SKRIPSI
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN JAMBAN
DI DESA BLIMBING KECAMATAN DOLOPO
KABUPATEN MADIUN
Oleh:
JEFRI NUVIKA RATMA
NIM: 201403066
PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
TAHUN 2018
ii
SKRIPSI
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN JAMBAN
DI DESA BLIMBING KECAMATAN DOLOPO
KABUPATEN MADIUN
Diajukan untuk memenuhi
Salah satu persyaratan dalam mencapai gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat (S.KM)
Oleh:
JEFRI NUVIKA RATMA
NIM: 201403066
PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
TAHUN 2018
iii
iv
v
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Jefri Nuvika Ratma
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat, Tanggal Lahir : Madiun, 23 November 1995
Agama : Islam
Alamat : Ds. Blimbing, Rt.13 Rw.05 Kecamatan Dolopo
Kabupaten Madiun
Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan : 1. SDN Blimbing 02 (2002 – 2008)
2. SMPN 3 Dolopo (2008 – 2011)
3. SMAN 1 Babadan Ponorogo (2011 – 2014)
4. STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun (2014 –
sekarang)
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini yang
berjudul “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Jamban di Desa
Blimbing Kecamatan Dolopo Kabupaten Madiun
Penelitian ini disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan
jenjang Sarjana di Prodi Kesehatan Masyarakat STIKES Bhakti Husada Mulia
Madiun.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu proses penulisan ini :
1. Bapak Zaenal Abidin, S.KM., M.Kes (Epid), selaku Ketua STIKES Bhakti
Husada Mulia Madiun dan selaku pembimbing ke II yang telah memberikan
bimbingan dan petunjuk dalam penyususnan skripsi ini.
2. Ibu Avicena Sakufa Marsanti, S.KM., M.Kes selaku Ketua Prodi S1
Kesehatan Masyarakat STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun
3. Bapak H. Edy Bachrun, S.KM., M.Kes selaku Dosen Pembimbing I yang
telah memberikan bimbingan dan petunjuk dalam penyusunan skripsi ini.
4. Ibu Riska Ratnawati, S.KM., M.Kes, selaku Ketua Dewan Penguji dalam
skripsi ini.
5. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, peneliti
ucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya.
viii
Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan skripsi penelitian skripsi
ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, berbagai saran, tanggapan, dan
kritik yang bersifat membangun senantiasa penulis harapkan demi kesempurnaan
skripsi penelitiaan ini.
Penulis juga berharap semoga skripsi penelitian ini bermanfaat bagi
pembaca pada umumnya dan bagi penulis serta orang-orang yang peduli dengan
dunia kesehatan masyarakat pada khususnya.
Madiun, 14 September 2018
Penyusun
ix
Program Studi Kesehatan Masyarakat
STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2018
ABSTRAK
JEFRI NUVIKA RATMA
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN JAMBAN
DI DESA BLIMBING KECAMATAN DOLOPO KABUPATEN MADIUN
124 halaman + 17 tabel + 4 gambar + 12 lampiran
Latar belakang: Penggunaan jamban adalah penggunaan atau pemakaian jamban
dalam hal buang air besar yang dilakukan oleh masyarakat untuk memperoleh
lingkungan yang sehat. Dimulai dari bagaimana masyarakat mengetahui
pengertian jamban, syarat jamban sehat hingga cara pemeliharaan jamban secara
partisipasi aktif masyarakat memanfaatkanya. Penggunaan jamban cemplung di
desa Blimbing Kecamatan Dolopo Kabupaten Madiun sebanyak 380 pengguna.
Tujuan Penelitian ini adalah mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
penggunaan jamban di Desa Blimbing Kecamatan Dolopo Kabupaten Madiun.
Metode: Rancangan penelitian dengan desain Crossectional. Jumlah Responden
pada penelitian ini sebanyak 92 responden. Teknik pengambilan sampel dengan
menggunakan simple random sampling dengan analisis bivariat menggunakan Chi
square test.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa variable yang berhubungan dengan
penggunaan jamban di Desa Blimbing Kecamatan Dolopo Kabupaten Madiun
pada variabel pengetahuan (P=0,000; RP=2,35) Variabel Ekonomi (P=0,000;
RP=3,14), Variabel Sikap (P=0,000; RP=3,75), Variabel Perilaku (P=0,000;
RP=2,87).
Kesimpulan dan saran: Berdasarkan penelitian ini, saran yang dapat diberikan
yaitu masyarakat untuk menggunakan jamban yang sehat memenuhi syarat
kesehatan sehingga layak digunakan.
Kata Kunci : Penggunaan Jamban, Pengetahuan, Ekonomi, Sikap. Perilaku.
Kepustakaan : 27 (2010-2017)
x
Public Health Program
Health Science College of Bhakti Husada Mulia Madiun 2018
ABSTRACT
JEFRI NUVIKA RATMA
THE EFFECTED FACTORS ON USED OF LATRINES IN BLIMBING
VILLAGE, DOLOPO DISTRICT, MADIUN REGENCY
124 pages + 17 tables + 4 pictures and 12 appendixes
Background: The use of latrines is use of latrines of pooping in the community to
obtain healthy environment. Starting from how the community knows the meaning
of latrines, the requirements of healthy latrines for how to maintain latrines with
active participation by the community. The used of cemplung’s latrines in
Blimbing village, Dolopo District, Madiun regency, was 380 users. The purpose
of this research was to determine the affected factors that influence on used of
latrines in Blimbing Village, Dolopo District, Madiun Regency.
The method: The kind of this research was crossectional study. The numbers of
respondents in this research were 92 respondents. The sampling technique of this
research was simple random sampling. The data analyzed was bivariate analysis
used Chi square test.
The results: The results showed that the variables associated on the use of
latrines in Blimbing Village, Dolopo district, Madiun Regency were knowledge
(P=0,000; RP=2,35), economy (P=0,000; RP=3,14), attitude (P=0,000; RP=3,75),
behavioral (P=0,000; RP=2,87).
Discuss and conclusion: Based on this research it was suggested to public to use
a healthy latrines to fill up health requirements so it may be appropriate.
Keywords : The use of latrines, knowledge, economy, attitude, behavioral.
Literature : 27 (2010-2017)
xi
DAFTAR ISI
SAMPUL DEPAN . ............................................................................................ i
SAMPUL DALAM ............................................................................................ ii
LEMBAR PERSETUJUAN................................................................................ iii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................... iv
LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................ v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................... vi
KATA PENGANTAR. ....................................................................................... vii
ABSTRAK ......................................................................................................... ix
ABSTRACT ......................................................................................................... x
DAFTAR ISI. ...................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvi
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................... xvii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 6
1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................... 6
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................... 8
1.5 Keaslian Penelitian ................................................................... 8
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Jamban
2.1.1 Pengertian Jamban .......................................................... 11
2.1.2 Persyaratan Jamban Sehat................................................ 12
2.1.3 Jenis-jenis Jamban ......................................................... 14
2.1.4 Penentuan Letak Jamban ............................................... 15
2.1.5 Pemeliharaan Jamban ..................................................... 16
2.1.6 Pemanfaatan Jamban ...................................................... 16
2.2 Konsep Pengetahuan
2.2.1 Pengertian Pengetahuan ................................................. 19
2.2.2 Tingkat Pengetahuan ...................................................... 21
2.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ........... 22
2.2.4 Pengukuran Pengetahuan ................................................ 25
2.3 Konsep Status Ekonomi
2.3.1 Pengertian Status Ekonomi ............................................. 26
2.3.2 Macam-macam Status Sosial Ekonomi ........................... 30
2.4 Konsep Sikap
2.4.1 Pengertian Sikap ............................................................. 32
2.4.2 Komponen Pokok Sikap ................................................. 33
2.4.3 Tingkatan Sikap .............................................................. 33
2.4.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap ....................... 34
2.4.5 Pengukuran Sikap ........................................................... 35
xii
2.5 Konsep Perilaku ......................................................................... 36
2.5.1 Pengertian Perilaku ......................................................... 36
2.5.2 Perilaku Kesehatan ......................................................... 37
2.5.3 Domain Perilaku ............................................................. 38
2.5.4 Peranan Perilaku Terhadap Kesehatan ........................... 42
2.6 Faktor Pendukung ...................................................................... 42
2.6.1 Sarana / Fasilitas ............................................................. 42
2.6.2 Kondisi Jamban .............................................................. 43
2.7 Faktor Penguat ........................................................................... 45
2.7.1 Peran Petugas Kesehatan ................................................ 45
2.7.2 Dukungan Keluarga dan Tokoh Masyarakat .................. 45
2.8 Kerangka Teori ........................................................................... 47
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Konseptual .................................................................. 48
3.2 Hipotesis Penelitian ..................................................................... 48
BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian ........................................................................ 50
4.2 Populasi dan Sampel.................................................................... 50
4.2.1 Populasi .......................................................................... 50
4.2.2 Sampel ............................................................................ 51
4.3 Teknik Sampling ........................................................................ 53
4.4 Kerangka Kerja Penelitian .......................................................... 53
4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel .............. 54
4.5.1 Variabel Penelitian .......................................................... 54
4.5.2 Definisi Operasional ....................................................... 55
4.6 Instrumen Penelitian ................................................................... 57
4.6.1 Uji Validitas .................................................................... 57
4.6.2 Uji Reliabilitas ................................................................ 58
4.7 Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................... 58
4.7.1 Lokasi Penelitian ............................................................ 58
4.7.2 Waktu Penelitian ............................................................. 58
4.8 Prosedur Pengumpulan Data ...................................................... 59
4.9 Pengolahan dan Analisis Data .................................................... 60
4.9.1 Pengolahan Data ............................................................. 60
4.9.2 Analisis Data .................................................................... 61
4.10 Etika Penelitian ........................................................................... 64
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian ............................................................................ 65
5.1.1 Gambaran Umum ............................................................ 65
5.2.1 Karakteristik Responden ................................................. 66
5.3.1 Analisis Univariat ........................................................... 69
5.4.1 Hasil Analisis Bivariat .................................................... 70
5.2 Pembahasan ................................................................................. 75
xiii
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan .................................................................................. 81
6.2 Saran ............................................................................................ 82
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 84
LAMPIRAN ....................................................................................................... 86
xiv
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Tabel Halaman
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian ................................................................ 9
Tabel 4.1 Perhitungan sampel dari setiap Dusun .................................. 52
Tabel 4.2 Operasional Variabel Penelitian ........................................... 56
Tabel 5.1 Mata Pencaharian Penduduk Desa Blibing Kecamatan
Dolopo Kabupaten Madiun ................................................... 66
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi responden berdasarkan Jenis Kelamin
pada Responden di Desa Blimbing Kecamatan Dolopo
Kabupaten Madiun pada Tahun 2018 ................................... 67
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi responden berdasarkan kelompok
umur pada Responden di Desa Blimbing Kecamatan
Dolopo Kabupaten Madiun pada Tahun 2018 ...................... 67
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi responden berdasarkan tingkat
Pendidikan pada Responden di Desa Blimbing Kecamatan
Dolopo Kabupaten Madiun pada Tahun 2018 ...................... 67
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi responden berdasarkan Jumlah
Keluarga pada Responden di Desa Blimbing Kecamatan
Dolopo Kabupaten Madiun pada Tahun 2018 ...................... 68
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi responden berdasarkan Penghasilan
pada Responden di Desa Blimbing Kecamatan Dolopo
Kabupaten Madiun pada Tahun 2018 ................................... 68
Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi responden berdasarkan Pengetahuan
pada Responden di Desa Blimbing Kecamatan Dolopo
Kabupaten Madiun pada Tahun 2018 ................................... 69
Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi responden berdasarkan Ekonomi
pada Responden di Desa Blimbing Kecamatan Dolopo
Kabupaten Madiun pada Tahun 2018 ................................... 69
Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi responden berdasarkan Sikap pada
Responden di Desa Blimbing Kecamatan Dolopo
Kabupaten Madiun pada Tahun 2018 ................................... 69
Tabel 5.10 Distribusi Frekuensi responden berdasarkan Perilaku pada
Responden di Desa Blimbing Kecamatan Dolopo
Kabupaten Madiun pada Tahun 2018 ................................... 70
Tabel 5.11 Tabulasi Silang Pengaruh Pengetahuan dengan
Penggunaan Jamban .............................................................. 71
Tabel 5.12 Tabulasi Silang Pengaruh Pendapatan Ekonomi terhadap
Penggunaan Jamban .............................................................. 72
Tabel 5.13 Tabulasi Silang Pengaruh Sikap terhadap Penggunaan
Jamban ................................................................................... 73
Tabel 5.14 Tabulasi Silang Pengaruh Perilaku terhadap Penggunaan
Jamban ................................................................................... 74
xv
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Gambar Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Teori ................................................................. 47
Gambar 3.1 Kerangka Konsep .............................................................. 48
Gambar 4.1 Kerangka Kerja Penelitian ................................................ 54
Gambar 5.1 Peta Wilayah Desa Blimbing ............................................ 65
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Surat Ijin Pengambilan Data Awal dari STIKES ........... 86
Lampiran 2 Surat Ijin Pengambilan Data Awal dari
BANKESBANGPOL ....................................................... 87
Lampiran 3 Surat Permohonan Izin Penelitian .................................... 88
Lampiran 4 Surat Rekomendasi Ijin Penelitian ................................... 89
Lampiran 5 Lembar Permohonan Menjadi Responden ....................... 91
Lampiran 6 Lembar Persetujuan Menjadi Responden (Informed
Consent) ............................................................................ 92
Lampiran 7 Kuesioner Penelitian ......................................................... 93
Lampiran 8 Tabulasi Data .................................................................... 96
Lampiran 9 Hasil Uji SPSS .................................................................. 98
Lampiran 10 Dokumentasi Penelitian .................................................... 105
Lampiran 11 Lembar Konsultasi Bimbingan ......................................... 106
Lampiran 12 Lembar Persetujuan Perbaikan Skripsi ............................. 107
xvii
DAFTAR SINGKATAN
BAB : Buang Air Besar
BABS : Buang Air Besar Bembarangan
DepKes : Departemen Kesehatan
ODF : open defecation free
RisKesDas : Riset Kesehatan Dasar
RPJMN : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
KemenKes : Kementrian Kesehatan
Puskesmas : Pusat Kesehatan Masyarakat
Pustu : Puskesmas Pembantu
Prokesga : Program Kesehatan Keluarga
SPAL : Saluran Pembuangan Akhir Limbah
RI : Republik Indonesia
MDG’s : Millenium Development Goals
WHO : World Health Organization
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan kesehatan Indonesia bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang.
Peningkatan derajat kesehatan dapat terwujud melalui terciptanya
masyarakat Indonesia yang ditandai dengan perilaku masyarakat di
lingkungan yang sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau
pelayanan kesehatan yang bermutu, secara adil serta merata. Derajat
kesehatan dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu : lingkungan, perilaku,
pelayanan kesehatan dan keturunan. Faktor lingkungan dan perilaku sangat
mempengaruhi derajat kesehatan. Termasuk lingkungan yaitu keadaan
pemukiman atau perumahan, tempat kerja, sekolahan dan tempat umum,
air dan udara bersih, teknologi, pendidikan, sosial dan ekonomi.
Sedangkan perilaku tergambar dalam kebiasaan sehari-hari seperti pola
makan, kebersihan perorangan, gaya hidup, dan perilaku terhadap upaya
kesehatan (Depkes RI, 2012).
Adanya kebutuhan fisiologis manusia seperti memiliki rumah, yang
mencangkup kepemilikan jamban sebagai bagian dari kebutuhan setiap
anggota keluarga. Kepemilikan jamban bagi keluarga merupakan salah
satu indikator rumah sehat selain pintu ventilasi, jendela, air bersih, tempat
pembuangan sampah, saluran air limbah, ruang tidur, ruang tamu, dan
2
dapur. Jamban sehat berfungsi untuk membuang kotoran manusia, ada
berbagai macam bentuk seperti leher angsa, cemplung dan sebagainya.
Dalam kaitnya dengan sarana pembuangan air besar, hubunganya
yang paling mendasar dengan kualitas lingkungan yakni fasilitas dan jenis
penampungan tinja yang digunakan. Masalah kondisi lingkunga tempat
pembuangan kotoran manusia tidak lepas dari aspek kepemilikan terhadap
sarana yang digunakan terutama dikaitkan dengan pemeliharaan dan
kebersihan sarana.
Berdasarkan data WHO pada tahun 2010 diperkirakan sebesar 1,1
milyar orang atau 17% penduduk dunia masih buang air besar di area
terbuka, dari data tersebut diatas sebesar 81% penduduk yang Buang Air
Besar Sembarangan (BABS) terdapat di 10 negara dan Indonesia sebagai
negara kedua terbanyak ditemukan masyarakat buang air besar di area
terbuka, yaitu India (58%), Indonesia (12,9%), China (4.5%), Ethiopia
(4,4%), Pakistan (4,3%), Nigeria (3%), Sudan (1,5%), Nepal (1,3%),
Brazil (1,2%), dan Niger (1,1%) (WHO, 2010).
Peningkatan sanitasi diupayakan pemerintah agar dapat berjalan
dengan baik untuk mendukung komitmen nasional dan pencapaian target
kesepakatan pembangunan negara-negara di dunia, tertuang dalam
Milleniun Development Goals (MDG’s). Salah satu target MDG’s terkait
sanitasi yakni terjadinya peningkatan akses air minum dan sanitasi dasar
secara berkesinambungan sebesar separuh dari proporsi penduduk yang
belum mendapatkan akses pada tahun 2015. Kebijakan pemerintah dalam
3
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN 2010-2014)
yang juga selaras dengan target MDG’s menyasar terwujudnya kondisi
sanitasi yang bebas dari Buang Air Besar Sembarangan (BABS) pada
tahun 2014.
Menurut jenis tempat buang air besar yang digunakan, sebagian rumah
tangga di Indonesia menggunakan kloset berjenis leher angsa sebesar
84,4%, plengsengan sebesar 4,8%, cemplung/lubang tanpa lantai sebesar
7,2% dan cemplung/lubang dengan tantai sebesar 3,7%. Berdasarkan
tempat pembuangan akhir tinja, hasil Riskesdas 2013, sebesar 66% rumah
tangga di Indonesia menggunakan tangki saptik sebagai tempat
pembuangan akhir tainja. Rumah tangga yang menggunakan tempat
Saluran Pembuangan Akhir Limbah (SPAL) sebesar 4%, kolam/ wadah
4,4%, sungai/ danau/ laut sebesar 13,9%, lubang tanah sebesar 8,6%,
pantai/ tanah lapang/ kebun 2,7% (Depkes RI, 2013).
Terkait Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBABS) hingga bulan
november tahun 2016, akses sanitasi di Provinsi Jawa Timur sudah
mencapai 82,88% sedangkan desa yang sudah mencapai status ODF (open
defecation free) mencapai 5002 desa (25,96%) dari 7724 (Profil Kesehatan
Jatim, 2016).
Kabupaten Madiun merupakan salah satu kabupaten yang ada di
wilayah Provinsi Jawa Timur. Kabupaten Madiun merupakan penduduk
dengan akses sanitasi layak jamban sehat pada tahun 2017 sebesar 89,17%.
Wilayah Kabupaten Madiun terdiri atas 15 Kecamatan yang terbagi atas 26
4
puskesmas. Dari 26 puskesmas tersebut terdapat 5 puskesmas dengan
prosentase akses sanitasi layak yang rendah antara lain puskesmas
Kebonsari pada tahun 2015 jumlah pengguna 1940, pada tahun 2016 1500
pengguna pada tahun 2017 83,74% dengan jumlah pengguna 66 jiwa,
puskesmas Mlilir pada tahun 2015 6880 pengguna, pada tahun 2016 5.635
pengguna yang memiliki akses sanitasi layak 83,45% dengan jumlah
pengguna 5.696 jiwa, puskesmas Bangunsari yang memiliki akses sanitasi
layak pada tahun 2015 4.270 pengguna , pada tahun 2016 4.086 pengguna
dan pada tahun 2017 83,51% dengan jumlah pengguna sebesar 4.998 jiwa
pada tahun 2017, puskesmas Kare yang memiliki akses sanitasi layak pada
tahun 2015 4.507 pengguna pada tahun 2016 7.604 Pada tahun 2017
83,60% dengan jumlah pengguna sebesar 5.572 jiwa dan puskesmas
Mejayan yang memiliki akses sanitasi layak pada tahun 2015 1696
pengguna, pada tahun 2016 420 pengguna dan pada tahun 2017 83,44%
dengan jumlah pengguna 116 jiwa. Maka, dari data tersebut dapat
disimpulkan bahwa puskesmas dengan akses sanitasi layak yang memiliki
prosentase terendah dengan jumlah pengguna jamban tertinggi adalah
puskesmas Mlilir yang berada di wilayah Kecamatan Dolopo Kabupaten
Madiun. Sedangkan di Desa Blimbing pada tahun 2017 merupakan akses
sanitasi layak jamban yang persentase penggunanya paling kecil di antara
Puskesmas Mlilir Kecamatan Dolopo yaitu sebesar 78,2%.
Menurut data Pustu Blimbing 2017 terdapat 3 dusun yaitu Dusun
Duren, Dusun Krajan, dan Dusun Pakisaji dengan jumlah 1.145 pemilik
5
rumah. Masyarakat di Desa Blimbing yang masih menggunakan jamban
cemplung sebanyak 380 pemilik rumah, dan yang menggunakan jamban
leher angsa sebanyak 765 pemilik rumah (Prokesga Desa Blimbing, 2017).
Untuk mencegah kontaminasi terhadap lingkungan, maka pembuangan
tinja manusia harus dikelola dengan baik, yaitu jamban. Jamban sehat
menurut Notoatmodjo (2007) adalah sebagai berikut : tidak mengotori
permukaan tanah di sekelilingnya, tidak mengotori air permukaan tanah
disekitanya, tidak terjangkau oleh serangga, tidak menimbulkan bau,
mudah digunakan dan dipeliaha, sederhana desainya dan murah.
Umumnya masyarakat pedesaan menggunakan jamban langsung dan
permukaan tanah sebagai tempat pembuangan tinja. Hal ini disebabkan
karena faktor pendidikan yang masih rendah tentunya akan mempengaruhi
faktor pengetahuan, dengan pendidikan rendah maka faktor pengetahuan
juga akan ikut rendah. Selain itu penyebabnya adalah faktor ekonomi yang
kurang pada masyarakat tersebut, jamban leher angsa memerlukan biaya
yang mahal untuk membuatnya (Joharudin, 2010). Masyarakat juga
mengatakan banyaknya warga yang menggunakan jamban cemplung
sehingga mempengaruhi pembuatan selanjutnya yaitu dengan ikut-ikutan
membuat jamban cemplung.
Dari berbagai masalah yang terjadi langkah awal yang dilakukan yaitu
dengan meningkatkan pengetahuan masyarakat yaitu dengan cara bekerja
sama dengan pihak kesehatan terkait untuk membentuk kader-kader
kesehatan untuk memberikan pengarahan terhadap masyarakat luas
6
tentang pentingnya pemeliharaan kesehatan terutama BAB di jamban yang
sehat. Selain itu harus sering diadakannya penyuluhan kesehatan tentang
BAB yang baik dan benar dan juga cara pembuatan dan perawatan jamban
yang baik dan benar kepada masyarakat. Dengan pendekatan seperti ini
diharapkan masyarakat sendiri akan bergerak dan ada kesadaran yang
tumbuh di masyarakat yang pada akhirnya bisa menumbuhkan upaya
hidup yang lebih sehat (Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat-
ITS, 2013). Melihat dari data diatas penulis ingin mengetahui faktor-faktor
yang mempengaruhi pemilihan jamban di Desa Blimbing Kecamatan
Dolopo Kabupaten Madiun.
1.2 Rumusan Masalah
Dari uraian diatas maka yang menjadi perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah “faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi
penggunaan jamban di Desa Blimbing Kecamatan Dolopo Kabupaten
Madiun“?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi penggunaan jamban di Desa Blimbing Kecamatan Dolopo
Kabupaten Madiun.
7
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui gambaran pengetahuan masyarakat tentang penggunaan
jamban di Desa Blimbing Kecamatan Dolopo Kabupaten Madiun.
2. Mengetahui gambaran ekonomi masyarakat tentang penggunaan
jamban di Desa Blimbing Kecamatan Dolopo Kabupaten Madiun.
3. Mengetahui gambaran sikap tentang penggunaan jamban di Desa
Blimbing Kecamatan Dolopo Kabupaten Madiun.
4. Mengetahui gambaran perilaku tentang penggunaan jamban di Desa
Blimbing Kecamatan Dolopo Kabupaten Madiun.
5. Menganalisis faktor pengetahuan tentang penggunaan jamban di Desa
Blimbing Kecamatan Dolopo Kabupaten Madiun.
6. Menganalisis faktor ekonomi tentang penggunaan jamban di Desa
Blimbing Kecamatan Dolopo Kabupaten Madiun.
7. Menganalisis faktor sikap tentang penggunaan jamban di Desa
Blimbing Kecamatan Dolopo Kabupaten Madiun.
8. Menganalisis fakor perilaku tentang penggunaan jamban di Desa
Blimbing Kecamatan Dolopo Kabupaten Madiun.
8
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
1. Bagi Peneliti
Untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman khususnya tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan jamban masyarakat.
2. Bagi STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun
Sebagai bahan masukan dalam kegiatan proses belajar mengajar
khususnya tentang faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan
jamban masyarakat.
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Bagi Pukesmas Desa Blimbing
Dapat merencanakan program di masa yang akan datang agar
pemakaian jamban sehat keluarga untuk BAB meningkat sehingga
angka kejadian penyakit dapat menurun.
2. Bagi Masyarakat Desa Blimbing
Dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang jamban
sehingga masyarakat dapat menggunakan jamban yang sehat dan
benar.
1.5 Keaslian Penelitian
Keaslian dari penelitian ini dapat diketahui dari penelitian serupa
dengan penelitian yang di lakukan oleh penulis, diantaranya :
9
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian
No Peneliti /
Tahun Judul Metode
Varibel
Penelitian Hasil
1. Otik
Widyastuti,
2016
Faktor yang
berhubungan
dengan
pemilikan
jamban sehat di
Desa Malikian,
Kalimantan
Barat
Pendekatan cross-
sectional dan
rancangan
penelitian
observasional
deskriptif analitik
Variable bebas
: penghasilan,
pengetahuan,
sikap.
Variable terikat
: pemilihan
jamban
Hasil penelitian
menunjukan
bahwa adanya
hubungan
penghasilan
terhadap
pemilihan
jamban
(p=0.037),
pengetahuan
(p=0.037), dan
sikap (p=0.037)
2. Aminah
Arfah
Pulungan,Wir
sal Hasan,
2013
Faktor-faktor
yang
berbubungan
dengan
kepemilikan
jamban
keluarga di
Desa Sipange
Julu Kecamatan
Sayur Matinggi
Kabupaten
Tapanuli
Selatan
Penelitian
observasional
deskriptif analitik
dengan rancangan
penelitian cross
sectional
Variable bebas
:
Pengetahuan
dan kebiasaan.
Variable
terikat:
pemilihan
jamban
Hasil penelitian
menunjukan
tingkat
pengetahuan
(p=0.040) dan
kebiasaan
(p=0.486)
3. Eti Martina,
Junaid, 2016
Faktor-faktor
yang
berhubungan
dengan
kepemikilan
jamban sehat di
Desa
Napalakura
Kecamatan
Napabalano
Kabupaten
Muna
Penelitian analitik
observasional
dengan pendekatan
menggunakan
cross-sectional
study.
Pengambilan
sampel
menggunakan
simple random
sampling.
Variable bebas
:
Ekonomi,
dukungan
keluarga,
tingkat
pendidikan
Variable terikat
: pemilihan
jamban sehat
Hasil penelitian
menunjukan
tingkat ekonomi
berhubungan
dengan
pemilihan
jamban
(p=0,015),
dukungan
keluarga
(p=0,027) tingkat
pendidikan
(p=0,025)
10
Perbedaan dengan penelitian sebelumnya dengan penelitian yang
dilakukan adalah :
Variabel bebas : sikap dan perilaku masyarakat
Variabel terikat : pemilihan jamban
Subyek penelitian : masyarakat yang menggunakan jamban
Metode penelitian : menggunakan metode kuantitatif dengan
menggunakan uji Chi-Square.
Desain penelitian : menggunakan desain Cross Sectional.
Tempat penelitian : Desa Blimbing, Kecamatan Dolopo, Kabupaten
Madiun.
11
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Jamban
2.1.1 Pengertian Jamban
Jamban adalah suatu bangunan yang digunakan untuk temoat
membuang dan mengumpulkan kotoran atau najis manusia, biasa disebut
kakus/wc. Sehingga kotoran tersebut akan tersimpan dalam suatu tempat
tertentu dan tidak menjadi penyebab atau penyebaran penyakit dan
mengotori lingkungan pemukiman (Depkes RI, 2013)
Pengertian lainya tentaang jamban adalah pengumpulan kotoran
manusia di suatu tempat sehingga tidak menyebabkan bibit penyakit yang
ada pada kotoran manusia dan mengganggu estetika (Hasibuan, 2011).
Sementara menurut Kementrian Kesehatan RI jamban sehat adalah
fasilitas pembangunan tinja yang efektif untuk memutus rantai penularan
penyakit (Kemenkes, 2012: 852).
Salah satu upaya untuk mencegah berkembangnya penyakit dan
menjaga lingkungan menjadi bersih dan sehat dengan cara membangun
jamban di setiap rumah. Karena jamban merupakan salah satu kebutuhan
pokok manusia. Maka diharapkan tiap individu untuk memanfaatkan
fasilitas jamban untuk buang air besar. Penggunaan jamban akan
bermanfaat untuk menjaga lingkungan tetap bersih, nyaman dan tidak
berbau (Dedi dan Datna, 2013:172).
12
Jamban keluarga sangat berguna bagi manusia dan merupakan bagian
dari kehidupan manusia, karena jamban dapat mencegah berkembangnya
penyakit saluran pencernaan yang disebabkan oleh kotoran manusia yang
tidak dikelola dengan baik.
2.1.2 Persyaratan Jamban Sehat
Jamban yang sehat adalah salah satu akses sanitasi yang layak. Akses
sanitasi yang layak apabila penggunaan fasilitas tempat buang air besar
adalah milik sendiri atau milik bersama, kemudian kloset yang digunakan
adalah jenis leher angsa dan tempat pembuangan akhir tinja menggunakan
tangki septic/sarana pembuangan air limbah (SPAL). Berikut syarat
jamban sehat menurut (Depkes RI, 2012).
1. Tidak mencemari sumber air minum. Letak lubang penampungan
kotoran paling sedikit berjarak 10 meter dari sumur. Namun jarak ini
akan menjadi lebih jauh pada jenis tanah liat atau berkapur terkait
dengan porositas tanah, selain itu akan berbeda juga pada kondisi
topografi yang menjadikan posisi jamban diatas muka dan mengikuti
aliran air tanah.
2. Tidak berbau serta memungkinkan serangga tidak dapat masuk ke
lubang jamban. Hal ini dilakukan misalnya dengan menutup lubang
jamban tersebut.
3. Air seni, air pembersih yang digunakan untuk menyiram tinja tidak
mencemari tanah di sekitarnya. Bisa dilakukan dengan membuat lantai
13
jamban dengan luas 1x1 meter dengan sudut kemiringan yang cukup
kearah lubang jamban.
4. Jamban mudah dibersihkan dan aman digunakan. Untuk itu harus
dibuat dari bahan yang kuat dan tahan lama.
5. Jamban memiliki dinding dan atap pelindung.
6. Lantai kedap air
7. Ventilasi dan luas jamban yang cukup.
8. Tersedianya air, sabundan alat pembersih. Tujuanya agar jamban tetap
bersih dan terhindar dari bau tinja. Pembersihan tinja dilakukan
minimal 2-3 hari sekali.
Pembuangan kotoran harus disesuaikan dengan konstruksi jamban,
ada beberapa syarat penting pembuatan jamban (Mubarak, 2013).
1. Tidak mengakibatkan pencemaran pada sumber-sumber air minum,
dan permukaan tanah yang ada di sekitar jamban.
2. Menghindarkan berkembang biaknya cacing tambang pada permukaan
tanah.
3. Tidak memungkinkan berkembang biaknya lalat dan serangga lain.
4. Menghindarkan atau mencegah timbulnya bau dan pemandangan yang
tidak diinginkan.
5. Mengusahakan konstruksi yang sederhana, kuat dan murah.
6. Mengusahakan sistem yang dapat digunakan dan diterima masyarakat
setempat.
14
2.1.3 Jenis-Jenis Jamban
Jamban keluarga yang didirikan mempunyai beberapa pilihan. Pilihan
yang baik adalah jamban yang tidak menimbulkan bau, dan memiliki
kebutuhan air yang tercukupi dan berada didalam rumah. Terdapar
beberapa jenis jamban (Mubarak, 2013).
1. Jamban Cemplung (Pit Latrine)
Merupakan jamban paling sederhana yang digunakan masyarakat,
namun kurang sempurna. Dinamakan jamban cemplung karena hanya
terdiri dari galian dan atasnya diberi lantai sehingga kotoran langsung
masuk kedalam penampungan dan dapat mengotori tanah.
2. Jamban Plengsengan
Merupakan tempat untuk membuang kotoran dimana terdapat saluran
yang bentuknya miring penghubung antara tempat jongkok ke tempat
pembuangan kotoran. Jamban plengsengan lebih baik bila di
bandingkan jamban cemplung karena baunya lebih berkurang dan
leboh aman bagi pemakai jamban. Namun sebaiknya bagi jamban
cemplug dan plengsengan ada baiknya tempat jongkok harus
dibuatkan tutup.
3. Jamban Empang (Overhung Latrine)
Jamban yang dibangun di atas sungai, rawa dan empang. Kotoran dari
jamban ini jatuh kedalam air dan akan dimakan oleh ikan atau
dikumpulkan melalui saluran khusu dari bambu atau kayu yang
ditanam mengelilingi jamban.
15
4. Jamban Kimia (chemical toilet)
Jamban model ini biasanya dibangun pada tempat-tempat rekreasi,
pada transportasi seperti kereta api, pesawat terbang dan lain-lain.
Disini tinja disenfaksi dengan zat-zat kimia seperti caustic soda dan
pembersihnya dipakai dengan kertas tisue (toilet piper). Jamban kimia
sifatnya sementara, karena kotoran yang telah terkumpul perlu
dibuang lagi.
5. Jamban Leher Angsa (angsalatrine)
Merupakan jamban leher lubang kloset berbentuk lengkung, dengan
demikian akan terisi air gunanya sebagai sumbat sehingga dapat
mencegah bau kotoran serta masuknya serangga.
2.1.4 Penentuan Letak Jamban
Dalam penentuan letak jamban ada dua hal yang perlu di perhatikan
yaitu jarak jamban dengan sumber air. Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi daya resapan tanah (Mubarak, 2013).
1. Keadaan daerah datar atau lereng.
Bila daerah lereng maka jamban dibuat disebelah bawah dari letak
sumber air atau jarak tidak boleh kurang dari 15 meter dan letak
jamban agak ke kanan atau kiri sumur. Jika tanahnya datar sebaiknya
lokasi jamban harus diluar daerah rawan banjir.
2. Keadaan permukaan air tanah dangkal atau dalam.
3. Sifat, macam dan susunan tanah berpori, padat, pasir, tanah liat atau
kapur.
16
4. Arah aliran air tanah.
2.1.5 Pemeliharaan Jamban
Pemeliharaan jamban, menurut Dedi (2014) pemeliharaan jamban
yang baik dengan cara :
1. Lantai jamban hendaknya selalu kering dan bersih.
2. Tidak ada sampah berserakan dan tersedia alat pembersih.
3. Tidak ada genangan air di lantai jamban.
4. Tempat duduk dalam keadaan bersih.
5. Tidak ada serangga dan hewan pada rumah jamban.
6. Tersedia air bersih pada rumah jamban.
7. Jika ada bagian jamban yang rusak segera diperbaiki.
8. Hindarkan pemasukan sampah padat yang sulit diuraikan (kain bekas,
pembalut, logam, gelas, dan sebagainya) serta bahan kimia beracun
bagi bakteri kedalam lubang jamban.
2.1.6 Pemanfaatan Jamban
Pemanfaatan jamban berati penggunaan atau pemakaian jamban pada
masyarakat untuk menciptakan lingkungan yang sehat. Kata pemanfaatan
berasal dari kata manfaat. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia
pemanfaatan diartikan sebagai proses, cara, perbuatan memanfaatkan
(Samsudin, 2013). Pemanfaatan jamban berati penggunaan atau pemakaian
jamban dalam hal buang air besar yang dilakukan oleh masyarakat untuk
memperoleh lingkungan yang sehat. Dimulai dari bagaimana masyarakat
mengetahui pengertian jamban, syarat jamban sehat hingga cara
17
pemeliharaan jamban secara partisipasi aktif masyarakat memanfaatkanya
(Hamzah, 2014)
Upaya pemanfaatan jamban yang dilakukan oleh keluarga akan
berdampak besar pada penurunan penyakit, karena setiap anggota keluarga
yang buang air besar di jamban. Maka dari itu perlu diperhatikan oleh
kepala keluarga dan setiap anggota keluarga menurut (Taringan, 2010)
yaitu :
1. Jamban keluarga layak digunakan oleh setiap anggota keluarga.
2. Membiasakan diri untuk menyiram menggunakan air bersih setelah
menggunakan jamban.
3. Membersihkan jamban dengan alat pembersih minimal 2-3 kali
seminggu.
Tindakan atau praktik merupakan suatu sikap yang sudah terwujud
(overtbehaviour). Untuk mewujudkan tindakan nyata dari sebuah sikap
maka diperlukan faktor pendukung yang memungkinkan yaitu fasilitas
yang ada (Soekidjo, 2010).
Pemanfaatan jamban disertai partisipasi keluarga akan lebih baik, jika
didukung oleh faktor yang berasal dari diri individu tersebut (faktor
internal) antara lain pendidikan, pengetahuan, sikap, tindakan, kebiasaan,
pekerjaan, jenis kelamin, umur, suku dan sebagainya. Kemudian dari luar
individu (faktor eksternal) seperti bagaimana kondisi jamban, sarana air
bersih, pengaruh lingkungan dan peran petugas kesehatan termasuk tokoh
adat dan tokoh agama (Depkes RI, 2015).
18
Pemanfaatan jamban keluarga sangat dipengaruhi oleh tingkat
pengetahuan dan kebiasaan masyarakat. Pemanfaatan jamban di
masyarakat belum sesuai dengan harapan pemerintah, karena masih ada
masyarakat yang buang air besar (BAB) di tempat-tempat yang tidak
sesuai dengan kaidah kesehatan, misalnya di sungai, kolam, dan ladang.
Selain dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan dan kebiasaan masyarakat,
fasilitas yang kurang terpenuhi serta sikap dan perilaku masyarakat sendiri
ataupun kurangnya informasi yang mendukung pemanfaatan jamban
dalam keluarga (Andreas, 2014).
Sanitasi serta pemanfaatan jamban yang buruk erat kaitanya dengan
penyakit yang disebabkan oleh kotoran tinja manusia akibat dari perilaku
seseorang dalam memanfaatkan atau tidak memanfaatkan jamban.
Penyakit Cholera, Hepatitis A, Polio adalah satu dari diantara penyakit
menular yang dapat menyebar apabila mikroba penyebabnya dapat masuk
ke dalam sumber air yang digunakan setiap keluarga dalam memenuhi
kebutuhan sehari-hari. Tinja yang tidak tertampung dengan baik dapat
mengakibatkan penyakit menular tersebut (Soemirat, 2009).
Maka diharapkan masyarakat mengurangi kebiasaan buang air besar
(BAB) di sembarang tempat dengan upaya pemanfaatan jamban, karena
menurut Chandra (2010) tinja yang di buang sembarang dapat
menimbulkan kontaminasi pada air, tanah, dan mendatangkan penyakit
yang mudah terjangkit seperti waterborne disease antar lain tifoid, diare,
paratifoid, disentri, kolera, penyakit cacing dan sebagainya.
19
Sedangkan menurut Mubarak (2013) membangun dan menggunakan
jamban dapat memberikan manfaat antara lain :
1. Lingkungan lebih bersih.
2. Bau berkurang, sanitasi dan kesehatan meningkat.
3. Peningkatan martabat dan hak pribadi.
4. Keselamatan pemakai jamban lebih baik.
5. Memutus siklus penyebaran penyakit yang berhubungan dengan
sanitasi.
2.2 Konsep Pengetahuan
2.2.1 Pengertian Pengetahuan
Menurut Bloom, Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan
ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek
tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan
merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan
seseorang (overt behavior). Dari pengalaman penelitian tertulis bahwa
perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada
perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoadmodjo, 2012).
Pengetahuan adalah merupakan hasil mengingat suatu hal, termasuk
mengingat kembali kejadian yang pernah dialami baik secara sengaja
maupun tidak sengaja dan ini terjadi setelah orang malakukan kontak atau
pengamatan terhadap suatu obyek tertentu (Mubarok, dkk, 2013)
20
Pengetahuan merupakan justified true believe. Seorang individu
membenarkan (justifies) kebenaran atas kepercayaannya berdasarkan
observasinya mengenai dunia. Jadi bila seseorang menciptakan
pengetahuan, ia menciptakan pemahaman atas suatu situasi baru dengan
cara berpegang pada kepercayaan yang telah dibenarkan. Dalam definisi
ini, pengetahuan merupakan
Konstruksi dari kenyataan, dibandingkan sesuatu yang benar secara
abstrak. Penciptaan pengetahuan tidak hanya merupakan kompilasi dari
fakta-fakta, namun suatu proses yang unik pada manusia yang sulit
disederhanakan atau ditiru. Penciptaan pengetahuan melibatkan perasaan
dan sistem kepercayaan (belief sistems) dimana perasaan atau sistem
kepercayaan itu bisa tidak disadari (Bambang, 2013).
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
untuk terbentuknya tindakan seseorang. Dari pengalaman dan penelitian
ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng
daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Sebelum orang
mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru didalam diri seseorang terjadi
proses yang berurutan), yakni :
1. Awareness (kesadaran)
Dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih
dahulu terhadap stimulus (objek).
21
2. Interest (merasa tertarik)
Terhadap stimulus atau objek tersebut. Disini sikap subjek sudah
mulai timbul.
3. Evaluation (menimbang-menimbang)
Terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya.
4. Trial
Sikap dimana subyek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai
dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.
5. Adaption
Dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus
2.2.2 Tingkat Pengetahuan
1. Tahu (know)
Tahu dapat diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk juga mengingat kembali suatu yang
spesifik dari seluruh bahan yang di pelajari atau rangsangan yang telah
di terima dengan cara menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan,
dan sebagainya.
2. Memahami (Comprehention)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui dan dpat
menginterprestasikan materi tersebut secara benar.
22
3. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi sebenarnya. Aplikasi dapat diartikan
sebagai penggunaan hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya.
4. Analisis (Analysis)
Analisis merupakan suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu
materi kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam struktur
organisasi tersebut yang masih ada kaitannya antara satu dengan yang
lain dapat ditunjukan dengan menggambarkan, membedakan,
mengelompokkan, dan sebagainya.
5. Sintesis (Synthesis)
Sintesis merupakan suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru dengan dapat menyusun formulasi yang baru.
6. Evaluasi (Evaluation)
Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap
suatu materi penelitian didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan
sendiri atau kriteria yang sudah ada. Pengetahuan diukur dengan
wawancara atau angket tentang materi yang akan di ukur dari objek
penelitian (Notoadmodjo, 2011)
2.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Notoatmodjo (2011) berpendapat bahwa ada beberapa faktor yang
mempengaruhi pengetahuan seseorang, yaitu :
23
1. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian
dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur
hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar,makin tinggi
pendidikan seeorang makin mudah orang tersebut untuk menerima
informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung
untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media
massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula
pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. Pengetahuan sangat erat
kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan
pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula
pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa seorang yang
berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah
pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan
formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal.
Pengetahuan seseorang tentang sesuatu obyek juga mengandung dua
aspek yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek inilah yang
akhirnya akan menentukan sikap seseorang terhadap obyek tertentu.
Semakin banyak aspek positif dari obyek yang diketahui, akan
menumbuhkan sikap makin positif terhadap obyek tersebut .
2. Media masa atau informasi
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non
formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate
24
impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan
pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam
media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat
tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk
media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, penyuluhan
dan lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini
dan kepercayan orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas
pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi
sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi
baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi
terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut.
3. Sosial budaya dan ekonomi
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui
penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian
seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak
melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan
tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu,
sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan
seseorang.
4. Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik
lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh
terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang
25
berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya
interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai
pengetahuan oleh setiap individu.
5. Pengalaman
Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman baik dari pengalaman
pribadi maupun dari pengalaman orang lain. Pengalaman ini
merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran suatu
pengetahuan.
6. Usia
Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang.
Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap
dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin
membaik. Pada usia tengah (41-60 tahun) seseorang tinggal
mempertahankan prestasi yang telah dicapai pada usia dewasa.
Sedangkan pada usia tua (> 60 tahun) adalah usia tidak produktif lagi
dan hanya menikmati hasil dari prestasinya. Semakin tua semakin
bijaksana, semakin banyak informasi yang dijumpai dan sehingga
menambah pengetahuan (Cuwin, 2009)
2.2.4 Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan cara wawancara
atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari
subyek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin
26
kitaketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan
diatas (Nursalam, 2008) :
1. Tingkat pengetahuan baik bila skor > 75% - 100%
2. Tingkat pengetahuan cukup bila skor 56% - 75%
3. Tingkat pengetahuan kurang bila skor < 56%
2.3 Konsep Status Ekonomi
2.3.1 Pengertian Status Ekonomi
Status ekonomi adalah suatu kondisi ekonomi keluarga yang dapat
diukur dari pekerjaan maupun pendapatan dari kepala keluarga yang
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan papan
(Zakaria, 2012)
Bedasarkan penelitian yang dilakukan Simajuntak (2009) semkin
tinggi status ekonomi suatu keluarga maka semakin mudah seseorang
untuk merubah perilakunya. Hasil penelitian menyebutkan keluarga yang
berpenghasilan rendah 4 kali berpengaruh dalam pemnfaatan jamban.
Menurut George Soul, ekonomi adalah pengetahuan sosial yang
mempelajari tingkah laku manusia dalam kehidupan masyarakat
khususnya dengan usaha memenuhi kebutuhan dalam rangka mencapai
kemakmuran dan kesejahteraan (Richard G Lipsey dan Pete O Steiner,
1991:9).
Tidak hanya di Indonesia namun juga di luar negeri status sosial
ekonomi seseorang berpengaruh dalam kehidupan bermasyarakat,
pekerjaan, bahkan pendidikan. Menurut Polak (Abdulsyani, 2007:91)
27
status (kedudukan) memiliki dua aspek yaitu aspek yang pertama yaitu
aspek struktural, aspek struktural ini bersifat hierarkis yang artinya aspek
ini secara relatif mengandung perbandingan tinggi atau rendahnya
terhadap status-status lain, sedangkan aspek status yang kedua yaitu aspek
fungsional atau peranan sosial yang berkaitan dengan status-status yang
dimiliki seseorang. Kedudukan atau status berarti posisi atau tempat
seseorang dalam sebuah kelompok sosial. Makin tinggi kedudukan
seseorang maka makin mudah pula dalam memperoleh fasilitas yang
diperlukan dan diinginkan.
Kata status dalam kamus besar bahasa Indonesia berarti keadaan atau
kedudukan (orang atau badan) dalam hubungan dengan masyarakat di
sekelilingnya (kamus besar bahasa Indonesia, 1988). Menurut Soerjono
Soekanto (Abdulsyani, 2007:92), status sosial merupakan tempat
seseorang secara umum dalam masyarakatnya yang berhubungan dengan
orang-orang lain, hubungan dengan orang lain dalam lingkungan
pergaulannya, prestisenya dan hak-hak serta kewajibannya. Status sosial
ekonomi menurut Mayer (Soekanto, 2007:207) berarti kedudukan suatu
individu dan keluarga berdasarkan unsur-unsur ekonomi.
Menurut Nasution, kedudukan atau status menentukan posisi
seseorang dalam struktur sosial, yakni menentukan hubungan dengan
orang lain. Status atau kedudukan individu, apakah ia berasal dari
golongan atas atau ia berasal dari golongan bawah dari status orang lain,
hal ini mempengaruhi peranannya. Peranan adalah konsekuensi atau akibat
28
kedudukan atau status sosial ekonomi seseorang. Tetapi cara seseorang
membawakan peranannya tergantung pada kepribadian dari setiap
individu, karena individu satu dengan yang lain berbeda (Nasution,
1994:73).
Sedangkan FS. Chapin (Kaare, 1989:26) mengungkapkan status sosial
ekonomi merupakan posisi yang ditempati individu atau keluarga yang
berkenaan dengan ukuran rata-rata yang umum berlaku tentang
kepemilikan kultural, pendapatan efektif, pemilikan barang dan partisipasi
dalam aktifitas kelompok dari komunitasnya. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa status sosial ekonomi adalah tinggi rendahnya prestise yang
dimiliki seseorang berdasarkan kedudukan yang dipegangnya dalam suatu
masyarakat berdasarkan pada pekerjaan untuk memenuhi kebutuhannya
atau keadaan yang menggambarkan posisi atau kedudukan suatu keluarga
masyarakat berdasarkan kepemilikan materi.
Selain ditentukan oleh kepemilikan materi, status sosial ekonomi
seseorang dapat didasarkan pada beberapa unsur kepentingan manusia
dalam kehidupannya, status dalam kehidupan masyarakat, yaitu status
pekerjaan, status dalam sistem kekerabatan, status jabatan dan status
agama yang dianut. Dengan memiliki status, seseorang dapat berinteraksi
dengan baik terhadap individu lain (baik status yang sama maupun status
yang berbeda), bahkan banyak pergaulan sehari-hari seseorang tidak
mengenal seseorang secara individu, namun hanya mengenal status
individu tersebut. Status sosial ekonomi orang tua berkaitan dengan
29
kedudukan dan prestise seseorang atau keluarga dalam masyarakat serta
usaha untuk menciptakan barang dan jasa, demi terpenuhinya kebutuhan
baik jasmani maupun rohani.
Status sosial merupakan keadaan kemasyarakatan yang selalu
mengalami perubahan-perubahan melalui proses sosial. Proses sosial
terjadi karena adanya interaksi sosial. Menurut Abdulsyani (2002:152),
interaksi sosial diartikan sebagai hubungan timbale balik yang dinamis
yang menyangkut hubungan antara orang-orang secara perseorangan,
antara kelompok manusia maupun antara orang dengan kelompok-
kelompok manusia. Sedangkan kondisi ekonomi adalah keadaan atau
kenyataan yang terlihat atau terasakan oleh indera manusia tentang
keadaan orang tua dan kemampuan orang tua dalam memenuhi
kebutuhannya. Jadi permasalahan ekonomi yang dihadapi orang tua atau
keluarga utama adalah usaha atau upaya orang tua atau keluarga untuk
dapat memenuhi kebutuhannya sehingga mencapai kemakmuran.
Kebutuhan yang dimaksud adalah kebutuhan jasmani (material) dan
kebutuhan rohani (spiritual). Kondisi sosial ekonomi orang tua dalam
kehidupan sehari-hari dihadapkan pada dua hal yang saling berhubungan
yaitu adanya sumber-sumber penghasilan yang dimiliki orang tua atau
keluarga (pendapatan) yang sifatnya terbatas yang akan digunakan untuk
membiayai atau memenuhi kebutuhan keluarga yang tidak terbatas baik
jumlah maupun kualitasnya.
30
2.3.2 Macam-macam Status Sosial Ekonomi
Menurut proses perkembangannya, status sosial dapat dibedakan
menjadi dua macam, yaitu:
1. Ascribet status atau status yang diperoleh atas dasar keturunan.
Kedudukan ini diperoleh atas dasar turunan atau warisan dari
orang tuanya, jadi sejak lahir seseorang telah diberi kedudukan dalam
masyarakat. Kedudukan ini tidak memandang perbedaan-perbedaan
ruhaniah dan kemampuan seseorang tapi benar-benar didapatkan dari
keturunan (kelahiran). Contoh seorang suami dikodratkan memiliki
status berbeda dengan istri dan anaknya dalam keluarga, di masa
dimana emansipasi telah berkembang di bidang pendidikan, politik,
pekerjaan dan jabatan, wanita berkedudukan sama dengan laki-laki
namun wanita tidak akan bisa menyamai laki-laki dalam hal fisik dan
biologis (Abdulsyani, 2007: 93).
2. Achieved status atau status yang diperoleh atas dasar usaha yang
dilakukan secara sengaja.
Kedudukan ini diperoleh setelah seseorang berusaha melalui
usaha-usaha yang dilakukan berdasarkan kemampuannya agar dapat
mencapai kedudukan yang diinginkan. Contoh seseorang bisa
mendapatkan jabatan sebagai manager perusahaan asalkan bisa
memenuhi syarat yang telah ditentukan dan berusaha serta bekerja
keras dalam proses pencapaian tujuannya (Basrowi, 2005:63).
31
Mayor Polak membedakan lagi atas satu macam status yaitu
Assigned status atau status yang diberikan. Status ini berhubungan erat
dengan achieved status, status ini biasanya diperoleh karena
pertimbangan tertentu sehingga status tersebut diberikan, sebagai
contoh seseorang yang telah berjasa dalam memperjuangkan sesuatu
dalam memenuhi kepentingan dan kesejahteraan masyarakat, individu
yang bersangkutan mendapatkan status tersebut..
Tingkat pendapatan yang tinggi memungkinkan seseorang untuk
memanfaatkan pelayanan kesehatan yang baik jika dibandingkan
dengan seseorang yang berpenghasilan rendah yang cenderung kurang
memanfaatkan pelayanan kesehatan serta memelihara kesehatan untuk
membeli obat ataupun untuk ongkos transportasi yang dirasa berat
untuk pengeluaran (Soekidjo, 2007).
Sejalan dengan penelitian Kamria (2013) menyebutkan bahwa ada
hubungan antar tingkat pendapatan dengan pemanfaatan jamban
keluarga (p=0,013). Masyarakat dengan pendapatan rendah tidak
memanfaatkan jamban sebesar 48 (44,9%) dan memanfaatkan jamban
keluarga sebesar 41 (38,3%). Sedangkan masyarakat dengan
penghasilan tinggi yang tidak memanfaatkan jamban sebanyak 4
(3,7%).
32
2.4 Konsep Sikap
2.4.1 Pengertian Sikap
Sikap adalah juga merespon tertutup seseorang terhadap stimulus atau
objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang
bersangkutan (senang-tidak senang, setuju –tidak setuju, baik – tidak baik,
dan sebagainya). Newcomb, salah seorang ahli psikologi sosial
menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk
bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Dalam kata
lain, fungsi sikap belum merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau
aktivitas, akan tetapi merupakan faktor predisposisi perilaku (reaksi
tertutup) (Notoatmodjo, 2011)
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari
seseorang terhadap suatu stimulasi atau objek. Dari pengertian tersebut
dapat disimpulkan manifestasi sikap itu tidak dapat dilihat tetapi hanya
dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara
nyata menunujukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus
tertentu yang dalam kehidupan sehari- hari merupakan reaksi yang bersifat
emosional terhadap stimulus sosial. Newcomb dalam Soekidjo (2003),
salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa sikap itu merupakan
kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan
pelaksanaan motif tertentu. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi
terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai penghayatan terhadap objek.
33
2.4.2 Komponen Pokok Sikap
1. Kepercayaan atau keyakinan, ide, dan konsep terhadap obyek, artinya
bagaimana keyakinan dan pendapat atau pemikiran seseorang
terhadap objek.
2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap objek, artinya bagaimana
penilaian (terkandung didalamnya faktor emosi) orang tersebut
terhadap objek.
3. Kecenderungan untukk bertindak (tend to behave), artinya sikap
adalah merupakan komponen yang mendahului tindakan atau perilaku
terbuka. Sikap adalah ancang-ancang untuk bertindak atau berperilaku
terbuka.
2.4.3 Tingkatan Sikap
1. Menerima (Receiving)
Diartikan bahwa seseorang atau subyek menerima stimulus yang
diberikan (objek). Misalnya, sikap seseorang terhadap periksa hamil
dapat diketahui dan diukur dari kehadiran si ibu untuk mendengarkan
penyuluhan di lingkungannya.
2. Menanggapi (Responding)
Menanggapi di sini diartikan memberikan jawaban atau tanggapan
terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi. Misalnya, seorang ibu
yang mengikuti penyuluhan tersebut ditanya atau diminta menanggapi
oleh penyuluh, kemudian ia menjawab atau menanggapainya.
34
3. Menghargai (valuing)
Menghargai diartikan subjek, atau seseorang memberikan nilai yang
positif terhadap objek atau stimulus, dalam arti membahasnya dengan
orang lain dan bahkan mengajak atau mempengaruhi atau
menganjurkan orang lain merespons.
4. Bertanggung Jawab (Responsible)
Sikap yang paling tinggi tingkatannya adalah bertanggung jawab
terhadap apa yang telah diyakininya. Seseorang yang telah mengambil
sikap tertentu berdasarkan keyakinannya, dia harus beranni
mengambil resiko bila ada orang lain yang mencemooh atau adanya
risiko lain.
2.4.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap
Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap keluarga terhadap objek
sikap antara lain :
1. Pengalaman pribadi
Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi
haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih
mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam
situasi yang melibatkan faktor emosional.
2. Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang
konformis atau searah dengan sikap orang yang diangap penting.
Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk
35
berafilisasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang
yang di anggap penting tersebut.
3. Pengaruh Kebudayaan
Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap
kita terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap
anggota masyarakatnya, karena kebudayaanlah yang memberi corak
pengalaman individu-individu masyarakat asuhannya.
4. Media massa
Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media komunikasi
lainnya, berita yang seharusnya faktual disampaikan secara obyektif
cenderung dipengaruhi oleh sikap penulisannya, akibatnya
berpengaruh terhadap sikap.
5. Lembaga Pendidikan dan lembaga agama
Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan agama sangat
menentukan sitem kepercayaan tidaklah mengherankan jika kalau
pada gilirannya konsep tersebut mempengaruhi sikap.
6. Faktor emosional
Suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari emosi yang
berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan
bentuk mekanisme pertahanan ego.
2.4.5 Pengukuran Sikap
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung ataupun tidak
langsung. Pengukuran secara langsung dapat dilakukan dengan
36
mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang stimulus atau objek yang
bersangkutan. Pertanyaan secara langsung juga dapat dilakukan dengan
cara memberikan pendapat dengan menggunakan kata “setuju” atau “tidak
setuju” terhadap pernyataan-pernyataan objek tertentu, dengan
menggunakan skala likert (Notoatmodjo, 2011).
2.5 Konsep Perilaku
2.5.1 Pengertian Perilaku
Perilaku mansia adalah refleksi dari berbagai gejala kejiwaan seperti
pengetahuan, persepsi, minat, keinginan dan sikap. Hal-hal yang
mempengaruhi perilaku seseorang sebagian terletak dalam diri idividu
sendiri yang disebut faktor internal sebagian lagi terletak diluar dirinya
atau disebut faktor exsternal yaitu faktor lingkungan (Notoatmodjo, 2012)
Menurut Skiner (1938) dalam Soekidjo (2007:133) Perilaku merupakan
suatu reaksi atau respon dari seseorang terhadap stimulus (rangsang dari
luar). Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus Skiner membagi
perilaku menjadi dua yaitu:
1. Perilaku tertutup (covert behaviour)
Bentuk respons ini masih tertutup, terbatas hanya pada persepsi,
perhatian, pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi pada
seseorang dan dapat diamati oleh orang lain.
2. Perilaku Terbuka (overt behaviour)
Merupakan respons seseorang terhadaparangsangan berupa tindakan
nyata. Dapat dilihat oleh orang lain dalam bentuk tindakan / praktik.
37
Misalnya seorang ibu yang pergi ke puskesamas untuk memeriksakan
kandungannya. Sedangkan menurut Soekidjo (2007) perilaku
merupakan tindakan atau semua aktivitas manusia yang dapat diamati
secara langsung ataupun tidak langsung oleh orang lain.
2.5.2 Perilaku Kesehatan
Berdasarkan batasan perilaku dari Skiner dalam Soekidjo (2007:136)
yang dimaksud perlaku kesehatan adalah respons seseorang terhadap suatu
rangsangan. Dari batasan ini, perilaku kesehatan di klasifikasikan menjadi
3 kelompok :
1. Perilaku Pemeliharaan Kesehatan (Health maintanance) Merupakan
usaha atau tindakan yang dilakukan seseorang untuk menjaga
kesehatan jika sakit, serta usaha untuk penyembuhan bilamana sakit.
2. Perilaku Pencarian dan Penggunaan Sistem atau Fasilitas Pelayanan
Kesehatan (Health seeking behaviour) Perilaku kesehatan berupa
tindakan yang dilakukan apabila menderita suatu penyakit serta
kecelakaan. Tindakan ini dimulai dari mengobati diri sendiri hingga
mencari pengobatan ke luar negeri.
3. Perilaku Kesehatan Lingkungan Perilaku seseorang untuk menjaga
lingkungannya baik lingkungan fisik, sosial dan budaya agar tidak
mengganggu kesehatannya sendiri, keluarga atau masyarakat.
Sedangkan menurut Becker (1979) dalam Soekidjo (2007)
menyebutkan perilaku yang berhubungan dengan kesehatan (health
relatedbehaviour) adalah:
38
1. Perilaku Kesehatan (health behaviour) yaitu hal hal yang berkaitan
dengan tindakan dalam memelihara kesehatan, termasuk didalamnya
tindakan mencegah penyakit, hygiene perorangan, kebersihan memilih
makanan, sanitasi, dan sebgainya.
2. Perilaku Sakit (illness behaviour) segala tindakan yang dilakukan
seseorang yang merasa sakit untuk mencoba mengenal kemampuan
atau pengetahuan individu, penyebab sakit, serta usaha usaha untuk
mencegah sakit.
3. Perilaku Peran Sakit (the sick role behaviour) segala tindakan individu
atau seseorang yang sedang sakit untuk memperoleh kesembuhan.
Perilaku ini berpengaruh terhadap kesehatannya sendiri, juga
terhadapa orang lain, anak anak misalnya yang belum memiliki
tanggung jawab sendiri tentang kesehatannya.
2.5.3 Domain Perilaku
Perilaku merupakan aktivitas seseorang yang merupakan bentuk
respons terhadap suatu stimulus dari luar, dan berbeda beda tiap respons
yang diberikan tergantung pada faktor faktor darin orang yang
bersangkutan, baik faktor internal ataupun eksternal. Faktor faktor yang
membedakan respons terhadap rangsangan merupakan determinan
perilaku. Menurut Bloom (1908) dalam Soekidjo (2007:139) perilaku
manusia terbagi menjadi 3 domain antara lain:
39
1. Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan merupaka hasil dari tahu setelah terjadi pengindraan
terhadap suatu objek tertentu. Sebagian besar pengindraan manusia
diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan domain
yang sangat penting dalam membentuk suatu tindakan seseorang.
Tingkatan pengetahuan dalam domain kognitif :
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang pernah di
pelajari sebelumnya. Mulai dari menyebutkan, menguraikan,
mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.
b. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang telah di ketahui. Termasuk di
dalamnya menjelaskan, menyimpulkan, meramalkan terhadap
suatu objek yang telah dipelajari.
c. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari ke dalam situasi atau kondisi yang
sebenarnya.
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah kemampuan menjabarkan materi kedalam
komponen-komponen, sepeti mengelompokkan, menggambarkan,
dan sebagainya.
40
e. Sintesis (Syntesis)
Sintesis merupakan kemampuan untuk menyusun komponen-
komponen ke dalam suatu bentuk yang baru.Misalnya menyusun,
meringkas teori yang sudah ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi merupakan kemampuan untuk melakukan penilaian
terhadap suatu objek berdasarkan kriteria yang telah ditentukan.
2. Sikap (Attitude)
Sikap merupakan kesiapan untuk betindak terhadap objek di
lingkungan tertentu terhadap suatu objek. Sikap belum tergolong suatu
tindakan tetapi merupakan predisposisi tindakan atau perilaku, karena
sikap merupakan reaksi yang masih tertutup. Pengukuran sikap dapat
secara langsung atau tidak langsung.
Sikap terdiri dari berbagai tingkatan yaitu:
a. Menerima (Receiving)
Menerima artinya seseorang mau menerima stimulus yang
diberikan.
b. Merespon (Responding)
Merespon artinya memberikan jawaban atas pertanyaan,
mengerjakan serta menyelesaikan stimulus (tugas) yang
diberikan.
41
c. Menghargai (Valving)
Menghargai diartikan bahwa seseorang mampu mengajak orang
lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu objek.
d. Bertanggung Jawab (Responsible)
Bertanggung jawab artinya menerima segala sesuatu yang telah
diplihnya dengan berbagai resiko.
3. Praktik atau Tindakan (Practice)
Suatu sikap belum tentu terwujud dalam suatu tindakan atau praktik.
Sehingga perlu faktor pendukung atau fasilitas untuk mewujudkan
sikap menjadi suatu tindakan nyata. Pengukuran praktik atau tindakan
dapat dilakukan secara tidak langsung yaitu dengan wawancara, dan
secara langsung dengan observasi kegiatan responden. Praktik atau
Tindakan memiliki beberapa tingkatan:
a. Persepsi (Perception) Persepsi diartikan sebagai tindakan
mengenal serta memilih objek sehubungan dengan tindakan yang
akan dilakukan.
b. Respons terpimping (Guided response) Merupakan tindakan yang
dilakukan sesuai dengan urutan yang benar.
c. Mekanisme (Mecanism) Mekanisme diartikan apabila tindakan
yang dilakukan sudah sesuai dengan urutan yang benar dan sudah
menjadi kebiasaan.
d. Adopsi (Adoption) Adaptasi diartikan sebagai tindakan yang
sudah berkembang dengan baik.
42
2.5.4 Peranan Perilaku Terhadap Kesehatan
Blum (1974) dalam Machfoedz (2010) menegaskan bahwa tidak
hanya perilaku yang mempengaruhi sehat atau tidaknya seseorang. Ada
faktor-faktor lain, yakni faktor keturunan, faktor lingkungan, faktor
pelayanan kesehatan dan barulah faktor perilaku. Dengan demikian, faktor
perilaku hanyalah sebagian dari masalah yang harus kita upayakan untuk
menjadi individu dan masyarakat menjadi sehat.
2.6 Faktor Pendukung
2.6.1 Sarana/ Fasilitas
Sarana sanitasi merupakan sarana peturasan yang diperlukan dalam
suatu rumah tangga, kantor, dan fasilitas sosial. Dapat berupa sarana
jamban keluarga (JAGA) atau jamban institusi (JASI) yang dapat
digunakan untuk keperluan 10-25 jiwa, tergantung luas lahan dan jumlah
pemakai yang direncanakan.
1. Sarana sanitasi ini dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a. Jamban individual merupakan jamban keluarga (JAGA) yang
hanya dimiliki oleh satu keluarga (rumah), serta memiliki
bangunan penampungan tinja setempat yang saniter berupa tangki
septik, cubluk atau yang sejenisnya.
b. Jamban komunal lebih merupakan jamban kolektif, karena
penampungan tinjanya digunakan secara bersama, namun
bangunan jambannya dapat ditempatkan 2 – 5 unit pada masing–
masing rumah tangga yang berada disekitarnya. Umumnya
43
jamban komunal ini dapat ditempatkan pada lokasi terbatas atau
disekitar lokasi yang terdapat banyak sarana air bersihnya seperti
sumur gali/ sumur bor yang masih berfungsi baik untuk keperluan
memasak dan mencuci.
c. Jamban institusi (JASI) merupakan jamban yang digunakan
secara bersama oleh anggota institusi tersebut atau bagi
masyarakat yang memerlukannya. Bangunan jamban ini dapat
lebih dari satu ruang, sesuai dengan keperluannya. Umumnya
jamban institusi ini ditempatkan pada fasilitas umum yang
terdapat di desa, masjid, sekolah, kantor desa/ camat dan
Puskesmas.
2. Sarana Penampungan Air Limbah (SPAL), merupakan juga sarana
sanitasi untuk keperluan peresapan air kotor hasil aktivitas
penggunaan air bersih oleh masyarakat, sisa pencucian, mandi, dapur
dan dari sisa pemakaian air bersih melalui sarana Sumur Gali, Kran
Umum, Hidran Umum, dll.
2.6.2 Kondisi Jamban
Bangunan jamban dapat dibagi menjadi 3 bagian utama, yaitu:
1. Bangunan bagian atas, disebut Rumah Jamban, berlabel “A”;
2. Bangunan bagian tengah, disebut Slab atau dudukan jamban, berlabel
“T”
3. Bangunan bagian bawah, disebut penampung tinja, berlabel “B”.
Setiap bagian diuraikan dengan lebih terperinci di bawah ini:
44
a. Bangunan bagian atas (Rumah Jamban) Bagian ini secara utuh
terdiri dari bagian atap, rangka, dan dinding. Namun dalam
prakteknya, kelengkapan bangunan ini disesuaikan dengan
kemampuan dari masyarakat di daerah tersebut. − Atap
memberikan perlindungan kepada penggunanya dari sinar
matahari, angin dan hujan. Dapat dibuat dari daun, genting, seng,
dan lain-lain. − Rangka digunakan untuk menopang atap dan
dinding. Dibuat dari bambu, kayu, dan lain-lain. − Dinding adalah
bagian dari rumah jamban. Dinding memberikan privasi dan
perlindungan kepada penggunanya. Dapat dibuat dari daun,
gedek/ anyaman bambu, batu bata, seng, kayu, dan lain-lain.
b. Bangunan bagian tengah (Slab/ Dudukan Jamban) − Slab
menutupi sumur tinja (pit), dan dilengkapi dengan tempat
berpijak. Slab dibuat dari bahan yang cukup kuat untuk menopang
penggunanya. Bahanbahan yang digunakan harus tahan lama dan
mudah dibersihkan seperti kayu, beton, bambu dengan tanah liat,
pasangan bata dan sebagainya. − Tempat abu atau air adalah
wadah untuk menyimpan abu pembersih atau air. Penaburan
sedikit abu ke dalam sumur tinja (pit) setelah digunakan akan
mengurangi bau, mengurangi kadar kelembaban dan membuatnya
tidak menarik bagi lalat untuk berkembang biak. Air dan sabun
dapat digunakan untuk mencuci tangan dan membersihkan bagian
yang lain.
45
c. Bangunan bagian bawah (Penampung Tinja) Penampung tinja
adalah lubang di bawah tanah, dapat berbentuk persegi, lingkaran/
bundar atau empat persegi panjang, sesuai dengan kondisi tanah.
Kedalaman bergantung pada kondisi tanah dan permukaan air
tanah di musim hujan. Pada tanah yang kurang stabil, penampung
tinja harus dilapisi seluruhnya atau sebagian dengan bahan
penguat seperti anyaman bambu, batu bata, ring beton, dan lain-
lain.
2.7 Faktor Penguat
2.7.1 Peran Petugas Kesehatan
Penyuluh kesehatan masyarakat dan kesehatan lingkungan merupakan
salah satu tugas pokok puskesmas. Keluarga merupakan salah satu unit
terkecil yang memiliki kewenangan dalam mendapatkan arahan dari
pelaksanaan kegiatan pokok puskesmas tersebut.
Hasil penelitian Erlinawati (2011) menyebutkan adanya hubungan
yang bermakna antara pembnaan penggunaan jamban oleh petugas
puskesmas dengan perilaku keluaga terhadap penggunaan jamban
(OR=0,45). Artinya keluarga yang telah mendapatkan pembinaan dari
petugas kesehatan memiliki peluang penggunaan jamban sebesar 4,5 kali
dibandingkan dengan keluarga yang tidak mendapatkan bembinaan.
2.7.2 Dukungan Keluarga dan Tokoh Masyarakat
Dukungan yang tersedia bagi seseorang melalui interaksi dengan
orang lain disekitarnya, seperti keluarga akan mempengaruhi kesehatan
46
dan kesejahteraan orang tersebu. Seseorang yang mendapatkan dukungan
social akan lebih merasa nyaman, diperdulikan, dihargai, dibantu dan
diterima suatu kelompok. Dengan adanya dukungan tersebut maka dapat
menciptakan respon yang positif terhadap kesehatan seseorang (Eunike R.,
2008: 80).
Dalam penelitian Mukherje (2011) menunjukan salah satu faktor yang
menyebabkan seseorang buang air besar disungai adalah karena melihat
orang tua dan tetangganya melakukan hal yang sama. Keberadaan orang di
masyarakat dapat merubah perilaku tersebut kea rah yang lebih baik.
Menurut Erlinawati (2011) dukungan tokoh masyarakat sangat
berpengaruh serta dianggap penting oleh masyarakat. Hasil penelitianya
menyebutkan adanya hubungan yang bermakna antara dukungan tokoh
masyarakat dengan perilaku keluarga terhadap penggunaan jamban
(OR=0,8) yaitu keluarga yang mendapatkan dukungan dari tokoh
masyarakat, kader posyandu, LSM memiliki peluang menggunakan
jamban 2,8 kali dibandingkan keluarga yang tidak mendapatkan dukungan.
47
2.8 Kerangka Teori
Menurut L. Green dalam notoatmodjo (2011), perilaku ditentukan
oleh tiga faktor utama yaitu faktor predisposisi (predisposing factors),
faktor pendukung (enabling factors), dan faktor penguat (reinforcing
factors).
Gambar 2.1 : Kerangka Teori
Sumber : Lawrence Green (Notoatmodjo, 2011)
Faktor
predisposisi
Faktor
pendukung
Faktor penguat
Pemilihan
jamban
Pengetahuan
Status Ekonomi
Perilaku
Sarana/fasilitas
Kondisi jamban
Peran petugas
kesehatan
Dukungan
keluarga dan
tokoh masyarakat
Sikap
48
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual adalah suatu hubungan atau kaitan anatara
konsep satu terhadap konsep yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti,
yang gunannya untuk menghubungkan atau menjelaskan secara panjang
lebar tentang suatu topik yang akan dibahas. (Sapto Haryoko dalam
iskandar, 2008) Kerangka Konseptual dalam penelitian ini dirumuskan
sebagai berikut :
Variabel Bebas Variabel Terikat
Gambar 3.1 Kerangka Konsep
3.2 Hipotesa Penelitian
Hipotesa Penelitian adalah jawaban sementara terhadap masalah yang
masih bersifat praduga karena masih harus dibuktikan
kebenarannya. Hipotesis ilmiah mencoba mengutarakan jawaban
sementara terhadap masalah yang kan diteliti (Sugiyono, 2013).
Ha : Ada pengaruh pengetahuan terhadap penggunaan jamban
1. Pengetahuan
2.5.1 Ekono
mi
2.5.2 Sikap
2.5.3 Perilak
u
Penggunaan Jamban
2. Ekonomi
2.5.4 Ekonomi
2.5.5 Sikap
2.5.6 Perilaku
3. Sikap
2.5.7 Ekonomi
2.5.8 Sikap
2.5.9 Perilaku
4. Perilaku
2.5.10 Ekonomi
2.5.11 Sikap
2.5.12 Perilaku
49
Ha : Ada pengaruh ekonomi terhadap penggunaan jamban
Ha : Ada pengaruh sikap terhadap penggunaan jamban
Ha : Ada pengaruh perilaku terhadap penggunaan jamban
50
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik
Observasional penelitian ini bertujuan menggali bagaimana dan mengapa
fenomena kesehatan itu terjadi, selanjutnya melakukan analisis dinamika
korelasi antar fenomena tersebut (Sulistyaningsih, 2011). Dalam penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
pemilihan jamban di Desa Blimbing Kecamatan Dolopo Kabupaten
Madiun.
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan cross
sectional. Pendekatan ini mempelajari dinamika kolerasi antara faktor-
faktor resiko dan efeknya. Variabel-variabel yang termasuk faktor resiko
dan variabel yang termasuk efek di obserfasi sekaligus pada saat yang
sama (Sulistyaningsih, 2011).
Dalam penelitian ini merupakan anlisis data yang diperoleh dari data
Desa Blimbing dimana variabel bebas dan terikat diukur dalam waktu
yang bersamaan yaitu pada saat pengisisan kuesioner
4.2 Populasi dan Sampel
4.2.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/ subyek
yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
51
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi
bukan hanya orang, tetapi juga benda-benda alam yang lain. Populasi juga
bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/ subyek yang dipelajari, tetapi
meliputi seluruh karakteristik/ sifat yang dimiliki oleh obyek atau subyek
itu (Notoatmodjo, 2011). Populasi merupakan keseluruhan sumber data
yang diperlukan dalam suatu penelitian.
Populasi target pada penelitian ini adalah jumlah seluruh pemilik
rumah yang berada di tiga dusun Yaitu dusun Duren, Dusun Krajan, Dusun
Pakisaji Desa Blimbing Kecamatan Dolopo Kabupaten Madiun.
4.2.2 Sampel
Sampel adalah sebagian populasi dengan ciri-cirinya yang diselidiki
atau di ukur (Sumantri, 2011). Sampel penelitian adalah sebagian yang
diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili
seluruh populasi. Sampel pada penelitian adalah sebagian dari jumlah
seluruh pemilik rumah yang berada di tiga dusun di Desa Blimbing
kecamtan Dolopo Kabupaten Madiun yang sudah di hitung menggunakan
rumus Slovin Sebagai berikut :
Rumus Slovin :
n = N
1+ (Nx e)2
Keterangan :
n : Ukuran sampel
N : Populasi
e : Error
52
Dalam Penelitian ini Besaran sampel penelitian dapat diperoleh dengan
rumus slovin (Nursalam,2013) sebagai berikut :
n = 𝑁
1+ (𝑁𝑥 𝑒)2
n = 1145
1+1145 𝑥 (0,1)2
n = 1145
1+(1,145 𝑥 0,01)
n = 1145
1+11,45 = 91,96
dibulatkan menjadi = 92
Dari perhitungan rumus slovin diatas didapatkan hasil jumlah
responden sebanyak orang. Untuk menentukan jumlah sasaran 92 rumah.
Untuk penentuan sampel di setiap desa menggunakan rumus sebagai
berikut :
n =𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑚𝑖𝑙𝑖𝑘 𝑟𝑢𝑚𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑟 𝑑𝑢𝑠𝑢𝑛
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑚𝑖𝑙𝑖𝑘 𝑟𝑢𝑚𝑎ℎ𝑥 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛
Berikut perhitungan sampel dari setiap Dusun di Desa Blimbing,
Kabupaten Madiun dengan rincian sebagai berikut :
Tabel 4.1 Sampel dari setiap Dusun
No Lokasi Sampel
1. DUSUN DUREN n =401
1145𝑥 92 = 32
2 DUSUN KRAJAN n =368
1145𝑥 92 = 30
3. DUSUN PAKISAJI n =376
1145𝑥 92 = 30
TOTAL 92
53
4.3 Teknik Sampling
Teknik sampling adalah teknik pengambilan sampel. Menurut
Notoatmodjo (2012) Teknik sampling adalah cara atau teknik-teknik
tertentu dalam mengambil sampel penelitian sehingga sampel tersebut
sedapat mungkin mewakili populasinya. Teknik sampling sampel diambil
dengan menggunakan teknik Propotional Random Sampling. Maka setiap
unit sampling sebagai unsur populasi yang terpencil memperoleh peluang
yang sama untuk menjadi sampel atau untuk mewakili populasinya. Cara
tersebut dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen. Teknik
tersebut dapat dipergunakan bila jumlah unit sampling dalam suatu
populasi tidak terlalu besar. Cara pengambilan sampel dengan simple
random sampling dapat dilakukan dengan metode undian, ordinal, maupun
tabel bilangan random.
4.4 Kerangka Kerja Penelitian
Kerangka kerja penelitian merupakan kerangka pelaksanaan penelitian
mulai dari pengambilan data sampai menganalisa hasil penelitian (STIKES
Bhakti Husada Mulia Madiun, 2015:44).
Kerangka kerja dalam peneltian ini adalah sebagai berikut:
54
Gambar 4.1 Kerangka Kerja Penelitian
4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
4.5.1 Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota-
anggota suatu kelompok yang berada dengan yang dimiliki oleh kelompok
lain (Notoatmodjo, 2010). Variabel ini dibedakan menjadi dua yaitu
variabel independent (bebas) dan variabel dependent (terikat).
Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah jumlah seluruh rumah sebesar 1145 yang berada
di tiga Dusun Desa Blimbing Kecamtan Dolopo Kabupaten Madiun.
Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah sebagian dari rumah yang berada di Desa Blimbing Kecamatan
Dolopo Kabupaten Madiun sebanyak 92 pemilik rumah.
Desain penelitian
Desain penelitian pada penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan
crossectional
Pengumpulan data
Data yang dikumpulkan yaitu data kuesioner dan observasi
Pengolahan data
Pengolahan data Editing, entry, coding, cleaning, tabulating
Penyajian hasil dan kesimpulan
Tekhnik Sampling
Propotional Random Sampling
Analisa data univariat dan bivariat
55
1. Variabel Independent (bebas)
Variabel Independent (bebas) merupakan variabel yang
mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya atau timbulnya
variabel dependent (Sugiyono, 20013). Variabel independent dalam
penelitian ini adalah pengetahuan, status ekonomi, sikap, perilaku
2. Variabel Dependent (terikat)
Variabel Dependent (terikat) merupakan variabel yang di
pengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas
(Sugiyono, 2013). Variabel dependent dalam penelitian ini adalah
pemilihan jamban.
4.5.2 Definisi Operasional
Definisi operasional variabel adalah penjelasan tentang bagaimana
suatu variabel akan diukur serta alat ukur apa yang digunakan untuk
mengukurnya. Definisi operasional variabel bukanlah define teoritis. Tidak
semua variabel peril diberikan definisi operasional, hanya variabel yang
mempunyai lebih dari satu cara pengukuran, atau variabel yang
pengukurannya spesifik, atau variabel yang belum memiliki alat ukur
standar dan perlu dikembangkan alat ukur oleh penrliti (Rosjidi & Liawati,
2013: 81). Berikut definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
56
Tabel 4.2 Operasional Variabel Penelitian
Variabel Definisi
Operasional Parameter Alat Ukur Hasil Ukur
Skala
Data
Independen
Pengetahuan
Pengetahuan
responden
mengenai
pemilihan
jamban yang
meliputi
:pengertian,
jenis-jenis
jamban, hingga
pemanfaatan
jamban.
1. Mengetahui
Tentang
Pengertian
jamban.
2. Mengetahui
Tentang jenis-
jenis jamban.
3. Mengetahui
pemanfaatan
jamban.
Kuesioner Pengetahuan
kurang baik jika
≤50
Pengetahuan baik
jika >50%
Nominal
Idependen
Status
ekonomi
Status ekonomi
didasarkan
pada
pendapatan
yaitu segala
bentuk
penghasilan
yang diterima
oleh keluarga
dalam bentuk
rupiah yang
diterima setiap
bulannya.
1. Pendapatan
rendah
2. Pendapatan
tinggi
kuesioner 1. Pendapatan
rendah
(kurang dari
besaran
UMR=
Rp.1.500.000)
2. Pendapatan
tinggi (lebih
dari atau
sama dengan
besaran UMR
=
Rp.
1.500.000)
Nominal
Independen
Perilaku
Tindakan
responden
dalam
pemilihan
jamban sebagai
tempat setiap
buang air besar
Perilaku responden :
1. Tidak
menggunakan
Jamban Sehat.
2. Menggunakan
jamban sehat.
Kuesioner 1. Jamban Tidak
Srehat
2. Jamban sehat
Nominal
Independen
Sikap
Sikap
responden
terhadap
pemilihan
jamban.
Sikap Responden :
1. Negatif jika
responden
tidak menerima
masukan atau
saran mengenai
jamban sehat.
2. Positif jika
responden mau
menerima
masukan atau
saran mengenai
jamban sehat.
Kuesioner
menggunakan
skala likert
Jika data
berdistribusi
normal :
1. Sikap positif,T
≥ Mean
2. Sikap negatif,
T < Mean
Jika data tidak
berdistribusi
normal:
1. Sikap positif ,
T ≥ Median
2. Sikap negatif,
T < Median
Ordinal
Dependent
Penggunaan
Jamban
Pemilihan
jamban adalah
kemampuan
individu dalam
1. Kurang Biak
jika Memilih
menggunakan
jamban tidak
Kuesioner
dan
Observasi.
Kurang Baik jika
≤50%
Baik jika >50%
Nominal
57
Variabel Definisi
Operasional Parameter Alat Ukur Hasil Ukur
Skala
Data
menentukan
type jamban
yang mereka
gunakan.
sehat
(Cemplung,
Bab disungai)
2. Baik jika
Memilih
Menggunakan
Jamban sehat
(Jamban leher
angsa, Jamban
duduk)
4.6 Instrumen Penelitian
4.6.1 Uji Validitas
Pada pengamatan dan pengukuran observasi, harus diperhatikan
beberapa hal yang secara prinsip sangat penting yaitu uji validitas,
reabilitas dan ketepatan fakta atau kenyataan hidup (data) yang
dikumpulkan dari alat dan cara pengumpulan data maupun kesalahan-
kesalahan yang sering terjadi pada pengamatan atau pengukuran oleh
pengumpul data (Nursalam, 2013). Prinsip validitas adalah pengukuran
dan pengamatan yang berarti prinsip keandalan instrument dalam
mengumpulkan data.
Sebelum kuesioner digunkan untuk memperoleh data primer, dilakuan
uji validitas dan reabilitas pada item-item pertanyaan dalam kuesioner.
Jadi kuesioner yang valid dan reliabel merupakan syarat untuk
mendapatkan hasil penelitian yang valid dan reliabel pula (Sugiyono,
2010).
Uji validitas dilakukan pada setiap butir pertanyaan pada kuesioner.
Validitas kuesioner dapat diketahui dengan cara melakukan korelasi antar
58
skor masing-masing variabel dengan skor total Hasil r hitung dibandingkan
dengan r tabel, dimana df = n-2 dengan signifikasi 5%. Jika r hitung > r
tabel maka pertanyaan tersebut valid (Sujarweni, 2015). Teknik korelasi
yang digunakan adalah korelasi pearson product moment menggunakan
program aplikasi pengolah data statistik SPSS 16.0.
Dengan menggunakan jumlah responden sebanyak 30 maka nilai r
tabel dapat diperoleh melalui tabel r product moment pearson dengan df
(degree of freedom) = n-2, sehingga df = 30 – 2 = 28, maka r tabel =
0,312.
4.6.2 Uji Reliabilitas
Setelah melakukan uji validitas maka selanjutnya melakukan uji
reliabilittas. Reliabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran atau
pengamatan bila fakta atau kenyataan hidup tadi diukur atau diamati
berkali-kali dalam waktu yang berlainan (Nursalam, 2013). Uji reliabilitas
dapat dilihat pada nilai cronbach alpha, jika nilai alpha > 0,60 maka
kontruk pernyataan yang merupakan dimensi variabel adalah reliabel.
4.7 Lokasi dan Waktu Penelitian
4.7.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di desa Blimbing Kecamatan Dolopo
Kabupaten Madiun.
4.7.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini mulai dilakukan pada bulan Mei- selesai 2018.
59
4.8 Prosedur Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer didapat dari jawaban atas kuesioner yang diberikan
kepada responden petani padi .
Jenis Data antara lain :
1. Data Primer
Data primer diperoleh dari kuesiner yang langsung ke lokasi di
desa Blimbing Kecamatan Dolopo Kabupaten Madiun dan
memberikan lembar kuesioner.
2. Data Sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini adalah data jumlah
penggunaan jamban di desa Blimbing Kabupaten Madiun
Proses-proses dalam pengumpulan data pada penelitian ini
dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Meminta izin kepada Kaprodi Kesehatan Masyarakat STIKES
Bhakti Husada Mulia Madiun dan Pimpinan untuk
menandatangani surat ijin penelitian dan diserahkan kepada
Badan Kesatuan Bangsa dan Negara Kabupaten Madiun untuk
menyetujui surat ijin penelitian.
b. Mendapatkan ijin dari Badan Kesatuan Bangsa dan Politik
Kabupaten Madiun dan Dinas Kesehatan Kabupaten Madiun.
c. Mendapatkan ijin dari Dinas Kesehatan Madiun.
60
d. Mendatangi rumah atau tempat tinggal responden yang telah
memenuhi kriteria inklusi maupun eksklusi di desa Blimbing
Kabupaten Madiun.
e. Meminta kesediaan responden yang menjadi sampel dengan
terlebih dahulu menjelaskan maksud dan tujuan penelitian.
f. Meminta kesukarelaan responden untuk menandatangani
informed consent.
g. Memberikan kuesioner kepada responden untuk diisi. Pada saat
responden kesulitan maka kuesioner dibacakan dan responden
diminta menjawab sesuai pilihan dalam kuesioner.
h. Mengumpulkan hasil kuisioner yang telah diisi responden,
selanjutnya dilakukan pengolahan data dan dianalisis.
4.9 Pengolahan dan Analisis Data
4.9.1 Pengolahan Data
Proses pengolahan data dilakukan melalui tahap-tahap sebagai berikut :
1. Editing
Editing adalah upaya untuk mememeriksa atau pengecekan
kembali data maupun kuesioner yang diperoleh atau dikumpulkan.
Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data, pengisian
kuesioner, dan setelah data terkumpul (Notoatmodjo, 2010).
61
2. Entry
Mengisi masing–masing jawaban dari responden dalam bentuk
kode dimasukkan ke dalam program atau kolom–kolom lembar kode
(Notoatmodjo, 2010).
3. Cleaning
Cleanig merupakan kegiatan pengecekan kembali untuk melihat
kemungkinan-kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode,
ketidak lengkapan kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi
(Notoatmodjo, 2010).
4. Coding
Coding setelah semua data diedit atau disunting, selanjutnya
dilakukan pengodean atau coding, yakni mengubah data berbentuk
kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan (Notoatmodjo,
2010).
5. Tabulating
Tabulating yaitu memasukkan data dari hasil penelitian kedalam
tabel-tabel sesuai kriteria (Notoatmodjo, 2010).
4.9.2 Analisa Data
1. Analisis Univariat
Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau
mendiskripsikan setiap variabel penelitian. Pada umumnya dalam
analisis ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan presentase
dari setiap variabel (Notoatmodjo, 2010). Data yang akan di analisis
62
dengan univariat adalah Pengetahuan masyarakat tentang kegunaan
jamban sehat, Macam-macam Jamban Sehat, Status Ekonomi
Masyarakat sekitar, Perilaku Masyarakat dalam penggunaan jamban,
Sikap Masyarakat dalam mengaplikasikan jamban dalam kehidapan
sehari-hari mereka dalam pemilihan jamban.
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat merupakan analisis yang dilakukan terhadap dua
variabel yang diduga berhubungan atau berkolerasi (Notoatmodjo,
2010). Analisis ini dilakukan untuk mengetahui hubungan yang
signifikan dari kedua variabel, yaitu variabel independent dan
dependent. yang dianalisis dengan uji statistik Chi-square dan
menggunakan SPSS versi 16 for Windows dengan tingkat kemaknaan
α = 0,05.
Syarat Uji Chi Square adalah sebagai berikut :
a. Untuk tabel lebih dari 2 x 2, continuity correction untuk tabel 2 x
2 dengan expected count < 5.
b. Sedangkan Fisher’s exact digunakan untuk tabel 2 x 2 dengan
expected count > 5.
c. Semua pengamatan dilakukan dengan independen.
d. Setiap sel paling sedikit berisi frekuensi harapan 1 (satu). Sel- sel
dengan frekuensi harapan kurang dari 5 tidak melebihi 20% dari
total sel.
63
Hasil Uji Chi Square hanya dapat menyimpulkan ada/ tidaknya
perbedaan proporsi antar kelompok atau dengan kata lain hanya dapat
menyimpulkan ada/ tidaknya hubungan antara dua variabel kategorik.
Dengan demikian Uji Chi Square dapat digunakan untuk mencari
hubungan dan tidak dapat untuk melihat seberapa besar hubungannya
atau tidak dapat mengetahui kelompok mana yang memiliki resiko
lebih besar (Sujarweni, 2015). Untuk mengetahui derajat hubungan,
dikenal ukuran Risiko Relatif (RR) dan Ratio Prevalens (OR).
Keputusan dari pengujian Chi Square:
a. Apabila p value ≤ 0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima,
sehingga antara kedua variabel ada hubungan yang bermakna.
b. Apabila p > 0,05, maka H0 diterima dan H1 ditolak, sehingga
antara kedua variabel tidak ada hubungan yang bermakna.
Syarat Ratio Prevalens, sebagai berikut (Saryono, 2013) :
1) OR (Ratio Prevalens) < 1, artinya faktor yang diteliti merupakan
faktor protektif resiko untuk terjadinya efek.
2) OR (Ratio Prevalens) > 1, artinya faktor yang diteliti merupakan
faktor resiko.
3) OR (Ratio Prevalens) = 1, artinya faktor yang diteliti bukan
merupakan faktor resiko.
Ratio Prevalens dipakai untuk mencari perbandingan
kemungkinan peristiwa terjadi di dalam satu kelompok dengan
kemungkinan hal yang sama terjadi di kelompok lain. Rasio odds
64
adalah ukuran besarnya efek dan umumnya digunakan untuk
membandingkan hasil dalam uji klinik (Sujarweni, 2015).
4.10 Etika Penelitian
Dalam melaksanakan penelitian khususnya jika yang menjadi subyek
penelitian adalah manusia, maka peneliti harus memahami hak dasar
manusia. Manusia memiliki kebebasan dalam menentukan dirinya,
sehingga penelitian yang akan dilaksanakan benar-benar menjunjung
tinggi kebebasan manusia (Hidayat, 2012). Etika yang harus diperhatikan
antara lain :
1. Informed Consent (Lembar Persetujuan)
Informed Consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti
dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.
Informed Consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan
dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden.
2. Confidentially (Kerahasiaan)
Semua informasi yang telah diberikan oleh responden dijamin
kerahasiaannya oleh peneliti, hanya sekelompok dua tertentu yang
berhubungan dengan penelitian ini dilaporkan pada hasil riset.
3. Anomity (Tanpa Nama)
Selama untuk menjaga kerahasiaannya identitas nama responden
tidak dicantumkan pada lembar pengumpulan data. Lembar tersebut
hanya diberikan kode tertentu (Hidayat, 2012)
65
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 HASIL PENELITIAN
5.1.1 Gambaran Umum
5.1.1.1 Keadaan Geografis Desa Blimbing
Desa Blimbing Kecamatan Dolopo Kabupaten Madiun
merupakan salah satu desa yang terletak di dataran tinggi antara 20-
1.500 m di atas permukaan laut dengan total luas wilayah 378,0 Ha.
Dengan batas desa sebagai berikut :
a. Sebelah Utara : Hutan Sareng Desa Sareng Kecamatan
Dagangan
b. Sebelah Selatan : Desa Suluk Kecamatan Dolopo
c. Sebelah Timur : Desa Candimulyo Kecamatan Dolopo
d. Sebelah Barat : Desa Tileng Kecamatan Dagangan
Gambar 5.1 Peta Wilayah Desa Blimbing
Sumber : Profil Desa Blimbing Kecamatan Dolopo, Tahun 2017
66
5.1.1.2 Kependudukan
Desa Blimbing, Kecamatan Dolopo Kabupaten Madiun memiliki
jumlah penduduk 3.393 Jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki 1.427
dan jumlah penduduk perempuan 1.618 dan Memiliki 980 Kepala
Keluarga. Desa Blimbing Kecamatan Dolopo Kabupaten Madiun
terbagi dalam 19RT dan 7RW.
Tabel 5.1 Mata Pencaharian Penduduk Desa Blibing Kecamatan
Dolopo Kabupaten Madiun :
No Jenis Mata Pencaharian Jumlah
(Jiwa)
1 Petani 930
2 Buruh Tani 513
3 Sopir 12
4 Wiraswasta 45
5 Pemuka agama 8
6 Pedagang 38
7 Tukang batu 35
8 Industri kecil dan kerajinan rumah tangga 52
9 Tukang jahit 4
10 Tukang kayu 8
11 Pemilik usaha warung dan rumah makan 9
12 PNS/TNI POLRI 15
Sumber : Data Profil Desa Blimbing, Kecamatan Dolopo Kabupaten Madiun,
Tahun 2017
Berdasarkan table 5.1 di Desa Blimbing Kecamatan Dolopo
Kabupaten Madiun pada tahun 2017 Jumlah mata Pencaharian paling
banyak adalah sebagai Petani 930 dan yang paling sedikit adalah
sebagai tukang jahit 4 orang.
5.1.2 Karakteristik Responden
Berikut hasil analisis univariat pada Responden di Wilayah Desa
Blimbing Kecamatan Dolopo Kabupaten Madiun :
67
5.1.2.1 Jenis Kelamin
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi responden berdasarkan Jenis Kelamin
pada Responden di Desa Blimbing Kecamatan Dolopo
Kabupaten Madiun pada Tahun 2018 No Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)
1. Laki-Laki 57 62
2. Perempuan 35 38
Total 92 100%
Sumber : Data Primer, Tahun 2018
Berdasarkan Tabel 5.2 diketahui responden sebagian besar responden
berjenis kelamin laki-laki sebanyak 57 orang (62%).
5.1.2.2 Umur
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi responden berdasarkan kelompok umur
pada Responden di Desa Blimbing Kecamatan Dolopo
Kabupaten Madiun pada Tahun 2018 No Umur (Tahun) Jumlah Persentase (%)
1. 17-25 6 6,5
2. 26-35 5 5,4
3. 36-45 12 13,0
4 46-55 20 21,7
5 56-65 49 53,3
Total 92 100%
Sumber : Data Primer, Tahun 2018
Berdasarkan Tabel 5.3 diketahui responden sebagian besar responden
berumur 56-65 tahun sebanyak 49 orang (53,3%).
5.1.2.3 Pendidikan
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi responden berdasarkan tingkat Pendidikan
pada Responden di Desa Blimbing Kecamatan Dolopo
Kabupaten Madiun pada Tahun 2018 No Pendidikan Jumlah Persentase (%)
1. Tamat SD 56 60,9
2. Tamat SMP 14 15,2
3. Tamat SLTA 8 8,7
4. Tamat Perguruan Tinggi 14 53,3
Total 92 100%
Sumber : Data Primer, Tahun 2018
Berdasarkan Tabel 5.4 diketahui sebagian besar responden memiliki
tingkat pendidikan tamat SD sebanyak 56 orang (60,9%).
68
5.1.2.4 Jumlah Keluarga
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi responden berdasarkan Jumlah Keluarga
pada Responden di Desa Blimbing Kecamatan Dolopo
Kabupaten Madiun pada Tahun 2018
No Jumlah Keluarga
(Orang)
Jumlah
(Orang) Persentase (%)
1. 1 2 2,2
2. 2 20 21,7
3. 3 28 30,4
4. 4 24 26,1
5. 5 14 15,2
6. 6 4 4,3
Total 92 100%
Sumber : Data Primer, Tahun 2018
Berdasarkan Tabel 5.5 diketahui sebagian besar responden memiliki
jumlah keluarga sebanyak 3-4 orang (30,4%) dan (26,1%).
5.1.2.5 Penghasilan
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi responden berdasarkan Penghasilan pada
Responden di Desa Blimbing Kecamatan Dolopo Kabupaten
Madiun pada Tahun 2018 No Penghasilan Jumlah Persentase (%)
1. Rendah
<Rp500.000,00 57 62,0
2. Tinggi
>Rp1.000.000,00 35 38,0
Total 92 100%
Sumber : Data Primer, Tahun 2018
Berdasarkan Tabel 5.6 diketahui sebagian besar responden memiliki
Penghasilan Rendah sebanyak 57 orang (62%).
69
5.1.3 Analisis Univariat
5.1.3.1 Pengetahuan
Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi responden berdasarkan Pengetahuan pada
Responden di Desa Blimbing Kecamatan Dolopo Kabupaten
Madiun pada Tahun 2018 : No Pengetahuan Jumlah Persentase (%)
1. Kurang baik 54 58,7
2. Baik 38 41,3
Total 92 100%
Sumber : Data Primer, Tahun 2018
Berdasarkan Tabel 5.7 diketahui sebagian besar responden memiliki
Pengetahuan Kurang baik sebanyak 54 orang (58,7%).
5.1.3.2 Ekonomi
Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi responden berdasarkan Ekonomi pada
Responden di Desa Blimbing Kecamatan Dolopo Kabupaten
Madiun pada Tahun 2018 : No Ekonomi Jumlah Persentase (%)
1. Rendah 57 62,0
2. Tinggi 35 38,0
Total 92 100%
Sumber : Data Primer, Tahun 2018
Berdasarkan Tabel 5.8 diketahui sebagian besar responden memiliki
Ekonomi Rendah sebanyak 57 orang (62,0%).
5.1.3.3 Sikap
Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi responden berdasarkan Sikap pada
Responden di Desa Blimbing Kecamatan Dolopo Kabupaten
Madiun pada Tahun 2018 : No Sikap Jumlah Persentase (%)
1. Negatif 47 51,1
2. Positif 45 48,9
Total 92 100%
Sumber : Data Primer, Tahun 2018
Berdasarkan Tabel 5.9 diketahui sebagian besar responden memiliki
Sikap Negatif sebanyak 47 orang (51,1%).
70
5.1.3.4 Perilaku
Tabel 5.10 Distribusi Frekuensi responden berdasarkan Perilaku pada
Responden di Desa Blimbing Kecamatan Dolopo Kabupaten
Madiun pada Tahun 2018 : No Perilaku Jumlah Persentase (%)
1. Negatif 48 52,2
2. Positif 44 47,8
Total 92 100%
Sumber : Data Primer, Tahun 2018
Berdasarkan Tabel 5.10 diketahui sebagian besar responden memiliki
Perilaku Negatif sebanyak 48 orang (52,2%).
5.1.4 Hasil Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan dan besarnya
odd ratio faktor resiko, dan digunakan untuk mencari hubungan antara
variabel bebas dan variabel terikat dengan uji statistik yang disesuaikan
dengan skala data yang ada. Uji statistik yang digunakan Chi-square dan
penentuan Ratio Prevalens (RP) dengan taraf kepercayaan (CI) 95% dan
tingkat kemaknaan 0,05. Beriku adalah analisis Bivariat Hubungan
Pengetahuan,Ekonomi,Sikap dan Perilaku dengan Penggunaan Jamban di
wilayah Desa Blimbing Kecamatan Dolopo, Kabupaten Madiun. Berikut
adalah hasil analisa bivariat penelitian menggunakan aplikasi pengolah
data statistik SPSS 16.0 :
71
1. Pengaruh Pengetahuan terhadap Penggunaan Jamban di wilayah
Desa Blimbing Kecamatan Dolopo, Kabupaten Madiun
Tabel 5.11 Tabulasi Silang Pengaruh Pengetahuan dengan
Penggunaan Jamban
Pengetahuan
Penggunaan Jamban
Jamban
Tidak Sehat
(Cemplung)
Jamban
Sehat
TOTAL
RP
95% CI
P-
Value F % F % F %
Kurang Baik 46 88,5 6 11,5 52 100 2,35
(1.562-3.561) 0,000 Baik 15 37,5 25 62,5 40 100
Total 46,1 66,3 31 33,7 92 100
Sumber : Olahan data SPSS hasil penelitian bulan Juli, 2018
Berdasarkan tabel 5.11 diatas dapat diketahui bahwa responden
yang memiliki pengetahuan baik mempunyai jamban tidak sehat
sebanyak 15 (37,5%) dan pengetahuan baik mempunyai jamban sehat
sebanyak 25 (62,5%) sedangkan responden memiliki pengetahuan
kurang baik mempunyai jamban tidak sehat 46 (88,5%) dan
pengetahuan kurang baik tetapi mempunyai jamban sehat sebanyak 6
(11,5%). Hasil analisis uji chisquare Pengaruh Pengetahuan terhadap
Penggunaan Jamban di wilayah Desa Blimbing Kecamatan Dolopo,
Kabupaten Madiun menunjukkan bahwa nilai p-value = 0,000 kurang
dari α = 0,05. Artinya bahwa secara statistik ada pengaruh antara
pengetahuan terhadap penggunaan jamban Nilai Ratio Prevalens (RP
= 2,35). Maka secara statistik dapat disimpulkan bahwa responden
yang memiliki pengetahuan kurang baik 2,35 kali berpengaruh
dibandingkan responden memiliki pengetahuan baik tentang jamban
sehat.
72
2. Pengaruh Ekonomi terhadap Penggunaan Jamban di wilayah
Desa Blimbing Kecamatan Dolopo, Kabupaten Madiun
Tabel 5.12 Tabulasi Silang Pengaruh Pendapatan Ekonomi terhadap
Penggunaan Jamban
Ekonomi
Penggunaan Jamban
Jamban
Tidak
Sehat
(Cemplung)
Jamban
Sehat TOTAL RP
95% CI
P-
Value
F % F % F %
Rendah 49 94,2 3 5,8 52 100 3,14
(1.947-5.067) 0,000 Tinggi 12 30,0 28 70,0 40 100
Total 61 66,3 31 33,7 92 100
Sumber : Olahan data SPSS hasil penelitian bulan Juli, 2018
Berdasarkan tabel 5.12 diatas dapat diketahui bahwa responden
yang memiliki ekonomi rendah mempunyai jamban tidak sehat
sebanyak 94,2% (49) dan memiliki ekonomi rendah mempunyai
jamban sehat sebanyak 5,8% (3) sedangkan responden memiliki
ekonomi tinggi mempunyai jamban tidak sehat 30,0% (12) dan
responden memiliki ekonomi tinggi tetapi mempunyai jamban sehat
sebanyak 28 (70,0%). Hasil analisis uji chisquare Pengaruh
pendapatan Ekonomi terhadap Penggunaan Jamban di wilayah Desa
Blimbing Kecamatan Dolopo, Kabupaten Madiun menunjukkan
bahwa nilai p-value = 0,000 kurang dari α = 0,05. Artinya bahwa
secara statistik ada Pengaruh antara tingkat ekonomi terhadap
penggunaan jamban Nilai Ratio Prevalens (RP) = 3,14. Maka secara
statistik dapat disimpulkan bahwa responden yang memiliki tingkat
ekonomi rendah 3,14 kali berpengaruh dibandingkan responden
memiliki tingkat ekonomi tinggi.
73
3. Pengaruh Sikap terhadap Penggunaan Jamban di wilayah Desa
Blimbing Kecamatan Dolopo, Kabupaten Madiun
Tabel 5.13 Tabulasi Silang Pengaruh Sikap terhadap Penggunaan
Jamban
Sikap
Penggunaan Jamban
Jamban
Tidak Sehat
(Cemplung)
Jamban
Sehat TOTAL RP
95% CI
P-
Value
F % F % F %
Negativ 51 96,2 2 3,8 53 100 3,75
(2.193-6.421) 0,000 Positiv 10 25,6 29 47,4 39 100
Total 61 66,3 31 33,7 92 100
Sumber : Olahan data SPSS hasil penelitian bulan Juli, 2018
Berdasarkan tabel 5.13 diatas dapat diketahui bahwa responden
yang memiliki sikap rendah mempunyai jamban tidak sehat sebanyak
51 (96,2%) dan memiliki sikap negativ mempunyai jamban sehat
sebanyak 2 (3,8%) sedangkan responden memiliki sikap tpositiv
mempunyai jamban tidak sehat 10 (25,6%) dan responden memiliki
sikap positiv tetapi mempunyai jamban sehat sebanyak 29 (47,4%).
Hasil analisis uji chi square Pengaruh Sikap terhadap Penggunaan
Jamban di wilayah Desa Blimbing Kecamatan Dolopo, Kabupaten
Madiun menunjukkan bahwa nilai p-value = 0,000 kurang dari α =
0,05. Artinya bahwa secara statistik ada Pengaruh antara tingkat sikap
terhadap penggunaan jamban Nilai Ratio Prevalens (RP) = 3,75. Maka
secara statistik dapat disimpulkan bahwa responden yang memiliki
tingkat sikap rendah 3,75 kali berpengaruh dibandingkan responden
memiliki tingkat sikap yang tinggi.
74
4. Pengaruh Perilaku Terhadap Penggunaan Jamban di wilayah
Desa Blimbing Kecamatan Dolopo, Kabupaten Madiun
Tabel 5.14 Tabulasi Silang Pengaruh Perilaku terhadap Penggunaan
Jamban.
Perilaku
Penggunaan Jamban
Jamban
Tidak Sehat
(Cemplung)
Jamban
Sehat TOTAL RP
95% CI
P-
Value F % F % F %
Negative 49 90,7 5 9,3 54 100 2,87
(1.786-4.624) 0,000 Positive 12 31,6 26 68,4 38 100
TOTAL 61 66,3 31 33,7 92 100
Sumber : Olahan data SPSS hasil penelitian bulan Juli, 2018
Berdasarkan tabel 5.14 diatas dapat diketahui bahwa responden
yang memiliki perilaku rendah mempunyai jamban tidak sehat
sebanyak 49 (90,7%) dan memiliki perilaku rendah mempunyai
jamban sehat sebanyak 5 (3,8%) sedangkan responden memiliki
perilaku tinggi mempunyai jamban tidak sehat 12 (31,6%) dan
responden memiliki perilaku tinggi tetapi mempunyai jamban sehat
sebanyak 26 (68,4%). Hasil analisis uji chisquare Pengaruh Perilaku
terhadap Penggunaan Jamban di wilayah Desa Blimbing Kecamatan
Dolopo, Kabupaten Madiun menunjukkan bahwa nilai p-value = 0,000
kurang dari α = 0,05. Artinya bahwa secara statistik ada Pengaruh
antara perilaku terhadap penggunaan jamban Nilai Ratio Prevalens
(RP) = 2,87. Maka secara statistik dapat disimpulkan bahwa
responden yang memiliki tingkat perilaku rendah 2,87 kali akan
berpengaruh dibandingkan responden memiliki tingkat perilaku yang
tinggi.
75
5.2 PEMBAHASAN
1. Pengaruh Pengetahuan terhadap Penggunaan Jamban di wilayah Desa
Blimbing Kecamatan Dolopo, Kabupaten Madiun
Berdasarkan tabel 5.7 diatas dapat diketahui bahwa responden
yang memiliki pengetahuan baik mempunyai jamban tidak sehat
sebanyak 15 (37,5%) dan pengetahuan baik mempunyai jamban sehat
sebanyak 25 (62,5%) sedangkan responden memiliki pengetahuan
kurang baik mempunyai jamban tidak sehat 46 (88,5%) dan
pengetahuan kurang baik tetapi mempunyai jamban sehat sebanyak 6
(11,5%). Hasil analisis uji chi square Pengaruh Pengetahuan terhadap
Penggunaan Jamban di wilayah Desa Blimbing Kecamatan Dolopo,
Kabupaten Madiun menunjukkan bahwa nilai p-value = 0,000 kurang
dari α = 0,05. Artinya bahwa secara statistik ada pengaruh antara
pengetahuan terhadap penggunaan jamban Nilai Ratio Prevalens (RP)
= 2,35. Maka secara statistik dapat disimpulkan bahwa responden
yang memiliki pengetahuan kurang baik 2,35 kali berpengaruh
dibandingkan responden memiliki pengetahuan baik tentang jamban
sehat.
Hal ini sejalan dengan penelitian Hamzah Bachtiar (2014) bahwa
pengetahuan adalah penalaran, penjelasan dan pemahaman manusia
tentang segala sesuatu, juga mencakup praktek atau kemampuan
teknis dalam memecehkan berbagai persoalan hidup yang belum
dibuktikan secara sistematis. Makin baik pengetahuan seseorang
76
tentang penggunaan jamban yang memenuhi syarat maka semakin
besar juga kesadaran orang tersebut dalam penggunaan jamban yang
memenuhi syarat kesehatan.
Berdasarkan hasil penelitian walaupun pengetahuannya baik belum
tentu penggunaan jamban memenuhi syarat yang dikarenakan
kurangnya fasilitas dan faktor faktor ekonomi yang kurang
mendukung. Pengetahuan merupakan merupakan faktor penting dalam
upaya peningkatan pengelolaan jamban keluarga, karena dengan
baiknya pengetahuan maka semakim memahami dan mampu
melaksanakan upaya pengelolaan jamban keluarga yang baik, baik
dalam pemeliharaan, pemeliharaan jamban jika rusak atau tersumbat
serta menjaga kebersihan jamban dari berbahai kotoran, sehingga
lingkungan tempat tinggal bersih dan sehat dan dapat mencegah
terjadinya pencemaran lingkungan. Pengetahuan seseorang didapatkan
dari pengalaman dan informasi yang didapatkan, baik melalui
pelatihan, bimbingan, pembinaan
2. Pengaruh Pendapatan Ekonomi Terhadap Penggunaan Jamban di
wilayah Desa Blimbing Kecamatan Dolopo, Kabupaten Madiun
Berdasarkan tabel 5.8 diatas dapat diketahui bahwa responden
yang memiliki ekonomi rendah mempunyai jamban tidak sehat
sebanyak 49 (94,2%) dan memiliki ekonomi rendah mempunyai
jamban sehat sebanyak 3 (3,8%) sedangkan responden memiliki
ekonomi tinggi mempunyai jamban tidak sehat 49 (90,7%) dan
responden memiliki ekonomi tinggi tetapi mempunyai jamban sehat
77
sebanyak 5 (9,3%). Hasil analisis uji chi square Pengaruh Ekonomi
terhadap Penggunaan Jamban di wilayah Desa Blimbing Kecamatan
Dolopo, Kabupaten Madiun menunjukkan bahwa nilai p-value = 0,000
kurang dari α = 0,05. Artinya bahwa secara statistik ada hubungan
antara tingkat ekonomi dengan penggunaan jamban Nilai Ratio
Prevalens (RP) = 3,14. Maka secara statistik dapat disimpulkan bahwa
responden yang memiliki tingkat ekonomi rendah 3,14 kali
berpengaruh dibandingkan responden memiliki tingkat ekonomi
tinggi.
Menurut George Soul, ekonomi adalah pengetahuan sosial yang
mempelajari tingkah laku manusia dalam kehidupan masyarakat
khususnya dengan usaha memenuhi kebutuhan dalam rangka
mencapai kemakmuran dan kesejahteraan (Richard G Lipsey dan Pete
O Steiner, 1991:9).
Berdasarkan hasil penelitian ekonomi merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi penggunaan jamban di setiap lingkungan karena
rendahnya ekonomi dapat menghambat dalam pembangunan jamban
yang memenuhi syarat sehingga dalam penggunaan jamban masih
banyak yang kurang memenuhi syarat.
3. Pengaruh Sikap terhadap Penggunaan Jamban di wilayah Desa
Blimbing Kecamatan Dolopo, Kabupaten Madiun
Berdasarkan tabel 5.9 diatas dapat diketahui bahwa responden
yang memiliki sikap negative mempunyai jamban tidak sehat
sebanyak 51 (96,2%) dan memiliki sikap negative mempunyai jamban
78
sehat sebanyak 2 (3,8%) sedangkan responden memiliki sikap positive
mempunyai jamban tidak sehat 10 (25,6%) dan responden memiliki
sikap positive tetapi mempunyai jamban sehat sebanyak 29 (47,4%).
Hasil analisis uji chisquare Pengaruh Sikap terhadap Penggunaan
Jamban di wilayah Desa Blimbing Kecamatan Dolopo, Kabupaten
Madiun menunjukkan bahwa nilai p-value = 0,000 kurang dari α =
0,05. Artinya bahwa secara statistik ada pengaruh tingkat sikap
dengan penggunaan jamban Nilai Ratio Prevalens (RP) = 3,75. Maka
secara statistik dapat disimpulkan bahwa responden yang memiliki
tingkat sikap rendah 3,75 kali akan berpengaruh dibandingkan
responden memiliki tingkat sikap yang tinggi.
Menurut Faizal Azwiansyah ,2014 Sikap adalah juga respon
tertutup pada seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu yang
sudah melibatkan pendapat dan emosi yang bersangkutan (suka-tidak
suka, setuju-tidak setuju). Sikap adalah kumpulan gejala yang
merespon stimulus atau objek, sehingga sikap itu melibatkan pikiran,
perasaan, perhatian dan sebagainya. penelitian Elisabeth (2007)
menunjukkan bahwa sikap mempunyai malabsorbsi, alergi, keracunan,
imunodefisiensi dan penyebab lain, Amirudin (2007). Hal ini lebih
ditegaskan lagi oleh Azwar (2002) sikap itu merupakan kesiapan atau
kesediaan untuk bertindak. Sikap merupakan predisposisi tindakan
suatu objek, dan sikap itu masih merupakan reaksi tertutup dan
memiliki 3 komponen pokok yaitu kepercayaan, emosional dan
79
kecenderungan untuk bertindak. Dalam penentuan sikap yang utuh
emosional memegang peranan penting.
Berdasarkan hasil penelitian sikap merupakan salah satu faktor
penting yang dapat mempengaruhi seseorang untuk melakukan
sesuatu seperti halnya melakukan pembangunan suatu jamban
keluarga yang memenuhi syarat di rumah sehingga dalam penggunaan
jamban dapat memenuhi syarat kesehatan seperti penggunaan jamban
leher angsa.
4. Pengaruh Perilaku terhadap Penggunaan Jamban di wilayah Desa
Blimbing Kecamatan Dolopo, Kabupaten Madiun
Berdasarkan tabel 5.10 diatas dapat diketahui bahwa responden
yang memiliki perilaku rendah mempunyai jamban tidak sehat
sebanyak 49 (90,7%) dan memiliki perilaku rendah mempunyai
jamban sehat sebanyak 5 (3,8%) sedangkan responden memiliki
perilaku tinggi mempunyai jamban tidak sehat 12 (31,6%) dan
responden memiliki perilaku tinggi tetapi mempunyai jamban sehat
sebanyak 26 (68,4%). Hasil analisis uji chisquare Pengaruh Perilaku
terhadap Penggunaan Jamban di wilayah Desa Blimbing Kecamatan
Dolopo, Kabupaten Madiun menunjukkan bahwa nilai p-value = 0,000
kurang dari α = 0,05. Artinya bahwa secara statistik ada pengaruh
antara perilaku terhadap penggunaan jamban Nilai Ratio Prevalens
(RP) = 21,2. Maka secara statistik dapat disimpulkan bahwa
responden yang memiliki tingkat perilaku rendah 21 kali berpengaruh
dibandingkan responden memiliki tingkat perilaku yang tinggi.
80
Perilaku mansia adalah refleksi dari berbagai gejala kejiwaan
seperti pengetahuan, persepsi, minat, keinginan dan sikap. Hal-hal
yang mempengaruhi perilaku seseorang sebagian terletak dalam diri
idividu sendiri yang disebut faktor internal sebagian lagi terletak
diluar dirinya atau disebut faktor exsternal yaitu faktor lingkungan
(Notoatmodjo, 2012).
Berdasarkan hasil penelitian perilaku seseorang menjadi faktor
yang berhubungan dengan penggunaan jamban karena pada sesorang
yang memiliki pengetahuan rendah atau kurang dapat mempengaruhi
perilaku seseorang untuk bertindak dan melakukan sesuatu seperti
melakukan perubahan penggunaan jamban dari yang belum memenuhi
syarat hingga memenuhi syarat.
81
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan
dengan penggunaan jamban di wilayah Desa Blimbing Kecamatan Dolopo,
Kabupaten Madiun, peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengetahuan masyarakat tentang penggunaan jamban di Desa
Blimbing Kecamatan Dolopo Kabupaten Madiun sebagain besar
responden memiliki pengetahuan kurang baik.
2. Berdasarkan tingkat ekonomi masyarakat tentang penggunaan jamban
di Desa Blimbing Kecamatan Dolopo Kabupaten Madiun sebagain
besar responden memiliki tingkat ekonomi rendah.
3. Sikap masyarakat tentang penggunaan jamban di Desa Blimbing
Kecamatan Dolopo Kabupaten Madiun sebagain besar responden
memiliki sikap yang negatif.
4. Perilaku masyarakat tentang penggunaan jamban di Desa Blimbing
Kecamatan Dolopo Kabupaten Madiun sebagain besar responden
memiliki perilaku yang negatif.
5. Ada pengaruh antara pengetahuan terhadap penggunaan jamban di
wilayah Desa Blimbing Kecamatan Dolopo, Kabupaten Madiun.
6. Ada pengaruh antara tingkat ekonomi terhadap penggunaan jamban di
wilayah Desa Blimbing Kecamatan Dolopo, Kabupaten Madiun.
82
7. Ada pengaruh antara sikap terhadap penggunaan jamban di wilayah
Desa Blimbing Kecamatan Dolopo, Kabupaten Madiun.
8. Ada pengaruh antara perilaku terhadap penggunaan jamban di wilayah
Desa Blimbing Kecamatan Dolopo, Kabupaten Madiun.
6.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka dalam penelitian ini peneliti
dapat memberikan saran sebagai berikut :
1. Bagi Responden
Diharapkan masyarakat dapat menyadari pentingnya penggunaan
jamban yang baik dan sehat, sehingga dapat mengubah sikap mereka
dari kebiasaan menggunakan jamban tidak sehat dengan jamban sehat.
2. Bagi Dinas Kesehatan Madiun
a. Diharapkan untuk melakukan penyuluhan dan pengarahan kepada
seluruh masyarakat agar menggunakan jamban yang baik dan
sehat, sehingga dapat meningkatkan tingkat pengetahuan
masyarakat dan terciptanya derajat kesehatan yang lebih baik.
b. Mengadakan kerja sama dengan aparat desa, untuk mengadakan
pelatihan membangun jamban sehat yang hemat dana, dan hemat
bahan material.
3. Bagi STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun
Hasil penelitian ini diharapkan sebagai sebuah strategi dalam
pelayanan kesehatan yang dapat untuk meningkatkan pelayanan dan
83
hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber referensi dan
pustaka berkaitan penggunaan jamban.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti yang akan datang disarankan juga melakukan
pendekatan dengan case control dan menambah variabel yang lebih
banyak lagi.
84
DAFTAR PUSTAKA
Agus Riyanto. 2011. Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Andreas, Horhorruw. 2014. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku
Keluarga dalam Menggunakan Jamban di Desa Tawin Kecamatan Teluk
Kota Ambon. Tesis. Universitas Diponegoro.
Arito. 2011. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Jamban Umum
bagi Rumah Tanga yang Belum Mempunyai Jamban Pribadi. Skripsi.
Universitas Sumatera Utara.
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta.
Azwar, A. 1983. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Jakarta. Rineka Cipta.
Chandra, N. Dewi Dunggio. 2012. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Perilaku Masyarakat Tentang Penggunaan Jamban Di Desa Madelamo
Kecamatan Tilong Kabila Kabupaten Bone Bolango. Skripsi. Universitas
Negeri Gorontalo.
Dedi, A dan Ratna, M. 2013. Pilar Dasar ilmu Kesehatan Masyarakat.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Dinas Kesehatan Kota Semarang, 2013. Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun
2013. Semarang: Dinas Kesehatan Kota Semarang.
Erlinawati Pane. 2009. Pengaruh Perilaku Keluarga terhadap Penggunaan
Jamban. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Volume 3 Nomor 5. Hlm
230-234.
Goode, William. J. 2004. Sosiologi Keluarga. Jakarta. Bumi Aksara.
Hamzah, Bachtiar. 2014. Gambaran Pemanfaatan Sarana Air Bersih dan Jamban
Keluarga yang dilakukakn Melalui Proyek PAB-PLP. Universitas Sumatera
Utara. (Diakses 15 April 2015).
Hayden, J. 2009. Introduction to Health Behaviour Theory. University of
Arcansas.
85
Hermawan, Yoni. Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dan Persepsi dengan
Perilaku Ibu Rumah Tangga dalam Pemeliharaan Kebersihan Lingkungan.
Universitas Siliwangi.
I Nengah Darsana, dkk. 2014. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan
Kepemilikan Jamban Keluarga di Desa Jehem, Kecamatan Tembuku,
Kabupaten Bangli Tahun 2012. Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol.4 No.2
november 2014: 124-143.
Ibrahim, I., D.Nuraeni, dan T.Ashar. 2012. Faktor Nfaktor Yang Berhubungan
Dengan Pemanfaatan Jamban Di Desa Pintu Langit Jae Kecamatan
Padangsidimpuan Angkoloa Julu Tahun 2012. 21 januari 2014.
Ka.SiePromkesLing. 2014. Rekapitulasi Hasil Pemetaan Rumah Tangga Sehat
Kota Semarang. Dinas Kesehatan Kota Semarang.
Kamria, dkk. 2013. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Masyarakat Terhadap
Pemanfaatan Jamban Keluarga di Desa Bontotallasa Dusun Makuring
Kabupaten Maros. Volume 3 Nomor 1 Tahun 2013.hlm 99- 102.
Kathleen, Elizabeth. 2014. Health and Place, The Toilet Tripod: Understanding
Successful Sanitation in Rural India. Elsivier Ltd.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2013. Profi Kesehatan Indonesia
2012. Kemenkes RI. Jakarta.
86
Lampiran 1
87
Lampiran 2
88
lampiran 3
89
Lampiran 4
90
91
Lampiran 5
LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Kepada
Yth. Calon Responden Penelitian
Di Tempat
Dengan hormat,
Saya mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat di STIKES Bhakti
Husada Mulia Madiun. Saya mengadakan penelitian ini sebagai salah satu
kegiatan untuk menyelesaikan tugas akhir Program Studi Sarjana Kesehatan
Masyarakat di STIKES Bhakti Husada Mulia Mulia Madiun.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui “Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Penggunaan Jamban Di Desa Blimbing Kecamatan Dolopo
Kabupaten Madiun”
Saya mengharap jawaban yang saudara berikan sesuai dengan kenyataan
yang ada. Saya menjamin kerahasiaan jawaban saudara serta informasi yang
diberikan hanya akan dipergunakan untuk mengembangkan ilmu kesehatan
masyarakat dan tidak digunakan untuk maksud-maksud lain.
Partisipasi saudara dalam penelitian ini bersifat bebas, artinya saudara bebas
ikut atau tidak tanpa sanksi apapun. Apabila saudara setuju terlibat dalam
penelitian ini dimohon menandatangani lembar persetujuan yang telah disediakan.
Atas perhatian dan kesediaannya saya ucapkan terimakasih.
Hormat saya,
Peneliti
JEFRI NUVIKA RATMA
NIM. 201403066
92
Lampiran 6
LEMBAR PERSETUJUAN
(INFORMED CONSENT)
Setelah mendapatkan penjelasan serta mengetahui manfaat penelitian
dengan judul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penggunaan Jamban Di Desa
Blimbing Kecamatan Dolopo Kabupaten Madiun”, saya menyatakan setuju diikut
sertakan dalam penelitian ini yang bersifat sukarela. Oleh karena itu secara
sukarela saya ikut berperan serta dalam penelitian ini. Saya percaya apa yang saya
buat dijamin kerahasiaannya.
Madiun, 2018
Responden,
( )
93
Lampiran 7
KUESIONER
FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN JAMBAN
DI DESA BLIMBINGPETUNJUK KECAMATAN DOLOPO
KABUPATEN MADIUN
Pengisian Kuesioner:
1. Sebelum Saudara menjawab pertanyaan yang saya ajukan, terlebih dahulu
isilah identitas saudara.
A. IDENTITAS RESPONDEN
Keterangan : Berilah tanda centang (√) pada jawaban kotak
NO. RESPONDEN
NAMA RESPONDEN
UMUR
PENDIDIKAN: 1. Tidak Sekolah
2. SD/ Tamat SD
3. SMP/ Tamat SMP
4. SMA/ Tamat SMA
5. Tamat Perguruan Tinggi
Jumlah Keluarga
Pendapatan
1. ≤ Rp. 500.000
2. > Rp. 500.000
94
Petunjuk pengisian: Pilihlah jawaban dengan memberi centang (√) pada kolom
yang sudah tersedia.
B. KEPEMILIKAN JAMBAN
No Pernyataan Ya Tidak
1. Apakah Saudara memiliki jamban dirumah
2. Bila memiliki jamban, jenis jamban apa yang Anda
miliki ?
- Jamban cemplung
- Jamban leher angsa
C. PENGETAHUAN
No Pernyataan Benar Salah
1. Jamban adalah tempat untuk membuang dan
mengumpulkan kotoran manusia.
2 Jamban adalah sarana pokok yang harus dimiliki
oleh setiap keluarga.
3 Penularan penyakit muntah-berak dapat dicegah
dengan membiasakan menggunakan jamban
4 Jamban sehat harus dibangun jauh dari rumah
5 Septic tank bukan merupakan tempat / suatu bak
untuk menampung feses
6 Selain dapat mencegah penularan penyakit, manfaat
yang dapat diperoleh dengan menggunakan jamban
adalah terciptanya lingkungan yang bersih dan sehat.
95
D. SIKAP
No Pertanyaan Setuju Tidak
Setuju
1. Mendirikan jamban merupakan cara untuk
memutus rantai terhadap penularan penyakit dari
tinja
2 BAB di sembarang tempat dapat menimbulkan
penyakit
3 BAB sembarangan dapat menyebabkan pencemaran
lingkungan
4 Jarak penampungan tinja dengan sumber air
minimal 10 meter
5 Pemerintah memiliki peraturan untuk memiliki atau
membuat jamban sehat
E. PERILAKU
No Pertanyaan Ya Tidak
1. Apakah selalu tersedia air bersih yang digunakan dalam
jamban dirumah?
2. Apakah terdapat ventilasi yang cukup pada jamban
dirumah?
3. Pada jamban cemplung, apakah lubang jamban ditutup
kembali setelah digunakan?
4. Apakah saudara rutin membersihkan jamban?
5. Apakah jarak saptictank jamban lebih dari 10 meter?
6. Apakah selalu tersedia sabun yang digunakan dalam
jamban dirumah?
96
Lampiran 8
TABULASI DATA
No. Umur Pendidikan Pendapatan Pengetahuan Sikap Perilaku Penggunaan
Jamban
1 22 SD 600 1 1 2 1
2 17 SD 850 1 2 1 2
3 20 SMP 750 2 2 2 2
4 25 SD 500 2 1 2 2
5 20 SD 900 2 2 1 1
6 24 PT 950 1 1 2 1
7 27 SD 800 2 2 1 2
8 26 SLTA 750 1 2 2 1
9 30 SD 750 2 1 2 2
10 31 SMP 650 1 2 2 2
11 32 SD 500 1 2 1 1
12 36 SD 550 2 1 2 1
13 40 SD 500 2 2 1 1
14 41 SLTA 650 1 2 2 2
15 44 SD 700 2 1 2 1
16 42 SD 700 1 2 1 2
17 41 SD 800 2 2 2 2
18 37 PT 800 1 1 2 1
19 36 SD 900 2 2 2 2
20 38 SD 1000 1 2 1 1
21 39 SD 950 1 2 2 2
22 42 SD 650 2 1 2 1
23 41 SD 700 1 2 1 2
24 46 SD 1250 2 2 2 1
25 48 PT 1300 1 1 2 2
26 47 SD 500 2 2 2 1
27 49 SD 600 2 1 1 2
28 51 PT 750 1 2 2 2
29 52 SD 670 2 2 2 1
30 53 SD 800 1 1 1 2
31 55 SD 950 2 2 2 2
32 47 SD 1000 2 1 2 1
33 48 SD 1300 2 2 2 1
34 49 SD 1250 2 2 2 1
35 50 SD 900 1 1 2 1
36 50 SD 450 1 2 2 1
37 52 SD 450 2 2 2 1
38 53 SD 400 2 1 1 1
39 51 SMP 475 1 2 2 1
40 48 SD 300 1 2 2 1
41 47 SD 480 2 1 2 1
42 51 SD 300 1 2 1 1
43 49 SD 290 1 1 2 1
44 56 SD 400 2 2 2 1
45 55 SMP 200 1 2 2 1
46 58 SD 300 1 2 1 1
47 60 SD 200 1 2 1 2
48 62 SD 450 2 2 1 1
97
No. Umur Pendidikan Pendapatan Pengetahuan Sikap Perilaku Penggunaan
Jamban
49 56 PT 450 1 1 1 2
50 57 SLTA 440 1 1 2 1
51 59 SD 350 1 1 1 1
52 61 SD 450 2 2 2 1
53 63 SD 450 1 1 1 1
54 61 SD 400 1 1 1 1
55 64 SD 300 2 1 1 1
56 65 SD 357 1 2 2 2
57 56 SMP 456 1 1 1 2
58 57 PT 1500 1 1 1 1
59 58 SMP 1650 1 1 1 1
60 59 SD 1700 2 2 1 1
61 60 PT 1850 1 1 2 1
62 61 SD 2000 1 1 2 1
63 63 SMP 2500 1 1 1 2
64 55 PT 2300 2 2 1 1
65 58 SMP 2200 2 1 1 1
66 60 SMP 3000 1 2 2 1
67 62 SD 3500 1 2 1 1
68 56 SD 2750 2 1 1 2
69 57 SMP 3000 1 2 2 2
70 61 SMP 3500 2 2 1 1
71 64 SLTA 3000 1 1 1 1
72 65 SD 2550 2 2 2 1
73 56 SLTA 2300 1 1 1 2
74 57 SMP 2700 1 1 2 2
75 55 SLTA 2300 2 2 1 1
76 62 SD 2200 1 1 2 1
77 56 SLTA 3000 1 1 1 1
78 57 SD 1600 2 2 1 1
79 61 PT 1700 1 1 1 2
80 64 SMP 2300 1 1 1 1
81 55 PT 3000 2 1 1 1
82 58 SLTA 2750 1 2 1 2
83 62 PT 3500 1 1 1 1
84 59 PT 3000 1 1 1 1
85 61 SD 2300 2 1 1 1
86 61 SD 2300 1 2 1 2
87 55 SMP 2200 1 1 2 1
88 62 PT 3000 2 1 1 1
89 56 SMP 1600 1 2 1 2
90 56 SD 1700 2 1 1 1
91 57 PT 2300 1 1 1 2
92 55 SD 2500 1 2 1 1
98
Lampiran 9
HASIL UJI SPSS
1. Frekuensi data umum
a. umur UMUR
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 17-25 6 6.5 6.5 6.5
26-35 5 5.4 5.4 12.0
36-45 12 13.0 13.0 25.0
46-55 20 21.7 21.7 46.7
56-65 49 53.3 53.3 100.0
Total 92 100.0 100.0
b. Pendidikan PENDIDIKAN
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid TAMAT SD 56 60.9 60.9 60.9
TAMAT SMP 14 15.2 15.2 76.1
TAMAT SLTA 8 8.7 8.7 84.8
TAMAT PERGURUAN TINGGI
14 15.2 15.2 100.0
Total 92 100.0 100.0
2. frekuensi data khusus Statistics
PENGETAHUAN EKONOMI SIKAP PERILAKU
N Valid 92 92 92 92
Missing 0 0 0 0
PENGETAHUAN
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid KURANG BAIK 54 58.7 58.7 58.7
BAIK 38 41.3 41.3 100.0
Total 92 100.0 100.0
99
EKONOMI
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid RENDAH 57 62.0 62.0 62.0
TINGGI 35 38.0 38.0 100.0
Total 92 100.0 100.0
SIKAP
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid NEGATIF 47 51.1 51.1 51.1
POSITIF 45 48.9 48.9 100.0
Total 92 100.0 100.0
PERILAKU
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid NEGATIF 48 52.2 52.2 52.2
POSITIF 44 47.8 47.8 100.0
Total 92 100.0 100.0
PENGGUNAAN_JAMBAN
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid JAMBAN TIDAK SEHAT CEMPLUNG
61 66.3 66.3 66.3
JAMBAN SEHAT 31 33.7 33.7 100.0
Total 92 100.0 100.0
100
3. Spss Tabulasi Silang
a. Tabulasi Silang Pengetahuan dengan Penggunaan Jamban
Crosstab Pengetahuan*Penggunaan Jamban
Penggunaan_Jamban
Total
JAMBAN TIDAK SEHAT
CEMPLUNG JAMBAN SEHAT
PENGETAHUAN kurang baik
Count 46 6 52
% within PENGETAHUAN
88.5% 11.5% 100.0%
Baik Count 15 25 40
% within PENGETAHUAN
37.5% 62.5% 100.0%
Total Count 61 31 92
% within PENGETAHUAN
66.3% 33.7% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-
sided) Exact Sig. (2-
sided) Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 26.281a 1 .000
Continuity Correctionb 24.050 1 .000
Likelihood Ratio 27.457 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association
25.996 1 .000
N of Valid Casesb 92
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13.48.
b. Computed only for a 2x2 table
101
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for PENGETAHUAN (kurang baik / baik)
12.778 4.406 37.054
For cohort Penggunaan_Jamban = JAMBAN TIDAK SEHAT CEMPLUNG
2.359 1.562 3.561
For cohort Penggunaan_Jamban = JAMBAN SEHAT
.185 .084 .407
N of Valid Cases 92
b. Tabulasi Silang Ekonomi dengan Penggunaan Jamban Crosstab Ekonomi *Penggunaan Jamban
Penggunaan_Jamban
Total
JAMBAN TIDAK SEHAT
CEMPLUNG JAMBAN SEHAT
EKONOMI Rendah Count 49 3 52
% within EKONOMI 94.2% 5.8% 100.0%
Tinggi Count 12 28 40
% within EKONOMI 30.0% 70.0% 100.0%
Total Count 61 31 92
% within EKONOMI 66.3% 33.7% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-
sided) Exact Sig. (2-
sided) Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 41.749a 1 .000
Continuity Correctionb 38.924 1 .000
Likelihood Ratio 45.767 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association
41.295 1 .000
N of Valid Casesb 92
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13.48.
b. Computed only for a 2x2 table
102
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for EKONOMI (rendah / tinggi)
38.111 9.903 146.668
For cohort Penggunaan_Jamban = JAMBAN TIDAK SEHAT CEMPLUNG
3.141 1.947 5.067
For cohort Penggunaan_Jamban = JAMBAN SEHAT
.082 .027 .252
N of Valid Cases 92
c. Tabulasi Silang Perilaku dengan Penggunaan Jamban
Crosstab Perilaku*Penguunaan Jamban
Penggunaan_Jamban
Total
JAMBAN TIDAK SEHAT
CEMPLUNG JAMBAN SEHAT
PERILAKU kurang baik Count 49 5 54
% within PERILAKU 90.7% 9.3% 100.0%
Baik Count 12 26 38
% within PERILAKU 31.6% 68.4% 100.0%
Total Count 61 31 92
% within PERILAKU 66.3% 33.7% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-
sided) Exact Sig. (2-
sided) Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 34.943a 1 .000
Continuity Correctionb 32.345 1 .000
Likelihood Ratio 36.860 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association
34.563 1 .000
N of Valid Casesb 92
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12.80.
103
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-
sided) Exact Sig. (2-
sided) Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 34.943a 1 .000
Continuity Correctionb 32.345 1 .000
Likelihood Ratio 36.860 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association
34.563 1 .000
N of Valid Casesb 92
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12.80.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for PERILAKU (kurang baik / baik)
21.233 6.747 66.827
For cohort lPenggunaan_Jamban = JAMBAN TIDAK SEHAT CEMPLUNG
2.873 1.786 4.624
For cohort Penggunaan_Jamban = JAMBAN SEHAT
.135 .057 .321
N of Valid Cases 92
d. Tabulasi Silang Sikap dengan Penggunaan Jamban Crosstab
Penggunaan_Jamban
Total
JAMBAN TIDAK SEHAT
CEMPLUNG JAMBAN SEHAT
SIKAP kurang baik Count 51 2 53
% within SIKAP 96.2% 3.8% 100.0%
baik Count 10 29 39
% within SIKAP 25.6% 74.4% 100.0%
Total Count 61 31 92
% within SIKAP 66.3% 33.7% 100.0%
104
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-
sided) Exact Sig. (2-
sided) Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 50.103a 1 .000
Continuity Correctionb 46.994 1 .000
Likelihood Ratio 56.140 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association
49.559 1 .000
N of Valid Casesb 92
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13.14.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for SIKAP (kurang baik / baik)
73.950 15.154 360.873
For cohort Penggunaan_Jamban = JAMBAN TIDAK SEHAT CEMPLUNG
3.753 2.193 6.421
For cohort Penggunaan_Jamban = JAMBAN SEHAT
.051 .013 .200
N of Valid Cases 92
105
Lampiran 10
Dokumentasi
106
Lampiran 11
LEMBAR KONSULTASI BIMBINGAN
107
Lampiran 12
Top Related