1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Andrew Mc Ghie Ma Phd (1996) mengungkapkan bahwa tahap lanjut
dari kehidupan orang dewasa, adalah masa separuh baya atau dewasa lanjut yang
juga menimbulkan masalah-masalah baru yang menuntut penyesuaian diri lagi
dari pria maupun wanita. Jed Diamond (2003) menyatakan bahwa andropause
dimulai dengan perubahan hormon, fisiologis dan kimia yang terjadi dalam diri
seorang pria.
Perubahan ini mempengaruhi semua aspek kehidupan pria baik fisik
maupun psikologis. Namun sering terjadi ialah ketidakfahaman pada seorang
laki-laki paruh baya tentang gejala-gejala andropause yang mengarah pada
kekhawatiran-kekhawatiran akan terjadinya perubahan-perubahan pada masa
andropause.
Dari gejala-gejala andropause yang timbul dan yang paling dikhawatirkan
pria adalah adanya perubahan seksualitas. Suatu kondisi fisik yang memiliki
konsekuensi emosional dan kondisi fisik ini merupakan peristiwa alami dari
proses penuaan dengan fokus utama pada penurunan dorongan seksual yang
terkait pada proses tersebut (David Ryback, 1998).
Begitu pula yang terjadi di Desa turirejo Kecamatan Lawang Kabupaten
Malang, seringkali para lansia laki-laki menanyakan tentang adanya proses
penuaan dan penurunan dorongan seksual.
Jajak pendapat yang baru-baru ini diadakan oleh surat kabar nasional
Inggris menyimpulkan bahwa 97 % dari pembacanya yakin bahwa andropause
1
2
merupakan fakta dan harus diobati (Andrew Ghill, 1996). Jed diamond (2003)
mengatakan bahwa di Amerika Serikat terdapat 25.172.000 pria berusia 40-55
tahun yang sekarang sedang melewati masa andropause Dalam kurun waktu
kurang dari 25 tahun, di tahun 2020 diperkirakan jumlah pria di Amerika Serikat
yang mengalami andropause meningkat menjadi 57.500.000 jiwa (Jed diamond
2003)
Di seluruh dunia, terdapat sekitar 408 juta jiwa pria berusia 40-55 tahun
yang mengalami andropause dan akan meningkat menjadi 690 juta jiwa pria di
tahun 2020. berdasarkan laporan berita dari Metro News pada tanggal 19 Oktober
2003 diduga terdapat 11,36 % dari 200 juta jiwa penduduk Indonesia atau 22,68
juta jiwa yang melewati masa lanjut usia dengan andropause. Penelitian-
penelitian di negara barat menunjukkan bahwa 10-15 % mengalami andropause
pada usia 60 tahun.
Dengan bertambahnya angka harapan hidup, maka jumlah penderita
gejala andropause akan meningkat dengan pesat (Andrew Ghill, 1996).
Sedangkan di Kecamatan Lawang khususnya Desa Turirejo, belum ada laporan
resmi tentang masalah andropouse pada lansia, tetapi yang ada adalah jumlah
lansia di Desa Turirejo yang berjumlah 107 dari 48241 jumlah penduduk secara
keseluruhan.
Masalah yang terjadi pada andropause lebih cenderung bersifat psikologis
dan bersikap negatif seperti ; merasa cemas, menolak adanya andropause,
depresi, merasa kesepian, mudah marah, mudah tersinggung dan kegelisahan
tentang adanya perubahan seksual yang dialaminya. Hal ini bila tidak diatasi
dapat berdampak terhadap seluruh aspek kehidupan baik fisik maupun psilogis
pria dewasa lanjut, serta dapat juga berdampak terhadap kehidupan sosial ataupun
3
pribadi dari pria dewasa lanjut, seperti ; hubungan suami istri yang tidak
harmonis, konflik keluarga dan sebagainya (Andrew Ghill, 1996).
Oleh sebab itu salah satu cara untuk meningkatkan pengetahuan dapat
dilakukan melalui pemberian pendidikan kesehatan kepada individu (Azwar,
1983). Melalui pemberian pemberian pendidikan kesehatan dapat terwujudnya
perubahan sikap, dari sikap yang negatif ke sikap yang positif, seperti halnya ;
menerima adanya andropause, mampu beradaptasi dengan adanya perubahan-
perubahan yang terjadi pada diri pria dewasa lanjut, jujur kepada dirinya sendiri
dan sebagainya.
Tujuan dari pemberian pendidikan kesehatan adalah terbentuknya
perilaku sehat pada individu maupun kelompok yang sesuai dengan konsep hidup
sehat baik fisik, mental dan sosial. Sehingga menurunkan angka kesakitan
(Nasrul Effendi, 1998). Berdasarkan uraian diatas maka perlu dilakukan
penelitian guna mengetahui pengaruh pemberian pendidikan kesehatan terhadap
perubahan pengetahuan laki-laki usia 40-50 tahun tentang andropause di Desa
Turirejo Kecamatan Lawang Kabupaten Malang.
1.2 Rumusan masalah
1.2.1 Pernyataan Masalah
Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahuai sejauh mana
pengaruh pemberian pendidikan kesehatan dalam meningkatkan
pengetahuan pria dewasa lanjut tentang andropouse, karena dengan
pemberian pendidikan kesehatan diharapkan pengetahuan pria dewasa
lanjut dapat meningkat sehingga dapat digunakan sebagai pedoman dalam
4
menjalani perubahan-perubahan yang terjadi dalam kehidupannya sebagai
pria dewasa lanjut.
1.2.2 Batasan Masalah
Dalam penelitian ini peneliti membatasi masalah pada pengaruh
pemberian pendidikan kesehatan terhadap perubahan pengetahuan laki-laki
usia 40-50 tahun tentang adropouse
1.2.3 Pertanyaan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan
pertannyaan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pengetahuan laki-laki usia 40-50 tahun tentang
andropause sebelum diberikan pendidikan kesehatan di Desa Turirejo
Kecamatan Lawang Kabupaten Malang ?
2. Bagaimana pengetahuan laki-laki usia 40-50 tahun tentang
andropause setelah diberikan pendidikan kesehatan di Desa Turirejo
Kecamatan Lawang Kabupaten Malang ?
3. Adakah pengaruh pemberian pendidikan kesehatan terhadap
perubahan pengetahuan laki-laki usia 40 -55 tahun tentang andropause
di Desa Turirejo Kecamatan Lawang Kabupaten Malang ?
1.3 Tinjuan penelitian
1.3.1 Tujuan umum
Menganalisis pengaruh pemberian pendidikan kesehatan terhadap
perubahan pengetahuan laki-laki usia 40 -55 tahun tentang andropause di
Desa Turirejo Kecamatan Lawang Kabupaten Malang.
5
2.3.1 Tujuan khusus
1. Mengidentifikasi pengetahuan laki-laki usia 40-50 tahun tentang
andropause sebelum diberikan pemberian pendidikan kesehatan di
Desa Turirejo Kecamatan Lawang Kabupaten Malang.
2. Mengidentifikasi pengetahuan laki-laki usia 40-50 tahun tentang
andropause setelah diberikan pemberian pendidikan kesehatan di Desa
Turirejo Kecamatan Lawang Kabupaten Malang.
3. Menganalisis pengaruh pemberian pendidikan kesehatan terhadap
perubahan pengetahuan laki-laki usia 40 -55 tahun tentang andropause
di Desa Turirejo Kecamatan Lawang Kabupaten Malang.
1.4 Manfaat penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak
yang terkait di dalamnya, antara lain :
1.4.1 Bagi peneliti
Untuk menambah wawasan dan pengalaman dalam melakukan
penelitian khususnya tentang pengaruh pemberian pendidikan kesehatan
terhadap perubahan pengetahuan pria dewasa lanjut tentang andropause
1.4.2 Bagi institusi Pendidikan
Sabagai bahan informasi dan tambahan khasanah pengetahuan
mengenai perkembangan pria dewasa lanjut dalam hal andropause, serta
sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya.
6
1.4.3 Bagi Lahan Penelitian
Sebagai bahan masukan bagi tenaga kesehatan khususnya pemegang
program PHN (Public Health Nursing) dan lanjut usia dalam upaya
meningkatkan mutu pelayanan diposyandu lanjut usia, misalnya
meningkatkan konseling tentang andropouse dan memberikan dukungan
mengenai perkembangan kehidupan pria dewasa lanjut
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep pengetahuan ( Knowledge )
2.1.1 Pengertian
Pengetahuan adalah “ hasil tahu “ dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan suatu obyek tertentu (Notoatmodjo, 1996).
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya sikap seseorang. Pengetahuan yang dicakup dalam domain
kognitif mempunyai enam tingkatan, yaitu :
1. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya.
2. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai kemampuan menjelaskan secara benar
tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi
tersebut secara benar.
3. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya di
dalam kehidupan.
4. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
obyek ke dalam suatu komponen. Komponen yang ada kaitannya satu
dengan yang lain.
7
8
5. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru.
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan jastifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek (Notoatmodjo,2003)
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara
atau angket yang terdiri atas pertanyaan yang berkaitan dengan isi materi
yang ingin diukur dari suatu subyek.
2.1.2 Faktor yang mempengaruhi pengetahuan laki-laki usia 40-50 tahun
tentang andropause
Faktor yang mempengaruhi pengetahuan ada dua, yaitu faktor
internal dan eksternal :
1. Faktor internal yang mempengaruhi pengetahuan
1) Umur
Singgih (1990), mengemukakan bahwa makin tua umur
seseorang maka proses-proses perkembangan mentalnya
bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu, bertambahnya
proses perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika
berumur belasan tahun. Selain itu Abu Ahmadi (1991), juga
mengemukakan juga bahwa daya ingat seseorang itu salah
satunya dipengaruhi oleh umur. Dari uraian ini dapat
disimpulkan bahwa dengan bertambahnya umur seseorang
dapat mempengaruhi pada derajat pertambahan pengetahuan
9
yang diperolehnya, akan tetapi pada masa tertentu atau
menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau meningat
suatu pengetahuan akan semakin berkurang.
2) Intelegensia
Intelegensia dapat diartikan sebagai kemampuan belajar dan
berfikir abstrak guna menyesuaikan diri secara mental dalam
situasi baru. Intelegensia merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi hasil dari proses belajar. Intelegensia bagi
seseorang merupakan salah satu modal untuk berfikir dan
mengolah berbagai informasi secara terarah sehingga ia mampu
menguasai lingkungan (Khayan, 1997). Sehingga dapat
disimpulkan bahwa perbedaan intelegensia dari seseorang dapat
mempengaruhi terhadap tingkat pengetahuannya.
3) Pendidikan
Berdasarkan Notoatmodjo (2003) pendidikan adalah suatu
kegiatan atau proses pembelajaran unutuk mengembangkan
atau meningkatkan kemampuan tertentu sehingga sasaran
pendidikan itu dapat berdiri sendiri. Pada umumnya semakin
tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin baik pula
pengetahuannya.
4) Pengalaman
Pengalaman merupakan sumber pengetahuan atau pengalamaan
merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran
pengetahuan. Oleh karena itu pengalaman dapat digunakan
sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan
10
dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh
dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa
yang lalu (Notoatmodjo, 2003)
2. Faktor eksternal yang mempengaruhi pengetahuan laki-laki usia 40-50
tahun tentang andropause
Selain faktor internal, maka terdapat pula faktor eksternal yang
mempengaruhi pengetahuan, yaitu antara lain :
1) Sosial budaya
Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai
pengaruh yang besar terhadap pembentukan pengetahuan dan sikap
seseorang (Azwar, 2002).
2) Informasi
Informasi adalah keseluruhan makna dapat diartikan sebagai
pemberitahuan, seseorang. Adanya informasi baru mengenai suatu
hal memberikan landasan kognitif baru terbentuknya pengetahuan
seseorang. Informasi dapat diperoleh dari orang lain atau media
massa, melalui televisi, radio, majalah, surat kabar, dan lain-lain
(azwar, 2002).
Media ini dibagi menjadi tiga yaitu media cetak yang
meliputi booklet, leaflet, rubrik yang terdapat pada surat kabar atau
majalah dan poster. Kemudian media elektronik yang meliputi
televisi, radio, video, slide dan film serta papan (bilboard)
(Notoatmojo, 2003).
11
3. Motivasi
Motivasi merupakan kekuatan (power motivation). Daya pendorong
(driving force), atau alat pembangun kesediaan dan keinginaan yang
kuat dalam peserta didik untuk belajar secara aktif, kreatif, inovatif,
dan menyenangkan dalam rangka perubahan perilaku, baik dalam
aspek kongnitif, afektif, maupun psikomotor (Hanafiah, 2009).
2.1.3 Klasifikasi Tingkat Pengetahuan
Adapun tingkat pengetahuan menurut Rafi’i (1993) dalam
Nursalam (2003) dibagi menjadi :
1. Pengetahuan baik : 76 – 100 %
2. Pengetahuan cukup : 56 – 75 %
3. Pengetahuan kurang : 55 %.
2.2. Konsep pemberian pendidikan kesehatan
2.2.1. Pengertian
pemberian pendidikan kesehatan identik dengan pemberian
pemberian pendidikan kesehatan, karena keduanya berorientasi kepada
perubahan perilaku.
1. Gabungan berbagai kegiatan dan kesempatan yang berlandaskan
prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan, dimana
individu, keluarga, kelompok atau masyarakat secara keseluruhan
ingin hidup sehat (Effendi, 1998)
2. Kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara menyebarkan
pesan, menanamkan keyakinan sehingga masyarakat tidak saja sadar,
12
tahu dan mengerti tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran
yang ada hubungannya dengan kesehatan (Azrul Anwar dalam
Effendi,1998).
3. Sejumlah penyalahgunaan yang berpengaruh secara menguntungkan
terhadap kebiasaan, sikap dan pengetahuan yang ada hubungannya
dengan kesehatan perseorangan, masyarakat dan bangsa (Wood
dalam Effendi,1998).
2.2.2. Tujuan
1. Tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga dan masyarakat
dalam membina dan memelihara perilaku sehat dan lingkungan sehat,
serta berperan aktif dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang
optimal.
2. Terbentuknya perilaku sehat pada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat yang sesuai dengan konsep hidup sehat baik fisik, mental
dan sosial sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian.
3. Menurut WHO tujuan pemberian pendidikan kesehatan adalah
untuk merubah perilaku perseorangan atau masyarakat dalam bidang
kesehatan.
2.2.3. Sasaran
Sasaran pemberian pendidikan kesehatan yaitu : Individu, Keluarga,
Kelompok, Masyarakat.
2.2.4. Metode
Dari banyak metode yang dipergunakan dalam pemberian
pendidikan kesehatan masyarakat dapat dikelompokkan dalam 2 macam
metode yaitu : (Effendi, 1998).
13
1 Metode Didaktik
Metode didaktik yang aktif adalah orang yang melakukan pemberian
pendidikan kesehatan, sedangkan sasaran bersifat pasif dan tidak
diberikan kesempatan untuk ikut serta mengemukakan pendapatnya
atau mengajukan pertanyaan-pertanyaan apapun. Proses penyuluhan
yang terjadi bersifat satu arah (one away method), yang termasuk
dalam metode ini adalah :
a. Secara langsung : Ceramah,
b. Secara tidak langsung : Poster, media cetak (majalah, buletin, surat
kabar), media elektronik (radio, televisi).
2 Metode Sokratik
Metode ini sasaran diberikan kesempatan mengemukakan pendapatnya,
sehingga mereka ikut aktif dalam proses belajar mengajar, dengan
demikian terbinalah komunikasi dua arah antara yang menyampaikan
pesan disatu pihak dengan yang menerima pesan dilain pihak (two way
method) metode ini adalah :
a. Langsung : Diskusi, curah pendapat, demonstrasi, simulasi, bermain
peran (role playing), sisiodrama, simposium, seminar, studi kasus,
b. Tidak langsung : pemberian pendidikan kesehatan melalui telepon,
satelit komunikasi.
2.2.5. Tahapan pemberian pendidikan kesehatan (Depkes RI, 1984)
1. Tahapan Persiapan
1) Daerah yang akan dijajaki
2) Tenaga yang akan melaksanakan, termasuk latihannya.
14
3) Cara pelaksanaannya.
4) Pendekatan kepada responden.
2. Tahapan penjajakan dan pengenalan responden
1) Pertemuan
2) Kunjungan
3) Dialog dengan responden
3. Tahapan pengembangan rancangan pesan-pesan
Agar responden memiliki pengetahuan, sikap dan kebiasaan apa yang
diharapkan, maka disusun pesan-pesan berdasarkan data dalam tahap
penjajakan dan pengenalan masyarakat. Hal ini merupakan isi
penyuluhan yang kemudian dituangkan ke dalam media penyuluhan.
4. Tahapan uji coba (pretest) rancangan
Sebelum disebarkan dilakukan ujicoba (pretest) terlebih dahulu pada
sejumlah responden yang dipilih secara acak (sample).
5. Tahapan penyuluhan dan penyebaran pesan-pesan
Setelah diuji cobakan, barulah rancangan pesan-pesan tersebut disusun
dan dibuat dalam jumlah besar dan dapat digunakan dalam pemberian
pendidikan kesehatan.
6. Tahapan penilain
Penilaian atau pengukuran dapat dilakukan setelah penyuluhan dengan
menyebarkan angket atau quisioner.
2.2.6. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan penyuluhan
Berhasil tidaknya suatu penyuluhan tergantung pada cara
penyampaian penyuluhan sendiri dan sasaran (responden). Karena ketiga
15
faktor tersebut akan mempengaruhi hasil dari penyuluhan yang kita
lakukan secara maksimal (Effendy, 1998). Faktor-faktor yang
mempengaruhi penyuluhan yaitu :
1. Faktor penyuluh
1) Kurang persiapan
2) Kurang menguasai materi yang akan dijelaskan.
3) Penampilan kurang meyakinkan sasaran
4) Bahasa yang digunakan kurang dapat dimengerti oleh sasaran.
5) Suara terlalu kecil dan kurang didengar.
6) Penyampaian materi penyuluhan terlalu monoton sehingga
membosankan.
2. Faktor sasaran
1) Tingkat pendidikan terlalu rendah sehingga sulit mencerna
pesan yang disampaikan.
2) Tingkat sosial ekonomi terlalu rendah, sehingga tidak begitu
memperhatikan pesan-pesan yang disampaikan.
3) Kepercayaan dan adat kebiasaan yang tertanam sehingga sulit
untuk mengubahnya.
4) Kondisi lingkungan tempat tinggal sasaran yang tidak mungkin
terjadi perubahan perilaku.
3. Faktor proses
1) Waktu penyuluhan tidak sesuai dengan waktu yang diinginkan
sasaran
2) Jumlah sasaran yang mendengarkan terlalu banyak.
3) Alat peraga yang digunakan tidak menunjang.
16
4) Metode yang digunakan kurang tepat.
5) Bahasa yang dipergunakan sulit untuk dimengerti.
6) Tempat penyuluhan dilakukan dekat dengan tempat keramaian
2.3 Konsep dewasa lanjut
2.3.1. Pengertian
Dewasa lanjut adalah suatu masa dewasa lanjut yang pada akhirnya
ditandai oleh adanya perubahan-perubahan jasmani atau mental
( Elizabeth B. Hurlock, 1980)
2.3.2 Pembagian dewasa lanjut berdasarkan umur
Elizabeth B Hurlock membagi dewasa lanjut menjadi dua fase, Yaitu :
1. Fase dewasa lanjut dini
Yaitu masa dewasa lanjut antara umur 40 – 50 tahun.
2. Fase dewasa lanjut
Yaitu masa dewasa lanjut antara umur 50 – 60 tahun.
2.3.3. Tugas perkembangan
Tugas perkembangan pada usia dewasa lanjut menurut Elizabeth B
Hurlock, antara lain :
1. Tugas yang berkaitan dengan perubahan fisik
Tugas ini meliputi untuk melakukan penerimaan akan dan penyesuaian
dengan berbagai perubahan fisik yang normal terjadi pada usia dewasa
lanjut. Perubahan fisik yang terjadi pada masa ini sebelum menginjak
usia lanjut, yaitu : Perubahan penampilan, perubahan dalam
kemampuan penginderaan, perubahan pada fungsi fisiologis tubuh,
perubahan kesehatan, perubahan seksual.
17
2. Tugas yang berkaitan dengan perubahan minat
Orang dewasa lanjut seringkali mengasumsikan tanggung jawab warga
negara dan sosial, serta mengembangkan minat pada waktu luang yang
berorientasi pada kedewasaan.
3. Tugas berkaitan dengan penyesuaian kejuruan
Tugas ini berkisar pada pemantapan dan pemeliharaan standar hidup
yang relatif mapan.
4. Tugas yang berkaitan dengan kehidupan keluarga
Tugas ini meliputi hal-hal yang berkenaan dengan seseorang sebagai
pasangan, menyesuaikan diri dengan orang tua yang lanjut usia, dan
membantu anak remaja menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab
dan bahagia.
Terdapat bukti bahwa pria mengalami gejala andropause pada masa
dewasa lanjut.
2.3.4. Penyesuaian diri pria dewasa lanjut terhadap adanya perubahan fisik
Penyesuaian diri terhadap perubahan fisik biasanya terjadi secara
bertahap dan lambat laun. Rasa terkejut dan takut terhadap hilangnya
kemudaan, yang bisa nampak dengan hilangnya tenaga fisik dan seksual
sering berkembang ke arah sikap melawan dan menolak terhadap
pekerjaan, pasangan, teman, dan kesenangan di masa lalu. Individu dalam
masa dewasa lanjut yang bereaksi dalam cara seperti ini tidak dapat
menerima perubahan yang tidak terelakkan yang menyertai menua dan
akibatnya penyesuaian diri yang buruk.
18
2.4 Konsep andropause
2.4.1 Pengertian
Andropause adalah suatu masa yang dimulai dengan perubahan
hormon, fisiologi, dan kimia, yang terjadi dalam semua pria dewasa
lanjut, pada umumnya berlangsung antara usia 40 – 55 tahun (Jed
Diamond, 2003 : 57)
Suatu kondisi fisik yang memiliki konsekuensi emosional dan
kondisi fisik ini merupakan peristiwa alami dari proses penuaan
dengan fokus utama pada penurunan dorongan seksual yang terkait pada
proses tersebut ( David Ryback, 1998 : 156)
2.4.2 Penyebab
Penyebab utama dari andropause adalah adanya penurunan
kadar testosteron, sedangkan faktor-faktor lain pencetus terjadinya
andropause adalah : Faktor penuaan, faktor hubungan keluarga, karier,
faktor ekonomi, faktor lingkungan budaya.
2.4.3 Tujuan
Tujuan dari andropause adalah memberi tanda berakhirnya
bagian pertama dari hidup kaum pria dewasa lanjut dan menyiapkan
dirinya untuk paruh kedua. Andropause merupakan bukan asal dari suatu
akhir, seperti yang ditakutkan oleh banyak orang. Tetapi akhir dari suatu
awal yang merupakan jalan ke masa yang paling antusiastik, ampuh,
produktif dan bertujuan dari kehidupan pria.
2.4.4 Tanda dan gejala
Berikut ini tanda dan gejala umum yang paling diderita oleh pria
dewasa lanjut dengan andropause :
19
1. Hormonal :
Adanya penurunan kadar testosteron dan peurunan metabolisme dalam
tubuh.
2. Fisik
Mudah lelah atau daya tahan aktivitas fisik menurun, kehilangan
memori jangka pendek, diperlukan waktu lebih lama untuk sembuh
dari luka atau sakit, rambut rontok atau menipis, merasa gemuk atau
berat badan meningkat, perubahan atau penurunan seksualitas.
3. Psikologi
Merasa depresi, mudah marah, merasa cemas, sering merasa kesepian,
kegelisahan tentang perubahan seksual, mudah tersinggung, ragu-ragu
mengambil keputusan.
2.4.5 Sikap pria dewasa lanjut seharusnya dalam menghadapi andropause
Sikap pria dewasa lanjut dalam tahap hidup ini terhadap adanya
andropause seharusnya adalah : Pria dewasa lanjut harus bersedia dan
menerima adanya andropause, bersikap benar-benar mendukung
kesehatan mereka sendiri, mencari dukungan terbaik, jangan takut untuk
mengajukan pertannyaan, bila suatu pendekatan tidak memuaskan maka
perlu mencoba cara lain.
2.4.6 Cara mengatasi
Cara mengatasi andropause menurut David Ryback (1998)
antara lain :Mengahadapi realita membentuk kembali perspektif yang
akurat adalah langkah pertama dalam mengatasi gejala andropause.
Menerima kenyataan adanya andropause merupakan modal awal untuk
20
memecahkan masalah yang ditimbulkannya. Karena dengan menerima
dan menghadapi realita dapat mempermudah permasalahan yang timbul.
1. Lebih jujur dengan diri sendiri
Lebih jujur dengan diri sendiri dan menerima, serta mengakui
andropause dan timbulnya gejala-gejala andropause akan dapat
meningkatkan mekanisme koping yang efektif, sehingga lebih siap
menerima adanya perubahan-perubahan fisiologis maupuan psikologis
pada dirinya.
2. Berhentilah sejenak
Berhenti sejenak dari ruitnitas adalah penting. Dengan mengambil
waktu untuk mengambil liburan yang santai dan menyenangkan.
Melepaskan diri dari rutinitas dan berikan diri anda kesempatan untuk
menyegarkan pikiran anda.
3. Meningkatkan variasi dalam seks
Dengan meningkatkan variasi dalam berhubungan seks dapat
meningkatkan kembali gairah seks yang mengalami penurunan dan
memberikan kepuasan seks dengan cara yang lain dari biasanya.
4. Menggali nilai spiritual
Mempertahankan kehidupan religius dapat memberikan rasa tenang
dan tentram yang dapat menunjang dalam proses melewati masa
andropause. Selain itu dapat memiliki komunitas rekan-rekan ritual
yang menjadi bagian pengalaman religius sehingga dapat membimbing
menemukan apa yang paling bermakna bagi kehidupan saat ini dan
memulai kehidupan yang lebih mendalam.
21
5. Mengendalikan kesehatan melalui makan secara cerdik dan
berolahraga
Pria dewasa lanjut harus bisa mengendalikan kebiasan makan guna
mempertahankan berat badan yang sehat dan ideal, jauhi rokok, hindari
mnuman keras, dan obat-obatan terlarang. Biasakan berolahraga secara
rutin dengan melakukan aktivitas kebugaran rutin, kekuatan yang
masih ada dapat dipertahankan dan bahkan ditingkatkan. Dengan
mengandalikan gaya hidup dalam hal makanan dan kebugaran pria
dewasa lanjut dapat menjadi lebih vital, sehat, dan bahkan semakin
menarik.
22
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
2.5 Kerangka Konsep
Keterangan : = Diteliti
= Tidak diteliti
= mempengaruhi
Gambar 2. Kerangka konseptual pengaruh pemberian pendidikan kesehatan terhadap
perubahan pengetahuan laki-laki usia 40 -55 tahun tentang andropause di Desa
Turirejo Kecamatan Lawang Kabupaten Malang.
Pengetahuan laki-laki usia 40-50 tahun tentang andropouse
sebelum diberikan pendidikan kesehatan
Pendidikan kesehatan tentang andropause
1. Faktor-faktor yangmempengaruhi pengetahuan :1) Internal
Internal ; Umur intelegensia, pendidikan, informasi,
2) Eksternal ; lingkungan, pengalaman, sosial budaya
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan penyuluhan :
1. Penyuluh2. Sasaran3. Proses penyuluhan
Baik, cukup, kurang
Pengetahuan laki-laki usia 40-50 tahun tentang andropouse sesudah diberikan pendidikan kesehatan
22
23
2.6 Hipotesis Penelitian
Ho : Tidak ada pengaruh pemberian pendidikan kesehatan terhadap perubahan
pengetahuan laki-laki usia 40 -55 tahun tentang andropause di Desa
Turirejo Kecamatan Lawang Kabupaten Malang.
H1 :Ada pengaruh pemberian pendidikan kesehatan terhadap perubahan
pengetahuan laki-laki usia 40 -55 tahun tentang andropause di Desa
Turirejo Kecamatan Lawang Kabupaten Malang
24
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1. Desain Penelitian
Penelitian tentang pengaruh pemberian pendidikan kesehatan terhadap
perubahan pengetahuan laki-laki usia 40 -55 tahun tentang andropause, ini
merupakan penelitian pre experimental dengan menggunakan pendekatan
rancangan penelitiian one group pre-post tes desing yaitu suatu rancangan
penelitian yang mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan cara melibatkan
kelompok subjek di observasi sebelum lakukan intervensi (Nunsalam 2003).
Secara skematis desain penelitian ini dapat di gambarkansebagai berikut:
Pretes posttes
01 X 02
Keterangan :
01 : pengukuran (pengetahuan) pre test
X : perlakuan berupa penyuluhan
02 : pengukuran (pengetahuan) post test
Gambar 3.1 : Desain penelitian pengaruh pemberian pendidikan kesehatan terhadap
perubahan pengetahuan laki-laki usia 40 -55 tahun tentang andropause di
Desa Turirejo Kecamatan Lawang Kabupaten Malang
24
25
4.2. Kerangka Kerja ( Frame Work)
Gambar 4.2. Kerangka kerja penelitian pengaruh pemberian pendidikan kesehatan terhadap
perubahan pengetahuan laki-laki usia 40 -55 tahun tentang andropause di Desa
Turirejo Kecamatan Lawang Kabupaten Malang.
Populasi
Seluruh laki-laki usia 40-55 tahun warga di Desa Turirejo Kecamatan Lawang Kabupaten Malang dengan jumlah 107 orang
sampelSebagian laki-laki usia 40-55 tahun warga di Desa Turirejo Kecamatan
Lawang Kabupaten Malang dengan jumlah 52 orang
SamplingDengan menggunakan teknik simple
random sampling
(secara acak )
Pengumpulan Data Penelitian
Melakukan pengumpulan data dengan cara penyebaran kuisioner
sebelum dan sesudah dilakukan pendidikan kesehatan
Pengolahan dan Analisa Data
Melakukan pengecekan terhadap kemungkinan kesalahan jawaban responden kemudian melakukan
kode pada jawaban responden dengan menggunakan kode angka supaya kerahasiaan terjamin
Setelah melakukan editing dan
koding, peneliti melakukan
analisa data dengan uji wilcoxon
Penyajian Hasil
Penarikan Kesimpulan dan Saran
26
4.3. Sampling Desain
4.3.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian (Arikunto, 2002).
Pada penelitian ini popuasi adalah seluruh laki-laki usia 40-55 tahun warga
di Desa Turirejo Kecamatan Lawang Kabupaten Malang dengan jumlah
107 orang
4.3.2 Sampel
Sampel adalah bagian yang diambil dari keseluruhan obyek yang
diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2002).
Sampel pada penelitian ini adalah sebagian laki-laki usia 40-55 tahun
warga di Desa Turirejo Kecamatan Lawang Kabupaten Malang dengan
jumlah 52 orang.
Kriteria sampel :
1. Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian dari suatu
populasi target dan terjangkau yang akan diteliti. (Nursalam, 2003).
Yaitu:
1. Datang ke posyandu lansia Desa Turirejo Kecamatan Lawang
2. Kooperatif dalam proses pengumpulan data
3. Bisa membaca dan menulis
2. Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subyek
yang memenuhi kriteria inklusi dari studi. (Nursalam, 2003). Yaitu:
1. Lansia yang mengalami sakit berat
2. Non Kooperatif dalam proses pengumpulan data
3. tidak Bisa membaca dan menulis
4.3.4 Besar Sampel
Besar sampel adalah banyaknya anggota yang akan dijadikan sampel
penelitian (Notoatmodjo, 2002). Besarnya sampel penelitian adalah 52
orang
27
4.3.5 Sampling
Pengambilan sampel adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk
dapat mewakili populasi (Nursalam, 2003).
Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan tehnik
probability sampling yaitu setiap subjek dalam populasi mempunyai
kesempatan yang sama terpilih dan tidak terpilih sebagai sampel
(Nursalam, 2003). Pada penelitian ini proses pengambilan sampel
menggunakan tehnik simple random sampling yaitu tehnik pengambilan
sampel dilakukan dengan menyeleksi setiap elemen secara random (acak)
(Nursalam, 2003)
4.4 Identifikasi Variabel
Variabel adalah hal-hal yang menjadi obyek penelitian atau fokus
pada suatu kegiatan penelitian yang menunjukkan variasi baik secara kuantitatif
maupun kualitatif (Arikunto, 2002). Variabel dalam penelitian ini ada dua yaitu
variabel independen dan variabel dependen.
4.4.1 Variabel Independen
Variabel independen adalah variabel yang nilaianya menentukan
variabel lain (Nursalam, 2003). variabel independent dalam penelitian ini adalah
pemberian pendidikan kesehatan.
4.4.2 Variabel Dependen
Variabel dependen adalah variabel yang nilaianya ditentukan oleh
variabel lain (Nursalam, 2003). variabel dependent dalam penelitian ini adalah
pengetahuan pria dewasa lanjut tentang andropause.
28
4.4.3 Definisi Operasional
Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang
diamati dari sesuatu yang didefinisikan tersebut (Nursalam, 2003).
Adapun perumusan definisi operasional dalam penelitian ini diuraikan
dalam tabel berikut ini :
29
VariabelDefinisi
OperasionalIndikator
Alat ukur(instrume
n)
Skala skor
Independen pemberian pendidikan kesehatantentang andropouse
dependenpengetahuan laki-laki usia 40 -55tahun tentang andropause
Penjelasan tentang : Pengertian dan tujuan andropouse,penyebab andropouse, Tanda dan gejala andropause, Cara mengatasi andropause
1. pengertian dan tujuan andropouse
2. penyebab, tanda gejala dan sikap terhadap andropouse
3. cara mengatasi andropouse
Pemberian penyuluhan kepada pria dewasa lanjut tentang andropauseDengan menggunakan metode diskusi dan penyebaran leaflet
Pengetahuan yang dimiliki oleh laki-laki usia 40 -55 tahun tentang andropause baik sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan
SAP (satuan acara penyuluhan)
Kuisioner Ordinal Kategori:
- baik 76- 100%
- cukup 56-75%
- kurang ≤ 55%
Tabel 3.1 : Tabel definisi operasional pengaruh pemberian pendidikan kesehatan terhadap
perubahan pengetahuan laki-laki usia 40 -55 tahun tentang andropause di Desa
Turirejo Kecamatan Lawang Kabupaten Malang
4.5. Pengumpulan Data dan Analisa Data
4.5.1. Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah cara yang digunakan oleh peneliti
dalam mengumpulkan data penelitiannya (Arikunto, 2002). Dalam
penelitian ini peneliti menggunakan metode pengumpulan data dengan
cara menyebarkan kuesioner dan memberikan penyuluhan (SAP).
30
Peneliti menggunakan kuesioner adalah untuk mendapatkan
informasi tentang data pribadi responden itu sendiri.
SAP(Satuan acara Penyuluhan) digunakan untuk memudahkan
dalam jalannya penyuluhan yang peneliti berikan pada responden itu
sendiri dimana ini dilakukan selama 15 menit sebelum penelitian dimulai.
4.5.2. Proses Pengumpulan Data
Sebelum melakukan penelitian ini peneliti mengajukan ijin kepada
Ketua STIKES Husada Jombang untuk mendapatkan persetujuan
kemudian membawa surat permohonan melakukan penelitian dari Ketua
STIKES Husada Jombang, Kabupaten Jombang, untuk mendapatkan surat
pengantar penelitian di Desa Turirejo Kecamatan Lawang, surat tersebut
kemudian diberikan ke perangkat Desa Turirejo Kecamatan Lawang
Kabupaten Malang, kemudian peneliti melakukan pengumpulan data
kepada responden dengan panduan kuisioner yang telah dibuat.
4.5.3. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan
oleh peneliti dalam pengumpulan data agar pekerjaannya lebih mudah dan
hasilnya lebih cermat (Notoatmodjo, 2002). Dalam penelitian ini
instrumen yang digunakan adalah kuisioner
4.6. Lokasi dan Waktu Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Desa Turirejo Kecamatan
Lawang Kabupaten Malang dan dilakukan pada bulan Juni 2013.
4.6.1 Analisis Data
Data yang telah diperoleh kemudian dilakukan pengolahan data
sebagai berikut :
31
Data yang terkumpul dalam penelitian ini dilakukkan pengolahan
data. Pengolahan data yang dilakukan hanya pada data variabel dependen
yaitu pengetahuan pria dewasa lanjut tentang andropause, pengolahan data
didasarkan pada jawaban responden, jawaban yang benar diberi skor 1 dan
jawaban yang salah diberi skor 0. kemudian dibandingkan antara jawaban
responden sebelum dilakukan intervensi (perlakuan) pendidikan kesehatan
dan sesudah dilakukan intervensi (perlakuan) pendidikan kesehatan tentang
andropouse
Untuk penghitungan aspek penngetahuan menggunakan rumus
sebagai berikut:
Keterangan :
N= Nilai yang diperoleh
SP: Nilai yang didapat
SM: Skor tertinggi maksimal (Arikunto, 1998)
Setelah data terkumpul dianalisa, kemudian nilai yang diperoleh
selanjutnya di interpretasikan dengan menggunakan sekala kualitatif
sebagai berikut:
1. Baik : 76-100%
2. Cukup : 56-75%
3. Kurang : ≤ 55%
Untuk mencari pengaruh pemberian pendidikan kesehatan
terhadap perubahan pengetahuan, analisa data yang digunakan adalah
uji wilcoxon.
32
Untuk menguji signifakansi, digunakan panduan sebagai berikut,
apabila P Value < 0,05 maka Ho ditolak artinya ada pengaruh
(Handoko, 2007)
Rumus ini digunakan untuk menguji signifikansi, apabila P
Value < 0,05 maka kesimpulannya signifikan artinya ada pengaruh
pemberian pendidikan kesehatan terhadap perubahan pengetahuan laki-
laki usia 40 -55 tahun tentang andropause. Untuk Perhitungan hasil
analisis diatas menggunakan program SPSS versi 16
4.7. Etika Penelitian
Dalam melakukan pengumpulan data kepada responden, peneliti
menekankan pada masalah etika yang meliputi :.
4.7.1 Informed Concent (lembar persetujuan penelitian)
Lembar persetujuan ini diberikan kepada responden. Jika
responden bersedia diteliti, maka diminta untuk tanda tangan di lembar
persetujuan tersebut, tetapi jika tidak bersedia maka peneliti
menghormati hak responden.
4.7.2 Anonimity (tanpa nama)
Kerahasiaan identitas responden tidak mencantumkan nama
responden pada lembar pengumpulan data, yang diisi pada lembar
tersebut dan hanya diberi kode tertentu.
4.7.3 Confidentiality (kerahasiaan)
Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dari subyek
dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu saja
yang akan disajikan pada hasil penelitian.
33
4.8. Keterbatasan Penelitian
Uji validitas dan realibilitas penelitian pada instrumen penelitian
pengetahuan belum dilakukan.
34
Top Related