MAKALAH KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
SPGDT(SISTEM PENANGGULANGAN GAWAT DARURAT TERPADU),SURVEY PRIMER DAN
SURVEY SEKUNDER
Dosen :Ns.Badaruddin S.kep
Disusun oleh:
1. HERMANTO
2. L.ARI KURNIAWAN
3. L.ANGGA PRATAMA
4. AYUANA
5. DINI HERAWATI
6. EFRIDA SUSIANA
7. SUSILAWATI
8. YUSMUTIA YUNIARTA
YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT
SEKOLAH TINGI ILMU KESEHTAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
MATARAM
2011
KATA PENGANTAR
Segala puja dan puji sukur kita panjatkan kehadirat Allah swt.atas segala rahmat dan hidayahNya
yang telah dilimpahkan pada kami sehingga kami dapatkan menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya .
Tak lupa pula saya ucapkan terima kasih kepada bapak /ibu dosen yang telah membimbing kami
dalam menyusun makalah ini.
Dalam makalah ini saya berupaya menjelaskan mengenai “SPGDT,PRIMERY SURVEI DAN
SECUNDERY SURVEY ” kita sebagai calon perawat harus bisa bersikap frofesional dalam bidang
kesehatan yang kita dalami saat ini ,khususnya mengenai KEPERAWATAN GADAR,karena semuanya itu
dapat membantu perawat dalam memberikan pelayanan yang optimal. Karena dengan melakukan sebuah
proses keperawatan apalagi mengenai sebuah interprestasi GADAR dalam sebuah kasus dapat
memberikan sebuah intelektualitas serta memberikan pemahaman yang lebih dalam mengenai pasien
dalam keadaan gawat darurat.
Saya menyadari dengan sepenuhnya bahwa makalah yang telah kami susun ini mempunyai
banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan.Oleh karena itu,kami sangat mengharapkan saran dan
kritik, dari pembaca guna mendapatkan perbaikan kearah kesempurnaan .
Akhirnya saya berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang
membacanya…
Mataram,5 januari 2011
Penyusun.
KONSEP KOMPONEN SISTEM PENANGGULANGAN GAWAT DARURAT
TERPADU (SPGDT ),SURVEY PRIMER DAN SURVEY SEKUNDER
I.SPGDT (System Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu)
A.Pengertian
Suatu metode yang digunakan untuk penanganan korban yang mengalami kegawatan dengan
melibatkan semua unsur
B .Tujuan
Tercapainya pelayanan kesehatan yang optimal, terarah dan terpadu bagi setiap anggota
masyarakat yang berada dalam keadaan gawat darurat.
Upaya pelayanan kesehatan pada penderita gawat darurat pada dasarnya mencakup suatu rangkaian
kegiatan yang harus dikembangkan sedemikian rupa sehingga mampu mencegah kematian atau cacat yang
mungkin terjadi. Cakupan pelayanan kesehatan yang perlu dikembangkan meliputi:
1. Penanggulangan ditempat kejadian.
2. Transportasi kesarana kesehatan yang lebih memadai.
3. Penyediaan sarana komunikasi.
4. Rujukan ilmu, pasien dan tenaga ahli.
5. Upaya PPGD di tempat rujukan (UGD dan ICU).
6. Upaya pembiayaan penderita
C.Komponen
SPGDT memiliki beberapa komponen/fase:
1.komponen/fase Deteksi
2.Komponen /fase Supresi
3.Komponen /fase Pra Rumah Sakit
4.Komponen/fase Rumah Sakit
5.Komponen /fase Rehabilitas
6.Komponen Penanggulangan Bencana
7.Komponen Evaluasi/Quality Control
8.Komponen Dana
1.fase Deteksi
Pada fase ini dapat dideteksi:
Dimana sering terjadi kecelakaan Lalu Lintas
Buruknya kualitas helm sepeda motor yang dipakai
Jaraknya orang memakai swafety belt
Daeraah bekerja di pabrik yang berbahaya
Tempat olahraga /main anak sekolah yang tidak memenuhi syarat
Didaerapat th mana yang sering terjadi tidak criminal
Gedung umum rawan terjadi rubuh/kontruksi tidak sesuai dengan kondisi tanah
Daerah rawan terjadi gempa
2.fase Supresi
Jika kita dapat mendeteksi apa yang dapat menyebabkan kecelakaan atau diamana dapart terjadi
bencana/korban masal maka kita dapat melakukan supresi.
Perbaikan kontruksi jalan(engineering)
Pengetatan peraturan lalu lintas (enforcement)
Perbaikan kualitas helm
Pengetatan undang undang lalu lintas
pengetatan peraturan keselamatan kerja
peningkatan patroli keamanan
membuat “disaster mapping”
dll
3.Fase Pra RS
Pada fase ini keberhasilan penanggulangan ngawat darurat tergantung pada beberapa
komponen :
A. Komunikasi
1) Dalam komunikasi hubungan yang sangat diperlukan adalah:
Pusat komunikasi ambulan gawat darurat (contoh:118,pro
Pusat emergency,dll)
Pusat komunikasi ke rumah sakit
Pusat komunikasi polisi(110)
Pusat komunikasi pemadam kebakaran(contih:113)
2) Untuk komunikasi fasilitas pager,radio,telepon,telepon genggam
3) Tugas pusat komunikasi adalah:
Menerima permintaan penolong
Mengirim ambulan terdekat
Mengatur dan memonitor rujukan penderita gawal darurat
Monitor kesiapan rumah sakit yaitu terutama unit gawat darurat dan icu
4) Pada dasarnya pelayanan komunikasi disektor kesehatan terdiri dari:
Komunikasi kesehatan
System komunikasi ini digunakan untuk menunjuang pelayanan
kesehatan dibidang administrative .
Komunikasi medis
System komunikasi ini digunakan untuk menunjang pelayanan kesehatan
dibidang teknis medis.
a) Tujuan
Untuk mempermudah dan mempercepat menyampaian dan
penerimaan informasi data menanggulangi penderita gawat darurat.
b) Fungsi komunikasi medis dalam penanggulangan
penderita gawat darurat adlah:
Untuk memudahkan masyarakat dalam meminta pertolongan
kesararana kesehatan
Untuk mengatur dan membimbing pertolongan medis yang
diberikan ditempat kejadian dan selama perjalanan kesarana
kesehatan yang lebih memadai
Untuk mengatur dan memonitor rujukan penderita gawat
darurat dan puskesmas ke rumah sakit atau antar rumah
sakit
Untuk mengkoordinir pelayanan medic korban bencana
5) Jenis komunikasi
Tekhnologi komunikasi di indonesia telah berkembang pesat dan semakin
modern ,namun demikian sarana komunikasi medis belum sepenuhnya menjangkau dan
dikembangkan diseluruh pelosok tanah air.Oleh karena itu,jenis komunikasi dalam
penanganggulangan penderita gawat darurat dapat berupa:
Komunikasi tyradisional
Kentongan
Beduk
Trompet
Kurir/mulut ke mulut
Komunikasi moder
Telepon/telepon genggam
Radio komunikasi
Teleks/telegram
Facsimile
Computer
Telemetri(EKG data Tranmision).
6) Sarana Komunikasi
Yang dimaksud dengan sarana komunikasi adalah:
1. Sentral komunikasi(pusat komunikasi)
Fungsi pusat komunikasi
Mengkoordinir penanggulangan penderita gawat darurat mulai dari
temapat kejadian sampai ke sarana kesehatan yang sesuai (RS) yaitu
dengan:
a. Menerima dan menganaliasa permintaan pertolongan
b. Mengatur ambulans terdekat ketempat kejadian
c. Menghubungi ke ruimah sakit terdekat untuk mengetahui
fasilitas yangh tersedia (tempat tidur kosong)pada saat itu
yang dapat diberikan untuk penderita gawat darurat
d. Mengatur /memonitor rujukan penderita gawat darurat
Menjadi pusat komando dan mengkoordinasi penaggulangan medis
korban bencana
Berhubungan dengan sentral komunikasi medis dari kota lain ,instansi
lain dan kalau perlu dengan Negara lain
Dapat diambil alih oleh perawat keamanan(ABRI) bila Negara berada
dalam keadaan darurat(perang)
2. Syarat syarat sentral komunikasi
a. Harus mempunyai nomor telepon khusus (sebaiknya 3 digit)
b. Mudah dihubungin dan memberikan pelayanan 24 jam sehari
c. Dilayani oleh tenaga medis atau para medis perawatan yang
terampil dan berpengalaman
3. Syarat alat sentral komunikasi
Telepon
Radio komunikasi
teleks /facsimile
Komputer bila diperlukan
Tenaga yang terampil dan komunikastif
Konsulen medis yang menguasai masalah kedaruratan medis.
7) jaringan komunikasi
Agar rahasia medis setiap penderita tetap terjamin ,maka tenaga untuk keperluan
komunikasi sebaiknya adalah tenaga medis atau para medis perawatan yang telah
dididik dalam bidang penanggulangan penderita gawat darurat bidang komunikasi.
B. Pendidikan
1.Pada orang awam
Pada orang awam adalah orang pertama yang menemukan korban atau pasien
yang mendapat musibah atau trauma .Mereka adalah anggota pramuka,PMR,guru,ibi
rumah tangga,pengemudi,hansip,dan petugas hotel atau restoran.
Kemampuan yang harus dimiliki oleh orang awam adalah:
Mengetahui cara minta tolong misalnya menghubungi melalui telepon ke 118
Mengetahui cara resusitasi jantung paru
Mengetahui cara menghentikan perdarahan
Mengetahui cara memasang pembalut atau bidai
Mengetahui cara transportasi yang baik.
2.Pada orang awamk khusus
Yang termasuk disini adalah orang awam yang telah mendapatkan pengetahuan
cara cara penanggulangan kasus gawat darurat sebelum korban dibawa kerumah sakit
atau ambulan dating,mereka dating polisi,hansip,DLLAJR,search and rescue(SAR)
Kemampuan yang harus dimiliki orang awam kusus adalah paling sedikit seperti
kemampuan orang awam ditambah dengan:
Mengetahuio tanda tanda persalinan
Mengetahui penyakit pefrsalinan
Mengetahui penyakit jantuing
Mengtahui penyakit persyarafan
Mengetahui penyakit anak,dll
3.Pada perawat
Perawat harus mampu menanggulangi penderita gawat darurat dengan
gangguan:
a. sistem pernapasan
Mengatasi obstruksi jualan nafas
Membuka jalan napas
Memberi napas buatan
Melakukan resusitasi jantung paru(RJP)dengan didahului penilaian ABC
b. sistem sirkulasi
Mengenal aritmia dan infark jantung
Pertolongan pertama pada henti jantung
Melakukan EKG
Mengenal syok dan sumber pertolongan pertama
c. sistem vaskuler
Menghentikan perdarahan
Memasang infus atau transfusi
Merawat infuse
d. Sistem syaraf
Mengenal koma dan memberikan pertolongan pertama
Memberikan pertolongan pertama pada trauma kepala
e. Sistem pencernaan
Pertolongan pertama pada trauma abdomen dan pengenalan tanda
perdarahan intraabdomen
Persiapan operasi segera(cito)
Kumbah lambung pada pasien keracunan
f. System perkemihan
Pertolongan pertama pada payah ginjal akut
Pemasangan kateter
g. System integumen atau toksikologi
Pertolongan pertama pada luka bakar
Pertolongan pertama pada gigitan binatang
h. Sytem endokrin
Pertolongan pertama pada pasien hipo/hyperglikemia
Pertolongan pertama pasien kritis tiroid
i. System muskuluskeletal
Mengenal patah tulang dan dislokasi
Memasang bidai
Mentransportasikan pasien ke rumah sakit
j. System penginderaan
Pertolongan pertama pada pasien trauma mata tau telinga
Melakukan irigasi matadan telinga
k. Pada anak
Perolongan pertama pada anak dengan kejang
Pertolongan pertama pada anak dengan asma
Pertolongan pertama anak dengan diafre atau konstipasi
C. Transportasi
i. Syarat transportasi penderita
a) Penderita gawat darurat siap ditransportasi bila:
Gangguan pernapasan dan kardiovaskuler telah ditanggulangi
Perdarahan harus dihentikan
Luka harus ditutup
Patah tulang apakah memerlukan piksasi
b) Selama transportasi harus dimonitor
Kesadaran
Pernapasan
Tekanan darah dan denyut nadi
Daerah perlukaan
c) Syarat kendaraan
Penderita dapat terlentang
Cukup luas untuk lebih dari dua pasien dan ;petugas dapat bergerak.
Cukup tinggi sehinnga petugas dapat berdiri dan infus lancar
Dapat melakukan komunikasi ke sentral komunikasi dan rumah sakit
Identitasw yang jelas sehinngga mudah dibedakan dari ambulan lain
d) Syarat alat yang harus ada adalah resusitasi ,oksigen,alat hisap,obat obatan dan
infuse,balut dan bidai,tandu,Ekg transmitter,incubator(untuk bayi) dan alat alat persalinan.
e) Syarat personal
Dua orang perawat yang mengemudi
Telah mendapat pendidikan tambahan gawat darurat
Sebaiknya diasramakan agar mudah dihubungi
f) Klasifikasi ambulans sesuai fungsinya sebagai berikut:
Ambulans transportasi
Ambulans gawat darurat
Ambulans rumah sakit lapangan
Ambulans pelayanan medik bergerak
Kereta jenazah
g) Alat pelindung diri
Keamanan penolong merupakan hal yang sangat penting,sebaiknya dilengkapi
dengan peralatan yang dikenal sebagai APD antara lain:
Sarung tangan lateks
Pada dasarnya semua cairan tubuh dianggap dapat menularkan penyakit
Kaca mata pelindung
Mata juga termasuk pintu gerbang masuknya penyakit kedalam tubuh manusia
Baju pelindung
Mengamankan tubuh penolong dari merembesnya cairan tubuh melalui pakaian
Masker penolong
Mencegah penularan penyakit melalui udara
Masker Resusitasi Jantung Paru
Masker yang dipergunakan untuk memberikan bantuan napas
Helm
Siring resiko adanya benturan pada kepala meningkat.Helm dapat mencegah
terjadinya cedera pada kepala saat melakukan pertolongan .
Kewajiban pelaku pertolongan pertama,dalam menjalankan tugasnya ada
beberapa kewajiban yang harus dilakukakan:
– Menjaga keselamatan diri,anggota tim,penderita dan orang sekitarnya
– Dapat menjangkau penderita
– Dapat mengenali dan mengatasi masalah yang mengancam nyawa
– Meminta bantuan atau rujukan
– Memberikan pertolongan dengan cepat dan tepat berdasarkan keadaan
korban
– Membantu pelaku pertolongan pertama lainnya
– Ikut menjaga kerahasian medis penderita
– Melakukan komunikasi dengan petugas lain yang telibat
– Mempersiapkan penderita untuk ditransportasi
Kualifikasi pelaku pertolongan pertam,a
Agar dapat menjalankan tugas seorang petugas penolong harus memiliki
kualifikasi sebagai berikut:
– Jujur dan bertanggung jawab
– Kematangan emosi
– Memiliki sikap profesional
– Kemampuan bersosialisasi
– Kemampuan nyata terukur sesuai sertifikasi PMI .Secara
berkesinambungan mengikuti kursus penmyegaran.
– Selalu dalam keadaan siap,khususnya secara fisik
– Mempunyai rasa bangga.
ii. Cara tyransportasi
– Tujuan memindahkan penderita dengan cepat teta[pi selamat
– Kendaraan penderita gawat darurat harus berjalan berhati hati dan menaati
peraturan lalu lintas
4. Fase rumah sakit
a.puskesmas
Ada puskesmas yang buka selama24 jam dengan kemampuan :
– Resusitasi
– Menanggulangi fase gawat darurat baik medis maupun pembedahan
minor
– Dilengkapi dengan laboratorium untuk menunjang diagnostik seperti
pemeriksaan hb,leukosit dan gula darah
– Personal yang dibutuhkan satu dokter umum dan dua sampai tiga
perawat dalam satu shift
b.Instalasi gawat darurat(IGD) dan unit gawat Darurat \
Berhasil atau gagalnya suatau IGD atau UGD tergantung pada:
1).Keadaan penderita waktu tiba di IGD
Tergantung pada mutu penanggulangannya pra rumah sakit
IGD harus aktif meningkatkan mutu penanggulangan pra rumah sakit
2).Keadaan gedung IGD sebaiknya dirancang sedemikian rupa sehingga:
Masyrakat mudah mencapainya
Kegiatan mudah dikontrol
Jarak jalan kaki didalam ruangan tidak jauh tidak ada infeksi silang
Dapat menanggulangi keadaan bencana
3).kualitas dan kuantitas alat alat serta obat obatan:
a).Alat alat atau obat obatan yang diperlukan untuk resusitasi
Suction manual atau otomatis
Oksigen
Respirator manual atau otomatis
Laringoskop
Pipa endotrakeal
Pipa nasotrakeal
Gudel
Spuity dan jarum
Cuff set
EKG
Infuse atau transfusi set serta cvairan dan darah
Cairan dextrose 50% ampul
Morfhin-pepthidin-adrenalin
Tandu dapat posisi tredelenburg
Cricothyrotomy dan trakheastomi set
Gunting
Jarum intra cardiac,dan lain lain
b).Alat alat atau obat obatan untuk menstabilisasi penderita:
WSD set atau jarum fungsi
Bidai segala ukuiran
Sonde lambung
Foley kateter segala ukuran
Venaseksi set
X-ray
Verban untuk luka bakar
c).Alat alat tambahan untuk diagnose dan terapi
Alat alat periksa pengobatan mata
Slip lamp
THT set
Traction kit
Gips
Obstetric genekologi set
Laboratorium urine
Bone set
Pembedahan minor set
Thoracotomy set
Benang benang atau jarum segala ukuran
d)kemampuan dan keterampilan
Golongongan pertama,yang tidak langsung menangani penderita
yaituCS,keamanan,penerangan,kasir
Golongan kedua,yang langsung menangani penderita yaitu
perawat ,dokter dan koasisten :perawat tulang punggung IGD :kualitas
perawat turut menetukan kualitas pelayanan IGD ,perawat yang hrus
memahami perawatan gawat darurat untuk melakukan resusitasi
kardiopulmonar dan life support dan bagi perawat yang memilih kerja
di IGD maka perlu pendidikan lanjutan misalnyaDIII,S1,S2 agar dasar
ilmiahnya kuat.
5.Fase Rehabilitas
Semua penderita yang cedera akibat kecelakaan maupun
bencana harus dilakukan rehabilitas secara mental maupun fisik sehingga
mereka dapat kembali berfungsi di dalam kehidupan masyarakat
6.Penanggulangan Bencana
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat
yang disebabkan,baik oleh faktor alam dan atau faktor non alam maupun
faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa
manusia,kerusakan lingkungan,kerugian harta benda,dan dampak
psikologis.
Dalam penanggulangan bencana ada beberapa prinsip yang
harus disepakati:
Penanggulangan bencana adalah eksalasi penanggulangan
darurat sehari hari.
Penanggulangan bencana tidak akan berhasil kalau
penaggulangan gawat darurat sehari hari.
Bencana dapat terjadi di daerah urban atau daerah rural.
Bencana dapat terjadi:
Di rumah sakit itu sendiri
Korban bencana dibawa ke UGD/Rsencana
Bencana dalam kota
Bencana di luar kota
Bencana di luar pulau
Bencana nasional
Bencana huru hara/perang
Maka semua rumah sakit harus mempunyai disaster plan sesuai
dengan keadaan diatas.
Dalam penaggulangan bencana diperlukan Rapid Respone dan
Rapid Assesment.
Rapid Response
Daerah Urban:
Keamanan ada polri jumlah 110
Rescue ada dinas kebakaran ada 113
Kesehatan ada UGD ada 118
Ketiga unsur /akses masyarakat ini sebaiknya berada dibawah satu
atap,sehingga terbiasa bekerja sama dalam keadaan gawat darurat
sehingga terbiasa bekerja sama dalam keadaan gawat darurat sehari
hari maupun dalam keadaan bencana.
Daerah Rural :
Mungkin ketiga unsur diatas tidak ada dan dapat dimanfaatkan :
Babinsa ada keamanan / rescue
Hansip ada keamanan / rescue
Puskesmas ada kesehatan
Rapid Assesment
Informasi tentang beratnya kerusakan dan jumlah / beratnya korban harus didapat dalam 2-4 jam.
Hanya ketiga unsur tersebut yang dapat melakukan ini dan melapor ke atas masing-masing.
– Dalam penaggulangan bencana kita harus selalu bekerja sama dengan ABRI karena :
UGD 118, Fakultas kedokteran, rumah sakit pendidikan mempunyai keahlian.
7. Evaluasi/Quality assurance/control.
Memonitor penanggulangan penderita.
Mengevaluasi terus-menerus
Kebutuhan untuk pengembangan
Dampak pada morbiditas dan mortalitas
Yaitu melakukan Quality Management Program.
Untuk itu semua system harus ditunjang pleh program assesment and improvement baik
untuk fase pra RS maupun Fase RS/UGD dan penanggulangan bencana. Selain itu juga harus
dilakukan kriteria audit yang menjamin kualitas pelayanan medis.
8. Dana
Seperti juga dengan pelayanan Rumah sakit dimana dana didapat dari:
Pemerintah
Swasta
Modal Asing.
Maka dalam penaggulangan gawat darurat sehari hari maupun bencana, dan dapat diperoleh dari
ketiga unsur diatas. Sebenarnya setiap manusia indonesia yang dapat musibah baik trauma maupun
nontrauma, sumber dananya yaitu:
Jasa raharja
Pegawai negri
Pegawai swasta
Orang mampu
Askes
Astek
Asuransi komersial
Subsidi PEMDA.
II.PRIMARY SURVEY
Primary survey adalah penilaian awal terhadap pasien, bertujuan untuk mengidentifikasi secara
cepat dan sistematis dan mengambil tindakan terhadap setiap permasalahan yang mengancam jiwa.
Primary survey harus dilakukan dalam waktu tidak lebih dari 2-5 menit. Penanganan
yang simultan terhadap trauma dapat terjadi bila terdapat lebih dari satu keadaan yang
mengancam jiwa.
Hal tersebut mencakup:
1). Airway
Nilai jalan napas. Dapatkah pasien berbicara dan bernapas dengan bebas? Bila ada
sumbatan, langkah-langkah yang harus dipertimbangkan adalah:
Chin lift/jaw thrust (lidah melekat pada rahang)
Suction (bila tersedia)
Guedel airway/nasopharyngeal airway
Intubasi. Pertahankan posisi leher dalam keadaan immobile pada posisi netral
Airway Dan Cervical Control
Prioritas pertama adalah airway, karena sumbatan airway adalah penyebab utama
kematian dibandingkan dengan breathing dan sirkulasi. Oleh karena itu jalan nafas harus tetap
terjaga dan terbuka, biasanya obstruksi jalan nafas total yang sering sekali menyebabkan
kematian. Head tilt-chin lift dan jaw trust harus kita lakukan agar jalan nafas tetap terbuka
dalam hal ini look, listen and feel dapat juga kita lakukan. Walaupun look, listen and feel adalah
pemeriksaan pada breathing perlu diingat bahwa setiap penderita yang dapat berbicara dengan
jelas untuk sementara menjamin bahwa jalan nafasnya tidak ada masalah.
Dengan look,listen,feel kita dapat mengetahui beberapa hal diantaranya ada sumbatan
jalan nafas partial / sumbatan total karena memang kedua hal inilah yang kita cari dan temukan
pada pemeriksaan jalan nafas. Obstruksi jalan nafas dapat disebabkan oleh benda asing,
cairan, lidah jatuh ke belakang pada penderita tidak sadar, kelainan anatomis dan beberapa
fraktur di daerah wajah dan trachea, luka bakar ( trauma inhalasi ), dsb.
Usaha untuk membebaskan jalan nafas harus melindungi vertebra servical, karena
kemungkinan patahnya tulang servical harus selalu diperhitungkan.
Adapun kemungkinan patahnya tulang servikal diduga bila :
1. Trauma dengan penurunan kesadaran
2. Adanya luka / trauma tumpul diatas klavikula
3. Multi trauma
4. Biomekanik trauma yang mendukung
Pada prinsipnya apabila kita curiga fraktur servikal maka tidak boleh dilakukan ekstensi,
fleksi, head tilt-chin lift ataupun rotasi.
Adapun langkah-langkah dalam pemasangan neck collar adalah sbb:
1. Penolong pertama melakukan immobilisasi secara manual pada kepala dan leher
2. Penolong kedua mengukur leher dengan cara membuat garis khayal dari dagu ke arah
sudut rahang (angulus mandibula) lalu tempatkan jari sampai pangkal leher (clavicula)
3. Tempatkan jari di tempat untuk mengukur pada neck collar, lalu ganti ukuran pada neck
collar
4. Masukkan neck collar di bawah leher dengan perlahan jangan sampai posisi leher
berubah
5. Lakukan sapuan dada lalu posisikan pada dagu sehingga neck collar mengelilingi leher.
6. Setelah itu amankan neck collar dengan velcro
7. Pastikan collar pada posisi nyaman
8. Jaga posisi leher dan kepala selama proses pemasangan
Usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mempertahankan dan membebaskan jalan napas
akibat lidah jatuh kebelakang adalah sebagai berikut :
Head Tilt (ektensi kepala)
Dengan menekan kepala (dahi) ke bawah maka jalan napas akan berada
dalam posisi yang lurus dan terbuka. Tindakan ini tidak dianjurkan lagi karena besarnya
pergerakan yang ditimbulkan pada servikal.
Chin Lift (angkat dagu)
Mengangkat dagu menggunakan jari dengan maksud lidah yang menyumbat
jalan napas dapat terangkat sehingga jalan napas terbuka. Jika dilakukan dengan
bener cara ini tidaka akan banyak menimbulkan gerakan pada servikal.
jaw Thrust (mendorong rahang)
Mendorong mandibulan (rahang) korban kea rah depan dengan maksud ynag
sama dengan chin lift. Mandibula diangkat ke atas oleh jari tengah di sudut rahang
(angulus mandibula), dorongan di dagu dilakukan dengan menggunakan ibu jari, dan
jari telunjuk sebagai penyeimbang di ramus mandibula.
Orofaringeal Airway ( Guedel)
Alat ini berfungsi untuk menjaga jalan napas agar tetap bebas dari sumbatan.
Oropharygeal Airway dimasukkan ke dalam mulut dan diletakkan di belakang lidah.
Usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mempertahankan dan membebaskan jalan napas
pada sumbatan yang disebabkan oleh cairan adalah sebagai berikut:
Finger Sweep
Teknik sapuan jari biasanya dilakukan pada penderita yang tidak sadar. Pada
tindakan ini, penolong menggunakan jarinya untuk membuang benda padat atau cairan
yang mengganggu jalan napas. Telebih dahulu mulut koban dibuka dengan
menggunakan maneuver chin lift atau jaw thrust, atau dapat pula menggunakan finger
cross-menyilangkan telunjuk dan ibu jari untuk membuka mulut korban untuk
mengeluarkan cairan, dapat dibantu dengan menggunakan bahan yang mudah
menyerap cairan. Jangan memasukkan jari terlampau dalam karena bisa menimbulkan
rangsangan muntah.
Suction
Dapat dilakukan dengan kateter suction atau alat suction khusus seperti yang
dipakai di kamar operasi. Untuk cairan (darah, secret, dsb) dapat dipakai soft tip tetapi
unutk materi yang kental sebaiknya memakai tipe yang rigid. Di lapangan, dapat dibuat
suction sederhana menggunakan spuit 10cc atau lebih besar dan selang kecil.
Recovery Position
Posisi ini dapat digunakan untuk membuang cairan dari rongga mulut atau
jalan napas. Jika cairan sulit keluar maka dapat dibantu dengan finger sweap. Tindakan
ini tidak dapat dilakukana pada korban dengan tanda adanya cedera pada leher, tulang
belakang, atau cedera lain yang dapat bertambah parah akibat posisi ini.
Usaha-usaha unutk membebaskan jalan napas dari obstruksi total akibat banda
asing dapat dilakukan dengan :
Back Blow-Back Slap
Tepukan pada punggung di antara kedua scapula, dengan maksud
memberikan tekanan yang besar pada rongga dada, dapat dilaukukan pada semua
usia korban.
Pada korban yang masih sadar, tepukan punggung dapat dilakukan dalam
keadaan berdiri. Penolong menompang tubuh korban di bagian dada mengunakan
tangan terkuat, tubuh korban sedikit dibungkukkan untuk memudahkan benda asing
keluar melalui mulut. Pada korban tidak sadar, tepukan pada korban dapat dilakukan
pada posisi korban miring stabil, dengan syarat tidak adanya cedera leher dan tulang
belakang.
Abdominal Thrust
Tekanan pada perut di gunakan untuk memberikan untuk memberikan
tekanan pada rongga dada. Tekanan dilakukan di daerah epigastrium (daerah antara
pusat dan xipoideus). Pada korban sadar dapat dilakukan sambil berdiri. Penolong
seperti memeluk korban dari belakang dan melakukan tekanan dengan kedua tangan
kearah belakang atas. Pada korban tidak sadar, tekanan pada perut dapat dilakukan
dengan menaiki tubuh korban. Tekanan diberikan dengan sudut 45 derajat ke arah
belakang atas. Pertolongan ini tidak dianjurkan untuk dilakukan pada korban anak-anak
dibawah usia 8 tahun, bayi, wanita hamil, dan orang gemuk.
Chest Thrust
Tekanan pada dada dilakukan dengan memberikan tekanan di daerah 2/3
strenum. Pada orang dewasa tekanan diberikan dengan bantuan berat badan
penolong-sama dengan pijatan jantung luar. Sedangkan pada bayi, tekanan cukup
dilakukan dengan dua jari.
Semua usaha pembebasan jalan napas pada penderita tersedak dilakukan
sebanyak 5 kali, setelah itu lakukan evaluasi terhadap jalan napas, jikatidak ada
pebaikan, maka usaha tersebut dapat diulangi.
Krikotiroidotomi
Tindakan pembebasan jalan napas harus senantiasa dievaluasi. Dan
dilakukan dengan cepat. Jika semua tindakan tersebut tidak berhasil, maka dapat
tindakan yang dilakukan dalah membuat jalan napas pintas pada leher. Dengan jalan
membuat jalur ventilasi baru di daerah tenggorokan, diantaratulang krikoid dan tirod.
Tindakan ini dikenal dengan Krikotiroidotomi.
Jika usaha-usaha penanganan jalan napas telah dilakukan dan jalan napas
dinyatakan bebas, kembali lakukan penilaian (re-evaluasi), jika ditemukan hembusan
napas maka pertahankan jalan napas. Jika tidak ada hembusan napas maka segera
periksa pernapasan (breathing).
2). Breathing
Breathing dinilai sebagai bebasnya airway dan adekuatnya pernapasan diperiksa
kembali. Bila tidak adekuat, langkah-langkah yang perlu dipertimbangkan adalah:
Dekompresi dan drainase dari tension pneumothorax/haemotrhorax
Penutupan trauma dada terbuka
Ventilasi artificial
Berikan oksigen bila tersedia
3). Circulation
Nilai sirkulasi, sebagai supplai oksigen dan bebasnya airway, dan adekuatnya
pernapasan diperiksa kembali. Bila tidak adekuat, langkah-langkah yang perlu dipertimbangkan
adalah:
Hentikan perdarahan eksternal
Pasang 2 IV line berkaliber besar (14 atau 16 G) bila memungkinkan Berikan cairan bila
tersedia
4). Disability
Penilaian neurologis cepat (apakah pasien sadar, member respon suara terhadap
rangsang nyeri, atau pasien tidak sadar). Tidak ada waktu untuk melakukan pemeriksaan
Glasgow Coma Scale, maka sistem AVPU pada keadaan ini lebih jelas dan cepat:
Awake (A)
Verbal response (V)
Painful response (P)
Unresponsive (U)
5). Exposure
Tanggalkan pakaian pasien dan cari apakah ada luka. Bila pasien disangkakan mengalami trauma
leher maupun spinal, immobilisasi dalam suatu garis lurus sangat penting
III.SURVEI SEKUNDER(SECONDARY SURVEY )
A.Pengertian
Mencari perubahan-perubahan yang dapat berkembang menjadi lebih gawat dan mengancam jiwa
apabila tidak segera diatasi dengan pemeriksaan dari kepala sampai kaki (head to toe)
Survei sekunder dilakukan hanya setelah survey primer telah selesai, resusitasi dilakukan
dan penderita stabil.
Survei sekunder adalah pemeriksaan kepala sampai kaki ( HEAD TO TOE EXAMINATION
) secara sistemik termasuk pemeriksaan tanda-tanda vital, serta periksa tiap lubang tubuh (finger
in orifice) serta tanda BTLS:
Bentuk
Tumor
Luka
Sakit
Pemeriksaan kepala meliputi tidak ada depresi tulang tengkorak, fraktur terbuka tulang
tengkorak, otorrhea, atau rhinorrhea (CSF keluar dari telinga atau hidung). Membran timpani harus
dievaluasi untuk mengetahui perdarahan.
Mata harus diinspeksi untuk hematom periorbital (”racoon’s eyes”), dan area mastoid
harus diinspeksi untuk melihat adanya ekimosis (battle’s sign), ini semua mengindikasikan adanya
fraktur tulang basis crania.
Pada penderita yang tidak sadar atau gawat, kemungkinan untuk luput dalam
mendiagnosis cukup besar, dan merupakan pertolongan yang besar bagi dokter yang bertugas di
rumah sakit apabila dilaporkan kelainan yang ditemukan pada survei sekunder. Sekali lagi
ditekankan bahwa survei sekunder hanya dilakukan apabila penderita telah stabil.
a) Anamnesis
Setiap pemeriksaan yang lengkap memerlukan anamnesis, Apabila anamnesis tidak
bisa dilakukan pada penderita maka anamnesis bisa didapatkan melalui petugas lapangan
atau keluarga.
Tidak lupa ditanyakan riwayat :
KOMPAK :
K = keluhan
O = Obat
M = Makanan
P = Penyakit
A = Alergi
K = Kejadian
SAMPLE :
S = Sign and symptom
A = Alergi
M = Medikasi ( obat yang diminum saat ini )
P = Past illness (penyakit penyerta ) / Pregnancy
L = Last meal
E =Even / environment ( lingkungan ) yang berhubungan dengan kejadian.
Pemeriksaan fisik :
(1). Pemeriksaan kondisi umum menyeluruh:
Posisi saat ditemukan
Tingkat kesadaran
Sikap umum, keluhan
Trauma, kelainan
Keadaan kulit
(2). Periksa kepala dan leher
Rambut dan kulit kepala
Perdarahan, pengelupasan, perlukaan, penekanan
Telinga
Perlukaan, darah, cairan
Mata
Perlukaan, pembengkakan, perdarahan, reflek pupil, kondisi kelopak mata, adanya
benda asing, pergerakan abnormal
Hidung
Perlukaan, darah, cairan, nafas cuping hidung, kelainan anatomi akibat trauma
Mulut
Perlukaan, darah, muntahan, benda asing, gigi, bau, dapat buka mulut/ tidak
Bibir
Perlukaan, perdarahan, sianosis, kering
Rahang
Perlukaan, stabilitas, krepitasi
Kulit
Perlukaan, basah/kering, darah, suhu, warna
Leher
Perlukaan, bendungan vena, deviasi trakea, spasme otot, stoma, stabilitas tulang
leher
Periksa dada
Flail chest, nafas diafragma, kelainan bentuk, tarikan antar iga, nyeri tekan,
perlukaan (luka terbuka, luka mengisap), suara ketuk/perkusi, suara nafas
Periksa perut
Perlukaan, distensi, tegang, kendor, nyeri tekan, undulasi
Periksa tulang belakang
Kelainan bentuk, nyeri tekan, spasme otot
Periksa pelvis/genetalia
Perlukaan, nyeri, pembengkakan, krepitasi, inkontinensia
Periksa ekstremitas atas dan bawah
Perlukaan, angulasi, hambatan pergerakan, gangguan rasa, bengkak, denyut nadi,
warna luka
b) Laboratorium
Pada fase Rumah Sakit.
Pemeriksaan laboratorium termasuk level creatine kinase, elektrolit, dan serum serta
pemeriksaan urine.
B.Tujuan
Untuk mendeteksi penyakit atau trauma yang diderita pasien sehingga dapat ditangani lebih lanjut
C.Peralatan
Stetoskop, tensi meter, jam, lampu pemeriksaan/senter, gunting, thermometer, catatan, alat tulis
Prosedur :
Anamnesis :
Riwayat “AMPE” yang harus diingat yaitu :
A : Alergi
M : Medikasi (obat yang diminum sebelumnya)
P : Past illness (penyakit sebelumnya)/Pregnancy (hamil)
E : Event/environment (lingkungan yang berhubungan dengan kegawatan)
Pemeriksaan fisik :
1. Pemeriksaan kondisi umum menyeluruh
a. Posisi saat ditemukan
b. Tingkat kesadaran
c. Sikap umum, keluhan
d. Trauma, kelainan
e. Keadaan kulit
2. Periksa kepala dan leher
a. Rambut dan kulit kepala
Perdarahan, pengelupasan, perlukaan, penekanan
b. Telinga
Perlukaan, darah, cairan
c. Mata
Perlukaan, pembengkakan, perdarahan, reflek pupil, kondisi kelopak mata, adanya benda asing,
pergerakan abnormal
d. Hidung
Perlukaan, darah, cairan, nafas cuping hidung, kelainan anatomi akibat trauma
e. Mulut
Perlukaan, darah, muntahan, benda asing, gigi, bau, dapat buka mulut/ tidak
f. Bibir
Perlukaan, perdarahan, sianosis, kering
g. Rahang
Perlukaan, stabilitas, krepitasi
h. Kulit
Perlukaan, basah/kering, darah, suhu, warna
i. Leher
Perlukaan, bendungan vena, deviasi trakea, spasme otot, stoma, stabilitas tulang leher
3. Periksa dada
Flail chest, nafas diafragma, kelainan bentuk, tarikan antar iga, nyeri tekan, perlukaan (luka terbuka, luka
mengisap), suara ketuk/perkusi, suara nafas
4. Periksa perut
Perlukaan, distensi, tegang, kendor, nyeri tekan, undulasi
5. Periksa tulang belakang
Kelainan bentuk, nyeri tekan, spasme otot
6. Periksa pelvis/genetalia
Perlukaan, nyeri, pembengkakan, krepitasi, inkontinensia
7. Periksa ekstremitas atas dan bawah
Perlukaan, angulasi, hambatan pergerakan, gangguan rasa, bengkak, denyut nadi, warna luka
Perhatian !
1. Perhatikan tanda-tanda vital (sesuai dengan survei primer)
2. Pada kasus trauma, pemeriksaan setiap tahap selalu dimulai dengan pertanyaan adakah : D-E-C-A-P-B-L-S
D : Deformitas
E : Ekskoriasi
C : Contusio
A : Abrasi
P : Penetrasi
B : Bullae/Burn
L : Laserasi
S : Swelling/Sembab
3. Pada dugaan patah tulang selalu dimulai dengan pertanyaan adakah : P-I-C
P : Pain
I : Instabilitas
C : Crepitasi
DAFTAR PUSTAKA
Atmaja,INK.2009.Sistem Penaggulangan Gawat Darurat Secara Terpadu.Depkes RIRSUP Sanglah(ed)Pelatih Basic Trama Life supports.Sanglah.Denpasar Bali
Tabran H.Prof,Dr.1998 .Agenda Gawat Darurat.Bandung:Alumni
John A.baswik.Ir.Md.1988.Perawatan Gawat Darurat.Jakarta:ALUMNI
http://dokter-medis.blogspot.com/2009ECARA /06/survei-sekunder-secondary-survey.html
http://dr.irman.blogspot.com/2009/10/gawat darurat-primary survey.html
http://henaz.com/2010/02/primary survey.html
http://www.iqbaldctr2002.co.cc/2009/11/pendahuluan-penanganan-trauma umumnya.html
http://saiful saanin.com/2010/03/sistem-penanggulangan-gawat darurat-terpadu.html