BAB I
PENDAHULUAN
Ileus obstruktif adalah hilangnya pasase isi usus yang menandakan adanya
obstruksi akut yang segera memerlukan pertolongan atau tindakan.
Dasar pengobatan ileus obstruksi adalah koreksi keseimbangan elektrolit dan
cairan, menghilangkan peregangan dan muntah dengan dekompresi, mengatasi
peritonitis dan syok bila ada, dan menghilangkan obstruksi untuk memperbaiki
kelangsungan dan fungsi usus kembali normal.
Terapi cairan dibutuhkan pada pasien dengan ileus obstruktif karena tubuh
tidak dapat memasukka air, elektrolit serta zat-zat makanan ke dalam tubuh secara
oral Dengan terapi cairan kebutuhan akan air da elektrolit akan terpenuhi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Ileus adalah gangguan atau hilangnya pasase isi usus yang menandakan
adanya obstruksi usus akut yang segera memerlukan pertolongan atau tindakan.2,4,6
Ileus Obstruktif adalah ileus yang disebabkan oleh sumbatan mekanik.2,3,6 Di
Indonesia ileus obstruksi paling sering disebabkan oleh hernia inkarserata2,4
sedangkan ileus paralitik sering disebabkan oleh peritonitis. Keduanya membutuhkan
tindakan operatif.4 Ileus Paralitik adalah hilangnya peristaltik usus untuk sementara
waktu.2,4,6
Sebagaimana perdarahan, peradangan (inflamasi), dan perforasi, ileus
obstruksi merupakan penyebab akut abdomen (gawat perut).6,7 Kira-kira 60–70%
dari seluruh kasus akut abdomen yang bukan appendicitis akuta disebabkan oleh
obstruksi intestinal. Sebagian kelainan akut abdomen dapat juga disebabkan oleh
cedera langsung atau tidak langsung yang mengakibatkan perforasi saluran cerna atau
perdarahan.6
Ileus obstruktif berdasarkan letak sumbatannya, terbagi atas :
1. Obstruksi usus halus yaitu obstruksi tinggi dimana obstruksinya mengenai usus
halus.1,2
2. Obstruksi usus besar yaitu obstruksi rendah dimana obstruksinya mengenai usus
besar.1,2
Ileus lebih sering terjadi pada obstruksi usus halus daripada usus besar. Keduanya
memiliki cara
penanganan yang agak berbeda dengan tujuan yang berbeda pula.2,4 Obstruksi usus
halus yang
dibiarkan dapat menyebabkan gangguan vaskularisasi usus dan memicu iskemia,
nekrosis, perforasi dan kematian, sehingga penanganan obstruksi usus halus lebih
ditujukan pada dekompresi dan menghilangkan penyebab untuk mencegah kematian.2
Obstruksi kolon sering disebabkan oleh neoplasma atau kelainan anatomik
seperti volvulus, hernia inkarserata, striktur atau obstipasi. Penanganan obstruksi
kolon lebih kompleks karena masalahnya tidak bisa hilang dengan sekali operasi saja.
Terkadang cukup sulit untuk menentukan jenis operasi kolon karena diperlukan
diagnosis yang tepat tentang penyebab dan letak anatominya. Pada kasus keganasan
kolon, penanganan pasien tidak hanya berhenti setelah operasi kolostomi, tetapi
membutuhkan radiasi dan sitostatika lebih lanjut. Hal ini yang menyebabkan
manajemen obstruksikolon begitu rumit dan kompleks daripada obstruksi usus halus.2
Ada 3 hal yang menarik tentang obstruksi ileus, yaitu :
1. Makin meningkatnya kasus obstruksi ileus.6
2. Diagnosa obstruksi ileus sebenarnya mudah dan bersifat universal tetapi untuk
mengetahui
proses patologik yang sebenarnya di dalam rongga abdomen merupakan hal yang
sulit.6
3. Bahaya strangulasi yang amat ditakuti sering tidak disertai gambaran klinik khas
yang dapat
mendukungnya.6
Untuk dapat melaksanakan penanggulangan penderita obstruksi ileus dengan
cara yang sebaikbaiknya, diperlukan konsultasi antara disiplin yang bekerja dalam
satu tim dengan tujuan untuk mencapai 4 keuntungan :
1. Bila penderita harus dioperasi, maka operasi dijalankan pada saat keadaan umum
penderita
optimal.6
2. Mencegah strangulasi.6
3. Mencegah laparotomi.6
4. Penderita mendapat tindakan operatif yang sesuai dengan penyebab obstruksinya.6
PATOFISIOLOGI
Peristiwa patofisiologik yang terjadi setelah obstruksi usus adalah sama, tanpa
memandang apakah obstruksi tersebut diakibatkan oleh penyebab mekanik atau
fungsional. Perbedaan utama adalah obstruksi paralitik di mana peristaltik dihambat
dari permulaan, sedangkan pada obstruksi mekanik peristaltik mula-mula diperkuat,
kemudian intermitten, dan akhirnya hilang.2,3,6
Lumen usus yang tersumbat secara progresif akan teregang oleh cairan dan
gas (70% dari gas yang ditelan) akibat peningkatan tekanan intralumen, yang
menurunkan pengaliran air dan natrium dari lumen ke darah. Oleh karena sekitar 8
liter cairan diekskresikan ke dalam saluran cerna setiap hari, tidak adanya absorpsi
dapat mengakibatkan penimbunan intralumen dengan cepat. Muntah dan penyedotan
usus setelah pengobatan dimulai merupakan sumber kehilangan utama cairan dan
elektrolit.2,3,6
Pengaruh atas kehilangan ini adalah penciutan ruang cairan ekstrasel yang
mengakibatkan syok hipotensi, pengurangan curah jantung, penurunan perfusi
jaringan dan asidosis metabolik. Peregangan usus yang terus menerus mengakibatkan
lingkaran setan penurunan absorpsi cairan dan peningkatan sekresi cairan ke dalam
usus. Efek lokal peregangan usus adalah iskemia akibat distensi dan peningkatan
permeabilitas akibat nekrosis, disertai absorpsi toksin-toksin bakteri ke dalam rongga
peritoneum dan sirkulasi sistemik untuk menyebabkan bakteriemia.2,3,6
Patofisiologi Obstruksi Usus2
Obstruksi Mekanik Simple
Pada obstruksi simple, hambatan pasase muncul tanpa disertai gangguan
vaskuler dan
neurologik. Makanan dan cairan yang ditelan, sekresi usus, dan udara terkumpul
dalam jumlah yang banyak jika obstruksinya komplit. Bagian usus proksimal distensi,
dan bagian distal kolaps. Fungsi sekresi dan absorpsi membrane mukosa usus
menurun, dan dinding usus menjadi udema dan kongesti. Distensi intestinal yang
berat, dengan sendirinya secara terus menerus dan progresif akan mengacaukan
peristaltik dan fungsi sekresi mukosa dan meningkatkan resiko dehidrasi, iskemia,
nekrosis, perforasi, peritonitis, dan kematian.2,6
Obstruksi Strangulata
Pada obstruksi strangulata, kematian jaringan usus umumnya dihubungkan
dengan hernia
inkarserata, volvulus, intussusepsi, dan oklusi vaskuler. Strangulasi biasanya berawal
dari obstruksi vena, yang kemudian diikuti oleh oklusi arteri, menyebabkan iskemia
yang cepat pada dinding usus. Usus menjadi udema dan nekrosis, memacu usus
menjadi gangrene dan perforasi.2,6
OBSTRUKSI USUS HALUS
Obstruksi usus halus terbagi atas obstruksi sederhana dan obstruksi yang
disertai proses
strangulasi. Obstruksi sederhana hanya melibatkan lumen usus halus sedangkan
obstruksi yang disertai proses strangulasi melibatkan gangguan peredaran darah dan
dapat menyebabkan nekrosis dinding usus halus.1
Obstruksi usus halus dapat disebabkan oleh perlekatan usus, hernia,
neoplasma, intususepsi, volvulus, benda asing, batu empedu yang masuk ke dalam
usus halus melalui fistula kolesisenterik, penyakit radang usus (inflammatory bowel
disease), striktur, fibrokistik, dan hematoma.1
DIAGNOSIS
Anamnesis (Subyektif)
Gejala Utama :
1. Nyeri Kolik
Obstruksi usus halus : kolik dirasakan disekitar umbilikus.2,3,6
Obstruksi kolon : kolik dirasakan disekitar suprapubik.2,6
2. Mual4 & muntah2,3,6
Stenosis Pilorus : encer dan asam.2,6
Obstruksi usus halus : berwarna kehijauan.2,3,6
Obstruksi kolon : onset muntah lama.2,6
3. Perut kembung (distensi)2,3,4,6
4. Konstipasi2,3,6 : defekasi dan flatus tidak ada.2,3,4,6
5. Kram perut4
Adanya benjolan di perut, inguinal, dan femoral yang tidak dapat kembali
menandakan adanya hernia inkarserata. Invaginasi dapat didahului oleh riwayat
buang air besar berupa lendir dan darah.
Riwayat operasi sebelumnya dapat menjurus pada adanya adhesi usus. Onset
keluhan yang berlangsung cepat dapat dicurigai sebagai ileus letak tinggi dan onset
yang lambat dapat menjurus kepada ileus letak rendah.2,3,6
Pemeriksaan Fisik (Obyektif) & Radiologi
A. Strangulasi
Strangulasi ditandai oleh adanya peritonitis lokal, seperti :2,6
1. Takikardia
2. Pireksia (demam)
3. Lokal tenderness dan guarding
4. Rebound tenderness
5. Nyeri lokal
6. Hilangnya suara usus lokal
Untuk mengetahui secara pasti hanya dengan laparotomi.
B. Obstruksi
Inspeksi
Perut distensi, dapat ditemukan darm kontur dan darm steifung. Benjolan pada regio
inguinal,
femoral dan skrotum menunjukkan suatu hernia inkarserata. Pada invaginasi dapat
terlihat
massa abdomen berbentuk sosis. Adanya adhesi dapat dicurigai bila ada bekas luka
operasi
sebelumnya.
Palpasi
Kadang teraba massa seperti pada tumor, invaginasi, hernia.2,3,6
Perkusi
Hipertimpani.2,3,6
Auskultasi
Hiperperistaltik, bising usus bernada tinggi. Pada fase lanjut bising usus dan
peristaltik
melemah sampai hilang.2,3,6
Rectal Toucher
Isi rektum menyemprot : Hirschprung disease2,3,6
Darah (+) : strangulasi, neoplasma2,3,6
Feses mengeras : skibala2,3,6
Feses (-) : obstruksi usus letak tinggi2,6
Ampula rekti kolaps : curiga obstruksi
Nyeri tekan : lokal atau general peritonitis
Radiologi
Foto polos abdomen pada 3 posisi menggambarkan pelebaran udara usus halus atau
usus
besar dengan gambaran anak tangga dan air-fluid level. Penggunaan kontras
dikontraindikasikan adanya perforasi-peritonitis. Barium enema diindikasikan untuk
invaginasi,
dan endoskopi disarankan pada kecurigaan volvulus.
MANIFESTASI KLINIS
1. Obstruksi Sederhana
Obstruksi usus halus proksimal memiliki gejala banyak muntah namun jarang
muntah fekal meskipun obstruksinya telah berlangsung lama. Nyeri abdomen
bervariasi dan sering dirasakan sebagai perasaan tidak enak pada perut bagian
atas.1
Obstruksi usus halus bagian tengah dan distal memiliki gejala kejang di
daerah periumbilikal. Nyeri abdomen sulit dijelaskan lokasinya. Kejang
tersebut hilang timbul dengan adanya fase bebas keluhan. Keluhan muntah
akan timbul kemudian, waktunya bervariasi tergantung pada lokasi sumbatan.
Semakin distal lokasi sumbatan, muntah yang dihasilkan semakin fekulen.
Obstipasi selalu terjadi, terutama pada obstruksi komplit.1
Awalnya tanda vital normal namun dapat berlanjut menjadi dehidrasi akibat
kehilangan cairan dan elektrolit. Suhu tubuh bisa normal dan demam. Distensi
abdomen dapat minimal atau tidak ada pada obstruksi usus halus proksimal
dan semakin jelas pada obstruksi usus halus distal. Peristaltik usus yang
mengalami dilatasi dapat terlihat pada pasien kurus. Bising usus yang
meningkat dan metallic sound dapat terdengar sesuai dengan timbulnya nyeri
pada obstruksi usus halus distal.1
Awalnya nilai laboratorium normal kemudian dapat berubah menjadi
hemokonsentrasi,
leukositosis dan gangguan elektrolit.1 Pemeriksaan radiologis pada posisi
tegak, terlentang, dan lateral dekubitus menunjukkan gambaran anak tangga
pada usus halus yang mengalami dilatasi dengan gambaran air fluid level.
Pemberian kontras akan menunjukkan adanya obstruksi mekanis dan
letaknya.1
Pada ileus obstruksi letak rendah, jangan lupa melakukan pemeriksaan
rektosigmoidoskopi dan pemeriksaan kolon untuk mengetahui penyebabnya.
Pemeriksaan kolon bisa dilakukan dengan colok dubur dan pemeriksaan
barium in loop. Periksa pula kemungkinan terjadinya hernia.1
2. Obstruksi yang Disertai Proses Strangulasi
Gejala obstruksi usus halus yang disertai proses strangulasi mirip obstruksi
usus halus
sederhana. Perbedaannya adalah gejala obstruksi ini lebih jelas dan gejala
nyeri lebih hebat. Hal yang perlu diperhatikan adalah adanya skar bekas
operasi dan hernia. Bila ditemukan gejala strangulasi maka diperlukan
tindakan operasi segera untuk mencegah terjadinya nekrosis usus.1
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Tes laboratorium mempunyai keterbatasan nilai dalam menegakkan diagnosis,
tetapi sangat membantu memberikan penilaian berat ringannya dan membantu dalam
resusitasi. Pada tahap awal, ditemukan hasil laboratorium yang normal. Selanjutnya
ditemukan adanya hemokonsentrasi, leukositosis dan nilai elektrolit yang abnormal.
Peningkatan serum amilase sering didapatkan.6
Leukositosis menunjukkan adanya iskemik atau strangulasi, tetapi hanya terjadi pada
38% -
50% obstruksi strangulasi dibandingkan 27% - 44% pada obstruksi non strangulata.
Hematokrit yang meningkat dapat timbul pada dehidrasi. Selain itu dapat ditemukan
adanya gangguan elektrolit. Analisa gas darah mungkin terganggu, dengan alkalosis
metabolik bila muntah berat, dan metabolik asidosisbila ada tanda - tanda shock,
dehidrasi dan ketosis.6
PENATALAKSANAAN
Dasar pengobatan ileus obstruksi adalah koreksi keseimbangan elektrolit dan
cairan, menghilangkan peregangan dan muntah dengan dekompresi, mengatasi
peritonitis dan syok bila ada, dan menghilangkan obstruksi untuk memperbaiki
kelangsungan dan fungsi usus kembali normal.6
Terapi cairan ialah tindakan untuk memelihara, mengganti cairan tubuh dalam
batas-batas fisiologis dengan cairan infus kristaloid (elektrolit) atau koloid (plasma
ekspander) secara intravena.
Terapi cairan berfungsi untuk mengganti defisit cairan saat puasa sebelum dan
sesudah pembedahan, mengganti kebutuhan rutin saat pembedahan, mengganti
perdarahan yang terjadi, dan mengganti cairan yang pindah ke rongga ketiga.
Terapi cairan resusitasi
Terapi cairan resusitasi ditujukan untuk menggantikan kehilangan akut cairan
tubuh atau ekspansi cepat dari cairan intravaskuler untuk memperbaiki perfusi
jaringan. Misalnya pada keadaan syok dan luka bakar. Terapi cairan resusitasi
dapat dilakukan dengan pemberian infus Normal Saline (NS), Ringer Asetat
(RA), atau Ringer laktat (RL) sebanyak 20 ml/kg selama 30-60 menit. Pada
syok hemoragik bisa diberikan 2-3 L dalam 10 menit.
Terapi rumatan
Terapi rumatan bertujuan memelihara keseimbangan cairan tubuh dan nutrisi.
Orang dewasa rata-rata membutuhkan cairan 30-35 ml/kgBB/hari dan elektrolit
utama Na+=1-2 mmol/kgBB/haridan K+= 1mmol/kgBB/hari. Kebutuhan
tersebut merupakan pengganti cairan yang hilang akibat pembentukan urine,
sekresi gastrointestinal, keringat (lewat kulit) dan pengeluaran lewat paru atau
dikenal dengan insensible water losses.
Untuk anak digunakan rumus Holiday Segar 4:2:1, yaitu :
Table 2. Rumus Holiday Segar
Terapi rumatan dapat diberikan infus cairan elektrolit dengan
kandungan karbohidrat atau infus yang hanya mengandung karbohidrat saja.
Larutan elektrolit yang juga mengandung karbohidrat adalah larutan KA-EN,
dextran + saline, DGAA, Ringer's dextrose, dll. Sedangkan larutan rumatan
yang mengandung hanya karbohidrat adalah dextrose 5%. Tetapi cairan tanpa
elektrolit cepat keluar dari sirkulasi dan mengisi ruang antar sel sehingga
dextrose tidak berperan dalam hipovolemik.
Dalam terapi rumatan cairan keseimbangan kalium perlu diperhatikan
karena seperti sudah dijelaskan kadar berlebihan atau kekurangan dapat
menimbulkan efek samping yang berbahaya. Umumnya infus konvensional
RL atau NS tidak mampu mensuplai kalium sesuai kebutuhan harian. Infus
KA-EN dapat mensuplai kalium sesuai kebutuhan harian.
Pada pembedahan akan menyebabkan cairan pindah ke ruang ketiga, ke ruang
peritoneum, ke luar tubuh. Untuk menggantinya tergantung besar kecilnya
pembedahan, yaitu :
6-8 ml/kg untuk bedah besar
4-6 ml/kg untuk bedah sedang
2-4 ml/kg untuk bedah kecil
Defisit cairan karena persiapan pembedahan dan anestesi (puasa,
lavement) harus diperhitungkan dan sedapat mungkin segera diganti pada
masa pra-bedah sebelum induksi. Setelah dari sisa defisit yang masih ada
diberikan pada jam pertama pembedahan, sedangkan sisanya diberikan pada
jam kedua berikutnya. Kehilangan cairan di ruang ECF ini cukup diganti
dengan ciran hipotonis seperti garam fisiologis, Ringer Laktat dan Dextrose.
Pada penderita yang karena penyakitnya tidak mendapat nutrisi yang cukup
maka sebaiknya diberikan nutrisi enteral atau parenteral lebih dini lagi.
Penderita dewasa yang dipuasakan karena akan mengalami pembedahan
(elektif) harus mendapatkan penggantian cairan sebanyak 2 ml/kgBB/jam
lama puasa. Defisit karena perdarahan atau kehilangan cairan (hipovolemik,
dehidrasi) yang seringkali menyertai penyulit bedahnya harus segera diganti
dengan melakukan resusitasi cairan atau rehidrasi sebelum induksi anestesi.
Jumlah penggantian cairan selama pembedahan dihitung berdasarkan
kebutuhan dasar ditambah dengan kehilangan cairan akibat pembedahan
(perdarahan, translokasi cairan dan penguapan atau evaporasi). Jenis cairan
yang diberikan tergantung kepada prosedur pembedahannya dan jumlah darah
yang hilang.
1. Pembedahan yang tergolong kecil dan tidak terlalu traumatis misalnya
bedah mata (ekstrasi, katarak) cukup hanya diberikan cairan rumatan saja
selama pembedahan.
2. Pembedahan dengan trauma ringan misalnya: appendektomi dapat
diberikan cairan sebanyak 2 ml/kgBB/jam untuk kebutuhan dasar ditambah
4 ml/kgBB/jam untuk pengganti akibat trauma pembedahan. Total yang
diberikan adalah 6 ml/kgBB/jam berupa cairan garam seimbang seperti
Ringer Laktat atau Normosol-R.
3. Pembedahan dengan trauma sedang diberikan cairan sebanyak 2
ml/kgBB/jam untuk kebutuhan dasar ditambah 8 ml/kgBB/jam untuk
pembedahannya. Total 10 ml/kgBB/jam.
Usia Jumlah Kebutuhan
(ml/Kg/Jam)
Dewasa
Anak
Bayi
Neonatus
1,5 – 2
2 – 4
4 – 6
3
Table 4. Pengganti deficit prabedah
Terapi cairan pasca bedah ditujukan terutama pada hal-hal di bawah ini:
1. Pemenuhan kebutuhan dasar/harian air, elektrolit dan kalori/nutrisi. Kebutuhan air
untuk penderita di daerah tropis dalam keadaan basal sekitar ± 50 ml/kgBB/24
jam. Pada hari pertama pasca bedah tidak dianjurkan pemberian kalium karena
adanya pelepasan kalium dari sel/jaringan yang rusak, proses katabolisme dan
transfusi darah. Akibat stress pembedahan, akan dilepaskan aldosteron dan ADH
yang cenderung menimbulkan retensi air dan natrium. Oleh sebab itu, pada 2-3
hari pasca bedah tidak perlu pemberian natrium. Penderita dengan keadaan umum
baik dan trauma pembedahan minimum, pemberian karbohidrat 100-150 mg/hari
cukup memadai untuk memenuhi kebutuhan kalori dan dapat menekan pemecahan
protein sampai 50% kadar albumin harus dipertahankan melebihi 3,5 gr%.
Penggantian cairan pasca bedah cukup dengan cairan hipotonis dan bila perlu
larutan garamisotonis. Terapi cairan ini berlangsung sampai penderita dapat
minum dan makan.
2. Mengganti kehilangan cairan pada masa pasca bedah:
- Akibat demam, kebutuhan cairan meningkat sekitar 15% setiap kenaikan
1°C
suhu tubuh
- Adanya pengeluaran cairan lambung melalui sonde lambung atau muntah.
- Penderita dengan hiperventilasi atau pernapasan melalui trakeostomi dan
humidifikasi.
3. Melanjutkan penggantian defisit cairan pembedahan dan selama pembedahan yang
belum selesai. Bila kadar hemoglobin kurang dari 10 gr%, sebaiknya diberikan
transfusi darah untuk memperbaiki daya angkut oksigen.
4. Koreksi terhadap gangguan keseimbangan yang disebabkan terapi cairan tersebut.
Monitoring organ-organ vital dilanjutkan secara seksama meliputi tekanan darah,
frekuensi nadi, diuresis, tingkat kesadaran, diameter pupil, jalan nafas, frekuensi
nafas, suhu tubuh dan warna kulit.
1. Konservatif2,3 / Resusitasi6
Dalam resusitasi yang perlu diperhatikan adalah mengawasi tanda - tanda
vital, dehidrasi dan syok. Pasien yang mengalami ileus obstruksi mengalami
dehidrasi dan gangguan keseimbangan ektrolit sehingga perlu diberikan cairan
intravena seperti ringer laktat. Respon terhadap terapi dapat dilihat dengan
memonitor tanda - tanda vital dan jumlah urin yang keluar. Selain pemberian
cairan intravena, diperlukan juga pemasangan nasogastric tube (NGT). NGT
digunakan untuk mengosongkan lambung, mencegah aspirasi pulmonum bila
muntah dan mengurangi distensi abdomen.6
Penatalaksanaan konservatif ileus antara lain :
Penderita dirawat di rumah sakit & dipuasakan.2,3
Penderita dipuasakan2,3,4 (tidak makan & minum) sampai
krisisnya teratasi.4 Biasanya minimal 3 hari, luka operasi pada saluran
cerna dapat sembuh.3
Kontrol status airway, breathing and circulation.2,3
Dekompresi dengan nasogastric tube.2,3
Intravenous fluids and electrolyte.2,3,4
Dipasang kateter urin untuk menghitung balance cairan.2,3
Lavement jika ileus obstruksi, dan kontraindikasi ileus
paralitik.2
Dekompresi berguna untuk mengurangi tekanan dan peregangan dengan
mengeluarkan gas dan cairan. Kadang sebuah selang dimasukkan ke dalam usus besar
melalui anus untuk mengurangi tekanan. Sedangkan selang lainnya yang
dihubungkan dengan alat penghisap, dimasukkan melalui hidung menuju ke
lambung.4
2. Farmakologis
Penatalaksanaan farmakologis ileus antara lain :
Antibiotik spektrum luas untuk bakteri anaerob dan aerob sebagai
profilaksis.
Analgesik apabila nyeri.
Antiemetik untuk mengurangi gejala mual muntah.
3. Operatif
Penatalaksanaan operatif ileus antara lain :
Obstruksi usus dengan prioritas tinggi adalah strangulasi, volvulus,
dan jenis obstruksi kolon.2,3
Operasi dilakukan setelah rehidrasi dan dekompresi nasogastric
untuk mencegah sepsis
sekunder2,3,6 atau rupture usus.2,3
Operasi diawali dengan laparotomi kemudian disusul dengan teknik
bedah yang disesuaikan
dengan hasil explorasi selama laparotomi.2,3,6
Lisis pita untuk band.
Herniorepair untuk hernia inkarserata.
Pintas usus : ileostomi, kolostomi.
Reseksi usus dengan anastomosis.
Diversi stoma dengan atau tanpa reseksi.
KOMPLIKASI
Komplikasi ileus antara lain :
1. Nekrosis usus
2. Perforasi usus
3. Sepsis
4. Syok-dehidrasi
5. Abses
6. Sindrom usus pendek dengan malabsorpsi dan malnutrisi
7. Pneumonia aspirasi dari proses muntah
8. Gangguan elektrolit
9. Meninggal
PROGNOSIS
Saat operasi, prognosis tergantung kondisi klinik pasien sebelumnya. Setelah
pembedahan dekompresi, prognosisnya tergantung dari penyakit yang
mendasarinya.2,3
Mortalitas obstruksi tanpa strangulata adalah 5% sampai 8% asalkan operasi dapat
segera dilakukan. Keterlambatan dalam melakukan pembedahan atau jika terjadi
strangulasi atau komplikasi lainnya akan meningkatkan mortalitas sampai sekitar
35% atau 40%. Prognosisnya baik bila diagnosis dan tindakan dilakukan dengan
cepat.6
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
1. Arif Mansjoer, dkk (Editor). 2000. Bedah Digestif dalam Kapita Selekta
Kedokteran. Edisi ke-3, Jilid ke-2. Jakarta : Media Aesculapius Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
2. Anonymous. 2007. Ileus. http://medlinux.blogspot.com/2007/09/ileus.html.
Akses 15/11/2008.
3. Erlina Mustika Febrianti. 2008. Ileus.
http://kuliahbidan.wordpress.com/2008/07/16/penanganan-pasien-post-
laparatomy-atasindikasi-ileus-obstruksi-di-icu/. Akses 15/11/2008.
4. Sumatera Ekspres. 2008. Perut Kembung Waspadai Ileus. Palembang.
http://sumeks.co.id/index.php?
option=com_content&task=view&id=1569&Itemid=12. Akses 15/11/2008.
5. dr. Rachmat M. Mulyana, Sp. Rad. 2008. Radiologi di Bidang
Kegawatdaruratan.
http://medicalanswer.multiply.com/journal/item/6/Radiologi_di_bidang_kega
wat_daruratan. Akses 15/11/2008.
6. Anonymous. 2008. Obstruksi ileus.
http://adi-along.blog.friendster.com/2008/10/obstruksiileus/. Akses
15/11/2008.
7. S. Soewandi. 1992. Akut Abdomen pada Alat Pencernaan Orang Dewasa.
Cermin Dunia Kedokteran No. 80.
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/11_AkutAbdomenpadaAlatPencernaan
OrangDewasa.pdf/11_AkutAbdomenpadaAlatPencernaanOrangDewasa.html.
Akses 15/11/2008