STRATEGI DIFERENSIASI PENDIDIKAN ISLAM (Studi Kasus Kafila International Islamic School Jakarta)
TESIS
Disusun oleh:
Tabi’in
NIM. 21170181000045
Pembimbing:
Prof. Dr. Dede Rosyada., M.A
MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN (FITK)
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2019
viii
ABSTRAK Tabi’in NIM. 21170181000045: “Strategi Diferensiasi Pendidikan Islam (Studi
Kasus Kafila International Islamic School Jakarta)“. Tesis Program Magister
Manajemen Pendidikan Islam (MPI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Tingkat kepercayaan masyarakat terhadap lembaga pendidikan semakin
berkurang khususnya di sekolah Negeri, sehingga mengakibatkan berkurangnya
jumlah peserta didik yang masuk pada lembaga-lembaga pendidikan termasuk
sekolah Islam.
Direktur Yayasan Satu Karsa Karya (YSKK) Kangsure Suroto mengungkapkan
bahwa di Kota Surakarta pada tahun 2018 tingkat kepercayaan masyarakat terhadap
sekolah Negeri menurun yakni 75,9 %, sedangkan kepercayaan masyarakat
terhadap sekolah swasta naik menjadi 82,9%. Salah satu penyebabnya adalah,
kualitas layanan pendidikan kurang maksimal, (Herdiyanto, 2018:para.1-4) kondisi
ini menuntut adanya terobosan baru yang berbeda dalam penyelenggaraan
pendidikan. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis beragam upaya strategi
diferensiasi pendidikan dalam mewujudkan layanan pendidikan yang berkualitas
dengan obyek penelitian Kafila Internasional Islamic School (KIIS) Jakarta.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, dengan pendekatan
kualitatif interaktif yang berupa studi kasus, Pengumpulan data penelitian ini
menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Setelah itu data
yang telah terkumpul dianalisis dengan tahapan reduksi data, penyajian data dan
yang terakhir adalah verifikasi atau menarik kesimpulan.
Hasil peneitian ini menunjukan bahwa Strategi differensiasi input, proses dan
output berhasil melakukan distinctive dari instansi pendidikan sebagai sekolah
Islam model dalam inovasi pendidikan Islam . Input yakni terlihat pada aspek
seleksi peserta didik, Guru dan Karyawan melalui berbagai tahapan yaitu seleksi
administrasi, seleksi TPA dan seleksi wawancara. Proses yakni mencakup pada tiga
aspek kegiatan,yaitu pertama kegiatan akademik meliputi kegiatan
pendidikan/sekolah formal, kedua kegiatan boarding (asrama) yakni mencakup
kegiatan yang wajib diikuti oleh seluruh peserta didik dengan pembelajaran semi
pesantren, sehingga seluruh peserta didik wajib tinggal di asrama sebagai upaya
untuk mendapatkan pendidikan karakter /kepribadian islami. Ketiga, kegiatan
tahfidzul qur’an, yakni pembinaan secara intensif kepada para siswa yang ingin
mendalami, mengembangkan bakat dibidang menghafal alQur’an. Hal itu yang
menjadi salah satu produk unggulan berdirinya lembaga pendidikan Kafila
Internasional Islamic School. Output yakni produk unggulan dari hasil proses
pembelajaran yang meliputi tiga kompetensi yaitu pertama kompetensi bidang sains
dan matematika, kedua kompetensi bidang tahfidzul qur’an dan ketiga kompetensi
sikap 10 karakter pribadi muslim.
Keyword: Diferensiasi pendidikan, produk, layanan dan personil
ix
ABSTRACT
Tabi'in NIM. 21170181000045: "Strategy for Differentiating
Islamic Education (Case Study of Kafila International Islamic School
Jakarta)". Thesis of the Islamic Education Management (MPI) Masters
Program in the Faculty of Tarbiyah and Teacher Training (FITK) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
The level of public trust in educational institutions has decreased,
especially in public schools, resulting in a reduction in the number of
students entering educational institutions including Islamic schools.
Director of the One Karsa Karya Foundation (YSKK) Kangsure
Suroto revealed that in Surakarta City in 2018 the level of public trust in
public schools decreased by 75.9%, while public trust in private schools rose
to 82.9%. One reason is that the quality of education services is not maximal,
(Herdiyanto, 2018: para. 1-4). This condition requires different new
breakthroughs in the implementation of education. The purpose of this study
was to analyze a variety of educational differentiation strategies in realizing
quality education services with the object of research at Kafila International
Islamic School (KIIS) Jakarta.
This study uses a qualitative descriptive method, with an interactive
qualitative approach in the form of a case study, data collection of this study
using the method of observation, interviews, and documentation. After that
the data that has been collected is analyzed by the stages of data reduction,
data presentation and the last is verification or drawing conclusions.
The results of this study show that the differentiation strategies of
inputs, processes and outputs succeed in performing distinctive education
institutions as Islamic school models in the innovation of Islamic education.
The input is seen in the selection aspects of students, teachers and employees
through various stages, namely administration selection, TPA selection and
interview selection. The process includes three aspects of activities, namely
the first academic activities include formal education / school activities,
second boarding activities (dormitory) which includes activities that must be
x
followed by all students with semi-pesantren learning, so that all students
must stay in the dormitory as an effort to get Islamic character / personality
education. Third, tahfidzul quran activities, namely intensive coaching to
students who want to explore, develop talent in the field of memorizing
alQuran. That is one of the superior products of the establishment of the
Kafila International Islamic School. Output is the superior product of the
learning process which includes three competencies, namely the first
competencies in the fields of science and mathematics, both the competence
of the tahfidzul quran field and the three attitudes of competence of 10
Muslim personal characters.
Keyword: Differentiation of education, products, services and
personnel
xi
ملخص البحث
)دراسة حالة من ةالإسلامي ربيةالت تمايز"استراتيجية :2110018000012تابعين، إدارة التربية قسم الداجستير في رسالة جاكرتا(".الدولية الإسلامية "الكفيلة"مدرسة
جامعة شريف ىداية الله الإسلامية الحكومية جاكرتا.كلية التربية (MPI)الإسلامية في الدؤسسات التعليمية ، وخاصة في الددارس العامة ، تمعانخفض مستوى ثقة المج
مما أدى إلى انخفاض عدد الطلاب الدلتحقين بالدؤسسات التعليمية بما في ذلك الددارس الإسلامية. Karsa Karya (YSKK) Kangsure "كارسا كاريا" كشف مدير مؤسسة
Suroto في الددارس المجتمعثقة انخفض مستوى 2018أن في مدينة سوراكارتا في عام. % 82،7في الددارس الخاصة إلى ثقة المجتمع، في حين ارتفعت % 02،7العامة بنسبة
، Herdiyanto)الحد الأقصى ، أقل أحد الأسباب ىو أن جودة الخدمات التعليمية ليست
يتطلب اختراقات جديدة مختلفة في تنفيذ التعليم. كان ه الحالةوىذ(، 1-1: الفقرة 2018الغرض من ىذه الدراسة ىو تحليل مجموعة متنوعة من استراتيجيات التمايز التعليمي في تحقيق
(KIIS) مدرسة "الكفيلة" الدولية الإسلاميةخدمات التعليم الجيد مع موضوع البحث في
جاكرتا.
وعي تفاعلي في شكل ن مدخلتستخدم ىذه الدراسة طريقة وصفية نوعية ، مع دراسة حالة ، وجمع البيانات من ىذه الدراسة باستخدام طريقة الدلاحظة والدقابلات والوثائق. بعد ذلك يتم تحليل البيانات التي تم جمعها من خلال مراحل الحد من البيانات ، وعرض
قق أو استخلاص النتائج.البيانات والأخير ىو التحتشير نتائج ىذه الدراسة إلى أن استراتيجية التمايز للمدخلات والعمليات والنواتج
نجحت في أداء مؤسسات تعليمية مميزة كنماذج الددرسة الإسلامية في ابتكار التعليم الإسلامي. يتم عرض الددخلات في جوانب اختيار الطلاب والدعلمين والدوظفين من خلال
واختيار الدقابلة. تشتمل العملية على TPA الدراحل الدختلفة ، وىي اختيار الإدارة واختيار
xii
ىي الأنشطة الأكاديمية الأولى وتشمل أنشطة التعليم / أولا، .ثلاثة جوانب من الأنشطة( والتي تشمل الأنشطة التي يجب الدعهدأنشطة الإقامة الداخلية )ىي ثانياو . الددرسة الرسمية
الدعهد، بحيث يجب على جميع الطلاب البقاء في بتعليم شبو الدعهدأن يتبعها جميع الطلاب ثالثا ، أنشطة تحفيظ القرآن و الشخصية الإسلامية. /تعليم الشخصية كجهد للحصول على
اىب في مجال حفظ ، وىي التدريب الدكثف للطلاب الذين يرغبون في استكشاف وتطوير الدو القرآن. ىذا ىو أحد الدنتجات الدتفوقة لإنشاء مدرسة الكفيلة الإسلامية الدولية. الإخراج ىو
في مجال العلوم أولا الكفاءة الدنتج الدتفوق لعملية التعلم التي تشمل ثلاث كفاءات،عشرة الشخصيات ال ، وثالثا كفاءةمجال تحفيظ القرآن في كفاءةثانيا والرياضيات ، و
.الإسلامية التعليم والدنتجات والخدمات والدوظفين تمييز الكلمة المفتاحية:
i
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Tabi’in
Tempat/ Tanggal Lahir : Batang, 11 November 1984
NIM : 21170181000045
Prodi : Magister Manajemen Pendidikan Islam
Judul Tesis : Setrategi Diferensiasi Pendidikan Islam (Studi
kasus: Kafila Internasional Islamic School Jakarta)
Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A
Dengan ini menyatakan bahwa tesis yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri, dan
saya bertanggung jawab secara akademik atas apa yang saya tulis. Pernyataan ini dibuat
sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.).
Jakarta, 17 juni 2019
Mahasiswa
Tabi’in
NIM. 21170181000045
ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
UNTUK PENDAFTARAN UJIAN TESIS
Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa:
Nama : Tabi’in
Tempat/ Tanggal Lahir : Batang, 11 November 1984
NIM : 21170181000045
Prodi : Magister Manajemen Pendidikan Islam
Judul Tesis : Setrategi Diferensiasi Pendidikan Islam
Mahasiswa tersebut di atas sudah selesai masa bimbingan tesis dan disetujui untuk
pendaftaran ujian tesis.
Jakarta, 19 Juni 2019
Dosen Pembimbing,
Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A.
NIP. 195710051987031003
iii
LEMBAR PERSETUJUAN PENGUJI
SEMINAR HASIL TESIS
Tesis dengan judul “Setrategi Diferensiasi Pendidikan Islam (Studi Kasus
Pada Kafila Internasional Islamic School Jakarta)“ yang ditulis oleh
Tabi’in dengan NIM 21170181000045, telah diujikan pada Seminar Hasil oleh
Program Magister Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta pada : Jum’at, 28 Juni 2019, dan telah diperbaiki sesuai saran
dari penguji sebagai salah satu syarat pendaftaran Promosi Tesis.
Jakarta, 10 Juli 2019
Penguji I Tanggal Tanda Tangan
Nama : Dr. Zahrudin, L.c, M.Pd [ ] [ ]
NIP : 19730602 200501 1002
Penguji II Tanggal Tanda Tangan
Nama : Dr. Supangat, M.A [ ] [ ]
NIP :
iv
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................................... i
PERNYATAAN KARYA SENDIRI ............................................................................ ii
DAFTAR ISI................................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL .......................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................. vii
ABSTRAK ...................................................................................................................... viii
PEDOMAN TRANSLITERASI ................................................................................... xii
KATA PENGANTAR .................................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................................... 1
B. Permasalahan dan Pertanyaan Penelitian ................................................................. 13
1. Identifikasi Masalah........................................................................................... 13
2. Pembatasan Masalah .......................................................................................... 13
3. Rumusan Masalah .............................................................................................. 13
C. Tujuan Penelitian .................................................................................................... 13
a. Akademis (Teoritis) .................................................................................... 13
b. Terapan ....................................................................................................... 14
D. Manfaat Penelitian ................................................................................................... 14
E. Penelitian Terdahulu yang Relevan .......................................................................... 16
F. Metode Penelitian ..................................................................................................... 17
1. Pendekatan ........................................................................................................ 17
2. Jenis Penelitian ................................................................................................. 17
3. Metode Pengumpulan Data ............................................................................... 17
a. Observasi .................................................................................................... 17
b. Wawancara ................................................................................................. 18
c. Dokumentasi .............................................................................................. 18
4. Teknk Analisis dan Interpretasi Data ................................................................ 19
BAB II PENDIDIKAN ISLAM DAN STRATEGI DIFERENSIASI
A. Konsep Pendidikan Islam ......................................................................................... 23
1. Definisi Pendidikan ............................................................................................. 23
2. Tujuan Pendidikan Islam .................................................................................... 29
3. Dasar-dasar Pendidikan Islam ............................................................................ 32
4. Prinsip-prnsip Pendidikan Islam ........................................................................ 34
5. Nilai-nilai Pendidikan Islam .............................................................................. 35
v
B. Inovasi Pendidikan Islam ........................................................................................ 38
C. Strategi Diferensiasi Pendidikan Islam ................................................................... 48
1. Konsep Strategi Diferensiasi .............................................................................. 48
2. Dimensi Diferensiasi .......................................................................................... 53
a. Diferensiasi Produk ..................................................................................... 53
b. Diferensiasi Layanan ................................................................................... 58
c. Diferensiasi Personil .................................................................................... 64
d. Diferensiasi Saluran .................................................................................... 68
e. Diferensiasi Citra ......................................................................................... 69
D. Urgensi Diferensiasi dalam Pendidikan Islam ........................................................ 72
BAB III
DIFERENSIASI PROSES PEMBELAJARAN KAFILA INTERNASIONAL
ISLAMIC SHOOL (KIIS) JAKARTA
A. Gambaran Kafila Internasional Islamic School ........................................................ 80
1. Sejarah Singkat ................................................................................................. 80
2. Visi dan Misi .................................................................................................... 82
3. Program Kerja ................................................................................................... 83
4. Prestasi .............................................................................................................. 84
5. Struktur organisasi ............................................................................................ 86
B. Strategi Diferensiasi Produk Kafila Internasional Islamic School ......................... 88
1. Input .................................................................................................................. 89
2. Pembelajaran .................................................................................................... 91
3. Evaluasi ............................................................................................................ 92
C. Diferensiasi Personil SDM (PTK) ............................................................................ 98
1. Persyaratan PTK ............................................................................................... 98
2. Proses Perekrutan .............................................................................................. 99
3. Kompetensi PTK .............................................................................................. 102
4. Pengorganisasian PTK ...................................................................................... 103
5. Pembinaan dan Peningkatan PTK .................................................................... 103
6. Evaluasi PTK .................................................................................................... 107
7. Karakter Pribadi Muslim Warga Kafila Internasional Islamic School ............. 107
D. Strategi Diferensiasi Layanan ................................................................................. 113
1. Layanan Akademik ........................................................................................... 114
2. Layanan Asrama ............................................................................................... 119
3. Layanan Bimbingan Tahfidz Qur’an ................................................................ 121
BAB IV
DIFERENSIASI HASIL PEMBELAJARAN DI KAFILA INTERNASIONAL
ISLAMIC SCHOOL (KIIS) JAKARTA
A. Kafila Sebagai Lembaga Pendidikan Islam Modern ............................................... 124
B. Diferensiasi Pendidikan Kafila Internasional Islamic School .................................. 129
1. Unggul pada Lulusan ........................................................................................ 128
2. Unggul pada Guru dan Tenaga Kependidikan ................................................ 135
3. Unggul Layanan Pembelajaran ........................................................................ 145
vi
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................................ 164
B. Saran ...................................................................................................................... 165
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 167
LAMPIRAN-LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. Peringkat akreditasi sekolah .......................................................................... 8
Tabel 1.2. Perolehan rata-rata nilai ujian ........................................................................ 78
Tabel 2.1. Bidang Garapan Program Kerja Berdasarkan Fungsi Kepala Sekolah .......... 83
Tabel 2.2. Pencapaian Nilai UN MTs Kafila Internasional Islamic School Jakarta ........ 85
Tabel 2.3. Pencapaian Nilai UN MA Kafila Internasional Islamic School Jakarta ......... 85
Tabel 2.4. Prestasi Non Akademik Kafila Internasional Islamic School Jakarta ............. 86
Tabel 3.1. Daftar Nama Tenaga Pendidik Kafila Internasional Islamic School
Jakarta 102
Tabel 3.2. Kegiatan siswa di asrama ............................................................................... 156
Tabel 3.1. Program 15 Juz Tahfidzul Qur’an ................................................................... 160
Tabel 3.2. Program 20 Juz Tahfidzul Qur’an ................................................................... 160
Tabel 3.3. Program 30 Juz Tahfidzul Qur’an ................................................................... 161
Tabel 3.4. Program Akselerasi Juz Tahfidzul Qur’an ...................................................... 161
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Kerangka Konseptual ................................................................................ 79
Gambar 2.1. Bagan Struktur Organisasi KIIS ............................................................... 87
Gambar 2.2. Proses menghasilkan Produk .................................................................... 88
Gambar 2.3. Tahapan Seleksi PTK ............................................................................... 101
Gambar 3.4. Tahapan Rekrutmen PTK ......................................................................... 101
Gambar 3.5. Pembinaan dan peningkatan PTK ............................................................. 106
Gambar 3.6. Struktur organisasi bidang PTK ............................................................... 113
Gambar 3.7. Diagram layanan pendidian ...................................................................... 114
Gambar 3.8. Siklus pembelajaran .................................................................................. 117
Gambar 3.9. Bagan organisasi bidang keasramaan ....................................................... 120
Gambar 3.10 Bagan organisasi bidang Tahfizul Qur’an. .............................................. 102
Gambar 4.1 Karakteristik pemdidikan Islam ................................................................ 125
Gambar 4.2. Diferensiasi pendidian KIIS ..................................................................... 126
Gambar 4.3. Layanan pendidikan KIIS ......................................................................... 129
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan Islam merupakan bagian dari investasi masa depan,
investasi masyarakat sekaligus investasi negara dalam rangka
memajukan dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Maka, dalam rangka
mencapai tujuan tersebut, pendidikan Islam senantiasa diarahkan untuk
menjawab beberapa hal yang berkaitan dengan masalah kualitas
pendidikan (Wardi, 2013 : 55). Namun demikian, lembaga pendidikan
Islam sebagai sistem pendidikan nasional dituntut mampu berinovasi
dalam mengembangkan kebutuhan pasar dunia kerja sehingga outcome
pendidikan Islam yang dibutuhkan akan mampu tercapai sesuai harapan
kerja.
Sejalan dengan perkembangan waktu dan dinamika yang
berkembang dalam sistem pendidikan Indonesia saat ini, keberadaan
lembaga-lembaga pendidikan Islam kini mendapatkan pengakuan yang
sama sebagai bagian dari sub sistem pendidikan Nasional. Pengakuan
tersebut ditandai dengan lahirnya SKB (Surat Keputusan Bersama tiga
menteri) antara Menteri Agama, Menteri Dalam Negeri dan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 1975 (Syukur, 2002 : 243).
Diterbitkannya SKB tiga menteri menjadi awal untuk memulai inovasi
untuk meningkatkan mutu lembaga pendidikan Islam dari berbagai
aspek: baik aspek pembelajaran, mutu lulusan, mutu proses, SDM
maupun keberadaan lembaga pendidikan Islam dalam sistem
pendidikan Nasional.
Keberadaan lembaga pendidikan Islam dalam sistem pendidikan
nasional juga diakomodir dengan ditetapkannya UU No. 2 Tahun 1989
tentang Sistem Pendidikan Nasional tentang Pendidikan Dasar, dan
Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1990 tentang Pendidikan
Menengah, menjadikan pendidikan Islam terintegrasi secara kuat dalam
sistem pendidikan nasional beserta peraturan turunannya, seperti
Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1990. Namun, di tengah
masyarakat akhirnya terjadi polemik, karena sekolah yang
diselenggarakan oleh yayasan atau badan hukum dengan berciri khas
berdasarkan agama tertentu, tidak diwajibkan menyelenggarakan
pendidikaan agama lain dari agama yang menjadi ciri khas lembaga
pendidikan tersebut. “Inilah poin pendidikan yang kelak menimbulkan
polemik dan kritik dari sejumlah kalangan, di mana para siswa
dikhawatirkan akan pindah agama (berdasarkan agama
2
yayasan/sekolah), karena mengalami pendidikan agama yang tidak
sesuai dengan agama yang dianutnya ( Hasbullah, 2015:205).
Selanjutnya pemerintah membuat kebijakan pendidikan yang
lebih mengedepankan eksistensi pendidikan Islam sebagai bagian dari
penyelenggaraan suatu sistem pendidikan nasional yang tercantum
dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional yang didalamnya memuat pendidikan Islam sebagai bagian
proses penyelenggaraan pendidikan nasional.
Lantas, sistem pendidikan Islam itu sendiri masih mengalami
kendala. Salah satu diantaranya adalah kerancuan antara materi umum
dengan keagamaan. Inilah yang menjadi alasan klasik mengapa prestasi
materi umum yang disampaikan di lembaga pendidikan Islam kalah
saing dengan prestasi yang dicapai oleh sekolah umum. Begitu
sebaliknya, penyampaian ilmu agamanya tidak sebagus dengan pondok
pesantren. Kenyataan inilah yang setidaknya mendorong orang tua
mengambil alternativ lain dengan mempercayakan anaknya pada
lembaga pendidikan yang lebih menjanjikan masa depan (Tholhah,
2015:5-6).
Amin Abdullah (2006:3-29) mengatakan bahwa pendidikan
Islam mencoba menawarkan sistem pembelajaran integrated
(penggabungan antara materi umum dan keagamaan) untuk memenuhi
kekosongan salah satu di antara materi pendidikan umum dan materi
pendidikan Islam, justru kebijakan ini seakan menjadi beban bagi
peserta didik. mengapa demikian, karena sampai akhir 2006 presentase
lulusan siswa madrasah lebih sedikit dibandingkan dengan siswa
sekolah umum, lebih kurang 12%, sedangkan jumlah siswa madrasah
sampai saat ini kurang lebih 6 juta atau sekitar 20% dari jumlah anak
usia sekolah dari tingkat SD sampai SLTA diseluruh Indonesia. Hal ini
menunjukkan bahwa madrasah memiliki kontribusi yang signifikan
dalam proses pencerdasan bangsa.
Masalah tidak berhenti disini saja, masalah lain yang muncul
adalah bahwa tujuan pendidikan Islam yang ada sekarang ini tidak
benar-benar diarahkan kepada tujuan yang positif. Tujuan pendidikan
Islam hanya berorientasi kepada kehidupan akhirat semata dan
cenderung bersifat defensive yaitu untuk menyelamatkan kaum
muslimin dari pencemaran dan datang melalui berbagai disiplin ilmu,
terutama gagasan yang mengancam akan meledakkan standar-standar
Islam tradisional (Rahman, 1984:86).
Lain halnya pendapat yang disampaikan oleh Azyumardi Azra
(1999:59) bahwa pemerintah belum merealisasikan anggaran
3
pendidikan secara konsisten kepada pendidikan Islam dalam
penyusunan UU Sisdiknas 2003, contohnya Pasal 49 ayat 1 tentang
anggaran pendidikan yang berbunyi Dana Pendidikan selain gaji
pendidik dan biaya pendidikan kedinasan dialokasikan minimal 20%
dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pada sektor
pendidikan dan minimanl 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD).
Berkaca dari masalah-masalah di atas bahwa pendidikan Islam
dalam sistem pendidikan Nasional sudah memiliki kedudukan yang
sama dengan pendidikan umum. Jika melihat kegiatan pendidikan
Islam di Indonesia, maka dapat dilihat bahwa pendidikan Islam tersebut
telah banyak memainkan perannya dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, selain dari itu telah terjadi pula dinamika
perkembangan pendidikan Islam di Indonesia.
Salah satu yang sangat strategis dalam dinamika itu adalah
masuknya pendidikan Islam dalam sistem pendidikan Nasional. Makna
yang terkandung di dalamnya bahwa pendidikan Islam diakui
keberadaanya dalam sistem pendidikan nasional yang dibagi kepada
tiga hal. Pertama, pendidikan Islam sebagai lembaga; kedua pendidikan
Islam sebagai mata pelajaran; ketiga, pendidikan Islam sebagai nilai
(value) (Haidar, 2012:3). Pendidikan Islam sebagai lembaga pendidikan
diakui keberadaannya sebagai lembaga secara eksplisit. Pendidikan
Islam sebagai mata pelajaran diakuinya pendidikan agama sebagai
salah satu mata pelajaran yang wajib diberikan pada tingkat dasar
sampai perguruan tinggi. Pendidikan Islam sebagai pemegang peran penting dalam proses
pengembangan inovasi baik secara kelembagaan, materi pendidikan, guru
sebagai pelaksana pembelajaran, metode, sarana, dan sebagainya dari seluruh
aspek dan faktor pendukung proses pendidikan, haruslah dapat melihat secara
cermat dan dapat membangun paradigma baru yang berupa pendidikan di era
global yang sarat dengan tantangan, sehingga dapat memberikan ruang baru
terhadap beberapa peluang yang dapat memberikan pandangan baru dan
memberikan sumbangsih terhadap berkembangnya dunia global (Syamsirin,
2012:260). Armai Arief (2014:7) memberikan beberapa peluang yang bisa
diadopsi dalam pengembangan inovasi pendidikan Islam antara lain adalah
terbukanya seluas-luasnya bagi Negara untuk membangun kerjasama, sistem
pendidikan on-line (pembelajaran e-learning)/pemanfaatan sistem IT,
tersedianya dana untuk beasiswa dan tersedianya dana untuk riset. Peluang-
peluang ini bisa dimanfaatkan bagi pemegang kebijakan tertinggi yakni
pemerintah sebagai pengelola pendidikan khususnya pendidikan Islam.
4
Melihat keberadaan mutu pendidikan di Negara Indonesia masih jauh
dari standar yang ada, bahkan tidak sedikit sekolah/madrasah begitu
mengabaikan nya, sehingga proses pendidikan cenderung berjalan asal-asalan.
Menurut survei Political and Economic Risk Consultant (PERC),
kualitas pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di
Asia. Posisi Indonesia berada di bawah Vietnam. Data yang dilaporkan The
World Economic Forum Swedia (2000), Indonesia memiliki daya saing yang
rendah, yaitu hanya menduduki urutan ke-37 dari 57 negara yang disurvei di
dunia. Dan masih menurut survei dari lembaga yang sama, Indonesia hanya
berpredikat sebagai follower bukan sebagai pemimpin teknologi dari 53
negara di dunia.
Kualitas pendidikan Indonesia yang rendah itu juga ditunjukkan data
Balitbang (2003) bahwa dari 146.052 SD di Indonesia ternyata hanya delapan
sekolah saja yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Primary
Years Program (PYP). Dari 20.918 SMP di Indonesia ternyata juga hanya
delapan sekolah yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Middle
Years Program (MYP) dan dari 8.036 SMA ternyata hanya tujuh sekolah saja
yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Diploma Program (DP).
Penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia tentu tidak lepas
dari peran pemerintah dan dan para pengelola lembaga, baik pimpinan (kepala
Sekolah) atau Ketua Yayasan (lembaga swasta) sebagai top leadernya dalam
mendiferensiasi lembaga pendidikan Islam. Pemerintah telah mengeluarkan
Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 dan PP 19 Tahun 2005 tentang
sertifikasi guru. Adapun Undang-undang dan Peraturan pemerintah tersebut
merupakan sebuah upaya yang bertujuan untuk meningkatkan mutu guru di
Indonesia.
Dalam konteks pendidikan, pengertian mutu mencakup input, proses,
dan output pendidikan (Depdiknas, 2001:5). Input pendidikan adalah segala
sesuatu yang harus tersedia karena dibutuhkan untuk berlangsungnya proses.
Proses pendidikan merupakan berubahnya sesuatu menjadi sesuatu yang lain
dengan mengintegrasikan input sekolah sehingga mampu menciptakan situasi
pembelajaran yang menyenangkan (enjoyable learning), mampu mendorong
motivasi dan minat belajar, dan benar-benar mampu memberdayakan peserta
didik. Output pendidikan adalah merupakan kinerja sekolah yang dapat diukur
dari kualitasnya, efektivitasnya, produktivitasnya, efisiensinya, inovasinya,
dan moral kerjanya.
Melihat pentingnya Strategi diferensiasi sebagai upaya dalam
mewujudkan mutu pendidikan yang unggul, maka usaha tersebut bukanlah
pekerjaan mudah bagi para kepala sekolah dan juga pimpinan lembaga
pendidikan, karena kegiatan berlangsung dalam sebuah proses panjang yang
direncanakan dan diprogram secara baik pula. Namun pada kenyataannya
tidak sedikit kepala sekolah dan juga pimpinan pada lembaga pendidikan yang
hanya berperan sebagai pimpinan formalitas dalam sebuah sistem alias hanya
sekedar sebagai pemegang jabatan struktural sambil menunggu masa purna
5
tugas, namun tidak mampu membawa arah pendidikan yang jelas (LPPKS: 7
juli 2019).
Perlunya inovasi dalam pendidikan islam merupakan hal yang
sangat fundamental. Sehingga umat Islam dan bangsa Indonesia harus
menjadi pemenang sekaligus aktor utama dalam menghadapi persaingan di
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dan Globalisasi. Untuk itu, lembaga-
lembaga pendidikan Islam seperti madrasah dan pesantren dituntut bisa
melahirkan generasi berjiwa kritis, kreatif dan inovatif (Rosyada, 2015). Maraknya pertumbuhan lembaga pendidikan dalam beberapa
tahun terakhir menunjukkan dinamisnya perkembangan sektor
pendidikan. Meningkatnya kesadaran akan pendidikan menjadi salah
satu unsur yang mendorong tumbuh dan berkembangnya berbagai
lembaga pendidikan. Namun demikian, kompetisi kualitas pendidikan
menjadi penilaian utama dalam mengembangkan lembaga pendidikan
yang semakin menjamur di lingkungan kita. Lembaga pendidikan yang
berhasil tumbuh dengan baik saat ini adalah pada lembaga pendidikan
yang mampu berkompetitif melihat peluang yang ada selain selalu
melakukan pengembangan secara terus menerus.
Persaingan lembaga pendidikan seyogyanya bisa dilihat sebagai
sebuah motivasi dalam mengembangkan kualitas pendidikan agar
pendidikan yang tercipta mampu menjadi lembaga pendidikan yang
berkualitas. Strategi diferensiasi untuk meningkatkan daya saing dan
inovatif adalah salah satu unsur terpenting agar dapat melihat
perkembangan pendidikan secara baik.
Inovasi adalah salah satu bagian terpenting dalam
mendayagunakan persaingan yang begitu luas. Suburnya pertumbuhan
lembaga pendidikan perlu dibarengi kompetensi atau daya saing yang
kuat pula.Selain sebagai pergeseran era globalisasi, persaingan dalam
semua sisi menjadi keniscayaan yang tidak bisa terelakkan. Guna
memenangkan persaingan dalam memasarkan jasa pendidikan
memerlukan strategi khusus dan inovatif sehingga mampu mengikuti
tantangan zaman. Jika tidak, jelas ketertinggalan akan menjadi pilihan
utama bagi lembaga pendidikan yang enggan merencanakan strategi
diferensiasi secara baik da tepat.
6
Sejalan dengan landasan tersebut, maka islam melihat bersaing atau
berkompetisi dalam kebaikan menjadi hal yang mesti diupayakan demi
meraih suatu tujuan yang kita inginkan. Sebagiamana dijelaskan dalam
QS. Al-Baqarah ayat 148 :
ت أيه ولكل وجهة هى مىليها فٱستبقىا ٱلخير جميعا إنه ٱلله ما تكىوىا يأت بكم ٱلله
على كل شيء قدير
“Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia
menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu (dalam
berbuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan
mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat).
Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu” (Q.S Al-
Baqarah: 148 ).
Dan bagi masing-masing maksudnya masing-masing umat (ada
arah dan tujuan) maksudnya kiblat (tempat ia menghadapkan
wajahnya) di waktu salatnya. Menurut suatu qiraat bukan 'muwalliihaa'
tetapi 'muwallaahaa' yang berarti majikan atau yang menguasainya,
(maka berlomba-lombalah berbuat kebaikan) yakni segera menaati dan
menerimanya. (Di mana saja kamu berada, pastilah Allah akan
mengumpulkan kamu semua) yakni di hari kiamat, lalu dibalas-Nya
amal perbuatanmu. (Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala
sesuatu) (Tafsir Kemenag, 2018)
Ayat tersebut sejatinya memberikan gambaran kepada kita
bagaimana pentingnya dalam meraih kopetisi dalam banyak hal. Selain
capaian dalam sebuah kebaikan, strategi kompetitif juga mampu
menjadikan segala organisasi semakin hidup dan mampu berinovasi ke-
arah yang labih baik.
Munculnya persaingan dalam dunia pendidikan merupakan hal
yang tidak dapat dihindari. Dengan adanya persaingan, maka
pendidikan dihadapkan pada berbagai peluang dan ancaman baik yang
berasal dari luar maupun dari dalam lembaga pendidikan yang akan
memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap kelangsungan hidup
lembaga pendidikan tersebut. Untuk itu, setiap lembaga pendidikan
dituntut untuk selalu mengerti dan memahami apa yang terjadi di pasar
dan apa yang menjadi keinginan konsumen, serta berbagai perubahan
yang ada di lingkungan pendidikan sehingga mampu bersaing dengan
7
dunia bisnis lainnya dan berupaya untuk meminimalisasi kelemahan-
kelemahan dan memaksimalkan kekuatan yang dimiliki.
Berdasarkan konsepsi tersebut, maka lembaga pendidikan dituntut
mampu memilih dan menetapkan strategi yang dapat digunakan untuk
menghadapi persaingan. Dengan adanya tekanan persaingan yang
begitu ketat baik secara langsung atau tidak langsung, maka hal
tersebut sangat mempengaruhi kinerja segala organisasi bisnis,
pendidikan, dan sosial baik dalam hal teknologi, kebutuhan pelanggan
dan juga siklus perubahan. Pada saat kondisi seperti itulah sangat
diperlukan strategi yang tepat dalam mengambil keputusan maupun
langkah-langkah tertentu untuk mempertahankan usaha tersebut.
Dengan demikian, strategi diferensiasi diperlukan guna melihat segala
perubahan yang memungkinkan terjadi di lembaga pendidikan maupun
lembaga lain selain pendidikan.
Manajemen pemasaran bagi lembaga pendidikan (terutama
madrasah) diperlukan seiring dengan adanya persaingan antar sekolah
yang semakin atraktif. Pemasaran dibutuhkan bagi lembaga pendidikan
dalam membangun citranya yang positif. Apabila lembaga atau sekolah
memiliki citra yang baik di mata masyarakat, maka besar kemungkinan
akan lebih mudah dalam mengatasi persaingan. Jadi, pemasaran
merupakan suatu proses yang harus dilakukan oleh madrasah untuk
memberikan kepuasan pada stakeholder dan masyarakat. Penekanan
kepada pemberian kepuasan kepada stakeholder merupakan hal yang
harus dilakukan oleh setiap lembaga, agar mampu bersaing.(tuliskan
refrensinya)
Selain berbagai tantangan diatas, Pendidikan juga sedang menjadi
pusat perhatian semua komponen bangsa ini. undang-undang sistem
pendidikan Nomor 02 tahun 1989 menjadi Nomor 20 tahun 2003,
diikuti peraturan pemerintah nomor 32 tahun 2013 tentang Standar
Nasional Pendidikan dengan lingkup terdiri 8 standar yaitu yang
meliputi: standar isi, Standar proses, Standar kompetensi lulusan,
Standar pendidik dan tenaga kependidikan, Standar sarana dan
prasarana, Standar pengelolaan, Standar pembiayaan, dan Standar
penilaian pendidikan.Namun pada kenyataannya, Standar Nasional
Pendidikan masih belum terpenuhi pada setiap satuan pendidikan. Hal
ini terlihat dari hasil akreditasi yang dilakukan Badan Akreditasi
Nasional Sekolah dan Madrasah (BAN-SM) dengan kategori A, B, dan
C terlihat dalam tabel di bawah. Untuk jenjang SD dan MI, rata-rata standar Pendidik dan Tenaga
Kependidikan (PTK) serta standar sarana prasarana (sarpras) di bawah nilai
8
rata-rata standar lainnya baik untuk sekolah dengan kategori sasaran baru
maupun re-akreditasi. untuk jenjang SD pada sasaran baru capaian
pemenuhan standar PTK sebesar 71,7 dan sarpras sebesar 69,7. Demikian
juga dengan re-akreditasi capaian pemenuhan standar PTK sebesar 81 dan
sarpras sebesar 76,4. Tingkat pemenuhan standar yang rendah pada PTK dan
sarpras baik untuk jenjang SD maupun MI disebabkan salah satunya karena
masalah rendahnya kepemilikan tenaga perpustakaan yang memenuhi
kualifikasi dan rendahnya guru yang memiliki sertifikat pendidik.
Masalah yang sama juga terjadi pada jenjang SMP/MTs di mana pada
jenjang pendidikan sekolah menengah pertama ini pada sasaran baru capaian
pemenuhan standar PTK sebesar 66,5 dan sarpras sebesar 69,4. Sekolah re-
akreditasi capaian pemenuhan standar PTK sebesar 76,8 dan sarpras sebesar
82,2. Alasan tingkat pemenuhan standar yang rendah pada PTK dan sarpras
baik untuk jenjang SMP maupun MTs disebabkan salah satunya karena
masalah rendahnya guru yang memiliki sertifikat pendidik, dan Ruang
Perpustakaan tidak memiliki luas dan sarana sesuai ketentuan.
Untuk jenjang SMA dan MA, rata-rata standar Pendidik dan Tenaga
Kependidikan dan standar sarana prasarana, dibawah nilai rata-rata standar
lainnya baik untuk sekolah dengan kategori sasaran baru maupun re-
akreditasi. Contoh, untuk jenjang SMA pada sasaran baru capaian pemenuhan
standar PTK sebesar 69,5 dan sarpras sebesar 69. Demikian juga dengan re-
akreditasi capaian pemenuhan standar PTK sebesar 80,8 dan sarpras sebesar
83,8".
Tingkat pemenuhan standar yang rendah pada PTK dan sarpras baik
untuk jenjang SMA maupun MA disebabkan salah satunya karena masalah
rendahnya guru yang memiliki sertifikat pendidik, dan rendahnya kepemilikan
ruang laboratorium bahasa sesuai ketentuan (Toni, 13/12/2018).
Tabel 1.1 Peringkat Akreditasi (Sekolah/Madrasah) Nasional
Peringkat Akreditasi Baru Reakreditasi
A 3,9% 37,0%
B 45,7% 49,2%
C 40,6% 11,6%
Tidak Terakreditasi 9,8% 2,3%
Sumber: Kemendikbud, 12 Desember 2018
Bersamaan dengan itu, dunia pendidikan kita dihadapkan pada
berbagai tantangan yang diakibatkan oleh kecenderungan global dan
perubahan situasi yang terjadi dalam negeri. Dua sisi kecenderungan
tersebut memaksa pengelola pendidikan untuk melakukan inovasi
bentuk-bentuk layanan pendidikan yang berkualitas. Adapun bentuk
9
inovasi tersebut yaitu berupa standar-standar baru dalam dunia
pendidikan seperti
Di antara kecenderungan global yang dihadapi dunia pendidikan
kita antara lain: pertama, diaspora bangsa Indonesia (luwansa,
Jakarta:2015) diaspora Indonesia memiliki kontribusi dalam
memajukan pendidikan di Tanah Air. Melalui jaringan warga negara
Indonesia yang menetap dan bekerja di luar negeri, Diaspora Indonesia
menjadi motor pengerakan untuk menjalin koneksi antara pemerintah
Indonesia dan pemerintah negara lain..Hal tersebut mengakibatkan
perubahan organisasi kerja, struktur pekerjaan, struktur jabatan dan
kualifikasi tenaga kerja yang begitu cepat pula. Kedua, perkembangan
industri, komunikasi dan informasi yang semakin cepat akan
melahirkan ”knowledge worker” (terkait dengan pemrosesan informasi)
yang semakin besar jumlahnya. Ketiga, pergeseran ide pendidikan dari
ide back to basic ke arah ide the forward to future basic yang
mengandalkan pada kemmpuan TLC (how to think, how to learn dan
how to create). Keempat, berkembang dan meluasnya ide demokratisasi
memunculkan pelaksanaan pengelolaan pendidikan berdasar konsep
school based management. Kelima, krisis demi krisis yang dialami
semua negara tidak hanya dapat dianalisis dengan metode sebab akibat
sederhana, namun memerlukan analisis sistem yang saling
bergantungan (Adipura, 2000:10).
Selain kecenderungan di atas, pendidikan di Indonesia juga
dihadapkan pada beberapa perubahan situasi yang terjadi dalam
negeri.Paling tidak terdapat tiga situasi yang perlu dipertimbangkan
oleh pengelola lembaga pendidikan, yaitu: Perubahan struktur
masyarakat, perubahan kebijakan pendidikan, dan krisis moral yang
terjadi dalam masyarakat. Diantara berbagai perubahan tersebut adalah
perubahan perubahan struktur dari masyarakat agraris menuju
masyarakat industri.Perubahan yang disebabkan oleh globalisasi
tersebut pada akhirnya membentuk karakteristik masyarakat mega-
kompetisi, sehingga tidak ada tempat di dalam masyarakat tanpa
kompetisi. Semboyan “esok pasti lebih baik” adalah semboyan suatu
masyarakat kompetitif, yang menuntut manusia terus menerus berubah,
tahan banting, dan mempunyai jiwa wiraswasta karena tidak puas
dengan apa yang dicapai (Tilaar, 1999:35). Masyarakat seperti ini
selalu menuntut barang dan jasa yang berkualitas termasuk juga layan
pendidikan. (Musyafa’, 2002:51)
Perubahan kebijakan penyelenggaraan pemerintah dari sentralisasi
ke desentralisasi yang ditandai dengan pemberian otonomi yang luas
10
dan nyata kepada daerah, termasuk didalamnya persoalan
penyelenggaraan pendidikan (Fatah, 2000:25). Dengan penerapan
desentralisasi ini wewenang dalam menentukan keputusan yang semula
berasal dari Pusat/ Kanwil/Kandep, diserahkan sepenuhya pada
sekolah.Sehingga sekolah dituntut untuk lebih mandiri dan mampu
menentukan arah pengembangan yang sesuai dengan kondisi dan
lingkungan masyarakatnya.Perihal lainya yaitu menurunnya moralitas
masyarakat khususnya remaja dan pelajar.Perilaku konsumtif, boros,
dan senang menempuh jalan pintas diikuti oleh sebagaian besar
masyarakat.Akibatnya perilaku korupsi, kolusi, manipulasi, dan
nepotisme telah merasuki hampir sebagian besar masyarakat mulai dari
pejabat tinggi sampai dengan masyarakat kecil.Selain itu masyarakat
juga senang menggunakan caracara kekerasan dalam menyelesaikan
sebuah permasalahan.Kekerasan juga sering terjadi akibat persoalan-
persoalan kecil.Yang lebih menyedihkan lagi adalah penggunaan
narkoba dan perilaku seks pranikah menjadi trend.
Dunia pendidikan dewasa ini menjadi penentu perkembangan
sebuah negara.Untuk itu, dalam hal ini--baik guru, fasilitas penunjang,
maupun kualitas pendidikan sangat menentukan, mengingat
pendidikan merupakan kunci mencetak sumber daya manusia yang
bermutu dan memiliki daya saing.Sebagai anggota ASEAN, Indonesia
sendiri ternyata masih berada di bawah negara tetangga Malaysia
dalam dunia pendidikan.Berikut peringkat pendidikan negara-negara
ASEAN seperti dilansir Deutsche Welle.
Selain dihadapkan pada tantangan di atas, pendidikan indonesia
juga dihadapkan pada persoalan rendahnya mutu pendidikan.
Berdasarkan laporan yang dikeluarkan oleh UNDP pada Human
Development Report 2005, ternyata Indonesia menduduki peringkat
110 dari 177 negara di dunia. Bahkan yang lebih mencemaskan,
peringkat tersebut justru sebenarnya semakin menurun dari tahun-tahun
sebelumnya, di mana pada tahun 1997 HRDI Indonesia berada pada
pering kat 99, lalu menjadi peringkat 102 pada tahun 2002, dan
kemudian merosot kembali menjadi peringkat 111 pada tahun 2004 (P
Mohamad, 2007).
Kondisi sebagaimana tersebut di atas memaksa sekolah sebagai
lembaga pendidikan untuk terus menerus meningkatkan kualitas
layanan pendidikannya. Selain itu, untuk menghadapi tingginya tingkat
kompetisi, sekolah harus mampu memberikan program yang tidak
sekedar berkualitas, namun program yang juga memiliki nilai beda
(diferentiated value) sebagai karakter keunggulan (competitive
11
advantages) sekolah tersebut. Diferensiasi program dan layanan
pendidikan tersebut harus dirancang berdsarkan analisis yang akurat
atas perkembangan lingkungan yang mengitari sekolah. Untuk itu,
menurut Bagley (1998), sekolah harus mengetahui apa yang difikirkan
oleh orang tua murid, bagaimana mereka menentukan keputusan, dan
apa yang mereka inginkan dari sekolah (Bagley, 1998: 254).
Dampak dari pendidikan yang buruk ini, negeri kita kedepannya
makin terpuruk. Keterpurukan ini dapat juga akibat dari kecilnya rata-
rata alokasi anggaran pendidikan baik di tingkat nasional, propinsi,
maupun kota dan kabupaten.Keterpurukan yang kita alami saat ini, tak
lepas dari makin jauhnya kita dari kepatuhan kepada Allah Sang
Pencipta.Ibadah seakan tak lebih dari sebuah rutinitas, kosong dari ilmu
dan penghayatan.Materialisme telah dijejal sehingga materi menjadi
ukuran dan tujuan.Rusaknya tatanan pun tak terelakkan. Ada kesadaran
bahwa sector pendidikan adalah solusi strategis permasalahan ini, tetapi
karena tidak mengacu pada nilai-nilai kenabian (Sunnah), hasilnya
belum dapat mengimbangi apalagi menanggulangi produk
kemungkaran yang semakin berani transparan.
Perubahan harus dimulai, wacana dan praksis ilmu dan pendidikan
harus kembali ke pangkuan Al Qur'an dan Sunnah sebagai landasan
mutlak syari'ah islamiyah sesuai dengan metode Rasulullah SAW yang
mendidik (tarbiyah) dan mengajar (ta'lim) dengan membangun fondasi
afeksi melalui keagungan ayat (tilawah) dan menyingkirkan karakter
buruk manusia (tazkiyah).
Di Indonesia, bidang pendidikan ditangani oleh dua kementerian
yakni Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta Kementerian
Agama. Dalam pelaksanaannya, Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan membawahi lembaga pendidikan mulai TK, SD, SMP,
SMA, hingga Perguruan Tinggi Umum.Sedangkan Kementerian
Agama mengurusi lembaga pendidikan dari RA MI, MTs, MA, hingga
Perguruan Tinggi Agama Islam (UIN, IAIN, STAIN dan PTAIS).Hal
tersebut memunculkan pemahaman adanya dualisme pendidikan, yakni
adanya sekolah umum dan sekolah agama.Kedua lembaga
penyelenggara pendidikan tersebut merupakan bagian sistem
pendidikan nasional (Djamas, 2009:83).
Bentuk dualisme dalam pendidikan itu dapat dilihat dari kebijakan
pemerintah, baik dari kebijakan dalam undang-undang pendidikan
nasional maupun Peraturan Pemerintah.Pergumulan antara sistem
pendidikan umum dengan sistem pendidikan Islam pun terus
berlangsung.Di antara sekolah/madrasah terus berupaya mewujudkan
12
lulusan yang siap berkiprah di masyarakat, namun harapan itu tak
semua lembaga pendidikan mampu memberikan hasil sesuai kebutuhan
di masyarakat.
Kafila Islamic School mencoba hadir mengisi kekosongan. Ingin
membangun milieu berbudaya ilmu dan berkurikulum syari'ah yang
dapat melahirkan ulul albab, yang menjadikan hasil karya ulama' organ
hidup di bumi pendidikan.
Salah satu madrasah yang telah berusaha untuk mendiferensiasikan
layanan pendidikannya adalah Kafila International Islamic School
Jakarta (KIIS).Madrasah ini merupakan salah satu madrasah unggulan
di lingkungan Kementerian Agama, khususnya di wilaya DKI Jakarta.
Sejak awal didirikannya, madrasah ini ingin menjadi madrasah yang
tidak sekedar berkualitas, namun juga berbeda (differentiated) dari
madrasah yang lain. Diferensiasi diwujudkan dalam bentuk standar
kualitas yang meliputi beberapa aspek aqidah, ibadah, dan aspek
akademik. Dari aspek aqidah KIIS menetapkan standar bahwa siswa
harus memiliki keyakinan yang benar dan kuat (salim), dari aspek
ibadah siswa mampu menjalankan ibadah sesuai dengan ajaran Islam
khususnya ibadah sholat, dari aspek membaca al Qur’an siswa mampu
membaca dan menghafal sebagian dari al Qur’an secara baik (tartil) dan
dari aspek akademik memiliki nilai minimal 8,00 (Wawancara Wk.
Kurikulum, KIIS).
Diferensiasi layanan pendidikan KIIS yang paling dirasakan oleh
wali murid adalah diferensiasi dari aspek akademik, Sains dan religius.
Wali murid merasakan bahwa setelah bersekolah diKafila International
Islamic School Jakarta (KIIS), anaknya mampu membaca dan menghafl
al Qur’an dengan tartil, membaca kitab-kitab klasik, ketika waktu
sholat tidak perlu mengingatkan atau menyuruh lagi, serta memiliki
kompetensi dalam bidang sains sebagai bekal masuk ke perguruan
tinggi terkemuka. Bukti religiusitas inilah yang semakin membuat wali
murid makin mantap menyekolahkan putranya diKafila International
Islamic School Jakarta (KIIS)
Berdasarkan uraian tersebut, strategi Kafila International Islamic
School Jakarta (KIIS) dalam mendiferensiasikan layanan pendidikan
merupakan sesuatu yang menarik dan layak untuk didiskusikan.
Sedangkan fokus pembahasannya adalah strategi sekolah
mendiferensiasikan kualitas layanan pendidikan yang meliputi:
pemahaman pengelola sekolah terhadap lingkungan yang mengitarinya,
proses perencanaan strategi diferensiasi layanan pendidikan, proses
13
pelaksanaan strategi diferensiasi layanan pendidikan, dan bagaimana
proses evaluasi strategi diferensiasi layanan pendidikan.
B. Permasalahan
1. Identifikasi Masalah
a. Rendahnya mutu lulusan pada setiap jenjang pendidikan.
b. Pelaksanaan proses kegiatan belajar pada lembaga pendidikan
Islam yang cenderung asal-asalan .
c. Menurunnya tingkat kepercayaan masyarakat pada lembaga
pendidikan Islam.
d. Sumber Daya Manusia pada lembaga pendidikan Islam yang
kurang kompeten.
e. Sulitnya masuk Perguruan Tinggi Negeri terkemuka pada
lulusan sekolah Islam.
2. Pembatasan Masalah
Berdasarkan dari identifikasi masalah, agar penelitian lebih
fokus dan terarah, penulis memberi batasan masalah pada penelitian
ini yakni pada Strategi Diferensiasi dalam Inovasi Pendidikan
Islam, yang mencakup pada upaya menentukan Strategi diferensiasi
(input, proses, outout) pada produk, personil dan layanan pada
lembaga pendidikan islam sebagai karakter unggulan sekolah.
3. Perumusan Masalah
Berdasarkan deskripsi permasalahan yang telah diuraikan di
atas, maka tulisan ini difokuskan pada masalah yang dirumuskan
dalam satu pertanyaan penelitian yaitu Bagaimana strategi
diferensiasi dalam inovasi pendidikan Islam pada Madrasah
Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah Kafila International Islamic
School (KIIS) Jakarta? Namun dalam membatasi pertanyaan
penelitian agar lebih spesifik maka peneliti membatasi rumusan.
a. Bagaimana strategi diferensiasi (input, proses, output) produk
pembelajaran di Kafila International Islamic School?
b. Bagaimana strategi diferensiasi (input, proses, output)
personil di Kafila International Islamic School?
c. Bagaimana strategi diferensiasi (input, proses, output) layanan
pembelajaran di Kafila International Islamic School?
C. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Akademis
14
1. Untuk menganalisis dan menjelaskaan strategi diferensiasi
(input, proses, output)produk di Kafila International
Islamic School.
2. Untuk menganalisis dan menjelaskan strategi diferensiasi
(input, proses, output)personil di Kafila International
Islamic School.
3. Untuk menganalisis dan menjelaskan strategi diferensiasi
(input, proses, output)layanan pada pengelolaan di Kafila
International Islamic School.
b. Tujuan Terapan
Secara umum penelitian ini dilakukan untuk memberikan
sumbangsih pemikiran dalam mewujudkan berbagai inovasi
dalam sebuah lembaga pendidikan islam, sehingga terwujud
output lembaga pendidikan yang lebih unggul dan kompetitif.
Selain itu penelitian ini diharapkan mampu memberikan solusi
dari berbagai problem pendidikan Islam agar menjadi salah
satu desain pendidikan yang diminati masyarakat.
D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan banyak
manfaat untuk berbagai pihak, baik secara teoritis maupun praktis
terutama dalam melakukan inovasi pendidikan Islam di Indonesia.
Berdasarkan hal tersebut, maka manfaat yang diharapkan melalui
penelitian ini adalah: Pengembangan konsep dan teori ilmu
pendidikan terutama dalam strategi diferensiasi dalam inovasi
pendidikan islam, dengan demikian hasil penelitian ini diharapkan
dapatmemperkuat teori/konsep yang berhubungan dengan
pengelolaan manajemen lembaga pendidikan Islam khususnya
dalam memberikan layanan mutu serta hal-hal terbaru.
Bagi segenap pengelola lembaga pendidikan khususnya di ranah
pemerintah, hasil penelitian ini diharapkan menjadi salah satu
masukan dan gambaran defresiansi inovasi pendidikan
Islamsehingga dapat menjadi bahan pertimbangan dalam
menentukan arah kebijakan peningkatkan mutu layanan pendidikan,
peningkatan kompetensi akademik siswa, serta penanaman akidah
islam dari sejak dini.
15
E. Penelitian Terdahulu Yang Relevan Tesis Kuni Fathonah (2016) yang berjudul “Strategi Pemasaran
Jasa Pendidikan Dalam Meningkatkan Pelayanan Pendidikan di MAN I
Sragen” menyimpulkan bahwa Strategi Pemasaran Jasa Pendidikan yang
dilakukan Madrasah Aliyah Negeri I Sragen adalah: (a). Pemasaran secara
langsung, yaitu dengan pemanfaatan IT, media cetak maupun elektonik.
(b). Pemasaran tidak langsung yaitu dengan mengadakan sosialisasi ke
Sekolah Menengah Pertama maupun Madrasah Tsanawiyah dan kepada
masyarakat. (2). faktor pendukung antara lain; guru yang mengajar sesuai
bidang, letaknya yang geografis, harga murah, kepercayaan yang tinggi
dari masyarakat. Sedang, faktor penghambat meliputi sarana-prasarana
yang masih kurang sehingga terpaksa banyak membuang calon siswa baru,
banyaknya pesaing antar lembaga dan masih adanya siswa yang terpaksa
karena orangtua.
Tesis Nurita Kustiari Ningrum yang berjudul “ Strategi
Keunggulan Bersaing Pada Lembaga Pendidikan Dan Pelatihan
Magistra Utama Jember” menyimpulkan bahwa Strategi bisnis yang
diterapkan Magistra Utama adalah menciptakan keunggulan bersaing
dan inovasi secara berkesinambungan berupa desain-desain program
penyaluran kerja dan pendampingan kerja, keunggulan low cost untuk
meningkatkan produktivitas perusahaan yang mengacu pada efektivitas
dan efisiensi perusahaan dalam mencapai tujuannya. Magistra Utama
memiliki diferensiasi program dan layanan pendidikan.
Keunggulan Magistra Utama antara lain program pendidikan 1
tahun dengan pelatihan soft skill, fasilitas, proses pendidikan kondusif
dan layanan pasca pendidikan seperti mencarikan lapangan kerja dan
membina calon entrepreneur. Keberhasilan penggunaan strategi
keunggulan bersaing didukung kemampuan dan pemberdayaan
karyawan yang memadai, pemasaran yang kuat oleh tenaga pemasaran
yang handal, inovasi dan kreativitas berkelanjutan, dan keunikan
program pendidikan, kurikulum, inovasi layanan pasca lulus, inovasi
teknik pembelajaran terkomputerisasi, menggunakan aplikasi Insight
Teacher untuk memudahkan peserta program berkomunikasi dengan
para instruktur.
Magistra Utama menggunakan konsep pendidikan Tripple
Competence, yaitu kombinasi kurikulum ilmu pengetahuan secara
teoritis dan praktek, memiliki karakter, kepribadian dan sikap mental
yang baik, serta pengenalan pendidikan kewirausahaan. Magistra
Utama menjalin kerja sama dengan banyak perusahaan swasta dan
instansi pemerintah untuk tempat magang (praktek kerja), transfer ilmu
dan menyalurkan lulusan ke dunia kerja.
16
Penelitian tentang diferensiasi produk oleh Heidy Diane Fure,
Lisbeth Mananeke, Hendra Tawas, 2014, dengan judul penelitian
“Diferensiasi produk dan kualitas pelayanan terhadap kepuasan
konsumen pada rumah makan manalagi di manado”.Hasil kegiatan
penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa uji statistik ditemukan
bahwa secara simultan diferensiasi produk dan kualitas pelayanan
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan konsumen.Secara
parsial diferensiasi produk dan kualitas pelayanan berpengaruh
terhadap kepuasan konsumen usaha rumah makan Manalagi.Variabel
yang dominan berpengaruh terhadap kepuasan konsumen adalah
diferensiasi produk.
Penelitian tentang keunggulan kompetitif oleh Nicky Hannry
Ronaldo Tampi, 2015, dengan judul penelitian Analisis Strategi
Diferensiasi Produk, Diferensiasi Layanan dan Diferensiasi Citra
Terhadap Keunggulan Bersaing dan Kinerja Pemasaran (Studi Pada PT.
Telkomsel Grapari Manado). Hasil kegiatan penelitian menunjukan
bahwa Pengaruh Diferensiasi Produk terhadap Keunggulan Bersaing
secara parsial signifikan.Pengaruh Diferensiasi Layanan terhadap
Keunggulan Bersaing secara parsial tidak signifikan.Pengaruh
Diferensiasi Citra terhadap Keunggulan Bersaing secara parsial tidak
signifikan.Pengaruh Keunggulan Bersaing terhadap Variabel Kinerja
Pemasaran secara parsial signifikan.Sebaiknya PT Telkomsel Grapari
Manado perlu memperhatikan diferensiasi produk karena dapat
meningkatkan keunggulan bersaing serta kinerja pemasaran
perusahaan.
Penelitian yang berkaitan dengan strategi diferensiasi telah
banyak dilakukan, salah satunya dilakukan oleh Zuari (2010) dengan
judul “Analisis Strategi Diferensiasi Jasa Pada Hotel Asean Pekanbaru
”Kesimpulan yang diperoleh adalah strategi diferensiasi jasa
berpengaruh positif dalam meningkatkan volume penjualan jasa Hotel
Asean Pekanbaru.
Adapun perbedaan penelitian tentang strategi diferensiasi telah
banyak dilakukan. Kajian terhadap strategi diferensiasi cukup banyak
dilakukan dalam berbagai aspek. Akan tetapi kajian yang lebih spesifik
membahas tentang strategi diferensiasi pada lembaga pendidikan Islam
belum sepenuhnya dilakukan. Padahal kalau dilihat dari perjalanan
yang panjang bahwa pendidikan Islam sudah banyak yang bagus dan
berkualitas. Oleh karena itu menurut peneliti strategi diferensiasi pada
aspek input, proses dan output pada pendidikan Islam masih perlu
dikaji lebih dalam. Dengan penelitian ini diharapkan akan membantu
17
puhak-pihak terkait seperti sekolah-sekolah Islam agar memperhatikan
kualitas dan mutu dalam pelaksanaan inovasi pendidikan Islam.
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan
Dari aspek pembahasannya, penelitian ini merupakan
penelitian deskriptif kualitatif yaitu suatu penelitian yang hanya
melukiskan, menggambarkan memaparkan suatu keadaan, suatu
obyek atau peristiwa tanpa menarik kesimpulan umum
(Kartono, Bandung: 1990) Sangat memungkinkan peneliti untuk
mengumpulkan informasi yang detail dan kaya yang mencakup
dimensi sebuah kasus.
Pemaknaan lainnya tentang penelitian diskriptif yaitu
menganalisis dan menyajikan fakta secara sistematik tentang
keadaan obyek sebenarnya (Anwar, 1999:6). Pendekatan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan Paedagogis,
yaitu suatu pendekatan yang dilakukan dari sudut pandang ilmu
Pengetahuan
2. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif yaitu
penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala-gejala,
fakta-fakta, atau kejadiankejadian secara sistematis dan akurat,
mengenai sifat-sifat populasi atau daerah tertentu (Riyanto,
2010:3).Penelitian ini juga merupakan penelitian kualitatif yaitu
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat
diamati. Dengan kata lain penelitian deskriptif kualitatif ini
bertujuan untuk mendapatkan informasiinformasi yang jelas
serta lengkap yang berhubungan dengan “Strategi Diferensiasi
Pendidikan Islam di Kafila Internasional Islamic School
Jakarta”
.
3. Metode Pengumpulan Data
a. Observasi
Metode observasi merupakan alat pengumpulan data yang
dilakukan mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-
gejala yang diselidiki (Narbuko, 2010:70). Observasi yang
dipergunakan adalah Observasi Partisipatif yaitu metode
18
pengumpulan data yang dipergunakan untuk menghimpun
data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan.
b. Wawancara
Metode wawancara adalah proses memperoleh
keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab
sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan,
Wawancara yang dipakai adalah wawancara tidak
terstruktur dan wawancara mendalam (Cholid, Jakarta,
2010:83).
Ada beberapa jenis wawancara yang digunakan dalam
penelitian ini diantaranya, jenis wawancara informal dan
jenis wawancara dengan menggunakan petunjuk umum
wawancara.Jenis yang pertama, adalah jenis wawancara
yang biasanya ketika mengobrol santai atau mengalir. Untuk
mendapatkan data yang diinginkan, dari wawancara
tersebut, tanpa sadar objek penelitian sedang
diwawancarai.Sedangkan untuk model yang kedua, menurut
standar pedoman wawancara yang berlaku, hal ini
dimaksudkan agar pokok-pokok yang direncanakan dalam
pengambilan data dapat tercangkup semuanya.
Dalam pengumpulan data tentang Manajemen Strategik
dalam peningkatan mutu di Kafila Internasional Islamic
School Jakarta (KIIS), peneliti berusaha mewawancarai
kepala madrasah, selaku yang bertanggung jawab di
lembaga tersebut, WAKA, Guru, siswa dan siswa, wali
murid dan juga alumni.Karena mereka semua yang berperan
aktif dan selaku produk yang bisa menilai secara langsung,
bagaimana tentang strategi Diferensiasi Pendidikan Islam di
Kafila Internasional Islamic School Jakarta.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan
data yang dipergunakan dalam penelitian sosial dengan
menelusuri data historis. Dalam pengertian lain,
dokumentasi merupakan suatu cara pengumpulan data yang
diperoleh dari dokumen-dokumen yang ada atau catatan-
catatan yang tersimpan, baik itu berupa catatan transkip,
buku, surat kabar, dan lain sebagainya.
19
Metode ini digunakan peneliti untuk mendapatkan
seluruh informasi yang berkaitan dengan strategi
Diferensiasi dalam pendidikan Islam.
4. Teknik Analisis dan Interpretasi Data
Proses mengorganisasikan dan mengurutkan data
kedalam pola kategori dan satuan uraian dasar dapat
dirumuskan dengan hipotetis kerja seperti yang disarankan oleh
data (Moloeng, 2010:103). Analisis data yang dimaksud adalah
untuk mencari dan menata secara sistematis hasil observasi,
wawancara, catatan-catatan dan dokumentasi untuk
meningkatkan peneliti terhadap persoalan yang sedang diteliti
dengan cara 1. Reduksi Data. 2. Penyajian Data dan 3.Penarikan
kesimpulan/verifikasi.
Analisis merupakan segala sesuatu laporan yang
Nampak dan terdengar saja adalah laporan yang bersifat
deskriptif . Analisis data dimulai sejak pengumpulan data
berlangsung melalui metode diatas, dimana setiap data yang
diperoleh akan terlebih dahulu diseleksi agar data yang diolah
lebih akurat dan objektif. Selanjutnya, data yang diperoleh
dianalisis dengan penyaringan data, pengelolahan dan
penyimpulan.Data kemudian disusun dalam kategori-kategori
yang saling dihubungkan dari berbagai sumber. Melalui proses
inilah penyimpulan yang dibuat dengan tujuan untuk
memperkokoh dan memperluas bukti yang dijadikan landasan.
Miles & Huberman, mengemukakan bahwa aktivitas
dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan
berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga
datanya sudah jenuh (Sugiyono, 2010:246).
1) Reduksi Data
Data yang diperoleh dari lapangan jumlanya cukup
banyak, untuk itu perlu dicatat secara rinci dan teliti.
(Sugiyono, 2010:247). Mereduksi data berarti merangkum,
memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal
yang penting, dicari tema dan polanya.Dengan demikian
data yang telah direduksikan memberikan gambaran yang
lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan
pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila
diperlukan.
20
2) Penyajian Data
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
mendisplaykan data. Menurut Miles dan Huberman yang
paling sering digunakan dalam menyajikan data dalam
penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif
(Sugiyono, 249).
Dengan demikian menurut peneliti, setelah adanya
reduksi data kemudian dilanjutkan dengan penyajian
data.Dalam penelitian ini bersifat kualitatif sehingga
penyajian datanya berupa penjabaran makna atau naratif.
3) Penarikan kesimpulan/Verivikasi
Langkah ketiga menurut Miles dan Huberman adalah
penarikan kesimpulan dan verifikasi. Hasil kesimpulan
awal masih bersifat sementara, dan akan berubah apabila
tidak ditemukan bukti-bukti yang mendukung. Tetapi bila
kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung
oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten maka kesimpulan
yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang
kredibalitas (Sugiyono, 252).
Dengan demikian menurut peneliti, penelitian kualitatif
mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang telah
dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena
masalah dalam penelitian kualitatif bersifat sementara dan
akan berkembang saat peneliti berada di lapangan.
5. Keabsahan Data
Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi
uji credibility (validitas internal), transferability (validitas
eksternal), dependability (reabilitas), dan confirmability
(obyektifitas) (Sugiyono, 270-277).
1) Credibility (Validitas Internal)
Credibility ialah kesesuaian antara konsep peneliti dengan
konsep responden. Credibility akan terpenuhi dengan
melakukan beberapa syarat sebagai berikut:
a) Perpanjangan pengamatan
Perpanjangan pengamatan berarti peneliti kembali ke
lapangan, melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan
sumber data yang pernah ditemui maupun yang baru.
Dengan perpanjangan pengamatan ini berarti hubungan
21
peneliti dengan nara sumber akan semakin terbentuk
rapport, semakin akrab (tidak ada jarak lagi), semakin
terbuka, saling mempercayai, sehingga tidak ada
informasi yang disembunyikan lagi.
b) Peningkatan ketekunan
Peningkatan ketekunan berarti melakukan pengamatan
secara lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara
tersebut maka kepastian data dan urutan peristiwa akan
dapat direkam secara pasti dan sistematis.
c) Triangulasi
Triangulasi dalam pengujian credibility ini diartikan
sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan
berbagai cara, dan berbagai waktu. Dengan demikian
terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik
pengumpulan data, dan waktu.
d) Diskusi dengan teman sejawat
Diskusi dengan teman sejawat merupakan sebuah upaya
untuk mendapatkan informasi terkait dan hal-hal yang
diperlukan, sehingga data yang diperoleh tidak diragukan
lagi hasilnya.
e) Analisis kasus negative
Melakukan analisis kasus negative berarti peneliti mencari
mencari data yang berbeda atau bahkan bertentangan
dengan data yang telah ditemukan. Bila tidak ada data lagi
yang berbeda atau bertentangan dengan temuan, berarti
data yang ditemukan sudah dapat dipercaya.Tetapi bila
peneliti masih mendapatkan data-data yang bertentangan
dengan data yang ditemukan, maka peneliti mungkin akan
merubah temuannya.
f) Membercheck
Mebercheck dalah proses pengecekan data yang diperoleh
dari pemberi data.
2) Transferability (Validitas Eksternal)
Transferability merupakan validitas eksternal dalam
penelitian kuantitatif.Validitas eksternal menunjukkan derad
ketetapan atau dapat diterapkannya hasil penelitian
kepopulasi dimana sampel tersebut dipakai
3) Dependability
Dalam penelitian kualitatif, uji dependability dilakukan
dengan melakukan audit terhadap keseluruhan proses
22
penelitian. Sering terjadi peneliti tidak melakukan proses
penelitian ke lapangan, tetapi bisa memberikan data. Peneliti
seperti ini perlu diuji dependabilitynya. Kalau proses
penelitian tidak dilakukan tetapi datanya ada, maka
penelitian tersebut tidak reliable atau dependle. Untuk itu
pengujian dependability dilakukan dengan cara melakukan
audit terhadap keseluruhan proses penelitian.
4) Confirmability (Obyektifitas)
Uji confirmability mirip dengan uji dependability,
sehingga pengujiannya dapat dilakukan dengan secara
bersamaan. Menguji confirmability berarti menguji hasil
penelitian, dikaitkan dengan proses yang dilakukan. Bila
hasil penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian yang
dilakukan, maka penelitian tersebut telah memenuhi standar
confirmability.
Dalam penelitian ini, peneliti menguji keabsahan data dengan
menggunakan uji triangulasi. Triangulasi diartikan sebagai
pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan
berbagai waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi sumber,
triangulasi teknik pengumpulan data, dan waktu.
Dalam hal ini, peneliti ingin mengetahui bagaimana
sebenarnya strategi diferensiasi dalam pendidikan islam di Kafila
Internasional Islamic School Jakarta dengan mengumpulkan data,
baik dari wawancara, dokumentasi dan observasi. Sehingga teknik
triangulasi bisa menghasilkan data sesuai dengan harapan di Kafila
Internasional Islamic School (KIIS) Jakarta.
23
BAB II
PENDIDIKAN ISLAM DAN STRATEGI DIFERENSIASI
A. Konsep Pendidikan Islam
1. Definisi Pendidikan
Dalam diskursus pendidikan Islam, ada beberapa istilah bahasa Arab
yang sering digunakan para pakar dalam memberikan definisi Pendidikan
Islam, walaupun terkadang dibedakan, namun juga terkadang disamakan
yakni al-tarbiyah, al-ta‟dib dan al-ta‟lim Sayid Muhammad al-Naquib al-
Attas (1990:75) lebih memilih istilah al-ta‟dib untuk memberikan
pengertian pendidikan dibanding istilah lainnya, karena al-ta‟dib
menunjukkan pendidikan untuk manusia saja, sementara istilah al-tarbiyah
dan alta‟lim berlaku untuk makhluk lain (hewan). Sementara Abdurrahman
al-Nahlawi (1995:20) berpendapat bahwa istilah yang paling tepat untuk
mendefinisikan pendidikan adalah istilah al-tarbiyah. Sedangkan tokoh
pendidikan lainnya, Abdul Fattah Jalal (1998:75) berpendapat lain bahwa
al-ta‟lim merupakan istilah yang lebih tepat untuk memberikan definisi
pendidikan.
1) Istilah al- Tarbiyah
Istilah al-tarbiyah berasal dari kata rabb, walaupun kata rabb memiliki
banyak arti, namun makna dasarnya adalah tumbuh, berkembang,
memelihara, mengatur, menjaga kelestarian (eksistensinya) (Abdullah,120).
Secara etimologis, kata “Al-tarbiyah” merupakan kata jadian dari tiga akar
kata (Al-Fadhl, 94-96) yaitu: Pertama, rabba – yarbu- yang berarti
bertambah, tumbuh dan berkembang. Pengertian ini didasarkan atas QS. Al-
Rum ayat 39. Dalam pengertian ini, pendidikan (al-tarbiyah) merupakan
proses menambahkan, menumbuhkan dan mengembangkan sesuatu
(potensi) yang terdapat pada peserta didik baik secara psikis, fisik, spiritual
maupun sosial. Kedua, rabiya – yarba - tarbiyah yang berarti tumbuh
(nasya-a) berubah menjadi besar (Husain, 1997:381) atau dewasa. Dalam
pengertian ini, pendidikan (al-tarbiyah) merupakan proses untuk
menumbuhkan atau mendewasakan peserta didik baik secara psikis, fisik,
spiritual maupun sosial. Ketiga, rabba – yarubbu - tarbiyah yang berarti
memperbaiki, memelihara, menuntun, menjaga, mengatur dan memelihara
(Al-Nahlawi, 1995:20). Dalam pengertian ini, pendidikan (al-tarbiyah)
merupakan proses untuk memperbaiki, memelihara, menuntun, menjaga,
mengatur dan memelihara peserta didik baik secara psikis, fisik, spiritual
maupun sosial.
Istilah al-tarbiyah bisa diartikan mengasuh, menanggung, memberi
makan, mengembangkan, memelihara, membesarkan, mempertumbuhkan,
24
memproduksi dan menjinakkan (Fuad, 1986:229). Relevansi dengan
pemaknaan kata al-tarbiyah ini, Al-Syaibani berpandangan bahwa kata rabb
sebagaimana termaktub dalam QS. Al-Fatihah ayat 2 mempunyai makna
yang berkonotasi dengan istilah al-tarbiyah, pendidikan Islam. Sebab kata
rabb (Tuhan) dan murabbi (pendidik) berasal dari akar kata yang sama.
Dalam konteks ini, maka Tuhan berposisi sebagai pendidik bagi seluruh
makhluk Nya (Al-Syaibany, 1979:71). Muhammad Quraish Shihab
(2002:30) berpendapat bahwa kata rabb seakar dengan kata tarbiyah, yaitu
mengarahkan sesuatu tahap demi tahap menuju kesempurnaan kejadian dan
fungsinya.
Abdurrahman al-Nahlawi (1998:224) berpendapat bahwa pengertian
pendidikan Islam yang tersirat dalam istilah al-tarbiyah meliputi atas empat
unsur pendekatan yaitu (1) memelihara dan menjaga fitrah anak didik
menjelang dewasa; (2) mengembangkan seluruh potensi anak didik menuju
kesempurnaan; (3) mengarahkan seluruh fitrah menuju kesempurnaan; (4)
melaksanakan pendidikan secara terencana dan bertahap (AL-Nahlawi,
1992:32). Pendapat Al-Nahlawi ini sejalan dengan tujuan pendidikan
Nasional di Indonesia sebagaimana tersurat dalam pasal 3 Undang Undang
Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional yaitu Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
Berdasarkan pengertian yang dikemukakan di atas, penulis berpendapat
bahwa altarbiyah (pendidikan) adalah proses transformasi ilmu pengetahuan
dari pendidikan kepada peserta didik agar ia memiliki sikap dan semangat
yang tinggi dalam memahami dan menyadari kehidupannya, sehingga
terbentuk keimanan, ketakwaan, budi pekerti, dan kepribadian yang luhur.
2) Istilah Al- Ta‟lim
Kata ta‟lim merupakan kata jadian dari akar kata „allama - yu‟allimu –
ta‟lîm. Para ahli bahasa mengartikan kata ta‟lim dengan pengajaran
misalnya „allamahu al- „ilma yang berarti mengajarkan kepadanya ilmu
pengetahuan, sedangkan tarbiyah diartikan dengan pendidikan (Al-Kalali,
1987:8).
Secara histories, al-ta‟lim telah digunakan sejak periode awal
pelaksanaan Pendidikan Islam. Para ahli pendidikan berpendapat bahwa al-
25
ta‟lim memiliki makna lebih universal dibanding al-tarbiyah atau al-ta‟dib.
Abdul Fattah Jalal (1988:76) berpendapat bahwa al-ta‟lim merupakan
istilah yang lebih tepat untuk memberikan definisi pendidikan. Begitu juga
Rasyid Ridha dalam kitab Tafsir al-manar halaman 262 memberikan arti al-
ta‟lim sebagai proses transfer berbagai ilmu pengetahuan pada jiwa
seseorang tanpa adanya batasan dan ketentuan secara spesifik.
Menurut penulis, bahwa at-Ta‟lim yang berarti pengajaran adalah
sebagaimana dijumpai dalam QS. Al-Baqarah (2): 151:
Terjemahnya: Sebagaimana Kami telah mengutus kepadamu Rasul di
antara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada
kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu
Al Kitab dan Al-Hikmah (As Sunnah), serta mengajarkan
kepada kamu apa yang belum kamu ketahui.
Ayat ini menunjukkan perintah Allah swt, kepada Rasulnya untuk
mengajarkan (ta‟lim) Al-Kitab dan Al-sunnah kepada umatnya.
3) Istilah Al-Ta‟dib
Istilah al-ta‟dib biasanya diterjemahkan dengan sopan santun, budi
pekerti, moral, etika, akhlak, dan adab. Istilah al-ta‟dib memiliki akar kata
yang sama dengan istilah adab yang berarti peradaban atau kebudayaan.
Artinya, pendidikan yang baik akan melahirkan peradaban yang baik pula.
Menurut Muhammad Naquib al-Attas, merupakan istilah yang paling tepat
untuk menunjukkan pendidikan Islam. Sementara istilah al-tarbiyah dinilai
sangat luas, sebab al-tarbiyah juga berlaku untuk pendidikan terhadap
binatang. Kata al-ta‟dib tidak dijumpai dalam Alquran, tetapi istilah itu
terdapat dalam hadis Nabi Saw. Sehingga hadis ini dijadikan rujukan dan
argumen bahwa al-ta‟dib dipakai juga dalam peristilahan pendidikan. Nabi
saw telah bersabda yang diriwayatkan al-Askariy dari Aliy yang berarti
“Tuhan telah mendidikku, maka Dia sempurnakan pendidikanku”.
Berdasarkan pengertian di atas, maka al-ta‟dib berarti “pengenalan” dan
“pengakuan” (recognition) setiap manusia terhadap berbagai aturan dan
tatanan Tuhan (sunnatullah) yang dilakukan secara berangsur-angsur,
sehingga ia dapat mentaati aturan tersebut. Jadi dalam al-ta‟dib itu terjadi
proses perubahan sikap mental setiap individu. Misalnya proses mentaati
dan menghormati kepada kedua orang tua.
26
Berdasarkan konsepsi di atas, Muhammad Naquib al-Attas merumuskan
pendidikan sebagai suatu proses pengenalan dan pengakuan yang secara
berangsur-angsur ditanamkan ke dalam manusia tentang tempat-tempat
yang tepat dari segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan, sehingga
membimbing ke arah pengenalan dan pengakuan kekuatan dan keagungan
Tuhan.23
Ketika istilah-istilah yang berhubungan dengan pendidikan yakni al-
tarbiyah, alta‟lim dan al-ta‟dib telah dipaparkan berbagai pandangan dan
pendapat (walau secara sederhana) secara terminologis, maka satu hal yang
juga mendasar dalam pembahasan ini adalah pemaknaan pendidikan Islam
secara terminologis.
Para pakar pendidikan Islam telah memberikan definisi pengertian Islam
yang sangat variatif secara redaksional, antara lain :
a) Umar Muhammad Al-Thoumy al-Syaibany berpendapat bahwa
Pendidikan Islam adalah proses mengubah tingkah laku individu
peserta didik pada kehidupan pribadi, masyarakat dan alam sekitar.
b) Hasan Langgulung (1980:94) merumuskan pendidikan Islam adalah
suatu proses penyiapan generasi muda untuk mengisi peranan,
memindahkan pengetahuan dannilai-nilai Islam yang diselaraskan
dengan fungsi manusia untuk beramal di dunia dan memetik hasilnya
di akhirat.
c) Ahmad Tafsir (1999:32) berpendapat bahwa pendidikan Islam adalah
bimbingan yang diberikan seseorang kepada seseorang agar ia
berkembang secara maksimal sesuai ajaran Islam.
d) Mappanganro (1996:10) berpendapat bahwa pendidikan Islam adalah
usaha yang dilakukan secara sadar dengan membimbing, mengasuh
anak atau peserta didik agar dapat meyakini, memahami, menghayati
dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam.
e) Ahmad D. Marimba: mengemukakan bahwa pendidikan Islam adalah
bimbingan atau pemimpin secara sadar oleh pendidik terhadap
perkembangan jasmani dan rohani peserta didik menuju terbentuknya
kepribadian yang utama (insan kamil).
f) Hery Noer Aly: pengertian pendidikan Islam yaitu proses yang
dilakukan untuk menciptakan manusia yang seutuhnya, beriman dan
bertakwa kepada Tuhan serta mampu mewujudkan ekstensinya
sebagai khalifah Allah dimuka bumi, yang berdasarkan ajaran
Alquran dan sunnah, maka tujuan dalam konteks ini berarti
terciptanya insan-insan kamil setelah proses pendidikan berakhir.
g) Ikhwan al-Shafa, dalam diskursus pendidikan, mereka berpendapat
bahwa perumpamaan orang yang belum dididik dengan ilmu aqidah,
27
ibarat kertas yang masih putih bersih, belum ternoda apapun juga
(28) Apabila kertas ini ditulis sesuatu, maka kertas tersebut telah
memiliki bekas yang tidak mudah dihilangkan (Nata, 2005:232).
Dalam proses pendidikan, Ikhwan al-Shafa berpandangan bahwa
setiap anak yang lahir ke bumi ini memiliki sejumlah bakat (potensi)
yang perlu dikembangkan dan diaktualisasikan. Oleh karena itu,
setiap pendidik tidak bolehmenjejali otak peserta didik dengan ide-
ide dari luar secara paksa(Nizar, 2002:98).Materi pendidikan harus
disesuaikan dan mengarah kepada pengembangan potensi anak. Oleh
karena itu, konsep pendidikan, menurut Ikhwan al-Shafa bersifat
rasional dan empirik, atau dengan kata lain pendidikan adalah
perpaduan antara pandangan yang bersifat intelektual dan factual
(Nata, 2002:99).
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat dipahami bahwa
pendidikan Islam adalah (a) sebuah proses pemberian bimbingan (b)
dilakukan secara sadar (c) materi pendidikan Islam adalah seluruh nilai dan
aspek dalam Islam, baik menyangkut aqidah, syariah (ibadah), maupun
muamalah dan akhlak. (d) pendidikan berorientasi kepada dua sasaran
secara integrasi yakni kehidupan dunia dan kehidupan akhirat. Sehingga
penulis dapat menyimpulkan rumusan pengertian pendidikan Islam yaitu
suatu proses pemberian bimbingan dan pengajaran kepada peserta didik
dalam rangka meningkatkan kualitas potensi iman, intelektual, kepribadian
dan ketrampilan peserta didik sebagai bentuk penyiapan kehidupan ke
depan berdasarkan ajaran Islam.
Dalam istilah yang lain, pendidikan Islam terjalin dari dua kata
“pendidikan” dan “Islam”. Dalam hal ini, kata kuncinya adalah Islam yang
berfungsi sebagai sifat, penegas dan pemberi ciri khas bagi kata
“pendidikan”. Pendidikan Islam yang demikian merupakan pendidikan
yang secara khas memiliki ciri Islami, berbeda dengan konsep atau model
pendidikan yang lain (Mahsun, 2013:158). Pendidikan Islam ialah
pendidikan yang teoriteorinya disusun berdasarkan Al-Qur‟an dan Hadits,
dan pendidikan agama Islam merupakan salah satu bagian dari pendidikan
Islam.
Pendidikan Islam dapat dipahami dalam beberapa perspektif, yaitu:
Pendidikan menurut Islam, atau pendidikan yang berdasarkan Islam,
dan/atau sistem pendidikan yang Islami, yakni pendidikan yang dipahami
dan dikembangkan secara disusun dari ajaran dan nilai-nilai fundamental
28
yang terkandung dalam sumber dasarnya, yaitu Al-Qur‟an dan Sunnah
(Muhaimin, 2014:7).
Pendidikan Islam mencakup dua hal: mendidik siswa untuk berperilaku
sesuai dengan nilai-nilai atau akhlak Islam dan mendidik siswa untuk
mempelajari materi ajaran Islam yang subjeknya berupa pengetahuan
tentang ajaran Islam (Mahsun, 2013:2).
Pendidikan Islam sebelumnya hanya dipersepsi sebagai materi,
sekarang persepsi umat telah berubah, pendidikan Islam tidak hanya
dipersepsi sebagai materi, tetapi juga sebagai insitusi sebagai kultur dan
aktivitas dan sebagai system. Inilah yang sekarang terceminkan dalam
Undang-Undang Nomer 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional dan Peraturan Pemerintah yang secara operasional mengatur
pelaksanaan undang-undang tersebut. Dengan demikian, maka penyebutan
istilah “Pendidikan Islam” bisa mencakup empat persepsi: pertama,
pendidikan Islam dalam pengertian materi; kedua, pendidikan Islam dalam
pengertian institusi; ketiga, pendidikan Islam dalam pengertian kultur dan
aktivitas; dan keempat, pendidikan Islam dalam pengertian pendidikan yang
Islami (Soebahar, 2013:5).
Pendidikan islam merupakan jenis pendidikan yang memiliki pengaruh
baik bagi perilaku siswa, karena ajaran dalam pendidikan islam
berlandaskan unsur-unsur nilai yang terkandung dalam ajaran Islam (Nata,
2010). Dimana salah satu tujuannya untuk mendidik manusia menjadi
muslim yang haqiqi dengan iman yang benar, tunduk dan beribadah kepada
Allah, sehingga mencapai derajat insan kamil dengan akhlak yang terpuji
dan mulia dengan perwujudan sebagai khalifah Allah dimuka bumi ini
(Mursyi, 1987), dengan mengedepankan aspek rohani dalam setiap tingkah
laku, sehingga apa yang dilakukan dapat memberi manfaat dan menjadikan
hidup lebih berarti (Junanto, 2016).
Dan supaya terbentuknya siswa yang berkarakter insan kamil tersebut
maka diperlukan pembiasaan dan penanaman nilai-nilai islami dalam
keseharian siswa. Sehingga siswa akan terbiasa berprilaku baik dan dapat
terwujudnya siswa yang berkarakter islami (Wahyuningsih & Budiyono,
2014).
Berdasarakan analisa penils, dapat disimpulkan bahwa pendidikan
islam adalah suatu sistem yang memungkinkan seseorang (peserta didik)
dapat mengarahkan kehidupannya sesuai dengan ideologi Islam dan
pendidikan Islam itu lebih banyak ditujukan kepada perbaikan sikap mental
yang akan terwujud dalam amal perbuatan, baik bagi keperluan diri sendiri
maupun keperluan orang lain.
29
2. Tujuan Pendidikan Islam
Tujuan merupakan salah satu komponen pendidikan, yang mana
apabila salah satu komponen tidak ada, maka proses pendidikan tidak
akan bisa dilaksanakan. Oleh karena itu ada beberapa hal yang harus
diketahui sebelum membahas tujuan pendidikan Islam.
Tujuan Pendidikan Sebagaimana yang tercermin dalam undang-
undang sistem pendidikan Nasional BAB II pasal 3 yang berbunyi:
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermanfaat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab”(Depdiknas, 2006:3).
Menurut Umar Tirtaharja (1995:37) tujuan pendidikan harus
memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur pantas, benar dan
indah, untuk kehidupan. Karena itu tujuan pendidikan mempunyai dua
fungsi yaitu memberikan arah kepada segenap kegiatan pendidikan dan
merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan.
Pada dasarnya, pendidikan dalam perspektif Islam berupaya
mengembangkan seluruh potensi peserta didik seoptimal mungkin, baik
yang menyangkut aspek jasmaniah maupun rohaniah, akal dan akhlak.
Dengan optimalisasi seluruh potensi yang dimilikinya, pendidikan Islam
berupaya mengantarkan peserta didik kearah kedewasaan pribadi secara
paripurna yaitu yang beriman dan berilmu pengetahuan (Nizar, 2001:7).
Adapun menurut Ghazali seperti yang dikutip Abidin Ibn Rusn
(1998:60), bahwa tujuan pendidikan itu adalah sebagai berikut:
a. Mendekatkan diri kepada Allah yang wujudnya adalah
kemampuan dan dengan kesadaran diri dengan melaksanakan
ibadah wajib dan sunnah.
b. Menggali dan mengembangkan potensi atau fitrah manusia.
c. Mewujudkan profesionalisasi manusia untuk mengembangkan
tugas keduniaan dengan sebaik-baiknya.
d. Membentuk manusia berakhlak mulia, suci jiwanya dari
kerendahan budi dan sifat-sifat tercela.
e. Mengembangkan sifat-sifat manusia yang utama sehingga menjadi
manusia yang manusiawi.
30
Ahmad Marimba seperti yang dikutip oleh Nur Uhbiyati (1996:
30), mengemukakan dua macam tujuan pendidikan Islam yaitu tujuan
sementara dan tujuan akhir.
a. Tujuan Sementara
Tujuan sementara adalah sasaran sementara yang harus dicapai
oleh umat Islam yang melaksakan pendidikan Islam. Tujuan
sementara disini yaitu tercapainya berbagai kemampuan seperti
kecakapan jasmaniah, pengetahuan membaca, pengetahuan
menulis, ilmu-ilmu kemasyarakatan, kesusilaan, keagamaan,
kedewasaan, jasmani dan rohani, dan sebagainya.
b. Tujuan Akhir
Tujuan akhir pendidikan Islam yaitu terwujudnya kepribadian
Muslim yaitu kepribadian yang seluruh aspek-aspek
merealisasikan atau mencerminkan ajaran Islam. Aspek-aspek
kepribadian itu dapat dikelompokkan kedalam tiga hal yaitu:
1) Aspek kejasmanian, meliputi tingkah laku luar yang mudah
nampak dari luar.
2) Aspek kejiwaan meliputi aspek-aspek yang tidak segera
dapat dilihat dari luar, misalnya: cara berpikir, sikap (berupa
pendirian atau pandangan seseorang dalam menghadapi
seseorang atau suatu hal) dan minat.
3) Aspek-aspek kerohanian yang luhur meliputi aspek–aspek
kejiwaan yang lebih abstrak yaitu filsafat hidup dan
kepercayaan. Ini meliputi sistem nilai-nilai yang telah
meresap didalam kepribadian yang mengarahkan dan
memberi corak seluruh kepribadian individu. Bagi orang
yang beragama, aspek ini bukan saja di dunia tetapi juga di
akhirat. Aspek-aspek inilah yang memberikan kualitas
kepribadian keseluruhannya.
Selain tujuan yang tertera di atas, di dalam ayat Al-qur‟an
dijelaskan beberapa tujuan pendidikan islam, Berikut ini akan
dikemukakan ayat-ayat Alquran dan hadist yang berkenaan dengan
tujuan pendidikan. Diantanya bertakwa kepada Allah, beriman, dan
berakhlak mulia.
a. Bertakwa kepada Allah
Berdasarkan rumusan para ahli tujuan pendidikan salah satunya
yaitu membentuk peserta didik menjadi insane yang saleh dan
31
bertakwa kepada Allah. Allah berfirman dalam Surat Al-Hujurat:
13
Artinya: Wahai manusia sungguh kami telah menciptakan kau dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian kami jadikan
kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling
mengenal. Sungguh, yang paling mulia diantara kau di sisi Allah
ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah maha
mengetahui, maha teliti.
b. Beriman dan berilmu
Ilmu pengetahuan dalam perspektif Islam sangat erat kaitannya
dengan iman, iman dibangun atas dasar ilmu pengetahuan maka
bertambahnya ilmu identik dengan bertambahnya iman.
Dalam Surat Ali- Imran Ayat 190-191 ditegaskan:
Artinya: Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih
bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang
yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil
berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka
memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata):
“Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia,
Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka.
Dalam ayat diatas memperbincangkan tentang orang berakal
(ulul Albab) orang yang dapat mengombinasikan antara dzikir
dengan piker atau sebaliknya. Ketika dia berfikir, meneliti atau
mengkaji alm sekitar munculah dzikirnya dan ketika dia berdzikir
munculah pikirnya. Sehingga setiap kali dia sampai kepada suatu
kesimpulan maka kajiannya, jiwanya yang paling dalam berucap “
Hal ini Allah ciptakan dengan tidak sia-sia, semuanya berguna dan
bermanfaat bagi manusia”.
32
Menyimak hal tersebut maka dalam tujuan pendidikan salah
satunya harus mewujudkan peserta didik yang beriman kepada
Allah, karena dengan takwa dan beriman kepada Allah maka akan
mewujudkan peserta didik yang berakhlak muliadan berprilaku
terpuji.
c. Berakhlak Karimah
Misi utama Rasulullah SAW adalah menyempurnakan
kemuliaan Akhlak, maka proses pendidikan diarahkan menuju
terbentuknya pribadi dan umat yang berakhlak mulia.
Hal ini sesuai dengan penegasan Allah dalam firmannya Surat
Al- Ahzab: 21
Artinya: Sungguh, telah ada pada diri rasulullah itu suri teladan
yang baik bagimu yaitu orang yang mengharap rahmat Allah dan
Kedatangan Hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah (Al-
ahzab:21)
3. Dasar -dasar Pendidikan Islam
a. Alqur‟an
Alquran adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi
Muhamad saw, yang pembacaannya merupakan ibadah (Khalil,
2007:17). Sebagai mana terdapat dalam Alquran Surat Al-Isra: 9 di
bawah ini.
Artinya: ”Sesungguhnya Alquran ini memberikan petunjuk
kepada (jalan) yang lebih Lurus dan memberi kabar gembira
kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa
bagi mereka ada pahala yang besar” (Q.S. Al-Isra: 9)
Alquran merupakan sumber pendidikan terlengkap, baik itu
pendidikan kemasyarkatan (sosial), moral (akhlak), maupun
spritual (kerohanian), serta material (kejasmanian) dan alam
semesta (Nizar, 2007:96). Semua aspek yang mengatur kehidupan
33
manusia telah termuat dalam Alquran, terutama dalam pelaksanaan
pendidikan Islam, yakni akan mengantarkan manusia menuju
manusia yang beriman, bertaqwa dan berpengetahuan.
Sebagaimana terdapat dalam Alquran Surat As Sura: 52.
Artinya: “Dan Demikianlah kami wahyukan kepadamu wahyu
(Alquran) dengan perintah kami. sebelumnya kamu tidaklah
mengetahui apakah Al-Kitab (Alquran) dan tidak pula mengetahui
apakah iman itu, tetapi kami menjadikan Alquran itu cahaya, yang
kami tunjuki dengan dia siapa yang kami kehendaki di antara
hamba-hamba kami. dan Sesungguhnya kamu benar- benar
memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.
b. As sunnah (hadits)
Menurut Mustafa Azami yang dikutip oleh Prof Nawir Yuslem
(1992: 1) kata hadis secara etimologis berarti “komunikasi, cerita,
percakapan, baik dalam konteks agama atau duniawi, atau dalam
konteks sejarah atau peristiwa dan kejadian aktual.” Penggunaannya
dalam bentuk kata sifat, mengandung arti al-jadid, yaitu: yang baharu,
lawan dari al-qadim, yang lama. Dengan demikian, pemakaian kata
hadis disini seolah-olah dimaksudkan untuk membedakannya dengan
Alquran yang bersifat qadim.
Menurut Shubhi al-Shalih (1973: 3-4) kata Hadis juga merupakan
bentuk isim dari tahdis, yang mengandung arti : memberitahukan,
mengabarkan. Berdasarkan pengertian inilah, selanjutnya setiap
perkataan, perbuatan, atau penetapan (taqrir) yang disandarkan kepada
Nabi saw dinamai dengan hadis. Sedangkan Sunnah Menurut ulama
hadis, yaitu : “Sunnah adalah setiap apa yang ditinggalkan (diterima)
dari Rasulullah saw berupa perkataan, perbuatan, taqrir, sifat, fisik atau
akhlak, atau perikehidupan, baik sebelum beliau diangkat menjadi
Rasul, seperti tahannuts yang beliau lakukan di Gua Hira‟, atau sesudah
kerasulan beliau”.
Berdasarkan definisi hadis dan sunnah di atas, secara umum kedua
istilah tersebut adalah sama, yaitu bahwa keduanya adalah sama-sama
34
disandarkan kepada dan bersumber dari Rasul saw dan dapat
disimpulkan bahwa hadis dan sunnah adalah segala sesuatu yang di
sandarkan kepada Rasulullah saw baik berupa perkataan, perbuatan,
dan ikrar beliau untuk dapat dijadikan dalil dalam menetapkan suatu
hukum.
4. Prinsip-prinsip Pendidikan Islam
Prinsip pendidikan diambil dari dasar pendidikan, baik berupa agama
ataupun idiologi negara yang dianut. Dasar pendidikan sebagaimana
telah dijelaskan di atas yaitu Alquran dan hadis Nabi saw yang
merupakan sumber pokok ajaran Islam. Prinsip pendidikan Islam juga
ditegakkan atas dasar yang sama dan berpangkal dari pandangan Islam
secara filosofis terhadap jagat raya, masyarakat, ilmu, pengetahuan, dan
akhlak. Menurut Abudin Nata, prinsip-prinsip pendidikan Agama Islam
yaitu sebagai berikut:
a. Sesuai dengan fitrah manusia (Nata, 2011:50) hal ini sejalan
dengan Firman Allah swt dalam al-Qur‟an Surat: ar-Ruum:30
Artinya: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada
agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah
menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada
peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus;
tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui” .
b. Keseimbangan, Maksud keseimbangan disini bukanlah hidup yang
statis atau jalan di tempat. Tetapi kehidupan yang dinamis penuh
perjuangan untuk meraih kesuksesan, kebahagiaan, keseimbangan
antara rohani dan jasmani, dan juga keseimbangan antara dunia dan
akhirat. Sebagaimana terdapat dalam Alquran Surat Al Qasas ayat
77
35
Artinya:“dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah
kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah
kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan)
duniawi...”
c. Sesuai dengan keadaan zaman dan tempat.
d. Tidak menyusahkan manusia.
e. Sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
(Nata, 2011:65).
f. Berorientasi pada masa depan: Islam mengajarkan pemeluknya
supaya masa depannya lebih baik daripada masa sekarang. Dengan
prinsip ini, maka seorang muslim akan lebih dinamis dan
progressif, melalui berbagai kegiatan kajian, penelitian dan lain
sebagainya dengan tujuan menyiapkan hari esok yang lebih baik.
g. Kesederajatan: prinsip kesederajatan dalam Islam diarahkan kepada
upaya pemberian kesempatan yang sama kepada semua manusia
untuk mendapatkan pendidikan dan mendapat peluang serta
kesempatan yang sama.
h. Keadilan, persaudaraan, musyawarah dan keterbukaan (Nata,
2011:65).
Berdasarkan Prinsip-prinsip di atas bahwa prinsip pendidikan Islam
mempunyai peranan penting dalam membentuk kepribadian seorang
muslim yang seutuhnya, mengarahkan dan mengembangkan fitrah yang
ada pada dirinya agar dapat menjalankan tugas sebagai khalifah di
muka bumi, dapat mengelolah, mengatur dan memanfaatkan alam
semesta sehingga dengan pendidikan, manusia dapat mempunyai bekal
dan masa depan yang cerah.
5. Nilai-nilai Pendidikan Islam
Adapun nilai-nilai pendidikan Islam yakni di antaranya: Tauhid
(keimanan), ibadah, akhlak, kemasyarakatan (sosial) (Zulkarnain, 2008:
26-29).
a. Keimanan
Iman merupakan salah satu pondasi utama dalam ajaran Islam, yang
sering disebut dengan rukun iman. Ada tiga unsur pokok yang
terkandung dalam makna kata “iman”, yakni : keyakinan, ucapan
dan perbuatan. Ini menandakan bahwa iman tidak hanya cukup
sebatas meyakini saja, tetapi mesti diaplikasikan dengan perbuatan.
Begitu pula halnya dengan pendidikan keimanan, tidak hanya
ditempuh melalui hubungan antara hamba dan pencipta-Nya secara
36
langsung, tetapi juga melalui interaksi hamba dengan berbagai
fenomena alam dan lapangan kehidupan, baik sosial maupun fisik.
Sehingga dengan demikian maka iman mesti diwujudkan dengan
amal saleh dan akhlak yang luhur. Dan bagi orang yang tidak
mengerjakan amal saleh dan tidak berakhlak Islam adalah termasuk
orang yang kafir dan mendustakan agama. Jadi keimanan
merupakan rohani bagi individu sebagai salah satu dimensi
pendidikan Islam yang tidak hanya ditempuh melalui hubungan
antara hamba dan penciptanya (Muzier: 2003: 69). Dengan
demikian dapat disimpulkan, bahwa pendidikan keimanan
merupakan bagian dasar dalam pendidikan Islam yang melandasi
semua bagian lainnya, dan juga merupakan poros pendidikan Islam
yang menuntun individu untuk merealisasikan ketakwaan di dalam
jiwanya.
b. Ibadah
Ibadah dalam pelaksanaannya bisa dilihat dari berbagai macam
pembagian diantaranya dari segi umum dan khusus (Hamid, 2010:
7)
a) Ibadah umum, yaitu semua perbuatan dan pernyataan baik, yang
dilakukan dengan niat yang baik semata-mata karena Allah.
Sebagai contoh makan minum dan bekerja, apabila dilakukan
dengan niat untuk menjaga dan memelihara tubuh, sehingga
dapat melaksanakan ibadah kepada Allah.
b) Ibadah khusus, yaitu ibadah yang ketentuannya telah ditetapkan
nash.
Secara khusus, ibadah ialah prilaku manusia yang dilakukan atas
perintah Allah swt dan dicontohkan oleh Rasullullah saw, seperti shalat,
zakat, puasa dan lain-lain (Ahmadi, 2004:240). Sebagaimana firman Allah
swt dalam Alquran Q.S Az Zariyat: 56
Artinya : Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan
supaya mereka mengabdi kepada-Ku (Q.S Az Zariyat: 56).
Ibadah yang dikerjakan oleh manusia harus didasari dengan
keikhlasan, ketulusan hati dan dilaksanakan karena Allah swt. Menyembah
Allah swt berarti memusatkan penyembahan kepada Allah semata-mata,
tidak ada yang disembah dan mengabdikan diri kecuali kepada-Nya.
37
Pengabdian berarti penyerahan mutlak dan kepatuhan sepenuhnya secara
lahir dan batin bagi manusia kepada Allah swt. Jadi beribadah berarti
berbakti sepenuhnya kepada Allah swt yakni untuk mencapai tujuan hidup
(hasanah di dunia dan hasanah di akhirat) (Razak, 1989:44). Dengan
demikian ibadah dapat dikatakan sebagai alat berintraksi kepada Allah swt
yang digunakan oleh manusia dalam rangka memperbaiki akhlak dan
mendekatkan diri kepada Allah.
c. Akhlaq
Akhlak berasal dari kata bahasa Arab yaitu “akhlaq”, yang
jamaknya ialah “khuluq” yang berarti perangai, budi, tabiat, adab
(Masyur, 1994: 11). Ibn Maskawaih seorang pakar bidang akhlak
terkemuka menyatakan bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam dalam
jiwa yang mendorong untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan
pemikiran dan pertimbangan. Begitupula halnya dengan AlGhazali
menyatakan bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang
menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah,
tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan (Nata, 2006:3). Jadi
akhlak merupakan sifat yang sudah tertanam dalam diri seseorang yang
menimbulkan suatu perbuatan, yang dilakukan dengan mudah tanpa
pemikiran.
Berkaitan dengan pendidikan Islam akhlak merupakan hal yang
terpenting, karena akhlak merupakan bagian utama dari tujuan
pendidikan Islam. Uhbiyati menyatakan bahwa, pendidikan Islam ialah
menanamkan akhlak yang mulia di dalam jiwa anak dalam masa
pertumbuhannya dan menyiraminya dengan air petunjuk dan nasehat
(Uhbiyati, :10).
Pendidikan akhlak dalam Islam yang tersimpul dalam prinsip
“berpegang kepada kebaikan dan kebajikan serta menjauhi keburukan
dan kemungkaran”, berhubungan erat dengan upaya mewujudkan tujuan
besar pendidikan Islam, yaitu ketakwaan, ketundukan, dan beribadah
kepada Allah (Muzier: 90).
d. Sosial
Menurut Abdul Hamid al- Hasyimi Pendidikan sosial adalah
bimbingan orang dewasa terhadap anak dengan memberikan pelatihan
untuk pertumbuhan kehidupan sosial dan memberikan macam-macam
pendidikan mengenai perilaku sosial dari sejak dini, agar hal itu mejadi
elemen penting dalam pembentukan sosial yang sehat (Hamid, 2001:17).
Pendidikan sosial dalam Islam menanamkan orientasi dan kebiasaan
sosial positif yang mendatangkan kebahagian bagi individu, kekokohan
38
keluarga, kepedulian sosial, antara anggota masyarakat, dan
kesejahteraan umat manusia. Di antara kebiasaan dan orientasi sosial
tersebut ialah pengembangan kesatuan masyarakat, persaudaraan
seiman, kecintaan insani, saling tolong-menolong, kepedulian,
musyawarah, keadilan sosial dan perbaikan di antara manusia (Munzier:
101). Dengan demikian dapat dikatakan juga bahwa pendidikan sosial
merupakan aspek penting dalam pendidikan Islam, karena manusia
sudah fitrahnya merupakan makhluk sosial. Manusia tidak akan bisa
hidup tanpa orang lain, tanpa lingkungan dan alam sekitarnya.
Sebagaimana firman Allah Q.S Al-Hujurat:13
Artinya : Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu
berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-
mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu
disisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.
B. Inovasi Pendidikan Islam
Berbicara mengenai inovasi (pembaharuan) mengingatkan kita pada
istilah invention dan discovery. Invention adalah penemuan sesuatu yang
benarbenar baru, artinya hasil karya manusia. Adapun discovery adalah
penemuan sesuatu (benda yang sebenarnya telah ada sebelumnya).
Secara etimologi, inovasi berasal dari bahasa Latin, yaitu innovaation
yang berarti pembaharuan dan perubahan. Kata kerjanya innovo, yang artinya
memperbarui dan mengubah. Jadi, inovasi adalah perubahan baru menuju
arah perbaikan dan berencana (tidak secara kebetulan) (Idris, Lisma Jamal,
1992: 70). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, inovasi diartikan sebagai
pemasukan satu pengenalan halhal yang baru; penemuan baru yang berbeda
dari yang sudah ada atau yang sudah dikenal sebelumnya, yang (gagasan,
metode atau alat) (Tim penyusun kamus pusat pembinaan dan pengembangan
bahasa, 1989: 333).
Dengan demikian, inovasi dapat diartikan usaha menemukan benda
yang baru dengan jalan melakukan kegiatan (usaha) invention dan discovery.
Dalam kaitan ini, Ibrahim (1989) mengatakan bahwa inovasi adalah
penemuan yang dapat berupa sesuatu ide, barang, kejadian, metode yang
diamati sebagai sesuatu hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang
39
(masyarakat). Inovasi dapat berupa hasil dari invention atau discovery.
Inovasi dilakukan dengan tujuan tertentu atau untuk memecahkan masalah
(Subandiyah, 1992: 80).
Para ahli mengungkapkan berbagai persepsi, pengertian, interpretasi
tentang inovasi dengan susunan kalimat dan penekanan yang berbeda, tetapi
mengandung pengertian yang sama, seperti Kennedy (1987), White (1987),
dan Kouraogo (1987). White (1987: 211) mengatakan, “Inovation …more
than change, although all innovations involve change” (inovasi itu … lebih
dari sekadar perubahan, walaupun semua inovasi melibatkan perubahan).
Selain itu, definisi inovasi yang dikemukakan oleh Rogers (1983: 11),
“An innovation is an idea, practice, or object that is perceived as new by an
individual or other unit of adoption.”
Zaltman dan Duncan (1973: 7) mengatakan, “An innovation is an idea,
practice, or material artifact perceived to be new by the relevant unit of
adoption. The innovation is the change object.”
Inovasi sering diartikan pembaharuan, penemuan dan ada yang
mengaitkan dengan modernisasi. Perubahan dan inovasi, keduanya sama
dalam hal memiliki unsur yang baru atau lain dari sebelumnya. Inovasi
berbeda dari perubahan karena dalam inovasi dalam unsur kesengajaan.
Pembaharuan misalnya, dalam hal pembaharuan kebijakan pendidikan
mengandung unsur kesengajaan dan pada umumnya istilah pembaharuan
dapat disamakan dengan inovasi (Suryo Subroto, 1990: 127). Menurut
Nicholls (1982: 2), penggunaan kata perubahan dan inovasi sering tumpang
tindih. Pada dasarnya, inovasi adalah ide, produk, kejadian, atau metode yang
dianggap baru bagi seseorang atau sekelompok orang atau unit adopsi yang
lain, baik hasil invensi maupun hasil discovery (Ibrahim, 1998: 1; Hanafi,
1986: 26; Rogers, 1983: 11).
Untuk mengetahui dengan jelas perbedaan antara inovasi dengan
perubahan, berikut definisi yang diungkapkan oleh Nichols (1983: 4).
“Change refers to continuous reapraisal and improvement of existing practice
which can be regarded as part of the normal activity ….. while innovation
refers to …. Idea, subject or practice as new by an individual or individuals,
which is intended to bring about improvement in relation to desired
objectives, which is fundamental in nature and which is planned and
deliberate.”
Nicholls menekankan perbedaan antara perubahan (change) dengan
inovasi (innovation) sebagaimana dikatakannya di atas, bahwa perubahan
mengacu pada kelangsungan penilaian, penafsiran, dan pengharapan kembali
dalam perbaikan pelaksanaan pendidikan yang ada yang dianggap sebagai
bagian aktivitas yang biasa. Adapun inovasi menurutnya mengacu pada ide,
objek atau praktik sesuatu yang baru oleh seseorang atau sekelompok orang
yang bermaksud untuk memperbaiki tujuan yang diharapkan.
Inovasi pendidikan adalah inovasi untuk memecahkan masalah dalam
pendidikan. Inovasi pendidikan mencakup hal-hal yang berhubungan dengan
komponen sistem pendidikan, baik dalam arti sempit, yaitu tingkat lembaga
pendidikan, maupun arti luas, yaitu sistem pendidikan nasional.
40
Inovasi dalam dunia pendidikan dapat berupa apa saja, produk ataupun
sistem. Produk misalnya, seorang guru menciptakan media pembelajaran
mock up untuk pembelajaran. Sistem misalnya, cara penyampaian materi di
kelas dengan tanya jawab ataupun yang lainnya yang bersifat metode. Inovasi
dapat dikreasikan sesuai pemanfaatannya, yang menciptakan hal baru,
memudahkan dalam dunia pendidikan, serta mengarah pada kemajuan.
Inovasi di sekolah, terjadi pada sistem sekolah yang meliputi
komponenkomponan yang ada. Di antaranya adalah sistem pendidikan
sekolah yang terdiri atas kurikulum, tata tertib, dan manajemen organisasi
pusat sumber belajar. Selain itu, yang lebih penting adalah inovasi dilakukan
pada sistem pembelajaran (yang berperan di dalamnya adalah guru) karena
secara langsung yang melakukan pembelajaran di kelas ialah guru.
Keberhasilan pembelajaran sebagian besar tanggung jawab guru. Inovasi
pendidikan adalah suatu ide, barang, metode yang dirasakan atau diamati
sebagai hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat),
baik berupa hasil inversi (penemuan baru) atau discovery (baru ditemukan
orang), yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan atau untuk
memecahkan masalah yang dihadapi.
Selanjutnya, dijelaskan bahwa sesuatu yang baru itu, mungkin sudah
lama dikenal pada konteks sosial atau sesuatu itu sudah lama dikenal, tetapi
belum dilakukan perubahan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
inovasi adalah perubahan, tetapi tidak semua perubahan merupakan inovasi
(Idris, Lisma Jamal, 1992: 71).
Definisi lain tentang inovasi pendidikan adalah suatu perubahan baru
dan kualitatif yang berbeda dari hal (yang ada) sebelumnya dan sengaja
diusahakan untuk meningkatkan kemampuan guna mencapai tujuan tertentu
dalam pendidikan (Suryobroto, 1990: 127).
“Baru” dalam pengertian tersebut adalah halhal yang belum dipahami,
diterima atau dilaksanakan oleh penerima inovasi, meskipun mungkin bukan
merupakan hal yang baru lagi bagi orang lain. Adapun “kualitatif” berarti
bahwa inovasi memungkinkan adanya reorganisasi atau pengaturan kembali
unsurunsur dalam pendidikan. Jadi, bukan sematamata penjumlahan atau
penambahan dari unsurunsur komponen yang ada sebelumnya. Inovasi adalah
lebih dari keseluruhan jumlah unsur komponen.
Karena besar dan kompleksnya masalah pendidikan serta karena
keterbatasan kemampuan yang dimiliki, tindakan inovasi atau pembaharuan
sangat diperlukan. Secara implisit, manajemen inovasi mengacu pada
komponen perencanaan, pengawasan, pengarahan, dan perintah. Urwick
dalam Nicholls (1993: 3) mengidentifikasi bahwa manajemen atau
pengolahan adalah aktivitas yang berkenaan dengan perencanaan, pengaturan,
pemberian perintah, koordinasi, pengawasan, dan penilaian. Hal ini dikaitkan
dengan kegiatan atau aktivitas yang berkenaan dengan upaya pendayagunaan
segala materiel dan nonmateriel untuk mencapai tujuan inovasi. Manajemen
inovasi dari sudut proses berhubungan dengan kegiatan perencanaan,
sedangkan dalam perencanaan inovasi menuntut untuk melakukan asesmen
41
situasi dan mengidentifikasi tujuan inovasi. Inovasi akan berjalan baik jika
didukung oleh perencanaan inovasi yang efektif.
Tindakan menambah anggaran belanja supaya dapat mengadakan lebih
banyak murid, guru kelas, buku, dan sebagainya meskipun perlu dan penting
bukan merupakan tindakan inovasi. Tindakan mengatur kembali jenis dan
pengelompokan pelajaran, waktu, ruang kelas, caracara menyampaikan
pelajaran, sehingga dengan tenaga, alat, uang, dan waktu yang sama dapat
dijangkau jumlah sasaran murid yang lebih banyak, dan dicapai kualitas yang
lebih tinggi, itulah tindakan inovasi.
Dalam melakukan sebuah inovasi terhadap lembaga pendidikan islam,
pengelola lembaga perlu memperhatikn beberapa prinsip inovasi pendidikan.
Menurut Peter M. Drucker dalam bukunya Innovation and Enterpreneurship
(Tilaar, 1999: 356), mengemukakan beberapa prinsip inovasi, yaitu sebagai
berikut:
a. Inovasi memerlukan analisis berbagai kesempatan dan kemungkinan yang
terbuka. Artinya, inovasi hanya dapat terjadi apabila mempunyai
kemampuan analisis.
b. Inovasi bersifat konseptual dan perseptual, artinya yang bermula dari
keinginan untuk menciptakan sesuatu yang baru yang dapat diterima
masyarakat.
c. Inovasi harus dimulai dengan yang kecil. Tidak semua inovasi dimulai
dengan ideide besar yang tidak terjangkau oleh kehidupan nyata manusia.
Keinginan yang kecil untuk memperbaiki suatu kondisi atau kebutuhan
hidup ternyata kelak mempunyai pengaruh yang sangat luas terhadap
kehidupan manusia selanjutnya.
d. Inovasi diarahkan pada kepemimpinan atau kepeloporan. Inovasi selalu
diarahkan bahwa hasilnya akan menjadi pelopor dari suatu perubahan
yang diperlukan. Apabila tidak demikian maka intensi suatu inovasi
kurang jelas dan tidak memperoleh apresiasi dalam masyarakat.
Selain prinsip-prinsip tersebut di atas, pendidikan juga tak lepas dari
tujuan. “Tujuan” yang direncanakan mengharuskan adanya perincian yang
jelas tentang sasaran dan hasil yang ingin dicapai, yang dapat diukur untuk
mengetahui perbedaan antara keadaan sesudah dengan sebelum inovasi.
Tujuan inovasi adalah efisiensi, relevansi, dan efektivitas mengenai sasaran
jumlah anak didik sebanyakbanyaknya, dengan hasil pendidikan yang
sebesarbesarnya (menurut kriteria kebutuhan anak didik, masyarakat, dan
pembangunan) dengan menggunakan sumber tenaga, uang, alat, dan waktu
dalam jumlah sekecilkecilnya (Suryosobroto, 1990: 129).
Tujuan utama dari inovasi adalah berusaha meningkatkan kemampuan,
yaitu kemampuan sumber tenaga, uang, sarana, dan prasarana, termasuk
struktur dan prosedur organisasi. Jadi, keseluruhan sistem perlu ditingkatkan
agar semua tujuan yang telah direncanakan dapat dicapai dengan sebaik-
baiknya (Hasbullah, 2001: 189).
Tujuan pendidikan Indonesia jika disimpulkan bahwa saat ini Indonesia
sedang mengejar ketertinggalan iptek secara global yang berjalan sangat cepat
42
dan berusaha agar pendidikan bisa dirasakan dan didapatkan oleh semua
warga Indonesia.
Adapun arah tujuan inovasi pendidikan tahap demi tahap, yaitu:
a. mengejar ketertinggalan yang dihasilkan oleh kemajuan ilmu dan
teknologi sehingga semakin lama pendidikan di Indonesia semakin
berjalan sejajar dengan kemajuan tersebut;
b. mengusahakan terselenggarakannya pendidikan sekolah dan luar sekolah
bagi setiap warga negara. Misalnya, meningkatkan daya tampung usia
sekolah SD, SLTP, SLTA, dan PT.
Di samping itu, akan diusahakan peningkatan mutu yang dirasakan
semakin menurun saat ini. Dengan sistem penyampaian yang baru, peserta
didik diharapkan menjadi manusia yang aktif, kreatif, dan terampil
memecahkan masalahnya sendiri.
Tujuan jangka panjang yang hendak dicapai ialah terwujudnya manusia
Indonesia seutuhnya. Tujuan lain dilakukannya inovasi pendidikan adalah
untuk memecahkan masalah pendidikan dan menyongsong arah
perkembangan dunia kependidikan yang lebih memberikan harapan
kemajuan lebih pesat.
Secara lebih terperinci, maksud diadakannya inovasi pendidikan adalah
sebagai berikut (Hasbullah, 2001: 199201). Pertama, inovasi/ pembaharuan
pendidikan sebagai tanggapan baru terhadap masalahmasalah pendidikan.
Tugas inovasi/pembaharuan pendidikan yang utama adalah memecahkan
masalahmasalah yang dijumpai dalam dunia pendidikan dengan cara inovatif.
Inovasi atau pembaharuan pendidikan juga merupakan tanggapan baru
terhadap masalah kependidikan yang dihadapi. Titik pangkal pembaharuan
pendidikan adalah masalah pendidikan yang aktual, yang secara sistematis
akan dipecahkan dengan cara inovatif. Akhirakhir ini, semua usaha
pembaharuan pendidikan ditujukan untuk kepentingan siswa atau subjek
belajar demi perkembangannya, yang sering disebut student centered
approach. Pembaharuan pendidikan yang memusatkan pada masalah
pendidikan umumnya dan perkembangan subjek pendidikan khususnya
mengutamakan segi efektivitas dan segi ekonomis dalam proses belajar.
Adapun masalah dalam inovasi pendidikan terdapat empat masalah
pokok. Empat masalah pokok yang harus diperbaharui dalam pendidikan di
antaranya:
a. kuantitas dan pemerataan kesempatan belajar. Masalah ini mendapat
prioritas utama yang perlu ditangani, yaitu dengan menciptakan sistem
pendidikan yang mampu menampung anak didik sebanyak mungkin di
berbagai daerah;
b. kualitas; kurangnya dana, kurangnya jumlah guru, dan kurangnya fasilitas
pendidikan memengaruhi merosotnya mutu pendidikan;
c. relevansi; kurang sesuainya materi pendidikan dengan menyusun
kurikulum baru;
43
d. efisiensi dan keefektifan; pendidikan harus diusahakan agar memperoleh
hasil yang baik dengan dana dan waktu yang sedikit.
Inovasi pendidikan sebagai usaha perubahan pendidikan tidak bisa
berdiri sendiri, tetapi harus melibatkan semua unsur yang terkait di dalamnya,
seperti inovator, penyelenggara inovasi seperti guru dan siswa. Di samping
itu, keberhasilan inovasi pendidikan tidak hanya ditentukan oleh satu atau
dua faktor, tetapi juga oleh masyarakat serta kelengkapan fasilitas. Faktor
utama yang perlu diperhatikan dalam inovasi pendidikan adalah guru, siswa,
kurikulum dan fasilitas, dan program/tujuan.
a. Guru
Agar dunia pendidikan dapat lebih inovatif diperlukan guru yang
berkompeten dan memiliki kreativitas yang tinggi. Guru harus mempunyai
cara menyampaikan pembelajaran agar belajar itu menarik dan mudah
dimengerti.
Peran guru pada inovasi di sekolah tidak terlepas dari tatanan
pembelajaran yang dilakukan di kelas. Guru harus tetap memerhatikan
sejumlah kepentingan siswa, di samping harus memerhatikan suatu
tindakan inovasinya.
Langkahlangkah perubahan yang dilakukan oleh seorang guru pun tidak
terlepas dari beberapa aspek kompetensi yang harus dicapai, seperti: (a)
Planning Instructions (Merencanaan Pembelajaran); (b) Implementing
Instructions (Menerapkan Pembelajaran); (c) Performing Administrative
Duties (Melaksanakan TugasTugas Administratif); (d) Communicating
(Berkomunikasi); (e) Development Personal Skills (Mengembangkan
Kemampuan Pribadi); (f) Developing Pupil Self (Mengembangkan
Kemampuan Peserta Didik).
Guru sebagai ujung tombak dalam pelaksanaan pendidikan merupakan
pihak yang sangat berpengaruh dalam proses belajar mengajar. Kepiawaian
dan kewibawaan guru sangat menentukan kelangsungan proses belajar
mengajar di kelas maupun efeknya di luar kelas. Guru harus pandai
membawa siswanya pada tujuan yang hendak dicapai.
Ada beberapa hal yang dapat membentuk kewibawaan guru, yaitu: (a)
penguasaan materi yang diajarkan; (b) metode mengajar yang sesuai dengan
situasi dan kondisi siswa; (c) hubungan antarindividu, baik dengan siswa
maupun antarsesama guru dan unsur lain yang terlibat dalam proses
pendidikan, seperti adminstrator, misalnya kepala sekolah dan tata usaha
serta masyarakat sekitarnya; (d) pengalaman dan keterampilan guru.
Dengan demikian, dalam pembaharuan pendidikan, keterlibatan guru
mulai perencanaan inovasi pendidikan sampai dengan pelaksanaan dan
evaluasinya memainkan peran penting bagi keberhasilan inovasi
pendidikan.
Guru menempati posisi kunci dan strategis dalam menciptakan suasana
belajar yang kondusif dan menyenangkan untuk mengarahkan siswa agar
mencapai tujuan secara optimal. Seorang guru tidak hanya harus pintar dari
44
segi intelektualnya, tetapi juga harus memiliki kompetensi pedagogi,
profesional, individual, dan sosial. Selain itu, guru juga harus kreatif dan
inovatif. Untuk itu guru harus mampu menempatkan dirinya sebagai
diseminator, informator, transmitter, transformator, organizer, fasilitator,
motivator, dan evaluator bagi terciptanya proses pembelajaran yang dinamis
dan inovatif.
Guru mempunyai peran yang luas sebagai pendidik, orangtua, teman,
dokter, motivator, dan sebagainya (Wright, 1987).
b. Peserta Didik
Prioritas paling tinggi di sekolah adalah berpusat pada minat dan
kebutuhan siswa. Jadi, semua unit pekerjaan di sekolah diabdikan pada
kepentingan siswa sesuai dengan tujuan dari pendidikan di sekolah tersebut.
Sebagai objek utama dalam pendidikan, siswa memegang peran yang
sangat dominan. Siswa dapat menentukan keberhasilan belajar melalui
penggunaan inteligensi, daya motorik, pengalaman, kemauan, dan
komitmen yang timbul dalam dirinya tanpa paksaan. Hal ini terjadi apabila
siswa juga dilibatkan dalam proses inovasi pendidikan, walaupun hanya
dengan mengenalkan kepada mereka tujuan perubahan, mulai dari
perencanaan sampai pelaksanaan. Peran siswa dalam inovasi pendidikan
adalah sebagai penerima pelajaran, pemberi materi pelajaran pada sesama
temannya, petunjuk, bahkan guru.
c. Kurikulum
Kurikulum pendidikan, lebih sempit lagi kurikulum sekolah meliputi
program pengajaran dan perangkatnya, merupakan pedoman dalam
pelaksanaan pendidikan dan pengajaran di sekolah. Kurikulum sekolah
merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam proses belajar
mengajar di sekolah, sehingga dalam pelaksanaan inovasi pendidikan,
kurikulum memegang peranan yang sama dengan unsurunsur lain dalam
pendidikan. Tanpa kurikulum, inovasi pendidikan tidak akan berjalan sesuai
dengan tujuan inovasi. Oleh karena itu, dalam inovasi pendidikan, semua
perubahan yang hendak diterapkan harus sesuai dengan perubahan
kurikulum. Dengan kata lain, perubahan kurikulum diikuti dengan
pembaharuan pendidikan dan tidak mustahil perubahan keduanya akan
berjalan searah.
Inovasi kurikulum adalah gagasan atau praktik kurikulum baru dengan
mengadopsi bagianbagian yang potensial dari kurikulum tersebut dengan
tujuan memecahkan masalah atau mencapai tujuan tertentu.
Inovasi berkaitan dengan pengambilan keputusan yang diambil, baik
menerima maupun menolak hasil dari inovasi. Ibrahim (1988: 7173)
menyebutkan bahwa tipe keputusan inovasi pendidikan – termasuk di
dalamnya inovasi kurikulum– dapat dibedakan menjadi empat, yaitu: (a)
keputusan inovasi pendidikan opsional, yaitu pemilihan menerima atau
menolak inovasi berdasarkan keputusan yang ditentukan oleh individu
secara mandiri tanpa bergantung atau terpengaruh dorongan anggota sosial
45
lain; (b) keputusan inovasi pendidikan kolektif, yaitu pemilihan menerima
dan menolak inovasi berdasarkan keputusan yang dibuat secara bersama
atas kesepakatan antaranggota sistem sosial; (c) keputusan inovasi
pendidikan otoritas, yaitu pemilihan untuk menerima dan menolak inovasi
yang dibuat oleh seseorang atau sekelompok orang yang mempunyai
kedudukan, status, wewenang, dan kemampuan yang lebih tinggi daripada
anggota lain dalam sistem sosial; (d) keputusan inovasi pendidikan
kontingen, yaitu pemilihan untuk menerima atau menolak keputusan
inovasi pendidikan baru dapat dilakukan setelah ada keputusan yang
mendahuluinya.
d. Fasilitas
Fasilitas, termasuk sarana dan prasarana pendidikan, tidak bisa
diabaikan dalam proses pendidikan khususnya dalam proses belajar
mengajar. Dalam inovasi pendidikan, fasilitas ikut memengaruhi
kelangsungan inovasi yang akan diterapkan. Tanpa fasilitas, pelaksanaan
inovasi pendidikan tidak akan berjalan dengan baik.
e. Lingkup Sosial Masyarakat
Dalam menerapakan inovasi pendidikan, lingkup sosial masyarakat
tidak secara langsung terlibat dalam perubahan tersebut, tetapi bisa
membawa dampak, baik positif maupun negatif, dalam pelaksanaan
pembaharuan pendidikan. Secara langsung atau tidak, masyarakat terlibat
dalam pendidikan. Sebab, apa yang ingin dilakukan dalam pendidikan
sebenarnya mengubah masyarakat menjadi lebih baik, terutama masyarakat
tempat peserta didik itu berasal. Keterlibatan masyarakat dalam inovasi
pendidikan akan membantu inovator dan pelaksana inovasi dalam
melaksanakan inovasi pendidikan.
Inovasi pendidikan menjadi topik yang selalu hangat dibicarakan dari masa ke
masa. Isu ini selalu muncul tatkala orang membicarakan tentang halhal yang
berkaitan dengan pendidikan. Dalam inovasi pendidikan, secara umum dapat
diberikan dua buah model inovasi yang baru, yaitu sebagai berikut.
a. Top-down Model
Top-down model, yaitu inovasi pendidikan yang diciptakan oleh pihak
tertentu sebagai pimpinan/atasan yang diterapkan kepada bawahan, seperti
halnya inovasi pendidikan yang dilakukan oleh Kemendiknas dan Kemenag
selama ini.
Inovasi pendidikan seperti yang dilakukan di Depdiknas yang
disponsori oleh lembagalembaga asing cenderung merupakan “topdown
inovation”. Inovasi ini sengaja diciptakan oleh atasan sebagai usaha untuk
meningkatkan mutu pendidikan atau pemerataan kesempatan untuk
memperoleh pendidikan, ataupun sebagai usaha untuk meningkatkan
efisiensi dan sebagainya.
46
Inovasi seperti ini dilakukan dan diterapkan kepada bawahan dengan
cara mengajak, menganjurkan, bahkan memaksakan suatu perubahan untuk
kepentingan bawahannya. Bawahan tidak punya otoritas untuk menolak
pelaksanaannya. Contoh inovasi yang dilakukan oleh Depdiknas adalah
Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA), Guru Pamong, Sekolah Persiapan
Pembangunan, Guru Pamong, Sekolah kecil, Sistem Pengajaran Modul,
Sistem Belajar Jarak Jauh, dan lainlain.
Inovasi pendidikan yang berupa top-down model tidak selamanya
berhasil dengan baik. Hal ini disebabkan oleh banyak hal antara lain
penolakan para pelaksana seperti guru yang tidak dilibatkan secara penuh,
baik dalam perencananaan maupun pelaksanaannya.
b. Bottom-up Model
Inovasi yang lebih berupa bottom-up model dianggap sebagai suatu
inovasi yang langgeng dan tidak mudah berhenti karena para pelaksana dan
pencipta samasama terlibat, mulai dari perencanaan sampai pada
pelaksanaan. Oleh karena itu, masingmasing bertanggung jawab terhadap
keberhasilan suatu inovasi yang mereka ciptakan.
Bottom-up model adalah model inovasi dan hasil ciptaan dari bawah
serta dilaksanakan sebagai upaya meningkatkan penyelenggaraan dan mutu
pendidikan. Model inovasi yang diciptakan berdasarkan ide, pikiran, kreasi,
dan inisiatif dari sekolah, guru atau masyarakat yang umumnya disebut
model Bottom-Up Innovation. Ada inovasi yang juga dilakukan oleh guru-
guru, yang disebut dengan Bottom-Up Innovation. Model ini jarang
dilakukan di Indonesia karena bersifat sentralistis.
Pembahasan tentang model inovasi seperti model Top-Down dan
Bottom-Up telah banyak dilakukan oleh para peneliti dan para ahli
pendidikan. Sudah banyak pembahasan tentang inovasi pendidikan yang
dilakukan, misalnya perubahan kurikulum dan proses belajar mengajar.
White (1988: 136156) menguraikan beberapa aspek yang berkaitan dengan
inovasi, seperti tahapantahapan dalam inovasi, karakteristik inovasi,
manajemen inovasi, dan sistem pendekatannya.
Di samping kedua model yang umum tersebut, ada hal lain yang
muncul tatkala membicarakan inovasi pendidikan, yaitu: (1)
kendalakendala, termasuk resistensi dari pihak pelaksana inovasi, seperti
guru, siswa, masyarakat dan sebagainya; (2) faktorfaktor seperti guru,
siswa, kurikulum, fasilitas, dan dana; (3) lingkup sosial masyarakat.
Salah satu tantangan utama yang dihadapi dunia pendidikan dalam
menempatkan diri dan memainkan perannya dalam kehidupan dunia modern
adalah menyadarkan mereka akan ketertinggalannya dalam menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi modern bagi kemajuan dan kesejahteraan manusia,
baik materiel maupun spiritual. Hal ini diperlukan sebagai upaya inovasi, baik
secara substansial, sistem, konsep dan praktik, maupun kelembagaan
pendidikan Islam.
Tujuan ini adalah mengembangkan sistem pendidikan yang telah ada untuk
lebih baik lagi. Dengan demikian, diharapkan proses belajar mengajar di
47
madrasah dapat berjalan sesuai dengan tujuan pendidikan, sehingga dapat
menghasilkan lulusan (output) yang profesional.
Terdapat beberapa model pengembangan lembaga pendidikan di antaranya
sekolah/madrasah unggulan, model, dan sekolah madrasah bertaraf
internasional.
1. Kebijakan dalam Inovasi Pendidikan Islam
1) Standar Nasional Pendidikan
Adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh
wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. SNP sebagai dasar
dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan dalam
rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu. Standar
Nasional Pendidikan terdiri dari standar isi, proses kompetensi lulusan,
tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan,
dan penilaian pendidikan yang harus ditingkatkan secara berkala.
2) Badan Standar Nasional Pendidikan
Dalam rangka pengembangan, pemantauan dan pelaporan
pencapaian standar nasional pendidikan, dengan peratura Pemerintah ini
dibentuk Badan Standar Nasional Pendidikan yang berkedudukan di ibu
kota wilayah Negara Republik Indonesia yang berada dibawah tanggung
jawab kepada Menteri. Dalam menjalankan tugas dan fungsinya BSNP
bersifat mandiri dan profesional. Keanggotaan BSNP berjumlah gasal,
paling sedikit 11 orang dan paling banyak 15 orang. Anggota BSNP
terdiri atas ahli-ahli di bidang psikometri, evaluasi pendidikan,
kurikulum, dan manajemen pendidikan yang memiliki wawasan,
pengalaman, dan komitmen untuk peningkatan mutu pendidikan.
3) Pengembangan Karir Guru (Sertifikasi)
Sertifikasi guru adalah proses pemberian sertifikat pendidik kepada
guru. Sertifikat pendidik diberikan kepada guru yang telah memenuhi
standar profesional guru. Guru profesional merupakan syarat mutlak
untuk menciptakan sistem dan praktik pendidikan yang berkualitas.
Sertifikat pendidik adalah sebuah sertifikat yang ditandatangani oleh
perguruan tinggi penyelenggara sertifikasi sebagai bukti formal
pengakuan profesionalitas guru yang diberikan kepada guru sebagai
tenaga profesional. Sertifikasi guru bertujuan untuk: 1) Menentukan
kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran
dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional. 2) Meningkatkan proses
dan mutu hasil pendidikan. 3) Meningkatkan martabat guru. 4)
meningkatkan profesionalitas guru.
Sedangkan manfaat sertifikasi guru dapat dirinci sebagai berikut: a)
Melindungi profesi guru dari praktik-praktik yang tidak kompeten, yang
dapat merusak citra profesi guru. b) Melindungi masyarakat dari
48
praktikpraktik pendidikan yang tidak berkualitas dan tidak profesional.
c) Meningkatkan kesejahteraan guru.
Dasar utama pelaksanaan sertifikasi adalah Undang-Undang Nomor
14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (UUGD) yang disahkan tanggal
30 Desember 2005. Pasal yang menyatakannya adalah Pasal 8: guru
wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik,
sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan
tujuan pendidikan nasional. Pasal lainnya adalah Pasal 11, ayat (1)
menyebutkan bahwa sertifikat pendidik sebagaimana dalam pasal 8
diberikan kepada guru yang telah memenuhi persyaratan.
Landasan hukum lainnya adalah Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dan Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 18 Tahun 2007 tentang Sertifikasi Bagi
Guru Dalam Jabatan yang ditetapkan pada tanggal 4 Mei 2007. (Dalam
KTSP Diakses dari presiriau.com/ pendidikan/ktsp-kuri¬kulum-tingkat-
satuan pendidikan/)
C. Strategi Diferensiasi Pendidikan Islam
1. Konsepsi Strategi Diferensiasi
Kata “strategi” berasal dari bahasa yunani “strategos”, yang berasal dari
kata stratos yang berarti militer dan Ag yang artinya memimpin.Strategi
dalam konteks awalnya ini diartikan sebagai generalship atau sesuatu yang
dikerjakan oleh para jendral dalam membuat rencana untuk menaklukan
musuh dan memenangkan perang.tidaklah mengherankan jikapada awalnya
strategi ini memang popular dan digunakan secara luas dalam dunia militer
(Setiawan,1996: 11-12).
Diferensiasi adalah salah satu strategi organisasi yang memberikan
perbedaan yang lebih unik dari pada pesaing, sehingga dengan perbedaan itu
konsumen memiliki niali yang lebih tinggi, Thompson dan Strickland
(1998).Diferensiasi merupakan konsep yang diadopsi dari marketing yang
bertujuan untuk menciptakan perbedaan dari perusahaan lain. Menurut
bahasa differensiasi berasal dari kata different yang berarti tidak sama dengan
yang lain, berbeda, dan diluar kebiasaan. Sedangkan menurut istilah,
differensiasi adalah tindakan merancang suatu perbedaan yang berarti untuk
membedakan penawaran perusahaan dari penawaran pesaing (Kotler,
1993:35).
Selanjutnya Kotler (2007: 137) mendefinisikan diferensiasi adalah cara
merancang perbedaan yang berarti untuk membedakan penawaran perusahaan
dari penawaran pesaingnya. Strategi diferensiasi adalah suatu strategi yang
dapat memelihara loyalitas pelanggan dimana dengan menggunakan strategi
diferensiasi, pelanggan mendapat nilai lebih dibandingkan dengan produk
lainnya.
Menurut Payne (2000), diferensiasi adalah kemampuan perusahaan
untuk secara efektif membedakan dirinya sendiri dari pesaingnya dengan
memberikan nilai lebih pada pelanggannya (Payne, 2000:45) Lain halnya
49
dengan Cravens (1991), ia menggunakan istilah competitive advantages
untuk menyebut istilah differensiasi. Menurutnya, competitive advantages
adalah keuntungan yang ditawar kan oleh lembaga pada konsumen dengan
cara memberikan nilai keunggulan melalui (1) Harga yang lebih murah
dibanding lembaga lain, (2) Keuntungan unik yang tidak sekedar harga
murah(David, 1989:7).
Dari beberapa definisi di atas dapat dikatakan bahwa diferensiasi
merupakan sebuah upaya untuk menciptakan dan memberikan nilai yang
yang berbeda dan berarti bagi para pelanggan (customer).Tujuan dari
differensiasi adalah memberikan layanan yang lebih kepada para pelanggan
untuk memenuhi kepuasan mereka. Sejalan dengan hal tersebut, Berkowitz
dkk (1989) menjelaskan bahwa, dengan menciptakan differensiasi akan
membantu konsumen lebih mudah untuk mempersepsikan lembaga kita
berbeda dan lebih baik dengan lembaga lain. Lebih lanjut, Berkowitz (1989),
menyatakan: Differensiasi dapat mencakup diferensiasi fisik maupun non
fisik.
Selanjutnya, terkait dengan lembaga pendidikan (sekolah), konsep
differensiasi berarti upaya yang dilakukan sekolah untuk menciptakan dan
memberikan keunggulan layanan pendidikan yang tidak diberikan oleh
sekolah lain terhadap stakeholders khususnya murid dan wali murid. Dengan
differensiasi ini diharapkan dapat menarik minat calon murid dan dapat
memberikan keunggulan yang berarti.
Dalam pengertian lainnya Strategi diferensiasi adalah suatu strategi
yang dapat memelihara loyalitas pelanggan dimana dengan menggunakan
strategi diferensiasi, pelanggan mendapat nilai lebih dibandingkan dengan
produk lainnya. Ferdinand (2003) menyatakan bahwa strategi diferensiasi
yang sukses haruslah strategi yang mampu : 1) Menghasilkan nilai
pelanggan; 2) Memunculkan persepsi yang bernilai khas dan baik serta; 3)
Tampil sebagai wujud berbeda yang sulit untuk ditiru. Hal ini menyimpulkan
bahwa kunci untuk strategi diferensiasi yang sukses terletak pada upaya
mengembangkan “point of differentiation” terutama dari perspektif
pandangan pelanggan daripada perspektif pandangan operasi bisnis.
Selanjutnya untuk merancang diferensiasi atau competitive advantages
yang tepat, perlu dipertimbangkan berbagai hal sebagaimana yang disarankan
oleh Cravens, 21 yakni: 1) Harus terfokus pada pelanggan, 2) Analisis
terhadap kebutuhan (need) pelanggan, 3) Keuntungan (advantages) akan
muncul jika terdapat gap antara keinginan pelanggan dengan upaya lembaga
untuk memuaskan mereka, 4) Analisis kepuasan pelanggan harus
mengidentifikasi kesempatan terbaik bagi lembaga untuk menciptakan nilai
kenggulan layanannya.
Pada prinsipnya strategi diferensiasi adalah mengambil pelanggan
sebagai titik perhatian utama. Strategi ini membangun persepsi pembeli diatas
keunggulan kualitas, desain produk, teknologi, citra, berat bahan atau
pelayanan. Perusahaan dapat menaikkan harga setinggi mungkin untuk
mendapatkan keuntungan yang lebih besar, tetapi harus dapat menciptakan
produk bagi konsumen yang tampak berbeda ketimbang produk ada yang
50
sudah ada, sehingga tampak unik. Perbedaan inilah yang nanti dibayar mahal
dan menjadi persepsi bagi pembeli. Menurunkan harganya, maka hal itu
justru akan membuat konsumen meragukan mutu produk yang bersangkutan.
Diferensiasi merupakan upaya menciptakan pembedaan baik dari sisi
konten, kontek maupun infrastruktur dan diferensiasi dibentuk tidak hanya
berbeda tetapi harus memiliki diferensiasi yang kokoh dalam jangka panjang.
Menurut Kartajaya (2004:148), terdapat tiga syarat sebagai acuan penentuan
diferensiasi, antara lain :
a. Menciptakan Excellent Vallue
Sebuah diferensiasi harus mampu menciptakan excellent value kepada
pelanggan sehingga perbedaan tersebut memiliki makna dimata
pelanggan.
b. Keunggulan Bersaing
Diferensiasi perusahaan harus merupakan keunggulan dibandingkan
pesaing. Sebuah diferensiasi akan kokoh jika mencerminkan perbedaan
dengan pesaing dan perbedaan tersebut mencerminkan keunggulan dari
penawaran perusahaan.
c. Memiliki Keunikan
Agar diferensiasi kokoh dan sustainable, maka harus memiliki
uniqueness sehingga tidak mudah untuk ditiru oleh pesaing. Untuk tidak
mudah ditiru maka seperti yang dikemukakan Michael Porter maka
diferensiasi harus tersusun atas sekumpulan sistem aktivitas (activity
system) yang saling terkait dimana antar aktivitas-aktivitas tersebut saling
menunjang secara konstruktif satu sama lain.
Sedangkan menurut Kotler (1997), supaya diferensiasi tidak sekedar
berbeda namun dapat memberikan makna pada konsumen, diferensiasi
tersebut harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Penting; Perbedaan itu memberikan manfaat bernilai tinggi bagi
stakeholders sekolah.
b. Unik; Perbedaan tersebut tidak ditawarkan oleh sekolah manapun atau
oleh lembaga pendidikan apapun.
c. Unggul; Perbedaan itu unggul dibandingkan dengan cara lain untuk
mendapatkan manfaat yang sama.
d. Dapat dikomunikasikan; perbedaan itu dapat dikomunikasikan pada
stakeholders secara jelas.
e. Mendahului; Perbedaan itu tidak mudah ditiru oleh sekolah lain.
f. Terjangkau; calon siswa dapat menjangkau untuk mendapatkan
penawaran diferensiasi tersebut.
g. Menguntungkan; Sekolah akan dapat menarik manfaat dari penciptaan
diferensiasi tersebut.
Diferensiasi memerlukan beberapa tahap-tahap yang diperlukan.
Sehingga diferensiasi perlu sebuah taktik yang dilancarkan. Mengenai hal
tersebut, taktik diferensiasi itu sendiri yaitu suatu taktik yang bisa
memelihara loyalitas pelanggan ataupun juga dari konsumen melalui taktik
diferensiasi, pelanggan atau konsumen mendapat nilai lebih dibandingkan
dengan produk lainnya
51
Perbedaan merupakan keniscayaan yang dikehendaki oleh Allah Swt di
muka bumi ini. Kitab suci Alquran pun mengakui perbedaan dan
menganjurkan manusia menyikapinya dengan bijak (Hifni, 2018:10)
Tentang keniscayaan sebuah perbedaan itu, Allah Swt berfirman di
dalam Al-Quran Q.S. Ar-Rum ayat 22
Artinya: Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah penciptaan
langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda
bagi orang-orang yang mengetahui (QS. Ar-Rum: 22).
Melalui ayat ini Allah mengingatkan sejatinya perbedaan itu merupakan
tanda-tanda kebesaran-Nya. Jika menghendaki, Allah bisa saja menciptakan
makhluk-makhluk-Nya menjadi satu umat, tetapi Allah tidak menghendaki
keseragaman. Yang Allah inginkan adalah keragaman yang berwarna-warni
sebagai bentuk rahmat dan kasih sayang bagi umat-Nya.
Dalam sejarahnya agama Islam sarat dengan warna-warni perbedaan.
Islam mengajarkan umatnya agar semua perbedaan yang ada disikapi secara
damai, bukan secara konfliktual, yakni dengan membangun kehidupan
berlandaskan semangat kebersamaan dan saling menghormati antarsesama.
Di dalam Alquran Allah menegaskan bahwa penciptaan manusia dan
semua makhluk dengan segala perbedaannya bukanlah hal yang sia-sia,
melainkan ada hikmah yang luhur bagi manusia yang berpikir. Perbedaan
penciptaan juga tidak dimaksudkan untuk menjadi sumber konflik bagi
manusia. Allah menciptakan seluruh makhluknya berbeda-beda agar
manusia saling mengenal dan merenungi makna indahnya perdamaian
dalam perbedaan.
Hal tersebut sejalan dengan Firman Allah Q.S Al-Hujuraat ayat 13
Artinya: “Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian menjadikan kamu
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah
orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Mengenal” (QS. Al-Hujurat: 13).
Sisi lain dari kehendak Allah menciptakan makhluk-makhluk-Nya
berbeda juga bertujuan untuk menciptakan kemaslahatan bagi sesama.
52
Melalui perbedaan, antara manusia satu dengan yang lain bisa saling
membutuhkan, melengkapi dan tolong-menolong. Hanya perbedaan dalam
semangat perdamaian yang bisa membawa manusia menjadi makhluk yang
berperadaban mulia.
Diferensiasi menjadi bagian terpenting dalam mendayagunakan
persaingan yang begitu luas. Suburnya pertumbuhan lembaga pendidikan
perlu dibarengi kompetensi atau daya saing yang kuat pula. Selain sebagai
pergeseran era globalisasi, persaingan dalam semua sisi menjadi
keniscayaan yang tidak bisa terelakkan. Guna memenangkan persaingan
dalam bisnis pendidikan memerlukan strategi khusus dan inovatif sehingga
mampu mengikuti tantangan zaman. Jika tidak, jelas ketertinggalan akan
menjadi pilihan utama bagi lembaga pendidikan yang enggan
merencanakan strategi kompetitif secara baik dan tepat.
Sejalan dengan landasan tersebut, maka islam melihat bersaing atau
berkompetisi dalam kebaikan menjadi hal yang mesti diupayakan demi
meraih suatu tujuan yang kita inginkan. Sebagiamana dijelaskan dalam ayat
di bawah ini
Atinya: Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap
kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan. Di
mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian
(pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu
(Q.S Al- Baqarah: 148 ).
Ayat tersebut sejatinya memberikan gambaran kepada kita bagaimana
pentingnya dalam meraih kopetisi dalam banyak hal. Selain capaian dalam
sebuah kebaikan, strategi kompetitif juga mampu menjadikan segala
organisasi semakin hidup dan mampu berinovasi ke-arah yang labih baik.
Munculnya persaingan dalam dunia pendidikan merupakan hal yang
tidak dapat dihindari. Dengan adanya persaingan, maka pendidikan
dihadapkan pada berbagai peluang dan ancaman baik yang berasal dari luar
maupun dari dalam lembaga pendidikan yang akan memberikan pengaruh
yang cukup besar terhadap kelangsungan hidup lembaga pendidikan
tersebut. Untuk itu, setiap lembaga pendidikan dituntut untuk selalu
mengerti dan memahami apa yang terjadi di pasar dan apa yang menjadi
keinginan konsumen, serta berbagai perubahan yang ada di lingkungan
pendidikan sehingga mampu bersaing dengan dunia bisnis lainnya dan
berupaya untuk meminimalisasi kelemahan-kelemahan dan memaksimalkan
kekuatan yang dimiliki.
Berdasarkan konsepsi tersebut, maka lembaga pendidikan dituntut
mampu memilih dan menetapkan strategi yang dapat digunakan untuk
menghadapi persaingan. Dengan adanya tekanan persaingan yang begitu
53
ketat baik secara langsung atau tidak langsung, maka hal tersebut sangat
mempengaruhi kinerja segala organisasi bisnis, pendidikan, dan sosial baik
dalam hal teknologi, kebutuhan pelanggan dan juga siklus perubahan. Pada
saat kondisi seperti itulah sangat diperlukan strategi yang tepat dalam
mengambil keputusan maupun langkahlangkah tertentu untuk
mempertahankan usaha tersebut. Dengan demikian, strategi kompetitif
diperlukan guna melihat segala perubahan yang memungkinkan terjadi di
lembaga pendidikan maupun lembaga lain selain pendidikan.
2. Dimensi Diferensiasi
Pada dasarnya diferensiasi adalah tindakan merancang satu set
perbedaaan yang berarti untuk membedakan penawaran perusahaan dari
penawaran pesaing (Kotler, 1997). Diferensiasi dapat dilakukan melalui
lima dimensi berikut ini, yaitu: differensiasi produk, differensiasi
pelayanan, differensiasi personal, differensiasi saluran, differensasi citra.
a. Differensiasi Produk
Produk merupakan hal mendasar yang akan menjadi pertimbangan
pilihan bagi masyarakat. Produk pendidikan merupakan segala sesuatu yang
ditawarkan, bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya.
Produk yang dihasilkan dan ditawarkan harus berkualitas. Sebab, konsumen
tidak senang pada produk kurang bermutu, apalagi harganya mahal
(Buchari:37). Misal, disamping produk bidang akademik, produsen harus
bisa membuat produk layanan pendidikan lebih bervariasi seperti kegiatan
olahraga, kesenian, dan keagamaan, untuk menambah kualitas pendidikan.
Suatu komoditi yang hendak di produksi haruslah mempertimbangkan
alasan sosial kemanusiaan, yakni selain dibutuhkan oleh masyarakat juga
manfaat positifnya yang akan di dapat produksinya suatu komoditas
tersebut. Dalam lingkungan pendidikan, produk jasa yang dapat ditawarkan
adalah jasa layanan akademik seperti kurikulum atau ekstra kurikulum.
Selain itu, penawaran melalui prestasi yang telah diraih juga merupakan
faktor pendukung dalam meraih persaingan antar sekolah.
Pada dasarnya produk adalah sekumpulan nilai kepuasan yang
kompleks. Nilai sebuah produk ditetapkan oleh pembeli berdasarkan
manfaat yang akan mereka terima dari produk tersebut. Produk jasa
merupakan “Segala sesuatu yang dapat ditawarkan produsen untuk
diperhatikan, diminta, dicari, dibeli, digunakan atau dikonsumsi pasar
sebagai pemenuhan kebutuhan atas keinginan pasar yang bersangkutan”.
(Kotler, 2000:428)
Menurut Philip Kotler (2008:8), agar dapat dijadikan merek suatu
produk harus didiferensiasikan. Produk fisik memiliki potensi diferensiasi
yang beragam. Pada salah satu titik ekstrem, kita menemukan produk yang
54
memungkinkan sedikit variasi akan tetapi disini penjual menghadapi
sejumlah kemungkinan diferensiasi antara lain bentuk, fitur,penyesuaian,
kualitas kinerja, kualitas kesesuaian, ketahanan, keandalan, dan kemudahan
perbaikan.
Menciptakan produk yang susah ditiru, merupakan salah satu
keberhasilan dari diferensiasi. Kesuksesan dari diferensiasi harus
mengikutsertakan organisasi yang terkait seperti struktur, sistem, serta
orang-orang yang ada di dalamnya (SDM), dan juga kultur.
Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke dalam pasar
untuk diperhatikan, dimiliki, dipakai atau dikonsumsi sehingga dapat
memuaskan keinginan atau kebutuhan (Kotler, 2003: 54). Dalam jasa
pendidikan, produk yang ditawarkan kepada siswa ialah reputasi, prospek,
dan variasi pilihan. Sekolah yang baik menawarkan reputasi/mutu
pendidikan yang tinggi, prospek bagi siswa setelah lulus, dan pilihan
konsentrasi berbagai program yang bervariasi sehingga calon siswa dapat
memilih bidang yang sesuai dengan bakat dan minat mereka (Minarti, :
390).
Produk secara umum merupakan segala sesuatu yang dapat
ditawarkan produsen untuk diperhatikan, diminta, dibeli, digunakan, atau
dikonsumsi pasar sebagai pemenuhan kebutuhan atau keinginan pasar
bersangkutan. Produk yangditawarkan tersebut meliputi barang fisik, jasa,
organisasi, dan ide. Produk dari sekolah adalah jasa kependidikan yang
dapat dirinci atas (Buchari, 2009: 227-228) :
1. Jasa kurikuler meliputi kurikulum, silabus umum (GBPP),
rancangan bahan pembelajaran, penyajian bahan pembelajaran, dan
evaluasi.
2. Jasa penelitian, berupa berbagai penelitian dan hasilnya atau
pengembangan kemampuan guru dalam meneliti dan membaca
hasil penelitian.
3. Jasa ektrakurikuler, meliputi berbagai kegiatan pelayanan di luar
jasakurikuler, seperti kegiatan kesenian, olah raga, prakarya dan
lainlain.
4. Jasa pengembangan kehidupan bermasyarakat, meliputi layanan
untuk mengembangkan kemampuan para peserta didik untuk hidup
bermasyarakat seperti mengobservasi kehidupan petani,
pengusaha/perusahaan industry, mengunjungi rumah sakit, mengun
jungirumah-rumah ibadah, panti asuhan dan memberi bantuan dan
lain-lain.
5. Jasa administrasi/ketatausahaan, berupa layanan berbagai surat
keterangan,surat pengantar bagi peserta didik, laporan hasil belajar.
6. Jasa layanan khusus, berupa layanan bimbingan dan konseling,
layanan perpustakaan, layanan usaha kesehatan sekolah, layanan
kantin, dan layanan transportasi atau bus.
Dalam menjual sebuah produk diperlukan nilai diferensiasi agar
berbeda dari produk serupa atau kompetitor bisnis. Dengan adanya
perbedaan tersebut, Anda bisa memiliki produk yang lebih unik dan
55
menarik sehingga strategi pemasaran bisa berjalan lebih lancar. Menurut
Kotler (2005:350) “indikator dalam Diferensiasi Produk antara lain adalah
(1) Bentuk (Form), (2) Fitur (Feature), (3) Kualitas Kinerja (Performance
Quality), (4) Kesesuaian (Conformance Quality), (5) Daya Tahan
(Durability), (6) Keandalan (Reability), (7) Mudah Diperbaiki
(Repairability), (8) Gaya (Style), dan (9) Rancangan (Design)”.
a) Bentuk (Form)
Produk dapat didiferensiasikan berdasarkan bentuk atau ukuran,
model atau struktur fisik produk. Penjelasan ini memberika
pemahaman bahwa dalam menghasilkan sebuah produk yang unggul
dan berkualitas, produsen harus memperhatikan bentuk produk yang
dihasilkannya. Misalnya bentuk kemasan produk harus didesain
sedemikian rupa agar menghasilkan tampilan yang menarik, sehingga
secara tidak langsung akan menambah daya tarik konsumen untuk
memilikinya. Dalam konteks pendidikan, bentuk produk (form) dapat
dilihat dari segi fisik bangunan gedung sekolah yang unik, sarana
prasarana, bentuk pembelajaran dan penilaian, bentuk layanan sekolah
kepada pengguna jasa pendidikan dan yang lainnya.
b) Fitur (Feature)
Produk yang ditawarkan mempunyai fitur atau keistimewaan yang
berbeda-beda dan melengkapi fungsi dasar produk. Upaya untuk
menjadi yang pertama dalam mengenalkan fitur baru yang dianggap
berharga merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk bersaing.
Fitur dalam sebuah pendidikan dapat dilihat dari banyak nya
program kegiatan yang dilaksanakan di sekolah, baik kegiatan
akademik maupun non akademik. Misalnya, pada kegiatan
ekstrakurikuler, sekolah memberikan banyak pilihan program
pengembangan diri kepada peserta didik sesuai dengan bakat dan minat
yang dimilikinya. Ragam program pengembangan diri seperti pramuka,
tahfid, panahan, olah raga, seni islami, musik, berenang, dan kegiatan
ekstra lainnya. Artinya semakin banyak pilihan program yang
ditawarkan sekolah akan semakin menjadi daya tarik tersendiri bagi
masyarakat untuk memilih sekolah tersebut dalam memberikan
pendidikan kepada putra putrinya.
c) Kualitas Kinerja (Performance Quality)
Kinerja produk dapat diartikan sebagai level karakteristik dasar
produk. Semakin bermutu produk maka semakin tinggi level
karakteristiknya. Kinerja produk yang lebih unggul memberikan
dampak pembelian ulang yang lebih banyak, kesetiaan pelanggan, dan
kesan yang positif dari pelanggan.
Kinerja produk merupakan istilah ekonomi dimana sebuah produk
dituntut memiliki kinerja atau fungsi sebagaimana yang diharapkan.
Kinerja produk dalam pendidikan adalah output dari pelaksanaan
pendidikan. Sekolah atau lembaga pendidikan yang memiliki output
sebagaimana yang diharapkan pendidikan nasional akan lebih dapat
beradaptasi dengan persaingan era revolusi industry 4.0. saat ini.
56
Kinerja produk pada pendidikan tentu berhubungan dengan aspek
wawasan, karakter dan sikap, ketrampilan, kepercayaan diri lulusan
sekolah. Ragam kualitas kualifikasi lulusan sebuah sekolah menjadi
kebanggan dan magnet masyarakat untuk menaruh kepercayaan lebih
kepada lembaga atau sekolah tersebut. Selain itu output pendidikan
terlihat dari ragam prestasi yang telah ditorehkannya.
d) Kesesuaian (Conformance Quality)
Pembeli mengharapkan produk memiliki mutu kesesuaian dengan
standart atau spesifikasi yang tinggi. Mutu kesesuaian adalah tingkat
kesesuaian dan pemenuhan semua unit yang diproduksi terhadap
spesifikasi sasaran yang dijanjikan. Kesesuaian produk pada sebuah
lembaga pendidikan meliputi kesesuaian lulusan sekolah dengan
standar kelulusan yang telah ditetapkan pemerintah. Dalam
Permendikbud Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Standar Kompetensi
Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah Bab II menjelaskan bahwa
setiap lulusan satuan pendidikan dasar dan menengah memiliki
kompetensi pada tiga dimensi yaitu sikap, pengetahuan, dan
keterampilan.
Pada tingkat SMA/sederajat misalnya, aspek sikap yang harus
dimiliki peserta didik setelah mereka lulus adalah memiliki perilaku
yang mencerminkan sikap: beriman dan bertakwa kepada Tuhan
YME, berkarakter, jujur, dan peduli, bertanggungjawab, pembelajar
sejati sepanjang hayat, dan sehat jasmani dan rohani. Sedangkan dalam
aspek pengetahuannya, lulusan SMA/sederajat memiliki pengetahuan
sebagai berikut memiliki pengetahuan faktual, konseptual, prosedural,
dan metakognitif pada tingkat teknis, spesifik, detil, dan kompleks
berkenaan dengan: ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan
humaniora.
e) Daya Tahan (Durability)
Pembeli mengharapkan beberapa produk mempunyai daya tahan
yang normal dan atau berat. Produk yang mempunyai keunggulan pada
daya tahan akan lebih menarik perhatian pelanggan untuk membayar
lebih pada produk yang diharapkannya. Hal ini tersirat pada seberapa
baiknya daya tahan produk ketika digunakannya. Semakin produk
tersebut memiliki ketahanan yanglebihlama akan menambah daya beli
masyarakat terhadap produk tersebut, meskipun dengan biaya yang
lebih tinggi.
Dalam pendidikan, daya tahan produk dianalogikan dengan mental
dan kesiapan lulusan sekolah ketika bersosialisasi dan mengaplikasikan
wawasannya di lingkungan masyarakat. Lulusan yang siap terjun
mengabdi kepada masyarakat dengan memiliki mental, keahlian dan
karakter yang unggul menjadi sebuah penilaian positif terhadap
lembaga pendidikan tempat mengasah ilmu pengetahuannya.
f) Keandalan (Reability)
57
Pembeli juga akan membayar lebih untuk mendapatkan produk
yang mempunyai keandalan. Keandalan adalah ukuran probabilitas
bahwa produk tertentu tidak akan rusak atau gagal dalam periode
waktu tertentu. Ungkapan Kotler ini memebrikan pemahaman bahwa
produk yang andal akan terpakai dalam waktu yang cukup panjang.
Dalam konteks pendidikan, lulusan yang andal merupakan lulusan
yangmemiliki skill dan kompetensi yang beragam. Selain memiliki
pengetahuan yang cukup, skill atau keahlian lulusan menjadi barometer
lama dan tidaknya mereka mampu bertahan dalam persaingan global
saat ini.
Lulusan pendidikan yang memiliki skill yang beraneka ragam akan
lebih banyak menemukan peluang pengabdian di masyarakat. Sehingga
mereka mampu menggunakan ragam keahliannya untuk
mengaktualisasikan diri dalam menjawab tantangan dan kebutuhan
masyarakat disekitarnya.
g) Mudah Diperbaiki (Repairability)
Pembeli memilih produk yang mudah diperbaiki, yaitu ukuran
kemudahan untuk memperbaiki produk ketika rusak atau gagal.
Pelanggan tertarik pada jenis produk yang mudah diperbaiki juga
karena alasan efisiensi waktu dan biaya apabila bisa diperbaiki sendiri.
Istilah ini jika ditarik dalam ranah pendidikan memberikan pemahaman
bahwa produk pendidikan yang mudah diperbaiki adalah lulusan yang
memiliki karakter atau perilaku yang baik. Ukurannya dapat
menyesuaikan dengan kondisi masyarakat sekitarnya, dapat membaca
situasi dan kebutuhan masyarakat serta mau menerima saran dan
masukan yang sifatnya mengantarkan mereka kepada arah yang lebih
baik.
h) Gaya (Style)
Menggambarkan penampilan dan perasaan yang ditimbulkan oleh
produk bagi pembeli. Gaya memberikan pengaruh pada pelanggan
dengan menampilkan keunikan dan performance pada produk untuk
menarik minat beli pelanggan. Karakter yang dihasilkan dari sebuah
proses pendidikan akan terlihat pada tampilan personil (siswa).
Karakter yang dimiliki peserta didik dan lulusan sebuah lembaga
pendidikan merupakan hasil penguatan pendidikan karakter yang
dilaksanakan di sekolah.
Dengan karakter yang kuat peserta didik dan lulusan lembaga
pendidikan akan memiliki style tersendiri yang tidak ditemukan dari
peserta didik dan lulusan lembaga pendidikan lainnya. Karakter yang
menunjukkan style yang berbeda ini biasanya terlihat dari aspek
kedisiplinan, kerapian mengenakan pakaian dan asesoris lainnya, gaya
berbicara, cara berpikir, dan gaya khas lainnya.
i) Rancangan (Design)
58
Rancangan menjadi salah satu potensi cara yang paling ampuh
untuk mendiferensiasikan dan memposisikan produk dan jasa
perusahaan. Rancangan juga merupakan faktor yang akan sering
menjadi keunggulan perusahaan, yaitu sebagai totalitas fitur yang
mempengaruhi penampilan dan fungsi produk tertentu yang
disyaratkan oleh pelanggan. Parameter rancangan adalah semua mutu
bentuk, fitur, kinerja, kesesuaian, daya tahan, keandalan, kemudahan
diperbaiki, dan gaya.
Dalam diferensiasi produk, produk memiliki arti atau nilai bahwa
perusahaan menciptakan suatu produk baru yang dirasakan oleh keseluruhan
pelanggan sebagai produk yang unik dan berbeda. Dalam hal ini, produk
yang dimaksud adalah mutu produk yang akan mendukung posisi produk
dipasaran. Mutu dapat didefinisikan sebagai pembanding dengan alternatif
pesaing dari pandangan pasar. Mutu dapat dikatakan sebagai bagaimana
produk itu disesuaikan dengan baik dan sesuai dengan yang digunakan, dan
juga dipercaya selama berakhirnya waktu. Suatu penentu terpenting pada
kesuksesan produk baru dan keuntungan adalah pada mutu produk (Perlusz,
Gattiker dan Pedersen, 2000).
Terkait dengan hal pendidikan diferensiasi produk merupakan sebuah
upaya urgen yang harus dilakukan dalam menghasilkan produk pendidikan
(outcome) yang berbeda dengan lulusan lembaga pendidikan
lainnya.Outcome yang berbeda inilah yang menjadi alasan tersendiri bagi
masyarakat untuk memilih lembaga pendidikan tersebut sebagai tempat
belajar. Diferensiasi produk dalam pendidikan misalnya, tercapainya skill
yang bermacam-macam diantaranya kemampuan para alumni berkiprah di
masyarakat mekipun dengan usia yang masih muda. Pada aspek akademik,
para lulusan memiliki kemampuan berbahasa asing, memiliki pemahaman
sains yang di atas rata-rata, memiliki kecerdasan emosional, dan sekaligus
memahami serta mengamalkan nilai-nilai religi dengan baik.
Di kebanyakan lembaga pendidikan output yang dihasilkan cenderung
hanya memiliki satu keunggulan atau kemampuan semata, sehingga belum
memenuhi harapan dan kebutuhan masyarakat. Oleh karenanya output yang
memiliki kemampuan yang berbeda di beberapa bidang akan mampu
menjawab berbagai tuntutan era globalisasi saat ini.
Kotler (2009:385) mengatakan bahwa: “Diferensiasi produk adalah suatu
usaha perusahaan untuk membedakan produknya terhadap pesaing”. Menurut
Kotller dan Armstrong (2008:211) Diferensiasi produk mencakup: a). Bentuk
b). Keistimewaan c). Mutu kinerja d). Keandalan e). Mudah diperbaiki f).
Gaya g). Rancangan (design) h). Daya Tahan i). Keunikan.
b. Diferensiasi Layanan
Jasa adalah suatu kegiatan yang memiliki beberapa unsur ketidak
berwujudan (intangibility) yang melibatkan beberapa interaksi dengan
konsumen atau properti dalam kepemilikannya, dan tidak menghasilkan
59
transfer kepemilikan.Kualitas pelayanan berpusat pada pemenuhan
kebutuhan dan keinginan serta ketepatan penyampaian untuk
mengimbangi harapan pelanggan.Pelayanan disini adalah segala macam
bentuk pelayanan yang diberikan oleh penyedia layanan selama konsumen
tersebut berada di tempat tersebut.
Pengertian pelayanan menurut Kotler (2002:83) adalah setiap
tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada
pihak lain yang pada dasar nya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan
kepemilikan apapaun. Menurut Nurmianto (2000:365) Selain
mendiferensiasikan produk fisik, perusahaan juga dapat
mendiferensiasikan pelayanannya. Jika produk fisik tidak mudah
diferensiasi, kunci keberhasilan dalam persaingan sering terletak pada
penambahan pelayanan yang menambah nilai serta meningkatkan
kualitasnya. Pembeda pelayanan adalah kemudahan pemesanan,
pengiriman, pelatihan pelanggan, konsultasi pelanggan, pemeliharaan dan
perbaikan. Diferensiasi pelayanan adalah suatu bentuk peningkatan
pelayanan dan mutu dimana di dalamnya terkandung nilai yang berbeda
dalam memberikan penawaran pelayanannya kepada pelanggan.
Menurut Kotler dan Keller (2008:50), kualitas jasa perusahaan diuji
pada setiap pelaksanaan jasa. Jika personel jasa membosankan, tidak dapat
menjawab pertanyaan sederhana, atau saling berkunjung ke personel lain
sementara pelanggan menunggu, pelanggan akan berpikir dua kali untuk
melakukan bisnis dengan penjual itu. Keadaan seperti ini berdampak pada
kepuasan para pelanggan dalam mendapatkan sebuah pelayanan.
Perusahaan yang mampu memberikan kualitas pelayanan yang
lebih baik dari pesaingnya akan mampu memenangkan persaingan
sehingga mempunyai pertumbuhan pangsa pasar yang lebih tinggi. Dalam
dunia perhotelan hal yang paling utama adalah pelayanan, kunci sukses
terletak pada peningkatan kualitas pelayanan.
Kualitas pelayanan merupakan kiat secara konsisten dan efisien
untuk memberi pelanggan apa yang dinginkan dan diharapkan oleh
pelanggan. Persepsi pelanggan terhadap kualitas pelayanan merupakan
penilaian menyeluruh atau keunggulan suatu pelayanan. Kualitas
pelayanan dapat menjadi suatu instrument yang digunakan oleh pelanggan
untuk menilai pelayanan yang diberikan perusahaan, sehingga dengan
memiliki kualitas disegi pelayanan perusahaan perhotelan dapat dengan
mudah mencapai keunggulan bersaing. Hal ini sesuai dengan Penelitian
Transistari (2002:27), yang menekankan bahwa pemberian pelayanan
yang berkualitas dewasa ini dianggap sebagai suatu strategi yang utama
supaya perusahaan dapat sukses dan bertahan.
Sedangkan menurut Rusdiarti (2004:65) yang menyatakan bahwa
kualitas pelayanan berpusat pada upaya pemenuhan kebutuhan dan
keinginan serta ketepatan penyampaian untuk mengimbangi harapan
pelanggan.
Pelayanan dalam dunia pendidikan menjadi aspek yang tidak dapat
dipandang sebelah mata, karena pelayanan pelaku pendidikan di lembaga
60
pendidikan akan memberikan sebuah kenyamanan bagi para pelanggannya
yakni peserta didik maupun orang tua peserta didik. Diantara pelayanan
yang dapat menghadirkan kepuasan bagi para pelanggan di dunia
pendidikan adalah tersedianya sarana dan prasarana yang memadai seperti
pendidikan berbasis asrama, sarana belajar dan penunjang yang kondusif
dan nyaman, pembiayaan pendidikan yang sesuai dengan kondisi ekonomi
masyarakat, memfasilitasi peserta didik dalam melanjutkan study-nya di
jenjang yang lebih tinggi, dan berbagai layanan pendidikan penting
lainnya.
Pada uraian sebelumnya telah dijelaskan bahwa, layanan
pendidikan dapat dikategorikan dalam layanan jasa non profit, oleh karena
itu dimensi keunggulan layanan pendidikan dapat diklasifikasikan dalam
lima dimensi pokok (Tjiptono, 2001:68), hal ini sependapat dengan
Leonard Berry, A. Parasuraman, dan Valerie Zeithmal menemukan bahwa
ada lima penentu kualitas jasa sesuai urutan tingkat kepentingan
pelanggan yaitu:
1) Keandalan (reliability), yakni kemampuan lembaga pendidikan dalam
memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan segera/tepat waktu,
akurat, dan memuaskan. Beberapa contoh misalnya: penawaran
kurikulum yang tepat sesuai dengan harapan masyarakat
(memperhatikan kompetensi akademis dan pembekalan aspek moral),
proses pembelajaran yang mudah dan menyenagkan, proses penilaian
yang fair, pelayanan dan pemberian fasilitas untuk pengembangan
minat dan bakat.
2) Daya tanggap (Responsiveness), Berkenan dengan kesediaan dan
kemampuan untuk membantu pengguna jasa (siswa, stakeholder, dan
masyarakat) dan merespon permintaan mereka dengan cepat,
kemauan/kesediaan para staf untuk membantu para pelanggan dan
memberikan pelayanan dengan tanggap. Memberikan pelanggan
menunggu untuk alasan yang tidak jelas dapat menimbulkan persepsi
negatif terhadap kualitas. Dengan demikian, kepala sekolah, guru dan
karyawan harus mudah ditemui dan ramah, fasilitas yang ada
(perpustakaan, komputer, lab, dan ruang oleh raga) harus mudah
diakses oleh setiap civitas sekolah. Jika terjadi complain, ditanggapi
dengan cepat dan professional oleh stakeholders
3) Jaminan (Assurance), Jaminan mencakup pengetahuan, kompetensi,
kesopanan, dan respek terhadap peserta didik. Jaminan memiliki sifat
dapat dipercaya, bebas dari bahaya dan keragu-raguan. Sebagaimana
yang tercantum dalam pasal 28 Peraturan Pemerintah No.19 Tahun
2005, yang berisi tentang, “Pendidik harus memiliki kualifikasi
akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani
dan ruhani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional (Depdiknas, PP No. 19, 2005:28). Pengetahuan
dan kesopanan karyawan serta kemampuan mereka untuk
menimbulkan keyakinan dan kepercayaan pengguna jasa (siswa,
stakeholder, dan masyarakat).
61
Misalnya, seluruh dewan guru benar benar kompeten di bidangnya,
reputasi sekolah yang baik dimata masyarakat, sikap dan perilaku
seluruh jajaran mencerminkan sikap profesional dan kesopanan. Selain
itu juga adanya jaminan prestasi siswa baik akademik maupun non
akademik.
4) Empati, Berarti bahwa lembaga pendidikan bersedia untuk peduli
kepada pengguna jasa dan memberi perhatian pribadi kepada para
pengguna jasa (siswa, stakeholder, dan masyarakat) dan memiliki jam
operasi yang nyaman. Empati meliputi kemudahan dalam melakukan
hubungan, komunikasi yang baik, perhatian pribadi, dan memahami
kebutuhan para pelanggan. Misalnya, guru mengenal nama-nama
siswanya, BP benar-benar dapat bertindak sebagai konselor, setiap
guru dapat dihubungi dengan mudah jika siswa mengalami kesulitan
dalam belajar.
5) Bukti langsung (tangibel), Berhubungan dengan penampilan fasilitas
fisik, peralatan / perlengkapan, personil dan materi komunikasi. Misalnya berupa gedung yang baik, fasilitas perpustakaan yang
memadai, ruang kelas yang bersih, fasilitas olah raga, fasilitas
kimputer, asrama siswa dll.
Dari kelima dimensi tersebut, sekolah dapat menentukan
diferensiasi keunggulan layanan pendidikannya di antara sekolah-
sekolah yang lain. Tentu saja diferensiasi yang ditetapkan tidak boleh
melupakan kebutuhan dasar (primary demand) murid dan walimurid
yaitu penguasaan akdemik sesuai dengan kompetensi dasar yang telah
ditetapkan.
Layanan yang ditawarkan lembaga dapat ditingkatkan melalui unsur
kualitas jasa. Lembaga pendidikan merupakan organisasi yang
memberikan pelayanan kepada stakeholder internal dan eksternal.
Stakeholder internal terdiri dari semua lembaga di dalam sekolah
(seperti yayasan, program studi, dan unit kegiatan siswa) dan para
aktor yang berada di dalamnya (seperti siswa, guru, tata usaha, dan staf
yang lain). Stakeholder eksternal terdiri dari alumni, orang tua siswa
pemerintah dan masyarakat umum.
Keberhasilan sekolah diukur dari tingkat kepuasan pelanggan, baik
internal maupun eksternal. Sekolah dikatakan berhasil jika mampu
memberikan pelayanan sama atau melebihi harapan pelanggan, karena
mereka sudah mengeluarkan butged cukup banyak pada lembaga
pendidikan.
Sekolah pada dasarnya adalah untuk anak usia sekolah, sedangkan
orang tua dan masyarakat sebagai penilai atau pemantau saja. Akan
tetapi tidak menutup kemungkinan penilaian atau pemantauan bisa
dilakuakan oleh siswa sendiri, karena mereka yang telah merasakan
pendidikan secara langsung dan segala bentuk program studi yang
dijalani sekolah.
62
Demi kepentingan pendidikan hendaknya sekolah mendesain segala
hal yang berhubungan dengan kebutuhan siswa di sekolah sesuai
dengan perkembangan zaman. Sekolah harus dapat menyediakan
program layanan siswa yang mudah dicapai dan lengkap.
Bentuk layanan yang ada dalam lembaga pendidikan ada dua
(Sutisno, 1985: 65,) diantaranya adalah:
1. Layanan Pokok
Dalam memenuhi kebutuhan siswa yang berhubungan dengan
pelayanan siswa di sekolah, dalam menjalankan tugasnya kepala
sekolah dibantu oleh para personil professional sekolah yang
dipekerjakan pada system sekolah diantaranya adalah:
a. Personil pelayanan pengajaran, terdiri dari orang-orang yang
bertanggung jawab pokoknya ialah mengajar, baik sebagai guru
kelas, guru kegiatan ekstrakurikuler, tutor dan lain-lain.
b. Personil pelayanan admisitrasi, meliputi mereka yang
mengarahkan, memimpin dan mengawasi personil lain dalam
oprasi sekolah serta bagianbagiannya.
c. Personil pelayanan fasilitas sekolah, meliputi tenaga-tenaga di
perpustakaan, pusat-pusat sumber belajar dan laboratorium
bahasa; ahliahli teknik dan tenaga yang terlibat dalam fungsi
mengajar atau fungsi melayani siswa.
d. Personil pelayanan murid atau siswa, meliputi pada spesialis
yang tanggung jawabnya meliputi bimbingan dan penyuluhan,
pemeriksaan psikologis dan kesehatan, nasehat medis dan
pengobatan, testing dan penelitian, penempatan kerja dan tindak
lanjut, serta koordinasi kegiatan murid.
2. Layanan Bantu
Perubahan dinamika masyarakat yang cepat seperti yang kita
alami saat ini, sekolah merupakan pemegang peranan penting,
dengan memberikan banyak pelayanan yang diharapkan dari
sekolah, antara lain adalah:
a. Pelayanan perpustakaan
Perpustakaan merupakan salah satu sarana pembelajaran yang
dapat menjadi sebuah kekuatan untuk mencerdaskan bangsa.
Perpustakaan mempunyai peranan penting sebagai jembatan
menuju penguasaan ilmu pengetahuan. Perpustakaan memberi
konstribusi penting bagi terbukanya informasi tentang ilmu
pengetahuan.
b. Pelayanan gedung dan halaman sekolah
Dengan memelihara gedung sekolah secara sistematis dapat
menghasilkan keuntungan yang besar bagi operasi sekolah. Hal
ini dapat ditunjukkan dengan peningkatan pemeliharaan yang
terus menerus untuk menjamin kondisi gedung sekolah yang
paling baik. Sehingga dapat menciptakan suasan belajar yang
nyaman, memajukan kesehatan dan keaman, melindungi barang-
63
barang milik sekolah, dan memajukan citra masyarakat yang
sesuai.
c. Pelayanan kesehatan dan keaman
Tujuan penting pendidikan di sekolah adalah ksehatan fisik dan
mental, maka sekolah memperkenalkan program pendidikan
jasmani dan kesehatan. Maka perhatian sekolah diarahkan pada
terciptanya kesehatan yang lebih baik dan lingkungan fisik yang
lebih membantu bagi proses belajar.
Selain mengetahui layanan bantu, kita juga perlu mengetahui
layanan dalam bidang bimbingan dan penyuluhan, ada empat
pelayanan program kegiatan pokok (Masyhudi, 2005: 139), yaitu:
1. Pelayanan pengumpulan data adalah usaha untuk memperoleh
keterangan sebanyak-banyaknya dan selengkap-lengkapnya tentang
identitas diri individu siswa beserta lingkungannya.
2. Pelayanan penyuluhan merupakan pelayanan terpenting dalam
program bimbingan di sekolah, ini juga merupakan kesempatan
bagi siswa untuk mendapat bantuan pribadi secara langsung
didalam menanggulangi masalah dan kesulitan yang dihadapi pada
suatu ketika, tetapi juga ditujukan untuk membantu seorang
individu dalam mengubah dirinya menuju kedewasaan
pengembangan diri.
3. Pelayanan informasi dan penempatan adalah kegiatan dalam rangka
program bimbingan dilakukan dengan cara memberikan
keterangan-keterangan yang diperlukan oleh individu (siswa) untuk
mengenal lingkungannya, terutama kesempatan-kesempatan yang
ada didalam lingkungannya yang dapat dimanfaatkan, baik pada
waktu kini maupun yanga kan datang.
4. Pelayanan penelitian dan penilaian, dalam program bimbingan di
lembga diartikan sebagai usaha untuk menelaah program pelayanan
bimbingan yang telah dan sedang dilaksanakan untuk
mengembangkan dan memperbaiki program bimbingan khususnya
dan program-program lembaga bersangkutan pada umunya.
Menurut Marzuki Mahmud (2012:63-65) secara garis besar trdapat 5
layanan pendidikan, yaitu:
a) Layanan informasi. Layanan informasi diberikan dalam bentuk
lisan maupun tertulis. Informasi lisan dapat diperoleh melalui
kontak langsung secara tatap muka, sedangkan informasi tertulis
dapat diberikan melalui berbagai buku pedoman seperti : brosur,
spanduk, pamplet, papan pengumuman, situs website dan lain-lain.
b) Layanan sarana prasarana. Layanan sarana prasarana merupakan
pemberian layanan dalam bentuk penyediaaan sarana prasarana atau
fasilitas fisik seperti: gedung sekolah, perpustakaan, laboratorium
dan lain-lain.
64
c) Layanan administrasi. Layanan administrasi meliputi pembayaran
SPP dan pembuatan surat keterangan dan sebagainya.
d) Layanan bimbingan. Layanan bimbingan diawali dengan program
orientasi sekolah, bimbingan dalam mengatasi kesulitan-kesulitan
khususnya kesulitan belajar dan juga masalah-masalah pribadi,
bimbingan pendidikan dan pengajaran (KBM), dan bimbingan
praktik keilmuan.
e) Layanan pengembangan bakat dan minat serta keterampilan.
Layanan pengembangan bakat dan minat serta keterampilan
dilakukan melalui kegiatan ekstrakurikuler bagi siswa.
f) Layanan kesejahteraan. Di antara bentuk pelayanan kesejahteraan
kepada siswa adalah pemberian beasiswa kepada siswa yang
berprestasi khususnya kalangan kurang mampu serta pemberian
keringanan SPP.
c. Differensiasi Personil
Selain mendiferensiasikan produk fisiknya, perusahaan juga dapat
mendiferensiasikan Personilnya. Jika produk fisiknya tidak mudah
didiferensiasikan, kunci sukses lainnya terletak pada peningkatan kualitas
pelayanan oleh personil (Kotler dan Susanto, 2001).
Diferensiasi personil adalah diferensiasi yang ditunjukkan oleh
keunggulan personal perusahaan berdasarkan kemampuan, kesopanan,
kredibilitas, dapat diandalkan, cepat tanggap dan komunikasi yang baik.
Diferensiasi personil yang diupayakan dalam dunia pendidikan adalah
tersedianya SDM yang kompeten, sehingga mampu memberikan kesan
yang berbeda dalam pelaksanaan kegiatan pendidikan.Misalnya
tersedianya pendidik dan tenaga kependidikan yang professional,
terselenggaranya kegiatan peningkatan kompetensi dan pengembangan
SDM yang berkesinambungan, terarah dan terukur sesuai kebutuhan
lembaga pendidikan.
Menurut Kotler (2007:385 ), Perusahaan dapat memperoleh
keunggulan kompetitif yang kuat dengan memperkejakan dan melatih
orang-orang yang lebih baik dari pesaing mereka. Personil yang terlatih
lebih baik menunjukkan enam karakteristik.
1. Kemampuan : Para pegawai memiliki keahlian dan pengetahuan yang
diperlukan.
2. Kesopanan : Para pegawai ramah, hormat dan penuh perhatian.
3. Kredibilitas : Para pegawai dapat dipercaya.
4. Dapat Diandalkan : Para pegawai memberi pelayan secara konsisten
dan akurat.
5. Cepat Tanggap : Para pegawai cepat menanggapi permintaan dan
permasalahan konsumen.
6. Komunikasi : Para pegawai berusaha memahami pelanggan.
Secara umum, personil dalam lembaga pendidikan disebut guru dan
tenaga kependidikan. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas
65
utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai,
dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah (Undang-
undang No. 14 tahun 2005)
Menurut Undang-Undang No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional Pasal 39 (2) Pendidik merupakan tenaga profesional
yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran,
menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta
melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi
pendidik pada perguruan tinggi.
Dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional, pemerintah melalui
PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pada Pasal 2
telah merumuskan, bahwa salah satu standar yang harus dipenuhi dalam
pendidikan nasional adalah standar pendidik dan kependidikan, hal ini
menuntut pada tersedianya pendidik atau guru yang bermutu. Mutu guru
dapat dilihat dari berbagai kompetensi yang dimiliki oleh guru. Semakin
banyak kompetensi yang dimiliki guru maka semakin baik pula mutu
guru. Hal ini sebagaimana dikatakan Permana (2017:h.7) bahwa mutu
pembelajaran dalam proses pendidikan bergantung pada kemampuan guru
dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas.
Untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut, diperlukan adanya
guru yang unggul dan kompeten. Untuk menjadi guru yang unggul ada
beberapa hal yang dapat dilihat dan dipelajari seperti, persoalan kualitas
yang dimana profesi guru kurang memberikan rasa bangga sehingga
sulitnya mencari guru yang sesuai dengan bidang keahliannya. Standar
performa dan kinerja guru harus berdasarkan teknik dan prosedur
intelektual yang harus dipelajari secara sengaja sehingga dapat diterapkan
untuk kemaslahatan kepada orang lain. Kualifikasi guru professional yaitu
kinerja guru harus sudah memenuhi kompetensi dasar seperti penguasaan
bahan, penguasaan proses dan penguasaan fondasi kependidikan (Hidayat,
Juni 2015).
Ketercapaian tujuan pendidikan perlu didukung oleh guru yang
memiliki sifat-sifat yang baik. Menjadi guru yang baik, seseorang harus
memiliki berbagai kriteria atau sifat-sifat yang diperlukan untuk profesi
keguruan yaitu antusias, stimulatif, mendorong siswa untuk maju, hangat,
berorientasi pada tugas dan pekerja keras, toleran, sopan dan bijaksana,
bisa dipercaya, fleksibel dan mudah menyesuaikan diri, demokratis, penuh
harapan bagi siswa, tidak semata mencari reputasi pribadi, bertanggung
jawab terhadap kegiatan belajar siswa, mampu menyampaikan
perasaannya, dan memiliki pendengaran yang baik (Rosyada, 2004:115).
Selain sifat-sifat tersebut di atas, guru harus memiliki kompetensi
yang baik. Kompetensi guru menurut Musfah (2011: h.28) adalah
kumpulan pengetahuan, perilaku, dan keterampilan yang harus dimiliki
oleh guru untuk mencapai tujuan pembelajaran dan pendidikan. Dalam
mewujudkan ketercapaian tujuan pembelajaran, tak lepas dari campur
tangan guru dan tenaga kependidikan.
66
Kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 Undang-Undang
Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, meliputi kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang
diperoleh melalui pendidikan profesi”.
Kompetensi Pedagogik adalah kemampuan pemahaman terhadap
peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil
belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan
berbagai potensi yang dimilikinya. Sedangkan kompetensi kepribadian
adalah kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang
mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta
didik, dan berakhlak mulia. Selanjutnya kompetensi profesional adalah
penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam, yang
mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan
substansi keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasaan terhadap
struktur dan metodologi keilmuannya dan adapun kompetensi sosial
adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif
dengan peserta didik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik,
dan masyarakat sekitar.
Untuk mewujudkan guru berkarakter unggul, guru harus memiliki
unsur-unsur yang berkaitan dengan teladan dan nilai-nilai luhur, sebagai
mana yang pernah disampaikan oleh Ki Hadjar Dewantara, “Guru itu
digugu dan ditiru, Ia pengajar ilmu dan penuntun laku”. Hal ini dikuatkan
oleh mantan Mendikbud Anies Baswedan yang pernah mengatakan,
“Guru biasa hanya mengajarkan, guru luar biasa bukan hanya
mengajarkan tetapi bisa menggerakan dan membangkitkan”. Beberapa
nilai luhur yang harus dimiliki dan dipraktikan terlebih dahulu oleh guru,
sebelum diajarkan kepada anak didik dalam kehidupan nyata (Wibowo,
2012), yaitu:
1. Religius: Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran
agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama
lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
2. Jujur: Perilaku yang didasari pada upaya menjadikan dirinya sebagai
orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan
pekerjaan.
3. Disiplin: Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada
berbagai ketentuan dan peraturan.
4. Kerja keras:Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh
dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta
menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
5. Kreatif: Berpikir dan melakukan sesuatu yang menghasilkan cara atau
hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
6. Mandiri: Sikap dan perilaku yang tidak mudah bergantung pada orang
lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
7. Gemar membaca: Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca dan
meng Upgrade kemampuan.
67
8. Peduli lingkungan: Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah
kerusakan alam serta mengembangkan upaya-upaya memperbaiki
kerusakan alam.
9. Peduli sosial: Sikap yang selalu ingin memberi bantuan pada orang
lain dan masyarakat yang membutuhkan.
10. Tanggung jawab: Sikap dan perilaku untuk melaksanakan tugas dan
kewajiban, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan, dan negara.
Dalam pendapat yang lain, untuk menjadi guru yang baik, secara
umum, guru itu harus memenuhi dua kategori yaitu memiliki capability
dan loyality, yakni guru itu harus memiliki kemampuan dalam bidang
ilmu yang diajarkannya, memiliki kemampuan teoretis tentang mengajar
yang baik. dari mulai perencanaan, implementasi sampai evaluasi. dan
memiliki loyalilas keguruan, yakni loyal terhadap tugas-tugas keguruan
yang tidak semata di dalam kelas, tetapi sebelum dan sesudah kelas.
Gilbert H. Hum dalam bukunya Ejective Teaching menyalakan bahwa
guru yang baik itu harus memenuhi tujuh kriteria (Hunt, 1999: 15-16).
yaitu:
1. sifat. Guru yang baik harus memihki sifal-sifal antusias. stimulatif,
mendorong siswa untuk maju. hangal. bcrorientasi pad: lugaa dan
pekerja keras, toleran. sopan, dan bijaksana. bisa dipercaya. fleksibel
dan mudah menycsuaikan diri. dcmoknlis. penuh harapan bagi siswa,
tidak semata mencari repulasi pnbadi, mampu mengatasi stereotip
siswa, bertanggung jawab lcrhadap kcglalan belajar siswa, mampu
mcnyampaiknn pemsnannyn. dan mcmiliki pendengaran yang baik.
2. Pengetahuan. Guru yang baik juga memiliki pengetahuan yang
memadai dalam mata pelajaran yang diampunyn, dan terns mengikuti
kemajuan dalam bidang ilmunya itu.
3. Apa yang disampaikan. Guru yang baik juga mampu memberiv kan
jaminan bahwa materi yang disampaikannya mencakup semua unit
bahasan yang diharapkan siswa secara maksimal.
4. Bagaimana mengajar. Guru yang baik mampu menjelaskan berl bagai
informasi secara jelas, dan terang, memberikan layanan yang variatif,
menciptakan dan memelihara momentum, meng' gunakan kelompok
kecil secara efektif, mendorong semua siswa untuk berpartisipasi,
memonitor dan bahkan sering mendatangi siswa, mampu mengambil
berbagai keuntungan dari kejadian-kejadian yang tidak diharapkan,
memonitor tempat duduk siswa, senantiasa melakukan formatif test
dan post test, melibatkan siswa dalam tutorial atau pengajaran sebaya,
menggunakan kelompok besar untuk pengajaran instructional,
menghindari kesukaran yang kompleks dengan menyederhanakan
sajian informasi, menggunakan beberapa bahan tradisional,
menunjukkan pada siswa tentang pentingnya bahan-bahan yang
mereka pelajari, menunjukkan proses berpikir yang penting untuk
belajar, berpartisipasi dan mampu memberikan perbaikan terhadap
kesalahan konsepsi yang dilakukan siswa.
68
5. Harapan; Guru yang baik mampu memberikan harapan pada siswa,
mampu membuat siswa akuntabel, dan mendorong partisipasi orang
tua dalam memajukan kemampuan akademik siswanya.
6. Reaksi guru terhadap siswa; Guru yang baik biasa menerima berbagai
masukan, risiko, dan tantangan, selalu memberikan dukungan pada
siswanya, konsisten dalam kesepakatan dengan siswa, bijaksana
terhadap kritik siswa, menyesuaikan diri dengan kemajuan-kemajuan
siswa, pengajaran yang memerhatikan individu, mampu memberikan
jaminan atas kesetaraan partisipasi siswa, mampu menyediakan waktu
yang pantas untuk siswa bertanya, cepat dalam memberikan feed back
bagi siswa dalam membantu mereka belajar, peduli dan sensitif
terhadap perbedaan-perbedaan latar belakang sosial ekonomi dan
kultur siswa, dan menyesuaikannya pada kebijakan-kebijakan
menghadapi berbagai perbedaan.
7. Management; Guru yang baik juga harus mampu menunjukkan
keahlian dalam perencanaan, memiliki kemampuan meng organisasi
kelas sejak hari pertama dia bertugas, cepat memulai kelas, melewati
masa transisi dengan baik, memiliki kemampuan dalam mengatasi dua
atau lebih aktivitas kelas dalam satu waktu yang sama, mampu
memelihara waktu bekerja serta menggunakannya secara efisien dan
konsisten, dapat meminimalisasir gangguan-gangguan.
d. Differensiasi Saluran
Diferensiasi saluran merupakan upaya yang berbeda dari sebuah
perusahaan untuk dapat mencapai keunggulan bersaing melalui cara
mereka merancang saluran distribusi, terutama yang menyangkut
jangkauan, keahlian dan kinerja saluran-saluran tersebut. Dalam
lembaga pendidikan, diferensiasi saluran dapat diartikan sebagai upaya
lembaga pendidikan membangun kemitraan yang baik dengan berbagai
lembaga pendidikan maupun masyarakat. Dengan bermitra, lembaga
pendidikan mampu mendistribusikan lulusannya dalam rangka
melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi ataupun ke beberapa
lembaga peningkatan kompetensi lainnya.
Hal yang sangat penting dalam penelitian saluran adalah mengenai
apa yang bisa dan tidak bisa dilakukan saluran. Pesanan dari saluran
penjualan adalah untuk menghubungkan produk, dengan demikian
membuka jalan bagi penjual dan pembeli untuk dapat berbisnis. (Laurence
dab Timothy, 2002:19). Perusahan dapat mencapai diferensiasi dengan
cara mereka membentuk saluran distribusi, terutama jangkauan, keahlian
dan kinerja saluran-saluran tersebut. Tidak dapat dipungkiri bahwa saluran
distribusi yang baik merupakan modal perusahaan dalam meningkatkan
Citra perusahaan.
Penggunaan rancangan saluran dapat menciptakan keunggulan
bersaing (suistanable competitive advantage/ SCA). SCA merupakan
keterampilan yang dimiliki oleh perusahaan yang memiliki tingkat
kepentingan tinggi dengan perusahaan. SCA memungkinkan perusahaan
69
untuk memperoleh posisi unggul dipasar realtif terhadap pesaingnya
dalam jangka panjang. Rancangan saluran distribusi merupakan keputusan
kritis yang harus diambil oleh manajer pemasaran (Pelton, Strutton dan
Lumpkin, 2002). Kotler & keller (2007) berpendapat bahwa “perusahaan
dapat mencapai keunggulan bersaing melalui cara mereka merancang
saluran distribusi, terutama yang menyangkut jangkauan, keahlian dan
kinerja saluran-saluran tersebut”.
Saluran perusahaan dapat menjadi sumber yang kuat bagi keunikan
dan dapat meningkatkan reputasi, pelatihan pembeli dan factor-faktor
lainnya. Menurut Friedman &Furney(2006) ; Kotler & keller (2007)
saluran distribusi dapat berupa salah satu dari tiga bentuk yaitu :
1. Saluran penjualan langsung (direct sales channel) : berupa armada
penjualan lapangan dari tenaga-tenaga penjual.
2. Saluran penjualan tidak langsung (indirect sales channel) : berupa para
perantara, seperti kemitraan bernilai tambah dan distributor atau toko-
toko pengecer.
3. Saluran pemasaran langsung (direct marketing channel) : saluran yang
menghubungkan perusahaan manufaktur secara langsung dengan
konsumen.
Diferensiasi saluran distribusi memberikan keunggulan bagi
perusahaan dari segi kerjasama (networking. Perusahaan yang besar adalah
perusahaan yang memiliki banyak relasi yang mendukungkinerja bisnis
perusahaan tersebut. Diferensiasi saluran distribusi dapat diperoleh dari
partner bisnis yang loyal dan berkontribusi langsung terhadap kemajuan
perusahaan baik secara financial maupun asset rasional (loyalitas merek).
Diferensiasi saluran mempunyai tujuan utama yaitu untuk
mengembangkan lebih jauh produk-produk hotel yang dimiliki. Diferensiasi
saluran yang baik memungkinkan bagaimana informasi produk jasa
perhotelan dapat tersampaikan ke pelanggan dengan baik.
e. Differensiasi Citra
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 216), citra adalah
(1) kata benda: gambar, rupa, gambaran; (2) gambaran yang dimiliki
orang banyak mengenai pribadi, perusahaan, organisasi, atau produk; (3)
kesan mental atau bayangan visual yang ditimbulkan oleh sebuah kata,
frase, atau kalimat dan merupakan unsur dasar yang khas dalam karya
prosa atau puisi.
Diferensiasi Citra adalah menciptakan image sebuah perusahaan
dengan cara membedakan sebuah produk agar mudah dikenali oleh semua
orang. Perusahaan membuat citra yang baik kepada pelanggan, maka
selanjutnya adalah mengkomunikasikan citra tersebut agar menjadi
sumber keunggulan bersaing yang perusahaan miliki dalam jangka
panjang (Prakash Awade, 2014).
Diferensiasi citra adalah cara masyarakat mempersepsikan
perusahaan atau produknya. Identitas yang efektif yaitu dengan
70
membangun karakter produk dan proposisi nilai. Perusahaan
mengekspresikan citra melalui lambing,media tertulis dan audio–visual
serta suasana. Lembaga pendidikan tentu memiliki cara yang khas dan
berbeda dalam mempresepsikan lembaganya di kalangan masyarakat.
Diferensiasi citra biasanya dilakukan dengan merumuskan visi,
misi, tujuan dan motto lembaga pendidikan yang menarik.sehingga akan
menjadi daya tarik bagi masyarakat yang membacanya. Selain itu
diferensiasi citra juga dilakukan dengan menampilkan berbagai
keunggulan peserta didik maupun produk lulusan di lingkungan
masyarakat dengan cara melaksanakan kegiatan pengabdian, misalnya
bakti sosial, menyalurkan minat, bakat dan prestasi peserta didik, dan
beberapa kegiatan sosial kemasyarakatan lainnya.
Berikut ini merupakan pendapat beberapa ahli tentang citra, di
antaranya yaitu:
1. Menurut Kotler dan Keller (2009: 388), bahwa para pembeli memiliki
tanggapan yang berbeda terhadap citra perusahaan atau merek. Citra
adalah cara masyarakat mempersepsikan atau memikirkan perusahaan
atau produk.
2. Menurut Bill Canton dalam Soleh Soemirat (2005: 111- 112), citra
adalah kesan, perasaan, gambaran dari publik terhadap institusi atau
individu; kesan yang dengan sengaja diciptakan dari suatu objek, orang
atau organisasi.
3. Menurut Lawrence dalam Sutojo (2004: 96), citra perusahaan menjadi
salah satu pegangan bagi banyak orang dalam mengambil keputusan
penting. Setiap perusahaan mempunyai citranya tersendiri dalam
masyarakat, citra tersebut dapat berperingkat baik, sedang, maupun
buruk. Bagi perusahaan citra juga dapat diartikan sebagai persepsi
masyarakat terhadap jati diri perusahaan, persepsi seseorang terhadap
perusahaan didasari atas apa yang mereka ketahui atau mereka kira
tentang perusahaan yang bersangkutan.
4. Menurut Soemirat dan Ardianto (2004: 39), citra adalah cara
bagaimana pihak lain memandang sebuah perusahaan, seseorang, suatu
komite, atau suatu aktivitas. Setiap perusahaan memiliki citra sebanyak
jumlah orang yang memandangnya. Berbagai citra perusahaan datang
dari pelanggan perusahaan, pelanggan potensial, banker, staf
perusahaan, pesaing, distributor, pemasok, asosiasi dagang, dan
gerakan pelanggan di sektor perdagangan mempunyai pandangan
terhadap perusahaan.
Dari beberapa pandangan ahli di atas dapat disimpulkan bahwa citra
adalah kesan, pandangan, persepsi, dan respon masyarakat atau pelanggan
terhadap suatu perusahaan baik mengenai produk, pelayanan, kepemimpinan,
hubungan dengan masyarakat, maupun bentuk fisik perusahaan yang
bersangkutan. Hal ini dipengaruhi oleh pengetahuan dan penilaian
masyarakat terhadap perusahaan. Adakalanya citra perusahaan bersifat
positif, namun ada pula yang bersifat negatif.
71
Dalam diferensiasi citra, penelitian yang dipelopori Delmas et.al (2000)
menyatakan bahwa diferensiasi citra diperoleh dari suatu cara pemasaran
yang berbeda. Citra merupakan arti penting dalam bisnis. Citra yang penting
bagi seorang pelanggan adalah citra yang dirasakan memiliki perbedaan dari
citra pesaing. Dalam hal ini, citra yang dimaksud berupa image dari produk
dan perusahaan. Pelanggan merasakan adanya perbedaan dari produk yang
digunakan. (Ambarwati, 2003).
Pembentukan citra yang unik melalui kegiatan periklanan dan
pensponsoran terbukti lebih efektif dalam mencapai penciptaan ekuitas
merek. Apabila perusahaan telah memiliki merek yang bagi pelanggan
mempunyai ekuitas merek yang tinggi, maka loyalitas pelanggan dapat
terbangun dengan sendirinya atau dengan kata lain perusahaan telah memiliki
keunggulan bersaing dibenak pelanggan (Ambarwati, 2003). Penelitian Pina
et.al (2004) menambahkan bahwa suatu citra perusahaan dapat dilihat dari
reputasi, kredibilitas dan kualitas produk yang dimilikinya.
Frank Jefkins dalam Soemirat dan Elvinaro Ardianto (2008: 117)
membagi citra dalam beberapa macam, di antaranya yaitu citra bayangan
(mirror image), citra yang berlaku (current image), citra majemuk (multiple
image), citra perusahaan (corporate image) dan citra yang diharapkan (wished
image).
Solomon dalam Soemirat dan Ardiyanto (2008: 114) menyatakan, semua
sikap bersumber pada organisasi kognitif, pada informasi dan pengetahuan
yang kita miliki. Efek kognitif dari komunikasi sangat mempengaruhi proses
pembentukan citra seseorang. Menurut Danasaputra dalam Soemirat dan
Ardiyanto, citra terbentuk berdasarkan pengetahuan dan informasi-informasi
yang diterima seseorang. Komunikasi tidak secara langsung menimbulkan
perilaku tertentu, tetapi cenderung mempengaruhi cara kita mengorganisasi
citra kita tentang lingkungan.
Masih menurut Soemirat dan Ardiyanto (2008: 114- 116), lebih lanjut
mengungkapkan bahwa proses pembentukan citra menunjukkan bagaimana
stimulus yang berasal dari luar diorganisasikan dan mempengaruhi respon.
Stimulus (rangsang) yang diberikan pada individu dapat diterima atau ditolak.
Pada dasarnya proses pembentukan citra adalah respon dari stimulus yang
diberikan. Akan tetapi proses tersebut akan berbeda hasilnya karena
dipengaruhi oleh persepsi, kognisi, motif, dan sikap yang pastinya berbeda-
beda.
Meningkatkan citra dengan cara membuat kegiatan/acara positif dan
menerapkan kebijakan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat sehingga
dapat meningkatkan citra produk/jasa di seluruh masyarakat. Harga suatu
barang/jasa tidak terlalu rendah dan tidak terlalu tinggi karena harga rendah
dapat menciptakan persepsi bahwa produk/jasa tersebut kurang berkualitas.
Promosi yang dilakukan hendaknya menyampaikan spesifikasi produk/jasa
dengan tidak melanggar etika bisnis, menampilkan keistimewaan yang
dimiliki produk/jasa tersebut dan menyasar target pasar yang tepat (Yusli
Yanti et al., 2013).
72
Menurut Afzalurrahman dalam Ismail Yusanto dan Karebet
Widjajakusuma (2002: 168) ada empat kiat membangun citra perusahaan ala
Rasulullah, di antaranya yaitu pertama, penampilan, dengan cara tidak
membohongi pelanggan, baik menyangkut besaran (kuantitas) maupun
kualitas (QS. Asy-Syu‟araa‟: 181-183). Kedua, pelayanan, pelanggan yang
tidak sanggup membayar kontan hendaknya diberi tempo untuk melunasinya.
Selanjutnya, pengampunan (bila memungkinkan) hendaknya diberikan jika
benar-benar tidak sanggup membayarnya. Ketiga, persuasi, menjauhi sumpah
yang berlebihan dalam menjual barang atau jasa. Dan keempat pemuasan,
hanya dengan kesepakatan bersama, dengan suatu usulan dan penerimaan,
penjualan akan sempurna (QS. An-Nisa‟:29).
D. Urgensi Diferensiasi dalam Pendidikan Islam
1. Memberikan Aspek Perbedaan dan Perbandingan dengan Produk, Jasa
atau Merek Lainnya
Salah satu cara untuk meraih simpati kepada konsumen dan membuat
produk kita lebih dikenaloleh masyarakat luas adalah dengan melakukan
diferensiasi produk. Agar produk dapat bersaing lebih unggul, maka harus
mampu menciptakan sesuatu yang berbeda dari yang lainnya, (Kotler 2009).
Sebuah produk dapat dikatakan berbeda jika produk tersebut unik, susah
ditiru namun tetap unggul. Berbeda ini bisa dalam bentuk yang bermacam-
macam, misalnya harga terjangkau, kemassan lebih menarik, mudah dipesan
dan kualitas lebih unggul.
Jika hal ini dianalogikan ke dalam sebuah lembaga pendidikan, maka hal
yang berbeda itu akan terlihat dari berbagai macam unsur,seperti: kurikulum
sekolah yang berbeda dari sekolah pada umumnya, pelayanan di sekolah
sangat memuaskan, serta biaya pendidikan lebih mudah dijangkau oleh
seluruh lapisan masyarakat.
2. Diferensiasi Dapat Mewujudkan Kepuasan Pelanggan
Diferensiasi dapat mewujudkan kepuasan pelanggan pada pengguna jasa
pendidikan. Berikut ini akan dijelaskan beberapa definisi kepuasan pelanggan
menurut para ahli:
Menurut Kotler (2000) kepuasan pelanggan adalah tingkat perasaan
seseorang setelah membandingkan kinerja (hasil) yang dibandingkan dengan
harapan. Kemudian menurut Engel, et al dalam Fandy Tjiptono (2008:24),
Kepuasan pelanggan adalah evaluasi purnabeli dimana alternative yang
dipilih sekurang-kurangnya sama atau melampaui harapan pelanggan,
sedangkan ketidakpuasan timbul apabila hasil (outcome) tidak memenuhi
harapan.
Selanjutnya menurut Band (1971:79) dalam Nasution (2010:49),
Kepuasan pelanggan adalah perbandingan antara kualitas dari barang atau
jasa yang dirasakan dengan keinginan, kebutuhan, dan harapan pelanggan.
Sedangkan menurut Kotler (1997) dalam Rambat Lupiyoadi (2013:228),
Kepuasan pelanggan adalah tingkat perasaan di mana sesorang menyatakan
hasil perbandingan atas kinerja produk jasa yang diterima dengan yang
diharapkan.
73
Jadi kepuasan pelanggan adalah suatu keadaan dimana keinginan,
harapan dan kebutuhan pelanggan dapat dipenuhi. Sebuah pelayanan dinilai
memuaskan bila pelayanan tersebut dapat memenuhi kebutuhan dan harapan
pelanggan.
Dalam ilmu ekonomi Islam, kepuasan seorang muslim disebut dengan
qana‟ah. Kepuasan dalam Islam (qana‟ah) merupakan cerminan kepuasan
seseorang baik secara lahiriah maupun batiniyah. Kepuasan dalam Islam
mendorong seorang konsumen Muslim bersikap adil.
Pengukuran kepuasan pelanggan merupakan elemen penting dalam
menyediakan pelayanan yang lebih baik, lebih efisien dan lebih efektif.
Apabila pelanggan merasa tidak puas terhadap suatu pelayanan yang
disediakan, maka pelayanan tersebut dapat dipastikan tidak efektif dan tidak
efisien. Hal ni terutama sangat penting bagi pelayanan publik. Tingkat
kepuasan pelanggan terhadap pelayanan merupakan faktor yang penting
dalam mengembangkan suatu sistem penyediaan pelayanan yang tanggap
terhadap kebutuhan pelanggan, meminimalkan biaya dan waktu serta
memaksimalkan dampak pelayanan terhadap populasi sasaran.
3. Diferensiasi Dapat Meningkatkan Layanan Pendidikan
Berikut ini akan dijelaskan beberapa definisi kualitas pelayanan menurut
para ahli :
Menurut Tjiptono (2006:59) dalam Maharani (2010) mengemukakan
bahwa kualitas pelayanan adalah tingkat keunggulan yang diharapkan dan
pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut untuk memenuhi keinginan
pelanggan.
Selanjutnya menurut Parasuraman, et al., dalam Purnama (2006:19)
dalam Normasari, et al., mengemukakan bahwa kualitas pelayanan adalah
perbandingan antara layanan yang dirasakan (persepsi) konsumen dengan
kualitas layanan yang diharapkan konsumen.
Sedangkan menurut Wyckof (dalam Lovelock, 1988) dalam buku Bilson
Simamora (2001:180) dalam Rahmatriana (2013), Kualitas pelayanan adalah
tingkat keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat
keunggulan tersebut untuk memenuhi keinginan pelanggan.
Berdasarkan definisi menurut para ahli diatas maka dapat disimpulkan
bahwa kualitas pelayanan adalah perbandingan antara layanan yang dirasakan
(persepsi) konsumen dengan kualitas layanan yang diharapkan dan
pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut untuk memenuhi keinginan
konsumen.
Tingginya tingkat kompetisi diera global ini mendorong sekolah untuk
memberikan program dan layanan pendidikan yang tidak sekedar berkualitas,
tetapi juga memiliki nilai beda (diferentiated value) sebagai karakter
keunggulan (competitive advantages) sekolah tersebut (Fatoni, 2010:1).
Bentuk dari diferensiasi layanan dapat dilihat dari berbagai sisi.
Kualitas layanan pada dasarnya dapat menunjukkan kekuatan strategis
suatu organisasi dan menjadi isu utama dalam bisnis saat ini (Yeo, 2008).
Penciptaan nilai yang diharapkan dalam lingkungan bisnis yang kompetitif
74
dalam konsentrasi kualitas layanan merupakan elemen penting bagi
kesuksesan bisnis,dan para ahli sepakat bahwa alat persaingan yang paling
kuat saat ini dalam membentuk strategi pemasaran dan bisnis adalah kualitas
layanan (Zeithaml et al., 1990, 1993, dan 1966; Zameer et al., 2015). Kualitas
layanan telah dikaitkan dengan profitabilitas dan dipandang sebagai
keunggulan kompetitif yang penting untuk pembelian berulang atau retensi
pelanggan. Hal ini mengarah pada umpan balik yang positif atas word of
mouth, loyalitas pelanggan, diferensiasi produk, serta layanan yang
kompetitif.
Institusi pendidikan baik sekolah maupun madrasah pada umumnya
didorong menuju persaingan komersial sebagai akibat semakin tingginya
tantangan atas perubahan lingkungan. Oleh karenanya, sangat penting untuk
secara jelas memahami faktor kualitas layanan yang memungkinkan institusi
pendidikan untuk dapat menarik, mempertahankan peserta didik serta
mengharapkan calon peserta didik, (Caison, 2005; Caruana, 2002). Hal ini
sejalan dengan hasil kajian Hanafiah (2015) yang menemukan bahwa kualitas
pelayanan akademik berpengaruh terhadap loyalitas peserta didik. Dari hasil
kajian tersebut menunjukkan bahwa kualitas layanan mempunyai keterkaitan
dengan loyalitas atau retensi dari pelanggan, meskipun terdapat kesenjangan
pengukuran dari konsep retensi (beberapa penelitian tersebut menyiratkan
bahwa retensi adalah salah satu wujud loyalitas, dan retensi secara tipikal
adalah sama dengan loyalitas).
Faktor lain yang merupakan anteseden penting dari retensi pelanggan
adalah kepuasan pelanggan. Kepuasan pelanggan merupakan elemen yang
sangat penting dalam pembentukan keinginan pelanggan untuk pembelian di
masa depan (Gbadamosi dan de Jager, 2009; Gremler et al.,2002). Bitner
(1990) dalam Brunner, et al. (2007) mengemukakan bahwa kepuasan
memiliki beberapa dampak positif antara lain pada word of mouth yang
positif, retensi pelanggan, dan penggunaan jasa secara kontinyu. Oliver (1993
dan 1997) merumuskan kepuasan pelanggan sebagai evaluasi purna beli,
dimana persepsi terhadap kinerja produk yang dipilih memenuhi atau
melebihi harapan sebelum pembelian.
4. Sebagai Upaya Untuk Menciptakan Keunggulan Bersaing
Maraknya pertumbuhan lembaga pendidikan dalam tahun terakhir ini
menunjukkan dinamisnya perkembangan sektor pendidikan. Meningkatnya
kesadaran akan pendidikan menjadi salah satu unsur yang mendorong
tumbuh dan berkembangnya berbagai lembaga pendidikan. Namun demikian,
kompetisi kualitas pendidikan menjadi penilaian utama dalam
mengembangkan lembaga pendidikan yang semakin menjamur di lingkungan
kita. Lembaga pendidikan yang berhasil tumbuh dengan baik yaitu lembaga
pendidikan yang mampu mengembangkan strategi kompetitif dengan cara
melihat peluang yang ada, selain selalu melakukan pengembangan secara
berkelanjutan. Dalam mencapai semua keinginan tersebut, diperlukan
beberapa strategi. Keunggulan kompetitif adalah salah satu kemampuan
75
untuk memformulasi strategi pencapaian peluang dan minat konsumen
melalui maksimisasi penerimaan dari investasi yang dilakukan. Sehingga
strategi kompetitif menjadi salah satu solusi utama dalam melihat persaingan
lembaga pendidikan.
Persaingan di dunia pendidikan saat ini memang terpantau semakin
tahun semakin ketat. Munculnya berbagai macam model lembaga pendidikan,
menjadi PR tersendiri bagi pengelola lembaga jasa layanan pendidikan.
Dalam menghadapi persaingan yang ketat ini kita sebagai pengelola hanya
perlu bekerja ekstra keras dan menerapkan sebuah startegi yang efektif.
Dengan menampilkan dan menawarkan sesuatu yang berbeda dalam konsep
diferensiasi pendidikan bisa jadi menjadi solusi untuk bisa menembus
ketatnya persaingan pasar pendidikan saat ini. Pada sebuah satuan pendidikan
yang terus menerus bergerak menuju titik jenuhnya, tentu perlu mendapat
sentuhan kreatif yang berbuah konsep yang baru, fresh dan menarik. Maka
seringkalipengelola lembaga pendidikan membuat sebuah diferensiasi saat
lembaganya tersebut menemukan jalan buntu atau terbentur pada persaingan
terhadap lembaga yang lain begitu ketat.
Persaingan merupakan inti dari berhasil atau gagalnya suatu perusahaan.
Persaingan sangat menentukan aktivitas dan efektivitas perusahaan yang akan
mampu mendorong kinerja yang berkelanjutan, baik dalam upaya inovasi,
budaya, maupun pelaksanaan yang tepat. Perusahaan yang melakukan strategi
bersaing tersebut, harus memiliki prasyarat yang harus diperhatikan, antara
lain ancaman masuknya pendatang baru, persaingan sesama perusahaan
dalam industri, ancaman dari produk subtitusi, kekuatan tawar-menawar
pembeli, dan kekuatan tawar-menawar pemasok (Porter, 1994: 5).
Menurut Philip Kotler dalam Mudrajad Kuncoro (2002: 38) strategi
bersaing adalah untuk mancapai keunggulan kompetitif yaitu kemampuan
suatu perusahaan untuk meraih keuntungan ekonomis di atas laba yang
mampu diraih oleh pesaing di pasar dalam industri yang sama. Perusahaan
yang memiliki strategi bersaing selalu mempunyai kemampuan dalam
memahami perubahan struktur pasar dan mampu memiliki strategi pemasaran
yang efektif. Studi yang dilakukan Porter ini selanjutnya menetapkan strategi
generik yang diklasifikasikan dalam tiga kategori, yaitu cost leadership,
diferensiasi, dan focus. Menurutnya, strategi bersaing perusahaan meliputi
menilai peluang pasar, target pasar dan segmentasi pasar.
a. Menilai peluang pasar
Dengan riset pasar dapat membantu perusahaan dalam hal menemukan
pasar yang menguntungkan, memilih produk yang dapat dijual,
menentukan perubahan dalam perilaku konsumen, meningkatkan teknik-
teknik pemasaran, dan merencanakan sasaran-sasaran yang realistis
(Adam: 2011, 126).
b. Target pasar
76
Pemilihan segmen pasar perlu memenuhi beberapa kondisi di antaranya
dapat dijangkau (accesable), dapat diukur (measurable), memberikan
keuntungan (profitable) dan dapat memberikan perbedaan maksimum
dalam strategi bersaing (Rosida P. Adam, 2011: 127-128).
c. Segmentasi pasar
Segmentasi pasar membantu perusahaan untuk memilih dan
mengembangkan produk pada target segmen konsumen yang akan
dimasuki, selain itu membentuk perusahaan untuk lebih terfokus dan juga
memaksimalkan keuntungan. Tiga macam strategi bersaing menurut
Porter yang dapat diterapkan yaitu keunggulan biaya, diferensiasi dan
fokus (Darmayanti, 2014: 2-3).
Dalam industri jasa, perusahaan jasa dapat memenangkan persaingan
dengan menyampaikan pelayanan yang bermutu tinggi secara konsisten
dibanding dengan para pesaing dan pelayanan yang lebih tinggi dari harapan
konsumen (Kotler, 2002: 498). Salah satu bisnis yang tergolong dalam
industri jasa adalah bisnis pendidikan. Perkembangan jumlah lembaga
pendidikan ini dari tahun ke tahun mengalami peningkatan khususnya di
kota-kota besar seperti di DKI Jakarta. Maraknya pertumbuhan lembaga
pendidikan dalam tahun terakhir ini menunjukkan dinamisnya perkembangan
sektor pendidikan. Meningkatnya kesadaran akan pendidikan menjadi salah
satu unsur yang mendorong tumbuh dan berkembangnya berbagai lembaga
pendidikan.
Namun demikian, kompetisi kualitas pendidikan menjadi penilaian utama
dalam mengembangkan lembaga pendidikan yang semakin menjamur di
lingkungan kita. Lembaga pendidikan yang berhasil tumbuh dengan baik
yaitu lembaga pendidikan yang mampu mengembangkan strategi kompetitif
dengan cara melihat peluang yang ada, selain selalu melakukan
pengembangan secara berkelanjutan. Dalam mencapai semua keinginan
tersebut, diperlukan beberapa strategi. Keunggulan kompetitif adalah salah
satu kemampuan untuk memformulasi strategi pencapaian peluang dan minat
konsumen melalui maksimisasi penerimaan dari investasi yang dilakukan.
Sehingga strategi kompetitif menjadi salah satu solusi utama dalam melihat
persaingan lembaga pendidikan.
Islam sebagai suatu aturan hidup yang khas, Islam telah memberikan
aruran-aturan yang rinci untuk menghindarkan timbulnya permasalahan
akibat praktik persaingan yang kurang sehat. Ada tiga unsur yang perlu
dicermati dalam membahas persaingan bisnis menurut Islam, yaitu:
a. Pihak-pihak yang bersaing
Bagi seorang muslim, bisnis yang dijalankan adalah dalam rangka
memperoleh dan mengembangkan harta. Harta yang diperoleh adalah
rezeki yang merupakan karunia yang telah ditetapkan Allah. Tugas
manusia adalah melakukan upaya untuk mendapatkan rezeki dengan cara
yang sebaik-baiknya. Salah satunya yaitu dengan cara berbisnis (QS. Al-
Mulk:15). Dalam hal kerja, Islam memerintahkan setiap muslim untuk
memilki etos kerja yang tinggi, sebagaimana Allah telah memerintahkan
77
umatnya untuk berlomba-lomba dalam hal kebaikan (QS. An-Naba‟: 10-
11).
Dengan landasan berlomba-lomba dalam kebaikan inilah, definisi
persaingan bagi pebisnis muslim tidak diartikan sebagai upaya mematikan
pesaing lainnya, namun untuk memberikan sesuatu yang terbaik dari
usaha bisnisnya. Terbaik dalam hal ini ada dua sisi yaitu, terbaik di
hadapan Allah dan terbaik di hadapan manusia (Yusanto &
Widjajakusuma, 2002: 92-93).
b. Segi cara bersaing
Persaingan bebas dengan menghalalkan segala cara merupakan
praktik yang harus dihindari karena tidak sesuai dengan prinsip-prinsip
muamalah dalam Islam.
Dalam menjalankan bisnis, setiap orang akan berhubungan dengan
pihak-pihak lain baik dengan rekan bisnis maupun dengan pesaing bisnis.
dalam hal ini seorang pebisnis muslim harus tetap berusaha memberikan
pelayanan terbaik kepada mitra bisnisnya tanpa mengabaikan hal-hal yang
dilarang dalam Syariah.
Dalam berhubungan dengan rekan bisnis, setiap pebisnis muslim
harus memperhatikan hukum-hukum Islam yang berkaitan dengan akad-
akad bisnis. Sementara itu, pemerintah harus mampu menjamin
terciptanya sistem yang kondusif dalam persaingan (Yusanto &
Widjajakusuma, 2002: 96-97).
c. Produk (barang/jasa) yang dipersaingkan
Beberapa keunggulan produk yang dapat digunakan untuk
meningkatkan daya saing di antaranya adalah produk, harga, tempat,
pelayanan dan layanan purna jual.
5. Membentuk Brand Image Pada Lembaga Pendidikan Islam
Untuk meningkatkan daya saing lembaga pendidikan, maka membangun
brand image merupakan salah satu strategi yang digunakan oleh lembaga
pendidikan untuk menyikapi persaingan yang semakin ketat dalam upaya
merekrut siswa. Dengan membangun brand image diharapkan lembaga
pendidikan semakin kuat dan nantinya akan mendorong calon siswa dalam
memilih lembaga pendidikan.
Lembaga pendidikan yang memiliki reputasi kualitas (perceived quity)
yang baik di mata masyarakat tentu akan membentuk brand image (citra
merek) yang kuat dari sekolah tersebut. Menurut Keller dalam Prengki
Susanto "brand image as perception about a brand as reflected by the brand
association held in consumer memory” (Susanto, 2012:69). Sedangkan
menurut Freddy Rangkuti berbagai hal yang diingat oleh konsumen dapat
dirangkai sehingga asosisi tersebut dapat membentuk citra tentang merk atau
brand image (Freddy, 2004:244).
Faktor yang perlu diperhatikan d kepuasan pelanggan dalam
mendiferensiasi dalah dengan mewujudkan citra institusi. Citra institusi perlu
dibangun agar organisasi dapat dikenal oleh masyarakat. Berbagai bentuk
identitas perusahaan ini akan menimbulkan atau memberikan kesan kepada
78
masyarakat atau memancarkan citra kepada pihak-pihak terkait (stakeholder)
atau dapat dikatakan bahwa identitas merupakan simbolisasi ciri khas yang
mengandung diferensiasi dan mewakili citra organisasi. Membangun citra
yang kuat dibutuhkan kreativitas dan kerja keras. Ada beberapa penelitian
yang sudah dilakukan untuk menguji hubungan antara citra institusi dengan
kepuasan pelanggan seperti yang dilakukan Indrawati (2004) dengan variabel
kualitas layanan, harga, citra/image dan kepuasan terhadap perilaku pasca
pelayanan wisatawan nusantara di Propinsi Bali. Adapun kesimpulan yang
didapat adalah bahwa kualitas layanan, harga dan image berpengaruh
terhadap kepuasan dan perilaku pasca pelayanan. Sementara itu Wantara
(2008) dalam kajiannya melihat pengaruh citra, reputasi dan kualitas
pelayanan terhadap loyalitas mahasiswa perguruan tinggi swasta. Dan
hasilnya adalah bahwa citra dan reputasi dan kualitas pelayanan berpengaruh
terhadap kepuasan dan loyalitas sedangkan kualitas layanan tidak
berpengaruh terhadap loyalitas mahasiswa. Namun demikian, masih ada
perbedaan hasil penelitian yang dilakukan untuk menguji hubungan antara
citra insitusi dengan kepuasan pelanggan, seperti penelitian yang dilakukan
oleh Yusuf Abadi (2006) yang menyatakan ada pengaruh yang berbeda atau
tidak signifikan antara citra insitusi dengan kepuasan pelanggan. Oleh sebab
itu masih sangat diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menguji hubungan
antara citra insitusi dengan kepuasan pelanggan.
E. Kerangka Konseptual
Untuk memberikan kemudahan dalam membaca, menganalisa dan
memahami penelitian ini, penulis menyederhanakan penelitian ini dalam
kerangka konseptual yang meliputi latar belakang permasalahan, proses
dalam menanggulanginya dan tujuan akhir penelitian.
Latar belakang pada penelitian ini adalah rendahnya mutu pendidikan
di Indonesia dengan ditandai hasil rendahnya lulusan pada nilai ujian
nasional tingkat SMP-SMA se Indonesia selama empat tahun.
Tabel 2.1
Perolehan rata-rata nilai Ujian Nasional
No Jenjang Tahun
2016 2017 2018 2019
1 MTs 59,0 53,4 48,8 -
2 MA 54,3 45,6 47,1 48,7
3 SMP 58,6 54,5 51,8 -
4 SMA 52,6 48,1 46,3 47,4
5 SMK 54,4 53,6 45,2 -
Sumber: Kemendikbud.go.id
Selain data di atas, rendahnya mutu pendidikan di Indoesia juga dilihat
dari peringkat PISA pada tahun 2015 yang menempatkan Indonesia pada
urutan 69 dari 72 negara. Selain itu, yang mendasari penulis melakukan
79
penelitian ini karena beberapa hal yaitu: layanan pendidikan di Indonesia
masih belum maksimal dan mutu guru di Indonesia masih rendah.
Proses yang dapat dilakukan dalam menanggulangi berbagai
permasalahan pendidikan Islam di indonesia diantaranya dengan
mengambil terobosan baru yaitu difernsiasi pendidikan Islam melalui
diferensiasi Input, diferensiasi proses, dan diferensiasi output (hasil).
Diferensiasi input dilakukan melalui seleksi ketat pada calon peserta didik
agar mendapatkan peserta didik sesuai standar yang diharapkan, diferensiasi
proses dilakukan dengan meningkatkan kualitas layanan pembelajaran dan
diferensiasi output dengan menghasilkan peserta didik agar memiliki multi
kompetensi.
Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah memberikan
konsep terhadap lembaga pendidikan agar menjadi lembaga pendidikan
islam model yang unggul dan kompetitif serta mampu melahirkan lulusan
yang dapat diharapkan masyarakat.
Gambar 1.1
Kerangka konseptual penelitian
Rend
ahnya
Mutu
Pendi
dikan
Tidak
mamp
u
bersai
ng
Q.S.
Al-
Baqar
ah:14
8
UU
No. 14
Th.
2005
dan
PP 19
Th.
2005
Strate
gi
Difere
nsiasi
Difer
ensias
i
Laya
nan
Difer
ensias
i
Perso
nil
Difer
ensias
i
Produ
k
Pendidikan
Islam
Model,
Unggul dan
Kompetitif
Mutu
Lulus
an
PTK
Prose
s
Pemb
elajar
an
80
BAB III
SETRATEGI DIFERENSIASI PROSES PEMBELAJARAN
DI KAFILA INTERNTIONAL ISLAMIC SCHOOL
A. Gambaran Kafilla Internasional Islamic School Jakarta
1. Sejarah Singkat
Pada pertengahan tahun 2005 sejumlah pengusaha Muslim mendirikan
sebuah lembaga penampungan dan pendidikan untuk anak-anak jalanan dan
yatim piatu yang diberi nama Kafila Internasional Islamic School (KIIS)
dengan pembina lembaganya adalah Ir. H. Abdullah Mas'ud dan Ust. Masrur
Syamhari. Awal mulanya anak-anak binaan Kafila Internasional Islamic
School (KIIS) yang berasal dari wilayah Jabodetabek diasuh oleh Ust.
Saifullah dan Ust. Sudarisman Ahmad sebagai pembina kepribadian, akhlak
dan diniyah. Lalu mulai akhir Desember 2005 Ust Arifudin Dzulzadani dan
tahun 2007. Ust Nur Khamdi didatangkan dari daerah untuk membantu
proses kegiatan belajar siswa.
Nama Kafila Internasional Islamic School (KIIS) awalnya diresmikan
pada bulan Januari 2007 sebagai identitas pesantren dengan Pimpinan Ust.
Sudarisman Ahmad dan kepala MTs. Ust Abdurrahim Qurthubi. Perluasan
wilayah rekruitmen siswa pada tahun 2007 mulai menjangkau daerah Gresik
dan Lamongan, Jawa Timur. Kemudian sejak Juli 2006, Yayasan Kafila
Internasional Islamic School (KIIS) Thoyiba yang menaungi Kafila
Internasional Islamic School (KIIS) memutuskan untuk membuka pesantren
yang menjadikan program Tahfidz Al Qur'an dan Bahasa Arab sebagai
program unggulan dengan mudir Ust. Sudarisman Ahmad. MTs Al Kahfi
menjadi sebuah sekolah formal bagi para santri. Pesantren ini menjaring 15
siswa dari beberapa daerah: Jakarta, Bogor, Bandung, Cilacap, Magelang dan
Yogyakarta. Merekalah siswa angkatan pertama Pesantren Kafila
Internasional Islamic School (KIIS). Yayasan Kafila Internasional Islamic
School (KIIS) Thoyiba memiliki visi jauh kedepan dalam mengembangkan
pendidikannya sehingga nama Pesantren Kafila Internasional Islamic School
(KIIS) Thoyiba diubah menjadi Kafila Internasional Islamic School (KIIS)
pada tahun 2008 hingga sekarang.
Implementasi ISO-9001:2008 di lingkungan Pesantren Kafila
Internasional Islamic School (KIIS) sebagai wujud komitmen perbaikan terus
menerus menjadi program pengembangan utama hingga disertifikasi pada
Maret 2009. Penataan organisasi di bawah kepemimpinan Ust. Sudarisman
Ahmad dan Ust Arifudin Dzulzadani sebagai Management Representative
(QMR) terus dilaksanakan untuk menemukan pola manajemen yang tepat.
Sedangkan Madrasah Aliyah (MA) Kafila Internasional Islamic School
(KIIS) resmi berdiri pada tahun 2010 dengan kepala sekolah saat itu adalah
Ust. Yazid Abdul Alim, Lc yang merangkap sebagai pimpinan Pesantren
Kafila Internasional Islamic School (KIIS), meneruskan tongkat estafet dari
81
Ust. Sudarisman Ahmad yang telah membidani dan mengembangkan
Pesantren Kafila Internasional Islamic School (KIIS) selama 5 tahun dan kini
melanjutkan studinya di Riyadh, Saudi Arabia.
Yayasan Kafila Internasional Islamic School (KIISThoyiba terus
mengembangkan sayapnya. Saat ini ada 4 jenis sekolah di bawah naungan
Kafila Internasional Islamic School (KIIS) yakni MTs. Al-Kahfi, MA Kafila
Internasional Islamic School (KIIS), MTs.Kafila Internasional Islamic
School (KIIS) dan SMP Kafila Internasional Islamic School (KIIS) Fullday.
Sejak tahun 2014 hingga kini Kepala MTs.Al-Kahfi dipimpin oleh Ust. Andy
Sulistiyanto, S.Sos.I dan Kepala MA dipimpin oleh Ust Rudi Dwi Pramono,
S.Pd. Sedangkan dua sekolah yang baru dibuka tahun ajaran 2018/2019
adalah MTs.Kafila Internasional Islamic School (KIIS) Internasional Islamic
School (KIIS) yang dipimpin oleh Ust. Hartono, M.Pd. dan SMP Kafia
Fullday (yang membuka kelas akhwat dan ikhwan) dipimpin oleh Dr.
Sulastri, M.Pd.
Secara legalitas, Madrasah Tsanawiyah (MTs) Al-Kahfi, didirikan pada
tanggal 7 April tahun 1987 oleh Yayasan Al-Kahfi, dengan piagam pendirian
no. DWJ/MTs/1986/1994 oleh Departemen Agama dengan SM:
121231750001. Mulai tahun 2006 Manajemen MTs.Al-Kahfi dikelola oleh
Yayasan Kafila Internasional Islamic School (KIIS) Thoyiba. Sedangkan
Madrasah Aliyah (MA) Kafila Internasional Islamic School (KIIS) didirikan
pada tanggal 18 Juli tahun 2009 oleh Yayasan Kafila Internasional Islamic
School (KIIS) Thoyiba, dengan piagam pendirian no.
KW.09.4/4/HK.00.5/741/2011 oleh Departemen Agama dengan NSM:
131231750022. Kafila Internasional Islamic School (KIIS), yang siswanya
berasal dari berbagai daerah di Indonesia didukung dan disponsori oleh
Yayasan Kafila Internasional Islamic School (KIIS) Thoyiba
(YKT). Yayasan ini berupaya menyelenggarakan pendidikan bebas biaya
yang tidak mengandalkan bantuan pemerintah dan donatur, dengan jalan
terus mengembangkan Unit-Unit Usaha sebagai Profit Center. Diantara
perusahaan-perusahaan yang menopang perjalan Kafila Internasional Islamic
School (KIIS) adalah PT. Oilrig Bina Mas Pratama (OBP), PT.Baasithu Boga
Service (BBS), PT. Excelsior Strategi Mandiri, PT. Sahara Kafila
Internasional Islamic School (KIIS), PT. Kafila Internasional Islamic School
(KIIS) Pelita Sukses (KPS), Koperasi Kafila Internasional Islamic School
(KIIS) Thoyiba dan Kafila Internasional Islamic School (KIIS) Sport Center
(KSC).
Kafila Internasional Islamic School (KIIS) Jakarta memiliki visi jauh
kedepan dan terus menyempurnakan kurikulumnya. Dengan memadukan dan
mensinergikan antara kurikulum Alquran (tahfidz), kurikulum akademik
(kurtilas) dan kurikulum kepesanteran ditambahkan lagi dengan penguatan
bahasa Arab dan bahasa Inggris. Diharapkan alumninya nanti bisa
melanjutkan studinya lebih banyak lagi baik di perguruan tinggi dalam negeri
maupun luar negeri. Saat ini lulusan Kafila Internasional Islamic School
(KIIS) Jakarta sudah menyebar di berbagai kampus dalam negeri dan luar
82
negeri. Kampus dalam negeri yakni ITB, UI, UGM, IPB, UNDIP, UNS, UB
ITS, UNAIR, STAN, Universutas Telkom, Universitas Pertamina dan LIPA
Sedangkan kampus luar negeri yang berhasil dimasuki alumni Kafila
Internasional Islamic School (KIIS) adalah Universitas Islam Madinah,
Univ.Ummul Quro di Makkah, Univ.Al-Azhar di Kairo, Eskisehir
Osmangazi Universitas di Turki, Fatih Sultan Mehmet Universitesi di Turki,
International University of Africa di Sudan dan International Islamic
University of Malaysia/IIUM (Kafila Internasional Islamic School (KIIS),
Para:1-6).
2. Visi, Misi, Tujuan Dan Kebijakan Mutu
Kafila Internasional Islamic School (KIIS) sebagai sebuah yayasan
yang bergerak di bidang pendidikan membawahi beberapa unit lembaga
pendidikan, diantaranya MTs Al-Kahfi dan MA Kafila Internasional Islamic
School (KIIS) yang menerapkan sisitem pembelajaran boarding dan full day.
Dengan demikian untuk mewujudkan sebuah lembaga pendidikan yang
unggul dan kompeten. Kafila Internasional Islamic School (KIIS) memiliki
sebuah arah yang ingin dituju dalam mewujudkan tercapainya tujuan
pendidikan nasional. Arah pendidikan pada Kafila Internasional Islamic
School (KIIS) terangkum dalam sebuah visi, misi dan tujuan yang telah
dicanangkan sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan pendidikan.
Visi Kafila Internasional Islamic School (KIIS) adalah terwujudnya
madrasah yang berkarakter Islam, maju dan unggul. Adapun misi yang
ditetapkan adalah:
a. Membina peserta didik beraqidah salimah, berakhlaqul karimah, dan
beribadah shahihah.
b. Mengantarkan peserta didik mahir berbahasa asing (Bahasa Arab dan
Bahasa Inggris).
c. Mengantarkan peserta didik menguasai IPTEK.
d. Membentuk peserta didik yang berprestasi di bidang akademik dan non
akademik.
e. Menyediakan SDM yang berkompeten sesuai dengan bidangnya.
f. Memfasilitasi warga madrasah dengan media pembelajaran yang tepat
guna/sasaran.
g. Mewujudkan lingkungan belajar yang kondusif bagi warga madrasah.
Untuk sampai kepada VISI, maka Ma'had Kafila memiliki harapan untuk
dapat membantu mengembangkan dan mengarahkan peserta didik agar
memiliki tiga karakter :
a. Beraqidah Ahlussunnah wal Jama'ah;
b. Memiliki jiwa wirausaha,
c. Berwawasan global
83
Kebijakan Mutu Kafila Internasional Islamic School
a. Dalam mencapai VISI dan MISI, keluarga besar Ma'had Kafila bekerja
dengan prinsip-prinsip :
b. Komitmen pada upaya peningkatan mutu yang terus-menerus sebagai
salah satu bentuk ibadah terbaik kepada Allah SWT
c. Islamisasi melalui integrasi kurikulum syar'i dan kauniy serta pendidikan
karakter
d. Inovasi dalam metode pendidikan dan peningkatan kompetensi guru
e. Semangat dalam mewujudkan kepuasan pelanggan
3. Program Kerja Kafila Internasional Islamic School (KIIS)
Program kerja merupakan sebuah rencana kegiatan yang tersusun dengan
baik berdasarkan kesepakatan bersama dalam sebuah lembaga atau
organisasi untuk dilaksanakan dalam jangka waktu yang telah ditentukan.
Program kerja dibuat secara terarah, karena program kerja menjadi pegangan
serta pedoman sebuah organisasi dalam mencapai tujuannya. Program kerja
yang dimiliki sebuah organisasi menjadi barometer dalam pencapaian target
saat melaksankan kegiatan. Organisasi yang tidak memiliki program kerja
menunjukkan pada buruknya sistem perencanaan dan arah pencapaian
penyelenggaraan kegiatan, sehingga secara tidak langsung berdampak buruk
pada keberlangsungan organisasi tersebut.
Kafila Internasional Islamic School (KIIS) dalam mencapai tujuan yang
telah ditetapkannya melakukan penjabaran pelaksanaan kegiatan yang
dituangkan dalam program kerja. Program kerja Kafila Internasional Islamic
School (KIIS) diarahkan pada memaksimalkan fungsi kepala sekolah yang
mencakup beberapa bidang garapan sebagai pimpinan lembaga pendidikan di
Kafila Internasional Islamic School (KIIS). Diantara bidang garapan tersebut
meliputi fungsi edukator, manajer, administrator, supervisor, leader, inovator,
dan motivator. Hal ini dimaksudkan agar setiap kegiatan program pendidikan
benar-benar terlaksana dan terawasi dengan baik melalui kinerja kepala
sekolah yang maksimal. Beragam fungsi tersebut terpaparkan pada tabel
dibawah ini.
Tabel 2.1. Bidang garapan Program Kerja
Berdasarkan Fungsi Kepala Sekolah
No. Fungsi Kepala
Sekolah
Program Bidang garapan
1. Edukator Mampu melakukan bimbingan terhadap guru
Mampu melakukan bimbingan terhadap karyawan
Mampu melakukan bimbingan terhadap peserta
didik
Mampu melakukan bimbingan terhadap staf
Mampu belajar perkembangan IPTEK
84
Mampu memberi contoh mengajar yang baik
2. Manajer Menyusun program kegiatan sekolah
Menyusun tata organisasi lembaga atau sekolah
Menggerakan staf (guru dan karyawan)
Mengoptimalkan sumber daya sekolah
3. Administrator Mengelola administrasi Kegiatan Belajar Mengajar
(KBM) dan Bimbingan Konseling (BK)
Mengelola administrasi kePeserta didikan
Mengelola administrasi ketenagaan
Mengelola administrasi keuangan
Mengelola administrasi sarana / prasarana
Mengelola administrasi persuratan
4. Supervisor Menyusun program supervisi
Melaksanakan progrsm supervisi
memanfaatkan hasil supervisi
5. Leader Memiliki rasa kepribadian yang kuat
Memahami kondisi anak buah
Memiliki visi dan memahami misi sekolah
Mampu mengambil keputusan
Mampu berkomunikasi
6. Inovator Memilih gagasan yang paling relevan dengan
kebutuhan sekolah
Melakukan pembaharuan sekolah
7. Motivator Mengatur lingkungan kerja yang kondusif
Mengatur susasana kegiatan non fisik
Mampu menerapkan prinsip penghargaan dan
hukuman
4. Prestasi Kafila Internasional Islamic School (KIIS)
Salah satu indikator sekolah unggul dan berkualitas dapat diukur dari
pencapaian prestasi siswa dalam kegiatan pendidikan. Prestasi siswa dalam
aspek akademik dan nonakademik memberikan dampak yang sangat positif
bagi keberlangsungan kegiatan pendidikan sebuah sekolah. Prestasi
akademik ditunjukkan dengan pencapaian hasil belajar siswa baik di
tingkatan ulangan harian, ujian semester, hingga ujian nasional. Pencapaian
hasil belajar yang baik merupakan hasil dari penyelenggaraan kegiatan
pendidikan yang baik pula, terencana, dan terprogram dengan pola dan
sistem yang sesuai dengan standar penyelenggaraan pendidikan.
Prestasi akademik yang dicapai Kafila Internasional Islamic School
(KIIS) tentu tidak terlepas dari berbagai upaya pengelola lembaga dalam
85
menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas, unggul, dan kompetitif.
Kafila Internasional Islamic School (KIIS) beberapa tahun terakhir
menunjukkan prestasi yang cukup baik dalam pencapaian hasil belajar siswa
pada pelaksanaan ujian nasional. Hal ini dapat terlihat dalam tabel yang
menggambarkan nilai rata-rata ujian nasional siswa Kafila Internasional
Islamic School (KIIS) selama lima tahun terakhir.
Tabel 2.2. Pencapaian Nilai UN
Kafila Internasional Islamic School Jenjang MTs (KIIS) Lima Tahun Terakhir
No. Mapel
Tahun
2013/2014 2014/2015 2015/2016 2016/2017 2017/2018
Max
Av
g
Min
Max
Av
g
Min
Max
Av
g
Min
Max
Av
g
Min
Max
Av
g
Min
1. B. Indonesia 94 85 78 98 99 80 98 88 82 92 87 76 96 90 80
2. Bhs. Inggris 98 88 72 100 88 74 98 82 50 88 74 44 92 78 62
3. Matematika 100 89 75 100 88 73 100 84 63 100 94 55 100 88 55
4. IPA 100 89 78 98 88 70 95 82 53 100 86 70 88 79 63
Tabel 2.3. Pencapaian Nilai UN
Kafila Internasional Islamic School Jenjang MA (KIIS) Lima Tahun Terakhir
Sumber: Kafila Internasional Islamic School (KIIS), 2018:h.14
Prestasi sekolah terukur dari pencapaian hasil akademik yang
ditunjukkan dengan perolehan nilai hasil belajar siswa baik juga dapat
terukur dengan berbagai prestasi yang dicapai sekolah melalui peserta didik
dalam aspek non akademik. Kafila Internasional Islamic School (KIIS) pada
aspek nonakademik juga menorehkan pencapaian prestasi yang sangat baik
dalam beberapa kegiatan perlombaan yang pernah diikutinya. Perlombaan
tersebut antara lain lomba pidato, cerdas cermat, tahfidz, hingga lomba
kaligrafi dan design.
86
Tabel 3.4. Prestasi Nonakademik
Kafila Internasional Islamic School (KIIS)
No. Jenis Perlombaan Juara Tahun Penyelenggara
1. Lomba Olimpiade
Bahasa Arab
Finalis 2018 DIKTI
2. Lomba Pidato Bahasa
Arab SeJabodetabek
Juara 2 &
Juara 3
2018 Yayasan masjid
Raya Bintaro
3. Lomba Cerdas Cermat
Tingkat Provinsi
Juara 1 2018 Yayasan Darul
Qur’an Mulia
4. Lomba Pidato Bahasa
Arab Se-DKI JABAR
& BANTEN
Juara 1 &
Juara 2
2018 Sekolah MAN
Insan Cendekia
5. Lomba Musabaqoh
Hifdzul Qur’an Se-
Jakarta Timur
Juara 1 &
Juara 2
2017 Walikota
Jakarta Timur
6. Lomba kaligrafi dan
design
Juara 3 2016 Yayasan Darul
Qur’an Mulia
Sumber: Kafila Internasional Islamic School (KIIS), 2018:h.17
5. Struktur Organisai
Struktur organisasi dapat diartikan sebagai kerangka kerja formal
organisasi yang dengan kerangka itu tugas-tugas pekerjaan dapat dibagi-
bagi, dikelompokkan, dan dikoordinasikan (Robbins dan Coulter,
2007:h.248). Pengertian ini memberikan pemahaman bahwa dalam sebuah
organisasi harus memiliki struktur organisasi yang jelas, karena struktur
organisasi memberikan kemudahan dalam mengelompokkan tata kerja serta
mengkoordinasikan berbagai program kerja dengan alur koordinasi yang
jelas. Struktur organisasi berfungsi sebagai alat untuk membimbing kearah
efesiensi dalam penggunaan pekerja dan seluruh sumber daya yang
dibutuhkan dalam meraih tujuan.
Dalam mewujudkan pola penyelenggaraan pendidikan yang baik dan
unggul, Kafila Internasional Islamic School (KIIS) menata organisasinya
dengan sebaik mungkin melalui struktur organisasi yang mampu berfungsi
secara optimal. Hal ini dimaksudkan agar seluruh kegiatan pendidikan dapat
87
terlaksana sesuai dengan tugas, pokok, dan fungsi masing-masing bagian
sebagaimana tugas yang telah di tentukan.
Gambar 2.1. Bagan Struktur Organisasi
Kafila Internasional Islamic School (KIIS)
Sumber: Kafila Internasional Islamic School (KIIS), 2018.
88
B. Strategi Diferensiasi Produk Kafila Internasional Islamic School (KIIS)
Diferensiasi produk merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh
perusahaan dalam menghasilkan dan memasarkan produk yang berbeda dari
tawaran pesaing. Perbedaan yang diciptakan mempunyai keunggulan nilai dan
manfaat lebih untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Produk yang dimaksud
adalah hasil dari suatu pendidikan yang dilalui melalui proses kegiatan belajar
mengajar di Kafila Internasional Islamic School (KIIS) Jakarta. Dalam konteks
jasa pendidikan, produk adalah jasa yang ditawarkan kepada pelanggan berupa
reputasi, prospek dan variasi pilihan. Lembaga pendidikan yang mampu
memenangkan persaingan jasa pendidikan adalah yang dapat menawarkan
reputasi, prospek, mutu pendidikan yang baik, prospek dan peluang yang cerah
bagi para siswa untuk menentukan pilihan-pilihan yang diinginkannya.
Sedangkan kompetensi lulusan adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang
mencakup sikap, pengetahuan, dan ketrampilan.
Untuk mnghasilkan produk pembelajaran yang unggul dan berbeda dari
produk-produk lembaga pada umumnya, Kafila Internasional Islamic School
(KIIS) melakukan cara yang berbeda pula. Hal tersebut dilakukan karena proses
pendidikan di Kafila Internasional Islamic School (KIIS) memiliki target yang
tinggi dengan aktifitas yang padat. Dalam menghasilkan produk dengan kualitas
yang tinggi tersebut, Kafila Internasional Islamic School (KIIS) melakukan
setrategi yang ditempuh melalui beberapa proses. Proses tersebut dapat dilihat
dari diagram di bawah ini.
Gambar 2.2. Proses Menghasilkan Produk Berkualitas
Sumber: Dokumen Kafila Internasional Islamic School (KIIS), 2018
Input : 1. Seleksi PSB 2. MOS
Pembelajaran
1. Akademik
2. Asrama
3. Tahfidz
Evaluasi
1. Ulangan /ujian
2. Penetapan Kenaikan/ Kelulusan
3. Alumni
89
Dari diagram yang tertera di atas, dapat disimpulkan bahwa untuk dapat
mengikuti kegiatan pembelajaran di Kafila Internasional Islamic School (KIIS),
siswa harus melalui beberapa tahapan, yaitu input, pembelajaran dan evaluasi
(Zadani, 15 April 2019). Proses pembelajaran yang dilakukan di Kafila
Internasional Islamic School (KIIS) adalah melaksanakan kegiatan pembelajaran
dengan maksimal untuk mendapatkan input yang berkualitas. Untuk
mendapatkan hasil yang berkualitas Kafila Internasional Islamic School (KIIS)
melaksanakan proses seleksi dan proses inti.
a. Input (masukan)
Proses seleksi dilaksanakan dengan mengadakan seleksei secara ketat
terhadap calon peserta didik yang akan masuk di Kafila Internasional
Islamic School (KIIS) dengan menyaring karakter serta kepribadian mereka.
Proses seleksi ini meliputi wawancara, tes akademik dan masa orientasi.
Proses seleksi ini dilakukan karena proses pendidikan di Kafila Internasional
Islamic School (KIIS) memiliki target yang tinggi dengan aktifitas yang
padat. Dengan demikian dibutuhkan santri yang memiliki kemampuan
akademik, kesiapan mental dan riwayat akhlak yang baik. Proses seleksi pun
diperlukan untuk mendapatkan santri yang memenuhi kriteria.
Ayi Suyitno (20 April 2019) menjelaskan tentang proses seleksi di
Kafila Internasional Islamic School (KIIS) Jakarta, dimana lembaga ini
merupakan lembaga swasta yang berupaya menjadi lembaga percontohan
dan unggulan, oleh karena itu untuk mendapatkan output yang bagus harus
diawali input yang sesuai pula. Proses rekrutmen untuk mendapatkan input
yang baik Kafila Internasional Islamic School (KIIS) melakukan seleksi
melalui beberapa tahap, yaitu; Pertama adalah administrasi, dengan melihat
data asal daerah dan kondisi ekonomi keluarga sebagai pertimbangan utama.
Setiap kota kabupaten telah ditetapkan jumlah maksimal yang diterima.
Tujuannya adalah untuk pemerataan asal daerah. Latar belakang ekonomi
dilihat dari penghasilan orangtua, jumlah tanggungan, serta kondisi
bangunan rumah. Dengan rumusan tertentu, calon santri digolongkan ke
dalam keluarga kurang mampu, sedang atau mampu. Kedua berupa tes
seleksi. Terdiri atas tas membaca Al Quran dan akademik. Tes akademik
meliputi ujian Bahasa Indonesia dan Matematika.
Ketiga adalah pesantren simulasi, pesantren simulasi yang dimaksud
adalah siswa akan dikarantinakan selama 10 hari. Pada tahap terakhir ini
lima puluh calon santri selama kurang lebih 10 hari menjalani kehidupan di
pesantren. Dalam masa simulasi ini calon santri akan diobservasi perilaku,
kesiapan mental serta menjalani psikotes. Dari hasil pesantren simulasi akan
dipilih 25 santri terbaik dengan mempertimbangkan kemampuan ekonomi,
akademik dan akhlak.
Proses seleksi peserta didik yang dilakukan begitu ketat tentu memiliki
tujuan memberikan penyelenggaraan pendidikan yang tidak hanya
memperhatikan sisi akademik saja, melainkan kompetensi dalam bidang
agama juga diajarkan. Melihat persaingan begitu ketatnya dengan kuota
90
jumlah yang diterima tidak sebanding dengan banyaknya jumlah pendaftar,
maka seleksi pun dilakukan melaului beberapa tahap. Diantara tahap itu
pertama nilai akademik, yaitu nilai rata-rata di rapot minimal 7, dan capaian
hafalan al-Qur’an. Ketatnya sistem selsksi di Kafila Internasional Islamic
School (KIIS) menuntut orang tua calon wali murid mempersiapkan putra-
putra mereka dengan sebaik-baiknya melalui upaya persiapan belajar yang
cukup keras. Persiapan yang dilakukan meliputi latihan baca qur’an yang
fasih, menyekolahkan anak ke SD yang program nya bagus sehingga lulus
dari sana mudah untuk masuk Kafila Internasional Islamic School (KIIS)
dan juga membiasakan pola hidup yang baik di rumah, dengan harapan saat
ujian karantina di Kafila Internasional Islamic School (KIIS) anak tidak
kaget dengan peraturan-peraturan yang ditetapakan nya (Nunung, 13 maret
2019).
Selanjutnya, untuk mengetahui sejauhmana tentang latar belakang
calon santri, Kafila Internasional Islamic School (KIIS) melakukan proses
berikutnya yaitu, proses wawancara. Hal ini dilakukan karena peminat
Kafila Internasional Islamic School (KIIS) bukan hanya dari ekonomi
menengah ke bawah, masyarakat yang sangat mampu pun tertarik dengan
model pendidikannya. Dari sejumlah dua puluh lima santri yang diterima,
“lima di antaranya berasal dari keluarga sangat mampu. Tujuannya adalah
memberikan subsidi silang. Namun demikian, Kafila Internasional Islamic
School (KIIS) tidak menetapkan skema pembiayaan. Hal ini untuk menjaga
tujuan didirikannya pesantren adalah berupa lembaga pendidikan
berbeasiswa. Kafila Internasional Islamic School (KIIS) juga tidak
membedakan perlakuan antara kelas ekonomi.
Setiap anak yang akan belajar di Pesantren Kafila Internasional Islamic
School (KIIS) membawa hasil dari proses pendidikan sebelumnya, baik di
lingkungan keluarga, masyarakat maupun sekolah. Dengan demikian perlu
dipastikan bahwa calon santri tersebut memiliki riwayat yang baik di
berbagai aspek. Tidak sedikit ditemui banyaknya perilaku buruk santri
karena bawaan masa lalu. Hal ini cukup berbahaya jika dibawa ke
lingkungan asrama dimana akan terbentuk komunitas remaja (Zadani,
2018:190). Untuk mengetahui sejauh mana kondisi santri sbelumnya, dan
menggali berbagai informasi latar belakang calon santri, Kafila Internasional
Islamic School (KIIS) menunjuk tim pewawancara yang sudah terlatih.
Wawancara menggunakan teknik BEI (Behaviour Event Interview) model
STAR. Tentu ada beberapa penyesuaian cara mengajukan pertanyaan sesuai
dengan tingkat usia balon santri. Dalam proses wawancara ini, sumber
informasi diperoleh dari orang tua dan anak yang kemudian dibandingkan
keduanya (Zadani, 15 April 2019).
Setelah proses seleksi dilakukan, selanjutnya proses MOS (Masa
Orientasi Siswa). MOS pada Kafila Internasional Islamic School (KIIS)
dikenal dengan istilah Milad. MILAD (Masa Integrasi dan Pengenalan
Lingkungan Ma’had/pesantren) merupakan masa orientasi bagi santri baru
di Kafila Internasional Islamic School (KIIS). Istilah milad sendiri berasal
91
dari bahasa Arab yang artinya waktu kelahiran. Maksudnya adalah calon-
calon ilmuwan yang ulama dan ulama yang ilmuwan telah lahir di Kafila
Internasional Islamic School (KIIS). Dalam kegiatan MILAD santri baru
tidak hanya mendapatkan simulasi kehidupan sehari-hari di pesantren, tetapi
mereka sebagai warga baru di masyarakat juga dikenalkan dengan
lingkungan sekitar pesantren. Berinteraksi langsung dengan ketua RT dan
Rw dan masyarakat pada umumnya. Santri baru juga mendapat tugas untuk
membantu masyarakat sekitar. Melalui cara ini santri akan belajar
berinteraksi dengan orang baru. Mereka mengenal masyarakat di lingkungan
sekitar. MILAD ini juga menitikberatkan bahwa santri harus memiliki
manfaat bagi orang lain (Zadani, 15 April 2019).
b. Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran merupakan proses utama dari lembaga
pendidikan. setiap sekolah menawarkan program-program unggulan untuk
menarik minat masyarakat. Proses pembelajaran di Kafila Internasional
Islamic School (KIIS) terbagi menjadi tiga bagian yaitu: kegiatan akademik
di sekolah, kegiatan keasramaan di asrama, dan kegiatan tahfidz al-Qur’an.
Kegiatan akademik di sekolah memiliki pola pembelajaran yang tidak
berbeda dengan lembaga atau sekolah pada umumnya yakni dengan
menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar setiap hari senin sampai
dengan hari sabtu. Kegiatan keasramaan merupakan kegiatan pembelajaran
berbasis pesantren, yakni peserta didik wajib tinggal di asrama dengan
mengikuti rangkaian kegiatan pembelajaran wajib diniyah. Sedangkan
kegiatan tahfidz al-Qur’an merupakan kegiatan wajib menghafal al-Qur’an
yang diawali dengan proses tahsin al-Qur’an.
Tidak sebatas kemampuan akademik semata, Kafila Internasional
Islamic School (KIIS) begitu memperhatikan akan karakter peserta
didiknya, sehingga terwujudlah beberapa program yaitu Zero masbuk dan
penanaman 10 karakter pribadi muslim. Dua program khas inilah menjadi
salah satu produk unggulan pada Kafila Internasional Islamic School (KIIS)
ini. Program 10 karakter kepribadian muslim yang ditekankan kepada siswa,
terlebih dahulu diterapkan ke seluruh SDM yang ada pendidik dan tenaga
kependidikan yang ada di Kafila Internasional Islamic School (KIIS),
bagaimanapun, guru dan tenaga kependidikan merupakan model pertama
yang mampu menularkan karakter kepribadian muslim tersebut bagi siswa.
Program ini tidak akan sukses, jika guru dan tenaga kependidikan belum
mampu menerapkan 10 karakter kepribadian muslim tersebut dalam aktifitas
sehari-harinya di lingkungan Kafila Internasional Islamic School (KIIS).
Kondisi guru yang tidak mampu menjadi model dalam penerapan
karakter kepribadian muslim akan melahirkan sebuah istilah “kabura
maqtan” di lingkungan lembaga pendidikan. Artinya guru hanya bisa
mengucapkan tetapi tidak bisa melakukan. Adapun bentuk implementasinya,
pertama guru-guru wajib mengikuti kegiatan kajian setiap hari sabtu pagi, isi
dari kajian tersebut adalah tentang tazkiatun nufus dan wawasan keislaman,
92
salah satunya yaitu tentang 10 karakter itu. Kedua guru dituntut untuk
mengintegrasikan 10 karakter tersebut ke dalam proses pembelajaran,
caranya dengan memasukkan KI dan KD ke dalam RPP. Setelah terlaksana
para guru mampu merealisasikan program ini, selanjutnya kami melakukan
sosialisai ke seluruh siswa (Zadani, 15 April 2019).
c. Evaluasi
Evaluasi menjadi salah satu komponen penting dalam pelaksanaan
suatu kegiatan, tidak terkecuali dunia pendidikan. evaluasi menjadi sarana
untuk mengukur keberhasilan kegiatan pendidikan di sebuah lembaga atau
sekolah. pada umumnya evaluasi dapat digunakan dalam semua aspek
kegiatan pendidikan misalnya sistem pembelajaran, sistem layanan, Sumber
Daya Manusia, hingga hasil belajar siswa atau peserta didik. Dalam dunia
pendidikan terdapat dua jenis pendekatan yang populer digunakan dalam
mengevaluasi hasil belajar siswa. Dua pendekatan itu meliputi pendekatan
menggunakan tes standar dan pendekatan menggunakan penilaian
berlangsung selama satuan waktu belajar yang diikuti siswa (Zadani,
2018:h.246).
Evaluasi pada Kafila Internasional Islamic School (KIIS) dilakukan
terhadap peserta didik dengan mengacu pada standar kelulusan (SKL)
siswanya, yang hasilnya digunakan untuk mengevaluasi atau menilai guru
dan sekolah. Standar kelulusan pada Kafila Internasional Islamic School
meliputi tiga tahapan yaitu tahapan kenaikan kelas, tahapan penjurusan dan
tahapan kelulusan. Berikut SKL pada Kafila Internasional Islamic School
Jakarta.
a) Kenaikan Kelas Kenaikan kelas X, XI dilaksanakan setiap akhir tahun dalam rapat guru.
Adapun kriteria kelulusan setiap mata pelajaran adalah:
1) Peserta didik dinyatakan lulus pada mata pelajaran utama dalam
program studi, apabila telah mencapai KKM. Peserta didik program
jurusan IPA tidak boleh memiliki nilai yang tidak tuntas pada mata
pelajaran Matematika, Fisika, Kimia, dan Biologi.
2) Memiliki kriteria minimal baik (B) pada nilai akhlak dan kepribadian
peserta didik.
3) Memenuhi prosentase kehadiran peserta didik, yaitu ≥ 80 % dari
seluruh hari efektif pada tiap semester.
4) Jumlah poin pelanggaran dalam buku Panduan Peserta Didik tidak lebih
dari 100 (≤100) baik di Asrama, Sekolah maupun Tahidzul Qur’an
(Menghafal Al-Qur’an)
5) Mencapai target Tahfidzul Qur’an (Menghafal Al-Qur’an) tiap semester
5 Juz.
b) Tahapan Penjurusan
Penjurusan dilakukan sejak semester pertama kelas X. Melalui
analisa kemampuan akademik, bakat, dan minat peserta didik serta
rapat dewan pertimbangan jurusan, maka peserta didik akan
93
diarahkan untuk mengambil program jurusan yang paling sesuai.
Pada tahun ini ada dua program jurusan di Kafila Internasional
Islamic School Jakarta (KIIS), yaitu Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
dan Jurusan Agama.
Kriteria penjurusan yang ditetapkan oleh Kafila Internasional Islamic
School (KIIS) Jakarta adalah sebagai berikut:
1) Penentuan penjurusan dilakukan pada awal semester satu kelas
X.
2) Pelaksanaan penjurusan program studi IPA dan Agama pada
awal semester satu kelas X.
3) Pertimbangan penjurusan dilakukan berdasarkan pilihan (minat),
kemampuan akademik, dan hasil tes yang dilakukan oleh guru
Bimbingan konseling.
4) Persyaratan memilih program studi IPA: Pertama Memiliki nilai
rata-rata mata pelajaran IPA ≥ 75, Kedua Memiliki nilai setiap mata
pelajaran IPA (Matematika, Fisika, Kimia, dan Biologi) sama
dengan atau lebih tinggi dari 70 (≥70).
5) Persyaratan memilih program studi Agama : Pertama Memiliki
nilai rata-rata mata pelajaran Agama ≥ 75, Kedua,Memiliki nilai
setiap mata pelajaran IPA (Matematika, Fisika, Kimia, dan
Biologi) minimal 70 (≥70).
6) Apabila mata pelajaran yang tidak tuntas mencakup semua mata
pelajaran yang menjadi ciri khas program tersebut, maka perlu
diperhatikan prestasi kognitif, afektif, dan psikomotor mata
pelajaran yang menjadi ciri khas program. Apabila ada nilai yang
unggul dari mata pelajaran yang menjadi ciri khas program
tertentu daripada program lainya, maka peserta didik dapat
dianjurkan memilih program tersebut, yang tentunya sesuai
dengan minatnya
7) Peserta didik diberi kesempatan untuk pindah jurusan apabila
peserta didik tidak cocok pada program semula atau tidak sesuai
dengan kemampuan dan kemajuan belajarnya. Madrasah
memfasilitasi agar peserta didik dapat mencapai Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang harus dimiliki di kelas
baru.
c) Tahapan Kelulusan Penentuan kelulusan untuk kelas XII disesuaikan dengan ketentuan
dalam PP 19/2005 Pasal 72 Ayat (1), peserta didik dinyatakan lulus dari
satuan pendidikan pada pendidikan dasar dan menengah setelah:
1) Menyelesaikan seluruh program pembelajaran. Hal ini berarti
peserta didik telah mengikuti program pembelajaran seluruh mata
pelajaran yang terdapat pada kurikulum yang digunakan, yaitu
Kurikulum Ma Kafila Jakarta. Pemenuhan persyaratan ini dilihat
94
pada kelengkapan nilai pada laporan hasil belajar yang tercantum
pada rapor yang dimiliki peserta didik mulai semester satu sampai
semester enam dan 100% dari nilai-nilai tadi mencapai KKM atau
berarti tuntas. Penilaian ini dilakukan oleh tenaga pendidik di Ma
Kafila Jakarta. Ketentuan ini menjadi prasyarat untuk mengikuti
Ujian Madrasah dan Ujian Nasional.
2) Memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir untuk seluruh
mata pelajaran dalam kelompok mata pelajaran: (a) agama, dan
akhlak mulia, (b) kewarganegaraan dan kepribadian, (c) estetika,
dan (d) jasmani, olahraga, dan kesehatan. Penilaian akhir untuk
masing-masing kelompok mata pelajaran dilakuakan oleh satuan
pendidikan dengan mempertimbangkan hasil penilaian peserta didik
oleh pendidik.
3) Lulus Ujian sekolah/madrasah untuk kelompok mata pelajaran ilmu
pengetahuan dan teknologi, dan.
4) Lulus Ujian Nasional.
(1) Peserta didik dinyatakan lulus US/M SMA/MA apabila peserta didik
telah memenuhi kriteria kelulusan yang ditetapkan oleh satuan
pendidikan berdasarkan perolehan nilai S/M.
(2) Nilai S/M sebagaimana dimaksud pada nomor 1) diperoleh dari
gabungan antara nilai US/M dan nilai rata-rata rapor semester 3,4,
dan 5 untuk SMA/MA dengan pembobotan 60% untuk nilai US/M
dan 40 % untuk nilai rata-rata rapor.
(3) Kelulusan peserta didik dari UN ditentukan berdasarkan NA.
(4) NA sebagaimana dimaksudkan pada butir nomor 3) diperoleh dari
gabungan nilai S/M dari mata pelajaran yang diujinasionalkan
dengan Nilai UN, dengan pembobotan 60% untuk nilai S/M dari
mata pelajaran yang diujinasionalkan dan 40% untuk Nilai UN.
(5) Skala yang digunakan untuk nilai S/M, nilai rapor dan nilai akhir
adalah nol sampai sepuluh (0 – 10).
(6) Pembulatan nilai gabungan nilai S/M dan nilai rapor dinyatakan
dalam bentuk dua decimal, apabila decimal ketiga ≥ 5 maka
dibulatkan ke atas.
(7) Pembulatan nilai akhir dinyatakan dalam bentuk satu decimal,
apabila decimal kedua ≥ 5 maka dibulatkan keatas.
(8) Peserta didik dinyatakan lulus UN apabila nilai rata-rata dari semua
NA sebagaimana dimaksud pada butir 4) mencapai nilai paling
rendah 5,5 (lima koma lima) dan nilai setiap mata pelajaran paling
rendah 4,0 (empat koma nol).
(9) Kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan ditetapkan oleh
setiap satuan pendidikan melalui rapat dewan dewan pendidikan
berdasarkan kriteria kelulusan.
95
Selain siswa, guru juga akan mendapatkan rapor di akhir semester.
Rapor bagi guru meliputi penilaian pada adpek afektif/akhlaq, lesson plan,
kratifitas, dan hasil nilai santri. Hasil penilaian terhadap peserta didik dan
guru menjadi salah satu kompinen dalam melaksanakan Evaluasi Diri
Sekolah (EDS).
Kegiatan evaluasi peserta didik pada Kafila Internasional Islamic
School (KIIS) pada dasarnya tidak berbeda dengan lembaga pendidikan
lainnya, yakni ujian semester dan ujian nasional, namun yang berbeda
dengan lembaga pendidikan lainnya adalah budaya yang terbangun
sedemikian rupa sehingga ketika mempersiapkan kegiatan evaluasi terdapat
kebiasaan yang cukup unik, diantaranya 1) sepuluh hari menjelang ujian,
aktivitas ekstrakulikuler diliburkan, 2) lampu-lampu di halaman sekolah
dinyalakan sepanjang malam, 3) peserta didik bertebaran di sudut-sudut
ruangan serta di area sekolah dengan memegang serta mempelajari buku
dengan kesungguhan, 4) guru wajib standby sepanjang jam belajar malam,
5) wali murid tidak diperkenankan menjenguk peserta didik selama masa
ujian berlangsung. Kondisi yang berbeda inilah menjadikan sistem evaluasi
pada Kafila Internasional Islamic School (KIIS) lebih unik dari pada sistem
evaluasi di lembaga lain, sehingga budaya evaluasi sekolah seringkali
disebut sebagai pesta ilmu dan pelajaran (Zadani, 2018:249).
Evaluasi terhadap peserta didik dilakukan dalam bentuk ujian tertulis,
lisan, dan praktik dan dilaksanakan selama tiga minggu. Jenis ujian yang
diberikan kepada peserta didik adalah; 1) ujian tertulis selama satu pekan, 2)
ujian praktik selama satu pekan yang terdiri dari eksperimen sains, praktik
Bahasa Indonesia dan Bahasa internasional, praktik pelajaran diniyah serta
praktik keasramaan atau kepesantrenan, dan 3) ujian al-Qur’an selama satu
pekan.
Produk yang ditawarkan oleh Kafila Internasional Islamic School
(KIIS) kepada pelanggan merupakan produk yang secara global dapat
direalisasikan dalam visi sekolah tersebut yakni terwujudnya madrasah yang
berkarakter Islam, maju dan unggul. Kualitas output yang rahmatan lil
alamiin. Hal tersebut tentunya sesuai dangan landasan yang dimiliki sekolah
tersebut yakni berdasarkan Al-Quran dan Hadis. Kalimat rahmatan
lil’alamin dapat dijabarkan dengan sangat luas kedalam kegiatan
pembelajaran di antaranya dengan pembelajaran terintegrasi, kegiatan intra
sekolah seperti Business Day, perkusi, memanah, outbound, dan kegiatan
yang lain-lain. Program yang ditawarkan yakni program sekolah reguler
berbasis asrama. Program pendidikan berbasis asrama dimaksudkan agar
peserta didik dapat belajar lebih focus tidak banyak pengaruh-pengaruh
negative dari luar sekolah. Program pendidikan di Kafila Internasional
Islamic School (KIIS) memiliki kurikulum khusus dan memiliki fasilitator
pendamping, selain wali kelas itu sendiri, juga terdapat beberapa wali
asrama dan juga musyrif tahfidz Qur’an.
Keberhasilan Kafila Internasional Islamic School (KIIS) dalam
menyuguhkan produk yang unggul dan berkualitas tidak hanya dilakukan
96
untuk melahirkan lulusan dari peserta didik semata, tetapi produk yang
berkualitas juga dilakukan terhadap guru dan tenaga kependidikan yang
mengabdikan dirinya pada lembaga Kafila Internasional Islamic School
(KIIS). Hal ini dilakukan tentu berangkat dari kesadaran lembaga
pendidikan Kafila Internasional Islamic School (KIIS) bahwa kualitas
lulusan dari sebuah lembaga pendidikan akan terwujud jika pendidik dan
tenaga kependidikannya juga berkualitas.
Wujud pelaksanaan kegiatan dalam menghasilakan produk unggulan di
kalangan peserta didik. Menurut Hartono (9 April 2017) bahwa produk
unggulan Kafila Internasional Islamic School yang telah terlihat nyata di
kalangan peserta didik terklasifikasi menjadi tiga macam keunggulan yaitu
unggul pada program akademik, unggul pada program boarding (asrama),
dan unggul pada program tahfidz. Pertama, produk unggulan yang
dihasilkan Kafila Internasional Islamic School (KIIS) dalam aspek akademik
adalah capaian hasil belajar peserta didik yang menunjukkan pada tataran
nilai yang sangat membanggakan. Selain hasil belajar, metode pengajaran
yang dilakukan pendidik (guru) dianggap menyenangkan serta mampu
memberikan dampak pembelajaran yang lebih baik. Hal ini dapat terlihat
pada beberapa capaian berikut ini:
a) Standard Kompetensi Lulusan Tercapai Sesuai Target, melalui hasil nilai
UN baik pada jenjang Madrasah Tsanawiyah maupun Madrasah Aliyah
mendapat predkat tertinggi se Provinsi DKI Jakarta hingga 5 tahun
berturut-turut.
b) Lulusan pada jenjang Madrasah Aliyah yang diterima di PTN Terkemuka
di Indonesai mencapai 94% pertahun nya, merupakan angka yang sangat
fantastis dalam setiap satuan pendidikan. Adapun selebihnya yang tidak
memasuki ke PTN di Indonesia karena mereka sebagian melanjutkan ke
perguruan tinggi luar Negeri khususnya di Timur Tengah seperti Kairo,
Madinah, Turki dll.
c) Metode pengajaran dengan menggunakan pendekatan penguatan akidah
islamiyah, sehingga siswa dapat mengikuti segala kegiatan belajar
mengajar dengan penuh kesadaran, tanpa ada unsur paksaan dari pihak
manapun.
d) Tidak sebatas pada pengetahuan keislaman saja, siswa di Kafila
Internasional Islamic School (KIIS) merupakan produk unggulan yang
memiliki tiga kompetensi keahlian, yaitu Ahli dalam bidang Sains dan
Matematik, menguasai Bahasa Asing sebagai bekal mereka untuk mampu
melihat dunia Internasional, serta mampu menghafal al-Qur’an 20-30 Juz.
Kedua, produk unggulan yang dihasilkan dari program boarding
(asrama) yang dilaksanakan Kafila Internasional Islamic School (KIIS) adalah
kepribadian dan karakter muslim yang tertanam dengan baik di kalangan
peserta didik Kafila Internasional Islamic School (KIIS). Hal ini dapat terlihat
pada beberapa pemaparan berikut ini:
97
a) Tingkat pelanggaran siswa terhadap aturan begitu kecil, artinya siswa
Kafila Internasional Islamic School (KIIS) mampu mengikuti aturan dan
tata tertib dengan penuh kesadaran.
b) Penanaman amalan sunnah yang sangat ditekankan oleh setiap siswa nya
seperti puasa senin dan kamis, shalat tahajjud dan dhuha. Hal tersebut
berjalan dengan baik, perihal tersebut sangat dapat dirasakan oleh setiap
orang tua siswa yang sudah tidak perlu lagi mengingatkan putra nya ketika
di rumah untuk menjalankan amalan-amalan sunnah, hal itu penulis dapati
ketika wawancara kepada beberapa wali murid,dan temuan tersebut
penulis dapatkan melalui observasi selama penulis tinggal beberapa hari di
lokasi penelitian, dan wawancara kepada beberapa siswa, bahwa siswa di
Kafila Internasional Islamic School (KIIS) menjalankan amalan sunnah
begitu tinggi dan penuh kesadaran diri, bahkan mereka merasa rugi jika hal
tersebut terlewatkan karena ada udhur syar’i.
c) Para alumni Kafila Internasional Islamic School (KIIS) telah mampu
mendakwahkan “true muslim personal character” yaitu, Salimul Akidah,
shahihul Ibadah, matinul khuluq, qowiyyul jismi, mutsaqqaful fikri,
mujahadatul linafsi, harisun ala waqtihi, munazhamun fii Syuunihi,
qadirun Alal Kasbi, dan nafi’un lighairi. Penanaman karakter pribadi
muslim dilakukan melalui sistem Halaqoh Tarbiyah (HQ) peserta didik
sebanyak dua (2) kali dalam sepekan. Halaqoh Tarbiyah memiliki konsep
kelompok belajar dengan jumlah 10-12 siswa setiap kelompoknya dengan
pembimbing guru-guru yang memiliki baground pendidikan agama Islam
atau syariah.
d) Memiliki semangat yang tinggi dalam melaksanakan ibadah baik yang
bersifat wajib maupun Sunnah.
e) Mengamalkan akhlaq terpuji dalam kehidupan sehari-hari, seperti berkata
santun, bersikap sopan terhadap siapa saja yang ditemuinya.
f) Memiliki jiwa kedisiplinan yang tinggi yang nampak pada kemampuan
mengikuti kegiatan secara tepat waktu.
g) Mampu membiasakan hidup yang sehat dengan menerapkan nilai
keindahan, kebersihan, dan kerapihan (K3) di lingkungan tempat
tinggalnya.
h) Memiliki naluri self development (pengembangan diri) yang tinggi
sehingga mampu menumbuhkembangkan keahlian personal yang menjadi
ciri khas pribadi.
Ketiga, pada aspek tahfidzul qur’an, Kafila Internasional Islamic School
(KIIS) mengupayakan terwujudnya siswa atau peserta didik yang mampu
memiliki pemahaman yang baik terhadap al-Qur’an dengan menghasilkan peserta
didik sebagai berikut:
a) Memiliki hafalan qur’an 10-30 Juz.
b) Memiliki pemahaman yang baik terhadap tafsir al-Qur’an.
c) Mampu menjadi imam shalat berjamaah baik di Kafila Internasional
Islamic School (KIIS) maupun di masyarakat, dan;
d) Menjadi guru TPQ di lingkungan tempat tinggalnya.
98
Sebagai salah satu lembaga pendidikan yang ternama, Kafila Internasional
Islamic School (KIIS) memiliki rekam jejak yang sangat baik dalam
menghasilkan produk pendidikannya. Produk pendidikan yang dihasilkan bukan
saja dari aspek peserta didik atau lulusan lembaganya semata, namun tenaga
pendidik dan tenaga kependidikan yang mengabdi di Kafila Internasional Islamic
School (KIIS) juga mendapatkan suntikan peningkatan kompetensi yang sesuai
standar Kafila Internasional Islamic School (KIIS). Artinya program
menghasilkan produk yang unggul juga dilakukan terhadap pendidik dan tenaga
kependidikan yang bekerja atau mengabdikan dirinya di lembaga tersebut dengan
semakin meningkatnya kompetensi yang dimilikinya, seperti dalam aspek
pendalaman Bahasa, pelaksanaan ibadah, penguatan aqidah, dan peningkatan 4
kompetensi yang wajib dimiliki guru dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran
di sekolah.
C. Diferensiasi Personil SDM (PTK)
Faktor penentu keberhasilan sebuah lembaga pendidikan adalah
personil/Sumber Daya Manusia (SDM). SDM pada lembaga pendidikan yaitu
Tenaga Pendidik dan Kependidikan. Kafilla Internasional Islamic School (KIIS)
dalam mewujudkan SDM yang berkualitas memiliki cara yang berbeda dalam
menyediakan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan yang sesuai dengan
kebutuhan kegiatan pendidikan yang dilaksanakan. Penyediaan pendidik yang
berkualitas dilakukan melalui beberapa tahap yang harus dilalui setiap pendidik
dan tenaga kependidikan mulai pada saat perekrutan.
Saat ini SDM yang dimiliki Kafila Internasional Islamic School (KIIS)
sudah sesuai dengan kebutuhan dengan prosentase 80% PTK sudah sesuai (linier)
dengan kualifikasi akademiknya berdasarkan aturan negara. Sedangkan yang
20% sifatnya masih satu rumpun seperti guru yang memiliki baground akademik
syariah namun mengajar mata pelajaran PAI, atau guru sains murni mengajar
mata pelajaran matematika ataupun IPA.
a. Persyaratan PTK
Perekrutan PTK atau SDM pada Kafila Internasional Islamic School
(KIIS) Internasional Islamic School (KIIS) melalui tahapan-tahapan yang
sedikit lebih unik dan berbeda dibandingkan lembaga pendidikan lainnya.
Diantara persyaratan yang harus dipenuhi calon PTK adalah mengutamakan
guru yang berjenis kelamin Laki-laki, dengan harapan dapat bekerja secara
totalitas. Berbeda hal nya dengan naluri seorang wanita karena ia punya
tuntutan lebih di dalam keluarganya, seperti mengandung, melahirkan anak
dan mengasuhnya, hal tersebut dianggap oleh pengelola Kafila Internasional
Islamic School (KIIS) dapat mengganggu kinerja seorang guru. Adapun
persyaratan yang lebih spesifik terkelompokkan sesuai dengan posisi
pekerjaan yang akan dilamarnya.
99
Perekrutan SDM pada Kafila Internasional Islamic School (KIIS)
dilakukan sesuai dengan kebutuhan SDM yang secara global terbagi pada tiga
jenis bidang keahlian, yakni:
a) Pembimbing atau guru Tahfidz. Pada bidang ini, kualifikasi yang
dibutuhkan adalah mereka yang memiliki hafalan al-Qur’an sebanyak 30
juz, memiliki kemampuan mengajarkan al-Qur’an baik pada level tahsin
maupun tahfidz, memiliki sanad hafalan al-Qur’an sebagai bukti telah
mengikuti tashhih atau standarisasi hafalan qur’an, dan memiliki
sertifikat penghafal al-Qur’an 30 Juz.
b) Pengelola atau guru asrama (Boarding). Pada bidang ini, kualifikasi yang
dibutuhkan adalah mereka yang memiliki kemampuan mengelola asrama,
memiliki kemampuan memahami dan memberikan bimbingan
keasramaan terhadap peserta didik (santri) dan mampu mengawal
terwujudnya program penanaman 10 karakter pribadi muslim
sebagaimana yang telah ditetapkan Kafila Internasional Islamic School
(KIIS).
c) Pendidik pada aspek pendidikan formal (akademik). Pada bidang ini,
kualifikasi yang dibutuhkan adalah memiliki kompetensi yang sesuai
dengan mata pelajaran atau bidang akademik lain yang akan dijalani dan
berijazah S1 (strata satu).
b. Proses Perekrutan
Perekrutan tenaga Pendidik dan Kependidikan pada Kafila Internasional
Islamic School (KIIS) dilakukan dengan cara yang tidak sederhana, yaitu
dengan menggali lebih dari empat kompetensi, (pedagogik, social,
kepribadian, professional) tetapi lebih mengutamakan pada kompetensi
kesadaran diri. Kompetensi kesadaran merupakan upaya seorang Guru di
Kafila Internasional Islamic School (KIIS) untuk memberikan hal lebih di luar
tugas pokoknya tanpa ada kompensasi yang diberikannya. Artinya mereka
siap bekerja lebih dari jam kerja dengan tanpa meminta imbalan.
Dalam proses perekrutan pendidik dan tenaga kependidikan, Kafila
Internasional Islamic School (KIIS) menyesuaikan dengan kebutuhan sekolah
atau unit pendidikan lainnya. Hamdi (22 April 2019) memaparkan bahwa
kebutuhan Kafila Internasional Islamic School (KIIS) dalam melaksankan
kegiatan pendidikan tercakup pada tiga jenis kegiatan yakni akademik
(KBM), bording (asrama), dan tahfidz.
a. Akademik, pada aspek akademik, Kafila Internasional Islamic School
(KIIS) memiliki standar kompetensi yang harus dimiliki pendidik dan
tenaga kependidikan pada empat aspek kompetensi yakni pedagogik,
social, kepribadian, dan professional. Dalam melakukan perekrutan
pendidik dan tenaga kependidikan di sesuaikan dengan kualifikasi
akademik yang dibutuhkan.
b. Boarding (asrama), semua peserta didik yang di terima di Kafila
Internasional Islamic School (KIIS) wajib tinggal di asrama yang telah
disediakan. Dengan demikian perekrutan pendidik dan tenaga
100
kependidikan juga memperhatikan aspek kemampuan mengelola asrama
yang memahami polaatau sistem kegiatan di asrama serta mampu
memberikan bimbingan terhadap peserta didik yang tinggal di asrama
dengan mengacu pada nilai-nilai kemandirian dan 10 karakter kepribadian
muslim yang telah ditetapkan Kafila Internasional Islamic School (KIIS).
c. Tahfidz merupakan salah satu kegiatan menghafal al-Qur’an yang telah
ditetapkan Kafila Internasional Islamic School (KIIS) sebagai salah satu
kegiatan prioritas. Untuk memenuhi pencapaian program tahfidz, Kafila
Internasional Islamic School (KIIS) melakukan perekrutan pendidik dan
tenaga kependidikan yang telah hafal 30 Juz dan telah bersertifikat hafidz
30Juz dengan memiliki sanad atau riwayat tahfidznya sebagai bentuk
tashih.
Pada proses rekrutmen pendidik dan tenaga kependidikan, Kafila
Internasional Islamic School (KIIS) menerapkan empat tahap seleksi, yakni
administrasi, tes kompetensi, micro teaching, dan interview serta psikotes
(Hamdi, 22 April 2019). Pertama, seleksi administrasi. Pada tahap ini, Kafila
Internasional Islamic School (KIIS) menyeleksi calon PTK berdasarkan
berkas-berkas lamaran kerja sebagaimana yang telah ditetapkan dalam
persyaratan perekrutan PTK atau pegawai. Calon PTK yang telah dianggap
memenuhi persyaratan akan dinyatakan lolos dan berhak mengikuti tahapan
seleksi berikutnya. Kedua, tes kompetensi. Setelah calon PTK dinyatakan
lulus pada tahap seleksi administrasi, calon PTK wajib mengikuti seleksi
kompetensi dengan melakukan tes kompetensi, misalnya pelamar
pembimbing tahfidz harus mengikuti beberapa tes tahfidz yang telah dibuat
dengan standar Kafila Internasional Islamic School (KIIS).
Ketiga, tahapan berikutnya dalam sistem rekrutmen pendidik dan tenaga
kependidikan adalah micro teaching dimana calon PTK melakukan praktek
mengajar atau membina peserta didik baik pada tahfidz, pembina asrama
maupun akademik atau Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). Keempat, pada
tahap akhir calon PTK yang telah dinyatakan lulus pada micro teaching wajib
mnegikuti tes wawancara dan psikotes. Setelah melalui beberapa tahapan
seleksi, pengelola Kafila Internasional Islamic School (KIIS) melakukan
proses kontrak kerja dengan memanggil calon PTK yang telah dinyatakan
lulus pada tahapan tes interview dan psikotes. Tahapan proses rekrutmen PTK
pada Kafila Internasional Islamic School (KIIS) tersebut pada dasarnya tidak
berbeda dengan beberapa sekolah maupun lembaga pendidikan lainnya,
namun rekrutmen SDM atau PTK lebih mengedepankan kompetensi
keislaman.
101
Gambar 3.1. Tahapan Seleksi Rekrutmen PTK
Sumber: Hamdi (22 April 2019)
PTK yang telah menandatangani kontrak dengan Kafila Internasional
Islamic School (KIIS) tidak serta merta menjadikan mereka sebagai pegawai
atau karyawan tetap di Kafila Internasional Islamic School (KIIS), namun
pada beberapa bulan setelah penandatanganan kontrak mereka masih
mendapatkan pengwasan dari pengelola Kafila Internasional Islamic School
(KIIS) untuk nantinya benar-benar menjadi bagian yang tetap dari lembaga
ini. Pengawasan tesebut dikenal dengan istilah masa penilaian. Pertama,
memasuki 3 bulan pertama, status PTK masih berada pada tahap
pendampingan atau training. PTK baru yang berada pada tahap pendampingan
memiliki tutor guru senior dalam melaksankan tugas pengabdiannya sekaligus
melakukan proses penyesuaian diri dengan lingkungan sekolah terutama
dalam aspek komunikasi berbahasa asing, tahsin dan tahfidz qur’an maupun
kegiatan pedagogik.
Kedua, masa kontrak. PTK baru yang telah melewati masa
pendampingan dengan penyesuaian diri yang cukup baik selama 3 bulan,
maka secara tidak langsung masuk kepada masa kontrak. Mulai masa ini,
PTK baru dapat mengikuti beberapa kegiatan peningkatan lain yang telah
dilaksanakan secara rutin, bagi semua PTK yang mengabdi di Kafila
Internasional Islamic School (KIIS), proses ini terus dilakukan hingga PTK
tersebut dinyatakan menjadi pegawai atau karyawan tetap Kafila Internasional
Islamic School (KIIS). Ketiga, masa tetap. Setelah dinyatakan mampu
menjadi partner yang baik bagi keberlangsungan pendidikan di Kafila
Internasional Islamic School (KIIS), PTK yang telah melalui masa
pendampingan dan masa kontrak akan diangkat menjadi pegawai atau
karyawan tetap di Kafila Internasional Islamic School (KIIS).
Gambar 3.2. Tahapan Rekrutmen PTK
Di Kafila Internasional Islamic School (KIIS)
Administrasi
Kompetensi
Micro Teaching
Interview dan Psikotes
Komitmen
Kompetensi
Training & Performance
Masa Percobaan
4
1 2
3
102
c. Kompensasi PTK
Perihal pemberian kompensasi kerja, Kafila Internasional Islamic School
(KIIS) tidak memiliki standar khusus, tetapi dilihat dari income yang ada,
yaitu dengan cara memberikan tawaran kepada calon PTK yang telah lulus
seleksi untuk menentukan sendiri nominal penghasilan sesuai dengan
keinginan nya, yang tentu nantinya akan dikaji dan disesuaikan dengan
kesanggupannya dalam melaksankaan tugas dan tanggung jawabnya di Kafila
Internasional Islamic School (KIIS). Tawaran kompensasi terkait besaran
penghasilan ini menunjukkan bahwa Kafila Internasional Islamic School
(KIIS) memiliki sistem yang berbeda dalam menentukan pemberian
penghasilan kepada PTK yang mengabdi dan bekerja di lembaga tersebut.
Tingkat kenyamanan dan kepuasan kerja Pendidik dan Tenaga
Kependidikan begitu tinggi, hal ini dapat penulis buktikan melalui data yang
diperoleh selama 6 tahun berturut-turut, yaitu dengan mengamati tabel PTK
yang tidak banyak berganti nama-nama dari tahun-ke tahun. Artinya masa
kerja mereka telah lama tetapi tidak tergiur dengan tawaran diluar yang begitu
besar kompensasinya. Hal ini terlihat dari tabel di bawah ini:
Tabel 3.1. Daftar Nama Tenaga Pendidik MA Kafila Jakarta
No. Nama Pelajaran Pendidikan
Terakhir
Status
Kepegawaian
Masa
Kerja
(TH)
1. Ir. Abdurrahman
Assudany
Bahasa
Arab
S 1 Tetap
2. Achmad Al Wasiem,
S.Pd.
Ushul Fiqh S 1 Tetap
3. Ade Wiranata, Lc Aqidah S 1 Tetap
4. Ahmad Nurul Furqan,
S.Pd
Bahasa
Inggris
S 1 Tetap
5. Ahmad Baedowi, S.Pd Biologi S 1 Percobaan
6. Aidil Adha, Lc Qur’an
Hadist
S 1 Tetap
7. Aris Sanwani, S.Si Kimia S 1 Tetap
8. Ayi Sutiono, S.Pd Biologi S 1 Tetap
9. Dede Ruspandi PKN S 1 Tetap
10. Dzannun Rosyid
Khosyi'in, Lc
Tafsir S 1 Percobaan
11. Faizal Akbar Zain, Lc Akhlaq/
Adab
S 1 Tetap
12. Irham Syahbana, Bs.
Eco
Nahwu S 1 Percobaan
13. Muhammad Musta’in,
S.E
Bahasa
Indonesia
S 1 Tetap
14. Nur Hamdi, S.Pd BK S 1 Tetap
15. Okri Nofrizal, Lc Fiqih S 1 Tetap
103
16. Reza Aditya, Lc Faraidl S 1 Tetap
17. Rudi Dwi Pramono,
S.Pd
Matematika S 1 Tetap
18. Ruli Widiyanto, S.Pd. I Siroh/SKI S 1 Tetap
19. Saefulloh Mahyudin,
S.Pd
Siroh/SKI S 1 Tetap
20. Salman Farishi, M.Si Fisika S 2 Tetap
21. Syaefullah El- Hanif,
Lc
Tashrif/
Shorof
S 1 Tetap
22. Taufiqurrahman, Lc TIK S 1 Tetap
23. Yazid Abdul Alim, Lc. Aqidah S 1 Tetap
d. Pengorganisasian PTK
Dalam hal penempatan posisi kerja, Kafila Internasional Islamic School
(KIIS) memiliki cara yang berbeda dari sekolah-sekolah pada umum nya,
dalam hal pengangkatan seorang pimpinan satuan pendidikan, tingkat
tingginya umur bukan merupakan acuan utama, tetapi lebih mengutamakan
pada tingginya kualifikasi pendidikan dan kinerja harian dan pengalaman di
dalam bidannya. Cara ini dianggap lebih efektif oleh pihak pengelolaan Kafila
Internasional Islamic School (KIIS) pada bagian manajemen SDM. Perihal
tersebut sudah dibuktikan sejak berdirinya Kafila Internasional Islamic School
(KIIS) hingga sekarang, dan tanpa ada konflik antar rekan kerja.
Sebuah tuntutan lebih dari Kafila Internasional Islamic School (KIIS)
terhadap pemangku jabatan-jabatan tertentu seperti Kepala Sekolah, direktur
dan guru pamong, mereka diwajibkan tinggal selama 24 jam penuh di dalam
nya. Cara ini merupakan hal yang sangat ekstrim namun mereka melakukan
dengan penuh suka hati, enjoy dan tenggung jawab. Berbeda halnya dengan
lembaga lain yang hanya mewajibkan pimpinan bekerja selama 8 jam perhari.
(tata tertib SDM).
e. Pembinaan dan Peningkatan Kompetensi PTK
Peningkatan kompetensi PTK menjadi sebuah tuntutan masa, semakin
lama masa pengabdian semakin diperlukan upaya penyegaran kompetensi
PTK, mengingat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus
bergerak dan mengalami perubahan. Kondisi ini juga menuntut Kafila
Internasional Islamic School (KIIS) untuk melakukan pembinaan serta
peningkatan kompetensi terhadap PTK atau SDM yang dimilikinya. Upaya
Kafila Internasional Islamic School (KIIS) dalam melakukan pembinaan dan
peningkatan kompetensi PTK atau SDM di lingkungannya adalah dengan
melaksanakan program Pengembangan Kompetensi SDM (PKS) yang jika di
umumnya sekolah dikenal dengan istilah Pengembangan Kompetensi
Berkelanjutan (PKB).
104
Pada program Pengembangan Kompetensi SDM (PKS) secara umum
terklasifikasi menjadi empat jenis program kegiatan yaitu identifikasi
kebutuhan SDM, pengembangan kompetensi pedagogik, peningkatan empat
standar kompetensi guru, dan pembelajaran bahasa asing.
a) Identifikasi kebutuhan SDM.
Program ini dilakukan Kafila Internasional Islamic School (KIIS)
untuk mengetahui dan memetakan jumlah SDM atau PTK yang belum
memenuhi standar Kafila Internasional Islamic School (KIIS). Misalnya,
guru atau PTK yang memiliki kualifikasi mata pelajaran umum biasanya
belum memiliki wawasan keislaman yang cukup, maka Kafila
Internasional Islamic School (KIIS) akan mewajibkan mereka mengikuti
beberapa kegiatan peningkatan wawasan keislaman baik berupa
pemahaman tentang Islam, perbaikan pola ibadah, peningkatan
kemampuan membaca dan menghafal al-qur’an hingga peningkatan
kemampuan berbahasa asing (arab dan inggris). Kewajiban ini berlaku
untuk semua PTK di lingkungan Kafila Internasional Islamic School
(KIIS).
Setelah SDM PTK teridentifikasi dengan baik, maka Kafila
Internasional Islamic School (KIIS) melakukan beberapa kegiatan
pembinaan yang sesuai dengan kemampuan yang menjadi kebutuhan
Kafila Internasional Islamic School (KIIS) dalam melaksanakan tugas
pengabdiannya. Kegiatan yang diberikan adalah pembelajaran wawasan
keislaman, Bahasa asing, tahsin dan tahfudzul Qur’an. Kegiatan ini
dilakukan melalui pembelajaran bersama guru senior (tutor sebaya).
Lebih daripada itu, tuntutan yang bersifat kompetensi keahlian
dalam bidang tahfidzul qur’an merupakan hal yang sangat diutamakan,
bagaimana tidak para siswa dituntut untuk mampu menghafal al-Qur’an
sebanyak minimal 20 Juz, sudah barang tentu untuk dewan guru yang
adapun berarti dituntuk untuk menghafal Al-Quran sepenuhnya yaitu 30
Juz (data tentang kompetensi PTK).
b) Pengembangan kompetensi pedagogik.
Program pengembangan kompetensi pedagogik dilakukan untuk
meningkatkan kualitas pendidik (guru) dalam melaksanakan tugas
kegiatan belajar mengajar di kelas. Program ini didasari sebuah
kesadaran dari pengelola Kafila Internasional Islamic School (KIIS)
bahwa dalam kegiatan belajar mengajar guru atau pendidik harus
memiliki kemampuan yang baik dalam menyampaikan pembelajaran
kepada peserta didik di kelas, baik dari penguasaan materi, metode
mengajar, memahami karakteristik peserta didik serta cara
memperlakukan peserta didik.
Kegiatan pengembangan kemampuan pedagogik dilaksanakan
dengan sebuah harapan yakni guru atau pendidik akan mampu
menyelenggarakan kegiatan pembelajaran yang nyaman dan
menyenangkan bagi peserta didik, sehingga tujuan pelaksanaan KBM
105
yang telah dirumuskan Kafila Internasional Islamic School (KIIS) akan
tercapai seoptimal mungkin.
a) Melaksankan lesson plan dilaksankan setiap tanggal 20 untuk
membuat rencana pembelajaran satu bulan berikutnya.
b) Merumuskan KI dan KD yang berintegrasi dengan 10 karakter
pribadi muslim.
c) Peningkatan empat kompetensi guru.
Kegiatan peningkatan kompetensi guru dilakukan untuk memenuhi
standar pendidik sesuai dengan amanah Undang-undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sisitem Pendidikan Nasional yang mengamanahkan
guru harus memnuhi empat standar kompetensi yang meliputi
kompetensi pedagogik, kompetensi sosial, kompetensi kepribadian, dan
kompetensi professional.
Pada peningkatan kompetensi pedagogik tentu telah dilakukan pada
program pengembangan kompetensi pedagogic. Sedangkan peningkatan
kompetensi kepribadian dan sosial, Kafila Internasional Islamic School
(KIIS) melaksanakan program kegiatan pembangunan karakter pribadi
muslim yang disebut dengan program Tazkiyatun Nafs (pembersihan
hati). Dalam pelaksanaan Tazkiyatun Nafs, Kafila Internasional Islamic
School (KIISmemiliki 10 (sepuluh) karakter pribadi muslim yang harus
ditanamkan pada semua warga di lingkungan pendidikannya, baik
pengelola di tingkat yayasan, sekolah, guru, tenaga kependidikan, staf,
hingga kepada siswa. Penulis memaparkan sepuluh (10) karakter pribadi
muslim pada pembahasan karakteristik PTK.
Pembinaan dan peningkatan kompetensi guru dilakukan juga
melalui program halaqoh tarbawiyah (kajian keislaman). Kegiatan ini
menjadi sarana bagi para guru untuk meningkatkan pemahaman dan
wawasan mereka tentang nilai-nilai keislaman yang secara tidak
langsung berpengaruh terhadap peningkatan kompetensi kepribadiannya
sebagai seorang pendidik. Baiknya kepribadian seorang pendidik juga
akan berpengaruh terhadap pola interaksi sosial dengan sesame guru,
siswa dan masyarakat yang ada di lingkungan sekitarnya. Halaqoh
tarbawiyah dikemas dalam bentuk pengajian seperti majlis taklim pada
umumnya yang dilaksanakan di kalangan guru dengan beberapa kali
pertemuan setiap bulan.
d) Pembelajaran dan peningkatan Bahasa asing.
Upaya pembinaan dan peningkatan kompetensi PTK dilakukan
dengan memberikan pembelajaran Bahasa asing yakni Bahasa arab dan
Bahasa inggris. Upaya ini dilakukan untuk mewujudkan terlaksananya
program bilingual di lingkungan Kafila Internasional Islamic School
(KIIS) terutama pada saat pelaksanaan KBM. Dengan kemampuan
Bahasa asing yang dimiliki guru, secara tidak langsung akan memberikan
keteladanan bagi siswa untuk aktif berkomunikasi menggunakan Bahasa
arab dan inggris yang diterapkan secara bergantian setiap pekan.
106
Gambar 3.5. Pembinaan dan Peningkatan Kompetensi PTK
Sumber: Hamdi (22 April 2019)
Pada program ini, Kafila Internasional Islamic School (KIIS) menuntut
semua guru untuk terus meningkatkan kemampuan memahami dan
menggunakan Bahasa asing secara aktif, sehingga kegiatan ini memberikan
suntikan wawasan bagi guru yang masih lemah berbahasa asing menjadi
terbiasa dan pandai berbahasa asing secara aktif baik Bahasa arab maupun
Bahasa inggris. Program ini menjadi sebuah differen bagi Kafila Internasional
Islamic School (KIIS) karena penerapan program Bahasa juga dilakukan pada
semua guru.
Selain empat program diatas, upaya Kafila Internasional Islamic School
(KIIS) dalam meningkatkan standard kompetensi PTK adalah memberikan
beasiswa penuh dari pihak Yayasan untuk melanjutkan jenjang yang lebih
tinggi, yaitu pada jenjang S 2 dan S 3, tanpa mengurangi hak kompensasi
harian. Dengan cara ini para Pendidik dan Tenaga Kependidikan yang ada
dapat belajar dengan tenang, focus dan terarah. Jika telah usai masa studinya
mereka kembali dengan bekal yang lebih baik lagi. Cara ini sebenar nya sudah
banyak dilakukan oleh sekolah-sekolah pada umumnya, tapi cara yang
berbeda yaitu di Kafila Internasional Islamic School (KIIS) tidak diikat
dengan tugas pokok tetapi tetap diberikan haknya secara penuh. Selain cara
tersebut, Kafila Internasional Islamic School (KIIS) selalu memberikan
pelatihan-pelatihan/training untuk meningkatkan kompetensi PTK yang ada,
dengan mendatangkan narasumber dari luar (Hamdi, 22 April 2019).
Pembinaan dan peningkatan kompetensi PTK juga dilakukan pengelola
Kafila Internasional Islamic School (KIIS) dengan berbagai upaya,
diantaranya, 1) memfasilitiasi guru untuk memenuhi kualifikasi akademik
yang sesuai dengan mata pelajaran yang diampunya bagi guru yang belum
linier, 2) mengadakan pendidikan kelas jauh untuk guru yang belum memiliki
legalitas akademik, 3) melakukan sertifikasi internal bagi guru melalui
kerjasama dengan Universitas Hamka Jakarta untuk meningkatkan
kompetensi pedagogic dan kompetensi professional, 4) mengadakan pelatihan
pembuatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Identifikasi Kebutuhan SDM
Pengembangan Pedagogik
Peningkatan Standar Kompetensi Guru
Pembelajaran Bahasa Asing
107
f. Evaluasi Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK)
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran di lembaga pendidikan tentu tidak
sepenuhnya berlangsung sesuai dengan yang diharapkan. Setiap pelaksanaan
program kegiatan memiliki sistem evaluasi yang telah dirumuskan sebagai
pengawas berlangsungnya kegiatan. Sistem evaluasi terdiri dari berbagai
aspek kegiatan, mulai dari fasilitas, SDM, dan jenis kegiatan. Kafila
Internasional Islamic School (KIIS) dalam menyelenggarakan kegiatan
pembelajaran dan pendidikan di lingkungannya juga memiliki sistem evaluasi,
salah satunya evaluasi terhadap SDM yang dimilikinya.
Evaluasi terhadap SDM dilakukan secara periodik yakni evaluasi tiga (3)
bulan dan evaluasi 6 bulan atau persemester. Evaluasi SDM yang dilakukan
pada kurun waktu 3 bulan sekali mengarah pada berbagai perbaikan yang
harus dilakukan guru atau tenaga pendidikan lainnya dalam melaksanakan
tugas. Evaluasi 3 bulan pada Kafila Internasional Islamic School (KIIS) di
istilahkan sebagai Penilaian Kinerja (PK). Evaluasi yang dilaksanakan
persemester (6 bulan) mengarah pada pelaksanaan laporan
pertanggungjawaban guru atau tenaga kependidika atas kinerja yang telah
dilakukan selama satu semester. Pada evaluasi persemester jika masih
ditemukan berbagai kekurangan yang berarti dalam pelaksanaan kegiatan
pembelajaran oleh guru atau tenaga kependidikan lainnya maka akan
diberikan teguran, peringatan, bahkan pemotongan penghasilan sebagi bentuk
keseriusan Kafila Internasional Islamic School (KIIS) dalam penegakan
kedisiplinan dalam menyelenggarakan kegiatan pendidikan.
Kegiatan evaluasi Kafila Internasional Islamic School (KIIS) pada PTK
sering menghasilkan beberapa permasalahan PTK dalam melaksanakan
tugasnya, diantaranya:
1) kurang disiplin dalam membuat administrasi pembelajaran di kelas,
misalnya membuat catatan siswa yang berisi laporan guru yang dibuat
secara obyektif terhadap perkembangan siswa, pembuatan perangkat
pembelajaran, dan kegiatan administrasi lainnya.
2) kurangnya kedisiplinan dalam ketepatan waktu dalam melaksanakan
kegiatan pembelajaran khususnya di asrama, sehingga secara tidak
langsung mengganggu proses kegiatan pembelajaran di sekolah,
3) interaksi sosial yang belum terjalin dengan baik di antara sesama guru
dan tenaga kependidikan di sekolah khususnya dalam aspek saling
mengingatkan pada tugas dan tanggungjawab rekan guru dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas maupun pelanggaran
terhadap kriteria pribadi muslim di kalangan PTK.
g. Karakter Pribadi Muslim Warga Kafila Internasional Islamic School
(KIIS)
Perdaban Islam terbentuk dari bagaimana ummat Islam membangun pola
kehidupannya. Kemajuan Islam di masa-masa kejayaan tidak terlepas dari
semangat ummat Islam untuk memajukan taraf kekuatan hidup dalam
108
berbagai aspek kehidupan, misalnya aspek pendidikan, aspek ekonomi, aspek
sosial-keagamaan, aspek politik, aspek budaya, hingga aspek sains dan
teknologi. Diantara beragam aspek tersebut, aspek sosial-keagamaan menjadi
salah satu faktor yang memiliki peran besar terhadap terwujudnya kemajuan
peradaban Islam di masa kejayaannya.
Aspek sosial-keagamaan ummat Islam berawal dari bagaimana ummat
Islam mampu membangun karakter dan kepribadian muslim sejati dalam
jiwanya, semakin baik karakter dan kepribadiannya, maka semakin
memberikan dampak positif bagi perilaku dan aktivitasnya di komunitasnya.
Manshur (2017:1) menyebutkan berbagai karakter dan pribadi muslim yang
dibangun antara lain: salimul aqidah (aqidah yang bersih), sahihul ibadah
(ibadah yang benar), matinul khuluq (akhlak yang kokoh), qowiyyul jismi
(kekuatan jasmani), mutsaqoful fikri (intlek dalam berpikir), mujahadatul
linafsihi (berjuang melawan hawa nafsu), harishun ala waqtihi (pandai
menjaga atau mengatur waktu), munazhzhamun fi syuunihi (teratur dalam
suatu urusan), qadirun alal kasbi (mandiri), dan nafi’un lighairihi (bermanfaat
bagi orang lain). Beragam karakter tersebut menjadi acuan Kafila
Internasional Islamic School (KIIS) dalam menanamkan kepribadian unggul
terhadap peserta didiknya.
a) Salimul Aqidah (good aqidah)
Islam merupakan sebuah pedoman dalam menjalani kehidupan bagi
manusia untuk menjadi pribadi yang selamat baik di kehidupan dunia
maupun di akhirat. Keselamatan yang diharapkan setiap insan tidak dapat
dicapai jika tidak memiliki keyakinan yang selamat pula. Kafila
Internasional Islamic School (KIIS) memiliki sebuah prinsip dalam
pembentukan kepribadian muslim yang selamat melalui upaya penanaman
aqidah yang selamat yang dikenal dengan istilah salimul aqidah (aqidah
yang selamat). Prinsip dan karakter utama seorang muslim ini terus
didengungkan guru dan segenap warga Kafila Internasional Islamic School
(KIIS) Internasional Islamic School di setiap kegiatan pembelajarannya
baik di sekolah maupun di asrama (Hamdi, 22 April 2019).
Prinsip salimul aqidah diberikan melalui penanaman keyakinan serta
penambahan pemahaman tentang rukun Islam, rukun iman dan ihsan.
Ketiga prinsip dalam Islam tersebut tidak hanya dilakukan dalam bentuk
teoritis semata, namun juga dalam praktek kehidupan sehari-hari kususnya
di asrama. Hal ini nampak dari keseriusan Kafila Internasional Islamic
School (KIIS) untuk membiasakan penerapan nilai-nilai keyakinan kepada
Allah swt sehingga dengan sendirinya akan membangun sebuah prinsip
keimanan yang kuat yang nantinya berdampak pada perilaku dan aktifitas
kesehariannya.
Aqidah yang selamat merupakan sebuah keyakinan yang kokoh akan
sebuah nilai keimanan. Keyakinan yang kokoh inilah akan membentuk
kepribadian seseorang menjadi tegar, teguh dan gigih dalam memegang
prinsip yang diyakini, sehingga prinsip tersebut akan menjadi landasan
109
utama dalam berpikir dan bertindak (Akbar, 2013:para.6). Kekuatan
prinsip keimanan juga menjadikan seseorang menjadi lebih kuat dan
mampu bertahan dalam menghadapi berbagai rintangan hidup yang penuh
dengan ujian serta tantangan.
Aqidah yang selamat atau yang bersih merupakan sesuatu yang harus
ada pada setiap muslim. Dengan aqidah yang bersih, seorang muslim akan
memiliki ikatan yang kuat kepada Allah swt dan dengan ikatan yang kuat
tersebut, seseorang tidak akan menyimpang dari jalan dan ketentuan-
ketentuan-Nya. Kebersihan aqidah seseorang juga akan memantapkan
dalam menyerahkan segala perbuatannya kepada Allah sebagaimana
tercantum dalam al-Qur’an Surah Al-An’am ayat 162 yang menyebutkan
“sesunggunya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku, semua bagi Allah
Tuhan semesta alam”. pentingnya aqidah yang bersih menjadi upaya
prioritas Rasulullah saw dalam membangun pondasi keislaman para
sahabat dan ummat Islam selama lebih kurang 13 tahun.
b) Shahihul Ibadah (Right Devotion)
Ibadah yang benar (shahihul ibadah) merupakan salah satu perintah
dalam ajaran Islam. Bahkan, ibadah yang benar sesuai dengan tuntunan
merupakan hal yang sangat penting dalam menjalankan peribadatan
agama. Sebagai sebuah lembaga pendidikan Islam, Kafila Internasional
Islamic School (KIIS) Internasional Islamic School menanamkan kepada
segenap warganya baik kalangan peserta didik maupun guru dan tenaga
kependidikan untuk mengupayakan pengamalan ibadah yang sesuai
dengan aturan dan ketentuan Islam baik yang ditetapkan dalam al-Qur’an,
hadits, pendapat sahabat, hingga pendapat (ijtihad) para ulama.
Pelaksanaan ibadah yang benar dilakukan dengan meberikan
pemahaman kepada peserta didik tentang bagaimana melakukan ibadah
yang sesuai dengan tuntunan Islam yang meliputi tata cara bersuci, shalat,
puasa, zakat, haji, dan ibadah Sunnah lainnya. Pemberian pemahaman
tentang tata cara ibadah yang benar tersebut secara tidak langsung dapat
membangun kebiasaan beribadah peserta didik sesuai dengan tuntunan
yang benar dalam islam. Pembiasaan yang benar tersebut akan terus
tertanam hingga mereka dewasa (Hamdi, 22 April 2019).
c) Matinul Khuluq (Strong Character)
Akhlaq yang kokoh merupakan istilah lain dari akhlak mulia sikap
dan prilaku yang harus dimiliki setiap muslim, baik perilaku dengan Allah
swt maupun perilaku dengan sesama manusia serta makhluk lainnya.
Akhlak mulia akan mengantarkan manusia pada kebahagiaan hidup,
karena dengan akhlaq yang baik seseorang akan terhindar dari ragam
pertikaian dan permusuhan diantara sesama manusia. Kemulian akhlak
dalam Islam merupakan pondasi utama dalam beragama, bahkan kehadiran
Rasulullah saw diantara tugas utamanya adalah memperbaiki akhlak
manusia.
110
Pembentukan akhlak mulia dilakukan Kafila Internasional Islamic
School (KIIS) tidak hanya kepada peserta didik semata, namun juga
dilakukan kepada seluruh guru serta tenaga kependidikan yang
mengabdikan diri di lingkungannya. Upaya ini sebagai wujud dari
kesungguhan Kafila Internasional Islamic School (KIIS) dalam
mewujudkan pendidikan yang mengarah pada ketercapaian pengetahuan,
sikap, maupun keterampilan siswa. Sikap peserta didik dibekali dengan
pembentukan serta pembiasaan akhlak mulia yang dilakukan di seluruh
kegiatan yang selenggarakannya baik di sekolah maupun di asrama.
d) Qowiyyul Jismi (Physical Power)
Kekuatan jasmani merupakan salah satu sisi pribadi muslim yang
harus ada. Kekuatan jasmani berarti seorang muslim memiliki daya tahan
tubuh yang kuat sehingga dapat melaksanakan ajaran Islam secara optimal
dengan fisiknya yang kuat. Pelaksanaan ibadah berupa shalat, puasa, dan
haji membutuhkan fisik yang sehat dan kuat. Kepribadian yang sehat
diupayakan Kafila Internasional Islamic School (KIIS) Internasional
Islamic School (KIIS) Internasional Islamic School melalui beragam
kegiatan olah raga maupun pemberian makanan yang sehat dan bergizi
(Hamdi, 22 April 2019).
e) Mutsaqoful Fikri (Thinking Brilliantly)
Dalam memacu peserta didik memiliki pola pikir yang maju, Kafila
Internasional Islamic School (KIIS) sering melaksanakan kegiatan diskusi
bagi siswa, kegiatan ini dilaksanakan pada saat kegiatan belajar mengajar
di sekolah dan juga kegiatan diniyah di asrama. Materi yang didiskusikan
adalah materi pelajaran yang telah didapatkan di sekolah ataupun materi
kajian-kajian keislaman yang didapatkan pada kegiatan kajian keislaman.
Diskusi yang terbiasa dilaksanakan secara tidak langsung membentuk
ketajaman berpikir bagi peserta didik. Bahkan, bagi siswa yang termasuk
penerima beasiswa menjadi sebuah tuntutan wajib untuk membangun
ketajaman berpikir melalui belajar secara mandiri maupun kelompok untuk
mempertahankan posisinya sebagai peserta didik penerima beasiswa.
Ketajaman berpikir peserta didik juga dilakukan dengan kewajiban
menghafal al-Qur’an (Hamdi, 22 April 2019).
Wujud keberhasilan Kafila Internasional Islamic School (KIIS) dalam
membangun intlektualitas peserta didik adalah capaian peserta didik yang
membanggakan dalam beberapa even kompetisi cerdas cermat, kompetisi
sains, kompetisi robotik maupun kompetisi ilmu pengetahuan lainnya yang
dilaksanakan antar sekolah baik di tingkat kota, provinsi, nasional, dan
internasional. Salah satu nilai intlektual peserta didik Kafila Internasional
Islamic School (KIIS) adalah menjuarai lomba Spelling Be Tingkat Asia
dalam ajang AEO pada tahun 2015 (Zadani, 2018:260).
111
f) Mujahadatul Linafsihi (Forbearance)
Berjuang melawan hawa nafsu (mujahadatun linafsihi) merupakan
salah satu kepribadian yang harus dimiliki seorang muslim, karena setiap
manusia memiliki kecenderungan pada yang baik dan yang buruk.
Melaksanakan kecenderungan pada yang baik dan menghindari yang
buruk amat menuntut adanya kesungguhan dan kesungguhan itu akan ada
manakala seseorang berjuang dalam melawan hawa nafsu. Sebagai
penuntut ilmu, berjuang melawan hawa nafsu merupakan amaliah yang
sangat penting bagi peserta didik. Karena keberhasilan belajar yang
mereka capai merupakan hasil dari kesungguhan mereka dalam
mengalahkan hawa nafsunya, seperti hawa nafsu malas untuk belajar,
hawa nafsu untuk bebas tanpa mengikuti aturan apapun, hawa nafsu dalam
kelemahan mengatur waktu, hawa nafsu malas untuk beribadah, hawa
nafsu melawan ketidak disiplinan dalam mengikuti kegiatan, dan beragam
hawa nafsu yang berdampak negative lainnya.
Kegiatan pembiasaan yang dilaksanakan Kafila Internasional Islamic
School (KIIS) dalam melawan hawa nafsu bagi peserta didiknya berupa
kewajiban melaksankan shalat 5 waktu secara berjama’ah dan tepat di
awal waktu, sehingga terdapat istilah zero masbuq (nol makmum masbuq
dalam shalat berjama’ah) di kawasan sekolah maupun asramanya.
Pembiasaan lainnya adalah kewajiban berkomunikasi dengan
menggunakan Bahasa araba tau inggris di lingkungan sekolah dan asrama,
serta kewajiban menghafalkan al-Qur’an sesuai dengan panduan yang
telah ditetapkan (Hamdi, 22 April 2019).
g) Harishun Ala Waqtihi (Good Time Management)
Pandai menjaga waktu (harishun ala waqtihi) merupakan faktor
penting bagi manusia. Hal ini karena waktu itu sendiri mendapat perhatian
yang begitu besar dari Allah dan Rasul-Nya. Allah Swt banyak bersumpah
di dalam Al-Qur’an dengan menyebut nama waktu seperti wal fajri, wad
dhuha, wal asri, wallaili dan sebagainya. Allah Swt memberikan waktu
kepada manusia dalam jumlah yang sama setiap, yakni 24 jam sehari
semalam. Dari waktu yang 24 jam itu, ada manusia yang beruntung dan
tak sedikit manusia yang rugi. Karena itu tepat sebuah semboyan yang
menyatakan: “Lebih baik kehilangan jam daripada kehilangan waktu’.
Waktu merupakan sesuatu yang cepat berlalu dan tidak akan pernah
kembali lagi. Oleh karena itu setiap muslim amat dituntut untuk memanaj
waktunya dengan baik, sehingga waktu dapat berlalu dengan penggunaan
yang efektif, tak ada yang sia-sia. Maka diantara yang disinggung oleh
Nabi Saw adalah memanfaatkan momentum lima perkara sebelum datang
lima perkara, yakni waktu hidup sebelum mati, sehat sebelum sakit, muda
sebelum tua, senggang sebelum sibuk dan kaya sebelum miskin.
112
h) Munazhzhamun fi Syuunihi (Well Organize)
Teratur dalam suatu urusan (munzhzhamun fi syuunihi) termasuk
kepribadian seorang muslim yang ditekankan oleh Al-Qur’an maupun
sunnah. Oleh karena itu dalam hukum Islam, baik yang terkait dengan
masalah ubudiyah maupun muamalah harus diselesaikan dan dilaksanakan
dengan baik. Ketika suatu urusan ditangani secara bersama-sama, maka
diharuskan bekerjasama dengan baik sehingga Allah menjadi cinta
kepadanya. Dengan kata lain, suatu udusán dikerjakan secara profesional,
sehingga apapun yang dikerjakannya, profesionalisme selalu mendapat
perhatian darinya. Bersungguh-sungguh, bersemangat dan berkorban,
adanya kontinyuitas dan berbasih ilmu pengetahuan merupakan diantara
yang mendapat perhatian secara serius dalam menunaikan tugas-tugasnya.
i) Qadirun Alal Kasbi (Independent)
Memiliki kemampuan usaha sendiri atau yang juga disebut dengan
mandiri (qodirun alal kasbi) merupakan ciri lain yang harus ada pada
seorang muslim. Ini merupakan sesuatu yang amat diperlukan.
Mempertahankan kebenaran dan berjuang menegakkannya baru bisa
dilaksanakan manakala seseorang memiliki kemandirian, terutama dari
segi ekonomi. Tak sedikit seseorang mengorbankan prinsip yang telah
dianutnya karena tidak memiliki kemandirian dari segi ekonomi. Karena
itu pribadi muslim tidaklah mesti miskin, seorang muslim boleh saja kaya
raya bahkan memang harus kaya agar dia bisa menunaikan haji dan umroh,
zakat, infaq, shadaqah, dan mempersiapkan masa depan yang baik. Oleh
karena itu perintah mencari nafkah amat banyak di dalam Al-Qur’an
maupun hadits dan hal itu memilik keutamaan yang sangat tinggi. Dalam
kaitan menciptakan kemandirian inilah seorang muslim amat dituntut
memiliki keahlian apa saja yang baik, agar dengan keahliannya itu menjadi
sebab baginya mendapat rizki dari Allah Swt, karena rizki yang telah Allah
sediakan harus diambil dan mengambilnya memerlukan skill atau
ketrampilan.
j) Nafi’un Lighairihi (Meritorious to Others)
Bermanfaat bagi orang lain (nafi’un lighoirihi) merupakan sebuah
tuntutan kepada setiap muslim. Manfaat yang dimaksud tentu saja manfaat
yang baik sehingga dimanapun dia berada, orang disekitarnya merasakan
keberadaannya karena bermanfaat besar. Maka jangan sampai seorang
muslim adanya tidak menggenapkan dan tidak adanya tirák
mengganjilkan. Ini berarti setiap muslim itu harus selalu berpikir,
mempersiapkan dirinya dan berupaya semaksimal untuk bisa bermanfaat
dalam hal-hal tertentu sehingga jangan sampai seorang muslim itu tidak
bisa mengambil peran yang baik dalam masyarakatnya.
Beragam aspek SDM PTK yang di temukan pada Kafila Internasional
Islamic School (KIIS) memberikan sebuah perbedaan yang cukup mendasar jika
113
dibandingkan dengan lembaga pendidikan yang lain. Asusmsi ini sangat terlihat
di beberapa kompetensi PTK yang harus dimiliki diantaranya adalah wajibnya
PTK untuk terus meningkatkan kompetensi wawasan keislamannya melalui
program tahsin, tahfidz, pembelajaran keislaman dengan tutor sebaya, dan
peningkatan kemampuan Bahasa asing. Perbedaan inilah yang menjadikan guru-
guru maupun tenaga kependidikan yang lain di Kafila Internasional Islamic
School (KIIS) menjadi terlihat menonjol kemampuannya pada beberapa kegiatan
guru di Jakarta (Hamdi, 22 April 2019).
D. Strategi Diferensiasi Layanan
Pelayanan dalam dunia pendidikan menjadi aspek yang tidak dapat dipandang
sebelah mata, karena pelayanan pelaku pendidikan di lembaga pendidikan akan
memberikan sebuah kenyamanan bagi para pelanggannya yakni peserta didik
maupun orang tua peserta didik. Diantara pelayanan yang dapat menghadirkan
kepuasan bagi para pelanggan di dunia pendidikan adalah tersedianya sarana dan
prasarana yang memadai seperti pendidikan berbasis asrama, sarana belajar dan
penunjang yang kondusif dan nyaman, pembiayaan pendidikan yang sesuai
dengan kondisi ekonomi masyarakat, memfasilitasi peserta didik dalam
melanjutkan study-nya di jenjang yang lebih tinggi, dan berbagai layanan
pendidikan penting lainnya.
Pola layanan yang ditempuh oleh Kafila Internasional Islamic School (KIIS)
dalam mewujudkan lembaga pendidikan yang unggul dan professional dengan
membagi pada beberapa bagian, yaitu layanan akademik, layanan asrama dan
layanan bimbingan tahfidz al Qur’an. Dalam menjalankan proses tersebut,
masing-masing bidang dipimpin oleh wakil direktur. Tugas wakil direktur adalah
membantu direktur menjalankan tugas-tugas pendidikan yang lebih spesifik
sesuai bidangnya.
Gambar 3.6. Bagan Struktur Organisasi Bidang Pendidikan
Sumber: Zadani, 2018:193
Bagan tersebut menunjukkan pola pelayanan Kafila Internasional Islamic
School (KIIS) yang telah terstruktur dengan baik, dimana pengambil kebijakan
DIREKTUR
WAKIL DIREKTUR BID.PENDIDIKAN
WAKIL DIREKTUR BID. TAHFIDZ QURAN
WAKIL DIREKTUR BID. KEASRAMAAN
MANAGEMEN REPRESENTETIVE (MR)
114
tertinggi adalah mereka yang diberikan kepercayaan menjadi direktur pada
yayasan Kafila Internasional Islamic School (KIIS). Kemudian dalam
melaksanakan kegiatan pendidikan, Kafila Internasional Islamic School (KIIS)
mempercayakan tiga orang sebagai pimpinan dan penanggung jawab dalam
masing-masing bidang kegiatan yakni bidang pendidikan dalam hal ini
mengurusi sekolah atau pendidikan formal, bidang tahfidz qur’an yang
mengurusi program tahsin dan tahfidz qur’an, serta bidang keasramaan yang
mengurusi kegiatan peserta didik di asrama atau bisa diistilahkan dengan pola
pendidikan berbasis pesantren.
a. Layanan Akademik
Layanan Bidang pendidikan dan pengajaran atau lebih dikenal dengan
DIKJAR (pendidikan dan pengajaran), adalah unit tugas di Kafila Internasional
Islamic School (KIIS) yang bertanggung jawab terhadap proses pendidikan baik
akademik maupun non-akademik. Proses pendidikan yang dilaksanakan adalah
berupa sekolah formal, yaitu Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Madrasah
Aliyah (MA) Kafila Internasional Islamic School (KIIS). Sedangkan bagian
non-akademik dilaksanakan oleh bagian Bina Prestasi.
a) Pendidikan formal
Bentuk layanan yang berhubungan dengan aktivitas-aktivitas
pendidikan formal di Kafila Internasional Islamic School (KIIS) dikenal
dengan istilah Dikjar (pendidikan dan pengajaran). Dengan kata lain
kegiatan yang berkaitan dengan aktivitas sekolah, seperti: layanan
pembelajaran, layanan bidang administrasi dan layanan yang berkaitan
dengan perkembangan siswa (konseling) serta layanan-layanan lain baik
bersifat akademik maupun non-akademik lainnya.
Gambar 3.7. Diagram Layanan Pendidikan
Di Kafila Internasional Islamic School (KIIS)
Sumber: Zadani, 2018:195
WAKIL DIREKTUR
BID. PENDIDIKAN DAN PENGAJARAN
KEPALA
MADRASAH TSANAWIYAH (MTs)
KEPALA
MADRASAH ALIYAH (MA)
KEPALA
BINA PRESTASI
KA ADMINISTRASI
115
Pendidikan adalah usaha sadar, dilaksanakan secara teratur dan
berencana untuk menyiapkan peserta didik melalui berbagai kegiatan baik
berupa bimbingan, pengajaran maupun latihan agar peserta didik dapat
berperan dengan sebaik-baiknya dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Adapun layanan pendidikan yang dilakukan berupa penggunaan
metode belajar mengajar yang terdiri dari: pertama, secara Klasikal.
Metode Klasikal artinya pelajaran disampaikan di kelas. Kedua, halaqah
tarbawiyah (semacam majelis taklim) dan; ketiga, stadium general yang
artinya seluruh santri mengikuti pembelajaran dalam sebuah forum
bersama. Pembagian tersebut dimaksudkan agar materi pelajaran dapat
disampaikan lebih tepat sasaran sesuai karakteristik mata pelajaran itu
sendiri.
Tidak sebatas itu, suksesnya kegiatan belajar mengajar tak lepas dari
teknik pembelajaran, untuk menghasilkan pembelajaran yang lebih
maksimal, para guru di Kafila Internasional Islamic School (KIIS)
melakukan berbagai persiapan yang meliputi persiapan emosional dan
persiapan perangkat mengajar. Pertama, persiapan emosional dilakukan
melalui program belajar beremosi. Program ini merupakan sebuah upaya
membanun ikatan emosional antara para guru dengan peserta didik.
Kegiatan ini dilakukan agar terbangun sebuah ikatan hati diantara guru dan
peserta didik sehingga akan membangkitkan rasa antusiasme dalam
kegiatan pembelajaran. Jika guru hanya mengandalkan metode mengajar,
cara yang atraktif sekalipun hanya memikat sesaat di kelas. Peserta didik
betah mengikuti pelajaran karena menarik dan lucu, bukan karena antusias
untuk belajar lebih serius di luar kelas.
Pelayanan akademik pada Kafila Internasional Islamic School (KIIS)
terlihat pada beberapa jenis kegiatan yang dilaksanakan di sekolah,
diantaranya persiapan mengajar bagi para guru, aktivitas pembelajaran di
kelas, kegiatan ekstrakulikuler sekolah.
1. Persiapan mengajar guru
Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas, guru-guru
melakukan berbagai persiapan dengan mengadakan kegiatan yang
disebut dengan lesson plan (rencana pembelajaran). Lesson plan
dilaksanakan pada tanggal 20 setiap bulannya untuk mempersiapkan
perangkat pembelajaran pada bulan berikutnya. Lesson plan
dilaksankan agar pembelajaran yang akan dilaksanakan guru di dalam
kelas menjadi terarah, bermakna serta menyenangkan.
Lesson plan merupakan kegiatan dimana guru-guru merancang serta
membuat perangkat pembelajaran yang meliputi prota (program
tahunan), distribusi alokasi waktu pembelajaran, prosem (program
semester), RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) dan materi
pembelajaran. Lesson plan yang dibuat guru-guru bentuknya fleksibel.
116
Artinya tidak dalam format yang kaku dengan kalimat-kalimat yang
kaku pula. Setiap guru dapat membuat lesson plan dengan kreasi
masing-masing, namun setidaknya tetap mengandung unsur berikut:
1) Identitas lesson plan berupa: nama guru, mata pelajaran, kelas,
materi, tanggal dibuat;
2) Standar isi, meliputi standar kompetensi dan indicator;
3) Aktivitas pembelajaran yang meliputi: kegiatan pembuka, kegiatan
inti, dan kegiatan penutup.
4) Media pembelajaran.
5) Komentar guru, dimana pada bagian ini, guru dapat mengevaluasi
berjalannya pembelajaran dan kesesuaian dengan rencana yang telah
dibuat.
Membuat perangkat pembelajaran sebagai persiapan mengajar pada
dasarnya merupakan suatu kegiatan yang lumrah dilaksanakan di semua
sekolah, namun yang berbeda pada Kafila Internasional Islamic School
(KIIS) adalah pola pembuatannya yang dilakukan secara bersama-sama
dengan waktu yang bersamaan, artinya dalam memenuhi standar
pembelajaran, Kafila Internasional Islamic School (KIIS) memberikan
satu waktu khusus bagi para guru untuk merencanakan kegiatan
pembelajaran setiap bulan dengan melakukan pembinaan dan
pendampingan kepada para guru, sedangkan di lembaga lainnya
biasanya pembuatan perangkat diserahkan kepada masing-masing guru
dengan tanpa waktu khusus, sehingga pengawasan dari pengelola
lembaga pendidikan menjadi kurang terlaksana dengan maksimal,
akibatnya guru membuat perangkat pembelajaran dengan pola copy-
paste.
Kewajiban melaksanakan lesson plan pada mulanya sangat berat
dilakukan para guru, karena sangat terkesan dipaksakan, namun untuk
membangun kemauan dan kemampuan guru dalam melaksanakan
lesson plan, Kafila Internasional Islamic School (KIIS) melakukan
tahap “Konsultasi Lesson Plan”. Pada tahapan ini, setiap guru
mendapat pendampingan dari konsultan internal sekolah yang diambil
dari guru-guru yang telah mengikuti pelatihan pembelajaran. Mereka
telah teruji dalam membuat lesson plan serta mampu menerapkannya
dalam kegiatan pembelajaran. Dalam tahap konsultasi, konsultan
internal dapat memberikan masukan khususnya terkait dengan metode
yang tepat sesuai dengan materi pelajaran.
117
Gambar 3.8. Siklus Pembelajaran
di Kafila Internasional Islamic School (KIIS)
Sumber: Zadani, 2018:199
Setelah melalui tahap konsultasi, guru membuat rencana
pembelajaran sesuai dengan ketentuan sekolah. pada saat pelaksanan
pembelajaran di kelas, Kafila Internasional Islamic School (KIIS)
membentuk tim yang terdiri dari konsultan intern untuk mengobservasi
kegiatan pembelajaran guru di kelas yang nantinya menjadi bahan
untuk memberikan masukan kepada guru dalam melaksanakan lesson
plan di bulan berikutnya (Zadani, 2018:198-199).
2. Aktivitas pembelajaran
Pandangan pertama akan menentukan rasa selanjutnya, ungkapan
tersebut sangat relevan dengan proses pembelajaran. Peserta didik
menikmati atau enggan mengikuti pembelajaran ditentukan oleh cara
guru memulai pembelajaran. Untuk menghadirkan pembelajaran yang
menyenangkan, semua guru melaksanakan warming up (pemanasan)
terlebih dahulu sebelum memulai kegiatan belajar mengajar. Warming
up dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya: guru bercerita
tentang berita terbaru berkaitan dengan materi yang akan diajarkan,
guru juga bisa memutar video yang terkait pembelajaran, mengajukan
pertanyaan, atau mengajak tamu istimewa (misalnya guru lain),
melakukan permainan ringan yang merangsang aktifitas fisik, dan
beragam kegiatan menyenangkan lainnya (Zadani, 2018:199).
Setelah melakukan pemanasan, guru mulai menyampaikan materi
pelajaran dengan beberapa metode, diantaranya ceramah, penugasan,
diskusi, dan beragam metode pembelajaran menarik lainnya dengan
disesuaikan gaya belajar peserta didik. Gaya belajar peserta didik
memang beragam, maka guru harus memahami gaya belajar peserta
didik di dalam kelasnya. Dengan pemahaman yang cukup terhadap
gaya belajar peserta didiknya, guru dapat menentukan model
pembelajaran yang bervariasi, diantaranya JIGSAW, Time Token,
Course Review Horay.
Lesson Plan
Konsultasi
Observasi KBM
Umpan Balik
118
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran terkadang sering mendatangkan
kebosanan, untuk menanggulangi kondisi ini, Kafila Internasional
Islamic School (KIIS) menerapkan kegiatan pengalihan kebosanan
peserta didik dengan melakukan beberapa kegiatan ringan yang
terkadang sama dengan kegiatan pemanasan sebelum pembelajaran,
seperti permainan ringan, tebak tebakan, berita atau informasi terbaru.
Hal ini dilakukan biasanya 15 sampai dengan 20 menit setelah kegiatan
pembelajaran dimulai.
Guru di Kafila Internasional Islamic School (KIIS) berfungsi
sebagai manajer kelas. Sebagai manajer yang efektif, hanya perlu satu
menit dalam menetapkan tujuan, satu menit memberikan pujian, dan
satu menit memberikan peringatan saat melaksanakan pembelajaran di
kelas (Zadani, 2018:201). Tiga prinsip tersebut dilaksanakan di kelas
dengan penjelasan sebagai berikut:
1) Penetapan tujuan satu menit. Guru memberikan penjelasan kepada
peserta didik tentang alasan pentingnya mempelajari suatu materi.
Prinsip tujuan satu menit diterapkan dalam sesi pre-teach. Hal ini
penting, karena peserta didik akan tumbuh minat belajarnya jika
mereka mengetahui manfaat belajar suatu materi pembelajaran.
2) Pujian satu menit. Ketika mendapati peserta didik yang mamu
meningkatkan prestasinya, guru memberikan apresiasi atau
penghargaan kepada peserta didik meskipun dengan sebuah pujian
yang singkat. Apresiasi yang diberikan guru kepada peserta didik
dengan sendirinya akan memotivasi peserta didik lainnya untuk
semakin meningkatkan prestasinya.
3) Peringatan satu menit. Pada saat melaksanakan kegiatan
pembelajaran di kelas, guru tentu pernah menemui peserta didik
yang tidak kondusif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran,
bahkan terkadang mengganggu temannya yang lain. Menyikapi
kondisi seperti ini, guru dapat mengambil tindakan mengajak
peserta didik keluar kelas sejenak dan memberi peringatan dan
sekaligus membuat kesepakatan singkat selama satu menit.
Selain sebagai manajer kelas, guru di Kafila Internasional Islamic
School (KIIS) juga berfungsi sebagai fasilitator belajar. Hal ini dapat
dilakukan dengan cara guru sebagai penghubung peserta didik dalam
mengupayakan pembelajaran yang lebih menyenangkan dengan
melaksanakan pembelajaran berbasis IT. Pada kegiatan pembelajaran,
guru juga harus mampu menjadi multitasking, yakni bisa melakukan
banyak hal yang diperlukan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran.
Dalam hal ini, guru bukan saja pandai mengajarkan materi pelajaran,
namun guru harus mampu memberikan bantuan kepada siswa jika
mereka membutuhkan bantuan, seperti berolah raga bersama, mampu
memberikan pertolongan pertama pada saat peserta didik mengalami
kecelakaan, dan guru mampu menengahi persoalan yang sedang terjadi
diantara peserta didik.
119
b) Bina prestasi
Kegiatan pendidikan pada umumnya bukan saja dimaknai sebagai
kegiatan pembelajaran di dalam kelas. Namun lebih dari itu, kegiatan
pendidikan juga dapat dilakukan di luar kelas dengan pola kegiatan yang
lebih santai (nonformal). Kegiatan pendidikan nonformal di lingkungan
sekolah biasanya dikenal dengan kegiatan ekstrakulikuler. Kafila
Internasional Islamic School (KIIS) Internasional Islamic School (KIIS)
Internasional Islamic School dalam menyiapkan peserta didik untuk
menjadi sebuah generasi yang unggul memberikan beberapa kegiatan
ekstrakulikuler sebagai bekal peserta didik dalam mengembangkan potensi
pada dirinya. Kegiatan ekstrakulikuler pada Kafila Internasional Islamic
School (KIIS) menjadi rangkaian kegiatan pada unit layanan bina prestasi.
Diantara kegiatan ekstra kulikuler yang diberikan antara lain: Latihan
Dasar Kepemimpinan (LDK), Jalan-jalan Untuk Belajar Satu Hari
(JELAJAH), Studi Observasi, Outbound, Everyone is Teacher, Studi
Ekskursi, Studi Visit, Assembly atau kegiatan pertunjukkan kreativitas
peserta didik, Praktik Dakwah dan Pengabdian Ummat (PDPU), dan
pelaksanaan kegiatan olimpiade pada mata pelajaran sains.
b. Layanan Asrama (Boarding)
Salah satu daya Tarik masyarakat atau orang tua untuk menyekolahkan
anak-anak merek di Kafila Internasional Islamic School (KIIS) adalah pola
pendidikan berbasis asrama (pesantren). Pendidikan berbasis asrama
(pesantren) merupakan bagian dari solusi bagi para peserta didik di usia ABG
untuk terhindar dari pergaulan bebas di era glabalisasi saat ini. Pada aspek ke-
asramaan, Kafila Internasional Islamic School (KIIS) menekankan pentingnya
nilai-nilai positif yang harus dimiliki peserta didik sebagai bekal menjalani
kehidupannya di masa mendatang. Nilai-nilai tersebut antar lain; pertama,
kemandirian pada setiap peserta didik dalam mengikuti rangkaian kegiatan
pendidikan di Kafila Internasional Islamic School (KIIS). Pada aspek ini,
peserta didik dibiasakan mampu mengatur waktu, keuangan, dan mengatur
barang-barang pribadinya.
Tujuan penyelenggaraan pendidikan dalam asrama adalah untuk membentuk
'Islamic Habbit Forming' dengan menciptakan lingkungan yang kondusif. Nilai-
nilai afektif (kepribadian) dan psikomotorik menjadi poin utama dalam
pembinaan siswa di lingkungan asrama. Untuk itu, di bawah manajemen Wakil
Direktur Bid. Keasramaan siswa mendapat pembinaan secara intensif. OPKIIS,
organisasi pelajar KIIS merupakan satu wadah bagi siswa untuk dapat
mengembangkan potensi organisasi menjadi pendamping kegiatan para siswa.
Kedua, saling memahami. Nilai positif lainnya yang dibudayakan dalam
pendidikan berbasis asrama (pesantren) di Kafila Internasional Islamic School
(KIIS) adalah kemampuan untuk saling memahami satu dengan yang lainnya
karena latar belakang yang berbeda, kepribadian dan watak yang berbeda, dan
sikap serta kebiasaan yang berbeda pula. Ketiga, hidup lebih teratur. Untuk
120
mewujudkan keteraturan dalam menjalani hidup, Kafila Internasional Islamic
School (KIIS) telah menentukan waktu kegiatan peserta didik mulai dari
bangun tidur hingga tidur lagi (jadwal kegiatan). Keempat, kebersamaan. Nilai
kebersamaan menjadi perihal yang sangat penting untuk dimiliki peserta didik,
karena nilai kebersamaan merupakan salah satu nilai yang positif dalam
membangun kesatuan langkah dalam menjalani hidup bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.
Layanan pendidikan berbasis asrama (pesantren) pada Kafila Internasional
Islamic School (KIIS), dikelola dengan sistem yang baik dengan mengangkat
serta menunjuk beberapa orang untuk bertanggungjawab dalam melaksanakan
kegiatan keasramaan. Tata organisasi pada biadang keasramaan ini dipimpin
oleh wakil direktur yang merupakan kepanjangan tangan dari yayasan. Wakil
Direktur juga seringkali disebut sebagai Kepala Asrama yang dalam bertugas
dibantu oleh wali asrama sebagai pengasuh peserta didik, unit kesehatan, unit
Bahasa internasional, dan pembina organisasi pelajar Kafila Internasional
Islamic School (KIIS).
Gambar 3.9. Bagan Organisasi
Bidang Keasramaan (Boarding) atau Pesantren
Kafila Internasional Islamic School (KIIS)
Sumber: Zadani, 2018:213
Tata organisasi pada bidang keasramaan tersebut memiliki tugas pokok dan
fungsi masing-masing dengan memiliki satu tujuan yakni menyelenggarakan
pendidikan keasramaan yang mampu membentuk karakter dan kepribadian
peserta didik dengan berpijak pada 10 karakter pribadi muslim sebagaimana
yang telah dipaparkan penulis pada pembahasan sebelumnya. Secara khusu,
pendidikan keasramaan di Kafila Internasional Islamic School (KIIS) memiliki
tujuan sebagai berikut:
a) Pembinaan karakter (Akhlaq) peserta didik melalui pendampingan,
pemantauan ibadah, kebersihan, kegiatan pembiasaan.
Wakil Direktur
KA. Administrasi
Wali Asrama Pj. Kesehatan Pembina
OPKAFILA
INTERNASIONAL
Pj. Bahasa Internasional
Pj. Bi’ah Islamiyah
121
b) Mewujudkan hidup sehat (Kesehatan) dengan mengatur pola hidup
(menjaga kebersihan) dan screening kesehatan, dan olah raga, pola makan
(halal, bergizi, seimbang dan teratur), pola pikir (manajemen stress melalui
layanan konselling)
c) Mewujudkan keamanan dan keselamatan peserta didik melalui sosialisasi
penggunaan fasilitas yang membahayakan (listrik dan peralatan lain yang
mudah terbakar), istirahat malam, perizinan keluar asrama, penanganan
kecelakaan.
d) Membudayakan wajib bahasa internasional melalui pembiasaan penerapan
bahasa dengan program pekan Bahasa, serta penerapan area wajib
berbahasa araba tau inggris, melaksanakan aktifitas muhadatsah pagi,
muhadarah malam, dan simulasi tes Bahasa internasional (Hamdi, 22 April
2019).
c. Layanan Bimbingan Tahfidz al-Qur’an
Program tahfidzul Qur'an diselenggarakan di bawah tanggung jawab Wakil
Direktur Bid. Al Qur'an dan secara teknis dilaksanakan oleh PJ. LPTQ.
Wakil. Direktur Bid. Al Qur'an membawahi musyrif yang telah memiliki 30
juz, di mana musyrif mengampu para santri dalam menghafal Al Qur'an. Santri
dibagi dalam beberapa kelompok/halaqah dengan jumlah setiap halaqah rata-
rata 8 siswa dengan satu musyrif.
Kegiatan tahfidz (menghafal) al-Qur’an di Kafila Internasional Islamic
School (KIIS) merupakan proses kegiatan pendidikan yang utama selain
pendidikan sekolah dan asrama. Hal ini merujuk pada misi Kafila Internasional
Islamic School (KIIS) yakni melahirkan lulusan yang hafal al-Qur’an sekurang-
kurangnya 15 Juz. Dengan misi besar ini, pelayanan pendidikan tahfidz
dipimpin oleh Wakil Direktur yang merupakan kepanjangan tugas dari yayasan.
Gambar 3.9. Bagan Organisasi
Bidang Tahfidz Al-Qur’an
Sumber: Zadani, 2018:237
Wakil Direktur
KA. Administrasi
Pj. Tahsin Pj. Tafsir Musyrif KA. TPQ
122
Pengajaran tahfidz al-Qur’an menggunakan metode halaqoh berupa
kelompok yang terdiri atas maksimal sepuluh peserta didik dengan satu ustadz
pendamping yang disebut Musyrif. Kualifikasi musyrif pada kegiatan halaqah
adalah para ustadz yang telah menyelesaikan hafalan al-Qur’an hingga 30 Juz
dan memahami metode pengajaran al-Qur’an. Fungsi musyrif mirip dengan
wali kelas di sekolah atau wali asrama di asrama yaitu menjadi pendamping
setiap peserta didik dalam menghafalkan al-Quran. Program layanan kegiatan
yang diberikan pada tahfidz al-Qur’an adalah:
a) Tahsin al-Qur’an yakni kegiatan memperbaikai cara membaca al-Qur’an
agar benar dan tepat sesuai dengan ilmu tajwid demi terjaga keaslian al-
Qur’an sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah Saw. Program tahsin
dilaksanakan pada setiap awal semester selama dua bulan khususnya pada
peserta didik kelas VII.
b) Halaqah Tahfidz, yakni kegiatan menghafal al-Qur’an sesuai dengan
kelompok-kelompok kecil yang telah ditentukan. Pada kegiatan halaqah
tahfidz, musyrif memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
menyetorkan hafalan al-Qur’an sesuai dengan ketentuan, selain menghafal
pada halaqah tahfidz juga dilaksankan muraha’ah (mengulang kembali
hafalan al-Qur’an yang telah di setorkan agar tetap terjaga.
c) Sehari Bersama Qur’an (SERBAQU). Kegiatan ini merupakan program
tambahan yang diselenggarakan oleh bidang tahfidz al-Qur’an bagi peserta
didik yang telah menyelesaikan hafalan qur’an sebanyak 30 Juz. Dalam
program ini, Kafila Internasional Islamic School (KIIS) menawarkan kepada
masyarakat atau orang tua wali untuk melaksanakan khotmil qur’an di
rumah mereka selama satu malam. Manfaat yang didapatkan dari program
ini adalah: 1) membantu peserta didik melancarkan hafalan al-Qur’an, 2)
menjalin silaturahim antara keluarga Kafila Internasional Islamic School
(KIIS) dan masyarakat atau orang tua wali peserta didik.
d) Taman Pendidikan Qur’an (TPQ). Program ini merupakan program kegiatan
yang dilaksankan sehabis shalat maghrib dengan peserta didik anak-anak
yang tinggal di sekitar lingkungan Kafila Internasional Islamic School
(KIIS). Pada umumnya santri TPQ adalah mereka yang masih duduk di
bangku Sekolah Dasar (SD). Pengajarnya adalah para peserta didik Kafila
Internasional Islamic School (KIIS) yang sudah memiliki kemampuan
membaca al-Qur’an dengan baik sesuai kaidah tajwid dan mampu
mengajarkan al-Qur’an.
124
BAB IV
SETRATEGI DIFERENSIASI HASIL PEMBELAJARAN
DI KAFILA INTERNATIONAL ISLAMIC SCHOOL JAKARTA
A. Kafila Sebagai Lembaga Pendidikan Islam Modern
Perkembangan ilmu dan teknologi semakin menuntut persaingan yang
ketat diantara lembaga pendidikan untuk menghasilkan lulusan yang siap
menjawab kebutuhan dan tantangan zaman. Persaingan diantara lembaga
pendidikan tersebut tidak sedikit membuat beberapa sekolah tidak mampu
berkembang, bahkan terancam gulung tikar. Asumsi ini berdasar pada
kondisi adanya penurunan kepercayaan masyarakat terhadap beberapa
sekolah negeri di beberapa wilayah di Indonesia.
Direktur Yayasan Satu Karsa Karya (YSKK) Kangsure Suroto
mengungkapkan bahwa di Kota Surakarta pada tahun 2018 tingkat
kepercayaan masyarakat terhadap sekolah negeri menurun yakni 75,9 %,
sedangkan kepercayaan masyarakat terhadap sekolah swasta naik menjadi
82,9%. Data ini diperoleh dari hasil survey yang dilakukan lembaganya
pada 2018 dengan melibatkan 687 responden di beberapa wilyah di Jawa
Tengah (Herdiyanto, 2018:para.1-4). Salah satu penyebab ketidak puasan
masyarakat terhadap sekolah negeri karena lemahnya juang sekolah negeri
dalam melakukan pelayanan pendidikan yang mumpuni. Bahkan, dalam
pembiayaan pendidikan hanya bergantung kepada pemerintah saja,
sehingga tidak sedikit sekolah negeri yang terancam tutup karena tidak
mendapatkan murid baru.
Kondisi yang sama juga terdapat di wilayah Banyumas. Menurut data
dari Forum Komunikasi Kepala Sekolah SMP Swasta Banyumas, pada
tahun pelajaran 2018/2019 lalu, terdapat beberapa sekolah yang tidak
mendapatkan murid sama sekali. Hal ini dikarenakan diberlakukannya
sistem zonasi serta persaingan pelayanan yang diberikan sekolah (Ali,
2018:Para.2-3).
Fenomena sekolah yang tidak mendapatkan murid sebenarnya bukan
menjadi problem baru dalam dunia pendidikan, mengingat kejadian ini
terjadi hampir setiap tahun khususnya di daerah. Problem yang sebenarnya
harus dipecahkan adalah bagaimana mengupayakan lembaga pendidikan
tetap eksis dengan mendapatkan dukungan serta kepercayaan penuh dari
masyarakat, sehingga sekolah yang gulung tikar tidak perlu terjadi. Dalam
hal ini, peningkatan kualitas pelayanan dan pembiayaan operasional yang
cukup menjadi sebuah solusi yang harus dilakukan.
Menurut Nurhaidah dan Musa (2015:61) bahwa salah satu upaya
dalam meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap lembaga
pendidikan adalah peran guru, dimana guru merupakan figur yang
dipercaya masyarakat memiliki segudang ilmu pengetahuan dan prestasi
125
yang dapat memberikan layanan pendidikan yang berkualitas. Layanan
pendidikan yang berkualitas tentu menuntut kompetensi guru yang
berkualitas, yakni guru yang memiliki pengetahuan lebih dan selalu
berupaya menambah pengetahuannya melalui berbagai cara pembelajaran,
baik dengan melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi ataupun
melalui peningkatan kompetensi lainnya.
Di tengah krisis multidimensi yang mendera bangsa ini, terwujudnya
lembaga pendidikan berkualitas tinggi menjadi kebutuhan yang tidak bisa
ditawar. Oleh sebab itu, setiap elemen khususnya para praktisi pendidikan
harus berjuang lebih kolektif kolegial untuk memajukan lembaga
pendidikan yang menjadi tumpuan utama kemajuan bangsa. Peningkatan
mutu menjadi tantangan utama pada setiap jalur, jenis dan jenjang
pendidikan. Mutu harus ditingkatkan agar lembaga pendidikan mampu
memberikan makna bagi bekal kehidupan anak didik di masa depan.
Pemasaran menjadi salah satu mutu penggerak kemajuan lembaga
pendidikan. Tantangan era global semakin kompleks dan harus direspon
dengan kehadiran lembaga pendidikan berkualitas tinggi (Asmani, 2015:
116).
Kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap layanan pendidikan di
berbagai sekolah, menginspirasi Kafila Internasional Islamic School
(KIIS) untuk memberikan terobosan baru dalam melaksanakan kegiatan
pendidikan yang lebih berkualitas, dengan menyelenggarakan pendidikan
berbasis keagamaan yang dikombinasikan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi saat ini. Kehadiran Kafila Internasional Islamic
School (KIIS) selain membawa terobosan baru bagi kualitas pendidikan
juga menyuguhkan wajah baru bagi pola pendidikan Islam yang lebih
menjawab tantangan ummat.
Wajah baru pendidikan yang ditawarkan Kafila Internasional Islamic
School (KIIS) adalah mengkolaborasikan nilai-nilai akademik dengan pola
pembelajaran berasrama yang dibekali dengan muatan tahfidz al-qur’an.
Pembelajaran dengan pola asrama tersebut dimaksudkan untuk membentuk
perilaku peserta didik menjadi lebih berkarakter dan berkhlaqul karimah.
Upaya ini sejalan dengan makna pendidikan Islam yang mencakup empat
macam karakteristik sebagaimana dikatakan Soebahar (2013:5) bahwa
pendidikan Islam mencakup empat persepsi: pertama, pendidikan Islam
dalam pengertian materi; kedua, pendidikan Islam dalam pengertian
institusi; ketiga, pendidikan Islam dalam pengertian kultur dan aktivitas;
dan keempat, pendidikan Islam dalam pengertian pendidikan yang Islami.
Karakteristik pendidikan Islam tersebut menggambarkan bahwa
pelaksanaan pendidikan Islam harus memiliki arah dan pola yang jelas,
artinya struktur pendidikan Islam harus mencakup karakteristik pendidikan
126
Islam itu sendiri yakni materi yang diajarkan, lembaga yang
melaksanakan, budaya atau kultur keislaman, dan nilai-nilai keislaman.
Karakteristik pendidikan Islam merupakan perihal yang urgen demi
mewujudkan tujuan pendidikan Islam yakni berupaya mengembangkan
seluruh potensi peserta didik seoptimal mungkin, baik yang menyangkut
aspek jasmaniah maupun rohaniah, akal dan akhlak. Dengan optimalisasi
seluruh potensi yang dimilikinya, pendidikan Islam berupaya
mengantarkan peserta didik kearah kedewasaan pribadi secara paripurna
yaitu yang beriman dan berilmu pengetahuan (Nizar, 2001:7).
Gambar 4.1. Karakteristik Pendidikan Islam
Sumber: Soebahar (2013:5)
Kafila Internasional Islamic School (KIIS) dalam menyelenggarakan
pendidikan memiliki karakteristik pendidikan Islam sebagaimana yang di
sebutkan diatas. Temuan ini terdapat pada pola pendidikan yang sudah
terencana dengan cukup matang, sehingga pelaksanaan pendidikan di
lingkungannya menawarkan diferensiasi yang mampu memberikan
penyegaran pada kondisi pendidikan Islam saat ini. Differnsiasi
sebagaimana di katakan Kotler (2007: 137) adalah cara merancang
perbedaan yang berarti untuk membedakan penawaran perusahaan dari
penawaran pesaingnya.
Differensiasi pendidikan yang ditawarkan Kafila Internasional Islamic
School (KIIS) kepada penggunanya adalah memberikan sebuah tawaran
kegiatan yang berbeda dalam menyajikan sebuah pendidikan yang
Materi
Institusi atau Lembaga
Kultur dan Aktivitas
Pendidikan Islami
127
berkualitas. Perbedaan pola pendidikan yang ditawarkan terklasifikasi
pada tiga (3) aspek kegiatan yakni kegiatan akademik (sekolah), kegiatan
asrama (boarding), dan kegiatan Tahfidz al-Qur’an. Ketiga macam
kegiatan ini menjadi rangkaian kegiatan wajib yang harus diikuti oleh
seluruh peserta didik di Kafila Internasional Islamic School (KIIS).
Sehingga lembaga ini menerapkan sistem wajib berasrama bagi semua
peserta didiknya. Cakupan kegiatan pada sistem pendidikan di Kafila
Internasional Islamic School (KIIS) terstruktur dalam beberapa organisasi
dibawah pengawasan pengurus yayasan induk. Masing-masing kegiatan
memiliki penanggungjawab tersendiri yang merupakan kepanjangan
tangan dari pengurus yayasan pusat dengan dijabat oleh wakil direktur
yayasan.
Terobosan lain yang dilakukan Kafila Internasional Islamic School
(KIIS) dalam mewujudkan pendidikan yang berkualitas adalah pola
pembinaan Sumber Daya Manusia (SDM) pada seluruh pendidik dan
tenaga kependidikan yang mengabdi atau bekerja di lembaga tersebut,
artinya peningkatan kompetensi personil pendidikan juga terus diupayakan
melalui berbagai kegiatan pembinaan dan peningkatan kompetensi, baik
melalui tutor sebaya dan pimpinan lembaga, maupun melalui instruktur
dari berbagai relasi perguruan tinggi yang mahir di bidangnya.
Gambar 4.2. Differensiasi Pendidikan Kafila Internasional Islamic School
Sumber: Zadani, (15 April 201
Kafila Internasional Islamic School (KIIS) dalam melaksanakan
pendidikan berupaya memberikan pelayanan yang sangat baik bagi
seluruh warganya, baik di kalangan orang tua wali peserta didik, peserta
didik, guru, maupun kepada tenaga kependidikan yang bekerja di lembaga
tersebut. pola pelayanan yang diberikan adalah diantaranya memberikan
Differensiasi
Pendidikan
Akademik atau
Sekolah
Asrama (Boardin
g)
Tahfidz Al-
Qur'an
128
kemudahan dalam mendapatkan informasi, petugas yang ramah dan
bersahaja, hingga sarana prasarana penunjang kegiatan pendidikan yang
memadai. Kualitas layanan juga diberikan pada 3 cakupan kegiatan yakni
layanan akademik, layanan boarding (asrama) dan layanan tahfidz al-
Qur’an.
Beragam terobosan baru yang berbeda dalam mengemas dan
menyelenggarakan pendidikan merupakan sebuah nilai sekaligus strategi
jitu yang mampu diberikan Kafila Internasional Islamic School (KIIS)
dalam menghadirkan differen (perbedaan) pada penyuguhan pendidikan
yang lebih unggul dan lebih berkualitas. Capaian ini mengantarkan Kafila
Internasional Islamic School sebagai lembaga yang mampu menerapkan
strategi differensiasi dalam bidang pendidikan, yakni sebuah kemampuan
perusahaan (sekolah) untuk secara efektif membedakan dirinya sendiri dari
pesaingnya dengan memberikan nilai lebih pada pelanggannya (Payne,
2000:45)
B. Differensiasi Pendidikan Kafila Internasional Islamic School
Pada dasarnya diferensiasi adalah tindakan merancang satu set
perbedaaan yang berarti untuk membedakan penawaran perusahaan dari
penawaran pesaing. Diferensiasi dapat dilakukan melalui lima dimensi
berikut ini, yaitu: differensiasi lulusan, differensiasi pelayanan,
differensiasi personal, differensiasi saluran, differensasi citra (Kotler, 199:
137-1397).
Differensiasi pada sebuah perusahaan atau lembaga secara ideal
mencakup lima dimensi sebagaimana yang diungkapkan Kotler tersebut,
namun demi memfokuskan penelitian, penulis menggali dan mendalami
strategi differensiasi pada Kafila Internasional Islamic School (KIIS)
hanya pada tiga dimensi, yakni dimensi lulusan, dimensi personel (SDM),
dan dimensi layanan dalam penyelenggaraan pendidikan.
Dalam penyelenggaraan pendidikan berbeda halnya dengan dunia
perusahaan, pemasaran dan perekonomian yang cenderung menggunakan
lima dimensi strategi diferensiasi, namun pada jasa layanan pendidikan hal
utama dalam mewujudkan sebuah keunggulan produk pendidikan dapat
dilakukan melalui tiga dimensi diferensiasi yaitu, diferensiasi produk,
diferensiasi personil dan diferensiasi layanan. Diferensiasi produk
pendidikan dapat diwujudkan melalui input dan output pembelajaran ,
difernsiasi personil yakni dengan mewujudkan pendidik dan tenaga
129
kependidikan yang kompeten dan diferensiasi layanan dapat dilihat dari
proses pembelajaran yang maksimal.
Adapun hasil diferensiasi pada Kafila Internasional Islamic School
(KIIS) Jakarta adalah sebagai berikut:
1. Unggul pada Lulusan
Strategi diferensiasi yang dilakukan oleh Kafila Internasional
Islamic School Jakarta adalah menghasilkan lulusan yang berbeda dari
tawaran pesaing lainnya. Perbedaan yang diciptakan mempunyai
keunggulan nilai dan manfaat lebih untuk memenuhi kebutuhan pelanggan.
Lulusan yang dimaksud adalah hasil dari suatu pendidikan yang dilalui
melalui proses kegiatan belajar mengajar di Kafila Internasional Islamic
School Jakarta. Dalam konteks jasa pendidikan, lulusan adalah jasa yang
ditawarkan kepada pelanggan berupa reputasi, prospek dan variasi pilihan.
Lembaga pendidikan yang mampu memenangkan persaingan jasa
pendidikan adalah yang dapat menawarkan reputasi, prospek, mutu
pendidikan yang baik, prospek dan peluang yang cerah bagi para siswa
untuk menentukan pilihan-pilihan yang diinginkannya. Sedangkan
kompetensi lulusan adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup
sikap, pengetahuan, dan ketrampilan.
Adapun bentuk diferensiasi lulusan pada Kafila Internasional
Islamic School (KIIS) Jakarta terlihat pada tiga bidang kompetensi yaitu
pertama kompetensi bidang akademik yang terdiri dari unggul nilai UN
menempati posisi tertinggi pada lingkup madrasah selama lima tahun
berturut-turut, menjuarai olimpiade bidang sains dan matematika hingga
tingkat nasional dan alumni diterima di Perguruan Tinggi Negeri ternama
maupun perguruan tinggi luar negeri, serta menguasai dua bahasa asing,
yaitu bahasa arab dan bahasa inggris. kedua kompetensi bidang tahfidzul
qur’an, dimana lulusan Kafila Internasional Islamic School Jakarta mampu
menghafal Al-Qur’an sebanyak 20 Juz rata-rata yang telah ditargetkan
target minimal 15 juz, hal ini membuktikan suksesnya program pada
bidang tahfidzul qur’an. Ketiga kompetensi afektif yakni memiliki 10
karakter pribadi muslim sebagai bekal kehidupan di masyarakat yang
begitu kompleks dan beragam pola kehidupannya.
Dalam mencapai sebuah keunggulan lulusan pendidikan, Kafila
International Islamic School Jakarta menyuguhkan sebuah layanan
pendidikan secara maksimal, berikut bagan layanan pendidikan pada
Kafila Internasional Islamic School Jakarta
130
Gambar Layanan Pendidikan KIIS
Lulusan merupakan hal mendasar yang akan menjadi
pertimbangan pilihan bagi masyarakat. Lulusan pendidikan merupakan
segala sesuatu yang ditawarkan, bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dan
keinginannya. Lulusan yang dihasilkan dan ditawarkan harus berkualitas.
Sebab, konsumen tidak senang pada lulusan kurang bermutu, apalagi
harganya mahal (Buchari Alma.37:2005).
Selain layanan di atas Kafila International Islamic School Jakarta
dalam mencapai lulusan unggul ada beberapa aspek yang dilaksanakan
diantaranya input, proses dan output. Yang mana ketiga aspek ini menjadi
sebuah produk unggulan dalam menghasilan lulusan yang unggul.
Pertama, Input adalah kegiatan yang dilakukan oleh KIIS dalam merekrut
calon peserta didik, pendidik dan tenaga kependidikan. Suryosubroto
(2004: 74) menjelaskankan bahwa “penerimaan peserta didik baru baru
merupakan salah satu kegiatan yang pertama dilakukan biasanya dengan
mengadakan seleksi calon murid”. Mekanisme perekrutan peserta didik,
pendidikan dan tenaga kependidikan sudah dijelaskan pada bab III. Proses
131
perekrutan yang akan dijelaskan pada bab ini terkait dengan materi soal
dan hasil perekrutan.
Materi soal perekrutan peserta didik pada proses input terdiri dari
dua tema soal yakni tes Al-Qur’an, akademik dan tes wawancara. Tes
akademik meliputi ujian bahasa Indonesia dan matematika. Tes Al-Qur’an
meliputi tes membaca dengan benar dan fasih. Sedangkan tes wawancara
bertujuan mengetahui tentang riwayat santri sebelum masuk KIIS, adapun
bentuk pertanyaannya berisikan tentang pertanyaan terkait perilaku calon
siswa dari berbagai aspek. Aspek yang dimaksud adalah kebiasaan sehari-
hari calon siswa, karakter siswa selama bergaul dengan lingkungan
kekuarga dan masyarakat. Dengan demikian calon siswa dipastikan
memiliki riwayat yang baik. Tidak sedikit ditemui banyaknya perilaku
buruk siswa karena bawaan masa lalu. Hal ini cukup berpengaruh pada
proses pembelajaran jika dibawa ke lingkungan sekolah yang nantinya bisa
membentuk komunitas belajar.
Tes akademik yang terdiri dari bahasa Indonesia dan matematika
masing-masing terdiri dari 50 soal dengan durasi 120 menit yang bentuk
soalnya terdiri dari pililhan ganda dan tes assay. Standar soal bahasa
Indonesia dan matematika di atas rata-rata soal ujian nasional. Maka dari
itu, kreteria soal cukup berat bagi calon siswa baru.
Selama ini bentuk soal ujian nasional di Indonesia hanya
menggunakan model soal pilihan ganda (multiple choice)
(Yustinaningrum, 2015:20). Tetapi KIIS menambahkan soal essay agar
siswa tidak sekedar menebak soal dengan insting saja. Hal ini selarasa
dengan pernyataan Burton (1991) bahwa soal pilihan ganda dapat
digunakan untuk berbagai subyek daerah dan dapat untuk mengukur
berbagai macam tujuan pendidikan, tetapi, pilihan ganda memiliki
kekurangan yaitu siswa yang tidak dapat mengerjakan soal cenderung
menebak jawaban soal, selain itu soal pilihan ganda tidak dapat
menampilkan kemampuan proses berpikir, dan menghasilkan gagasan
siswa.
Tes Al-Quran terdiri dari tes membaca dengan baik dan benar.
Membaca dengan baik maksudnya membaca dengan ketentuan ilmu tajwid
dan makhrijul huruf. Calon siswa diminta untuk membaca Al-Quran yang
sudah ditentukan surat dan ayatnya. Biasanya hanya terdiri dari 5-10 ayat.
Kedua, proses adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh Kafila
dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Menurut Rusman, (2001:
461) proses pembelajaran adalah proses yang di dalamnya terdapat
kegiatan interaksi antara guru-siswa dan komunikasi timbal balik yang
berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan belajar. Dalam
proses pembelajaran, guru dan siswa merupakan dua komponen yang tidak
bisa dipisahkan. Antara dua komponen tersebut harus terjalin interaksi
yang saling menunjang agar hasil belajar siswa dapat tercapai secara
optimal.
132
Ketiga, output Yang dimaksud sebagai output atau keluaran adalah
bahan jadi yang dihasilkan oleh transformasi. Yang dimaksud dalam
pembicaraan ini adalah siswa lulusan sekolah yang bersangkutan. Untuk
dapat menentukan apakah seorang siswa berhak lulus atau tidak, perlu
diadakan kegiatan penilaian , sebagai alat penyaring kualitas
(Arikunto, 2013:5)
Output pendidikan adalah merupakan kinerja sekolah. Kinerja
sekolah adalah prestasi sekolah yang dihasilkan dari proses/perilaku
sekolah. Kinerja sekolah dapat diukur dari kualitasnya, efektivitasnya,
produktivitasnya, efesiendinya, inovasinya, kualitas kehidupan kerjanya
dan moral kerjanya. Khusus yang berkaitan dengan mutu output sekolah,
dapat dijelaskan bahwaoutput sekolah dikatakan berkualitas/bermutu
tinggi jika prestasi sekolah, khusunya prestasi belajar siswa, menunjukkan
pencapaian yang tinggi dalam: (1) prestasi akademik, berupa nilai ulangan
umum, UNAS, karya ilmiah, lomba akademik, dan (2) prestasi non-
akademik, seperti misalnya IMTAQ, kejujuran, kesopanan, olah raga,
kesnian, keterampilan kejujuran, dan kegiatan-kegiatan ektsrakurikuler
lainnya. Mutu sekolah dipengaruhi oleh banyak tahapan kegiatan yang
saling berhubungan (proses) seperti misalnya perencanaan, pelaksanaan,
dan pengawasan (Yusuf, 2008:3).
Imam Faizin (267:2017) menjelaskan bahwa lulusan bidang
akademik, produsen harus bisa membuat lulusan layanan pendidikan lebih
bervariasi seperti kegiatan olahraga, kesenian, dan keagamaan, untuk
menambah kualitas pendidikan. Suatu komoditi yang hendak di lulusansi
haruslah mempertimbangkan alasan sosial kemanusiaan, yakni selain
dibutuhkan oleh masyarakat juga manfaat positifnya yang akan di dapat
lulusansinya suatu komoditas tersebut. Dalam lingkungan pendidikan,
lulusan jasa yang dapat ditawarkan adalah jasa layanan akademik seperti
kurikulum atau ekstra kurikulum. Selain itu, penawaran melalui prestasi
yang telah diraih juga merupakan faktor pendukung dalam meraih
persaingan antar sekolah.
Dari hasil penelitian, peneliti menemukan bahwa lulusan yang
ditawarkan oleh Kafila Internasional Islamic School (KIIS) kepada
pelanggan merupakan lulusan yang secara global dapat direalisasikan
dalam visi sekolah tersebut yakni terwujudnya madrasah yang berkarakter
Islam, maju dan unggul. Kualitas output yang rahmatan lil alamiin yang
dapat dijabarkan dengan pemahaman yang sangat luas kedalam kegiatan
pembelajaran di antaranya dengan pembelajaran terintegrasi, kegiatan intra
sekolah seperti Business Day, perkusi, memanah, outbound, dan kegiatan
yang lain-lain.
133
Wujud pelaksanaan kegiatan dalam menghasilakan lulusan unggulan
di kalangan peserta didik. Menurut Hartono (9 April 2017) memaparkan
bahwa lulusan unggulan Kafila Internasional Islamic School (KIIS) yang
telah terlihat nyata di kalangan peserta didik terklasifikasi menjadi tiga
macam keunggulan yaitu unggul pada program akademik yakni
mendapatkan nilai UN tertinggi di kalangan satuan pendidikan Madrasah,
memiliki kompetensi bidang sains dan matematika yang dibuktikan
dengan banyaknya juara pada olimpiade Matematika dan Sains, unggul
pada program boarding (asrama) yakni memiliki 10 karakter pribadi
muslim, dan unggul pada program pendidikan tahfidzul qur’an.
Dari urain singkat di atas dapat penulis paparkan secara terperinci
bentuk lulusan unggulan pada Kafila Internasional Islamic School (KIIS)
Jakarta, yaitu:
Pertama lulusan unggulan yang dihasilkan Kafila Internasional
Islamic School (KIIS) Jakarta dalam aspek akademik adalah capaian hasil
belajar peserta didik yang menunjukkan pada tataran nilai yang sangat
membanggakan. Hal ini dapat terlihat pada beberapa capaian berikut ini:
a) Standar Kompetensi Lulusan Tercapai Sesuai Target, melalui hasil nilai
UN baik pada jenjang Madrasah Tsanawiyah maupun Madrasah Aliyah
mendapat predkat tertinggi se Provinsi DKI Jakarta hingga 5 tahun
berturut-turut.
b) Banyaknya juara olimpiade Sains dan matematika, baik pada tingkat
kota, tingkat provinsi bahkan pada tingkat nasional. Tak hanya bidang
sains dan matematika saja melainkan pada bidang seni religi juga
memiliki prestasi yang sngat gemilang.
c) Lulusan pada jenjang Madrasah Aliyah yang diterima di PTN
Terkemuka di Indonesai mencapai 94% pertahun nya, merupakan
angka yang sangat fantastis dalam setiap satuan pendidikan. Adapun
selebihnya yang tidak memasuki ke PTN di Indonesia karena mereka
sebagian melanjutkan ke perguruan tinggi luar Negeri khususnya di
Timur Tengah seperti Kairo, Madinah, Turki dll.
d) Metode pengajaran dengan menggunakan pendekatan penguatan akidah
islamiyah, sehingga siswa dapat mengikuti segala kegiatan belajar
mengajar dengan penuh kesadaran, tanpa ada unsur paksaan dari pihak
manapun.
e) Tidak sebatas pada pengetahuan keislaman saja, siswa di Kafila
Internasional Islamic School (KIIS) merupakan lulusan unggulan yang
memiliki tiga kompetensi keahlian, yaitu Ahli dalam bidang Sains dan
134
Matematik, menguasai Bahasa Asing sebagai bekal mereka untuk
mampu melihat dunia Internasional, serta mampu menghafal al-Qur’an
20-30 Juz.
Kedua, lulusan unggulan yang dihasilkan dari program boarding
(asrama) yang dilaksanakan Kafila Internasional Islamic School (KIIS)
adalah kepribadian dan karakter muslim yang tertanam dengan baik di
kalangan peserta didik KIIS. Hal ini dapat terlihat pada beberapa
pemaparan berikut ini:
a) Tingkat pelanggaran siswa terhadap aturan begitu kecil, artinya siswa
Kafila Internasional Islamic School (KIIS) mampu mengikuti aturan
dan tata tertib dengan penuh kesadaran.
b) Penanaman amalan sunnah yang sangat ditekankan oleh setiap siswa
nya seperti puasa senin dan kamis, shalat tahajjud dan dhuha.
c) Para alumni Kafila Internasional Islamic School (KIIS) telah mampu
mendakwahkan “true muslim personal character” yaitu, Salimul
Akidah, shahihul Ibadah, matinul khuluq, qowiyyul jismi, mutsaqqaful
fikri, mujahadatul linafsi, harisun ala waqtihi, munazhamun fii
Syuunihi, qadirun Alal Kasbi, dan nafi’un lighairi.
d) Memiliki semangat yang tinggi dalam melaksanakan ibadah baik yang
bersifat wajib maupun Sunnah.
e) Mengamalkan akhlaq terpuji dalam kehidupan sehari-hari, seperti
berkata santun, bersikap sopan terhadap siapa saja yang ditemuinya.
f) Memiliki jiwa kedisiplinan yang tinggi yang nampak pada kemampuan
mengikuti kegiatan secara tepat waktu.
g) Mampu membiasakan hidup yang sehat dengan menerapkan nilai
keindahan, kebersihan, dan kerapihan (K3) di lingkungan tempat
tinggalnya.
h) Memiliki naluri self development (pengembangan diri) yang tinggi
sehingga mampu menumbuhkembangkan keahlian personal yang
menjadi ciri khas pribadi.
Ketiga, pada aspek tahfidzul qur’an, Kafila Internasional Islamic
School (KIIS) mengupayakan terwujudnya siswa atau peserta didik yang
mampu memiliki pemahaman yang baik terhadap al-Qur’an dengan
menghasilkan peserta didik sebagai berikut:
a) Memiliki hafalan qur’an 10-30 Juz.
b) Memiliki pemahaman yang baik terhadap tafsir al-Qur’an.
135
c) Mampu menjadi imam shalat berjamaah baik di Kafila Internasional
Islamic School (KIIS) maupun di masyarakat, dan;
d) Menjadi guru TPQ di lingkungan tempat tinggalnya.
Berdasarkan temuan di atas produk lulusan Kafila Internasional
Islamic School Jakarta merupakan sebuah lulusan yang unik, istimewa dan
berbeda dari lulusan pada lembaga pendidikan pada umumnya. Sebagai
salah satu lembaga pendidikan yang ternama, Kafila Internasional Islamic
School (KIIS) memiliki rekam jejak yang sangat baik dalam menghasilkan
lulusan pendidikannya. Lulusan pendidikan yang dihasilkan bukan saja
dari aspek peserta didik atau lulusan lembaganya semata, namun tenaga
pendidik dan tenaga kependidikan juga mendapatkan suntikan peningkatan
kompetensi yang sesuai standar Kafilla Internasional Islamic School
(KIIS).
Hal tersebut di atas sejalan dengan teori (Kotler, 2000:428) Pada
dasarnya produk adalah sekumpulan nilai kepuasan yang kompleks.
Diferensiasi produk merupakan suatu usaha perusahaan untuk
membedakan produknya terhadap pesaing”. Menurut Kotller dan
Armstrong (2008:211) Diferensiasi produk mencakup: a). Bentuk b).
Keistimewaan c). Mutu kinerja d). Keandalan e). Keunikan.
Dengan demikian usaha Kafila Internasional Islamic School Jakarta
dalam menciptakan produk pendidikan (lulusan) yang unggul, berkualitas ,
unik dan mampu memenuhi kebutuhan masyarakat berhasil sesuai dengan
harapan.
2. Unggul pada Guru dan Tenaga Kependidikan
Faktor penentu keberhasilan sebuah lembaga pendidikan adalah
personil/Sumber Daya Manusia (SDM). SDM pada lembaga pendidikan
yaitu Tenaga Pendidik dan Kependidikan. Kafilla Internasional Islamic
School (KIIS) dalam mewujudkan SDM yang berkualitas memiliki cara
yang berbeda dalam menyediakan tenaga pendidik dan tenaga
kependidikan yang sesuai dengan kebutuhan kegiatan pendidikan yang
dilaksanakan. Penyediaan pendidik yang berkualitas dilakukan melalui
beberapa tahap yang harus dilalui setiap pendidik dan tenaga kependidikan
mulai pada saat perekrutan.
Proses perekrutan bertujuan mencari pendidik yang unggul
berkualitas dan dituntut tidak hanya mampu mengajar dan mengelola
kegiatan kelas dengan efektif, namun juga dituntut untuk mampu
membangun hubungan yang efektif dengan siswa dan komunitas sekolah,
menggunakan teknologi untuk mendukung peningkatan mutu pengajaran,
136
serta melakukan refleksi dan perbaikan praktek pembelajarannya secara
terus menerus (Andriani, 2010:2).
Hal ini sejalan dengan penjelasan Iskarim (2017:308) bahwa sumber
daya manusia yang berkualitas akan lahir dari sistem dan proses
pendidikan yang berkualitas, dan sebaliknya untuk dapat mewujudkan
pendidikan yang berkualitas diperlukan pula sumber daya manusia yang
berkualitas. Jadi sumber daya manusia merupakan unsur aktif, sedangkan
unsur-unsur lain merupakan unsur pasif yang bisa dirubah oleh kreativitas
manusia.
Salah satu unsur penting dalam manajemen sumber daya manusia
adalah rekrutman. Rekrutmen merupakan sarana untuk menyiapkan
sebanyak-banyaknya tenaga pekerja yang sesuai dengan syarat dan
kualifikasi yang diharapkan oleh organisasi untuk menyelesaikan
pekerjaan yang sudah disiapkan (job discription). Keberhasilan rekrutmen
pekerja, dalam hal ini guru, dalam organisasi sangat menentukan
keberhasilan terwujudnya tujuan organisasi itu sendiri. Rekrutmen yang
baik adalah rekrutmen yang bisa menjawab kebutuhan pekerjaan yang
disiapkan oleh organisasi. Karena begitu pentingnya proses rektumen ini,
tidak mustahil bahwa tugas manajemen sumber daya berikutnya menjadi
lebih mudah dan berjalan dengan baik. Misalnya, dengan keberhasilan
rekrutmen maka proses seleksi, penempatan, peningkatan dan
pengembangan (pemberdayaan) serta evaluasi pun akan menuai
keberhasilan pula.(Iskarim, 2017:309)
Mencapai keberhasilan pendidik tentunya bukan pekerjaan yang
mudah. Pendidik harus mampu menyesuaikan dengan perubahan zaman
yang begitu cepat pada lingkungan sekolah yang didorong oleh kemajuan
ilmu dan teknologi, perubahan demograsi, globalisasi dan lingkungan.
Pendidik profesional tidak lagi sekedar pendidik yang mampu mengajar
dengan baik melainkan guru yang mampu menjadi pembelajar dan agen
perubahan sekolah, dan juga mampu menjalin dan mengembangkan
hubungan untuk peningkatan mutu pembelajaran di sekolahnya. Andriani
(2010:14)
Saat ini SDM yang dimiliki Kafilla Internasional Islamic School
(KIIS) sudah sesuai dengan kebutuhan dengan prosentase 80% PTK sudah
sesuai (linier) dengan kualifikasi akademiknya berdasarkan aturan negara.
Sedangkan yang 20% sifatnya masih satu rumpun seperti guru yang
memiliki baground akademik syariah namun mengajar mata pelajaran PAI,
atau guru sains murni mengajar mata pelajaran matematika ataupun IPA.
a. Persyaratan PTK
137
Perekrutan SDM pada Kafila International Islamic School (KIIS)
dilakukan sesuai dengan kebutuhan SDM yang secara global terbagi
pada tiga jenis bidang keahlian, yakni:
a) Pembimbing atau guru Tahfidz. Pada bidang ini, kualifikasi yang
dibutuhkan adalah mereka yang memiliki hafalan al-Qur’an
sebanyak 30 juz, memiliki kemampuan mengajarkan al-Qur’an
baik pada level tahsin maupun tahfidz, memiliki sanad hafalan al-
Qur’an sebagai bukti telah mengikuti tashhih atau standarisasi
hafalan qur’an, dan memiliki sertifikat penghafal al-Qur’an 30 Juz.
b) Pengelola atau guru asrama (Boarding). Pada bidang ini,
kualifikasi yang dibutuhkan adalah mereka yang memiliki
kemampuan mengelola asrama, memiliki kemampuan memahami
dan memberikan bimbingan keasramaan terhadap peserta didik
(santri) dan mampu mengawal terwujudnya program penanaman
10 karakter pribadi muslim sebagaimana yang telah ditetapkan
Kafilla Internasional Islamic School (KIIS).
c) Pendidik pada aspek pendidikan formal (akademik). Pada bidang
ini, kualifikasi yang dibutuhkan adalah memiliki kompetensi yang
sesuai dengan mata pelajaran atau bidang akademik lain yang akan
dijalani dan berijazah S1 (strata satu), sehat jasmani dan rohani
serta memiliki visi dalam pendidikan.
Dari ketiga pola layanan pembelajaran di Kafila membuktikan
adanya sebuah kepastian akan jaminan kualitas SDM yang dimilikinya
melalui persyaratan yang harus dimiliki oleh calon Guru dan tenaga
Kependidikan dalam upaya mewujudkan lulusan yang unggul dan
kompeten.
Berdasarkan temuan di atas terkait persyaratan pendidik dan
tenaga kependidikan pada Kafila internasional Islamic School Jakarta
sudah sesuai dengan PP. No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan (SNP) pada pasal 2 yang merumuskan bahwa salah satu
standar yang harus dipenuhi dalampendidikan nasional adalah standar
pendidik dan kependidikan, yang meliputi: kualifikasi akademik dan
kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta
memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Namun kenyataan dilapangan KIIS juga memilikin standar lebih dari
ketentuan peraturan pemerintah di atas berupa memiliki kompetensi
bidang tahfidzul qur’an 30Juz. Hal ini menandakan bahwa kompetensi
pendidik dan tenaga kependidikan di KIIS memiliki hal yang berbeda
dari lembaga pendidikan yang lainnya.
b. Proses Perekrutan
138
Dalam proses perekrutan pendidik dan tenaga kependidikan,
Kafilla Internasional Islamic School (KIIS) menyesuaikan dengan
kebutuhan sekolah atau unit pendidikan lainnya. Hamdi (22 April 2019)
memaparkan bahwa kebutuhan Kafilla Internasional Islamic School
(KIIS) dalam melaksankan kegiatan pendidikan tercakup pada tiga jenis
kegiatan yakni tahfidz, bording (asrama), dan akademik (KBM).
a. Tahfidz merupakan salah satu kegiatan menghafal al-Qur’an yang
telah ditetapkan Kafilla Internasional Islamic School (KIIS) sebagai
salah satu kegiatan prioritas. Untuk memenuhi pencapaian program
tahfidz, KIS melakukan perekrutan pendidik dan tenaga
kependidikan yang telah hafal 30 Juz dan telah bersertifikat hafidz
30 Juz dengan memiliki sanad atau riwayat tahfidznya sebagai
bentuk tashih.
b. Boarding (asrama), semua peserta didik yang di terima di Kafilla
Internasional Islamic School (KIIS) wajib tinggal di asrama yang
telah disediakan pihak KIS. Dengan demikian perekrutan pendidik
dan tenaga kependidikan juga memperhatikan aspek kemampuan
mengelola asrama yang memahami polaatau sistem kegiatan di
asrama serta mampu memberikan bimbingan terhadap peserta didik
yang tinggal di asrama dengan mengacu pada nilai-nilai
kemandirian dan 10 karakter kepribadian muslim yang telah
ditetapkan Kafilla Internasional Islamic School (KIIS).
c. Akademik, pada aspek akademik, Kafilla Internasional Islamic
School (KIIS) memiliki standar kompetensi yang harus dimiliki
pendidik dan tenaga kependidikan pada empat aspek kompetensi
yakni pedagogik, social, kepribadian, dan professional. Dalam
melakukan perekrutan pendidik dan tenaga kependidikan di
sesuaikan dengan kualifikasi akademik yang dibutuhkan.
Pada proses rekrutmen pendidik dan tenaga kependidikan, Kafilla
Internasional Islamic School (KIIS) menerapkan empat tahap seleksi,
yakni administrasi, tes kompetensi, micro teaching, dan interview serta
psikotes (Hamdi, 22 April 2019). Pertama, seleksi administrasi. Pada
tahap ini, Kafilla Internasional Islamic School (KIIS) menyeleksi calon
PTK berdasarkan berkas-berkas lamaran kerja sebagaimana yang telah
ditetapkan dalam persyaratan perekrutan PTK atau pegawai. Kedua, tes
kompetensi. Setelah calon PTK dinyatakan lulus pada tahap seleksi
administrasi, calon PTK wajib mengikuti seleksi kompetensi dengan
melakukan tes kompetensi, misalnya pelamar pembimbing tahfidz
harus mengikuti beberapa tes tahfidz yang telah dibuat dengan standar
Kafilla Internasional Islamic School (KIIS).
Ketiga, tahapan berikutnya dalam sistem rekrutmen pendidik dan
tenaga kependidikan adalah micro teaching dimana calon PTK
melakukan praktek mengajar atau membina peserta didik baik pada
139
tahfidz, pembina asrama maupun akademik atau Kegiatan Belajar
Mengajar (KBM). Keempat, pada tahap akhir calon PTK yang telah
dinyatakan lulus pada micro teaching wajib mnegikuti tes wawancara
dan psikotes.
Gambar 4.3. Tahapan Seleksi Rekrutmen PTK
Sumber: Hamdi (22 April 20
PTK yang telah menandatangani kontrak dengan Kafilla
Internasional Islamic School (KIIS) tidak serta merta menjadikan
mereka sebagai pegawai atau karyawan tetap, namun pada beberapa
bulan setelah penandatanganan kontrak mereka masih mendapatkan
pengwasan dari pengelola Kafilla Internasional Islamic School (KIIS)
untuk nantinya benar-benar menjadi bagian yang tetap dari lembaga ini.
Pengawasan tesebut dikenal dengan istilah masa penilaian. Pertama,
memasuki 3 bulan pertama, status PTK masih berada pada tahap
pendampingan atau training. Kedua, masa kontrak. PTK baru yang
telah melewati masa pendampingan dengan penyesuaian diri yang
cukup baik selama 3 bulan, maka secara tidak langsung masuk kepada
masa kontrak. Ketiga, masa tetap. Setelah dinyatakan mampu menjadi
partner yang baik bagi keberlangsungan pendidikan di KIIS, PTK yang
telah melalui masa pendampingan dan masa kontrak akan diangkat
menjadi pegawai atau karyawan tetap di Kafilla Internasional Islamic
School (KIIS).
Adapun tujuan dari rekrutmen di Kafilla Internasional Islamic
School (KIIS). yaitu untuk menyediakan sejumlah calon tenaga kerja
yang memenuhi kualifikasi dan tetap konsisten dengan strategi,
wawasan dan nilai institusi pendidikan, untuk meminimalisir adanya
kemungkinan keluarnya tenaga kependidikan yang belum lama bekerja,
untuk menkoordinasikan upaya perekrutan dengan program seleksi dan
pelatihan , untuk memenuhi tanggung jawab perusahaan dalam upaya
menciptakan kesempatan kerja.(Musakkar, 2019:2)
Administrasi
Kompetensi
Micro Teaching
Interview dan Psikotes
4
1 2
3
140
c. Kompensasi PTK
Perihal pemberian kompensasi kerja, Kafilla Internasional Islamic
School (KIIS) tidak memiliki standar khusus, tetapi dilihat dari income
yang ada, yaitu dengan cara memberikan tawaran kepada calon PTK
yang telah lulus seleksi untuk menentukan sendiri nominal penghasilan
sesuai dengan keinginan nya, yang tentu nantinya akan dikaji dan
disesuaikan dengan kesanggupannya dalam melaksankaan tugas dan
tanggung jawabnya di Kafilla Internasional Islamic School (KIIS).
Tawaran kompensasi terkait besaran penghasilan ini menunjukkan
bahwa Kafilla Internasional Islamic School (KIIS) memiliki sistem
yang berbeda dalam menentukan pemberian penghasilan kepada PTK
yang mengabdi dan bekerja di lembaga tersebut.
Perihal kompensasi pada pendidik dan tenaga kependidikan di
kafila Internasional Islamic School Jakarta menjadi perhatian utama
oleh pengelola lembaga (ketua yaysan). Karenahal ini menyangkut
kesejahteraan mereka, sehingga pada upaya untuk meningkatkan
kesejahteraan selalu diprioritaskan, adapun besarannyaberdasarkan
kontribusi guru maupun pegawai atas dedikasinya.
Perihal diatas sependapat dengan pernyataan Musfah (2016:20-30)
mengatakan bahwa memuliakan guru dari aspek materi merupakan
tanggung jawab pemerintah, pengusaha dan orang tua siswa. Pengusaha
dalam hal ini adalah pemilik yayasan/lembaga.
Dalam memberikan kesejahteraan guru, pemilik yayasan dapat
mewujudkan beberapa bentuk seperti Gaji poko beserta tunjangannya
kesehatan, tunjangan insentif kinerja dan tunjangan hari tua.
d. Pengorganisasian PTK
Dalam hal penempatan posisi kerja, Kafilla Internasional Islamic
School (KIIS) memiliki cara yang berbeda dari sekolah-sekolah pada
umum nya, dalam hal pengangkatan seorang pimpinan satuan
pendidikan, tingkat tingginya umur bukan merupakan acuan utama,
tetapi lebih mengutamakan pada tingginya kualifikasi pendidikan dan
kinerja harian dan pengalaman di dalam bidannya. Cara ini dianggap
lebih efektif oleh pihak pengelolaan Kafilla Internasional Islamic
School (KIIS) pada bagian manajemen SDM. Perihal tersebut sudah
dibuktikan sejak berdirinya Kafilla Internasional Islamic School (KIIS)
hingga sekarang, dan tanpa ada konflik antar rekan kerja.
Sebuah tuntutan lebih dari Kafilla Internasional Islamic School
(KIIS) terhadap pemangku jabatan-jabatan tertentu seperti Kepala
Sekolah, direktur dan guru pamong, mereka diwajibkan tinggal selama
24 jam penuh di dalam nya. Cara ini merupakan hal yang sangat
ekstrim namun mereka melakukan dengan penuh suka hati, enjoy dan
tenggung jawab. Berbeda halnya dengan lembaga lain yang hanya
141
mewajibkan pimpinan bekerja selama 8 jam perhari. (tata tertib SDM).
(belum ada pembahasan secara teori dan hal ini sudah di tulis pada bab
3)
e. Pembinaan dan Peningkatan Kompetensi PTK
Kafilla Internasional Islamic School (KIIS) dalam melakukan
pembinaan dan peningkatan kompetensi PTK atau SDM di
lingkungannya adalah dengan melaksanakan program Pengembangan
Kompetensi SDM (PKS) yang jika di umumnya sekolah dikenal dengan
istilah Pengembangan Kompetensi Berkelanjutan (PKB). Pada program
Pengembangan Kompetensi SDM (PKS) secara umum terklasifikasi
menjadi empat jenis program kegiatan yaitu identifikasi kebutuhan
SDM, pengembangan kompetensi pedagogik, peningkatan empat
standar kompetensi guru, dan pembelajaran bahasa asing.
Gambar 4.4. Pembinaan dan Peningkatan Kompetensi PTK
Sumber: Hamdi (22 April 2019)
Selain empat program diatas, upaya Kafilla Internasional Islamic
School (KIIS) dalam meningkatkan standard kompetensi PTK adalah
memberikan beasiswa penuh dari pihak Yayasan untuk melanjutkan
jenjang yang lebih tinggi, yaitu pada jenjang S 2 dan S 3, tanpa
mengurangi hak kompensasi harian. Dengan cara ini para Pendidik dan
Tenaga Kependidikan yang ada dapat belajar dengan tenang, focus dan
terarah. Jika telah usai masa studinya mereka kembali dengan bekal
yang lebih baik lagi (Hamdi, 22 April 2019).
Pembinaan dan peningkatan kompetensi PTK juga dilakukan
pengelola Kafilla Internasional Islamic School (KIIS) dengan berbagai
Identifikasi Kebutuhan SDM
Pengembangan Pedagogik
Peningkatan Standar Kompetensi Guru
Pembelajaran Bahasa Asing
142
upaya, diantaranya, 1) memfasilitiasi guru untuk memenuhi kualifikasi
akademik yang sesuai dengan mata pelajaran yang diampunya bagi
guru yang belum linier, 2) mengadakan pendidikan kelas jauh untuk
guru yang belum memiliki legalitas akademik, 3) melakukan sertifikasi
internal bagi guru melalui kerjasama dengan Universitas Hamka Jakarta
untuk meningkatkan kompetensi pedagogic dan kompetensi
professional, 4) mengadakan pelatihan pembuatan Penelitian Tindakan
Kelas (PTK).
f. Evaluasi Tenaga Pendidik dan Pegawai Kependidikan
Evaluasi terhadap SDM dilakukan secara periodik yakni evaluasi
tiga (3) bulan dan evaluasi 6 bulan atau persemester. Evaluasi SDM
yang dilakukan pada kurun waktu 3 bulan sekali mengarah pada
berbagai perbaikan yang harus dilakukan guru atau tenaga pendidikan
lainnya dalam melaksanakan tugas. Evaluasi 3 bulan pada Kafilla
Internasional Islamic School (KIIS) di istilahkan sebagai Penilaian
Kinerja (PK). Evaluasi yang dilaksanakan persemester (6 bulan)
mengarah pada pelaksanaan laporan pertanggungjawaban guru atau
tenaga kependidika atas kinerja yang telah dilakukan selama satu
semester.
Kegiatan evaluasi Kafilla Internasional Islamic School (KIIS) pada
PTK sering menghasilkan beberapa permasalahan PTK dalam
melaksanakan tugasnya, diantaranya:
1) kurang disiplin dalam membuat administrasi pembelajaran di
kelas, misalnya membuat catatan siswa yang berisi laporan guru
yang dibuat secara obyektif terhadap perkembangan siswa,
pembuatan perangkat pembelajaran, dan kegiatan administrasi
lainnya.
2) kurangnya kedisiplinan dalam ketepatan waktu dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran khususnya di asrama,
sehingga secara tidak langsung mengganggu proses kegiatan
pembelajaran di sekolah,
3) interaksi sosial yang belum terjalin dengan baik di antara sesama
guru dan tenaga kependidikan di sekolah khususnya dalam aspek
saling mengingatkan pada tugas dan tanggungjawab rekan guru
dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas maupun
pelanggaran terhadap kriteria pribadi muslim di kalangan PTK.
143
Dari beberapa bentuk evaluasi yang dilakukan tersebut, merupakan
upaya KIIS dalam mewujudkan personil (tenaga pendidk) yang
unggul, dengan hal ini KIIS memberikan solusi kepada mereka
melalui berbagai hal diantaranya:
1) MBT (Managemen By Tongkrongan)
MBT merupakan cara pimpinan memantau para pegawai dan
tenaga kependidikan melalui terjun langsung dengan membantu
mereka sambil melatih cara kerja yang efektif dan efisien. Artinya,
pimpinan benar-benar duduk bersama mendampingi dan
membantu pegawai ketika bekerja. Misalnya, ketika ada pegawai
administrasi yang baru, beliau ikut mengerjakan hal secara teknis.
Sehingga akan mengenal lebih dekat tentang pribadi pegawai
tersebu. Melalui cara ini ada dua manfaat yang akan diperoleh, ada
dua manfaat yang akan diperoleh, yaitu: pimpinan akan memahami
secara teknis setiappekerjaan dan sekaligus memonitor kinerja
pegawainya. Namun ada halyang harus dperhatikan dalam MBT
ini bahwa seorang pimpinan sekedar membantu mengarahkan
secara teknis tetapi tidak mengerjakan hal teknis tersebut secara
keseluruhan.
2) Person Job Fit
Salah satu cara untuk mencapai kinerja yang maksimal adalah
membuat pegawai nyaman dalam bekerja. Padahal sudah menjadi
hal yang lumrah bahwa pegawai di Kafila Internasional Islamic
School akan mendapatkan tugas tambahan. Selain mengajar, para
guru juga akan ditempatkan dalam jabatan struktural, jabatan
fungsionalmaupun jabatan kepanitiaan.
Untuk menjaga kenyamanan kerja, maka perlu diupayakan
adanya person job fit, yaitu kesesuaian antara individu dengan
jenis pekerjaannya. Kesesuaian yang dimaksud adalah
mempertimbangkan keterbatasan dan kebutuhan yang dimiliki
oleh SDM. Selanjutnya yangtak kalah penting adalah adanya
person organisation fit , yaitu kesesuaian antara individu dengan
organisasi/lembaga. Jika kedua kesesuaian itu sudah diberikan
kepada individu, kenyamanan kerja pun akan didapat.
Sebagai dasar pertimbangan dalam pemetaan tugas pegawai,
Kafila menggunakan beberapa hal. Pertama latar belakang
pendidikan dan pengalaman kerja. Kedua, gaya kepribadian
pegawai. Ketiga, observasi “tipe pekerjaan” yang sesuai selama
144
menjadi pegawai. Keempat, diskusi secara langsung dengan
pegawai tentang tugas yang akan diberikan.
Jika person job fit tidak dilaksanakan, yang akan terjadi
adalah tugas-tugas tidak akan terlaksana dengan baik. Sasaran dan
target yang akan meleset.dengan kondisi seperti ini akan
memunculkan pemborosan. Waktu pencapaian sasaran akan
terbuang sehingga akan mengulang pekerjaan yang sama.
Demikian pula dengan tenaga dan biaya yang dikeluarkan menjadi
lebih banyak. Istilah mudahnya menjadikan “kerja dua kali”.
3) DISC
DISC adalah sebuah alat ukur psikometri yang konsep
dasarnya mengacu pada hasilkerja Psikolog Amerika, William
Moulton Marston yang juga menciptakan Polygraphi lie detector
atau detector kebohongan. Kepribadian menurut model DISC yang
digunakan Kafila untuk memetakan kepribadian SDM. Melalui
alat tes ini dapat diketahui tipekepribadian seseorang dalam dua
kondisi yaitu asli/alami dan dibawah pekerjaan. Dari empat gaya
kepribadian DISC, seseorang biasanya akan menonjol pada satu
atau paling banyak dua jenis kepribadian. Jika sudah terbiasa
melakukan observasi, kita sudah mampu memperkirakan tipe
kepribadian orang tersebut tanpa menggunakan alat tes.
Secara garis besar penggolongan gaya kepribadian DISC
yaitu: (D) Dominance; dorongan untuk mengontrol,meraih
tujuan/target. Sifat dasar; menguasai. (I) Influence; dorongan
untuk mempengaruhi, berekspresi, dan didengarkan. Sifat dasar:
membujuk. (S) Steadiness: dorongan untuk menjadi stabil dan
konsisten. Sifat dasar: mendukung. (C) Compliance; dorongan
untuk menjadi benar, teratur dan aman. Sifat dasar: mengatasi
masalah.
g. Karakter Pribadi Muslim Tenaga Pendidik dan Kependidikan
KIIS
Aspek sosial-keagamaan ummat Islam berawal dari bagaimana
ummat Islam mampu membangun karakter dan kepribadian muslim
sejati dalam jiwanya, semakin baik karakter dan kepribadiannya, maka
semakin memberikan dampak positif bagi perilaku dan aktivitasnya di
komunitasnya. Manshur (2017:1) menyebutkan berbagai karakter dan
pribadi muslim yang dibangun antara lain: salimul aqidah (aqidah yang
bersih), sahihul ibadah (ibadah yang benar), matinul khuluq (akhlak
145
yang kokoh), qowiyyul jismi (kekuatan jasmani), mutsaqoful fikri
(intlek dalam berpikir), mujahadatul linafsihi (berjuang melawan hawa
nafsu), harishun ala waqtihi (pandai menjaga atau mengatur waktu),
munazhzhamun fi syuunihi (teratur dalam suatu urusan), qadirun alal
kasbi (mandiri), dan nafi’un lighairihi (bermanfaat bagi orang lain).
Beragam karakter tersebut menjadi acuan Kafila Internasional Islamic
School dalam menanamkan kepribadian unggul terhadap peserta
didiknya.
Diantara kriteria-kriteria pada tenaga pendidik dan kependidikan di
Kafila Internasional Islamic School Jakarta sudah sesuai dengan teori
Wibowo, 2012, yaitu beberapa nilai luhur yang harus dimiliki dan
dipraktikan terlebih dahulu oleh guru, sebelum diajarkan kepada anak
didik dalam kehidupan nyata, yaitu: religius, jujur, disiplin, kerja keras,
kreatif, mandiri, gemar membaca. Dengan demikian, apa yang sudah
dilakukan oleh Kafila Internasional Islamic School Jakarta dalam
mewujudkan Pendidik dan Tenaga Kependidikan yang unggul dan
kompetenberhasil sesuai harapan.
Hal tersebut di atas juga sejalan dengan teori kotler (2007:385).
Perusahaan dapat memperoleh keunggulan kompetitif yang kuat dengan
memperkerjakan dan melatih ornag-orang yang lebih baik dari pesaing
mereka. Sehingga dengan terlatihnya mereke akan memunculkan enam
karakteristik,yaitu: kemampuan, kesopanan, kredibilitas, dapat diandalkan,
cepat tanggap dan komunikasi.
3. Unggul Layanan Pembelajaran
Pola layanan yang ditempuh oleh Kafila Internasional Islamic School
dalam mewujudkan lembaga pendidikan yang unggul dan professional
dengan membagi pada beberapa bagian, yaitu layanan akademik, layanan
asrama dan layanan bimbingan tahfidz al Qur’an. Dalam menjalankan
proses tersebut, masing-masing bidang dipimpin oleh wakil direktur yang
bertugas membantu direktur dalam menjalankan tugas-tugas pendidikan
yang lebih spesifik sesuai bidangnya.
Gambar 4.5. Bagan Struktur Organisasi Bidang Pendidikan
146
Sumber: Zadani, 2018:193
Bagan tersebut menunjukkan pola pelayanan Kafila yang telah
terstruktur dengan baik, dimana pengambil kebijakan tertinggi adalah
mereka yang diberikan kepercayaan menjadi direktur pada yayasan Kafila.
Kemudian dalam melaksanakan kegiatan pendidikan, kafila
mempercayakan tiga orang sebagai pimpinan dan penanggung jawab
dalam masing-masing bidang kegiatan yakni bidang pendidikan dalam hal
ini mengurusi sekolah atau pendidikan formal, bidang tahfidz qur’an yang
mengurusi program tahsin dan tahfidz qur’an, serta bidang keasramaan
yang mengurusi kegiatan peserta didik di asrama atau bisa diistilahkan
dengan pola pendidikan berbasis pesantren.
a. Layanan Akademik
Gambar Layanan Akademik
Layanan akademik merupakan bentuk layanan yang berhubungan
dengan aktivitas-aktivitas pendidikan formal di Kafila Internasional
Islamic School, juga dikenal dengan istilah Dikjar (pendidikan dan
pengajaran). Dengan kata lain kegiatan yang berkaitan dengan aktivitas
sekolah, seperti: layanan pembelajaran, layanan bidang administrasi dan
DIREKTUR
WAKIL DIREKTUR BID.PENDIDIKAN
WAKIL DIREKTUR BID. TAHFIDZ QURAN
WAKIL DIREKTUR BID. KEASRAMAAN
MANAGEMEN REPRESENTETIVE (MR)
147
layanan yang berkaitan dengan perkembangan siswa (konseling) serta
layanan-layanan lain baik bersifat akademik maupun non-akademik
lainnya.
Gambar 4.6. Diagram Layanan Pendidikan
Di Kafilla Internasional Islamic School (KIIS)
Kurikulum yang diterapkan dalam pembelajaran formal di Kafila
Internasional Islamic School merupakan kombinasi antara kurikulum
pemerintah dan kurikulum pesantren. Kurikulum yang disusun oleh Kafila
Internasional Islamic School menjadi ciri khas sebagai pesantren. Secara
umum, Kafila Internasional Islamic School membagi pelajaran ke dalam tiga
golongan:
No. Kelompok Mata Pelajaran
1 Diniyah Aqidah, Akhlaq, Fiqih, Ushul Fiqih,
Sirah/Sejarah Islam, Hadits,
Faraidh/Hukum Waris, fathul
Kutub/Literasi Kitab, Perbandingan
Madzhab, Tajwid dan Ilmu al Qur’an
2 Kauny Matematika, Kimia, Biologi, Fisika, IPS,
Kewarganegaraan, Seni Budaya, Olahraga
dan Kesehatan, Komputer
3 Bahasa dan Sastra Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Bahasa
Arab, nahwu, Sharaf, Balaghah, Khat dan
Imla’
Melihat banyaknya mata pelajaran yang harus disampaikan ke santri,
maka disusunlah pemetaan. Sehingga muncul tiga penggunaan metode belajar
mengajar yang terdiri dari: pertama, secara Klasikal. Metode Klasikal artinya
pelajaran disampaikan di kelas. Kedua, halaqah tarbawiyah (semacam majelis
taklim) dan; ketiga, stadium general yang artinya seluruh santri mengikuti
WAKIL DIREKTUR
BID. PENDIDIKAN DAN PENGAJARAN
KEPALA
MADRASAH TSANAWIYAH (MTs)
KEPALA
MADRASAH ALIYAH (MA)
KEPALA
BINA PRESTASI
KA ADMINISTRASI
148
pembelajaran dalam sebuah forum bersama. Pembagian tersebut dimaksudkan
agar materi pelajaran dapat disampaikan lebih tepat sasaran sesuai
karakteristik mata pelajaran itu sendiri. (Zadani, 2018:196)
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) menyatakan bahwa kurikulum
untuk jenis pendidikan umum, kejuruan, dan khusus pada jenjang pendidikan
dasar dan menengah terdiri atas:
a) kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia;
Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia dimaksudkan
untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia. Akhlak
mulia mencakup etika, budi pekerti, atau moral sebagai perwujudan
dari pendidikan agama. b) kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian;
Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian
dimaksudkan untuk peningkatan kesadaran dan wawasan peserta didik
akan status, hak, dan kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara, serta peningkatan kualitas dirinya sebagai
manusia. Kesadaran dan wawasan termasuk wawasan kebangsaan, jiwa
dan patriotisme bela negara, penghargaan terhadap hak-hak asasi manusia,
kemajemukan bangsa, pelestarian lingkungan hidup, kesetaraan gender,
demokrasi, tanggung jawab sosial, ketaatan pada hukum, ketaatan
membayar pajak, dan sikap serta perilaku anti korupsi, kolusi, dan
nepotisme.
c) kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi;
Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi pada
SMA/MA dimaksudkan untuk memperoleh kompetensi lanjut ilmu
pengetahuan dan teknologi serta membudayakan berpikir ilmiah secara
kritis, kreatif dan mandiri. d) kelompok mata pelajaran estetika;
Kelompok mata pelajaran estetika dimaksudkan untuk
meningkatkan sensitivitas, kemampuan mengekspresikan dan
kemampuan mengapresiasi keindahan dan harmoni. Kemampuan
mengapresiasi dan mengekspresikan keindahan serta harmoni
mencakup apresiasi dan ekspresi, baik dalam kehidupan individual
sehingga mampu menikmati dan mensyukuri hidup, maupun dalam
kehidupan kemasyarakatan sehingga mampu menciptakan kebersamaan
yang harmonis. e) kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan.
Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan pada
SMA/MA dimaksudkan untuk meningkatkan potensi fisik serta
membudayakan sikap sportif, disiplin, kerja sama, dan hidup sehat.
149
Budaya hidup sehat termasuk kesadaran, sikap, dan perilaku hidup sehat
yang bersifat individual ataupun yang bersifat kolektif kemasyarakatan
seperti keterbebasan dari perilaku seksual bebas, kecanduan narkoba,
HIV/AIDS, demam berdarah, muntaber, dan penyakit lain yang potensial
untuk mewabah.
Melihat kenyataan di atas, Kafila Internasional Islamic School telah
menyusun kurikulum berdasarkan PP No 19 Tahun 2005 tentang Setandar
Nasional Pendidikan Pasal 6 Ayat (1), hal tersebut dapat dilihat dari
muatan kurikulum yang telah dibuatnya.
Pelayanan proses pembelajaran pada Kafila Internasional Islamic
School terlihat pada beberapa jenis kegiatan yang dilaksanakan di sekolah,
diantaranya persiapan mengajar bagi para guru, aktivitas pembelajaran di
kelas, dan kegiatan ekstrakulikuler sekolah.
Pada kegiatan persiapan pembelajaran hal pertama yang dilakukan
adalah membuat Lesson Plan (RPP). Dalam tahap ini Guru menyusun
langkah-langkah teknis yang akan dilakukan di dalam kelas. Dengan
adanya Lesson Plan, pembelajaran akan berjalan dengan terarah, bermakna
dan menyenangkan.
Tahapan Pembuatan Lesson Plan KIIS
Kafila Internasional Islamic School Jakarta membiasakan kepada
seluruh guru untuk membuat lesson plan pada tanggal 20 di setiap
bulannya untuk pembelajaran bulan berikutnya. Adapun panduannya
dalam pembuatan lesson plan mengacu pada tahun sebelumnya.
Pembuatan Lesson Plan harus mengacu pada pemetaan materi pelajaran
yang dibuat dalam bentuk matriks time line dalam rentang waktu satu
tahun . sementara prosem (program semester) mirip dengan prota namun
lebih detail dan diperuntukkan dalam rentang waktu satu semester.
Lesson Plan yang dibuat oleh guru di Kafila Internasional Islamic
School Jakarta fleksibel bentuknya. Artinya tidak dalam format yang kaku
dengan kalimat-kalimat yang kaku pula. Setiap guru dapat membuat lesson
Prota Prosem KKM Lesson
Plan SILABUS
LITBANG GURU
150
plan dengan kreasi masing-masing, namun minimal mengandung unsur
berikut:
a. Identitas lesson plan berupa; nama guru, mata pelajaran, kelas, materi,
tanggal pembuatan
b. Standard isi, meliputi: standard kompetensi dan Indikator;
c. Aktifitas pembelajaran, meliputi:
a) Kegiatan pembuka/pre-teach. Dalam tahapan ini guru melakukan
aktivitas pemanasan kegiatan belajar. Artinya guru tidak langsung
masuk ke inti pembelajaran.
b) Kegiatan inti. Guru harus mendesain aktivitas pembelajaran sesuai
dengan gaya belajar siswa. Desain pembelajaran dapat
menggunakan berbagai model PAIKEM (Pembelajaran aktif,
inovatif, kreatif, dan menyenangkan).
c) Kegiatan penutup. Aktivitas yang dilakukan di dalam tahap ini dapat
berupa kesimpulan, evaluasi santri atau mengaitkan materi belajar
dengan berbagai karakter islam.
d. Media pembelajaran; seperti infokus, LCD, laboratorium dll.
e. Komentar guru. Pada bagian ini guru dapat mengevaluasi berjalannya
pembelajaran dan kesesuaian dengan rencana yang telah dibuat.
Kadang kala dalam aktivitas belajar, guru mendapat special moment.
Peristiwa ini merupakan kejadian-kejadian istimewa berkaitan dengan
perkembangan siswa.
Untuk mewujudkan nuansa pembelajaran di kelas yang kondusif dan
menyenangkan, guru di Kafila Internasional Islamic School Jakarta
melaksanakan proses pembelajaran dengan membagi tiga tahap, yaitu
kegiatan pembuka/Pre-teach, kegiatan inti dan kegiatan penutup.
Kegiatan pembuka/Pre-teach merupakan kegiatan pemanasan yang
dilakukan sebelum proses belajar mengajar dimulai, dengan kata lain
kegiatan ini disebut pemanasan (warming up). Kegiatan ini dilakukan
sebagai langkah awal dalam menarik minat dan motivasi siswa agar
semangat dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. Warming up dalam
proses pembelajaran dapat dilakukan dengan dengan berbagai cara.
Misalnya: guru bercerita hal baru yang terkait dengan materi pelajaran,
selain itu pula guru dapat memutar video, mengajukan pertanyaan/tebakan
atau mengajak tamu istimewa (misalnya guru lain). Warming up dapat pula
berupa permainan ringan yang merangsang aktifitas fisik. Semua cara
warming up di atas harus tetap memperhatikan keterkaitan dengan materi
pelajaran yang akan disampaikan oleh guru.
Kegiatan selanjutnya adalah kegiatan inti. Pada tahap ini guru
melakukan berbagai cara agar proses pembelajaran dapat dinikmati oleh
siswa. Mengingat gaya belajar siswa yang begitu beragam, maka model
pembelajarannyapun disesuaikan dengan keadaan. Adapun model model
yang sering digunakan oleh guru diantaranya: Jigsaw, Time Token, Course
151
Review Horay. Pada tahapan ini pula guru perlu memperhatikan daya
tahan konsentrasi siswa dalam mengikuti pelajaran. Secara umum, siswa
mampu mengikuti pelajaran dengan baik hanya dalam waktu 15 s.d 20
menit. Dalam kondisi keterbatasan konsentrasi tersebut, maka guru
dituntut harus lebih kretaif dalam menggunakan metode mengajar.
Tahap yang terakhir adalah kegiatan penutup. Yang dimaksud
menutup pelajaran bukanlah mengucapkan salam penutup dan hamdalah
atau doa pada setiap selesai kegiatan pembelajaran, karena kegiatan-
kegiatan tersebut memang sudah seharusnya dilakukan setiap mengakhiri
suatu kegiatan. Akan tetapi, yang dimaksud keterampilan menutup
pelajaran adalah kegiatan guru untuk mengakhiri pelajaran dengan
mengemukakan kembali pokok-pokok pelajaran supaya siswa memperoleh
gambaran yang utuh tentang pokok pokok materi dan hasil belajar yang
telah dipelajari. Agar tujuan pembelajaran dapat tercapai, pada kegiatan
penutup ini, hal yang dilakukan guru di kafila Internasional Islamic
School Jakarta antara lain :
a) Merangkum atau meringkas inti pokok pelajaran
b) Memberikan dorongan psikologis atau sosial kepada siswa
c) Memberi petunjuk untuk pelajaran /topik berikutnya
d) Mengadakan evaluasi tentang materi pelajaran yang baru selesai
Berdasarkan paparan data di atas perihal proses pembelajaran di
Kafila internasional Islamic School Jakarta sudah mengacu pada Peraturan
Menteri No. 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses. Salah satu point yang
dibahas adalah tentang komponen RPP. Komponen RPP ini akrab disebut
dengan susunan atau format RPP. Adapun RPP yang disusun itu berupaya
semaksimal mungkin menyesuaikan dengan Permen tersebut. namun lebih
daripada itu guru di Kafila dalam pembuatan RPP bentuknya fleksibel dan
beragam, menyesuaikan dengan karakteristik materi pembelajaran, tetapi
memenuhi standar minimal dan tidak meninggalkan komponen yang sudah
ada. Adapun komponen RPP berdasarkan Permendikbud No.22 Tahun
2016 adalah sebagai berikut:
1) identitas sekolah yaitu nama satuan pendidikan;
2) identitas mata pelajaran atau tema/subtema;
3) kelas/semester;
4) materi pokok;
5) alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian
KD dan beban belajar dengan mempertimbangkan jumlah jam
pelajaran yang tersedia dalam silabus dan KD yang harus dicapai;
6) tujuan pembelajaran yang dirumuskan berdasarkan KD, dengan
menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur,
yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan;
7) kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi;
152
8) materi pembelajaran, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur
yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan
rumusan indikator ketercapaian kompetensi;
9) metode pembelajaran, digunakan oleh pendidik untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai
KD yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan KD yang
akan dicapai;
10) media pembelajaran, berupa alat bantu proses pembelajaran untuk
menyampaikan materi pelajaran;
11) sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam
sekitar, atau sumber belajar lain yang relevan;
12) langkah-langkah pembelajaran dilakukan melalui tahapan
pendahuluan, inti, dan penutup; dan
13) penilaian hasil pembelajaran.
Hal lain yang berbeda adalah kebiasaan yang dilakukan di Kafila
Internasional Islamic School adalah belajar emosional dengan peserta
didik melalui kegiatan yang membuat peserta didik menjadi lebih antusias
dalam mengikuti pembelajaran biasanya dilakukan dengan memutar film,
bercanda ringan, memberikan pertanyaan tebak-tebakan dan beberapa
kegiatan menyenangkan lainnya.
Kegiatan pendidikan nonformal di lingkungan sekolah biasanya
dikenal dengan kegiatan ekstrakulikuler atau pengembangan diri. Kegiatan
pengembangan diri di Kafila Internasional Islamic School Jakarta
bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan,
bakat dan minat dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler yang
dilaksanakan secara terjadwal dan rutin pada hari Sabtu dan difasilitasi
oleh Pembina ekstrakurikuler. Sedang kegiatan bimbingan konseling
dilakukan di luar jam tatap muka pada hari Senin hingga Jum’at yang
ekuivalen dengan dua jam pembelajaran dan difasilitasi oleh Guru BK
dan Konsultan. Penilaian dilakukan secara kualitatif (deskripsi), yang
difokuskan pada perubahan sikap dan perkembangan perilaku peserta
didik setelah mengikuti kegiatan pengembangan diri. Kafila Internasional Islamic School memberikan beberapa kegiatan
ekstrakulikuler sebagai bekal peserta didik dalam mengembangkan potensi
pada dirinya. Diantara kegiatan ekstra kulikuler yang diberikan antara lain:
Latihan Dasar Kepemimpinan (LDK), Jalan-jalan Untuk Belajar Satu Hari
(JELAJAH), Studi Observasi, Outbound, Everyone is Teacher, Studi
Ekskursi, Studi Visit, Assembly atau kegiatan pertunjukkan kreativitas
peserta didik, Praktik Dakwah dan Pengabdian Ummat (PDPU), dan
pelaksanaan kegiatan olimpiade pada mata pelajaran sains.
153
Dilihat secara rinci, kegiatan pengembangan diri di Kafila
Internasional Islamic SchoolJakarta adalah sebagai berikut:
1) Kegiatan pembiasaan melaksanakan ibadah yang dilakukan oleh
seluruh warga Ma Kafila Jakarta secara rutin dan terpantau.
Adapun kegiatan pembiasaan yang dilaksanakan adalah:
a) Melakukan Tahfidzul Qur’an setelah sholat subuh hingga pukul
06.20 WIB untuk siswa dan Tadarus Qur’an pada pukul 07.00
WIB untuk para pendidik.
b) Melaksanakan shalat Dhuha pada istirahat jam pertama.
c) Melaksanakan shalat berjamaah shalat Dzuhur pada jam
istirahat kedua. Kegiatan ini dipantau oleh Bagian Keasramaan
dan hasilnya dilaporkan pada Direktur atau bagian yang terkait
lainnya.
d) Melaksanakan qurban dan pembagian daging qurban.
e) Menerima dan menyalurkan zakat fitrah.
f) Mengadakan buka puasa bersama. g) Menyelenggarakan Halal bi Halal.
2) Pelatihan peningkatan jiwa Nasionalisme, yakni terdiri dari:
Memelihara kelestarian dan keindahan sekolah, mengadakan bakti
sosial dan mengadakan razia atribut sekolah.
3) Pelatihan Pendidikan Pertahanan, diantaraanya melalui kegiatan:
Melaksanakan tata tertib sekolah, melaksanakan apel mingguan
dan melaksanakan observasi lapangan.
4) Pelatihan Kepribadian, malalu kegiatan: melaksanakan orientasi
peserta didik baru kelas X (MILAD), mensosialisasikan
pengucapan salam kepada Kepala Madrasah, pendidik, tenaga
kependidikan, dan sesama, penyuluhan tentang kesehatan,
meningkatkan kedisiplinan serta penyelusuran minat dan bakat. 5) Pelatihan Politik dan Kepemimpinan, yaitu dengan kegiatan:
melaksanakan latihan dasar kepemimpinan santri (LDKS),
menyelenggarakan forum diskusi, pengkaderan pengurus OPKIIS,
pembentuk kelompok konselor sebaya.
b. Layanan Asrama (Boarding)
154
Pendidikan berbasis asrama (pesantren) merupakan bagian dari solusi
bagi para peserta didik di usia ABG untuk terhindar dari pergaulan bebas
di era glabalisasi saat ini. Pada aspek ke-asramaan, Kafila menekankan
pentingnya nilai-nilai positif yang harus dimiliki peserta didik sebagai
bekal menjalani kehidupannya di masa mendatang. Nilai-nilai tersebut
antar lain; pertama, kemandirian pada setiap peserta didik dalam
mengikuti rangkaian kegiatan pendidikan di Kafila. Pada aspek ini,
peserta didik dibiasakan mampu mengatur waktu, keuangan, dan
mengatur barang-barang pribadinya.
Kedua, saling memahami. Nilai positif lainnya yang dibudayakan
dalam pendidikan berbasis asrama (pesantren) di Kafila adalah
kemampuan untuk saling memahami satu dengan yang lainnya karena
latar belakang yang berbeda, kepribadian dan watak yang berbeda, dan
sikap serta kebiasaan yang berbeda pula. Ketiga, hidup lebih teratur.
Untuk mewujudkan keteraturan dalam menjalani hidup, Kafila telah
menentukan waktu kegiatan peserta didik mulai dari bangun tidur hingga
155
tidur lagi (jadwal kegiatan). Keempat, kebersamaan. Nilai kebersamaan
menjadi perihal yang sangat penting untuk dimiliki peserta didik, karena
nilai kebersamaan merupakan salah satu nilai yang positif dalam
membangun kesatuan langkah dalam menjalani hidup bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.
Sebuah upaya yang ditempuh oleh Kafila dalam mewujudkan proses
pembelajaran yang maksimal, proses layanan asrama membagi pada
empat aspek, yaitu: Perizinan, program kemasyarakatan, Ibadah sunnah
dan bahasa internasional(Adani, 15 April 2019).
Perizinan merupakan sebuah sistem yang dibetnuk dalam
mengantisipasi keluar masuk peserta didik di lingkungan asrama.
Mengingat keberadaan sekolah (asrama) di lingkungan perkotaan. Kafila
memiliki tanggung jawab memastikan kondisi santri. Tidak dipungkiri
banyak kekhawatiran yang muncul ketika santri melihat, mendengar atau
berinteraksi dengan lingkungan masyarakat yang tidak sesuai
mendukung lingkungan pesantren. Di lain pihak ada pendapat bahwa
siswa berasrama (santri) perlu mengetahui dunia luar yang nyata.
Sehingga tidak menimbulkan sikap eksklusif, tidak mengetahui realita
atau muncul rasa bosan.
Untuk menjembatani dua pendapat di atas, maka selainmenanamkan
pendidikan adab, Kafila memberikan fasilitas bagi siswanya berupa
perizinan keluar lingkungan asrama. Hal tersebut untk mengantisipasi
pelanggaran berupa santri (siswa) keluar lingkungan asrama yang justru
tidak diketahui tujuan dan waktunya.
Terdapat dua jenis perizinan: izin keluar jauh dan izin keluar dekat.
Perizinan keluar dekat dapat dilakukan siswa (santri) untuk membeli
barang kebutuhan yang tidak tersedia di koperasi. Area perizinan
pundibatasi hanya di warung kampun atau minimarketsekitar pesantren
dengan watu maksimal tiga puluh menit. Sementara itu untuk perizinan
jauh, santriharus berombongan dan mengenakan seragam khusus izin
keluar jauh. Perizinan dekat dapat diambil santri maksimal tiga kali
sepekan, sementara perizinan jauh diberikan pada hari libur pekan terkhir
setiap bulan.
Program Kemasyarakatan merupakan suatu prgram yang memiliki
misi sosial-masyarakat. Kafila menyelenggarakan program yang
berorientasi kemasyarakatan, seperti: pelayanan orang sakit dan takziyah,
membersihkan masjid (mushalla) milik masyarakat secara rutin,
mengirimkan imam, menyelenggarakan TPQ, mengikuti pengajian
156
wasilah shubuh yang diselenggarakan masyarakat sekitar dan sebagainya.
Selain program rutin, diadakan pula program untuk masyarakat yang
mengambilmoment tertentu, seperti:buka bersama masyarakat, bakti
sosialdan khitanan massal.
Ibadah Sunnah. Ibadah sunnah menjad ihal yang lumrah jika ibadah
wajib ditekankan oleh pesantren Kafila. Melanggar ibadah wajib
memiliki dua konsekuensi: melanggar perintah Allah sekaligus
melanggar aturan pesantren. Kafila tidak mengharuskan ibadah sunnah
dijalankan oleh para peserta didikanya (santri). Namun proses
pengingatan dan penyadaran selalu dilakukan. Evaluasi kegiatan hrian
santri tetap mendata ibadah sunnah santri. Perbedaannya, jika santri
tidakmenjalankan ibadah wajib akan diberikan konsekuensi cukup
berat,tapi jika santri tidak menjalankan ibadah sunnah maka sekedar
dicatat. Dalam halibadah sunnah akan diketahui apakah sudah menjadi
kebiasaandijalankan atau kebiasaan ditinggalkan oleh santri yang
bersangkutan.
Bahasa Internasional (Bahassa Asing). Ada dua bahasa yang wajib
dikuasai oleh pesertadidik (santri) di Kafila, yaitu bahasa Arab dan
Bahasa Inggris. Bahasa arab menjadi fondasi untuk mendalami ilmu
diniyah (agama). Sementara itu bahasa inggris menjadi pengantar ketika
berkiprah dalam masyarakat internasional.
Tata organisasi pada biadang keasramaan ini dipimpin oleh wakil
direktur yang merupakan kepanjangan tangan dari yayasan. Wakil
Direktur juga seringkali disebut sebagai Kepala Asrama yang dalam
bertugas dibantu oleh wali asrama sebagai pengasuh peserta didik, unit
kesehatan, unit Bahasa internasional, dan pembina organisasi pelajar
Kafila Internasional Islamic School.
Gambar 3.9. Bagan Organisasi
Bidang Keasramaan (Boarding) atau Pesantren Kafila
Wakil Direktur
KA. Administrasi
Wali Asrama Pj. Kesehatan Pembina OPKIIS Pj. Bahasa Internasional
Pj. Bi’ah
Islamiyah
157
Sumber: Zadani, 2018:213
Tata organisasi pada bidang keasramaan tersebut memiliki tugas
pokok dan fungsi menyelenggarakan pendidikan keasramaan yang
mampu membentuk karakter dan kepribadian peserta didik dengan
berpijak pada 10 karakter pribadi muslim sebagaimana yang telah
dipaparkan penulis pada pembahasan sebelumnya. Secara khusu,
pendidikan keasramaan di Kafila Internasional Islamic School memiliki
tujuan sebagai berikut:
a) Pembinaan karakter (Akhlaq) peserta didik melalui pendampingan,
pemantauan ibadah, kebersihan, kegiatan pembiasaan.
b) Mewujudkan hidup sehat (Kesehatan) dengan mengatur pola hidup
(menjaga kebersihan) dan screening kesehatan, dan olah raga, pola
makan (halal, bergizi, seimbang dan teratur), pola pikir (manajemen
stress melalui layanan konselling)
c) Mewujudkan keamanan dan keselamatan peserta didik melalui
sosialisasi penggunaan fasilitas yang membahayakan (listrik dan
peralatan lain yang mudah terbakar), istirahat malam, perizinan
keluar asrama, penanganan kecelakaan.
d) Membudayakan wajib bahasa internasional melalui pembiasaan
penerapan bahasa dengan program pekan Bahasa, serta penerapan
area wajib berbahasa araba tau inggris, melaksanakan aktifitas
muhadatsah pagi, muhadarah malam, dan simulasi tes Bahasa
internasional (Hamdi, 22 April 2019).
Dengan berlandaskan beberapa hal di atas, setiap aktivitas santri telah
diukur dan diatur. Diukur agar seimbang antara kegiatan pribadi,
bersosialisasi dan aktifitas kegiatan lainnya. Terlalu padat kegiatan akan
membuat santri setres dan mencari pelampiasan yang negatif. Sementara itu
jika banyak waktu luang juga akan membuat santri akan mencari kesibukan
lain yang tidak terkontrol. Untuk itu Kafila Internasional Islamic School
Jakarta mengatur jadwal kegiatan santri secara umum sebagai berikut:
No Waktu Aktifitas
1 03.00-04.00 Petugas piket malam membangunkan santri
2 04.00-04.30 Santri berada di masjid, tahajjud dan shalat shubuh
158
3 04.30-05.00 Shalat shubuh berjamaah di masjid
4 05.00-06.15 Kegiatan Tahfidz Al-Qur’an sesi I
5 06.15-07.00 Mandi dan sarapan
6 07.00-07.15 Persiapan santri menuju sekolah
7 07.15-07.30 Muhadatsah/conversation
8 07.30-11.30 Kegiatan belajar di sekolah
9 11.30-12.00 Istirahat, qailulah (tidur sejenak)
10 12.00-12.30 Salat zuhur
11 12.30-13.00 Makan siang
12 13.00-14.00 Kegiatan belajar dalam halaqah
13 14.00-15.00 Istirahat, kegiatan pribadi
14 15.00-15.30 Persiapan shalat asar
15 15.30-16.00 Shalat asar berjamaah di masjid
16 16.00-16.30 Kebersihan bersama, olahraga, bermain
17 16.30-17.00 Mandi, persiapan kegiatan Tahfidz
18 17.00-19.30 Thfidz Al Qur’an sesi II, shalat magrib, Tahfidz Al
Qur’an Sesi III, Shalat Isya’
19 19.30-20.00 Makan malam
20 20.00-20.30 Persiapan kegiatan Muhadharah
21 20.30-21.30 Muhadharah (pidato) / halaqah bersama wali
asrama
22 21.30-22.00 Kegiatan belajar mandiri
23 22.00-22.30 Batas waktu aktivitas
24 22.30-03.30 Istirahat
Dilihat dari padatnya jadwal kegiatan di atas, penyelenggaraan
pendidikan dengan sistem boarding school/asrama di kafila Internasional
Islamic school Jakarta terbukti efektif untuk melatih dan mempraktikkan
sikap dan perilaku siswa sehari-hari di lingkungan sekolah/asrama dengan
kata lain, sistem boarding school secara kelembagaan sesuai untuk penerapan
pendidikan karakter yang sarat akan nilai-nilai religiusitas. Letak
kesesuaiannya terutama pada semua kegiatan di sekolah sistem boarding
school yang diatur dengan jelas dari waktu ke waktu. Aturan kelembagaan di
antaranya diatur dalam buku panduan tata tertib santri Kafila yang mengatur
aturan tata tertib selama menjadi santri (peserta didik), dimana dalam butir
peraturannya sarat dengan muatan nilai-nilai religious (Maksudin, 2012:41).
Pada ranah pendidikan yang lain, dalam adagium ushuliyah dinyatakan
bahwa al-umur bi maqashidiha, bahwa setiap tindakan dan aktivitas harus
berorientasi pada tujuan atau rencana yang telah ditetapkan. Adagium ini
menunjukkan bahwa pendidikan seharusnya berorientasi pada tujuan yang
159
ingin dicapai, bukan semata-mata berorientasi pada sederetan materi.
Sehingga tujuan pendidikan Islam terlebih dahulu harus dirumuskan, sebelum
komponenkomponen yang lain (Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, 2006:
71). Karena itu tujuan pendidikan di lembaga pendidikan (Islam) mempunyai
dua fungsi, yaitu: 1) memberikan arah kepada segenap kegiatan pendidikan;
dan 2) merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap kegiatan
pendidikan (Islam). Tujuan pendidikan menduduki posisi terpenting, sebab
segenap komponen dari seluruh kegiatan pendidikan dilakukan semata-mata
terarah kepada atau ditujukan untuk pencapaian tujuan pendidikan yang
berwawasan demokrasi dan kebangsaan dalam perspektif Siyasah Islamiyah.
Uraian di atas menjelaskan bahwa tujuan pendidikan “boarding school”
relevan dan cocok sekali sebagai wahana/ tempat pendidikan nilai-nilai moral
bagi para siswa di Kafila InternasionalIslamic School Jakarta, karena sistem
ini memiliki komitmen untuk mewujudkan pendidikan karakter, kemandirian,
kemasyarakatan, kedisiplinan, ketaatan dan kepatuhan pada segala aturan
perilaku moral, tanggung-jawab, kebebasan dan kejujuran. Di samping itu,
para siswa mendapatkan pendidikan kecerdasan, baik kecerdasan intelektual
IQ (Intelligent Quetient), kecerdasan emosional EQ (Emotionnal Quetient),
kecerdasan kreatifitas CQ (Creativity Quetient), maupun kecerdasan spiritual
(SQ).
c. Layanan Bimbingan Tahfidz al-Qur’an
Kegiatan tahfidz (menghafal) al-Qur’an di Kafila merupakan proses
kegiatan pendidikan yang utama selain pendidikan sekolah dan asrama.
Hal ini merujuk pada misi Kafila yakni melahirkan lulusan yang hafal al-
Qur’an sekurang-kurangnya 15 Juz. Dengan misi besar ini, pelayanan
pendidikan tahfidz dipimpin oleh Wakil Direktur yang merupakan
kepanjangan tugas dari yayasan.
Gambar 3.9. Bagan Organisasi Bidang Tahfidz Al-Qur’an
Sumber: Zadani, 2018:23
Wakil Direktur
KA. Administrasi
Pj. Tahsin Pj. Tafsir Musyrif KA. TPQ
160
Pengajaran tahfidz al-Qur’an menggunakan metode halaqoh berupa
kelompok yang terdiri atas maksimal sepuluh peserta didik dengan satu
ustadz pendamping yang disebut Musyrif. Kualifikasi musyrif pada
kegiatan halaqah adalah para ustadz yang telah menyelesaikan hafalan al-
Qur’an hingga 30 Juz dan memahami metode pengajaran al-Qur’an.
Fungsi musyrif mirip dengan wali kelas di sekolah atau wali asrama di
asrama yaitu menjadi pendamping setiap peserta didik dalam
menghafalkan al-Quran. Program layanan kegiatan yang diberikan pada
tahfidz al-Qur’an adalah:
a) Tahsin al-Qur’an yakni kegiatan memperbaikai cara membaca al-
Qur’an agar benar dan tepat sesuai dengan ilmu tajwid demi terjaga
keaslian al-Qur’an sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah Saw.
Program tahsin dilaksanakan pada setiap awal semester selama dua
bulan khususnya pada peserta didik kelas VII.
b) Halaqa Tahfidz, yakni kegiatan menghafal al-Qur’an sesuai dengan
kelompok-kelompok kecil yang telah ditentukan. Pada kegiatan
halaqah tahfidz, musyrif memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk menyetorkan hafalan al-Qur’an sesuai dengan ketentuan,
selain menghafal pada halaqah tahfidz juga dilaksankan muraha’ah
(mengulang kembali hafalan al-Qur’an yang telah di setorkan agar
tetap terjaga.
c) Sehari Bersama Qur’an (SERBAQU). Dalam program ini, Kafila
menawarkan kepada masyarakat atau orang tua wali untuk
melaksanakan khotmil qur’an di rumah mereka selama satu malam.
Manfaat yang didapatkan dari program ini adalah: 1) membantu
peserta didik melancarkan hafalan al-Qur’an, 2) menjalin silaturahim
antara keluarga Kafila dan masyarakat atau orang tua wali peserta
didik.
d) Taman Pendidikan Qur’an (TPQ). Program ini merupakan program
kegiatan yang dilaksankan sehabis shalat maghrib dengan peserta
didik anak-anak yang tinggal di sekitar lingkungan Kafila.
Terdapat empat program tahfidul Al-Qur’an yang diterapkan di
Kafila. Keempat program tersebut merupakan pilihan bagi santri sesuai
dengan kemampuan dan minatnya. Yang menjadi perbedaan masing-
masing program adalah jumlah juz yang harus disetorkan setiap semester.
Yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan program adalah hasil ujian
hafalan al quran tahun pertama serta disesuaikan minat santri. Kedua
factor tersebut harus sesuai.
161
Berikut ini empat program yang dimaksud
Tabel 4.6 Program 15 Juz MA Kafila Jakarta
Program 15 Juz
No Kelas Semester I Semester II Jumlah
1 VII 2 2 4
2 VIII 1 1 2
3 IX 1 Murajaah 1
4 X 2 2 3
5 XI 2 2 4
6 XII 1 Murajaah 1
Total 15 Sumber: A. D. Zadani (Jejak KAFILA dari garasi menapaki mimpi,2018
Program 15 berarti dalamkurun waktu enam tahun, target hafalan
yang harus dicapai oleh santri adalah 15 juz. Program ini dapat
diambil oleh santri yang berdasarkan prestasi dua tahun pertama
mendapatkan nilai istimewa di sekolah namun kurang
maksimaldalam bidang tahfidz Al-Qur’an. Hal ini sesuai dengan
prinsip yang dianut oleh pesantren Kafila bahwa setiap santri
memiliki potensi kecerdasan masing-masing yang unik. Jangan
sampai potensi yang unggul di suatu bidang menjadi kurang
berkembang dikarenakan sibuk memperbaiki aspek lain.
Tabel 4.7 Program 20 Juz MA Kafila Jakarta
Program 20 Juz
No Kelas Semester I Semester II Jumlah
1 VII 2 2 4
2 VIII 2 2 4
3 IX 2 Murajaah 2
4 X 2 2 4
5 XI 2 2 4
6 XII 2 Murajaah 2
Total 20 Sumber: A. D. Zadani (Jejak KAFILA dari garasi menapaki mimpi,
2018) Program 20 merupakan program yang paling banyak diambil
oleh santri karena target yang ditetapkan cukup standar. Dalam
program ini santri mengahafal Al-Al-Qur’an sebanyak dua juz untuk
setiap semester. Jika dihitung lebih detail. Setiap juz terdiri atas dua
puluh halaman Al-Al-Qur’an maka santri hanya mengahafal
setengah halaman setiap hari. Penghitungan ini menggunakan
162
asumsi bahwa dalam setiap semester memiliki waktu sekurang-
kurangnya empat bulan atau seratus hari efektif.
Tabel 4.8 Program 30 Juz MA Kafila Jakarta
Program 30 Juz
No Kelas Semester I Semester II Jumlah
1 VII 2 3 5
2 VIII 4 4 8
3 IX 2 Murajaah 2
4 X 2 3 5
5 XI 4 4 8
6 XII 2 Murajaah 2
Total 30 Sumber: A. D. Zadani (Jejak KAFILA dari garasi menapaki mimpi,
2018) Program 30 diperuntukkan bagi santri yang pada tahun pertama
melebihi target hafalandengan baik. Selanjutnya jika dalam
perjalanan santri yang masuk dalam program 30 memenuhi kendala,
dapat dipindah ke program 20. Demikian juga sebaliknya jika santri
dari program 20 mampu menghafal melebihi target dengan baik
maka dapat dimasukkan ke dalam program 30 ini. Silabus program
ini tidak baku sebagaimana di ata, karena sebagian besar santri
memiliki jumlah hafalan 30 juz lebih awal.
Tabel 4.9 Program Akselerasi MA Kafila Jakarta
Program Akselerasi
No Kelas Semester I Semester II Jumlah
1 VII 3 4 7
2 VIII 5 5 10
3 IX 3 Murajaah 3
4 X 5 5 10
5 XI Murajaah Murajaah
6 XII Murajaah Murajaah
Total 30 Sumber: A. D. Zadani (Jejak KAFILA dari garasi menapaki mimpi,
2018) Program akselerasi merupakan program bagi santri istimewa.
Selain mampu melebihi target pada program 30, santri yang masuk
ke program ini harus berprestasi istimewa pula di sekolah. Program
enrichment (pengayaan) yang ada dalam program akselerasi ini
adalah pengambilan sertifikat sanad Al-Al-Qur’an. Sanad qira’at
163
adalah seorang yang mendapat pengajaran dari seorang ahli al-Al-
Qur’an yang hafalannya bersambung hingga Rasulullah SAW dan
mendapat rekomendasi khusus/istimewa untuk mengajarkannya
pada orang lain.
Beberapa santri yang mengikuti program ini adalah Fajar Al
Munawar (alumni, mahasiswa Teknik Industri Universitas
Brawijaya), Auliyaurrahman Iskandar (alumni, Juara 2 MHQ Prince
Sulthan 2015, kuliah di LIPIA), Muhammad Gory Basayev (alumni,
Juara 2 Kompetisi Matematika FRC 2013, juara 2 MHQ Prince
Sulthan 2016, Teknik Mesin Eskisehir Osmangazi Univ. Turki),
Muhammad Tezar Al Faruq(alumni, mahasiswa teknik Geologi
ITB), Muhammad Ilham Dewanto (medali perunggu fisika KSM
2012), dan beberapa santri lainnya.
461
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan temuan penelitian dan pembahasan pada Bab 3 dan 4, maka
dapat diambil beberapa simpulan penelitian. Simpulan umum penelitian adalah
bahwa Strategi differensiasi (input, proses, output) pada produk, personil dan
layanan menghasilkan pendidikan distinctive sebagai sekolah Islam model dalam
inovasi pendidikan Islam. Simpulan khusunya antara lain :
1. Semakin bagus Strategi diferensiasi input maka semakin baik proses
differensiasi. Adapun differensiasi input terdiri dari kualifikasi peserta didik
(Nilai Rata-rata rapor calon santri Madrasah Tsanawiyah (MTs) : kelas IV – VI
semester I-V SD, minimal 7 pada mapel IPA, MTK dan Bahasa Indonesia,
Mampu membaca Al Qur'an dengan baik dan lancar, Scan SKKB (Surat
keterangan kelakuan baik) dari sekolah atau madrasah, Memiliki hafalan Al
Qur'an sekurang-kurangnya 10 juz, Scan surat keterangan sehat atau bebas
narkoba dari kepolisian). Semakin bagus differensiasi proses maka semakin
bagus outputnya. Adapun differensiasi proses yang dilakukan oleh Kafila
International Islamic Jakarta terdiri dari Kurikulum Pesantren/Asrama
(kurikulum dikembangkan dari program-program pengembangan santri dalam
pembangunan 10 karakter pribadi muslim yang mandiri dan matang dalam
berfikir), Kurikulum Akademik (kurikulum dikembangkan dari Kurikulum
Pesantren dan Kurikulum nasional yang disesuaikan dengan visi, misi serta
internalisasi nilai-nilai keislaman), Program Unggulan (Tahfidz Qur’an dan
Bahasa Asing (Inggris dan Arab). Semakin bagus proses differensiasi maka
semakin bagus lulusan (output) yang dihasilkan. Adapun differensiasi outpu
(lulusan) Kafila International Islamic Jakarta terdiri dari Kompetensi Keislaman
(Aqidah ahlussunnah waljama’ah, Hafal al quran rata-rata 20 juz (Boarding
School), Memiliki 10 Karakter kepribadian muslim, Kompetensi Akademik
(Lulus UN dengan hasil tinggi, diterima di Perguruan Tinggi berkualitas
(dalam dan luar negeri), Menguasai 2 bahasa asing (Arab dan Inggris) dengan
baik, Terampil menggunakan teknologi sebagai sumber pembelajaran dan
Memiliki kemampuan penyusunan laporan kegiatan), Kompetensi Life Skill
(Hidup bersih dan sehat, Mempunyai jiwa leadership dan entrepreneurship,
Memiliki semangat dakwah tinggi, Menguasai beladiri thifan dan Memiliki
kemandirian yang baik).
2. Strategi diferensiasi personil menghasilkan SDM yang unggul melalui
persyaratan PTK yang ideal, proses perekrutan yang ketat, kompensasi PTK
memenuhi standar kebutuhan, pengorganisasian PTK, pembinaan dan
peningkatan kompetensi PTK yang berkesinambungan, serta evaluasi PTK,
menghasilkan SDM (PTK) yang professional dalam bidangnya.
461
3. Strategi diferensiasi layanan menghasilkan layanan yang unggul melalui
program layanan akademik, layanan asrama (boarding), layanan bimbingan
Tahfidz Al-Qur’an, berhasil membentuk citra sekolah model yang berkarakter
religius dan memiliki layanan prima.
Dengan diterapkannya beberapa aspek strategi diferensiasi dapat
membentuk sekolah Islam model atau unggulan. Hal ini dapat dilihat dari citra
sekolah dengan meningkatknya minat dan ketertarikan masyarakat pada produk
yang ditawarkan untuk menyekolahkan anakanya. Penelitian ini juga menyimpulkan
bahwa untuk mewujudkan pendidikan unggul atau sekolah Islam model yang
berkarakter religius maka dibutuhkan perpaduan antara inovasi pendidikan Islam
dengan strategi diferensiasi agar menjadi bagian yang terintegrasi. Pendidikan
unggul atau sekolah model dapat dijadikan selogan oleh pemerintah untuk
meningktkan kualitas pendidikan khususnya pendidikan Islam yang selama ini
masih dirasakan kurang optimal dalam melaksanakan proses pendidikan. Maka dari
itu, harus ada supplement untuk mengoptimalkan peran pendidikan terhadap inovasi
pendidikan Islam.
Lembaga pendidikan khususnya selama ini hanya terfokus pada satu aspek
saja, sementara aspek yang lain kurang dioptimalkan perannya. Kebiasaan sekolah
menerapkan proses pembelajaran terhadap peserta didik, layanan sekolah yang
optimal, serta pengoptimalan SDM dengan memperlakukan SDM sebagai bagian
input, proses dan output dari strategi diferensiasi, semua itu merupakan program-
program yang dapat mengubah citra sekolah sebagai produk yang menghasilkan
sebuah sekolah Islam model dan unggul.
Untuk mewujudkan keberhasilan dalam membentuk sekolah Islam model
melalui aspek strategi diferensiasi diperlukan kerjasama dari semua stakeholder di
Kafila School International Islamic Jakarta. Mulai dari kepala sekolah, guru,
pegawai administrasi, satpam, penjaga kantin, office boy ,lingkungan sekolah serta
masyarakat yang berkomitmen dalam rangka mewujudkan sekolah Islam model
atau unggulan berkarakter relegius. Proses kegiatan belajar mengajar (KBM) di
dalam kelas yang mengajarkan berbagai mata pelajaran dirasakan sangat
memberikan citra produk bagi peserta didik dan orang tua wali untuk
menyekolahkan anaknya ke Kafila International Islamic Jakarta.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang dijelaskan di atas, maka ada beberapa saran
yang akan penulis ajukan dalam tesis ini :
1. Lembaga pendidikan Islam bisa membuat semacam diskusi ilmiah terkait
strategi diferensiasi dalam berbagai aspek-aspek kegiatan yang ada. Masih ada
beberapa guru yang tidak paham konsep bahkan tidak mengetahui istilah
strategi diferensiasi. sekolah juga harus memperhatikan strategi diferensiasi
466
dalam proses pembelajaran di kelas, tidak hanya terfokus pada proses
pembelajaran saja, tetapi strategi diferensiasi layanan dan SDM sebegai inovasi
pendidikan Islam sangat berpengaruh terhadap cita sekolah sebagai produk serta
pembentukan karakter religius peserta didik yang menjadi pilar unggulan dari
promosi citra sekolah pada masyarakat. Diharapkan semua elemen sekolah baik
kepala madrasah, guru, pegawai administrasi, satpam, penjaga kantin, serta
stakeholder dapat bekerja sama memberikan pengaruh yang positif dari aspek
strategi diferensiasi.
2. Bagi orang tua siswa perlunya diadakan jalinan kerja sama siswa bersama
masyarakat dan lembaga pendidikan Islam. Kerja sama ini bisa berupa
pengawasan bagi peserta didik terhadap proses pembelajaran, perilaku-perilaku,
serta evaluasi kegiatan di sekolah agar sekolah medapatkan umpan balik dalam
meningkatkan citra layanan pada semua aspek.
3. Penelitian tentang strategi diferensiasi peneliti rasakan masih minim sekali.
Oleh karena itu diharapkan lembaga perguruan tinggi dan lembaga riset lainnya
untuk dapat mengembangkan kembali penelitian tentang urgensi strategi
diferensiasi untuk mengatasi rendahnya kualitas pendidikan khususnya lembaga
pendidikan Islam yang selama ini masih dicap sebagai pendidikan kelas dua.
4. Diharapkan kepada peneliti lain yang tertarik untuk dapat mengadakan
penelitian lebih lanjut, karena hasil penelitian ini masih banyak kekurangan
baik secara teori maupun praktis. Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber
refresentatif untuk penelitian selanjutnya.
167
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Abi Husain Ahmad bin Faris bin Zakaria, Mu‟jam Maqâyis al-Lughah,
Juz II, (Beirut: Dar al-Fikr, 1979).
Abu al-Fadhl al-Din Muhammad Mukarram Ibn Manzhur, Lisân al-
‟Arab, jilid V (Beirut: Dâr Ahya‟, t.th). Akbar, C. (2013). Berbekal Takut, Kita Didik Generasi Salimul Aqidah.
Hidayatullah.com. Dipublikasikan pada 17 Juli 2013. Diakses pada 13
Maret 2019.
Ali, (2018). SMP Swasta di banyumas Terancam Gulung Tikar.
Radarbanyumas.co.id. diwartakan pada 20 Juli 2018. Diakses pada 4
April 2019.
Alma, Buchori. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa.
Bandung:Alvabeta. 1998a.
------------- Pemasaran Stratejik Jasa Pendidikan. Bandung: Alvabeta.
2003b.
al-Nahlawi Abdurrahman, Ushul al-Tarbiyah al-Islamiyyat wa
Ashalibiha, yang diterjemahkan oleh Shihabuddin dengan judul
Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan Masyarakat, (Jakarta:
Gema Insani Press, 1995).
Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta:Logos Wacana Ilmu,
1999.
Amin Abdullah. M, Islamic Studies di Perguruan Tinggi : Pendekatan
Integratif-INterkonektif, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2006
---------------, Falsafah Kalam di Era Postmodernisme,Yogyakarta :
Pustaka Pelajar,1996.
---------------, Islamic Studies di Perguruan Tinggi : Pendekatan
Integratif-INterkonektif, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2006.
Anshori, Transformasi Pendidikan Islam, Jakarta : Gaung Persada
Press, 2010.
Arief, Armai, Reformulasi Pendidikan Islam, Jakarta : CRSD Press,
2005
----------------- Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Wahana Kordofa, 2009.
Arifin, Imron. Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Mengelola
Madrasah Ibtidaiyyah dan Sekolah dasar berprestasi di Malang.
1998.
Azizy, Qodri, Melawan Globalisasi, Yogyakarta, pustaka pelajar, 2004.
168
Azra Azyumardi, Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Menuju
Milennium Baru, (Jakarta: Logo Wacana Ilmu, 1999).
--------------------, Pendidikan Islam Tradisi dan modernisasi Menuju
Milenium Baru, Jakarta : Logos Wacana ilmu, 2003
B. Miles, Matthew dan A.Michael Huberman. Qualitative Data
Analysis.London : Sage Publications. 1984.
Bagley, Carl dkk. “Scanning The Market : School Strategies for
Discovering Parental Preferences,” dalam Educational
Management :Strategy, Quality, and Resources. ed. Philadelphia
: Open UniversityPress. 1998.
Bashori muchsin dan Abdul Wahid, Pendidikan Islam Kontemporer,
(Bandung : PT. Refika Aditama, 2009)
Berkowitz, Eric. N. Marketing. Boston: Richard D Irwin. 1989.
Bogdan, R.C & Biklen, S.K. Qualitative Research for Education:
An Introductionto Theory and Methods. Third Edition.Boston :
Allyn andBacon, Inc. 1998.
Danim, Sudarwan. Agenda Pembaharuan Sistem Pendidikan.
Yogyakarta:Pustaka Pelajar. 2003.
Darajat. Zakiah., Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, Cet.7,
2008.
Daulay Putra, Haidar. Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan
Nasional di Indonesia, Jakarta : Kencana Prenada Media Group,
2012.
David, Fred.R. Manajemen Strategis. Ter. Kresno saroso. Jakarta:
Gramedia. 2004.
Dean, Joan. Managing The Primary School. London : Routledge. 1998.
Depdikbud.Pengembangan Sekolah Unggul. Jakarta: Dirjen
Dikdasmen.1994.
Depdiknas, Standar Nasional Pendidikan, (Jakarta: Peraturan
Pemerintah No. 19 Tahun 2005 Pasal 28).
Depdiknas, UU No. 20 Tahun 2003. Tentang system Pendidikan
Nasional (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006).
Djojonegoro, W. Lima Tahun Membangun Tugas Pengembangan
SDM: Tantanganyang tiada hentinya. Jakarta: Balitbang.
Depdikbud,1998.
Fatah Syukur, “Madrasah di Indonesia: Dinamika, Kontinuitas dan
Problematika” dalam Dinamika Pesantren dan Madrasah, (ed.)
Ismail SM et al. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002)
Fatah, Nanang. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung : Andira. 2000.
169
Fathoni, AB.Musyafa‟. Strategi Marketing SD Al Hikmah Surabaya
dalam Menghadapi Globalisasi (Studi analisis aplikasi konsep
marketing dalam pendidikan).Tesis tidak dipublikasikan. 2002.
Fuad Ifram al-Bustamy, Munjib al-Thullab, ( Beirut, al-Maktabah asy-
Syarkiyyah, 1986),
H.A.R. Tilaar dan Riant Nugroho, Kebijakan Pendidikan; pengantar
untuk memahami kebijakan pendidikan dan kebijakan sebagai
kebijakan public, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2008
Haidar, Daulay. Perguruan Tinggi Islam di Era Globalisasi,
(Yogyakarta: Tiara Wacana, 1998. Hardiyanto, S. (2018). Kekurangan Murid, Banyak Sekolah Negeri Gulung
Tikar. Jawa Pos.com. Diwartakan pada 2 Mei 2018, diakses pada 21
Maret 2019.
Hasbullah, M., Kebijakan Pendidikan dalam Perspektif Teori, Aplikasi,
dan Kondisi Objektif Pendidikan di Indonesia (Jakarta:
Rajawali Press, 2015),
Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta:Logos Wacana Ilmu,
1999.
Hurriyati, Ratih. 2010. Bauran Konsumen dan Loyalitas Konsumen.
Bandung: Alfabeta.
Ibn Abdullah Muhammad bin Ahmad al-Anshary al-Qurthubiy, Tafsir
Al-Qurthubiy, Juz I, (Kairo: Dar al-Sya‟biy, t.th.), h. 120
Jalal Abd. Fattah, Azas-Azas Pendidikan Islam, terj. Noer Ali,
Bandung: Diponegoro, 1980.
Jalal. Abdul Fattah, Azas-Azas Pendidikan Islam, Terjemahan Herry
Noer Ali Bandung : Diponegoro. 1988.
Jalaluddin Rakhmat, Islam Aktual; Refleksi Sosial Seorang
Cendekiawan Muslim, Bandung, Mizan, 1992
James, Chris and Peter Philip. “The Practice of Educational
Marketingin Schools,” dalam Educational Management :
Strategy, Quality,and Resources. Ed. Philadelphia : Open
University Press. 1998.
Kholis, Nur. Sekolah Unggulan Yang Tidak Unggul.
(http//www/Pendidikan Network), 2003.
Kotler Philip, dan Paul N. Bloom. 1995. Teknik dan Strategi
Pemasaran Jasa Profesional. Intermedia: Jakarta.
Kotler, Marketing Manajemen 10th edition, (Upper Saddle River:
Prentice Hall. Inc
170
Kotler, Philip & Kevin Lan Keller. 2007. Manajemen Pemasaran (Edisi
dua belas) Jilid 1 (Benyamin Moan, Ahli Bahas). Jakarta : Indeks.
Porter, Michael E. 2001. Setrategi Bersaing. Jakarta : Erlangga.
Kotler, Philip dan Gary Amstrong.Manajemen Pemasaran; Analisis,
Perencanaan, Implementasi dan Kontrol.Jilid I. Ter. Hendra
Teguh danRony A.Ruli.Jakarta : PT.Prenhalindo. 1997
Kotler, Philip dan Gary Amstrong.Marketing an Introduction. New
Jersey: Prentice Hall. 1993.
Kotler, Philip. 2000. Manajemen Pemasaran di indonesia. Jakarta :
Salemba Empat. Kotler, Philip. 2006. Manajemen Pemasaran.
Jakarta : Erlangga.
Lubis. Mochtar, Manusia Indonesia (Sebuah Pertanggungjawaban)
Jakarta : Cv Haji Masagung, 1988.
Arifin. M Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: BumiAksara, 1991.
Hasbullah M. , Kebijakan Pendidikan dalam Perspektif Teori, Aplikasi,
dan Kondisi Objektif Pendidikan di Indonesia (Jakarta: Rajawali
Press, 2015), h. 205.
Masyhudi Sulthon, Manajemen Pondok Pesantren, (Jakarta: Diva
Pustaka, 2005)
Mamur, Jamal Asmani, Manajemen Efektif Marketing Sekolah Strategi
Menerapkan Jiwa Kompetisi dan Sportivitas untuk Melahirkan
Sekolah Unggulan, Yogyakarta:Diva Press. Manshur, MHIA. (2017). Syarah 10 Muwashafat. Solo: Eraintermedia.
Marimba Ahmad D., Pengantar Filsafat Pendidikan Islam (Bandung
Al-Ma‟arif 1989.
Marzuki Mahmud, Manajemen Mutu Perguruan Tinggi, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2012)
Muhaimin, Paradigm Pendidikan Islam; Upaya Mengefektifkan
Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Bandung, Rosda, 2001.
Muhaimin, Rekonstruksi Pendidikan Islam, Jakarta: Rajawali Press,
2009.
Muhammad Fu‟ad „Abd al-Baqi, al-Mu’jam al-Mufahras Li Alfaz al-
Qur’an al-Karim, cet.III, Beirut: Dar al-Fikr, 1992.
Mujib Abdul dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta:
Kencana, 2006.
Munardji, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: PT Bina Ilmu, 2004.
Musthofa Rahman, Pendidikan Islam dalam Perspektif Alquran,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001.
171
Nasution, S. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung :
Transito.1996.
Nata Abuddin, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2004.
Nata Abudin, perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran. Jakarta:
Kencana, 2014.
Nata Abudin, Sosiologi Pendidikan Islam Jakarta: Rajawali Pers, 2014.
Nata, Abuddin, 2009. Ilmu pendidikan Islam dengan pendekatan
multidisipliner. Jakarta: Rajawali Pers.
Oteng Sutisno, Administrasi Pendidikan, (Bandung : Angkas, 1985)
Patton, M.Q. Qualitative Evaluation Methods. London : Sage
Publication.1980.
Philip Kotler dan Kevin Lane Keller. 2009. Manajemen Pemasaran.
Jilid I Edisi Keduabelas. Indeks.
Porter, Michael E. 1997. Keunggulan Bersaing Menciptakan dan
Mempertahankan Kinerja Unggul. Jakarta : Binarupa Aksara.
Ridwan & Sunarto H. 2007. Pengantar Statiska. Bandung :
Alfabeta
Rahim. Husni, Arah Baru Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta :
Logos Wacana Ilmu, 2001
Rahman. Fazlur. Islam and Modernity : Transformation of Intellectual
Tradition, Chicago and London : The University of Chicago
Press, 1984.
Reni Akbar-Hawadi, AKSELERASI A-Z Informasi Program Percepatan
Belajar dan Anak Berbakat Intelektual, ( Jakarta: PT Gramedia
Widiasarana Indonesia, 2004)
Rosyada, Dede. Paradigma Pendidikan Demokratis, (Jakarta, pernada
Media Group, 2004), edisi 2.
Rusdiana. 2014. Konsep Inovasi Pendidikan.Cetakan ke-1. Januari
2014. Pustaka Setia. Bandung.
Soebahar Abd. Halim, Kebijakan Pendidikan Islam: dari Ordonasi
Guru Sampai UU Sisdiknas, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), edisi.
1.
Soemirat dan Ardianto. 2004. Strategi Membangun Citra Perusahaan.
Universitas Terbuka. Jakarta.
Soleh Soemirat dan Elvinaro Ardianto. 2008. Dasar-dasar Public
Relations, Remaja Rosdakarya: Bandung.
Sri Minarti, Manajemen Sekolah, (AR-RUZ MEDIA: Jogjakarta, 2012)
Subandijah. 1992. Pengembangan dan Inovasi Kurikulum. PT Raja
Grafindo Persada-Yogyakarta.
172
Sugiyono. 2007. Memahami Penelitian Kualitatif. Alfa Beta. Bandung.
Syamsirin, Tinjauan Filosofis Tantangan Pendidikan Islam Pada Era
Globalisasi, Jurnal At-Ta’dib, Vol. 7, No. 2, Desember 2012.
Tafsir Ahmad. Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam. Bandung :
Remaja Rosda karya,1994.
Tafsir. Ahmad, Ilmu Pendidikan Islam dalam Perspektif Islam,
Bandung : Remaja Rosdakrya, 2011
Tholhah. Moch, Dinamika Pendidikan Islam Pasca Orde Baru,
Yogyakarta : LKIS Pelangi Aksara, 2015.
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2005. Kamus Besar Bahasa
Indonesia Edisi Ketiga. Balai Pustaka: Jakarta.
Utami Munandar, Kreativitas & Keberbakatan Strategi Mewujudkan
Potensi Kreatif & Bakat, (Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama,
2002)
Jurnal
Ahmad Ainul Yaqin dan Andi Kristianto, Strategi Pemasaran
Pendidikan di Madrasah Aliyah Unggulan Pondok Pesantren
Amanatul Ummah Surabaya, Haedar Halaman Genap Vol.01
Tahun 2012.
Arief, Armai, Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter
Bangsa dalam Upaya Menghadapi Tantang Global, Jurnal
Tarbiya, Vol I No.2 Desember 2014.
Erika Mei Budiarti dkk, Pengaruh Kualitas Layanan, Budaya
Akademik, dan Citra Lembaga Terhadap Kepuasan Mahasiswa,
JMSP: Jurnal Manajemen dan Supervisi Pendidikan, Volume 2
Nomor 3 Juli 2018.
Fauti Subhan, Konsep Pendidik Islam Masa Kini, Jurnal Pendidikan
Agama Islam volume 02 Nomor November 2013.
Imam Faizin, Strategi Pemasaran Jasa Pendidikan Dalam
Meningkatkan Nilai Jual Madrasah, Jurnal Madaniyah, Volume 7
Nomor 2 Edisi Agustus 2017 M. Arif Hakim dan Nur Faizah, Analisis Strategi Diferensiasi Citra
Perusahaan dalam Pemasaran Sebagai Upaya untuk Menciptakan
Keunggulan Bersaing (Studi Pada Pt. Ar Tour & Travel), Jurnal Bisnis
dan Manajemen Islam, Vol. 5, No. 2, Desember 2017
Mahsun. Ali, Pendidikan Islam dalam Arus Globalisasi Sebuah Kajian
Deskriptif Analitis, Jurnal Epistemé, Vol. 8, No. 2, Desember
2013
173
Minarti, Sri. 2012. Manajemen Sekolah: Mengelola Lembaga
Pendidikan Secara Mandiri. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Moh. Wardi, PROBLEMATIKA PENDIDIKAN ISLAM DAN
SOLUSI ALTERNATIFNYA (Perspektif Ontologis,
Epistemologis dan Aksiologis), Tadrîs Volume 8 Nomor 1 Juni
2013
Muhaimin, Pengembangan Kurikulum, Pendidikan Agama Islam di
Sekolah, Madrasah dan Perguruan Tinggi. (Jakarta: Rajawali
Pres, 2014)
Muhammad Fadhil Al-Jamaly, Nahwa Tarbiyat Mukminat (t.tt, 1977),
Nur Latifah, Pendidikan Islam di Era Globalisasi, Palapa: Jurnal Studi
Keislaman dan Ilmu Pendidikan Volume 5, Nomor 1, Mei
2017
Prengki Susanto, Pengaruh Kualitas Layanan Akademik Dan Citra
Merk Lembaga Terhadap Kepuasan Mahasiswa Universitas
Negeri Padang (Padang: Tingkap V01. VIII No.1 2012.)
Putra, I.K.M & Yasa, N.K. 2015. Pengaruh Kualitas Pelayanan
terhadap Kepuasan Mahasiswa, Citra, dan Positive Word of
Mouth Politeknik Negeri Bali. Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan.
Vol. 11 No. 1
Rangkuti, Freddy, Analisis Swot Teknik Membedah Kasus Bisnis
(Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2004)
Syah. Ahmad. Term Tarbiyah, Ta'lim dan Ta'dib Dalam Pendidikan
Islam: Tinjauan dari Aspek Semantik, Al-Fikra: Jurnal Ilmiah
Keislaman, Vol. 7, No. 1, Januari-Juni 2008.
Syamsirin, Tinjauan Filosofis Tantangan Pendidikan Islam Pada Era
Globalisasi, Jurnal At-Ta’dib, Vol. 7, No. 2, Desember 2012
Taufani Chusnul Kurniatun, Elin Rosalin, Optimalisasi Citra Perguruan
Tinggi Swasta Melalui Penguatan Interelasi Pemasaran Jasa
Satuan Pendidikan, Jurnal Administrasi Pendidikan Vol.XXV
No.1 April 2018.
Ulfa. Maria, Implementasi konsep Ta’dib dalam Pendidikan Islam
untuk Mewujudkan Siswa Berkarakter, Jurnal Ilmimah
Didaktika, Vol. 16. No. I,
Wahidi. Ridhoul. Konsep-Konsep Dasar Pendidikan Islam Terpadu
,AL-AFKAR, Jurnal Keislaman dan Peradaban, Vol. 3, No. 1,
April 2014.
BIODATA
Nama : Tabi’in
Tempat Tanggal Lahir : Batang, 11 November 1984
Alamat : Jl. Malaka Jaya III Rt. 004/011
Rorotan Cilincing Jakarta Utara
Status : Menikah
Email : [email protected]
Contact Person : 081284641774
Tabi’in, lahir di Batang, 11 November 1984 anak keenam dari Bapak
Mukhsin (Alm) dan Ibu Tayumi. Semasa kecilnya menempuh pendidikan dasar di
Madrasah Ibtidaiyah Salafiyah Kemligi selama 6 tahun dari tahun 1991-1997, dan
melanjutkan ke MTs Ahmad Yani Wonotunggal Batang jalur beasiswa selama 3
tahun tepatnya pada tahun 1997-2000, madrasah tersebut merupakan madrasah yang
sangat jauh dari kampung halamannya berjarak +- 7 Km namun tetap semangat
belajar walau ditempuh dengan berjalan kaki setiap harinya. Kemudian
melanjutkan jenjang SMK pada tahun 2000-2003 yaitu SMK PGRI Batang dan
mendapat beasiswa prestasi selama 3 tahun, semasa di SMK mengisi kegiatan di
Pondok Pesantren Sunan Kali Jaga dibawah pengasuhan Bp KH. Yamahsyari
(Alm), di sanalah penulis mendalami ilmu agama. Setelah lulus, lalu melanjutkan
merantau ke Jakarta bekerja sambil melanjutkan S1 selama empat tahun 2004- 2008
di Sekolah Tinggi Agama Islam Publisistik Thawalib Jakarta. Selama kuliah
mengisi kegiatan mengajar di Madrasah Al-Muttaqin dan Madrasah Al-Ifadah
Penjaringan pada tahun 2005, di sanalah memulai karir dalam dunia pendidikan.
Selain mengajar di madrasah, di tahun yang sama, penulis aktif kegiatan organisasi
islam seperti Majelis Azzikra, Remaja masjid dan kegiatan ta’lim lainnya. Seiring
dengan berjalannya waktu pada tahun 2012 penulis bersama Bp. K.H. Oman
Syahroni merintis sebuah lembaga kecil yaitu pondok pesantren terpadu Khairul
Ummah Penjaringan Jakarta Utara dan diamanahkan menjadi kepala MTs priode
2012-2016, dengan konsep yang sederhana tetapi unik dan vigur sang kiyai yang
masyhur dan berwibawa menjadikan lembaga tersebut besar hingga sekarang.
Dalam perjalanan meniti karir di pondok pesantren pada tahun 2014 penulis
melanjutkan jenjang S2 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta program studi
Pendidikan Agama Islam (PAI) dan lulus tahun 2017, dan di tahun yang sama pula
memperoleh beasiswa tugas belajar bagi guru madrasah dari Kementrian Agama
Republik Indonesia untuk studi di kampus yang sama namun program studi yang
berbeda Manajemen Pendidikan Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan lulus
dengan menyandang predikat kumlaude tahun 2019.
PEDOMAN WAWANCARA
RESPONDEN : PIHAK YAYASAN, ORANG TUA, SISWA DAN
MASYARAKAT
PIHAK YAYASAN
A. Direktur Pendidikan/Kepala Sekolah/Guru
1. Bagaimana membangun kesadaran siswa untuk melakukan kegiatan secara
mandiri?
2. Apa strategi membangun suasana kondusif bagi PTK di sekolah ini?
3. Apa upaya yayasan/sekolah dalam membangun citra sekolah di mata
masyarakat?
B. BAGIAN PRODUK
1. Bagaimana gambaran Standar Kompetensi Lulusan yang ingin dicapai di
KIIS?
2. Sistem pembelajaran seperti apakah yang diterapkan di KIIS?
3. Mohon berikan penjelasan tentang ragam kegiatan yang dilaksankan di
KIIS?
4. Bagaimana gambaran hasil siswa KIIS secara akademik dan non akademik?
C. BAGIAN PERSONIL (SDM)
1. Bagaimana pola perekrutan PTK di KIIS?
2. Upaya apa yang dilakukan KIIS dalam meningkatkan kompetensi PTK?
3. Bagamana bentuk pemberian reward dan punishment kepada PTK di KIIS?
4. Bagaimana pola pengorganisasian PTK di KIIS?
5. Strategi apa yang dilakukan dalam membangun suasana kerja yang
kondusif?
D. BAGIAN LAYANAN
1. Bagaimanakah pola layanan pendidikan di Kafila?
2. Apa bentuk layanan yayasan kepada PTK dalam menunjang pelaksanaan
tugasnya di sekolah?
3. Bagaimana bentuk layanan PTK kepada siswa di KIS?
4. Mohon berikan penjelasan tetang sistem pembiayaan siswa di KIS?
5. Strategi apa yang dilakukan KIIS dalam membangun keprcayaan
masyarakat
Lampiran 2
Pedoman Observasi
1. Denah Lokasi Kafila Internasional Islamic School Jakarta
2. Kondisi Bangunan di Kafila Internasional Islamic School Jakarta
3. Kegiatan proses pembelajaran antara pendidik dengan siswa/siswi.
4. Proses kerja kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja pendidik dan
tenaga kependidikan di lembaga pendidikan.
5. Kegiatan-kegiatan lembaga yang melibatkan pendidik dan tenaga
kependidikan
Lampiran 3
Pedoman Studi Dokumentasi
1. Profil sekolah
a. Visi
b. Misi
c. Tujuan
d. Struktur Organisasi
2. Denah lokasi/ruang
3. Foto Lingkungan sekolah
4. Struktur Organisasi
5. Fasilitas pendukung
6. Jabatan Tugas dan Fungsi Kepala Sekolah, pendidik dan tenaga
kependidikan.
7. Tata tertib pendidik dan tenaga kependidikan
8. Daftar rekapitulasi prestasi
9. Dokumen peserta/ peraih prestasi
10. Foto proses belajar mengajar
11. Foto pembinaan
12. Foto hasil prestasi pendidik
13. Kondisi pendidik dan tenaga kependidikan (status pegawai, jenis kelamin,
pendidikan) dan siswa (klas VII,VIII,IX) masing-masing ada berapa kelas.
14. Kondisi pendidik dan tenaga kependidikan (status pegawai, jenis kelamin,
pendidikan) dan siswa (klas X,XI,XII) masing-masing ada berapa kelas.
ORANG TUA
1. Apa alasan anda memberikan pendidikan kepada putra anda di KIIS?
2. Menurut anda, apakah bentuk pendidikan yang diterapkan KIIS sudah
memberikan dampak positif kepada putra bapak?
3. Menurut anda, apakah KIIS telah memberikan layanan yang baik kepada
anda dan putra anda?
4. Perbaikan apa yang harus dilakukan KIIS dalam meningkatkan pelayanan
kepada santri dan orang tua?
SISWA
1. Apakah KIIS sudah memberikan kenyamanan belajar terhadap kalian?
2. Kesulitan apa yang kalian hadapi dalam mengikuti kegiatan pembelajaran
di KIIS?
3. Menurut kalian, apakah tata tertib di KIIS sudah dapat diterapkan dengan
baik?
Lampiran 4
Transkrip Hasil Wawancara
Hari /tanggal : Senin 4 Maret dan Selasa 5 Maret 2019
Pukul : 11.20 WIB/ 13.00 Wib
Tempat : Kantor Kepala Sekolah Kafila Internasional Islamic School Jakarta
Narasumber : Kepala MTs. Al-Kahfi, Kafila Internasional Islamic School Jakarta
Peneliti: Bagaimana membangun kesadaran siswa untuk melakukan kegiatan secara
mandiri?
Informan: tentunya tidak lah mudah, disamping berbagai program yang kita
canangkan harus berdasarkan kondisi psikologis siswa, juga tak kalah pentingnya
input (siswa) juga sangat berpengaruh terhadap keberhasilan program pembentukan
karakter siswa khususnya hidup mandiri di asrama.
Peneliti: Apa strategi membangun suasana kondusif bagi Pendidik dan Tenaga
Kependidikan di sekolah ini?
Informan: dalam membangun suasana kerja yang kondusif, saya selaku pimpinan di
sini dengan menempatkan posisi mereka sesuai dengan bidang
keahliannya masing-masing, dengan harapan mereka bekerja dengan hati,
artinya bekerja sesuai dengan kammpuan bidangnya. Selain itu, Dalam hal
penempatan posisi kerja, Kafila Internasional Islamic School (KIIS)
memiliki cara yang berbeda dari sekolah-sekolah pada umum nya, dalam
hal pengangkatan seorang pimpinan satuan pendidikan, tingkat tingginya
umur bukan merupakan acuan utama, tetapi lebih mengutamakan pada
tingginya kualifikasi pendidikan dan kinerja harian dan pengalaman di
dalam bidannya. Cara ini dianggap lebih efektif oleh pihak pengelolaan
Kafila Internasional Islamic School (KIIS) pada bagian manajemen SDM.
Perihal tersebut sudah dibuktikan sejak berdirinya Kafila Internasional
Islamic School (KIIS) hingga sekarang, dan tanpa ada konflik antar rekan
kerja
Peneliti :Menurut Pandangan Bapak, bagaimana gambaran umum tentang kinerja
pendidik dan tenaga kependidikan pada sekolah ini ? apakah sejauh ini
peran pendidik dan tenaga kependidikan dalam mendukung kegiatan
pendidikan di sekolah/madrasah ini sudah terpenuhi?
Informan : kinerja menurut saya adalah kemampuan menghasilkan kerja yang lebih
baik dari pada ukuran biasa yang sudah umum. Bisa dikatakan bahwa
pendidik bisa dikatakan produktif dalam bekerja apabila mampu
menghasilkan jasa sesuai dengan yang diharapkan dalam waktu singkat
atau tepat. Ya sudah mbak, terlihat dengan hasil kerja nya.
Lampiran 5
Transkrip Hasil Wawancara
Hari/tanggal : Selasa 12 Maret 2019
Pukul : 13.30 WIB-15.00 Wib
Tempat : Kantor Kepala Sekolah Kafila Internasional Islamic School Jakarta
Narasumber : Kepala MA Kafila Internasional Islamic School Jakarta
Peneliti : Bagaimana bapak melihat kinerja pada tenaga pendidik dan kependidikan
dilembaga ini ?
Informan: Ya kalau dilihat sudah baik….semua pendidik dan tenaga kependidikan
mampu melakukan tuganya dengan disiplin.
Peneliti : Bagaimana cara bapak untuk meningkatkan kinerja pendidik dan tenaga
kependidikan?
Informan : Ya. dengan cara. Saya menempatkan pendidik dan tenaga kependidikan
di Kafila Internasional Islamic School Jakarta sesuai dengan kemampuan
yang dimilikinya mbak. Karena hal ini dapat dilihat berdasarkan lulusan
yang diselesaikan saat di perkuliahan, atau jurusan sesuai dengan mata
pelajaran yang diambil. Jadi 90 % pendidik dan tenaga kependidikan di
Kafila Internasional Islamic School Jakarta sudah dapat dikatakan
professional dan linier dalam mata pelajaran yang diampunya. Namun
ada beberapa pendidik atau tenaga kependidikan yang tidak sesuai
dengan mata pelajaran yang diampu tetapi memiliki keahlian atau skill
mumpuni dibidang tertentu. Oleh karena itu, saya menempatkan beliau
sesuai skill atau kemampuan yang dimilikinya..
Peneliti: Apa upaya yayasan/sekolah dalam membangun citra sekolah di mata
masyarakat?
Informan: lembaga pendidikan ini, cukup dengan memberikan layanan yang baik
terhadap peserta didik dan orang tua, masyarakat sekitar, serta
mewujudkan harapanmereka melalui hasil pembelajaran peserta didik
tersebut, dengan cara itu mereka puas dengan layanan kami.
Peneliti : Selain itu mungkin Bapak bisa menjelaskan lagi, apa saja dukungan yang
diberikan kepala sekolah untuk meningkatkan kinerja ?
Informan : Saya melihat kedisiplinan juga merupakan langkah yang dilakukan
kepala sekolah untuk meningkatkan produktivitas kerja pendidik dan
tenaga kependidikan di KIIS, menurut saya bisa dikatan sangat baik
kedisiplinan yang dilakukannya. Realita ini bisa dilihat dari absensi atau
kehadiran para pegawai yang bisa dikatan hampir 90-95% selalu datang
ke sekolah untuk mengemban amanah. Dan 5-10% nya bisa dikatan izin
karena sakit atau ada kegiatan yang tidak bisa ditinggalkan. “bapak
Kepala Sekolah mengatakan: guru yang baik adalah yang dapat
memberikan contoh yang baik terhadap murid-muridnya. Dan hal itulah
ternyata juga tertanam pada jiwa anak-anak (murid) pada lembaga
tersebut
Peneliti : Bagaimanakah pandangan Bapak tentang (problem solving), pemecahan
masalah yang dilakukan oleh kepala sekolah terkait tentang kinerja
pendidik dan tenaga kependidikan?
Informan : Saya melihat pemecahan yang dilakukan kepala sekolah sangat baik. Hal
ini bisa dilihat dari apa yang pernah disampaikan oleh kepala sekolah
bahwasannya satu keluarga harus saling menghormati. Jika hal itu bisa
direaliasikan maka akan tercipta dukungan antar sesama. Dan
pelanggaran-pelanggran akan terminimalisir, seperti dengan apa yang
pernah saya lihat bahwa pendidik dan tenaga kependidikan KIIS bisa
dikatakan dari 100 % ada 5 % pelanggaran yang terjadi di sekolah kami.
Salah satunya adalah guru mengajar tidak sesuai dengan bidang
kualifikasinya namun sangat kompeten pada bidang
keilmuannya.misalkan, guru TIK di sini merupakan lulusan timur tengah
namun menguasai IT dengan baik, sehingga kami berdayakan untuk
mengajar bidan TIK sambil dikuliahkan lagi dengan jurusan yang sesuai.
Lampiran 6
Transkrip Hasil Wawancara
Hari/tanggal : Rabu 6 Maret dan Kamis 7 Maret 2019
Pukul : 14.20 WIB/ 15.00 Wib
Tempat : Kantor Wakil Kepala Sekolah Kafila Internasional Islamic School Jakarta
Narasumber : Wakil Kepala MTs. Al-Kahfi, Kafila Internasional Islamic School
Jakarta
Peneliti: Bagaimana gambaran Standar Kompetensi Lulusan yang ingin dicapai di
KIIS?
Informan: Standar kelulusan pada Kafila Internasional Islamic School meliputi tiga
tahapan yaitu tahapan kenaikan kelas, tahapan penjurusan dan tahapan
kelulusan. Kenaikan kelas X, XI dilaksanakan setiap akhir tahun dalam
rapat guru. Penjurusan dilakukan sejak semester pertama kelas X.
Melalui analisa kemampuan akademik, bakat, dan minat peserta didik
serta rapat dewan pertimbangan jurusan, maka peserta didik akan
diarahkan untuk mengambil program jurusan yang paling sesuai. Pada
tahun ini ada dua program jurusan di Kafila Internasional Islamic
School Jakarta (KIIS), yaitu Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan
Jurusan Agama. Penentuan kelulusan untuk kelas XII disesuaikan dengan
ketentuan dalam PP 19/2005 Pasal 72 Ayat (1), peserta didik dinyatakan
lulus dari satuan pendidikan pada pendidikan dasar dan menengah setelah:
Menyelesaikan seluruh program pembelajaran. Memperoleh nilai
minimal baik pada penilaian akhir untuk seluruh mata pelajaran dalam
kelompok mata pelajaran, Lulus Ujian sekolah/madrasah untuk
kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi, dan lulus
Ujian Nasional.
Peneliti: Sistem pembelajaran seperti apakah yang diterapkan di KIIS?
Informan: Pola layanan pembelajaran yang ditempuh oleh Kafila Internasional
Islamic School (KIIS) dalam mewujudkan lembaga pendidikan yang
unggul dan professional dengan membagi pada beberapa bagian, yaitu
layanan akademik, layanan asrama dan layanan bimbingan tahfidz al
Qur’an. Dalam menjalankan proses tersebut, masing-masing bidang
dipimpin oleh wakil direktur. Tugas wakil direktur adalah membantu
direktur menjalankan tugas-tugas pendidikan yang lebih spesifik sesuai
bidangnya
Peneliti: Bagaimana gambaran hasil siswa KIIS secara akademik dan non
akademik?
Informan: Adapun lulusan pada Kafila Internasional Islamic School (KIIS) Jakarta
terlihat pada tiga bidang kompetensi yaitu pertama kompetensi bidang
akademik yang terdiri dari unggul nilai UN menempati posisi tertinggi
pada lingkup madrasah selama lima tahun berturut-turut, menjuarai
olimpiade bidang sains dan matematika hingga tingkat nasional dan
alumni diterima di Perguruan Tinggi Negeri ternama maupun perguruan
tinggi luar negeri, serta menguasai dua bahasa asing, yaitu bahasa arab
dan bahasa inggris. kedua kompetensi bidang tahfidzul qur’an, dimana
lulusan Kafila Internasional Islamic School Jakarta mampu menghafal
Al-Qur’an sebanyak 20 Juz rata-rata yang telah ditargetkan target
minimal 15 juz, hal ini membuktikan suksesnya program pada bidang
tahfidzul qur’an. Ketiga kompetensi afektif yakni memiliki 10 karakter
pribadi muslim sebagai bekal kehidupan di masyarakat yang begitu
kompleks dan beragam pola kehidupannya.
Peneliti: Bagaimana pola perekrutan Pendidik dan Tenaga Kependidikan di KIIS?
Informan: Pada proses rekrutmen pendidik dan tenaga kependidikan, Kafila
Internasional Islamic School (KIIS) menerapkan empat tahap seleksi,
yakni administrasi, tes kompetensi, micro teaching, dan interview serta
psikotes. Pertama, seleksi administrasi. Pada tahap ini, Kafila
Internasional Islamic School (KIIS) menyeleksi calon PTK berdasarkan
berkas-berkas lamaran kerja sebagaimana yang telah ditetapkan dalam
persyaratan perekrutan PTK atau pegawai. Calon PTK yang telah
dianggap memenuhi persyaratan akan dinyatakan lolos dan berhak
mengikuti tahapan seleksi berikutnya. Kedua, tes kompetensi. Setelah
calon PTK dinyatakan lulus pada tahap seleksi administrasi, calon PTK
wajib mengikuti seleksi kompetensi dengan melakukan tes kompetensi,
misalnya pelamar pembimbing tahfidz harus mengikuti beberapa tes
tahfidz yang telah dibuat dengan standar Kafila Internasional Islamic
School (KIIS). Ketiga, tahapan berikutnya dalam sistem rekrutmen
pendidik dan tenaga kependidikan adalah micro teaching dimana calon
PTK melakukan praktek mengajar atau membina peserta didik baik pada
tahfidz, pembina asrama maupun akademik atau Kegiatan Belajar
Mengajar (KBM). Keempat, pada tahap akhir calon PTK yang telah
dinyatakan lulus pada micro teaching wajib mnegikuti tes wawancara
dan psikotes. Setelah melalui beberapa tahapan seleksi, pengelola Kafila
Internasional Islamic School (KIIS) melakukan proses kontrak kerja
dengan memanggil calon PTK yang telah dinyatakan lulus pada tahapan
tes interview dan psikotes. Tahapan proses rekrutmen PTK pada Kafila
Internasional Islamic School (KIIS) tersebut pada dasarnya tidak
berbeda dengan beberapa sekolah maupun lembaga pendidikan lainnya,
namun rekrutmen SDM atau PTK lebih mengedepankan kompetensi
keislaman.
Lampiran 7
Transkrip Hasil Wawancara
Hari/tanggal : Jumat 12 April 2019
Pukul : 10.00 WIB/ 13.00 Wib
Tempat : Kantor Kepala MR /SDM
Narasumber : Ust.Nurkhamdi, M.A
Peneliti: Upaya apa yang dilakukan KIS dalam meningkatkan kompetensi PTK?
Informan: Kafilla Internasional Islamic School (KIIS) dalam melakukan pembinaan
dan peningkatan kompetensi PTK atau SDM di lingkungannya adalah
dengan melaksanakan program Pengembangan Kompetensi SDM (PKS)
yang jika di umumnya sekolah dikenal dengan istilah Pengembangan
Kompetensi Berkelanjutan (PKB). Pada program Pengembangan
Kompetensi SDM (PKS) secara umum terklasifikasi menjadi empat jenis
program kegiatan yaitu identifikasi kebutuhan SDM, pengembangan
kompetensi pedagogik, peningkatan empat standar kompetensi guru, dan
pembelajaran bahasa asing. Selain empat program diatas, upaya Kafilla
Internasional Islamic School (KIIS) dalam meningkatkan standard
kompetensi PTK adalah memberikan beasiswa penuh dari pihak
Yayasan untuk melanjutkan jenjang yang lebih tinggi, yaitu pada jenjang
S 2 dan S 3, tanpa mengurangi hak kompensasi harian. Dengan cara ini
para Pendidik dan Tenaga Kependidikan yang ada dapat belajar dengan
tenang, focus dan terarah. Jika telah usai masa studinya mereka kembali
dengan bekal yang lebih baik lagi.
Peneliti: Bagamana bentuk pemberian reward dan punishment kepada PTK di KIIS?
Informan: Perihal pemberian kompensasi kerja (reward), Kafilla Internasional
Islamic School (KIIS) tidak memiliki standar khusus, tetapi dilihat dari
income yang ada, yaitu dengan cara memberikan tawaran kepada calon
PTK yang telah lulus seleksi untuk menentukan sendiri nominal
penghasilan sesuai dengan keinginan nya, yang tentu nantinya akan
dikaji dan disesuaikan dengan kesanggupannya dalam melaksankaan
tugas dan tanggung jawabnya di Kafilla Internasional Islamic School
(KIIS). Tawaran kompensasi terkait besaran penghasilan ini
menunjukkan bahwa Kafilla Internasional Islamic School (KIIS)
memiliki sistem yang berbeda dalam menentukan pemberian
penghasilan kepada PTK yang mengabdi dan bekerja di lembaga
tersebut.
Peneliti : Bolehkah bapak menjelaskan bagaimana pembinaan yang dilakukan
kepada pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah/madrasah ini untuk
meningkatkan kinerjanya ?
Informan : Pembinaan pendidik dan tenaga kependidikan selalu saya lakukan setiap
tahun ada beberapa kali untuk memberikan dorongan semangat, support
agar dalam menjalankan tugasnya bisa sesuai dengan yang diharapkan
Peneliti : Strategi apa yang bapak berikan untuk meningkatkan kinerja pada
pendidik dan tenaga kependidikan di lembaga ini ?
Informan : Strategi yang saya gunakan adalah tidak lain dengan cara sering
mengikutkan, baik pendidik dan tenaga kependidikan untuk mengikuti
pembinaan, selain itu juga saya terapkan system pemberian (reward)
hadiah kepada seluruh pendidik dan tenaga kependidikan jika bisa
menjaga kedisiplinan dan melaksanakan tugasmya dengan baik, namun
sebaliknya jika seluruh pendidik dan tenaga kependidikan tidak mampu
menjalankan tugasnya dengan baik maka tidak segan-segan akan saya
beri hukuman (punishment). Hal itu berlaku pada siapa saja. “saya” tidak
pernah pandang bulu (membeda-bedakan). Jadi jika melanggar maka
pasti akan mendapatkan hukumannya
Top Related