TRADISI REBO PUNGKASAN DI WONOKROMO PLERET BANTUL
( Perspektif Hierarki Nilai Max Scheler)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
Untuk Memenuhi Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Program Studi Filsafat Islam ( S.Fil.I)
Oleh:
Romlah
12510058
PROGRAM STUDI FILSAFAT AGAMA
FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2016
vi
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan untuk:
Almamater tercinta Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam
UIN Sunan Kalijaga semoga semakin maju dalam mengembangkan ilmu
pengetahuan khususnya ilmu-ilmu Filsafat.
vii
MOTTO
“Selama ada keyakinan, semua akan menjadi mungkin”
“Kegagalan terjadi karena terlalu banyak berencana tapi sedikit berfikir”
“Pengalaman dan kegagalan akan membuat orang menjadi lebih bijak”
viii
ABSTRAK
Tradisi upacara Rebo Pungkasan memiliki nilai-nilai filosofis yang erat
dengan masyarakat. Tujuan dari pelaksanan tradisi Rebo Pungkasan merupakan
sebuah ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, serta untuk
mengenang jasa seorang kyai pertama di Wonokromo yaitu Kyai Muhammad
Faqih, yang merupakan salah satu ulama pelopor berdirinya desa Wonokromo.
Peneliti ingin mengkaji lebih dalam mengenai nilai-nilai filosofis yang
terdapat dalam upacara Rebo Pungkasan, dengan mengunakan hierarki nilai Max
Scheler. Adapun masalah dalam penelitian ini, yaitu: mengulas latar belakang sejarah
tradisi dan prosesi Rebo Pungkasan di Wonokromo, nilai filosofis yang terdapat
dalam upacara Rebo Pungkasan dan kemudian upaya yang dilakukan masyarakat
wonokromo untuk mempertahankan tradisi tersebut.
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan. Metode yang dipakai dalam
penelitian ini adalah kualitatif dengan lebih mendekatkan kepada observasi dan
wawancara sedangkan analisis penelitian ini dengan langkah Deskriptif
Kualitatif.
Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini berupa: Nilai Kesenangan dan
ketidaknikmatan yaitu nilai-nilai di dalamnya terdapat nilai hiburan yang membuat
masyarakat terhibur dengan upacara Rebo Pungkasan ini. Nilai kehidupan juga
terdapat pada makna lemper dan gunungan itu sendiri yaitu untuk mencapai sebuah
kenikmatan, kita harus melewati beberapa tahap dan perjalanan kehidupan mulai
kelahiran sampai kematian. Nilai vitalitas terdapat dalam nilai moral, sosial, ekonomi
dan hiburan. Nilai spiritual ditunjukkan pada keindahan yang terdapat pada saat kirab
lemper dan gunungan sekaligus yang terdapat pada para prajurit dan bergodo serta
peralatan yang menyertainya. Nilai Religius terdapat pada saat upacara yang diawali
dengan berdo’a di masjid al-Huda sebelum pemberangkatan dan pemotongan lemper
selain itu saat gemelan yang di bunyikan dengan gending atau lagu Islam yang
memiliki makna Syahadat Rasul dan Syahadat Tauhid. Selain itu upaya yang
dilakukan masyarakat wonokromo untuk mempertahankan tradisi ini dengan cara
menjadikan sebagai agenda tahunan di Wonorkomo.
ix
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb.
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
karunia-Nya, shalawat dan salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada
junjungan nabi Muhammad SAW beserta segenap keluarga, sahabatnya dan
seluruh umat-nya.
Merupakan suatu kebahagiaan tersendiri jika suatu tugas dapat
terselesaikan dengan sebaik-baiknya. Bagi penulis, penyusunan skripsi merupakan
suatu tugas yang tidak ringan. Secara sadar banyak hambatan yang penulis
jumpai dalam proses penyusunan skripsi ini, dikarenakan keterbatasan
kemampuan penulis sendiri. Kalaupun akhirnya skripsi ini terselesaikan juga
adalah karena banyaknya pihak yang telah memberikan jasanya berupa dukungan,
masukan, serta kritikan dari berbagai pihak.
Untuk itu penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terimakasih
yang tidak terhingga pada pihak yang telah memberikan bantuannya, khususnya
kepada :
1. Bapak Dr. Alim Roswantoro M, Ag, selaku Dekan Fakultas Ushuluddin,
dan Pemikiran Islam.
2. Bapak Dr. H.Robby Habiba Abror, S.Ag., M.Hum selaku ketua Prodi
Filsafat Agama.
x
3. Bapak Muh. Fatkhan, S.Ag, M.Hum., selaku Sekertaris Prodi Filsafat
Agama dan dosen pembimbing skripsi yang meluangkan waktu dan
kebijaksanaan beliau, sehingga skripsi ini bisa terselesaikan.
4. Pimpinan perpustakaan Ushuluddin maupun institut yang telah
memberikan ijin dan layanan kepustakaan yang diperlukan dalam
penyusunan skripsi ini.
5. Segenap Dosen Program Studi Filsafat Agama, dan seluruh civitas
akademik UIN Sunan Kalijaga yang memberi sumbangsih dalam proses
penulisan skripsi ini serta seluruh karyawan-karyawati di fakultas
Ushuluddin dan Pemikiran Islam.
6. Kepada Ibu saya Rosidah dan Almarhum Bapak Irun, khususnya Ayah
angkat saya A. Husain sekeluarga, dan keluarga besar Kyai Ubaidullah
Shodaqoh sekeluarga, yang senantiasa memberi kasih sayang, do’a dan
bantuan moril dan materi yang tanpa lelah kepada saya demi kelancaran
skripsi ini dan kesuksesan di masa mendatang.
7. Pengasuh dan pengurus pondok pesantren Darul Ulum Wal Hikam
(Dawam) serta santriwan dan santriwati yang telah memberikan motivasi,
do’a dan mengajarkan arti kesabaran dan kebersamaan.
8. Terimakasih juga untuk seseorang yang masih setia memberikan warna
dalam hidupku hingga saat ini, semoga dengan terselesaikanya skripsi ini
adalah hikmah yang terkandung di dalamnya untuk penulis sendiri dan
untuk dia semoga kebersamaan menjadi akhir hubungan kita kelak
amin...(Aiz fauzan).
xi
9. Teman-teman seperjuangan kelas filsafat agama angkatan 2012 yang tanpa
mereka sadari telah memberikan dorongan untuk segera menyelesaikan
skripsi ini
10. Teman-teman kkn 91, terimakasih atas kerja sama dan kebersamaannya,
semoga menjadi pribadi yang lebih baik kedepanya.
11. Teman-teman alumni ponpes Ma’had Itqon, yang senantiasa menasehati,
memotivasi, dan menghibur serta telah memberikan gairah dalam
penyusunan hingga selesainya skripsi ini.
Penulis penyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat senang dan terhormat
apabila ada koreksi, kritik dan saran untuk meningkatkan kualitas
dalampenulisan skripsi ini. akhirnya, semoga Allah SWT selalu meridhai
segala amal dan usaha kita semua. Amin.
Yogyakarta, 24 Maret 2016
Penulis,
ROMLAH
NIM.12510058
xii
DAFTAR PUSTAKA
HALAMAN JUDUL ................................................................................. i
HALAMAN NOTA DINAS ...................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ............................................. iii
HALAMAN PERNYATAAN BERJILBAB ........................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................... vi
HALAMAN MOTTO ............................................................................... vii
KATA PENGANTAR ............................................................................... viii
ABSTRAK ................................................................................................. xi
DAFTAR ISI .............................................................................................. xii
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 4
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 5
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian .................................................... 5
D. Tinjauan Pustaka ............................................................................. 8
E. Metode Penelitian............................................................................ 11
F. Sistematika Penulisan ..................................................................... 12
BAB II: LANDASAN TEORI
A. Definisi Nilai .................................................................................. 16
B. Konsep nilai dalam pandangan Max Scheler .................................. 20
C. Definisi Tradisi................................................................................ 21
xiii
BAB III: TRADISI REBO PUNGKASAN DI WONOKROMO PLERET
BANTUL
A. Gambaran umum ............................................................................. 28
B. Deskripsi Tradisi rebo Pungkasan ................................................. 49
1. Latar Belakang tradisi rebo Pungkasan .............................. 49
2. Prosesi upacara Rebo Pungkasan ....................................... 65
BAB IV: ANALISIS HIERARKI NILAI DALAM TRADISI REBO
PUNGKASAN DI WONOKROMO PLERET BANTUL
A. Makna Simbol dalam Tradisi Rebo Pungkasan ............................. 74
B. Hierarki Nilai Max Scheler dalam Rebo Pungkasan ...................... 82
C. Upaya Melestarikan Tradisi Rebo Pungkasan ............................... 90
BAB V: PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................................... 94
B. Saran ................................................................................................ 96
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 100
LAMPIRAN
CURRICULUM VITAE
DAFTAR TABEL
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel I Jumlah Penduduk dirinci menurut Jenis Kelamin ........ 24
Tabel II Jumlah sarana pendidikan Formal ................................ 28
Tabel III Jumlah sarana Pendidikan Non Formal ....................... 28
Tabel VI Jumlah Penganut Agama .............................................. 34
Tabel VII Sarana Fasilitas Peribadatan .......................................... 35
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. latar belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang masyarakatnya
multikutural. Multikulturalisme sudah menjadi bagian dari masyarakat
Indonesia. Negara Republik Indonesia yang terdiri dari beribu pulau dan
lautan yang memisahkan antar pulaunya, menyebabkan beranekaragam
budaya dan suku bangsa yang dimiliki bangsa Indonesia. Hal ini terbukti
dengan banyaknya adat tradisi yang dimiliki oleh bangsa Indonesia, dimana
di setiap daerah atau wilayah masyarakatnya mempunyai tradisi khusus yang
berbeda antara satu dengan yang lainnya tak terkecuali masyarakat Jawa.
Setiap daerah mempunyai tradisi dan budaya masing-masing
mempunyai ciri khas yang berbeda dan unik. Bentuk-bentuk simbolis yang
berupa kata, benda, laku, mite, sastra, lukisan, nyanyian tradisional, musik,
dan kepercayaan mempunyai kaitan erat dengan konsep epistemologis dari
sistem pengetahuan masyarakat. Setiap masyarakat sangat senang untuk
melaksanakan atau menyaksikan tradisi masing-masing. Tradisi atau budaya
itu seperti upacara daerah misalnya Rebo Pungkasan. Rebo Pungkasan
merupakan salah satu tradisi dan budaya masyarakat Jawa.
Menurut Koentjaraningrat kebudayaan yang dimiliki manusia itu
mempunyai tujuh unsur kebudayaan yang bersifat universal, yaitu bahasa,
2
sistem mata pencarian, organisasi sosial, sistem peralatan hidup dan
teknologi, sistem pengetahuan, religi, serta unsur-unsur kesenian.1 wujud
kebudayaan ada tiga yaitu wujud kebudayaan sebagai suatu komplek dari ide-
ide, gagasan, norma-norma, nilai-nilai. Sehingga dalam sebuah kebudayaan
yang berhubungan dengan suatu tradisi pasti ada nilai–nilai yang terkandung
di dalam kebudayaan.
Upacara tradisional merupakan bagian integral dari kehidupan
masyarakat dan pada hakikatnya upacara ini dilakukan untuk menghormati,
memuja, mensyukuri dan meminta keselamatan pada leluhur dan rasa syukur
terhadap Tuhannya. Pemujaan dan penghormatan kepada leluhur bermula
dari perasaan takut, segan dan hormat terhadap leluhur. Perasaan ini muncul
karena masyarakat mempercayai adanya kekuasaan diluar kemampuan-
kemampuan manusia atau kekuatan Supranatural, yaitu kekuasan Tuhan yang
beranggapan mampu memberi perlindungan kepada masyarakat.
Penyelengaraan upacara adat beserta aktifitas yang menyertainya ini
mempunyai arti (nilai) bagi warga masyarakat yang bersangkutan. Nilai
kepercayaan itu sangat melekat pada masyarakat yang masih kental dengan
hal mistis. Selain itu bisa dianggap sebagai sarana sosialisasi dan
pengukuhan nilai-nilai budaya yang sudah berlaku dalam kehidupan
masyarakat sehari-hari2
1 Koentjaraningrat, Metode Antropologi dalam Penyelidikan Masyarakat danKebudayaan
Indonesia.( Jakarta: Ui Press,1990 ), hlm.217. 2 Kartono Kamanjaya, Kebudayaan, Jawa, Perpaduan Dengan Islam, (Yogyakarta:
IKAPI, 1995), hlm. 257.
3
Latar belakang yang mendasari masyarakat Desa Wonokromo
melaksanakan tradisi Rebo Pungkasan adalah sebagai penghormatan kepada
leluhur, juga sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan yang Maha esa
yang telah memberikan nikmatnya. Tradisi Rebo Pungkasan tersebut
mempunyai riwayat tersendiri untuk mengenang jasa Kyai Welit yang telah
berjasa mengembalikan kejayaan Desa Wonokromo dari masa-masa sulit
atau saat dilanda musibah (Pagebluk) pada masa dahulu.
Tradisi Rebo Pungkasan yang dilakukan di Desa Wonokromo, Pleret,
Bantul adalah tergolong perayaan yang unik, artinya upacara ini berbeda
dengan tradisi Rebo Pungkasan di desa lain. Perayaan Rebo Pungkasan di
tempat lain pada umumnya dirayakan atau dimeriahkan dengan mengadakan
pengajian, sholat dan tahlilan ( do‟a bersama). Perayaan Rebo Pungkasan di
Wonokromo tidak hanya dengan mengadakan pengajian, tetapi dengan
mengadakan Kirab lemper raksasa pada puncak acaranya. Lemper
merupakan salah satu Icon utamanya, karena menurut mereka lemper
memiliki makna yang yang berarti dalam kehidupan manusia dan
masyarakat. Panitia dan Karangtaruna yang melakukan pembuatan lemper
raksasa, Gunungan. Sedangkan lemper kecil-kecil merupakan sumbangan
dari masyarakat Wonokromo, yang disediakan untuk dibagikan kepada
masyarakat yang setelah pemotongan lemper raksasa.
Penulis mengkaji tradisi Rebo Pungkasan di Desa Wonokromo karena
memiliki keunikan tersendiri dibandingkan dengan tradisi Rebo Pungkasan
di desa lain. Dalam upacara Rebo Pungkasan tersebut, di dalamnya tersirat
4
nasehat-nasehat yang sangat berharga yang ingin disampaikan kepada
masyarakat dan bangsa tentang kehidupan dan bermasyarakat, hanya saja
nasihat tersebut dibungkus dalam bentuk simbol-simbol atau lambang-
lambang yang berbentuk arak-arakan, berbagai bentuk jenis aktifitas dan
makanan yang di sajikan. Sehingga perlu diungkapkan agar lebih mudah
dipahami dan dimanfaatkan oleh masyarakat.
Dari pemaparan diatas, penulis menganggap perlu untuk melakukan
telaah untuk menggali kajian nilai pada upacara Rebo Pungkasan. Alasan,
penulis memilih tradisi ini sebagai sebuah penelitian karena ketertarikan dan
penulis menaruh perhatian besar terhadap budaya Jawa, khususnya yang ada
di Wonokromo. Penulis merasa bahwa perubahan zaman membentuk pola
pemikiran baru terhadap hal-hal yang tradisional, terutama tradisi Rebo
Pungkasan yang hanya diartikan sebagai sarana hiburan belaka. Tidak semua
masyarakat mengetauhi apa makna dibalik tradisi Rebo Pungkasan apa lagi
makna yang menjadi Icon utamanya yaitu Lemper. Karna pada hakikatnya
makna asli dari tradisi Rebo Pungkasan mulai mengalami pergeseran karena
perkembangan zaman. Upacara rebo Pungkasan ini memang terdapat nilai
filosofisnya, akan tetapi penulis ingin mengkaji lebih dalam dengan
mengunkan hirarki nilai Max Scheler. Sebagian masyarakat dan pengunjung
beanggapan bahwa tradisi Rebo Pungkasan merupakan salah satu tradsi lama
yang hanya di jadikan sarana hiburan belaka, tanpa ingin mencari apa makna
dan nilai yang terkandung di dalamnya.
5
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka
penulis dapat merumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana latar belakang munculnya tradisi upacara tradisi
Rebo Pungkasan di Wonokromo pleret Bantul ?
2. Apa nilai-nilai filosofis yang terkandung dalam upacara Rebo
Pungkasan menurut filsafat nilai Max Scheler?
3. Bagaimana upaya yang dilakukan masyarakat wonokromo untuk
mempertahankan tradisi Rebo Pungkasan ?
C. Tujuan dan manfaat penelitian
Tujuan dari penelitian tersebut adalah:
1. Menjelasakan latar belakang munculnya tradisi Rebo Pungkasan di
Wonokromo.
2. Mengungkapkan makna dan nilai-nilai filosofis yang terdapat dalam
upacara Rebo Pungkasan.
3. Apa saja yang dilakukan untuk mempertahankan dan melestarikan
tradisi Rebo Pungkasan yang ada di Wonokromo
Sedangkan manfaat penelitian tersebut adalah:
1. Sebagai bahan referensi dan apresiasi untuk menambah wawasan
pengetahuan khususnya dibidang kebudayaan yang ada di Jawa.
6
2. Melengkapi hasil penelitian yang diperoleh peneliti terdahulu dan
bisa dijadikan sebagai acuan dalam melaksanakan penelitian lebih
lanjut .
3. Diharapkan penulisan tersebut dapat diambil manfaat khususnya
oleh pihak yang bersangkutan, dan masyarakat pada umumnya.
D. Tinjauan Pustaka
Berdasarkan penelusuran penulis, penelitian tentang nilai-nilai
filosofis tradisi Rebo Pungkasan sudah ditemukan di beberapa skripsi,
diantaranya adalah:
Tradisi Rebo Wekasan di Desa Suci Kecamatan Mayar Kabupaten
Gresik: studi simbol” Merupakan skripsi dari Dzul faroh mahasiswa
Fakultas Adab, UIN Sunan Kalijaga tahun 2006. Skripsi ini Dzul Faroh
menguraikan secara detail simbol-simbol penting yang ada di dalam tradisi
tersebut.
Makna dan Nilai-nilai Filosofis dalam tradisi Nyadram di Dusun
Tritis Kulon kelurahan Girikerto Kecamatan turi Kabupaten Sleman
yogyakarta. Merupakan skripsi dari Muhammad Luqmanul Hakim
Mahasiswa dari Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam, UIN Sunan
Kalijaga tahun 2015. Dalam Skripsi ini, Lukman mengkaji tentang makna
dan nilai-nilai filosofis dari segi makanan dan ritual yang diadakan di
Dusun Tritis.
Upacara tradisi Nyadran di Desa Bulusan Kecamatan
Karangdowo Kabupaten Klaten (kajian Makna Simbol dan Nilai Religius.
7
Merupakan skripsi dari Yustina dian parmadi mahasiswa dari Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta
tahun 2003.3 Dalam skripsi ini Yustina menguraikan secara detail aspek
penting dalam upacara Nyadran yang dilaksanakan di desa penelitian
tersebut. Tradisi Nyadran di desa Bulusan tidak hanya dilaksanakan di
makam saja, tetapi di tempat lain yang di rasa memiliki unsur sakral dan
kramat.
Tradisi Saparan di Desa Ambarketawang Kecamatan Gamping
kabupaten Sleman. Merupakan skripsi dari Siti Hajar mahasiwa dari
Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam, UIN Sunan Kalijaga tahun
2003. Dalam skripsi ini ia menulis mengenai deskripsi upacara Saparan
dan makna yang terkandung dalam saparan tersebut serta pengaruh tradisi
tersebut terhadap masyarakat.4
Buku pertama adalah “ Pemberdayaan masyarakat dalam tradisi
Rebo Pungkasan sebagai kearifan lokal” buku ini membahas tentang
upacara Rebo Pungkasan yang ada di Wonokromo Pleret Bantul.5
Buku selanjutnya adalah “ upacara tradisional sebagai kegiatan
Soaialisasi Daerah Istimewa Yogyakarta” karya Mulyadi Dkk. Buku ini
diterbitkan oleh Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan
Daerah 1982-1983. Dalam buku ini juga membahas tentang upacara
3 Yustina Dian Parmadi, Upacara Tradisi Nyadran di Desa Bulusan Kecamatan
Karangdowo Kabupaten Klaten, ( Kajian Makna dan Simbol dan Nilai Religius), Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret , Surakarta 2013. 4 Siti Hajar, Tradisi Saparan di Desa Ambarketawang kecamatan Gamping Kabupaten
Sleman, 2003 . 5Irwana. Pemberdayaan Masyarakat dalam Tradisi Rebo Pungkasan sebagai Kearifan Lokal,
(Yogyakarta: Citra Media, 2015).
8
tradisional dan kaitanya dengan simbolisme dalam upacara adat, buku ini
juga dapat penulis jadikan sebagai literatur tambahan.
Dari keempat hasil penelitian yang dilakukan secara khusus
berkenaan dengan tradisi yang terkait dapat dilihat belum ada yang
membahas secara keseluruhan dan spesifik tentang nilai-nilai filosofis
yang terkandung dalam upacara Rebo Pungkasan khususnya yang terdapat
di wonokromo, pleret, bantul. Selain itu, penulis juga ingin mengetauhi
seperti apakah upaya yang dilakukan oleh masyarakat untuk melestarikan
tradisi upacara Rebo Pungkasan yang terdapat di Wonokromo, Pleret,
Bantul.
E. Metode Penelitian
Jenis metode penelitian yang digunakan oleh peneliti pada skripsi
ini adalah penelitian lapangan fild research. Akan tetapi maksud dari
penelitian ini sebenarnya ingin mengetauhi nilai-nilai filosofis dari tradisi
upacara rebo pungkasan pada malam sapar di Wonokromo dan bagaimana
respon masyarakat disekitarnya, agar mendapatkan penelitian yang sesuai
dengan tema yang akan diambil, maka metode penelitian sangat dibutuhkan.
1. Metode Pengupulan Data
Pengumpulan data merupakan sebuah teknik untuk mencari
sumber informasi apa yang akan diteliti, yang disesuaikan dengan apa
yang diinginkan dengan judulnya. dengan mencari sebuah data dengan
cara observasi, interviw, dan dari sebuah data yang tetulis, sehingga akan
9
diperoleh data yang yang valid dan juga akan dapat dipertanggungjawab
oleh peneliti nantinya.
Adapun sebuah metode yang akan digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
a. Interveiw (wawancara)
Interveiw merupakan sebuah media tanya jawab dengan
bertatap muka untuk memperoleh informasi yang akan diteliti6.
dengan wawancara langsung dengan pihak yang mengetauhi
mengenai tradisi Rebo Pungkasan, pleret, bantul. Tujuan dari
interveiw adalah ingin lebih mengetauhi nilai-nilai filosofis apa
saja yang terdapat dalam upacara Rebo Pungkasan tersebut dalam
hal ini yang menjadi informan adalah masyarakat Wonokromo
beserta tokoh masyarakat sekitar.
b. Observasi
Observasi merupakan sebuah media pengamatan dengan
sebuah obyek yang akan diteliti. observasi langsung atau
pengamatan langsung dilakukan untuk memberikan informasi atau
suatu kejadian yang tidak dapat diungkapkan dan telah menjadi
kebiasaaan masyarakat setempat. Selain itu juga dapat
dipergunakkan untuk memperoleh fakta nyata tentang tradisi Rebo
Pungkasan di wonokromo, pleret, bantul
6 Bugis burhan, Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Kencana, 2008), hlm.108.
10
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang
diperoleh melalui dokumen-dokumen7. Dokumentasi yaitu cara
penganalisaan terhadap fakta-fakta yang tersusun secara logis dari
dokumentasi tertulis maupun tidak tertulis yang mengadung
petunjuk-petunjuk tertentu. Dalam tahapan ini penulis
mengumpulkan dokumentasi yang berkaitan dengan lemper,
gunungan dalam upacara Rebo Pungkasan di Wonokromo, Pleret,
Bantul, Yogyakarta.
2. Metode Analisi Data
a) Analisis data.
Pada tahapan ini, data yang telah terkumpul dimanfaatkan
sedemikian rupa sampai berhasil menyimpulkan kebenaran-
kebenaran yang dipakai untuk menjawab persoalan-persoalan yang
diajukan dalam penelitian8.
Dalam analisi ini, penulis mengunakan metode deskriptif
kualitatif dimana dalam melakukan penelitian, peneliti akan
mendeskripsikan fakta dari semua hasil penelitian dilapangan,
menganalisa dan menginterprestasikanya sehingga penelitian ini
dapat menjelaskan maksud dan tujuan dari peneliti
b) Penulisan laporan
7 Koentjaraniangrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta: Gramedia,1989),
hlm.129. 8 Koentjaraningrat, Metode penelitian Masyarakat, ( Jakarta: PT Gramedia,1991), hlm.
269.
11
Penulisan laporan merupakan cara penulisan, pemaparan atau
pelaporan hasil penelitian budaya yang telah dilakukan. penulis berusaha
menyajikan secara sistematis agar mudah dimengerti dan dipahami oleh
pembaca.
F. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan dan memahami dalam pembahasan skripsi ini,
maka penulis membuat skripsi ini dengan beberapa bab, agar memperoleh
gambaran yang lebih jelas dan sistematis. maka skripsi ini disusun dalam
sistematika sebagai berikut
Bab pertama, merupakan bab pendahuluan, yang berisi tentang:
latar belakang, rumusan masalah, tujuan, manfaat penelitian, tinjauan
pustaka, metode penelitian dan sistematika pembahasan. Dalam bab ini
diungkapan gambaran secara garis besar dan seluruh rangkaian skripsi.
Bab kedua, membahas tentang landasan teori, dalam bahasan ini
terdapat pembahasan mengenai Definisi nilai, konsep nilai menurut Max
Scheler, dan yang terakhir pembahasan tentang tradisi, hubungan
masyarakat dan kebudayaan.
Bab ketiga, membahas tentang tradisi Rebo Pungkasan di
Wonokromo, Pleret, Bantul. Bab ini meliputi tiga sub pokok bahasan.
Pertama tentang gambaran umum Desa Wonokromo, Kedua, tentang
latar belakang tradisi Rebo Pungkasan, dan yang ketiga, tentang prosesi
upacara tradisi Rebo Pungkasan. Bab ini memaparkan pandangan umum
terkait dengan tradisi Rebo Pungkasan, sehingga didapatkan gambaran
12
yang lebih utuh dan lengkap tentang tradisi Rebo Pungkasan dan
rangkaian prosesi pelaksaan upacara Rebo Pungkasan tersebut.
Bab keempat, yaitu pembahasan tentang nilai–nilai filosofis tradisi
Rebo Pungkasan. Dalam hal ini penulis membahas tentang nilai-nilai
filosofis dan relevansinya tradisi upacara Rebo Pungkasan tersebut dengan
teori teori Max Scheler, kemudian upaya yang dilakukan masyarakat
untuk mempertahankan tradisi upacara Rebo Pungkasan agar tetap eksis.
hal tersebut dipaparkan secara detail berdasarkan kondisi riel yang terjadi
dalam masyarakat pendukung tradisi tersebut.
Bab kelima, adalah penutup yang berisikan kesimpulan dan saran
singkat berdasarkan pada hasil pembahasan yang selama proses awal
hingga akhir penyusunan skripsi. Selain itu juga terdapat lampiran-
lampiran ang mendukung terselesainya penelitian ini
89
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian tentang hierarki nilai Max Scheler dalam upacara Rebo
Pungkasan, dapat diambil kesimpulan sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan
penelitian sebagai berikut :
1. Upacara Rebo pungkasan merupakan upacara tradisi yang telah
berkembang di Jawa, salah satunya Wonokromo. Upacara Rebo
Pungkasan merupakan upacara tolak bala yang dilakukan di hari rabu
terakhir di bulan sapar. Upacara Rebo Pungkasan sebagai ungkapan rasa
syukur kepada Allah. Selain itu, sebagai media untuk mengenang jasa
kyai Welit yang telah dipercayai oleh masyarakat sebagai sosok yang
memiliki keahlian dalam bidang keagamaan dan ketabiban, sehingga dulu
dipercayai mampu membebaskan masyarakat dari bencana dan terhindar
dari berbagai macam penyakit.
2. Tradisi Rebo Pungkasan sebagai pranata sosial dengan makna dan nilai-
nilai filosofis yang berperan sebagai alat komunikasi baik antara Tuhan
dengan masyarakat atau masyarakat dengan masyarakat. Komunikasi
tersebut berupa pesan-pesan yang dibungkus yang di dalam simbol yang
tersebut mengandung makna dan nilai filosofis, baik simbol berupa benda
ataupun tindakan. Simbol tindakan tercermin keberbagai ritual yang
90
harus dilakukan masyarakat ketika tradisi dilaksanakan dan dalam benda
seperti makanan lemper dan gunungan yang menyertainya.
3. Ragam nilai dalam filsafat nilai menurut Max Scheler ini bahwa nilai
merupakan suatu kualitas yang tidak tergantung pada pembawanya
merupakan kualitas apriori (yang telah dapat dirasakan manusia tanpa
melalui pengalaman indrawi terlebih dahului). Hierarki nilai ada empat,
yaitu nilai kenikmatan dan nilai ketidaknikmatan, yang sesuai dengan
afektif nikmat dan rasa sakit yang bersifat indrawi. Tingkatan kedua, nilai
vital, tidak tergantung bagi kehidupan manusia. Tingkatan ketiga, nilai
spiritual dan tingkatan yang terakhir yaitu nilai religius, yang tidak dapat
direduksi menjadi nilai spiritual. Ragam nilai dalam upacara Grebeg
Maulud yaitu nilai religius, nilai moral, nilai sosial, nilai hiburan, dan nilai
ekonomi.
4. Nilai-nilai yang terkandung dalam upacara Rebo Pungkasan di
Wonokromo menurut hierarki Max Scheler, yaitu :
a. Nilai Kesenangan atau Nilai Kenikmatan dan Ketidaknikmatan :
Upacara Rebo Pungkasan yang sangat semarak dalam perayaannya
memiliki kesenangan tersendiri bagi pihak wonokoromo dan
masyarakat. Nilai kesenangan pada Lemper raksasa, gunungan dan
hiburan yang menyertainya. ini terbukti ketika arak-arak lemper
dimulai masyarakat berbondong-bondong merapatkan diri untuk
bisa melihat, meskipun harus berdesak-desakan, selain itu mereka
rela berebutan lemper saat lemper dibagikan karena menurut
91
mereka lemper tersebut memiliki nilai magic. Nilai kenikmatan di
dalamnya terdapat nilai hiburan yang membuat masyarakat
terhibur dengan upacara Rebo Pungkasan ini.
b. Nilai Vitalitas atau Nilai Kehidupan : Upacara Rebo Pungkasan
memiliki tujuan tidak hanya hanya sebagai tolak bala‟, tetapi untuk
meminta kesehatan, umur yang panjang, dan suatu permohonan
kepada Gusti Allah. Nilai kehidupan juga terdapat pada makna
lemper itu sendiri, ketika mengharapakan kebahagian baik didunia
kita harus bisa melepaskan diri dari perbuatan tercela, selain itu
untuk mencapai kebagian tersebut kita harus melewati beberapa
tahap dan gunungan itu sendiri yaitu perjalanan kehidupan mulai
kelahiran dan kematian pada manusia. Nilai vitalitas di dalamnya
terdapat nilai moral, sosial, ekonomi dan hiburan.
c. Nilai Spiritual : Nilai spiritual yang kekudukannya lebih tinggi
dengan nilai kehidupan dapat ditunjukkan pada upacara Rebo
Pungkasan seperti yang terdapat pada keindahan Lemper dan
gunungan dan para pengiring lemper yang memiliki makna
tersendiri bagi sebagian masyarakat.
d. Nilai Religius : Nilai religius terdapat saat upacara yang diawali
dengan berdoa di di masjid Al-Huda sebelum pemberangkatan
arak-arakaan lemper dimulai dan ketika pemotongan lemper di
pendopo. Para pejabat, pamong desa dan masyarakat Wonokromo,
berdoa dengan menggunakan agama Islam.
92
5. Upaya yang dilakukan desa Wonokromo untuk mempertahankan tradisi
Rebo Pungkasan agar tetap eksis dan lestari adalah dengan menjadikan
tradisi Rebo Pungkasan sebagai agenda tahunan desa Wonokromo.
Kemudian terdapat empat alasan tradisi ini pantas untuk menjadi salah
satu budaya yang perlu tetap di lestariakan diantaranya; Pertama, dalam
tradisi Rebo Pungkasan banyak mengandung makna dan nilai-nilai yang
penting dan bersifat adi luhur. Kedua, upacara ini merupakan salah satu
usaha desa Wonokromo dalam rangka untuk menjaga dan melestarikan
budaya peninggalan nenek moyang serta dapat mewarisakanya dari
generasi kegenerasi. Ketiga, selain itu juga Rebo Pungkasan merupakan
budaya asli dari Wonokromo sehingga menjadi salah satu aset yang perlu
dibanggakan dan dijaga keberadaanya, agar budaya ini tetap menajadi
budaya di wonorkomo. yang ke empat yaitu, dengan adanya tradisi Rebo
Pungkasan diharapkan dapat mempersatukan masyarakat dari berbagai
daerah sehingga dapat menumbuhkan persaudaraan diantara mereka.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan serta kesimpulan diatas,
makan penulis mengajukan saran sebagai berikut:
1) Desa Wonokromo
Masyarakat desa Wonokromo hendaknya berani untuk berenovasi
dalam mengemas tradisi Rebo Pungkasan agar lebih menarik, isi maupun
tujuan dari tradisi Rebo Pungkasan tetap dipertahankan tetapi bentuk
kemasanya perlu di modifikasai. inovasi atau ide baru tersebut kemudian
93
di modifikasi dengan kemasan baru. modifikasi yang dilakukan harus
sesuai dengan konteks masyarakat masa kini tanpa harus merubah isi dan
tujuan dari tradisi Rebo Pungkasan. Hal ini bertujuan agar masyarakat
lebih tertarik dan terpusat pikiran dan padangannya sehingga akan
menambah kepedulian dan rasa memiliki akan tradisi Rebo Pungkasan
yang sedang berlangsung dan harapanya adalah masyarakat dengan
sendirinya akan memahami serta meresapi segala sesuatu yang terkandung
dalam tradisi rebopungkasan secara benar.
2) Masyarakat
Hendaknya masyarakat lebih memfokuskan lagi dengan tertib
dalam mengikuti proses berjalanya Rebo Pungkasan, berusaha bagaimana
caranya agar dalam upacara Rebo Pungkasan ini menjadi moment yang
sangat berharga. masyarakat sebagai penonton diharapkan tidak hanya
melihat prosesi acara sebagai ajang hiburan semata tetapi berusaha untuk
menangkap dan memahami segala sesuatu yang terkandung dalam tradisi
Rebo Pungkasan.salah satu yang bisa dilakukan adalah dengan mencari
informasi tentang bagaimana sejarah dan lainya melalui buku atau pun
sesepuh desa yang di rasa mengetauhi sejarahnya. tindakan-tindakan
masyarakat tersebut menunjukkan bahwa masyarakat peduli dan cinta
akan budaya yang mereka miliki.
3) Pemerintah
Pemerintah khususnya pemerintah keraton Yogyakarta hendaknya
selalu memberikan dukungan untuk berbagai acara yang memang
94
mempunyai tujuan dan manfaat yang baik dan jelas, bentuk dukungan
yang dilakukan antara lain;
a. Membantu mempromosikan acara tradisi Rebo Pungkasan kepada
masyarakat khususnya masyarakat luar kota, seperti memasang
pamflet di jalan-jalan saat tradisi Rebo Pungkasan akan berlangsung
dan mengiklankan perayaan tradisi grebeg suro melalui media massa
seperti televisi atau koran.menjadikan tradisi Rebo Pungkasan tidak
hanya agenda tahunan desa wonokromo tetapi juga agenda tahunan
pemkot yogyakarta.
b. Memberikan sokongan dana khusus untuk perayaan tradisi Rebo
Pungkasan. Tradisi Rebo Pungkasan merupakan event besar sehingga
membutuhkan dana yang besar pula, tentunya bantuan dana dari
pemerintah akan sangat membantu.
c. Menurunkan petugas keamanan untuk menjaga ketertiban saat tradisi
Rebo Pungkasan berlangsung.
95
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Taufiq dan Shiddique Sharon. Tradisi dan Kebangkitan Islam di Asia
tenggara. Jakarta: LP3ES, 1989.
Darori, Amin. Islam Dan Kebudayaan Jawa. Yogyakartata: Gama Media, 2000.
Dian Parmadi, Yustina. Upacara Tradisi Nyadran di Desa Bulusan Kecamatan
Karangdowo Kabupaten Klaten, ( Kajian Makna dan Simbol dan Nilai
Religius.) Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sebelas Maret, Surakarta. 2013.
Endraswara, Suwardi. Budi Pekertiawa; Tuntutan Luhur dari Budaya Adiluhung.
Yogyakarta: Gelombang Pasang Press, 2006.
Faroh, Dzul. Tradisi Rebo Wekasan Di Desa Suci, Kecamatan Mayar
Kabupaten Gresik : Studi Simbol , Mahasiswa Fakultas Adab UIN Sunan
Kalijaga. 2006.
Frondizi, Risieri. Pengantar Filsafat Nilai, Terj. Cuk Ananta Wijaya. Yogyakarta
: Pustaka Pelajar, 2001.
Heaven, Van, Ensiklopedia Indonesia, Jakarta: Ihtiar baru, 1984.
Hidayah, Nurul. Budaya Jawa, Yogyakarta: Idea Press, 2009.
Ifrosin. Fiqh Adat Tradisi Masyarakat dalam Pandangan Fiqh. Jawa Barat :
Mu‟jizat, Cet 1, 2007.
96
Ihromi, T.O. pokok-pokok Antropologi Budaya. Jakarta : Yayasan Obor
Indonesia, 2006.
Irmawan. Pemberdayaan Masyarakat Dalam Tradisi Rebo Pungkasan Sebagai
Kearifan Lokal, Yogyakarta: Citra Media. Cet I. 2015.
K.Bertens, Filsafat Barat Kontemporer Inggris-Jerman. Jakarta:PT Gramedia
Pustaka Utama, 2002, Cet 4
Kartini. Horizon Estetika. Yogyakarta; badan Penerbitan Fakultas
Filsafat UGM.
Kattsoff, Louis O. Pengantar Filsafat. Yogyakarta: Tiara wacana, Cet IX ,
2004.
Khoiri, Madhan. Makna Simbol dan Pergeseran Nilai Tradisi Upacara Adat
Rebo Pungkasan di Desa Wonokromo Pleret Bantul, Skripsi, fakultas
Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga. 2015
Khomaria, Nur. Tradisi Rebo Pungkasan di Desa Wonokromo, Kecamatan
Pleret, Kabupaten Bantul.2009
Koentjaranianagrat. Metode-metode Penelitian Masyarakat, Jakarta: Gramedia,
1989.
............................ Kebudayaan, montalitet dan pembangunan. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 1993
Luqmanul Hakim, Muhammad. Makna dan Nilai-nilai Filosofis Tradisi Nyadran
97
di Dusun Tritis Kulon, Kelurahan Girikerto, Kecamatan Turi, Kabupaten
Sleman, Yogyakarta. Yogyakarta: Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN
Sunan Kalijaga. 2015
Merdiatmaja. Hubungan Nilai dengan Kebaikan. Jakarta: Sinar Harapan,1986
Moertjipto Dkk, Upacara Tradional Memohon Hujan di Desa Kepuharjo,
Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Yogyakarta:
Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1998.
P.M.laksono, Tradisi dalam Struktur Masyarakat Jawa kerajaan dan Pedesaan;
Alih-Ubah Model Berfikir Jawa, Yogyakarta: Gajah Mada Universitas
Press, 1985.
Poerwardaminta, W.J.S. Kamus Umum Bahasa Indonesia, PPKPP dan K,
Jakarta, 1954
Purwadi M. Hum. Upacara Tradional Jawa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Cet I,
2005.
Puspita Karti, Galih. Sesar. Yogyakarta: Skripsi , Fakultas Seni Pertunjukan
Institut Seni Indonesia, Yogyakarta, 2014
Setiawan, Leo. Unsur Budaya Jawa Dalam Tradisi Slametan di Gereja Hati
Kudus Tuhan Yessus Ganjaran (Studi Inkulturasi Gereja Terhadap
Budaya Lokal. Skripsi Ushuluddin dan pemikiran UIN Sunan Kalijaga,
2011
Sholikhin, Muhammad. Ritual dan Tradisi Islam Jawa. Yogyakarta : Narasi,
Cet I, 2010.
98
Subekti, Apin. Budaya Rebo Pungkasan di Wonokromo Bantul. Dalam
http://doyoucandoit.blogspot.co.id.
Sudaryanto (ed.), Badan Pekerja kongres bahasa jawa propinsi daerah.
Yogyakarta : kamus pepak bahasa jawa pranomo, Yogyakarta: kepatihan
panurejo, 2001
Wahana, Paulus. Nilai Etika Aksiologi Etika Max Sceheler. Yogyakarta: Kanisius,
2004.
Wahyudi Pantja, Sunjata (dkk). Kupatan Jalasutra: Tradisi, Makna dan
Simboliknya. Yogyakarta: CV Fisca Sari, 1997.
Yahya, Ismail Dkk. Adat-adat Jawa dalam Bulan-bulan Islam.Adakah
Pertentangan?, Jakarta Timur : Inti Media, Cet 1, 2009.
Wawancara dengan kyai Islmail, wargaWonokromo I, tanggal 29 Januari 2016.
Wawancara kyai Mustain, Ketua Karangtaruna Sultan Agung I,9 Februari 2016.
Wawancara Kyai Wahid, Takmir Masjid Wonokromo, tanggal 8 Desember 2016
Wawancara Ahmad Asyhuri, Dukuh Wonokromo I, Tanggal 30 Januari 2016
Wawancara dengan Muhshofan, Dukuh Karanganom, Tanggal 17 Januari 2016
Wawancara dengan Yasin, Alumni Uin Sunan Kalijaga, Tanggal 19 Januari 2016
Wawancara dengan Syaerodi, Mahasiswa , pada tanggal 8 Desember 2016
Wawancara dengan Yunus, masyarakat Brejan, pada tanggal 8 Desember 2016
Wawancara denagan Puji, Pedangang, pada tanggal 8 Desember 2016
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Gambar: Prosesi Kirab lemper Raksasa, kemudian gunungan dan Johdang ( Doc. Penulis)
Gambar: Dokar yang akan di pakai Para Pembesar/ pengageng( Doc. Penulis)
Gambar: Pembacaan do’a sebelum pemotongan lemper (Foto: Dokumentasi Penulis)
Gambar: Penulis saat usai mengikuti Upacara ReboPungkasan
( Doc. Penulis)
CURRICULUM VITAE
A. Identitas Diri
Nama : Romlah
Tempat/tgl. Lahir : Wonosobo, 10 Juni 1991
Alamat di Yogyakarta : Perum Giwangan Asri, Malangan UH
7/512 A RT 039/ RW 013. Giwangan
Umbulharjo, Yogyakarta
Alamat Asal : KP Citiis, Desa Bojongasih, Rt 002/ Rw
003. Kec. Parakan salak. Kabupaten
Sukabumi. Jawa Barat.
Nama ayah : Alm. Irun.
Nama Ibu : Rosidah
E-mail : [email protected]
No Hp : 082328977247/ 085708262977
B. Riwayat Pendidikan
1. SD N 181/1 UPT Mersam IV : lulus Tahun 2006
2. MTS Al-Wathoniyyah semarang : Lulus Tahun 2009
3. MA Al-Wathoniyyah Semarang : Lulus Tahun2012
4. UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta : 2012 s/d sekarang
5. PP. Darul Ulum Wal Hikam Yogyakarta: 2012 s/d Sekarang.
DAFTAR PERTANYAAN
1. Bagaimana asal usul upacara Tradisi Rebo Pungkasan?
2. Apa yang melatar Belakangi dilaksanakan Tradisi Rebo Pungkasan?
3. Bagaimana sejarah berdirinya Desa Wonokromo ?
4. Menurut bpk apa sih makna dari Rebo pungkasan tersebut dan Tujuan
dari upacara Rebo Pungkasan?
5. Bagaimana prosesi Upacara Rebo Pungkasan dilaksanakan di Desa
Wonokromo ?
6. Mengenai tradisi Ngalap Berkah, dimana masyarakat Berebutan lemper
yang dibagikan, bagaimana tanggapan bapak mengenai hal tersebut?
7. Apakah Desa Wonokromo sendiri yang menyuruh masyarakat untuk
melakukan Ngalap Berkah tersebut?
8. Apa makna dan Nilai nilai filosofis yang terkandung dalam semua acara
rebo pungkasan?
9. Pada saat acara terdapat Kirab Lemper Raksasa dan Gunungan, apa
makna dari lemper dan Gunungan itu sendiri?
10. Adakah nilai-nilai yang bisa diambil dari setiap rangkaian Upacara Rebo
Pungkasan?
11. Apakah ada perubahan dari setiap rangkaian acara tradisi Upacara rebo
Pungkasan seiring perkembangan zaman sekarang?
12. Apa yang menjadi ciri khas dari tradisi Rebo Pungkasan dengan di daerah
lain?
13. Mengapa sampai saat ini tradisi Upacara Rebo Pungkasan masih
dipertahankan?
14. apa yang menjadi motivasi atau alasannya?
15. Bagaimana upaya dari desa Wonokromo dalam rangka melestarikan atau
mempertahankan tradisi Upacara agar tetap eksis?
16. Apakah tradisi Upacara Rebo Pungkasan merupakan agenda tahunan
pemda atau agenda tahunan dari Desa Wonokromo sendiri ?
17. Apakah pemerintah mendukung penyelenggaraan tradisi Upacara Rebo
Pungkasan
18. Bagaimana bentuk dukungan pemerintah untuk acara Upacara Rebo
Pungkasan?
19. Di wonokromo tradisi/ budaya yang masih dilestarikan hingga saat
iniselain rebo pungkasan apa saja pak?
DAFTRA INFORMAN
No Nama Alamat Usia Pekerjaan
1 Ahmad
Ashuri Wonokromo I 36
Kepala Dusun
Wonokromo 1
2 Ida Wonokromo II 32 Ibu Rumah
Tangga
3 Wahid Wonokromo II 58
Takmir
Masjid
Wonokromo
4 Ismail Wonokromo I 59 Masyarakat
5 Mustain Jejeran 40
Karang taruna
sulatan Agung
I
6 Syaerodi Solo 23 Mahasiswa
7 Yasin WonokromoII 26 Mahasiswa
8 Puji Brejan 40 Pedagang
9 Yunus Brajan 28 Ketua Karang
Taruna
10 Muhsyofan Karanganom 45 Kepala Dusun
Karanganom
CURRICULUM VITAE
A. Identitas Diri
Nama : Romlah
Tempat/tgl. Lahir : Wonosobo, 10 Juni 1991
Alamat di Yogyakarta : Perum Giwangan Asri, Malangan UH
7/512 A RT 039/ RW 013. Giwangan
Umbulharjo, Yogyakarta
Alamat Asal : KP Citiis, Desa Bojongasih, Rt 002/ Rw
003. Kec. Parakan salak. Kabupaten
Sukabumi. Jawa Barat.
Nama ayah : Alm. Irun.
Nama Ibu : Rosidah
E-mail : [email protected]
No Hp : 082328977247/ 085708262977
B. Riwayat Pendidikan
1. SD N 181/1 UPT Mersam IV : lulus Tahun 2006
2. MTS Al-Wathoniyyah semarang : Lulus Tahun 2009
3. MA Al-Wathoniyyah Semarang : Lulus Tahun2012
4. UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta : 2012 s/d sekarang
5. PP. Darul Ulum Wal Hikam Yogyakarta: 2012 s/d Sekarang.
Top Related