8/17/2019 Skripsi Annisa Nur Afifah
1/156
PENGELOLAAN RUMAH SINGGAH
(Studi Kasus di Rumah Singgah Master Yayasan Bina Insan Mandiri Depok)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh
Annisa Nur Afifah
NIM: 109018200001
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H/2014 M
8/17/2019 Skripsi Annisa Nur Afifah
2/156
8/17/2019 Skripsi Annisa Nur Afifah
3/156
8/17/2019 Skripsi Annisa Nur Afifah
4/156
8/17/2019 Skripsi Annisa Nur Afifah
5/156
8/17/2019 Skripsi Annisa Nur Afifah
6/156
8/17/2019 Skripsi Annisa Nur Afifah
7/156
i
ABSTRAK
Annisa Nur Afifah. 109018200001. Pengelolaan Program Rumah Singgah
(Studi Kasus di Rumah Singgah Master Yayasan Bina Insan Mandiri
Depok). Program Studi Manajemen Pendidikan. Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2014.
Penelitian ini bertujuan untuk medeskripsikan program pengelolaan rumah
singgah di rumah singgah Master yang meliputi program pembinaan dan program
pelayanan. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Singgah Master Yayasan Bina
Insan Mandiri yang terletak di Jalan Margonda Raya No.58 Pancoran Mas
Terminal Terpadu Kota Depok. Metode yang digunakan dalam penelitian iniadalah kualitatif deskriptif, yakni mendeskripsikan tentang fenomena-fenomena
yang ada. Adapun teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara,
angket dan dokumentasi. Pada penelitian ini peneliti melakukan wawancara
dengan pendiri rumah singgah dan menyebar angket ke 8 guru/tutor yang aktif
membina anak jalanan di rumah singgah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: pertama, program pembinaan anak jalanan
di rumah singgah master yang diselenggarakan Yayasan Bina Insan Mandiri,
yaitu: program jalur pendidikan formal (SMP dan SMA terbuka), program jalur
pendidikan nonformal (PAUD, pendidikan kesetaraan paket A, B, C), program
kelas bisnis, program kelas seni (seni musik barang bekas (trashick)), lukisangombal, batik), program kelas tahfidz, program kelas teknologi, program
tambahan (program lab skill: pelatihan komputer, pelatihan teknisi HP, pelatihan
automotif, menjahit, tataboga dan sablon). Kedua, program pelayanan rumah
singgah Master menyesuaikan dengan program yang telah ditetapkan oleh
Kementrian Sosial RI, yaitu: penjangkauan, pengkajian masalah, resosialisasi,
rujukan pemberdayaan untuk anak jalanan, pemberdayaan untuk orang tua anak
jalanan, terminasi (pengakhiran pelayanan). Ketiga, pelaksanaan pengelolaan
rumah singgah Master menjalankan unsur-unsur perencanaan, pengorganisasian,
pengendalian (pengawasan dan monitoring) dan evaluasi.
Kata Kunci: Rumah singgah, pembinaan, pengelolaan
8/17/2019 Skripsi Annisa Nur Afifah
8/156
ii
ABSTRACT
Annisa Nur Afifah. 109018200001. Management Shelter Home Program
(Case study in Master Shelter Home Yayasan Bina Insan Mandiri Depok).
Studies Program of Education Management. Faculty of Tarbiyah and
Teaching. State Islamic University of Syarif Hidayatullah Jakarta 2014.
This study aims to know the management program of shelters home in the Master
shelter homes include coaching program and service program. This research was
conducted in the Master Shelter home yayasan Bina Insan Mandiri located in
Jalan Margonda Raya No.58 Pancoran Mas Terminal Terpadu, Depok City. The
method used in this research is descriptive qualitative, which describes about the phenomena which exist. Meanwhile, data collection techniques using observation,
interviews, questionnaires and documentation. In this study, researchers
conducted interviews with the founders of the Master shelter and spread
questionnaires to 8 teachers / tutors who actively foster a street children in shelter
homes Master.
The results of a research, showed that: First, the coaching program of street
children in shelter homes master held by Yayasan Bina Insan Mandiri, namely:
formal education program (junior and senior open high School), non-formal
education pathway programs (Early Childhood Education/PAUD, equality
education package A, B, C), business class program, a program of art classes (artmusic thrift (trashick)), rag painting, batik), program Tahfidz class, classroom
technology program, additional courses (skills lab program: computer training,
HP technician training, automotive training, sewing, cookery and screen printing).
Second, service programs of shelter homes Master adjusting with a program that
has been established by the Ministry of Social Affairs, namely: outreach,
assessment issues, resocialization, referral for street children empowerment,
empowerment for parents of street children, termination (termination of service).
Third, the implementation of the Master runs shelter house management elements
of planning, organizing, controlling (supervision and monitoring) and evaluation.
Key words: Shelter homes, coaching, management
8/17/2019 Skripsi Annisa Nur Afifah
9/156
iii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Tiada kata yang paling indah dan bermakna selain untaian kata syukur
kehadirat Allah SWT, atas berkat nikmat sehat, karunia serta ridho-Nya. Shalawat
dan salam penulis hanturkan kepada Nabi Muhammad SAW yang menjadi rahmat
bagi seluruh alam, sahabat dan pengikutnya hingga akhir zaman.
Penulis bersyukur karena atas berkat rahmat dan hidayah-Nya, skripsi ini
dapat diselesaikan dengan judul “ Pengelolaan Rumah Singgah dalam Membina
Anak Jalanan (Studi Kasus di Rumah Singgah Master Yayasan Bina Insan
Mandir Depok). Skripsi ini disusun untuk melengkapi dan memenuhi persyaratan
dalam memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Program Studi
Manajemen Pendidikan, Jurusan Kependidikan Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam pembuatan dan penulisan skripsi ini tak lepas dari dukungan dan
dorongan serta jasa dari seluruh pihak. Oleh karena itu, penulis ingin
menyampaikan ucapan terimakasih tak terhingga kepada:
1. Kedua orangtua, Ayah (Eje, MM) dan Mamah (Nurhayati) tercinta yang tidak
lelah mendidik penulis sampai saat ini, curahan kasih sayang yang tulus, do’a -
do’a yang tiada henti mengalir, nasihat, motivasi serta dukungan moril
maupun materil yang selalu diberikan kepada penulis sehingga dapatmenyelesaikan pendidikan hingga perguruan tinggi ini.
2. Dra. Nurlena Rifai, M. A Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.
Dr. Hasyim Asyari, M.Pd, Ketua Program Studi Manajemen Pendidikan dan
Iffah Zahriyani, S.Pd, Staff Jurusan Manajemen Pendidikan yang telah
memberikan layanan akademik selama penulis menempuh perkuliahan.
8/17/2019 Skripsi Annisa Nur Afifah
10/156
iv
4. Bapak Dr. Faridal Arkam, M.Pd, selaku dosen pembimbing skrispsi yang telah
memberikan motivasi dan meluangkan waktu, tenaga, serta pikirannya untuk
membimbing hingga terselesaikannya skripsi ini.
5. Seluruh bapak/ibu dosen program studi Manajemen Pendidikan, yang telah
mendidik, mengajar, dan melatih dengan memberikan ilmu dan
pengetahuannya selama perkuliahan.
6. Pimpinan Yayasan Bina Insan Mandiri Depok atau Sekolah Master Bapak
Nurrokhim, para pengurus serta para tutor dan anak binaan Yabim yang telah
memfasilitasi penulis dalam melakukan penelitian dan bersedia menjadi
narasumber penulis hingga selesai.
7.
Staff Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan
Kementerian Sosial RI dan Pusat Pelayanan Informasi PPID (Pejabat
Pengelola Informasi dan Dokumentasi) Kementerian Sosial RI yang telah
memberikan andil besar dalam menyediakan bahan pustaka guna
terselesaikannya penulisan skripsi ini.
8. Keluargaku tercinta, Adik semata wayang Wildan Sani Fajarudin, kakek,
nenek, paman, bibi, sepupu atas curahan kasih sayang dan selalu mendo’akan
untuk keberhasilanku.
9. Eri Sugiarto, yang selalu menemani keseharianku, teman berbagi dalam susah
dan senang, selalu menyemangati dan memberikan dukungan sampai
terselesaikannya skripsi ini.
10. Teman-teman di Jurusan KI-Manajemen Pendidikan, khususnya teman-teman
seperjuanganku angkatan 2009 dan teman satu pembimbing Tines Purnama
yang selalu memotivasi sampai terselesaikannya skripsi ini.
11.
Keluarga Besar HIMABO (Himpunan Mahasiswa Bogor). Organisasi
primordial asal Bogor yang sama-sama berjuang menuntut ilmu di kampus
UIN Jakarta. Semoga ikatan kekeluargaan kita akan terus terjaga.
12.
Keluarga Besar KMF KALACITRA, terutama 9enerasi kalacitra teman
seperjuangan dalam menempuh pendidikan fotografi di kampus UIN Jakarta.
Banyak pengalaman berharga bersama kalian. Tak akan pernah terlupakan
kenangan dan masa-masa yang telah kita lalui bersama.
8/17/2019 Skripsi Annisa Nur Afifah
11/156
v
13. KAPH (Kelompok Asuh Pelita Hati), ide penulisan skripsi ini berasal dari
adik-adik di lapak pemulung yang didik oleh kakak-kakak KAPH.
14. Sahabat-sahabatku terkasih, Amirah, Yustia, Rahmatia yang terus saling
memotivasi dan atas kebersamaannya selama ini. Penulis tak akan pernah
melupakan kenangan dan masa-masa yang telah kita lalui bersama.
15. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga seluruh
kebaikan, jasa, dan doanya yang telah diberikan kepada penulis menjadi pintu
datangnya ridho dan kasih sayang oleh Allah SWT di dunia dan di akhirat
kelak.
Karya tulis yang sederhana ini tentunya masih belum sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran yang bersifat kontruktif penulis harapkan. Semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi khazanah ilmu
pengetahuan.
Ciputat, 22 Januari 2014
Penulis
Annisa Nur Afifah
8/17/2019 Skripsi Annisa Nur Afifah
12/156
vi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
LEMBAR PENGESAHAN UJI REFERENSI
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH
ABSTRAK ………………………………………………………………………. i
ABSTRACT .…………………………………………………………………… ii
KATA PENGANTAR ……………………………………………………….... iii
DAFTAR ISI …………………………………………………………………... vi
DAFTAR TABEL …………………………………………………………….. ix
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………….. x
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………………. xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah………………………………………..... 1
B. Identifikasi Masalah…………………………………………….... 9
C. Pembatasan Masalah………………………………………….….. 9
D. Perumusan Masalah……………………………………………. 10
E. Tujuan Penelitian……………………………………………….. 10
F. Manfaat Penelitian……………………………………………… 10
BAB II KAJIAN TEORI
A. Kajian Teori
1.
Rumah Singgah
a. Pengertian Rumah Singgah…………………………...… 12
b. Latar Belakang Berdirinya Rumah Singgah………….… 12
c.
Prinsip-Prinsip Rumah Singgah………………………… 15
d. Program Rumah Singgah……………………………….. 18
1) Tahap Pelayanan Rumah Singgah………………….. 19
2)
Kegiatan Rumah Singgah ..………………….………21
8/17/2019 Skripsi Annisa Nur Afifah
13/156
vii
2. Pengelolaan Rumah Singgah……………………………...… 23
a.
Pengertian Pengelolaan ……………………………….... 23
b. Tujuan Pengelolaan …….………………………………. 25
c. Strategi Pengelolaan ……………………………………. 26
1)
Perencanaan………………………………………… 26
2) Pengorganisasian………………………………...…. 27
3) Pengendalian……………………………………….. 29
4) Evaluasi…………………………………………….. 30
B. Penelitian yang Relevan………………………………………... 31
C. Kerangka Berfikir ………………………………………………. 33
D.
Pertanyaan Penelitian…………………………………………… 34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A.
Tempat dan Waktu Penelitian ......……………………………… 35
B. Metode Penelitian………………………………………………. 36
C. Sumber Data …………………………………………………… 37
D.
Teknik Pengumpulan Data …………………………………….. 37
E. Teknik Analisis Data …………………………………………... 40
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umun Objek Penelitian
1. Sejarah Singkat Rumah Singgah Master …………………… 42
2.
Identitas Lembaga Yayasan Bina Insan Mandiri ………...… 45
3.
Visi dan Misi Rumah Singgah Master …...………………… 45
4.
Keadaan Guru dan Siswa …………………………………... 46
a. Keadaan Guru ………………………………………….. 46
b. Keadaan Siswa …………………………………………. 48
5.
Kurikulum Pembelajaran…………………………………… 48
B. Strategi Pembinaan Anak Jalanan ……………………….…….. 50
C. Program Rumah Singgah Master…………… …………………. 51
1.
Program Pembinaan Rumah Singgah Master ….....………... 51
8/17/2019 Skripsi Annisa Nur Afifah
14/156
viii
1) Program Akademis ………….…………………………. 51
a.
Program Jalur Pendidikan Formal ……….………… 52
b. Program Jalur Pendidikan Nonformal ….………….. 52
2) Program Kelas Bisnis …………..……………………… 54
3)
Program Kelas Seni ………..…………………………... 55
4) Program Kelas Tahfidz ………..………………………. 55
5) Program Kelas Teknologi ….…………………….……. 56
6) Program Tambahan …………………………...………. 56
2. Program Pelayanan Rumah Singah Master ……………….. 59
D. Pengelolaan Rumah Singgah Master ..………………………… 59
a.
Perencanaan ……………………………………………….. 59
b. Pengorganisasian ………………………………………….. 67
c. Pengendalian ……………………………………………… 75
d.
Evaluasi …………………………………………………… 76
E. Analisis Data ………………………………………………….. 78
F. Ulasan …………………………………………………….…… 86
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ………………………………………………….... 88
B. Saran ………………………………………………………….. 90
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….. 92
8/17/2019 Skripsi Annisa Nur Afifah
15/156
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 : Waktu Kegiatan Penelitian ……………………………………. 35
Tabel 3.2 : Kisi-Kisi Instrumen Wawancara ……………………………… 38
Tabel 3.3 : Kisi-Kisi Instrumen Angket …………………………………... 39
Tabel 4.1 : Jumlah Tutor Tetap dan Relawan di Yayasan Bina Insan
Mandiri……………………………………………………..…. 46
Tabel 4.2 : Tingkat Pendidikan Terakhir Tutor Yayasan Bina Insan
Mandiri ……………………………………………………….. 46
Tabel 4.3 : Jadwal Belajar PKBM Yayasan Bina Insan Mandiri ………… 49
Tabel 4.4 : Sarana dan Prasarana Yayasan Bina Insan Mandiri ………….. 64
Tabel 4.5 : Sarana dan Prasarana …………………………………………. 78
Tabel 4.6 : Karakteristik Anak Jalanan …………………………………... 82
Tabel 4.7 : Perhatian Terhadap Pelajaran ……………………………….... 83
8/17/2019 Skripsi Annisa Nur Afifah
16/156
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 : Jumlah Anak Terlantar (6-18 Tahun) Tahun 2009 dan 2011 ..… 3
Gambar 2.1 : Tahap-Tahap dan Program Pelayanan ………………………... 19
Gambar 2.2 : Proses Pengorganisasian ……………………...………………. 28
Gambar 4.1 : Tahap-Tahap dan Program Pelayanan ……………………..…. 57
Gambar 4.2 : Proses Pengorganisasian ……………………...………………. 69
Gamber 4.3 : Struktur Organisasi Yayasan Bina Insan Mandiri ……………. 73
8/17/2019 Skripsi Annisa Nur Afifah
17/156
xi
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 Pengesahan Proposal Skripsi …………………………... 95
LAMPIRAN 2 Surat Bimbingan Skripsi ……...………………………... 96
LAMPIRAN 3 Surat Permohonan Izin Observasi Study Dokumentasi
ke Kemensos..…………………………………………... 97
LAMPIRAN 4 Surat Tanda Bukti Penyerahan Informasi Publik
Kementrian Sosial RI …………………………………... 98
LAMPIRAN 5 Surat Permohonan Izin Observasi ke Yayasan Bina Insan
Mandiri Depok..………………………………………… 99
LAMPIRAN 6 Surat Permohonan Izin Penelitian …………………….. 100
LAMPIRAN 7 Surat Keterangan Penelitian dari Yayasan Bina Insan
Mandiri Depok ………………………………………... 101
LAMPIRAN 8 Lembar Uji Referensi …………………………………. 102
LAMPIRAN 9 Foto Dokumentasi Penelitian …………………………. 110
LAMPIRAN 10 Pedoman Wawancara ……………………....…………. 114
LAMPIRAN 11 Pedoman Angket …………………………….………... 119
LAMPIRAN 12 Hasil Wawancara…………………………………….... 122
LAMPIRAN 13 Surat Rekomendasi SMPN 10 Depok ……..………….. 131
LAMPIRAN 14 Daftar Prestasi dan Mitra Kerjasama Yayasan Bina Insan
Mandiri Depok ……………………...……………….... 132
LAMPIRAN 15 Data Anak Jalanan PKSA Binaan Yayasan Bina Insan
Mandiri Depok …………………………………….….. 133
LAMPIRAN 16 Daftar Tutor PAUD …………………………………... 148
LAMPIRAN 17 Daftar Tutor Paket A/SD ……………………………... 149
LAMPIRAN 18 Daftar Tutor Paket B/SMP .………………………….... 150
LAMPIRAN 19 Daftar Tutor Paket C/SMA. …………………………... 151
LAMPIRAN 20 Formulir Monitoring Anak Jalanan …………………… 152
LAMPIRAN 21 Biodata Penulis …………………………………….…. 155
8/17/2019 Skripsi Annisa Nur Afifah
18/156
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam
dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Anak sebagai
tunas, potensi, dan generasi penerus cita-cita perjuangan bangsa memiliki peran
strategis dan mempunyai ciri dan sifat khusus yang menjamin kelangsunganeksistensi bangsa dan negara pada masa depan. Oleh sebab itu, anak perlu
disiapkan dengan sebaik-baiknya agar dapat tumbuh kembang dan berkembang
secara wajar.
Negara kesatuan RI menjamin kesejahteraan tiap-tiap warga negaranya,
termasuk perlindungan sosial terhadap anak yang merupakan hak azasi manusia.
Setiap anak berhak mendapatkan kesempatan yang seluas-luasnya untuk tumbuh
dan berkembang dengan wajar baik fisik, mental maupun sosial, dan berakhlak
mulia.
Dalam kenyataannya masih banyak ditemukan anak-anak yang terlantar
yang hidup di jalanan. Keberadaan anak jalanan merupakan akibat kondisi yang
kurang baik di dalam keluarga seperti ekonomi keluarga rendah, tindak kekerasan
terhadap anak, disorganisasi keluarga, anak kurang perhatian dan kasih sayang
orang tua, dan faktor lainnya yang mendorong anak terpaksa berada di jalanan.
Munculnya fenomena anak jalanan ini merupakan bukti tidak terpenuhinya
perlindungan dan kebutuhan baik jasmani, rohani, maupun sosial yang menjadi
hak anak Seperti yang tercantum dalam konvensi hak-hak anak yang disadur
dalam UU PBB, yang selanjutnya tertuang dalam Undang-Undang perlindungan
anak Republik Indonesia. Seperti disebutkan dalam Pasal 34 ayat (1) UUD 1945
disebutkan bahwa “Fakir miskin dan anak -anak terlantar dipelihara oleh Negara”.1
Pasal ini pada dasarnya merupakan hak konstitusional warga miskin dan anak-
1Anak Jalanan dan Terlantar, Tanggung Jawab Siapa?, Majalah Societa, Jakarta:
Kementrian Sosial RI edisi II/2011, h. 7.
8/17/2019 Skripsi Annisa Nur Afifah
19/156
2
anak terlantar. Dalam UUD 45 merupakan payung hukum bagi warga negara, dan
menjadi kewajiban bagi negara untuk tidak mengabaikan keberadaan fakir miskin
dan anak terlantar.2 Dalam penjelasan UUD adalah Negara bertanggung jawab
untuk melindungi dan memelihara fakir miskin dan anak terlantar. Dalam kata
lain, dipelihara bukan dibiarkan untuk terus ada. Pemerintah sendiri sesungguhnya
tidak menutup mata akan persoalan anak-anak jalanan yang bisa di kategorikan
sebagai anak terlantar yang bukan hanya dijumpai di jalan-jalan, tetapi juga
ditempat keramaian lainnya, seperti pusat perbelanjaan atau pasar, terminal,
stasiun, dan lainnya.
Anak jalanan harus diberikan pendidikan guna pengembangan mental dan
kecerdasan. Terkait dengan masalah pendidikan, UU tersebut juga pada Pasal 9
ayat 1 menyatakan bahwa: “Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan
pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya
sesuai dengan minat dan bakatnya.”3 Anak jalanan sering dipandang sebelah mata
oleh masyarakat. Pada dasarnya mereka memiliki hak yang sama dalam
memperoleh pendidikan dan pengajaran sesuai minat dan bakatnya. seperti anak-
anak lainnya. Untuk itu, pendidikan harus diberikan kepada masyarakat tanpa
memandang status sosial, ekonomi, jenis kelamin dan lain sebagainya termasuk
anak jalanan.
Fenomena anak yang berada di jalanan semakin meningkat, terutama
banyak ditemukan di kota-kota besar seperti di wilayah Jabodetabek, bukan hanya
dari aspek kuantitas tetapi aktivitas yang mereka lakukan. Peningkatan ini bukan
hanya saat Indonesia mengalami krisis tetapi beberapa tahun sebelumnya juga
sudah terlihat. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, diantara faktor
kemiskinan, pendidikan dan keluarga.
Berdasarkan hasil survei Badan Pusat Statistik Republik Indonesia pada
bulan Maret 2013, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per
kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan) di Indonesia mencapai 28,07 juta
2 Ibid , h. 8.
3Undang-undang Perlindungan Anak (UU RI No. 23 Th. 2002), (Jakarta: Sinar Grafika,
2012), cet VI, h. 6.
8/17/2019 Skripsi Annisa Nur Afifah
20/156
3
orang atau 11,37% dari jumlah penduduk di Indonesia.4 Kemiskinan
mengakibatkan rendahnya daya beli, keluarga miskin tidak mempunyai
kemampuan yang memadai untuk memenuhi kebutuhan sosial dasar, seperti
pangan, kesehatan, dan pendidikan. Dengan kata lain, keluarga miskin tidak
mempunyai dana yang cukup untuk membeli makanan, menyekolahkan anak dan
memelihara serta meningkatkan status kesehatannya.
Dampak dari kemiskinan menimbulkan berbagai masalah sosial.
Kesejahteraan keluarga semakin menurun sehingga menimbulkan banyak anak-
anak yang terpisah dari orang tuanya.
Gambar 1.1
Sumber: Data Susenas BPS 5
Berdasarkan tabel hasil survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS)
Badan Pusat Statistik Republik Indonesia tahun 2009 memperlihatkan bahwa
jumlah anak terlantar secara nasional berjumlah 3.176.462 anak. Dua tahun
kemudian, tahun 2011, angka tersebut mengalami penurunan 60.685 anak menjadi
3.115.777 anak. Sedangkan anak jalanan yang sudah di tampung di Lembaga
Kesejahteraan Sosial (LKS) berjumlah 10.126 anak dari 88 LKS. Pada tahun yang
4Profil Kemiskinan di Indonesia Maret 2013 (Berita Resmi Statistik No. 47/07/Th.
XVI, 1 Juli 2013), h. 1.
5Booklet Kementerian Sosial dalam Angka Tahun 2012 (Jakarta: Badan Pendidikan
dan Penelitian Kesejahteraan Sosial. Pusat Data dan Informasi Kesejahteraan Sosial, 2012), h.29.
8/17/2019 Skripsi Annisa Nur Afifah
21/156
4
sama anak yang tergolong rawan menjadi anak terlantar berjumlah 7.175.189 anak
dari populasi anak Indonesia yaitu 58.171.746 anak anak usia 6 - 18 tahun.
Sedangkan jumlah anak terlantar di DKI Jakarta tahun 2012 sebanyak
60.336 anak. Panti Sosial Asuhan Anak yang diselenggarakan pemerintah maupun
masyarakat berjumlah 30 panti dengan daya tampung 5.989 anak, sedangkan
54.347 anak belum tersentuh pelayanan pemerintah maupun organisasi sosial atau
LSM.
Angka tersebut menunjukan bahwa kualitas hidup anak kita
memprihatinkan yang mengancam masa depan mereka, padahal mereka adalah
aset, investasi Sumber Daya Manusia dan sekaligus tumpuan masa depan bangsa.
Pada umumnya anak jalanan berasal dari keluarga yang ekonominya
lemah, sehingga para orang tua tidak mampu untuk menyekolahkan anak-
anaknya. Selain itu juga dikarenakan oleh rendahnya tingkat pendidikan dan tidak
adanya kepedulian orang tua terhadap nasib pendidikan anak-anaknya, sehingga
banyak anak turun ke jalan untuk membantu orang tuanya dalam mempertahankan
hidup.
Pada umumnya permasalahan anak dikategorikan menjadi tiga yaitu,
Pertama, Perlakuan Salah Terhadap Anak atau PSTA (child abuse atau child
maltreatment ), yaitu penyiksaan anak baik secara fisik, psikis dan seksual. Kedua,
penelantaran anak (child neglect ), yaitu sikap dan perlakuan orang tua yan tidak
memberikan perhatian yang layak terhadap proses tumbuh kembang anak.
Misalnya anak dikucilkan, diasingkan dari keluarga, atau tidak diberikan
pendidikan dan perawatan kesehatan yang layak. Ketiga, Eksploitasi anak (child
exploitation) eksploitasi anak menunjuk pada sikap diskriminatif atau perlakuan
sewenang-wenang terhadap anak yang dilakukan oleh keluarga atau masyarakat.
Contohnya memaksa anak untuk melakukan sesuatu demi kepentingan ekonomi
seperti memaksa anak untuk mengamen di jalan dan lain sebagainya.6
Kebutuhan pendidikan merupakan hal sangat penting, karena pendidikan
merupakan hal mendasar bagi seseorang untuk mengetahui berbagai macam
6Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, (Bandung: PT Refika
Aditama, 2005), h. 160.
8/17/2019 Skripsi Annisa Nur Afifah
22/156
5
pengetahuan, tetapi tidak sedikit juga orang yang masih tidak mementingkan
pendidikan.
Berkaitan dengan pernyataan di atas Allah SWT berfirman di dalam Al-
Qur’an Surat An-nisa: 9
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang -orang yang seandainya
meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang merekakhawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka
bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang
benar”. (QA. Annisa:9)7
Ayat diatas mengisyaratkan bahwa manusia hendaklah khawatir bila
meninggalkan keturunan yang lemah, baik dalam pekerjaan, intelektual dan
kompleksitas hidup. Oleh karena itu perlu adanya pendidikan yang baik sebagai
bekal untuk generasi berikutnya.
Dalam melakukan pembinaan, pengembangan dan perlindungan anak,
perlu peran serta masyarakat, baik melalui lembaga pelayanan dan perlindungan
anak, lembaga keagamaan, lembaga swadaya masyarakat, organisasi
kemasyarakatan, organisasi sosial, dunia usaha, media masa, dan lembaga
pendidikan, dengan program-program yang mendukung dan sesuai dengan
kebutuhan anak, seperti memberikan berbagai alternatif pelayanan untuk
pemenuhan kebutuhan anak dan menyiapkan masa depannya sehingga menjadi
masyarakat yang produktif.
Dari kondisi tersebut, diperlukan suatu tempat atau lembaga untuk
menampung dan memberikan pemenuhan kebutuhan pendidikan. Dalam khasanah
penanganan anak jalanan dikenal tiga pendekatan, yakni street based (berpusat di
jalanan), centre based (berpusat di panti), dan community based (berpusat di
7Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: Lubuk Agung, Departemen Agama RI, 1989),
h. 116.
8/17/2019 Skripsi Annisa Nur Afifah
23/156
6
masyarakat). Setiap pendekatan tersebut mempunyai ciri khas dari segi pelayanan,
strategi, dan sasaran programnya.
Pendekatan rumah singgah ini mulai berkembang akhir-akhir ini di
berbagai Negara untuk melengkapi pendekatan yang sudah ada. Keunikannya
adalah mampu digunakan untuk memperkuat tiga pendekatan diatas. Jika
ditempatkan di wilayah yang dekat banyak anak jalanan, dapat dipandang sebagai
street based yang menjadi pusat kegiatan anak jalanan. Jika ditempatkan di suatu
wilayah dimana banyak anak warga tersebut menjadi anak jalanan, dapat
dipandang sebagai pusat kegitan pula atau pintu masuk untuk menangani anak
jalanan dengan melibatkan warga masyarakat. Rumah Singgah pada umumnya
berupa rumah yang dikontrak juga dipandang sebagai panti (center ) baik untuk
berlindung maupun sebagai pusat kegiatan.
Rumah Singgah merupakan Lembaga Sosial Masyarakat (LSK)
memberikan solusi alternatif dengan memberikan pelayanan sosial kepada anak-
anak yang kurang beruntung. Dimana bagi mereka disediakan rumah
penampungan dan pendidikan yang berfungsi sebagai tempat bernaung dan media
pendidikan non formal yang dapat membawa perubahan bagi anak jalanan. selain
itu mempertahankan kemampuan anak dimana penanganannya berdasarkan
aspirasi dan potensi yang dimiliki anak. Para pekerja sosial dalam bekerja lebih
banyak berprinsip perkawanan dalam pendampingan yang sejajar sebagai seorang
sahabat. Penyediaan rumah singgah merupakan upaya agar hak-hak anak dari para
anak jalanan dapat terpenuhi, hal mana akan mendorong kelancaran proses
tumbuh kembang, yang pada gilirannya dapat ikut serta dalam pembangunan
nasional dengan melaksanakan peran dan tugas sebagai anak.
Sebelum pihak pemerintah dan swasta aktif berpartisipasi, sebenarnya
sudah banyak Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang berupaya menjawab
kebutuhan anak jalanan dengan mendirikan yayasan sosial, contohnya Yayasan
Bina Insan Mandiri (YABIM) atau yang lebih dikenal dengan sebutan “Sekolah
Master” atau sekolah Masjid Terminal yang terletak di kota Depok. Di yayasan ini
menyediakan Rumah Singgah yang digunakan menampung anak-anak jalanan
sebagai berlindung sekaligus memanfaatkan akses yang tersedia untuk
8/17/2019 Skripsi Annisa Nur Afifah
24/156
7
memperoleh pelayanan sosial di bidang pendidikan. Rumah Singgah di Yayasan
Bina Insan Mandiri disebut “Rumah Singgah Master”. Yayasan Bina Insan
Mandiri (YABIM) sebagai lembaga sosial yang melakukan pembinaan melalui
pendidikan luar sekolah memiliki peran penting bagi kehidupan anak-anak
jalanan. Sesuai dengan fungsinya antara lain sebagai tempat terbuka bagi anak
jalanan untuk berlindung, beristirahat dan belajar. Rumah Singgah Master juga
berupaya mengembalikan anak-anak jalanan itu kembali pada kehidupan normal
seperti anak-anak lain yang sebaya dengan mereka.
Upaya penanganan anak jalanan melalui Rumah Singgah di Kota Depok
khususnya yang dilakukan Rumah Singgah Master Yayasan Bina Insan Mandiri
(YABIM), salah satu yayasan yang berperan di bidang sosial, yang peduli dengan
permasalahan sosial anak jalanan dengan melalui pendidikan luar sekolah,
didalamnya memuat berbagai kegiatan antara lain: pembinaan keterampilan,
sekolah terbuka, pendidikan nonformal, bimbingan mental dan spiritual dan lain
sebagainya. Pembinaan seperti ini merupakan pemenuhan hak anak dalam
memperoleh pendidikan, karena pendidikan merupakan salah satu kebutuhan
dasar pendidikan anak-anak, namun terkadang kebutuhan itu tidak dapat terpenuhi
dan banyak anak putus sekolah karena faktor kemiskinan sehingga anak di tuntut
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, situasi ini membawa konsekuensi banyak
diantara mereka yang tidak pernah mengenyam pendidikan.
Rumah Singgah Master Yayasan Bina Insan Mandiri merupakan salah satu
bentuk usaha kesejahteraan sosial dalam konteks penelitian ini adalah anak
jalanan, dimana mengacu pada program, pembinaan serta berbagai kegiatan secara
konkrit berusaha menjawab kebutuhan atau masalah sosial yang dihadapi anak
jalanan seperti:
a. Melayani warga belajar supaya dapat tumbuh dan berkembang sedini
mungkin sepanjang hayatnya guna meningkatkan martabat dan mutu
kehidupan.
b. Membina warga belajar agar memiliki pengetahuan, keterampilan dan
sikap mental yang diperlukan untuk mengembangkan diri.
8/17/2019 Skripsi Annisa Nur Afifah
25/156
8
c.
Memenuhi kebutuhan belajar masyarakat yang tidak dapat dipenuhi dalam
jalur pendidikan formal.
Rumah Singgah Master Yayasan Bina Insan Mandiri adalah salah satu
lembaga sosial yang berada di wilayah Depok yang peduli terhadap nasib anak-
anak jalanan, fakir, miskin dan dhuafa dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan
hidup anak jalanan. Yayasan ini sudah memiliki ciri-ciri yayasan sosial pada
umumnya visi, misi, program, pengurus, serta sarana dan prasarananya yang
mendukung pembinaan yang dilakukan Rumah Singgah Master.
Layanan pendidikan yang di berikan Rumah Singgah Master Yayasan
Bina Insan Mandiri kepada anak jalanan ini akan sangat berguna bagi masa depan
mereka. Anak jalanan tersebut akan dibina agar memiliki masa depan yang lebih
baik, karena mereka pun memiliki hak yang sama dengan anak-anak pada
umumnya yaitu berhak untuk berprestasi, mengembangkan potensi dan mengasah
bakat yang dimiliki. Seperti beberapa anak binaan Yayasan Bina Insan Mandiri
yang mampu memberikan prestasi antara lain: Juara I lomba menulis surat untuk
Presiden RI BAZNAS (2005), juara I dan II olimpiade matematika setara SD
Jabodetabek (2006), juara III Cerdas Cermat Paket C setara SMU 2008 dan lain-
lain.8 Selain itu, output atau lulusan dari Yayasan Bina Insan Mandiri ini banyak
yang memperoleh beasiswa untuk melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi
negeri maupun swasta bahkan beberapa ada yang memperoleh beasiswa sampai
ke luar negeri. Hal ini merupakan bukti bahwa mereka juga memiliki hak untuk
berprestasi layaknya anak-anak pada umumnya.
Dari latar belakang diatas, peneliti akan mengkaji pelaksanaan pengelolaan
Rumah Singgah Master Yayasan Bina Insan Mandiri dalam membina anak
jalanan bagi anak-anak wilayah Depok dan sekitarnya. Peneliti berasumsi bahwa
mereka layak mendapatkan hak-hak mereka, seperti terpenuhinya kebutuhan
mendapatkan pendidikan yang layak seperti anak-anak pada umumnya.
8Dokumen lengkap tentang Daftar Prestasi dan Mitra Kerjasama Yayasan Bina Insan
Mandiri Depok lihat Lampiran 14, h.132
8/17/2019 Skripsi Annisa Nur Afifah
26/156
9
Di Indonesia telah banyak Rumah Singgah yang didirikan oleh masyarakat
yang peduli terhadap nasib pendidikan anak jalanan diantaranya adalah Yayasan
Keluarga Anak Langit yang berada di daerah karawaci kota Tangerang Banten,
Sanggar Kartini yang berada di wilayah Jakarta Utara, Yayasan Akur Kurnia yang
berada di Kramat Jati Jakarta Timur, dan Rumah Singgah yang akan jadi tempat
penelitian ini yaitu Rumah Singgah Master di bawah naungan Yayasan Bina Insan
Mandiri yang berada di Jalan Margonda Raya No. 58 Kelurahan Depok
Kecamatan Pancoran Mas Terminal Terpadu Kota Depok.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis memilih untuk memfokuskan
dan memperdalam kajian tentang pelaksanaan pengelolaan Rumah Singgah dalam
membina anak jalanan, yang kemudian penulis tuangkan dalam sebuah penelitian
dengan judul: “PENGELOLAAN PROGRAM RUMAH SINGGAH” Studi
Kasus di Rumah Singgah Master Yayasan Bina Insan Mandiri, Depok.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka dapat diidentifikasimasalah-masalah dalam penelitian ini yaitu:
1. Belum efektifnya pelaksanaan pengelolaan rumah singgah Master dalam
membina anak jalanan.
2. Belum maksimalnya program pembinaan anak jalanan di rumah singah
Master untuk memenuhi hak anak dalam memperoleh pendidikan.
3.
Adanya faktor pendukung dan penghambat yang mempengaruhi
pelaksanaan pengelolaan rumah singgah Master.
C. Pembatasan Masalah
Aktivitas yang dilakukan oleh Yayasan Bina Insan Mandiri (YABIM)
masih jauh dari harapan-harapan yang diinginkan. Untuk itu penulis ingin
mengetahui usaha-usaha apa yang telah mereka lakukan, tantangan-tantangan
yang mereka hadapi, kelemahan-kelemahan yang menjadi penghambat dan
8/17/2019 Skripsi Annisa Nur Afifah
27/156
10
peluang-peluang yang ada yang dapat dilaksanakan oleh Yayasan Bina Insan
Mandiri (YABIM).
Agar penelitian ini dapat dilaksanakan dengan mudah, terarah, tidak
meluas dan mendapatkan hasil sesuai dengan yang diinginkan, maka perlu adanya
pembatasan masalah.
Berdasarkan uraian diatas penulis membatasi persoalan dalam penelitian
ini adalah tentang Pengelolaan Program Rumah Singgah.
D.
Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah diatas, penulis mencoba meneliti,
mengkaji dan merumuskan penelitian ini yaitu:
1. Bagaimana pelaksanaan pengelolaan rumah singgah Master dalam
membina anak jalanan?
2. Bagaimana program pembinaan anak jalanan di rumah singah Master
untuk memenuhi hak anak dalam memperoleh pendidikan?
3.
Faktor pendukung dan penghambat apa saja yang mempengaruhi pelaksanaan pengelolaan rumah singgah Master?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka penelitian ini memiliki
tujuan untuk mengetahui pelaksanaan pengelolaan Rumah Singgah dalam
membina anak jalanan di Rumah Singgah Master Yayasan Bina Insan Mandiri
(YABIM) Depok.
F. Manfaat Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat
baik secara teoritis maupun praktis kepada berbagai pihak sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Untuk khazanah intelektual, diharapkan penelitian ini dapat
memberikan kontribusi pengembangan pengetahuan bagi dunia pekerjaan
8/17/2019 Skripsi Annisa Nur Afifah
28/156
11
sosial, khususnya yang berfokus di bidang pengelolaan program rumah
singgah.
2. Manfaat Praktis
a.
Bagi yayasan, sebagai bahan masukan bagi pengelola Rumah Singgah
Master Yayasan Bina Insan Mandiri (YABIM) dan pihak terkait dalam
pelaksanaan pengelolaan Rumah Singgah.
b. Bagi masyarakat, sebagai bahan informasi mengenai pengelolaan
Rumah Singgah dalam membina anak jalanan dan dapat memberikan
kontribusi pengembangan khazanah ilmu.
c.
Bagi penulis, dapat memperoleh pengalaman langsung dalam
pengelolaan Rumah Singgah dalam membina anak jalanan dan sebagai
salah satu persyaratan dalam meraih gelar Sarjana Strata Satu (SI)
Program Studi Mananajemen Pendidikan Jurusan Kependidikan Islam
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
8/17/2019 Skripsi Annisa Nur Afifah
29/156
12
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Rumah Singgah
a. Pengertian Rumah Singgah
Rumah Singgah merupakan sebagai tempat pemusatan sementara yang
bersifat non formal, dimana anak-anak bertemu untuk memperoleh informasi dan
pembinaan awal sebelum dirujuk ke dalam proses pembinaan lebih lanjut.1
Sedangkan menurut Departemen Sosial RI Rumah Singgah didefinisikan
sebagai suatu wahana yang dipersiapkan sebagai perantara anak jalanan dengan
pihak-pihak yang akan membantu mereka.2 Rumah Singgah merupakan proses
informal yang memberikan suasana pusat resosialisasi anak jalanan terhadap
system nilai dan norma di masyarakat. Rumah Singgah merupakan tahap awal
bagi seorang anak untuk memperoleh pelayanan selanjutnya, oleh karenanya penting menciptakan Rumah Singgah sebagai tempat yang aman, nyaman,
menarik, dan menyenangkan bagi anak jalanan.3
b. Latar Belakang Berdirinya Rumah Singgah
Secara umum tujuan dibentuknya Rumah Singgah adalah membantu anak
jalanan mengatasi masalah-masalahnya dan menemukan alternatif untuk
pemenuhan kebutuhan hidupnya. Sedangkan secara khusus tujuan RumahSinggah adalah:4
1Armai Arief, Upaya Pemberdayaan Anak Jalanan, 2013
(http://anjal.blogdrive.com/archive/ 11. html) 2Standar Pelayanan Sosial Anak Jalanan Melalui Rumah Singgah, (Jakarta: Direktorat
Bina Pelayanan Sosial Anak, Direktorat Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial, DepartemenSosial RI, 2002)., h. 6.
3Pedoman Penyelenggaraan Pembinaan Anak Jalanan Melalui Rumah Singgah,
(Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Kesejahteraan Sosial, Departemen Sosial RI, 1999), h. 5.
4Standar Pelayanan Sosial Anak Jalanan Melalui Rumah Singgah,op. cit., h. 7.
http://anjal.blogdrive.com/archive/11http://anjal.blogdrive.com/archive/11
8/17/2019 Skripsi Annisa Nur Afifah
30/156
13
a)
Membentuk kembali sikap dan perilaku anak yang sesuai dengan nilai-
nilai dan norma yang berlaku di masyarakat.
b) Mengupayakan anak-anak kembali ke rumah jika memungkinkan atau ke
panti dan lembaga pengganti jika diperlukan.
c) Memberikan berbagai alternatif pelayanan untuk pemenuhan kebutuhan
anak dan menyiapkan masa depannya sehingga menjadi masyarakat yang
produktif.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan dibentuknya rumah
singgah yaitu untuk mengembalikan sikap dan perilaku anak jalanan sesuai
dengan norma, mengupayakan agar anak kembali ke rumah, ke keluarga atau
lembaga pengganti serta menyiapkan masa depan melalui berbagai alternatif
pelayanan pemberdayaan.
Dalam buku “Standar Pelayanan Sosial Anak Jalanan Melalui Rumah
Singgah”, Rumah Singgah memiliki fungsi sebagai berikut:5
1. Tempat penjangkauan pertama kali dan pertemuan pekerja sosial dengan
anak jalanan untuk menciptakan persahabatan, kekeluargaan, dan mencari
jalan keluar dari kesulitan mereka.
2. Tempat membangun kepercayaan antara anak dengan pekerja sosial dan
latihan meningkatkan kepercayaan diri berhubungan dengan orang lain.
3. Perlindungan dari kekerasan fisik, psikis, seks, ekonomi, dan bentuk
lainnya yang terjadi di jalanan.
4.
Tempat menanamkan kembali dan memperkuat sikap, perilaku, dan fungsi
sosial anak sejalan dengan norma masyarakat.
5.
Tempat memahami masalah yang dihadapi anak jalanan dan menemukan
penjaluran kepada lembaga-lembaga lain sebagai rujukan.
6. Sebagai media perantara antara anak jalanan dengan keluarga/lembaga
lain, seperti panti, keluarga pengganti, dan lembaga pelayanan sosial
lainnya. Anak jalanan diharapkan tidak terus-menerus bergantung kepada
5 Ibid.,h. 7-8.
8/17/2019 Skripsi Annisa Nur Afifah
31/156
14
Rumah Singgah, melainkan dapat memperoleh kehidupan yang lebih abik
melalui atau setelah proses yang dijalaninya.
7. Tempat informasi berbagai hal yang berkaitan dengan kepentingan anak
jalanan seperti data dan informasi tentang anak jalanan, bursa kerja,
pendidikan, kursus keterampilan, dll.
Sedangkan dalam buku “Pedoman Penyelenggaraan Pembinaan Anak
Jalanan Melalui Rumah Singgah”, fungsi Rumah Singgah antara lain:6
1. Tempat pertemuan (meeting point) pekerja sosial dan anak jalanan. Dalam
fungsi ini, Rumah Singgah merupakan tempat bertemu antara pekerja
sosial dengan anak jalanan untuk menciptakan persahabatan,
assessment/ diagnosa,dan melakukan kegiatan program.
2. Pusat assessment dan rujukan.
Dalam fungsi ini,Rumah Singgahmenjadi tempat melakukan
assessment atau diagnosis terhadap kebutuhan dan masalah anak jalanan
serta melakukan rujukan (referal ) pelayanan sosial bagi anak jalanan.
3. Fasilitator (media perantara dengan keluarga/lembaga lain)
Dalam fungsi ini, Rumah Singgah merupakan media perantara antara anak
di jalanan dengan keluarga, keluarga pengganti, dan lembaga lainnya.
Anak jalanan diharapkan tidak terus menerus bergantung kepada Rumah
Singgah, melainkan dapat memperoleh kehidupan yang lebih baik melalui
atau setelah proses yang dijalaninya.
4.
Perlindungan
Rumah Singgah dipandang sebagai tempat berlindung dari
kekerasan/penyalahgunaan seks, ekonomi, dan bentuk-bentuk lainnya
yang terjadi di jalanan.
5. Pusat informasi
Rumah Singgah menyediakan informasi berbagai hal yang berkaitan
dengan kepentingan anak jalanan seperti data dan informasi tentang anak
jalanan, bursa kerja, pendidikan, kursus keterampilan, dll.
6 Pedoman Penyelenggaraan Pembinaan Anak Jalanan Melalui Rumah Singgah,op.
cit., h. 6-8.
8/17/2019 Skripsi Annisa Nur Afifah
32/156
15
6.
Kuratif dan rehabilitatif (mengembalikan dan menanamkan fungsi sosial
anak)
Dalam fungsi ini, para pekerja sosial diharapkan mampu mengatasi
permasalahan anak jalanan dan membetulkan sikap dan perilaku sehari-
hari yang akhirnya akan mampu menumbuhkan keberfungsisosialan anak.
Cara-cara atau intervensi professional dilakukan untuk fungsi ini termasuk
menggunakan konseloryang sesuai dengan masalahnya.
7. Akses terhadap pelayanan
Sebagai persinggahan, Rumah Singgahmenyediakan akses kepada
berbagai pelayanan sosial. Pekerja sosial membantu anak mencapai
pelayanan tersebut.
8. Resosialisasi
Lokasi Rumah Singgah yang berada ditengah-tengah lingkungan
masyarakat sebagai upaya mengenalkan kembali norma, situasi dan
kehidupan bermasyarakat bagi anak jalanan. Pada sisi lain mengarah pada
pengakuan, tanggung jawab dan upaya warga masyarakat terhadap
penanganan masalah anak jalanan.
Dari uraian diatas, secara ringkas fungsi rumah singgah dapat disimpulkan
sebagai tempat perlindungan dari berbagai bentuk kekerasan yang kerap menimpa
anak jalanan dari kekerasan dan prilaku penyimpangan seksual ataupun berbagai
bentuk kekerasan lainnya, sebagai tempat rehabilitasi yaitu mengembalikan dan
menanamkan fungsi sosial anak, dan sebagai akses terhadap pelayanan, yaitu
sebagai persinggahan sementara anak jalanan dan sekaligus akses kepada berbagai
pelayanan sosial seperti pendidikan, kesehatan dll.
c. Prinsip-Prinsip Rumah Singgah
Prinsip-prinsip Rumah Singgah disusun sesuai dengan karakterik pribadi
maupun kehidupan anak jalanan. Prinsip-prinsip Rumah Singgah mendasari
fungsi-fungsi dan proses pelaksanaan kegiatan yang meliputi:7
7 Ibid.,h. 16-20.
8/17/2019 Skripsi Annisa Nur Afifah
33/156
16
1.
Semi institusional
Dalam bentuk semi institusional ini anak jalanan sebagai penerima
pelayanan boleh bebas keluar masuk baik untuk tinggal sementara maupun
hanya mengikuti kegiatan.Sebagai perbandingan, dalam bentuk
institutional (panti) anak-anak ditempatkan dalam panti dalam suatu
jangka waktu tertentu.Dalam bentuk non institutional, anak-anak tinggal
dengan orang tuanya dan pemberi pelayanan mendatangi mereka atau anak
mendatangi lembaga.
2. Pusat kegiatan
Rumah Singgah merupakan tempat kegiatan, pusat informasi, dan akses
seluruh kegiatan yang dilakukan di dalam maupun di luar Rumah Singgah.
3. Terbuka 24 jam
Rumah Singgah terbuka 24 jam bagi anak. Mereka boleh datang kapan
saja, siang hari maupun malam hari terutama bagi anak jalanan yang baru
mengenal Rumah Singgah. Anak-anak yang sedang dibina atau dilatih
datang pada jam yang telah ditentukan, misalnya paling malam jam 22.00
waktu setempat. Hal ini memberikan kesempatan kepada anak jalanan
untuk memperoleh perlindungan kapanpun.Para pekerja sosial siap
dikondisikan untuk menerima anak dalam 24 jam tersebut, oleh karena itu
harus ada pekerja sosial yang tinggal di Rumah Singgah.
4. Hubungan informal (kekeluarga)
Hubungan-hubungan yang terjadi di Rumah Singgah bersifat informal
seperti perkawanan atau kekeluargaan.Anak jalanan dibimbing untuk
merasa sebagai anggota keluarga besar dimana para pekerja sosial
berperan sebagai teman, saudara/kakak atau orang tua.Hubungan ini
membuat anak merasa diperlakukan seperti anak lainnya dalam sebuah
keluarga dan merasa sejajar karena pekerja sosial menempatkan diri
sebagai teman dan sahabat. Dengan cara ini diharapkan anak-anak mudah
mengadukan keluhan, masalah, dan kesulitannya sehingga memudahkan
penanganan masalahnya.
8/17/2019 Skripsi Annisa Nur Afifah
34/156
17
5.
Bebas terbatas untuk apa saja bagi anak
Di Rumah Singgah anak dibebaskan untuk melakukan apa saja, seperti
tidur, bermain, bercanda, bercengkrama, mandi, dsb. Tetapi anak dilarang
untuk perilaku yang negatif seperti berjudi, merokok, minuman keras, dan
sejenisnya. Dengan cara ini diharapkan anak-anak betah dan terjaga dari
pengaruh buruk. Peraturan dibuat dan disepakati oleh anak-anak.
6. Persinggahan dari jalanan ke rumah atau ke alternatif lain
Rumah Singgah merupakan persinggahan anak jalanan dari situasi jalanan
menuju situasi lain yang dipilih dan ditentukan oleh anak, misalnya
kembali ke rumah, mengikuti saudara, masuk panti, kembali bersekolah,
alih kerja di tempat lain, dsb.Pengertian persinggahan dari jalanan ke
rumah singgah atau alternatif lainnya adalah sebagai berikut:
Anak jalanan boleh tinggal sementara untuk tujuan perlindungan,
misalnya karena tidak punya rumah, ancaman di jalanan,
ancaman/kekerasan dari orang tua, dll. Biasanya hal ini dihadapi anak
yang hidup di jalanan yang tidak mempunyai tempat tinggal.
Pada saat tinggal sementara mereka memperoleh intervensi yang
intensif dari pekerja sosial untuk menemukan situasi-situasi seperti
tertera di atas, sehingga mereka tidak tergantung terus kepada Rumah
Singgah.
Anak jalanan datang sewaktu-waktu untuk bercakap-cakap, istirahat
bermain, mengikuti kegiatan, dll.
Rumah Singgah tidak memperkenankan anak jalanan untuk tinggal
selamanya, misalnya karena tidak bayar.
Anak jalanan yang masih tinggal dengan orang tua atau saudaranya
atau sudah mempunyai tempat tinggal tetap sendirian maupun
berkelompok tidak diperkenankan tinggal menetapkan di Rumah
Singgah, kecuali ada beberapa situasi yang bersifat darurat. Anak
jalanan yang sudah mempunyai tempat tinggal tetap merupakan
kondisi yang lebih bagus dibandingkan dengan mereka yang
8/17/2019 Skripsi Annisa Nur Afifah
35/156
18
membutuhkan Rumah Singgah sebagai tempat tinggal sementara,
seperti kelompok anak yang hidup di jalanan.
7. Partisipasi
Kegiatan yang dilaksanakan di Rumah Singgah didasarkan pada prinsip
partisipasi dan kebersamaan.Pekerja sosial dengan anak jalanan
memahami masalah, merencanakan, dan merumuskan kegiatan
penanganan. Dengan cara ini anak dilatih belajar mengatasi masalahnya
dan merasa memiliki atau memikirkan kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan.
8.
Belajar bermasyarakat
Anak jalanan seringkali menunjukan sikap dan perilaku yang berbeda
dengan norma masyarakat karena lamanya mereka tinggal di jalanan.
Rumah Singgah ditempatkan di tengah-tengah masyarakat agar mereka
kembali belajar norma dan menunjukan sikap dan perilaku yang berlaku
dan diterima masyarakat.
Dalam operasionalnya Rumah Singgah mempunyai prinsip-prinsip yang
sesuai dengan karakteristik pribadi anak jalanan. Dari uraian diatas dapat
disimpulkan prinsip-prinsip tersebut adalah anak boleh keluar masuk (semi
institusional), pusat informasi dan pusat kegiatan, terbuka 24 jam, hubungan
bersifat kekeluargaan (informal), bermain dan belajar, tempat persinggahan dari
situasi jalanan ke situasi lain yang dipilih dan terbaik untuk anak, partisipasi serta
belajar bermasyarakat.
d.
Program Rumah Singgah
Tahap-tahap pelayanan rumah singgah meskipun digambarkan secara
linear, tidak berarti setiap anak mengikuti tahap-tahap tersebut seluruhnya. Secara
praktis, mengacu pada kemampuan anak, proses yang mereka lewati dapat lebih
cepat atau lambat. Tahap-tahap pelayanan rumah singgah dan program pelayanan
dapat dilihat dalam gambar berikut:8
8Standar Pelayanan Sosial Anak Jalanan Melalui Rumah Singgah, op.cit.,h.19-20.
8/17/2019 Skripsi Annisa Nur Afifah
36/156
19
Gambar 2.1
Tahap-Tahap dan Program Pelayanan
Tahap-Tahap Kondisi Anak Pelayanan
1) Tahap Pelayanan Rumah Singgah
Pelayanan rumah singgah terbagi menjadi beberapa tahap berikut ini:9
1. Tahap I: Penjangkauan
a.
Secara intensif berlangsung pada tiga bulan pertama dan selanjutnya
sesuai kebutuhan dan dapat menggunakan anak-anak jalanan lainnya.
b. Para petugas turun ke jalanan/kantong sasaran, bertemu dan
berkenalan dengan anak jalanan.
c. Membuat pemetaan wilayah dan gambarkan keadaan anak jalanan.
9 Ibid.,h. 21-23.
Tahap I
Outreach/
Penjangkauan
Tahap II
Pengkajian
Masalah
Tahap III
Persiapan
Pemberdayaan
Tahap IV
Pemberdayaan
Tahap V
Terminasi
Anak Masih
di Jalanan
Masuk
Rumah
Singgah
Sikap dan
Perilaku
Normatif
ProsesMandiri dan
Produktif
Anak Keluar
dari Rumah
Singgah
Kunjungan lapangan, pemeliharaan
hubungan, pembentukan kelompok,konseling, advocacy, mendampingi
anak.
Induksi peranan, pengisian
file anak dan monitoring
kemajuan anak
Resosialisasi, bimbingan
sosial, penyuluhan,
permainan dan rekreasi
Pemberdayaan anak: Beasiswa,modal usaha, pelatihanketerampilan.Orang Tua: Modal Usaha
Mandiri/produktif/alih kerja,menyatu dengan keluarga,
boarding house/panti,
peningkatan pengahasilan(ortu)
8/17/2019 Skripsi Annisa Nur Afifah
37/156
20
d.
Mengidentifikasi mereka secara kelompok seperti jenis kegiatan, asal
daerah, kebiasaan dijalanan, dll.
e. Membentuk kelompok-kelompok, memilih ketuanya dan anggota
dengan jelas.
f. Mensosialisasikan manfaat rumah singgah
g. Menambahkan kepercayaan kepada pekerja sosial.
2. Tahap II: Mengkaji Permasalahan Anak
a. Induksi peranan anak jalanan di rumah singgah
b. Mengisi file anak
c.
Mendiskusikan permasalahan anak
d. Mambahas perkembangan kemajuan anak sesuai perubahan-
perubahan yang terjadi pada anak.
3.
Tahap III: Persiapan Pemberdayaan
a. Membuat rumah singgah sebagai suatu keluarga yang terbuka dan
mau mendengar nasehat
b. Membuat peraturan yang menyenangkan dan tidak memaksa anak
c.
Memberikan bimbingan sosial baik kasus maupun perilaku sehari-hari
dengan cara dan metode yang menyenangkan
d.
Membuat jadwal pemeriksaan kesehatan setiap bulan
e. Mengadakan kegiatan-kegiatan yang menyenangkan anak seperti
permainan, olahraga, kesenian, dll.
f.
Membagi penanganan anak jalanan oleh pekerja sosial. File untuk itu
dapat dimintakan kepada petugas administrasi.
g.
Membuat persiapan-persiapan pada diri anak terhadap kegiatannya
4. Tahap IV: Rujukan Pemberdayaan
a. Mengidentifikasi anak secara satu persatu berdasarkan kebutuhan
pelayanan
b. Menghubungi sumber-sumber yang diperlukan dan mendorong anak
mendayagunakannya
c. Menyiapkan anak memperoleh pelayanan tersebut
d.
Membuat kesepakatan dengan sistem sumber.
8/17/2019 Skripsi Annisa Nur Afifah
38/156
21
e.
Mengantar anak memperoleh pelayanan
f. Mendorong anak bertanggung jawab untuk melakukan kegiatan dan
menerima pelayanan tersebut
g.
Memantau kemajuan anak selama memperoleh pelayanan dan
membantu mengatasi kesulitan yang dihadapi.
5. Tahap V: Pengakhiran (Terminasi)
Tahap pengakhiran berarti anak selesai menerima pelayanan. Ada
beberapa keadaan akhir pada fase ini, yakni:
a. Mandiri/ produktif/ alih kerja
b.
Anak kembali kepada keluarganya, panti atau lembaga pengganti.
c. Anak masih di jalanan
d. Masuk boarding house
e.
Anak masih dijalanan, namun mendapat pekerjaan yang lebih baik
f. Peningkatan pendapatan bagi orang tuanya.
2) KegiatanRumah Singgah
1.
Penjangkauan dan pendampingan di jalanan, meliputi:10
a. Kunjungan lapangan dan perkenalan
b.
Pemeliharaan hubungan dengan anak
c. Pembentukan kelompok di jalanan
2. Pengkajian Masalah, meliputi:
a.
Pengisian file profil anak
b. Pengisian file monitoring perkembangan anak
c.
Pembahasan kasus
3. Resosialisasi, meliputi:
a. Pengenalan peranan anggota rumah singgah
b. Kegiatan keagamaan
c. Pengajaran dan diskusi tentang norma sosial
d. Permainan, pertunjukan seni dan olahraga
10 Ibid., h. 23-26
8/17/2019 Skripsi Annisa Nur Afifah
39/156
22
e.
Membaca buku, majalah dan menonton televisi
f. Bimbingan sosial perilaku sehari-hari
g. Bimbingan sosial kasus
h.
Pemeliharaan kesehatan
i. Penyatuan kembali dengan keluarga
j. Surat-menyurat dan kunjungan rumah kepada orang tua anak jalanan
k. Pertemuan dengan warga sekitar rumah singgah secara rutin maupun
kegiatan bersana
4. Rujukan Pemberdayaan untuk Anak Jalanan
a.
Pendidikan melalui sekolah-sekolah seperti beasiswa, alat sekolah,
bimbingan belajar, kejar paket A dan B, ujian persamaan
b. Pelatihan anak jalanan untuk membekali anak berbagai hal dijalanan
dan mendidiknya mampu mengatasi persoalan dan ancaman
dijalanan.
c. Pelatihan-pelatihan untuk tingkatan remaja
d. Pelayanan keterampilan kerja melalui lembaga pelatihan keterampilan
seperti perbekalan, menjahit, sablon, mengemudi, elektro dan lainnya
yang disesuaikan keadaan wilayah.
e.
Bantuan modal dan bimbingan usaha bagi anak baik di daerah asal
maupun di kota secara perorangan atau berkelompok (KUBE)
f. Membantu anak menemukan pekerjaan lain. Para pekerja sosial
berhubungan dengan berbagi sumber dan membuka kesempatan
kepada anak untuk memperoleh pekerjaan.
5.
Pemberdayaan untuk Orang Tua Anak Jalanan, meliputi:
a. Bimbingan dan penyuluhan melalui kunjungan rumah, surat
menyurat, mengundang mereka datang atau pada saat mereka datang
kerumah singgah. Kegiatan ini dilakukan perorangan atau
berkelompok. Materi yang diberikan mengenai pengasuhan anak, nilai
anak, cara mengatasi masalah anak, dll.
b. Pemberian modal dan bimbingan usaha.
8/17/2019 Skripsi Annisa Nur Afifah
40/156
23
6.
Terminasi (Pengakhiran Pelayanan)
Terminasi dilakukan untuk mengakhiri proses penanganan anak jalanan.
Setelah dapat di normalisasi di rumah singgah. Palayanan lanjutan untuk
anak-anak sesudah terminasi adalah sebagai berikut:
a. Kunjungan rumah, untuk tujuan:
1) Berkenalan dengan orang tua anak
2) Mengidentifikasikan mereka
3) Memantau anak-anak yang sudah pulang
4) Memberikan modal usaha kepada anak dan orang tua jika
diperlukan
b. Pemantauan, terhadap:
1) Anak yang masih mengikuti kursus keterampilan
2)
Anak yang bersekolah
3) Anak yang alih kerja
4) Anak yang melakukan usaha
5) Orang tua yang telah memperoleh bantuan modal
6)
Rujukan ke panti.
2. Pengelolaan Rumah Singgah
a. Pengertian Pengelolaan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengelolaan berasal dari kata
“kelola” yaitu mengendalikan, menyelenggarakan, mengurus.11 Didefinisikan juga
pengelolaan adalah langkah-langkah yang dilakukan dengan cara apapun yang
mungkin, guna untuk membuat data yang dapat dipergunakan bagi suatu maksudtertentu.12 Pengelolaan mempunyai arti:13
11Hasan Alwi, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 623
12Aliminsyah, Kamus Istilah Manajemen Inggris-Indonesia, Indonesia-Inggris.
(Bandung: CV Yrama Widya, 2004), h. 232
13Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka, 1988.h. 625
8/17/2019 Skripsi Annisa Nur Afifah
41/156
24
a.
Proses, cara, perbuatan mengelola.
b. Proses melakukan kegiatan tertentu dengan menggerakan tenaga orang
lain.
c.
Proses yang membantu merumuskan kebijaksanaan dan tujuan organisasi.
d. Proses yang membalikkan pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam
pelaksanaan kebijaksanaan dan pencapaian tujuan.
Pengelolaan juga berarti proses melakukan kegiatan tertentu dengan
menggerakan tenaga orang lain. Kegiatan-kegiatan itu adalah antara lain
menentukan kebijakan, membuat rencana, membagi-bagi tugas, menyusun aturan
pelaksanaan, mengawasi dan membimbing pelaksanaan dan penilaian yang
menuju kepada keberhasilan dari suatu usaha.
Menurut Suharsimi Arikunto pengelolaan merupakan terjemahan dari kata
“management ”. Terbawa oleh derasnya arus penambahan kata pungut ke da lam
Bahasa Indonesia, istilah Inggris tersebut lalu di Indonesiakan menjadi
“manajemen” atau “menejemen”14
Lebih rinci lagi menurut Winarno Hamiseno yang dikutip oleh SuharsimiArikunto, pengelolaan adalah substantifa dari mengelola. Sedangkan mengelola
berarti suatu tindakan yang dimulai dari penyusunan data, merencanakan,
mengorganisasikan, melaksanakan sampai dengan pengawasan dan penilaian.
Dijelaskan selanjutnya bahwa pengelolaan menghasilkan sesuatu dan sesuatu itu
dapat merupakan sumber penyempurnaan dan peningkatan pengelolaan
selanjutnya.15
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pengelolaan
adalah suatu pekerjaan menyelenggarakan, mengurus, mengatur pekerjaan
sehingga terlaksana dengan efektif dan efisien guna mencapai tujuan tertentu.
Pengelolaan berfungsi sebagai acuan rumah singgah dalam mengukur,
mengevaluasi dan merevisi kegiatan-kegiatan yang dianggap perlu. Pada
pengelolaan rumah singgah didalamnya memerlukan perencanaan,
14Suharsimi Arikunto, Pengelolaan Kelas dan Siswa, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 1996), Cet. IV, h. 7.
15Suharsimi Arikunto, op. cit., h.8.
8/17/2019 Skripsi Annisa Nur Afifah
42/156
25
pengorganisasian, pengendalian (pengawasan dan monitoring) dan
pengevaluasiansegala upaya dalam mendayagunakan sumber daya manusia dan
non manusia agar dapat tercapai tujuan secara efektif dan efisien.
Abdul Malik mengutip pendapat yang dikemukakan oleh Warren Bennis
& Robert Townsend bahwa Mengelola suatu organisasi atau lembaga sangat
ditentukan oleh kepercayaan dalam kepemimpinan.Saling percaya dapat mengikat
pemimpin dan yang dipimpin menjadi satu.Kepercayaan tidak bisa diberi atau
diperintahkan, tetapi tumbuh secara alamiah.Yang dapat dilakukan adalah
menampakkan kepercayaan tersebut melalui empati, wawasan dan fokus yang
jelas, memberikan kekuasaan dan wewenang.16
Profesionalisme pengelolaan suatu organisasi/lembaga sosial dilihat dari
pelaksanaan fungsi-fungsi pengelolaan itu sendiri bukan pada kegiatan pelayanan
terhadap sasaran walaupun pada akhirnya profesionalitas pengelolaan akan
memberikan pelayanan prima pada sasaran.
b. Tujuan Pengelolaan
Tujuan pengelolaan adalah agar segenap sumber, peralatan atausarana
yang ada dalam suatu organisasi dapat digerakan sedemikian rupa sehingga dapat
menghindarkan dari segenap pemborosan waktu, tenaga,materi guna mencapai
tujuan yang diinginkan.17Pengelolaan dibutuhkan dalam semua organisasi,karena
tanpaadanya pengelolan atau manajemen semua usaha akan sia-sia danpencapaian
tujuan akan lebih sulit.
Disini ada 3 alasan diperlukannya pengelolaan:18
1.
Untuk mencapai tujuan. Disini pengelolaan dibutuhkan untuk mencapai
tujuan organisasi dan pribadi.
2. Untuk menjaga keseimbangan di antara tujuan-tujuan yang saling
bertentangan. Pengelolaan dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan
16A bdul Malik, “Manajemen Sosial Rumah Singgah” , Tesis pada Pascasarjana UI,
Jakarta, 2001, h. 164, tidak dipublikasikan
17Rochmatun, Tujuan Pengelolaan Pembelajaran, 2012 (http://id.shvoong.com/social-
sciences/education/2258046-tujuan-pengelolaan-pembelajaran)
18 Ibid
8/17/2019 Skripsi Annisa Nur Afifah
43/156
26
antara tujuan-tujuan, sasaran-sasaran dan kegiatan- kegiatan yang saling
bertentangan dari pihak yang berkepentingan dalam suatuorganisasi
ataupun sekolahan. Seperti kepala sekolah, guru, siswa, pegawai dan wali
murid.
3. Untuk mencapai efisien dan efektivitas. Suatu kerja organisasi dapatdiukur
dengan banyak cara yang berbeda. Salah satu cara yang umumyaitu efisien
dan efektivitas.
c. Strategi Pengelolaan
Menurut hasil penelitian Dwi Astuti dalam penelitian Manajemen Rumah
Singgah se-Jawa Timur, dalam hal pelaksanaan pengelolaan rumah singgah harus
menjalankan unsur perencanaan, pengorganisasian, pengendalian dan evaluasi.19
Adapun fungsi pengelolaan yang dapat digunakan dalam pengelolaan Rumah
Singgah, yaitu:
1) Perencanaan (Planning)
Salah satu definisi klasik tentang perencanaan yang di tulis oleh Sondang
P. Siagian mengatakan bahwa perencanaan pada dasarnya merupakan
pengambilan keputusan sekarang tentang hal-hal yang akan di kerjakan di masa
depan.20 Ada yang merumuskan dengan sangat sederhana, misalnya perencanaan
adalah penentuan serangkaian tindakan untuk mencapai suatu hasil yang
diinginkan.21
Sedangkan Nanang Fattah mengemukakan bahwa “perencanaan pendidik
sebagai keputusan yang diambil untuk melakukan tindakan selama waktu tertentu
(sesuai dengan jangka waktu perencanaan) agar penyelenggaraan sistem
19Dwi Astuti, Penelitian Rumah Singgah Se-Jawa Timur ,
(www.damandiri.or.id/file/dwiastututiunairbab2.pdf)
20Sondang P. Siagian, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Bumi Aksara,
2000), h. 41.
21M. Manullang, Dasar-dasar Manajemen, (Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press, 2009), cet XXI, h. 9.
http://www.damandiri.or.id/file/dwiastututiunairbab2.pdfhttp://www.damandiri.or.id/file/dwiastututiunairbab2.pdf
8/17/2019 Skripsi Annisa Nur Afifah
44/156
27
pendidikan menjadi lebih efektif dan efisien, serta menghasilkan lulusan yang
lebih bermutu, dan relevan dengan kebutuhan pembangunan.”22
Dari beberapa definisi menurut para ahli yang telah diuraikan dapat
disimpulkan bahwa perencanaan merupakan langkah awal yang di tempuh oleh
sebuah lembaga pendidikan agar penyelenggaraan sistem pendidikan menjadi
lebih efektif dan efisien.perencanaan adalah suatu rangkaian kegiatan yang
disusun secara sistematis untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Maka dari itu sebuah lembaga atau organisasi harus melaksanakan
perencanaan yang matang sebelum melaksanakan fungsi manajemen yang
lainnya, agar hasil yang di dapatkan maksimal dan efisien sesuai dengan tujuan
organisasi.
Selanjutnya Nanang Fattah juga menyebutkan bahwa dalam setiap
perencanaan selalu terdapat tiga kegiatan yang meskipun dapat dibedakan, tetapi
tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya dalam proses perencanaan.
Ketiga kegiatan itu adalah:23
a. Perumusan tujuan yang ingin dicapai
b.
Pemilihan program untuk mencapai tujuan itu
c. Identifikasi dan pengerahan sumber yang jumlahnya selalu terbatas.
2) Pengorganisasian (Organizing)
Setelah perencanaan dilakukan tahap yang berikutnya adalah
pengorganisasian, pengorganisasian adalah suatu gerak langkah menuju kearah
pelaksanaan rencana yang telah disusun sebelumnya.
Menurut Husaini Usman bahwa yang disebut organisasi ialah proses
kerjasama dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien.24
Sedangkan menurut Manullang pengorganisasian dapat dirumuskan
sebagai keseluruhan aktivitas manajemen dalam mengelompokkan orang-orang
22 Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2011), cet. XI, h. 50.
23 Nanang Fattah, op.cit., h. .49
24Husaini Usman, “ Manajemen, Teori, Praktik & Riset Pendidikan” (Jakarta: Penerbit
Bumi Aksara, 2008), h. 61.
8/17/2019 Skripsi Annisa Nur Afifah
45/156
28
serta penetapan tugas, fungsi, wewenang, serta tanggung jawab masing-masing
dengan tujuan terciptanya aktivitas-aktivitas yang berdaya guna dan berhasil guna
dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan terlebih dahulu.25
Sudjana mengemukakan bahwa pengorganisasian pendidikan luar sekolah
adalah kegiatan bersama orang lain dan/atau melalui orang lain, untuk memilih
dan menyusun sumber daya manusia dengan dukungan fasilitas, alat dan biaya,
yang mampu melaksanakan program yang telah direncanakan.26
Ernest Dale memberikan pengorganisasian sebagai sebuah proses yang
berlangkah jamak. Proses pengorganisasian itu digambarkan sebagai berikut:27
Gambar 2.2
Proses Pengorganisasian
Pengorganisasian merupakan faktor yang sangat menentukan dan erat
kaitannya dengan perencanaan yang telah menjadi patokan untuk pencapaian
tujuan yang telah di tetapkan.
Meskipun para ahli manajemen memberikan definisi yang berbeda-beda
tentang organisasi, namun intisarinya sama yaitu bahwa organisasi merupakan
proses kerjasama antara dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan organisasi
secara efektif dan efisien.
25M. Manullang, op. cit., h. 10.
26D. Sudjana, Manajemen Program Pendidikan untuk Pendidikan Luar Sekolah dan
Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Bandung: Penerbit Falah Production, 2000), h. 9.
27 Nanang Fatah, op.cit., h. 71-72.
2. Pembagian Kerja
3. Penyatuan Pekerjaan
4. Koordinasi Peker aan
5. Monitoring dan Reorganisasi
1. Pemerincian pekerjaan
8/17/2019 Skripsi Annisa Nur Afifah
46/156
29
3) Pengendalian
Dalam buku “Pedoman Pelayanan Sosial Anak Jalanan”, pengendalian
merupakan proses dari serangkaian kegiatan serta kontrol yang dimulai dari
penyusunan kebijakan.28Sedangkan dalam buku “Pedoman Pelayanan Sosial Anak
Terlantar ”, pengendalian adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terus
menerus terhadap keseluruhan kegiatan pemberian pelayanan sosial terhadap anak
terlantar berbasis keluarga dan masyarakat.29
Sistem pengendalian Rumah Singgah terdiri dari supervisi dan
monitoring:30
1)
Supervisi
Dalam buku Sudjana dikemukakan bahwa supervisi merupakan
upaya untuk membantu pembinaan dan peningkatan kemampuan pihak
yang disupervisi agar mereka dapat melaksanakan tugas kegiatan yang
telah ditetapkan secara efisien dan efektif.31 Sedangkan supervisi rumah
singgah adalah kegiatan untuk membimbing dan mengarahkan para
pelaksana rumah singgah mengenai proses dan tugas sehari-hari baik
dalam administrasi kantor maupun pelayanan.32
Dapat disimpulkan bahwa supervisi rumah singgah adalah kegiatan
untuk membimbing dan mengarahkan para pelaksana rumah singgah agar
mereka dapat melaksanakan tugas kegiatan yang telah ditetapkan secara
efisien dan efektif serta dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana yang
telah ditentukan.
28Pedoman Pelayanan Sosial Anak Jalanan Berbasis Panti, (Jakarta: Direktorat
Pelayanan Sosial Anak, Direktorat Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial, Departemen Sosial
RI, 2007), h. 39.
29Pedoman Pelayanan Sosial Anak Terlantar, (Jakarta: Direktorat Pelayanan Sosial
Anak, Direktorat Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial, Departemen Sosial RI, 2008), h. 45.
30Pedoman Penyelenggaraan Pembinaan Anak Jalanan Melalui Rumah
Singgah,op.cit.,h. 60.
31D. Sudjana, op. cit., h. 237.
32Pedoman Penyelenggaraan Pembinaan Anak Jalanan Melalui Rumah Singgah, loc.cit.
8/17/2019 Skripsi Annisa Nur Afifah
47/156
30
2)
Monitoring
Monitoring adalah pengawasan secara terus menerus terhadap
pelaksanaan suatu kegiatan yang berusaha menjamin bahwa penyediaan
input, jadwal kerja, output yang ditargetkan dan hal-hal lain yang
diperlukan berjalan sesuai rencana.33 Hasil monitoring dimaksudkan untuk
memperingatkan manajemen akan masalah-masalah dalam pelaksanaan
proyek, khususnya yang bersifat fisik.34
Dengan demikian monitoring memberikan gambaran tentang
perkembangan baik dalam pelaksanaan program maupun kemajuan anak
jalanan dan membuat prediksi sejauhmana program tersebut dilaksanakan.
4) Evaluasi
Evaluasi adalah suatu proses menetapkan atau menilai secara sistematis
dan subjektif mungkin relevansi, efektivitas dan dampak dari kegiatan-kegiatan.
Evaluasi adalah suatu proses belajar dan alat manajemen yang berorientasi pada
tindakan dan merupakan proses dalam organisasi untuk memperbaiki kegiatan-
kegiatan yang masih dalam proses atau untuk perencanaan di masa mendatang
atau untuk keperluan pengambilan keputusan.35
Evaluasi merupakan kegiatan penting untuk mengetahui apakah tujuan
yang telah ditentukan dapat dicapai, apakah pelaksanaan program sesuai dengan
rencana, dan/ atau dampak apa yang terjadi setelah program dilaksanakan. Tujuan
penilaian program berfungsi sebagai pengarah kegiatan penilaian dan sebagai
acuan untuk mengetahui efisiensi dan efektivitas kegiatan penilaian program.36
33Modul Pelayanan Sosial Anak Jalanan Berbasis Panti, (Jakarta: Direktorat Pelayanan
Sosial Anak, Direktorat Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial, Departemen Sosial RI, 2006) ,
h. 20.
34 Ibid,.h. 21.
35D. Sudjana, op. cit.,h. 20.
36 Ibid., h. 270.
8/17/2019 Skripsi Annisa Nur Afifah
48/156
31
Setiap pelayanan yang diberikan perlu diadakan evaluasi agar dapat
diketahui hasil yang telah dicapai, dan untuk selanjutnya dapat disusun rencana
tindak lanjut. Berbagai kegiatan yang dilakukan dalam rangka evaluasi adalah:37
1)
Menyusun rencana evaluasi, termasuk menyusun format evaluasi.
2) Melaksanakan evaluasi sesuai rencana dari segi waktu, pelaksanaan
maupun cakupannya.
3) Merumuskan hasil evaluasi dan membahasnya dengan semua unsur yang
terlibat dalam upaya pelayanan, guna merumuskan rencana tindak lanjut.
B.
Penelitian yang Relevan
Terdapat beberapa penelitian yang relevan mengenai rumah singgah, yaitu
sebagai berikut:
Pertama, dalam penelitian yang dilakukan oleh Abdul Malik yang berjudul
Manajemen Sosial Rumah Singgah. Dari penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa
pengelolaan Rumah Singgah dipengaruhi beberapa unsur yang saling terkait satu
sama lainnya. Unsur-unsur tersebut meliputi: latar belakang LSK sebagai lembaga
yang mendirikan Rumah Singgah, model manajemen yang dikembangkan, tenaga
pengelola sebagai pelaksana, komunitas dan sumber-sumber setempat, serta
pedoman atau petunjuk teknis yang ditetapkan. Berdasarkan hasil dan temuan
penelitian tersebut penulis mengajukan suatu model pengembangan Rumah
Singgah yang berbasis komunitas lokal. Komunitas lokal dapat terlibat mulai dari
gagasan pendirian Rumah Singgah, persiapan-persiapan pelaksanaan sampai pada
tahap pengawasan dan pengendalian, serta ikut bertanggung jawab akan
kelangsungan dimasa yang akan datang. Diharapkan dengan model ini rumah
singgah mempunyai basis yang kuat untuk melaksanakan misinya dan tidak
terbatas pada proyek yang bersifat jangka pendek.38
Kedua, dalam penelitian yang dilakukan oleh Alwi Alimuddin yang
berjudul Peranan Rumah Singgah dalam Membina Anak Jalanan di DKI Jakarta.
Dari penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa berdasarkan pembentukannya,
37Modul Pelayanan Sosial Anak Jalanan Berbasis Panti, op.cit., h. 11.
38Abdul Malik, op. cit., h. iii.
8/17/2019 Skripsi Annisa Nur Afifah
49/156
32
Rumah Singgah Insan Mandiri telah berhasil mencapai tujuan dari apa yang
diharapkan dalam rangka pembinaan anak jalanan, 26 orang sudah tidak dijalan
lagi, ada 5 orang dibina ke panti sosial Bambu Apus, 4 orang dibina ke Panti
Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama Lima Duren Sawit, 34 orang sedang
mengikuti pelatihan. Keberadaan Rumah Singgah Insan Mandiri dapat mendidik
dan mengembangkan moral anak jalanan menjadi warga masyarakat yang
produktif dan berguna sehingga mampu memberikan kontribusi terhadap
ketahanan wilayah DKI Jakarta.39
Ketiga, dalam penelitian yan dilakukan oleh Siti Aminatun Istianah yang
berjudul Pendidikan Nonformal Sebagai Alternatif Pembinaan Anak Jalanan
(Studi Kasus di Yayasan Bina Insan Mandiri Depok). Dari penelitian tersebut
diperoleh hasil bahwa: pertama, terdapat tiga cara atau strategi yang digunakan
oleh YABIM dalam pembinan anak jalanan, yaitu: Melalui Rumah Singgah,
Turun langsung ke jalan dan melibatkan masyarakat dala menyelenggarakan
program pendidikan dan keterampilan. Kedua, program pendidikan yang
diselenggarakan di YABIM, yaitu jalur pendidikan formal terdapat jenjang SMP
dan SMA dan jalur pendidikan nonformal dengan mengusung Pusat Kegiatan
Belajar Masyarakat (PKBM) sebagai satuan pendidikannya menyelenggarakan
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), pendidikan kesetaraan (Paket A setara SD,
Paket B setara SMP dan Paket C setara SMA). Selain itu, pendidikan kecakapan
hidupnatau lifeskill seperti: sablon, elktro dan service handphone. Ketiga, tingkat
keberhasilan YABIM dalam melakukan pembinaan terhadap anak jalanan tidak
hanya dapat dilihat melalui study lanjut, jumlah prestasi yang pernah diraih dan
keterserapan di dunia kerja melainkan perubahan tingkah laku kea rah yang lebih
baik, seperti: melakukan sholat 5 waktu, pola hidup bersih dan mengurangi
39Alwi Alimuddin, “Peranan Rumah Singgah dalam Membina Anak Jalanan di DKI
Jakarta)”. Tesis pada Pasca Sarjana Universitas Indonesia, Jakarta, 2007, h. i, Tidak
dipublikasikan.
8/17/2019 Skripsi Annisa Nur Afifah
50/156
33
aktivitas di jalan, karena itu merupakan tujuan YABIM dalam melakukan
pembinaan terhadap anak jalanan.40
Ketiga, dalam penelitian yang dilakukan oleh E. Sri Nurhilmi yang
berjudul Manajemen Rumah Singgah dalam Membina Anak Jalanan.Dari
penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa pelaksanaan manajemen Rumah Singgah
Akur Kurnia menjalankan unsur-unsur perencanaan, pengorganisasian,
penggerakan/motivasi, pembinaan, penilaian/evaluasi dan
pengembangan.Terdapat faktor pendukung yaitu dedikasi dari Sumber Daya
Manusia yang dimiliki. Pelaksanaan pembinaan anak jalanan di Rumah Singgah
Akur Kurnia meliputi; Pendidikan nonformal (Pendidikan kesetaraan Paket A, B
dan C), Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), pendidikan agama (Baca tulis Al-
qur’an), keterampilan (Las, Komputer dan Wirausaha), Persatuan sepak bola Akur
Kurnia.41
C. Kerangka Berfikir
Berdasarkan tinjauan pustaka dan hasil penelitian yang pernah dilakukan,
membina anak jalanan merupakan usaha yang cukup berat.Banyak faktor
eksternal yang cukup dominan mempengaruhi tingkah laku mereka seperti teman-
teman, tuntutan ekonomi dan lain sebagainya.Usaha-usaha dalam membina anak
jalanan ini yang pernah dilakukan tidak pernah maksimaldan belum sesuai dengan
yang diharapkan oleh lembaga-lembaga yang kompeten, sebab banyak faktor
eksternal dan internalyang mempengaruhi terhadap keberhasilan dalam membina
anak jalanan ini.
Rumah SinggahMaster Yayasan Bina Insan Mandiri (YABIM) merupakan
Lembaga Sosial Masyarakat (LSM) yang sudah cukup lama berpartisipasi dalam
40Siti Aminatun Istianah, “Pendidikan Nonformal Sebagai Alternatif Pembinaan Anak
Jalanan (Studi Kasus di Yayasan Bina Insan Mandiri Depok)”, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, Jakarta, 2013, h.i, tidak dipublikasikan.
41E. Sri Nurhilmi, “Manajemen Rumah Singgah dalam Membina Anak Jalanan (Studi
Rumah Singgah Akur Kurnia Kramat Jati Jakarta Timur)”, SkripsiUIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, Jakarta, 2009, h.iii, tidak dipublikasikan.
8/17/2019 Skripsi Annisa Nur Afifah
51/156
34
menangani anak-anak yang kurang beruntung seperti anak jalanan, pengamen,
anak-anak pemulung, tukang semir sepatu dan polisi cepe.
Rumah SinggahMaster Yayasan Bina Insan Mandiri (YABIM) diharapkan
dapat memenuhi kebutuhan mendapatkan pendidikan yang layak seperti anak-
anak pada umumnya dan mengembalikan anak-anak jalanan itu kembali pada
kehidupan normal seperti anak-anak lain yang sebaya dengan mereka.
Apakah aktivitas yang dilakukan oleh Rumah Singgah Master Yayasan
Bina Insan Mandiri (YABIM) sesuai dengan harapan yang mereka cita-citakan
atau tidak?Untuk itu perlu adanya penelitian.
D. Pertanyaan Penelitian
1.
Bagaimana keadaan sarana dan prasarana yang ada di Rumah Singgah Master
Yayasan Bina Insan Mandiri (YABIM)?
2. Bagaimana tipe-tipe/karakteristik anak jalanan yang tinggal di Rumah Singgah
Master Yayasan Bina Insan Mandiri (YABIM)?
3. Bentuk-bentuk aktivitas apa saja yang Rumah Singgah Master Yayasan Bina
Insan Mandiri (YABIM) dalam membina anak jalanan?
4. Potensi, kelemahan, peluang dan hambatan apa saja yang dihadapi Rumah
Singgah Master Yayasan Bina Insan Mandiri (YABIM) dalam membina anak
jalanan?
8/17/2019 Skripsi Annisa Nur Afifah
52/156
35
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Rumah Singgah Master Yayasan Bina Insan
Mandiri yang terletak di Jalan Margonda Raya No.58 Kelurahan Depok
Kecamatan Pancoran Mas Terminal Terpadu Kota Depok.
2. Waktu Penelitian
Proses penelitian dilakukan secara bertahap mulai dari pengajuan judul,
pengajuan proposal, perencanaan dan persiapan instrumen, uji coba instrumen
penelitian yang dilanjutkan dengan pengumpulan data lapangan sebagai kegiatan
inti penelitian. Dan retang waktu yang dibutuhkan secara keseluruhan sampai
terselesaikan skripsi ini selama 14 (empat belas) bulan, mulai pada bulan
Desember 2012 sampai bulan Januari 2014.Tabel 3.1
Waktu Kegiatan Penelitian
No Jenis KegiatanWaktu
Des Jan Feb MarApr-
AgustSept Okt Nov Des Jan
1
Observasi Awal
Tempat
Penelitian
2 PengajuanProposal
3Seminar
Proposal
4Acc Proposal
Skripsi
5Bimbingan dan
konsultasi I
6Pencarian
Referensi
7Bimbingan
Skripsi Bab 1-3
8/17/2019 Skripsi Annisa Nur Afifah
53/156
36
8Pelaksanaan
Penelitian
9 Mengolah Data
10
Bimbingan
Skripsi
Bab 4-5
11 Uji Referensi
12Sidang Skripsi/
Munaqosah
B. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah strategi umum yang dianut dalam
Top Related