KONSERVASI WILAYAH DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) GUNA MENDUKUNG PEMBANGUNAN
WILAYAH BERKELANJUTAN
I WAYAN SUSANTO
Program PSL P PPs-UBMinat: Pembangunan Wilayah
[ Konsep Wilayah ]• Wilayah Homogen: wilayah yang dipandang dari aspek/kriteria
mempunyai sifat-sifat atau ciri-ciri yang relatif sama• Wilayah Nodal (fungsional): wilayah yang secara fungsional
mempunyai ketergantungan antara pusat (inti) dan daerah belakangnya (interland). Tingkat ketergantungan ini dapat dilihat dari arus penduduk, faktor produksi, barang dan jasa, ataupun komunikasi dan transportasi.
• Wilayah Administrasi: wilayah yang batas-batasnya di tentukan berdasarkan kepentingan administrasi pemerintahan atau politik, seperti: propinsi, kabupaten, kecamatan, desa/kelurahan, dan RT/RW
• Wilayah Perencanaan: wilayah yang memperlihatkan koherensi atau kesatuan keputusan-keputusan ekonomi yang cukup besar untuk memungkinkan terjadinya perubahan-perubahan penting. Wilayah perencanaan bukan hanya dari aspek fisik dan ekonomi, namun ada juga dari aspek ekologis karena sifat alaminya harus direncanakan secara bersama atau serentak. Misalnya dalam kaitannya dengan pengelolaan daerah aliran sugai (DAS). Pengelolaan daerah aliran sungai harus direncanakan dan dikelola mulai dari hulu sampai hilirnya.
DAS adalah satu kesatuan wilayah yang di batasi oleh punggungan topografi, sehingga setiap titik air yang jatuh akan mengalir pada satu outlet.
Sistem yang terbentuk dalam proses dan mekanismehubungan timbal balik secara alami antara biotik dan abiotik, termasuk aktivitas manusia yang umumnya lebih mendominansi terhadap suatu bentang alam hingga mencirikan karakteritik sistem yang terjadi di dalam DAS.
Siklus Hidrologi DAS
Sumber: http://kelembagaandas.files.wordpress.com/2009/08/0g147.jpg
1. Denditrik2. Rektangular3. Tralis4. Radial
DASDASKOMPONENKOMPONENB.B. HuluHuluC.C. TengahTengahD.D. HilirHilir
INPUT CHINPUT CH
OUTPUTOUTPUT. Debit. Debit. Sedimen. Sedimen. Limbah. Limbah. Produktivitas. Produktivitas
1. Tanah1. Tanah
2. Lereng2. Lereng
3. Elevasi3. Elevasi
4. Land Use4. Land Use
5. Iklim (Ch,Sh)5. Iklim (Ch,Sh)
6. Tek. Pertani6. Tek. Pertani
7. Debit Aliran7. Debit Aliran
8. Sosek Masya8. Sosek Masya
PRO
SESPR
OSES
Interaksi Antar Komponen dalam DAS(sumber: http://bebasbanjir2025.files.wordpress.com/2010/01/1.jpg)
DINAMIKA LANSEKAP DAN EKOSISTEM DAS
Iklim Matahari
Proses alam
Kehidupan Gangguan
Proses Perkembangan
Tanah
BENTUK LANSEKAP
Bentang Alam
PERMASALAHAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM DI DAERAH ALIRAN SUNGAI
Permasalahan Pengelolaan DAS yang timbul sebagian besar juga bermuatan dengan masalah pengelolaan SDA. Keberhasilan ataupun kegagalan dalam pengelolaan SDA di dalam DAS akan berimplikasi pada pengelolaan DAS. Apa yang menjadi permasalahan???
2.Sumberdaya HutanTutupan vegetasi di bagian Hulu DAS telah mengalami kerusakan akibat berbagai aktivitas yang dilakukan oleh manusia, salah satunya adalah pemanfaatan hasil hutan kayu
Sumber foto: Wayan Susanto (Pulau Halmahera, 02/02/2005)
Sumber foto: Wayan Susanto (Pulau Halmahera, 02/02/2005)
2. Sumberdaya LahanPemanfaatan lahan di
sepanjang wilayah DAS terutama di bagian hulu dan tengah yang merupakan daerah rawan longsor, tidak mempertimbangkan kaidah-kaidah konservasi dalam pembukaan lahan pertanian kering. Ini berdampak pada menurunnya produktivitas lahan DAS dan kelangsungan produksi hasil-hasil pertanian masyarakat.
Sumber foto: Wayan Susanto( DAS Pulau Obi, 28/07/2008)
Sumber foto: Wayan Susanto (DAS Sayoang Pulau Bacan, 01/10/2007)
3. Sumberdaya Air
Rusaknya tutupan vegetasi dan pengelolaan lahan yang tidak menerapkan upaya-upaya konservasi terutama pada daerah tangkapan air atau hulu DAS, secara langsung memberikan dampak pada menurunnya ketersediaan air tanah karena air hujan sebagian besar tidak masuk ke dalam tanah tetapi langsung mengalir membawa partikel-partikel tanah (limpasan permukaan dan erosi) masuk ke dalam badan sungai.
Sumber foto: Wayan Susanto (DAS Sayoang Pulau Bacan, 29/09/2007)
Sumber foto: Wayan Susanto (DAS Mandaong Pulau Bacan, 20/09/2007)
4. Biodiversitas
Pemanfaatan sumberdaya alam yang ada di wilayah DAS yang over-eksploitasi dengan dorongan nilai ekonomi semata, telah menjadi faktor penyebab menurunya nilai keanekaragaman hayati yang ada di wilayah DAS. Berbagai aktivitas seperti perambahan hutan, pembukaan lahan pertanian kering, kebakaran hutan dan perburuan juga menjadi penyebabnya.
Sumber foto: Wayan Susanto (Telaga Nusa Pulau Bacan, 01/10/2007)
Sumber foto: Wayan Susanto (Hutan Sekunder Pulau Bacan, 30/09/2007)
. Sosial Ekonomi Masyarakat DAS
•engaruh tingkat sosek masyarakat sekitar DAS terutama DAS bagian hulu/tengah akan menggambarkan tingkat kepedulian, partisipasi, tekanan dan ketergantungan penduduk terhadap lahan.
•ebagian besar penduduk yang ada di sekitar DAS (hulu/tengah) tingkat ekonominya masih lemah.
Sumber foto: Wayan Susanto (Masyarakat DAS Koititi, 08/07/2007)
Sumber foto: Wayan Susanto (Desa Posi-Posi, 21/01/2005)
Proses Berulang (iterative process)Perencanaan Pengelolaan DAS (Sumber: Dephut, 2003)
Proses perencanaan pengelolaan DAS (Sumber: Dephut, 2003)
Pengembangan DAS untuk tujuan pembangunan wilayah berkelanjutan, hendanya:
2. Mampu mempertahankan luasan wilayah DAS dengan tutupan vegetasi yang rapat, minimal 30 % dari luas DAS
3. Mampu memberikan produktivitas lahan yang tinggi;4. Mampu mewujudkan pemerataan produktivitas di
seluruh DAS5. Dapat menjamin kelestarian sumberdaya air6. Dapat meningkatkan taraf hidup layak masyarakat
sekitar DAS secara langsung dan berkelanjutan.7. Dapat diterima oleh masyarakat sehingga tumbuh
kepedulian dan rasa tanggungjawab bersama.
Pengeloaan DAS TerpaduPeraturan Menteri Kehutanan nomor: P.39/Menhut-II/2009, prinsip dasar pengelolaan DAS Terpadu adalah :1. Pengelolaan DAS dilaksanakan secara terpadu
didasarkan atas DAS sebagai satu kesatuan ekosistem, satu rencana dan satu system pengelolaan.
2. Pengelolaan DAS terpadu melibatkan para pemangku kepentingan, terkoordinasi, menyeluruh dan berkelanjutan.
3. Pengelolaan DAS terpadu bersifat adaptif terhadap perubahan kondisi yang dinamis sesuai dengan karakteristik DAS.
4. Pengelolaan DAS dilaksanakan dengan pembagian tugas dan fungsi, beban biaya dan manfaat antar multipihak secara adil.
5. Pengelolaaan DAS berdasarkan akuntabilitas para pemangku kepentingan.
Dalam pengelolaan DAS, yang perlu mendapatkan perhatian meliputi: – Penatagunaan lahan (landuse planning) untuk
memenuhi berbagai kebutuhan barang dan jasa serta kelestarian lingkungan.
– Penerapan konservasi sumberdaya air untuk menekan daya rusak air dan untuk memproduksi air (water yield) melalui optimalisasi penggunaan lahan.
– Pengelolaan lahan dan vegetasi di dalam dan luar kawasan hutan (pemanfaatan, rehabilitasi, restorasi, reklamasi dan konservasi).
– Pembangunan dan pengelolaan sumberdaya buatan terutama yang terkait dengan konservasi tanah dan air.
– Pemberdayaan masyarakat dan pengembangan kelembagaan pengelolaan DAS.
Kegiatan yang relevan dengan pengelolaan DAS untuk menjamin kelestariannya, antara lain :
– Pengelolaan Daerah Tangkapan Air
(catchment area)
– Pengelolaan Sumberdaya Air
– Pemeliharaan Prasarana Pengairan
– Pengendalian Banjir
– Pemberdayaan Masyarakat
• Strategi Pengelolaan DAS Lintas Daerah di era Otonomi Daerah perlu dikaji secara terpadu, menyeluruh, fleksibel, efisien dan berkeadilan dalam kerangka pembangunan wilayah DAS berkelanjutan dan untuk menghindari terjadinya konflik antar wilayah, maka strategi pendekatan yang dapat ditempuh adalah :– Membangun kesepahaman dan kesepakatan antar daerah otonom
dalam pengelolaan DAS lintas daerah– Membangun sistem perencanaan pembangunan daerah
berdasarkan pendekatan wilayah DAS dan kerjasama antar daerah– Membangun sistem legislasi/regulasi yang kuat dan akomodatif– Meningkatkan peranan institusi (kelembagaan) dalam pengelolaan
DAS– Meningkatkan kemampuan SDM dalam pengelolaan DAS
Konservasi Tanah dan Air dalam Pengelolaan Wilayah DAS
Untuk menjaga produktivitas lahan, maka penggunaan lahan harus sesuai dengan kemampuan lahan serta penggunaan agroteknologi harus disertai dengan penerapan teknik konservasi tanah dan air yang memadai. Tipe teknik konservasi tanah dan air yang banyak diterapkan di seluruh dunia termasuk dalam pengelolaan DAS di Indonesia dapat dikelompokkan ke dalam empat kelompok utama yaitu agronomi, vegetatif, struktur, dan manajemen
Konservasi Model AgronomiTeknik konservasi wilayah DAS dengan model agronomi antara lain:•penanaman tanaman campuran (tumpang sari),•penananam berurutan (rotasi), •penggunaan mulsa, •pengolahan tanah minimum, •penananam tanpa olah tanah, •penanaman mengikuti kontur, •penananam di atas guludan mengikuti kontur,•penggunaan pupuk hijau atau pupuk buatan, dan penggunaan kompos.
Konservasi Model Vegetatif
Teknik konservasi tanah dan air wilayah DAS dengan cara vegetatif antara lain:•Penanaman tanaman pohon atau tanaman tahunan (seperti kopi, teh, tebu, pisang), •Penanaman tanaman tahunan di batas lahan (tanaman pagar), •penanaman strip rumput (rumput makanan ternak).
Metode Penanaman Pohon (Reboisasi/Penghijauan)
• Penanaman pohon melalui kegiatan Reboisasi dan penghijauan dengan jenis tanaman kayu-kayuan dan MPTS akan memberikan manfaat ekologis dan ekonomi sesuai dengan fungsi kawasan dan tujuan pengelolaan.
Sumber Foto: Wayan Susanto (Penghijauan Lahan Kritis Tahun 2000 dengan Tanaman Jabon di Sungai Ra Bacan, 20/11/2010
Metode Strip Rumput
• Persyaratan lokasi: Lahan kering di bagian hulu/tengah DAS dan di luar kawasan hutan, kemiringan (15-40%), kondisi tanah miskin unsur hara, lahan usaha yang secara intensif diusahakan oleh masyarakat sekitar DAS
• Tujuannya: untuk memperlambat aliran permukaan dan mengurangi laju erosi, menyediakan pakan ternak, terbentuknya teras alami karena tanah yang terhanyut ditahan oleh strip rumput.
Konservasi Model Struktur (sipil teknis)
Teknik konservasi tanah dan air wilayah DAS dengan cara struktur antara lain:
Saluran penangkap aliran permukaan, saluran pembuangan air dan bangunan terjunan air, parit penahan air (rorak), sengkedan, teras guludan, teras bangku, dam penahan air, dam pengendali, pengendali jurang (gully plug), Sumur Resapan Air (SRA), perlindungan kanan kiri tebing sungai, embung pemanen air hujan.
Beberapa Contoh Bangunan Konservasi
1. Teras GuludStandar Teknis:3. Kemiringan lereng 8-40% dan untuk
tanaman semusim <15 %4. Guludan ditanami rumput dan
dipangkas secara bertahap5. Guludan ditutup dengan mulsa hasil
pangkasan6. Beda tinggi antar guludan kurang
lebih 1,25 meter7. Solum tanah dangkal dan berpasir8. Permeabilitas tanah cukup tinggiManfaat:10. Pengendalian erosi dan aliran
permukaan11. Sumber pakan ternak12. Gangguan pada struktur tanah
sedikit Sumber Foto: http://www.web/diperta-ntb/pedum/konservasi.doc
2. Teras Bangku
Standar Teknis:4. Kemiringan lereng 10-30%5. Solum Tanah >30 cm6. Lebar teras kurang lebih 1,5 meter7. Di luar teras ditanami tanaman
penutup teras8. Cocok untuk ditanami tanaman
perkebunan/tahunan9. Cocok untuk tanah dengan daya
serap lambat
Manfaat:12.Pengendalian erosi tanah13.Peningkatan air infiltrasi14.Pengurangan aliran permukaan
Sumber Foto: http://www.web/diperta-ntb/pedum/konservasi.doc
3. Saluran Pembuangan Air (SPA)
• Persyaratan lokasi SPA yaitu lahan usaha atau lahan terbuka di DAS terutama yang terletak di lereng dengan tingkat kelerengan cukup curam dan jenis tanah mudah tererosi dan longsor
• Manfaat SPA adalah untuk mengarahkan aliran air ke tempat yang aman dari erosi jurang sekaligus meresapkan air ke dalam tanah
Sumber Foto: http://www.web/diperta-ntb/pedum/konservasi.doc
4. Saluran Buntu (Rorak)• Persyaratan lokasi pembuatan
rorak adalah daerah yang aliran permukaan dan tingkat sedimennya tinggi seperti lahan pertanian, perkebunan, hutan dengan kelerengan antara 8-25%
• Tujuannya adalah: 1) mengurangi aliran air permukaan; 2) meningkatkan proses pengendapan sedimen agar tidak terbawa aliran air permukaan; dan 3) meningkatkan air tanah
Sumber Foto: http://www.web/diperta-ntb/pedum/konservasi.doc
5. EmbungKriteria lokasi calon embung,
adalah:3. Daerah kritis dan kekurangan
air4. Topografi bergelombang
dengan kemiringan <30 %5. Air tanah sangat dalam6. Tanah liat berlempung
Tujuannya:9. Menampung dan mengalirkan
air pada kolam penampung10.Cadangan persediaan air
untuk berbagai kebutuhan pada musim kemarau. Sumber Gambar: Permenhut
No:P.70/Menhut-II/2008 (www.dephut.go.id)
. Bangunan Perlindungan kanan kiri tebing sungai
•ersyaratan lokasi adalah lahan terbuka di kanan kiri tebing sungai yang mudah longsor/erosi, bertebing curam, sempadan sungai yang gundul dan curah hujan tinggi.
•anfaat bangunan konservasi ini adalah:1. Mencegah terjadinya longsor2. Mencegah erosi masuk ke badan
sungai3. Menekan terjadinya banjir4. Meningkatkan kualitas air sungai5. Menekan terjadinya
pendangkalan sungai
Sumber Gambar: Permenhut No:P.70/Menhut-II/2008 (www.dephut.go.id)
Konservasi dengan penerapan model Manajemen
Teknik konservasi tanah dan air dengan penerapan model manajemen antara lain:
Perubahan pengunaan lahan menjadi lebih sesuai, pemilihan usaha pertanian yang lebih cocok, pemilihan peralatan dan masukan komersial yang lebih tepat, penataan pertanian termasuk komposisi usaha pertanian, dan penentuan waktu persiapan lahan, penanaman, dan pemberian input.
Pemberdayaan Masyarakat Sekitar DAS
Dalam rangka pengelolaan (konservasi) wilayah DAS untuk mendukung pembangunan wilayah berkelanjutan, maka pemberdayaan masyarakat menjadi penting dan dapat dilakukan dengan pendekatan:2.Peningkatan pengetahuan dan ketrampilan, melalui:
a) pelatihan: untuk meningkatkan pemahaman masy thdp masalah teknis, kelembagaan dan administrasi dlm pengelolaan DAS.
a) Pendampingan Kelompok Masyarakatb) Penyuluhan: untuk merubah prilaku masy menjadi
pihak yang peduli terhadap kelestarian fungsi DAS
1. Pengembangan Kesempatan berusaha: dengan memanfaatkan kemampuan lokal seoptimal mungkin dalam pengelolaan DAS, sehingga menumbuhkan rasa memiliki dan tanggungjawab pada kelompok masyarakat.
2. Pemberian akses legalitas: seperti ijin pengelolaan HKm, Hutan Desa, pemungutan HHBK, dan lainnya.
3. Pemberian insentif: untuk mendorong kepedulian dan peran serta masyarakat secara berkelanjutan dalam pelestarian DAS.
1. Pengembangan kerjasama antar sektor: Diharapkan dpt memberikan dukungan melalui peran instansi terkait dlm program lintas sektor secara terintegrasi sehingga dpt meningkatkan kegiatan ekonomi produktif dengan menggali potensi program PM di berbagai instansi. (koordinasi antar sektor menjadi sangat penting)
3. Pengembangan akses pasar, melalui:a) Kegiatan promosi melalui berbagai media
informasi b) Kegiatan temu usaha antara petani dengan
lembaga usaha c) Membangun media informasi pasar d) Melaksanakan kunjungan dagang antar daerahe) Memfasilitasi kerjasama kemitraan
Sekian &
Terima Kasih
Sumber Foto: Wayan Susanto (Air Terjun Inggoi Hulu DAS Sayoang Pulau Bacan, 30/09/2007)