperoleh sampel pagi hari, maka
sputum yang diambil sewaktu juga dapat diterima.
Untuk pemeriksaan Bakteri Tahan Asam (BTA), dibutuhkan sputum SPS
(Sewaktu Pagi Sewaktu)
1) Sewaktu I
Sputum dikumpulkan di dalam pot 1, saat pertama sekali datang. Ketika
37
pulang, pasien membawa pulang pot 2 untuk mengumpulkan sputum pada
pagi hari kedua.
2) Pagi
Sputum dikumpulkan di dalam pot 2, di rumah pada pagi hari kedua
setelah bangun tidur.
3) Sewaktu II
Sputum dikumpulkan di dalam pot 3, pada hari kedua di laboratorium saat
menyerahkan pot 2.
Ketiga spesimen tersebut harus diambil 2 hari berturut-turut.
Persiapan pasien sebelum pengumpulan sputum, adalah sebagai berikut:5,6
Malam hari sebelum pengambilan sputum, pasien dianjurkan untuk
menyikat gigi dan berkumur untuk menurunkan kontaminasi spesimen.
Bila pasien mengalami kesulitan mengeluarkan sputum, pada malam
hari sebelumnya diminta minum teh manis atau diberi obat Gliceryl
guaiacolat 200 mg.
Alat dan bahan yang diperlukan saat pengumpulan spesimen sputum:5,6
Wadah bersih, bermulut lebar, terbuat dari plastik, tidak mudah pecah
dan bocor, bertutup ulir, dengan volume ± 25 mL.
Cara melakukan pengumpulan spesimen sputum, adalah sebagai berikut:5,6
Pasien diberi penjelasan mengenai pemeriksaan dan tindakan yang akan
dilakukan dan dijelaskan perbedaan antara sputum dan ludah.
Pengambilan sputum pada tempat terbuka (ventilasi baik), jauh dari
kerumuman orang.
Sebelum pengambilan spesimen pasien diminta untuk berkumur 3 kali
38
dengan air minum, bila memakai gigi palsu sebaiknya dilepas.
Pasien berdiri tegak atau duduk tegak.
Pasien diminta untuk menarik nafas dalam, 2-3 kali , kemudian
keluarkan nafas bersamaan dengan batuk yang kuat dan berulang kali
sampai sputum keluar.
Sputum yang dikeluarkan, ditampung langsung di dalam wadah, dengan
cara mendekatkan wadah ke mulut
Sputum tersebut diamati berkualitas baik atau tidak. Sputum yang
berkualitas baik adalah kental, purulen, dan volume cukup (2-5 mL).
Setelah ditutup rapat, spesimen harus dibawa ke laboratorium
secepatnya.
Gambar Tempat Pengumpulan Spesimen Sputum
39
Gambar Prosedur Pengambilan Spesimen Sputum
Setelah pengumpulan spesimen sputum dilakukan, maka:5,6
Labelling pada wadah spesimen (bukan pada tutup wadah).
Spesimen harus segera dibawa ke laboratorium dan segera tiba di
laboratorium dalam waktu 1 jam, bila tidak memungkinkan harus
diletakkan pada media transpor.
Media transpor yang digunakan untuk spesimen sputum adalah sebagai
berikut:
Media Transpor Kegunaan Keterangan
Amies medium Kuman anaerob/ anaerob fakultatif
Bagus untuk anaerob fakultatif
Stuart’s medium Kuman anaerob/ anaerob fakultatif
Bagus untuk swab
40
Penyimpanan sputum pada pot steril berpenutup dengan jangka waktu <
24 jam pada suhu ruang atau disimpan di dalam refrigerator. .
Untuk pemeriksaan kultur, pilih spesimen sputum yang purulen, dengan
menggunakan steril swab, sputum diinokulasikan ke dalam media kultur.30
Media kultur yang rutin digunakan adalah sebagai berikut:30
Blood agar
Chocolate agar
MacConkey agar.
2.8. Spesimen Nasofaring / Apus Nasofaring
Waktu pengambilan spesimen apus nasofaring dapat diambil kapan saja
sesuai indikasi. Spesimen nasofaring yang didapat dari aspirasi, bilasan dan
swab lebih sering untuk diagnosa infeksi virus pada saluran napas tapi dapat
juga measles, pneumonia Chlamydia trachomatis pada neonatus, difteri dan
pertusis. Spesimen dari hidung juga dapat digunakan untuk identifikasi
Staphylococcus aureus.7
Untuk menemukan virus lebih cocok dilakukan swab. Spesimen dari
bilasan dan swab diambil untuk deteksi bakteri Bordetella pertussis sedangkan
spesimen dari swab digunakan untuk deteksi Chlamydia trachomatis,
Chlamydophilia pneumonia dan Corynebacterium diphtheria. 10
Persiapan pasien9,10
- Pasien diberi penjelasan mengenai tindakan yang akan dilakukan.
41
- Spesimen usap nasofaring bisa dilakukan setiap saat terutama pada fase
akut dan sebaiknya sebelum pemberian antimikroba.
- Dilakukan 2 kali pengambilan, satu untuk pemeriksaan mikroskopis dan
yang lain untuk biakan (kultur).
Alat dan bahan yang diperlukan untuk pengumpulan spesimen apus
nasofaring, adalah sebagai berikut:
Swab steril jenis dakron.
Tabung steril berisi media transport.
Alat pelindung diri, kacamata pelindung, masker, hand scoen.5
Prosedur pengambilan spesimen apus nasofaring, adalah sebagai berikut:5
Pasien duduk (bila mampu) dan diusahakan agar kepala tidak bergerak
selama pengambilan. Kepala ditengadahkan dengan sudut 70o.
Periksa lubang hidung, apakah ada sumbatan atau kotoran. Bila ada
kotoran, bersihkan terlebih dahulu.
Jarak antara ujung hidung dengan bagian bawah telinga, memberikan
estimasi seberapa jauh, swab harus dimasukkan. Masukkan swab ke
dalam lubang hidung dengan menyelusuri permukaan bawah saluran
nasal hingga mencapai nasofaring (sampai menemui tahanan). Jangan
42
memaksa memasukkan swab apabila didapatkan obstuksi sebelum
mencapai nasofaring, keluarkan swab dan coba lubang hidung lainnya.
Swab diputar perlahan selama 5-10 detik untuk melepaskan sel epitel.
Swab dikeluarkan dan segera dimasukkan ke dalam tabung.
Apabila akan dilakukan pemeriksaan mikroskopis dan kultur sekaligus,
maka lakukan pengambilan sebanyak 2 kali dengan swab yang berbeda.
Swab dimasukkan ke dalam tabung, lalu tabung ditutup rapat, dan
spesimen harus dibawa ke laboratorium secepat mungkin.
Pemeriksaan segera dilakukan dalam waktu < 2 jam atau apabila
menggunakan media transpor dapat disimpan pada suhu 40C di dalam
refrigerator selama 4 hari dan -200C untuk waktu yang lebih lama.
43
Gambar Prosedur Pengambilan Spesimen Apus Nasofaring.
Setelah pengumpulan spesimen apus nasofaring dilakukan, maka:5
Labelling pada wadah spesimen (bukan pada tutup wadah).
Spesimen harus segera dibawa ke laboratorium, pemeriksaan segera
dilakukan dalam waktu kurang dari 2 jam.
Jika terdapat penundaan pemeriksaan, maka spesimen ditempatkan di
media transport (Amies atau Stuart), pada suhu 4oC dapat disimpan
selama 4 hari, dan pada suhu -20oC dapat disimpan dalam waktu yang
lebih lama.
44
2.9. Apus Orofaring
Penyebab radang tenggorok paling umum adalah Streptococcus pyogenes
(Stereptococcus grup A), Staphylococcus aureus dan Streptococcus viridan
tertentu. Banyak juga bakteri gram negatif yang dapat diisolasi seperti
Legionella spp., Pseudomonas spp., Bordetella pertussis., Hemophillus spp. dan
Corynebacterium diphtheria. 15
Waktu pengambilan spesimen apus orofaring dapat diambil kapan saja sesuai
indikasi.5
Alat dan bahan yang diperlukan untuk pengumpulan spesimen apus
orofaring, adalah sebagai berikut:5
Swab steril jenis dakron
Tabung steril berisi media transport
Alat pelindung diri, kacamata pelindung, masker, hand scoen.
Tongue depressor.
Prosedur pengambilan spesimen apus orofaring, adalah sebagai berikut:5
Pasien duduk (bila mampu) menghadap ke sumber cahaya dan
diusahakan agar kepala pasien tidak bergerak selama proses
pengambilan swab.
Lidah ditekan ke bawah dengan Tongue depressor, kemudian swab steril
diapuskan ke:
1) Setiap tonsil
2) Bagian belakang faring
45
3) Area inflamasi/ulserasi/eksudasi/lesi
Swab tidak boleh menyentuh permukaan lidah dan buccal
Setiap daerah permukaan minimal diambil 2 apusan, 1 untuk membuat
preparat apus dan lainnya disimpan untuk pemeriksaan lebih lanjut
(misal, kultur)
Swab dimasukkan ke dalam tabung, lalu tabung ditutup rapat, dan spesimen
harus dibawa ke laboratorium secepat mungkin.
Setelah pengumpulan spesimen apus orofaring dilakukan, maka:5
Labelling pada wadah spesimen (bukan pada tutup wadah).
Spesimen harus segera dibawa ke laboratorium, pemeriksaan segera
dilakukan dalam waktu kurang dari 2 jam.
Jika terdapat penundaan pemeriksaan, maka spesimen ditempatkan di media
transport (Amies atau Stuart), pada suhu 4oC (refrigerator) dapat disimpan
selama 4 hari, dan pada suhu -20oC dapat disimpan dalam waktu yang lebih
lama.
2.10. Apus Nasal
Waktu pengambilan spesimen apus nasal dapat diambil kapan saja sesuai
indikasi.5
Alat dan bahan yang diperlukan untuk pengumpulan spesimen apus nasal,
46
adalah sebagai berikut:5
Swab steril jenis dakron
Tabung steril berisi media transport
Alat pelindung diri, kacamata pelindung, masker, hand scoen.
Prosedur pengambilan spesimen apus nasal, adalah sebagai berikut:1
Pasien duduk (bila mampu) menghadap ke sumber cahaya.
Bila pada lubang hidung terdapat kotoran, maka dibersihkan terlebih
dahulu.
Swab dimasukkan ke dalam lubang hidung ±2 cm, swab diputar
sehingga mengenai mukosa hidung selama ±3 detik.
Apabila akan dilakukan pemeriksaan mikroskopis dan kultur, lakukan
sebanyak 2 kali dengan swab yang berbeda.
Swab dimasukkan ke dalam tabung, lalu tabung ditutup rapat, dan
spesimen harus dibawa ke laboratorium secepat mungkin.
Setelah pengumpulan spesimen apus nasal dilakukan, maka:5
Labelling pada wadah spesimen (bukan pada tutup wadah).
Spesimen harus segera dibawa ke laboratorium, pemeriksaan segera
dilakukan dalam waktu kurang dari 2 jam.
Jika terdapat penundaan pemeriksaan, maka spesimen ditempatkan di media
transport (Amies atau Stuart), pada suhu 4oC (refrigerator) dapat disimpan
47
selama 4 hari, dan pada suhu -20oC dapat disimpan dalam waktu yang lebih
lama.
2.11. Apus Luka
Persiapan pasien
Pasien diberi penjelasan mengenai tindakan yang akan dilakukan.
Waktu pengambilan spesimen apus luka dapat diambil kapan saja sesuai
indikasi.
Alat dan bahan yang diperlukan untuk pengumpulan spesimen apus luka,
adalah sebagai berikut:5
Swab steril jenis dakron
Tabung steril berisi media transport.
Larutan normal saline steril.
Alat pelindung diri, kacamata pelindung, masker, hand scoen.
Prosedur pengambilan spesimen apus luka, adalah sebagai berikut:5
Lepaskan pembalut luka
Luka dibersihkan dgn normal saline steril untuk menghilangkan kotoran/
flora normal/ eksudat. Tunggu 1-2 menit sebelum dilakukan swab
Swab dioleskan ke bagian dasar luka dari satu ujung ke ujung yang lain
dengan gerakan zig zag, sembari memutar swab.
Jangan mengambil pus untuk kultur dan jangan mengoles pada bagian
luka yang sudah mengering.
Swab segera dimasukkan ke dalam tabung, lalu tabung ditutup rapat, dan
spesimen harus dibawa ke laboratorium secepat mungkin. Jangan
48
mengirimkan swab yang sudah kering.
Setelah pengumpulan spesimen apus luka dilakukan, maka:5
Labelling pada wadah spesimen (bukan pada tutup wadah).
Spesimen harus segera dibawa ke laboratorium, pemeriksaan segera
dilakukan dalam waktu kurang dari 2 jam.
Jika terdapat penundaan pemeriksaan, maka spesimen ditempatkan di media
transport (Amies atau Stuart), pada suhu 4-8oC dapat bertahan selama 18
jam.
2.12. Apus Konjungtiva / Mata
Spesimen konjungtiva dari kerokan atau swab diambil untuk mengetahui
etiologi kuman yang menyebabkan konjungtivitis. Bakteri merupakan penyebab
umum dari konjungtivitis, dan penyebab umum lainnya adalah Streptococcus
pneumoniae, Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis pada
dewasa; dan Haemophilus influenzae, Streptoccus pneumoniae, Staphylococcus
aureus pada anak. Trakoma, karena Chlamydia trachomatis, adalah penyebab
utama kebutaan di dunia. Chlamydia trachomatis juga menyebabkan
konjungtivitis inklusi pada neonatus dan jarang pada dewasa. Virus merupakan
penyebab konjungtivitis akut sekitar 15-20%, dan di Amerika Serikat
kebanyakan konjungtivitis viral karena adenovirus. Parasit jarang sebagai
49
penyebab konjungtivitis.10
Waktu pengambilan spesimen apus konjungtiva dapat diambil kapan saja
sesuai indikasi dan sebelum pemberian antibiotik.5
Persiapan pasien 10,22
- Pasien diberi penjelasan mengenai tindakan yang akan dilakukan.
- Pengambilan dilakukan sebelum pemberian antibiotik local aplication,
irigasi dengan larutan dan pemberian obat-obatan lainnya.
Alat dan bahan yang diperlukan untuk pengumpulan spesimen apus
konjungtiva , adalah sebagai berikut:5
Swab steril jenis dakron
Tabung steril berisi media transport.
Larutan normal saline steril.
Alat pelindung diri, kacamata pelindung, masker, hand scoen.
Prosedur pengambilan spesimen apus konjungtiva, adalah sebagai berikut:5
Apus diambil dari kedua mata walaupun hanya salah satunya tidak
terdapat infeksi (untuk membandingkan flora normal dan patogenitas
dari organisme yang didapat dari isolat).
Pastikan sumber cahaya mencukupi untuk pengambilan spesimen.
Pasien dapat duduk atau berbaring. Pastikan posisi kepala pasien dalam
keadaan bersandar.
Apabila terdapat pus, bersihkan dulu dengan swab steril yang telah
dibasahi salin steril, lalu buang swab tersebut.
50
Instruksikan pasien untuk melihat ke arah atas tanpa menggerakkan
kepala, sembari menahan konjungtiva palpebra bagian bawah.
Swab steril yg telah dibasahi salin steril, diapuskan sepanjang sisi
konjungtiva palpebra bawah dan konjungtiva palpebra atas, masing-
masing sebanyak 2-3 kali. Pastikan swab tidak mengenai kulit di
sekitarnya.
Swab segera dimasukkan ke dalam tabung, lalu tabung ditutup rapat, dan
spesimen harus dibawa ke laboratorium secepat mungkin. Jangan
mengirimkan swab yang sudah kering.
Setelah pengumpulan spesimen apus konjungtiva dilakukan, maka:5
Labelling pada wadah spesimen (bukan pada tutup wadah).
Spesimen harus segera dibawa ke laboratorium.
Jika terdapat penundaan pemeriksaan, maka spesimen ditempatkan di media
transport pada suhu kamar 15-30oC.
2.13. Cairan Serebrospinal
Cairan serebrospinal (CSS) diproduksi oleh plexus choroideus pada dua
ventrikel lumbar dan ventrikel tiga dan empat. Pada orang dewasa, kira-kira 20
51
mL CSS diproduksi tiap jamnya. CSS mengalir melalui cavum subarachnoid
yang terletak di antara arachnoid dan pia mater. Untuk menjaga volume 90-150
mL pada dewasa dan 10-60 mL pada neonatus, aliran CSS direabsorbsi kembali
ke dalam pembuluh darah kapiler pada granulasi arachnoid. Sel-sel pada
granulasi arachnoid berperan sebagai katup satu arah yang respon terhadap
tekanan antara sistem saraf pusat (SSP) dan mencegah refluks CSS.33
Cairan serebrospinal diambil untuk diagnosa meningitis dan agak jarang
untuk viral ensefalitis. Meningitis infeksi merupakan keadaan darurat yang
memerlukan terapi seawal mungkin untuk mencegah kematian dan kerusakan
saraf yang fatal.10
CSS mempunyai beberapa fungsi utama : (1) Memberikan dukungan
fisik terhadap otak; (2) Memberikan efek protektif terhadap perubahan
mendadak pada tekanan vena atau arteri; (3) Menyediakan fungsi ekskresi
sampah karena otak tidak mempunyai sistem limfatik; (4) Merupakan jalur
dimana hypotalamus releasing factor ditransportasikan ke sel-sel eminensia
mediana; (5) Memelihara sistem homeostasis ionik SSP.35
Indikasi dilakukannya pungsi lumbal dibagi menjadi 4 kategori mayor
penyakit, yaitu infeksi meningeal, perdarahan subarachnoid, keganasan primer
atau metastasis, dan penyakit demielinasi.35
Kontraindikasi absolut dilakukannya pungsi lumbal adalah adanya
infeksi kulit pada tempat pungsi dan adanya ketidaksesuaian tekanan antara
kompartemen supratentorial dan infratentorial. Kontraindikasi relatif
52
dilakukannya pungsi lumbal adalah peningkatan TIK, koagulopati, abses
serebri.34
Persiapan pasien 5,14,15,21
- Pasien diberi penjelasan mengenai tindakan yang akan dilakukan.
- Pasien puasa sebelum dilakukan pengambilan spesimen.
- Cairan serebrospinal/ otak dapat diambil setiap saat, sebaiknya sebelum
pemberian antimikroba.
- Tindakan asepsis dilakukan oleh dokter.
Pengambilan spesimen 17
- Tempat pengambilan spesimen adalah antara tulang L 3-4 (L3-4)
(dewasa) dan L4-5 (anak).
Bahan yang dibutuhkan
- Desinfektan kulit (Alkohol 70%, Yodium tingtur)
- Kain steril, plester dan sarung tangan steril
- Semprit dan jarum
- Novokain 0,5-1% (anastesi lokal lain)
- Dua buah jarum pungsi lumbal, nomor 20-22
- 3 Buah botol kecil steril bertutup ulir. Diperlukan 3-4 tabung plastik
steril yang telah diberi label sebagai tabung pertama, kedua dan ketiga
atau keempat. Hindari penggunaan tabung kaca karena akan
menyebabkan adhesi sel pada kaca sehingga mempengaruhi
pemeriksaan jumlah dan hitung jenis sel.
53
- Manometer air
Cara Pengambilan 5,14
- Beri penjelasan & Inform Consent.
- Penderita terfiksasi (tidak bergerak-gerak).
- Posisi pasien miring membongkok dengan kepala hampir menyentuh
lutut.
- Lakukan tindakan asepsis.
- Tusukkan jarum antara L 3-4 atau L 4-5.
- Diperlukan sekitar 10-20 ml cairan otak/ serebrospinal yang ditampung
dalam 3-4 tabung plastik steril yang telah diberi label sebagai tabung
pertama, kedua dan ketiga/ keempat.
- Cairan serebrospinal yang pertama keluar ditampung dalam tabung
pertama dan kemudian diikuti dengan tabung kedua, ketiga dan bila perlu
keempat.
- Spesimen yang diambil dari tabung pertama digunakan untuk
pemeriksaan kimiawi dan serologik sedangkan tabung kedua untuk
pemeriksaan mikrobiologik dan tabung ketiga untuk pemeriksaan
sitologik. Tabung keempat sebagai cadangan untuk pemeriksaan
tambahan/ khusus.
- Tabung pertama tidak boleh untuk pemeriksaan mikrobiologik karena
kemungkinan terkontaminasi oleh flora normal kulit. Pemeriksaan
sitologik dilakukan pada spesimen tabung ketiga untuk menghindari
54
kontaminasi sel akibat trauma pungsi.
- Setelah pengambilan, spesimen serebrospinal harus segera dikirim ke
laboratorium karena sel-sel dalam cairan serebrospinal mulai mengalami
degradasi dalam waktu 30 menit setelah keluar dari tubuh dan penundaan
pemeriksaan akan mengakibatkan kadar glukosa akan menurun karena
degradasi.
- Cantumkan identitas dengan jelas pada tabung dan gunakan surat
pengantar ke laboratorium.
Pengiriman dan penyimpanan spesimen 5,15
- Spesimen harus sudah tiba di laboratorium dalam waktu 1 jam setelah
pengambilan, jika tidak memungkinkan maka spesimen harus disimpan
dalam lemari es atau media transport dalam beberapa jam saja (dalam
waktu singkat). Penyimpanan pada suhu dingin (4-8°C) dapat
memperlambat proses degenerasi sel dan perubahan kimiawi tetapi yang
terbaik adalah segera melakukan pemeriksaan.
- Jika pada pemeriksaan makroskopik cairan serebrospinal tampak purulen
(sangat keruh), cairan serebrospinal dapat langsung diperiksa tanpa
disentrifugasi, sedangkan pada semua kasus non purulen maka cairan
serebrospinal harus disentrifugasi dalam tabung steril (lebih disukai
dalam tabung kerucut 15 ml dengan tutup ulir) pada 2000 rpm selama 15-
20 menit. Buang supernatan dengan menggunakan pipet Pasteur steril
yang terpasang karet penghisap dan pindahkan ke tabung lain untuk
55
pemeriksaan kimia atau serologis. Sedimen digunakan untuk pemeriksaan
mikrobiologi lanjutan.
- Pemeriksaan mikrobiologik harus segera dilakukan dan spesimen jangan
disimpan dalam refrigenerator karena menghambat perkembangbiakan
bakteri yang sulit tumbuh seperti Neisseria meningitidis dan
Haemophillus influenzae. Spesimen serebrospinal sebaiknya diletakkan
pada suhu kamar.
- Sisa spesimen dapat dibekukan pada -20°C untuk pemeriksaan kimiawi,
serologik dan materi genetik tambahan. Hanya komponen protein dan
materi genetik (dengan persiapan yang sesuai) yang dapat diperiksa dari
spesimen serebrospinal yang pernah disimpan.
-
2.14. Cairan Tubuh yang Lain
Enterovirus, terutama virus Coxsackie A dan B sebagai penyebab umum
perikarditis. Virus ini dapat ditemukan pada cairan perikardium dengan
melakukan kultur konvensional tetapi karena tidak dapat ditemukan pada semua
kasus maka bilasan tenggorokan dan feses (yang lebih dapat digunakan untuk
penemuan virus) ditambah dengan cairan perikardial lebih disarankan untuk
isolasi virus pada pasien yang dicurigai menderita perikarditis enterovirus. Virus
lain (virus HSV, Varisela, CMV, Epstein-Barr, Hepatitis B, Mumps dan
Influenza) merupakan agen yang jarang menyebabkan perikarditis dan biasanya
56
tidak terdeteksi di cairan perikardial.
Persiapan pasien
Pasien diberi penjelasan mengenai tindakan yang akan dilakukan.
Pengambilan spesimen
- Cairan diambil dari rongga perikardial, torak dan peritoneal atau cairan
sendi dengan melakukan aspirasi menggunakan jarum dan spuit.
- Jumlah volume yang diperlukan untuk isolasi bakteri adalah 1-5 ml, dan
volume 10-15 ml digunakan untuk penemuan mikobakteria dan jamur.
- Untuk mendiagnosa peritonitis dengan dialisis peritoneal diambil
cairannya sebanyak 50 ml lalu dimasukkan ke dalam wadah steril.36
Pengiriman dan penyimpanan spesimen
Untuk pengiriman maka cairan dimasukkan di wadah steril dan dibawa
ke laboratorium. Cantumkan identitas dengan jelas dan gunakan surat
pengantar ke laboratorium.
2.15. Cairan Sinovial
Cairan sinovial, sering disebut sebagai cairan sendi, adalah cairan kental
di dalam rongga sendi yang bergerak (diarthrosis) atau sendi sinovial. Tulang-
tulang pada sendi sinovial, mempunyai tepi berupa kartilago (tulang rawan)
sendi dan dipisahkan oleh rongga yang berisi cairan sinovial. Sendi dilingkupi
oleh kapsul sendi fibrosa yang dibatasi membran sinovial. Membran sinovial
mengandung sel-sel khusus yang disebut sinoviosit.33
57
Gambar Sendi dan cairan sinovial.33
Kartilago sendi dan cairan sinovial menguragi friksi antar tulang-tulang
selama pergerakan sendi.5 Selain berperan sebagai pelumas, cairan sinovial juga
menyediakan nutrien untuk kartilago sendi dan mengurangi shock pada kompresi
sendi yang terjadi selama aktivitas seperti jalan dan jogging.33
Cairan sinovial merupakan ultrafiltrat dari plasma darah yang melewati
membran sinovial.5 Filtrasi membran sinovial tidak selektif, ion-ion dan
molekul-molekul kecil (seperti Na+, K+, glukosa, urea) melewati membran
sinovial masuk ke dalam rongga sendi, sehingga konsentrasinya mirip dengan
konsentrasi di plasma darah, molekul-molekul besar tidak ada atau ada dalam
jumlah sedikit.3,5 Sinoviosit mensekresi ke dalam cairan sinovial,
mukopolisakarida yang mengandung asam hialuronat dan sejumlah kecil protein
(¼ dari konsentrasi di plasma darah).5 Resorpsi molekul sinovial dilakukan oleh
sistem limfatik yang tidak bergantung pada ukuran molekul.12
Kerusakan pada membran sendi menyebabkan terjadinya nyeri dan
kekakuan pada sendi, yang secara keseluruhan dikenal sebagai arthritis.5 Hasil
laboratorium dari analisis cairan sinovial dapat digunakan untuk menentukan
sebab patologis dari arthritis tersebut.5 Macam kategori arthritis berdasarkan tipe
58
reaksinya, yaitu noninflammatory (Grup I), inflammatory (Grup II),
infectious/septic (Grup III), hemorrhagic (Grup IV). (strasinger, henrys).
Pemeriksaan terhadap cairan sinovial yang banyak dilakukan adalah hitung
leukosit, differential (perbedaan kadar glukosa di darah dan di cairan sinovial),
pengecatan Gram, kultur, dan pemeriksaan kristal.12,33
Cairan sinovial diambil melalui aspirasi jarum yang disebut
arthrosentesis. Indikasi pelaksanaan arthrosentesis adalah pasien dengan efusi
sendi yang tidak terdiagnosis jelas penyebabnya atau perubahan klinis yang
signifikan yang berhubungan dengan efusi sendi. Kehati-hatian diperlukan untuk
mencegah terjadinya aspirasi sendi steril pada seseorang dengan bakterimia atau
melalui infeksi kulit atau jaringan lunak periartikuler ke dalam sendi steril.12
Jumlah cairan sinovial yang ada bervariasi berdasarkan ukuran sendi dan
banyaknya cairan yang terbentuk di sendi. Misal, cairan sinovial pada rongga
sendi lutut orang dewasa normalnya kurang dari 3,5 mL atau tidak lebih dari 4
mL , tapi dapat meningkat menjadi lebih dari 25 mL pada keadaan inflamasi.
Pada beberapa contoh, hanya sedikit cairan sinovial yang diperoleh, tapi ini
masih dapat digunakan untuk analisis mikroskopik atau kultur. Volume cairan
sinovial yang diperoleh harus dicatat.33
Lokasi arthrosentesis yang dapat dilakukan, adalah sebagai berikut:37
59
Sendi lutut Sendi pergelangan
kaki
Sendi siku Sendi MCP
Sendi bahu Sendi MTP
60
Sendi pergelangan
tangan
TMJ
Alat dan bahan yang perlu disiapkan untuk prosedur arthrosentesis,
adalah sebagai berikut:37
- Antiseptik
- Kassa steril.
- Duk lubang steril
- Hand scoen steril.
- Syringe
- Needle
- Lidocaine 1%
- Tabung spesimen.
Prosedur arthrosentesis yang dilakukan, adalah sebagai berikut:12,33
Sebelum dilakukan arthrosentesis, sendi dimanipulasi (ditekuk-tekuk atau
digoyang-goyang) terlebih dahulu untuk memastikan tercampurnya isi cairan
sinovial.
61
Bisa menggunakan USG untuk menentukan lokasi aspirasi.
Lokasi aspirasi ditentukan, lalu lakukan desinfeksi dengan kassa steril yang telah
diberi chlorhexidine atau povidone-iodine. Kemudian tutup dengan duk lubang
steril.
Lakukan anestesi lokal dengan lidocaine 1%.
Cairan sinovial diambil dengan menggunakan jarum sekali pakai dan syringe
plastik, untuk mencegah terjadinya kontaminasi. Pada arthrosentesis rutin,
syringe diheparinisasi dengan 25 U sodium heparin/mL cairan sinovial. Hal
tersebut dikarenakan, cairan sinovial yang normal tidak akan membeku, akan
tetapi pada penyakit sendi, cairan sinovial dapat mengandung fibrinogen dan
akan terbentuk bekuan.
Setelah aspirasi dilakukan, cabut jarum, dan pasang plester di tempat penusukan.
Gambar Prosedur Arthrosentesis pada sendi lutut.
Idealnya, jika jumlah cairan sinovial yang diambil mencukupi, spesimen
dibagi menjadi tiga bagian utama atau didistribusikan ke dalam tabung
berdasarkan permintaan pemeriksaan, sebagai berikut:12,33
1-2 mL Tabung steril berisi sodium heparin 143 U/tabung (tabung dengan tutup hijau)
Untuk pengecatan Gram dan kultur.
62
2-5 mL Tabung berisi sodium heparin atau liquid ethylenediaminetetraacetic acid (EDTA)
Untuk pemeriksaan mikroskopik, penghitungan sel.
5 mL Tabung tanpa antikoagulan Untuk pemeriksaan lainnya (misal, analisis kimia klinik). Dengan tabung ini, cairan sinovial harus disentrifus dan dipisahkan untuk mencegah elemen seluler mengganggu analisis kimiawi dan serologik
TAMBAHANTabung berisi sodium fluoride Untuk analisis glukosa.
Antikoagulan oxalate, lithium heparin, dan powdered (bubuk) ethylene-
diaminetetraacetic acid (EDTA) tidak digunakan karena dapat menyebabkan
timbulnya artefak kristal yang dapat menyebabkan salah interpretasi pada
pemeriksaan mikroskopik (analisis kristal).12,33
Idealnya, seluruh pemeriksaan dilakukan secepat mungkin untuk
mencegah sel lisis dan kemungkinan perubahan pada kristal-kristal.33
2.16. Cairan Pleural
Cavum pleura merupakan rongga potensial yang dibatasi oleh
mesotelium dari pleura parietal dan pleura visceral. Cavum pleura normalnya
berisi sedikit cairan yang memfasilitasi pergerakan kedua membran terhadap
satu sama lain. Cairan pleura merupakan filtrat plasma yang berasal dari kapiler
pleura parietal. Cairan pleura diproduksi secara terus-menerus tergantung pada
tekanan hidrostatik kapiler, tekanan onkotik plasma, dan permeabilitas kapiler.
Cairan pleura direabsorbsi melalui sistem limfatik dan venula-venula dari pleura
63
visceral.12,33
Akumulasi cairan pleura, yang disebut efusi (serous) pleura, merupakan
hasil dari ketidakseimbangan antara produksi dan reabsorbsi cairan tersebut.12,33
Gambar 3.4. Cavum pleura dan cairan pleura.28
Cairan pleura untuk pemeriksaan laboratorium diambil dengan aspirasi
jarum ke dalam cavum pleura, yang dikenal dengan istilah thoracosentesis.
Indikasi dilakukannya prosedur thoracosentesis, adalah sebagai
berikut:12,33
- Setiap efusi pleura yang terdiagnosis.
- Untuk tujuan terapeutik pada pasien dengan efusi masif yang simptomatik.
Alat dan bahan yang perlu disiapkan untuk prosedur thoracosentesis,
adalah sebagai berikut:38
64
Thoracentesis device - yang terdiri
dari 8-French catheter dengan 18-
gauge 7.5-inchi. (19-cm) needle
dengan 3-way stopcock
Jika thoracentesis device tidak
tersedia, maka gunakan 18-gauge
needle or a 12-gauge intravenous
(IV) catheter yang dihubungkan ke
60-mL syringe , lalu dihubungkan
3-way stopcock.
Injection needle – 22, 25 gauge
Luer-Lok syringe - 5, 10, 60 mL
Antiseptic - Chlorhexidine
Lidocaine - 1% or 2% solution
Tabung spesimen
Drainage bag atau botol vacuum
Drape - 24 × 30 in., with 4-in. fenestration with adhesive strip
Duk steril lubang
Scalpel - No. 11 blade
Plester dan kassa steril
Hand scoen steril
Prosedur thoracosentesis yang dilakukan adalah sebagai berikut: 38
65
Bisa menggunakan USG untuk mengetahui kondisi
cairan pleura
Posisikan pasien dengan posisi duduk, sedikit
membungkuk ke depan, dengan kepala ditopang
dengan lengan/bantal di atas meja. Atau posisi tidur
telentang, dengan lengan ipsilateral diangkat ke
atas.
Lokasi aspirasi ditentukan (SIC VI linea mid
axillaris atau SIC VII linea mid scapularis), lalu
lakukan desinfeksi dengan kassa steril yang telah
diberi chlorhexidine atau povidone-iodine.
Kemudian tutup dengan duk lubang steril.
Lakukan anestesi lokal infiltratif dengan lidocaine
1-2% ke kulit, jaringan subkutan, periosteum
costae, otot intercaostae, dan pleura parietal.
Robek sedikit dengan scalpel, lalu masukkan
thoracocentesis device atau iv catheter, melewati
supracostae (untuk menghindari nervus di
infracostae), masuk (± 5 cm) hingga cairan pleura
didapatkan.
Kumpulkan cairan pleura sesuai kebutuhan
pemeriksaan dengan syringe, lalu hubungkan
thoracocentesis device atau iv catheter dengan 3-
way stopcock, lalu dihubungkan dengan drainage
bag atau botol vacuum.
66
Drainage cairan pleura jangan melebihi 1500 cc
untuk menghindari terjadinya edema. Cabut
peralatan dan pasang plester pada tempat
penusukan
Setelah spesimen cairan pleura diaspirasi, kemudian ditempatkan ke
dalam tabung, sebagai berikut:33
Tabung ethylenediaminetetraacetic acid (EDTA)
Untuk hitung sel dan differential
Tabung steril heparin Untuk pemeriksaan mikrobiologi dan sitologi. Cairan pleura perlu disentrifugasi.
Tabung tanpa antikoagulan (plain) atau tabung heparin
Untuk pemeriksaan kimia klinik.
Untuk pemeriksaan kimia klinik cairan serous, hasilnya akan
dibandingkan dengan konsentrasi pada pemeriksaan kimia klinik plasma, karena
pada dasarnya cairan tersebut merupakan ultrafiltrat plasma. Oleh karena itu,
pengambilan spesimen darah perlu dilakukan pada waktu yang bersamaan
dengan pengambilan cairan pleura.33
Spesimen untuk pemeriksaan pH harus dipertahankan anaerob di dalam
es. Aliquot untuk kultur bakteri aerob dan anaerob paling baik diinokulasikan
pada media kultur darah. Jika dicurigai adanya keganasan, infeksi jamur, atau
infeksi mikobakterium, semua sisa cairan (≥100 mL) harus diserahkan untuk
memaksimalkan hasil pengecatan dan kultur.12
Untuk pemeriksaan sitologi, spesimen bisa disimpan sampai 48 jam
67
dalam refrigerator dengan hasil yang memuaskan. Untuk pemeriksaan pH, cairan
dikumpulkan secara anaerob dalam syringe berisi heparin dan diserahkan ke
laboratorium dengan es.12
Spesimen yang terlalu purulen tidak memerlukan pengukuran pH dan
dapat menyumbat analyzer.12
2.17. Cairan Perikardial
Cairan perikardial normal 10-50 mL terdapat di rongga perikardial,
dimana proses produksinya mirip dengan cairan pleura.12
Gambar 3.5. Rongga Perikardial dan Cairan Perikardial.
Cairan perikardial untuk pemeriksaan laboratorium diambil dengan
aspirasi jarum ke dalam rongga perikardial, yang dikenal dengan istilah
perikardiosentesis.33
Indikasi dilakukannya prosedur perikardiosentesis, adalah sebagai
berikut:33
Efusi perikardial yang tidak diketahui sebabnya.
68
Efusi masif dengan tanda-tanda cardiac tamponade.
Alat dan bahan yang perlu disiapkan untuk prosedur perikardiosentesis,
adalah sebagai berikut: 39
Pericardiocentesis device
Antiseptic solution
Kassa steril.
Handscoen steril.
Duk lubang steril
Anestesi lokal (lidocaine 1%)
Syringes, 10 mL dan 60 mL
Scalpel, No. 11
Needles 18 dan 25 Gauge
Spinal needle 18 Gauge
iv tubing / catheter
3 ways stopcock
Prosedur perikardiosentesis yang dilakukan adalah sebagai berikut:39
Pastikan pasien terpasang iv line, suplemen oksigen, pengukur saturasi oksigen, dan monitor jantung.
Bisa menggunakan USG untuk mengetahui kondisi cairan pericardial
Posisikan pasien dengan posisi setengah duduk dengan posisi kepala 30o-45o , posisi ini membuat posisi jantung lebih dekat dengan dinding dada anterior. Tapi posisi supine juga dapat digunakan.
69
Lokasi aspirasi ditentukan (yang paling sering digunakan adalah subxiphoid atau perpotongan line parasternalis dengan costae VI), lalu lakukan desinfeksi dengan kassa steril yang telah diberi chlorhexidine atau povidone-iodine. Kemudian tutup dengan duk lubang steril.
Lakukan anestesi lokal infiltratif dengan lidocaine 1-2% ke kulit, jaringan subkutan, dan ke jaringan yang lebih dalam.
Robek sedikit dengan scalpel, lalu masukkan spinal needle yang telah dihubungkan dengan syringe 20-60 mL yang diisi normal saline 5 mL. Saat penusukan spinal needle membentuk sudut 45oC terhadap dinding abdomen, dengan arah penusukan ke bahu kiri. Suntikkan sesekali 1 mL normal saline untuk memastikan bahwa lumen jarum tetap paten. Pasang aligator clip pada pangkal spinal needle untuk lead V1 monitor EKG.
Masukkan spinal needle secara perlahan-lahan hingga kedalaman ± 5 cm. Amati ada tidaknya perubahan gelombang EKG, bila ada perubahan, ada kemungkinan spinal needle mengenai miokardium.
Aspirasi cairan perikardial sesuai kebutuhan pemeriksaan. Untuk drainage efusi perikardial, lepas syringe, lalu diganti 3 ways stopcock yang dihubungkan dengan iv tubing/catheter, untuk mengalirkan ke dalam drainage bag.
Setelah tidak ada cairan yang mengalir, cabut jarum, lalu pasang plester/kassa steril pada tempat penusukan.
Volume minimal yang dibutuhkan untuk tiap pemeriksaan laboratorium
adalah 2 mL. Untuk pengecatan gram dan kultur dibutuhkan minimal 3 botol kultur.12
Setelah spesimen cairan perikardial diaspirasi, kemudian ditempatkan ke
dalam tabung, sebagai berikut:33
Tabung ethylenediaminetetraacetic acid Untuk hitung sel dan differential
70
(EDTA)Tabung steril heparin Untuk pemeriksaan mikrobiologi dan
sitologi. Cairan perikardial perlu disentrifugasi.
Tabung tanpa antikoagulan (plain) atau tabung heparin
Untuk pemeriksaan kimia klinik.
Untuk menjaga stabilitas spesimen cairan perikardial adalah sebagai berikut:
Disimpan pada suhu kamar (tahan 7 hari)
Disimpan di refrigerator (tahan 7 hari)
Dibekukan (tahan 28 hari)
Karena sel itu dapat berdegenerasi selama penyimpanan, maka spesimen
cairan perikardial untuk pemeriksaan sitopatologi harus segera dikirim ke
laboratorium secepat mungkin dalam keadaan fresh atau didinginkan 2-8oC.
Jika hasil pericardiosentesis berwarna merah, perlu dibedakan apakah ini
darah dari ruang jantung atau merupakan efusi pericardial yang hemoragik, dengan
cara:12
Darah dari Ruang Jantung Darah dari Efusi HemoragikNilai hematokrit sebanding dengan darah perifer.
Hematokrit mempunyai nilai yang lebih rendah dari darah perifer.
BGA mempunyai hasil yang mirip dengan darah vena atau arteri.
pH dan PaO2 biasanya lebih rendah dari darah perifer, PaCO2 lebih tinggi daripada darah vena atau arteri.
Darah akan membeku. Biasanya tidak membeku.
Cairan Peritoneal
Cairan peritoneal merupakan cairan yang ada di rongga peritoneum.
Akumulasi cairan di dalam rongga peritoneum disebut ascites. Parasentesis adalah
prosedur untuk mendapatkan cairan peritoneal, dengan memasukkan jarum atau
kateter ke dalam rongga peritoneum, untuk tujuan diagnostik maupun terapeutik.40
Indikasi dilakukannya parasentesis untuk tujuan diagnostik, adalah pada
keadaan:40
71
Ascites dengan onset baru: evaluasi cairan untuk menentukan etiologi,
membedakan transudat atau eksudat, mendeteksi adanya sel kanker, atau
atas pertimbangan lainnya.
Suspek peritonitis bakterial spontan atau sekunder.
Indikasi dilakukannya parasentesis untuk tujuan terapeutik, adalah pada
keadaan:40
Gangguan pernapasan akibat ascites.
Nyeri abdomen atau sindrom abdominal kompartmen akibat ascites.
Kontra indikasi dilakukannya parasentesis adalah sebagai berikut:40
Kontraindikasi absolut
Akut abdomen
Kontraindikasi relatif
Trombositopeni berat (< 20.000/µL)
Sebaiknya mendapat transfusi TC sebelum tindakan
Koagulopati (INR > 2)
Sebaiknya mendapat transfusi FFP sebelum tindakan
Kehamilan
Selulitis dianding abdomen
Kandung kemih yang penuh
72
Adhesi intra abdominal
Alat dan bahan yang perlu disiapkan untuk prosedur parasentesis, adalah
sebagai berikut:40
Antiseptic swab sticks
Duk steril
Lidocaine 1%
Syringe, 10 mL dan 60 mL
Injection needles, 22 dan 25
Gauge
Scalpel, blade no. 11
Catheter, 8F, over 18 ga × 7
1/2" needle with 3-way
stopcock, self-sealing valve,
and a 5-mL Luer-Lock syringe
Introducer needle, 20 Gauge
Tubing set with roller clamp
Kantong drainage atau botol
vacuum
Tabung spesimen (3)
Kassa steril
73
Hand scoen steril
Plester
Prosedur parasentesis yang dilakukan, adalah sebagai berikut:40
1. Posisikan pasien. Pada ascites berat, pasien diposisikan telentang. Pada ascites ringan, pasien diposisikan lateral decubitus (dengan tempat penusukan yang berdekatan dengan bed), sehingga usus yang berisi udara bergerak ke atas.
2. Dapat menggunakan USG sebagai petunjuk, untuk menghindari kandung kemih yang penuh dan adhesi usus-usus.
3. Lokasi penusukan yang direkomendasikan:
2 cm di inferior umbilikal pada linea mediana
5 cm di superior dan medial SIAS pada kedua sisi
Untuk meminimalisir komplikasi, hindari tempat penusukan berupa caput medusa, kulit terinfeksi, dan jaringan parut (scar).4. Kosongkan VU pasien dengan pemasangan Foley
catheter. Beri desinfektan pada lokasi penusukan. Tutup lokasi penusukan dengan duk lubang steril
5. Injeksikan anestesi lokal lidocaine, dengan needle 25 G diinjeksikan ke kulit, dengan needle 20 G diinjeksikan ke jaringan yang lebih dalam hingga ke peritoneum.
6. Menggunakan scalpel blade no. 11, buat sedikit robekan untuk memudahkan masuknya catheter. Masukkan jarum yang telah dihubungkan dengan catheter. 3-ways stopcock, dan syringe. Masukkan perlahan-lahan tiap 5 mm, hingga cairan peritoneal mengalir ke dalam syringe. Masukkan catheter
74
sedikit lagi (2-5 mm), untuk mencegah lepasnya catheter dari rongga peritoneum
7. Atur 3-ways stopcock, sehingga tidak ada kebocoran saat mengambil needle dari catheter.
8. Pasang syringe 60 mL pada catheter, dengan mengatur 3-ways stopcock sedemikian rupa, sehingga dapat mengambil cairan peritoneal untuk spesimen pemeriksaan laboratorium (3 tabung)
9. Hubungkan catheter dengan kantong drainage atau botol vacuum, hingga mendapat drainage cairan peritoneal yang cukup.
10. Cabut catheter, sembari memberikan tekanan dengan kassa untuk mencegah perdarahan, lalu pasang plester pada tempat penusukan.
Setelah spesimen cairan peritoneal diaspirasi, kemudian ditempatkan ke dalam
tabung, sebagai berikut:33
Tabung ethylenediaminetetraacetic acid (EDTA)
Untuk hitung sel dan differential
Tabung steril heparin Untuk pemeriksaan mikrobiologi dan sitologi. Cairan asites perlu disentrifugasi.
Tabung tanpa antikoagulan (plain) atau tabung heparin
Untuk pemeriksaan kimia klinik.
75
BAB III
PENGAMBILAN SPESIMEN UNTUK PEMERIKSAAN
PATOLOGI ANATOMI
3.1 Pendahuluan
Diagnosis histopatologi dan sitologi, yang merupakan hasil interpretasi
76
pemeriksaan histopatologi dan sitopatologi, sampai saat ini masih merupakan
"baku emas" bagi diagnosis sebagian besar penyakit. Ketepatan diagnosis
histopatologi dan sitopatologi bergantung pada penanganan dan pengolahan
bahan pemeriksaan yang baik sehingga dapat diinterpretasikan serta dapat
dikembangkan lebih lanjut untuk pemeriksaan molekuler dan genetik.41
Penanganan bahan pemeriksaan yang baik dan benar merupakan tugas
bersama antara Rumah Sakit, klinisi, dan Sentra Diagnostik Patologi Anatomik.
Mutu hasil proses jaringan sangat erat hubungannya dengan penanganan bahan
pemeriksaan yang benar sejak awal jaringan/sel dan cairan dipisahkan dari tubuh.
Tahap ini dilakukan di kamar tindakan atau klinik, disebut sebagai penanganan
pra-analitik. Pada tahap ini, kegiatan utamanya ialah melakukan pencatatan data
pasien dan preservasi jaringan/sel pasca operasi/biopsi.41
Penanganan bahan pemeriksaan yang dilaksanakan di tempat pengambilan
bahan pemeriksaan dan menjadi tanggung jawab pihak klinik. Tahap ini
merupakan tonggak pertama yang merupakan syarat agar hasil pemrosesan bahan
pemeriksaan dan penanganan selanjutnya dapat berlangsung dengan baik.
Tercakup dalam tahap ini adalah : 41
A. Kelengkapan Identitas Pasien dan Keterangan Klinik yang Relevan
Administrasi
Pengisian formulir pengantar tentang pasien yang mencakup data :
Identitas pasien : nama, umur, jenis kelamin, alamat, suku, agama,
pekerjaan
Keterangan klinik : lokasi dan ukuran lesi, durasi, keluhan lain yang
berhubungan, termasuk keterangan tentang penyakit atau pemeriksaan
Patologi Anatomik terdahulu, dan penyakit yang mudah menular atau
perlu penanganan khusus seperti AIDS, keterangan klinis khusus lainnya
yang diperlukan (misal riwayat obstetri ginekologi).
Hasil pemeriksaan : diagnosis klinik serta pemeriksaan penunjang
yang lain seperti : data laboratorium klinik, ataupun radiologi yang
77
berkaitan.
Status ekonomi : seperti asuransi, kelas rawat, dll.
Cara Mendapatkan Bahan
Keterangan tentang cara memperoleh bahan pemeriksaan seperti operasi,
insisi, eksisi, kerokan, sikatan, bilasan, apusan, pungsi biopsi spirasi jarum
halus (FNAB), nekropsi.
Lokasi Bahan/Organ
Dikemukakan bila ada pengambilan bahan secara khusus dan perlu
penanganan khusus, seperti :
Jenis jaringan tertentu
Pemeriksaan radikalitas operasi
Batas sayatan dan tanda khusus (misal memberi benang atau gambar
jaringan dengan keterangannya)
Kondisi Lesi
Misalnya berupa bentuk, benjolan, ukuran, konsistensi, terfiksir atau
tidak, warna dan tampilan jaringan saat operasi.
B. Penanganan Jaringan dan Cairan/Apusan Pasca Biopsi/Operasi
Penanganan Jaringan
Persiapan wadah yang besarnya sesuai dengan jaringan yang akan
disimpan. Sebaiknya jaringan tidak dipaksakan dimasukkan dalam
wadah yang lebih kecil dari ukuran jaringan, sehingga terjadi penekukan
yang dapat merusak bentuk jaringan.
Isi wadah dengan formalin 10% bufer dengan volume minimal 5 kali
volume jaringan.
Masukkan sesegera mungkin jaringan segar ke dalam wadah formalin
(kurang dari 30 menit).
Jika jaringan berukuran besar (misalnya mastektomi), lakukan irisan
sejajar berjarak kira-kira 1 cm agar seluruh bagian jaringan terpapar
formalin. Irisan harus sedemikian rupa sehingga masih dapat dengan
78
mudah dilakukan rekonstruksi oleh Spesialis Patologi Anatomik.
Beri label identitas pasien dan jenis jaringan yang diambil agar tidak
tertukar, segera dikirim ke Sentra Diagnostik Patologi Anatomik disertai
formulir pengantar yang telah diisi lengkap.
Fiksasi
Fiksasi merupakan langkah yang sangat penting dan harus
dilaksanakan dengan sempurna menggunakan zat fiksator yang baik,
karena sangat mempengaruhi langkah selanjutnya dalam pengolahan
jaringan.
Tujuan fiksasi adalah :
Mencegah terjadinya autolysis dan pengaruh bakteri
Mempertahankan bentuk dan isi jaringan mendekati keadaan
sebelum difiksasi.
Memungkinkan proses pengolahan jaringan selanjutnya berjalan
dengan baik.
Mempertahankan komponen-komponen jaringan atau sel
(mengusahakan agar sesedikit mungkin molekul yang hilang pada
proses selanjutnya)
Pada pengolahan jaringan, dapat dipastikan ada unsur-unsur
jaringan yang hilang atau rusak. Fiksasi yang baik ialah yang
memungkinkan unsur protein tetap ada atau berkurangnya minimal.
Unsur lipid akan selalu hilang kecuali menggunakan teknik khusus
(potong beku).
Ada banyak zat yang bisa dipakai untuk fiksasi, tetapi secara
empiris terbukti untuk pemeriksaan rutin (morfologi) dan
immunohistokimia, zat formalin 10% dengan PH sekitar 7 adalah yang
optimum.
Untuk keperluan lain zat fiksasi yang baik, antara lain :
Misalnya : - alkohol 96% untuk sediaan apus
79
- ethanol/methanol untuk asam nukleat
Volume zat fiksasi juga harus diperhatikan, yang baik adalah
1:5-10 untuk jaringan. Konsentrasi formalin berpengaruh pada kecepatan
infiltrasinya. Konsentrasi tinggi, infiltrasinya cepat tetapi bagian jaringan
yang sudah terfiksasi menjadi keras dan akan menghambat penetrasi
selanjutnya.
Penanganan Cairan dan Apusan
Bahan apusan diapuskan pada gelas obyek, dan segera dimasukkan
dalam cairan fiksasi alkohol 96% minimal selama 30 menit. Sesudah 30
menit, gelas obyek dapat dikeringkan dan dikirim ke Sentra Diagnostik
Patologi Anatomik.
Bahan cairan dapat dikirim segera ke Sentra Diagnostik Patologi
Anatomik tanpa fiksasi (sesegera mungkin) atau dimasukkan dalam
cairan fiksasi alkohol 50% ââ (volume 1:1)
Bahan apusan sitologi aspirasi dapat dibiarkan kering dalam suhu udara
kamar (untuk pulasan Giemsa), kemudian dikirim ke Sentra Diagnostik
Patologik Anatomik (dengan keterangan yang jelas)
Bahan sputum sebaiknya dikirim segera di dalam wadah tertutup, tanpa
fiksasi.
3.2 Pra Analitik Pemeriksaan Cervix Uteri (Pap Smear)
Untuk skrining kanker cervix uteri, dilakukan Papanicolaou test atau yang
lebih dikenal dengan Pap smear. Pemeriksaan ini melibatkan sel-sel
pengelupasan dari zona transformasi cervix uteri, yang memungkinkan untuk
dilakukannya pemeriksaan sel-sel secara mikroskopis untuk mendeteksi lesi
kanker atau prakanker.42
Pap smear adalah suatu pemeriksaan mikroskopik terhadap sel-sel yang
80
diperoleh dari apusan serviks. Kegunaan pap smear adalah untuk mendeteksi
dini kanker leher rahim, evaluasi pengobatan, proses radang/ infeksi dan
hormonal.
Pemeriksaan Pap smear ada dua metode, yaitu metode konvensional dan
metode liquid-based cytology. Pada metode konvensional, dapat menimbulkan
adanya penyulit (seperti darah dan debris) pada slide, yang dapat menyulitkan
interpretasi.41 Akan tetapi, kedua metode tersebut dapat diterima oleh the
American College of Obstetricians and Gynecologists.42
Persiapan pasien sebelum melakukan prosedur Pap smear, adalah sebagai
berikut:42
Menjadwalkan pelaksanaan Pap smear, dua minggu (10-18 hari) setelah hari
pertama menstruasi terakhirnya.
Tidak menggunakan vaginal douche selama 48 jam sebelum Pap smear.
Tidak menggunakan tampon, busa pengendalian kelahiran (birth control
foams), jeli atau krim vagina lain, atau obat vagina selama 48 jam sebelum
Pap smear.
Tidak berhubungan seksual selama 48 jam sebelum Pap smear.
Hal-hal yang perlu ditulis pada formulir permintaan pemeriksaan
laboratorium, adalah sebagai berikut:42
Nama pasien
Jenis kelamin
Umur dan/atau tanggal lahir
81
Status menstruasi (siklus menstruasi terakhir, histerektomi, hamil,
postpartum, terapi hormonal)
Riwayat hasil pemeriksaan sitologi cervix uteri abnormal, terapi/ biopsi/
operasi sebelumnya
Status risiko pasien untuk berkembang menjadi kanker cervix (misal, risiko
tinggi)
Sumber/ asal spesimen (misal, cervix, vagina)
Alat dan bahan yang diperlukan untuk prosedur Pap' smear, adalah sebagai
berikut:42
Meja periksa, dengan penopang kaki. Lampu periksa. Hand scoen. Spekulum. Spatula dan cytobrush (endocervical brush). Gelas preparat (object glass). Broom-like device Liquid-based cytology container (berisi larutan
pengawet berbasis alkohol, yang digunakan untuk pengawet, medium transport, dan medium antibakterial bagi spesimen ginekologi).
Swab yang ujungnya terbuat dari kapas, tidak dianjurkan untuk digunakan,
oleh karena sel-sel akan melekat pada kapas, sehingga menyebabkan spesimen yang
tidak lengkap.42
82
Prosedur Pap smear yang dilakukan adalah sebagai berikut:42
Metode Konvensional dengan Menggunakan Spatula dan Cytobrush
Pasien diposisikan supine dengan dorsal
lithotomy (coccygeus pasien berada di tepi meja
periksa).
Spekulum dipasangkan ke dalam vagina.
Yang pertama kali diambil adalah spesimen
ectocervix. Spatula dimasukkan hingga lekukan
spatula bersinggungan dengan leher rahim, lalu
diputar 360o mengelilingi cervix, dengan
mempertahankan spesimen di permukaan atas
spatula.
Selanjutnya adalah mengambil spesimen
endocervix. Cytobrush dimasukkan ke dalam
kanal endocervix, hingga hanya bulu terakhir
yang dapat terlihat, lalu diputar 45-90o.
Oleskan/hapuskan spesimen yang ada pada
spatula ke separuh bagian object glass dengan
gerakan searah, mebuat hapusan yang merata dan
tipis memanjang. Lalu oleskan/hapuskan
spesimen yang ada pada cytobrush ke separuh
bagian lainnya dari object glass, dengan tekanan
lembut dan gerakan berputar searah.
Fiksasi preparat, bisa dengan menggunakan spray
(disemprotkan dengan jarak 15-25 cm dari
preparat), atau dengan etil alkohol 95%, tunggu
kering hingga kurang lebih 15 menit.
83
Preparat yang sudah kering, dimasukkan ke
dalam plastic slide holder, untuk kemudian
dikirim ke laboratorium. Labelling.
Metode Konvensional dengan Menggunakan Broom-like device
Pasien diposisikan supine dengan dorsal
lithotomy (coccygeus pasien berada di tepi meja
periksa).
Spekulum dipasangkan ke dalam vagina.
Spesimen ectocervix dan endocervix dapat
dikumpulkan sekaligus dengan broom-like
device. Broom-like device dimasukkan hingga
bulu tengahnya masuk ke dalam kanal
endocervix, sedangkan bulu lateralnya
bersinggungan dengan ectocervix, dengan
tekanan lembut diputar 360o, diulang sebanyak 5
kali.
Oleskan/hapuskan spesimen pada object glass
dengan cara broom-like device dioleskan gerakan
searah, mebuat hapusan yang merata dan tipis
memanjang. Lalu balik broom-like device
tersebut, dan lakukan pengolesan yang sama di
area yang sama.
Fiksasi preparat, bisa dengan menggunakan spray
(disemprotkan dengan jarak 15-25 cm dari
preparat), atau dengan etil alkohol 95%, tunggu
kering hingga kurang lebih 15 menit.
84
Preparat yang sudah kering, dimasukkan ke
dalam plastic slide holder, untuk kemudian
dikirim ke laboratorium. Labelling.
Metode liquid-based cytology dengan Menggunakan Spatula dan Cytobrush
Pasien diposisikan supine dengan dorsal
lithotomy (coccygeus pasien berada di tepi meja
periksa).
Spekulum dipasangkan ke dalam vagina.
Pengambilan spesimen ectocervix dengan spatula,
menggunakan cara yang sama dengan metode
konvensional.
Setelah pengambilan spesimen ectocervix, spatula
dibilas di dalam vial (Liquid-based cytology
container) dengan cara mengaduk-adukkannya
sebanyak 10 kali, lalu spatula dibuang.
Pengambilan spesimen endocervix dengan
cytobrush, menggunakan cara yang sama dengan
metode konvensional.
Setelah pengambilan spesimen endocervix,
cytobrush dibilas di dalam vial (Liquid-based
cytology container) dengan cara mengaduk-
adukkannya sebanyak 10 kali, sambil ditekan-
tekankan ke dinding vial, lalu cytobrush dibuang.
Tutup rapat vial, labelling, masukkan ke dalam
tas palstik spesimen, kirim ke laboratorium.
85
Metode liquid-based cytology dengan Menggunakan Broom-like device
Pasien diposisikan supine dengan dorsal
lithotomy (coccygeus pasien berada di tepi meja
periksa).
Spekulum dipasangkan ke dalam vagina.
Pengambilan spesimen ectocervix dan endocervix
dengan Broom-like device, menggunakan cara
yang sama dengan metode konvensional.
Setelah pengambilan spesimen ectocervix dan
endocervix, Broom-like device dibilas di dalam
vial (Liquid-based cytology container) dengan
cara menekan-nekannya ke dasar vial sebanyak
10 kali, hingga bulunya terpisah. Langkah
terakhir adalah mengaduk-adukkannya, lalu
broom-like device dibuang.
Tutup rapat vial, labelling, masukkan ke dalam
tas palstik spesimen, kirim ke laboratorium.
3.3 Bone Marrow Aspiration (BMA) dan Bone Marrow Biopsy (BMB)
Sumsum tulang dapat diperoleh dengan cara:43
1) Aspirasi
BMA adalah pengambilan sejumlah kecil cairan dan sel-sel sumsum tulang
melalui jarum yang dimasukkan ke dalam tulang.
BMA akan memberikan informasi numerik dan penampilan sitologi dari sel-sel
86
sumsum tulang.
Biasa digunakan untuk kepentingan:
a) Hematologi dan imunologi (memeriksa berbagai kelainan sel-sel darah yang
dibentuk di dalam sumsum tulang)
b) Memeriksa kelainan kromosom.
c) Mikrobiologi (kultur - mencari penyebab infeksi).
d) Transplantasi (pengumpulan susmsum tulang untuk transplantasi stem cell)
2) Biopsi (biopsi perkutaneus trephine atau biopsi operasi)
BMB adalah pengambilan sejumlah kecil tulang beserta sumsum tulang yang
ada di dalamnya.
Biopsi perkutaneus trephine akan menunjukkan hubungan spasial antara sel-sel
dengan struktur sumsum tulang secara keseluruhan
Tempat pengambilan sumsum tulang, adalah sebagai berikut:44
Untuk anak < 18 bulan : pada Tibia regio antero medial (tepat di bawah tuberositas tibia)Hanya untuk BMA.
Untuk usia > 12 tahun & orang obesitas : pada manubrium sterni (1 cm di atas angulus manubrium sterni dan sedikit geser dari linea mediana) atau setinggi SIC 2 pada linea mediana.Hanya untuk BMA.
87
Crista iliakaDapat untuk BMA dan BMB.
Spina iliaka posterior superior (SIPS)Dapat untuk BMA dan BMB.
Spina iliaka anterior superior (SIAS)Dapat untuk BMA dan BMB.
Macam jarum yang digunakan untuk pengambilan sumsum tulang, adalah sebagai berikut:44
Jarum untuk BMA
Salah needleMempunyai pengaman/Guard berupa sekrup di sisi samping jarum, memungkinkan terjadinya slip (jarum masuk lebih dalam dari yang diinginkan), sehingga kurang aman.
Klima needleMempunyai pengaman/Guard berupa sekrup di sepanjang jarum, sehingga lebih aman.Disarankan untuk BMA di sternum.
Jarum untuk BMB
Jamshidi needle
88
Williams' and Nicholson's needle modified Sacker's trephine
Islam trephine needle
Prosedur BMA pada SIPS adalah sebagai berikut:44
Posisikan pasien lateral dekubitus (tungkai atas fleksi, tungkai bawah lurus). Raba bagian crista iliaca, tentukan letak SIPS, lalu tandai dengan pena. Gunakan APD. Oleskan povidone iodine dengan
sponge/kassa pada lokasi BMA dan sekitarnya,dgn gerakan memutar.Pasang duk steril lubang pada lokasi BMA.
Anestesi lokal lidocaine 1% disuntikkan subcutan ke lokasi BMA, dengan syringe+needle 25 G. Setelah itu, ganti dengan needle 22 G, pd lokasi yang sama, lakukan anestesi ke jaringan yang lebih dalam- jaringan sub kutan dan periosteum.
Pastikan terlebih dahulu anestesi sudah adekuat atau belum, dengan cara menusukkan ujung jarum ke periosteum. Apabila masih nyeri, dapat dilakukan penambahan lidocaine.
Buat insisi kulit dengan blade kecil di tempat BMA, lalu masukkan jarum aspirasi dengan stylette masih terkunci di dalamnya. Setelah menyentuh tulang, jarum aspirasi dimasukkan perlahan sambil diputar searah & berlawanan arah jarum jam, hingga menembus korteks tulang dan masuk ke rongga sumsum tulang (ditandai dengan berkurangnya tekanan secara tiba-tiba).
Penetrasi awal tidak boleh lebih dari 1 cm. Setelah masuk rongga sumsum tulang, stylette dilepas, lalu pasangkan syringe 1-2 mL ke jarum aspirasi. Aspirasi sebanyak 0,3 mL (dalam waktu < 5 detik). Jumlah lebih dari itu tidak direkomendasikan, karena kemungkinan akan diencerkan oleh darah perifer.
89
Jika ada pemeriksaan tambahan, pasangkan syringe yang berbeda, lalu aspirasi sumsum tulang sebanyak 5-10 mL.
Tarik keluar jarum aspirasi, sembari menekan lokasi aspirasi dengan kassa steril dan plester.
Karena sumsum tulang lebih cepat membeku daripada darah perifer, maka
preparat hapus dari material aspirasi dibuat langsung di samping pasien tanpa
ditunda.46 Preparat hapus difiksasi dengan metanol selama 20 menit, untuk kemudian
dicat.46 Sisa material aspirasi dikirim ke laboratorium dalam botol berisi antikoagulan
EDTA untuk kemudian dibuat preparat hapus lainnya.46 Sebaiknya memilih tabung
EDTA ukuran pediatrik untuk menghindari kelebihan jumlah antikoagulan.44
Untuk pemeriksaan sumsum tulang tambahan, spesimen dipindahkan ke
dalam tabung berisi antikoagulan, dimana jenis antikoagulan disesuaikan dengan
jenis pemeriksaan yang diminta.44
a. Heparin untuk analisis sitogenetik.b. Heparin atau EDTA untuk immunophenotyphing.c. Formalin untuk persiapan sitoblok.d. Gluaraldehid untuk pemeriksaan ultrastruktural.
Prosedur BMB pada SIPS adalah sebagai berikut: 44,46
Posisikan pasien lateral dekubitus (tungkai atas fleksi, tungkai bawah lurus). Raba bagian crista iliaca, tentukan letak SIPS, lalu tandai dengan pena. Gunakan APD. Oleskan povidone iodine dengan
sponge/kassa pada lokasi BMB dan sekitarnya,dgn gerakan memutar.Pasang duk steril lubang pada lokasi BMB.
90
Anestesi lokal lidocaine 1% disuntikkan subcutan ke lokasi BMB, dengan syringe+needle 25 G. Setelah itu, ganti dengan needle 22 G, pd lokasi yang sama, lakukan anestesi ke jaringan yang lebih dalam- jaringan sub kutan dan periosteum.
Pastikan terlebih dahulu anestesi sudah adekuat atau belum, dengan cara menusukkan ujung jarum ke periosteum. Apabila masih nyeri, dapat dilakukan penambahan lidocaine.
Buat insisi kulit dengan blade kecil di tempat BMB, lalu masukkan jarum biopsi dengan stylette masih terkunci di dalamnya. Setelah menyentuh tulang, stylette dilepaskan terlebih dahulu, jarum biopsi dimasukkan perlahan sambil diputar searah & berlawanan arah jarum jam, hingga menembus korteks tulang dan masuk ke rongga sumsum tulang (ditandai dengan berkurangnya tekanan secara tiba-tiba).
Spesimen sumsum tulang yang diperoleh jarum biopsi mempunyai panjang ± 1,6 - 3 cm.Kemudian jarum ditarik lagi ± 2-3 mm, kemudian dimasukkan lagi sedikit dengan sudut yang berbeda, untuk membantu mengamankan spesimen.
Setelah itu, perlahan tarik keluar jarum biopsi sembari diputar searah dan berlawanan arah jarum jam.
Keluarkan spesimen dari dalam jarum dengan memasukkan "probe" (sejenis kawat).
Tekan lokasi biopsi dengan kassa steril dan plester.
Spesimen hasil BMB harus difiksasi dalam normal saline 10%, buffer hingga
pH 7, untuk 12-48 jam sebelum dekalsifikasi, dehidrasi, dan ditanam pada lilin
91
parafin untuk pemeriksaan histologi.46
3.4 Pra Analitik Pemeriksaan Sitologi Sputum
Sitologi sputum digunakan untuk mendeteksi sel ganas saluran napas
bagian bawah dan untuk mendiagnosis infeksi pada penderita.
Persiapan pasien
- Pasien diberi penjelasan tentang cara batuk yang benar dan perbedaan
sputum dengan ludah.
- Bila pasien kesulitan mengeluarkan sputum (sputum sedikit) pada malam
hari sebelumnya disuruh minum teh manis atau diberi obat pengencer dahak
(ekspektoran)
Pengambilan sampel
- Sputum pasien dapat diambil dengan cara batuk, bronkoskopi, dan dapat
dirangsang dengan uap air garam (saline).
- Untuk pasien rawat inap/ jalan sputum pagi diambil dengan batuk dalam.
Penanganan dan pengiriman sampel
- Sampel dimasukkan ke dalam wadah bersih, diberi label, jangan diberi bahan
fiksatif.
- Sputum harus segera dikirim ke laboratorium dengan keterangan klinik
lengkap.
3.5 Pra Analtik Pemeriksaan Sitologi Urin
92
Sitologi urin dilakukan untuk mendeteksi neoplasma yang timbul pada
mukosa kandung kemih, ureter dan pelvis renis.
Persiapan pasien
- Anamnesis apakah pasien sementara mendapat terapi antibiotik.
- Memberikan informasi tentang cara pengambilan urin yang benar.
- Disarankan untuk tidak buang air kecil pada malam hari.
Pengambilan sampel
- Sampel berupa urin yang dikemihkan (voided urine) atau melalui kateter (
catheterized urine).
- Urin yang dikemihkan dikumpulkan sendiri oleh penderita, ditaruh dalam
wadah bersih dan diberi label jelas.
- Urin yang paling baik adalah urin pagi, dikemihkan sedikit baru
ditampung.
- Urin kateter diambil oleh dokter/ perawat dan dimasukkan ke dalam
wadah bersih dengan minimal volume 50-100 ml.
. Penanganan dan pengiriman sampel:
Urin yang dikemihkan:
Kirim segera ke laboratorium, tanpa bahan fiksatif.
Bila tidak segera dikirim, masukkan ke dalam lemari es.
Bila pengiriman jauh maka dapat diberikan bahan fiksatif: alkohol
50% (volume 1:1).
Urin kateter:
93
Segera kirim ke laboratorium dengan keterangan lengkap. Urin
dapat tahan sampai 24 jam.
Bila diperkirakan akan terlambat maka berikan bahan fiksatif
dalam jumlah yang sama dengan urin. Urin dapat tahan tanpa
batas waktu.
3.6 Pra Analitik Pemeriksaan Sitologi Sikatan/Bilasan Bronkus (Bronchial
Washing/Brushing)
Sitologi bilasan bronkus dilakukan untuk mendeteksi dan
mengklasifikasikan tumor-tumor percabangan bronkus. Bilasan bronkus (bronchial
washing) adalah tindakan membilas daerah bronkus dan cabang – cabangnya
dengan cairan normal saline melalui bronkoskop, sedangkan sikatan bronkus
(bronchial brushing) merupakan tindakan menyikat daerah bronkus yang di curigai
terdapat kelainan. 47
Persiapan pasien
- Pasien diberi penjelasan mengenai tindakan yang akan dilakukan, indikasi
dan komplikasi yang mungkin timbul.
- Setelah mengerti dan setuju,pasien dan keluarga menandatangani surat ijin
tindakan.
- Pemeriksaan DPL,BT,CT,ureum, elektrolit dan AGD.
- Foto toraks PA dan lateral, sepirometri dan EKG.
94
- Pada pasien asma di berikan nebulisasi dengan beta 2 agonis 30 menit
sebelum tindakan.
- Pasien dengan gangguan perdarahan/pembekuan diberikan rombosit atau
FFP segera sebelum tindakan.
- Pasien puasa minimal 4 jam sebelum tindakan.
- Pasien dipasang IVFD
- Pemeriksaan hemodinamik pada pasien (tekanan darah, nadi, frekuensi
pernafasan dan suhu).
Pengambilan sampel
- Setelah bronkoskop berada pada daerah bronkus yang dicurigai terdapat
kelainan,alat sikat di masukan ke dalam bronkoskop.
- Di lakukan sikatan beberapa kali sampai di rasa cukup.
- Setelah selesai sikatan,alat sikat di tarik ke dalam kanal bronkoskop dan di
keluarkan dari trakea bronkial bersama bronkoskop.
- Setelah berada di luar, sikat di keluarkan dari ujung bronkoskop sepanjang ±
5cm, kemudian sikat dijentikkan pada gelas obyek dan di buat sediaan apus
(bila sikat tanpa selubung, untuk pemeriksaan kanker paru) atau ujung sikat di
gunting dan di masukan kedalam pot steril berisi media transpor / media
kultur (sikat kateter ganda untuk pemeriksaan mikroorganisme).
- Sediaan apus untuk pemeriksaan sitologi di rendam.
- Bahan dikumpulkan dalam wadah steril tanpa bahan fiksatif.
- Beri jelas label nama, nomor dan lokasi.
95
Penanganan dan pengiriman sampel
- Bila segera dikirim/ letak dekat laboratorium: oleskan pada gelas objek
bersih tanpa bahan fiksatif .
- Bila jauh maka diberi 1 cc bahan fiksatif dan segera kirim ke
laboratorium.
- Sikat dipotong ± 2-4 cm, masukkan dalam 15 cc saline dan segera kirim ke
laboratorium.
3.7 Pra Analitik Pemeriksaan Sitologi Sekret Puting Susu
Sitologi sekret puting susu dilakukan untuk mendeteksi dini sel ganas pada
penderita dengan sekret puting susu (nipple discharge), sensivitas pemeriksaan ini
rendah.
Persiapan pasien
- Pasien diberi penjelasan mengenai tindakan yang akan dilakukan.
Pengambilan sampel
- Tekan seluruh permukaan areola dengan ibu jari dan telunjuk.
- Bila teraba massa: daerah antara massa dan areola dapat pula ditekan.
- Hapuskan dengan rata diatas gelas objek, fiksasi segera dengan bahan
fiksatif spray dari jarak kira-kira 10-15 cm, biarkan selama kira-kira 2 detik.
- Bila mungkin buat lebih dari satu slide.
96
Penanganan dan pengiriman sampel
Letakkan gelas objek dalam wadah tertutup dan kirim ke laboratorium disertai
dengan keterangan klinik lengkap.
3.8 Pra Analitik Pemeriksaan Sitologi Aspirasi Jarum Halus (FNA)
Sitologi aspirasi jarum halus digunakan untuk mendiagnosis neoplasma
atau menyingkirkan kemungkinan neoplasma, umumnya dilakukan pada kelainan
payudara, hati, paru (TB), kelenjar limfe, pankreas, kelenjar liur dan tiroid.
Persiapan pasien
- Pasien tidak dibenarkan makan anti koagulan dan status pembekuan darah
harus diperiksa.
- Pasien dapat diberikan obat penenang ringan bila merasa cemas.
Pengambilan sampel
Sampel untuk lesi yang letaknya superfisial :
- Siapkan 2 gelas objek yang bersih, beri label penderita.
- Bersihkan kulit diatas lesi dengan kapas alkohol
- Umumnya tidak perlu anestesi lokal
- Tusukkan jarum ke kulit sampai lesi
- Gerakkan jarum maju - mundur beberapa kali sampai diaspirasi.
- Semprotkan bahan aspirasi ke gelas objek, hapus rata dengan gelas objek
lain.
- Keringkan di udara terbuka atau difiksasi.
97
- Masukkan gelas objek ke wadah pembawa, segera kirim ke laboratorium
disertai keterangan klinik lengkap.
Sampel untuk lesi yang letaknya dalam :
- Sebaiknya di bawah bimbingan radiologik (USG/ Rontgen/ CT-Scan).
- Teknik pengambilan seperti pada lesi superfisial.
- Bahan aspirasi disemprotkan di atas gelas objek, ratakan degan gelas objek
lain, keringkan atau difiksasi.
- Dapat langsung dipulas dengan HE/ Giemsa/ Diff Quick.
- Langsung dapat diperiksa di bawah mikroskop.
- Prosedur ini dapat diulang bila bahan masih kurang.
- Pemeriksaan dengan cytocentrifuge atau blok parafin dapat dilakukan
dengan membilas spuit.
- Jaringan yang diperoleh dapat difiksasi untuk pemeriksaan histologi atau
imunohistokimia.
Penanganan dan pengiriman sampel
- Tidak ada batas waktu untuk sediaan yang sudah difiksasi atau dikeringkan
di udara.
- Bahan hasil bilasan harus segera dikirim ke laboratorium agar sel tidak
lisis.
- Bahan yang perlu cytocentrifuge jangan difiksasi karena akan
menggumpal.
- Dapat pula dikirim langsung dengan spuit bila jarak dengan laboratorium
98
dekat.
3.9 Pra Analitik Biopsi untuk Pemeriksaan Patologi Anatomi
Biopsi adalah pengambilan sejumlah kecil jaringan dari tubuh manusia
untuk pemeriksaan patologis mikroskopik. Biopsi kebanyakan dlakukan untuk
mengetahui adanya kanker. Bagian apapun dari tubuh, seperti kulit, organ tubuh
maupun benjolan dapat diperiksa. X-ray, CT scan ataupun ultrasound dapat
dilakukan terlebih dahulu untuk mengalokasikan area biopsi. Biopsi dapat
dilakukan juga dengan proses pembedahan. Dengan demikian biopsi adalah
pemeriksaan penunjang untuk membantu diagnosa klinisi, bukan untuk terapi
kanker kecuali biopsi eksisional dimana selain pengambilan sampel juga
mengangkat semua massa atau kelainan yang ada. 48
Bentuk yang paling sederhana dari biopsi adalah pengambilan sebagian
potongan tumor yang viable seperti pada kulit atau permukaan lain yang mudah
dijangkau dengan tang pemotong yang sesuai. Prosedur semacam ini umumnya
tidak menimbulkan rasa sakit dan biasanya dilakukan tanpa pemberian Novocain
selama kanker tidak disuplai oleh saraf. Namun, kadang diperlukan biopsi yang
melibatkan jaringan sehat serta yang dicurigai sakit untuk mendapatkan sel yang
hidup. Dalam hal ini , tentu diperlukan anastesi lokal.
Ada beberapa jenis biopsi yaitu:
Biposi insisional yaitu pengambilan sampel jaringan melalui pemotongan
dengan pisau bedah. Dilakukan bius total atau lokal tergantung lokasi massa,
99
lalu dengan pisau bedah, kulit disayat hingga menemukan massa dan diambil
sedikit untuk diperiksa. 49
Gambar Biopsi insisional.Kulit disayat hingga menemukan massa dan diambil sedikit
untuk diperiksa.
Biopsi eksisional yaitu pengambilan seluruh massa yang dicurigai untuk
kemudian diperiksa di bawah mikroskop. Metode ini dilakukan di bawah bius
umum atau lokal tergantung lokasi massa dan biasanya dilakukan bila massa
tumor kecil dan belum ada metastase atau penyebaran tumor. 49
Gambar Biopsi Eksisional.Pengambilan seluruh massa yang dicurigai.
Biopsi jarum yaitu pengambilan sampel jaringan atau cairan dengan cara
disedot lewat jarum. Biasanya cara ini dilakukan dengan bius lokal (hanya
100
area sekitar jarum) dan bisa dilakukan langsung atau dibantu dengan radiologi
seperti CT scan atau USG sebagai panduan untuk membuat jarum mencapai
massa atau lokasi yang diinginkan. Bila biopsi jarum menggunakan jarum
berukuran besar maka disebut core biopsi, sedangkan bila menggunakan
jarum kecil atau halus maka disebut fine needle aspiration biopsi. 49
Gambar Biopsi jarumBisa dilakukan secara langsung atau dibantu dengan radiologi
seperti CT scan atau USG sebagai panduan untuk membuatjarum mencapai massa atau lokasi yang diinginkan.
Biopsi jarum dengan bantuan endoskopi : prinsipnya sama yaitu pengambilan
sampel jaringan dengan aspirasi jarum, hanya saja metode ini menggunakan
endoskopi sebagai panduannya. Cara ini baik untuk tumor dalam saluran
tubuh seperti saluran pernafasan, pencernaan dan kandungan. Endoskopi
dengan kamera masuk ke dalam saluran menuju lokasi kanker, lalu dengan
jarum diambil sedikit jaringan sebagai sampel. 49
101
Gambar Biopsi jarum dengan bantuan endoskopi.
Punch biopsy : biopsi ini biasa dilakukan pada kelainan di kulit. Metode ini
dilakukan dengan alat yang ukurannya seperti pensil yang kemudian
ditekankan pada kelainan di kulit, lalu instrumen tajam di dalamnya akan
mengambil jaringan kulit yang ditekan. Dilakukan bius lokal dan bila
pengambilan kulit tidak besar maka tidak perlu dijahit. 49
102
Gambar Punch biopsy.Dilakukan pada kelainan di kulit/ mengambil
jaringan kulit.
Persiapan Pasien
Selama 1 minggu sebelumnya harus menghentikan segala macam
konsumsi obat yang membuat pembekuan darah terganggu seperti aspirin,
Coumadin dan nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDs). 48
Pengambilan sampel
- Pasien berbaring diatas meja operasi sesuai dengan posisi tumor.
- Daerah yang akan dibiopsi didesinfeksi dengan povidone iodine 10%.
- Dilakukan drapping dengan linen steril berlubang.
- Pada biopsi insisional, dilakukan sayatan dengan mess berbentuk elips.
- Pada biopsi eksisional, dilakukan sayatan dengan mess berbentuk elips
dengan margin 1-2 cm diluar tumor.
- Jaringan subkutan dijahit dengan benang absorbable dengan simpul di
dalam.
- Kulit dijahit dengan benang non absorbable dengan jahitan satu-satu.
Penanganan dan pengiriman sampel
- Spesimen yang diperoleh difiksasi dalam larutan formalin 10%
dengan perbandingan volume minimal 1:5, dan semua bagian
spesimen harus terendam dalam larutan formalin.
- Untuk spesimen/ sampel yang berdarah dapat dibilas terlebih dulu dengan
103
NaCl fisiologis sebantar dan kemudian baru direndam ke dalam larutan
formalin.
- Jaringan yang sudah difiksasi kemudian dikirim untuk pemeriksaan
patologi dan atau imunohistokimia.
BAB IV
PENUTUP
Sebuah laboratorium mikrobiologi atau patologi anatomi harus mampu
mempertahankan kualitas spesimen sejak spesimen tersebut diambil dari penderita,
apakah tepat waktunya, apakah cukup jumlahnya, apakah memenuhi syarat untuk
diperiksa, dsb. Keberhasilan laboratorium klinik mikrobiologi dan patologi anatomi
104
untuk identifikasi penyebab penyakit sangat bergantung pada pengambilan dan
pengiriman spesimen pasien ke laboratorium yang dilakukan secara benar.
Syarat dan kriteria pra analitik pada pemeriksaan mikrobiologi dan patologi
anatomi terdiri dari tipe spesimen, waktu untuk pengambilan spesimen, volume
spesimen, pengambilan spesimen dan pengiriman spesimen. Untuk mendapatkan
suatu spesimen yang baik maka yang pertama dan yang terpenting adalah tempat
pengambilan spesimen harus dipilih secara hati-hati agar memberi hasil terbaik
mengenai organisme penginfeksi, toksin, atau antibodi yang dibentuk oleh pejamu.
Pengambilan spesimen itu sendiri harus dilakukan dengan cara yang meminimalkan
pencemaran oleh flora endogen pejamu. Pengiriman spesimen ke laboratorium harus
dilakukan di bawah kondisi yang mempertahankan viabilitas agen infeksiosa atau
integritas produk-produknya dan menggunakan media transpor yang sesuai untuk
masing-masing spesimen. Waktu pengiriman harus ke laboratorium harus cukup
singkat untuk membatasi pertumbuhan berlebihan flora pencemar.
Secara keseluruhan langkah-langkah pra analitik sangatlah penting untuk
akurasi diagnosa suatu penyakit. Bila semua kriteria dan standar pra analitik dapat
terpenuhi maka diharapkan dapat meningkatkan kualitas pemeriksaan laboratorium
mikrobiologi dan patologi anatomi secara komprehensif dengan hasil yang akurat.
Pengetahuan tentang pra analitik untuk pemeriksaan mikrobiologi dan
patologi anatomi ini juga harus diketahui oleh seorang patologi klinik yang bekerja di
sebuah rumah sakit atau laboratorium klinik yang tidak memiliki ahli mikrobiologi
dan ahli patologi anatomi.
105
106
Top Related