TEORI KOMUNIKASI
Dosen :
Dr. Antar Venus,M.A Comm
TEORI DRAMATURGI
Oleh:
Syifa Nafisa
210110120034
Meria Octaviany, S.Sos M.Si
1. TOK OH
3. ASUMSI
4. ESENSI TEORI
5. STUDI KASUS
2. LATAR BELAKANG
Biografi GoffmanErving Goffman, lahir di Alberta, Canada pada tanggal 11 Juni
1922. Beliau mendapat gelar S1 dari Universitas Toronto lalu
menerima gelar Doktor dari Universitas Chicago. Dan beliau wafat
pada tahun 1982 ketika berada di puncak kejayaannya sebagai tokoh
Sosiologi. Tahun 1958 meraih gelar Guru Besar, tahun 1970 diangkat
menjadi anggota
Committee for Study of Incarceration. Dan
tepat di tahun 1977 ia memperoleh
penghargaan Guggenheim. Meninggal pada
tahun 1982, setelah sempat menjabat sebagai
Presiden dari American Sociological Association
dari tahun 1981-1982. (Ritzer, 2004: 296)
Latar Belakang Teori Dramaturgi
Pada dasarnya manusia memiliki berbagai jenis sifat dan sikap yang mereka miliki. Karenanya mereka dapat memilih sendiri perannya masing-masing. Goffman menyebutnya sebagai bagian depan (front) dan bagian belakang (back). Front mencakup, setting, personal front (penampilan diri), expressive equipment (peralatan untuk mengekspresikan diri). Sedangkan bagian belakang adalah the self, yaitu semua kegiatan yang tersembunyi untuk melengkapi keberhasilan acting atau penampilan diri yang ada pada Front
Latar Belakang Teori Dramaturgi
Goffman memfokuskan pandangannya pada The Self. Buku The Presentation of self in everyday life (1955), merupakan pandangan Goffman yang menjelaskan mengenai proses dan makna dari apa yang disebut sebagai interaksi (antar manusia). Dengan mengambil konsep mengenai kesadaran diri dan The Self Mead, Goffman kembali memunculkan teori peran sebagai dasar teori Dramaturgi. Goffman mengambil pengandaian kehidupan individu sebagai panggung sandiwara, lengkap dengan setting panggung dan akting yang dilakukan oleh individu sebagai aktor “kehidupan.”
Asumsi Teori
Goffman mengasumsikan bahwa ketika orang-orang berinteraksi , mereka ingin menyajikan suatu
gambarran diri yang akan diterima oleh orang lain.
Esensi Teori Dramaturgi
Goffman memperkenalkan konsep dramaurgi yang bersifat Teateris
Banyak ahli yang berbicara tentang teori dramaturginya ini berada diantara tradisi interaksi simbolik dan fenomenologi. (Sukidin, 2002: 103).
Interaksi Simbolik ini dikelompokan menjadi dua aliran (School). Yaitu; Chicago School yang di pimpin oleh Herbert Blumer dan Lowa School Manford Kuhn dan Carl Couch
Esensi Teori Dramaturgi
Dramaturgis berfokuskan kepada bukan apa yang orang lain lakukan, bukan apa yang ingin orang lain lakukan, atau mengapa
orang itu melakukan itu. Melainkan, bagaimana mereka melakukannya
Dramaturgi menekankan dimensi ekspresif/impresif aktivitas
manusia
bahwasannya makna dari kegiatan manusia terdapat didalam cara mereka
mengekspresikan diri mereka dalam interaksi dengan orang lain juga yang ekspresif. Oleh karenanya perilaku manusia yang ekspresif
inilah mencerminkan bahwa manusia bersifat dramatik.
Esensi Teori Dramaturgi
Pengembangan diri sebagai konsep oleh Goffman tidak
terlepas dari pengaruh gagasan Cooley tentang The Looking Glass Self. Gagasan diri ala Cooley ini terdiri dari
tiga komponen. 1. kita mengembangkan
bagaimana kita tampil bagi orang lain.
2. kita membayangkan bagimana peniliaian mereka
atas penampilan kita 3. kita mengembangkan
sejenis perasaan-diri
Dalam perspektif dramaturgis, kehidupan ini ibarat teater, interaksi sosial yang mirip dengan pertunjukan di atas penggung, yang menampilkan peran-peran yang dimainkan para aktor.
Fokus perhatian Goffman sebenarnya bukan hanya individu, tetapi juga
kelompok atau apa yang ia sebut tim. Selain membawakan peran dan
karakter secara individu, aktor-aktor sosial juga berusaha mengelola kesan
orang lain terhadap kelompoknya, baik itu keluarga, tempat bekerja, parati politik, atau organisasi lain
yang mereka wakili.
STUDI KASUS
Ayam Kampus Kota Medan Dengan Analisis Teori Dramaturgi
(Studi Kasus pada Mahasiswi “ayam kampus” di Kota Medan)
Kampus adalah satu ikon penting sebagai tempat
berlangsungnya pendidikan. Kampus dianggap sebagai tempat
belajar yang cukup kompeten karena mahasiswa bisa
menggantungkan impian, cita-cita dan masa depan. Mahasiswa
yang tengah mengenyam pendidikan tinggi tidak sekedar masuk
kuliah atau mengikuti ujian sebagai syarat kelulusan.
Fenomena keberadaan ayam kampus saat ini semakin menjadi
dan cukup merisaukan masyarakat banyak. Kehadiran mereka
pun disebabkan oleh banyak faktor yang perlu diketahui.
Keadaan ini menyebabkan pendidikan mengalami degradasi.
Keadaan ini menyebabkan pendidikan mengalami degradasi.
Keberadaan mereka pun disadari butuh perjuangan untuk tetap
berada di tengah-tengah masyarakat.
Untuk itu mereka melakoni peran yang rumit, yaitu berperan
sebagai anak yang baik di depan keluarga, berperan sebagai
mahasiswi yang normal seperti kebanyakan mahasiswi-mahasiswi.
Banyak peran yang mereka lakoni agar keadaan mereka sebagai
ayam kampus tidak diketahui. Tampak dari faktor yang ada,
beberapa diantara hasil penelitian ialah banyak kepada faktor
ekonomi, faktor kecewa terhadap laki-laki, faktor kepuasan diri
terhadap hubungan seksual dan faktor gaya hidup. Kehidupan
ayam kampus dianalisa dengan teori dramaturgi dimana
kehidupan mereka merupakan pertunjukan yang mereka atur,
sutradara, dan lakoni sendiri dengan konsep ‘pertunjukan
dramanya sendiri’.Lakon yang diperankan oleh ayam kampus itu
dimainkan dengan sebaik mungkin untuk tidak menunjukkan
identitas asli mereka kepada khalayak ramai terutama kepada
keluarga dan orangtua. Identitas palsu pun beredar, dengan alasan
untuk menjaga kerahasiaan
Nama : Syifa Nafisa
TTL : Tasikmalaya, 15 09 1994
Hobby : nonton, hunting foto, bercerita, dan
lain-lain
Pendidikan : S1 Fakultas Ilmu Komunikasi
Jurusan Manajemen Komunikasi
Motto : Jangan pernah menyerah walau
sendiri itu dingin.
BIOGRAFI PENULIS
TERIMAKASIHH
Top Related