Kehidupan Masyarakat
Dalam era globalisasi sekarang ini, sosialisasi berlangsung terus-menerus tanpa
henti pada tiap-tiap kelompok yang ada dalam pergaulan hidup.
Dalam hal inilah kita bisa mengenali dengan nilai dan norma yang adadalam
masyarakat.Dengan adanya nilai dan normasecara dini, diharapkan setiap
individunya dapat berinteraksi dengan sebaik-baiknya. Maka dengan itu terciptalah
hubungan yang harmonis antara individu dengan masyarakat sekitar yang lainnya.
Masyarakat dalam pengertiannya merupakan kesatuan hidup manusia yang saling
berinteraksi satu sama lain menurut suatu adat tertentu yang bersifat terikat oleh
suatu rasa identitas bersama. Dalam hal demikianya masyarakat mempunyai ciri
dan khas pribadi tertentu yang dimiliki diri sendiri.
Adapun aturan-aturan dan undang-undang yang mengatur setiap manusia menuju
kepada kepentingan dan tujuan hidup mereka. Masyarakat menempati tinggal
dalam waktu yang lama dan menempati suatu daerah tertentu yang bisa disebut
sebagai habitat. Satu sama lain masyarakat mempunyai adanya interaksi yang
saling berketergantungan. Adanya pola dan ikatan pada tingkah laku yang ada
dalam setiap kehidupan masyarakat yang dimiliki.
Masyarakat bukanlah hanya sekedar dari manusia sekumpulan dari bagian manusia
belaka. Tetapi setiap anggota masyarakat mempuunyai hubungan atau ikatan
pertalian satu sama lainnya, serta paling tidak sebagai anggota masyarakat saling
mempunyai kesadaraan terhadap keberadaan angota masyarakat lainnya.
kesadaraan inilah yang bisa membuat adanya perubahan dalam suatu organisasi
yang ada.
Kesadaran yang baik akan membawa dampak dan hasil yang baik juga. Jadilah
salah satu masyarakat yang memounyai kepribadian yang baik. sehingga hasil dan
manfaat dapat dirasakan bagi kehidupan yang lainnya.
Masalah Sosial Dan Dampak Bagi Kehidupan Masyarakat
A.Latar Belakang
Sebagaimana telah diuraikan, sosiologi terutama membahas gejala-gejala yang
wajar bagi masyarakat seperti norma-norma, kelompok sosial, lapisan masyarakat,
lembaga kemasyarakatan, proses sosial,perubahan sosial dan kebudayaan serta
perwujudannya. Tidak semua gejala tersebut berlangsung secara normal
sebagaimana dikehendaki masyarakat bersangkutan. Gejala-gejala yang tidak
dikehendaki merupakan gejala abnormal atau patologis. Hal itu disebabkan unsur-
unsur masyarakat tidak dapat berlangsung sebagaimana mestinya sehingga
menyebabkan kekecewaan dan penderitaan. Gejala-gejala abnormal tersebut
disebut masalah-masalah sosial.
B.Pengertian Masalah Sosial
Menurut Soerjono Soekanto, masalah sosial adalah suatu ketidak sesuaian antar
unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat, yang membahayakan kehidupan
kelompok sosial. Jika terjadi bentrokan antara unsur-unsur yang ada dapat
menimbulkan gangguan hubungan sosial seperti kegoyahan dalam kehidupan
kelompok atau masyarakat.
Masalah soial muncul akibat terjadinya perbedaan yang mencolok antara nilai
dalam masyarakat dengan realita yang ada. Yang dapat menjadi sumber masalah
sosial yaitu seperti proses sosial dan bencana alam. Adanya masalah sosial dalam
masyarakat ditetapkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan khusus seperti
tokoh masyarakat,pemerintah,organisasi sosial,musyawarah masyarakat dan lain
sebainya.
C.Klasifikasi Masalah Sosial
Masalah sosial dapat dikategorikan menjadi 4 (empat) jenis klasifikasi, yakni
antara lain:
. Faktor Ekonomi : Kemiskinan,pengangguran,dll.
. Faktor Budaya : Perceraian,kenakalan remaja,dll.
. Faktor Biologis : Penyakit menular,keracunan makanan,dsb.
. Faktor Pshikologis : Penyakit syaraf,aliran sesat,dsb.
Klasifikasi yang berbeda mengadakan penggolongan atas dasar kepincangan-
kepincangan dalam warisan fisik, warisan biologis, warisan sosial, dan kebijakan
sosial. Klasifikasi ini lebih luas ruang lingkupnya daripada klasifikasi yang
terdahulu.
D.Ukuran Sosiologi Terhadap Masalah Sosial
Ukuran dalam sosiologi suatu masalah merupakan masalah sosial adalah :
. Tidak adanya kesesuaian antara ukuran/nilai-nilai sosial dengan kenyataan-
kenyataan/tindakan-tindakan sosial
. Sumber-sumber sosial dari masalah sosial, yaitu merupakan akibat dari suatu
gejala sosial atau bukan, yang menyebabkan masalah sosial contohnya : gagal
panen (bukan gejala sosial tetapi menyebabkan masalah sosial)
. Pihak-pihak yang menetapkan apakah suatu kepincangan merupakan gejala
sosial atau tidak, tergantung dari karakteristik masyarakatnya
. Manifest social problems dan latent social problems
. Perhatian masyarakat dan masalah sosial
Sistem nilai dan dapatnya suatu masalah sosial diperbaiki
E.Beberapa Masalah Sosial Penting Serta Dampaknya
. Kemiskinan
Suatu keadaan dimana seseorang tidak sanggup memelihara dirinya sendiri sesuai
dengan taraf kehidupan kelompok dan juga tidak mampu memanfaatkan tenaga
mental, maupun fisiknya dalam kelompok tersebut.
Dampaknya bagi masyarakat adalah kriminalitas meningkat, kelaparan,
munculnya berbagai penyakit pada kelompok resiko tinggi seperti ibu hamil, ibu
menyusui, bayi, balita, dan orang lanjut usia.
. Peperangan
Merupakan satu bentuk pertentangan dan juga suatu lembaga kemasyarakatan.
Peperangan merupakan bentuk pertentangan yang setiap kali diakhiri dengan suatu
akomodasi.
Dampaknya adalah disorganisasi dalam berbagai aspek kemasyarakatan, baik bagi
negara yang ke luar sebagai pemenang, apalagi bagi negara yang takluk sebagai si
kalah. Apalagi peperangan biasanya perang total, yaitu dimana tidak hanya
angkatan bersenjata yang bersangkut, tetapi seluruh lapisan
masyarakat, berjatuhnya korban serta penderitaan fisik dan bathin.
. Kenakalan Remaja
Keinginan untuk melawan (misalnya dalam bentuk radikalisme, delinkuensi,dsb),
dan sikap apatis (misalnya penyesuaian yang membabi buta terhadap ukuran moral
generasi tua).
Dampak dari kenakalan remaja ini adalah merugikan fisik dan mental bagi diri
sendiri, membuat resah masyarakat, keberadaan masyarakat tdak dihargai.
. Birokrasi
Merupakan organisasi yang bersifat hierarkis yang ditetapkan secara rasional untuk
mengordinasikan pekerjaan orang-orang untuk kepentingan pelaksanaan tugas-
tugas administratif.
Dalam karangan Max Weber, yang berjudul ‘Some Consequences of
Bureaueratization’ dalam buku Sociological Theoty, mengemukakan
kekhawatirannya akan akibat perkembangan birokarsi yang sangat pesat, karena
didalam birokarsi, setiap petugas mendapat tempat tertentu yang tetap, ibarat
sebuah roda bergigi dalam sebuah mesin. Apabila manusia tadi sadar akan
kedudukannya, dia akan berusaha untuk menjadi roda untuk seluruh mesin. Gejala
tersebut disebabkan manusia terlalu mendambakan suatu tata tertib sehingga
apabila tata tertib tidak ada, dia akan kehilangan pegangannya.
. Disorganisasi Keluarga
Yaitu suatu perpecahan dalam keluarga sebagai unit, oleh karena anggota-
anggotanya keluarga tersebut gagal memenuhi kewajiban-kewajiban yang sesuai
dengan peranan sosialnya.
Dampak dari disorganisasi keluarga adalah perceraian dan kenakalan remaja akibat
tidak adanya perhatian dan kasih sayang dari orang tuan.
F.Pemecahan Masalah Sosial
Ada metode-metode yang bersifat preventif dan represif. Metode yang preventif
jelas lebih sulit dilaksanakan karena harus didasarkan pada penelitian yang
mendalam terhadap sebab-sebab terjadinya masalah sosial. Metode represif lebih
banyak digunakan. Artinya, setelah suatu gejala dapat dipastikan sebagai masalah
sosial, baru diambil tindakan-tindakan untuk mengatasinya. Di dalam mengatasi
masalah sosial, tidaklah semata-mata melihat aspek sosiologis, tetapi juga aspek-
aspek lainnya. Dengan demikian, diperlukan suatu kerja sama antara ilmu
pengetahuan kemasyarakatan pada khususnya untuk memecahkan masalah sosial
yang dihadapi tadi (secara interdisipliner).
G.Kesimpulan
Dari rangkuman diatas, kita pahami bahwa Masalah sosial adalah suatu gejala
abnormal yang sering terjadi dilingkungan masyarakat. Dan memiliki dampak bagi
kehidupan masyarakat. Tetapi hal ini bisa diantisipasi dan diatasi apabila kita lebih
memahami dan mengenal akan hal-hal dan masyarakat disekitar kita.
Menurut Soerjono Soekanto masalah sosial adalah suatu ketidaksesuaian antara
unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat, yang membahayakan kehidupan
kelompok sosial. Jika terjadi bentrokan antara unsur-unsur yang ada dapat
menimbulkan gangguan hubungan sosial seperti kegoyahan dalam kehidupan
kelompok atau masyarakat.
Masalah sosial muncul akibat terjadinya perbedaan yang mencolok antara nilai
dalam masyarakat dengan realita yang ada. Yang dapat menjadi sumber masalah
sosial yaitu seperti proses sosial dan bencana alam. Adanya masalah sosial dalam
masyarakat ditetapkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan khusus seperti
tokoh masyarakat, pemerintah, organisasi sosial, musyawarah masyarakat, dan lain
sebagainya.
Masalah sosial dapat dikategorikan menjadi 4 (empat) jenis faktor, yakni antara
lain :
1. Faktor Ekonomi : Kemiskinan, pengangguran, dll.
2. Faktor Budaya : Perceraian, kenakalan remaja, dll.
3. Faktor Biologis : Penyakit menular, keracunan makanan, dsb.
4. Faktor Psikologis : penyakit syaraf, aliran sesat, dsb.
1. Faktor Ekonomi, faktor ini merupakan faktor terbesar terjadinya masalah sosial.
Apalagi setelah terjadinya krisis global PHK mulai terjadi di mana-mana dan bisa
memicu tindak kriminal karena orang sudah sulit mencari pekerjaan.
2.Faktor Budaya, Kenakalan remaja menjadi masalah sosial yang sampai saat ini
sulit dihilangkan karena remaja sekarang suka mencoba hal-hal baru yang
berdampak negatif seperti narkoba, padahal remaja adalah aset terbesar suatu
bangsa merekalah yang meneruskan perjuangan yang telah dibangun sejak dahulu.
3.Faktor Biologis, Penyakit menular bisa menimbulkan masalah sosial bila
penyakit tersebut sudah menyebar disuatu wilayah atau menjadi pandemik.
4.Faktor Psikologis, Aliran sesat sudah banyak terjadi di Indonesia dan
meresahkan masyarakat walaupun sudah banyak yang ditangkap dan dibubarkan
tapi aliran serupa masih banyak bermunculan di masyarakat sampai saat ini.
Masalah sosial menemui pengertiaannya sebagai sebuah kondisi yang tidak
diharapkan dan dianggap dapat merugikan kehidupan sosial serta bertentangan
dengan standar sosial yang telah disepakati. Keberadaan masalah sosial ditengah
kehidupan masyarakat dapat diketahui secara cermat melalui beberapa proses dan
tahapan analitis, yang salah satunya berupa tahapan diagnosis. Dalam
mendiagnosis masalah sosial diperlukan sebuah pendekatan sebagai perangkat
untuk membaca aspek masalah secara konseptual. Eitzen membedakan adanya dua
pendekatan yaitu person blame approach dan system blame approach (hlm. 153).
Person blame approach merupakan suatu pendekatan untuk memahami
masalah sosial pada level individu. Diagnosis masalah menempatkan individu
sebagai unit analisanya. Sumber masalah sosial dilihat dari faktor-faktor yang
melekat pada individu yang menyandang masalah. Melalui diagnosis tersebut
lantas bisa ditemukan faktor penyebabnya yang mungkin berasal dari kondisi fisik,
psikis maupun proses sosialisasinya.
Sedang pendekatan kedua system blame approach merupakan unit analisis
untuk memahami sumber masalah pada level sistem. Pendekatan ini mempunyai
asumsi bahwa sistem dan struktur sosial lebih dominan dalam kehidupan
bermasyarakat. Individu sebagai warga masyarakat tunduk dan dikontrol oleh
sistem. Selaras dengan itu, masalah sosial terjadi oleh karena sistem yang berlaku
didalamnya kurang mampu dalam mengantisipasi perubahan-perubahan yang
terjadi, termasuk penyesuaian antar komponen dan unsur dalam sistem itu sendiri.
Dari kedua pendekatan tersebut dapat diketahui, bahwa sumber masalah dapat
ditelusuri dari ”kesalahan" individu dan "kesalahan" sistem. Mengintegrasikan
kedua pendekatan tersebut akan sangat berguna dalam rangka melacak akar
masalah untuk kemudian dicarikan pemecahannya. Untuk mendiagnosis masalah
pengangguran misalnya, secara lebih komprehensif tidak cukup dilihat dari faktor
yang melekat pada diri penganggur saja seperti kurang inovatif atau malas mencari
peluang, akan tetapi juga perlu dilihat sumbernya masalahnya dari level sistem
baik sistem pendidikan, sistem produksi dan sistem perokonomian atau bahkan
sistem sosial politik pada tingkat yang lebih luas.
Anak jalanan: Dilema? Sebenarnya isltilah anak jalanan pertama kali
diperkenalkan di Amerika Selatan atau Brazilia yang digunakan bagi kelompok
anak-anak yang hidup dijalanan umumnya sudah tidak memiliki ikatan tali dengan
keluarganya.Anak-anak pada kategori ini pada umumnya sudah terlibat pada
aktivitas-aktivitas yang berbau criminal. Kelompok ini juga disebut dalam istilah
kriminologi sebagai anak-anak dilinguent. Istilah ini menjadi rancu ketika dicoba
digunakan di negara berkembang lainnya yang pada umumnya mereka masih
memiliki ikatan dengan keluarga. UNICEF kemudian menggunakan istilah hidup
dijalanan bagi mereka yang sudah tidak memiliki ikatan keluarga, bekerja
dijalanan bagi mereka yang masih memiliki ikatan dengan keluarga. Di Amerika
Serikat juga dikenal istilah Runauay children yang digunakan bagi anak-anak yang
lari dari orang tuanya.
Walaupun pengertian anak jalanan memiliki konotasi yang negatif di
beberapa negara, namun pada dasarnya dapat juga diartikan sebagai anak-anak
yang bekerja dijalanan yang bukan hanya sekedar bekerja di sela-sela waktu luang
untuk mendapatkan penghasilan, melainkan anak yang karena pekerjaannya maka
mereka tidak dapat tumbuh dan berkembang secara wajar baik secara jasmnai,
rohani dan intelektualnya. Hal ini disebabkan antara lain karena jam kerja panjang,
beban pekerjaan, lingkungan kerja dan lain sebagainya.
Anak jalanan ini pada umumnya bekerja pada sector informal. Phenomena
munculnya anak jalanan ini bukanlah karena adanya transformasi system social
ekonomi dan masyarakat pertanian ke masyarakat pra-industri atau karena proses
industrialisasi. Phenomena ini muncul dalam bentuk yang sangat eksploratif
bersama dengan adanya transformasi social ekonomi masyarakat industrialsasi
menuju masyarakat yang kapitalistik.
Kaum marjinal ini selanjutnya mengalami distorsi nilai, diantaranta nilai
tentang anak. Anak, dengan demikian bukan hanya dipandang sebagai beban,
tetapi sekaligus dipandang sebagai factor ekonomi yang bisa dipakai untuk
mengatasi masalah ekonomi keluarga. Dengan demikian, nilai anak dalam
pandangan orang tua atau keluarga tidak lagi dilihat dalam kacamata pendidikan,
tetapi dalam kepentingan ekonomi. Sementara itu, nilai pendidikan dan kasih
saying semakin menurun. Anak dimotivasi untuk bekerja dan menghasilkan uang.
Dalam konteks permasalahan anak jalanan, masalah kemiskinan dianggap sebagai
penyebab utama timbalnya anak jalanan ini. Hal ini dapat ditemukan dari latar
belakang geografis, social ekonomi anak yang memang datang dari daerah-daerah
dan keluarga miskin di pedesaan maupun kantong kumuh perkotaan. Namun,
mengapa mereka tetap bertahan, dan terus saja berdatangan sejalan dengan
pesatnya laju pembangunan?
Ada banyak teori yang bisa menejlaskan kontradiksi-kontradiksi antara
pembangunan dan keadilan-pemerataan, desa dan kota, kutub besar dan kutub
kecil, sehingga lebih jauh bia terpetakan lebih jela persoalan hak asasi anak.
Meskipun demikian, kemiskinan bukanlah satu-satunya factor penyebab timbulnya
masalah anak jalanan. Dengan demikian, adanya sementara anggapan bahwa
masalah anak jalanan akan hilang dengan sendirinya bila permasalahan kemiskinan
ini telah dapat diatasi, merupakan pandangan keliru.
Masyarakat Dan Negara :
Parillo menyatakan, kenyataan paling mendasar dalam kehidupan sosial adalah
bahwa masyarakat terbentuk dalam suatu bangunan struktur. Melalui bangunan
struktural tertentu maka dimungkinkan beberapa individu mempunyai kekuasaan,
kesempatan dan peluang yang lebih baik dari individu yang lain (hlm. 191). Dari
hal tersebut dapat dimengerti apabila kalangan tertentu dapat memperoleh manfaat
yang lebih besar dari kondisi sosial yang ada sekaligus memungkinkan
terpenuhinya segala bentuk kebutuhan, sementara dipihak lain masih banyak yang
kekurangan.
Masalah sosial sebagai kondisi yang dapat menghambat perwujudan
kesejahteraan sosial pada gilirannya selalu mendorong adanya tindakan untuk
melakukan perubahan dan perbaikan. Dalam konteks tersebut, upaya pemecahan
sosial dapat dibedakan antara upaya pemecahan berbasis negara dan berbasis
masyarakat. Negara merupakan pihak yang sepatutnya responsif terhadap
keberadaan masalah sosial. Perwujudan kesejahteraan setiap warganya merupakan
tanggung jawab sekaligus peran vital bagi keberlangsungan negara. Di lain pihak
masyarakat sendiri juga perlu responsif terhadap masalah sosial jika menghendaki
kondisi kehidupan berkembang ke arah yang semakin baik.
Salah satu bentuk rumusan tindakan negara untuk memecahkan masalah
sosial adalah melalui kebijakan sosial. Suatu kebijakan akan dapat dirumuskan
dengan baik apabila didasarkan pada data dan informasi yang akurat. Apabila studi
masalah sosial dapat memberikan informasi yang lengkap dan akurat maka bararti
telah memberikan kontribusi bagi perumusan kebijakan sosial yang baik, sehingga
bila diimplementasikan akan mampu menghasilkan pemecahan masalah yang
efektif.
Upaya pemecahan sosial sebagai muara penanganan sosial juga dapat berupa
suatu tindakan bersama oleh masyarakat untuk mewujudkan suatu perubahan yang
sesuai yang diharapkan. Dalam teorinya Kotler mengatakan, bahwa manusia dapat
memperbaiki kondisi kehidupan sosialnya dengan jalan mengorganisir tindakan
kolektif. Tindakan kolektif dapat dilakukan oleh masyarakat untuk melakukan
perubahan menuju kondisi yang lebih sejahtera.
MANFAAT SOSIOLOGI
PEMBAHASAN
Sosiologi sebagai ilmu bisa ditinjau dari dua sisi yaitu pengembangan ilmunya atau
ilmu murni (pure science) dan manfaat ilmu sosiologi bagi kehidupan atau ilmu
terapan (applied science). Pembahasan bab ini tentang bagaimana penerapan
sosiologi bagi kehidupan masyarakat atau “applied science” nya.
SOSIOLOGI MEMBANTU MEMECAHKAN MASALAH SOSIAL
MASYARAKAT
Gejala-gejala abnormal yang terjadi di masyarakat disebut juga masalah sosial.
Masalah sosial menyangkut nilai-nilai sosial yang mencakup segi moral dan tata
kelakuan yang menyimpang. Salah satu usaha yang dilakukan untuk mengatasi
disorganisasi adalah dengan mengadakan perencanaan sosial yang baik (social
planning) agar masalah sosial teratasi.
PENGERTIAN MASALAH SOSIAL
Menurut Soerjono Soekanto masalah sosial (problema sosial) merupakan masalah
yang muncul dalam masyarakat, bersifat sosial dan berhubungan erat dengan nilai-
nilai sosial dan lembaga-lembaga kemasyarakatan. Sosiologi selain mempelajari
gejala-gejala kemasyarakatan, juga mempelajari masalah-masalah sosial seperti:
kejahatan, konflik antarras, kemiskinan, perceraian, pelacuran delinkuensi anak-
anak; dan seterusnya.
ANALISIS SOSIOLOGI DALAM MEMAHAMI MASALAH SOSIAL
Sebagai ilmu sosial yang menganalisis masyarakat, sosiologi hanya sebatas
mencari sebab-sebab terjadinya masalah sosiologi dan tidak menekankan pada
pemecahan masalah atau jalan keluar dari masalah-masalah.
PENGERTIAN MASALAH SOSIAL
Masalah sosiologi merupakan hasil proses perkembangan masyarakat, artinya
problem itu memang sewajarnya timbul, jika tidak diinginkan adanya hambatan-
hambatan terhadap penemuan baru atau gagasan baru. Masalah sosial adalah suatu
ketidaksesuaian antara unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat yang
membahayakan kehidupan kelompok sosial, atau menghambat terpenuhinya
keinginan-keinginan pokok warga kelompok sosial tersebut. Masalah sosial
merupakan akibat dari interaksi sosial antara individu, individu dengan kelompok,
atau kelompok dengan kelompok.
PENYEBAB TERJADINYA MASALAH SOSIAL
Masalah sosial timbul dari kekurangan-kekurangan dalam diri manusia atau
kelompok sosial yang bersumber pada faktor-faktor berikut:
Faktor Ekonomis
Faktor ekonomis, problema dari faktor ekonomi misalnya kemiskinan,
pengangguran, dan sebagainya.
Faktor Biologis
Faktor biologis, problema yang timbul dari faktor ini adalah penyakit atau
kesehatan tubuh.
Faktor Biopsikologis
Faktor biopsikologis, dari faktor ini timbul penyakit saraf, bunuh diri, dan
disorganisasi jiwa.
Faktor Kebudayaan
Faktor kebudayaan, dari faktor ini akan timbul perceraian, kejahatan, kenakalan
anak-anak, konflik rasial, dan keagamaan.
UKURAN SOSIOLOGI TERHADAP MASALAH SOSIAL
Menurut Robert K. Merton dan Robert A. Nisbet, dalam menentukan bahwa suatu
masalah merupakan problema sosial atau tidak, digunakan beberapa pokok
persoalan sebagai ukuran, yaitu:
Kriteria Utama
Kriteria utama suatu masalah sosial yaitu tidak adanya penyesuaian antara ukuran-
ukuran dan nilai-nilai sosial dengan kenyataan-kenyataan serta tindakan-tindakan
sosial. Adanya kepincangan-kepincangan antara anggapan-anggapan masyarakat
tentang apa yang seharusnya terjadi, dengan apa yang terjadi dalam kenyataan
pergaulan hidup. Misalnya, apabila dalam satu bulan terjadi
pelanggaran lalu lintas yang dilakukan oleh 400 orang dari 10.000 orang penduduk
sebuah kota,
hal ini belum tentu merupakan masalah sosial, hal ini tergantung dengan nilai-nilai
sosial masyarakat yang bersangkutan.
Sumber-Sumber Masalah Sosial
Masalah sosial merupakan persoalan-persoalan yang timbul secara langsung dari
atau bersumber langsung pada kondisi-kondisi maupun proses-proses sosial. Jadi
sebab-sebab terpenting masalah sosial harus bersifat sosial. Jadi kejadian-kejadian
yang tidak bersumber pada perbuatan manusia bukanlah merupakan masalah
sosial.
Pihak yang Menetapkan Masalah Sosial
Dalam masyarakat masalah sosial merupakan gejala yang wajar. Apabila terdapat
sekelompok warga masyarakat menjadi pimpinan masyarakat tersebut, maka
sekelompok warga masyarakat tersebut mempunyai kekuasaan dan wewenang
yang lebih besar dari orang lain untuk membuat serta menentukan kebijaksanaan
sosial. Setiap manusia sesuai dengan kedudukan dan perannya dalam masyarakat,
mempunyai nilai dan kepentingan-kepentingan yang berbeda. Sikap masyarakat itu
sendirilah yang menentukan suatu gejala merupakan suatu problema sosial atau
tidak.
Manifest Social Problem dan Latent Social Problem
Manifest social problems merupakan masalah sosial yang timbul sebagai akibat
terjadinya kepincangan-kepincangan dalam masyarakat, yang dikarenakan tidak
sesuainya tindakan dengan norma dan nilai yang ada dalam masyarakat. Pada
umumnya masyarakat tidak menyukai tindakan-tindakan yang menyimpang,
misalnya dengan padatnya lalu lintas kota kota besar, banyak terjadi penyerobotan
lahan trotoar untuk pedagang kaki lima dan lalulintas. Latent social problems juga
menyangkut hal-hal yang berlawanan dengan nilai-nilai masyarakat, akan tetapi
tidak diakui demikian. Contoh: korupsi di Indonesia seolah olah merupakan hal
yang wajar dan sudah biasanya, padahal hal tersebut bertentangan dengan nilai dan
norma sosial.
BEBERAPA MASALAH SOSIAL PENTING
KEMISKINAN
Menurut sejarah, keadaan kaya dan miskin secara berdampingan tidak merupakan
masalah sosial. Kemiskinan muncul sebagai masalah sosial sejak berkembangnya
perdagangan ke seluruh dunia dan juga ditetapkannya taraf kehidupan tertentu
sebagai suatu kebiasaan masyarakat. Pada waktu dulu setiap individu sadar akan
kedudukan ekonomisnya, sehingga mereka mampu mengatakan apakah dirinya
kaya atau miskin. Kemiskinan dianggap sebagai masalah sosial apabila perbedaan
kedudukan ekonomi para warga masyarakat ditentukan secara tegas. Pada
masyarakat yang bersahaja susunan dan organisasinya, kemiskinan bukan masalah
sosial, karena mereka menganggap bahwa semua telah ditakdirkan, sehingga tidak
ada usaha-usaha untuk mengatasinya. Pada masyarakat modern yang rumit,
kemiskinan menjadi suatu problema sosial karena sikap yang membenci
kemiskinan tadi. Bagi para urban yang gagal mendapatkan pekerjaan, kemiskinan
tidak lagi diukur dari kebutuhan
sekunder saja, tetapi disebabkan ketidakmampuan memenuhi kebutuhan
primernya.
PENGANGGURAN
Pengangguran merupakan masalah sosial yang dihadapi oleh negara-negara
berkembang. Pesatnya arus globalisasi dalam bidang ekonomi yang ditandai
dengan adanya efisiensi dalam kegiatan ekonomi, misalnya penggunaan mesin-
mesin produksi. Hal itu menyebabkan berkurangnya penggunaan tenaga manusia.
Oleh sebab itu pengangguran makin tinggi. Di negara negara berkembang, pada
umumnya juga memiliki tingkat pendidikan yang rendah. Sementara itu persaingan
kerja makin lama makin ketat, sehingga orang yang tidak memiliki keahlian (skill)
akan kesulitan mencari kerja.
KEJAHATAN
Kejahatan disebabkan kondisi-kondisi dan proses-proses sosial yang sama, yang
menghasilkan perilaku-perilaku sosial lainnya. Orang yang menjadi jahat,
disebabkan orang tersebut mengadakan kontak dengan pola-pola perilaku jahat dan
juga karena dia mengasingkan diri dari pola-pola perilaku yang tidak menyukai
kejahatan tersebut. Pada masa modern seperti sekarang ini timbul kejahatan yang
disebut white collar crime yaitu suatu kejahatan yang timbul akibat perkembangan
ekonomi yang terlalu cepat dan menekankan pada aspek material–finansial belaka.
Kejahatan ini merupakan kejahatan yang dilakukan oleh pengusaha dan pejabat di
dalam menjalankan peranan fungsinya. Golongan tersebut menganggap kebal
terhadap hukum dan sarana-sarana pengendalian sosial lainnya. Untuk mengatasi
masalah kejahatan dapat dilakukan dengan dua cara berikut.
1. Preventif
Preventif, yaitu dengan cara menjauhkan diri dari pola-pola kejahatan dan
mendekatkan diri dari pola-pola perilaku yang tidak menyukai kejahatan.
2. Represif
Represif, yaitu dengan cara rehabilitasi, seperti hal berikut.
1) Menciptakan program yang bertujuan menghukum orang tersebut.
2) Berusaha mengubah agar orang tersebut tidak jahat, misalnya dengan cara
memberi pekerjaan atau latihan-latihan untuk menguasai bidang-bidang tertentu
agar dapat membaur kembali dengan masyarakat umum.
DISORGANISASI KELUARGA
Disorganisasi Keluarga (Broken Home). Disorganisasi keluarga adalah perpecahan
keluarga sebagai suatu unit, karena anggota-anggotanya gagal memenuhi
kewajiban-kewajiban yang sesuai dengan peranan sosialnya. Adapun bentuk-
bentuknya antara lain:
a. unit keluarga yang tidak komplit karena hubungan di luar nikah;
b. karena putusnya perkawinan sebab perceraian;
c. kurangnya komunikasi dalam anggota keluarga (empty shell family);
d. krisis keluarga, oleh karena salah satu kepala keluarga bertindak di luar
kemampuannya.
Pada dasarnya disorganisasi keluarga pada masyarakat yang sedang dalam keadaan
transisi menuju masyarakat modern dan kompleks, disebabkan keterlambatan
dalam menyesuaikan diri dengan situasi sosial ekonomis yang baru.
GENERASI MUDA DAN MASYARAKAT MODERN
Generasi Muda dan Masyarakat Modern. Masalah generasi muda ditandai dengan
dua ciri yang berlawanan, yaitu berikut.
a. Keinginan melawan, misalnya dalam bentuk radikalisme dan delinkuensi. Sikap
ini mungkin disertai dengan suatu rasa takut bahwa masyarakat akan hancur karena
perbuatan-perbuatan menyimpang.
b. Sikap apatis, biasanya sikap ini disertai rasa kecewa terhadap masyarakat.
Pada waktu tersebut, kalau dia tidak ada bimbingan dari orang tua akan timbul
demonstration effect yang merupakan masalah sosial. Masalah tersebut dapat
diurutkan sebagai berikut.
a. Persoalan sense of value, pada masa ini masyarakat yang kedudukannya lebih
tinggi menjadi imitasi untuk anak-anak yang berasal dari lapisan yang lebih
rendah.
b. Timbul organisasi-organisasi pemuda nonformal yang bertingkah laku tidak
disenangi masyarakat.
c. Timbul usaha generasi muda yang bertujuan mengadakan perubahan dalam
masyarakat yang disesuaikan dengan nilai kaum muda.
PEPERANGAN
Peperangan. Peperangan mengakibatkan disorganisasi dalam berbagai aspek
kemasyarakatan, baik bagi negara yang menjadi pemenang maupun negara yang
kalah.
PELANGGARAN TERHADAP NORMA NORMA MASYARAKAT
Pelacuran
Pelacuran diartikan sebagai pekerjaan yang bersifat menyerahkan diri kepada
umum untuk melakukan
perbuatan seksual dengan mendapat upah. Sebab terjadinya pelacuran dapat dilihat
dari faktor-faktor berikut.
1) Endogen dapat disebutkan karena faktor nafsu syahwat yang besar, sifat malas,
dan keinginan yang besar untuk dapat hidup mewah.
2) Eksogen yang terutama adalah faktor ekonomis, urbanisasi yang tidak teratur,
keadaan perumahan yang tidak memenuhi syarat misalnya masa anak-anak yang
kurang menguntungkan, pola pribadi yang kurang dewasa.
Delinkuensi anak-anak
Delinkuensi anak-anak yang terkenal di Indonesia adalah cross boys dan cross girls
yaitu organisasi semi-formal yang mempunyai tingkah laku yang kurang atau tidak
disukai masyarakat.
Delinkuensi anak-anak meliputi pencurian, perampokan, pencopetan,
penganiayaan, pelanggaran susila, penggunaan obat terlarang, dan perkosaan.
Alkoholic
Persoalan alkoholic atau pemabuk pada kebanyakan masyarakat tidak berkisar
apakah alkohol boleh atau dilarang dipergunakan. Persoalan pokoknya adalah
siapa yang boleh menggunakannya, di mana dan dalam kondisi yang bagaimana.
Umumnya orang awam berpendapat bahwa alkohol merupakan suatu stimulan,
padahal sesungguhnya alkohol merupakan racun protoplasmik yang mempunyai
efekdepresan pada sistem saraf, yang mengakibatkan pengguna makin berkurang
kemampuannya untuk mengendalikan diri, baik fisik, psikologis maupun sosial.
Homoseksualitas
Secara sosiologis homoseksualitas adalah seseorang yang cenderung
mengutamakan orang berjenis kelamin sama sebagai mitra seksual.
Homoseksualitas merupakan sikap-tindak atau pola perilaku para homoseksual,
bagi pelaku pria, sedang pelaku wanita disebut lesbian. Homoseksualitas dapat
digolongkan ke dalam tiga kategori sebagai berikut.
1) Golongan yang secara aktif mencari mitra kencan di tempat tertentu.
2) Golongan pasif, artinya yang hanya menunggu.
3) Golongan situasional yang mungkin bersikap pasif atau melakukan tindakan-
tindakan tertentu.
Homoseksualitas secara sosiologis bertolak pada asumsi bahwa tidak ada
pembawaan lain pada dorongan seksual, selain kebutuhan untuk menyalurkan
syahwat. Oleh karena itu maka baik tujuan maupun objek dorongan seksual
diarahkan oleh faktor sosial. Seseorang menjadi homoseksual dikarenakan
pengaruh orang-orang sekitarnya, sikap-tindaknya kemudian menjadi pola
seksualnya.
Masalah Kependudukan
Penduduk suatu negara pada hakikatnya merupakan sumber yang sangat penting
bagi pembangunan, sebab penduduk merupakan subjek serta objek pembangunan.
Salah satu tanggung jawab negara adalah menyejahterakan kehidupan penduduk,
tetapi ternyata kesejahteraan penduduk mengalami gangguan oleh perubahan-
perubahan demografis yang sering tidak dirasakan. Gangguan-gangguan tersebut
menimbulkan masalah-masalah di antaranya berikut ini.
a. Bagaimana menyebarkan penduduk, agar tercipta kepadatan penduduk yang
merata?
b. Bagaimana mengusahakan penurunan tingkat kelahiran agar perkembangan
penduduk dapat diawasi dengan ketat?
Masalah Lingkungan Hidup
Lingkungan hidup biasanya dibedakan dalam kategori sebagai berikut.
a. Lingkungan fisik, yaitu semua benda mati yang ada di sekeliling manusia.
b. Lingkungan biologis yaitu segala sesuatu di sekeliling manusia yang berupa
organisme yang hidup (di sampingmanusia).
c. Lingkungan sosial yaitu terdiri atas individu atau kelompok yang berada di
sekitar manusia.
d. Lingkungan budaya yaitu segala sesuatu di sekeliling manusia yang berupa
hasil-hasil kebudayaan manusia.
Agar dapat mempertahankan hidup, maka manusia melakukan penyesuaian-
penyesuaian atau adaptasi yang antara lain berikut ini.
a. Adaptasi genetik yaitu setiap lingkungan hidup biasanya merangsang
penghuninya untuk membentuk struktur tubuh yang spesifik.
b. Adaptasi somatis yaitu merupakan penyesuaian secara struktural atau fungsional
yang sifatnya sementara (tidak turun-temurun).
Dalam hubungannya dengan makhluk hidup lainnya dalam lingkungan hidup,
dapat dibedakan berikut.
a. Hubungan simbiosis yaitu hubungan timbal balik antara organisme-organisme
hidup yang berbeda speciesnya.
Bentuk bentuk hubungan simbiosis adalah:
1) Parasitisme yaitu bila satu pihak beruntung, pihak lain dirugikan.
2) Komensalisme yaitu bila satu pihak beruntung, pihak lain juga tidak dirugikan.
3) Mutualisme yaitu terjadi hubungan saling menguntungkan.
b. Hubungan sosial timbal balik antara organisme-organisme hidup yang sama
spesiesnya. Bentuk-bentuknya adalah kompetisi dan kooperatif.
Suatu ekosistem mungkin mengalami perubahan-perubahan lantaran bekerjanya
faktor-faktor fisik alamiah dan pengaruhnya besar terhadap manusia misalnya:
a. pengaruh sinar matahari,
b. pengaruh iklim,
c. pengaruh panas dan dingin.
MANFAAT PENELITIAN SOSIOLOGI BAGI PEMBANGUNAN
Pembangunan merupakan suatu proses perubahan di segala bidang kehidupan yang
dilakukan secara sengaja berdasarkan rencana tertentu. Cara melangsungkan
pembangunan adalah sebagai berikut.
1. Struktural, yang mencakup perencanaan, pembentukan, dan evaluasi terhadap
lembaga-lembaga sosial.
2. Spiritual yang mencakup watak dan pendidikan dalam penggunaan cara-cara
berfikir ilmiah.
3. Struktural dan spiritual. Syarat yang diperlukan dalam pembangunan adalah
kemauan yang keras serta kemampuan dapat memanfaatkan setiap kesempatan
bagi keperluan pembangunan. Masyarakat harus aktif memecahkan masalah-
masalah dan memiliki sikap terbuka bagi pikiran-pikiran dan usaha baru. Warga
masyarakat tidak boleh pasrah pada keadaan yang dihadapi, atas dasar pandangan
hidup bahwa segala sesuatu merupakan nasib buruk bagi dirinya. Di samping itu
juga harus terbuka, jujur, dan berorientasi ke depan sehingga proses kehidupannya
dapat direncanakan, baik mengenai aspek spiritual maupun materialnya.
1. Tahap-Tahap Pembangunan
Apabila pembangunan dikaitkan dengan tahap-tahapnya, maka dikenal dengan
tahap-tahap berikut.
a. Perencanaan; pada tahap ini diadakan identifikasi terhadap berbagai kebutuhan
masyarakat, pusat perhatiannya, stratifikasi sosial pusat kekuasaan maupun saluran
komunikasi.
b. Penerapan/pelaksanaan pada tahap ini perlu diadakan penyorotan kekuatan
sosial dalam masyarakat. Di samping itu juga harus diadakan pengamatan terhadap
perubahan sosial yang terjadi.
c. Tahap evaluasi diadakan analisis terhadap efek pembangunan sosial. Hal
tersebut memerlukan pengadaan, pembetulan, penambahan, pelancaran maupun
peningkatan secara proporsional.
2. Penelitian Sosiologi
Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang dilandasi analisis dan kontruksi.
Analisis dan kontruksi dilakukan secara metodologis, sistematis, dan konsisten.
Penelitian merupakan suatu sarana bagi ilmu pengetahuan untuk mengembangkan
ilmu yang bersangkutan, juga merupakan sarana bagi masyarakat untuk
memecahkan berbagai masalah yang dihadapi. Oleh karena itu dikenal beberapa
penelitian, yaitu berikut ini.
a. Penelitian murni, bertujuan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan secara
teoritis.
b. Penelitian yang terpusat pada masalah, bertujuan untuk memecahkan masalah
yang timbul dalam perkembangan teori.
c. Penelitian terapan, bertujuan memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat
atau pemerintah.
3. Manfaat Penelitian Sosiologi bagi Pembangunan
Manfaat penelitian sosiologis pada hakikatnya mencakup hal-hal berikut.
a. Pola interaksi sosial.
Dengan mengetahui pola interaksi sosial yang ada dalam masyarakat dapat
digariskan haluan-haluan tertentu untuk memperkuat pola interaksi yang
mendukung dan menetralisir pola interaksi yang menghalangi pembangunan.
b. Kelompok sosial yang menjadi bagian masyarakat.
Ada kelompok sosial yang mempunyai kekuasaan tidak resmi, yang dapat
dijadikan panutan bagi pembangunan.
c. Kebudayaan yang berintikan pada nilai-nilai.
Ada nilai-nilai yang mendukung pembangunan, ada yang tidak mempunyai
pengaruh negatif terhadap pembangunan ada yang menghalangi pembangunan.
d. Lembaga-lembaga yang merupakan kesatuan kaidah yang berkisar pada
kebutuhan dasar manusia dan kelompok sosial.
e. Stratifikasi sosial yang merupakan pembedaan penduduk dalam kelas-kelas
sosial secara vertikal.
RANGKUMAN
Tidak semua di dalam kehidupan masyarakat berlangsung secara normal, artinya
ada gejala-gejala abnormal atau gejala patologis. Hal ini disebabkan karena unsur
masyarakat tertentu tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya, sehingga
menyebabkan kekecewaan bahkan penderitaan bagi masyarakat.
Masalah sosial adalah ketidaksesuaian antara unsur-unsur dalam kebudayaan atau
masyarakat yang membahayakan hidup kelompok sosial atau menghambat
terpenuhinya keinginan-keinginan pokok warga kelompok sosial, hingga
menyebabkan rusaknya ikatan sosial.
Masalah sosial dapat diklasifikasikan atas dasar sumber-sumbernya yaitu,faktor-
faktor ekonomis, biologis, biopsikologis, dan kebudayaan
Klasifikasi yang berbeda mengadakan penggolongan atas dasar kepincangan-
kepincangan dalam warisan fisik, warisan biologis, warisan sosial, dan
kebijaksanaan sosial.
Beberapa masalah sosial yang penting
adalah:
1. Kemiskinan yaitu sebagai suatu ke-adaan di mana orang tidak sanggup
memelihara dirinya sendiri sesuai dengan ukuran kehidupan kelompoknya.
2. Kejahatan.
3. Disorganisasi yaitu suatu perpecahan dalam keluarga sebagai unit, karena
anggota-anggota keluarga tersebut gagal memenuhi kewajibannya.
4. Masalah generasi muda.
5. Peperangan.
6. Masalah kependudukan.
7. Masalah lingkungan hidup.
Sosiologi mempunyai peranan bagi proses pembangunan dalam hal sebagai
berikut: tahap perencanaan; tahap pelaksanaan; tahap evaluasi. Sosiologi dapat
dimanfaatkan untuk memberikan data sosial pada tahap-tahap pembangunan.
Kehidupan Masyarakat (Sosial, Individu, Keluarga dan Masyarakat)
KEHIDUPAN SOSIAL INDIVIDU, KELUARGA, DAN MASYARAKAT
Hubungan antara manusia yang satu dengan yang lain sangat diperlukan dalam
kehidupan sehari-hari, dikarenakan manusia merupakan makhluk sosial yang tidak
dapat hidup sendiri atau masih membutuhkan bantuan dari pihak lain.
Bersosialisasi pun sangat penting dalam menjalin hubungan yang baik antara
manusia yang satu dengan yang lainnya. Jika tidak adanya individu, maka keluarga
dan masyarakat pun tidak akan tercipta. Begitu pula dengan individu, tidak akan
bisa berjalan sendiri jika tidak adanya keluarga dan masyarakat, karena dengan
adanya keluarga dan masyarakat, masing-masing individu dapat mengekspresikan
segala hal yang berhubungan dengan sosial. Aspek individu, keluarga, masyarakat
dan kebudayaan adalah aspek-aspek sosial yang tidak bisa dipisahkan.
INDIVIDU
Kehidupan sosial antara individu dengan individu merupakan awal dari
terbentuknya keluarga dan masyarakat. Ini merupakan langkah awal dalam
terbentuknya suatu hubungan-hubungan sosial yang terjalin di dalam kehidupan
berkeluarga dan bermasyarakat. Sebagaimana, tanpa adanya individu keluarga dan
masyarakat tidak akan tercipta begitu pula sebaliknya. Hubungan sosialisasi yang
baik antara individu yang satu dengan yang lain sangat penting dalam menciptakan
kehidupan masyarakat sosial yang teratur. Hubungan baik antara individu dengan
individu sangat diperlukan karena ini adalah hubungan yang dibina paling awal
dalam kehidupan masyarakat sosial.
Dari uraian tersebut di atas kita dapat mengetahui bahwa hubungan individu dan
masyarakat itu dapat ditinjau dari segi masyarakat saja (totalisme), ditinjau dari
segi individu saja (individualisme) dan ditinjau dari segi interaksi individu dan
masyarakat. Dengan memperhatikan tiga pandangan ini maka bagaimana
hubungan individu dan masyarakat di Indonesia? Profesor Supomo menyatakan
bahwa hubungan antara warga negana dan negara Indonesia adalah hubungan yang
integral. Driyarkara SY menyatakan bahwa hubungan masyarakat Indonesia pada
dasarnya adalah hubungan yang integral (Driyarkara, 1959, p. 225). Dari uraian ini
dapat disimpulkan bahwa paham yang dianut untuk menggambarkan hubungan
antara individu dan masyarakat di Indonesia adalah paham integralisme.
Paham inntegralisme berpendapat bahwa individu-individu yang bermacam-
macam itu merupakan suatu kesatuan dan keseluruhan yang utuh. Manusia dalam
masyarakat yang teratur dan tertib itu berada dalam suatu integrasi. Menurut
Dniyarkara SY integrasi semacam ini dapat berarti dalam arti sosiologis dan
psikologis, sebab manusia yang berada dalam integrasi itu merasa aman, tenang
dan bahagia. Integrasi semacam ini terdapat dalam masyanakat kecil maupun
besar, seperti keluarga, desa dan negara.
Individu selalu mencari berbagai macam lingkungannya tetapi lingkungan yang
pertama kali akan di temuai oleh individu adalah lingkungan keluarga, karena
lingkungan keluarga merupan suatu aspek bagi individu untuk dapat
mengembangkan kemampuan atau kapasitasnya .didalam lingkungan keluarga
secara tidak langsung individu telah bersentuhan langsung dengan berbagai aspek
sosial. Dan sementara itu di dalam lingkungan masyarakat merupakan aspek
lanjutan dari lingkungan keluarga ,lingkungan masyarakat sangat luas sehingga
individu dapat mengekspresikan sesuatunya yang sudah di pelajari di lingkungan
keluarga.
Individu belum bisa dikatakan sebagai individu apabila dia belum dibudayakan.
Artinya hanya individu yang mampu mengembangkan potensinya sebagai
individulah yang bisa disebut individu. Untuk mengembangkan potensi
kemanusiaannya ini atau untuk menjadi berbudaya dibutuhkan media keluarga dan
masyarakat.ini merupakan pendapat-pandapat dari Spencer, Pareto, Ward, Comte,
Durkheim, Summer, dan Weber.
Individu adalah mahkluk perseorangan yang terdiri dari atau terbentuk dari tiga
aspek ,yaitu aspek organis jasmaniah, psikis rohaniah, dan sosial. Dan untuk
membentuk ketiga aspek tersebut manusia harus menjalankan sejumlah bentuk
sosilisasi dan itu lah yang dapat membentuk ketiga aspek tersebut.
Salah satu bentuk sosialisasi adalah pola pengasuhan anak di dalam keluarga,
mengingat salah satu fungsi keluarga adalah sebagai media transmisi atas nilai,
norma dan simbol yang dianut masyarakat kepada anggotanya yang baru. Di
masyarakat terdapat berbagai bentuk keluarga di mana dalam proses
pengorganisasiannya mempunyai latar belakang maksud dan tujuannya sendiri.
Pranata keluarga ini bukanlah merupakan fenomena yang tetap melainkan sebuah
fenomena yang berubah, karena di dalam pranata keluarga ini terjadi sejumlah
krisis. Krisis tersebut oleh sebagian kalangan dikhawatirkan akan meruntuhkan
pranata keluarga ini. Akan tetapi bagi kalangan yang lain apa pun krisis yang
terjadi, pranata keluarga ini akan tetap survive.
Aspek individu, keluarga, masyarakat dan kebudayaan adalah aspek-aspek sosial
yang tidak bisa dipisahkan. Semua itu mempunyai keterkaitan yang sangat erat.
Jika tidak ada individu maka tidak akan terciptanya keluarga dan
masyarakat .individu tidak bias berjalan sendiri tanpa adanya keluarga dan
masyarakat karena keluarga dan masyarakat merupakan media untuk
mengekspresikan aspek sosialnya. Dalam ilmu sosial individu merupakan bagian
terkecil dari kelompok masyarakat yang tidak dapat dipisah lagi menjadi bagian
yang lebih kecil. Umpama keluarga sebagai kelompok sosial yang terkecil terdiri
dari ayah, ibu dan anak. Ayah merupakan individu yang sudah tidak dapat dibagi
lagi, demikian pula Ibu. Anak masih dapat dibagi sebab dalam suatu keluarga
jumlah anak dapat lebih dari satu. Di dalam kehidupan berkeluarga, sosialisasi
yang baik sangat diperlukan dalam mempertahankan keharmonisan hubungan di
dalam keluarga. Keluarga merupakan sebagai lingkungan utama dalam membentuk
kepribadian anggota di dalam keluarga tersebut. Keluarga sebagai media
pembinaan anggotanya dalam melakukan hal-hal yang berhubungan dengan sosial.
Pembinaan yang baik akan menciptakan kehidupan keluarga yang baik di dalam
lingkungan kemasyarakatan. Hubungan yang harmonis di dalam keluarga sangat
penting agar dapat membentuk pribadi yang baik, karena apapun yang terjadi di
dalam keluarga akan berpengaruh besar kepada tiap-tiap anggota keluarga yang
termasuk di dalamnya. Sebagaimana Individu tidak akan bisa berjalan sendiri tanpa
adanya keluarga sebagai media untuk mengekspresikan segala hal yang
berhubungan dengan masalah-masalah sosial.
KEHIDUPAN MASYARAKAT
Hubungan di lingkungan masyarakat yang terjalin dengan baik merupakan hasil
dari hubungan yang baik antara individu dengan individu dan di dalam hubungan
keluarga. Sama seperti keluarga, masyarakat merupakan media untuk
mengekspresikan segala hal yang berhubungan dengan masalah-masalah sosial.
Individu pun tidak akan bisa berjalan dengan baik tanpa adanya masyarakat.
Masyarakat adalah sekumpulan individu yang mengadakan kesepakatan bersama
untuk secara bersama-sama mengelola kehidupan. Terdapat berbagai alasan
mengapa individu-individu tersebut mengadakan kesepakatan untuk membentuk
kehidupan bersama. Alasan-alasan tersebut meliputi alasan biologis, psikologis,
dan sosial. Pembentukan kehidupan bersama itu sendiri melalui beberapa tahapan
yaitu interaksi, adaptasi, pengorganisasian tingkah laku, dan terbentuknya perasaan
kelompok. Setelah melewati tahapan tersebut, maka terbentuklah apa yang
dinamakan masyarakat yang bentuknya antara lain adalah masyarakat pemburu dan
peramu, peternak, holtikultura, petani, dan industri. Di dalam tubuh masyarakat itu
sendiri terdapat unsur-unsur persekutuan sosial, pengendalian sosial, media sosial,
dan ukuran sosial. Pengendalian sosial di dalam masyarakat dilakukan melalui
beberapa cara yang pada dasarnya bertujuan untuk mengontrol tingkah laku warga
masyarakat agar tidak menyeleweng dari apa yang telah disepakati bersama.
Walupun demikian, tidak berarti bahwa apa yang telah disepakati bersama tersebut
tidak pernah berubah. Elemen-elemen di dalam tubuh masyarakat selalu berubah di
mana cakupannya bisa bersifat mikro maupun makro.
Apa yang menjadi kesepakatan bersama warga masyarakat adalah kebudayaan,
yang antara lain diartikan sebagai pola-pola kehidupan di dalam komunitas.
Kebudayaan di sini dimengerti sebagai fenomena yang dapat diamati yang wujud
kebudayaannya adalah sebagai suatu sistem sosial yang terdiri dari serangkaian
tindakan yang berpola yang bertujuan untuk memenuhi keperluan hidup.
Serangkaian tindakan berpola atau kebudayaan dimiliki individu melalui proses
belajar yang terdiri dari proses internalisasi, sosialisasi, dan enkulturasi.
Hubungan antara masyarakat dan individu dapat digambarkan sebagai kutub positif
dan kutup negatif pada aliran listrik. Jika dua kutub itu dihubungkan listrik ia akan
mampu memberi kekuatan baginya dan menimbulkan suasana yang cerah. Jika
individu dan masyarakat dipersatukan maka kehidupan individu dan masyarakat
akan lebih bergairah dan suasana kehidupan individu dan kehidupan masyarakat
akan lebih bermakna dan hidup serta bergairrah.
Dapat disimpulkan bahwa Hubungan individu dan masyarakat menurut paham
individualistis. Individualisme suatu paham yang menyatakan bahwa dalam
kehidupan seorang individu kepentingan dan kebutuhan individu yang lebih
penting dan pada kebutuhan dan kepentingan masyarakat. Individu yang
menentukan corak masyarakat yang dinginkan. Masyarakat harus melayani
kepentmgan individu. Individu mempunyai hak yang mutlak dan tidak boleh
dirampas oleh masyarakat demi kepentingan umum.
Paham individualisme juga disebut Atomisme. Atomisme berpendapat bahwa
hubungan antara individu itu seperti hubungan antar atom-atom yang membentuk
molekul-molekul. Oleh karena itu hubungan in bersifat lahiriah. Bukan kesatuan
yang penting tetapi keaneka ragaman yang penting dalam masyarakat.
Pandangan individualistis ini yang otomistis ini berakar pada nominalisme suatu
aliran filsafat yang menyatakan bahwa konsep-konsep umum itu tidak mewakili
realitas dari sesuatu hal. Yang menjadi realitas itu individu. Realitas masyarakat itu
ada karena individu itu ada. Jika individu tidak ada maka masyarakat itu tidak ada.
Jadi adanya individu itu tidak tergantung pada adanya masyarakat.
Dapat disimpulkan bahwa semua itu mempunyai keterkaitan yang sangat erat. Jika
tidak ada individu maka tidak akan terciptanya keluarga dan masyarakat .individu
tidak bias berjalan sendiri tanpa adanya keluarga dan masyarakat karena keluarga
dan masyarakat merupakan media untuk mengekspresikan aspek sosialnya. Dalam
ilmu sosial individu merupakan bagian terkecil dari kelompok masyarakat yang
tidak dapat dipisah lagi menjadi bagian yang lebih kecil. Umpama keluarga
sebagai kelompok sosial yang terkecil terdiri dari ayah, ibu dan anak. Ayah
merupakan individu yang sudah tidak dapat dibagi lagi, demikian pula Ibu. Anak
masih dapat dibagi sebab dalam suatu keluarga jumlah anak dapat lebih dari satu.
Top Related