i
STRATEGI PENANGANAN RISIKO KERUGIAN CICIL EMAS
PADA BANK SYARIAH
(Studi Bank Syariah Mandiri, Kantor Cabang Ciputat)
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Syari’ah (S.E. Sy)
Disusun Oleh :
Aida Isti Nabila
NIM : 1110046100101
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H / 2014 M
ii
iii
iv
v
ABSTRAK
Aida Isti Nabila. NIM : 1110046100101. Strategi Penanganan Risiko Kerugian Cicil
Emas Pada Bank Syariah (Studi Bank Syariah Mandiri, Kantor Cabang Ciputat).
Konsentrasi Perbankan Syariah. Fakultas Syariah dan Hukum (FSH), UIN Syarif
Hidayatullah. Jakarta 1435 H/2014 M.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi yang digunakan oleh BSM
dalam menangani risiko kerugian pada transaksi cicil emas, dan dampak yang
ditimbulkan dari penerapan strategi terhadap risiko terjadinya kerugian transaksi
cicilan emas pada BSM.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan menggunakan
teknik pengumpulan data bersifat deskriptif. Data yang digunakan dalam penelitian
ini diperoleh dari hasil observasi ke tempat penelitian, wawancara langsung kepada
narasumber terkait, serta pengumpulan dokumentasi sebagai teknik pengumpulan
data dalam penelitian ini.
Hasil penelitian ini menunjukkan: pertama, strategi manajemen risiko cicilan
emas pada BSM meliputi empat tahapan yaitu mengidentifikasikan risiko, mengukur
risiko, mengendalikan risiko dan memonitoring risiko. Kedua, penerapan strategi
manajemen risiko cicil emas pada BSM telah berdampak signifikan terhadap
rendahnya risiko terjadinya kerugian transaksi cicil emas pada BSM. Faktanya, harga
penjualan emas pada cicilan emas BSM naik pada setiap tahunnya, yaitu pada tahun
2013 harga satu gram emas Rp.470.000 dan naik menjadi Rp.500.000 per gram pada
tahun 2014.
Kata Kunci: Strategi, Risiko Kerugian dan Cicil Emas.
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dalam
rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
Syariah (S.E.Sy) Program Studi Muamalat Konsentrasi Perbankan Syariah
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam penulisan skripsi ini, tentunya banyak pihak yang telah memberikan
bantuan baik moril maupun materil. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan
ucapan terima kasih yang tiada hingganya kepada :
1. Bapak Dr. H. JM. Muslimin, MA selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak H. Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag, MH dan Bapak H. Abdurrauf, Lc, MA
selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Muamalat.
3. Bapak Dr. Hendra Kholid, MA dan Dr. Umar Al Haddad, MA. Selaku dosen
pembimbing yang telah memberikan waktu dan pemikirannya di tengah-tengah
kesibukan beliau, dapat membimbing dengan baik dan membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Dr. Muhammad Maksum, MA dan Bapak Dr. K.H. A. Juaini Syukri, Lcs,
MA. Selaku dosen penguji yang telah menguji skripsi ini dan telah memberikan
ilmu yang bermanfaat kepada penulis.
5. Seluruh dosen khususnya Bapak Djaka Badranaya, ME selaku Pembimbing
Akademik serta segenap Civitas Akademika Fakultas Syariah dan Hukum UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Pihak PT. Bank Syariah Mandiri dan Bank Syariah Mandiri, Kantor Cabang
Ciputat khususnya Ibu emma, Ibu Laila dan Bapak Arif Irawan yang telah
banyak membantu penulis dalam memperoleh data dan informasi yang penulis
butuhkan dalam menyelesaikan skripsi ini.
vii
7. Kedua orang tuaku, Ayahanda Drs. Saibih dan Ibunda Dra. Siti Badriah, melalui
setiap pesan dan nasihat yang pernah disampaikan selalu memberikan cahaya
inspirasi dalam melewati setiap langkah kehidupanku. Tak lupa kepada kekasih
hatiku Ahmad Fahd Al-Asy’ary serta adik-adikku tercinta Ahmad Khaidar Fahmi
Fauzi, Farid De Putra dan Ali Hafiz yang selalu mendoakan penulis dalam
pembuatan skripsi ini, berkat kalianlah penulis termotivasi untuk segera
menyelesaikan skripsi ini.
8. Sahabat-sahabatku Henita Sahany, Erni Sholihah Hotami dan Rika Mudrikah
yang telah memberikan dukungan dan semangat kepada penulis dan teman-teman
mahasiswa Perbankan Syariah Angkatan 2010, khususnya keluarga besar PS B
yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
9. Semua pihak yang telah memberikan kontribusi terhadap penyelesaian skripsi ini
dan tidak dapat disebutkan satu persatu atas semua masukan dan bantuannya
kepada penulis. Semoga diberkahi dan semoga kiranya skripsi ini dapat
bermanfaat bagi semuanya.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam
penulisan skripsi ini, karena penulis hanyalah manusia dhaif yang masih terus belajar.
Maka dengan terbuka penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun
guna penyempurnaan penulisan-penulisan lainnya di masa mendatang. Akhir kata,
penulis berharap Allah SWT membalas segala kebaikan semua pihak yang telah
membantu. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.
Jakarta, 14 Juli 2014
Aida Isti Nabila
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ...................................................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN ....................................................................................... iv
ABSTRAK ................................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ................................................................................................ vi
DAFTAR ISI ............................................................................................................. viii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................. 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah........................................................... 10
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................................... 10
D. Review Studi Terdahulu ............................................................................... 13
E. Kerangka Pemikiran ..................................................................................... 15
F. Metode Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data ...................................... 19
G. Sistematika Penulisan .................................................................................. 22
BAB II LANDASAN TEORI ................................................................................... 24
A. Investasi Emas .............................................................................................. 24
1. Pengertian Investasi Emas ............................................................................ 24
2. Manfaat Investasi Emas ................................................................................ 25
3. Bentuk-Bentuk Investasi Emas .................................................................... 26
B. Manajemen Risiko dalam Perbankan Syariah.............................................. 31
1. Pengertian Manajemen Risiko Perbankan Syariah....................................... 31
2. Tujuan Manajemen Risiko Perbankan Syariah ............................................ 33
3. Strategi Manajemen Risiko Perbankan Syariah ........................................... 35
4. Manajemen Risiko Gharar dalam Transaksi Jual Beli dan Investasi ........... 37
C. Transaksi Jual Beli dalam Islam .................................................................. 40
ix
1. Pengertian Jual Beli dalam Islam ................................................................. 40
2. Dasar Hukum Jual Beli dalam Islam ............................................................ 42
3. Bentuk Bentuk Jual Beli dalam Islam........................................................... 45
4. Mekanisme Jual Beli dalam Islam ................................................................ 51
BAB III MANAJEMEN RISIKO CICIL EMAS PADA BANK SYARIAH
MANDIRI (BSM) ....................................................................................... 54
A. Sejarah dan Perkembangan BSM ................................................................. 54
B. Produk Investasi Emas pada BSM ............................................................... 58
C. Mekanisme Cicil Emas pada BSM .............................................................. 61
D. Manajemen Risiko Cicil Emas pada BSM ................................................... 63
BAB IV STRATEGI DAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO
TRANSAKSI CICIL EMAS PADA BSM ............................................... 64
A. Strategi Manajemen Risiko Cicilan Emas pada BSM.................................. 64
B. Dampak Penerapan Strategi terhadap Risiko Terjadinya Kerugian Transaksi
Cicilan Emas pada BSM .............................................................................. 72
BAB V PENUTUP ..................................................................................................... 77
A. Kesimpulan .................................................................................................. 77
B. Saran-Saran .................................................................................................. 77
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 79
LAMPIRAN ............................................................................................................... 83
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sekarang ini banyak orang yang berpenghasilan tinggi akantetapi bingung
untuk menginvestasikan sebagian penghasilannya. Ada banyak alternatif pilihan
untuk melakukan investasi, antara lain: menabung atau mendepositokan uang di
bank-bank syariah terpercaya, selain itu ada sebagian orang membelikan uang
tersebut kedalam bentuk emas baik dalam bentuk perhiasan maupun emas
batangan/lantakan. Dari kedua pilihan tersebut mana yang lebih baik dan
menguntungkan.
Kalau dilihat dari sisi fungsi mungkin lebih menguntungkan emas
daripada tabungan atau deposito. Secara fungsi uang sebagai penyimpan nilai,
sedangkan emas adalah sebagai pelindung nilai. Kenapa demikian, karena nilai
uang sangat terpengaruh dengan tingkat inflasi. Sedangkan emas tidak
terpengaruh oleh tingkat inflasi. Emas tidak terpengaruh oleh inflasi ataupun
kebijakan moneter pemerintah. Bahkan ketika terjadi krisis ekonomi harga emas
cenderung melambung naik. Dan ketika keadaan ekonomi mulai membaik harga
emas juga cenderung stabil. Bahkan harga emas dari tahun ke tahun selalu
mengalami kenaikan dan rata-rata kenaikan adalah 10 persen sampai dengan 18
2
persen pertahun. Bisa dibayangkan jika menyimpan atau mengivestasikan uang
kedalam bentuk emas dalam jangka waktu panjang. Karena emas adalah investasi
dalam bentuk jangka menengah ataupun jangka panjang. Sifat emas yang liquid
adalah keuntungan. Selain itu, karena emas bisa diuangkan kapan saja dan dimana
saja. Berbeda dengan deposito hanya bisa diambil dengan batas waktu tertentu
dan tempat tertentu. Ketika akan menjual atau menggadaikan emas tidak akan
terkena potongan pajak. Adapun alasan kenapa harga emas selalu mengalami
kenaikan harga, itu dikarenakan persediaan emas di perut bumi sangat terbatas.
Emas adalah barang tambang yang jumlahnya semakin lama akan semakin
berkurang, sedangkan permintaan emas semakin bertambah. Itulah yang
menyebabkan harga emas dari tahun ketahun mengalami peningkatan.
Membeli emas secara cicil sekarang dapat dilakukan oleh para nasabah
melalui bank syariah.1 Saat ini, bank syariah mulai berkembang pesat di
Indonesia dan cukup diminati oleh masyarakat luas. Beberapa bank syariah telah
menyediakan produk yang memungkinkan para nasabahnya untuk memperoleh
pembiayaan dalam kepemilikan emas. Oleh karena itu, hal ini memiliki dampak
positif bagi produk cicil emas pada bank syariah yang menjadi pilihan terbaik
yang dipilih oleh masyarakat umum.
Emas merupakan salah satu investasi yang relatif aman. Emas banyak
digunakan sebagai standar keuangan di berbagai negara di dunia dan emas juga
1Joko Salim, 10 Investasi Paling Gampang & Paling Aman, Jakarta : Transmedia Pustaka ,2010,
Cet. ke-1, hlm.40.
3
dapat digunakan sebagai perhiasan serta cadangan devisa.2 Emas merupakan
barang dengan tingkat permintaan yang tinggi baik untuk proteksi aset dari
gerusan inflasi, kepentingan berjaga, kebutuhan tabungan haji, maupun investasi.
Harga emas di dunia dalam jangka waktu panjang cenderung naik. Hampir setiap
lima tahun, harga emas naik minimal 100 persen. Investasi emas dapat dilakukan
dengan berbagai bentuk. Namun demikian, Investasi emas berbentuk produk cicil
emas di bank syariah menarik minat para nasabah, walaupun banyak risiko yang
harus dihadapi sehingga perlu ada strategi penanganannya.
Salah satu Bank Syariah yang menawarkan produk Cicil Emas adalah
Bank Syariah Mandiri (BSM). BSM Cicil Emas memberi kesempatan kepada
masyarakat umum untuk memiliki emas batangan dengan cara mencicil. Akad
yang digunakan pada pembiayaan kepemilikan emas adalah murabahah dengan
jaminan diikat dengan rahn (gadai). BSM membiayai jenis emas batangan dengan
berat minimal sepuluh gram hingga 250 gram. Memanfaatkan cicil emas Bank
Syariah Mandiri (BSM) untuk merencanakan masa depan dan percepatan asset
para nasabahnya serta membantu nasabah untuk membiayai pembelian atau
kepemilikan emas berupa emas batangan atau emas lantakan. Pembayaran produk
BSM Cicil Emas dengan cara angsuran dalam jumlah yang sama setiap bulan.
Sedangkan nilai pembiayaan jenis emas batangan maksimal 80 persen dari harga
jual dengan uang muka 20 persen. Jangka waktu BSM Cicil Emas adalah lima
2Ihsan Palaloi, Muhammad dkk, Kemilau Investasi Emas, Jakarta : Science Research Foundation,
2006, cet.ke-1, hlm.21.
4
tahun, waktu pembiayaan paling singkat dua tahun dan itu jangka waktu yang
paling lama. Nilai maksimal pembiayaan adalah Rp.150.000.000,-. Dan produk
BSM Cicil Emas ini bisa diakses di 590 outlet Kantor Cabang (KC) dan Kantor
Cabang Pembantu (KCP). Bank Syariah Mandiri menawarkan kemudahan dan
keamanan bagi para nasabah dalam transaksi cicilan emas. Manajemen BSM juga
menjamin keaslian emas, hal ini dikarenakan BSM memiliki mesin deteksi emas
yang canggih.3
Adapun Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Nomor: 77/DSN-
MUI/V/2010 tentang jual beli emas secara tidak tunai menjelaskan bahwa pada
cicil emas itu diperbolehkan selama emas tidak menjadi alat tukar (uang), baik
melalui jual beli biasa atau jual beli murabahah. Dalam transaksi ini ada tiga
batasan dan ketentuan sebagai berikut:
1. Harga jual (tsaman) tidak boleh bertambah selama jangka waktu perjanjian
meskipun ada perjanjian waktu setelah jatuh tempo.
2. Emas yang dibeli dengan pembayaran tidak tunai boleh dijadikan jaminan
(rahn).
3. Emas yang dijadikan jaminan sebagaimana dimaksud dalam angka dua tidak
boleh diperjualbelikan atau dijadikan obyek akad lain yang menyebabkan
perpindahan kepemilikan.4
3BSM Cicil Emas. www.syariahmandiri.co.id. dikutip pada tanggal 14 april 2014 . 4Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional
No 77/DSN-MUI/IV/2010, Jakarta : MUI, 2010.
5
Dalil al-Qur’an yang digunakan fatwa diatas merujuk pada dalil induk
pembolehan jual-beli yaitu Surat Al-Baqarah ayat 275.
Bank Indonesia (BI) secara resmi juga mengeluarkan aturan mengenai
kepemilikan emas menggunakan akad murabahah. Dengan akad tersebut,
nasabah bisa memiliki emas dengan cara mencicil. Aturan yang tertuang dalam
SE Nomor 14/16/DPbS perihal produk Pembiayaan Kepemilikan Emas (PPKE)
tersebut berlaku bagi Bank Umum Syariah (BUS), Unit Usaha Syariah (UUS),
dan Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS). Objek PKE yang dimaksud ialah
emas batangan atau perhiasan.5
Menurut PBI No.11/25/2009 tentang penerapan manajemen risiko bagi
bank umum seperti Bank Umum Syariah, bahwa : Bank Umum Syariah wajib
menerapkan manajemen risiko paling kurang untuk empat (4) jenis risiko
diantaranya: risiko kredit, risiko pasar, risiko likuiditas, risiko operasional, risiko
kepatuhan, risiko reputasi, risiko hukum, dan risiko strategik.6
Perkembangan pasar perbankan syariah ini berkaitan erat dengan
penanganan risiko yang ditangani oleh bank agar roda fungsi bank syariah sebagai
penghimpun dan penyalur dana berjalan dengan stabil. Oleh karena itu, dalam
industri perbankan khususnya perbankan syariah perlu memiliki, menetapkan dan
5Peraturan Bank Indonesia, Kepemilikan emas dengan akad Murabahah, SE Nomor 14/16/DPbS,
Jakarta : PBI, 2012.
6Peraturan Bank Indonesia, Penetapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum Syariah, PBI No.
11/25/ 2009, Jakarta : PBI, 2009.
6
mengontrol risiko yang tidak diharapkan dan mengambil manfaat dari peluang
bisnis tersebut.
Adapun berbagai risiko yang akan dihadapi oleh bank syariah, antara lain :
Risiko modal merefleksikan tingkat leverage yang dipakai oleh bank. Salah satu
fungsi modal adalah melindungi para penyimpan dana terhadap kerugian yang
terjadi pada bank. Risiko modal berkaitan dengan kualitas aset. Bank yang
menggunakan sebagian besar dananya untuk mendanai aset yang berisiko perlu
memiliki modal penyangga yang besar untuk sandaran bila kinerja aset-aset itu
tidak baik.7Risiko Likuiditas, disebabkan bank tidak mampu memenuhi kewajiban
yang telah jatuh tempo. Bank memiliki dua sumber utama bagi likuiditasnya,
yaitu aset dan liabilitas.8Risiko Kredit/Pembiayaan, dimana setiap pemberian
kredit oleh bank mengandung risiko sebagai akibat ketidakpastian dalam
pengembaliannya. Oleh karena itu, bank perlu mencegah atau memperhitungkan
kemungkinan timbulnya risiko tersebut. Risiko-risiko yang mungkin timbul
adalah analisis kredit yang tidak sempurna, monitoring proyek-proyek yang
dibiayai, penilaian dan peninjauan agunan, penyelesaian kredit masalah, penilaian
pembelian surat-surat berharga, dan penetapan limit untuk seluruh eksposur
kepada setiap individu.9Risiko pasar adalah risiko kerugian yang dapat dialami
bank melalui portofolio yang dimilikinya sebagai akibat pergerakan variabel pasar
7Muhammad, Manajemen Bank Syariah,Unit Penerbit dan Percetakan (UPP), Yogyakarta, 2005,
hlm 358. 8Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, Pustaka Alvabet, Jakarta , 2005, hlm 60. 9Malayu S.P.Hasibuan, Dasar-Dasar Perbankan, PT Bumi Aksara, Jakarta, 2004, hlm 175.
7
yang tidak menguntungkan. Variabel pasar yang dimaksud adalah suku bunga dan
nilai tukar. Meskipun bank syariah tidak berurusan dengan tingkat suku bunga,
namun bagi Indonesia yang menerapkan dual banking system risiko ini akan
berpengaruh secara tidak langsung yaitu pada pricing, mengingat nasabah yang
dijangkau oleh bank syariah bukan saja nasabah-nasabah yang loyal secara penuh
terhadap syariah, tetapi juga nasabah-nasabah yang akan menempatkan dananya
ke tempat-tempat yang akan memberikan keuntungan maksimal baginya tanpa
memperhitungkan halal atau haramnya. Risiko operasional adalah risiko akibat
kurangnya sistem informasi atau sistem pengawasan internal yang akan
menghasilkan kerugian yang tidak diharapkan. Risiko ini mencakup kesalahan
manusia, kegagalan sistem, dan ketidakcukupan prosedur dan kontrol yang akan
berpengaruh pada opersional bank. Risiko Hukum adalah terkait dengan risiko
bank yang menanggung kerugian sebagai akibat adanya tuntutan hukum,
kelemahan dalam aspek legal atau yuridis. Kelemahan ini diakibatkan antara lain
oleh ketiadaan peraturan perundang-undangan yang mendukung atau kelemahan
perikatan seperti tidak terpenuhinya syarat-syarat sahnya kontrak dan pengikatan
agunan yang tidak sempurna.10 Perbedaan akad atau kontrak keuangan
memunculkan risiko proses dokumentasi dan pelaksanaan hukum. Belum adanya
standarisasi kontrak dan tidak adanya sistem peradilan untuk menyelesaikan
permasalahan yang berhubungan dengan pelaksanaan kontrak akan meningkatkan
10Hendro Wibowo, Manajemen Risiko Bank Syariah,http://hndwibowo.blogspot.com/2008/06/
manajemen risiko bank syariah.html, di kutip pada 11/06/2014.
8
risiko hukum.11Risiko Reputasi adalah risiko yang timbul akibat adanya publikasi
negatif yang terkait dengan kegiatan usaha bank atau karena adanya persepsi
negatif terhadap bank. Hal-hal yang sangat berpengaruh pada reputasi bank antara
lain adalah; manajemen, pelayanan, ketaatan pada aturan, kompetensi, fraud dan
sebagainya.12Risiko kepatuhan, timbul sebagai akibat tidak dipatuhinya atau tidak
dilaksanakannya peraturan-peraturan atau ketentuan-ketentuan yang berlaku atau
yang telah ditetapkan baik ketentuan internal maupun eksternal. Risiko strategik,
timbul karena adanya penetapan dan pelaksanaan strategi usaha bank yang tidak
tepat, pengambilan keputusan bisnis yang tidak tepat atau kurang responsifnya
bank terhadap perubahan-perubahan eksternal. Risiko penarikan dana, besar kecil
imbal hasil menentukan apakah deposan menarik dananya atau tidak, IB member
imbal hasil relatif berfluktuatif, jika imbal hasil rendah, deposan cenderung
menarik dananya. Risiko fudisia, rendahnya imbal hasil juga dapat dianggap
deposan sebagai pelanggaran kontrak atau kesalahan manajemen, penarikan juga
bisa muncul ketika deposan menganggap IB tidak bertindak dengan penuh
kepatuhan pada ketentuan syariah. Risiko yang melekat pada model pembiayaan:
Murabahah, Salam, Istishna, Mudharabah, dan Musyarakah13
Sedangkan pihak pengelola bank menganggap bahwa manajemen risiko
hanya kegiatan yang menambah beban dan bukan menghasilkan laba meski hal
11http://www.blogspot.com//Manajemen resiko perbankan syariah, ppt/dikutip pada 11/06/2014 12Rahmani Timorita Yulianti, Manajemen Resiko Perbankan Syariah, http://master-islamic.ac.id,
di kutip pada 11/06/2014. 13http://www.blogspot.com//Manajemen resiko perbankan syariah, ppt/dikutip pada 11/06/2014
9
itu merupakan suatu pandangan yang keliru. Manajemen bank lebih
mengutamakan bisnis yang dianggap langsung menghasilkan laba, dan telah
mengabaikan penerapan manajemen risiko tersebut. Padahal manajemen risiko
yang efektif berpotensi menjadi basis penyusunan strategi dan bermanfaat untuk
bank tersebut, antara lain : mengelola perubahan, melibatkan semua pegawai pada
semua tingkatan dalam organisasi untuk memenuhi tujuan usaha, memberikan
gambaran kepada pengelola bank mengenai kemungkinan kerugian bank di masa
yang akan datang, meningkatkan metode dan proses pengambilan keputusan yang
sistematis yang didasarkan atas ketersediaan informasi, memiliki kemampuan
menghimpun dana murah, meningkatkan credit rating, meningkatkan nilai saham
(shareholder value) dalam jangka panjang (bagi bank yang telah go public), dan
pada akhirnya untuk menurunkan biaya modal.
Penerapan manajemen risiko penting bagi perbankan syariah, dikarenakan :
1. Bank Syariah merupakan perusahaan jasa yang pendapatannya diperoleh dari
interaksi dengan nasabah sehingga berbagai risiko tidak mungkin tidak ada.
2. Dengan mengetahui risiko, maka kita dapat mengantisipasi dan mengambil
tindakan yang diperlukan dalam menghadapi nasabah/permasalahan.
3. Dapat lebih menumbuhkan pemahaman pengawasan melekat, yang
merupakan fungsi sangat penting dalam aktivitas operasional.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis dapat memberikan
kesimpulan bahwa produk cicil emas rentan dengan berbagai risiko kerugian yang
berbahaya bagi bank syariah. Oleh karena itu, penulis akan melakukan penelitian
10
mengenai “Strategi Penanganan Risiko Kerugian Cicil Emas Pada Bank
Syariah (Studi Bank Syariah Mandiri, Kantor Cabang Ciputat)”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka penulis
perlu membatasi pembahasan skripsi ini, agar pembahasan tersebut terarah
dengan jelas, supaya tidak terjadi pelebaran masalah dalam penulisan skripsi ini,
maka penulis membatasinya pada Strategi Penanganan Risiko Kerugian Cicil
Emas pada Bank Syariah (Studi Bank Syariah Mandiri, Kantor Cabang Ciputat).
Dengan adanya pembatasan masalah tersebut, penulis kemudian akan
merumuskan masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini sebagai berikut :
1. Apa strategi yang digunakan oleh BSM dalam menangani risiko kerugian
pada transaksi cicil emas?
2. Apa dampak penerapan strategi terhadap terjadinya risiko kerugian transaksi
cicil emas pada BSM ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penelitian ini ditunjukan untuk menjawab pertanyaan yang telah diajukan
sebelumnya. Secara garis besar, tujuan yang ingin dicapai adalah :
a. Untuk mengetahui strategi yang digunakan oleh BSM dalam menangani risiko
kerugian pada transaksi cicil emas.
11
b. Untuk mengetahui dampak penerapan strategi terhadap risiko terjadinya
kerugian transaksi cicil emas pada BSM.
c. Untuk memberikan pemahaman lebih mendalam tentang produk cicil emas
yang dilakukan oleh BSM.
Adapun manfaat dari penulisan ini, antara lain :
1. Bagi Akademisi
Skripsi ini merupakan sebuah media untuk menuangkan karya
keilmuan serta menambah pengetahuan dan pemahaman yang lebih luas
mengenai strategi penanganan risiko kerugian cicil emas pada bank syariah.
Selain itu skripsi ini juga sebagai syarat untuk meraih gelar Sarjana Ekonomi
Syariah (S.E.Sy) dalam Program Studi Muamalat Konsentrasi Perbankan
Syariah di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Selain itu, Skripsi ini juga diharapkan dapat memberikan wawasan dan
wacana dalam khazanah ilmu ekonomi Islam khususnya seputar perbankan
syariah.
2. Bagi Praktisi
Penelitian ini dapat membantu praktisi untuk mengidentifikasi
berbagai strategi penanganan risiko kerugian cicil emas serta memberikan
informasi secara lengkap mengenai transaksi produk cicil emas pada Bank
Syariah Mandiri (BSM).
12
3. Bagi Masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat
akan pentingnya berinvestasi emas melalui produk cicil emas untuk peluang
kepemilikan emas yang mudah dan menguntungkan. Selain itu, penelitian
ini menjadi sumber bacaan yang bermanfaat bagi masyarakat dalam hal
memberikan informasi, kontribusi pemikiran dan menambah pengetahuan
serta pemahaman pembaca dalam bidang pengetahuan ilmu ekonomi islam
khususnya mengenai Strategi Penanganan Risiko Kerugian Cicil Emas pada
Bank Syariah Mandiri (BSM). Disamping itu, penelitian ini pula dapat
memotivasi atau mendorong masyarakat luas untuk berinvestasi dalam
transaksi produk cicil emas pada BSM dengan mengetahui keuntungannya
di masa depan serta mempelajari risiko-risiko yang harus dihadapi dalam
cicil emas tersebut, sehingga dapat terhindar dari berbagai kerugian yang
berbahaya.
13
D. Review Studi Terdahulu
Untuk mendukung materi dalam penelitian ini, penulis membandingkan
dengan beberapa penelitian terdahulu, seperti yang terlihat pada tabel berikut:
Tabel 1 Review Studi Terdahulu
No. Judul, Penulis, Tahun Hasil Kajian Penelitian Perbedaan dengan
Kajian Skripsi Penulis
1. Investasi berkebun emas
dalam perspektif
ekonomi islam (studi
kasus pada PT Bank
Rakyat Indonesia
Syariah), Rindy Atika
Rosnia, 2010, Jurusan
Perbankan Syariah, UIN
Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Dalam skripsi ini penulis
menjelaskan tentang
investasi berkebun emas
dalam perspektif
ekonomi Islam pada
Bank Rakyat Indonesia
Syariah (BRI Syariah).
Dalam skripsi ini penulis
membahas tentang
strategi penanganan
risiko kerugian cicil
emas pada Bank Syariah
Mandiri (BSM).
2. Pembiayaan gadai emas
pada Bank Syariah
Mandiri Cabang Bekasi,
Bukhori Muslim, 2011,
Jurusan Perbankan
Dalam skripsi ini penulis
menjelaskan tentang
pembiayaan gadai emas
yang diterapkan oleh
Bank Syariah Mandiri
Dalam skripsi ini penulis
menjelaskan strategi
yang digunakan dalam
penanganan risiko
kerugian cicil emas pada
14
Syariah, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
(BSM) Cabang Bekasi. BSM Cabang Ciputat
3. Pengaruh produk gadai
emas syariah pada BNI
Syariah Pusat terhadap
peningkatan pendapatan
bank, Herfina, 2009,
Jurusan Perbankan
Syariah, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Dalam skripsi ini penulis
menjelaskan tentang
pengaruh transaksi gadai
emas syariah terhadap
peningkatan pendapatan
pihak bank pada Bank
Negara Indonesia
Syariah Pusat (BNI
Syariah Pusat)
Dalam skripsi ini penulis
menjelaskan strategi
penanganan risiko
kerugian cicil emas pada
Bank Syariah Mandiri
(BSM).
4. Strategi Pengendalian
risiko pengendalian
pembiayaan guna untuk
meningkatkan
pembiayaan musyarakah
pada BTN Syariah,
Nahrowi, 2010, Jurusan
Perbankan Syariah, UIN
Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Dalam skripsi ini penulis
menjelaskan tentang
Strategi Pengendalian
risiko pengendalian
pembiayaan guna untuk
meningkatkan
pembiayaan musyarakah
pada Bank Tabungan
Negara Syariah (BTN
Syariah).
Dalam skripsi ini penulis
menjelaskan strategi
penanganan risiko
kerugian cicil emas pada
Bank Syariah Mandiri
(BSM).
15
5. Evaluasi Manajemen
Risiko Pembiayaan
Murabahah Pada Bank
Syariah Muamalat, Asep
Syaiful Bahri, 2008,
Jurusan Perbankan
Syariah, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Dalam skripsi ini penulis
menjelaskan tentang
Evaluasi Manajemen
Risiko Pembiayaan
Murabahah Pada Bank
Syariah Muamalat
Dalam skripsi ini penulis
menjelaskan strategi
penanganan risiko
kerugian cicil emas pada
Bank Syariah Mandiri
(BSM).
6. Manajemen Risiko
Operasional Bank
Syariah, Harun Masykur,
2008, Jurusan Perbankan
Syariah, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Dalam skripsi ini penulis
menjelaskan tentang
Manajemen Risiko
Operasional Bank
Syariah.
Dalam skripsi ini penulis
menjelaskan strategi
penanganan risiko
kerugian cicil emas pada
Bank Syariah Mandiri
(BSM).
E. Kerangka Pemikiran
Bank syariah adalah lembaga keuangan yang tata cara beroperasinya
berdasarkan kepada tata cara bermuamalat secara islami, yakni mengacu kepada
ketentuan-ketentuan Al-Qur’an dan Hadits. Kehadiran bank syariah diharapkan
dapat memberikan alternatif bagi masyarakat dalam memanfaatkan jasa
16
perbankan yang selama ini masih didominasi oleh sistem konvensional atau
sistem bunga.
Bank Syariah dirancang untuk terbinanya kebersamaan dalam
menanggung risiko usaha dan berbagi hasil usaha antara pemilik dana (shahibul
mal) yang menyimpan uangnya di bank dengan bank selaku pengelola dana
(mudharib). Dan di sisi lain bank selaku pemilik dana dengan masyarakat yang
membutuhkan dana baik yang berstatus pemakai dana maupun pengelola usaha
(mudharib). Pada sisi pengerahan dana masyarakat (funding), shahibul mal
berhak atas bagi hasil dari usaha bank sesuai dengan porsi yang telah disepakati
bersama. Bagi hasil yang diterima shahibul mal akan naik turun secara wajar
sesuai dengan keberhasilan usaha bank dalam mengelola dana yang dipercayakan
kepadanya. Tidak ada biaya yang perlu digeserkan karena bagi hasil bukan
konsep biaya.14
Pada dasarnya, kredit emas atau cicil emas sama dengan kredit
kepemilikan yang lain, misalnya kendaraan bermotor (KKB) atau rumah (KPR).
Bank syariah menyediakan sejumlah dana untuk membiayai pembelian emas,
sementara debitur harus membayar secara mencicil dengan tingkat margin
tertentu kepada bank syariah. Namun, karena emas adalah produk yang cukup
unik, yang berbeda dengan barang konsumtif, terdapat sejumlah karakteristik
yang sebaiknya dipahami sebelum memutuskan mengambilnya. Pertama, hanya
14Karnaen A.Perwataatmadja & Hendri Tanjung, Bank Syariah, Jakarta : Celestial Publishing,
2011, cet.ke-2, hlm.75.
17
emas jenis Logam Mulia produksi PT. Antam yang dapat dibeli dengan kredit
atau cicil emas. Pembelian perhiasan tidak bisa menggunakan fasilitas kredit ini.
Kedua, emas dibeli dan disimpan oleh bank sampai cicilan lunas. Sertifikat
Logam Mulia yang dikeluarkan oleh PT. Antam dipegang oleh pihak bank syariah
pula. Ketiga, terkait poin kedua, emas merupakan jaminan dari pinjaman sehingga
ketika debitur tidak melunasi cicilan sesuai perjanjian, bank syariah akan
melelang emas. Hasil lelang digunakan untuk melunasi sisa kewajiban kepada
bank syariah. Keempat, maksimum pembiayaan adalah 75 persen hingga 80
persen dari nilai emas yang akan dibeli. Dengan kata lain, anda harus
menyediakan dana sendiri senilai 20 persen hingga 25 persen dari harga emas.
Dana sudah harus siap sebelum proses akad kredit dilakukan. Bank syariah
membutuhkan self financing dari kreditur guna memastikan debitur serius dalam
mengambil kredit (uang muka hilang kalau debitur tidak memenuhi
kewajibannya) dan antisipasi harga emas turun dibawah harga pembelian dan
debitur tidak menyelesaikan kewajiban (menunggak). Kelima, bank syariah
membebankan margin atas nilai emas yang nasabah beli. Jadi jumlah pinjaman
yang harus nasabah cicil ke bank syariah adalah harga pembelian emas plus
margin (dalam prosentase). Besarnya margin umumnya berbeda-beda tergantung
jangka waktu kredit. Makin lama masa kredit, makin tinggi margin yang
diberikan oleh bank. Margin adalah cerminan keuntungan dan premi risiko yang
ditetapkan oleh bank syariah. Keenam, layaknya proses kredit, bank syariah
menetapkan persyaratan minimum (umur/usia, slip gaji, WNI), meminta sejumlah
18
dokumen identitas serta data keuangan dan melakukan evaluasi kemampuan
pembayaran. Bank syariah ingin memastikan bahwa nasabah memiliki keuangan
yang memadai untuk dapat menyelesaikan kewajiban pembayaran tepat waktu.
Manajemen risiko merupakan suatu usaha untuk mengetahui,
menganalisis serta mengendalikan risiko dalam setiap kegiatan perusahaan
dengan tujuan untuk memperoleh efektifitas dan efisiensi yang lebih tinggi.
Adapun definisi lain mengenai manajemen risiko adalah seni pembuatan
keputusan dalam dunia yang penuh dengan ketidakpastian, keputusan melibatkan
sejumlah risiko dan imbalan, sebuah pilihan antara melakukan sesuatu yang aman
dan mengambil risiko, seseorang dapat mengalami kebimbangan pada saat harus
memutuskan untuk melakukan investasi dalam usaha baru dan juga dalam pilihan
melakukan diversifikasi atau memagari sebuah portofolio aset.15
Dalam melakukan investasi emas terkadang memiliki keuntungan maupun
kerugian. Risiko dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya akibat buruk
(kerugian) yang tak diinginkan, atau yang tidak terduga, dengan kata lain
“kemungkinan” itu sudah menunjukkan adanya ketidakpastian itu merupakan
kondisi yang menyebabkan timbulnya risiko. Adapun kejadian sesungguhnya
kadang-kadang menyimpang dari perkiraan (expectations) ke salah satu dari dua
arah. Artinya, ada kemungkinan penyimpangan yang menguntungkan dan ada
15Fahmi Basyaib, Manajemen Resiko, Jakarta : PT Grasindo, 2007, cet.ke-1, hlm.9.
19
pula penyimpangan yang merugikan. Jika kedua kemungkinan itu ada, maka kita
katakan risiko itu bersifat spekulatif.16
Di dalam investasi cicil emas pada bank syariah, dimana pihak manajer
bank syariah pastinya berusaha untuk menghasilkan keuntungan setinggi-
tingginya, secara simultan mereka harus juga memperhatikan adanya
kemungkinan risiko yang timbul menyertai keputusan-keputusan manajemen
tentang struktur aset dan liabilitasnya. Banyak risiko yang harus dihadapi bank
syariah dalam transaksi cicil emas, diantaranya risiko kredit, risiko pasar (suku
bunga), risiko likuiditas dan risiko operasional dan sebagainya. Salah satu risiko
yang dihadapi bank syariah adalah risiko kredit dalam investasi cicil emas antara
pihak bank dan pihak nasabah. Risiko kredit adalah risiko yang timbul sebagai
akibat kegagalan counterparty memenuhi kewajibannya.
F. Metode Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data
Untuk mencapai tujuan dari pembahasan skripsi ini, maka penulis
menggunakan dua (2) tahap dalam membahasnya. Adapun tahapan-tahapan
tersebut adalah:
1. Metode Penelitian
Penelitian merupakan sebuah metode untuk menemukan kebenaran
yang juga merupakan sebuah pemikiran kritis (critikal thinking), penelitian
(Research) meliputi pemberian definisi dan redefinisi terhadap masalah,
16Herman Darmawi, Manajemen Resiko, Jakarta : Bumi aksara, 2006, cet.ke-10, hlm.27.
20
memformulasikan hipotesis atas jawaban sementara, membuat kesimpulan
dan sekurang-kurangnya hipotesis atas jawaban sementara, membuat
kesimpulan dan sekurang-kurangnya mengadakan pengujian yang hati-hati
atas hipotesis.17
Penelitian ini bersifat deskriptif analisis, yakni penelitian yang
mengungkapkan suatu masalah dan keadaan sebagaimana adanya, sehingga
hanya penyingkapan fakta,18 yang menggambarkan data informasi yang
berdasarkan pada fakta yang diperoleh di lapangan.
Selain data diperoleh dari lapangan, penelitian ini juga termasuk jenis
penelitian kepustakaan (library research) dengan teknik pengambilan data
melalui dokumentasi terhadap sumber-sumber buku yang dapat dijadikan
acuan dalam menelaah penelitian ini.
2. Sumber Data
Data yang penulis peroleh adalah data primer dan data sekunder. Data
primer ialah data yang belum tersedia dan untuk memperoleh data tersebut
peneliti harus menggunakan beberapa instrumen penelitian seperti kuesioner,
wawancara, observasi dan sebagainya.19Adapun data primer penulis peroleh
17Moh Nazir, Metode Penelitian, Jakarta : Ghalia Indonesia, 2003, cet.ke-5, hlm.13. 18Hermawan Wasito, Pengantar Metodologi, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama,1993,
hlm.10.
19Hendri Tanjung dan Abrista Devi, Metodologi Penelitian Ekonomi Islam, Bekasi: Gramatha
Publishing, 2013, hlm.76
21
dari wawancara kepada pihak terkait, yaitu pihak dari Bank Syariah Mandiri
(BSM), Staf Bagian Produk Cicil Emas.
Data Sekunder ialah data yang sudah tersedia, tinggal mengambilnya
melalui media cetak ataupun elektronik.20Adapun penulis peroleh dari
literatur-literatur lain seperti Al-Qur’an, Al-Hadit’s, buku, website dan lain-
lain yang berkaitan dengan skripsi ini.
3. Teknik Pengumpulan Data
Dalam menyusun penulisan skripsi ini, penulis menggunakan beberapa
teknik pengumpulan data, yaitu:
a. Wawancara (interview), dimana percakapan itu dilakukan oleh dua pihak
yaitu pewancara yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai
yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.21 Penulis mengadakan
tanya jawab dengan pihak nasabah pada bank syariah seputar risiko
kerugian dalam cicil emas.
Selain itu, wawancara adalah proses percakapan dengan maksud
untuk mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi,
motivasi, perasaan dan sebagainya, yang dilakukan dua pihak yaitu
pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dengan yang
20Ibid, hlm. 94
21Lexy J. Moleong, metodologi penelitian kualitatif , Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2002,
hlm.135.
22
diwawancarai (interviewee). Wawancara adalah metode pengumpulan data
yang amat popular, karena itu banyak digunakan diberbagai penelitian.22
b. Studi Dokumentasi, yaitu pengumpulan data berupa dokumen tentang
strategi penanganan risiko kerugian dalam cicil emas pada bank syariah
yang diambil dari dokumen-dokumen yang berupa makalah, brosur-brosur
dan dokumen lapangan.
4. Teknik Penulisan Skripsi
Adapun teknik penulisan skripsi ini mengacu pada buku pedoman
penulisan skripsi yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012 sehingga
tersusun dengan baik.
G. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah penulisan dalam skripsi ini, maka dibentuklah
sistematika penulisan yang dibagi ke dalam lima (5) bab oleh penulis. Adapun
rangkaian dari setiap bab tersebut adalah sebagai berikut:
22Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2004, cet
ke-3, hlm.108.
23
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini berisi latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan
masalah, tujuan dan manfaat penulisan, review studi terdahulu,
kerangka pemikiran, metode penelitian dan teknik pengumpulan data,
dan sistematika penulisan.
BAB II
LANDASAN TEORI
Berisi mengenai investasi emas, manajemen risiko dalam perbankan
syariah dan transaksi jual beli dalam islam.
BAB III
MANAJEMEN RISIKO CICIL EMAS PADA BSM
Pembahasan mengenai Sejarah dan Perkembangan BSM, Produk dan
Jasa pada BSM, Mekanisme cicil emas pada BSM serta Manajemen
risiko cicil emas pada BSM.
BAB IV
BAB V
STRATEGI DAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO
TRANSAKSI CICIL EMAS PADA BSM
Berisi mengenai strategi yang digunakan oleh BSM dalam menangani
risiko kerugian pada transaksi cicil emas dan dampak penerapan
strategi terhadap risiko terjadinya kerugian transaksi cicilan emas pada
BSM.
PENUTUP
Merupakan bab penutup yang memuat kesimpulan dari seluruh hasil
penelitian yang dilakukan penulis serta saran-saran.
24
BAB II
LANDASAN TEORI
A. INVESTASI EMAS
1. PENGERTIAN INVESTASI EMAS
Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber dana
lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan untuk memperoleh
sejumlah keuntungan di masa yang akan datang. Investasi yang islami adalah
pengorbanan sumber daya pada masa sekarang untuk mendapatkan hasil yang
pasti, dengan harapan memperoleh hasil yang lebih besar di masa yang akan
datang, baik secara langsung maupun tidak langsung seraya tetap berpijak
pada prinsip-prinsip syariah secara menyeluruh (kaffah). Selain itu, semua
bentuk investasi dilakukan dalam rangka ibadah kepada Allah SWT untuk
mencapai kebahagiaan lahir batin di dunia dan akhirat baik bagi generasi
sekarang maupun generasi yang akan datang. Selain itu, investasi menurut
syariat islam adalah melakukan usaha secara aktif terhadap harta atau sumber
daya yang dimiliki melalui cara-cara yang sesuai dengan prinsip syariah
dengan tujuan untuk mencari ridho Allah SWT.
25
Emas adalah logam mulia yang digunakan sebagai komoditas
berinvestasi masyarakat umum. Emas tersedia dalam berbagai macam bentuk,
mulai dari emas batangan atau lantakan, koin emas dan emas perhiasan.
Disebut emas batangan karena emas ini berbentuk seperti batangan pipih atau
batu bara, dimana kadar emasnya adalah 22 atau 24 karat, atau apabila dalam
persentase adalah 95 persen dan 99 persen. Jenis emas ini adalah yang terbaik
untuk digunakan berinvestasi.
Berdasarkan beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa
Investasi emas merupakan salah satu investasi yang sangat aman dan
menguntungkan untuk masa depan, yang berguna untuk melindungi aset dari
gerusan inflasi. Investasi emas secara syariah merupakan transaksi menjual
dan membeli emas berdasarkan prinsip syariah untuk mencapai kebahagiaan
dunia dan akhirat.
2. MANFAAT INVESTASI EMAS
Banyak masyarakat Indonesia yang menggunakan logam mulia seperti
emas sebagai sarana berinvestasi yang menguntungkan dalam jangka waktu
panjang. Mereka menyimpan uang dalam bentuk logam mulia berupa emas
untuk dipergunakan apabila suatu saat mereka membutuhkan uang, maka
emas tersebut dapat dijual untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Berikut ini beberapa manfaat investasi emas bagi masyarakat, antara lain :
a. Mendapatkan keuntungan atau laba dalam berinvestasi emas.
26
b. Merencanakan masa depan yang lebih baik dan percepatan aset para
nasabah.
c. Memudahkan para nasabah untuk mendapatkan emas batangan yang
diinginkan melalui investasi emas yaitu cicil emas.
d. Manfaatkan investasi emas untuk mendapatkan dana dalam mengatasi
kebutuhan biaya pendidikan, biaya kesehatan, modal usaha dan kebutuhan
hidup lainnya. Hal ini dikarenakan logam mulia seperti emas dapat di jual
dalam kondisi apapun ketika membutuhkan dana.
Dari beberapa manfaat diatas, dapat disimpulkan bahwa berinvestasi
emas sangat membantu masyarakat dalam keadaan mendesak seperti untuk
membayar biaya pengobatan, pendidikan, pernikahan dan sebagainya. Selain
itu, berinvestasi emas merupakan sarana yang paling efektif untuk
mendapatkan keuntungan atau laba.
3. BENTUK-BENTUK INVESTASI EMAS
Banyaknya manfaat yang diberikan ketika berinvestasi emas
menyebabkan minat masyarakat untuk berinvestasi sangatlah tinggi. Berikut
ini, bentuk-bentuk investasi emas yang beraneka ragam, diantaranya :
1. Emas Perhiasan
Investasi emas dalam bentuk ini memiliki dua keunggulan yaitu
sebagai sarana investasi dan sebagai perhiasan yang dapat digunakan.
Banyak masyarakat yang masih yakin bahwa investasi dalam bentuk emas
27
perhiasan (jewelry) akan memberikan keuntungan dan tingkat rasa aman
yang lebih tinggi. Emas perhiasan merupakan bentuk investasi dasar yang
sudah dilakukan masyarakat Indonesia sejak dulu. Salah satu kelemahan
investasi emas perhiasan adalah biaya pembuatan perhiasan tersebut.
Biaya inilah yang menyebabkan harga per gram emas tersebut menjadi
lebih mahal. Semakin rumit bentuk perhiasan tersebut, maka semakin
mahal pula biaya pembuatan dan harga yang harus dibayar. Oleh karena
itu, berinvestasi dalam bentuk emas perhiasan, masyarakat harus
memahami kandungan kadar emas yang dinilai berdasarkan standar
internasional dalam satuan yang disebut karat. Pilihlah emas perhiasan 24
karat karena kemungkinan keuntungannya akan jauh lebih besar.
2. Emas Batangan
Emas batangan atau yang biasa disebut dengan emas logam mulia
menjadi pilihan investasi emas yang paling baik dan paling aman. Emas
batangan/logam mulia akan lebih mudah dijual kembali dibandingkan
dengan emas perhiasan. Jika ingin berinvestasi emas, pilihan yang satu ini
sangat patut untuk dipertimbangkan.
3. Koin Emas
Koin emas biasa disebut koin emas ONH (Ongkos Naik Haji)
karena koin emas ini memang dijadikan investasi bagi seseorang yang
ingin memiliki tabungan untuk mempersiapkan ibadah haji. Investasi ini
sebenarnya sama dengan investasi emas lain karena memiliki harga yang
28
mengikuti harga mata uang asing (dollar Amerika Serikat), dan aman
terhadap inflasi.
4. Sertifikat Emas
Investasi emas tak selalu dalam bentuk fisik, bisa juga berbentuk
sertifikat emas. Sertifikat Emas merupakan selembar kertas yang menjadi
bukti kepemilikan atas emas yang tersimpan di bank pada suatu negara.
Sertifikat emas adalah alternatif investasi yang menguntungkan dan aman
karena seseorang tidak perlu mengeluarkan biaya penyimpanan emas,
berbeda dengan investasi emas dalam bentuk fisik yang memerlukan biaya
penyimpanan di safe deposit box yang ada di bank.
5. Saham Perusahaan Pertambangan Emas
Jika keadaan pasar emas sedang naik, biasanya harga saham
perusahaan akan ikut bergerak naik lebih cepat daripada harga emas fisik.
Meski menguntungkan, sebaiknya tetap berhati-hati karena risiko investasi
saham ini tetap ada.
6. Kontrak Emas Berjangka
Dengan bantuan teknologi informasi dan komunikasi, emas dapat
diperjualbelikan sebagai komoditas di pasar perdagangan berjangka
(futures trading). Seseorang tidak perlu memegang fisik emas, tetapi
hanya perlu memiliki bukti administrasi kepemilikan.
7. DS/MLM Emas
29
Investasi emas dapat ditempuh melalui jaringan perusahaan
“penjualan langsung” (Direct Selling/DS) dan “penjualan berjenjang”
(multilevel marketing/MLM). Sayangnya, di Indonesia kebanyakan
perusahaan yang mempraktikkan cara tersebut tergolong perusahaan
DS/MLM palsu yang menggunakan modus penggandaan uang
8. Reksadana Emas
Reksadana Emas merupakan alternatif investasi emas di mana
seseorang tetap dapat memetik keuntungan tanpa harus menyimpan emas
fisik. Reksadana Emas tidak hanya ditanamkan pada perdagangan emas
fisik, namun juga dilibatkan dalam transaksi saham perusahaan
pertambangan emas.
9. ETF Emas
Exchange Trade Fund (ETF) merupakan jenis reksadana yang
sahamnya dapat diperdagangkan di bursa efek (pasar modal). ETF
sejatinya sama dengan reksadana, tetapi ETF memiliki sedikit perbedaan
dimana transaksi jual beli ETF dengan reksa dana berbasis emas melalui
lantai bursa
10. Dinar Emas
Dinar Emas cocok dijadikan sarana investasi karena tahan terhadap
inflasi sehingga nilai intrinsiknya tidak menyusut. Di Indonesia, Dinar
Emas diproduksi UBPP Logam Mulia PT. Aneka Tambang (ANTAM)
30
yang telah memiliki kualitas standar internasional dan telah disertifikasi
LBMA.
11. Emas Kuno
Umumnya, emas kuno berbentuk koin yang telah berumur ratusan
hingga ribuan tahun. Emas kuno memiliki harga jual tinggi karena
memiliki nilai sejarah sehingga sangat baik jika dijadikan koleksi dan
sarana investasi.
12. Emas Lokal
Emas lokal merupakan emas yang proses pemurniannya dilakukan
oleh industri-industri kecil atau industri rumah tangga di suatu daerah.
Karena itu, harga emas lokal di masing-masing daerah tidak sama,
bergantung pada tingkat kemurniannya.1
Dari beberapa bentuk investasi emas diatas, dapat disimpulkan bahwa
emas batangan menjadi pilihan investasi emas yang memberikan tingkat
keuntungan dan rasa aman yang lebih tinggi dibandingkan bentuk investasi
lainnya. Investasi emas batangan juga lebih terjamin karena diberikan
sertifikat keasliannya.
1Joko Salim, 10 Investasi Paling Gampang & Paling Aman, Jakarta : Transmedia Pustaka ,2010,
Cet. ke-1, h.22.
31
B. MANAJEMEN RISIKO DALAM PERBANKAN SYARIAH
1. Pengertian Manajemen Risiko Perbankan Syariah
Istilah manajemen berasal dari kata to manage yang berarti kontrol.
Dalam bahasa Indonesia dapat diartikan : mengendalikan, menangani, atau
mengelola.2 Terdapat pengertian lain pula tentang manajemen yang
menyebutkan bahwa manajemen (management) adalah proses menggerakkan
tenaga manusia, modal dan peralatan lainnya secara terpadu untuk mencapai
sasaran atau tujuan tertentu.3
Menurut Ali Muhammad Taufiq, manajemen adalah menginvestasikan
manusia untuk mengerjakan kebaikan atau mengerjakan perbuatan yang
bermanfaat melalui perantara manusia.4
Manajemen dalam islam yaitu mengatur segala sesuatu agar
dilaksanakan dengan baik, tepat dan terarah serta bersumber dari nash-nash
Al-Qur’an dan Al-Hadit’s berasaskan pada nilai-nilai kemanusiaan yang
berkembang dalam masyarakat pada waktu itu. Manajemen dalam islam
dibangun atas tiga bagian, yaitu manajemen, etika, dan spiritualitas. Ketiga
bagian ini berjalan membangun kekuatan dalam menjalankan amanah.
Dengan demikian, jika suatu proses manajemen berjalan secara amanah, maka
amanah merupakan metafora yang akan dibentuk. Secara umum dalam
2Yayat M.Herujitu, Dasar-Dasar Manajemen, Jakarta, PT Grafindo, 2001, hlm.1 3Marbun. BN, Kamus Manajemen, Jakarta, Pustaka Sinar Harapan, 2003, hlm.155 4Mohamad Hidayat, an introduction to The Sharia Economic pengantar ekonomi syariah, Jakarta
: Zikrul, 2010, cet.ke-1, hlm.273-274.
32
manajemen islam keberadaannya harus mengkaitkan antara material dan
spiritual.5
Menurut kamus manajemen, risiko (risk) merupakan ketidakpastian
yang mengandung kemungkinan kerugian dalam bentuk harta atau kehilangan
keuntungan atau kemampuan ekonomis.6 Sedangkan Bank Indonesia
mendefinisikan risiko sebagai “potensi terjadinya suatu peristiwa yang dapat
menimbulkan kerugian bagi bank”.7
Manajemen risiko pada perbankan syariah diartikan sebagai rangkaian
prosedur dan metodologi yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur,
memantau, dan mengendalikan risiko yang timbul dari kegiatan usaha Bank
Syariah.8Manajemen risiko adalah seni pembuatan keputusan dalam dunia
yang penuh dengan ketidakpastian, keputusan melibatkan sejumlah risiko dan
imbalan, sebuah pilihan antara melakukan sesuatu yang aman dan mengambil
risiko, seseorang dapat mengalami kebimbangan pada saat harus memutuskan
untuk melakukan investasi dalam usaha baru dan juga dalam pilihan
melakukan diversifikasi atau memagari sebuah portofolio aset.9
Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa manajemen risiko
dalam perspektif islam merupakan mengatur, mengelola, dan mengontrol segala
5Ibid. 6B.N. Marbun, Kamus Manajemen, Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 2003, cet.ke-1, hlm.317. 7Robert Tampubolon.Risk Management. Jakarta : Kompas Gramedia, 2006, cet.ke-3, hlm.20. 8Rahmani Timorita Yulianti, Manajemen Resiko Perbankan Syariah, http://master-islamic.ac.id,
di kutip pada 11/06/2014. 9Fahmi Basyaib, Manajemen Resiko, Jakarta : PT Grasindo, 2007, cet.ke-1, hlm.9.
33
sesuatu agar dilaksanakan dengan baik, tepat dan terarah berdasarkan Al-Qur’an
dan Al-Hadit’s dalam menangani berbagi risiko.
2. Tujuan Manajemen Risiko Perbankan Syariah
Sasaran kebijakan manajemen risiko adalah mengidentifikasi,
mengukur, memantau, dan mengendalikan jalannya kegiatan usaha bank
dengan tingkat risiko yang wajar secara terarah, terintegrasi, dan
berkesinambungan. Dengan demikian, manajemen risiko berfungsi sebagai
filter atau pemberi peringatan dini (early warning system) terhadap kegiatan
usaha bank. Tujuan manajemen risiko antara lain sebagai berikut :10
a. Menyediakan informasi tentang risiko kepada pihak regulator.
Informasi mengenai risiko sangat dibutuhkan regulator bank sebagai pihak
pembuat atau pemutus kebijakan, yang mana pihak regulator tersebut
terdiri dari Dewan Pengawas Syariah (DPS), Dewan Komisaris, dan
Dewan Direksi.
b. Memastikan bank tidak mengalami kerugian yang bersifat unacceptable.
Ada beberapa kerugian yang tidak diinginkan bank syariah, untuk
memastikan bank tidak mengalami kerugian tersebut, maka sejak awal
setiap risiko yang datang harus segera diantisipasi.
c. Meminimalisasi kerugian dari berbagai risiko yang bersifat uncontrolled.
10Adiwarman Karim, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan, Jakarta, PT Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2007, hlm.255.
34
Agar tidak terjadi kerugian yang sangat besar, maka risiko yang timbul
dan tidak dapat dikendalikan harus diminimalisasi. Oleh karena itu harus
disusun rencana darurat atas kemungkinan kondisi eksternal dan internal
terburuk, sehingga kelangsungan usaha dari bank syariah dapat di
pertanggungjawabkan.
d. Mengukur eksposur dan permusatan risiko.
Hal ini dapat dilakukan dengan mengukur dampak risiko secara
keseluruhan maupun dampak perjenis risiko yang melekat pada kegiatan
usaha bank serta dampak risiko per produk atau aktivitas fungsional bank
syariah sesuai metode atau model pengukuran yang diadopsi.
e. Mengalokasikan modal dan membatasi risiko.
Untuk mengalokasikan modal maka harus dilihat terlebih dahulu risiko-
risikonya. Oleh karena itu, perlu adanya penetapan batas-batas risiko
sebagai bagian dari pembatasan risiko.
f. Tujuan manajemen risiko lainnya.
Tidak hanya sekedar memelihara tingkat profitabilitas dan kesehatan bank
yang bersangkutan saja, akantetapi juga untuk memelihara integritas dan
stabilitas sistem keuangan yang kritis terhadap kesehatan perekonomian
nasional.
35
Dari beberapa tujuan manajemen risiko perbankan syariah diatas,
dapat disimpulkan bahwa tujuan utamanya adalah memastikan bank tidak
mengalami kerugian akibat risiko-risiko yang dihadapinya. Oleh karena itu,
sejak awal bank harus segera mengantisipasinya.
3. Strategi Manajemen Risiko Perbankan Syariah
Penerapan strategi manajemen risiko (risk management) bertujuan
untuk menghindari suatu kerugian yang disebabkan terjadinya suatu risiko
atau peristiwa (events). Berikut ini strategi manajemen risiko perbankan
syariah, antara lain :
1. Identifikasi Risiko
Keunikan Bank Syariah terletak pada :
a. Proses transaksi pembiayaan dan investasi yang menggunakan prinsip-
prinsip syariah.
b. Proses manajemen yaitu sistem dan prosedur operasional akuntansi
dan Chart of Account (CoA), sistem dan prosedur operasional
teknologi informasi, serta sistem dan prosedur operasional
pengembangan produk.
c. Sumber daya manusia yaitu spesifikasi kapabilitas yang tidak hanya
mencakup dalam bidang perbankan secara umum tetapi juga meliputi
aspek-aspek syariah.
36
d. Lingkungan eksternal yaitu adanya dual regulatory body, yaitu Bank
Indonesia (BI) dan Dewan Syariah Nasional (DSN).
2. Penilaian Risiko
Dalam penilaian Risiko, keunikan bank syariah terlihat pada hubungan
antara probability dan impact, atau yang biasa dikenal sebagai Quallitative
Approach.
3. Antisipasi Risiko
Antisipasi risiko dalam bank syariah bertujuan untuk :
a. Preventive. Persetujuan Dewan Pengawas Syariah dan juga opini DPS
dan Bank Indonesia untuk memandang terhadap persetujuan DPS.
b. Detective. Pengawasan dalam bank syariah meliputi dua aspek, yaitu
aspek perbankan oleh Bank Indonesia dan aspek syariah oleh Dewan
Pengawas Syariah (DPS).
c. Recovery. Koreksi atas suatu kesalahan dapat melibatkan Bank
Indonesia untuk aspek perbankan dan DSN untuk aspek syariah.
4. Memonitoring Risiko
Aktivitas monitoring dalam bank syariah tidak hanya meliputi
manajemen bank syariah tetapi juga melibatkan Dewan Pengawas Syariah
(DPS).11
11http://www.blogspot.com//Manajemen resiko perbankan syariah, ppt/dikutip pada 11/06/2014
37
Dari penjelasan diatas, dapat diketahui bahwa strategi manajemen
risiko perbankan syariah adalah mengantisipasi kemungkinan risiko-risiko
yang dapat merugikan bank, sehingga perlu pengendalian terpadu. Ini
dikarenakan manajemen risiko yang baik mempunyai potensi untuk
memberikan orientasi baru bagi organisasi secara keseluruhan dan dapat
meningkatkan kinerja bank.
4. Manajemen Risiko Gharar dalam Transaksi Jual Beli dan Investasi
Bisnis adalah pengambilan risiko, karena risiko selalu terdapat dalam
aktivitas ekonomi. Ditambah lagi adanya prinsip dasar, no risk no return.
Selain karena alasan riba, prinsip ini juga yang membawa implikasi penolakan
terhadap bunga dalam pinjaman. Kalau kemudian risiko ini secara sederhana
disamakan dengan ketidakpastian (uncertainty), dan ketidakpastian ini
dianggap gharar dan dilarang, maka ini akan menjadi rumit.
Sebuah transaksi yang gharar dapat timbul karena dua sebab, pertama
adalah kurangnya informasi atau pengetahuan pada pihak yang melakukan
kontrak. Kedua, karena tidak adanya (non-exist) objek. Ada pula yang
membolehkan transaksi dengan objek yang secara aktual belum ada, dengan
diiringi syarat bahwa pihak yang melakukan transaksi memiliki kontrol untuk
hampir bisa memastikannya di masa depan.
38
Sayyid sabiq dalam fiqh sunnah menerangkan larangan terhadap
sebagian kebiasaan yang dilakukan orang-orang jahiliyah adalah sebagai
berikut :
a. Jual beli dengan cara Hashah
Orang jahiliyah dulu melakukan akad jual-beli tanah yang tidak jelas
luasnya. Mereka melemparkan hashah (batu kecil). Pada tempat akhir
dimana batu jatuh itulah tanah yang dijual. Atau dengan cara jual beli
barang yang tidak ditentukan. Mereka melempar hashah, barang yang
terkena batu itulah barang-barang dijual.
b. Jual beli “Tebakan Selam” (Dharbatul Ghawwash)
Orang-orang jahiliyah juga melakukan jual beli dengan cara menyelam.
Barang yang ditemukan di laut waktu menyelam itulah yang
diperjualbelikan. Mereka biasa melakukan akad. Si pembeli menyerahkan
harga atau bayaran sekalipun tidak mendapat apa-apa. Dan terkadang si
penjual menyerahkan barang yang ditemukan sekalipun jumlah barang
tersebut mencapai beberapa kali lipat dari harga yang harus diterima.
c. Jual beli Nitaj
Yaitu akad untuk hasil binatang ternak sebelum memberikan hasil,
diantaranya memperjualbelikan susu yang masih berada di kantung susu
binatang tersebut.
d. Jual beli Mulamasah
39
Yaitu dengan cara si penjual dan si pembeli melamas (menyentuh) baju
salah seorang dari mereka (saling menyentuh) atau barangnya. Setelah itu
jual beli harus dilaksanakan tanpa diketahui keadaannya atau saling ridho.
e. Jual beli Munazabah
Yakni kedua belah pihak saling mencela barang yang ada pada mereka
dan ini dijadikan dasar jual beli, yang tidak saling ridho.
f. Jual beli Muhaqalah
Muhaqalah ialah jual beli tanaman dengan takaran makanan yang dikenal.
g. Jual beli Muzabanah
Muzabanah ialah jual beli kurma yang masih di pohonnya dengan kurma.
h. Jual beli Mukhadharah
Mukhadarah ialah jual beli kurma hijau belum nampak mutu kebaikannya
(ijon).
i. Jual beli bulu domba di tubuh domba hidup sebelum di potong.
j. Jual beli susu padat yang masih berada di susu.
k. Jual beli Habalul Habalah (anak unta yang masih di dalam perut
induknya).12
Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa manajemen risiko
gharar yaitu mengatur atau mengelola transaksi gharar yang dapat timbul
karena dua sebab, pertama adalah kurangnya informasi atau pengetahuan
12Ahmad Rodoni, Investasi Syariah, Jakarta : Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009, cet.ke-1,
hlm.44-45
40
pada pihak yang melakukan kontrak. Kedua, karena tidak adanya (non-exist)
objek. Dan melarang segala bentuk transaksi jual beli dan investasi yang tidak
berdasarkan Al-Qur’an dan Al-Hadit’s.
C. TRANSAKSI JUAL BELI DALAM ISLAM
1. Pengertian Jual Beli dalam Islam
Jual beli atau dalam bahasa arab al-ba’i menurut etimologi adalah
tukar menukar sesuatu dengan sesuatu yang lain. Menurut Hanafiah, jual beli
adalah menukar benda dengan dua mata uang (emas dan perak) dan
semacamnya, atau tukar menukar barang dengan uang atau semacamnya
menurut cara yang khusus. Menurut Malikiyah, jual beli adalah akad
mu’awadhah (timbal balik) atas selain manfaat dan bukan pula untuk
menikmati kesenangan. Menurut Syafi’iyah, jual beli adalah suatu akad yang
mengandung tukar menukar harta dengan harta syarat yang akan diuraikan
nanti untuk memperoleh kepemilikan atas benda atau manfaat untuk waktu
selamanya. Menurut Hanabilah, jual beli adalah tukar menukar harta dengan
harta, atau tukar menukar manfaat yang mubah dengan manfaat yang mubah
untuk waktu selamanya, bukan riba dan bukan utang13
Akad berarti perikatan, perjanjian atau permufakatan. Setiap akad
harus memenuhi unsur-unsur pokok (rukun akad), yaitu :
13Muslich, Ahmad Wardi, Fiqh Muamalat, Jakarta : AMZAH, 2010, cet.ke-1, hlm.173-177.
41
1. Sighat (ijab qabul): ijab berarti pernyataan melakukan ikatan dan qabul
berarti pernyataan menerima ikatan.
2. Muta’aqidaani yakni pihak-pihak yang berakad.
3. Ma’qud fiih yakni objek akad.
Sebelum terjadi ikatan, masing-masing pihak boleh mengajukan
syarat-syarat asalkan dapat diterima oleh akal sehat. Akad yang shahih (cukup
rukun dan syaratnya) berlaku dan mengikat, sebaiknya akad yang tidak shahih
(kekurangan rukun dan syaratnya) tidak berlaku dan tidak mengikat.14
Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam akad jual beli
diantaranya:
1. Syarat in’iqad (terjadinya akad).
2. Syarat sahnya akad jual beli.
3. Syarat kelangsungan jual beli (syarat nafadz).
4. Syarat mengikat (syarat luzum).
Maksud diadakannya syarat-syarat ini adalah untuk mencegah
terjadinya perselisihan diantara manusia, menjaga kemashlahatan pihak-pihak
yang melakukan akad, dan menghilangkan sifat gharar (penipuan). Apabila
syarat in’iqad (terjadinya akad) rusak (tidak terpenuhi) maka akad menjadi
batal. Apabila syarat sah yang tidak terpenuhi, maka menurut Hanafiah, akad
menjadi fasid. Apabila syarat nafadz (kelangsungan akad) tidak terpenuhi
14Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, Tangerang : Azkia Publisher, 2009,
cet.ke-7, hlm.25.
42
maka akad akan menjadi mauquf (ditangguhkan), dan apabila syarat luzum
(mengikat) tidak terpenuhi, maka akad menjadi mukhayyar (diberi
kesempatan memilih) antara diteruskan atau dibatalkan.15
Dari penjelasan diatas, dapat disimpulakan bahwa jual beli menurut
para ulama mazhab merupakan akad mu’awadhah, yakni akad yang dilakukan
oleh dua pihak, dimana pihak pertama menyerahkan barang dan pihak kedua
menyerahkan imbalan baik berupa uang maupun barang.
2. Dasar Hukum Jual Beli dalam Islam
Landasan atau dasar hukum mengenai jual beli ini disyariatkan
berdasarkan Al-Qur’an dan Al-Hadit’s, antara lain :
1. Al Qur’an
Allah SWT berfirman dalam Surat An-Nisa : 29
16
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu makan harta
sesamamu dengan jalan yang bathil (tidak benar), kecuali dengan
jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantara
kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sungguh, Allah
Maha Penyayang Kepadamu”(QS. An-Nisa : 29)
15Ibid 16 Al-Qur’an & Terjemahan.
43
Dalam Surat Al-Baqarah ayat 275 yang berbunyi :
17
Artinya: “Orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri melainkan
seperti berdirinya orang yang kemasukan setan karena gila. Yang
demikian itu karena mereka berkata bahwa jual beli sama dengan
riba. Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba. Barang siapa mendapat peringatan dari
Tuhannya, lalu dia berhenti, maka apa yang telah diperolehnya
dahulu menjadi miliknya, dan urusannya (terserah) kepada Allah.
Barang siapa mengulangi, maka mereka itu penghuni neraka,
mereka kekal di dalamnya".(QS. al-Baqarah : 275)
Dari dua ayat Al-Qur’an diatas telah mewakili disyariatkannya jual
beli bagi umat Islam. Allah SWT menghalalkan bagi umatnya untuk mencari
rezeki melalui transaksi perniagaan (jual beli) berdasarkan kesepakatan
bersama antara penjual dan pembeli.
2. Al-Hadit’s
Selain dasar hukum yang berasal dari Al Qur’an ulama Fiqh juga
menyandarkan syariat jual beli kepada hadit’s Nabi SAW. Adapun diantara
17 Ibid.
44
hadit’s yang menjadi dasar ajaran jual beli adalah Sabda Rasulullah SAW,
yaitu hadit’s Rifa’ah ibnu Rafi’:
عن رفاعة بن رافع أن النبي صلى الله عليه وسلم سئل أي الكسب أطيب؟
جلبيده وكل بيع مبرور. قال: عمل الر
Artinya : “Dari Rifa’ah ibnu Rafi’ bahwa Nabi SAW ditanya usaha apakah
yang paling baik? Nabi menjawab: Usaha seseorang dengan
tangannya sendiri dan setiap jual beli yang mabrur”. (Diriwayatkan
oleh Al-Bazzar dan dishahihkan oleh Al-Hakim).18
Selain hadits diatas, terdapat hadits yang secara tegas menjelaskan
mengenai disyari’atkannya wakaf pada zaman Rasulullah SAW, yaitu Hadit’s
Abi Sa’id:
صلى الله ع وسلم قال: ليه عن أبي سعيد عن النبي
دوق المين مع ديقين واالتاجر الص لشهداء.النبي ين والص
Artinya : “Dari Abi Sa’id dari Nabi SAW beliau bersabda: pedagang yang
jujur (benar), dan dapat dipercaya (amanah) nanti bersama-sama
dengan Nabi, Shiddiqin, dan Syuhada”. (HR.At-Tirmidzi. Berkata
Abu ‘Isa: Hadit’s ini adalah Hadit’s yang Shahih)19
عن ابن عمر قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم:
دوق المين المسلم مع الشهداء يوم القيامة. التاجر الص
18Muhammad bin Isma’il Al-Kahlani, Subul As-Salam, Juz 3, Maktabah Mushthafa Al-Babiy Al-
Halabiy, Mesir, cet.IV, 1960, hlm.4. 19At-Tarmidzi, Sunan At-Tirmidzi, Juz 3, Nomor hadit’s 1290, CD Room, Maktabah Kutub Al-
Mutun, Silsilah Al-‘Ilm An-Nfi’, Seri 4, Al-Ishdar Al-Awwal, 1426 H, hlm.724.
45
Artinya: “Dari Ibnu ‘Umar ia berkata: Telah bersabda Rasulullah SAW:
pedagang yang benar (jujur), dapat dipercaya dan muslim, beserta
para syuhada pada hari kiamat (HR.Ibnu Majah).20
Dari ketiga Hadit’s yang dikemukakan diatas dapat dipahami bahwa
jual beli merupakan pekerjaan yang halal dan mulia. Apabila pelakunya jujur,
maka kedudukannya pun di akhirat nanti setara dengan para nabi, shiddiqin,
dan syuhada.
Para ulama dan seluruh umat islam sepakat tentang dibolehkannya jual
beli, karena hal ini sangat dibutuhkan oleh manusia pada umumnya. Dalam
kenyataan kehidupan sehari-hari tidak semua orang memiliki apa yang
dibutuhkannya. Apa yang dibutuhkannya kadang-kadang berada ditangan
orang lain. Dengan jalan jual beli inilah, maka manusia dapat saling tolong
menolong untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan demikian, roda
kehidupan ekonomi akan berjalan dengan positif karena apa yang mereka
lakukan akan menguntungkan kedua belah pihak.
4. Bentuk Bentuk Jual Beli dalam Islam
1. BA’I MURABAHAH (DEFERRED PAYMENT SALE)
a. Pengertian Ba’i Murabahah
Ba’i Murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan
tambahan keuntungan yang disepakati. Ba’i Murabahah dapat dilakukan
untuk pembelian secara pemesanan dan biasa disebut sebagai murabahah
20Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah, Juz 2, Nomor hadit’s 2139, CD Room, Maktabah Kutub Al-
Mutun, Silsilah Al-‘Ilm An-Nafi’, Seri 4, Al-Ishdar Al-Awwal, 1426 H, hlm.724.
46
kepada pemesan pembelian. Definisi lain mengenai Ba’i Murabahah
adalah transaksi penjualan barang dengan menyatakan harga perolehan
keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli.
Pembayaran atas akad Ba’i Murabahah dapat dilakukan secara tunai (Ba’i
Naqdan) maupun tangguh (Ba’i Mu’ajjal/Ba’i Bit’tsaman Ajil). Hal yang
membedakan Ba’i Murabahah dengan penjualan yang biasa kita kenal
adalah penjual secara jelas memberi tahu kepada pembeli berapa harga
pokok barang tersebut dan berapa besar keuntungan yang diinginkannya.
Penjual dan pembeli dapat melakukan tawar-menawar atas besaran margin
keuntungan sehingga pada akhirnya diperoleh kesepakatan bersama.
b. Rukun Ba’i Murabahah
1. Adanya penjual dan pembeli (‘akid).
2. Objek akad (ma’qud ‘alaih).
3. Ijab dan qabul
c. Syarat Ba’i Murabahah
1. Penjual memberi tahu biaya modal kepada nasabah.
2. Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan.
3. Kontrak harus bebas dari riba.
4. Penjual harus menelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas
barang sesudah pembelian.
5. Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan
pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara utang.
47
2. BA’I SALAM (IN-FRONT PAYMENT SALE)
a. Pengertian Ba’i Salam
Dalam pengertian yang sederhana, Ba’i Salam berarti pembelian
barang yang diserahkan dikemudian hari, sedangkan pembayaran
dilakukan dimuka. Walaupun barang baru diserahkan dikemudian hari
namun harga, spesifikasi, karakteristik, kualitas, kuantitas, dan waktu
penyerahannya sudah ditentukan ketika akad terjadi, sehingga tidak ada
gharar. Hal inilah yang membedakan salam dengan transaksi ijon.
Ba’i Salam adalah transaksi jual beli dimana barang yang
diperjualbelikan belum ada ketika transaksi dilakukan, pembeli melakukan
pembayaran di muka sedangkan penyerahan barang baru dilakukan di
kemudian hari. Ba’i Salam sering digunakan untuk produk pertanian.
Salam paralel, artinya melaksanakan dua transaksi salam yaitu
antara pemesan, pembeli dan penjual serta antara penjual dengan pemasok
(supplier) atau pihak ketiga lainnya. Hal ini terjadi ketika penjual tidak
memiliki barang pesanan dan memesan kepada pihak lain untuk
menyediakan barang pesanan tersebut.21
21Sri Nurhayati, Akuntansi Syariah di Indonesia, Jakarta : PT Salemba Empat, 2011, cet.ke-2,
hlm.198-199.
48
b. Rukun dan syarat Ba’i Salam
Dalam Ba’i Salam, terdapat rukun yang harus dipenuhi, yakni :
1. ‘Aqid, yaitu pembeli atau al-muslim atau rabbussalam, dan penjual
atau al-muslam ilaih.
2. Ma’qud ‘alaih yaitu muslam fih (barang yang dipesan), dan harga
atau modal salam (ra’s al-mal as-salam).
3. Shighat yaitu ijab dan qabul.
Adapula beberapa syarat di dalam Ba’i as-salam, antara lain :
Syarat-syarat salam ini ada yang berkaitan dengan ra’s al-mal
(modal atau harga), dan ada yang berkaitan dengan muslam fih (objek
akad atau barang yang dipesan). Secara umum ulama-ulama mazhab
sepakat bahwa ada enam syarat yang harus dipenuhi agar salam
menjadi sah, yaitu :
1. Jenis muslam fih harus diketahui
2. Sifatnya diketahui
3. Ukuran dan kadarnya diketahui
4. Masa tertentu (diketahui)
5. Mengetahui kadar (ukuran) ra’s al-mal (modal/harga), dan
6. Menyebutkan tempat pemesanan atau penyerahan.
49
Demikian pula para ulama sepakat bahwa salam diperbolehkan
dalam barang-barang yang ditakar (makilat), ditimbang (mauzunat),
diukur dengan meteran (madzru’at), dan dihitung (ma’dudat).22
3. BA’I ISTISHNA’ (PURCHASE BY ORDER OR MANUFACTURE)
a. Pengertian Ba’i Istishna’
Transaksi Ba’i Istishna’ merupakan kontrak penjualan antara
pembeli dan pembuat barang. Dalam kontrak ini, pembuat barang
menerima pesanan dari pembeli. Pembuat barang lalu berusaha melalui
orang lain untuk membuat atau membeli barang menurut spesifikasi yang
telah disepakati dan menjualnya kepada pembeli akhir. Kedua belah pihak
bersepakat atas harga serta sistem pembayaran: apakah pembayaran
dilakukan dimuka, melalui cicilan, atau ditangguhkan sampai suatu waktu
pada masa yang akan datang.
Istishna’ adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan
pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang
disepakati antara kedua belah pihak, yaitu pemesan (pembeli/mustashni)
dan penjual (pembuat/shani’). Ba’i Istishna’ digunakan untuk produk
manufaktur seperti konstruksi atau pembangunan rumah, gedung, mesin
pengolah biodiesel dan lain sebagainya. Akad Istishna’ juga
pembayarannya dapat dilakukan secara angsuran.
22Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat, Jakarta : AMZAH, 2010, cet.ke-1, hlm.245-246.
50
Istishna’ Paralel adalah suatu bentuk akad istishna’ antara penjual
dan pemesan, dimana untuk memenuhi kewajibannya kepada pemesan,
penjual melakukan akad istishna’ dengan pihak lain (sub kontraktor) yang
dapat memenuhi aset yang dipesan pembeli. Syaratnya akad istishna’
pertama tidak bergantung pada istishna’ kedua. Selain itu penjual tidak
boleh mengakui adanya keuntungan selama konstruksi. 23
b. Rukun & Syarat Ba’i Istishna’ :
Dalam Ba’i istishna’, terdapat rukun yang harus dipenuhi, yakni :
1. Pemesan/pembeli (mustashni’).
2. Penjual/pembuat (shani’).
3. Barang/objek (mashnu’).
4. Tsaman (harga).
5. Shighat yaitu ijab dan qabul.
Disamping itu, ulama juga menentukan beberapa syarat untuk
menentukan sahnya jual beli istishna’. Syarat yang diajukan ulama untuk
diperbolehkannya transaksi jual beli istishna’ adalah:
1. Kedua belah pihak yang bertransaksi berakal, cakap hukum dan
mempunyai kekuasaan untuk melakukan jual beli.
2. Ridha/kerelaan dua belah pihak dan tidak ingkar janji.
3. Shani’ menyatakan kesanggupan membuat barang.
23Sri Nurhayati, Akuntansi Syariah di Indonesia, Jakarta : PT Salemba Empat, 2011, cet.ke-2,
hlm.211-212.
51
4. Apabila bahan baku berasal dari mustashni’, maka akad ini bukan lagi
istishna’, tetapi berubah menjadi ijarah.
5. Apabila isi akad mensyaratkan shani’ hanya bekerja saja, maka akad
ini bukan lagi istishna’, tetapi berubah menjadi ijarah.
6. Mashnu’ (barang yang dipesan) mempunyai kriteria yang jelas seperti
jenis, ukuran, tipe, mutu, dan jumlahnya.
7. Barang yang dipesan tidak termasuk kategori yang dilarang syara’
yaitu: (najis, haram/tidak jelas) atau menimbulkan kemudharatan
(menimbulkan maksiat).
c. Berakhirnya akad Istishna’ :
1. Dipenuhinya kewajiban secara normal oleh kedua belah pihak.
2. Persetujuan bersama kedua belah pihak untuk menghentikan kontrak.
3. Pembatalan hukum kontrak. Ini jika muncul sebab yang masuk akal
untuk mencegah dilaksanakannya kontrak atau penyelesaiannya, dan
masing-masing pihak bisa menuntut pembatalannya.
4. Mekanisme Jual Beli dalam Islam
Selain bentuk-bentuk jual beli dalam islam yang beraneka ragam,
adapula mekanisme yang harus diterapkan dalam melakukan transaksi jual
beli menurut syariat islam, diantaranya :
52
a. Adanya ‘aqid (penjual dan pembeli) yang melakukan tawar-menawar
barang.
b. Adanya barang (objek akad) atau ma’qud ‘alaih.
1. Barang yang dijual harus maujud (ada).
2. Barang yang di jual harus mal mutaqawwim.
3. Barang yang di jual harus barang yang sudah dimiliki.
4. Barang yang harus dijual harus bisa diserahkan pada saat
dilakukannya akad jual-beli.
c. Adanya shighat (ijab dan qabul)
1. Pernyataan yang dikeluarkan oleh penjual disebut ijab.
2. Pernyataan yang dikeluarkan oleh penjual disebut qabul.
Akad sangatlah penting dalam transaksi jual beli, hal ini
dikarenakan qabul harus sesuai dengan ijab, dalam arti pembeli menerima
apa yang di-ijab-kan (dinyatakan) oleh penjual. Apabila terdapat
perbedaan antara ijab dan qabul, misalnya pembeli menerima barang yang
tidak sesuai dengan yang dinyatakan oleh penjual, maka akad jual beli
tidak sah.
Selain itu, berkaitan dengan tempat akad jual beli dalam islam
harus terjadi dalam satu majelis. Apabila ijab dan qabul berbeda
majelisnya, maka akad jual beli tidak sah pula.
53
d. Jual beli dalam islam harus menghindari 6 macam, antara lain :
ketidakjelasan (jahalah), pemaksaan (al-ikrah), pembatasan dengan waktu
(at-tauqit), penipuan (gharar), kemudharatan (dharar) dan lain-lain.24
Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
transaksi jual beli dalam islam ada 3 macam yakni Ba’i Murabahah, Ba’i
Salam, dan Ba’i Istishna’. Dan penerapan mekanisme jual beli pun harus
berdasarkan Al-Qur’an dan Al-Hadit’s.
Demikian penjelasan dan uraian mengenai investasi risiko, manajemen
risiko dalam perbankan syariah, dan transaksi jual beli dalam islam. Dengan
penjelasan tersebut, diharapkan dapat memahami lebih dalam mengenai
definisi, manfaat dan bentuk-bentuk investasi emas. Serta penjelasan
mengenai pengertian, tujuan dan strategi manajemen risiko dalam perbankan
syariah dan penjelasan seputar transaksi jual beli (Ba’i) dalam islam.
24Muslich, Ahmad Wardi, Fiqh Muamalat, Jakarta : AMZAH, 2010, cet.ke-1, hlm.173-214.
54
BAB III
MANAJEMEN RISIKO CICIL EMAS PADA BANK SYARIAH MANDIRI
A. SEJARAH DAN PERKEMBANGAN BSM
Nilai-nilai perusahaan yang menjunjung tinggi kemanusiaan dan integritas
telah tertanam kuat pada segenap insan Bank Syariah Mandiri (BSM) sejak awal
pendiriannya. Kehadiran Bank Syariah Mandiri sejak tahun 1999, sesungguhnya
merupakan suatu hikmah sekaligus berkah pasca krisis ekonomi dan moneter
1997-1998. Sebagaimana diketahui, krisis ekonomi dan moneter sejak Juli 1997,
yang disusul dengan krisis multi-dimensi termasuk di panggung politik nasional,
telah menimbulkan beragam dampak negatif yang sangat hebat terhadap seluruh
sendi kehidupan masyarakat, tidak terkecuali dunia usaha. Dalam kondisi
tersebut, industri perbankan nasional yang didominasi oleh bank-bank
konvensional mengalami krisis luar biasa. Pemerintah akhirnya mengambil
tindakan dengan merestrukturisasi dan merekapitalisasi sebagian bank-bank di
Indonesia.
Salah satu bank konvensional, PT. Bank Susila Bakti (BSB) yang dimiliki
oleh Yayasan Kesejahteraan Pegawai (YKP) PT. Bank Dagang Negara dan PT.
Mahkota Prestasi juga terkena dampak krisis. BSB berusaha keluar dari situasi
55
tersebut dengan melakukan upaya merger dengan beberapa bank lain serta
mengundang investor asing.
Pada saat bersamaan, pemerintah melakukan penggabungan (merger)
empat bank (Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya, Bank Exim, dan Bapindo)
menjadi satu bank baru bernama PT. Bank Mandiri (Persero) pada tanggal 31 Juli
1999. Kebijakan penggabungan tersebut juga menempatkan dan menetapkan PT.
Bank Mandiri (Persero) Tbk. sebagai pemilik mayoritas baru BSB.
Sebagai tindak lanjut dari keputusan merger, Bank Mandiri melakukan
konsolidasi serta membentuk Tim Pengembangan Perbankan Syariah.
Pembentukan tim ini bertujuan untuk mengembangkan layanan perbankan syariah
di kelompok perusahaan Bank Mandiri, sebagai respon atas diberlakukannya UU
No. 10 tahun 1998, yang memberi peluang bank umum untuk melayani transaksi
syariah (dual banking system).
Tim Pengembangan Perbankan Syariah memandang bahwa pemberlakuan
UU tersebut merupakan momentum yang tepat untuk melakukan konversi PT
Bank Susila Bakti dari bank konvensional menjadi bank syariah. Oleh karenanya,
Tim Pengembangan Perbankan Syariah segera mempersiapkan sistem dan
infrastrukturnya, sehingga kegiatan usaha BSB berubah dari bank konvensional
menjadi bank yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah dengan nama PT Bank
Syariah Mandiri sebagaimana tercantum dalam Akta Notaris: Sutjipto, SH, No.
23 tanggal 8 September 1999.
56
Perubahan kegiatan usaha BSB menjadi bank umum syariah dikukuhkan
oleh Gubernur Bank Indonesia melalui SK Gubernur BI No. 1/24/ KEP.BI/1999,
25 Oktober 1999. Selanjutnya, melalui Surat Keputusan Deputi Gubernur Senior
Bank Indonesia No. 1/1/KEP.DGS/ 1999, BI menyetujui perubahan nama
menjadi PT. Bank Syariah Mandiri. Menyusul pengukuhan dan pengakuan legal
tersebut, PT. Bank Syariah Mandiri secara resmi mulai beroperasi sejak Senin
tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1 November 1999.
PT. Bank Syariah Mandiri hadir, tampil dan tumbuh sebagai bank syariah
yang mampu memadukan idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani, yang
melandasi kegiatan operasionalnya. Harmoni antara idealisme usaha dan nilai-
nilai rohani inilah yang menjadi salah satu keunggulan Bank Syariah Mandiri
dalam kiprahnya di perbankan Indonesia. BSM hadir untuk bersama membangun
Indonesia menuju Indonesia yang lebih baik.
Perkembangan Bank Syariah Mandiri dari tahun ke tahun memang terus
meningkat. Hal ini membuktikan meskipun bank ini berlandaskan hukum syariah
islam, sama sekali tidak menurunkan pamor dan kualitas dari Bank Syariah
Mandiri sebagai Bank Syariah Terbaik di Indonesia. Bank Syariah Mandiri yang
mulai beroperasi pada tahun 1999 hingga sekarang ini telah menjadi mitra yang
baik bagi para pengusaha sehingga Bank Syariah Mandiri telah menunjukkan
kepeduliannya untuk ikut membangun bangsa Indonesia menjadi bangsa bangsa
yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan visi Bank Syariah Mandiri, yakni “Menjadi
Bank Syariah terpercaya pilihan mitra usaha”.
57
Hingga saat ini Bank Syariah Mandiri telah menunjukkan keberhasilannya
menjadi bagian dari Bank Mandiri. Keberhasilan ini ditunjukkan oleh
kepercayaan para nasabah dengan memilih Bank Syariah Mandiri sebagai pilihan
bank syariah yang tepat. Bahkan Bank Syariah Mandiri ini telah berhasil
mendapatkan beberapa penghargaan yang semakin menunjukkan eksistensinya di
bidang perbankan syariah.
Demi memberikan kepuasan dan pelayanan maksimal kepada para
nasabah, BSM terus mengembangkan pelayanannya untuk memberikan
kemudahan kepada para nasabahnya. Beberapa jenis pelayanan yang
dikembangkan menjadi pelayanan selama 24 jam, diantaranya : BSM mobile
banking, BSM net banking, BSM sms banking, BSM call center, BSM card dan
BSM ATM.
Dari data Bank Indonesia (BI), pertumbuhan dominasi terbesar masih
dikuasai oleh Bank Syariah Mandiri (BSM) dengan 404 jaringan kantor ini
menunjukkan bahwa BSM menjadi Bank Syariah terunggul dalam perluasan
jaringan kantor.1
1Sejarah dan Perkembangan BSM. www.republika.co.id. diakses pada tanggal 11 Juni 2014
pukul 11:30 WIB
58
B. PRODUK INVESTASI EMAS PADA BANK SYARIAH MANDIRI (BSM)
Produk BSM Murabahah Emas pada prinsipnya seperti jual beli emas dan
dapat digunakan oleh masyarakat untuk sarana berinvestasi dalam kepemilikan
emas. Masyarakat dapat membeli emas dengan cara mencicil di bank syariah
setiap bulannya. Produk ini dapat memudahkan masyarakat, dikarenakan dapat
menjadi solusi terbaik untuk investasi dalam bentuk emas. Dengan produk ini
pula, gadai emas di bank syariah diharapkan tidak lagi digunakan untuk investasi
yang mengarah kepada spekulasi.
1. BSM Cicil Emas
Cicil emas adalah suatu transaksi membeli emas dengan cara mencicil
atau kredit antara pihak bank syariah sebagai penjual dan pihak nasabah
sebagai pembeli emas berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak.
Akad yang digunakan dalam BSM Cicil Emas menggunakan akad
Murabahah (dibawah tangan). Pengikatan agunan dengan menggunakan akad
rahn (gadai).
Syarat - Syarat BSM Cicil Emas :
1. WNI cakap umur
2. Pegawai tetap dengan usia minimal 21 tahun atau sudah menikah dan pada
saat jatuh tempo pembiayaan usia maksimal 55 tahun atau belum pensiun.
59
3. Profesional dan wiraswasta berusia maksimal 60 tahun pada saat
pembiayaan jatuh tempo.
4. Pensiunan berusia maksimal 70 tahun pada saat pembiayaan jatuh tempo.
Tujuan Cicil Emas adalah membantu nasabah untuk membiayai
pembelian atau kepemilikan emas berupa emas batangan atau lantakan.
Manfaat Cicil Emas adalah untuk merencanakan masa depan dan percepatan
asset nasabah melalui cicil emas.
Risiko cicil emas berupa risiko harga emas yang tidak meningkat atau
meskipun meningkat namun kenaikannya lebih rendah dari margin. Jika ini
terjadi, maka nasabah akan menerima nilai emas yang lebih rendah
dibandingkan jumlah pembayaran ke bank. Selain itu, risiko emas tidak dibeli
atau tidak diserahkan kepada nasabah (ketika cicilan emas lunas) oleh pihak
yang memberikan cicilan atau kredit emas yaitu bank syariah.
Karakteristik Cicil Emas, antara lain :
1. Harga emas jenis logam mulia produksi PT. ANTAM yang dapat dibeli
dengan cicil emas atau kredit emas.
2. Emas dibeli dan disimpan oleh bank syariah sampai cicilan lunas.
Sertifikat logam mulia yang dikeluarkan oleh PT. ANTAM dipegang oleh
pihak bank syariah pula.
Nasabah hanya bisa melihat atau mendapatkan salinan sertifikat tetapi
belum bisa membawa emas pulang. Hal ini dikarenakan, fisik emas dan
sertifikat baru bisa diambil apabila cicilan emas telah lunas.
60
1. Terkait poin kedua, emas merupakan jaminan dari pinjaman sehingga
ketika debitur tidak melunasi cicilan emas dalam perjanjian, maka bank
akan melelang emas tersebut. Hasil lelang digunakan untuk melunasi sisa
kewajiban kepada bank.
2. Maksimum pembiayaan adalah 75 persen hingga 80 persen dari nilai emas
yang akan dibeli. Dengan kata lain, nasabah harus menyediakan dana
sendiri 20 persen hingga 25 persen dari harga emas. Dana sudah harus
siap sebelum proses akad kredit dilakukan.
3. Bank yang membedakan margin atas nilai emas yang nasabah beli. Jadi
jumlah pinjaman yang harus nasabah cicil ke bank adalah harga pembelian
emas plus margin.
4. Layaknya proses kredit, bank menetapkan persyaratan minimum (Umur,
WNI), meminta sejumlah dokumen identitas serta data keuangan dan
melakukan evaluasi kemampuan pembayaran. Bank ingin memastikan
bahwa nasabah memiliki keuangan yang memadai untuk dapat
menyelesaikan kewajiban pembayaran cicil atau kredit emas tepat waktu.
2. BSM Gadai Emas
Gadai emas adalah menahan salah satu harta milik si peminjam
sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Barang yang ditahan
tersebut memilki nilai ekonomis seperti emas. Dengan demikian pihak yang
61
menahan memperoleh jaminan untuk dapat mengambil kembali seluruh atau
sebagian piutangnya.
Gadai emas digunakan masyarakat untuk mendapatkan dana dalam
mengatasi kebutuhan biaya pendidikan, modal usaha, biaya pengobatan,
penyelenggaraan hajatan dan kebutuhan lainnya.
Syarat dan Ketentuan Gadai Emas BSM :
1. Pembiayaan : mulai dari Rp.500.000
2. Jaminan : emas (lantakan atau batangan).
3. Jangka waktu : 4 bulan dan dapat diperpanjang (gadai ulang).
Persyaratan Gadai Emas, antara lain: kartu identitas nasabah dan
jaminan berupa emas perhiasan atau lantakan. 2
Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa produk investasi
emas bagi para nasabah di Bank Syariah Mandiri (BSM), terbagi menjadi dua
macam yaitu Produk BSM Cicil Emas dan Produk BSM Gadai Emas.
C. MEKANISME CICIL EMAS PADA BSM
Nasabah yang ingin cicil emas di Bank Syariah Mandiri (BSM) harus
mempersiapkan syarat dan ketentuan, antara lain :
a. Fotocopy KTP, Id card.
b. Asli slip gaji 3 bulan terakhir atau buku rekening gaji atau surat keterangan
penghasilan.
c. Standing Intruction (SI).
62
d. NPWP dan surat pernyataan kuasa jual dari kedua belah pihak, yaitu bank
syariah dan nasabah (>50 juta).
Adapun biaya-biaya yang harus dikeluarkan oleh nasabah dalam
melakukan transaksi investasi cicil emas di Bank Syariah Mandiri (BSM), antara
lain: biaya administrasi, biaya materai, dan biaya asuransi.
Adapun uang muka/self financing yang harus dipersiapkan nasabah dalam
melakukan transaksi investasi cicil emas di Bank Syariah Mandiri, antara lain :
a. Minimal 20 persen dari harga perolehan emas.
b. Uang muka dibayar secara tunai (tidak dicicil) oleh nasabah kepada bank.
c. Sumber dana uang muka harus berasal dari dana nasabah sendiri (self
financing) dan bukan berasal dari pembiayaan yang diberikan oleh bank.
Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa mekanisme cicil emas
pada BSM tidak terlalu sulit bagi para nasabah yang mampu secara finansial
untuk membayar cicilan emas setiap bulannya.
2Produk Investasi Emas Bank Syariah Mandiri. www.syariahmadiri.co.id. diakses pada tanggal 11
Juni 2014 pukul 17.00 WIB.
63
D. MANAJEMEN RISIKO CICIL EMAS PADA BSM
Berikut ini manajemen risiko cicil emas pada Bank Syariah Mandiri
(BSM), antara lain :
1. Penyediaan informasi yang cepat dan tepat bagi manajemen dalam
pengambilan keputusan bisnis yang mengandung risiko signifikan bagi BSM.
2. Penyeimbangan tingkat risiko yang dihadapi dengan tingkat pengembalian
hasil yang diterima dari berbagai kegiatan bisnis BSM
3. Pengukuran kinerja bisnis yang berbasis risiko, baik secara transaksional,
portofolio, maupun BSM-wide.
4. Pengalokasian modal BSM secara efisien pada berbagai risiko yang dihadapi
BSM dan Peningkatan nilai perusahaan bagi seluruh stakeholder.
Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa manajemen risiko cicil
emas pada Bank Syariah Mandiri (BSM) merupakan unsur terpenting di industri
perbankan syariah mengingat risiko dan tantangan yang dihadapi semakin
meningkat.
Demikian penjelasan dan uraian mengenai manajemen risiko cicil emas
pada Bank Syariah Mandiri (BSM). Dengan penjelasan tersebut, diharapkan dapat
memahami lebih dalam mengenai sejarah dan perkembangan BSM serta produk
investasi emas pada BSM dan mekanisme cicil emas pada BSM.3
3Ibid
64
BAB IV
STRATEGI DAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO TRANSAKSI CICIL
EMAS PADA BSM
A. STRATEGI MANAJEMEN RISIKO CICILAN EMAS PADA BSM
BSM memiliki organisasi manajemen risiko yang secara jelas menetapkan
batas wewenang dan tanggung jawab seluruh jenjang organisasi di dalam
perusahaan. BSM menerapkan prinsip pemisahan fungsi antara satuan kerja
pengambil risiko (risk taking unit), satuan kerja pendukung (supporting unit), dan
satuan kerja manajemen risiko (risk management unit). Risk owner atas
pengelolaan risiko berada pada masing-masing unit kerja terkait. Penerapan
manajemen risiko memerlukan komitmen dan keterlibatan dari seluruh pihak
dalam organisasi. Untuk mendorong penerapan manajemen risiko yang efektif
BSM memiliki Komite Manajemen Risiko (KMR). KMR yang beranggotakan
Direksi dan pejabat eksekutif berfungsi memberikan rekomendasi kepada
Direktur Utama mengenai arah kebijakan dan strategi manajemen risiko
perusahaan. Tugas KMR meliputi perumusan dan penyusunan kebijakan,
pedoman, dan strategi penerapan manajemen risiko, sehingga kegiatan usaha
BSM sejalan dengan visi, misi dan rencana bisnis yang diterapkan. Dalam
menjalankan tugasnya, KMR dibantu oleh Working Group (WG) KMR yang
terdiri atas WG Asset Liabilities Management (ALMA) dan pembiayaan WG
65
Operasional. WG memiliki tugas melakukan kajian risiko dan memberikan
rekomendasi atas situasi dan kondisi usaha yang dihadapi BSM.
Risiko merupakan ketidakpastian (uncertaintly) yang mungkin melahirkan
peristiwa kerugian (loss). Berbagai risiko kerugian yang dihadapi Bank Syariah
Mandiri (BSM) dapat menjadi faktor pengganggu kinerja operasionalnya. Berikut
ini, strategi manajemen risiko cicilan emas pada BSM dengan menggunakan
proses manajemen risiko dalam perbankan syariah, antara lain :
a. Mengidentifikasi risiko secara tepat pada transaksi cicil emas di BSM, suatu
bank syariah harus mengenal dan memahami risiko yang ada maupun yang
mungkin timbul. Selain itu, untuk menghindari risiko kredit berupa risiko
kerugian cicilan emas pada Bank Syariah Mandiri (BSM). Salah satu aplikasi
proses identifikasi risiko pada Bank Syariah Mandiri adalah dengan
mengetahui terlebih mendalam transaksi yang akan dijalankan, seperti dalam
transaksi produk cicil emas pada BSM yang menggunakan akad murabahah.
Risiko-risiko yang dapat diidentifikasi, antara lain: nasabah memanipulasi
informasi data penghasilan, nasabah tidak mampu membayar kewajiban pada
saat jatuh tempo yang telah disepakati, dan sebagainya. Oleh karena itu, BSM
harus membidik para nasabah potensial dalam transaksi cicil emas tersebut.
Dengan melalui 5C (The Five C’s Principles) dalam Perbankan Syariah,
antara lain: Character (karakter), Capacity (kemampuan mengembalikan
utang), Collateral (jaminan), Capital (modal), dan Condition (situasi atau
kondisi). Bagi pihak BSM, nasabah yang memenuhi kriteria 5C adalah orang
66
yang sempurna untuk mendapatkan pembiayaan. BSM melihat orang yang
memiliki karakter kuat, kemampuan mengembalikan uang, jaminan yang
berharga, modal yang kuat, dan kondisi perekonomian yang aman. Nasabah
dengan kriteria seperti itulah merupakan nasabah potensial untuk diajak
bekerja sama atau nasabah yang layak mendapatkan penyaluran kredit atau
cicilan.
Prinsip-prinsip 5C dalam Bank Syariah Mandiri (BSM), antara lain :
1. Character (karakter) calon nasabah pada BSM berdasarkan ketentuan
syariah, diantaranya : Data tentang kepribadian dari calon nasabah seperti
sifat-sifat pribadinya, kebiasaan-kebiasaannya, cara hidup, keadaan
maupun latar belakang keluarganya. Character ini digunakan untuk
mengetahui apakah nantinya calon nasabah ini jujur berusaha untuk
memenuhi kewajibannya berdasarkan akad perjanjian antara pihak BSM
dan pihak nasabah. Bank syariah menempatkan karakter/sikap baik
nasabah maupun pengelolaan pada posisi yang sangat penting dan
menempatkan sikap akhlakul karimah sebagai sikap dasar hubungan
antara nasabah dan bank. Sedangkan pada Bank Kovensional Tidak
adanya ikatan emosional yang kuat antara Pemegang Saham, Pengelola
Bank dan Nasabah karena masing-masing pihak mempunyai keinginan
yang bertolak belakang.
2. Capacity (kemampuan), yaitu Kemampuan calon nasabah dalam
mengembalikan utang kepada pihak BSM berdasarkan perjanjian akad
67
yang telah disepakati bersama. Akad yang digunakan produk cicil emas
BSM menggunakan akad Murabahah dengan jaminan diikat dengan gadai
(rahn).
3. Capital (modal), yaitu Kondisi kekayaan yang dimiliki nasabah. Dari
kondisi ini dapat dinilai apakah layak nasabah diberikan cicilan atau kredit
emas oleh pihak BSM. Harta kekayaan nasabah haruslah berasal dari harta
yang halal tidak diperoleh dari pencurian/perampokan maupun korupsi.
4. Collateral
Jaminan yang mungkin dapat disita oleh pihak BSM apabila
ternyata calon nasabah benar-benar tidak bisa memenuhi kewajibannya
sesuai dengan perjanjian akad yang telah disepakati bersama.
Dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 04/DSN-
MUI/IV/2000 Tentang Murabahah dijelaskan bahwa jaminan dalam
murabahah dibolehkan, agar nasabah serius dengan pesanannya. Adanya
jaminan dalam pembiayaan murabahah disebabkan praktek murabahah di
bank syariah dalam operasionalnya menggunakan sistem murabahah
kepada pemesan pembelian dan transaksi yang berjalan secara angsuran,
hal ini dapat dimengerti karena seseorang tidak akan datang ke bank
kecuali untuk mendapat pembiayaan dan membayar secara angsur.
Pembayaran murabahah dapat dilakukan secara tunai atau cicilan,
pembayaran murabahah secara cicilan atau angsur dikenal dengan sebutan
murabahah muajjal yang memiliki karakter penyerahan barang di awal
68
akad dan pembayaran kemudian (setelah awal akad) baik dalam bentuk
angsuran maupun dalam bentuk pembayaran sekaligus, hanya kebanyakan
pembayarannya secara angsuran.
Tujuan pengikatan/penguasaan jaminan adalah :
1. Memberikan hak dan kekuasaan kepada bank untuk mendapatkan
pelunasan dengan barang-barang agunan tersebut apabila nasabah
ingkar janji, yaitu tidak bisa membayar kembali kewajibannya pada
waktu yang telah ditetapkan dalam perjanjian.
2. Menjamin agar nasabah berperan atau turut serta dalam transaksi yang
dibiayai, sehingga dengan demikian kemungkinan nasabah untuk
meninggalkan usahanya/proyek dengan merugikan diri sendiri atau
perusahaannya dapat dicegah atau kemungkinan untuk berbuat
demikian dapat diminimalisir.
3. Memberikan dorongan kepada nasabah untuk memenuhi perjanjian
pembiayaan, khususnya mengenai pelunasan kewajibannnya sesuai
dengan syarat-syarat yang telah disepakati, agar nasabah tidak
kehilangan kekayaan yang telah dijaminkan kepada perbankan.
Disamping tujuan tersebut di atas, jaminan dalam pembiayaan
murabahah bertujuan agar nasabah mampu menanggung kerugian akibat
kelalaian nasabah karena setiap manusia bertanggung jawab atas
perbuatannya dan kelalaian akibat perbuatan seseorang tidak dapat
69
dibebankan kepada pihak lain. Firman Allah dalam Q.S. al-Najm (53) ayat
38-39 :
Seseorang tidak akan menanggung beban kesalahan orang lain. Dan
tidaklah manusia mendapatkan melainkan hasil usahanya.
Hikmah hukum yang terkandung dalam pembebanan jaminan
dalam pembiayaan murabahah adalah untuk mewujudkan kemaslahatan,
yakni menarik manfaat, menolak kemudharatan dan menghilangkan
kesusahan. Kemaslahatan manusia itu tidak terbatas macamnya dan tidak
terhingga jumlahnya yang selalu bertambah dan berkembang mengikuti
situasi dan ekologi masyarakat.
Dengan penetapan hukum dibolehkan uang muka dan jaminan
dalam pembiayaan murabahah, sebagai bukti bahwa hukum Islam adalah
hukum yang bersifat konprehensif dan universal karena syariat Islam telah
didesain oleh Allah SWT untuk semua umat, semua kondisi dan situasi
sampai akhir zaman dengan tujuan utama kemaslahatan umat dan
terhindar dari segala bentuk kemudharatan dan kemasyakatan dalam
menggapai keselamatan dan kebahagiaan hidup dan kehidupan dunia dan
akhirat di bawah naungan ridho Allah SWT.
70
5. Condition
Keadaan dimana cicil emas pada BSM yang diberikan juga perlu
mempertimbangkan kondisi ekonomi yang dikaitkan dengan prospek
usaha calon nasabah.
b. Mengukur risiko secara tepat waktu serta akurat, Suatu bank syariah yang
tidak memilki sistem pengukuran risiko akan menghadapi berbagai kendala
dalam mengendalikan dan memantau perkembangan risikonya. Oleh karena
itu, BSM membutuhkan pengukuran kinerja bisnis yang berbasis risiko secara
transaksional. BSM menggunakan VaR (Value at Risk) yang merupakan salah
satu alat analisa pengukuran risiko dalam investasi. VaR didefinisikan sebagai
estimasi kerugian maksimum yang akan dialami sebuah investasi selama
periode waktu tertentu dan tingkat kepercayaan tertentu. Mengukur risiko
dilakukan dengan mengkualifikasi risiko tertentu dan kemudian
membandingkan dengan toleransi risiko yang telah ditetapkan. Pengukuran
risiko yang baik dapat memberikan gambaran mengenai apakah BSM
mengambil risiko terlalu besar atau BSM terlalu protektif sehingga produk
cicilan emas menjadi tidak menarik di pasar.
c. Mengendalikan risiko, dalam hal ini BSM harus menetapkan dan
mengkomunikasikan batas-batas melalui suatu kebijakan, standar dan
prosedur tertulis yang menegaskan tanggung jawab dan kewenangan. Kontrol
batas (limit) ini harus valid dan merupakan alat manajemen untuk
mengendalikan risiko. Oleh karena itu, BSM mengalokasikan modal secara
71
efisien pada berbagai risiko yang dihadapi. Selain itu, Sumber Daya Manusia
(SDM) memegang peranan penting dalam menangani dan mengelola risiko,
sehingga BSM perlu senantiasa meningkatkan kompetensi pegawai bagian
produk cicilan emas melalui ujian sertifikasi manajemen risiko.
d. Memonitor/memantau risiko, Bank Syariah Mandiri haruslah memantau
perkembangan risiko untuk memastikan bahwa mereka telah melakukan kaji
ulang secara tepat waktu atas risiko. Laporan hasil pemantauan akan
bermanfaat dan efektif kalau disampaikan secara tepat waktu, akurat,
informatif, dan disampaikan kepada individu yang tepat agar ketepatan tindak
lanjut yang diambil dapat diyakini. Sistem informasi manajemen yang efektif
dan efisien merupakan kunci sukses pelaksanaan proses pemantauan dan
pelaporan yang tepat dalam frekuensinya yang fleksibel sesuai dengan
kebutuhan dalam BSM.1
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa strategi
manajemen risiko cicilan emas pada BSM merupakan unsur terpenting yang harus
diterapkan untuk mengendalikan berbagai risiko berbahaya yang dihadapi oleh
Bank Syariah Mandiri (BSM).
1Wawancara secara langsung dengan Bapak Arif Irawan, Staff Bagian Cicil Emas Bank Syariah
Mandiri (BSM), Jakarta, 9 Mei 2014
72
B. DAMPAK PENERAPAN STRATEGI TERHADAP RISIKO TERJADINYA
KERUGIAN TRANSAKSI CICILAN EMAS PADA BSM
Strategi merupakan cara untuk mencapai tujuan dan sasaran bank syariah
yang dijabarkan ke dalam kebijakan-kebijakan dan program-program. Oleh
karena itu, selain strategi yang diterapkan BSM perlu diketahui dampak
penerapan strategi terhadap risiko terjadinya kerugian transaksi cicilan emas pada
BSM, antara lain :
a. Bank Syariah Mandiri dapat terhindar dari berbagai risiko berbahaya seperti
Risiko Likuiditas, Risiko Kredit, Risiko Pasar, dan Risiko Operasional.
Risiko Kredit yang dapat merugikan, diantaranya risiko emas tidak
dibeli atau tidak diserahkan kepada nasabah (ketika cicilan emas) oleh pihak
yang memberikan kredit (bank syariah). Hal ini menunjukkan bahwa selama
masa cicilan emas, pihak pemberi kredit yang membeli dan menyimpan emas.
Oleh karena itu, manajemen risiko Bank Syariah Mandiri (BSM) sangat
berperan penting melalui kepercayaan, seperti BSM meyakinkan kepada
nasabah untuk memberikan kepercayaan dan keamanan di dalam akad dalam
berinvestasi produk cicilan emas tersebut. Hal ini akan berdampak positif bagi
kedua belah pihak yaitu pihak nasabah dan pihak Bank Syariah Mandiri
(BSM) dikarenakan adanya kepercayaan dalam transaksi cicilan emas.
Risiko Likuiditas terkait dengan ketidakmampuan BSM dalam
memenuhi seluruh kewajiban yang jatuh tempo dalam jangka pendek. BSM
73
mengelola risiko likuiditas melalui penetapan kebijakan Manajemen Risiko
dan Pedoman Pengelolaan Dana, strategi dan contingency plan likuiditas.
Dalam mengelola risiko likuiditas, BSM melakukan:
1. Penempatan pada instrumen keuangan Bank Indonesia dan instrumen
keuangan jangka pendek lain sebagai cadangan likuiditas BSM.
2. Pengukuran kecukupan likuiditas melalui penyusunan proyeksi cashflow
dan liquidity gap secara rutin sehingga BSM dapat memanfaatkan
likuiditas secara tepat dan efisien sesuai dengan kebutuhan.
Risiko Pasar terkait dengan portofolio valuta asing dan surat berharga
kategori Trading and Available for Sale (AFS) yang dimiliki BSM. Dalam
mengelola risiko pasar, BSM senantiasa memantau eksposur risiko secara
rutin sehingga dapat meminimalisasi kerugian akibat pergerakan imbal hasil
pasar dan perubahan nilai tukar yang tidak menguntungkan.
Adapula Risiko Operasional berbahaya sehingga BSM membutuhkan
pengelolaan risiko operasional secara terpadu dan terintegrasi agar kegiatan
operasional BSM terpantau dan terkendali dengan baik. Proses internal,
sistem, manusia, dan kejadian eksternal adalah faktor-faktor yang memicu
kejadian risiko operasional yang dapat merugikan BSM.
1. Penggunaan peranti lunak
2. Dalam mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan
Risiko operasional, BSM memanfaatkan peranti lunak berbasis WEB
yaitu ORMIS (Operational Risk Management Information System).
74
Peranti ORMIS digunakan oleh seluruh unit kerja. Disamping itu, BSM
juga memanfaatkan tools yang dikembangkan untuk mengelola risiko
operasional, yaitu LED (Loss Event Database), RCSA (Risk and Control
Self Assessment), dan KRI (Key Risk Indicator).
3. Perhitungan kecukupan modal risiko operasional.
4. BSM telah menghitung kecukupan modal risiko operasional dengan
menggunakan metode basic indicator approach yang memasukkan
unsur ATMR meskipun Bank Indonesia belum mewajibkannya kepada
Bank Syariah. BSM melakukan hal ini sebagai inisiatif guna
meyakinkan stakeholder bahwa modal BSM cukup untuk meng-cover
potensi kerugian yang ditimbulkan oleh risiko operasional. Selain itu,
BSM juga melakukan pengelolaan atas pencadangan kerugian risiko
operasional.
5. Penerapan Manajemen Risiko Teknologi Informasi.
6. BSM menerapkan manajemen risiko terhadap Teknologi Informasi (TI)
yang memegang peranan penting sebagai Core Banking Business BSM.
Manajemen risiko TI antara lain diterapkan pada proses desain suatu
pengembangan sistem sampai dengan tahap akhir. Melalui User
Acceptance Test (UAT), BSM dapat mengidentifikasi dan melakukan
perbaikan terhadap kelemahan yang ditemukan, sebelum sistem
digunakan oleh user.
75
7. BSM juga telah mengembangkan kebijakan dan prosedur mengenai
pemanfaatan teknologi informasi yaitu standarisasi perangkat jaringan
komunikasi data, standarisasi perangkat lunak, pengelolaan kewenangan
akses sistem, dan pengembangan layanan Electronic Banking dari segi
keamanan aksesibilitas.
b. Kinerja Operasional dalam transaksi cicil emas pada Bank Syariah Mandiri
tidak akan terganggu karena menerapkan strategi manajemen risiko yang baik
(Good Risk Management).
c. Dengan adanya strategi manajemen risiko maka Bank Syariah Mandiri dapat
mengidentifikasi, mengukur, mengendalikan, dan memantau risiko BSM yang
harus terintegrasi ke dalam suatu sistem dan proses pengelolaan risiko yang
akurat dan komprehensif sehingga menghindari risiko kerugian dalam
transaksi cicil emas.
Bank Syariah mandiri sebagai bank syariah terbesar di Indonesia,
meluncurkan produk cicilan emas pada tahun 2013. Hal ini dikarenakan, emas
merupakan barang dengan permintaan yang tinggi. Permintaan tinggi tersebut
seperti untuk proteksi aset, kepentingan berjaga, kebutuhan tabungan haji maupun
investasi. Dapat diketahui, bahwa hampir setiap lima tahun harga emas bisa naik
minimal sekitar 100 persen. Jumlah nasabah cicilan emas BSM, kantor cabang
Ciputat pada tahun 2013 mencapai 48 orang dengan jumlah aset yang dimiliki
sekitar Rp.725.751.785,79. Sedangkan Jumlah nasabah cicilan emas BSM, kantor
76
cabang Ciputat pada tahun 2014 mencapai 55 orang dengan jumlah aset yang
dimiliki sekitar Rp.927.573.012,49.
Dengan demikian maka, pembahasan ini dapat disimpulkan bahwa
penerapan strategi manajemen risiko cicil emas pada BSM telah berdampak
signifikan terhadap rendahnya risiko terjadinya kerugian transaksi cicil emas pada
BSM. Faktanya, harga penjualan emas pada cicilan emas BSM naik pada setiap
tahunnya, yaitu pada tahun 2013 harga satu gram emas Rp.470.000 dan naik
menjadi Rp.500.000 per gram pada tahun 2014.
Fakta tersebut menunjukan, bahwa transaksi cicilan emas pada BSM
sangat diminati oleh masyarakat. Hal ini dapat terlihat dari peningkatan jumlah
nasabah cicilan emas dan aset yang dimiliki BSM dari tahun ke tahun.
77
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Ada empat strategi manajemen risiko yang telah diterapkan BSM pada cicilan
emas, yaitu: mengidentifikasi risiko. mengukur risiko, mengendalikan risiko,
dan memonitoring atau memantau risiko.
2. Penerapan strategi manajemen risiko cicil emas pada BSM telah berdampak
signifikan terhadap rendahnya risiko terjadinya kerugian transaksi cicil emas
pada BSM. Faktanya, harga penjualan emas pada cicilan emas BSM naik pada
setiap tahunnya, yaitu pada tahun 2013 harga satu gram emas Rp.470.000 dan
naik menjadi Rp.500.000 per gram pada tahun 2014.
B. Saran-Saran
Dari penelitian ini, penulis dapat memberikan saran- saran, sebagai berikut:
1. Terhindarnya kerugian cicil emas pada Bank Syariah Mandiri (BSM), maka
sebaiknya pihak bank mengetahui risiko-risiko yang akan terjadi dan strategi
apa yang harus dilakukan untuk menangani hal tersebut.
2. Perlu ditingkatkan manajemen risiko cicilan emas pada Bank Syariah
Mandiri, agar kinerja bank syariah menjadi lebih baik lagi tanpa adanya risiko
78
3. Emas selalu menjadi instrument investasi yang dicari orang. Nilainya yang
stabil serta likuid membuat investasi di instrument ini tidak pernah lekang
oleh waktu. Banyaknya minat masyarakat khususnya para wanita (ibu rumah
tangga) dalam memiliki logam mulia seperti emas secara mencicil cenderung
sangat tinggi. Maka dihimbau agar lebih selektif dan berhati-hati dalam
berinvestasi melalui produk cicil emas tersebut. Para wanita (ibu rumah
tangga) harus memahami terlebih dahulu karakteristik produk ini dan
risikonya.
79
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an & Terjemahannya, Departemen Agama RI.
At-Tarmidzi, Sunan At-Tirmidzi, Juz 3, Nomor Hadits 1290, CD Room, Maktabah
Kutub Al-Mutun, Silsilah Al-‘Ilm An-Nfi’, Seri 4, Al-Ishdar Al-Awwal, 1426
H.
A.Perwataatmadja, Karnaen, Hendri Tanjung.Bank Syariah. Jakarta: Celestial
Publishing, 2011.
Arifin,Zainul. Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, Tangerang : Azkia Publisher,
2009.
Arifin, Zainul.Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, Jakarta: Pustaka Alvabet,
2005.
Basyaib,Fahmi.Manajemen Resiko. Jakarta : PT Grasindo, 2007.
Bungin, Burhan. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada, 2004.
Darmawi,Herman. Manajemen Resiko. Jakarta : Bumi aksara, 2006.
Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia. Himpunan Fatwa Dewan Syariah
Nasional No 77/DSN-MUI/IV/2010. Jakarta : MUI, 2010.
Haque,Ataul. Reading in Islamic Banking. Dhaka : Islamic Foundation, 1987.
Hidayat,Mohamad. an introduction to The Sharia Economic pengantar ekonomi
syariah, Jakarta : Zikrul, 2010.
Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah, Juz 2, Nomor hadit’s 2139, CD Room, Maktabah
Kutub Al-Mutun, Silsilah Al-‘Ilm An-Nafi’, Seri 4, Al-Ishdar Al-Awwal,
1426 H, hlm.724.
J. Moleong, Lexy. metodologi penelitian kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya, 2002.
Karim, Adiwarman. Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan. Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada, 2007.
M.Herujitu, Yayat. Dasar-Dasar Manajemen. Jakarta : PT Grafindo, 2001.
Marbun, BN. Kamus Manajemen. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 2003.
Muslich, Ahmad Wardi. Fiqh Muamalat. Jakarta : AMZAH, 2010.
80
Muhammad. Manajemen Bank Syariah. Yogyakarta : Unit Penerbit dan Percetakan
(UPP), 2005.
Muhammad bin Isma’il Al-Kahlani, Subul As-Salam, Juz 3, Maktabah Mushthafa Al-
Babiy Al-Halabiy, Mesir, cet.IV, 1960.
Nafik, Muhamad. Bursa Efek Investasi Syariah . Jakarta : PT Serambi Ilmu Semesta,
2009.
Nazir, Moh. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia, 2003.
Nurhayati,Sri.Akuntansi Syariah di Indonesia, Jakarta : PT Salemba Empat, 2011.
Palaloi, Ihsan. Muhammad dkk.Kemilau Investasi Emas. Jakarta: Science Research
Foundation, 2006.
Peraturan Bank Indonesia. Penetapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum Syariah,
PBI No.11/25/2009, Jakarta : PBI, 2009.
Peraturan Bank Indonesia. Kepemilikan emas dengan akad Murabahah. SE Nomor
14/16/DPb.Jakarta : PBI, 2012
Rodoni,Ahmad.Investasi Syariah, Jakarta : Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009.
Salim, Joko. 10 Investasi Paling Gampang & Paling Aman. Jakarta : Transmedia
Pustaka, 2010.
S.P.Hasibuan, Malayu. Dasar-Dasar Perbankan, Jakarta : PT Bumi Aksara, 2004.
Tampubolon, Robert. Risk Management. Jakarta : Kompas Gramedia, 2006.
Wasito, Hermawan. Pengantar Metodologi, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama,
1993.
Internet
BSM Cicil Emas. www.syariahmandiri.co.id. dikutip pada tanggal 14 April 2014.
http://www.blogspot.com//Manajemen resiko perbankan syariah, ppt/dikutip pada
11/06/2014
Hendro Wibowo, Manajemen Risiko Bank Syariah,http://hndwibowo.blogspot.com,
di kutip pada 11/06/2014.
Produk Investasi Emas Bank Syariah Mandiri. www.syariahmadiri.co.id. diakses
pada tanggal 11 Juni 2014 pukul 17.00 WIB
Rahmani Timorita Yulianti, Manajemen Resiko Perbankan Syariah, http://master-
islamic.ac.id, di kutip pada 11/06/2014.
81
Sejarah dan perkembangan Bank syariah Mandiri. www.syariahmandiri.co.id.
diakses pada tanggal 10 Mei 2014 pukul 17:00 WIB
Sejarah dan Perkembangan BSM. www.republika.co.id. diakses pada tanggal 11 Juni
2014 pukul 11:30 WIB
Wawancara
Wawancara secara langsung dengan Bapak Arif Irawan, Staff Bagian Cicil Emas
Bank Syariah Mandiri (BSM).
82
83
LAMPIRAN
PEDOMAN WAWANCARA
Nama : Arif Irawan (Iwan)
Telp : 081381838063
Jabatan : Staf Bagian Cicil Emas BSM
Waktu : 15.00 sd 16.00
Tempat : Bank Syariah Mandiri, Kantor Cabang Ciputat
Bank Syariah Mandiri sebagai bank terbesar di Indonesia dan telah
mengeluarkan berbagai produk. Salah satu produk terbaru BSM yang dapat
mempermudah nasabah dalam kepemilikan emas adalah Cicil emas.
1. Apa tujuan dari produk BSM cicil emas ?
Fasilitas yang disediakan oleh BSM untuk membantu nasabah dalam membiayai
pembelian atau kepemilikan emas berupa lantakan atau batangan dengan cara
mudah punya emas dan menguntungkan.
2. Jenis emas seperti apa yang dapat dibiayai?
Emas lantakan (batangan) dengan minimal jumlah gram adalah 10 gram.
3. Berapa lama jangka waktu pembiayaan produk BSM cicil emas?
Anda dapat memilih jangka waktu pembiayaan yang diinginkan paling singkat
dua (2) tahun dan paling lama hingga lima (5) tahun.
84
4. Apa saja keunggulan dari cicil emas di BSM ?
a. Aman: Emas Anda diasuransikan.
b. Menguntungkan : Tarif yang kompetitif.
c. Layanan Professional : Perusahaan terpecaya dengan kualitas layanan terbaik.
d. Mudah : pembelian emas dengan cara cicilan atau angsuran.
e. Likuid : dapat diuangkan dengan cara dijual atau digandakan.
5. Diantara keunggulan tersebut, pasti akan ada risiko yang timbul pada investasi
cicil emas pada BSM tersebut . Apa saja Risiko-Risikonya ?
BSM menerapkan manajemen risiko pada seluruh aktivitas operasional agar
eksposur risiko kredit, risiko pasar (suku bunga), risiko likuiditas dan risiko
operasional dapat terkendali secara baik dan memadai.
a. Risiko Kredit
BSM harus mengelola risiko kredit secara baik dan berkesinambungan
guna menjaga portofolio aktiva produktif tetap berkualitas baik dan
memberikan keuntungan. Karena itu BSM selalu menjaga agar tidak terjadi
penurunan kualitas pembiayaan sehingga Non Performance Financing (NPF)
tidak melampaui limit sesuai dengan ketentuan BSM Indonesia.
b. Risiko Pasar
BSM menghadapi risiko pasar terkait dengan portofolio valuta asing dan
surat berharga kategori Trading and Available for Sale (AFS) yang dimiliki
BSM. Dalam mengelola risiko pasar, BSM senantiasa memantau eksposur
85
risiko secara rutin sehingga dapat meminimalisasi kerugian akibat pergerakan
imbal hasil pasar dan perubahan nilai tukar yang tidak menguntungkan.
c. Risiko Likuiditas
Risiko likuiditas terkait dengan ketidakmampuan BSM dalam memenuhi
seluruh kewajiban yang jatuh tempo dalam jangka pendek. BSM mengelola
risiko likuiditas melalui penetapan kebijakan manajemen risiko dan pedoman
pengelolaan dana, strategi dan contingency plan likuiditas.
d. Risiko Operasional
BSM membutuhkan pengelolaan risiko operasional secara terpadu dan
terintegrasi agar kegiatan operasional BSM terpantau dan terkendali dengan
baik. Proses internal, sistem, manusia, dan kejadian eksternal adalah faktor-
faktor yang memicu kejadian risiko operasional yang dapat merugikan BSM.
6. Bagaimana Strategi manajemen risiko cicilan emas pada BSM ?
a. Mengidentifikasi risiko secara tepat pada transaksi cicil emas di BSM, suatu
bank syariah harus mengenal dan memahami risiko yang ada maupun yang
mungkin timbul. Selain itu, untuk menghindari risiko kredit berupa risiko
kerugian cicilan emas pada Bank Syariah Mandiri (BSM). Salah satu aplikasi
proses identifikasi risiko pada Bank Syariah Mandiri adalah dengan
mengetahui terlebih mendalam transaksi yang akan dijalankan, seperti dalam
transaksi produk cicil emas pada BSM yang menggunakan akad murabahah.
Risiko-risiko yang dapat diidentifikasi, antara lain: nasabah memanipulasi
86
informasi data penghasilan, nasabah tidak mampu membayar kewajiban pada
saat jatuh tempo yang telah disepakati, dan sebagainya. Oleh karena itu, BSM
harus membidik para nasabah potensial dalam transaksi cicil emas tersebut.
Dengan melalui 5C (The Five C’s Principles) dalam Perbankan Syariah,
antara lain: Character (karakter), Capacity (kemampuan mengembalikan
utang), Collateral (jaminan), Capital (modal), dan Condition (situasi atau
kondisi). Bagi pihak BSM, nasabah yang memenuhi kriteria 5C adalah orang
yang sempurna untuk mendapatkan pembiayaan. BSM melihat orang yang
memiliki karakter kuat, kemampuan mengembalikan uang, jaminan yang
berharga, modal yang kuat, dan kondisi perekonomian yang aman. Nasabah
dengan kriteria seperti itulah merupakan nasabah potensial untuk diajak
bekerja sama atau nasabah yang layak mendapatkan penyaluran kredit atau
cicilan.
Prinsip-prinsip 5C dalam Bank Syariah Mandiri (BSM), antara lain :
1. Character (karakter) calon nasabah pada BSM berdasarkan ketentuan
syariah, diantaranya : Data tentang kepribadian dari calon nasabah seperti
sifat-sifat pribadinya, kebiasaan-kebiasaannya, cara hidup, keadaan
maupun latar belakang keluarganya. Character ini digunakan untuk
mengetahui apakah nantinya calon nasabah ini jujur berusaha untuk
memenuhi kewajibannya berdasarkan akad perjanjian antara pihak BSM
dan pihak nasabah. Bank syariah menempatkan karakter/sikap baik
87
nasabah maupun pengelolaan pada posisi yang sangat penting dan
menempatkan sikap akhlakul karimah sebagai sikap dasar hubungan
antara nasabah dan bank. Sedangkan pada Bank Kovensional Tidak
adanya ikatan emosional yang kuat antara Pemegang Saham, Pengelola
Bank dan Nasabah karena masing-masing pihak mempunyai keinginan
yang bertolak belakang.
2. Capacity (kemampuan), yaitu Kemampuan calon nasabah dalam
mengembalikan utang kepada pihak BSM berdasarkan perjanjian akad
yang telah disepakati bersama. Akad yang digunakan produk cicil emas
BSM menggunakan akad Murabahah dengan jaminan diikat dengan gadai
(rahn).
3. Capital (modal), yaitu Kondisi kekayaan yang dimiliki nasabah. Dari
kondisi ini dapat dinilai apakah layak nasabah diberikan cicilan atau kredit
emas oleh pihak BSM. Harta kekayaan nasabah haruslah berasal dari harta
yang halal tidak diperoleh dari pencurian/perampokan maupun korupsi.
4. Collateral
Jaminan yang mungkin dapat disita oleh pihak BSM apabila
ternyata calon nasabah benar-benar tidak bisa memenuhi kewajibannya
sesuai dengan perjanjian akad yang telah disepakati bersama.
Dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 04/DSN-
MUI/IV/2000 Tentang Murabahah dijelaskan bahwa jaminan dalam
murabahah dibolehkan, agar nasabah serius dengan pesanannya. Adanya
88
jaminan dalam pembiayaan murabahah disebabkan praktek murabahah di
bank syariah dalam operasionalnya menggunakan sistem murabahah
kepada pemesan pembelian dan transaksi yang berjalan secara angsuran,
hal ini dapat dimengerti karena seseorang tidak akan datang ke bank
kecuali untuk mendapat pembiayaan dan membayar secara angsur.
Pembayaran murabahah dapat dilakukan secara tunai atau cicilan,
pembayaran murabahah secara cicilan atau angsur dikenal dengan sebutan
murabahah muajjal yang memiliki karakter penyerahan barang di awal
akad dan pembayaran kemudian (setelah awal akad) baik dalam bentuk
angsuran maupun dalam bentuk pembayaran sekaligus, hanya kebanyakan
pembayarannya secara angsuran.
Tujuan pengikatan/penguasaan jaminan adalah :
1. Memberikan hak dan kekuasaan kepada bank untuk mendapatkan
pelunasan dengan barang-barang agunan tersebut apabila nasabah
ingkar janji, yaitu tidak bisa membayar kembali kewajibannya pada
waktu yang telah ditetapkan dalam perjanjian.
2. Menjamin agar nasabah berperan atau turut serta dalam transaksi yang
dibiayai, sehingga dengan demikian kemungkinan nasabah untuk
meninggalkan usahanya/proyek dengan merugikan diri sendiri atau
perusahaannya dapat dicegah atau kemungkinan untuk berbuat
demikian dapat diminimalisir.
89
3. Memberikan dorongan kepada nasabah untuk memenuhi perjanjian
pembiayaan, khususnya mengenai pelunasan kewajibannnya sesuai
dengan syarat-syarat yang telah disepakati, agar nasabah tidak
kehilangan kekayaan yang telah dijaminkan kepada perbankan.
Disamping tujuan tersebut di atas, jaminan dalam pembiayaan
murabahah bertujuan agar nasabah mampu menanggung kerugian akibat
kelalaian nasabah karena setiap manusia bertanggung jawab atas
perbuatannya dan kelalaian akibat perbuatan seseorang tidak dapat
dibebankan kepada pihak lain. Firman Allah dalam Q.S. al-Najm (53) ayat
38-39 :
Seseorang tidak akan menanggung beban kesalahan orang lain. Dan
tidaklah manusia mendapatkan melainkan hasil usahanya.
Hikmah hukum yang terkandung dalam pembebanan jaminan
dalam pembiayaan murabahah adalah untuk mewujudkan kemaslahatan,
yakni menarik manfaat, menolak kemudharatan dan menghilangkan
kesusahan. Kemaslahatan manusia itu tidak terbatas macamnya dan tidak
terhingga jumlahnya yang selalu bertambah dan berkembang mengikuti
situasi dan ekologi masyarakat.
90
Dengan penetapan hukum dibolehkan uang muka dan jaminan
dalam pembiayaan murabahah, sebagai bukti bahwa hukum Islam adalah
hukum yang bersifat konprehensif dan universal karena syariat Islam telah
didesain oleh Allah SWT untuk semua umat, semua kondisi dan situasi
sampai akhir zaman dengan tujuan utama kemaslahatan umat dan
terhindar dari segala bentuk kemudharatan dan kemasyakatan dalam
menggapai keselamatan dan kebahagiaan hidup dan kehidupan dunia dan
akhirat di bawah naungan ridho Allah SWT.
7. Condition
Keadaan dimana cicil emas pada BSM yang diberikan juga perlu
mempertimbangkan kondisi ekonomi yang dikaitkan dengan prospek
usaha calon nasabah.
b. Mengukur risiko secara tepat waktu serta akurat, Suatu bank syariah yang
tidak memilki sistem pengukuran risiko akan menghadapi berbagai kendala
dalam mengendalikan dan memantau perkembangan risikonya. Oleh karena
itu, BSM membutuhkan pengukuran kinerja bisnis yang berbasis risiko secara
transaksional. BSM menggunakan VaR (Value at Risk) yang merupakan salah
satu alat analisa pengukuran risiko dalam investasi. VaR didefinisikan sebagai
estimasi kerugian maksimum yang akan dialami sebuah investasi selama
periode waktu tertentu dan tingkat kepercayaan tertentu. Mengukur risiko
dilakukan dengan mengkualifikasi risiko tertentu dan kemudian
91
membandingkan dengan toleransi risiko yang telah ditetapkan. Pengukuran
risiko yang baik dapat memberikan gambaran mengenai apakah BSM
mengambil risiko terlalu besar atau BSM terlalu protektif sehingga produk
cicilan emas menjadi tidak menarik di pasar.
c. Mengendalikan risiko, dalam hal ini BSM harus menetapkan dan
mengkomunikasikan batas-batas melalui suatu kebijakan, standar dan
prosedur tertulis yang menegaskan tanggung jawab dan kewenangan. Kontrol
batas (limit) ini harus valid dan merupakan alat manajemen untuk
mengendalikan risiko. Oleh karena itu, BSM mengalokasikan modal secara
efisien pada berbagai risiko yang dihadapi. Selain itu, Sumber Daya Manusia
(SDM) memegang peranan penting dalam menangani dan mengelola risiko,
sehingga BSM perlu senantiasa meningkatkan kompetensi pegawai bagian
produk cicilan emas melalui ujian sertifikasi manajemen risiko.
d. Memonitor/memantau risiko, Bank Syariah Mandiri haruslah memantau
perkembangan risiko untuk memastikan bahwa mereka telah melakukan kaji
ulang secara tepat waktu atas risiko. Laporan hasil pemantauan akan
bermanfaat dan efektif kalau disampaikan secara tepat waktu, akurat,
informatif, dan disampaikan kepada individu yang tepat agar ketepatan tindak
lanjut yang diambil dapat diyakini. Sistem informasi manajemen yang efektif
dan efisien merupakan kunci sukses pelaksanaan proses pemantauan dan
pelaporan yang tepat dalam frekuensinya yang fleksibel sesuai dengan
kebutuhan dalam BSM.
92
7. Apa dampak penerapan strategi manajemen risiko dalam peningkatan transaksi
cicilan emas pada BSM?
a. Bank Syariah Mandiri dapat terhindar dari berbagai risiko berbahaya seperti
Risiko Likuiditas, Risiko Kredit, Risiko Pasar, dan Risiko Operasional.
Risiko Kredit yang dapat merugikan, diantaranya risiko emas tidak
dibeli atau tidak diserahkan kepada nasabah (ketika cicilan emas) oleh pihak
yang memberikan kredit (bank syariah). Hal ini menunjukkan bahwa selama
masa cicilan emas, pihak pemberi kredit yang membeli dan menyimpan emas.
Oleh karena itu, manajemen risiko Bank Syariah Mandiri (BSM) sangat
berperan penting melalui kepercayaan, seperti BSM meyakinkan kepada
nasabah untuk memberikan kepercayaan dan keamanan di dalam akad dalam
berinvestasi produk cicilan emas tersebut. Hal ini akan berdampak positif bagi
kedua belah pihak yaitu pihak nasabah dan pihak Bank Syariah Mandiri
(BSM) dikarenakan adanya kepercayaan dalam transaksi cicilan emas.
Risiko Likuiditas terkait dengan ketidakmampuan BSM dalam
memenuhi seluruh kewajiban yang jatuh tempo dalam jangka pendek. BSM
mengelola risiko likuiditas melalui penetapan kebijakan Manajemen Risiko
dan Pedoman Pengelolaan Dana, strategi dan contingency plan likuiditas.
Dalam mengelola risiko likuiditas, BSM melakukan:
1. Penempatan pada instrumen keuangan Bank Indonesia dan instrumen
keuangan jangka pendek lain sebagai cadangan likuiditas BSM.
93
2. Pengukuran kecukupan likuiditas melalui penyusunan proyeksi cashflow
dan liquidity gap secara rutin sehingga BSM dapat memanfaatkan
likuiditas secara tepat dan efisien sesuai dengan kebutuhan.
Risiko Pasar terkait dengan portofolio valuta asing dan surat berharga
kategori Trading and Available for Sale (AFS) yang dimiliki BSM. Dalam
mengelola risiko pasar, BSM senantiasa memantau eksposur risiko secara
rutin sehingga dapat meminimalisasi kerugian akibat pergerakan imbal hasil
pasar dan perubahan nilai tukar yang tidak menguntungkan.
Adapula Risiko Operasional berbahaya sehingga BSM membutuhkan
pengelolaan risiko operasional secara terpadu dan terintegrasi agar kegiatan
operasional BSM terpantau dan terkendali dengan baik. Proses internal,
sistem, manusia, dan kejadian eksternal adalah faktor-faktor yang memicu
kejadian risiko operasional yang dapat merugikan BSM.
1. Penggunaan peranti lunak
2. Dalam mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan
Risiko operasional, BSM memanfaatkan peranti lunak berbasis WEB
yaitu ORMIS (Operational Risk Management Information System).
Peranti ORMIS digunakan oleh seluruh unit kerja. Disamping itu, BSM
juga memanfaatkan tools yang dikembangkan untuk mengelola risiko
operasional, yaitu LED (Loss Event Database), RCSA (Risk and Control
Self Assessment), dan KRI (Key Risk Indicator).
3. Perhitungan kecukupan modal risiko operasional.
94
4. BSM telah menghitung kecukupan modal risiko operasional dengan
menggunakan metode basic indicator approach yang memasukkan
unsur ATMR meskipun Bank Indonesia belum mewajibkannya kepada
Bank Syariah. BSM melakukan hal ini sebagai inisiatif guna
meyakinkan stakeholder bahwa modal BSM cukup untuk meng-cover
potensi kerugian yang ditimbulkan oleh risiko operasional. Selain itu,
BSM juga melakukan pengelolaan atas pencadangan kerugian risiko
operasional.
5. Penerapan Manajemen Risiko Teknologi Informasi.
6. BSM menerapkan manajemen risiko terhadap Teknologi Informasi (TI)
yang memegang peranan penting sebagai Core Banking Business BSM.
Manajemen risiko TI antara lain diterapkan pada proses desain suatu
pengembangan sistem sampai dengan tahap akhir. Melalui User
Acceptance Test (UAT), BSM dapat mengidentifikasi dan melakukan
perbaikan terhadap kelemahan yang ditemukan, sebelum sistem
digunakan oleh user.
7. BSM juga telah mengembangkan kebijakan dan prosedur mengenai
pemanfaatan teknologi informasi yaitu standarisasi perangkat jaringan
komunikasi data, standarisasi perangkat lunak, pengelolaan kewenangan
akses sistem, dan pengembangan layanan Electronic Banking dari segi
keamanan aksesibilitas.
95
b. Kinerja Operasional dalam transaksi cicil emas pada Bank Syariah Mandiri
tidak akan terganggu karena menerapkan strategi manajemen risiko yang baik
(Good Risk Management).
c. Dengan adanya strategi manajemen risiko maka Bank Syariah Mandiri dapat
mengidentifikasi, mengukur, mengendalikan, dan memantau risiko BSM yang
harus terintegrasi ke dalam suatu sistem dan proses pengelolaan risiko yang
akurat dan komprehensif sehingga menghindari risiko kerugian dalam
transaksi cicil emas.
Jakarta, 9 Mei 2014
Narasumber
(Arif Irawan)
Top Related