S K R I P S I
KEEFEKTIFAN PEMBERIAN AROMA TERAPI LAVENDER TERHADAP
INSOMNIA PADA LANSIA DI POSYANDU LANSIA
DESA LEBAK AYU KECAMATAN SAWAHAN
KABUPATEN MADIUN
Oleh:
IRA WIDYA KURNIA SARI
NIM: 201502057
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2019
ii
SKRIPSI
KEEFEKTIFAN PEMBERIAN AROMA TERAPI LAVENDER TERHADAP
INSOMNIA PADA LANSIA DI POSYANDU LANSIA
DESA LEBAK AYU KECAMATAN SAWAHAN
KABUPATEN MADIUN
Diajukan untuk memenuhi
Salah satu persayaratan dalam mencapai gelar
Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Oleh:
IRA WIDYA KURNIA SARI
NIM: 201502057
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2019
iii
iv
v
LEMBAR PERSEMBAHAN
Bismilahhirohmannirohim.......
Atas rahmat dan hidayahnya dari allah SWT skripsi ini dapat diselesaikan
dengan penuh perjuangan dan iringan doa. Dan dukungan dari orang-orang
tercinta, oleh karena itu, dengan rasa bangga dan bahagia saya haturkan rasa
syukur dan terimakasih daya kepada :
1. Tuhan Yang Maha Esa, karena atas karunia-nya yang begitu besar yang telah
memberikan kemudahan, kelancaran dan kekuatan yang luar biasa kepada
saya. Semoga keberhasilan ini menjadi satu langkah awal bagi saya untuk
dapat meraih cita-cita saya.
2. Bapak Dan Ibu, saya persembahkan karya sederhana ini yang saya buat
dengan sepenuh hati, sekuat tenaga dan pikiran untuk kedua orang yang saya
sayangi. Dan juga yang memberikan dukungan moril ataupun materi Serta
doa.semoga Allah SWT selalu memberikan kesehatan dan kebahagian untuk
mereka.
3. Dosen Pembimbing, untuk bapak Priyoto, S.Kep.,Ns.,M.Kes dan Ibu Retno
Widiarini, Skm.,M.,Kes yang telah memberikan bimbingan dan masukan
dalam penyusunan proposal dan skripsi dengan penuh kesabaran dan
ketelatenan. Semoga Allah memberikan balasan atas kebaikan yang telah
diberikan oleh bapak dan ibu. Dan untuk semua dosen STIKES Bhakti Husada
Mulia Madiun terimakasih yang telah mendidik dan membimbing saya selama
ini. Semogga Allah membalah semua kebaikan dan ilmu yang telah diajarkan.
4. Sahabatku tercinta, “Lusi, Annisa, Denis, Leny, Dini Kartika dan semua
Kelas B Keperawatan “, terimakasih atas bantuan kalian, penyemangat kalian
dan dukungan kalian dalam menyelesaikan skripsi ini, semoga Allah selalu
melindungi dan memberikan kesehatan untuk kalian semua Aamiin.
vi
MOTTO
“JADILAH SEPERTI KARANG DI LAUTAN YANG KUAT
DIHANTAM OMBAK DAN KERJAKANLAH HAL YANG
BERMANFAAT UNTUK DIRI SENDIRI DAN ORANG LAIN,
KARENA HIDUP HANYALAH SEKALI. INGATLAH HANYA
PADA ALLAH APAPUN DAN DIMANAPUN KITA BERADA
KEPADA DIA-LAH TEMPAT KITA MEMINTA DAN
MEMOHON”
“BERANGKAT DENGAN PENUH KEYAKINAN, BERJALAN
DENGAN PENUH KEIKLASAN, ISTIQOMAH DALAM
MENGHADAPI COBAAN. YAKIN, IKLAS, ISTIQOMAH”
vii
viii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Identitas Diri :
Nama : Ira Widya Kurnia Sari
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Tempat dan Tanggal Lahir : Madiun, 31 Agustus 1996
No. HP : 085651034016
Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan :
1. 2001– 2003 : Lulus Dari Pendidikan Tk Lebak Ayu 01
2. 2003 – 2009 : Lulus Dari Sekolah Dasar Negeri 01 Lebak Ayu
3. 2009 – 2012 : Lulus Dari Sekolah Menengah Pertama Negeri 01
Sawahan
4. 2013 – 2015 : Lulus Dari Sekolah Menengah Atas Smk
Kesehatan Aditapa Madiun
5. 2015 –2019 : STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun
Riwayat Pekerjaan : Belum pernah bekerja
ix
ABSTRAK
Keefektifan Pemberian Aroma terapi Lavender Terdahap Insomnia Pada
Lansia di Posyandu Lansia Desa Lebak Ayu Kecamatan Sawahan
Kabupaten Madiun
IRA WIDYA KURNIA SARI
201502057
Lanjut usia merupakan salah satu fase hidup yang akan dialami oleh setiap
manusia, meskipun usia bertambah dengan diiringi penurunan fungsi organ tubuh
tetapi lansia tetap dapat menjalani hidup sehat.salah satu hal paling penting adalah
merubah kebiasaan.dengan pemberian aroma terapi lavender ini untuk
mengurangi tingkat gangguan tidur pada lansia, dan Penelitian ini bertujuan untuk
membuktikan Keefektifan Pemberian Aroma terapi Lavender Terdahap Insomnia
Pada Lansia Di Posyandu Lansia Desa Lebak Ayu Kecamatan Sawahan
Kabupaten Madiun.
Desain penelitian ini mengunakan pre-eksperimen, dengan desain rancangan
yang gidunakan dalam penelitian ini adalah one group pretest-postest.Sampel
dalam penelitian ini adalah lansia yang mengalami insomnia di Posyandu Lansia
Desa Lebak Ayu Kecamatan Sawahan Kabupaten Madiun dengan jumlah 25
orang responden. Total sampling merupakan teknik pengambilan sampel dimana
jumlah sampel sama dengan populasi. Pengujian hipotesis menggunakan analisis
Data analisis dengan menggunakan ujiPaired Sampel T Test dengan derajat
kemaknaan α= 0,05 denganbantuan program SPSS versi 17.
Hasil penelitian ini menunjukkan setelah diberikan aroma terapi lavender
terhadap insomnia pada lansia Di Posyandu Lansia Desa Lebak Ayu Kecamatan
Sawahaan Kabupaten Madiun mengalami penurunan untuk gangguan insomnia
pada lansia, aroma terapi lavender dapat memberikan efek relaksasi untuk lansia
yang mengalami insomnia dan membuat keadaan tenang.
Kesimpulan dari penelitian ini Sebelum diberikan pemberian aroma terapi
lavender didapatkan diketahui bahwa pre pemberian aroma terapi lavender
didapatkan rerata 17,04, dan Setelah diberikan pemberian aroma terapi lavender
dapat diketahui bahwa pada kelompok post didapatkan rerata 9,96 yang artinya
responden mengalami penurunan tingkat insomnia
Kata kunci: Lansia, Insomnia, Aroma Terapi Lavender
x
ABSTRACT
The Effectiveness of Lavender Aromatherapy For Insomnia In Elderly At the
Elderly Community Health Care Lebak Ayu Village Sawahan District Madiun
IRA WIDYA KURNIA SARI
201502057
Elderly is one phases of life that will be experienced by every human being,
even though age increases which accompanied by decreased of their organ
function, but the elderly can still lead a healthy life. One of the most important
things is to change their habits by giving the lavender aromatherapy to reduce the
level of sleep disturbance in the elderly. The aims of this study is to prove The
Effectiveness of Lavender Aromatherapy For Insomnia In Elderly At the Elderly
Community Health Care Lebak Ayu Village Sawahan District Madiun.
This study used a pre-experiment, with one group pretest-posttest design.
The sample of this study was the elderly who experienced insomnia at the Elderly
Community Health Care Lebak Ayu Village, Sawahan District, Madiun with 25
respondents as total sample.and Total sampling is a sampling technique where the
number of samples is equal to the population. Hypothesis testing using data
analysis with Paired Sample T Test with significance level α=0.05 with SPSS
version 17 assistance.
The results of this study indicate that after giving the lavender
aromatherapy for insomnia in the elderly At the Elderly Community Health Care
Lebak Ayu Village Sawahan District Madiun has decreased insomnia in the
elderly, the lavender aromatherapy can provide a relaxing effect for the elderly
who experience insomnia and create a calm state.
The conclusion of this study before being given the scent of lavender
theraphy it was found that the pre giving of the scent of lavender therapi obtained
an average of 17,04, and after being given the scent of lavender therapy it was
know that in the post group the mean of 9,96 was obtained which meant that the
respondent experienced a devrease in insomnia.
Keywords: Elderly, Insomnia, Lavender Aromatherapy.
xi
DAFTAR ISI
Sampul Depan .......................................................................................................... i
Sampul Dalam ........................................................................................................ ii
Lembar Persetujuan ................................................................................................ iii
Lembar Pengesahan ............................................................................................... iv
Persembahan ............................................................................................................ v
Motto ...................................................................................................................... vi
Pernyataan Keasliaan Penelitian ........................................................................... vii
Daftar Riwayat Hidup .......................................................................................... viii
Abstrak ................................................................................................................... ix
Abstract .................................................................................................................... x
Daftar Isi................................................................................................................. xi
Daftar Tabel ......................................................................................................... xiv
Daftar Gambar ........................................................................................................ xv
Daftar Lampiran ................................................................................................... xvi
Daftar Singkatan ................................................................................................. xvii
Daftar Istilah....................................................................................................... xviii
Kata Pengantar ..................................................................................................... xix
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang ................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................ 6
1.3 Tujuan Penulisan .............................................................................. 6
1.3.1 Tujuan Umum .................................................................... 6
1.3.2 Tujuan Khusus ..................................................................... 6
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................... 7
1.4.1 Manfaat Teoritis ................................................................... 7
1.4.2 Manfaat Praktisi ................................................................... 7
1.5 Keaslian Penelitian ........................................................................... 8
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Insomnia Lansia ............................................................... 10
2.1.1 Pengertian Insomnia .......................................................... 10
2.1.2 Etiologi Dan Patofisiologi ................................................. 10
2.1.3 Faktor-faktor Penyebab Insomnia ...................................... 11
2.1.4 Jenis-jenis Insomnia .......................................................... 12
2.1.5 Tanda dan Gejala Insomnia ............................................... 13
2.1.6 Komplikasi Insomnia ......................................................... 14
2.1.7 Klasifikasi Insomnia ........................................................... 15
2.1.8 Penatalaksanaan Insomnia Pada Lansia.............................. 15
2.1.9 Intervensi Keperawatan Insomnia Pada Lansia .................. 16
2.1.10 Alat Ukur Insomnia ............................................................ 17
2.2 Konsep Dasar Lanjut Usia .............................................................. 23
2.2.1 Pengertian Lanjut Usia ....................................................... 23
xii
2.2.2 Batasan-batasan Lanjut Usia............................................... 25
2.2.3 Ciri-ciri Lansia .................................................................... 25
2.2.4 Tipe-tipe Lansia ................................................................. 26
2.2.5 Tugas Perkembangan Lansia .............................................. 28
2.2.6 Karakteristik Lansia ............................................................ 28
2.2.7 Proses Menua (Aging proces) ............................................. 29
2.2.8 Teori-teori Proses Menua ................................................... 30
2.2.9 Permasalahan yang Terjadi Pada Lansia ............................ 32
2.2.10 Perubahan yang Terjadi Pada Lansia .................................. 33
2.3 Konsep Aroma Terapi Lavender .................................................... 38
2.3.1 Pengertian Aroma terapi ..................................................... 38
2.3.2 Macam-macam Minyak Aroma Terapi .............................. 38
2.3.3 Mekanisme Aroma Terapi .................................................. 39
2.3.4 Manfaat Minyak Aroma Terapi .......................................... 40
2.3.5 Teknik Pemberian Aroma Terapi ....................................... 42
2.4 Kerangka Teori ............................................................................... 43
BAB 3 KERANGKA KONSEP
3.1 Kerangka Konsep ........................................................................... 47
3.1.1 Kerangka Konseptual.......................................................... 48
3.2 Hipotesa Penelitian ......................................................................... 49
BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian ............................................................................ 50
4.2 Populasi Sampel ............................................................................. 51
4.2.1 Populasi .............................................................................. 51
4.2.2 Sampel ................................................................................ 51
4.2.3 Kriteria Sampel ................................................................... 51
4.3 Teknik Sampling ............................................................................ 52
4.4 Kerangka Kerja Penelitian .............................................................. 53
4.5 Variabel Penelitian Dan Definisi Operasional Variabel ................. 54
4.5.1 Identifikasi Variabel ........................................................... 54
4.5.2 Definisi Operasional Variabel ............................................ 55
4.6 Intrumen Penelitian ........................................................................ 56
4.7 Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................................... 56
4.7.1 Lokasi Penelitian ................................................................ 56
4.7.2 Waktu Penelitian ................................................................. 56
4.8 Teknik Analisa Data ....................................................................... 57
4.8.1 Pengolahan Data ................................................................. 57
4.8.2 Analisa Data ....................................................................... 59
4.9 Etika Penelitian ............................................................................... 60
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian .............................................. 62
5.2 Hasil Penelitian ............................................................................... 63
5.2.1 Karakteristik Responden ..................................................... 63
xiii
5.3 Penyajian Data Khusus ................................................................... 65
5.3.1 Mengidentifikasi Tingkat Insomnia Pada Lansia
Sebelum Diberikan Aroma Terapi Lavender ...................... 66
5.3.2 Mengidentifikasi Tingkat Insomnia Pada Lansia
Sesudah Diberikan Aroma Terapi Lavender ...................... 66
5.3.3 Menganalisis Pengaruh Pemberian Aroma Terapi
Lavender Terhadap Insomnia Pada Laansia ...................... 67
5.4 Pembahasan .................................................................................... 68
5.4.1 Pengaruh Pemberian Aroma Terapi Lavender Terhadap
Insomnia Pada Lansia Di Posyandu Lansia Desa Lebak
Ayu Kecamatan Sawahan Kabupaten Madiun ................... 68
5.4.2 Pengaruh sesudah pemberian aroma terapi lavender
terhadap insomnia pada lansia di posyandu Lansia Desa
Lebak Ayu Kecamatan Sawahan Kabupaten Madiun ........ 73
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ..................................................................................... 77
6.2 Saran ............................................................................................... 77
Daftar Pustaka ........................................................................................................ 79
Lampiran-lampiran ................................................................................................. 81
xiv
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Tabel Halaman
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian ................................................................. 8
Tabel 4.1 Skema penelitian One Group Pretest-Posttest ........................ 50
Tabel 4.2 Definisi Operasional ............................................................... 55
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Umur ................... 63
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Jenis Kelamin ...... 64
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pendidikan ........... 64
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pekerjaan ............. 65
Tabel 5.5 Hasil Sebelum Diberikan Aroma Terapi Lavender
Terhadap Insomnia Pada Lansia di Posyandu Lansia Desa
Lebak Ayu Kecamatan Sawahan Kabupaten Madiun ............ 66
Tabel 5.6 Hasil Sesudah Diberikan Aroma Terapi Lavender
Terhadap Insomnia Pada Lansia di Posyandu Lansia Desa
Lebak Ayu Kecamatan Sawahan Kabupaten Madiun ............ 66
Tabel 5.7 Hasil Analisis Pengaruh Pemberian Aroma Terapi
Lavender Terhadap Insomnia Pada Lansia di Posyandu
Lansia Desa Lebak Ayu Kecamatan Sawahan Kabupaten
Madiun ................................................................................... 67
xv
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Gambar Halaman
Gambar 2.1 Teori Virginia Henderson (1966) ...................................... 45
Gambar 2.2 Kerangka Teori Aroma Terapi Lavender .......................... 46
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Keefektifan Pemberian Aroma
Terapi Lavender Terhadap Insomnia Pada Lansia ............ 48
Gambar 4.1 Kerangka Kerja .................................................................. 53
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Izin Pengambilan Data Awal ......................................... 81
Lampiran 2 Lembar Permohonan Menjadi Responden .............................. 84
Lampiran 3 Lembar Persetujuan Menjadi Responden ............................... 85
Lampiran 4 SOP Pemberian aroma Terapi Lavender ................................ 86
Lampiran 5 Kuesioner Insomnia Rating Scale ........................................... 87
Lampiran 6 Surat Ijin Penelitian ................................................................ 90
Lampiran 7 Hasil Tabulasi Data Responden .............................................. 91
Lampiran 8 Hasil Tabulasi Pre Pemberian Aroma Terapi Lavender ......... 92
Lampiran 9 Hasil Tabulasi Post Pemberian Aroma terapi Lavender ......... 93
Lampiran 10 Lembar Konsul ....................................................................... 94
Lampiran 11 Distribusi Frekuensi Data Umum Responden ........................ 96
Lampiran 12 Hasil Uji Normalitas ............................................................... 98
Lampiran 13 Hasil Uji Paired Sample t-test ................................................ 99
Lampiran 14 Dokumentasi Penelitian .......................................................... 100
xvii
DAFTAR SINGKATAN
WHO : World Health Organization
DINKES : Dinas kesehatan
RI : Republik Indonesia
KSPBJ-IRS : Kelompok Studi Psikiatri Biologik Jakarta- Insomnia Rating
Scale
xviii
DAFTAR ISTILAH
Insomnia indeopati : Gangguan tidur yang terjadi seumur hidup
Insomnia rating scale : Alat ukur insomnia
Insomnia : Gejala kelainan tidur
Lavendula vera officinals : Minyak aroma terapi lavender
Mentha piperita : Minyak mint
xix
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Keefektifan Pemberian Aroma Terapi Lavender Terhadap Insomnia
Pada Lansia di Posyandu Lansia Desa Lebak Ayu Kecamatan Sawahan
Kabupaten Madiun” dengan baik. Tersusunnya skripsi ini tentu tidak lepas dari
bimbingan, saran dan dukungan moral kepada penulis, untuk itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bu. Hartini, A.md.Keb selaku Kepala Posyandu Lansia Desa Lebak Ayu
Kecamatan Sawahan Kabupaten Madiun yang telah memberikan izin serta
kerja sama selama proses penelitian.
2. Zaenal Abidin, S.KM.,M.Kes (Epid) selaku ketua STIKES Bhakti Husada
Mulia Madiun.
3. Mega Arianti Putri, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku Ketua Prodi Sarjana
Keperawatan STIKes Bhakti Husada Mulia Madiun.
4. Priyoto, S.Kep., Ns., M.Kes selaku dosen pembimbing 1 yang selalu
membimbing dengan penuh kesabaran dan ketelatenan.
5. Retno Widyarini., S.KM., M.Kes selaku dosen pembimbing 2 yang selalu
membimbing dengan penuh kesabaran dan ketelatenan.
6. Segenap Jajaran Staf dan Karyawan Akademik dan Perpustakaan Stikes
Bhakti Husada Mulia Madiun yang telah banyak membantu dalam pengadaan
referensi-referensi sebagai bahan rujukan skripsi.
7. Teruntuk kedua orang tuaku yang senantiasa selalu memberikan dukungan
baik materil maupun spiritual serta do’a yang selalu mengiringi di setiap
langkahku sehingga peneliti dapat menyelesaikan pendidikan pada jenjang
perguruan tinggi.
xx
8. Teman-teman seperjuangan Program Studi S-1 Keperawatan yang tidak dapat
peneliti sebutkan satu persatu. Terimakasih atas dukungan, semangat, dan
kebersamaan yang telah terjalin begitu indah dan tak terlupakan.
9. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu. Terimakasih
atas segala bantuannya.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak
kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun selalu diharapkan demi kesempurnaan skripsi ini.
Akhir kata penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan skripsi ini dari awal sampai akhir. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Aamiin
Wassalamualaikum Wr.Wb
Madiun, 02 September 2019
Peneliti
Ira Widya Kurnia Sari
NIM. 201502057
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lanjut usia merupakan salah satu fase hidup yang akan dialami oleh
setiap manusia, meskipun usia bertambah dengan diiringi penurunan fungsi
organ tubuh tetapi lansia tetap dapat menjalani hidup sehat.salah satu hal
paling penting adalah merubah kebiasaan. Tidak hanya meningalkan
kebiasaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan, tetapi beberapa pola
hisup sehat seperti olahraga dan menjaga pola makan memang harus
dilaksanakan (PKPU Lembaga Kemanusiaan Nasional, 2015). Seiring
dengan bertambahnya usia, kebutuhan tidur pada lansia cenderung
berkurang. Lansia membutuhkan waktu tidur 6-7 jam sehari, sedangkan
pada usia dewasa waktu tidur diperlukan sekitar 7-8 jam sehari.
Lansia yang mengalami insomnia yaitu dengan pemasalahan gejala
kelainan dalam tidur berupa kesulitan berulang untuk tidur atau
mempertahankan tidur walaupun ada kesempatan untuk tidur. Gejala
tersebut biasanya diikuti dengan gangguan fungsional saat bangun.
Insomnia sering disebabkan oleh adanya suatu penyakit atau akibat adanya
permasalahan psikologis. Dalam hal ini, bantuan medias atau psikologis
diperlukan (Hariana, 2014)
Menurut organisasi kesehatan dunia, WHO (World Health
Organization) seseorang disebut lanjut usia (eldery) jika berumur 60-74
2
tahun. populasi lansia yang berusia diatas 60 tahun diperkirakan menjadi
dua kali lipat dari 11% pada tahun 2000 penduduk lansia populasinya
berjumlah 605 juta jiwa dan akan bertambah menjadi 2 miliar pada tahun
2050. tahun 2015 di indonesia sekitar 10%. Artinya kurang lebih 28 juta
dari total 238 juta penduduk indonesia menderita insomnia, 30% terjadi
pada usia lebih dari 50 tahun (lansia). Di jawa timur sebanyak 45% dari
jumlah lansia juga mengalami kesulitan tidur dimalam hari sedangkan di
Kota madiun jumlah lansia laki-laki dan permepuan berjumlah 118.560
lansia, dan di puskesmas sawahan jumlah lansia laki-laki sebanyak 1.959
dan perempuan sebanyak 2.285 lansia (Dinkes Madiun, 2019). Dari hasil
studi pendahuluan yang yang dilakukan dengan wawancara dengan lansia
yang mengalami insomnia di posyandu lansia desa lebak ayu kecamatan
sawahan kabupaten madiun di dapatkan lansia yang mengalami insomnia
sebanyak 10 lansia
Menurut penulis (Hartika,2017) dari hasil penelitian pengaruh
pemberian aroma terapi lavender di Panti Werdha Guna Budi Bhakti
Medan, maka diperoleh kesimpulan mayoritan responden ssebelum
diberikan aroma terapi lavender mayoritas penderita insomnia sdang yaitu
sebanyak 14 orang (93,33%) dan mayoritas menderita insomnia berat
sebanyak 1 orang (6,67%), setelah diberikan aroma terapi lavender
mayoritas responden mengalami insomnia ringan yaitu sebanyak 13 orang
(66,67%), sedangkan minoritas responden mengalami insomnia sedang
yaitu sebanyak 2 orang (13,33%). Berdasarkan uraian diatas dapat
3
disimpulkan pemberian aroma terapi lavender di Panti Werdha Guna Budi
Bhakti Medan pemberian aroma terapi tersebut cukup mengurangi resiko
susah tidur pada lansia, menurut saya penelitian yang dilakukan peneliti
tersebut cukup efesien untuk menurunkan insomnia pada lansia.
Berdasarkan hasil penelitian (Dian, 2018) di Wisma Cinta Kasih
pemberian aroma terapi lavender terhadap insomnia pada lansia dapat
disimpulkan frekuensi kualitas tidur lansia sebelum diberikan aroma terapi
lavender adalah 30 (100%) kualitas tidur buruk, dan frekuensi kualitas tidur
lansia sesudah diberikan aroma terapi lavender adalah 12 (40%) kualitas
tidur baik dan lansia yang mengalami insomnia berkurang. dapat
disimpulkan bahwa pemberian aroma terapi lavender pada lansia i Wisma
Cinta Kasih mengalami perubahan yang segnifikan, lansia sebelum
diberikan aroma terapi lavender mengalami susah tidur dan gelisah, dan
setelah diberikan aroma terapi lavender dengan cara minyak aroma terapi
lavender diteteskan pada tisu dan dihirupsecara inhalasi dengan frekuensi
waktu 5-10 menit, setelah dilakukan pemberian tersebut lansia yang
mengalami insomnia berkurang dan lansia didapatkan frekuensi tidur baik.
Berdasarkan hasil penelitian (Wahyu, 2017) di Panti Werdha Nirwana
Puri Samarinda pemberian aroma terapi lavender terhadap insomnia pada
lansia dapat disimpulkan lansia yang mengalami kualitas tidur sebelum
diberikan aroma terapi lavender adalah 7.42 dan setelah diberikan aroma
terapi lavender adalah 4.00. dari penelitian tersebut dapat disimpulkan
pemberian aroma terapi lavender di Panti Werdha Nirwana Puri Samarinda
4
tidak efektik karena kurangnya pengetahuan insomnia pada penyakit
insomnia maka didapatkan penelelitian tersebut kurang mengurangi resiko
insomnia pada lansia.
Insomnia merupakan gejala kelainan dalam tidur berupa kesulitan
berulang untuk tidur atau mempertahankan tidur walaupun ada kesempatan
untuk itu. Insomnia dapat menyebabkan gangguan pada kemampuan
intelektual, motivasi yang rendah, ketidakstabilan emosianal, depresi dan
insomnia pada lansia adalah berupa kelelahan, nyeri otot, memperparah
hipertensi, penglihatan menjadi kabur dan konsentrasi berkurang dan dapat
juga mengalami tidak fokus dengan adanya gangguan tidur ( insomnia )
dapat menyebabkan tidak terpenuhinya kualitas tidur pada lansi (Yuli
Aspiarini, 2014).
Dampak insomnia pada lansia dapat mengakibatkan perubahan pada
kehidupan sosial, psikologi dan fisik. Selain itu juga akan berdampak pada
ekonomi dimana hilangnya produktifitas serta biaya pengobatan pada
pelayanan kesehatan. Insomnia dapat meningkatkan resiko penyakit
generatif seperti hipertensi dan jantung, depresi dan stres juga merupakan
manifestasi dari insomnia pada lansia (Ghaddafi, 2014).
Aroma terapi adalah salah satu cara pengobatan penyakit dengan
mengunakan bau-bauan yang umumnya berasal dari tumbuh-tumbuhan serta
berbau harum,gurih dan enak yang disebut minyak isiri. Aroma terapi suatu
cara perawatan tubuh dan penyembuhan penyakit dengan minyak essensial
(essensial oil). Beberapa minyak atsiri yang umum digunakan dalam aroma
5
terapi karena sifatnya yang serbaguna diantaranya adalah Langon Kleri
(Salvia Scarea), Eukalipus (Eucalyptus Globulus), Geranium (Pelargonium
Graveolens), Lavender (Lavendula Vera Officinals), Lemon (Citrus
Linonem), Pappermint (Mentha piperita), dari minyak-minyak tersebut,
minyak Lavender merupakan minyak essensial yang paling populer (Andria,
2014).
Aroma terapi lavender juga memiliki kandungan utama yaitu linalol
asetat yang mampu mengendorkan dan melemaskan sistem kerja urat-urat
sraf dsdan otot-otot yang teggang. Menghirup lavender meningkatkan
frekuensi gelombang alfa dan keadaan ini di asosiasikan dengan bersantai
(relaksasi) sehingga dapat mengobati insomnia.
Intervensi keperawatan yang dapat diberikan pada penderita insomnia
yaitu dengan farmakologi dan non farmakologi. farmakologi bisa diberikan
terapi obat seperti obat-obatan hipnotik sedativ seperti Zolpidem, Tradoson,
Lorazepam, Fenobarbital, Klonazepam dan Amitripilin yang akan memiliki
efek samping seperti gangguan koordinasi berfikir, gangguan fungsi mental,
amnesia, ketergantungan dan bersifat racun ( Wiria, 2008). Sedangkan
Terapi non farmakologi bisa diberikan terapy aroma lavender.
Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk melakukan
penelitian tentang “Keefektifan Pemberian Aromaterapy Lavender Terdahap
Insomnia Pada Lansia Di Posyandu Lansia Desa Lebak Ayu Kecamatan
Sawahan Kabupaten Madiun”.
6
1.2 Rumusan Masalah
Apakah ada Keefektifan Pemberian Aromaterapy Lavender Terdahap
Insomnia Pada Lansia Di Posyandu Lansia Desa Lebak Ayu Kecamatan
Sawahan Kabupaten Madiun?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini adalah menganalisis efektifitas Pemberian
Aromaterapy Lavender Terdahap Insomnia Pada Lansia Di
Posyandu Lansia Desa Lebak Ayu Kecamatan Sawahan Kabupaten
Madiun.
1.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah diketahuinya:
1. Mengidentifikasi insomnia sebelum dilakukan tindakan
Pemberian Aromaterapy Lavender Terdahap Insomnia Pada
Lansia Di Posyandu Lansia Desa Lebak Ayu Kecamatan
Sawahan Kabupaten Madiun.
2. Mengidentifikasi insomnia sesudah dilakukan tindakan
Pemberian Aromaterapy Lavender Terdahap Insomnia Pada
Lansia Di Posyandu Lansia Desa Lebak Ayu Kecamatan
Sawahan Kabupaten Madiun.
3. Menganalisa keefektifan Pemberian Aromaterapy Lavender
Terdahap Insomnia Pada Lansia Di Posyandu Lansia Desa
Lebak Ayu Kecamatan Sawahan Kabupaten Madiun.
7
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat memberikan
informasi bagi pengembangan ilmu keperawatan. Dan juga
menambah wawasan dan pengetahuan khususnya di bidang gerontik
1.4.2 Manfaat Praktisi
1. Bagi Insitusi pendidikan
Untuk menambah kepustakaan di Stikes Bhakti Husada Mulia
Madiun khususnya tentang keefektifan pemberian aroma terapi
lavender terhadap insomnia pada lansia dan sebagai bahan
pertimbangan bagi mahasiswa yang akan dan sedang melakukan
penelitian kperawatan gerontik.
2. Bagi pelayanan kesehatan
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk meningkatkan
pelayanan kesehatan pada lansia di Desa Lebak Ayu Kecamatan
Sawahan Kabupaten Madiun.
3. Bagi Responden
Memberikan informasi serta pengetahuan tentang penanganan
insomnia selain mengunakan teknik farmakologi (obat), yaitu
dengan cara non farmakologis (aroma terapi lavender).
4. Bagi Masyarakat
Di harapkan masyarakat mampu mengetahui tanda dan gejala
insomnia.
8
5. Bagi Peneliti
Di harapkan peneliti mampu membuktikan secara ilmiah tentang
keefektifan pemberian aroma terapi lavender terhadap insomnia
pada lansia di posyandu lansia Desa Lebak Ayu Kecamatan
Sawahan Kabupaten Madiun.
1.5 Keaslian Penelitian
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian
No Penulis; Judul
Artikel; Tahun
Metode (Desain, Sampel,
Instrumen, Analis) Hasil Penelitian
1. P : Dian Sari
J : Pengaruh Aroma
terapi lavender
terhadap kualitas
tidur lansia di wisma
cinta kasih.
T : 2018
D : Pre-eksperimental menggunakan
one group pretst-postest design
S : 30 Responden
I : Koesioner
A : Uji T-test dependen
Terdapat pengaruh
pemberian terapi lavender
terhadap kualitas tidur pada
lansia di wisma cinta kasih
padang.
2. P : Hartika Samgryce
Siagian
J : pengaruh aroma
tarapi lavender
terhadap insomnia
pada lansia di panti
werdha guna budi
bhakti medan
T : 2018
D : one group pretest-postest
S : 13
I : koesioner
A : uji statistik wilcoxon signed
ranks test
Terdapat pengaruh
aromaterapi lavender
terhadap penurunan
insomnia pada lanjut usia
3. P : Stepany Audietha
Taulaby.
D : one group pretest-posttest Ada pengaruh pemberian
aroma terapi lavender
terhadap insomnia pada
9
No Penulis; Judul
Artikel; Tahun
Metode (Desain, Sampel,
Instrumen, Analis) Hasil Penelitian
J : pengaruh aroma
terapi lavender
terhadap lansia di
panti tresna werda
ilomata kota
gorontalo.
T : 2014
S : 15 respoden
I : Kuesioner
A : Uji Wilcoxon
lansia di pantai tresna werda
ilomata kota gorontalo.
10
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Insomnia Lansia
2.1.1 Pengertian Insomnia
Insomnia adalah salah satu fenomena umum dalam gangguan
pola tidur. Jangka panjang dapat menyebabkan menderita gejala
somatik dan perkembangan penyakit. Dan bahkan dapat
menimbulkan penyakit mental dengan dimensi (Siregar, 2011).
Insomnia pada lansia merupakan keadaan dimana individu
mengalami suatu perubahan dalam kuantitas dan kualitas pola
istirahatnya yang menyebabkan rasa tidak nyaman atau mengganggu
gaya hidup yang diinginkan. Gangguan tidur pada lansia jika tidak
segera ditangani akan berdampak serius dan akan menjadi gangguan
tidur yang kronis. Secara fisiologis, jika seseorang tidak
mendapatkan tidur yang cukup untuk mempertahankan kesehatan
tubuh dapat terjadi efek-efek seperti pelupa, konfusi dan disorientasi
(Asmadi, 2008).
2.1.2 Etioloogi dan Patofisiologi
Tidur merupakan suatu ritme biologis yang berkerja 24 jam
yang bertujuan untuk mengembalikan stamina untuk kembali
beraktivitas. Tidur dan terbangun diatur oleh batang otal, thalamus,
hypotalamus dan beberapa neurohormon dan neurotransmitter juga
11
dihubungkan dengan tidur, hasil yang diproduksi oleh mekanisme
selebral dalam batang otak yaitu seronin. Seronin ini merupakan
neurotranmiter yang berperan sangat penting dalam menginduksi
rasa kantuk, juga sebagai medula kerja otak (Guyton & Hall, 2010).
Dalam tubuh seroni diubah menjadi melatonin yang merupakan
hormone ketolamin yang diproduksi secara alami oleh tubuh.
Adanya lesi pada pusat pengatur tidur di hypotalamus juga dapat
mengakibatkan keadaan siaga tidur.
Stress juga merupakan salah satu faktor pemicu, didalam
keadaan stress atau cemas, kadar hormon ketolamin akan meningkat
dalamdarah yang akan merangsang sistem saraf simpatik sehingga
seseorang akan terus terjaga (Perry, dalamIswari & Wahyuni, 2013).
2.1.3 Faktor-faktor Penyebab Insomnia
Penyebab insomnia atau susah tidur umumnya dialami oleh
lanjut usia stres atau kecemasan dan kegelisahan yang dalam,
biasanya karena memikirkan masalah yang sedang dihadapi. Depresi
bisa menyebabkan insomnia pada lansia dan sebaliknya insomnia
bisa menyebabkan depresi.
Beberapa penyebab insomnia pada lansia :
1. Kondisi fisik
Yaitu kondisi yang menyakitkan atau tidak menyenangkan,
sindrom apnea tidur, sakit kepala atau migrain, kulit dibawah
mata tampak kehitaman.
12
2. Usia lanjut
Insomnia lebih sering terjadi pada orang berusia diatas 60 tahun.
Gangguan tidur atau insomnia pada kelompok usia lanjut cukup
tinggi, waktu normal orang tidur pada orang dewasa adalah 7-8
jam, namun bagi orang tua/lansia orang yang berusia 60 tahun
keatas durasi tidur cinderung memendek sekitar 6 jam sehari
(Prayitno, 2002).
3. Riyawat depresi/penurunan
a. Stres.
b. Suasana ramai/berisik.
c. Perubahan lingkungan sekitar.
d. Efek samping pengobatan.
4. Masalah lingkungan
Penyebab ini terkait dengan lingkungan ketika tidur, bisa seperti
suara denguran pasangan, suasana pencahayaan dikamar, tempat
tidur yang kurang nyaman, lingkungan yang ribut, dll.
2.1.4 Jenis-jenis Insomnia (Purwanto, 2008).
1. Insomnia Sementara
Yakni insomnia yang berlangsung beberapa malam dan biasanya
berhubungan dengan kejadian tertentu yang berlangsung
sementara dan biasanya menimbulkan stres dan dapat dikenali
dengan mudah lansia sendiri yaitu sulit tidur dimalam hari,
13
bangun pada malam hari, bangun lebih awal dari yang
diinginkan.
2. Insomnia Jangka Pendek
Yakni gangguan tidur yang terjadi dalam jangka waktu dua
sampai tiga minggu kedua jenis Insomnia ini biasanya
menyerang orang yang sedang mengalami stres, berada
dilingkungan yang ramai. Gejala yang dialami Insomnia jangka
pendek adalah merasa lelah setelah tidur semalam, mengantuk
seharian, cepat marah, cemas, tidur yang tidak nyenyak dan
sering terganggu pikiran seolah dipenuhi berbagai hal.
3. Insomnia Kronis
Yaitu kesulitan tidur yang dialami hampir setiap malam selama
sebulan atau lebih. Salah satu penyebab Insomnia ini ditandai
dengan sulit untuk jatuh dalam tidur, sering mudah marah dan
emosi, sering terbangun dan tidak bisa tidur lagi, terasa letih dan
mengantuk.
2.1.5 Tanda dan Gejala Insomnia
Beberap gejala bagi penderita insomnia menurut (Yates, 2004).
Adalah sebagai berikut :
1. Lansia sering tidak dapat tidur, tidur tidak nyenyak ataupun
bangun terlalu dini.
2. Lansia takut menghadapi malam hari karena susah tidur.
3. Lansia muah tersinggung dalamhal yang tidak penting.
14
4. Lansia mengkonsumsi obat tidurdalam beberapa bulan terakhir.
5. Mudah marah.
6. Meta merah.
7. Mengantuk disiang hari.
2.1.6 Komplikasi Insomnia
Komplikasi yang ditimbulkan akibat pwnyakit insomnia sebagai
berikut (Raknowledge, 2004) :
1. Penurunan konsentrasi
Pola tidur yang baik berperan penting untuk berfikir dan
berkonsentrasi. Kurang tidur dapat mempengaruhi beberapa hal.
Yang pertama adalah terganggunya kewaspadaan, konsentrasi,
penalaran dan pemecahan masalah.
2. Masalah kesehatan yang serius
Gangguan tidur dan kurang tidur kronis dapat menyebabkan
resiko serius seperti penyakit jantung, denyut jantung tidak
teratur, tekanan darah tinggi dan diabetes.
3. Kecelakaan
Kurang tidur adalah faktor bencana besar, harus diakui bahwa
kurang tidur juga berdampak pada keselamatan saat berkendara
di jalan. Kelelahan adalah penyebab utama human error dari
kecelakaan mobil, dan resikonya setara dengan mengemudi
sambil mabuk. Kurang tidur atau memiliki kualitas tidur yang
15
buruk juga dapat menyebabkan kecelakaan dan ciderai tempat
kerja.
2.1.7 Klasifikasi Insomnia
1. Insomnia Akut
Insomnia dapat dijumpai dan sebagaian besar individu sering
mengalami insomnia akut ini, dimana insomnia ini ditandai
dengan keadaan stress terhadap pekerjaan maupun masalah
hidup atau gagal ujian, teteapi tidak disertai komplikasi yang
dapat terganggu aktivitas sehari-hari.
2. Insomnia Kronik
Insomnia kronik yaitu insomnia yang dapat menganggu kualitas
hidup, gangguan mental atu fisik. Dimana penderita
insomniakronikini rawan mengalami kecelakaan akibat
insomnia yang menganggu aktivitas sehari-hari.
2.1.8 Penatalaksanaan Insomnia Pada Lansia
Ada beberapa kegiatan yang membantu mendapatkan tidur yang
higienis, menurut (Rafknowledge, 2004) :
1. Tentukan jadwal teratur untuk tidur dan bangun pagi.
2. Usahakan mendapat tidurnyang cukup, biasanya sekitar8 jam.
3. Tidurlah diruang dan tempat tidur yang sama setiap malam.
4. Jaga agar tempat tidur bebas dari bisingan dan gangguan, seperti
telepon atau televisi.
16
5. Jangan minum-minuman cafein dan minuman keras, atau
merokok.
6. Lakukan olahraga di pagi hari.
7. Cobalah untuk mendengarkan music sebelum tidur.
8. Bila anda terus menjaga di malam hari, hindari waktu yang
terang.
2.1.9 Intervensi Keperawatan Insomnia Pada Lansia
Setelah mengetahui beberapa data lansia mengalami insomnia
maka tindakan yang dapat dilakukan keluarga ataupun perawat
antara sebagai berikut (Asmadi, 2008) :
1. Tidur hanya disaat sudah mengantuk hal ini bisa mengurangi
saat-saat terjaga ditempat tidur.
2. Mandilah dengan air hangat.
3. Istirahat dan rilaks merupakan cara yang sangat baik. Tetapi
jangan berlebihan.
4. Lakukan pemijatan, guna memijat sebelum tidur supaya
menghilangkan ketegangan pada otot-otot dan memudahkan
tidur.
5. Minum susu gangat sebelum tidur dapat menengkan saraf, dan
membuat rilaks.
6. Makanlah makanan ringan, dengan sedikit makan ringan yang
rendah protein dan tinggi karbohidrat, dan kue yang
17
disantapkira-kira sejam sebelum waktu tidur, akan membantu
anda tertidur lebih segera.
7. Hindaro cofein, alkohol, dan tembakau ini sudah sangat jelas.
8. Mengongsumsi cofein, alkohol, dan tembakau dapat menganggu
usaha tidur.
9. Tidur diruangan yang berventilasi baik, udara segar dan ruangan
yang bersuhu normal memberi kontribusi pada perolehan tidur
yang baik.
10. Tidur dengan posisi yang benar tidur terlentang mungkin posisi
untuk rilaks.
11. Jaga jadwal tidur teratur.
12. Jangan tidur terlalu lama, bangunlah pada jam yang sama setiap
hari.
13. Membuat rilaks jari-jemari kaki. Keadaan tubuh yang rilaks
adalah hal yang penting untuk memperoleh tidur yang nyenyak.
2.1.10 Alat Ukur Insomnia
Alat ukur yang digunakan untuk mengukur (insomnia) dari
subjek adalah menggunakan KSPBJ-IRS (Kelompok Studi Psikiatri
Biologik Jakarta Insomnia Rating Scale). Alat ukur ini mengatur
masalah insomnia secara terperinci, misalnya masalah gangguan
masuk tidur, lamanya tidur, kualitas tidur, serta kualitas setelah
bangun. Berikut merupakan butir-butir dari KSPBJ Insomnia Rating
18
Scale dan nilai skoring dari item yang ipilih oleh subjek adalah
sebagai berikut (Siti A, 2013) :
1. Lamanya tidur
Butir ini untuk mengevaluasi jumlah jam tidur total, nilai butir
ini tergantung dari lamanya subjek tertidur dalam satu. Untuk
subjek normal tidur biasanya lebih dari 6,5 jam, sedangkan pada
penderita insomnia memiliki lama tidur lebih sedikit. Nilai yang
diperoleh untuk setiap jawaban adalah :
Nilai 0 : Untuk jawaban tidur lebih dari 6,5 jam
Nilai 1 : Untuk jawaban tidurantara 5,5-6,5 jam
Nilai 2 : Untuk jawaban tidur antara 4,505,5 jam untuk
insomnia sedang
Nilai 3 : Untuk jawaban tidur antara 4,5 jam untuk insomnia
berat
2. Mimpi
Subjek normal biasanya tidak bermimpi atau megingat bila ia
mimpi, sedangkan penderita insomnia mempunyai mimpi yang
lebih banyak. Nilai yang diperoleh untuk setiap jawaban :
Nilai 0 : Untuk jawaban tidakada mimpi
Nilai 1 : Untuk jawaban terkadang mimpi yang menyenangkan
atau mimpi biasa saja
Nilai 2 : Untuk jawaban selalu bermimpi
Nilai 3 : Untuk jawaban mimpi buruk
19
3. Kualitas tidur
Kebanyakan subjek normal tidurnya dalam, sedangkan penderita
insomnia biasanya tidur dangkal. Nilai yang diperoleh dalam
setiap jawaban :
Nilai 0 : Untuk jawaban dalam satu sulit terbangun
Nilai 1 : Untuk jawaban terhitung tidur yang baik, tetapi sulit
terbangun
Nilai 2 : Untuk jawaban terhitung tidur yang baik, teteapi
mudah terbangun
Nilai 3 : Untuk jawaban tidur dangkal, mudah terbangun
4. Masuk tidur
Subjek normal biasanya dapat tidur dalam waktu 5-15 menit
atau rata-rata kurang dari 30 menit. Penderita insomnia biasanya
lebih lama dari30 menit. Nilai yang diperoleh dalam setiap
jawaban adalah :
Nilai 0 : Untuk jawaban kurang dari ½ jam
Nilai 1 : Untuk jawaban antara ½ jam sampai 1 jam untuk
insomnia ringan
Nilai 2 : Untuk jawaban antara 1 samapi 3 jam untuk insomnia
sedang
Nilai 3 : Untuk jawaban lebih dari 3 jam untuk insomnia berat
20
5. Terbangun malam hari
Subjek normal dapat memperthankan tidur sepanjang malam,
kadang-kadang terbangun 1-2 jam kali, tetapi penderita
insomnia terbangun lebih dari 3 kali. Nilai yang diperoleh dalam
setiap jawaban :
Nilai 0 : Untuk jawaban tidak terbangun sama sekali
Nilai 1 : Untuk jawaban 1-2 kali terbangun untuk insomnia
ringan
Nilai 2 : Untuk jawaban 3-4 kali terbangun untuk insomnia
sedang
Nilai 3 : Untuk jawaban lebih deri 4 kali terbangun untuk
insomnia berat
6. Waktu untuk tertidur kembali
Subjek normal mudah sekali untuktidur kembali setelah
terbangun dimalam hari, biasanya kurang dari 5 menit ½ jam
mereka dapat tidur kembali. Penderita insomnia memerlukan
waktu panjang untuk tidur kembali. Nilai yang diperoleh dalam
setiap jawaban :
Nilai 0 : Untuk jawaban kurang dari 5/ ½ jam
Nilai 1 : Untuk jawaban antara ½- 1 jam untuk insomnia
ringan
Nilai 2 : Untuk jawaban antara 1- 3 jam untuk insomnia sedang
21
Nilai 3 : Untuk jawaban lebih deri 3jam atau tidak dapat tidur
lagi untuk insomnia berat
7. Lamanya tidur setelah bangun
Subjek normal biasanya dapat tertidur kembali setelah bangun,
sedangkan penderita insomnia tidak dapat tidur kembali atau
tidur hanya ½ jam. Nilai yang diperoleh dalam setiap jawaban :
Nilai 0 : Untuk jawaban lama tidur lebih dari 3 jam
Nilai 1 : Untuk jawaban lama tidur antara 1 – 3 jam
Nilai 2 : Untuk jawaban lama tidur ½ - 1 jam
Nilai 3 : Untuk jawaban lama tidur kurang dari ½ jam
8. Lamanya gangguan tidur terbangun pada malam hari
Subjek normal biasanya tidak mengalami gangguan tidur
terbangun malam hari atau hanya 1 malam, tetapi penderita
insomnia biasanya mengalami gangguan tidur selama 7 hari,
sebelum tergantung dari insomnianya. Nilai yang diperoleh
dalam setiap jawaban :
Nilai 0 : Untuk jawaban lama gangguan tidur terbangun dini
hari tidak sama sekali atau pagi
Nilai 1 : Untuk jawaban 2 -7 hari untuk insomnia ringan
Nilai 2 : Untuk jawaban 2 – 4 minggu untuk insomnia sedang
Nilai 3 : Untuk jawaban lama gangguan sudah lebih dari 4
minggu untuk insomnia berat
22
9. Terbangun dinihari
Subjek normal dapat bangun kapan ia ingin bangun, tetapi
penderita insomnia biasanya bangun lebih cepat (misal 1-2 jam
sebelum waktu untuk bangun). Biasanya rata-rata subjek normal
terbangun 4.30 wib. Nilai yang diperoleh dalam setiap jawaban
adalah :
Nilai 0 : Untuk jawaban bangun 4.30
Nilai 1 : Untuk jawaban bangun jam 04.00 untuk insomnia
ringan
Nilai 2 : Untuk jawaban bangun jam 3.30 dan tidak dapat tidur
lagi untuk insomnia sedang
Nilai 3 : Untuk jawaban bangun sebelum 3.30 dan tidak dapat
tidur lagi untuk insomnia berat
10. Lamanya perasaan tidak segar setiap bangun pagi
Subjek normal merasa segar setelah tidur malam hari, akan
tetapi penderita insomnia biasanya bangun segar atau lesu dan
perasaan ini biasanya di alami selama 7 hari sebulan, bahkan
berbulan-bulan tergantung berat insomnianya. Nilai yang
diperoleh dalam setiap jawabanya :
Nilai 0 : Untuk jawaban lamanya perasaan tidak segar setiap
bangun pagi tidak ada
Nilai 1 : Untuk jawaban 2- 7 hari untuk insomnia ringan
Nilai 2 : Untuk jawaban 2 -4 minggu untuk insomnia sedang
23
Nilai 3 : Untuk jawaban lama gangguan sudah lebih dari 4
minggu untuk insomnia berat
Menurut Iskandar dan Setyonegoro (1985), setelah semua nilai
terkumpul kemudian di hitung dan di golongkan kedalam tingkat
insomnia :
1. Tidak insomnia : 0-9
2. Insomnia ringan : 10-16
3. Insomnia sedang : 17-23
4. Insomnia berat : 24-30
Hasil yang didapat dihitung kemudian menghasilkan Scoring :
1. Nilai minimal : jumlah minimal mendapatkan nilai 0
2. Nilai maximal : jumlah maximal mendapatkan nilai 30
2.2 Konsep Dasar Lanjut Usia
2.2.1 Pengertian Lanjut Usia
Lanjut usia adalah fase menurunya kemampuan akal dan fisik,
yang dimulai dengan adanya beberapa perubahn dalam hidup.
Sebagaimana diketahui, ketika manusia mencapai usia dewasa, ia
akan mempunyai kemampuan reproduksi dan melahirkan anak.
Ketika kondisi hidup berubah, seseorang akan kehilangan tugas dan
fungsi ini, dan memasuki selanjutnya, yaitu usia lanjut, kemudian
meninggal.bagimanusia yang normal, siapa orangnya, tentu telah
siap menerima keadaan baru dalam setiapfase hidupnya dan
24
mencoba menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungannya
(Daemojo, 2004).
Proses menua adalah siklus kehidupan yang ditandai dengan
tahapan-tahapan menurunya berbagai fungsi organ tubuh, yang
ditandai dengan semakin rentanya tubuh terhadap berbagai serangan
penyakit yang dapat menyebabakan kematian misalnya pada sistem
kardiovaskuler dan pembuluh darah, pernafasan, pencernaan,
endokrin dan lain sebagainya. Hal tersebut disebabkan seiring
meningkatnya isia sehingga terjadi perubahan dalam struktur dan
fungsi sel, jaringan, serta sistem organ. Perubahan tersebut pada
umumnya mengaruh pada kemunduran kesehatan fisik dan psikis
yang pada akhirnya akan berpengaruh pada ekonomi dan sosial
lansia. Sehingga secara umum akan berpengaruh pada activitu of
daily living (Fatimah, 2012).
Menua atau menjadi tua adalah salah satu keadaan yang terjadi
di dalam kehidupan manusia. Proses menuamerupakan prose
sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu,
tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan
proses ilmiah yang berarti seseorang telah memalui tiga tahap
kehidupan, yaitu anak, dewasa, dam tua (Nugroho, 2012).
25
2.2.2 Batasan-Batasan Lanjut Usia
Usia yang dijadikan patokan untuk lanjut usia berdeda-beda
umumnya berkisar antara 60-65 tahun, beberapa para ahli tentang
batasan usia lansia adalah sebagai brikut :
1. Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) ada empat yaitu :
a. Usia pertengahan (middle age) usia 45-59 tahun.
b. Lanjut usia (elderly) usia 60-74 tahun.
c. Lanjut usia tua (old) usia 75-90 tahun.
d. Usia sangat tua (very old) usia >90 tahun.
2. Menurut kesehatan RI (2015) membagi lansia menjadi :
a. Kelompok menjelang usia lanjut (45-54) sebagai masa
virilitas.
b. Kelompok usia lanjut (55-65) sebagai masa presenium.
c. Kelompok usia lanjut lebih dari (65 tahun) sebagai senium.
2.2.3 Ciri-ciri Lansia
menurut Hurlock (1980) terdapat beberapa ciri-ciri orang lanjut
usia, yaitu :
1. Usia lanjut merupakan periode kemunduran
Sebagai pemicu terjadinya kemunduran pada lansia adalah
faktor fisik dan faktor psikologis. Dampak dari kondisi ini dapat
mempengaruhi psikologis lansia. Sehingga, setiap lansia
membutuhkan adanya motivasi. Motivasi berperan penting
dalam kemunduran pada lansia. Mereka akan mengalami
26
kemunduran semakin cepat apabila memiliki motivasi yang
rendah, sebaliknya jika memiliki motivasi yang kuat makan
kemunduran itu akan lama terjadi.
2. Orang lanjut usia memiliki status kelompok minoritas
Pandangan-pandangan negatif akan lansia dalam
mesyarakat sosial secara tidak langsung berdampak pada
terbentuknya status kelompok minoritas pada lansia.
3. Menua membutuhkan perubahan peran
Kemunduran yang terjadi pada lansia berdampak pada
perubahan peran mereka dalam masyarakat sosial ataupun
keluarga. Namun demikian, perubahan peran ini sebaiknya
dilakukan atas dasar keinginan sendiri bukan atas dasar tekanan
dari lingkungan.
4. Penyesuaian yang buruk pada lansia
Perilaku buruk lansia terbentuk karena perlakuan buruk
yang mereka terima, perlakuan buruk tersebut secara tidak
langsung membuat lansia cendurung mengembangkan konsep
diri yang buruk.
2.2.4 Tipe – tipe Lansia
Maryam, dkk. (2008) mengelompokan tipe lansia dalam
beberapa poin, antara lain :
27
1. Tipe arif bijaksana
Tipe ini didasarkan pada orang lanjut usia yang memiliki
banyak pengalaman, kaya dengan hikmah, dapat menyesuaikan
diri dengan perubahan zaman, mempunyai kesibukan, ramah,
memiliki kerendahan hati, sederhana, dermawan, dan dapat
menjadi panutan.
2. Tipe mandiri
Yaitu lansia dapat menyesuaikan perubahan pada dirinya.
Mereka menganti kegiatan yang hilang dengan yang baru,
selektif dalam mencari pekerjaan, dan dapat bergaul dengan
lainsia yang lainya.
3. Tipe tidak puas
Lansia yang selalu mengalami konflik lahir batin. Mereka
cinderung menentang proses penuaan sehingga menjadi
pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani,
pengkritik, dan banyak menuntut.
4. Tipe pasrah
Lansia tipe ini memiliki kecenderungan menerima dan
menunggu nasib baik, rajin mengkikuti kegiatan agama, dan
mau melakukan pekerjaan apasaja dengan ringan tangan.
5. Tipe binggung
Lansia tipe ini terbentuk akibat mereka mengalami syok
akan berubahan status dan peran. Mereka mengalami
28
keterkejutan, yang membuat lansia mengasingkan diri, minder,
menyesal, pasif, dan acuh tak acuh.
2.2.5 Tugas Perkembangan Lansia
Menurut pabila tahun 2013 kesepian lansia untuk beradaptasi
terhadap tugas perkembangan lansia dipengaruhi oleh proses tumbuh
kembang pada tahap sebelumnya. Tugas perkembangannya adalah
sebagai berikut :
1. Mempersiapkan diri untuk kondisi yang menurun.
2. Mempersiapkan diri untuk pensiun.
3. Membentuk hubungan baik dengan orang seusianya.
4. Mempersiapkan kehidupan baru.
5. Melakukan penyesuaian terhadap kehidupan masyarakat secara
santai.
6. Mempersiapkan diri untuk kematianya dan kematian pasangan.
2.2.6 Karakteristik Lansia
Menurut Pusat Data dan Informasi, Kementrian Kesehatan RI
(2016), karakteristik lansia dapat dilihat berdasarkan kelompok
berikut ini :
1. Jenis kelamin
Dalam data Kemenkes RI (2015), lansia lebih didominasi oleh
jenis kelamin perempuan. Artinya, ini menunjukan bahwa
harapan hidup paling tinggi adalah perempuan.
29
2. Status perkawinan
Berdasarkan Badan Pusat Statistik RI, SUPAS 2015, penduduk
lansia ditilik dari status perkawinannya sebagian besar berstatus
kawin (60%) dari cerai mati (37%). Adapun perincianya yaitu
lansia perempuan yang berstatus cerai mati sekitar 56,04 persen
dari keseluruhan yang cerai mati, dan lansia laki-laki yang
berstatus kawin ada 82,84 persen. Hal ini disebabkan usia
harapan hidup perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan
harapan hidup laki-laki, sehingga persentase lansia perempuan
yang berstatus cerai mati lebih banyak dibandingkan dengan
lansia laki-laki. Sebaliknya, lansia laki-laki yang bercerai
umumnya segera kawin lagi.
3. Living arrangement
Angak beban tanggungan adalah angka yang menunjukan
perbandingan banyaknya orang tidak produktif (umur<15 tahun
dan > 65 tahun) dengan orang berusia produktif (umur 15-64) .
angka tersebut menjadi cermin besarnya beban ekonomi yang
harus ditanggung penduduk usia produktif untuk membiayi
penduduk usia non produktif.
2.2.7 Proses Menua (Aging Proces)
Menjadi tua (menua) adalah suatu keadaan yang menjadi di
dalam kehidupan manusia. Proses menua adalah proses sepanjang
hidup yang tidak hanya dimulai dari satu waktu tertentu, tetapi
30
dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses
ilmiah yang berarti seseorang telah memulai tahap-tahap kehidupan
yang neonatus, toddler, pra school, school, remaja, dewasa dan
lansia. Tahapan berbeda ini dimulai baik secara biologis maupun
psikologis (Padila, 2013).
2.2.8 Teori-teori Proses Menua
Nugroho (2006) mengelompokan teori proses menua dalam dua
bidang, yakni biologi dan sisiologis. Masing-masing bidang tersebut
kemudian dipecah lagi kedalam beberapa bagian sebagai tersebut :
1. Teori biologis
a. Teori genetik clock
Teori ini merupakan teori instrinsik yang menjelaskan
bahwa ada jam biologis di dalam tubuh yang berfungsi
untuk mengatur gen dan menentukan proses penuaan.
Proses ini telah terprogram secara genetik untuk spesies-
spesies tertentu. Umumnya, di dalam inti sel setiapspesies
memiliki suatu jam genetik/jam biologis sndiri dan setiap
dari mereka mempunyai batas usia yang berbeda-beda yang
telah diputar menurut replika tertentu.
b. Teori rantai silang (cross link theory)
Teori ini menjelaskan bahwa lemak, protein, karbohidrat,
dan asam nekleat (molekul kolagen) yang bereaksi dengan
zat kimia dan radiasi, mengubah fungsu jaringan. Hal
31
tersebut menyebabkan adanya perubahan pada membran
plasma yang mengakibatkan terjadinya jaringan yang kaku,
kurang elastis, dan hilangnya fungsi pada proses menua.
c. Teori radikal bebas
Adalah radikal bebas merusak membrane sel yang
menyebabkan kerusakan dan kemunduran secara fisik.
d. Teori immunologi
Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi
zat ksusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak dapat
tahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi
lemah.
e. Teori stres adaptasi
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan
tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan
kestabilan lingkungan.
2. Teori psikososial
a. Teori intergritas ego : teori perkembangan ini
mengidentifikasi tugas-tugas yang dicapai dalam tiap tahap
perkembangan.
b. Teori stabilitas personal : kepribadian seseorang terbentuk
pada masa kanak-kanak dan tetap bertahan secara stabil,
perubahan yang radikal pada usia tua bisa jadi
mengidentifikasi penyakit otak.
32
3. Teori sosiokultural
a. Teori pembebasan : teori ini menyatakan bahwa dengan
bertambahnya usia, seseorang berangsur mulai melepaskan
diri dari kehidupan sosialnya, atau menarik diri dari
pergaulan sekitarnya.
b. Teori aktivitas : teori ini menyatakan penuaan sukses
tergantung dari bagaimana usia lanjut merasakan kepuasan
beraktifitas dan mempertahankan aktifitas tersebut selama
mungkin.
4. Teori konsekuensi fungsional
a. Teori ini mengatakan tentang konsekuensi fungsional usia
lanjut yang berhubungan dengan perubahan-perubahan
karena usia dan faktor resiko tambahan.
b. Tampa intervensi maka beberapa konsekuensi
fungsionalakan negatif, dengan intervensi menjadi positif.
2.2.9 Permasalahan yang Terjadi Pada Lansia
Menurut sunaryo (2016) berbagai permasalahan yng berkaitan
dengan pencapaian kesejahteraan lanjut usia antara lain :
1. permasalahan umum
a. makin besar jumlah lansiayang berada di bawah garis
kemiskinan
33
b. makin melemahnya nilai kekerabatan sehingga
anggotakeluarga yang berusia lanjut kurang diperhatikan,
dihargai dan dihormati.
c. Lahirnya kelompok masyarakat industri
d. Masih rendahnya kuantutas dan kualitas tenaga profesional
pelayanan lanjut usia
2. Pemasalahan khusus
a. Perdasarkan proses menua yang berakibat timbulnya
masalah baik fisik, mental maupun sosial.
b. Berkurangnya integrasi sosial lanjut usia.
c. Rendahnya produktifitas kerja lanjut usia.
d. Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah pada
tantanan masyarakat individualistik.
e. Adanya dampak negatif dari proses pembangunan yang
dapat mengganggu kesehatan fisiklansia.
2.2.10 Perubahan-perubahan yang Terjadi Pada Lansia menurut
(Azizah, 2011).
Semakin bertambahnya umur manusia, akaan terjadi proses penuaan
secara degeneratif yang akan berdampak pada perubahan-perubahan
pada diri manusia, tidak hanya perubahan fisik, tetapi juga kognitif,
perasaan, sosial dan sexual (Azizah, 2011).
34
1. Perubahan fisik
a. Sistem indra
Sistem pendengaran; prebiakusis (gangguan pada
pendengaran) oleh karena hilangnya kemampuan (daya)
pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi
suara atau tanda-tanda yang tinggi, suara yang tidak jelas,
sulit dimengerti kata-kata, 50% terjadi pada lansia usia
diatas 60 tahun.
b. Sistem integumen
Pada lansia kulit mengalami atropi, kendur, tidak elastis
kering dan berkerut. Kulit akan kekurangan cairan sehingga
terjadi tipis dan berbecak. Kekeringan kulit disebabkan
atropi grandula sebasea dan glandula sudoritera, timbul
pigmen berwarna coklat pada kulit dikenal dengan liver
spot.
c. Sistem muskuloskeletal
Perubahan sistem muskuloskeletal pada lansia antara lain
jaringan penghubung (kolagen dan elastin). Kolagen
sebagai pendukung utama kulit, tandon, tulang, kartilago
dan jaringan pengikat mengalami perubahan menjadi
bentangnya yang tidak teratur.
35
d. Kartilago
Jaringan kartilago pada persendian lunak dan mengalami
granulasi dan akhirnya permukaan sendi menjadi rata,
kemudian kemampuan kartilago untuk regenerasi berkurang
dan degenerasi yang terjadi cenderung kearah progesif,
konsekuensinya kartilago pada persendiaan menjadi rentang
terhadap gesekan.
e. Tulang
Berkurangnya kepadatan tulang setelah di obserfasi adalah
bagian dari penuaan fisiologis akan mengakibatkan
osteoporosis lebih lanjut mengakibatkan nyeri, deformitas
dan fraktur.
f. Otot
Perubahan struktur otot pada penuaan sangat berfariasi,
penurunan jumlah dan ukuran serabut otot, peningkatan
jaringan penghubung dan jaringan lemak pada otot
mengakibatkan efek negatif.
g. Sendi
Pada lansia, jaringan ikat sekitar sendi seperti tendon,
ligamen an fasia mengalami penuaan elastisitas.
2. Sistem kardiovaskuler dan Respirasi
Perubahan sisitem kardiovaskuler dan respirasi mencangkup :
36
a. Sisitem kardiovaskuler
Masa jantung bertambah, vertikel kiri mengalami hipertropi
dan kemampuan jantung berkurang karena perubahan pada
jaringan ikat dan penumpukan lipofusin dan klasifikasi sa
nude dan jaringan konduksi berubah menjadi jaringan ikat.
b. Sistem respirasi
Pada penuaan terjadi perubahan jaringan ikat paru, kapasitas
total paru tetap, tetapi volume cadangan paru bertambah
untuk mengompensasi kenaikan ruang rugi paru, udara yang
mengalir ke paru berkurang. Perubahan pada otot, kartilago
dan sendi torak mengakibatkan gerakan pernapasan
terganggu dan kemampuan peregangan toraks berkurang.
c. Pencernaan dan metabolisme
Perubahan yang terjadi pada sistem penbernaan seperti
penurunan produksi sebagai kemunduran fungsi yang nyata:
hilangnya gigi, indra pengecap menurun, rasa lapar
menurun, liver (hati) makin mengecil dan menurunya
tempat penyimpanan, berkurangnya aliran darah.
d. Sistem perkemihan
Pada sistem perkmihan terjadi perubahan yang signifikan
banyak fungsi yang mengalami kemunduran, contohnya laju
filtrasi, ekskresi, dan reabsobsi oleh ginjal.
37
e. Sistem saraf
Sistem susunan saraf mengalami perubahan anatomi dan
atropi yang progesif pada serabut daraf lansia. Lansia
pengalami penurunan koordinasi dan kemampuan dalam
melakukan aktifitas sehari-hari.
f. Sistem reproduksi
Perubahan sistem reproduksi lansia ditandai dengan
menciutnya ovary dan uterus. Terjai atropi peyudara, pada
laki-laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa,
meskipun adanya penurunan secara beransur-ansur.
3. Perubahan kognitif
a. Memory (daya ingat)
b. IQ (Intellegent Quocient)
c. Kemampuan Belajar (Learning)
d. Kemampuan Pemahaman (Comprehension)
e. Pemecahan Masalah (Problem Solving)
f. Pengambilan Keputusan (Decission Making)
g. Kebijaksanaan (Wisdom)
h. Kinerja (Performance)
i. Motivasi
38
2.3 Konsep Aroma Terapi Lavender
2.3.1 Pengertian Aroma Terapi
Lavender adalah tumbuhan pendek bercabang yang tumbuh
hingga ketinggian sekitar 60 sentimeter. Habitus semak, daun
bertulang sejajar, bungga berwarna ungu kebiruan di ujung cabang.
Bungga lavender memiliki aroma yang sangat harum (Dini Nuris
Nuraini, 2014).
Aromaterapi adalah terapi atau pengobatan dengan mengunakan
bau-bauan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, bungga, pohon yang
berbau harum dan enak. Minyak atsiri digunakajn untuk
mempoertahankan dan meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan,
seiring diganbungkan untuk menenangkan sentuhan penyembuhan
dengan sifat terapeutik dari minyak atsiri (Craig Hospital, 2013).
2.3.2 Macam-macam Minyak Aroma Terapi
Aroma terapi dapat juga didefinisikan sebagai pengunaan
terkendali esensial tanaman untuk tujuan terapeutik (Posazki et al,
2012).
1. Minyak lavender (Lavender Oil)
2. Minyak Rosemary (Rosemary Oil)
3. Minyak Tea Tree (Tea Tree Oil)
4. Minyak Geranium (Geranium Oil)
5. Minyak Peppermint
6. Minyak Jeruk Lemon (Lemon Oil)
39
7. Minyak Chamomile roman
8. Minyak Clary Sage (Clary Sage Oil)
9. Minyak ylang-ylang (Ylang-ylang Oil)
10. Minyak Eukaliptus
2.3.3 Mekanisme Aroma Terapi
Efek fisiologis dari aroma terapi dapat dibagi menjadi dua jenis
mereka yang bertindak melalui simulasi sistem saraf dan organ-
organ yang bertindak langsung pada prgan atau jaringan melalui
efektor-efektor mekanisme (Hongratanaworakit, 2014)
Aroma terapi didasarkan berdasarkan pada teori bahwa inhalasi
atau penyerapan minyak esensial memicu perubahan dalam sistem
limbik, bagian dari otak yang berhubungan engan memori dan
emosi, endokrin atau sistem kekebalan tubuh, yang mempengaruhi
denyut jantung, tekanan darah, pernafasan, aktifitas gelombang otak
dan pelepasan berbagai hormon di seluruh tubuh. Efek pada otak
dapat menjadikan tenang atau merangsang sistem saraf, serta
mungkin membantu dalam menormalkan sekresi hormon.
Menghirup minyak esensial dapat meredakan gejala pernafasan,
sedangkan aplikasi lokal minyak yang diencerkan dapat membantu
untuk kondisi tertentu. Pijat dikombinasikan dengan minyak esensial
memberikan relaksasi, serta bantuan dari nyeri, kekuatan otot dan
kejang. Beberapa minyak esensial yang diterapkan pada kulit dapat
menjadi anti mikroba, antiseptik, anti jamur, dan anti inflamasi.
40
2.3.4 Manfaat Minyak Aroma Terapi
1. Lavender
Diangap paling bermanfaat dari semua minyak atsiri. Lavender
dikenal untuk membantu meringakankan nyeri, sakit kepala,
insomnia, ketegangan dan stres (depresi) melawan kelelahan dan
mendapatkan untuk relaksasi, merawat agar tidak tidak infeksi
paru-paru, sinus, termasuk jamur vaginal, radang tenggorokan,
asma, kista dan peradangan lain. Meningkatkan daya tahan
tubuh, regenerasi sel, luka terbuka, infeksi kulit dan sangat
nyaman untuk kulit bayi.
2. Jasmine
Pembangkit gairah cinta, baik untuk kesuburan wanita,
mengobati impotensi, anti depresi, pegal linu, sakit menstruasi
dan radang selaput lendir.
3. Orange
Baik untuk kulit berminyak, kelenjar getah bening tak lancar,
debar jantung tak teratur dan tekanan darah tinggi.
4. Papermint
Membasmi bakteri, virus dan parasit yang bersarang di
pencernaan. Melancarkan penyumbatan sinus dan paru,
mengaktifkan produksi minyak dikulit, menyembuhkan gatal-
gatal karena kadas/kurap, herpes, kudis karena tumbuhan
beracun.
41
5. Rosemary
Salah satu aroma yang manjur memperlancar peredaran darah,
menurunkan kolestrol, mengendorkan otot, reumatik,
menghilangkan ketombe, kerontokan rambut, membasmi
mengatasi kulit kusam sampai dilapisan terbawah, mencegah
kulit kering, berkerut yang menampakan urat-urat kemerahan.
6. Sandalwood
Menyembuhkan infeksi saluran kencing dan alat kelamin,
mengobati radang dan luka bakar, masalah tenggorokan,
membantu mengatasi sulit tidur dan menciptakan ketenangan
hati.
7. Green tea
Berberan sebagai tonik kekebalan yang baik mengobati penyakit
paru-patu, alat kelamin, vagina, sinus, infeksi mulut, infeksi
jamur, cacar air serta melindungi kulit karena radiasi bakar
selama tearpi kanker.
8. Kenanga (ylang-ylang)
Bersifat menenangkan, melegakan sesak nafas, berfungsi
sebagai tonik rambut sekaligus untuk pembangkit rasa cinta.
9. Lemon
Selain baik untuk kulit berminyak, berguna pula sebagai zat
antioksidan, antiseptik, melawan virus dan infeksi bakteri,
mencegah hipertensi, kelenjar hati dan limpa yang tersumbat,
42
memberbaiki metabolisme, menunjang system kekebalan tubuh
serta memperlambat kenaikan berat badan.
10. Kamboja (Frangipani)
Bermanfaat untuk pengobatan gangguan pencernaan, radang
hati, radang saluran nafas, jantung berdebar, TBC, cacingan,
sembelit, kencing nanah, beri-beri, sakit gigi dan dapat juga
digunakan untuk meditasi dan memberikan suasan hening yang
mendalam.
11. Vanilla
Dengan aroma yang lembut dan hangat mampu menenangkan
pikiran.
2.3.5 Teknik Pemberian Aroma Terapi
Menurut (Craig Hospital, 2013) ada beberapa pemberian aroma
terapi yang bisa digunakan dengan cara :
1. Inhalasi
Biasanya dianjurkan untuk masalah dengan pernafasan dan
dapat dilakukan dengan menjatuhkan beberapa tetes minyak
esensial ke dalam mangkuk air mengepul. Uap tersebut
kemudian dihirup selama beberapa saat, dengan efek yang
ditingalkan dengan menempatkan handukdiatas kepala dan
mangkuk sehingga membentuk tenda untuk menangkap udara
yang dilembabkan dan bau.
43
2. Massage/pijat
Mengunakan minyak esesial aromatik dikombinasikan dengan
minyak dasar yang dapat menenangkan atau merangsang.
Tergantung pada minyak yang digunakan, pijat minyak esensial
dapat diterapkan ke area masalah tertentu atau keseluruh tubuh.
3. Difusi
Digunakan untuk menenangkan saraf atau mengobati beberapa
masalah pernafasan an dapat dilakukan dengan penyembprotan
senyawa yang mengandung minyak ke udara dengan caea yang
sama dengan freshener. Hal ini juga dapat dilakukan dengan
menempatkan beberapa tetes minyak esensial dalam difuser dan
menyalakan sumber panas. Duduk dalam jarak tiga kaki dari
difuser, pengobatan biasanya berlangsung sekitar 30 mkenit.
4. Kompres
Panas atau dingin mengandung minyak esensial dapat digunakan
untuk nyeri otot dan segala nyeri, memar dan sakit kepala.
5. Perendaman
Mandi yang mengandung minyak esensial dan berlangsung
selama 10-20 menit yang direkomendasikan untuk masalah kulit
dan menenangkan saraf.
2.4 Kerangka Teori
Virginia Henderson memperkenalkan definition of nursing (definisi
keperawatan). Definisi mengenai keperawatan dipengaruhi oleh latar
44
belakang pendidikanya. Ia mengatakan bahwa definisi keperawatan harus
menyertakan prinsip keseimbangan fisiologis. Definisi ini dipengaruhi oleh
persahabatan Henderson dengan seorang ahli fisiologis bernama Atackpole.
Heardeson sendiri kemudian mengemukakan sebuah definisi keperawatan
yang ditinjau dari sisi fungsional. Menurutnya, tugas unik perawat adalah
membantu individu, baik dalam keadaan sakit maupun sehat, melalui
upayanya melaksanakan berbagai aktivitas guna mendukung kesehatan dan
penyembuhan individu atau proses meninggal dengan damai, yang dapat
dilakukan secara mandiri oleh individu saat ia memiliki kekuatan,
kemampuan, kemauan, atau pengetahuan untuk itu (Priyoto, 2018)
Kebutuhan dasar manusia terdiri dari 14 komponen yang merupakan
komponen penanganan perawatan (Priyoto, 2018)
1. Bernafas secara normal
2. Makan dan minum dengan cukup.
3. Membuang kotoran tubuh.
4. Bergerak dan menjaga posisi yang diinginkan.
5. Tidur dan istirahat.
6. Memilih pakaian yang sesuai.
7. Menjaga suhu tubuh tetap dalam batas normal dengan menyesuaikan
pakaian dan mengubah lingkungan.
8. Menjaga tubuh tetap bersih dan terawat serta melindungi integumen.
9. Menghindari bahaya lingkungan yang bisa melukai.
45
10. Berkomunikasi dengan orang lain dalam mengungkapkan emosi,
kebutuhan, rasa takut, atau pendapat.
11. Beribadah sesuai keyakinan.
12. Berkerja dengan tata cara yang mengandung unsur prestasi.
13. Bermain atau terlibat dalam berbagai kegiatan rekreasi.
14. Belajar mengetahui atau memuaskan rasa penasaran yang menuntun
pada perkembangan moral dan kesehatan serta mengunakan failitas
yang tersedia.
Gambar 2.1 Teori Virginia Henderson (1966)
Keperawatan
Individu Dapat melakukan
aktivitas sehari-
hari
Melakukan
kegiatan :
a. Kenyamanan
b. prefentif
Melalui pelaksanaan
aktifitas kehidupan,
menyamankan dan
komponen ketergantungan
keperawatan agar klien
Koping
terhadap
ketergantunga
n esensial.
Pemulihan
kesehatan
Kehidupan dan
kesehatan
46
Teori keperawatn menurut Virgenia Handerson (1966) individu
melakukan kegiatan kenyamanan dan prefentif dengan melalui pelaksanaan
aktivitas kehidupan, menyamankan dan komponen ketergantungan
keperawatan agar klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dan kegiatan
tersebut juga dapat mempengaruhi kehidupan dan kesehatan, pemulihan
kesehatan dan koping terhadap ketergantungan esensial.
Gambar 2.2 Kerangka Teori Penelitian
Faktor-faktor penyebab
insomnia :
Faktor internal :
a. Usia lanjut.
b. Stres
Faktor eksternal :
a. Suasana
ramai/berisik.
b. Perbedaan suhu.
c. Perubahan
lingkungan
sekitar.
insomnia
Terapi non farmakologis
a. Usahakan mendapat
tidur yang cukup.
b. Hindari tempat tempat
tidur dari kebisingan.
c. Jangan minum-minuman
cofein,alkohol.
d. Hindari merokok
e. Tentukan jadwal tidur
yang teratur.
f. Aroma terapi lavender
Terapi farmakologi
a. Zolpidem
b. Tradoson
c. Lorazepam
d. Fenobarbital
e. Klonazepam
f. Amitripilin
Gangguan tidur
menurun
47
BAB 3
KERANGKA KONSEP
3.1 Kerangka Konsep
Kerangka konseptual adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan
atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainya, atau antara
variabel yang satu dengan variabel yang lain dari masalah yang diteliti
(Notoatmodjo, 2012).
Kerangka konseptual adalah menjelaskan secara teoritis model
konseptual variabel-variabel penelitian, tentang bagaimana peraturan teori-
teori yang berhebungan dengan variabel-variabel penelitian yang diteliti,
yaitu variabel bebas atau terikat (Iskandar, 2008).
48
3.1.1 Kerangka Konseptual
Keterangan :
: Tidak diteliti : Berhubungan
: Diteliti : Mempengaruhi
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Keefektifan Pemberian Aroma Terapi
Lavender Terhadap Insomnia Pada Lansia.
Lansia dalam hal ini sering mengalami insomnia, faktor-faktor yang
mempengaruhi insomnia terbagi menjadi dua yaitu, faktor internal dan
eksternal. Faktor internal mempengaruhi usia lanjut dan tingkat
kecemasan/stress, sedangkan faktor eksternal yaitu meliputi suasana ramai,
perbedaan suhu, perubahan lingkungan sekitar, jadwal tidur dan bangun
Faktor yang mempengaruhi
insomnia :
Faktor internal
a. Lanjut Usia
b. Stres dan cemas.
Faktor eksternal
a. Suasana ramai/berisik.
b. Perbedaan suhu.
c. Perubahan lingkungan
sekitar.
d. Jadwal tidur dan bangun
yang tidak teratur.
e. Efek samping obat.
Insomnia Penurunan
Insomnia
Terapi non farmakologi
a. Usahakan mendapat
tidur yang cukup.
b. Hindari tempat tempat
tidur dari kebisingan.
c. Jangan minum-
minuman
cofein,alkohol.
d. Hindari merokok
e. Tentukan jadwal tidur
yang teratur.
f. Aroma Terapi
Lavender
Terapi farmakologi
a. Zolpidem b. Tradoson c. Lorazepam d. Fenobarbital e. Klonazepam f. Amitripilin
49
tidak teratur, efek samping obat. Penatalaksanaan insomnia yaitu dengan
terapi farmakologi dan non-farmakologi. Terapi farmakologi bisa
diberikan obat sebagai seperti Zolpidem, Tradoson, Lorazepam,
Fenobarbital, Klonazepam, Amitripilin, dan sedangkan terapi non-
farmakologi bisa diberikan seperti, usahakan mendapat waktu tidur yang
cukup, hindari tempat tidur dari kebisingan, jangan minum-minuman
cofein dan alkohol, menghindari merokok, tentukan jadwal tidur yang
teratur, olahraga yang cukup. Peneliti memilih keefektifan pemberian
aroma terapi lavender terhadap insomnia pada lansia.
3.2 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka konseptual penelitian maka Hipotesa yang
diajukan dalam penelitian ini adalah :
H1 : Ada pengaruh pemberian aroma terapi lavender terhadap insomnia
pada lansia.
50
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Jenis penelitian ini mengunakan pre-eksperimen, dengan desain
rancangan yang gidunakan dalam penelitian ini adalah one group pretest-
postest.pada desain ini tidak ada kelompok pembanding (kontrol). Satu
kelompok adalah kelompok perlakuan. Sebelum perlakuan pada kelompok
perlakuan dilakukan pengukuran awal (pre test) untuk menentukan
kemampuan atau nilai awal responden sebelum (uji coba). Selanjutnya pada
kelompok perlakuan dilakukan intervensi sesuai dengan protocol uji coba
yang direncanakan. Selain perlakuan dilakukan pengukuran akhir (post test)
pada kelompok perlakuan untuk menentukan efek perlakuan pada
responden.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh keefektifan
pemberian aroma terapi lavender terhadap insomnia pada lansia di Di
Posyandu Lansia Desa Lebak Ayu Kecamatan Sawahan Kabupaten Madiun.
Bentuk rancangan ini sebagai berikut :
Tabel 4.1 skema penelitian One Group Pretest-Posttest
Subjek Pre Perlakuan Pasca tes
P O1 X O2
Keterangan :
P : Perlakuan
O1 : Pengukuran awal sebelum dilakukan perlakuan (pretest)
51
X : Perlakuan (Aroma Terapi)
02 : Pengukuran kedua setelah dilakukan perlakuan (posttest)
4.2 Populasi dan Sampel
4.2.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah lansia usia 55 tahun ke atas
yang mengalami insomnia di Posyandu Desa Lebak Ayu Kecamatan
Sawahan Kabupaten Madiun sebanyak 25 lansia yang menderita
insomnia.
4.2.2 Sampel
Sampel terdiri atas bagian populasi terjangkau yang dapat
dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling (Nuesalam,
2016).
Sampel dalam penelitian ini adalah lansia yang mengalami
insomnia di Posyandu Lansia Desa Lebak Ayu Kecamatan Sawahan
Kabupaten Madiun dengan jumlah 25 orang responden.
4.2.3 Kriteria Sampel
Dalam penelitian ini peneliti memberikan kriteria khusus dalam
pengambilan sampel. Penentuan kriteria sampel sangat membantu
peneliti untuk mengurangi bias hasil penelitian. Kriteria sampel
dapat dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu inklusi dan ekslusi
(Nursalam, 2013).
52
1. Kriteria Inklusi
Kriteria Inklusi adalah karakteristik umum subjek peneliti dari
suatu populasi target yang terjangkau dan akan diteliti
(Nursalam, 2013).
Kriteria Inklusi pada penelitian ini adalah :
a. Lansia penderita insomnia.
b. Bersedia menjadi responden.
c. Usia 55 tahun ke atas (Menurut Kesehatan RI, 2013)
2. Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi adalah menghilangkan/mengeluarkan subjek
yang tidak memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai
sebab (Nursalam, 2013).
Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah :
a. Lansia yang mengonsumsi obat-obat untuk meningkatkan
kualitas tidur.
b. Lansia yang tidak mau diberikan aroma terapi lavender.
4.3 Teknik Sampling
Teknik sampling merupakan proses menyeleksi porsi dari populasi
untuk dapat mewakili populasi. Teknik sampling merupakan cara-cara yang
ditempuh dalam pengambilan sampel memperoleh sampel yang benar sesuai
dengan keseluruhan subyek penelitian (Nursalam, 2016).
53
Pada penelitian ini menggunakan teknik penelitian total sampling. Total
sampling merupakan teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel
sama dengan populasi (Sugiono, 2007).
4.4 Kerangka Kerja Penelitian
Gambar 4.1 Kerangka Kerja
Populasi
Semua lansia yang mengalami insomnia di Posyandu Lansia Desa Lebak Ayu
Kecamatan Sawahan Kabupaten Madiun sebanyak 25 lansia.
Sampel
Sampel pada penelitian ini mengunakan total sampling yang berjumlah 25 lansia
yang mengalami insomnia.
Teknik sampling
Total sampling
Desain penelitian
One group pre-post test design
Pengumpulan data
Kuesioner insomnia
Aroma terapi lavender
Pre aroma terapi Post aroma terapi
Pengolahan data
Editing, Coding, Scoring, Cleaning, Tabulasi
Uji statistik Paired T test
Hasil dan kesimpulan
54
4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
4.5.1 Identifikasi Variabel
Variabel dalam penelitian ini dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Variabel independen (variabel bebas)
Variabel yang mempengaruhi atau nilainya menentukan variabel
lain. Suatu kegiatan stimulus yang imanipulasi oleh peneliti
menciptakan suatu dampak pada variabel dependen. Variabel
bebas biasanya dimanipulasi,diamati, dan diukur untuk
mengetahui variabel bebas biasanya merupakan stimulus atau
intervensi keperawatan yang diberikan kepala klien untuk
mempengaruhi tingkat laku klien, dan variabel bebas dalam
penelitian ini adalah aroma terapi lavender.
2. Variabel dependen (variabel terikat)
Variabel yang dipengaruhi nilainya ditentukan oleh variabel
lain.variabel respon akan muncul sebagai akibat dari manipulasi
vriabel-variabel lain. Dalam ilmu perilaku, variabel terikat
adalah aspek tingkah laku diamati dari satu organisme yang
dikenal stimulus. Dengan kata lain, variabel terikat adalah faktor
yang diamati dan diukur untuk menentukan ada tidaknya
hubungan atau pengaruh dari variabel bebas. Variabel terikat
dalam penelitian ini adalah insomnia pada lansia.
55
4.5.2 Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang
diamati dari sesuatu yang didefinisikan tersebut, sehingga
kemungkinan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran
secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena. Pada definisi
operasional dirumuskan untuk kepentingan akurasi, komunikasi dan
replikasi (Nursalam, 2008)
Tabel 4.2 Definisi Operasional
No Variabel Definisi
operasional Parameter
Alat ukur Skala
ukur Skor
1 Variabel
independen
Aroma terapi
lavender
Aroma terapi
untuk lansia
merupakan
teknik
relaksasi yang
berfokus pada
ketenangan
dan
mengurangi
stres pada
lansia
sehingga
kualitas tidur
lansia baik,
yang akan
dilakukan oleh
peneliti selama
1 minggu ( 7
hari berturut-
turut ) selama
30 menit dan
diberikan 2
jam sebelum
tidur.
SOP
pemberian
aroma terapi
lavender
- - -
56
2 Variabel
dependen
insomnia
pada lansia
Insomnia pada
lansia adalah
salah satu
gangguan tidur
yang ditandai
dengan
kesulitan
memulai tidur
atau kesulitan
dalam
mempertahank
an tidur yang
terjadi pada
lansia.
1. lamanya
tidur
2. mimpi
3. kualitas tidur
4. masuk tidur
5. terbangun
malam hari
6. waktu untuk
tidur
kembali
7. terbangun
dini hari
8. perasaan
waktu
bangun
Koesioner
IRS
(insomnia
rating
scale)
Interval Total skor atau
pernyataan
berupa angka
atau numerik
a. Tidak
insomnia 1-8
b. Insomnia
ringan 9-13
c. Insomnia
sedang 14-18
d. Insomnia
berat 19-24
4.6 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk
mengumpulkan data padawaktu penelitian mengunakan suatu metode
(Arikunto, 2010). Instrumen yang digunakan kuesioner KSPBJ-IRS dengan
8 butir soal (Sari, 2016)
4.7 Lokasi dan waktu penelitian
4.7.1 Lokasi penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di posyandu Lansia Desa Lebak
Ayu Kecamatan Sawahan Kabupaten Madiun.
4.7.2 Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini akan dilakukan pada bulan januari 2019 – juli
2019
57
4.8 Teknik Analisa Data
4.8.1 Pengolaan Data
Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data perlu
diprosesdan dianalisa secara sistematis supaya bisa terdeteksi. Data
tersebut di tabulasi dan dikelompokan sesuai dengan variabel yang
diteliti. Langkah-langkah pengolaan data (Notoatmodjo, 2012)
meliputi :
1. Editing
Editing adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk melihat
kembali apakah isian pada lembar pengumpulan data sudah
cukup baik sebagai upaya menjaga kualitas data agar dapat di
proses lebih lanjut. Pada saat melakukan penelitian, apabila ada
soal yang belum diidi oleh responden maka responden diminta
untuk mengisi kembali.
2. Coding
Coding atau pengodean yaitu mengubah data yang berbentuk
kalimat menjadi bentuk angka. Pada penelitian ini diberikan
kode antara lain (Kesehatan RI, 2013) :
a. Umur
Usia lanjut 55-64 tahun : 1
Usia lanjut lebih 65 tahun keatas : 2
b. Jenis kelamin
Laki-laki : 1
58
Perempuan : 2
c. Pendidikan
Tidak sekolah : 1
SD : 2
SMP : 3
SMA/SMK : 4
Diploma/Sarjana : 5
d. Pekerjaan
Tidak bekerja : 1
Pedagang : 2
Petani : 3
Pegawai negeri : 4
Swasta : 5
TNI/Polri : 6
3. Entry
Data entry adalah kegiatan memasukan data yang telah
dikumpulkan ke dalam master tabel atau data komputer,
kemudian membuat distribusi frekuensi.
4. Cleaning
Apabila semua data setiap sumber data atau responden
selesai dimasukan perlu dicek kembali untuk melihat
kemungkinan adanya kesalahan kode, ketidaklengkapan dan
sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi.
59
5. Tabulating
Tabulating adalah penyajian data dalam bentuk tabel
sehingga memudahkan para pembaca memahami laporan
penelitian tersebut. Tahap akhir dari proses pengolahan data.
4.8.2 Analisa Data
Tahap analisa data merupakan bagian penting untuk mencapai
tujuan penelitian, dimana tujuan pokok penelitian yaitu dengan
menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian yang mengungkapkan
suatu fenomena. Data mentah yang didapat tidak dapat
mengambarkan informasi yang diinginkan untuk menjawab masalah
penelitian tersebut (Nursalam, 2016).
1. Analisis univariat
Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan atau
mendeskripsikan karekteristik setiap variabel penelitian
(Notoatmodjo, 2012). Analisa unirivat atau variabel yang
dianalisi dalam penelitian ini adalah mendeskripsikan pemberian
aroma terapi lavender dengan insomnia pada lansia.penyajian
dalam penelitian ini dalam bentuk distribusi seperti : jenis
kelamin, pendidikan, pekerjaan, suku dam variabel penelitian
pemberian aroma terapi lavender dan insomnia pada lansia.
2. Analisis bivariat
Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui adanya keefektifan
pemberian aroma terapi pada lavender terhadap insomnia pada
60
lansia.Pengelolaan analisa biviriat ini menggunakan uji statistik
Paired T test.
4.9 Etika Penelitian
Masalah etika pada penelitian yang mengunakan subjek manusia
menjadi isu sentral yang berkembang saat ini. Penelitian hampir 90% subjek
yang dipergunakan adalah manusia, maka peneliti harus memahami prinsip-
prinsip etika penelitian. Apabila hal ini tidak dilaksanakan, maka peneliti
akan melanggar hak-hak (otonomi) manusia yang sebagai klien. Peneliti
sering memperlakukan subjek peneliti seperti memperlakukan klienya,
sehingga subjek harus menurut semua anjuran yang diberikan. Padalah pada
kenyataanya hal ini sangat bertentangan dengan prinsip-prinsip etika
penelitian (Nursalam, 2016) dalam melakukan penelitian ini, masalah etika
meliputi :
1. Menghormati harkat dan martabat manusia
Peneliti mempertimbangkan hak-hak subjek untuk mendapatkan
informasi yang terbuka berkaitan dengan jalanya penelitian sarta
memiliki kebebasan menentukan pilihan dan bebas dari paksaan untuk
berpatisipasi dalam kegiatan penelitian (autonomy)
2. Kerahasiaan
Setiap subjek mempunyai hak-hak dasar termasuk privasi dan
kebebasan dalam memberikan informasi. Subjek berhak untuk tidak
memberikan apa yang diketahunya kepada orang lain. Oleh sebab itu,
peneliti tidak boleh menampilkan informasi mengenai identitas dan
61
kerahasiaan identitas subjek. Peneliti cukup mengunakan coding
sebagai penganti identitas responden.
3. Keadilan dan keterbukaan
Menurut peneliti di dalam hal ini menjamin bahwa semua subjek
penelitian memperoleh perlakuan dan kuntungan yang sama, tanpa
membedakan jander, agama, etnis dan sebagainya serta perlunya prinsip
keterbukaan dan adil pada kelompok. Keadilan dalam penelitian ini
pada setiap calon responden semua diberi intervensi.
62
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan disajikan hasil dan pembahasan dari pengumpulan data
dengan kuesioner yang telah diisi oleh responden mengenai pengaruh
pemberian aroma terapi lavender terhadap insomnia pada lansia di posyandu
Lansia Desa Lebak Ayu Kecamatan Sawahan Kabupaten Madiun. Hasil
penelitian akan dijabarkan mulai dari gambaran umum tempat penelitian,
analisa univariat yang terdiri dari karakteristik responden, tingkat pengetahuan
dan usia, serta analisa bivariat yaitu pengaruh pemberian aroma terapi lavender
terhadap insomnia pada lansia di posyandu Lansia Desa Lebak Ayu Kecamatan
Sawahan Kabupaten Madiun
5.1 Gambaran Umum dan Lokasi Penelitian
Penelitiaan ini tentang pemberian aroma terapi lavender terhadap
insomnia pada lansia di ponsyandu lansia desa lebak ayu kecamatan
sawahan kabupaten madiun, posyandu lansia ini terletak di desa lebak ayu
kecamatan sawahan kabupaten madiun. Batasan-batasan desa lebak ayu
sebelah utara desa cabean, sebelah timur desa mbagi, sebelah selatan desa
krokrh dan sebelah barat desa ngebong, luas ponsyandu lansia tersebut
sekitar ±62 meter dan disebelah utara terdapat rumah warga tidak jauh
dari posyandu lansia tersebut, kemudian sebelah timur posyandu lansia
terdapat lapangan bola voli yang setiap hari dilakukan kegiatan bola voli
tersebut, kemudian disebelah selatan posyandu lansia terdapat taman
kanak-kanak (TK) dan disebalah barat posyandu lansia terdapat rumah
63
warga. Di posyandu lansia sendiri memiliki ketua posyandu lansia dan
memiliki beberapa anggota untuk mmbantu kegiatan layanan kesehatan di
posyandu lansia tersebut, di posyandu lansia juga terdapat berbagai macam
kegiatan kesehatan yaitu cek tekanan darah kemudian gula darah,
kolestrol, asam urat dan disana juga dilakukan promkes untuk penyakit-
penyakit yang rentang untuk lansia. Di posyandu lansia sendiri setiap pada
hari minggu dilakukan kegiatan senam lansia yang dihadiri oleh semua
lansia dan ibu-ibu PKK, kegiatan tersebut dilakukan secara rutin. Dan
selesai senam kemudian diadakan cek kesehatan gratis bagi lansia yang
ingin mengecek kesehatan.
5.2 Hasil Penelitian
5.2.1 Karakteristik Responden
Karakteristik responden meliputi umur, jenis kelamin,
pendidikan, dan jenis pekerjaan di Puskesmas Balerejo Kabupaten
Madiun.
1. Umur
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Umur
Umur Frekuensi Prosentase
Usia lanjut (55 – 64 tahun) 10 40 %
Usia lanjut lebih > 65 ke atas 15 60 %
Jumlah 25 100,0 % Sumber Data: Data primer diolah
Data tersebut di atas dapat dilihat bahwa responden yang
berusia 55 - 64 tahun sebanyak10 orang atau 40 %, sedangkan yang
berusia lebih dari > 65 Tahun sebanyak 15 orang atau 60 %.
64
Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa sebagian
besar lansia di posyandu Lansia Desa Lebak Ayu Kecamatan
Sawahan Kabupaten Madiun yang menjadi responden dalam
penelitian ini berusia di atas 65 tahun.
2. Jenis Kelamin
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)
Laki-laki 11 44 %
Perempuan 14 66 %
Total 25 100,0 %
Sumber : Data primer diolah
Berdasarkan tabel 5.2 dapat diketahui sebagian kecil lansia
berjenis kelamin laki-laki sebanyak 11 responden (55 %) dan
sebagian besar lansia berjenis kelamin perempuan sebanyak 14
responden (66 %).
3. Pendidikan
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pendidikan
Jenjang Pendidikan Jumlah Prosentase
Tamat Sarjana 0 0,0 %
Tamat SMA Sederajat 0 0,0 %
Tamat SMP 2 8%
Tamat SD 11 44 %
Tidak Sekolah 12 48%
Jumlah 25 100,0 %
Sumber Data: Data Primer diolah
Data tabel di atas dapat diketahui bahwa responden yang
menamatkan sampai dengan jenjang pendidikan Sarjana tidak ada
atau 0%, yang menamatkan jenjang pendidikan SMA Sederajat tidak
ada atau 0%, yang menamatkan jenjang pendidikan SMP sebanyak 2
orang atau 8%, yang menamatkan jenjang pendidikan SD sebanyak
65
11 orang atau 44 % sedangkan yang tidak bersekolah sebanyak 12
orang atau 48 %. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa
sebagian besar lansia di posyandu Lansia Desa Lebak Ayu
Kecamatan Sawahan Kabupaten Madiun yang menjadi responden
dalam penelitian ini menamatkan jenjang pendidikan SD.
4. Pekerjaan
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pekerjaan
Jenis Pekerjaan Frekuensi Prosentase
TNI/Polri 0 0,0 %
Swasta 0 0,0 %
Pegawai Negeri 0 0,0 %
Petani 11 44 %
Pedagang 5 20 %
Tidak Bekerja 9 36 %
Jumlah : 25 100,0 %
Sumber Data: Data Primer diolah
Dari data tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 25 orang yang
menjadi responden dalam penelitian ini terdapat 11 orang atau 44 %
yang bekerja bekerja sebagai Petani, sebanyak 5 orang atau 20 %
bekerja sebagai Pedagang dan sebanyak 9 orang atau 36 % berstatus
sebagai tidak bekerja. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan
bahwa sebagian besar lansia di posyandu Lansia Desa Lebak Ayu
Kecamatan Sawahan Kabupaten Madiun yang menjadi responden
dalam penelitian ini memiliki pekerjaan sebagai Petani.
5.3 Penyajian Data Khusus
Setelah mengetahui dari data umum dalam penelitian ini maka akan
ditampilkan hasil penelitian berdasarkan dengan data khusus yang
66
meliputi: kemampuan toilet training pada anak retardasi mental dalam
bentuk tabel distribusi frekuensi tentang variabel independent dan variabel
dependent.
5.3.1 Mengidentifikasi Tingkat Insomnia Pada Lansia Sebelum Diberikan
Aroma Terapi lavender
Berikut adalah hasil dari uji paired t-test sebelum diberi aroma terapi
lavender.
Tabel 5.5 Hasil sebelum diberikan aroma terapi lavender terhadap tingkat
insomnia pada lansia di posyandu Lansia Desa Lebak Ayu
Kecamatan Sawahan Kabupaten Madiun.
Pre Mean Median Modus
Minimum –
Maksimum
17,04 17 18 12-21
Sumber:Olahan Data SPSS
Berdasarkan tabel 5.5 dapat diketahui bahwa pre pemberian aroma
terapi lavender didapatkan rerata 17,04 yang artinya responden memiliki
perilaku insomnia, 17 yang artinya nilai tengah, nilai yang sering muncul
yaitu 18, nilai minimum adalah 12 dan nilai maksimum adalah 21.
5.3.2 Mengidentifikasi Tingkat Insomnia Pada Lansia Sesudah Diberikan
Aroma Terapi lavender
Berikut adalah hasil dari uji paired t-test sesudah diberi aroma terapi
lavender.
Tabel 5.6 Hasil sesudah diberikan aroma terapi lavender terhadap tingkat
insomnia pada lansia di posyandu Lansia Desa Lebak Ayu
Kecamatan Sawahan Kabupaten Madiun.
Post Mean Median Modus
Minimum –
Maksimum
9,96 10 10 5-18
Sumber:Olahan Data SPSS
Berdasarkan tabel 5.6 dapat diketahui bahwa pada kelompok post
didapatkan rerata 9,96 yang artinya responden mengalami penurunan
67
tingkat insomnia, 10 yang artinya nilai tengah, nilai yang sering muncul
yaitu 10, nilai minimum adalah 5 dan nilai maksimum adalah 18.
5.3.3 Menganalisis Pengaruh Pemberian Aroma Terapi Lavender terhadap
Tingkat Insomnia pada Lansia
Berikut adalah hasil analisis dari pengaruh pemberian aroma terapi
lavender terhadap tingkat insomnia pada lansia.
Tabel 5.7 Hasil Analisis pengaruh pengaruh pemberian aroma terapi
lavender terhadap tingkat insomnia pada lansia di posyandu
Lansia Desa Lebak Ayu Kecamatan Sawahan Kabupaten
Madiun. Analisa N Corelation Sig (2-tailed)
Pre pemberian aroma terapi
lavender 25 0.339 0.008
Post pemberian aroma terapi
lavender Sumber:Olahan Data SPSS
Berdasarkan tabel 5.7 di atas menunjukkan bahwa pemberian aroma
terapi lavender memiliki pengaruh terhadap tingkat insomnia pada lansia.
Berdasarkan hasil analisa dengan menggunakan uji statistic paired t-
test sample ber pasangan dengan program SPSS versi 16.0 didapatkan ρ
value = 0,008 < α = 0,05, artinya Ha diterima berarti ada pengaruh
pemberian aroma terapi lavender memiliki pengaruh terhadap insomnia
pada lansia di posyandu Lansia Desa Lebak Ayu Kecamatan Sawahan
Kabupaten Madiun. Hasil uji statistik paired t-test sample berpasangan
bahwa r hitung = 0,339 yaitu positif yang berarti semakin sering deberikan
aroma terapi levender maka ada keberhasilan untuk penurunan insomnia
itu tersendiri juga semakin meningkat.
68
5.4 Pembahasan
5.4.1 Pengaruh sebelum pemberian aroma terapi lavender terhadap
insomnia pada lansia di posyandu Lansia Desa Lebak Ayu Kecamatan
Sawahan Kabupaten Madiun
Berdasarkan hasil penelitian tabel 5.4 terhadap 25 responden lansia
tingkat insomnia sebelum diberikan aroma terapi lavender didapatkan hasil
mean (17,04) dan, median (17) dan modus didapatkan nilai (18), skor
minimum dan maksimum (12-21) lansia yang mengalami insomnia
kebanyakn dipicu dengan faktor stres, dan pola tidur yang tidak teratur
biasanya lansia tidur pada pagiatau siang hari kemudian tidak bisa tertidur
pada malam hari, dan kebanyakan lansia jarang memakukan aktifitas fisik dan
belum mengetahui terapi yang dapat menurunkan insomnia baikdengan obat-
obatan farmakologi maupun non farmakologi
Menurut Adiyati (2017) Lansia mengalami penurunan efektifitas tidur
pada malam hari 70% sampai 80% dibandingkan dengan usia muda.
Prosentase penderita insomnia lebih tinggi dialami oleh orang yang lebih tua,
dimana 1 dari 4 pada usia 60 tahun atau lebih mengalami sulit tidur yang
serius. Setelah dilakukan skrining dari 42 orang lansia yang tinggal di PSTW
(Panti Sosial Tresna Werdha) unit Budi Luhur Kasongan Bantul didapatkan
32 lansia mengalami insomnia. Lansia beresiko mengalami gangguan tidur
yang disebabkan oleh banyak faktor misalnya pensiunan dan perubahan pola
sosial, kematian pasangan hidup atau teman dekat, peningkatan penggunaan
obat-obatan, penyakit yang dialami, dan perubahan irama sirkadian3.
Gangguan mood, ansietas, kepercayaan terhadap tidur, dan perasaan negatif
69
merupakan indikator terjadinya insomnia. Aromaterapi merupakan salah satu
terapi komplementer yang dapat digunakan untuk mengatasi insomnia.
Aromaterapi memiliki efek menenangkan atau rileks untuk beberapa
gangguan misalnya mengurangi kecemasan, ketegangan dan insomnia. Terapi
komplementer dan Alternatif mempunyai hubungan dengan nilai praktek
keperawatan, hal tersebut dimasukkan dalam kepercayaan holistik manusia
yaitu keperawatan secara menyeluruh bio, psiko, sosial, spiritual, dan kultural
yang tidak dipandang pada keadaan fisik saja tetapi juga memperhatikan
aspek lainnya yang bertujuan untuk penekanan dalam penyembuhan,
pengakuan bahwa penyedian hubungan klien sebagai partner, dan berfokus
terhadap promosi kesehatan dan pencegahan penyakit. Teori keperawatan
sunrise model yang mempunyai tujuan dasar yaitu menggunakan
pengetahuan relevan dalam menyediakan kultur spesifik dan kultur yang
kongruen untuk memberikan asuhan keperawatan kepada pasien. Perspektif
diatas menggambarkan pemberian asuhan keperawatan yang memandang
aspek psikososial dan peran budaya seorang individu untuk mndapatkan hasil
yang maksimal dan berkualitas Dari gambaran diatas peneliti ingin
mengetahui apakah aromaterapi memiliki pengaruh terhadap insomnia pada
lansia.
Menurut Angraini (2016) Sebagian besar lansia mempunyai risiko tinggi
mengalami gangguan tidur akibat berbagai faktor. Luce dan Segal
mengungkapkan bahwa faktor usia merupakan faktor terpenting yang
berpengaruh terhadap kualitas tidur (3). Dikatakan bahwa keluhan terhadap
70
kualitas tidur meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Pada usia di atas
55 tahun terjadi proses penuaan secara alamiah yang menimbulkan masalah
fisik, mental, sosial, ekonomi, dan psikologis. Orang lanjut usia yang sehat
sering mengalami perubahan pada pola tidurnya yaitu memerlukan waktu
yang lama untuk dapat tidur. Mereka menyadari lebih sering terbangun dan
hanya sedikit waktu yang dapat digunakan untuk tahap tidur dalam sehingga
mereka tidak puas terhadap kualitas tidurnya.
Saat ini, di seluruh dunia jumlah orang lanjut usia diperkirakan ada 500
juta dengan usia ratarata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan
mencapai 1,2 milyar (3). Pada tahun 2010 diperkirakan jumlah penduduk
lanjut usia di Indonesia, sebesar 24 juta jiwa atau 9,77% dari total jumlah
penduduk. Di Indonesia pada kelompok usia empat puluh tahun hanya
dijumpai 7% yang mengeluh masalah tidur. Sedangkan pada kelompok usia
tujuh puluh tahun dijumpai 22% mengalami gangguan tidur waktu malam
hari.
Gangguan tidur dapat menyebabkan gangguan pada kemampuan intelektual,
motivasi yang rendah, ketidakstabilan emosional, depresi bahkan resiko
gangguan penyalahgunaan zat. Pilihan untuk mengatasinya antara lain latihan
tidur higienis, latihan relaksasi dan terapi pengontrolan stimulus yang
kesemuanya dapat dipadukan dengan pengobatan bila diindikasikan.
Beberapa golongan obat yang memiliki kemampuan untuk memodifikasi
irama sirkardian meliputi kolinergik, kortikosteroid, antidepresan, anti manik
dan agen anastesi, seperti anastesi lokal dan hipnotis.
71
Penggunaan obat-obatan untuk induksi tidur memiliki kerugian atau
keterbatasan, meliputi harga, efek samping dan toleransi terhadap obat tidur
berkembang dengan cepat (4). Trisiklik antidepresan dan biasanya diberikan
untuk mengatasi gangguan tidur, tetapi memiliki efek menurunkan dan fase
REM pada tidur (5). Penggunaan Flurazepam yang merupakan obat golongan
hipnotik meningkatkan insiden efek samping toksik dengan bertambahnya
usia. Obat antidepresan meskipun menjadi yang paling berefek dan paling
sering digunakan untuk mengatasi gangguan tidur pada depresi adalah
kolinergik yang paling kuat dan seharusnya dihindari oleh sebagian besar
pasien lansia.
Menurut Wahyudi (2015) mengungkapkan bahwa faktor usia merupakan
faktor yang terpenting yang berpengaruh terhadap kualitas tidur. Efisiensi
tidur (jumlah waktu tidur berbanding dengan waktu berbaring di tempat tidur)
semakin berkurang. Sementara kebutuhan tidur pun semakin menurun, karena
dorongan homeostatik untuk tidur pun berkurang. Perubahan perubahan ini
berbarengan dengan perubahan fisik lain (Stiabudhi, 2008). Insomnia
merupakan salah satu gangguan utama dalam memulai dan mempertahankan
tidur di kalangan lansia. Insomnia didefinisikan sebagai suatu keluhan tentang
kurangnya kualitas tidur yang disebabkan oleh satu dari sulit memasuki tidur,
sering terbangun malam kemudian kesulitan untuk kembali tidur, bangun
terlalu pagi, dan tidur yang tidak nyenyak (Joewana, 2005). Insomnia sedikit
banyak memberi dampak pada kualitas tidur, sehingga menyebabkan tidur
tidak berkualitas. Akibat yang dapat dirasakan adalah menurunya kualitas
72
hidup, produktivitas dan keselamatan serta dapat mempengaruhi kualitas
kerja (Amirta, 2009). Kurang tidur, dapat pula mengakibatkan masalah dalam
keluarga dan perkawinan, karena kurang tidur dapat membuat orang cepat
marah dan lebih sulit dalam bergaul. Bila tidur kurang lelap, maka tubuh akan
merasa letih, lemah, dan lesu pada saat bangun (Lacks & Morin, 1992).
Olahraga terbukti memperbaiki kualitas tidur pada lanjut usia. Dengan
berolah raga, diharapkan dapat tidur lebih cepat, lebih jarang terbangun dan
tidur lebih dalam. Salah satu jenis olahraga yang bisa dilakukan pada lansia
yaitu senam bugar lansia. Aktivitas olahraga ini akan membantu tubuh tetap
bugar dan segar karena melatih tulang tetap kuat, mendorong jantung bekerja
optimal, dan membantu menghilangkan radikal bebas yang berkeliaran di
dalam tubuh. Senam bugar lansia disamping memiliki dampak positif
terhadap peningkatan fungsi organ tubuh juga berpengaruh dalam
meningkatkan imunitas dalam tubuh manusia setelah latihan teratur (Depkes,
1995).
Menurut Richy Ramadhan (2017) Insomnia adalah gangguan pola tidur
yang menjadi masalah kesehatan baik di negara maju maupun berkembang.1
Penyakit ini menjadi masalah pada anak-anak, remaja, dewasa, maupun usia
lanjut. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) kurang lebih
18% penduduk dunia mengalami gangguan tidur atau diperkirakan 1 dari 3
orang mengalami insomnia. Sedangkan prevalensi insomnia di Indonesia
kurang lebih 28% dari total 238 juta penduduk Indonesia atau berkisar sekitar
10%.2
73
Faktor dominan yang mempengaruhi insomnia adalah depresi dan
ansietas.3,4 Penderita biasanya mengeluh kesulitan dalam tidur sehingga
mengurangi kualitas hidup penderita. Penatalaksanaan insomnia dibagi
menjadi 2 yaitu penatalaksaan farmakologi dan non-farmakolgi. Terapi
farmakologi dengan menggunakan obat-obatan dari golongan obat
benzodiazepin, non-benzodiazepin dan miscellaneoussleep promoting agent.
Akan tetapi, efek samping yang kurang menguntungkan. Oleh sebab itu,
salah satu terapi dengan efek samping yang minimal yaitu terapi non-
farmakologi dengan menggunakan aromaterapi bunga lavender.
5.4.2 Pengaruh sesudah pemberian aroma terapi lavender terhadap
insomnia pada lansia di posyandu Lansia Desa Lebak Ayu Kecamatan
Sawahan Kabupaten Madiun
Berdasarkan tabel 5.5 dapat diketahui bahwa terdapat pengaruh
pemberian aroma terapi lavender terhadap insomnia pada lansia. di
posyandu Lansia Desa Lebak Ayu Kecamatan Sawahan Kabupaten
Madiun.responden yang mengalami penurunan insomnia yaitu sebanyak 7
orang responden sudah tidak insomnia, kemudian responden yang
mengalami penurunan insomnia ringan sebanyak 16 responden insomnia
sedang menjadi insomnia ringan, dan untuk insomnia sedang sebanyak 2
responden yang mulanya insomniaa sedang selama diberi aroma terapi
lavender tetap mengalami insomnia sedang.
Aromaterapi adalah terapi atau pengobatan dengan mengunakan bau-
bauan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, bungga, pohon yang berbau
harum dan enak. Minyak atsiri digunakajn untuk mempoertahankan dan
74
meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan, seiring diganbungkan untuk
menenangkan sentuhan penyembuhan dengan sifat terapeutik dari minyak
atsiri.
Aroma terapi didasarkan berdasarkan pada teori bahwa inhalasi atau
penyerapan minyak esensial memicu perubahan dalam sistem limbik,
bagian dari otak yang berhubungan engan memori dan emosi, endokrin
atau sistem kekebalan tubuh, yang mempengaruhi denyut jantung, tekanan
darah, pernafasan, aktifitas gelombang otak dan pelepasan berbagai
hormon di seluruh tubuh. Efek pada otak dapat menjadikan tenang atau
merangsang sistem saraf, serta mungkin membantu dalam menormalkan
sekresi hormon. Menghirup minyak esensial dapat meredakan gejala
pernafasan, sedangkan aplikasi lokal minyak yang diencerkan dapat
membantu untuk kondisi tertentu. Pijat dikombinasikan dengan minyak
esensial memberikan relaksasi, serta bantuan dari nyeri, kekuatan otot dan
kejang. Beberapa minyak esensial yang diterapkan pada kulit dapat
menjadi anti mikroba, antiseptik, anti jamur, dan anti inflamasi.
Aroma terapi Lavender membantu dalam memenuhi kebutuhan tidur
pada lansia baik secara kuantitas maupun kualitasnya. Lee, Gihyun (2017)
mengungkapkan bahwa terapi nonfarmakologi lebih baik dari pada
farmakologi pada lansia. Kemampuan tubuh lansia yang sudah menurun
dalam metabolisme dan proses degeneratif merupakan alasan penting
dalam menggunakan terapi nonfarmakologi seperti aroma terapi Lavender.
75
Aroma terapi yang diberikan memberi rangsangan pada korteks
olfaktorius yang menstimulasi otak dan impuls mencapai sistem limbik
sehingga mempengaruhi suasana hati. Pemberian terapi ini dapat membuat
seseorang menjadi rileks dan mempengaruhi suasana hati sehingga adanya
pengaruh tersebut membuat lansia mudah untuk tertidur dengan nyenyak
dan kualitas tidur akan menjadi baik (Sharma, 2011). Lavender
aromatherapy dapat menurunkan insomnia. Dengan mencium aroma
minyak dari esensia indra penciuman dapat merangsang daya ingat kita
yang bersifat emosional dengan memberikan reaksi fisik berupa tingkah
laku. Sehingga terapi ini bisa digunakan untuk salah satu cara untuk
menurunkan insomnia pada lanjut usia
Penelitian oleh Sari dan Leonard (2018) tentang pengaruh pemberian
aroma terapi lavender terhadap insomnia pada lansia Di Wisma Cinta
Kasih Padang menunjukkan hasil bahwa pemberian aroma terapi lavender
dapat diaplikasikan sebagai alternatif untuk mengatasi insomnia dan
sebagai salah satu terapi aktivitas untuk mengisi waktu luang pada lanjut
usia di Wisma Cinta Kasih Padang. Asumsi peneliti terapi aroma lavender
dapat dilakukan 1 kali dalam satu minggu dengan bantuan perawat panti
akan dapat meningkatkan kualitas tidur para lansia yang mengalami
insomnia, selain itu juga dapat membuat suasana jadi tenang dan nyaman.
Hasil penelitian ini didukung penelitian yang dilakukan oleh Yeni Tri
Lestari tentang pengaruh pemberian lavender aroma terapi terhadap
penurunan insomnia pada lansia di UPT Panti Werdha Mojopahit
76
Mojokerto dimana menunjukkan hasil dengan menggunakan uji wilcoxon
sign test bahawa p=0,000 < 0,05 dengan demikian artinya ada pengaruh
pemberian lavender aromaterapi terhadap penurunan insomnia pada lansia.
Hasil penelitian lain yaitu penelitian yang di lakukan oleh Wardhani
&Rusca (2009) tentang pengaruh aroma terapi lavender terhadap kualitas
tidur lansia di Panti Werdha Griya Asih Lawang dan Usia Tresno Mukti
Turen Malang dimana menunjukan data skor kualitas tidur pada kelompok
kontrol sebelum dan sesudah pemberian aromaterapi bunga lavender
selama satu minggu menunjukkan penurunan yang sangat sedikit, tidak
signifikan (p=0,317). Sebaliknya pada kelompok perlakuan menunjukkan
penurunan yang signifikan, p=0.007.
77
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang berjudul keefektifan pemberian aroma
terapi lavender terhadap insomnia pada lansia di posyandu lansia desa lebak
ayu kecamatan sawahan kabupaten madiun. Dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Sebelum diberikan pemberian aroma terapi lavender didapatkan
diketahui bahwa pre pemebrian aropa terapi lavender didapatkan rerata
17,04.
2. Setelah diberikan pemberian aroma terapi lavender dapat diketahui
bahwa pada kelompok post didapatkan rerata 9,96.
3. Terdapat pengaruh pemberian aroma terapi lavender terhadap tingkat
insomnia pada lansia. Hal ini berdasarkan hasil analisa dengan
menggunakan uji statistic paired t-test sample ber pasangan dengan
program SPSS versi 16.0 didapatkan ρ value = 0,008 < α = 0,05.
6.2 Saran
1. Bagi institusi pendidikan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun
Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi
bagi mahasiswa tentang masalah yang berhubungan dengan insomnia
pada lansia serta teknik pemberian aroma terapi dalam menguranginya.
78
2. Bagi institusi kesehatan
Untuk tenaga kesehatan terutama perawat dapat menjadikan terapi
aroma lavender sebagai salah satu alternatif terapi dalam upaya
mengurangai lansia yang menderita insomnia.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Untuk peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian dengan
mengembangkan penelitian lain mengenai pemberian aroma terapi
lavender untuk menurunkan tingkat insomnia pada lansia, dari segi
variabel yang berbeda agar dapat mengembangkan penelitian di masa
akan datang.
4. Bagi responden
Memberikan informasi tentang manfaat pemberian aroma terapi
lavender untuk mengurangi insomnia pada lansia selain mengunakan
obat.
5. Bagi keluarga
Untuk keluarga yaitu untuk menjadikan terapi aroma lavender sebagai
salah satu alternatif terapi dalam upaya mengurangai lansia yang
menderita insomnia.
6. Bagi saran operasional
Memberikan informasi tentang manfaat pemberian aroma terapi
lavender untuk mengurangi insomnia pada lansia selain mengunakan
obat.
79
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian, Jakarta :Reneka cipta.
Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan : Konsep Dan Aplikasi
Kebutuhan Klien. Jakarta : Salemba Medika.
Aspiarini, Yuli. 2014. Pengaruh aroma terapi lavender terhadap kualitas tidur
lansia di wisma cinta kasih.Padang: Stikes Landbauw Padang.
Aspuah Siti. 2013. Kumpulan Koesioner Dan Instrumen Penelitian Kesehatan.
Jakarta : Medika Book.
Darmojo. 2004. Geriatri (ilmu kesehatan usia lanjut) Edisi ke-3. Jakarta :
penerbit.Balai Penerbit FKUL.
Dinas Kesehatan Provinsi. 2018. Data Pravalensi Lansia.
Fatihah. 2012. Gizi Usia Lanjut. Jakarta : Penerbit Erlangga.
M.Ricky Ramadhan, 2018. Aroma Terapi Bungga Lavender Dalam Menurunkan
Insomnia.Http://Juke.Kedokteran.Unila.Ac.Id/Index.Php/Majority/Article/V
iew/1089=Aromaterapi Bungga Lavender+(Lavandula Angustifolia) Dalam
Menurunkan Rsiko Insomnia.( Di Akses Pada 11 Januari Pukul 13.30 WIB.)
Wanda Siti Wardana, 2017.Hubungan Antara Kecemasan Dengan Insomnia Pada
Lansia Di Uptd Panti Sosial Tresna Werdha Nirwana Puri
Samarinda.Https://Scholar.Google.Co.Id/Scholar?Hl=Id&As_Sdt=0%2C5&
Q=Hubungan+Antara+Tingkat+Kecemasan+Dengan+Insomnia+Pada+Lans
ia+Di+Uptd+Panti+Sosial+Tresna+Werdha+Nirwana+Puri+Samarinda+Tah
un+2017&Btng=.(Di Akses Pada Tanggal 15 Januari Pukul 18.00 WIB).
Hartika Samgrynce Siagian, 2018. Pengaruh Aroma Terapi Lavender Terhadap
Insomnia Pada Lanjut Usia Di Panti Werdha Guna Bhakti
Medan.Https://Scholar.Google.Co.Id/Scholar?Hl=Id&As_Sdt=0%2C5&Q=
Pengaruh+Aroma+Terapi+Lavender+Terhadap+Penurunan+Insomnia+Pada
+Lanjut+Usia+Di+Pnti+Werdha+Guna+Bhakti+Medan&Btng=.(Di Akses
Pada Tanggal 20 Desember Pukul 20.00 WIB).
Stephani Audhieta Taulaby, 2014. Pengaruh Aromaterapi Lavender Terhadap
Insomnia Pada Lansia Di Panti Tresna Werdha Ilomata Kota
Gorontalo.Http://Kim.Ung.Ac.Id/Index.Php/Kimfikk/Article/View/10434/1
0313.(Di Akses Pada 16 Mei 2019 Jam 12.00 Wib)
Kaefani Ulfa. 2013. Bungga Sakti. Jakarta : Dunia Sehat.
80
Maryani Herti. 2006. Tanaman Obat Untuk Mengatasi Penyakit Pada Usia
Lanjut. Jakarta : Agromedia Pustaka.
Notoatmodjo,S. 2012. Metodelogi Penelitian Kesehatan, Jakarta : Reneka.
Nugroho, W.H. 2012. Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Edisi ke 3. Jakarta :
EGC.
Nuris.dini. 2014. Aneka Manfaat Bungga Untuk Kesehatan. Jakarta :Gava Media.
Nursalam. 2016. Konsep Penerapan Metode Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta : Salemba Medika.
Potter & perry. 2005. Fundamental of nursing conceps, procces and practive.
Jakarta : buku kedokteran EGC.
Priyoto. 2018. Ilmu Keperawatan Komunitas. Jogyakarta: Pustaka Panasea.
Rafknowledge. 2004. Insomnia dan Gangguan tidur lainya. Jakarta: PT. Elex
Media Komputindo.
Ratnawati Emmelia. 2015. Asuhan Keperawatan Gerontik. Jakrta : Pustaka Baru
Press.
Sunaryo, dkk. 2016. Asuhan Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Edisi ke 3.
Jakarta : EGC.
Sugiono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfa
Beta.
81
Lampiran 1
Surat Ijin Pengambilan Data Awal
82
83
84
Lampiran 2
LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Kepada
Yth. Calon Responden
Di Tempat
Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah mahasiswa Progam Studi
Ilmu Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun,
Nama : Ira Widya Kurniasari
NIM : 201502057
Bermaksud melakukan penelitian tentang berjudul “Keefektifan
Pemberian Aromaterapi Lavender Trerhadap Insomnia Pada Lansia di Posyandu
Lansia Desa Lebak Ayu Kecamatan Sawahan Kabupaten Madiun”. Sehubungan
dengan ini, saya mohon kesediaan saudara untuk bersedia menjadi responden
dalam penelitian yang akan saya lakukan. Kerahasiaan data pribadi saudara akan
sangat kami jaga dan informasi yang akan saya gunakan untuk kepentingan
penelitian.
Demikian permohonan saya, atas perhatian dan kesediaan saudara saya
ucapkan terima kasih.
Madiun, Juni 2019
Peneliti,
Ira Widya Kurniasari
NIM. 201502057
85
Lampiran 3
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
(Informed Consent)
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama :
Umur :
Alamat :
Setelah saya mendapatkan penjelasan mengenai tujuan, manfaat, jaminan
kerahasiaan dan tidak adanya resiko dalam penelitian yang akan dilakukan oleh
mahasiswa Program Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun
yang bernama Ira Widya Kurniasari mengenai “Keefektifan Pemberian
Aromaterapi Lavender Trerhadap Insomnia Pada Lansia di Posyandu Lansia Desa
Lebak Ayu Kecamatan Sawahan Kabupaten Madiun”. Saya mengetahui bahwa
informasi yang akan saya berikan ini sangat bermanfaat bagi pengetahuan
keperawatan di Indonesia. Untuk itu saya akan memberikan data yang diperlukan
dengan sebenar-benarnya. Demikian penyataan ini saya buat untuk dipergunakan
sesuai keperluan.
Madiun, - - 2019
Peneliti Responden
Ira Widya Kurniasari
86
Lampiran 4
STANDART OPERASIONAL PROSEDUR
PEMBERIAN AROMA TERAPI LAVENDER
No Jenis tindakan
1. Persiapan alat :
a. Minyak aroma terapi lavender
b. Tisu
c. Pipet
2. Persiapan alat :
a. Memperkenalkan diri
b. Menjelaskan maksud dan tujuan
c. Menyiapan peralatan yang digunakan
3. Prosedur pelaksanaan :
a. Memberi salam
b. Anjurkan responden duduk dengan tenang
c. Mengambil tisu dan pipet
d. Teteskan minyak aroma terapi lavender dengan mengunakan pipet
ke tisu yang telah disediakan dan diberikan 2 jam sebelum tidur.
e. Kemudian teteskan sebanyak 2-3 tetes minyak aroma terapi
lavender.
f. Kemudian arahkan tisu yang sudah di tetesi minyak esensial ke arah
hidung kemudian hirup secara inhalasi dengan cara perlahan-lahan.
g. Anjurkan kepada responden untuk relaks dan menenangkan fikiran.
h. Menganjurkan responden menghirup aroma terapi tersebut dengan
durasi waktu sekitar 30 menit.
i. Jika sudah letakan tisu di atas meja atau tempat lainya
j. Membereskan alat
k. Dokumentasi
87
Lampiran 5
KOESIONER/CHECKLIST
INSOMNIA RATING SCALE
A. Identitas Responden
Jawaban beberapa pertanyaan ini sebagai identitas diri anda, yaitu sebagai
berikut :
1. Inisial nama :
2. Umur :
55-64 tahun
≥ 65 tahun
3. Jenis kelamin
Laki-laki perempuan
4. Pendidikan
Tidak sekolah SD SMP SLTA Diploma/Sarjana
5. Pekerjaan
Tidak bekerja pedagang petani pegawai swasta
Wiraswasta TNI/POLRI
B. Petunjuk Pengisian Kuesioner
1. Isilah kuesioner dengan jujur sesuai dengan apa yang paling anda
rasakan saat ini, Apapun jawaban anda akan dijamin kerahasiaanya.
2. Berilah tanda ( √ ) pada salah satu kolom yang menurut anda cocok
atau anda
setuju dengan pernyataan tersebut.
3. Untuk kerjasama dan perhatianya, peneliti mengucapkan terimakasih
Keterangan total skor pertanyaan di numerik :
88
No Indikator Pertanyaan Ceklist Skor
1. Berapa lama/ jam anda
tidur dalam sehari?
Lebih dari 6 jam 30
menit
Antara 5 jam 30 menit
– 6 jam 30 menit
Antara 4 jam 30 menit
– 5 jam 30 menit
Kurang dari 4 jam 30
menit
2. Apakah anda sering
mimpi
buruk/menyengangkan?
Tidak bermimpi
Terkadang bermimpi
dan mimpi
menyenangkan
Selalu mimpidan
mimpi menganggu
Menyenangkan
3. Bagaimana dengan
kualitas tidur anda?
Sangat lelap
Tidur lelap tapi mudah
terbangun
Tidur tidak nyenyak
dan sering terbangun
4. Berapa lama anda
memulai tidur?
Kurang dari 5 menit
Antara 5-15 menit
Antara 16-29 menit
Antara 30-44 menit
Antara 45-60 menit
Kurang lebih 60 menit
5. Berapa banyak anda
terbangun pada malam
hari?
Tidak terbangun
Terbangun 1-2 kali
Terbangun 3-4 kali
89
No Indikator Pertanyaan Ceklist Skor
Terbangun lebih dari 4
kali
6. Berapa lama waktu
untuk tidur kembali
setelah terbangun?
Kurang dari 5 menit
Antara 5-15 menit
Antara 16-60 menit
Lebih dari 60 menit
7. Apakah anda terbangun
lebih cepat dari waktu
biasanya anda
terbangun?
Terbangun sekitar
waktu bangun anda
Bangun 30 menit lebih
awal dan tidak dapat
tidur lagi
Bangun 1 jam lebih
awal dan tidak tertidur
lagi
Lebih dari 1 jam lebih
awal dan tidak dapat
tidur kembali
8. Bagaimana perasaan
waktu terbangun?
Badan terasa segar
Tidak terlalu baik
Sangat buruk
TOTAL
90
Lampiran 6
Surat Ijin Penelitian
91
Lampiran 7
Hasil Tabulasi Data Responden
Hasil Tabulasi Karakteristik Responden
No.
Resp Nama
Jenis
Kelamin Umur Pendidikan Pekerjaan
1 W 2 1 2 2
2 E 2 2 1 1
3 R 1 2 2 3
4 H 2 2 1 1
5 J 2 2 2 1
6 K 2 2 2 2
7 L 2 2 1 2
8 B 2 2 2 1
9 M 1 2 3 3
10 T 1 2 1 3
11 D 1 2 1 3
12 S 2 2 1 3
13 K 2 2 2 2
14 H 2 2 1 2
15 W 2 2 2 1
16 T 1 2 3 3
17 R 1 2 2 3
18 G 1 2 2 3
19 M 1 2 2 1
20 E 2 2 1 3
21 P 2 2 2 1
22 E 1 2 1 1
23 S 1 2 1 1
24 W 1 2 1 1
25 T 2 2 1 1
92
Lampiran 8
Hasil Tabulasi Pre Pemberian Aroma Terapi Lavender
No.
Resp S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 TOTAL
1 3 2 2 1 3 3 2 2 18
2 2 1 1 1 2 2 1 2 12
3 2 2 2 1 2 2 2 2 15
4 2 2 2 1 2 2 2 2 15
5 3 2 2 1 3 3 2 2 18
6 3 2 1 1 3 3 2 1 16
7 3 2 2 1 3 3 2 2 18
8 2 2 1 1 2 2 2 2 14
9 3 2 2 1 3 3 2 2 18
10 3 3 2 3 3 3 2 2 21
11 2 2 2 2 2 2 1 2 15
12 2 2 2 2 2 2 2 2 16
13 2 2 2 2 2 2 2 2 16
14 3 3 2 3 3 3 2 2 21
15 2 1 2 3 3 3 2 1 17
16 2 2 2 3 3 3 2 2 19
17 2 2 2 2 2 2 2 2 16
18 3 3 2 3 3 3 2 2 21
19 3 2 2 1 3 3 2 2 18
20 3 3 2 3 3 3 2 2 21
21 3 2 2 1 3 3 2 2 18
22 2 1 1 1 2 2 1 2 12
23 2 2 2 1 2 2 2 2 15
24 2 1 2 3 3 3 2 1 17
25 2 2 2 3 3 3 2 2 19
93
Lampiran 9
Hasil Tabulasi Post Pemberian Aroma terapi Lavender
No.
Resp S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 TOTAL
1 1 1 1 1 1 0 1 1 7
2 0 1 1 0 1 1 0 1 5
3 3 0 0 3 1 0 0 0 7
4 3 0 1 1 2 1 3 1 12
5 1 2 2 4 2 2 3 2 18
6 0 1 2 3 1 1 1 1 10
7 1 1 2 2 1 2 1 1 11
8 2 0 1 2 2 1 1 1 10
9 2 0 2 1 1 1 2 1 10
10 2 2 2 2 1 0 1 1 11
11 1 1 2 2 1 1 1 1 10
12 1 2 2 4 2 2 3 2 18
13 0 1 2 3 1 1 1 1 10
14 1 1 2 2 1 2 1 1 11
15 2 0 1 2 2 1 1 1 10
16 2 0 2 1 1 1 2 1 10
17 2 2 2 2 1 0 1 1 11
18 1 1 2 2 1 1 1 1 10
19 3 0 0 3 1 0 0 0 7
20 3 0 1 1 2 1 3 1 12
21 1 1 1 1 1 0 1 1 7
22 0 1 1 0 1 1 0 1 5
23 3 0 0 3 1 0 0 0 7
24 2 0 1 2 2 1 1 1 10
25 2 0 2 1 1 1 2 1 10
94
Lampiran 10
Lembar Konsul
95
96
Lampiran 11
Distribusi Frekuensi Data Umum Responden
DISTRIBUSI FREKUENSI DATA UMUM RESPONDEN
JENIS_KELAMIN
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid LAKI-LAKI 11 44 44 44
PEREMPUAN 14 64 64 100.0
Total 25 100.0 100.0
USIA
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid 55 - 64
TAHUN 10 40 40 40
< 65 TAHUN 15 60 60 100.0
Total 25 100.0 100.0
Pendidikan
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Tamat
Sarjana
0 0 0 0
Tamat SMA
Sederajat
0 0 0 0
Tamat SMP 2 8.0 8.0 8.0
Tamat SD 11 44.0 44.0 44.0
Tidak
Sekolah
12 48.0 48.0 100.0
Total 25 100.0 100.0
97
Pekerjaan
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid TNI/Polri 0 0 0 0
Swasta 0 0 0 0
Pegawai
Negeri
0 0.0 0.0 0.0
Petani 11 44.0 44.0 44.0
Pedagang 5 20.0 20.0 20.0
Tidak
Bekerja
9 36.0 36.0 100.0
Tidak
Bekerja
25 100.0 100.0
98
Lampiran 12
Hasil Uji Normalitas
Tests of Normality
KELOM
POK
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
PEMBERIAN_TERAPI 1 .126 25 .200* .945 25 .188
2 .225 25 .102 .846 25 .101
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
99
Lampiran 13
Hasil Uji Paired Sample t-test
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 PRE 17.04 25 2.557 .511
POST 9.96 25 3.129 .626
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 PRE & POST 25 .339 .008
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
PRE -
POST
7.080 3.303 .661 5.717 8.443 10.717 24 .000
100
Lampiran 14
Dokumentasi Foto
101
102
103
104
105
106
107
108
109
110
111
Top Related