8/2/2019 Referat Skabies Lia & Dedy 2
http://slidepdf.com/reader/full/referat-skabies-lia-dedy-2 1/27
TINJAUAN PUSTAKA
SKABIES
Oleh:
Aurelia Agusta Lalong, S.Ked NIM. 0808013560
Richardo Dedy Gana, S.KedNIM. 0808013589
Pembimbing:
dr. I Nyoman Sutama, Sp.KK
dr. Sisilia Ratna Tallo, Sp.KK
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik
di SMF. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin RSUD Prof. Dr. dr. W.Z. Johannes Kupang
SMF. ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN
RSUD PROF. DR. dr. W.Z. JOHANNES KUPANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA KUPANG
2012
8/2/2019 Referat Skabies Lia & Dedy 2
http://slidepdf.com/reader/full/referat-skabies-lia-dedy-2 2/27
8/2/2019 Referat Skabies Lia & Dedy 2
http://slidepdf.com/reader/full/referat-skabies-lia-dedy-2 3/27
Pada tahun 1687, Giovan Cosimo Bonomo menulis surat kepada Fransisco
Redi dan menyatakan bahwa seorang wanita miskin dapat mengeluarkan “little bladder
of water” dari lesi skabies anaknya.
Surat Bonomo ini kemudian dilupakan orang dan pada tahun 1812 Gales
melaporkan telah menemukan Sarcoptes scabiei dan tungau yang ditemukannya dilukis
oleh Meunir. Sayangnya, penemuan Gales ini tidak dapat dibuktikan oleh ilmuwan
lainnya. Pada tahun 1820 Raspail menyatakan bahwa tungau yang ditemukan Gales
identik dengan tungau keju sehingga Gales dinyatakan sebagai penipu. Penemuan
Gales baru diakui pada tahun 1839 ketika Renucci seorang mahasiswa dari Corsica
berhasil mendemonstrasikan cara mendapatkan tungau dari penderita skabies dengan
sebuah jarum.
2.3 Etiologi
Penyebab penyakit skabies sudah dikenal lebih dari 100 tahun yang lalu sebagai
akibat infestasi tungau yang dinamakan Acarus scabiei dan Sarcoptes scabiei varian
hominis. Sarcoptes scabiei termasuk kedalam filum Arthropoda, kelas Arachnida, ordo
Ackarima, superfamili Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scabiei var.
hominis. Kutu ini khusus menyerang dan menjalani siklus hidupnya dalam lapisan
tanduk kulit manusia. Selain itu terdapat S. scabiei yang lain, yakni varian animalis.
Sarcoptes scabiei varian animalis menyerang hewan seperti anjing, kucing, lembu,
kelinci, ayam, itik, kambing, macan, beruang dan monyet. Sarcoptes scabiei varian
hewan ini dapat menyerang manusia yang pekerjaannya berhubungan erat dengan
hewan tersebut diatas, misalnya peternak, gembala, dll. Gejalanya ringan, sementara,
gatal kurang, tidak timbul terowongan-terowongan, tidak ada infestasi besar dan lama
serta biasanya akan sembuh sendiri bila menjauhi hewan tersebut dan mandi yang
bersih.
Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya
cembung dan bagian perutnya rata. Tungau ini translusen, berwarna putih kotor dan
tidak bermata. Ukurannya, yang betina berkisar antara 330-450 mikron x 250-350
8/2/2019 Referat Skabies Lia & Dedy 2
http://slidepdf.com/reader/full/referat-skabies-lia-dedy-2 4/27
mikron, sedangkan yang jantan lebih kecil, yakni 200-240 mikron x 150-200 mikron.
Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang kaki di depan sebagai alat untuk
melekat dan 2 pasang kaki kedua pada betina berakhir dengan rambut, sedangkan pada
yang jantan pasangan kaki ketiga berakhir dengan rambut dan keempat berakhir dengan
alat perekat yang dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 1. Tungau Scabies Betina
Tungau skabies tidak dapat terbang namun dapat berpindah secara cepat saat
kontak kulit dengan penderita. Tungau ini dapat merayap dengan kecepatan 2,5 cm – 1
inch per menit pada permukaan kulit. Belum ada studi mengenai waktu kontak minimal
untuk dapat terjangkit penyakit skabies namun dikatakan jika ada riwayat kontak
dengan penderita, maka terjadi peningkatan resiko tertular penyakit skabies.
Yang menjadi penyebab utama gejala – gejala pada skabies ini ialah Sarcoptes
scabiei betina. Bila tungau betina telah mengandung (hamil), ia membuat terowongan
pada lapisan tanduk kulit dimana ia meletakkan telurnya. Untuk lebih memahaminya,
berikut siklus hidup tungau ini. Setelah kopulasi (perkawinan) yang terjadi di atas kulit,
yang jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat hidup beberapa hari dalam
terowongan yang digali oleh yang betina. Tungau betina yang telah dibuahi, menggali
terowongan dalam stratum korneum, dengan kecepatan 2-3 milimeter sehari dan sambil
8/2/2019 Referat Skabies Lia & Dedy 2
http://slidepdf.com/reader/full/referat-skabies-lia-dedy-2 5/27
meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai mencapai jumlah 40 atau 50. Bentuk
betina yang dibuahi ini dapat hidup sebulan lamanya. Telur akan menetas, biasanya
dalam waktu 3-5 hari dan menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini
dapat tinggal dalam terowongan tetapi dapat juga ke luar. Setelah 2-3 hari larva akan
menjadi nimfa yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina dengan 4 pasang kaki.
Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan waktu
antara 8-12 hari tetapi ada juga yang menyebutkan selama 8-17 hari. Studi lain
menunjukkan bahwa lamanya siklus hidup dari telur sampai dewasa untuk tungau
jantan biasanya sekitar 10 hari dan untuk tungau betina bisa sampai 30 hari. Berikut
dipaparkan gambar siklus hidup skabies.
Gambar 2. Siklus Hidup Skabies
Tungau betina ini dapat hidup lebih lama dari tungau jantan yaitu hingga lebih
dari 30 hari. Tungau skabies ini umumnya hidup pada suhu yang lembab dan pada suhu
kamar (210C dengan kelembapan relatif 40-80%) tungau masih dapat hidup di luar
tubuh hospes selama 24-36 jam.
Sarcoptes scabiei varian hominis betina, melakukan seleksi bagian-bagian
tubuh mana yang akan diserang, yaitu bagian-bagian yang kulitnya tipis dan lembab,
8/2/2019 Referat Skabies Lia & Dedy 2
http://slidepdf.com/reader/full/referat-skabies-lia-dedy-2 6/27
seperti di lipatan-lipatan kulit pada orang dewasa, sekitar payudara, area sekitar pusar
dan penis. Pada bayi-bayi karena seluruh kulitnya tipis, telapak tangan, kaki. Wajah
dan kulit kepala juga dapat diserang. Tungau biasanya memakan jaringan dan kelenjar
limfe yang disekresi dibawah kulit. Selama makan, mereka menggali terowongan pada
stratum korneum dengan arah horizontal. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
beberapa ahli memperlihatkan bahwa tungau skabies khususnya yang betina dewasa
secara selektif menarik beberapa lipid yang terdapat pada kulit manusia. lipid tersebut
diantaranya adalah asam lemak jenuh odd-chain-length (misalnya pentanoic dan
lauric) dan tak jenuh(misalnya oleic dan linoleic) serta kolesterol dan tipalmitin. Hal
tersebut menunjukkan bahwa beberapa lipid yang terdapat pada kulit manusia dan
beberapa mamalia dapat mempengaruhi baik insiden infeksi maupun distribusi
terowongan tungau di tubuh. Bila telah terbentuk terowongan maka tungau dapat
meletakkan telur setiap hari. Tungau dewasa meletakkan baik telur maupun kotoran
pada terowongan dan analog dengan tungau debu, tampaknya enzim pencernaan pada
kotoran adalah antigen yang penting untuk menimbulkan respons imun terhadap tungau
skabies.
2.4 Patogenesis
Sarcoptes scabiei dapat menyebabkan reaksi kulit yang berbentuk eritem,
papul atau vesikel pada kulit dimana mereka berada. Timbulnya reaksi kulit disertai
perasan gatal.
Masuknya S. scabiei ke dalam epidermis tidak segera memberikan gejala
pruritus. Rasa gatal timbul 1 bulan setelah infestasi primer serta adanya infestasi kedua
sebagai manifestasi respons imun terhadap tungau maupun sekret yang dihasilkan
terowongan di bawah kulit. Tungau skabies menginduksi antibodi IgE dan
menimbulkan reaksi hipersensitivitas tipe cepat. Lesi-lesi di sekitar terowongan
terinfiltrasi oleh sel-sel radang. Lesi biasanya berupa eksim atau urtika, dengan
pruritus yang intens, dan semua ini terkait dengan hipersensitivitas tipe cepat. Pada
kasus skabies yang lain, lesi dapat berupa urtika, nodul atau papul, dan ini dapat
8/2/2019 Referat Skabies Lia & Dedy 2
http://slidepdf.com/reader/full/referat-skabies-lia-dedy-2 7/27
berhubungan dengan respons imun kompleks berupa sensitisasi sel mast dengan
antibodi IgE dan respons seluler yang diinduksi oleh pelepasan sitokin dari sel Th2
dan/atau sel mast.
Di samping lesi yang disebabkan oleh Sarcoptes scabiei secara langsung, dapat
pula terjadi lesi-lesi akibat garukan penderita sendiri. Dengan garukan dapat timbul
erosi, ekskoriasi, krusta, dan infeksi sekunder.
2.5 Epidemiologi
Beberapa sumber menuliskan bahwa skabies merupakan penyakit yang terdapat
diseluruh dunia dengan insiden yang berfluktuasi akibat pengaruh faktor yang belum
diketahui sepenuhnya. Untuk suatu sebab yang sulit dimengerti, penyakit skabies
ternyata sering menyebabkan epidemi yang diperkirakan setiap 30 tahun sekali. Sekitar
tahun 1940-1970 pernah terjadi pandemi terbesar di seluruh dunia. Penyakit ini sering
terjadi terutama pada daerah beriklim tropis dan subtropis.
Di beberapa Negara yang sedang berkembang, prevalensi skabies sekitar 6-27%
dari populasi umum dan cenderung tinggi pada anak usia sekolah serta remaja.
Menurut data Departemen Kesehatan RI prevalensi skabies di puskesmas di seluruh
Indonesia pada tahun 1986 adalah 4,5-12,9% dan menduduki urutan ke-3 dari 12
penyakit kulit terbanyak. Di Divisi Dermatologi Anak Unit Rawat Jalan RSU Dr.
Soetomo selama 6 tahun (1996 sampai 2001) skabies menduduki urutan ke-3 diantara
10 penyakit kulit terbanyak (10,5-12,3%). Jumlah penderita skabies anak usia 1-14
tahun di Divisi Dermatologi Anak Unit Rawat Jalan RSU Dr. Soetomo tahun 2003
sebanyak 80 penderita.
Insiden penyakit skabies di Negara berkembang memperlihatkan siklus
berfluktuasi yang tidak dapat dijelaskan secara memuaskan, mungkin berhubungan
dengan teori herd immunity. Skabies dapat diderita semua orang tanpa membedakan
usia dan jenis kelamin; akan tetapi lebih serin ditemukan pada anak-anak usia sekolah
dan dewasa muda (remaja). Di beberapa Negara berkembang, penyakit ini dapat
menjadi endemik secara kronis pada beberapa. Insidens penyakit skabies ini sangat
8/2/2019 Referat Skabies Lia & Dedy 2
http://slidepdf.com/reader/full/referat-skabies-lia-dedy-2 8/27
tinggi terutama pada lingkungan dengan tingkat kepadatan penghuni yang tinggi dan
kebersihan yang kurang memadai. Pada beberapa penelitian menemukan bahwa di
suatu pesantren yang pada penghuninya, prevalensi skabies mencapai 78,7% dimana
prevalensi yang lebih tinggi terdapat pada kelompok yang higienenya kurang baik
(72,7%) dan pada kelompok yang higienenya baik prevalensi skabies hanya 3,8% dan
2,2%. Penelitian lain yang dilakukan di Pondok Pesantren di kabupaten lamongan
menunjukkan bahwa dari 338 santri, 64,20 % menderita skabies yang dimana angka ini
lebih tinggi dari prevalensi pada Negara sedang berkembang yang hanya 6-27% atau
bahkan prevalensi di Indonesia yang hanya 4,60-12,75% saja. Dari penelitian tersebut
didapati bahwa penyebab paling sering adalah karena higiene yang buruk, sanitasi
lingkungan yang kurang baik, serta perilaku para santri yang tidak menjaga kesehatan.
Di kelompok usia dewasa muda, cara penularan yang paling sering terjadi
adalah melalui kontak seksual. Meskipun demikian rute infeksi agak sulit ditentukan
karena periode “inkubasi” yang lama dan asimptomatis. Apabila dalam satu keluarga
terdapat beberapa anggota mengeluh adanya gatal-gatal, maka penegakan diagnosis
menjadi lebih mudah. Dan tidak seperti penyakit menular seksual lainnya, skabies
dapat menular melalui kontak non seksual di dalam satu keluarga. Kontak kulit dengan
orang yang tidak serumah dan transmisi tidak langsung seperti lewat handuk dan
pakaian sepertinya tidak menular, kecuali pada skabies yang berkrusta/skabies
Norwegia. Sebagai contoh, meskipun skabies sering dijumpai pada anak-anak usia
sekolah, penularan yang terjadi di sekolah jarang didapatkan. Penularan di pegawai
rumah sakit juga jarang, tetapi beberapa kasus pernah dilaporkan terutama yang bentuk
krusta/skabies Norwegia.
2.6 Beberapa Bentuk Skabies
Terkadang diagnosis skabies sukar ditegakkan karena lesi kulit bisa bermacam-
macam. Selain bentuk skabies yang klasik, terdapat pula bentuk-bentuk khusus skabies
antara lain :
a. Skabies Nodula
8/2/2019 Referat Skabies Lia & Dedy 2
http://slidepdf.com/reader/full/referat-skabies-lia-dedy-2 9/27
Bentuk ini sangat jarang dijumpai dan merupakan suatu bentuk hipersensitivitas
terhadap tungau skabies, dimana pada lesi tidak ditemukan Sarcoptes scabiei.
Lesi berupa nodul yang gatal, merah cokelat, terdapat biasanya pada genitalis
laki-laki, inguinal dan ketiak yang dapat menetap selama berbulan-bulan. Untuk
menyingkirkan dengan limfoma kulit diperlukan biopsy. Bentuk ini juga
terkadang mirip dengan beberapa dermatitis atopik kronik. Apabila secara
inspeksi, kerokan atau pun biopsi tidak jelas, maka penegakan diagnosis dapat
melalui adanya riwayat kontak dengan penderita skabies atau lesi membaik
denngan pengobatan khusus untuk skabies.
b. Skabies Incognito
Seperti semua bentuk dermatitis yang meradang, skabies juga memberi respons
terhadap pengobatan steroid baik topikal maupun sistemik. Pada kebanyakan
kasus, skabies menjadi lebih parah dan diagnosis menjadi lebih mudah
ditegakkan. Tetapi pada beberapa kasus, pengobatan steroid membuat diagnosis
menjadi kabur, dan perjalanan penyakit menjadi kronis dan meluas yang sulit
dibedakan dengan bentuk ekzema generalisata. Penderita ini tetap infeksius,
sehingga diagnosis dapat ditegakkan dengan adanya anggota keluarga lainnya.
c. Skabies Pada Bayi
Skabies pada bayi dapat menyebabkan gagal tumbuh atau menjadi ekzema
generalisata. Lesi dapat mengenai seluruh tubuh termasuk kepala, leher, telapak
tangan dan kaki. Pada anak-anak seringkali timbul vesikel yang menyebar
dengan gambaran suatu impetigo atau infeksi sekunder oleh Staphylococcus
aureus yang menyulitkan penemuan terowongan.
8/2/2019 Referat Skabies Lia & Dedy 2
http://slidepdf.com/reader/full/referat-skabies-lia-dedy-2 10/27
Gambar 3. Skabies pada Bayi (regio Pedis)
Gambar 4. Skabies Pada masa kanak-kanak (regio palmaris)
d. Skabies Norwegia
Skabies jenis ini sering disebut juga skabies berkrusta (crusted scabies) yang
memiliki karakteristik lesi berskuama tebal yang penuh dengan infestasi
tungau. Istilah skabies Norwegia merujuk pada Negara yang pertama
mendeskripsikan kelainan ini yang kemudian diganti dengan istilah skabies
berkrusta. Bentuk lesi jenis skabies ini ditandai dengan dermatosis berkrusta
pada tangan dan kaki, pada kuku dan kepala. Penyakit ini dikaitkan dengan
penderita yang memiliki defek imunologis misalnya usia tua, debilitas,
disabilitas pertumbuhan, contohnya seperti sindrom Down, juga pada penderita
yang mendapat terapi imunosupresan. Tidak seperti skabies pada umumnya,
penyakit ini dapat menular melalui kontak biasa. Masih belum jelas apakah hal
8/2/2019 Referat Skabies Lia & Dedy 2
http://slidepdf.com/reader/full/referat-skabies-lia-dedy-2 11/27
ini disebabkan jumlah tungau yang sangat banyak atau karena galur tungau
yang berbeda. Studi lain menunjukkan pula bahwa transmisi tidak langsung
seperti lewat handuk dan pakaian paling sering menyebabkan skabies berkrusta.
Terapi yang dapat diberikan selain skabisid adalah terapi suportif dan
antibiotik. Berikut dipaparkan gambaran skabies berkrusta
Gambar 5. Skabies berkrusta pada regio abdomen
e. Skabies Pada Penderita HIV/AIDS
Gejala skabies pada umumnya tergantung pada respons imun, karena itu tidak
mengherankan bahwa spektrum klinis skabies penderita HIV berbeda dengan
penderita yang memiliki status imun yang normal. Meskipun data yang ada
masih sedikit, tampaknya ada kecenderungan bahwa penderita dengan AIDS
biasanya menderita bentuk skabies berkrusta (crusted scabies). Selain itu,
skabies pada penderita AIDS biasanya juga menyerang wajah, kulit, dan kuku
dimana hal ini jarang didapatkan pada penderita status imunologi yang normal.
Gambaran klinis yang tidak khas ini kadang membingungkan dengan
diagnosis penyakit Darier White atau keratosis folikularis yaitu suatu penyakit
dengan lesi popular yang berskuama pada area seboroik termasuk badan, wajah,
kulit kepala dan daerah lipatan. Skabies juga harus dipikirkan sebagai diagnosis
banding penderita AIDS dengan lesi psoriasiform, yang terkadang didiagnosis
sebagai ekzema. Pada penderita dengan status imunologi yang normal, pruritus
merupakan tanda khas, sedangkan pada beberapa penderita AIDS, pruritus tidak
8/2/2019 Referat Skabies Lia & Dedy 2
http://slidepdf.com/reader/full/referat-skabies-lia-dedy-2 12/27
terlalu dirasakan. Hal ini mungkin disebabkan status imun yang berkurang dan
kondisi ini berhubungan dengan konversi penyakit menjadi bentuk lesi
berkrusta.
Seperti pada penderita umumnya, lesi skabies berkrusta pada penderita
AIDS mengandung tungau dalam jumlah besar dan sangat menular. Beberapa
kasus penularan nosokomial kepada penderita lain dan juga petugas kesehatan
pernah dilaporkan. Pada penderita AIDS, skabies berkrusta juga berhubungan
dengan bakteremia, yang biasanya disebabkan oleh S. aureus, dan
Streptococcus grup A, Streptococcus grup lain bakteri gram negatif seperti
Enterobacter cloacae dan Pseudomonas aeroginosa. Sebagian ahli
menyarankan pemberian antibiotika profilaksis pada penderita AIDS dengan
skabies untuk mencegah sepsis sedangkan sebagian lain menganjurkan tindakan
yang tepat ada dengan pengawasan ketat.
Pengobatan skabies berkrusta pada penderita AIDS memerlukan waktu
yang lebih lama. Pada beberapa aplikasi lindane selama 6 minggu dengan dosis
seminggu sekali berhasil dengan baik, seperti halnya aplikasi 2 atau 3 kali
dengan interval 48 atau 72 jam. Permetrin juga pernah dipakai pada beberapa
kasus. Selain itu, secara bersamaan dianjurkan penggunaaan keratolitik seperti
asam salisilat 6%. Akibat tebalnya krusta, penetrasi topikal skabisid pada
penderita AIDS terkadang tidak begitu baik. Selain itu, jumlah tungau yang
banyak juga membuat obat topikal kurang efektif. Sehingga dianjurkan untuk
penggunaan terapi skabisid orang yaitu ivermektin.
2.7 Gejala Klinis
Ada 4 tanda kardinal :
1. Pruritus nokturnal, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan karena
aktivitas tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas. Pada
awalnya gatal terbatas hanya pada lesi tetapi seringkali menjadi menyeluruh. Pada
infeksi inisial, gatal timbul setelah 3 sampai 4 minggu, tetapi paparan ulang
8/2/2019 Referat Skabies Lia & Dedy 2
http://slidepdf.com/reader/full/referat-skabies-lia-dedy-2 13/27
menimbulkan rasa gatal hanya dalam waktu beberapa jam. Namun studi lain
menunjukkan pada infestasi rekuren, gejala dapat timbul dalam 4-6 hari karena
telah ada reaksi sensitisasi sebelumnya.
2. Penyakit ini menyerang secara kelompok, misalnya dalam sebuah keluarga
biasanya seluruh angota keluarga terkena infeksi. Begitu pula dalam sebuah
perkampungan yang padat penduduknya, sebagian besar tetangga yang berdekatan
akan diserang oleh tungau tersebut. Penularan skabies terutama melalui kontak
langsung seperti berjabat tangan, tidur bersama dan hubungan seksual. Penularan
melalui kontak tidak langsung, misalnya melalui perlengkapan tidur, pakaian atau
handuk.
3. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna
putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1
cm, pada ujung terowongan itu ditemukan papul atau vesikel. Jika timbul infeksi
sekunder ruam kulitnya menjadi polimorf (pustul, ekskoriasi, dan lain-lain).
Berikut dipaparkan gambaran kelainan kulit pada skabies.
Gambar 6. Kelainan kulit pada sela-sela jari dan penis
8/2/2019 Referat Skabies Lia & Dedy 2
http://slidepdf.com/reader/full/referat-skabies-lia-dedy-2 14/27
Gambar 7. Kelainan kulit pada bagian punggung
Gambar 8. Kelainan kulit pada mammae
Tempat predileksinya biasanya merupakan tempat dengan stratum korneum yang
tipis, yaitu : sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian
luar, lipat ketiak bagian depan, areola mamae (wanita), umbilikus, bokong,
genitalia eksterna (pria), dan perut bagian bawah. Skabies jarang ditemukan di
telapak tangan, telapak kaki, dibawah kepala dan leher namun pada bayi dapat
menyerang telapak tangan dan telapak kaki. Berikut dipaparkan gambaran tempat
predileksi skabies.
8/2/2019 Referat Skabies Lia & Dedy 2
http://slidepdf.com/reader/full/referat-skabies-lia-dedy-2 15/27
Gambar 9. Tempat Predileksi Skabies
4. Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostik. Dapat ditemukan
satu atau lebih stadium hidup tungau ini. Berikut merupakan gambaran
mikroskopik tungau skabies.
Gambar 10. Tungau Skabies pada Stratum Korneum
8/2/2019 Referat Skabies Lia & Dedy 2
http://slidepdf.com/reader/full/referat-skabies-lia-dedy-2 16/27
Gambar 11. Tungau Skabies Dewasa
Terdapat berbagai variasi dalam gambaran klinis, mulai dari bentuk-bentuk yang tidak
khas pada orang-orang yang tingkat kebersihannya tinggi, berupa papul-papul saja
pada tempat predileksi. Tidak jarang terjadi infeksi sekunder akibat garukan dengan
kebersihan kuku yang kurang baik. Pada kasus-kasus yang kebersihannya kurang baik
dapat terlihat ektima, impetigo, selulitis, folikulitis, dan furunkulosis.
2.8 Penegakan Diagnosis
Beberapa sumber menyebutkan bahwa penegakan diagnosis skabies masih menjadi
persoalan dalam dermatologi. Disebutkan bahwa jika gejala klinisnya khas, diagnosis
skabies mudah ditetapkan, tetapi gejala klinis skabies sering menyerupai penyakit kulit
lainnya sehingga dapat menimbulkan salah diagnosis dan selanjutnya dapat
menyebabkan kesalahan pengobatan.3
Diagnosis klinis ditetapkan berdasarkan anamnesis yaitu adanya pruritus
nokturna dan erupsi kulit berupa papul, vesikel, dan pustule di tempat predileksi,
distribusi lesi yang khas, terowongan-terowongan pada predileksi, adanya penyakit
yang sama pada orang-orang sekitar.3 Terowongan terkadang sulit ditemukan, dan
petunjuk yang lazim adalah penyebaran yang khas. Diagnosis definitif bergantung pada
identifikasi mikroskopis adanya tungau, telur atau fecal pellet.5 Seringkali tungau tidak
dapat dapat ditemukan ditemukan walau terdapat lesi skabies nodula yang klasik di
genitalia, atau ruam yang khas dengan riwayat gatal-gatal pada anggota keluarga yang
lain. Dari beberapa penelitian yang telah lama dilakukan beberapa ahli menemukan
bahwa dari sebagian besar penderita skabies hanya dapat ditemukan sedikit tungau dari
setiap penderita.5 Hal ini yang terkadang menimbulkan kesalahan diagnosis. Selain itu,
kesalahan diagnosis juga disebabkan oleh pemeriksaan yang tidak adekuat.3 Infestasi
skabies sering disertai infeksi sekunder sehingga erupsi kulit tidak khas lagi dan
menyulitkan pemeriksaan. Karena sulitnya menemukan tungau, maka Lyell
menyatakan diagnosis skabies harus dipertimbangkan pada setiap penderita dengan
8/2/2019 Referat Skabies Lia & Dedy 2
http://slidepdf.com/reader/full/referat-skabies-lia-dedy-2 17/27
keluhan gatal yang menetap walalupun dengan cara ini dikatakan perevalensi skabies
menjadi lebih tinggi dari yang sebenarnya.3
Diagnosis pasti skabies ditegakkan dengan ditemukannya tungau melalui
pemeriksaan mikroskop, yang dapa dilakukan dengan beberapa cara antara lain:5
1. Kerokan kulit
Kerokan kulit dilakukan dengan mengangkat atap terowongan atau papula
menggunakan scalpel nomor 15. Kerokan diletakkan pada kaca objek, diberi
minyak mineral atau minyak imersi, diberi kaca penutup dan dengan
pembesaran 20X atau 100X dapat dilihat tungau, telur atau fecal pellet.3,5
2. Mengambil tungau dengan jarum
Jarum dimasukkan ke dalam terowongan pada bagian yang gelap (kecuali pada
orang kulit hitam pada titik yang putih) dan digerakkan tangensial. Tungau
akan memegang ujung jarum dan dapat diangkat keluar.3,5
3. Epidermal shave biopsy
Menemukan terowongan atau papul yang dicurigai antara ibu jari dan jari
telunjuk, dengan hati-hati diiris puncak lesi dengan scalpel nomor yang 15
dilakukan sejajar dengan permukaan kulit. Biopsi dilakukan sangat superfisial
sehingga tidak terjadi perdarahan dan tidak perlu anestesi. Spesimen diletakkan
pada gelas objek lalu ditetesi minyak mineral dan diperiksa dengan mikroskop. 5
4. Kuretase terowongan
Kuretase superfisial mengikuti sumbu panjang terowongan atau puncak papula
kemudian kerokan diperiksa dengan mikroskop, setelah diletakkan di gelas
objek dan ditetesi minyak mineral.3,5
5. Tes tinta Burowi
Papul skabies dilapisi dengan tinta pena, kemudian segera dihapus dengan
alkohol, maka jejak terowongan akan terlihat sebagai garis yang karakteristik,
berbelok-belok, karena ada tinta yang masuk. Tes ini tidak sakit dan dapat
dikerjakan pada anak dan pada penderita yang non-kooperatif.5
6. Tetrasiklin topikal
8/2/2019 Referat Skabies Lia & Dedy 2
http://slidepdf.com/reader/full/referat-skabies-lia-dedy-2 18/27
Larutan tetrasiklin dioleskan pada terowongan yang dicurigai. Setelah
dikeringkan selama 5 menit kemudian hapus larutan tersebut dengan
isopropilalkohol. Tetrasiklin akan berpenetrasi ke dalam melalui stratum
korneum dan terowongan akan tampak dengan penyinaran lampu wood,
sebagai garis linier berwarna kuning kehijauan sehingga tungau dapat
ditemukan.3,5
7. Apusan kulit
Kulit dibersihkan dengan eter, kemudian diletakkan selotip pada lesi dan
diangkat dengan gerakan cepat. Selotip kemudian diletakkan di atas gelas objek
(enam buah dari lesi yang sama pada satu gelas objek) dan diperiksa dengan
mikroskop.5
8. Biopsi plong ( punch biopsy)
Biopsy berguna pada lesi yang atipik, untuk melihat adanya tungau atau telur.
Yang perlu diperhatikan adalah bahwa jumlah tungau hidup pada penderita
dewasa hanya sekitar 12, sehingga biopsi berguna bila diambil dari lesi yang
meradang. Secara umum digunakan punch biopsy, tetapi biopsy mencukur
epidermis adalah lebih sederhana dan biasanya dilakukan tanpa anestetik local
pada penderita yang tidak kooperatif.5
Selain itu, alat lain yang dapat dipakai untuk diagnostik adalah dermoskopi.
Argenziano melaporkan bahwa alat ini cukup efektif. Pembesaran gambar
menunjukkan struktur triangular kecil berwarna gelap yang berhubungan dengan
bagian anterior tungau yang berpigmen, dan suatu segmen linier haus di belakang
segitiga yang mengandung gelembung udara kecil, dimana kedua gambaran ini
menyerupai “ jet with contrail”dan dianggap sebagai bentuk terowongan beserta telur
dan fecal pellet. Dilaporkan juga oleh Bezold bahwa penggunaan polymerase chain
reaction (PCR) untuk membuktikan adanya skabies pada penderita yang secara klinis
menunjukkan eczema atipikal. Skuama epidermal positif untuk DNA Sarcoptes scabiei
sebelum terapi dan menjadi negatif 2 minggu setelah terapi.5
8/2/2019 Referat Skabies Lia & Dedy 2
http://slidepdf.com/reader/full/referat-skabies-lia-dedy-2 19/27
Dari berbagai cara pemeriksaan diatas, kerokan kulit merupakan cara yang
paling mudah dilakukan dan memberikan hasil yang paling memuaskan. Mengambil
tungau dengan jarum memerlukan keterampilan khusus dan jarang berhasil karena
biasanya terowongan sulit diidentifikasi dan letak tungau sulit diketahui. Swab kulit
mudah dilakukan tetapi memerlukan waktu lama karena dari 1 lesi harus dilakukan 6
kali pemeriksaan sedangkan pemeriksaan dilakukan pada hampir seluruh lesi. Tes tinta
Burowi dan uji tetrasiklin jarang memberikan hasil positif karena biasanya penderita
datang pada keadaan lanjut dan sudah terjadi infeksi sekunder sehingga terowongan
tertutup oleh krusta dan tidak dapat dimasuki tinta atau salep.3
2.9 Diagnosis Banding
Skabies dapat mirip berbagai macam penyakit sehingga disebut juga “The great
imitator”.1,3 Diagnosis banding skabies meliputi hampir semua dermatosis dengan
keluhan pruritus, yaitu dermatitis atopik, dermatitis kontak, prurigo, urtikaria popular,
pioderma, pedikulosis, dermatitis herpetiformis, ekskoriasi-neurotik, liken planus,
penyakit Darier, gigitan serangga, mastositosis, urtikaria, dermatitis eksematoid
infeksiosa, pruritis karena penyakit sistemik, dermatosis pruritik pada kehamilan, sifilis
dan vaskulitis.3
2.10 Terapi
Terapi skabies harus segera dilakukan setelah penegakan diagnosis. Penundaan terapi
dapat menyebabkan infestasi tungau yang semakin banyak dan kemungkinan
peningkatan keparahan gejala.9 Terapi skabies ini juga harus tuntas bagi penderita dan
juga dilakukan bagi keluarga penderita yang memiliki gejala yang sama karena skabies
yang tidak terobati biasanya memiliki hubungan dengan peningkatan kejadian
pyoderma oleh Streptococcus pyogenes.10 Terdapat sejumlah terapi skabies yang efektif
dan pemilihannya tergantung pada biaya dan potensi toksiknya. Terkadang penderita
menggunakan obat lebih lama dari waktu yang dianjurkan, sehingga mengetahui
kuantitas obat yang tepat untuk diresepkan akan dapat mencegah timbulnya iritasi
8/2/2019 Referat Skabies Lia & Dedy 2
http://slidepdf.com/reader/full/referat-skabies-lia-dedy-2 20/27
akibat pemakaian obat yang berlebihan, yang pada akhirnya disalahartikan sebagai
kegagalan terapi. Skabisid topikal sebaiknya dipakai di seluruh tubuh kecuali wajah.
Obat harus segera dibersihkan secara menyeluruh setelah periode waktu yang
dianjurkan. Pagi hari setelah terapi, pakaian, sprei, dan handuk dicuci menggunakan air
panas. Tungau akan mati pada suhu 130oC. Pasien dapat diberikan edukasi untuk
meningkatkan kebersihan lingkungan dan perorangan.5
Penderita hendaknya diberikan pengertian bahwa meskipun penyakit telah
diobati secara adekuat, rasa gatal akan tetap ada sampai beberapa bulan. Seluruh
anggota keluarga yang memiliki gejala harus diterapi, termasuk pasangan seksual. Para
ahli merekomendasikan terapi untuk anggota keluarga bersifat simultan, karena angka
kesembuhan setelah 10 minggu lebih tinggi.5 Terapi topikal untuk skabies yang sering
digunakan adalah sebagai berikut :
1. Krim Permetrin ( Elimite, Acticin), yaitu suatu skabisid berupa piretroid sintesis yang
efektif pada manusia dengan toksisitas rendah, bahkan dengan pemakaian yang
berlebihan sekalipun dan obat ini telah dipergunakan lebih dari 20 tahun.5,11 Krim
permetrin ditoleransi dengan baik, diserap minimal dan tidak diabsorbsi sistemik, serta
dimetabolisasi dengan cepat.5,10 Obat ini merupakan terapi pilihan lini pertama
rekomendasi dari CDC untuk terapi tungau tubuh.12 Penggunaan obat ini biasanya pada
sediaan krim dengan kadar 1% untuk terapi tungau pada kepala dan kadar 5% untuk
terapi tungau tubuh. Studi menunjukkan Penggunaan permethrin 1% untuk tungau
daerah kepala lebih baik dari lindane karena aman dan tidak diabsorbsi secara
sistemik.11 Cara pemakaiannya dengan dioleskan pada seluruh area tubuh dari leher ke
bawah dan dibilas setelah 8-14 jam.12 Bila diperlukan, pengobatan dapat diulang
setelah 5-7 hari kemudian. Belum ada laporan terjadinya resistensi yang signifikan
tetapi beberapa studi menunjukkan adanya resistensi permethrin 1% pada tungau
kepala namun dapat ditangani dengan pemberian permethrin 5%.5,11 Permetrin
sebaiknnya tidak digunakan pada bayi berumur kurang dari 2 bulan atau pada wanita
hamil dan menyusui namun studi lain mengatakan bahwa obat ini merupakan drug of
choice untuk wanita hamil.5,13 Dikatakan bahwa permethrin memiliki angka
8/2/2019 Referat Skabies Lia & Dedy 2
http://slidepdf.com/reader/full/referat-skabies-lia-dedy-2 21/27
kesembuhan hingga 97,8% jika dibandingkan dengan penggunaan ivermectin yang
memiliki angka kesembuhan 70%. Tetapi penggunaan 2 dosis ivermectin selama 2
minggu memiliki keefektifan sama dengan permethrin. Efek samping yang sering
timbul adalah rasa terbakar dan yang jarang adalah dermatitis kontak dengan derajat
ringan sampai sedang.14
2. Lindane 1% (gamma-benzen heksaklorida), merupakan pilihan terapi lini kedua
rekomendasi CDC.12 Dalam beberapa studi memperlihatkan keefektifan yang sama
dengan permetrin. Studi lain menunjukkan lindane kurang unggul dibanding
permetrin.5 Lindane memiliki angka penyembuhan hingga 98% dan diabsorbsi secara
sistemik pada penggunaan topikal terutama pada kulit yang rusak.10 Sediaan obat ini
biasanya sebanyak 60 mg.14 Cara pemakaiannya adalah dengan dioleskan dan dibiarkan
selama 8 jam. Sama seperti pada permetrin, kadang diperlukan pengolesan ulang 1
minggu setelah terapi pertama. Salah satu kekurangan obat ini adalah absorbsi secara
sistemik terutama pada bayi, anak dan orang dewasa dengan kerusakan kulit yang luas.
Lindane memiliki efek samping yaitu toksik pada sistem saraf pusat dengan keluhan
utama kejang.10 Lindane sebaiknya tidak digunakan untuk bayi, anak dibawah 2 tahun,
dermatitis yang meluas, wanita hamil atau menyusui, penderita yang pernah mengalami
kejang atau penyakit neurologi lainnya. Sejak 1 januari 2002, Negara bagian California
telah meninggalkan pemakaian lindane. Belum ada laporan mengenai toleransi yang
signifikan terhadap pemakaian lindane.5,10
3. Sulfur, biasanya diresepkan sebagai sulfur presipitat (6%) dalam petrolatum. Sulfur
dipakai saat malam hari selama 3 malam dan dibersihkan secara menyeluruh 24 jam
terakhir. Kekurangannya adalah sulfur berbau, meninggalkan noda dan berminyak,
mengiritasi, membutuhkan pemakaian berulang, namun relatif aman, efektif dan tepat
untuk bayi berumur kurang dari 2 bulan dan selama kehamilan atau menyusui. 5,10
4. Benzil benzoat 25%, merupakan produk alamiah, disebut juga balsam Peru dan telah
dipergunakan lebih dari 60 tahun. Obat ini merupakan skabisid kerja cepat yang efektif
namun tidak dijual bebas di Amerika Serikat. Benzyl benzoate memiliki keefektifan
yang sama dengan lindane.5,10
8/2/2019 Referat Skabies Lia & Dedy 2
http://slidepdf.com/reader/full/referat-skabies-lia-dedy-2 22/27
5. Krim Krotamiton (Eurax) dianggap tidak cukup efektif untuk mengobati skabies.
Kualitas krim ini dibawah permetrin dan efektivitasnya setara dengan benzyl benzoat
atau sulfur.5
Selain itu juga terdapat terapi sistemik, khususnya untuk penderita AIDS.
Ivermektin adalah suatu antiparasit yang disahkan oleh FDA untuk onchocerciasis dan
strongilodiasis pada manusia.5 Ivermectin dikatakan merupakan pilihan terapi lini
ketiga rekomendasi dari CDC.12 Ivermectin memiliki aktivitas spectrum luas pada
nematoda dan arthropoda yang dapat digunakan pada hewan dan manusia serta obat ini
dapat digunakan pada terapi filariasis.10 Jika dibandingkan dengan permethrin, angka
kesembuhan dengan penggunaan ivermectin masih lebih rendah dibandingkan
permethrin tetapi jika dibandingkan dengan lindane, pada penelitian yang telah
dilakukan menunjukkan bahwa 80% pasien mengalami perbaikan gejala klinis lebih
banyak dibandingkan dengan penggunaan lindane yang hanya 44%.14 Sejak tahun 1993
dilaporkan bahwa ivermektin yang diberikan 1 atau 2 dosis oral 200 mg/kgBB menjadi
terapi skabies yang efektif pada penderita AIDS. Diperlukan studi control lebih lanjut
dengan menentukan dosis dan cara pemberian obat yang paling efektif, baik bagi
penderita dengan status imun normal ataupun pada penderita yang mengalami
imunosupresi, serta keefektifan kombinasi terapi oral dan topikal ivermektin.5,12
Penggunaan Ivermectin ini tidak boleh pada wanita hamil dan menyusui.12 Sediaan
ivermektin topikal, yaitu larutan ivermektin 1% dalam propilen-glikol juga sedang
diteliti penggunaannya sebagai terapi alternatif.5 Walaupun demikian, ivermectin
topikal dilarang penggunaannya di UK.11 Pada beberapa sumber dikatakan bahwa
sediaan crotamiton, benzyl benzoate, malathion, sulfur, dan ivermectin masih belum
disetujui penggunaannya oleh FDA untuk indikasi terapi skabies namun sumber
lainnya mengatakan penggunaan telah dapat ditolerir dan mulai banyak beredar namun
di Negara tertentu penggunaan dibatasi bahkan dilarang.14
Penyakit yang serius akibat skabies jarang didapatkan, kecuali pada bayi dan
penderita skabies berkrusta. Tetapi pruritus dan infeksi yang ditimbulkan dapat menjadi
masalah dan memerlukan terapi khusus. Lesi dengan fecal pellet terkadang memberi
8/2/2019 Referat Skabies Lia & Dedy 2
http://slidepdf.com/reader/full/referat-skabies-lia-dedy-2 23/27
rasa gatal untuk beberapa saat setelah tungau mati. Hal ini memerlukan pemberian
antihistamin dan bila gatal tetap mengganggu dapat diberikan steroid oral dalam waktu
yang singkat. Bila didapatkan superinfeksi oleh bakteri, antibiotic harus diberikan.
Terdapat istilah acarofobia yaitu penderita dengan delusi. Penderita mulai merasa bahwa
pada kulit mereka masih terdapat tungau meskipun telah diobati. Bila gangguan ini
berkelanjutan maka diperlukan pertolongan psikiater.5
2.11 Gejala Persisten
Semua pasien harus diberikan informasi bahwa bercak-bercak dan gatal karena skabies
tersebut mungkin akan menetap lebih dari 2 minggu setelah terapi selesai. Ketika gejaladan tanda masih menetap lebih dari 12 minggu, terdapat beberapa kemungkinan yang
dapat dijelaskan diantaranya resistensi terapi, kegagalan terapi, re-infeksi dari anggota
keluarga lain atau teman sekamar, alergi obat, atau perburukan gejala karena reaktivitas
silang dengan antigen dari penderita skabies lainnya.14
Respon yang buruk dan dugaan resistensi terhadap lindane pernah dilaporkan di
tempat lain. Kegagagalan terapi yang tidak berhubungan dengan resistensi terapi bisa
disebabkan karena kegagalan penggunaan terapi skabisid topikal. Pasien dengan
skabies berkrusta mungkin memiliki penetrasi obat skabisid yang buruk kedalam
lapisannya yang bersisik tersebut dan mungkin karena tungau bersembunyi di lapisan
yang sulit di penetrasi.14
Yang pasti, untuk menghindari infeksi berulang, direkomendasikan agar
seluruh kontak dekat dengan pasien harus dieradikasi. Seluruh kain, selimur, pakaian
harus dicuci jika memungkinkan selama penggunaan skabisid topikal. Bahkan setelah
terapi berhasil dan infeksi berulang telah dicegah, gejala mungkin dapat memburuk
karena terjadi dermatitis alergi. Komplikasi ini telah terlihat pada penggunaan beberapa
jenis skabisid topikal. Dan pada akhirnya, tungau rumah tangga biasa mungkin masih
dapat menyebabkan gejala yang menetap sebagai akibat dari reaktivitas silang antara
antigennya.14
8/2/2019 Referat Skabies Lia & Dedy 2
http://slidepdf.com/reader/full/referat-skabies-lia-dedy-2 24/27
2.12 Prognosis
Dengan memperhatikan pemilihan dan cara pemakaian obat, serta syarat pengobatan
dan menghilangkan faktor prediposisi (antara lain higiene), maka penyakit ini dapat
diberantas dan memberikan prognosis yang baik. Oleh karena manusia merupakan
penjamu (hospes) definitif, maka apabila tidak diobati dengan sempurna, Sarcoptes
scabiei akan tetap hidup tumbuh pada manusia.1,2
8/2/2019 Referat Skabies Lia & Dedy 2
http://slidepdf.com/reader/full/referat-skabies-lia-dedy-2 25/27
BAB 3. KESIMPULAN
8/2/2019 Referat Skabies Lia & Dedy 2
http://slidepdf.com/reader/full/referat-skabies-lia-dedy-2 26/27
DAFTAR PUSTAKA
1. Beggs, J. dkk. 2005. Scabies Prevention And Control Manual May 2005-Version
1.0. USA : Michigan Department Of Community Health
2. Chosidow, O. 2006. Scabies. The New England Journal Of Medicine 20/04/2006.
USA : Massachusettes Medical Society
3. Cox, N. 2000. Permethrin Treatment In Scabies Infestasion : Important Of
Correct Formulation. British Medical Journals Vol. 320 01/01/2000.
4. Department Of Public Health. 2008. Scabies. USA : Department Of Public Health
Division Of Communicable Disease Control.
5. Fox, G. 2006. Itching And Rash In A Boy And His Grandmother. The Journal Of
Family Practice Vol. 55 August 2006. USA : Quadrant Healthcom Inc
6. Harahap M. 1990. Penyakit Kulit. Jakarta : Gramedia
7. Johnston, G. Sladden, M. 2005. Scabies : Diagnosis And Treatment. British
Medical Journal Vol. 331 17/09/2005.
8. Leone, P. 2007. Scabies And Pediculosis : An Update Of Treatment Regiments
And General Review. Oxford Journals. USA : University Of NorthCalifornia And North California STD/HIV Prevention And Care Branch
9. Ma’rufi, I. Keman, S. Notobroto, H. 2005. Faktor Sanitasi Lingkungan Yang Berperan Terhadap Prevalensi Penyakit Scabies Studi Pada Santri di
Pondok Pesantren Kabupaten Lamongan. Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 2 No. 1 Juli 2005. Jawa Timur : Universitas Airlangga
10. McCarthy, J. Kemp, D. Walton, S. Currie, B. 2004. Review Scabies : More Than
Just An Irritation. Postgrad Medical Journal 2004. Australia
8/2/2019 Referat Skabies Lia & Dedy 2
http://slidepdf.com/reader/full/referat-skabies-lia-dedy-2 27/27
11. Murtiastutik D. 2008. Buku Ajar Infeksi Menular Seksual . Surabaya : Airlangga
University Press
12. Sungkar S. 1995. Skabies. Jakarta : Yayasan Penerbitan Ikatan Dokter Indonesia
13. Buku merah