1
SKRIPSI
PENGARUH PERALIHAN PROFESI DARI NELAYAN MENJADI
PEMANDU WISATA TERHADAP PENDAPATAN MASYARAKAT
DI KABUPATEN MANGGARAI BARAT-NTT
RISAL MANTOPANI105710178711
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNISUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR2015
4
ABBSTRAK
Risal Mantopani, 2015. Pengaruh Peralihan Profesi dari Nelayan Menjadi Pemandu Wisata Terhadap Pendapatan Masyarakat di Kabupaten Manggarai Barat NTT. Di bimbing oleh H. Muh. Rusydi Rahman dan Fatta Rappana.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah peralihan profesi dari nelayan menjadi pemandu wisata dapat meningkatkan pendapatan masyarakat di kabupaten Manggarai Barat-NTT.
Metode analisis yang digunakan adalah deskriptif kualitatif, yaitu membandingkan pendapatan masyarakat sebelum beralih profesi (nelayan) dan setelah menjadi pemandu wisata.
Hasil penelitian menunjukan bahwa ada atau terjadi peningkatan pendapatan pendapatan masyarakat setelah beralih profesi dari nelayan menjadi pemandu wisata di Kabupaten Manggarai Barat Nusa Tenggara Timur.
Kata kunci: peralihan profesi, nelayan, pemandu wisata, dan pendapatan masyarakat
5
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penyusun panjatkan kehadirat yang Maha Besar
Illahi robbi, karena hanya dengan rahmat, izin serta petunju-Nya penyusun
memperoleh kesempatan, kesehatan serta kemampuan untuk dapat menyusun dan
merampungkan Tugas Akhir dengan judul “Pengaruh Peralihan Profesi dari
Nelayan Menjadi Pemandu Wisata Terhadap Pendapatan Masyarakat di
Kabupaten Manggarai Barat-NTT”
Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat
dalam memperoleh gelar sarjana ekonomi pada fakultas ekonomi dan bisnis
Universitas Muhammadiyah Makassar.
Penyusun Tugas Akhir ini dapat terselesaikan berkat pihak-pihak yang
telah memberikan bantuan, dukungan, serta dukungan moral dalam penyelesaian
tugas akhir ini. Oleh karenanya dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan
ucapan terimakasih yang mendalam kepada:
1. Orang tua tercinta “HASANUDDIN” dan “INTAN (Almarhumah)” yang
selalu memberikan do’a dengan tulus dan ikhlas serta motivasi yang tak henti-
hentinya bagi penyusun.
2. Yang terhormat bapak Dr. H. Irwan Akib,. M.Pd selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar, beserta para Pembantu Rektor
3. Bapak Dr. H. Mahmud Nuhung, MA selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar
6
4. Ibu Hj. Naedah SE, M.Si sebagai Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi Studi
Pembangunan Universitas Muhammadiyah Makassar.
5. Bapak Dr. H. Muh. Rusyidi Rahman, M.Si dan Dr. Fatta Rappana, SE, M.Si
selaku dosen pembimbing, yang telah memberikan bimbingan, dan
pengarahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar.
6. Ibu Asriati., SE, M.Si selaku Penasehat Akademik yang telah membantu dan
membimbing penulis.
7. Para dosen Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah memberikan pelajaran bagi
penulis.
8. Seluruh staf Tata Usaha Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Makassar yang senangtiasa membantu dalam pengurusan
administrasi
9. Dan tak terlupakan pula kupersembahkan kepada saudaraku Rani, Rudi, Riki,
Rifan, yang telah memberikan doa dan bantuan serta motivasi dalam berbagai
hal baik berupa materi maupun dukungan moral.
10. Segenap keluarga besarku yang telah membeikan perhatian dan bimbingan
dalam kerasnya kehidupan terlebih lagi dalam rangka penyelesaian pendidikan
selama perkuliahan. Mudah-mudahan Allah SWT meridohi-Nya.
11. Tekusus bagi keluarga seperantauan Irfan, Lio, Ainul, Andrika, Ambri, Faisal,
Sahril-(Achip Barokeng), Agus, Iksan, Naldi, Syalia, serta angota Pondok
Rahmi terima kasih karena telah membantu memberikan bantuan motivasi
dan dorongan yang tiada henti-hentinya bagi penulis,
7
12. Teman-teman seperjuanganku Irwan, Muh.Nurhaq, Syamsuddi, Suprianto,
Arifatuzahra, Ilham, Linardi, dan semuanya teman-teman IESP 01 yg penulis
tidak sebutkan namanya satu persatu.
Demi kesempurnaan penelitian ini, saran dan kritik yang bersifat
membangun penulis sangat harapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat
memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkanya.
Makassar, 2015
Penulis
8
DAFTAR ISIHalaman
HalamanJudul ................................................................................................ iHalamanPersetujuan ...................................................................................... iiHalaman pengesahan ..................................................................................... iii
Abstrak ........................................................................................................................ ivKata Pengantar .............................................................................................................. vDaftarisi ........................................................................................................................ viiiDaftar tabel.................................................................................................................... xDaftar gambar ............................................................................................................... xiBAB I PENDAHULUAN............................................................................................ 1
A. Latar Belakang ...................................................................................... 1B. Rumusan Masalah................................................................................. 4C. Tujuan Penelitian .................................................................................. 4D. Manfaat Penelitian ................................................................................ 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 5A. Pendapatan ............................................................................................ 5B. Nelayan ................................................................................................. 6
1. Konsep Nelayan ............................................................................... 62. Nelayan dan Faktor yang mempengaruhi pendapatan ..................... 8
C. Pariwisata.............................................................................................. 91. Pengertian pariwisata ...................................................................... 102. Ekowisata........................................................................................ 113. PemanduWisata............................................................................... 12
D. KerangkaPikir....................................................................................... 15E. Hipotesis ............................................................................................... 18
BAB III METODE PENELITIAN............................................................. 19A. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................ 19B. Metode Pengumpulan Data................................................................... 19C. Jenis dan Sumber Data.......................................................................... 19D. Penentuan Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel ......................... 20E. Metode Analisis .................................................................................... 21
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................... 22A. Keadaan Geografis dan Demografi....................................................... 22
1. Keadaan Geografis.......................................................................... 222. Demografi ....................................................................................... 24
B. Gambran Umum Responden................................................................. 27C. Hasil dan Pembahasan .......................................................................... 28
1. Masyarakat Nelayan........................................................................ 282. Pariwisata........................................................................................ 293. Peralihan Profesi ............................................................................. 33
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN....................................................... 41A. Kesimpulan ........................................................................................... 41B. Saran .................................................................................................... 42
Daftar Pustaka
11
DAFTAR TABEL4.1. Jumlah Penduduk Kabupaten Manggarai Barat...................................... 264.2. Banyaknya Nelayan dan Petani Ikan di kec. Komodo............................ 284.3. Jumlah wisatawan yang berkunjung kepulau komodo ........................... 304.4. Jumlah perahu pengantar wisatawan ...................................................... 32
12
DAFTAR GAMBARGambar 3.1.Skema kerangka pikir................................................................. 20
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
“Nenek moyangku seorang pelaut”. Selogan ini seolah memperjelas
bahwa indonesia adalah negara maritim dan sebagai ladang mata pencaharian. Di
zaman kerajaan Sriwijaya laut juga dijadikan sebagai lalulintas perdagangan (Hall
dalam Kaelan 2013), bahkan sampai pada saat ini pemerintah pusat dalam hal ini
Presiden melalui Menteri Kelautan dan Perikanan getol menyosialisasikan
pentingnya menjaga dan melestarikan laut kita. Hal ini berangkat dari kesadaran
berbagai pihak bahwa laut adalah salah satu urat nadi prekonomian bangsa ini.
Laut juga sebagai salah satu instrumen penting dalam kehidupan masyarakat
karena dianggap memberikan manfat secara langsung khususnya bagi para
nelayan yang notabene sebagai penangkap ikan yang menggantungkan hidupnya
di laut meskipun di sisi lain pendapatan yang tidak menentu. Senada dengan apa
yang dirasakan oleh masyarakat di Kabupaten Manggarai Barat sebuah kabupaten
baru yang berada di ujung barat pulau Flores Nusa Tenggara Timur (NTT) dengan
luas wilayah (darat dan laut) sebesar 9.450,00 km2. Dari total luas wilayah
tersebut, 64% adalah wilayah laut (perairan) atau seluas 6.052,50 km2 (BPS
Kabupaten Manggarai Barat, 2013).
Sektor perikanan, baik perikanan tangkap maupun budidaya,
merupakan salah satu sektor penting dalam perekonomian Kabupaten Manggarai
Barat dan juga sebagai sumber mata pencaharian dari mayoritas penduduknya.
1
2
Kenyataan yang terjadi bahwa sebagian besar pemanfaatan wilayah laut (perairan)
di bagian Manggarai Barat diperuntukan sebagai pengembangan obyek wisata
bahari antara lain kawasan Taman Nasional Komodo dan pulau-pulau
disekitarnya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, nelayan adalah orang yang
mata pencaharian utamanya adalah menangkap ikan (di laut). Kehidupan nelayan
telah jamak dikenal sebagai sebuah bentuk kondisi sosial yang memprihatinkan.
Menurut data Badan Pusat Statistik tahun 2013, jumlah pendapatan per kapita
nelayan di kabupaen Manggarai Barat hanya sebesar Rp 1.117.861,- per bulan.
Hal ini menandakan bahwa tingkat kesejahteraan nelayan masih sangat rendah,,
dimana di wilayah tersebut merupakan mayoritas penduduk adalah nelayan
tradisional.
Berdasarkan pada SK Dirjen PHPA No. 74/Kpts/Dj-VI/1990 dan sesuai
dengan UU No. 5/1990 tentang Konservasi Sumberdaya Hayati dan
Ekosistemnya, pengelolaan kawasan di dalam Taman Nasional didasarkan pada
zonasi. Hal ini mengakibatkan ruang gerak yang terbatas bagi nelayan yang
melakukan penangkapan ikan. Ini dianggap merugiakan nelayan dan tentunya
berdampak pada penghasilan nelayan yang semakin berkurang. Selain itu, tidak
menentunya cuaca, kurangnya fasilitas penangkapan ikan yang memadai sampai
pada soal kelangkaan bahan bakar minyak dan kebijakan pemerintah yang
menaikan harga bahan bakar minyak yang tidak berpihak pada masyarakat kecil,
khususnya nelayan tradisional menjadi problem yang menyebabkan kurangnya
pendapatan nelayan, sedang di sisi lain tuntutan dan kebutuhan untuk menafkahi
3
keluarga semakin meningkat. hal ini menuntut para nelayan memutar otak untuk
memikirkan cara mendapatkan uang tambahan dalam memenuhi kebutuhan hidup
sehari-hari.
Manggarai Barat juga dikenal sebagai daerah pariwisata meskipun relatif
baru namun perkembangan pariwisata di Indonesia khususnya Manggarai Barat
cukup menggembirakan. Hal ini ditunjukan dengan meningkatnya jumlah
wisatawan yang berkunjung baik dalam negri maupun dari luar negri yang
melaukan kegiatan wisata.
Menurut Wasantar (2010) definisi pariwisata yaitu salah satu jenis
industri baru yang mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi dan
penyediaan lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standar hidup serta
menstimulasi sektor-sektor produktif lainnya. Selanjutnya, Pemerintah
Kabupaten sendiri dengan alasan menghasilkan pemasukan serta meningkatkan
perekonomian daerah berdasarkan keuntungan yang menjanjikan dari sektor
pariwisata maka pemerintah Kabupaten Manggarai Barat berobsesi untuk
menjadikan sektor wisata sebagai penopang utama prekonomian daerah di masa
mendatang, sejalan dengan keinginan dan kebutuhan maasyarakat. Pariwisata
dianggap sebagai sektor yang kompleks juga memberikan peluang pekerjaan baru
bagi masyarakat dewasa ini, baik dari segi indusri jasa penginapan maupun
trasportasi. Hal ini juga dianggap sebagai solusi dari kompleksitas permasalahan
yang dialami oleh para nelayan.
4
Dari uraian di atas, penulis tertarik untuk membuat penelitian dengan
judul “PENGARUH PERALIHAN PROFESI DARI NELAYAN MENJADI
PEMANDU WISATA TERHADAP PENDAPATAN MASYARAKAT DI
KABUPATEN MANGGARAI BARAT-NTT”
B. Rumusan Masalah
Dari uraian di atas, maka rumusan masalah dalam penulisan ini adalah :
Apakah dengan beralihnya profesi dari nelayan menjadi pemandu wisata ada
pengaruhnya terhadap pendapatan?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : Untuk mengetahui
apakah dengan beralihnya profesi dari nelayan menjadi pemandu wisata ada
pengaruhnya terhadap pendapatan.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang di harapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Sebagai sumbangan pemikiran kepada pemerintah daerah dalam merumuskan
statistik sosial.
2. Hasil penelitian ini dapat di gunakan sebagai tambahan dan informasi bagi
peneliti lain.
3. Menambah wawasan keilmuan bagi mahasiswa.
5
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
A. Pendapatan
Seseorang dapat dikatakan mempunyai pendapatan atau penghasilan
jika ia mampu memberikan sumbangan berupa uang yang diperoleh dari bekerja.
Menurut Lipsey dan Steiner (1991) pendapatan dapat di bagi dua yaitu:
1. Pendapatan berupa uang dari ia bekerja adalah pendapatan yang diukur
dengan unit-unit uang dalam satu bulan atau satu tahun.
2. Pendapatan sesungguhnya, ialah tenaga dari pendapatan yang berupa uang
yaitu jumlah barang-barang dan jasa yang dapat dibeli dengan pendapatan
tersebut.Pendapatan merupakan upah yang diterima seseorang yaitu berupa
sejumlah uang.Upah uang mereka terima setelah melakukan pekerjaan yang di
tugaskan selama satu bulan.
Menurut Sukirno (2006), pendapatan adalah jumlah pengahsilan yang
diterima oleh penduduk atas prestasi kerjanya selama 1 (satu) periode tertentu,
baik harian, mingguan, bulanan ataupun tahunan. Beberapa klasifikasi pendapatan
antara lain:
1. Pendapatan Pribadi, yaitu semua jenis pendapatan yang diperoleh tanpa
memberikan suatu kegiatan apapun yang diterima penduduk suatu Negara.
2. Pendapatan Dispossable, yaitu pendapatan pribadi dikurangi pajak yang harus
dibayarkan oleh para penerima pendapatan, sisa pendapatan yang siap
dibelanjakan inilah yang dinamakan pendapatan dispossable. (Menurut Sobri
1987), Pendapatan dispossablel adalah suatu jenis penghasilan yang diperoleh
seseorang yang siap untuk dibelanjakan atau dikomsumsikan. Besarnya 5
6
pendapatan dispossable yaitu pendapatan yang diterima dikurangi dengan
pajak langsung (pajak perseorangan) seperti pajak penghasilan.
3. Pendapatan Nasional, yaitu nilai seluruh barang-barang jadi dan jasa-jasa yang
diproduksikan oleh suatu Negara dalam 1 (satu) tahun.
B. Nelayan
1. Konsep nelayan
Nelayan adalah sebuah profesi layaknya petani, buruh, pilot, nahkoda atupun guru. Istilah tersebut mulai kita kenal ketika belajar di jenjang sekolah dasar. Ada beberapa pengertian tentang nelayan yaitu :a. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia nelayan adalah, orang yang mata
pencaharian utamanya menangkap ikan (di laut).
b. Nelayan (UU NO. 45/2009- Perikanan) adalah orang yang mata pencaharianya
melakukan penangkapan ikan.
c. Nelayan (Standar Statistik Perikanan) adalah orang yang secara aktif
melakukan pekerjaan dalam operasi penangkapan ikan/binatang air
lainya/tanaman air.
Orang yang melakukan pekerjaan seperti membuat jarring,
mengangkut alat-alat penangkapan ikan ke dalam perahu atau kapal motor,
mengangkut ikan dari perahu atau kapal motor, tidak dikategorikan sebagai
nelayan (Departemen Kelautan dan Perikanan).
Di Indonesia para nelayan biasanya bermukim di daerah pinggiran
pantai atau pesisir laut.Komunitas nelayan adalah kelompok orang yang bermata
pencaharian hasil laut dan tinggal di desa-desa, pantai atau pesisir (Strawidjaya,
2002). Ciri komunitas nelayan dapat dilihat dari berbagai segi, sebagai berikut:
7
1. Dari segi mata pencaharian, nelayan adalah mereka yang segala aktivitasnya
berkaitan dengan lingkungan laut dan pesisir, atau mereka yang menjadikan
sebagai mata pencaharian.
2. Dari segi cara hidup, komunitas nelayan adalah komunitas gotong royong.
Kebutuhan gotong royong dan tolong menolong terasa sangat penting pada
saat untuk mengatasi keadaan yang menuntut pengeluaran biaya besar dan
pengerahan tenaga yang banyak, seperti saat berlayar, membangun rumah atau
tanggul penahan gelombang di sekitar desa.
3. Dari segi keterampilan, meskipun pekerjaan nelayan adalah pekerjaan berat
namun pada umumnya mereka hanya memiliki keterampilan sederhana.
Kebanyakan mereka bekerja sebagai nelayan adalah profesi yang di turunkan
oleh orang tua, bukan yang di pelajari secara professional.
4. Dari bangunan stuktur sosial, komunitas nelayan terdiri atas komunitas yang
heterogen dan homogeny. Masyarakat yang heterogen adalah mereka yang
bermukim di desa-desa yang mudah dijangkau secara transportasi darat,
sedangkan komunitas yang homogen terdapat di desa-desa nelayan terpencil
biasanya menggunakan alat-alat tangkap ikan yang sederhana, sehingga
produktivitas kecil. Sementara itu kesulitan transportasi angkutan hasil ke
pasar juga akan menjadi penyebab rendahnya haraga hasil laut di daerah
mereka. (Sastrawidjaya, 2002)
2. Nelayan dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan
Masyarakat nelayan yang sampai saat ini masih merupakan tema yang
sangat menarik untuk didiskusikan. Membicarakan nelayan hampir pasti isu yang
8
telah muncul adalah masyarakat yang marjinal, miskin dan menjadi sasaran
eksploitasi penguasa baik secara ekonomi maupun secara politik. Nelayan adalah
orang yang melakukan penangkapan (budidaya) di laut dan di tempat yang masih
di pengaruhi pasang surut (Tarigan, 2000). Jadi bila ada yang menangkap ikan di
tempat budidaya ikan seperti tambak, kolam ikan, danau, sungai tidak termasuk
nelayan. Berdasarkan pendapat Tarigan tersebut nelayan dapat dibagi menjadi:
1. Nelayan penuh yaitu, nelayan tipe ini hanya memiliki satu mata pencaharian,
yaitu sebagai nelayan yang hanya menggantungkan hidupnya dengan profesi
kerjanya sebagai nelayan dan tidak memiliki pekerjaan dan keahlian selain
menjadi seorang nelayan.
2. Nelayan sambilan tambahan, nelayan tipe ini mereka menjadikan nelayan
sebagai profesi utama tetapi memiliki pekerjaan lainya untuk tambahan
penghasilan. Apabila sebagian besar pendapatan seseorang berasal dari
kegiatan penangkapan ikan ia disebut sebagai nelayan.
3. Nelayan musiman yaitu, nelayan tipe ini biasanya memiliki pekerjaan lain
sebagai sumber penghasilan, sedangkan pekerjaan sebagai nelayan hanya
untuk tambahan penghasilan
Rendahnya kualitas sumber daya manusia masyarakat nelayan yang terefleksi dalam bentuk kemiskinan sangat erat kaitanya dengan faktor internal dan eksternal masyarakat. Faktor internal misalnya pertumbuhan penduduk yang cepat, kurang berani mengambil resiko, cepat puas dan kebiasaan lain yang tidak mengandung modernisasi. Selain itu kelemahan modal usaha dari nelayan sangat dipengaruhi oleh pola pikir nelayan itu sendiri. Faktor eksternal yang mengakibatkan kemiskinan rumah tangga nelayan lapisan bawah antara lain proses produksi didominasi oleh pemilik perahu atau modal dan sifat pemasaran produksi hanya dikuasai kelompok dalam bentuk pasar monopoli (Kusnadi, 2003).
C. Pariwisata
9
Pembangunan kepariwisataan di Indonesia yang sedang dijalankan dewasa ini merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Pariwisata juga merupakan suatu komponen dari pola pengembangan dan pengembangan ekonomi suatu daerah, sehingga perencanaan dan pengembangan pariwisata harus selaras dengan perencanaan dan pembangunan daerah secara keseluruhan. Meskipun penanganan pariwisata masih relatif baru, namun perkembangan pariwisata di Indonesia cukup menggembirakan yang ditunjukkan dengan adanya kunjungan wisatawan baik dari dalam maupun luar negeri yang melakukan kegiatan pariwisata (Pokja dalam Nugroho 2011).
Arti dari istilah pariwisata belum banyak diungkapkan oleh para ahli bahasa dan pariwisata di Indonesia. Jelasnya, pariwisata berasal dari bahasa sangsakerta, terdiri dari 2 suku kata, yaitu “pari” dan “wisata”.Pari berarti banyak, sedangkan wisata berarti perjalan atau berpergian.Jadi pariwisata berarti perjalanan yang dilakukan secara berkali-kali atau berkeliling.1. Pengertian Pariwisata
Ada beberapa pengertian tentang pariwisata menurut para ahli, dimana
mereka memberikan definisi yang berbeda-beda antara lain:
a) Meyers (2009), pariwisata adalah aktivitas perjalanan yang dilakukan
sementara waktu dari tempat tinggal semula ke daerah tujuan dengan alasan
bukan untuk menetap atau mencari nafkah melainkan hanya untuk memenuhi
rasa ingin tahu, menghabiskan waktu senggang atau liburan serta tujuan-
tujuan lainnya.
b) Kodhyat (1998), pariwisata adalah perjalanan dari suatu tempat ke tempat lain,
bersifat sementara, dilakukan perorangan atau kelompok, sebagai usaha
mencari keseimbangan atau keserasiaan dan kebahagiaan dengan lingkungan
dalam dimensi sosial, budaya, alam dan ilmu.
c) Gamal (2002) pariwisata didefinisikan sebagai bentuk. Suatu proses kepergian
sementara dari seorang, lebih menuju ketempat lain di luar tempat tinggalnya.
Dorongan kepergianya adalah karena berbagai kepentingan ekonomi, sosial,
budaya, politik, agama, kesehatan maupun kepentingan lain.
10
d) Suwantoro (1997), pariwisata adalah suatu proses kepergian sementara dari
seseorang atau lebih menuju tempat lain dari luar tempat tinggalnya karena
suatu alasan dan bukan untuk melakukan kepergian yang menghasilkan uang.
2. Ekowisata
Ekowisata adalah kegiatan perjalanan wisata yang dikemas secara
professional, terlatih, dan memuat unsur pendidikan, sebagai suatu sektor usaha
ekonomi, yang mempertimbangkan warisan budaya, partisipasi dan kesejahteraan
penduduk lokal serta upaya-upaya konservasi sumber daya alam dan lingkungan
Nugroho (2011).
Pembangunan pariwisata memiliki peran signifikan dalam aspek
ekonomi, sosial, dan lingkungan. Dalam aspek ekonomi, sektor pariwisata
mengontribusi devisa dari kunjungan wisatawan. Dalam aspek sosial, pariwisata
berperan dalam penyerapan tenaga kerja, apresiasi seni, tradisi dan budaya
bangsa, dan peningkatan jati diri bangsa.Dalam aspek lingkungan, pariwisata
khususnya ekowisata dapat meningkatkan produk dan jasa wisata seperti
kekayaan dan keunikan alam dan laut.Indonesia memiliki potensi keindahan dan
kekayaan alam yang bernilai tinggi dalam pasar industri wisata alam, khususnya
ekowisata. Dari pengertian di atas ekowisata sebagai bentuk wisata yang sedang
trend, memiliki kekhususan tersendiri yaitu mengedepankan konservasi
lingkungan, pendidikan lingkungan, kesejahtaan peduduk lokal dan menghargai
budaya lokal.Taman nasional sebagai kawasan pelestarian alam yang memiliki
11
potensi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang melimpah menjadi salah
satu bagian pengembangan ekowisata.
Di Indonesia sendiri, selain bali telah diidentifikasi kurang lebih 50
tujuan ekowiata dengan karakteristik budaya dan lingkungan yang khas, di antara
yang telah berkembang baik adalah pada suku tengger di dataran tinggi Taman
Nasional Bromo Tengger Semerru, mereka selain menghasilkan hortikultura juga
memberikan jasa home stay atau pondok wisata serta pemanduan kepada
wisatawan ke sekitar wilayah taman nasional (Nugroho, 2011).
Keterlibatan masyarakat lokal dalam memperkenalkan budaya maupun
kekayaan dan keunikan alam sudah menjadi fenomena biasa yang sering terlihat
di daerah-daerah wisata yang ada di tanah air. Dalam konteks pembangunan
otonomi darerah, pemerintah daerah (Pemda) secara langsung maupun tidak
langsung juga memproleh manfaat. Secara personal masyarakat juga merasa
diuntungkan karna membuka peluang usaha baru dan tambahan pendapatan di
luar usaha yang sudah di tekuni sebelumnya.
3. Pemandu Wisata
Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat lebih mengenal istilah guide
dari pada pemandu wisata maupun pramuwisata. Guide selalu dikaitkan dengan
“orang bule,turis” (wisatawan). Setiap orang yang menemani wisatawan makan di
restaurant, mengantar wisatawan mengunjungi objek wisata, menonton
pertunjukan, belanja di souvenir shop, dan lain-lain selalu dikonotasikan sebagai
guide. Untuk itulah, pertama-tama perlu kita pahami apa dan siapa sebenarnya
pramuwisata itu. Pramuwisata (guide) pada hakekatnya adalah orang yang
12
menemani, memberikan informasi dan bimbingan serta saran kepada wisatawan
dalam melakukan aktivitas tersebut, antara lain mengunjungi objek dan atraksi
wisata, berbelanja, serta aktivitas lainya dan untuk itu ia mendapatkan imbalan
tertentu.
Menurut Yoeti (2009) pramuwisata adalah seseorang yang memberi
penerangan, penjelasan, serta petunjuk kepada wisatawan (tourist) dan travelers
lainnya, tentang segala yang hendak dilihat, disaksikan oleh wisatawan dan
travelers yang bersangkutan, bila mana mereka berkunjung pada suatu objek,
tempat atau daerah tertentu.
Pramuwisata dapat dikelompokan sesuai dengan sudut pandang
sebagai berikut:
1. Berdasarkan ruang lingkup
a. Transfer guide, yaitu pramuwisata yang kegiatannya menjemput wisatawan di
bandara, pelabuhan laut, stasiun atau terminal menuju ke hotel atau
sebaliknnya atau mengantar wisatawan dari satu hotel ke hotel lainya.
b. Walking guide/tour guide, yaitu pramuwisata yang kegiatanya memandu
wisatawan dalam satu tour.
c. Local/expert guide, yaitu pramuwisata yang kegiatanya khusus memandu
wisatawan pada suatu objek atau transaksi wisata tertentu, misalnya museum,
wisata argo, goa, gedung bersejarah dan lain-lain.
d. Driver guide yaitu, pengemudi yang sekaligus berperan sebagai pramuwisata.
Ia bertugas mengantarkan wisatawan ke objek atau atraksi wisata yang
dikehendaki sekaligus memberikan informasi yang diperlukan. Tak jarang
13
pula seorang pramuwisata pengemudi ikut turunke objek untuk memberikan
penjelasan tentang objek tersebut jika tidak ada local guide.
2. Berdasarkan status
a. payroll guide, yaitu pramuwisata yang berstatus sebagai pengawal tetap
perusahaan perjalanan dengan mendapatkan gaji tetap disamping kondisi dan
tip yang diterima dari wisatawan.
b. Part timer/freelance guide, yaitu pramuwisata yang bekerja pada suatu
perusahaan perjalanan untuk kegiatan tertentu dan dibayar untuk tiap
pekerjaan yang dilakukan, serta tidak terikat oleh suatu perusahaan perjalan
tertentu dan bebas melakukan kegiatanya sesuai permintaan wisatawan
wisatawan atau perusahaan perjalanan lain yang membutuhkannya.
c. Member of guide association, yaitu pramuwisata yang berstatus sebagai
peserta dari suatu asosiasi pramuwisata dan melakukan kegiatanya sesuai
dengan tugas yang diberikan oleh asosiasi tersebut.
d. Government official, yaitu pegawai pemerintah yang bertugas untuk
memberikan informasi kepada tamu tentang suatu aktifitas, objek, gedungg,
atau suatu wilayah tertentu..
e. Company guide, yaitu karyawan sebuah peusahaan yang bertugas
memberikaan penjelasan kepada tamu tentang aktifitas atau objek perusahaan.
3. Berdasarkan karakteristik wisatawan yang dipandu
a. Individual tourist guide, yaitu pramuwisata yang khusus memandu wisatawan
individu.
14
b. Group tour guide, yaitu pramuwisata yang memandu wisatawan rombongan.
c. Domestic tourist guide, adalah pramuwisata yang memandu wisatawan
nusantara/domestic.
d. Foreign tourist guide, yaitu pramuwisata yang memandu wisatawan
mancanegara. .
D. Kerangka pikir
Seiring berkembangnya zaman modernisai dewasa ini seolah
membawa dampak yang cukup signifikan bagi masyarakat, salah satunya ditandai
dengan semakin meningkatnya kebutuhan alat yang berbasis teknologi dalam
mendukung segala aktifitas. Tidak terkecuali bagi nelayan, dalam media massa
akhir-akhir ini sering dikemukakan tentang pencurian ikan oleh nelayan-nelayan
asing yang tentunya penyediaan teknologi serta penguasaannya jauh lebih baik
dibandingkan dengan nelayan-nelayan yang ada di tanah air yang sebagian besar
masih mengunakan alat tangkap ikan yang sederhana (tradisional) artinya
pendapatan nelayan berbeda-beda pula.
Kurangnya penyediaan alat tangkap ikan yang berbasis teknologi,
sampai pada cara pengunaanya mengindikasikan minimimnya sumber daya
manusia (SDM) dan sentuhan pemerintah dalam membantu meningkatakan
kesejahtraan nelayan kecil, sudah menjadi rahasia umum bahwa kehidupan
nelayan jauh dari kata sejahtra, berbanding terbalik dengan potensi laut yang kita
miliki, ekonomi masyarakat nelayan sejak dahulu sampai sekarang secara turun-
temurun tidak mengalami perubahan yang berarti (Tarungmingkeng, 2002). Jasa
ekowisata sebagai industri baru seakan menjadi jawaban bagi masyarakat lokal
15
khususnya nelayan itu sendiri, dengan memanfaatkan momentum tradisi, budaya
dan eksotisme lingkungan yang di kemas sebagai produk wisata yang menarik
wisatawan, dengan demikian mereka memiliki pilihan dan ragam produksi yang
tidak hanya dari usaha melaut,tetapi juga dari usaha menawarkan jasa bagi
wisatawan yang datang berkunjung ke tempat-tempat yang dianggap sebagai
objek wisata, sebagai peluang untuk mendapatkan penghasilan tambahaan
meskipun dengan hanya bermodal perahu kecil. Namun seiring berjalannya waktu
dan semakin banyaknya wisatawan yang datang berkunjung, Juga di dasari
dengan alasan penghasilan dan pekerjaan menjadi pengantar wisatawan jauh lebih
mudah untuk dilakukan maka peluang yang tadinya hanya sebatas untuk
pekerjaan sampingan sembari menunggu waktu untuk melaut berubah menjadi
profesi tetap.
Gambar Kerangka Pikir.
NELAYANPendapatan
(Tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup)1. Cuaca buruk2. Kelangkaan dan makin melonjaknya harga BBM3. Sumber daya manusia (SDM) yang kurang.Keberadaan
Taman Nasional KomodoIndustri Pariwisata/Ekowisata
Aspek Ekonomi Aspek Sosial Aspek Lingkungan
Perubahan Status Pekerjaan dan Terjadinya
Alih Profesi
16
E. HIPOTESIS
Berdasarkan latar belakang yang telah di kemukakan di atas, maka
penulis merumuskan hipotesis bahwa peralihan profesi dari nelayan menjadi
pemandu wisata mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan.
Perubahan perolehan penghasilan
PEMANDU WISATA/ PENGANTAR WISATAWAN
PENDAPATAN(Memenuhi kebutuhan hidup)
19
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Daerah penelitian adalah Kabupaten Manggarai Barat dan waktu
penelitian dimulai Mei sampai dengan Juli 2015.
B. Metode Pengumpulan Data
Adapun metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah:
1. Observasi, yaitu mengadakan pengamatan secara langsung pada lokasi/daerah
penelitian untuk mengetahui pengaruh peralihan profesi yang terjadi di daerah.
2. Wawancara, yaitu proses tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung
dengan masyarakat yang beralih profesi dari nelayan menjadi pemandu wisata.
3. Kepustakaan yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mengumpulkan
beberapa literatur sebagai landasan teoritis, yang erat kaitanya dengan
penulisan ini
C. Jenis dan Sumber Data
Dalam penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data kualitatif,
yaitu data yang diperoleh Badan Pusat Statistik Kabupaten Manggarai Barat-NTT
dan balai Taman Nasional. Sedangkan penelitian kepustakaan melalui berbagai
literatur atau referensi lainya seperti artikel-artikel dan skripsi yang berkaitan
dengan penulisan ini.
Adapun sumber data yang digunakan dalam penulisan ini bersumber dari:
19
20
1. Laporan dan survey tahunan Badan Pusat Statistik Kabupaten Manggarai Barat
(2012-2014)
2. Laporan dan survey tahunan Balai Taman Nasional Komodo (2012-2014)
D. Penentuan Populasi dan Teknik pengambilan Sampel
Populasi merupakan keseluruhan objek yang berfungsi sebagai informan
atau objek yang dapat memberikan informasi sehubungan dengan pokok
permasalahan. Menurut Arikunto (2005) “populasi diartikan seluruh objek
penelitian”. Populasi penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Manggarai Barat
yang berralih profesi dari nelayan menjadi pemandu wisata.
Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode sampel
tidak acak (non probability sampling). Metode pengambilan sampel yang
digunakan dua antara lain:
1. Accidental sampling
Accidental sampling adalah teknik penentuan sampel berdasarkan
kebetulan yaitu siapa saja secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat
digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui cocok
sebagi sumber data. Seperti dalam penelitian ini sampel sumber datanya adalah
masyarakat yang beralih profesi dari nelayan menjadi pemandu wisata.
2. Purpossive sampling
Purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu yang dipandang mempunyai keterkaitan dengan
permasalahan dalam penelitian ini.
21
E. Metode Analisis
Adapun metode analisis yang digunakan untuk melihat pengaruh
peralihan profesi dari nelayan menjadi pemandu wisata terhadap pendapatan
masyarakat adalah metode deskriptif kualitatif. Dimana teknik analisis ini
digunakan untuk menggambarkan objek atau subjek yang diteliti sesuai dengan
apa adanya, dengan tujuan menggambarkan secara sistematis, fakta dan
karakteristik objek yang diteliti secara tepat.
22
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Keadaan Gografis dan Demografi
1. Geografis
Kabupaten Manggarai Barat secara administratif merupakan bagian
provinsi Nusa Tenggara Timur, terletak paling barat di Pulau Flores. Kabupaten
Manggarai barat merupakan wilayah administratif yang tergolong baru, melalui
UU RI NO. 8 tahun 2003, menjadi wilayah otonom dengan nama Kabupaten
Manggari Barat. Sebelumnya merupakan bagian wilayah administratif Kabupaten
manggarai.
Wilayah Kabupaten Manggarai Barat terdiri dari Kecamatan Komodo
(termasuk pulau-pulau disekitarnya seperti pulau Komodo, Rinca, Mules, Longos,
serta pulau-pulau kecil lainya), Sano Nggoang, Lembor, Macang Pacar, Kuwus,
Boleng welak dengan luas wilayah 294,746 Ha. Luas daratan adalah 2.947,50
Km2 sedangkan luas wilayah lautan adalah 6.052,50 Km2.
Secara geografis Kabupaten Manggari Barat terletak diantara:
080 14’ Lintang selatan – 090 00 Lintang selatan
1190 .21’ Bujur Timur – 1200 20’ Bujur Timur
Dengan batas-batas sebagai berikut:
Timur : berbatasn dengan Kabupaten Manggarai
Barat : berbatasan dengan Selat Sape
Utara : berbatasan dengan Laut Flores
22
23
Selatan : berbatasan dengan Laut Sawu
Ketinggian Kabupaten Manggarai barat menunjukan ketinggian yang
berfariasi, yakni kelas ketinggian kurang dari 100 m dpl, 100-500 m dpl, 500-
1000 m dpl. Lebih dari 75% wilayah berketinggian diatas 100m dpl.
Kemiringan lerengnya bervariasi antara 0-2%, 2-14%, 15-40% dan diatas 40%.
Namun secara umum, wilayah bertopgrafi berbukit-bukit hingga pegunungan.
Iklim dan curah hujan tidak merata. Besarnya curah hujan tahunan rata-rata
sekitar 1500 mm/tahun, sehingga secara umum iklim bertipe tropic kering/semi
arid. Curah hujan tertinggi terdapat di pegunungan yang mempunyai ketinggian
diatas 1000 meter diatas permukaan laut, sedangkan curah hujan pada daerah-
daerah lain relative rendah.
Kabupaten Manggarai Barat banyak terdapat sumber air, baik air tanah
maupun air permukaan. Air permukaan terdiri atas 1 (satu) danau alam (vulkanik)
serta lebih dari 15 buah sungai. Dari sejumlah sungai tersebut, hanya 25% sungai
yang berair sepanjang tahun. Sedangkan air danau Sano Nggoang dengan
kandungan sulfur/belerang tinggi tidak dapat digunakan sebagai sumber air baku.
Di Kecamatan Komodo terdapat Zona khusus yaitu Taman Nasional Komodo
pada posisi antara 119o 09’00” – 119055’00” Bujur Timur dan antara 8020’00” –
8053’00” Lintang Sealatan. Luas total Taman Nasional Komodo 1,817 Km2,
termasuk 603 km2 (33%) berupa daratan dan 1,214 km2 (67%)perairan laut.
Taman Nasional Komodo meliputi Pulau Komodo (336 km2), Rinca (211 km2),
Padar (16 km2), Gili Motang (10 km2), dan Nusa Kode (7 km2). Termasuk pulau-
pulau kecil yang terletak antara selat sape di sebelah barat, selat sumba di sebelah
24
selatan, selat molo di sebelah timur, dan laut flores di utara. Zonasi Taman
Nasional Komodo didasrkan pada SK Dirjen PHPA No. 74/Kpts/Dj-VI/1990 dan
sesuai dengan UU No. 5/1990 tentang Konservasi sumberdaya Hayati dan
Ekosistemnya. (Badan Pusat Statistik Kabupaten Manggarai Barat)
2. Demografi
Terhitung sudah 12 tahun manggarai barat menjadi kabupaten,
tepatnya Pada 1 september 2003 manggarai barat resmi mencatatkan dirinya
menjadi kabupaten baru yaitu kabupaten manggarai barat dan di atur dalam UU
NO 8 2003, dengan usianya yang masih relatif mudah manggarai barat terus
membenah dan mempercantik dirinya.dengan memanfaatkan sumber daya alam
yang ada. Sebagai satu satunya daerah yang di mekarkan selama periode 15 tahun
terakhir ini untuk wilayah pulau flores, manggarai barat terus menambah deretan
angka populasi penduduk di provinsinya. Berdasarkan sensus penduduk pada
tahun 2014 total penduduk yang ada di kabupten manggarai barat sebanyak
353959, tentu ini angka yang cukup fantastis mengingat usianya yang masih
relaatif muda. Bagi pemerintah daerah setempat data ini tidak cukup mengagetkan
sebab selain di karenakan angka kelaihran yang cukup tinggi migrasi adalah
penyumbang terbanyak atas besaran angka sensus penduduk di kabupaten
manggarai barat. Pada suatu wilayah proses migrasi itu sendiri terbilang wajar
baik di kota-kota besar maupun bagi daerah yang baru di mekarkan. ini terjadi
bukan tanpa alasan, masalah ekonomi menjadi faktor penting di samping adanya
pemenuhan akan kebutuhan sumberdaya manusia.
25
Bagai masyarakat hadirnya beberapa kelompok masyarakat baru
adalah bagian dari dinamika kehidupan sosial dan bagai pemerintah sendiri adalah
konsekuensi logis yang harus di terima oleh suatu daerah, demikian pula bagi
masyarakat migran itu sendiri, penyesuaian diri menjadi penting dalam
lingkungan baru karena dengan migrasi sehingga masyarakat dalam suatu wilayah
akan menjadi beragam baik bahasa,budaya dan agama. Sebagai makhluk sosial
keberagaman tentu menjadi keharusan untuk di terima oleh setiap manusia baik
hidup dalam berkelompok maupun individu.
Tidak terkecuali bagi manggarai barat itu sendiri sebagai daerah yang
letaknya di ujung barat pulau provinsi NTT ini, sehingga menjadikannya sebagai
pintu masuk dan jalur keluar menuju kota sape-bima yang masih berada dalam
provinsi NTB dan kota kota besar lainnya sehingga tidak heran NTB menjadi
provinsi penyumbang migran terbesar yang ada di kabupaten manggarai barat.
Selain NTB, Sulawesi, Jawa dan Sumatra turut mencatatkan namanya
sebagai penyumbang migrasi, adapula masyarakat yang awalnya tinggal di
perkampungan atau dari daerah daerah yang ada di NTT itu sendiri.
Untuk mengetahui seberapa jauh pertumbuhan penduduk di kabupaten
manggarai barat, dapat kita lihat pada table berikut ini
26
Table 4.1 :Jumlah Penduduk Kabupaten Manggarai Barat Tahun 2012- 2014
NO
Kecamatan
Jumlah Penduduk
2012 2013 2014
1 Komodo 46262 52585 70122
2 Boleng 17664 19942 42174
3 Sano Nggoang 13819 14355 25031
4 Mbeliling *) 13164 13533 13876
5 Lembor 50939 34617 53816
6 Welak 19800 21795 22995
7 Lembor Selatan *) *) 25004 38265
8 Kuwus 42312 26065 27334
9 Ndoso *) *) 21549 22132
10 Macang Pacar 30275 34328 38214
Jumlah 234235 263773 353959Ket: *) Data masih tergabung dengan kecamatan induk
Sumber: dinas kependudukan dan catatan sipil kab. manggarai barat
Sampai akhir tahun 2014, jumlah penduduk Manggarai Barat
berjumlah 353.959 jiwa menyebar di 7 (kecamatan) kecamatan. Jumlah penduduk
terbesar berada di kecamatan Komodo yaitu sebesar 70.122 jiwa, sedangkan
jumlah penduduk terkecil berada di Mbeliling yaitu sebesar 13.876 jiwa. Dari data
BPS, Jumlah penduduk perempuan dan laki-laki tidak jauh berbeda, yakni
penduduk laki-laki berjumlah 182.166 orang dan jumlah penduduk wanita
berjumlah 171793. Besarnya penduduk di kecamatan Komodo pun juga tidak
terlepas dari faktor ekonomi bagi masyarakat di sana sehingga tidak heran warga
masyarakat lebih memilih untuk menetap di kecamatan komodo. Kendati
27
demikian basis prekonomian kebanyakan masyarakat yang ada di kecamatan
Komodo itu sendiri adalah nelayan dan pemandu atau pengantar wisatawan.
B. Gambaran Umum Responden
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan didapati bahwa rata-rata
umur nelayan yang beralih profesi menjadi pemandu wisata/pengantar wisatawan
yaitu 31,6 tahun. Nelayan yang beralih profesi paling muda yaitu 24 tahun, dan
yang paling tua berusia 41 tahun, Pendidikan nelayan yang beralih profesi
berfariasi, pada umumnya tinggkat pendidikan mereka SMP, hal ini di
latarbelakangi oleh rendahnya kesadaran masyarakat nelayan akan pentingnya
pendidikan selain itu faktor ekonomi. Jumlah responden dalam penelitian ini yaitu
sebanyak 20 orang
Keterlibatan nelayan dalam pengelolaan wisata bahari didorong oleh
upaya peningkatan pendapatan disaat hasil laut yang tidak menentu dengan modal
utama yang dimiliki oleh sebagian besar nelayan adalah pengetahuan dasar
pemasaran jasa wisata bahari dan pemahaman dalam kategori sedang seperti
sikap dan perilaku dalam melayani wisatawan, pemahaman tentang area wisata
dan kondisi arus laut bagi wisatawan yang ingin melakukan snorkeling. Adapun
bangunan komunikasi antara nelayan dan wisatawan mengalami hambatan
dikarenakan ketidak mampuan mereka dalam berbahasa asing namun ada pula
beberapa nelayan yang sedikit banyaknya tahu dalam mengunakan bahasa asing
meskipun tidak begitu fasih ini dikarenakan mereka sudah jauh lebih dulu malang
melintang dalam usaha penerima jasa transpotasi meski demikian tentunya mereka
tetap membutuhkan orang yang pandai berbahasa asing (guide).
28
C. Hasil dan Pembahasan
1. Masyarakat Nelayan.
Masyarakat nelayan adalah mereka yang hidup, tumbuh dan
berkembang di kawasan pesisir, yakni suatu kawasan transisi antara wilayah darat
dan laut (kusnadi 2009).
Dari beberapa kecamatan yang ada di kabupaten Manggarai Barat,
kecamatan Komodo menjadi wilayah dengan jumlah masyarakat yang berprofesi
sebagai nelayan terbesar di kabupaten manggarai barat .
Tabel 4.2 Banyaknya Nelayan dan petani ikan di kecamatan komodo 2012-2014
Tahun Nelayan
Penuh
Petani Ikan Petani Rumput Laut Jumlah
2012 3800 170 159 4129
2013 4004 1720 - 5724
2014 3917 1690 - 5607Sumber: Dinas perikanan dan kelautan kabupaten manggarai barat
Berdasarkan tabel di atas dalam jangka satu tahun terdapat
peningkatan dan penurunan jumlah nelayan penuh dan petani ikan sedangkan
petani rumput laut tidak mengalami perubahan. Pada tanun 2012 tercatat ada
sekitar 3800 nelayan penuh yang ada di kecamatan komodo dan 170 petani ikan,
159 petani rumput laut, sedangkan pada tahun 2013 mengalami peningkatan
jumlah nelayan penuh ini disebabkan minimnya ketersediaan lapangan kerja dan
pengalaman dalam dunia usaha yang terbatas sehingga pengetahuan mereka hanya
seputar membawa perahu dan menangkap ikan. Demikian pula petani ikan
29
mengalami peningkatan pada tahun yang sama disebabkan meningkatnya jumlah
nelayan penuh sehingga persaingan dalam mengolah dan mengeksport ikanpun
juga semakin tinggi, perlu untuk diketahui yang dimaksud dengan petani ikan di
sini adalah mereka yang membeli ikan mentah pada nelayan penuh kemudian
diolah sesuai dengan kebutuhan pasar. Adapun pada tahun 2014 penurunan
jumlah nelayan yang ada di kecamatan komodo di sebabkan oleh banyak faktor
antara lain dengan adanya peraturan daerah yang melarang para nelayan untuk
menangkap ikan menggunakan peralatan yang tidak standar atau menggunakan
peralatan yang justru mengakibatkan kerusakan pada biota laut sedangkan
mengingat para nelayan yang ada di kecamatan komodo tercatat hampir semua
peralatan yang di gunakan tidak memenuhi standar, penurunan nelayan penuh di
ikuti pulah dengan menurunnya jumlah petani ikan.
2. Pariwisata
Seperti yang sudah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa pariwisata
adalah aktivitas perjalanan yang dilakukan sementara waktu dari tempat tinggal
semula ke daerah tujuan dengan alasan bukan untuk menetap atau mencari nafkah
melainkan hanya untuk memenuhi rasa ingin tahu, menghabiskan waktu senggang
atau liburan serta tujuan-tujuan lainnya.
Perlu untuk kita ketahui kecamatan Komodo selain dikenal sebagai
wilayah dengan hasil lautnya juga di kenal sebagai daerah destinasi wisatawan
baik lokal maupun mancanegara, terlebih pada 27 juli 2013 hingga 14 september
2013 lalu diadakannya sail komodo atau rangkaian kegitan bahari tingkat
internasional hasil kerja sama antara sail Indonesia, Kementrian Kelautan
30
Perikanan dan Dewan Kelautan Indonesia yang di adakan di wilayah Nusa
tenggara timur tepatnya di kabupaten Manggarai Barat, dengan maksud menjadi
salah satu jembatan untuk menarik wisatawan.
Tabel 4.3 jumlah wisatawan yang berkunjung kepulau komodo 2012-2014
Bulan Tahun
2012 2013 2014
Januari 3783 6025 6755
Februari 2634 3365 3491
Maeret 3186 3777 3821
April 3217 3482 3312
Mei 3301 4504 4521
Juni 3237 4217 4471
Juli 6012 7535 7691
Agustus 6918 8925 9014
September 4623 6513 6573
Oktober 4662 5396 5947
November 4873 4439 4921
Desember 3536 5623 5991
JUMLAH 49982 63801 66508Sumber:, Balai Taman Nasional Komodo Kabupaten Manggarai Barat
Berdasarkan tabel di atas peningkatan jumlah wisatawan dari tahun ke
tahun semakin tinggi meskipun tidak begitu signifikan. Kegiatan Sail Komodo
terbukti memberikan dampak kenaikan angka kunjungan wisatawan. Pada tabel di
atas dapat di lihat pada bulan juli 2013 terhitung sebanyak 7535 wisatawan yang
datang berkunjung, kemudian pada bulan agustus sebanyak 8925 wisatawan,
31
meskipun pada bulan-bulan berikutnya mengalami peningkatan dan penurunan
jumlah wisatawan yang datang berkunjung sampai akhir tahun 2013.
Hal ini membuktikan bahwasanya setiap tahunya wisatawan yang berkunjung ke
pulau komodo baik wisatan lokal maupun manca negara terus meningkat.
Seperti yang telah dibahas di atas bahwa kabupaten Manggarai Barat
termasuk wilayah dengan 67% adalah perairan laut dan menjadi salah satu daerah
dengan ekosistem laut terbaik di indonesia, selain itu banyaknya pulau tentu
menjadi salah satu faktor pendukung bagi daerah tersebut untuk menarik penikmat
wisata bahari. Di sisi lain tentunya para wisatawan membutuhkan alat transportasi
untuk berkunjung ke tempat-tempat yang diinginkan dan bagi sebagian
masyarakat khususnya mereka yang ada di kecamatan Komodo melihat ini
sebagai salah satu peluang bisnis mengingat minimnya ketersediaan jasa
pengantar (perahu) bagi wisatawan yang ingin berkunjung kepulau pulau yang di
inginkan.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.4 jumlah perahu pengantar wisatawan di kecamatan komodo 2012-2014
Tahun
Jenisnya
Jumlah
Kecil Sedang Besar
2012 72 80 15 167
2013 107 132 36 275
2014 230 187 43 460Sumber : BPS Kabupaten Manggarai Barat
Ket : kecil: 8 -15 ton, Sedang: 16 – 50 ton, Besar : 51 ton keatas
32
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan
penyediaan jasa pariwisata (perahu) dari tahun ke tahun.
Meningkatnya jumlah ketersediaan alat transpotasi (perahu) bagi
wisatawan tentunya menjadi trend positif bagi perkembangan dalam dunia wisata
khususnya wisata bahari di Manggarai Barat, sayangnya pemerintah sendiri
belum memiliki kelengkapan dalam hal ini alat transportasi sehingga pemerintah
harus menggadeng pihak swasta untuk mengakomodir segala kebutuhan
wisatawan khususnya dalam hal menyediakan alat transportasi. Kendati demikian
ada pula calo para penyedia jasa transportasi ini yang mulanya adalah perahu-
perahu masyarakat yang difungsikan ketika malam hari untuk mencari ikan dan
pada pagi atau siang hari menerima jasa untuk mengantarkan wisatawan ke tempat
tujuan wisata meski demikian tawaran ini tidak selalu ada, mengingat mereka
hanyalah calo penyedia jasa transportasi yang secara oprasional tidak memenuhi
standar sesuai dengan yang sudah ditentukan oleh pemerintah seperti misalnya
menjamin keselamatan dan kenyamanan wisatawan dengan pemenuhan alat
keselamatan sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi di luar soal
administrasi dan perlengkapan surat-surat lainya dan tentunya perbedaan tarif
yang jauh lebih murah dibandingkan kapal-kapal dibawa naungan pihak swasta,
menjadikan para wisatawan berminat mengunkan jasa para calo transportasi tadi
sehinga profesi gandapun dilakoni para nelayan, namun lambat laun tidak sedikit
dari mereka para nelayan kemudiaan berali profesi dan sepenuhnya menjadi
penerima jasa pariwisata tentunya dengan mengikuti ketentuan-ketentuan yang
sudah diberlakukan pemerintah daerah dan bekerja sama dengan kantor-kantor
33
pihak swasta setempat yang mendata setiap kebutuhan wistawan yang ingin
berkunjung ke tempat-tempat wisata.
3. Peralihan Profesi
Peralihan profesi tentu bukan hal yang baru bagi masyarakat
Indonesia sendiri beralih profesi adalah hak priogratif, artinya secara hukum
Negara tidak mengatur tentang itu alasan pendapatan dan ketidaknyamanan dalam
bekerja rentan menjadi penyebab terjadinya peralihan profesi ini meskipun tidak
menutup kemungkinan masih banyak alasan-alasan lainnya, tidak terkecuali bagi
masyarakat nelayan yang kemudian beralih profesi menjadi pemandu wisata, saat
peneliti melakukan kujungan di lapangan peneliti berhasil mewawancari beberapa
narasumber dengan mengajukan pertanyaan seputar alasan narasumber berali
profesi, berikut kutipan wawancara peniliti bersama narasumber
“Awalmulanya sekedar hanya ikut ikutan saja, namun seiring berjalannya
waktu telah saya pikir bahwa menjadi pemandu wisata tidak lebih berat di
bandingkan menjadi seorang nelayan” (arifudin, 28 mei 2015).
“Karna pendapatannya lebih bagus dan tidak terlalu berat seperti wktu masih
menjadi nelayan” (Amir, 28 mei 2015).
Kurangnya pendapatan atau besarnya pendapatan dan penghasilan
dalam suatu pekerjaan menjadi momok tersendiri bagi masyarakat untuk
berpindah-pindah pekerjaan, tentu ini bukan suatu kebudayaan atau hobi, tuntutan
akan terpenuhinya kebutuhan menjadi pemicu, begitu pula halnya dengan
masyarakat nelayan saat peneliti mengajukan pertanyaan seputar besaran
pendapatan yang mereka dapatkan dan kurangnya pendapatan juga menjadi salah
34
satu alasan mereka untuk berali profesi adapun penjelasan narasumber seputar
pertanyaan pendapatan saat menjadi nelayan adalah sebagai berikut:
“Sewaktu saya menjadi nelayan, penghasilan yang saya dapatkan
perbulannya 2-3 juta tidak jarang pula dibawah 2-3 juta per bulan”
(junaidi,31mei 2015).
“Pendapatan yang saya dapatkan pada saat menjadi nelayan tidak menentu,
hanya sekedar untuk biyaya sehari-hari” (wardi,31 mei 2015).
Sedangkan pendapatan saat menjadi pemandu wisata meskipun
berfariasi ini di sebabkan tujuan para wisatawan atau objek wisata yang ingin
dikunjungi wisatawan juga berfariasi sesuai dengan rute perahu yang memang
sudah ditentukan oleh otoritas terkait, berikut kutipan wawancara peneliti bersama
narasumber seputar pendapatan mereka:
“Kalau untuk saya yang mempunyai perahu biasanya 2-3 juta perhari, yaa…
kalau hitungan bersihnya 1,3 juta perhari, karna untuk menutupi biayaya
seputar perlengkapan, konsumsi di perahu dan gaji sawi perahu (anak buah
kapal)” (Muh. Yakub, 10 juni 2015).
“Biasanya tergantung obyek wisata yang ingin di tuju, makin jauh obyek
wisata yang ingin di tuju makin besar pula pendapatan yang di dapatkan”
(Hafid,10 juni 2015).
Setiap masyarakat khususnya mereka yang memiliki penghasilan
sendiri tentu memiliki target-target tertentu dalam hal ini target penghasilan untuk
memenuhi kebutuhannya yang ingin mereka capai, pertanyaan seputar kepuasaan
akan kecukupan penghasilan yang mereka dapatkan tentu menjadi layak untuk
kita suguhkan kepada narasmuber, kutipan wawancara peneliti di bawa tentunya
melibatkan narasumber seorang pensiunan nelayan:
35
“Kalau di bilang cukup, ya dicukup cukupkan saja, hanya saja masih banyak
kebutuhan kebutuhan yang harrus di penuhi seperti biaya sekolah anak dan
lain-lainnya” (Sulaiman, 15 juni 2015)
Di waktu yang sama peneliti kembali mewawancarai salah seoarang
nara sumber yang berprofesi sebagai pemandu wisata dan tentunya juga adalah
pensiunan nelayan dan sesi wawancara kali ini masih seputar kecukupan dari
penghasilan yang di dapatkan. Berikut kutipan wawancara peneliti bersama
narasumber:
“Alhamdulillah cukup dan bahkan bisa memenuhi kebutuhan keluarga”
(Arman, 15 juni 2015)
Dalam proses terjadinya peralihan profesi atau berpindah pekerjaan
tentu tidak serta merta mudah untuk dilakukan, kerugian atau kurangnya
konsumen yang tertarik dengan bisnis baru yang kita tawarkan dan tak kalah
penting adalah proses penyesuaian diri yang sulit atau bahkan membutuhkan
waktu yang lama untuk beradaptasi dengan profesi baru menjadi momok
menakutkatan, bahkan bagi sebagian masyarakat memilih untuk tidak ingin
mengambil resiko. Begitu pula halnya bagi masyarakat nelayan yang berali
profesi menjadi pemandu wisata, saat salah seorang narasumber berhasil peneliti
wawancarai menjelaskan tentang kesulitan atau kendala yang di hadapi,berikut
kutipan wawancara peneliti bersama narasumber:
”Kalau saya pribadi kendalanya hanya sebatas komunikasi saja (Bahasa
Asing)” (Fadli, 17 juni 2015)
“Kurangnya ketersediaan bahan bakar (solar)” (Tono, 17 juni2015)
Sedangkan bagi mereka yang sudah terlanjur beralih profesi atau sedikit memiliki
keberanian melakukan gebrakan baru dalam berbisnis tentu mulanya berangkat
36
dari pertimbangan yang panjang dan matang, dan melihat peluang-peluang yang
kemudian berhasil dimanfaatkan dengan baik dengan penghasilan yang baik pula
sehingga mereka memilih untuk menetap dan menjalankan bisinis atau pekerjaan
yang di rasa lebih menguntungkan dan menjanjikan, dari segi kenyamanan
pekerjaan maupun dari segi penghasilan, dan kali ini kepada narasumber peneliti
akan bertanya seputar penyebab mereka memilih menetap dalam pekerjaan
barunya sebagai pemandu wisata,berikut kutipan wawancara narasumber:
“Karena keuntungan yang didapatkan jauh lebih banyak dibandingkan
menjadi nelayan” (Riki, 18 juni 2015).
“Berhubung di sisni daerah pariwisata jadi permintaan jasa pariwisata
sanagat di butuhkan, makanya saya lebih memilih menjadikannya profesi
tetap, karna pekerjaanya juga mudah untuk di lakukan” (Lukman, 18 juli
2015).
Penyediaan alat transportasi bagi wisatawan tentu merupakan peluang
bisnis yang baru. Apa lagi jika bisnis ini di anggap lebih menguntungkan sehingga
tidak heran jika banyak masyarakat ikut terlibat dalam bisnis pengadaan jasa
trasportasi bagi wisatawan ini. Tidak terkecuali bagi para masyarakat nelayan
yang sedari awal memang sudah memiliki alat transportasi laut meskipun
ukuranya tergolong kecil dan sedang, hal ini tentunya tidak menjadikan batasan
bagi mereka untuk mengikut sertakan diri sebagai penerima jasa transportasi.
seperti halnya beberapa narasuber yang berhasil peneliti wawancarai mengatakan
bahwa
“Modal saya hanya perahu kecil tapi karna banyaknya wisatawan yang mau
berkunjung ke tempat-tempat wisata saya pikir kenapa tidak di ambil saja
untuk menambah penghasilan” (sulaiman,24 mei 2015)
37
Adapun modal lain yang mereka punya di luar dari memiliki perahu
sendiri, adalah mereka sangat paham baik rute, sampai pada soal kondisi cuaca
dan tanda-tanda alam. Tentu ini, tidaklah mereka dapatkan dari bangku sekolah
maupun khursus, melainkan didapatkan dari sejak kecil, mereka dibiasakan untuk
ikut melaut oleh orang tua mereka sehingga tak perlu diragukan lagi pengetahuan
mereka soal laut, bahkan ada salah satu narasumber saya sewaktu usai wawancara
mengatakan jika ia tak ke laut untuk bekerja dengan waktu yang cukup lama,
badannya akan terasa ngilu serasa ingin sakit. Kendati demikian menjadi pemandu
atau pengantar wisatawan tentu bukan tanpa hambatan atau masalah atau bahkan
kesulitan yang dihadapi bagi wisatawan lokal maupun manca Negara tentunya
sama-sama singin mendapatkan pelayanan yang baik, kenyamanan dan
keselamatan menjadi prioritas utama bagi para wisatawan sehingga untuk
memenuhi kebutuhan parawisatawan dalam hal kenyamanan dan keselamatan
sebagai prioritas utama, penyedia jasa transportasi harus merogo kocek dalam-
dalam untuk pengadaan berbagai macam alat, hkususnya bagi pemula, ini akan di
rasa berat mengingat anggaran dibutuhkan cukup besar.
Sekalipun rute yang diperuntukan bagi mereka hanya membutuhkan
waktu tempu kurang lebih 3-6 jam saja sebab wisatawan pengguna jasa para
pensiuunan nelayan ini adalah wisatawan yang hanya sebatas ingin berkunjung
kepulu-pulau terdekat saja, namun bagi mereka menjadi nelayan atau
pemandu/pengantar wisatawan apapun profesinya sama saja sama- sama bekerja
di laut.
38
Berdasarkan hasil wawancara bersama beberapa narasumber di atas
banyaknya nelayan yang berali profesi menjadi pemandu atau pengantar
wisatawan tentunya bukan tanpa alasan selain karna adanya peluang bisnis juga
disebabkan adanya faktor lain yang mengakibatkan terjadinya peralihan profesi.
Adapun faktor yang dimaksud di sini antar lain: faktor lingkungan
faktor ekonomi, dan faktor social.
a. Faktor lingkungan
Berdasarkan penuturan beberapa narasumber, faktor lingkungan
menjadi salah satu penyebab terjadinya peralihan profesi, meningkatnya jumlah
wisatawan sangat dirasakan oleh masyarakat. Ini bisa di lihat dari tingginya
permintaan jasa pariwisata dari hari ke hari, sehingga pemerintah dan pihak
swasta sendiri selaku penyedia jasa tak jarang mengalami kesulitan untuk
mengakomodir kebutuhan para wisatawan dalam hal ini meyediakan pelayanan
jasa pariwisata. Akibatnya, beberapa wisatawan mengandalkan nelayan yang
memiliki perahu sebagai alternatif jasa transportasi, celakanya oleh pemerintah
sendiri perahu nelayan dianggap tidak memnuhi syarat sesuai dengan standar
yang di berlakukan di kapal-kapal milik pihak swasta dengan peralatan standar
internasional. Kendati demikian masih ada wisatawan lokal yang mengunakan
jasa para nelayan, sampai pada saat pemerintah mengambil jalan tengah dan
memperbolehkan perahu-perahu nelayan untuk digunakan dengan syarat
memiliki peralatan keamanan standar minimal, dengan rute yang diberlakukan
bagi perahu-perahu nelayan saat digunakan sebagai jasa transportasi tidak boleh
melewati batas-batas mil tertentu yang sudah ditentukan atau dengan kata lain
39
mereka hanya mendapat job untuk mengantarkan wisatwan yang hanya sekedar
ingin berkunjung ke pulau-pulau terdekat.
Lahirnya kebijakan ini ditangkap sebagai sinyal baik bagi nelayan
sehingga tidak heran jika sampai pada hari ini begitu banyak nelayan yang berali
profesi, dan dari penghasilan yang di miliki sebagai penerima jasa transportasi
tak sedikit pula dari mereka yang memilih untuk membongkar beberpa bagian
perahunya untuk memperbesar atau menambah kapasistas perahunya dengan
harapan agar mendapatkan job yang lebih besar,
b. Faktor ekonomi
Tingginya permintaan wisatawan terhadap jasa transportasi tentu
menjadi keuntungan tersendiri bagi nelayan yang memiliki perahu dengan ukuran
kecil maupun sedang sehingga bagi mereka tidak perlu lagi untuk mengeluarkan
anggaran yang cukup besar untuk pengadaan perahu. Keuntungan lainnya adalah
para pensiunan nelayan tidak perlu menghadirkan orang lain sebagai petunjuk
jalan ke tempat tempat yang diinginkan para wisatawan, mengingat mereka
adalah pensiunan nelayan yang tentunya sangat memahami kondisi di area
sekitar perairan kecamatan komodo seperti yang sudah dijelaskan di atas tadi,
hanya saja untuk memudahkan penyedia jasa transportasi dalam mendapatkan
wisatawan yang ingin berkunjung ke objek-objek wisata sampai pada soal
mudahnya berkomunikasi dengan tamu atau wisatawan saat dalam perjalanan
hingga transaksi kuangan di perlukan orang yang pandai berbahasa asing (guide).
Berdasarkan penelitian di lapangan perbandingan pendapatan saat
menjadi nelayan dan saat menjadi penerima jasa transportasi pun jauh berbeda
40
artinya masyarakat lebih memilih menjadi penerima jasa transportasi pariwasata
di karenakan pendapatan yang jauh lebih meningkat dibandingkan saat menjadi
nelayan dan pekerjaannya tergolong mudah untuk dilakukan.
c. Faktor sosial.
Sebagai daerah pariwisata, masyarakat tentu baik secara sadar maupun
tidak sadar terkena imbas dari perkenalan daerah sebagai destinasi wisata baru di
Indonesia, besarnya dorongan pemerintah daerah untuk mewujudkan kesejahtraan
masyarakatnya memicu lahirnya beberapa kebijakan antar lain adanya pembatasan
zonasi di wilayah-wilayah pariwisata, memngingat potensi wisata yang ada di
manggarai barat pada umumnya adalah wisata bahari dan di karenakan adanya
pembatasan zonasi tadi maka ruang gerak bagi para nelayan untuk melaut
menjadi terbatas. Terbatasnya ruang gerak para nelayan untuk melaut juga
tentunya berimbas pada pendapatan hasil laut, pendapatan hasil laut berkurang
akan berimbas pula pada faktor ekonomi nelayan sehingga mencari alternatife lain
adalah salah satu solusi tepat bagi mereka untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari,
salah satu alternatif yang di maksud adalah menjadi pengantar wisatawan atau
pmandu wisata.
41
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Berdsarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Peralihan profesi dari nelayan menjadi pemandu wisata mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap pendapatan masyarakat. Hal ini ditandai dengan
adanya peningkatan pendapatan masyarakat setelah menjadi pemandu wisata
di kabupaten Manggarai Barat-NTT
2. Peralihan profesi dari nelayan menjadi pemandu wisata disebakan oleh 3 (tiga)
faktor yaitu sebagai berikut:
a. Faktor lingkungan, dimana di kabupaten Manggarai Barat jumlah
wisatawa dari tahun ke-tahun semakin meningkat.
b. Faktor sosial, di mana adanya kebijakan pembatasan zonasi dalam wista
bahari sehingga mempersempit ruang gerak nelayan untuk melaut.
c. Faktor ekonomi, di mana faktor ini adalah yang terpenting karena
bersentuhan langsung dengan kesejahteraan masyarakat. Artinya, setelah
menjadi pemandu wisata maka pendapatan masyarakatpun bertambah.
Saran
41
42
Berdasarkan kesimpulan diatas saran yang akan diajukan dalam penelitian
ini yaitu:
Pemerintah daerah harus berperan aktif dalam membantu masyarakat nelayan
yang beralih profesi untuk lebih memahami persoalan pariwisata sampai pada
memberikan pembelajaran (kursus) bahasa asing.
DAFTAR RESPONDEN
1. Nama : ArifudinUmur : 28 tahunTingkat pendidikan : SMA
2. Nama : Muhammad YaqubUmur : 29 tahunTingkat pendidikan : SMP
3. Nama : JunaediUmur : 38 tahunTingkat pendidikan : Tidak Sekolah
4. Nama : Alfi Maisal Umur : 26 tahunTingkat pendidikan : SMA
5. Nama : WarkdiUmur : 27 tahunTingkat pendidikan : Tidak Sekolah
6. Nama : AmirUmur : 26 tahunTingkat pendidikan : SMA
7. Nama : RidwanUmur : 24 tahunTingkat pendidikan : SMA
8. Nama : HafidUmur : 29 tahunTingkat pendidikan : SMP
9. Nama : Riki HidayatUmur : 27 tahunTingkat pendidikan : SMP
10. Nama : TonoUmur : 27 tahunTingkat pendidikan : SMP
11. Nama : ArmanUmur : 28 tahunTingkat pendidikan : SMP
12. Nama : Muhammad Faisal Umur : 26 tahunTingkat pendidikan : SD
13. Nama : MaswinUmur : 24 tahunTingkat pendidikan : SMA
14. Nama : TuangUmur : 41 tahunTingkat pendidikan : SMA
15. Nama : FadliUmur : 29 tahunTingkat pendidikan : SD
16. Nama : Edy SudrajadUmur : 28 tahunTingkat pendidikan : SMA
17. Nama : Amir HamzaUmur : 27 tahunTingkat pendidikan : SMA
18. Nama : SulaimanUmur : 40 tahunTingkat pendidikan : Tidak Sekolah
19. Nama : SaddamUmur : 29 tahunTingkat pendidikan : Tidak Sekolah
20. Nama : LukmanUmur : 32 TahunTingkat pendidikan : Tidak Sekolah
PERTANYAAN
Nama :Umur :Tingkat Pendidikan :
1. Apa yang menyebabkan bapak beralih profesi menjadi pemandu wisata.?2. Berapa jumlah pendapatan bapak pada saat menjadi nelayan perbulanya3. berapa jumlah pendapatan bapak pada saat menjadi pemandu wisata.4. Apakah pendapatan bapak ketika menjadi nelayan mencukupi kebutuhan hidup
atau tidak.5. Apakah pendapatan bapak saat ini setelah beralih profesi menjadi pemandu wisata
mencukupi atau tidak.6. Apa saja kesulitan yang di hadapi ketika bapak menjadi pemandu wisata.7. Kenapa bapak menjadikan pemandu wisata sebagai profesi tetap.
Top Related