Jenis – Jenis Eksternalitas Dalam Perikanan Secara Umum.
1. Efek Atau Dampak Satu Produsen Terhadap Produsen Lain ( Effects Of
Producers On Other Producers ).
Suatu kegiatan produksi dikatakan mempunyai dampak eksternal terhadap produsen
lain jika kegiatannya itu mengakibatkan terjadinya perubahan atau penggeseran fungsi
produksi dari produsen lain. Dampak atau efek yang termasuk dalam kategori ini
meliputi biaya pemurnian atau pembersihan air yang dipakai (eater intake clen-up
costs) oleh produsen hilir (downstream producers) yang menghadapi pencemaran air
(water polution) yang diakibatkan oleh produsen hulu (upstream producers). Hal ini
terjadi ketika produsen hilir membutuhkan air bersih untuk proses produksinya.
Dampak kategori ini bisa dipahami lebih jauh dengan contoh lain berikut ini. Suatu
proses produksi (misalnya perusahaan pulp) menghasilkan limbah-residu-produk sisa
yang beracun dan masuk ke aliran sungai, danau, atau semacamnya, sehingga
produksi ikan terganggu dan akhirnya merugikan produsen lain yakni para penangkap
ikan (nelayan). Dalam hal ini, kegiatan produksi pulp tersebut mempunyai dampak
negatif terhadap produksi lain (ikan) atau nelayan, dan inilah yang dimaksud dengan
efek suatu kegiatan produksi terhadap produksi komoditi lain.
2. Efek Atau Dampak Samping Kegiatan Produksi Terhadap Konsumen ( Effects
Of Producers On Consumers ).
Suatu produsen dikatakan mempunyai ekternal efek terhadap konsumen, jika
aktivitasnya merubah atau menggeser fungsi utilitas rumahtangga (konsumen).
Dampak atau efek samping yang sangat populer dari kategori kedua yang populer
adalah pencemaran atau polusi. Kategori ini meliputi polusi suara (noise),
berkurangnya fasilitas daya tarik alam (amenity) karena pertambangan, bahaya radiasi
dari stasiun pembangkit (polusi udara) serta polusi air, yang semuanya mempengaruhi
kenyamanan konsumen atau masyarakat luas. Dalam hal ini, suatu agen ekonomi
(perusahaan-produsen) yang menghasilkan limbah (wasteproducts) ke udara atau ke
aliran sungai mempengaruhi pihak dan agen lain yang memanfaatkan sumber daya
alam tersebut dalam berbagai bentuk. Sebagai contoh, kepuasan konsumen terhadap
pemanfaatan daerah-daerah rekreasi akan berkurang dengan adanya polusi udara.
1
3. Efek Atau Dampak Dari Suatu Konsumen Terhadap Konsumen Lain ( Effects
Of Consumers On Consumers ).
Dampak konsumen terhadap konsumen yang lain terjadi jika aktivitas seseorang atau
kelompok tertentu mempengaruhi atau menggangu fungsi utilitas konsumen yang
lain. Konsumen seorang individu bisa dipengaruhi tidak hanya oleh efek samping dari
kegiatan produksi tetapi juga oleh konsumsi oleh individu yang lain. Dampak atau
efek dari kegiatan suatu seorang konsumen yang lain dapat terjadi dalam berbagai
bentuk. Misalnya, bisingnya suara alat pemotong rumput tetangga, kebisingan bunyi
radio atau musik dari tetangga, asap rokok seseorang terhadap orang sekitarnya dan
sebagainya.
4. Efek Akan Dampak Dari Suatu Konsumen Terhadap Produsen ( Effects Of
Consumers On Producers ).
Dampak konsumen terhadap produsen terjadi jika aktivitas konsumen mengganggu
fungsi produksi suatu produsen atau kelompok produsen tertentu. Dampak jenis ini
misalnya terjadi ketika limbah rumahtangga terbuang ke aliran sungai dan
mencemarinya sehingga menganggu perusahaan tertentu yang memanfaatkan air baik
oleh ikan (nelayan) atau perusahaan yang memanfaatkan air bersih. Lebih jauh
Baumol dan Oates (1975) menjelaskan tentang konsep eksternalitas dalam dua
pengertian yang berbeda :
I. Eksternalitas Yang Bisa Habis (a deplatable externality) yaitu suatu dampak
eksternal yang mempunyai ciri barang individu (private good or bad) yang
mana jika barang itu dikonsumsi oleh seseorang individu, barang itu tidak bisa
dikonsumsi oleh orang lain.
II. Eksternalitas Yang Tidak Habis (an udeplatable externality) adalah suatu
efek eksternal yang mempunyai ciri barang publik (public goods) yang mana
barang tersebut bisa dikonsumsi oleh seseorang, dan juga bagi orang lain.
Dengan kata lain, besarnya konsumsi seseorang akan barang tersebut tidak
akan mengurangi konsumsi bagi yang lainnya.
2
Contoh – Contoh Eksternalitas Dalam Perikanan Secara Umum.
1. Misalkan ada dua kegiatan, yang satu adalah perusahaan penambangan emas
tradisional yang berbasis di hulu dan yang lain adalah perikanan ( misalnya karamba )
yang berbasis di hilir. Keduanya menggunakan satu sumber daya alam ( sungai )
sebagai faktor yang menghubungkan kedua kegiatan ekonomi tersebut. Perusahaan
penambang emas tradisional, kita sebut saja G membroduksi emas ( g ) dan bahan
pencemar mercuri ( x ) yang dibuang ke sungai. Usaha perikanan F menghasilkan
ikan ( f ), namun dalam produksinya tergantung dari adanya polutan yang dibuang
oleh industri G. Dengan demikian dapat kita asumsikan bahwa fungsi biaya dari usaha
perikanan sebagai CF ( f, x ), artinya biaya produksi dari usaha perikanan akan
tergantung dari banyaknya ikan dan banyaknya bahan pencemar.
2. Rusaknya sumber daya ikan dan laut sekarang ini akibatnya tidak adanya rencana
pengelolaan yang jelas di era sebelumnya, baik ditingkat nasional maupun di tingkat
lokal. Selain itu, kuatnya hegemoni negara ( pemerintah pusat ) dalam sistem
pemerintahan Indonesia di era orde baru telah mempunyai andil yang sangat besar
dalam menciptakan kerusakan kawasan pesisir dan laut, khususnya sumber daya ikan.
Hegemoni negara tersebut tercermin dalam konfigurasi kebijakan perikanan pada
tahun – tahun sebelumnya yang ditandai dengan tiga ciri utama, yaitu: didasarkan
pada doktrin milik bersama ( common property ), sentralistik ( proses produksi dan
substansinya ), mengabaikan atau anti pluralisme hukum. Kebijakan perikanan yang
didasarkan pada doktrin milik bersama, seperti tidak adanya batasan siapa, kapan,
dimana, dan bagaimana kegiatan penangkapan ikan seharusnya dilakukan, telah
menyebabkan wilayah perairan laut nasional menjadi arena pertarungan bagi pelaku –
pelaku perikanan ( stakeholder ) di bawah kekuasaan “ hukum rimba atau hukum
samudera “. Akibatnya, kebijakan pengelolaan perikanan seperti itu telah terbukti
gagal dalam memberikan perlindungan hukum, baik kepada pelaku – pelaku
perikanan, khususnya nelayan kecil maupun bagi sumber daya ikan dan laut itu
sendiri. Sentralisme kebijakan dan anti – pluralisme hukum tidak kalah destruktifnya,
karena keduanya secara sinergis telah menciptakan konflik antar pelaku perikanan dan
tumpang tindihnya wilayah penangkapan ikan ( fishing ground ). Dimata nelayan
kecil, kebijakan perikanan di era sentralistis dipahami sebagai legalisasi
3
persengkongkolan kaum komprador, yaitu pemerintah, pengusaha dan aparat penegak
hukum dalam rangka pengurasan ( eksploitasi ) sumber daya ikan, tanpa
memperdulikan kepentingan nelayan kecil. Dengan demikian, masalah besar yang
ditimbulkan dari praktek rezim pengelolaan terpusat adalahnya munculnya
eksternalitas negatif di bidang perikanan, yaitu: gejala tangkap lebih ( over fishing ),
rusaknya terumbu karang akibat aktivitas pengeboman dan penggunaan potasium
sianida, rusaknya hutan mangrove, dan lain sebagainya.
3. Degdradasi sungai Citarum, di Jawa Barat, Sungai Siak dan Kampar di Riau,
menurunnya kualitas air Danau Toba di Sumatera Utara, diakibatkan oleh
eksternalitas yang dihasilkan oleh kegiatan produksi berbagai macam barang. Jika
limbah ini dibuang ke sungai tentu saja akan merugikan pengusaha perikanan yang
ada dihilirnya. Usaha pertambangan emas tidak memasukan kerugian yang diderita
pengusaha perikanan sebagai biaya yang harus ia tanggung. Sebaliknya, hal tersebut
dianggapnya sebagai biaya sosial.
4. Penggunaan air tanah oleh pihak industri di Kabupaten Bandung, Jawa Barat
merupakan contoh lain kasus eksternalitas. Kegiatan ini menghasilkan eksternalitas
negatif berupa menurunnya permukaan air tanah, semakin dalamnya sumur-sumur
penduduk dan mengeringnya sumur-sumur tersebut di musim kemarau. Industri
pengguna air tanah hanya memperhitungkan biaya pengambilan air tanah sementara ia
lepas terhadap kerugian masyarakat akibat dari kegiatan pengambilan air tanah oleh
industri tersebut.
5. Sebuah contoh eksternalitas negatif ialah penggunaan pestisida pada usaha tani padi
di lahan ber – irigrasi. Pestisida digunakan pada tanaman padi, yang pada masa
tertentu harus digenangi air. Sisa – sisa bahan kimia dari pestisida tersebut tetap
berada dalam air ketika air tersebut dibuang. Orang lain, yang berlokasi di bagian
hilir, kemudian menggunakan air tersebut untuk minum, irigasi, usaha peternakan,
atau beternak ikan di kolam. Para pengguna air yang telah tercemar tersebut akan
menanggung biaya bila air tersebut berakibat buruk bagi kesehatan, baik bagi manusia
maupun bagi produksi hewan peliharaan. Namun, orang – orang yang terkena dampak
negatif dari eksternalitas ini tidak mungkin menagih beban biaya kepada pengguna
pestisida di bagian hulu yang telah mencemari air. Dalam kasus ini, pasar telah gagal
4
memasukkan biaya eksternalitas negatif dari pestisida pada biaya produksi padi para
petani di bagian hulu. Sehubungan dengan itu diperlukan peranan pemerintah untuk
melakukan intervensi guna memperbaiki eksternalitas negatif tersebut.
Jenis – Jenis Eksternalitas Dalam Perikanan Tangkap Secara Khusus.
1. Resource Stock Externalities.
Terjadi jika biaya untuk menangkap ikan dengan menggunakan kapal nelayan
menurun, yang mana populasi ikan meningkat.
2. Eksternalitas Mesh.
Terjadi jika ukuran mesh (atau jenis lain dari variabel selektivitas gigi) mempengaruhi
tidak hanya biaya swasta dan pendapatan nelayan tetapi juga perilaku pertumbuhan
populasi ikan.
3. Crowding Externalities.
Jika populasi ikan cukup terkonsentrasi untuk menyebabkan kemacetan jalur kapal
dan dengan demikian, biaya operasi kapal meningkat untuk menangkap populasi ikan
tersebut.
4. Brief Discussion On Externalities.
Kegiatan seorang nelayan dapat mengenakan eksternalitas pada nelayan lain yang
baik beroperasi dalam perikanan yang sama atau beroperasi dalam perikanan yang
saling terkait. Keterkaitan menyiratkan bahwa tindakan yang diambil dalam satu
perikanan mempengaruhi kesejahteraan nelayan di bidang perikanan yang lain.
Sebagai contoh, spesies target dua di fishing ground yang sama dapat berinteraksi
dalam beberapa cara biologis. Sebuah eksternalitas negatif terjadi ketika seorang agen
menimbulkan biaya pada agen lain tanpa kompensasi agen lain untuk itu. Sebuah
eksternalitas positif terjadi ketika agen melimpahkan manfaat pada agen lain tanpa
dibayar untuk itu. Ketika stok ikan atau kelompok saham biologis terkait secara
komersial dimanfaatkan oleh lebih dari seorang nelayan.
5
5. Eksternalitas Waktu.
Akibat ketiadaan hak pemilikan maka setiap nelayan berusaha untuk mengambil ikan
sebanyak – banyaknya dan ini bisa dilakukan jika mereka melakukan penangkapan
ikan lebih awal dari pihak lain. Intersepsi waktu juga bisa terjadi terhadap stok ikan
itu sendiri, sebagai contohnya pada kasus perikanan udang dengan siklus hidup yang
relatif pendek maka sebenarnya tidak menguntungkan untuk menangkap udang
dengan ukuran yang kecil, namun jika mereka menunggu sampai mencapai ukuran
besar, pihak lain akan melakukan penangkapan udang lebih dahulu, sehingga untuk
menghindari hal tersebut, nelayan melakukan intersepsi waktu terhadap siklus hidup
udang.
6. Eksternalitas Teknologi.
Eksternalitas teknologi terjadi manakala teknologi penangkapan suatu alat mengubah
struktur dinamika populasi dari spesies target dan by catch yang kemudian
menimbulkan dampak negatif bagi alat lain. Eksternalitas teknologi ini dapat
dogolongkan ke dalam dua tiper yakni eksternalitas sekuensial dan eksternalitas
eccdental. Eksternalitas sekuensial terjadi ketika nelayan skala kecil dan nelayan skala
besar mengeksploitasi stok ikan pada siklus hidup yang berbeda. Jadi ketika nelayan
skala kecil menangkap ikan pada umur yang masih juvenil, hal ini akan menimbulkan
dampak eksternalitas pada nelayan industri yang mengkap ikan pada siklus hidup ikan
dewasa. Eksternalitas accidental terjadi ketika secara teknologi ada ketergantungan
antara dua alat tangkap dalam menangkap ikan. Misalnya dalam perikanan udang, by
catch ikan demersal yang dihasilkan dari perikanan demersal.
7. Eksternalitas Dinamik.
Eksternalitas dinamis terjadi ketika peningkatan usaha penangkapan atau panen oleh
seorang nelayan yang mengurangi jumlah ikan yang tersedia untuk nelayan lainnya.
Eksternalitas dinamis terjadi penurunan jumlah ikan yang tersedia untuk nelayan lain
pada titik waktu dan karena penurunan ukuran sekarang saham negatif dapat
mempengaruhi ukuran masa depan saham. Clark (1980), analisis model dengan
eksternalitas dinamis ketika masuk ke perikanan terbatas pada jumlah tetap nelayan.
Dia menunjukkan nelayan yang akan panen lebih daripada yang optimal secara sosial
6
karena mereka tidak memperhitungkan cangkul panen mereka mengurangi
kemampuan nelayan lain untuk panen dari bidang perikanan. Kehadiran dan tingkat
eksternalitas dinamis bergantung pada perilaku "spesies dan teknologi memancing
yang digunakan oleh nelayan”. Spesies yang diberi label sebagai wisata perikanan
biasanya dipanen menggunakan modal - teknologi intensif seperti purse seine, yang
jaring besar yang digunakan untuk mengelilingi sekolah atau jaring pukat, yang
diseret di belakang kapal.
8. Eksternalitas Pasar.
Kehadiran eksternalitas pasar mempengaruhi perilaku nelayan dengan mengubah
kondisi keuangan mereka (permintaan yang mereka hadapi). Eksternalitas pasar
terjadi ketika kuantitas panen oleh seorang nelayan mempengaruhi kompensasi
(harga) nelayan lain yang menerima. Kekuatan pasar nelayan masing-masing
tergantung pada ukuran panen nelayan relatif terhadap penawaran pasar dan
bagaimana mengintegrasikan pasar untuk spesies ini ( komoditas ikan yang
didagangkan ). Oleh karena itu, seorang nelayan kelompok kecil yang beroperasi
dalam perikanan yang menghasilkan bagian besar dari pasokan pasar dunia bisa
memiliki kekuatan pasar yang cukup besar. Hal ini mungkin dapat terjadi misalnya,
Samudera Pasifik Barat Tengah, yang dieksploitasi oleh beberapa DFWNs dan
menurut Lodge (1998), nelayan menyediakan lebih dari 40% ikan tuna di dunia.
Karena jumlah nelayan meningkatkan kompetisi antara mereka, maka kekuatan pasar
masing-masing nelayan menurun. Dalam akses terbuka jumlah nelayan bisa menjadi
begitu besar sehingga tidak ada nelayan punya kekuatan pasar. Nelayan juga dapat
memiliki kekuatan pasar yang cukup besar jika pasar untuk spesies ini ( komoditas
ikan yang didagangkan ) tidak terintegrasi dengan baik bahkan jika mereka tidak
memberikan porsi yang besar dari total pasar. Jika pasar untuk komoditas yang ia
perdagangkan menjadi lebih terintegrasi, maka kekuatan pasar nelayan masing-
masing akan jatuh. Demikian pula, jika agen yang membeli ikan dari nelayan
memiliki kekuatan pasar signifikan mereka mungkin bisa menurunkan harga tawaran
dari spesies dan karena itu melemahkan kekuatan pasar nelayan. Campbell (1996)
menunjukkan bahwa prosesor mungkin memiliki kekuatan pasar yang cukup besar
dalam industri tuna. Ketika nelayan memiliki kekuatan untuk panen, maka nelayan
7
tersebut menciptakan eksternalitas pasar untuk nelayan lainnya. Nelayan memainkan
Cournot - Nash permainan yang mirip dengan permainan dibayangkan oleh Cournot
(1838) untuk menganalisis interaksi strategis antara dua duopolies. Ketika seorang
nelayan meningkatkan panen, ia meningkatkan pasokan pasar komoditas yang ia
dagangkan dan dengan demikian menurunkan harga pasar. Penurunan harga pasar
menurun apabila, pendapatan marjinal nelayan lainnya mengurangi hasil panen
mereka.
9. Eksternalitas Informasi.
Memiliki informasi mengenai keberadaan ikan sangatlah bermanfaat bagi nelayan,
dan salah satu cara hidup seorang nelayan adalah bagaimana memperoleh
pengetahuan ini beik lewat pengalaman maupun lewat intuisinya sebagi seorang
nelayan. Namun jika informasi ini diberikan pula kepada pihak lain maka setiap
nelayan akan berada di lokasi yang diketahui tersebut. Dan jika ini terjadi maka
keuntungan nelayan akan berkurang. Konsekuensi dari eksternalitas ini akan
menimbulkan insentif bagi para pelaku perikanan (nelayan untuk menyembunyikan
informasi tersebut ).
10. Eksternalitas Biologi.
Nelayan dapat menimbulkan eksternalitas pada satu sama lain bahkan jika mereka
panen spesies yang berbeda. Eksternalitas Biologi, pertama kali dibahas dalam
literatur ekonomi oleh Fischer dan Mirman (1992), terjadi ketika spesies yang satu
yang akan dipanen nelayan berinteraksi dalam beberapa cara dengan spesies yang lain
yang dipanen oleh nelayan lain. Fischer dan Mirman mengidentifikasi tiga jenis
interaksi antarspesies. Dua spesies mungkin memiliki hubungan simbiotik, dalam hal
peningkatan stok satu spesies possitively mempengaruhi tingkat reproduksi spesies
lain. Dua spesies dapat bersaing untuk sumber daya yang sama (sebagai makanan dan
ruang), dalam hal pengurangan stok satu spesies meningkatkan tingkat reproduksi
spesies lain. Akhirnya, dua spesies dapat memiliki predator - hubungan mangsa.
Berbeda eksploitasi dengan eksternalitas dinamis, yang ditandai dengan strategi
ekuilibrium stabil, adanya eksternalitas biologis dapat menyebabkan kesetimbangan
tidak stabil. Sebagai contoh, ketika dua spesies panen nelayan yang memiliki
8
hubungan kompetitif peningkatan panen oleh seorang nelayan di atas panen
ekuilibrium akan mendorong nelayan lain untuk meningkatkan hasil panennya juga,
dengan demikian, bergerak menjauh dari titik ekuilibrium. Ketidakstabilan membuat
eksploitasi di hadapan eksternalitas biologis sulit untuk di prediksi.
11. Eksternalitas Ruang.
Untuk meminimumkan biaya penangkapan, pelaku perikanan kebanyakan ingin
menangkap ikan di sekitar wilayah yang dekat dengan pelabuhan (wilayah pantai)
namun jika ini dilakukan oleh hampir sebagian besar nelayan maka akan
menimbulkan crowding effect di sekitar pantai yang kemudian akan menghabiskan
stok di sekitar wilayah pantai. Konsekuensi dari crowding effect ini kemudian akan
membuat nelayan untuk semakin pergi menangkap jauh dari pelabuhan dan pantai
untuk mengintersepsi stok ikan sebelum ditangkap oleh nelayan lainya.
12. Eksternalitas Spillover Dan Produksi.
Eksternalitas spillover terjadi ketika aktivitas yang terjadi dalam satu bidang
perikanan mempengaruhi kapasitas nelayan untuk memanen ikan di bidang perikanan
lainnya. Eksternalitas spillover dapat berupa negatif, seperti halnya dengan polusi,
atau possitive, seperti dalam kasus dengan peningkatan (perbaikan kondisi lingkungan
yang ada). Polusi atau peningkatan dalam satu perikanan dapat mempengaruhi
kesehatan dan tingkat pertumbuhan spesies dalam perikanan lainnya. Kapal
penangkap ikan dapat mencemari daerah tangkapan ikan oleh minyak membuang dan
limbah ke dalam air dan merusak terumbu karang dengan jaring dan jangkar. Jadi,
panen untuk satu spesies dapat merusak lingkungan air dan membahayakan spesies
lain di fishing ground yang sama. Sebagai contoh, beberapa ikan (ikan sturgeon)
menetas telur mereka di air pantai, sementara ikan lainnya (ikan salmon) melakukan
perjalanan hingga aliran perairan untuk menetaskan telur mereka. Polusi penetasan
dapat mengganggu kesehatan spesies dan mengurangi jumlah spesies yang matang
gonad dan spesies yang telah bertelur tersebut kembali ke laut terbuka di mana
mereka dipanen oleh nelayan lainnya.
9
13. Intersespsi Mobilitas.
Intersepsi ini sering juga disubut sebagai intersepsi alat (gear interseption) dimana
mobilitas suatu alat tangkap harus bersaing dengan mobilitas alat tangkap lain. Jika
yang dihadapi adalah jenis ikan bergerombol dengan pergerakan yang relatif lebih
mudah dideteksi (misalnya sardin), maka alat tangkap yang memiliki kekuatan dan
kecepatan lebih justru tidak diuntungkan oleh alat yang mobilitasnya dirancang untuk
menangkap ikan bergerombol. Konsekuensi dari ekternalitas ini menimbulkan
terbuangknya sumberdaya ekonomi.
14. Multiple Externalities.
Interaksi strategis antara nelayan bisa sangat kompleks. Tindakan yang diambil oleh
seorang nelayan dapat mengenakan aneka eksternalitas tidak hanya pada nelayan lain
dalam bidang perikanan yang sama tetapi juga pada nelayan di bidang perikanan
saling terkait. Fischer dan Mirman (1996) menguji model dengan baik eksternalitas
eksternalitas dinamis dan biologi dengan mempertimbangkan kasus di mana dua
nelayan panen. Mereka menemukan bahwa eksternalitas dinamis mendominasi
eksternalitas biologis. Fischer dan Mirman berpendapat bahwa kehadiran eksternalitas
positif biologis (seperti konsumsi saling mangsa yang sama oleh dua spesies sasaran)
mengurangi tetapi tidak pernah menghilangkan atas - memancing disebabkan oleh
eksternalitas dinamis. Sebaliknya, kehadiran eksternalitas biologis negatif (contoh:
simbiosis antara dua spesies sasaran) memperburuk di atas - ikan yang disebabkan
oleh eksternalitas dinamis.
Contoh – Contoh Eksternalitas Dalam Perikanan Tangkap Secara Khusus.
1. Perikanan tangkap merupakan aktivitas ekonomi yang unik bila dibandingkan dengan
aktivitas lain. Hal ini berkaitan dengan kondisi sumber daya ikan dan laut itu sendiri
yang sering dianggap sebagai common pool resources. Karakteristik ini sering
menimbulkan masalah eksternalitas diantara nelayan sebagai akibat proses produksi
yang interindependent dari setiap individu nelayan, dimana hasil tangkapan dari satu
nelayan akan sangat tergantung pada tangkapan nelayan lain. Selain itu, hasil
tangkapan dari nelayan juga akan sangat tergantung dari kondisi sumber daya ikan
10
yang merupakan fungsi dari eksternalitas berbagai aktivitas non produksi lain, seperti
kondisi kualitas perairan itu sendiri.
2. Terumbu karang dari segi ekologi, berperan sebagai tempat pemijahan, pembesaran
dan mencari makan dari sebagian ikan ekonomis penting, sehingga kerusakan akibat
aktivitas pembangunan yang dilakukan telah memberikan dampak negatif yang cukup
nyata terhadap keberadaan dan kualitas sumber daya. Meskipun kerusakan terumbu
karang dapat disebabkan oleh faktor – faktor fisika, kimia, dan biologi, namun secara
umum, kerusakan terumbu karang dapat dibedakan menjadi: kerusakan karena
kejadian alam dan kerusakan karena aktivitas manusia atau antropogenik. Lebih lanjut
Cesar ( 1998 ) mengemukakan bahwa terdapat lima aktivitas manusia yang
merupakan ancaman utama terhadap kerusakan terumbu karang di Indonesia, yaitu:
penggunaan racun ( cyanide fishing ), penggunaan bom ( blast fishing ), penambangan
koral ( coral mining ), sedimentasi dan polusi, serta kelebihan eksploitas.
3. Konflik kelas, yaitu konflik yang terjadi antar kelas sosial nelayan dalam
memperebutkan wilayah penangkapan (fishing ground), seperti konflik nelayan trawl
di perairan pesisir yang sebenarnya wilayah tangkapan nelayan tradisional.
4. Konflik orientasi, yaitu konflik yang terjadi antar nelayan yang memiliki perbedaan
orientasi (jangka pendek dan jangka panjang) dalam pemanfaatan sumberdaya, seperti
konflik horizontal antara nelayan yang menggunakan born atau potassium cyanide
dengan nelayan lain yang alat tangkapnya ramah lingkungan.
5. Konflik agraria, yaitu konflik yang terjadi akibat perebutan fishing ground. Konflik
ini dapat terjadi pada nelayan antar kelas maupun nelayan dalam kelas sosial yang
sama.
6. Konflik primordial, seperti yang telah disebutkan di atas. Namun jika ditelusuri lebih
jauh, konflik identitas tersebut tidak bersifat murni, melainkan tercampur dengan
konflik kelas maupun konflik orientasi yang sebenarnya kerap terjadi sebelum
diterapkannya otonomi daerah.
7. Doktrin milik bersama (commont property) yang mengakibatkan laut bersifat open
acces, dimana tidak adanya batasan alat tangkap yang boleh digunakan, kapan dan
11
dimana boleh melakukan penangkapan ikan, berapa jumlah tangkapan yang
diperbolehkan serta siapa saja yang mempunyai hak itu. Akibat kebijakan seperti ini,
laut menjadi ajang pergulatan keserakahan para pemodal besar (kapitalis), dimana
nelayan yang selalu menjadi korban ketidakbijakan pembangunan selama ini disertai
dengan terjadinya degradasi lingkungan, over fishing, dan masalah-masalah lain yang
kerap memicu terjadinya konflik.
8. Antipluralisme hukum, padahal di beberapa wilayah pesisir Indonesia terdapat aturan-
aturan lokal atau lebih dikenal Hak Ulayat Laut (HUL) yang dapat menjamin
terciptanya kelestarian SDKP yang sudah berlaku secara turun-temurun dari generasi
ke generasi dan mempunyai kekuatan hukum yang sangat mengikat.
12
DAFTAR PUSTAKA
http://jessicaekapratiwi.blogspot.com/2011/06/eksternalitas-penangkapan-ikan.html
http://jessicaekapratiwi.blogspot.com/2011_06_01_archive.html
http://www.google.co.id/search?
hl=id&biw=1366&bih=641&gs_sm=e&gs_upl=14643l37301l0l37402l57l57l6l34l3l3l392l29
47l0.3.7.2l13l0&q=jenis%20eksternalitas%20dalam%20fisheries&spell=1&sa=X
http://bebasbanjir2025.wordpress.com/04-konsep-konsep-dasar/eksternalitas/
http://books.google.co.id/books?id=-e7BdK-
gC40C&pg=PT37&lpg=PT37&dq=eksternalitas+publik+perikanan&source=bl&ots=bbxmlo
I0NO&sig=rEgsvpnSYCOvJtO0XQAJYIY-gwM&hl=id#v=onepage&q=eksternalitas
%20publik%20perikanan&f=false
http://ikanbijak.wordpress.com/2008/03/14/desentralisasi-kelautan-dan-kesejahteraan-
nelayan/
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/36673/buku%20hal%202.pdf?
sequence=2
http://books.google.co.id/books?id=-e7BdK-
gC40C&pg=PT37&lpg=PT37&dq=contoh+eksternalitas+perikanan+umum&source=bl&ots
=bbxmlnOWTO&sig=UGgjp97sdTCV6kQ3cFT0OcAjRQc&hl=id#v=onepage&q&f=false
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/41289/Bab%201%20%202008alu-
2.pdf?sequence=3
http://books.google.co.id/books?
id=z6SQYG1D7xQC&pg=PA104&lpg=PA104&dq=contoh+eksternalitas+perikanan+secara
+umum&source=bl&ots=C10AxZdLuL&sig=vgHO8KK0pFPHGwRK2vB6CGM-
_5k&hl=id#v=onepage&q&f=false
http://www.aw-bc.com/info/bruce/ch04_bruce.pdf
http://www.jstor.org/pss/1829764
13
http://www.soest.hawaii.edu/PFRP/soest_jimar_rpts/wachsman03.pdf
14
Top Related