Aira Putri Mardela 220110080091
RESUME KASUS
Kasus :
Seorasng perawat komunitas melakukan pemeriksaan kesehatan sekolah di SMP favorit. Berdasarkan ahsil observasi : lingkungan sekolah terutama halamannya rapid an bersih, tetapi toilet dan kantin sekolah tampak kotor dan tidak terawatt padahal banyak siswa yang berkunjung ke kantin tersebut. Penampilan siswa cukup bersih.
Hasil pemeriksaan skrining siswa menunjukkan data 98 % siswa putri sudah menstruasi, 30 % mengeluh selalu nyeri haid, 30 % siswi putri dan 25 % siswa putra mengeluh dengan penampilan wajahnya yang sering berjerawat.
Hasil wawancara dengan Kepala Sekolah menyatakan banyak siswa putra yang suka merokok dan pernah ada yang tertangkap tangan membawa narkoba serta majalah dewasa ke sekolah. Para guru sangat mengkhawatirkan perilaku siswa tersebut, terutama pergaulan siswa putra putrid yang memang sedang mengalami pubertas.
Di sekolah tersebut ada ruang UKS, tetapi kegiatannya tidak berjalan sehingga ruang tersebut tidak pernah digunakan.
Rata-rata siswa sekolah tersebut mengikuti kegiatan ekskul seperti pramuka, paskibra, olahraga, dan PMR pada sore hari setelah jam sekolah.
Learning Objective :
1. Konsep UKS
Definisi UKS
Depdiknas, 2006:
UK S : Segala usaha yang dilakukan untuk meningkatkan kesehatan anak usia sekolah pada setiap jalur, jenis dan jenjang pendidikan mulai dari Taman Kanak-kanak sampai Sekolah Menengah Atas/Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah.
Landasan Hukum Berdirinya UKS
a. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 4
b. Nomor 1/U/Surat Keputusan Bersama; Nomor 1067/Menkes/SKB/VII/200; Nomor MA/230A/2003; Nomor 26 Tahun 2003 tanggal 23 Juli 2003 tentang Pembinaan dan Pengembangan UKS
c. Nomor 2/P/SKB/2003; Nomor 1068/Menkes/SKB/VII/2003; Nomor MA/230B/2003; Nomor 4415-404 Tahun 2003 tanggal 23 Juli 2003 tentang Tim Pembina UKS
Tujuan UKS
Umum : Meningkatkan kemampuan hidup sehat dan derajat kesehatan peserta didik sedini mungkin serta menciptakan lingkungan sekolah yang sehat sehingga memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan anak yang harmonis dan optimal.
Khusus :
- Meningkatkan kemampuan anak untuk menolong dirinya sendri melalui: penajaman masalah kesehatan pada dirinya sendiri, keluarga dan lingkungannya dan mempunyai kemampuan untuk berperilaku hidup sehat.
- Meningkatkan kemampuan anggota keluarga, khususnya orang tua/ibu dalam melaksanakan pengasuhan anak yang mendorong terbentuknya perilaku hidup sehat dari anak usia sekolah di keluarga tersebut.
- Meningkatkan peran serta dari unsur di luar lingkungan keluarga yang mempunyai nilai strategik dalam upaya pembinaan anak usia sekolah, diantaranya guru, pembina anak usia sekolah, diantaranya guru, pembina organisasi pemuda, tokoh masyarakat, kader bidang kesehatan.
Sasaran UKS
Sasaran UKS adalah pendidikan formal dan non-formal pada setiap jalur dan jenis pendidikan mulai dari tingkat pra sekolah sampai Sekolah Menengah Atas termasuk perguruan agama beserta lingkungannya.
Sasaran Pembinaan UKS: peserta didik, pembina teknis (guru dan petugas kesehatan), pembina non teknis (pengelola pendidikan dan karyawan sekolah), sarana dan prasarana pendidikan kesehatan dan pelayanan kesehatan, lingkungan (lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, dan lingkungan masyarakat) Depdiknas 2006.
Kebijakan UKS
Kebijakan usaha kesehatan sekolah mengikuti kebijaksanaan umum Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pemerintah Daerah diberikan wewenang untuk menjalankan usaha kesehatan sekolah yang disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan daerah setempat, sesuai dengan usaha mewujutkan desentralisasi dan otonomi daerah dalam usaha-usaha di bidang kesehatan (Depkes, 2001).
Usaha kesehatan sekolah dilakukan dengan kerjasama yang erat antara petugas kesehatan, petugas sekolah, anak didik, pemerintah setempat, orang tua murid dan golongan-golongan lain dalam masyarakat. Pada tanggal 23 Juli 2003, usaha kesehatan sekolah telah dikukuhkan pelaksanaannya secara terpadu lintas sektor dan lintas program dalam surat keputusan bersama Menteri Pendidikan, Menteri Kesehatan, Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor: 0408/U/1984, Nomor: 74/Tn/1984, Nomor: 60 Tahun 1984 tanggal 3 September 1984 tentang Pokok Kebijaksaan Usaha Kesehatan Sekolah
Tiga Program Pokok UKS
Menurut Depdiknas tahun 2006, tiga program pokok UKS (trias UKS) antara lain pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan dan pembinaan lingkungan sekolah sehat.
1. Pendidikan Kesehatan
Usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik agar dapat tumbuh kembang sesuai, selaras, seimbang dan sehat baik fisik, mental, sosial dan lingkungan melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan yang diperlukan bagi peranannya saat ini maupun di masa yang akan datang.
Tujuan:
Memiliki pengetahuan tentang ilmu kesehatan, termasuk cara hidup sehat dan teratur.
Memiliki nilai dan sikap yang positif terhadap prinsip hidup sehat.
Memiliki keterampilan dalam melaksanakan hal yang berkaitan dengan pemeliharaan, pertolongan dan perawatan kesehatan.
Memiliki kebiasaan dalam hidup sehari-hari yang sesuai dengan syarat kesehatan.
Memiliki kemampuan untuk menularkan perilaku hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari.
Memiliki pertumbuhan termasuk bertambahnya tinggi badan dan berat badan yang seimbang.
Mengerti dan dapat menerapkan prinsip-prinsip pencegahan penyakit dalam kaitannya dengan kesehatan dan keselamatan dalam kehidupan sehari-hari.
Memiliki daya tangkal terhadap pengaruh buruk dari luar.
Memiliki tingkat kesegaran jasmani dan derajat kesehatan yang optimal serta mempunyai daya tahan tubuh yang baik terhadap penyakit.
Pelaksanaan
Dapat diberikan melalui kegiatan kurikuler dan kegiatan ekstrakurikuler :
- Kegiatan Kurikuler
Pelaksanaan adalah pelaksanaan pendidikan kesehatan pada jam pelajaran sesuai dengan garis-garis besar program pengajaran mata pelajaran sains dan ilmu pengetahuan sosial.
Pelaksanaannya dilakukan melalui peningkatan pengetahuan, penanaman nilai dan sikap positif terhadap prinsip hidup sehat dan peningkatan keterampilan dalam melaksanakan hal yang berkaitan dengan pemeliharaan pertolongan dan perawatan kesehatan.
Kegiatan kurikuler mencakup kebersihan dan kesehatan pribadi, makanan bergizi, pendidikan kesehatan reproduksi dan pengukuran tingkat kesegaran jasmani.
- Kegiatan Ekstrakurikuler
Adalah kegiatan di luar jam pelajaran biasa (termasuk kegiatan pada waktu libur) yang dilakukan di sekolah ataupun di luar sekolah dengan tujuan antara lain memperluas pengetahuan dan keterampilan siswa serta melengkapi upaya pembinaan manusia Indonesia seutuhnya.
Kegiatan ekstrakurikuler yang berkaitan dengan pendidikan kesehatan antara lain: kemah, ceramah dan diskusi, apotek hidup, dan lain-lain. Kegiatan ekstrakurikuler yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan antara lain; dokter kecil, Palang Merah Remaja (PMR), dan lain-lain. Kegiatan ekstrakurikuler yang berkaitan dengan pembinaan lingkungan kehidupan sekolah sehat antara lain: kerja bakti kebersihan, lomba sekolah sehat, dan lain-lain.
Cara untuk melaksanakan Pendidikan Kesehatan
a. Penyajian/ceramah
Penyajian materi menggunakan metode ceramah, diskusi, demontrasi, bimbingan, Permainan dan penugasan oleh guru dengan mengikutsertakan peran aktif peserta pelatihan.
b. Menanamkan Kebiasaan
Menanamkan kebiasaan dilakukan dengan penugasan untuk melakukan cara hidup sehari-hari dan diadakan pemeriksaan serta pengamatan yang terus menerus dan berkelanjutan oleh guru dan kepala sekolah serta petugas kesehatan.
2. Pelayanan Kesehatan
Upaya peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan (preventif), pengobatan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif) yang dilakukan secara serasi dan terpadu terhadap peserta didik pada khususnya dan warga sekolah pada umumnya. Dibawah koordinasi guru Pembina UKS dengan bimbingan teknis dan pengawasan puskesmas setempat.
Tujuan
Umum: Meningkatnya derajat kesehatan peserta didik dan seluruh warga masyarakat secara optimal.
Khusus:
Meningkatkan kemampuan dan keterampilan melakukan tindakan hidup sehat dalam rangka membentuk perilaku hidup sehat.
Meningkatkan daya tahan tubuh peserta didik terhadap penyakit dan mencegah terjadinya penyakit, kelainan, dan cacat.
Menghentikan proses penyakit dan pencegahan komplikasi akibat penyakit/kelainan, pengembalian fungsi dan peningkatan kemampuan peserta didik yang cedera/cacat agar dapat berfungsi optimal.
Meningkatkan pembinaan kesehatan baik fisik, mental, sosial maupun lingkungan.
a. Kegiatan Peningkatan Kesehatan (Promotif)
Kegiatan promotif kesehatan tersebut berupa:
Latihan ketrampilan teknis dalam rangka pemeliharaan kesehatan, dan pembentukan peran serta aktif peserta didik dalam pelajaran kesehatan, antara lain:
1) Dokter Kecil
2) Kader Kesehatan Remaja
3) Palang Merah Remaja
4) Pembinaan warung sekolah sehat.
5) Pembinaan lingkungan sekolah yang terpelihara dan bebas dari vektor pembawa penyakit.
6) Pembinaan perilaku hidup bersih dan sehat.
b. Kegiatan Pencegahan (Preventif)
Merupakan kegiatan peningkatan daya tahan tubuh, kegiatan pemutusan rantai penularan penyakit dan kegiatan penghentian proses penyakit pada tahap dini sebelum timbul kelainan. Kegiatan preventif ini berupa:
1) Pemeliharaan kesehatan yang bersifat umum maupun yang bersifat khusus untuk penyakit-penyakit tertentu.
2) Penjaringan kesehatan anak sekolah.
3) Memonitor/ memantau pertumbuhan peserta didik.
4) Imunisasi peserta didik.
5) Usaha pencegahan penularan penyakitdengan jalan memberantas sumber infeksi dan pengawasan kebersihan lingkungan sekolah.
6) Konseling kesehatan di sekolah.
c. Kegiatan Penyembuhan dan Pemulihan (Kuratif dan Rehabilitatif)
Berupa kegiatan mencegah komplikasi dan kecacatan akibat proses penyakit atau untuk meningkatkan kemampuan peserta didik agar dapat berfungsi optimal. Kegiatan kuratif dan rehabilitatif ini adalah:
1) Diagnosa dini
2) Pengobatan ringan
3) Pertolongan pertama pada kecelakaan, pertolongan pertama pada penyakit
4) Rujukan medik
3. Pembinaan Lingkungan Sekolah
Pembinaan mencakup lingkungan sekolah, keluarga dan mesyarakat sekitar. Dilaksanakan dalam rangka menjadikan sekolah sebagai institusi pendidikan yang dapat menjamin berlangsungnya proses belajar mengajar yang mampu menumbuhkan kesadaran, kesanggupan dan keterampilan peserta didik untuk menjalankan prinsip hidup sehat, kegiatan ini meliputi:
a. Program pembinaan lingkungan sekolah
1) Lingkungan fisik sekolah meliputi:
- Penyediaan air bersih
- Pemeliharaan penampungan air bersih
- Pengadaan dan pemeliharaan tempat pembuangan sampah
- Pengadaan dan pemeliharaan air limbah
- Pemeliharaan WC/kakus
- Pemeliharaan kamar mandi
- Pemeliharaan kebersihan dan kerapihan ruang kelas, perpustakaan, laboratorium dan tempat ibadah
- Pemeliharaan kebersihan dan keindahan halaman dan kebun sekolah
- Pengadaan dan pemeliharaan warung/kantin sekolah.
2) Lingkungan mental dan sosial program pembinaan lingkungan mental dan sosial ini dilakukan dalam bentuk kegiatan:
- Konseling kesehatan
- Bakti sosial masyarakat sekolah terhadap lingkungan
- PMR, dokter kecil, kader kesehatan remaja
b. Pembinaan lingkungan keluarga
Pembinaan lingkungan keluarga ini bertujuan:
1) Meningkatan pengetahuan orang tua peserta didik tentang hal – hal yang berhubungan dengan kesehatan.
2) Meningkatkan kemampuan dan partisipasi orang tua peserta didik dalam pelaksanaan hidup sehat.
Pembinaan lingkungan keluarga dapat dilakukan dengan:
1) Kunjungan rumah yang dilakukan oleh pelaksana UKS.
2) Ceramah kesehatan yang dilakukan di sekolah.
c. Pembinaan masyarakat sekitar
Pembinaan masyarakat sekitar Pembinaan masyarakat sekitar dengan cara:
1) Penyelenggaraan ceramah kesehatan dan pentingnya arti pembinaan lingkungan sekolah sebagai lingkungan sekolah yang sehat.
2) Penyuluhan baik melalui media cetak dan audio visual.
Strata Pelaksanaan UKS
Keberhasilan 3 program UKS yang mencakup pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan dan pembinaan lingkungan sehat ditunjukkan dalam suatu strata UKS. Strata pelaksanaan UKS dibagi ke dalam 4 tingkatan yaitu strata minimal, strata standard, strata optimal dan strata paripurna. Setiap strata terdiri dari tiga variabel utama yaitu 3 program pokok UKS yang terdiri dari Pendidikan Kesehatan, Pelayanan Kesehatan dan Pembinaan Lingkungan Sekolah Sehat (Depdiknas, 2006).
1. Pendidikan Kesehatan
Strata Minimal
Pendidikan jasmani dilaksanakan secara kurikuler, pendidikan kesehatan dilakukan secara kurikuler, guru membuat rencana pembelajaran pendidikan kesehatan dan adanya buku pegangan guru dan bacaan tentang pendidikan kesehatan.
Strata Standar
Dipenuhinya strata minimal dan memiliki guru mata pelajaran jasmani.
Strata Optimal
Dipenuhinya strata standard, pendidikan kesehatan terintegrasi pada mata pelajaran lain, pendidikan kesehatan dilaksanakan secara ekstrakulikuler, memiliki alat peraga pendidikan kesehatan, memiliki media pendidikan kesehatan (poster dan lain-lain).
Strata Paripurna
Meliputi dilaksanakannya strata optimal, memiliki guru pembina UKS, adanya program kemitraan pendidikan kesehatan dengan instansi terkait seperti Puskesmas, Kepolisian, Palang Merah Indonesia (PMI), Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) pertanian dan lain-lain.
2. Pelayanan Kesehatan
Strata Minimal
Meliputi dilaksanakannya penyuluhan kesehatan, dilaksanakannya imunisasi, penyuluhan kesehatan gigi dan sikat gigi masal minimal kelas 1, 2, 3 SD.
Strata Standar
Meliputi dilaksanakannya strata minimal, ada penjaringan kesehatan, pemeriksaan kesehatan berkala tiap 6 bulan, termasuk pengukuran tinggi dan berat badan, pencatatan hasil pemeriksaan kesehatan siswa pada buku Kartu Menuju Sehat (KMS), ada rujukan bila diperlukan, ada dokter kecil, melaksanakan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K), dan pengawasan warung/kantin sekolah.
Strata Optimal
Meliputi memenuhi strata standar, dana sehat/dana UKS, dan pelayanan medik gigi dasar atas permintaan siswa.
Strata Paripurna
Meliputi memenuhi strata optimal, konseling Kesehatan Remaja bagi siswa, pengukuran tingkat kesegaran jasmani.
3. Pembinaan Lingkungan Sekolah Sehat
Strata Minimal
Meliputi ada air bersih, ada tempat cuci tangan , ada WC/jamban yang berfungsi, ada tempat sampah, ada saluran pembuangan air kotor yang berfungsi, ada halaman/pekarangan/lapangan, memiliki pojok UKS, melakukan kegiatan mengubur, menguras dan membakar (3M) plus, sekali seminggu.
Strata Standar
Meliputi memenuhi strata minimal, ada kantin/warung sekolah, memiliki pagar, ada penghijauan/perindangan, ada air bersih di sekolah dengan jumlah yang cukup, memiliki ruang UKS tersendiri, dengan peralatan sederhana, memiliki tempat ibadah, lingkungan sekolah bebas jentik, jarak papan tulis dengan bangku terdepan 2,5 m, dan melaksanakan pembinaan sekolah kawasan tanpa rokok, bebas narkoba dan miras.
Strata Optimal
Meliputi memenuhi strata standar, ada tempat cuci tangan di beberapa tempat dengan air mengalir/kran, ada tempat cuci peralatan masal/makan di kantin/warung sekolah, ada petugas kantin yang bersih dan sehat, ada tempat sampah di tiap kelas dan tempat penampungan sampah akhir di sekolah, ada jamban/WC siswa dan guru yang memenuhi syarat kesehatan dan kebersihan, ada halaman yang cukup luas untuk upacara dan berolahraga, ada pagar yang aman , memilki ruang UKS tersendiri dengan peralatan yang lengkap, dan terciptanya sekolah kawasan tanpa rokok, bebas narkoba dan miras.
Strata Paripurna
Meliputi memenuhi strata optimal, ada tempat cuci tangan di setiap kelas dengan air mengalir/kran dan dilengkapi sabun, ada kantin dengan menu gizi seimbang dengan petugas kantin yang terlatih, ada air bersih yang memenuhi syarat kesehatan, sampah langsung diangkut dan dibuang ke tempat pembuangan sampah di luar sekolah/umum, ratio WC : siswa 1 :20, saluran pembuangan air tertutup ada pagar yang aman dan indah, ada taman/kebun sekolah yang dimanfaatkan dan diberi label (untuk sarana belajar) dan pengolahan hasil kebun sekolah, ruang kelas memenuhi syarat kesehatan (ventilasi dan pencahayaan cukup), ratio kepadatan siswa 1 : 1,5-1,75 m2, dan memiliki ruang dan peralatan UKS yang ideal.
Struktur UKS :
Menurut Adik Wibowo dkk. (1983 : 27-29) struktur organisasi UKS mengikuti struktur organisasi Departemen Kesehatan RI, sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan No. 125/IV/Kab/B.U/1975 tertanggal 29 April 1975 yaitu :
Tingkat Pusat
Sub Direktorat Kesehatan Sekolah dan Olahraga, Direktorat Kesehatan Masyarakat terdiri dari beberapa seksi yaitu : seksi kesehatan anak sekolah dan mahasiswa, seksi kesehatan anak-anak luar biasa, seksi olahraga kesehatan, seksi pengembangan metode. Fungsi dan tanggung jawabnya : membuat program kerja melakukan koordinasi, melakukan bimbingan dan pengawasan pelaksanaan UKS di seluruh Indonesia, mengusahakan bantuan teknis dan materiil, bersama-sama dengan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menyusun kurikulum tentang kesehatan pada umumnya dan Usaha Kesehatan Sekolah pada khususnya, menyelenggarakan lokakarya, seminar, rapat kerja diskusi penataran dan lain-lain.
Tingkat Provinsi
Fungsi dan tanggung jawabnya adalah sebagai koordinator pelaksana UKS di tingkat provinsi yang meliputi : membuat rencana program kerja, membuat bimbingan teknis, melakukan koordinasi dan pengawasan, menerima laporan kegiatan dari tingkat Kabupaten/ kota melaporkan kegiatan ke tingkat pusat, memberi bantuan materi dan keuangan ke daerah tingkat II dan lain-lain usaha yang dianggap perlu.
Tingkat Kota / Kabupaten
Penanggung jawabnya adalah UKS pada Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota. Fungsi dan tanggung jawabnya meliputi : membuat rencana kerja harian, melakukan koordinasi kegiatan-kegiatan kesehatan yang ditujukan kepada anak didik dan masyarakat sekolah, melakukan pengawasan pelaksanaan UKS di sekolah, melaporkan kegiatan ditingkat provinsi, menyelenggarakan kursus-kursus kesehatan, kursus UKS bagi guru, murid, dan petugas kesehatan setempat, memupuk kerjasama baik pihak-pihak yang ada hubungannya dengan pelaksanaan UKS.
Usaha Kesehatan Sekolah di tingkat Puskesmas
Berdasar ketentuan yang ada maka Usaha Kesehatan Sekolah merupakan salah satu unit dari puskesmas dimana kegiatan-kegiatan kesehatan dilaksanakan di wilayah kerjanya.
Usaha Kesehatan Sekolah di tingkat Sekolah
Usaha Kesehatan Sekolah di tingkat sekolah merupakan wilayah kerja dimana kegiatan tersebut dilaksanakan. Dari tingkat pelaksanaan UKS di sekolah-sekolah hingga tingkat pusat, diperlukan organisasi yang baik. Untuk memperlancar usaha pembinaan dan pengembangan, serta mencegah terjadinya tumpang tindih dari berbagai kegiatan UKS sebaiknya diwujudkan dalam satu wadah atau badan. Kerangka kerjasama pengorganisasian
sistem kerja operasional UKS harus dipahami sebaik-baiknya. Sebab, tidak sedikit sekolah atau guru yang beranggapan bahwa UKS merupakan tugas dari petugas kesehatan saja atau sebalikya petugas kesehatan menganggap UKS merupakan tanggung jawab jajaran pendidikan sekolah atau guru semata-mata.
2. Dimensi / Pengkajian UKS
NO DIMENSI PERTANYAAN JAWABAN
1.
a.
Dimensi Fisik
Usia
a. Komposisi usia populasi anak
sekolah (siswa dan guru)?
b. Apakah ada anak yang mengalami
keterlambatan perkembangan?
Pada kasus tidak teridentifikasi
Apakah ada isu perkembangan yang
spesifik berhubungan dengan
populasi siswa (perkembangan
seksual)?
a. 98 % siswi sudah mengalami
menstruasi
b. Pernah ada siswa putra yang
tertangkap tangan membawa majalah
dewasa ke sekolah
b. Genetik a. Bagaimana proporsi siswa laki-
laki dan perempuan?
Pada kasus tidak teridentifikasi
b. Bagaimana ras/ suku/ etnik
populasi sekolah?
Pada kasus tidak teridentifikasi
c. Bagaimana predisposisi faktor
genetik dan jenis penyakit?
Pada kasus tidak teridentifikasi
c. Fungsi fisiologis a. Adakah masalah kesehatan
(prevalence jenis penyakit) dan
bagaimana cakupan populasi?
a. 30 % siswi putri mengeluh selalu nyeri
haid
b. 30 % siswi putri dan 25 % siswa putra
mengeluh dengan penampilan
wajahnya yang sering berjerawat
2. Dimensi
psikologis
a. Adakah promosi kesehatan yang
dilakukan?
Tidak ada promosi kesehatan yang
dilakukan pihak sekolah terhahap siswa
siswi
b. Bagaimana kualitas hubungan
antar siswa?
Tidak teridentifikasi
b. Tipe disiplin yang digunakan di Tidak teridentifikasi
sekolah? apakah tepat? fair &
konsisten dilakukan?
c. Apakah ada tekanan pada siswa
untuk penampilan?
a. Berdasarkan hasil skrining, 30 %
siswi putri dan 25 % siswa putra
mengeluhkan penampilan
wajahnya yang sering berjerawat
b. Berdasarkan hasil observasi
penampilan siswa siswi cukup
bersih
c. Bagaimana kualitas hubungan
antara orangtua dengan sekolah?
Tidak teridentifikasi
5 Dimensi fisik
sekolah
a. Dimana letak lokasi sekolah?
apakah terdapat hazard dekat
sekolah (polusi, kimia, alat)?
Tidak teridentifikasi
b. Adakah area untuk bermain yang
aman?apakah alat permainan
aman?
Tidak teridentifikasi
c. Apakah terdapat binatang di
lingkungan sekolah?
Tidak teridentifikasi
d. Apakah terdapat tanaman beracun
atau alergic dilingkungan
sekolah?
Tidak teridentifikasi
e. Keadaan dilingkungan sekolah Halaman sekolah rapi dan bersih, toilet
dan kantin sekolah kotor dan tidak terawat.
f. Bagaimana tingkat kebisingan
lingkungan sekolah?
Tidak teridentifikasi
g. Apakah kebersihan makanan
aman dan baik untuk mencegah
penyakit menular dan cacingan?
Pada kasus tidak teridentifikasi namun
kantin sekolah kotor dan tidak terawat
h. Apakah terdapat fasilitas toilet
yang baik?
Tidak, kondisi lingkungan WC kotor dan
tidak terawatt
i. Adakah bahaya listrik yang dapat
membahayakan siswa?
Tidak teridentifikasi
6 Dimensi sosial a. Bagaimana sikap masyarakat Tidak teridentifikasi. Sebaiknya
terhadap pendidikan? masyarakat ikut serta dalam memajukan
pendidikan pada siswa usia sekolah
khususnya pendidikan reproduksi dan
perkembangan UKS.
b. Apakah masyarakat mendukung
terhadap program sekolah?
Tidak teridentifikasi
c. Bagaimana keamanan lingkungan
sekolah?
Tidak teridentifikasi
d. Sumber daya apa saja yang ada di
lingkungan sekolah?
Sumber daya manusia dan lingkungan
e. Bagaimana status sosial ekonomi
siswa?
Tidak teridentifikasi
f. Bagaimana latar belakang budaya
siswa?
Tidak teridentifikasi
g. Bagaimana tipe lingkungan rumah
siswa? apakah terdapat
kemungkinan terjadinya
kekerasan yang besar?(internal
dan eksternal)
Tidak teridentifikasi
h. Bagaimana latar belakang
pendidikan orangtua siswa?
Tidak teridentifikasi
i. Adakah siswa yang tuna wisma?
berapa banyak?
Tidak teridentifikasi
j. Apakah terdapat konflik antar
group di populasi sekolah?
Tidak teridentifikasi
7 Dimensi
perilaku
a. Pola konsumsi
- Apa kebutuhan nutrsi dan status
nutrisi?
- Apakah ada program peningkatan
kualitas nutrisi di sekolah?
- Bagaimana pengetahaun siswa,
guru dan keluarga tentang nutrisi?
- Bagaimana kebiasaan merokok
siswa?berapa banyak siswa yang
a. Banyak siswa putra yang suka
merokok namun pada kasus tidak
teridentifikasi jumlahnya
b. Pernah ada siswa yangt ertangkap
tangan membawa narkoba ke sekolah
merokok?
- Apakah ada yang menggunakan
obat-obatan terlarang/narkoba?
b. Latihan dan aktivitas
- Bagaimana pola istirahat dan
aktivitas siswa di sekolah?
- Apakah terdapat kesempatan
untuk melakukan rekreasi bagi
siswa diwaktu liburan sekolah?
jenisnya?
- Bagaimana keamanan alat
olahraga di sekolah?
Tidak teridentifikasi
c. Penggunaan pengobatan
- Apakah dilakukan pengobatan
rutin di sekolah bagi siswa?
- Apa jenis pengobatannya?
Tidak teridentifikasi
8 Dimensi sistem
kesehatan
a. Apakah terdapat pelayanan
kesehatan di sekolah?
Terdapat UKS
b. Bila ada, apakah pelayanan
kesehatan berjalan dengan efektif?
Tidak. UKS tidak berjalan
3. Analisa data
No Data Masalah Penyebab
1. DS : Kurang pengetahuan Kurangnya
Dari hasil wawancara, para guru mengkhawatirkan perilaku siswa terutama pergaulan siswa siswi yang memang sedang mengalami pubertas.Dari hasil wawancara dengan Kepsek, banyak siswa putra yang suka merokok dan pernah ada yang tertangkap tangan membawa majalah dewasa dan narkoba ke sekolah
DO : Dari hasil skrining berdasarkan tumbuh kembang diketahui bahwa 98 % siswi putri sudah mengalami menstruasi dan 30 % mengeluh selalu nyeri haid serta 30 % siswi putri dan 25 % siswa putra mengeluh penampilan wajanya yang sering berjerawat.
tentang kesehatan reproduksi, rokok dan NAPZA
informasi mengenai kesehatan reproduksi, rokok dan NAPZA
2. DS : -
DO :Dari hasil observasi, kondisi toilet sekolah kotor dan tidak terawatKantin sekolah juga kotor dan tidak terawat.
Kurangnya kesadaran pihak sekolah terhadap kesehatan lingkungan
Kurangnya pembinaan terhadap kesehatan lingkungan
3. DS :Dari hasil wawancara di sekolah terdapat UKS tetapi kegiatannya tidak berjalan sehingga ruangan tersebut tidak pernah digunakan
DO :
Tidak berfungsinya UKS
Kurangnya pembinaan dan pelatihan mengenai UKS
4. Diagnosa Keperawatan dan Rencana Kegiatan
Diagnosa Tujuan Rencana Kegiatan Evaluasi
Kriteria Standar
1. Kurang pengetahuan siswa siswi tentang kesehatan reproduksi, bahaya rokok dan NAPZA
Umum :Setelah dilakukan pendidikan kesehatan, klien mampu mengetahui dan melakukan perawatan tentang kesehatan reproduksi, bahaya rokok dan NAPZA
Khusus :Klien mengenal tentang kesehatan reproduksi, bahaya rokok dan NAPZA dengan kriteria : setelah 1 x pertemuan (45 menit) a. Pubertas dan
perubahan-perubahan pada remaja
b. Perkembangan remaja berdasarkan kurun waktunya
c. Cara menangani nyeri haid
d. Bahaya Rokok dan NAPZA
Penyuluhan tentang kesehatan reproduksi remaja, bahaya rokok dan Napza
Verbal Klien dapat menjelaskan tentang :a. pubertas dan
perubahan pada remaja
b. Perkembangan remaja berdasarkan kurun waktunya
c. Cara menangani nyeri haid
d. Bahaya Rokok dan NAPZA
2. Tidak berfungsinya UKS
Umum :Meningkatnya kesadaran akan pentingnya upaya kesehatan sekolah
Khusus :UKS berfungsi optimal
1. Penyuluhan tentang program UKS bagi guru dan murid di sekolah
2. Pembinaan terhadap guru UKS dan murid
3. Supervisi oleh pihak puskesmas tentang pelaksanaan program UKS
UKS memliki program yang baik dan terencana
1. Adanya pemeriksaan dini kesehatan/ skrining secara periodic
2. Adanya pelayanan konseling pada siswa sekolah
3. Adanya kegiatan promosi kesehatan dan upaya pencegahan penyakit
4. Adanya pemantauan lingkungan sekolah oleh
pihak UKS
3. Kurangnya kesadaran pihak sekolah terhadap kesehatan lingkungan
Umum :Meningkatnya kesadaran akan pentingnya kesehatan lingkungan sekolah
Khusus :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 bulan :1. Pihak sekolah
(kepsek, guru, pengelola UKS, dan peserta didik) mau memodifikasi lingkungan dengan memperbaiki sarana yang ada di sekolah.
2. Pihak sekitar sekolah mau membantu pihak sekolah untuk memelihara dan memperbaiki lingkungan sekolah.
1. Penyuluhan tentang kesehatan lingkungan sekolah, meliputi:- pemeliharaan
sarana fisik dan lingkungan sekolah
- melakukan pengadaan sarana sekolah yang mendukung terciptanya lingkungan yang bersih dan sehat
2. Menganjurkan pihak sekolah untuk melakukan kerja sama dengan masyarakat sekitar sekolah untuk melakukan penataan halaman, pekarangan, apotik hidup dan pasar sekolah yang aman.
3. Menganjurkan pihak sekolah untuk menggerakan pemeliharaan dan pengawasan lingkungan sekolah seperti pengelolaan sampah, saluran air limbah, kebersihan jamban dan kamar mandi, kenersihan kantin
1. Pihak sekolah melakukan penataan ulang terhadap lingkungan sekolah dan memperbaiki sarana yang sudah ada
2. Pihak sekolah dan lingkungan sekitar mau untuk memelihara kebersihan lingkungan sekolah
1. Memiliki sanitasi dan air yang bersih dan cukup
2. Terciptanya pekarangan sekolah yang aman
3. Terciptanya proses pembelajaran yang dapat menciptakan lingkungan psikososial yang sehat bagi seluruh masyarakat sekolah.
sekolah, ruang UKS dan ruang kelas
Top Related