RGEC DAN PENGARUHNYA TERHADAP ISLAMIC FINANCIAL
DISTRESS BANK SYARIAH PERIODE 2012-2018
(Studi Kasus BNI Syariah, BRI Syariah, Bank Syariah Mandiri)
TESIS
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Magister
Ekonomi (M.E) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Program Studi Magister Perbankan Syariah
Diajukan oleh
SAHRANI
NIM: 21170850000012
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1439 H / 2019 M
2
i
LEMBAR PENGESAHAN
ii
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis ini adalah benar-benar
merupakan hasil karya pribadi saya, dan tidak terdapat karya yang pernah
diajaukan oleh orang lain pada perguruan tinggi lain, sepanjang pengetahuan saya,
juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh
orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam tesis ini dan disebutkan
dalam daftar pustaka.
Jakarta, 1 Juli 2019
Sahrani
iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
IDENTITAS DIRI
Nama : Sahrani
Tempat, Tanggal Lahir : Sorong, 28 Mei 1988
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Kertamukti, Gg. Haji Nipan, No. 1. Pisangan.
Ciputat Timur. Banten.
Agama : Islam
Telephone : 081212891197
Email : [email protected]
PENDIDIKAN
SDN 02 Sinjai Utara
SMPN 01 Sinjai Utara.
SMAN 01 Sinjai Utara.
SI Matematika, Universitas Negeri Makassar.
LATAR BELAKANG KELUARGA
Ayah : H. Muh. Basri
Ibu : Hj. Nurhaniah
iv
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Dengan Asma Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, atas
Kasih Sayang-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Untuk itu penulis
ucapkan rasa syukur kehadirat-Nya seraya mengucapkan segala puji bagi Allah
Tuhan semesta alam, dengan terselesaikannya tesis ini yang merupakan salah satu
persyaratan akademik guna memperoleh gelar Master dalam Program Studi
Magister Perbankan Syariah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Judul yang diangkat dalam tesis ini adalah RGEC dan pengaruhnya terhadap
Islamic Financial Distress Bank Syariah periode 2012-2018 (Studi Kasus BNI
Syariah, BRI Syariah, Bank Syariah Mandiri). Judul tersebut terilhami dari tugas
kuliah Manajemen Keuangan dimana dosen pemampu mata kuliah tersebut adalah
Bapak Dr. Roikhan Mohammad Aziz, beliau dalam setiap kesempatan
menekankan pentingnya penerapan nilai Islam dalam kehidupan termasuk dalam
pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang Ekonomi. Penerapan nilai
Islam diharapkan dapat menjadi sebuah cerminan untuk seluruh masyarakat
Indonesia, mengingat mayoritas penduduk Indonesia adalah muslim. Penulis
berharap dengan menonjolkan nilai Islam dimana nilai ini tidak hanya menjadi
dasar dalam berperilaku bagi seluruh masyarakat muslim namun penerapan dan
outputnya yang komprehensif menuai kebaikan pada setiap manusia dapat
dikembangkan secara mendalam dan lebih luas agar setiap kebaikan yang
dihasilkan dari penerapan nilai-nilai tersebut dapat dirasakan dan akhirnya
diterapkan oleh seluruh umat manusia.
v
Proses penyusunan tesis ini sempat mengalami ke-vacumm-an, akan tetapi berkat
motivasi saudara-saudara dan sahabat-sahabat terdekat serta nasehat dan saran
para pembimbing maka dengan menekankan kembali semangat ketekunan,
kesabaran dan percaya diri, penulis dapat menyelesaikan tesis ini.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penyelesaian tesis ini telah melibatkan
berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung, perorangan maupun
lembaga yang telah memberikan kontribusi dalam penyelesaian penyusunan tesis
ini. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis ucapkan terima kasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang penulis hormati: :
1. Kedua orang tua, Ayahanda H. Muh. Basri yang tak pernah lelah
mengkhawatirkan saya dan Ibunda Tercinta Hj. Nurhaniah, the best one
woman in the world yang telah melahirkan saya, membesarkan saya, serta
senantiasa selalu memberi cinta dan kasih sayangnya melalui air mata,
semangat dan doa yang tak pernah henti disetiap harinya. Semoga Allah SWT
membalas semua kebaikan yang telah kalian berikan kepada Penulis selama
ini. Aamiin Yaa Rabbal’alamin.
2. Ibu Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, Lc, MA selaku Rektor
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Prof. Dr. Amilin, S.E.Ak, Msi, CA, QIA, BKP, CRMP selaku Dekan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Dr. Herni Ali, HT, SE, MM selaku ketua prodi Magister Perbankan
Syariah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah bersedia meluangkan
vi
waktu, memberikan penggarahan dan masukan yang sangat membantu,
semoga Allah SWT membalas kebaikan Bapak.
5. Bapak Ade Suherlan, MM, MBA selaku Sekretaris Program Magister
Perbankan Syariah tahun 2017-2018 yang telah bersedia meluangkan waktu,
memberikan penggarahan dan masukan. Terima kasih bapak atas masukan
dan pengarahan yang sangat membantu. Semoga Allah SWT membalas
kebaikan bapak.
6. Bapak Dr. Asyari Hasan, S. H. I.,M.Ag., selaku Sekretaris Program Magister
Perbankan Syariah tahun 2019 yang telah memberi banyak masukan kepada
penulis sehingga tesis ini semakin menjauh dari kesalahan.
7. Bapak Dr. Ir. Roikhan Mochamad Aziz, MM., selaku Dosen Pembimbing
yang selalu bersedia meluangkan waktu, memberikan pengarahan dan
masukan. Terima kasih Bapak atas semua pengarahan, masukan dan nasehat
yang sangat membantu, semoga Allah SWT membalas kebaikan Bapak.
8. Bapak Dr. Sofyan Rizal, M. Si., selaku Dosen Penguji sekaligus Dosen
Penasehat Akademik yang bersedia meluangkan waktu, memberikan
masukan yang membangun dalam penyelesaian tulisan ini. Bapak Dr.
Hamzah yang banyak membantu penulis dalam menentukan langkah-langkah
penulisan metode penelitian. Semoga Bapak diberi kesehatan dan keberkahan
atas segala ilmu yang telah Bapak berikan kepada penulis.
9. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang telah memberikan segenap ilmu dan pengalamannya.
vii
10. Kakak saya Kak Wana, Kak Tina, Kak Sanu, Kak Maman, Kak Budi dan Kak
Sabir yang selalu memberi dukungan kepada saya sehingga tesis ini dapat
terselesaikan dengan baik serta kepada adik saya, Saddang.
11. Adikku Adha yang tanpa henti mendukung setiap langkahku, mama Aji dan
Bapak aji yang selalu membantu dengan doa dan material. Ayahanda Bapak
Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, MA.,dengan berkah dan dukungannya yang
selalu memberi dukungan secara bathiniah. Semoga semua kebaikan yang
telah penulis terima bisa menjadi amal jariyah dan terbalaskan dengan berkali
lipat kebaikan dari-Nya. Amiin Ya Rabbal Al-amin
12. Sahabat sekaligus kakakku Mba Yani, sahabat sekaligus saudariku Wike,
adik-adikku Nina dan Uphi, sahabatku berbagi semua ilmu Mas Dwi dan
sahabat seperjuangan di Magister Perbankan Syariah 2017 yang selalu
memberikan motivasi, semangat, masukan dan hal-hal yang membantu
penyelesaian tulisan ini. Semoga kita selalu diberikan kesehatan oleh Allah
SWT dan sukses bersama-sama. Amin Allahumma Amin
13. Terima kasih kepada teman-teman dari kelas A MPS 2017 dan kelas MPS
2018. Untuk sahabatku semua di kelas Mba Yani, Wike, Nina, Mba Niken,
Uphi, Dwi, Hafiz, Dayah, Mba Mut, Mas Luthfi, Mas Edwin, Mas Adit, Mas
Iwan, Mas Kholil, Mas Hamdi, Mba Teni, Mas Legra, Tya, Linda, terima
kasih banyak atas perjalanan kuliah kita selama ini, Semoga kita selalu
diberikan keselamatan, kesehatan dan kemudahan oleh Allah SWT.
viii
14. Terima kasih kepada keluarga besar AM30 dan Nasaruddin Umar Office
(NUO) yang selalu membantu secara moril dalam penyelesaian tulisan ini.
Serta kepada semua pihak yang tak bisa disebutkan satu-persatu, terima kasih
banyak. Segala kebaikan yang telah penulis terima semoga menjadi jalan
untuk hidup yang lebih berkah untuk semuanya. Amiin AllahummaI Amin
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan Tesis ini masih terdapat
kekurangan, oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan
untuk tercapainya penulisan Tesis yang lebih baik lagi.
Wassalammu’alaikum Wr.Wb.
Jakarta, 1 Juli 2019
Sahrani
ix
ABSTRAK
Ekonomi Islam di Indonesia memiliki potensi yang tinggi untuk terus
berkembang, termasuk salah satunya dunia perbankan. Praktisi dan akademisi
mulai menjelajahi aspek-aspek yang dapat meningkatkan perekonomian Islam di
Indonesia.
Kelangsungan hidup sebuah perusahaan/lembaga tergantung pada beberapa hal.
Ketika sebuah perusahaan/lembaga mulai menunjukkan tingkat kesehatan yang
buruk, seorang manager keuangan haruslah segera mengambil tindakan agar
perusahaan/lembaga tersebut mendekati kondisi aman, salah satu cara yang
digunakan adalah melalui identifikasi financial distress. Identifikasi kondisi
financial distress merupakan hal yang lebih penting daripada kebangkrutan,
karena perusahaan/lembaga pasti akan mengalami kondisi financial distress
terlebih dahulu kemudian bangkrut. Penelitan ini bertujuan untuk mendiskripsikan
dan menganalisis pengaruh RGEC (Risk Profile, GCG, Earnings, dan Capital)
terhadap Islamic Financial Distress bank syariah pada BRI Syariah, BNI Syariah
dan Bank Syariah Mandiri periode 2012-2018. Metode analisis yang digunakan
adalah regresi data panel melalui perhitungan altman Z Score dimana metode
pengolahan data menggunakan regresi Data Panel yang diolah menggunakan
STATA dan SPSS.
Kata Kunci : Financial Distress, Islamic Financial Distress, RGEC, Altman Z
Score, Regresi Data Panel, STATA, SPSS
x
ABSTRACT
The Islamic economy in Indonesia has a high potential to grow, one of them is
bank. Practitioners and academics was begining to explore aspects that could
improve the Islamic economy in Indonesia.
The survival of a company/institution depends on several things. When a
company/institution to show a poor level of the healthy, a financial manager must
be take action immediately so that the company/institution get a safe condition,
one method can be used is identification of financial distress. Identification of
financial distress is more important than bankruptcy, because
companies/institutions will certainly experience financial distress conditions first
and then go bankrupt.
This research aims to describe and analyze the influence of RGEC (Risk Profile,
GCG, Earnings, and Capital) on Islamic Financial Distress at BRI Syariah, BNI
Syariah and Bank Syariah Mandiri in 2012-2018. The analytical method used is
panel data regression through calculation of Altman Z Score where data
processing used Panel Data Regression which use STATA and SPSS.
Keyword : Financial Distress, Islamic Financial Distress, RGEC, Altman Z
Score, Panel Data Regression, STATA, SPSS
xi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................... I
LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................... II
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .............................................................................. III
KATA PENGANTAR .......................................................................................... IV
ABSTRAK ............................................................................................................ IX
ABSTRACT ............................................................................................................ X
DAFTAR ISI ......................................................................................................... XI
DAFTAR TABEL ............................................................................................... XIII
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... XIII
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
Latar Belakang .............................................................................................. 1
Fokus Permasalahan ..................................................................................... 6
Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................... 7
a. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 7
b. Manfaat Penelitian ...................................................................................... 7
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................... 10
A. Kebangkitan Ekonomi Islam ..................................................................... 10
B. Peranan Ahli Ekonomi dalam Kebijakan Ekonomi ................................ 10
C. Perbankan Syariah ..................................................................................... 11
D. Landasan teori ............................................................................................. 14
1. Bank dan Tingkat Kesehatan Bank ........................................................... 14
2. Financial Distress dan Nilai Islam ............................................................ 19
3. Nilai Islam dan Islamic Financial Distress ............................................... 42
a. Faktor Internal ........................................................................................... 56
b. Faktor Eksternal ........................................................................................ 58
c. Faktor Religiusitas .................................................................................... 59
4. Altman Z Score Financial Distress ........................................................... 64
5. Metode Analisis Data Panel ...................................................................... 66
E. Penelitian Terdahulu .................................................................................. 70
xii
F. Kerangka Berpikir ...................................................................................... 76
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 77
A. Ruang Lingkup ............................................................................................ 77
B. Metode Penentuan Sampel ......................................................................... 77
C. Definisi Operasional Variable .................................................................... 79
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................... 84
A. Deskripsi Objek Penelitian ......................................................................... 84
1. Deskripsi Bank Syariah Mandiri (BSM) ................................................... 84
2. Deskripsi BNI Syariah .............................................................................. 87
3. Deskripsi PT. BRI Syariah ........................................................................ 92
B. Laporan Keuangan ..................................................................................... 94
1. Rasio Keuangan ........................................................................................ 95
2. Perhitungan Ratio-Ratio pada Model Altman Z- Score ............................ 97
3. Hasil Olah Data ....................................................................................... 100
BAB V PENUTUP ............................................................................................ 106
A. KESIMPULAN ........................................................................................... 106
B. SARAN ....................................................................................................... 106
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 109
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Penelitian Terdahulu ............................................................................... 71
Tabel 2. Aspek Penilaian Good Corporate Governance (GCG) ........................... 80
Tabel 3. Hasil Penilaian Self Assessment Atas Pelaksanaan Good Corporate
Governance ........................................................................................................... 81
Tabel 4. Indikator Penilaian Operasional Variabel Independen ........................... 82
Tabel 5. Rasio keuangan Bank BRI Syariah ......................................................... 95
Tabel 6. Rasio Keuangan Bank BNI Syariah ........................................................ 96
Tabel 7. Bank Syariah Mandiri ............................................................................. 96
Tabel 8. Rasio Keuangan Hasil Perhitungan Metode Altman Z SCore ................ 97
Tabel 9. Output olah data SPSS. Autocorrelation ............................................... 102
Tabel 10. Penelitian Terdahalu ............................................................................... 1
Tabel 11. Data Laporan Keuangan Altman Z Score ............................................... 6
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Tahap Financial Distress ..................................................................... 25 Gambar 2 Berpikir Kaffah Dalam Islam. ............................................................. 48 Gambar 3. Diagram 3 Model Dasar Islam Kaffah ............................................... 49 Gambar 4. Metode Sinlammim Dalam Tangan Manusia..................................... 49 Gambar 5. Diagram Kaffah Thinking Dalam Islam............................................. 50 Gambar 6. Diagram Kaffah Thinking Dalam Islam.............................................. 56 Gambar 7. Kerangka Pemikiran Operasional........................................................ 76
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang memiliki potensi ekonomi yang tinggi, potensi yang
mulai diperhatikan dunia internasional. Indonesia dari pandangan ekonomi adalah
yang terbesar di Asia Tenggara, memiliki sejumlah karakteristik yang
menempatkan negara ini dalam posisi yang bagus untuk mengalami
perkembangan ekonomi yang pesat. Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik
(BPS), pada triwulan II 2017, sektor pertanian terus memberi kontribusi positif
untuk perekonomian Indonesia. Menurut BPsS, terlihat bahwa besaran produk
domestik bruto (PDB) Indonesia mencapai Rp 3.366,8 triliun. Jika dilihat dari sisi
produksi, pertanian merupakan sektor kedua paling berpengaruh terhadap
pertumbuhan ekonomi, setelah industri pengolahan. Posisi sektor pertanian masih
di atas sektor lainnya, seperti perdagangan maupun konstruksi, dalam beberapa
tahun terakhir ada dukungan kuat dari pemerintah pusat untuk mengekang
ketergantungan Indonesia pada ekspor komoditas (mentah), sekaligus
meningkatkan peran industri manufaktur dalam perekonomian. Pembangunan
infrastruktur juga merupakan tujuan utama pemerintah dan menyebabkan efek
multiplier dalam perekonomian.
Perekonomian Indonesia saat ini sedang terguncang secara internal. Banyak sisi
lemah yang tidak nampak bagi masyarakat umum non pengamat ekonomi.
Sebagian masyarakat hanya mampu menilai kondisi ekonomi secara keseluruhan
2
dari harga naik-turunnya harga barang. Bahkan para pengguna layanan perbankan
pun masih sangat awam dengan istilah inflasi, deflasi, nilai-tukar rupiah, serta
istilah lain yang harusnya dimengerti oleh mereka sebagai pengguna layanan
perbankan.
Perekonomian yang tidak stabil akan sangat terasa di dunia perbankan. Nilai tukar
rupiah yang semakin melemah menyebabkan perambatan masalah ke berbagai
aspek.
Perkembangan dunia perbankan telah mengalami perubahan yang luar biasa
dalam beberapa tahun terakhir ini. Bahkan bisa dikatakan kompetitif, baik antara
bank swasta maupun bank yang dikelola oleh pemerintah, hal ini tidak lepas dari
deregulasi peraturan yang lebih fleksibel pada layanan yang ditawarkan kepada
masyarakat.
Namun sayangnya, kompetitif itu hanya bisa bertahan pada pertumbuhan sebesar
5% dalam tahun terakhir. Banyak hal yang bisa menjadi alasan stagnant-nya
pertumbuhan perbankan syariah di Indonesia. Mayoritas masyarakat muslim
bahkan tidak cukup untuk menjadi sebuah power supply untuk perbankan syariah
di Indonesia. Regulasi tertinggi perbankan di Indonesia yang masih berada dalam
kendali bank konvensional mengubah posisi keharaman riba menjadi mubah
karna darurah. Kondisi perbankan syariah di Indonesia yang masih berada dalam
keadaan darurah membuat sebagian besar masyarakat Indonesia tidak
mempercayai bank syariah, disamping karna masih kurangnya pengetahuan
3
masyarakat muslim tentang produk-produk yang digunakan dalam perbankan
syariah serta pembedanya dengan bank konvensional.
Keberadaan perbankan syariah memberi arti lain bagi perekonomian Indonesia.
Dampak makro yang terjadi dari beroperasinya perbankan syariah lebih ke
stabilitas, juga berdampak terhadap pertumbuhan dan pemerataan perekonomian.
(Karnaen.2013)
Kondisi perbankan syariah yang terdiri atas 13 bank umum syariah, 21 unit usaha
syariah, dan 167 BPR syariah hingga Februari 2018 menunjukkan perkembangan
yang positif, baik aset maupun intermediasi mengalami peningkatan signifikan
dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Sampai dengan akhir Februari
2018, aset bank-bank syariah tercatat tumbuh 20,65 persen secara year on year
(YoY) menjadi Rp.429,36 triliun. Sementara pembiayaan tumbuh 14,76 persen
YoY menjadi Rp 289,99 triliun. Sedangkan DPK (Dana Pihak Ketiga) tumbuh
16,10 persen YoY menjadi Rp.339,05 triliun. Di dua bulan pertama tahun ini,
Wimboh mengatakan telah terjadi penambahan rekening menjadi 560 ribu
rekening perbankan syariah dari Desember 2017. Hal tersebut didukung oleh
meningkatnya jumlah kantor bank umum syariah, maupun unit usaha syariah.
Pertumbuhan ini didukung oleh permodalan syariah yang tergolong baik,
tercermin rasio CAR umum syariah sebesar 18,62 persen dan non performing
financing pada Februari 2018 sebesar 4,31 persen masih terjaga di bawah
threshold 5 persen. Likuiditas bank syariah masih tergolong tinggi dari threshold.
4
Indonesia yang merupakan salah satu negara muslim terbesar di dunia seharusnya
cukup menjadi alasan berkembangnya perbankan syariah di Indonesia. Namun hal
ini masih menjadi sebuah polemik, walaupun perbankan syariah telah mengalami
peningkatan tahun ini, namun hal itu belum sesuai dengan target yang telah
ditetapkan oleh para ahlil ekonomi islam. Pengetahuan masyarakat tentang
perbankan syariah masih sangat minim. Masyarakat masih hanya sekedar tahu
tentang keberadaan bank-bank syariah namun belum tertarik bahkan belum
merasa butuh dengan bank syariah.
Memandang dari segi hukum islam, masyarakat muslim seharusnya butuh dengan
bank syariah, disamping karna transaksi yang diterapkan tidak mengandung unsur
riba, akad-akad yang diterapkan dalam perbankan syariah pun telah menganut
sistem adil dan mensejahterakan.
Pengenalan masyarakat muslim terhadap perbankan syariah harus lebih optimal
lagi. Hingga tahap dimana masyarakat menjadikan bank syariah sebagai
kebutuhan. Dengan demikian, sistem perekonomian di bidang perbankan syariah
pun bisa meningkat.
Tak hanya masyarakat, peran aktif akademisi dan praktisi pun sangat berpengaruh
dalam proses ini. Keilmuan yang tinggi ditambah dengan cara pandang yang
diperoleh dari berbagai pengalaman akan mampu menciptakan teori-teori islam
yang akan menggeser teori-teori ekonomi konvensional. Kredibilitas para
akademisi telah terpercaya secara keilmuan sehingga seiring berjalannya proses
pengakraban dunia ekonomi islam kepada masyarakat, akan tercipta pula
5
dukungan dari para akademisi dalam meningkatkan pengetahuan-pengetahuan
tentang dunia ekonomi islam dan secara tidak langsung akan membantu
peningkatan kualitas para ahli-ahli ekonomi islam.
Pada penelitian ini, penulis ingin melihat pengaruh keterlibatan nilai Islam
terhadap kinerja bank syariah. Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Fitri Sagantha menganalisis keterlibatan nilai Islam dalam mempengaruhi tingkat
efisensi bank syariah pada 4 bank menunjukkan tingkat efisiensi yang positif pada
satu bank syariah. Pada penelitian yang lain oleh Rina Rahmah tentang Tingkat
efektivitas Bank Pembiayaan Rakyat Syariah dengan menggunakan metode Uji H
(Nilai Islam) pada BPRS Harta Insan Karimah memperlihatkan bahwa selama
tahun 2013 sampai dengan tahun 2017 BPRS Harta Insan Karimah sudah efektif
atau mencapai tingkat efektivitas pada variabel Input Deposito Mudharabah dan
variabel Output Pendapatan Operasional. Sedangkan untuk variabel Input Beban
Personalia dan variabel Output Pembiayaan BPRS Harta Insan Karimah belum
efektif atau belum mencapai tingkat efektivitas.
Manajemen yang memiliki nilai-nilai Islam, tentunya akan melaksanakannya
dalam aktivitas operasi dan strategis perusahaan. Nilai-nilai agama akan
mempengaruhi seseorang dalam membuat keputusan, termasuk keputusan
manajerial. Apabila nilai-nilai agama dijalankan dengan baik, dapat diharapkan
keputusan manajerial yang dibuat juga akan baik, sehingga dapat meningkatkan
efektivitas (Reza dan Violita, 2018).
6
Oleh karna itu, tulisan ini menjadi salah satu usaha dari bidang akademik dalam
meningkatkan peran dunia akademisi terhadap peningkatan kualitas ekonomi
islam khususnya dalam menerapkan nilai-nilai Islam di bidang perbankan syariah
dengan judul “RGEC dan Pengaruhnya terhadap Islamic Financial Distress
Bank Syariah Periode 2012-2018. (Studi Kasus BNI Syariah, BRI Syariah,
Bank Syariah Mandiri)”.
Fokus Permasalahan
a. Batasan Penelitian
Mengingat banyaknya perkembangan yang bisa ditemukan dalam
permasalahan ini, maka perlu adanya batasan-batasan masalah yang jelas
mengenai apa yang dibuat dan diselesaikan dalam program ini. Adapun batasan-
batasan masalah pada penelitian ini sebagai berikut :
1. Bidang keilmuan yang akan dibahas adalah bidang ekonomi Islam yang
khusus membahas tentang implementasi RGEC terhadap Financial
Distress (Bank Syariah Mandiri (BSM), BNI Syariah dan BRI Syariah
periode 2012-2018) sehingga sample yang digunakan pun berkisar dalam
satu populasi yaitu perbankan syariah di Indonesia.
2. Penelitian ini berfokus pada rumusan masalah yang akan dipaparkan pada
bagian berikutnya.
b. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang pada bagian sebelumnya maka rumusan masalah
yang dapat disusun adalah sebagai berikut:
7
1. Apakah nilai Islam dapat disubstitusi ke dalam konsep Financial Distress
pada bank syariah?
2. Apakah terdapat pengaruh secara simultan antara RGEC terhadap Islamic
Financial Distress pada Bank Syariah Mandiri (BSM), BNI Syariah dan
BRI Syariah periode 2012-2018?
3. Apakah terdapat pengaruh antara RGEC terhadap Islamic Financial
Distress pada Bank Syariah Mandiri (BSM), BNI Syariah dan BRI Syariah
periode 2012-2018?
Tujuan dan Manfaat Penelitian
a. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis langkah-langkah mensubtitusi nilai Islam pada konsep
Financial Distress pada bank syariah?
2. Menganalisis penerapan RGEC dan pengaruhnya terhadap Financial Distress
pada Bank Syariah Mandiri (BSM), BNI Syariah dan BRI Syariah periode
2012-2018 ?
3. Menganalisis penerapan RGEC dan pengaruhnya terhadap Islamic Financial
Distress pada Bank Syariah Mandiri (BSM), BNI Syariah dan BRI Syariah
periode 2012-2018?.
b. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian atau kegunaan penelitian yang diharapkan dari dari seluruh
rangkaian kegiatan penelitian serta hasil penelitian adalah sebagai berikut:
8
a. Manfaat Praktisi
Bagi penulis, manfaat praktis yang diharapkan adalah bahwa seluruh
tahapan penelitian serta hasil penelitian yang diperoleh dapat memperluas
wawasan dan sekaligus memperoleh pengetahuan empirik mengenai penerapan
ilmu ekonomi Islam khususnya di bidang perbankan syariah yang diperoleh
selama mengikuti kegiatan perkuliahan di fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN
Syarif Hidayatullah. Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai sumber
informasi dan referensi mengenai relevansi dalam penerapan metode RGEC dan
implementasi nilai-nilai Islam sebagai alat bantu dalam pengambilan keputusan
guna meningkatkan kinerja perbankan syariah. Bagi pihak-pihak yang
berkepentingan dengan hasil penelitian, penulis berharap manfaat hasil penelitian
dapat diterima sebagai kontribusi untuk meningkatkan kualitas perbankan syariah
di Indonesia.
b. Manfaat Akademis
Manfaat akademis yang diharapkan adalah bahwa hasil penelitian ini diharapkan
dapat menjadi acuan dan referensi dalam penelitian-penelitian selanjutnya dan
memberikan informasi tambahan bagi penelitian selanjutnya secara luas dan
mendalam yang berkaitan dengan penerapan RGEC sebagai alat bantu dalam
pengambilan keputusan guna meningkatkan kinerja perbankan syariah. Hasil
penelitian juga dapat dijadikan rujukan bagi upaya pengembangan Ilmu Ekonomi
Islam dan berguna juga untuk menjadi referensi bagi mahasiswa yang melakukan
penelitian tentang penerapan nilai Islam terhadap laporan keuangan bank syariah.
9
c. Manfaat bagi penulis
Bagi penulis, penelitian ini adalah kajian ilmu baru yang sangat bermanfaat bagi
penulis dalam meningkatkan kualitas pribadi sehingga diharapkan lebih
bermanfaat bagi dunia akademik dan perkembangan ilmu pengetahuan.
10
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kebangkitan Ekonomi Islam
Salah satu gejala perekonomian mutakhir yang tampak sebagai gagasan,
pemikiran, atau realitas yang sedang mencuat akhir-akhir ini adalah kebangkitan
ekonomi islam. Sebagai gagasan ekonomi islam muncul dalam bentuk gerakan
pemikiran menuju terbentuknya ekonomi Islam sebagai sains sosial modern,
disiplin akademis, dan sistem ekonomi dalam skala lokal, nasional, maupun
global. Gagasan ekonomi islam yang masih berbentuk visi dan misi berdasarkan
deksripsi ontologis persoalan-persoalan dunia pada hakikatnya telah dicetuskan
dalam “deklarasi makkah” yang diawali oleh First International Seminar on
Islamic Economics pada tahun 1976. Di sisi lain, sebagai sebuah realitas,
kebangkitan ekonomi Islam salah satunya tampak dengan terbentuknya Islamic
Development Bank (IDB) atau Bank Pembangunan Islam (BPI) yang memberikan
pinjaman pembangunan kepada para anggotanya yang terdiri dari negara-negara
Muslim.
B. Peranan Ahli Ekonomi dalam Kebijakan Ekonomi
Dalam menerangkan sifat-sifat teori ekonomi telah diterangkan bahwa salah satu
peranan dari teori ekonomi adalah meramalkan keadaan yang akan wujud pada
masa yang akna datang. Oleh karna itu teori ekonomi dapat memberi sumbangan
yang sangat penting dalam menentukan langkah-langkah yang akan digunakan
untuk menghadapi masalah-masalah ekonomi yang akan timbul. Pengetahuan
11
mengenai prinsip-prinsip ekonomi telah memungkinkan ahli-ahli ekonomi
mengetahui langkah mana yang sebaiknya diambil dan langkah mana yang harus
dihindarkan (Sukirno).
Tindakan merumuskan kebijakan ekonomi meliputi dua aspek berikut: (i)
menentukan tujuan-tujuan yang ingin dicapai, dan (ii) menentukan cara-cara
untuk mencapai tujuan tersebut. Tujuan-tujuan utama dari kebijakan ekonomi
nasional telah dinyatakan sebelum ini, yaitu: mencapai pertumbuhan ekonomi
yang cepat, menciptakan kestabilan harga, mengurangi pengangguran dan
mewujudkan distribusi pendapatan yang merata. Tujuan-tujuan ini adakalanya
saling bertentangan satu sama lain. Misalnya, usaha untuk mengatasi
pengangguran dapat menimbulkan inflasi, atau usaha untuk mempercepat
pertumbuhan ekonomi dapat memperburuk distribusi pendapatan. Tugas dari ahli-
ahli ekonomi adalah memikirkan cara-cara dengan menggunakan teori-teori
ekonomi sebagai landasannya untuk menghindari pertentangan yang mungkin
timbul dalam mencapai berbagai masalah tujuan tersebut secara serentak
(Sukirno).
C. Perbankan Syariah
Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang didirikan dengan beberapa
kewenangan yaitu menerima uang simpanan, memberikan pinjaman uang,
mengumpulkan deposit, dan menerbitkan banknote atau promes. Sebenarnya kata
bank berasal dari bahasa Italy “banca” yang berarti tempat untuk menukarkan
uang. Sedangkan menurut Undang-Undang Negara Republik Indonesia nomor 10
Tanggal 10 November 1998 mengenai perbankan, pengertian bank ialah badan
12
usaha yang mengumpulkan uang dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau dalam bentuk
yang lainnya dalam rangka untuk meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Istilah bank syariah sendiri merupakan khas Indonesia, tidak dijumpai dinegara –
negara lain. Di tempat lain, istilah tersebut dikenal dengan Bank Islam (Karim,
2011). Al Jarhi dan Iqbal mendefinisikan bank Islam sebagai lembaga perbankan
yang melakukan semua kegiatan perbankan termasuk pinjaman dan pembiayaan
tanpa bunga (Hassine dan Limani, 2014). Perbankan Islam berpedoman pada
sistem perbankan yang secara konsisten memegang prinsip-prinsip Syariah
(hukum atau ketentuan yang berlaku dalam Islam). Prinsip – prinsip syariah
salah satunya adalah pelarangan adanya unsur riba, seperti dijelaskan pada
beberapa ayat Al – Qur’an Surah An-Nisa ayat 161 dan Surat Ar-Rum ayat 39
Keberadaan perbankan syariah di dunia masih berumur sekitar tiga
dekade, sedangkan di Indonesia ia baru berumur sekitar satu dekade lebih sedikit.
Oleh karena itu, kehadirannya baik di tingkat internasional maupun nasional,
belumlah signifikan. Nilai aset perbankan syariah di Indonesia baru mencapai
0,6% dari nilai aset perbankan nasional. Perkembangan tertinggi tercatat di
Kuwait, tetapi di negara ini pun nilai aset perbankan Islam baru mencapai 20%,
sedangkan di Malaysia baru mencapai 8-10%. Hanya di tiga negara, yaitu di
pakistan, Sudan, dan Iran, seluruh sistem perbankan sudah mengikuti sistem
syariah. Hal tersebut terjadi karena adanya intervensi negara, yaitu dekrit
pemerintah pusat agar seluruh sistem perbankan konvensional ditinggalkan dan
diganti dengan sistem perbankan berdasarkan syariat Islam (Rifa’i)
13
Salah satu fitur yang paling membedakan bank Islam adalah produk
keuangan yang didasarkan pada larangan bunga, dengan demikian desain produk
yang dimiliki bank Islam adalah dengan kemitraan dan berbagi risiko (risk
sharing). Selain dari itu, sifat dari kontrak suatu modal dalam bentuk
mudharabah, dimana salah satu pihak menyediakan modal dan pihak lain
memberikan enterpreunership, dengan demikian risiko informasi yang asimetris
dapat diminimalisir, karena sifat kontrak yang membagi imbalan dan risiko
secara sama (Onour dan Abdalla, 2011).
Beberapa pengaruh yang ditimbulkan oleh adanya perbankan syariah di Indonesia
adalah sebagai berikut:
Pertama, dampak terhadap stabilitas ekonomi adalah transaksi perbankan syariah
berdasarkan pada hukum Islam. Pada transaksi ini menggunakan sistem
ketersediaan barang terlebih dahulu sebelum perbankan mengeluarkan uang.
Dari sistem ini apabila seluruh sektor perbankan adalah bank syariah jumlah
barang akan selalu diimbangi dengan jumlah uang.
Keseimbangan ini akan memberikan dampak makro berupa stabilitas ekonomi.
Oleh karena itu pangsa pasar bank syariah harus diusahakan terus tumbuh
sehingga besarnya sudah cukup signifikan, katakanlah minimal 20% maka
dampaknya terhadap stabilitas ekonomi akan mulai terasa. (Karnaen. 2013)
Kedua, dampak terhadap pertumbuhan merupakan dampak selanjutnya yang
dipaparkan Karnaen. Stabilitas yang dibangun perbankan syariah apabila pangsa
14
pasarnya sudah cukup signifikan besarnya tidak meredam kenaikan harga bila
terjadi kelangkaan barang.
Kenaikan harga ini akan mendorong produsen untuk meningkatkan produksi
dengan menambah mesin, pembelian bahan baku, dan tenaga kerja sehingga
menambah pendapatan masyarakat. Peningkatan pendapatan hakekatnya adalah
pertumbuhan ekonomi,
Ketiga, dampak pengoperasian perbankan syariah terhadap pemerataan.
Perbankan syariah saat ini beroperasi dengan menggunakan sistem bagi hasil.
Sistem bagi hasil yang adil dan baik di sisi pendanaan maupun di sisi pembiayaan
akan membawa dampak pemerataan.
D. Landasan teori
1. Bank dan Tingkat Kesehatan Bank
Krisis tahun 1997 dan 2008, memberikan gambaran bahwa pentingnya kesehatan
bank dan sistem ketahanan, oleh karena itu Bank Indonesia sebagai lembaga
pengawas bank memiliki peran dalam kedua hal tersebut. Bank Indonesia, sebagai
bentuk perhatian terhadap kesehatan bank telah mengeluarkan kebijakan penilaian
tingkat kesehatan bank dengan metode CAMELS berdasarkan PBI No. 6/10/2004
tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum dengan metode CAMELS yang
merupakan penilaian kesehatan bank terhadap 6 faktor yakni Capital, Asset,
Management, Earning, Liqudity dan Sensitivity to Market Risk. Kebijakan
penilaian tingkat kesehatan bank kembali diperbarui oleh Bank Indonesia pada
15
tanggal 25 Oktober 2011 dengan mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia
No.13/PBI/2011. (Widyaningrum, dkk. 2012)
Peraturan baru ini merupakan penyempurnaan dari metode CAMELS yang
sebelumnya digunakan. Metode baru yang ditetapkan oleh Bank Indonesia
merupakan metode dengan pendekatan risiko yakni Risk-based Bank Rating.
Metode Risk-based Bank Rating atau RBBR merupakan metode yang terdiri dari
empat faktor penilaian yakni Risk Profile, Good Corporate Governance (GCG),
Earning, dan Capital atau sering disingkat dengan RGEC.
Risk Profile (profil risiko)
Risk Profile (profil risiko) menjadi dasar penilaian tingkat bank pada saat ini
dikarenakan setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh bank sangat memungkinkan
akan timbulnya risiko. Bank Indonesia menjelaskan risiko-risiko yang
diperhitungkan dalam menilai tingkat kesehatan bank dengan metode Risk-Based
Bank Rating dalam Surat Edaran Bank Indonesia No 13/24/DNPN pada tahun
2011. Risiko kredit adalah risiko kerugian yang diderita bank karena debitur tidak
melunasi kembali kewajibannya kepada pihak bank (Ali, 2006).
Menurut Tampubulon (2004:111) terjadinya kredit bermasalah dan kredit macet,
dapat mengurangi PPAP (Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif), modal
bank, dan juga mengurangi pendapatan bank sehingga dapat membuat bank
menjadi tidak solvent.
Bank dapat menggunakan rasio Non Performing Finance (NPF) untuk indikator
memprediksi kelangsungan hidup bank. Non Performing Financing (NPF) adalah
16
kredit-kredit yang tidak memiliki performance yang baik dan diklasifikasikan
sebagai kurang lancar, diragukan dan macet. Tugas Bank Indonesia (BI) antara
lain adalah mempertahankan dan memelihara sistem perbankan yang sehat dan
dapat dipercaya dengan tujuan menjaga perekonomian. Untuk itu BI selaku Bank
sentral dan pengawas perbankan di Indonesia memberikan ketentuan ukuran
penilaian tingkat kesehatan Bank. Salah satu ketentuan BI mengenai NPF adalah
Bank-Bank harus memiliki NPF kurang dari 5%. Gross NPF adalah perbandingan
antara jumlah kredit yang diberikan dengan kolektibilitas 3 sampai dengan 5
(Kurang lancar, diragukan, Macet) dibandingkan dengan total kredit yang
diberikan oleh Bank. Rumus NPF Gross adalah sebagai berikut (Maidalena):
NPF Gross =
Risiko pasar atau yang disebut juga dengan Sensitivity to Market Risk atau bisa
juga dengan sebutan Risiko Suku Bunga dalam Banking Book (Interest Rate Risk
in Banking Book/IRRBB) adalah risiko kerugian yang diderita bank akibat
terjadinya perubahan nilai tukar. Market Risk merupakan kerugian yang diderita
bank, antara lain dari akibat terjadinya perubahan market price atas aset bank.
Terdapat beberapa persyaratan yang menyebabkan bank berhadapan dengan risiko
pasar, antara lain telah terjadinya perubahan harga atas market instruments dari
aset bank yang kemudian terjadi gejolak dan perubahan atas likuiditas pasar,
kedua pada neraca bank tampak adanya long atau short position atas account
valas-nya, dan terakhir terdapat gap antara Rate Sensitive Assets (RSA) dan Rate
Sensitive Liabilities (RSL) pada neraca bank. (Ali .2006)
17
SE BI No 13/24/DPNP menjelaskan bahwa “profil risiko merupakan penilaian
terhadap risiko inheren dan kualitas penerapan manajemen risiko yang mencakup
8 jenis risiko yaitu, risiko pasar, risiko kredit, risiko likuiditas, risiko operasional,
risiko hukum, risiko stratejik, risiko kepatuhan dan risiko reputasi”.
GCG (Good Corporate Governance)
Faktor kedua yang menjadi dasar penilaian adalah Good Corporate Governance
(GCG). Pada dasarnya, GCG adalah implementasi visi dan misi perbankan
syariah. Poin utama yang menjadi acuan dari visi ini adalah memenuhi prinsip
kehati-hatian (prudential banking). Sedangkan, poin misinya adalah
mempersiapkan konsep serta melaksanakan pengaturan dan pengawasan berbasis
risiko untuk menjamin kesinambungan operasi perbankan syariah yang sesuai
dengan karakteristiknya yaitu Islamic Corporate Governance dimaksudkan agar
aktivitas ekonomi yang dijalankan benar-benar dapat mencapai tujuannya, baik
tujuan hablumminallah dan hablumminnas. Hal ini sangat beralasan, karena
apabila Islamic Corporate Governance sudah menjadi jiwa bagi semua pihak
yang terlibat di perusahaan (stakeholders), maka kecurangan, spekulasi, insider-
trading dan sebagainya akan bisa diminimalisasi. (Maradita.2014). Penilaian
terhadap faktor GCG mencakup kedalam tiga aspek utama yakni, governance
structure, governance process, dan governance output.
Earning
Rentabilitas (Earning) merupakan salah satu faktor yang digunakan dalam
pengukuran tingkat kesehatan bank. Healy dan Wahlen (1999) mendefinisikan
18
informasi laba dikatakan berkualitas jika dapat menangkap realitas ekonomi
perusahaan. Jika tidak mencerminkan realitas ekonomi, maka akan berdampak
pada alokasi sumber daya ekonomi yang tidak efisien, yang pada gilirannya akan
berdampak pada menurunnya kinerja. Penelitian oleh Mahmud et al. (2008)
tentang kualitas laba dan kinerja, hasilnya menunjukkan bahwa predictive value
dan feedback value berhubungan positif dan signifikan dengan kinerja. (Laela.
2013)
Laba merupakan hasil operasi suatu perusahaan dalam satu periode akuntansi.
Informasi laba ini sangat berguna bagi pemilik dan investor. Laba yang
mengalami peningkatan merupakan kabar baik (good news) bagi investor,
sedangkan laba yang mengalami penurunan merupakan kabar buruk (bad news)
bagi investor (Hapsari, 2007).
Penilaian terhadap faktor ini mencakup atas kinerja rentabilitas, sumber-sumber
rentabilitas, kesinambungan (suistainability) rentabilitas, dan manajemen
rentabilitas. SE BI No 13/24/DPNP menerangkan kinerja rentabilitas dapat dinilai
dengan menggunakan rasio keuangan yakni Return on Asset (ROA) dan Net
Interest Margin (NIM).
Capital
Faktor permodalan (Capital) dapat dinilai dengan menggunakan rasio keuangan
yakni Capital Adequecy Ratio (CAR). Penilaian terhadap faktor permodalan
meliputi kecukupan modal dan pengelolaan modal tersebut dibandingkan dengan
jumlah aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR). Berdasarkan SE BI No.
19
26/2/BPPP mengatur bahwa rasio kecukupan modal minimum atau CAR dari
persentase tertentu terhadap ATMR adalah sebesar 12 %. (Widyaningrum. 2012).
2. Financial Distress dan Nilai Islam
Dengan semakin dinamisnya kondisi ekonomi dan lingkungan bisnis tentu
akan berpengaruh terhadap kinerja perbankan (Prasetyia dan Diendtrara, 2010)
performa perbankan syariah haruslah semakin efisien agar mampu menghadapi
ketatnya persaingan sejenis maupun global.
Financial distress pada dasarnya sukar untuk didefinisikan secara tepat.
Hal ini disebabkan oleh bermacam-macam kejadian kejatuhan perusahaan pada
saat financial distress. Peristiwa kejatuhan perusahaan yang disebabkan financial
distress hampir tidak ada akhirnya, seperti berikut ini : terjadinya pengurangan
dividen, penutupan perusahaan, kerugian-kerugian, pemecatan, pengunduran diri
direksi dan jatuhnya harga saham.
Financial distress terjadi sebelum kebangkrutan. Tidak ada istilah yang
tetap mengenai financial distress dari studi-studi yang ada sebelumnya. Setiap
studi mengambil masing-masing definisinya sendiri. Dalam penelitian terdahulu
financial distress dapat diartikan sebagai berikut :
1. Jika beberapa tahun perusahaan mengalami laba bersih operasi ( net
operating income) negatif, digunakan oleh Hofer (1980) dan Whitaker
(1999).
2. Adanya pemberhentian tenaga kerja atau menghilangkan pembayaran
deviden, digunakan oleh Lau (1987) dan Hill, et al. (1996)
20
3. Arus kas hasil operasi perusahaan tidak cukup untuk memenuhi kewajiban
perusahaan, digunakan oleh Karen Wruck (1990)
4. Rendahnya Interest Coverage Ratio, atau EBITDA negatif, digunakan
oleh Asquith, et.al. (1991) dan Pindando, et.al. (2006)
5. Perubahan harga ekuitas atau EBIT negatif, digunakan oleh John, et.al
(1992) dalam Platt (2004)
6. Stock –based insolvency yaitu kekayaan bersih negatif dan nilai asset
kurang dari nilai hutang dan flow –based insolvency yaitu arus kas yang
berjalan tidak cukup untuk memenuhi kewajiban, digunakan oleh Altman
(1993)
7. Adanya arus kas yang lebih kecil dari hutang jangka panjang saat ini
digunakan oleh Whitaker (1999)
8. Perusahaan diberhentikan operasinya atas wewenang pemerintah dan
perusahaan tersebut dipersyaratkan untuk melakukan perencanaan
restrukturisasi, digunakan oleh Tirapat dan Nittayagasetwat (1999)
9. Negatif EBITDA Interest Coverage, Negatif EBIT, Negatif Net Income
digunakan oleh Platt (2004)
10. Beberapa tahun mengalami laba bersih operasi ( net operating income)
negatif dan selama lebih dari satu tahun tidak melakukan pembayaran
deviden, digunakan oleh Almilia dan Kristijadi (2003)
11. Perusahaan mengalami delisted akibat laba bersih dan nilai buku ekuitas
negatif berturut-turut, serta perusahaan tersebut telah dimerger, digunakan
oleh Almilia (2004)
21
12. Perusahaan yang selama dua tahun berturut-turut mengalami laba bersih
(net income) negatif dan nilai buku ekuitas negatif, digunakan oleh
Almilia (2006)
Financial distress menurut Karen Wruck (1990) dalam Ross (2005) adalah
situasi dimana arus kas operasi perusahaan tidak cukup, untuk memenuhi
kewajiban perusahaan (seperti kredit perdagangan atau biaya bunga) dan
perusahaan ditekan untuk melakukan kegiatan perbaikan. Definisi financial
distress ini diperluas oleh Altman (1993) terkait pada ketidakmampuan membayar
hutang. Hal ini dirumuskan dalam Black’s Law Dictionary sebagai :
Ketidakmampuan membayar hutang (insolvency), kondisi dari aset atau milik dan
kewajiban seseorang yang dahulunya tersedia menjadi tidak cukup untuk
melunasi hutang. Definisi ini mempunyai dua bagian yaitu Stock dan Flow.
Keduanya menggambarkan mengenai ketidakmampuan membayar hutang
(insolvency) stock-based insolvency terjadi ketika perusahaan memiliki kekayaan
bersih yang negatif dan nilai aset kurang dari nilai hutang. Flow-based insolvency
terjadi ketika arus kas yang berjalan tidak cukup untuk memenuhi kewajiban yang
diminta. Flow-based insolvency mengacu pada ketidakmampuan perusahaan
untuk membayar hutang.
Asquith, et.al. (1991) mendefinisikan financial distress berdasarkan
interest coverage ratio. Perusahaan yang diklasifikasikan mengalami financial
distress, jika dua tahun setelah issuing junk bonds, Earning before interest, taxes,
depreciation and amortization (EBITDA) , kurang dari interest expense, atau
dalam satu tahun EBITDA kurang dari 80 persen dari interest expense. Mereka
22
tidak memasukan perusahaan dalam kondisi financial distress jika mempunyai
interest coverage ratio diantara 0,8 dan 1,0 dalam satu tahun. Hal ini disebabkan
karena beberapa perusahaan yang puas pada kondisi ini tidak mengambil langkah
perbaikan yang berbeda dalam merespon distress, karena mempunyai dana likuid
yang cukup untuk memenuhi pembayaran. Pindando, et.al. (2006) mengadopsi
definisi yang sama dengan Asquith, et.al., (1991), financial distress dikondisikan
sebagai : EBITDA lebih rendah dari financial expenses, selama dua tahun, dimana
perusahaan tidak mampu menghasilkan dana aktivitas operasional untuk
memenuhi tanggung jawab keuangannya dan jatuhnya market value selama
periode dua tahun tersebut.
Almilia dan Kristijadi (2003) mendefinisikan financial distress pada
perusahaan yang dalam beberapa tahun mengalami laba bersih operasi (net
operating income) negatif dan selama lebih dari satu tahun tidak melakukan
pembayaran deviden. Kemudian Almilia (2004) mendifinisikan financial distress
sebagai perusahaan yang mengalami delisted akibat laba bersih dan nilai buku
ekuitas negatif berturut-turut serta perusahaan tersebut telah dimerger. Almilia
juga mendefinisikan financial distress sebagai perusahaan yang selama dua tahun
berturut-turut mengalami laba bersih ( net income) negatif dan nilai buku ekuitas
negatif tahun 2006.
Dalam membuat keputusan, seorang manajer keuangan haruslah
mempertimbangkan segala aspek dengan melihat setiap sudut pandang. Financial
distress merupakan kondisi dimana sebuah perusahaan harus bangkit dan
melakukan penyelamatan aset dan semua yang berhubungan dengan kelangsungan
23
hidup perusahaan tersebut. Kehancuran sebuah perusahaan akan memutus banyak
hal, salah satunya adalah tenaga kerja. Ketika sebuah perusahaan berada dalam
kondisi seperti ini, tak jarang manager keuangan melakukan pemutusan hubungan
kerja secara sepihak. Dalam hal ini tujuan manager tersebut ingin mengurangi
beban pengeluaran, namun ada bagian lain yang tak tersentuh dalam proses
pengambilan keputusan tersebut. kehilangan pekerjaan seorang kepala rumah
tangga adalah sebuah bencana dalam keluarga tersebut. Menyelamatkan seorang
kepala rumah tangga akan menyelamatkan sebuah keluarga.
Untuk bisa mencapai keseimbangan dalam pengambilan keputusan,
diperlukan hubungan yang sistematis dengan Sang Pencipta. Bukankah Allah swt
telah memastikan bahwa tidak ada masalah yang tak bisa diselesaiakan, dalam
surah Al- Insyirah ayat 5-6.
“karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan (5)
sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan (6).”
Aspek realigiusitas sangat dibutuhkan dalam kondisi ini. Financial
distress merupakan salah satu bentuk ujian dari Sang Khalik. Ketika aspek
religiusitas dimasukkan ke dalam solusi pemecahan masalah, maka keseimbangan
antara manusia yang bersimphony dengan alam semesta akan mampu
menghasilkan keputusan yang tepat, bukan keputusan yang terbaik untuk
perusahaan saja tetapi keputusan yang terbaik untuk semua pihak yang terkait
dengan perusahaan tersebut.
24
Menurut Cicero (Ismail, 1997), relegare (religious) berarti melakukan
sesuatu perbuatan dengan penuh penderitaan, yakni jenis peribadatan yang
dikerjakan berulang-ulang dan tetap. Dalam bahasa Arab, agama (religious)
dikenal dengan kata al-din dan al-milah. Kata al-din sendiri mengandung
berbagai arti. Ia bisa berarti al-mulk (kerajaan), al-khidmat (pelayanan), al-izz
(kejayaan), al-dzull (kehinaan), al-ikrah (pemaksaan), al-ihsan (kebajikan),al-
adat(kebiasaan),al-ibadat (pengabdian), al-qahr wa al-sulthan (kekuasaan dan
pemerintahan), al-tadzallul wa al-khudu (tunduk dan patuh), al-tha’at (taat), al-
islam al-tauhid (penyerahan dan mengesakan Tuhan) (Kahmad, 2002).
Dari istilah agama inilah kemudian muncul apa yang dinamakan
religiusitas. Meski berakar kata yang sama, namun dalam penggunaannya istilah
religiusitas mempunyai makna yang berbeda dengan religi atau agama. Kalau
agama menunjuk pada aspek formal yang berkaitan dengan aturan-aturan dan
kewajiban-kewajiban; religiusitas menunjuk pada aspek religi yang telah dihayati
oleh individu di dalam hati. Religiusitas seringkali diidentikkan dengan
keberagamaan. Religiusitas diartikan sebagai seberapa jauh pengetahuan, seberapa
kokoh keyakinan, seberapa pelaksanaan ibadah dan kaidah dan seberapa dalam
penghayatan atas agama yang dianutnya. Bagi seorang Muslim, religiusitas dapat
diketahui dari seberapa jauh pengetahuan, keyakinan, pelaksanaan dan
penghayatan atas agama Islam (Nashori dan Mucharam, 2002)
Aspek religiusitas dikaitkan dengan personalitas perusahaan yaitu dengan
meningkatkan habluminallah. Sinkronisasi ketenangan jiwa akan mempermudah
seorang manager keuangan dalam membuat final decision.
25
Financial
distress
Tidak melakukan
rekstrukturisasi
keuangan
Melakukan
restrukturisasi
keuangan
Melaksanakan atas
putusan pengadilan
Melakukan atas
prakarsa sendiri
Merger dengan
perusahaan lain
Melakukan reorganisasi
dan berhasil bangkit
kembali
Likuidasi
Religiusitas sholat
49% 51%
53% 47%
83% 7% 10%
100
%
Financial distress pada perusahaan dapat diatasi dengan beberapa cara yaitu :
1. Berhubungan dengan aset perusahaan yaitu dengan menjual aset-aset
utama, melakukan merger dengan perusahaan lain, menurunkan
pengeluaran dan biaya penelitian dan pengembangan.
2. Berhubungan dengan restrukturisasi keuangan yaitu dengan menerbitkan
sekuritas baru, mengadakan negosiasi dengan bank dan kreditor, dan
bankrut. Financial distress dapat melibatkan restrukturisasi aset ataupun
restrukturisasi keuangan.
3. Meningkatkan kualitas ibadah khususnya sholat.
Gambar 1. Tahap Financial Distress (Sumber : Ross, et.al. 2008)
26
Gambar diatas menjelaskan tahap-tahap financial distress perusahaan
sampai dengan kepada kebangkrutan. Sejumlah 51 persen perusahaan
mendapatkan manfaat dari financial distress dengan merestrukturisasi aset
mereka. Perusahaan yang tidak melakukan restrukturisasi keuangan melakukan
penyehatan terhadap hutang sehingga mengubah perilaku perusahaan dan
mendesak perusahaan untuk membuang bisnis mereka yang tidak berhubungan.
Hal ini terjadi pada perusahaan Goodyear Tire and Rubber, pada tahun 1986.
Mereka memiliki cashflow perusahaan yang tidak cukup untuk menutupi
pembayaran yang dibutuhkan dan mendesak mereka untuk menjual noncore
bussinesses. Financial distress pada beberapa perusahaan membawa perusahaan
kepada bentuk organisasi baru dan strategi operasi yang baru.
Restrukturisasi keuangan dapat dilakukan sendiri atau dilakukan atas
putusan pengadilan. Dalam gambar tersebut dijelaskan juga, bahwa hampir
separuh restrukturisasi atas prakarsa sendiri. Dan yang melaksanakan
restrukturisasi berdasarkan putusan pengadilan sejumlah 83 persen dapat
melakukan reorganisasi dan meneruskan usahanya kembali.
Financial distress dapat menjadi ”early warning” system perusahaan
sebagai tanda adanya masalah. Perusahaan yang memiliki banyak hutang akan
mengalami financial distress lebih awal dari perusahaan yang memiliki sedikit
hutang. Namun demikian perusahaan yang mengalami financial distress lebih
awal dapat mempunyai banyak waktu untuk melakukan restrukturisasi atas
prakarsa sendiri dan reorganisasi.
27
Secara umum kegiatan perusahaan dapat dianggap sebagai suatu proses
arus dana. Dimulai dengan proses penarikan dana dari berbagai sumber kemudian
dilakukan pembelanjaan dana tersebut pada harta perusahaan, lalu dilakukan
pengoperasian atas harta perusahaan tersebut, dilanjutkan dengan reinvestasi dana
yang diperoleh dari operasi perusahaan dan diakhiri dengan pengembalian.
Dengan mendasarkan kepada pengertian arus dana ini dapat dikatakan bahwa
financial distress merupakan keburukan dari bisnis perusahaan. Salah satu
penyebab terjadinya financial distress adalah keburukan dalam pengelolaan bisnis
(mismanagement) perusahaan tersebut. Namun demikian dengan bervariasinya
kondisi internal dan eksternal maka terdapat banyak hal lain yang juga dapat
menyebabkan terjadinya financial distress pada suatu perusahaan.
Apabila ditinjau dari aspek keuangan, maka terdapat tiga keadaan yang
dapat menyebabkan financial distress yaitu :
1. Faktor ketidakcukupan modal atau kekurangan modal.
Ketidakseimbangan aliran penerimaan uang yang bersumber pada
penjualan atau penagihan piutang dengan pengeluaran uang untuk membiayai
operasi perusahaan tidak mampu menarik dana untuk memenuhi kekurangan dana
tersebut, maka perusahaan akan berada pada kondisi tidak likuid.
2. Besarnya beban hutang dan bunga.
Apabila perusahaan mampu menarik dana dari luar, misalnya
mendapatkan kredit dari bank untuk menutup kekurangan dana, maka masalah
likuiditas perusahaan dapat teratasi untuk sementara waktu. Tetapi kemudian
28
timbul persoalan baru yaitu adanya keterikatan kewajiban untuk membayar
kembali pokok pinjaman dan bunga kredit. Walaupun demikian hal ini tidak
membahayakan perusahaan dan masih memberikan keuntungan bagi perusahaan
apabila tingkat bunga lebih rendah dari tingkat investasi harta (Return on Asset )
dan perusahaan melakukan apa yang disebut dengan manajemen resiko atas
hutang yang diterimanya.
Manajemen resiko atas hutang ini sangat penting terutama apabila hutang
yang diterima tidak dalam mata uang yang sama dengan pendapatan yang
diperoleh perusahaan. Ketidakmampuan perusahaan melakukan manajemen resiko
atas hutangnya dapat mengakibatkan perusahaan harus mendapatkan resiko
menderita kerugian yang seharusnya tidak perlu terjadi.
3. Menderita Kerugian
Pendapatan yang diperoleh perusahaan harus mampu menutup seluruh
biaya yang dikeluarkan dan menghasilkan laba bersih. Besarnya laba bersih
sangat penting bagi perusahaan untuk melakukan reinvestasi, sehingga akan
menambah kekayaan bersih perusahaan dan meningkatkan ROE (Return on
Equity) untuk menjamin kepentingan pemegang saham. Oleh karena itu
perusahaan harus selalu berupaya meningkatkan pendapatan dan mengendalikan
tingkat biaya. Ketidakmampuan perusahaan mempertahankan keseimbangan
pendapatan dengan biaya, niscaya perusahaan akan mengalami financial distress.
Ketiga aspek tersebut saling berkaitan. Oleh karena itu harus dijaga
keseimbangannya agar perusahaan terhindar dari kondisi financial distress yang
29
mengarah kepada kebangkrutan. Caranya adalah dengan kemampuan memperoleh
laba, likuiditas dan tingkat hutang dalam struktur permodalan serta tak kalah
pentingnya peningkatan nilai ibadah.
Kemampulabaan (profitable) adalah kemampuan perusahaan untuk
memperoleh laba yang cukup dari modal yang digunakan. Jadi setiap pendapatan
harus menghasilkan laba kotor (gross profit) jauh diatas biaya operasional agar
menghasilkan laba kotor sisa yang disebut laba bersih (net profit). Setiap laba
bersih kemudian harus diinvestasikan perusahaan guna memperbesar dana
perusahaan.
Manajemen risiko atas hutang ini sangat penting terutama apabila hutang
yang diterima tidak dalam mata uang yang sama dengan pendapatan yang
diperoleh perusahaan. Ketidakmampuan perusahaan melakukan manajemen risiko
atas hutangnya dapat mengakibatkan perusahaan harus mendapatkan risiko
menderita kerugian yang seharusnya tidak perlu terjadi.
Likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk membiayai kegiatan
operasional perusahaan dan membayar kewajiban jangka pendeknya dengan harta
lancarnya terutama kas. Oleh karena itu perusahaan harus menjaga kualitas dan
tingkat investasi piutang dan persediaan dalam arti kecepatan mengubah kas
dengan risiko yang paling kecil.
Untuk memprediksi kondisi financial distress perusahaan, salah satu
caranya dengan mencari informasi dari laporan keuangan perusahaan. Peralatan
analisis dapat digunakan untuk memprediksi financial distress perusahaan adalah :
30
1. Rasio-rasio Keuangan
Laporan keuangan berisi informasi untuk masyarakat, pemerintah,
pemasok dan kreditur, pemilik perusahaan atau pemegang saham, manajemen
perusahaan, investor, pelanggan dan karyawan, yang diperlukan secara tetap
untuk mengukur kondisi dan efisiensi operasi perusahaan. Analisa dari laporan
keuangan bersifat relatif karena didasarkan pengetahuan dan menggunakan rasio
atau nilai relatif analisa rasio adalah suatu metode perhitungan dan interprestasi
rasio keuangan untuk menilai kinerja dan status suatu perusahaan. Beberapa rasio
keuangan yang dapat mempengaruhi kondisi financial distress perusahaan adalah
sebagai berikut:
a. Rasio Likuiditas
Likuiditas adalah jumlah dana tunai yang diperlukan perusahaan untuk
membiayai pengeluarannya dan biasanya sangat tergantung pada sifat bisnis
perusahaan tersebut. Pada umumnya manajemen kurang menyukai penggunaan
benchmark tertentu untuk rasio likuiditasnya. Walaupun begitu, perusahaan pada
umumnya kekurangan likuid aset segera sebelum episode kepailitan terjadi dan
biasanya perusahaan tersebut meminjam lebih banyak lagi untuk mengelola
kewajiban jangka pendeknya. Rasio likuiditas disebut juga dengan current ratio
dengan rumus :
31
b. Rasio Leverage
Rasio financial leverage adalah alat dalam mempertimbangkan
kemungkinan kelalaian perusahaan pada kontrak hutang. Semakin tinggi hutang
perusahaan maka semakin tinggi kemungkinan perusahaan tidak dapat memenuhi
kewajibannya. Dengan kata lain semakin banyak hutang dapat membawa
perusahaan kepada kemungkinan insolvency dan mengalami financial distress.
Disebut juga rasio utang atau debt ratio (Keown et.al, 2001) dapat dihitung
dengan cara berikut :
4. Rasio Profit Margin
Rasio profit margin mengukur tingkat efektifitas manajemen perusahaan
yang tercermin dari hasil yang dicapai perusahaan dalam penjualan dan investasi
yang dilakukan perusahaan. Rasio yang dipakai adalah Operating Profit Margin
yaitu rasio yang menunjukan besarnya laba hasil operasi (sesudah semua biaya
dan pengeluaran dikurangi kecuali bunga dan pajak) yang dihasilkan dari setiap
rupiah penjualan bersih. Operating Profit Margin dapat dirumuskan sebagai
berikut :
5. Rasio Profitabilitas
Profitabilitas perusahaan harus dilihat sebagai faktor pendorong dalam
memantau aspek likuiditas dan solvabilitas. Dalam jangka panjang, perusahaan
32
harus menghasilkan keuntungan yang cukup dari usahanya sehingga mampu
membayar kewajibannya. Kerugian yang terus menerus akan segera memperburuk
aspek solvabilitas perusahaan dan apabila perusahaan akan memperluas usahanya,
perusahaan memerlukan retained Earning untuk memenuhi kebutuhannya. Dalam
jangka pendek, kerugian segera akan menurunkan likuiditas perusahaan. Lebih
lanjut, profitabalitas perusahaan akan mempengaruhi kemampuan perusahaan
untuk mendapatkan pembiayaan dari luar.
a. Laba bersih terhadap penjualan (Net Income/Sales)
Rasio ini biasanya disebut “ marjin laba” atas penjualan (Profit Margin on
sales) (Weston dan Copeland, 2003), rasio ini menunjukan sebaik apakah
pengelolaan biaya operasi, apakah perusahaan telah menghasilkan banyak
penjualan untuk menutup biaya tetap dan masih menyisakan laba yang layak
(Gill dan Chatton,2003).
Rumus :
c. Laba bersih terhadap total aktiva (Net Income/Total assets)
Rasio ini mengukur efektivitas pemakaian total sumber daya oleh perusahaan
(Weston dan Copeland, 2003).
Rumus :
d. Rasio Aktivitas
33
Rasio aktivitas menunjukan seberapa efektif perusahaan menggunakan
sumber daya (harta atau modal) yang dimilikinya. Penggunaan sumber daya
perusahaan untuk menghasilkan penjualan. Sebaliknya jika rendah maka
menandakan ketidakefektifan perusahaan dalam menggunakan sumber daya,
sehingga dapat dikatakan kinerja perusahaan rendah. Rasio aktivitas yang
dipakai adalah Total Asset Turn-Over Ratio yaitu rasio yang mengukur
efisiensi penggunaan aktiva untuk menghasilkan penjualan. Total Asset Turn-
Over Ratio. Rumus :
e. Ukuran Perusahaan
Data kontrol biasanya dipergunakan untuk tujuan adakah data dari objek
yang diteliti memiliki perbedaan karakteristik (atau memiliki karakteristik
spesifik) tertentu. Variabel kontrol yang sering dipakai adalah size. Dalam
hal ini biasanya size muncul sebagai variabel penjelas. Proksi size biasanya
adalah total aset perusahaan. Karena aset biasanya sangat besar nilainya dan
untuk menghindari bias skala maka besaran aset perlu dikompres. Secara
umum proksi size dipakai Logaritme (log) atau Logaritme Natural aset.
f. Trend Harga Saham
Mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi financial distress, Trend
Harga Saham dipakai sebagai variabel Independen. Rumus yang digunakan
untuk trend Harga Saham adalah :
34
Trend Harga Saham = [(Ht-Ht-1) + (Lt-Lt-1)] / [ (Ht+Ht-1) + (Lt+Lt-1)]
Ht = Harga tertinggi tahun t
Ht-1 = Harga tertinggi tahun t-1
Lt = Harga terendah tahun t
Lt-1 = Harga terendah tahun t-1
Hasil penelitian ini adalah Trend harga Saham mempunyai hubungan
positif dengan kondisi financial distress perusahaan dan secara statistik
signifikan ketika dimasukan bersama-sama dengan variabel kumulatif
return.
g. Return Saham
Dalam setiap investasi saham investor ingin memperoleh pengembalian
investasi yang diharapkan. Menurut Ross,et.al. (2008) return saham adalah
penjumlahan antara Capital gain dan dividen yield yang dirumuskan
sebagai berikut :
Ri=(Pi_t – Pi_(t-1))/Pi_(t-1) + Div_t/Pi_(t-1)
Dimana :
Ri = return sekuritas (saham) ke-i selama periode t-1 samapi t
Pit = harga saham i pada saat t
Pit-1 = harga saham i pada saat t-1
Divt = divident yang dibagikan saat t
35
Masalah yang timbul dalam perumusan ini adalah dividen tidak dibagi
disetiap waktu. Perhitungan yang disarankan adalah pada tanggal tersebut
dibagikan, pada tanggal tersebutlah dividen diperhitungkan. Karena reaksi
pasar memang mengikuti aktivitas tersebut. Perhitungan dengan membuat
rata-rata perhari (besar dividen/jumlah hari) tidaklah disarankan. Hal ini
karena investor tidak bereaksi terhadap nilai rata-rata ini, melainkan
bereaksi terhadap dividennya. Return suatu saham dapat diartikan menjadi
hasil yang diperoleh dari investasi dengan cara menghitung selisih harga
saham periode berjalan dengan periode sebelumnya dengan mengabaikan
dividennya, maka rumusnya menjadi :
Ri = (Pi_t – Pi_(t-1))/Pi_(t-1)
Ri = return sekuritas (saham) ke-i selama periode t-1 samapi t
Pit = harga saham i pada saat t
Pit-1 = harga saham i pada saat t-1
Kumulatif return baik tahunan dan bulanan diperoleh dengan
menjumlahkan semua return harian atau merupakan kumulatif dari return
hariannya. Data yang dipakai dalam mingguan, bulanan atau bahkan
tahunan. Jika untuk memudahkan sebaiknya data yang digunakan tahunan.
Namun demikian data yang diperoleh harus disesuaikan dengan tujuan
penelitian.
Return saham perusahaan merupakan refleksi dari systematik risk dan
unsystematic risk atau specific risk. Risiko sistematis adalah risiko yang
36
dihadapi oleh investor yang tidak dapat dieliminasi yang terdapat pada
jenis saham dan portfolio. Risiko ini disebut sebagai risiko pasar yang
tidak dapat dihilangkan melalui diversifikasi investasi atau membentuk
portfolio saham. Beaver (1966) dan Scott (1981) dalam Tirapat dan
Nittayagasetwat (1999) menerangkan bahwa return saham merupakan
suatu isyarat bagi perusahaan, penurunan return saham mengindikasikan
kegagalan perusahaan dan yang kedua menerangkan bahwa kemungkinan
kebangkrutan perusahaan tergantung dari return saham. Jadi return saham
merupakan refleksi yang baik untuk menggambarkan financial distress
perusahaan. Hasil penelitian Tirapat dan Nittayagasetwat (1999)
menunjukan bahwa kumulatif return saham berpengaruh negatif dan
sangat kuat mempengaruhi kemungkinan perusahaan mengalami financial
distress.
FAKTOR EKONOMI MAKRO PENYEBAB FINANCIAL DISTRESS
Ketidakpastian kondisi perekonomian suatu negara merupakan salah satu
penyebab terjadinya financial distress. (Bringham,1997 dalam Fithrawati, 2001).
Ross (2005), mengungkapkan bahwa ketidakpastian kondisi ekonomi makro,
merupakan contoh dari risiko sistematis yang mempengaruhi sejumlah besar aset
perusahaan. Kondisi ini mempengaruhi semua saham diberbagai tingkatan.
Kepekaan perusahaan terhadap tekanan kondisi ekonomi makro merupakan inti
dari risiko sistematis. Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa return saham
mempengaruhi financial distress perusahaan. Penyebab turunnya return saham,
yaitu kepekaan perusahaan terhadap tekanan kondisi ekonomi makro ini
37
merupakan penyebab dari financial distress perusahaan. Beberapa penjelasan
terkait dengan faktor ekonomi makro adalah sebagai berikut :
1. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
IHSG pertama kali diperkenalkan pada tanggal 1 April 1983 sebagai
indikator pergerakan harga saham yang tercatat di Bursa, baik saham biasa
maupun saham preferen. Seperti penghitungan indeks di bursa lainnya. Indeks-
indeks BEI adalah menggunakan rata-rata tertimbang dari nilai pasar (market
value weight average index).
Rumus dasar penghitungan adalah sebagai berikut :
I S Ilai pasar
ilai dasar
Nilai pasar adalah kumulatif jumlah saham hari ini dikali harga pasar hari ini (
Kapitalisasi pasar ), atau ditulis dengan formula :
ilai asar ∑ ini
i
di mana :
Ci = Closing price ( harga yang terjadi ) untuk emiten ke - i
ni = Jumlah saham yang digunakan untuk perhitungan indeks (jumlah saham yang
tercatat) untuk emiten ke-i
N = Jumlah emiten yang tercatat di BEI
38
Nilai dasar adalah kumulatif jumlah saham pada hari dasar dikali harga
dasar pada hari dasar. Hari dasar untuk IHSG adalah pada tanggal 10 Agustus
1982 dengan nilai 100.
Indeks pasar ini merupakan alat ukur kinerja sekuritas khususnya saham
yang listing di bursa yang digunakan oleh bursa-bursa di dunia. IHSG digunakan
untuk mengukur kinerja saham. Fungsinya juga sebagai benchmark kinerja
portofolio, indikator trend pasar, indikator tingkat keuntungan dan sebagai
fasilitas perkembangan produk derivatif.
2. Inflasi
Dalam ekonomi, inflasi memiliki pengertian suatu proses meningkatnya
harga-harga secara umum dan terus-menerus. Dengan kata lain, inflasi
merupakan proses suatu peristiwa dan bukan tinggi-rendahnya tingkat harga.
Artinya harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukan inflasi, dianggap
inflasi jika terjadi proses kenaikan harga yang terus-menerus dan saling
mempengaruhi.
Inflasi merupakan faktor risiko yang harus dipertimbangkan dalam proses
investasi. Adanya kenaikan harga secara umum akan berdampak pada
berkurangannya daya beli sehingga tingkat hasil riil akan turun. Dengan demikian
apabila inflasi naik, maka investor akan menginginkan kenaikan hasil nominal
guna melindungi tingkat inflasi riilnya.
Inflasi dapat digolongkan menjadi empat golongan, yaitu inflasi ringan,
sedang, berat dan hiperinflasi. Inflasi ringan terjadi apabila kenaikan harga berada
39
dibawah angka 10 persen setahun; inflasi sedang antara 10 persen sampai dengan
30 persen setahun; inflasi berat antara 30 persen sampai dengan 100 persen
setahun dan hiperinflasi atau inflasi tak terkendali terjadi apabila kenaikan harga
berada diatas 100 persen setahun.
Cara Menghitung Inflasi
Untuk mengukur laju kenaikan tingkat harga-harga umum atau tingkat
inflasi, dapat digunakan rumus umum sebagai berikut :
It It- It-
It-
Dimana :
It = Tingkat inflasi pada periode ( atau tahun) t
CPIt = Consumer Price Index pada periode t
CPIt-1 = Consumer Price Index pada periode t-1
Indikator Inflasi
a. Indeks Harga Konsumen (IHK) merupakan indikator yang umum
digunakan untuk menggambarkan pergerakan harga. Perubahan IHK dari
waktu kewaktu menunjukkan pergerakan harga dari paket barang dan jasa
yang dikonsumsi masyarakat. Dilakukan atas dasar survei bulanan di 45
kota, di pasar tradisional dan modern terhadap 283-397 jenis barang atau
jasa disetiap kota dan secara keseluruhan terdiri dari 742 komoditas.
40
b. Indeks Harga Perdagangan Besar merupakan indikator yang
menggambarkan pergerakan harga dari komoditi-komoditi yang
diperdagangkan di suatu daerah.
Disagregasi Inflasi :
1. Inflasi inti yaitu inflasi yang dipengaruhi oleh faktor fundamental :
- Interaksi permintaan-penawaran
- Lingkungan eksternal : nilai tukar, harga komoditi internasional, Inflasi
mitra.
- Ekspektasi Inflasi dari perdagangan dan konsumen.
2. Inflasi non Inti
Yaitu inflasi yang dipengaruhi oleh, selain faktor fundamental. Dalam hal ini
terdiri dari :
a. Inflasi Volatile Food
Inflasi yang dipengaruhi shocks dalam kelompok bahan makanan seperti
panen, gangguan alam dan gangguan penyakit.
b. Inflasi Administered Prices
Inflasi yang dipengaruhi shocks berupa kebijakan harga pemerintah,
seperti harga BBM, tarif listrik, tarif angkutan, dan lain-lain.
Determinasi Inflasi
41
Inflasi timbul karena adanya tekanan dari sisi penawaran (cost push
inflation), dari sisi permintaan (demand full inflation) dan dari ekspektasi inflasi.
Faktor- faktor terjadinya cost push inflation dapat disebabkan oleh depresiasi nilai
tukar, dampak inflasi luar negeri terutama negara – negara partner dagang,
peningkatan harga-harga komoditi yang diatur pemerintah (administered price)
dan terjadi negatif supply shock akibat bencana alam dan terganggunya distribusi.
Faktor penyebab terjadi demand full inflation adalah tingginya permintaan
barang dan jasa relatif terhadap ketersediannya. Dalam konteks makro ekonomi,
kondisi ini digambarkan oleh output riil yang melebihi output potensialnya atau
permintaan total (agregate demand) lebih besar dari pada kapasitas
perekonomian. Sementara itu, faktor ekspektasi inflasi dipengaruhi oleh perilaku
masyarakat dan pelaku ekonomi apakah lebih cenderung bersifat adaptif atau
forward looking . Hal ini tercermin dari perilaku pembentukan harga ditingkat
produsen dan pedagang terutama pada saat menjelang hari-hari besar keagamaan
(lebaran, natal dan tahun baru) dan penentuan upah minimum regional ( UMR).
Nilai Tukar
Globalisasi mendorong investasi lintas negara disamping untuk tujuan
diversifikasi. Oleh karena itu, risiko nilai mata uang merupakan faktor
ketidakpastian yang dihadapi investor apabila melakukan investasi di pasar global.
Dengan terbukanya peluang investasi di Bursa Efek Indonesia bagi investor asing,
maka faktor nilai tukar US Dollar terhadap rupiah merupakan faktor risiko yang
patut diperhitungkan. Semakin tinggi fluktuasi nilai tukar mata uang yang
42
bersangkutan. Dengan demikian investor harus mempertimbangkan pula premi
risiko atas nilai tukar tersebut.
Nilai tukar rupiah terhadap US Dollar mempunyai hubungan positif dan signifikan
mempengaruhi return saham. Dan return saham mempengaruhi kondisi financial
distress perusahaan, maka dapat diasumsikan bahwa sensitifiats perusahaan
terhadap nilai tukar mempengaruhi kondisi financial distress perusahaan.
3. Nilai Islam dan Islamic Financial Distress
1. Filosofi Ekonomi Islam
Asal kata ekonomi dari bahasa Yunani yang terdiri dari 2 kata yaitu oikos
yang berarti keluarga, rumah tangga dan nomos yang berarti peraturan, hukum.
Kemudian bila digabung maknanya menjadi aturan rumah tangga. Adapun kata
Islam berasal dari bahasa Arab yang terdiri dari 3 akar kata yaitu sin yang berarti
alam, lam yang berarti Allah, dan mim yang berarti ibadah, bila digabung
menjadi sinlammim bermakna alam dicipta Allah untuk ibadah. Hal ini
dilandaskan pada QS Adz-Dzariat [51]: 56
yang artinya: “Dan tidak Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah
kepada-Ku”.
Pengertian Islam terdapat dalam 4 ayat dalam 3 surat yang berbeda.
Pengertian kata Islam dapat ditemukan dalam beberapa surat di dalam Al-Quran,
yaitu:
1. QS. Ali Imran [3]: 19
43
yang artinya: “Sesungguhnya Din di sisi Allah adalah Islam.”
2. QS. Ali Imran [3]: 85
yang artinya: “Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-
kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat
termasuk orang-orang yang rugi”.
3. QS. Al-Shaf [61]: 7
yang artinya: “Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mengada-
adakan kebohongan terhadap Allah padahal dia diajak kepada (agama) Islam?
Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim”.
4. QS. Al-Maidah [5]: 3
yang artinya: “Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi,
(daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang
44
terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang
sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih
untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah,
(mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini orang-
orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah
kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah
Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu
nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang
siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya
Allah Maha engampun lagi Maha enyayang.”
Kata jadian salama bermakna keselamatan, kedamaian, sehingga jika
digabungkan maka kata Ekonomi Islam secara harfiah berarti aturan rumah
tangga untuk keselamatan. Di dalam filosofi Ekonomi Islam terkandung 3 (tiga)
hal yaitu Ontologi Ekonomi Islam, Epistemologi Ekonomi Islam, dan Aksologi
Ekonomi Islam (Aziz, 2009). Latar belakang keilmuan Ekonomi Islam disebut
sebagai Ontologi Ekonomi Islam yaitu berupa alasan mendasar adanya Ekonomi
Islam.
Sesuai dengan sistem kehidupan yang ada pada diri manusia, keluarga,
lingkungan, dan alam semesta maka elemen dasar penciptaan terdiri dari tiga
(3) unsur yaitu manusia, Allah, dan ibadah (Aziz, 2009). Perpaduan 3 (tiga) hal
ini membentuk alasan besar penciptaan yaitu Islam, sehingga ontology dari
Ekonomi Islam adalah Islam. Sebagaimana dalam QS. Ali-Imran [3]: 19
45
yang artinya: “Sesungguhnya Din (sistem) di sisi Allah adalah Islam.”
Sesuai dengan firman Allah tersebut bahwa sistem atau Din yang diciptakan
Allah itu hanya Islam. sehingga sistem ekonomi yang ada seharusnya juga
mengikuti aturan dalam sistem Islam”.
Islam dalam Ekonomi Islam merupakan konsep besar sebagai suatu sistem
yang menyeluruh. Kemudian Islam yang menyeluruh inilah yang menjadi
epistemology dari keilmuan Ekonomi Islam yang sedang berkembang yaitu
kaffah. Ekonomi Islam yang kaffah muncul sebagai konsep dasar ekonomi
dengan batasan Islam sebagai suatu sistem. Tujuan dari Ekonomi Islam dapat
dijalankan oleh orang-orang yang beriman dan dilakukan secara sistematis dan
menyeluruh atau kaffah yang berarti dimulai dari Islam sebagai kerangka dasar
kehidupan yang di dalamnya mengandung makna bahwa manusia diciptakan
Allah subhanahu wa Ta’ala untuk ibadah. Kemudian dikembangkan ke berbagai
aspek termasuk ekonomi (Aziz, 2010).
Kaffah Thinking adalah berfikir holistik dengan metode Islam berupa akar
kata dari Islam yaitu sinlamim (Aziz, 2009). Berfikir kaffah bermakna bahwa
sebuah sistem yang menyeluruh pastilah bernilai Islam, sehingga sebuah system
yang kaffah akan terdiri dari tiga bagian utama, yaitu Tuhan, Alam dan Ibadah.
Tiga variabel ini bermetamorfosis sesuai dengan konteks dari topik yang yang
sedang difokuskan.
Tetapi dasar pemikiran atau sub sistem yang utuh (Aziz, 2016) haruslah
terdiri dari tiga (3) hal yaitu :
46
1) God (Tuhan)
Merupakan pencipta alam semesta yang memiliki kekuasaan tertinggi hanya
milik Allah subhanahu wa ta’ala. Semua kekayaan, hak milik dan sumber-
sumber pemasukan merupakan kepunyaanNya. Allah subhanahu wa ta’ala
mengatur semua ini sesuai dengan cara yang dikehendakinya. Allah
subhanahu wa ta’ala menegaskan bahwa diantara kaum muslimin dilarang
saling memakan harta sesesama muslimin dengan jalan yang batil kecuali
dengan jalan perniagaan. Batil yang dimaksud disini adalah yang tidak
sesuai dengan prinsip-prinsip syari’ah seperti maisyir, riba gharar. Dalam
pengembangan muamalah ekonomi disini memasukkan unsur ontology س
yaitu Investasi PMDN yang perolehan dan pembagian keuntungannya pada
para pihak, tidak merugikan dan dengan dengan memperhitungkan
pertanggung jawaban dari ketetapanNya.
2) Human (manusia)
Kehidupan yang lebih baik bagi manusia dan alam, bentuk kehidupan yang
berpandu pada ketentuan-ketentuan Pencipta yaitu keberangkatan dari
kepercayaan akan adanya pencipta sebagai sebab keterciptaannya sesuatu
yang ada didunia, Tuhan semesta Alam dan menempatkan diri sebagai
pelayan Tuhan maksudnya hidup karena mencari keridhaan Allah dan tidak
lagi hidup untuk kepentingannya sendiri, karena hanya dengan demikian
pemeluk Islam dianggap kaffah dalam beragama.
Sementara itu manusia sebagai khalifah, hak manusia terbatas pada hak
pemanfaatan dan pengurusan sesuai dengan ketentuan yang telah digariskan
47
Allah subhanahu wata’alaa. Terkait dengan ekonomi, unsur epistimologi ل
adalah perdagangan ekspor yang merupakan muamalah ekonomi manusia
berbangsa-bangsa di dunia.
3) Pray (Ibadah)
Merupakan umpan balik yakni ibadah yang akan dikembalikan lagi kepada
Allah subhanahu wata’alaa yang telah memberikan kemaslahatan atau
manfaat kepada manusia. Tidak hanya diarahkan untuk dunia dan akhirat
saja melainkan berkaitan dengan kepentingan perorangan dan kepentingan
umum serta keseimbangan hak dan kewajiban (Rozalinda, 2014). Sebagai
investasi kehidupan selanjutnya yaitu dimasa ukrawiah. Disini yang menjadi
dasar aksiology م sebagai penyeimbang adalah hasil petumbuhan ekonomi
yang dicapai.
Kerangka dasar Islam dari konsep yang menyeluruh berupa kaffah ini perlu
diterjemahkan ke dalam penerapan berekonomi secara makro dan mikro ekonomi.
Implementasi dari kedua hal tersebut dijabarkan dalam bentuk aksiologi yaitu
keseimbangan sistem ekonomi yang terdiri dari dua (2) hal misalnya antara
penawaran dan permintaan. Secara analogis, gambaran tentang keseimbangan
antara dua (2) hal dalam Al-Quran disebutkan sebagai hubungan antara hal yang
baik dan hal yang buruk (Aziz, 2010). QS. Saba [34]: 28
yang artinya: “Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia
seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan”.
48
Definisi Teori H dari kata Hahslm menurut Roikhan (2015) adalah:
1. Secara sempit Teori H diartikan sebagai teori pola dasar tiga dominan dengan
konteks tertentu dalam 5 dimensi susunan invarian.
2. Secara luas untuk penggunaan paling umum Teori H dapat diartikan sebagai
teori konsep dasar pola penciptaan dengan hubungan tertentu. H berasal dari
rumus Hahslm, Quran surat Hijr, juga singkatan dari Huda (Arab) atau Hidup.
Adapun makna dari teori H antara lain:
1. Sebuah himpunan utuh/sistem menyeluruh/bagian terintegrasi terdiri dari 3
unsur utama yaitu primer (pencipta/intermediari), sekunder (ciptaan/penerima),
tertier (ibadah/pemancar) yang bisa bermuatan positif atau negatif.
2. Tiga unsur tersebut akan memenuhi pernyataan bahwa sekunder di bawah
primer akan melakukan tertier (Manusia diciptakan Tuhan untuk ibadah).
Gambar berpikir kaffah dalam Islam di bawah ini (Gambar 2.1.1) bermakna
sebuah sistem yang menyeluruh pastilah bernilai Islam, sehingga sebuah sistem
yang kaffah akan terdiri dari 3 bagian utama yaitu Tuhan, Alam, dan Ibadah.
Gambar 2 Berpikir Kaffah Dalam Islam.
Sumber: Aziz, 2010
Islam Kaffah
Tuhan Alam
Ibadah
49
Sesuai dengan kaidah Bahasa Arab, kata Islam berasal dari kata dasar 3
huruf konsonan: sin lam mim , kemudian mendapat awalan 1 (atau) huruf
konsonan alif (I), maka terbentuk kata dasar alif sin lam mim (I).
Gambar 3. Diagram 3 Model Dasar Islam Kaffah
Sumber: Aziz, 2009
Bentuk kata dasar yang terdiri dari 4 huruf (3 huruf + 1 huruf) tersebut
menjadi kata dasar utama untuk membentuk kata Islam. Kemudian bentukan kata
dasar ini akan dituliskan dalam persamaan sederhana yaitu: Islam adalah alif
sinlammim sebagaimana pada rumus (1).
Gambar 4. Metode Sinlammim Dalam Tangan Manusia
Sumber: Mochamad Aziz, Lukisan, 2006
50
Dalam Ekonomi ada faktor Makro yang menjadi inflow bagi transmisi
keuangan ke faktor Mikro, lalu melalui faktor Peluang, transmisi keuangan ini
dilakukan untuk keberlanjutan perusahaan yang lebih baik dan terus bertumbuh.
Gambar 5. Diagram Kaffah Thinking Dalam Islam
Sumber: Aziz (2017)
Rumus: I = A (S,L,M) ……......……………………..........……....….............(1)
Dimana: Islam=I, Alif=A, Sin=S, Lam=L, Mim=M.
Rumus: Kaffah = Tuhan ; Alam ; Ibadah ........................................................... (2)
Rumus: Ekonomi = Makro ; Mikro ; Peluang .................................................... (3)
Bentuk kata dasar yang terdiri dari 4 huruf (3 huruf + 1 huruf) tersebut
menjadi kata dasar utama untuk membentuk kata Islam. Kemudian bentukan kata
dasar ini akan dituliskan dalam persamaan sederhana yaitu: Islam adalah alif
sinlammim.
Fungsi 1
Islam = Alif (Sin, Lam, Mim)
Dimana, Islam=I, Alif=A, Sin=S, Lam=L,
Mim=M.
Kaffah Thinking Ekonomi
Tuhan Alam Makro Mikro
Ibadah Peluang
51
Rumus:
I A (S,L,M) ……………………………………………………… ( )
Dari pernyataan di sisi Allah adalah Islam, diperoleh persamaan yang
dituliskan secara sederhana, tetapi sebenarnya bukan persis mutlak sama, bahwa
pendekatan persamaan hanya memberikan kemudahan dalam pembacaan rumus,
seperti Allah Islam, yang dibaca sebagai di sisi Allah adalah Islam. Analogi
persamaan tersebut dibuat garis minus tiga yang menyatakan tidak persis sama,
karena hanya untuk memudahkan pembacaan persamaan, yang sebenanrnya
harus dituliskan lengkap bahwa ‘Dyn Di Sisi Allah Islam’.
Fungsi pertama di atas dapat dituliskan juga dalam persamaan latin atau
dalam Greek Alphabet.
Fungsi 2
I = A (S,L,M)
Iota = Alpha (Sigma, Lambda, Mu)
Sekarang dari kata Islam diperoleh 4 variabel yaitu alif, sin, lam, mim.
Empat variabel ini akan dijadikan tolok ukur bagi pengembangan rumus
lainnya. Ada ayat Quran Surat Al-Hijr [15]: 87 yang berbunyi:
Artinya: “Dan Aku berikanmu 7 diulang dan Quran agung” (Q.S. Al-
Hijr: 87).
Dari Teori H di atas didapatkan rumus mengenai adanya dimensi waktu
52
dan dimensi ruang. Secara implisit Allah Swt menyebutkan 7 diulang,
kemudian peradaban manusia mengintepretasikannya 14 abad setelahnya
sebagai simbol dari dimensi waktu dengan argumentasi adanya kata matsani
atau diulang. Menurut Aziz (2015) dari ayat tersebut, didapatkan dua variabel
utama, yaitu 7 (Tujuh) dan Al-Qur’an. 7 (Tujuh) dianggap sebagai variabel
mutlak, dan Al-Qur’an masih dapat dipecah menjadi 2,3, ,9. Jika dijumlahkan,
2x3x19 hasilnya adalah 114. Sehingga didapatkan lima angka, yaitu 7,2,3,1,9.
Untuk memudahkan dalam membuat rumus, angka-angka tersebut diubah, ke
dalam huruf. Dalam tabel diatas dapat dilihat 7 menjadi (Alif), 2 menjadi h
(hanif), 3 menjadi S (Sin/Manusia), 1 menjadi L (Lam/Lillah) dan 9 menjadi M
(Mim/Masjid). Sehingga terbentuklah AhSLM. Untuk menjadikannya sebuah
persamaan, dibutuhkan variabel dependen. Variabelnya yaitu H
(Huda/petunjuk). Huda didapatkan dari angka 4. Angka 4, berasal dari
penjumlahan 7+2+3+1+9 = 22. (22) menjadi 2+2 = 4. Akhirnya, terbentuklah
sebuah persamaan yaitu H=A.h(S,L,M). Enam parameter ini dapat
dideskripsikan sebagai variabel dependen yaitu H, A sebagai konstanta, h
sebagai tingkat kesalahan atau error, sedangkan variabel S meupakan bagian
dari faktor internal, variabel L meupakan bagian dari faktor eksternal, dan
variabel M merupakan bagian dari faktor religiusitas. Jumlah variabel tidak
terbatas hanya tiga saja, dengan parameter ke-n bahwa variabel S bisa berupa
variabel S1, S2, S3...Sn, variabel L bisa berupa variabel L1, L2, L3...Ln, dan
variabel M bisa berupa variabel M1, M2, M3...Mn.
Perbedaan pendekatan antara rumus eksisting dengan rumus beracuan
53
kitab suci adalah adanya faktor bobot. Pada pendekatan konvensional kategori
hasil akan ditekankan dalam bentuk tangible atau nilai fisik yang tampak.
Sedangkan pada pendekatan agama akan lebih menekankan intangibel atau
perspektif yang lebih dari fisik yaiut juga memasukkan nilai religiusitas atau
ibadah. Walaupun jika didampingkan akan terlihat rumus yang sama, tetapi ketika
implementasi terjadi deviasi hasil intepretasi. Keilmuan sekular akan mendasari
pada segmen data implementatif atau empirik. Sedangkan keilmuan Islam akan
senantiasa memasukkan tidak hanya empirik tetapi juga besaran religiusitas atau
intangible value.
Pengembangan epistemologi Ekonomi Islam secara Kâffah untuk
ibadah dalam tiga dimensi menghadirkan terminologi baru seperti metode
Sinlammim. Hal ini sesuai dengan isi al-Quran yang berbunyi ‘silmi kâffah’,
dengan penjelasan bahwa kata ‘silmi’ merupakan derivasi dari huruf sin lam
mim
Pemaparan Kaffah Thinking dalam Ekonomi Kâffah atau Ekonomi Tiga
Dimensi atau Ekonomi Dinamis dapat mengambil analogi dari System Thinking.
Fungsi Ekonomi Dinamis di sini, untuk menjadi pilihan konsep bila ternyata
Ekonomi Kapitalis sudah terbukti tidak mampu mengatasi masalah yang
kompleks akhir-akhir ini. Sebagian ekonom barat mulai memperbaiki system
ekonomi kapitalis dengan pendekatan system thinking. Dalam hal ini, Ekonomi
Dinamis merupakan salah satu solusi yang merupakan paradigma baru dari
pertumbuhan pesat Ekonomi Islam. Kehadiran Ekonomi Kâffah menjadi entitas
yang berdiri sendiri, memiliki diferensiasi, dan dasar yang kuar dari al-Quran
54
(QS. AL-Baqarah [2]: 208), tetapi dalam menjembatani pengembangan Ekonomi
Kâffah dianalogikan bersama System Thinking. Peradaban barat yang memiliki
referensi yang terstruktur, metodologi yang mendasar, dan yang paling penting
sudah merasuki setiap lembar pemikiran kaum intelektual dunia. Sehingga
dirasakan akan lebih sederhana dan logis bila Ekonomi Kâffah muncul bersama
konsep System Thinking.
Kekhususan yang dimiliki oleh Ekonomi Kâffah adalah penjabaran dari
metode Sinlammim. Hal ini sesuai dengan isi al-Quran yang berbunyi ‘silmi
kâffah’, dengan penjelasan bahwa kata ‘silmi’ merupakan derivasi dari huruf sin
lam mim.
Dalam teori Hahslm seterdapat Metode Sinlammim dalam Ekonomi
Kâffah, juga menjadi metode yang baru bagi pengembangan epistemologi
system ekonomi Islam secara keseluruhan. Metode Sinlammim secara umum
merupakan salah satu solusi untuk menembus kebuntuan kehidupan dalam
rangka memecahkan permasalahan yang mendasar. Hal ini dirasakan perlunya
suatu metode yang lebih baik untuk menjadi perimbangan dalam pendekatan
metafisika..
Hal ini sejalan dengan perkembangan metodologi terakhir yang
menyatakan bahwa dirasakan perlu untuk mencari jalan tengah dari
permasalahan ekonomi yang ada dengan beralih ke hal-hal yang berkaitan
dengan spiritual. Salah satu contoh dari bukti metodologi metode Sinlammim
adalah pencarian jati diri dari tangan manusia. Yang semula manusia
beranggapan bahwa tangan ini atau jari-jari ini adalah giffen dari Tuhan, maka
55
dengan semakin kritisnya manusia mulai mencari tahu adakah pola tertentu yang
menjadi standar dari penciptaan jari-jari manusia.
Pendekatan yang ada selama ini kurang mampu mengintegrasikan
system secara lebih diagonal atau transendental. Pendekatan dapat dilakukan
dengan berbagai cara salah satunya adalah dengan metode sinlammim. Dengan
pendekatan ini secara metodologis dapat sedikit membuka tabir konsep bentuk
jari-jari manusia yang terkait erat dengan nilai spiritual yang ada dalam kitab
suci.
Dengan metode sinlammim ini, manusia mencoba membuktikan bahwa
model sinlammim ini ‘mampu atau tidak’ menjadi benchmark bagi setiap
penciptaan yang ada di alam semesta ini. Jika dianggap bahwa dengan
pendekatan ini dapat dibuat uraian tentang penciptaan jari-jari manusia, maka
selanjutnya dapat dilakukan analogy dalam system ekonomi.
Pembuktian valid/sahih dan tidaknya Sinlammim sebagai salah satu
metode pendekatan dapat dilakukan dengan berbagai percobaan, trial and error,
pengamatan dan penelitian yang dilakukan selayaknya oleh umat muslim sebagai
pemilik dari model sinlammim ini. Kajian yang dilakukan sebenarnya tidak
membatasi system tetapi sekiranya metode ini mampu menghadirkan buah karya
dari umat Islam sendiri, mengapa tidak umat muslim yang mengembang secara
proaktif pada metode Sinlammim ini. Untuk metode Sinlammim, Elemen
pertama adalah Tuhan, kemudian elemen kedua adalah alam, dan feedbacknya
adalah ibadah.
56
Gambar 6. Diagram Kaffah Thinking Dalam Islam
Rumus: Kaffah = Tuhan ; Alam ; Ibadah Rumus:
Ekonomi = Eksternal ; Internal ; Religiusitas
Penjelasan: Dalam ekonomi ada faktor eksternal yang menjadi inflow bagi
transmisi ekonomi ke faktor internal kemudian melalui faktor religiusitas
transmisi ekonomi ini dilakukan untuk terjadinya keberlanjutan ekonomi yang
lebih baik dan terus bertumbuh.
Sinlammim merupakan akar dalam huruf. Selain huruf, dalam bahasa
Arab ada juga angka. Angka sudah digunakan dalam kehidupan manusia sejak
awal zaman sebagai symbol dasar untuk berkomunikasi secara universal.
Dalam teori H sendiri yang dipersepsikan dengan Metodologi IER (Internal
Eksternal Religiusitas), dimana metodologi tersebut:
a. Faktor Internal
Kata Internal menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) merupakan
suatu hal yang menyangkut bagian dalam. Faktor internal merupakan varibel
yang dinilai dari lembaga keuangan syariah itu sendiri, seperti manusia terhadap
Allah sebagai variabel internalnya adalah manusia. Untuk faktor internal atau
faktor yang berasal dari dalam terdiri dari dua poin yaitu kekuatan dan
kelemahan. Keduanya akan berdampak lebih baik dalam sebuah penelitian
ketika kekuatan lebih besar dibandingkan kelemahan.
Kaffah Thinking Ekonomi
Tuhan
Ibadah
Eksternal
Religiusitas
57
Pengujian internal perlu dilakukan karena sebelum melihat permasalahan
yang diluar, terlebih dahulu melihat permasalahan yang terjadi di internal lembaga
keuangan itu sendiri . Dalam hal lembaga keuangan syariah juga tidak jauh
berbeda, seperti sebelum Badan Pengawas Keuangan, Otoritas Jasa Keuangan
atau yang lainya mengaudit, maka sudah sepantasnya lembaga keuangan syariah
mengaudit secara internal.
Dalam penelitian ini faktor internal yang digunakan sebagai indikator
penelitian adalah profit bank muamalat, dana pihak ketiga bank muamalat dan
profit dana pensiun lembaga keuangan. Adapun faktor internal yang digunakan
dalam penelitian ini juga dibatasi pada faktor internal yang sekiranya sangat
berpengaruh terhadap perkembangan dana pensiun lembaga keuangan.
Baik faktor internal maupun faktor eksternal saling terkait satu sama lain.
Kecendrunganan antar dua faktor tersebut saling memiliki imbasnya masing-
masing. Untuk aspek kesyariahhannya sudah diterapkan adanya dewan
pengawas syariah agar untuk mengawasi nilai-nilai islam yang diterapkan tetap
berjalan semestinya sehingga lalu adanya pengawas keuangan dalam hal ini
lembaga audit, otoritas jasa keuangan dan lain sebagainya untuk mengawasi
laporan-laporan mengenai kinerja management bank muamalat. Untuk DPLK-
nya sudah ada dewan pengawas syariah khusus untuk DPLK-bank muamalat
agar lebih terkontrol.
Dalam rangka penerapan tata kelola Dana Pensiun, diperlukan komitmen
Pengurus untuk mengelola dana secara hati-hati (prudent) dan meminimalisir
58
terjadinya moral hazard dari pihak-pihak tertentu yang berdampak buruk pada
pengembangan dana peserta. Agar pengelolaan Dana Pensiun senantiasa berjalan
sesuai aturan yang berlaku, Dewan Pengawas berperan dalam menjalankan
fungsi pengawasannya. Selain Pengurus dan Dewan Pengawas, komitmen
Pendiri juga sangat penting bagi kelangsungan Dana Pensiun, yaitu dalam
memenuhi kewajibannya untuk mendanai program pensiun. Pengurus, Dewan
Pengawas dan Pendiri merupakan bagian dari organ Dana Pensiun yang
mendukung tercapainya pengelolaan Dana Pensiun yang baik (Hasanah,
2012:112).
b. Faktor Eksternal
Kata eksternal menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) merupakan
suatu hal yang menyangkut bagian luar. Ini merupakan faktor dari luar entitas.
Dalam penelitian ini faktor eksternalnya berupa Jakarta Islamic Index, faktor
eksternal secara tidak langsung mempengaruhi faktor internalnya. Karna dalam
menginvestasikan dana DPLK bank muamalat menginvestasikan hanya kepada
perusahaan yang berbasis syariah. Sebagian dana DPLK yang di investasikan
ada yang ke deposito bank, saham maupun sukuk. Sehingga jika
menginvestasikannya ke saham maka index yang di lihat adalah JII .
Faktor internal adalah faktor yang terdapat dalam organisasi atau
perusahaan itu sendiri dan merupakan aspek manajerial yang mempengaruhi
jumlah return investasi yang terdiri dari dana kelolaan dan risiko. Sedangkan
faktor eksternal adalah faktor-faktor yang terdapat di luar organisasi atau
lingkungan perusahaan yang mempengaruhi jumlah return dan aset DPLK
59
diantaranya inflasi, suku bunga, dan indeks harga saham acuan, dan kurs mata
uang domestik terhadap mata uang asing.
c. Faktor Religiusitas
Dikatakan Gazalba (1987) religiusitas berasal dari kata religi dalam bahasa
latin “religio” yang akar katanya adalah religure yang berarti mengikat. Dengan
demikian, mengandung makna bahwa religi atau agama pada umumnya
memiliki aturan-aturan dan kewajiban-kewajiban yang harus dipatuhi dan
dilaksanakan oleh pemeluknya. Kesemuanya itu berfungsi mengikat seseorang
atau sekelompok orang dalam hubungnnya dengan Tuhan, sesama manusia, dan
alam sekitar (Prapanca, 2016:22).
Selain melihat faktor internal dan eksternal, kebijakan lembaga keuangan
syariah juga perlu memperhatikan faktor religiusitas seperti pelarangan riba,
maisir, gharar dsb. Selain itu, perlu diingat oleh para praktisi lembaga keuangan
syariah mengenai hak orang lain yang harus ditunaikan, dalam hal ini adalah
objek studi. Karena suatu pekerjaan tanpa dilandasi dengan nilai ibadah menjadi
hampa. Tidak terdapat ketenangan jiwa di dalamnya. Selain itu, tujuan manusia
diciptakan di muka bumi ini tidak lain kecuali untuk beribadah kepada Rabb-
nya. Faktor religiusitas muncul untuk menyempurnakan dua faktor pertama yaitu
internal dan eksternal.
Religiusitas adalah semua studi empiris yang dilakukan oleh manusia yang
dilandasi oleh nilai islam. Pilihannya relgiusitas dapat memperluas makna
sehingga religiusitas Memaknai instrument variabel penelitian sebagai proxy
60
atau menemukan kata baru yang lebih sesuai sebagai kata religiusitas yang bisa
bermakna sistem atau variabel dan juga keagamaan.
7. Uji H
Metodologi memiliki fleksibilitas dalam penentuan variabel yang akan
diuji. Hal ini untuk memberikan ruang yang lebih luas bagi interpretasi dari hasil
olah data yang dilakukan. Secara prosedural proses rekayasa metodologi H ini
dilakukan dari pengumpulan data dari obyek yang dijadikan sampel dalam
implemetasi teori ini. (Aziz, 2015)
1. Pertama melakukan pendataan untuk memperoleh besaran dari obyek
yang akan ditinjau dalam nilai, harga, indeks, persentase atau nominal
yaitu dalam bentuk harga asli.
2. Kedua meninjau laju besaran dari obyek yang akan dihitung dalam
dihitung dalam skala persentase berupa selisih dari harga awal dengan
harga berikutnya atau perbedaan dari besaran pertama dengan besaran
kedua dan selanjutnya.
3. Ketiga membuat pola rata – rata dari obyek yang akan ditinjau dengan
perspektif teori ini dibandingkan dengan obyek – obyek lain yang
sejenis atau meninjau posisi obyek yang dikomparasi dengan rata –
rata obyek yang sejenis.
4. Setelah memperoleh nominal, laju, dan rata – rata laju, selanjutnya
dibutuhkan data lain dari obyek yang sama berupa data yang berasal
intangible atau berkaitan dengan nilai religiusitas untuk didapatkan
61
besaran bobotnya dibandingkan dengan obyek lain. Cara melakukan
nilai bobot ini yaitu :
a) Membuat rasio bobot berdasarkan data lain dari obyek yang sama
kemudian dibandingkan dengan bobot dari obyek lain dengan data
yang untuk diperoleh ranking atau urutan bobo tantara obyek
utama dengan obyek pembanding.
b) Selain menggunakan sumber data dari obyek yang diteliti,
dikombinasikan dengan expert adjustment/ wawancara terstruktur
dengan pakar sains yang memiliki otoritas untuk menilai bobot
suatu obyek.
c) Kemudian melakukan perankingan obyek berdasarkan bobot yang
diperoleh dari berbagai sumber data tersebut, sehingga urutan
tersebut juga mempresentasikan besaran bobot dari obyek yang
diteliti tersebut.
5. Selanjutnya setelah diperoleh data nominal, laju, dan bobot maka
dilakukan penghitungan berupa perkalian dari data obyek tersebut
berupa : nominal x laju x bobot
6. Setelah mendapatkan hasil dari perhitungan dari obyek yang diteliti
maka dilakukan matriks untuk memperoleh kategori hasil sesuai
format dalam hal ini obyek akan dikategorikan dalam formasi straight,
loads dan impact:
a) Jika hasil positif adalah straight (jika minus adalah turn)
b) Jika hasil lebih besar dari 0,1 adalah load
62
c) Jika hasil lebih besar dari rata – rata nilai berarti impact
Adapun persamaan H yang digunakan dalam persamaan ini adalah sebagai
Berikut:
H = a+h+ βS+ βL+ βM ............(Teori H)
H = Huda/Petunjuk (Y)
A Alif/ Jalan (α)
h = Hanif/lurus (e)
S = Sin/Manusia (X1)
L = Lillah/Milik Allah (X2)
M = Masjid/Ibadah (X3)
β = Koefisien (B123)
Melalui pendekatan Matematik teori bilangan aspek religiusitas (sholat) akan
dimasukkan ke dalam konsep Financial Distress dan akan diuraikan sebagai
berikut.
Fungsi
Berangkat dari Teorema Kekongruenan, dimana M > 0, A > 0, P > 0.
F ≡ M (mod m) .............. ) F = mk + M
F ≡ A (mod m) ...............2) F = mk + A
F ≡ (mod m) ................3) F = mk + P
63
Maka :
Keterangan:
m = bilangan positif, k = bilangan bulat, M = Modal, A = Aktivitas, P = Profit, U
= Utang
m.k = konstanta
S = Sholat
Dalam hal ini digunakan pendekatan kekongruenan dalam modulo, dimana akan
selalu ada sisa pembagian dari setiap fungsi. Fungsi di atas berarti bahwa faktor-
faktor financial distress yaitu modal, aktivitas, dan profit harus > 0, ketika ketiga
faktor di atas bernilai < 0 maka hal itu dapat memicu financial distress. M ≠ , A
≠ , dan ≠ .
f: F = S (M, A, P)
𝐹 𝑆 𝑀 𝐴 𝑃 𝑒 ......islamic
𝐹 𝑚 𝑘 𝑀 𝐴 𝑃 ......konvensional
64
Nilai religiusitas yang digunakan dalam hal ini adalah sholat. Manager keuangan
sebagai pengambil keputusan merupakan merupakan objek observasi. Sholat
diasumsikan sebagai sholat yang benar, hanya Allah lah yang mampu menilai
sholat umatnya apakah diterima atau tidak. Namun kita sebagai manusia sedikit
banyak mampu melihat output dari sholat yang kita dirikan. Oleh karna itu, dalam
tulisan ini penulis berusaha memasukkan sholat sebagai salah satu ibadah
religiusitas agar kedekatan manusia dengan Tuhan lebih dari sekedar pelaksanaan
ibadah wajib atau menggugurkan ibadah wajib, namun lebih pada level kebutuhan
atau lebih.
4. Altman Z Score Financial Distress
Altman Z-Score merupakan suatu persamaan multi variabel yang
digunakan oleh Altman dalam rangka memprediksi tingkat kebangkrutan .
Altman memprediksi kebangkrutan dengan menggunakan 66 sampel perusahaan
yang kemudian sampel tersebut dibagi lagi menjadi dua bagian yaitu 33
bangkrut dan 33 tidak bangkrut. Altman Z-Score menggunakan beberapa rasio
untuk menciptakan alat prediksi kesulitan. Altman Z-Score menggunakan teknik
statistik (analisis diskriminan berganda – Multiple Discriminant Analysis) untuk
menghasilkan alat prediksi yang merupakan fungsi linier dari beberapa variabel
penjelas (Subramanyam dan Wild, 2010: 288) . Secara matematis persamaan Z-
Score Altman dapat dirumuskan sebagai berikut (Prihadi, 2009: 82):
Z-Score = 1.2X1 + 1.4X2 + 3.3X3 + 0.6X4 + 1.0X5
Namun persamaan Z-Score di atas hanya digunakan pada perusahaan
yang go public atau memiliki nilai pasar dan perusahaan nonmanufaktur tidak
65
dapat diprediksi dengan rumus ini. Maka, model yang telah dikembangkan oleh
Altman ini mengalami suatu revisi. Menurut Subramanyam dan Wild (2010:
288), model ini (Altman Revised) lebih umum dibandingkan dengan model awal
tahun 1968 yang hanya dapat diterapkan pada perusahaan yang sahamnya
diperdagangkan di bursa efek. Penggunaan model awal bisa dilakukan jika
hanya diterapkan pada emiten. Model baru ini dapat diterapkan pada perusahaan
emiten maupun non-emiten. Terdapat sedikit perubahan pada nilai X4 dalam
model Altman Revised dimana X4= book value of equity/book value of debt.
Adapun model Altman Revisi adalah sebagai berikut:
Z’-Score = 0.717X1 + 0.847X2 + 3.107X3 + 0.42X4 + 0.998X5
Setelah itu, Altman mengembangkan model formulanya agar lebih
fleksibel yang dapat digunakan untuk perusahaan nonmanufaktur dengan
menghilangkan ratio kelima (X5) yang merupakan ratio penjualan/total asset.
Z”-Score merupakan rumus paling fleksibel karena bisa digunakan untuk
perusahaan publik maupun private (Prihadi, 2009: 84). Sehingga dalam
perkembangannya model Altman terbagi menjadi 3 sesuai kategori jenis
perusahaan (Gamayuni, 2011), yakni: (1) Original Z-score, suatu analisis z-score
untuk perusahaan public manufacturer (Altman 1968), (2) Model A Z-score,
suatu analisis z-score untuk private manufacturer (Altman Revisi), dan Model B
Z-score, suatu analisis z-score untuk private general firm (Altman Modifikasi).
Adapun formula untuk model Altman Modifikasi adalah sebagai berikut:
Z”-Score = 6.56X1 + 3.26X2 + 6.72X3 + 1.05X4
66
Keterangan:
X1 = working Capital/total asset
X2 = retained Earning/total asset
X3 = Earning before interest and taxes/total asset
X4 = market value of equity/book value of debt
Kriteria yang digunakan untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan dengan
model ini adalah:
Z>2.60 : perusahaan sehat
2.60<Z<1.10 : perusahaan pada grey area atau daerah kelabu
Z<1.10 : perusahaan potensial bangkrut
5. Metode Analisis Data Panel
Regresi Data Panel
Analisis regresi merupakan suatu metode statistik yang digunakan untuk melihat
hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikatnya. Regresi data panel
merupakan gabungan dari data time series dan data cross section. Secara umum
model regresi panel memiliki persamaan:
∑
Asumsi Koefisien Tetap Antar Waktu dan Individu (Common Effect Model)
Metode Common Effect Model menggabungkan seluruh data tanpa
memperdulikan waktu dan tempat pengambilan data. Common Effect Model
(CEM) merupakan pendekatan yang paling sederhana dan mengasumsikan bahwa
67
intersep masing-masing variabel adalah sama, begitu juga dengan slope koefisien
untuk semua unit time series dan cross section. Persamaan CEM dapat di tuliskan
sebagai berikut:
∑
Asumsi Slope Konstan, Tetapi Intersepsi Bervariasi (Fixed Effect Model)
Pendekatan FEM menetapkan bahwa adalah sebagai kelompok yang spesifik
dalam constan term dalam model regresinya. FEM megasumsikan bahwa tidak
ada time spesifik effect dan hanya memfokuskan pada individual spesific effect.
Model FEM dapat di tuliskan dalam persamaan:
Estimasi dengan Pendekatan Efek Acak (Random Effect Model)
Pendekatan dengan FEM dan model dummy untuk data panel menimbulkan
permasalahan hilangnya derajat bebas dari model dan juga dapat menghalangi
untuk mengetahui persamaan model aslinya. Oleh karena itu, estimasi perlu
dilakukan dengan komponen error atau model acak. Random Effect Model (REM)
mengasumsikan setiap variabel mempunyai perbedaan intersepsi. Keuntungan
menggunakan model REM yaitu dapat menghilangkan heterokedastisitas, dengan
menggunakan model efek tetap tidak dapat melihat pengaruh dari berbagai
68
karakteristik yang bersifat konstan diantara individual maka digunakan model
REM. REM memiliki persamaan sebagai berikut:
Uji Chow
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah memilih antara metode FEM atau
CEM, dengan hipotesis:
: α α2 ... αk α (Model EM)
: minimal ada satu intersep αi ≠ α (Model FEM); i , 2, ..., K
Statistik uji yang digunakan:
dimana K adalah banyak sektor, T adalah periode observasi, sedangkan P adalah
jumlah parameter dalam model FEM. SSE1 (Sum of Squares Error / residual)
common effect model, sedangkan SSE2 (Sum of Squares Error / residual) fixed
effect model. Daerah penolakan hipotesis nol yaitu jika nilai statistik F hitung
lebih besar daripada F tabel ( pada αi tertentu.
Uji Lagrange Multiplier
Uji Lagrange Multiplier digunakan untuk memilih model yang lebih baik antara
CEM dan REM, dengan melakukan pengujian REM yang didasarkan pada nilai
residual ɛit dari REM. Hipotesis yang digunakan:
69
H0 : (model CEM lebih baik)
H1 : (model REM lebih baik)
Nilai statistik uji LM dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:
[∑ [∑
]
∑ ∑
]
dimana K adalah banyak sektor; T adalah banyak periode waktu dan ɛit adalah
residual model CEM. Daerah penolakan hipotesis nol yaitu jika nilai LM lebih
besar dari chisquare tabel dengan signifikansi α( ).
Uji Hausman
Uji Hausman digunakan untuk menentukan model mana yang lebih baik antara
model FEM dan REM. Menurut Greene (2002) unsur penting dalam metode
pemilihan ini adalah matriks kovarians dari perbedaan vektor [b-β], yaitu
Var[b-β] = Var[b] + Var[β] – Cov[b,β] – Cov[b,β]
dimana b adalah parameter (tanpa intersep) REM dan β adalah parameter FEM
menggunakan LSDV. Var[b] merupakan matriks kovarian parameter (tanpa
intersep) REM dan Var[β] adalah matriks kovarian parameter FEM.
Nilai statistik Hausman akan mengikuti distribusi chi-square dengan derajat bebas
P, dimana P adalah jumlah variabel bebas. Pengujian Hausman dilakukan pada
dari model REM. Hipotesis yang digunakan dalam pengujian ini yaitu
H0 : corr( , ) = 0 (model REM)
70
H1 : corr(Xit, it) 0 (model FEM); i = 1, 2, ..., K; t = 1, 2, ..., T
Daerah penolakan hipotesis nol yaitu jika nilai statistik Hausman (W) lebih besar
daripada nilai chi-square tabel pada tingkat signifikansi α tertentu ( )
E. Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang RGEC bank syariah dan financial distress melalui berbagai
metode telah dilakukan sebelumnya oleh peneliti terdahulu, namun menunjukkan
hasil yang berbeda-beda. Adapun ringkasan penelitian terdahulu disajikan pada
tabel 4, berikut akan disajikan penelitian terdahulu dari 5 peneliti dalam tabel
berikut:
71
Tabel 1. Penelitian Terdahulu
No Judul Peneliti Objek Penelitian Perbedaan Kesamaan
1 Prediksi Financial Distress pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia
Randy Kurnia Permana, Nurmala Ahmar, Syahril Djaddang
perusahan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2006-201
mengetahui, menganalisis, membuktikan dan menguji perbedaan hasil status kesehatan antara model Grover, Springate, dan Zmijewski. Tidak ada penerapan nilai Islam
analisis financial distress dengan metode Altman Z Score
2
ALTMAN Z-SCORE SEBAGAI SALAH SATU METODE DALAM MENGANALISIS ESTIMASI KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN
Firda Mastuti, Muhammad Saifi, Devi Farah Azizah
Perusahaan Plastik dan Kemasan yang Terdaftar (Listing) di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2010 sampai dengan 2012
membuat prediksi kebangkrutan dari perusahaan yang dijadikan sampel, tidak ada RGEC dan nilai Islam
menggunakan Altman Z Score
3 ANALISIS TINGKAT KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN DENGAN METODE ALTMAN Z-SCORE
Triska Dewi Pramitasari, Ratnaning Tyasasih
PT. Akasha Wira International Tbk., PT. Martina Berto Tbk.and PT.Mandom Indonesia Tbk. Meanwhile
menganalisa tingkat kesehatan bank melalui Altman Z Score, tidak ada RGEC dan nilai Islam
menggunakan Altman Z Score
4
Analisis Regresi Data Panel Pada Pemodelan Produksi Panen Kelapa Sawit di Kebun Sawit Plasma Kampung Buatan Baru
Rahmadeni, Eka Yonesta
Kebun Sawit Plasma Kampung Buatan Baru
objek penelitian bukan bank menggunakan regresi data panel
72
5
ANALISIS DATA PANEL UNTUK MENGUJI PENGARUH ESTIMASI BIAYA PRODUKSI TERHADAP HARGA JUAL PADA WORKSHOP PT MULTI KARYA BAJATAMA
Dwi Kartikasari PT MULTI KARYA BAJATAMA
objek penelitian bukan bank menggunakan regresi data panel
6 PENGARUH PROFITABILITAS, LIKUIDITAS DAN LEVERAGE TERHADAP FINANCIAL DISTRESS
Alfinda Rohmadini Muhammad Saifi Ari Darmawan
Perusahaan Food & Beverage Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2016)
objek penelitian bukan bank
variabel (y) adalah financial distress, menggunakan altman Z Score
7
KEKUATAN RASIO KEUANGAN DALAM MEMPREDIKSI KONDISI FINANCIAL DISTRESS PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BEI
Evanny Indri Hapsari
PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BEI
objek penelitian bukan bank, menggunakan analisis regresi logit.
variabel dependent adalah financial distress
8
PENGARUH STRUKTUR CORPORATE GOVERNANCE DAN FINANCIAL INDICATORS TERHADAP KONDISI FINANCIAL DISTRESS
Oktita Earning Hanifah, Agus Purwanto
146 perusahaan yang tercatat sebagai emiten yang terdaftar sejak tahun 2009 sampai dengan 2011
objek penelitian bukan bank, tidak menggunakan analisis data panel
menganalisis pengaruh terhadap financial distress
73
9
RGEC SEBAGAI DETERMINASI DALAM MENANGGULANGI FINANCIAL DISTRESS PADA PERUSAHAAN PERBANKAN DI BURSA EFEK INDONESIA
I Made Meliani Andari, I Gusti Bagus Wiksuana
perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
objek penelitian adalah bank konvensional dan menggunakan regresi logistik
variabel yang digunakan
10
KEKUATAN RASIO KEUANGAN DALAM MEMPREDIKSI KONDISI FINANCIAL DISTRESS PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BEI
Evanny Indri Hapsari
PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BEI
variabel yang digunakan berbeda, metode analisisnya juga berbeda
variabel dependent adalah financial distress
11 ANALISIS PENGARUH RGEC TERHADAP FINANCIAL DISTRESS BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA
PUTRI SHOLIKATI Bank Umum Syariah yang terdaftar di Bank Indonesia
metode analisisnya bukan regresi data panel
variabel yang digunakan sama
74
12
Analisis Model Rgec (Risk Profile, Good Corporate Governance, Earnings, And Capital) dalam Mengetahui Potensi Financial Distress pada Bank Umum Syariah
Nurul Qoriah, dan Nurdin
BUS menggunakan regresi logistik
variabel yang digunakan sama
13 Analysis Z-score to Predict Bankruptcy in Banks Listed in Indonesia Stock Exchange
Muammar Khaddafi, Falahuddin, Moh. Heikal , Ayu Nandari. 2017.
14 Mapping of Islamic Bank Financial Distress in Indonesia. Perbanas Institute.
Muhammad Iqbal, Selamet Riyadi, Priska Sabrianti, Afifah Nur Afidah. 2018.
15 Determinants of Sharia Banks’ Efficiency In Indonesia: Panel Data Analysis
Khalifany Ash Shidiqi, Aulifah Rachmawati. 2018.
Shariah Banks in Indonesia
Jurnal ini menguji tentang efisiensi
Metode Analisis yang digunakan adalah Data Panel
16
Religiosity and Islamic Banking Product Decision: Survey On Employees Of Pt. Telekomunikasi Indonesia. Institut Teknologi Bandung.
Abdul Mukti Soma, Ina Primiana, Sudarso K. Wiryono, Erie Febrian.
17 Data Panel Regression Analysis on Corruption Case with Inequality of
Rizky Dwi Noviantika
75
West Java Province Income Year 2010-2015
18
Analisis Penilaian Kinerja dengan Teknik Self Assessment Sebagai Evaluasi Kinerja Mahasiswa pada Praktikum Fisika Dasar Ii Tadris Fisika Iain Walisongo
Kusminto & Joko Budi Poernomo.
19
Analisis Regresi Data Panel Pada Pemodelan Produksi Panen Kelapa Sawit Di Kebun Sawit Plasma Kampung Buatan Baru
Rahmadeni, Eka Yonesta
kebun sawit plasma kampung Buatan Baru
Populasi yang digunakan bukan bank syariah
20
RGEC sebagai determinasi dalam menanggulangi financial distress pada perusahaan perbankan di bursa efek Indonesia
Ni Made Meliani Andari. I Gusti Bagus Wiksuana
Bank Umum Syariah yang terdaftar di BEI
variabel yang digunakan berbeda, metode analisisnya juga berbeda
76
F. Kerangka Berpikir
Gambar 7. Kerangka Pemikiran Operasional
Bank Syariah
(BSM, BNI Syariah dan BRI Syariah)
Metode RGEC (PBI No.13/1/PBI/2011)
Laporan Keuangan 2012-2018
Metode RGEC (PBI No.13/1/PBI/2011)
NPF Self Assesment Bank NIM CAR
Risk Profile Good Corporate
Governance (GCG) Earning Capital
Regresi Data Panel
Islamic Financial Distress
77
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup
Penelitian ini berjudul “RGEC dan Pengaruhnya terhadap Islamic
Financial Distress Bank Syariah Periode 2012-2018. (Studi Kasus BNI
Syariah, BRI Syariah, Bank Syariah Mandiri)”. Oleh karena itu dengan
mengacu pada judul tersebut maka ruang lingkup penelitian ini dikhususkan
pada bank Mega Syariah, Bank Syariah Mandiri, BNI Syariah dan BRI Syariah
dengan waktu penelitian kurang lebih tiga bulan lamanya. Dimana batasan
penelitian akan menjadi acuan dalam menyelesaikan penelitian ini. Penelitian
ini merupakan penelitian terhadap data sekunder yang berasal dari berbagai
sumber yang terkait.
B. Metode Penentuan Sampel
1. Populasi Penelitian
Menurut Sugiono (2008) Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.
Dalam penelitian ini peneliti mengunakan nasabah Bank Syariah (BUS)
sebagai infinit Populasi, hal ini disebabkan nasabah Bank Umum Syariah
merupakan suatu kelompok objek yang berkembang terus (Sugiyono, 2008).
2. Sampel Penelitian
Menurut Arief Mufraini (2013) sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar. dan
78
peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi. misalnya
karena keterbatasan dana. tenaga. dan waktu. maka peneliti dapat
menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari
sempel itu. kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. untuk itu
sempel yang diambil dari populasi harus betul – betul mewakili.
Sampel yang diambil dalam populasi ini adalah menggunakan tekhnik
purposive sampling. Menurut Sugiyono 2010, purposive sampling adalah
teknik untuk menentukan sample penelitian dengan beberapa pertimbangan
tertentu yang bertujuan agar data yang diperoleh nantinya lebih representatif.
Sampel dalam penelitian ini diambil menggunakan teknik purposive
sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.
Pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling dengan tujuan
untuk mendapatkan sampel yang sesuai dengan kriteria yang ditentukan.
Kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Bank Syariah yang terdaftar di Bank Indonesia.
2. Mempublikasikan annual report periode 2012-2018.
3. Melakukan self assessment terkait good corporate governance (GCG)
periode 2012-2018.
4. Laporan keuangan sudah diaudit oleh lembaga independen.
79
Terdapat 3 bank syariah yang akan dijadikan sebagai sampel dalam
penelitian ini, diantaranya :
1. Bank Mandiri Syariah (BSM)
2. BNI Syariah
3. BRI Syariah
C. Definisi Operasional Variable
Dalam penelitian ini variabel yang digunakan adalah variabel independen dan
variabel dependen.
1. Variabel Independen
Menurut Sugiyono (2014: 59), variabel independen adalah: “... variabel yang
mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel
dependen (terikat)”. Dalam penelitian ini terdapat lima (5) variabel independen
yang diteliti yaitu Risk Profile, Good Corporate Governance, Rentabilitas
(Earning), dan Permodalan (Capital) yang dijelaskan sebagai berikut:
1. Risk Profile
Risiko Kredit, bertujuan mengukur tingkat permasalahan pembiayaan yang
dihadapi bank. Semakin tinggi rasio ini semakin buruk kualitas pembiayaan.
Kemampuan menjalankan fungsi intermediasi secara baik, dapat digunakan rasio
FDR sebagai indikatornya. Semakin tinggi rasio FDR maka bank tersebut
80
semakin baik dalam menjalankan fungsi intermediasinya. Semakin tinggi FDR
maka pembiayaan yang disalurkan juga semakin meningkat. Demikian
sebaliknya, jika terjadi penurunan FDR maka pembiayaan yang disalurkan juga
mengalami penurunan, sehingga FDR juga berpengaruh positif terhadap
pembiayaan Mudharabah. Adapun rumus untuk mencari Financing to Deposit
Rasio (FDR) adalah sebagai berikut:
2. Good Corporate Governance
Menurut Zarkasyi (2008:35), Good Corporate Governance adalah: “...prinsip
yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan agar mencapai keseimbangan
antara kekuatan serta kewenangan perusahaan dalam memberikan
pertanggungjawabannya kepada para shareholders khususnya dan stakeholders
pada umumnya. Tentu saja hal ini dimaksudkan pengaturan kewenangan Direktur,
manajer, pemegang saham, dan pihak lain yang berhubungan dengan
perkembangan perusahaan di lingkungan tertentu.”
Tabel 2. Aspek Penilaian Good Corporate Governance (GCG)
No Aspek yang dinilai Bobot
1 Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris 10%
2 Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direksi 20%
3 Kelengkapan dan Pelaksanaan tugas Komite 10%
4 Penanganan Benturan Kepentingan 10%
5 Penerapan fungsi kepatuhan Bank 5%
6 Penerapan fungsi audit intern 5%
7 Penerapan fungsi audit ekstern 5%
8 Penerapan fungsi manajemen risiko dan pengendalian intern 7,5%
81
9 Penyediaan dana kepada pihak terkait (related party) dan
debitur besar (large exposures)
7,5%
10 Transparansi kondisi keuangan dan non-keuangan, laporan
pelaksanaan GCG dan pelaporan internal
15%
11 Rencana Strategis Bank 5%
Nilai Komposit 100%
Sumber : Surat Edaran Bank Indonesia No.9/12/DPNP
Penilaian terhadap faktor GCG menggunakan sistem self assessment
dimana masing-masing Bank Syariah menghitung sendiri komponen GCG.
Adapun kriteria yang digunakan dengan nilai komposit, yaitu :
Tabel 3. Hasil Penilaian Self Assessment Atas Pelaksanaan Good Corporate
Governance
Nilai Komposit Predikat Komposit
Nilai Komposit < 1,5 Sangat Baik
1,5 < Nilai Komposit < 2,5 Baik
2,5 < Nilai Komposit < 3,5 Cukup Baik
3,5 < Nilai Komposit < 4,5 Kurang Baik
4,5 < Nilai Komposit < 5 Tidak Baik
Sumber: Surat Edaran Bank Indonesia No.15/15/DPNP Tahun 2013
3. Rentabilitas (Earnings)
Menurut Frianto Pandia (2012:65), rentabilitas (Earnings) adalah: “...suatu alat
untuk mengukur kemampuan bank dalam menghasilkan laba dengan
membandingkan laba dengan aktiva atau modal dalam periode tertentu.
Rentabilitas juga menunjukkan bagaimana manajemen perusahaan
82
mempertanggungjawabkan modal yang diserahkan pemilik modal kepadanya, hal
itu ditunjukkan dengan berapa besarnya dividen”.
Semakin kecil rasio rentabilitas, mengindikasikan kurangnya kemampuan
manajemen bank dalam hal mengelola aset untuk meningkatkan pendapatan dan
menekan biaya.
4. Permodalan (Capital)
Variabel CAR (Capital Adequecy Rasio), yaitu rasio yang digunakan untuk
melihat atau mengukur kecukupan modal suatu perusahaan.
Tabel 4. Indikator Penilaian Operasional Variabel Independen
Variabel Indikator Penilaian
Risk Profile
Risiko Kredit
NPF
Risiko Likuiditas
FDR
Total dana pihak ketiga
GCG Hasil pelaksanaan prinsip-prinsip GCG Bank sebagaimana diatur
dalam ketentuan BI mengenai GCG bagi Bank Umum yang
dilakukan secara self assessment oleh pihak bank yang
bersangkutan Earnings NIM
Capital CAR
83
2. Variabel Dependen
Menurut Sugiyono (2016: 61) variabel dependen adalah: “... variabel yang
dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas”. Dalam
penelitian ini variabel dependen yang digunakan yaitu Financial Distress, yaitu
tahap penurunan kondisi keuangan yang terjadi sebelum terjadinya kebangkrutan
ataupun likuidasi.
84
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Objek Penelitian
Pemilihan sampel penelitian ini menggunakan 3 (tiga) bank syariah, yaitu
Bank Syariah Mandiri (BSM), BNI Syariah dan BRI Syariah periode 2012-2018.
Adapun rasio-rasio masing-masing ketiga bank syariah, adalah sebagai berikut :
1. Deskripsi Bank Syariah Mandiri (BSM)
a. Sejarah Bank Syariah Mandiri
Krisis moneter dan ekonomi sejak Juli 1997, yang disusul dengan krisis
politik nasional telah membawa dampak besar dalam perekonomian nasional.
Krisis tersebut telah mengakibatkan perbankan Indonesia yang didominasi oleh
bank-bank konvensional mengalami kesulitan yang sangat parah. Keadaan
tersebut menyebabkan pemerintah Indonesia terpaksa mengambil tindakan untuk
merestrukturisasi dan merekapitalisasi sebagian bank-bank di Indonesia.
Lahirnya Undang-undang No. 10 tahun 1998, tentang perubahan atas
Undang-undang No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan, pada bulan November
1998 telah memberi peluang yang sangat baik bagi tumbuhnya bank-bank
syariah di Indonesia. Undang-undang tersebut memungkinkan bank beroperasi
sepenuhnya secara syariah atau dengan membuka cabang khusus syariah.
PT. Bank Susila Bakti (PT Bank Susila Bakti) yang dimiliki oleh
Yayasan Kesejahteraan Pegawai (YKP) PT Bank Dagang Negara dan PT
Mahkota Prestasi berupaya keluar dari krisis 1997-1999 dengan berbagai cara.
Mulai dari langkah-langkah menuju merger sampai pada akhirnya memilih
85
konversi menjadi bank syariah dengan suntikan modal dari pemilik.
Dengan terjadinya merger empat bank (Bank Dagang Negara, Bank Bumi
Daya, Bank Exim dan Bapindo) ke dalam PT Bank Mandiri (Persero) pada
tanggal 31 Juli 1999, rencana perubahan PT Bank Susila Bakti menjadi bank
syariah (dengan nama Bank Syariah Sakinah) diambil alih oleh PT Bank
Syariah Mandiri (Persero).
PT Bank Mandiri (Persero) selaku pemilik baru mendukung sepenuhnya
dan melanjutkan rencana perubahan PT Bank Susila Bakti menjadi bank
syariah. Langkah awal dengan merubah Anggaran Dasar tentang nama PT
Bank Susila Bakti menjadi PT Bank Syariah Sakinah berdasarkan Akta Notaris:
Ny. Machrani M.S. SH, No. 29 pada tanggal 19 Mei 1999. Kemudian melalui
Akta No. 23 tanggal 8 September 1999 Notaris: Sutjipto, SH nama PT Bank
Syariah Sakinah Mandiri diubah menjadi PT Bank Syariah Mandiri.
Pada tanggal 25 Oktober 1999, Bank Indonesia melalui Surat Keputusan
Gubernur Bank Indonesia No. 1/24/KEP. BI/1999 telah memberikan ijin
perubahan kegiatan usaha konvensional menjadi kegiatan usaha berdasarkan
prinsip syariah kepada PT Bank Susila Bakti. Selanjutnya dengan Surat
Keputusan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia No. 1/1/KEP.DGS/1999
tanggal 25 Oktober, Bank Indonesia telah menyetujui perubahan nama PT
Bank Susila Bakti menjadi PT Bank Syariah Mandiri.
Senin tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1 November 1999
merupakan hari pertama beroperasinya PT. Bank Syariah Mandiri. Kelahiran
Bank Syariah Mandiri merupakan buah usaha bersama dari para perintis bank
86
syariah di PT. Bank Susila Bakti dan Manajemen PT. Bank Mandiri yang
memandang pentingnya kehadiran bank syariah di lingkungan PT. Bank
Mandiri (Persero).
PT. Bank Syariah Mandiri hadir sebagai bank yang mengkombinasikan
idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani yang melandasi operasinya. Harmoni
antara idealisme usaha dan nilai-nilai rohani inilah yang menjadi salah satu
keunggulan PT Bank Syariah Mandiri sebagai alternatif jasa perbankan di
Indonesia.
b. Visi dan Misi Bank Syariah Mandiri (BSM)
Bank Syariah Mandiri mempunyai visi yaitu menjadi bank syariah
tepercaya pilihan mitra usaha. Sedangkan misi Bank Syariah Mandiri antara
lain :
a. Menciptakan suasana pasar perbankan syariah agar dapat berkembang
dengan mendorong terciptanya sarikat dagang yang terkoordinasi dengan
baik.
b. Mencapai pertumbuhan dan keuntungan yang berkesinambungan melalui
sinergi dengan mitra strategis agar menjadi bank syariah terkemuka di
Indonesia yang mampu meningkatkan nilai bagi para pemegang saham dan
memberikan kemaslahatan bagi masyarakat luas.
c. Mempekerjakan pegawai yang profesional dan sepenuhnya mengerti
operasional perbankan syariah.
d. Menunjukkan komitmen terhadap standar kinerja operasional perbankan
dengan pemanfaatan teknologi mutakhir, serta memegang teguh prinsip
87
keadilan, keterbukaan dan kehati-hatian.
e. Mengutamakan mobilisasi pendanaan dari golongan masyarakat menengah
dan ritel, memperbesar portofolio pembiayaan untuk skala menengah dan
kecil, serta mendorong terwujudnya manajemen zakat, infak dan shadaqah
yang lebih efektif sebagai cerminan kepedulian sosial.
f. Meningkatkan permodalan sendiri dengan mengundang perbankan lain,
segenap lapisan masyarakat dan investor asing.
2. Deskripsi BNI Syariah
a. Sejarah BNI Syariah
Didirikan pada tanggal 5 Juli 1946, PT Bank Negara Indonesia
(persero) Tbk atau BNI menjadi bank pertama milik negara yang lahir setelah
kemerdekaan Indonesia. Lahir pada masa perjuangan kemerdekaan Republik
Indonesia, BNI sempat berfungsi sebagai bank sentral dan bank umum
sebagaimana tertuang dalam Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang No. 2/1946, sebelum akhirnya beroperasi sebagai bank komersial
sejak tahun 1955. Oeang Republik Indonesia atau ORI sebagai alat
pembayaran resmi pertama yang dikeluarkan Pemerintah Indonesia pada
tanggal 30 Oktober 1946 dicetak dan diedarkan oleh Bank Negara Indonesia.
Menyusul penunjukan De Javache Bank yang merupakan warisan dari
Pemerintah Belanda sebagai bank sentral pada tahun 1949, Pemerintah
membatasi peran BNI sebagai bank sentral. BNI lalu ditetapkan sebagai bank
pembangunan dan diberikan hak untuk bertindak sebagai bank devisa pada
tahun 1950 dengan akses langsung untuk transaksi luar negeri. Kantor cabang
88
BNI pertama di luar negeri dibuka di Singapura pada tahun 1955.
Peranan BNI untuk mendukung perekonomian Indonesia semakin
strategis dengan munculnya inisiatif untuk melayani seluruh lapisan
masyarakat dari Sabang sampai Merauke pada tahun 1960-an dengan
memperkenalkan berbagai layanan perbankan seperti Bank Terapung,
Bank Keliling, Bank Bocah dan Bank Sarinah. Tujuan utama dari
pembentukan Bank Terapung adalah untuk melayani masyarakat yang tinggal
di kepulauan seperti di Kepulauan Riau atau daerah yang sulit dijangkau
dengan transportasi darat seperti Kalimantan. BNI juga meluncurkan Bank
Keliling, yaitu jasa layanan perbankan di mobil keliling sebagai upaya
proaktif untuk mendorong masyarakat menabung.
Sesuai dengan UU No.17 Tahun 1968 sebagai bank umum dengan
nama Bank Negara Indonesia 1946, BNI bertugas memperbaiki ekonomi
rakyat dan berpartisipasi dalam pembangunan ekonomi nasional.
Segmentasi nasabah juga telah dibidik BNI sejak awal dengan dirintisnya
bank yang melayani khusus nasabah wanita yaitu Bank Sarinah di mana
seluruh petugas bank adalah perempuan dan Bank Bocah yang memberikan
edukasi kepada anak-anak agar memiliki kebiasaan menabung sejak dini.
Pelayanan Bank Bocah dilakukan juga oleh anak- anak. Bahkan sejak 1963,
BNI telah merintis layanan perbankan diperguruan tinggi saat membuka Kantor
Kas Pembantu di Universitas Sumatera Utara (USU) di Medan. Saat ini BNI
telah memiliki kantor layanan hampir di seluruh perguruan tinggi negeri
maupun swasta terkemuka di Indonesia.
89
Dalam masa perjalanannya, BNI telah mereposisi identitas korporatnya
untuk menyesuaikan dengan pasar keuangan yang dinamis. Identitas pertama
sejak BNI berdiri berupa lingkaran warna merah dengan tulisan BNI 1946
berwarna emas melambangkan persatuan, keberanian, dan patriotisme yang
memang merefleksikan semangat BNI sebagai bank perjuangan. Pada tahun
1988, identitas korporat berubah menjadi logo layar kapal & gelombang untuk
merepresentasikan posisi BNI sebagai Bank Pemerintah Indonesia yang siap
memasuki pasar keuangan dunia dengan memiliki kantor cabang di luar negeri.
Gelombang mencerminkan gerak maju BNI yang dinamis sebagai bank
komersial Negara yang berorientasi pada pasar.
Setelah krisis keuangan melanda Asia tahun 1998 yang mengguncang
kepercayaan masyarakat terhadap perbankan nasional, BNI melakukan
program restrukturisasi termasuk diantaranya melakukan rebranding untuk
membangun & memperkuat reputasi BNI. Identitas baru ini dengan
menempatkan angka „46‟ di depan kata „B I‟. Kata „B I‟ berwarna tosca
yang mencerminkan kekuatan, keunikan, dan kekokohan. Sementara angka
”46” dalam kotak orange diletakkan secara diagonal untuk menggambarkan
BNI baru yang modern.
Tempaan krisis moneter tahun 1998 membuktikan ketangguhan sistem
perbankan syariah. Prinsip Syariah dengan 3 (tiga) pilarnya yaitu adil,
transparan dan maslahat mampu menjawab kebutuhan masyarakat terhadap
sistem perbankan yang lebih adil. Dengan berlandaskan pada Undangundang
No.10 Tahun 1998, pada tanggal tanggal 29 April 2000 didirikan Unit Usaha
90
Syariah (UUS) BNI dengan 5 kantor cabang di Yogyakarta, Malang,
Pekalongan, Jepara dan Banjarmasin. Selanjutnya UUS BNI terus
berkembang menjadi 28 Kantor Cabang dan 31 Kantor Cabang Pembantu.
Disamping itu nasabah juga dapat menikmati layanan syariah di Kantor
Cabang BNI Konvensional (office channelling) dengan lebih kurang 1500
outlet yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Di dalam pelaksanaan
operasional perbankan, BNI Syariah tetap memperhatikan kepatuhan terhadap
aspek syariah. Dengan Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang saat ini diketuai
oleh K .Ma‟ruf Amin, semua produk B I Syariah telah melalui pengujian
dari DPS sehingga telah memenuhi aturan syariah.
Berdasarkan Keputusan Gubernur Bank Indonesia Nomor
12/41/KEP.GBI/2010 tanggal 21 Mei 2010 mengenai pemberian izin usaha
kepada PT Bank BNI Syariah. Dan di dalam Corporate Plan UUS BNI tahun
2000 ditetapkan bahwa status UUS bersifat temporer dan akan dilakukan spin
off tahun 2009. Rencana tersebut terlaksana pada tanggal 19 Juni 2010
dengan beroperasinya BNI Syariah sebagai Bank Umum Syariah (BUS).
Realisasi waktu spin off bulan Juni 2010 tidak terlepas dari faktor eksternal
berupa aspek regulasi yang kondusif yaitu dengan diterbitkannya UU No.19
tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) dan UU No.21
tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Disamping itu, komitmen Pemerintah
terhadap pengembangan perbankan syariah semakin kuat dan kesadaran
terhadap keunggulan produk perbankan syariah juga semakin meningkat.
91
b. Visi dan Misi BNI Syariah
BNI Syariah mempunyai visi untuk menjadi bank syariah pilihan
masyarakat yang unggul dalam layanan dan kinerja. Untuk mencapai visi
tersebut, BNI Syariah mempunyai misi sebagai berikut:
a. Memberikan kontribusi positif kepada masyarakat dan peduli pada
kelestarian lingkungan.
b. Memberikan solusi bagi masyarakat untuk kebutuhan jasa
perbankan syariah.
c. Memberikan nilai investasi yang optimal bagi investor.
d. Menciptakan wahana terbaik sebagai tempat kebanggaan untuk
berkarya dan berprestasi bagi pegawai sebagai perwujudan ibadah.
e. Menjadi acuan tata kelola perusahaan yang amanah.
Bank syariah ini memiliki nilai intangibilitas yang menjadi
diferensiasi bagi perkembangan industri perbankan syariah yang selain
memiliki visi misi meningkatkan kinerja keuangan juga memberikan nilai
tambah pada model bisnisnya. Nilai intangibilitas ini diantaranya
memberikan kesempatan kepada Sumber Daya Insani perbankan untuk
melaksanakan ibadah shalat tepat waktu dan menghentikan sementara
transaksi perbankan selama beberapa menit. Program ibadah ini memberi
makna bahwa SDI di bank selain berkinerja tinggi juga tepat waktu untuk
beribadah. Sehingga akumulasi dari penilaian di industri syariah tidak hanya
bernilai keuangan saja tetapi juga memasukkan multiplier effect dari nilai
intangibilitas yang sesuai dengan rukun Islam yang diyakini oleh SDI
92
perbankan syariah (Aziz, 2017).
3. Deskripsi PT. BRI Syariah
a. Sejarah PT. BRI Syariah
Berawal dari akuisisi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk.,
terhadap Bank Jasa Arta pada 19 Desember 2007 dan setelah mendapatkan
izin dari Bank Indonesia pada 16 Oktober 2008 melalui suratnya
No.10/67/KEP.GBI/DpG/2008, maka pada tanggal 17 November 2008 PT.
BRI Syariah secara resmi beroperasi. Kemudian PT. Bank BRI Syariah
merubah kegiatan usaha yang semula beroperasional secara konvensional,
kemudian diubah menjadi kegiatan perbankan berdasarkan prinsip syariah
Islam.
Dua tahun lebih PT. BRI Syariah hadir mempersembahkan sebuah
bank ritel modern terkemuka dengan layanan finansial sesuai kebutuhan
nasabah dengan jangkauan termudah untuk kehidupan lebih bermakna.
Melayani nasabah dengan pelayanan prima (service excellence) dan
menawarkan beragam produk yang sesuai harapan nasabah dengan prinsip
syariah.
Kehadiran PT. BRI Syariah di tengah-tengah industri perbankan
nasional dipertegas oleh makna pendar cahaya yang mengikuti logo
perusahaan. Logo ini menggambarkan keinginan dan tuntutan masyarakat
terhadap sebuah bank modern sekelas PT. BRI Syariah yang mampu
melayani masyarakat dalam kehidupan modern. Kombinasi warna yang
93
digunakan merupakan turunan dari warna biru dan putih sebagai benang
merah dengan brand PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk,.
Aktivitas PT BRI Syariah semakin kokoh setelah pada 19
Desember 2008 ditandatangani akta pemisahan Unit Usaha Syariah PT Bank
Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., untuk melebur ke dalam PT. Bank BRI
Syariah (proses spin-off) yang berlaku efektif pada 1 Januari 2009.
Penandatanganan dilakukan oleh Bapak Sofyan Basir selaku Direktur Utama
PT. BRI Persero, Tbk., dan Bapak Ventje Rahardjo selaku Direktur Utama
PT. Bank BRI Syariah.
Saat ini PT. BRI Syariah menjadi bank syariah ketiga terbesar
berdasarkan aset. PT. BRI Syariah tumbuh dengan pesat baik dari sisi aset,
jumlah pembiayaan dan perolehan dana pihak ketiga. Dengan berfokus pada
segmen menengah bawah, PT. BRI Syariah menargetkan menjadi bank ritel
modern terkemuka dengan berbagai ragam produk dan layanan perbankan.
Sesuai dengan visinya, saat ini PT. BRI Syariah merintis sinergi
dengan PT. BRI Persero, Tbk., dengan memanfaatkan jaringan kerja PT.
BRI Persero, Tbk., sebagai kantor layanan syariah dalam mengembangkan
bisnis yang berfokus kepada kegiatan penghimpunan dana masyarakat dan
kegiatan konsumer berdasarkan prinsip syariah.
A. Visi dan Misi BRI Syariah
Visi
Menjadi bank ritel modern terkemuka dengan ragam layanan finansial
sesuai kebutuhan nasabah dengan jangkauan termudah untuk kehidupan
94
lebih bermakna.
Misi
1) Memahami keragaman individu dan mengakomodasi beragam
kebutuhan finansial nasabah.
2) Menyediakan produk dan layanan yang mengedepankan etika sesuai
dengan prinsip-prinsip syariah.
3) Menyediakan akses ternyaman melalui berbagai sarana kapan pun
dan dimana pun.
4) Memungkinkan setiap individu untuk meningkatkan kualitas hidup
dan menghadirkan ketenteraman pikiran.
B. Laporan Keuangan
Suatu kegiatan usaha (bisnis) yang dijalankan oleh suatu perusahaan tentu
memiliki beberapa tujuan yang ingin dicapai oleh pemilik dan manajemen. Agar
usaha yang dijalankan dapat dipantau perkembangannya setiap perusahaan harus
mampu membuat catatan, pembukuan, dan laporan yang dibuat baik dalam
periode tertentu yang biasa disebut dengan laporan keuangan. Berikut pengertian
laporan keuangan dari beberapa pendapat diantaranya yaitu:
Kasmir (2012: 7) laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi
keuangan perusahaan pada tanggal tertentu (untuk neraca) dan periode tertentu
(untuk laporan laba rugi). Laporan keuangan dibuat 3 bulan atau enam bulan
untuk kepentingan internal perusahaan. Sementara untuk laporan yang lebih luas
di buat satu tahun satu kali.
95
PSAK No.1 Tahun 2014 menyampaikan bahwa tujuan laporan keuangan adalah
memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan dan arus kas
entitas. Laporan keuangan juga bermanfaat bagi sebagian besar kalangan
pengguna laporan, untuk pengambilan suatu keputusan ekonomi yang
menunjukkan pertanggungjawaban manajemen atas pengguna sumber daya yang
dipercayakan kepadanya.
1. Rasio Keuangan
Adapun data rata-rata pergerakan rasio non performing finance (NPF), financing
to deposit ratio (FDR), return on asset (ROA), Good Corporate Governance
(GCG), Return of Asset (ROA) dan Capital adequacy ratio (CAR) pada masing-
masing bank pada periode 2012-2018, sebagai berikut :
Tabel 5. Rasio keuangan Bank BRI Syariah
Tahun NPF FDR GCG ROA CAR
2012 3 103,07 1,38 0,88 11,91
2013 4,06 102,7 1,35 1,15 14,49
2014 4,6 93,9 1,74 0,08 12,89
2015 4,86 84,16 1,61 0,77 13,91
2016 4,57 81,47 1,6 0,95 20,63
2017 6,43 71,87 1,57 0,51 20,29
2018 7,57 84,67 1,85 0,60 23,90
96
Tabel 6. Rasio Keuangan Bank BNI Syariah
Tahun NPF FDR GCG ROA CAR
2012 2,02 84,99 1,25 1,48 19,07
2013 1,86 97,86 1,3 1,37 16,23
2014 1,86 92,6 200 1,27 16,26
2015 2,53 91,94 200 1,43 15,48
2016 2,94 84,57 200 1,44 14,92
2017 2,89 80,21 200 1,31 20,14
2018 3,14 87,04 217,04 1,42 21,86
Tabel 7. Bank Syariah Mandiri
Tahun NPF FDR GCG ROA CAR
2012 2,82 94,4 2,25 2,25 13,82
2013 4,31 89,37 185 1,53 14,1
2014 6,83 82,13 212 -0,03 14,12
2015 6,06 81,99 200 0,56 12,85
2016 4,92 79,19 100 0,59 14,01
2017 4,53 77,66 1,35 0,59 15,89
2018 5,19 89,04 1,55 0,68 18,22
97
2. Perhitungan Ratio-Ratio pada Model Altman Z- Score
Pada Tabel 1 disajikan data-data laporan keuangan di BRI Syariah, BNI Syariah,
dan Bank Syariah Mandiri dimana berdasarkan data tersebut dapat diperoleh
rasio-rasio keuangan yang kedepannya akan digunakan pada model Altman Z
Score. Data tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 8. Rasio Keuangan Hasil Perhitungan Metode Altman Z SCore
BRI
Syariah
Tahun
Modal
Kerja
(X1)
MVE
(X4)
EBIT
(X3)
Retained
Earning
(X2)
Financial
distress
Islamic
Financial
Distress
(a x b) k=1
2012 0.77 0.29 0.01 0.01 5.410 6.410
2013 0.74 0.33 0.01 0.01 5.320 6.320
2014 0.71 0.26 0.01 0.01 5.022 6.022
2015 0.70 0.31 0.01 0.01 5.004 6.004
2016 0.74 0.23 0.01 0.01 5.165 6.165
2017 0.75 0.22 0.00 0.00 5.218 6.218
2018 0.73 0.41 0.00 0.00 5.268 6.268
BNI
Syariah
Tahun
Modal
Kerja
(Rp)
(a-b)
MVE
(Rp)
EBIT
Retained
Earning
Financial
distress
Islamic
Financial
Distress
98
(a x b)
2012 0.63 0.46 0.013 0.017 4.765 5.765
2013 0.83 0.26 0.012 0.019 5.887 6.887
2014 0.85 0.49 0.011 0.008 6.184 7.184
2015 0.70 0.45 0.011 0.008 5.160 6.160
2016 1.02 0.32 0.016 0.008 7.167 8.167
2017 0.80 0.38 0.012 0.006 5.767 6.767
2018 1.20 0.26 0.013 0.004 8.260 9.260
BSM Tahun
Modal
Kerja
(Rp)
(a-b)
MVE
(Rp)
EBIT
Retained
Earning
Financial
distress
Islamic
Financial
Distress
(a x b)
2012 1.07 0.16 0.020 0.015 7.382 8.382
2013 1.08 0.14 0.014 0.010 7.378 8.378
2014 1.08 0.18 0.002 0.001 7.269 8.269
2015 1.09 0.20 0.005 0.004 7.410 8.410
2016 1.10 0.18 0.006 0.004 7.465 8.465
2017 2.08 0.18 0.006 0.005 13.869 14.869
2018 1.73 0.21 0.008 0.006 11.651 12.651
99
Pada bagian sebelumnya di bab II telah dipaparkan metode pendekatan teori
kekongruenan sehingga diperoleh persamaan Islamic Financial Distress seperti
berikut:
.... Persamaan 1)
Keterangan:
m = bilangan positif, k = bilangan bulat, M = Modal, A = Aktivitas, P = Profit, U
= Utang
dan pada bab yang sama telah dipaparkan tentang Altman Z Score beserta formula
modifikasinya, adapun formula untuk model Altman Modifikasi adalah sebagai
berikut:
Z-Score = 6.56X1 + 3.26X2 + 6.72X3 + 1.05X4 .... persamaan 2)
Keterangan:
X1 = working Capital/total asset
X2 = retained Earning/total asset
X3 = Earning before interest and taxes/total asset
X4 = market value of equity/book value of debt
Pada dasarnya variabel yang digunakan pada persamaan 1) dan persamaan 2)
adalah sama yaitu modal, aktifitas, dan laba/profit. Dengan menggabungkan
kedua persamaan tersebut maka diperoleh hasil koefisien Islamic Financial
Distress seperti yang telah disajikan pada tabel diatas di kolom terakhir.
f: F = S (M, A, P)
100
3. Hasil Olah Data
1. Melakukan uji model
a. Menggunakan F Restricted atau Chow Test
Hipotesis = H0 : PLS
H1 : FE
Karna P Value = 0.4797 > Alpha 0.05 maka terima H0 berarti pilihan terbaik
adalah PLS.
b. Memilih Model Panel: PLS vs RE
Menggunakan Breusch Pagan Lagrange Multiplier (LM) Test
Hipotesis = H0 : PLS
101
H1 : RE
P Value = 1, 000 > Alpha (0,005) maka terima Ho berarti metode yang
paling tepat adalah PLS
2. Uji asumsi klasik
a. Variance Inflation Factor (VIF) uji MultikolinearitasNilai VIF < 10 berarti
tidak ada multikolinieritas antara variabel yang diteliti
102
b. Heteroskedastisitas
Hipotesis = H0 : Homoskedastis
H1 : Heteroskedastis
Dari output di atas Nilai P-Value = 0,3405 > 0,05 maka terima H0, maka tampak
bahwa semua variabel tidak ada gejala heteroskedastisitas karena Sig. > 0,05
c. Autokorelasi
Tabel 9. Output olah data SPSS. Autocorrelation
Model Summaryb
Model R
R
Square
Adjusted
R
Square
Std.
Error of
the
Estimate
Change Statistics
Durbin-
Watson
R
Square
Change
F
Change df1 df2
Sig. F
Change
1 1.000a 1.000 1.000 0.00000 1.000 5 15 0.323
a. Predictors: (Constant), X5, X3, X1, X4, X2
b. Dependent Variable: Y
Olah data IBM SPSS 10
103
DL = 1,60383, DU = 1,76168, DW = 0,323
Karna DW < DL dan DU maka terdapat autokorelasi positif antara variabel-
variabel yang diteliti
3. Interpretasi Hasil Regresi dengan STATA
1. Uji Global (F Stat).
Uji ini untuk melihat secara umum apakah model kita dapat digunakan
atau tidak.
Jika hasil Prob F-stat lebih kecil dari alfa maka dapat model kita dapat
digunakan. Pada output data diatas Prob > F = 0.0000 lebih kecil dari alfa
berarti model dapat digunakan dengan metode PLS. Hal ini menunjukkan
bahwa kelima variabel penelitian secara simultan berpengaruh terhadap
Islamic Financial Distress.
2. Uji t ( t Stat).
Uji ini untuk melihat secara pervariabel apakah variabel independen
tersebut dapat mempengaruhi secara signifikan dependen atau tidak.
Berdasarkan pada output data yang diperoleh dapat ditunjukkan bahwa
secara partial hanya variabel X5 yang berpengaruh terhadap Islamic
Financial Distress.
3. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa jauh model
regresi mampu menjelaskan variabel terikat atau apakah sudah cukup tepat
memilih variabel independen untuk mengukur variabel dependen.
104
Nilai koefisien determinasi berada diantara nol dan satu (0<R2<1).
Semakin mendekati satu, semakin tepat pemilihan variabel bebas untuk
menjelaskan variabel terikat. Begitu pula sebaliknya, semakin mendekati
nol, semakin tidak tepat pemilihan variabel bebas untuk menjelaskan
variabel terikat. Pada output data diperoleh R-squared = 1.0000, hal ini
menunjukkan bahwa variabel yang digunakan sangat tepat dalam
menjelaskan variabel Islamic Financial Distress
105
106
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pada rumusan masalah yang dipaparkan pada bab Pendahuluan,
maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Nilai Islam sebagai aspek religiusitas dapan diterapkan pada konsep
Financial Distress dengan menggunakan pendekatan Teori Bilangan
Teorema Kekongruenan pada konsep Altman Z-Score Modifikasi dengan
penggunaan variabel yang sama.
2. Berdasarkan data output regresi data panel dengan menggunakan STATA
sebagai metode olah data dengan melihat Prob F = 0.0000 < 0,005
menunjukkan bahwa variabel X1 (NPF), X2 (FDR), X3(GCG), X4(ROA),
X5 (CAR) berpengaruh secara simultan terhadap Islamic Financial Distress
dimana model yang digunakan adalah PLS (Pooled Least Square)
3. Berdasarkan data output regresi data panel dengan menggunakan STATA
sebagai metode olah data dengan melihat Prob t menunjukkan bahwa variabel
X1 (NPF), X2 (FDR), X3(GCG), X4(ROA) tidak berpengaruh secara parsial
terhadap Islamic Financial Distress sedangkan X5 (CAR) berpengaruh secara
parsial terhadap Islamic Financial Distress.
B. Saran
Berdasarkan pada kesimpulan di atas, maka dirumuskan saran-saran terkait
dengan penelitian ini yaitu sebagai berikut:
107
1. Sampel yang digunakan pada penelitian ini masih sangat terbatas yaitu
BRI Syariah, BNI Syariah dan Mandiri Syariah. Keragaman sampel
penelitian akan berpengaruh pada hasil penelitian. Maka dari itu penulis
menyarankan kepada peneliti selanjutnya agar menggunakan sampel
yang lebih bervariasi dengan jumlah yang lebih besar.
2. Pada Uji T diperoleh variabel-variabel yang tidak memiliki pengaruh
terhadap Islamic Financial Distress. Oleh karna itu, peneliti berharap
pada penelitian selanjutnya ditemukan variabel-variabel yang secara
signifikan berpengaruh secara parsial terhadap Islamic Financial
Distress.
3. Keterbatasan peneliti dalam merumuskan masalah dengan cara yang
sangat sederhana menjadi ruang kepada peneliti selanjutnya dalam
meningkatkan keilmuan di bidang Ekonomi Islam khususnya di bidang
perbankan syariah. Nilai religiuitas yang digunakan pada tulisan ini
adalah sholat, dimana penulis berada pada tahap awal penyusunan
konsep Islamic Financial Distress. Penulis berharap pada penulis
berikutnya agar mampu membuat sintesis ilmu yang lebih detail dan
lengkap mengenai Islamic Financial Distress
4. Keterkaitan ilmu Ekonomi Islam dengan bidang keilmuan lain masih
sangat luas, oleh karena itu penulis menyarankan kepada peneliti
selanjutnya khususnya di bidang Ekonomi Islam agar dapat
menggandeng ahli keilmuan lainnya sehingga Ekonomi Islam di
108
Indonesia dapat lebih berkembang di bidang akademik hingga bisa
diterapkan pada kehidupan masyarakat banyak.
5. Tulisan ini adalah salah satu upaya penulis dalam berkontribusi di bidang
Ekonomi Syariah, penulis berharap agar kontribusi kecil ini bisa lebih
berkembang oleh penulis selanjutnya yang memiliki ilmu mumpuni di
bidang keilmuan ini
109
Daftar Pustaka
Abdul Mukti Soma, Ina Primiana, Sudarso K. Wiryono, Erie Febrian. 2017.
Religiosity and Islamic Banking Product Decision: Survey On Employees
Of Pt. Telekomunikasi Indonesia. Institut Teknologi Bandung.
Agung Priambodo. 2015. Analisis Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Belanja
Modal, Tenaga Kerja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi. Semarang.
Ali, Herni & Ahmad Rodhoni. (2014). Manajemen Keuangan Modern. Jakarta :
Mitra Wacana Media
Al Baihaqy, Muhammad Hasbi. 2017. Tingkat Kesehatan Bank dan Laba pada
Bank Umum Syariah. Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA.
Andari, Ni Made Meliani. Wiksuana, I Gusti Bagus. 2017. RGEC sebagai
determinasi dalam menanggulangi financial distress pada perusahaan
perbankan di bursa efek Indonesia. Bali.
Aziz, Roikhan Mochamad. 2004. Islamic Micro Macro Economics. Module 1,
Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah.
Aziz, Roikhan Mochamad. 2005. Sinlammim Kode Tuhan. Esa Alam, Jakarta. Aziz,
Roikhan Mochamad. 2006. Jejak Islam Yang Hilang. Sinlammim,
Jakarta. Aziz, Roikhan Mochamad. 2008. Analisis Pemodelan Sukuk
Indonesia Malaysia Dengan System Dynamics. Disertasi, Sekolah Pasca
Sarjana, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Aziz, Roikhan Mochamad. January-April 2008. Comparative Study of Islamic
Bonds in Indonesia and Malaysia on System Dynamics Approach. Jurnal
Ekonomi Kemasyarakatan Equilibirium, Vol,5, No. 2 Jakarta.
http://www.stiead.ac.id.
Aziz, Roikhan Mochamad. August 2008. Kaffah Approach In Islamic Economics
Theory. Journal. University Islamic Indonesia (UII), Jogjakarta,
Indonesia.
Aziz, Roikhan Mochamad. August 2008. Holistic Thinking To Develop Islamic
Bonds In Indonesia. Proceeding. IAEI – University Airlangga (Unair),
Surabaya, Indonesia.
Aziz, Roikhan Mochamad. September 2008. Sukuk Dynamics In System Thinking.
School Of Business (SBM), Institute Technology Bandung (ITB),
Bandung, Indonesia.
Aziz, Roikhan Mochamad. October 2008. The Application Of Mathematics In
Information System Based On Al-Quran. Working Paper, Studium
General, State Islamic University (UIN) Jakarta, Indonesia.
110
Aziz, Roikhan Mochamad. October 2008. The Assimilation of Sinlammim Into
System Thinking In The Quantitative Method With Modeling On Sukuk
As Islamic Economic Instrument. Proceeding. University of Malahayati,
Lampung, Indonesia.
Aziz, Roikhan Mochamad. October 2008. The Future of Sukuk Between Malaysia
and Indonesia Based on System Thinking. Proceeding. Monash
University, Sunway Campus, Malaysia.
Aziz, Roikhan Mochamad. October 2008. The Mistery of Digital Root Based On
Sinlammim Method. Proceeding. Institut Teknologi Bandung (ITB).
Bandung, Indonesia.
Aziz, Roikhan Mochamad. October 2008. The Root Of Mathematics and Science Is
level Compared With Religious Thinking. Proceeding. State Islamic
University (UIN) Jakarta, Indonesia.
Aziz, Roikhan Mochamad. November 2008. The Sukuk Competition Between
Indonesia and Malaysia With System Dynamics. Proceeding. University
Malaysia Sabah, Labuan, Malaysia.
Aziz, Roikhan Mochamad. 2009. Kaffah Thinking on Sinlammim Method Through
Digital Root. Proceeding, ISOIT International Seminar on Islamic
Thought, UKM, Bangi, Malaysia.
Aziz, Roikhan Mochamad. 2009. Education on Root Of Islam. Proceeding,
International Seminar On Islamic Education. UNJ, Jakarta.
Aziz, Roikhan Mochamad. 2009. Pasar Modal Syariah. Modul Kuliah, Fakultas
Ekonomi Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Aziz, Roikhan Mochamad. 2009. Moneter Syariah. Modul Kuliah, Fakultas
Ekonomi Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Aziz, Roikhan Mochamad. 2009. Perekonomian Indonesia. Modul Kuliah, Fakultas
Ekonomi Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Aziz, Roikhan Mochamad. 2009. Ekonomi Makromikro Syariah. Modul Kuliah,
Pasca Sarjana, Institut Agama Islam Negeri Raden Intan, Lampung.
Aziz, Roikhan Mochamad. 2009. New Paradigm on Sinlammim Kaffah In Islamic
Economics. Jurnal Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi Bisnis, Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Aziz, Roikhan Mochamad. March 2009. The Application of Kaffah Economics on
Sukuk As Islamic Economic Instrument In OIC Countries. IRTI-IDB,
IIUM, Kuala Lumpur, Malaysia.
111
Aziz, Roikhan Mochamad. April 2009. Pemodelan Institusi Keuangan Islam
Berbasis Metode Sinlammim Kaffah (Studi Kelayakan Pada Bofsa), UII,
Jogjakarta.
Aziz, Roikhan Mochamad. August 2009. Islamic Principle and Financial Aspect in
Sukuk on Asset Becked securities. IALE Hukumonline.com, Jakarta.
Aziz, Roikhan Mochamad. October 2009. Kaffah Thinking on Sinlammim Method
Through Digital Root. Proceeding, UKM Malaysia.
Aziz, Roikhan Mochamad. 2010. Ekonomi Makro Islam Tuga Dimensi. Modul
Kuliah, Fakultas Ekonomi Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah, Jakarta.
Aziz, Roikhan Mochamad. 2010. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Modul
Kuliah, Fakultas Ekonomi Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah, Jakarta.
Aziz, Roikhan Mochamad. 2010. Islamic Civilization Versus western System.
Proceeding. International Conference on Islamic Civilization. Kahorem
Pakistam.
Aziz, Roikhan Mochamad. 2010. Ekonomi Moneter Tiga Dimensi. Modul Kuliah,
Fakultas Ekonomi Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah,
Jakarta.
Aziz, Roikhan Mochamad. 2010. Perbankan Syariah. Modul Kuliah, Fakultas
Ekonomi Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Aziz, Roikhan Mochamad. 2010. Ekonomi Islam Tiga Dimensi. Modul Kuliah,
Fakultas Ekonomi Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah,
Jakarta.
Aziz, Roikhan Mochamad. 2010. The Prospect Of Islamic Revival In Indonesia
2015 Based on Development of Sukuk The Sukuk Through Sinlammim
Kaffah Method. Approved Paper For Seminar Sharia Economics Days
(Second), UI, Depok.
Aziz, Roikhan Mochamad. 2010. New Paradigm in On Sinlammim Kaffah In
Islamic Economics. Jurnal Signifikan, Vol. 9, No.2, Mei-Agustus,
Jakarta. http://www.uinjkt.ac.id.
Aziz, Roikhan Mochamad. 2010. Education on Root of Islam. Proceeding
International Seminar Islam's Contribution in Education to Empower
Human Resources.
Aziz, Roikhan Mochamad. April 2010. The prospect of IslamicRevival in Indonesia
2015 Based on Development of Sukuk The Skuk Through Sinlamim
112
Kaffaf Method. Approved Paper For Seminar Sharia Economics Days
(Second), UI, Depok.
Aziz, Roikhan Mochamad. 2011. New Paradigm on System Thinking. Jurnal
Ekonotika. Fakultas Ekonomi Bisnis, Jurusan Ilmu Ekonomi Studi
Pembangunan (IESP), Jakarta.
Aziz, Roikhan Mochamad. 2011. Draft regulation Act of Haji Finance
Management, Ministerial of Religious, Affair. Directorate General of
Haji, Jakarta.
Aziz, Roikhan Mochamad. 2012. Sinlamim: Kode Tuhan, Esa Alam,
Jakarta.Http://www.tokogunungagung.co.id.
Aziz, Roikhan Mochamad. 2012. Information System on Islam. Book Of MIS
Project Vol 1, Vol 2, Vol 3, Vol 4, Computer Comunication Information
Techonology, Faculty of Techniquem University of Indonesia, Depok.
Aziz, Roikhan Mochamad. 2012. Five Pillars of Economy, Economy Development
In Islamic Perspective. Book of Journal, Development Studdies, Fauculty
Economics Bussiniess, State Islamic University. Jakarta.
Aziz, Roikhan Mochamad. 2012. Islamic Economic. Book of Article, University Of
Islam Riau (UIR).
Aziz, Roikhan Mochamad. 2012. Keterkaitan Indikator Moneter Syariah Terhadap
Pendapatan Domestik Bruto. Jurnal Signifikan Vol. 1 No. 1. UIN Jakarta,
Tangerang. ISSN: 2087-2046. DOI: 10.15408/sjie.v1i1.2595.
http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/signifikan
Aziz, Roikhan Mochamad. 2012. New Paradigm on Islamic Kafah in Islamic
Economics. Jurnal Signifikan Vol. 1 No. 2. ISSN: 2087-2046. DOI:
10.15408/sjie.v1i2.2604. http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/signifikan
Aziz, Roikhan Mochamad. April 2012. Islamic Micro Economy. Book of Article,
IESP Program FEB, UIN Jakarta.
Aziz, Roikhan Mochamad. May 2012. Macro Economy in Islam. Book of Article
Accounting Program FEB, UIN Jakarta.
Aziz, Roikhan Mochamad. June 2012. Islamic Economic. Book of Article,
University of Islam Riau (UIR).
Aziz, Roikhan Mochamad. Oktober 2012. Five Pillars of Economy. Economy
Press. Jakarta.
Aziz, Roikhan Mochamad. 2013. Pemodalan Lembaga Keuangan Syariah Non
Bank Dengan Metode Islam. Jurnal Ekonomi Umat. Vol 7 No.2, Jakarta.
http://www.uhamka.ac.id.
113
Aziz, Roikhan Mochamad. 2013. Islamic Monetary Based On Method. Book of
Journal. Islamic Monetary Program State Islamic University, Faculty of
Economics Bussiness.
Aziz, Roikhan Mochamad. 2013. The Simulation of Islamic Economic Instrument
as Sukuk. Jurnal Nalar Fiqh Vol. 8 No. 2.
Aziz, Roikhan Mochamad. 2013. Determinan Tabungan Mudharabah di Indonesia.
Jurnal Signifikan Vol. 2 No. 2. Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah, Jakarta.
Aziz, Roikhan Mochamad. Januari 2013. Islamic Monetary Based On Method.
Book of Islam. Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah. UIN
Press, Jakarta.
Azis, Roikhan Mochamad. Januari – April 2013. Pemodelan Lembaga Keuangan
Syariah Non Bank Dengan Metode Islam. Jurnal Ekonomi Umat. Vol 7
No.2, Jakarta http://www.uhamka.ac.id.
Falhanawati, Yudnina. 2017. Pengukuran Tingkat Kesehatan Bank Syariah
Terhadap Potensi Terjadinya Financial Distress Dengan Menggunakan
Metode RGEC. Jakarta.
Fuad Nashori. Diani RR. 2002. Agenda Psikologi Islam. Kudus.
Kusminto & Joko Budi Poernomo. Analisis Penilaian Kinerja dengan Teknik Self
Assessment Sebagai Evaluasi Kinerja Mahasiswa pada Praktikum Fisika
Dasar Ii Tadris Fisika Iain Walisongo. Semarang
Laela, Sugiyarti Fatma. 2012. Kualitas laba dan corporate governance: benarkah
kualitas laba bank syariah lebih rendah dari bank konvensional?. Jakarta.
Maidalena. Analisis Faktor Non Performing Financing (NPF) pada Industri
Perbankan Syariah. Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN
Sunan Ampel.
Maradita, Aldira. Karakteristik Good Corporate Governance Pada Bank Syariah
dan Bank Konvensional. 2014.
Maradita, Aldira. Karakteristik Good Corporate Governance pada Bank Syariah
dan Bank Konvensional.
Muammar Khaddafi1. Falahuddin. Mohd. Heikal. Ayu Nandari. 2017. Analysis Z-
score to Predict Bankruptcy in Banks Listed in Indonesia Stock Exchange.
Aceh.
Muhammad Iqbal, Selamet Riyadi, Priska Sabrianti, Afifah Nur Afidah. Mapping
of Islamic Bank Financial Distress in Indonesia.
114
iswati, Za’imatun. 2 4. Analisis Efisiensi Kinerja Menggunakan Model Data
Envelopment Analysis (Dea) Pada Pt XYZ. Universitas Indraprasta PGRI.
Widyaningrum, Hening Asih. Suhadak. Topowijono. 20120. Analisis Tingkat
Kesehatan Bank Dengan Menggunakan Metode Risk-Based Bank Rating
(Rbbr). Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya. Malang.
https://www.liputan6.com/bisnis/read/3445095/ojk-kondisi-bank-syariah-nasional-
terus-membaik
https://www.liputan6.com/bisnis/read/585650/3-dampak-keberadaan-bank-syariah-
bagi-makro-ekonomi-riil.
https://www.statistikian.com/2017/01/uji-autokorelasi-dengan-spss.html
https://ekonomi.kompas.com/read/2017/09/30/132000326/sektor-pertanian-dan-
citra-indonesia-di-mata-dunia?page=all
1
Tabel 10. Penelitian Terdahalu
No Judul Peneliti Objek Penelitian Perbedaan Kesamaan
1
Prediksi Financial Distress pada
Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek
Indonesia
Randy Kurnia
Permana, Nurmala
Ahmar, Syahril
Djaddang
perusahan manufaktur
yang terdaftar di BEI
tahun 2006-201
mengetahui, menganalisis,
membuktikan dan menguji
perbedaan hasil status
kesehatan antara model
Grover, Springate, dan
Zmijewski. Tidak ada
penerapan nilai Islam
analisis financial
distress dengan
metode Altman Z
Score
2
ALTMAN Z-SCORE SEBAGAI
SALAH SATU METODE DALAM
MENGANALISIS ESTIMASI
KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN
Firda Mastuti,
Muhammad Saifi,
Devi Farah Azizah
Perusahaan Plastik dan
Kemasan yang Terdaftar
(Listing) di Bursa Efek
Indonesia periode tahun
2010 sampai dengan 2012
membuat prediksi
kebangkrutan dari
perusahaan yang dijadikan
sampel, tidak ada RGEC
dan nilai Islam
menggunakan
Altman Z Score
3
ANALISIS TINGKAT
KESEHATAN KEUANGAN
PERUSAHAAN DENGAN
METODE ALTMAN Z-SCORE
Triska Dewi
Pramitasari,
Ratnaning
Tyasasih
PT. Akasha Wira
International Tbk., PT.
Martina Berto Tbk.and
PT.Mandom Indonesia
Tbk. Meanwhile
menganalisa tingkat
kesehatan bank melalui
Altman Z Score, tidak ada
RGEC dan nilai Islam
menggunakan
Altman Z Score
4
Analisis Regresi Data Panel Pada
Pemodelan
Produksi Panen Kelapa Sawit di
Kebun Sawit
Plasma Kampung Buatan Baru
Rahmadeni, Eka
Yonesta
Kebun Sawit Plasma
Kampung Buatan Baru
objek penelitian bukan
bank
menggunakan
regresi data panel
2
5
ANALISIS DATA PANEL UNTUK
MENGUJI PENGARUH ESTIMASI
BIAYA PRODUKSI TERHADAP
HARGA JUAL PADA WORKSHOP
PT MULTI KARYA BAJATAMA
Dwi Kartikasari PT MULTI KARYA
BAJATAMA
objek penelitian bukan
bank
menggunakan
regresi data panel
6
PENGARUH PROFITABILITAS,
LIKUIDITAS DAN LEVERAGE
TERHADAP FINANCIAL
DISTRESS
Alfinda
Rohmadini
Muhammad Saifi
Ari Darmawan
Perusahaan Food &
Beverage Yang Terdaftar
Di Bursa Efek Indonesia
Periode 2013-2016)
objek penelitian bukan
bank
variabel (y) adalah
financial distress,
menggunakan
altman Z Score
7
KEKUATAN RASIO KEUANGAN
DALAM MEMPREDIKSI KONDISI
FINANCIAL DISTRESS
PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI
BEI
Evanny Indri
Hapsari
PERUSAHAAN
MANUFAKTUR DI BEI
objek penelitian bukan
bank, menggunakan
analisis regresi logit.
variabel dependent
adalah financial
distress
8
PENGARUH STRUKTUR
CORPORATE GOVERNANCE
DAN FINANCIAL INDICATORS
TERHADAP KONDISI FINANCIAL
DISTRESS
Oktita Earning
Hanifah, Agus
Purwanto
146 perusahaan yang
tercatat sebagai emiten
yang terdaftar sejak tahun
2009 sampai dengan 2011
objek penelitian bukan
bank, tidak menggunakan
analisis data panel
menganalisis
pengaruh terhadap
financial distress
3
9
RGEC SEBAGAI DETERMINASI
DALAM MENANGGULANGI
FINANCIAL DISTRESS PADA
PERUSAHAAN PERBANKAN
DI BURSA EFEK INDONESIA
I Made Meliani
Andari, I Gusti
Bagus Wiksuana
perusahaan perbankan
yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia
objek penelitian adalah
bank konvensional dan
menggunakan regresi
logistik
variabel yang
digunakan
10
KEKUATAN RASIO KEUANGAN
DALAM MEMPREDIKSI KONDISI
FINANCIAL DISTRESS
PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI
BEI
Evanny Indri
Hapsari
PERUSAHAAN
MANUFAKTUR DI BEI
variabel yang digunakan
berbeda, metode
analisisnya juga berbeda
variabel dependent
adalah financial
distress
11
ANALISIS PENGARUH RGEC
TERHADAP FINANCIAL
DISTRESS
BANK UMUM SYARIAH DI
INDONESIA
PUTRI
SHOLIKATI
Bank Umum Syariah
yang terdaftar di Bank
Indonesia
metode analisisnya bukan
regresi data panel
variabel yang
digunakan sama
4
12
Analisis Model Rgec (Risk Profile,
Good Corporate Governance,
Earnings, And Capital) dalam
Mengetahui Potensi Financial
Distress
pada Bank Umum Syariah
Nurul Qoriah, dan
Nurdin BUS
menggunakan regresi
logistik
variabel yang
digunakan sama
KUALITAS LABA DAN
CORPORATE GOVERNANCE:
BENARKAH KUALITAS LABA
BANK SYARIAH LEBIH RENDAH
DARI
BANK KONVENSIONAL?
13
Analysis Z-score to Predict
Bankruptcy in Banks Listed in
Indonesia Stock Exchange
Muammar
Khaddafi,
Falahuddin, Moh.
Heikal , Ayu
Nandari. 2017.
14
Mapping of Islamic Bank Financial
Distress in Indonesia. Perbanas
Institute.
Muhammad Iqbal,
Selamet Riyadi,
Priska Sabrianti,
Afifah Nur Afidah.
2018.
15
Determinants of Sharia Banks’
Efficiency In Indonesia: Panel Data
Analysis
Khalifany Ash
Shidiqi, Aulifah
Rachmawati.
2018.
Shariah Banks in
Indonesia
Jurnal ini menguji tentang
efisiensi
Metode Analisis
yang digunakan
adalah Data Panel
5
16
Religiosity and Islamic Banking
Product Decision: Survey On
Employees Of Pt. Telekomunikasi
Indonesia. Institut Teknologi
Bandung.
Abdul Mukti
Soma, Ina
Primiana, Sudarso
K. Wiryono, Erie
Febrian.
17
Data Panel Regression Analysis on
Corruption Case with Inequality of
West Java Province Income Year
2010-2015
Rizky Dwi
Noviantika
18
Analisis Penilaian Kinerja dengan
Teknik Self Assessment Sebagai
Evaluasi Kinerja Mahasiswa pada
Praktikum Fisika Dasar Ii Tadris
Fisika Iain Walisongo
Kusminto & Joko
Budi Poernomo.
19
Analisis Regresi Data Panel Pada
Pemodelan
Produksi Panen Kelapa Sawit Di
Kebun Sawit
Plasma Kampung Buatan Baru
Rahmadeni, Eka
Yonesta
kebun sawit plasma
kampung Buatan Baru
Populasi yang digunakan
bukan bank syariah
20
RGEC sebagai determinasi dalam
menanggulangi financial distress pada
perusahaan perbankan di bursa efek
Indonesia
Ni Made Meliani
Andari. I Gusti
Bagus Wiksuana
Bank Umum Syariah
yang terdaftar di BEI
variabel yang digunakan
berbeda, metode
analisisnya juga berbeda
6
Tabel 11. Data Laporan Keuangan Altman Z Score
BRI
Syariah Tahun
Aktiva
Lancar
(Rp)
Kewajiban
Lancar
(Rp)
Modal
Kerja (Rp)
(a-b)
MVE (Rp)
Nilai Buku
Hutang (Rp) Total Aset EBIT
Retained
Earning
(a) (b) (a x b) (a + b)
2,012
13,776,753
2,993,561
10,783,192
979,000
3,431,739
14,088,914
138,052
101,890
2,013
17,030,283
4,130,131
12,900,152
1,479,000
4,504,515
17,400,914
183,942
219,128
2,014
19,434,343
4,989,280
14,445,063
1,479,000
5,608,590
20,343,249
153,850
228,843
7
2,015 23,255,649 6,203,879 17,051,770 1,979,000 6,421,537 24,230,247 169,069 122,640
2,016
26,834,708
6,400,942
20,433,766
1,979,000
8,464,428
27,687,188
238,609
170,210
2,017
30,441,831
6,655,764
23,786,067
1,979,000
9,100,455
31,543,384
150,957
101,091
2,018
36,663,206
8,903,084
27,760,122
4,858,057
11,894,916
37,915,084
151,514
106,600
BNI
Syariah Tahun
Aktiva
Lancar
(Rp)
Kewajiban
Lancar
(Rp)
Modal
Kerja (Rp)
(a-b)
MVE (Rp)
Nilai Buku
Hutang (Rp) Total Aset EBIT
Retained
Earning
(a) (b) (a x b) (a + b)
2,012
10,254,114
3,530,119
6,723,995
1,001,000
2,185,658
10,645,313
137,744
175,967
8
2,013
14,232,695
1,972,045
12,260,650
1,001,000
3,838,672
14,708,504
179,616
283,680
2,014
19,180,485
2,631,276
16,549,209
1,501,500
3,084,547
19,492,112
220,133
163,251
2,015
22,631,094
2,845,936
19,785,158
1,501,500
3,310,505
28,314,175
307,768
228,525
2,016
27,644,272
4,151,881
23,492,391
1,501,500
4,684,758
23,017,667
373,197
184,732
2,017
34,046,013
6,057,678
27,988,335
2,501,500
6,612,712
34,822,442
408,747
193,513
2,018
40,408,790
8,944,049
49,352,839
2,501,500
9,787,200
41,048,545
550,238
184,321
BSM Tahun
Aktiva
Lancar
Kewajiban
Modal
Kerja (Rp)
MVE (Rp)
Nilai Buku
Hutang (Rp)
Total Aset EBIT
Retained
Earning
9
(Rp) Lancar
(Rp)
(a-b)
(a) (b) (a x b) (a + b)
2,012
52,215,048
5,901,150
58,116,198
1,458,243
9,168,631
54,229,395
1,097,132
805,690
2,013
61,642,542
7,688,449
69,330,991
1,489,021
11,029,685
63,965,361
883,836
651,240
2,014
64,432,872
7,684,050
72,116,922
1,489,021
8,329,965
66,942,422
109,793
71,778
2,015
67,622,849
9,069,447
76,692,296
1,989,021
9,883,107
70,369,708
374,126
289,575
2,016
76,276,735
10,593,301
86,870,036
1,989,021
11,232,796
78,831,722
434,704
325,414
10
2,017 77,448,996 88,672,676 166,121,672 2,489,022 13,506,681 80,012,307 487,060 365,166
2,018
79,772,466
95,044,635
170,274,714
2,989,022
14,477,262
98,341,116
815,733
605,213
Top Related