Download - radfar

Transcript

[REVIEW] Radiopharmacology and Pharmacokinetic Evaluation of Some Radiopharmaceuticals

1. PENDAHULUANRadiofarmakologi adalah ilmu yang mempelajari tentang persiapan sediaan radiofarmasi. Radiofarmasi telah digunakan untuk keperluan diagnosis dan terapi dengan dosis tertentu, dimana terdapat di antaranya yang tidak menunjukkan efek farmakologis dan efek biologis terhadap organism hidup atau jaringan. Dalam kedokteran nuklir, sediaan radiofarmasi diantaranya digunakan untuk pencitraan dan studi fungsional otak, miokardium, tiroid, paru paru, hati, kandung empedu, ginjal, darah, dan tumor. Banyak sediaan radiofarmasi yang menggunakan technetium (Tc-99m). Dalam optimasinya, penggunaan radiofarmasi dalam pengembangan sistem penghantaran obat farmasi, berbagai rute yang dilalui harus divalidasi. Tujuan utama dari radiofarmakologi adalah untuk mempelajari sifat sifat kimia radiofarmasi dan interaksinya dengan organism hidup.Radiofarmasi adalah agen radioaktif yang telah digunakan secara luas di bidang kedokteran nuklir untuk menyediakan informasi fungsional dan structural tentang organ dan jaringan yang terganggu. Kebanyakan radiofarmasi digunakan untuk tujuan diagnose medis. Biasanya hanya untuk satu kali pemakaian, dan jumlah zat aktif yang digunakan sangat kecil. Dalam sediaan radiofarmasi terdapat radionuklida, yang memungkinkan pencitraan secara scintigraphic atau pengukuran yang terbiodistribusi. Beberapa sediaan radiofarmasi sering kali tidak menunjukan efek farmakodinamik yang terukur. Hal ini dapat terjadi karena efek yang ditimbulkan dapat hilang dengan adanya peluruhan radioaktif dalam jangka waktu tertentu. Waktu paruh dari radionuklidanya relative singkat, sehingga setelah proses pencampuran harus segera diberikan kepada pasien.Setelah diberikan kepada pasien, biasanya melalui rute administrasi parenteral, terdapat dua fase yang menjadi pertimbangan utama, yaitu:a. Fase farmakodinamik, yaitu fase yang menggambarkan interaksi sediaan radiofarmasi dengan target aksinya (reseptor, transporter, enzim, dan sebagainya).b. Fase farmakokinetik, yaitu fase absorbs, distribusi, metabolism, dan eliminasi.

2. ANALISA FARMAKOKINETIK SEDIAAN RADIOFARMASIA. DISTRIBUSIDistribusi dari sediaan radiofarmasi dapat ditentukan dengan melihat perjalanannya dalam sirkulasi atau dengan ukuran jaringan yang sebenarnya. Secara umum, sebagian data diperoleh dengan menentukan nilai volume distribusinya. (VD). Faktor utama yang dapat menentukan nilai VD dari sediaan radiofarmasi adalah sebagai berikut:1) Kemampuannya dalam melintasi membrane ( lipofil, ionisasi, dan lain lain)2) Kemampuannya terikat dengan protein plasma3) Kemampuan mengikat sel sel darah4) Filter paru (karena paru paru merupakan organ pertama yang dilalui sediaan radiofarmasi setelah injeksi IV dan sel sel parenkim paru paru telah diketahui dapat menahan molekul dan bertindak sebagai reservoir.5) Ikatan stereospesifik sediaan radiofarmasi terhadap protein protein tertentu, seperti reseptor, transporter, atau enzim.B. PARAMETER FISIKOKIMIABeberapa parameter fisikokimia yang berperan penting dalam sediaan radiofarmasi adalah sebagai berikut:1) Indeks lipofilisitas Log P atau Koct Perhitungan Log P adalah dengan menggunakan metoda perhitungan Hansch dan Rekker.2) Konstanta Ionisasi Sama seperti lipofilisitas, ionisasi juga merupakan parameter penting dalam sediaan radiofarmasi. Untuk radiofarmasi , metode pemanfaatan partisi senyawa antara dua pelarut tak tercampur harus digunakan , sebagai koefisien partisi , konstanta ionisasi molekul dan pH pelarut berkorelasi erat . Metode shake-flask dan metode HPLC adalah teknik yang digunakan untuk menghitung konstanta ionisasi.C. HUBUNGAN ANTARA LIPOFILISITAS DENGAN BRAIN EXTRACTIONTidak seperti organ lain , otak dilindungi dari perubahan berat atau fluktuasi tingkat nutrisi dan zat penting lainnya dalam darah dengan mekanisme anatomi dan fisiologis yang rumit yang dikenal sebagai blood-brain-barrier (BBB). Secara fungsional , BBB membatasi pertukaran bebas dari zat antara otak normal dan darah dan bertindak untuk mengecualikan otak dari berbagai racun , obat-obatan ( termasuk radiofarmasi yang sifatnya sangat larut dalam air ) dan zat zat yang tidak diinginkan lainnya. BBB juga tampaknya hampir kedap makromolekul , protein , protein - terikat radiofarmasi , dll. Sifat ini mungkin terkait dengan tidak adanya vesikel pinocytic terkait dengan sitoplasma kapiler otak. Dengan demikian , metode difusi pasif ( untuk molekul lipofilik ) dan transpor aktif sangat berperan penting bagi sediaan radiofarmaka untuk memasuki otak yang sehat. D. PENGUKURAN IKATAN TERHADAP PROTEIN PLASMAMetode yang telah dijelaskan dalam literature untuk memisahkan protein protein plasma berdasarkan pada sifat sifat fisikkokemua dari protein.1) Sifat sifat fisik: Berat molekul Dialysis Ultrafiltrasi Kromatografi eksklusi Muatan listrik dan berat molekul2) Sifat sifat kimia: Denaturasi dan presipitasi Pelarut organic Asam asam (asam trikloroasetat, dll)

3. EVALUASI FARMAKOKINETIK DARI BEBERAPA SEDIAAN RADIOFARMASISedian radiofarmasi yang telah dievaluasi sifat farmakokinetiknya di antaranya adalah sebagai berikut:1) 99mTc-DMSA; digunakan sebagai pencitraan pada ginjal2) 188Re ( V ) DMSA; digunakan untuk pencitraan pada penyakit yang berhubungan dengan tulang, deteksi beberapa tumor jaringan ( meduler dan karsinoma insular dari tumor tiroid, kepala dan leher, otak, dan hati3) 99mTc BPHA; baru sebatas dicobakan pada hewan, seperti tikus dan kelinci4) 99mTc DTPA5) 166Ho DTPA; Untuk studi biodistribusi , 166Ho - DTPA dengan 7,4 0,7 MBq / 0,2 ml ( 0,2 0,02 mCi ) disuntikkan ke tikus jantan Sprague Dawley - melalui vena ekor lateral. 166Ho - DTPA dengan cepat diekskresikan melalui rute kemih . Data ini telah diperoleh berdasarkan hasil studi biodistribusi dalam tikus dan gambar kamera gamma pada kelinci .6) 125I Oligotide

4. REAKSI MERUGIKAN DAN EFEK SAMPINGReaksi negatif terhadap radiofarmasi tidak umum terjadi, bersifat sementara dan tingkat keparahannya kecil. Namun demikian , kemiripan dengan jenis reaksi yang diamati memungkinkan pengamat untuk mengenali peristiwa tersebut ketika itu terjadi . Efek samping setelah pemberian sediaan radiofarmasi termasuk reaksi spesifik dan banyak menunjukkan gejala sistemik dan fisiologis. Yang paling umum termasuk : mual , dyspnea , bronchospasm , tekanan darah menurun , gatal , kemerahan, gatal-gatal , menggigil , batuk , bradikardia , kram otot , dan pusing . Tabel 1 mencantumkan rekasi merugikan dari beberapa sedian radiofarmasi dan jumlah laporannya.

Tabel 2 menunjukkan reaksi merugikan dari beberapa nama/merk dagang sediaan radiofarmasi.

5. KESIMPULANRadiofarmasi bersama dengan instrumentasi pencitraan merupakan pilar yang mendukung bangunan kedokteran nuklir klinis, yang memungkinkan investigasi utama dari fenomena molekuler untuk lebih memahami penyakit manusia dan pengembangan pengobatan yang efektif. Pertumbuhan kedokteran nuklir terkait erat dengan ketersediaan radioisotop baru dan penemuan radiofarmasi baru. Bidang radiofarmasi telah menyaksikan terus-menerus perubahan berkat kontribusi besar dari para ilmuwan dari berbagai disiplin ilmu seperti Radiokimia , kimia organik, kimia anorganik , biokimia , fisiologi dan farmakologi . Beberapa tonggak dapat dikutip adalah termasuk melanjutkan pengembangan sejumlah sediaan radiofarmasi 99m-Tc , sintesis otomatis senyawa bertanda 18F , peptida bertanda untuk pemetaan yang akurat dari metastasis dan kemajuan dalam terapi radionuklida. Artikel ini adalah review dari parameter metabolisme ,jalur eliminasi dan farmakokinetika untuk perkiraan beberapa sediaan radiofarmasi. Selain itu juga memberikan informasi tentang reaksi merugikan, efek samping dan reaksi lain dari beberapa radiofarmasi yang telah terdaftar. Pengaruh berbagai obat pada biodistribusi beberapa sediaan radiofarmasi penting dalam memahami interpretasi gambar scintigraphic . Ilmu tentang biodistribusi yang diubah karena obat lain membantu dokter menghindari salah tafsir dan kesalahan diagnosis.