perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user i
STUDI KELAYAKAN PETERNAKAN AYAM RAS PEDAGING
DITINJAU DARI ASPEK EKONOMI DAN KEUANGAN
Skripsi
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat untuk
Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh:
FAJRIKA CAHYANING DEWI
NIM. F0307102
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi dengan judul :
STUDI KELAYAKAN PETERNAKAN AYAM RAS PEDAGING
DITINJAU DARI ASPEK EKONOMI DAN KEUANGAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iii
HALAMAN PENGESAHAN
Telah disetujui dan diterima dengan baik oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta, guna melengkapi
tugas-tugas dan dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Surakarta, 17 Desember 2011
Tim Penguji Skripsi :
1. (Dr. Payamta, M.Si., Ak.)
NIP. 19660925 199203 1 002
2. Muhammad Syafiqurrahman, S.E., M.M., Ak.
NIP. 19800604 200501 1 001
3. (Sri Hanggana, M.Si., Ak.)
NIP. 19661125 199402 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini aku persembahkan untuk :
Ibu dan Bapakku
Amal dan Tyas
Keluarga Besarku
Sahabat-sahabatku
Semua orang yang kusayangi
Seluruh pengisi hidupku
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user v
HALAMAN MOTTO
Allah tidak akan memberi apa yang kita inginkan, melainkan apa yang kita
butuhkan.
(Anonymous)
If you ask for God to help you, it means that you trust God’s ability. If God
doesn’t help you yet, it means God trusts yours.
(Anonymous)
Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan
melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat
dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.
QS. al-Zalzalah (99) : 7-8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis penjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat
dan karunia yang telah dilimpahkan-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Studi Kelayakan Peternakan Ayam Ras Pedaging Ditinjau dari Aspek
Ekonomi dan Keuangan”. Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu syarat
untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Terselesaikannya skripsi ini tentunya bukan hanya karena andil penulis saja,
melainkan juga atas bantuan dan dukungan banyak pihak. Dalam kesempatan ini
penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih atas seluruh bimbingan dan
bantuan kepada :
1. Prof. Dr. Ravik Karsidi, M. S., selaku Rektor Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
2. Dr. Wisnu Untoro, MS., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
3. Drs. Santoso Tri H, M.Si., Ak., selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Sri Hanggana, M.Si, Ak., selaku dosen pembimbing yang selama ini telah
bersedia meluangkan waktu untuk memberikan arahan, bimbingan, dan
dukungan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user vii
5. Lulus Kurniasih, SE, M.Si.Ak., selaku pembimbing akademik yang selama
masa perkuliahan selalu memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis.
6. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta beserta
seluruh staf dan karyawan yang telah memberikan ilmu, bimbingan, arahan,
serta pelayanan kepada penulis.
7. Ibu dan Bapakku tersayang, Ibunda Sri Utami dan Bapak Sudarsono, yang
selalu melimpahkan kasih sayang, perhatian, dukungan, arahan, serta doa yang
tak kunjung putus.
8. Adik-adikku terkasih, Amal Prayogi Sudarsono dan Alm. Hilmia Cahyaning
Tyas, yang selama ini memberikan kasih sayang dan doa.
9. Keluarga besarku yang selalu mendukung dan mendoakan kesukseanku dari
jauh.
10. Telon-ku tersayang, Adu, Ayus, Dyah, Endah, serta Dinda, yang telah
mendampingi langkahku dan berjuang bersama dalam suka dan duka selama di
bangku kuliah.
11. Raga Data, yang telah mengisi hari-hariku, juga membantu, mendukung dan
mendoakanku.
12. Masyarakat Wisma Putri Sari, Mitha, Windy, Riris, Dwi, Mbak Dwi, Nana,
Rini, Ipung, Lena, Tia, Mbak Rini, Mbak Yuli, Mbak Icha, Mbak Ning, dan
semua alumnus kost yang telah mengisi keseharianku selama di kota ini. Juga
kepada Bapak dan Ibu Kost, yang selama ini telah membantu dan
mengarahkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user viii
13. Kru satu tim saya, Eva Rhisna Andretti, yang telah berjuang bersama dalam
mengerjakan proposal, mencari data, sampai menyelesaikan skripsi ini.
14. Sahabat saya tersayang, Nindy, Ni Luh, Anita, Fajar, Lando, dan Panji, yang
selalu mendukung dan mendoakan saya dari kejauhan.
15. Semua sahabat TK, SD, SMP, SMA-ku yang pernah mengisi kehidupan dan
mengajarkan banyak hal.
16. Orang-orang yang pernah mengisi hidupku dan mengajarkan pengalaman serta
pelajaran tentang hidup.
17. Semua kawan yang pernah menjadi teman sekelas di masa kuliah, yang telah
memberikan kebersamaan dan pelajaran hidup.
18. Kawan-kawan seperjuangan Agen 007, yang melewati suka dan duka di
jurusan Akuntansi bersama.
19. Semua pihak yang turut membantu dalam penulisan skripsi ini yang tidak dapat
penulis tulis satu per satu.
Pembuatan skripsi ini telah memberikan pengalaman dan manfaat yang besar
bagi penulis, dan penulis pun berharap semoga skripsi ini juga dapat bermanfaat bagi
orang lain. Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dan
kelemahan pada skripsi ini, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan
kritik dari pembaca agar penulis dapat menjadi lebih baik lagi.
Surakarta, 7 Oktober 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user ix
DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN JUDUL…………………………………….....….……... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING....…………………. ii
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………….. iii
HALAMAN PERSEMBAHAN……………………………………... iv
HALAMAN MOTTO……………………………………………..…. v
KATA PENGANTAR…………………………………………….…. vi
DAFTAR ISI…………………….…………………......……..…….... ix
DAFTAR TABEL……………………...……………………..…........ xi
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………….....….... xiii
ABSTRAK………………………………………………….……….... xiv
ABSTRACT…………………………………………..…….………... xv
BAB I PENDAHULUAN……...…...…………………………....... 1
A. Latar Belakang..............………...……..……………........…… 1
B. Rumusan Masalah…………………………………......…….... 7
C. Tujuan Penelitian…….………………..………………...……. 7
D. Manfaat Penelitian………………...……………...……..……. 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA……………….......………............... 9
A. Peternakan Ayam Ras Pedaging.......................................…..... 9
B. Value Chain Analysis………...………......…......……….…..... 15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user x
C. Studi Kelayakan Bisnis..…………...................………..….….. 17
D. Aspek Ekonomi dan Keuangan Dalam Studi
Kelayakan...........................…………….......………...............
17
BAB III METODE PENELITIAN..........………….............……….. 22
A. Populasi dan Sampel….......…..…..…..…..…..…..…......……. 22
B. Jenis Data..........................................................................……. 24
C. Metode Pengumpulan Data.…..…..…..…..…..................……. 25
D. Metode Analisis Data.......................…..…..…..…..….....……. 25
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN…..…..…..…....…......... 27
A. Pelaksanaan Penelitian.............................…..…..…..….....…… 27
B. Pembahasan Hasil Penelitian..............................................…… 27
BAB V PENUTUP…..…..…..….....…....…....…....…....…....…....... 51
Simpulan…………….....……………………………................ 51
Keterbatasan Penelitian..….........…....…...…....…..............…...... 52
Saran............………………....…………………………............... 53
DAFTAR PUSTAKA………….…………………….......………….. 55
LAMPIRAN....………………....…………………………................. 57
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xi
DAFTAR TABEL
halaman
Tabel II. 1 Suhu Ideal Kandang..…..….....…....…....…....…....…...... 11
Tabel III. 1 Populasi Ayam Pedaging di Eks-Karesidenan Surakarta
Tahun 2010..…..….....…....…....…....…....…...............
22
Tabel III. 2 Distribusi Sampel..…..….....…....…....…....…....….......... 23
Tabel IV. 1 Perincian Nilai Persediaan Ayam Pedaging per 31 Juli
2011..…..….....…....…....…....…....….........…....….....
28
Tabel IV. 2 Investasi Peternakan Ayam Pedaging Per 100 Ekor
Ayam.…..….....…....…....…....…....….........…....…....
30
Tabel IV. 3 Pendapatan Peternakan Ayam Pedaging per 100 Ekor
Ayam per Periode....….........….......….........…....…....
31
Tabel IV. 4 Perincian Biaya Depresiasi Kandang per 100 Ekor Ayam
per Periode...…....…....…....…....….........…..........…...
33
Tabel IV. 5 Perincian Biaya Depresiasi Bangunan per 100 Ekor
Ayam per Periode...….........….......….........…....…......
34
Tabel IV. 6 Perincian Biaya Bahan Bakar per 100 Ekor Ayam per
Periode…..….....…....…....…....…....….........…....…....
34
Tabel IV. 7 Perincian Biaya Gaji Pegawai per 100 Ekor Ayam per
Periode…..….....…....…....…....…....….........…....…....
36
Tabel IV. 8 Perincian Biaya Listrik per 100 Ekor Ayam per Periode... 36
Tabel IV. 9 Perincian Biaya Sekam per 100 Ekor Ayam per Periode... 38
Tabel IV. 10 Perincian Biaya Tetap Peternakan Ayam Pedaging per
100 Ekor Ayam per Periode…....….........…....…..........
39
Tabel IV. 11 Perincian Biaya Pembelian DOC per 100 Ekor Ayam per
Periode..….....…....…....…....…....….........…....….......
40
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xii
Tabel IV. 12 Perincian Biaya Pembelian dan Pemakaian Pakan per
100 Ekor Ayam per Periode....….........…....….............
41
Tabel IV. 13 Perincian Biaya Vaksin dan Obat per 100 Ekor Ayam per
Periode..….....…....…....…....…....….........…....….......
42
Tabel IV. 14 Perincian Biaya Variabel Peternakan Ayam Pedaging per
100 Ekor Ayam per Periode....….........…....….............
43
Tabel IV. 15 Laba Peternakan Ayam Pedaging per 100 Ekor Ayam per
Periode..….....…....…....…....…....….........…....….......
45
Tabel IV. 16 ROI Peternakan Ayam Pedaging per 100 Ekor Ayam per
Periode..….....…....…....…....…....….........…....….......
46
Tabel IV. 17 PBP Peternakan Ayam Pedaging per 100 Ekor Ayam per
Periode..….....…....…....…....…....….........…....….......
47
Tabel IV. 18 BEP Peternakan Ayam Pedaging per 100 Ekor Ayam per
Periode..….....…....…....…....…....….........…....….......
49
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xiii
DAFTAR LAMPIRAN
halaman
Lampiran I Kuesioner Penelitian............................................................. 58
Lampiran II Rekap Data Kuesioner …………………….................…… 60
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xiv
ABSTRAK
STUDI KELAYAKAN PETERNAKAN AYAM RAS PEDAGING DITINJAU DARI ASPEK EKONOMI DAN KEUANGAN
Fajrika Cahyaning Dewi
NIM. F0307102 Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kelayakan dari peternakan ayam ras pedaging jika ditinjau dari aspek ekonomi dan keuangannya. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah lima buah peternakan ayam pedaging yang tersebar di beberapa area eks-Karesidenan Surakarta. Data diperoleh dengan melakukan wawancara kuesioner terhadap pemilik atau pengelelola peternakan, dan data yang digunakan seperti data keuangan peternakan bulan Juli 2011. Dalam penelitian ini telah digunakan analisis kriteria investasi, yang dilihat dari nilai ROI. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa seluruh sampel termasuk dalam usaha yang layak untuk diteruskan, karena nilai rata-rata ROI yang dihasilkan sampel lebih besar dari tingkat suku bunga bank per periodenya. ROI yang dihasilkan sampel adalah 3,79% dan suku bunga bank 1,22%. Selain itu, penulis juga memperhitungkan PBP dan BEP di mana hasil penelitian menunjukkan bahwa sampel peternakan membutuhkan rata-rata PBP selama 4 tahun 5 bulan untuk dapat menutup keseluruhan biaya investasinya. Selanjutnya, untuk dapat mencapai BEP sampel peternakan harus melakukan penjualan sebanyak 23 ekor per 100 ekor ayam pedaging. Kata kunci : kelayakan, peternakan ayam pedaging, ROI, PBP, BEP
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xv
ABSTRACT
FEASIBILITY STUDY OF BROILER RACE FARM OBSERVED FROM ECONOMICS AND FINANCIAL ASPECT
Fajrika Cahyaning Dewi
NIM. F0307102
The purpose of this researsch is to find out about feasibility of broiler race farm if being observed from economics and financial aspect. The samples which used in this research were five broiler farms which spread in some areas of ex-Karesidenan Surakarta. Data was collected by doing questionnaire interview to the owner or manager of the farm, and data which be used like farm’s financial data on July 2011. In this research have used the analysis of investment criteria, which was seen from value of ROI. The results of this research showed that all of the samples were categorized as feasible to be forwarded, because the average value of ROI was bigger than their bank interest rate per period. It means that ROI was 3,79% and interest rate was 1,22%. Besides, the writer also calculated PBP and BEP where the results of this research showed that samples need average of PBP for 4 years and 5 months to cover all of the invenstment costs. Moreover, to reach BEP samples must sale 23 broilers per 100 broilers. Keywords : feasibility, broiler farm, ROI, PBP, BEP
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Negara Indonesia merupakan negara yang belum mengkonsumsi daging
dengan cukup, Krissantono (2010) menyatakan bahwa konsumsi daging ayam di
Indonesia hanya 4,8 kg per kapita per tahun, sedangkan untuk konsumsi telur sebanyak
50 butir per kapita per tahun. Apabila data tersebut dibandingkan dengan Negara
ASEAN lainnya, maka konsumsi daging dan telur ayam di Indonesia masih jauh
tertinggal. Khomsan (2010) menyatakan bahwa jumlah konsumsi daging ayam
Indonesia yang hanya 4,8 kg per kapita per tahun adalah seperdelapan konsumsi
Malaysia yang mencapai angka 38 kg per kapita per tahun, dan seperenam jika
dibandingkan dengan Singapura yang mencapai 28 kg per kapita per tahunnya. Tidak
hanya konsumsi daging ayam yang rendah, konsumsi telur Indonesia pun rendah,
seperti yang dinyatakan Khomsan (2010), dengan jumlah penduduk yang besar,
konsumsi telur yang hanya 50 butir per kapita per tahun sangat kecil jika dibandingkan
dengan Jepang yang sebanyak 269 butir dan Inggris yang mencapai angka 290 butir
per kapita per tahunnya.
Rendahnya konsumsi daging dan telur ayam merupakan hal yang kurang baik,
karena daging dan telur ayam merupakan sumber protein yang dibutuhkan tubuh, dan
rendahnya tingkat konsumsi Indonesia mengindikasikan bahwa konsumsi protein
masyarakat Indonesia masih sangat kurang. Telah diketahui bahwa protein memegang
peranan yang sangat penting bagi kesehatan manusia, protein antara lain berperan
penting dalam perkembangan sel otak, memelihara dan mengganti sel yang rusak, dan
sangat berkaitan dengan tingkat intelektualitas seseorang. Peranan tersebut tidak dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
tergantikan oleh zat nutrisi lainnya, oleh karena itu protein harus ada dalam makanan
manusia.
Kebutuhan protein bagi manusia berbeda-beda tergantung kepada umur, jenis
aktivitas, dan faktor lainnya. Komposisi kebutuhan protein sebaiknya 25% dipenuhi
dari hewan, dan 75% dari protein nabati. Protein yang berasal dari hewan sangat
penting bagi manusia karena komposisi asam aminonya lebih seimbang dibandingkan
protein nabati. Selain itu, protein hewani merupakan sumber mineral penting, sumber
vitamin B12 yang tidak terdapat dalam produk nabati, dan yang lebih penting adalah
memiliki rasa yang lebih lezat. Kebutuhan protein dari hewani dapat dipenuhi hewan
air, yaitu ikan dan produk air lainnya, serta hewan ternak, seperti ayam, kambing, dan
sapi. Dari berbagai sumber protein tersebut, daging dan telur yang berasal dari ayam
merupakan sumber protein yang mudah ditemukan dan memiliki harga yang mudah
dijangkau. Namun jika melihat dari tingkat konsumsi masyarakat Indonesia terhadap
daging dan telur ayam yang merupakan sumber protein masih rendah, menandakan
bahwa masyarakat Indonesia masih kekurangan asupan protein, padahal daging dan
telur ayam merupakan sumber protein yang mudah didapatkan.
Ali Khomsan (2010) juga menyatakan, bahwa kurangnya asupan protein yang
cukup akan membuat seseorang berpikir lambat dan memiliki perkembangan otak
tidak optimal, dan dalam jangka panjang tertentu akan berdampak pada negara karena
minimnya SDM berkualitas. Dampak dari rendahnya tingkat konsumsi masyarakat
Indonesia terhadap daging dan telur akan menimbulkan akibat yang tidak baik
terhadap negara Indonesia itu sendiri. Oleh karena itu, Pemerintah menargetkan agar
dalam lima tahun ke depan konsumsi daging ayam di Indonesia bisa mencapai 7 kg per
kapita per tahun, dan telur mencapai 8 kg per kapita per tahun.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Jika melihat rendahnya konsumsi masyarakat terhadap daging dan telur ayam
serta upaya Pemerintah untuk meningkatkan konsumsi tersebut, tentunya ini
merupakan suatu peluang bagi para pengusaha perunggasan untuk mendukung
peningkatan konsumsi ayam di Indonesia. Indonesia memiliki penduduk yang banyak,
dan pendapatan masyarakat diperkirakan akan terus meningkat, tentunya faktor ini
akan mendorong peningkatan konsumsi daging dan telur ayam. Retnani et al. (2009)
menyatakan bahwa peningkatan kesejahteraan dan pendapatan masyarakat yang diikuti
dengan kesadaran akan gizi menyebabkan permintaan produk hewani menjadi tinggi.
Tentunya faktor tersebut akan mendorong peningkatan konsumsi daging dan telur
ayam, dan hal ini merupakan indikasi yang baik bagi para pengusaha ternak untuk
menjalankan usaha ternak.
Apabila melihat kondisi Indonesia saat ini, usaha ternak merupakan usaha yang
memiliki prospek yang cukup baik, terutama peternakan unggas. Suprihatin (2008)
menyatakan, komoditas unggas mempunyai prospek pasar yang baik karena didukung
oleh karakteristik produk unggas yang dapat diterima oleh masyarakat Indonesia yang
sebagian besar muslim, harga yang relatif murah dengan akses yang mudah karena
sudah merupakan barang publik, dan merupakan pendorong utama penyediaan protein
hewani nasional.
Peternakan unggas yang namanya melambung adalah peternakan ayam, baik
untuk ayam pedaging maupun petelur. Permintaan ayam pedaging (broiler) merupakan
permintaan unggas yang tertinggi dibandingkan dengan unggas lainnya, baik di dalam
negeri maupun di luar negeri. Selain terjadi di Indonesia, permintaan yang tinggi
terhadap broiler juga terjadi di negara-negara lain, di Botswana, broiler lebih populer
dibandingkan dengan ayam petelur, karena broiler memiliki siklus produksi yang lebih
singkat jika dibandingkan dengan produksi telur, dengan demikian menawarkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
pengembalian investasi yang lebih cepat (Badubi et al., 2004). Ali dan Mufazzal
(2010) menyatakan bahwa daging ayam lebih dapat diterima oleh semua jenis
konsumen di Bangladesh, tanpa ada batasan kasta dan agama, sehingga menyebabkan
permintaan terhadap broiler menjadi tinggi.
Jayanata dan Harianto (2011) menyatakan, di Indonesia bisnis broiler
menjanjikan karena permintaannya semakin meningkat dari tahun ke tahun seiring
dengan pertambahan jumlah penduduk. Sebagai contoh adalah permintaan broiler di
DKI Jakarta pada tahun 2010 telah mencapai lebih dari satu juta ekor per hari. Jumlah
di DKI Jakarta tersebut merupakan 25 – 30% dari jumlah permintaan nasional, dan
dari perkiraan tersebut dapat dihitung kebutuhan pasokan broiler secara nasional
sekitar 4,8 – 5 juta ekor per harinya. Permintaan semakin meningkat pada saat khusus,
seperti hari raya, permintaan dapat meningkat sampai 50%. Selain karena jumlah
permintaan dalam negeri yang berjumlah banyak, usaha ternak ayam broiler juga
menarik karena usaha ini adalah sebagai salah satu komoditas yang mempunyai
potensi ekspor.
Peningkatan jumlah permintaan broiler di Indonesia dari tahun ke tahun
menurut Jayanata dan Harianto (2011: 4) disebabkan oleh faktor-faktor berikut:
1. Jumlah penduduk yang terus bertambah jelas meningkatkan konsumsi bahan
pangan protein hewani, termasuk ayam.
2. Ayam merupakan sumber protein hewani yang digemari mayoritas masyarakat
Indonesia. Daging ayam mudah didapatkan dan harganya terjangkau, selain itu
pengolahannya relatif mudah.
3. Semakin banyak restoran (rumah makan) yang menyajikan menu yang berasal
dari ayam.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Selain karena faktor-faktor tersebut, Jatmiko (2010) menyatakan kekaguman orang
dan minat pemodal terhadap broiler mulai muncul setelah mengetahui bahwa broiler
dapat dijual pada umur 35-40 hari, dan pada umur itu bobot badan broiler hampir
sama dengan bobot badan ayam kampung yang berumur satu tahun. Masyarakat
Indonesia juga mengenal ayam broiler sebagai saingan ayam kampung karena
mempunyai rasa yang khas, empuk, dan dagingnya banyak. Dan daging ayam broiler
merupakan salah satu produk hewani yang paling digemari masyarakat (Retnani et al.,
2009). Daging broiler sudah banyak dikonsumsi oleh lapisan masyarakat, oleh karena
itu, upaya meningkatkan gizi masyarakat melalui protein hewani akan lebih murah dan
efektif dengan cara mengembangkan peternakan broiler (Ilham et al., 2002).
Permintaan yang tinggi akan broiler merupakan isyarat yang baik bagi para
peternak ayam pedaging agar memperluas usahanya, atau bagi para peminat usaha
ternak ayam pedaging agar segera memulai usahanya. Dan sepertinya para pengusaha
Indonesia telah menanggapi permintaan yang tinggi tersebut, dan didukung dengan
waktu pemeliharaan yang relatif singkat dan menguntungkan, maka banyak peternak
baru serta peternak musiman yang bermunculan di berbagai wilayah Indonesia,
termasuk di daerah eks-Karesidenan Surakarta, yaitu Surakarta, Karanganyar ,
Boyolali, Sukoharjo, Wonogiri, Sragen, dan Klaten.
Jumlah peternakan ayam di Karesidenan Surakarta sudah cukup banyak, baik
untuk ayam pedaging dan petelur sudah tersebar di beberapa area eks-Karesidenan
Surakarta, namun untuk ayam DOC (Daily Old Chicken) belum ada. Peternakan yang
berada di eks-Karesidenan Surakarta akan menjadi sumber penghasil daging dan telur
ayam yang dikonsumsi masyarakat eks-Karesidenan Surakarta. Karena konsumsi
masyarakat eks-Karesidenan Surakarta terhadap daging dan telur ayam cukup tinggi,
maka peternakan ayam yang menjadi pemasok kebutuhan masyarakat tersebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
haruslah memiliki kinerja dan hasil penilaian yang baik. Untuk dapat mengetahui
kelayakan dari peternakan yang berada di eks-Karesidenan Surakarta maka haruslah
dilakukan studi kelayakan bisnis, studi ini akan menentukan apakah peternakan di eks-
Karesidenan Surakarta layak untuk melanjutkan usaha atau tidak. Karena permintaan
masyarakat terhadap ayam pedaging menempati urutan yang paling tinggi, maka
penulis berpendapat agar dilakukan studi kelayakan bisnis terhadap peternakan ayam
pedaging yang berada di eks-Karesidenan Surakarta.
Penelitian kelayakan bisnis terhadap peternakan ayam pedaging telah
dilakukan, salah satunya adalah yang dilakukan Pratiwi (2008) terhadap satu usaha
ternak ayam ras pedaging di Kecamatan Grobogan dengan ditinjau dari segi ekonomi
dan keuangan, hasilnya menyatakan bahwa usaha ternak tersebut layak untuk terus
dijalankan. Sedikit berbeda dengan hasil penelitian tersebut, penelitian sejenis yang
dilakukan oleh Jatmiko (2010) pada Dinas Aneka Usaha Ternak di Desa Dawung,
Sragen, memberikan hasil bahwa usaha ini menunjukkan kerugian, tetapi layak untuk
dijalankan. Sedangkan hasil penelitian dari Nasarudin (2009) yang dilakukan pada
usaha ternak ayam potong di wilayah Parung Hijau menyatakan bahwa dilihat dari
aspek ekonomi, kinerja marketing secara umum menunjukkan status berwarna kuning,
berarti usaha ini masih layak untuk dijalankan namun kinerja marketing perlu
ditingkatkan.
Karena permintaan terhadap ayam broiler di Karesidenan Surakarta lebih besar
dibandingkan jenis ayam lainnya dan mengacu pada penelitian-penelitian tersebut,
maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian sejenis terhadap wilayah
Karesidenan Surakarta, dan penulis akan melakukan penelitian yang berjudul “Studi
Kelayakan Peternakan Ayam Ras Pedaging Ditinjau dari Aspek Ekonomi dan
Keuangan”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
B. RUMUSAN MASALAH
Jika mengacu pada topik mengenai studi kelayakan bisnis industri peternakan
ayam pedaging yang berada di eks-Karesidenan Surakarta tersebut, maka dapat dibuat
perumusan masalah yaitu, apakah peternakan ayam ras pedaging yang berada di area
eks-Karesidenan Surakarta layak diteruskan atau tidak bila ditinjau dari aspek ekonomi
dan keuangan?
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penulis melakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah
industri peternakan ayam ras pedaging yang berada di eks-Karesidenan Surakarta
layak atau tidak jika dilihat dari aspek ekonomi dan keuangannya.
D. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini memberikan kontribusi sebagai berikut:
1. Bagi penulis
Penelitian ini memberikan manfaat yang sangat besar bagi penulis, berupa
wawasan dan pengetahuan baru mengenai usaha peternakan ayam ras pedaging,
serta penerapan dan pengaplikasian nyata akan ilmu yang selama ini diperoleh di
bangku kuliah.
2. Bagi pengusaha dan pemilik modal
Manfaat yang diperoleh pengusaha atau para pemilik modal dari penelitian
ini adalah sebagai salah satu dasar untuk mengetahui kelayakan usaha yang selama
ini dijalankan, yang dapat dijadikan pertimbangan untuk kelangsungan usaha
tersebut, serta untuk peningkatan kinerja yang sudah ada.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
3. Bagi penelitian selanjutnya
Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi tambahan bagi peneliti
selanjutnya yang memiliki tema yang sama dengan penelitian ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PETERNAKAN AYAM RAS PEDAGING
Ayam ras pedaging disebut juga broiler, merupakan jenis ras unggulan hasil
persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi,
terutama dalam memproduksi daging ayam. Hingga saat ini ayam broiler telah dikenal
masyarakat Indonesia dengan berbagai kelebihannya, seperti hanya dalam waktu
singkat sudah dapat dipanen, ayam broiler merupakan ayam pedaging yang mengalami
pertumbuhan pesat pada umur 1 – 5 minggu. Dengan waktu pemeliharaan yang relatif
singkat dan menguntungkan, maka banyak peternak baru serta peternak musiman yang
bermunculan di berbagai wilayah Indonesia.
1. Jenis Ayam Pedaging
Para peternak ayam pedaging di Indonesia yang jumlahnya cukup banyak
tidak akan menghadapi kesulitan dalam menentukan pilihannya terhadap jenis
ayam ras pedaging, karena jenis ayam pedaging yang beredar di pasaran Indonesia
sudah banyak, sehingga para peternak dapat memilih jenis ayam pedaging yang
mana yang akan dijadikan ternak. Meskipun terdapat berbagai jenis ayam pedaging
yang beredar di Indonesia, namun pada dasarnya berbagai jenis ayam pedaging
tersebut memiliki daya produktifitas yang relatif sama. Jadi seandainya terdapat
perbedaan di antara berbagai jenis ayam pedaging tersebut, perbedaannya tidaklah
terlalu mencolok atau sangat kecil sekali.
Dalam menentukan pilihan jenis ayam pedaging apa yang akan dipelihara,
para peternak harus cermat dan teliti. Peternak dapat meminta daftar produktifitas
atau prestasi bibit yang dijual di poultry shop untuk dijadikan sebagai dasar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
pertimbangan untuk menentukan pilihan terhadap jenis ayam pedaging. Adapun
beberapa jenis ayam pedaging yang beredar di pasaran Indonesia adalah sebagai
berikut: Super 77, Tegel 70, ISA, Kim cross, Lohman 202, Hyline, Vdett,
Missouri, Hubbard, Shaver Starbro, Pilch, Yabro, Goto, Arbor arcres, Tatum,
Indian river, Hybro, Cornish, Brahma, Langshans, Hypeco-Broiler, Ross, Marshall
”m”, Euribrid, A.A 70, H&N, Sussex, Bromo, dan CP 707.
2. Teknis Budidaya Ayam Pedaging
Sebelum memulai usaha beternak, peternak harus menentukan lokasi yang
tepat untuk beternak. Lokasi yang baik untuk beternak adalah sebagai berikut:
a. Lokasi yang cukup jauh dari keramaian atau perumahan penduduk.
b. Lokasi mudah terjangkau dari pusat-pusat pemasaran.
c. Lokasi terpilih bersifat menetap.
Setelah memiliki lokasi untuk beternak, maka peternak harus memahami
dan memenuhi hal-hal berikut agar dapat menghasilkan hasil ternak yang
maksimal:
a. Pemilihan bibit
Bibit ayam pedaging yang baik mempunyai ciri yang sehat dan aktif
bergerak, tubuh gemuk (bentuk tubuh bulat), bulu bersih dan kelihatan
mengkilat, hidung bersih, mata tajam dan bersih, serta lubang kotoran (anus)
bersih.
b. Kondisi teknis yang ideal
1) Lokasi kandang
Kandang ideal terletak di daerah yang jauh dari pemukiman penduduk,
mudah dicapai sarana transportasi, terdapat sumber air, arahnya
membujur dari timur ke barat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
2) Pergantian udara dalam kandang
Ayam bernapas membutuhkan oksigen dan mengeluarkan
karbondioksida. Supaya kebutuhan oksigen selalu terpenuhi, ventilasi
kandang harus baik.
3) Suhu udara dalam kandang
Suhu ideal kandang sesuai umur dapat dilihat di Tabel II. 1:
Tabel II. 1
Suhu Ideal Kandang
Umur (Hari) Suhu (ºC)
1-7 34-32
8-14 29-27
15-21 26-25
22-28 24-23
29-35 23-21
4) Kemudahan mendapatkan sarana produksi
Lokasi kandang sebaiknya dekat dengan poultry shop atau toko sarana
peternakan.
c. Tata laksana pemeliharaan
1) Perkembangan
Pada awal pemeliharaan, kandang ditutupi plastik untuk menjaga
kehangatan, sehingga energi yang diperoleh dari pakan seluruhnya untuk
pertumbuhan, bukan untuk produksi panas tubuh. Kepadatan kandang
yang ideal untuk daerah tropis seperti Indonesia adalah 8-10 ekor/m2,
lebih dari angka tersebut, suhu kandang cepat meningkat terutama siang
hari pada umur dewasa yang menyebabkan konsumsi pakan menurun,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
ayam cenderung banyak minum, stress, pertumbuhan terhambat dan
mudah terserang penyakit.
2) Pakan
Pakan merupakan 70% biaya pemeliharaan ayam pedaging. Pakan
yang diberikan harus memberikan zat pakan (nutrisi) yang dibutuhkan
ayam, yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral, sehingga
pertambahan berat badan perhari (Average Daily Gain/ADG) tinggi.
Pemberian pakan menggunakan sistem ad libitum (selalu tersedia/tidak
dibatasi).
3) Vaksinasi
Vaksinasi adalah pemasukan bibit penyakit yang dilemahkan ke
tubuh ayam untuk menimbulkan kekebalan alami. Vaksinasi
dilaksanakan pada umur 4 hari dengan metode tetes mata, dengan vaksin
ND strain B1 dan pada umur 21 hari dengan vaksin ND Lasotta melalui
suntikan atau air minum. Selain vaksin-vaksin tersebut, juga terdapat
vaksinasi penting yaitu vaksinasi ND/tetelo.
4) Teknis Pemeliharaan
a) Minggu pertama (hari ke-1 – 7).
DOC dipindahkan ke indukan atau pemanas, segera diberi air
minum hangat yang ditambah POC NASA dengan dosis 1 - 2 cc/liter
air minum atau VITERNA Plus dengan dosis 1 cc/liter air minum/hari
dan gula untuk mengganti energi yang hilang selama transportasi.
Sedangkan untuk pakan dapat diberikan dengan kebutuhan 13 gr per
ekor atau 1,3 kg untuk 100 ekor ayam. Jumlah tersebut adalah
kebutuhan minimal, pada prakteknya pemberian tidak dibatasi. Pakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
yang diberikan pada awal pemeliharaan berbentuk butiran-butiran
kecil (crumbles).
b) Mulai hari ke-2 hingga ayam dipanen
Air minum yang diberikan sudah berupa air dingin dengan
penambahan POC NASA dengan dosis 1 - 2 cc/liter air minum atau
VITERNA Plus dengan dosis 1 cc/liter air minum/hari (diberikan saat
pemberian air minum yang pertama). Vaksinasi yang pertama
dilaksanakan pada hari ke-4.
c) Minggu kedua (hari ke-8 – 14)
Pemeliharaan minggu kedua masih memerlukan pengawasan
seperti minggu pertama, meskipun lebih ringan. Pemanas sudah bisa
dikurangi suhunya. Kebutuhan pakan untuk minggu kedua adalah 33
gr per ekor atau 3,3 kg untuk 100 ekor ayam.
d) Minggu ketiga (hari ke-15 – 21)
Pemanas sudah dapat dimatikan terutama pada siang hari yang
terik. Kebutuhan pakan adalah 48 gr per ekor atau 4,8 kg untuk 100
ekor. Pada akhir minggu (umur 21 hari) dilakukan vaksinasi yang
kedua menggunakan vaksin ND strain Lasotta melalui suntikan atau
air minum. Jika menggunakan air minum, sebaiknya ayam tidak
diberi air minum untuk beberapa saat dahulu, agar ayam benar-benar
merasa haus sehingga akan meminum air mengandung vaksin
sebanyak-banyaknya. Perlakuan vaksin tersebut juga tetap ditambah
POC NASA atau VITERNA Plus dengan dosis tetap.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
e) Minggu keempat (hari ke-22 – 28)
Pemanas sudah tidak diperlukan lagi pada siang hari karena
bulu ayam sudah lebat. Pada umur 28 hari, dilakukan sampling berat
badan untuk mengontrol tingkat pertumbuhan ayam. Pertumbuhan
yang normal mempunyai berat badan minimal 1,25 kg. Kebutuhan
pakan adalah 65 gr per ekor atau 6,5 kg untuk 100 ekor ayam. Kontrol
terhadap ayam juga harus ditingkatkan karena pada umur ini ayam
mulai rentan terhadap penyakit.
f) Minggu kelima (hari ke-29 – 35)
Pada minggu ini, yang perlu diperhatikan adalah tata laksana
lantai kandang. Karena jumlah kotoran yang dikeluarkan sudah
tinggi, perlu dilakukan pengadukan dan penambahan alas lantai untuk
menjaga lantai tetap kering. Kebutuhan pakan adalah 88 gr per ekor
atau 8,8 kg untuk 100 ekor ayam. Pada umur 35 hari juga dilakukan
sampling penimbangan ayam. Bobot badan dengan pertumbuhan baik
mencapai 1,8 - 2 kg. Dengan bobot tersebut, ayam sudah dapat
dipanen.
g) Minggu keenam (hari ke-36 – 42)
Jika ingin diperpanjang untuk mendapatkan bobot yang lebih
tinggi, maka kontrol terhadap ayam dan lantai kandang tetap harus
dilakukan. Pada umur ini dengan pertumbuhan yang baik, ayam sudah
mencapai bobot 2,25 kg.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
3. Manfaat Beternak Ayam Pedaging
Manfaat yang dapat diperoleh dari beternak ayam ras pedaging antara lain
sebagai:
a. Penyediaan kebutuhan protein hewani.
b. Pengisi waktu luang di masa pensiun.
c. Pendidikan dan latihan keterampilan di kalangan remaja.
d. Tabungan di hari tua.
e. Mencukupi kebutuhan keluarga (profit motif).
B. VALUE CHAIN ANALYSIS
Womack et al. (1990) dalam Widarsono (2005) mendefinisikan Value Chain
Analysis (VCA) sebagai berikut:
“ …..is a technique widely applied in the fields of operations management,
process engineering and supply chain management, for the analysis and
subsequent improvement of resource utilization and product flow within
manufacturing processes.”
Sedangkan Shank and Govindarajan (1992); Porter (2001) juga dalam
Widarsono (2005), mendefinisikan value chain analysis sebagai alat untuk memahami
rantai nilai yang membentuk suatu produk. Rantai nilai ini berasal dari seluruh
aktivitas yang dilakukan, mulai dari pengadaan bahan baku hingga sampai ke tangan
konsumen, termasuk juga pelayanan purna jual.
Jika mengacu pada pengertian-pengertian tersebut, maka value chain analysis
terhadap industri peternakan ayam adalah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
1. Ayam yang diternak (baik untuk ras pedaging maupun petelur) berasal dari telur.
2. Selanjutnya ayam tersebut dierami dan ditetaskan, sehingga dihasilkan ayam DOC
(Daily Old Chicken). DOC yang sudah lahir terbagi menjadi dua jenis, yaitu DOC
ayam ras pedaging dan ras petelur, jenis ras tergantung dari tujuan DOC tersebut
ditetaskan.
3. Para peternak akan memasok DOC sebagai bibit usaha ternak mereka, DOC yang
dipilih disesuaikan dengan usaha peternak, DOC pedaging untuk usaha ayam
broiler, dan DOC petelur untuk usaha ayam petelur.
4. Bibit DOC tersebut selanjutnya dipelihara dan dikembangkan sebagai ayam
pedaging atau petelur hingga mencapai masa panen sesuai dengan kriteria
peternak.
5. Setelah dipelihara sebagai ayam pedaging atau petelur, kemudian ayam-ayam
tersebut dapat dipanen dan diperoleh hasilnya. Hasil yang diperoleh adalah daging
untuk ayam jenis pedaging, dan telur untuk ayam petelur.
6. Daging yang dihasilkan oleh ayam jenis pedaging akan dipasarkan dan dijual
kepada masyarakat luas, yang akan mengkonsumsinya untuk memenuhi kebutuhan
gizinya (protein hewani). Konsumsi ini dapat dilakukan oleh keluarga-keluarga,
ataupun industri-industri seperti restaurant, catering, rumah makan cepat saji, dan
jenis-jenis usaha lainnya yang memerlukan daging ayam. Jika daging ayam yang
berasal dari ayam ras pedaging akan dikonsumsi oleh masyarakat, maka telur yang
berasal dari ayam petelur juga akan dijual kepada masyarakat yang membutuhkan
telur untuk memenuhi kebutuhan proteinnya, dan sama seperti ayam pedaging,
konsumsi terhadap telur mungkin dilakukan oleh keluarga-keluarga ataupun usaha-
usaha yang memerlukan telur.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
C. STUDI KELAYAKAN BISNIS
Studi kelayakan proyek atau bisnis adalah penelitian yang menyangkut
berbagai aspek baik itu dari aspek hukum, sosial ekonomi dan budaya, aspek pasar dan
pemasaran, aspek teknis dan teknologi sampai dengan aspek ekonomi dan
keuangannya, di mana itu semua digunakan untuk dasar penelitian studi kelayakan dan
hasilnya digunakan untuk mengambil keputusan apakah suatu proyek atau bisnis dapat
dikerjakan atau ditunda dan bahkan ditidakjalankan (Wikipedia, 2011). Sedangkan
Ibrahim (2009: 1) menyatakan bahwa studi kelayakan bisnis merupakan bahan
pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan, apakah menerima atau menolak dari
suatu gagasan usaha atau proyek yang direncanakan. Dalam penelitian ini, untuk dapat
menentukan apakah peternakan ayam pedaging yang berada di eks-karesidenan
Surakarta layak atau tidak, penulis akan melihat dari aspek ekonomi dan keuangannya.
D. ASPEK EKONOMI DAN KEUANGAN DALAM STUDI KELAYAKAN
Untuk melakukan uji kelayakan bisnis terhadap peternakan ayam pedaging
yang tersebar di eks-Karesidenan Surakarta, penulis akan menggunakan aspek
ekonomi dan keuangan untuk menentukan kelayakan industri tersebut. Penilaian dari
aspek ekonomi dan keuangan menyangkut dengan hal-hal berikut:
1. Investasi
Jumlah dan investasi apa saja yang diperlukan dalam rencana kegiatan
usaha atau proyek yang akan dikerjakan harus jelas, baik mengenai jumlah dan
jenisnya, maupun harga dari masing-masing investasi. Biaya investasi adalah biaya
yang diperlukan dalam pembangunan usaha atau proyek, terdiri atas pengadaan
tanah, gedung, mesin, peralatan, biaya pemasangan, biaya feasibility study, dan
biaya lainnya yang berhubungan dengan pembangunan proyek. Investasi juga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
dapat diartikan sebagai keseluruhan jumlah biaya pembangunan awal dan modal
kerja yang dibutuhkan sampai suatu usaha dapat beroperasi dan menghasilkan
produknya.
2. Pendapatan
Pendapatan merupakan arus masuk yang menambah harta bersih (ekuitas)
dari seluruh transaksi yang bersifat peripheral atas kegiatan operasional pokok
entitas dalam satu periode tertentu. Dalam SAK, IAI (2007: 23.1) menyatakan
bahwa pendapatan adalah penghasilan yang timbul dari aktivitas perusahaan yang
biasa dan dikenal dengan sebutan yang berbeda seperti penjualan, penghasilan jasa
(fees), bunga, dividen, royalti, dan sewa. Jenis pendapatan yang diperoleh dari
usaha peternakan ayam ras pedaging adalah penjualan atas ayam pedaging.
Pendapatan atau benefit yang diterima dari usaha atau proyek yang harus benar-
benar dapat diperhitungkan secara benar sehingga keputusan yang diambil untuk
periode berikutnya dapat dipertanggungjawabkan.
3. Biaya
Biaya merupakan arus keluar yang mengurangi harta bersih (ekuitas) dari
seluruh transaksi yang bersifat peripheral atas kegiatan operasional pokok entitas
dalam satu periode tertentu. IAI (2007: 13) mendefinisikan beban sebagai
penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk arus
keluar atau berkurangnya aset atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan
kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal. Istilah biaya
dan beban yang tersebut di atas memiliki pengertian yang sama. Perhitungan biaya
ini harus disusun dan dihitung sedemikian rupa sehingga tidak ada unsur biaya
yang tertinggal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Biaya operasi dan pemeliharaan terdiri atas biaya tetap (fixed cost) dan
biaya tidak tetap (variable cost), dan biaya semi variabel (semi vaiable cost). Biaya
tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap konstan tidak dipengaruhi oleh
perubahan volume kegiatan atau aktivitas sampai dengan tingkatan tertentu,
contohnya adalah biaya depresiasi, asuransi, dan bahan bakar. Sedangkan biaya
variabel adalah biaya yang jumlah totalnya akan berubah secara sebanding
(proporsional) dengan perubahan volume kegiatan, semakin besar volume kegiatan
maka semakin tinggi jumlah total biaya variabel, semakin rendah volume kegiatan
maka semakin rendah pula jumlah biaya variabelnya, contoh biaya variabel adalah
biaya bahan baku. Biaya semi variabel adalah biaya yang jumlah totalnya akan
berubah sesuai dengan perubahan volume kegiatan, akan tetapi sifat perubahannya
tidak sebanding, contohnya adalah biaya listrik. Karena perilaku biaya semi
variabel mendekati perilaku biaya tetap, maka biaya semi variabel diasumsikan
sebagai biaya tetap.
4. Laba
Laba adalah keuntungan bersih yang diperoleh dari pengurangan jumlah
keseluruhan pendapatan yang diperoleh dengan keseluruhan biaya operasional
setiap periodenya. Laba usaha dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut:
Laba = Pendapatan – Biaya
5. Analisis Kriteria Investasi
Analisis kriteria yang dimaksud ini adalah mengadakan perhitungan
mengenai feasible atau tidaknya usaha atau proyek yang dikembangkan dilihat dari
segi kriteria investasi. Analisis ini sangat diperlukan apabila usaha yang
direncanakan dalam bentuk jenis kegiatan produksi. Analisis kriteria dilihat dari
segi berikut ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
a. Return on Investment (ROI)
Return on Investment (ROI) adalah kriteria investasi yang digunakan
untuk menilai kompensasi keuangan kepada penyediaan pendanaan ekuitas dan
utang, yaitu investor dan kreditur. Rasio ini digunakan untuk melakukan
analisis profitabilitas dari suatu usaha atau proyek. ROI digunakan untuk
membandingkan laba atas investasi antara investasi-investasi yang sulit
dibandingkan dengan menggunakan nilai moneter. Sebagai contoh, suatu
investasi senilai Rp1.000.000 yang menghasilkan bunga Rp50.000 jelas
memberikan lebih banyak uang daripada investasi senilai Rp100.000 yang
memberikan bunga Rp20.000, tetapi investasi Rp100.000 memberikan ROI
yang lebih besar. Semakin tinggi ROI sebuah usaha atau proyek, maka proyek
tersebut semakin bagus kinerjanya. Rumus dari ROI adalah sebagai berikut:
Investasi TotalBersih Laba
ROI =
b. Pay Back Period (PBP)
Pay back period adalah suatu periode yang diperlukan untuk dapat
menutup kembali pengeluaran investasi dengan menggunakan aliran kas bersih
(net cash flows). Dengan demikian PBP dari suatu investasi menggambarkan
panjangnya waktu yang dibutuhkan agar dana yang tertanam pada suatu
investasi dapat diperoleh kembali seluruhnya. Ibrahim (2009: 154) menyatakan
bahwa semakin cepat pengembalian biaya investasi sebuah proyek, semakin
baik proyek tersebut, karena semakin lancar perputaran modalnya. Berikut ini
adalah formula untuk menghitung pay back period:
TahunanBersih Masuk KasAliran
dibutuhkan yang Investasi PBP =
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
c. Break-Even Point (BEP)
Analisa break-even adalah suatu teknik untuk mempelajari hubungan
antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan, dan volume kegiatan (Rianto,
2010: 359). Sedangkan break-even point adalah titik pulang pokok di mana
total revenue = total cost, sehingga perusahaan tidak mendapatkan keuntungan
atau menderita kerugian. Semakin lama sebuah perusahaan mencapai titik
pulang pokok, semakin besar saldo rugi karena keuntungan yang diterima
masih menutupi segala biaya yang telah dikeluarkan.
Perhitungan break-even point dapat dilakukan dengan menggunakan
rumus aljabar, dan dapat dlakukan dengan dua cara, yaitu:
1) Break-even point atas dasar kuantitas (Quantity).
BEP (Q) VCP
FC-
=
2) Break-even point atas dasar sales dalam Rupiah.
BEP (Rupiah)
PVC
FC
-=
1
Keterangan:
Q = Quantity (Kuantitas produk yang dihasilkan dan dijual).
FC = Fixed Cost (Biaya tetap).
P = Price (Harga jual per unit).
VC = Variable Cost (Biaya variabel per unit).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
BAB III
METODE PENELITIAN
A. POPULASI DAN SAMPEL
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan kelompok orang, peristiwa, atau hal yang
ingin diteliti oleh penulis (Sekaran, 2006). Populasi yang diteliti oleh penulis
adalah peternakan-peternakan ayam ras pedaging yang berlokasi di wilayah eks-
Karesidenan Surakarta, yaitu Surakarta, Karanganyar, Boyolali, Sukoharjo,
Wonogiri, Sragen, dan Klaten. Jumlah populasi peternakan ayam pedaging yang
terdaftar di wilayah-wilayah tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel III. 1
Populasi Ayam Pedaging di Eks-Karesidenan Surakarta Tahun 2010
No Kabupaten
Atau Kota Jumlah (Ekor)
1 Kab. Boyolali 847.025
2 Kab. Klaten 1.143.777
3 Kab. Sukoharjo 4.397.284
4 Kab. Wonogiri 220.500
5 Kab. Karanganyar 2.574.500
6 Kab. Sragen 3.163.934
7 Kota Surakarta 12.000
Jumlah 12.359.020
Sumber: Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Jawa Tengah
Informasi pada Tabel III. 1 menunjukkan bahwa jumlah keseluruhan
populasi ayam pedaging yang berada di 6 Kabupaten dan 1 Kota di area eks-
Karesidenan Surakarta pada tahun 2010 lalu adalah sejumlah 12.359.020 ekor
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
ayam. Data tersebut tersebut adalah untuk tahun 2010, dikarenakan data untuk
tahun 2011 belum tersedia.
2. Sampel
Sampel adalah sekelompok atau sebagian dari populasi, sampel terdiri atas
sejumlah anggota yang dipilih dari populasi (Sekaran, 2006). Kriteria atas sampel
yang digunakan oleh penulis adalah sebagai berikut:
a. Peternakan ayam pedaging
b. Berlokasi di area eks-Karesidenan Surakarta
c. Dapat memberikan data yang wajar
Dari penyebaran kuesioner dan observasi yang dilakukan oleh penulis
terhadap beberapa sentra peternakan ayam pedaging di eks-Karesidenan Surakarta,
terdapat beberapa peternakan yang sesuai kriteria dan bersedia untuk memberikan
data yang dibutuhkan, dengan distribusi sebagai berikut:
Tabel III. 2
Distribusi Sampel
No Nama Peternakan Lokasi Kapasitas Kandang
(Ekor)
1 Peternakan Krismanto Sambi, Boyolali 4.500
2 Peternakan Kasti Sambi, Boyolali 6.000
3 Peternakan Joko S. Tasik Madu, Karanganyar 9.000
4 Peternakan Agus S. Gondangrejo, Karanganyar 5.000
5 Peternakan Leman A Gondangrejo, Karanganyar 32.000
Tabel III. 2 menunjukkan bahwa kapasitas setiap sampel peternakan
berbeda-beda, dan apabila dijumlah akan menghasilkan kapasitas keseluruhan
sebanyak 56.500 ekor ayam. Jumlah tersebut tidak terlalu banyak apabila
dibandingkan dengan jumlah populasi ayam yang terdapat di eks-Karesidenan
Surakarta yang sebanyak 12.359.020 ekor ayam. Penulis mengalami sedikit
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
kesulitan dalam memperoleh jumlah sampel yang cukup, dikarenakan para
pengelola peternakan yang telah didatangi penulis cenderung menolak untuk
memberikan informasi mengenai data keuangan peternakan karena mereka merasa
bahwa data tersebut adalah rahasia.
B. JENIS DATA
1. Data Primer
Sekaran (2006) menyatakan bahwa data primer merupakan data mengacu
pada informasi yang diperoleh dari tangan pertama oleh peneliti yang berkaitan
dengan variabel minat untuk tujuan spesifik suatu studi. Penelitian yang dilakukan
oleh penulis menggunakan data primer yang diperoleh dari kuesioner yang
diberikan kepada pemilik atau pengelola peternakan ayam pedaging (broiler) yang
tersebar di eks-Karesidenan Surakarta, di mana pengisian kuesioner dilakukan
dengan metode wawancara. Selain pemberian kuesioner, penulis juga melakukan
pengamatan terhadap peternakan ayam pedaging yang diteliti.
2. Data Sekunder
Data sekunder mengacu pada informasi yang dikumpulkan oleh seseorang,
dan bukan peneliti yang melakukan studi mutakhir (Sekaran, 2006). Data sekunder
dapat berupa data internal atau eksternal organisasi dan diakses melalui internet,
penelusuran dokumen, atau publikasi informasi. Data sekunder yang dipakai oleh
penulis adalah literatur-literatur seperti buku, majalah, dan jurnal-jurnal ilmiah
yang berhubungan dengan masalah yang diteliti penulis yang dapat diperoleh dari
internet maupun perpustakaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
C. METODE PENGUMPULAN DATA
Metode pengumpulan data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah
dengan cara memberikan kuesioner kepada pemilik atau pengelola peternakan ayam
pedaging (broiler) yang tersebar di eks-Karesidenan Surakarta. Pengisian kuesioner
dilakukan penulis dengan cara wawancara atas pertanyaan-pertanyaan yang tertera di
kuesioner. Pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan kepada para pemilik peternakan
berkisar mengenai data inventaris peternakan, biaya-biaya yang dikeluarkan selama
proses produksi, dan penjualan yang terjadi setelah masa panen.
D. METODE ANALISIS DATA
Agar dapat mengetahui kelayakan bisnis peternakan ayam pedaging yang
tersebar di eks-Karesidenan Surakarta, penulis akan menggunakan salah satu dari
aspek studi kelayakan bisnis, yaitu aspek ekonomi dan keuangan. Dalam aspek
ekonomi dan keuangan yang dianalisa adalah:
1. Investasi.
2. Pendapatan.
3. Biaya.
4. Laba.
5. Kriteria investasi yang dilihat dari segi Return on Investment (ROI), Pay Back
Period (PBP), dan Break-Even Point (BEP).
Untuk dapat menentukan kelayakan bisnis peternakan ayam pedaging yang
tersebar di Karesidenan Surakarta, penulis akan melakukan analisis dengan cara
menghitung kriteria-kriteria investasi berikut ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
1. Return on Investment (ROI)
Semakin tinggi ROI sebuah usaha atau proyek, maka proyek tersebut
semakin bagus kinerjanya, dan proyek tersebut semakin layak. Suatu usaha
dikatakan layak apabila ROI lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku pada
saat usaha tersebut diusahakan. Tingkat suku bunga yang digunakan adalah tingkat
suku bunga pinjaman bank responden pada saat survey dilaksanakan. Apabila ROI
> tingkat suku bunga pinjaman, berarti proyek layak, sedangkan jika ROI < tingkat
suku bunga pinjaman, proyek tidak feasible (layak).
2. Pay Back Period (PBP)
PBP dapat digunakan untuk menilai kualitas sebuah proyek, semakin
cepat pengembalian investasi sebuah proyek, maka semakin baik proyek tersebut.
3. Break-Even Point (BEP)
Semakin lama sebuah proyek mencapai break-even point, semakin besar
saldo rugi karena keuntungan yang diterima masih menutupi segala biaya yang
telah dikeluarkan. Sehingga akan lebih baik apabila sebuah proyek semakin cepat
dalam mencapai BEP-nya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. PELAKSANAAN PENELITIAN
Penelitian yang dilakukan oleh penulis dilaksanakan pada Bulan Juli-Agustus
2011, yaitu dengan melakukan pemberian kuesioner kepada beberapa pemilik atau
pengelola peternakan ayam pedaging yang tersebar di eks-Karesidenan Surakarta,
tepatnya di Kabupaten Boyolali dan Karanganyar. Dari kedua kabupaten tersebut,
penulis memperoleh data dari 5 buah peternakan ayam pedaging, yaitu Peternakan
Krismanto dan Peternakan Kasti yang terletak di daerah Sambi, Boyolali, serta
Peternakan Joko S., Peternakan Agus S., dan Peternakan Leman A. yang berlokasi di
daerah Tasik Madu dan Gondangrejo, Karanganyar.
B. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Studi kelayakan merupakan cara untuk menentukan apakah suatu usaha atau
proyek layak untuk terus dijalankan atau tidak. Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan salah satu aspek dalam menentukan kelayakan yaitu aspek ekonomi dan
keuangan. Berdasarkan data-data yang telah diperoleh dan diolah oleh penulis, berikut
adalah pembahasan mengenai kelayakan usaha peternakan ayam pedaging yang
tersebar di eks-Karesidenan Surakarta apabila dilihat dari segi ekonomi dan keuangan:
1. Investasi
Dalam pembangunan sebuah peternakan ayam pedaging, peternak harus
mempersiapkan investasi berupa aktiva-aktiva yang terkait dengan pembangunan
dan pelaksanaan usaha tersebut. Aktiva-aktiva yang terkait dengan pembangunan
usaha antara lain adalah tanah, kandang ayam, gudang penyimpanan dan mess
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
untuk pegawai, sarana transportasi seperti mobil ataupun motor, serta
perlengkapan kandang lainnya seperti tempat makan, tempat minum, pemanas,
dan terpal. Selain aktiva-aktiva tersebut, aktiva-aktiva yang dibutuhkan dalam
pelaksanaan usaha setiap periodenya juga harus diperhitungkan, seperti kas yang
digunakan untuk pembayaran gaji pegawai dan listrik, piutang usaha, serta
persediaan ayam, konsentrat, vaksin dan obat, bahan bakar, dan juga sekam. Jadi,
untuk menjalankan sebuah usaha peternakan ayam, peternak harus menyediakan
aktiva-aktiva untuk investasi tersebut.
Jumlah dan jenis investasi yang dimiliki oleh sampel dalam penelitian ini
berbeda-beda, dipengaruhi oleh kapasitas peternakan dan juga kemampuan
pemilik peternakan dalam mendanai pembangunan peternakan. Mayoritas jumlah
investasi yang ada dipengaruhi oleh kapasitas peternakan, tetapi untuk investasi
yang berupa persediaan ayam, perbedaan jumlah yang ada disebabkan oleh
jumlah umur ayam pada saat penelitian dilakukan. Tabel IV. 1 berikut ini berisi
rincian mengenai nilai persediaan ayam pedaging, di mana ditunjukkan bahwa
jumlah nilai total persediaan ayam seluruh sampel peternakan ayam pedaging per
31 Juli 2011 adalah sebesar Rp634.552.455,00, dengan jumlah ayam keseluruhan
sebanyak 56.500 ekor dan rata-rata umur ayam adalah 13 hari:
Tabel IV. 1
Perincian Nilai Persediaan Ayam Pedaging per 31 Juli 2011
No Nama Aktiva Nama Peternakan
Total Peternakan Krismanto
Peternakan Kasti
Peternakan Joko S.
Peternakan Agus S.
Peternakan Leman A
1 Periode
Pemeliharaan Ayam
39 39 35 32 34 36
2 Nilai Ayam per Ekor per Periode 24.557 23.866 21.997 22.387 23.946 23.351
3 Umur Ayam saat Penelitian 7 15 22 2 19 13
4 Jumlah Ayam yang Dimiliki 4.500 6.000 9.000 5.000 32.000 56.500
Nilai Persediaan Ayam 19.834.450 55.076.151 124.440.762 6.995.918 428.205.175 634.552.455
Sumber: Data yang diolah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Berdasarkan hasil perhitungan nilai persediaan ayam yang tercantum
pada Tabel IV. 1 dan dari data lain yang telah diperoleh dari peternakan sampel,
maka dapat disusun sebuah daftar investasi peternakan ayam pedaging per 31
Juli 2011 yang tercakup pada Tabel IV. 2. Jika melihat Tabel IV. 2, nilai aktiva
tetap yang tertera pada tabel tersebut adalah nilai aktiva yang dinilai dengan
menggunakan nilai sekarang aktiva pada saat penelitian dilakukan. Apabila
melihat tabel tersebut, aktiva tetap tidak dikurangi biaya depresiasi, hal ini
dikarenakan ukuran sampel peternakan yang tidak terlalu besar, sehingga
pencatatan aktivitas keuangannya tidak terlalu memadai, dan menyebabkan tidak
adanya perhitungan terhadap biaya depresiasi aktiva tetap.
Dari informasi yang terdapat pada Tabel IV. 2, dapat diambil kesimpulan
bahwa untuk dapat menjalankan peternakan ayam pedaging dengan jumlah ayam
yang dipelihara sebanyak 100 ekor dibutuhkan rata-rata investasi sejumlah
Rp7.321.691,00. Perhitungan jumlah investasi untuk per 100 ekor ayam adalah
dengan cara berikut:
kandang Kapasitas
100kapasitasseluruh per Total ayamekor 100per Total ÷÷
ø
öççè
æ´=
Sedangkan untuk menjalankan peternakan ayam pedaging dengan jumlah ayam
yang dipelihara sejumlah total keseluruhan ayam yang dipelihara oleh seluruh
sampel peternakan yaitu 56.500 ekor, maka dibutuhkan investasi sejumlah
Rp4.136.755.345,00, yang terdiri atas aktiva lancar sejumlah
Rp2.415.606.845,00 dan aktiva tetap sejumlah Rp1.721.148.500,00.
Selain informasi-informasi tersebut, informasi lain yang ditunjukkan oleh
Tabel IV. 2 adalah bahwa sampel peternakan yang memiliki jumlah total
investasi paling besar untuk memelihara 100 ekor ayam adalah Peternakan Agus
S. yaitu sebesar Rp10.373.302,00 dan peternakan yang memiliki investasi paling
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
kecil adalah Peternakan Leman A, dengan investasi sebesar Rp6.362.944,00
untuk memelihara ayam sebanyak 100 ekor ayam.
Tabel IV. 2
Investasi Peternakan Ayam Pedaging Per 100 Ekor Ayam
Per 31 Juli 2011
No Nama Investasi Nama Peternakan
Total Peternakan Krismanto
Peternakan Kasti
Peternakan Joko S.
Peternakan Agus S.
Peternakan Leman A
Aktiva Lancar 1 Kas 2.274.480 2.248.740 2.816.100 1.494.400 6.190.720 15.024.440
2 Piutang Usaha 64.209.600 82.320.000 116.109.000 58.310.000 395.136.000 716.084.600
3 Persediaan Ayam 19.834.450 55.076.151 124.440.762 6.995.918 428.205.175 634.552.455
4 Persediaan Konsentrat 86.521.500 112.554.000 151.174.800 78.000.000 556.577.280 984.827.580
5 Persediaan Vaksin dan Obat 1.547.910 2.110.680 2.929.500 3.000.000 36.992.000 46.580.090
6 Persediaan Bahan Bakar 124.605 149.760 749.700 770.000 7.137.280 8.931.345
7 Persediaan Sekam 2.500.875 2.999.880 2.501.100 124.800 1.479.680 9.606.335
Jumlah Aktiva Lancar 177.013.420 257.459.211 400.720.962 148.695.118 1.431.718.135 2.415.606.845
Aktiva Tetap
8 Tanah 56.610.000 75.000.000 180.000.000 200.000.000 18.000.000 529.610.000
9 Bangunan 6.000.000 5.000.000 16.000.000 15.000.000 20.000.000 62.000.000
10 Kandang 80.000.000 85.000.000 180.000.000 135.000.000 450.000.000 930.000.000
11 Tempat Minum 10.400.000 13.975.000 9.600.000 8.960.000 52.920.000 95.855.000
12 Tempat Makan 8.050.000 9.200.000 1.339.500 4.800.000 28.800.000 52.189.500
13 Pemanas 400.000 500.000 8.550.000 5.460.000 32.400.000 47.310.000
14 Litter 400.000 550.000 180.000 750.000 2.304.000 4.184.000
Jumlah Aktiva Tetap 161.860.000 189.225.000 395.669.500 369.970.000 604.424.000 1.721.148.500
TOTAL INVESTASI PER SELURUH KAPASITAS
338.873.420 446.684.211 796.390.462 518.665.118 2.036.142.135 4.136.755.345
15 Jumlah Persediaan Ayam (Ekor) 4.500 6.000 9.000 5.000 32.000 56.500
16 Kapasitas Kandang (Ekor) 4.500 6.000 9.000 5.000 32.000 56.500
TOTAL INVESTASI PER 100 EKOR AYAM
7.530.520 7.444.737 8.848.783 10.373.302 6.362.944 7.321.691
Sumber: Data yang diolah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
2. Pendapatan
Pendapatan diperoleh dari penjualan barang-barang produksi, dan barang
yang diproduksi oleh usaha peternakan ayam pedaging adalah ayam-ayam
pedaging itu sendiri. Jumlah pendapatan dapat dihitung dengan cara mengkalikan
jumlah kg ayam yang dipanen dengan harga jualnya, dalam perhitungan tersebut
sebaiknya menggunakan harga jual pada harga normal atau “biasanya”. Selain
keuntungan dari penjualan tersebut peternak juga berpeluang memperoleh
keuntungan lainnya, yaitu komisi dari Kemitraan, yang diperoleh apabila
terdapat selisih harga antara harga jual yang ditentukan oleh kemitraan dengan
harga jual di pasar.
Dengan menggunakan perhitungan harga normal, maka dapat
diperhitungkan pendapatan sebagai berikut:
Tabel IV. 3
Pendapatan Peternakan Ayam Pedaging per 100 Ekor Ayam per Periode
No Keterangan Satuan Nama Peternakan
Total Peternakan Krismanto
Peternakan Kasti
Peternakan Joko S.
Peternakan Agus S.
Peternakan Leman A
1 Jumlah DOC Ekor 100 100 100 100 100 100
2 Resiko Kematian % 2% 2% 3% 4% 2% 3%
3 Jumlah Ayam Terjual Ekor 98 98 97 96 98 97
4 Jumlah Kg Terjual per Ayam Ekor 2,1 2 1,9 1,7 1,7 1,9
5 Jumlah Kg Terjual
per 100 Ekor Ayam
Ekor 203,84 196 184,3 163,2 166,6 183
6 Harga Jual Ayam
per Kg (Normal)
Rupiah 14.000 14.000 14.000 14.000 14.000 14.000
Total Penjualan
Ayam per 100 Ekor
Rupiah 2.853.760 2.744.000 2.580.200 2.332.400 2.469.600 2.595.992
7 Jumlah Kapasitas Ekor 4.500 6.000 9.000 5.000 32.000 56.500
Total Penjualan
Ayam per Seluruh Kapasitas
Rupiah 128.419.200 164.640.000 232.218.000 116.620.000 790.272.000 1.432.169.200
Sumber: Data yang diolah
Perhitungan pendapatan sampel peternakan ayam pedaging, dapat
dilakukan dengan mengkalikan jumlah kg ayam terjual dengan harga jualnya
pada harga normal, di mana jumlah kg ayam terjual tersebut harus dikurangkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
dengan resiko kematian terlebih dahulu, yang jumlah rata-ratanya sebesar 3%
dari jumlah ayam yang dipelihara. Dari Tabel IV. 3 yang berada di halaman
sebelumnya, dapat diketahui jumlah rata-rata penjualan yang diperoleh oleh
sampel peternakan ayam pedaging yang diperhitungkan dengan menggunakan
harga normal setiap periodenya untuk 100 ekor ayam yaitu sebesar
Rp2.595.992,00. Dengan jumlah ayam terjual sebanyak 100 ekor ayam,
peternakan yang menghasilkan penjualan paling banyak adalah Peternakan
Krismanto, dengan penjualan sebesar Rp2.853.760,00, dan peternakan yang
menghasilkan penjualan paling sedikit adalah Peternakan Agus S. dengan
penjualan sejumlah Rp2.332.400,00. Untuk jumlah pendapatan yang diperoleh
per seluruh kapasitas (56.500 ekor) adalah sebesar Rp1.432.169.200,00.
3. Biaya
Biaya operasi dan pemeliharaan dalam penelitian ini terbagi menjadi dua,
yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost), berikut ini
adalah pembahasannya:
a. Biaya tetap (Fixed cost)
Biaya tetap yang dikeluarkan dalam usaha peternakan ayam
pedaging terdiri atas biaya depresiasi kandang dan bangunan, biaya bahan
bakar, biaya gaji pegawai, biaya listrik, dan biaya sekam. Berikut ini adalah
pembahasan mengenai biaya tetap tesebut:
1) Biaya depresiasi
Dari sejumlah aktiva tetap yang dimiliki oleh peternakan ayam
pedaging, terdapat beberapa aktiva yang harus dihitung biaya depresiasi
per periodenya, yaitu kandang dan bangunan. Sampel peternakan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah peternakan yang ukurannya tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
terlalu besar, sehingga dalam pencatatan dan perhitungan aktivitas
keuangannya belum terlalu memadai, termasuk dalam
memperhitungkan biaya depresiasi, sampel belum memperhitungkan
biaya depresiasi setiap periodenya. Untuk dapat menghitung
keseluruhan biaya dan laba usaha, serta mengetahui kelayakan usaha
sampel peternakan, penulis melakukan perhitungan terhadap biaya
depresiasi berdasarkan data yang diperoleh. Dari hasil perhitungan
biaya depresiasi yang terdapat pada Tabel IV. 4 dan IV. 5, dapat
diketahui jumlah rata-rata biaya depresiasi peternakan ayam pedaging
per periode per 100 ekor ayam, di mana jumlah biaya depresiasi
kandang adalah Rp18.016,00, bangunan sebesar Rp723,00, dan total
biaya depresiasi keseluruhan adalah Rp90.804,00. Untuk biaya
depresiasi per seluruh kapasitas (56.500 ekor) adalah sebesar
Rp8.864.384 untuk kandang, Rp294.384,00 untuk bangunan, dan
apabila dijumlah maka total biaya depresiasi keseluruhan untuk seluruh
kapasitas adalah sebesar Rp9.158.767,00.
Tabel IV. 4
Perincian Biaya Depresiasi Kandang per 100 Ekor Ayam per Periode
No Keterangan Satuan Nama Peternakan
Total Peternakan Krismanto
Peternakan Kasti
Peternakan Joko S.
Peternakan Agus S.
Peternakan Leman A
1 Nilai Buku Kandang Rupiah 80.000.000 85.000.000 180.000.000 67.500.000 75.000.000 487.500.000
2 Unit Buah 1 1 1 2 6 11
3 Total Nilai Buku Kandang Rupiah 80.000.000 85.000.000 180.000.000 135.000.000 450.000.000 930.000.000
4 Masa Manfaat Tahun 10 10 10 10 10 10
5 Tingkat Depresiasi % 10% 10% 10% 10% 10% 10%
6 Periode Pemeliharaan Hari 39 39 35 32 34 36
Jumlah Biaya Depresiasi
per Seluruh Kapasitas Rupiah 854.795 908.219 1.726.027 1.183.562 4.191.781
8.864.384
7 Jumlah Ayam Ekor 4.500 6.000 9.000 5.000 32.000 56.500
Jumlah Biaya Depresiasi
per 100 Ekor Ayam Rupiah 18.995 15.137 19.178 23.671 13.099
18.016
Sumber: Data yang diolah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Tabel IV. 5
Perincian Biaya Depresiasi Bangunan per 100 Ekor Ayam per Periode
No Keterangan Satuan Nama Peternakan
Total Peternakan Krismanto
Peternakan Kasti
Peternakan Joko S.
Peternakan Agus S.
Peternakan Leman A
1 Nilai Buku Bangunan Rupiah 6.000.000 5.000.000 8.000.000 5.000.000 5.000.000 29.000.000
2 Unit Buah 1 1 2 3 4 11
3 Total Nilai Buku Bangunan Rupiah 6.000.000 5.000.000 16.000.000 15.000.000 20.000.000 62.000.000
4 Masa Manfaat Tahun 20 20 20 20 20 100
5 Tingkat Depresiasi % 5% 5% 5% 5% 5% 0
6 Periode Pemeliharaan Hari 39 39 35 32 34 179
Jumlah Biaya Depresiasi per Seluruh Kapasitas
Rupiah 32.055 26.712 76.712 65.753 93.151
294.384
7 Jumlah Ayam Ekor 4.500 6.000 9.000 5.000 32.000 56.500
Jumlah Biaya Depresiasi per 100 Ekor Ayam
Rupiah 712 445 852 1.315 291 723
Sumber: Data yang diolah
2) Biaya bahan bakar
Jenis bahan bakar yang digunakan oleh sampel peternakan
berbeda-beda, tergantung dari jenis brooder (pemanas) yang digunakan,
ada peternakan yang menggunakan gasolec, maupun drum yang
dipanaskan menggunakan serbuk gergaji. Berikut ini adalah rincian
penggunaan biaya bahan bakar sampel peternakan:
Tabel IV. 6
Perincian Biaya Bahan Bakar per 100 Ekor Ayam per Periode
No Keterangan Satuan Nama Peternakan
Total Peternakan Krismanto
Peternakan Kasti
Peternakan Joko S.
Peternakan Agus S.
Peternakan Leman A
1 Jenis Bahan Bakar
- Serbuk gergaji
Serbuk gergaji
Gas Gas Gas -
2 Jumlah yang Dibutuhkan
Pack/Tabung 25 30 10 10 60 135
3 Harga Bahan
Bakar Rupiah 5.000 5.000 75.000 77.000 78.000 48.000
Jumlah Biaya Bahan Bakar per Seluruh Kapasitas
Rupiah 125.000 150.000 750.000 770.000 4.680.000 6.475.000
4 Jumlah Ayam Ekor 4.500 6.000 9.000 5.000 32.000 56.500
Jumlah Biaya Bahan Bakar per 100 Ekor Ayam
Rupiah 2.778 2.500 8.333 15.400 14.625 8.727
Sumber: Data yang diolah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Jika melihat Tabel IV. 6, dapat diketahui bahwa jumlah rata-rata
biaya bahan bakar yang dikeluarkan oleh sampel peternakan ayam
pedaging untuk jumlah ayam sebanyak 100 ekor setiap periodenya
adalah sebesar Rp8.727,00. Peternakan yang mengeluarkan biaya bahan
bakar paling besar untuk 100 ekor ayam adalah peternakan Agus S.
yaitu sebesar Rp15.400,00, dan peternakan yang mengeluarkan biaya
bahan bakar paling sedikit adalah Peternakan Kasti dengan jumlah
Rp2.500,00. Sedangkan untuk biaya bahan bakar keseluruhan yang
dikeluarkan sampel peternakan untuk seluruh kapasitas dengan jumlah
56.500 ekor ayam adalah sebesar Rp6.475.000,00 setiap periodenya.
3) Biaya gaji pegawai
Untuk melaksanakan usaha peternakan ayam pedaging,
dibutuhkan beberapa pegawai untuk mengurus kandang, memberi
pakan ayam, dan melaksanakan proses produksi lainnya, dan pegawai-
pegawai tersebut harus diberikan gaji setiap bulannya. Berdasarkan data
yang tercantum pada Tabel IV. 7, diketahui bahwa jumlah rata-rata
biaya gaji pegawai sampel peternakan ayam pedaging setiap periodenya
untuk memelihara 100 ekor ayam adalah sebesar Rp36.133,00.
Peternakan yang mengeluarkan biaya gaji paling besar untuk 100 ekor
ayam adalah peternakan Krismanto, yaitu sebesar Rp57.778,00,
sedangkan biaya gaji terkecil dikeluarkan oleh Peternakan Leman A,
yaitu sebesar Rp16.823,00. Untuk pemeliharaan seluruh kapasitas
sebanyak 56.500 ekor ayam, seluruh sampel peternakan harus
mengeluarkan biaya gaji sebesar Rp15.120.000,00. Berikut ini adalah
Tabel IV. 7 yang membahas biaya gaji tersebut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Tabel IV. 7
Perincian Biaya Gaji Pegawai per 100 Ekor Ayam per Periode
No Keterangan Satuan Nama Peternakan
Total Peternakan Krismanto
Peternakan Kasti
Peternakan Joko S.
Peternakan Agus S.
Peternakan Leman A
1 Jumlah Pegawai Orang 2 2 3 2 5 14
2 Gaji per Bulan Rupiah 1.000.000 1.000.000 900.000 650.000 950.000 900.000
3 Jumlah Biaya
Gaji per Bulan (30 hari)
Rupiah 2.000.000 2.000.000 2.700.000 1.300.000 4.750.000 12.750.000
4 Periode
Pemeliharaan Ayam
Hari 39 39 35 32 34 36
Jumlah Biaya Gaji per Seluruh Kapasitas per Periode
Rupiah 2.600.000 2.600.000 3.150.000 1.386.667 5.383.333 15.120.000
5 Jumlah Ayam Ekor 4.500 6.000 9.000 5.000 32.000 56.500
Jumlah Biaya Gaji per 100 Ekor Ayam
Rupiah 57.778 43.333 35.000 27.733 16.823 36.133
Sumber: Data yang diolah
4) Biaya Listrik
Biaya listrik yang harus dikeluarkan oleh sampel peternakan
berbeda-beda, di bawah ini adalah rincian perhitungan biaya listrik per
bulan dan per periode sampel peternakan ayam pedaging:
Tabel IV. 8
Perincian Biaya Listrik per 100 Ekor Ayam per Periode
No Keterangan Satuan Nama Peternakan
Total Peternakan Krismanto
Peternakan Kasti
Peternakan Joko S.
Peternakan Agus S.
Peternakan Leman A
1 Biaya Listrik per Bulan Rupiah 249.750 230.400 99.900 100.500 1.296.000
395.310
2 Periode
Pemeliharaan Ayam
Hari 39 39 35 32 34 36
Biaya Listrik per Seluruh Kapasitas per Periode
Rupiah 324.675 299.520 116.550 107.200 1.468.800 2.316.745
3 Jumlah Ayam Ekor 4.500 6.000 9.000 5.000 32.000 56.500
Jumlah Biaya Listrik per 100 Ekor Ayam
Rupiah 7.215 4.992 1.295 2.144 4.590 4.047
Sumber: Data yang diolah
Apabila mengamati Tabel IV. 8, dapat diketahui bahwa rata-rata
biaya listrik yang harus dikeluarkan peternakan ayam pedaging untuk
memelihara 100 ekor ayam setiap periodenya adalah sebesar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Rp4.047,00. Peternakan yang mengeluarkan biaya listrik paling besar
adalah Peternakan Krismanto yang mengeluarkan biaya sebesar
Rp7.215,00 per 100 ekor ayam, dan peternakan yang mengeluarkan
biaya paling sedikit adalah Peternakan Joko S. yaitu sebesar
Rp1.295,00 per 100 ekor ayam. Untuk total keseluruhan kapasitas,
dibutuhkan biaya listrik sebesar Rp2.316.745,00 per 56.500 ekor ayam.
5) Biaya sekam
Dalam satu periode panen, peternakan membutuhkan sekam
yang digunakan untuk alas kandang. Alas kandang tersebut berfungsi
untuk penadah kotoran dan untuk pelindung agar ayam berusia 1-7 hari
tidak jatuh ke bawah kandang. Berdasarkan Tabel IV. 9, dapat dilihat
bahwa total biaya sekam per periode yang harus dikeluarkan oleh
sampel peternakan ayam pedaging berjumlah Rp9.610.000,00, jumlah
tersebut untuk total ayam keseluruhan sebanyak 56.500 ekor.
Sedangkan untuk rata-rata biaya sekam per 100 ekor ayam per periode
adalah sebesar Rp28.095,00. Untuk biaya sekam per 100 ekor ayam
dengan jumlah paling besar dikeluarkan oleh Peternakan Krismanto,
yaitu sebesar Rp55.556,00, sedangkan biaya sekam terkecil dikeluarkan
oleh Peternakan Agus S. yang memelihara Rp2.500,00. Perincian
mengenai penggunaan sekam oleh sampel peternakan dapat dilihat di
Tabel IV. 9 berikut ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Tabel IV. 9
Perincian Biaya Sekam per 100 Ekor Ayam per Periode
No Keterangan Satuan Nama Peternakan
Total Peternakan Krismanto
Peternakan Kasti
Peternakan Joko S.
Peternakan Agus S.
Peternakan Leman A
1 Jumlah Sekam
yang Dibutuhkan
Pack 500 600 1.000 50 165 2.315
2 Harga Sekam Rupiah 5.000 5.000 2.500 2.500 9.000 4.800
Biaya Sekam per Seluruh Kapasitas
Rupiah 2.500.000 3.000.000 2.500.000 125.000 1.485.000 9.610.000
3 Jumlah Ayam Ekor 4.500 6.000 9.000 5.000 32.000 56.500
Jumlah Biaya Sekam per 100 Ekor Ayam
Rupiah 55.556 50.000 27.778 2.500 4.641 28.095
Sumber: Data yang diolah
Dari tabel perincian biaya-biaya yang tercakup dalam biaya tetap di
atas, maka dapat dibuat ringkasan tabel biaya tetap, yang dapat dilihat pada
Tabel IV. 10. Berdasarkan tabel IV. 10 tersebut dapat diketahui bahwa rata-
rata biaya tetap yang harus dikeluarkan oleh sampel peternakan ayam
pedaging setiap periodenya untuk 100 ekor ayam adalah sebesar
Rp95.742,00. Informasi lainnya adalah bahwa Peternakan Krismanto
merupakan peternakan yang mengeluarkan total biaya tetap per 100 ekor
yang paling besar apabila dibandingkan dengan sampel lainnya, yaitu
sebesar Rp143.034,00, sedangkan pengeluaran biaya tetap terkecil
dikeluarkan oleh Peternakan Leman A, dengan jumlah sebesar
Rp54.069,00. Dari Tabel IV. 10 juga diketahui bahwa biaya tetap
keseluruhan yang harus dikeluarkan sampel peternakan untuk 56.500 ekor
ayam adalah sebesar Rp42.680.512,00.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Tabel IV. 10
Perincian Biaya Tetap Peternakan Ayam Pedaging per 100 Ekor Ayam per Periode
No Biaya Tetap Satuan Nama Peternakan
Total Peternakan Krismanto
Peternakan Kasti
Peternakan Joko S.
Peternakan Agus S.
Peternakan Leman A
1 Depresiasi
Kandang Rupiah 18.995 15.137 19.178 23.671 13.099 18.016
Bangunan Rupiah 712 445 852 1.315 291 723
Total Depresiasi
Rupiah 19.708 15.582 20.030 24.986 13.390 18.739
2 Bahan Bakar Rupiah 2.778 2.500 8.333 15.400 14.625 8.727
3 Listrik Rupiah 57.778 43.333 35.000 27.733 16.823 36.133
4 Tenaga Kerja Rupiah 7.215 4.992 1.295 2.144 4.590 4.047
5 Sekam Rupiah 55.556 50.000 27.778 2.500 4.641 28.095
Total Biaya Tetap per 100 Ekor Ayam
Rupiah 143.034 116.408 92.437 72.764 54.069 95.742
6 Jumlah Ayam Ekor 4.500 6.000 9.000 5.000 32.000 56.500
Total Biaya Tetap per Seluruh Kapasitas
Rupiah 6.436.524 6.984.452 8.319.290 3.638.182 17.302.065 42.680.512
Sumber: Data yang diolah
b. Biaya variabel (Variable cost)
Biaya variabel terdiri atas biaya pembelian DOC, pembelian pakan
(jenis pakan yang digunakan oleh sampel peternakan dalam penelitian ini
adalah konsentrat), dan pembelian vaksin dan obat. Berikut ini adalah
pembahasan biaya-biaya tersebut:
1) Biaya pembelian DOC
Tabel IV. 11 berikut ini berisi perincian biaya pembelian DOC
yang dilakukan oleh sampel peternakan ayam pedaging, di mana rata-
rata biaya pembelian DOC per 100 ekor ayam adalah sebesar
Rp420.000,00 setiap periodenya. Untuk biaya per 100 ekor ayam,
peternakan yang mengeluarkan biaya DOC paling tinggi adalah
Peternakan Agus S. dan Leman A, dengan biaya Rp480.000,00
sedangkan biaya DOC paling sedikit dikeluarkan oleh Peternakan
Krismanto dan Kasti dengan jumlah sebesar Rp370.000,00. Dari Tabel
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
IV. 11 berikut ini juga diketahui bahwa total biaya untuk 56.500 ekor
ayam adalah sebesar Rp252.450.000,00:
Tabel IV. 11
Perincian Biaya Pembelian DOC per 100 Ekor Ayam per Periode
No Fixed Cost Satuan Nama Peternakan
Total Peternakan Krismanto
Peternakan Kasti
Peternakan Joko S.
Peternakan Agus S.
Peternakan Leman A
1 Harga DOC Rupiah 3.700 3.700 4.000 4.800 4.800 4.200
2 Jumlah Ayam Ekor 4.500 6.000 9.000 5.000 32.000 56.500
Biaya DOC per Seluruh Kapasitas
Rupiah 16.650.000 22.200.000 36.000.000 24.000.000 153.600.000 252.450.000
Biaya DOC per 100 Ekor Ayam
Rupiah 370.000 370.000 400.000 480.000 480.000 420.000
Sumber: Data yang diolah
2) Biaya pembelian pakan (konsentrat)
Tabel IV. 12 berikut ini berisi jenis, jumlah, dan nilai konsentrat
yang digunakan oleh sampel peternakan ayam pedaging per 100 ekor
ayam setiap periodenya. Dari Tabel IV. 12 dapat dilihat bahwa rata-rata
biaya pembelian pakan peternakan ayam pedaging per 100 ekor ayam
untuk satu periodenya adalah sebesar Rp1.755.525,00. Dengan
pengeluaran biaya pembelian pakan per 100 ekor ayam, dapat diketahui
bahwa peternakan yang mengeluarkan biaya paling besar adalah
Peternakan Krismanto, dengan biaya sebesar Rp1.922.700,00, dan
peternakan yang biaya pakannya paling kecil adalah Peternakan Agus
S. dengan biaya sebesar Rp11.560.000,00. Berdasarkan informasi pada
Tabel IV. 12, juga diketahui total biaya pakan yang dibutuhkan untuk
memelihara seluruh kapasitas sebanyak 56.500 ekor adalah sebesar
Rp984.827.580,00 setiap periodenya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Tabel IV. 12 Perincian Biaya Pembelian dan Pemakaian Pakan per 100 Ekor Ayam per Periode
No Keterangan Satuan Nama Peternakan
Total Peternakan Krismanto
Peternakan Kasti
Peternakan Joko S.
Peternakan Agus S.
Peternakan Leman A
1 Periode Pemeliharaan Ayam
Hari 39 39 35 32 34 36
2 Minggu 1 (1-7 hari)
Jenis Konsentrat Merk BRO I N BRO I N S10 S10 S10 -
Dosis Konsentrat Kg 69,02 67,34 15,60 17 15,70 185
Harga Konsentrat Rupiah 5.000 5.000 5.600 5.200 5.800 5.320
Nilai Konsentrat Rupiah 345.100 336.700 87.360 89.440 91.060 949.660
3 Minggu 2 (8-14 hari)
Jenis Konsentrat Merk BRO I N BRO I N S10 S10 S11 -
Dosis Konsentrat Kg 69,02 67,34 39,40 45 40,80 261
Harga Konsentrat Rupiah 5.000 5.000 5.600 5.200 5.800 5.320
Nilai Konsentrat Rupiah 345.100 336.700 220.640 232.440 236.640 1.371.520
4 Minggu 3 (15-21 hari)
Jenis Konsentrat Merk BRO I N BRO I N S11 S11 S11 -
Dosis Konsentrat Kg 69,02 67,34 60,40 69 62,92 328
Harga Konsentrat Rupiah 5.000 5.000 5.600 5.200 5.800 5.320
Nilai Konsentrat Rupiah 345.100 336.700 338.240 357.240 364.936 1.742.216
5 Minggu 4 (22-28 hari)
Jenis Konsentrat Merk BRO I N BRO I N S12 S11 & s12 S12 -
Dosis Konsentrat Kg 69,02 67,34 83,15 96 88,08 404
Harga Konsentrat Rupiah 5.000 5.000 5.600 5.200 5.800 5.320
Nilai Konsentrat Rupiah 345.100 336.700 465.640 500.240 510.864 2.158.544
6 Minggu 5 (29-35 hari)
Jenis Konsentrat Merk BRO I N BRO I N S12 S12 S12 -
Dosis Konsentrat Kg 69,02 67,34 101,40 73 92,38 403
Harga Konsentrat Rupiah 5.000 5.000 5.600 5.200 5.800 5.320
Nilai Konsentrat Rupiah 345.100 336.700 567.840 380.640 535.804 2.166.084
7 Minggu 6 (36-42 hari)
Jenis Konsentrat Merk BRO I N BRO I N - - - -
Dosis Konsentrat Kg 39,44 38,48 - - - 78
Harga Konsentrat Rupiah 5.000 5.000 - - - 2.000
Nilai Konsentrat Rupiah 197.200 192.400 - - - 389.600
Total Biaya Konsentrat
per 100 Ekor Ayam Rupiah 1.922.700 1.875.900 1.679.720 1.560.000 1.739.304 1.755.525
Jumlah Ayam Ekor 4.500 6.000 9.000 5.000 32.000 56.500
Total Biaya Konsentrat
per Seluruh Kapasitas
Rupiah 86.521.500 112.554.000 151.174.800 78.000.000 556.577.280
984.827.580
Sumber: Data yang diolah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
3) Biaya Vaksin dan Obat
Berikut ini adalah perincian penggunaan vaksin dan obat oleh
sampel peternakan ayam pedaging selama satu periode:
Tabel IV. 13
Perincian Biaya Vaksin dan Obat per 100 Ekor Ayam per Periode
No Keterangan Satuan Nama Peternakan
Total Peternakan Krismanto
Peternakan Kasti
Peternakan Joko S.
Peternakan Agus S.
Peternakan Leman A
1
Biaya Vaksin dan Obat per Seluruh Kapasitas
Rupiah 1.547.910 2.110.680 2.929.500 3.000.000 24.001.280 33.589.370
2 Jumlah Ayam Ekor 4.500 6.000 9.000 5.000 32.000 56.500
Biaya Vaksin dan Obat per 100 Ekor Ayam
Rupiah 34.398 35.178 32.550 60.000 75.004 47.426
Sumber: Data yang diolah
Dari Tabel IV. 13 dapat diketahui bahwa rata-rata biaya vaksin
dan obat yang dikeluarkan oleh sampel peternakan ayam pedaging
untuk 100 ekor ayam adalah sebesar Rp47.426,00 setiap periodenya.
Pengeluaran biaya vaksin dan obat per 100 ekor ayam yang paling
besar dilakukan oleh Peternakan Leman A, yaitu Rp75.004,00,
sedangkan pengeluaran paling kecil dilakukan oleh Peternakan Joko S.,
yaitu Rp32.550,00. Informasi pada Tabel IV. 13 juga menunjukkan
bahwa total biaya vaksin dan obat keseluruhan untuk memelihara
56.500 ekor ayam adalah Rp33.589.370,00.
Dari beberapa tabel perincian biaya di atas, dapat dibuat sebuah
ringkasan biaya variabel seperti di tabel berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Tabel IV. 14
Perincian Biaya Variabel Peternakan Ayam Pedaging per 100 Ekor Ayam per Periode
No Biaya
Variabel Satuan Nama Peternakan
Total Peternakan Krismanto
Peternakan Kasti
Peternakan Joko S.
Peternakan Agus S.
Peternakan Leman A
1 DOC Rupiah 370.000 370.000 400.000 480.000 480.000 420.000
2 Konsentrat Rupiah 1.922.700 1.875.900 1.679.720 1.560.000 1.739.304 1.755.525
3 Vaksin dan
Obat Rupiah 34.398 35.178 32.550 60.000 75.004 47.426
Total Biaya Variabel per 100 ekor
Rupiah 2.327.098 2.281.078 2.112.270 2.100.000 2.294.308 2.222.951
4 Jumlah Ayam Ekor 4.500 6.000 9.000 5.000 32.000 56.500
Total Biaya Variabel per Seluruh Kapasitas
Rupiah 104.719.410 136.864.680 190.104.300 105.000.000 734.178.560 1.270.866.950
Sumber: Data yang diolah
Dari Tabel IV. 14 di atas dapat diketahui bahwa jumlah rata-rata
biaya variabel yang harus dikeluarkan sampel peternakan ayam pedaging
dengan jumlah ayam yang dipelihara sebanyak 100 ekor adalah sebesar
Rp2.222.951,00 setiap periodenya. Selain itu, juga dapat dilihat bahwa
peternakan yang mengeluarkan biaya variabel terbesar untuk 100 ekor
ayam adalah Peternakan Krismanto dengan pengeluaran sebesar
Rp2.327.098,00, sedangkan peternakan yang mengeluarkan biaya variabel
paling sedikit adalah Peternakan Agus S., yang harus mengeluarkan biaya
variabel sebanyak Rp2.100.000,00 setiap periodenya. Berdasarkan Tabel
IV. 14 di atas, juga diketahui bahwa jumlah total biaya variabel untuk
keseluruhan kapasitas adalah sejumlah Rp1.270.866.950,00 per periodenya.
Seluruh biaya yang diperlukan dalam suatu usaha harus diperhitungkan
dan disusun sedemikian rupa sehingga tidak ada unsur biaya yang tertinggal,
karena perhitungan biaya akan mempengaruhi hasil perhitungan keuntungan
yang diperoleh peternakan ayam pedaging setiap periodenya. Tabel IV. 4 sampai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Tabel IV. 14 menunjukkan bahwa sampel dalam penelitian ini telah
memperhitungkan biaya yang dikeluarkan setiap periodenya, baik untuk biaya
tetap maupun variabelnya, hanya biaya depresiasi saja yang menjadi
pengecualian. Dikarenakan peternakan yang menjadi sampel dalam penelitian ini
adalah peternakan yang tidak terlalu besar, jadi belum melakukan pencatatan
akuntansi yang memadai terhadap kegiatan ekonomi yang berlangsung setiap
periodenya. Biaya depresiasi yang tercantum di tabel perincian biaya tetap adalah
hasil perhitungan penulis yang dapat dilihat di Tabel IV. 4 dan Tabel IV. 5.
4. Laba Usaha
Laba usaha adalah keuntungan bersih yang diperoleh dari hasil
perhitungan pendapatan atau penjualan yang dikurangi dengan keseluruhan biaya
yang dikeluarkan selama satu periode. Biaya yang diperhitungkan dalam
penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Laba
usaha peternakan ayam pedaging dapat dilihat dari jumlah ayam yang dijual
dikalikan harga jual yang telah ditentukan kemitraan, yang kemudian
dikurangkan dengan seluruh biaya variabel selama satu kali panen, selanjutnya
akan diperoleh margin kontribusi. Lalu margin kontribusi tersebut dikurangkan
dengan jumlah seluruh biaya tetap selama satu periode, sehingga akan
menghasilkan laba bersih. Tabel IV. 15 berikut ini berisi mengenai perhitungan
laba usaha sampel peternakan ayam pedaging dalam satu periode:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Tabel IV. 15
Laba Peternakan Ayam Pedaging per 100 Ekor Ayam per Periode
No Keterangan Satuan Nama Peternakan
Total Peternakan Krismanto
Peternakan Kasti
Peternakan Joko S.
Peternakan Agus S.
Peternakan Leman A
1 Total Penjualan Rupiah 2.853.760 2.744.000 2.580.200 2.332.400 2.469.600 2.595.992
2 Biaya Variabel Rupiah 2.327.098 2.281.078 2.112.270 2.100.000 2.294.308 2.222.951
3 Margin Kontribusi Rupiah 526.662 462.922 467.930 232.400 175.292 373.041
4 Biaya Tetap Rupiah 143.034 116.408 92.437 72.764 54.069 95.742
5 Laba Bersih per 100 Ekor Ayam Rupiah 383.628 346.514 375.493 159.636 121.223 277.299
6 Prosentase Laba terhadap Penjualan % 13,44% 12,63% 14,55% 6,84% 4,91% 10,68%
7 Jumlah Ayam Ekor 4.500 6.000 9.000 5.000 32.000 56.500
8 Laba Bersih per Seluruh Kapasitas Rupiah 17.263.266 20.790.868 33.794.410 7.981.818 38.791.375 156.673.987
Sumber: Data yang diolah
Apabila melihat hasil perhitungan pada tabel IV. 15, dapat diketahui
bahwa rata-rata penjualan sampel peternakan ayam pedaging untuk 100 ekor
ayam adalah sebesar Rp2.595.992,00, yang kemudian dikurangkan rata-rata
biaya variabel untuk 100 ekor ayam sebesar Rp2.222.951,00, sehingga
menghasilkan margin kontribusi sebesar Rp373.041,00. Selanjutnya margin
kontribusi tersebut dikurangkan dengan jumlah rata-rata biaya tetap per 100 ekor
ayam yang sebesar Rp95.742,00 yang kemudian akan menghasilkan rata-rata
laba bersih sebesar Rp277.299,00 untuk 100 ekor ayam, di mana laba tersebut
merupakan 10,68% dari jumlah penjualan. Peternakan Krismanto merupakan
peternakan yang menghasilkan laba per 100 ekor ayam paling besar yaitu
Rp383.628,00, dan Peternakan Leman A menghasilkan laba per 100 ekor yang
paling sedikit, yaitu Rp121.223,00. Data yang terdapat pada Tabel IV. 15 juga
menunjukkan bahwa jumlah total laba bersih keseluruhan kapasitas, yaitu 56.500
ekor ayam adalah sebesar Rp156.673.987,00.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
5. Analisis Kriteria Investasi
Kriteria investasi dilihat dari segi-segi berikut ini:
a. Return on Investment (ROI)
Rasio ini digunakan untuk menilai kelayakan investasi usaha atau
proyek, suatu usaha dikatakan layak apabila ROI lebih besar dari tingkat
suku bunga yang berlaku pada saat usaha tersebut diusahakan. Berikut ini
adalah rumus untuk menghitung ROI:
Investasi TotalBersih Laba
ROI =
Dengan menggunakan rumus ROI tersebut, dapat dilakukan perhitungan
terhadap sampel peternakan ayam pedaging, berikut ini adalah hasil
perhitungan ROI atas sampel yang diteliti penulis:
Tabel IV. 16
ROI Peternakan Ayam Pedaging per 100 Ekor Ayam per Periode
No Keterangan
Satuan
Nama Peternakan Total
Peternakan Krismanto
Peternakan Kasti
Peternakan Joko S.
Peternakan Agus S.
Peternakan Leman A
1 Masa Panen Hari 39 39 35 32 34 36
2
Laba Bersih per 100 Ekor Ayam
Rupiah 383.628 346.514 375.493 159.636 121.223 277.299
3 Investasi per
100 Ekor Ayam
Rupiah 7.530.520 7.444.737 8.848.783 10.373.302 6.362.944 7.321.691
4 ROI % 5,09% 4,65% 4,24% 1,54% 1,91% 3,79%
5 Suku Bunga
Bank Per Periode
% 1,34% 1,34% 1,20% 1,10% 1,10% 1,22%
Sumber: Data yang diolah
Dengan melihat dan menganalisis Tabel IV. 16, dapat ditarik
kesimpulan bahwa seluruh peternakan ayam pedaging yang dijadikan sampel
dalam penelitian ini termasuk dalam usaha atau proyek yang layak untuk
dijalankan. Kelayakan tersebut dapat dilihat dari rata-rata ROI per 100 ekor
ayam yang dihasilkan oleh sampel peternakan yaitu 3,79%, yang jumlahnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
lebih besar dari suku bunga bank keseluruhan per periode sebesar 1,22%.
Selain layak apabila dinilai berdasarkan rata-rata ROI, sampel peternakan
juga layak apabila dilihat dari ROI masing-masing peternakan, yang
jumlahnya lebih besar dari suku bunga Bank per periodenya. Dari Tabel IV.
16 juga diketahui bahwa peternakan yang menghasilkan ROI tertinggi adalah
P. Krismanto dengan ROI 5,09%, dan peternakan yang menghasilkan ROI
terkecil adalah P. Agus S. dengan ROI sebesar 1,54%.
b. Pay Back Period (PBP)
Pay Back Period adalah suatu periode yang diperlukan untuk dapat
menutup kembali pengeluaran investasi dengan menggunakan aliran kas
bersih. Semakin cepat pengembalian sebuah proyek, maka kinerja proyek
tersebut semakin baik. Formula untuk menghitung pay back period adalah
sebagai:
TahunanBersih Masuk KasAliran
dibutuhkan yang Investasi PBP =
Berdasarkan formula tersebut, pay back period sampel peternakan ayam
pedaging yang digunakan dalam penelitian ini dapat dihitung, berikut ini
adalah tabel hasil perhitungannya:
Tabel IV. 17
PBP Peternakan Ayam Pedaging per 100 Ekor Ayam per Periode
No Keterangan Satuan Nama Peternakan
Total Peternakan Krismanto
Peternakan Kasti
Peternakan Joko S.
Peternakan Agus S.
Peternakan Leman A
1 Investasi per 100 Ekor Ayam Rupiah 7.530.520 7.444.737 8.848.783 10.373.302 6.362.944 7.321.691
2
Laba Bersih per 100 Ekor Ayam per Periode
Rupiah 383.628 346.514 375.493 159.636 121.223 277.299
3
Laba Bersih per 100 Ekor Ayam Tahunan*
Rupiah 2.301.769 2.079.087 2.252.961 957.818 727.338 1.663.795
4 Payback Period (Tahun) Tahun 3,27 3,58 3,93 10,83 8,75 4,40
5 Payback Period (Bulan) Bulan 39 43 47 130 105 56
Sumber: Data yang diolah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
* Diasumsikan bahwa dalam satu tahun, peternakan ayam pedaging mengalami 6 kali panen. Jadi laba bersih per periode dikalikan 6.
Dari Tabel IV. 17 di atas dapat dilihat bahwa setiap sampel
peternakan memiliki PBP per 100 ekor ayam per periode yang berbeda-beda,
tergantung dari jumlah investasi yang dibutuhkan masing-masing peternakan
dan juga jumlah laba bersih per tahunnya. Dari tabel tersebut juga dapat
diketahui bahwa jumlah total investasi sampel peternakan ayam pedaging per
100 ekor ayam yang sebesar Rp7.321.691,00 dengan jumlah laba tahunan per
100 ekor ayam sebesar Rp1.663.795,00 membutuhkan rata-rata jangka waktu
pengembalian selama 4 tahun 5 bulan untuk dapat menutup keseluruhan
biaya investasinya. Untuk periode pengembalian investasi per 100 ekor ayam
setiap sampel peternakan, dapat dilihat bahwa Peternakan Krismanto adalah
peternakan yang membutuhkan jangka waktu pengembalian yang paling
cepat bila dibandingkan dengan sampel lainnya, yaitu dalam waktu 3 tahun 3
bulan untuk menutup investasi sebesar Rp7.530.520,00. Peternakan yang
paling lama periode pengembalian investasinya adalah Peternakan Agus S.,
karena peternakan ini membutuhkan waktu selama 10 tahun 10 bulan untuk
menutup biaya investasi sebesar Rp10.373.302,00.
c. Break-Even Point (BEP)
Break-even point adalah titik pulang pokok di mana total revenue =
total cost. Semakin cepat sebuah proyek mencapai break-even point, maka
semakin baik juga kinerja proyek tersebut. BEP dapat dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut ini:
1) Break-even point atas dasar unit (Quantity).
BEP (Q) VCP
FC-
=
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
2) Break-even point atas dasar sales dalam Rupiah.
BEP (Rupiah)
PVC
FC
-=
1
Keterangan:
Q = Quantity (Kuantitas produk yang dihasilkan dan dijual).
FC = Fixed Cost (Biaya tetap).
P = Price (Harga jual per unit).
VC = Variable Cost (Biaya variabel per unit).
Dari rumus-rumus tersebut, maka BEP sampel peternakan dapat
dihitung, dan hasil perhitungannuya dapat dilihat Tabel IV. 18 berikut ini:
Tabel IV. 18
BEP Peternakan Ayam Pedaging per 100 Ekor Ayam per Periode
No Keterangan Satuan Nama Peternakan
Total Peternakan Krismanto
Peternakan Kasti
Peternakan Joko S.
Peternakan Agus S.
Peternakan Leman A
1 Fixed Cost per
100 Ekor Ayam
Rupiah 143.034 116.408 92.437 72.764 54.069 95.742
2 Variable Cost per Unit Rupiah 23.271 22.811 21.123 21.000 22.943 22.230
3 Jumlah Kg per Ayam Ekor 2,1 2 1,9 1,7 1,8 1,9
4 Harga Jual
Ayam per Kg (Normal)
Rupiah 14.000 14.000 14.000 14.000 14.000 14.000
5 Price per Unit Rupiah 29120 28000 26600 23800 25200 26544
6 Sales Volume Ekor 4.500 6.000 9.000 5.000 32.000 56.500
7 BEP (Q) Ekor 24 22 17 26 24 23
8 BEP (Dalam rupiah) Rupiah 712.110 628.112 448.910 618.491 603.716 602.268
Sumber: Data yang diolah
Perhitungan BEP di Tabel IV. 18 menunjukkan jumlah unit atau
quantity produk per 100 ekor ayam yang harus terjual agar jumlah biaya yang
dikeluarkan sama dengan jumlah pendapatan yang diperoleh. Selain itu,
dalam tabel tersebut juga menunjukkan jumlah dalam Rupiah yang harus
diperoleh agar tercapai kondisi di mana total revenue = total cost. Dari Tabel
IV. 18 diketahui bahwa BEP sampel peternakan untuk 100 ekor ayam dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
dicapai setelah terjadi rata-rata penjualan sebanyak 23 ekor ayam, yang
apabila dirupiahkan adalah sebesar Rp602.268,00. Jika membandingkan data
pencapaian BEP sampel peternakan, dapat dilihat bahwa jumlah BEP per 100
ekor ayam tiap sampel peternakan berbeda-beda, di mana peternakan yang
harus melakukan penjualan dengan jumlah terbanyak untuk mencapai BEP
adalah Peternakan Agus S. yaitu 26 ekor ayam, sedangkan peternakan yang
mencapai BEP dengan jumlah penjualan paling sedikit adalah Peternakan
Joko S. dengan 17 ekor ayam.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
BAB V
PENUTUP
A. SIMPULAN
Dari hasil penelitian terhadap peternakan ayam pedaging di area eks-
Karesidenan Surakarta ini, maka dapat diambil beberapa kesimpulan mengenai
kelayakan usaha peternakan tersebut jika ditinjau dari aspek ekonomi dan keuangan
sebagai berikut:
1. Dengan melihat dan menganalisis hasil data yang diolah, dapat ditarik
kesimpulan bahwa seluruh peternakan ayam pedaging yang dijadikan sampel
dalam penelitian ini termasuk dalam usaha yang layak untuk dijalankan.
Kelayakan tersebut dapat dilihat dari rata-rata Return on Investment (ROI) per
periode yang dihasilkan oleh sampel peternakan yaitu 3,79%, yang jumlahnya
lebih besar dari suku bunga bank keseluruhan per periode sebesar 1,22%. Dari
data yang diolah juga diketahui bahwa peternakan yang menghasilkan ROI
tertinggi adalah Peternakan Krismanto dengan ROI per periode-nya sebesar
5,09%, dan peternakan yang menghasilkan ROI terkecil adalah Peternakan Agus
S. dengan ROI sebesar 1,54%.
2. Berdasarkan analisis atas perhitungan Pay Back Period yang dilakukan penulis,
dapat diketahui bahwa jumlah investasi per 100 ekor ayam sampel peternakan
ayam pedaging yang sebesar Rp7.321.691,00 membutuhkan rata-rata jangka
waktu pengembalian selama 4 tahun 5 bulan untuk dapat menutup keseluruhan
biaya investasinya tersebut. Dari data yang diolah juga diketahui bahwa
peternakan yang membutuhkan jangka waktu pengembalian yang paling cepat
adalah Peternakan Krismanto, yaitu dalam waktu 3 tahun 3 bulan, sedangkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
peternakan yang paling lama periode pengembalian investasinya adalah
Peternakan Agus S., karena peternakan ini membutuhkan waktu selama 10 tahun
10 bulan.
3. Analisis terhadap hasil perhitungan Break-Even Point yang dilakukan penulis
menunjukkan bahwa jumlah unit per 100 ekor ayam yang harus terjual agar
jumlah biaya yang dikeluarkan sama dengan jumlah pendapatan yang diperoleh
adalah sebanyak 23 ekor ayam, yang apabila dirupiahkan adalah sebesar
Rp602.268,00. Selain itu, data yang diolah juga menunjukkan bahwa peternakan
mencapai BEP dengan penjualan paling banyak adalah Peternakan Agus S. yaitu
dengan menjual 26 ekor ayam, sedangkan peternakan yang mencapai BEP
dengan jumlah penjualan paling sedikit adalah Peternakan Joko S. dengan 17
ekor ayam.
B. KETERBATASAN PENELITIAN
Di dalam penelitian ini, terdapat beberapa keterbatasan yang perlu diperhatikan
oleh penelitian yang berikutnya, yaitu:
1. Aspek kelayakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah aspek ekonomi dan
keuangan, sedangkan untuk aspek hukum, sosial ekonomi dan budaya, aspek
pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologi belum digunakan, sehingga
belum diketahui kelayakan usaha dari segi keseluruhan aspek.
2. Penelitian ini hanya menggunakan waktu satu periode, yaitu 32-39 hari, sehingga
prospek jangka panjang usaha peternakan ayam pedaging tidak diketahui.
3. Jumlah kapasitas sampel peternakan dalam penelitian ini belum cukup banyak
bila dibandingkan dengan jumlah populasi yang ada, hal ini disebabkan karena
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
banyak peternakan yang masih tertutup dalam memberikan data keuangan yang
dibutuhkan penulis.
4. Seluruh sampel dalam penelitian ini merupakan peternakan yang menggunakan
sistem kemitraan, bukan peternakan mandiri, sehingga mengenai kelayakan
peternakan mandiri tidak diketahui.
5. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah peternakan dengan skala
industri yang tidak terlalu besar, sehingga belum diketahui kelayakan peternakan
ayam dengan skala yang lebih besar.
6. Keterbatasan yang tersebut di atas merupakan keterbatasan-keterbatasan dalam
kondisi normal, terdapat beberapa keterbatasan dalam kondisi tidak normal, yaitu
terjadinya fluktuasi harga DOC, pakan, obat dan vaksin, munculnya wabah
penyakit, terjadinya perubahan musim, dan keseluruhan faktor tersebut dapat
menghambat proses produksi peternakan ayam pedaging.
C. SARAN
Penulis merekomendasikan saran-saran berikut agar penelitian selanjutnya
lebih baik:
1. Untuk penelitian berikutnya, dalam menguji kelayakan usaha, sebaiknya
menggunakan seluruh aspek kelayakan, agar kelayakan suatu usaha lebih
maksimal karena dilihat dari berbagai segi.
2. Untuk mengetahui prospek jangka panjang suatu usaha dan untuk mendapatkan
hasil yang lebih baik, sebaiknya penelitian berikutnya menambah periode
pengamatan penelitian.
3. Penelitian selanjutnya sebaiknya mencari jumlah sampel yang lebih banyak, agar
data yang diperoleh cukup untuk mendukung hasil dari penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
4. Sebaiknya penelitian berikutnya mencari sampel peternakan ayam pedaging yang
menggunakan sistem kemitraan dan mandiri, sehingga dapat dilakukan
perbandingan kelayakan antara kedua sistem tersebut.
5. Penelitian berikutnya sebaiknya mencari sampel peternakan ayam pedaging
dengan skala yang lebih besar, agar dapat diketahui kelayakan industri
peternakan ayam pedaging dalam beberapa ukuran.
6. Keterbatasan yang tidak normal sebaiknya diperhatikan atau digunakan untuk
penelitian berikutnya, karena keterbatasan tersebut cukup menghambat dalam
proses produksi peternakan ayam pedaging.
Top Related