PULAU TUNDA SEBAGAI DAERAH TUJUAN
WISATA BAHARI KABUPATEN SERANG
Skripsi
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Konsentrasi Humas
Program Studi Ilmu Komunikasi
Oleh
Asri Sulistian
NIM 6662120761
FAKULTAS ILMU SOSIAL ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
SERANG, AGUSTUS 2016
Semua yang ada di langit dan yang ada di bumi selalu meminta kepada-Nya. Setiap waktu Dia dalam kesibukan. {Ar-Rahman, 55:29}
Persiapan saja tidak cukup untuk tujuan besar, maka tambahkan disiplin, konsistensi, pengorbanan dan senyum termanis untuk akhir yang sempurna
-Asri Sulistian-
“Aku persembahkan Skripsi
ini untuk Orang Tuaku
tersayang, Adik-Adiku yang
sangat membanggakan dan
Orang-Orang yang
membuatku tersenyum,
bersemangat dan mengajariku
arti bahagia”
vi
ABSTRAK
Asri Sulistian NIM 120761. Skripsi. Pulau Tunda sebagai Daerah Tujuan
Wisata Bahari Kabupaten Serang. Pembimbing I: Iman Mukhroman., M.Si
dan Pembimbing II: Ronny Yudhi Septa., M.Si
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Pulau Tunda sebagai daerah tujuan
wisata bahari Kabupaten Serang yang ditinjau dengan menggunakan analisis
SWOT. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan teknik
pengumpulan data berupa wawancara, observasi, studi dokumentasi, dan focus
group discussion. Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa Pulau
Tunda sebagai objek wisata bahari Kabupaten Serang memiliki kekuatan berupa
keindahan bawah laut yang berbeda dengan daerah pulau lain di Kabupaten
Serang, selain itu Pulau Tunda pun memiliki peluang yang cukup besar dari segi
lokasi yang strategis dan tidak jauh dari pusat kota. Namun Pulau Tunda memiliki
kelemahan berupa kualitas sumberdaya manusia dan sadar wisata yang rendah
serta permasalahan sampah yang berada di pesisir Pulau Tunda. Sementara itu
tantangan yang dihadapi Pulau Tunda adalah kelestarian taman bawah laut yang
dapat terancam ketika banyaknya wisatawan yang datang dan melakukan kegiatan
wisata.
Kata Kunci : SWOT, wisata bahari, Pulau Tunda
vii
ABSTRACT
Asri Sulistian NIM 120761. Mini Thesis. Tunda Island as a Marine Tourism
Destination In Serang District. Advisor I: Iman Mukhroman., M.Si and Advisor
II: Ronny Yudhi Septa., M.Si
This study was conducted to determine the Tunda Island as a maritime tourism
destination Serang regency were reviewed by using SWOT analysis. This study
uses qualitative research methods with data collection techniques such as
interviews, observation, documentation studies, and focus group discussion.
Results of research conducted shows that the Island Tunda as a maritime tourist
attraction Serang District has the power in the form of underwater beauty of
different regions island other in Serang regency, besides Island Tunda also have a
big opportunity in terms of strategic location and not far from the center city. But
Tunda Island has a weakness in the form of human resource and tourism
awareness is low and the waste problem which is on the coast of the island
Snooze. While the challenges facing the Tunda Island is the preservation of
underwater parks that can be threatened when many tourists who come and
tourism activities.
Keywords: SWOT, Marine Tourism, Pulau Tunda
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil‟allamin, puji syukur tercurahkan kepada Allah SWT
yang memberikan saya kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini. Sholawat
beserta salam senantiasa terucapkan kepada manusia biasa yang diberikan
anugerah sebagai pembawa cahaya baginda Rosulallah Muhammad SAW.
Skripsi ini berjudul Pulau Tunda Sebagai Daerah Tujuan Wisata
Bahari Kabupaten Serang. Penelitian ini dilakukan sebagai pemenuhan atas
syarat kelulusan yang ditetapkan oleh jurusan Ilmu Komunikasi Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa. Tema besar dalam penelitian ini adalah komunikasi
pemasaran pariwisata. Secara garis besar skripsi ini mencoba untuk mengetahui
potensi Pulau Tunda sebagai daerah tujuan wisata yang ditinjau dengan
menggunakan analisis SWOT. Penelitian ini menggunakan metodologi penelitian
kualitatif, dengan teknik pengumpulan data wawancara, observasi, focus group
discussion dan studi dokumentasi.
Selesainya skripsi ini tentu bukan hanya kerja keras yang dilakukan
penulis namun ada banyak bantuan-bantuan yang penulis dapatkan selama proses
penyusunan skripsi ini, maka dari itu dari dalam lubuk hati dengan penuh kasih
penulis sampaikan rasa terima kasih yang tak terucapkan kepada :
1. Bapak Prof.H.Sholeh Hidayat.,M.Pd selaku Rektor Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa.
2. Bapak Dr.Agus Sjafari.,M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Politik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
3. Ibu Dr.Rahmi Winangsih.,M.Si Selaku Ketua Jurusan Ilmu
Komunikasi Fisip Untirta, terima kasih atas motivasi yang berikan
selama ini.
ix
4. Bapak Darwis Sagita.,M.Si Selaku Sekretaris Jurusan Ilmu
Komunikasi Fisip Untirta, terima kasih atas motivasi yang berikan
selama ini.
5. Bapak Iman Mukhroman.,M.Si selaku dosen pembimbing skripsi I,
terima kasih atas bimbingan, motivasi dan semangat yang diberikan
hingga selesainya skripsi ini.
6. Bapak Ronny Yudhi Septa Priatna.,M.Si selaku dosen pembimbing
skripsi II sekaligus penguji skripsi, terima kasih atas bimbingan,
motivasi dan semangat yang diberikan hingga selesainya skripsi ini.
7. Naniek Afrilla Framanik, M.Si dan Neka Fitriyah., M.Si selaku
penguji skripsi, terimaksih atas saran dan arahan untuk perbaikan hasil
skripsi ini.
8. Bapak Ari Pandu Witantra.,S.Sos selaku dosen pembimbing akademik
terimakasih atas bimbingan yang diberikan selama ini.
9. Ibu Nurprapti Wahyu Widyastuti M.Si, Naniek Afrilla Framanik, M.Si
dan Dr.Rahmi Winangsih, M.Si selaku salah satu yang menjadi
inspirasi dalam penelitian ini, terima kasih untuk karya yang
menginspirasi.
10. Dosen Ilmu Komunikasi Fisip Untirta, terima kasih atas ilmu yang
telah diberikan kepada penulis. Semoga ilmu ini senantiasa dapat
bermanfaat.
11. Muktiyono dan Iis Damayanti selaku orang tua penulis, Sugianto
selaku bapak kandung penulis, terima kasih atas doa, dukungan dan
pengajaran hidup yang selama ini diberikan. Ugi Sugian, U.Maya
Zazqia, Umar Said, Triyana Rahmawati sebagai adik-adikku yang
selalu membuatku bangga dan seluruh keluarga besarku.
12. Dinas Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga. Dinas Kelautan, Perikanan,
Energi dan Sumber daya Mineral. Pemerintah Desa Pulau Tunda.
Travel Wisata Bahari Pulau Tunda, Travel Tundive, Karang Taruna
Pulau Tunda, Novia, Pephit, Hilda Yunike, Ida Yanti,S.Ikom,
Ramdhan yang telah bersedia menjadi narasumber dalam skripsi ini.
13. Bojak-bojak: Ardi Purwadi, Dian Lestari, Eko Prayogo S.Ikom, Nina
Prasetyaningsih, Rachel Mutia Nurdalilah Simatupang, Raudhatul
Jannah, Yohana Arta Ully selaku sahabat sekaligus keluarga baru di
kampus Untirta terimakasih atas tawa canda dan semangat yang kalian
berikan.
14. Jasmine girl: Andi Natoya Nuraisyah, Annisa Asriani S.Pd, Astri
widyanti, Iin Samsiah Nurfajria, Intan Putri Suciani, Mutiara Dwi
Setianingsih, Ranita Dahlan, Siti Mulyana S.Pd, Yusi Intan
terimakasih untuk kehangatan keluarga yang kalian berikan selama ini.
15. Kakak Istiqoma Ridloti, Kakak Iden Salman, Irma Yanuaristi, Arya
Dwi Cahyo, Erlin Pratiwiningtias, Abdul Nashir, Bayu Teja Kusuma,
Hari Agustian, Revandhika, terima kasih untuk motivasi dan dukungan
yang diberikan.
16. Teman-Teman KKM: Teguh Kurniawan S.Pd, Sucia Kartika S.E, Novi
Mugianti S.E, Aprizal Haryadi S.E, Dona Mahardika S.E, Muhammad
x
S.E, Raudhatul Jannah, Isah Kholisah, terima kasih untuk semua
kenangan indah dan pengalaman menyenangkan yang begitu berkesan.
17. Dede Irma, Benny Prayoga Sopian, Eneng Gustiani, Firda Yuandara,
Tiffani Aspa, Khalida Putri Pertiwi, Lia Purnamasari, Jamaludin,
terimakasih untuk doa dan motivasi yang kalian berikan.
18. FoSMaI Fisip Untirta terima kasih untuk pengajaran dan ilmu serta doa
yang selama ini diberikan.
19. Himakom 2014-2015 terimakasih untuk pengalaman yang berkesan
20. Rekan-rekan mahasiswa Ilmu Komunikasi angkatan 2012 yang tidak
bisa disebutkan satu persatu, terima kasih untuk masa-masa
menyenangkan yang penuh kesan.
21. Firman Hakiki, Husaini Bayusagara S.Pd, Nana Suharna S.E, Bapak
Gunawan, terima kasih atas waktu, tempat, dan bantuan yang diberikan
selama proses pencarian data skripsi ini.
Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Atas
segala kekurangan yang menjadi kelemahan dalam skripsi penulis akan sangat
berterima kasih jika ada yang berkenan untuk memberikan kritik dan saran guna
perbaikan pada kesempatan lain.
Hormat Saya,
Asri Sulistian
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN................................................................................ iii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...................................................................... v
ABSTRAK .......................................................................................................... vi
ABSTRACT ........................................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvi
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang ................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 7
1.3 Identifikasi Masalah ........................................................................................ 8
1.4 Tujuan Penelitian ............................................................................................ 8
1.5 Manfaat penelitian ........................................................................................... 8
1.5.1 Manfaat Teoritis ..................................................................................... 9
1.5.2 Manfaat Praktis ...................................................................................... 9
BAB 2 KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERFIKIR
2.1 Kajian Teori ................................................................................................. 10
2.1.1 Komunikasi Pemasaran ........................................................................ 10
xii
2.1.2 Pariwisata ............................................................................................. 11
2.1.3 Komunikasi dan Brand ....................................................................... 13
2.1.4 Analisis SWOT .................................................................................... 17
2.2 Kerangka Berfikir ......................................................................................... 19
2.3 Penelitian Terdahulu ..................................................................................... 21
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian ......................................................................................... 29
3.2 Paradigma Penelitian ..................................................................................... 31
3.3 Metode Pengumpulan data ............................................................................ 32
3.3.1 Wawancara Mendalam ......................................................................... 32
3.3.2 Observasi .............................................................................................. 33
3.3.3 Studi Dokumentasi ............................................................................... 34
3.3.4 Focus Group Discussion ...................................................................... 34
3.4 Narasumber Penelitian .................................................................................. 35
3.5 Fokus penelitian ............................................................................................ 36
3.6 Teknik Analisis Data .................................................................................... 37
3.6.1 Pengecekan Keabsahan Data................................................................ 37
3.6 Tempat Penelitian.......................................................................................... 39
3.7 Waktu Penelitian ........................................................................................... 39
BAB IV ANALISIS DAN HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian ............................................................................ 40
4.2 Analisis Data Penelitian ................................................................................ 44
4.2.1 Analisis SWOT .................................................................................... 46
4.2.1.1 Kekuatan / Strength Pulau Tunda ............................................ 47
4.2.1.2 Kelemahan / Weakness Pulau Tunda ....................................... 50
4.2.1.3 Peluang / Opportunities Pulau Tunda ...................................... 55
4.2.1.4 Tantangan / Threats Pulau Tunda ............................................ 56
xiii
4.2.2 Identifikasi Potensi Pulau Tunda ......................................................... 59
4.3 Pembahasan ................................................................................................... 69
4.4.1 SWOT Pulau Tunda ............................................................................. 70
4.4.2 Potensi Pulau Tunda sebagai Objek Wisata Bahari ............................. 74
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan ....................................................................................................... 80
5.2 Saran .............................................................................................................. 81
5.2.1 Saran Praktis ........................................................................................ 81
5.2.2 Saran Teoritis ....................................................................................... 82
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 84
LAMPIRAN ........................................................................................................ 87
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. 153
xiv
DAFTAR TABEL
Hamalan
1. Tabel 2.1 Tabel Penelitian Terdahulu ..................................................... 36
2. Tabel 3.1 Waktu Penelitian .................................................................... 47
xv
DARFTAR GAMBAR
Halaman
1. Gambar 2.1 Model Komunikasi Pemasaran..................................................... 11
2. Gambar 2.2 Kerangka Berfikir ......................................................................... 20
3. Gambar 4.1 Sistem Informasi Pariwisata Kabupaten Serang .......................... 50
4. Gambar 4.2 Sampah di Pesisir Pulau Tunda .................................................... 54
5. Gambar 4.4 Terumbu Karang .......................................................................... 63
6. Gambar 4.4 Ikan Karang .................................................................................. 64
7. Gambar 4.5 Kapal Penyeberangan Reguler ..................................................... 66
8. Gambar 4.6 Kapal Sewa untuk Wisatawan ...................................................... 66
9. Gambar 4.7 Jalan Desa ..................................................................................... 67
10. Gambar 4.8 Villa di Bagian Barat .................................................................... 68
11. Gambar 4.9 Matrik Analisis SWOT................................................................. 70
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Pedoman Wawancara .............................................................................. 87
2. Pedoman Observasi ................................................................................. 90
3. Surat Ijin Penelitian ................................................................................. 91
4. Surat Pernyataan Kesediaan Menjadi Narasumber ................................. 94
5. Catatan Observasi.................................................................................... 104
6. Tranaskip Wawancara ............................................................................. 106
7. Notulensi Diskusi .................................................................................... 144
8. Artikel Terkait Penelitian ........................................................................ 150
9. Catatan Bimbingan .................................................................................. 152
10. Riwayat Hidup Peneliti ........................................................................... 154
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pariwisata secara sederhana diartikan sebagai kegiatan perjalanan yang
dilakukan oleh seseorang atau kelompok ke suatu tempat untuk tujuan bersenang-
senang. Pandangan lain mengartikan pariwisata sebagai kegiatan jasa (trade a
service), di mana jasa dijadikan sebagai produk yang dipasarkan, seperti jasa
penginapan, jasa angkut, jasa makanan dan hiburan, termasuk jasa pengenalan
budaya dan tradisi masyarakat. Pariwisata sebagai sebuah industri mampu
mempercepat pertumbuhan ekonomi dan menyediakan lapangan pekerjaan bagi
masyarakat, meningkatkan standar hidup serta memberikan dorongan kepada
sektor-sektor produktif lain untuk terus berkembang.
Pariwisata di Indonesia menjadi salah satu dari empat sektor penyumbang
devisa terbesar yang mencapai 10 miliar dolar AS (Kompas, 28 Oktober 2015).
Jumlah ini dapat terus ditingkatkan dengan melakukan pengelolahan pariwisata
yang konsisten dan bersifat integratif antara pemerintah pusat dengan pemerintah
daerah dan pelaku usaha. Di tengah lesunya perkembangan sektor produktif
seperti manufaktur, perdagangan, dan lainnya yang disebabkan oleh krisis
ekonomi global yang saat ini sedang dialami oleh hampir seluruh negara
berkembang, mengembangkan sektor pariwisata dapat menjadi alternatif
pemecahan masalah yang terjadi. Eksistensi pariwisata dapat dikatakan stabil
bahkan cenderung meningkat, karena semakin lama kegiatan pariwisata menjadi
2
kebutuhan bagi kehidupan masyarakat modern. Seseorang tidak lagi berwisata
untuk bersenang-senang tetapi juga untuk melepaskan diri dari rutinitas
keseharian, mencari inspirasi, menambah pengetahuan serta motif lain yang
menjadikan pariwisata semakin berkembang.
Indonesia memiliki banyak daerah yang potensial untuk mengembangkan
pariwisata. Bali merupakan contoh daerah yang sejak lama konsisten
mengembangkan daerahnya melalui pariwisata. Sejak jaman pemerintahan
Belanda wisata Bali sudah dikenal terutama mengenai keindahan panorama alam
yang ditawarkannya. Selepas itu di masa awal kemerdekaan, wisata Bali pun
menjadi icon untuk menarik perhatian warga negara lain untuk berkunjung ke
Indonesia dan hingga kini pemerintah Bali menjadikan pariwisata sebagai
penggerak perekonomian daerah. Sektor usaha pariwisata yang meliputi penyedia
akomodasi, makan dan minum menyumbangkan lebih dari 20% dari total PDRB
Provinsi Bali sejak tahun 2014 pada triwulan ke II hingga tahun 2015 pada
triwulan ke II (Data BPS Provinsi Bali Agustus 2015).
Selain Bali, Provinsi Banten merupakan daerah yang juga potensial untuk
mengembangkan pariwisata. Keindahan alam, budaya hingga peninggalan sejarah
yang terdapat di Provinsi Banten dapat dijadikan modal awal untuk meningkatkan
taraf hidup masyarakat Banten melalui pengembangan pariwisata. Pemikiran
mengenai pengembangan sektor pariwisata untuk Provinsi Banten pun
disampaikan oleh Hj. Rano Karno dalam sebuah pemberitaan yang dimuat oleh
media nasional surat kabar Tempo Pada Oktober 2015 yang menyampaikan
3
bahwa revitalisasi sektor pariwisata merupakan upaya dalam meningkatkan taraf
hidup masyarakat Provinsi Banten.
“Revitalisasi sektor pariwisata dilakukan karena Banten memiliki sekitar
526 objek pariwisata potensial. Dengan meningkatkan jumlah wisatawan sudah
barang tentu akan memberikan dampak ekonomis yang sangat signifikan dalam
waktu dekat. Komitmen Pemprov Banten dalam mengembangkan industri
pariwisata salah satunya adalah “ menjual” Banten keluar.” Tempo, 15 Oktober
2015 hal. 3
Berdasarkan peraturan daerah No.9 tahun 2005 tentang rencana induk
pengembangan pariwisata Provinsi Banten, pengembangan wisata di Banten
terbagi menjadi tiga bagian wilayah pengembangan pariwisata. Pertama, wilayah
pengembangan pariwisata A dengan satuan kawasan pengembangan pariwisata
melingkupi Tangerang, Pantai Utara dan Serang. Kedua, wilayah pengembangan
pariwisata B dengan satuan kawasan pengembangan pariwisata melingkupi
Cilegon, Pantai Barat, dan Ujung Kulon. Tiga, wilayah pengembangan pariwisata
C dengan satuan kawasan pengembangan pariwisata melingkupi Banten Tengah
dan Pantai Selatan. Saat ini salah satu yang menjadi prioritas pengembangan
kepariwisataan di Provinsi Banten terdapat wilayah Kabupaten Serang, yang
sebagian besar berupa pengembangan pariwisata berjenis pariwisata bahari.
Pariwisata bahari adalah kegiatan wisata yang berkaitan langsung dengan
sumber daya kelautan, baik di atas permukaan laut maupun kegiatan yang
dilakukan di bawah permukaan laut. Kabupaten Serang memang memiliki
keindahan bahari yang dapat diperhitungkan, contohnya adalah kawasan wisata
bahari Pantai Anyer yang sudah terkenal sejak lama menjadi tujuan wisata saat
berlibur, kawasan wisata bahari Pulau Sangiang yang juga merupakan kawasan
konservasi, dan kawasan wisata Pulau Tunda yang sempat menjadi perbincangan
4
mengenai keindahan terumbu karang dan beragam jenis ikan yang terdapat di
pulau tersebut.
Pembangunan pariwisata bahari yang dilakukan oleh pemerintah daerah
Kabupaten Serang masih menjadikan Pantai Anyer sebagai prioritas
pengembangan wisata bahari. Namun dari wawancara yang dilakukan peneliti
dengan Kepala Bidang Destinasi Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga
Kabupaten Serang yang membenarkan bahwa Pantai Anyer menjadi prioritas
pengembangan tetapi selain Pantai Anyer pengembangan pariwisata pun
dilakukan di kawasan Pulau Tunda.
Pulau Tunda merupakan wilayah terluar dari Kabupaten Serang yang
secara geografis terletak di 106050‟00”- 105051‟51” BT dan 5056‟15”- 5059‟00”
LS Desa Wargasara Kecamatan Tirtayasa yang dikelilingi oleh Laut Jawa
(RJPMD Kabupaten Serang 2010-2015). Pulau Tunda menyimpan keindahan
taman bawah laut yang berpotensi dikembangkan menjadi sebuah objek wisata
bahari. Disekeliling pulau ditemukan karang dengan tipe pertumbuhan karang tepi
atau Fringing Reef. Terumbu karang tersebut tumbuh pada kedalaman 1-10 meter.
Daerah Pulau Tunda sebelah timur merupakan daerah dengan arus yang besar
sehingga sering digunakan untuk diving dan juga snorkeling, selain itu pada area
timur juga dapat ditemukan clown fish dan binatang laut lainnya, daerah timur pun
memiliki visibility (Jarak Pandang) yang cukup baik yaitu sekitar 10 meter.
Daerah utara pulau dihiasi dengan beragam karang dengan visibility sekitar 12
meter pada bagian utara ini belum banyak tersentuh oleh aktifitas manusia
sehingga karangnya pun masih alami. Meskipun tidak seperti di Kilauan yang
5
dapat setiap hari melihat atraksi lumba-lumba, namun pada waktu-waktu tertentu
di Pulau Tunda pun dapat ditemukan atraksi dari ikan lumba-lumba, hal ini
dikarenakan Pulau Tunda menjadi jalur migrasi lumba-lumba. Beberapa jenis ikan
yang dapat ditemukan di pulau ini adalah ikan nemo merah yang juga disebut
maroon clownfish (premnas biaculeatus), ikan nemo badut atau false
percula/common clownfish (amphiprion ocellaris), ikan nemo kuning
(yellow/orange skunk clownfish/amphiprion sandaracinos), ikan remora (sucker
fish), ikan butterfly fish, ikan damsel, ikan sergeant fish, ikan batfish, dan crinoid
atau lily laut.
Potensi yang dimiliki oleh Pulau Tunda tersebut saat ini banyak di
bicarakan oleh wisatawan di akun media sosial mereka. Bahkan ada yang secara
khusus membuat akun media sosial yang berisikan informasi seputar Pulau
Tunda. Ramai dibicarakan sebagai objek wisata, Pulau Tunda menjadi semakin
dikenal. Kenyataan bahwa Pulau Tunda sebagai objek wisata yang kian dikenal
dapat membawa pengaruh yang positif untuk pengembangan daerah Kabupaten
Serang khususnya.
Hasil pra penelitan yang dilakukan oleh peneliti mengenai objek wisata
Pulau Tunda menunjukan bahwa Pulau Tunda memang benar merupakan objek
wisata yang diakui oleh Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten
Serang dan menjadi daerah prioritas pengembangan wisata bagian utara
Kabupaten Serang. Selain itu hasil pra observasi yang dilakukan peneliti
menunjukan bahwa Pulau Tunda sebagai objek wisata belum memiliki dukungan
secara penuh dalam pengelolaannya dari pemerintah setempat. Hal ini di buktikan
6
dengan keadaan Pulau Tunda yang terbilang minim dengan fasilitas wisata.
Pemasaran Pulau Tunda sebagai objek wisata pun terkesan tidak maksimal. Hal
ini di tunjukkan dengan tidak dibentuknya pesan pemasaran yang secara khusus
bertujuan untuk “menjual” objek wisata Pulau Tunda. Selain itu perbedaan
pandangan mengenai pariwisata yang terdapat di Pulau Tunda diantara para warga
dan pelaku usaha wisata di Pulau Tunda dikhawatirkan akan menghambat
pengelolaan Pulau Tunda sebagai objek wisata.
Pengelolaan Pulau Tunda sebagai destinasi wisata perlu memperhatikan
bahwa produk destinasi memiliki sesuatu yang bersifat tangible atau nyata yang
berkaitan dengan aspek rasional atau yang berbentuk fisik dan dapat dirasakan
langsung oleh konsumen ketika ia mengonsumsi produk destinasi misalnya
keadaan hotel dan home stay yang bersih dengan dekorasi yang unik, dan
ketersediaan fasilitas lain yang dibutuhkan oleh konsumen/ pengunjung. Selain itu
pengelolaan Pulau Tunda juga perlu memperhatikan hal-hal bersifat intangible
atau tidak dapat dilihat kasat mata yang berkaitan dengan emosional dan persepsi
konsumen terhadap Pulau Tunda misalnya seperti perasaan bahagia, segar,
ataupun bertambah bersemangat setelah mengunjungi Pulau Tunda. Unsur
intangible ini salah satunya berhubungan dengan brand.
Kotler dan Pfoertsch (2006) dalam Burhan Bungin (2015) menjelaskan
bahwa brand adalah konsep yang tidak terukur, sering kali dipahami atau sering
kali dianggap mengkontruksi citra sosial sehingga produk pelayanan atau nilai
terkesan lebih baik dari yang sebenarnya. Brand dapat membantu seseorang
untuk mengambil keputusan saat dihadapkan dengan berbagai pilihan yang
7
serupa. Hal ini dikarenakan Pulau Tunda bukanlah satu-satunya objek wisata
bahari, di Provinsi Banten terdapat beberapa objek wisata yang menawarkan
wisata bahari serupa dengan Pulau Tunda, yakni Pulau Umang yang terletak di
Kabupaten Pandeglang, di Kabupaten Serang Pulau Tunda dihadapkan dengan
Pulau Sangiang yang lebih dulu dikenal sebagai objek wisata. Selain itu Pulau
Tunda juga harus dapat bersaing dengan objek wisata Kepulauan Seribu yang
letaknya tidak terlalu jauh dan sudah lebih dulu dikenal sebagai objek wisata
bahari. Adiwijaya (2007) mengatakan bahwa Brand yang dilihat audience akan
merangsang pembelian. Sehingga Brand yang terdapat di Pulau Tunda dapat
menjadi pertimbangan bagi seseorang dalam melakukan keputusan untuk
mengujungi Pulau Tunda.
Burhan Bungin (2015) mengatakan bahwa brand haruslah disampaikan
dan diketahui oleh publik. Branding merupakan suatu tindakan yang bertujuan
untuk memperkenalkan suatu produk yang selanjutnya mempengaruhi mereka
dalam pengambilan keputusan terhadap produk tersebut (Naniek, Nurprapti,
Rahmi 2012). Sehingga usaha untuk memasarkan suatu brand dari suatu produk/
destinasi (tempat tujuan) agar produk tersebut menjadi lebih berkesan, lebih
berharga, dan lebih bernilai tersebut dikenal dengan istilah branding.
Branding ini digunakan untuk menunjukan Pulau Tunda kepada publik
sehingga publik dapat tertarik mengunjungi Pulau Tunda. Brand dan branding
pada saat ini penting untuk di perhatikan dalam menjadikan Pulau Tunda sebagai
destinasi wisata karena dalam persaingan bisnis wisata yang semakin meluas
8
menunjukan perbedaan diri dari yang lain diperlukan untuk menarik perhatian
publik yang dihadapkan dengan berbagai pilihan.
Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai Pulau Tunda sebagai daerah tujuan wisata bahari Kabupaten
Serang.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana Pulau Tunda
menjadi daerah tujuan wisata bahari Kabupaten Serang.
1.3 Identifikasi Masalah
Adapun Identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah
1. Bagaimana Analisis SWOT Pulau Tunda sebagai objek pariwisata
bahari ?
2. Bagaimana Identifikasi Potensi wisata yang dimiliki Pulau Tunda ?
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah
1. Mengetahui kekuatan (S), kelemahan (W), peluang (O), dan tantangan
(T) yang dimiliki objek wisata Pulau Tunda sebagai objek wisata
bahari di Kabupaten Serang.
2. Mengetahui potensi yang dimiliki Pulau Tunda sehingga dapat
dikembangkan untuk pengembangan wisata di Pulau Tunda
9
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk
perkembangan ilmu komunikasi dan dapat memperkaya kajian-kajian
seputar ilmu komunikasi terutama yang berikatan dengan Pariwisata dan
komunikasi pemasaran.
1.5.2 Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis berupa :
1. Bahan pertimbangan untuk menyusun program Pengembangan
wisata Pulau Tunda.
2. Dapat menjadi acuan untuk penelitian selanjutnya yang memiliki
objek penelitian serupa.
10
BAB II
KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Komunikasi Pemasaran
Komunikasi dekat dengan berbagai disiplin ilmu dan dalam
pengaruhnya kini komunikasi pun berpengaruh pada bidang pemasaran.
Keberadaan komunikasi dalam bidang pemasaran terus berkembang
menjadi sutu bidang baru yaitu Komunikasi Pemasran. Komunikasi
pemasaran adalah semua elemen-elemen promosi dan marketing mix yang
melibatkan komunikasi antar organisasi dan target audience pada segala
bentuknya yang ditujukan untuk performance pemasaran (Prisgunanto,
2006). Komunikasi pemasaran diartikan sebagai proses komunikasi yang
terjadi antara pembeli dan penjual yang di dalamnya meliputi pemberian
stimulus dengan harapan memperoleh respon yang diinginkan dan dapat
digunakan digunakan dalam mengambil keputusan pemasaran.
Secara singkat, komunikasi pemasaran adalah proses penyebaran
informasi tentang perusahan dan apa yang hendak ditawarkannya
(offering) pada pasar sasaran. Seiring perkembangannya komunikasi
dalam pemasaran bukan lagi terbatas untuk mendorong pembelian
pertama, namun juga memastikan kepuasan paska pembelian sehingga
meningkatkan kemungkinan terjadi pembelian berulang dan pembeli
11
tersebut menjadi pelanggan yang royal (Sulaksana, 2005). Sehingga dapat
digambarkan model komunikasi sebgai berikut :
Gambar 2.1 Model Komunikasi Pemasaran
Sumber : Sulaksana, 2005
Komunikasi pemasaran tidak hanya digunakan dalam pemasaran
produk-produk konsumsi, tetapi juga pada pemasaran produk jasa ataupun
produk pelayanan seperti halnya yang terjadi pada pemasaran untuk dunia
pariwisata. Serupa dengan tujuan komunikasi pemasaran pada umumnya,
komunikasi pemasaran pariwisata bertujuan untuk merangsang seseorang
melakukan kegiatan wisata.
2.1.2 Pariwisata
Pariwisata merupakan aktifitas, pelayanan, dan produk hasil industri
pariwisata yang mampu menciptakan pengalaman perjalanan, bagi
Umpan balik
Source Encodin
g
Transmission Decoding Action
Umpan balik
TIdak langsung
Umpan balik
Langsung
Pemasaran Biro Iklan/pemasar/
Tenaga Penjual
Media Mesa/ Toko/
Tanaga Penjual Komsumen
12
wisatawan. McIntosh (1995) dalam Muljadi (2012) menyatakan bahwa
pariwisata,
“a composite of activites, service and industries that deliver a travel
experience: transportation, accommodation, eating, and drinking
establishment, shop, entertainment, activity and other that are away from
home”.
Undang-undang No. 9 Tahun 1990 Tentang Kepariwisataan
mengartikan pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan
wisata termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-
usaha lain yang terkait bidang ini. Sedangkan Undang-Undang No 10
Tahun 2009 mengartikan pariwisata adalah berbagai macam kegiatan
wisata dan didukung berbagai fasilitas dan layanan yang disediakan oleh
masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah. Salah satu
istilah dalam pariwisata adalah objek wisata. Objek wisata adalah sesuatu
yang menjadi pusat daya tarik wisatawan dan dapat membentuk kepuasan
kepada wisatawan yang dapat berasal dari alam, hasil budaya, maupun
yang merupakan kegiatan keseharian masyarakat.
Pariwisata memiliki beragam jenis wisata seperti wisata alam, wisata
religi, wisata sejarah, wisata pendidikan dan lain sebagainya. Penelitian ini
memfokuskan pada pariwisata berjenis bahari. Pariwisata bahari adalah
kegiatan wisata yang dilakukan diatas ataupun di bawah permukaan laut
dan yang menjadi daya tarik utama dari wisata bahari adalah keindahan
pemandangan yang bersumber pada daerah pantai dan laut. Direktorat
Jenderal Pariwisata mengartikan bahwa pariwisata bahari adalah kegiatan
wisata yang berkaitan langsung dengan sumber daya kelautan, baik di atas
13
permukaan laut maupun kegiatan yang dilakukan di bawah permukaan
laut.
Unsur pembentuk pengalaman perjalanan wisatawan adalah daya
tarik yang dimiliki oleh suatu tempat atau lokasi yang menjadi tujuan
wisata. Oka A. Yoeti dalam Muljadi (2012) menyampaikan bahwa daya
tarik wisata yang merupakan aspek perencanaan pariwisata harus
memenuhi tiga syarat agar mampu memberikan kepuasan kepada
wisatawan atau pengunjung. Ketiga syarat itu adalah 1) apa yang akan
dilihat (Something to see), 2) apa yang akan dilakukan (Something to do),
3) apa yang dapat dibeli (Something to buy). Pariwisata yang kini menjadi
bisnis modern juga perlu memperhatikan konsep pemasaran modern dalam
perencanaan pariwisata. Saat membicarakan mengenai pemasaran modern,
maka akan terdapat istilah brand di dalamnya. Hermawan (2007)
mengatakan bahwa brand harus menjadi pertimbangan utama apabila kita
membicarakan produk modern, produk harus mengkontruksi suatu citra
sosial tentang kemewahan terhadap suatu produk. Keberadaan brand
dalam perencanaan pariwisata akan memberikan banyak keuntungan bagi
pariwisata ketika dapat menempatkan brand pada posisi yang tepat.
2.1.3 Komunikasi dan Brand
Williem Al Big dalam Siahaan (1990) mengatakan bahwa komuniksi
adalah proses transmisi dalam memaknakan simbol-simbol dintara
individu. Proses komunikasi adalah proses sosial yang terjadi diantara dua
orang atau lebih , dimana mereka saling mengirim dan bertukar simbol-
14
simbol satu dan lainnya (Bungin, 2015). Proses pertukaran ini pun terjadi
dalam mengkomunikasikan brand. Brand adalah merek, nama, istilah,
tanda simbol atau desain atau kombinasi dari semua itu untuk
mengidentifikasi barang dan jasa dari sebuah perusahaan dan untuk
membedakannya dari pesaing (Kotler 2009 dalam Bugin 2015).
Litteljhon (2009) ada fenomena penting dalam komunikasi yaitu:
“Komunikator (sumber); pesan; media (sistem) dan penyampai; tujuan
atau sasaran”. Fenomena ini sama penting dalam komunikasi tergantung
strategi apa yang digunakan dalam berkomunikasi. Kennady dan
Soemanegara (2006), strategi komunikasi (termasuk pula komunikasi
pemasaran) memiliki tiga sasaran perubahan, yaitu mengubah kesadaran,
perhatian, dan kesetian”. Bungin (2015) brand adalah produk pesan yang
memiliki konten yang rumit. Brand memiliki sifat untuk diberitahukan
kepada publik, dengan demikian brand memiliki sifat publisitas, karena itu
brand hanya hidup dalam ruang komunikasi (Bungin, 2015).
Brand membuat suatu produk berbeda dengan produk lain di
pasaran. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, penelitian
mengenai brand terus berkambang dan memunculkan makna baru bagi
brand. Brand kini bukan hanya sekedar merek atau simbol yang terdapat
pada suatu produk. Kapferer (1997) dalam Moilenen dan Rainisto (2009)
mengatakan bahwa brand bukan hanya simbol dari suatu produk, tetapi
semua atribut yang berasal dari pemikiran konsumen ketika mereka
berfikir mengenai brand, yakni atribut tangible, intangible, psychological
15
dan sociological yang berhubungan dengan produk tersebut. Sementara
Chiaravelle dan Schenck (2007) memberikan pengertian bahwa brand
adalah sebuah janji yang diberikan kepada konsumen. Dengan demikian
brand merupakan kesan yang dirasakan oleh konsumen terhadap produk
tersebut. Kesan ini didapatkan dari keseluruhan komponen yang terdapat
dalam produk baik yang bersifat tangible maupun yang bersifat intangible
yang membuat produk tersebut menjadi unik.
Chiaravelle dan Schenck (2007) menyatakan keberhasilan brand
terjadi ketika mampu memuaskan keperluan rasional dan emosional serta
ekspetasi konsumen. Fill (2013) mengatakan bahwa brand yang sukses
akan memberikan efek domino yang kuat, positif dan selalu diingat serta
dirasakan oleh masyarakat sebagai nilai kepribadian yang kukuh dari
sebuah produk. Brand berhubungan dengan persepsi yang berada dibenak
konsumen, untuk itu diperlukan konsistensi dalam penyampaian brand.
Brand yang dikatakan berhasil akan mampu bertahan dalam jangka waktu
yang lama dan memberikan keuntugan yang berlipat dan bahkan akan
menjadi sebuah aset yang lebih berharga dibandingkan dengan aset lainya.
Pemikiran brand saat ini tidak hanya eksis dalam pembahasan
produk manufaktur atau consumer products, namun terus berkembang
hingga mencapai wilayah institusi politik seperti pemerintahan, daerah,
wilayah dan juga negara (Bungin, 2015). Hal ini tentunya menjadi seuatu
yang wajar ditengah krisis global yang secara tidak langsung mendorong
setiap wilayah untuk berkompetisi dalam meningkatkan pendapatan
16
keuangan guna meningkatkan kesejahteraan wilayahnya. Selain itu sumber
daya alam tidak terbarukan yang beberapa waktu lalu menjadi sumber
pendapatan kini mulai habis karena eksploitasi yang dilakukan sejak lama,
membuat setiap wilayah dituntut untuk mulai memikirkan alternatif
sumber pendapatan lain yang dapat menggantikan sumber pendapatan
sebelumnya. Salah satu alternatif yang kini mulai diperhatikan di beberapa
daerah yang juga menjadi femonema ekonomi dan sosial adalah
pariwisata. Perubahan gaya hidup pada kalangan konsumen pariwisata
yang menjadikan pariwisata bukan lagi sekedar kegiatan jalan-jalan tetapi
menjadi suatu kebutuhan yang harus terpenuhi, membuat pariwisata
menjadi sektor yang dapat memberikan keuntungan bagi pendapatan
keuangan di suatu wilayah. Pariwisata kini telah berubah menjadi bisnis
modern. Sehingga produk pariwisata perlu didesain sebagai produk bisnis
yang dikemas dengan menarik, mengagumkan, dan juga berkesan.
Brand untuk destinasi diperlukan untuk dapat menjadi daya tarik
bagi calon pengunjung. Brand destinasi berkaitan dengan persaingan
identitas yang dimiliki suatu tempat agar tempat tersebut memiliki
perbedaan dengan yang lainnya (Sinom 2009). Destination brand
berkenaan dengan kualitas dari tempat yang menarik untuk dikunjungi.
Beragam alasan diberikan untuk mengunjungi suatu tempat, namun alasan
yang beragam ini tidak membawa pengaruh yang cukup besar untuk
menjadikan suatu tempat tujuan untuk terus dikunjungi. Sementaara itu
17
pengalaman pengunjung pada suatu tempat dapat memberikan pengaruh
untuk tempat tersebut.
Sinom 2009 dalam ETC/UNTWO Handbook On Tourism
Destination Branding mengatakan hal ini karena pengunjung dapat menjadi
sales promotion officer sales atau prevention officer untuk destinasi.
Pengalaman saat berkunjung akan dibawa pulang oleh pengunjung dan
pengunjung akan membicarakan pengalaman yang didapatkannya. Jika
pengalaman tersebut berkesan baik, memungkinkan pengunjung tersebut
merekomendasikan untuk pergi ketempat tersebut diwaktu lain.
Brand mempengaruhi bagaimana konsumen berfikir dan membeli
suatu produk (Chiaravalle, 2007). Dengan demikian brand destinasi dapat
mendorong seseorang melakukan pengambilan keputusan pada saat
dihadapkan dengan berbagai pilihan destinasi. Brand bukanah suatu yang
dibuat sembarang oleh pemilik brand, dalam pembuatannya agar brand
yang terbentuk menjadi kuat diperlukan analisis terhadap berbagai aspek
yang terlibat dalam brand tersebut. analisis tersebut dapat di mulai dengan
melakukan analisi situasi. Analisis situasi ini dapat dilakukan salah
satunya dengan menggunakan SWOT.
2.1.4 Analisis SWOT
Analisis Situasi merupakan awal proses perumusan strategi. Analisis
situasi dilakukan untuk dapat menemukan kesesuaian strategi antara
peluang-peluang eksternal dan kekuatan-kukuatan internal, serta
memperhatikan ancaman-ancaman ekstrnal dan kelemahan-kelemahan
18
internal. SWOT adalah akronim untuk strengths, weakness, opportunities,
dan threats dari organisasi, yang semuanya merupakan faktor-faktor
strategis (J David Hunger dan Thomas L Wheleen 2010). Analisis SWOT
membantu memberikan informasi untuk mengsingkronkan sumberdaya
dan kemampuan organisasi dengan lingkungan eksternal
organisasi/perusahaan (SWOT Analysis Strategy Skill 2013).
Point kunci dari analisis SWOT adalah mengidentifikasi kekuatan,
kelemahan, peluang dan ancaman untuk destinasi. Analisis SWOT
selanjutnya dikembangkan untuk menjadi tujuan. Hal ini dilakukan dengan
menyusun kekuatan yang paling kompetitif, kelemahan, peluang dan
ancaman dari analisis SWOT untuk setiap segmen individu. Iriantara
(2008) mengatakan bahwa analasis SWOT dapat memetakan posisi
organisasi diantara organisasi serupa atau dalam lingkungan organisasi
secara keseluruhan.
Strengths adalah faktor internal yang dapat memberikan keuntungan
untuk keberhasilan perusahaan. Strengths pada analisis SWOT berasal dari
fakta yang dapat diterapkan pada banyak perbedaan dalam perusahaan.
Strengths adalah sesuatu yang mempunyai implikasi positif, menambah
nilai, dan memberikan keuntungan kompetitif. SWOT Analysis Strategy
Skill (2013) menuliskan bahwa Strengths dapat berupa asset yang bersifat
tangible seperti ketersediaan modal, konsumen tetap, ketersedian
distributor, hak cipta barang, sistem informasi dan lainnya.
19
Weakness adalah faktor internal yang tidak memberikan keuntungan
untuk keberhasilan perusahaan. Weakness adalah karakteristik yang
dimiliki perusahaan yang akan menghambat pertumbuhan perusahaan.
Weakness adalah suatu hal yang akan mengurangi nilai dari perusahaan.
Diperlukan pemikiran yang jernih dan pertimbangan yang baik untuk
mendapatkan nilai yang nyata dalam penggunaannya (SWOT Analysis
Strategy Skill 2013).
Opportunities adalah faktor eksternal yang memberikan keuntungan
untuk keberhasilan perusahaan. Opportunities dapat terjadi dengan
berbagai alasan dan dapat juga merupakan hasil dari perubahan pasar, gaya
hidup konsumen, perkembangan teknologi. Opportunities pun dapat
timbul dari hasil penyelesaian masalah yang dihadapi perusahaan (SWOT
Analysis Strategy Skill 2013).
Threats adalah faktor eksternal yang tidak menguntungkan untuk
keberhasilan perusahaan. Threats adalah faktor eksternal yang sulit untuk
di kontrol, yang dapat berasal dari perubahan kebiasaan konsumen,
perputaran ekonomi, bahkan kemajuan teknologi pun dapat menjadi
tantangan untuk perusahaan. Perusahaan harus lebih teliti untuk
menanggapi faktor eksternal ini (SWOT Analysis Strategy Skill 2013).
2.2 Kerangka Berpikir
Pulau Tunda merupakan objek wisata yang berpotensi untuk
dikembangkan sebagai destinasi wisata. Pemerintah daerah baik tingkat provinsi
maupun tingkat kabupaten pun mulai memprioritaskan pembangunan
20
Pulau Tunda sebagai daerah Tujuan wisata Bahari Kabupaten Serang
Anlisis SWOT
Potensi Wisata Pulau Tunda
Strategi Pengelolaan
Pulau Tunda
kepariwisataan wilayah pantai barat Serang-Cilegon yang salah satu di dalamnya
adalah Pulau Tunda. Banyak hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan
pengembangan wisata, salah satunya dengan melakukan analisis situasi. Analisis
situasi dalam penelitian ini menggunkan analisis SWOT. Analsis SWOT ini akan
memberikan gambaran mengenai faktor internal dan faktor eksternal yang
terdapat pada objek wisata pulau tunda yang dapat memberikan dorongan maupun
menghampat proses pengembangan objek wisata
Analisis SWOT ini akan menunjukkan kekuatan dan kelemahan yang
dimiliki oleh Pulau Tunda, serta akan menunjukakan peluang dan juga tantangan
yang mungkin akan dihadapi oleh Pulau Tunda sebagai suatu objek wisata. Data-
data yang menjelaskan kekuatan, kelemahan, peluang serta tantangan yang
terdapat di Pulau Tunda akan menjadi data untuk merumuskan strategi atau pun
alternatif pemecahan masalah yang kemungkinan akan terjadi di kemudian hari.
Analisis SWOT ini akan memberi informasi mengenai situasi Pulau Tunda.
Berikut ini adalah gambar kerangka berfikir dalam penelitian ini:
Gambar.2.2
Kerangka Berfikir
21
2.3 Penelitian Terdahulu
Penelitian yang serupa dengan penelitian yang akan peneliti lakukan ialah
penelitian mengeni objek wisata Banten Lama yang berjudul Menemukan
Kembali (Recovery) Destination Branding Situs Banten Lama Sebagai Potensi
Wisata Budaya dan Religi pada tahun 2012 dengan peneliti Naniek Aprili
Framanik, Nurprapti Wahyu Widystuti, dan Rahmi Winangsih. Penelitian ini
menggunakan metode penelitian kualitiatif deskriptif dengan paradigma
penelitian Partisipatory dan jenis penelitian Action and Research. Penelitian
ini bertujuan memposisikan merek Banten Lama sebagai objek wisata budaya
dan religi di Indonesia, mengkonstruksi kembali identitas khas Banten Lama
sebagai sebuah daya tarik bagi wisatawan asing maupun domestik, mengemas
program pengembangan merek Banten Lama sebagai daerah tujuan wisata di
Indonesia. Penelitian ini menggunakan teori Integrated Branding Strategy.
Hasil penelitian ini menunjukan kondisi Situs Banten Lama saat ini dalam
kondisi yang rusak parah, tidak terawat dan kumuh. Masyarakat Banten Lama
miskin karena dinamika ekonomi yang tidak berkembang. Stakeholder Banten
Lama memiliki mimpi untuk mengembangkan potensi wisata dengan
merekonstruksi destination branding Situs Banten Lama. Situs Banten Lama
memiliki potensi untuk bisa dikembangkan menjadi wisata religi dan budaya,
wisata historis dan edukasi. Rekonstruksi Banten Lama dapat dilakukan
dengan renovasi ataupun dengan membuat replika Situs Banten Lama di luar
area Situs Banten Lama. Konsep revitalisai dengan membangun Situs Banten
Lama dalam abad 16-18, dengan tagline “Indonesia Heritage of 16-18
22
Century, Harmoni dalam Keragaman Budaya dan Religi” dengan Icon
Original Kesultanan dan Pelabuhan (tempo dulu). Penelitian ini pula
mengungkapkan bahwa sampai pada penelitian tersebut tidak ada keseriusan
pemerintah dalam menangani permasalahan Situs Banten Lama serta tidak ada
sinergi antar stakeholder untuk merealisasikan hal tersebut. Perbedaan dengan
penelitian yang sedang penulis lakukan adalah objek yang diteliti. Objek
penelitian peneliti adalah Pulau Tunda sedang objek penelitian sebelumnya
adalah situs banten lama. Persamaan dengan penelitian yang penulis lakukan
adalah sama-sama membahas mengenai brand dan branding destinasi.
Selanjutnya adalah penelitian yang dilakukan Oleh Elizaath Amanda
Maria pada tahun 2014 dengan judul penelitian Tourism Destinastion
Branding : Analisis Kampanye Komunikasi Pemasaran, Citra dan Positioning
Sabang Sebagai Destinasi Wisata Bahari Internasional. Penelitian ini
menggunkana metode penelitian Kualitatif. Penelitian ini menggunakan
Prinsip destination branding untuk pariwista. Tujuan dari penelitian ini adalah
mengetahui langkah-langkah perencanaan, implementasi, dan pemantauan apa
saja yang dilakukan Dinas Budaya dan Pariwisata Kota Sabang terkait dengan
kampanye komunikasi pemasaran dan tourism destination branding Sabang
yang terpilih sebgai daerah DMO. Mengetahui apakah penataan tagline
Sabang “Where the Indonesia star from” sesuai dengan positioning serta
program pemulihan citra Sabang sebagai tujuan wisata bahari internasional.
Untuk mengetahui keterkaitan tourism destination branding Sabang dengan
23
elemen-elemen atau dimensi city branding Sabang sebagai tujuan wisata
bahari internasional.
Hasil penelitian ini adalah terjadinya ketidakharmonisan pada stakeholder.
Pesan yang ingin disampaikan pada target market terbukti tidak sampai
sehingga bisa dikatakan langkah-langkah komunikasi pemasaran tidak
berjalan dengan baik. Penelitian ini menunjukan bahwa perencanaan
komunikasi pemasaran Sabang tidak diimbangi dengan dengan implemantasi
pemantauan yang baik. Tourism destination branding Sabang mulai terbentuk
sebatas pada wisatawan yang datang dan memiliki ketertarikan yang erat
dengan city branding Sabang, namun terdapat kendala pada pencitraan
Sabang. Oleh karena itu dibutuhkan perbaikan mulai dari perencanaan,
implementasi, pemantauan baik di sisi alam, SDM, fasilitas dan citra.
Perbedaan dengan penelitian yang sedang peneliti lakukan adalah
penelitian ini hanya sampai pada pembentukan brand sedangkan penelitian
Elizabeth meneliti hingga positioning dan citra. Teori dan objek penelitian
yang digunakan pun berbeda. Persamaan dengan penelitian yang sedang
diteliti adalah sama-sama membahas mengenai potensi wisata bahari.
Penelitian selanjutnya adalah penelitian dengan judul Strategi Branding
Kota Surakarta dalam Pengelolaan Sebagai Destinasi Wisata yang dilakukan
oleh Lina Mustikawati (Ilmu Komunikasi Universitas Dipononegoro), pada
tahun 2013. Tujuan Penelitian ini adalah mengetahui strategi branding yang
diterapkan oleh Kota Surakarta dalam pembangunan brand sebagai sebuah
destinasi wisata, dan mengevaluasi proses strategi branding dalam
24
mengomunikasikan Kota Surakarta sebagai sebuah destinasi wisata. Penelitian
ini menggunakan metode penelitian kualitatif pendekatan evaluatif dimana
evaluasi dilakukan secara deskriptif dengan teori yang digunakan destination
branding models yang dikemukakan oleh Cai (2002), destination branding
phase, destination branding complexity.
Hasil penelitian ini Kota Surakarta untuk dijadikan sebuah destinasi, sudah
sesuai dengan konsep destination audit. yang meliputi daya tarik, kekuatan
destinasi dan jangkauan wisatawan. Konsep branding destinasi wisata Kota
Surakarta menunjukkan bahwa adanya kesesuaian, dimana Surakarta memiliki
keunikan sebagai pusat peradaban Jawa yang berbasis seni dan kultur.
Indikator keberhasilan kota Surakarta belum sesuai dengan faktor ideal dalam
mengukur keberhasilan branding sebuah destinasi. Hal ini disebabkan karena
tujuan utama yang ingin dicapai oleh Kota Surakarta berfokus pada
peningkatan jumlah wisatawan yang masuk ke Kota Surakarta. Branding kota
Surakarta masih bergantung tujuan marketing dibandingkan tujuan
komunikasi. Target audiens Kota Surakarta didasarkan aspek geografis saja,
sedangkan dalam proses branding, penentuan target audiens, setidaknya harus
didasarkan pada aspek psikografis, karena berkaitan dengan minat dan
ketertarikan target audiens terhadap konsep wisata Kota Surakarta sebagai
Kota Budaya, sehingga akan memudahkan dalam penyerapan pesan branding
(target audien tidak sesuai). Perbedaan dengan penelitian penulis adalah objek
penelitian yang diambil. Dalam penelitian yang dituliskan oleh Lina (2013)
mengambil latar penelitian Kota Surakarta sedangkan dalam penelitian yang
25
penulis buat menggunakan Objek Wisata Pulau Tunda yang terletak di
Kabupaten Serang. Sedangkan Persamaan dari penelitian ini adalah sama-
sama membahas mengenai Destinasi Branding.
Penelitian selanjutnya adalah penelitian dengan judul penelitian Destinatin
Brand: Membangun Keunggulan Bersaing Daerah pada tahun 2008 yang
dilakukan oleh Syafrizal Helmi Situmorang. Tujuan dari penelitian ini adalah
mengetahui bagaimana pentingnya membangun destination branding bagi
sebuah daerah di Indonesia. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode penelitian kualitiatif. Teori yang digunakan adalah Destination
Branding.
Hasil penelitian ini adalah industri pariwisata haruslah memiliki citra yang
positif. Banyak negara yang memposisiskan daerahnya sebagai daerah tujuan
wisata. Beberapa negara tetangga telah membentuk brand destination sejak
lama namun di Indonesia khususnya Bali baru muncul pada tahun 2008 yakni
Santhi Santhi Santhi. membentuk branding daerah tidaklah mudah,
memerlukan analisis lingkungan internal dan lingkungan eksternal. Analisis
lingkungan internal meliputi potensi daerah, keuangan, produk unggulan,
kelemahan, dsb. Sedangkan analisis lingkungan eksternal meliputi pesaing
(competitor), perubahan (change), dan analisis pelanggan (customer). Selain
itu perlu juga melakukan analisis perubahan (change) yang meliputi,
teknologi, dinamika ekonomi, perkembangan politik, regulasi, penggeseran
sosial budaya dan perubahan pasar. Sedangkan analisis pesaing (competitor)
26
melihat tiga dimensi dari pesaing yaitu (general, aggressiveness, dan
capability).
Brand (merek) merupakan faktor pembeda yang sangat penting dalam
lautan produk/jasa yang sejenis. Brand mempunyai makna psikologis dan
simbolis yang istimewa di mata turis atau wisatawan. Dengan kata lain ketika
brand equity sudah tebentuk maka ia menjadi milik daerah yang sangat
berharga yang jauh lebih berharga dari aset daerah yang lainnya. Dalam
membangun sebuah brand tidak hanya melibatkan penciptaan perceived
difference tetapi juga harus didukung dengan produk/jasa yang berkualitas,
strategi penetapan harga dan distribusi yang tepat untuk mendukung citra
(brand image) yang dikomunikasikan. Selanjutnya brand menjadi sebuah
kontrak kepercaan antara konsumen dengan produsen. Upaya membangun
merek suatu daerah memerlukan buget yang besar. Segala biaya yang
dikeluarkan dalam proses ini menjadi investasi daerah yang bersifat
intangible. Keller (200) mengajukan sebuah model pengembangan merek yang
disebut customer-based brand equity (CBBE). Brand equity adalah
seperangkat aset dan liabilitas merek yang terkait dengan suatu merek, nama,
simbol, yang diberikan oleh sebuah produk atau jasa baik pada perusahaan
maupun pada pelanggan. Mengutip Aaker (1991), brand equity dapat
dikelompokkan ke dalam lima kategori yaitu : 1) Brand awerness (kesadaran
merek) 2) Brand Assosiation (asosiasi merek) 3) Perceived quality (persepsi
kualitas) 4) Brand loyalty (loyalitas merek) 5) Other proprierty brand assets
(Aset-aset merek lainnya). Perbedaannya terletak pada fokus objek penelitian
27
yang dilakukan dalam penelitian ini Syafrizal memaparkan bagaimana
pentingnya Destinasi Branding Untuk suatu daerah, sedangkan penelitian
yang dilakukan oleh penulis adalah menjelaskan pembentukan brand untuk
mengembangkan objek wisata Pulau Tunda.
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Judul Penelitian Menemukan Kembali
(Recovery) Destination
Branding Situs Banten Lama
Sebagai Potensi Wisata
Budaya dan Religi
Tourism Destinastion
Branding : Analisis
Kampanye
Komunikasi
Pemasaran, Citra dan
Positioning Sabang
Sebagai Destinasi
Wisata Bahari
Internasional
Strategi Branding
Kota Surakarta
Dalam Pengelolaan
Sebagai Destinasi
Wisat.
Destinatin Brand:
Membangun
Keunggulan
Bersaing Daerah
Tahun Penelitian 2012 2013 2013 2008
Peneliti Naniek Aprili Framanik,
Nurprapti Wahyu Widystuti,
dan Rahmi Winangsih
Elizabeth Amanada
Maria
Lina Mustikawati Syafrizal Helmi
Situmorang
Tujuan
Penelitian
memposisikan merek Banten
Lama sebagai objek wisata
budaya dan religi,
mengkonstruksi kembali
identitas Khas Banten Lama,
mengemas program
pengembangan merek Banten
Lama sebagai daerah tujuan
wisata di Indonesia
mengetahui langkah-
langkah perencanaan,
implementasi, dan
pemantauan terkait
dengan kampanye
komunikasi pemesaran
dan tourism
destination branding
Sabang
Mengetahui
strategi branding
yang digunakan
Kota Surakarta dan
Mengevaluasi
proses strategi
branding
Mengetahui
Pentingnya
Destinasi Branding
Untuk Suatu
Daerah
Metode
Penelitian
Kualitatif Kualitatif Kualitatif Kualitatif
Teori penelitian Integrated Branding Strategy Prinsip Detinasi
Branding, Citra dan
Positioning
destination
branding models,
destination
branding phase,
destination
branding
complexity
Branding Destinasi
Hasil Penetian Kondisi Situs Banten Lama
saat ini dalam kondisi rusak
parah. Masyarakat Banten
Lama miskin. Berpotensi
dikembangkan menjadi wisata
religi dan budaya, wisata
historis dan edukasi.
Rekonstruksi Banten Lama
dapat dilakukan dengan
renovasi ataupun dengan
membuat replica Situs Banten.
tidak ada keseriusan
pemerintah dalam menangani
permasalahan Situs Banten
Lama, serta tidak ada sinergi
antar stakeholder untuk
merealisasikan hal tersebut.
terjadinya ketidak
harmonisan pada
Stakeholder.
Perencanaan
komunikasi pemasaran
Sabang tidak
diimbangi dengan
dengan implemantasi
pemenatauan yang
baik. Tourism
destination branding
kota Surakarta
sudah sesuai
dengan konsep
destination audit.
Indikator
keberhasilan kota
Surakarta belum
sesuai. Branding
masih bergantung
tujuan marketing.
Target audiens
kota Surakarta
didasarkan aspek
geografis saja,
Industri pariwisata
haruslah memiliki
citra yang positif.
Membuat Brand
memerlukan
analisis lingkungan
internal dan
lingkungan
eksternal
28
Perbedaan
Penelitian
Objek Penelitian yang berbeda Objek Penelitian yang
berbeda
Objek Penelitian
yang berbeda
Objek Penelitian
yang berbeda
Persamaan
Penelitian
Membahas mengenai
Destinasi Branding suatu
daerah (Banten Lama)
mengenai Destinasi
Branding suatu daerah
(Pulau Weh)
Membahas
mengenai Destinasi
Branding suatu
daerah (Kota
Surakarta)
Membahas
mengenai
pentingnya
Destinasi Branding
29
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Penelitian memiliki ciri agar penelitian tersebut dapat dikatakan penelitian.
Ciri tersebut menurut Sugiyono (2009) adalah 1. Rasional yang berarti penelitian
tersebut dapat diterima oleh akal sehat manusia; 2. Empiris yang berarti cara-cara
yang digunakan dalam penelitian tersebut dapat teramati oleh alat indra dan cara-
cara yang digunakan dapat digunakan pula oleh orang lain; 3 Sistematis yang
berarti cara-cara yang digunakan menggunakan langkah yang berurut dan terurut.
Maka dari itu diperlukan suatu metode dalam penelitian. Metodologi merupakan
kerangka teoritis yang digunakan untuk menganalisis, mengerjakan dan
mengatasi permasalahan yang dihadapi. Metode penelitian adalah cara dan
prosedur ilmiah yang diterapkan untuk melaksanakan penelitian mulai dari
menentukan variabel, mengumpulkan data, mengolah data dan menyusunnya
dalam laporan tertulis (Wardiyanta, 2010).
Secara garis besar motode penelitian terbagi menjadi dua bagian, yaitu
metode penelitian kuantitatif dan metode penelitian kualitatif. Metode penelitian
kuantitatif adalah penelitian dengan cara sistematis, terkontrol dan empiris.
Penelitian kuantitatif lebih menekankan pada cara berfikir yang lebih positif yang
bertolak dari fakta sosial yang ditarik dari realitas objektif. Sementara itu metode
penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa data-data tertulis atau lisan dari orang dan perilaku yang diamanati.
30
Pendekatan kualitatif memandang bahwa makna adalah bagian yang tidak
terpisahkan dari pengalaman seseorang dalam kehidupan sosialnya bersama
orang lain (Bungin 2009). Penelitian kualitatif didasari oleh aliran
fenomeneologi, sebuah aliran filsafat yang mengkaji penampakan atau fenomena
yang mana antara fenomena dan kesadaran tidak terisolasi satu sama lain,
melainkan selalu berhubungan secara dialegtis (Bungin 2009). Fenomenologi
memandang suatu yang tampak tersebut pasti bermakna menurut subjek yang
menampakkan fenomena itu, karena setiap fenomena berasal dari kesadaran
manusia sehingga sebuah fenomena pasti ada maknanya.
Pendekatan kualitatif memberi otonomi sebesar-besarnya kepada peneliti
dalam mengembangkan proses-proses mental yang terjadi antara peneliti dengan
objek penelitian. Kedudukan teori dalam penelitian kulitatif tidak menjadi suatu
keharusan yang mutlak, Bungin (2009) menuliskan bahwa peneliti tidak perlu
memahami teori tentang data yang diteliti. Karena data adalah segalanya yang
dapat memecahkan semua masalah penelitian. Teori tidak menjadi fokus dalam
penelitian, melainkaan data yang menjadi fokus penelitian dilapangan. Peneliti
adalah instrument penting dalam penelitian kualitatif karena peneliti yang
menguasai seluruh proses dalam komponen penelitian (Bungin 2009).
Peneliti dalam penelitian ini mencoba memaknai fenomena yang terjadi di
Pulau Tunda. Fenomena tersebut adalah fenomena objek wisata Pulau Tunda
yang memiliki potensi yang besar untuk menjadi destinasi wisata bahari di
Kabupaten Serang. Peneliti menyatakan penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif karena penelitian ini bermula dari fenomena sosial yang terjadi di Pulau
31
Tunda dimana fenomena tersebut dimaknai sebagai suatu hal yang komplek dan
dinamis sehingga diperlukan analisis mendalam untuk dapat menjelaskan atau
memaknai fenomena tersebut.
3.2 Paradigma Penelitian
Ritzer dalam Ardial (2014) paradigma adalah pandangan yang mendasar dari
para ilmuan tentang apa yang menjadi pokok persoalan permasalahan yang
senantiasa dipelajari oleh salah satu cabang atau disiplin ilmu. paradigma
merupakan perspektif umum, suatu cara menjabarkan berbagai masalah dunia
nyata yang komplek.
Postpositivis adalah bentuk perbaikan atau modifikasi dari positivis.
Paradigma ini yang menolak ide-ide bahwa dunia sosial dapat dipelajari dengan
cara yang objektif dan bebas nilai. Esensi paradigma ini dengan kehadirannya
sebagai realism kritis, Secara Ontologi, dinyatakan dalam tulisannya Cool &
Campbell menyatakan, „‟walaupun dunia yang nyata ada karena keberadaan
alam, ini tidak mungkin bagi manusia untuk merasakannya dengan
ketidaksempurnaan panca indera dan mekanisme yang intelek. Secara
epistemology, postpositivis melihat perlu adanya modifikasi objektivitas, dimana
ketepatan objektivitas adalah peraturan yang ideal tetapi sesungguhnya ini tidak
dapat diterima oleh pikiran orang lain. Secara metodologi, postpositivis
menetapkan dua tanggapan untuk memunculkan penolakan, yang pertama,
didalam ketertarikan menyesuaikan diri untuk bertanggung jawab sebagai
realisme kritik dan memodifikasi subjektivitas, penekanannya terletak pada
multiplisme kritis yang berguna sebagai penguraian triangulasi. Yang kedua,
32
postpositivisme mengakui bahwa banyak ketidakseimbangan diizinkan muncul
untuk mencapai realistis dan penelitian objektif.
Peneliti menggunakan paradigma positivism dengan pertimbangan bahwa
penelitian mempelajari fenomena yang terjadi pada objek wisata Pulau Tunda
dengan memperhatikan teori analisis SWOT. Analisis SWOT dijadikan panduan
untuk melihat fenomena yang terjadi di Pulau Tunda.
3.3 Metode Pengumpul Data
Alwasilah 2011 mengatakan pengumpulan data adalah bagaimana cara
peneliti akan mengumpulkan data atau informasi untuk menjawab pertanyaan
peneliti, baik melalui beberapa jenis wawancara, observasi, dokumen, dan metode
lainnya. Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data dengan
menggunakan teknik wawancara mendalam, observasi dan dokumentasi.
3.3.1 Wawancara Mendalam
Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data wawancara
mendalam. wawancara mendalam atau indepth interview adalah proses
memperoleh keterangan atau informasi untuk tujuan penelitian yang
dilakukan secara mendalam kepada responden kunci dan untuk menggali
temuan di lapangan sesuai dengan fokus penelitian (Ruslan, 2010).
Wawancara mendalam ini digunakan oleh peneliti untuk
mendapatkan informasi awal mengenai objek wisata Pulau Tunda. Data
yang dihasilkan dari wawancara mendalam ini diharapkan dapat
memberikan gambaran yang lebih nyata mengenai potensi dan kondisi
Pulau Tunda, harapan terhadap potensi wisata tersebut, serta sejauh mana
33
peran dan sikap pemerintah menyikapi potensi tersebut. Wawancara
mendalam akan dilakukan untuk memperoleh data yang berkaitan dengan
persepsi konsumen, potensi wisata pada Pulau Tunda, dan identitas Pulau
Tunda. Selain menggunakan teknik wawancara mendalam penelitin ini
juga menggunakan teknik pengumpulan data melalui observasi untuk
memperoleh data yang tidak didapatkan dari wawancara.
3.3.2 Observasi
Teknik pengumpulan data selanjutnya yang digunakan oleh
peneliti adalah teknik observasi. Teknik pengumpulan data ini digunakan
agar data yang belum didapat atau yang tidak bisa didapatkan dengan
menggunakan teknik wawancara mendalam bisa didapatkan. Alwasilah,
(2011) mengatakan melalui observasi maka peneliti dapat melihat sendiri
pemahaman yang tidak terucapkan, bagaimana teori digunakan langsung
dan melihat sudut pandang narasumber yang mungkin tidak berhasil
didapatkan saat wawancara. Sehingga observasi ini pun digunakan untuk
memperkuat data yang telah di peroleh.
3.3.3 Studi Dokumentasi
Alwasilah (2011) dokumen merupakan catatan berupa surat,
memoar, ontobiografi, diari, jurnal, buku teks, surat wasiat, makalah,
pidato, artikel, koran, editorial, catatan medis, pamflet propaganda,
publikasi pemerintah, foto dan lain sebagainya. Studi dokumentasi dalam
penelitian ini adalah mengumpulkan data yang bersumber dari Dinas
Pariwisata, Pemuda dan Olahraga, artikel yang membahas mengenai Pulau
34
Tunda, buku teks yang berhubungan dengan penelitian ini. Data studi
dokumentasi juga di pergunakan untuk memperkuat data-data penelitian.
3.3.4 Focus Group Discucion
Metode FGD merupakan salah satu metode pengumpulan data
penelitian dengan hasil akhir memberikan data yang berasal dari hasil
interaksi sejumlah partisipan suatu penelitian. Metode FGD merupakan
metode pengumpul data untuk jenis penelitian kualitatif dan data yang
dihasilkan berasal dari eksplorasi interaksi sosial yang terjadi ketika proses
diskusi yang dilakukan para info rman yang terlibat (Lehoux, Poland, &
Daudelin, 2006). Metode FGD ini peneliti pilih sebagai metode
pengumpulan data dalam penelitian ini untuk mendapat data penelitian
yang tidak didapat dari hasil wawancara. Selain itu dengan metode
penelitian ini peneliti bisa mendapatkan data dengan lebih cepat dari
sumber yang berbeda.
3.4 Narasumber Penelitian
Salah satu Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan teknik wawancara mendalam, sehingga keberadaan narasumber
sangat diperlukan. Hariwijaya dan Djaelani, 2005 mengartikan narasumber adalah
orang yang dijadikan sumber informasi. Adapun yang akan dijadikan narasumber
dalam penelitian ini adalah
35
1. Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Serang
Dinas pariwisata, pemuda dan olah raga Kabupaten Serang dipilih karena
dinas inilah yang bertanggungjawab atas seluruh kegiatan pariwisata di
wilayah Kabupaten Serang.
2. Pengusaha Bisnis di Pulau Tunda
Pengusaha bisnis tersebut dipilih karena pengusaha bisnis ini dianggap
dapat memberikan informasi mengenai perkembangan wisata di daerah
Pulau Tunda.
3. Tour and Travel di Serang
Pemilihan tour and travel menjadi narasumber, dikarenkan kegiatan
mereka yang memberikan jasa perjalanan untuk berwisata. Darinya
peneliti dapat mendapatkan informasi mengenai pelaku wisatawan,
keinginan dan kebutuhan wisatawan, serta informsai mengenai objek
wisata yang menjadi pesaing untuk Pulau Tunda.
4. Wisatawan Pulau Tunda
Pemilihan narasumber ini dimaksudkan untuk mencari informasi
mengenai penilain konsumen terhadap objek wisata Pulau Tunda. Selain
itu peneliti juga dapat memperoleh informasi mengenai kelebihan maupun
kekurang yang dimiliki Pulau Tunda. Serta dapat memperoleh data
mengenai komunikasi yang terjalian antara wisatawan dengan pihak
pengelolah objek wisata Pulau Tunda.
36
5. Target Market
Pemilihan narasumber ini dimaksudkan agar peneliti mendapatkan
informasi mengenai image Pulau Tunda. Peneliti dapat juga memperoleh
data mengenai kebutuhan dan keinginan target market.
Penentuan narasumber ini berdasarkan pada kriteria yang dibuat penulis
yakni:
1. Narasumber adalah orang, kelompok maupun lembaga yang mengerti
dan memahami dunia pariwisata (khususnya pariwisata bahari dan
pariwisata didaerah Kabupaten Serang).
2. Narasumber adalah orang atau lembaga yang memiliki wewenang
terhadap pengembangan objek wisata Pulau Tunda.
3. Narasumber adalah orang atau kelompok yang pernah berkunjung ke
objek wisata Pulau Tunda.
4. Narasumber adalah orang, kelompok yang memiliki kepentingan
khusus terhadap Pulau Tunda.
3.5 Fokus Penelitian
Fokus penelitian dimaksudkan untuk membuat penelitian tidak melebar
dalam melihat suatu masalah. Alwasilah, 2011 mengatakan Fokus penelitian
berfungsi untuk membangun pagar sekeliling lahan penelitian, membangun
kriteria inklusif atau eksklusif dalam penelitian dan memudahkan cara kerja
sehingga tidak ada tindakan yang mubazir. Fokus penelitian ini adalah meneliti
37
kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan serta potensi yang dimiliki oleh
Pulau Tunda.
3.6 Teknik Analisis Data
Miles dan Huberman dalam Sugiyono, 2009 berpendapat bahwa, proses
analisis data melalui tiga tahap, yaitu reduksi data, penyajian data, dan pernarikan
kesimpulan atau verifikasi. Pada penelitian ini reduksi data dilakukan dengan cara
penyeleksian narasumber, pencatatan atau perekaman informasi yang dibutuhkan.
Penyajian data dilakukan dengan cara menyusun data kedalam bentuk narasi yang
sederhana dan mudah dipahami. Kemudian penarikan kesimpulan yang
merupakan tinjauan ulang terhadap data yang didapat di lapangan dilakukan untuk
menguji kebenaran dan validitas. Teknik analisis data tentunya disesuaikan
dengan data yang diperoleh. Selanjutnya dianalisis secara terperinci. Data berupa
dokumen seperti artikel pemberitaan di media massa akan menjadi pendukung
dalam melakukan analisis data hasil wawancara.
3.6.1 Pengecekan Keabsahan Data
Pengecekan keabsahan data dilakukan untuk membuktikan data yang
diperoleh dapat digunakan dalam penelitian serta dapat
dipertanggungjawabkan. Pengecekan keabsahan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah triangulasi. Moleong 2013 menuliskan triangulasi adalah
teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan suatu yang lain.
Denzin 1978 dalam Moleong 2013 membagi triangulasi kedalam empat
macam, yaitu teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber,
38
metode, penyidik, dan teori. Dari ke empat macam triangulasi tersebut yang
lazim digunakan adalah melalui sumber lain (Moleong 2013).
Penelitian ini pun menggunakan triangulasi dengan sumber. Triangulasi
dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat
kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang
berbeda dalam penelitian kualitatif (Pattonn 1987 dalam Moleong 2013).
Teknik ini dilakukan dengan cara : 1) Membandingkan data hasil pengamatan
dengan data hasil wawancara. Cara pertama ini akan penulis lakukan dengan
mengecek data penelitian terutama yang berkaitan dengan kondisi fisik Pulau
Tunda dengan hasil wawancara yang dilakukan pada staheholder yang
bertanggungjawab atas pembangunan Pulau Tunda sebagai objek wisata. 2)
Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa yang
dikatakan secara pribadi. Cara kedua ini diguanakan untuk mengecek data
penelitian terutama yang berkaitan dengan identitas. 3) Membandingkan apa
yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang
dikatakannya sepanjang waktu. Cara ketiga ini dilakukan untuk mengecek
data yang berkaitan dengan persepsi konsumen dan image. 4) membandingkan
keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan
orang. Cara ini dapat digunakan peneliti untuk mengecek data mengenai
konsisi fisik Pulau Tunda sebagai objek wisata. 5) Membandingkan hasil
wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan. Pengecekan data
dengan cara ini dapat peneliti gunakan untuk mengecek data penelitian
39
terutama yang berhubungan dengan kebijakan-kebijakan yang dibuat
pemerintah mengenai Pulau Tunda.
3.7 Tempat Penelitian
Proses penelitian ini bertempat di Pulau Tunda yang terletak di Kabupaten
serang Provinsi Banten. Selain itu proses penelitian pun dilakukan di Dinas
Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Serang serta di beberapa penyedia
jasa perjalanan wisata Pulau Tunda.
3.8 Waktu Penelitian
N
o
Nama
Kegiatan
Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pra Penelitian
a. Observasi
Pra Riset
b. Penyusunan
Proposal
Penelitian
c. Presentasi
Proposal
Penelitian
2 Penelitian
a. Pengumpula
n data
b. Analisis
data
c. Pembahasan
dan
Kesimplan
d. Penyususan
an hasil
penelitian
e. Revisi hasil
penelitian
40
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian
Kabupaten Serang merupakan daerah kabupaten yang terletak di Provinsi
Banten yang dibatasi oleh Laut Jawa pada bagian utara, Kabupaten Tangerang
pada bagian timur, Kota Cilegon dan Selat Sunda pada bagian barat,
Kabupaten Lebak dan Kabupaten Pandeglang pada bagian selatan. Kabupaten
Serang terletak di ujung barat bagian utara Pulau Jawa yang merupakan
gerbang penghubung utama Pulau Jawa dengan Pulau Sumatera. Secara
aksesbilitas letak Kabupaten Serang menjadi daerah transit penghubung darat
Pulau Jawa dan Pulau Sumatera. Selain itu jarak yang tidak terlalu jauh dari
Ibu Kota Negara yakni 70 KM yang dihitung melalui Tol Jakarta - Merak
dapat menjadikan Kabupaten Serang sebagai daerah alternatif dan penyangga
(hinterland) Ibu Kota. Kondisi ini memberikan keuntungan bagi Kabupaten
Serang dan berpotensi untuk melakukan berbagai pengembangan pada
berbagai sektor, salah satunya pada sektor pariwisata.
Daya tarik kepariwisataan yang terdapat di Kabupaten Serang memberikan
peluang untuk Kabupaten Serang mengembangkan sektor pariwisata. Adapun
daya tarik kepariwisataan yang terdapat di Kabupaten Serang dapat
diklasifikasikan ke dalam wisata sejarah dan budaya, wisata buatan (binaan),
kehidupan masyarakat tradisional (living cultre) dan wisata alam. Secara
kewilayahan, pola pengembangan pariwisata Kabupaten Serang terdiri dari
41
Kawasan Wisata Pantai Barat, Kawasan Wisata Ziarah, serta Kawasan Wisata
Pantai Utara. Keberadaan objek pariwisata di Kabupaten Serang teridentifikasi
sebanyak 57 objek wisata dengan pengklasifikasian objek wisata kategori
alam sebanyak 20 objek, wisata sejarah dan budaya sebanyak 14 objek, wisata
kehidupan masyarakat tradisional (living culture) sebanyak 4 objek, wisata
buatan sebanyak 10 objek, dan wisata atraksi seni sebanyak 9 objek (RJPMD
Kabupaten Serang 2010-2015).
Kondisi wilayah Kabupaten Serang terbagi menjadi wilayah daratan dan
beberapa pulau-pulau kecil yang berada di kawasan perairannya memberikan
peluang untuk Kabupaten Serang dalam pengembangan pariwisata alam
berjenis bahari. Sejauh ini tercatat Kabupaten Serang memiliki 17 pulau-pulau
kecil yang terletak menyebar di Teluk Banten, Selat Sunda, dan Laut Jawa di
luar Teluk Banten, dari ke 17 Pulau yang terdapat di Kabupaten Serang dua
diantaranya memiliki ekosistem laut yang bagus dan berpotensi dikembangkan
menjadi objek wisata. Kedua Pulau tersebut adalah Pulau Sangiang dan Pulau
Tunda. Data ini didapat dari materi Kebijakan Daerah dalam Dukungan
Kegiatan Pendayagunaan Pulau-Pulau Kecil pada Juli 2013 yang disampaikan
oleh DKPESDM (Dinas Kelautan, Perikanan, Energi Dan Sumber daya
Mineral) Kabupaten Serang, dan hasil wawancara dengan pihak DKPESDM
(Dinas Kelautan, Perikanan, Energi Dan Sumber daya Mineral) Kabupaten
Serang pada Rabu, 25 Mei 2016. Berikut kutipan wawancara yang dilakukan:
“rata-rata di pesisir itu, rata-rata di Indonesia itu, namanya terumbu
karang kan di sekeliling Pulau, nah di kita dari 17 Pulau itu hanya dua yang
masih sangat bagus, yaitu satu Pulau Sangiang, satu Pulau Tunda”(Ibu
42
Mumun Munawaroh., M.Sc, Rabu, 25 Mei 2016, kantor Dinas Kelautan dan
Perikanan Kabupaten Serang)
Pulau Sangiang dan Pulau Tunda sama-sama memiliki potensi untuk
dikembangkan menjadi objek wisata namun dikarenakan Pulau Sangiang
merupakan kawasan konservasi yang pengelolaannya pun sudah di tangani
oleh Kementrian Perhutanan sehingga kawasan yang memungkinkan untuk
dikembangkan menjadi objek wisata adalah Pulau Tunda. Pertimbangan lain
terpilihnya Pulau Tunda sebagai daerah pengembangan pariwisata adalah
keberadaan penduduk, karena memang Pulau Tunda adalah pulau yang sudah
berpenghuni. Harapannya bahwa dengan dikembangkannya sektor pariwisata
di Pulau Tunda dapat memberikan dampak yang positif bagi masyarakat
berupa meningkatnya taraf kehidupan masyarakat di Pulau Tunda.
“….di Pulau Tunda itu kan ada masyarakatnya. Jadi kita pikir potensi apa
yang bisa dikembangkan, tapi bisa berkelanjutan, bisa meningkatkan taraf
hidup…. Pada saat itu memang satu-satunya potensi pariwisata, dan potensi
itu bersinergi dan berkelanjutan” ”(Ibu Mumun Munawaroh, M.Sc, Rabu, 25
Mei 2016, kantor Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Serang)
Pulau Tunda merupakan wilayah terluar dari Kabupaten Serang yang
secara geografis terletak di 106050‟00”- 105051‟51” BT dan 5056‟15”-
5059‟00” LS (RJPMD Kabupaten Serang 2010-2015). Secara administratif
Pulau Tunda terletak di Kecamatan Tirtayasa, Kabupaten Serang. Luas dari
Pulau Tunda adalah 260 Ha. Terdiri atas satu desa yaitu Desa Wargasara yang
terbagi menjadi dua kampung yaitu Kampung Timur dan Kampung Barat.
Wilayah Pulau Tunda secara geologi merupakan pulau vulkanik yang
terbentuk dari endapan beku lava. Tofografi daratan 0 - 4 m dpl dengan daerah
pada bagian timur lebih tinggi 1-2 m dari bagian barat. Kondisi morfologi
43
pantai berpasir dan terdapat varian mangrove yang cukup lebat di bagian timur
dan selatan pulau. Lahan yang terdapat di Pulau Tunda didominasi semak
belukar. Sekitar 10 Ha lahan dimanfaatkan untuk pemukiman dan fasilitas
umum.
Mata pencaharian masyarakat Pulau Tunda sebagian besar menjadi
nelayan sedangkan sebagian lagi menjadi petani kebun dan wiraswasta.
Namun dengan berkembangnya Pulau Tunda menjadi objek wisata, kini
kalangan muda lebih banyak memilih untuk menjadi guide yang mereka sebut
sebagai pelaku wisata atau operator. Selain penghasilan dari nelayan dan
guide masyarakat Pulau Tunda pun saat ini mendapatkan tambahan
penghasilan dari kompensasi yang diberikan atas pengerukan pasir yang setiap
orangnya mendapatkan uang sekitar Rp.700.000,- per bulan.
Keberadaan pariwisata di Pulau Tunda sebenarnya terbilang baru. Hasil
wawancara yang dilakukan dengan pelaku wisata yang juga merupakan warga
Pulau Tunda menyampaikan bahwa pariwisata di Pulau Tunda baru dimulai
pada tahun 2011. Berikut adalah kutipan wawancara yang dilakukan.
“Secara bertahap saya mencoba untuk mengundang teman-teman
mahasiswa, seperti mahasiswa mapalaut dengan tujuan pertama
memperkenalkan Pulau Tunda yang kedua agar masyarakat bisa
berinteraksi dengan orang asing sehingga orang Pulau Tunda tidak asing
dengan orang asing. Waktu itu sekitar tahun 2011 proses ini dimulai, lalu
pada tahun 2012 saya mencoba membawa tamu hingga mencapai lebih
dari 50 orang dari Jakarta untuk datang ke Pulau Tunda.” (Firman
Hakiki, direktur utama Wisata Bahari Pulau Tunda, Senin,16 Mei 2016)
Sejak saat itu pariwisata di Pulau Tunda terus berkembang hingga saat ini.
Pemerintah pun melakukan dukungan melalui Kebijakan Daerah dalam
Dukungan Kegiatan Pendayagunaan Pulau-pulau Kecil tahun 2010-2015 yang
44
mengarahkan Pulau Tunda pada pengembangan kepariwisataan. Sejak awal
muncul pariwisata di Pulau Tunda berjenis wisata bahari dengan daya tarik
utama keindahan terumbu karang yang berada di sekitar Pulau Tunda.
4.2 Analisis Data Penelitian
Proses pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti melalui
wawancara, observasi, FGD (Focus Group Discussion), dan studi
dokumentasi memberikan berbagai informasi yang membantu peneliti
menjawab tujuan dari penelitian ini. Berdasar informasi yang didapat dari
FGD (Focus Group Discussion) yang dilakukan dengan Dinas Pariwisata,
Pemuda dan Olahraga, Pemerintah Desa Wargasara Pulau Tunda, serta
pengembang Pariwisata Pulau Tunda bahwa proses pengembangan Pulau
Tunda sebagai objek wisata akan difokuskan pada tahun 2017. Sementara
untuk saat ini pengembangan yang mungkin dilakukan adalah pengembangan
fasilitas guna menunjang kegiatan pariwisata di Pulau Tunda.
“Pengembangan Pulau Tunda sebagai objek wisata baru akan menjadi
prioritas pada tahun yang akan datang, dikarenakan prosedur pengajuan
anggaran yang membutuhkan waktu satu tahun”(Bapak M Luthfie Yonas,
26 Mei 2016, Dinas Periwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten
Serang)
“Pengembangan wisata untuk saat ini berupa pengembangan fasilitas,
untuk saat ini pemerintah Desa akan membangun saung-saung, coffee
shop dan taman di bagian Selatan Pulau Tunda.”(Bapak Nana Suharna,
31 Mei 2016, Kantor Desa Wargasara Pulau Tunda)
Sementara hasil wawancara yang dilakukan dengan Dinas Kelautan,
Perikanan, Energi dan Sumber daya Mineral (DKPESDM) memberikan
informasi bahwa pengembangan Pulau Tunda sudah dilakukan sejak tahun
2011 dan memang pengembangan yang dilakukan diarahkan untuk pariwisata
45
namun lebih berfokus untuk menyiapkan kawasan untuk pariwisata tersebut
dengan melakukan berbagai penataan lingkungan laut. Hal ini dikarenakan
sejak awal yang menjadi daya tarik pariwisata di Pulau Tunda adalah
ekosistem laut yang terdapat di Pulau Tunda. Berikut adalah kutipan
wawancara yang dilakukan:
“Setelah kita melihat potensi itu. kita coba tuh. Kita kerjasama dengan
IPB monitoring terumbu karang. Berikutnya lagi kita kenalkan dengan
transplantasi. Bagaimana menjaga terumbu karang. Lalu kita juga
bercerita bahwa ekosistem di sana bukan cuma terumbu karang tapi juga
ada mangrove. Jadi banyaklah destinasi yang bisa dikembangkan.” (Ibu
Mumun Munawaroh, M.Sc, Rabu, 25 Mei 2016, kantor Dinas Kelautan
dan Perikanan Kabupaten Serang)
Data yang terkumpul baik yang didapat melalui wawancara, observasi,
FGD (Focus Group Discussion) serta dokumentasi menunjukkan bahwa Pulau
Tunda memiliki daya tarik pariwisata berjenis bahari. Sejauh ini pemerintah
setempat baru memulai pengembangan untuk pariwisata di Pulau Tunda.
Namun sebelum Pemerintah melakukan pengembangan, objek wisata Pulau
Tunda sudah mulai dikenal sebagai objek wisata. Hal ini dikarenakan
beberapa warga Pulau Tunda yang lebih awal menyadari potensi pariwisata
yang dimiliki oleh daerahnya berinisiatif memasarkan Pulau Tunda sebagai
objek wisata, dan ternyata mendapat respon yang baik dari para wisatawan.
Meskipun pemasaran yang dilakukan masih bersifat perseorangan dan lebih
mengandalkan pada hubungan pertemanan dimana dalam bahasa pemasaran
menggunakan strategi pemasaran word-of-mouth yang ternyata terbukti efektif
untuk langkah awal. Berikut kutipan wawancara yang dilakukan kepada
46
wisatawan Pulau Tunda yang menunjukkan bahwa pemasaran Pulau Tunda
terjadi secara word-of-mouth :
“Tau Pulau Tunda, dari rekomendasi temen yang udah pernah ke
sana. Dia bilang karangnya bagus. Snorkelingnya juga enak.
Terus udah gitu searching deh” (Novia, wisatawan asal Jakarta, 1
juni 2016)
“Banyak yang bilang Pulau Tunda bagus karangnya, ikannya
banyak, pemandangannya juga bagus” (Hilda Yunike, wisatawan
asal Serang, 29 Mei 2016).
4.2.1 Analisis SWOT
Pengumpulan data untuk melakukan analisis SWOT dilakukan
dengan menggunakan teknik pengumpulan data berupa wawancara,
observasi, FGD (Focus Group Discussion) dan juga studi dokumentasi.
Wawancara dilakukan dengan pihak DKPESDM (Dinas Kelautan,
Perikanan, Energi Dan Sumberdaya Mineral) dan pelaku wisata.
Sedangkan observasi dilakukan pada bulan April dan Mei 2016 dengan
memfokuskan pengamatan pada kondisi fisik Pulau Tunda serta sosial
masyarakat Pulau Tunda.
FGD (Focus Group Discussion) dilakukan bersama dengan pihak
Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga, pemerintah Desa Wargasara
Pulau Tunda serta tim pengembang pariwisata Pulau Tunda. Sementara
untuk studi dokumentasi peneliti menggunaan buku-buku perpustakaan,
Laporan Akhir Kajian Pengelolaan Ekosistem Pulau Tunda Untuk
Pengembangan Minawisata tahun 2015, laporan penelitian mengenai
Pulau Tunda, serta artikel-artikel dari internet yang berhubungan dengan
penelitian.
47
Data yang terkumpul dapat di uraikan sebagai berikut :
4.2.1.1 Kekuatan / Strengths Pulau Tunda
Data yang terkumpul menunjukan bahwa Pulau Tunda
saat ini memiliki kekuatan berupa kondisi taman bawah laut yang
terbilang baik. data yang diperoleh yang menyatakan keindahan
terumbu karang dengan konsisi yang baik. Baik pihak
pemerintah, pengembang, pelaku wisata, bahkan wisatawan
membenarkan daya tarik wisata Pulau Tunda berupa keindahan
bawah laut. Berikut kutipan wawancara yang dilakukan dengan
wisatawan Pulau Tunda yang memuji keindahan bawah laut
Pulau Tunda:
“Aku udah pernah juga ke pulau-pulau yang ada di
Banten kaya Pulau 3, Pulau 4, Pulau 5, Pulau Oar juga
pernah dan bawah lautnya gak sebagus Pulau Tunda.
Apalagi Pulau 3, Pulau 4, Pulau 5 buat snorkeling gak
ada yang bisa di liat, kalo Pulau Oar waktu itu di
kedalaman 5 meter baru bisa liat karang bagus, sisanya
karang mati” (Hilda Yunike, wisatawan asal Serang, 29
Mei 2016)
Analisis yang dilakukan oleh pengembang
mengungkapkan bahwa untuk di wilayah Kabupaten Serang
pulau yang memiliki keindahan taman bawah laut hanyalah
Pulau Tunda sedang sisanya hanya menawarkan pasir pantai.
“Untuk daerah serang Pulau Tunda belum memiliki
pesaing karena pulau lain yang ada di Serang hanya
menjual pasir pantai saja” (Bapak Gunawan, pelaku
wisata/Tim pengembang Pariwisata Pulau Tunda, 31 Mei
2016, Pulau Tunda)
48
Sementara itu hasil FGD (Focus Group Discussion) yang
dilakukan bersama beberapa pegawai desa yang menyampaikan
bahwa Pulau Tunda memiliki kondisi tanah yang terbilang baik,
memungkinkan untuk mengembangkan perkebunan yang
mungkin bisa menjadi agrowisata.
Selain kondisi bawah laut kini Pulau Tunda pun mulai
mendapat dukungan dari pemerintah dalam proses pengelolaan
dan pengembangannya sebagai objek wisata. Pemerintah daerah
melalalui Dinas Kelautan, Perikanan, Energi dan Sumberdaya
Mineral Kabupaten Serang sebagai yang diberi tanggung jawab
untuk melakukan pemberdayaan masyarakat pesisir dan pulau-
pulau kecil di Kabupaten Serang, menyatakan bahwa dukungan
yang dilakukan untuk pengembangan wilayah Pulau Tunda lebih
berhubungan dengan lingkungan pantai dan laut seperti misalnya
melakukan pelatihan transplantasi karang untuk masyarakat,
pengadaan pelatihan untuk penyelam, serta mendirikan sebuah
villa yang dimaksudkan untuk digunakan dalam kegiatan wisata.
“Kaya misalkan gini, yang kita tau yang bagus di barat
sama di utara. Diutara ternyatakan jalan desa gak ada di
sana. Kita akhirnya anggaran dari kita. Kita coba bikin
jalan poros yang cuma 300 meter, tapi itukan ketempat
wisata yang karangnya bagus gitu. Kita juga kan bikin
rumah, walaupun rumahnya sekarang tidak dimanfaatkan
secara optimal, itu salah satu yang untuk menunjang.
Dari kementerian juga kan ada alat selam. Kita
pelatihan-pelatihan kan sudah.” (Ibu Mumun
Munawaroh, M.Sc, Rabu, 25 Mei 2016, kantor Dinas
Kelautan dan Perikanan Kabupaten Serang)
49
Selain Dinas Kelautan, Perikanan, Energi dan Sumberdaya
Mineral Kabupaten Serang, Dinas Periwisata Pemuda dan
Olahraga Kabupaten Serang pun kini mulai secara serius
merancang program untuk pengembangan Pulau Tunda sebagai
objek wisata yang akan di prioitaskan di tahun 2017.
Pengembangan Pulau Tunda sebagai objek wisata baru
akan menjadi prioritas pada tahun yang akan datang,
dikarenakan prosedur pengajuan anggaran yang
membutuhkan waktu satu tahun. Rencana pengembangan
lebih kepada akomodasi pariwisata berupa home stay
(salah satu point dalam Focus Group Discussion yang
dilakukan dengan Dinas Pariwsata, Pemuda dan Olahraga,
26 Mei 2016)
Adapun dalam rencana pengembangan yang akan dilakukan
lebih dulu mengutamakan akomodasi pariwisata yang dibutuhkan
oleh objek wisata Pulau Tunda berupa penginapan, dan penataan
lahan wisata. Dalam FGD (Focus Group Discussion) tersebut
disampaikan bahwa pengembangan wisata di Pulau Tunda
dikembangkan pada wisata bahari dan daya tarik utama berupa
suasana laut dan pantai. Dalam rencana pengembangan yang
akan dilakukan pemerintah setempat akan membentuk
BUMDES (Badan Usaha Milik Desa) yang bertujuan untuk
mengoordinasikan kegiatan usaha di Pulau Tunda.
Data yang didapat peneliti mengenai dukungan pemerintah
untuk Pulau Tunda dari segi pemasaran adalah melalui Dinas
Pariwisata Pemuda dan Olahraga membantu pemasaran Pulau
Tunda dengan cara membuat situs informasi pariwisata yang
50
didalamnya berisi informasi mengenai objek wisata Pulau Tunda
dan objek wisata lainnya yang ada di Kabupaten Serang.
Gambar 4.1
Sistem Informasi Pariwisata Kabupaten Serang
Sumber : simpartaserang.com/home/kategori/wisata-bahari
4.2.1.2 Kelemahan / Weakness Pulau Tunda
Data yang terkumpul selama proses penelitian ini
menunjukkan bahwa Pulau Tunda memiliki kelehaman
terutama yang berkaitan dengan fasilitas pendukung wisata.
Selain itu sosial budaya yang terdapat di Pulau Tunda diakui
dapat menjadi penghambat baik langsung maupun tidak
langsung bagi objek wisata tersebut.
“Pengembangan wisata terkendala dengan penerimaan
warga yang masih belum 100% menerima kehadiran
wisata.” (salah satu point dalam FGD (Focus Group
Discussion) yang dilakukan dengan pihak Pengembang
Pulau Tunda dan pemerintah desa, 31 Mei 2016)
51
Meski menurut pengembang masyarakat tidak dapat
disalahkan, namun perlu juga diperhatikan karena konflik
sosial dapat memicu berbagai masalah sosial yang tentunya
akan mengganggu jalannya pengembangan objek wisata Pulau
Tunda. Dugaan sementara masalah ini terjadi dikarenakan
beberapa masyarakat merasa tidak dilibatkan dalam aktifitas
pariwisata yang saat ini berjalan, seperti dalam kutipan di
bawah ini,
“Sebagian besar masyarakat sudah menerima adanya
wisata di Pulau Tunda. Adapun yang tidak menerima
diduga dikarenakan belum terlibat dalam kegiatan
wisata. .”(Bapak Nana Suharna, 31 Mei 2016, Kantor
Desa Wargasara Pulau Tunda)
Sebagian masyarakat Pulau Tunda mulai terbuka dan
berharap wisata Pulau Tunda dapat berkembang. Mereka pun
berharap bahwa wisata Pulau Tunda bukan hanya sekedar
wisata bahari tetapi dapat menjadi ekowisata. Hal ini
dikarenakan mereka berharap dengan berkembangnya wisata
kesejahteraan mereka dapat meningkat, serta roda
perekonomian mereka dapat bergerak maju.
Namun ada juga beberapa pandangan dari masyarakat
bahwa perkembangan pariwisata akan membawa pengaruh
yang buruk bagi sosial budaya masyarakat Pulau Tunda.
Pandangan tersebut diakui oleh pelaku wisata, pemerintah, dan
juga pengembang wisata di Pulau Tunda menghambat
52
pengembangan wisata yang ada di Pulau Tunda. Pandangan
tersebut diduga muncul bukan semata kekhawatiran perubahan
sosial budaya dimasyarakat, namun dikarenakan mereka belum
terlibat dengan kegiatan wisata yang saat ini mulai berjalan.
Untuk mengatasi persoalan tersebut pemerintah desa berencana
membuat BUMDES (Badan Usaha Milik Desa) yang nantinya
mengatur kegiatan wisata yang ada di Pulau Tunda. Sehingga
warga dapat terlibat langsung dalam kegiatan wisata di Pulau
Tunda.
Wawancara yang dilakukan dengan ketua Karang Taruna
Pulau Tunda memberikan informasi data yang berbeda dengan
wawancara yang dilakukan pada narasumber lain. Dalam
wawancara tersebut disampaikan bahwa masyarakat mulai
merasa terganggu dengan adanya pariwisata di Pulau Tunda.
Terganggunya masyarakat dikarenakan kegiatan wisatawan
yang dianggap tidak sopan, seperti misalnya membuat
kebisingan pada malam hari dan berpakaian minim
dilingkungan desa.
“Iya kan, kalo ada wisatawan yang malam-malam
berisik. Ngelapornya ke saya selaku karang taruna. Jadi
kan home stay itu sebelahan sama rumah warga, terus
ada tamu malam-malam bercanda, ketawa-ketawa, main
gitar. Itu kan menganggu” (Suheri, ketua Karang Taruna
Pulau Tunda, 31 Mei 2016)
Kekhawatiran lain mengenai keadaan sosial masyarakat
Pulau Tunda adalah perubahan kebiasaan masyarakat yang
53
diakibatkan oleh adanya kompensasi dari kegiatan pengerukan
pasir laut. Seperti yang dituturkan pihak pengembang yang
juga mengkhawatirkan keadaan sosial masyarakat.
“Pengembang melihat kegiatan CSR perusahaan yang
melakukan pengerukan pasir membawa budaya malas
yang secara tidak langsung juga menghambat
pengembangan Pulau Tunda.” (salah satu point dalam
FGD (Focus Group Discussion) yang dilakukan dengan
pihak Pengembang Pulau Tunda dan pemerintah desa, 31
Mei 2016)
Kekhawatiran serupa disampaikan oleh pihak DKPESDM
(Dinas Kelautan, Perikanan, Energi Dan Sumberdaya Mineral)
maupun pihak DISPARPORA (Dinas Pariwisata Pemuda dan
Olahraga) Kabupaten Serang yang juga memandang dampak
negatif dari pemberian kompensasi pengerukan pasir laut.
Dampak negatif tersebut dikhawatirkan akan menghambat
pengembangan Pulau Tunda baik pada sektor pariwisata
maupun pada sektor lainnya yang dikarenakan perubahan gaya
hidup masyarakat Pulau.
Kebersihan lingkungan pun menjadi kelemahan yang
dimiliki Pulau Tunda karena hingga saat ini pemerintah Pulau
Tunda belum bisa mengatasi permasalahan sampah di Pulau
Tunda. Berikut ini beberapa kutipan wawancara dan hasil FGD
(Focus Group Discussion) terkait dengan kekurangan yang
terdapat di Pulau Tunda.
“Pemerintah Desa belum mampu mengatasi
permasalahan sampah yang dihadapi Pulau Tunda”
54
(salah satu point dalam Focus Group Discussion yang
dilakukan dengan pihak Pemerintah Desa Wargasara
Pulau Tunda, 31 Mei 2016)
“Mungkin soal sampah ini aja. Jangan sampai sampah
itu punya yang lebih besar lagi gitu. Kalau lihat di
pelabuhan itu, aduh gila sampahnya, enek gue liatnya.”
(Pephit, Wisatawan asal Jakarta, 1 Juni 2016)
Gambar 4.2
Sampah di Pesisir Pulau Tunda
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Terkait dengan fasilitas pendukung wisata yang terdapat
di Pulau Tunda seperti penginapan, transportasi, rumah makan,
toko cendramata dan akomodasi lainnya pun terbilang belum
tercukupi.
“tempat makan kali yah, karena kan walau kita di kasih
makan, tapi tiap orang itu kan berbeda. Cenderamata,
boleh tuh ada tapi jangan banyak-banyak, risih juga kan
kalo lagi wisata, santai gitu di datengin disuruh-suruh
beli. Yah sewajarnya aja deh” (Novia, wisatawan asal
Jakarta, 1 Juni 2016)
“yang kurang disana itu, akomodasinya. Harus sewa
kapal dan itu mahal. Ada sih kapal umum tapi di jam-jam
tertentu aja” (Hilda, Yunike, wisatawan asal Serang, 26
Mei 2016)
55
Data yang terkumpul ini menunjukkan bahwa Pulau
Tunda masih memiliki kekurang yang perlu diperhatikan secara
seksama. Meski kelehaman (weakness) dinyatakan sebagai
suatu yang menjadi penghambat berkembanganya objek wisata,
namun dengan pemikiran yang tajam dan kreatif dapat merubah
kelemahan tersebut menjadi sebuah peluang atau bahkan
kekuatan baru yang nantinya dimiliki oleh obek wisata.
4.2.1.3 Peluang / Opportunities Pulau Tunda
Peluang merupakan salah satu faktor yang dapat
mendukung berkembanganya suatu organisasi atau usaha yang
dalam penelitian ini adalah objek wisata Pulau Tunda. Peluang
ini berasal dari luar yang disebabkan oleh berbagai alasan dan
dapat juga dikarenakan perubahan sosial yang terjadi.
Lokasi Pulau Tunda yang tidak jauh dari pusat kota
menjadi peluang besar bagi pengembangan wisata Pulau
Tunda. Peluang ini diakui oleh pelaku wisata, tim pengembang
dan juga pemerintah. Menurut mereka jarak yang tidak jauh ini
memberikan keuntungan bagi objek wisata Pulau Tunda. Pasar
pariwisata yang luas serta meningkatnya kebutuhan akan
wisata juga menjadi peluang yang tidak bisa dilewatkan oleh
Pulau Tunda sebagai objek wisata. Pandangan akan peluang ini
pun didukung oleh pernyataan wisatawan yang juga
56
beranggapan bahwa Pulau Tunda dapat dijadikan wisata
alternatif bagi warga kota.
“itu penyebrangan dari Serang 2 jam. Itu samakan dari
Muara Angke atau ancol ke Kepulauan Seribu 2 jam.
Dan itu orang rame, dan ini bagi saya wisata Pulau
Tunda ini wisata alternatif bagi saya. Alternatif untuk
orang Jakarta yang enek ke Pulau Seribu, terlalu rame
gitu.” (Pephit, Wisatawan asal Jakarta, 1 Juni 2016)
selain letak Pulau Tunda yang stategis, kemajuan
teknologi pun menjadi peluang bagi Pulau Tunda untuk terus
berkembang dan memassarkan objek wisata Pulau Tunda
dengan jangkauan yang lebih luas. Keberadaan media sosial
merupakan salah satu contoh perkembangan teknologi yang
peluang untuk Pulau Tunda lebih dikenal. Data yang di peroleh
peneliti menunjukkan bahwa informasi mengenai keberadaan
di Pulau Tunda lebih banyak di dapat dari media sosial seperti
instragram dan facebook
.
4.2.1.4 Tantangan / Threats Pulau Tunda
Tantangan merupakan salah satu faktor eksternal yang
dapat menjadi penghambat untuk perkembangan suatu
perusahaan atau organisasi yang dalam penelitian ini adalah
Pulau Tunda. Meski dikatakan sebagai penghambat, namun
tantangan dapat juga berubah menjadi peluang yang
menguntungkan. Maka dari itu memperhatikan tantangan
dalam penyususnan perencxaan pengembangan atau
57
pengelolaan perlu di lakukan dengan memperhatikan berbagai
aspek agar dapat mengambil langkah yang bijak guna
kemajuan objek wisata Pulau Tunda.
Pulau Tunda menjual alam sebagai daya tarik utama
wisata. Sehingga bila terjadi kerusakan alam maka berarti rusak
pula wisata Pulau Tunda. Banyaknya wisatawan bukan hanya
menjadi keuntungan semata tetapi menjadi tantangan bagi
keberlangsungan wisata Pulau Tunda sendiri.
“tapi harus hati-hati juga itu, ketika wisatawan sudah
banyak yang datang kan. Aktifitas snorkeling. Nanti
karangnya keinjek patah-patah. Nanti mati sebelum
tumbuh lah istilahnya. Kapasitas penggunaan air juga
kan, limbah dan segala macamnya” (Ibu Mumun
Munawaroh, M.Sc, Rabu, 25 Mei 2016, kantor Dinas
Kelautan dan Perikanan Kabupaten Serang)
Pernyataan tersebut menjadi suatu alarm yang perlu
diperhatikan dalam proses pengembangan Pulau Tunda, karena
walau bagaimana pun kondisi lingkungan sangat perlu
diperhatikan. Bukan semata untuk menjaga lingkungan tetapi
juga untuk keberlangsungan dari wisata itu sendiri.
Selain itu perkembangan wisata yang serupa, serta
kelengkapan fasilitas yang dimiliki pesaing memberikan
tantangan untuk Pulau Tunda untuk dapat bertahan dalam pasar
pariwisata. Sehingga diperlukan strategi-strategi khusus yang
mempadupadankan kekuatan, kelemahan, peluang, dan
tantangan yang dimiliki oleh Pulau Tunda.
58
Sementara itu baik pihak pemerintah maupun warga yang
juga merangkap menjadi pelaku wisata berkeinginan untuk
tidak melibatkan investor dalam pengembangan pariwisata
Pulau Tunda. Mereka berpendapat bahwa keterlibatan investor
akan lebih banyak membawa pengaruh negatif ketimbang
pengaruh positif. Kekhawatiran tergesernya masyarakat dari
kegiatan pariwisata yang menyebabkan masyarakat hanya
menjadi “penonton” menyebabkan mereka berharap dapat
secara mandiri mengelola pariwisata di Pulau Tunda. Berikut
beberapa kutipan pendapat mengenai keterlibatan investor
dalam pengembangan pariwisata di Pulau Tunda.
“saya pribadi tidak suka, tidak setuju kalo ditangani
investor, lebih baik sama masyarakat lokal saja” (Bapak
M. Luthfie Yonas, Dinas Pariwisata, Pemuda, dan
Olahraga Kabupaten Serang, 26 Mei 2016)
“Selama masih bisa dibiaya oleh desa, ya desa saja.
Tidak perlu investor” (Bapak Nana Suharna, Kantor
Desa Wargasara, 31 Mei 2016)
Kekhawatiran mengenai datangnya investor muncul
karena sumberdaya manusia di Pulau Tunda dirasa belum
memiliki kemampuan untuk bertahan dan bersaing dengan para
investor yang datang.
“Salah satu yang saya khawatirkan itu, ketika investor
datang, mereka ketahuan banget kalo tidak profesional.
Kembali ke profesionalisme tadi, kalo ada turis yang
datang. Ya saat ini mereka bisa mendatangkan turis tapi
ketika ada yang lebih profesional, taruhlah yang bawa
turis juga profesional. Mereka juga kan sertifikat selam
rata-rata masih A1 masil level dasar, tapi kalo jadi
pemandu harusnya sudah beda lagi levelnya, sudah harus
59
mencakup keselamatan juga. (Ibu Mumun Munawaroh,
M.Sc, Rabu, 25 Mei 2016, kantor Dinas Kelautan dan
Perikanan Kabupaten Serang)
Kehawatiran akan datangnya investor ini pun bukan
hanya pada kalangan pemerintah setempat melaikan juga
datang dari warga Pulau Tunda yang mendukung adanya
pariwisata di Pulau Tunda.
Hasil wawancara dengan pelaku wisata yang juga
merupakan warga setempat, mereka memiliki harapan untuk
Pulau Tunda berupa pengelolaannya dilakukan oleh masyarakat
setempat atau mereka menyebutnya dengan menggunakan
sistem community based tourism dan tidak menginginkan
masuknya investor.
“gue sih pinginnya nih, harapan gue Pulau Tunda itu
masyarakat yang kelola. Kalo bahasa pariwisatanya itu
kemaren itu community based tourism jangan pake
investorlah nanti masyarakat yang susah” (Aimanudin,
Pelaku wisata/ warga Pulau Tunda, 26 Mei 2016)
4.2.2 Identifikasi Potensi Pulau Tunda
Pariwisata sebagian besar produknya adalah produk yang sudah
ada dan bukan hasil membuat dari mesin produksi, seperti misalnya
sejarah, masyarakat, keindahan alam dan lainnya. Maka dari itu penting
untuk pengetahui potensi yang dimiliki oleh objek pariwisata sebelum
melakukan pengembangan dan pengelolaan yang lebih jauh. Hal ini di
maksudkan agar setiap potensi yang dimiliki objek wisata dapat
dimaksimalkan.
60
Penelitian ini memulai identifikasi potensi yang dimiliki dengan cara
mengumpulkan informasi mengenai aset inti yang dimiliki oleh objek
wisata Pulau Tunda. pengumpulan ini dilakukan dengan cara
wawancara, observasi, FGD dan juga studi dokumentasi. Wawancara
dilakukan dengan Dinas Kelautan, Perikanan, Energi dan Sumber daya
Mineral, karena selama ini pihak DKPESDM (Dinas Kelautan,
Perikanan, Energi Dan Sumberdaya Mineral) yang lebih aktif melakukan
kegiatan pengembangan di Pulau Tunda. Hasil wawancara tersebut
menunjukkan bahwa aset inti yang dimiliki oleh Pulau Tunda adalah
ekosistem yang terdapat di Pulau Tunda. berikut kutipan wawancara
yang dilakukan dengan pihak DKPESDM (Dinas Kelautan, Perikanan,
Energi Dan Sumberdaya Mineral)
“Saya pikir banyak. Iya ekosistem itu iya. Kalo kita cerita ekosistem
itu kan karang dan mangrove” (Ibu Mumun Munawaroh, M.Sc,
Rabu, 25 Mei 2016, kantor Dinas Kelautan dan Perikanan
Kabupaten Serang)
Sementara pihak Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga
berpendapat bahwa aset yang dimiliki oleh Pulau Tunda adalah
keindahan lingkungan pantai dan laut Pulau Tunda.
“Point interest Pulau Tunda terletak pada lingkungan pantai dan
laut Pulau Tunda” (Bapak M Luthfie Yonas, 26 Mei 2016, Dinas
Periwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Serang)
Adapun pandangan dari pelaku wisata yang memandang Pulau
Tunda sebagai objek wisata memiliki banyak potensi dan
menguntungkan untuk kemajuan pariwisata adalah sebagai berikut :
61
“Pulau Tunda memiliki potensi di bidang wisata edukasi dan
ekonomi kreatif terlepas dari wisata alam yang saat ini dimilikinya
yaitu snorkeling. Pulau Tunda memiliki kelautan, perikanan, sumber
daya manusia yang bisa dikembangkan” (Firman Hakiki, Direktur
utama Wisata Bahari Pulau Tunda, Senin,16 Mei 2016)
Selain data wawancara peneliti pun melakukan studi dokumentasi
pada Laporan Akhir Kajian Pengelolaan Ekosistem Pulau Tunda Untuk
Pengembangan Minawisata 2015 yang dibuat oleh Pemerintah
Kabupaten Serang, Dinas Kelautan, Perikanan, Energi dan Sumberdaya
Mineral. Hasil studi dokumentasi tersebut menunjukkan bahwa Pulau
Tunda memiliki potensi yang cukup baik dibeberapa spot untuk
mengembangkan minawisata, snorkeling, dan diving serta
pengembangan coral garden. Berikut beberapa kutipan hasil studi
dokumentasi yang dilakukan:
“Pulau Tunda yang memiliki keindahan di bawah laut berpotensi
untuk dikembangkan kegiatan wisata bahari dan kegiatan
minawisata. Pulau Tunda memiliki substrat dasar patahan karang,
pasir, dan batu. Substat dasar yang keras dan kokoh ini
merupakan lokasi baik bagi terumbu karang untuk dapat hidup
dan berkembang dengan baik.” (Laporan Akhir Kajian
Pengelolaan Ekosistem Pulau Tunda Untuk Pengembangan
Minawisata 2015. Hal.IV-2)
“Pulau Tunda merupakan pulau yang memiliki ekosistem yang
unik, dan sangat lengkap, yakni disekelilingnya memiliki ekosistem
mangrove, lamun dan terumbu karang yang ketiganya saling
mendukung membentuk suatu ekoregion yang sangat unik. Oleh
karena itu Pulau Tunda memiliki alam yang sangat indah. Ketiga
ekologi pesisir, yakni mangrove, lamun, dan terumbu karang
selain membentuk suatu ekoregion yang sangat khas, lengkap,
mempunyai produktifitas yang tinggi (subur) dan sempurna juga
memberikan keindahan alam yang luar biasa, sehingga Pulau
Tunda mempunyai potensi yang tinggi untuk dikembangkan
menjadi wilayah untuk kegiatan minawisata, serta mempunyai
lokasi yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi soft coral
62
garden” (Laporan Akhir Kajian Pengelolaan Ekosistem Pulau
Tunda Untuk Pengembangan Minawisata 2015. Hal.IV-40)
Data-data tersebut kemudian disatukan dan dianalisis sehingga
menghasilkan aset inti yang dimiliki oleh Pulau Tunda yang berpotensi
untuk mendukung pengembangan wisata Pulau Tunda sebagai berikut:
1. Ekosistem pesisir yang lengkap
Pulau Tunda yang merupakan daerah pulau yang memiliki ekosistem
dengan produktifitas tinggi seperti terumbu karang, lamun, dan hutan
bakau. Ekosistem terumbu karang yang terdapat di Pulau Tunda
termasuk dalam ekosistem terumbu karang yang baik. Hutan bakau
yang dimiliki oleh Pulau Tunda memiliki beragam jenis bakau yang
tersebar di sekeliling Pulau.
2. Terumbu Karang
Pulau Tunda memiliki substrat dasar patahan karang, pasir dan batu.
Substrat dasar yang kuat dan kokoh merupakan lokasi yang baik
bagi terumbu karang untuk dapat hidup dan berkembang dengan
baik. Berdasar hasil kajian yang dilakukan oleh DKPESDM (Dinas
Kelautan, Perikanan, Energi Dan Sumberdaya Mineral) Kabupaten
Serang pada Tahun 2015 menunjukkan bahwa ekosistem terumbu
karang di Pulau Tunda pada kedalaman 10 meter masuk kedalam
kategori sedang, sementara kondisi terumbu karang memiliki potensi
penutupan karang pada kondisi baik. Sedangkan pada kedalaman 2-4
meter kondisi ekosistem terumbu karang termasuk kedalam kategori
63
cukup baik, dengan presentase penutupan karang keras hidup
mencapai 40%, serta pertumbuhan karang (lifefrom) yang beragam.
4.3 Gambar
Terumbu Karang
Sumber : Wisata Bahari Pulau Tunda
3. Ikan Karang
Pulau Tunda memiliki ekosistem terumbu karang baik yang juga
berperan dalam ekologi menjadi rumah bagi biota laut. Terumbu
karang ini dimanfaatkan oleh ikan untuk tempat tinggal, mencari
makan, dan aktivitas lainnya. Jenis ikan karang di Pulau Tunda pun
beragam dan didominasi oleh ikan famili pomacentridae. Sementara
jenis ikan lainnya berasal dari Famili Caesionidea, Famili Labridea,
Famili Apogenidea, Famili Chaetodontidea, Famili Nemipteridea,
Famili Holoecentridea, Famili Nemipteridea, Famili
Holoecentridea, Famili Scaridea, dan Famili Siganidea.
Berdasarakan kajian yang dilakukan oleh DKPESDM (Dinas
Kelautan, Perikanan, Energi Dan Sumberdaya Mineral) pada tahun
64
2015 bahwa keseragaman ikan pada setiap spot tidak didominasi
oleh salah satu jenis ikan tetapi terjadi secara seimbang.
Gambar 4.4
Ikan Karang
Sumber : Wisata Bahari Pulau Tunda
Selain tiga aset tersebut Pulau Tunda pun memiliki aset pendukung
yang keberadaannya pun perlu diperhatikan dalam pengembangan wisata
Pulau Tunda. Pengumpulan data mengenai aset pendukung ini dilakukan
dengan menggunakan metode observasi. Metode observasi ini dilakukan
pada bulan April dan bulan Mei 2016. Adapun yang diamati adalah
ketersedian fasilitas pendukung pariwisata dan suasana lingkungan yang
terdapat di Pulau Tunda. Hasil observasi yang dilakukan sebagai berikut:
1. Penerangan
Penerangan di Pulau Tunda menggunakan pembangkit listrik tenaga
diesel (PLTD) dan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS). Saat ini
penerangan di Pulau Tunda dimulai sejak pukul 18.00 sampai
dengan 24.00 WIB menggunakan (PLTD), kemudian dilanjutkan
dengan menggunakaan PLTS sampai pukul 06.00. Alasan utama
65
aliran listrik hanya ada pada malam hari adalah biaya solar untuk
diesel yang besar.
2. Jaringan Komunikasi
Jaringan komunikasi yang ada di Pulau Tunda belum terlalu bagus.
Namun untuk beberapa provider memiliki jaringan yang terbilang
cukup stabil yakni Indosat. Terdapat satu buah pemancar yang
diketahui merupakan pemancar provider Telkomsel.
3. Transportasi
Terdapat dua buah kapal penyeberangan regular yang dikhususkan
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang beroperasi tiga kali
dalam satu minggu yaitu pada hari senin, rabu dan sabtu. Setiap
orang dikenai ongkos perjalanan sebesar Rp.20.000,-. Sementara
untuk menunjang aktifitas wisata di Pulau Tunda, pelaku wisata di
Pulau Tunda menggunakan kapal nelayan yang disewakan.
Penyewaan kapal lebih sering menggunakan kapal yang berada di
Pelabuhan Karangantu, hal ini dikarenakan biaya sewa yang jauh
lebih murah dibandingkan dengan biaya sewa perahu milik nelayan
Pulau Tunda.
66
Gambar 4.5
Kapal Penyeberangan Reguler
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Gambar 4.6
Kapal Sewa untuk Wisatawan
Sumber :Wisata Bahari Pulau Tunda
67
4. Jalan Desa
Jalan desa yang berada di Pulau Tunda sebagian besar sudah
menggunakan pavlingblok yang dimulai dari dermaga hingga bibir
pantai. Sehingga wisatawan dapat berkeliling Pulau dengan berjalan
kaki ataupun menggunakan sepedah.
Gambar 4.7
Jalan Desa di Pulau Tunda
Sumber : Dokumentasi Pribadi
5. Penginapan
Penginapan yang terdapat di Pulau Tunda masih berbentuk home
stay. Wisatawan dan pemilik rumah berada dalam satu atap hanya
berbeda ruangan. Jumlah home stay ini pun tidak banyak. Selama ini
wisatawan yang berkunjung biasanya menginap di tempat guide
yang menjadi pemandunya saat berlibur di Pulau Tunda. Selain
homestay sebenarnya di Pulau Tunda terdapat 2 villa. Namun
pemanfaatannya tidak terlalu optimal. Villa tersebut terletak di
bagian barat Pulau Tunda dan di bagian utara Pulau Tunda.
68
Gambar 4.8
Villa yang berada di bagian Barat
Sumber: Wisata Bahari Pulau Tunda
Terkait dengan aset yang dimiliki oleh Pulau Tunda guna
mendukung perkembangan pariwisata, Pemerintah setempat untuk saat
ini sedang melakukan pembangunan fasilitas pendukung. Pembangunan
tersebut berupa: pembangunan gazebo di pinggir pantai, coffe shop,
dengan konsep bangunan beach club. Data ini peneliti dapatkan dari
hasil FGD (Focus Group Discussion) yang dilakukan dengan
pemerintah desa wargasara Pulau Tunda dan tim pengembang pariwisata
Pulau Tunda.
Selain aset fisik yang dimiliki oleh Pulau Tunda sebagai objek
wisata. Data yang didapat oleh peneliti menunjukkan bahwa Pulau
Tunda memiliki potensi lain yang dapat dikembangkan. potensi itu
adalah sosial budaya masyarakat pulau.
“Yang menarik itu yang pertama home staynya bareng warga, itu
bagi saya berkesan banget. Yang kedua listriknya nyala sampai
jam 12 malam dan itu menantang banget. Bagi saya itu daya
tariknya justru disitu. Artinya kita mengikuti dinamika warga
setempat. Sambil berwisata-wisata juga kita bisa, sehingga kita
kan, bagi saya sih kita bisa tahu gitu loh, secara sosial masyarakat
69
di sini tu bagainya, pola pikirnya, cara berperilakunya, visi–
misinya, dan itu bagi saya menarik. Sampai di sana bagi saya
penduduknya bagus ramah-ramah”. (Pephit, Wisatawan asal
Jakarta, 1 Juni 2016)
“awalnya gak nyangka bagus, dan untuk suasana desa, suasana
malam yang sepi. Gak nyangka aja di Pulau yang seperti itu,
mereka bisa hidup. Dikepung sama laut kan itu. sensainya disitu.
Yang lampu nyala dari sore ampe malem. Yang udah panic ngecas
hp ngecas kamera. Itu malah asik. Sebenernya liburan yang kaya
gitu tuh yang enak daripad liburan yang harus tinggal di Hotel.”
(Novia, wisatawan asal Jakarta, 1 Juni 2016)
4.3 Pembahasan
Data yang dikumpulkan peneliti yang kemudian dikelompokkan dan
dianalisis sesuai dengan kebutuhan penelitian yang dilakukan menunjukkan
bahwa objek wisata memiliki potensi untuk dapat dikembangkan menjadi
objek wisata bahari di Kabupaten Serang. Hasil analisis SWOT yang
dilakukan menunjukkan bahwa Pulau Tunda lebih banyak memiliki
kelemahan dan juga tantangan daripada kekuatan dan peluang yang dimiliki.
Dari analisis SWOT tersebut dapat dilihat bahwa Pulau Tunda memerlukan
berbagai strategi-startegi yang matang karena aset utama yang menjadi
kekuatan Pulau Tunda sangat riskan mengalami kerusakan dan memerlukan
waktu yang lama untuk memperbaikinya.
Sementara data mengenai potensi Pulau Tunda menunjukkan bahwa
Pulau Tunda memiliki potensi untuk menjadi objek wisata yang bukan hanya
menawarkan keindahan alam melainkan juga kehidupan masyarakat pulau.
Namun sayangnya untuk potensi ini masih belum banyak diperhatikan.
70
4.3.1 SWOT Pulau Tunda
Analis SWOT ini dilakukan untuk melihat Pulau Tunda secara internal dan
juga ekstrnal. Hal ini dilakukan dengan menyususun kekuatan,
kelemahan,pelung dan juga tantangan dari objek wisata Pulau Tunda.
Peneliti memasukkan hasil analisis data yang dilakukan kedalam matrik
SWOT seperti dibawah ini :
Gambar 4.9
Matrik Analisis SWOT
IFAS
EFAS
Kekuatan (S)
1. Kondisi taman
bawah laut yang
masih terjaga
2. Lahan perkebunan
dengan kondisi tanah
yang cukup baik
3. Ketersedian air
tawar yang berasal
dari Pulau Tunda
Sendiri
Kelemahan (W)
1. Kualitas SDM Pulau
Tunda
2. Kurangnya Fasilitas
pendukung wisata
3. Kurangnya Sadar
Wisata di Kalangan
Masyarakat Pulau
Tunda
4. Infrastuktur yang
belum lengkap
5. Sampah yang belum
terkelolah dengan
baik
6. Budaya masyarakat
memandang etika
dan kesopanan
Peluang (O)
1. Pasar wisata yang
luas
2. Kebutuhan akan
Wisata semakin
meningkat
4. Lokasi Pulau
Tunda yang dekat
dengan pusat kota
Strategi (SO)
1. Meningkatkan
penyebaran informasi
2. Membuat icon-icon
wisata yang berbeda
dengan perkotaan
3. Menambah wisata
yang memanfaatkan
daratan Pulau Tunda
Stategi (WO)
1. Pembangunan
Fasilitas Pendukung
sebagai daya tarik
wisata
2. Penerapan Sadar
Wisata yang
Berkesinambungan
Tantangan (T)
1. Perkembangan
wisata yang serupa
2. Fasilitas wisata
pesaing yang lebih
menarik
Strategi (ST)
1. Membentuk brand
dan identitas Pulau
Tunda
2. Mengembangkan
wisata berbasis
Stategi (WT)
1. Meningkatkan
Kualitas SDM Pulau
Tunda, melalui
Pelatihan-Pelatihan
dan Bimbingan yang
71
3. Ketertarikan
Investor
4. Banyaknya kegiatan
wisatawan yang
merusak keadaan
alam
5. Objek wisata serupa
yang lebih dulu
menguasai Pasar
Wisata, yang
membentuk standar
kepada konsumen
lingkungan
3. Dukungan
pemerintah
mengenai
permodalan
pengembangan
wisata Pulau Tunda
4. Bantuan pemerintah
untuk pembutan
sertifikat-sertifikat
pendukung
pariwisata, seperti
sertifikat guide ,
sertifikat hom stay
berkesinambungan
2. Pendampingan
pemerintah dalam
proses
pengembangan Pulau
Tunda
3. Pembuatan peraturan
mengenai kegiatan
investasi di Pulau
Tunda
4. Mengembangkan
kemampuan
masyarakat lokal
Sumber: Data Penelitian
Matrik SWOT ini menunjukkan bahwa Strategi-strategi yang
didapat setelah mengelompokkan kekuatan dan kelemahan, peluang
serta tantangan yang dimiliki oleh Pulau Tunda adalah pertama, pihak
pengelola perlu memperluas jaringan informasi sehingga objek wisata
Pulau Tunda dikenal oleh banyak orang. Strategi ini memperhatikan
peluang pasar wisata yang luas yang belum terjamah oleh pengelola
objek wisata Pulau Tunda. Kedua membuat ikon-ikon wisata yang
berbeda dengan kawasan perkotaan. Strategi ini memperhatikan
kekuatan Pulau Tunda yang memiliki alam yang masih alami dan
peluang yang dimiliki Pulau Tunda berupa jarak yang tidak jauh dari
perkotaan. Dibangunnya ikon-ikon tersebut dimaksudkan agar Pulau
Tunda memberikan kesan yang berbeda dan unik. Ketiga, menambah
kegiatan wisata yang memanfaatkan potensi darat yang dimiliki oleh
objek wisata Pulau Tunda. Strategi ini berdasarkan pertimbangan akan
kekuatan Pulau Tunda yang juga memiliki potensi pengembangan di
kawasan daratan semisal pengembangan agrowisata.
72
Keempat, Pembangunan fasilitas pendukung wisata. Fasilitas
pendukung yang dimaksud misalnya kamar bilas, MCK (mandi, cusi,
kakus), gazebo, bangu-bangku pantai, tempat makan, dan lainnya. hal ini
dimaksudkan agar wisatawan memiliki kegitan lain selain kegiatan
snorkeling seperti sekarang ini. Kelima, penerapan sadar wisata secara
berkesinambungan. Strategi ini terbentuk berdasarkan pertimbangan
akan kelemahan yang dimiliki Tunda terkait dengan masyarakat yang
hingga ini belum memiliki sadar wisata yang besar. Masyarakat yang
sadar wisata diperlukan di Pulau Tunda karena masyarakat yang sadar
wisata akan terus mendorong perkembangan wisata Pulau Tunda.
Keenam, membentuk dan mengembangkan brand Pulau Tunda.
Strategi ini muncul dengan mempertimbangkan tantangan yang harus
dihadapi oleh Pulau Tunda berupa perkembangan wisata serupa yang
kemungkinan lebih siap dari Pulau Tunda. Sehingga pengembangan
brand yang selanjutnya dapat menjadi identitas utama Pulau Tunda.
Brand Pulau Tunda pun memungkinkan Pulau Tunda memiliki pasar
wisata sendiri sehingga tidak bergantung dengan pasar wisata yang saat
ini berkembang. Ketujuh, mengembangkan wisata berbasis lingkungan.
Pertimbangan startegi ini adalah tantangan yang dihadapi Pulau Tunda
terkait kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh banyaknya aktifitas
wisata. Selain itu juga startegi ini dibuat untuk tetap menjaga aset utama
yang dimiliki oleh Pulau Tunda yaitu keindahan alam.
73
Kedelapan, dukungan pemerintah mengenai permodalan, strategi
ini dimaksudkan agar Pulau Tunda dapat mandiri mengembangkan
wisatanya tanpa memerlukan investasi dari investor luar. Kesembilan,
bantuan pemerintah dalam pembuatan sertifikat-sertifikat pendukung
pariwisata, strategi ini dimaksudkan agar pelaku wisata di Pulau Tunda
memiliki kredibilitas yang tinggi sehingga dapat meningkatkan
kepercayaan wisatawan kepada pelaku wisatawan objek wisata Pulau
Tunda. Kesepuluh, meningkatkan kualitas sumberdaya manusia Pulau
Tunda, melalui pelatihan-pelatihan dan bimbingan yang
berkesinambungan. Pelatihan ini di perlukan agar sumberdaya manusia
di Pulau Tunda mampu bersaing dan menjadi berkualitas, sehingga
memiliki kredibilitas yang tinggi.
Kesebelas, pendampingan pemerintah dalam proses pengembangan
Pulau Tunda. Pendampingan ini perlu dilakukan karena pemerintah
sebagai pemegang kebijakan tertinggi. Wewenang yang dimiliki
pemerintah dalam membuat kebijakan yang strategis dan berdampak
positif bagi pengembagan Pulau Tunda di perlukan, untuk menekan
hambatan-hambatan yang mungkin terjadi pada pengembangan Pulau
Tunda.
Terakhir, pembuatan peraturan mengenai kegiatan investasi di
Pulau Tunda. Strategi ini bertujuan agar kegiatan investasi yang
mungkin terjadi di Pulau Tunda tidak menimbulkan dampak negatif baik
74
untuk masyarakat Pulau Tunda maupun untuk investor yang melakukan
investasi di Pulau Tunda.
4.3.2 Potensi Pulau Tunda Sebagai Objek Wisata Bahari
Data dilapangan menunjukkan bahwa pihak pemerintah maupun
pengembang melihat potensi yang dimiliki oleh Pulau Tunda yakni
keindahan bawah laut Pulau Tunda berupa karang dan berbagai jenis
ikan. Data di lapangan pun menunjukkan bahwa pengembangan yang
dilakukan bertujuan untuk mendukung aset ini Pulau Tunda, seperti
yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga bersama
dengan pemerintah desa yang telah merencanakan pembangunan
fasilitas wisata berupa pembuatan taman yang bertujuan agar
wisatawan dapat menikmati suasana pantai dengan lebih nyaman.
Rencana selanjutnya adalah pembuatan jalan lingkar yang
dimaksudkan agar wisatawan dapat mengelilingi pulau baik dengan
menggunakan kendaraan roda dua ataupun berjalan santai.
Observasi yang peneliti lakukan untuk dapat melihat dan
merasakan sendiri kondisi dari Pulau Tunda ditambah dengan hasil
data wawancara yang dilakukan, membawa peneliti pada pengertian
bahwa potensi wisata bahari untuk Pulau Tunda benar adanya.
Penetapan taman bawah laut sebagai potensi wisata dan
menjadikannya sebagai aset inti pariwisata Pulau Tunda bagi peneliti
adalah keputusan yang beralasan. Peneliti pun menilai bahwa
pengembangan yang dilakukan sudah sesuai dengan apa yang
75
dibutuhkan oleh Pulau Tunda dan mendukung serta memperkuat
kedudukan aset inti yang dimiliki oleh Pulau Tunda. Namun peneliti
berpendapat bahwa makna dari “memprioritaskan aset ini” khususnya
untuk Pulau Tunda bukan hanya berkaitan dengan mendukung dan
memperkuat kedudukan aset inti saja tetapi perlu juga dalam rencana
pembangunan di masukan pemeliharan aset inti yang dimiliki,
mengingat aset inti yang dimiliki oleh Pulau Tunda sangat riskan
mengalami kerusakan dan memerlukan waktu yang lama untuk
memperbaikinya. Selain itu peneliti pun menyarankan kepada
pemerintah setempat, pengembang, dan juga pengelola untuk menggali
potensi lain yang dimiliki oleh Pulau Tunda.
Berdasarkan analisis SWOT dan juga identifikasi potensi yang dilakukan
oleh peneliti mengantarkan peneliti memahami pentingnya penyusunan brand
untuk objek wisata Pulau Tunda. Pentingnya penyusunan ini karena dengan
adanya brand objek wisata Pulau Tunda akan lebih memiliki identitas sehingga
keberadaannya menjadi kuat, dengan catatan brand yang dibuat perlu
memperhatikan berbagai aspek baik aspek yang berada di dalam internal objek
wisata Pulau Tunda maupun aspek eksternal objek wisata Pulau Tunda.
Selama penelitian berjalan peneliti mendapatkan bahwa apa yang dianggap
kekurangan oleh pelaku wisata dan juga pengembang ternyata menjadi daya tarik
bagi wisatawan. Misalnya saja penginapan yang menyatu dengan rumah warga
dimana wisatawan dengan pemilik rumah bercampur baur dalam satu atap. Hal ini
ternyata memberikan daya tarik bagi wisatawan, terlebih wisatawan yang berasal
76
dari perkotaan. Hal ini ungkap mereka karena mereka telah bosan dengan
suasanya tempat wisata pada umumnya yang dapat mereka temukan di daerah
perkotaan atau tempat wisata lain.
Anggapan wisatawan yang hanya penasaran dengan Pulau Tunda dan
enggan kembali lagi ke Pulau Tunda karena kurangnya fasilitas dan kegiatan
wisata, ternyata anggapan yang keliru. Hasil wawancara dengan wisatawan
menunjukkan bahwa mereka menyukai Pulau Tunda dan ingin kembali lagi ke
Pulau Tunda untuk menikmati keindahan bawah laut Pulau Tunda, hanya yang
menjadi pertimbangan mereka saat berlibur kembali ke Pulau Tunda adalah akses
menuju Pulau Tunda. Penyeberangan reguler yang hanya tiga kali dalam
seminggu dan bukan pada hari yang strategis untuk berwisata menjadi salah satu
faktor yang menyebabkan rencana berlibur ke Pulau Tunda tertunda.
Analisis yang tajam perlu dilakukan agar potensi Pulau Tunda dapat
dikembangkan secara maksimal. Analisi yang dilakukan sebaiknya bukan hanya
pada potensi sumber daya alam yang dimiliki oleh Pulau Tunda tetapi juga
potensi-potensi lain yang terdapat di Pulau Tunda. Selain itu pula perlu dibangun
hubungan antara pelaku usaha dengan pemerintah dan warga yang terintegrasi
dengan tujuan pengembangan wisata di Pulau Tunda. Penetapan target marget
dan jangkauan pemasaran pun perlu dipertimbangkan dan disesuaikan dengan
saluran komunikasi pemasaran yang digunakan. Memaksimalkan peran media
sosial dalam saluran komunikasi pemasaran dapat menjadi salah satu pilihan
strategi pemasaran yang terbilang cukup efektif. Selain itu biaya pemasaran tidak
memakan anggaran yang besar. Sehingga dapat mengatasi masalah keterbatasan
77
modal. Pesan dalam komunikasi pemasaran yang dilakukan sebaiknya
menonjolkan identitas Pulau Tunda dengan dramatisasi yang tidak berlebihan.
FGD (Focus Group Discussion) yang dilakukan dengan pengembang
menunjukkan bahwa untuk saat ini Pulau Tunda dapat dikatakan belum memiliki
identitas inti. Namun dari apa yang ditemukan oleh peneliti selama pencarian
data, identitas Pulau Tunda yang terbentuk berupa objek wisata bahari dengan
kehidupan masyarakat pesisir yang ramah. Temuan ini tentunya perlu ditindak
lanjuti dan dikaji ulang untuk selanjutnya di sesuaikan dengan rencana
pengembangan wisata dan pembuatan brand Pulau Tunda.
Brand berhubungan dengan pesepsi konsumen mengenai suatu
produk/destinasi. Secara tidak disadari Pulau Tunda sendiri telah membentuk
persepsi di benak konsumen yaitu sebagai objek wisata bahari yang memiliki
keindahan bawah laut dengan kehidupan masyarakat khas Pulau. Persepsi yang
telah terbentuk dibenak konsumen ini tentunya dapat di kembangkan menjadi
brand untuk Pulau Tunda. Hal ini dikarenakan persepsi mengenai Pulau Tunda
yang masih terbilang persepsi yang positif justru membantu meringankan
perkerjaan pengembang dan pembuat brand karena tidak harus membentuk
persepsi dibenak konsumen dari awal tetapi mengembangkan persepsi yang
sudah ada dan membuat persepsi tersebut menjadi nyata dirasakan oleh
wisatwan.
Chiaravelle dan Schenck (2007) menyatakan keberhasilan brand terjadi
ketika mampu memuaskan keperluan rasional dan emosional serta ekspetasi
konsumen. Mengacu pada pendapat Chiaravelle (2007) tersebut maka dengan
78
persepsi yang telah terbentuk tersebut, pengelola dan pengembang memiliki
pekerjaan rumah berupa pengrealisasian persepsi yang terbentuk di benak
wisatawan. Tiga point penting yang dapat digaris bawahi dalam penyampaian
yang diberikan Chiaravelle (2007) mengenai keberhasilan sebuah brand yakni
memenuhi keperluan rasional, emosianal, dan ekspetasi.
Memenuhi keperluan rasional wisatawan, misalnya saja dari segi biaya.
Wisatawan tentunya mengeluarkan uang untuk dapat menikmati wisata di Pulau
Tunda. Meski tujuan mereka untuk melihat keindahan bawah laut Pulau Tunda
namun mereka pun tentunya menghitung berapa uang yang mereka keluarkan
dan berapa banyak yang mereka dapatkan. Maka dari itu kesesuaian fasilitas
dengan harga yang dikeluarkan oleh wisatawan tentunya perlu diperhatikan juga
oleh pengembang dan juga pengelola Pulau Tunda. Sehingga wisatawan merasa
biaya yang dikeluarkannya sepadan dengan yang didapatkan.
Brand secara tidak langsung mendorong seseorang untuk mengambil
keputusan dengan mempermainkan emosional wisatwan, misalnya saja Pulau
Tunda yang menyuguhkan keindahan bawah laut dengan lingkungan yang masih
alami. Secara emosional wisatawan akan terdorong mengunjungi Pulau Tunda
untuk dapat merasakan indahnya bawah laut dan alam yang alami yang dapat
memberikan ketentraman, kedamaian, kebahagian, rasa syukur atas keindahan
sang Pencipta dan perasaan-perasan lain yang mungkin ingin dicari di Pulau
Tunda. Maka dari itu pembuatan brand untuk Pulau Tunda perlu melihat
kemampuan Pulau Tunda dalam memenuhi kebutuhan emosional wisatawan.
79
Brand harus mampu memenuhi ekspetasi konsumen. data yang di peroleh
menunjukkan bahwa saat ini informasi mengenai Pulau Tunda membentuk
ekspetasi wisatwan mengenai Pulau Tunda yang lebih menonjolkan keindahan
bawah laut. Menjaga kekesuaian ekspetasi konsumen dengan realita yang di
hadapi konsumen saat berkunjung, perlu diperhatikan pengelola dan juga
pengembang. Sehingga proses pemasaran brand Pulau Tunda pun sebaiknya
tidak terlalu dramatisasi, meskipun dramatisasi menjadi bagian strategi dalam
pemasaran. Chiaravelle (2007) pun mengartikan bahwa brand adalah sebuah
janji yang diberikan kepada konsumen. Sehingga pengelola dan pengembang
perlu menepati janji yang mereka buat melalui brand yang disampaikan kepada
wisatwan.
Pulau Tunda dengan segala keindahan alamnya memerlukan pengelolaan
yang serius dan konsisten. Meski banyak pekerjaan rumah yang harus
diselesaikan namun bukan hal yang mustahil untuk Pulau Tunda menjadi objek
wisata yang mampu bersaing dengan objek wisata ternama lainnya.
Perkembangan teknologi dan kemudahan jaringan komunikasi yang ada saat ini
memberikan peluang tersendiri bagi Pulau Tunda. Tinggal keseriusan dari
pengembang dan pemerintah dalam menangkap peluang besar yang dimiliki oleh
Pulau Tunda sebagai objek wisata. Peluang yang dimaksud tentunya bukan hanya
sekedar berorientasi kepada keuntungan jangka pendek, namun juga keuntungan-
keuntungan lain yang berjangka panjang seperti meningkatnya taraf hidup
masyarakat Pulau Tunda secara merata dan mandiri.
80
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Hasil pengumpulan data penelitian serta analisis data yang dilakukan dan
disampaikan pada bab sebelumnya, disimpulkan Pulau Tunda sebagai daerah
tujuan wisata bahari Kabupaten Serang memiliki SWOT dan Potensi wisata,
sebagai berikut :
1. Hasil analisis SWOT yang dilakukan menunjukan bahwa yang menjadi
Kekuatan dari Pulau Tunda adalah kondisi taman bawah laut yang
masih terjaga, lahan perkebunan dengan kondisi tanah cukup baik,
ketersediaan air tawar yang berasal dari Pulau Tunda sendiri.
Kelemahan yang dimiliki Pulau Tunda adalah kualitas sumber daya
manusia Pulau Tunda, kurangnya fasilitas pendukung wisata,
kurangnya sadar wisata di kalangan masyarakat Pulau Tunda,
infrastruktur yang belum lengkap, sampah yang belum terkelolah
dengan baik, budaya masyarakat memandang etika dan kesopanan;
Peluang yang dimiliki Pulau Tunda adalah pasar wisata yang luas,
kebutuhan wisata semakin meningkat, lokasi Pulau Tunda yang
dekat dengan pusat kota;
Tantangan yang dimiliki Pulau Tunda adalah perkambangan wisata
yang serupa, fasilitas wisata pesaing yang lebih menarik,
ketertarikan investor, banyaknya kegiatan wisatawan yang merusak
81
keadaan alam, objek wisata serupa yang lebih dulu menguasai
pasar wisata yang memberikan standar kepada konsumen.
2. Potensi wisata yang dimiliki objek wisata Pulau Tunda
Potensi yang dimiliki oleh Pulau Tunda adalah keindahan taman
bawah laut yang indah dengan ekosistem laut yang beragam. lokasi Pulau
Tunda yang strategis dan mudah di akses dengan kendaraan umum pun
memberikan potensi untuk mengembangkan objek wisata Pulau Tunda
sebagai objek wisata alternatif. Temuan potensi dalam penelitian ini
adalah kehidupan masyarakat Pulau yang ternyata memberikan daya tarik
tersendiri untuk Pulau Tunda.
5.2 Saran
5.2.1 Saran Praktis
Hasil penelitian yang dilakukan mengantarkan peneliti untuk membuat
saran praktis berupa:
1. Dibentuknya brand untuk Pulau Tunda
2. Pihak pengelolah dan pengembang harus menentukan segmentasi pasar
yang jelas agar proses pembuatan brand, pemasaran dan
pengembangan dapat disesuaikan dengan segmentasi pasar.
3. Pihak pengelolah dan pengembang perlu merumuskan identitas Pulau
Tunda. Hal ini dikarenakan identitas dapat menjadi panduan bagi
pengembangan objek wisata Pulau Tunda.
82
4. Pihak pengelolah dan pengembangan perlu memperhatikan pandangan
stakeholder dan memperbaiki hubungan dengan stakeholder terutama
stakeholder yang berhubungan langsung dengan wisatawan.
5. Pihak pengelolah dan pengembang perlu menelaah ulang apa yang
menjadi kekuatan, kelemahan, peluang serta tantangan yang dimiliki
oleh Pulau Tunda.
6. Pihak pengelolah dan pengembang perlu memperhatikan pandangan
konsumen atau wisatawan terhadap Pulau Tunda agar Pulau Tunda
dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan wisatawan.
7. Pihak pengelolah dan pengembang perlu memperhatikan
keberlangsungan aset utama Pulau Tunda. Mengingat yang menjadi
aset utama dari Pulau Tunda adalah kondisi alam yang sewaktu-waktu
dapat saja berubah atau rusak. Sehingga bukan hanya merancang
pengembangan wisata tetapi pengelolah dan pengembang pun perlu
memperhatikan kelestarian lingkungan tersebut.
5.2.2 Saran Teoritis
Peneliti berharap penelitian ini dapat bermanfaat dan di
pergunakan dalam keperluan keilmuan dalam bidang akademik, dari hasil
penelitian yang dilakukan peneliti menemukan beberapa kelemahan dalam
hasil penelitian ini. sehingga peneliti menyarankan :
1. Dilakukan penelitian dengan menggunakan metode kuantitatif
untuk mengetahui persepsi wisatawan mengenai Objek Wisata
Pulau Tunda.
83
2. Penggunaan metode observasi partisipan dalam proses
pengumpulan data. hal ini dimaksudkan agar peneliti memiliki
kedekatan dengan objek penelitian sehingga memudahkan
dalam pengumpulan data.
3. Dilakukan penelitian kembali dengan untuk mengetahui
hubungan stakeholder dalam pengembangan objek wisata
Pulau Tunda.
84
Daftar Pustaka
Buku
Alwasilah, A. C. (2011). Pokoknya Kulitatif: Dasar-dasar Merancang dan
Melakukan Penelitian Kualitatif (6th ed). Jakarta: PT Dunia Pusaka Jaya.
Bungin, Burhan (2015). Komunikasi Pariwisata Tourism Communication,
Pemasaran dan Brand Destinasi.Jakarta: Pranadamedia Group.
_______ (2009). Penelitian Kualitatif, Komunikasi, Ekonnomi, kebijakan
Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya.Jakarta: Kencana
Chiaravalle Bill, Barbara Findlay Schenck.(2007).Branding For Dummies.
Canada: Wiley Publishing Inc.
Hermawan, Kertajaya.2007.On Branding.Bandun: Mizan
Iriantara, Yosal.(2008).Media Relations Bandung: Simbiosa Rekatama
Laporan akhir Kajian Pengelolahan Ekosistem Pulau Tunda untuk
Pengembangan Minawisata Tahun 2015.Pemerintah Kabupaten Serang
Dinas Kelautan, Perikanan, Energi dan Sumberdaya Mineral
Lehoux P,Blake P & Daudelin, G.(2006).Focus group research and „„the
patient‟s view‟‟. Social Science and Medicine, 63,2091-2104.
Kennedy, J.E, R. Soemanegara Dermawan.(2006). Marketing communication,
Taktik dan strategi. Jakarta: BIP
Moilanen Teemu, Seppo Rainisto.(2009). How To Brand Nations, Cities, and
Destination. The United Kingdom: Palgrave Macmillan
Prisgunanto, Ilham (2006). Komunikasi Pemasaran Stategi dan Taktik
dilengkapi analisis SOSTAC & STOP-SIT.Bogor: Ghalia Indah
RJPMD Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten Tahun 2012-2017
RJPMD Kab.Serang Tahun 2010-2015
RZWP3K Kabupaten Serang 2013-2033
Schiffman Leon G, Kanuk Leslie Lazar, (2007) : “Consumer Behavior”, 9th
Edition. New Jersey – USA: Pearson Educational International
85
Selayang Pandang Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga Kabupaten Serang.
Dinas Pariwisata,Pemuda, dan Olahraga Kabupaten Serang
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung:
Alfabeta.
Soemirat, S. & Ardianto, E. (2008). Dasar - dasar Public Relations. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
Sulaksana, Uyung. 2005.Integrated Marketing Commnications:Teks dan
Kasus. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Team FME.2013.SWOT Analysis Strategy Skill. Copyright Notice www.free-
management-ebooks.com
Welcome To Serang Regency. Dinas Pariwisata,Pemuda, dan Olahraga
Kabupaten Serang
Skripsi, Thesis dan Jurnal
Elizabeth Amanda Maria.2013. Tourism Destination Branding: Analisis
Kampanye Komunikasi Pemasaran, Citra Dan Positioning Sabang
Sebagai Destinasi Wisata Bahari Internasional.London School Of Public
Relations. Jakarta
Mustikawati, Lina.2013.Strategi Branding Kota Surakarta Dalam
Pengelolaan Sebagai Destinasi Wisat.Ilmu Komunikasi Universitas
Diponogoro.Semarang
Naniek Afrilla Framanik, Nurprapti Wahyu Widyastuti, Rahmi
Winangsih.(2012).Jurnal Riset Komunikasi: Menemukan Kembali
(Recovery) Destination Branding Situs Banten Lama Sebagai Potensi
Wisata Budaya dan Religi. Vol.3.no.5 Juni 2012.hal 34-50 Jurnal Riset
Komunikasi.Program Studi Ilmu Komunikasi dan Ikatan Sarjana Ilmu
Komunikasi Indonesia Serang
Website
Anholt, S. (2009).Handbook on Tourism Destination Branding. Retrieved
from:
http://www.imagian.com/kuvat/etc_unwto_handbook_tourism_destination
_branding.pdf
http://puppytraveler.com/2015/05/17/pulau-tunda-surga-nemo-yang-tetunda-
tunda/3/ diakses pada: 22:30/15-Desember-2015
86
http://simpartaserang.com/home/info/wisata-bahari-pulau-tunda/diakses pada:
22:45/15-Desember-2015
https://thenomaddict.wordpress.com/2015/06/29/eksotisme-pulau-tunda/
diakses pada: 22:55/ 15-Desember-2015
http://www.jelajahpulau.com/2015/03/jelajah-pulau-tunda.html diakses pada:
23:02/ 15-Desember-2015
http://www.kajianpustaka.com/2012/12/citra-merek-brand-image.html/
diakses pada: 20:45/ 24-Februari-2016
http://tundive.com/ diakses pada: 20:15/ 24-April-2016
http://wisatabaharipulautunda.com/ diakses pada 17:30/20-Mei-2016
Syafrizal, H. S. (2008). Jurnal Perencanaan dan Pengembangan Wilayah.
Destination Brand: Membangun Keunggulan Bersaing Daerah, (4)
Melalui, http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17965/1/wah-
des2008 4%20(4).pdf
87
PEDOMAN WAWANCARA
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan teknik
pengumpulan data menggunakan wawancara. Pedoman wawancara ini dibuat
untuk mempermudah peneliti pada saat pengumpulan data. pedoman wawancara
ini dibuat peneliti secara general dikarenakan ada beberapa indikator yang saling
berhubungan sehingga dapat diwakili oleh beberapa pertanyaan dan ditanyakan
kepada narasumber yang berbeda.
No Indikator Penjelasan Pertanyaan
1 Audit destinasi Mengetahui Aset
yang dimiliki Pulau
Tunda
1. Bagaimana topografi dan
demografi Pulau Tunda?
2. Bagaimana Akses menuju
Pulau Tunda?
3. Bagaimana kondisi
lingkungan pantai dan
laut di Pulau Tunda?
4. Apa saja yang ditawarkan
atau yang “dijual” oleh
Pulau Tunda?
5. Apakah fasilitas seperti
penginapan, restoran,
sudah tersedia?
6. Berapa harga yang harus
dibayar wisatawan untuk
wisata Pulau Tunda?
7. Bagaimana fasilitas
penunjang objek wisata
seperti peralatan selam,
dan lainnya?
2 Analisis
Segmentasi
Mengetahui
segmentasi Objek
Wisata Pulau Tunda
1. Siapa yang mengunjungi
pulau tunda? warga
Banten atau luar Banten ?
pelajar atau pekerja?
2. Jenis wisata apa yang
ditawarkan oleh objek
wisata Pulau Tunda?
3. Siapa target market objek
wisata Pulau Tunda?
88
3 Analisis SWOT Mengetahui apa yang
menjadi kekuatan,
Kelemahan, Peluang,
datn tangtangan Pulau
Tunda
1. Bagaimana ketersediaan
modal untuk
pengembangan Pulau
Tunda?
2. Bagaimana sistem
informasi mengenai objek
wisata Pulau Tunda
3. Bagaimana ketersediaan
Sumber daya di pulau
Tunda
4. Bagaimana
Pengembangan Pulau
Tunda menghadapi gaya
hidup konsumen?
5. Adakah investor di Pulau
tunda? berbentuk apa?
Berapa banyak?
Bagaimana masyarakat
Pulau Tunda
menanggapinya?
6. Apa yang menjadi
tantangan untuk Pulau
Tunda?
7. Sejauh mana pengembang
dapat mengikuti
perkembangan teknologi
?
8. Adakah kegiatan lain
selain wisata, misalnya
tambang ? jenis tambang
yang dilakukan?
bagaimana pengaruhnya
terhadap lingkungan
pulau?
4 Analisis
Keterlibatan
Stakeholder
Mengetahui hubungan
atau keterlibatan
stakeholder
1. Bagaimana pemerintah
memandang pulau tunda?
2. apa yang telah dilakukan
pemerintah untuk objek
wisata Pulau Tunda?
3. Seperti apa kebijakan
89
yang secara khusus
dilalukan untuk pulau
tunda?
4. target pemerintah dalam
mengembangkan pulau
tunda?
5. dukungan yang
diberikan?
6. Apa harapan stakeholder
untuk Pulau Tunda
kedepannya?
5 Analisis Persepsi
Konsumen
Mengetahui persepsi
konsumen mengenai
Pulau Tunda
1. Apa yang dirasakan
pengunjung setelah
mengunjungi pulau tunda
2. Adakah keinginan untuk
mengunjungi pulau tunda
(kembali)?
3. Apa yang menyebabkan
memilih Pulau Tunda
untuk berlibur?
4. Apa yang pertama
terpikirkan ketika
mendengar objek wisata
Pulau Tunda?
6 Analisis Pesaing Mengetahui pesaing
Pulau Tunda
1. Apa yang ditawarkan
pada objek wisata
tersebut?
2. Bagaimana kondisi
lingkungan objek wisata
tersebut?
3. Berapa harga yang
ditawarkan?
4. Bagaimana dengan
fasilitas yang dimiliki?
90
PEDOMAN OBSERVASI
Data yang dikumpulkan dengan observasi ini digunakan untuk mendapatkan data
mengenai kondisi yang terdapat di Pulau Tunda, serta untuk membandingkan
dengan data hasil wawancara. Adapun aspek yang diamati dalam observasi ini
adalah :
1. Aksebititas menuju objek wisata Pulau Tunda
2. Kondisi alat transportasi menuju Pulau Tunda
3. Fasilitas wisatawan (Hotel, Home stay, tempat makan, warung, fasilitas
sarana umum)
4. Sarana penunjang kegiatan wisata (alat selam, alat snorkeling, dll)
5. Keadaan lingkungan objek wisata (kerapihan, kebersihan)
6. Keterlibatan warga dengan aktifitas wisatawan
7. Penerimaan warga terhadap wisatawan
8. Kegiatan pengelola dalam melakukan pengembangan objek wisata Pulau
Tunda
9. Aktifitas pemasaran yang dilakukan pengelolah/ jasa travel Pulau Tunda
10. Dukungan pemerintah terhadap pengembangan objekwisata Pulau Tunda
104
CATATAN OBSERVASI
Lokasi Observasi : Pulau Tunda
Tanggal Observasi : 4 April 2016 – 6 April 2016
Objek yang di amati Temuan Dilapangan
Aksesbilitas Tersedia 2 jenis penyeberangan yaitu penyeberangan
regular dan penyeberangan khusus,
- Penyeberangan reguler merupakan penyeberangan
yang disediakan oleh pemerintah. namun hanya ada 3
kali dalam satu minggu, yaitu pada hari senin, rabu,
dan sabtu
Berangkat dari dermaga Pulau Tunda ke Dermaga
Karangantu jam 7.00 sementara dari pelabuhan
karangangtu ke Pulau Tunda jam 14.00
Biaya penyeberangan Rp. 17000,-
Durasi perjalanan 120 menit sampai 150 menit.
- Penyeberangan Khusus, penyeberangan menggunakan
kapal milik nelayan dan disewakan dengan harga
sekitar 1 juta sampai 2,5 juta untuk satu kali perjalanan
pulang-pergi Pulau Tunda- Pelabuhan Karangantu
Fasilitas Untuk
Wisatawan
- Penginapan berupa homestay, berbaur dengan pemilik
rumah. Harga sewa yang diberikan sekitar 300 ribu
sampai dengan 400 ribu per malam sudah termasuk
makan.
- Tidak terdapat restoran atau tempat makan.
- Terdapat villa di bagian barat dan utara namun
keberadaannya jarang digunakan oleh wisatawan.
- Tempat ibadah yang berada d Pulau Tunda berupa 2
Musolah dan 1 Masjid
105
Keadaan
Lingkungan
- Lingkungan yang masih bersih, terlihat dengan sidikit
ditemukannya sampah ynag bergeletakan di tempat-
tempat umum. Namun sering mendapatkan sampah
kiriman dari laut.
- Binatang ternak (kambing) di bebaskan begitu saja
selama 24 jam
- Jalan desa sudah menggunkan paving blok hingga ke
area pantai.
- Sumber listrik dari generator pada jam 6 sore hingga
12 malam setelah itu menggunakan pembangkit listrik
tenaga surya hingga jam 6 pagi. Dari jam 6 pagi
sampai am 6 sore tidak ada arus listrik. Kecuali ada
keperluan khusus.
- Beberapa tempat sangat kekurangan lampu jalan
misalnya jalan menuju bagian utara pulau.
Dukungan
pemerintah
- Membentuk organisasi yang bertugas mengurusi
pengelolahan Pulau yang diberi nama Lingkar Bahari
- Memberikan fasilitas alat selam sebangak 3 set
- Membngun sebuah villa dan dua saung di area utara
Pulau Tunda
Aktifitas Pemasaran
Pariwisata
- Sebagian besar mengunakan media online untuk
aktifitas pemasaran dan selebihnya menggunakan
teknik mount of mount
Penerimaan warga
terhadap wisatawan
- Warga pulau Tunda cukup ramah dan terlihat sudah
terbiasa menerima wisatawan yang berkunjung ke
Pulau Tunda. Namun dirasa kurang berbaur, peneliti
merasa masih terdapat kecurigaan kepada wisatawan,
terlihat dengan warga yang mengarahkan pandangan
kepada wisatawan yang datang, hingga mencari tahu
siapa yang menjadi mengajak wisatawan tersebut.
106
TRANSKIP WAWANCARA
Narasumber : Firman Hakiki (Direktur Wisata Bahari Pulau Tunda)
Tempat/ Tanggal : Serang, Senin,16 Mei 2016
Waktu : 18:30 s.d 21:00 WIB
Peneliti : Bagaimana awal pulau Tunda menjadi Wisata?
Narasumber : Wisata Bagi saya adalah Kunci bagi Pengembangan Daerah. dulu
saya tidak sekolah dan tidak kuliah, dan ketika saya berkempatan
untuk berkuliah, saya harus intropeksi bahwa bahwa apa yang saya
dapatkan adalah sebuh anugrah. Sehingga anungrah ini harus
bermanfaat kepada banyak orang. Saya ingin menciptakan orang-
orang seperti “saya” yang katakanlah secara ekonomi dan
pendidikan dibawah rata-rata. Bagaimana suatu daearah dapat
berkembang jika SDMnya tidak dibangun?. Sednagkan
membangun SDM itu bukan hanya sebatas opini atau memberikan
pandangan-pandangan saja. Tp bagaimana dengan kegiatan
ekonominya. Dari situ lah saya bertekad untuk membangun
masyarakat dari sumberdaya ekonomi, sumberdaya sosial,
sumberdaya pendidikan. Tetapi yang paling mendasar adalah
ekonomi. Maka dari itulah wisata adalah kunci dari
pengembangan.
Saya dari kecil lahir di Pulau tunda tau betul mengenai potensi
yang terdapat di Pulau Tunda, termsauk pariwisata. maka dari itu
saya mencoba membuat konsep wisata yaitu Snorkeling. Saya
107
punya keinginan besar pada saat itu, dan Alhamdulillah mendapat
beasiswa sekitar 5 juta untuk biaya kuliah, tetapi saya gunakan
untuk modal membuat brosur untuk disebarkan selama enam bulan
kemasyarakat dan mencoba untuk mensosialisaikan kepada
masyarakat tetapi masyarakat menolak adanya wisata.
Penaliti : Apa yang menyebakan masyarakat menolak adanya wisata ?
Narasumber : Awalnya mereka menolak adanya wisata karena mereka berfikir
dengan banyaknya orang-orang yang datang dengan budaya
mereka yang dapat dikatakan mengabaikan nilai-nilai religious
akan berimbas terhadap masyarakat contonya perubahan etika,
perubahan sosial, atau efek-efek buruk lain yang ditumbulkannya.
Dikhawatirkan budaya dan kultur masyarakat tercampur dan akan
rusak. Akhirnya saya mencoba memberikan pandnagan-pandnagan
positif kepada masyarakat jika wisata tidak dikembangkan,
bagaimana pulau tunda bisa berkembang jika tidak ada yang
mengenal Pulau Tunda, bahkan didaerah serang sendiri hanya
sekitar 5% saja yang mengetahui pulau tunda , dinas pemerintah
setempat pun tidak mengetahui keberadaan Pulau Tunda. namun
tetap pada intinya masyarakat menolak adanya wisata dipulau
tunda. lalu saya mulai mencari alternative agar wisata ini dapat
berkembang, karena langkah pertama pengembangan Pulau tunda
harus dari Wisata. Secara bertahap saya mencoba untuk
mengundang teman-teman mahasiswa, seperti Mahasiswa,
108
mapalaut dengan tujuan pertama memperkenalkan Pulau Tunda
yang kedua agar masyarakat bisa berinteraksi dengan orang asing
sehingga orang Pulau Tunda tidak asing dengan orang asing.
Waktu itu sekitar tahun 2011 proses ini dimulai, lalu pada tahun
2012 saya mencoa membawa tamu hingga mencapai lebih dari 50
orang dari Jakarta untuk datang kepulau tunda. untuk itu saya
menyewa kapal dengan harga 2,2jt, dengan perhitungan jika
mereka pergi neayan seinggu dapat 2 juta saja maka ini yang hanya
1hari mereka mendapatkan 2,2jt. Dengan saya menyewa kapal,
masyarakat mulai dilibatkan dalam pengembangan wisata di Pulau
Tunda. dan mulai mereka mencoba mengajak tamu dan mulai
untuk mengembangkan wisata.
Peneliti : Bagaimana dengan sekarang, apkah sudah mulai terbuka dengan
wisatawan?
Narasumber : iya masih khawatir, namun saya mencoba memberikan
pandangan dengan menyampaikan sejarah baduy yang dulu
menutup diri namun sekarang mulai membuka diri dan itu
memberikan dampak ekonomi mereka sekarang meningkat.
Peneliti : Potensi apa saja yang dimiliki pulau Tunda?
Narasumber : bagi saya selaku penggagas wisata di Pulau Tunda, Pulau Tunda
memiliki potensi dibidang wisata edukasi dan ekonomi kreatif
terlepas dari wisata Alam yang saat ini dimilikinya yaitu
snorkeling. Pulau tunda memiliki kelautan, perikanan, Sumaber
109
daya manusia yang bisa dikembangkan menjadi ekowisata. Contoh
misalnya dengan membentuk kelompok tani , yang selanjutnya
mengelolah hasil tani yang diolah lalu di jual. Atau kita membuat
kebun seperti kebun apel di Malang misalnya. Di bidang kelautan
kita bisa bikin transformasi karang, peneangkaran penyu.
Peneliti : Bentuk wisata yang sudah nyata ada dimiliki oleh Pulau Tunda?
Narasumber : Untuk saat ini Pulau Tunda hanya menjual snorkeling saja.
Namun tiap minggu mencapai 50 orang yang berkunjung. Bagi
saya ini dapat dikembangkan dan kunci dari kesuksesan adalah
bagaimana seseorang tersebut melaukan inovasi pemikiran dan
mau terjuan langsung kelapanga untuk melakukan penataan-
penataan tersebut. seperti yang saya lakukan untuk nekat
membangun wisata Pulau Tunda meskipun banyak yang menolak,
hingga pernah ada yang datang kerumah saya untuk mendemo saya
dan menolak apa yang saya lakukan. Dari situ satu hal yang saya
pahami bahwa masyarakat memiliki sifat konsumtif. Dengan
pemikiran mereka yang lebih baik melaut pulang bawa ikan punya
uang dan selesai. Pikiran mereka adalah pragmatis sedangkan apa
yang saya bawa pada saat itu adalah teoritis. Namun bagi saya
sebagai seorang yang membawa perubahan haruslah komitmen.
Peneliti : Bagaimana penerimaan warga sekarang terhadap wisata?
Narasumber : Awalnya pemikiran mereka menolak wisat adalah dampak
negative yang ditimbulakan wisatawan, seperti sikap-sikap yang
110
dianggap kurang sopan dengan pakaian dan sikap mereka, dan
perbuatan negative lain yang dilakukan oleh wisatawan. namun
saya mencoba menyakinkan bahwa apa yang mereka pikirkan
tersebut tidak benar dengan cara ketika saya membawa wisatawan
diawal saya tetankan untuk memakai pakaian yang sopan saat
berada di lingkungan masyarakat, silahkan menggunakna pakaian
bebas pada saat snorkeling naum ketika akan kembali
kelingkungan masyarakat kembali mengunakan pakaian yang rapih
dan mera tetap melakukan ibadah. Lalu mereka mulai menyadari
bahwa rumah mereka dapat disewakan dan mendapatkan uang
sekitar 350 ribu. Itu kan lumayan untuk menambah penghasilan
dan uang jajan mereka.
Peneliti : Bagaimana dengan wisata mancing di Pulau Tunda?
Narasumber : Potensi wisata mincing di Pulau Tunda Bagus namun belum
terkelolah dengan baik. Karena ada sekat antara pemerintah DKP
dengan Pulau Tunda. saya membangun wisata di Pulau Tunda
dengan pendekayan cultural tidak structural. Maksudnya tidak
structural adalah tidak dengan bagaimana pemerintah itu ikut andil
dalam penegmbangan tetapi saya mendorong masyarakat pulau
tunda misalnya dengan mengajaraknnya membuat WEB, bikin
facebook sehingga mereka memiliki jaringan di internet den
berinteraksi dengan orang luar sehingga orang luar tersebut tertarik
untuk wisata snorkeling dan mancing. Wisata Pancing di Pulau
111
tunda berpotensi, karena di tinjau dari nelayannya, nelayan pulau
tunda adalah nelayan asli pancing dan bukan nelayan jarring,
sehingga dari pengalamannya cocok untuk melakukan wisata
pancing di Pulau Tunda. selain itu di tinjau dari alamnya Pulau
Tunda Strategis untuk spot pancing.
Peneliti : Apakah Pulau Tunda Memiliki organisasi kemasyarakatan?
Narasumber : Iya punya. Sejarah singkatnya seperti ini, wisata Pulau Tunda ini
awalnya untuk kunci kesuksesan Pulau tunda diberbagai sektor,
maka dibentuklah wisata ini, setelah itu berjalan dengan baik
menjadi fakta apa yang saya katakana bahwa ketika merka
mengetahui Pulau Tunda maka akan banyak yang ikut andil untuk
pegembangan Pulau tunda, misalanya DKP dalam ruang lingkup
pertanian transfortasi karang. Organisasi ini saya yang buat dengan
mengumpulkan travel-travel yang ada di pulau tunda untuk
menyatukan persepsi, karena pada saat itu saya melihat teman-
teman yang lain salah jalur. Mereka bermain di bidang wisata
dengan tujuan uang, sedangkan kita dasar awalnya wisata ini ini
adalah langkah awal untuk pengembangan ekonomi bukan sebagai
materialistis ekonomi saja. Waktu itu ngumpulin temen-temen dan
bilang pada mereka “ kalo misalnya kita jadi wisata kya gini aja,
saya yakin mimpi sya untuk mengembangkan Pulau Tunda akan
mati 2-3 tahun mendatang, Pulau Tunda akan mati dalam jarak 3
tahun wisata berjalan. Alasan saya adalah pulau tunda memiliki
112
nilai jual besar, dilihat dari data wisata rata-rata Pulau tunda baru
mencapai 5%, belum 50 % belum 100% karena Pulau tunda hanya
menjual snorkelingnya aja. Dia tidak menjual sistem, tidak menjual
jasa yang baik, tidak menjual kriteria-kriteria wisata yang baik, itu
belum ada. Jadi orang asing dateng kepulau tunda itu hanya untuk
menghilangkan penesaran. Mereka hanya penaran dengan pulau
tunda dan ketika mereka datang kepulau tunda, mereka hanya
snorkeling aja maka mereka akan bilang “oh gini doing Pulau
Tunda” dan sudah selesai. Ini akan meneybabkan degradasi wisat,
Wisatawan yang datang tidak continue. Dari situ kita berdiskusi
dan menghasilkan
1. Pengelolah sampah, yang akan di gaji dari hasil wisata itu
2. Kita buat rumpon, yang tujuannya rumpon itu kita perbanyak
sehingga rumpon ini akan di isi oleh ikan-ikan kecil yang
nantinya akan mengundang lumba-lumba.
Karena di Pulau tunda itu waktu saya kecil lumba-lumba ini banyak
karena di pulau tunda banyak ikan-ikan kecil, jadi mereka dateng
kepulau tunda pada saat itu sebagai hama di Pulau Tunda. nah itu
bisa kita buat agar mereka datang lagi kepulau tunda dengan
menydiakan makan ikan-ikan kecil itu dengan rumpon. Kan sekarang
lumba-lumaba jarang yang paling ada beberapa dan itu hanya di
bulan februari dan maret saja setelah itu gak ada lagi. Sedangkan
lumba-lumba juga kan meiliki nilai jual yang tinggi.
113
Peneliti : Bagaimana hubungan anda dengan stakeholder?
Narasumber : terjadi miskomunikasi, jadi ada kesenjangan antara kami,
khususnya saya dengan pemerintah desa, saya dengan kepala desa
itu tidak nyambung. Ada dinamika politik yang menyebabkan
lurah ini tidak welcome dengan masyarakat Pulau tunda dan hanya
welcome dengan orang-orang disekitarnya.
Peneliti : Apakah kegiatan tambang pasir yang saat ini ramai di bicarakan
menggangu aktifitas wisata di Pulau tunda?
Narasumber : untuk saat ini saya rasa tidak karena jaraknya yang cukup jauh
yaitu sekitar 2 mil, sedang wisatawan hanya di sekiar pulau saja.
Namun secara faktanya penambangan tersebut berpengaruh
terhadap ekosistem laut, karena unsur sara dalam laut berkurang,
laut menjadi kotor, ikan-ikan pada pergi. Tahun lalu saya melihat
laut memang belok tapi sekarang-sekarang airnya selalu jernih,
entah karena apa saya juga kurang begita mengetahuinya.
Peneliti : Bagaimana hubungan pemerintah dalam melakukan
pengembangan wisata di Pulau Tunda?
Narasumber : sebenarnya ada miskomunikasi antara pemerintah daerah dengan
pemerintah desa di Pulau Tunda. seperti yang saya bilang tadi, satu
kesiapan sumberdaya manusia di Pulau Tunda tidak seimbang. Nah
kita kan memiliki kelompok, lingkar bahari itu. lingkar bahari itu
114
kan dibuat, waktu itu saya tergabung dalam pokdarwis (kelompok
sadar wisata), kebetuluan saya baru pulang dari semarang, dan
pada saat itu menjabat sebagai sekertaris pokdarwis provinsi
Banten. saya menjadi sekertaris dengan tujuannya adalah
pengembangan-pengembangan wisata di Banten potensi-potensi
apa yang bisa jual untuk Pulau Tunda. kita buat di daerah pulau
tunda, saya udah buat nih, ADARTnya sudah saya buat, proker
kerjanya sudah saya buat, misalnya bikin menara pelagi. Menara
pelangi ini kan tujuannya untuk pemotretan, dan sebagainya,
rumah pohon, kita bikin perahu fishing sehingga wisatawan bisa
keliling pulau tunda dengan perahu-perahu itu. perahu itu kan bisa
disewakan, pemasukan juga untuk masyarakat atau kita juga bisa
bikin layang-layang besar, atau apa sajalah itu. kita bikin icon-icon
wisata, sehingga bukan snorkeling aja. Setelah sudah selesai sudah
satu frame, satu persepsi, saya kasih data-data kekepala desa
sebulan, dua bulan tidak di tanda tangani hingga setahun. Dan
akhirnya di tanda tanganin itu pun dengan menagatas nama kan
orang lain dengan nama pak kahfi. Akhirnya kahfi itu jadi ketua
pokdarwis yang dari situ diganti namnayanya menjadi Lingkar
Bahari. Bagi saya nama diganti gak masalah, siapapun yang akan
menjalankan its oke, asalkan konsep-konsep yang sudah dibuat
dapat di jalankan. Namun ternyata setahun, dua tahun nihil. Hasil
program kerja pengembangan ekonomi yang kita buat ini dan itu,
115
rumah pohon dan icon lain tidak berjalan. Karna secara sumber
daya alam, sumberdaya pribadi mereka tidak punya untuk
pengembangan itu. Pulau Tunda masih memiliki PR yang besar
untuk pengembangnanya. Pernah pemerintah daerah datang
kepulau tunda, namun merekapun masih ambigu. Kenapa masih di
ambingu, karena ketika konfirmasi kelapangan ternyata sumber
daya manusia di Pulau tunda belum siap, kemarin kita pernah
kajian. Kita kaji bersama, teman-teman Pulau Tunda di undang
duduk bersama dan mencoba untuk berdiskusi dan ternyata itu
tidak menemukan titik temu. Bahkan sampa ditanya apa yang
dibutuhkan Pulau Tunda. teman-teman mengusulkan hal yang
sifatnya eksistensi. Sebatas mengundang orang-orang datang
kepulau. Tidak salah, hanya untuk pengembangan ekowisatanya itu
loh tidak berjalan.
Peneliti : Icon-icon wisata yang dulu pernah di konsepkan beraradti dapat
di katakana bukan lagi sedang proses namun “mati”?
Narasumber : ya, secara sedarhana dapat dikatakan mati. Adapun pergerakan
wisata yang sekarang teman-teman sedang lakukan yah sebatas
membawa tamu datang, snorkeling lalu sudah, pulang. Hanya
seperti itu. namun untuk pengembangan langsung berupa
pembuatan home stay. Atau investasi fasilitas wisata itu tidak.
Peneliti : Bukankah DKP membuatkan Villa di Pulau Tunda?
116
Narasumber : Disini ada kesalahan antara pemerintah daerah DKP, Pemerintah
Desa, dan pengembang lingkar Bahari. Kemarin pernah berdiskusi
mengenai putar organisasi. Saya memberi pendapat bahwa lingkar
bahari ini adalah jembatan untuk ,membangun wisata, misalkan
pengadaan barang, fasilitas,bahkan kita mencoba membuat
standarisai guide, agar sumberdaya di pulau tunda bisa
berkembang. Nimimal kita membuat seminar bagaimana
pemahaman wisata di daerah. sehingga ada harmonisasi antara
tamu, tuan rumah, pelaku wisata, pelaku travel terjadi
singkronisasi. Sekarang teman-teman lingkar bahari itu hanya tamu
dateng bayar lima ribu selesai. Uang ini digunakan untuk
membayar orang yang membersihkan Pulau Tunda.
Peneliti : Apa yang dibutuhkan Pulau Tunda?
Narasumber : bagi saya yang di butuhkan pulau tunda adalah seorang yang
didirinya terdapat leadership untuk mengembangkan secara
sumberdaya untuk mengembnagakan wisata itu sendiri.
Peneliti : Persepsi atau pandangan yang dulu sempat di satukan sehingga
memunculkan Pokdarwis yang sekarang ini berubah nama menjadi
Lingkar bahari dapat dikatakan buyar atau tidak sepaham lagi?
Narasumber : Iya benar, karena pandangan organisasi kita berbeda. Saya
mencoba memberikan pandangan juga tetap beda. Akhirnya kan
orang-orang yang masuk kedalam lingkar bahari atau yang terlibat
dalam lingkar bahari adalah orang-orang yang membawa tamu
117
saja. Nah ini gak belance dengan pembagian-pembagian dalam
masyarakat. maksud saya begini, kemaren teman-teman mengeluh.
Saat ini belum sepenuhnya menerima wisata, karena adanya wisata
itu hanya orang-orang tertentu saja yang menikmati. Misalnya saya
dengan 5 orang travel teman saya. Sudah hanya itu-itu saja.
Masyarakat yang lain tidak menikmati itu. mereka bertanya kepada
saya, kira-kira apa yang bisa dilakukan agar masyarakat bisa
menerima wisata. Kuncinya satu kata saya, kalo teman-teman mau
diterima oleh mereka, bangun organisasi dengan baik. Contoh
misalkan dengan dibuat standarisasi Homestay, misalnya memiliki
AC. Buatlah proposal yang diajukan ke dinas pariwisata. karena
pemerintah juga bingung gitu, gak tau apa yang diperlukan pulau
tunda. apa sih yang dibutuhkan pulau tunda. jadinya kan gak
singkron. Dia mau bantu pulau tunda, pulau tundanya gak bilang
maunya apa. Pulau Tunda gak jemput Bola, pemerintah juga
bingung apa yang harus diberikan. Dengan standarisai yang dibuat
tadi dengan adanya AC atau kipas angin misalkan yang di kelolah
oleh koperasi misalkan bayarnya 50ribu sewanya, merka untung
dengan adanya AC, pengunjung semakin banyak, ada retribusi
juga. Kalo memang organisasi kita structural misak kamu pegang
di bidang mainan, yah mainan itu seperti flyingfok, outbound,
layang-layang saya yakin bukan Cuma satu orang yang pegang tapi
sepuluh orang. Sepuluh orang ini siapa? Masyarakat dong. Lalu
118
sepuluh orang dilibatkan dalam penangkaran penyu, 10 orang lagi
di transformasi karang. Wisata dibangka itu, waktu saya kesana,
lepas penyu itu bayar 70rb. Penghasilan kan, penghasilan lagi.
Peneliti : Sejak kapan pemerintah terlibat dalam pengembangan objek
wisata Pulau Tunda?
Narasumber : Pada tahun 2013 saya mencoba untuk bermain di dinas pariwisata
untuk pengembangan sumberdaya manusia. Dan disitulah mulai
ada kemistri antada pemerintah daerah dengan wisata Pulau Tubda.
Namun secara signifikan wujud pembangun wisata Pulau Tunda
belum Nampak, hanya sebatas opini pembangunan, sedangkan
pemangunan seutuhnya belum. Bahkan menurut saya pemerintah
daerah tidak peka, seperti lurah tadi tidak peka pulau tunda ini
sudah berkembang nih, ayo kita bangkit ayo kita bangkit !. karena
memang sumberdayanya itu pak Lurah sendiri tidak memahami
bagaimana itu wisata. Apa efek positi dan negative wisata.
Khususnya pengangkatan ekonomi dimasyarakat secara wisata itu
kaya gimana. Itu yang belum peka dan belum terdorong kesana, dia
hanya paham Pulau Tunda menjadi wisata, orang datang kesana
sudah selesai. Tanpa meilihat apa sih yang paling mendasar untuk
pengangkatan ekonomi. Atau misalkan hal-hal apa yang bisa
dikaitkan untuk pengembangan di masyarakat dan sebgainya. Atau
potensi mana lagi nih yang mana lagi nih yag bisa kita bangun
untuk membangun eksistensi wisata di Pulau Tunda, itu tidak
119
sampai kearah sana. Hanya dia melihat ada wisata orang dateng
dan sebgainya dan itu menjadi wisata dan itu selesai. Tanpa
memahami kulturasi wisata seutuhnya, atau esensi nilai wisata bagi
masyarakat itu apa sih?
Peneliti : Sebagai usaha jasa, anda ingin menjual Pula tunda pada
segmentasi yang seperti apa?
Narasumber : sebagai pengelolah plus putra daerah saya melihat Pulau Tunda
akan dibawa kemana. Tidak mengcopypas seperti Pulau Umang
atau Pulau-Pulau Lainnya yang sudah keren. atau bisa dibilang
dipegang oleh pihak ketiga, oleh perusahaan-perusahaan asing atau
lokal, yang mana ia memcoba membangun daerahnya itu untuk
pengembangan wisata. Contohnya anyer saja lah, anyer itu kan
hanya kalangan, menengah keatas yang menikmati indahnya wisata
itu sendiri. Saya sederhana,satu memang murni pegembangan dan
penglahan Pulau Tunda harus orang sendiri khususnya pemerintah
daerahnya yang membuat peraturan, membuat sebuah
pengembangan atau memfasilitasi apa yang bisa di kembangkan.
Pada intinya pulau tunda harus dikembangkan oleh putra daerah itu
sendiri atau pemerintah daerah, bukan orang lain atau orang ketiga.
Harapannya seperti itu.
Peneliti : Peluang Apa yang dimiliki oleh Pulau Tunda?
Narasumber : Saya melihat Pulau Tunda di Banten, pertama kita punya nilai
lebihnya. Satu, kita deket dengan Jakarta, strategis. Pemerintah
120
bisa mempasilitasi kapal cepat untuk jemput tamu langsung dari
Jakarta. Karena jarak anatara Pulau Tunda dengan Kepulauan
Seribu hanya beda satu jam. Pulau Tidung dengan Pulau Tunda
beda satu Jam. Kalo Pulau Tidung ke muara angke itu 3-4 jam.
Kita, Pulau Tunda Ke Muara Angke 4 jam. Hanya saja fasilitas
dari Pulau Tunda ke Pulau Seribu Belum ada. Jadi lebih sulit,
sekarang tamu-tamu keserang dulu, baru kepulau Tunda.
Pengunjung Pulau Tunda itu bagi saya lebih banyak orang Jakarta
di banding serang orang serang hanya beberapa. Karena mereka
datang karena penasaran.
Peneliti : Kembali kepada Peran Pemerintah DKP, selain membuatkan villa
untuk pengembangan wisata di Pulau Tunda?
Narasumber :Kemarin ada kegiatan transformasi karang oleh anak-anak
sekolah. Sedang untuk fasilitas vila itu, karena ada miskomunikasi
itu. setau saya orang DKP itu membangun villa, tolong nih di urus
tolong dikembangkan nih untuk penginapan wisatawan. karena ada
miskomunikasi itu, seharusnya DKP itu memberikan sebuah
informasi terhadap travel-travel wisata atau kerjasama nih, kira-
kira mau bikin villanya dimana, tempatnya bagaimana. Untuk
menyesuaikan rotasi wisata itu. jangan dia koordinasi dengan
kepala desa, kepala desanya yang tidak paham betul dengan
konstaliasi wisata gitukan. Ya akhirnya biat tontonan aja, bukan
buat penginapan. Jadi memang sekarang tidak dijadikan
121
penginapan. Cume sekedar dateng kesana, foto-foto, udah. Nginep
gak pernah
Peneliti : Bangaimana dengan villa yang berada di bagian Barat ?
Narasumber : Itu punya perorangan, punya pak Haji jail. Dulu dia orang Pulau
Tunda. dia kejakarta. Lalu pada 2013 dia membangun villa dan itu
di sewakan.
Peneliti : Lokasi wisata untuk saat ini diarahkan ke bagian barat dan utara,
lalu bangai mana dengan Timur dan Selatan?
Narasumber : Untuk bagian Timur sekarang sudah tidak bisa, karena itukan
sudah punya asing. Bagian selatan hanya untuk dermaga aja.
122
TRANSKIP WAWANCARA
Narasumber : Mumun (DKP)
Tempat/ Tanggal : Serang, Rabu,25 Mei 2016
Waktu : 11.30 s.d 12.30 WIB
Peneliti :Bagaimana ibu memandang Pulau Tunda sebagai daerah yang
dapat dikembangkan khusnya untuk pariwisata
Narasumber :Jadi gini, awalnya kan kita, saya terutama yah, saya kan kepala
seksi konservasi, eksplorasi pesisir dan Pulau-Pulau kecil.
Akhirnya kita mencari tahu di Pulau-Pulau Kecil itu potensinya
apa, yang bisa dikembangkan apa. Nah ketika kita kesana. Kita
lihat kan memang mereka secara umum kan nelayan. Tapikan
potensi bawah lautnya masih bagus. Jadi kalo dikabupaten serang,
mungkin kalo boleh saya sebut tuh hanya dua. Kan rata-rata
dipesisir itu, rata-rata di Indonesia itu, namanya terumbu karang
kan disekeliling Pulau, nah dikita dari 17 Pulau itu hanya dua yang
masih sangat bagus, yaitu satu Pulau Sangiang, satu Pulau Tunda.
karena Pulau Sangiang juga sudah masuk kawasan konservasi udah
dikelolah oleh kehutanan pusat BPSDA. Maka satu-satunya ya
Pulau Tunda yang kita anggap bagus dan itu bukan kawasan
konservasi. Apalagi kan disana, di Pulau Tunda itu kan ada
masyaraktnya. Jadi kita pikir potensi apa yang bisa dikembangkan,
tapi bisa berkelanjutan, bisa meningkatkan tarap hidup. Kita lihat ,
123
kalo ade pernah kesana. Salah satu kemajuannya emang antara lain
ada CSR pasir laut. Tapi kita kan selalu bilang pada mereka bahwa
itukan tidak akan selamanya. Jasi, padahal sebulum pasir laut itu
jalan, kondisi di Pulau itu juga kan memperihatinkan. Ada LSM
luar datang kesana membawa isu-isu mereka kalo musim ini gak
bisa makan, karena ombak besar tidak bisa nelayan, mereka tidak
bisa melayan. Isu-isu yang seperti itu kan sebenarnya kita kesana,
ternyatakan dia bisa membangun rumah ketika mendapat uang dari
sodaranya yang jadi TKI, TKW, itu kita miris mendengarnya. Kita
orang perikanan melihat konsidi mereka, mereka tidak bisa
memperbaiki kondisi mereka. Pada saat itu memang satu-satunya
potensi itu, dan potensi itu bersinergi dan berkelanjutan. Setelah
kita melihat potensi itu. kita coba tuh. Kita kerjasama dengan IPB
monitoring terumbu karang. Kita belajar. Anak-anak disanakan
sebetulnya kalo menyelam sudah ahlinya. Tapikan bagaimana kita
kenalkan dengan orang luar. nah kan mereka tau kondisi alama ini
masih bagus. Berikutnya lagi kita kenalkan dengan transplantasi.
Bagaimana menjaga terumbu karang. Lalu kita juga bercerita
bahwa ekosistem disana bukan cuma terumbu karang tapi juga ada
mangrove. Walaupun sedikit, hasil penelitian-penelitian disini
masih alami. Jadi banyaklah destinasi yang bisa dikembangkan.
sebetulnya satu sua udah ada yang membawa turis, tapi ada
masalah entah lah apa, tahun dulu lah. Jadi sempet stag juga. Jadi
124
ketika kita datang tahun 2011 itu tuh stag juga. Tidak ada turis
yang datang. Kita datang, berikutnya transplantasi karang,
kerjasama lagi dengan asosiasi koral karang tunas. Dari sana gak
tau siapa yang berbuat. Tapi kita juga kepariwisata juga ngomong.
Mulailah mereka yang di Pulau Tunda percaya diri. Jadi ketika ada
teman yang dari kepulauan seribu mau ke Pulau Tunda, mereka
mau bawa. Setelah itukan, nah ini coba destinasi-destinasi ini
dikembangkan. karena kita kalo secara anggaran susah untuk
membantu. Tapi sedikit-sedikit kita jugakan bantu. Kaya misalkan
gini, yang kita tau yang bagus di barat sama di utara. Diutara
ternyatakan jalan desa gak ada di sana. Kita akhirnya anggaran dari
kita. Kita coba bikin jalan poros yang cuma 300 meter, tapi itukan
ketempat wisata yang karangnya bagus gitu. Kita jugakan bikin
rumah, walaupun rumahnya sekarang tidak dimanfaatkan secara
optimal, itu salah satu yang untuk menunjang. Dari kementerian
jugakan ada alat selam. Kita pelatihan-pelatihan kan sudah. Malah
terakhir itu tahun 2014, karena kita lihat turis sudah mulai dateng,
kita mencoba menginisiasi itu sih sebenernya kalo kita bilang, saya
sih bilang kedinas lain, mungkin tugas kami sudah selesai,
harusnya sudah mulai. Turis sudah dateng, tinggal optimalisasi dari
dinas-dinas yang lain. Ketika infrastruktur kurang, misal jalan atau
sebagainya, mungkin ada yang nangani. Ketika misalnya kendala
kapal jadi masalah, berarti dishublah yang harus membina
125
seterusnya. Nah makanya, salah satunya dishub biarlah mereka ini
gitu yah. Ya kita tetap kontak ya tetep kontak. Nah kita turis
dateng, ini versi dinas kita yan bukan dinas lain berarti turis
dateng, emm versi sederhananya lah dia perlu makan, dia perlu
nginep, kalo perlu ada cinderamata sama kaya tempat lain lah.
Makanya waktu itu kita melakukan pelatihan sederhanalah. Jadi
selain transplantasi juga sedrhana dengan menggunakan karang
mati, terus disebar. Terus kita pelatihan itu juga bikin hiasan, terus
sama ibu-ibunya kita latih untuk masak. Tujuannya sih itu. sudah
belum tercapai belum keliatan. Tapi disisi lain kita mengadakan
itu, kita undang semua dinas. Artinya saya bilang gitu, ketika
memang ibu-ibunya harus dikembangkan UKMnya berarti dinas
perindustrian masuk. Terus ketika misalnya nanti pariwisata,
nahkan mulai masuk juga pelatihan guide, karena kita jugakan gak
mungkin juga. Akhirnya kan sedikit banyak itu berkembang cuma
kalo pesan saya satu yah, bahwa tetap dijaga, hati-hati. Tidak apa,
sekarang mungkin belum terasa. Tapi ketika turis begitu banyak,
bagaiman memang ekosistem yang memang kita jual itu tetap baik.
Itu rusak jualannya hilang.
Peneliti : Jadi bu dapat dikatakan asset inti yang dimiliki oleh Pulau Tunda
adalah Ekosistem laut yang masih bagus?
Narasumber : saya pikir banyak. Iya ekosistem itu iya. Kalo kita cerita
ekosistem itu kan karang dan mangrove. Tapi kalo kita cerita,
126
disana juga ka nada semacam yang mereka bilang laguna. Jadi
ketika itu surut ada pasir ditengah laut. Dan itu bisa-bisa
viewnya.menurut saya itu bisa nebjadi aset. Kapan sunset. Setelah
ngobrol mereka akhirnya punya ini sendiri. Kalo kita kan melihat
versi orang luar, kita bilang kayanya ini bagus nih. Terus bu, itu
mercusuar juga bagus buat sunset. Ngobrol-ngobrol mengenai
membuat brand, tapi saya tidak tahu brand yang bagus tuh yang
seperti apa. Tapi mereka sekarang ini sudah mulai. Kaya misalnya
karang donat. Tapi saya bilang bikin kesepakatan. Disana itukan
kebetulan bergerak sendiri-sendiri guidenya.apanya, mereka bilang
operator. Pemuda-pemuda yang meraka hanya dengan pertemanan
saja. Jadi satu orang misalnya membawa teman. Turisnya ada
sepuluh, mungkin dia bisa senidri, kalo gak bisa ajak teman.
Peneliti : Jadi disana itu tidak berkelompok?
Narasumber : Iya seperti itu. maka kita minta, ketika ada bantuan tidak bisa
seperti itu. Pemda tidak bisa seperti itu , harus ada kelompok.
Maka ketika kita minta ke desa. Desa membentuk seperti apalah.
Mereka membuatlah lah Lingkar Bahari. Lingkar Bahari itu intinya
adalah kumpulan. Iya itulah asosisasi gitulah, kumpulan orang-
orang yang selama ini sudah bergerak dibidang wisata. Mau
dibawa kemana. Nah itu kalo gak salah udah berjalan, bukan kalo
gak salah tapi bener yah. Jadi ketika bawa tamu mereka bayar 5000
per orang untuk dimasukin ke kas Lingkar Bahari. Itu ada buat
127
administrasi, ada buat ya ginama mau mengembangkan itu lah. Itu
yang sekarang lagi dirintis sama mereka. Saya pikir, saya sih, kita
cukup memantau saja. Karena gini, selama. Jadi yang saya
khawatirkan ketika mereka jalan sendiri-sendiri. Tidak terorganisir,
apalagi nanti ada kecemburuan dan seterusnya itu bisa menjadi
masalah. Padahal ini bisa menjadi besar kalo kalian bisa bersatu.
Nah sekarang ka nada gap lagi antara pemuda dengan yang lebih
tua. Penerimaannya.
Peneliti :Berkaitan dengan penerimaan tersebut,Bagaimana DKP membawa
Pariwisata masuk Kepulau Tunda?
Narasumber :Engga pariwitsa. Awalnya gini awalnya perbaikan ekosistem
sebenarnya. Hanya saja kita melihat. Janganlah lama disana dua
hari disana kita ngobrol banyak, saya bilang sayang ini. adalah
contoh, misalnya orang ini dianggap sama ibunya pengangguran,
dia tidak mau jadi nelayan. Tapi ketika, mungkin sekarang
passionnya jalan nih, ternyata dia dnegan pariwisata lebih keren,
lebih apa, dan dia ternyata menghasilkan uang. Jadi ibunya mulai
menerima. Yah kita mulai dari hal-hal yang kaya gitu lah yah. Dari
mulai membuka mainset mereka sih yah sebetulnya itu dan
sekarang belum jadi, masih proses ditengah
Peneliti : Jadi pariwisata di Pulau Tunda baru berjalan setengah untuk saat
ini?
128
Narasumber : jadi awalnya malah kita kessana karena ada bantuan PLTS. Terus
kita melihat disini bagus. Mulailah tahun depannya kita pelatihan
mangrove, terumbu karang. Itu mulai berkembang sendiri seperti
itu. tapi ditengah perjalanan kita memang sudah bilang
kepariwisata. Ini dikembangkan, Cuma mungkin mereka juga
punya keterbatasan anggaran atau prioritasnya lagi kemana jadi
susah juga. Jadi ya udah selama masih bisa dikita, kita coba dikita.
Peneliti : Bagaimana target kedepannya untuk pariwisata di Pulau Tunda?
Narasumber : Kalo target secara umum yah, maksudnya gini. Sebetulnya yang
kita inginkan atau yang kita lihat. Jadi gini yang kita lihat jika
daerah itu berkembang menjad wisata. Anyer saja, itu kan
masyarakat tidak menikmati sepenuhnya, itulah yang kita
khawatirkan. Dan sampai sekarang juga sepertinya masih kita
khawatirkan. Kita bilang sebetulnya dari awal, ketika kita masih
ngobrol-ngobrol kearah wisata itu, bahwa yang ingin kita
kembangkan adalah masyarakat disini berdaya. Saya pernah denger
cerita darimana gitu, bahwa ada pariwisata yang memang dikelolah
oleh orang-orang lokal. Artinyakan walau uang itu sedikit tapi
benar-benar dirasakan oleh orang mereka sendiri. Sementara ketika
investor besar masuk, inikan Pulau kecil, ada dua aja inverstor
besar, itu mungkin penghasilan masyarakat jadi apa?. Jadi kacung,
jadi bersih-bersih, itu udah gak sesuai gitu. Sementara kalo mereka
sendiri. Ini tanah mereka gitu. Ketika itu misalnya rusak saya juga
129
yang akan kena. Itu keinginan yang kita inginkan. Itu memang jadi
matapencaharian alternative masyarakat dan itu bisa berkelanjutan,
tidak merusak lingkungan. Makanya kalo kedepannya mungkin.
Kita juga kan aada penelitian dari tempat lain kan ya. Ini kapasiatas
air maksimal segini orang, jadi kita juga gak mungkin, misal tiba-
tiba Pulau Tunda terkenal, turis banyak, kita harus batasi sampai
sejauhmana. Karena kalo tidak dibatasi nanti intrusi air laut masuk.
Ketika penggunaan air tawar besar-besaran, air laut masuk, itu
jugakan secara sustainability gak jalan. Maka ketika awal, awal
dikembangkan snorkeling aja dulu. Satu karena emang basic belum
ada, alat juga belum ada, ketiga takutnya ini ketika banyak orang
nyelam, banyak yang menginjak karang. Belum berkembang sudah
mati. Maksudnya ketika wisatawan belum terlalu banyak, ini
keburu rusak, ini yang kita sayangkan. Kalo kita lihat sih, potensi
masih banyak.
Peneliti :terkait dengan bangunan yang dibuat DKP tersebut, memang
dibuat untuk menujang pariwisata, namun belum dipergunakan
secara optimal. Apa yang menyebabkan hal tersebut?
Narasumber : jadi gini, kita juga melakukan sekolah pantai dengan sasaran SD,
SMP, materinya ya itu bersih, bersih pantai, pengenalan ekosistem.
Nah mungkin kita bergerak dari anak kecil ke pemuda-pemudanya,
tetapi ibu-ibunya sedikit. Mungkin itu yang kurang, makanya ada
gap juga antara yang muda sama yang tua.
130
Peneliti :gap seperti apa yang terjadi, apa lebih pada penolakan?
Narasumber : jadi gini, kini mulai dateng turis, mereka mulai open mind, yang
muda-mudanya sudah mulai banyak masukan dari yang dateng.
Mereka ingin bergerak lebih cepat. Sementara yang tua ini, satu
mungkin mereka khawatir, kedua mungkin dia merasa bahwa tidak
ada kontribusi kedia. Hal-hal yang seperti itu lah yang perlu
dikomunikasikan, seperti rumah yang kita bangun, kita katakana
ini perlu ada dipertanggungjawabkan kepada kita. Kita rugi jugalah
kalo kita, pemerintah udah ngasih lah uang rakyat, kita kasih
maksimal tidak dimanfaatkan, rusak. Kalo versi anak-anak mereka
mau memanfaatkan, tapi pak lurahnya engga. Pak lurah nanti
kesiapa, takutnya yangini marah, yang ini marah. Dia juga
bingung, kita juga tidak menyalahkan. Maka kita, ini di obrolkan
lah, ketka kita sudah ngasih kedesa, ngasih kemsayarakat, ya
diobrolkan lah dengan mereka gitu. Bagaimana cara memngelolah
ini, kita sih tidak ingin keuntungan secara materi
Peneliti : Adakah pendampingan khusus yang dilakukan DKP untuk
pengembnagan pariwisata di Pulau Tunda atau bagaimana monitoring yang
dilakukan?
Narasumber : kalo dikhususkan sih tidak ada, kita selalu bilang kemereka kita
dinas dan terbuka untuk mereka. Jadi gini kita setiap tahun masih
menatau, adalah setiap tahun kegiatan. Kontak-kontakan. Kadang
131
mereka juga cerita-cerita soal turis. Bahkan kemaren saya juga
pengan data turis. Tapi kemarn juga saya marah-marah sama
mereka, ini harus tertulis data. karena dinas mungkin bubar, karena
fungsi kelautan kini mulai di provinsi. Tapi keinginna saya ketika
ini sudah jalan, tidak boleh berhenti, siapun yang jalan, dinas
manapun yang membantu. Kita lagi target dia harus bikin laporan.
Tapi itu belum. Turis rata perbulannya berapa, fasilitas yang sudah
ada apa, fasilitas yang belum ada apa, apa yang dibutuhkan,
kedepannya apa lagi. Itu belum. Pak camat minta itu rinci, tapi
belum. Ini saya bilang dibuat rangkap 4 rangkap 5. Satu untuk
kecamatan, satu untuk desanya sendiri, satu di pariwisata. ya
kedinas manalah itu yang membutuhkan, kasih proposal itu, kasih
cerita itu. jadi dibilang masalahanya tidak ada jalan, yah berarti tata
ruang yang bergerak. Itu yang kita harapkan
Peneliti : dengan keterbatasan mengenai kebijakan pengembangan yang
dimiliki oleh DKP apa yang telah dilakukan DKP untuk pariwisata
di Pulau Tunda
Narasumber : kita bilang sih kita sudah enough lah. Sebetulnya kita sudah
cukup, dari dua tahun lalu kita bilang harusnya ini sudah
kepariwisata. Karena turis sudah mulai datang. Infrastruktur dasar,
saya pikir sudah cukuplah, untuk pengembangan awal sudah
cukup. Harusnya ini tinggal, mereka ini, kalo saya tangkap mereka
ingin dipandu sebagai guide, harusnya apa nih gitu. Karena kan
132
selama ini yang mandu informal. Ngomongnya gini loh, tapikan
kita gak tau, kita gak punya ilmunya. Selama ini juga mungkin
pariwisata terbatas anggaran. Lalu yang diikutkan hanya satu dua
orang, dan dari desa, mereka adalah staf desa, dan bukan yang
bawa turis, jadi banyak mis komunikasi. untuk kearah wisata sih
menurut saya udah saatnya untuk menjadi lebih baik, temasuk ke
brandingnya
Peneliti : Bagiamnaya anda melihat kesiapan SDM di Pulau Tunda?
Narasumber :kalo versi turis yang dateng, mereka ramah katanya. Kita pikir sih
belum terlalu. Salah satu yang saya khawatirkan itu, ketika investor
datang, merkea ketahuan banget kalo tidak professional, tapi ketika
sekarang belum ada, yah. Seperti mereka meng guide tamu, saya
rasa sih sudah lumayan. Terbuktikan kan ada lagi yang datang.
Kadang kita suka berfikir, bagaiman makanna disana, selmaa ini
juga meraka sederhana sekali, cendramata belum ada. Kita tidak
bisa terus membantu, karena ada bisang lain. Jalan juga sudah
mulai bagus, keliling-keliling desa juga bisa pake sepedah. Tapi
karena saya juga bukan orang ariwisata jadi saya tidak tahu
sebenrnya sudah cukup atau belum. Tapi ya itu kembali ke
profesionalisme tadi, kalo ada turis yang datang. Ya saat ini
mereka bisa mendatangkan turis tapi ketika ada yang lebih
professional, taruhlah yang bawa turis juga professional. Mereka
juga kan setifikat selam rata-rata masih A1 masil level dasar, tapi
133
kalo jadi pemandu harusnya sudah beda lagi levelnya, sudah harus
mencakup keselamatan juga. Kita juga tidak ada anggaran untuk
melakukan pelatihan, tapi katanya desa juga akan melakukan
pelatihan-pelatihan, selam, terumbu karang.
Peneliti : keinginan adan untuk Pariwisata Di Pulau Tunda?
Narasumber : Mimpi kita gak muluk-muluk sih, wisata yang masih berbasis
ekosistem yah. Iya sih wisata bahari. Jadi kita pengembangannya
ke arah budidaya, wisata bahari gitu. Jadi emnag ADRWnya tata
ruang lautnya emang kearah sana. Jadi maskudnya itu terjada,
masyarakat mendapat ke untungan dari sana. Sayang gitu loh
ketergantungan sama kompensasi. Terumbu karang lumayan bagus
lah, ikan juga bervariasi. Disana banyak rumpon-rumpon gitu,
yang bukan punya orang Pulau Tunda saja. Orang Jakarta juga
mancing disana. Jadi dulu itu orang Jakarta ke Pulau Tunda hanya
mancing saja. Mungkin sekrang ketika destinasinya ini, mungkin
orang yang mancing bisa bawa keluarganya. Kita juga sempaet
berkhayal juga satu opsinya, minimal ketika bapak-bapaknya
mancing, ketika tau disini ada wisata, bapak-bapaknya mancing,
anaknya, istrinya di drop ke Pulau Tunda. tapi itu belum yah.
Pemda juga sih awere
134
TRANSKIP WAWANCARA
Nama : Novia Brigitasari Metkono
Tanggal : 1 Juni 2016
Waktu : 10:00 s.d 10:30
Peneliti : Bagaimana liburan yang anda lakukan di Pulau Tunda?
Narasumber : gak nyangka, gaknyangka pas nyebur itu ternyata bawah lautnya
sebagus itu
Peneliti :Apakah rasa penasaran dengan Pulau Tunda terbayarkan?
Narasumber :awalnya gak nyangka bagus, dan untuk suasana desa, suasana
malam yang sepi. Gak nyangka aja di Pulau yang seperti itu,
mereka bisa hidup. Dikepung sama laut kan itu
Peneliti :Bagaimana dengan Homestay yang bergabung sama warga itu
menggagu gak?
Narasumber :Malah enak, takutnya kita salah apa gitu. Itu malah sensainya
disitu. Yang lampu nyala dari sore ampe malem. Yang udah panic
ngecas hp ngecas kamera. Itu malah asik. Sebenernya liburan yang
kaya gitu tuh yang enak daripad liburan yang harus tinggal di
Hotel. Dengan budget segitu kan, terus menantang dengan pantai
yang sekaya begitunya. Jadi gini loh wisatawan sendiri itu kalo
kemana-mana itu pasti mikir, oh gue harus pake ini.
Peneliti : Ada keinginnan untuk balik lagi kePulau Tunda?
Narasumber :Pingen, dan maunya lebih rame lagi, gua mau ajak temen-temen
gua yang heboh
135
Peneliti : Kekurang yang ada di Pulau Tunda
Narasumber :Sampahnya doing sih menggagu. Kambing disana malah lucu
Peneliti :seandainya dibuatkan daerah khusus untuk wisatawan yang
terpisah dari warga, bagaimana menurut anda?
Narasumber :kayanya kurang seru yah, yang seru itu bareng warga, walau
homestay. Nanti jatohnya ada sekat gitu, kalo gue sih
136
TRANSKIP WAWANCARA
Narasumber : Phepit Berchmmans Ngabur
Tanggal : 1 Juni 2016
Waktu : 11:00 – 11:30
Peneliti : Apa motif anda mengunjungi Pulau Tunda?
Narasumber : Gua sebenarnya lagi nyari trip begitu, kita kan nyari tuh di Pulau
Seribu, tapi dapatnya yang biasa-biasa, kaya memang Pulau yang
khusus untuk wisata gitu loh. Terus dia dapat rekomendasi dari
temennya soal pulau ini. terus gua tanya-tanyakan kira-kira
informasinya kaya gimana. Yang menarik itu yang pertama home
staynya bareng warga, itu bagi saya berkesan banget. Yang kedua
listriknya nyala sampai jam 12 malam dan itu menantang banget.
Bagi saya itu daya tariknya justru disitu. Artinya kita mengikuti
dinamika warga setempat. Sambil berwisata-wisata juga kita bisa,
sehingga kitakan, bagi saya sih kita bisa tahu gitu loh, secara sosial
masyarakat di sini tu bagaimana, pola pikirnya, cara
berperilakuknaya, visi–misinya, dan itu bagi saya menarik. Sampai
disana bagi saya penduduknya bagus ramah-ramah. Minimal gak
judes lah gitu, juga guidenya oke bagi saya, sangat komunikatif,
dan sangat banyak membantu, banyak member informasi juga,
terus karena masih sangat minim promosi yah, sehingga tidak
terlalu dikenal. Jadi orang datang kesana ya sudah begitu. Mungkin
karena masih belum di tata benar gitu, kira-kira track- track dalam
137
pulaunya yah masih begitu. Maksudnya orang datang menikmati
apa yang disediakan gitu loh. Kaya dermaga gitu, snorkeling tapi
itu tidak terlalu maksimal.
Peneliti : Bagaimana kesamaan ekspetasi sebelum datang ke Pulau Tunda
dan setelah mengunjungi Pulau Tunda?
Narasumber : Hampir berbanding lurus lah, tidak terlalu jauh lah. Banyangan
saya pas dengan realitas.
Peneliti : Sebelumnya membanyangkan Pulau Tunda seperti apa?
Narasumber : yak karena dapat informasi itu, jadi yah. Karena ada wisata
macam itu dikampung saya. Orang datang untuk, ya kaya Life in
gitu lah, hidup bersama gitu. Mengalami dinamika masyarakat.
Peneliti : Jadi itu menjadi daya tarik, selain snorkeling
Narasumber : ya, daya tarik selain snorkeling
Peneliti : apa kekurangaan Pulau Tunda
Narasumber : Kurangnya paling ini sih, maslah sampah saja. Sampah, meski
saya sudah cerita panjang lebar kemarin itu dengan si alay. Cumin
terakhirnya ia bilang, ini sampah mau dibuang kemana gitu.
Maksudnya kalo orang berwisata itu, mungkin sampah itu, satu
kajiaan diluar yang lebih luas. Tapi yang penting itu dalam
berwisata itu, konsep saya itu saya akan bahagia. Ketika penduduk
itu terlihat bahagia. Itu daya tarik juga. Mungkin soal sampah ini
aja. Jangan sampai sampah itu punya yang lebih besar lagi gitu.
Kalau lihat di pelabuhan itu, aduh gila sampahnya, enek gue
138
liatnya. Tapi kita tidak tau solusi apa gitu. Ya sudah kita lihat
sampah, hanya sekedar perihatin. Kalo mendengar informasi juga
dari bang alay, soal bagaimana pemerintah melihat itu. melihat
peluang bisnis ini, pariwisata ini. dipandang sebelah mata atau
apalah lah segala macem. Sudah lah cerita lain. Mungkin itu bisa
menjawab kenapa tidak dibersihkan sampah-sampah. Padahal
didalam pulau ada tempat pembuangan sampah kan.
Pneliti : bagaimana dengan Keadaan fasilitas pendukung, seprti kamar
bilas, tempat makan, cendera mata, dan lainnya?
Narasumber : Kalo cendera mata belum ya, belum saya lihat. Karena memang
interest saya kesana itu memang benar-benar menikmati saja apa
yang ada disana. Gak pernah berpikir untuk beli cenderamata apa.
Benar-benar menikmati aja yang bisa dilakukan
Peneliti : apakah tempat snorkelingnya bagus?
Narasumber : Mungkin spot yang kemarin, karena ini pertama kali saya
snorkeling, menurut saya sih puas. Ya kita bisa berwisata bawah
laut. Karena itu kali pertama untuk saya
Peneliti : Harapan untuk Pulau Tunda kedepannya ?
Narasumber :menurut saya itu, gua pengen Pulau itu bisa berkembang, sektor
pariwisata dan dinamika masyarkatnya itu berjalan lurus. Artinya
tetap saja pola hidup masyarakat seperti itu. cumin sektor
pariwisatanya harus di kedepankan. Karena selain mereka melaut,
selian mereka menjadi nelayan, itu income yang paling besar juga
139
dari situ, gitu loh, peluangnya. karena hanya 2 jam dari Serang, itu
penyeberangna dari Serang 2 jam. Itu samakan dari muara angke
atau ancol ke kepulauan seribu 2 jam. Dan itu orang rame, dan ini
bagi saya wisata Pulau Tunda ini wisata alternative bagi saya.
Alternative untuk orang Jakarta yang enek kepulau seribu, terlalu
rame gitu.
Peneliti : Bagaimana jika di bentuk tempat khusus wisatawan di Pulau
Tunda yang terpisah dari masyarkat?
Narasmber : saya tidak setuju, saya pribadi tidak setuju. Karena dengan begitu,
masyarakat setempat juga tidak akan dapat tempat yang sudah di
privatisasi. Karena masalah yang gua alamai di Pulau gue Flores
juga begitu. Banyak privatisasi gitu. Jadi sia buka resort, jadi dia
khusus apa, dan warga sekitar gak dapat apa-apa. Dan itu
menyedihkan sekali bagi saya. Itu tanah lu, kenapa lu tidak
merasakan. Merasa asing di tanah sendiri itu, itu tuh. Dan saya
tidak suka.
Peneliti : Apakahmerasa terganggu dengan keadaan lingkungan disana
yang melepaskan ternaknya begitu saja?
Narasumber : kalo kambing, tidak menggagu sih. Binatang itu juga populasinya
tidak banyak. Itu malah lucu. Jadi cii khas daerah-daraeh pulau kan
begitu. Kalo di Sumbawa sapi cuy. Sapinya selow aja mereka di
jalan, di pantai gitu lewat, kita berjemur. Treng-treng begitu,
Peneliti : Apa anda mau balik lagi ke Pulau Tunda?
140
Narasumber : I hope someday. Saya sanagt ingin kembali kesana.
Peneliti : Apa alasanya ingin kembali Kepulau Tunda?
Narasumber : karena suasananya, saya suka sangat-sangat. Emm, warganya apa
yah, emm hangat, selow gitu. Saya mending ketempat begitu yang
ada penduduk aslinya daripada berwisata aja. Kecuali kalo
honeymoon beda cerita. Hanya ada kamu dan aku dan laut.
141
Transkip Wawancara Wisatawan
Nama : Hilda Yunike
Tanggal : 29 Mei 2016
Waktu : 11.00 s.d 11.30
Peneliti :Apakah anda sudah pernah berlibur ke Pulau Tunda
Narasumber : iya sudah pernah
Peneliti : apa yang mendorong anda pergi ke Pulau Tunda?
Narasumber : kesana ya buat liburan. Banyak yang bilang Pulau Tunda bagus
karangnya, ikannya banyak, pemandangannya juga bagus dan enak
buat snorkeling, dan ternyata benar kata orang-orang bawah
lautnya emang bagus banget. Karang-karangnya engga ada yang
mati, ikan ikannya bnayk. Dikedaleman 2 meter aja udah bisa liat
karang yang bagus
Peneliti : apa pernah berlibur ketempat yang serupa dengan Pulau Tunda
Narasumber : aku udah pernah juga ke pulau-pulau yang ada di Banten kaya
Pulau 3, Pulau 4, Pulau 5, Pulau Oar juga pernah. Dan bawah
lautnya gak sebagus Pulau Tunda. apalagi Pulau 3, Pulau 4, Pulau
5 buat snorkeling gak ada yang bisa di liat, kalo Pulau Oar waktu
itu dikedalaman 5 meter baru bisa liat karang bagus, sisanya
karang mati
Peneliti :Adakah rencana untuk berkunjung ke Pulau Tunda lagi?
Narasumber : Rencana Kepulau Tunda lagi sih ada. Nangih abis baget juga suka
snorkeling aku. Pengen kesana lagi ajak temen-temen
Peneliti : Apa alasan untuk mengunjungi Pulau Tunda lagi?
142
Narasumber : pengen snorkeling lagi. Bagus banget bawah lautnya, makanya
pengen berenang lagi
Peneliti :Apa yang kurang dari Pulau Tunda?
Narasumber : yang kurang tuh pertama. Akomodasinya kesana. Kudu nyewa
kapal dan itu mahal karena jauh. Aja kapal umaum di jamjam
tertentu aja adanya. Yang kedua tempatpenginapan gak ada waktu
aku kesana. Waktu itu hari pertama nginep di gardu rumah orang
sebelum nyewa rumah orang . harusnya dibangun homestay atau
cottage buat wisatawan biar kalo nginep enak gak perlu cari-cari
rumah orang yang siap buat dijadiin penginapan. warung makanan
gak ada. Biasanya kan di pantai dijajain makanan hasil laut gitu
yak, ini mah gak ada. Jadi kemaren kita makan dirumah orang itu
yang kita inepin itu juga. Jadi menunya seadanya. Keempat tempat
wisatanya kurang dibangun dengan baik. Kalo kita turun dari kapal
baru turun didermaga Pulau Tunda yang ada dipikiran kita itu kita
ada dikampung ci. Kaya bukan tempat wisata. Kurang istemewa
kesan pertamanya. Padahal Pulau Tunda sebelah barat itu bagus
baget. Kalo boleh saran dibagian barat yang dijadiin dermaga dan
dibangun tempat-tempat hiburan wisatawan dan dibangun
sebagaimana mestinya tepat wisata .padahal sayang baget
pantainya masih bagus banget. Dari atas karang-karangnya udah
kelihatan cantik. Kalo tempat wisatanya kurang memadai.
143
NOTULENSI DISKUSI
(Diskusi dengan Tim Pengembang Wisata Pulau Tunda)
Tempat : Desa Wargasara – Pulau Tunda
Tanggal : 31 Mei 2016
Waktu : 19.30 – 22.00
Diskusi yang dilakukan membahasi mengenai rencana pengembangan objek
wisata Pulau Tunda. hasil diskusi yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Pengembangan wisata yang adakan dilakukan oleh desa baru berupa
pengambangan dibidang fasilitas dengan penataan dibagian selatan yang
menggunakan konsep beach club.
2. Kendala yang dihadapi pengembangan berkaitan dengan kepemilikan
lahan yang akan dijadikan kawasan pengembangan wisata
3. Spot potensial yang dimiliki Pulau Tunda terletak di bagian Barat dan
Utara Pulau Tunda
4. Masyarakat di bagian barat dirasa lebih bisa menerima wisatawan yang
datang
5. Pengembangan wisata terkendala dengan penerimaan warga yang masih
belum 100% menerima kehadiran wisata
6. Mengatasi bentrok dengan warga dirasa perlu adanya pemisahan antara
kawasan wisata dengan pemukiman warga
7. Pembangunan home stay menjadi pilihan terakhir dalam pengembangan
fasilitas wisata, hal ini untuk menjaga konflik yang terjadi dengan warga
yang memiliki homestay
144
8. Pulau Tunda belum memiliki sesuatu yang dapat “dibeli” atau dalam
bahasa pengembangan pariwisata pulau tunda belum memiliki something
to buy
9. Untuk daerah serang Pulau Tunda belum memiliki pesaing karena pulau
lain yang ada di Serang hanya menjual pasir pantai saja.
10. Untuk saat ini belum bisa menentukan pangsa pasar. Hal ini dikarenakan
pengembang belum mengetahui secara pasti pengunjung yang berkunjung
ke Pulau Tunda. Sehingga untuk sementara menjadi global saja dulu
11. Usulan brand untuk saat ini adalah surga di selat jawa, namun untuk brand
ini belum dipastikan dan di diskusikan lebih jauh.
12. Rencana kedepannya akan dilakukan penataan mangrove untuk kegiatan
study tour.
13. Solusi pertama untuk mengatasi penolakan masyarakat terhadap adanya
wisata adalah dengan melakukan sosialisasi program-program yang
dilakukan
14. Pengembang melihat kegiatan CSR perusahaan yang melakukan
pengerukan pasir membawa budaya malas yang secara tidak langsung juga
menghambat pengembangan Pulau Tunda.
145
NOTULENSI DISKUSI
(Diskusi dengan Staf Desa Wargasara Pulau Tunda)
Tempat : Kantor Desa Wargasara – Pulau Tunda
Tanggal : 31 Mei 2016
Waktu : 09.00 – 12.00
Sebelumnya peneliti berencana melakukan wawancara dengan kepala Desa
Wargasara namun dikarenakan beberapa hal wawancara tidak bisa dilakukan dan
digantikan dengan diskusi dengan beberapa staf desa. Hasil diskusi tersebut
adalah :
1. Untuk saat ini pemerintah Desa akan membangun saung-saung, coffee
shop dan taman di bagian Selatan Pulau Tunda.
2. APBD yang dialokasikan dalam pengembangan wisata mencapai 25%
dari APBD yang dimiliki Pulau Tunda
3. Pengembangan wisata untuk saat ini berupa pengembangan fasilitas
4. Kendala yang dihadapi adalah permasalahan kepemilikan lahan yang akan
di jadikan kawasan pengembangan wisata
5. Potensi yang lebih dulu dikembangkan adalah potensi wisata bahari
berupa snorkeling
6. Rencana kedepannya adalah pembuatan zonasi-zonasi wisata yang jauh
dari pemukiman warga. Alasannya adalah tradisi kesopanan dimasyarakat
masih sangat kuat, mereka belum terbiasa dengan kegiatan wisatawan
yang menimbulkan kebisingan terutama dimalam hari.
146
7. Sebagian besar masyarakat sudah menerima adanya wisata di Pulau
Tunda. adapun yang tidak menerima diduga dikarenakan belum terlibat
dalam kegiatan wisata
8. Rencana kedepan, pemerintah desa akan membuat BUMDES agar seluruh
masyarakat Pulau Tunda dapat terlibat dalam kegiatan wisata yang terjadi
di Pulau Tunda.
9. Jangkauan pemasaran untuk saat ini adalah sekitar Banten dan Jakarta
10. Media pemasaran yang digunakan untuk saat ini memanfaatkan media
internet. Namun masih dikelola perseorangan oleh warga Pulau Tunda
yang menjadi pelaku wisata. Pemerintah desa belum melakukan
pemasaran pariwisata.
11. Ketersediaan listrik merupakan salah satu kendala yang dimiliki oleh
Pulau Tunda
12. Pemerintah Desa belum mampu mengatasi permasalahan sampah yang di
hadapi Pulau Tunda
147
NOTULENSI DISKUAI
(Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Serang)
Tempat : Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga
Tanggal : 26 Mei 2016
Waktu : 10.00 – 12.30
Temuan Di lapangan :
Diskusi yang dilakukan dengan beberapa pelaksana di bidang Destinasi Dinas
Pariwisata Pemuda dan Olahraga menghasilkan :
1. Pengembangan Pulau Tunda sebagai objek wisata baru akan menjadi
prioritas pada tahun yang akan datang, dikarenakan prosedur pengajuan
anggaran yang membutuhkan waktu satu tahun;
2. Rencana pengembangan lebih kepada akomodasi pariwisata berupa home
stay;
3. Rencana pembangunan akan dilaksanakan di wilayah Timur Pulau Tunda;
4. Point Interest Pulau Tunda terletak pada lingkungan pantai dan laut Pulau
Tunda;
5. Segmentasi pasar sementara diperuntukkan untuk kalangan menengah,
remaja, dan juga pelajar;
6. Hambatan pembangunan wisata dikarenakan untuk saat ini wisata belum
dijadikan fokus kebijakan pemerintah daerah;
7. Rencana pengembangan wisata Pulau Tunda bukan hanya dalam
penyediaan akomodasi namun juga berupa kegiatan edukasi kepada
masyarakat agar masyarakat siap Pulau Tunda menjadi daerah wisata.
148
8. Di lingkungan Pulau Tunda sendiri masih terdapat gap antara kelompok
tua dengan kelompok muda mengenai arah pengembangan Pulau Tunda.
9. Rencananya pemerintah akan membangun BUMDES (Badan Usaha Milik
Desa) yang selanjutnya akan berperan untuk mengembangkan Pulau
Tunda melalui Koperasi, dan lain sebagainya.
10. Pulau Tunda memiliki anggaran yang berasal dari pemerintah dan juga
CSR serta dana kompensasi dari perusahaan pengerukan pasir.
11. Kompensasi yang diberikan oleh perusahaan pengerukan pasir ini,
menimbulkan kekhawatiran berupa perubahan pola sosial masyarakat di
Pulau Tunda, seperti masyarakat menjadi malas bekerja karena mereka
memiliki mendapatkan dana setiap bulan dari perusahaan tersebut,
sehingga mereka bergantung kepada perusahaan pengerukan pasir
tersebut.
12. Pemerintah (Dinas pariwisata pemuda dan olahraga) memiliki harapan
pengembangan wisata di Pulau tunda dapat memberikan pengaruh yang
signifikan kepada masyarakat pulau tunda pada khususnya berupa
pergerakan ekonomi yang mandiri.
13. Pengembangan wisata pun diarahkan untuk mengoptimalkan setiap
potensi yang dimiliki oleh pulau tunda.
153
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI
Nama Lengkap : Asri Sulistian
Tempat Tanggal Lahir : Sukabumi, 18 Juli 1994
Domisili : Serang
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Tinggi atau Berat Badan : 159 cm // 62 kg
No. Handphone : 085720759418
Email : [email protected]
DATA PENDIDIKAN
Lulus SDN 1 Nyangkoek - Sukabumi Tahun 2006
Lulus SMP PGRI 183 Cicurug – Sukabumi Tahun 2009
Lulus SMAN 1 Cicurug – Sukabumi Tahun 2012
Lulus Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Angkatan
Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Humas Tahun 2016
RIWAYAT ORGANISAI
Anggota Muslim Departement Center FoSMaI Fisip Untirta 2013-2014
Bendahara Umum FoSMaI Fisip Untirta 2014-2015
Anggota divisi KomInfo Himpunan Mahasiswa Komunikasi Untirta 2014- 2015
Top Related