27 | J i l i d K e d u a
SASTRA PERJALANAN DALAM KHAZANAH KESUSASTRAAN ARAB: SEBUAH PENELITIAN AWAL
Uswatun Hasanah
Pendahuluan
Sastra perjalanan (travel writing atau travelague) adalah karya
sastra yang menjadikan perjalanan sebagai objek pembicaraannya atau
perjalanan yang ditulis secara sastrawi dengan ciri dan karakteristik
tertentu. Pada akhir-akhir ini, sastra perjalanan dikategorikan sebagai
genre sastra yang sedang berkembang dan populer di Indonesia, bahkan
sebagai jenis karya sastra kekinian atau kontemporer, meskipun
sesungguhnya karya sastra jenis ini seumur karya sastra yang lain.
Banyak penulis yang berpindah menulis sastra perjalanan karena
seperti yang dikatakan oleh Thompson (2011:1) bahwa sastra
perjalanan dapat memanjakan pembaca yang ingin mendapatkan ha-hal
yang eksotis, atau sekedar petualangan, atau untuk mendapatkan berita
dunia yang luas ini dengan cara yang mudah.
Sastra perjalanan ditulis oleh berbagai macam penulis, mulai
dari penulis serius yang ingin memberikan kontribusi signifikan untuk
seni dan pengetahuan, sampai orang-orang yang melakukan perjalanan
ibadah haji, para backpackers, selebriti, juga komedian. Globalisasi yang
meningkat menjadikan mobilitas, perjalanan, dan kontak-budaya adalah
fakta kehidupan dan realitas sehari-hari bagi banyak orang, baik sekedar
memenuhi kebutuhan yang bersifat rekreatif maupun karena kebutuhan
yang merupakan sebuah keharusan, seperti karena tugas, karena
kesulitan ekonomi, bencana, maupun perang. Bahkan, Cocker
28 | Peran Bahasa Arab dalam Pendidikan dan Peradaban
(1992:260) mengatakan bahwa traveling adalah salah satu pintu
terbesar untuk kebebasan manusia dan travel writing adalah media
untuk merayakan kebebasan tersebut.
Berdasar apa yang diungkapkan oleh Cocker (1992) di atas,
tentunya, isu menyangkut sastra perjalanan, sedikit atau banyak, akan
terlihat pada tradisi dan perkembangan kesusastraan, demikian juga
pada kesusastraan Arab.
Pernyataan-pernyataan di atas, mendorong dilakukannya
eksplorasi kekayaan kesusastraan Arab di bidang karya sastra
perjalanan; kekayaan yang luar biasa tetapi belum diungkap oleh
pemerhati, penulis, atau peneliti sastra Arab di Indonesia. Tulisan awal
ini mencoba menjawab bagaimana perjalanan sastra perjalanan, ragam
sastra perjalanan, dan karya-karya sastra perjalanan dalam khazanah
kesusastraan Arab secara terbatas sehingga diharapkan dapat
memberikan wawasan pengetahuan menyangkut khazanah atau
kekayaan sastra perjalanan dalam kesusastraan Arab yang selanjutnya
diharapkan dapat mendorong penelitian sastra perjalanan khazanah
kesusastraan Arab.
Ada empat kenyataan yang mendasari pentingnya penelitian ini.
Pertama, adanya buku fenomenal yang berisi laporan perjalanan keliling
dunia selama 29 tahun yang dilakukan oleh Ibnu Batutah, musafir
muslim Maroko, yang menjadi rujukan di Barat dan di Timur yang
mengindikasikan adanya traveler Arab lain yang melakukan perjalanan
dan menuliskan pengalamannya dalam sebuah karya. Kedua, banyaknya
program studi Sastra Arab di Indonesia, tetapi penelitian menyangkut
sastra perjalanan dalam khazanah kesusastraan Arab boleh dikatakan
29 | J i l i d K e d u a
belum ditemukan, baik dalam bentuk tugas akhir—skripsi, tesis,
maupun disertasi—, dalam prosiding-prosiding seminar, maupun dalam
artikel-artikel jurnal. Padahal, penelitian menyangkut sastra perjalanan
dalam kesusastraan Indonesia telah banyak bermunculan. Hal ini perlu
dijawab, apakah karena sastra perjalanan kurang atau tidak populer
dalam kesusastraan Arab atau karena kurangnya atau belum adanya
perhatian para peneliti dan para kritikus di Indonesia terhadap sastra
perjalanan. Ketiga bahwa perkembangan kesusastraan Arab tidak lepas
dari pengaruh Islam yang dikenal mendorong pemeluknya untuk
melakukan perjalanan, baik melalui ayat-ayat Al-Qurán maupun Hadis-
hadis. Dorongan tersebut, selain juga dorongan-dorongan lain yang
berhubungan dengan dunia dan perkembangannya, tentunya
berpengaruh besar pada produksi sastra perjalanan dalam kesusastraan
Arab. Bahkan, dimungkinkan produktivitas sastra perjalanan dalam
kesusastraan Arab akan jauh lebih tinggi dibanding negara atau bangsa
lain, baik dalam jumlah maupun ragamnya karena didukung oleh tradisi
kesastraan yang tinggi pada masyarakat Arab. Keempat adalah adanya
fenomena penerbitan banyak karya sastra perjalanan--dalam
kesusastraan Arab—yang diterbitkan tahun 2000an ke atas, baik
sebagai terbitan perdana atau penerbitan ulang karya-karya lama.
A. Perjalanan Sastra Perjalanan
Sastra perjalanan dalam tradisi kesusastraan Arab telah ada
sebelum Islam datang (zaman Jahiliyah) (Qindil, 2002:25) yang terlihat
dalam puisi-puisi Jahiliyah (Fahim, 1989) yang mendeskripsikan apa
yang dialami dan dirasakan dalam perjalanan yang dilakukan dari satu
wilayah ke wilayah yang lain. Tradisi penulisan sastra perjalanan dari
30 | Peran Bahasa Arab dalam Pendidikan dan Peradaban
para penulis Arab tidak kalah, melebihi bangsa-bangsa lain, bahkan
dikatakan oleh Al-Hatimi bahwa fenomena kekayaan menyangkut sastra
perjalanan dalam kesusastraan Arab adalah yang terbesar di dunia.
Keberadaan karya sastra perjalanan ini bukan hanya menjadi bukti
kesanggupan para penulis Arab dalam menulis sebuah karya, bahkan
keberadaan karya-karya ini menjadi lautan pengetahuan karena sastra
perjalanan berkembang pesat bersamaan dengan perluasan negara
Islam (Qindil, 2002:25).
Sastra perjalanan ini pada awal kemunculannya tidak dikenal
dengan nama sastra perjalanan, tetapi dengan banyak nama lain, seperti
buku sejarah, buku geografi, biografi, dan sebagainya. Kenyataan ini
berimplikasi pada bervariasinya batasan atau pengertian tentang sastra
perjalanan dalam kesusastraan Arab. Al-Muwafi (1955) dengan melihat
isi sastra perjalanan mengemukakan bahwa sastra perjalanan adalah
sebuah dokumen yang hidup, produk-produk pengamatan, dan lebih
dari itu dapat dianggap sebagai dokumen psikologis yang indah dalam
pengembangan fakta tentang jiwa manusia yang dihasilkan oleh
traveller. Dengan sudut pandang bentuk tulisan dan objeknya, Abdullah
(2017:3), mengemukakan bahwa sastra perjalanan adalah prosa sastra
yang mengambil objek perjalanan atau perjalanan yang ditulis dalam
bentuk karya sastra prosa yang baik dan dengan bahasa yang khas. Dari
sisi muatannya, al-Hatimi (via Petrus, 1975:63) mendefinisikan sastra
perjalanan sebagai sebuah wacana yang dibangun dengan berpusat pada
perjalanan yang menceritakan peristiwa-pwristiwa yang dialaminya
secara langsung, tempat-tempat yang dikunjungi, orang-orang yang
ditemui, perbincangan yang terjadi antara mereka, yang bertujuan
31 | J i l i d K e d u a
memberikan manfaat dan kesenangan pada pembacanya. Demikian
selanjutnya, berbagai definisi menyangkut sastra perjalanan
dikemukakan sesuai dengan sudut pandang yang dipakai. Hanya saja,
pada umumnya, sastra perjalanan dipahami sebagai tulisan atau cerita
perjalanan yang dituturkan oleh individu maupun kelompok ketika
mereka menghadapi tempat yang baru, yang berisi gambaran mengenai
pengalaman dan persepsi terhadap sebuah tempat, budaya, dan
masyarakat melalui pengamatan dan persepsi dalam bentuk tulisan
yang khas.
Sastra perjalanan termasuk genre sastra yang sangat penting
dalam khazanah kesusastraan Arab dan perkembangan ilmu
pengetahuan secara umum karena genre ini berisi berbagai informasi
penting yang tidak bisa diabaikan oleh banyak pihak: sastrawan, ahli
sejarah, ahli geografi, ahli etnografi, ahli etnologi, dan lain sebagainya
(Mustafa, 1992:3) karena genre ini adalah lautan pengetahuan dan
informasi menyangkut berbagai sisi kehidupan di berbagai negara, baik
politik, sosial, agama, pemikiran, kesastraan. Bahkan, juga sumber
informasi bagi berbagai ilmu lain sepanjang sejarah karena di dalam
sastra perjalanan juga didapatkan informasi menyangkut kebiasaan
manusia, tradisi, pakaian, makanan, minuman, simbol dan ritual
keagamaan, tanaman, dan lain sebagainya (Binti Muhammad Yusuf,
2008:20; Fahim, 1989:14)).
Dari sisi perkembangannya, sastra perjalanan terbagi menjadi
tiga masa, yaitu masa lampau, sejak zaman Jahiliyah sampai abad ke-3
H atau ke-9 M; masa pertengahan yaitu dari abad ke-3 H atau ke-9 M
sampai masa awal kebangkitan kesusastraan Arab; dan masa modern
32 | Peran Bahasa Arab dalam Pendidikan dan Peradaban
yaitu dari masa awal kebangkitan kesusastraan Arab atau awal abad ke-
19 sampai sekarang.
Sastra perjalanan masa lampau tentunya diawali oleh puisi-
puisi masa Jahiliyah. Perjalanan, baik di dalam atau di luar Jazirah
Arabia, menjadi unsur penting dalam puisi-puisi Jahiliyah (Qutaibah
dan Abdullah, 1902:14-15) sehingga unsur tersebut dapat dilihat
hampir pada semua puisi Jahili. Setelah Islam muncul, penulisan sastra
perjalanan terus berkembang sejajar dengan perkembangan dan
perluasan wilayah Islam pada saat itu. Di antara perjalanan masa itu
adalah Rihlah at-Turjuman (842 M), Rihlah Sulaiman at-Tajir (851 M),
juga Rihlah Ibnu Musa al-Munjim (850 M). Ketiga perjalanan ini dan
beberapa perjalanan yang lain tidak ditulis dalam buku secara mandiri,
tetapi disebutkan dengan rinci dalam berbagai riwayat dan sejarah
(Kurdi, 2013:10).
Mulai abad ke-9 M, atau masuk pada masa pertengahan, sastra
perjalanan mulai bermunculan dalam karya-karya, baik ditulis sendiri
oleh pelakunya ataupun oleh orang lain. Masa ini diawali dengan Rihlah
Ibnu Fadlan (921 M) yang menceritakan perjalannnya ke negara
Bulgaria diutus oleh Khalifah Abbasiyah untuk mengajar agama Islam
di negara tersebut (Ad-Duhan, 1959). Masa pertengahan ini disebut
sebagai masa puncak produksi karya sastra perjalanan, tepatnya pada
abad ke-6 H atau ke-12 M. Pada masa pertengahan ini, tulisan-tulisan
perjalanan kebanyakan ditulis dalam bentuk studi sejarah, studi
geografi, studi etnografi, dan sebagainya, meskipun ditemui beberapa
yang ditulis dalam bentuk karya sastra.
33 | J i l i d K e d u a
Pada masa modern yang diawali awal kebangkitan kesusastraan
Arab, sastra perjalanan tidak lagi ditulis dalam bentuk studi sejarah,
studi geografi, studi etnografi, studi biologi, seperti sebelumnya. Pada
masa ini, sastra perjalanan muncul dalam genre prosa dan genre puisi
dalam bentuk karya sastra. Penulisan dalam bentuk karya sastra yang
tinggi diawali oleh Muhammad Ahmad bin Juber al-Kinani dengan
karyanya Tazkiratun bil-Akhbar ‘an Ittifaqatil-Asfar. Karya al-Kinani ini
juga termasuk sastra perjalanan haji pertama yang ditulis secara
menarik dan mendetail dilengkapi dengan gambaran adat dan tradisi
negara-negara yang dilewatinya (Kurdi, 2013:11). Pada masa modern
ini, muncul ribuan sastra perjalanan yang ditulis berdasar pada
perjalanan yang dilakukan oleh bangsa Arab ke berbagai penjuru dunia
di lima benua. Bahkan ditemukan adanya 126 karya yang ditulis oleh
penulis yang sama, yaitu oleh Muhammad Ibnu Nasir al-‘Abudi.
Kemunculan sastra perjalanan masa ini tentunya didukung oleh gairah
percetakan menerbitkan karya perjalanan, baik sebagai terbitan baru
maupun terbitan ulang. Hal ini terlihat menonjol mulai tahun 2000-an,
di antaranya adalah penerbit Muassasah Hindawi lit-Ta’limi was-
Saqafah yang berada di Mesir, yang pada tahun 2012 saja, tercatat telah
menerbitkan 32 (tiga puluh dua) karya sastra perjalanan dari berbagai
penulis, Darus-Suwaidi lin-Nasyri wat-Tauzi’di Dubai, dan al-Muassasah
al-Árabiyyah lid-Dirasat wan-Nasyri di Beirut.
B. Ragam Sastra Perjalanan dalam Khazanah Kesusastraan Arab
Karya sastra perjalanan dalam kesusastraan Arab sangat
beragam, baik dilihat dari larat belakang penulisannya, cara
penulisannya, juga jenis atau genre tulisannya.
34 | Peran Bahasa Arab dalam Pendidikan dan Peradaban
Dari latar belakang penulisannya, munculnya sastra perjalanan
dalam khazanah kesusastraan Arab didorong oleh beberapa motivasi.
Pertama keterpaksaan, yaitu suatu keadaan yang memaksa orang atau
masyarakat Arab keluar dari negaranya dan pergi ke negara lain lari
dari perang, lari dari kekejamam penguasa, menghindari wabah
penyakit, dan sebagainya. Di antara sastra perjalanan yang demikian
adalah Qanunut-Ta`wil dan Tartibur-Rihlah lit-Targib fil-Millah yang
ditulis oleh Abu Bakar bin Al-‘Arabi. Kedua, faktor keagamaan, yaitu
sastra perjalanan yang ditulis setelah seseorang yang melakukan
perjalanan dalam rangka melaksanakan kewajiban atau kegiatan-
kegiatan yang berhubungan dengan agama Islam, seperti pergi haji,
berziarah ke tempat-tempat suci, berziarah ke makam Rasululah SAW,
berziarah ke makam-makam para Nabi, Sahabat, dan para wali, juga
berjihat. Di antara karya yang demikian adalah Bulugul-Maram bir-
Rihlah ila Baitillahil-Haram karya Abdul Majid bi Ali az-Ziyadi al-Manali
al-Fasi, Bulugul-Maram ila Hujjaji Baitillahil-Haram karya Rasyid ar-
Rasyid (1385H) . Ketiga adalah faktor ilmu pengetahuan dan
kebudayaan, yaitu sastra perjalanan yang ditulis karena adanya
perjalanan demi mencari ilmu atau mempelajari kebudayaan suatu
negara, mengumpulkan Hadis, belajar Ilmu Fiqh, untuk mengajar, dan
sebagainya. Di antara karya yang demikian adalah Mustafadur-Rihlah
wal-I’tiraf karya al-Qasim bin Yusuf at-Tujibi. Keempat adalah sastra
perjalanan yang ditulis setelah perjalanan yang dilakukan karena faktor
pariwisata dan kebudayaan, yaitu perjalanan melihat pemandangan
atau suasana baru atau kebudayaan suatu masyarakat, tempat-tempat
bersejarah, dan sebagainya. Kelima adalah dorongan politik, seperti
35 | J i l i d K e d u a
karena ditugaskan menjadi dua besar atau delegasi ke suatu negara
tertentu atau menjadi utusan negara untuk membimbing mahasiswa
yang dikirim ke luar negeri. Di antara karya yang demikian adalah
Rihlah Ibnu Fadlan karya Ibnu Fadlan. Keenam adalah dorongan
ekonomi, seperti untuk berdagang, membuka pasar-pasar baru untuk
memasarkan produksi negaranya, atau untuk bekerja. Ketujuh adalah
faktor kesehatan, yaitu sastra perjalanan yang ditulis setelah seseorang
melakukan perjalanan untuk berobat (Kurdi, 2013; Qindil, 2002).
Masing-masing jenis sastra perjalanan ini ditemukan bukan hanya
sebuah, bahkan bisa puluhan; di antaranya untuk sastra perjalanan haji
ditemukan lebih dari 86 karya dan untuk sastra perjalanan politik
ditemukan lebih dari 40 karya.
Dari cara penulisannya, terdapat tiga macam sastra perjalanan,
yaitu sastra perjalanan yang ditulis sendiri oleh penulisnya saat
melakukan perjalanan ke luar negeri, sastra perjalanan yang ditulis
setelah kembali ke negaranya berdasarkan catatan harian yang ditulis
saat melakukan perjalanan, dan sastra perjalanan yang ditulis oleh orang
lain berdasar cerita pelaku perjalanan tanpa berdasar pada catatan yang
ditulis saat perjalanan dilakukan. Sebagai contoh untuk sastra
perjalanan yang ditulis dengan cara penulisan pertama adalah Rihlatul-
Anbari, untuk yang ditulis dengan cara kedua adalah Mustafadur-Rihlah
wal-Igtirab karya At-Tujibi, dan contoh untuk sastra perjalanan yang
ketiga adalah Rihlah Ibnu Batutah yang ditulis oleh Ibnu Juzi atas tugas
yang diberikan oleh Ibnu Batutah.
Pada masa modern, sastra perjalanan dalam khazanah
kesusastraan Arab muncul dalam berbagai genre, baik dalam bentuk
novel, cerpen, cerita rakyat, puisi, drama, maupun essai. Bahkan,
36 | Peran Bahasa Arab dalam Pendidikan dan Peradaban
Dominique Combe mengatakan bahwa sastra perjalanan tidak
cenderung pada suatu bentuk atau jenis tulisan tertentu, cerpen, drama,
atau puisi, dan sebagainya, tetapi bahkan merupakan kumpulan dari
berbagai jenis tulisan.
Dari sisi dasar penulisannya, ditemukan adanya karya sastra
perjalanan yang fiktif belaka dan yang non-fiktif. Karya sastra
perjalanan fiktif ditulis bukan berdasar atas pengalaman penulisnya
dari melakukan sebuah perjalanan, tetapi ditulis betul-betul berdasar
atas khayalan penulisnya. Di antara karya sastra perjalanan yang
tergolong fiktif adalah ar-Rihaniyyat karya Amin ar-Rihani yang
mengangkat adat kebiasaan penduduk Arab pada masa kerajaan jauh
sebelum dia dilahirkan dan as-Sindibat al-Bahri karya Husain Fauzi
yang menulis perjalanan seorang pelaut Bagdad yang mengungkap
kisah-kisah rakyat yang popular, dan Risalatul-Gufran karya Abul-‘Alad
al-Ma’arri yang menceritakan perjalanan antara surga dan neraka.
Sementara itu, karya sastra perjalanan banyak yang lain ditulis
berdasar atas pengalaman nyata penulisnya saat melakukan sebuah
atau lebih perjalanan.
Dari sisi latar atau negara yang diceritakan, sastra perjalanan
dalam khazanah kesusastraan Arab menjangkau wilayah hampir
seluruh penjuru dunia di lima benua; mulai dari wilayah-wilayah kuno
yang sekarang sudah tidak ada lagi, sampai Armenia, Jerman, Bohemia,
Kordoba, Perancis, Balkan, India, Cina, Gana, Afrika Barat, Mogadisu,
Mali, Indonesia, dan sebagainya; bukan hanya ibukota negara, tetapi
juga pelosok-pelosok negeri.
37 | J i l i d K e d u a
C. Beberapa Karya Sastra Perjalanan sebagai Sebuah Inspirasi
Penelitian
Tentang karya sastra perjalanan dalam khazanah kesustraan
Arab telah banyak ditulis oleh para ahli. Karya yang secara khusus
mengungkap sastra perjalanan di antaranya ada yang khusus
mengidentifikasi para penulis karya sastra perjalanan dan karya yang
dihasilkannya dilengkapi sedikit komentar. Tarikhul-Adabil-Jugrafi oleh
Shalahuddin Utsman Hasyim yang diterbitkan oleh Darul-Garbil-
Islamiyy tahun 1987, Adabiyyatur-Rihlah oleh Abdur-Rahim Mudon yang
diterbitkan Daruts-Tsaqafah 1996, Al-Waqi’i wal-Mutakhayyal fir-
Rihlatil-Aurubbiyyah ilal-Magrib karya Abdun-Nabi Zakir yang
diterbitkan oleh Mansyuratu Kuliiyyatil-Adab tahun 1997, Ar-Rihlah fil-
Adabil-Arabi yang ditulis oleh Syuaib Hulaifiy dan diterbitkan oleh Darul-
Qurawiyyin tahun 2003, Adabur-Rihlah ‘indal-‘Arab oleh Husni Mahmud
Husain yang diterbitkan oleh Darul-Andalus. Karya-karya seperti ini
tentunya menarik untuk dijadikan titik tolak penelitian tentang sastra
perjalanan dalam khazanah kesusastraan Arab.
Selain tulisan yang kaya data di atas, ada banyak tulisan yang
membicarakan sastra perjalanan dengan titik bahasan yang lain. Adabur-
Rihlat tulisan Husain Muhammad Fuhaim yang diterbitkan ‘Alamul-
Ma’rifah tahun 1989 adalah di antara karya yang mengetengahkan opini
dan eksplorasinya terhadap sastra perjalanan sebagai sumber penting
studi kebudayaan manusia lintas sejarah dan sekaligus sebagai sumber
etnografi. Adabur-Rihlah ‘indal-‘Arab karya Husni Mahmud Husain yang
diterbitkan Darul-Andalus tahun 1983 adalah buku yang
mengetengahkan perkembangan karya sastra perjalanan sejak awal
Islam sampai abad ke-19 dan hubungannya dengan berbagai cabang
38 | Peran Bahasa Arab dalam Pendidikan dan Peradaban
ilmu lain. Untuk karya sastra perjalanan Aljazair di antaranya dapat
dibaca pada sebuah disertasi yang yang ditulis oleh Yasminah Syarabi
(2013) dengan judul ”Al-Mauruts ats-Tsaqafiyy fi Adabilr-Rihlatil-
Jaza’iri” yang mengungkap warisan budaya (cultural heritage) dari karya
sastra perjalanan Aljazair.
Di antara ratusan karya sastra perjalanan, ada beberapa karya
yang banyak disebut oleh para peneliti sastra perjalanan dan dianggap
sebagai karya utama sastra perjalanan dalam khazanah kesusastraan
Arab.
Pertama adalah Takhlisul-Ibriz fi Talkhis Bariz karya Rifaat Rafi
at-Tahtawi (1988) hasil tulisannya saat memimpin dan membimbing
rombongan mahasiswa yang dikirim dalam misi studi Mesir ke Perancis.
Karya ini sebagai sumber utama sejarah pengiriman duta-duta Mesir
untuk belajar di Perancis pada paruh pertama abad 19 masa
kepemimpinan Muhammad Ali Basha (yang dikenal dengan Mehmet Ali
Pasha). Karyanya yang menceritakan budaya dan peradaban Paris,
sejarah, politik, dan masyarakatnya yang kemudian dilengkapi dengan
uraian menyangkut budaya Mesir saat itu sebagai pembandingnya, juga
beberapa karyanya yang lain, ditulis di Perancis selama lima tahun dia
tinggal di sana. Dengan karyanya ini, Rafi At-Tahtawi dianggap sebagai
pelopor pencerahan di era modern.
Kedua adalah Tuhfatun-Nazzar fi Gara`ibil-Amsar wa ‘Aja`ibil-
Asfar yang dikenal dengan Rihlah Ibnu Batutah karya Ibnu Batutah
(1987) dari hasil perjalannnya selama 29 tahunan yang mengungkap
keadaaan berbagai negara di dunia, pemerintahannya, rakyatnya,
bahkan sampai wanitanya, juga monumen, tempat-tempat wisata, dan
39 | J i l i d K e d u a
peradaban saat itu (al-‘Abudi, 2012). Ini dianggap sebagai referensi
sejarah paling penting sepanjang masa dan dipakai sebagai rujukan di
universitas Cambridge bahkan difilmkan di Amerika. Karya Ibnu Batutah
yang diterbitkan oleh Dar Ihya’il-Ulum Beirut pada tahun 1987 dalam
799 halaman ini telah diterjemahkan ke dalam banyak bahasa, di
antaranya ke dalam bahasa Inggris, Perancis, Portugal, dan bahasa
Indonesia.
Ketiga, Al-‘Audah Sa`ihan ila California yang ditulis seorang
diplomat yang juga sastrawan dan penyair Saudi, Gazi Abdul Rahman Al
Gosaibi, yang diterbitkan oleh Dar as-Saqi Beirut pada tahun 1997. Karya
ini mengungkapkan pengalaman Gazi tinggal di California yang
dilakukan dua puluh tahun sebelumnya yang kemudian dia bukukan saat
dia kembali berlibur ke California bersama keluarganya. Dalam bukunya
ini, dia membandingkan masyarakat Saudi dengan Amerika, bagaimana
kelebihan dan kekurangan kedua masyarakat tersebut.
Keempat, Istanbul az-Zikriyyat wal-Madinah karya Ferit Orhan
Pamuk (2006) novelis Turki peraih lebih dari sepuluh penghargaan
termasuk nobel dalam bidang sastra tahun 2006 yang dinobatkan
sebagai novelis eurasia terkemuka. Karyanya yang ditulis dalam 400an
halaman ini menceritakaan hari-hari dia menjelajah Istanbul,
menggambarkan simbol-simbol peradaban, kapal-kapal, pelabuhan-
pelabuhan, dan lingkungan Istanbul, masa lalu dan masa kini. Meskipun
karya ini adalah karya terjemahan Amani Touma dan Abdul Maqsud
Abdul Karim dari karya aslinya yang berbahasa Turki, karya ini dianggap
sebagai karya sastra perjalanan utama dalam kesusastraan Arab.
Kelima, Tahqiqu Ma lil-Hind min Maqulah Maqbulah fil-‘Aqli au
Marzulah karya fenomenal masa pertengahan, tepatnya abad kelima
40 | Peran Bahasa Arab dalam Pendidikan dan Peradaban
Hijriyah, karya Abu Raihan al-Biruni yang ditulis setelah dia tinggal
selama 40 tahun di India. Karya ini berisikan sejarah, studi geografi,
studi budaya kemasyarakatan India lama, makanannya, sistem
pernikahannya, aturan-aturan keagamaannya, kebiasaannya, bahkan
juga bahasanya (bahasa Sansekerta) yang dilengkapi perbandingannya
dengan bahasa Arab. Karya ini dikatakan sebagai buku tentang India
terlengkap. Pada tahun 1899, karya ini menjadi perhatian seorang
orientalis Nicholas de Vanikov yang kemudian diikuti oleh Sakhao
Jerman. Sakhao menerjemahkan karya al-Biruni ini ke dalam bahasa
Jerman pada tahun 1887. Setahun kemudian terbit terjemahannya
dalam Bahasa Inggris dengan judul History of India dan pada tahun 1963
muncul terjemahannya dalam Bahasa Rusia.
Keenam, Rihlatusy-Syitat was-Sin karya Adnan Jabbar ar-Rabi’í
yang menggambarkan adat, tradisi, dan berbagai ritual keagamaan
bangsa Cina. Karya yang ditulis dalam bentuk buku harian yang terbagi
ke dalam 30 bagian ini menunjukkan kekaguman ar-Rabi’i terhadap 56
suku bangsa yang ada di Cina dan bagaimana masing-masing suku
melestarikan tradisi dan perayaan-perayaan. Dalam penulisannya, buku
ini memanfaatkan banyak sumber, meskipun sumber terpenting adalah
pengalaman pribadinya melihat peristiwa-peristiwa secara langsung
bersama teman-temannya dan bersama orang-orang Cina sendiri.
Ketujuh, Tizkarus-Siba Zikra 19 Maris karya Muhammad Lutfi
Jumu’ah yang diterbitkan oleh Muassasah Hindawi pada tahun 2012.
Karya seorang penulis yang juga berprofesi sebagai pengacara dan
aktivis politik Mesir dengan tebal 241 halaman ini menceritakan
41 | J i l i d K e d u a
kehidupan di Eropa dan perjalanan duka lara cintanya dengan seorang
penulis dan sastrawan Rusia, Augusta, yang berakhir menyedihkan.
Kedelapan, Auraqu Magribiyyah Yaumiyyat Suhufiy fil-Amkinah
al-Qadimah karya Nawaf al-Qudaimi yang mengangkat latar belakang
sejarah berkembangnya partai-partai Islam dan pergerakannya di
Maroko, bagaimana usaha yang dilakukan partai-partai tersebut untuk
meraih posisi di panggung politik dan menyebarkan pemikiran mereka
juga tentang kehidupan politik. Selain itu, buku ini juga menceritakan
revolusi tahun 80-an, komunis, sekuler, dan institusi budaya di Maroko.
Kesembilan, Rihlah ila Aurubba yang ditulis oleh penulis dan
wartawan Libanon, Jurji Zaidan (2012), yang mengangkat kondisi
perkotaan dan peradaban Perancis, Inggris, dan Swiss dari sisi
pemerintahan, urbanisasi, peta, museum-musem, pameran-pameran,
sistem pendidikan, budaya transaksi, dari sisi kekurangan maupun
kelebihannya.
Kesepuluh, Zikriyyat fi Paris karya Zaki Mubarak yang ditulis
dalam perjalanan ilmiahnya selama 5 tahun (1927-1931) di Universitas
Sorbonne Paris untuk mengenal sastra Perancis. Dalam karyanya ini
diungkap berbagai seni di ibukota Perancis, jalan-jalan, adat dan tradisi,
pesta-pesta, dan orang-orang Bohemian. Karya setebal 232 halaman ini
diterbitkan tahun 2012 oleh percetakan Hindawi.
D. Muhammad bin Nasir Al- ‘Abudi Penulis Produktif Sastra
Perjalanan
Sastrawan Arab yang menulis sastra perjalanan sangat banyak
sehingga karya sastra perjalanan yang dapat ditemukan dalam khazanah
kesusastraan Arab dapat dikatakan terbanyak dibandingkan dengan
42 | Peran Bahasa Arab dalam Pendidikan dan Peradaban
khazanah kesusastraan manapun. Sastrawan Arab juga tergolong sangat
produktif, banyak di antaranya yang menghasilkan puluhan karya.
Salah satu di antara sastrawan Arab yang produktif dalam karya
sastra perjalanan adalah al-Ábudiy, seorang sastrawan dan penulis
berkebangsaan Saudi yang lahir tahun 1926 dengan nama lengkap
Muhammad bin Nasir Al-‘Abudi. Traveller Saudi ini mengawali karirnya
sebagai dosen, lalu berturut-turut menjadi direktur sebuah lembaga
ilmiah, sekjen universitas Islam di Madinah, wakil rektor di universitas
yang sama, kemudian menjabat sebagai rektornya, dan puncaknya
mendapat kepercayaan sebagai asisten sekjen Liga Dunia. Jabatannya di
Universitas Islam di Madinah dan Liga Dunia tersebut membawanya
berkesempatan mengunjungi sebagian besar komunitas muslim di
berbagai penjuru dunia yang menghasilkan lebih dari 160 karya sastra
perjalanan. Sebagian besar karyanya ini sudah dicetak dan sebagian
yang lain masih dalam tahap proses pencetakan. Dengan karya-karya ini,
Al-Abudi mencetak rekor dalam jumlah karya sastra perjalanan dan
memperoleh medal of merit di bidang sastra pada tahun 1974
(waqfeya.com).
Sesuai dengan tugas yang diembannya, karya sastra perjalanan
al-‘Abudi berfokus pada keadaan Islam dan permasalahan kaum
muslimin yang ada di negara atau kota-kota yang dia kunjungi. Meskipun
demikian, banyak hal lain yang juga terbaca dari karya-karyanya, seperti
masalah sosial, budaya, musim, transportasi, kepemerintahan,
kemasyarakatan, dan sebagainya.
Dari sisi negara yang dikunjungi, dia telah menjangkau lima
benua: Asia, Amerika, Afrika, Australia, dan Eropa. Untuk Benua Asia di
43 | J i l i d K e d u a
antaranya: ang telah dikunjungi dan terbaca dalam karya-karyanya di
antaranya: Maladewa, Filipina, Brunei, Nepal, Bukhara, Cina, Rusia,
Azerbaijan, Burma, Bengal, Kashmir, Dhahran, Algarim, Kazakhstan,
Thailand, Tibet, India, Turki, Siberia, Mongolia, dan Madinah. Untuk
Benua Amerika di antaranya: Argentina, Brazil, Andes, Peru, Ekuador,
Karibia, Paraguay, Uruguay, Unicola, Cape Verde, Uerto Riko, dan
Republik Dominika. Untuk Benua Afrika di antaranya: Afrika Selatan,
Afrika Barat, Mauritius, Reunion, Zanzibar, Seychelles, Niger, Guinea
Bissau, Guinea Conakry, Madagaskar, Eritrea, Etiopia. Beberapa wilayah
di Benua Australia yang telah dikunjungi di antaranya: Ceylon, Australia
Utara, Australia Barat, Australia Selatan, dan Papua Nugini. Adapun
untuk Benua Eropa di antaranya: Dagestan, Polandia, Yugoslavia,
Bulgaria, Albania, Eropa Timur, Kosovo, Andalusia, Bulgaria, Makedonia,
Ukraina, dan Montenegro.
E. SIMPULAN
Sastra perjalanan dalam tradisi kesusastraan Arab telah ada
sebelum Islam datang dan terus berkembang sampai sekarang. Sastra
perjalanan ini pada awal kemunculannya dikenal dengan label buku
sejarah, buku geografi, biografi, etnografi, dan sebagainya, kemudian
berkembang menjadi sastra perjalanan seperti sekarang ini sehingga
tradisi penulisan sastra perjalanan bangsa Arab merupakan yang
terbesar di dunia.
Sastra perjalanan termasuk genre sastra yang sangat penting
dalam khazanah kesusastraan Arab dan perkembangan ilmu
pengetahuan secara umum karena genre ini berisi berbagai informasi
penting yang tidak bisa diabaikan oleh banyak pihak: sastrawan, ahli
44 | Peran Bahasa Arab dalam Pendidikan dan Peradaban
sejarah, ahli geografi, ahli etnografi, ahli etnologi, dan ahli ilmu-ilmu lain.
Hal ini dikuatkan oleh beragamnya sastra perjalanan dalam
kesusastraan Arab sesuai dengan larat belakang penulisannya, cara
penulisannya, negara atau latar ceritanya, juga jenis atau genre
tulisannya.
Sastra perjalanan dalam sastra Arab adalah sumber besar
penelitian, baik monodisiplin maupun multidisiplin, baik berkaitan
dengan disiplin sastra, bahasa, maupun geografi, etnografi, sejarah,
budaya, transportasi, dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Abudi, Muhammad bin Nasir. 2012. Ar-Rahhalatul-‘Azim Ibnu
Khaldun. Riyadh: Darus-Sulusiyyah lin-Nasyri wat-Tauzi’.
Al-Biruni, Abu Raihan. Tahqiqu Ma lil-Hind min Maqulah Maqbulah fil-
‘Aqli au Marzulah. Mesir: Hindawi.
Cocker, Mark. 1992. Loneliness and Time: British Travel Writing in the
Twentieth Century. London: Secker and Warburg.
Fahim, Husein Muhammmad. 1989. Adabur-Rihlah. Kuwait: ‘Alamul-
Ma’rifah.
Al-Gosaibi, Gazi Abdul Rahman. 1997. Al-‘Audah Sa`ihan ila California.
Beirut: Dar as-Saqi.
Ibnu Batutah. 1987. Tuhfatun-Nazzar fi Gara`ibil-Amsar wa ‘Aja`ibil-Asfar
yang dikenal dengan Rihlah Ibnu Batutah. Beirut: Dar
Ihya’il-Ulum.
Jumu’ah, Muhammad Lutfi. 2012. Tizkarus-Siba Zikra 19. Mesir: Hindawi.
45 | J i l i d K e d u a
Kurdi, Ali Ibrahim. 2013. Adabur-Rihal fil-Magrib wal-Andalus. Dimasyq:
Mansyuratul-Haiah al-Ámmah as-Suriyyah lil-Kuttab.
Mubarak, Zaki. 2012. Zikriyyat Paris. Mesir: Hindawi.
Mustafa, Ahmad Amin. 1992. Al-Hayat fil-Qarnis-Samin al-Hijriyy kama
Sawwaraha Ibnu Batutah. Cetakan Pertama. Maidan Ahmad
Mahir: Matba’ah As-Sa’adah.
Al-Muwafi, Nasir Abdur-Razzaq. 1995. Ar-Rihlal fil-Adabil-‘Arabi hatta
Nihayatil-Qarnir-Rabi’ al-Hijri. Mesir: Darun-Nasri lil-
Jami’at al-Misriyyah.
Pamuk, Ferit Orhan 2006. Istanbul az-Zikriyyat wal-Madinah. Al-Qahirah:
al-Intisyar al-‘Arabi.
Petrus, Injil. 1975. “ar-Rihlat fil-Adabil-Injlisi”. Dalam Majalah al-Hilal.
Nomor 7 Volume 83 Juli 1975.
Qindil, Fuad. 2002. Adabur-Rihlah fit-Turats al-‘Arabiyy. Kairo:
Maktabatut-Daril-‘Arabiyyah lil-Kuttab.
Qutaibah, Ibnu dan Abdullah bin Muslim. 1902. Fi Binyatil-Qasidah al-
Jahiliyyah: Asy-Syi’r wasy-Syára`. London: Matbaáh Brill.
At-Tahtawi, Rifat Rafi. 1988. Takhlisul-Ibriz fi Talkhis Bariz. Mesir:
Hindawi.
Thompson, Carl. 2011. Travel Writing. London and New York: Routledge
Zaidan, Jurji. 2012. Rihlah ila Aurubba. Mesir: Muassasah Hindawiy lit-
Ta’lim was-Saqafah.
Zakir, Abdun Nabi. 1997. Al-Waqi’iyy wal-Mutakhayyal fir-Rihlatil-
Aurubbiyyah ilal-Magrib. Mesir: Mansyuratu Kuliiyyatil-
Adab.
Waqfeya.com. http://waqfeya.com/book.php?bid=8346. Diakses pada
tanggal 23 November 2016 pukul 14.28 WIB.
46 | Peran Bahasa Arab dalam Pendidikan dan Peradaban