TRIGGER 3
Pemerintah mencanangkan strategi intervensi kesehatan masyarakat dalam
rangka pencapaian standar pelayanan minimal bidang kesehatan. Beberapa
strategi tersebut antara lain: pendidikan kesehatan, advokasi kebijakan,
kemitraan, pemberdayaan masyarakat dan komunikasi media massa.
SLO
1. Definisi dan ruang lingkup Strategi Intervensi Kesehatan
2. Standar pelayanan minimal kesehatan
3. Definisi dan prosedur pelaksanaan Pendidikan kesehatan
4. Definisi dan prosedur pelaksanaan Advokasi kebijakan
5. Definisi dan prosedur pelaksanaan Menjalin Kemitraan
6. Definisi dan prosedur pelaksanaan Pemberdayaan Masyarakat
7. Definisi dan bentuk-bentuk media massa
DEFINISI DAN RUANG LINGKUP STRATEGI INTERVENSI KESEHATAN
Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan
yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai dengan diagnosis
eperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan pasien
(Pusdiklat DJJ Keperawatan). Jadi perencanaan asuhan keperawatan kesehatan
masyarakat disusun berdasarkan diagnosa keperawatan yang telah ditetapkan
dan rencana keperawatan
Strategi intervensi keperawatan komunitas adalah (1) kemitraan (partnership), (2)
pemberdayaan (empowerment), (3) pendidikan kesehatan, dan (4) proses
kelompok (Hitchcock, Schubert, & Thomas 1999; Helvie, 1998).
1. Kemitraan
Kemitraan memiliki definisi hubungan atau kerja sama antara dua pihak atau
lebih, berdasarkan kesetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkan atau
memberikan manfaat (Depkes RI, 2005). Anderson dan McFarlane (2000)
dalam hal ini mengembangkan model keperawatan komunitas yang
memandang masyarakat sebagai mitra (community as partner model). Fokus
dalam model tersebut menggambarkan dua prinsip pendekatan utama
keperawatan komunitas, yaitu (1) lingkaran pengkajian masyarakat pada
puncak model yang menekankan anggota masyarakat sebagai pelaku utama
pembangunan kesehatan, dan (2) proses keperawatan
2. Pemberdayaan
Konsep pemberdayaan dapat dimaknai secara sederhana sebagai proses
pemberian kekuatan atau dorongan sehingga membentuk interaksi
transformatif kepada masyarakat, antara lain: adanya dukungan,
pemberdayaan, kekuatan ide baru, dan kekuatan mandiri untuk membentuk
pengetahuan baru (Hitchcock, Scubert, & Thomas, 1999). Membangun
kesehatan masyarakat tidak terlepas dari upaya-upaya untuk meningkatkan
kapasitas, kepemimpinan dan partisipasi masyarakat (Nies & McEwan, 2001).
3. Pendidikan Kesehatan
Strategi utama upaya prevensi terhadap kejadian adalah dilakukannya
kegiatan pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan bertujuan untuk
meningkatkan derajat kesehatan dan mengurangi disabilitas serta
mengaktualisasikan potensi kesehatan yang dimiliki oleh individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat (Swanson & Nies, 192011). Pendidikan kesehatan
dapat dikatakan efektif apabila dapat menghasilkan perubahan pengetahuan,
menyempurnakan sikap, meningkatkan ketrampilan, dan bahkan
mempengaruhi perubahan di dalam perilaku atau gaya hidup individu,
keluarga, dan kelompok (Pender, Murdaugh, & Parsons, 2002)
4. Proses Kelompok
Proses kelompok merupakan salah satu strategi intervensi keperawatan yang
dilakukan bersama-sama dengan masyarakat melalui pembentukan sebuah
kelompok atau kelompok swabantu (self-help group). Berbagai kelompok di
masyarakat dapat dikembangkan sesuai dengan inisiatif dan kebutuhan
masyarakat setempat, misalnya Posbindu, Bina Keluarga , atau Karang .
Kegiatan pada kelompok ini disesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan yang
ingin dicapai oleh agar dapat mencapai masa tua yang sehat, bahagia,
berdaya guna, dan produktif selama mungkin (Depkes RI, 1992).
STANDAR PELAYANAN MINIMAL KESEHATAN
Pengertian:
1. Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Adalah spesifikasi teknis atau patokan pelayanan secara minimal yang dapat
digunakan sbagai acuan/pedoman bagi penyelenggaraan pelayanan dan
sumber daya manusia, dan sarana prasarana.
2. Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS)
Adalah seseorang, keluarga/kelompok masyarakat yang karena suatu
hambatan, kesulitan/gangguan, sehingga tidak dapat melaksanakan fungsi
sosialnya secara wajar.
3. Tuna Susila.
Adalah seseorang yang melakukan hubungan seksual dengan sesama atau
lawan jenis secara berulang-ulang dan bergantian di luar perkawinan yang sah
dengan tujauan mendapatkan imbalan uang, materi dan jasa. Tuna Susila yang
diklasifikasikan dalam PMKS adalah tuna susila yang memiliki permasalahan
social berkaitan dengan sumber mata pencaharian.
4. Pelayananan dan Rehabilitasi Sosial
Adalah upaya untuk memulihkan kembali kepercayaan diri, harga diri,
kesadaran dan tanggung jawab sosial baik terhadap dirinya, keluarga dan
masyarakat lingkungannya.
5. Pekerjaan Sosial
Adalah suatu kegiatan profesional yang didasarkan pada ilmu pengetahuan
untuk membantu individu, kelompok dan masyarakat agar mampu
melaksanakan fungsi sosialnya.
Terselenggaranya SPM disertai dengan tolok ukur pencapaian kinerja. Tolok ukur
tersebut bisa memuat indikator-indikator seperti:
1. input (masukan)
Bagaimana tingkatan atau besaran sumber-sumber yang digunakan, seperti
sumberdaya manusia, dana, material, waktu, teknologi, dan sebagainya.
2. output (keluaran)
Bagaimana bentuk produk yang dihasilkan langsung oleh kebijakan atau program
berdasarkan masukan (input) yang digariskan.
3. outcome (hasil)
Bagaimana tingkat pencapaian kinerja yang diharapkan terwujud berdasarkan
keluaran (output) kebijakan atau program yang sudah dilaksanakan.
4. benefit (manfaat)
Bagaimana tingkat kemanfaatan yang dapat dirasakan sebagai nilai tambah bagi
masyarakat maupun pemerintah daerah
5. impact (dampak)
Bagaimana dampaknya terhadap kondisi makro yang ingin dicapai berdasarkan
manfaat yang dihasilkan
DEFINISI DAN PROSEDUR PELAKSANAAN PENDIDIKAN KESEHATAN
DEFINISI:
Pendidikan adalah Segala upaya yang direncakan untuk mempengaruhi orang
lain baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa
yang diharapkan oleh pelaku pendidikan.
INPUT : sasaran pendidikan (individu, kelompok, masyarakat),
pendidik.
PROSES : upaya yang direncakan untuk mempengaruhi orang lain
INPUT PROSES OUT PUT
OUT PUT : melakukan apa yang diharapkan/perilaku
Pendidikan Kesehatan, adalah:
merupakan bagian dari keseluruhan upaya kesehatan (promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif) yang menitikberatkan pada upaya untuk meningkatkan
perilaku hidup sehat.
Adalah upaya agar masyarakat berperilaku atau mengadopsikan perilaku
kesehatan dengan cara persuasi, bujukan, himbauan, ajakan, memberi informasi,
memberi kesadaran dan sebagainya.
Upaya agara perilaku individu, kelompok dan masyarakat mempunyai
pengaruh positif terhadap pemeliharaan dan peningkatan kesehatan.
Secara konsep: penkes merupakan upaya mempengaruhi/mengajak orang
lain (individu, keompok, masyarakat) agar berperilaku hidup sehat.
Secara operasional: penkes adalah semua kegiatan untuk memberikan/
meningkatkan pengetahuan, sikap dan praktek masyarakat dalam memelihara
dan meingkatkan kesehatannya.
PROSEDUR:
(Blum, 1974) mengatakan bahwa status kesehatan dipengaruhi oleh 4 faktor,
berdasarkan hirarkinya adalah sebagai berikut:
1. lingkungan (fisik, sosial, budaya)
2. perilaku
3. pelayanan kesehatan
4. herediter
Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan:
1. Pendidikan kesehatan pada aspek promotif
2. Pendidikan kesehatan pada aspek preventif
3. Pendidikan kesehatan pada aspek kuratif
4. Pendidikan kesehatan pada aspek rehabilitatif.
Tempat Pelaksanaan :
1. Pendidikan kesehatan pada keluarga
2. Pendidikan kesehatan pada sekolah
3. Pendidikan kesehatan pada tempat kerja
4. Pendidikan kesehatan pada tempat umum
5. Pendidikan kesehatan pada instansi pelayanan kesehatan.
Metode Pendidikan Kesehatan
1. Metode pendidikan Individual (perorangan)
Bentuk dari metode individual ada 2 (dua) bentuk :
a. Bimbingan dan penyuluhan (guidance and counseling), yaitu ;
1) Kontak antara klien dengan petugas lebih intensif
2) Setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat dikorek dan dibantu
penyelesaiannya.
3) Akhirnya klien tersebut akan dengan sukarela dan berdasarkan
kesadaran, penuh pengertian akan menerima perilaku tersebut
(mengubah perilaku)
b. Interview (wawancara)
1) Merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan
2) Menggali informasi mengapa ia tidak atau belum menerima
perubahan, untuk mengetahui apakah perilaku yang sudah atau
yang akan diadopsi itu mempunyai dasar pengertian dan kesadaran
yang kuat, apabila belum maka perlu penyuluhan yang lebih
mendalam lagi.
2. Metode pendidikan Kelompok
Metode pendidikan Kelompok harus memperhatikan apakah kelompok itu
besar atau kecil, karena metodenya akan lain. Efektifitas metodenya pun
akan tergantung pada besarnya sasaran pendidikan.
a. Kelompok besar
1) Ceramah ; metode yang cocok untuk sasaran yang berpendidikan
tinggi maupun rendah.
2) Seminar ; hanya cocok untuk sasaran kelompok besar dengan
pendidikan menengah ke atas. Seminar adalah suatu penyajian
(presentasi) dari satu ahli atau beberapa ahli tentang suatu topik
yang dianggap penting dan biasanya dianggap hangat di
masyarakat.
b. Kelompok kecil
1) Diskusi kelompok ;
Dibuat sedemikian rupa sehingga saling berhadapan, pimpinan
diskusi/penyuluh duduk diantara peserta agar tidak ada kesan lebih
tinggi, tiap kelompok punya kebebasan mengeluarkan pendapat,
pimpinan diskusi memberikan pancingan, mengarahkan, dan
mengatur sehingga diskusi berjalan hidup dan tak ada dominasi dari
salah satu peserta.
2) Curah pendapat (Brain Storming) ;
Merupakan modifikasi diskusi kelompok, dimulai dengan
memberikan satu masalah, kemudian peserta memberikan
jawaban/tanggapan, tanggapan/jawaban tersebut ditampung dan
ditulis dalam flipchart/papan tulis, sebelum semuanya mencurahkan
pendapat tidak boleh ada komentar dari siapa pun, baru setelah
semuanya mengemukaan pendapat, tiap anggota mengomentari,
dan akhirnya terjadi diskusi.
3) Bola salju (Snow Balling)
Tiap orang dibagi menjadi pasangan-pasangan (1 pasang 2 orang).
Kemudian dilontarkan suatu pertanyaan atau masalah, setelah lebih
kurang 5 menit tiap 2 pasang bergabung menjadi satu. Mereka tetap
mendiskusikan masalah tersebut, dan mencari kesimpulannya.
Kemudian tiap 2 pasang yang sudah beranggotakan 4 orang ini
bergabung lagi dengan pasangan lainnya dan demikian seterusnya
akhirnya terjadi diskusi seluruh kelas.
4) Kelompok kecil-kecil (Buzz group)
Kelompok langsung dibagi menjadi kelompok kecil-kecil, kemudian
dilontarkan suatu permasalahan sama/tidak sama dengan kelompok
lain, dan masing-masing kelompok mendiskusikan masalah tersebut.
Selanjutnya kesimpulan dari tiap kelompok tersebut dan dicari
kesimpulannya.
5) Memainkan peranan (Role Play)
Beberapa anggota kelompok ditunjuk sebagai pemegang peranan
tertentu untuk memainkan peranan tertentu, misalnya sebagai
dokter puskesmas, sebagai perawat atau bidan, dll, sedangkan
anggota lainnya sebagai pasien/anggota masyarakat. Mereka
memperagakan bagaimana interaksi/komunikasi sehari-hari dalam
melaksanakan tugas.
6) Permainan simulasi (Simulation Game)
Merupakan gambaran role play dan diskusi kelompok. Pesan-pesan
disajikan dalam bentuk permainan seperti permainan monopoli.
Cara memainkannya persis seperti bermain monopoli dengan
menggunakan dadu, gaco (penunjuk arah), dan papan main.
Beberapa orang menjadi pemain, dan sebagian lagi berperan
sebagai nara sumber.
3. Metode pendidikan Massa
Pada umumnya bentuk pendekatan (cara) ini adalah tidak langsung.
Biasanya menggunakan atau melalui media massa. Contoh :
a. Ceramah umum (public speaking)
Dilakukan pada acara tertentu, misalnya Hari Kesehatan Nasional,
misalnya oleh menteri atau pejabat kesehatan lain.
b. Pidato-pidato diskusi tentang kesehatan melalui media elektronik baik
TV maupun radio, pada hakikatnya adalah merupakan bentuk
pendidikan kesehatan massa.
c. Simulasi, dialog antar pasien dengan dokter atau petugas kesehatan
lainnya tentang suatu penyakit atau masalah kesehatan melalui TV atau
radio adalah juga merupakan pendidikan kesehatan massa. Contoh :
”Praktek Dokter Herman Susilo” di Televisi.
d. Sinetron ”Dokter Sartika” di dalam acara TV juga merupakan bentuk
pendekatan kesehatan massa. Sinetron Jejak sang elang di Indosiar
hari Sabtu siang (th 2006)
e. Tulisan-tulisan di majalah/koran, baik dalam bentuk artikel maupun tanya
jawab /konsultasi tentang kesehatan antara penyakit juga merupakan
bentuk pendidikan kesehatan massa.
f. Bill Board, yang dipasang di pinggir jalan, spanduk poster dan
sebagainya adalah juga bentuk pendidikan kesehatan massa. Contoh :
Billboard ”Ayo ke Posyandu”. Andalah yang dapat mencegahnya
(Pemberantasan Sarang Nyamuk).
Media
Media pendidikan adalah alat (saluran) yang digunakan untuk penyampaian
pesan. Manusia menggunakan indra untuk berinteraksi dengan lingkungannya
sehingga untuk mempengaruhi interaksi tersebut digunakanlah berbagai
media. Semakin banyak indra yang digunakan untuk menerima suatu pesan
maka akan semakin mudah pesan itu diterima/dipahami.
Jenis media yang sering digunakan:
a. media cetak
booklet, leaftlet, flyer (selebaran), flip chart (lembar balik), rubrik, poster, foto,
spanduk, umbul-umbul.
b. media elektronik
TV, radio, video, slide, film strip, dll
c. media papan (billboard)
poster, pamplet, baleho, dll
d. media peraga
alat tiruan seperti pantom, boneka, dami, dan instrumen lainnya. Atau benda
asli.
Analisis Perilaku Kesehatan
Pengkajian
Sebelum pendidikan kesehatan diberikan, lebih dulu dilakukan
pengkajian/analisis terhadap kebutuhan pendidikan dengan mendiagnosis
penyebab masalah kesehatan yang terjadi. Hal ini dilakukan dengan melihat
faktor2 yang mempengaruhi perilaku kes.
Lawrence Green (1980), perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor:
1. faktor pendukung (predisposing factors), mencakup:
pengetahuan, sikap, tradisi, kepercayaan/keyakinan, sistem nilai, pendidikan,
sosial ekonomi, dsb.
2. faktor pemungkin(enambling factors), mencakup:
fasilitas kesehatan, mis: spal, air bersih, pembuangan sampah, mck, makanan
bergizi, dsb. Termasuk juga tempat pelayanan kesehatan seperti RS,
poliklinik, puskesmas, rs, posyandu, polindes, bides, dokter, perawat dsb.
3. faktor penguat (reinforcing factors), mencakup:
sikap dan perilaku: toma, toga, petugas kes. Kebijakan/peraturan/UU, LSM.
Informasi tersebut dapat diperoleh melalui kegiatan :
1. Observasi
2. Wawancara
3. Angket/quesioner
4. Dokumentasi
Jenis informasi yang diperlukan dalam pengkajian antara lain:
1. pentingnya masalah bagi individu, kelompok dan masyarakat yang dibantu
2. masalah lain yang kita lihat
3. masalah yang dilihat oleh petugas lain
4. jumlah orang yang mempunyai masalah ini
5. kebiasaan yang dapat menimbulkan masalah
6. alasan yang ada bagi munculnya masalah tersebut
7. penyebab lain dari masalah tersebut.
Tujuan pengkajian
1. Untuk mengetahui besar, parah dan bahayanya masalah yang dirasakan.
2. Menentukan langkah tepat untuk mengatasi masalah.
Memahami masalah
1. Mengapa muncul masalah
2. Siapa yang akan memecahkan masalah dan siapa yang perlu dilibatkan
3. Jenis bantuan yang akan diberikan
Prioritas masalah
Disusun berdasarkan hirarki kebutuhan maslow:
Aktualisasi diri
Kasih sayang
Aman / nyaman
Biologis / Fisiologi
Harga diri
DEFINISI DAN PROSEDUR PELAKSANAAN ADVOKASI KEBIJAKAN
DEFINISI:
Pengertian pertama advokasi sebagai segala aktivitas yang ditujukan untuk
meningkatkan kesadaran publik di antara para pengambil-keputusan dan
khalayak umum atas sebuah masalah atau kelompok masalah, dalam rangka
menghasilkan berbagai perubahan kebijakan dan perbaikan situasi (Black, 2002,
hal.11). Pengertian kedua, advokasi keadilan sosial, yaitu upaya pencapaian
hasil-hasil yang berpengaruh – meliputi kebijakan-publik dan keputusan-
keputusan alokasi sumber daya dalam sistem dan institusi politik, ekonomi, dan
sosial – yang mempengaruhi kehidupan banyak orang secara langsung (Cohen et
al., 2001, hal. 8).
Webster (1989) : suatu tindakan pembelaan untuk mendapatkan dukungan, atau
rekomendasi dukungan aktif
Menurut para ahli retorika (Foss & Foss et al. 1980, Toulmin 1981), advokasi
adalah suatu upaya persuasi yang mencakup kegiatankegiatan: penyadaran,
rasionalisasi, argumentasi dan rekomendasi tindak lanjut mengenai sesuatu.
Tujuan Advokasi
1. Untuk mempromosikan atau mendorong suatu perubahan kebijakan, program
maupun peraturan.
2. Untuk memenangkan dukungan dari para mitra (stakeholder), guna
menciptakan lingkungan yang mendukung terhadap suatu kebi
ADVOKASI PEMBANGUNAN KESEHATAN
Tujuan :
1. Agar kesehatan menjadi arus utama pembangunan nasional
2. Agar pembangunan kesehatan tidak lagi dianggap sebagai sektor pinggir
3. Agar sektor kesehatan tidak dianggap sebagai sektor yang hanya
menghabiskan anggaran
4. Agar sektor kesehatan tidak dijadikan penghasil PAD
5. Implementasi dari Health for All
BENTUK / FORMAT ADVOKASI
1. Lobby politik
2. Seminar / presentasi
3. Media
4. Kumpulan peminat (assosiasi)
DEFINISI DAN PROSEDUR PELAKSANAAN MENJALIN KEMITRAAN
DEFINISI:
Kemitraan pada esensinya adalah dikenal dengan istilah gotong royong atau
kerjasama dari berbagai pihak, baik secara individual maupun kelompok. Menurut
Notoatmodjo (2003), Kemitraan adalah suatu kerja sama formal antara individu-
individu, kelompok-kelompok atau organisasi-organisasi untuk mencapai suatu
tugas atau tujuan tertentu.
Sedangkan menurut Depkes (2006) dalam promosi kesehatan Online
mengemukana bahwa Kemitraan adalah hubungan (kerjsama) antara dua pihak
atau lebih, berdasarkan kesetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkan
(memberikan manfaat).
PROSEDUR:
Menurut Ansarul Fahruda, dkk (2005), untuk membangun sebuah kemitraan,
harus didasarkan pada hal-hal berikut :
a. Kesamaan perhatian (common interest) atau kepentingan,
b. Saling mempercayai dan saling menghormati
c. Tujuan yang jelas dan terukur
d. Kesediaan untuk berkorban baik, waktu, tenaga, maupun sumber daya yang
lain.
Untuk mengembangkan kemitraan di bidang kesehatan secara konsep terdiri 3
tahap yaitu tahap pertama adalah kemitraan lintas program di lingkungan sektor
kesehatan sendiri, tahap kedua kemitraan lintas sektor di lingkungan institusi
pemerintah dan yang tahap ketiga adalah membangun kemitraan yang lebih luas,
lintas program, lintas sektor. lintas bidang dan lintas organisasi yang mencakup :
a. Unsur pemerintah,
b. Unsur swasta atau dunia usaha,
c. Unsur lsm dan organisasi masa
d. Unsur organisasi profesi.
Hal ini sejalan seperti di kemukakan oleh WHO (2000) untuk membangun
kemitraan kesehatan perlu diidentifikasi lima prinsip kemitraan yaitu
a. Policy-makers (pengambil kebijakan)
b. Health managers
c. Health professionals
d. Academic institutions
e. Communities institutions
Dasar Pemikiran Kemitraan dalam Kesehatan
Kesehatan adalah hak azasi manusia, merupakan investasi, dan sekaligus
merupakan kewajiban bagi semua pihak.
Masalah kesehatan saling berkaitan dan saling mempengaruhi dengan
masalah lain, seperti masalah pendidikan, ekonomi, sosial, agama, politik,
keamanan, ketenagakerjaan, pemerintahan, dll.
Karenanya masalah kesehatan tidak dapat diatasi oleh sektor kesehatan
sendiri, melainkan semua pihak juga perlu peduli terhadap masalah kesehatan
tersebut, khususnya kalangan swasta.
Dengan peduli pada masalah kesehatan tersebut, berbagai pihak
khususnya pihak swasta diharapkan juga memperoleh manfaat, karena kesehatan
meningkatan kualitas SDM dan meningkatkan produktivitas.
Pentingnya kemitraan (partnership) ini mulai digencarkan oleh WHO pada
konfrensi internasional promosi kesehatan yang keempat di Jakarta pada tahun
1997.
Sehubungan dengan itu perlu dikembangkan upaya kerjsama yang saling
memberikan manfaat. Hubungan kerjasama tersebut akan lebih efektif dan efisien
apabila juga didasari dengan kesetaraan.
Prinsip, Landasan dan Langkah Dalam Pengembangan Kemitraan
3 prinsip, yaitu : kesetaraan, dalam arti tidak ada atas bawah (hubungan
vertikal), tetapi sama tingkatnya (horizontal); keterbukaan dan saling
menguntungkan.
7 saling, yaitu : saling memahami kedudukan, tugas dan fungsi (kaitan
dengan struktur); saling memahami kemampuan masing-masing (kapasitas
unit/organisasi); saling menghubungi secara proaktif (linkage); saling mendekati,
bukan hanya secara fisik tetapi juga pikiran dan perasaan (empati, proximity);
saling terbuka, dalam arti kesediaan untuk dibantu dan membantu (opennes);
saling mendorong/mendukung kegiatan (synergy); dan saling menghargai
kenyataan masing-masing (reward).
6 langkah : penjajagan/persiapan, penyamaan persepsi, pengaturan peran,
komunikasi intensif, melakukan kegiatan, dan melakukan pemantauan &
penilaian.
DEFINISI DAN PROSEDUR PELAKSANAAN PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT
Memberdayakan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan
martabat lapisan masyarakat kita yang dalam kondisi sekarang tidak mampu
untuk melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Dengan
kata lain memberdayakan adalah memampukan dan memandirikan masyarakat.
Tujuan Pemberdayaan Masyarakat
Tujuan umum: Meningkatnya kemandirian masyarakat dan keluarga dalam bidang
kesehatan sehingga masyarakat dapat memberikan andil dalam meningkatkan
derajat kesehatannya.
Tujuan khusus:
1. Meningkatnya pengetahuan masyarakat dalam bidang kesehatan
2. Meningkatnya kemampuan masyarakat dalam pemeliharaan dan peningkatan
derajat kesehatannya sendiri
3. Meningkatnya pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan oleh masyarakat.
4. Terwujudnya pelembagaan upaya kesehatan masyarakat di tingkat lapangan
DEFINISI DAN BENTUK-BENTUK MEDIA MASSA
Pengertian komunikasi secara umum dapat dilihat dari dilihat dua segi, yaitu :
1. Pengertian Komunikasi Secara Etimologis
Secara etimologis (asal katanya), komunikasi berasal dari bahasa Latin yaitu
communication, bersumber dari kata communis yang berarti sama, dalam hal ini
berarti membuat kebersamaan makna dalam suatu hal antara dua orang atau
lebih.
2. Pengertian Komunikasi Secara Terminologis
Secara terminologis komunikasi berarti proses penyampaian suatu pernyataan
oleh seseorang kepada orang lain. Pengertian tersebut menjelaskan bahwa
komunikasi melibatkan sejumlah orang, dimana seseorang menyatakan seseuatu
kepada orang lain.
Fungsi komunikasi adalah :
a.Menyampaikan informasi (to inform).
b.Mendidik (to educate).
c.Menghibur (to entertain).
d.Mempengaruhi (to influence).
Tujuan komunikasi adalah :
a.Mengubah sikap (to change the attitude).
b.Mengubah opini/pendapat/pandangan (to change the opinion).
c.Mengubah perilaku (to change the behavior).
d. Mengubah masyarakat/perubahan sosial (to change the society).
Pengertian Komunikasi Massa Pengertian komunikasi massa, merujuk pada
pendapat Tan dan Wright, merupakan bentuk komunkasi yang menggunakan
saluran (media) dalam menghubungkan komunikator dan komunikan secara
massal, berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh (terpencar), sangat
heterogen dan menimbulkan efek tertentu (Ardianto, 2004 : 3).
Fungsi Komunikasi Massa
Pendapat Schramm pada dasarnya tidak berbeda dengan pendapat Harold
D.Lasswell yang menyebutkan fungsi-fungsi komunikasi massa sebagai berikut :
a. Surveillance of the environment, Fungsinya sebagai pengamatan lingkungan,
yang oleh Schramm disebut sebagai decoder yang menjalankan fungsi The
Watcher.
b. Correlation of the parts of society in responding to the environment Fungsinya
menghubungkan bagian-bagian dari masyarakat agar sesuai dengan lingkungan.
Schramm menamakan fungsi ini sebagai interpreter yang melakukan fungsi The
Forum.
c. Transmission of the social heritage from one generation to the next Fungsinya
penerusan atau pewarisan sosial dari satu generasi ke generasi selanjutnya.
d. Entertainment Menunjuk pada kegiatan-kegiatan komunikatif yang
dimaksudkan untuk memberikan hiburan tanpa mengharapkan efek-efek tertentu
(Wiryanto, 2000 : 10-12).
REFERENSI
Depkes RI, 2006, Kemitraan Dan Peran Serta, promosi kesehatan online, mailto:
webmaster@ promokes.qo.id.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta:
Jakarta
Depkes RI. 2004a. Kajian Sistem Pembiayaan, Pendataan dan Kontribusi APBD
untuk Kesinambungan Pelayanan Keluarga Miskin (Exit Strategy). Jakarta:
Departemen Kesehatan RI.
Depkes RI. 2004b. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta: Departemen Kesehatan
RI.
Depkes RI. 2005. Kemitraan. Pusat Promosi Kesehatan http://www.
promokes.go.id, pada tanggal 28 September 2011.
Top Related