7/30/2019 Skripsi Riska
1/49
1
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang dalam sistem
pendidikan menggunakan Sistem Pendidikan Nasional. Pendidikan nasional
adalah pendidikan yang berdasar kebudayaan bangsa Indonesia yang berdasarkan
Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945 dalam UU RI No 20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional :
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.
Berkenaan dengan itu pula penerimaan seseorang dalam suatu pendidikan
diselenggarakan dengan tidak membeda-bedakan satu sama lain baik itu Jenis
kelamin, ras, kedudukan sosial ekonomi. Jadi dengan demikian tidak ada halangan
seseorang untuk memasuki jenjang pendidikan untuk meraih prestasi prestasi
yang setinggi-tingginya, khususnya dalam rangka menghadapi era globalisasi
yaitu dapat dilihat dari kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
sekarang ini dengan digunakannya alat-alat industri diantaranya media televisi,
komputer, dan jenis alat lainnya yang dapat membantu usaha untuk mencapai
tujuan pendidikan nasional. Disisi lain dunia pendidikan berkembang sangat pesat
dalam berbagai aspek dan permasalahannya. Permasalahan yang ada diantaranya
adalah rendahnya hasil belajar IPA Fisika. Fisika adalah suatu ilmu dasar yang
1
7/30/2019 Skripsi Riska
2/49
2
2
mempunyai peranan penting dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Untuk pembaharuan sistem kurikulum, pemerintah menetapkan kurikulum
tingkat satuan pendidikan (KTSP), proses pembelajaran IPA menekankan
pemberian pengalaman langsung agar peserta didik menjelajahi dan memahami
alam sekitar secara ilmiah.pelaksanaan pembelajaran IPA yang didalamnya
mencakup mata pelajaran fisika, diusahakan setiap guru dalam proses belajar
mengajar lebih menekankan pada proses penekanan konsep-konsep fisika dan
keterkaitan antara satu dengan yang lainnya sehingga diperoleh hasil belajar yang
lebih baik.
Suatu proses pembelajaran dapat berjalan efektif bila seluruh komponen
pembelajaran dapat saling mendukung dalam rangka mencapai tujuan tingkat
pencapaian siswa terhadap tujuan pembelajaran. Sedikitnya ada 2 faktor yang
mempengaruhi, yaitu peserta didik (siswa) dan pengajar (guru). Faktor siswa,
sangat ditentukan oleh sikap dan minat siswa terhadap fisika. sedangkan faktor
guru sangat ditentukan oleh strategi dalam proses belajar mengajar, yaitu
meliputi pemilihan metode, teknik dan pendekatan mengajar.
Pelajaran fisika menurut sebagian pelajar, merupakan pelajaran yang sulit
dipahami dan tidak menarik sehingga mereka enggan untuk belajar fisika dan
hasil belajar fisika siswa menjadi kurang baik
Hal ini dapat dilihat dari masih rendahnya hasil belajar fisika siswa di
SMP Negeri 1 Muara Kelingi kelas VIII pada semester II 2009/2010. Di kelas
VIII.A yang mendapat nilai 6,5 sebanyak 30 siswa dan yang mendapat nilai
5,6 sebanyak 10 siswa, sedangkan di kelas VIII.B yang mendapatkan nilai 6,5
7/30/2019 Skripsi Riska
3/49
3
3
sebanyak 25 siswa dan yang mendapat nilai 5,6 sebanyak 15 siswa (Sumber:
Guru Mata Pelajaran Fisika SMP Negeri 1 Muara Kelingi).
Dari data di atas siswa yang mendapat nilai 5,6 kurang dari 50 %. Hal
ini berarti bahwa ketuntasan belajar belum tercapai, karena siswa dikatakan tuntas
perorangan apabila mendapat nilai 6,5 ke atas. Secara klasikal ketuntasan belajar
secara perorangan mencapai 85 % lebih dari jumlah seluruh siswa kelas tersebut.
Salah satu penyebab belum tercapainya ketuntasan belajar adalah tidak
tepatnya dalam penggunaan sistem pengajaran pada pokok materi pembelajaran
yang akan diajarkan, Hal menyebabkan perlu suatu sistem pengajaran yang
sistematis dan efektif, yakni sistem pengajaran yang dapat dilaksanakan menurut
kurikulum tertentu dan tepat guna, hal ini sesuai dengan pernyataan Hudoyo
(1990:9) :
Guru seharusnya mampu memilih metode mengajar yang sesuai
dengan pokok bahasan, karena apabila guru tidak tepat memilih
metode mengajar dengan pokok bahasan yang diajarkan dapat
menimbulkan kesulitan siswa dalam memahami pengajaran fisika,
akibatnya siswa enggan belajar fisika bahkan mungkin terjadi
frustasi. Hal ini berarti proses belajar mengajar fisika tidak langsung
efektif dan efisien, tentunya siswa akan gagal dalam belajar fisika.
Lebih lanjut Hudoyo (1990:40) menyatakan:
Selain memilih pendekatan mengajar yang sesuai dengan pokokbahasan yang diajarkan, guru juga harus mempertimbangkan
perkembangan intelektual siswa serta kemampuan dan kesiapan siswa
tersebut. Fisika itu tersusun secara hirarki, maksudnya untuk
mempelajari konsep B, yang mendasar pada konsep A seorang perlu
memahami dulu konsep A tidak mungkin orang itu memahami konsep
B. Ini berarti belajar fisika itu haruslah bertahap dan berurutan serta
mendasarkan kepada pengalaman yang lalu.
Untuk mengatasi masalah tersebut perlu pemilihan metode belajar yang
tepat agar siswa mudah memahami dan tertarik untuk belajar. Salah satu metode
yang bisa digunakan adalah metode inquiry.
7/30/2019 Skripsi Riska
4/49
4
4
Metode inquiry ini bertujuan agar siswa terangsang mengerjakan tugas
dan aktif mencari serta meneliti sendiri pemecahan masalah, dan belajar bersama
dalam kelompok, diharapkan siswa mampu mengemukakan pendapat dan
merumuskan kesimpulan, juga diharapkan siswa dapat berdebat, menyanggah dan
mempertahankan pendapatnya.
Metode inquiry mengandung proses mental yang lebih tinggi
tingkatannya. Seperti merumuskan masalah, merencanakan eksperimen,
mengumpulkan dan menganalisis data, menarik kesimpulan, menumbuhkan sikap
objektif, jujur, hasrat ingin tahu, terbuka, dan sebagainya.
Berdasarkan keterangan di atas metode inquiry sangat cocok digunakan
dalam menjelaskan materi gelombang, Maka dari itu penulis mengambil judul
Pengaruh Metode Inquiry Terhadap Hasil Belajar Fisika pada Pokok Bahasan
Gelombang di Kelas VIII SMP Negeri 1 Muara Kelingi.
B. Rumusan Masalah
1. Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka yang menjadi permasalahan
dalam penelitian ini adalah : Adakah pengaruh yang signifikan pembelajaran
fisika dengan menggunakan metode inquiry terhadap hasil belajar siswa di kelas
VIII SMP Negeri 1 Muara Kelingi ?
2. Batasan Masalah
Agar tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda-beda dan supaya
gambaran penelitian ini jelas, terarah, dan dapat mencapai sasaran maka perlu
batasan sebagai berikut :
7/30/2019 Skripsi Riska
5/49
5
5
a. Metode Inquiry Bebas yang dimodifikasi adalah suatu metode yang
permasalahannya diajukan oleh guru, dengan konsep atau teori yang telah
dipahami, siswa
melakukan penyelidikan untuk membuktikan kebenaran dibantu oleh guru.
b. Materi yang diajarkan adalah materi tentang gelombang.
c. Hasil belajar fisika yang dimaksud dalam penelitian ini hanya dibatasi pada
aspek kognitif siswa yang dapat dilihat dari nilai yang diperoleh dari tes hasil
belajar.
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan masalah dalam penelitian ini maka yang
menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui penggaruh metode
inquiry terhadap hasil belajar fisika siswa pada pokok bahasan gelombang di kelas
VIII SMP Negeri 1 Muara Kelingi.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapakan dari hasil penelitian ini adalah :
1.
Bagi siswa, dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan siswa bisa
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari khususnya pada pokok bahasan
Gelombang.
2. Bagi guru, dapat menggunakan metode inquiry ini sebagai salah satu alternatifmetode yang efektif dan efisien untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam
materi fisika, khusus tentang Gelombang
3. Bagi sekolah, untuk meberikan bahan masukan yang positif bagi SMP Negeri1 Muara Kelingi.
7/30/2019 Skripsi Riska
6/49
6
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teoritik
Deskripsi teoritik merupakan penjelasan variabel penelitian yang
dikembangkan dari suatu teori tertentu. Dalam deskripsi teoritik ini penulis
menyajikan berbagai teori yang mendukung permasalahan penelitian ini, yaitu :
1. Metode Pembelajaran
Untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam pekerjaan
memerlukan cara yang tepat dalam memilih metode untuk mengajar. Dalam
pembelajaran fisika dikenal istilah-istilah pendekatan, metode, teknik dan strategi
pembelajaran. Untuk membedakan istilah-istilah tersebut, Sugitno dkk (1997: 22)
menjelaskan :
a. Pendekatan pembelajaran adalah arah atau kebiksanaan yang ditempuh olehguru atau siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran dilihat dari materi itu
disajikan.
b.
Metode mengajar adalah cara megajar yang digunakan untuk mengajarkan
semua materi pembelajaran misalnya : metode ceramah, inquiry, tanya jawab
dan sebagainya.
c. Teknik mengajar adalah cara mengajar yang memerlukan bakat khusus(keahlian khusus).
d. Strategi pembelajaran adalah siasat yang dipandang tepat dalam pembelajaransehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
6
7/30/2019 Skripsi Riska
7/49
7
7
Untuk memilih strategi dalam proses belajar mengajar yang melingkupi
pemilihan metode, teknik, dan pendekatan mengajar fisika, guru harus menguasai
teori belajar fisika. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hudoyo (1990 : 3) bahwa :
Teori belajar dapat membantu guru dalam menyampaikan bahan
pengajaran pada siswa, dengan memahami teori guru akan
memahami proses terjadinya belajar manusia, guru mengerti
bagaimana memberikan stimulasi sehingga siswa menyukai belajar,
guru dapat memprediksi secara jitu tentang keberhasilan siswa.
Ada bermacam-macam metode mengajar yang biasa digunakan, dimana
tiap-tiap metode tidak dapat berdiri sendiri tanpa terlibat metode lain. Misalnya
pada ekspositori terlihat ceramah dan inquiry, masing-masing metode mempunyai
kekuatan (kebaikan). Penilaian kombinasi metode mengajar yang tepat dapat lebih
menetapkan hasil proses belajar mengajar dengan kata lain prestasi belajar siswa.
Beberapa metode belajar mengajar fisika menurut Suherman (1993: 24)
adalah sebagai berikut : a.) Metode ceramah, b.) Metode demonstrasi, c.) Metode
dalih dan metode latihan, d.) Metode tanya jawab, e.) Metode penemuan, f.)
Metode pemecahan masalah, g.) Metode inquiry, h.) Metode permainan, i.)
Metode pemberian langkah.
2. Metode inquiry
Menurut Rostiyah (1991:75) Metode inquiry adalah penyelidikan yang
dilakukan siswa yang akhirnya memperoleh suatu penemuan berdasarkan
petunjuk guru. Metode inquiry dalam pelaksanaannya menurut Ali (1983:87)
mempunyai tiga macam cara yaitu:
a. Inquiry terpimpin (pada inquiry terpimpin pelaksanaan penyelidikandilaksanakan oleh siswa berdasarkan petunjuk-petunjuk guru).
7/30/2019 Skripsi Riska
8/49
8
8
b. Inquiry bebas (pada inquiry bebas masalah dirumuskan oleh siswa,eksperimen penyelidikan dilakukan oleh siswa sendiri dan kesimpulan konsep
diperoleh sendiri oleh siswa).
c. Inquiry bebas yang dimodifikasi (berdasarkan masalah yang diajukan olehguru, dengan konsep atau teori yang telah dipahami, siswa melakukan
penyelidikan untuk membuktikan kebenaran dibantu oleh guru).
Dalam penyelidikan ini metode inquiry yang digunakan adalah metode
inquiry bebas yang dimodifikasi, penggunaan metode inquiry yang dimodifikasi
dalam penelitian ini dengan pertimbangan bahwa siswa SMP kelas VIII sudah
memiliki pengetahuan fisika di kelas VII.
Dengan diberikan metode inquiry siswa termotivasi untuk belajar
sekaligus merupakan komunikasi antara siswa dan guru pada akhirnya melalui
metode inquiry bebas yang dimodifikasi ini guru dapat meningkatkan hasil
belajar. Menurut Suherman (dalam Slavin, 1998:354) membagi dan menetapkan
langkah-langkah pembelajaran dengan metode inquiry dalam 4 langkah sebagai
berikut :
a. Guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan.b.
Guru memotivasi siswa.
c. Guru membimbing siswa untuk mencari jawaban sementara atas jawaban yangdiberikan.
d. Guru menguji jawaban sementara dan mengarahkan siswa untuk menarikkesimpulan yang merupakan hal baru bagi siswa, tetapi jawaban sudah
diketahui oleh guru.
Sedangkan Roestiyah (1991: 75) menerapkan langkah-langkah
pembelajaran denga metode inquiry sebagai berikut :
7/30/2019 Skripsi Riska
9/49
9
9
a. Langkah pertama guru memberi petunjuk kepada siswa tentang kegiatanpercobaan/penyelidikan untuk menemukan konsep-konsep/prinsip-prinsip
yang telah ditetapkan oleh guru.
b. Langkah kedua dalam hal ini guru hanya mengajukan masalah-masalah danmenyediakan bahan/alat yang diperlukan untuk memecahkan masalah secara
perorangan maupun kelompok, penentuan yang bisa diberikan harus berupa
pertanyaan-pertanyaan yang memungkinkan siswa dapat berpikir dan
menemukan cara-cara penelitian yang tepat.
c. Langkah ketiga setelah siswa mempelajari dan mengerti tentang bagaimanamemecahkan suatu problema dan memperoleh yang cukup tentang mata
pelajaran tertentu, serta telah melakukan kebebasan inquiry, maka siswa
untuk melibatkan diri dalam kegiatan kebebasan inquiry dari siswa dapat
mengidentifikasi untuk merumuskan macam-macam masalah yang akan
dipelajari.
d. Langkah keempat siswa dilibatkan dalam kegiatan pemecahan masalah, yangcara-caranya serupa dengan cara-cara yang biasa diikuti oleh para ilmuwan
siswa dimotivasi dan diarahkan untuk melakukan beberapa kegiatan seperti :
merancang eksperimen, merumuskan hipotesis, menetapkan pengawasan dan
seterusnya.
e. Langkah kelima merupakan kegiatan proses belajar yang melibatkan siswadalam teamnya yang masing-masing terdiri dari empat anggota untuk
memecahkan masalah, masing-masing anggota diberikan tugas suatu peran
yang berbeda-beda seperti : koordinator team, penasehat teknis, merekam data
dan proses penilaian. Anggota team menggambarkan peranan-peranan di atas
bekerjasama untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan topik yang
7/30/2019 Skripsi Riska
10/49
10
10
akan dipelajari, gambar, peragaan/situasi yang sesungguhnya dapat digunakan
untuk meningkatkan cara berpikir kritis dan kreatif siswa.
f. Langkah keenam pendekatan ini untuk menstimulir bakat-bakat kreatif siswa,misalnya seinence dan ilmu sastra lebih lanjut dikatakan bahwa emosi, efektif
dan komponen-komponen orisinal kreatif pada permulaan adalah penting
dibandingkan dengan pikiran-pikiran rasional. Pada dasar synecties
memusatkan pada keterlibatan siswa untuk membuat berbagai macam bentuk
kiasan agar supaya dapat membuka intelegensinya dan mengembangkan
kreatifitasnya. Hal ini dapat dilaksanakan karena kiasan dapat membantu
dalam melepaskan ikatan struktur mental yang melekat kuat dalam
memandang suatu masalah sehingga dapat menunjang timbulnya ide-ide
kreatif.
g. Langkah ketujuh perlu diadakan evaluasi lebih lanjut tentang keuntungan-keuntungan pendekatan ini, terutama yang menyangkut sikap, nilai-nilai dan
pembentukan self-consept siswa ternyata dengan teknik inquiry siswa
melakukan tugas-tugas kognitif lebihg baik.
Berdasarkan dua pendapat di atas peneliti menetapkan langkah-langkah
pembelajaran dengan metode inquiry sebagai berikut :
a. Langkah pertama guru mengajukan pertanyaan masalah yang akan dipecahkansecara kelompok sekaligus memberikan alat (bahan) yang diperlukan untuk
pembelajaran.
b. Langkah kedua guru meminta siswa membuat perencanaan untukmemecahkan masalah, misalnya mencari data tentang apa yang diketahui, apa
yang ditanyakan, syarat-syarat apa yang diperlukan untuk memecahkan
masalah.
7/30/2019 Skripsi Riska
11/49
11
11
c. Langkah ketiga guru memotivasi dan mengarahkan siswa untuk merumuskanjawaban sementara terhadap masalah yang ditanyakan.
d. Langkah keempat guru melibatkan siswa dalam team-team yang masing-masing anggota diberikan tugas suatu peranan yang berbedabeda seperti
koordinator team menggambarkan peranan-peranan diatas, bekerja sama untuk
memecahkan masalah yang berkaitan dengan topik yang akan dipelajari.
Gambar peragaan atau situasi yang sesungguhnya dapat digunakan untuk
meningkatkan cara berpikir kritis dan kreatif pendekatan ini untuk
menstimulus bakat-bakat kreatif siswa.
e. Langkah kelima guru membimbing Siswa untuk menarik kesimpulan darihasil kerja kelompok dan mendiskusikan bersama untuk mengambilkan
kesimpulan. Contoh metode inquiry dalam kegiatan belajar mengajar.
1) Pendahuluan
Guru meminta siswa menyebutkan contoh peristiwa sederhana yang
menghasilkan gelombang.
2) Pengembangana) Guru mengajukan masalah yang berkaitan dengan terjadinya
gelombang dan sifat-sifatnya.
b) Siswa berdiskusi untuk memecahkan masalah tersebut dengan bahanmistar, tali, air, baskom.
c) Siswa melakukan percobaan tersebut dengan petunjuk yang diberikanguru.
d) Guru mengarahkan siswa mendiskusikan hasil kesimpulan.
7/30/2019 Skripsi Riska
12/49
12
12
e) Siswa menyimpulkan hasil kesimpulan secara berkelompok sehinggamenentukan yang benar dan jawaban tersebut diberikan kepada guru
untuk diberikan kepada guru untuk diberikan kebenarannya.
3) Penerapan
Siswa mengerjakan soal-soal yang berhubungan dengan Gelombang.
4) Penutup
a) Guru menyimpulkan hasil percobaan.b) Guru memberi PR dari latihan yang belum dikerjakan.
3. Pentingnya Metode Inquiry Dalam Proses Pembelajaran
Metode Inquiry sangat penting dalam proses pembelajaran fisika karena
hubungan antara guru dengan siswa pada hakekatnya adalah hubungan antara dua
pihak yang setara, yaitu hubungan antara dua manusia yang tengah
mendewasakan diri. Meskipun yang satu telah ada tahap lebih maju, baik akal,
moral maupun emosional (Rakajoni T, 1981: 4). Dengan menyadari pola
hubungan tersebut akan memungkinkan keterlibatan mental siswa yang optimal
didalam merealisasikan pengalaman belajar.
Dalam metode inquiry guru tidak hanya menyajikan mata pelajaran dalam
bentuk jadi, siswa belajar fisika dengan hanya menerima dan menghapal saja,
tetapi harus belajar bermakna. Dengan demikian penyajian materi pelajaran fisika
diatur sedemikian rupa sehingga menentang siswa untuk berpikir lebih lanjut. Hal
ini dapat dilakukan dengan metode inquiry, pemecahan masalah dan sebagainya.
7/30/2019 Skripsi Riska
13/49
13
13
4. Penilaian Hasil Belajar
Untuk menilai hasil belajar siswa dapat dilaksanakan dalam dua tahap.
Pertama tahap jangka pendek yakni penilaian yang dilaksanakan guru pada akhir
proses belajar mengajar. penilaian ini disebut penilaian formatif. Kedua tahap
belajar mengajar berlangsung beberapa kali atau setelah menempuh periode
tertentu, misalnya penilaian tengah semester atau penilaian pada akhir semester.
Penilaian ini disebut penilaian sumatif (Sudjana, 1989:122)
Dalam penelitian ini penilaian hasil belajar siswa, diartikan sebagai
pengumpulan informasi untuk mengatur seberapa jauh pengetahuan dan
kemampuan yang telah dicapai oleh siswa pada akhir proses belajar mengajar
dikelas VIII SMP Negeri 1 Muara Kelingi.
5. Tujuan Pembelajaran Fisika di SMP
Setiap kegiatan atau pekerjaan sudah pasti ada tujuan yang hendak dicapai
juga dalam pengajaran fisika di SMP ada tujuan yang hendak dicapai baik secara
umum maupun secara khusus.
Tujuan umum pengajaran fisika di SMP adalah:
a.
Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan didalam
kehidupan dan dunia yang selalu berkembang melalui latihan bertindak atas
dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efektif, dan efisien.
b. Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan fisika dan pola pikir fisikadalm kehidupan sehari-hari dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan.
Dalam demikian tujuan fisika pada jenjang pendidikan menengah Pertama
(SMP) memberi tekanan pada penataan nalar, dasar, dan pembentukan sifat siswa
7/30/2019 Skripsi Riska
14/49
14
14
serta memberikan keterampilan dalam penerapan fisika. Tujuan khusus
pengajaran fisika di SMP adalah:
a. Siswa memiliki pengetahuan fisika sebagai bekal untuk melanjutkankependidikan tinggi.
b. Siswa memiliki keterampilan fisika sebagai peningkatan fisika dasar untukdapat digunakan dalam kehidupan yang lebih luas (didunia kerja) dan dalam
kehidupan sehari-hari.
c. Siswa mempunyai pandangan yang lebih luas serta memiliki, sifat menghargaikegunaan fisika, sikap kritis, logis dan objektif melalui fisika di SMP.
Dengan mengetahui tujuan fisika baik secara umum maupun secara
khusus, guna dapat memberikan motivasi kepada siswa agar siswa berminat
belajar fisika, karena fisika dilihat dari tujuannya, fisika itu sendiri maupun ilmu
pengetahuan lainnya, bahkan dapat di manfaatkan dalam kehidupan sehari-hari.
6. Sub Materi
6.1 Pengertian Gelombang
Pernahkah kamu melemparkan kerikil (batu kecil) ke dalam air yang
tenang? Jika kita melemparkan kerikil ke dalam air yang tenang, permukaan air
tersebut nampak bergerak. Gerakan itu menyebar ke segala arah menjauhi titik
yang merupakan tempat jatuhnya kerikil. Gerakan seperti itu dinamakan
gelombang. Dalam hal ini, medium gelombang tidak ikut merambat.
Berdasarkan contoh di atas, kita dapat mengetahui bahwa gelombang tidak
terjadi dengan sendirinya. Menurut Purwanto (2007: 142) gelombang yang terjadi
pada air tenang disebabkan oleh kerikil yang jatuh ke dalamnya. Jika penyebab
terjadinya gelombang disebut usikan, dapat dikatakan bahwa gelombang terjadi
7/30/2019 Skripsi Riska
15/49
15
15
karena adanya usikan yang merambat. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa
gelombang adalah getaran yang merambat. Perambatan gelombang dapat terjadi
melalui medium (zat perantara) dan tanpa melalui medium. Gelombang yang
memerlukan medium untuk merambat disebut gelombang mekanik, contohnya
gelombang air laut, gelombang pada tali, gelombang bunyi, dan slinki. Adapun
gelombang yang tidak memerlukan medium untuk merambat disebut gelombang
elektromagnetik, contohnya gelombang cahaya, gelombang radio, dan gelombang
sinar-X. Selain itu gelombang elektromagnetik dapat dipengaruhi oleh medan
magnet dan medan listrik.
6.2 Gelombang MekanikGetaran yang merambat sepanjang tali disebut gelombang tali. Gelombang
tali merupakan gelombang satu dimensi. Dalam hal ini, medium gelombang tidak
ikut merambat, tetapi bergetar (bergerak naik turun) di tempatnya. Gelombang tali
memerlukan medium untuk merambat. Demikian pula dengan gelombang
mekanik lain, seperti gelombang air atau gelombang satu dimensi dan gelombang
bunyi atau gelombang tiga dimensi
Kita sudah mengetahui bahwa gelombang air laut kadang-kadang besar
dan kadang- kadang kecil. Besar kecilnya gelombang tersebut bergantung pada
kencangnya tiupan angin di atas permukaan air laut. Makin kencang tiupan angin,
makin besar gelombang air laut yang ditimbulkan. Hal ini menunjukkan bahwa
makin besar energi yang diberikan angin kepada permukaan air laut, makin besar
gelombang yang terjadi. Dengan demikian, gelombang merambat membawa
energi. Hal itulah yang menyebabkan gelombang air laut dapat menghempaskan
kapal dan menghasilkan suara yang keras memekakkan telinga.
7/30/2019 Skripsi Riska
16/49
16
16
6.3 Gelombang Transversal dan Gelombang Longitudinal
6.3.1 Gelombang Transversal
Berdasarkan arah getaran dan arah rambatannya gelombang dibedakan
menjadi dua macam, yaitu gelombang transversal dan longitudinal. Gelombang
transversal adalah gelombang dengan arah getaran naik-turun atau kiri-kanan
yang tegak lurus terhadap arah rambatannya (Sutanto, 1991:73-74).
Gelombang ini terdiri atas bukit gelombang dan lembah gelombang.
Dalam kehidupan sehari-hari banyak fenomena yang berhubungan dengan
gelombang transversal, misalnya gelombang tali dan gelombang air gelombang
tranversal dapat dapat dilihat pada gambar 1.
Gambar 1. Gelombang Tranversal
6.3.2 Gelombang Longitudinal
Gelombang longitudinal adalah gelombang dengan arah getaran maju-
mundur yang sejajar/searah dengan arah rambatannya. Panjang satu
gelombang longitudinal adalah jarak satu rapatan kerapatan berikutnya, atau
jarak antara satu regangan ke regangan berikutnya (Sutanto, 1991:75-76).
Gelombang longitudinal ditunjukkan pada gambar 2.
7/30/2019 Skripsi Riska
17/49
17
17
Gambar 2. Gelombang longitudinal
6.3.3 Frekuensi, Periode, Panjang Gelombang.
Seperti halnya getaran dalam pembahasan gelombang juga terdapat
besaran-besaran frekuensi (f) dan periode (T). selain kedua besaran tersebut, pada
gelombang terdapat besaran panjang gelombang, bagaimanakah hubungan antara
besaran-besaran itu?
1. Frekuensi Gelombang (f)Frekuensi gelombang adalah jumlah gelombang yang terbentuk dalam satu
sekon. Gelombang memiliki frekuensi 1 Hz, artinya 1 gelombang dihasilkan
dalam 1 sekon, dapat dilihat pada gambar 3.a, sedangkan gelombang yang
memiliki frekuensi 2 Hz artinya 2 gelombang dihasilkan dalam 1 sekon, dapat
dilihat pada gambar 3.b.
f = 1 Hz f = 2 Hz
(a) (b)
Gambar 3.Frekuensi gelombang
(Sutanto, 2006:175-176)
rapatan rapatan
renggangan renggangan
1 sekon 1 sekon
7/30/2019 Skripsi Riska
18/49
18
18
Jumlah gelombang yang terjadi setiap sekon tersebut disebut
frekuensi.
Pernyataan tersebut dapat dinyatakan dalam persamaan :
t
nf
(Sutanto,1991:73-74)
Keterangan :
f = frekuensi (gelombang per detik atau hertz);
n = jumlah gelombang
t = waktu (sekon).
b) Periode Gelombang (T)
Frekuensi gelombang menunjukkan berapa jumlah gelombang yang
terjadi dalam waktu 1 sekon. Dengan demikian, maka dapat ditentukan waktu
yang diperlukan untuk membentuk satu gelombang. Waktu yang dibutuhkan
untuk terjadinya satu gelombang disebut periode, jika frekuensi gelombang 100
Hz, berarti dalam 1 sekon terjadi gelombang sebanyak 100 gelombang. Ini berarti
untuk membentuk 1 gelombang diperlukan waktu 1/100 sekon (= 0,01 sekon).
Dengan demikian, periode gelombang tersebut adalah 0,01 s. Selanjutnya
hubungan antara frekuensi ( f ) dan periode (T) dapat ditulis dengan persamaan :
Tf
1
(Sutanto, 1991:77)
dengan :
7/30/2019 Skripsi Riska
19/49
19
19
T = periode (detik atau sekon);
f = frekuensi
c) Panjang Gelombang
Panjang satu gelombang atau panjang gelombang adalah jarak yang
ditempuh oleh gelombang dalam waktu satu periode, dapat dilihat pada gambar 4.
Misalnya pada suatu gelombang yang setiap 10 gelombang panjangnya 10 m,
maka panjang setiap gelombang dapat ditentukan sebagai berikut :
10 gelombang = 10 m
10 = 10 m
= 1 m
b f
a c g
e i
d h
Gambar 4. Panjang Gelombang
Keterangan :
a. Dasar gelombang : titik terendah pada gelombangan yaitu d dan hb. Puncak gelombang : titik tertinggi pada gelombangan yaitu b dan fc. Lembah gelombang : lengkungan c,d,e dan g,h,i.d. Bukit gelombang : lengkungan a,b,c dan e,f,g.
d)Kelajuan Rambat Gelombang v
7/30/2019 Skripsi Riska
20/49
20
20
Kelajuan rambat gelombang ialah jarak yang ditempuh oleh gelombang
setiap sekon (Sutanto, 1991:79). Jika jarak tempuhnya adalah s dan waktu yang
diperlukan adalah t, maka kelajuan rambat gelombang v dapat dinyatakan dengan
persamaan :
t
sv
Dalam SI, satuan jarak s adalah meter (m), satuan waktu t adalah sekon
(s), dan satuan kelajuan v adalah m/s.
Hubungan antara frekuensi ( f ), panjang gelombang , dan kelajuan
rambat gelombang (v) dapat dituliskan dengan persamaan :
t
sv
KarenafvT , maka persamaan di atas juga dapat ditulis :
vT
dengan :
= panjang gelombang (m)
v = kelajuan rambat gelombang (m/s);
f = frekuensi (gelombang per detik atau hertz);
T = periode (s).
6.3.4. Hubungan antara Panjang Gelombang, Frekuensi, Cepat Rambat, dan
Periode Gelombang
7/30/2019 Skripsi Riska
21/49
21
21
Gelombang merambat dari ujung yang satu ke ujung yang lain memiliki
kecepatan tertentu dan menempuh jarak tertentu dalam waktu tertentu. Dalam SI,
satuan jarak (s) adalah meter (m), satuan waktu t adalah sekon (s), dan satuan
cepat rambat (v) adalah m/s.
Hubungan antara frekuensi ( f ), panjang gelombang ( ), dan cepat rambat
gelombang (v) dapat dituliskan dengan persamaan :
f
v
Karenaf
T1
, maka persamaan di atas juga dapat ditulis :
vT
Keterangan :
= panjang gelombang (m)
v = cepat rambat gelombang (m/s);
f = frekuensi (Hz);
T = periode (s).
B.Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada pengaruh yang
signifikan pembelajaran fisika dengan menggunakan metode Inquiry pada pokok
bahasan gelombang terhadap hasil belajar siswa di kelas VIII SMP Negeri 1
Muara Kelingi.
7/30/2019 Skripsi Riska
22/49
22
22
BAB III
METODE PENELITIAN
A.Desain PenelitianMetode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen.
Metode eksperimen merupakan metode yang digunakan untuk mengetahui ada
tidaknya akibat dari perlakuan yang diberikan pada subjek selidik (Arikunto,
1997: 272). Dalam penelitian ini dilaksanakan pretes-postes yang melibatkan
dua kelas dimana satu kelas mendapatkan perlakuan pengajaran dengan metode
inquiry, sedangkan 1 kelas lagi mendapatkan perlakuan pengajaran dengan
menggunakan metodek konvensional. Pada pokok bahasan gelombang untuk
kelas yang mendapatkan perlakuan metode inquiry disebut kelas eksperimen dan
kelas yang mendapat perlakuan menggunakan metode konvensional disebut kelas
kontrol. Desain yang digunakan adalah Control Group Pretest-postest design
umum menurut Sukardi (2007: 186) dapat dilihat pada tabel 3.1
Tabel 3.1Desain Penelitian
Kelompok Pretest Perlakuan Post test
Eksperimen YE PembelajaranMetode Inquiry (X1) YE
Kontrol YK PembelajaranMetode konvensional (X2) YK
B. Populasi dan Sampel
7/30/2019 Skripsi Riska
23/49
23
23
1. Populasi
Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, baik hasil
menghitung maupun penghitung pengukuran kuantitatif maupun kualitatif
mengenai karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan yang lengkap dan
jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya (Soedjana,1996: 6). Adapun populasi
dalam penelitian ini seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Muara Kelingi tahun
ajaran 2009/2010, yang terdiri dari lima kelas : VIII.A sampai VIII.E, dengan
jumlah 101 siswa laki-laki dan 107 siswa perempuan. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel 3.2
Tabel 3.2
Jumlah Populasi
No Kelas
Jenis Kelamin
Jumlah
Laki-laki Perempuan
1
2
3
4
5
VIII.A
VIII.B
VIII.C
VIII.D
VIII.E
13
20
17
22
29
19
23
28
22
15
32
43
45
44
44
Jumlah 101 107 208
Sumber : Tata Usaha SMP Negeri 1 Muara Kelingi
2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang dipilih (Arikunto,
1990:104) dari seluruh siswa kelas VIII diambil dua kelas secara acak untuk
22
7/30/2019 Skripsi Riska
24/49
24
24
dijadikan sebagai sampel penelitian. Digunakan teknik ini karena setiap kelas dari
seluruh subjek mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel
(Suharsimi, Arikunto, 1998: 120). Kemudian dari dua kelas yang dipilih diundi
secara acak untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Siswa kelas
eksperimen diberi pembelajaran dengan menggunakan metode inquiry,
sedangkan siswa kelas kontrol diberi pembelajaran dengan menggunakan metode
konvensional. Pada tabel 3.3 menjelaskan jumlah sampel kelas eksperimen dan
kelas kontrol.
Tabel 3.3
Jumlah Sampel
Kelas Jumlah
Kelas Eksperimen VIII.A 32
Kelas Kontrol VIII.B 43
Jumlah 75
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang dilakukan pada penelitian ini yaitu dengan melakukan tes.
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur
keterampilan, pengetahuan, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu
(Arikunto,1998: 103).
Metode ini diberikan pada siswa sampel setelah pembelajaran pokok
bahasan gelombang dilakukan. Tes ini disusun dalam bentuk soal-soal essai yang
terdiri dari 5 butir soal dan dilaksanakan pada jam pelajaran fisika, sehingga tidak
7/30/2019 Skripsi Riska
25/49
25
25
mengganggu jam pelajaran lain. Penilaian diberikan berdasarkan skor yang telah
ditentukan oleh penulis.
D.Variabel PenelitianBerdasarkan judul penelitian yang akan penulis lakukan yaitu :
Pengaruh Metode Inquiry terhadap Hasil Belajar Siswa pada Pokok Bahasan
Gelombang dikelas VIII SMP Negeri 1 Muara Kelingi. Maka terdapat dua
variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebasnya adalah
penggunaan metode inquiry atau variabel (X), sedangkan variabel terikatnya
adalah hasil belajar fisika siswa atau variabel (Y)
E. Pengujian Instrumen Penelitian.
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil
belajar. Tes tersebut digunakan untuk mengetahui pemahaman siswa mengenai
Gelombang. Sebelum instrumen digunakan dalam penelitian instrumen tersebut di
uji coba terlebih dahulu pada siswa soal tes yang diambil dari materi Gelombang.
Uji coba instrumen akan dilaksanakan dikelas X MAN Muara Kelingi. Uji coba
ini dimaksudkan untuk mengetahui validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan
tingkat kesukaran soal. Dengan demikian instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini telah diketahui validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat
kesukaran soal.
1. Validitas Tes
7/30/2019 Skripsi Riska
26/49
26
26
Suatu tes dikatakan valid jika tes tesebut mampu mengevaluasi dengan
tepat apa yang seharusnya dievaluasi. Untuk mengetahui validitas butir soal,
dihitung dengan korelasiproduct moment. Adapun rumus yang digunakan adalah
korelasi product moment dari pearson (Arikunto, 2000:225) sebagai berikut :
2222 )()()()())(()(
YYNXXN
YXXYNrXY
Keterangan :
XYr : Koefisien korelasi
X : Skor butir soal
Y : Skor soal
n : Banyak subyek
Interpretasi yang lebih rinci mengenai nilaiXYr tersebut terbagi dalam
kategori sebagai berikut :
00,0XYr tidak valit
20,000,0 XYr validitas sangat rendah
40,020,0 XYr validitas rendah
60,040,0 XYr validitas sedang
80,060,0 XYr validitas tinggi
00,180,0 XYr validitas sangat tinggi
Untuk mengetahui keberartian dari koefisien validitas, digunakan uji t
seperti yang dikemukakan oleh Sudjana (1996:380) dengan rumus sebagai
berikut:
XYXY
r
nrt
21
2
7/30/2019 Skripsi Riska
27/49
27
27
Dari hasil perhitungan dapat dirangkum hasil analisis validitas butir soal
pada table 3.4
Tabel 3.4
Analisis Hasil Validitas
No SoalXYr Hit ungt Tabelt Ket
1
2
3
4
5
0,78
0,66
0,55
0,70
0,65
6,63
4,66
3,46
3,03
4,52
2,05
2,05
2,05
2,05
2,05
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
2. Reliabelitas Tes
Reliabilitas berhubungan dengan kepercayaan. Suatu tes dapat dikatakan
reliabel jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap walaupun diberikan
pada orang yang berbeda, waktu yang berbeda, dan tempat yang berbeda pula.
Untuk mengetahui reliabelitas tes berbentuk uraian digunakan rumus Alpa,
yang dikemukakan oleh Suherman dan Sudjaya (1990 : 194) sebagai berikut :
2
2
11 11
t
i
k
kr
Keterangan :
11r = Reliabelitas instrumen
k = Banyak butir soal
7/30/2019 Skripsi Riska
28/49
28
28
2
i = Jumlah varians skor tiap butir soal
2
t = Jumlah varians skor total
Interprestasi yang lebih rinci mengenai11r tersebut dibagi kedalam
kategori-kategori sebagai berikut: (Suherman dan Sukjaya, 1990 : 177)
11r 0,20 Reliabelitas sangat rendah
0,20 11r 0,40 Reliabelitas rendah
0,40 11r 0,60 Reliabelitas sedang
0,60 11r 0,80 Reliabelitas tinggi
0,80 11r 1,00 Reliabelitas sangat tinggi
Setelah hasil data uji coba dianalisis dengan menggunakan rumus alpa
diatas diperoleh koefisien reliabelitas sebesar 0,70. Ini berarti soal tes tersebut
menpunyai derajat reliabelitas tinggi, sehingga dipercaya sebagai alat ukur.
3. Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan soal tersebut dalam memisahkan
antara siswa yang pandai dengan siswa yang kurang pandai. Besarnya daya
pembeda tersebut juga dengan indeks deskriminasi (daya penbeda).
Untuk menghitung daya pembeda tiap butir soal digunakan rumus yang
dikemukakan oleh Karnoto (1996 : 15) sebagai berikut :
Ii
SBSADP
Ket :
DP = Daya Pembeda
SA = Jumlah Skor Kelompok Atas
7/30/2019 Skripsi Riska
29/49
29
29
SB = Jumlah Skor Kelompok Bawah
Ii = Jumlah Skor Ideal salah satu kelompok (kelompok atas/bawah)
Klasifikasi interprestasi untuk daya pembeda yang digunakan menurut
Suherman dan Sudjaya (1990 : 202) sebagai berikut :
DP = 0,00 sangat jelek
0,00 DP 0,20 jelek
0,20 DP 0,40 cukup
0,40 DP 0,80 baik
0,80 DP 1,00 sangat baik
Dari hasil perhitungan dapat kemukakan rekapitulasi hasil analisis daya
penbeda tes penguasaan materi gelombang seperti pada tabel.3.5
Tabel 3.5
Hasil Analisis Daya Pembeda
No Soal Skor
K. Atas
Skor
K. BawahSkor Ideal DP Ket
1
2
3
4
5
73
57
50
57
59
47
41
36
42
44
105
60
60
60
60
0,24
0,20
0,23
0,25
0,25
Cukup
Cukup
Cukup
Cukup
Cukup
296 210 345 0,25 Cukup
4. Tingkat Kesukaran
7/30/2019 Skripsi Riska
30/49
30
30
Tingkat kesukaran soal adalah kemampuan soal tersebut dalam menjaring
banyaknya siswa peserta tes yang dapat mengerjakan soal dengan benar. Jika
banyak siswa yang menjawab benar maka taraf kesukaran soal rendah, sebaliknya
jika sedikit siswa yang menjawab benar maka taraf kesukaran tinggi. Soal yang
baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar.
Untuk menghitung tingkat kesukaran (Tk) butir soal terbetuk essay,
digunakan rumus yang dikemukakan karnoto, (1996:16) sebagai berikut:
IBIA
SBSATk
Ket:
Tk= Indeks tingkat kesukaran
SA= Jumlah skor kelompok atas
SB = Jumlah skor kelompok bawah
IA = Jumlah skor ideal kelompok atas
IB = Jumlah skor kelompok bawah
Kriteria indeks kesukaran butir soal yang digunakan seperti yang
dikemukakan oleh Suherman dan Sukjaya (1990: 213) yaitu:
Tk = 0,00 terlalu sukar
0,00 < Tk 0,30 sukar
0,30 < Tk 0,70 sedang
0,07 < Tk 1,00 mudah
Tk = 1,00 terlalu mudah
Dari hasil perhitungan (Lampiran A) dapat kemukakan rekapitulasi hasil
analisis taraf kesukaran tes penguasaan materi gelombang seperti pada Tabel 3.6.
7/30/2019 Skripsi Riska
31/49
31
31
Tabel 3.6
Hasil Analisis Tingkat Kesukaran
No
Soal
Skor K.
Atas
Skor
K. Bawah Skor IA + IB TK Ket
1
2
3
4
5
73
53
50
57
59
47
41
36
42
44
210
120
120
120
120
0,57
0,82
0,72
0,82
0,85
Sedang
Mudah
Mudah
Mudah
Mudah
296 210 690 0,78 Mudah
Berdasarkan analisis hasil uji coba tes hasil belajar, maka rekapitulasi hasil
uji coba dapat disajikan dalam tabel 3.7
Tabel 7.
Rekapitulasi Hasil Uji Coba Tes Hasil Belajar
No
SoalValiditas
Tingkat
KesukaranDaya Pembeda Keterangan
1
2
0,78
0,66
Tinggi
Tinggi
0,57
0,82
Sedang
Mudah
0,24
0,20
Cukup
Cukup
Dipakai
Dipakai
7/30/2019 Skripsi Riska
32/49
32
32
3
4
5
0,55
0,70
0,65
Sedang
Tinggi
Tinggi
0,72
0,82
0,85
Mudah
Mudah
Mudah
0,23
0,25
0,25
Cukup
Cukup
Cukup
Dipakai
Dipakai
Dipakai
F. Teknik Analisis Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes
dan angket. Pertanyaan-pertanyaan digunakan untuk mengetahui pemahaman dan
tanggapan siswa tentang pengajaran dengan menggunakan metode inquiry,
sedangkan tes tertulis, digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam
enyelesaikan soal-soal latihan dalam prestasi belajar siswa, secara lengkap dapat
diuraikan sebagai berikut:
1. Teknik TesTeknik tes digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan
intelegensi, kemampuan, dan bakat yang dimiliki oleh individu dan kelompok
(Arikunto, 2002:127).
Data tes hasil belajar didapat dengan memeriksa lembar tes siswa,
kemudian dianalisis untuk melihat tingkat pencapaian hasil belajar setelah
menggunakan metode inquiry pada materi gelombang.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan untuk menganalisis data tes hasil
belajar siswa, yaitu:
a. Mencari rata-rata hitung yang disusun dalam daftar distribusi frekuensi,dengan menggunakan rumus:
7/30/2019 Skripsi Riska
33/49
33
33
i
ii
f
xfx (Sudjana, 2002:67)
Keterangan :
x = Nilai rata-rata sampel
fi = Frekuensi
xi = Titik tengah nilai tes
b. Menghitung simpangan baku, dengan rumus: )1(
22
n
xfxfS
ii
(Sudjana, 2002:93)
Keterangan :
S = Simpangan baku
xi = Titik tengah nilai tes
x = Nilai rata-rata sampel
n = Banyaknya siswa dalam sampel
fi = Frekuensi
c. Menentukan Uji Normalitas Data ( 2 )Uji normalitas ini digunakan untuk mengetahui kenormalan data.
Rumus yang digunakan dalam uji normalitas adalah uji kecocokan chi-kuadrat
(2
) yaitu:
k
ih
h
f
ff
1
2
02
(Sugiyono, 2007:107)
Keterangan :
7/30/2019 Skripsi Riska
34/49
34
34
2 = Harga chi-kuadrat yang dicari
fo = Frekuensi dari hasil observasi
fe = Frekuensi dari hasil estimasi
Selanjutnya2
hitung dibandingkan dengan2
tabel dengan derajat kebebasan
(dk) = k-1. Di mana k adalah banyaknya kelas interval. Adapun kriteria
pengujiannya Jika2
hitung
Top Related