TINGKAT KONSUMSI PADA DUA POPULASI
KEONG MURBEI (Pomacea canaliculata)
SEBAGAI ALTERNATIF PENANGANAN GULMA AIR
PUNGKY KUMALADEWI
SKRIPSI
DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2009
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI
DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:
Tingkat Konsumsi Pada Dua Populasi Keong Murbei (Pomacea canaliculata)
sebagai Alternatif Penanganan Gulma Air
adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk
apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Bogor, September 2009
Pungky Kumaladewi
C24050041
RINGKASAN
Pungky Kumaladewi. C24050041. Tingkat Konsumsi Pada Dua Populasi
Keong Murbei (Pomacea canaliculata) sebagai Alternatif Penanganan Gulma
Air. Dibawah bimbingan Niken T. M. Pratiwi dan Ristiyanti M. Marwoto.
Keong murbei (Pomacea canaliculata) merupakan spesies yang diintroduksi
di Indonesia sekitar tahun 1986. Spesies ini memiliki distribusi yang luas
dikarenakan sifatnya yang cepat beradaptasi terhadap lingkungan baru. Keong
murbei ditemukan hampir di seluruh wilayah Indonesia. Pada tahun-tahun terakhir,
keong ini menjadi salah satu hama serius yang perlu diperhitungkan. Salah satu sifat
keong murbei adalah tingkat konsumsi yang tinggi terhadap beberapa jenis
tumbuhan air. Hal ini dapat memberikan manfaat positif bagi keseimbangan
ekosistem perairan yang ditumbuhi gulma air, jika dilakukan pengelolaan yang
tepat.
Keong murbei merupakan spesies yang memiliki variasi cangkang yang luas.
Perbedaan yang tampak adalah pada warna cangkang, ukuran dan bentuk ulir, dan
juga body whorl. Selama ini belum diketahui ada atau tidaknya perbedaan tingkat
konsumsi pada variasi cangkang yang berbeda. Diduga perbedaan variasi cangkang
akan mempengaruhi tingkat konsumsi keong murbei terhadap gulma air.
Tujuan penelitian adalah untuk mempelajari tingkat konsumsi dua populasi
keong murbei (P. canaliculata) yang memiliki variasi cangkang berbeda terhadap
gulma air Vallisneria spiralis. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan
informasi potensi keong murbei sebagai pengendali gulma air. Penelitian di
laboratorium dengan rancangan acak faktorial dilaksanakan pada 17-29 Maret 2009.
Perlakuan yang diberikan dalam percobaan adalah dua populasi keong murbei yang
memiliki variasi cangkang berbeda, yaitu keong murbei cangkang kuning dan keong
murbei cangkang coklat. Jenis Gulma air yang digunakan dalam penelitian adalah
gulma air tenggelam, yaitu Vallisneria spiralis. Tingkat konsumsi rata-rata dan total
kedua jenis keong murbei diketahui dengan menghitung selisih berat pakan awal
dengan berat akhir setiap tiga hari sekali. Kedua jenis keong murbei yang
digunakan dikelompokkan dalam tiga kelompok ukuran, yaitu ukuran kecil, sedang,
dan besar.
Nilai tingkat konsumsi tiap individu keong murbei terhadap V. spiralis
menunjukkan adanya fluktuasi, baik pada keong murbei cangkang kuning atau pun
keong murbei cangkang coklat. Tingkat konsumsi terbesar untuk keong murbei
cangkang kuning adalah 3,9614 gram/hari pada ukuran 3,45 cm, sedangkan
konsumsi terendah adalah 0,8776 gram/hari pada ukuran 2,25 cm. Jumlah konsumsi
tertinggi pada populasi keong murbei cangkang coklat adalah 3,6583 gram/hari pada
ukuran 3,85 cm, sedangkan konsumsi terendah adalah 0,6048 gram/hari pada ukuran
2,12 cm.
Tingkat konsumsi rata-rata berdasarkan kelompok ukuran menunjukkan
peningkatan seiring dengan bertambahnya ukuran. Nilai konsumsi rata-rata untuk
keong murbei cangkang kuning kelompok ukuran kecil, sedang, dan besar, masing-
masing sebesar 1,9411 gram/hari; 2,2553 gram/hari; dan 3,2485 gram/hari.
Kelompok ukuran kecil, sedang, dan besar pada keong murbei cangkang coklat
memiliki tingkat konsumsi masing-masing sebesar 1,7577 gram/hari; 2,1342
gram/hari; dan 3,3370 gram/hari. Hasil analisis statistik tingkat konsumsi rata-rata
dengan menggunakan Anova: Two-Factor with Replication menunjukkan bahwa
variasi cangkang tidak mempengaruhi tingkat konsumsi keong murbei terhadap V.
spiralis (p≥0,05). Tingkat konsumsi keong murbei dipengaruhi oleh kelompok
ukuran yang digunakan (p<0,05). Uji lanjut yang digunakan adalah beda nyata
terkecil yang menunjukkan bahwa tiap kelompok ukuran memiliki tingkat konsumsi
yang berbeda nyata pada taraf α 0,05. Berdasarkan hasil penelitian ini juga
diketahui bahwa kelompok ukuran sedang (2,99-3,22 cm) lebih berpotensi dalam
penanganan gulma air Vallisneria spiralis.
TINGKAT KONSUMSI PADA DUA POPULASI
KEONG MURBEI (Pomacea canaliculata)
SEBAGAI ALTERNATIF PENANGANAN GULMA AIR
PUNGKY KUMALADEWI
C24050041
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2009
PENGESAHAN SKRIPSI
Judul Skripsi : Tingkat Konsumsi Pada Dua Populasi Keong Murbei
(Pomacea canaliculata) sebagai Alternatif Penanganan
Gulma Air
Nama : Pungky Kumaladewi
N I M : C24050041
Program Studi : Manajemen Sumberdaya Perairan
Menyetujui:
Pembimbing I, Pembimbing II,
Dr. Ir. Niken T.M. Pratiwi, M.Si. Ir. Ristiyanti M. Marwoto, M.Si.
NIP. 19680111 199203 2 002 NIP. 19560104 198203 2 003
Mengetahui:
Ketua Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan,
Dr. Ir. Yusli Wardiatno, M.Sc
NIP 19660728 199103 1 002
Tanggal Ujian: 3 September 2009
PRAKATA
Puji Syukur Alhamdulillah atas kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat
dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini
berjudul Tingkat Konsumsi Pada Dua Populasi Keong Murbei (Pomacea
canaliculata) sebagai Alternatif Penanganan Gulma Air. Skripsi ini disusun
berdasarkan hasil penelitian pada bulan Maret 2009 dan merupakan salah satu syarat
untuk memperoleh gelar sarjana perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Penulis menyadari skripsi ini jauh dari sempurna, dikarenakan keterbatasan
pengetahuan penulis. Namun demikian penulis mengharapkan bahwa hasil
penelitian ini dapat bermanfaat untuk berbagai pihak.
Bogor, September 2009
Penulis
UCAPAN TERIMAKASIH
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada:
1. Dr. Ir. Niken T.M. Pratiwi, M.Si. dan Ir. Ristiyanti M. Marwoto, M.Si. selaku
pembimbing I dan pembimbing II atas kesabaran, bimbingan, masukan serta
nasehat yang berarti bagi penulis.
2. Ayah dan Ibu tercinta, Bapak Agus Purwanto dan Ibu Suherlin, atas semua doa,
dukungan, dan kasih sayang yang tidak pernah terputus kepada penulis.
3. Majariana Krisanti, S. Pi, M.Si. selaku dosen penguji tamu dan Ir. Zairion,
M.Sc. sebagai dosen penguji departemen yang telah memberikan saran dan
masukan yang sangat berarti bagi penulis.
4. Dr. Ir. Luky Adrianto, M.Sc. dan (Alm) Dr. Ir. Unggul Aktani, M.Sc. selaku
pembimbing akademik atas bimbingan kepada penulis.
5. Adekku tersayang, Erwan dan Nia atas keceriaan, dukungan dan kasih sayang.
6. Ibu Siti Nursiyamah selaku staf Laboraturium Bio Mikro I (BIMI I) yang telah
banyak membantu penulis selama penelitian.
7. Staf Tata Usaha MSP yang saya banggakan, khususnya Mbak Widar.
8. Teman-teman MSP 42 (Puput, Endah, Silfi, Lenggo, Erys, Eka, Agus, Puni,
Shiro, Pipit, Naila, Avi, Ebit, Irma, Lenny dan semua yang tidak bisa disebutkan
satu persatu) atas bantuan dan kebersamaan yang tak terlupakan.
9. Keluarga besar Harmony I, khususnya Mbak Gita, Nisa, Niken, Resty, Mbak
Widya, Mbak Mita dan Mbak Ine atas keceriaan dan canda tawa.
10. Bayu atas bantuan, doa, motivasi, dan kasih sayang pada penulis.
11. Teman-teman Asisten Iktiologi 2007/2008 dan Iktiologi 2008/2009, FHA
2007/2008 dan FHA 2008/2009 atas semangat, keceriaan dan kebersamaan.
12. MSP 43 dan 44 atas keceriaan yang mewarnai hari-hari di kampus.
13. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Magetan, pada tanggal 17 September 1987
dari pasangan Bapak Agus Purwanto dan Ibu Suherlin Setyo
Rahayu. Penulis merupakan putri pertama dari tiga bersaudara.
Pendidikan formal ditempuh di SDN Klegen 02 Madiun (1999),
SLTPN 1 Madiun (2002) dan SMAN 2 Madiun (2005).
Pada tahun 2005, Penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian
Bogor melalui jalur USMI dan diterima di Departemen
Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Selama mengikuti perkuliahan penulis berkesempatan menjadi Asisten luar
biasa mata kuliah Iktiologi (2007/2008 dan 2008/2009) dan Fisiologi Hewan Air
(2007/2008 dan 2008/2009) serta aktif sebagai Anggota Divisi Infokom pada tahun
2007/2008, Sekretaris II Himpunan Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan
(HIMASPER) pada tahun 2008/2009, serta anggota Organisasi Mahasiswa Daerah
PASMAD (Paguyuban Sedulur Madiun) pada tahun 2007-2008. Penulis pernah
mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa di bidang Penelitian dan berhasil didanai
DIKTI pada tahun 2006 yang berjudul “Penggunaan Lendir Ikan lele (Clarias
batrachus) sebagai Obat Alternatif Hipertensi”
Untuk menyelesaikan studi di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, penulis
melaksanakan penelitian yang berjudul “Tingkat Konsumsi pada Dua populasi
Keong Murbei (Pomacea canaliculata) sebagai Alternatif Pengendalian Gulma
Air “. Penulis dinyatakan lulus pada tanggal 3 September 2009.
PRAKATA
Puji Syukur Alhamdulillah atas kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat
dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini
berjudul Tingkat Konsumsi Pada Dua Populasi Keong Murbei (Pomacea
canaliculata) sebagai Alternatif Penanganan Gulma Air. Skripsi ini disusun
berdasarkan hasil penelitian pada bulan Maret 2009 dan merupakan salah satu syarat
untuk memperoleh gelar sarjana perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Penulis menyadari skripsi ini jauh dari sempurna, dikarenakan keterbatasan
pengetahuan penulis. Namun demikian penulis mengharapkan bahwa hasil
penelitian ini dapat bermanfaat untuk berbagai pihak.
Bogor, September 2009
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xiv
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2. Perumusan Masalah ..................................................................... 2
1.3. Tujuan Penelitian ......................................................................... 3
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Keong Murbei (Pomacea canaliculata) ....................................... 4
2.1.1. Klasifikasi keong murbei (P. canaliculata) ...................... 4
2.1.2. Morfologi ......................................................................... 5
2.1.3. Variasi morfologi .............................................................. 7
2.1.4. Sistem pencernaan dan makanan ...................................... 7
2.1.5. Pertumbuhan dan reproduksi ............................................ 9
2.1.6. Habitat dan distribusi ........................................................ 11
2.2. Gulma Air ................................................................................... 13
2.3. Kualitas Air .................................................................................. 15
2.3.1. Suhu .................................................................................. 15
2.3.2. pH ...................................................................................... 16
2.3.3. DO (Dissolved Oxygen) .................................................... 16
3. METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat ...................................................................... 17
3.2. Alat dan Bahan ............................................................................ 17
3.3. Metode ......................................................................................... 17
3.3.1. Observasi awal .................................................................. 18
3.3.2. Tahap persiapan ................................................................ 19
3.3.2.1. Persiapan biota uji ............................................... 19
3.3.2.2. Persiapan gulma air (Vallisneria spiralis) .......... 21
3.3.2.3. Persiapan media .................................................. 22
3.3.3. Pelaksanaan ....................................................................... 23
3.3.3.1. Pemeliharaan ....................................................... 23
3.3.3.2. Pengukuran ......................................................... 23
3.3.3.3. Pengumpulan data ............................................... 23
3.4. Analisis data
3.4.1. Pengujian hipotesis ........................................................... 24
3.4.2. Rancangan acak faktorial (RAF)....................................... 24
3.4.3. Uji lanjut beda nyata terkecil (BNT) ................................ 25
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil ............................................................................................ 27
4.2. Pembahasan .................................................................................. 35
5. KESIMPULAN ................................................................................... 41
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 42
LAMPIRAN .............................................................................................. 45
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Analisis sidik ragam rancangan acak faktorial (RAF) ............................ 25
2. Tingkat konsumsi tiap individu keong murbei cangkang kuning dan
coklat terhadap V. spiralis ...................................................................... 28
3. Tingkat konsumsi keong murbei terhadap V. spiralis dengan variasi
kelompok ukuran dan cangkang berbeda ............................................... 30
4. Pertambahan ukuran tinggi cangkang pada konsumsi V. spiralis ........... 33
5. Suhu rata-rata harian pada media uji ...................................................... 34
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Skema pendekatan masalah tingkat konsumsi pada dua populasi
keong murbei (P. canaliculata) sebagai alternatif penanganan gulma air 3
2. Keong Murbei (Pomacea canaliculata) .................................................... 5
3. Bagian tubuh keong murbei (Ghesquiere 1999) ....................................... 5
4. Sistem pencernaan keong murbei (Ghesquiere 1999)............................... 8
5. Radula keong murbei (Martin 2002) ......................................................... 8
6. Grafik pertumbuhan keong murbei (Estebenet & Martin 2002) ............... 10
7. P. canaliculata dengan sifon menjulur (Ghesquiere 1999) ..................... 12
8. Vallisneria spiralis .................................................................................... 14
9. Distribusi V. spiralis di seluruh dunia yang dilaporkan sebagai
gulma (Leroy et al 1997) ......................................................................... 15
10. Keong murbei (cangkang kuning dan cangkang coklat) ........................... 19
11. Cara pengukuran tinggi cangkang............................................................. 20
12. Variasi ukuran tinggi cangkang keong murbei kuning ............................. 21
13. Variasi ukuran tinggi cangkang keong murbei coklat .............................. 21
14. Langkah penghitungan berat basah V. spiralis ......................................... 22
15. Keong murbei yang diuji........................................................................... 27
16. Grafik tingkat konsumsi rata-rata individu cangkang kuning ................... 29
17. Grafik tingkat konsumsi rata-rata individu cangkang coklat .................... 29
18. Tingkat konsumsi keong murbei rata-rata per hari ................................... 31
19. Tingkat konsumsi keong murbei total per hari ......................................... 32
20. Grafik pertambahan tinggi cangkang keong murbei cangkang kuning .... 34
21. Grafik pertambahan tinggi cangkang keong murbei cangkang coklat ...... 34
22. Grafik rata-rata perubahan suhu harian pada kedua media uji.................. 35
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Alat yang digunakan dalam penelitian ........................................................ 46
2. Data mentah tingkat konsumsi keong murbei (P. canaliculata)
terhadap V. spiralis ...................................................................................... 48
3. Hasil analisis ststistik sisa pakan dengan rancangan acak
faktorial ....................................................................................................... 50
4. Uji lanjut beda nyata terkecil (BNT) .......................................................... 51
5. Pertambahan tinggi keong murbei (P.canaliculata) ................................... 52
6. Hasil analisis statistik tinggi cangkang dengan rancangan acak
faktorial ....................................................................................................... 53
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Keong murbei (Pomacea canaliculata), dari famili Ampullariidae,
diintroduksi ke Asia pada tahun 1979-1980 (Hendarsih-Suharto et al. 2006). Spesies
ini memiliki distribusi yang luas karena cepat beradaptasi dengan lingkungan baru
dan ditemukan hampir di seluruh wilayah Indonesia.
Pada awalnya, keong murbei merupakan salah satu hama pertanian yang
kurang diperhatikan oleh petani. Tetapi pada tahun-tahun terakhir, keong ini
menjadi salah satu hama serius yang perlu diperhitungkan. Tingkat reproduksi yang
tinggi dan tingkat mortalitas yang rendah menjadi faktor dominan yang berpengaruh
pada kelimpahan keong murbei di alam. Keberadaan yang sangat melimpah
menjadi suatu masalah baru dalam bidang pertanian karena keong ini dapat menjadi
pemangsa tanaman pertanian yang sangat hebat.
Keong murbei memakan tumbuhan air tertentu, terutama tumbuhan air tipe
tenggelam, mengapung, serta beberapa jenis tanaman berdaun lunak. Selain itu,
keong murbei juga memiliki toleransi makanan yang luas dan bahkan cenderung
tidak memilih-milih makanan. Makanan keong murbei di China meliputi alang-
alang (Cyperus monophyllus), Eichhornia sp., gelagah (Juncus decipiens), duckweed
(Lemna sp.), lotus (Nelumbo nucifera), watercress (Oenanthe stolonifera), padi
(Oryza sativa), water lettuce (Pistia sp.), scirpus (Scirpus californicus), water
chesnut (Trapa bicornis), Vallisnera sp., padi liar (Zizania latifolia), dan kangkung
(Ipomea aquatica) (Purchon 1977, Halwart 1994 in Min & Yan 2006). Jenis gulma
air yang digunakan dalam penelitian ini adalah Vallisneria spiralis. Jenis ini dipilih
karena morfologi dan tekstur daun yang sangat disukai oleh keong murbei. Di
samping itu, hal ini berkaitan dengan sifat hidup keong murbei sebagai organisme
yang banyak beraktifitas di dasar perairan.
Salah satu sifat keong murbei adalah tingkat konsumsi yang tinggi terhadap
beberapa jenis tumbuhan air. Hal ini dapat memberikan manfaat positif bagi
keseimbangan ekosistem perairan yang ditumbuhi gulma air, jika dilakukan
pengelolaan yang tepat. Porte et al. (2006) juga menyatakan bahwa kebiasaan ini
dapat dimanfaatkan sebagai pengendali gulma di sawah secara biologi.
Keong murbei memiliki ukuran, bentuk dan ukuran menara (spire), jumlah
seluk, bentuk seluk (body whorl), dan sculpture, serta warna cangkang yang
bervariasi (Hendarsih-Suharto et al. 2006). Variasi bentuk cangkang terkait dengan
morfologi yang bersifat mantap. Morfologi tidak dipengaruhi oleh umur (Marwoto,
20 Desember 2008, komunikasi pribadi). Di alam terdapat jenis keong murbei
dengan variasi cangkang yang berbeda. Perbedaan yang tampak adalah pada warna
cangkang, ukuran dan bentuk menara, dan juga body whorl. Selama ini belum
diketahui ada atau tidaknya perbedaan tingkat konsumsi pada variasi cangkang yang
berbeda.
Dengan demikian, perlu dilakukan penelitian mengenai tingkat konsumsi pada
populasi P. canaliculata yang berbeda. Hasil dari tingkat konsumsi tersebut
diharapkan dapat memberikan informasi potensi keong murbei sebagai alternatif
penanganan gulma air secara biologi.
1.2. Pendekatan Masalah
Keong murbei memiliki tingkat konsumsi yang tinggi terhadap tumbuhan air,
khususnya adalah tumbuhan air mengapung dan tenggelam. Variasi cangkang yang
beragam dari jenis P. canaliculata diduga akan memberikan suatu respon yang
berbeda terhadap pemangsaan gulma air (Vallisneria spiralis). Dua populasi keong
murbei yang berbeda cangkang akan dibandingkan tingkat konsumsinya.
Beberapa tumbuhan air diketahui sangat berpotensi menjadi gulma air.
Keberadaan gulma air dapat mengganggu keseimbangan ekosistem perairan dan
mempercepat proses sedimentasi. V. spiralis merupakan salah satu jenis tumbuhan
air yang sangat berpotensi sebagai gulma air dan dapat digunakan untuk mengetahui
tingkat konsumsi keong murbei terhadap gulma air tenggelam.
Hasil yang diharapkan adalah informasi ada atau tidaknya perbedaan tingkat
konsumsi pada dua populasi keong murbei yang berbeda terhadap konsumsi gulma
air (V. spiralis). Uraian mengenai pendekatan masalah tersebut disajikan secara
skematis pada Gambar 1.
Tingkat
Konsumsi
Potensi penanggulangan
gulma air
Pemanfaatan
V. spiralis
1.3. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari tingkat konsumsi dua populasi
keong murbei (P. canaliculata) yang memiliki variasi cangkang berbeda terhadap
gulma air V. spiralis. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi
mengenai potensi keong murbei sebagai pengendali gulma air.
Gambar 1. Skema Pendekatan Masalah Tingkat Konsumsi pada Dua Populasi
Keong Murbei (P. canaliculata) sebagai Alternatif Penanganan Gulma
Air
Populasi Keong
murbei
cangkang yang
berbeda
Tanaman air
berpotensi gulma
Lingkungan
(Kualitas air)
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Keong Murbei (Pomacea canaliculata)
Keong murbei (P. canaliculata) merupakan keong air tawar spesies asli di
wilayah tropis dan subtropis Amerika Selatan (Halwart 1994c in
Ranamukhaarachchi & Wickramasinghe 2006). Keong tersebut diintroduksikan dari
Amerika Selatan ke Taiwan pada 1980 untuk keperluan akuakultur sebagai bahan
makanan lokal dan ekspor (Naylor 1996 in Ranamukhaarachchi & Wickramasinghe
2006). Pada tahun 1986, keong murbei sudah banyak ditemukan di Indonesia. Saat
ini keong murbei dilaporkan berada dalam jumlah yang berlimpah di beberapa
habitat seperti sungai, kolam, rawa, danau, dan saluran irigasi (Hendarsih-Suharto et
al.2006). Dilaporkan pula bahwa keong ini merupakan hama utama padi dan
palawija. Selain memberikan dampak yang merugikan, keong murbei memiliki
beberapa manfaat, yaitu sebagai sumber makanan, dekorasi akuarium, sebagai
pengendali gulma secara biologi, serta sebagai pakan dan pupuk
(Ranamukhaarachchi & Wickramasinghe 2006). Beberapa aspek biologi dan
ekologi Pomacea canaliculata diuraikan sebagai berikut.
2.1.1. Klasifikasi keong murbei (Pomacea canaliculata)
Keong murbei (Gambar 2) merupakan siput air tawar yang termasuk ke dalam
Famili Ampulariidae. Menurut Cowie et al. (2006), spesies ini tersebar di wilayah
tropis dan subtropis yang lembab di Afrika, Amerika, serta Asia. Klasifikasi
Ampulariidae menurut TROPMED Technical Group (1986) in Baoanan dan
Pagulayan (2006); Lamarck (1822) in Baoanan dan Pagulayan (2006) adalah sebagai
berikut.
Kingdom : Animalia
Filum : Mollusca
Kelas : Gastropoda
Sub Kelas : Prosobranchia
Ordo : Mesogastropoda
Super Famili : Viviparoidea
Famili : Ampullariidae
Genus : Pomacea
Spesies : Pomacea canaliculata (Lamarck 1822)
a b
Gambar 2. Keong Murbei (P. canaliculata) ( = 1 cm)
2.1.2. Morfologi
Secara morfologi, Pomacea (Golden Apple Snail) yang biasa dikenal sebagai
keong mas atau siput murbei memiliki kemiripan dengan siput lokal Pila. Bentuk
dan ukuran cangkang serta warna dari kapsul telur dapat menjadi karakteristik yang
baik untuk membedakan antara Pomacea dengan Pila. Bagian tubuh dari keong
murbei dijelaskan pada Gambar 3.
Gambar 3. Bagian tubuh keong murbei (Ghesquiere 1999)
Suwignyo et al. (2005) menyatakan bahwa cangkang gastropoda terdiri atas
empat lapisan. Paling luar adalah periostrakum, yang merupakan lapisan tipis terdiri
dari bahan protein seperti zat tanduk. Periostrakum berfungsi untuk melindungi
lapisan di bawahnya yang terdiri dari kalsium karbonat. Lapisan kalsium karbonat
spire
apex
terdiri atas tiga lapisan atau lebih, yang terluar adalah prismatik atau palisade,
lapisan tengah atau lamella dan yang paling dalam adalah nacre atau hypostracum.
Keong murbei memiliki cangkang yang besar, tebal, lebar dengan puncak
pendek (Gambar 3). Memiliki 4-5 seluk dan seluk akhir (body whorl) tebal.
Umbilikusnya terbuka, memiliki kanal yang dalam, cangkangnya halus berwarna
coklat terang atau kuning kehijauan, tanpa pita-pita spiral (spiral bands) coklat
(Gambar 2a). Aperture (bukaan cangkang) melebar berbentuk oval, bibir luar (outer
lips) agak sedikit tebal berwarna oranye atau kuning gelap, operkulum (tutup
cangkang) agak sedikit tebal (Gambar 3). Tinggi total cangkang 45-65 mm, lebar
40-55 mm, tinggi aperture sekitar ¾ dari total tinggi cangkang (Hendarsih-Suharto
et al. 2006).
Cowie et al. (2006) menyatakan bahwa spesies dari grup Pomacea memiliki
cangkang yang membundar, sering ditandai dengan pita-pita spiral (spiral bands)
berwarna gelap. Sedikit berbeda dengan Hendarsih-Suharto et al. (2006), Cowie et
al. (2006) mendeskripsikan bahwa cangkang P. canaliculata berbentuk membulat,
umumnya berat, dengan periostrakum berwarna kehijauan atau berwarna tanduk dan
sering dengan pita spiral (spiral bands) gelap (Gambar 2b). Cangkang keong
dewasa memiliki 5-6 seluk (ukuran bertambah agak cepat dan terpisah oleh saluran
suture yang dalam). Puncak cangkang (apex) agak landai, tetapi karakter ini cukup
bervariasi. Aperture besar dan membundar agak memanjang, bibir cangkang atau
peristome kadang berwarna kemerahan. Umbilikus luas dan dalam. Operkulum
berbentuk corneus, keseluruhan menutupi aperture. Cangkang dewasa biasanya
mencapai ukuran medium, hingga 50 mm, tetapi sangat bervariasi dalam populasi,
dan beberapa individu mungkin berukuran lebih besar.
Menurut Hendarsih-Suharto et al. (2006), variasi cangkang yang dimiliki oleh keong
murbei sangat beragam dan cenderung berbeda pada setiap daerah di Indonesia. Variasi
tersebut meliputi ukuran, bentuk, dan ukuran ulir (spire), jumlah seluk, seluk akhir (body
whorl), dan warna cangkang. Pendapat ini juga didukung oleh Bronson (2002) yang
menyatakan bahwa keong ini juga memiliki cangkang dan warna tubuh yang berbeda-beda.
Meskipun banyak perbedaan cangkang dalam satu spesies, tetapi semua diidentifikasi
sebagai P. canaliculata.
2.1.3. Variasi morfologi
Cazzaniga (2006) menyatakan bahwa keong murbei adalah spesies yang sangat
bervariasi. Analisis kuantitatif keragaman dari interpopulasi atau intrapopulasi P.
canaliculata berbeda pada skala geografik. Variasi bentuk cangkang berbeda
ditunjukkan pada populasi dari habitat yang berbeda. Secara signifikan, perbedaan
bentuk cangkang di antara beberapa keong terjadi karena perbedaan kondisi
lingkungan yang sangat besar. Bentuk cangkang betina atau jantan sangat berbeda
pada ekosistem mengalir dan menggenang. Secara signifikan, perbedaan tersebut
dideteksi di danau dan waduk dengan dasar yang keras, dan sangat berlawanan
dengan sungai yang memiliki dasar berpasir. Perbedaan cangkang keong murbei
pada kedua habitat tersebut berkaitan dengan proses adaptasi individu pada
lingkungan sekitar. Estebenet (2006) in Cazzaniga (2006) mendukung pendapat
tersebut dan menyatakan bahwa perbedaan bentuk cangkang dapat muncul sebagai
hasil perbedaan tingkah laku reproduksi secara genetik.
Pada variasi ukuran tubuh, Cazzaniga (2006) berpendapat bahwa hal tersebut
tergantung pada ukuran habitat dan sistem hidrologis. Individu yang berkoloni di tepi
saluran air dan terkena hempasan atau aliran air yang kecil, tidak akan mencapai ukuran
yang besar di habitat hidupnya (Estebenet (2000) in Cazzaniga (2006)).
Menurut Yusa (2004) in Cazzaniga (2006), pola pita dari cangkang sangat
bervariasi di antara keong murbei dalam populasi yang sama. Variasi ini tampak
pada warna, intensitas, jumlah, dan lebar dari pita. Pita tersebut tidak nampak pada
P. canaliculata albino (berwarna kuning), yang kekurangan pigmen warna gelap
pada mantel, mata, dan cangkang.
2.1.4. Sistem pencernaan dan makanan
Sistem pencernaan keong murbei merupakan salah satu cara adaptasi
terhadap jenis makanannya, yaitu tanaman air. Secara garis besar, saluran
pencernaan pada keong murbei dapat digolongkan menjadi lima bagian, yaitu
saluran masuk (yang terdiri dari mulut dan rongga mulut dengan radula dan rahang),
saluran sebelum pencernaan (esophagus dengan kelenjar saliva, kantung lateral, dan
tembolok), saluran pencernaan (tiga ruang perut dengan kelenjar pencernaan yang
menyatu), saluran penyerapan (usus), dan saluran pengeluaran (rektum dan anus)
(The Applesnail Website 2008). Sistem pencernaan pada keong murbei ditunjukkan
pada Gambar 4.
Gambar 4. Sistem pencernaan keong murbei (Ghesquiere 1999)
Radula sangat membantu pencernaan makanan pada keong murbei (Gambar
5). Pada saat radula berada di bagian depan, gigi radula akan membengkok satu
sama lain untuk mengikat makanan. Setelah makanan terpotong, makanan tersebut
akan dibawa ke esofagus untuk proses pencernaan selanjutnya (The Applesnail
Website 2008).
Gambar 5. Radula keong murbei (Martin 2005)
Keong murbei memiliki kisaran makanan yang luas. Menurut Ping et al.
(2006), keong murbei adalah pemangsa yang sangat rakus. Sebenarnya, keong
murbei hanya memakan tanaman air yang mengapung atau tenggelam (Yin et al.
2000 in Min & Yan 2006). Keong murbei memulai memakan tumbuhan tingkat
tinggi ketika tinggi cangkangnya mencapai 15 mm (Estebenet & Martin 2002).
Keong murbei menjadi salah satu hama pertanian yang paling berbahaya di
dunia karena persebarannya yang cepat dan menimbulkan kerusakan yang serius
(Chapin et al. 2000 in Min & Yan 2006). Di Filipina, keong murbei menjadi hama
utama tanaman padi karena memakan semai padi. Porte et al. (2006) dalam
penelitiannya mencoba memanfaatkan keong murbei untuk mengontrol gulma-
gulma di berbagai sawah karena keong murbei suka memakan tunas-tunas muda dari
famili rerumputan. Penelitian tersebut juga didukung oleh pendapat Okuma et al.
(1994); Wada (2004) in Ranamukhaarachchi dan Wickramasinghe 2006 yang
menyatakan bahwa di Jepang introduksi P. canaliculata telah dilaporkan sebagai
agen yang berpotensi sebagai pengendali gulma. Inderjit (2003) juga menyatakan
bahwa keong murbei adalah pemakan tumbuhan air yang sangat rakus, dan telah
diakui penggunaannya dalam program biocontrol.
2.1.5. Pertumbuhan dan reproduksi
Siklus hidup keong murbei ditentukan oleh ketersediaan pakan dan suhu air.
Pada suhu yang tinggi dan pakan yang melimpah, keong murbei memiliki siklus
hidup yang singkat, kurang dari tiga bulan, dan akan bereproduksi sepanjang tahun.
Pada kondisi sebaliknya, ketika dihadapkan pada kekurangan pakan atau pada
periode kekeringan, keong murbei akan memiliki siklus hidup yang lebih panjang
dan hanya bereproduksi sekali pada musim semi atau awal musim panas. Tidak
hanya faktor lingkungan, seperti pakan dan suhu, melainkan periode estivasi, juga
berpengaruh pada siklus hidup keong murbei (The Applesnail Website 2008).
Keong murbei yang baru menetas akan tumbuh cepat pada awal bulan,
kemudian laju pertumbuhan berkurang dan menjadi akan berhenti pada saat dewasa.
Pada saat dewasa, keong akan menjadi aktif secara seksual dan akan bertelur.
Setelah memijah sekali atau lebih, keong akan tumbuh kembali dengan laju yang
tinggi hingga periode reproduksi mulai. Menurut Cazzaniga (2006) ukuran keong
murbei berdasarkan tinggi cangkang dapat dibedakan menjadi pre adult dengan
ukuran lebih besar dari 1,5 cm, young 2-3 cm, dan dewasa lebih besar dari 3 cm.
Grafik pertumbuhan keong murbei ditunjukkan pada Gambar 6 (The Applesnail
Website 2008).
Gambar 6. Grafik Pertumbuhan Keong murbei (Estebenet & Martin 2002)
Chiu et al. (2002) in Min dan Yan (2006) menyatakan adanya perbedaan
karakteristik yang nyata pada keong murbei jantan dan betina. Oleh karena itu,
keong murbei (golden apple snail) tergolong hewan dioecious (berumah dua).
Keong jantan yang telah matang memiliki operkulum yang cekung di tengahnya.
Penis seperti cambuk dengan sarung penis agak melebar pada pangkalnya (Cowie et
al. 2006). Hal tersebut merupakan pembeda dari betina dewasa. Dalam penelitian
Halwart (1994) in Min dan Yan (2006) disebutkan bahwa jumlah betina melebihi
pejantannya, dan di Filipina perbandingan tersebut adalah 2,1:1.
Yin et al. 2000c in Min dan Yan 2006 berpendapat bahwa pada kondisi
lingkungan yang baik, keong betina mencapai kematangan seksual saat berumur 60-
85 hari. Pada ukuran tinggi 2,5 cm keong murbei sudah mampu bereproduksi (The
Applesnail Website). Suhu yang tepat untuk kopulasi dan pemijahan adalah 25-
26oC. Setelah kopulasi dan fertilisasi in vivo, keong murbei biasanya memijah di
malam hari di atas permukaan air. Telur-telur tersebut diletakkan dan dikumpulkan
10-34 cm di atas permukaan air. Telur-telur dapat menetas di udara bebas dengan
kelembaban yang diperlukan dan diatur oleh mukus. Penetasan terjadi pada 15-28
hari pada suhu 20-24oC atau 8-15 hari pada suhu 28-32
oC. Pendapat ini juga
didukung oleh Halwart (1994) in Min dan Yan (2006) yang menyatakan bahwa di
Filipina telur-telur keong murbei menetas pada 10-15 hari dan di Jepang penetasan
memerlukan waktu 3 minggu. Pada tahap aktif, keong murbei berkopulasi dan
memijah secara teratur. Suhu air yang rendah akan menurunkan aktivitas keong dan
tertundanya masa kopulasi (Albrecht et al. 1999 in Min & Yan 2006).
2.1.6. Habitat dan distribusi
Habitat keong murbei biasanya berupa parit, kolam dangkal, sawah, dan jenis
perairan lainnya dengan arus yang tenang atau lambat, dengan dasar yang
berlumpur. Keong murbei tidak dapat bertahan di perairan payau yang ekstrim, atau
pada perairan deras (Lach 1999 in Min & Yan 2006). Sedikit berbeda dengan
pernyataan tersebut, Halwart (1994) in Min dan Yan (2006) menyatakan bahwa
perairan mengalir membantu penyebaran keong murbei.
Menurut Min dan Yan (2006), keong murbei memiliki ketahanan terhadap
perairan tercemar, yaitu pada kisaran pH 8,5-9,0 dengan suhu 23-25oC. Keong
murbei lebih memilih perairan yang tidak tercemar, tetapi memiliki toleransi tinggi
terhadap kondisi tercemar. The Applesnail Website (2008) menyatakan bahwa
keong murbei merupakan hewan nokturnal yang mampu bertahan pada kisaran suhu
18-28oC dan merupakan hewan berdarah dingin yang aktif pada suhu tinggi.
Keong murbei memiliki sifon yang membantunya bernafas di udara bebas.
Sifon adalah organ yang terdiri dari sebuah lipatan rongga mantel (nuchal lobe) pada
bagian kiri leher (Ghesquiere 1999). Hal inilah yang membuat keong murbei toleran
terhadap kandungan oksigen terlarut (DO) yang rendah. Pada kondisi demikian,
keong murbei merenggangkan tubuhnya untuk meningkatkan luas area pertukaran
udara dan menjulurkan sifonnya (Gambar 7). Menurut Yin et al. 2000c in Min dan
Yan 2006 menyatakan bahwa ketika konsentrasi DO mencapai 0,23-0,45 mg/l,
operkulum keong murbei menutup. Keong murbei akan menutup operkulum dan
mensekresikan mukus untuk beradaptasi terhadap lingkungan yang tidak
mendukung, termasuk pH tinggi. Keong murbei lebih memilih kondisi basa (pH 7-
8,5). Ketika pH lebih dari 10, dengan kondisi operkulum tertutup dan tanpa atau
sedikit mensekresikan mukus, keong menjadi inaktif sampai akhirnya mati.
Gambar 7. P. canaliculata dengan sifon menjulur (Ghesquiere 1999)
Penelitian Halwart (1994) in Min dan Yan (2006) menyebutkan bahwa ketika
perairan mengalami penyusutan dan menuju kekeringan, keong murbei akan
berpindah menuju tempat yang tergenang air. Ketika air permukaan lebih rendah
daripada tinggi cangkang, keong murbei tidak akan mengambil makanan atau pun
berkopulasi. Sebelum perairan menjadi kering, keong dapat menggali dan
membenamkan dirinya ke dalam lumpur selama beberapa bulan. Keong murbei
akan aktif kembali setelah perairan terisi kembali. Keong murbei dapat hidup
beberapa waktu tanpa air. Hal tersebut didukung oleh pendapat Feng (1994) in Min
dan Yan (2006) yang menyatakan pada suhu 22-27oC dan 82-85% kelembaban
relatif, pada kondisi tanpa air, rasio bertahan hidup bagi keong dewasa adalah 100%
selama 40 hari.
Sebagai spesies yang tersebar di daerah tropis dan subtropis, keong murbei
ditemukan di Argentina, Bolivia, Brazil, Paraguay, Suriname, dan Uruguay (Ponce
de Leon & Carpo 1994 in Min & Yan 2006). Di Asia, keong murbei dapat
ditemukan di China, Indonesia, Jepang, Korea, Laos, Malaysia, Papua, Filipina,
Thailand, dan Vietnam (Halwart 1994 in Min & Yan 2006). Di Amerika, keong ini
tersebar di beberapa negara bagian Amerika Serikat (AS) bagian utara, sedangkan di
Afrika dapat ditemukan di Mesir. Hingga saat ini belum diketahui penyebaran keong
murbei di Eropa (Min & Yan 2006).
Suharto (2003) in Min dan Yan (2006) menyatakan bahwa pada tahun 1981
keong murbei sudah mulai diintroduksi ke Indonesia. Keong murbei ditemukan di
banyak tempat di Sumatra (Bengkulu, Jambi, Lampung, Pariaman, dan Riau), Papua
(Biak dan Wamena), Sulawesi (Buton, Bone, Makassar, Manado, Maros, Palu, dan
Pangkep), Kalimantan (Balikpapan dan Samarinda), Jawa, Bali, dan Lombok. Sejak
tahun 1985-1987 keong murbei dianggap menjadi spesies lokal yang populer.
2.2. Gulma Air
Gulma merupakan tumbuhan yang tumbuh pada waktu, tempat, dan kondisi
yang tidak diinginkan manusia (Sukman & Yakup 2002). Definisi gulma menurut
Mangoensoekarjo (1983) in Sukman & Yakup (2002) adalah tumbuhan yang
mempunyai nilai negatif (merugikan kepentingan manusia baik langsung maupun
tidak langsung) melebihi nilai positif (data-gunanya bagi manusia).
Gulma air diklasifikasikan menjadi marginal (tepian), emergent (gabungan
antara tenggelam dan terapung), submerged (tenggelam), anchored with floating
leaves, free floating (mengapung), dan plankton/algae (Sukman & Yakup 2002).
Hal serupa juga dijelaskan oleh Islam (2008) bahwa gulma air adalah spesies
tumbuhan yang sebagian atau seluruh bagian tubuhnya tumbuh di kolom perairan,
dan memiliki pengaruh yang merugikan secara fisika, kimia, atau biologi terhadap
ekosistem akuatik.
Menurut Jacob dan Sainty (1988), definisi dari tumbuhan air tenggelam
meliputi tanaman yang seluruh akarnya tertanam pada substrat dan seluruh daunnya
tenggelam. Tumbuhan ini menghasilkan bunga yang muncul di permukaan atau di
bawah permukaan air. Kebanyakan jenis gulma air tenggelam dan mengapung
menyebabkan turunnya partikel tanah atau lumpur yang dibawa oleh arus air, yang
akan mempercepat proses sedimentasi.
Beberapa jenis gulma air pertanian lain adalah Hygroryza aristata,
Eragrostis spp., Eleocharis spp., Oryza rufipogon, Digitaria spp., Cyperus diffusus,
C. distans, C. pilosus, Fimbristylis dichotoma, Najas indica, Monochoria spp.,
Vallisneria spiralis. Jenis gulma air yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Vallisneria spiralis (Gambar 8).
Vallisneria spiralis yang juga dikenal sebagai Straight Vallisneria, Tape grass,
atau Eel grass merupakan tumbuhan air yang memerlukan kondisi cahaya yang baik
dan substrat yang kaya nutrien. Dalam kehidupan liar, tumbuhan ini dapat
ditemukan di wilayah bagian tropis dan subtropis. Klasifikasi V. spiralis
(Zipcodezoo 2009) adalah sebagai berikut.
Kingdom : Plantae
Filum : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Subkelas : Alismatidae
Ordo : Alismatales
Famili : Hydrocharitaceae
Genus : Vallisneria
Species : Vallisneria spiralis (Erasmus Darwin 1789)
Gambar 8. Vallisneria spiralis
HEAR (2005) mendeskripsikan bahwa tumbuhan ini tenggelam di perairan,
berumah dua, dan bersifat tahunan atau ada sepanjang tahun. V. spiralis memiliki
daun linear yang sempit dan memiliki kisaran warna dari hijau pucat hingga
kemerahan. Daun berbentuk seperti pita dengan panjang dapat mencapai 3 feet (1
m) dan lebar mencapai 2 cm. Di samping itu terdapat stolon, dengan akar serabut
yang tersusun di tiap segmen. Lebar stolon 1-7 cm dan panjang mencapai 1-6 m.
Pada umumnya V. spiralis ditemukan di kedalaman 0,5-3m.
Perkembangbiakan Vallisneria sp melalui biji, bunga yang tersebar oleh angin, dan
pemisahan dari akar. Hal ini tergantung pada lokasi, musim, dan wilayah. Salah
satu atau lebih cara pembiakan tersebut mungkin akan sangat berperan dalam
memperluas distribusi gulma ini. Leroy et al. (1997) berpendapat bahwa tumbuhan
ini dapat tumbuh subur di perairan berarus lambat, tetapi sangat jarang di perairan
deras. Gulma ini ditemukan di beberapa lahan palawija, saluran irigasi, dan saluran
air, sehingga menghalangi aliran air. V. spiralis berpotensi sebagai gulma karena
memiliki daya adaptasi yang tinggi, sehingga persebarannya sangat mudah. V.
spiralis adalah salah satu jenis gulma yang tersebar luas di lebih dari 50 negara di
semua benua, termasuk di Indonesia (Leroy et al.1997) (Gambar 9).
Gambar 9. Distribusi gulma Vallisneria spiralis di seluruh dunia (Leroy et al.1997)
Di Kepulauan Chatham, Selandia Baru, V. spiralis dilaporkan sebagai gulma
seperti halnya Egeria densa dan Hydrilla verticilata. Kemampuan adaptasinya yang
luar biasa bahkan mampu bersaing dengan H. verticilata (ECAN 2008). Pendapat
serupa juga disampaikan oleh Van et al. (1999) yang menyatakan bahwa dalam
kondisi nutrien yang terbatas, ternyata V. spirallis mampu menekan dan
mengalahkan dominansi pertumbuhan H. verticilata.
2.3. Kualitas Air
Terdapat beberapa parameter kualitas air yang menjadi kriteria kondisi
lingkungan yang mendukung kelangsungan hidup P. canaliculata. Parameter
kualitas air tersebut antara lain adalah, suhu, pH, dan DO (Dissolved Oxygen).
2.3.1. Suhu
Suhu adalah faktor paling kritis yang mempengaruhi respirasi. Invertebrata
dan ikan adalah hewan berdarah dingin dan proses metabolismenya menyesuaikan
pada suhu saat aklimatisasi (Spotte 1970). Peningkatan suhu juga menyebabkan
penurunan kelarutan gas dalam air, misalnya gas O2, CO2, N2, CH4, dan sebagainya
(Haslam 1995 in Effendi 2003). Laju respirasi sebagian besar organisme akuatik
bertambah seiring dengan bertambahnya suhu (Spotte 1970). Selain itu,
peningkatan suhu juga menyebabkan peningkatan kecepatan metabolisme dan
respirasi organisme air, dan selanjutnya mengakibatkan peningkatan konsumsi
oksigen.
2.3.1. pH
pH menggambarkan konsentrasi ion hidrogen. Semakin tinggi nilai pH,
semakin tinggi pula nilai alkalinitas, dan semakin rendah kadar karbondioksida
bebas. Perairan alami bisanya memiliki nilai pH 6-6,5. Sebagian besar biota
akuatik sensitif terhadap perubahan pH dan menyukai nilai pH sekitar 7-8,5 (Tebbut
1992 in Effendi 2003). Nilai pH yang biasa digunakan pada budidaya air tawar
berkisar antara 7-9 (Spotte 1970).
2.3.2. DO (Dissolved Oxygen)
Kandungan oksigen terlarut (DO) pada lingkungan merupakan salah satu
faktor penting dari kualitas air. Biota akan mengalami penurunan konsumsi pakan
pada periode tertentu setelah terjadi deplesi oksigen (Sticney 1979). Ikan dan
organisme lain membutuhkan oksigen terlarut dengan jumlah cukup. Kebutuhan
oksigen sangat dipengaruhi oleh suhu, dan bervariasi antar-organisme (Effendi
2003). Brown (1987) in Effendi (2003) berpendapat bahwa peningkatan suhu
sebesar 1oC akan meningkatkan konsumsi oksigen sekitar 10%.
3. METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 17-29 Maret 2009. Kegiatan penelitian
bertempat di Laboratorium Riset Tumbuhan Air Bagian Produktivitas dan
Lingkungan Perairan, Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Observasi awal dilakukan
pada bulan Juli-Oktober 2008.
3.2 . Alat dan Bahan
Peralatan yang digunakan selama penelitian meliputi alat untuk percobaan dan
alat analisis kualitas air. Alat yang digunakan untuk eksperimen meliputi kendil,
kain kasa, jangka sorong, gelas plastik, tisu, serta timbangan digital (Lampiran 1).
Alat yang digunakan untuk analisis kualitas air adalah DO meter, pH meter, dan
termometer (Lampiran 1). Dalam penelitian ini, bahan uji yang digunakan adalah
keong murbei (Pomacea canaliculata), dan gulma air tenggelam yaitu Vallisneria
spiralis.
3.3 . Metode
Metode yang digunakan dalam penelitian meliputi observasi awal, tahap
persiapan, dan tahap pelaksanaan. Tahapan yang dilakukan akan diuraikan sebagai
berikut.
A. Observasi awal
Kegiatan observasi awal bertujuan untuk mempersiapkan biota uji serta
mempelajari cara hidup dan jenis makanan yang disukai keong murbei.
B. Tahap persiapan
1. Persiapan keong murbei.
Organisme yang diujikan adalah keong murbei. Persiapan yang dilakukan
meliputi identifikasi variasi cangkang pada dua populasi serta pengukuran
tinggi cangkang pada kedua populasi tersebut.
2. Persiapan V. spiralis
Gulma air yang akan digunakan untuk melihat tingkat konsumsi keong murbei
adalah V. spiralis.
2. Persiapan media uji
Media untuk percobaan dipersiapkan dan diupayakan mendekati keadaan
habitat asli keong murbei.
C. Tahap pelaksanaan
1. Pemeliharaan
Pemeliharaan dilakukan untuk keong murbei dengan pemberian pakan V.
spiralis.
2. Pengukuran
Pengukuran yang dilakukan adalah penimbangan berat basah (V. spiralis), sisa
pakan, tinggi cangkang serta pengukuran suhu.
3. Pengumpulan data
Data yang akan diperoleh adalah jumlah pakan yang dikonsumsi, tinggi
cangkang, serta suhu air.
3.3.1. Observasi awal
Observasi awal meliputi beberapa tahap, yaitu:
1. Pemilihan lokasi pengambilan biota uji
Lokasi yang dipilih adalah lokasi yang di dalamnya terdapat dua populasi
dengan variasi morfologi berbeda. Asumsi yang digunakan adalah bahwa biota
yang diambil berasal dari satu induk dan lokasi yang sama sehingga
kemampuan adaptasi kedua populasi tersebut relatif sama.
2. Pengujian jenis makanan yang disuka
Jenis tanaman yang akan digunakan terlebih dahulu dicobakan pada biota
uji, sehingga akan diketahui jenis makanan yang disukai. Jenis tanaman air yang
dicobakan adalah Lemna sp., Pistia stratiotes, daun pepaya, daun talas, dan
Vallisneria spiralis.
Hasil percobaan menunjukkan bahwa keong murbei menyukai semua
jenis makanan tersebut, akan tetapi jenis makanan yang paling disukai oleh
keong murbei adalah tanaman air tenggelam V. spiralis. Oleh karena itu, pada
saat penelitian utama, jenis tanaman yang digunakan untuk menduga tingkat
konsumsi keong murbei adalah V. spiralis.
3.3.2. Tahap persiapan
Tahap persiapan dilakukan sebelum tahap pelaksanaan untuk mempersiapkan
alat dan bahan yang dibutuhkan. Tahap ini meliputi persiapan biota uji P.
canaliculata (keong murbei), persiapan gulma V. spiralis, dan persiapan media uji.
3.3.2.1. Persiapan biota uji
Pengambilan biota uji didasarkan pada variasi cangkang. Keong murbei yang
digunakan dalam pengujian tingkat konsumsi diambil langsung dari alam.
Pengambilan biota uji dilakukan di desa Tempursari Kabupaten Madiun, Jawa
Timur. Populasi kuning adalah populasi keong murbei yang memiliki variasi
cangkang warna kuning polos, sedangkan populasi coklat adalah populasi keong
murbei yang memiliki spiral bands berwarna coklat (Gambar 10). Pengambilan
biota uji didasarkan pada kelimpahan yang ada di lokasi pengambilan biota uji.
Keong murbei cangkang kuning dan coklat cukup melimpah di lokasi tersebut,
sehingga variasi ukuran yang dibutuhkan mudah didapatkan.
Terhadap masing-masing populasi diambil beberapa ukuran yang berbeda.
Dimensi yang digunakan adalah ukuran tinggi cangkang. Pengukuran tinggi
cangkang dilakukan menggunakan jangka sorong. Ukuran tinggi diambil secara
tegak lurus (Gambar 11).
a b
Gambar 10. Keong murbei (a. Cangkang kuning, b. Cangkang coklat)
Gambar 11. Cara pengukuran tinggi cangkang keong murbei
Ukuran yang diambil dari dua populasi yang berbeda memiliki kisaran yang
hampir sama yaitu pada kisaran ukuran 1,99-3,85 cm. Masing-masing populasi
diambil 12 ukuran (Gambar 12 dan 13), kemudian dibedakan menjadi tiga
kelompok, yakni kecil, sedang, dan besar. Kelompok kecil memiliki ukuran 1,99-
2,77 cm, kelompok sedang berukuran 2,99-3,22 cm, dan kelompok besar berukuran
3,33-3,85 cm. Penentuan ukuran terkecil didasarkan pada kemampuan mencerna
gulma air, sedangkan penentuan ukuran terbesar didasarkan pada ukuran yang biasa
dipanen untuk konsumsi. Setiap kelompok ukuran terdiri atas 4 biota uji.
Penentuan kelompok ukuran bertujuan untuk membandingkan tingkat
konsumsi dari masing-masing populasi dalam kelompok ukuran tertentu.
Perbandingan tingkat konsumsi dilakukan tidak hanya berdasarkan warna cangkang
tetapi juga berdasarkan variasi ukuran.
Keong yang akan diuji diambil dari kondisi lingkungan yang sama (dari satu
lokasi yang sama). Sebelum dilakukan pengujian terlebih dahulu dilakukan
aklimatisasi. Aklimatisasi dilakukan selama satu minggu sebelum tahap
pelaksanaan. Hal ini bertujuan untuk menciptakan kondisi dan adaptasi yang
homogen dari tiap individu tersebut sebelum diuji tingkat konsumsinya terhadap
gulma air V. spiralis.
Gambar 12. Variasi ukuran cangkang keong murbei kuning ( = 1 cm)
Gambar 13. Variasi ukuran cangkang keong murbei coklat ( =1 cm)
3.3.2.2. Persiapan gulma air (V. spiralis)
Persediaan gulma air V. spiralis diperoleh dari pedagang ikan hias atau
petani tanaman air. V. spiralis yang digunakan memiliki panjang 10-13 cm dengan
lebar daun 0,4-0,6 cm yang kemudian dihitung berat basahnya. Langkah
penghitungan berat basah disajikan pada Gambar 14. (a) V. spiralis yang akan
ditimbang diletakkan di atas karton yang sudah dilapisi tisu. (b) V. spiralis ditutup
dengan tisu. (c) Tanaman ditekan perlahan selama kurang lebih 2 menit untuk
menghilangkan air eksternal. (d) Tanaman air kemudian diletakkan ke dalam gelas
plastik yang telah diberi label. (e) Tanaman ditimbang dengan timbangan digital.
(f) Setelah penimbangan, tanaman dimasukkan kembali ke dalam dalam pot.
Langkah ini juga dilakukan dalam penimbangan berat sisa pakan. Metode
penghitungan berat basah V. spiralis ini dilakukan secara konsisten dari awal
pengamatan hingga akhir pengamatan.
Gambar 14. Langkah penghitungan berat basah V. spiralis
3.3.2.3. Persiapan media
Media yang digunakan adalah 24 wadah uji (kendil) dengan diameter rata-rata
9,6 cm untuk biota keong murbei dengan variasi cangkang kuning dan coklat.
Wadah uji yang akan digunakan terlebih dahulu dilapisi cat anti air. Hal ini
bertujuan untuk meminimalkan air yang keluar dari pori-pori wadah uji. Air yang
diisikan ke dalam wadah uji sebanyak 600 ml. Masing-masing wadah uji diisi
dengan satu organisme P. canaliculata. Kondisi lingkungan diusahakan mendekati
keadaan di alam dengan intensitas udara yang cukup dan sirkulasi udara yang baik.
Kondisi tersebut diharapkan cukup nyaman bagi kelangsungan hidup keong murbei.
Kualitas air selama percobaan diharapkan sesuai dengan kualitas air yang baik bagi
kelangsungan hidup keong murbei. Kualitas air yang diukur adalah pH, DO, dan
suhu air. Pengukuran pH dilakukan menggunakan waterproof pH tester 30 Eutech
instrument dan pengukuran suhu menggunakan termometer.
3.3.3. Pelaksanaan
Biota uji dibagi ke dalam tiga kelompok ukuran pada masing-masing
populasi keong murbei cangkang kuning dan coklat. Setiap kelompok ukuran terdiri
dari empat biota uji. Terhadap setiap biota uji diberikan perlakuan yang sama.
3.3.3.1. Pemeliharaan
Pemeliharaan terdiri dari dua kegiatan utama, yaitu pemberian pakan dan
pergantian air. Setiap wadah uji diisi satu organisme uji dengan pemberian jenis dan
jumlah makanan yang sama. Pemberian pakan dan pergantian air dilakukan setiap
tiga hari. Pengamatan banyaknya pakan yang dihabiskan oleh biota uji dilakukan
setiap tiga hari selama 15 hari (2 minggu). Selama pengamatan, media uji ditutup
dengan kain kasa agar biota uji tidak keluar dari media pemeliharaan tersebut.
3.3.3.2. Pengukuran
Pengukuran yang dilakukan meliputi penentuan berat tanaman air dan
pengukuran parameter kualitas air. Penghitungan berat akhir tanaman (sisa pakan)
dilakukan setiap tiga hari untuk meminimalkan terjadinya gangguan terhadap biota
uji. Parameter kualitas air yang diukur adalah pH, DO, dan suhu. Pengukuran pH
dan DO dilakukan pada awal pengamatan, sedangkan pengukuran suhu dilakukan
tiga kali sehari.
3.3.3.3. Pengumpulan data
Pada penelitian ini dilakukan penentuan tingkat konsumsi keong murbei
dengan pendekatan berat basah tanaman air yang hilang. Penimbangan sisa berat
basah tanaman air dilakukan sebagaimana penghitungan berat basah tanaman air
sebelum dimasukkan ke dalam media. Selisih berat basah gulma dari T1i-T3i adalah
banyaknya gulma yang dimakan per tiga harinya. Pengamatan dilakukan setiap tiga
hari sekali selama dua minggu, sehingga total pengamatan tingkat konsumsi P.
canaliculata adalah lima kali. Pengamatan dilakukan setiap 3 hari untuk
meminimalkan kondisi stres dari biota uji. Konsumsi per hari dihitung berdasarkan
rata-rata berat tumbuhan yang dimakan selama tiga hari tersebut. Tingkat konsumsi
dapat ditulis sebagai banyaknya gulma yang dimakan (gram/hari). Hasil
penghitungan yang didapatkan merupakan nilai tingkat konsumsi rata-rata setiap
kelompok ukuran dan tingkat konsumsi total pada selama pengamatan.
3.4. Analisis Data
Data yang digunakan adalah hasil selisih berat pakan w1i-w3i pada lima
pengamatan. Analisis data dilakukan secara statistik, sehingga akan diperoleh
kesimpulan dari pengujian tingkat konsumsi terhadap dua populasi keong murbei.
Langkah-langkah analisis data tersebut adalah sebagai berikut.
3.4.1. Pengujian hipotesis
Hipotesis adalah dugaan (penaksiran) sementara mengenai suatu hal, melalui
sekelompok sampel yang terukur, untuk menjelaskan populasinya, tetapi
kebenarannya belum teruji (Siregar 2004). Untuk menguji kebenaran sebuah
hipotesis digunakan pengujian yang disebut pengujian hipotesis atau pengetesan
hipotesis (testing hypothesis). Pengujian hipotesis akan membawa pada kesimpulan
untuk menolak atau menerima hipotesis, dengan demikian akan dihadapkan pada
dua pilihan. Diperlukan hipotesis alternatif yang selanjutnya disingkat Ha dan
hipotesis nol (null) yang selanjutnya disingkat H0 (Usman & Akbar 1995).
Hipotesis yang digunakan dalam rancangan ini ada tiga, yaitu 1) pengaruh
variasi cangkang terhadap tingkat konsumsi, 2) pengaruh ukuran terhadap tingkat
konsumsi, dan 3) pengaruh (sederhana) interaksi faktor variasi cangkang dan
ukuran.
3.4.2. Rancangan acak faktorial (RAF)
Percobaan faktorial dicirikan oleh perlakuan yang merupakan komposisi dari
semua kemungkinan kombinasi taraf-taraf dua faktor atau lebih. Keuntungan dari
percobaan ini adalah mampu mendeteksi respon dari taraf masing-masing faktor
(pengaruh utama) serta interaksi antar dua faktor (pengaruh sederhana). Model
linier aditif dari rancangan faktorial dituliskan sebagai berikut (Matjik &
Sumertajaya 2000).
Yijk = µ + αi + βj + (αβ)ij + εijk
Keterangan:
Yijk = pengamatan pada faktor A taraf ke-i, faktor B taraf ke-j dan kelompok ke-k
i = perlakuan (i=1,2,3,...)
j = kelompok waktu (j=1,2,3,...)
k = kelompok ukuran (k= kecil, sedang, besar)
µ = rataan umum
αi = pengaruh perlakuan ke-i
βj = pengaruh kelompok waktu ke-j
(αβ)ij = komponen interaksi dari faktor A dan faktor B
εijk = pengaruh acak yang menyebar
Data tingkat konsumsi akan diuji secara statistik. Berdasarkan rancangan
percobaan tersebut dibuat tabel sidik ragam (TSR) yang dikenal dengan sebutan
tabel anova (Tabel 1). Hipotesis diuji dari rancangan yang dipersiapkan adalah ada
atau tidaknya perbedaan tingkat konsumsi keong murbei (P. canaliculata)
berdasarkan perbedaan variasi cangkang dan kelompok ukuran terhadap jenis gulma
V. spiralis.
Tabel 1. TSR Rancangan Acak Faktorial (RAF)
Sumber
Keragaman
Derajat
Bebas
(DB)
Jumlah
Kuadrat
(JK)
Kuadrat
tengah
(KT)
F hitung F tabel
p
A
ab-1
t-1
JKP
JKA
KTP
KTA
KTA/KTS
F(0,05;DbA;DBS)
B
AB
r-1
(a-1)(b-1)
JKB
JKAB
KTK
KTAB
KTB/KTS
KTAB/KTS
F(0,05;DbB;DBS)
F(0,05;DbAB;DBS)
Sisa ab(r-1) JKS KTS
Total abr-1 JKT
3.4.3. Uji Beda nyata terkecil (BNT)
Beberapa persyaratan diperlukan dalam menerapkan uji ini, diantaranya
adalah hanya dapat digunakan jika Fhit yang diperoleh berdasarkan tabel sidik ragam
(TSR) nyata dan tidak dianjurkan untuk melakukan pembandingan semua pasangan
perlakuan yang mungkin. Kriteria ujii BNT adalah sebagai berikut (Matjik &
Sumertajaya 2000).
d = yi. – yj.
Selanjutnya, yi. merupakan rataan perlakuan ke-i dan yj. merupakan rataan
perlakuan ke-j. Kaidah keputusan yang harus diambil adalah sebagai berikut.
BNT= t(α/2) x √2KTS n
Keterangan:
BNT = beda nyata terkecil
tα/2 = nilai t tabel pada selang kepercayaan α/2 (α = 0,05)
KTS = Kuadrat Tengah Sisa
n = jumlah ulangan
Jika nilai d ≤ BNTa maka gagal tolak H0, akan tetapi jika nilai d > BNTa
maka tolak H0. Jika hasil yang diperoleh tolak H0 maka dapat disimpulkan bahwa
kedua perlakuan tersebut berbeda nyata pada taraf α.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Biota uji yang digunakan adalah keong murbei (Pomacea canaliculata)
dengan warna cangkang kuning (Gambar 15a) dan coklat (Gambar 15b). Klasifikasi
menurut TROPMED Technical Group (1986) in Baoanan dan Pagulayan (2006);
Lamarck (1822) in Baoanan dan Pagulayan (2006) untuk keduanya adalah sebagai
berikut.
Kingdom : Animalia
Filum : Mollusca
Kelas : Gastropoda
Sub Kelas : Prosobranchia
Ordo : Mesogastropoda
Super Famili : Viviparoidea
Famili : Ampullariidae
Genus : Pomacea
Spesies : Pomacea canaliculata (Lamarck 1822)
Gambar 15. Keong murbei yang diuji (a. Keong murbei cangkang kuning b. Keong
murbei cangkang coklat) ( = 1 cm)
Biota uji dalam penelitian ini memiliki karakter cangkang yang berbeda antar
populasi. Populasi pertama adalah keong murbei yang berwarna kuning polos tanpa
pita spiral (spiral bands) dengan menara (spire) yang tinggi, dengan body whorl
runcing dan memanjang (Gambar 15a). Populasi ini selanjutnya disebut keong
murbei cangkang kuning.
a b
Populasi kedua memiliki cangkang coklat dengan pita spiral (spiral bands)
berwarna hitam (Gambar 15b), menara (spire) lebih rendah, body whorl lebih
membundar dan lebar. Populasi ini selanjutnya disebut keong murbei cangkang
coklat. Perbedaan yang sangat tampak di antara kedua populasi adalah warna
cangkang dan menara (spire).
Pengujian tingkat konsumsi terhadap gulma air Vallisneria spiralis pada kedua
populasi dilakukan selama 15 hari. Hasil pengujian tingkat konsumsi selama 15 hari
pada kedua populasi keong murbei tercantum pada Tabel 2.
Tabel 2. Tingkat konsumsi tiap individu keong murbei cangkang kuning dan coklat
terhadap V. spiralis
No Rata-rata pakan (gram/hari) Pakan total (gram/15 hari)
Kuning Coklat Kuning Coklat
1 0,9607 0,6048 14,4102 9,0727
2 0,8776 1,5101 13,1642 22,6510
3 1,2475 2,4808 18,7129 37,2125
4 1,7668 2,4352 26,5023 36,5282
5 1,1594 2,3217 17,3905 34,8250
6 2,7483 1,6288 41,2247 24,4321
7 2,7020 2,5600 40,5304 38,4003
8 2,4114 2,0262 36,1708 30,3936
9 1,9885 3,0341 29,8282 45,5119
10 3,9614 3,0654 59,4203 45,9810
11 3,4016 3,5904 51,0237 53,8558
12 3,6424 3,6583 54,6357 54,8741
Pakan total populasi 403,0139 433,7382
Tabel 2 tersebut menunjukkan jumlah konsumsi rata-rata per hari dan
konsumsi total masing-masing individu keong murbei cangkang kuning dan coklat
selama 15 hari pengamatan (Lampiran 2). Hasil yang ditunjukkan sangat bervariasi
secara individu. Berat V. spiralis total yang dihabiskan selama 15 hari pengamatan
oleh keong murbei cangkang kuning adalah sebesar 403,0139 gram, sedangkan pada
keong murbei cangkang coklat adalah 433,7382 gram (Gambar 16 dan Gambar 17).
Gambar 16 menunjukkan bahwa tingkat konsumsi terhadap gulma air setiap
individu keong murbei cangkang kuning bervariasi dan berfluktuasi pada ukuran
yang berbeda-beda. Secara umum terlihat kecenderungan tingkat konsumsi yang
meningkat pada ukuran yang semakin besar. Konsumsi tertinggi adalah 3,9614
gram/hari pada ukuran 3,45 cm, sedangkan konsumsi terendah adalah 0,8776
gram/hari pada ukuran 2,25 cm.
Gambar 16. Grafik tingkat konsumsi rata-rata individu cangkang kuning
Gambar 17. Grafik tingkat konsumsi rata-rata individu cangkang coklat
Pada keong murbei cangkang coklat, terdapat variasi tingkat konsumsi pada
tiap ukuran yang berbeda dan juga fluktuasi tingkat konsumsi. Grafik secara umum
menunjukkan peningkatan tingkat konsumsi pada ukuran yang semakin besar.
Jumlah konsumsi tertinggi pada populasi keong murbei cangkang coklat adalah
3,6583 gram/hari pada ukuran 3,85 cm, sedangkan konsumsi terendah adalah 0,6048
gram/hari pada ukuran 2,12 cm.
Tingkat konsumsi juga dibedakan atas kelompok kecil, sedang dan besar
pada masing-masing populasi cangkang kuning dan coklat. Hasil pengamatan
selama 15 hari disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Tingkat konsumsi keong murbei terhadap V. spiralis dengan variasi
kelompok ukuran dan cangkang berbeda
Ukuran Pengamatan
Konsumsi rata-rata
(gram)
Konsumsi total
(gram)
Kuning Coklat Kuning Coklat
Kecil 1 1,6069 1,6451 3,0129 4,9354
2 1,9115 1,6226 3,5840 4,8679
3 1,7149 1,9351 3,2155 5,8054
4 1,7473 2,0442 3,2762 6,1327
5 2,7247 1,5416 5,1088 4,6247
Sedang 1 1,1897 1,5037 3,5691 4,5111
2 2,0585 2,3921 6,1755 7,1762
3 2,8356 2,0784 8,5069 6,2353
4 2,5873 3,2503 7,7620 9,7510
5 2,6052 1,4464 7,8157 4,3393
Besar 1 2,8724 2,7882 8,6171 8,3647
2 3,6162 3,5209 10,8486 10,5628
3 3,7704 3,9394 11,3113 11,8181
4 3,1826 3,4099 9,5477 10,2297
5 2,8008 3,0268 8,4023 9,0805
Tabel 3 menunjukkan jumlah konsumsi rata-rata per hari dan konsumsi total
selama 15 hari pengamatan berdasarkan warna dan ukuran cangkang. Dalam tabel
terlihat rata-rata dan total konsumsi per hari keong murbei ukuran kecil, sedang, dan
besar pada dua populasi yang diuji.
Hasil analisis statistika tingkat konsumsi rata-rata (Lampiran 3)
menunjukkan bahwa faktor variasi cangkang tidak berpengaruh terhadap tingkat
konsumsi pakan (p≥0,05), sedangkan ukuran tinggi cangkang mempengaruhi tingkat
konsumsi keong murbei (p<0,05). Uji lanjut BNT menunjukkan bahwa setiap
kelompok ukuran memiliki tingkat konsumsi yang berbeda nyata (Lampiran 4).
Perbedaan tingkat konsumsi rata-rata pada setiap kelompok ukuran disajikan pada
histogram pada Gambar 18.
Gambar 18. Tingkat konsumsi rata-rata keong murbei per hari ( kuning coklat)
Gambar 18 menunjukkan perbandingan tingkat konsumsi rata-rata keong
murbei cangkang kuning dan coklat pada kelompok ukuran kecil, sedang, dan besar.
Tampak adanya kecenderungan peningkatan tingkat konsumsi antara kelompok
ukuran kecil, sedang, dan besar. Terlihat adanya perbedaan tingkat konsumsi antara
keong murbei cangkang kuning dan coklat, yakni bahwa keong murbei cangkang
coklat memiliki tingkat konsumsi yang lebih besar dibandingkan keong murbei
cangkang kuning pada kelompok ukuran besar. Keong murbei cangkang coklat
mengkonsumsi sebesar 3,3370 gram/hari dan keong murbei cangkang kuning
sebesar 3,2485 gram/hari. Kelompok ukuran kecil dan sedang pada keong murbei
cangkang kuning memiliki tingkat konsumsi yang lebih besar jika dibandingkan
dengan keong bercangkang coklat. Pada kelompok ukuran sedang, tingkat konsumsi
keong murbei cangkang kuning sebesar 2,2553 gram/hari dan cangkang coklat
2,1342 gram/hari. Tingkat konsumsi untuk kelompok ukuran kecil pada keong
murbei cangkang kuning dan coklat masing-masing sebesar 1,9411 gram/hari dan
1,7577 gram/hari.
Tingkat konsumsi total tiap hari memiliki kecenderungan meningkat
sebagaimana kelompok ukurannya (Gambar 19). Pada kelompok ukuran kecil dan
besar, tingkat konsumsi keong murbei bercangkang coklat lebih besar dibandingkan
dengan yang bercangkang kuning. Tingkat konsumsi keong murbei cangkang coklat
pada kelompok ukuran kecil adalah 35,1548 gram/ hari, sedangkan keong cangkang
kuning hanya sebesar 24,2632 gram/ hari. Pada kelompok ukuran besar, keong
murbei cangkang coklat juga memiliki tingkat konsumsi yang lebih besar
dibandingkan dengan cangkang kuning. Tingkat konsumsi total untuk keong
bercangkang coklat adalah 66,7409 gram/hari, dan untuk cangkang kuning adalah
64,9693 gram/hari. Berbeda halnya dengan kelompok ukuran sedang, keong murbei
cangkang kuning memiliki tingkat konsumsi yang lebih besar dibandingkan dengan
cangkang coklat, yakni berturut-turut sebesar 45,1055 dan 42,6837 gram/hari.
Gambar 19. Tingkat konsumsi total keong murbei per hari ( kuning coklat)
Tingkat konsumsi total populasi keong murbei cangkang coklat lebih besar
dibandingkan dengan cangkang kuning. Jumlah konsumsi untuk keong murbei
cangkang coklat sebesar 433,7382 gram/15 hari sedangkan untuk cangkang kuning
hanya sebesar 403,0139 gram/15 hari. Keterbatasan jumlah biota uji yang
digunakan tidak memungkinkan dilakukan analisis secara statistik nilai tingkat
konsumsi populasi keong murbei cangkang kuning dan keong murbei cangkang
coklat. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan selama 15 hari terlihat bahwa
pakan V. spiralis dapat menambah tinggi cangkang keong murbei (Tabel 4).
Berdasarkan Tabel 4, seluruh kelompok ukuran mengalami pertambahan
tinggi cangkang dalam setiap pengamatan. Tampak bahwa laju pertambahan tinggi
cangkang pada kelompok ukuran kecil lebih cepat jika dibandingkan dengan
kelompok sedang dan besar pada setiap pengamatan (Lampiran 5). Berdasarkan
hasil uji statistik (Lampiran 6), pada hipotesis pertama diketahui bahwa kelompok
ukuran mempengaruhi pertambahan tinggi pada konsumsi V. spiralis (p<0,05),
sedangkan untuk hipotesis kedua diketahui bahwa variasi morfologi juga
mempengaruhi pertambahan tinggi cangkang pada konsumsi V. spiralis (p<0,05).
Perbedaan perbandingan pertambahan tinggi cangkang pada ketiga kelompok
ukuran ditunjukkan dengan grafik pada Gambar 20 dan Gambar 21.
Tabel 4. Pertambahan ukuran tinggi cangkang pada konsumsi V. spiralis
Ukuran Pengamatan Tinggi (cm)
Kuning Coklat
Kecil 1 2,42 2,46
2 2,43 2,60
3 2,47 2,70
4 2,55 2,71
5 2,63 2,81
Sedang 1 3,05 3,13
2 3,07 3,20
3 3,09 3,22
4 3,11 3,24
5 3,15 3,35
Besar 1 3,58 3,64
2 3,63 3,67
3 3,64 3,70
4 3,69 3,78
5 3,73 3,86
Gambar 20 menunjukkan pertambahan tinggi cangkang semua kelompok
ukuran keong murbei cangkang kuning terhadap konsumsi V. spiralis. Grafik
mengindikasikan adanya peningkatan selama pengamatan.
Pertambahan tinggi cangkang setiap biota uji sangat bervariasi pada setiap
kelompok ukuran keong murbei cangkang coklat (Gambar 21). Akan tetapi, secara
umum pertambahan tinggi cangkang terjadi pada semua kelompok ukuran. Selama
penelitian dilakukan pengukuran suhu air pada kedua media uji. Rata-rata suhu
pada kedua media uji disajikan pada Tabel 5.
Hasil pengukuran suhu pada media uji keong murbei cangkang kuning
menunjukkan bahwa kisaran suhu rata-rata pada media uji adalah 24-26,83oC. Suhu
tertinggi terjadi pada siang hari, yaitu sebesar 26,83o C dan suhu terendah terjadi
pada waktu dini hari mencapai 24oC. Rata-rata suhu harian pada kedua media uji
ditunjukkan pada Gambar 22.
Gambar 20. Grafik pertambahan tinggi rata-rata cangkang keong murbei cangkang
kuning ( kelompok kecil kelompok sedang kelompok
besar)
Gambar 21. Grafik pertambahan tinggi rata-rata cangkang keong murbei cangkang
coklat ( kelompok kecil kelompok sedang kelompok
besar)
Tabel 5. Suhu rata-rata harian pada media uji
Media uji
Waktu
dini hari oC
Pagi oC
Siang oC
Sore oC
Malam oC
cangkang kuning 24 25,38 26,83 26,38 25
cangkang coklat 24 25,38 26,83 26,38 25
Gambar 22. Grafik rata-rata perubahan suhu harian pada kedua media uji
4.2. Pembahasan
Biota uji yang digunakan adalah keong murbei (P. canaliculata) yang
memiliki warna cangkang kuning dan coklat. Kedua populasi tersebut memiliki ciri
cangkang yang berbeda. Keong murbei bercangkang kuning memiliki warna
cangkang kuning polos tanpa pita spiral (spiral bands) dengan menara yang lebih
tinggi dibandingkan dengan keong murbei warna coklat. Body whorl pada
cangkang kuning lebih runcing dan memanjang. Populasi keong murbei
bercangkang coklat memiliki warna cangkang coklat dengan pita spiral (spiral
bands) berwarna hitam, menara lebih rendah, serta body whorl lebih membundar dan
lebar.
Bronson (2002) juga menyatakan bahwa keong murbei (Pomacea
canaliculata) juga memiliki cangkang dan warna tubuh yang berbeda-beda dan
banyak variasi warna (cangkang dan badan) yang merupakan satu spesies.
Pendapat ini juga didukung oleh Cazzaniga (2006) yang menyatakan bahwa P.
canaliculata adalah spesies yang sangat bervariasi. Beberapa variasi morfologi
cangkang yang dapat diamati secara kasat mata antara lain adalah warna cangkang,
bentuk cangkang, dan ukuran cangkang. Berdasarkan ciri-ciri morfologi, diketahui
bahwa kedua jenis biota uji yang digunakan dalam penelitian juga memiliki ciri-ciri
morfologi yang sama dengan Pomacea canaliculata.
Keong murbei dikenal sangat rakus terhadap tumbuhan air. Menurut Yin et al.
(2000) in Min dan Yan (2006), sebenarnya keong murbei hanya memakan tanaman
air tipe mengapung dan tenggelam. Berdasarkan penelitian pendahuluan yang telah
dilakukan, V. spiralis merupakan salah satu makanan yang digemari oleh P.
canaliculata yang digunakan sebagai biota uji. Morfologi daun V. spiralis yang
menyerupai semai padi di sawah juga menjadi salah satu alasan gulma air tersebut
sangat digemari keong murbei. Purchon (1997) in Min dan Yan (2006) menyatakan
bahwa makanan keong murbei di China meliputi alang-alang (Cyperus
monophyllus), bakung air (Eichhornia sp.), gelagah (Juncus decipiens), duckweed
(Lemna sp.), lotus (Nelumbo nucifera), watercress (Oenanthe stolonifera), padi
(Oryza sativa), kayu apu (Pistia sp.), scirpus (Scirpus californicus), Trapa bicornis,
Vallisneria sp., Zizania latifolia, dan kangkung (Ipomea aquatica). Dalam keadaan
tertentu, keong murbei mampu memakan jenis makanan di luar pilihan makanannya.
Oleh karena itu P. canaliculata sangat berpotensi menjadi hama.
Penelitian tentang tingkat konsumsi P. canaliculata menunjukkan bahwa
kedua populasi, baik P. canaliculata bercangkang kuning dan coklat, memiliki
tingkat konsumsi, masing-masing sebesar 433,7382 gram/15 hari dan 403,0139
gram/15 hari. Hal ini didukung oleh pendapat Ping et al. (2006) bahwa P.
canaliculata adalah pemangsa yang sangat rakus. Konsumsi pada setiap individu
keong murbei cangkang kuning dan cangkang coklat sangat beragam dan
menunjukkan grafik yang fluktuatif. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat konsumsi
tiap biota sangat beragam, biota yang berukuran kecil belum tentu memiliki tingkat
konsumsi lebih rendah dibandingkan dengan biota uji yang berukuran lebih besar.
Akan tetapi, secara umum jumlah konsumsi akan meningkat seiring dengan
bertambahnya ukuran tinggi cangkang. Jika dibandingkan tingkat konsumsi tiap
populasi maka tampak bahwa populasi keong murbei bercangkang coklat memiliki
tingkat konsumsi yang lebih tinggi dibandingkan dengan keong murbei bercangkang
kuning. Akan tetapi hasil analisis statistik pada setiap kelompok ukuran
menunjukkan bahwa perbedaan variasi morfologi tidak berpengaruh terhadap
tingkat konsumsi keong murbei. Perbedaan tingkat konsumsi tersebut hanya
dipengaruhi oleh variasi ukuran di antara kedua populasi keong murbei.
Tingkat konsumsi keong murbei yang tinggi dari kedua populasi sangat
dipengaruhi oleh sistem pencernaan makanan yang didukung oleh adanya radula,
yang mampu menghancurkan tumbuhan air. Suatu pernyataan dalam The
Applesnail Website (2008) menyebutkan bahwa mekanisme pencernaan makanan
pada keong murbei berawal dari terbukanya mulut, diikuti oleh terangkatnya radula
dari rahang. Selanjutnya, pada saat radula berada di bagian depan, gigi radula akan
membengkok satu sama lain untuk mengikat makanan. Setelah makanan terpotong,
makanan akan dibawa ke esofagus untuk masuk ke dalam proses pencernaan
selanjutnya. V. spiralis memiliki struktur daun yang mudah patah dan mudah dicerna
oleh keong murbei.
Tingkat konsumsi yang tinggi pada tumbuhan air tenggelam (V. spiralis) inilah
yang menjadi salah satu penyebab keong murbei berpotensi sebagai hama di sawah
terutama pada periode awal penanaman (penyemaian), mengingat habitat keong
murbei tidak hanya kolam, rawa, dan parit tetapi juga di persawahan. Hal ini
merupakan alasan keong murbei menjadi salah satu invasive spesies. Hasil
penelitian, Porte et al. (2006) menunjukkan bahwa di Filiphina keong murbei yang
berpotensi sebagai hama dapat digunakan sebagai alternatif pengendali gulma air
secara biologis. Hal serupa juga dinyatakan oleh Inderjit (2003) bahwa keong
murbei adalah pemakan tumbuhan air yang sangat rakus, dan telah diakui
penggunaannya dalam program biocontrol. Kedua jenis populasi dengan variasi
cangkang yang berbeda dapat digunakan sebagai alternatif pengendali gulma secara
biologi. Pengendalian gulma dapat dilakukan di saluran irigasi, lahan pertanian dan
saluran air yang lain.
Hal yang perlu menjadi pertimbangan dalam penggunaan keong murbei adalah
ukuran yang digunakan. Hal ini didasarkan pada hasil analisis statistik yang
menunjukkan bahwa kelompok ukuran dari masing-masing populasi memiliki
tingkat konsumsi yang berbeda nyata
Di lain pihak, V. spiralis yang digunakan sebagai pakan dalam penelitian ini
sangat berpengaruh terhadap pertambahan tinggi cangkang keong murbei.
Konsumsi V. spiralis mempengaruhi pertambahan tinggi cangkang dari kedua
populasi tersebut. Pertambahan tinggi cangkang keong murbei cangkang kuning dan
coklat selama dua minggu pengamatan menunjukkan hasil cukup signifikan.
Hampir semua biota uji pada setiap pengamatan mengalami peningkatan ukuran
tinggi cangkang. V. spiralis cukup memberikan dampak besar terhadap
pertambahan tinggi keong murbei. Hal ini diduga karena V. spiralis merupakan
salah satu dari beragam jenis gulma air yang disukai oleh keong murbei, ditinjau
dari morfologi daun dan habitatnya.
Selain faktor makanan, faktor lingkungan juga berpengaruh terhadap
kelangsungan hidup dan aktivitas pemangsaan keong murbei. Keong murbei
mampu bertahan pada kondisi lingkungan yang kurang baik karena memiliki kisaran
toleransi yang cukup luas. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa kisaran
suhu pada kedua media uji keong murbei lebih luas dari 23-25oC. Kedua populasi
keong murbei masih mampu bertahan pada kisaran suhu 24-26,8 C. Nilai suhu
tersebut masih berada dalam kisaran suhu optimal untuk kelangsungan hidup keong
murbei (P. canaliculata). Pada suhu yang yang semakin tinggi, keong murbei dapat
mengkonsumsi lebih banyak makanan dan sangat cepat untuk bereproduksi.
Berdasarkan pengamatan pada media uji (kendil), rata-rata kisaran nilai pH air
adalah 7,65. Nilai pH tersebut berada dalam kisaran toleransi keong murbei,
sehingga pada kondisi tersebut keseluruhan biota uji dari kedua jenis populasi masih
mampu bertahan dan mengkonsumsi gulma air.
Keong murbei memiliki sifon yang membantunya bernafas di udara bebas,
sehingga dalam keadaan DO (Dissolved Oxygen) rendah, keong ini masih mampu
bertahan. Selama penelitian keong murbei, baik keong murbei cangkang kuning
atau keong murbei cangkang coklat selalu menjulurkan sifon sesaat setelah
pergantian air setiap tiga hari sekali untuk menyesuaikan diri pada kondisi baru. DO
air awal yang digunakan adalah 6,80 mg/l. Kadar DO awal yang digunakan
merupakan kisaran optimum bagi habitat kedua jenis biota uji.
Kemampuan keong murbei dalam mengkonsumsi gulma air merupakan salah
satu alasan penggunaan keong murbei sebagai agen pengendali gulma. Penggunaan
keong murbei sebagai pengendali gulma ini merupakan saran alternatif selain
penggunaan herbisida untuk penanganan gulma. Isu terbaru di sektor pertanian
adalah pertanian organik dengan mengurangi penggunaan herbisida dan pestisida.
Selain berpotensi sebagai pengendali gulma, kotoran dari keong murbei dapat
menjadi pupuk yang menyuburkan tanah pertanian. Diharapkan hasil pertanian
dengan menggunakan agen pengendali gulma biologis keong murbei juga dapat
meningkatkan hasil panen, selain memberantas gulma. Di samping itu, sifat keong
murbei yang sangat rakus mampu mengimbangi tumbuhnya gulma di lahan
pertanian atau di ekosistem perairan.
Meskipun keong murbei sangat berpotensi sebagai pengendali gulma secara
biologis, tetap diperlukan perhatian agar tidak mengganggu lingkungan dan menjadi
hama. Keong murbei sangat berpotensi menjadi hama karena pertumbuhan dan
reproduksinya yang cepat. Oleh karena itu rentang waktu pemanfaatan keong
murbei sebagai pengendali gulma secara biologis harus diperhitungkan dengan tepat
yaitu tidak lebih dari tiga hari. Sesuai dengan hasil pengamatan, ternyata dalam
waktu tiga hari keong tersebut sudah mengalami pertambahan tinggi. Di samping
itu berdasarkan hasil penelitian, kelompok ukuran yang tepat untuk dimanfaatkan
sebagai pengendali gulma biologis adalah kelompok ukuran sedang.
Alasan penggunaan ukuran sedang karena pada ukuran ini adalah bahwa keong
murbei ukuran sedang sudah mampu mencerna tanaman air dengan lebih baik jika
dibandingkan dengan ukuran kecil. Keong murbei kelompok ukuran kecil
sebenarnya sudah mampu mencerna tanaman air, akan tetapi dengan tingkat
konsumsi yang masih sangat rendah, sehingga akan membutuhkan waktu yang lama
untuk mengendalikan pertumbuhan gulma air.
Tidak disarankan untuk menggunakan keong murbei dengan kelompok ukuran
besar karena tingkat konsumsi pada kelompok ukuran besar sangat tinggi, sehingga
dikuatirkan akan memakan tanaman lain selain gulma air. Keong murbei ukuran
besar diduga memiliki laju reproduksi yang cepat sehingga akan berpotensi sebagai
hama.
Ketika keong murbei sudah bertambah tinggi dan mencapai ukuran konsumsi,
sebaiknya dilakukan pemanenan pada ukuran konsumsi (tinggi tidak lebih dari 4
cm). Hasil pemanenan keong murbei dapat digunakan sebagai pakan ternak dan
bahkan untuk konsumsi manusia. Di beberapa negara, Pomacea canaliculata diolah
dengan berbagai macam resep makanan sehingga dapat digunakan pula sebagai
sumber protein alternatif untuk konsumsi manusia. Menurut Ranamukhaarachchi
dan Wickramasinghe (2006), selain memberikan dampak yang merugikan, keong
murbei memiliki beberapa manfaat, yaitu sebagai sumber makanan, dekorasi
akuarium, sebagai pengendali gulma secara biologi, sebagai pakan dan pupuk.
Berdasarkan uraian tersebut, tampak bahwa keong murbei dapat digunakan
sebagai pengendali gulma secara biologi, dengan syarat-syarat tertentu di antaranya
melalui pemanenan secara periodik. Dengan demikian keberadaan keong murbei
dapat berperan untuk menjaga keseimbangan ekosistem perairan. Di samping itu,
manfaat lain yang dapat diambil adalah pemanfaatan keong murbei hasil pemanenan
sebagai sumber protein alternatif.
5. KESIMPULAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variasi cangkang tidak mempengaruhi
tingkat konsumsi keong murbei terhadap Vallisneria spiralis (p≥0,05). Tingkat
konsumsi keong murbei dipengaruhi oleh kelompok ukuran yang digunakan
(p<0,05). Uji lanjut juga menunjukkan bahwa tiap kelompok ukuran memiliki
tingkat konsumsi yang berbeda nyata pada taraf α 0,05. Berdasarkan hasil penelitian
ini juga diketahui bahwa kelompok ukuran sedang (2,99-3,22 cm) pada kedua
populasi keong murbei yang diujikan lebih berpotensi dalam penanganan gulma air
V. spiralis.
DAFTAR PUSTAKA
Baoanan ZG & Pagulayan RC. 2006. Taxonomy of golden apple snails
(Ampullariidae), p. 25-36. In : Joshi RC, Sebastian LS (eds.) Global advances
in ecology and management of golden apple snails. Phil Rice, Ingeneria, FAO.
Manila, Filiphina.
Bronson CH. 2002. Apple Snails. Technical bulletin number 3. p.1-4. [terhubung
berkala]. http://www.FloridaAquaculture.com/htm [2 Maret 2009]
Cazzaniga NJ 2006. Pomacea canaliculata: Harmless and useless in its natural
realm (Argentina), p. 37-60. In : Joshi RC, Sebastian LS (eds.) Global
advances in ecology and management of golden apple snails. Phil Rice,
Ingeneria, FAO. Manila, Filiphina.
Cowie RH, Hayes KA, & Thiengo SC. 2006. What are apple snails? Confused
taxonomy and some preliminary resolution, p. 3-24. In : Joshi RC, Sebastian
LS (eds.) Global advances in ecology and management of golden apple snails.
Phil Rice, Ingeneria, FAO. Manila, Filiphina.
[ECAN] Environment Canterbury. 2008. Chatham Islands pest management strategy
2008-2018. [terhubung berkala] http://www.cic.govt.nz/pdfs
/pestManagment/PestStrategy0818_ChathamstrategyPartVSupportinginformati
onSections1-3 .pdf [12 Mei 2009].
Effendi H. 2003. Telaah kualitas air : Bagi pengelolaan sumber daya dan
lingkungan perairan. Kanisius. Yogyakarta. 258 halaman
Estebenet AL & Martin PR. 2002. Pomacea canaliculata (Gastropoda :
Ampullariidae) : Life history and their plasticity. Biocell 26 (1) : 83-89.
Ghesquiere S. 1999. Pomacea canaliculata. (Lamarck, 1819). [terhubung berkala]
http://www.applesnail.net/ [19 Mei 2009].
[HEAR] Hawaiian Ecosystems at Risk project. 2005. Vallisneria spiralis.
[terhubung berkala] http://www.hear.org/Pier/scientificnames/
Cvallisneria_spiralis.htm [18 Januari 2009].
Hendarsih-Suharto, Heryanto, Marwoto RM, Mulyadi, & Siwi SS. 2006. The
Golden Apple Snail, Pomacea spp., in Indonesia, p. 231-242. In : Joshi RC,
Sebastian LS (eds.) Global advances in ecology and management of golden
apple snails. Phil Rice, Ingeneria, FAO. Manila, Filiphina.
Inderjit. 2003. Weed biology management. Kluwer Academic Publisher. New Delhi,
India. p. 115-135
Islam AKMN. 2008. Aquatic weeds. [terhubung berkala].
http://banglapedia.search.cm.bd/HT/w_0045htm [18 Januari 2009].
Jacob SW & Sainty GR. 1988. Waterplants in Australia. Sainty & Associates Pty.
Ltd. Darlinghurst, Australia. p. 5-9
Leroy H, Holm L, Doll J, Holm E, Pancho JV & Herberger JV. 1997. World weeds :
Natural histories and distribution. Wiley. United States. p. 895-902
Martin SM. 2005. Radular ultrastructure of South American Ampulariidae
(Gastropoda: Prosobranchia). J. Biol. Brazillian 67 (4) :721-726
Matjik AA & Sumertajaya IM. 2000. Perancangan percobaan dengan aplikasi SAS
dan minitab. IPB Press. Bogor. p.73-76.
Min W & Yan X. 2006. The golden apple snail (Pomacea canaliculata) in China, p.
285-289. In : Joshi RC, Sebastian LS (eds.) Global Advances in Ecology and
Management of Golden Apple Snails. Phil Rice, Ingeneria, FAO. Manila,
Filiphina.
Ping SY, Yu HC, Wu CL, & Ya HC. 2006. Golden apple snail management and
prevention in Taiwan, p. 169-179. In : Joshi RC, Sebastian LS (eds.) Global
advances in ecology and management of golden apple snails. Phil Rice,
Ingeneria, FAO. Manila, Filiphina.
Porte D, Verzola R, & Uphoff N. 2006. Using golden apple snails for weed control,
p. 505-506. In : Joshi RC, Sebastian LS (eds.) Global advances in ecology and
management of golden apple snails. Phil Rice, Ingeneria, FAO. Manila,
Filiphina.
Ranamukhaarachchi SL & Wickramasinghe S. 2006. Golden apple snails in the
world: Introduction, impact, and control measures, p 133-152. In : Joshi RC,
Sebastian LS (eds.) Global advances in ecology and management of golden
apple snails. Phil Rice, Ingeneria, FAO. Manila, Filiphina.
Siregar S. 2004. Statistik terapan untuk penelitian. PT. Gramedia Widisarana
Indonesia. Jakarta. viii + 399 p.
Spotte SH. 1970. Fish and invertebrate culture: Water management in closed system.
John Wiley & Sons, Inc. New York. xiv + 145 p.
Sticney RR. 1979. Principles of warmwater aquaculture. John Wiley & Sons. Texas.
xii + 375 p.
Sukman Y & Yakup. 2002. Gulma dan teknik pengendaliannya. PT. Raja Grafindo
Persada. Jakarta. xii + 158 p.
Suwignyo S, Widigdo B, Wardiatno Y & Krisanti M. 2005. Avertebrata air jilid I.
Penebar Swadaya. Jakarta. p. 132-133
The Apple Snail Website. 2008. Pomacea (pomacea) canaliculata (Lamarck, 1819).
[terhubung berkala]. http://www.applesnail.net/ [19 Mei 2009].
Usman H & Akbar RPS. 1995. Pengantar statistika. Bumi Aksara. Jakarta. p. 119-
124.
Van TK, Wheeler GS, & Center TD. 1999. Competition between Hydrilla
verticillata and Vallisneria americana as influenced by Soil fertility. Aquatic
Botany. 62: 225-233.
Zipcodezoo. 2009. Vallisneria spiralis. [terhubung berkala].
http://www.zipcodezoo/plants/V/Vallisneria_spiralis/ [11 Agustus 2009].
LAMPIRAN
Lampiran 1. Alat yang digunakan dalam penelitian.
a. Alat penelitian utama
Wadah uji (kendil)
Jangka sorong
Timbangan digital
Saringan
Kasa Baskom
Lampiran 1 (lanjutan)
Tisu
Gelas plastik
Gelas ukur
b. Alat pengukuran kualitas air
DO meter “Lutron DO-5510 HA”
pH meter (Eutech instrument)
Termometer
Lampiran 2. Data mentah tingkat konsumsi keong murbei (P. canaliculata) cangkang kuning (K) dan coklat (C) terhadap V. spiralis
No
keong
Pengamatan 1 Pengamatan 2 Pengamatan 3 Pengamatan 4 Pengamatan 5 Total
pakan
Rata-rata
/hari
Rata-rata
/3 hari 17 Maret 2009 20 Maret 2009 23 Maret 2009 26 Maret 2009 29 Maret 2009
1K 1,9775 1,7236 2,3327 2,7473 5,6291 14,4102 0,9607 2,8820
2K 1,6668 1,7488 1,5365 1,8905 6,3216 13,1642 0,8776 2,6328
4K 4,1576 4,7602 2,0175 3,2190 4,5586 18,7129 1,2475 3,7426
3K 4,2496 6,1035 6,9751 5,2481 3,9260 26,5023 1,7668 5,3005
5K 1,7787 3,4039 3,9159 5,1383 3,1537 17,3905 1,1594 3,4781
6K 5,2446 10,5979 9,1638 10,9490 5,2694 41,2247 2,7483 8,2449
7K 2,8439 4,5364 12,8469 6,7801 13,5231 40,5304 2,7020 8,1061
8K 4,4092 6,1636 8,1010 8,1804 9,3166 36,1708 2,4114 7,2342
9K 3,5392 6,1499 6,3132 6,5543 7,2716 29,8282 1,9885 5,9656
10K 13,6952 12,2393 11,7172 10,8786 10,8900 59,4203 3,9614 11,8841
11K 11,9383 4,0215 19,8642 8,9504 6,2493 51,0237 3,4016 10,2047
12K 5,2957 20,9838 7,3505 11,8075 9,1982 54,6357 3,6424 10,9271
Total 60,7963 82,4324 92,1345 82,3435 85,3072 403,0139
Rata-
rata/hari 20,2654 27,4775 30,7115 27,4478 28,4357
Lampiran 2 (lanjutan)
No keong Pengamatan 1 Pengamatan 2 Pengamatan 3 Pengamatan 4 Pengamatan 5 Total 15
hari
Rata-rata
/hari
Rata-rata
/3 hari 17 Maret 2009 20 Maret 2009 23 Maret 2009 26 Maret 2009 29 Maret 2009
1C 0,5675 1,9819 2,2379 1,2806 3,0048 9,0727 0,6048 1,8145
2C 4,8130 5,5190 4,3115 3,6179 4,3896 22,6510 1,5101 4,5302
3C 8,5148 6,2939 10,6573 8,0781 3,6684 37,2125 2,4808 7,4425
4C 5,8463 5,6767 6,0150 11,5541 7,4361 36,5282 2,4352 7,3056
5C 6,7278 8,4643 4,5759 13,4584 1,5986 34,8250 2,3217 6,9650
6C 1,9824 4,1758 5,5680 8,0960 4,6099 24,4321 1,6288 4,8864
7C 7,2395 8,2733 7,3738 10,1544 5,3593 38,4003 2,5600 7,6801
8C 2,0945 7,7913 7,4233 7,2950 5,7895 30,3936 2,0262 6,0787
9C 6,1428 8,9665 10,7711 11,4089 8,2226 45,5119 3,0341 9,1024
10C 7,9216 13,0528 11,0698 4,2923 9,6445 45,9810 3,0654 9,1962
11C 10,0302 13,8421 12,5068 8,2385 9,2382 53,8558 3,5904 10,7712
12C 9,3640 6,3899 12,9246 16,9789 9,2167 54,8741 3,6583 10,9748
Total 71,2444 90,4275 95,4350 104,4531 72,1782 433,7382
Rata2/hari 23,7481 30,1425 31,8117 34,8177 24,0594
Lampiran 3. Analisis statistik sisa pakan dengan rancangan acak faktorial
Anova: Two-Factor With Replication
SUMMARY Kuning Coklat Total
Kecil
Count 5 5 10
Sum 9,7052 8,7887 18,4940
Average 1,9411 1,7578 1,8494
Variance 0,2039 0,0478 0,1212
Sedang
Count 5 5 10
Sum 11,2764 10,6710 21,9473
Average 2,2553 2,1342 2,1948
Variance 0,4360 0,5465 0,4407
Besar
Count 5 5 10
Sum 16,2423 16,6852 32,9276
Average 3,2485 3,3370 3,29276
Variance 0,1885 0,1998 0,1748
Total
Count 15 15
Sum 37,2240 36,1448
Average 2,4816 2,4097
Variance 0,5693 0,7129
ANOVA
Source of
Variation SS df MS F P-value F crit
Sample 11,3607 2 5,6803 21,0078 5,33E-06 3,4028 Tolak Ho
Columns 0,0388 1 0,0388 0,1436 0,7081 4,2596 Gagal Tolak Ho
Interaction 0,1014 2 0,0507 0,1876 0,8301 3,4029 Gagal Tolak Ho
Within 6,4894 24 0,2704
Total 17,9903 29
Lampiran 4. Hasil uji lanjut beda nyata terkecil (BNT)
Pengujian Nilai BNT d = yi-yj Keterangan
Besar-sedang 0,0480 3,4533 berbeda nyata
Sedang-kecil 0,0480 10,9803 berbeda nyata
Besar-kecil 0,0480 14,4336 berbeda nyata
Lampiran 5. Pertambahan tinggi keong murbei
a. Keong murbei cangkang kuning
b. Keong murbei cangkang coklat
No
keong
Pengamatan
1 2 3 4 5
1K 1,99 2,00 2,00 2,15 2,27
2K 2,25 2,25 2,28 2,30 2,39
3K 2,66 2,71 2,83 2,94 2,99
4K 2,77 2,77 2,78 2,81 2,87
rata-rata 2,42 2,43 2,47 2,55 2,63
5K 2,99 2,99 3,00 3,00 3,03
6K 3,01 3,02 3,06 3,08 3,11
7K 3,00 3,10 3,10 3,13 3,16
8K 3,18 3,18 3,20 3,24 3,28
rata-rata 3,05 3,07 3,09 3,11 3,15
9K 3,33 3,33 3,35 3,35 3,37
10K 3,45 3,48 3,50 3,61 3,64
11K 3,70 3,82 3,83 3,87 3,91
12K 3,85 3,88 3,88 3,93 3,98
rata-rata 3,58 3,63 3,64 3,69 3,73
No keong Pengamatan
1 2 3 4 5
1C 2,12 2,18 2,18 2,18 2,29
2C 2,34 2,34 2,67 2,68 2,71
3C 2,60 2,89 2,91 2,91 3,03
4C 2,77 3,00 3,05 3,05 3,19
rata-rata 2,46 2,60 2,70 2,71 2,81
5C 3,00 3,18 3,21 3,21 3,24
6C 3,02 3,07 3,08 3,11 3,27
7C 3,17 3,18 3,20 3,22 3,40
8C 3,32 3,38 3,38 3,40 3,49
rata-rata 3,13 3,20 3,22 3,24 3,35
9C 3,44 3,50 3,50 3,53 3,61
10C 3,50 3,50 3,51 3,64 3,71
11C 3,78 3,78 3,80 3,82 3,86
12C 3,85 3,90 4,00 4,12 4,27
rata-rata 3,64 3,67 3,70 3,78 3,86
Lampiran 6. Hasil analisis statistik tinggi cangkang dengan menggunakan
rancangan acak faktorial
Anova: Two-Factor With Replication
SUMMARY Kuning Coklat Total
Kecil
Count 5 5 10
Sum 12,5000 13,2800 25,7800
Average 2,5000 2,6560 2,5780
Variance 0,0079 0,01753 0,0181
Sedang
Count 5 5 10
Sum 15,4700 16,1400 31,6100
Average 3,0940 3,2280 3,1610
Variance 0,0015 0,00637 0,0085
Besar
Count 5 5 10
Sum 18,2700 18,6500 36,9200
Average 3,6540 3,7300 3,6920
Variance 0,0033 0,0080 0,0066
Total
Count 15 15
Sum 46,2400 48,0700
Average 3,0827 3,2047
Variance 0,2415 0,2154
ANOVA
Source of
Variation SS df MS F P-value F crit
Sample 6,2095 2 3,1047 417,5848 2,26E-19 3,4028 Tolak Ho
Columns 0,1116 1 0,1116 15,0141 0,0007 4,2598 Tolak Ho
Interaction 0,0085 2 0,0043 0,5743 0,5706 3,4028 Gagal
Within 0,1784 24 0,0074
Total 6,5080 29
Top Related