. Film Dressing
Semi-permeable primary atau secondary dressings
Clear polyurethane yang disertai perekat adhesive
Conformable, anti robek atau tergores
Tidak menyerap eksudat
Indikasi : luka dgn epitelisasi, low exudate, luka insisi
Kontraindikasi : luka terinfeksi, eksudat banyak
Contoh: Tegaderm, Op-site, Mefilm
2. Hydrocolloid
Pectin, gelatin, carboxymethylcellulose dan elastomers
Support autolysis untuk mengangkat jaringan nekrotik atau
slough
Occlusive –> hypoxic environment untuk mensupport
angiogenesis
Waterproof
Indikasi : luka dengan epitelisasi, eksudat minimal
Kontraindikasi : luka yang terinfeksi atau luka grade III-IV
Contoh: Duoderm extra thin, Hydrocoll, Comfeel
3. Alginate
Terbuat dari rumput laut
Membentuk gel diatas permukaan luka
Mudah diangkat dan dibersihkan
Bisa menyebabkan nyeri
Membantu untuk mengangkat jaringan mati
Tersedia dalam bentuk lembaran dan pita
Indikasi : luka dengan eksudat sedang s.d berat
Kontraindikasi : luka dengan jaringan nekrotik dan kering
Contoh : Kaltostat, Sorbalgon, Sorbsan
4. Foam Dressings
Polyurethane
Non-adherent wound contact layer
Highly absorptive
Semi-permeable
Jenis bervariasi
Adhesive dan non-adhesive
Indikasi : eksudat sedang s.d berat
Kontraindikasi : luka dengan eksudat minimal, jaringan nekrotik
hitam
Contoh : Cutinova, Lyofoam, Tielle, Allevyn, Versiva
A. Luka dengan eksudat & jaringan nekrotik (sloughy wound)
Bertujuan untuk melunakkan dan mengangkat jaringan mati
(slough tissue)
Sel-sel mati terakumulasi dalam eksudat
Untuk merangsang granulasi
Mengkaji kedalaman luka dan jumlah eksudat
Balutan yang dipakai antara lain: hydrogels, hydrocolloids,
alginates dan hydrofibre dressings
B. Luka Nekrotik
Bertujuan untuk melunakan dan mengangkat jaringan nekrotik
(eschar)
Berikan lingkungan yg kondusif u/autolisis
Kaji kedalaman luka dan jumlah eksudat
Hydrogels, hydrocolloid dressing
C. Luka terinfeksi
Bertujuan untuk mengurangi eksudat, bau dan mempercepat
penyembuhan luka
Identifikasi tanda-tanda klinis dari infeksi pada luka
Wound culture – systemic antibiotics
Kontrol eksudat dan bau
Ganti balutan tiap hari
Hydrogel, hydrofibre, alginate, metronidazole gel (0,75%),
carbon dressings, silver dressings
D. Luka Granulasi
Bertujuan untuk meningkatkan proses granulasi, melindungi
jaringan yang baru, jaga kelembaban luka
Kaji kedalaman luka dan jumlah eksudat
Moist wound surface – non-adherent dressing
Treatment overgranulasi
Hydrocolloids, foams, alginates
E. Luka epitelisasi
Bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang kondusif untuk
“re-surfacing”
Transparent films, hydrocolloids
Balutan tidak terlalu sering diganti
F. Balutan kombinasi
Untuk hidrasi luka : hydrogel + film atau hanya hydrocolloid
Untuk debridement (deslough) : hydrogel + film/foam atau hanya
hydrocolloid atau alginate + film/foam atau hydrofibre +
film/foam
Untuk memanage eksudat sedang s.d berat : extra absorbent
foam atau extra absorbent alginate + foam atau hydrofibre +
foam atau cavity filler plus foam
1.
2. Fase penyembuhan luka :
a) Fase inflamasi :
Hari ke 0-5
Respon segera setelah terjadi injuri pembekuan
darah untuk mencegah kehilangan darah
Karakteristik : tumor, rubor, dolor, color, functio laesa
Fase awal terjadi haemostasis
Fase akhir terjadi fagositosis
Lama fase ini bisa singkat jika tidak terjadi infeksi
b) Fase proliferasi or epitelisasi
Hari 3 – 14
Disebut juga dengan fase granulasi o.k adanya
pembentukan jaringan granulasi pada luka luka nampak
merah segar, mengkilat
Jaringan granulasi terdiri dari kombinasi : Fibroblasts, sel
inflamasi, pembuluh darah yang baru, fibronectin and
hyularonic acid
Epitelisasi terjadi pada 24 jam pertama ditandai dengan
penebalan lapisan epidermis pada tepian luka
Epitelisasi terjadi pada 48 jam pertama pada luka insisi
c) Fase maturasi atau remodeling
Berlangsung dari beberapa minggu s.d 2 tahun
Terbentuknya kolagen yang baru yang mengubah bentuk
luka serta peningkatan kekuatan jaringan (tensile
strength)
Terbentuk jaringan parut (scar tissue) 50-80% sama kuatnya
dengan jaringan sebelumnya
Terdapat pengurangan secara bertahap pada aktivitas
selular and vaskularisasi jaringan yang mengalami
perbaikan
C. Faktor yang Mempengaruhi Proses Penyembuhan Luka
1. Status Imunologi
2. Kadar gula darah (impaired white cell function)
3. Hidrasi (slows metabolism)
4. Nutritisi
5. Kadar albumin darah (‘building blocks’ for repair, colloid osmotic
pressure – oedema)
6. Suplai oksigen dan vaskularisasi
7. Nyeri (causes vasoconstriction)
8. Corticosteroids (depress immune function)
D. Pengkajian Luka
1. Kondisi Luka
Warna dasar kulit
Slough (yellow)
Necrotic tissue (black)
Infected tissue (green)
Granulating tissue (red)
Epithelialising (pink)
Lokasi ukuran dan kedalaman luka
Eksudat dan bau
Tanda-tanda infeksi
Keadaan kulit sekitar luka : warna dan kelembaban
Hasil pemeriksaan laboratorium yang mendukung
2. Status nutrisi klien : BMI, kadar albumin
3. Status vascular : Hb, TcO2
4. Status imunitas: terapi kortikosteroid atau obat-obatan immunosupresan yang lain
5. Penyakit yang mendasari : diabetes atau kelainan vaskularisasi lainnya
PERAWATAN LUKA KRONIKA. PENGERTIANMerawat luka untuk mempercepat proses penyembuhan luka
B. TUJUAN1. meningkatkan penyembuhan luka2. merangsang pertumbuhan jaringan3. melindungi luka dari kontaminasi4. mencegah terjadinya infeksi lanjutan
C. INDIKASIluka kronik ( Luka dekubitus, venous, arteri, diabetik )
D. PERSIAPAN ALAT1. Alat-alat sterila. Pinset anatomois 1 buahb. Pinset cirugis 1 buahc. Gunting bedah/jaringan 1 buahd. Kassa steril dalam kom tertutp secukupnyae. Sarung tangan steri 1 pasangf. Infus set yang sudah dimodifikasi ( bila diperlukan)g. Korentang/forcep
2. Alat-alat tidak sterila. Perlak dan pengalasb. Plesterc. Gunting perband. Sarung tangan tidak steril pasange. Maskerf. Air hangatg. Sabun cair anti septikh. Lampu sollux (bila diperlukan)i. Nierbeken 2 buahj. Normal saline / NaCl 9%k. Obat/ zalf sesuai instruksi dokterl. Madum. Bantalan kapasn. Talk/ lation
E. PELAKSANAAN1. Jelaskan pada pasien tentang tindakan yang akan dilakukan2. Pasang sampiran3. Perawat cuci tangan4. Pasang masker dan sarung tangan yang tidak steril5. Baringkan pasien dengan nyaman dengan area dekubitus dan kulit sekitar mudah diskses6. Letakkan perlak dan pengalasnya dibawah area luka7. Letakkan neirbeken didekat pasien8. Buka balutan lama (hati-hati jangan sampai menyentuh luka), letakkan balutan kotor ke neirbeken lalu buang kekantong plastic, hindari kontaminasi dengan permukaan luar wadah9. Kaji luka dekubitus dan kulit sekitar untuk menentukan derajat luka- perhatikan warna, kelembapan dan penampilan kulit sekitar luka- ukur diameter yang dapat diperkirakan- ukur kedalaman luka10. Cuci kulit sekitar luka dengan lembut dengan air hangat dan sabun, dengan kassa cuci secara menyeluruh dan menggosok sekeliling luka secara bergantian selama 1 – 2 menit11. Dengan perlahan keringkan kulit secara menyeluruh dengan kassa steril yang kering12. Buka sarung tangan dan ganti dengan yang steril
13. Bersihkan luka dengan normal saline dengan cara bathing or shower, bila terdapat pocket dan pus lakukan irigasi dengan menggunakan infus set steril yang sudah dimodifikasi.14. Bagian luka yang basah dapat dikeringkan menggunakan kassa steril15. Bila ada instruksi dari dokter dapat dilakukan nekrotomy/ debridement pada luka yang nekrosis. (Debridement dat juga dilaksanakan dikiamar operasi)16. bersihkan luka kembali dengan normal saline dengan cara bathing or shower17. keringkan luka dengan kassa steril18. Bagian yang luka diberi obat yang telah ditentukan. Ratakan obat/ zalf dengan menggosok telapak tangan kuat – kuat, oleskan zalf dengan tipis secara merata diatas luka dan daerah yang nekrotik. Jangan mengoleskan pada kulit sekitar luka atau dengan mengunakan terapi kompres madu19. Tutup luka dengan kassa steril yang telah dibasahi dengan menggunakan normal saline dan madu20. Kemudian diberi lapisan lagi menggunakan kassa steril tebal dan diplester dengan baik. (Pada luka venous/ arteri, lanjutkan balut luka dengan menggunakan elastis verban)21. Bagian kulit yang baik/ belum terkena dekubitus atau terdapat luka dekubitus derajat I dapat digosok dengan menggunakan lation dan dimassage dengan teknik back rub secara melingkar lalu diberi talk tipis – tipis22. Angkat perlak23. Ubah posisi pasien, usahakan bagian yang luka tidak terjadi penekanan24. Anjurkan kepada pasien dan keluarga untuk melakukan perubahan posisi minimal setiap 1 jam sekali25. Buka sarung tangan dan letakan kedalam neirbeken26. Buka masker27. Rapikan alat – alat28. Buka sampiran29. Perawat mencuci tangan30. Catat hasil tindakan, respon pasien, laporkan bila adanya penyimpangan pada luka atau bila terjadi infeksi
F. HAL – HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN1. Jaringan yang nekrosis lakukan nekrotomy2. Perhatikan prinsip sterilitas3. Pada penderita yang alergi terhadap plester, gunakan gurita/ plester khusus4. Dalam perawatan luka perhatikan sirkulasi udara dalam ruangan5. lingkungan sekitar pasien harus bersih
Eksudat yang berlebihan; dapat digunakan balutan yang menyerap
eksudat banyak seperti hidroselulosa (Aquacel), foam, gammge dan
lainnya. Usahakan balutanyang digunakan tidak melekat pada luka
untuk menghindari perdarahan ketika membuka balutan. Eksudat
juga akan menyebabkan kulit sekitar luka lecet, untuk itu dapat
digunakan film barrier atau cream (zink cream atau metcovazin cream
dll).
Bau tidak sedap; ditimbulkan akibat infeksi bakteri. Balutan yang
dapat digunakan adalah yang mengandung silver yang dapat
mengurangi pertumbuhan bakteri, dan efektif mengontrol bau.
Charcoal dressing (Carboflex dll) juga dapat digunakan untuk
mengontrol bau. Jika bahan yang digunakan terlalu mahal maka dapat
digunakan metode alami menggunakan madu asli atau pasta gula
yang dapat mencegah pertumbuhan bakteri (6). Penggunakan
aromaterapi untuk lingkungan sekitar juga dapat membantu
mengendalikan bau tidak sedap dan dapat meningkatkan kenyamanan
pasien.
Nyeri; disebabkan kerusakan saraf akibat kanker atau akibat dressing
yang melekat pada kulit. Obat anti nyeri/ analgetik dapat diberikan
sebelum perawatan dan memilih balutan yang tidak lengket pada luka
akan membantu mengurangi nyeri pada pasien luka kanker.
Perdarahan; diakibatkan oleh sel kanker yang merusak pembuluh
darah kapiler. Memilih balutan/dressing yang tidak melekat pada luka
akan mengurangi resiko perdarahan ketika membuka balutan. Selain
itu juga dapat digunakan balutan yang mengandung kalsium alginat
(kaltostat, suprasorb A, seasorb dll) yang dapat menghentikan
perdarahan minor. Jika perdarahan tidak berhenti maka dapat
digunakan adrenalin dan tekan lembut pada daerah yang perdarahan
Gatal; disebakan oleh kulit yang meregang dan ujung saraf yang
teriritasi oleh kanker. Dapat diberikan anti histamin, TENS machine
( membantu merangsang otak mengeluarkan endorphin/painkiller),
menggunakan lembaran hidrogel untuk menghidrasi kulit dan krim
mentol (6).
Luka kering; hidrogel, hidrokoloid, interaktif balutan basah
Minimal eksudat; hidrogel, hidrokoloid, semipermeabel film, kalsium
alginate
Eksudat sedang; kalsium alginat, hidrofiber, hidrokoloid pasta,
powder dan sheet, foams
Eksudat berat; balutan hidrofiber, foam sheet/cavity, ektra balutan
absorben kering, kantung luka/ostomi
MANAGEMEN LUKA
Manajemen luka sebelumnya tidak mengenal adanya lingkungan luka yang lembab. Manajemen perawatan luka yang lama atau disebut metode konvensional hanya membersihkan luka dengan normal salin atau ditambahkan dengan iodin povidine, kemudian di tutup dengan kasa kering. Tujuan manajemen luka ini adalah untuk melindungi luka dari infeksi 2. Ketika akan merawat luka di hari berikutnya, kasa tersebut menempel pada luka dan menyebabkan rasa sakit pada klien, disamping itu juga sel-sel yang baru tumbuh pada luka juga rusak.
Manajemen luka yang dilakukan tidak hanya melakukan aplikasi sebuah balutan atau dressing tetapi bagaimana melakukan perawatan total pada klien dengan luka. Manajemen luka ditentukan dari pengkajian klien, luka
klien dan lingkungannya serta bagaimana kolaborasi klien dengan tim kesehatan. Tujuan dari manajemen luka, yaitu 1;
Mencapai hemostasis
Mendukung pengendalian infeksi
Membersihkan (debride) devaskularisasi atau material infeksi
Membuang benda asing
Mempersiapkan dasar luka untuk graft atau konstruksi flap.
Mempertahankan sinus terbuka untuk memfasilitasi drainase
Mempertahankan keseimbangan kelembaban
Melindungi kulit sekitar luka
Mendorong kesembuhan luka dengan penyembuhan primer dan
penyembuhan sekunder
Beberapa dekade ini, metode konvensional sudah tidak digunakan lagi, walaupun masih ada rumah sakit tertentu terutama di daerah yang jauh dari kota masih menerapkannya. Manajemen luka yang lama diganti dengan manajemen luka terbaru yang memiliki tujuan salah satunya yaitu menciptakan lingkungan luka yang lembab untuk mempercepat proses penyembuhan luka (moist wound healing).
Perkembangan moist wound healing diawali pada tahun 1962 oleh Winter, yang melakukan penelitian eksperimen menggunakan luka superfisial pada babi 2. Setengah dari luka ini dilakukan teknik perawatan luka kering dan sebagian ditutupi polythene sehingga lingkungan luka lembab. Hasilnya menunjukkan bahwa perawatan luka dengan polythene terjadi epitelisasi dua kali lebih cepat dari pada perawatan luka kering. Hal tersebut menunjukkan bahwa lingkungan luka yang kering menghalangi sel epitel yang migrasi di permukaan luka, sedangkan dengan lingkungan lembab sel-sel epitel lebih cepat migrasinya untuk membentuk proses epitelisasi 1,2.
Moist wound healing merupakan suatu metode yang mempertahankan lingkungan luka tetap lembab untuk memfasilitasi proses penyembuhan
luka1,7. Lingkungan luka yang lembab dapat diciptakan dengan occlusive dressing/ semi-occlusive dressing 8. Dengan perawatan luka tertutup (occlusive dressing) maka keadaan yang lembab dapat tercapai dan hal tersebut telah diterima secara universal sebagai standar baku untuk berbagai tipe luka. Alasan yang rasional teori perawatan luka dengan lingkungan luka yang lembab adalah 6:
Fibrinolisis; Fibrin yang terbentuk pada luka kronis dapat dengan
cepat dihilangkan (fibrinolitik) oleh netrofil dan sel endotel dalam
suasana lembab.
Angiogenesis; Keadaan hipoksi pada perawatan tertutup akan lebih
merangsang lebih cepat angiogenesis dan mutu pembuluh kapiler.
Angiogenesis akan bertambah dengan terbentuknya heparin dan
tumor nekrosis faktor – alpha (TNF-alpha)
Kejadian infeksi lebih rendah dibandingkan dengan perawatan kering
(2,6% vs 7,1%)
Pembentukan growth factors yang berperan pada proses
penyembuhan dipercepat pada suasana lembab. Epidermal Growth
Factor (EGF),Fibroblast Growth Factor (FGF) dan Interleukin 1/Inter-
1 adalah substansi yang dikeluarkan oleh magrofag yang berperan
pada angiogenesis dan pembentukan stratum
korneum. Platelet Derived Growth Factor (PDGF) dan Transforming
Growth Factor- beta (TGF-beta) yang dibentuk oleh platelet berfungsi
pada proliferasi fibroblast
Percepatan pembentukan sel aktif; Invasi netrofil yang diikuti oleh
makrofag, monosit, dan limfosit ke daerah luka berfungsi lebih dini.
Keuntungan lainnya menggunakan moist wound healing juga akan mengurangi biaya perawatan pada klien dan mengefektifkan jam perawatan perawat di rumah sakit 2. Untuk menciptakan kelembaban lingkungan luka maka diperlukan pemilihan balutan luka atau dressing yang tepat. Dressing yang ideal digunakan untuk menciptakan lingkungan lembab, yaitu occlusive dressing/ semi-occlusive dressing 8.
Occlusive dressing adalah penutupan luka dengan menggunakan balutan tertentu seperti transparan film atau hidrokoloid untuk menciptakan lingkungan luka yang lembab 2,10. Occlusive dressing memberikan pengaruh
pada luka dengan menjaga kelembaban di dasar luka. Kelembaban tersebut akan melindungi permukaan luka dengan mencegah kekeringan (desiccation) dan cedera tambahan 11. Selain itu, balutan tertutup juga dapat mengurangi risiko infeksi. Menurut penelitian Holm (1998) pada luka pembedahan abdominal ditemukan perbedaan signifikan angka kejadian infeksi pada perawatan luka dengan occlusive dressing (3%) dan perawatan luka konvensional (14%) 12. Penelitian yang dilakukan oleh Kim et al pada tahun 1996, menunjukkan bahwa balutan hidrokoloid dengan occlusive dressinglebih efektif, efisiensi waktu dan cost efektif daripada kasa basah dan kering15.
Tujuan manajemen luka selain mempertahankan keseimbangan kelembaban (moist wound healing) dengan occlusive dressing adalah mempersiapkan dasar luka sebelum dilakukan pemasangan graft atau flap konstruksi. Menurut Scnultz et al (2003), mempersiapkan dasar luka atau disebut wound bed preparation adalah manajemen luka untuk mempercepat penyembuhan endogenous atau untuk memfasilitasi keefektifan pengukuran terapeutik lainnya 1. Falanga (2004) menyatakan bahwa manajemen luka dengan wound bed preparation memiliki tahapan-tahapan yang disingkat dengan TIME, yaitu; tissue management (manajemen jaringan), infection or inflammation control (pengendalian infeksi), moisture balance (keseimbangan kelembaban), dan edge of wound (pinggiran luka) 1. Pelaksanaan wound bed preparation dengan TIME, yaitu;
1. Manajemen jaringan
Cara melakukan manajemen jaringan adalah dengan debridemen surgikal (sharp debridement), conservative sharp wound debridement (CSWD), enzimatik debridemen, autolitik debridemen, mekanik debridemen, kimiawi debridemen dan biologikal atau parasit debridemen
2. Mengendalikan infeksi dan inflamasi
Dapat mengenal dan mengatasi tanda inflamasi (tumor, rubor, calor, dolor) dan tanda infeksi (eksudat purulen). Balutan yang dapat digunakan untuk mengembalikan keseimbangan bakteri yaitu; cadexomer iodine powder/paste/sheet dressing, povidine iodine impregnated tulle gras, chlorhexidine impregnated tulle gras, madu luka, silver impregnated dressing.
3. Mempertahankan keseimbangan kelembaban
Berdasarkan penelitian Winter tahun 1962, menyatakan kelembaban pada lingkungan luka akan mempercepat proses penyembuhan luka. Dengan demikian, untuk menciptakan lingkungan luka yang lembab maka diperlukan pemilihan balutan atau dressing yang tepat. Pemilihan balutan akan dipengaruhi oleh hasil pengkajian luka yang dilakukan, seperti; apakah luka kering, eksudat minimal, sedang atau berat, oedem yang tidak terkontrol. Berikut balutan yang dapat mengoptimalkan keseimbangan kelembaban yang dapat digunakan secara occlusive/ tertutup atau compression/ kompresi;
Luka kering; hidrogel, hidrokoloid, interaktif balutan basah
Minimal eksudat; hidrogel, hidrokoloid, semipermeabel film, kalsium
alginate
Eksudat sedang; kalsium alginat, hidrofiber, hidrokoloid pasta,
powder dan sheet, foams
Eksudat berat; balutan hidrofiber, foam sheet/cavity, ektra balutan
absorben kering, kantung luka/ostomi
4. Kemajuan tepi luka
Epitelisasi pada tepi luka memerlukan perhatian khusus terhadap adanya pertumbuhan kuman dan hipergranulasi yang dapat menghambat epitelisasi dan penutupan luka. Beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengontrol hipergranulasi sehingga tepi luka dapat menyatu, antara lain;
Pemberian topikal antimikroba untuk mengtasi keseimbangan bakteri
Hipertonik impregnated dressing untuk mengendalikan edema dan
keseimbangan bakteri
Tekanan lokal menggunakan foam dressing dan perban kompresi atau
tape fiksasi
Konservatif debridemen luka tajam (CSWD)
Kimiawi debridemen dengan silver nitrat atau cooper sulfate (dapat
menimbulkan ketidaknyamanan dan nekrosis jika tidak digunakan
hati-hati)
Topikal kortikosteroid
KESIMPULAN
Kerusakan struktur kulit akibat cedera akan menyebabkan luka. Tubuh memiliki sistem pertahanan diri untuk mengatasi luka yang timbul akibat dari cedera melalui beberapa fase proses penyembuhan luka, yaitu; fase inflamasi, fase proliferatif dan fase maturasi. Pada fase-fase penyembuhan luka tersebut akan diperlukan manajemen luka yang baik, Manajemen luka yang baik tidak hanya mengaplikasikan balutan luka tetapi harus dapat melakukan perawatan luka secara total pada klien dengan luka. Manajemen luka yang berkembang pesat saat ini adalah perawatan luka dengan lingkungan luka lembab atau moist wound healing. Untuk menciptakan lingkungan luka yang lembab maka dapat dipilih jenis pembalutan atau dressing yang tertutup (occlusive dressing).
Tujuan dari moist wound healing, mempercepat migrasi sel epitel yang mempercepat penutupan luka, meningkatkan proses granulasi, mencegah infeksi dan mengurangi biaya perawatan. Banyak penelitian yang telah membuktikan keefektifan menciptakan lingkungan luka yang lembab akan mempercepat proses penyembuhan luka. Untuk mempersiapkan dasar luka atau wound bed preparation maka dapat dilakukan tahapan sebagai berikut; manajemen jaringan, pengendalian infeksi atau inflamasi, menciptakan lingkungan luka lembab, dan kemajuan tepi luka atau dikenal dengan wound bed preparation dengan metode TIME (Tissue management, Infection controll, moist healing wound, edge of wound). Metode TIME akan memberikan perawat spesialis perawatan luka mempersiapkan pilihan balutan yang dapat menyokong proses penyembuhan luka, Beberapa balutan yang dapat digunakan dalam moist wound healing dengan occlusive dressing adalah hidrokoloid, hidrofiber, kalsium alginat, foam dan lainnya. Maka manajemen luka dengan lingkungan luka yang lembab akan mengoptimalkan kesembuhan luka klien.
Synder RJ, et al. Consensus recommendations on advancing the standard of care for treating
neuropathic foot ulcers ini patients with diabetes. 2010
2. American Diabetes Association. Consensus development conference diabetic foot wound care.
Diabetes care. 1999; 22(8). 1354-9.
3. Apelqvist J, bakker K, Hotum W, Schaper N. Practical guidelines on the management and
prevention of the diabetic foot. Diabetes Metab Res Rev. 2008; 24(1). 181–7.
4. Frykberg R, et al. Diabetic foot disorders: Clinical practice guideline (2006 revision). The journal
of foot & ankle surgery. 2006; 45(6).
5. Mendes JJ, Neves J. Diabetic foot infections: Current diagnosis and treatment. The Journal of
Diabetic Foot Complications. 2012; 4(2). 26-45
6. ClaytonW, Elasy TA. Review of the pathophysiology, classification, and treatment of foot ulcers
in diabetic patients. Clinical Diabetes. 2009; 27(2). 52-7
7. Lipsky BA,et al. Diagnosis and treatment of diabetic foot infections. CID; 2004; 39. 886-903.
8. Nain SP, Uppal S, Garg R, Bajaj K, garg S. Role of negative pressure wound therapy in healing
of diabetic foot ulcers. Journal of surgical technique and case report. 2011; 3(1). 17-9
9. Kirby M. Negative pressure wound therapy. The british journal of diabetes and vascular
disease. 2007; 7(5). 230-3.
• Pembentukan trombus pada dinding arteri yang sudah kaku
http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=update+wound+care+2010&source=web&cd=2&cad=rja&ved=0CDkQFjAB&url=http%3A
Hiperglikemia
Penebalan tunika intima
pembuluh darah
Oklusi,hiperkeragulabilitas dan abnormalitas
trombosit
Pembentukan trombus
pada dinding arteri yang sudah kaku
Sirkulasi darah
menjadi lambat
Peningkatan adhesi dan
agregasi sel darah merah
Perfusi jaringan
bagian distal dari tungkai
menjadi kurang baik .
Timbul
ulkus
Jaringan nekrosis
/ gangren
%2F%2Fwww.peterborough.nhs.uk%2Fdocuments%2FFreedom%2520of%2520Information%2FPolicies_and_procedures%2FClinical_Policies_N__Z%2FWound_Management_Formulary_-_2010.pdf&ei=parfUIjgBsfXrQfS8YHoDw&usg=AFQjCNFgMsYsKLEbB_5dOSb2tTGyL9BKig
New therapies 12
woundcare manual
References:
[1] Larv E. Data Card,
Biosurgical Research Unit
(SMTL), Bridgend
[2] Edmonds, M., Foster, A.
(2000) Managing the
Diabetic Foot. P66. Blackwell
Science, London
12.1 Larval (maggot) therapy
The sterile larvae of the common green bottle Lucilia sericata can be used to
cleanse most types of sloughy, infected or necrotic wounds including leg ulcers
(venous and arterial), pressure sores, burns and diabetic foot ulcers [1].
The larvae secrete powerful proteolytic enzymes which breakdown slough and
necrotic tissue which is then ingested as a source of nutrient. When first applied to
a wound the larvae are only 2-3 mm long, but under favourable conditions they
increase in size rapidly, reaching 8-10 mm when fully grown.
In addition to cleaning the wound, maggots reduce or eliminate odour and combat
infection by ingesting and killing bacteria, including antibiotic resistant strains such
as methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA).
For further information please contact the Podiatry Department or the Biosurgical
Research Unit website: www.stml.co.uk .
12.2 Vacuum-assisted closure system (VACS)
VACS consists of a pump which applies gentle negative pressure to the wound
through a tube and foam sponge which are applied to the wound over a dressing
and sealed in place with a plastic film to create a vacuum. Exudate from the
wound is sucked along the tube to a disposable collecting chamber. The negative
pressure improves the vascularity and stimulates granulation of the wound [2].
This therapy is indicated in neuropathic, venous and decubitus ulcers but contraindicated for deep infection.
For further information visit STML website: www.stml.co.uk
12.3 Low-level laser therapy (LLLT)
LLLT has been developed over the last three decades. It is the application of red
and near-infrared light to wounds to stimulate healing and give pain relief. It is
also used by physiotherapists to aid in the management of a variety of joint and
soft-tissue conditions. woundcare manual
Guidance for the use of Maggot Therapy
Maggot therapy is widely used by health care practitioners throughout the UK in the management of infected or
necrotic wounds. Benefits of this therapy have been published in the medical and nursing press.
What should you do before ordering Maggots?
Assess the patient and the wound.
Suitable wounds – infected, sloughy, necrotic; e.g. leg ulcer, pressure ulcer, diabetic foot wound, infected
wound.
Unsuitable wounds – dry necrotic, fistulae, wounds that bleed easily, if insufficient blood supply to allow
healing.
If unsure contact Janet Small, Tissue Viability Nurse, on 01733 466642 or Dawn Purdom, Clinical Advisor
07976148609.
• Ensure you have a hydrocolloid dressing; e.g. granuflex or zinc paste, available for protecting
surrounding skin.
• Sleek tape to secure the net if using free range maggots.
• Intrasite gel should not be used 48 hours prior to application.
• Ensure your patients and consultants / GP consent.
Determine the amount and type of maggots you require – available free range or in new biofoam bags. (measure
the wound and estimate percentage of slough).
Larvae calculators are available.
Order via pharmacy for hospital use. Available on prescription in community - order telephone number is
08452301810.
Maggots need to be used on the day of delivery.
Application should be undertaken by someone who has experience in wound management and understands the
healing process.
Instructions for application come with the maggots but if help is required contact Janet Small or Dawn Purdom
before ordering.
A care plan and further information can be obtained from www.larve.com if required
2) Product Information
Non-Adherent - Dry
Stock: Melolin, Melolite, Exudry –Smith and Nephew
Telpha - Kendall
Non-stock item:
Indications for use • Minor lacerations or healing by primary intention.
• Protective dressing
• Secondary dressing. Melolin is the preferred dressing over
Hydrogels
Advantages • Low adherent contact layer prevents shedding of fibres into
wound
• If exudate is minimal, it will provide sufficient absorbency
and prevent sticking to the wound bed
• Exudry has an anti shear layer and is highly absorbent
Disadvantages • Not suitable for heavily exudating wounds except exudry
• Can be traumatic to remove.
• May require soaking.
Change
Frequency
• Daily or depending on exudate. Last Updated: 2010 Page 27 of 80
Non-Adherent- tulle gras or paraffin gauze
Stock: Jelonet (soft paraffin, open mesh) Smith & Nephew.
Cuticerin (fine mesh, contains wool wax) – Smith & Nephew.
Non-stock item: Adaptic – Johnson & Johnson
Indications for use • Simple grazes. Minor burns, Skin grafts
• Superficial skin loss.
• Temporary dressing
Advantages • Retain some moisture by covering wound bed with paraffin.
• Less adherence with fine mesh products.
Disadvantages • Does not absorb exudate
• Requires secondary dressing
• Can shed fibres into wound.
• Can cause allergy. Some contain lanolin or wool wax.
• Care required when removing as granulation tissue can
grow through dressing especially Jelonet.
Change
Frequency
• Daily to alternate days. Last Updated: 2010 Page 28 of 80
Non-Adherent- Island dressings
Stock: Primapore (Melolin/ hyperfix) (Smith & Nephew.)
Opsite post-op (melolin/film) (Smith & Nephew.
Non-stock item: Airstrip (Smith & Nephew) Cutifilm (Beiersdorf)
Indications for use • Surgical wounds
• Minor lacerations/grazes
• Protection once wound healed
Advantages • Low adherent contact layer prevents shedding of fibres
into wound
• If exudate is minimal, it will provide sufficient absorbency
and prevent sticking to the wound bed
• Conforms to body shape
• Waterproof option.
Disadvantages • Not suitable for highly exudating wounds
• Not suitable for patients with known adhesive allergies
• Some not waterproof.
Change
Frequency
• Up to 5 days, depending on exudate. Last Updated: 2010 Page 29 of 80
Non-Adherent- with antiseptic
Stock: Inadine (10% povodine iodine impregnated, fine mesh)
(Johnson & Johnson.)
Non-stock item: Bactogras (0.5% Chlorhexadine, open mesh) (Smith &
Nephew)
Indications for use • Anti microbial agent for prophylaxis and treatment of
minor infections
Disadvantages • Not absorbent, requires a secondary dressing
• Contraindicated for patients who are
pregnant/breastfeeding, children < 6years, Impaired renal
function and iodine allergy.
• Prolonged use can delay healing
Change
Frequency
• Daily to 2 days for one week only.
• Change when dressing turns white
• If infection persists consider cadexomer iodine or silver
products or systemic antibiotics. Last Updated: 2010 Page 30 of 80
Hydrogels
Stock: Intrasite gel
Solosite gel (contains preservative)
(Smith & Nephew)
Non-stock Duoderm gel (Convatec)
Solugel (Johnson & Johnson)
Indications for
use
• For rehydrating eschar and slough.
• Use in deep crater wounds with
light exudate.
Advantages • Gels have soothing effect over
exposed nerve endings, provide
some pain relief.
• Rehydrates wound bed by creating
a moist but not wet environment
over the wound bed.
• Supports debridement.
• Fills in dead space and maintains
intimate contact with wound
surface.
• Provides absorption of some
exudate.
• Easy to apply - may be applied by
syringe into sinus.
• Easy to remove - irrigate with
normal saline.
Disadvantages • Not recommended for wounds with
moderate to heavy exudate.
• Requires a secondary dressing.
• Contra-indicated in superficial
wounds.
Change
Frequency
• Necrotic or sloughy wounds: daily.
• Granulating wounds: every three
days. Last Updated: 2010 Page 31 of 80
Transparent Films
Stock: Op-site (Smith & Nephew)
Non-stock item: Tegaderm (3M)
Indications for use • Cover for areas subject to shearing and friction.
• Secondary dressing.
Advantages • Good adherence.
• Transparent - allows continual observation.
Disadvantages • Excessive exudate may accumulate under skin.
• Care required when removing, especially fragile skin.
Change
Frequency
• Up to 14 days. Last Updated: 2010 Page 32 of 80
Hydrocolloids
Stock: Comfeel Ulcer Plus
Comfeel transparent (Coloplast distributed by Smith &
Nephew)
Non-stock item: Duoderm (Convatec)
Restore Plus (Hollister)
Indications for use • Assists debridement by keeping the wound moisture in
contact with the eschar.
• Granulating and epithelialising wounds with low to moderate
amounts of exudate.
Advantages • Waterproof.
• Requires no secondary dressing.
• Promotes the formation of granulation tissue.
• Provides pain relief by keeping nerve endings moist.
• Easy to use and comfortable.
Disadvantages • Not suitable for infected or dirty wounds.
• Do not use in wounds where muscle, tendon or bone is
exposed.
• Moderate to excessive exudate may leak from site, thus
during initial stages may require frequent dressing changes.
• Dressing breakdown can leave residue in the wound - which
is time consuming to remove.
• Odour upon removal of dressing can be unpleasant.
• Can cause over-granulation of wounds.
• Dressings have a tendency to roll up and bunch.
Change
Frequency
• A week or if leaks. Last Updated: 2010 Page 33 of 80
Alginates
Stock: AlgiSite M (Smith & Nephew)
Seasorb ribbon (Coloplast distributed by
Smith & Nephew)
Non-stock item: Kaltostat (Convatec)
Indications for use • For management of moderate to high levels of exudate.
• Haemostatic.
• Assists debridement of moist slough.
• Gel formation causes hydration of the wound.
• Cavity wounds
Advantages • Can be used on infected wounds.
• Ropes presentation easy to apply to tunnelled and
undermined sinus and cavity wounds.
• Effectively manages moderate to high levels of exudate.
• Easy to use and comfortable.
Disadvantages • Requires a secondary dressing.
• Contra-indicated in wounds with low levels of exudate as
there is a risk of drying the wound bed.
• Will not debride hard eschar.
Change
Frequency • Infected or sloughy wounds: daily.
• Clean, exuding: Change when exudate strikes through
outer dressing. Last Updated: 2010 Page 34 of 80
Foams
Stock: Allevyn: Adhesive and non-adhesive
Allevyn Plus; Adhesive and non-adhesive Smith & Nephew
Allevyn Cavity Plus
Non-stock item: Lyofoam & Polymem (USL)
Indications for use • For management of heavy exudate.
• Deep cavity wounds as packing to manage exudate and
prevent premature closure
Advantages • Can be used on infected wounds.
• Comfortable and conforms to shape of wound or cavity.
• Effectively manages moderate to high levels of exudate.
• Easily removed without causing trauma to wound bed.
• Can be used under compression bandages.
Disadvantages • Requires a secondary dressing.
• Contra-indicated in wounds with low levels of exudate as
there is a risk of sticking to the wound bed.
• Will not debride hard eschar.
Change
Frequency
• 1- 5 days depending on level of exudate. Last Updated: 2010 Page 35 of 80
Cadexomer Iodine
Stock: Iodosorb, Gel and paste (Smith & Nephew)
Indications for use • Provides sustained antimicrobial activity for up to 72 hours,
effective in reducing bacterial burden.
Advantages • Wide spectrum of activity including gram + and gram –
bacteria, including MRSA, fungi, protozoa and viruses.
• Useful colour change to indicate need for dressing change
• Facilitates debridement
• Absorbs exudate
Disadvantages • Should not be used on patients with history of thyroid
disorders
• Contraindicated for patients who are
pregnant/breastfeeding, children < 12years. Impaired renal
function and iodine allergy.
• Potential for interaction with lithium therefore co
administration not recommended
• Prolonged use can delay healing
• Read manufacturers information carefully.
Change
Frequency
• Change when becomes saturated with wound fluid, indicted
by loss of colour. Last Updated: 2010 Page 36 of 80
Silver Dressings
Stock:
Non Stock Item: Acticoat, Acticoat absorbent, Acticoat flexi, Allevyn Ag - Smith and
Nephew,
Aquacel AG (Conva Tec),
Indications It is appropriate to use silver dressings when a wound is
for use: critically colonized or being treated for infection.
Advantages: A broad spectrum antimicrobial available in a variety of dressings
types. Silver is effective against methicillin- resistant
Staphylococcus aureus (MRSA and vancomycin-resistant
Enterococuss (VRE).
Disadvantages: Silver dressings should be used with discretion as there is concern
over developing resistance.
Cost, should be used at the discretion of the Unit manager
Use: Follow manufacturers instructions for all silver dressings.
Acticoat needs to be moistened (not wet) with water to activate the
silver, it may be necessary to do this twice a day.
Change Refer to manufactures instructions.
Frequency: Important to monitor for infection and remove dressing if this
occurs.
3) Sebagian besar penderita kelainan kaki diabetes umumnya baru mencari pertolongan
dokter setelah keadaan kaki sudah terlalu jelek.Pencegahan jauh lebih baik daripada
pengobatan.Cara terbaik untuk pencegahan ialah mengajak penderita untuk mengetahui hal-hal
yang berhubungan dengan terjadinya kelainan kaki, di samping pemeriksaan kaki oleh dokter.
Dengan cara tersebut kemungkinan masuk rumah sakit atau amputasi akan jauh berkurang. Dari
beberapa penelitian klinik ternyata frekuensi pemeriksaan kaki oleh dokter di klinik penyakit
dalam maupun klinik diabetes hanya berkisar antara 19% dari pengunjung dibandingkan dengan
pemeriksaan tekanan darah misalnya mencapai 76,9% penderita. Jadi jelas bahwa perhatian
penderita bahkan dokter sekalipun untuk perawatan kaki sangat minim.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan tindakan pencegahan, baik
oleh dokter maupun penderita. Dianjurkan agar para dokter selalu memperhatikan:
1. Bentuk kaki
Pembengkakan pada kaki perlu dicari penyebabnya, sebab pada penderita dengan
neuropati diabetik adanya infeksi yang ringan kadang-kadang tidak disertai rasa sakit.Charcot
joint tidak jarang menyerupai artritis degeneratif.Dengan pemeriksaan radiologis, diagnosis
dapat ditegakkan.
2. Kulit kaki / kuku
Tidak jarang penderita pun mengalami infeksi pada kuku/kulit.Sepatu yang sempit sering
mengakibatkan lecet pada kulit kaki; yang dapat berlanjut menjadi sumber gangren.Perlu dicari
adanya penebalan kulit, kalus, fisura atau ulserasi.
3. Keadaan sepatu
Sebaiknya mempergunakan sepatu yang agak lebar, jangan yang lancip.
4. Palpasi nadi kaki
Pulsasi nadi kaki harus selalu diraba, terutama arteri tibialis posterior.Pemakaian Doppler
Ultrasound recorder sangat banyak membantu menemukan kelainan pembuluh darah arteri di
kaki. Bagi penderita usia lanjut dianjurkan untuk menjalani pemeriksaan rutin.
5. Palpasi suhu kaki
Perlu palpasi perbandingan suhu kaki kiri dan kanan.Bahkan antara kaki betis dan paha
untuk mengetahui derajat suplai darah ke perifer.
6. Status sensorik-motorik kaki
Pemeriksaan neurologis ini penting sekali.Selain itu juga mudah dilakukan.Tes vibrasi
kaki kiri kanan dan pemeriksaan refleks sebaiknya dikerjakan secara rutin. Agaknya tidaklah
terlalu sulit kalau pada semua penderita diabetes perlu diberikan pendidikan/informasi yang
berkaitan dengan terjadinya kaki diabetes
II.11 Prognosis8
Menurut penelitian pada penderita kaki diabetik yang telah dilakukan amputasi
transtibial, dalam kurun waktu 2 tahun terdapat 36% penderita meninggal.2
Prognosis penderita kaki diabetik sangat tergantung dari usia karena semakin tua usia
penderita diabetes mellitus semakin mudah untuk mendapatkan masalah yang serius pada kaki
dan tungkainya, lamanya menderita diabetes mellitus, adanya infeksi yang berat, derajat kualitas
sirkulasi, dan keterampilan dari tenaga medis atau paramedis. 2
Daftar Pustaka
1. Andrew Heenan (1998), Frequently Asked Questions: Alginate Dressings, www.worldwidewounds.com
2. Berger, Karen J (1999), Fundamental of Nursing : Collaborating For Optimal Health, 2nd Edition, Appleton
& Lange, Connecticut
3. C. Mellinda Stevens (2002), Diabetic Foot Ulcers and Infections: Current Concepts, Journal Advances
Skin and Wound Care, January/February 2002; 15: 31 – 42
4. Dr. S. Thomas (1997), A Comparative study of the properties of twelve hydrocolloids
dressings. www.worldwidewounds.com
5. Gitarja, Widasari S. (2002), Penatalaksanaan Perawatan Luka.Makalah disampaikan pada Pelatihan
Wound dan Stoma Care Ke-2 Bagi Perawat, RSUP. Dr. Hasan Sadikin Bandung, 21 – 25 Mei 2002
6. Hana Rizmadewi Agustina, Aplikasi Modern Wound Dressing Dalam Lingkup Praktek Perawatan Luka,
Majalah Keperawatan UNPAD Edisi ke-7, September 2002 – Maret 2003; halaman 12-19
7. Hartmann (1999), Compedium Wounds and Wound Management, First Hartmann Medical Edition
8. Joanne Tan (2002); Wound Management: A Pain Free and Cost Effecctive Approach, Convatec.
Disampaikan pada Pelatihan Wound dan Stoma Care Ke-2 Bagi Perawat, RSUP Dr. Hasan Sadikin
Bandung, 21 – 25 Mei 2002
9. Liza G. Ovington (2002), Hanging Wet-to-Dry Dressings Out to Dry, Journal Advances Skin and Wound
Care, January/February 2002; 15 : 79-84
.Pershall, Linda D.2008. Decubitus Ulcer Information and Stages of Wounds. From URL:http://expertpages .com diakses tanggal 5 April 2011
12.Anonim.2006. Decubitus Ulcers.Availaible fromURL: www.expertlaw.com diakses tanggal 5 April 201113.Susanto, Heri. 2008. Integumen Disorder. Availaible from URL: http://els.fk.umy.ac.iddiakses tanggal 20 Juli 2008
DAFTAR PUSTAKA
1. Brown DL. Wound. In: In: Brown DL, Borschel GH, editors. Michigan Manual of Plastic
Surgery. 1st ed. Philadelphia, USA: Lippincott Williams & Wilkins;2004.p.1-9
2. Enoch S, Price P. Cellular, molecular, and biochemical differences in the
pathophysiology of healing between acute wounds, chronic wounds and wounds in the
aged. World Web Wound (serial online) 2007 (cited April 8, 2007). Available from URL:
HYPERLINK http//www.worldwebwound.com
3. Judd H. Wound Care made Incredibly Easy.1sted.Philadelphia: Lippincott Williams &
Wilkins; 2003.p.30-34
4. David V Feliciano. Trauma. 1st ed. London, UK: Appleton & Lange; 1996. p.917-
22
5. Skinner I. The Principles of Wound Management. In: Basic Surgical Skills Manual. 7 th ed.
Australia: Mc-Graw Hill; 2000.p.1-3
6. Fischer EJ. Surgical Complications. In: Schwartz SI, Shires GT, Spencer FC, Daly JM,
Fischer JE, Galloway AC, editors. Principles of Surgery. 7th ed. NewYork: Mc-Graw Hill;
1999.p449
7. Cohen IK, Diegelmann RF, Yager DR, Wornum IL, Graham MF, Crossland MC. Wound
Care and Wound Healing. In : Schwartz SI, Shires GT, Spencer FC, Daly JM, Fischer
JE, Galloway AC, editors. Principles of Surgery. 7th ed. NewYork: Mc-Graw Hill;
1999.p263-294
8. Torre JDL, Sholar A. Wound Healing, Chronic Wounds. e-Medicine from WebMD (serial
online) 2006 (cited 2006 May 26);1(477) Available from URL: HYPERLINK
http://www.emedicine.com/plastic/topic477.htm
Carville K. Wound care: manual. 5th ed. Osborne Park:Silver Chain Foundation; 2007.p. 20-9
2. Rainey J.Wound care: a handbook for community nurses. Philadelphia: Whurr Publisher; 2002. p. 10-1.
3. Tortora GJ, Grabowski SR. Structure and function of skin. [Online]. 2010 [Cited 2010 April 20] Availabel from; URLhttp://www.clinimed.co.uk/wound-care/education/wound-essentials/structure-and-function-of-the-skin.aspx
4. Wound Care Solutions Telemedicine. Wounds. [Online]. 2010 [citez 2010 april 31]; Availabel from; URL http://www.woundcaresolutions-telemedicine.co.uk/wounddefinition.php
5. Hutchinson J. Phase of wound healings. [Online]. 1992 [Cited 2010 april 20]. Availabel from; URL http://www.clinimed.co.uk/wound-care/education/wound-essentials/phases-of-wound-healing.aspx
6. Gitarja WS. Perawatan luka diabetes: seri perawatan luka terpadu. Bogor: Wocare Indonesia; 2008. P. 18-3.
7. Convatec. Moist wound healing. [Online]. 2010 [Cited 2010 April 20]. Availabel from; URL http://www.convatec.com/en/cvtus-mstwndheus/cvt-portallev1/0/detail/0/1499/1808/moist-wound-healing.html/
8. Clinimed. Theory of moist wound healing. [Online]. 2010 [Cited 2010 April 20]. Availabel from; URL http://www.clinimed.co.uk/wound-care/education/wound-essentials/theory-of-moist-wound-healing.aspx
9. Suriadi. Manajemen luka. Pontianak: STIKEP Muhammadiyah; 2007. P. 34
10. Family practice notebook. Occlusive dressing. [Online]. 2010 [Cited 2010 April 20]. Availabel from; URL http://www.fpnotebook.com
11. Rheinecker S. Wound managemen; the occlusive dressing. 2010 [Cited 2010 April 20]. Available from; www.ncbl.nlm.90/articles/PMC1317847/
12. Burrows E. Effectiveness of occlusive dressings versus non-occlusive dressings for reducing infections in surgical wounds. [Online]. 2010 [Cited 2010 April 20]. Availabel from; URLhttp://www.med.monash.edu/publichealth/cce
13. Morrison MJ. Manajemen luka; seri pedoman praktis. Jakarta: EGC; 2003. P. 11-1
14. Becker D. Wound healing. [Online]. 2005 [Cited 2010 April 20]. Availabel from; URL http://www.anat.ucl.ac.uk/business/becker1.shtml
Top Related